PENGARUH PEMBINAAN AGAMA ISLAM TERHADAP TINGKAT RASA PERCAYA DIRI WARGA BINAAN WANITA PADA RUMAH TAHANAN NEGARA KELAS II A PONDOK BAMBU JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh:
HOIRUNNISA NIM: 1112052000009
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2016 M
ABSTRAK
Hoirunnisa, 1112052000009, Pengaruh Pembinaan Agama Islam Terhadap Tingkat Rasa Percaya Diri Warga Binaan Wanita Pada Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur, di bawah Bimbingan Dra. Rini Laili Prihatini. M. Si. Rumah Tahanan Negara atau yang sering disebut Rutan adalah tempat tersangka atau terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan di Indonesia. Undang-undang nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan pada pasal 14 ayat (1), sangat jelas mengatur hakhak seorang warga binaan atau narapidana selama menghuni di lembaga pemasyarakatan atau rumah tahanan negara yaitu, salah satunya adalah melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya, dan mendapatkan perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani. Salah satu kegiatan yang berada di Rutan adalah pembinaan keagamaan yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada sang Pencipta, menyadarkan warga binaan akan kesalahannya agar tidak mengulangi kesalahannya kembali, dan membangun kepercayaan diri warga binaan untuk berubah menjadi manusia yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembinaan agama Islam terhadap tingkat rasa percaya diri, dan untuk mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi rasa percaya diri dari pembinaan keagamaan Islam warga binaan pada Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur. Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis survei, untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, sampel dalam penelitian ini berjumlah 70 warga binaan dengan menggunakan teknik probability sampling. Analisis data menggunakan uji regresi linier sederhana, uji regresi linear berganda, uji koefision korelasi dan determinasi, uji F-test dan uji T-test. Hasil penelitian ini menemukan: (1) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel pembinaan agama Islam dan variabel rasa percaya diri warga binaan wanita di Rutan Pondok Bambu ,dengan F-test nilai siginifikansinya sebesar (0,000b) atau kurang dari 0,05. (2) Faktor dominan yang mempengaruhi pembinaan agama Islam terhadap rasa percaya diri adalah dukungan keluarga dan lingkungan dengan nilai T hitung > T tabel yaitu 3,054>1,994. Aspek afektif dengan nilai T hitung > T tabel yaitu 2,148>1,994. Aspek psikomotorik dengan nilai T hitung > T tabel yaitu 2,042>1,994. Kata Kunci: Pembinaan Agama Islam, Rasa Percaya Diri, Warga Binaan Wanita.
i
KATA PENGANTAR
ﺑــــــــــــــﺴﻢ ﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﯿــــــــــــــﻢ Assalamu’alakum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat yang Allah berikan kepada kita semua, terlebih-lebih nikmat Iman dan Islam. Karena dengan nikmat-nikmat itulah kita masih bisa beraktifitas sampai saat ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan kita baginda nabi Muhammad SAW. Yang karena kemuliaannyalah kita berharap syafaatnya di hari kiamat. Disamping itu shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan pula kepada keluarganya, sahabatnya serta pengikutnya yang setia sampai akhir zaman. Tidak ada sesuatu yang paling membahagiakan bagi penulis melainkan telah terselesaiakannya skripsi dengan judul “Pengaruh Pembinaan Agama Islam Terhadap Tingkat Rasa Percaya Diri Warga Binaan Wanita Pada Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur” ini. Bukan perjuangan yang mudah untuk menyelesaikan semua ini, akan tetapi buah kesabaran dan ketekunanlah yang mewujudkannya. Walaupun demikian penulis sadar, bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak tidak mungkin skripsi ini terselesaiakan dengan baik. Oleh karenanya, tidak ada hal lain yang lebih utama melainkan penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terutama kedua orang tua penulis Alm. Bapak (Wandi) dan Ibu (Holilah) atas doa, semangat, kasih sayang, pengorbanan dan ketulusan dalam mendampingi penulis. Serta adik-adikku (Nur ii
Aisyah Fitriyani dan Nur Aulia Zahro) yang selalu mampu membuat diri ini tersenyum dan melepas penat yang luar biasa. Selain itu tentu penulis juga sangat berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian ini diantaranya kepada: 1.
Dr. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Suparto, M.Ed, Ph.D. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Raudhonah, MA. selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum,serta Dr. Suhaimi, M.Si. selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama.
2.
Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam sekaligus dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
3.
Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis selama perkuliahan.
5.
Seluruh Civitas Kementerian Hukum dan HAM Jakarta Timur yang telah membantu dan mempermudah penulis dalam melakukan penelitian ini.
6.
Seluruh Civitas Rumah Tahanan Negara Kelas II A Jakarta Timur yang selalu senantiasa membantu dan mempermudah penulis dalam penelitian di
iii
lapangan untuk menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya. 7.
Teman-teman seperjuangan BPI 2012 yang selalu memberikan semangat, saran dan masukan kepada penulis. Terimaksih untuk kebersamaannya selama ini dalam menggapai impian sebagai penyuluh professional. Apa yang terjadi selama 4 tahun perkuliahan akan selalu menjadi pengalaman yang tak kan pernah terlupakan.
8.
Dan untuk semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan datu per satu tanpa mengurangi rasa hormat, penulis ucapkan terimakasih. Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa memberikan kemudahan,
kelancaran dan kesuksesan kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan dan dukungannya kepada penulis. Akhir kata, penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membaca pada umumnya, dan bagi segenap keluarga besar jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Wassalamu’alakum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 10 November 2016 Hoirunnisa
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................... i KATA PENGANTAR ............................................................................. ii DAFTAR ISI ............................................................................................ v DAFTAR TABEL .................................................................................. x
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ......................................... 10 1.
Batasan Masalah ......................................................... 10
2.
Rumusan Masalah ...................................................... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 11 1.
Tujuan Penelitian ........................................................ 11
2.
Manfaat Penelitian ...................................................... 11
D. Tinjauan Pustaka ............................................................... 12 E. Sistematika Penulisan ........................................................ 16 BAB II
TINJAUAN TEORITIS ......................................................... 19 A. Pembinaan Agama ............................................................. 19 1.
Pengertian Pembinaan ................................................ 19
2.
Pengertian Agama ...................................................... 20
v
3.
Pengertian Pembinaan Agama.................................... 23
4.
Tujuan Pembinaan Agama ......................................... 24
5.
Aspek-aspek Pembinaan Agama ................................ 26
6.
Metode Pembinaan Agama ........................................ 28
7.
Materi Pembinaan Agama .......................................... 35
8.
Media Pembinaan Agama .......................................... 44
B. Rasa Percaya Diri .............................................................. 45 1.
Pengertian Rasa Percaya Diri ..................................... 45
2.
Ciri-ciri Perilaku Rasa Percaya Diri ........................... 46
3.
Upaya Meningkatkan Rasa Percaya Diri.................... 48
4.
Faktor yang Mempengaruhi Rasa Percaya Diri ......... 49
5.
Aspek-aspek Rasa Percaya Diri ................................. 49
C. Narapidana ......................................................................... 52 1.
Pengertian Narapidana ............................................... 52
2.
Jenis Sanksi Pidana .................................................... 53
3.
Tahap Pembinaan Narapidana .................................... 54
4.
Hak dan Kewajiban Narapidana ................................. 55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................... 56 A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................ 56 1.
Pendekatan Penelitian................................................. 56
2.
Jenis Penelitian ........................................................... 56
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 57 1.
Tempat Penelitian ....................................................... 57
2.
Waktu Penelitian ........................................................ 57
vi
C. Sumber Data ...................................................................... 58 D. Populasi dan Sampel.......................................................... 60 1.
Populasi ...................................................................... 60
2.
Sampel ........................................................................ 60
E. Variabel Penelitian ............................................................ 61 F. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian .................. 63 G. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 70 1.
Observasi .................................................................... 70
2.
Kuesioner.................................................................... 70
3.
Dokumentasi ............................................................... 71
H. Instrumen Pengumpulan Data ........................................... 71
I.
J.
1.
Uji Validitas ............................................................... 72
2.
Uji Reliabilitas ............................................................ 73
Teknik Analisis Data ......................................................... 74 1.
Uji Regresi Linear Sederhana..................................... 75
2.
Uji Regresi Linear Berganda ...................................... 76
3.
Uji Koefisien Korelasi ................................................ 77
4.
Uji Koefisien Determinasi .......................................... 78
5.
Uji F-test (Simultan) ................................................... 79
6.
Uji T-test (Parsial) ...................................................... 79
Hipotesis Penelitian ........................................................... 80
vii
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN HASIL ANALISIS DATA .... 81 A. Gambaran Umum Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur... 81 1.
Sejarah Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur ............ 81
2.
Visi dan Misi Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur... 81
3.
Struktur Organisasi Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur .......................................................................... 82
4.
Sarana dan Prasarana Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur .............................................................. 84
5.
Daftar Penghuni Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur .......................................................................... 86
6.
Jenis Pembinaan Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur .......................................................................... 87
B. Temuan dan Hasil Analisis Data ....................................... 89 1.
Klasifikasi Responden ................................................ 89
2.
Deskripsi Hasil Penelitian .......................................... 91
3.
Analisis Data .............................................................. 116 a.
b.
Uji Regresi Linear Sederhana ............................. 116 1.
Koefisien Regresi Linear Sederhana ............ 117
2.
Koefisien Determinasi .................................. 118
Uji Regresi Linear Berganda ............................... 119 1.
Koefisien Regresi Linear Berganda ............. 119
2.
Koefisien Korelasi ........................................ 121
3.
Koefisien Determinasi .................................. 123
viii
c.
Uji Regresi Pengaruh Antar Variabel .................. 124 1.
Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji T) ........... 124
2.
Uji Koefisien Regresi Simultan (Uji F)........ 130
BAB V PENUTUP ................................................................................ 133 A. Kesimpulan ........................................................................ 133 B. Saran .................................................................................. 134
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian ...... 63 Tabel 2. Skala Likert ........................................................................... 71 Tabel 3. Hasil Output Uji Reliabilitas Variabel X (Pembinaan Agama Islam) .................................................................................... 73 Tabel 4. Hasil Output Uji Reliabilitas Variabel Y (Rasa Percaya Diri) ...................................................................................... 74 Tabel 5. Interval Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan ......... 77 Tabel 6. Jumlah Pegawai Rutan Pondok Bambu Kelas II A Jakarta Timur ....................................................................... 83 Tabel 7. Daftar Isi Penghuni Rutan Pondok Bambu Kelas II A Jakarta Timur ....................................................................... 86 Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Kasus ...................... 89 Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia......................... 89 Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .............................................................................. 90 Tabel 11. Kognitif .............................................................................. 91 Tabel 12. Afektif ................................................................................ 95 Tabel 13. Psikomotorik ...................................................................... 97 Tabel 14. Dukungan keluarga dan lingkungan .................................. 99 Tabel 15. Tekat kuat .......................................................................... 101
x
Tabel 16. Memberanikan diri ............................................................. 102 Tabel 17. Berfikir positif.................................................................... 104 Tabel 18. Inisiatif ............................................................................... 105 Tabel 19. Mandiri ............................................................................... 107 Tabel 20. Belajar dari kegagalan........................................................ 108 Tabel 21. Tidak mudah menyerah...................................................... 110 Tabel 22. Bersikap objektif ................................................................ 111 Tabel 23. Dapat menempatkan diri sesuai situasi .............................. 113 Tabel 24. Hasil Rata-rata dari Setiap Indikator Variabel X ............... 114 Tabel 25. Hasil Rata-rata dari Setiap Indikator Variabel Y ............... 115 Tabel 26. Koefisien Regresi Linear Sederhana.................................. 117 Tabel 27. Koefisien Determinasi ....................................................... 118 Tabel 28. Koefisien Regresi Linear Berganda ................................... 120 Tabel 29. Koefisien Korelasi ............................................................. 122 Tabel 30. Korelasi Variabel X dan Y................................................. 122 Tabel 31. Koefisien Determinasi ....................................................... 124 Tabel 32. Hasil Persamaan Regresi.................................................... 126 Tabel 33. Hasil Uji Koefisien Parsial (Uji T) .................................... 126 Tabel 34. Analisis Hasil Uji T ........................................................... 129 Tabel 35. Hasil Output Uji Koefisien Simultan ................................. 131
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk individu yang memiliki pribadi atau jiwa sendiri. 1 Asal kata individu berarti “tidak dapat dibagi-bagi”. Makhluk individual berarti makhluk yang tidak dapat dibagi-bagi (in-dividere). Manusia merupakan makhluk individual tidak hanya dalam arti makhluk keseluruhan jiwa raga, tetapi juga dalam arti bahwa setiap orang itu merupakan pribadi yang khas menurut corak kepribadiannya, termasuk kecakapan-kecakapan sendiri. 2 Pada intinya dikatakan makhluk individu karena untuk membedakan antara individu yang satu dengan individu lainnya. Segi utama lainnya yang perlu diperhatikan adalah bahwa manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial. Sejak ia dilahirkan, ia membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologisnya, yaitu makanan, minuman dan lain-lain. 3 Selain itu, manusia juga membutuhkan agama sebagai nutrisi hati, pengarah dan landasan untuk pembentukan dan pengembangan
kepribadian
manusia. Nilai-nilai keagamaan memainkan
peranan dalam masyarakat selama nilai- nilai tersebut dikenal dan diyakini oleh
1
h. 118
2 3
Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2004), h. 24 Ibid., h. 26
2
setiap anggota masyarakat. 4 Maka dari itu nilai-nilai keagamaan menjadi penting bagi semua manusia sebagai landasan hidup. Agama dalam kehidupan manusia mempunyai pengaruh yang sangat besar. Menurut Zakiyah Daradjat ada tiga fungsi agama terhadap mereka yang meyakini kebenarannya, yaitu: a) Memberikan bimbingan dalam hidup. b) Menolong dalam menghadapi kesukaran. c) Menentramkan batin. 5 Agama memberikan patokan dan tuntunan berupa perintah dan larangan kepada manusia dalam aktualisasi kehidupan. Suatu hal yang berhubungan dengan agama menjadi penting, karena agama berperan dalam pembentukan tingkah laku dan pengarahan penggunaan akal untuk perbaikan hidup manusia dan kaitannya disini adalah keagamaan Islam. Islam adalah agama samawi terakhir yang berfungsi sebagai rahmat dan nikmat bagi manusia seluruhnya, maka Allah SWT mewahyukan agama Islam dalam nilai kesempurnaan tertinggi. 6 Realitanya jalan yang ditunjukkan agama tidak seluruhnya diikuti oleh manusia, bahkan sebagian besar mengingkarinya. Pengingkarannya terhadap agama ini tidak hanya terjadi pada zaman jahiliyah saja, tetapi terjadi pula pada zaman modern ini. Proses modernisasi telah membawa perubahan pola hidup manusia. Terutama dalam cara berfikir, bersikap dan bertingkah laku dalam 4
Nottingham Elizabeth K, Agama dan Masyarakat, Suatu Pengantar Sosiologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), h. 44 5 Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), h. 56 6 Ibid., h. 57
3
kehidupan sehari-hari yang pada gilirannya perubahan tersebut akan membawa dampak positif dan negatif. Iqbal Hasan mengatakan bahwa: “salah satu ciri kehidupan masyarakat modern dewasa ini adalah kegoyahan norma-norma, termasuk norma-norma yang kita pergunakan dalam menilai problema manusia sebagai anggota masyarakat”. Kondisi yang demikian merupakan faktor yang dapat mengganggu keseimbangan jiwa bagi mereka yang tidak kuat mental agamanya. Pada tingkat permulaan mungkin berupa ketegangan (stress), frustasi, dan sampai melakukan tindak
kejahatan. 7 Sehubungan dengan itu, maka
disinilah seorang pembina keagamaan Islam sangat dibutuhkan, tidak hanya untuk diri sendiri namun juga untuk umat, sebagai sarana Dakwah Islam. Dakwah Islam adalah suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana. Dakwah Islam adalah usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok, supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan, serta pengamalan terhadap ajakan agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya tanpa adanya unsur-unsur paksaan. 8 Ruang geraknya pun begitu luas, tidak sebatas di kalangan umat yang bebas di dunia luar saja, namun juga di kalangan umat yang sulit untuk melihat dunia luar. Salah satu individu atau kelompok yang sangat membutuhkan Dakwah Islam adalah narapidana atau warga binaan, karena mereka merupakan kelompok yang rentan akan kehilangan rasa percaya dirinya setelah memasuki Lapas atau Rutan. 7
82
8
Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), h. M Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 6
4
Selain mereka kehilangan rasa kepercayaan diri, mereka juga harus menanggung sanksi hukum yang berat dan harus siap menanggung sanksi moral ketika mereka keluar nanti. Perasaan bersalah membuatnya selalu berfikir “saya tidak berguna lagi”. 9 Perasaan tersebut mengakibatkan timbulnya rasa pesimis dan kurangnya percaya diri warga binaan. Banyaknya orang yang melakukan tindak kejahatan yang menyebabkan menurunnya kepercayaan diri terlihat dari meningkatnya jumlah kriminalitas di Indonesia. Data registrasi Polri mengungkapkan bahwa kejadian kejahatan di Indonesia selama periode tahun 2012-2014 cenderung berfluktuasi. Jumlah kejadian kejahatan atau crime total dari sekitar 341.000 kasus pada tahun 2012 meningkat menjadi sekitar 342.000 kasus pada tahun 2013. Namun, pada tahun 2014 menurun menjadi sekitar 325.000 kasus. Hal ini sejalan dengan resiko penduduk terkena kejahatan (crime rate) selama periode Tahun 2012-2014 yang juga berfluktuasi. Jumlah orang yang berisiko terkena tindak kejahatan (crime rate) setiap 100.000 penduduk diperkirakan sebanyak 134 orang pada tahun 2012, 140 orang pada tahun 2013, dan 131 orang pada tahun 2014. 10 Terlihat pula dari jumlah narapidana di Indonesia yang berada di Lapas dan Rutan selama periode tahun
2012-2014. Jumlah tahanan pada tahun 2012 sekitar
108.807, meningkat menjadi 135.826 pada tahun 2013, dan pada tahun 2014 bulan
9
Kartini Kartono, Patologi Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 196 Statistik Kriminal 2015, Sub Direktorat Statistik Politik dan Keamanan, http://bps.go.id/website/pdf_publikasi/watermark%20_Statistik_Kriminal_2015.pdf, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 10
5
Agustus menjadi sekitar 88.662. Jumlah Tahanan Negara diberbagai wilayah
mengalami peningkatan jumlah narapidana (napi). 11 Sedangkan data statistik Narapidana wanita di Indonesia pada tahun 2014 berjumlah 2,768, meningkat pada tahun 2015 yaitu berjumlah 3,241 dan pada tahun 2016 meningkat kembali dengan jumlah 3,602. Dari hasil tersebut membuat Saya tertarik untuk melakukan penelitian di salah satu Rumah Tahanan Negara khusus wanita yaitu di Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur. Jumlah hunian di Rumah Tahanan
Pondok Bambu melebihi kapasitas yaitu 619 orang menjadi 1011 orang pada tahun 2014-2015. Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa ada kenaikan kriminalitas yang terjadi. Keadaan seperti ini sangat dibutuhkan seseorang untuk memberikan motivasi kepada para warga binaan, agar terbangun optimis dan rasa percaya pada diri mereka setelah kembali ke masyarakat. Percaya diri merupakan keyakinan dalam diri seseorang untuk dapat menangani segala sesuatu yang ada dihadapannya dengan tenang. Percaya diri merupakan keyakinan yang kuat dalam diri yang berupa perasaan dan anggapan bahwa dirinya dalam keadaan baik sehingga memungkinkan individu tampil dan berperilaku dengan penuh keyakinan. Sosok pribadi yang percaya diri cenderung bisa melawan tantangan hidup yang melintang dalam bentuk apa pun dengan berbuat sesuatu yang bijak dan profesional. Setiap individu mempunyai hak untuk menikmati kebahagiaan dan kepuasan atas apa yang telah diperolehnya, akan tetapi hal itu sulit dirasakan 11
Problem Lapas, Over Kapasitas atau Sistem, Koran http://nasional.sindonews.com/read/1010872/149/problem-lapas-over-kapasitas-atau-sistem1433899611, diakses pada tanggal 10 Juni 2015
SINDO,
6
dan tidak bisa melawan berbagai halangan-halangan apabila individu tersebut memiliki mental percaya diri yang rendah. Bukan hanya ketidakmampuan dalam melakukan suatu usaha memperjuangkan keinginannya, tetapi juga ketidakmampuan dalam menikmati hidup. 12 Oleh karena itu kepercayaan diri menjadi penting dimiliki setiap orang karena dengan jiwa yang percaya diri akan mempermudah kita dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Orang yang melakukan aktivitas apa pun dalam kehidupannya tentu saja membutuhkan sikap percaya diri agar sesuatu yang diperoleh bisa lebih optimal. Percaya diri seolah-olah menjadi kunci tersendiri bagi kesuksesan seseorang dalam
melakukan
sesuatu.
Setiap
orang
memiliki
kapasitas
untuk
mengembangkan diri dengan sebaik-baiknya, sehingga mampu melakukan yang terbaik untuk kehidupan. Ketika orang tampil tidak percaya diri di hadapan orang lain, maka dia akan merasakan betapa dirinya merasa berat dan terganggu ketika melakukan aktivitas, hasil yang dicapai akan berbeda, sehingga getar yang dirasakan orang lain pun akan berbeda. Dijelaskan oleh Alex Sobur, bahwa ketika perasaan takut dan cemas menjadi dominan dan menguasai diri maka seseorang tidak mampu tampil dengan yakin dan tidak bisa berbuat apa-apa. 13 Perasaan seperti itu pula yang sering dirasakan oleh Narapidana atau Warga Binaan, sehingga diperlukan usaha-usaha pembinaan agar Warga Binaan lebih percaya diri dan mampu beraktualisasi diri didalam keluarga dan masyarakat.
12 13
Syaifullah Ach, Tips Bisa Percaya Diri, (Jogjakarta: Gara Ilmu, 2010), h. 49 Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003), h. 499
7
Salah satu pembinaan yang terdapat di Lapas dan Rutan adalah pembinaan Agama Islam. Pembinaan Agama Islam merupakan pembinaan yang dibutuhkan oleh warga binaan, karena dengan mendapatkan pembinaan Agama Islam para warga binaan dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah, menyadari semua kesalahannya dan mencoba menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Agama bisa membantu mengarahkan Warga Binaan, bagaimana membentuk rasa percaya diri akan kehidupan selanjutnya. Disinilah pembinaan Agama Islam begitu diperlukan bagi para Warga Binaan, agar mereka kuat dan tidak lari dari tantangan hidup. Salah satu yang membuat orang lari dari tantangan adalah lemahnya kepercayaan, dan ketika seseorang mengalami kepercayaan diri yang rendah dia cenderung canggung bila berhadapan dengan orang lain dan lebih sensitif terhadap apapun, hingga menyebabkan kemunduran terhadap dirinya. 14 Masalah yang dialami narapidana sangatlah kompleks sehingga diperlukan pembinaan dari berbagai aspek secara intensif. Warga Binaan diharapkan bisa lebih baik, mengalami kelahiran kembali secara mental dan spiritual dan akan melepaskan segala cara berpikir, kebiasaan dan gaya hidup yang lama. Beragam masalah psikologi dirasakan narapidana, baik mereka yang baru, maupun yang lama. Mantan Narapidana atau Warga Binaan sering kesulitan kembali ke tengah masyarakat. Sebagian masyarakat menolak kedatangan para mantan Warga Binaan di tengah-tengah mereka. Sikap penolakan ini membuat mereka merasa diperlakukan tidak manusiawi dan menyebabkan rasa kepercayaan diri yang
14
Ubaedy Baca Dirimu Temukan Takdirmu, (Jakarta: Gravindo Khazanah Ilmu, 2007), h. 122
8
menurun. 15 Maka diperlukan pembinaan agama agar tumbuh rasa percaya diri Warga Binaan untuk bersosialisasi kepada keluarga dan masyarakat. Dengan demikian pembinaan Agama Islam sangat penting untuk diterapkan sebagai basis penguatan moralitas individu setiap manusia baik dalam pendidikan formal maupun non-formal, terlebih pada menggaris bawahi esensi dari diterapkannya hukuman bagi masyarakat yang melanggar peraturan perundangundangan untuk mengurangi angka kriminalitas di Indonesia. Sebagai bentuk pengajaran keagamaan di Lapas dan Rutan, karena walaupun Warga Binaan adalah pelanggar hukum, mereka tetap mendapatkan haknya seperti yang ada di UU No.12 Tahun 1995-Pemasyarakatan Pasal (14) pada point (a), (b), dan (c) yaitu: Warga Binaan berhak : a.
Melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya,
b.
Mendapatkan perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani,
c.
Mendapatkan pendidikan dan pengajaran. 16
Salah satu hak Warga Binaan adalah mendapatkan perawatan rohani atau pembinaan keagamaan. Oleh karena itu dibutuhkan pembinaan agama kepada Warga Binaan agar dapat berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Salah satu Rutan yang berada di Jakarta Timur yang mempunyai program pembinaan agama Islam adalah Rutan Pondok Bambu. Jumlah warga binaan di Rutan Pondok Bambu pada tahun 2014 adalah 1011 orang. Semua warga binaan di Rutan 15
Puji Astuti, Pembinaan Shalat Terhadap Nara Pidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Yogyakarta, (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2008), h. 37 16 Undang-Undang Pemasyarakatan, (Bandung: Fokusindo Mandiri, 2014), h. 9
9
Pondok Bambu berjenis kelamin wanita, maka dari itu masalah-masalah batin yang mereka hadapi kadang lebih berat, dibanding dengan sanksi hukum yang harus mereka tanggung. Sebutan “Narapidana” sulit terhapus dalam hati mereka. Mereka itu umumnya secara mental dan psikologis tidak siap menghadapi realitas di dalam penjara. Dalam batinnya, mereka sangat menyesali perbuatan dosa dan kesalahannya. 17 Untuk itu dibutuhkan pembinaan pada mereka yang lebih intens, agar mereka bisa lebih terarah, bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya, dan bisa membangun rasa percaya pada diri mereka. Dengan pembinaan agama tersebut, diharapkan para warga binaan sadar akan perbuatannya, bertobat sehingga kembali pada jalan yang benar dan percaya diri dalam menjalani kehidupan pasca penjara. Penelitian ini menarik untuk diteliti karena untuk mengukur tingkat pengaruh pembinaan Agama Islam yang telah diberikan oleh pembimbing Agama yang berada di Rutan terhadap tingkat rasa percaya diri Warga Binaan. Seringkali pembimbing Agama hanya memberikan pembinaan Agama tanpa mengetahui apakah dapat menimbulkan hasil yang positif kepada Warga Binaan, dalam hal ini adalah menimbulkan sikap rasa percaya diri untuk aktualisasi diri pada keluarga dan masyarakat. Ada beberapa hal yang mendorong mengapa wanita yang diteliti dalam hal ini, bahwa yang menarik perhatian peneliti adalah kenyataan yang tak dapat dipungkiri yaitu terdapat perbedaan antara wanita dan kaum laki-laki yang nyata adalah secara bentuk fisik maupun dalam hal
17
Kartini Kartono, Patologi Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 196
10
psikisnya. Wanita cenderung lebih lembut perasannya yang mengakibatkan mudah mengalami penurunan kepercayaan diri. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur. Rumah Tahanan Negara ini memiliki peranan yang sama seperti lembaga–lembaga pemasyarakatan atau Rumah Tahanan Negara lainnya yang ada di Indonesia, yang berkaitan dengan pembinaan Agama Islam bagi Narapidana Wanita di Rumah Tahanan Negara. Adapun judul penelitian ini adalah “Pengaruh Pembinaan Agama Islam terhadap Tingkat Rasa Percaya Diri Warga Binaan Wanita pada Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur”. B. Batasan dan Rumusan Masalah 1.
