EFFECT OF SORGHUM FLOUR (Sorghum bicolor L. Moench) AND GREEN BEAN FLOUR (Phaseolus radiatus) MIXING VARIATIONS ON PHYSICAL PROPERTIES, ORGANOLEPTIC AND PROTEIN LEVELS OF LUNKHEAD PRODUCTION Hedwigis Ana Elidia Bere1, Agus Wijanarka2, Tri Kusuma Agung Puruhita3 ABSTRACT Background: Associated with the diversification program, sorghum and green beans is an alternative commodity that could be developed into a variety of processed food products. Processing of sorghum and green beans into flour is one way to ease in producing various food products. Making lunkhead by mixing sorghum flour and green bean flour is expected to result in physical and organoleptic properties acceptance and can increase levels of protein lunkhead. Objective: Determine the effect of variations in mixing sorghum flour and green bean flour in the manufacture of lunkhead in terms of physical properties, organoleptic and protein levels. Method: Quasi-experimental study of mixing flour with some variation in sorghum: green bean flour is 100%: 0%, 90%: 10%, 80%: 20% and 70:30%. The physical properties of color, flavor, taste and texture are observed subjectively and processed using descriptive methods, texture also observed objectively through measurements using a Universal Testing Machine / Test Zwick. Organoleptic properties are assessed using Hedonic form and processed using Kruskal-Wallis test, if there is a difference test followed by Mann-Whitney test. Protein levels obtained through laboratory testing and processed using descriptive methods. Result: The physical properties of color and flavor lunkhead differ between 4 variation of mixing while the flavour and texture are the same. Average of the variations in texture lunkhead 100%: 0% of 1.72 N, the variation of 90%: 10% of 3.91 N, a variation of 80%: 20% of 4.16 N and the variation of 70%: 30% at 8.10 N. The results of Kruskal-Wallis test statistics for the organoleptic assessment of the panelists at the lunkhead Asymp.Sign color values (p = 0.965), flavour (p = 0.773), taste (p = 0.437) and texture (p = 0.828). The average protein content increased with increasing number of lunkhead mixture of green bean flour, which is a variation 100%: 0% of 3.38 g%, 90% variation: 10% of 3.70 g%, a variation of 80%: 20% by 4.17 g% and the variation of 70%: 30% of 4.82 g%. Conclusion: Increasing mix of sorghum flour and green beans flour causes change to physical properties increase color (brown), increase green beans flavor more dominant, increase lunkhead taste, and increase chewy texture lunkhead. No influence on the lunkhead organoleptic properties (color, flavor, taste and texture) of the variation of mixing sorghum flour and green bean flour. Green bean flour mixing effect on lunkhead protein levels. Keywords: Sorghum, Green beans, Lunkhead, Physical, Organoleptic, Protein. 1. Student Department of Nutritional Sciences, Faculty of Health Sciences, Respati University of
Yogyakarta 2. Lecturer Department of Nutrition, Poltekes Ministry of Health Yogyakarta 3. Lecturer Department of Nutritional Sciences, Faculty of Health Sciences, Respati University of
Yogyakarta
PENGARUH VARIASI PENCAMPURAN TEPUNG SORGUM (Sorghum bicolor L. Moench) DAN TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus) PADA PEMBUATAN DODOL DITINJAU DARI SIFAT FISIK, ORGANOLEPTIK DAN KADAR PROTEIN Hedwigis Ana Elidia Bere1, Agus Wijanarka2, Tri Kusuma Agung Puruhita3 INTISARI Latar belakang : Dikaitkan dengan program diversifikasi pangan, sorgum dan kacang hijau merupakan komoditas alternatif yang dapat dikembangkan menjadi berbagai produk olahan pangan. Pengolahan sorgum dan kacang hijau menjadi tepung merupakan salah satu upaya untuk mempermudah dalam menghasilkan aneka produk pangan. Pembuatan dodol dengan pencampuran tepung sorgum dan tepung kacang hijau diharapkan dapat menghasilkan sifat fisik dan organoleptik yang dapat diterima serta dapat meningkatkan kadar protein dodol. Tujuan Penelitian : Mengetahui pengaruh variasi pencampuran tepung sorgum dan tepung kacang hijau pada pembuatan dodol ditinjau dari sifat fisik, organoleptik dan kadar protein. Metode penelitian : Penelitian eksperimen semu dengan beberapa variasi pencampuran tepung sorgum:tepung kacang hijau yaitu 100%:0%, 90%:10%, 80%:20% dan 70:30%. Sifat fisik