GAMBARAN FUNGSI KELUARGA PADA WARGA BINAAN REMAJA DI RUMAH TAHANAN NEGARA KLAS I BANDUNG Dina Novi Arsi Setyaningrum1, Nita Fitria1, Taty Hernawaty1 1
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat
ABSTRAK Kenakalan remaja adalah tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja sehingga mendapatkan hukuman dan masuk penjara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran fungsi keluarga pada warga binaan remaja di Rumah Tahanan Negara Klas I Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Total sampel 28 orang diambil dengan metode sampling jenuh. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari pertanyaan tertutup dan dianalisis dengan metode deskriptif persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh responden, yaitu 24 orang (87,14%) berfungsi dan kurang dari setengah responden, yaitu 4 orang (12,86%) tidak berfungsi. Penelitian ini diharapkan pihak Rutan dapat meningkatkan kualitas kunjungan keluarga sehingga fungsi keluarga pada warga binaan remaja dapat terpenuhi dan menjadi data dasar bagi peneliti selanjutnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi keluarga. Kata kunci : fungsi keluarga, warga binaan remaja, Rumah Tahanan Negara Klas I Bandung ABSTRACT Juvenile delinquency is acts of law violation by adolescent so get punishment and go to jail. This study aims description of family function in prisoner adolescent. This research was used descriptive quantitative. Samples are 28 people taken by total sampling method. This research is using questionnaire which consist of closed questions, and were analyzed with descriptive percentages. The results showed almost of all respondents were 24 people (87,14%) in function and less than half respondents were 4 people (12,86%) in disfunction. From this result, researcher suggest that Rumah Tahanan Negara Klas 1 Bandung should improved the quality of family visit so family function in prisoner adolescent can adequate and into a data base for further researcher about factors that affect family function. Keywords : family function, adolescent prisoner, Rumah Tahanan Negara Klas I Bandung Dina Novi Arsi Setyaningrum Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor-Sumedang) Email :
[email protected], 083863506112
1
PENDAHULUAN Menurut WHO, masa remaja dibagi dalam tiga kelompok usia, yaitu remaja awal (10–14 tahun), remaja tengah (15–19 tahun), dan remaja akhir/dewasa (20–24 tahun) di mana terdapat kematangan fisik, kognitif, sosial, dan emosional (Sumiati, dkk, 2009). Menurut Erickson (1959) dalam Crain (2007) menyebutkan bahwa tugas utama seorang remaja adalah membangun pemahaman baru mengenai identitas ego, yaitu sebuah perasaan tentang siapa dirinya dan apa tempatnya di tatanan sosial yang lebih besar. Remaja juga tidak begitu tahu pasti tentang siapa dirinya sehingga mereka mengidentifikasi dirinya dengan bergabung ke suatu kelompok “geng”. Data dari The Rochester Youth Development Study ditemukan bahwa sebanyak 32% remaja laki-laki dan 29% remaja perempuan menjadi anggota “geng” (PRIDE Surveys, 2006). Permasalahan kesehatan jiwa dapat ditimbulkan dari hambatan dalam tahapan perkembangan remaja, seperti tidak terselesaikannya tahapan tersebut, misalnya kenakalan remaja. Hal itu disebabkan oleh proses pendewasaan diri remaja tersebut. Jensen (1985) dalam Sarwono (2011) mengemukakan penyebab kenakalan remaja salah satunya adalah orang tua yang terlalu sibuk sehingga peran orang tua dalam menjalin komunikasi dengan remaja menjadi terbatas. Pengertian keluarga menurut Depkes (1988) dalam Setiawati (2008) adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam Dina Novi Arsi Setyaningrum Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor-Sumedang) Email :
[email protected], 083863506112
2
keadaan saling ketergantungan. Keluarga yang harmonis selalu berupaya untuk menjalankan fungsinya dengan semestinya. Fungsi ini mengacu pada interaksi anggota keluarga terutama pada kualitas hubungan dan interaksi mereka (Wong, 2009). Menurut Friedman (1998) ada 5 fungsi keluarga, yaitu fungsi afektif (affective function), fungsi sosialisasi dan penempatan sosial (socialization and social placement function), fungsi reproduksi (reproductive function), fungsi ekonomi (economic function), fungsi perawatan dan pemeliharaan kesehatan (health