Batasan Masalah Batasan dari penelitian ini adalah: a.
Pembinaan agama yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada aspek-aspek mengikuti pembinaan Agama Islam menurut teori Mangundharjana
dan
Harsono
yaitu
aspek
kognitif,
afektif,
psikomotorik dan dukungan keluarga dan masyarakat. b.
Rasa percaya diri disini dibatasi pada aspek-aspek kepercayaan diri menurut teori Thursan Hakim yaitu tekat kuat, memberanikan diri, berfikir positif, inisiatif, mandiri, belajar dari kegagalan, tidak mudah menyerah, bersikap objektif, menempatkan diri sesuai situasi.
11
2.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah
diuraikan, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: a.
Bagaimana pengaruh pembinaan Agama Islam terhadap tingkat rasa percaya diri Warga Binaan pada Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur ?
b.
Apa faktor dominan yang mempengaruhi rasa percaya diri dari pembinaan Agama Islam bagi Warga Binaan Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Masalah a.
Untuk mengetahui pengaruh pembinaan Agama Islam terhadap tingkat rasa percaya diri Warga Binaan pada Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur.
b.
Untuk mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi rasa percaya diri dari pembinaan Agama Islam Warga Binaan pada Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur.
2.
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini sebagai berikut: a.
Untuk pengembangan kurikulum Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berkaitan dengan mata kuliah Psikologi.
12
b.
Sebagai referensi tempat untuk pelaksanaan mata kuliah Praktikum Profesi Mikro Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
c.
Untuk lembaga dapat dijadikan bahan evaluasi pembimbing Agama dalam pelaksanaan bimbingan agama Islam pada warga binaan Rutan Pondok Bambu.
d.
Untuk lembaga dapat mengetahui pengaruh Warga Binaan terhadap ringkat rasa percaya diri setelah mengikuti pembinaan Agama Islam.
D. Tinjauan Pustaka Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sebelumnya mengadakan penelitian lebih lanjut kemudian menyusun menjadi suatu karya ilmiah, maka langkah awal yang penulis tempuh adalah mencari informasi serta mengumpulkan terlebih dahulu terhadap objek penelitian untuk dijadikan sebuah karya ilmiah. Maksud dari mencari dan mengumpulkan informasi ini adalah untuk mengetahui apakah objek yang penulis teliti ini sebelumnya sudah ada yang melaksanakan penelitian dalam suatu karya ilmiah. Tinjauan pustaka yang penulis telusuri yaitu: 1.
Novalian Kesumasari dengan judul penelitian “Pengaruh Pembinaan Kerohanian Islam Terhadap Kesadaran Beragama Narapidana (studi kasus di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA, Tangerang)”. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian survey. Hasil dari penelitian yang
13
dilakukan Novalian Kesumasari bahwa pembinaan kerohanian berpengaruh positif terhadap kesadaran beragama narapidana. Kelebihan penelitian ini adalah pembahasannya terfokus pada kegiatan kesadaran beragama narapidana yang memang rutin dilaksanakan oleh Lembaga pemasyarakatan sebagai upaya untuk mengembalikan dan menumbuh kembangkan aspek keagamaan dalam diri narapidana agar kelak dapat memiliki kepercayaan diri dan dapat diterima kembali di dalam masyarakat. Kekurangan penelitian ini belum dijelaskan tahapan-tahapan secara runtut mengenai proses pembinaan rohani terhadap narapidana. 2.
Handi Supriandi dengan judul penelitian “Pembinaan Agama Islam Sebagai Upaya Pengurangan Terjadinya Pengulangan Tindak Pidana Bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cianjur”. Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014. Jenis penelitian ini deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa pembinaan agama Islam di Lapas Kelas IIB Cianjur dengan berbasis pesantren Terpadu At-Taubah, dengan bentuk ceramah, diskusi, pendekatan pribadi dengan materi Baca Tulis Al-Qur’an, Praktek Ibadah, Aqidah, Syariah, Akhlak, Qira’at dan Istighosah. Materi yang disampaikan adalah nilai-nilai ajaran Islam yang materinya disesuaikan dengan kebutuhan napi. Kegiatan pembinaan agama Islam menunjukkan bahwa pembinaan agama Islam di Lapas Kelas IIB Cianjur sudah baik. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan antusias para narapidana dalam pembinaan serta perilaku
14
yang ditunjukkan dalam kesehariannya di dalam Lapas. Kelebihan dari penelitian ini adalah menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan waktu penelitian selama 4 bulan dengan salah satu subjek penelitiannya adalah napi, dimana diperlukan pendekatan mendalam untuk dapat menggali informasi mengenai napi tersebut. Kekurangan penelitian ini adalah jumlah personel pembina agama Islam yaitu 36 yang kurang sebanding dengan jumlah tahanan yaitu 747, yang akan mengakibatkan kurang efektifnya pembinaan agama di Lapas Cianjur. 3.
Sudin dengan judul penelitian “Pengaruh Bimbingan Rohani Islam Terhadap Keberagamaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Indramayu”. Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang menggunakan penghitungan statistic yaitu scoring dan rangking. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa bimbingan rohani yang dilakukan di Lapas Kelas IIB Indramayu berpengaruh terhadap keberagamaan narapidana dengan tingkat pengaruh yang tinggi. Kelebihan penelitian ini adalah peneliti menjelaskan secara lengkap tahapan pembinaan agama dari awal sampai akhir sehingga mempermudah melakukan penelitian. Kekurangan dalam penelitian ini adalah meneliti mengenai pengaruh bimbingan rohani Islam terhadap tingkat keberagamaan dengan jadwal pembinaan agama dari hari Senin hingga Sabtu yang terdiri dari kegiatan ceramah, baca tulis Al-Qur’an, Khotmil Qur’an dan Praktek Ibadah. Dengan demikian secara tidak langsung
15
dapat disimpulkan bahwa pembinaan agama sangat berpengaruh terhadap tingkat keberagamaan tanpa harus dilakukan penelitian karena melihat dari intensitas kegiatan pembinaan agama di Lapas Kelas IIB Indramayu. 4.
Amalia Kusuma Putri dengan judul penelitian “Pengaruh Dukungan Sosial dan Prestasi Belajar Terhadap Kepercayaan Diri Remaja”. Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007. Kelebihan dari penelitian ini adalah kajian kuantitatifnya yang maksimal serta cukup banyak menjelaskan teori-teori dari variabel. Kekurangan penelitian ini adalah dari segi judul belum tergambar jelas keterangan pada subjek penelitiannya, sehingga tidak diketahui langsung siapa remaja yang dimaksud dalam penelitian ini. Penelitian dalam skripsi ini berfokus pada dukungan sosial dan prestasi belajar terhadap kepercayaan diri remaja.
5.
Elsa Humaydi Sa’roni dengan judul penelitian “Pengaruh Bimbingan Agama Terhadap Kepercayaan Diri Anak Yatim Piatu Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya Depok”. Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam Tahun 2015. Kekurangan penelitian ini adalah hanya menggunakan analisis regresi linier sederhana tanpa menggunakan analisis regresi linear berganda. Kelebihan penelitian ini adalah yang menjadi respondennya yaitu anak-anak, dimana anak-anak memiliki tingkat kepercayaan diri yang belum stabil. Hasil penelitian ini menemukan bahwa bimbingan agama hanya memberikan kontribusi pengaruh sebesar 2,3% terhadap kepercayaan diri, sedangkan sisanya 97,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
16
Dari semua tinjauan pustaka di atas penelitian yang akan di laksanakan memiliki perbedaan sebagai berikut: a.
Lokasi penelitian skripsi ini yaitu di Rumah Tahanan Negara Wanita Kelas IIA Pondok Bambu Jakarta Timur. Lokasi penelitian ini berbeda dengan tinjauan pustaka di atas.
b.
Teknik analisis data penelitian skripsi ini yaitu menggunakan uji regresi linear berganda, sedangkan tinjauan pustaka di atas menggunakan uji regresi sederhana.
c.
Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu rasa percaya diri dengan responden para warga binaan yang berada di Rutan, sedangkan tinjauan pustaka di atas menggunakan variabel dependen kepercayaan diri dengan responden anak yatim piatu di Yayasan dan ada yang menggunakan responden warga binaan di Lapas dengan variabel dependen kesadaran beragama.
E. Sistematika Penulisan Dalam penelitian skripsi ini peneliti mengacu pada pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi dalam lima bab yaitu:
17
BAB I
PENDAHULUAN Isi dari bab ini mebahas hal-hal yang menyangkut latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS Bab ini menguraikan tentang pembinaan agama yang mencakup pengertian pembinaan, pengertian agama, pengertian pembinaan agama, tujuan pembinaan agama, aspek-aspek pembinaan agama, metode pembinaan agama, dan materi pembinaan agama. Selanjutnya tentang rasa percaya diri yang mencangkup pengertian rasa percaya diri, ciri-ciri prilaku rasa percaya diri, upaya dalam meningkatkan rasa percaya diri, faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri dan aspekaspek percaya diri. Kemudian tentang narapidana yang mencakup pengertian narapidana, jenis sanksi pidana, tahap pembinaan narapidana, hak dan kewajiban narapidana.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai pendekatan dan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, sumber data, populasi dan sampel, variabel penelitian, hipotesis penelitian, definisi operasional dan indikator variabel, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, instrument pengumpulan data, uji validitas, uji reliabilitas.
18
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN HASIL ANALISIS DATA a.
Gambaran umum Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur. Bab ini berisi tentang sejarah Rumah Tahanan Negara Kelas II A Jakarta Timur, visi misi Rumah Tahanan Negara Kelas II A Jakarta Timur, struktur organisasi Rumah Tahanan Negara Kelas II A Jakarta Timur, sarana dan prasarana Rumah Tahanan Negara Kelas II A Jakarta Timur, keadaan warga binaan wanita di Rumah Tahanan Negara Kelas II A Jakarta Timur, dan jenis pembinaan warga binaan wanita di Rumah Tahanan Negara Kelas II A Jakarta Timur.
b.
Temuan dan Analisis Data tentang pembinaan agama Islam dengan rasa percaya diri warga binaan wanita. Bab ini juga menguraikan tentang data-data hasil penelitian, hasil angket, klasifikasi responden, deskripsi hasil penelitian, dan analisis data.
BAB V
PENUTUP Bab ini membahas secara singkat mengenai kesimpulan berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian yang menjawab rumusan masalah di Bab I dan saran-saran serta rekomendasi yang menjadi penutup dari pembahasan skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pembinaan Agama 1.
Pengertian Pembinaan Kata pembinaan berasal dari bahasa Arab “bina” artinya bangunan.
Setelah dibakukan kedalam bahasa Indonesia, jika diberi awalan “pe-“ dan akhiran “an” menjadi pembinaan yang mempunyai arti pembaruan, penyempurnaan usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik. 1 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pembinaan adalah proses, cara, perbuatan membina, pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. 2 Melalui pembinaan manusia dapat berubah menjadi lebih baik dalam kehidupan sehari-hari. Pembinaan secara terminologi adalah suatu upaya, usaha kegiatan yang terus
menerus
untuk
mempelajari,
meningkatkan,
menyempurnakan,
mengarahkan, mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan agar sasaran pembinaan mampu menghayati dan mengamalkan ajaran Islam
1
Proyek Penerangan Bimbingan Khutbah Agama, Pembinaan Rohani pada Dharma Wanita, (Jakarta: Penerbit DEPAG, 1984), h. 8 2 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 152
19
20
sebagai pola kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, maupun kehidupan sosial masyarakat. 3 Pengertian pembinaan hampir sama dengan bimbingan dan penyuluhan. Bimbingan secara harfiah dapat diartikan sebagai memajukan, memberi jalan, atau menuntun orang lain kearah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan masa mendatang. Penyuluhan juga dapat disebut sebagai suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. 4 Jadi menurut penulis pengertian pembinaan adalah suatu bentuk dan proses seseorang untuk menjadi manusia yang lebih baik dan dapat mengaktualisasikan dirinya di dalam keluarga dan masyarakat. Fungsi pokok pembinaan mencakup tiga hal yaitu: a.
Penyampaian informasi dan pengetahuan.
b.
Perubahan dan pengembangan sikap.
c.
Latihan dan pengembangan kecakapan serta keterampilan. 5
Dengan demikian pembinaan merupakan hal penting untuk setiap manusia agar berubah menjadi manusia yang lebih baik dari segi sikap, tingkah laku dan sebagainya. 2.
Pengertian Agama Menurut masyarakat Indonesia kata agama dikenal dengan kata “din”
bahasa Arab dan kata “religi” dalam bahasa Latin. Adapun kata “agama”
3
Proyek peneranga Bimbingan Khutbah Dakwah Agama, Pembinaan Rohani pada Dharma Wanita, (Jakarta: DEPAG, 1984), h. 8 4 M. Arifin, Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 18 5 A. Mangundharjana, Pengembangan : Arti Dan Metodenya, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), h. 14
21
terdiri dari “a” yang berarti tidak dan “gama” yang artinya pergi. Jadi agama mengandung arti tidak pergi, tetap ditempat atau diwarisi turun-temurun. 6 Secara istilah agama adalah mempercayai adanya yang Maha Mengetahui, Menguasai, Menciptakan dan Mengawasi alam semesta dan yang telah menganugerahkan kepada manusia suatu watak rohani. 7 Pengertian Agama menurut para ahli adalah sebagai berikut: a.
Menurut Al-Syahrastani, agama adalah kekuatan dan kepatuhan yang terkadang biasa diartikan sebagai pembalasan dan perhitungan (amal perbuatan di akhirat).
b.
Menurut Prof. Dr. Bouquet mendefinisikan agama adalah hubungan yang tetap antara diri manusia dengan yang bukan manusia bersifat suci dan supernatural, dan bersifat berada dengan sendirinya dan mempunyai kekuasaan absolut yang disebut Tuhan. 8
c.
Menurut Zakiah Darajat, agama adalah kebutuhan jiwa atau psikis manusia yang akan mengatur dan mengendalikan sikap, pandangan hidup, kelakuan dan cara menghadapi tiap-tiap masalah. 9
Sedangkan Arif Budiman melihat agama dalam dua kategori yakni: a.
Agama sebagai keimanan (doktrin), dimana orang percaya terhadap kehidupan kekal dikemudian hari, lalu orang mengabdikan dirinya untuk kepercayaan tersebut.
6
Harun Nasution, ed, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1994), h. 9 M. Razak, Dinul Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1989), h. 60 8 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), cet. Ke-3, h. 13. 9 Zakiah Darajat, Pendidikan Agama Dan Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), Cet. Ke-3, h. 52. 7
22
b.
Agama yang mempengaruhi perilaku manusia. Oleh karena itu agama identik dengan kebudayaan. 10
Sedangkan Agama menurut M. Arifin dibagi menjadi dua aspek, yaitu: a.
Aspek subyektif (pribadi manusia) Agama mengandung pengertian tentang tingkah laku manusia, yang
dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan yang berupa getaran batin, yang mengatur dan menggerakkan tingkah laku tersebut kepada pola hubungan dengan masyarakat serta alam sekitarnya. b.
Aspek obyektif (doktriner) Agama dalam pengertian ini mengandung nilai-nilai ajaran Tuhan
yang bersifat menuntun manusia kearah tujuan yang sesuai dengan kehendak ajaran tersebut. Berdasarkan aspek ini agama juga dapat diartikan peraturan yang bersifat Ilahi (dari Tuhan) yang menuntun orang-orang berakal budi ke arah ikhtiar untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan memperoleh kebahagiaan hidup di akhirat. 11 Pada penelitian ini saya memfokuskan kepada pembinaan Agama Islam. Agama Islam adalah agama yang bersifat universal dan menjadi rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil’alamin). Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga memberikan tuntutan bagaimana manusia berhubungan dengan sesamanya, dan bagaimana kedudukan manusia itu ditengah-tengah alam semesta. 12
10
Arif Budiman, Agama Demokrasi Dan Keadilan, (Jakarta: PT Gramedia, 1993), h. 20. M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT Golden Terayon Press, 1994), h. 1 12 Kaelany. HD, Islam Agama Universal, (Jakarta: Midada Rahmah Press, 2006), h. 37 11
23
Dengan demikian agama merupakan pedoman dan tuntunan hidup bagi setiap manusia dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat. 3.
Pengertian Pembinaan Agama Menurut Syamsudin Abin Makmun, Pembinaan Agama Islam adalah
suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terarah, demi tercapainya pribadi yang lebih berkompeten dan berwawasan luas, yang senantiasa berpegang teguh pada nilai-nilai Islam, demi tercapainya keselamatan dunia dan akhirat. 13 Pembinaan agama menurut M. Arifin adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniah dalam lingkaran hidupnya agar ia mampu mengatasi sendiri masalahnya karena timbul kesadaran atau penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa sehingga pada dirinya timbul cahaya harapan kebahagiaan hidup. 14 Sedangkan
pembinaan
agama
menurut
Sidi
Gazalba
adalah
mengarahkan, memberi pandangan, sikap dan tata cara hidup itu pada Islam untuk suatu ketika nanti dalam tahap-tahap pembangunan selanjutnya sampai pada: a.
Sikap dan pandangan hidup taqwa.
b.
Tingkah laku dan Akhlak Islam.
c.
Perbuatan berdasarkan amal sholeh. 15
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, yang dimaksud dengan Pembinaan Agama Islam yaitu kegiatan rutin keagamaan Islam yang 13
Syamsudin Abin. Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), h. 40 14 H.M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang: 1985), h. 97 15 Sidi Gazalba, Masjid Pusat Pembinaan Umat, (Jakarta: Pustaka, 1971), h. 168
24
dilakukan seseorang dengan didampingi pembimbing untuk memperdalam ilmu agama Islam dalam kurun waktu tertentu. 4.
Tujuan Pembinaan Agama Kegiatan pembinaan pada dasarnya dilaksanakan untuk menghasilkan
perubahan tingkah laku dari orang-orang yang mengikuti pembinaan. Perubahan tingkah laku yang dimaksud adalah dapat berupa bertambahnya pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan perubahan sikap dan perilaku. Oleh karena itu, sasaran pembinaan dapat dikategorikan ke dalam beberapa tipe tingkah laku yang diinginkan, antara lain: a.
Aspek kognitif, adalah kemampuan intelektual siswa dalam berfikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Sasaran pembinaan pada aspek ini adalah untuk melatih seseorang memiliki pengetahuan dan keterampilan berfikir.
b.
Aspek afektif, mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan operasiasi siswa. Sasaran pembinaan dalam aspek ini adalah untuk melatih seseorang memiliki sikap tertentu.
c.
Aspek psikomotorik, kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik. Sasarannya adalah agar orang tersebut memiliki keterampilan fisik tertentu. 16
Sebagaimana dikutip oleh Abdul Mujid, tujuan pembinaan keagamaan antara lain adalah:
16
a.
Mengembangkan wawasan spiritual yang semakin mendalam.
b.
Membekali anak muda dengan berbagai pengetahuan dan kebaikan.
Deni Arisandi, Aspek Kecerdasan Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik, Artikel diakses pada tanggal 29 Januari 2012 dari http://arisandi.com/aspek-kecerdesan-kognitif-afektif-danpsikomotorik.com
25
c.
Membantu peserta didik yang sedang tumbuh untuk belajar berpikir secara logis dan membimbing proses pemikirannya.
d.
Mengembangkan wawasan relasional dan lingkungan sebagaimana yang dicita-citakan dalam Islam dengan melatih kebiasaan dengan baik. 17
Menurut Armai Arief yang mengutip pendapat Mohammad Al Toumy Al Syaibani tentang pembinaan keagamaan mencakup tiga hal yaitu: a.
Tujuan individual Tujuan ini berkaitan dengan masing-masing individu dalam
mewujudkan perubahan yang dicapai pada tingkah laku dan aktifitasnya. b.
Tujuan sosial Tujuan ini berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai
keseluruhan dan tingkah laku mereka secara umum. c.
Tujuan professional Tujuan ini berkaitan dengan pembinaan dan pengajaran sebagai
sebuah ilmu. 18 Dalam konteks kehidupan beragama, pembinaan keagamaan bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan memelihara norma agama secara terusmenerus agar perilaku hidup manusia senantiasa berada pada tatanan. Namun secara garis besar, arah atau tujuan dari pembinaan keagamaan adalah meliputi dua hal, yaitu: a.
Tujuan yang berorientasi pada kehidupan akhirat, yaitu membentuk seorang hamba yang bertakwa kepada Allah SWT.
17
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 82 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h.25 18
26
b.
Tujuan yang berorientasi pada kehidupan dunia, yaitu membentuk manusia yang mampu menghadapi segala bentuk kebutuhan dan tantang kehidupan agar hidupnya lebih layak dan bermanfaat bagi orang lain. 19
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembinaan Agama Islam mempunyai tujuan yang positif untuk membentuk dan merubah pribadi seseorang menjadi lebih baik selama menjalani kehidupan sehari-hari. 5.
Aspek-Aspek Pembinaan Agama Dalam membina Narapidana tidak dapat disamakan dengan kebanyakan
orang dan harus menggunakan prinsip-prinsip pembinaan Narapidana. Ada empat komponen penting dalam membina Narapidana yaitu : a.
Diri sendiri, yaitu Narapidana itu sendiri.
b.
Keluarga, adalah anggota keluarga inti, atau keluarga dekat.
c.
Masyarakat,
adalah
orang-orang
yang
berada
di
sekeliling
Narapidana pada saat masih di luar lembaga pemasyarakatan, bisa masyarakat biasa, pemuka agama, atau pejabat setempat. d.
Petugas, dapat berupa petugas kepolisian, pengacara, petugas Agama, petugas sosial, petugas lembaga pemasyarakatan, hakim dan lain sebagainya. 20
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa diperlukan komponenkomponen dalam membina Narapidana, seperti keluarga, masyarakat, petugas dan Warga Binaan itu sendiri, karena dukungan dari luar sangat berpengaruh
19
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 26 20 Harsono.C.I, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, (Jakarta: Djambatan, 1995), h. 51
27
bagi Warga Binaan selain dari dirinya sendiri untuk tercapainya suatu perubahan menjadi manusia yang lebih baik. Sedangkan menurut Syamsudin Abin Makmun, aspek-aspek mengikuti pembinaan Agama Islam adalah sebagai berikut: a.
Aspek Frekuensi kegiatan, yaitu seberapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu.
b.
Aspek Motivasi, mempunyai peranan penting dalam melakukan sesuatu, oleh karena itu motivasi juga menjadi aspek dari intensitas mengikuti. Apabila ada motivasi kuat untuk meraih tujuan tertentu dan kondisi yang sesuai pun berkembang. Orang akan mencurahkan kesungguhannya untuk mempelajari metode-metode yang kuat untuk meraih tujuan tersebut. Motivasi dan nilai- nilai individu akan mempengaruhi perhatian dan persepsinya. Kenyataan ini pun telah ditunjukan Al-Qur’an pada banyak tempat, ketika menerangkan keimanan dapat membuat kaum mukminin siap dan penuh perhatian untuk menyimak ayat-ayat Al-Qur’an yang akan diturunkan. Mereka memahaminya dengan penuh kesadaran dan pemahaman yang akurat. Sebaliknya ayat-ayat yang sama tidak memberikan pengaruh yang sama kepada orang-orang musyrik. Motivasi adalah suatu kekuatan (power), tenaga (forces), daya (energy), atau suatu keadaan yang kompleks (a complex state), dan kesiapsediaan (preparatory set) dalam diri individu untuk bergerak kearah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak. Motivasi muncul dari dalam individu itu sendiri dan juga bisa dipengaruhi oleh lingkungan.
28
c.
Aspek Perhatian, adalah keaktifan peningkatan kesadaran seluruh fungsi jiwa yang dikerahkan dalam pemusatannya kepada sesuatu, baik yang ada di dalam maupun yang ada di luar diri individu. Melalui perhatian seseorang lebih mudah menerima sesuatu, dan sebaliknya tanpa adanya perhatian, tiap asumsi-asumsi yang masuk, baik dari dalam diri maupun dari luar akan sulit diterima.
d.
Aspek spirit of change yaitu semangat untuk berubah. Pribadi yang memiliki semangat, sangat sadar bahwa tidak akan ada satu makhluk pun di muka bumi ini yang mampu mengubah dirinya kecuali dirinya sendiri. Betapapun hebatnya seseorang untuk memberikan motivasi, hal itu hanyalah kesia-siaan belaka bila pada diri orang tersebut tidak ada keinginan untuk dimotivasi.
e.
Aspek Efek, yaitu suatu perubahan hasil, atau konsekuensi langsung yang disebabkan oleh suatu tindakan. Efek juga berarti resiko, ada positif dan negatif. Sesuatu yang diterima setelah melakukan suatu hal. 21
Aspek-aspek tersebut penting untuk dimiliki oleh Warga Binaan agar pembinaan Agama yang disampaikan Pembina dapat tersampaikan dengan baik dan benar sesuai dengan tujuan diadakannya pembinaan Agama Islam. 6.
Metode Pembinaan Agama Metode atau metodik berasal dari kata Yunani, yaitu “meta” yang berarti
melalui dan “hodos” berarti jalan atau cara. Metodik berarti cara yang harus
21
Syamsudin Abin. Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), h. 45
29
ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Metode berarti suatu cara kerja yang sistematis dan umum, seperti cara kerja ilmu pengetahuan. 22 Dalam Bahasa Arab, metode dikenal dengan istilah “thariqah” yang berarti langkah-langkah strategis dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. 23 Dengan kata lain, metode dapat dipahami sebagai cara yang ditempuh agar hal yang akan disampaikan dapat diterima atau difahami dengan baik, mudah dan efisien sehingga dapat mewujudkan tujuan tertentu. Berbagai cara ditempuh oleh seorang pembina dalam menyampaikan pembinaan keagamaan. Agar proses pembinaan berjalan dengan lancar, maka perlu dipilih cara yang tepat dalam menyampaikan materi pembinaan. Menurut H.M. Arifin, metode yang dapat digunakan dalam pembinaan berupa kegiatan Bimbingan dan Penyuluhan Agama Islam, antara lain sebagai berikut: a.
Wawancara Salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaan yang dapat
dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup beragama pada saat tertentu yang memerlukan bantuan. b.
Metode group guidance (bimbingan secara kelompok) Bimbingan
kelompok
adalah
cara
pengungkapan
jiwa/batin
serta pembinaannya melalui kegiatan kelompok, seperti ceramah, diskusi, seminar, simposium, atau dinamika kelompok (group dinamics). 24
22
Zakiah Daradjat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 10 23 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h. 23 24 H.M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 109
30
Dalam proses pembinaan kelompok ini pembina hendaknya mengarahkan
minat
kebersamaan
dan
dan
perhatian
saling
warga
binaan
tolong-menolong
kepada
dalam
hidup
memecahkan
permasalahan yang menyangkut kepentingan mereka bersama. Pembinaan agama juga hendaknya mengendalikan dan mengamati setiap klien atau warga binaan mengenai keaktifan dalam kegiatan kelompok. c.
Metode non-directif (cara yang tidak mengarah) Metode ini dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1.
