SeminarNasional Peternakan don Veteriner 1998
PEMANFAATAN PROBIOTIK DALAM UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI FERMENTASI PAKAN DI DALAM RUMEN BuDi HARYANTo, A. THALm,
Balai Penelitian Terrtak,
dan
ISEANDi
P.O. Box 221, Bogor 16002
ABSTRAK Pemanfaatan probiotik untuk meningkatkan efisiensi krmetitasi pakan di daham rumer dilakukan dengan mencampurkan probiotik tersebut di dalani pakan konsentrat komersial (GT03 ; dengan imbangan bervariasi dari 0; 0,1 ; 0,5 ; 1,0 ; dan 1,5%. PAan konsentrat diberikan sebanyal 100 g/ekor/hari. Rumput Raja (Pennisetum purpuphoides) diberikan ad libitum. Air minun tersedia setiap saat. Dua puluh ekor domba jantan muda dengan rataan bobot badan 14,6 _+ 1,03 k~ digunakan untuk menguji manfaat probiotik terhadap kecernaan lignoselulosa serta performan; domba dalam bentuk perubahan bobot badan selama kurun waktu 12 minggu . Cairan nimer dianalisis untuk mengetahui kadar NH3, pH, asam lemak mudah terbang serta populasi protozoa Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi bahan kering, serat detergen netral (NDF) maupw serat detergen asam (Lignoselulosa = ADF) tidak berbeda nyata antar perlakuan dengan rataat konsumsi bahan kering secara keselunihan sebesar 456,2 g/ekor/hari yang setara dengan 3,04'y dari bobot badan . Sementara itu, rataan konsumsi serat detergen netral dan serat detergen asan berturut-turut sebesar 306,E dan 188,4 g/ekor/hari . Nilai kecernaan bahan kering, serat detergei netral clan serat detergen asam tidak berbeda nyata antar perlakuan dengan rataan bertunrt-turu sebesar 46,7; 40,9 dan 38,6% . Pertambahan bobot badan tidak berbeda nyata antar perlakuan meskipun perlakuan 0,5% probiotik menyebabkan pertambahan bobot badan 1,75 kal dibandingkan kontrol . Kadar amonia di dalam cairan rumen berkisar antara 12,0 sampai dengai 17,1 mM (P>0,05). Derajat keasaman cairan rumen berada pada kisaran normal, yaitu antara 6,4~ sampai dengan 6,71 . Rataan total asam lemak mudah terbang sebesar 44,7 mm/ml cairan nimet (bervariasi dari 41,8 sampai dengan 47,4 mM/ml cairan nunen) . Proporsi molar asam lemal mudah terbang menunjukkan kondisi rumen normal, yaitu 64,5% asetat ; 22,5%) propionat dai 11,2% butirat . Proporsi molar asam butirat cenderung lebih rendah apabila probiotik ditambahkai dalam pakan konsentrat (P<0,01). Proporsi asam isobutirat dan isovalerat berada pada nilai 0,94'Y, dan 0,98% dari total asam lemak mudah terbang . Populasi protozoa berkisar antara 233,8 sampa dengan 413,2 x 103/ml cairan rumen dengan rataan 288,0 x 1()3/ml cairan mmen (P>0,05). Dar hasil penelitian ini disimpulkan baliwa karakteristik fermentasi pakan di dalam rumen tidal mengalami perubahan yang nyata, namun respon pertambahan bobot badan domba terhadal pemberian probiotik di dalam pakan cukup menggembirakan meskipun rentang keaaaaman masit cukup besar. Kata kunci : Probiotik, fermentasi, rumen, respon produksi, domba PENDAHULUAN Produktivitas domba dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Termasuk di dalan faktor lingkungan antara lain adalah pakan, tatalaksana, keadaan cuaca (temperatur, angin. iuijan tinggi tempat) serta penyakit. Peranan faktor pakan sangat dominan menentukan tingkai produktivitas ternak . Hal ini disebabkan karena untuk mendeposisikan nutrien dalam bentuk mass jaringan tubuh diperlukan bahan baku yang berasal dari pakan. Dalam upaya meningkatkar 496
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