care function). Menurut Smith (2008) dalam Urban Neighborhoods,
Families, and Juvenile Delinquency menyebutkan bahwa fungsi keluarga adalah faktor resiko terkuat yang menyebabkan kenakalan remaja dan perilaku kriminal. Dalam The Impact of Family Violence, Family Functioning, and Parental Partner Dynamics on Korean Juvenile Delinquency menyebutkan bahwa remaja yang nakal
lebih sering dibesarkan dalam keluarga yang disfungsional dibandingkan dengan yang tidak (Sil, 2008). Pengertian warga binaan menurut Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M. 02-PK 04.10 Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana/Warga binaan pemasyarakatan, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan warga binaan adalah tersangka atau terdakwa yang ditempatkan di dalam rutan
untuk
kepentingan
penyidikan,
penuntutan,
dan
pemeriksaan
(ditjenpas.go.id).
Dina Novi Arsi Setyaningrum Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor-Sumedang) Email :
[email protected], 083863506112
3
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 29 Februari 2012 pada 2 orang warga binaan remaja dari jumlah populasi warga binaan remaja sebanyak 33 orang pada bulan Februari 2012 di Rumah Tahanan Negara Klas I Bandung, didapatkan informasi bahwa 1 orang mengatakan latar belakang orang tuanya yang bercerai, jarang berkumpul bersama dengan keluarga, kebutuhan keluarga tidak tercukupi. Satu orang lainnya mengatakan hal yang sama, yaitu orang tuanya bercerai. Kemudian pengambil keputusan di keluarga bukan ayah padahal ayah berada di dalam keluarga tersebut, dan apabila ada masalah, mereka lebih menceritakan hal tersebut kepada teman dan orang spesial daripada keluarga. Fungsi keluarga yang diteliti dalam penelitian ini adalah fungsi keluarga sebelum warga binaan remaja masuk ke rutan karena untuk mengetahui berfungsi atau tidaknya fungsi keluarga pada remaja tersebut. Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran fungsi keluarga pada warga binaan remaja di Rumah Tahanan Negara Klas I Bandung. Tujuan Penelitian Diketahuinya gambaran fungsi keluarga pada warga binaan remaja di Rumah Tahanan Negara Klas I Bandung.
Dina Novi Arsi Setyaningrum Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor-Sumedang) Email :
[email protected], 083863506112
4
Kerangka Pemikiran Warga binaan
Fungsi Keluarga
remaja di Rutan
1. Fungsi Afektif (affective function) 2. Fungsi Sosialisasi dan Penempatan Sosial (socialization and social placement function) 3. Fungsi Reproduksi (reproductive function) 4. Fungsi Ekonomi (economic function)
Negara Klas 1 Bandung
Berfungsi Tidak berfungsi
5. Fungsi Perawatan dan Pemeliharaan Kesehatan (health care function) Keterangan : Faktor-faktor yang mempengaruhi : Diteliti
Tidak diteliti
• Internal Kualitas hubungan dan interaksi antar anggota keluarga, proses keluarga, pola asuh orang tua • Eksternal Lingkungan pergaulan dan lingkungan masyarakat
METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan untuk mengetahui gambaran fungsi keluarga pada warga binaan remaja di Rumah Tahanan Negara Klas I Bandung adalah dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga binaan remaja di Rumah Tahanan Negara Klas I Bandung. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan sampling jenuh. Teknik pengambilan sampel ini adalah dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel (Hidayat, 2007). Penelitian ini menggunakan kuesioner dengan mengembangkan teori Friedman dalam meneliti fungsi keluarga pada warga binaan remaja. Skala ukur Dina Novi Arsi Setyaningrum Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor-Sumedang) Email :
[email protected], 083863506112
5
yang digunakan adalah skala ordinal. Hasil ukur dari kuesioner tersebut adalah berfungsi dan tidak berfungsi. Variabel dalam penelitian ini adalah fungsi keluarga. Pengujian validitas isi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian ini didiskusikan dengan ahli bagian keperawatan komunitas. Uji validitas konstruksi dilakukan pada warga binaan remaja di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Bandung. Jumlah responden yang diikutsertakan dalam uji validitas konstruksi adalah 20 orang. Hasil uji validitas didapatkan 49 nomor valid dan 23 nomor tidak valid. Tabel 1 Hasil Uji Validitas Konstruksi No. 1. 2.