Metode client centered, yaitu pengungkapan tekanan batin yang dirasakan menjadi penghambat mereka dalam belajar dengan sistem pancingan yang berupa satu dua pertanyaan terarah. Selanjutnya mereka diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menceritakan segala uneg-uneg (tekanan batin) yang disadari sebagai hambatan jiwanya. 25 Pembina bersikap memperhatikan, mendengarkan serta mencatat point-point penting yang dianggap rawan untuk diberi bantuan.
2.
Metode educatif, yaitu cara mengungkapkan tekanan perasaan yang menghambat perkembangan belajar dengan menggali sampai tuntas perasaan yang menyebabkan hambatan dan ketegangan, dengan cara client centered, yang diperdalam dengan permintaan/pertanyaan
yang
motivatif
dan
persuasif
(meyakinkan) untuk mengingat serta mendorong agar berani mengungkapkan perasaan tertekan sampai ke akar-akarnya. Pada 25
H.M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 111
31
akhirnya, pembina memberikan petunjuk-petunjuk tentang usaha apa sajakah yang baik dengan cara yang tidak bernada imperatif (wajib). Akan tetapi hanya berupa anjuran-anjuran yang tidak mengikat. 26 3.
Metode psikoanalitis (penganalisaan jiwa) Menganalisa gejala-gejala tingkah laku, baik melalui mimpi
(kondisi tidak sadar), ataupun melalui tingkah laku yang serba salah, dengan menitikberatkan pada perhatian atas hal-hal apa sajakah perbuatan salah itu terjadi berulang. Dengan demikian, maka akhirnya akan diketahui bahwa masalah pribadi mereka akan terungkap dan selanjutnya disadarkan kembali (dicerahkan) agar masalah tersebut dianggap telah selesai dan tidak perlu dianggap suatu hal yang memberatkan, dan sebagainya. 27 Oleh karena itu nilai-nilai iman dan taqwa harus dibangkitkan dalam pribadi warga binaan, sehingga terbentuklah dalam pribadinya sikap tawakkal dan optimisme dalam menempuh kehidupan baru. 4.
Metode direktif (metode yang bersifat mengarahkan) Metode ini lebih bersifat mengarahkan kepada mereka untuk
berusaha mengatasi kesulitan (problem) yang dihadapi. Pengarahan yang diberikan ialah dengan memberikan secara langsung jawabanjawaban terhadap permasalahan yang menjadi sebab kesulitan. 28
26
H.M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 112 27 Ibid., h. 113 28 Ibid., h. 114
32
Sedangkan Hamdani Bakran Adz-Dzaky menyatakan bahwa tujuan pembinaan Agama Islam adalah sebagai berikut: 1.
Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, dan damai (muthmainnah), bersikap lapang dada (radhiyah), dan mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya (mardhiyah).
2.
Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lngkungan keluarga, lingkungan kerja, maupun lingkungan sosial, dan alam sekitarnya.
3.
Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong menolong, dan rasa kasih sayang.
4.
Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu, sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya, serta ketabahan menerima ujian-Nya.
5.
Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar, dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup, dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan. 29
29
Hamdani Bakran. Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogjakarta: Fajar Pustaka Baru, 2006), h. 221
33
Adapun metode yang digunakan dalam pembinaan keagamaan di Lapas dan Rutan adalah sebagai berikut: 1.
Metode pembinaan berdasarkan situasi Metode ini digunakan untuk merubah cara berfikir Narapidana untuk
tidak bergantung pada situasi yang menyertai, tetapi menguasai situasi tersebut. Dalam hal ini, digunakan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan dari atas (top down approach) dan pendekatan dari bawah (bottom down approach). 2.
Metode pembinaan perorangan (Individual Treatment) Metode ini diberikan kepada narapidana secara perorangan oleh petugas
pembina Lembaga Pemasyarakatan. 3.
Metode pembinaan kelompok (Classical Treatment) Dalam pembinaan secara kelompok dapat dilakukan dengan metode
ceramah, peragaan/demonstrasi, tanya jawab, diskusi, dan pemberian tugas. Adapun metode tersebut adalah sebagai berikut: 30 1) Metode Ceramah Metode Ceramah ialah penerangan dan penuturan secara lisan oleh petugas pembina keagamaan dari dalam Lembaga Pemasyarakatan maupun
pembina
dari
luar
Lembaga
Pemasyaraktan.
Pembina
keagamaan menerangkan atau menjelaskan apa yang akan disampaikan dengan lisan di depan Narapidana wanita. 31 Metode ceramah merupakan metode yang sudah lama dipakai dalam proses pembelajaran. Metode ini sering dibarengi dengan metode tanya jawab. 30 31
Harsono.C.I, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, (Jakarta: Djambatan, 1995), h. 342 Ibid., h. 344
34
2) Metode tanya jawab Metode tanya jawab adalah cara penyajian pembinaan dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab. Cara yang ditempuh biasanya pembina keagamaan mengajukan pertanyaan kepada narapidana tentang materi yang telah diajarkan. Pembina keagamaan mengharapkan jawaban yang diberikan narapidana wanita terhadap fakta. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan biasanya bukan hanya sebatas dari pembina keagamaan dan narapidana wanita menjawab, akan tetapi pertanyaan ini biasa muncul dari narapidana kemudian pembina keagamaan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh narapidana tersebut. Ada kalanya jawaban itu juga bisa berasal dari narapidana yang lain dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung tersebut. 3) Metode demonstrasi atau peragaan Metode demonstrasi yaitu metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana suatu proses pembentukan tertentu kepada narapidana wanita. Pada metode demonstrasi, titik tekannya adalah memperagakan tentang jalannya
suatu
memperagakan
proses
tertentu.
terlebih
dahulu,
Biasanya kemudian
pembina
keagamaan
narapidana
wanita
mengikutinya. 32 4) Metode diskusi Metode diskusi adalah cara mengajar atau menyajikan materi melalui pengajuan masalah yang pemecahannya dilakukan secara
32
Harsono.C.I, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, (Jakarta: Djambatan, 1995), h. 350
35
terbuka. Dalam sebuah diskusi semua anggota narapidana wanita ikut terlibat. Di antara prinsip-prinsip diskusi antara lain: adanya ketua dan anggota, topik yang diangkat jelas dan menarik, narapidana wanita saling memberi dan menerima serta suasana berjalan tanpa tekanan. 5) Metode pemberian tugas Metode pemberian tugas diterapkan dalam materi tertentu setelah disampaikan oleh pembina keagamaan, kemudian
narapidana wanita
diminta untuk meringkas kembali di dalam blok sel masing-masing. Pemberian tugas ini biasanya juga digunakan juga dalam penugasan untuk shalat sunah. Metode ini diterapkan agar narapidana wanita dapat bertanggung jawab. 33 Dengan demikian dari penjelasan diatas bahwa dalam penelitian ini menggunakan metode perorangan yang terdiri dari individu tersebut dan metode kelompok yang terdiri dari wawancara, tanya jawab, demonstrasi atau perorangan, diskusi, dan pemberian tugas. 7.
Materi Pembinaan Agama Materi yang dipakai dalam pembinaan agama Islam adalah semua yang
terkandung dalam Al-Qur’an yaitu sebagai berikut: a.
Aqidah Aqidah menurut bahasa berasal dari kata aqada, ya’qidu, aqdan atau
aqidatan yang artinya mengikatkan. Bentuk jama’ dari aqidah adalah aqaid yang berarti simpulan atau ikatan iman. Dari kata itu muncul pula kata I’tiqad yang berarti kepercayaan. Sedangkan aqidah secara
33
Harsono.C.I, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, (Jakarta: Djambatan, 1995), h. 363
36
etimologis berarti ikatan atau sangkutan. Secara praktis, aqidah berarti kepercayaan, keyakinan, atau iman. 34 Aqidah menurut Zuhairi adalah bersifat I’tikad batin, berfungsi mengajarkan ke-Esaan Allah, Esa sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur, dan meniadakan ala mini. 35 Aqidah dalam Islam adalah bersifat i’tiqad bathiniyah yang mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan iman kepada: 1.
Iman kepada Allah
Kata “iman” berasal dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan percaya berarti pengakuan terhadap adanya sesuatu yang bersifat ghaib, atau sesuatu itu benar. Iman kepada Alah berarti menyakini bahwa Allah adalah satu-satunya tempat mengabdi, menghambakan diri, serta mengadu (tauhid al-ibadah), dan Allah sebagai satu-satunya pembuat peraturan yang sempurna (tauhid altasyri). 2.
Iman kepada Malaikat-Nya Iman kepada malaikat adalah meyakini malaikat adalah makhluk
Allah yang diciptakan dari nur (cahaya) dan bahwa malaikat adalah makhluk yang paling taat dan tidak sekalipun berbuat maksiat. 3.
Iman kepada Kitab-KitabNya Pengertian kepada kitab-kitab Allah adalah meyakini bahwa
kitab Allah itu benar datang dari Allah SWT kepada para nabi atau
34
E. Hassan Saleh, Study Islam Diperguruan Tinggi Pembinaan IMTAQ dan Pengembangan Wawasan, (Jakarta: ISTN, 2000), h. 55 35 Zuhairi, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 50
37
rasul yang berisi wahyu Allah untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. Salah satu kitab Allah adalah Al-Qur’an, dengan membaca dan memahami isi Al-Qur’an, maka manusia akan merasa dekat dengan Allah dan tenang dalam menghadapi segala hal. 4.
Iman kepada Rasul-RasulNya Iman kepada Rasul adalah percaya dengan sepenuh hati bahwa
Rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah SWT untuk menerima wahyu dari-Nya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia
agar
menjadi
pedoman
hidup
demi
memperoleh
kebahagiaan di dunia dan akhirat. 5.
Iman kepada Hari Akhir Hari akhir adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah
telah menetapkan hari akhir sebagai tanda akhir dari kehidupan di dunia dan awal dari kehidupan di akhirat. Karena itu, manusia janganlah lengah, lupa diri ataupun terpesona dengan kehidupan di dunia yang sifatnya hanya sementara. 6.
Iman kepada Qadha dan Qadhar Iman kepada Qadha dan Qadhar artinya percaya dan yakin
dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menentukan segala sesuatu bagi semua makhluk hidup. 36 Dengan demikian dapat simpulkan bahwa aqidah merupakan keimanan seseorang baik dalam sikap, ucapan maupun tindakannya.
36
60
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.
38
b.
Syari’ah Secara bahasa syari’ah adalah jalan (ke sumber mata air) yang harus
ditempuh (oleh setiap umat Islam). Sedangkan menurut istilah makna syari’ah adalah sistem norma (kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt, hubungan manusia dengan manusia dalam kehidupan sosial dan hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan hidupnya. 37 Syari’ah terdiri dari beberapa aspek yaitu: 1.
Ibadah Ibadah (dalam arti sempit) seperti, thaharah, shalat, zakat,
puasa, haji bila mampu. Ibadah tersebut hukumnya wajib. Ibadah secara umum memiliki arti mengikuti segala hal yang di cintai Allah dan di ridhoi-Nya, baik perkataan maupun perbuatan lahir dan batin. 2.
Muamalah Kata muamalah berasal dari fiil madhi amala yang berarti
bergaul dengannya, berurusan (dagang). Sedangkan muamalah adalah ketetapan Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, dan dengan lingkungannya (alam sekitar)nya. Muamalah berarti aturan-aturan (hukum) Allah yang mengatur hubungan manusia dengan sesama dan lingkungan sekitarnya.Kaitannya dengan hubungan antar sesama manusia, maka dalam muamalah ini mengatur hal-hal yang berkaitan dengan masalah ekonomi, politik, sosial, hukum, dan kebudayaan. 38
37
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), h. 134 38 Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1992), h. 1
39
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa syari’ah merupakan hukum Allah guna mengatur hubungan antara manusia dengan Allah dan manusia dengan manusia lainnya. c.
Akhlak Akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim mashdar dari kata
akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan tsulasi majid af’ala, yuf’ilu if’alan yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-thabi’ah (kelakuan, tabi’at, watak dasar), al-‘adat (kebiasaan, kelaziman), almaru’ah (peradaban yang baik), dan al-din (agama). 39 Terdapat beberapa pengertian akhlak menurut para ahli, yaitu: 1.
Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
2.
Menurut Imam Al-Ghazali yang dikenal sebagai Hujjatul Islam (Pembela Islam) karena kepiawaianya dalam membela Islam dari berbagai faham yang dianggap menyesatkan, Ia mengatakan akhlak
adalah
sifat
yang
tertanam
dalam
jiwa
yang
menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. 40 3.
Menurut Zuhairi, akhlak adalah suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurna bagi kedua amal yaitu akidah dan
39 40
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 1 Ibid., h. 2
40
syari’ah dan mengajarkan tentang cara pergaulan hidup manusia. 41 Dengan demikian, akhlak merupakan sifat jiwa yang berhubungan dengan niat baik dan buruk yang berada didalam jiwa manusia tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan sehingga melahirkan suatu perbuatan yang tanpa disengaja dan tanpa dibuat-buat. Maka dari itu dalam pembinaan agama Islam sangat perlu diadakan pembinaan akhlak, dimana akan mengarahkan manusia kea rah tujuan hidup yang bahagia dunia dan akhirat. Macam-macam akhlak menurut Mohammad Ardani yaitu, sebagai berikut: a.
Akhlak Al-Karimah Akhlak Al-karimah atau akhlak yang mulia sangat amat jumlahnya,
namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1.
Akhlak terhadap Allah Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa
tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian Agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikatpun tidak akan menjangkau hakekatnya. 2.
Akhlak terhadap diri sendiri Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan
menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri 41
h. 60
Zuhairi, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983),
41
dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebgai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya. 3.
Akhlak terhadap sesama manusia Manusia adalah makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya
secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain, untuk itu, ia perlu bekerjasama dan saling tolong-menolong dengan orang lain. Islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara, karena ia berjasa dalam ikut serta mendewasakan kita, dan merupakan orang yang paling dekat dengan kita. Caranya dapat dilakukan
dengan
memuliakannya,
memberikan
bantuan,
pertolongan dan menghargainya. b.
Akhlak Al-Mazmumah Akhlak Al-mazmumah (akhlak yang tercela) adalah sebagai lawan
atau kebalikan dari akhlak yang baik seagaimana tersebut di atas. Dalam ajaran Islam tetap membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar dapat
dipahami
dengan
benar,
dan
dapat
diketahui
cara-cara
menjauhinya. 42 Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak yang tercela, di antaranya: 1.
Berbohong ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya.
42
ke-2, h. 49
Mohammad Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet
42
2.
Takabur atau sombong ialah merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain. Pendek kata merasa dirinya lebih hebat.
3.
Dengki ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain.
4.
Bakhil atau kikir ialah sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk orang lain. 43
d.
Emotional Spiritual Quotient (ESQ) melalui dzikir Asmaul Husna Dari segi etimologi, emosi berasal dari akar bahasa latin ‘movere’
yang berarti ‘menggerakkan, bergerak’. Kemudian ditambah dengan awalan ‘e-’ untuk memberi arti ‘bergerak menjauh’. Makna ini menyiratkan kesan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak
dalam
emosi.
Emosi
dapat
didefinisikan
suatu
gejala
psikofisiologis yang menimbukan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah laku tertentu. 44 Pengertian EQ istilah kecerdasan emosi (EQ) baru dikenal secara luas pada pertengahan tahun 1990 dengan diterbitnya buku Daniel Goleman : Emotional Intelligence. Goleman menjelaskan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik. Sedangkan pengertian SQ (Spiritual Quotient) menurut Danah Zohar adalah kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri kitayang berhubungan 43
Mohammad Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet
ke-2, h. 56 44
Irfan Mashuri, Konsep Emotional Spiritual Quetiont (ESQ) dalam Membentuk Karakter Religius Peserta Didik (Studi Pemikiran Ary Ginanjar Agustian), (Sktipsi: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2014), h. 36
43
dengan kearifan diluar ego atau jiwa sadar. Selama ini, yang namanya “kecerdasan” senantiasa dikonotasikan dengan “kecerdasan intelektual” saja atau yang lazim dikenal sebagai IQ. Selain IQ, manusia juga masih memiliki dimensi kecerdasan lainnya, yaitu: Kecerdasan Emosional (EQ) dan Kecerdasan Spiritual (SQ), dalam istilah Ary Ginanjar dinamakan ESQ (Emotional Spiritual Quotient). ESQ menurut Ary Ginanjar ialah pengsinergian antara rasionalis dunia (EQ dan IQ) dengan akhirat (SQ), manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhan dapat diibaratkan seperti sebuah bentuk segitiga saling berhubungan antara tiap-tiap sudut tersebut. 45 Salah satu pendekatan antara manusia dengan Tuhan adalah dengan berdzikir atau mengingat Allah. Pada penelitian ini, salah satu materi yang dipakai adalah materi bimbingan spiritual melalui dzikir asmaul husna. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, dzikir mempunyai arti puji-pujian kepada Allah yang diucapkan secara berulang-ulang mengingat Allah (Dzikrullah) merupakan salah satu anjuran yang sangat ditekankan dalam Islam dan merupakan bentuk karya nyata dari penghambaan kita kepada Allah SWT. Salah satu dzikir yang dapat dilakukan adalah dzikir Asmaul Husna, yang artinya mengingat Allah, menyanjung-Nya dengan menyebut keindahan nama-namaNya (Asmaul Husna) dengan lisan dan hati. 46
45
Irfan Mashuri, Konsep Emotional Spiritual Quetiont (ESQ) dalam Membentuk Karakter Religius Peserta Didik (Studi Pemikiran Ary Ginanjar Agustian), (Sktipsi: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2014), h. 41 46 Ismatun Khasanan, Pengaruh Melakukan Dzikir Asmaul Husna Terhadap Kecemasan dalam Menghadapi Ujian Nasional Anak Panti Asuhan Darussalam Mranggen Demak, (Skripsi: UIN Walisongo Semarang Fakultas Dakwah dan Komunikasi, 2015), h. 23
44
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa materi yang digunakan untuk pembinaan agama Islam dalam penelitian ini adalah materi aqidah, syari’ah, akhlak dan dzikir asmaul husna. 8.
Media Pembinaan Agama Totok Mardikanto menyatakan bahwa media merupakan alat atau saluran
komunikasi
yang
dapat
dimanfaatkan
sumber
atau
pegirim
untuk
menyalurkan atau mengumpulkan pesan-pesannya. Dengan kata lain, media, alat atau saluran komunikasi dapat dimanfaatkan oleh individu dan kelompok yang berkomunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan pembinaan. Totok Mardikanto mengartikan media dalam beragam pengertian, yaitu: 47 a.
Saluran atau media sebagai alat pembawa pesan.
b.
Saluran yang dilalui oleh alat pembawa pesan.
c.
Media atau wahana yang memungkinkan alat pembawa pesan itu melalui jalan atau saluran yang harus dilaluinya.
d.
Media atau wahana yang dapat dijadikan sarana untuk berkomunikasi, seperti pertemuan, pertunjukkan dan lain-lain. Pembinaan merupakan proses penyebaran informasi dimana memerlukan
adanya media pendukung untuk melancarkan seluruh kegiatan pembinaan. Menurut Yenti Wira, berdasarkan fungsinya media pembinaan dibagi menjadi tiga, antara lain: a.
Media cetak, merupakan media yang biasanya menggunakan pesan-pesan visual yang terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto, dan tata warna, seperti leaftlet, selebaran, poster, dan lain-lain. 47
Totok Mardikanto, Komunikasi Pembangunan – Acuan bagi Akademisi, Praktisi, dan Peminat Komunikasi Pembangunan, (Surakarta: UNS Press, 2010), h. 127
45
b.
Media elektronik, merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar yang penyampaiannya melalui alat bantu elektronika, seperti televisi, radio, film, kaset, DVD dan lain-lain.
c.
Media luar ruang, merupakan media yang menyampaikan pesannya di luar ruangan, bisa melalui media cetak maupun elektronik seperti papan reklame, spanduk, pameran, televisi layar lebar dan lain-lain. Dengan demikian, media yang digunakan untuk pembinaan agama Islam
dalam penelitian ini adalah media cetak, elektronik dan media luar ruang. B. Rasa Percaya Diri 1.
Pengertian Rasa Percaya Diri Rasa percaya diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala
aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan
tersebut membuatnya
merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan didalam hidupnya.48 Berikut ini beberapa definisi percaya diri dari para ahli, yaitu: a.
Menurut Thantaway percaya diri adalah kondisi mental atau psikologi diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan suatu tindakan.
b.
Menurut W.H Miskelll percaya diri adalah kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki serta, serta dapat memanfaatkan secara tepat. 49
c.
Rasa percaya diri adalah sebuah bentuk keyakinan kuat pada jiwa, kesepahaman dengan jiwa, dan kemampuan menguasai jiwa. 50
48
6 40
49
Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta: Puspa Swara, 2002), h. Pradita. Sarastika, Buku Pintar Tampil Percaya Diri, (Yogyakarta: ARASKA, 2014), h.
46
d.
Percaya diri adalah keyakinan yang menggerakkan, arah hidup yang benar, dan prinsip-prinsip yang dipegang teguh. 51
e.
Menurut Hakim, percaya diri secara sederhana dapat dikatakan sebagai suatu keyakikan sesorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membantunya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri adalah sikap seseorang yang menunjukkan bahwa dirinya tahu, mau, dan mampu dalam melakukan sesuatu. Sehingga dapat melakukan berbagai hal untuk mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya. 2.
Ciri-Ciri Perilaku Rasa Percaya Diri Setiap pribadi harus memiliki rasa percaya diri, karena setiap manusia
sama derajatnya menurut Allah, sebagaimana firman Allah SWT :
ِﯾن َ َو َﻻ َﺗ ِﮭ ُﻧوا َو َﻻ َﺗﺣْ َز ُﻧوا َوأَ ْﻧ ُﺗ ُم ْاﻷَﻋْ ﻠَ ْو َن إِنْ ُﻛ ْﻧ ُﺗ ْم ﻣ ُْؤ ِﻣﻧ Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. Ali Imran: 139) 52 Sedangkan menurut Thursan Hakim terdapat beberapa ciri-ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proporsional adalah sebagai berikut:
50
a.
Selalu bersikap tenang dalam mengerjakan sesuatu.
b.
Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai.
Yusuf Uqshari, Percaya Diri Pasti, (Jakarta: Gema Insani, 2005), h. 14 Abdullah Muni, Super Teacher: Sosok Guru yang dihormati, disegani dan dicintai, (Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, 2010), h. 188 52 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Jakarta: CV Darus Sunnah, 2012), h. 68 51
47
c.
Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul dalam berbagai situasi.
d.
Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi.
e.
Memiliki kondisi mental dan fisik yang menunjang penampilannya.
f.
Memiliki kecerdasan yang cukup.
g.
Tingkat pendidikan formal yang cukup.
h.
Memiliki keahlian atau keterampilan yang dapat menunjang kehidupannya.
i.
Dapat bersosialisasi dengan baik.
j.
Memiliki latarbelakang pendidikan keluarga yang baik.
k.
Memiliki pengalaman hidup dalam menghadapi berbagai cobaan hidup.
l.
Selalu bereaksi positif dalam menghadapi berbagai masalah. 53
Fatimah mengemukakan beberapa ciri-ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri adalah sebagai berikut: a.
Percaya akan kemampuan atau kompetensi diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan ataupun hormat dari orang lain.
b.
Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok.
c.
Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani menjadi diri sendiri.
d. 53
7
Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosi stabil).
Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta: Puspa Swara, 2002), h.
48
e.
Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, bergantung pada usaha sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak bergantung atau mengharapkan bantuan orang lain).
f.
Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya.
g.
Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi. 54
Pada intinya orang yang percaya diri mempunyai keyakinan yang kuat dan fikiran yang positif dalam menjalani kehidupan dan mampu mengambil resko-resiko yang harus dihadapinya. 3.
Upaya Meningkatkan Rasa Percaya Diri Meningkatkan kepercayaan diri harus didukung oleh diri sendiri, karena
hanya individu yang bersangkutanlah yang mampu mengatasi rasa kurang percaya diri yang dialaminya. Menurut Thursan Hakim, cara-cara untuk dapat meningkatkan rasa percaya diri adalah sebagai berikut:
54
a.
Membangkitkan kemauan yang keras.
b.
Membiasakan untuk memberanikan diri.
c.
Berpikir positif dan menyingkirkan pikiran negatif.
d.
Membiasakan untuk selalu berinisiatif.
e.
Selalu bersikap mandiri.
f.
Selalu belajar dari kegagalan.
Fatimah Enung, Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), h. 149
49
g.
Tidak mudah menyerah.
h.
Bersikap kritis dan objektif.
i.
Pandai membaca situasi, dan pandai menempatkan diri. 55
Upaya meningkatkan rasa percaya diri bukanlah suatu hal yang mudah, maka dari itu diperlukan cara-cara untuk meningkatkan rasa percaya diri sebagaimana yang telah dijelaskan diatas. Pada intinya selalu utamakan berfikir positif, karena dengan berfikir positif semua hal akan terasa mudah dan rasa percaya diri akan meningkat. 4.
Faktor yang Mempengaruhi Rasa Percaya Diri Menurut Thursan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi rasa percaya
diri seseorang, antara lain: a.
Rasa percaya diri sangat dipengaruhi oleh pendidikan keluarga, sebab dari keluarga terbentuk berbagai aspek kepribadian.
b.
Lingkungan juga mempengaruhi terbentuknya rasa percaya diri seseorang sehingga dalam kehidupan sosialnya dapat terlihat antara individu yang memiliki percaya diri dan yang tidak memiliki rasa percaya diri.
c.
Pemahaman terhadap lingkungan diri sendiri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri seseorang. Jika individu mempunyai pemahaman negatif terhadap diri sendiri maka akan memperkuat rasa tidak percaya dirinya. Namun, jika individu
55
170
Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta: Puspa Swara, 2002), h.
50
memandang positif terhadap diri sendiri maka akan memperkuat rasa percaya diri. 56 5.
Aspek-Aspek Rasa Percaya Diri Menurut Ghufron dan Risnawati terdapat beberapa aspek-aspek
kepercayaan diri adalah sebagai berikut: a.
Keyakinan pada kemampuan diri Keyakinan kemampuan diri adalah sikap positif seseorang tentang
dirinya.
Ia
mampu
secara
sungguh-sungguh
akan
apa
yang
dilakukakannya. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri, senantiasa berpikir positif terhadap apa yang terjadi dan tidak mudah berputus asa. b.
Optimis Optimis adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu
berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri dan kemampuannya. Orang yang optimis akan mencoba untuk menghadapi setiap tantangan dan mampu memecahkan setiap masalah dengan cara yang positif. c.
Bertanggung jawab Bertanggung jawab adalah kesediaan orang untuk menanggung
segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya. Pribadi yang memiliki rasa percaya diri, maka Ia akan mempunyai tanggung jawab yang lebih besar terhadap apa yang sedang dijalankannya. d.
56
121
Rasional dan realistis
Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta: Puspa Swara, 2002), h.
51
Rasional dan relistis adalah analisis terhadap suatu masalah, suatu hal dan suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan. 57 Sedangkan menurut Abu Al-Ghifari, aspek-aspek percaya diri meliputi: a.
Berani mengambil resiko.
b.
Mensyukuri dan menikmati rahmat Tuhan.
c.
Menetapkan tujuan yang realistis. 58
Aspek-aspek kepercayaan diri menurut Guilford adalah sebagai beikut: a.
