PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) PADA PEMELIHARAAN TANAMAN TEH MENGHASILKAN (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DENGAN ASPEK KHUSUS PEMETIKAN DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH
MUHAMMAD ZAMRONI A24110067
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) pada Pemeliharaan Tanaman Teh Menghasilkan (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) dengan Aspek Khusus Pemetikan di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2015 Muhammad Zamroni NIM A24110067
ABSTRAK MUHAMMAD ZAMRONI. Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) pada Pemeliharaan Tanaman Teh Menghasilkan (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) dengan Aspek Khusus Pemetikan di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Dibimbing oleh AHMAD JUNAEDI. Kegiatan magang dilaksanakan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman teknis dan manajerial tanaman teh serta mempelajari aspek pemetikan. Adapun tujuan khusus dari magang ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai penerapan Good Agricultural Practices (GAP) pada pemeliharaan tanaman menghasilkan teh serta mempelajari studi pengelolaan tanaman teh di Unit Perkebunan Tambi. Metode yang dilaksanakan selama kegiatan magang yaitu metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan secara aktif mengikuti dan mengamati kegiatan teknis di lapangan dan wawancara. Metode tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan laporan manajemen, arsip kebun dan jurnal penelitian teh. Hasil magang menunjukkan bahwa tinggi bidang petik, diameter bidang petik, analisis pucuk, kapasitas pemetik, gilir dan hanca petik serta sarana transportasi telah sesuai standar. Analisis petik masih perlu peningkatan agar kuantitas dan kualitas pucuk optimal. Kata kunci:
Good Agricultural Practices (GAP), gilir petik, rumus petik, manajemen pemetikan
ABSTRACT MUHAMMAD ZAMRONI. The Application of Good Agricultural Practices (GAP) for Maintenance of Productive Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) with Special Aspect of Plucking at Plantation Unit of Tambi, Wonosobo, Central Java. Supervised by AHMAD JUNAEDI. Internship activities was conducted in order to improve knowledge, field experience, and to study tea management aspect of tea plucking. The specific purpose of this internship was to obtain information regarding the application of Good Agricultural Practices (GAP) in the maintenance of productive tea at Plantation Unit of Tambi. Internship was conducted by direct and indirect methods. Direct method was conducted by doing and observing the field activity and interview actively. Indirect method was conducted by collecting management report, company archive and literature review. Results showed that the height and diameter of plucking height surface, shoots analysis, the capacity of plucker, plucking round management and plucking area and transportation were complied to the standart by best practices. The increase in supervision of plucking analysis were really important to get an optimal quality and quantity of tea shoots. Keywords:
Good Agricultural Practices (GAP), plucking cycle, plucking formula, plucking management
PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) PADA PEMELIHARAAN TANAMAN TEH MENGHASILKAN (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DENGAN ASPEK KHUSUS PEMETIKAN DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH
MUHAMMAD ZAMRONI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Judul Skripsi : Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) pada Pemeliharaan Tanaman Teh Menghasilkan (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) dengan Aspek Khusus Pemetikan di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Nama : Muhammad Zamroni NIM : A24110067
Disetujui oleh
Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Kegiatan magang yang dilaksanakan sejak Februari sampai Juni 2015 berjudul Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) pada Pemeliharaan Tanaman Teh Menghasilkan (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) dengan Aspek Khusus Pemetikan di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua, kakak dan keluarga yang telah memberikan doa dan dukungannya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Ahmad Junaedi MSi selaku dosen pembimbing skripsi, Dr Ir Ade Wachjar MS dan Candra Budiman SP MSi selaku dosen penguji, Dr Ir Heni Purnamawati MSc Agr selaku dosen pembimbing akademik, serta Bapak Muhamad Subandi sebagai pembimbing selama magang. Penghargaan juga disampaikan kepada Unit Perkebunan Tambi yang telah bersedia menerima penulis untuk melaksanakan kegiatan magang. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman Dandelion AGH 48, Nur Khairina Mufattihah, Sahabat Maxima dan Bintang Muda atas doa dan kasih sayangnya. Semoga skripsi ini bermanfaat, Aamiin. Bogor, Agustus 2015 Muhammad Zamroni
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan TINJAUAN PUSTAKA Botani Teh Syarat Tumbuh Budidaya Tanaman Teh Good Agricultural Practices Pemetikan dan Analisis Hasil Petikan METODE MAGANG Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data Analisis dan Pengolahan Data KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Geografis dan Luas Areal Keadaan Iklim, Tanah dan Topografi Keadaan Tanaman dan Produksi Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Kesejahteraan Karyawan PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Aspek Manajerial PEMBAHASAN Pemupukan Pemangkasan Pengendalian OPT Rekomendasi untuk Pemenuhan GAP Bidang Petik Tebal Daun Pemeliharaan Analisis Petik dan Analisis Pucuk Gilir Petik Hanca Petik Tenaga dan Kapasitas Pemetik KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
xi xi xii 1 1 2 2 2 2 3 4 5 6 6 6 7 8 9 9 10 10 10 11 12 12 12 37 40 40 42 43 45 46 46 47 48 48 49 50 50 50 51 53 67
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Kebutuhan pupuk lewat tanah pada TM di Unit Perkebunan Tambi 2015 Kebutuhan pupuk tanah pada TBM di Unit Perkebunan Tambi 2015 Diameter bidang petik berdasarkan umur setelah pemangkasan di Unit Perkebunan Tambi tahun 2015 Hasil analisis petik di Unit Perkebunan Tambi bulan Mei 2015 Hasil analisis pucuk di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-Mei 2015 Gilir petik di Unit Perkebunan Tambi tahun 2015 Hanca petik di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-Mei 2015 Kapasitas pemetik di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-Mei 2015 Kapasitas pemetik di Unit Perkebunan Tambi tahun 2010-2014 Kapasitas pemetik berdasarkan usia pemetik di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-April 2015 Kapasitas pemetik berdasarkan lama kerja pemetik di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-April 2015 Perhitungan rasio kebutuhan tenaga pemetik di Unit Perkebunan Tambi 2015 Perbandingan jumlah pemetik di lapangan dengan perhitungan berdasarkan hasil perhitungan
17 18 28 29 29 30 30 30 31 31 31 32 32
DAFTAR GAMBAR 1.
Kegiatan pemotongan (a), penanaman daun stek (b) dan tempat penyungkupan (c) 2. Kegiatan pemupukan melalui tanah (a) dan daun (b) 3. Gejala serangan hama ulat penggulung daun (a) dan penyakit Blister blight (b) 4. Kegiatan pemangkasan manual (a) dan pemangkasan mesin (b) 5. Penampakan rorak (a) dan kegiatan pembuatan saluran air/rorak (b) 6. Kegiatan penggemburan tanah atau pemorokan 7. Alat petik; gunting petik (a) dan mesin petik (b) 8. Kegiatan penimbangan pucuk di lapangan 9. Tinggi bidang petik berdasarkan tahun setelah pemangkasan di Unit Perkebunan Tambi tahun 2015 10. Tebal daun pemeliharaan berdasarkan tahun setelah pemangkasan di Unit Perkebunan Tambi tahun 2015 11. Mesin penggilingan; open top roller (a), rotorvene (b) dan ghoogi (c) 12. Kegiatan penjenisan (a) dan mesin penjenisan/sortasi kering (b)
14 16 20 22 23 24 26 27 27 28 35 36
DAFTAR LAMPIRAN 1.
Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah 2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah 3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten kebun (kepala blok) Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah 4. Jurnal harian magang sebagai Pendamping Asisten Afdeling Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah 5. Peta lokasi Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah 6. Curah hujan dan hari hujan di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah tahun 2005-2014 7. Luas areal dan tata guna lahan Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah tahun 2015 8. Struktur organisasi perusahaan Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah 9. Jumlah tenaga kerja di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah bulan Mei 2015 10. Realisasi produksi teh Unit Perkebunan Tambi tahun 2008-2013 11. Realisasi produktivitas Unit Perkebunan Tambi tahun 2008-2014 12. Hasil pengamatan kesesuaian komponen pemeliharaan tanaman teh menghasilkan dengan GAP
53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman teh merupakan salah satu tanaman penyegar dan aromatik yang mempunyai peranan yang sangat strategis terhadap perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 komoditas teh mampu menghasilkan devisa sebesar US$ 156.74 juta. Walaupun jumlahnya relatif kecil namun yang dihasilkan dari teh merupakan nett devisa karena komponen impornya sangat kecil. Secara nasional industri teh menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar Rp 1.2 trilyun. Komoditas teh di Indonesia berfungsi juga sebagai sumber penciptaan lapangan kerja di pedesaan dan mendorong agribisnis dan agroindustri yang secara langsung maupun tidak langsung juga menciptakan lapangan kerja di sektor jasa. Diperkirakan pengusahaan teh melibatkan kurang lebih 98 ribu tenaga kerja dan mampu mendorong berkembangnya ekonomi wilayah-wilayah tersebut (Kementerian Pertanian RI 2014). Luas areal perkebunan teh Indonesia tahun 2009 adalah 123 506 ha dengan produksi 156 901 ton dan produktivitas sebesar 1 270.3 kg ha-1 tahun-1. Volume ekspor teh mencapai 92 305 ton, sedangkan impor teh mencapai 7 168 ton. Sedangkan pada tahun 2010 perkebunan teh mempunyai luas areal 122 898 ha dengan produksi 156 604 ton dan produktivitas 1 274.2 kg ha-1 tahun-1. Pada tahun yang sama volume ekspor teh mencapai 87 101 ton sedangkan volume impornya mencapai 10 688 ton. Pada tahun 2011 volume ekspor teh menurun pada angka 87 101 ton dan impor teh naik pada angka 10 668 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan 2012). Pada perkebunan teh, sasaran produksi yang diharapkan adalah pucuk yang berkualitas baik dengan bobot yang tinggi pada setiap petikan. Hal ini disebabkan tanaman teh merupakan tanaman yang dipanen pucuknya secara teratur, sehingga setiap faktor penentu pertumbuhan vegetatifnya perlu diperhatikan (Rachmawati dan Pranoto 2009). Mutu hasil teh tidak hanya ditentukan oleh ketinggian tempat tumbuh teh, namun dipengaruhi juga oleh sistem pemetikan. Pemetikan merupakan suatu cara pemungutan hasil tanaman teh berupa pucuk, pucuk yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan dan tujuan pengolahan (Johan dan Dalimoenthe 2009). Pada era globalisasi ini, pelaksanaan pembangunan perkebunan di Indonesia harus memperhatikan kelestarian ekosistem dan memberdayakan masyarakat sekitar sehingga tidak akan mengakibatkan terjadinya degradasi lahan maupun permasalahan sosial yang lain, karena pada dasarnya program pembangunan pertanian berkelanjutan berawal dari permasalahan pokok tentang bagaimana mengelola sumberdaya alam secara bijaksana sehingga bisa menopang kehidupan yang berkelanjutan, bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat dari generasi ke generasi. Bentuk pendekatan dan implementasinya harus bersifat multi sektoral dan holistik yang berorientasi pada hasil nyata dan kongkrit yakni (1) adanya peningkatan ekonomi masyarakat; (2) pemanfaatan sumberdaya lokal untuk pelestarian lingkungan; (3) penerapan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan, serta (4) pemerataan akses dan keadilan bagi masyarakat dari generasi ke generasi. Berdasarkan pertimbangan hal-hal tersebut di atas, maka perlu menyusun
2 Pedoman Teknis Budidaya Teh yang Baik (Good Agricultural Practices/GAP on Tea) (Kementerian Pertanian RI 2014). Good Agricultural Practices (GAP) merupakan sebuah pedoman pelaksanaan budidaya dalam sektor pertanian. Penerapan GAP mencerminkan tiga pilar keberlanjutan yaitu layak secara ekonomi, ramah lingkungan dan diterima oleh masyarakat. GAP diharapkan mampu dibuat untuk spesifik komoditas sehingga dapat menjadi suatu standar acuan dalam pengembangan dan pengelolaan komoditas tersebut di tempat lain. GAP mencakup kesesuaian komoditas dengan kesesuaian iklim dan lahan yang ada, upaya konservasi lahan dan air untuk keberlanjutan lingkungan, pemupukan yang tepat sesuai kebutuhan hara, tanah dan tanaman. Pengendalian hama penyakit secara terpadu dan ramah lingkungan serta proses panen dan pasca panen yang menjamin kebersihan dan kualitas produk (Neely et al. 2007). Tujuan Secara umum kegiatan magang ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam memahami proses kerja secara nyata dan memberikan pengalaman manajerial pada pengelolaan tanaman perkebunan. Adapun tujuan khusus dari magang ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai penerapan Good Agricultural Practices (GAP) pada pemeliharaan tanaman teh menghasilkan serta mempelajari pengelolaan pemetikan tanaman teh di Unit Perkebunan Tambi.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Teh Teh merupakan tanaman berdaun hijau yang termasuk dalam keluarga Camellia dengan nama spesies Camellia sinensis (L.) O. Kuntze dan berasal dari daerah pegunungan di Assam, China, Burma, Thailand dan Vietnam. Dalam spesies Camellia sinensis, dikenal beberapa varietas yaitu var sinensis, var assamica dan var cambodiensis. Dewasa ini, di Indonesia 99% pertanaman teh dilakukan dengan menggunakan teh dengan var assamica. Hal ini disebabkan var assamica lebih cocok ditanam di daerah tropis, serta memiliki hasil produksi yang tinggi dengan kualitas yang baik (Setyamidjaja 2000). Tanaman teh mempunyai dua fase pertumbuhan pucuk pada masa pertumbuhannya, yaitu periode peko dan burung. Kedua periode tersebut saling bergantian pertumbuhannya. Ritme pertumbuhan tersebut yang dinamakan flushing (periode peko) untuk pertumbuhan intensif/aktif dan periode dorman (periode burung) untuk pertumbuhan inaktif. Masa pergantian periode peko ± 35 hari. Lamanya stadium peko dan burung setiap tanaman berbeda-beda, bahkan masa bertunas untuk satu tanaman pun berbeda-beda (Setyamidjaja 2000). Syarat Tumbuh Pertumbuhan tanaman teh dipengaruhi oleh iklim dan tanah. Faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman teh yaitu suhu udara, curah hujan,
3
sinar matahari dan ketinggian tempat. Tanaman teh menghendaki suhu udara yang sejuk. Suhu udara yang baik bagi tanaman teh berkisar antara 13-25°C, diikuti sinar matahari yang cerah dan kelembaban relatif (Rh) tidak kurang dari 70%. Tanaman teh akan terhenti pertumbuhannya apabila suhu di bawah 13°C dan di atas 30°C serta kelembaban relatif (Rh) kurang dari 70% (PPTK 2006). Tanaman teh tidak tahan kekeringan. Tanaman ini tumbuh baik di daerah dengan curah hujan tinggi dan merata sepanjang tahun. Jumlah curah hujan per tahun lebih dari 2 000 mm (Muljanto dan Yudono 1998). Pancaran sinar matahari berpengaruh besar pada proses asimilasi. Sinar matahari yang penuh mengakibatkan asimilasi dan pembentukan karbohidrat lebih banyak sehingga semakin banyak pula tunas yang terbentuk. Tumbuhnya banyak tunas mengakibatkan tanaman teh menjadi terlalu sarat dan terlalu berat untuk dipetik, untuk itu diperlukan pohon-pohon pelindung. Fungsi pohon pelindung, di samping menghambat kehilangan air dari tanaman juga menghambat hilangnya air dari dalam tanah (Setiawati dan Nasikun 1991). PPTK (2006) mengatakan ketinggian tempat untuk daerah pertanaman teh yaitu dari 400 - 2 000 m dpl, terbagi menjadi tiga daerah yaitu dataran rendah (<800 m dpl), dataran sedang (800 - 1 200 m dpl) dan dataran tinggi (>1 200 m dpl). Perbedaan suhu udara sangat erat kaitannya dengan ketinggian tempat dan berpengaruh terhadap sifat pertumbuhan perdu teh. Daerah dataran rendah tanaman teh hanya dapat tumbuh agak baik di bawah pohon pelindung. Komposisi tanah di dataran rendah umumnya juga kurang baik untuk tanaman teh, sebab biasanya kurang gembur dan kurang subur (Adisewojo 1982). Oleh karena itu, hasil teh dari dataran tinggi mempunyai aroma dan mutu yang lebih baik dibandingkan teh dari dataran rendah. Budidaya Tanaman Teh Perkembangan teknologi perbanyakan tanaman teh telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Saat ini tanaman teh dapat diperbanyak secara vegetatif maupun generatif. Perbanyakan secara generatif yaitu menggunakan biji. Biji yang digunakan sebagai sumber bahan tanam, hendaknya diperoleh dari kebun biji yang dipelihara secara khusus sebagai penghasil biji. Pemeliharaan kebun biji yang kurang baik, dapat menurunkan kualitas biji yang dihasilkan. Selain itu, biji teh yang telah dihasilkan umumnya tidak langsung ditanam, tetapi harus disimpan terlebih dahulu. Perlu diketahui, bahwa biji teh lekas kehilangan kekuatan tumbuhnya, jika cara menyimpanannya tidak benar (Adisewejo 1982). Ketidakseragaman sifat tanaman hasil perbanyakan dengan biji mendorong berkembangnya teknologi perbanyakan secara vegetatif yaitu dengan stek daun. Perbanyakan dengan cara ini akan menghasilkan tanaman yang seragam (Ghani 2012). Perbanyakan dengan stek juga merupakan cara yang paling cepat untuk memenuhi kebutuhan bibit di lapangan dalam jumlah banyak dan diharapkan membawa sifat unggul dari induknya. Stek yang digunakan didapatkan dari kebun perbanyakan yang dipelihara secara khusus. Ranting stek (stekres) mulai dapat diambil dari kebun perbanyakan pada empat bulan setelah dilakukan pemangkasan. Tanda stekers dapat diambil (matang) apabila pangkal stekers sepanjang ± 10 cm berwarna cokelat (PPTK 2006). Stek diambil dari ranting stek sepanjang ± 1 ruas dan mempunyai satu helai daun. Stek yang dapat digunakan
4 adalah bagian tengah ranting stek yang berwarna hijau tua, sedangkan yang berwarna cokelat (bagian pangkal) dan hijau muda (bagian ujung) tidak digunakan sebagai bahan stek. Bibit teh yang telah siap kemudian ditanam dengan jarak tanam yang disesuaikan dengan kondisi dan kemiringan areal pertanaman. Menurut Ghani (2012), jarak tanam tanaman teh yaitu 120 cm x 70 cm, sedangkan menurut PPTK (2006), jarak tanam dibagi menjadi tiga yaitu kondisi datar sampai kemiringan 15° berjarak tanam 120 cm x 90 cm, kemiringan 15-30° berjarak tanam 120 cm x 75 cm dan kemiringan lebih dari 30° berjarak tanam 120 cm x 60 cm. Bibit teh yang telah ditanam termasuk Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) yang perlu dipelihara sampai akhirnya tanaman tersebut siap untuk dipetik. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada TBM meliputi pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pembentukan bidang petik, pemupukan dan pemangkasan. Kegiatan tersebut harus dilakukan secara benar dan tepat, agar tanaman teh dapat menghasilkan pucuk daun teh yang diharapkan. Selanjutnya, setelah menjadi Tanaman Menghasilkan (TM), perlakuan pemeliharaan disesuaikan dengan keadaan tanaman (PPTK 2006). Pada perkebunan teh, sasaran produksi yang diharapkan adalah pucuk yang berkualitas baik dengan bobot yang tinggi pada setiap petikan. Hal ini disebabkan tanaman teh merupakan tanaman yang dipanen pucuknya secara teratur, sehingga setiap faktor penentu pertumbuhan vegetatifnya perlu diperhatikan (Rachmawati dan Pranoto 2009). Mutu hasil teh tidak hanya ditentukan oleh ketinggian tempat tumbuh teh, namun dipengaruhi juga oleh sistem pemetikan. Pemetikan merupakan suatu cara pemungutan hasil tanaman teh berupa pucuk, pucuk yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan dan tujuan pengolahan (Johan dan Dalimoenthe 2009). Good Agricultural Practices Good Agricultural Practices (GAP) merupakan sebuah pedoman pelaksanaan budidaya dalam sektor pertanian. Penerapan GAP mencerminkan tiga pilar keberlanjutan (layak secara ekonomi, ramah lingkungan dan diterima oleh masyarakat) termasuk keamanan pangan dan kualitas; terkait dengan wajib dan/atau persyaratan sukarela, dengan fokus pada produksi primer dan mengambil serta memperhitungkan insentif konteks kelembagaan. GAP diharapkan mampu dibuat untuk spesifik komoditas sehingga dapat menjadi suatu standar acuan dalam pengembangan dan pengelolaan komoditas tersebut di tempat lain. GAP mencakup kesesuaian komoditas dengan kesesuaian iklim dan lahan yang ada, upaya konservasi lahan dan air untuk keberlanjutan lingkungan, pemupukan yang tepat sesuai kebutuhan hara, tanah dan tanaman. Pengendalian hama penyakit secara terpadu dan ramah lingkungan serta proses panen dan pasca panen yang menjamin kebersihan dan kualitas produk (Neely et al. 2007). Penerapan GAP merupakan pendekatan holistik dengan penekanan pada kegiatan yang dapat mempengaruhi kualitas produksi, lingkungan dan kesehatan serta keselamatan kerja. Pengelolaan GAP perkebunan secara lestari bukan hanya semata-mata untuk kepentingan pasar melainkan sudah menjadi komitmen nasional bahwa pembangunan jangka panjang berkelanjutan ditentukan oleh keseimbangan perhatian antara manusia dan lingkungan, dengan kata lain sektor
5
pertanian diharapkan mampu menghasilkan produk dengan keuntungan positif dibidang lingkungan, sosial dan ekonomi. Dalam mencapai tantangan tersebut, perlu perubahan paradigma pembangunan pertanian yang memperhatikan aspek: poeple-profit-planet, bukan hanya profit oriented. Penerapan GAP secara umum dalam pelaksanaan budidaya tanaman perkebunan adalah budidaya secara tepat dan benar, produksi tinggi, mutu produk baik, keuntungan optimal dan ramah lingkungan serta dengan memperhatikan aspek keamanan dan kesejahteraan petani (Isnoor 2006). Pemetikan dan Analisis Hasil Petikan Pemetikan merupakan suatu cara pemungutan pucuk tunas yang masih muda yang selanjutnya diolah menjadi bahan baku utama. Pemetikan berpengaruh pada kesehatan tanaman, kelestarian produksi dan mutu jadi. Waktu pemetikan menentukan kualitas teh yang diproduksi. Umur tanaman perlu diperhatikan agar pemetikan dapat dilakukan pada waktu yang tepat dan dihasilkan teh yang berkualitas. Sistem dan waktu pemetikan juga harus disesuaikan agar dihasilkan produksi yang berkualitas tinggi. Pengelolaan pemetikan teh akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil panen teh. Pemetikan harus dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan sistem petikan dan syarat-syarat pengelolaan yang berlaku. Pemetikan berfungsi pula sebagai usaha untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan (Setyamidjaja 2000). Keberhasilan pemetikan merupakan kunci kesuksesan dalam bisnis teh secara keseluruhan. Hal itu berdasarkan alasan bahwa pemetikan teh paling banyak menyerap tenaga kerja dan biaya. Tenaga kerja petik mengambil porsi 8090% tenaga atau 70-80% dari total tenaga kerja di perkebunan teh, sedangkan biaya petik mengambil porsi 65-75% dari total biaya tanaman atau 40-50% dari total biaya produksi kebun di luar biaya penyusutan aktiva. Selain itu, pemetikan berpengaruh pada kesehatan pokok, kelestarian produksi dan mutu teh jadi (Ghani 2002). Pemetikan yang berlebihan akan menyebabkan tanaman berada pada kondisi yang tertekan. Teknik pemetikan yang efektif harus dilakukan untuk memenuhi standar analisis pucuk yang ditetapkan. Pucuk yang dipetik harus memiliki persentase memenuhi syarat (MS) sebesar 70%, sedangkan pucuk yang tidak memenuhi syarat (TMS) maksimal sebesar 30%. Pemetikan dilakukan sebagai usaha untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan (PPTK 2006). Pucuk yang dipetik mengakibatkan tanaman kehilangan salah satu alat fotosintesis untuk pembuatan zat pati yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman. Kehilangan zat pati akibat pemetikan pucuk sekitar 7.5%, semakin kasar pucuk yang dipetik, maka semakin tinggi kehilangan zat patinya. Pemetikan pucuk p+2, p+3 akan lebih kecil kehilangan zat patinya dari pada pucuk p+4 atau lebih. Kehilangan zat pati akibat dipetik tidak akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu, asalkan daun-daun yang tertinggal pada perdu (lapisan daun pemeliharaan) cukup memadai untuk melakukan asimilasi (fotosintesis) (PPTK 2006). Hasil teh diperoleh dari daun-daun pucuk tanaman teh yang dipetik. Kualitas teh jadi sangat ditentukan oleh kualitas pucuk hasil olahan. Pucuk teh tersebut harus diperiksa dan dianalisis sebelum daun teh diolah menjadi teh. Daun
6 teh yang dianalisis akan menentukan kualitas dan mutu teh. Pemeriksaan pucuk tersebut sering disebut dengan analisis hasil petikan. Analisis hasil petikan terdiri atas dua macam yaitu (1) analisis petik dan (2) analisis pucuk (PPTK 2006). Analisis petik adalah pemisahan pucuk yang didasarkan pada jenis pucuk atau rumus petik yang dihasilkan dari pemetikan yang telah dilakukan dan dinyatakan dalam persen. Tujuan dilaksanakannya analisis petik adalah untuk melihat kondisi kesehatan tanaman, menilai ketepatan pelaksanaan pemetikan, menilai sistem pemetikan yang dilakukan, gilir petik dan keterampilan pemetik (PPTK 2006). Analisis pucuk adalah kegiatan pemisahan pucuk yang didasarkan pada bagian tua dan muda yang dinyatakan dalam persen. Selain itu, pemisahan pucuk juga didasarkan pada kerusakan dan dinyatakan dalam persen. Tujuan dilaksanakannya analisis pucuk yaitu dapat menilai pucuk yang akan diolah, dapat digunakan untuk menentukan harga pucuk (khususnya bagi teh rakyat) dan dapat memperkirakan persentase mutu teh produk yang akan dihasilkan (PPTK 2006).