Indikator Fungsi Keluarga Fungsi Afektif
Validitas 0,4-0,8 0,4-0,7
Fungsi Sosialisasi dan Penempatan Sosial 3.
Fungsi Reproduksi
0,6
4.
Fungsi Ekonomi
0,3-0,7
5.
Fungsi Perawatan dan Pemeliharaan Kesehatan
0,3-0,6
Uji reliabilitas dari instrumen ini pun dilakukan kepada 20 orang warga binaan remaja di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Bandung. Setelah dilakukan reliabilitas, didapatkan nilai reliabilitas untuk setiap indikator fungsi keluarga, yaitu untuk fungsi afektif 0,7; fungsi sosialisasi dan penempatan sosial 0,6; fungsi reproduksi -0,4; fungsi ekonomi 0,3; dan fungsi perawatan dan pemeliharaan kesehatan 0,6. Lokasi penelitian ini dilakukan di Rumah Tahanan Negara Klas I Bandung pada tanggal 11 Juni 2012. HASIL DAN PEMBAHASAN Dina Novi Arsi Setyaningrum Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor-Sumedang) Email :
[email protected], 083863506112
6
Diuraikan mengenai hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 11 Juni 2012 kepada 28 responden tentang gambaran fungsi keluarga pada warga binaan remaja di Rumah Tahanan Klas I Bandung. Karakteristik Responden Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Usia
No.
Usia (tahun)
Frekuensi (orang)
%
1. 2.
10-14 15-19
0,00 28,00
0,00 100,00
3.
20-24
0,00
0,00
Jumlah
28,00
100,00
Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa seluruh reponden, yaitu 28 orang (100%) berada pada rentang usia 15-19 tahun. Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Tahanan (sampai penelitian) No.
Lama Tahanan
Frekuensi (orang)
%
1.
0-5 tahun
28,00
100,00
Jumlah
28,00
100,00
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa seluruh responden, yaitu 28 orang (100%) mempunyai lama tahanan (sampai penelitian) 0-5 tahun.
Dina Novi Arsi Setyaningrum Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor-Sumedang) Email :
[email protected], 083863506112
7
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Gambaran Fungsi Keluarga pada Warga Binaan Remaja di Rumah Tahanan Negara Klas I Bandung
No.
Fungsi Keluarga
Frekuensi (orang)
%
1.
Berfungsi
24,00
87,14
2.
Tidak Berfungsi
4,00
12,86
Jumlah
28,00
100,00
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa fungsi keluarga pada warga binaan remaja hampir seluruh responden, yaitu sebanyak 24 orang (87,14%) dan kurang dari setengah responden, yaitu sebanyak 4 orang (12,86%) tidak berfungsi.