Individu merasa adekuat (keyakinan terhadap kemampuan diri) Hal ini didasari oleh adanya keyakinan terhadap kekuatan,
kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Individu merasa optimis, cukup berambisi dan tidak berlebihan. Manifestasi dari keadaan ini antara lain individu mempercayai kemampuan sendiri sehingga tidak perlu bantuan orang lain, sanggup bekerja keras, mampu menghadapi tugas dengan baik dan bekerja secara efektif, serta bertanggung jawab atas keputusan dan pekerjaannya. b.
Individu merasa dapat diterima oleh kelompok (kemampuan bersosialisasi) Hal ini didasari oleh keyakinan terhadap kemampuannya, khusunya
dalam hubungan sosial, individu merasa bahwa kelompok atau orang lain menyukainya. Manifestasi dari keadaan ini antara lain individu aktif menghadapi keadaan lingkungan, berani mengemukakan apa yang
57
Ghufron dan Risnawati, Teori-Teori Psikologi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h.
58
Abu Al-Ghifari, Percaya Diri Sepanjang Hari, (Bandung: Mujahid, 2004), h. 37
35
52
menjadi ide-ide secara bertanggung jawab dan tidak mementingkan diri sendiri. c.
Memiliki ketenangan sikap Hal ini didasari oleh adanya keyakinan terhadap kekuatan dan
kemampuannya. Individu merasa tenang menghadapi berbagai macam situasi. Manifestasi dari keadaan ini antara lain individu merasa tenang, tidak mudah gugup, cukup toleran terhadap berbagai macam situasi dan tidak membandingka diri dengan orang lain. 59 Dengan demikian, aspek rasa percaya diri yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek internal yang terdiri dari diri sendiri dan aspek eksternal yang terdiri dari keluarga, masyarakat, dan petugas. C. Narapidana 1.
Pengertian Narapidana Narapidana secara terminologi berarti orang yang sedang menjalani
pidana hilang kemerdekaan di lembaga pemasyarakatan 34. Arti dari pidana itu sendiri secara terminologi adalah hukuman yang dijatuhkan terhadap orang yang terbukti bersalah melakukan delik berdasarkan putusan yang berkekuatan hukum yang tetap35. Menurut Yusfar Lubis, narapidana adalah seorang terhukum yang dikenakan pidana dengan menghilangkan kemerdekaannya ditengah-tengah masyarakat yang telah mendapat keputusan pengadilan (hakim). 60 Pidana
59
Teguh Iman Santoso, Pengaruh Kepercayaan Diri dan Adversity Quotient Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IX Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun Ajaran 2011/2012, (Skripsi S1 Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), h. 33-34 60 Yusfar Lubis, Metodologi Dakwah Terhadap Narapidana, (Jakarta: Proyek Penerangan Departemen Agama, 1978), h. 13
53
penjara (KUHP, 10) yaitu pidana yang berupa hilang kemerdekaan seumur hidup atau sementara waktu yang harus dijalani narapidana di lembaga pemasyarakatan.36 2.
Jenis Sanksi Pidana Jenis sanksi yang digunakan dalam konsep KUHP, terdiri dari jenis
“pidana” dan “tindakan”. Masing-masing jenis sanksi ini terdiri dari: 1.
Pidana a.
Pidana Pokok 1) Pidana penjara. 2) Pidana tutupan. 3) Pidana pengawasan. 4) Pidana denda. 5) Pidana kerja sosial.
b.
Pidana tambahan 1) Pencabutan hak-hak tertentu. 2) Perampasan barang-barang tertentu dan tagihan. 3) Pengumuman putusan hakim. 4) Pembayaran ganti kerugian. 5) Pemenuhan kewajiban.
2.
Tindakan a.
Untuk orang yang tidak atau kurang mampu bertanggung jawab (“tindakan” dijatuhkan tanpa pidana): 1) Perawatan di rumah sakit jiwa. 2) Penyerahan kepada pemerintah.
54
3) Penyerahan kepada seseorang. b.
Untuk orang pada umumnya yang mampu bertanggung jawab (dijatuhkan bersama-sama dengan pidana): 1) Pencabutan surat izin mengemudi. 2) Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana. 3) Perbaikan akibat-akibat tindak pidana 4) Latihan kerja. 5) Rehabilitasi 6) Perawatan di dalam suatu lembaga. 61
Menurut konsep hanya ada tiga kategori pengelompokan tindak pidana, yaitu: 1.
Hanya diancam pidana denda (untuk delik yang bobotnya dinilai kurang dari 1 tahun penjara).
2.
Hanya diancam pidana penjara atau denda secara alternatif (untuk delik yang diancam dengan pidana penjara 1 – 7 tahun).
3.
Hanya diancam dengan pidana penjara
(untuk delik yang
diancam dengan pidana penjara lebih dari 7 tahun). 3.
Tahap Pembinaan Narapidana Tahap pembinaan narapidana dilakukan melaui 3 tahap pembinaan yaitu : a.
Tahap awal (awal masuk s.d 1/3 masa pidana) Pada tahap ini pembinaannya meliputi pemeriksaan badan maupun
barang bawaan, pendataan data diri narapidana, pemberian barang invertaris. Setelah ini bagi narapidana tindak pidana ringan mereka bisa 61
Barda Nawawi. Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru), (Jakarta: Kencana, 2011), h. 83
55
langsung mengikuti kegiatan pembinaan, namun bagi narapidana tindak pidana berat harus melalui proses kurungan sunyi terlebih dahulu. b.
Tahap pembinaan I (1/3 s.d 1/2 masa pidana) Pada tahap ini narapidana menjalani pembinaan kedisiplinan dan
ketertiban, pembinaan mental (agama dan kerokhanian), pembinaan intelektual dan wawasan kebangsaan, keterampilan dan pembinaan fisik.Semua pembinaan ini bertujuan untuk menjadikan narapidana sebagai manusia yang lebih baik dan mampu bertanggungjawab. c.
Tahap pembinaan II (1/2 sampai akhir masa pidana) Pada tahap ini pembinaannya diarahkan pada pembauran atau
perlibatan dengan masyarakat luar, kegiatan yang biasanya dilakukan antara lain : cuti mengunjungi keluarga, pelepasan bersyarat, cuti menjelang bebas, dan kerja bakti, olahraga, ibadah di luar. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan kesadaran kepada narapidana untuk secepatnya bisa menyerap dan menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku dan berkembang di masyarakat. 62 4.
Hak dan Kewajiban Narapidana Undang-undang nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan pada
pasal 14 ayat (1), sangat jelas mengatur hak-hak seorang warga binaan atau narapidana selama menghuni lembaga pemasyarakatan yaitu :
62
a.
Melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
b.
Mendapatkan perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani.
c.
Mendapatkan pendidikan dan pengajaran.
Barda Nawawi. Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru), (Jakarta: Kencana, 2011), h. 197
56
d.
Mendapatkan pengajaran dan makanan yang layak.
e.
Menyampaikan keluhan.
f.
Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang.
g.
Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang tertentu lainnya.
h.
Mendapatkan upah atau premi atas perkerjaan yang telah dilakukan.
i.
Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi).
j.
Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga.
k.
Mendapatkan pembebasan bersyarat.
l.
Mendapatkan cuti menjelang bebas.
m. Mendapatkan hak-hak lainnya sesuai perundangan yang berlaku. 63 Sedangkan kewajiban warga binaan aalah sebagaimana yang ada di Pasal 15, yaitu: 1) Narapidana wakib mengikuti secara tertib program pembinaan dan kegiatan tertentu. 2) Ketentuan mengenai program pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. 64
63
Undang-Undang Pemasyarakatan, (Bandung: Fokusindo Mandiri, 2014), h. 9 Barda Nawawi. Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru), (Jakarta: Kencana, 2011), h. 214 64
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1.
Pendekatan Penelitian Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena
pendekatan kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah perhitungan yang tepat. Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapakan. Penelitian kuantitatif sifatnya objektif, sehingga kita bisa melihat langsung sebuah keadaan. 1 Adapun alasan peneliti menggunakan penelitian kuantitatif adalah karena penelitian kuantitatif bersifat mutlak sesuai dengan tata cara perhitungan statistik yang terukur dan peneliti ingin menguji teori tentang pembinaan agama Islam dan rasa percaya diri, menunjukkan hubungan antar variabel pengaruh pembinaan agama Islam dengan rasa percaya diri untuk mendapatkan tingkat objektivitas yang tinggi, memberikan deskripsi statistik.
1
Sugiyono , Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, dan R & D (Bandung : Alfabeta, 2008), h. 14
57
58
2.
Jenis Penelitian Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian survei, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. 2 Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti berusaha mengambil sampel dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui pengaruh pembinaan agama Islam terhadap tingkat rasa percaya diri warga binaan wanita pada Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Tempat Penelitian Adapun lokasi penelitian skripsi ini yaitu di Rumah Tahanan Negara
Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur, Jl Pondok Bambu Duri 1, Kelurahan: Pondok Bambu, Kecamatan: Duren Sawit, Kota Jakarta Timur 13430. Tempat ini merupakan salah satu fasilitas penahanan kota atau negara bagian bagi mereka yang salah. Adapun yang dijadikan alasan dan pertimbangan pemilihan lokasi penelitian ini adalah: 1.
Rumah Tahanan Negara Pondok Bambu kelas II A memiliki kegiatan pembinaan agama Islam rutin setiap hari Senin sampai Jumat.
2.
Peneliti belum menemukan hasil penelitian tentang pengaruh pembinaan agama Islam terhadap tingkat rasa percaya diri warga
2
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1995), cet. Ke-2, h. 3
59
binaan wanita pada Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur. 2.
Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dimulai sejak bulan Mei sampai September 2016
dengan melakukan survei lokasi, penyerahan surat penelitian dari Kementerian Hukum dan HAM, persutujuan Kepala RUTAN Pondok Bambu untuk melakukan penelitian skripsi, serta mentor untuk peneliti. Selanjutnya peneliti melakukan penelitian lanjutan, yaitu menggali data dan mengenai program pembinaan agama Islam. C. Sumber Data Maksud dari sumber data seperti yang dikutip Sinta Paramita dari bukunya Kristi Purwandari yaitu unsur utama yang dijadikan sasaran dalam penelitian untuk memperoleh data-data konkret, dan yang dapat memberikan informasi untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini.3 Sumber data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu: 1.
Data Primer Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama
dilokasi penelitian atau objek penelitian. 4 Sumber data pertama dalam penelitian ini yaitu warga binaan di Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur. 2.
Data Sekunder Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber
sekunder dari data yang kita butuhkan. 5 Data sekunder yang digunakan dalam 3
Shinta Paramita “Efektifitas Penanganan Masalah Rumah Tangga Melalui Lembaga Pelayanan Konsultasi di Masjid Agung Al Azhar Jakarta,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009), h. 10 4
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2010) h. 122
60
penelitian ini yaitu berupa dokumen-dokumen, catatan-catatan dan bukubuku. D. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 6 Sesuai judul penelitian diatas, maka populasi dalam penelitian ini adalah warga binaan yang beragama Islam yang mengikuti pembinaan agama Islam di Rutan Pondok Bambu yang berjumlah 140 orang. 2.
Sampel Sedangkan sampel adalah bagian dari kumpulan objek penelitian
(populasi) yang dipelajari dan diamati. 7 Penentuan sampel penelitian ini harus dilakukan sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Berdasarkan populasi diatas maka penetapan sampel dilakukan dengan teknik purpossive sampling, teknik pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anggota yang ada dalam suatu populasi untuk dijadikan sampel. 8 Teknik ini dapat dilakukan dengan kriteria yang kita inginkan.
5
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 123
6
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 80 7
Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994), h. 78 8 Syofian Siregar, Statistika Deskriptif Untuk Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), edisi 1-2, h. 145
61
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah: a.
Beragama Islam
b.
Mengikuti pembinaan agama Islam di Rutan
c.
Memiliki kasus kriminal dan narkoba
Berdasarkan kriteria yang disebutkan diatas, Maka sampel yang terambil dari perhitungan ini sebanyak 50% dari 140 populasi yang ada mendapatkan hasil 70 responden. E. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel independen sebagai variabel X dan variabel dependen sebagai variabel Y. 1.
Variabel bebas (independent variable) (X) Variabel independen atau juga disebut variabel bebas adalah merupakan
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. 9 Dalam penelitian ini sebagai variabel bebas yaitu pembinaan agama Islam yang terdiri dari: a.
Kognitif, yang meliputi Aqidah, Syariah, Akhlak, Emotional Spiritual Quotient (ESQ).
b.
Afektif, yang meliputi minat, menyukai, menerima, memperhatikan, semangat untuk berubah.
c.
Psikomotorik, yang meliputi berani bertanya, berani berbicara didepan, mampu membaca Al-Qur’an.
d.
Dukungan keluarga dan masyarakat, yang meliputi menjenguk atau berkunjung, adanya pihak luar yang datang.
9
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 39
62
2.
Variabel terikat (dependent variable) (Y) Variabel dependen atau sering juga disebut variabel terikat adalah
merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. 10 Dengan demikian dapat diketahui bahwa tingkat rasa percaya diri merupakan variabel terikat dalam penelitian ini yang meliputi:
10
a.
Tekat kuat
b.
Memberanikan diri
c.
Berfikir positif
d.
Inisiatif
e.
Mandiri
f.
Belajar dari kegagalan
g.
Tidak mudah menyerah
h.
Bersikap objektif
i.
Menempatkan diri sesuai situasi
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 39
63
F. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian Berikut adalah tabel definisi operasional dan indikator dalam penelitian ini : Tabel 1. Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian
Variabel
Definisi Sub Variabel Indikator Operasional Pembinaan 1. Penyampaian informasi dan 1. Penyampaian informasi agama Islam pengetahuan (Kognitif) dan pengetahuan merupakan a. Aqidah (Kognitif) Pembinaan suatu proses 1. Mengajarkan ke1) Warga binaan Agama Esaan Allah seseorang meyakini bahwa Islam (X) dalam 2. Mengajarkan untuk Allah adalah percaya kepada memahami pencipta alam Allah lebih dalam semesta. 3. Mengajarkan untuk agama Islam 2) Warga binaan percaya kepada dengan fungsi meyakini bahwa Malaikat pokok Allah Maha melihat 4. Mengajarkan untuk pembinaan semua perbuatan percaya kepada yang manusia. mencakup Rasul 3) Warga binaan 5. Mengajarkan untuk penyampaian meyakini bahwa percaya kepada pengetahuan, hanya kepada kitab-kitab pengembangan Allah, manusia sikap, 6. Mengajarkan untuk akan kembali. keterampilan, percaya kepada hari 4) Warga binaan kiamat dukungan meyakini bahwa keluarga dan b. Syariah Allah menciptakan 1. Mengajarkan lingkungan. malaikat. tentang ibadah 5) Warga binaan (shalat, puasa, zakat, merasa bahwa haji) segala ucapan dan c. Akhlak tindakan kita, ada 1. Akhlak kepada yang mencatat. Allah 6) Warga binaan 2. Akhlak diri sendiri meyakini Rasul 3. Akhlak sesama sebagai utusan manusia Allah yang d. Emotional Spiritual memberikan Quotient (ESQ) melalui petunjuk bagi
64
Variabel
Definisi Operasional
Sub Variabel dzikir Asmaul Husna 2. Perubahan dan pengembangan sikap (Afektif) a. Minat b. Menyukai c. Menerima d. Memperhatikan e. Spirit of change (semangat untuk berubah) 3. Pengembangan keterampilan (Psikomotorik) a. Berani bertanya b. Berani berbicara didepan c. Mampu membaca AlQur’an 4. Dukungan keluarga dan lingkungan a. Menjenguk atau berkunjung b. Adanya pihak luar yang datang
Indikator
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
manusia. Warga binaan meyakini bahwa Allah mengutus para Rasul sebagai teladan bagi manusia. Warga binaan menjadikan ucapan dan perilaku Rasul sebagai pedoman dalam bertingkahlaku. Warga binaan meyakini Al-Qur’an sebagai petunjuk tentang kebaikan dan keburukan. Warga binaan meyakini Al-Qur’an sebagai penyejuk jiwa. Warga binaan secara suka rela membaca, dan mengamalkan isi Al-Qur’an. Warga binaan meyakini bahwa dengan mengamalkan ajaran Al-Qur’an akan selamat di dunia maupun di akhirat. Warga binaan menyadari bahwa segala perbuatan di dunia akan di
65
Variabel
Definisi Operasional
Sub Variabel
Indikator
14)
15)
16)
17)
18)
19)
20)
mintai pertanggung jawabannya di akhirat. Warga binaan meyakini bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa izin Allah. Warga binaan melaksanakan ibadah shalat lima waktu. Warga binaan meyakini bahwa shalat dapat menentramkan jiwa. Warga binaan melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Warga binaan memahami manfaat puasa yakni sebagai media utuk melatih kesabaran, menjaga kesehatan dan memperoleh kejernihan hati dalam berfikir. Warga binaan memiliki pengetahuan zakat, infaq dan shodaqoh yang artinya mensucikan diri dari harta yang bukan milik kita. Warga binaan memiliki pengetahuan haji sebagai media untuk berlatih menghadapi
66
Variabel
Definisi Operasional
Sub Variabel
Indikator
21)
22)
23)
24)
25)
26)
27)
28)
29)
kesulitan dan merendahkan diri. Warga binaan menyadari bahwa tiada Tuhan selain Allah. Warga binaan sadar bahwa dirinya sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawab kan. Warga binaan berpakaian sesuai dengan tuntunan agama (menutup aurat). Warga binaan menjauhkan diri dari kebiasaan berkata-kata kasar dan tidak bermanfaat. Warga binaan mampu mengendalikan diri dari perbuatan yang tercela. Warga binaan bersikap menghormati dan sopan santun kepada orang lain. Warga binaan menolong teman didalam kesulitan. Warga binaan bersikap baik dengan keluarga, petugas dan warga binaan lainnya. Warga binaan mendapat ketenangan hati saat
67
Variabel
Definisi Operasional
Sub Variabel
Indikator
2.
ESQ dengan materi dzikir Asmaul Husna. 30) Warga binaan mencurahkan isi hati saat ESQ berlangsung 31) Warga binaan menghafal Asmaul Husna. Perubahan dan pengembangan sikap (Afektif) 1) Warga binaan mengikuti pembinaan agama di Rutan setiap seminggu lima kali. 2) Warga binaan mengakui kesalahannya dan ingin berubah menjadi lebih baik. 3) Warga binaan menyukai materi yang disampaikan dalam pembinaan agama. 4) Warga binaan memahami materi yang disampaikan oleh pembimbing agama. 5) Warga binaan memperhatikan saat pembimbing agama memberikan pembinaan agama. 6) Warga binaan merasa ada
68
Variabel
Definisi Operasional
Sub Variabel
Indikator perubahan sikap yang membaik setelah mengikuti pembinaan agama. 3. Pengembangan keterampilan (Psikomotorik) 1) Warga binaan bertanya saat pembinaan agama. 2) Warga binaan mampu berbicara / berpidato / bercerita di depan saat pembinaan agama. 3) Warga binaan mampu membaca Al-Qur’an dengan baik. 4) Warga binaan mampu membaca Al-Qur’an dengan bernada. 4. Dukungan keluarga dan lingkungan 1) Keluarga menjenguk atau berkunjung ke Rutan setiap sebulan sekali. 2) Pihak Rutan mendatangkan Ustadz dari luar saat acara-acara besar Islam. 3) Adanya hubungan baik antara warga binaan dengan petugas rutan.
69
Variabel
Rasa Percaya Diri (Y)
Definisi Operasional
Rasa percaya diri merupakan kondisi psikologis seseorang, dimana individu memiliki tekat yang kuat, berani, berfikir positif, inisiatif, mandiri, belajar dari kegagalan, tidka mudah menyerah, bersikap objektif dan dapat menempatkan diri sesuai situasi.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Sub Variabel
Indikator
Tekat kuat Memberanikan diri Berfikir positif Inisiatif Mandiri Belajar dari kegagalan Tidak mudah menyerah Bersikap objektif Dapat menempatkan diri sesuai situasi
4) Keluarga menyempatkan waktu untuk makan bersama warga binaan saat menjenguk. 5) Adanya pihak luar yang memberikan motivasi kepada warga binaan, seperti Ustadz, mahasiswa magang, praktikum dan pihak lainnya. 1. Tekat kuat 1) Warga binaan memiliki tekat yang kuat dalam menjalani masa penyidikan. 2) Warga binaan memiliki keyakinan kuat dalam menanggapi masalah. 2. Memberanikan diri 1) Warga binaan berani melakukan perubahan diri menjadi lebih baik. 2) Warga binaan berani mengakui kesalahan. 3) Warga binaan berani mengutarakan isi hati kepada keluarga, petugas ataupun warga binaan lainnya. 3. Berfikir positif
70
Variabel
Definisi Operasional
Sub Variabel
Indikator 1) Warga binaan berfikir positif setiap kejadian yang ada di Rutan. 2) Warga binaan menanamkan fikiran positif untuk menenangkan hati 3) Warga binaan percaya bahwa bersikap positif akan membawa dirinya pada perubahan yang lebih baik.. 4. Inisiatif 1) Warga binaan berinisiatif membuat kegiatan yang bermanfaat selama di Rutan. 2) Warga binaan inisiatif untuk mengaji dan ibadah tanpa disuruh petugas atau pembimbing agama. 5. Mandiri 1) Warga binaan membiasakan mandiri tanpa dipaksa petugas saat pembinaan agama. 2) Warga binaan mandiri merapihkan kamar. 6. Belajar dari kegagalan 1) Warga binaan mengambil pelajaran dari kesalahannya. 2) Warga binaan
71
Variabel
Definisi Operasional
Sub Variabel
Indikator belajar dari kegagalan agar tidak terjerumus kembali ke Rutan. 3) Warga binaan merasa dirinya mempunyai kesempatan kedua untuk merubah sikap menjadi lebih baik. 7. Tidak mudah menyerah 1) Warga binaan tidak mudah menyerah untuk memperbaiki kesalahannya. 2) Warga binaan tidak mudah menyerah dengan keadaan saat ini. 8. Bersikap objektif 1) Warga binaan meyakinkan diri bahwa akan berubah menjadi manusia yang lebih baik. 2) Warga binaan bersikap objektif atas keputusan penahanan. 3) Warga binaan bersikap kritis jika ada kesalahan dalam hal fonis penahanan. 9. Dapat menempatkan diri sesuai situasi 1) Warga binaan menempatkan diri sesuai situasi dan
72
Variabel
Definisi Operasional
Sub Variabel
Indikator kondisi. 2) Warga binaan menceritakan keluh kesah dengan keluarganya. 3) Warga binaan menceritakan keluh kesah dengan warga binaan lainnya.
70
G. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data, antara lain sebagai berikut: 1.
Observasi atau pengamatan Observasi atau pengamatan merupakan susunan proses pengamatan dan
ingatan baik biologis maupun psikologis. 11 Semua bentuk penelitian psikologis, baik kualitatif maupun kuantitatif mengandung aspek observasi didalamnya yang diarahkan pada kegiatan memerhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek fenomena tersebut. 12 Adapun observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati kegiatan pembinaan agama Islam yang dilakukan pembimbing agama terhadap warga binaan di Rutan Pondok Bambu. 2.
Kuesioner Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab
secara langsung dan tertulis. Pengumpulan data menggunakan kuesioner ini diberikan oleh peneliti kepada 70 responden atau warga binaan wanita yang beragama Islam dan mengikuti pembinaan agama di Rutan untuk mengetahui pengaruh pembinaan agama Islam terhadap tingkat rasa percaya diri warga binaan wanita di Rutan Pondok Bambu.
11
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), Cet. Ke-14, h. 145 12 E. Kristi Perwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Perilaku Manusia, (Depok: LPSP3UI, 2011), Cet. Ke-4, h. 134
71
3.
Dokumentasi Dokumentasi merupakan teknik mencari data mengenai hal-hal atau
wariabel yang beruba catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. 13 Peneliti mendokumentasikan kegiatan pembinaan agama Islam, serta mencari dokumen-dokumen tertulis lain yang relevan dengan kebutuhan penelitian. H. Instrumen Pengumpulan Data Dalam membuat kuesioner, teknik pengukurannya menggunakan skala likert dengan 5 kategori pilihan jawaban. Penggunaan skala likert dipilih karena dapat mempermudah subyek penelitian. Adapun 5 kategori jawaban dalam Skala Likert adalah sebagai berikut 14: Tabel 2. Skala Likert Pilihan Jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) Tidak Setuju (TS) Cukup Setuju (CS) Setuju (S) Sangat Setuju (SS)
Skor 1 2 3 4 5
Selanjutnya untuk mengetahui apakah instrumen tersebut tepat untuk melakukan pengukuran dan untuk mengukur konsistensi instrumen penelitian, maka dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas instrumen.
13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), edisi revisi IV, h. 236 14 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1995), h. 110
72
1.
Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen 15. Suatu hasil penelitian dikatakan valid apabila instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian tersebut valid. Sehingga uji validitas sangat penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan/kebenaran suatu instrumen untuk dijadikan sebagai alat ukur. Pendekatan yang digunakan untuk uji validitas dalam penelitian ini adalah construct validity, yaitu untuk mengukur construct tertentu sesuai dengan yang diharapkan. Rumus yang digunakan untuk mengukur validitas penelitian ini adalah rumus korelasi Pearson Product Moment dan menggunakan program SPSS 20 for Windows. Berdasarkan hasil uji validitas yang telah dilakukan pada 70 responden, maka diperoleh skor sebesar 0.261 pada taraf signifikansi sebesar 5%. Selanjutnya setelah dilakukan uji validitas dengan teknik Product Moment pada skala pembinaan Agama Islam sebanyak 70 responden, dari 54 item butir pernyataan yang diujikan terdapat 9 butir pernyataan yang tidak valid dan 45 butir pernyataan yang valid. Sedangkan pada skala rasa percaya diri, dari 31 butir pernyataan yang diujikan terdapat 1 butir pernyataan yang tidak valid dan 30 butir pernyataan yang valid. Pada penelitian inti, peneliti menggunakan sebagian kuesioer Ahmad Yusuf Afifurrahman yang sudah valid pada aspek kognitif berupa materi aqidah di variabel pembinaan agama Islam yang terdiri dari 8 butir 15
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 211
73
pernyataan. Maka, pada uji inti terdapat 53 butir pernyataan pada skala pembinaan agama Islam dan 30 butir pernyataan pada skala rasa percaya diri. 2.
