Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2003
PELUANG PEMANFAATAN PASCA PANEN HIJAUAN LIMAJENIS SORGHUM SEBAGAIALTERNATIF PAKAN TERNAK Lugiyo Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Pada musim hujan tanaman pakan ternak dapat tumbuh baik, sehingga kebutuhan dapat tercukupi. Tetapi pada musim kemarau tanaman terganggu pertumbuhannya sehingga hijauan yang di hasilkan akan sangat berkurang kuantitas dan kualitasnya. Untuk mengatasi masalah ketersediaan hijauan pada musim kemarau adalah berusaha mencari altematifpakan pasca panen dengan mengevaluasi limajenis rumput sorghum guna mendapatkan jenis unggul, tahan terhadap kekeringan clan dapat dibudidayakan pada keadaan lahan yang kekerangan air. Limajenis sorghum dipotong merata sesudah panen biji pada bulan April 1999, diamati dalam petak-petak ukuran 2 x 2 m selama enam bulan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Temak Ciawi-Bogor. Pengamatan dilakukan terhadap ketahanan kekeringan dan pertumbuhan produksi hijauan segar dengan umur potong selama 42 hari . Hasil pengamatan dari kelima jenis sorghum temyata sorghum cv. Ray memberikan produksi berat segar Yang lebih tinggi (95,9 ton/ ha/tahun) kemudian berturut-turut adalah sorghum cv. Rio (87,8 ton / ha / tahun), cv. Cowley 72,2 ton / ha / tahun), cv. Keller (71,1 ton / ha / tahun), terakhir cv. RGV (62,4 ton / ha / tahun) . Sedangkan dari kelima jenis sorghum yang lebih tahan terhadap kekeringan dilihat dari hasil produksi tiap pemotongan pada musim kemarau cenderung meningkat adalah sorghum cv. Ray.
Kata kuncl : Sorghum vulgare, umur potong, produksi. PENDAHULUAN Produktivitas ternak ruminansia ditentukan oleh berbagai faktor, diantaranya faktor bibit, tatalaksana dan pakan. Pakan adalah merupakan salah satu faktor yang paling penting pertama setelah bibit . Penyediaan hijauan yang cukup dan berkualitas tinggi merupakan prioritas utama dalam menunjang keberhasilan suatu usaha peternakan. Hijauan makanan ternak merupakan pakan utama untuk ternak ruminansia yang harus tersedia secara berkesinambungan setiap tahun untuk peningkatan clan pengembangan usaha peternakan Soeparno, 1992 ). Pada musim hujan tanaman pakan ternak dapat tumbuh baik, sehingga kebutuhan dapat tercukupi . Tetapi pada musim kemarau tanaman terganggu pertumbuhannya sehingga hijauan yang dihasilkan akan sangat berkurang kuantitas clan kualitasnya (Musofie dkk, 1983) Menurut Reksohadiprodjo (1985) di Indonesia hijauan sulit didapat dan kualitasnya rendah khususnya pada musim kemarau . Hal ini menyebabkan dapat menurunkan produktivitas temak ruminansia yang dipelihara. Penyediaan lahan untuk penanaman tanaman pakan sangat terbatas karena bersaing dengan tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan . Biasanya memanfaatkan lahan yang kurang produktif, karena lahan yang subur clan berpotensi digunakan untuk tanaman pangan (Yuhaeni,
20
Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan
Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Penefti 2003
1997). Sehingga perlu dipertimbangkan, untuk mengatasi masalah ketersediaan hijauan tersebut adalah dengan mencari suatu jenis rumput unggul makanan ternak yang tahan terhadap kekeringan . Sorghum mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan di Indonesia . Tanaman ini merupakan salah satu jenis rumput yang belum banyak dibudidayakan oleh peternak. Rumput ini memiliki kelebihan yaitu lebih tahan terhadap kekeringan di banding palawija lainnya . Sorghum dapat tumbuh baik di daerah dengan curah hujan kurang dari 600mm selama pertumbuhan ( Sudarjono, 1996) . Oleh karena itu Tnaman ini dapat dikembangkan dilahan yang relatif kering. Species sorghum meliputi sorghum biji, sorghum manis dan jagung sapu. Bila sorghum biji digunakan untuk diambil bijinya guna kepentingan manusia, maka batang dan jeraminya digunakan untuk makanan ternak ( Lubis, 1992, Reksohadiprodjo, 1994) . Selain sebagai bahan pangan, sorghum juga dapat digunakan sebagai bahan campuran pakan dan bahan baku industri seperti (lem, bir dan lain-lain) ( Reddy dkk, 1995 ). Tanaman ini juga digunakan untuk hay, silase dan hijauan potongan, terutama daerah panas dimana jagung sukar tumbuh ( Reksohadiprodjo, 1994 ).