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi PT. Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah selama empat bulan dari 16 Februari sampai 16 Juni 2015. Pelaksanaan Kegiatan yang dilakukan selama magang adalah kegiatan sebagai karyawan harian lepas (KHL) yang mengerjakan aspek teknis di lapangan dan kegiatan manajerial pada berbagai tingkat pekerjaan mulai dari sebagai pendamping pembimbing hingga sebagai pendamping kepala sub bagian kebun. Kegiatan pada bulan pertama sebagai karyawan harian lepas (KHL) adalah melaksanakan semua kegiatan pemeliharaan tanaman di lapangan meliputi pembibitan, penyulaman, pemeliharaan pohon pelindung, pengendalian gulma, pengendalian hama penyakit, pemupukan, pemangkasan, gosok lumut dan pemetikan. Penulis membuat dan mengisi jurnal kegiatan harian selama menjadi KHL (Lampiran 1). Kegiatan yang dilakukan pada bulan kedua adalah menjadi pendamping pembimbing. Pekerjaan yang dilakukan meliputi menghitung jumlah tenaga kerja yang hadir, membantu mengawasi dan mengorganisir kerja karyawan harian di lapangan, membantu membuat laporan harian serta mengisi jurnal kegiatan harian (Lampiran 2). Kegiatan yang dilakukan pada bulan ketiga adalah sebagai pendamping kepala blok. Pekerjaan yang dilakukan diantaranya membantu kepala blok dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), membantu pembuatan laporan bulanan, mengawasi kinerja pembimbing dan membuat jurnal kegiatan harian (Lampiran 3). Kegiatan yang dilakukan pada bulan keempat adalah sebagai pendamping kepala sub bagian kebun. Kegiatan yang dilakukan adalah membantu memeriksa perencanaan kerja dan anggaran setiap blok, membantu memeriksa laporan harian
7
dan bulanan setiap blok, mengawasi kinerja kepala blok dan membuat jurnal harian sebagai pendamping kepala sub bagian kebun (Lampiran 4). Pengamatan dan Pengumpulan Data Data primer yang dikumpulkan selama kegiatan magang adalah hal-hal yang berhubungan dengan penerapan Good Agricultural Practices (GAP) yang mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian No. 50 Tahun 2014 tentang pedoman teknis budidaya teh yang baik serta berbagai data yang dibutuhkan pada aspek pemetikan. Pengumpulan data primer juga dilakukan dengan mengikuti kegiatan pemetikan langsung dan wawancara dengan pekerja. Komponen GAP yang diamati meliputi: 1. Pemupukan: dosis pupuk, cara pemupukan, jenis dan pencampuran pupuk, serta aspek ketenagakerjaan. 2. Pemangkasan: gilir dan teknis pemangkasan serta aspek ketenagakerjaan. 3. Pengendalian OPT: OPT utama pada tanaman teh baik hama maupun penyakit, musuh alami OPT dan pengendalian gulma. 4. Pemetikan: a. Tinggi bidang petik Tinggi bidang petik diukur dari atas permukaan tanah hingga permukaan bidang petik. Pengamatan dilakukan menggunakan meteran pada 10 tanaman contoh yang mewakili umur I, II, III dan IV tahun setelah pangkas dan dilakukan di setiap blok. b. Diameter Bidang Petik Diameter bidang petik tanaman teh diukur garis tengah lingkaran bidang permukaan tanaman teh. Diameter bidang petik diukur dari dua arah yang berbeda, kemudian dirata-ratakan agar hasilnya lebih akurat. Pengamatan dilakukan menggunakan meteran pada 10 tanaman contoh yang mewakili umur I, II, III dan IV tahun setelah pangkas dan dilakukan di setiap blok. c. Tebal daun pemeliharaan Tebal daun pemeliharaan diukur dari mulai tumbuhnya daun pertama hingga permukaan bidang petik. Pengamatan dilakukan menggunakan meteran pada 10 tanaman contoh yang mewakili umur I, II, III dan IV tahun setelah pangkas dan dilakukan di setiap blok. d. Analisis petik Analisis petik merupakan pemisahan pucuk berdasarkan jenis pucuk atau rumus petik. Pengamatan analisis petik dilakukan dengan mengambil sampel petikan secara acak, kemudian ditimbang 200 gram, dilakukan di kebun setelah kegiatan pemetikan berdasarkan ketinggian tempat, gilir petik, tahun setelah pangkas dan jenis klon. Jenis petikan terbagi menjadi: Petikan halus : p+1, p+2m Petikan medium : p+2, p+3, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m Petikan kasar : p+4 atau lebih, b+(1 - 4t) e. Analisis Pucuk Analisis pucuk merupakan pemisahan pucuk berdasarkan syarat olah yaitu pucuk memenuhi syarat (MS) dan pucuk tidak memenuhi syarat (TMS) yang dinyatakan dalam persen. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
8
f.
g.
h.
i.
yang sama seperti pengambilan sampel analisis petik. Analisis pucuk dilakukan setelah kegiatan analisis petik. Analisis pucuk meliputi: Pucuk memenuhi syarat (MS) : p+1, p+2, p+3, b+1m, b+2m, b+3m Pucuk tidak memenuhi syarat (TMS) : p+4, p+5, b+(1-5)t, daun lembaran dan tangkai Hanca petik Hanca petik adalah luas areal yang harus selesai dipetik dalam satu hari. Data diperoleh dari wawancara dengan pembimbing petik, kepala blok maupun kepala sub bagian kebun serta pengamatan langsung. Pengamatan dilakukan di setiap blok, dengan rumus hanca petik: Hanca seorang pemetik = luas areal petik/hari x jumlah patok/ha jumlah pemetik Gilir petik Gilir petik adalah jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya pada areal yang sama dinyatakan dalam hari. Pengamatan gilir petik dihitung berdasarkan rumus yang berlaku kemudian dibandingkan dengan pengamatan langsung di lapangan. Perhitungan gilir petik menggunakan rumus: Luas areal petik/hari = luas areal yang dipetik gilir petik Kapasitas petik Kapasitas petik merupakan banyaknya pucuk yang mampu dipetik oleh tenaga petik dalam satu hari kerja. Pengamatan dilakukan dengan mengamati kapasitas pemetik berdasarkan umur dan lama pengalaman kerja. Data diperoleh dari wawancara dan data dari pembimbing petik. Tenaga petik Kebutuhan tenaga petik dihitung langsung berdasarkan banyaknya tenaga pemetik di lapangan kemudian dibandingkan dengan kebutuhan tenaga petik sesuai rumus kebutuhan tenaga petik yaitu: Kebutuhan TP = [produktivitas kering x rendemen] x (100 + absensi)% Kapasitas pemetik x HKE/th
Selain itu pengumpulan data sekunder berupa pengumpulan data penunjang dilakukan melalui bahan pustaka yang tersedia di perusahaan. Analisis dan Pengolahan Data Data dan informasi dianalisis menggunakan metode deskriptif dengan membandingkan studi pustaka yang berlaku pada pedoman teknis budidaya tanaman teh yang baik (GAP) dengan kondisi di lapangan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rataan, persentase dan uji t-student kemudian hasilnya dibandingkan dengan standar kerja setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Uji t-student pada taraf 5% digunakan untuk mengetahui kapasitas pemetik berdasarkan usia dan lama pengalaman kerja. Rumus t-student yang digunakan adalah sebagai berikut: t student = ∑ rata-rata pengamatan 1 dan 2 √sp (1/n1 + 1/n2) Nilai sp = √ (n1 - 1) S12 + (n2 - 1) S22 n1 + n2 - 2
9
Nilai berpengaruh nyata apabila 0.01 ≤ p hitung ≤ 0.05 ; dan sangat berpengaruh nyata apabila p hitung < 0.01 ; serta tidak berpengaruh nyata apabila p hitung > 0.05 ; t tabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5% dan derajat bebas (n1+n2-2) (Walpole 1992).
KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi PT Perkebunan Tambi adalah perusahaan yang dimiliki Pemerintah Hindia Belanda sekitar tahun 1865, yang pengelolaannya disewakan kepada pengusaha swasta yaitu D. Van den Sluijs (Kebun Tanjungsari) dan W. D. Jong (Kebun Tambi dan Bedakah). Pada bulan Maret 1880, seluruh kebun tersebut dibeli oleh Mr. P. Van den Berg, A. W. Hole dan Ed. Yacobson, yang selanjutnya mereka mendirikan Bagelen Thee En Kina Maatschappij. Pada saat Perang Dunia II, Hindia Belanda diduduki oleh Jepang, sehingga nama perusahaan diubah menjadi Sai Bai Kigyo Rengokai (SKR). Tanaman teh pada masa itu banyak diganti dengan tanaman lain seperti palawija, ubi-ubian dan jarak. Perusahaan tersebut kemudian diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia setelah proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945, yang dikelola oleh Pusat Perkebunan Negara (PPN) berkantor di Surakarta. Pada tanggal 19 Desember 1948 terjadi serangan militer Hindia Belanda, sehingga kebun dan pabrik dibumihanguskan oleh para penduduk Indonesia agar tidak dikuasai oleh Belanda. Kemudian, pada tahun 1949 diadakan Konferensi Meja Bundar (KMB) yang menghasilkan keputusan penyerahan kedaulatan kepada Indonesia. Perkebunan dijual kepada NV Eks PPN Sindoro Sumbing. Peresmian perjanjian jual beli perusahaan terjadi pada 26 November 1954, sehingga status Perkebunan Tambi, Bedakah dan Tanjungsari resmi menjadi PT NV Eks Sindoro Sumbing. Pada tanggal 3 Juli 1957 diadakan pertemuan di Kebun Tanjungsari yang kemudian dicapai kesepakatan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo dan PT NV Eks Sindoro Sumbing bersama-sama mengelola perkebunan tersebut dengan membentuk perusahaan baru dengan modal masingmasing pihak sebesar 50%. Perusahaan baru ini diberi nama PT NV Perusahaan Perkebunan Tambi dengan akta notaris Raden Sujadi tanggal 13 Agustus 1957 dan pengesahan Menteri Kehakiman tanggal 18 April 1958 No. JA5/30/25 yang diterbitkan pada lembaran Berita Negara tanggal 12 Agustus 1960 Nomer 65. PT NV Perusahaan Perkebunan Tambi yang saat ini lebih dikenal PT Tambi memiliki tiga unit perkebunan beserta kantor unit perkebunan dan satu unit direksi. Kantor direksi dibangun di pusat kota Wonosobo, tepatnya Jalan Tumenggung Jogonegoro No.39, Wonosobo. Pada tahun 2010 saham PT Perkebunan Sindoro Sumbing dibeli oleh PT Indo Global Galang Pamitra (IGP). PT Tambi saat ini sedang mengembangkan potensi keindahan alam perkebunan sebagai kawasan wisata agro dengan nama Wisata Agro Perkebunan Teh Tambi (Sumber dari arsip Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi 2015).
10 Letak Geografis dan Luas Areal Unit Perkebunan (UP) Tambi terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat 1 200 - 2 100 m dpl. Jarak perkebunan sekitar 16 km ke arah utara dari Kota Wonosobo dan berada di lereng Gunung Sindoro sebelah barat. Unit Perkebunan Tambi terbagi dalam 4 blok yaitu Taman, Pemandangan, Panama dan Tanah Hijau (Lampiran 5). Blok Pemandangan terletak di Desa Sigedang, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo dan merupakan blok tertinggi di UP Tambi yaitu sekitar 1 700 - 2 100 m dpl. Blok Taman terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat mencapai 1 300 - 1 500 m dpl. Blok Panama terletak di Desa Tlogo, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat antara 1 250 - 1 500 m dpl. Blok Tanah Hijau terletak di Desa Jengkol, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat 1 000 - 1 250 m dpl. Berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan (RKAP) tahun 2015 (Lampiran 7), luas keseluruhan UP Tambi adalah 273.17 ha. Luas areal TM yaitu sebesar 221.89 ha dan TBM/replanting yaitu sebesar 25.28 ha, sedangkan sisa luasan digunakan untuk pembibitan, kebun perbanyakan, pabrik, agrowisata serta sarana dan prasarana penunjang. Luas areal per blok yaitu Blok Pemandangan seluas 68.32 ha, Blok Taman seluas 53.23 ha, Blok Panama seluas 60.96 ha dan Blok Tanah Hijau dengan luas 39.38 ha, kemudian setiap luasan blok dibagi menjadi 15 nomer atau leger. Keadaan Iklim, Tanah dan Topografi Curah hujan selama sepuluh tahun terakhir (2004-2014) berkisar antara 2 351 - 3 661 mm dan hari hujan berkisar antara 113-196 hari. Rata-rata bulan kering 2.8 dan rata-rata bulan basah 9.2, sedangkan tipe iklim berdasarkan curah hujan menurut Schmidth-Ferguson adalah tipe C (Lampiran 6). Suhu di Unit Perkebunan Tambi berkisar antara 17-23oC dengan kelembaban udara berkisar 8095%. Jenis tanah di Unit Perkebunan Tambi adalah Andosol dengan pH 4.5-5.0. Tekstur tanah adalah geluh (lumpur yang lekat) dengan kedalaman efektif solum yaitu 40-70 cm. Keadaan drainase di lahan Unit Perkebunan Tambi adalah sedang sampai dengan cepat. Topografi lahan pada umumnya adalah berombak sampai berbukit dengan tingkat kemiringan 0-45%. Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman teh yang dibudidayakan di UP Tambi terdiri dari klon Gambung 3, Gambung 4, Gambung 7, TRI 2024, TRI 2025, Tambi Merah (klon lokal), Malabar Pasir Sarongge (MPS), Kiara 8, Cin 143 dan Seedling (Hibrid dan Assam). Jarak tanam untuk jenis klon yaitu 120 cm x 75 cm, sedangkan untuk seedling yaitu 130 cm x 90 cm atau tidak beraturan. Populasi per hektar untuk jenis klon sekitar 11 000 pohon dan untuk jenis seedling 7 000 - 10 000 pohon per hektar. Produk yang dihasilkan Unit Perkebunan Tambi 80% diekspor ke luar negeri dengan beberapa negara tujuan seperti Inggris, Australia, USA, Jerman, Pakistan, Kazakstan, Rusia dan India. Produksi dan produktivitas di Unit
11
Perkebunan Tambi berfluktuasi selama lima tahun terakhir (2010-2014). Rata-rata produksi pucuk teh di Unit Perkebunan Tambi selama kurun waktu lima tahun terakhir (Lampiran 10) yaitu 3 342 555 kg tahun-1, produksi teh kering 701 936 kg tahun-1 dan produktivitas sebesar 3 105 kg ha-1 tahun-1. Menurut Pusat Data dan Informasi Pertanian (2007), produksi pucuk basah untuk PBN (Perkebunan Besar Negara) yaitu 68 666 ton, PBS (Perkebunan Besar Swasta) yaitu 27 653 ton dan untuk PR (Perkebunan Rakyat) yaitu 40 929 ton. Hal ini menunjukkan bahwa produksi Unit Perkebunan Tambi mencapai 12.93% dari total produksi teh yang dihasilkan oleh Perkebunan Swasta (PS) dan mencapai 2.60% dari total produksi teh di Indonesia. Unit Perkebunan Tambi memiliki produktivitas tahun 2012 (Lampiran 11) sebesar 3 134 kg ha-1 jauh lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas nasional yaitu 1 477 kg ha-1 (Ditjenbun 2012). Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT Perkebunan Tambi dipimpin oleh seorang direktur yang berasal dari salah seorang pemegang saham. Selain itu, direktur mempunyai wakil yang berasal dari pemerintah daerah Wonosobo. Hal ini terkait kepemilikan saham yang sebagian dipegang oleh perorangan dan sebagian dipegang oleh pemerintah daerah Wonosobo. Unit Perkebunan Tambi dipimpin oleh seorang pemimpin yang diangkat oleh Direksi PT Perkebunan Tambi. Seorang Pemimpin Unit Perkebunan Tambi bertugas dalam memimpin, merencanakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi setiap kegiatan pengelolaan dan administrasi bagian kebun, pabrik serta kantor untuk mencapai tujuan perusahaan secara efisien dan efektif. Pemimpin Unit Perkebunan Tambi secara langsung membawahi Kepala Sub Bagian Kebun, Kepala Sub Bagian Kantor dan Kepala Sub Bagian Pabrik beserta seluruh jajarannya (Lampiran 8). Kepala Sub Bagian Kebun bertugas dalam memimpin, merencanakan, mengkoordinasikan dan mengawasi semua kegiatan yang berhubungan langsung dengan kebun dan tanaman, ketenagakerjaan di kebun serta administrasi kebun. Kepala Sub Bagian Kantor bertugas memimpin, mengkoordinasikan dan mengawasi setiap kegiatan kantor berupa pengelolaan keuangan, pembukuan, sumber daya manusia dan masalah umum lainnya dalam ruang lingkup Unit Perkebunan Tambi. Kepala Sub Bagian Pabrik bertugas memimpin, mengkoordinasikan dan mengawasi setiap kegiatan administrasi, teknik dan pengolahan teh di pabrik. Jumlah tenaga kerja di Unit Perkebunan Tambi Wonosobo tahun 2015 (Lampiran 9) berjumlah 502 orang dengan luas areal keseluruhan 273.17 ha. Indeks Tenaga Kerja (ITK) yang dapat dicapai adalah 1.84 orang ha-1. Tenaga kerja terdiri dari Karyawan I, Karyawan II dan Borongan. Karyawan I mempunyai syarat minimal D3 dan S1, Karyawan II terdiri dari golongan A, B, C, D dan E. Golongan II E diperoleh apabila pengajuan peningkatan jabatan lebih dari umur 40 tahun dan tidak dapat lagi meningkat ke Golongan I. Tenaga pemetik dan tenaga pemeliharaan termasuk tenaga borongan. Tenaga borongan terbagi menjadi tenaga borongan tetap dan borongan lepas. Sistem penggajian untuk karyawan I dan II ditetapkan oleh direksi. Besarnya upah berdasarkan surat keputusan dari direksi yang disesuaikan dengan jabatan dan UMK (Upah Minium Kabupaten) yang berlaku. Sistem penggajian
12 untuk karyawan tetap berdasarkan keputusan pimpinan unit perkebunan dengan besar gaji berdasarkan jumlah hari kerja, sedangkan untuk karyawan harian lepas ditetapkan berdasarkan prestasi kerja. Premi sosial adalah bonus untuk pemetik apabila dalam satu minggu dapat mencapai target maka mendapatkan premi sebesar 1 HOK. Premi kompensasi adalah bonus untuk semua karyawan lepas yang akan diperoleh berdasarkan pada perhitungan jumlah hari kerja, dengan jumlah hari kerja 24 hari. Premi yang diperoleh sebesar Rp 10.000 perhitungan berdasarkan jumlah 24 hari kerja digunakan untuk memperoleh point yang berlaku untuk Tunjangan Hari Raya Keagamaan (THRK). Pembagian gaji untuk karyawan I dilakukan setiap bulan pada tanggal 1, karyawan II setiap bulan pada tanggal 3, sedangkan untuk karyawan harian tetap dan lepas dilakukan tiga kali dalam sebulan yaitu tanggal 3, 13, 23. Hari kerja karyawan dalam seminggu adalah enam hari dengan lama kerja 7 jam hari-1. Jenis pekerjaan yang membutuhkan waktu 24 jam hari-1 diberlakukan shift kerja dan pekerjaan di luar jam kerja dihitung lembur. Kesejahteraan Karyawan Unit Perkebunan Tambi menyediakan beberapa fasilitas bagi karyawan antara lain jamsostek, rumah tinggal, tempat ibadah, balai pelayanan kesehatan, koperasi, pakaian kerja, gratifikasi, THR (Tunjangan Hari Raya), kendaraan bermotor, rekreasi dan tempat olahraga. Balai pelayanan kesehatan beroperasi setiap hari senin dan kamis. Karyawan yang mendapatkan pelayanan kesehatan yaitu karyawan I, II serta keluarganya (tiga orang anak), sedangkan bagi karyawan lepas dan pensiunan hanya untuk dirinya. Perusahaan juga memberikan cuti kerja selama 14 hari dalam satu tahun bagi karyawan. Perusahaan memberikan satu stel pakaian kerja setiap tahun. Kendaraan bermotor diberikan kepada karyawan sesuai dengan tugas dan jabatannya. Kegiatan rekreasi dilaksanakan setiap tahun. Keberadaan koperasi karyawan ditujukan untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup karyawan.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pembibitan Pembibitan merupakan kegiatan penyediaan bahan tanaman teh yang bertujuan untuk mempersiapkan bahan tanaman yang memenuhi kriteria layak tanam, sehingga dapat digunakan untuk penanaman baru (new planting) ataupun peremajaan (replanting). Penyediaan bibit tanaman teh dapat berasal dari biji dan stek. Pembibitan teh asal biji, memerlukan biji yang baik dan tepat agar menghasilkan produksi dan kualitas yang tinggi. Beberapa kelebihan yang dimiliki dengan menggunakan bibit yang berasal dari biji yaitu tanaman asal biji mempunyai daya adaptabilitas yang luas, mempunyai potensi produksi yang tinggi dan adanya keanekaragaman perdu yang terjadi secara alami sehingga mempunyai pengaruh terhadap zat yang terkandung di dalam pucuk. Pembibitan teh dengan stek merupakan cara yang paling cepat untuk memenuhi kebutuhan
13
bibit dalam jumlah banyak, dengan keyakinan bahwa sifatnya akan mengikuti sifat dari pohon induknya. Hal tersebut harus didukung dengan melakukan pemeliharaan kebun induk. Kebun induk yang akan dipergunakan harus dijaga kemurnian klonnya, potensi produksi dan kualitas. Keberhasilan pembibitan dengan stek dipengaruhi oleh mutu bahan stek, persiapan yang tepat, pengelolaan media tanam, pemilihan lokasi yang tepat dan tenaga kerja yang terampil. UP Tambi melaksanakan pembibitan dengan cara stek. Lokasi pembibitan berada di Blok Panama dengan luas 0.80 ha dan kebun perbanyakan dengan luas 0.60 ha. Bangunan rumah pembibitan terbuat dari bambu dengan atap terbuat dari paranet. Syarat lokasi pembibitan yang baik yaitu dekat sumber air, drainase baik, intensitas matahari yang cukup, kelembaban terjaga, aman, diusahakan mengarah ke arah timur dan tanah yang ada memenuhi syarat. Klon perbanyakan yang diambil steknya yaitu Gambung 7, karena klon ini memiliki produksi yang baik dan tahan terhadap hama penyakit dibanding dengan klon lain yang ada di UP Tambi. Kebun perbanyakan merupakan tempat untuk menghasilkan bahan stek yang akan digunakan, sehingga harus dipelihara dengan lebih teliti kesehatan maupun kebersihannya. Pemangkasan pada kebun perbanyakan dilakukan empat bulan sebelum pengambilan bahan stek, dengan cara pangkasan setengah bersih. Kemudian dilakukan pemeliharaan kebun perbanyakan selama ± 4 bulan, antara lain penyiangan terhadap gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit yang bersifat pencegahan pada kebun perbanyakan. Media tanam yang digunakan terdiri dari top soil dan sub soil yang telah dicampur pupuk kandang, dengan perbandingan antara top soil dengan sub soil yaitu 2:1. Setiap meter kubik top soil juga dicampur dengan 1.25 kg SP-36, 500 g KCl, 250 g Kiserit, 1 kg tawas dan 400 g Dithane, sedangkan pada sub soil cukup dicampur dengan 1 kg tawas dan 400 g Dithane. Kemudian, media tanam difumigasi menggunakan Basamid dengan dosis 100-150 g/m3. Setelah selesai, media tanam dimasukan ke dalam polybag. Kebun perbanyakan yang telah dipelihara selama 3-4 bulan, siap untuk diambil cutting. Ciri-ciri ranting yang telah siap di cutting yaitu ranting yang cukup matang dengan ketinggian ± 15 cm dari bidang pangkasan, tidak terlalu muda ataupun terlalu tua, lembaran daun berjumlah ± 8 lembar, serta tumbuh sehat, tegar, daun mulus dan pertumbuhannya mengarah ke atas. Stek yang diambil yaitu potongan ranting yang terdapat satu lembar daun dengan jarak 1 cm di atas daun dan 3-4 cm di bawah daun. Potongan ranting tersebut direndam dalam larutan ZPT untuk mempercepat pertumbuhan tunas, selama 5-10 menit. Potongan ranting stek yang telah siap ditanam ke dalam polybag dengan arah daun menghadap sinar matahari, serta dimiringkan dengan tujuan tunas baru dari ketiak daun akan tumbuh mengarah lurus ke atas. Polybag yang telah berisi stek disusun di atas bedengan yang telah disiapkan sebagai tempat meletakan polybag dengan lebar bedengan 90 cm dan panjang disesuaikan dengan lokasi, biasanya ± 10 m. Kemudian masing-masing bedengan disungkup dengan plastik bersih dibantu dengan bambu sebagai tiang penyangga. Sungkup diusahakan tertutup rapat dan dapat dibuka setelah 3-4 bulan, dilakukan secara bertahap agar tanaman mampu beradaptasi dengan lingkungan luar dengan baik. Tahapan pembukaan sungkup I dibuka ¼ bagian mulai pukul 07.00-09.00; tahap ke II sungkup dibuka ½ bagian pada pukul 07.00-11.00; tahap ke III dibuka semua
14 bagian mulai pukul 07.00-11.00. Setiap tahapan dilakukan selama dua minggu. Jika kondisi tertentu, misalnya tumbuh gulma, maka sungkup dibuka untuk membersihkan gulma secara manual. Selama pembibitan, dilakukan kegiatan pemeliharaan seperti penyiraman air secara teratur, diusahakan tidak terlalu basah karena dapat tumbuh gulma dan jamur. Saluran air antar bedengan diperbaiki agar drainase tetap baik. Keberhasilan mendapatkan bibit tanaman teh yang siap tanam 60-75%. Bibit teh siap untuk ditanam setelah berumur 1-1.5 tahun dari pembibitan. Kegiatan pemotongan daun stek dan penanaman ke dalam polybag dapat dilihat pada Gambar 1.