Uji Reliabilitas Uji reliabilitas bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil
pengukuran relatif konsisiten, apabila pengukuran diulang dua kali atau lebih. Jadi, dengan kata lain reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya dan diandalkan. Teknik perhitungan reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah reability analysiz dengan metode Cronbach Alpha. Rumus untuk menentukan koefisien reliabilitas alfa cronbach adalah sebagai berikut:
∑ 𝑠𝑖2 𝑘 𝑟𝑖 = �1 − 2 � (𝑘 − 1) 𝑠𝑖
Item instrument dikatakan reliabel atau mempunyai kehandalan yang tinggi apabila diperoleh nilai alfa cronbach > 0.6. 16 Adapun hasil uji reliabilitas variabel pembinaan agama Islam berdasarkan perhitungan dengan bantuan program SPSS for Window versions 20.0 diperoleh tabel hasil output sebagai berikut: Tabel 3. Hasil Output Uji Reliabilitas Variabel X (Pembinaan Agama Islam)
Reliability Statistics Cronbach's
N of Items
Alpha .908
16
53
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivarians dengan Program SPSS, (Semarang: UNDIP, 2003), hal.41
74
Dengan demikian apat kita lihat dari hasil output tabel 3. Hasilnya dapat diketahui nilai Cronbach Alfa untuk variabel pembinaan agama Islam sebesar 0.908. Adapun hasil uji reliabilitas variabel rasa percaya diri berdasarkan perhitungan dengan bantuan program SPSS for Window versions 20.0 diperoleh tabel hasil output sebagai berikut: Tabel 4. Hasil Output Uji Reliabilitas Variabel Y (Rasa Percaya Diri)
Reliability Statistics Cronbach's
N of Items
Alpha .925
30
Dengan demikian dapat kita lihat dari hasil output tabel 4. Hasilnya dapat diketahui nilai Cronbach Alfa untuk variabel rasa percaya diri sebesar 0.925. Dari kedua tabel hasil output uji reliabilitas dapat dilihat bahwa uji reliabilitas variabel rasa percaya diri mendapatkan nilai tertinggi yaitu 0,925 dibandingkan uji reliabilitas variabel pembinaan agama Islam dengan nilai 0.908. Hasilnya dapat diketahui bahwa nilai Cronbach Alfa untuk kedua variabel dikatakan sempurna (reliabel), karena diperoleh nilai alfa cronbach > 0.6. I.
Teknik Analisis Data Pada tahap ini data akan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga diperoleh kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalaan yang diajukan dalam penelitian. Dalam menganalisis data, peneliti
75
menggunakan analisis kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan kemudian diolah melalui tiga tahap yaitu editing, coding dan tabulating. 17 1.
Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan karena kemungkinan data yang telah dikumpulkan tidak logis dan meragukan. Tujuannya untuk menghilangkan kesalahankesalahan yang terdapat pada pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi.
2.
Coding yaitu pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama.
3.
Tabulasi yaitu membuat tabel-tabel yang berisikan data yang telah diberi kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode
deskriptif
analisis
dengan
cara
mengumpulkan,
mengolah,
menyajikan dan menganalisis data yang berwujud angka kemudian menguraikan naratif. 18 1.
Uji Regresi Linier Sederhana Oleh karena dalam penilitian ini terdiri dari dua variabel yaitu satu
variabel independen dan satu variabel dependen maka untuk mengetahui berapa besar pengaruh pembinaan agama Islam terhadap tingkat rasa percaya diri wanita untuk di Rutan Pondok Bambu. Uji statistik regresi linier sederhana digunakan untuk menguji signifikan atau tidaknya hubungan dua variabel melalui koefesien regresinya. 19 Kemudian, dengan uji regresi linier sederhana pula akan diketahui sejauh mana perubahan nilai variabel dependen 17
hal. 24
18
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004),
Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 336 19 Ibid., h. 103
76
terhadap perubahan nilai variabel independen. Adapun persamaan regresi linier sedarhana adalah: 20 Y = a + bX Keterangan: Y
= Variabel dependen (rasa percaya diri warga binaan wanita di Rutan Pondok Bambu).
a
= Harga Y ketika harga X = 0 (harga konstan).
b
= Angka arah atau koefesien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen.
X
= Variabel independen yang mempunyai nilai tertentu (pembinaan agama Islam di Rutan Pondok Bambu)
2.
Uji Regresi Linier Berganda Uji regresi linier berganda untuk mengetahui bagaimana hubungan
fungsional ataupun kausal antara beberapa variabel independen dengan variabel dependen. Menurut Fred N. Kerlinger persamaan umum regresi linier berganda adalah sebagai berikut 21: Y= a o +a 1 X 1 +a 2 X 2 +a 3 X 3 +….+a n X n Keterangan:
20 21
Y
= Variabel dependen (rasa percaya diri)
X
= Variabel independen (pembinaan agama Islam)
ao
= Nilai konstanta
Sugiyono, Statistik untuk penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 261
Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 929
77
3.
a1
= Angka arah atau koefisien regresi untuk variabel bebas ke-1
an
= Angka arah atau koefisien regresi untuk variabel ke-n
Uji Koefisien Korelasi Analisis korelasi digunakan untuk mencari arah dan kuatnya hubungan
antara dua variabel atau lebih, baik hubungan yang bersifat simetris, kausal, dan reciprocal. 22 Uji koefesien korelasi dilakukan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana kekuatan dan arah hubungan antara variabel independen yaitu pembinaan agama dan variabel dependen rasa percaya diri. Untuk mengetahui kekuatan hubungan kedua variabel tersebut yaitu dengan cara menginterpretasikan nilai yang diperoleh dari uji koefesien korelasi dengan berpedoman pada ketentuan berikut: Tabel 5. Interval Koefesien Korelasi dan Kekuatan Hubungan 23 No 1 2 3 4 5 6 7
Interval Nilai
Kekuatan Hubungan
KK = 0,00 0,00 < KK < 0,20 0,20 < KK < 0,40 0,40 < KK < 0,70 0,70 < KK < 0,90 0,90 < KK < 1,00 KK = 1,00
Tidak ada Sangat rendah atau lemah sekali Rendah atau lemah tapi pasti Cukup berarti atau sedang Tinggi atau kuat Sangat tinggi atau kuat sekali, dapat diandalkan Sempurna
Untuk menentukan besarnya koefesien korelasi digunakan rumus sebagai berikut: 24
𝑟𝑥𝑦 22
=
∑ 𝑥𝑦
�∑ 𝑥 2 𝑦 2
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivarians dengan Program SPSS, (Semarang: UNDIP, 2003), h. 260 23 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 44 24 Sugiyono, Statistik untuk penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 228
78
Keterangan:
𝑟𝑥𝑦 x y 4.
= Korelasi antara variabel X dan Y = Selisih nilai X dengan rata-rata variabel X (𝑋𝑖 − 𝑋� )
�) = Selisih nilai Y dengan rata-rata variabel Y (𝑌𝑖 − 𝑌
Uji Koefesien Determinasi
Uji koefesien determinasi yaitu untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan varians dari variabel dependen. Koefesien ini juga disebut koefesien penentu, karena varians yang terjadi pada variabel dependen dapat dijelaskan melalui varians yang terjadi pada variabel independen. 25 Dalam output SPSS 20.0 for windows, koefesien determinasi dapat diketahui dari nilai R square pada tabel model summary. Dimana interval nilai R square yaitu antara nol sampai dengan satu. Nilai koefesien determinasi atau R square besarnya adalah kuadrad dari koefesien korelasi (𝑟 2 ). Dengan demikian koefesien determinasi dapat dihitung dengan rumus: 26 Dimana:
KD = 𝒓𝟐 x 100%
KD = Koefesien Determinasi (angka atau indeks yang digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan suatu variabel terhadap variasi variabel yang lain)
25 26
Sugiyono, Statistik untuk penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 231
Jonathan Sarwono, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS, (Yogyakarta: Andi, 2006), h. 123
79
𝑟2 5.
= Kuadrat Koefesien Korelasi (Nilai R square dalam output SPSS 20.0 for wondows)
Uji F-test (Simultan) Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara
bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat. Hasil uji F dapat dilihat dalam tabel ANOVA dalam kolom sig. Menggunakan taraf signifikansi 5% (0,05), jika nilai probabilitas < 0,05, maka dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Namun, jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji F bisa dilakukan dengan bantuan software SPSS 20.0. 6.
Uji T-test (Parsial) Uji koefesien korelasi parsial yaitu uji statistik untuk menganalisis bila
peneliti bermaksud mengetahui pengaruh atau mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen, dimana salah satu variabel independennya dibuat tetap atau dikendalikan. 27Adapun untuk mengetahui signifikan atau tidak koefesien korelasi parsial yang di peroleh maka dilakukan uji t dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 28
Dimana:
𝑡=
𝑟 √𝑛 − 𝑚 √1 − 𝑟 2
t = Koefesien korelasi parsial
n = Jumlah sampel
r = Koefesien korelasi
m = Banyaknya variabel
27
Sugiyono, Statistik untuk penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 235
28
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2009), h. 184
80
Selanjutnya, harga t hitung yang diperoleh dibandingkan dengan harga t tabel, dengan ketentuan dk = n – muntuk taraf kesalahan 5% uji dua pihak. Adapun angka signifikansi dalam output SPSS 20.0 for windows terdapat pada tabel anova dan tertulis Sig. Dari nilai signifikansi tersebut untuk mengetahui apakah ada hubungan linier antara variabel pembinaan agama dan rasa percaya diri di Rutan Pondok Bambu. J.
Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap
suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah sehingga harus di uji secara empiris. 29 Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka hipotesis yang akan di jawab dan di buktikan dalam penelitian ini adalah: H0 : Tidak ada pengaruh signifikan pembinaan agama terhadap rasa percaya
diri di Rutan Pondok Bambu.
H𝑎 : Ada pengaruh signifikan pembinaan agama terhadap rasa percaya diri di Rutan Pondok Bambu.
Dengan ketentuan sebagai berikut: Sig < 0,05 maka H0 ditolak dan H𝑎 diterima
Sig > 0,05 maka H0 diterima dan H𝑎 ditolak
29
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), edisi revisi IV, h. 31
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN HASIL ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Rumah Tahanan Negara Kelas II A Jakarta Timur 1.
Sejarah Rumah Tahanan Negara Kelas II A Rutan Pondok Bambu terletak di Jalan Pahlawan Revolusi No. 38,
Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur 13430. Rutan Pondok Bambu berdiri diatas tanah seluas 14.586 m2.
Rumah
Tahanan
Daerah
ini
didirikan
pada
tahun
1974
oleh Pemerintah
(PEMDA) DKI Jakarta. Pada awal didirikannya Rumah Tahanan ini ditujukan bagi para pelanggar Peraturan Daerah (PERDA) seperti tuna susila, tuna wisma, gelandangan, dan pengemis. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor: M.04.PR.07.03 tahun 1985 tanggal 20 September 1985
bangunan
tersebut
dialih
fungsikan
sebagai Rumah Tahanan
Negara Klas IIA yang fungsinya adalah rumah tahanan negara yang diperuntukkan
untuk
tahanan
yang
diduga
melakukan
pelanggaran
hukum. 1 2.
Visi dan Misi Rumah Tahanan Negara Kelas II A Sejalan dengan upaya pemerintah untuk melaksanakan supremasi
dibidang hukum dan melakukan perlindungan Hak Asasi Manusia, maka Rumah Tahanan Negara Kelas II A Jakarta Timur mempunyai Visi yaitu, “Profesionalisme Pelayanan dan Perawatan Warga Binaan dalam Upaya Penegakan Hukum Serta Perlindungan Hak Asasi Manusia”. 1
Diolah berdasarkan data Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur tahun 2016 berupa dokumen lembaran.
81
82
Guna melaksanakan Visi tersebut Rumah Tahanan Negara Kelas II A Jakarta Timur mempunyai Misi yaitu, “Melakukan Pelayanan dan Perawatan Warga Binaan dalam Rangka Pelaksaan Supremasi Hukum dan Melakukan Perlindungan Hak Asasi Manusia Bagi Warga Binaan Rumah Tahanan Negara Kelas II A Jakarta Timur”. 2 3.
Struktur Organisasi Rumah Tahanan Negara Kelas II A Sesuai dengan surat Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : 12
Tahun 1995 tentang pemasyarakatan, Rutan Kelas IIA Jakarta Timur mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan dibidang penahanan untuk kepentingan penyidikan dan pemeriksaan di sidang Pengadilan. Ruang Lingkup : a) Penerimaan, Pendaftaran dan Penempatan b) Perawatan Kesejahteraan c) Bantuan Hukum dan Penyuluhan d) Bimbingan Kegiatan e) Kamtib 3
2
Diolah berdasarkan data Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur tahun 2016 berupa dokumen lembaran. 3 Ibid.
83
Berikut merupakan struktur organisasi yang berada di Rutan Pondok Bambu Kelas II A Jakarta Timur: 4 Bagan 1 Struktur Organisasi RUTAN Pondok Bambu Kelas II A
Kepala RUTAN Ika Yusanti, Bc.I.P, SH.M.Si
Petugas Tata Usaha
Ketua Pengamanan RUTAN
Sub Sie. Pelayanan Tahanan
Sub Sie. Bimbingan Kegiatan
Yuliana, Amd.IP, SH
Ari Budiningsih, Amd.IP,SH
Yeyen, Amd. IP,SH.M.H
Sub Sie. Pengelolaan
Sugiyati, SH.M.Si
Berikut merupakan jumlah pegawai di Rutan Pondok Bambu Kelas II A Jakarta Timur: 5 Tabel 6. Jumlah Pegawai Rutan Pondok Bambu Kelas II A Pegawai Laki-laki
78 orang
Pegawai Perempuan
118 orang
Jumlah
196 orang
Pejabat Struktural di Rutan Pondok
Bambu Jakarta Timur
Kepala Rutan
1 orang
Kepala Subsie Pengelolaan
1 orang
Kepala Subsie Pelayanan Tahanan
1 orang
4
Diolah berdasarkan data Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur tahun 2016 berupa dokumen lembaran. 5 Ibid.
84
Kepala Subsie Bimbingan Kegiatan
1 orang
Kepala Subsie Pengamanan/KPR
1 orang
Petugas Keamanan
29 orang
4.
Sarana dan Prasarana Rumah Tahanan Negara Kelas II A Rumah tahanan negara kelas II A Jakarta Timur memiliki sarana dan
prasarana pendukung dalam melaksanakan tugas-tugas baik tugas perkantoran maupun tugas pelayanan dan pembinaan baik kepada masyarakat dan warga binaan pemasyarakatan. Rumah tahanan negara kelas II A Jakarta Timur memiliki bangunan dengan tingkat pengamanan, diantaranya : a.
Bangunan perkantoran
b.
Paviliun hunian
c.
Bangunan tempat ibadah
d.
Bangunan poliklinik
e.
Bangunan dapur
f.
Pos menara
g.
Halaman parkir 6
Rumah tahanan negara kelas II A Jakarta Timur memiliki beberapa paviliun untuk warga binaan pemasyarakatan antara lain: 7 1.
Paviliun anggrek Merupakan paviliun bagi penghuni wanita dengan kasus pidana
kriminal. Dengan luas bangunan 794 m2 (1 lantai) dengan kapasitas 18 kamar dan tiap-tiap kamar memiliki kapasitas 8 orang.
6
Diolah berdasarkan data Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur tahun 2016 berupa dokumen lembaran. 7 Ibid.
85
2.
Paviliun bogenvile Merupakan paviliun bagi penghuni warga binaan yang berusia lanjut
dan warga binaan yang dipilih untuk membantu pekerjaan kantor Rutan (Tamping). 3.
Paviliun cendana Merupakan paviliun bagi penghuni Narkoba/Psikotropika. Kapasitas
paviliun cendana sebanyak 13 kamar. 4.
Paviliun dahlia Merupakan paviliun bagi penghuni kriminal umum dengan luas
bangunan 508 m2 (2 lantai) dengan kapasitas sebanyak 15 kamar. Kamar 1 sampai 12 memiliki kapasitas 10 orang dan kamar 13 sampai 15 memiliki kapasitas 2 orang. 5.
Paviliun edelweis Merupakan
paviliun
bagi
penghuni
kasus
pidana
khusus
narkoba/psikotropika. Luas bangunan 439 m2 (2 lantai) dengan kapasitas 27 kamar, tiap-tiap kamar memiliki kapasitas 10 orang. 6.
Paviliun kenanga Merupakan paviliun bagi penghuni warga binaan yang dipilih untuk
membantu pekerjaan kantor Rutan (Tamping). Luas bangunan 100 m2 (1 lantai) dan memiliki 4 kamar . tiap-tiap kamar memiliki kapasitas 6 orang.
86
7.
Paviliun isolasi Merupakan paviliun yang diperuntukkan bagi penghuni yang
melakukan pelanggaran tata tertib dengan luas 36 m2 (1 lantai) yang memiliki 5 kamar. Tiap-tiap kamar memiliki kapasitas 3 orang. 8 5.
Daftar Penghuni Rumah Tahanan Negara Kelas II A Berikut merupakan daftar penghuni Rutan Kelas II A Jakarta Timur: 9 Hari, tanggal : Senin, 05 September 2016 Kapasitas
: 619 Orang
Isi
: 902 Orang Tabel 7. Daftar Isi Penghuni Rutan Kelas II A
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Paviliun A B C D E KRT RS RG. ISOLASI Jumlah
8
Jumlah 180 41 204 173 276 21 1 6 902
Diolah berdasarkan data Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur tahun 2016 berupa dokumen lembaran. 9 Ibid.
87
6.
Jenis Pembinaan Rumah Tahanan Negara Kelas II A Adapun pembinaan yang dilakukan di Rumah Tahanan Negara Kelas II
A Jakarta Timur adalah: 10 1.
Pembinaan kerohanian a.
Islam Pembinaan
kerohanian
dilakukan
bagi
warga
binaan
pemasyarakatan di Masjid Rutan. Pembinaan ini bekerjasama dengan Kementerian Agama dan Yayasan seperti, Al-Azhar, Kodi, Aisyah, Radio Dakta, Umat Muslim, Nurul Iman. Kegiatan pembinaan agama Islam di Rutan diberikan pada setiap hari SeninJumat yang dimulai dari pukul 9:30-11:30, kemudian shalat Dzuhur dan dilanjutkan kembali pukul 13:30-15:00. b.
Kristen Pembinaan kerohanian Kristen dilakukan setiap hari dengan
bekerjasama dengan Yayasan dari gereja, antara lain Menara Iman, Santa Aura, Apastalas, Samaritan. c.
Budha Pembinaan kerohanian Budha juga dilakukan setiap hari dengan
bekerjasama dengan Yayasan. 2.
Pembinaan pendidikan Pembinaan pendidikan dilakukan dengan bekerjasama dengan
Sekolah Kejar Paket A, B dan C yang terdiri dari :
10
Diolah berdasarkan data Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur tahun 2016 berupa dokumen lembaran.
88
a.
Setara SD
b.
Setara SMP
c.
Setara SMA
d.
Bahasa Inggris perpustakaan elektronik dari perpustakaan nasional
3.
4.
Pembinaan keterampilan kerja a.
Salon
b.
Menjahit
c.
Tata boga
d.
Membuat tas dari manik-manik
e.
Melukis
Kegiatan rekreasi a.
Pramuka
b.
Olahraga
c.
Rebana/marawis
d.
Pencak silat
e.
Tari 11
B. Temuan dan Hasil Analisis Data 1.
Klasifikasi Responden Hasil analisis mengenai profil responden diperoleh data mengenai
responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini, antara lain: karakteristik responden berdasarkan kasus, usia, dan pendidikan terakhir. Selanjutnya akan dijelaskan dalam bentuk tabel beserta uraiannya. 11
Diolah berdasarkan data Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur tahun 2016 berupa dokumen lembaran.
89
a.
Karakteristik Responden berdasarkan Kasus Berikut merupakan karakteristik responden berdasarkan kasus: 12 Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Kasus
No
Kasus
Frekuensi
Presentase
1
Narkotika
20 Responden
28,6 %
2
Kriminal
50 Responden
71,4 %
Berdasarkan tabel 8, diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan kasus adalah sebanyak 20 responden pada kasus narkotika dan sebanyak 50 responden pada kasus kriminal. Berdasarkan jumlah tersebut, maka sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki kasus kriminal. b.
Karakteristik Responden berdasarkan Usia Berikut merupakan karakteristik responden berdasarkan usia: 13 Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No
Usia
Frekuensi
Presentase
1
20 – 30 tahun
9 Responden
12,9 %
2
31 – 40 tahun
32 Responden
45,7 %
3
41 – 50 tahun
19 Responden
27,1 %
4
51 – 60 tahun
10 Responden
14,3 %
Berdasarkan tabel 9, diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan usia adalah sebanyak 9 responden berusia 20-30 tahun,
12
Diolah berdasarkan data hasil kuesioner warga binaan di Rutan Pondok Bambu tahun 2016. 13 Ibid.
90
kemudian sebanyak 32 responden berusia 31-40 tahun, selanjutnya sebanyak 19 responden berusia 41-50 tahun dan terakhir sebanyak 10 responden berusia 51-60 tahun. Berdasarkan jumlah tersebut, maka sebagian besar responden dalam penelitian ini berusia 31-40 tahun. Dengan demikian responden dalam penelitian ini berada dalam usia produktif. c.
Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan terakhir Berikut merupakan tabel karakteristik responden berdasarkan
pendidikan terakhir: 14 Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir No
Pendidikan Terakhir
Frekuensi
Presentase
1
SD
6 Responden
8,6 %
2
SMP
12 Responden
17,1 %
3
SMA/SMK
33 Responden
47,1 %
4
D3
9 Responden
12,9 %
5
S1
8 Responden
11,4 %
6
S2
2 Responden
2,9 %
Berdasarkan tabel 10, diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir adalah sebanyak 6 responden pendidikan terakhir SD, 12 responden pendidikan terakhir SMP, kemudian 33 responden berpendidikan terakhir SMA/SMK, 9 responden pendidikan terakhir D3, kemudian 8 responden berpendidikan S1 dan 2 responden berpendidikan S2.
14
Diolah berdasarkan data hasil kuesioner warga binaan di Rutan Pondok Bambu tahun 2016.
91
Berdasarkan jumlah tersebut bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini mengenyam pendidikan SMA. 2.
Deskripsi Hasil Penelitian Deskripsi hasil penelitian ini membahas tentang pengaruh variabel
pembinaan agama Islam dengan rasa percaya diri. Dalam pengambilan data, peneliti menggunakan angket yang disebar kepada responden warga binaan pemasyarakatan yang sesuai dengan kriteria responden. Setelah data-data yang masuk dalam angket diolah melalui editing dan skoring, maka langkah berikutnya menyajikan data tersebut dalam bentuk tabel dengan menggunakan rumus presentase. Berikut ini peneliti sajikan hasil angket berdasarkan presentase jawaban. Dari hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut: a.
Variabel Pembinaan Agama Islam Berikut merupakan tabel variabel pembinaan agama Islam pada
aspek kognitif: Tabel 11. Kognitif No 1 2
3
4
5
Pernyataan Kognitif Alam semesta diciptakan oleh Allah Saya meyakini bahwa Allah Maha melihat semua perbuatan manusia. Saya meyakini bahwa hanya kepada Allah, manusia akan kembali Saya memohon pertolongan dan perlindungan hanya kepada Allah Saya meyakini bahwa Allah menciptakan malaikat
SS
S
TS
STS
Skor
Rangking
62
8
0
0
342
8
66
4
0
0
346
4
65
5
0
0
345
5
64
6
0
0
344
6
67
2
0
1
344
6
92
6
7 8 9 10
11
12 13
14
15 16 17 18 19 20 21
22
23
Saya meyakini bahwa segala ucapan dan tindakan kita, malaikat yang mengontrol Saya meyakini Al-Qur’an sebagai penerang jiwa. Malaikat mencatat segala ucapan dan tindakan kita Allah mengutus para Rasul sebagai teladan bagi manusia Islam mengajarkan bahwa ucapan dan perilaku Rasul sebagai pedoman dalam bertingkahlaku Al-Qur’an sebagai petunjuk tentang kebaikan dan keburukan Al-Qur’an sebagai penyejuk hati dan jiwa Islam mengajarkan membaca dan mengamalkan isi AlQur’an Allah akan meminta pertanggungjawaban manusia atas segala perbuatan didunia Tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa izin Allah Ibadah shalat lima waktu hukumnya wajib Shalat merupakan rukun Islam kedua Shalat dapat menentramkan hati dan jiwa Ibadah puasa di bulan Ramadhan hukumnya wajib Puasa merupakan rukun Islam ketiga Manfaat puasa yakni sebagai media untuk melatih kesabaran, menjaga kesehatan dan memperoleh kejernihan hati dalam berfikir Zakat, infaq dan shodaqoh dapat mensucikan diri dari harta yang bukan milik kita Haji merupakan media untuk berlatih menghadapi kesulitan dan merendahkan diri
52
18
0
0
332
12
53
16
1
0
331
13
56
14
0
0
336
11
56
14
0
0
344
6
64
6
0
0
344
6
66
4
0
0
346
4
68
2
0
0
348
2
64
6
0
0
344
6
65
5
0
0
345
5
65
5
0
0
345
5
68
2
0
0
348
2
64
6
0
0
344
6
68
2
0
0
348
2
69
1
0
0
349
1
58
8
3
1
329
14
64
6
0
0
344
6
56
12
2
0
332
12
32
31
5
2
296
15
93
24
25
26
27
28
29 30 31 32 33
34
Setiap manusia merupakan ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan Islam mengajarkan menutup aurat bagi laki-laki dan perempuan Islam tidak mengajarkan berkata-kata kasar dan tidak bermanfaat Islam mengajarkan manusia untuk menjauhkan diri dari perbuatan yang tercela Islam mengajarkan menghormati dan sopan santun kepada orang lain Islam mengajarkan menolong sesame Islam mengajarkan bersikap baik dengan orang lain Asmaul Husna ada 99 Dengan berdzikir hati menjadi tenang Asmaul Husna merupakan nama-nama Allah yang indah dan baik Dzikir merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah Jumlah Mean
60
10
0
0
340
9
66
12
2
0
332
12
61
8
0
1
338
10
62
8
0
0
342
8
64
6
0
0
344
6
63
7
0
0
343
7
62
8
0
0
342
8
66
4
0
0
346
4
66
4
0
0
346
4
67
3
0
0
347
3
67
2
0
1
344
6
11,590 340,88
Pada tabel 11 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 349 pada pernyataan Ibadah puasa di bulan Ramadhan hukumnya wajib, dalam indikator kognitif di variabel pembinaan agama Islam dengan menempati rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 69, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 1, dan 0 sisanya tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Sedangkan skor terendahnya adalah 297 yaitu mengenai Haji merupakan media untuk berlatih menghadapi kesulitan dan merendahkan
94
diri yang menempati rangking 15. Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 32, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 31, tidak setuju (TS) sebanyak 5 dan sangat tidak setuju (STS) sebanyak 2. Hasil tersebut menunjukkan bahwa responden lebih mengetahui bahwa ibadah puasa di bulan Ramadhan hukumnya wajib dibandingkan dengan ibadah haji yang merupakan media untuk berlatih menghadapi kesulitan dan merendahkan diri. Hal ini menunjukkan pembimbing agama tidak memberikan penjelasan mendalam mengenai ibadah haji. Menurut Asmaran bahwa Ibadah itu (dalam arti sempit) seperti, thaharah, shalat, zakat, puasa, haji bila mampu. Ibadah tersebut hukumnya wajib. Ibadah secara umum memiliki arti mengikuti segala hal yang di cintai Allah dan di ridhoi-Nya, baik perkataan maupun perbuatan lahir dan batin. 15 Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa responden mengetahui salah satu ibadah yaitu puasa di bulan Ramadhan hukumnya wajib.