Fungsi keluarga secara umum didefinisikan sebagai hasil akhir atau akibat dari struktur keluarga (Friedman, 2010). Menurut Sil Kim&Soo Kim (2008) menyebutkan bahwa fungsi keluarga adalah sebuah konsep kompleks yang meliputi afektif, struktural, kontrol, kognitif, dan dimensi hubungan eksternal. Fungsi keluarga ini terdiri dari lima indikator fungsi keluarga, yaitu fungsi afektif, fungsi sosialisasi dan penempatan sosial, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, dan fungsi perawatan dan pemeliharaan kesehatan. Fungsi afektif adalah fungsi dimana persepsi remaja mengenai keluarganya dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan psikososial anggota keluarga, fungsi sosialisasi dan penempatan sosial adalah proses orang tua dalam membesarkan anak dan keluarga menempatkan anggota keluarganya untuk bersosialisasi, fungsi reproduksi adalah kewajiban orang tua untuk meneruskan beberapa generasi dan persepsi anggota keluarga mengenai hal tersebut, fungsi ekonomi adalah persepsi anak mengenai orang
tuanya
dalam
menyediakan
sumber
ekonomi
yang cukup
dan
Dina Novi Arsi Setyaningrum Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor-Sumedang) Email :
[email protected], 083863506112
8
penggunaannya yang tepat, dan fungsi perawatan dan pemeliharaan kesehatan adalah pengetahuan dan perilaku orang tua dan anaknya tentang kebutuhan kesehatan yang ada di dalam keluarga tersebut (Friedman, 2010). Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa fungsi keluarga pada warga binaan remaja hampir seluruh responden, yaitu sebanyak 24 orang (87,14%) dan kurang dari setengah responden, yaitu sebanyak 4 orang (12,86%) tidak berfungsi. Hal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh warga binaan remaja fungsi keluarganya berfungsi. Hal ini tidak sesuai yang diungkapkan oleh Smith (2008) dalam jurnalnya “Urban Neighborhoods, Families, and Juvenile Delinquency” menyebutkan bahwa fungsi keluarga adalah faktor resiko terkuat yang menyebabkan kenakalan remaja dan perilaku kriminal serta dalam “The Impact of Family Violence, Family Functioning, and Parental Partner Dynamics on Korean Juvenile Delinquency” menyebutkan bahwa remaja yang nakal lebih sering dibesarkan dalam keluarga yang disfungsional dibandingkan dengan dengan yang tidak (Sil, 2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi keluarga pada warga binaaan remaja berfungsi dilihat dari lingkungan internal dan eksternal remajanya. Lingkungan internal remaja ini terdiri dari kualitas hubungan dan interaksi antar anggota keluarga, proses keluarga, pola asuh orang tua, dan dari lingkungan eksternal seperti lingkungan pergaulan dan lingkungan masyarakat (Wong, 2009). Menurut Utting (2007) menyatakan bahwa kualitas hubungan orangtua dengan anak menunjukkan stabilitas yang cukup besar dari waktu ke waktu. Beberapa dimensi pengasuhan yang penting dalam kehidupan anak-anak terlepas Dina Novi Arsi Setyaningrum Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor-Sumedang) Email :
[email protected], 083863506112
9
dari usia,terutama apakah hubungan yang hangat dan mendukung atau ditandai dengan konflik. Menurut Yan (2007) hubungan orang tua dengan anak sangat penting bagi pertumbuhan anak. Apabila orang tua membekali rasa aman dan percaya, maka anaknya dapat lebih beradaptasi dengan lingkungan sosial. Hubungan yang baik ini bisa terbentuk karena adanya komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak. Kemudian dalam penelitian Hill, M, et al., (2007) menyebutkan bahwa orangtua yang mengembangkan komunikasi yang terbuka dan partisipatif, masalah berpusat coping, kepercayaan, dan fleksibilitas cenderung mengelola stres dengan baik dan membantu keluarga mereka untuk melakukan hal yang sama. Dengan demikian, kualitas hubungan orang tua dengan anak berpengaruh terhadap berfungsinya fungsi keluarga sejalan dengan yang diungkapkan oleh Wong (2009) dimana fungsi keluarga mengacu pada interaksi anggota keluarga terutama pada kualitas hubungan dan interaksi mereka. Menurut Biddulph, F, et al., (2003) menyatakan bahwa proses keluarga yang disfungsional (misalnya konflik keluarga, penyalahgunaan zat, pelecehan anak, terganggunya hubungan orangtua anak, kurang stimulasi, dan kasih sayang) dapat mempengaruhi kinerja dan perilaku anak-anak. Anak-anak dalam keadaan keluarga tersebut mengalami peningkatan risiko hiperaktif, pembolosan, gangguan kesehatan mental, dan bunuh diri, kenakalan, dan rendahnya tingkat melek huruf dan harga diri.