a
b
c
Gambar 1. Kegiatan pemotongan (a), penanaman daun stek (b) dan tempat penyungkupan (c) Pada kegiatan pembibitan, prestasi kerja penulis saat melakukan pengambilan cutting daun stek di kebun induk adalah 800 cutting HK-1, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 1 200 cutting HK-1 dan standar kerja yang berlaku adalah 1 000 cutting HK-1. Pembentukan bidang petik (centering) Kegiatan centering adalah kegiatan memotong batang utama teh untuk membentuk bidang petik pada tanaman teh yang masih muda atau belum menghasilkan (TBM). Kegiatan centering dilakukan dengan tujuan untuk memacu pertumbuhan cabang yang melebar sehingga membentuk frame yang baik dan rata. Pembentukan bidang petik di Unit Perkebunan Tambi dilakukan dengan cara centering. Alat yang digunakan adalah gunting centering dan alat ukur. Centering dilakukan dalam dua tahap yaitu centering I dan centering II. Centering I dilakukan saat bibit tanaman berumur 3-4 bulan setelah ditanam di lapangan. Bibit dipotong setinggi 15-20 cm dari permukaan tanah. Tujuan centering I adalah memotong batang utama yang tumbuh ke atas yang mengalahkan pertumbuhan cabang ke samping. Centering II dilakukan setelah tujuh bulan dari centering I bertujuan untuk menekan pertumbuhan batang yang mengarah ke atas. Batang yang tumbuh mengarah ke atas dipotong setinggi 25-30 cm dari permukaan tanah. Pada saat tanaman telah mencapai ketinggian 120 cm maka dilakukan cut a cross setinggi 40 cm di atas permukaan tanah. Setelah dilakukan cut a cross, tiga bulan berikutnya dilakukan pemetikan pada ketinggian 40 cm (titik petik sama tingginya dengan bidang potong) diulang sampai 3-4 kali petikan, kemudian petikan berikutnya naik 1-2 lembar. Centering harus dilakukan dengan hati-hati dan selektif. Pelaksanaan centering dipengaruhi oleh kondisi dan pertumbuhan tanaman. Tanaman minimal memiliki dua batang sekunder saat dilakukan centering I. Pada tanaman yang tumbuh kerdil dan kurang sehat maka tidak dilakukan centering, luka centering diusahakan halus agar tunas dapat tumbuh dengan baik.
15
Pengendalian Gulma Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak dikehendaki karena tumbuh di waktu dan tempat yang tidak diinginkan atau mengganggu tanaman utama yang diproduksi. Populasi gulma yang tumbuh tanpa terkendali di areal pertanaman teh akan menyebabkan banyak kerugian. Keberadaan gulma akan memberikan persaingan bagi tanaman teh dalam memanfaatkan faktor-faktor tumbuh seperti unsur hara, cahaya dan air. Penurunan hasil pucuk teh akibat dari keberadaan gulma diperkirakan mencapai 40%. Keberadaan gulma selain sebagai kompetitor tanaman teh juga akan mengakibatkan inefisiensi dalam pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan rutin seperti pemupukan, pemangkasan dan pemetikan. Jenis gulma yang tumbuh di areal pertanaman teh di UP Tambi antara lain adalah pacar air (Impatien plathypetala), babadotan (Ageratum conyzoydes), kirinyuh (Chromolaena odorata (L.)), rumput teki (Paspalum conjugatum), kentang-kentangan (Borreria alata), sengganen (Melastoma malabathrichum), harendong (Clidemia hirta), kirinyuh (Eupatorium inulifolium), gucen (Rubus rosaefolius), tali sahit (Comellina difusa), Mikania micrantha dan alang-alang (Imperata cylindrica). Populasi gulma di UP Tambi mencapai puncaknya saat menjelang dilaksanakannya program pemupukan dan menjadi bersih gulma saat pemupukan dilaksanakan. Tujuan pengendalian gulma adalah menekan pertumbuhan gulma sehingga diperoleh laju pertumbuhan vegetatif tanaman teh yang tinggi, produksi pucuk maksimal dan kerugian serendah mungkin. Pengendalian gulma secara kultur teknis dilakukan dengan menerapkan cara pemetikan teh secara benar dan tepat. Cara pemetikan teh yang tepat adalah dengan melaksanakan petikan rata dan teratur agar pembentukan tajuk tanaman teh dapat melebar dan rapat sehingga dapat mengurangi pertumbuhan gulma di antara barisan tanaman. Selain itu, pengendalian gulma secara kultur teknis dapat diterapkan berupa penanaman tanaman pupuk hijau seperti Tephrosia spp. dan Crotalaria spp. di antara barisan tanaman teh. Pengendalian gulma di UP Tambi secara umum dilakukan melalui dua cara yaitu secara manual memanfaatkan tenaga manusia dan secara kimiawi menggunakan herbisida. Pengendalian gulma secara manual di UP Tambi dilaksanakan selama dua periode yaitu Semester I (Januari-Maret) dan Semester II (Agustus-Oktober) dengan perkiraan keluasan di setiap semester masing-masing 50%. Khusus untuk gulma pacar air, pengendalian dilakukan dengan cara mencabut gulma sampai ke akarnya dengan menggunakan tangan sedangkan untuk jenis gulma lainnya dilakukan dengan pembabatan menggunakan kored. Pengendalian gulma secara kimiawi/chemical weeding dilaksanakan dua kali dalam setahun untuk semua nomer kebun (tahun pangkas I-IV) pada bulan Februari-April dan September-November bergantian dengan pengendalian secara manual. Pengendalian gulma secara manual yang dilakukan setelah pemangkasan disebut babad bokor dan dongkel anakan kayu (DAK). Babad bokor dilakukan dengan mencabut gulma hingga akarnya menggunakan tangan, kored, sabit dan parang. Dongkel anakan kayu (DAK) juga biasanya dilakukan menjelang pemupukan tanah, dilaksanakan dua kali pada tanaman umur pangkas I-IV. Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida sistemik dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat (Round Up), dengan dosis herbisida Round Up 1.5 liter ha-1 dan konsentrasi 4 ml liter-1 air. Alat
16 yang digunakan adalah knapsack sprayer dengan kapasitas 15 liter. Penyemprotan dilakukan pada saat kondisi cuaca cerah agar penyerapan herbisida ke dalam tanaman tidak terhambat. Hasil penyemprotan akan terlihat setelah 5-7 hari pasca aplikasi tergantung tingkat dosis yang digunakan. Pada saat pelaksanaan aplikasi juga harus menerapkan empat tepat, yaitu tepat waktu, tepat dosis, tepat cara dan tepat konsentrasi untuk meminimalisir efek negatif bagi lingkungan. Aplikasi dalam satu tahun sebanyak dua kali semprot dengan campuran hanya satu jenis herbisida dan ideal dilakukan sepuluh hari sebelum kegiatan pemupukan. Prestasi kerja rata-rata penulis saat melakukan chemical weeding adalah 0.017 ha HK-1, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 0.013 ha HK-1 dan standar kerja yang berlaku adalah 0.019 ha HK-1. Pemupukan Pemupukan menjadi salah satu aspek penting dalam budidaya tanaman, karena apapun jenis tanamannya pasti membutuhkan makanan berupa unsur hara dan mineral, begitupun dengan tanaman teh. Dalam pertumbuhan pucuk, tanaman teh menyerap unsur hara dari dalam tanah secara terus-menerus sehingga ketersediaan unsur hara dalam tanah makin lama makin berkurang. Unsur hara dalam tanah dapat juga berkurang karena proses pencucian atau hanyut oleh air hujan, penguapan dan erosi. Oleh karena itu, apabila tanah dibiarkan tanpa diberikan perlakuan akan menjadi rusak atau menjadi tanah kritis. Untuk menghindari hal yang demikian, maka perlu dilakukan pengelolaan tanah sebaikbaiknya. Salah satu upaya dalam pengelolaan tanah adalah melalui program pemupukan yaitu memberikan unsur-unsur hara ke dalam tanah dalam jumlah yang cukup sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tanaman. Pelaksanaan pemupukan harus memperhatikan prinsip empat tepat yaitu tepat dosis, tepat cara, tepat waktu dan tepat jenis. Selain pemupukan melalui tanah, di perkebunan teh juga sering melaksanakan program pemupukan yang disemprotkan melalui daun terutama untuk pemberian unsur mikro. Pemupukan di Unit Perkebunan Tambi dilakukan melalui dua cara yaitu pemupukan melalui tanah (Gambar 2a) dan pemupukan melalui daun (Gambar 2b). Pemupukan melalui tanah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan unsur-unsur hara makro tanaman seperti N, P, K dan Mg dengan perbandingan 5:1:2:0.5. Bahan pupuk yang digunakan untuk memenuhi unsur-unsur tersebut adalah Urea 46%, SP-36 36%, KCL 60% dan Kiserit 27%. Persentase yang digunakan adalah N 8% dari target produksi teh kering per tahun.
a Gambar 2. Kegiatan pemupukan melalui tanah (a) dan daun (b)
b
17
Pemupukan melalui tanah di Unit Perkebunan Tambi dilaksanakan dua kali dalam setahun yaitu pada semester I dengan dua kali aplikasi yaitu pada bulan Februari dan Juni, sedangkan semester II dengan satu kali aplikasi pada bulan Oktober-November. Kebutuhan pupuk melalui tanah pada tanaman menghasilkan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kebutuhan pupuk melalui tanah pada TM di Unit Perkebunan Tambi 2015 Blok Pemandangan Taman Panama Tanah Hijau Jumlah
Urea SP-36 kg kg kg kg -1 -1 -1 tahun apl tahun apl-1 40104 13368 10250 3417 31246 10415 7988 2663 35784 11928 9149 3050 23116 7705 5913 1971 130250 43417 33300 11100
KCl kg kg -1 tahun apl-1 12300 4100 9584 3195 10975 3658 7091 2364 39950 13317
Kiserit kg kg -1 tahun apl-1 6850 2283 5350 1783 6050 2017 3950 1317 22200 7400
Sumber : Laporan RKAP Unit Perkebunan Tambi 2015 Aplikasi pupuk lewat tanah untuk tanaman dengan tahun pangkas I dan IV adalah 90% sedangkan tanaman dengan tahun pangkas II dan III sebesar 110%. Hal ini disebabkan tanaman dengan tahun pangkas I dan IV memiliki potensi produksi yang lebih rendah dari pada tanaman dengan tahun pangkas II dan III yang sedang berproduksi maksimal sehingga membutuhkan pasokan hara yang lebih banyak. Pemupukan dilakukan dengan cara dibenam di sekitar tanaman dengan lubang 20 cm dari leher akar dan kedalaman lubang 10-15 cm. Satu lubang untuk dua pohon yang diletakan secara bergantian di baris tanaman antara pemupukan pertama dengan pemupukan kedua dan seterusnya. Tenaga kerja kegiatan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi terdiri dari mandor/pembimbing, penabur pupuk, penggali lubang, langsir dan laden. Mandor/pembimbing adalah sebagai pengawas kegiatan pemupukan dengan mengawasi segala proses pemupukan dari awal hingga akhir. Mandor/pembimbing bertanggung jawab secara langsung terhadap pekerja pemupukan. Pemupuk terdiri dari penabur pupuk dan penggali lubang yang ketika di lapangan bekerja secara berpasangan. Langsir merupakan pekerja yang membawa pupuk dari gudang kebun lalu dimasukan truk setelah itu membawa pupuk sampai tempat yang dekat dengan lahan yang akan di pupuk. Laden merupakan pekerja yang mengantarkan pupuk dari tempat diletakan pupuk untuk dibagi-bagikan kepada para penabur pupuk. Standar kerja rata-rata untuk kegiatan pemupukan di UP Tambi adalah sebesar 0.25 ha HK-1. Penulis mengikuti kegiatan pemupukan dengan profesi sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama beberapa hari dengan prestasi kerja rata-rata 0.23 ha HK-1, sedangkan prestasi kerja rata-rata karyawan adalah 0.35 ha HK-1. Kebutuhan pupuk melalui tanah untuk setiap blok berbeda-beda sesuai dengan target produksi yang akan dicapai dan direkomendasikan oleh direksi. Unsur N adalah unsur yang paling banyak dibutuhkan oleh tanaman teh untuk pertumbuhan pucuk. Apabila tanaman teh kekurangan unsur N maka pertumbuhan pucuk burung akan lebih banyak dibandingkan dengan peko, sehingga komposisi N dalam setiap pemupukan menjadi faktor yang menentukan pada produktivitas teh yang dihasilkan.
18 Pada tanaman belum menghasilkan kebutuhan pupuk di setiap blok hampir sama karena target produksi diasumsikan sama dan pelaksanaan pemupukan dilakukan empat kali dalam setahun. Asumsi produktivitas untuk TBM I 1 750 kg ha-1 tahun-1, TBM II 2 000 kg ha-1 tahun-1, sedangkan TBM III 2 250 kg ha-1 tahun-1. Konsentrasi aplikasi N 8% dengan perbandingan jenis pupuk Urea, SP-36, KCl dan Kiserite yaitu 5:1:2.5:0.3. Aplikasi pemupukan pada TBM melalui tanah untuk tanaman klonal dan seedling dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kebutuhan pupuk melalui tanah pada TBM di Unit Perkebunan Tambi 2015 Urea SP-36 KCI Kiserit Blok -1 ...............kg tahun ............... TBM I 1 100 250 350 150 TBM II 1 000 320 375 195 TBM III 2 450 1 050 1 350 820 Jumlah 4 550 1 620 2 075 1 165 Sumber : Laporan RKAP Unit Perkebunan Tambi 2015 Pemupukan melalui daun merupakan salah satu cara untuk mempercepat pertumbuhan pucuk sekaligus mempercepat penyembuhan luka petikan. Pelaksanaannya baru terprogram dan terjadwal pada tahun 2012 dengan tujuan meningkatkan hasil produksi. Jenis pupuk yang digunakan yaitu Zink sulfat dan PPC (Pelengkap Pupuk Cair). Jenis PPC yang digunakan yaitu Sanfor dan Companny dengan dosis masing-masing 0.5 liter ha-1. Pengaplikasian Sanfor atau Companny dicampur dengan Urea dengan dosis 125 g ha-1 dan air yang digunakan untuk membuat larutan ± 250 ml. Penyemprotan ZnSO4 dilaksanakan selama sepuluh bulan dimulai bulan Februari sampai dengan November dengan dosis 1 kg ha-1 aplikasi-1. Alat yang digunakan adalah misblower dan handsprayer/pakabak. Sedangkan pupuk pelengkap cair (PPC) diberikan pada musim kamarau yaitu Juli-September sebanyak enam kali aplikasi (2 kali dalam 1 bulan) dengan dosis 1-1.5 liter ha-1. Cara pengaplikasian Zink sulfat hampir sama dengan dengan PPC. Penyemprotan pupuk melalui daun yang tepat yaitu disemprot pada bagian bawah daun agar dapat langsung diserap oleh stomata yang sedang terbuka. Jika penyemprotan pada bagian bawah daun sulit dilakukan, diperbolehkan lewat bagian atas, tetapi langsung menyentuh pucuk daun. Saat yang baik dilakukan penyemprotan yaitu saat stomata sedang membuka, berkisar antara pukul enam pagi hingga pukul sembilan pagi, maksimal pukul sepuluh. Jika melewati pukul sepuluh, stomata daun diperkirakan telah menutup dan pemupukan akan terbuang. Alat yang digunakan dalam kegiatan pemupukan melalui tanah yaitu ember, gelas takar, sarung tangan dan masker, sedangkan pemupukan melalui daun yaitu drum air, ember, gelas ukur, selang, pengaduk, mesin diesel dan power sprayer. Pengendalian Hama dan Penyakit Hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu faktor penghambat dalam peningkatan produksi pucuk di perkebunan teh. Beberapa hama penting yang dijumpai di perkebunan teh khususnya di UP Tambi antara lain wereng hijau (Empoasca flavescens), ulat api (Setora nitens), kepik penghisap daun (Helopeltis antonii), tungau jingga (Brevipalpus phoenicis), ulat jengkal (Hyposidra talaca,
19
Ectropis bhurmitra, Biston suppressaria), ulat penggulung daun (Homona coffearia) dan ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma). Sedangkan penyakit penting yang sering menyerang areal pertanaman teh di UP Tambi adalah cacar daun teh (Blister blight) yang disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans. Penyakit cacar daun teh ini menjadi penting karena sangat sulit untuk dikendalikan terutama pada musim penghujan serta sangat nyata menurunkan produksi pucuk di UP Tambi. Empoasca atau wereng hijau merupakan serangga yang menyerang pucuk teh, dengan menusuk dan menghisap cairannya. Jika pucuk sudah habis, serangan dapat berlanjut ke daun muda dan tua. Gejala serangan berupa perubahan warna tulang daun teh menjadi merah coklat. Pada daun, timbul noda-noda berwarna kemerahan seperti terbakar (leaf burn), kemudian menguning. Pertumbuhan daun menjadi terhambat dan pucuk daun teh tumbuh tidak normal. Serangan dapat menyebabkan tanaman jadi gundul dengan produksi sangat menurun. Upaya pengendalian hama ini dilakukan secara kimiawi dengan insektisida jenis Talstar dan Tamabas dengan dosis 200 cc ha-1. Kepik penghisap daun atau Helopeltis antonii menyerang pucuk daun muda. Kepik ini menusuk dan menghisap daun teh sehingga membentuk bercak-bercak hitam. Musuh alami Helopeltis ini banyak. Nimfa-nya dimangsa oleh laba-laba lompat, belalang sembah dan predator lain. Dewasa yang terbang ditangkap oleh capung dan laba-laba pembuat jaring. Tungau jingga (Brevipalpus phoenicis) sangat merusak tanaman teh, terutama teh pada dataran tinggi. Serangga ini menyerang daun biasa/bukan tunas petik, menyebabkan kematian urat daun dan pangkal daun. Daun yang terserang berat berubah warna menjadi kemerahan, lalu mengering dan gugur. Ulat jengkal menyerang daun, pupus daun dan pentil teh. Serangan berat menyebabkan daun berlubang dan pucuk tanaman gundul sehingga tinggal tulang daun saja. Ulat penggulung daun membuat tempat berlindung untuk diri sendiri dari daun teh, caranya dengan menyambungkan dua (atau lebih) daun bersama-sama dengan sutra, atau dengan menggulung satu daun lalu menyambungkan pinggirnya. Daun yang terserang tidak dapat dipetik sebagai hasil panen teh. Serangan ulat penggulung daun (Homona coffearia) mengakibatkan daun teh menjadi menggulung dan terlipat melintang (Gambar 3a). Hama ini dijumpai menyerang daun teh muda maupun tua. Pada musim penghujan, intensitas serangan ulat penggulung daun tergolong rendah sehingga tidak dilakukan penanganan khusus sebagai upaya pengendalian. Serangan hama ini menjadi cukup tinggi pada musim kemarau sehingga UP Tambi melaksanakan upaya pengendalian secara mekanis dengan memetik daun/perdu yang terserang atau dengan mengambil dan membinasakan kelompok telur yang ditemukan pada perdu/daun teh. Sedangkan upaya pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan jenis insektisida Kejora 15 EC dengan bahan aktif Alfa sipermetrin 15 g liter-1 dengan dosis 200 cc ha-1 aplikasi-1. Ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma) menyerang areal pertanaman teh dan mengakibatkan pucuk menggulung sehingga pertumbuhannya terhambat. Ulat penggulung pucuk menyerang bagian tanaman teh yang akan dipanen. Ulat menggulung daun pucuk dengan memakai benang-benang halus untuk mengikat daun pucuk sehingga tetap tergulung. Cara ulat menggulung daun cukup khas. Serangan hama ini tidak begitu menjadi masalah di UP Tambi karena secara alami populasinya masih dapat dikontrol dengan keberadaan musuh alaminya seperti
20 laba-laba, kepik, jangkrik, semut dll. Pengendalian hanya dilakukan secara kultur teknis dengan memetik daun-daun yang terserang serta dengan jalan memperpendek gilir/daur petik dari nomer-nomer kebun yang terserang. Hama ulat api (Setora nitens) sempat menjadi hama penting di UP Tambi tepatnya pada tahun 2009 terutama di blok Panama. Populasi hama ini meningkat pesat pada musim kemarau sehingga menjadi sulit dikendalikan baik secara mekanis maupun kultur teknis. Upaya pengendalian hama ulat api ini dilakukan secara kimiawi menggunakan insektisida jenis Crowen 113 EC dengan bahan aktif Cypermethrin 113 g liter-1 dengan dosis 200 cc ha-1 dan disemprotkan menggunakan knapsack sprayer dengan metode spot spraying. Metode spot spraying adalah metode penyemprotan yang dilakukan hanya pada titik-titik tertentu yang mengalami serangan berat. Metode ini dipilih untuk mengurangi residu insektisida yang berlebihan karena dapat mempengaruhi ambang batas residu yang ditetapkan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point). Pengendalian penyakit cacar daun teh (Blister blight) di UP Tambi dilakukan secara kimiawi menggunakan fungisida jenis Connasol 50 SC dengan bahan aktif Heksakonazol 50 g liter-1 untuk klon TRI (2024 dan 2025) dengan dosis 150-300 cc ha-1 aplikasi-1 dan fungisida jenis Agronil 75 WP dengan bahan aktif Klorotalonil 75% untuk semua klon Gambung dengan dosis 300-500 g ha-1 aplikasi-1. Tindakan pengendalian berupa penyemprotan fungisida dilakukan selama dua semester yaitu Januari-April dan September-Desember. Penyemprotan dilakukan setelah pemetikan dengan batas maksimal delapan hari sebelum pemetikan berikutnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari residu pada hasil pucuk akibat aplikasi fungisida. Pada lahan-lahan dengan tingkat serangan berat (Kelas A) seluas 142.41 ha, pengendalian dilakukan lebih intensif selama enam bulan dengan aplikasi dua kali penyemprotan dalam sebulan (12 kali per tahun). Sedangkan untuk lahan-lahan dengan tingkat serangan sedang (Kelas B) seluas 103.44 ha, pengendalian dilakukan selama enam bulan dengan aplikasi delapan kali penyemprotan per tahun. Prestasi kerja penulis saat melakukan aplikasi pengendalian hama dan penyakit (PHP) dengan mobil proteksi (pick up) adalah 0.06 ha HK-1, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 0.07 ha HK-1 dan standar kerja yang berlaku adalah 0.06 ha HK-1.
