e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No. 1 – Tahun 2015)
Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Boneka Tangan Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Anak Kelompok B3 Ketut Marini1, Ketut Pudjawan2, Nice Maylani Asril 1,3
3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2 Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail :
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Permasalahan dalam penelitian ini mengenai rendahnya kemampuan berbahasa khususnya dalam keterampilan berbicara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara setelah diterapkan metode bercerita berbantuan media boneka tangan pada anak kelompok B3 semester II di TK Budhi Luhur Sudaji Tahun Pelajaran 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah 15 orang anak kelompok B3 semester II di Budhi Luhur Sudaji tahun pelajaran 2014/2015, yang terdiri atas 8 orang anak perempuan dan 7 orang anak laki-laki. Data penelitian tentang keterampilan berbicara dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrumennn berupa lembar format observasi. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan berbicara dengan menerapkan metode bercerita berbantuan media boneka tangan pada siklus I sebesar 63,31% yang berada pada kategori rendah ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 80,81% yang tergolong pada kategori tinggi. Berdasarkan hasil penelitian dan anasilis data terjadi peningkatan kemampuan berbicara sebesar 17,50% pada anak kelompok B3 TK Budhi Luhur Sudaji. Kata-kata Kunci: Meningkatkan Keterampilan Berbicara, Media Boneka Tangan, Metode Bercerita
Abstract Problem in this study regarding the lack of language profieciency, especially in speaking skills. This study aims to determine the speaking skills improvement after application of media-aided storytelling puppets in the second semester of children in group B3 in kindergarten Budhi Luhur Sudaji academic year 2014/2015.This research is a classroom action research conducted in two cycles. The subjects were 15 children in group B3 in the second semester of kindergarten Budhi Luhur Sudaji academic year 2014/2015, which consists of 8 girl and 7 boys. Data collected research on speaking skill with observation form sheet format. Data were analyzed using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis method. The result showed that an increase speaking skill by applying the method of storytelling assisted hand puppet media in the first cycle of 63,31% which is at the low category had experienced an increase in the second cycle into 80,81% were classified in the high category. Based on the results of the research and the analysis increased ability to speak at 17,50% of children in group B3 kindergarten Budhi Luhur Sudaji. Keywords: Increase the ability to speak, Media hand puppets, Storytelling method.
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No. 1 – Tahun 2015) PENDAHULUAN
untuk memiliki kepekaan dalam bahasa tulis, mencoba memahami tujuan suatu tulisan dan memperoleh pengetahuan yang bersifat alfabetis, serta menulis huruf dan kata. Menurut Dhieni, dkk. (2011:1.19), Kemampuan berbicara merupakan suatu ungkapan dalam bentuk kata-kata. Berbicara juga merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, dan linguistik secara luar. Banyak faktor yang terlibat didalamnya, menyebabkan orang beranggapan bahwa berbicara merupakan kegiatan yang kompleks. Faktor-faktor tersebut merupakan indikator keberhasilan berbicara. Sehingga harus diperhatikan pada saat kita menentukan mampu tidaknya seseorang berbicara. Jadi, tingkat kemampuan berbicara seseorang atau anak tidak hanya ditentukan dengan mengukur penguasaan faktor linguistik saja atau faktor psikologis saja, tetapi dengan mengukur penguasaan semua faktor secara menyeluruh. Menanamkan ide atau konsep yang bersifat abstrak merupakan persoalaan yang tidak mudah dilaksanakan dalam proses belajar mengajar dan harus berbagi dengan metode yang tepat yang sesuai dengan keterampilan berbicara, disinilah dituntut kemapuan guru dalam memilih dan