yaitu warna, aroma, rasa dan tekstur diamati secara subyektif dan diolah menggunakan metode deskriptif, selain itu tekstur juga diamati secara obyektif melalui pengukuran menggunakan Universal Testing Machine/Test Zwick. Sifat organoleptik dinilai dengan menggunakan form uji Hedonik dan diolah menggunakan uji Kruskal-Wallis, apabila ada perbedaan uji dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Kadar protein diperoleh melalui uji laboratorium dan diolah menggunakan metode deskriptif. Hasil Penelitian : Sifat fisik dodol yaitu warna dan rasa berbeda antara 4 variasi pencampuran sedangkan aroma dan tekstur adalah sama. Rata-rata tekstur dodol yaitu variasi 100% : 0% sebesar 1,72 N, variasi 90% : 10% sebesar 3,91N, variasi 80% : 20% sebesar 4,16N dan variasi 70% : 30% sebesar 8,10N. Hasil uji statistik KruskalWallis terhadap penilaian organoleptik panelis pada dodol yaitu nilai Asymp.Sign warna (p= 0,965), aroma (p= 0,773), rasa (p= 0,437) dan tekstur (p= 0,828). Rata-rata kadar protein dodol meningkat dengan bertambahnya jumlah campuran tepung kacang hijau, yaitu variasi 100% : 0% sebesar 3,38 g%, variasi 90% : 10% sebesar 3,70 g%, variasi 80% : 20% sebesar 4,17 g% dan variasi 70% : 30% sebesar 4,82 g%. Kesimpulan : Semakin banyak variasi campuran tepung kacang hijau warna dodol semakin coklat muda, aroma khas dodol, rasa semakin dominan kacang hijau, tekstur kenyal dodol serta hasil pengukuran tekstur semakin besar. Tidak ada pengaruh pada sifat organoleptik dodol (warna, aroma, rasa dan tekstur) dari variasi pencampuran tepung sorgum dan tepung kacang hijau. Pencampuran tepung sorgum dan kacang hijau berpengaruh terhadap kadar protein dodol. Kata kunci : Sorgum, Kacang hijau, Dodol, Fisik, Organoleptik, Protein.
1. Mahasiswa Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta 2. Dosen Jurusan Gizi Poltekes Kemenkes Yogyakarta 3. Dosen Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta
2
PENDAHULUAN Persoalan pangan bagi Indonesia masih memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh. Banyak kasus kurang gizi bukan hanya disebabkan rendahnya pemahaman pola konsumsi yang sehat oleh masyarakat, melainkan adanya pola yang salah dalam mengelola kebijakan pangan dan pertanian.(1) Upaya peningkatan hasil pertanian sebagai salah satu bidang penyedia bahan makanan pun terus dilakukan. Akan tetapi, sumber pangan tersebut tidak mencukupi kebutuhan. (2) Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melaksanakan kembali (reaktualisasi) diversifikasi pangan menuju produksi dan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman, serta yang terpenting adalah berbasiskan sumberdaya lokal. (3) Dikaitkan dengan program diversifikasi pangan, sorgum dan kacang hijau merupakan komoditas alternatif yang dapat dikembangkan. Pemanfaatan sorgum dan kacang hijau dalam bentuk tepung lebih menguntungkan karena praktis serta mudah diolah menjadi berbagai produk makanan seperti cake, cookies, roti dan mi. (4) Dodol merupakan makanan tradisional yang populer di Indonesia. Rasa dodol yang khas dan enak membuat dodol diminati oleh banyak kalangan masyarakat. Rata-rata kapasitas produksi dodol terus meningkat setiap tahun. Keunggulan dari dodol adalah cita rasanya yang banyak digemari masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, daya simpan yang cukup lama (± 3 bulan), proses pembuatan yang sederhana, bahan bakunya mudah diperoleh dan produk ini mudah dikembangkan dengan memodifikasi bahan bakunya. (5) Seiring dengan perkembangan zaman, bahan pembuatan dodol juga mengalami variasi sehingga menghasilkan warna, aroma, rasa serta tekstur yang lebih beragam. Dalam perkembangan pembuatan dodol tersebut, variasi bahan yang menggunakan tepung sorgum dan tepung kacang hijau masih jarang digunakan. Nilai gizi protein dalam dodol selama ini pun tidak terlalu tinggi yaitu sekitar 0,4−4,3 gram per 100 gram dodol (Persagi, 2009), selain itu proses pemanasan juga dapat menurunkan kadar protein pada dodol. Berdasarkan alasan tersebut, peneliti ingin mengangkat tema tentang pemanfaatan tepung sorgum dan tepung kacang hijau pada pembuatan dodol dalam penelitian tentang Pengaruh Variasi Pencampuran Tepung Sorgum dan Tepung Kacang Hijau pada Pembuatan Dodol Ditinjau dari Sifat Fisik, Organoleptik dan Kadar Protein.