a
b
Gambar 3. Gejala serangan hama ulat penggulung daun (a) dan penyakit Blister blight (b) Pemangkasan Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan kultur teknis untuk menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu, sehingga pemetikan dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan efisien. Pemangkasan bertujuan untuk
21
mempermudah agar tanaman selalu berada pada fase vegetatif, memelihara bidang petik agar tetap rendah untuk memudahkan pemetikan, membentuk bidang petik selebar mungkin, membuang cabang tidak produktif serta merangsang pembentukan tunas baru. Standar kerja untuk kegiatan pemangkasan di UP Tambi adalah sebesar 0.04 ha HK-1. Penulis mengikuti kegiatan pemangkasan dengan status sebagai karyawan harian lepas (KHL) dengan prestasi kerja antara 0.0010.038 ha HK-1 sedangkan prestasi kerja pemangkas di UP Tambi rata-rata sebesar 0.06 ha HK-1. Jenis/Tipe Pangkasan. Pemangkasan yang diterapkan di UP Tambi adalah jenis pangkasan bersih dan pangkasan setengah bersih. Pertimbangan memilih jenis pangkasan bersih karena blok-blok yang terdapat di UP Tambi terletak pada ketinggian di atas 1 200 m dpl dimana penyinaran matahari dan suhu tidak terlalu tinggi sehingga tanaman dapat bertahan meskipun tidak ada daun yang disisakan setelah pemangkasan. Jenis pangkasan setengah bersih dipilih karena secara teknis pangkasan bersih sulit untuk bisa diterapkan secara efisien. Sistem upah borongan yang diterapkan seringkali membuat pemangkas lebih mengutamakan kuantitas dari pada kualitas hasil pangkasan. Akibatnya, pangkasan bersih yang memang sedikit lebih rumit dan memerlukan waktu serta kesabaran dalam pelaksanaannya justru sulit sekali untuk bisa dilaksanakan terutama pada tanaman tua dengan keadaan frame yang sangat lebar. Tinggi Pangkasan. Standar tinggi pangkasan setiap blok di UP Tambi disesuaikan dengan tinggi pangkasan sebelumnya. Ketinggian pangkasan di UP Tambi senantiasa dinaikan dari luka pangkas sebelumnya sampai pada ketinggian tertentu tinggi pangkasan kembali lagi pada ketinggian pangkasan awal (pangkasan dagul). Gilir pangkas. Gilir pangkas merupakan rentang waktu antara pemangkasan terdahulu dengan pemangkasan berikutnya. UP Tambi yang terletak pada ketinggian di atas 1 200 m dpl menggunakan gilir pangkas 4-5 tahun. Namun dalam pelaksanaannya, pemangkasan tidak selalu sesuai dengan gilir pangkas yang direncanakan. Terkadang ada beberapa nomer kebun yang dipangkas lebih cepat ataupun lebih lambat dari gilir pangkas yang seharusnya. Keputusan mempercepat jadwal pemangkasan untuk nomer-nomer kebun tertentu adalah karena keadaan tanaman yang sudah kurang produktif serta kondisi tanaman yang sudah tinggi dan terlalu rapat sehingga menyulitkan dalam kegiatan pemeliharaan dan pemetikan. Waktu pemangkasan. Waktu yang tepat untuk dilaksanakan pemangkasan adalah saat keadaan tanaman sehat karena tanaman yang sehat akan memiliki cadangan makanan yang cukup untuk pertumbuhan kembali pasca dilakukannya pemangkasan. Selain itu, pemangkasan tanaman teh juga harus didukung oleh faktor lingkungan yang kondusif terutama suhu dan kelembaban. Pemangkasan di UP Tambi dilaksanakan dalam dua semester yakni Februari-Mei (Semester I) dan Oktober-November (Semester II). Namun, untuk blok Pemandangan yang terletak pada ketinggian tempat sekitar 1 700 - 2 100 m dpl, pemangkasan hanya dilakukan pada semester I dengan pertimbangan untuk pengendalian penyakit cacar daun teh serta ketersediaan tenaga kerja. Luas areal pangkasan. Luas areal pangkasan dalam satu tahun yang ditetapkan di Unit Perkebunan Tambi adalah sebesar 25-30% dari luas total areal tanaman menghasilkan. Pekerjaan pemangkasan dilaksanakan dalam dua semester
22 dengan 70% dilaksanakan pada semester I dan sisanya pada semester II. Kebijakan ini dimaksudkan untuk mengantisipasi terganggunya stabilitas produksi karena areal produktif berkurang akibat pemangkasan. UP Tambi yang terdiri dari empat blok membagi areal yang akan dipangkas ke masing-masing blok. Setiap blok rata-rata mendapat bagian 3-4 nomer kebun yang harus dipangkas setiap tahunnya. Rencana luas areal pangkasan yang ditetapkan kebun tidak selalu sesuai dengan realisasinya. Pada tahun 2015, UP Tambi menetapkan bahwa luas areal pangkasan adalah sebesar 54.40 ha atau 24.52% dari total areal tanaman menghasilkan. Akan tetapi realisasinya hingga Mei 2015 baru sebesar 46.49 ha atau sekitar 18.9% dari luas areal tanaman menghasilkan. Perbedaan luas rencana dan realisasi ini terjadi karena terdapat beberapa nomer kebun yang memang disisakan untuk dipangkas pada akhir tahun (semester II) serta terdapat perubahan nomer kebun yang dipangkas dari rencana awal dengan pertimbangan menyesuaikan kondisi tanaman yang ada di lapangan. Tenaga Pemangkas. Tenaga pemangkas di Unit Perkebunan Tambi merupakan tenaga kerja musiman dengan sistem upah borongan. Sistem upah borongan ini seringkali menyebabkan para pemangkas bekerja hanya mementingkan kuantitas dari pada kualitas hasil pangkasan. Alat pangkas. Kegiatan pemangkasan perdu teh di UP Tambi dilakukan secara manual menggunakan sabit pangkas (Gambar 4a) dan mesin pangkas (Gambar 4b). Pertimbangan melaksanakan pemangkasan secara manual ini adalah karena tersedianya tenaga pemangkas yang cukup serta untuk mengurangi kerusakan cabang akibat pemangkasan. Mesin pangkas hanya digunakan apabila tenaga pemangkas jumlahnya tidak memadai untuk dilakukan pemangkasan secara manual.
a
b
Gambar 4. Kegiatan pemangkasan manual (a) dan pemangkasan mesin (b) Penanganan Sisa Pangkasan. Salah satu kegiatan yang mengikuti program pemangkasan yang dilaksanakan di UP Tambi adalah penanganan sisa pangkasan. Sisa pangkasan berupa cabang maupun ranting segar dimanfaatkan untuk menutup frame/bidang pangkas agar tidak terkena sengatan sinar matahari langsung. Sisa pangkasan juga bisa ditinggal maupun dibenamkan di lahan untuk menambah bahan organik dalam tanah, akan tetapi kegiatan benam serasah ini tidak lagi dilaksanakan di UP Tambi. Secara lengkap kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam paket program pemangkasan yang dilaksanakan di UP Tambi adalah sebagai berikut : Penutupan frame/bidang pangkas Cabang atau serasah sisa pangkasan dimanfaatkan untuk menutup bidang pangkas selama 3-5 hari sehingga dapat mengurangi sengatan sinar matahari
23
langsung ke atas permukaan luka pangkas. Kegiatan penutupan bidang pangkas ini juga penting dilakukan untuk mengurangi kehilangan air yang berlebihan melalui transpirasi maupun evaporasi. Pemeliharaan saluran air dan lubang tadah Saluran air berfungsi melancarkan aliran air agar tidak terlalu besar memasuki areal pertanaman yang dapat berakibat fatal (tanah longsor) dan melancarkan jalannya air menuju lubang tadah. Pemeliharaan saluran air dilakukan dua kali dalam setahun (pada awal dan akhir musim hujan). Lubang tadah dikenal dengan istilah rorak (Gambar 5a) dibuat pada saat TBM I dengan ukuran panjang 2 m, lebar 30 cm, kedalaman 30 cm di sela-sela baris setiap 2-3 barisan tanaman. Fungsi lubang tadah adalah menyimpan dan melancarkan air yang masuk ke areal tanaman. Alat yang digunakan dalam pemeliharaan saluran air dan pembuatan lubang tadah yaitu cangkul, sabit dan lempag.
a
b
Gambar 5. Penampakan rorak (a) dan kegiatan pembuatan saluran air/rorak (b) Pemeliharaan lubang tadah dilakukan dua kali dalam setahun untuk TBM I, II dan III, sedangkan TM satu kali dalam empat tahun. Pelaksanaannya dilakukan saat awal dan akhir musim hujan. Caranya yaitu mengangkat atau menguras tanah yang telah memenuhi lubang dengan menggunakan cangkul. Pemeliharaan lubang tadah sangat penting dilakukan pada tanaman yang telah dipangkas (50% dari areal pangkas) karena banyaknya lubang tadah yang tertutup oleh serasah daun. Penulis mengikuti kegiatan pembuatan rorak sebagai karyawan harian lepas dengan prestasi kerja sebesar 0.002 ha HK-1, sedangkan prestasi kerja karyawan sebesar 0.003 ha HK-1 dan standar kerja yang berlaku adalah 0.002 ha HK-1. Pemorokan/penggemburan tanah Porokan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan setelah pemangkasan. Kegiatan ini bertujuan untuk menggemburkan tanah yang berada di sekitar tanaman teh, memperlancar sirkulasi dan respirasi tanah, serta memperlancar laju aliran air. Alat yang digunakan yaitu garpu porok. Teknis melakukan kegiatan porokan yaitu garpu porok ditekan ke dalam tanah dengan posisi miring, kemudian tanah diangkat. Pada saat menekan garpu ke dalam tanah, harus dilakukan secara hati-hati agar garpu tidak melukai akar atau bahkan dapat membuat terputusnya akar tanaman teh. Kedalaman porokan 20-30 cm. Penulis mengikuti kegiatan pemorokan selama dua hari sebagai karyawan harian lepas dengan prestasi kerja sebesar 0.002 ha HK-1, sedangkan prestasi kerja karyawan sebesar 0.003 ha HK-1 dan standar kerja yang berlaku adalah 0.003 ha HK-1. Kegiatan penggemburan tanah atau pemorokan dapat dilihat pada Gambar 6.
24
Gambar 6. Kegiatan penggemburan tanah atau pemorokan Pemetikan Pemetikan merupakan kegiatan pengambilan hasil dari tanaman teh baik berupa pucuk peko maupun pucuk burung yang memenuhi syarat untuk diolah. Selain sebagai bahan baku utama pengolahan, kegiatan pemetikan juga bertujuan untuk membentuk figur tanaman agar mampu berproduksi maksimal sesuai dengan potensinya secara berkelanjutan. Pemetikan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar diperoleh mutu pucuk yang tinggi baik dari kualitas maupun kuantitas. Prestasi kerja penulis saat melakukan pemetikan dengan gunting petik adalah 43 kg HK-1, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 87 kg HK-1 dan standar kerja yang berlaku adalah 72 kg HK-1. Jenis pemetikan yang diterapkan di Unit Perkebunan Tambi adalah pemetikan jendangan, pemetikan produksi dan pemetikan gendesan. Pemetikan jendangan merupakan pemetikan yang dilakukan pada awal setelah pemangkasan. Tujuan dari pemetikan jendangan yaitu untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata, serta membuat ketebalan daun pemeliharaan yang cukup agar menunjang pertumbuhan tanaman. Pemetikan jendangan dilakukan setelah tanaman yang telah selesai dipangkas memiliki ketinggian pucuk 10-15 cm dari bidang pangkas. Tunas yang tumbuh ke atas dipetik, sedangkan tunas yang tumbuh ke samping dibiarkan agar bidang petik dapat melebar. Waktu pelaksanaan pemetikan jendangan di UP Tambi pada umumnya dilakukan antara 3-4 bulan setelah pemangkasan. Pemetikan jendangan secara umum dilakukan sebanyak 6-10 kali petikan, sedangkan di UP Tambi hanya dilakukan sebanyak 4-5 petikan kemudian dilanjutkan dengan pemetikan produksi. Pemetikan produksi adalah pemetikan yang dilakukan setelah pemetikan jendangan selesai dan dilakukan selama periode produksi sampai tanaman tersebut akan dipangkas kembali. Pemetikan produksi dilakukan secara rutin sehingga terbentuklah gilir petik untuk setiap nomer kebun. Pemetikan gendesan merupakan kegiatan pemetikan yang dilakukan pada akhir sebelum pemangkasan. Pada umumnya pemetikan gendesan dimaksudkan untuk menghabiskan pucuk yang terdapat di atas bidang petik, sehingga dalam pemetikannya tidak mengikuti rumus petik. Secara keseluruhan pelaksanaan pemetikan di UP Tambi baik pemetikan jendangan, produksi, maupun pemetikan gendesan dilakukan secara teknis dengan menggunakan alat petik yaitu gunting petik dan mesin petik. Hal ini menyebabkan pucuk yang dihasilkan pada pelaksanaan di lapangan tidak mengikuti rumus petik meskipun pada dasarnya UP Tambi telah merencanakan jenis petikan sesuai dengan ketentuan seperti petikan halus, petikan medium dan petikan kasar dengan kriteria rumus petik masing-masing.
25
Sistem pemetikan yang berlaku di Unit Perkebunan Tambi adalah sistem sawahan kelompok. Sistem ini merupakan sistem dengan pembagian lahan seperti petak-petak sawah, setiap pemetik bertanggungjawab terhadap petak yang diberikan sehingga lebih mudah diketahui kesalahan pemetikan. Pemetik pindah ke barisan yang belum dipetik apabila barisan sebelumnya telah diselesaikan. Keunggulan dari sistem sawahan adalah mempermudah dalam proses pengawasan pemetikan. Pembimbing/mandor petik dapat langsung menegur dan memberitahu sekaligus mencontohkan cara memetik yang benar apabila pemetik melakukan kesalahan dalam pemetikan. Penerapan sistem pemetikan seperti ini menjadikan tenaga petik memiliki rasa tanggung jawab terhadap areal pemetikannya sehingga mampu meningkatkan motivasi untuk bekerja dengan baik dan diharapkan dari setiap pemetik tidak hanya memetik dengan tujuan untuk mencapai kapasitas petik untuk individu pemetik tetapi juga mampu menjaga kondisi perdu dengan melakukan petikan pemeliharaan. Daur petik atau yang lebih dikenal dengan gilir petik merupakan rentang waktu antara pemetikan yang satu dengan pemetikan berikutnya dalam satuan hari. Panjang pendeknya gilir petik dipengaruhi kecepatan pertumbuhan pucuk. Kecepatan pertumbuhan pucuk dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain umur pangkas, ketinggian tanaman, iklim dan kondisi kesehatan tanaman. Semakin tua umur pangkas tanaman dan semakin tinggi areal pertanaman teh, maka semakin lambat pertumbuhan pucuk, kedua hal ini yang menyebabkan gilir petik yang semakin panjang. Iklim yang berpengaruh terhadap gilir petik adalah musim. Saat musim kemarau pertumbuhan pucuk akan semakin lambat sehingga gilir petik semakin panjang, begitupun sebaliknya pada musim hujan. Kondisi kesehatan tanaman juga menjadi parameter dalam kecepatan pertumbuhan pucuk. Apabila tanaman sehat, maka gilir petik akan semakin pendek. Sedangkan jika tanaman kurang sehat, maka gilir petik akan semakin panjang bahkan dapat terjadi kondisi tidak dipetik untuk menambah tebal daun pemeliharaan. Gilir petik yang ditetapkan di Unit Perkebunan Tambi yaitu 30-60 hari, tetapi dalam pelaksanaan di lapangan disesuaikan dengan kondisi dan ketinggian masing-masing blok. Blok Pemandangan melakukan gilir petik 70-80 hari, Blok Taman 60-70 hari, Blok Panama 40-50 hari dan Blok Tanah Hijau 30-40 hari. Blok Pemandangan memiliki gilir paling panjang karena letaknya yang paling tinggi diantara blok lainnya, pun sebaliknya dengan Blok Tanah Hijau. Tenaga petik di Unit Perkebunan Tambi mengenakan begor (celemek dari karung atau plastik), caping atau penutup kepala, sarung tangan, sepatu boots, gunting petik dan keranjang serta waring dalam melakukan kegiatan pemetikan. Kapasitas keranjang yaitu sekitar 5-10 kg. Jenis waring yang digunakan ada dua, waring lembaran dan waring karung. Waring merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan hasil petikan yang terbuat dari plastik jala. Waring lembaran merupakan milik pribadi tenaga petik, memiliki kapasitas 30 kg. Sedangkan waring karung merupakan milik perusahaan yang berguna sebagai wadah pucuk saat pengangkutan pucuk dari kebun ke pabrik. Waring karung memiliki kapasitas sebesar 25-30 kg. Dalam penyediaan alat pemetikan masih memiliki beberapa kekurangan. Setiap pemetik hanya mempunyai ± 2 waring lembaran, sehingga dalam pengisiannya tidak jarang melebihi kapasitas waring. Hal tersebut menyebabkan banyak pucuk yang tercecer di areal pertanaman teh dan tidak terbawa ke pabrik.
26 Pemetikan yang dilakukan di UP Tambi merupakan pemetikan semi mekanis dan mekanis dengan menggunakan gunting petik (Gambar 7a) dan mesin petik (Gambar 7b). Cara penggunaan gunting petik adalah gunting diletakan di atas bidang petik kemudian perdu digunting rata. Gunting harus berada di atas bidang petik dan gunting tidak boleh dalam keadaan miring. Hal tersebut harus diperhatikan karena apabila menggunting tidak rata atau terlalu menekan bidang petik, maka akan menurunkan bidang petik sehingga daun pemeliharaan akan ikut tergunting.
a
b
Gambar 7. Alat petik; gunting petik (a) dan mesin petik (b) Mesin petik yang digunakan di Unit Perkebunan Tambi adalah mesin petik dengan jenis GT 120 yang diimpor dari Jepang. Mesin petik ini mulai digunakan di UP Tambi sejak tahun 2012. Mesin petik tipe GT 120 memiliki spesifikasi dengan panjang mesin 165 cm, lebar 45 cm, tinggi 27.5 cm dan dilengkapi dengan pisau sepanjang 120 cm dan panjang handle 100-140 cm. Pekerja yang menggunakan mesin petik adalah laki-laki karena penggunaan mesin petik membutuhkan tenaga yang kuat serta pemahaman yang baik mengenai cara penggunaan dan pemeliharaan mesin. Unit Perkebunan Tambi secara berkala mendatangkan teknisi untuk berdiskusi bersama pemetik mengenai pemeliharaan dan kendala saat menggunakan mesin petik. Unit Perkebunan Tambi menggunakan empat unit dan satu mesin cadangan. Pengoperasian satu mesin petik dikendalikan oleh dua operator, satu orang pemegang kantong penampung pucuk, satu orang pengangkut hasil petikan dan satu orang merapikan bidang petik. Kegiatan pemetikan di UP Tambi dilaksanakan pukul 06.00-10.00. Apabila dilaksanakan penimbangan kedua, maka pemetikan dilanjutkan hingga pukul 13.00. Banyaknya penimbangan satu atau dua kali ditentukan oleh pembimbing/mandor petik dan kondisi pucuk yang ada di lapangan. Apabila kondisi pucuk di lapangan cukup banyak, maka penimbangan dibagi dalam dua kali penimbangan. Hal ini dimaksudkan agar pucuk yang telah dipetik tidak terlalu lama berada di lapangan karena dapat menyebabkan kadar air turun akibat penguapan, kondisi daun rusak, layu dan memar. Pucuk yang telah dikumpulkan oleh tenaga pemetik kemudian dimasukan ke dalam waring kantong yang terbuat dari jala plastik berbentuk seperti karung. Penimbangan dilakukan oleh seorang juru timbang atau oleh pembimbing petik dan dicatat dalam buku jurnal petik harian masing-masing blok kebun. Buku jurnal petik harian adalah buku laporan jumlah pucuk yang didapatkan oleh masing-masing pemetik setiap harinya. Jumlah pucuk yang diperoleh setiap pemetik harus dicatat karena pengupahan disesuaikan dengan basis petik yang didapatkan. Penimbangan yang dilakukan di kebun dapat dilakukan lebih dari
27
sekali. Pucuk yang telah ditimbang ditransportasikan menggunakan truk ke pabrik, dalam pengangkutan diusahakan tidak melebihi kapasitas standar untuk menghindari kerusakan pucuk teh. Truk pengangkut pucuk dengan kapasitas standar 2-3 ton ditimbang menggunakan jembatan timbang untuk mengetahui selisih antara penimbangan di kebun dan di pabrik. Teknis kegiatan penimbangan pucuk di lapangan seperti terlihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Kegiatan penimbangan pucuk di lapangan
Tinggi bidang petik (cm)
Tinggi bidang petik Tinggi bidang petik di Unit Perkebunan Tambi tumbuh semakin tinggi seiring dengan bertambahnya umur pangkas tanaman (Gambar 9). Tinggi bidang petik berkisar 75.8-109.7 cm. Tinggi rata-rata bidang petik pada umur pangkas 1 tahun 75.8 cm; pada umur pangkas 2 tahun 84.6 cm; pada umur pangkas 3 tahun 100.9 cm; serta umur pangkas 4 tahun 109.7 cm. 120 100 80 60 40 20 0 1
2 3 4 Umur pangkas (tahun)
Sumber : Hasil Pengamatan Gambar 9. Tinggi bidang petik berdasarkan tahun setelah pemangkasan di Unit Perkebunan Tambi tahun 2015 Diameter bidang petik Hasil pengamatan diameter bidang petik di Unit Perkebunan Tambi tercantum pada Tabel 3. Diameter bidang petik rata-rata berdasarkan umur pangkas 1-4 tahun pada Unit Perkebunan Tambi memiliki rata-rata diameter 101.8 cm. Diameter bidang petik umur pangkas 1 tahun 73.1 cm; umur pangkas 2 tahun 94.4 cm; umur pangkas 3 tahun 110.0 cm; serta umur pangkas 4 tahun setelah pangkas dengan diameter 129.6 cm.
28 Tabel 3. Diameter bidang petik berdasarkan umur setelah pemangkasan di Unit Perkebunan Tambi tahun 2015 Diameter bidang petik pada umur setelah pemangkasan Blok (tahun) I II III IV ……………….…(cm)……………… Pemandangan 75.1 98.0 111.9 131.9 Taman 74.4 92.5 104.2 119.6 Panama 73.0 96.0 111.9 141.8 Tanah Hijau 69.7 91.1 112.1 125.0 Rata – rata 73.1±2.4 94.4±3.2 110.0±3.9 129.6±9.6 Sumber : Hasil Pengamatan Tebal daun pemeliharaan Tebal daun pemeliharaan di Unit Perkebunan Tambi berdasarkan umur setelah pemangkasan (Gambar 10) memiliki rata-rata tebal daun pemeliharaan 48.2 cm. Tinggi tebal daun pemeliharaan berdasarkan umur setelah pemangkasan antara lain umur pangkas 1 tahun sebesar 38.3 cm; umur pangkas 2 tahun sebesar 46.4 cm; umur pangkas 3 tahun sebesar 51.4 cm; serta umur pangkas 4 tahun dengan tebal paling besar yaitu 56.9 cm. Tebal daun pemeliharaan (cm)
60 50 40 30 20 10 0 1
2
3
4
Umur pangkas (tahun) Sumber : Hasil Pengamatan Gambar 10. Tebal daun pemeliharaan berdasarkan tahun setelah pemangkasan di Unit Perkebunan Tambi tahun 2015 Analisis petik Analisis petik dilakukan dengan mengambil hasil petikan secara acak dari setiap blok. Analisis petik di Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan hasil analisis petik dengan petikan halus 3.5%; petikan medium 40.1%; petikan kasar 21.5%; dan petikan rusak 34.9%.