15
1992), h. 1
Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
95
Berikut merupakan tabel variabel pembinaan agama Islam pada aspek afektif: Tabel 12. Afektif No 1
2
3
4 5
6
7
Pernyataan Afektif Pembinaan agama di Rutan dilaksanakan setiap seminggu lima kali Setiap manusia ingin berubah menjadi manusia yang lebih baik Materi yang disampaikan dalam pembinaan agama mudah difahami Materi yang disampaikan oleh pembimbing agama menarik Dengan memperhatikan materi pembinaan agama yang disampaikan maka akan lebih mudah dimengerti Pembinaan agama membuat manusia menyadari kesalahannya Setiap manusia tidak ingin mengulangi kesalahannya kembali Jumlah Mean
SS
S
TS
STS
Skor
Rangking
48
17
3
2
316
6
64
6
0
0
344
1
39
30
1
0
317
5
34
35
1
0
312
7
43
26
1
0
321
4
50
20
0
0
330
3
59
11
0
0
339
2
2,279 325,57
Pada tabel 12 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 344 pada pernyataan Setiap manusia ingin berubah menjadi manusia yang lebih baik, dalam indikator afektif di variabel pembinaan agama Islam dengan menempati rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 64, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 6, dan 0 sisanya tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Sedangkan skor terendahnya adalah 312 yaitu mengenai Materi yang disampaikan oleh pembimbing agama menarik yang menempati
96
rangking 7. Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 34, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 35, tidak setuju (TS) sebanyak 1 dan sangat tidak setuju (STS) sebanyak 20. Hal tersebut menunjukkn bahwa responden merasa ingin berubah menjadi manusia yang lebih baik, karena responden menyadari kesalahan yang mereka perbuat, tetapi responden merasa materi yang disampaikan pembimbing agama kurang menarik sehingga responden kurang mendalami semua materi pembinaan agama yang diberikan oleh pembimbing agama. Menurut Prof.Dr.H.Mohammad Ardani bahwa Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya. 16 Teori tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini, dimana responden menyadari bahwa dirinya sebagai amanah Allah yang harus dipertanggung jawabkan, maka responden akan berusaha menjadi manusia yang lebih baik agar dapat dipertanggung jawabkan di akhirat.
16
Mohammad Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet ke-2, h. 49
97
Berikut merupakan tabel variabel pembinaan agama Islam pada aspek psikomotorik: Tabel 13. Psikomotorik No 1
2
3 4
Pernyataan Psikomotorik Bertanya saat pembinaan agama akan membuat kita lebih faham materi yang disampaikan Pembinaan agama mengajarkan cara berpidato dan berbicara didepan umum Islam mengajarkan membaca Al-Qur’an dengan tajwid Membaca Al-Qur’an merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah Jumlah Mean
SS
S
TS
STS
Skor
Rangking
46
23
0
1
323
3
25
36
9
0
290
4
56
13
1
0
334
2
63
6
0
1
340
1
1,287 321,75
Pada tabel 13 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 340 pada pernyataan Membaca Al-Qur’an merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah ,dalam indikator psikomotorik di variabel pembinaan agama Islam dengan menempati rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 63, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 6, tidak setuju (TS) sebanyak 0 dan sangat tidak setuju (STS) sebanyak 1. Sedangkan skor terendahnya adalah 290 yaitu mengenai Pembinaan agama mengajarkan cara berpidato dan berbicara didepan umum yang menempati rangking 4. Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 25, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 36, tidak setuju (TS) sebanyak 9 dan sangat tidak setuju (STS) sebanyak 0.
98
Hal tersebut menunjukkan bahwa responden lebih memahami bahwa membaca Al-Qur’an merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah, tetapi responden belum diajarkan mengenai keberanian tampil didepan salah satunya yaitu dengan pidato atau ceramah saat pembinaan agama berlangsung. Hal ini karena waktu pembinaan agama yang dibagibagi karena pembimbing yang cukup banyak, sehingga setiap pembimbing agama tidak memiliki banyak waktu untuk mengajarkan banyak hal. Menurut Asmuni Syukir bahwa pengertian iman kepada kitab-kitab Allah adalah meyakini bahwa kitab Allah itu benar datang dari Allah SWT kepada para nabi atau rasul yang berisi wahyu Allah untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. Salah satu kitab Allah adalah Al-Qur’an, dengan membaca dan memahami isi Al-Qur’an, maka manusia akan merasa dekat dengan Allah dan tenang dalam menghadapi segala hal. 17 Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu responden
merasa
bahwa
dengan
membaca
Al-Qur’an
dapat
mendekatkan diri kepada Allah.
17
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 60
99
Berikut merupakan tabel aspek dukungan keluarga dan lingkungan: Tabel 14. Dukungan keluarga dan lingkungan No
1 2 3
4
5
6 7
8
Pernyataan Dukungan keluarga dan lingkungan Keluarga merupakan tempat mencurahkan isi hati Keluarga selalu menemani dan menyemangati Pihak Rutan mendatangkan Ustadz dari luar saat acaraacara besar Islam Islam mengajarkan bersikap baik kepada keluarga, teman, dan lingkungan Keluarga menyempatkan waktu untuk makan bersama warga binaan saat menjenguk Motivasi merupakan cara menguatkan diri Adanya pihak luar yang memberikan motivasi kepada warga binaan, seperti Ustadz, mahasiswa magang, praktikum dan pihak lainnya Keluarga memberikan dukungan kepada saya dengan menjenguk ke Rutan Jumlah Mean
SS
S
TS
STS
Skor
Rangking
41
27
2
0
317
7
46
20
4
0
318
6
52
16
1
1
327
3
42
25
3
0
316
8
62
8
0
0
342
1
47
19
4
0
319
5
53
17
0
0
333
2
43
27
0
0
323
4
2,595 324,37
Pada tabel 14 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 342 pada pernyataan Keluarga menyempatkan waktu untuk makan bersama warga binaan saat menjenguk, dalam indikator dukungan keluarga dan lingkungan di variabel pembinaan agama Islam dengan menempati rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 62, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 8, dan sisanya 0 pada tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS).
100
Sedangkan skor terendahnya adalah 316 yaitu mengenai Islam mengajarkan bersikap baik kepada keluarga, teman, dan lingkungan, yang menempati rangking 8. Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 42, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 25, tidak setuju (TS) sebanyak 3 dan sangat tidak setuju (STS) sebanyak 0. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden merasakan bahwa Keluarga menyempatkan waktu untuk makan bersama responden saat jam kunjungan, tetapi responden tidak terlalu memahami bahwa Islam mengajarkan bersikap baik kepada keluarga, teman, dan lingkungan. Hal tersebut diduga karena tidak semua responden merasa diperhatikan oleh keluarga dan lingkungan sekitar. Menurut Syamsudin Abin Makmun bahwa aspek perhatian adalah keaktifan peningkatan kesadaran seluruh fungsi jiwa yang dikerahkan dalam pemusatannya kepada sesuatu, baik yang ada di dalam maupun yang ada di luar diri individu. Melalui perhatian seseorang lebih mudah menerima sesuatu, dan sebaliknya tanpa adanya perhatian, tiap asumsiasumsi yang masuk, baik dari dalam diri maupun dari luar akan sulit diterima. 18 Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa perhatian dari keluarga responden merupakan salah satu dukungan yang diperlukan oleh responden.
18
Syamsudin Abin. Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), h. 45
101
b.
Variabel Rasa Percaya Diri Berikut merupakan tabel variabel rasa percaya diri pada aspek tekat
kuat: Tabel 15. Tekat kuat No 1 2 3
Pernyataan Tekat kuat Tekat kuat merupakan cara memotivasi diri
SS
S
TS
STS
Skor
Rangking
53
17
0
0
332
1
19
0
0
330
2
17
0
1
329
3
Menghadapi masalah dengan 51 tekat yang kuat Tekat kuat membuat manusia menjadi berani menghadapi 52 masalah Jumlah Mean
991 330,33
Pada tabel 15 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 332 pada pernyataan Tekat kuat merupakan cara memotivasi diri, dalam indikator tekat kuat di variabel rasa percaya diri dengan menempati rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 53, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 17, dan sisanya 0 pada tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Sedangkan skor terendahnya adalah 329 yaitu mengenai Tekat kuat membuat manusia menjadi berani menghadapi masalah, yang menempati rangking 3. Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 52, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 17, tidak setuju (TS) sebanyak 0 dan sangat tidak setuju (STS) sebanyak 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden memiliki tekat kuat dengan cara memotivasi diri sendiri dalam menghadapi masalah, tetapi tidak semua responden memiliki tekad kuat untuk berani menghadapi
102
masalah yang mereka miliki. Hal tersebut dikarenakan responden memiliki masalah besar yang membuat responden harus memotivasi diri mereka untuk kuat menghadapi semua masalah. Menurut Thantaway percaya diri adalah kondisi mental atau psikologi diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan suatu tindakan. 19 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yaitu responden memerlukan tekat kuat untuk memotivasi dirinya melakukan suatu tindakan. Berikut merupakan tabel variabel rasa percaya diri pada aspek memberanikan diri: Tabel 16. Memberanikan diri No 1
2 3
4
Pernyataan Memberanikan diri Manusia berani melakukan perubahan diri menjadi lebih baik Manusia berani mengakui kesalahan Berani mengutarakan isi hati kepada keluarga, petugas ataupun warga binaan lainnya Manusia berani menerima segala konsekuensi yang telah diperbuat Jumlah Mean
SS
S
TS
STS
Skor
Rangking
55
15
0
0
335
1
47
21
0
2
321
3
30
33
5
2
293
4
46
23
1
0
324
2
1,273 318,25
Pada tabel 16 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 335 pada pernyataan Manusia berani melakukan perubahan diri menjadi lebih baik, dalam indikator memberanikan diri di variabel rasa percaya diri
19
Pradita. Sarastika, Buku Pintar Tampil Percaya Diri, (Yogyakarta: ARASKA, 2014), h. 40
103
dengan menempati rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 55, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 15, dan sisanya 0 pada tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Sedangkan skor terendahnya adalah 293 yaitu mengenai Berani mengutarakan isi hati kepada keluarga, petugas ataupun warga binaan lainnya, yang menempati rangking 4. Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 30, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 33, tidak setuju (TS) sebanyak 5 dan sangat tidak setuju (STS) sebanyak 2. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden berani melakukan perubahan menjadi manusiayang lebih baik, tetapi responden belum berani mengutarakan isi hati kepada keluarga, petugas Rutan maupun warga binaan lain. Hal tersebut karena responden menyadari atas kesalahan yang mereka perbuat sehingga responden berani untuk berubah menjadi manusia yang lebih baik. Menurut Abu Al-Ghifari salah satu aspek-aspek percaya diri yaitu berani mengambil resiko. 20 Hal tersebut sesuai dengan penelitian ini yang menyatakan bahwa responden berani melakukan perubahan menjadi lebih baik dengan resiko dan konsekuensi yang ada.
20
37
Abu Al-Ghifari, Percaya Diri Sepanjang Hari, (Bandung: Mujahid, 2004), h.
104
Berikut merupakan tabel variabel rasa percaya diri pada aspek berfikir positif: Tabel 17. Berfikir positif No 1
2 3
4
Pernyataan Berfikir positif Berfikir positif merupakan salah satu kunci ketenangan hati Berfikir positif setiap kejadian yang ada Manusia yang berfikir positif tentang orang lain akan memiliki banyak teman Bersikap positif akan membawa diri pada perubahan yang lebih baik Jumlah Mean
SS
S
TS
STS
Skor
Rangking
58
12
0
0
338
1
50
20
0
0
330
3
44
26
0
0
324
4
52
18
0
0
331
2
1,323 330,75
Pada tabel 17 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 338 pada pernyataan Berfikir positif merupakan salah satu kunci ketenangan hati, dalam indikator berfikir positif di variabel rasa percaya diri dengan menempati rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 58, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 12, dan sisanya 0 pada tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Sedangkan skor terendahnya adalah 324 yaitu mengenai Manusia yang berfikir positif tentang orang lain akan memiliki banyak teman, yang menempati rangking 4. Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 44, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 26, tidak setuju (TS) sebanyak 0 dan sangat tidak setuju (STS) sebanyak 0. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden menyadari bahwa berfikir positif merupakan salah satu kunci ketenangan hati, tetapi
105
responden memahami bahwa tidak semua manusia yang berfikiran positif tentang orang lain akan memiliki banyak teman. Hal tersebut karena responden merasakan fase dimana menganggap bahwa teman itu baik tetapi pada kenyataan nya teman tersebut mengecewakan responden, sehingga tidak semua responden berfikir positif dengan temannya. Menurut Fatimah, salah satu ciri-ciri individu yang mempunyai rasa percaya diri yaitu mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain, dan situasi diluar dirinya. 21 Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu responden berfikir positif yang akan menimbulkan ketenangan hati. Berikut merupakan tabel variabel rasa percaya diri pada aspek inisiatif: Tabel 18. Inisiatif No 1
2 3
Pernyataan Inisiatif Inisiatif merupakan cara manusia mengembangkan kemampuan Manusia meyelesaikan masalah dengan berinisiatif Inisiatif untuk mengaji dan ibadah tanpa disuruh Jumlah Mean
SS
S
TS
STS
Skor
Rangking
37
33
0
0
317
2
32
38
0
0
312
3
48
22
0
0
328
1
957 319
Pada tabel 18 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 328 pada pernyataan Inisiatif untuk mengaji dan ibadah tanpa disuruh, dalam indikator inisiatif di variabel rasa percaya diri dengan menempati
21
Fatimah Enung, Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), h. 149
106
rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 48, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 22, dan sisanya 0 pada tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Sedangkan skor terendahnya adalah 312 yaitu mengenai Manusia meyelesaikan masalah dengan berinisiatif, yang menempati rangking 3. Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 32, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 38, tidak setuju (TS) sebanyak 0 dan sangat tidak setuju (STS) sebanyak 0. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden memiliki inisiatif untuk mengaji dan melakukan ibadah tanpa disuruh pembimbing agama, tetapi tidak semua responden menyelesaikan masalah yang mereka alami dengan berinisiatif untuk menyelesaikannya. Hal tersebut karena responden memahami bahwa keinginan mengaji dan beribadah harus didasari pada kemauan sendiri bukan karena paksaan oleh siapa pun, dan responden menyadari bahwa hanya dirinyalah yang mengetahui apakah sudah mampu untuk membaca Al-Qur’an atau belum, sehingga timbul rasa keinginan untuk mengaji tanpa ada paksaan dan suruhan dari pembimbing agama. Menurut Thursan Hakim, salah satu cara untuk meningkatkan rasa percaya diri adalah membiasakan untuk selalu berinisiatif. 22 Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu responden memiliki inisiatif untuk mengaji dan beribadah tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
22
Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta: Puspa Swara, 2002), h. 170
107
Berikut merupakan tabel variabel rasa percaya diri pada aspek mandiri: Tabel 19. Mandiri No 1
2
3
Pernyataan Mandiri Mandiri merupakan salah satu cara manusia mempertahankan hidup Manusia yang mandiri tidak akan ketergantungan dengan orang lain Mandiri menghadapi semua masalah Jumlah Mean
SS
S
TS
STS
Skor
Rangking
52
17
1
0
329
1
47
21
2
0
323
2
41
28
1
0
319
3
971 323,66
Pada tabel 19 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 329 pada pernyataan Mandiri merupakan salah
satu cara manusia
mempertahankan hidup, dalam indikator mandiri di variabel rasa percaya diri dengan menempati rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 52, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 17, tidak setuju (TS) sebanyak 1, dan sangat tidak setuju (STS) sebanyak 0. Sedangkan skor terendahnya adalah 319 yaitu mengenai Mandiri menghadapi semua masalah, yang menempati rangking 3. Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 41, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 28, tidak setuju (TS) sebanyak 1 dan sangat tidak setuju (STS) sebanyak 0. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden memiliki kemandirian untuk mempertahankan hidupnya, tetapi tidak semua masalah yang mereka hadapi dapat dilakukan dengan mandiri, karena tidak semua
108
responden mampu menjalani semua masalahnya tanpa bantuan orang lain atau dengan mandiri. Menurut Fatimah, salah satu ciri-ciri individu yang mempunyai rasa percaya diri yaitu percaya akan kemampuan atau kompetensi diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan ataupun hormat dari orang lain. 23 Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu responden memiliki kemandirian dan menyadari kemampuan dirinya. Berikut merupakan tabel variabel rasa percaya diri pada aspek belajar dari kegagalan: Tabel 20. Belajar dari kegagalan No 1 2 3 4
Pernyataan Belajar dari kegagalan Manusia tidak luput dari kesalahan
SS
S
TS
STS
Skor
Rangking
59
11
0
0
339
1
16
0
0
334
4
12
0
0
337
3
13
0
0
338
2
Mengambil pelajaran dari 54 setiap kesalahan yang diperbuat Belajar dari kegagalan agar 58 tidak terjerumus kembali Manusia mempunyai kesempatan untuk merubah 57 sikap menjadi lebih baik Jumlah Mean
1,348 337
Pada tabel 20 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 339 pada pernyataan Manusia tidak luput dari kesalahan, dalam indikator belajar dari kegagalan di variabel rasa percaya diri dengan menempati rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 59, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 11, tidak
23
Fatimah Enung, Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), h. 149
109
setuju (TS) sebanyak 0, dan sangat tidak setuju (STS) sebanyak 0. Sedangkan skor terendahnya adalah 334 yaitu mengenai Mengambil pelajaran dari setiap kesalahan yang diperbuat, yang menempati rangking 4. Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 54, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 16, tidak setuju (TS) sebanyak 0 dan sangat tidak setuju (STS) sebanyak 0. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden menyadari bahwa dirinya tidak luput dari kesalahan karena manusia pada hakikatnya penuh dengan dosa dan kesalahan, tetapi tidak semua responden dapat mengambil pelajaran dari setiap kesalahan yang telah diperbuat. Hal tersebut karena responden memiliki masalah yang berbeda-beda, tetapi intinya responden menyadari akan kesalahan yang mereka perbuat. Menurut Thursan Hakim, salah satu cara untuk meningkatkan rasa percaya diri adalah belajar dari kegagalan. 24 Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu responden belajar dari kegagalan yang mereka alami dengan menyadari kesalahan yang telah diperbuat.
24
Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta: Puspa Swara, 2002), h. 170
110
Berikut merupakan tabel variabel rasa percaya diri pada aspek tidak mudah menyerah: Tabel 21. Tidak mudah menyerah No 1
2 3 4
Pernyataan Tidak mudah menyerah Islam mengajarkan pantang menyerah dalam menghadapi masalah Tidak mudah menyerah untuk memperbaiki kesalahan Tidak mudah menyerah dengan keadaan saat ini Manusia yang tidak mudah menyerah akan mendapatkan hasil yang maksimal Jumlah Mean
SS
S
TS
STS
Skor
Rangking
53
17
0
0
333
1
52
18
0
0
332
2
50
20
0
0
330
3
45
25
0
0
324
4
1,319 329,75
Pada tabel 21 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 333 pada
pernyataan
Islam
mengajarkan
pantang
menyerah
dalam
menghadapi masalah, dalam indikator tidak mudah menyerah di variabel rasa percaya diri dengan menempati rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 53, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 17,
tidak setuju (TS) sebanyak 0, dan
sangat tidak setuju (STS) sebanyak 0. Sedangkan skor terendahnya adalah 324 yaitu mengenai Manusia yang tidak mudah menyerah akan mendapatkan hasil yang maksimal, yang menempati rangking 4. Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 45, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 25, tidak setuju (TS) sebanyak 0 dan sangat tidak setuju (STS) sebanyak 0.
111
Hal tersebut menunjukkan bahwa responden tidak mudah menyerah dalam menghadapi masalah yang mereka miliki, tetapi tidak semua responden memahami bahwa manusia yang tidak mudah menyerah akan mendapatkan hasil yang maksimal. Hal tersebut dikarenakan responden selalu diberikan motivasi oleh pembimbing agama agar tidak pantang menyerah dan selalu berdoa kepada Allah untuk diberikan penyelesaian dalam menghadapi semua masalah. Menurut Fatimah, salah satu ciri-ciri individu yang mempunyai rasa percaya diri yaitu memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, bergantung pada usaha sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak bergantung atau mengharapkan bantuan orang lain). 25 Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu responden tidak mudah menyerah pada keadaan dalam menghadapi masalah. Berikut merupakan tabel variabel rasa percaya diri pada aspek bersikap objektif: Tabel 22. Bersikap objektif No 1
2
Pernyataan SS Bersikap objektif Menjadi manusia yang lebih baik merupakan keinginan 59 setiap manusia Menyadari semua kesalahan 28 yang telah diperbuat Jumlah Mean
25
S
TS
STS
Skor
Rangking
11
0
0
339
1
40
2
0
301
2
640 320
Fatimah Enung, Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), h. 149
112
Pada tabel 22, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 339 pada pernyataan Menjadi manusia yang lebih baik merupakan keinginan setiap manusia, dalam indikator bersikap objektif di variabel rasa percaya diri dengan menempati rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 59, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 11, tidak setuju (TS) sebanyak 0, dan sangat tidak setuju (STS) sebanyak 0. Sedangkan skor terendahnya adalah 301 yaitu mengenai Menyadari semua kesalahan yang telah diperbuat, yang menempati rangking 2. Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 28, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 40, tidak setuju (TS) sebanyak 2 dan sangat tidak setuju (STS) sebanyak 0. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden memiliki keinginan untuk menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya, tetapi tidak semua responden menyadari akan kesalahan yang telah diperbuat. Hal tersebut dikarenakan tidak semua responden mendekam di Rutan karena kesalahan yang telah responden lakukan tanpa adanya dorongan orang lain, sehingga membuat responden tidak menyadari bahwa dirinya telah melakukan kesalahan. Menurut Thursan Hakim, salah satu cara untuk meningkatkan rasa percaya diri adalah bersikap kritis dan objektif. 26 Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu responden bersikap objektif dengan berusaha menjadi manusia yang lebih baik dan menyadari kesalahannya.
26
Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta: Puspa Swara, 2002), h. 170
113
Berikut merupakan tabel variabel rasa percaya diri pada aspek dapat menempatkan diri sesuai situasi: Tabel 23. Dapat menempatkan diri sesuai situasi No
1 2
3
Pernyataan Dapat menempatkan diri sesuai situasi Manusia dapat menempatkan diri sesuai situasi dan kondisi
SS
S
TS
STS
Skor
Rangking
35
35
0
0
315
1
26
7
3
291
2
27
26
6
221
3
Menceritakan keluh kesah dengan keluarga membuat hati 34 tenang Menceritakan keluh kesah dengan warga binaan lain 11 membuat hati tenang Jumlah Mean
827 275,66
Pada tabel 23 di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 315 pada pernyataan Manusia dapat menempatkan diri sesuai situasi dan kondisi, dalam
indikator dapat menempatkan diri sesuai situasi di
variabel rasa percaya diri dengan menempati rangking 1, dan jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 35, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 35, tidak setuju (TS) sebanyak 0, dan sangat tidak setuju (STS) sebanyak 0. Sedangkan skor terendahnya adalah 221 yaitu mengenai Menceritakan keluh kesah dengan warga binaan lain membuat hati tenang, yang menempati rangking 3. Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 11, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 27, tidak setuju (TS) sebanyak 26 dan sangat tidak setuju (STS) sebanyak 6. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden dapat menempatkan diri sesuai situasi dan kondisi yang ada, tetapi tidak semua responden
114
merasakan bahwa dengan bercerita tentang masalah yang mereka hadapi kepada warga binaan lain membuat hati tenang. Hal tersebut dikarenakan semua warga binaan yang berada di Rutan memiliki masalah masingmasing, sehingga dengan bercerita dengan warga binaan lain tidak membuat responden merasa tenang hatinya. Mnurut Thursan Hakim bahwa terdapat beberapa ciri-ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri yaitu mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi.27 Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa responden mampu menyesuaikan diri sesuai situasi dan kondisi di Rutan. 1.
Hasil rata-rata setiap indikator variabel X dan Y Hasil rata-rata dari setiap indikator variabel X adalah sebagai
berikut: Tabel 24. Hasil Rata-rata dari Setiap Indikator Variabel X Variabel
X
No 1 2 3 4
Indikator Kognitif Afektif Psikomotorik Dukungan keluarga dan lingkungan
Mean 340,88 325,57 321,75 324,37
Rangking 1 2 4 3
Pada tabel 24 di atas menunjukkan hasil perolehan nilai rata-rata tertinggi yaitu pada variabel X adalah aspek kognitif sebesar 340,88, dan nilai terendah adalah psikomotorik sebesar 321,75.
27
Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta: Puspa Swara, 2002), h. 170
115
Sedangkan hasil rata-rata dari setiap indikator variabel Y adalah sebagai berikut: Tabel 25. Hasil Rata-rata dari Setiap Indikator Variabel Y Variabel
Y
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Indikator Tekat kuat Memberanikan diri Berfikir positif Inisiatif Mandiri Belajar dari kegagalan Tidak mudah menyerah Bersikap objektif Dapat menempatkan diri sesuai situasi
Mean 330,33 318,25 330,75 319 323,66 337 329,75
Rangking 3 8 2 7 5 1 4
320 275,66
6 9
Pada tabel 25 di atas yang memperoleh nilai tertinggi adalah belajar dari kegagalan dengan hasil rata-rata sebesar 337 dan nilai terendah pada variabel Y adalah dapat menempatkan diri sesuai situasi dengan hasil rata-rata dari indikator identifikasi rata-rata sebesar 275,66. Hal ini menunjukkan bahwa responden lebih memahami materi pembinaan agama Islam yang diberikan pada pembimbing agama berupa akhlak, ibadah, aqidah dan ESQ dengan cara melaksanakan ibadah shalat lima waktu berjamaah di Masjid Rutan bersama para pembimbing agama, karena dengan melaksanakan shalat dapat menentramkan hati dan jiwa responden, dengan begitu pembinaan agama yang disampaikan oleh pembimbing agama akan lebih mudah diterima oleh responden. Hal yang sangat mempengaruhi responden dalam mengaplikasikan pembinaan agama adalah dengan cara mendekatkan diri kepada Allah, maka kemudian akan terjalin hubungan yang baik antara responden dan
116
lingkungan yang berdampak pada tumbuhnya rasa percaya diri responden. Sebagaimana Muhammad Daud Ali menjelaskan bahwa makna syari’ah adalah sistem norma (kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt, hubungan manusia dengan manusia dalam kehidupan sosial dan hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan hidupnya. 28 Thursan Hakim menjelaskan bahwa terdapat beberapa ciri-ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri yaitu mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi.29 Hal tersebut tidak berlaku bagi responden pada penelitian ini dimana lokasi responden berada di Rumah Tahanan yang membuat responden tidak dapat menempatkan diri sesuai situasi dan menyebabkan responden tidak percaya diri atau minder, karena merasa lingkungannya berbeda dengan lingkungan yang biasa mereka tempati. 3.
Analisis Data a.
Uji Regresi Linear Sederhana Pada tahap awal penelitian ini dilakukan uji regresi linear sederhana
untuk mengetahui pengaruh antara variabel pembinaan agama Islam (X) dan variabel rasa percaya diri (Y).
28
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), h. 134 29 Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta: Puspa Swara, 2002), h. 170
117
1.