menerapkan metode bercerita yang tepat dalam rangka meningkatkan keterampilan berbicara anak. Pada anak usia TK (4-6 tahun), kemampuan berbahasa yang paling umum dan efektif dilakukan adalah kemampuan berbicara. Hal ini selaras dengan karakteristik umum kemampuan bahasa anak pada usia tersebut. Karakteristik ini meliputi kemampuan anak untuk dapat berbicara dengan baik, melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar, mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan yang mudah dipahami, menyebutkan nama, jenis kelamin dan umurnya, menggunakan kata sambung seperti: dan, karena, tetapi; menggunakan kata tanya seperti bagaimana, apa, mengapa, kapan, membandingkan dua hal, memahami konsep timbal balik, menyusun kalimat, mengucapkan lebih dari tiga kalimat, dan mengenal tulisan sederhana
Pendidikan anak usia dini memegang peranan yang sangat penting dan merupakan sejarah perkembangan anak selanjutnya. Pengembangan potensi anak secara terarah pada usia dini akan berdampak pada kehidupan masa depannya. Masa ini merupakan saat yang tepat dikembangkan potensi dan kecerdasan anak. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan dengan pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar siap memasuki pendidikan yang lebih lanjut (UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 14). Berdasarkan Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 tentang standar pendidikan anak usia dini menyatakan bahwa tujuan pendidikan taman kanak-kanak adalah membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi nilai agama dan moral, fisik/motorik, seni, kognitif, sosial emosional, kemandirian dan bahasa. Kemampuan bahasa merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan seseorang, tanpa bahasa manusia tidak akan dapat berkomunikasi dengan orang lain, menyampaiakan ide, gagasan pikiran, dan perasaan kepada manusia lainnya baik dalam situasi formal maupun situasi non formal. Menurut Bromley (Dhieni, dkk.,2011:1.19), Pengembangan bahasa untuk anak usia dini difokuskan pada keempat aspek bahasa yaitu: menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dengan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain, anak akan mendapat banyak sekali kosa kata sekaligus dapat juga mengespresikan dirinya. Dari segi komunikasi, menyimak dan berbicara merupakan komunikasi lisan. Ketika anak belajar untuk menyimak dan berbicara, anak akan berlatih mengontrol dirinya sendiri dan lingkungannya, berhubungan secara selektif dengan orang lain, mendapatkan dan menyimpan lebih banyak informasi. Sementara dengan kegiatan menulis dan membaca anak akan dilatih
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No. 1 – Tahun 2015) Berdasarkan Permendiknas 58 (2009:10) ada beberapa aspek yang dinilai dalam keterampilan berbicara anak antara lain adalah sebagai berikut. 1) Mengulang kalimat yang telah didengarnya), 2)Dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa, dimana, berapa, bagaimana,dsb 3)Berani bertanya secara sederhana 4)Mendengarkan dan menceritakan kembali cerita secara urut. Sekolah yang menjadi tempat penelitian adalah TK Budhi Luhur Sudaji. TK Budhi Luhur Sudaji Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng. Sementara itu, berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 6 Januari 2015, terhadap kepala sekolah dan guru-guru di TK Budhi Luhur Sudaji, mereka mengusulkan agar penelitaian ini dilaksanakan di kelas B3 karana dilihat dari hasil belajar pada anak kelompok B3 di TK Budhi Luhur Sudaji, menunjukkan kurangnya perkembangan bahasa anak TK khususnya dalam keterampilan berbicara. Hal ini terlihat juga dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 7 Januari 2015. Dalam kegiatan bercerita anak tampak kesulitan dalam menceritakan kembali isi cerita yang sudah disampaikan secara sederhana oleh guru. Anak nampak kesulitan dalam menjawab pertanyaan apa, siapa, mengapa, dimana, berapa dan sebagainya, dalam cerita yang diceritakan oleh guru. Anak kurang mampu menyambung pembicaraan karena anak belum mampu mengungkapkan pendapatnya dan anak juga