29
Tabel 4. Hasil analisis petik di Unit Perkebunan Tambi bulan Mei 2015 Komposisi Pucuk (%) Blok Petikan Petikan Petikan Petikan Halus Medium Kasar Rusak Pemandangan 2.0 40.0 19.1 38.9 Taman 1.6 37.8 31.3 29.4 Panama 2.9 43.6 16.4 37.1 Tanah Hijau 7.6 38.9 19.4 34.1 Rata-rata 3.5±2.8 40.1±2.5 21.5±6.6 34.9±4.2 Sumber : Hasil Pengamatan Ketentuan : Petikan halus <5%; dan petikan medium minimal 50% (Unit Perkebunan Tambi 2015) Keterangan : Petikan halus = p+1 dan p+2m Petikan medium = p+2, p+3m, p+3, b+1m, b+2m dan b+3m Petikan kasar = p+4 atau lebih, b+1t, b+2t, b+3t dan b+4t atau lebih Petikan rusak = daun lembaran dan tangkai Analisis pucuk Analisis pucuk dilakukan setiap hari dengan mengambil sampel pucuk secara acak dari setiap blok. Pucuk yang memenuhi syarat dan pucuk yang tidak memenuhi syarat ditimbang dan dihitung dalam persen. Hasil analisis pucuk bulan Januari-Mei 2015 dapat dilihat pada Tabel 5. Analisis pucuk pada Tabel 5 menunjukkan rata-rata 50.22% pucuk memenuhi syarat (MS) dan 49.78% pucuk tidak memenuhi syarat (TMS). Tabel 5. Hasil analisis pucuk di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-Mei 2015 Januari Februari Maret April Mei Blok MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS ........................................(%)........................................ Pemand 50.2 49.8 50.3 49.7 47.0 53.0 49.2 50.8 51.1 48.9 angan Taman 52.0 48.0 50.2 49.9 51.3 48.7 49.5 50.5 51.3 48.7 Panama 50.7 49.3 49.2 50.8 51.2 48.8 50.1 49.9 50.2 49.8 Tanah 50.2 49.8 49.3 50.7 51.1 48.9 50.5 49.5 49.9 50.1 Hijau Rata – 0.8± 49.2 49.7 50.3 50.1 49.9 49.8 50.2 50.6 49.4 rata 0.9 ±0.9 ±0.6 ±0.6 ±2.1 ±2.1 ±0.6 ±0.6 ±0.7 ±0.7 Sumber : Laporan produksi Unit Perkebunan Tambi tahun 2015 Keterangan : Pucuk memenuhi syarat (MS) : p+1, p+2, p+3, b+1m, b+2m, b+3m Pucuk tidak memenuhi syarat (TMS) : p+4, p+5, b+(1 - 5)t Gilir Petik Gilir petik yang digunakan di Unit Perkebunan Tambi adalah 30-60 hari. Pengamatan gilir petik di Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat pada Tabel 6. Unit Perkebunan Tambi memiliki rata-rata gilir petik 58.3 hari.
30 Tabel 6. Gilir petik di Unit Perkebunan Tambi tahun 2015 Ketinggian Luas Luas Areal Blok Tempat Areal Petik/hari (m dpl) (ha) (ha hari-1) Pemandangan 1 500 - 2 100 68.32 0.865 Taman 1 300 - 1 500 53.23 0.710 Panama 1 250 - 1 500 60.96 1.244 Tanah Hijau 1 000 - 1 250 39.38 1.313 Rata – rata 55.473 1.033±0.3 Sumber : Hasil Pengamatan
Gilir Petik (hari) 79 75 49 30 58.3±23.1
Hanca petik Hanca pemetik setiap blok berbeda karena dipengaruhi oleh kondisi pucuk, jumlah tenaga kerja dan topografi lahan. Hanca petik di Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hanca petik di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-Mei 2015 Luas Areal Jumlah Hanca Gilir Petik Hanca/Pemetik Blok Petik Pemetik Petik (hari) (ha HK-1) -1 (ha) (orang) (ha HK ) Pemandangan 68.32 79 48 0.854 0.018 Taman 53.23 75 36 0.700 0.019 Panama 60.96 49 46 1.219 0.027 Tanah Hijau 39.38 30 35 1.270 0.036 Rata – rata 55.47 58.3±23.1 41.3±6.7 1.011±0.3 0.025±0.01 Sumber : Hasil Pengamatan Kapasitas petik Kegiatan pemetikan di Unit Perkebunan Tambi menggunakan gunting dan mesin petik dengan standar kapasitas pemetik (basic yield) sebesar 72 kg hari-1 setiap pemetik, standar tersebut ditetapkan berdasarkan rata-rata kapasitas petik Unit Perkebunan Tambi selama 5 tahun terakhir. Kapasitas pemetik pada Unit Perkebunan Tambi periode bulan Januari sampai Mei memiliki rata-rata 93.29 kg setiap pemetik. Kapasitas pemetik Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Kapasitas pemetik di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-Mei 2015 Blok
Januari
Februari Maret April Mei ..............................(kg).............................. Pemandangan 113.74 105.86 80.75 93.60 102.32 Taman 126.34 120.31 108.84 112.84 102.78 Panama 102.56 83.85 79.53 86.30 82.41 Tanah Hijau 83.12 76.84 71.74 76.98 55.15 Rata – rata 106.4±18.3 96.7±20.0 85.2±16.2 92.4±15.2 85.7±22.5 Sumber : Laporan produksi Unit Perkebunan Tambi tahun 2015
31
Tabel 9. Kapasitas pemetik di Unit Perkebunan Tambi tahun 2010-2014 Blok
2010
2011
2012
2013
2014
..............................(kg).............................. 53.16 61.23 75.11 94.47 99.25 Pemandangan 56.74 72.85 91.84 86.26 96.28 Taman 50.29 63.55 71.28 69.97 76.87 Panama 53.82 62.90 62.02 70.76 72.91 Tanah Hijau 53.5±2.7 65.1±5.2 75.1±12.5 80.4±12.0 86.3±13.4 Rata – rata Sumber : Laporan produksi Unit Perkebunan Tambi tahun 2010-2014
Rata – rata 76.64 80.79 66.39 64.48 72.1±7.9
Setiap pemetik memiliki kapasitas petik yang berbeda. Pengamatan kapasitas petik berdasarkan usia pemetik di Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata kapasitas pemetik berdasarkan usia tenaga pemetik. Data ditunjukkan dengan angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom rata-rata kapasitas pemetik. Tabel 10. Kapasitas pemetik berdasarkan usia tenaga pemetik di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-April 2015 Usia Jumlah sampel Rata-rata kapasitas pemetik (tahun) (orang) (kg HK-1) 20 – 40 10 93.7a 41 – 55 10 100.5a Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student dengan taraf 5% Pengamatan kapasitas pemetik dilakukan terhadap pemetik di Unit Perkebunan Tambi berdasarkan pengalaman bekerja sebagai pemetik. Kapasitas pemetik berdasarkan lama bekerja sebagai pemetik dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 menunjukkan bahwa tidak memiliki perbedaan nyata pada kapasitas pemetik berdasarkan lama pengalaman bekerja sebagai pemetik. Data ditunjukkan dengan angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom rata-rata kapasitas pemetik. Tabel 11. Kapasitas pemetik berdasarkan lama kerja pemetik di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-April 2015 Lama kerja Jumlah sampel Rata-rata kapasitas pemetik (tahun) (orang) (kg HK-1) <15 10 93.2a >15 10 85.7a Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student dengan taraf 5% Tenaga petik Jumlah pemetik dengan menggunakan gunting dan mesin petik setelah dihitung maka rasio tenaga petik dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 13 menunjukkan jumlah tenaga pemetik dibandingkan dengan kebutuhan tenaga petik menurut rumus kebutuhan tenaga petik. Hasil perhitungan ini dapat
32 digunakan sebagai perbandingan jumlah tenaga petik yang dibutuhkan oleh masing-masing luasan blok sampel. Tabel 12. Perhitungan rasio kebutuhan tenaga pemetik di Unit Perkebunan Tambi 2015 Luas Produktivitas Kapasitas Produksi Areal Kering Petik Rend Blok Pucuk Rasio -1 -1 2014 (kg ha (kg orang (%) -1 (kg tahun ) (ha) tahun-1) tahun-1) Pemandangan 68.32 3 514 16 093 99.25 21.8 0.59 Taman 53.23 3 830 17 541 96.28 21.8 0.67 Panama 64.61 3 491 15 985 76.87 21.8 0.76 Tanah Hijau 41.35 3 267 14 960 72.91 21.8 0.75 Rata-rata 56.88 3 525.58 16 144.95 86.33 21.8 0.69 Tabel 13. Perbandingan jumlah pemetik di lapangan dengan perhitungan berdasarkan rasio kebutuhan tenaga pemetik Jumlah tenaga petik Luas Areal (orang) Blok (ha) Lapangan Hasil Perhitungan Pemandangan 68.32 48 41 Taman 53.23 36 36 Panama 60.96 46 49 Tanah Hijau 39.38 35 31 Jumlah 221.89 165±6.70 157±7.79 Sumber : Hasil Pengamatan Pengolahan Teh Hitam. Kegiatan produksi yang dilakukan UP Tambi adalah mengolah pucuk daun teh menjadi komoditas teh hitam dengan menggunakan sistem Orthodox-Rotorvane. Hal ini disebabkan oleh tuntutan pasar dunia yang beralih ke teh hitam dengan partikel yang berukuran kecil (teh bubuk). Tahapan proses pengolahan pucuk menjadi komoditas teh hitam dengan sistem Orthodox-Rotorvane adalah penerimaan pucuk, pelayuan, penggilingan dan sortasi basah, oksidasi enzymatic (fermentasi), pengeringan, penjenisan/sortasi kering dan pengemasan/gudang. Bahan Baku. Pucuk yang diolah di pabrik UP Tambi berasal dari kebun UP Tambi sendiri, kebun UP Tanjungsari dan kadang berasal dari UP Bedakah. Pucuk teh yang diolah umumnya terdiri dari tangkai dan daun muda yang harus dijaga kualitasnya agar dihasilkan teh yang bermutu tinggi. Faktor utama yang dituntut dalam mutu pucuk adalah senyawa polifenol teh (golongan catechin) dan enzim polifenol oksidase yang harus tetap terjaga, baik jumlah maupun mutunya. Pabrik UP Tambi biasanya mengolah daun teh dengan tingkat kehalusan pucuk yang medium, yaitu P+2, P+3m, P+3, B+1m dan B+2m. Dengan demikian diharapkan teh yang dihasilkan cukup berkualitas dan tidak terlalu banyak grade rendah yang dihasilkan, karena daun yang kasar bila diolah akan banyak menghasilkan jenis teh atau grade yang rendah (grade 3). Jika dirata-rata tiap hari UP Tambi mengolah 15 000 kg daun teh segar dan menghasilkan teh kering sekitar 3 225 sampai 3 250 kg rata-rata tiap hari.
33
Pelayuan. Proses pelayuan merupakan tahapan awal yang sangat menentukan keberhasilan tahapan proses pengolahan teh hitam berikutnya. Oleh karena itu, proses pelayuan dapat dikatakan sebagai dasar dalam sistem pengolahan teh hitam yang berperan menentukan produk jadi yang dihasilkan. Menurut Standart Operating Procedur PT Tambi, UP Tambi tujuan pelayuan adalah menguapkan sebagian kandungan air pucuk daun teh segar secara perlahan sehingga daun menjadi lentur dan lemas dan komposisi senyawa pembentuk rasa, aroma dan warna tercapai sempurna. Tahapan proses pelayuan diawali dengan penerimaan dan penimbangan pucuk segar. Tujuan dari penimbangan pucuk adalah untuk mengetahui selisih penimbangan antara penimbangan kebun dan pabrik (maksimal 1.5-2%), mengetahui isi masing-masing withering through (WT), memperkirakan produk yang akan dihasilkan, serta sebagai dasar dalam perhitungan hasil layu. Setelah pucuk ditimbang kemudian diangkut menuju palung pelayuan atau WT menggunakan kereta dorong. Kegiatan pertama yang dilakukan di dalam WT adalah pembeberan pucuk. Tujuan pembeberan pucuk antara lain untuk meratakan pucuk yang akan dilayukan di WT, memecahkan gumpalan akibat genggaman pemetik dan memudahkan penembusan udara yang dialirkan sehingga bau asing yang berasal dari material selain pucuk yang sering tercampur bisa dengan mudah menguap. Pembeberan dilakukan satu arah mulai dari ujung WT menuju sumber aliran udara ataupun bisa sebaliknya. Pucuk diurai atau dikirab secara merata yang dilakukan oleh dua orang yang saling berhadapan secara merata. Rata-rata pucuk yang dihamparkan atau dibeberkan di dalam WT khususnya di UP Tambi antara 1 250 1 350 kg dengan ketebalan antara 25-30 cm tergantung produksi pucuk basah. Pada musim flush seperti bulan Desember pengisian WT bisa melebihi kapasitas normal yaitu lebih dari 1 500 kg tiap WT. Sesaat setelah pembeberan pucuk selesai kemudian dilakukan pemberian udara segar. Pemberian udara segar dilakukan sesaat setelah pucuk dibeber dengan tujuan untuk mengeluarkan udara panas akibat dari naiknya suhu pucuk selama berada dalam waring maupun selama pengangkutan. Selain untuk menurunkan suhu pucuk, pemberian udara segar juga bertujuan untuk mengeluarkan bau pucuk setelah pemetikan dan bau-bau asing yang menempel di pucuk. Udara segar yang digunakan yaitu udara yang bersih, bebas dari debu, bau dan asap. Suhu udara yang digunakan yaitu berkisar 26oC dengan kelembaban 76% atau sesuai dengan kondisi pucuk saat berada di kebun. Setelah pemberian udara segar selesai, kemudian dialirkan udara panas yang bertujuan untuk mengkondisikan suhu ruangan pelayuan berkisar pada suhu 26oC dengan kelembaban relatif (RH ) 70-77%. Udara yang dibutuhkan untuk melayukan pucuk adalah jenis udara yang kering, tidak terlalu lembab dan tidak terlalu panas (suhu 26oC dan RH 70-77%). Jika kondisi ruang pelayuan terlalu lembab maka kadar air pucuk yang dihasilkan masih terlalu tinggi dan jika kondisi ruang pelayuan terlalu panas akan diperoleh hasil layuan yang terlalu kering. Udara kering bisa diperoleh dengan mencampurkan udara segar dari luar dan udara panas dari kompor pemanas dalam mesin pencampur udara (mixing chamber). Kemampuan udara dalam menguapkan air ditentukan oleh perbedaan suhu bola basah dan bola kering pada alat hygrometer. Oleh karena itu, perbedaan suhu bola basah dan suhu bola kering harus dijaga jangan melebihi 3oC. Udara yang dibutuhkan untuk menguapkan kandungan air dalam daun (untuk melayukan
34 daun) dalam WT sekitar 20 000 cuf mnt-1, dengan isi WT sekitar 1 500 kg. Persentase layu rata-rata yang dihasilkan dari proses pelayuan yang dilakukan di pabrik UP Tambi rata-rata berkisar antara 46-48%. Selama proses pemberian udara kering berlangsung, dilakukan kegiatan pembalikan pucuk. Proses pembalikan pucuk di UP Tambi dilakukan sebanyak tiga kali setelah pembeberan pertama. Hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan pembalikan adalah lima menit sebelum dilakukan pembalikan, sebaiknya udara panas harus ditutup atau dimatikan. Kira-kira 15% kandungan air pucuk sudah berkurang, dilakukan pembalikan pertama (sekitar 3-4 jam) dari pembeberan pucuk. Pembalikan pucuk bertujuan agar diperoleh kerataan hasil layuan. Pembalikan kedua dilakukan jika kira-kira 30% kandungan air dalam pucuk mulai berkurang (sekitar 3-4 jam dari pembalikan pertama) dan pembalikan ketiga dilakukan sekitar 3-4 jam setelah pembalikan kedua, sampai kondisi pucuk layu merata dengan ciri daun lentur, jika digenggam tidak mudah pudar, warna daun yang tadinya hijau segar menjadi hijau kekuningan dan kandungan air antara 4850%. Pucuk yang telah layu kemudian ditimbang lalu dimasukkan ke dalam open top roller (OTR). Penggilingan/Rolling. Setelah pucuk mengalami proses pelayuan di Withering room, selanjutnya pucuk memasuki Rolling room (ruang penggilingan). Tahapan proses penggilingan ini antara lain penggulungan, penggilingan, sortasi basah dan fermentasi. Penggulungan. Tahap ini merupakan tahapan untuk menyiapkan terbentuknya mutu, baik secara fisik maupun kimia. Secara fisik terbentuk kenampakan pucuk yang menggulung, yang akan memudahkan dalam proses penggilingan. Secara kimia terjadi peristiwa bertemunya polifenol dengan enzim polifenol oxidase karena adanya oksigen yang biasa disebut peristiwa reaksi oksidasi enzimatis dan merupakan dasar terbentuknya mutu dalam (inner quality). Waktu yang dibutuhkan untuk menggulung daun di pabrik UP Tambi berkisar 3545 menit tergantung program giling yang dilakukan. Alat yang digunakan untuk menggulung adalah open top roller (OTR) 47” (Gambar 11a) yang mempunyai kapasitas 350 kg. Pabrik UP Tambi mempunyai lima unit mesin OTR, tetapi dalam pengolahannya biasanya hanya menggunakan empat atau tiga OTR dalam satu seri pengolahan, tergantung pucuk basah yang diolah. Jika pucuk basah yang diolah lebih dari 16 500 kg maka menggunakan empat OTR, jika kurang dari 16 500 kg menggunakan tiga OTR. Hal ini dimaksudkan agar proses pengolahan lebih efisien, baik dari segi waktu, biaya maupun tenaga kerja. Penggilingan. Tujuan utama dari penggilingan yaitu mengecilkan ukuran gulungan sesuai yang dikehendaki pasar, memotong hasil penggulungan menjadi ukuran yang lebih pendek, menggerus daun agar cairan sel keluar semaksimal mungkin dan membentuk hasil keringan yang keriting, serta untuk memperoleh bubuk basah sesuai yang dikehendaki sebanyak-banyaknya. Mesin penggiling yang digunakan di Pabrik UP Tambi yaitu rotorvene (RV) (Gambar 11b) dengan kapasitas 1 100 - 1 250 kg jam-1. Tolak ukur keberhasilan proses penggulungan dan penggilingan ditentukan oleh banyaknya bubuk yang dihasilkan, selain tujuan kimia juga tercapai. Selain itu keseragaman ukuran bubuk yang diperoleh juga sangat menentukan hasil akhir, karena keseragaman ukuran teh diperoleh pada proses sortasi basah, bukan pada penggerusan mesin
35
sortasi kering karena akan menghasilkan warna teh hasil akhir yang kelabu atau hitam keabu-abuan. Sortasi Bubuk Basah. Tujuan dari sortasi bubuk basah adalah memperoleh bubuk yang seragam, memudahkan pekerjaan sortasi kering dan memudahkan dalam pengaturan pengeringan. Mesin sortasi bubuk basah yang digunakan di pabrik UP Tambi adalah rotary roll breaker (RRB) yang berjumlah tiga buah dan satu buah Ghoogi (Gambar 11c). Pemisahan bubuk diawali dari OTR 1 dilakukan sortasi menggunakan RRB 1 menghasilkan bubuk 1, kemudian melewati RV 1 masuk RRB 2 menghasilkan bubuk 2, kemudian melewati RV 2 dan masuk RRB 3 menghasilkan bubuk 3 dan masuk mesin ghoogi, dari mesin ghoogi dihasilkan bubuk 4 sedang bubuk yang tidak lolos ayakan keluar dari ujung ghoogi menghasilkan badag. Pada mesin RRB ukuran nomer mesh ayakan dapat diganti sesuai dengan yang diinginkan. Biasanya menggunakan mesh nomer 7-7-8 atau 6-6-7 jika ingin menghasilkan grade PS dan BPS. Pemasangan ayakan dengan nomer mesh yang tepat sangat membantu diperolehnya grade yang diinginkan. Oksidasi Enzimatis. Waktu yang diperlukan untuk proses oksidasi enzimatis adalah 90-120 menit yang dihitung mulai pucuk masuk dalam mesin penggulung (OTR) sampai bubuk keluar dari ruang oksidasi enzimatis. Suhu dan kelembaban ruang oksidasi enzimatis harus diperhatikan, karena sangat mempengaruhi berlangsungnya reaksi oksidasi enzimatis. Suhu ruang oksidasi enzimatis yang disarankan untuk pabrik UP Tambi adalah berkisar 21-22oC dengan kelembaban relatif diatas 95%. Kelembaban rata-rata ruang fermentasi di pabrik UP Tambi adalah antara 94% sampai 99% dengan suhu rata-rata berkisar 21oC. Suhu bubuk dalam baki berkisar 26-29oC.
a
b
c
Gambar 11. Mesin penggilingan; open top roller (a), rotorvene (b) dan ghoogi (c) Pengeringan. Setelah melalui proses oksidasi enzimatis, kandungan air dalam bubuk basah masih tinggi dan proses perubahan kimia maupun biokomia masih berlangsung. Jika hal tersebut tidak dihentikan, maka akan terjadi reaksi oksidasi enzimatis yang berkelanjutan yang dapat menurunkan mutu teh yang dihasilkan, untuk itu dilakukan pengeringan. Menurut Standart Operating Procedur (SOP) pabrik UP Tambi, tujuan pengeringan adalah menghentikan aktivitas oksidasi enzimatis dan menurunkan kadar air hingga 3-4%. Waktu yang dibutuhkan untuk proses pengeringan adalah antara 20-25 menit untuk satu kali proses pengeringan. Mesin pengering yang digunakan di pabrik UP Tambi adalah model ECP (Endless Chain Pressure). Pabrik UP Tambi mempunyai dua jenis mesin pengering yaitu two circuit dryer yang berkapasitas 250 kg teh kering jam-1 dan three circuit dryer yang berkapasitas 350 kg teh kering jam-1. Kapasitas mesin
36 pengering per jam perlu diketahui karena dapat menentukan kapasitas pabrik dan mengatur penggilingan tiap serinya. Pada proses pengeringan, bubuk yang dikeringkan diletakkan diatas trays dan diatur ketebalannya dengan menggunakan baling-baling atau spreader sesuai kebutuhan. Secara perlahan trays bergerak memasuki alat pengering dan setelah sampai ujung penggerak, teh akan jatuh dan kemudian keluar dari mesin pengering. Panas untuk pengeringan diperoleh dari kompor/burner, kemudian merambat ke dinding tungku dalam ruang pembakaran dan mengalir ke dalam pipa api oleh tarikan main fan dan masuk ke mesin pengering. Bahan bakar yang digunakan adalah bahan bakar kayu (BBK). Suhu Inlet yang dibutuhkan dalam proses pengeringan adalah rata-rata berkisar 94-98oC. Sisa udara panas yang digunakan untuk mengeringkan bubuk teh disebut suhu outlet. Suhu outlet berkisar antara 45-50oC. Hal ini harus diperhatikan dan berlangsung secara terusmenerus agar teh yang dihasilkan benar-benar kering jangan sampai dilakukan pengulangan karena akan merugikan. Selain mutu teh menurun juga akan menyebabkan pemborosan waktu dan bahan bakar. Hasil keringan teh sebelum masuk ke ruang sortasi harus ditimbang sebagai dasar untuk menghitung rendemen teh yang dihasilkan. Selain itu juga untuk mengetahui hasil dari setiap mesin pengering dan untuk mengetahui hasil kering bubuk 2, 3, 4 dan badag. Penjenisan/Sortasi Kering. Teh yang dikeringkan masih dalam keadaan heterogen, meskipun sebelum proses pengeringan telah dilakukan sortasi basah dan menghasilkan bubuk 1, 2, 3, 4 dan badag. Akan tetapi ukuran dan bentuk dari partikel teh tersebut belum seragam. Selain itu, di dalam teh masih terdapat kotoran (seperti debu), potongan logam dan atau benda-benda asing lainnya yang bisa menurunkan kualitas teh yang dihasilkan. Sortasi bubuk teh bertujuan untuk mendapatkan bentuk, ukuran dan partikel teh yang seragam sesuai dengan standar yang diinginkan, serta bertujuan untuk memisahkan teh menurut grade/jenis yang sesuai dengan standar perdagangan teh. Kegiatan penjenisan dan mesin penjenis/sortasi kering dapat dilihat pada Gambar 12a dan 12b.