Dina Novi Arsi Setyaningrum Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor-Sumedang) Email :
[email protected], 083863506112
10
Ada beberapa bukti bahwa pada usia 15 tahun sekitar 20% anak-anak Selandia Baru telah mengalami beberapa jenis gangguan kesehatan mental. Data juga menunjukkan bahwa tingkat bunuh diri remaja di Selandia Baru adalah 2,5 kali lebih besar untuk Māori daripada non-Māori. Pola asuh orang tua yang mendukung perkembangan anak, yaitu gaya pengasuhan demokratif. Orang tua demokratif lebih responsif terhadap anak-anak mereka dan bersedia untuk mendengarkan pertanyaan. Ketika anak-anak gagal memenuhi harapan, orang tua ini lebih memelihara, dan memaafkan daripada menghukum. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti UNH Trinkner, yaitu Cohn, (profesor psikologi), Rebellon (profesor sosiologi), dan Van Gundy (profesor sosiologi) melakukan sebuah survey dengan metode longitudinal sekolah menengah
dan
siswa
SMA,
memeriksa
faktor
psikologis,
sosiologis,
perkembangan, dan hukum yang mempengaruhi kenakalan remaja. Analisis yang dilaporkan berdasarkan data yang dikumpulkan selama periode 18 bulan mulai pada musim gugur 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengasuhan demokratif adalah cara yang efektif bagi orang tua untuk berhasil mensosialisasikan anak-anak mereka. Penelitian tersebut sejalan dengan pendapat Baumrind (1991) dalam Cherry (2012) menunjukkan bahwa orang tua ini ingin anaknya menjadi asertif serta bertanggung jawab secara sosial dan kooperatif. Efek dari gaya pengasuhan ini adalah menghasilkan anak yang bahagia, mampu, dan berhasil. Dengan demikian, menunjukkan bahwa pola asuh orang tua berpengaruh terhadap fungsi keluarga. Dina Novi Arsi Setyaningrum Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor-Sumedang) Email :
[email protected], 083863506112
11
Selain lingkungan internal yang mempengaruhi berfungsinya fungsi keluarga, lingkungan eksternal juga ikut andil. Lingkungan eksternalnya adalah lingkungan pergaulan dan lingkungan masyarakat. Apabila lingkungan tersebut cukup kondusif (hubungan yang harmonis, saling mempercayai, saling menghargai, dan penuh tanggung jawab), maka remaja tersebut cenderung dapat mencapai
kematangan
emosionalnya.
Kematangan
emosional,
seperti
mengendalikan emosi dan menghargai orang lain. Sebaliknya, apabila lingkungan tidak kondusif, maka remaja cenderung akan mengalami kecemasan, perasaan tertekan, atau ketidaknyamanan emosional (Yusuf, 2008). Melihat faktor-faktor tersebut, menunjukkan bahwa fungsi keluarga pada warga binaan remaja berfungsi. Kemungkinan lain yang menyebabkan fungsi keluarga pada warga binaan remaja berfungsi adalah dalam hal instrumen. Instrumen yang digunakan merupakan pernyataan yang dibuat dan dikembangkan oleh peneliti dan berdasarkan masukan dari pakar komunitas. Dalam hal ini peneliti sebagai peneliti pemula dan mahasiswa yang sedang dalam proses pembelajaran sehingga mungkin saja ada hal-hal yang belum bisa mengukur fungsi keluarga pada warga binaan remaja. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data mengenai gambaran fungsi keluarga pada warga binaan remaja di Rumah Tahanan Negara Klas I Bandung diperoleh simpulan bahwa dari 28 responden, fungsi keluarga yang Dina Novi Arsi Setyaningrum Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor-Sumedang) Email :
[email protected], 083863506112
12
berfungsi adalah sebanyak 24 orang (87,14%) dan sebanyak 4 orang (12,86%) fungsi keluarganya tidak berfungsi. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan internal, yaitu kualitas hubungan dan interaksi antar anggota keluarga, proses keluarga, pola asuh orang tua, dan lingkungan eksternal, yaitu lingkungan pergaulan dan lingkungan masyarakat. SARAN 1.