nampak kesulitan dalam mengulang kalimat yang telah didengarnya. Hal ini terlihat dari hasil belajar anak kelompok B3 yang menunjukkan bahwa, dari 15 orang anak terdapat 4 orang anak yang mendapat bintang satu (belum berkembang), 11 orang anak mendapat bintang dua (mulai berkembang). Padahal harapan ketuntasan memperoleh bintang empat (berkembang sangat baik). Sebagai pendidik di TK, guru sebaiknya memiliki cara untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran maka digunakan metode pembelajaran yang tepat untuk menghasilkan kegiatan pembelajaran yang inovatif. Sebagai seorang pendidik anak TK, pemilihan metode pembelajaran yang tepat sebaiknya
disesuaikan dengan kemampuan anak dan memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan untuk anak usia dini. Menurut Moeslichatoen (2004:157), Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik, mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak TK. Untuk itu, dalam memberikan cerita kapada anak guru harus memberikan pengalaman-pengalaman yanga dapat memotivasi anak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai untuk keterampilan berbicaranya. Kemudian menurut Dhieni, dkk (2007:6.6), Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik taman kanak-kanak. Metode bercerita dapat digunakan untuk membantu perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi secara efektif dan efisien sehingga proses percakapan menjadi komunikatif. Agar metode bercerita bisa diterapkan lebih efektif maka diperlukan media yang menarik untuk membantu kegiatan pembelajaran. Adapun langkah-langkah kegiatan bercerita, menurut Moeslichatoen (2004:179) yaitu: (1)Mengkomunikasikan tujuan dan tema dalam kegiatan bercerita, (2) Mengatur tempat duduk anak. Misalnya anak duduk di lantai dan diberi alas tikar atau karpet, atau duduk dikursi dengan formasi setengah lingkaran, (3) Pembukaan kegiatan bercerita, dimana guru menggali pengalaman-pengalaman anak dalam kaitannya dengan tema cerita, (4)Pengembangan cerita yang dituturkan guru. Guru menyajikan fakta-fakta di sekitar kehidupan anak yang berkaitan dengan tema cerita, (5) Menceritakan isi cerita dengam lafal, intonasi dan ekspresi wajah yang menggambarkan suasana cerita, (6) Penutup kegiatan bercerita dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita. Bercerita dengan berbantuan media akan dapat menarik minat anak dalam mendengarkan cerita. Menurut Sadiman (2005: 6), Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No. 1 – Tahun 2015) pesan dan menurut Tresnawati (2013: 17), media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Media dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu media audio, media visual dan media audio visual. Media boneka tangan dapat diklasifikasikan kedalam media visual. Boneka tangan merupakan benda tiruan dari bentuk manusia atau binatang yang dimainkan dengan satu tangan dengan warna yang unik, menurut Daryanto (dalam Muttaqin: 2013), boneka tangan adalah benda tiruan dari bentuk manusia atau binatang yang dimainkan dengan satu tangan. Boneka tangan dapat dijadikan media pendidikan, boneka dapat dimainkan dalam bentuk sandiwara boneka. Menurut Ahira (dalam Muttaqin: 2013) disebut boneka tangan, karena cara memainkannya dengan satu tangan memainkan satu boneka, dan boneka ini hanya terdiri dari kepala dan dua tangan saja. Bagian badan dan kakinya hanya merupakan baju yang menutup lengan orang yang memainkannya. Menurut Siswanti (2011), mengemukakan bahwa: manfaat boneka tangan antara lain : (a) tidak banyak memakan tempat dalam pelaksanaannya, (b) tidak menuntut ketrampilan yang rumit bagi yang akan , (c) memainkannya, (d) dapat mengembangkan imajinasi anak, mempertinggi keaktifan anak dan suasana gembira, (e) Mengembangkan aspek bahasa. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian yang bertujuan untuk mengetahui peningkatkan keterampilan berbicara setelah menerapkan metode bercerita berbantuan media boneka tangan pada anak kelompok B3 semester II di TK Budhi Luhur Sudaji Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2014/2015.