3
METODE PENELITIAN Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan beberapa perlakuan. Dasar rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak sederhana.
Lokasi dan Waktu Penelitian Uji sifat fisik dan organoleptik dilaksanakan di Laboratorium Diet Gizi Universitas Respati Yogyakarta. Uji sifat fisik warna, aroma, rasa dan tekstur dilaksanakan di Laboratorium Diet Gizi Universitas Respati Yogyakarta. Uji kadar protein dan tekstur (test Zwick) dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian UGM. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2012.
Variabel Penelitian 1.
Variabel bebas
: Variasi campuran tepung sorgum dan tepung kacang hijau
2.
Variabel terikat
: Sifat fisik, organoleptik dan kadar protein
3.
Variabel kontrol
: Komposisi bahan lain dan proses pengolahan
Definisi Operasional 1.
Variasi pencampuran adalah banyaknya penggunaan tepung sorgum dan tepung kacang hijau dalam pembuatan dodol. Parameter
: Tepung Sorgum
: Tepung Kacang Hijau
a.
Dodol A
:
100%
:
0%
b.
Dodol B
:
90%
:
10%
c.
Dodol C
:
80%
:
20%
d.
Dodol D
:
70%
:
30%
Skala 2.
: Rasio
Sifat fisik adalah sifat subyektif yang ada pada dodol seperti warna, aroma dan rasa yang diamati oleh peneliti. Khusus untuk tekstur dodol diamati langsung oleh peneliti dan diukur menggunakan test Zwick. a.
b.
c.
d.
Warna yaitu karakteristik dodol yang diamati dengan indera penglihatan dan dilengkapi dengan foto. Parameter
: Coklat muda, Coklat, Coklat tua
Skala
: Nominal
Aroma yaitu karakteristik dodol yang diamati dengan indera penciuman. Parameter
: Aroma dodol, aroma kacang hijau, aroma kacang hijau yang kuat
Skala
: Nominal
Rasa yaitu karakteristik dodol yang diamati dengan indera pengecap. Parameter
: Rasa dodol, Rasa kacang hijau, Rasa dominan kacang hijau
Skala
: Nominal
Tekstur yaitu karakteristik dodol yang diamati dengan dengan 2 cara yaitu: 1) Indera peraba
4
Parameter
: Kenyal, Agak empuk, Empuk
Skala
: Nominal
2) Menggunakan test Zwick
3.
Parameter
:N
Skala
: Interval
Uji organoleptik adalah uji untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap suatu produk pangan, dengan menggunakan metode hedonic scale test yang dilakukan oleh panelis secara inderawi meliputi kesukaan terhadap warna, aroma, rasa, dan tekstur. Parameter:
1: Sangat tidak suka 2: Tidak suka 3: Agak suka 4: Suka 5: Sangat suka 6:Sangat suka sekali
Skala 4.
: Ordinal
Kadar protein yaitu banyaknya kandungan protein dalam dodol yang diukur secara kimia dengan metode Kjeldahl. Parameter
: g%
Skala
: Rasio
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 1.
2.
Data tentang sifat fisik a.
Warna dengan pengamatan secara langsung oleh peneliti
b.
Aroma dengan indera penciuman secara langsung oleh peneliti
c.