a
b
Gambar 12. Kegiatan penjenisan (a) dan mesin penjenisan/sortasi kering (b) Pengemasan dan Penyimpanan. Proses selanjutnya adalah pengemasan yang merupakan proses terakhir dari pengolahan teh. Tujuan utama dari pengemasan adalah untuk mencegah rusaknya teh baik pada masa penyimpanan dan pengangkutan sehingga teh tetap dalam keadaan baik ketika sampai di tangan konsumen. Teh yang akan disimpan di gudang terlebih dahulu dikemas dalam karung plastik. Kriteria gudang yang baik sebagai tempat penyimpanan teh antara lain mempunyai suhu ruang sekitar 24ºC dengan kelembaban kurang dari 70% serta udara dapat mengalir dengan lancar. Karung plastik disusun secara
37
bersilangan untuk memperkokoh penumpukan agar tumpukan karung tidak mudah roboh. Lantai gudang dialasi kayu (pallet) setinggi 12 cm. Hal ini bertujuan untuk menghindari kontak langsung antara teh dengan lantai yang dapat menyebabkan kerusakan teh. Karung plastik ditumpuk di atas pallet berdasarkan tanggal produksinya dan sesuai dengan jenis/gradenya masing-masing. Paling bawah adalah produksi tanggal 1, kemudian disusul di atasnya yaitu produksi pada tanggal berikutnya. Aspek Manajerial Manajemen merupakan salah satu hal penting dalam suatu perusahaan. Manajemen adalah sebuah proses yang terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui pemantauan Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Modal (Capital) dan lainnya. Kegiatan manajemen dilaksanakan penulis selama 2 bulan terakhir setelah penulis melaksanakan kegiatan sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL). Penulis melaksanakan kegiatan manajemen sebagai pendamping Pembimbing Petik, Pembimbing Pemeliharaan dan Pembimbing Proteksi, serta pendamping Kepala Blok dan pendamping Asisten Kepala Bagian Kebun. Pembimbing Pembimbing adalah orang yang bertanggung jawab terhadap berbagai kegiatan di lapangan. Pembimbing berkoordinasi dengan kepala blok dalam melaksanakan tugasnya sehingga kewenangan pembimbing dalam mengambil keputusan harus mendapat persetujuan dari kepala blok. Pembimbing di Unit Perkebunan Tambi terdiri atas pembimbing petik, pemeliharaan, proteksi dan pembibitan. Pembimbing petik. Pembimbing atau mandor petik merupakan pembimbing yang berfungsi untuk mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pemetikan tanaman, termasuk dalam pengelolaan tenaga kerja petik. Mandor petik adalah pembimbing yang langsung mengawasi kegiatan pemetikan di kebun dan berhubungan langsung dengan para pemetik. Pembimbing petik bertugas memimpin, mengatur, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi tugas buruh/tenaga petik termasuk mengawasi efektivitas kerja. Pembimbing petik berkewajiban untuk merencanakan, mengatur, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengawasi kegiatan yang berhubungan dengan aktifitas pemetikan tanaman, jadwal waktu kerja, pembagian kelompok dan sistematika kerja. Selain itu, pembimbing petik berkewajiban untuk memberikan penilaian terhadap prestasi kerja seluruh bawahannya. Pembimbing petik berkoordinasi dengan Kepala Blok dalam melaksanakan tugasnya. Pembimbing petik menyiapkan dan mengajukan laporan kepada Kepala Blok mengenai laporan kegiatan pemetikan, laporan administrasi regu, permintaan barang, sarana dan peralatan kerja. Pembimbing petik berwenang dalam mengambil keputusan mengenai semua hal yang berhubungan dengan kegiatan pemetikan dan harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu oleh Kepala Blok. Unit Perkebunan Tambi memiliki 10 orang pembimbing petik. Blok Pemandangan dan Panama masing-masing mempunyai tiga orang mandor petik
38 dan Blok Taman serta Tanah Hijau masing-masing mempunyai dua orang mandor petik. Pembagian jumlah mandor petik disetiap blok berdasarkan pada jumlah pemetik, keluasan total blok dan produktivitas pucuk basah per tahun. Pembimbing pemeliharaan. Pembimbing atau mandor pemeliharaan di Unit Perkebunan Tambi berfungsi untuk mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi kegiatan pemeliharaan kebun, termasuk dalam pengelolaan tenaga kerja, lahan dan kegiatan pemeliharaan lainnya dalam rangka mendukung usaha perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Pembimbing pemeliharaan berkoordinasi dengan Kepala Blok dalam melaksanakan tugasnya. Pembimbing pemeliharaan menyiapkan dan mengajukan laporan kepada Kepala Blok mengenai laporan kegiatan pemeliharaan, laporan kegiatan administrasi kebun, laporan presensi dan lembur regunya serta mengajukan permintaan bahan, barang, sarana dan peralatan kerja. Pembimbing pemeliharaan mempunyai wewenang dalam mengambil keputusan mengenai semua hal yang berkaitan dengan kelancaran kegiatan pemeliharaan yang dilakukan regunya. Pembimbing pemeliharaan mempunyai tugas diantaranya yaitu memimpin, mengatur, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi efektivitas kerja serta pelaksanaan kerja para buruh bawahannya/buruh pemeliharaan. Pembimbing pemeliharaan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan pemeliharaan yang dilakukan, yang mencangkup kegiatan pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, konservasi lahan terpadu dan penanaman pohon pelindung, batas kebun dan lainnya. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan harus mengacu pada rencana kerja yang ditetapkan dalam RKAP (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan) tahunan. Selama menjadi pendamping pembimbing pemeliharaan, kegiatan yang diawasi oleh penulis antara lain pengendalian gulma secara kimia dan manual, pemangkasan, pemupukan dan konservasi lahan terpadu. Pembimbing proteksi. Pembimbing atau mandor proteksi bertanggung jawab langsung kepada Kepala Blok. Tugas pembimbing proteksi adalah mengawasi dan mengarahkan segala kegiatan yang berhubungan dengan proteksi tanaman, seperti pengendalian hama dan penyakit serta pupuk daun. Setelah kegiatan proteksi tanaman selesai dilakukan, pembimbing proteksi bertanggung jawab membuat laporan atas kegiatan yang telah dilakukan. Laporan ini berisi nama kegiatan, jumlah pekerja, luas areal yang dikerjakan, jenis dan dosis yang digunakan serta upah yang diterima pekerja. Laporan diserahkan kepada bagian administrasi untuk kemudian dilaporkan kepada kepala kebun atau pemimpin UP. Jumlah pembimbing proteksi yang ada di UP Tambi adalah empat orang dengan rincian satu orang pembimbing untuk masing-masing blok. Pembimbing pembibitan. Pembibitan merupakan faktor penting untuk menunjang keberlangsungan sebuah perkebunan. UP Tambi memiliki rumah pembibitan yang menyediakan bibit untuk ditanam sehingga tidak perlu mendatangkan bibit dari luar. Pembimbing pembibitan di UP Tambi bertugas mengawasi dan mengarahkan jalannya segala kegiatan dibagian pembibitan. Kegiatan ini meliputi penanaman bibit, pemindahan bibit, pengisian polybag, pengendalian hama dan penyakit, pemeliharaan rumah naungan serta kegiatan pemeliharaan lainnya. Pembimbing pembibitan harus bertanggung jawab dalam penyediaan bibit untuk disalurkan ke kebun.
39
Setelah kegiatan di rumah pembibitan selesai dilakukan, pembimbing pembibitan harus membuat laporan harian yang diserahkan kepada bagian administrasi untuk selanjutnya dilaporkan kepada Kepala Blok maupun Kepala Kebun. Jumlah pembimbing pembibitan di UP Tambi adalah satu orang. Kepala Blok Kepala Blok adalah pimpinan yang mengepalai salah satu blok perkebunan dan bertanggung jawab kepada Asisten Kepala Bagian Kebun. Kepala Blok membawahi langsung pembimbing petik, pembimbing pemeliharaan, pembimbing proteksi dan keamanan. Kepala Blok berfungsi untuk merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi kegiatan pemeliharaan, pemetikan dan pengelolaan suatu blok kebun, termasuk dalam pengelolaan tenaga kerja, tanaman, lahan dan kegiatan kebun lainnya dalam rangka mendukung usaha perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Tugas yang harus dilakukan oleh Kepala Blok diantaranya memimpin, mengatur, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi tugas/pekerjaan pembimbing petik, pembimbing pemeliharaan, pembimbing proteksi dan keamanan termasuk mengawasi efektivitas kerja (penggunaan waktu kerja, cara kerja, target kerja dan prioritas kerja) termasuk mengawasi kelengkapan administrasi kerja dan membantu Asisten Kepala Bagian Kebun dalam hal membuat perencanaan anggaran dalam bidang pengelolaan suatu blok yang meliputi kegiatan pemeliharaan, pemetikan dan kegiatan lainnnya. Selain itu, Kepala Blok juga bertugas mengawasi pencapaian target hasil bloknya dan berkewajiban merencanakan dan mengawasi optimalisasi hasil bloknya. Kepala Blok memiliki wewenang untuk mengambil keputusan semua hal yang berkaitan dengan kelancaran pengelolaan suatu blok dan dalam pelaksanaannya mendapat persetujuan dari Kepala Bagian Kebun. Unit Perkebunan Tambi memiliki empat orang Kepala Blok yang masingmasing mengepalai dari keempat blok yang ada. Kepala Blok berkoordinasi dengan Asisten Kepala Bagian Kebun dalam pengajuan laporan hasil pemetikan, kegiatan dan rencana petik serta laporan permasalahan masing-masing blok dan laporan umum pekerjaan masing-masing blok. Asisten Kepala Bagian Kebun Asisten Kepala Bagian Kebun adalah pimpinan di kebun yang bertanggung jawab kepada Kepala Kebun dan membawahi secara langsung beberapa Kepala Blok dalam satu unit perkebunan. Pelaksanaan tugas Asisten Kepala Bagian Kebun dilakukan di kebun dan di kantor. Asisten Kepala Bagian Kebun berfungsi untuk membantu Kepala Bagian Kebun dalam merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan kebun, lahan dan kegiatan lainnya dalam rangka mendukung tujuan perusahaan. Asisten Kepala Bagian Kebun bertugas memimpin, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi tugas/kerja kepala urusan dan para pelaksana dibawahnya. Selain itu, Asisten Kepala Bagian Kebun juga bertugas membantu pemimpin perkebunan dalam hal membuat perencanaan anggaran pembiayaan dalam bidang perkebunan, pemetikan tanaman dan pemeliharaan tanaman, memberi petunjuk kepada semua Kepala Blok tentang berbagai hal yang bersifat teknis dan pemecahan masalah di bidang tanaman, merencanakan, menetapkan dan mengawasi pencapaian target hasil setiap blok
40 serta menyusun anggaran kegiatan tahunan kebun untuk satu periode kerja dan melaporkan realisasi pelaksanaan anggaran tahun sebelumnya kepada pemimpin kebun. Asisten Kepala Bagian Kebun berkoordinasi dengan Kepala Blok dalam menerima, memeriksa, mengkoordinasikan dan menyetujui laporan-laporan dari Kepala Blok dan berkoordinasi pula dengan Kepala Bagian Kebun dalam menyiapkan dan melaporkan beberapa laporan kegiatan kebun seperti laporan kegiatan rencana petik dan pemeliharaan, laporan anggaran dan realisasi biaya kegiatan blok dan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan kebun. Asisten Kepala Bagian Kebun berwenang dalam mengambil keputusan mengenai semua hal yang berkaitan dengan kelancaran kegiatan pengelolaan kebun dan harus mendapat persetujuan dari Kepala Bagian Kebun. Unit Perkebunan Tambi memiliki satu orang Asisten Kepala Bagian Kebun dan membawahi empat blok kebun.
PEMBAHASAN Pemupukan Pemupukan dilakukan sesuai dengan analisis produksi teh kering dan kondisi tanaman teh di kebun. Kegiatan pemupukan melalui tanah di Unit Perkebunan Tambi dilakukan dua semester. Semester pertama dilaksanakan sekitar bulan Februari-Mei dengan dua kali aplikasi dan semester kedua dilaksanakan pada bulan Oktober-November dengan satu kali aplikasi. Pelaksanaan pemupukan melalui daun biasanya diaplikasikan pada pukul 07.0011.00. PPC diberikan pada musim kemarau untuk menjaga ketersediaan pasokan makanan atau unsur hara bagi tanaman, dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus dengan minimal empat kali aplikasi per tahun dengan dosis 1-1.5 l ha-1. Kegiatan pemupukan setiap tahunnya sudah direncanakan dan dijadwalkan sebelumnya oleh pihak direksi sehingga masuk dalam RKAP. Waktu pemupukan yang tepat sangat penting karena irama penyerapan hara pada setiap tanaman berbeda-beda. Tanaman teh yang dipetik setiap minggu memerlukan aliran hara yang teratur dan cukup. Oleh karena itu hal yang penting untuk pedoman waktu pemupukan adalah adanya curah hujan dan jangka waktu diantara dua pemupukan, serta waktu penyerapan pupuk oleh tanaman yang dimulai pada minggu kedua dan terakhir tiga bulan setelah pemberian. Waktu pemupukan yang terbaik menurut PPTK (2006) ialah pada kondisi curah hujan 60-200 mm minggu-1. Curah hujan yang kurang dari 60 mm minggu-1 menyebabkan unsur hara dari pupuk belum dapat diurai dengan sempurna, sebaliknya pada curah hujan yang lebih dari 200 mm minggu-1 terjadi pelarutan pupuk yang besar dan haranya larut bersama aliran air. Realisasi waktu pemupukan di Unit Perkebunan Tambi pada tahun 2014 sudah memenuhi standar dengan curah hujan pada semester pertama 173 mm minggu-1 dan curah hujan semester dua 119 mm minggu-1. Kandungan pupuk sangat berpengaruh bagi kecukupan unsur hara bagi tanah dan tanaman agar bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Jenis pupuk tanah yang diterapkan di Unit perkebunan Tambi menggunakan dua jenis yaitu pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik sesuai ketentuan dari
41
perusahaan yaitu Urea, SP-36, KCL dan Kiserit. Pupuk organik yang digunakan adalah serasah pohon pelindung serta sisa hasil pemangkasan yang berupa ranting/cabang dan daun dari tanaman teh. Metode pengaplikasian pemupukan melalui tanah dilakukan dengan cara menabur pupuk ke dalam lubang pupuk. Areal yang akan dipupuk harus bersih dari gulma. Cara pengaplikasian melalui tanah dilakukan dengan membuat lubang pupuk. Lubang pupuk pada TBM dibuat dengan cara ditugal, sedangkan untuk TM dengan cara dikoak menggunakan kored atau cangkul. Kedalaman lubang sekitar 10 cm, sedangkan jarak dari batang bawah tanaman ± 10-15 cm. Pembuatan lubang pupuk berbeda-beda sesuai topografi lahan. Apabila lahan yang dipupuk datar hingga landai maka lubang pupuk dibuat di antara baris tanaman (lubang pupuk terdapat di kanan-kiri tanaman dalam satu baris tanaman). Apabila lahan yang dipupuk miring maka lubang pupuk berada di sebelah atas tanaman. Lubang pupuk harus segera ditutup setelah pupuk dimasukan untuk menghindari penguapan. Pada TM lubang pupuk ditetapkan satu lubang pupuk untuk dua tanaman teh. Satu lubang untuk 2-4 pohon yang diletakan secara bergantian di baris tanaman antara pemupukan pertama dengan pemupukan kedua dan seterusnya. Perakaran tanaman teh yang masih aktif terletak pada jarak 30-40 cm dari perdu teh (PPTK 2006). Cara pemupukan di Unit Perkebunan Tambi dengan dibenam sesuai dengan rekomendasi, dengan cara tersebut hara akan diserap secara efektif oleh akar dan mengurangi kehilangan pupuk akibat penguapan yang dapat terjadi jika pemupukan dilakukan dengan broadcast atau penaburan. Cara dibenam ini dilaksanakan di seluruh topografi lahan, meskipun lahannya berupa lereng yang curam pemupukan tetap dilakukan dengan dibenam. Pada areal yang tajuknya sudah menutup antar perdu juga tetap menggunakan cara dibenam sehingga pada areal seperti ini prestasi kerja tenaga pemupuk menjadi lebih rendah dibandingkan dengan areal yang tajuknya belum menutup. Cara pengaplikasian pupuk daun dengan menggunakan mist blower dan knapsack sprayer yaitu sudut corong dengan tanaman teh adalah 45°. Arah corong tersebut harus searah dengan arah angin. Penyemprotan pupuk daun biasanya dilakukan setelah tanaman teh selesai dipetik. Penyemprotan dilakukan sepagi mungkin sebelum pukul 10.00 pagi. Penentuan dosis pupuk baik pada TBM maupun TM ditentukan berdasarkan pada tinggi rendahnya produktivitas yang akan dicapai, semakin tinggi produktivitasnya maka semakin banyak jumlah pupuk yang akan diberikan. Berdasarkan RKAP tahun 2015 jenis pupuk yang digunakan adalah Urea (N 46%), TSP (P2O5 36%), KCl (K2O 60%) dan Kiserit (MgO 27%) dengan perbandingan unsur haranya 5:1:2:0.5. Dosis pupuk ditetapkan berdasarkan persentase N, yaitu sebesar 8%. Dasar pemberian pupuk pada tanaman teh tahun pangkas I dan IV adalah 90%, sedangkan tanaman teh tahun pangkas II dan III adalah 110%. Unit Perkebunan Tambi tidak menetapkan standar prestasi kerja untuk kegiatan pemupukan. Pekerja borongan akan melakukan pekerjaannya sesuai dengan kemampuan tim. setelah itu mereka akan dibayar seberapa luas yang mereka akan pupuk. Kemampuan pekerja untuk memupuk ditentukan oleh kerapatan tanaman, luas lahan, kemiringan lahan dan banyaknya pekerja dalam satu tim pada setiap bloknya untuk bekerja. Para pekerja pemupukan seluruhnya adalah berstatus pekerja borongan. Pada saat aplikasi pemupukan harus selalu diawasi oleh mandor karena jika tidak maka para pekerja akan melakukan
42 kesalahan. Sejauh ini mandor/pembimbing belum bekerja secara maksimal karena masih ada lubang pupuk yang belum tertutup dan ada juga pekerja yang melakukan pemupukan dengan disebar. Sulitnya mencari tenaga kerja juga dialami oleh para kepala blok untuk kegiatan pemupukan ini. Pencatatan kegiatan pemupukan dilakukan meliputi pemakaian pupuk, ketersediaan pupuk, serta kebutuhan pupuk. Hal ini bertujuan untuk mengontrol efektifitas penggunaan pupuk serta menjaga keberlangsungan kegiatan pemupukan. Penyimpanan pupuk dilakukan di gudang induk dan gudang setiap blok dengan sirkulasi udara yang cukup, tertutup dan aman. Selain itu, penyimpanan pupuk juga diletakan pada gudang yang terpisah dengan penyimpanan pestisida dan herbisida. Pemangkasan Pemangkasan yang diterapkan di UP Tambi adalah jenis pangkasan bersih dan pangkasan setengah bersih. Pertimbangan memilih jenis pangkasan bersih disebabkan blok-blok yang terdapat di UP Tambi terletak pada ketinggian di atas 1 200 m dpl dimana penyinaran matahari dan suhu tidak terlalu tinggi sehingga tanaman dapat bertahan meskipun tidak ada daun yang disisakan setelah pemangkasan. Jenis pangkasan tengah bersih dipilih karena secara teknis pangkasan bersih sulit untuk bisa diterapkan secara efisien. Tinggi pangkasan standar setiap blok di UP Tambi disesuaikan dengan tinggi pangkasan sebelumnya. Ketinggian pangkasan di UP Tambi senantiasa dinaikan dari luka pangkas sebelumnya sampai pada ketinggian tertentu tinggi pangkasan kembali lagi pada ketinggian pangkasan awal. Gilir pangkas merupakan rentang waktu antara pemangkasan terdahulu dengan pemangkasan berikutnya. UP Tambi yang terletak pada ketinggian di atas 1 200 m dpl menggunakan gilir pangkas 4-5 tahun. Namun dalam pelaksanaannya, pemangkasan tidak selalu sesuai dengan gilir pangkas yang direncanakan. Terkadang ada beberapa nomer kebun yang dipangkas lebih cepat ataupun lebih lambat dari gilir pangkas yang seharusnya. Keputusan mempercepat jadwal pemangkasan untuk nomer-nomer kebun tertentu adalah karena keadaan tanaman yang sudah kurang produktif serta kondisi tanaman yang sudah tinggi dan terlalu rapat sehingga menyulitkan dalam kegiatan pemeliharaan dan pemetikan. Waktu yang tepat untuk dilaksanakan pemangkasan adalah saat keadaan tanaman sehat karena tanaman yang sehat akan memiliki cadangan makanan yang cukup untuk pertumbuhan kembali pasca dilakukannya pemangkasan. Selain itu, pemangkasan tanaman teh juga harus didukung pula oleh faktor lingkungan yang kondusif terutama suhu dan kelembaban. Pemangkasan di UP Tambi dilaksanakan dalam dua semester yakni Februari-Mei (Semester I) dan Oktober-November (Semester II). Namun untuk blok Pemandangan yang terletak pada ketinggian tempat sekitar 1 700 - 2 100 m dpl, pemangkasan hanya dilakukan pada semester I dengan pertimbangan untuk pengendalian penyakit cacar daun teh serta ketersediaan tenaga kerja. Tenaga pemangkas di Unit Perkebunan Tambi merupakan tenaga kerja musiman dengan sistem upah borongan. Sistem upah borongan ini seringkali menyebabkan para pemangkas bekerja hanya mementingkan kuantitas dari pada kualitas hasil pangkasan. Pemangkasan perdu teh di UP Tambi dilakukan secara
43
manual menggunakan sabit pangkas. Pertimbangan melaksanakan pemangkasan secara manual ini adalah karena tersedianya tenaga pemangkas yang cukup serta untuk mengurangi kerusakan cabang akibat pemangkasan. Mesin pangkas hanya digunakan apabila tenaga pemangkas jumlahnya tidak memadai untuk dilakukan pemangkasan secara manual. Pengendalian OPT Pengendalian gulma. Pengendalian gulma di UP Tambi secara umum dilakukan melalui dua cara yaitu secara manual memanfaatkan tenaga manusia dan secara kimiawi menggunakan herbisida. Pengendalian gulma secara manual di UP Tambi dilaksanakan selama dua periode yaitu Semester I (Januari-Maret) dan Semester II (Agustus-Oktober) dengan perkiraan keluasan di setiap semester masing-masing 50%. Khusus untuk gulma pacar air, pengendalian dilakukan dengan cara mencabut gulma sampai ke akarnya dengan menggunakan tangan sedangkan untuk jenis gulma lainnya dilakukan dengan pembabatan menggunakan kored. Pengendalian gulma secara kimiawi/Chemical Weeding dilaksanakan dua kali dalam setahun untuk semua nomer kebun (tahun pangkas IIV) pada bulan Februari-April dan September-November bergantian dengan pengendalian secara manual. Populasi gulma di UP Tambi mencapai puncaknya saat menjelang dilaksanakannya program pemupukan dan menjadi bersih gulma saat pemupukan dilaksanakan. Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida sistemik dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat (Round Up), dengan dosis herbisida Round Up 1.5 l ha-1 dan konsentrasi 4 ml l-1 air. Alat yang digunakan adalah knapsack sprayer dengan kapasitas 15 l. Penyemprotan dilakukan pada saat kondisi cuaca cerah agar penyerapan herbisida ke dalam tanaman tidak terhambat. Hasil penyemprotan akan terlihat setelah 5-7 hari pasca aplikasi tergantung tingkat dosis yang digunakan. Pada saat pelaksanaan aplikasi juga harus menerapkan empat tepat, yaitu tepat waktu, tepat dosis, tepat cara dan tepat konsentrasi untuk meminimalisir efek negatif bagi lingkungan. Aplikasi dalam satu tahun sebanyak dua kali semprot dengan campuran hanya satu jenis herbisida dan ideal dilakukan sepuluh hari sebelum kegiatan pemupukan. Pengendalian hama dan penyakit. Hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu faktor penghambat dalam peningkatan produksi pucuk di perkebunan teh. Beberapa hama penting yang dijumpai di Unit Perkebunan Teh khususnya di UP Tambi antara lain wereng hijau (Empoasca flavescens), ulat api (Setora nitens), kepik penghisap daun (Helopeltis antonii), tungau jingga (Brevipalpus phoenicis), ulat jengkal (Hyposidra talaca, Ectropis bhurmitra, Biston suppressaria), ulat Penggulung daun (Homona coffearia) dan ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma). Sedangkan penyakit penting yang sering menyerang areal pertanaman teh di UP Tambi adalah cacar daun teh (Blister blight) yang disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans. Penyakit cacar daun teh ini menjadi penting karena sangat sulit untuk dikendalikan terutama pada musim penghujan serta sangat nyata menurunkan produksi pucuk di UP Tambi. Empoasca atau wereng hijau merupakan serangga yang menyerang pucuk teh, dengan menusuk dan menghisap cairannya. Upaya pengendalian hama ini dilakukan secara kimiawi dengan insektisida jenis Talstar dan Tamabas dengan
44 dosis 200 cc ha-1. Ulat penggulung daun (Homona coffearia) menyerang daun teh muda maupun tua yang mengakibatkan daun teh menjadi menggulung dan terlipat melintang. Serangan hama ini menjadi cukup tinggi pada musim kemarau sehingga UP Tambi melaksanakan upaya pengendalian secara mekanis dengan memetik daun/perdu yang terserang atau dengan mengambil dan membinasakan kelompok telur yang ditemukan pada perdu/daun teh. Sedangkan upaya pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan jenis insektisida Kejora 15 EC dengan bahan aktif Alfa sipermetrin 15 g l-1 dengan dosis 200 cc ha-1 aplikasi-1. Hama ulat api (Setora nitens) sempat menjadi hama penting di UP Tambi tepatnya pada tahun 2009 terutama di blok Panama. Populasi hama ini meningkat pesat pada musim kemarau sehingga menjadi sulit dikendalikan baik secara mekanis maupun kultur teknis. Upaya pengendalian hama ulat api ini dilakukan secara kimiawi menggunakan insektisida jenis Crowen 113 EC dengan bahan aktif Cypermethrin 113 g l-1 dengan dosis 200 cc ha-1 dan disemprotkan dengan metode spot spraying. Pengendalian penyakit cacar daun teh (Blister blight) di UP Tambi dilakukan secara kimiawi menggunakan fungisida jenis Connasol 50 SC dengan bahan aktif Heksakonazol 50 g l-1 untuk klon TRI dengan dosis 150-300 cc ha-1 aplikasi-1 dan fungisida jenis Agronil 75 WP dengan bahan aktif Klorotalonil 75% untuk klon Gambung dengan dosis 300-500 g ha-1 aplikasi-1. Tindakan pengendalian berupa penyemprotan fungisida dilakukan selama dua semester yaitu Januari-April dan September-Desember. Penyemprotan dilakukan setelah pemetikan dengan batas maksimal delapan hari sebelum pemetikan berikutnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari residu pada hasil pucuk akibat aplikasi fungisida. Pada lahan-lahan dengan tingkat serangan berat (Kelas A) seluas 142.41 ha, pengendalian dilakukan lebih intensif selama enam bulan dengan aplikasi dua kali penyemprotan dalam satu bulan (12 kali per tahun). Sedangkan untuk lahan-lahan dengan tingkat serangan sedang (Kelas B) seluas 103.44 ha, pengendalian dilakukan selama enam bulan dengan aplikasi delapan kali penyemprotan per tahun. Secara keseluruhan pengendalian OPT di Unit Perkebunan Tambi masih kurang memperhatikan aspek lingkungan. Penggunaan pestisida dilakukan sesuai dengan anjuran rekomendasi dan aturan pakai dalam kemasan, namun dalam frekuensi pemakaiannya tergolong sering melebihi dari dosis anjuran. Tenaga pengendali OPT atau tenaga semprot diberikan arahan, pengetahuan dan keterampilan dalam mengaplikasikan bahan kimia serta penggunaan alat pelindung diri (APD) oleh asisten riset. Terkadang kondisi di lapangan ternyata tidak sesuai dengan arahan baik dari cara aplikasi maupun penggunaan alat pelindung diri yang seringkali tidak digunakan. Bahan kimia yang digunakan termasuk bahan kimia yang telah terdaftar dan diijinkan oleh pemerintah serta belum mencapai tanggal kadaluarsa. Bahan kimia berupa pestisida dan herbisida yang disimpan di lokasi gudang tertutup namun memiliki ventilasi yang kurang baik serta dalam penempatannya masih disatukan dari materi lainnya. Bahan kimia disimpan bersamaan dengan produk pertanian dan peralatan aplikasi bahan kimia. Pemeliharaan alat tidak dilakukan sehingga seringkali terjadi kerusakan alat. Pengelolaan wadah bekas bahan kimia sudah dilakukan dengan benar, wadah disimpan dan dikumpulkan di gudang untuk kemudian ditimbun agar tidak mencemari lingkungan.