secara lebih professional (Kanca, 2010: 108). Penelitian ini bertujuan untuk pengembangan keterampilan guru berdasarkan pada persoalan-persoalan pembelajaran yang dihadapi oleh guru di kelasnya sendiri, dan bukannya bertujuan untuk pencapaian pengetahuan umum dalam bidang pendidikan Menurut Ojan (dalam Kanca,2010: 115), Terdapat empat bentuk PTK yaitu : (1) Guru Sebagai Peneliti, (2) Penelitian Tindakan Kolaboratif, ini berarti bahwa guru dan peneliti melakukan kerjasama dalam melaksanakan penelitian, (3) Simultan Terintegrasi, (4) Administrasi Sosial Eksperimental. Dalam penelitian ini, bentuk penelitian tindakan kelas yang akan digunakan adalah guru sebagai peneliti, yaitu guru dalam hal ini berperan dalam PTK. Dalam bentuk PTK guru sebagai peneliti, mempunyai ciri-ciri penting, yaitu sangat berperannya guru itu sendiri dalam proses PTK. Peneliti mencari permasalahan sendiri untuk memecahkan melalui penelitian tindakan kelas, sedangkan keterlibatan pihak luar hanya bersifat konsultatif (Kanca,2010: 115). Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih professional. Penelitian ini dilaksanakan di TK Budhi Luhur Sudaji pada semester II tahun pelajaran 2014/2015 pada anak kelompok B3. Subyek penelitian sebanyak 15 orang anak. Fokus penelitian adalah keterampilan berbicara melalui penerapan metode bercerita berbantuan media boneka tangan pada anak kelompok B3 TK Budhi Luhur Sudaji. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus masingmasing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Dalam penelitian ini siklus ini kemungkinan akan dilakukan siklus berikutnya, apabila siklus sebelumnya tidak memenuhi kriteria
METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research dengan model daur (siklus). PTK adalah sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No. 1 – Tahun 2015) seperti yang direncanakan setiap anak didik diminta untuk melakukan unjuk kerja keterampilan berbicara. Penilaian terhadap unjuk kerja anak didik menggunakan pedoman penilaian kemampuan keterampilan berbicara yang telah dipersiapkan. Ketuntasan belajar individu tercapai jika dalam kemampuan berbicara anak didik telah mendapatkan penilaian bintang tiga. Pengamatan juga di bantu oleh guru kelas dan kepala sekolah, hal ini bertujuan agar dapat di peroleh hasil pengamatan yang lebih akurat. Keempat Refleksi, Pada tahap ini akan dilakukan analisis data mengenai proses, hasil dan hambatan yang dijumpai dalam pembelajaran, selanjutnya peneliti bersama guru dapat melakukan perbaikan kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada rancangan refleksi ini adalah mengkaji dan merenungkan hasil penilaian terhadap pelaksanaan tindakan tersebut dengan maksud jika terjadi hambatan akan dicari pemecahan masalahnya untuk direncanakan tindakan pada siklus selanjutnya. Rancangan penelitian tindakan kelas siklus II secara umum, pelaksanaan siklus II sama seperti siklus I yang dilaksanakan dalam beberapa pertemuan untuk proses pembelajaran dan pelaksanaan evaluasi dilakukan pada akhir pertemuan. Siklus II dilaksanakan berdasarkan refleksi siklus I. Pertama, Perencanaan, palam tahap ini peneliti merencanakan semua kegiatan/tindakan yang dilakukan pada siklus II untuk beberapa pertemuan. Kegiatan/tindakan yang direncanakan adalah termasuk perbaikan-perbaikan yang akan dilakukan pada tahap perencanaan antara lain (1) melakukan diskusi dengan guru tentang kelemahan-kelemahan/ kekurangankekurangan serta kendala yang dialami pada siklus I bagaimana cara penyelesaiannya, (2) menyiapkan Rencana Kegiatan Harian (RKH) untuk beberapa kali pertemuan disesuaikan dengan perbaikanperbaikan yang telah direncanakan, (3) menyiapkan media boneka tangan dan instrument penelitian lembar observasi siswa.