efisiensi pemanfaatan pakan untuk menghasilkan produk ternak secara optimal perlu adanya bahan-bahan pakan yang mempunyai nilai manfaat tinggi . Zat gizi yang terkandung di dalam bahan pakan kadang-kadang berada pada ikatan molekuler yang sulit dicerna sehingga tidak dapat dimanfaatkan sebagai sumber zat gizi yang diperlukan ternak . Peranan mikroba rumen dalam membantu pemecahan zat gizi dalam palcan dan mengubahnya menjadi senyawa yang dapat dimanfaatkan oleh ternak merupllcan keuntungan yang dimiliki ternilc nnninansia. Pakan berserat merupakan pakan yang biasa bagi ternak ruminznsia, namun pemecahan komponen serat (selulosa, hemiselulosa dan lignin) sangat tergantung pada aktivitas ensimatis mikroba rumen serta sifat degradabilitas komponen serat tersebut . Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa aktivitas ensimatis mikroba rumen dapat dirangsang melalui induksi sintesis ensim maupun melalui peningkatan populasi mikroba tertentu (GONG dan TSAO, 1979, HOBSON clan JouANV, 1988) . Pemanfaatan probiotik yang merupakan campuran berbagai spesies mikroorganisme, terutama mikroorganisme yang mampu memecah komponen serat (cellulolvtic microorganisms) melalui pakan dapat meningkatkan produktivitas ternak . Hal ini berkaitan dengan mcningkatnya kecernaan cerna (rate of digestion) serat pada awal proses pengerngan sehingga mempenganihi ketersediaan energi (ATP) yang diperlukan dalam proliferasi mikrobia rumen. Nilai kecernaan semu (extent of digestion) pada umumnya tidak mengalami penibalian yang berarti terutama setelah waktu inkubasi selama 48 jam. Untuk mendapatkan data pendukung lebih banyak, penelitian ini dilakukan untuk menguji manfaat probiotik dalam meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan pada ternak domba . MATERI DAN METODE Probiotik.- Probiotik yang digunakan dalam penelitian ini dibuat melalui proses inkubasi anaerob campuran antara kompos dan isi rumen sapi dengan tambahan ZnS04, selama 6 minggu yang dilanjutkan dengan pengeringan pada suhu 70° C. Hasil pengeringan ini kemudian digiling melalui saringan berdiameter 1 mm dan dilanjutkan dengan penyaringan menggunakan saringan tepung. Hasil penyaringan terakhir tersebut digunakan sebagai campuran dalam penyusunan pakan . Ternak dan tatalaksana pemberian pakan .- Dua puluh ekor domba jantan muda dengan rataan bobot badan 14,6±1,03 kg digunakan untuk menguji manfaat probiotik terhadap kecernaan bahan kering dan komponen serat maupun performans domba dalam bentuk pertambahan bobot badan selama 12 minggu . Pemanfaatan probiotik untuk meningkatkan efisiensi fermentasi pakan di dalam rumen dilakukan dengan mencampurkan probiotik tersebut di dalam pakan konsentrat komersial (GT03) dengan imbangan bervariasi dari nol sampai dengan 1,5% (0 ; 0, 1, 0,5 ; 1,0 clan 1,5%) . Pakan konsentrat diberikan sebanyak 100 g/ekor/hari pada pagi hari. Rumput Rajl (Pennisetunt purpuphoides) diberikan ad libitunt. Air minum tersedia setiap saat. Parameter yang diamati .- Pengumpulan data konsumsi pakan dan produksi feses untuk mengetahui nilai kecernaan bahan kering dan komponen serat dilakukan menggunakan metode koleksi total selama domba dalam kandang metabolis untuk waktu 7 hari. Setelah itu, dilanjutkan dengan percobaan pakan selama 12 minggu di mana penimbangan ternak dilakukan setiap minggu, sebelunm pemberian pakan pagi hari untuk mendapatkan kecernaan pertambahan bobot badan harian . Efisiensi pemanfaatan pakan dinyatakan dalam bentuk nilai konversi pakan yaitu jumlah pakan yang diperlukan untuk setiap unit pertambahan bobot badan. Contoh cairan rumen diambil pada akhir periode percobaan pakan, kurang-lebili dua jam setelah pemberian ntmput . 497