45
Rekomendasi untuk Pemenuhan GAP Berbagai kendala dalam pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) teh di Unit Perkebunan Tambi PT. Tambi Wonosobo seharusnya tidak menjadi hambatan dalam pemenuhan standar Good Agricultural Practices (GAP) yang telah disarankan oleh Pemerintah melalui Peraturan Menteri Pertanian No.50 tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Budidaya Teh yang Baik. Setelah dilakukan pengamatan pemeliharaan tanaman teh menghasilkan di Unit Perkebunan Tambi (Lampiran 12), berikut beberapa upaya yang diperlukan untuk pemenuhan GAP pada setiap tahapan pemeliharaan: Pemupukan. Komponen yang belum sesuai dengan pemenuhan GAP yaitu dosis per aplikasi per tanaman dan cara pemupukan. Sebaiknya menggunakan takaran yang tepat dosis per perdu tanaman agar terjadi penyerapan unsur hara yang efisien pada tanaman teh. Penaburan pupuk masih ada yang tidak pada lubang, lubang pupuk tidak ditutup kembali dan tidak menggunakan takaran. Permasalahan ini menyebabkan pemupukan kurang efektif dan terjadi penguapan dari pupuk yang tidak ditutup, sehingga pupuk terbuang sia-sia. Pupuk seharusnya dibenamkan pada daerah perakaran yang aktif dengan jarak 30-40 cm dari perdu teh dengan kedalaman tanah 10-15 cm. Penyebabnya karena kurangnya pengawasan dari pembimbing pemeliharaan, kepala blok dan keamanan blok yang bertujuan untuk menghindari penyelewengan yang dilakukan oleh setiap pekerja pemupuk mengingat pemupukan merupakan kegiatan yang menghabiskan biaya paling tinggi dibanding kegiatan pemeliharaan lainnya. Penggunaan APD atau alat pelindung diri juga perlu diperhatikan guna keamanan dan keselamatan bekerja bagi tenaga kerja untuk itu perlu adanya penyediaan APD oleh perusahaan. Pemangkasan. Pemangkasan di UP Tambi secara umum telah dilaksanakan dengan baik mengacu pada literatur dan rekomendasi yang ada. Pelaksanaan pemangkasan di UP Tambi sangat mempertimbangkan kondisi tanaman, ketersediaan dana dan tenaga kerja serta beberapa pertimbangan lain yang lebih menguntungkan perusahaan sehingga dalam pelaksanaannya tidak selalu sesuai dengan rencana maupun standar yang ditetapkan kebun. Kendala-kendala yang sering dijumpai dalam manajemen pemangkasan di UP Tambi adalah rendahnya keterampilan para pemangkas serta minimnya pengawasan oleh mandor/pengawas mengakibatkan rendahnya kualitas hasil pangkasan. Selain itu, tidak adanya alat ukur tinggi pangkasan yang baku menyebabkan tinggi pangkasan di lapang cenderung tidak sesuai dengan tinggi pangkasan standar yang ditetapkan kebun maupun standar GAP. Jenis pangkasan bersih sudah tepat diterapkan di Unit Perkebunan Tambi yang tergolong perkebunan dataran tinggi, pangkasan setengah bersih seharusnya hanya diterapkan pada tanaman-tanaman yang kondisi kesehatannya kurang baik. Kualitas hasil pangkasan harus diperbaiki dengan jalan meningkatkan keterampilan pemangkas melalui pelatihan-pelatihan disertai dengan pengawasan yang lebih baik terhadap pekerjaan pemangkasan. Sebaiknya dilaksanakan kegiatan benam serasah karena dapat memperbaiki struktur fisik dan kimia tanah serta sebagai upaya konservasi lahan. Pengendalian OPT. Komponen perlindungan tanaman merupakan komponen GAP yang paling diperhatikan karena terkait pelestarian lingkungan. Komponen tersebut antara lain penggunaan bahan kimia dalam aplikasi, tata cara
46 penggunaan, jumlah bahan kimia yang digunakan, hingga penyimpanan bahan kimia dan perawatan alat. Komponen yang menjadi kendala terbesar adalah frekuensi penggunaan bahan kimia yang tinggi dalam satu musim aplikasi karena tingginya serangan OPT. Hal ini dapat diatasi melalui penggunaan musuh alami bagi hama teh yang telah banyak dipasaran serta penyemprotan pestisida kimia diselingi dengan penggunaan pestisida nabati meskipun dalam praktiknya akan sulit dilakukan dengan kebutuhan bahan yang tinggi dan luasan lahan yang luas. Pelatihan tentang penanganan bahan kimia dan aplikasi di lahan juga perlu diadakan untuk memberikan standar yang benar bagi pekerja. Penyimpanan perlu dilakukan terpisah antara saprotan lain dengan bahan kimia. Bidang Petik Tanaman teh merupakan tanaman semusim yang dapat tumbuh liar hingga mencapai tinggi 10-15 m. Tanaman teh yang dipelihara untuk kegiatan produksi memiliki tinggi kurang lebih satu meter, dengan memiliki bidang petik yang rata (Wijerante dan Mohotti 2007). Tinggi bidang petik merupakan salah satu indikator dalam pelaksanaan teknis pemetikan. Seiring dengan bertambahnya umur pangkas tanaman teh akan bertambah tinggi bidang petiknya (Gambar 7). Tinggi bidang petik pada umur pangkas IV dengan tinggi 109.7 cm. Tinggi bidang petik tersebut ideal dibandingkan dengan pengamatan Rahmadona (2012), yaitu tinggi bidang petik di Unit Perkebunan Tambi dengan umur pangkas 4 tahun memiliki tinggi rata-rata 97.7 cm. Menurut Johan dan Dalimoenthe (2009) tinggi bidang petik yang ideal untuk tanaman teh adalah 80-110 cm, sedangkan menurut Puslitbangbun (2010) ketinggian bidang petik tidak ergonomis bagi pemetik adalah 120-140 cm. Tinggi bidang petik akan mempengaruhi kapasitas produksi basah pemetik dan hanca petik setiap harinya. Pertumbuhan tanaman teh akan mempengaruhi pertambahan diameter bidang petik tanaman teh. Pertumbuhan umur pangkas tanaman mempengaruhi lebar diameter bidang petik teh di Unit Perkebunan Tambi. Diameter bidang petik paling besar dimiliki oleh tanaman dengan umur pangkas IV (Tabel 3). Diameter bidang petik rata-rata berdasarkan umur pangkas I-IV pada Unit Perkebunan Tambi memiliki rata-rata diameter 101.8 cm. Diameter bidang petik di Unit Perkebunan Tambi lebih tinggi dibandingkan dengan diameter bidang petik di Unit Bedakah PT Tambi Wonosobo dengan nilai rata-rata diameter berdasarkan umur pangkas I-IV adalah 94.4 cm (Fathan 2013). Perbedaan besar lebar diameter disebabkan oleh tanaman yang diamati umumnya seedling karena dapat mempengaruhi lebar diameter bidang petik (Lelyana 2011). Lebar diameter bidang petik tanaman dipengaruhi oleh umur pangkas, kesehatan tanaman, serta jenis klon. Tebal Daun Pemeliharaan Tebal daun pemeliharaan Unit Perkebunan Tambi berdasarkan umur setelah pemangkasan (Gambar 8) memiliki rata-rata tebal daun pemeliharaan 48.3 cm. Tebal daun pemeliharaan Perkebunan Tambi sudah cukup efektif. Menurut PPTK (2006), ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang efektif untuk melakukan fotosintesis adalah setebal 4-5 lembar daun dan atau sekitar 15-20 cm. Johan (2005) menyatakan bahwa daun pemeliharaan dengan tebal daun sekitar 20 cm
47
cukup optimal untuk pertumbuhan pucuk teh. Seiring dengan bertambahnya umur pangkas akan bertambah juga tebal daun pemeliharaannya. Tebal daun pemeliharaan di Unit Perkebunan Tambi memiliki tebal daun lebih tebal dari ketebalan daun efektif yaitu lebih dari 20 cm. Besarnya tebal daun pemeliharaan ini akan berpengaruh pada penyebaran hasil fotosintesis yang kurang maksimal pada akar dan pucuk. Tebal daun pemeliharaan efektif pada daun kelima, sebaiknya dilakukan pemangkasan pada daun tua yaitu pada daun kelima dan keempat sehingga peluang tumbuhnya pucuk akan lebih besar. Fotosintesis akan optimal pada tebal daun pemeliharaan dengan 4-5 lapis atau 1520 cm sehingga pada Unit Perkebunan Tambi memiliki tebal daun pemeliharaan yang terlalu tebal dari ketentuan daun yang optimal untuk fotosintesis. Oleh karena itu, tebal daun pemeliharaan sebaiknya diturunkan dengan cara pemetikan daun teh diatas kepel (k+0) secara terus menerus dilakukan selama 5-6 bulan atau lebih sampai daun pemeliharaan menjadi ideal dengan tebal pemeliharaan 15-20 cm (PPTK 2006). Analisis Petik dan Analisis Pucuk Analisis petik merupakan kegiatan memisahkan pucuk yang dipetik berdasarkn rumus petiknya. Kegiatan analisis petik bertujuan untuk menilai kesesuaian keterampilan pemetik dalam melakukan pemetikan sesuai ketentuan perusahaan, menilai kesehatan tanaman dan menilai kondisi kebun. Menurut Dalimoenthe (1999), analisis petik merupakan tahapan penilaian uji mutu. Persentase petikan halus dibawah 5% dan petikan medium 70% menunjukkan bahwa pemetikan dilakukan diatas bidang petik (PPTK 2010). Petikan kasar pada analisis pucuk menunjukkan bahwa kualitas pucuk yang kurang baik karena gilir petik yang terlambat dan serangan hama dan penyakit. Petikan rusak disebabkan adanya penjejalan pucuk teh saat pengangkutan pucuk dari kebun ke pabrik. Unit Perkebunan Tambi memiliki kebijakan analisis petik sendiri untuk memenuhi target perencanaan dari perusahaan. Persentase petikan halus dibawah 5% dan petikan medium 50% pada Unit Perkebunan Tambi menunjukkan bahwa pemetikan dilakukan diatas bidang petik. Petikan dipengaruhi oleh cara pemetikan, kondisi tanaman dan gilir petik. Pada analisis petik di Unit Perkebunan Tambi, para pemetik sering memetik pucuk hingga di atas daun kepel agar pucuk yang akan tumbuh lebih cepat. Pemetik lebih mementingkan kuantitas yang ingin dicapai tanpa memperhatikan kualitas teh yang diolah (Amiri dan Hassanpour 2007). Nilai persentase pucuk kasar menunjukkan bahwa kebun tersebut menggunakan gilir petik daur panjang sedangkan persentase pucuk rusak menunjukkan penanganan pucuk selama pengangkutan dari kebun sampai pabrik (PPTK 2010). Analisis pucuk adalah kegiatan pemisahan pucuk berdasarkan pada pucuk yang memenuhi syarat (MS) dan tidak memenuhi syarat (TMS) untuk diolah dan dinyatakan dalam persen. Nilai pucuk MS sudah memenuhi standar Unit Perkebunan Tambi yaitu minimal 50% dengan rata-rata analisis pucuk dari bulan Januari-Mei sebesar 50.2%. Pada analisis pucuk ini merupakan dasar pemberian premi kepada mandor dan pemetik dengan ketentuan 50% pucuk memenuhi syarat (MS). Berbeda dengan hasil pengamatan Anisa (2014) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dimana diperoleh hasil rata-rata analisis pucuk yang
48 belum memenuhi standar yang ditetapkan di Unit Perkebunan tersebut sebesar 35% pucuk MS. Hal ini disebabkan masih tingginya persentase pucuk kasar dan pucuk rusak, serangan penyakit dan pengangkutan pucuk dari kebun ke pabrik. Serangan penyakit menyebabkan pertumbuhan pucuk menjadi terhambat. Pengangkutan pucuk dari kebun ke pabrik yang melebihi kapasitas truk terkadang merusak kualitas pucuk karena pucuk di dalam waring dijejalkan, dipadatkan dan ditumpuk melebihi kapasitas ruang truk. Faktor alam yang mempengaruhi pertumbuhan pucuk yaitu kabut yang mempengaruhi kelembaban dan penyebaran serangan hama penyakit sehingga membuat pucuk rusak, menggulung dan rontok. Gilir Petik Panjang gilir petik tergantung pada kecepatan pertumbuhan pucuk yang dipengaruhi oleh iklim, umur pangkas tanaman, jenis klon, kesehatan tanaman, kesuburan tanah, teknis pemetikan dan ketinggian tempat. Ketinggian tempat dapat menentukan gilir petik tanaman teh. Pertumbuhan tanaman teh yang terletak di dataran tinggi memiliki kecepatan pertumbuhan pucuk yang lebih lambat karena tanaman teh mendapatkan intensitas cahaya dan suhu yang rendah serta kelembaban yang tinggi (PPTK 2010). Berdasarkan pengamatan dan data di Unit Perkebunan Tambi terlihat bahwa produksi pada blok yang terletak pada dataran tinggi diatas 1 300 m dpl memiliki gilir petik lebih lama antara 75-80 hari, sedangkan pada blok dengan ketinggian kurang dari 1 300 m dpl memiliki gilir petik 30-50 hari. Selain itu juga dapat dipengaruhi oleh luas lahan blok yang dipetik. Ketinggian tempat juga mempengaruhi kelembaban udara. Kelembaban yang tinggi akan memacu pertumbuhan gulma sehingga menyebabkan persaingan dalam mendapatkan hara tanah. Penetuan gilir petik ini dapat digunakan sebagai perencanaan gilir petik bagi masing-masing mandor panen. Perencanaan gilir petik dapat digunakan untuk mengetahui nomer kebun/blok yang sudah layak dipetik serta sebagai sarana untuk mengatur strategi dalam mencapai target bulanan. Perbedaan rencana gilir petik dengan realisasi disebabkan jumlah tenaga petik tidak memadai karena sistem tenaga petik borongan dan pucuk teh yang tumbuh kurang seragam. Hanca Petik Hanca petik adalah luas areal petik yang harus selesai dipetik dalam satu hari. Pelaksanaan hanca petik di lapangan seringkali berbeda dengan hanca yang telah diperhitungkan. Hanca petik sangat dipengaruhi oleh kondisi pucuk, topografi lahan dan jumlah tenaga kerja pemetik. Hanca petik pada setiap blok berbeda-beda bergantung pada luas lahan produktif, gilir petik dan jumlah tenaga kerja (Rahmadona 2012). Penentuan hanca petik setiap blok ditentukan oleh masing-masing pembimbing petik. Nilai hanca petik pada Unit Perkebunan Tambi tidak cukup baik apabila dibandingkan Unit Perkebunan Bedakah PT Tambi Wonosobo yaitu sebesar 0.030 ha hari-1 (Fathan 2013) dan Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar yaitu sebesar 0.090 ha hari-1 (Anisa 2014). Perbedaan ini karena luas areal memiliki perbandingan yang berbeda dan jumlah tenaga kerja yang masih kurang untuk beberapa blok sehingga menurunkan hanca petik. Pada saat musim panen sayuran dan hajatan keluarga absen pemetik semakin banyak, karena
49
keadaan demikian sehingga hanca petik tidak dapat diselesaikan. Kondisi pucuk di lapangan juga mempengaruhi hanca petik, jika kondisi dalam keadaan tidak baik akan menurunkan hanca petik. Pengaturan hanca petik masing-masing blok sebenarnya telah ditentukan oleh pembimbing petik. Namun pada kenyataannya di lapangan, hanca petik yang telah direncanakan seringkali tidak sama dengan realisasinya. Hal ini disebabkan oleh topografi kebun, jumlah tenaga kerja yang kurang dan terbatasnya waktu. Topografi kebun yang miring menyulitkan pemetik dalam menjangkau tempat yang lebih tinggi. Jika hanca petik tidak terselesaikan dalam sehari maka jam kerja akan ditambah dan akan dilanjutkan pada hari berikutnya. Solusi lain dalam menyelesaikan hanca yang tidak terselesaikan adalah dengan melakukan pemetikan pada hari libur. Tenaga dan Kapasitas Pemetik Tenaga petik merupakan komponen terpenting untuk mencapai produksi yang optimal. Sedangkan ketersediaan tenaga kerja yang sesuai dengan rasio kebutuhan tenaga kerja sangat dibutuhkan untuk mencapai produksi yang maksimal. Unit Perkebunan Tambi memiliki empat blok yang masing-masing blok memiliki jumlah tenaga kerja petik yang berbeda-beda bergantung pada luas lahan produktif, dari keempat blok terdapat 10 kemandoran petik dengan jumlah total tenaga pemetik 165 orang. Berdasarkan perhitungan rumus ratio pemetik dan rumus tenaga petik, jumlah pemetik yang dibutuhkan di Unit Perkebunan Tambi pada tahun 2015 adalah sebesar 157 orang. Hal ini menunjukkan bahwa Unit Perkebunan Tambi masih kelebihan tenaga pemetik (Tabel 13). Kondisi yang demikian ini akan segera diatasi oleh UP Tambi dengan menurunkan kuota penerimaan tenaga petik baru sekaligus menurunkan standar usia pensiun untuk pemetik. Indeks Tenaga Kerja (ITK) yang dapat dicapai adalah 1.84 orang ha-1 dan sudah sesuai dengan standar indeks tenaga kerja menurut Iskandar (1998) yaitu 1.50-2.00 orang ha-1. Kegiatan pemetikan di Unit Perkebunan Tambi menggunakan gunting dan mesin petik dengan standar rata-rata kapasitas pemetik (basic yield) sebesar 72 kg HK-1 setiap pemetik, standar tersebut ditetapkan berdasarkan rata-rata kapasitas pemetik Unit Perkebunan Tambi selama lima tahun terakhir. Kapasitas pemetik setiap blok di Unit Perkebunan Tambi dari bulan Januari-Mei menunjukkan bahwa rata-rata kapasitas pemetik sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan. Sebagai perbandingan, standar kapasitas pemetik Unit Perkebunan Tambi masih lebih tinggi dari pada Unit Perkebunan Bedakah PT Tambi Wonosobo dengan standar kapasitas pemetik (basic yield) sebesar 70 kg HK-1 (Fathan 2013). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kapasitas pemetik tidak dipengaruhi oleh umur (Tabel 10) dan lama pengalaman kerja (Tabel 11), pada hal ini kapasitas pemetik dipengaruhi oleh keadaan pucuk di lapang, keterampilan pemetik, jumlah pokok tanaman teh, umur tahun pangkas, cuaca dan topografi kebun. Kondisi kebun sangat mempengaruhi produksi tanaman teh yang akan dipetik. Kondisi kebun yang sehat akan menghasilkan hasil produksi pucuk teh maksimal sedangkan kondisi kebun yang tidak sehat akan menurunkan hasil produksi pucuk teh.
50
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pelaksanaan pengelolaan dan pemeliharaan tanaman teh menghasilkan di Unit Perkebunan Tambi PT. Tambi Wonosobo sebagian besar sudah sesuai dengan penerapan Good Agricultural Practices (GAP) yang telah direkomendasikan oleh Pemerintah melalui Peraturan Menteri Pertanian No.50 tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Budidaya Teh yang Baik. Adapun komponen pemeliharaan tanaman teh menghasilkan yang sesuai dengan penerapan GAP tersebut diantaranya pemupukan, pemangkasan, perlindungan tanaman, panen dan pascapanen, perlindungan lapangan serta komponen pencatatan atau tracebility. Pengelolaan pemetikan di Unit Perkebunan Tambi Wonosobo sudah cukup baik apabila dilihat dari beberapa faktor seperti tinggi bidang petik, diameter bidang petik, analisis pucuk dan kapasitas pemetik. Tinggi bidang petik tanaman kurang dari 110 cm. Diameter rata-rata bidang petik pada tanaman umur pangkas 1-4 tahun adalah 101.8 cm. Hasil rata-rata tebal daun pemeliharaan tanaman teh belum efektif untuk memenuhi kebutuhan fotosintesis. Kapasitas pemetik sudah memenuhi ketentuan standar yaitu 72 kg HK-1. Kapasitas pemetik tidak dipengaruhi oleh umur dan lama pengalaman kerja. Hanca petik rata-rata Unit Perkebunan Tambi Wonosobo adalah 1.011 ha HK-1. Gilir petik yang diterapkan belum memenuhi standar yang telah ditetapkan yaitu 30-60 hari. Jumlah tenaga petik berdasarkan keadaan di lapangan mencapai 165 orang dan berdasarkan rumus perhitungan rasio tenaga petik sebesar 157 orang, hal tersebut menunjukkan Unit Perkebunan Tambi masih kelebihan tenaga petik 8 orang. Analisis petik di Unit Perkebunan Tambi menghasilkan komposisi pucuk halus dan pucuk medium yang rendah dan belum memenuhi standar yang ditetapkan yaitu minimal 50% pucuk medium, sedangkan komposisi pucuk kasar dan rusak cukup tinggi. Analisis pucuk menghasilkan rata-rata 50.2% memenuhi syarat (MS). Nilai tersebut sudah memenuhi standar Unit Perkebunan Tambi yaitu minimal 50% pucuk memenuhi syarat (MS). Saran Produksi teh yang optimum tidak pernah lepas dari pemeliharaan yang baik dan benar. Kegiatan pemeliharaan yang meliputi pemupukan baik melalui tanah maupun melalui daun, pemangkasan serta pengendalian OPT perlu ditingkatkan pengawasannya agar dapat bermanfaat terhadap kesehatan tanaman teh sehingga menghasilkan pucuk yang berkualitas. Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja pemetik juga perlu ditingkatkan agar keterampilan pemetik dan pucuk yang diperoleh dapat memenuhi standar petikan yang diharapkan. Penggunaan mesin petik dan mesin pangkas sebagai salah satu alternatif untuk menutupi kekurangan tenaga kerja yang diharapkan mampu digunakan seefisien mungkin. Selain itu, perlu diadakan pelatihan dalam penggunaan mesin tersebut agar dapat menggali potensi kebun seoptimal mungkin.