Gambar 1.Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Kanca, 2010: 129) Pertama Perencanaan, pada tahapan ini akan dipersiapkan berbagai hal yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas yaitu: Rencana Kegiatan Mingguan (RKM), Rencana Kegiatan Harian (RKH), menyiapkan media pembelajaran, format penilaian berbicara. Pada tahap ini guru kelas dan kepala sekolah yang memiliki peran penting untuk membantu dalam menyiapkan perencanaan. Kedua Tindakan, tahap ini akan dilaksanakan pembelajaran sebagaimana yang telah ditetapkan dalam RKM dan RKH dengan menggunakan media boneka tangan. Adapun langkah-langkah pembelajarannya yang dilakukan guru adalah sebagai berikut: guru mengajak siswa bercakap-cakap terlebih dahulu sebelum memulai pembelajara, guru menjelaskan kegiatan pada anak, guru menjelaskan media boneka tangan, cara memakainya dan guru mencobanya sambil bercakap-cakap dengan anak, Guru memberi kesempatan pada anak untuk bercerita dengan menggunakan boneka tangan, guru mengamati dan mengevaluasi kegiatan anak dan yang terakhir guru memberikan bimbingan kepada anak yang memerlukan bimbingan. Ketiga Observasi atau Evaluasi, tahap ini guru guru melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar anak didik dan membuat catatan jika ada hal-hal yang khusus baik yang dilakukan guru maupun anak didik. Selama proses pembelajaran
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No. 1 – Tahun 2015) Kedua, Tindakan, sesuai dengan perencanaan tindakan di atas, maka pertemuan I dilaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode bercerita dengan bantuan media boneka tangan sesuai dengan RKH yang telah disiapkan. Adapun langkah-langkah pembelajarannya yang dilakukan guru adalah sebagai berikut: guru mengajak siswa bercakapcakap terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran, guru menjelaskan kegiatan pada anak, guru menjelaskan media boneka tangan, cara memakainya dan guru mencobanya sambil bercakap-cakap dengan anak, guru memberi kesempatan pada anak untuk bercerita dengan menggunakan boneka tangan, guru mengamati dan mengevaluasi kegiatan anak dan guru memberikan bimbingan kepada anak yang memerlukan bimbingan . Ketiga, Observasi/Evaluasi, observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan, dicatat bagaimana perilaku siswa saat kegiatan berlangsung dan mencatat hal-hal yang muncul di luar perencanaan tindakan. Sedangkan evaluasi dilaksanakan pada akhir pertemuan. Keempat, Refleksi dilakukan berdasarkan hasil pengamatan/evaluasi yang bertujuan untuk mengidentifikasi hasil tindakan pada siklus II, sejauh mana hasil yang dicapai/ seberapa besar peningkatan yang terjadi. Pada tahap ini biasanya melaporkan hasil tindakan dan menjelaskan bahwa dari hasil penelitian yang didapatkan, maka penelitian dilaksanakan hanya sampai pada siklus II. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode observasi. Metode observasi adalah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan ”pengamatan” secara sistematis tentang suatu objek tertentu. (Agung 2012:61). Metode observasi pada prinsipnya merupakan cara memperoleh data yang lebih dominan menggunakan indra penglihatan dalam proses pengukuran terhadap suatu obyek atau variable tertentu, sesuai dengan tujuan peneliti. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu Analisis Statistik Diskriptif dan Analisis Diskriptif Kuantitatif.
Analisis Statistik Diskriptif merupakan suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan teknik dan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum. Sedangkan Metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai keadaan suatau objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2012:67) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian dilaksanakan pada anak kelompok B3 semester II TK Budhi Luhur Sudaji kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2014/2015. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B3 TK Budhi Luhur Sudaji yang berjumlah 15 orang anak, yang terdiri dari 8 orang anak perempuan dan 7 orang anak laki-laki. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari 12 kali pertemuan yaitu 11 kali pertemuan untuk melaksanakan tindakan dan satu kali pertemuan untuk melaksanakan evaluasi. Data yang dikumpulkan adalah mengenai keterampilan berbicara dengan menerapankan metode bercerita berbantuan media boneka tangan. Data keterampilan berbicara anak disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung modus (Mo), median (Me), mean (M), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. Hasil observasi yang dilakukan pada saat penerapan metode bercerita dengan media boneka tangan menggunakan 4 indikator yaitu: (1)Mengulang kalimat yang telah didengarnya, (2)Dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa, dimana, berapa, bagaimana, dsb, (3) Berani bertanya secara sederhana (4)Mendengarkan dan menceritakan kembali cerita secara urut dan masing-masing indikator yang muncul dalam pembelajaran akan diberi skor, yakni bintang empat (mampu lebih dari harapan),
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No. 1 – Tahun 2015) bintang tiga (mampu tanpa bantuan), bintang dua (mampu dengan bantuan), dan bintang satu (belum mampu). Pada siklus I dilaksanakan dari mulai tanggal 7 april sampai dengan tanggal 22 April 2015. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai distribusi keterampilan berbicara pada siklus I anak kelompok B3 semester II di TK Budhi Luhur Sudaji Tahun Pelajaran 2013/2014 disajikan pada Gambar 2
berbicara anak. Data kemampuan berbahasa khususnya kemampuan berbicara pada penelitian siklus II disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi menghitung Modus (Mo), Median (Me) dan Mean (M), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau Mean dengan model PAP skala lima.