Budidaya sorghum untuk digunakan sebagai makanan ternak memerlukan penanganan yang baik terutama pada faktor umur pemotongan ( defoliasi ) karena umur pemotongan akan menentukan produksi sekaligus juga kandungan nutriennya ( Astuti, 2002 ). Rumput ini mulai tersebar di daerah Jawa Tengah sebagai rumput potong untuk ternak, dan memperlihatkan harapan untuk dikembangkan, akan tetapi data produksinya belum terdokumentasi secara baik. Berdasarkan masalah tersebut, timbul pemikiran penulis untuk memanfaatkan produk sampingan pasca panen hijauan lima jenis sorghum vulgare, sebagai alternatif pakan ternak dengan umur pemotongan selama 42 hari. Tujuan kajian ini adalah guna mendapatkan jenis unggul, tahan terhadap kekeringan dan dapat dibudidayakan pada keadaan lahan yang kekurangan air. BAHAN DAN CARA Pengamatan lapangan dilakukan dari bulan April 1999 sampai dengan September 1999 di Kebun Percobaan Balai Penelitian Ternak Ciawi - Bogor. Bahan
Bahan yang digunakan dalam kaj ian berupa limajenis sorghum cultivar : RGV, Keller, Rio, Ray dan Cowley. Peralatan yang digunakan selama kaj ian berupa garpu, cangkul, sabit, tanda petak, tali rapia, kantong kertas, spidol dan timbangan. Cara
Cara pengamatan adalah produksi hijauan segar sebanyak empat kali pemotongan dengan umur potong/interval pemotongan selama 42 hari . Masing- masing cultivar sorghum terdiri dari dua ulangan dan tiap ulangan ada empat sub ulangan sehingga membentuk 40 kombinasi petak (Denah 1).
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
21
Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2003
Lahan yang digunakan adalah lahan percobaan sesudah panen biji sorghum (pasca panen) . Tanaman sorghum dilakukan pemotongan merata dengan meninggalkan batang setinggi 10 cm diatas tanah, kemudian petak-petak dan parit dibersihkan gulmanya dengan cangkul / sabit, setelah selesai 40 petak dirapihkan kembali masing-masing petak luasnya 4 m2 (2 x 2 m / petak) danjarak antar petak 50 cm . Cara penanaman, jarak tanam 75 x 20 cm (jarak tanamdalam baris20 cm danjarak antarbaris 75 cm). Tiap petak terdiri 3 baris dan satu barisnya terdiri 7 lubang tanam sehingga setiap petak terdiri dari 21 tanaman. (Gambar 1). Pemupukan dalam kajian produksi hijauan pasca panen tidak di berikan pupuk baik pupuk organik maupun anorganik, hanya setiap habis panen dibersihkan gulmanya saja. Denah 1 . Petak kajian produksi berat segar pasca panen lima jenis sorghum vulgare di Kebun Balai Penelitian Ternak, Ciawi-Bogor.