51
DAFTAR PUSTAKA Adisewojo, R.S. 1982. Bercocok Tanam Teh (Camellia sinensis). Bandung (ID) : Sumur Bandung. Amiri ME Hassanpour M. 2007. Determination of optimum harvestable length of shoots in tea (Camellia sinensis L.) based on the current shoot growth, ratherthan interval plucking. Journal Food, Agricultural, & Environtment. 5(2) : 122-124. Anisa W. 2014. Pengelolaan pemetikan tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirta Sentosa, Karanganyar, Jawa Tengah [skripsi] Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Dalimoenthe SL. 1999. Implikasi pemetikan secara mekanis terhadap produksi, mutu hasil olahan dan kesehatan tanaman teh. Di dalam: Pusat Penelitian Teh dan Kina, editor. Prosiding Pertemuan Teknis Teh Nasional 1999; Bandung, Indonesia. Bogor (ID) : PPTK. hlm 229-232. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2012. Statistik perkebunan Indonesia : Teh (Camellia sinensis) 2011-2013. Direktorat Jenderal Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta (ID) : Deptan Pr. Fathan J. 2013. Pengelolaan pemetikan tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah [skripsi] Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Ghani, M. A. 2002. Dasar-Dasar Budidaya Teh. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya. Isnoor M. 2006. Good Agricultural Practices (GAP) pada Budidaya Perkebunan [Internet]. [diunduh 2014 November 10]. Tersedia pada: http://cybex.deptan.go.id/lokalita/good-agricultur-practice-gap-padabudidaya-perkebunan Iskandar SH. 1988. Budidaya Tanaman Teh. Jurusan Budidaya Pertanian. Bogor (ID) : IPB Press. Johan ME. 2005. Pengaruh tinggi pangkasan dan tinggi jendangan terhadap pertumbuhan dan hasil pucuk basah pada tanaman teh asal biji. Bogor (ID) : Jurnal Penelitian Teh dan Kina. 8(1-2) 43-48. Johan ME, Dalimoenthe SL. 2009. Pemetikan pada Tanaman Teh. Bandung (ID) : PPTK. Kementerian Pertanian RI. 2014. Pedoman Teknis Budidaya Teh yang Baik (Good Agricultural Practices/GAP on Tea) [Internet]. [diunduh 2014 November 9]. Tersedia pada: http://perundangan.pertanian.go.id. Lelyana Q. 2011. Studi pengelolaan pemetikan pucuk daun teh (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tanjungsari, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah [skripsi] Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Muljanto D, Yudono P. 1998. Kemampuan tumbuh kembali pucuk tanaman teh yang dipangkas setelah tanaman mengalami cekaman kekeringan. Ilmu Pertanian (Agricultural Science). 6(2) : 28-33.
52 Neely, C., B. Haight, J. Dixon, A. S. Poissot. 2007. Report of the FAO expert consultation on a good Agricultural practice approach. Food and Agricultural organization of United Nation. Rome. 27 p. [Internet]. [diunduh 2014 November 7]. Tersedia pada: http://www.fao.org/prods/gap/Docs/PDF/1reportExpertConsultation EXTERNAL.pdf. Ongong JO, Ochieng A. 2013. Innovation in the tea industry: the case of kericho tea, Kenya. Global Journal of Management and Business Research. 13(1) : 11-12. [PPTK] Pusat Penelitian Teh dan Kina. 2006. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Bandung (ID) : Lembaga Riset Perkebunan Indonesia. [PPTK] Pusat Penelitian Teh dan Kina. 2010. Standar Operasi Prosedur Pemetikan. Bogor (ID) : Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. [Puslitbangbun] Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Teh. Jakarta (ID) : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian. Pusat Data dan Informasi Pertanian. 2007. Statistik Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. 315 hal. Rachmawati Y, Pranoto E. 2009. Pemanfaatan pupuk hayati sebagai pelengkap pupuk anorganik pada tanaman teh menghasilkan. Jurnal Penelitian Teh dan Kina. 12(1) : 26-32. Rahmadona L. 2012. Pengelolaan pemetikan teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Setiawati I, Nasikun. 1991. Teh (Kajian Sosial-Ekonomi). Yogyakarta (ID) : Aditya Media. Setyamidjaja, D. 2000. Teh Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen. Yogyakarta (ID) : Kanisius. Walpole RE. 1992. Pengantar Statistika. Ed ke-3. Sumantri B, penerjemah. Jakarta (ID) : PT Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: Introduction to Statistics 3rd edition. 515 hlm. Wijeratne MA, Mohotti J. 2007. Ecophysiology of tea. Brazilian Journal Plant Physiology. 2 : 4-6.
53
LAMPIRAN Lampiran 1. Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Tanggal
Uraian Kegiatan
14-2-2015 15-2-2015 16-2-2015 17-2-2015 18-2-2015 19-2-2015 20-2-2015 21-2-2015 22-2-2015 23-2-2015 24-2-2015 25-2-2015 26-2-2015 27-2-2015 28-2-2015 1-3-2015 2-3-2015 3-3-2015 4-3-2015 5-3-2015 6-3-2015 7-3-2015 8-3-2015 9-3-2015 10-3-2015 11-3-2015 12-3-2015 13-3-2015
Tiba di Lokasi Magang Orientasi Lapangan Orientasi Lapangan Pelatihan Mesin Petik Pemetikan dengan MP Pemetikan dengan MP Pengambilan Data Primer Kunjungan ke Direksi Libur Weeding Chemist Weeding Chemist Pemupukan Pemeliharaan Rorak Pengambilan Data Primer Pemupukan Libur Orientasi Kebun Pemupukan Pemupukan Pemetikan dengan GP Pengambilan Data Primer Pengendalian OPT Libur Orientasi Kebun Pengenalan Porokan Pembuatan Porokan Pengendalian OPT Pengambilan Cutting
14-3-2015 15-3-2015
Pembibitan Libur
Prestasi Kerja Penulis Penulis Karyawan Standar (ha/HK) 0.12 0.12 0.16 0.08 0.08 0.16 0.019 0.013 0.19 0.014 0.013 0.19 0.12 0.39 0.25 0.002 0.003 0.002 0.64 0.52 0.25 0.08 0.23 0.25 0.09 0.24 0.25 43 kg 87 kg 72 kg 0.25 0.10 0.10 0.002 0.003 0.003 0.06 0.07 0.06 800 1 200 1 000 cutting cutting cutting -
Lokasi Kantor Induk UP Tambi UP Tambi Blok Taman Blok Taman Blok Taman Blok Taman Kantor Direksi Blok Taman Blok Taman Blok Panama Blok Panama Blok Panama Blok Panama B. Pemandangan B. Pemandangan B. Pemandangan B. Pemandangan B. Pemandangan B. Pemandangan B. Tanah Hijau B. Tanah Hijau B. Tanah Hijau B. Tanah Hijau UP Tanjungsari Blok Panama -
54 Lampiran 2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Prestasi Kerja Penulis Tanggal
Uraian Kegiatan
16-3-2015 17-3-2015 18-3-2015 19-3-2015 20-3-2015 21-3-2015 22-3-2015 23-3-2015 24-3-2015 25-3-2015
Pemetikan Produksi Weeding Chemist Pemetikan Produksi Pengendalian OPT Pengambilan Data Primer Libur Libur Pemetikan Produksi Pemetikan Produksi Membantu Kegiatan BPTI Bogor Pemetikan Produksi Senam dan Diskusi Pemetikan Produksi Libur Penanaman Tanaman Pagar Pemasangan sex-feromon Pemasangan sex-feromon Pemasangan sex-feromon Libur Libur Libur Pemasangan sex-feromon Pemangkasan Pemetikan Produksi Pemetikan Produksi (MP) Senam dan Diskusi Pengendalian Gulma Libur
26-3-2015 27-3-2015 28-3-2015 29-3-2015 30-3-2015 31-3-2015 1-4-2015 2-4-2015 3-4-2015 4-4-2015 5-4-2015 6-4-2015 7-4-2015 8-4-2015 9-4-2015 10-4-2015 11-4-2015 12-4-2015
Jumlah KHL diawasi (orang) 30 4 45 2 25 32 -
Luas Areal diawasi (ha)
Lama kegiatan (jam)
1.76 0.6 0.9 1.8 0.7 1 -
5 4 5 5 4 4 -
Blok Taman Blok Taman Blok Panama B. Pemandangan Blok Tanah Hijau Blok Tanah Hijau B. Pemandangan
40 31 -
1.12 0.6 -
5 5 -
Blok Panama Kantor Blok Taman Blok Panama
2 3 2 2 3 32 4 3 -
3.84 3.84 3.84 0.125 0.12 0.70 0.35 2.25 -
3 3 3 3 4 5 5 5 -
Blok Taman Blok Tanah Hijau Blok Panama B. Pemandangan Blok Taman Blok Taman Blok Taman Kantor Blok Tanah Hijau -
Lokasi
55 Lampiran 3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten kebun (kepala blok) Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Tanggal 13-4-2015 14-4-2015 15-4-2015 16-4-2015 17-4-2015 18-4-2015 19-4-2015 20-4-2015 21-4-2015 22-4-2015 23-4-2015 24-4-2015 25-4-2015 26-4-2015 27-4-2015 28-4-2015 29-4-2015 30-4-2015 1-5-2015 2-5-2015 3-5-2015 4-5-2015 5-5-2015 6-5-2015 7-5-2015 8-5-2015 9-5-2015 10-5-2015 11-5-2015 12-5-2015 13-5-2015 14-5-2015 15-5-2015 16-5-2015 17-5-2015 18-5-2015
Uraian Kegiatan Pemetikan Produksi Pemetikan Produksi Pengambilan Data Primer Pemetikan Produksi Senam dan Diskusi Izin Libur Cuti Bersama Izin Pengendalian OPT Pemeliharaan Saluran Air Senam dan Diskusi Pengendalian OPT Libur Bending dan Centering Pemetikan Produksi Pemetikan Produksi Pemetikan Produksi Libur Strip Weeding Libur Pemetikan Produksi Pengendalian OPT Pengendalian OPT Pengendalian OPT Pengendalian OPT Pemangkasan dengan Mesin Pangkas Libur Pelayuan Penggilingan Analisis Petik Pengeringan Analisis Petik Penjenisan Libur Libur Libur Circle Weeding
Prestasi kerja penulis Pembimbing Luas areal Lama diawasi diawasi kegiatan (orang) (ha) (jam) -
Lokasi Blok Taman Blok Pemandangan Blok Panama
2 1 1
0.75 3.8 1.1
5 4 5
Blok Tanah Hijau Kantor Blok Panama Blok Panama
1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1
3.5 1.12 0.65 0.60 0.53 1.12 0.70 3 2 3.28 3.75 0.46
3 5 5 4 5 5 5 4 3 3 3 5
Kantor Blok Panama Blok Panama Blok Taman Blok Taman Blok Taman Blok Panama Blok Taman Blok Pemandangan Blok Pemandangan Blok Pemandangan Blok Pemandangan Blok Taman
1 1
-
5 7
1
-
7
1 1
1.3
5 5
Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Blok Panama
56 Lampiran 4. Jurnal harian magang sebagai Pendamping Asisten Afdeling Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Tanggal 19-5-2015 20-5-2015 21-5-2015 22-5-2015 23-5-2015 24-5-2015 25-5-2015 26-5-2015 27-5-2015 28-5-2015 29-5-2015 30-5-2015 31-5-2015 1-6-2015 2-6-2015 3-6-2015 4-6-2015 5-6-2015 6-6-2015 7-6-2015 8-6-2015 9-6-2015 10-6-2015 11-6-2015 12-6-2015 13-6-2015 14-6-2015 15-6-2015 16-6-2015 17-6-2015 18-6-2015
Uraian Kegiatan Pemetikan Produksi Pemetikan Jendangan Pemetikan Produksi Senam dan Diskusi Administrasi Kantor Libur Analisis Petik Analisis Petik Administrasi Kantor Administrasi Kantor Senam dan Kerja Bakti Administrasi Kantor Libur Izin Libur Administrasi Kantor Administrasi Kantor Senam dan Kerja Bakti Administrasi Kantor Libur Administrasi Kantor Administrasi Kantor Administrasi Kantor Administrasi Kantor Menyusun Laporan Magang Menyusun Laporan Magang Libur Persiapan Presentasi Presentasi Pamitan Pulang
Prestasi kerja penulis Kepala Blok Luas areal Lama diawasi diawasi kegiatan (orang) (ha) (jam)
Lokasi Blok Taman Blok Tanah Hijau Blok Taman Kantor Kantor Pabrik Pabrik Kantor Kantor Kantor Kantor Kantor Kantor Kantor Kantor Kantor Kantor Kantor Kantor Kantor Kantor Kantor -
57
Lampiran 5. Peta lokasi Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah
Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi 57
58
58 Lampiran 6. Curah hujan dan hari hujan di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah tahun 2005-2014 Bulan
2005 HH
2006
CH
HH
2007
CH
HH
2008
CH
HH
2009
CH
HH
2010
CH
HH
2011
CH
HH
2012
CH
HH
2013
CH
HH
2014
CH
HH
Rata-rata
CH
HH
CH
Januari
407
18
713
19
195
13
523
17
589
26
597
30
289
16
468
22
440
23
424
22
464.5
20.6
Februari
474
23
553
20
549
24
352
13
525
24
519
25
338
21
609
18
372
18
342
13
463.3
19.9
Maret
557
25
303
15
368
22
359
22
318
21
520
22
877
21
430
24
323
21
372
18
442.7
21.1
April
403
20
233
12
288
20
28
19
204
19
393
26
463
25
223
12
295
18
374
13
290.4
18.4
Mei
25
5
324
14
60
8
158
15
174
19
332
24
263
13
212
8
139
16
134
7
182.1
12.9
Juni
163
13
14
2
159
6
20
5
48
6
237
11
22
4
136
5
228
16
101
10
112.8
7.8
Juli
81
7
17
1
13
2
2
1
0
0
95
11
38
6
0
0
77
8
149
17
47.2
5.3
Agustus
38
4
10
1
13
2
76
10
7
2
227
13
8
1
0
0
29
6
78
6
48.6
4.5
September
114
7
13
1
7
2
19
5
11
4
410
14
16
4
0
0
6
3
4
1
60
4.1
Oktober
138
9
81
4
69
7
253
16
67
12
331
20
51
6
172
13
243
16
71
14
147.6
11.7
November
151
9
170
8
170
10
524
26
283
16
384
19
454
25
163
12
306
18
237
17
284.2
16
Desember
580
25
513
16
494
20
487
24
184
15
673
23
468
22
386
20
500
25
973
30
525.8
22
3131
165
2944
113
2385
136
2801
173
2410
164
4718
238
3287
164
2799
134
2958
188
3259
168
3069.2
164.3
Total BK BB
2
4
3
4
4
9 9 7 7 7 Sumber : Kantor Unit Perkebunan Unit Perkebunan Tambi Keterangan : CH = Curah Hujan (mm) HH = Hari Hujan (mm) BB = Bulan Basah (CH>100) Rata-rata BB = 9.2 BK = Bulan Kering (CH<60) Rata-rata BK = 2.8 Q= Tipe Iklim C menurut Schmidth - Ferguson
0
5
3
2
1
2.8
11
7
9
9
9
8.4
59 Lampiran 7. Luas areal dan tata guna lahan Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah tahun 2015 No
Keterangan
Tanaman Teh : 1. TTM 2. TMM Jumlah TM 3. TBM I 4. TBM II 5. TBM III 6. Replanting Jumlah Jumlah Tanaman Teh II Lain – Lain 1. Emplasmen & Kantor 2. Pabrik 3. Agrowisata 4. Jalan Besar 5. Alur / Jurang 6. Lapangan 7. Pembibitan Jumlah Lain - Lain Jumlah Besar Sumber : RKAP Unit Perkebunan Tambi 2015
Luas (ha)
I
56.90 164.99 221.89 6.14 5.44 8.08 5.62 25.28 247.17 10.49 1.66 1.77 7.88 2.01 0.69 1.50 26.00 273.17
Lampiran 8. Struktur organisasi perusahaan Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah
Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi
60
60
61 Lampiran 9. Jumlah tenaga kerja di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah bulan Mei 2015 Tenaga Pendidikan No Status L P JML S2 S1 D3 SLTA SLTP Karyawan Tetap 1 Karyawan I 10 2 12 4 2 6 2 Karyawan II E 5 5 5 3 Karyawan II D 15 1 16 6 6 4 Karyawan II C 8 8 3 1 5 Karyawan II B 15 15 5 4 6 Karyawan II A 67 5 72 14 26 7 Lepas Tetap 44 143 187 10 21 Jumlah 164 151 315 0 4 2 49 58 Karyawan Borong Tetap 1 Petik 6 133 139 2 Pemeliharaan 19 4 23 3 Pabrik 9 2 11 4 Kantor 6 2 8 5 Agrowisata 4 2 6 Jumlah 44 143 187 Jumlah Total 208 294 502 0 4 2 49 58 Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi
SD
TTSD
JML
4 4 5 23 112 148
1 8 44 53
12 5 16 8 15 71 187 314
148
53
314
61
62
62
Lampiran 10. Realisasi produksi teh Unit Perkebunan Tambi tahun 2008-2013 Realisasi Produksi (kg) ........Tahun........ No Bulan 2008 2009 2010 2011 1 Januari 342 091 169 541 324 602 262 501 2 Februari 229 694 230 807 211 094 132 144 3 Maret 270 698 294 799 288 829 124 046 4 April 200 515 164 848 235 201 158 424 5 Mei 316 081 338 228 242 352 242 270 6 Juni 174 094 136 552 221 300 257 244 7 Juli 224 255 258 004 200 421 263 041 8 Agustus 293 865 165 470 207 118 225 759 9 September 190 488 117 375 189 407 321 298 10 Oktober 409 266 251 305 302 846 324 959 11 November 212 796 190 808 149 235 252 440 12 Desember 514 955 306 258 276 803 592 854 Jumlah 3 378 798 2 623 995 2 849 208 3 156 980 Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi
2012 275 201 354 356 345 658 275 097 296 094 272 785 249 531 172 669 197 743 194 034 329 403 413 978 3 376 549
2013 369 685 305 649 362 081 337 456 322 887 292 638 311 165 226 639 280 632 212 512 292 617 331 461 3 645 422
63
Lampiran 11. Realisasi produktivitas Unit Perkebunan Tambi tahun 2008-2014 Produktivitas Teh Kering (kg ha-1) ........Tahun........ No Blok 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1 Taman 3 425 2 558 2 746 3 570 3 665 3 743 3 830 2 Pemandangan 2 857 2 086 2 440 2 496 2 928 3 407 3 792 3 Panama 2 853 2 191 2 422 2 766 3 002 3 087 3 355 4 Tanah Hijau 2 621 2 431 2 375 2 862 3 047 3 488 3 267 Jumlah 11 756 9 266 9 983 11 694 12 642 13 725 14 244 Rata-rata 2 950 2 285 2 496 2 913 3 134 3 406 3 574 Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi
64
Lampiran 12. Hasil pengamatan kesesuaian komponen pemeliharaan tanaman teh menghasilkan dengan GAP A. Kesesuaian komponen pemupukan dengan GAP No 1 2 3 4 5
Komponen GAP Pupuk organik dan anorganik terdaftar Pemupukan sesuai dengan anjuran Pupuk disimpan terpisah dari produk pertanian Terdapat arahan penggunaan pupuk Pencatatan pemupukan Persentase
Kesesuaian GAP Tidak Sesuai Sesuai √ √ √ √ √ 80% 20%
B. Kesesuaian komponen perlindungan tanaman dengan GAP No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Komponen GAP Penggunaan pestisida sesuai dengan anjuran rekomendasi dan aturan pakai Terdapat arahan pengetahuan dan keterampilan mengaplikasikan pestisida Pestisida yang digunakan terdaftar dan diijinkan Pestisida yang digunakan tidak kadaluwarsa Pestisida disimpan di lokasi yang layak, aman dan berventilasi baik Pestisida disimpan terpisah dari produk pertanian Terdapat fasilitas untuk mengatasi keadaan darurat Terdapat pedoman/tata cara penanggulangan kecelakaan akibat keracunan pestisida Wadah bekas pestisida ditangani dengan benar agar tidak mencemari lingkungan Wadah bekas pestisida dirusakkan agar tidak digunakan untuk keperluan lain Kelebihan pestisida dalam tabung penyemprotan digunakan untuk pengendalian di tempat lain Peralatan aplikasi pestisida dirawat secara teratur agar Peralatan aplikasi pestisida dikalibrasi secara berkala Tersedia peralatan yang memadai untuk menakar dan mencampur pestisida Tersedia panduan penggunaan peralatan dan aplikasi pestisida Persentase
Kesesuaian GAP Tidak Sesuai Sesuai √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 67%
33%
65
C. Kesesuaian komponen panen dengan GAP No 1 2 3
Komponen GAP Cara panen menghindari kontaminasi terhadap produk Pemanenan dengan cara yang dapat mempertahankan mutu produk Wadah hasil panen dalam keadaan baik dan bersih Persentase
Kesesuaian GAP Tidak Sesuai Sesuai √ √ √ 67%
33%
D. Kesesuaian komponen pascapanen dengan GAP No 1 2 3 4 5
Komponen GAP Pengemasan yang sesuai bisa melindungi produk dari kerusakan dan kontaminan Kemasan diberi label yang menjelaskan identitas produk Tempat pengemasan bersih, bebas kontaminasi dan terlindung dari OPT Tempat pengemasan terpisah dari tempat penyimpanan pupuk dan pestisida Ruang penyimpanan mampu melindungi produk dari kerusakan dan kontaminan Persentase
Kesesuaian GAP Tidak Sesuai Sesuai √ √ √ √ √ 100%
0%
E. Kesesuaian komponen perlindungan lapangan dengan GAP No 1 2 3 4
Komponen GAP Ketersediaan peralatan pelindung lapangan Pekerja memahami bahaya pestisida dalam keselamatan kerja Pekerja menggunakan perlengkapan pelindung sesuai anjuran Pakaian dan peralatan pelindung ditempatkan secara terpisah dari kontaminan Persentase
Kesesuaian GAP Tidak Sesuai Sesuai √ √ √ √ 50%
50%
66
F. Kesesuaian komponen pencatatan dan tracebility dengan GAP No 1 2 3 4
Komponen GAP Tersedia sistem pencatatan yang memudahkan penelusuran Tersedia catatan penggunaan bahan tanaman dan saprotan Catatan disimpan selama minimal 2 tahun Seluruh catatan dan dokumentasi selalu diperbaharui Persentase
Kesesuaian GAP Tidak Sesuai Sesuai √ √ √ √ 100%
0%
67
RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak ke-2 dari 2 bersaudara pasangan Abdul Karim (Alm.) dan Kusriah yang dilahirkan pada tanggal 14 Desember 1992 di Pemalang, Jawa Tengah. Penulis memiliki seorang kakak yang bernama Muhammad Miftakhudin. Tahun 2005 penulis lulus dari SDN 02 Randudongkal dan melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Randudongkal sampai tahun 2008. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan menengah di SMAN 1 Pemalang pada tahun 2011. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan dan kepanitiaan. Penulis merupakan staff Departemen Minat Bakat Olahraga dan Seni (MIBAORSEN) Himagron pada tahun 2013. Penulis menjadi ketua Divisi Eksternal Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) IMP Bogor 2012-2013. Selain itu, penulis juga menjadi bagian dari anggota Paduan Suara Mahasiswa IPB PSM Agriaswara (Tenor 2) 2011-sekarang. Dalam kegiatan kepanitiaan, penulis pernah menjadi Kepala Divisi Acara (kadiv) ‘Agrosportment’ Agronomi dan Hortikultura Sport Entertaiment Event V 2014. Dalam hal prestasi, penulis pernah meraih juara dalam beberapa event olahraga terutama cabang olahraga Bola Basket, diantaranya juara 1 Basket ‘C2 Cup’ 2012, Basket ‘Serie-A’ Fakultas Pertanian IPB 2013. Juara 2 Basket ‘Asrama Cup’ 2012, Basket ‘Agrosportment’ 2012 dan yang paling membanggakan adalah juara 3 Basket ‘KOBATANI’ Kompetisi Basket Fakultas Pertanian se Jawa-Bali 2013 di UB Malang. Penulis juga pernah meraih predikat Pemenang Theme Song Masa Pengenalan Departemen 2013 (Vokalis).