Seminar Nosional Peternakan dan Veteriner 1998
selanjutnya disimpan dalam freezer (-10°C) sebelum dianalisis unluk mengetalmi kadar NH3, pH, asam lemak mudah terbang serta populasi protozoa . Penentuan kadar bahan kering contoll pakan daru feses dilakukan melalui pemanasan pada suhu 105 °C selama 24 jam . Kandungan serat detergen netral (Neutral detergent fiber-NDF) dan lignoselulosa (Acid detergent fiber-- ADF) dilakukan menurut prosedur GOERING dan vAN SOEST (1970) yang dimodifikasi . Penentuan kadar amonia di dalam cairan rumen dilakukan menggunakan metode mikro-difilsi CONWAY (CONWAY, 1957), sedangkan pengukuran pH dilakukan menggunakan pH-meter . Analisis kandungan asam lemak mudah terbang dilakukan menggunakan gas chromatografi (Chrompack Model CP-9002 dengan capillary column system) dengan gas nitrogen sebagai carrier. Asam lemak nnldall terbang dipisahkan menjadi komponen asetat (C2), propionat (C3), isobutirat (isoC4), butirat (C4), isovalerat (isoC5) dan valerat (CS) . Perughitungan populasi protozoa dilakukan dengan pengenceran 100 kali menggunakan metode penghitungan McMaster. Analisis statistik.- Analisis data dilakukan menggunakan sidik ragam dalaln rancangan acak kelompok (STEEL dan TORRIE, 1980) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan . Model matematik yang digunakan adalah Yij=u+ai+bj+eij di mana Y = nilai penammatan u= nilai tengah peubah yang diamati ai= pengaruh perlakuan ke-i (i=1,2 ..5) bj= pengaruh kelompok kej (j =1,2. .4) eij= galat HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis statistik terhadap data konsumsi pakan, kecernaan serta efisiensi pemanfaatan pakan dirangkumkan dalam Tabel 1. Secara keselunlllan, rataan konsumsi bahan kering, serat detergen netral (NDF) maupun serat detergen asam (ADF) tidak menunjukkan perbedaan antar perlakuan, baik dinyatakan dalam satuan per ekoi maupun satuan per kg bobot badan metabolis, (kg ,15 ) . Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas konsumsi bahan kering pakan tidak dipenganihi oleh adanya probiotik di dalam pakan, dengan rataan konsulnsl bahan kering sebesar 456 g/ekor/llari yang setara dengan 3,04% dari bobot badan. Sementara itu, rataan konsumsi serat detergen netral dan serat detergen asam bertunit-tunit sebesar 307 dan 188 g/ekor/hari . Hasil analisis statistik nilai kecernaan senul (apparent digestibility) bahan kering, serat detergen netral dan serat detergen asam juga tidak memberikan perbedaan nyata setara statistik di antara perlakuan pakan. Beberapa peneliti melaporkan bahwa penambahan mikrobia dalaln pakan (direct fed microbial) tidak meinpenganlhi extent of digestion namun mempengandu kecernaan cerna (rate of digestion). Kecepatan cerna yang lebih tinggi akan memberikan substrat tersedia bagi mikroba rumen sehingga proliferasinya akan lebih cepat yang pada akhirnya akan memberikan sumbangan protein mikroba yang lebih banyak pada saluran cerna pasca rumen. Apabila hal ini terjadi niaka dapat diharapkan bahwa deposisi nutrien dalam jaringan tubull akan lebih tinggi yang dimanifestasikan dalam bentuk pertalubahan bobot badan yang lebill tinggi pula. Nilai kecernaan bahan kering, serat detergen netral dan serat detergen asam tidak berbeda nyata antar perlakuan dengan rataan berturut-turut sebesar 46,7; 40,9 dan 38 .6% . Meskipun demikian penambahan probiotik pada tingkat 0,5 dan 1,0% cenderung memberikan nilai kecernaan bahan kering dan serat detergen netral yang lebih tinggi (49,4 dan 50,6%) dibandingkan perlakuan kontrol (47,2%) . Sementara itu, penambahan probiotik pada tingkat 1,5% dalam pakan konsentrat 498