Rasa dengan indera pengecap secara langsung oleh peneliti
d.
Tekstur dengan indera peraba secara langsung oleh peneliti dan diukur menggunakan test Zwick.
Data tentang sifat organoleptik Meliputi warna, aroma, rasa, dan tekstur yang diperoleh melalui uji organoleptik dengan Uji Hedonik. Uji organoleptik dilakukan oleh panelis agak terlatih berjumlah 25 orang yang semuanya merupakan mahasiswa jurusan Ilmu Gizi Semester V dan VII Universitas Respati Yogyakarta.
3.
Data tentang kadar protein Data ini diperoleh dengan cara uji kadar protein menggunakan metode Kjeldahl (Apriyantono dkk, 1989).
Pengolahan dan Analisis Data Cara pengolahan data yaitu dengan mengumpulkan form uji kesukaan panelis kemudian direkap. Data disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan disertai foto. Untuk membuktikan hipotesis, menggunakan uji statistik yaitu: analisis data sifat fisik menggunakan metode deskriptif, analisis organoleptik menggunakan uji statistik K independen sampel (kruskal-wallis), apabila ada perbedaan maka dilanjutkan dengan uji mean-whitney test, analisis tekstur dan kadar protein menggunakan metode deskriptif.
5
HASIL DAN PEMBAHSAN Sifat Fisik Biskuit 1.
Warna Berdasarkan hasil penilaian dapat diketahui bahwa dodol tanpa pencampuran tepung kacang hijau (0%) dan dodol dengan pencampuran tepung kacang hijau 10% menghasilkan warna coklat tua, dodol dengan pencampuran tepung kacang hijau 20% menghasilkan warna coklat dan dodol dengan pencampuran tepung kacang hijau 30% menghasilkan warna coklat muda. Perbedaan warna pada keempat jenis dodol ini disebabkan oleh perbedaan komposisi pencampuran tepung sorgum yang berwarna coklat dan tepung kacang hijau yang berwarna putih kekuningan dalam pembuatan dodol. Semakin banyak komposisi tepung kacang hijau yang digunakan maka warna coklat dodol akan semakin muda.
2.
Aroma Berdasarkan hasil penilaian, dodol yang menggunakan 100% tepung sorgum tanpa pencampuran tepung kacang hijau, maupun dodol dengan pencampuran 10%, 20% dan 30% tepung kacang hijau meghasilkan aroma yang sama yaitu aroma dodol. Hal ini disebabkan oleh kuatnya aroma dari komposisi bahan lain yang digunakan dalam pembuatan dodol yaitu gula merah, santan dan daun pandan. Maka dapat disimpulkan, semakin banyak campuran tepung kacang hijau tidak mempengaruhi aroma pada dodol yang dihasilkan.
3.
Rasa Berdasarkan hasil analisa diketahui bahwa, rasa dodol pada variasi pencampuran 100% : 0% dan pada variasi pencampuran 90% : 10% memiliki rasa khas dodol. Pada variasi pencampuran 80% : 20% menghasilkan rasa kacang hijau. Pada dodol dengan variasi pecampuran 70% : 30% menghasilkan rasa dominan kacang hijau. Perbedaan rasa pada keempat jenis dodol ini disebabkan oleh perbedaan komposisi tepung sorgum dan tepung kacang hijau yang digunakan dalam pembuatan dodol. Semakin banyak komposisi tepung kacang hijau yang digunakan maka rasa kacang hijau akan semakin dominan.
4.