Skor Frekuensi 6
Skor Frekuensi
4
6
Skor Frekuensi
2
4 Skor Frekuensi
2
0 10 11 12 13 14 15
0 8
Gambar 3: Grafik data keterampilan berbicara pada anak kelompok B3 di TK Budhi Luhur Sudaji pada siklus II
9 10 11 12
Gambar 2: Grafik data keterampilan berbicara pada anak kelompok B3 di TK Budhi Luhur Sudaji pada siklus I
Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas, terlihat Mo >Me >M (14,00>13,00>12,93), sehingga dapat disimpulkan bahwa data-data keterampilan berbicara pada siklus II menunjukkan kurve juling negatif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa skor keterampilan berbicara pada anak kelompok B3 TK Budhi Luhur Sudaji cenderung Tinggi. Berdasarkan rata-rata persentase, nilai M% = 80,81% yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima, seperti yang terlihat pada tabel PAP berada pada tingkat penguasaan 80-89% yang berarti bahwa keterampilan berbicara anak berada pada kriteria tinggi
Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas, terlihat Mo <Me <M (9,00<10,00<10,13), sehingga dapat disimpulkan bahwa data keterampilan berbicara pada siklus I menunjukkan kurve juling positif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa skor keterampilan berbicara pada anak kelompok B3 TK Budhi Luhur Sudaji cenderung rendah. Berdasarkan rata-rata persentase, nilai M% = 63,31% yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima, seperti yang terlihat pada tabel PAP berada pada tingkat penguasaan 55-64% yang berarti bahwa keterampilan berbicara anak berada pada kriteria rendah. Siklus II juga dilakukan sama seperti siklus I yaitu dilaksanakan dalam 12 kali pertemuan, 11 pertemuan untuk melaksanakan tindakan dan satu kali pertemuan untuk melaksanakan evaluasi penilaian keterampilan berbicara anak yang dilakukan dari tangga 23 April sampai dengan 12 Mei 2015, hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan keterampilan
Pembahasan Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase keterampilan berbicara pada anak kelompok B3 semester II di TK Budhi Luhur Sudaji pada siklus I sebesar 63,31% dan rata-rata persentase keterampilan berbicara pada anak kelompok B3 semester II di TK Budhi Luhur Sudaji pada siklus II sebesar 80,81%, ini menunjukkan adanya peningkatan ratarata persentase keterampilan berbicara
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No. 1 – Tahun 2015) pada anak dari siklus I ke siklus II sebesar 17,50%. Terjadinya peningkatan keterampilan berbicara pada anak saat penerapan metode bercerita berbantuan media boneka tangan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) disebabkan karena guru mampu mengelola kelas dengan baik dan memberikan cerita yang mudah dimengerti oleh anak sehingga anak memiliki keberanian untuk menceritakan kembali cerita yang sudah disampaikan menggunakan media boneka tangan dan berkembang terus sampai anak mampu mencapai tujuan yang diharapkan. Guru memilih cerita dekat dengan lingkungan sekitar anak dan cerita yang dipersiapkan guru merupakan cerita yang sederhana yang menarik, mengandung humor, ceritacerita populer, cerita yang mengandung unsur mendidik dan mudah diterima oleh anak. Hal ini didukung oleh pendapat Moeslichatoen (2004:169), yang menyatakan bahwa manfaat metode bercerita adalah untuk menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan dan sikap-sikap positif yang lain dalam kehidupan lingkungan keluarga, sekolah dan luar sekolah, memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral dan keagamaan, memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan, mengembangkan kemampuan kognitif, dan memberikan pengalaman belajar yang unik dan menarik Penerapan metode bercerita dalam penelitian ini dibantu dengan media boneka tangan yang membuat cerita yang disampaikan oleh guru menjadi semakin hidup dan suasana kelas menjadi menyenangkan. Untuk itu, dalam memberikan cerita kapada anak guru harus memberikan pengalaman-pengalaman yang dapat memotivasi anak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai untuk keterampilan berbicaranya. Dengan metode bercerita berbantuan media boneka tangan bagi anak TK yaitu lancar, anak lebih bersemangat dalam bercerita berbantuan media boneka tangan yang menarik. Hal ini di dukung oleh pendapat menurut Siswanti (2011), mengemukakan bahwa: manfaat