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
cenderung menurunkan nilai kecernaan bahan kering, serat detergen netral dan serat detergen asam dibandingkan perlakuan kontrol . Konsumsi bahan kering tercerna cenderung lebih tinggi apabila probiotik ditambahkan pada tingkat 0,5 atau 1,0% dalam pakan konsentrat, sedangkan tingkat penambahan probiotik yang lain menyebabkan menurunnya konsumsi bahan kering tercerna dibandingkan perlakuan kontrol . Tabel 1.
Pengaruli tingkat probiotik dalam pakan konsentrat terhadap konsumsi dan kecernaan bahan kering dan serat
Parameter Konstunsi, g/ekor/hari Bahan Kering NDF ADF Kecernaan, Bahan Kering NDF ADF Pertambahan bobot badan, kg 0-6 minggu 0-12 minggu Konversi pakan
Tingkat probiotik dalam pakan konsentrat, 0
0,1
0,5
l,0
1,5
Rataan
456
469
453
454
448
456
310
315
303
306
299
307
193
187
183
191
188
188
47,2
44,4
49,4
50,6
41,9
46,7
41,7
39,1
44,9
44,8
34,0
40,9
41,9
35,1
39,7
45,0
31,3
38,6
1,08
2,15
1,93
1,60
2,68
1,89
2,60
4,05
4,55
3,40
4,35
3,79
Keterangan : NDF: Neutral Detergent Fiber; ADF: Acid DetergentFiber
Rataan kecepatan pertambahan bobot badan menunjukkan nilai yang lebili tinggi pada perlakuan pakan yang mendapatkan tambahan probiotik . Perbedaan nilai ini mencapai 1,75 kali dibandingkan perlakuan kontrol . Namun, variasi nilai individual masih memberikan kisaran yang luas sehingga analisis statistik data tersebut tidak menunjukkan tingkat perbedaan yang nyata (P>0,05) . Hal ini dapat disebabkan antara lain oleh variasi individu dalam keragaman kemampuan genetik karena faktor keragaman genetik domba yang digunakan dalain penelitian ini diasumsikan sama, meskipun sebenarnya tidak demikian. Disamping itu, jumlah ternak per perlakuan mungkin perlu diperbanyak agar didapatkan nilai rataan harapan (expected mean) yang lebih mendekati nilai tengah sebenarnya. Berdasarkan pada hasil penelitian ini maka dirasakan perlunya penelitian lanjutan yang bersifat justifikasi terhadap hasil penelitian ini . Pertaibahan bobot badan selama 12 minggu pengamatan tidak memberikan perbedaan nyata antar perlakuan . Meskipun demikian, penambahan probiotik pada tingkat 0,5% menyebabkan pertambahan bobot badan tertinggi selama 12 minggu pengamatan yaitu setara dengan peningkatan sebesar 1,75 kali dibandingkan perlakuan kontrol (4,55 kg versus 2,60 kg) . Tabel 2 menunjukkan karakteristik cairan rumen yang meliputi kandungan NH3, pH, asam lemak mudah terbang serta populasi protozoa. Kadar amonia di dalam cairan rumen berkisar antara 12,0 sampai dengan 17,1 m1V1 dengan rataan 13,9 m1V1 (P>0,05) . Nilai ini berada pada kisaran normal (SATTER dan SLYTER, 1974; MEHREZ, 1977) . Kandungan NH3 pada perlakuan 0,5% dan 1,5% probiotik lebih rendah daripada perlakuan kontrol, sedangkan pada perlakuan 0,1 dan 1,0% menunjukkan angka yang lebih tinggi. Beberapa peneliti melaporkan bahwa 499