Tekstur Menurut hasil penilaian, dodol yang menggunakan 100% tepung sorgum tanpa pencampuran tepung kacang hijau, maupun dodol dengan pencampuran 10%, 20% dan 30% tepung kacang hijau menghasilkan tekstur yang sama yaitu tekstur kenyal dodol. Hasil pengujian tekstur dodol yang dilakukan dengan Test Zwick menggunakan Universal Testing Machine dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Tekstur Dodol dengan Variasi Campuran Tepung Kacang Hijau Tekstur dodol (N) Ulangan I Ulangan II Rata-rata 100 : 0 % 1,84 1,61 1,72 90 : 10 % 4,47 3,36 3,91 80 : 20 % 3,92 4,39 4,16 70 : 30 % 8,48 7,72 8,10 Keterangan : Semakin besar nilai tekstur (N) menyatakan semakin keras Variasi Dodol
tekstur dodol
6
Dari Tabel 1 diketahui bahwa terdapat peningkatan terhadap tekstur dodol. Semakin banyak pencampuran tepung kacang hijau dalam pembuatan dodol, semakin keras tekstur dodol. Rata-rata tekstur dodol yang dihasilkan yaitu pada dodol tanpa pencampuran tepung kacang hijau (100% tepung sorgum) adalah 1,72 N, tekstur pada dodol dengan pencampuran 10% tepung kacang hijau adalah 3,91 N, pada dodol dengan pencampuran 20% menghasilkan 4,16 N dan pada pencampuran 30% tepung kacang hijau mengahasilkan 8,10 N. Kandungan amilopektin dalam sorgum cukup tinggi yaitu hampir mencapai 100%. Cabang-cabang dalam struktur amilopektin menyebabkan pembentukan gel yang cukup stabil. Hal inilah yang menyebabkan tekstur dodol sorgum menjadi kenyal. Akan tetapi kandungan amilopektin dalam kacang hijau relatif rendah dibandingkan sorgum yaitu sekitar 71,2%, sehingga mempengaruhi tingkat kekerasan tekstur dodol yang dihasilkan pada variasi pencampuran.
Organoleptik Rata-rata tingkat kesukaan panelis (mean rank) berdasarkan uji organoleptik dodol dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Statistik Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Dodol Rata-rata Variasi Campuran Tepung Sorgum : Tepung Kc Hijau Warna Aroma Rasa Tekstur 100 : 0 % 49,26 53,74 50,98 48,48 90 : 10 % 51,12 46,84 57,48 54,04 80 : 20 % 52,36 49,02 47,50 51,52 70 : 30 % 49,26 52,40 46,04 47,96 p 0,965 0,773 0,437 0,828 Berdasarkan hasil uji stastistik diketahui bahwa tidak ada perbedaan nyata antara warna, aroma, rasa dan tekstur dodol karena nilai p > 0,05. 1.
Warna Tingkat kesukaan panelis terhadap variasi campuran 80% : 20% merupakan persentase rasa suka paling tinggi bila dibandingkan dengan ketiga variasi dodol yaitu sebanyak 64%. Hasil uji Kruskal Wallis (dengan taraf signifikan α=0,05) menunjukan bahwa keempat variasi dodol tidak mempengaruhi secara nyata tingkat kesukaan panelis terhadap warna dodol dengan Asymp. Sig.=0,965 (p>0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa warna dodol tidak berpengaruh terhadap penilaian organoleptik.
2.
Aroma Dari hasil analisis diketahui bahwa persentase tingkat kesukaan panelis terhadap aroma dodol dengan campuran 100% : 0% dan 90% : 10% merupakan persentase rasa suka paling tinggi bila dibandingkan dengan ketiga variasi pencampuran lainnya. Berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis diketahui bahwa keempat variasi dodol tidak mempengaruhi secara nyata tingkat kesukaan panelis terhadap aroma dodol dengan Asymp. Sig.=0,773 (p>0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa aroma dodol tidak berpengaruh terhadap penilaian organoleptik.
7
3.
Rasa Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa rasa biskuit yang paling disukai oleh panelis adalah biskuit dengan pencampuran 90% : 10% yaitu sebesar 60% bila dibandingkan dengan ketiga variasi pencampuran lainnya. Hasil uji statistik menggunakan Kruskal Wallis menunjukan bahwa keempat variasi dodol tidak mempengaruhi secara nyata tingkat kesukaan panelis terhadap rasa dodol dengan Asymp. Sig.=0,437 (p>0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa rasa dodol tidak berpengaruh terhadap penilaian organoleptik.
4.
Tekstur Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa tekstur dodol yang paling disukai oleh panelis adalah dodol dengan campuran 90% : 10 Berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis diketahui bahwa keempat variasi dodol tidak mempengaruhi secara nyata tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur dodol dengan Asymp. Sig.=0,828 (p>0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa tekstur dodol tidak berpengaruh terhadap penilaian organoleptik.