C1
L'2
A2
A3
Ula
an I
C3
C4
A4
D2
A1 D4
B2
B3
B1
E4
E1
E2
D3
B2
E1
D1
B3
E2
E4
C4
C2
134
A2
A4
A1
A3
E3
D4
D2
D3
D1
75 cm
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X 25 Cm
X
X
X
Gambar 1 . Cara penanaman lima jenis shorgtun vulgare
22
B1
C1
X 20 Cm
E3
an I
C3
X
X
B4
Ua
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Tanaman yang diamati
Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2003
Pengambilan data
Produksi, yang diukur adalah dengan jalan menimbang produksi berat segar perpetak diambil tiga rumpun, untuk diukur beratnya dalam satuan kg/rumpun pada masing-masing sub ulangan satu dan sub ulangan dua, dengan interval pemotongan selama 42 hari. HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi berat segar Hasil pengamatan selama enam bulan dari empat kali pemotongan nenunjukkan rataan produksi berat segar dari lima jenis cultivar sorghum dengan interval pemotongan selama 42 hari tertera pada Tabel 1. Tabel 1 . Rataan produksi berat segar lima jenis cultivar sorghum selama enam bulan Petak jenis Rum ut Sor hum A. cv . RGV B. cv . Keller C . cv. Rio D .cv. Ray E. cv . Cowley
Rataan produksi setiap pemanenan (gram/rpn) Pertama 19-5'99 85 .5 150 .75 229 .39 170 213 .14
Kedua 30-6'99 118 .55 97 .14 141 .89 153 .25 91 .99
Keti a 11-8-'99 101 .55 117 .74 116 .27 157 .4 93 .5
Keem at 22-9299 110 .13 108 .13 97 .9 158 .99 86 .2
Total
415 .73 473 .76 585 .45 639 .64 484 .83
Rataan Prod .
103 .93 118 .44 146 .36 159 .91 121 .21 /
Perkiraa Produksi ton/halth 62 .4 71 .1 87 .8 95 .9 72 .7
Pada Tabel 1 diatas terlihat bahwa produksi berat segar yang tertinggi adalah pada rumput sorghum cv. Ray ( 95,9 ton/ha/tahun ), menyusul yang lebih rendah sorghum cv. Rio ( 87,7 ), cv. Cowley ( 72,7 ), cv. Keller ( 71,1) clan yang paling rendah produksinya adalah sorghum cv. RGV ( 62,4 ) ton/ha/ tahun . Apabila kita perhatikan pada Tabel 1 . rumput sorghum cv. RGV pada pemanenan pertama sampai keempat produksinya tidak stabil. Tanaman ini produksinya lebih tinggi di musim kemarau dari pada di musim hujan. Kemungkinan cultivar RGV termasuk cultivar yang toleran terhadap kekeringan atau sifat pertumbuhannya yang lebat clan anakan maksimumnya di capai pada musim kemarau.
Pada rumput sorghum cv. Keller, cv. Rio clan cv. Cowley pada pemanenan pertama sampai pemanenan keempat produksinya relatif menurun, sejalan dengan perubahan musim hujan menuju musim kemarau . Umumnya produksi hijauan rumput pada musim hujan lebih tinggi dari pada musim kemarau . Rumput ini cenderung kurang tahan terhadap kekeringan. Sedangkan untuk rumput sorghum cv. Ray pemanenan pertama lebih tinggi dari pada pemanenan berikutnya karena pada musim hujan . Sedangkan pada pemanenan kedua sampai keempat produksinya relatifmeningkat walaupun pada musim kemarau . Hal ini menunjukkan bahwa rumput ini lebih tahan terhadap kekeringan.
Badan Penelitian clan Pengembangan Pertanian
23
Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2003
Tabel 2. Komposisi kimia varietas sorghum Indonesia (dalam %) Varietas
Air
Protein
Lemak
Kwalitas standar
13.31
9 .7
3.1
Serat kasar 1 .9
Abu
Tanin
1 .6
0.2
Sumber : Kochi (1974)
Untuk meningkatkan produktivitas hijauan pakan rumput sorghum pasca panen perlu dilakukan kajian selanjutnya untuk mengetahui pengaruh umur pemotongan yang lebih lama dan perawatan (pemupukan dan penyiangan) karena semakin lama umur pemotongan maka tanaman mempunyai kesempatan lebih lama untuk tumbuh dan berkembang sehingga produksinya maksimal. Hasil penelitian Astuti (2002) menunjukkan rataan produksi berat segar rumput sorghum pada perlakuan umur pemotongan 40, 60 dan 80 hari berturut-turut adalah 13,65 ; 34,86 dan 40,44 ton/ha . Hal ini sesuai dengan pernyataan Whiteman ( 1974 ), Mc . Illroy ( 1977 ) dan Reksohadiprodjo ( 1985 ) yang menyatakan bahwa pemotongan yang lebih panjang akan menghasilkan produksi hijauan lebih tinggi . Produksi yang merupakan hasil fotosintesis (pengalihan tenaga surya ) di pengaruhi oleh umur tanaman dimana semakin lama umur tanaman maka produksi yang dihasilkan akan semakin banyak Jumin,1991). Tanaman ini memiliki keunggulan antara lain karena sorghum : (1) merupakan salah satu bahan pangan tambahan guna kepentingan manusia, (2) sifat ketahanan tanaman sorghum terhadap kekeringan yang tinggi, keadaan ini sangat penting artinya bila dihubungkan dengan tersedianya areal sawah dan tegalan yang tidak berpengairan di Indonesia, (3) merupakan bahan pencampur makanan ternak sehingga dapat membantu pengembangan peternakan di Indonesia .