Sentinar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998 menurunnya kandungan NH3 dalain cairan rumen keniungkinan berkaitan dengan tingkat pemanfaatan NH 3 untuk sintesis protein mikroba nimen yang lebih tinggi (DAWSON, 1987, . WILLIAMs dan NEWBOLD, 1990). Hal ini dapat terjadi apabila ketersediaan energi (ATP) memungkinkan untuk mencukupi proses sintesis protein mikroba tersebut . Kecepatan cerna komponen serat dalam pakan yang lebih tinggi dapat menunjang ketersediaan energi (ATP) tersebut pada waktu yang tepat sehingga sinkron dengan ketersediaan NH3 yang ada. Peningkatan kecepatan cerna komponen serat dengan adanya tambahan probiotik telah dilaporkan terdalitilu (HARYANTO et al ., 1997) . Tabel 2.
Penganth tingkat probiotik dalam pakan konsentrat terhadap karakteristik cairan nunen domba
Parameter Karakteristik nimen Amonia, mM pH Asam lemak mudah terbang, mM Total Asetat Propionat Isobutirat Butirat Isovalerat Valerat Populasi protozoa, x 10 3/ml
Keterangan : nd: not detected
Tingkat probiotik dalam pakan konsentrat, 0
0,1
0,5
1,0
1,5
Rataan
13,6 6,57
14,9 6,60
11,9 6,49
17,1 6,61
12,0 6,71
13,9 6,60
47,4 29,5 9,9 0,37 5,7 0,46 nd 357
41,9 27,6 11,3 0,36 4,3 0,39 nd 180
46,8 28,1 9,3 0,38 5,0 0,48 nd 234
44,4 28,8 9,9 0,39 5,0 0,43 nd 413
41,8 27,3 9,8 0,39 4,5 0,45 nd 256
44,7 28,3 9,2 0,39 4,9 0,45 nd 298
Derajat keasaman cairan rumen berada pada kisaran normal, yaitu antara 6,49 sampai dengan 6,71 dengan rataan 6,60 untuk semua perlakuan . Variasi nilai pH antar perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05) . Pada kondisi in vivo, deRajat keasaman cairan rumen ditentukan oleh kualitas pakan dan proses fermentatif inikrobia melalui pembentukan asam laktat, suksinat maupun asam lemak nuldah terbang . Penambahan yeast culture dalant pakan dilaporkan dapat menurutilcan kandungan asam laktat dalam cairan nunen karena terjadi penyerapan asam laktat oleh spesies mikroba tertentu, antara lain Selenontonas ruminantituu (NISBET dan MARTIN, 1991) sehingga pH cairan rumen akan tetap tinggi atau normal mendekati 7,0. Konsentrasi asam lemak mudah terbang total berkisar antara 41,8 sampai dengan 47,4 mM dengan rataan 44,7 mM . Meskipun konsentrasi asam lemak mudah terbang total cendenmg lebilt rendah pada perlakuan penambahan probiotik dalam pakan dibandingkan perlakuan kontrol, proporsi molaritas masing-masing komponen asain lemak mudah terbang tersebut relatif normal yaitu 64,5% asetat, 22,5% propionat dan 11,2% butirat . Hal ini disebabkan karena pakan utama yang diberikan adalah nimput, sedangkan konsentrat hanya diberikan dalam jutnlah relatif kecil . YOON dan STERN (1995) melaporkan bahwa penambahan yeast culture dalam pakan dapat meningkatkan konsentrasi asam lemak mudah terbang, meskipun pcneliti lain menyebtakan bahwa penambahan veast culture tidak berpenganih terhadap konsentrasi asam lemak mudah terbang total maupun proporsi molaritas masing-masing komponen asam lemak mudah terbang tersebut . 50 0
Seminar Nasianal Peternakan dan Veteriner 1998