Bagi Rumah Tahanan Negara Klas I Bandung Diharapkan dapat meningkatkan kualitas kunjungan keluarga sehingga
fungsi keluarga pada warga binaan remaja dapat terpenuhi. 2.
Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian
selanjutnya yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi keluarga pada warga binaan remaja di Rumah Tahanan Negara Klas I Bandung. UCAPAN TERIMA KASIH Dalam penyusunan artikel ini peneliti mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dengan memberikan butir-butir pemikiran yang sangat berharga bagi peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Ibu Nita Fitria, S.Kp., M.Kes sebagai dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan masukan, saran, dukungan serta semangat dalam penyusunan artikel ini. Dina Novi Arsi Setyaningrum Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor-Sumedang) Email :
[email protected], 083863506112
13
2.
Ibu Taty Hernawaty, S.Kp., M.Kep sebagai dosen pembimbing pendamping peneliti yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan masukan, saran, dukungan serta semangat dalam penyusunan artikel ini.
3.
Teristimewa kepada kedua orang tuaku Bapak Ugi Sugianto dan Ibu Sri Kanti Lestari atas doa, semangat, dukungan, dan kasih sayangnya yang sangat berarti kepada saya.
DAFTAR PUSTAKA Biddulph, F,et al. 2003. Kompleksitas Masyarakat dan Pengaruh Keluarga pada Prestasi Anak di Selandia Baru: Bukti Iterasi Sintesis Terbaik (BES). Available at: http://www.educationcounts.govt.nz (diakses 22 Juni 2012). Cherry, K. 2012. Parenting Styles. Available at: http://psychology.about.com (diakses 22 Juni 2012). Crain, W. 2007. Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi Ed. 3. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. 2012. Definisi Rumah Tahanan. Available at: http://ditjenpas.go.id (diakses 27 Mei 2012). Friedman, M. M. 1998. Keperawatan Keluarga, Teori dan Praktik Ed. 3. Jakarta: EGC. Friedman, M. M et al. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Praktik Ed. 5. Jakarta: EGC. Gorman, D.S. 2008. Urban Neighborhoods, Families,and Juvenile Delinquency. Available at: http://web.ebscohost.com (diakses 03 Maret 2012). Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Hill, M et al. 2007. Parenting and Resilience. Available at: http://www.jrf.org.uk (diakses 22 Juni 2012). Dina Novi Arsi Setyaningrum Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor-Sumedang) Email :
[email protected], 083863506112
14
Sarwono, W.S. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Setiawati. 2008. Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media. Sil, H.K&Soo, H.K. 2008. The Impact of Family Violence, Family Functioning, and Parental Partner Dynamics on Korean Juvenile Delinquency. Available at:
http://web.ebscohost.com (diakses 03 Maret 2012). Sumiati, dkk. 2009. Kesehatan Jiwa Remaja dan Konseling. Jakarta: Trans Info Media. Utting, D. 2007. Parenting and the different ways it can affect children’slives : research evidence. Available at: http://www.jrf.org.uk (diakses 22 Juni 2012). Wong. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Ed. 6 Vol. 1. Jakarta: EGC. Yan, C. 2007. The main value in family education and socialization. Available at: http://www.93576.com (diakses 27 Juni 2012). Yusuf, S. 2008. Psikologi Perkembangan Anak&Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Dina Novi Arsi Setyaningrum Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor-Sumedang) Email :
[email protected], 083863506112
15
Dina Novi Arsi Setyaningrum Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor-Sumedang) Email :
[email protected], 083863506112
5