Koefisien Regresi Linear Sederhana Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dengan
menggunakan bantuan software SPSS 20.0, maka didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 26. Koefisien Regresi Linear Sederhana
Model (Constant) X_Pembinaan Agama Islam
Unstandardized Coefficients B Std. Error -27.336 20.485 0.651 0.081
Sig 0.187 0.000
Berdasarkan tabel 26 dapat dilihat bahwa pembinaan agama Islam berpengaruh terhadap rasa percaya diri warga binaan wanita, dapat dilihat dengan nilai Sig <0,05 (Sig = 0,000) maka dengan kata lain Ho ditolak. Uji tersebut dapat dijelaskan bahwa pembinaan agama Islam berpengaruh positif terhadap rasa percaya diri warga binaan wanita secara signifikan. Sebagaimana Thursan menjelaskan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri adalah dengan mendapatkan pemahaman mengenai lingkungan sekitar,30 dalam hal ini yaitu pemahaman mengenai kegiatan pembinaan agama Islam yang berada di Rutan. Hal ini menunjukkan bahwa responden lebih memahami materi pembinaan agama Islam yang diberikan pada pembimbing agama berupa akhlak, ibadah, aqidah dan ESQ (aspek kognitif) dengan cara melaksanakan ibadah shalat lima waktu berjamaah di Masjid Rutan 30
Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta: Puspa Swara, 2002), h. 170
118
bersama para pembimbing agama, karena dengan melaksanakan shalat dapat menentramkan hati dan jiwa responden, dengan begitu pembinaan agama yang disampaikan oleh pembimbing agama akan lebih mudah diterima oleh responden dan akan menimbulkan rasa percaya diri warga binaan terhadap lingkungan sekitar. Berdasarkan model persamaan regresi dapat diperoleh sebagai berikut: Y = -27,336+0,651X Dengan demikian dapat diketahui bahwa dari setiap pembinaan agama Islam yang diberikan pembimbing agama maka akan diikuti kenaikan nilai rasa percaya diri sebesar 0,651. Oleh karena itu, semakin baik pembinaan agama Islam maka rasa percaya diri warga binaan wanita di Rutan Pondok Bambu Kelas II A Jakarta Timur juga akan semakin meningkat. 2.
Koefisien Determinasi Berikut merupakan hasil tabel koefisien determinasi dalam
penelitian ini: Tabel 27. Koefisien Determinasi Model 1
R 0.699a
R Square 0.489
Berdasarkan tabel 27, terlihat bahwa nilai R yang merupakan simbol nilai dari koefisien korelasi. Nilai korelasi diatas adalah 0,699. Nilai ini dapat di interpretasikan bahwa hubungan penelitian ada di kategori.
119
Melalui tabel ini pula diperoleh R Square atau koefisien determinasi yang menunjukkan seberapa bagus model regresi yang dibentuk oleh interaksi variabel bebas dan terikat. Nilai koefisien determinasi yang diperoleh adalah 0,489, yang artinya bahwa variabel X memiliki pengaruh 48,9% terhadap variabel Y dan 51,1% dipengaruhi oleh faktor lain. b.
Uji Regresi Linear Berganda Uji regresi linear berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh
pembinaan agama Islam terhadap rasa percaya diri secara siginifikan atau terperinci. 1.
Koefisien Regresi Linear Berganda Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linear
antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2, X3, X4) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif. Uji regresi linear berganda dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS 20.0.
120
Setelah dilakukan pengolahan data maka didapat hasil sebagai berikut: Tabel 28. Koefisien Regresi Linear Berganda
Model (Constant) X1_Kognitif X2_Afektif X3_Psikomotorik X4_Dukungan Keluarga dan Lingkungan
Unstandardized Coefficients B 25.723 0.040 0.743 1.336 1.524
Berdasarkan tabel 28, maka diperoleh persamaan regresi linear berganda yaitu: Y = 25,723 pengaruh positif 0,040 X1_Kog, pengaruh positif 0,743 X2_Afek, pengaruh positif 1,336 X3_Psik, pengaruh positif 1,524 X4_DKL. Besarnya nilai pembinaan agama Islam adalah 25,723. Nilai 0,040 merupakan nilai koefisien regresi yang menunjukkan bahwa akan terjadi peningkatan variabel rasa percaya diri sebesar 0,040 yang didasarkan pada perubahan variabel pembinaan agama Islam aspek kognitif. Nilai 0,743 merupakan nilai koefisien regresi yang menunjukkan bahwa akan terjadi peningkatan variabel rasa percaya diri sebesar 0,743 yang didasarkan pada perubahan variabel pembinaan agama Islam aspek afektif. Nilai 1,336 merupakan nilai koefisien regresi yang menunjukkan bahwa akan terjadi peningkatan variabel rasa percaya diri sebesar 1,336 yang didasarkan pada perubahan variabel pembinaan agama Islam aspek psikomotorik.
121
Nilai 1,524 merupakan nilai koefisien regresi yang menunjukkan bahwa akan terjadi peningkatan variabel rasa percaya diri sebesar 1,524 yang didasarkan pada perubahan variabel pembinaan agama Islam aspek dukungan keluarga dan lingkungan. Hal tersebut diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif antara pembinaan agama Islam terhadap rasa percaya diri warga binaan wanita di Rutan Pondok Bambu. Hal tersebut diduga karena responden
membutuhkan
pembinaan
agama
Islam
berupa
pengetahuan keagamaan (aspek kognitif), pengembangan sikap (aspek afektif), pengembangan keterampilan (psikomotorik), dan adanya dukungan keluarga dan lingkungan untuk membangun kepercayaan diri responden. Pada intinya pembinaan agama Islam memiliki hubungan positif untuk perkembangan kepercayaan diri responden. Salah satu pembinaan agama Islam yang sangat dibutuhkan responden adalah adanya dukungan keluarga, contohnya adalah dengan menjenguk responden dan menyempatkan waktu untuk makan bersama dan berbicang-bincang. 2.
Koefisien Korelasi Uji
koefisien
korelasi
dilakukan
dalam
penelitian
ini
dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana kekuatan dan arah hubungan antar variabel independen yaitu pembinaan agama Islam dan variabel dependen yaitu rasa percaya diri warga binaan wanita di Rutan Pondok Bambu. Uji tersebut untuk mengetahui kekuatan hubungan yaitu dengan cara menginterpretasikan nilai yang
122
diperoleh dari uji koefisien korelasi dengan berpedoman pada tabel interval koefisien atau kekuatan hubungan. Hasil koefisien korelasi dalam pengolahan data menggunakan SPSS 20.0 for Window adalah sebagai berikut: Tabel 29. Koefisien Korelasi Y_Rasa Percaya Diri
Pearson Correlation
Y_Rasa Percaya Diri X1_Kog X2_Afek X3_Psik X4_DKL
X1_Kog
X2_Afek
X3_Psik
X4_DKL
1.000
0.423
0.554
0.636
0.713
0.423 0.554 0.636 0.713
1.000 0.297 0.496 0.537
0.297 1.000 0.428 0.569
0.496 0.428 1.000 0.717
0.537 0.569 0.717 1.000
Berikut merupakan hasil korelasi Variabel Pembinaan Agama Islam (X) dan Rasa Percaya Diri (Y): Tabel 30. Korelasi Variabel X dan Y Korelasi
Nilai
Kekuatan Hubungan
X1_Kog dengan Y
0,423
Cukup berarti atau sedang
X2_Afek dengan Y
0,554
Cukup berarti atau sedang
X3_Psik dengan Y
0,636
Cukup berarti atau sedang
X4_DKL dengan Y
0,713
Tinggi atau kuat
X1_Kog dengan X2_Afek
0,297
Rendah atau lemah
X1_Kog dengan X3_Psik
0,496
Cukup berarti atau sedang
X1_Kog dengan X4_DKL
0,537
Cukup berarti atau sedang
X2_Afek dengan X3_Psik
0,428
Cukup berarti atau sedang
X2_Afek dengan X4_DKL
0,569
Cukup berarti atau sedang
X3_Psik dengan X4_DKL
0,717
Tinggi atau kuat
123
Pada tabel 30 diketahui bahwa terdapat hubungan cukup berarti atau sedang antara variabel X1, X2 dan X3 dengan Y dengan nilai korelasi 0.423, 0.554, dan 0.636. Sedangkan hubungan X4 dengan Y memiliki hubungan yang tinggi atau kuat dengan nilai korelasi 0.713. Kemudian terdapat hubungan rendah atau lemah antara variabel X1 dengan X2 dengan nilai korelasi 0.297. Sementara terdapat hubungan yang cukup berarti pula pada X1 dengan X3, X1 dengan X4, X2 dengan X3, dan X2 dengan X4 yang masing-masing nilai korelasinya adalah 0.496, 0.537, 0.428, dan 0.569. Terakhir hubungan yang tinggi atau kuat pada X3 dengan X4 dengan nilai korelasi 0.717. Hasil korelasi tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara variabel pembinaan agama Islam dengan rasa percaya diri cukup berarti atau sedang. Nilai korelasi tertinggi antara variabel X1,X2,X3 dan X4 adalah X4 dengan nilai r sebesar 0.717. Hal tersebut diduga karena responden menyadari bahwa dukungan keluarga dan lingkungan memiliki hubungan yang kuat dalam membangun rasa percaya diri responden. 3.
Koefisien Determinasi Uji koefisien determinasi berfungsi untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan varians dari variabel dependen dapat diketahui dari nilai R square koefisien determinasi pada tabel Model Summary.
124
Pada hasil pengolahan data menggunakan SPSS 20.0 for Window maka didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 31. Koefisien Determinasi Model
R
R Square
0.756a
1
0.571
Adjusted R Square 0.545
Berdasarkan tabel 31, dapat diketahui bahwa nilai koefesien determinasi 𝑟 2 (R Square) yaitu sebesar 0.571, dimana nilai
koefesien determinasi yang telah disesuaikan (Adjusted R Square) sebesar 0.545. Selanjutnya koefesien determinasi dapat diketahui dengan rumus: KD
= 𝒓𝟐 x 100 %
= 0,545 x 100 % = 54,5 % Menurut hasil tersebut menunjukkan bahwa bimbingan agama mempunyai pengaruh sebesar 54,5% terhadap rasa percaya diri warga binaan di Rutan Pondok Bambu. Selebihnya, dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diluar pembinaan agama misalnya lingkungan, dan lain-lain. c.
Uji Regresi Pengaruh Antar Variabel 1.
Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji T) Adapun hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol (H0) dan
hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis nol (H0) menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan pembinaan agama Islam dengan rasa percaya diri warga binaan wanita di Rutan Pondok Bambu.
125
Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) menyatakan Ada pengaruh yang signifikan pembinaan agama Islam dengan rasa percaya diri warga binaan wanita di Rutan Pondok Bambu. Uji T dilakukan dengan menggunakan program SPSS, maka uji hipotesis dilakukan dengan membandingkan
signifikansi
yang
diperoleh
dengan
taraf
probabilitas 0,05 dengan cara pengambilan keputusan sebagai berikut: 1.
Jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima
2.
Jika signifikansi < 0,05 maka Ha diterima Pengujian koefisien regresi parsial (Uji t) digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh pembinaan agama Islam dengan rasa percaya warga binaan wanita di Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur. Uji t dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh masingmasing aspek yang terdapat didalam variabel bebas (pembinaan agama Islam) terhadap variabel terikat (rasa percaya diri), signifikan atau tidak, disini terdapat empat aspek didalam Pembinaan agama Islam yaitu: X1: Kognitif, X2: Afektif, X3: Psikomotorik, X4: Dukungan keluarga dan lingkungan Penelitian ini menggunakan perbandingan t
hitung
dan t
tabel
dengan taraf signifikan 5% dan N 70, sedangkan tabel distribusi t dicapai pada α = 5% : 2 = 2,5% (Uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan
126
(df) n-k = 70 – 1 = 69 (n jumlah responden dan k adalah jumlah variabel independen). Hasil diperoleh dari t tabel adalah 1,994. Pada pengujian ini menggunakan bantuan program SPSS 20.0 for Window untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel sebagai berikut: Tabel 32. Hasil Persamaan Regresi Unstandardized Coefficients B Std. Error -27.336 20.485 0.651 0.081
Model (Constant) X_Pembinaan Agama Islam
Sig 0.187 0.000
Berdasarkan model persamaan regresi dapat diperoleh sebagai berikut: Y = -27,336+0,651X Hasil persamaan diatas menunjukkan bahwa dari setiap pembinaan agama Islam yang diberikan pembimbing agama maka akan diikuti kenaikan nilai rasa percaya diri sebesar 0.651. 1) Hasil Uji T Berikut merupakan hasil uji koesfisien parsial (Uji T): Tabel 33. Hasil Uji Koefisien Parsial (Uji T) Model (Constant) X1_Kognitif X2_Afektif X3_Psikomotorik X4_Dukungan Keluarga dan Lingkungan
t 0.975 0.216 2.148 2.042 3.054
Sig 0.333 0.829 0.035 0.045 0.003
127
Terlihat pada tabel 33 mengenai Hasil Uji Koefisien Parsial: a.
Variabel pembinaan Agama Islam dalam aspek kognitif (X1_Kog) terhadap rasa percaya diri (Y) Terlihat pada tabel 33 Model X1_Kog terdapat nilai sig 0,829.
Nilai sig lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,829>0,05, maka H 1 ditolak dan H o diterima. X1_Kog mempunyai t hitung yakni 0,216 dengan t tabel 1,994 atau nilai 0,216<1,994. Jadi t hitung < t tabel dapat disimpulkan bahwa X1_Kog memiliki kontribusi terhadap Y, nilai t positif menunjukkan bahwa X1_Kog memiliki pengaruh yang searah dengan Y. Data tersebut menunjukkan bahwa aspek kognitif tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rasa percaya diri. b.
Variabel
pembinaan
agama
Islam
dalam
aspek
afektif
(X2_Afek) terhadap rasa percaya diri (Y) Terlihat pada tabel 33 Model X2_Afek terdapat nilai sig 0,035. Nilai sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,035<0,05, maka H 2 diterima dan H o ditolak. X2_Afek mempunyai t hitung yakni 2,148 dengan t tabel 1,994 atau nilai 2,148>1,994. Jadi t hitung > t tabel dapat disimpulkan bahwa X2_Afek memiliki kontribusi terhadap Y. nilai t positif menunjukkan bahwa X2_Afek memiliki pengaruh yang searah dengan Y. Data tersebut menunjukkan bahwa aspek afektif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rasa percaya diri.
128
c.
Variabel pembinaan agama Islam dalam aspek psikomotorik (X3_Psik) terhadap rasa percaya diri (Y) Terlihat pada tabel 33 Model X3_Psik terdapat nilai sig 0,045.
Nilai sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,045<0,05, maka H 3 diterima dan H o ditolak. X3_Psik mempunyai t hitung yakni 2,042 dengan t tabel 1,994 atau nilai 2,042>1,994. Jadi t hitung > t tabel dapat disimpulkan bahwa X3_Psik memiliki kontribusi terhadap Y. nilai t positif menunjukkan bahwa X3_Psik memiliki pengaruh yang searah dengan Y. Data tersebut menunjukkan bahwa aspek psikomotorik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rasa percaya diri. d.
Variabel pembinaan agama Islam dalam aspek dukungan keluarga dan lingkungan (X4_DKL) terhadap rasa percaya diri (Y) Terlihat pada tabel 33 Model X4_DKL terdapat nilai sig 0,003.
Nilai sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,003<0,05, maka H 4 diterima dan H o ditolak. X4_DKL mempunyai t hitung yakni 3,054 dengan t tabel 1,994 atau nilai 3,054>1,994. Jadi t hitung > t tabel dapat disimpulkan bahwa X4_DKL memiliki kontribusi terhadap Y. nilai t positif menunjukkan bahwa X4_DKL memiliki pengaruh yang searah dengan Y. Data tersebut menunjukkan bahwa aspek dukungan keluarga dan lingkungan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rasa percaya diri.
129
Berdasarkan pemaparan diatas menunjukkan bahwa aspek afektif, psikomotorik, dan dukungan keluarga dan lingkungan memiliki pengaruh signifikan terhadap rasa percaya diri warga binaan. Aspek pembinaan agama Islam yang paling berpengaruh terhadap rasa percaya diri warga binaan adalah aspek dukungan keluarga dan lingkungan. Salah satu contoh dukungan keluarga dan lingkungan adalah dengan menjenguk responden dan menyempatkan waktu untuk makan bersama dan berbicang-bincang. 2) Hasil Analisis Uji T Berikut merupakan analisis hasil Uji T: Tabel 34. Analisis Hasil Uji T Variabel Independen X1 Kognitif
Thitung 0,216
Ttabel 1,994
Kesimpulan Ho diterima, tidak terdapat pengaruh signifikan X1 terhadap Y
X2 Afektif
2,148
1,994
Ho ditolak, terdapat pengaruh yang signifikan X2 terhadap Y
X3 Psikomotorik
2,042
1,994
Ho ditolak, terdapat pengaruh yang signifikan X3 terhadap Y
X4 Dukungan Keluarga 3,054 dan Lingkungan
1,994
Ho ditolak, terdapat pengaruh yang signifikan X4 terhadap Y
130
Berdasarkan tabel 34 menunjukkan bahwa aspek afektif, psikomotorik, dan dukungan keluarga dan lingkungan memiliki pengaruh signifikan terhadap Y. Nilai yang paling besar berpengaruh signifikan adalah aspek dukungan keluarga dan lingkungan. Menurut Harsono mengatakan bahwa terdapat empat komponen penting dalam membina narapidana yaitu : a.
Diri sendiri, yaitu narapidana itu sendiri.
b.
Keluarga, adalah anggota keluarga inti, atau keluarga dekat.
c.
Masyarakat, adalah orang-orang yang berada di sekeliling narapidana pada saatmasih di luar lembaga pemasyarakatan, bisa masyarakat biasa, pemuka agama, atau pejabat setempat.
d.
Petugas, dapat berupa petugas kepolisian, pengacara, petugas keagamaan, petugas sosial, petugas lembaga pemasyarakatan, hakim dan lain sebagainya. 31 Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu aspek
pembinaan agama yang berpengaruh terhadap rasa percaya diri warga binaan adalah pada aspek dukungan keluarga dan lingkungan. 2.
Uji Koefisien Regresi secara Simultan (Uji F) Pengujian hipotesis ini digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh antara pembinaan agama Islam dan rasa percaya diri warga binaan wanita di Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur, secara simultan dengan menggunakan uji F. Pada pengujian ini menggunakan bantuan program SPSS 20.0 for Windows. 31
Harsono.C.I, 1995), h. 51
Sistem Baru Pembinaan Narapidana, (Jakarta: Djambatan,
131
Uji F yaitu pengujian yang dilakukan secara bersama-sama (simultan) antara pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Pada hal ini adalah pengaruh yang signifikan antara pembinaan agama Islam dan rasa percaya diri warga binaan wanita di Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur, dengan menggunakan perbandingan F
hitung
dan F
tabel
dengan taraf dengan menggunakan tingkat
keyakinan 95%, α = 5%, df2 (jumlah variabel - atau 2-1 = 1, dan df 2 (n-k) atau 70-1 = 69 (n jumlah responden dan k adalah jumlah variabel independen). Hasil diperoleh dari F tabel adalah 2,50. Berdasarkan perhitungan dengan bantuan program SPSS for Windows versions 20.0 diperoleh hasil tabel ANOVA sebagai berikut: Tabel 35. Hasil Output Uji Koefisien Simultan Model Reqression
F 21.670
Sig 0.000b
Pada tabel 35 dengan hasil analisis data menggunakan perhitungan SPSS diperoleh F hitung sebesar 21,670. Hal ini menunjukkan F hitung (21,670) > Ftabel (2,50) dan tingkat signifikansi 0,000<0,05. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai signifikansi uji serempak (uji F) diperoleh nilai 0,000, dengan demikian nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas α yang ditetapkan (0,000<0,05). Jadi Ho di tolak dan Ha diterima.
132
Data tersebut menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara pembinaan agama Islam dan rasa percaya diri warga binaan wanita di Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur dengan nilai signifikansi 0,000. Bila dilihat dari perbandingan antara nilai F hitung dengan F tabel, maka hasil pengujian menunjukkan pengaruh yang bersifat positif. Oleh karena itu, dari hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa pembinaan agama Islam berpengaruh terhadap rasa percaya diri warga binaan wanita. Hal yang mempengaruhi pembinaan agama Islam terhadap rasa percaya diri adalah, pemahaman mengenai ibadah berupa shalat dan membaca Al-Qur’an untuk mendekatkan diri kepada Allah agar dapat menjadi manusia yang lebih baik dan membangun kepercayaa diri yang tinggi. Hal
tersebut
dikarenakan
responden
memahami
materi
pembinaan agama Islam berupa materi aqidah, ibadah, akhlak dan ESQ yang diberikan oleh pembimbing agama. Maka, semakin baik pembinaan agama Islam maka rasa percaya diri warga binaan wanita di Rutan Pondok Bambu Kelas II A juga akan semakin baik.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur mengenai “Pengaruh Pembinaan Agama Islam Terhadap Tingkat Rasa Percaya Diri Warga Binaan Wanita Pada Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur” maka kesimpulan yang didapat adalah: 1.
Pengaruh pembinaan Agama Islam terhadap rasa percaya diri Warga Binaan Rutan Pondok Bambu adalah berpengaruh positif dan signifikan, dengan nilai siginifikansinya sebesar (0,000b) atau kurang dari 0,05. Hal tersebut dikarenakan responden memahami materi pembinaan Agama Islam berupa materi aqidah, ibadah, akhlak dan ESQ yang diberikan oleh pembimbing Agama. Hal ini berarti semakin besar materi pembinaan Agama Islam, maka semakin besar pula rasa percaya diri Warga Binaan wanita tersebut.
2.
Faktor dominan yang mempengaruhi pembinaan Agama Islam terhadap rasa percaya diri Warga Binaan Rutan Pondok Bambu adalah pada aspek dukungan keluarga dan lingkungan. Terdapat 4 aspek pembinaan Agama Islam yaitu aspek kognitif, afektif, psikomotorik, dukungan keluarga dan lingkungan. Hal ini berarti semakin besar nilai masing-masing aspek dari pembinaan Agama Islam, maka semakin besar pula tingkat rasa percaya diri pada Warga Binaan Rutan Pondok Bambu. Apabila dilihat dari masingmasing aspek, terlihat bahwa aspek dukungan keluarga dan lingkungan
133
134
mempunyai nilai t hitung (3,054) lebih besar dari t tabel (1,994). Aspek kognitif mempunyai nilai t hitung (0,261) lebih kecil dari t tabel (1,994). Aspek afektif mempunyai nilai t hitung (2,148) lebih besar dari t tabel (1,994). Aspek psikomotorik mempunyai nilai t hitung (2,148) lebih besar dari t tabel (1,994). Berdasarkan pemaparan diatas menunjukkan bahwa aspek afektif, psikomotorik, dan dukungan keluarga dan lingkungan memiliki pengaruh signifikan terhadap rasa percaya diri Warga Binaan. Aspek pembinaan Agama Islam yang paling berpengaruh terhadap rasa percaya diri Warga Binaan adalah aspek dukungan keluarga dan lingkungan. Salah satu contoh dukungan keluarga dan lingkungan adalah dengan menjenguk Warga Binaan dan menyempatkan waktu untuk makan bersama dan berbicang-bincang. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1.
Untuk Lembaga Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur diharapkan untuk terus meningkatkan pelaksanaan kegiatan pembinaan Agama Islam dan menjadikannya sebagai wadah bagi para Warga Binaan dalam meningkatkan pengetahuan (kognitif) mereka agar timbul rasa percaya diri, karena dari hasil penelitian ini peneliti hanya mendapatkan tiga aspek dari keempat aspek pembinaan Agama Islam yang memiliki kontribusi terhadap kepercayaan diri Warga Binaan yaitu aspek pengembangan sikap (afektif),
keterampilan
lingkungan.
(psikomotorik),
dan
dukungan
keluarga
dan
135
2.
Untuk Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diharapkan dapat dijadikan tempat Mahasiswa untuk melakukan Praktikum Mikro di Rutan Pondok Bambu karena sangat dibutuhkan kegiatan pembinaan Agama yang lebih menarik dan mudah difahami oleh Warga Binaan.
3.
Untuk peneliti selanjutnya yang berminat melakukan penelitian dilokasi yang sama, disarankan lebih memperdalam mengenai evaluasi program pembinaan Agama Islam agar dapat menyadarkan warga binaan akan kesalahan yang mereka perbuat dan tidak mengulanginya kembali.
DAFTAR PUSTAKA
A, Gerungan, W. Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. 2004. Abin,
Makmun, Syamsudin. Psikologi Kependidikan Perangkat Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2000.
Sistem
Ach, Syaifullah. Tips Bisa Percaya Diri. Jogjakarta: Gara Ilmu. 2010. Al-Ghifari, Abu. Percaya Diri Sepanjang Hari. Bandung: Mujahid. 2004. Ardani, Mohammad. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama. 2005. Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press. 2002. Arifin, M. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: PT Golden Terayon Press. 1994. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: Bulan Bintang. 1985. Psikologi Dakwah. Jakarta: Bumi Aksara. 2000. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penellitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. As, Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 1992. Bakran, Adz-Dzaky. Hamdani, Konseling dan Psikoterapi Islam. Yogjakarta: Fajar Pustaka Baru. 2006. Barda, Nawawi, Arief. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru). Jakarta: Kencana. 2011. Budiman, Arif. Agama Demokrasi Dan Keadilan. Jakarta: PT Gramedia. 1993. Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana. 2010. C, I, Harsono. Sistem Baru Pembinaan Narapidana. Jakarta: Djambatan. 1995. Daradjat, Zakiah. Metode Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 1995.
Daradjat, Zakiyah. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental. Jakarta: Bulan Bintang. 1982. Daud, Ali, Muhammad. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2000. Elizabeth, K, Nottingham. Agama dan Masyarakat, Suatu Pengantar Sosiologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1997. Enung, Fatimah. Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik. Bandung: CV Pustaka Setia. 2006. Gazalba, Sidi. Masjid Pusat Pembinaan Umat. Jakarta: Pustaka. 1971. Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivarians dengan Program SPSS. Semarang: UNDIP. 2003. Ghufron dan Risnawati. Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2010. H, D, Kaelany. Islam Agama Universal. Jakarta: Midada Rahmah Press. 2006. Hakim, Thursan. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara. 2002. Hasan, Iqbal. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2002. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara. 2004. Hassan, Saleh, E. Study Islam Diperguruan Tinggi Pembinaan IMTAQ dan Pengembangan Wawasan. Jakarta: ISTN. 2000. Kartono, Kartini. Patologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2007. Kristi, Perwandari, E. Pendekatan Kualitatif untuk Perilaku Manusia. Depok: LPSP3-UI. 2011. Lubis, Yusfar. Metodologi Dakwah Terhadap Narapidana. Jakarta: Proyek Penerangan Departemen Agama. 1978. Mangundharjana, A. Pengembangan: Arti dan Metodenya. Yogyakarta: Kanisius. 1995. Mardikanto, Totok. Komunikasi Pembangunan – Acuan bagi Akademisi, Praktisi, dan Peminat Komunikasi Pembangunan. Surakarta: UNS Press. 2010. Mujib, Abdul. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana. 2006.
Muni, Abdullah. Super Teacher: Sosok Guru yang dihormati, disegani dan dicintai. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani. 2010. Nasution, ed, Harun. Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan. 1994. Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2006. Proyek Penerangan Bimbingan Khutbah Agama. Pembinaan Rohani Dharma Wanita. Jakarta: Penerbit DEPAG. 1984.
pada
Rakhmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 1994. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1998. Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2005. Ratna, Nyoman, Kutha. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010. Razak, M. Dinul Islam. Bandung: Al-Ma’arif 1989. Sarastika, Pradita. Buku Pintar Tampil Percaya Diri. Yogyakarta: ARASKA. 2014. Sarwono, Jonathan. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta: Andi. 2006. Singarimbun, Masri dan Sofian, Effendi. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. 1995. Siregar, Syofian. Statistika Deskriptif Untuk Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers. 2011. Sobur, Alex Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia. 2003. Sugiyono. Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta. 2008. Statistik untuk penelitian. Bandung: Alfabeta. 2012. Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas. 1983. Ubaedy. Baca Dirimu Temukan Takdirmu. Jakarta: Gravindo Khazanah Ilmu. 2007.