Perubahan konsentrasi asam lemak mudah terbang dalaiu cairan rumen menunjukkan terjadinya perubahan pola fermentasi yang mungkin disebabkan oleli perubahan komposisi dan populasi mikrobia di dalam rumen . Konsentrasi asam asetat cenderung lebih rendah pada doniba yang mendapatkan tambahan probiotik di dalam pakannya dibandingkan perlakuan kontrol (P>0,05) . Demikian pula untuk asam propionat dan butirat . Nannin terjadi peningkatan konsentrasi asam isobutirat apabila penambahan probiotik lebih dari 0,5% sedangkan asam isovalerat hanya lebili tinggi dari perlakuan kontrol apabila penambahan probiotik dilakukan pada tingkat 0,5%. Proporsi molar asam butirat cenderung lebih rendah apabila probiotik ditambalikan dalam pakan konsentrat (P<0,01) . Proporsi asam isobutirat dan isovalerat berada pada nilai 0,84% dan 0,98% dari total asam lemak mudah terbang. Hasil penammatan ini menunjukkan baliwa terjadi perubahan pola fermentasi mikrobia di dalam rumen. Untuk mengetahui apAali perubahan pola fermentasi mikrobia ini dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan maka perlu dikaitkan dengan respon produksi domba dalam bentuk pertambahan bobot badan. Domba yang mendapatkan pakan dengan tambahan probiotik 0,5% memp,1nyai pertambahan bobot badan yang lebili tinggi daripada domba kontrol . Sementara itu, di antara domba yang mendapatkan pakan dengan taniballan probiotik dari 0,1 sampai dengan 1,5% tudak menunjukkan perbedaan yang menyolok . Efisiensi pemanfaatan pakan yang dinyatakan dalani sattian pertanibalian bobot badan (kg) per kg konsunisi bahan kering pakan menunjukkan baliwa penambahan probiotik di dalam pakan dapat meningkatkan efisiensi 42,8% di atas perlakuan kontrol . Apabila digunakan nilai efisiensi pemanfaatan komponen serat (NDF) pakan, maka penanibalian probiotik di dalani pakan dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan komponen serat tersebut hingga 44% di atas perlakuan kontrol . Hal ini memberikan liarapan besar baliwa peningkatan efisiensi pemanfaatan pakan berserat dapat dilakukan melalui penggunaan probiotik dalam pakan. Peningkatan efisiensi pemanfaatan NDF menunjukkan baliwa energi potensial yang terdapat alani NDF dapat difermentasikan sehingga terbentuk ATP yang lebili banyak . Dengan demikian memungkinkan terjadinya proliferasi mikrobia rumen dan meningkatkan suplai protein ke saluran cerna pasca rumen. Mekanisme seperti ini telah diganibarkan pula oleli WALLACE (1994) . Populasi protozoa di dalam ninien berkaitan dengan kualitas pakan di mana kandungan pati (starch) yang tinggi akan nieningkatkan populasi . Peran protozoa dalain menalian penuninan pH yang disebabkan oleh pembentukan asam laktat dari proses glykolisis akan menibantu keberadaan bakteri pemecali serat karena bakteri ini tidak berperan pada pH rendah. Penggunaan probiotik dalam pakan cendening menuninkan populasi protozoa, tenitama pada tingkat pengunaan probiotik 0,1 dan 0,5%. Penibalian populasi protozoa ini perlu iendapatkan perliatian lebili lanjut terutama dalani kaitannya dengan upaya peningkatan pemanfiatan komponen serat dalani pakan. Populasi protozoa berkisar antara 233,8 sainpai dengan 413,2 x 103/1,11 cairan nmien dengan rataan 288,0 x 103/nil cairan runien (P>0,05) . Dari hasil penelitian ini disimpulkan baliwa karakteristik fermentasi balian organik di dalain ninien relatif tidak mengalanii peningkatan yang nyata, namun respon pertambahan bobot badan domba terhadap peniberian probiotik di dalani pakan cukup menggenibirakan nieskipun rentang keraganian yang didapatkan menyebabkan tidak adanya perbedaan nyata secara statistik . KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan baliwa penggunaan probiotik dalani campuran pakan dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan doinba. Tingkat penggunaan probiotik sebesar 0.5% dalam pakan dianggap telah cukup untuk nieniberikan tingkat produktivitas optimal .