boneka tangan antara lain : (a) tidak banyak memakan tempat dalam pelaksanaannya, (b) tidak menuntut ketrampilan yang rumit bagi yang akan , (c) memainkannya, (d) dapat mengembangkan imajinasi anak, mempertinggi keaktifan anak dan suasana gembira, (e) mengembangkan aspek bahasa. Sebelum menerapkan metode bercerita berbantuan media boneka tangan pada anak kelompok B3 di TK Budhi Luhur Sudaji, dalam kegiatan bercerita anak tampak kesulitan dalam menceritakan kembali isi cerita yang sudah disampaikan secara sederhana oleh guru. Anak nampak kesulitan dalam menjawab pertanyaan apa, siapa, mengapa, dimana, berapa dan sebagainya, dalam cerita yang diceritakan oleh guru. Anak kurang mampu menyambung pembicaraan karena anak belum mampu mengungkapkan pendapatnya dan anak juga nampak kesulitan dalam mengulang kalimat yang telah didengarnya Setelah menerapkan metode bercerita berbantuan media boneka tangan hasil yang diperoleh adalah anak mampu mendengarkan dengan baik terhadap apa yang disampaikan guru, anak dapat mengulang kalimat yang telah didengarnya misalnya pada saat anak bercerita tentang kelinci yang sombong anak dapat mengulang kalimat tiga sampai lima kata seperti: kelinci larinya cepat, kura-kura jalannya lambat dan lain-lain, anak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan guru seperti: apa judul ceritanya, menjawab tokoh-tokoh dalam cerita, menyebutkan sifat tokoh dalam cerita dan lain-lain, selanjutnya anak dapat menceritakan dan mengekspresikan terhadap apa yang didengarnya dan diceritakannya kembali, sehingga hikmah dan isi cerita dapat dipahami dengan baik. Meskipun secara garis besar penelitian ini sudah dikatakan berhasil namun masih ada beberapa kekurangan diantaranya, (1) Masih ada beberapa anak yang masih memerlukam bantuan guru dalam menceritakan cerita yang di ceritakan, karena anak tersebut masih malu bercerita didepan kelas (2) Keterbatasan waktu sehingga dalam kegiatan bercerita
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No. 1 – Tahun 2015) anak tidak dapat mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut ini berarti bahwa dengan penerapan metode bercerita berbantuan media boneka tangan akan dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada anak kelompok B3 semester II di TK Budhi Luhur Sudaji
disimpulkan saran sebagai berikut: (1) Kepada guru diharapkan agar anak dalam proses pembelajaran selalu terlibat langsung dalam pembelajaran dengan mengalami dan menemukan sendiri serta dapat menggali pengetahuan sendiri sehingga anak mampu mandiri dalam melakukan kegiatan baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Guru juga diharapkan mampu memilih dan menerapkan metodemetode pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak. (2) Pihak sekolah diharapkan selalu mendukung proses belajar dan mengajar dengan menerapkan metode bercerita berbantuan media boneka tangan dengan cara menyediakan alat-alat yang digunakan dalam pembelajaran serta menginformasikan kepada guru untuk menggunakan metode pembelajaran inovatif yang lain. (3) Penelitian diharapkan mampu menjadi rekomendasi dan penyempurnaan pada penelitian selanjutnya yang juga meneliti penerapan metode bercerita dengan berbantuan media boneka tangan sehingga dapat mencapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode bercerita berbantuan media boneka tangan dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada anak kelompok B3 semester II tahun pelajaran 2014/3015 di TK Budhi Luhur Sudaji. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan keterampilan berbicara pada setiap siklus. Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran siklus I, dapat diketahui pencapaian keterampilan berbicara sebesar 63,31% yang berada pada kategori rendah menjadi sebesar 80,81% yang berada pada kategori tinggi. Ini menunjukkan adanya peningkatan ratarata persentase keterampilan berbicara pada anak dari siklus I ke siklus II sebesar 17,50%. Sedangkan Mo, Me dan M pada siklus I terlihat dalam grafik polygon menunjukakan bahwa Mo <Me <M (9,00<10,00<10,13), sehingga dapat disimpulkan bahwa data-data keterampilan berbicara pada siklus I menunjukkan kurve juling positif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa skor keterampilan berbicara pada anak kelompok B3 TK Budhi Luhur Sudaji cenderung rendah. Ketika dilanjutkan pada siklus II terjadi peningkatan pada grafik polygon terlihat Mo >Me >M (14,00>13,00>12,93 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa datadata keterampilan berbicara pada siklus II menunjukkan kurve juling negatif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa skor keterampilan berbicara pada anak kelompok B3 TK Budhi Luhur Sudaji cenderung Tinggi.
DAFTAR RUJUKAN Agung. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Ariadi. 2014. Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Gambar Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Anak Kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 Di TK Widya Sesana Sangsit. PTK Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Fakultas Ilmu Pendidikan Ganesha Singaraja. Ayuni. 2014. “Penerapan Metode BCCT Berbantuan Media Boneka Jari Pada Kemampuan Berbicara Anak TK Saiwa Dharma”. Jurnal Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Pendidikan Ganesha. (dalam format PDF)
Saran telah
Berdasarkan pembahasan yang dikemukakan, maka dapat
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No. 1 – Tahun 2015) Christianti, Martha. 2010. “Pengembangan Bahasa Untuk Anak Usia Dini”. Tersedia pada http://.pengembanganbahasa- untuk- anak- usia- dini. (dalam bentuk PDF)
Sugiarti. 2013. “Metode Bercerita Dengan Boneka Tangan Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Kelompok B TK KH Romly Tamim Surabaya”. Jurnal Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Negeri Surabaya. (dalam format PDF)
Fachrurrazi, A. 2011. “Penerapan Metode Bercerita Dalam Mengembangkan Kemampuan Berbahasa dan Karakter Peserta Didik Usia Dini”. Jurnal Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. (dalam format PDF)
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta Bandung Suhartono.2005. Pengembangan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Kanca, I Nyoman. 2010. Metode Penelitian Pengajaran pendidikan Jasmani Dan Olehraga. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha
Tresnawati. 2013. Penerapan Metode Pemberian Tugas Dengan Media pohon Hitung Untuk meningatkan kemampuan kognitif Anak Kelompok B Semester II Tahun Plajaran 2012/2013 DI TK WIDYA SUTA KERTI SULANYAH. Skripsi. Singaraja: Undiksha
Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan (Teknik Analisis Data Kuantitatif). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT Rineka Cipta Muttaqin. 2013. “Peningkatan Keterampilan Bercerita Melalui Pendekatan Savi Berbantuan Boneka Tangan Pada Siswa Kelas Ii Sdn Karanganyar 01 Semarang”. Skripsi Jurusan PGSD Universitas Negeri Semarang. (dalam format PDF) Nurbiana Dhieni, dkk.2007. Pengembangan Bahasa. Universitas terbuka
Metode Jakarta:
Sadiman. Arief S. Dkk. 2005. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Siswanti. 2012. “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Dengan Menggunakan Media Boneka Tangan pada Anak Kelompok B TK Pembina Cawas Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2011/2012”. Jurnal Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Sebelas Maret. (dalam format PDF)