Kadar Protein Setelah dilakukan pengujian statistik terhadap kadar protein dodol, diketahui bahwa terdapat perbedaan
Rata-rata Kadar Protein (g%)
nyata pada sampel yang dapat dilihat pada Gambar 1. 4.82 g% 5 4
3.38 g%
3.70 g%
4.17 g%
3 2 1 0 100 : 0%
90 : 10%
80 : 20%
70 : 30%
Variasi Pencampuran Tepung Sorgum dan Tepung Kacang Hijau Gambar 1. Rata-rata Kadar Protein Dodol Dari Gambar 1 diketahui bahwa terdapat peningkatan terhadap kadar protein dodol. Semakin banyak pencampuran tepung kacang hijau dalam pembuatan dodol, semakin tinggi kadar protein. Rata-rata kadar protein dodol yang dihasilkan yaitu pada dodol tanpa pencampuran tepung kacang hijau (100% tepung sorgum) adalah 3,38 g%, protein pada dodol dengan pencampuran 10% tepung kacang hijau adalah 3,70, pada dodol dengan pencampuran 20% menghasilkan 4,17 g% protein dan pada pencampuran 30% tepung kacang hijau mengahasilkan 4,82 g% protein. Hasil uji kadar protein menunjukkan bahwa pencampuran tepung kacang hijau berpengaruh terhadap kadar protein dodol. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak campuran tepung kacang hijau, semakin tinggi kadar protein pada dodol yang dihasilkan.
8
Menurut Bappenas (2011), angka kecukupan protein yang direkomendasikan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) VIII tahun 2004 adalah sebesar 52 gram/kap/hari, sedangkan nilai gizi protein yang terkandung dalam dodol sorgum mencapai 4,82 g%. Maka dodol sorgum dapat memberikan kontribusi terhadap asupan protein per orang per hari sebesar 9,26%.
PENUTUP
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dan dapat disimpulkan sifat fisik dodol menunjukkan bahwa semakin banyak pencampuran tepung kacang hijau, warna coklat dodol yang dihasilkan semakin muda, rasa khas dodol, semakin tercium dominan aroma kacang hijau dan tekstur kenyal dodol. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh pada sifat organoleptik dodol (warna, aroma, rasa dan tekstur) dari variasi pencampuran tepung sorgum dan tepung kacang hijau (p>0,05). Semakin banyak campuran tepung kacang hijau, semakin tinggi kadar protein pada dodol yang dihasilkan. Kadar protein paling tinggi terdapat pada variasi dodol dengan pencampuran 70% tepung sorgum dan 30% tepung kacang hijau.
Saran Berdasarkan sifat fisik, organoleptik dan kadar protein. Produk yang mungkin untuk dikembangkan adalah dodol dengan pencampuran 30% tepung kacang hijau. Selain itu, perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kandungan gizi potensial (Fe) yang terdapat dalam sorgum dan kacang hijau selain protein. Dari segi ekonomi (harga jual) maka dapat dilakukan pengembangan terhadap produksi dodol sorgum di pasaran.
9
DAFTAR PUSTAKA 1. Bappenas. 2011. Rencana Aksi nasional Pangan dan Gizi 2011-2015. https://www.bappenas.go.id (Diakses tanggal 07 November 2011) 2. Prabowo, Bimo. 2010. Kajian Sifat Fisikokimia Tepung Millet Kuning Dan Tepung Millet Merah. Skripsi Teknologi Pertanian Universitas Sebelas Maret. https://eprints.uns.ac.id/pdf (Diakses tanggal 07 November 2011) 3. Sutrisno. 2009. Majalah Pangan Media Komunikasi dan Informasi. Reaktualisasi Diversifikasi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Vol xviii No 56 https://library.um.ac.id/majalah/pdf (Diakses tanggal 23 Januari 2012 ) 4. Ruchjaniningsih. 2009. Rejuvenasi Dan Karakterisasi Morfologi 225 Aksesi Sorgum. Prosiding Seminar Nasional Serealia. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian SulawesiSelatan.https://balitsereal.litbang.deptan.go.id/pdf (Diakses tanggal 04 November 2011) 5. Satuhu, Suyanti. Sunarmani. 2010. Membuat Aneka Dodol Buah. Jakarta: Penebar Swadaya
10