KESIMPULAN Dari kelima jenis rumput sorghum yang diamati ternyata sorghum cv. Ray (95,9 ton/ha/tahun) memberikan produksi berat segar yang lebih tinggi kemudian berturut-turut adalah sorghum cv. Rio (87,8), cv. Cowley (72,2), cv. Keller (71,1), terakhir cv. RGV (62,4) ton/ha/tahun . Sorghum cv. Ray (95,9 ton/ha/tahun) di samping produksi berat segarnya lebih tinggi kalau kita perhatikan pemanenan : kedua (153,25), ketiga (157,4) dan keempat (158,99) gram/rumpun ( pada musim kemarau) produksinya cenderung meningkat. Sorghum cv Ray kelihatannya termasuk rumput jenis unggul dan lebih tahan terhadap kekeringan, meskipun demikian perlu dilakukan kajian selanjutnnya untuk mengetahui ketahanannya pada keadaan lahan yang kekurangan air. Selain sebagai bahan pangan, sorghum dapat juga digunakan sebagai bahan campuran pakan dan bahan baku industri seperti ( lem, bir dan lain-lain). Tanaman ini jugs digunakan untuk hay, silase dan hijuan potongan disamping itu batang dan jeraminya digunakan untuk makanan ternak.
24
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2003
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada In Siti Yuhaeni, Drs . Sajimin dan Drs . Endang Sutedi Koordinator Agrostologi ) yang telah memberikan saran, arahan dan fasilitas sehingga dapat melaksanakan dan menyelesaikan penulisan makalah ini. DAFTAR BACAAN Astuti . N. 2002. Pengaruh Umur Pemotongan Terhadap Produksi Rumput SorghumVulgare . Animal Production. Edisi khusus : Buku 1 Fakultas Peternakan Universitas Jendral Soedirman Purwokerto. Jumin, H. B. 1991 . Dasar-DasarAgronomi . Rajawali, Jakarta. Kochi, E. 1974 The Marketing Condition ofMilo (Sorghum) in Japan. Badan Pengembanan Exspor Nasional. Jakarta. Lubis,1992. Ilmu Makanan Ternak . P.T. Pembangunan, Jakarta. Mc. Illroy, R,I. 1977. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika . Pradnya Paramita, Jakarta. Musofie, A. Nanik, K.W. dan Sudijanto, T. 1983. Pedoman Pemanfaatan Pucuk Tebu untuk Pakan Ternak. Reksohadiprodjo, S .1985 . Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Edisi revisi, cetakan 1 . BPFE UGM, Yogyakarta. Reksohadiprodjo, S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Edisi ketiga, BPFE, Yogyakarta . Reddy, .S., .V J.W. Stenhouse, and H.F.W. Ratunde . 1995. Sorghum grain quality improvement for D food, feed and industrial uses. Edisi khusus Balitkabi . ( 4 ) : 39 - 52. Soeparno . 1992. Ilmu dan Tekhnologi Daging . Cetakan pertama, Gajah Mada University Press,Yogyakarta . Sudarjono . 1996. Prospek Sorghum di Indonesia : potensi, peluang dan tantangan pengembangan agribisnis. Edisi khusus Balitkabi (4) :25-38 . Whiteman, P.C.1974. The Inviroment and pasture growth . In : A Course Manual in Tropical Pasture Science . Yuhaeni, S.1997. RumputBenggala Rumput Unggul Tahan Naungan . Liaflet Balai Penelitian Ternak.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
25