Undang-Undang Pemasyarakatan. Bandung: Fokusindo Mandiri. 2014. Uqshari, Yusuf. Percaya Diri Pasti. Jakarta: Gema Insani. 2005.
DAFTAR PUSTAKA SKRIPSI Astuti, Puji. Pembinaan Shalat Terhadap Nara Pidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Yogyakarta. Skripsi S1 pada Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. 2008. Khasanan, Ismatun. Pengaruh Melakukan Dzikir Asmaul Husna Terhadap Kecemasan dalam Menghadapi Ujian Nasional Anak Panti Asuhan Darussalam Mranggen Demak. Skripsi S1 UIN Walisongo Semarang Fakultas Dakwah dan Komunikasi. 2015. Mashuri, Irfan. Konsep Emotional Spiritual Quetiont (ESQ) dalam Membentuk Karakter Religius Peserta Didik (Studi Pemikiran Ary Ginanjar Agustian). Skripsi S1 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 2014. Paramita, Shinta. Efektifitas Penanganan Masalah Rumah Tangga Melalui Lembaga Pelayanan Konsultasi di Masjid Agung Al Azhar Jakarta. Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta. 2009. Santoso, Teguh, Iman. Pengaruh Kepercayaan Diri dan Adversity Quotient Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IX Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi S1 Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2012. DAFTAR PUSTAKA INTERNET Arisandi, Deni. Aspek Kecerdasan Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik. http://arisandi.com/aspek-kecerdesan-kognitif-afektif-danpsikomotorik.com. Artikel diakses pada tanggal 29 Januari 2012. Problem Lapas, Over Kapasitas atau Sistem. Koran SINDO. http://nasional.sindonews.com/read/1010872/149/problem-lapas-overkapasitas-atau-sistem-1433899611. Artikel ini diakses pada tanggal 10 Juni 2015. Statistik Kriminal 2015. Sub Direktorat Statistik Politik dan Keamanan. http://bps.go.id/website/pdf_publikasi/watermark%20_Statistik_Kriminal_2 015.pdf. Artikel ini diakses pada tanggal 9 Maret 2016.
LAMPIRAN
Hasil Observasi dengan Petugas
Hasil observasi yang Saya lakukan kepada petugas mengenai sikap dan perilaku Warga Binaan ketika pertama kali masuk ke dalam Rutan selama seminggu atau dua minggu yaitu : Menurut salah satu petugas Rutan bidang Pembinaan Agama Islam mengatakan bahwa sikap dan perilaku Warga Binaan yang beragama Islam saat baru masuk ke Rutan adalah rata-rata tidak berbeda jauh yaitu pendiam, kurang terbuka, mengurung diri di kamar dan susah untuk mengikuti pembinaan Agama Islam ataupun kegiatan lainnya. Tetapi adapula yang dari awal dengan sendirinya mengikuti pembinaan Agama Islam tanpa di suruh oleh Pembimbing Agama Islam. Maka dari itu diperlukan pendekatan untuk mengajak Warga Binaan mengikuti pembinaan Agama Islam. Ada beberapa sampel responden yang Saya tanyakan lebih dalam dan jelas mengenai sikap dan perilaku mereka sebelum mendapatkan pembinaan Agama Islam di Rutan Pondok Bambu. Saya mengambil responden sebanyak 3 orang dari Sampel yang ada sebanyak 70 orang. Ketiga orang tersebut adalah orang-orang yang membantu pekerjaan petugas Pembina Agama Islam seperti absensi pembinaan Agama Islam, masak untuk Pembina dan Pembimbing Agama dan lain-lain yang biasa disebut sebagai Tamping.
Nama-nama Responden tersebut adalah : NO 1
NAMA Ana
2
Riznaya
3
Ambon
SIKAP DAN PERILAKU Sikap Ana saat pertama masuk ke dalam Rutan yaitu tidak menerima keberadaannya disini dan mengurung diri di kamar. Apalagi ketika Ana teringat dengan anak tercintanya di Rumah. Riznaya menyadari kesalahan yang Ia perbuat karena pergaulan dengan teman-temannya. Meskipun demikian Ia tetap mengawali semunya dengan ketidakpercayaannya karena masuk ke dalam Rutan. Ambon mencoba mengambil hikmah dari setiap perbuatan yang Ia lakukan, akan tetapi awalnya Ia merasa sedih karena harus jauh dengan keluarganya.
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Uji Validitas No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
R hitung 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261
R tabel 0,120 0,034 0,120 0,023 0,016 0,300 0,240 0,326 0,342 0,462 0,437 0,464 0,137 0,433 0,483 0,437 0,643 0,437
Validitas Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261
0,349 0,339 0,372 0,508 0,519 0,120 0,518 0,353 0,408 0,687 0,689 0,557 0,575 0,548 0,554 0,473 0,274 0,398 0,505 0,609 0,538 0,466 0,632 0,408 0,440 0,560 0,717 0,371 0,108 0,399 0,471 0,634 0,606 0,528 0,496 0,581 0,641
Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85
0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261
0,564 0,379 0,669 0,299 0,492 0,576 0,696 0,625 0,627 0,742 0,652 0,587 0,600 0,562 0,467 0,642 0,522 0,698 0,671 0,671 0,615 0,615 0,622 0,653 0,606 0,492 0,257 0,618 0,419 0,339
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid
Uji Reliabilitas Case Processing Summary N
%
70
100.0
Excluded
0
.0
Total
70
100.0
Valid Cases
a
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's
N of Items
Alpha .948
83
Hasil Pengolahan Regresi Sederhana Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
Y_Rasa_Percaya_Diri
137.8429
10.03564
70
X_Pembinaan_Agama_Islam
253.5857
10.77637
70
Correlations
Y_Rasa_Percaya_Diri
Y_Rasa_Percaya
X_Pembinaan_A
_Diri
gama_Islam 1.000
.699
.699
1.000
.
.000
.000
.
Y_Rasa_Percaya_Diri
70
70
X_Pembinaan_Agama_Islam
70
70
Pearson Correlation X_Pembinaan_Agama_Islam Sig. (1-tailed)
Y_Rasa_Percaya_Diri X_Pembinaan_Agama_Islam
N
a
Variables Entered/Removed Model
Variables
Variables Removed
Method
Entered X_Pembinaan_
1
. Enter
b
Agama_Islam
a. Dependent Variable: Y_Rasa_Percaya_Diri b. All requested variables entered.
b
Model Summary Model
R
R
Adjusted R
Std. Error of
Square
Square
the
Change Statistics R Square Change
F Change
Durbin-
df1
df2
Sig. F
Estimate a
1
.699
.489
.482
Change
7.22482
.489
65.133
1
68
.000
a. Predictors: (Constant), X_Pembinaan_Agama_Islam b. Dependent Variable: Y_Rasa_Percaya_Diri
a
ANOVA Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
3399.804
1
3399.804
Residual
3549.467
68
52.198
Total
6949.271
69
F
Sig. b
65.133
.000
a. Dependent Variable: Y_Rasa_Percaya_Diri b. Predictors: (Constant), X_Pembinaan_Agama_Islam
a
Residuals Statistics Minimum Predicted Value
Maximum
Mean
Std. Deviation
N
114.0119
145.2778
137.8429
7.01944
70
-24.02095
12.35514
.00000
7.17228
70
Std. Predicted Value
-3.395
1.059
.000
1.000
70
Std. Residual
-3.325
1.710
.000
.993
70
Residual
a. Dependent Variable: Y_Rasa_Percaya_Diri
Watson
1.705
Hasil Pengolahan Regresi Berganda Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
Y_Rasa_Percaya_Diri
137.8429
10.03564
70
X1_Kog
165.9714
5.29142
70
X2_Afek
32.5571
2.86729
70
X3_Psik
18.3857
1.82012
70
X4_DKL
37.2000
2.68436
70
Correlations Y_Rasa_
X1_Kog
X2_Afek
X3_Psik
X4_DKL
Percaya_ Diri Y_Rasa_Percaya_Diri Pearson Correlation
1.000
.423
.554
.636
.713
X1_Kog
.423
1.000
.297
.496
.537
X2_Afek
.554
.297
1.000
.428
.569
X3_Psik
.636
.496
.428
1.000
.717
X4_DKL
.713
.537
.569
.717
1.000
.
.000
.000
.000
.000
X1_Kog
.000
.
.006
.000
.000
X2_Afek
.000
.006
.
.000
.000
X3_Psik
.000
.000
.000
.
.000
X4_DKL
.000
.000
.000
.000
.
Y_Rasa_Percaya_Diri
70
70
70
70
70
X1_Kog
70
70
70
70
70
X2_Afek
70
70
70
70
70
X3_Psik
70
70
70
70
70
X4_DKL
70
70
70
70
70
Y_Rasa_Percaya_Diri
Sig. (1-tailed)
N
a
Variables Entered/Removed Model
Variables
Variables
Entered
Removed
Method
X4_DKL, X1_Kog,
1
. Enter
X2_Afek, b
X3_Psik
a. Dependent Variable: Y_Rasa_Percaya_Diri b. All requested variables entered.
b
Model Summary Model
R
R Square
a
1
.756
Adjusted R
Std. Error of
Square
the
R Square
Estimate
Change
.571
.545
Change Statistics
6.76869
F Change
df1
Durbindf2
Sig. F Change
.571
21.670
4
65
.000
a. Predictors: (Constant), X4_DKL, X1_Kog, X2_Afek, X3_Psik b. Dependent Variable: Y_Rasa_Percaya_Diri
a
ANOVA Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Regression
3971.290
4
992.822
Residual
2977.981
65
45.815
Total
6949.271
69
Sig. b
21.670
.000
a. Dependent Variable: Y_Rasa_Percaya_Diri b. Predictors: (Constant), X4_DKL, X1_Kog, X2_Afek, X3_Psik
a
Coefficients Model
Unstandardized B
(Constant)
1
Standardized
Std. Error
25.723
26.370
X1_Kog
.040
.186
X2_Afek
.743
X3_Psik X4_DKL
t
Sig.
Beta
Correlations Zero-order Partial
Part
.975
.333
.021
.216
.829
.423
.027
.018
.346
.212
2.148
.035
.554
.257
.174
1.336
.654
.242
2.042
.045
.636
.246
.166
1.524
.499
.408
3.054
.003
.713
.354
.248
a. Dependent Variable: Y_Rasa_Percaya_Diri
Watson
1.646
a
Residuals Statistics Minimum Predicted Value
Maximum
Mean
Std. Deviation
N
111.3427
146.2436
137.8429
7.58650
70
-23.07639
14.38728
.00000
6.56956
70
Std. Predicted Value
-3.493
1.107
.000
1.000
70
Std. Residual
-3.409
2.126
.000
.971
70
Residual
a. Dependent Variable: Y_Rasa_Percaya_Diri
DAFTAR KUESIONER
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Dengan ini saya “Hoirunnisa” mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bermaksud untuk melaksanakan penelitian dalam rangka tugas akhir karya ilmiah (skripsi) yang berjudul “Pengaruh Pembinaan Agama Islam Terhadap Tingkat Rasa Percaya Diri Warga Binaan Wanita Pada Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur”, berkenaan dengan hal ini saya berharap kesediaan Ibu untuk mengisi kuesioner ini dengan sebenar-benarnya sebagai data yang akan digunakan dalam penelitian. Jawaban pertanyaan ini tidak dilhat salah atau benar. Atas perhatian dan perkenaan Ibu, saya ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
A. Identitas Responden 1.
Nama : …………………………..
2.
Kasus : …………………………..
3.
Usia : …………………………….
4.
Pendidikan terakhir : …………….
B. Petunjuk Pengisian 1.
Bacalah setiap pernyataan dengan baik dan teliti.
2.
Isilah dengan jujur dan benar.
3.
Pilihlah salah satu jawaban yang tersedia dengan memberi ceklis ( √ ) dari setiap pernyataan yang dianggap paling tepat dengan menggunakan skala berikut: SS
= Sangat Setuju
S
= Setuju
TS
= Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
C. Daftar Pernyataan Pembinaan Agama Islam No
Pernyataan Kognitif
1
Allah itu ada
2
Allah adalah pencipta alam semesta
3
Allah Maha melihat semua perbuatan manusia
4
Hanya kepada Allah, manusia akan kembali
5
Allah menciptakan malaikat
6
Malaikat mencatat segala ucapan dan tindakan kita
7
Rasul sebagai utusan Allah yang memberikan petunjuk bagi manusia
8
Allah mengutus para Rasul sebagai teladan bagi manusia
9
Islam mengajarkan bahwa ucapan dan perilaku Rasul sebagai pedoman dalam bertingkahlaku
10
Al-Qur’an sebagai petunjuk tentang kebaikan dan keburukan
11
Al-Qur’an sebagai penyejuk hati dan jiwa
12
Islam mengajarkan membaca dan mengamalkan isi Al-Qur’an
13
Islam mengajarkan bahwa dengan mengamalkan ajaran Al-Qur’an akan selamat di dunia maupun di akhirat
14
Allah akan meminta pertanggungjawaban manusia atas segala perbuatan didunia
15
Tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa izin Allah
16
Ibadah shalat lima waktu hukumnya wajib
18
Shalat dapat menentramkan hati dan jiwa
19
Ibadah puasa di bulan Ramadhan hukumnya wajib
20
Puasa merupakan rukun Islam ketiga
21
Manfaat puasa yakni sebagai media untuk melatih kesabaran, menjaga kesehatan dan memperoleh kejernihan hati dalam berfikir
SS
S
TS
STS
22
Zakat, infaq dan shodaqoh dapat mensucikan diri dari harta yang bukan milik kita
23
Haji merupakan media untuk berlatih menghadapi kesulitan dan merendahkan diri
24
Tiada Tuhan selain Allah
25
Setiap manusia merupakan ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan
26
Islam mengajarkan menutup aurat bagi laki-laki dan perempuan
27
Islam tidak mengajarkan berkata-kata kasar dan tidak bermanfaat
28
Islam mengajarkan manusia untuk menjauhkan diri dari perbuatan yang tercela
29
Islam mengajarkan menghormati dan sopan santun kepada orang lain
30
Islam mengajarkan menolong sesama
31
Islam mengajarkan bersikap baik dengan orang lain
32
Asmaul Husna ada 99
33
Dengan berdzikir hati menjadi tenang
34
Asmaul Husna merupakan nama-nama Allah yang indah dan baik
35
Dzikir merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah Afektif
36
Pembinaan agama di Rutan dilaksanakan setiap seminggu lima kali
37
Setiap manusia ingin berubah menjadi manusia yang lebih baik
38
Materi yang disampaikan dalam pembinaan agama mudah difahami
39
Materi yang disampaikan oleh pembimbing agama menarik
40
Dengan memperhatikan materi pembinaan agama yang disampaikan maka akan lebih mudah dimengerti
41
Pembinaan agama membuat manusia menyadari kesalahannya
42
Setiap manusia tidak ingin mengulangi kesalahannya kembali
Psikomotorik 43
Bertanya saat pembinaan agama akan membuat kita lebih faham materi yang disampaikan
44
Pembinaan agama mengajarkan cara berpidato dan berbicara didepan umum
45
Islam mengajarkan membaca Al-Qur’an dengan tajwid
46
Membaca Al-Qur’an merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah Dukungan keluarga dan lingkungan
48
Keluarga merupakan tempat mencurahkan isi hati
49
Keluarga selalu menemani dan menyemangati
50
Pihak Rutan mendatangkan Ustadz dari luar saat acara-acara besar Islam
51
Islam mengajarkan bersikap baik kepada keluarga, teman, dan lingkungan
53
Motivasi merupakan cara menguatkan diri
54
Adanya pihak luar yang memberikan motivasi kepada warga binaan, seperti Ustadz, mahasiswa magang, praktikum dan pihak lainnya
D. Daftar Pernyataan Rasa Percaya Diri No
Pernyataan Tekat kuat
1
Tekat kuat merupakan cara memotivasi diri
2
Menghadapi masalah dengan tekat yang kuat
3
Tekat kuat membuat manusia menjadi berani menghadapi masalah Memberanikan diri
4
Manusia berani melakukan perubahan diri menjadi lebih baik
5
Manusia berani mengakui kesalahan
SS
S
TS
STS
6
Berani mengutarakan isi hati kepada keluarga, petugas ataupun warga binaan lainnya
7
Manusia berani menerima segala konsekuensi yang telah diperbuat Berfikir positif
8
Berfikir positif merupakan salah satu kunci ketenangan hati
9
Berfikir positif setiap kejadian yang ada
10
Manusia yang berfikir positif tentang orang lain akan memiliki banyak teman
11
Bersikap positif akan membawa diri pada perubahan yang lebih baik Inisiatif
12
Inisiatif merupakan cara manusia mengembangkan kemampuan
13
Manusia meyelesaikan masalah dengan berinisiatif
14
Inisiatif untuk mengaji dan ibadah tanpa disuruh Mandiri
15
Mandiri merupakan salah satu cara manusia mempertahankan hidup
16
Manusia yang mandiri tidak akan ketergantungan dengan orang lain
17
Mandiri menghadapi semua masalah Belajar dari kegagalan
18
Manusia tidak luput dari kesalahan
19
Mengambil pelajaran dari setiap kesalahan yang diperbuat
20
Belajar dari kegagalan agar tidak terjerumus kembali
21
Manusia mempunyai kesempatan untuk merubah sikap menjadi lebih baik Tidak mudah menyerah
22
Islam mengajarkan pantang menyerah dalam menghadapi masalah
23
Tidak mudah menyerah untuk memperbaiki kesalahan
24
Tidak mudah menyerah dengan keadaan saat ini
25
Manusia yang tidak mudah menyerah akan mendapatkan hasil yang maksimal Bersikap objektif
26
Menjadi manusia yang lebih baik merupakan keinginan setiap manusia
27
Bersikap objektif atas keputusan penahanan
28
Bersikap kritis jika ada kesalahan dalam hal fonis penahanan Dapat menempatkan diri sesuai situasi
29
Manusia dapat menempatkan diri sesuai situasi dan kondisi
30
Menceritakan keluh kesah dengan keluarga membuat hati tenang
31
Menceritakan keluh kesah dengan warga binaan lain membuat hati tenang
Demikian jawaban ini dibuat dengan sebenar-benarnya, tanpa paksaan dari pihak manapun. Jakarta, 26 Agustus 2016
DAFTAR KUESIONER
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Dengan ini saya “Hoirunnisa” mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bermaksud untuk melaksanakan penelitian dalam rangka tugas akhir karya ilmiah (skripsi) yang berjudul “Pengaruh Pembinaan Agama Islam Terhadap Tingkat Rasa Percaya Diri Warga Binaan Wanita Pada Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur”, berkenaan dengan hal ini saya berharap kesediaan Ibu untuk mengisi kuesioner ini dengan sebenar-benarnya sebagai data yang akan digunakan dalam penelitian. Jawaban pertanyaan ini tidak dilhat salah atau benar. Atas perhatian dan perkenaan Ibu, saya ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
A. Identitas Responden 5.
Nama : …………………………..
6.
Kasus : …………………………..
7.
Usia : …………………………….
8.
Pendidikan terakhir : …………….
B. Petunjuk Pengisian 4.
Bacalah setiap pernyataan dengan baik dan teliti.
5.
Isilah dengan jujur dan benar.
6.
Pilihlah salah satu jawaban yang tersedia dengan memberi ceklis ( √ ) dari setiap pernyataan yang dianggap paling tepat dengan menggunakan skala berikut: SS
= Sangat Setuju
S
= Setuju
TS
= Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
C. Daftar Pernyataan Pembinaan Agama Islam No
Pernyataan
1
Alam semesta diciptakan oleh Allah*
2
Saya meyakini bahwa Allah Maha melihat semua perbuatan manusia*
3
Saya meyakini bahwa hanya kepada Allah, manusia akan kembali*
4
Saya memohon pertolongan dan perlindungan hanya kepada Allah*
5
Saya meyakini bahwa Allah menciptakan malaikat*
6
Saya meyakini bahwa segala ucapan dan tindakan kita, malaikat yang mengontrol*
7
Saya meyakini Al-Qur’an sebagai penerang jiwa*
8
Malaikat mencatat segala ucapan dan tindakan kita*
9
Allah mengutus para Rasul sebagai teladan bagi manusia*
10
Islam mengajarkan bahwa ucapan dan perilaku Rasul sebagai pedoman dalam bertingkahlaku*
11
Al-Qur’an sebagai petunjuk tentang kebaikan dan keburukan*
12
Al-Qur’an sebagai penyejuk hati dan jiwa*
13
Islam mengajarkan membaca dan mengamalkan isi Al-Qur’an*
14
Allah akan meminta pertanggungjawaban manusia atas segala perbuatan didunia*
15
Tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa izin Allah*
16
Ibadah shalat lima waktu hukumnya wajib*
17
Shalat merupakan rukun Islam kedua*
18
Shalat dapat menentramkan hati dan jiwa*
19
Ibadah puasa di bulan Ramadhan hukumnya wajib*
20
Puasa merupakan rukun Islam ketiga*
21
Manfaat puasa yakni sebagai media untuk melatih kesabaran, menjaga kesehatan dan memperoleh kejernihan hati dalam berfikir*
SS
S
TS
STS
22
Zakat, infaq dan shodaqoh dapat mensucikan diri dari harta yang bukan milik kita*
23
Haji merupakan media untuk berlatih menghadapi kesulitan dan merendahkan diri*
24
Setiap manusia merupakan ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan*
25
Islam mengajarkan menutup aurat bagi laki-laki dan perempuan*
26
Islam tidak mengajarkan berkata-kata kasar dan tidak bermanfaat*
27
Islam mengajarkan manusia untuk menjauhkan diri dari perbuatan yang tercela*
28
Islam mengajarkan menghormati dan sopan santun kepada orang lain*
29
Islam mengajarkan menolong sesama
30
Islam mengajarkan bersikap baik dengan orang lain
31
Asmaul Husna ada 99
32
Dengan berdzikir hati menjadi tenang
33
Asmaul Husna merupakan nama-nama Allah yang indah dan baik
34
Dzikir merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah Afektif
35
Pembinaan agama di Rutan dilaksanakan setiap seminggu lima kali
36
Setiap manusia ingin berubah menjadi manusia yang lebih baik
37
Materi yang disampaikan dalam pembinaan agama mudah difahami
38
Materi yang disampaikan oleh pembimbing agama menarik
39
Dengan memperhatikan materi pembinaan agama yang disampaikan maka akan lebih mudah dimengerti
40
Pembinaan agama membuat manusia menyadari kesalahannya
41
Setiap manusia tidak ingin mengulangi kesalahannya kembali Psikomotorik
42
Bertanya saat pembinaan agama akan membuat kita lebih faham
materi yang disampaikan 43
Pembinaan agama mengajarkan cara berpidato dan berbicara didepan umum
44
Islam mengajarkan membaca Al-Qur’an dengan tajwid
45
Membaca Al-Qur’an merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah Dukungan keluarga dan lingkungan
46
Keluarga merupakan tempat mencurahkan isi hati
47
Keluarga selalu menemani dan menyemangati
48
Pihak Rutan mendatangkan Ustadz dari luar saat acara-acara besar Islam
49
Islam mengajarkan bersikap baik kepada keluarga, teman, dan lingkungan
50
Keluarga menyempatkan waktu untuk makan bersama warga binaan saat menjenguk
51
Motivasi merupakan cara menguatkan diri
52
Adanya pihak luar yang memberikan motivasi kepada warga binaan, seperti Ustadz, mahasiswa magang, praktikum dan pihak lainnya
53
Keluarga memberikan dukungan kepada saya dengan menjenguk ke Rutan
D. Daftar Pernyataan Rasa Percaya Diri No
Pernyataan Tekat kuat
1
Tekat kuat merupakan cara memotivasi diri
2
Menghadapi masalah dengan tekat yang kuat
3
Tekat kuat membuat manusia menjadi berani menghadapi masalah
SS
S
TS
STS
Memberanikan diri 4
Manusia berani melakukan perubahan diri menjadi lebih baik
5
Manusia berani mengakui kesalahan
6
Berani mengutarakan isi hati kepada keluarga, petugas ataupun warga binaan lainnya
7
Manusia berani menerima segala konsekuensi yang telah diperbuat Berfikir positif
8
Berfikir positif merupakan salah satu kunci ketenangan hati
9
Berfikir positif setiap kejadian yang ada
10
Manusia yang berfikir positif tentang orang lain akan memiliki banyak teman
11
Bersikap positif akan membawa diri pada perubahan yang lebih baik Inisiatif
12
Inisiatif merupakan cara manusia mengembangkan kemampuan
13
Manusia meyelesaikan masalah dengan berinisiatif
14
Inisiatif untuk mengaji dan ibadah tanpa disuruh Mandiri
15
Mandiri merupakan salah satu cara manusia mempertahankan hidup
16
Manusia yang mandiri tidak akan ketergantungan dengan orang lain
17
Mandiri menghadapi semua masalah Belajar dari kegagalan
18
Manusia tidak luput dari kesalahan
19
Mengambil pelajaran dari setiap kesalahan yang diperbuat
20
Belajar dari kegagalan agar tidak terjerumus kembali
21
Manusia mempunyai kesempatan untuk merubah sikap menjadi lebih baik Tidak mudah menyerah
22
Islam mengajarkan pantang menyerah dalam menghadapi masalah
23
Tidak mudah menyerah untuk memperbaiki kesalahan
24
Tidak mudah menyerah dengan keadaan saat ini
25
Manusia yang tidak mudah menyerah akan mendapatkan hasil yang maksimal Bersikap objektif
26
Menjadi manusia yang lebih baik merupakan keinginan setiap manusia
27
Menyadari semua kesalahan yang telah diperbuat Dapat menempatkan diri sesuai situasi
28
Manusia dapat menempatkan diri sesuai situasi dan kondisi
29
Menceritakan keluh kesah dengan keluarga membuat hati tenang
30
Menceritakan keluh kesah dengan warga binaan lain membuat hati tenang
Demikian jawaban ini dibuat dengan sebenar-benarnya, tanpa paksaan dari pihak manapun. Jakarta, 08 September 2016
Ket:
Tanda *: kuesioner Skripsi Ahmad Yusuf Afifurrahman Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam tahun 2015.
DOKUMENTASI KEGIATAN PEMBINAAN AGAMA ISLAM RUTAN KELAS II A PONDOK BAMBU JAKARTA TIMUR
Kegiatan Pembinaan Agama Islam oleh Pembimbing Agama Islam di Masjid Rutan Pondok Bambu
Warga Binaan mengisi kuesioner setelah mendapatkan pembinaan Agama Islam
Kegiatan Pembinaan Agama Islam oleh Pembimbing Agama Islam di Masjid Rutan Pondok Bambu
Kegiatan Pembinaan Agama Islam oleh Pembimbing Agama Islam di Masjid Rutan Pondok Bambu
Kegiatan Pembinaan Agama Islam oleh Pembimbing Agama Islam di Masjid Rutan Pondok Bambu
Kegiatan Pembinaan Agama Islam oleh Pembimbing Agama Islam di Masjid Rutan Pondok Bambu
Foto bersama Petugas Rutan dan salah satu Pembimbing Agama Islam
Daftar isi penghuni Rutan Pondok Bambu Kelas II A Jakarta Timur
FOTO SIDANG SKRIPSI KAMIS, 01 DESEMBER 2016 PUKUL 12:00-13:00 LT. 7A FIDKOM