501
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
DAFTAR PUSTAKA CONWAY, E.J. 1957 . Microdii fusion London . p. 98 .
Analysis and Volumetric Error.
4th ed . Crosby Lockwood and Son Ltd
Mode of Action of Yeast Culture, Yea-sacc, in the Rumen: a Natural Ferinentatiol Modifier. In : Biotechnology in the Feed Industry . T.P Lyons (ed.). Altech Tecluiical Publications
DAWSON, K.A . 1987 .
Nicholasville. KY . page 119 .
GOERING, H.K . and P.J . VAN SOEST. 1970 . Forage Fiber Analysis (Apparatus, Reagents,Procedures Applications). USDA Agric. Handbook . No.379 . Washington, D.C . USA. GONG, C .S . and G.T. TSAO . 1979 . Cellulase and biosynthesis regulation . Processes 3 :111-140 .
and Sonic
Ann. Reports ore Fernlentatiot
HARYANTO, B., I.W . MATIHUS, D. LUBIS, datr M. MARTAWIDJAJA. 1997. Manfaat probiotik dalam upaye peningkatan efisiensi fennentasi pakan di dalam rumen. Proc . Seminar Nasional Peternakan da1 Veteriner . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peteruakan . Bogor. Halaman 635-641 . HOBSON, P.N . and J-P. JOUANY . 1988 .
Rumen Microbial Ecosystem.
Models, Mathematical and Biological, of the Rumen Function . In :
7%11
P.N . HoBsoN (ed.) . Elsevier Science Publishers . London . pp 461-511 .
MEHREZ, A .Z ., E.R . Orskov and I. McDONALD . 1977 . Rates of nunen fermentation in relation to ammonia concentration . Br. J. Nutr . 38 :437448. NISBET, D.J . and S.A . MARTIN. 1991 . Effect of Saccharomyces cerevisiae culture on lactate utilization by the nuninal bacteritun Selenoneonas rurninantiunt. J. Anint. Sci. 69 :462811633 . SATTER, L.D. and L.L . SLYTER . 1974 . Effect of atntnonia concentration on rumen microbial protein productiot in vitro. Br .J. Nutr. 32 : 199-208. STEEL, R.G .D . and J.H. ToRRIE . 1980 . York.
Principles and Prosedures of Statistics .
McGraw-Hill Book Co . Nev
WALLACE, R.J . 1994 . Rurninal inirobiology, biotecluiology, and ruminant nutrition: Progress and problems . J Anint. Sci. 72 :2992-3003 .
Rume n Probiosis: The Effects of Novel Microorganisms oe Rumen Fermentation and Ruminant Productivity. p. 211 . In HARESIGN, W. and D.J .A . COLE (eds .)
WILLIAMS, P.E .V . and C.J . NEWBOLD. 1990 .
Recent Advances in Animal Nutrition. Butterworths .London.
YOON, I.K . and M.D . STERN. 1995 . Influence of direct-fed inicrobials on nuninal microbial fennentation arc performance of ruminants: A review. AJAS 8:533-555 .