PEDOMAN TEKNIS ADMINISTRASI DAN TEKNIS PERADILAN TATA USAHA NEGARA
EDISI 2008
MAHKAMAH AGUNG RI 2008
1
DAFTAR ISI Kata Pengantar ........................................................ Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : KMA/032/SK/IV/2007 Tentang : Memberlakukan Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan ......................
iii
v
Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 012/KMA/SK/II/2007 Tentang : Pembentukan Tim Penyempurnaan Buku I, Buku II, Buku III dan Buku Tentang Pengawasan (Buku IV) ...........
vii
Daftar Isi .................................................................................. I. TEKNIS ADMINISTRASI ............................................
xvii 1
A. PENGADILAN TUN ..............................................
1
1. PENERIMAAN PERKARA ............................ a. Pendaftaran Perkara Tingkat Pertama ............ b. Pendaftaran Perkara Banding ........................ c. Pendaftaran Perkara Kasasi ............................ d. Pendaftaran Perkara Peninjauan Kembali ...... e. Administrasi Biaya Perkara ............................
1 1 4 7 10 13
2. PERSIAPAN PERSIDANGAN ....................... a. Penunjukan Majelis Hakim ............................ b. Penetapan Hari Sidang ................................... c. Panggilan Para Pihak .....................................
16 16 17 18
3. PERSIDANGAN ............................................... a. Berita Acara Sidang ....................................... b. Rapat Permusyawaratan ............................... c. Putusan ............................................................ d. Minutasi Perkara ..............................................
19 20 21 22 22
4. BERKAS .............................................................. a. “Bundel A” ...................................................... b. “Bundel B” Untuk Banding ............................ c. “Bundel B” Untuk Kasasi .............................. d. “Bundel B” Untuk Peninjauan Kembali ........
22 22 23 24 25
2
5. REGISTER, LAPORAN, DAN PENGARSIPAN.. a. Register Perkara ............................................. b. Laporan .......................................................... c. Arsip Perkara ................................................. B. PENGADILAN TINGGI TUN ..........................
25 25 27 30 32
1. PENERIMAAN PERKARA ........................... a. Pendaftaran .................................................... b. Administrasi Biaya Perkara ...........................
32 32 33
2. PERSIAPAN PERSIDANGAN .....................
35
3. PERSIDANGAN ..............................................
36
4. BERKAS ...........................................................
36
5. REGISTER, LAPORAN, DAN PENGARSIPAN .. a. Register Perkara ............................................ b. Laporan ......................................................... c. Arsip Perkara ................................................
37 37 37 37
II. TEKNIS PERADILAN ...............................................
39
A. GUGATAN ...........................................................
39
B. PERKARA PRODEO .........................................
40
C. OBYEK GUGATAN ...........................................
40
D. SUBYEK GUGATAN ........................................ 1. PENGGUGAT .................................................. 2. TERGUGAT .....................................................
44 44 44
E. SURAT KUASA ................................................
45
F. KOMPETENSI .................................................. 1. KOMPETENSI ABSOLUT ........................... 2. KOMPETENSI RELATIF ..............................
46 46 47
G. PROSES DISMISSAL ......................................
48
H. PENETAPAN PENUNDAAN .........................
49
I.
PEMERIKSAAN DENGAN ACARA SINGKAT ..........................................................
52
3
J.
PEMERIKSAAN DENGAN ACARA CEPAT ...............................................................
53
K. PEMERIKSAAN DENGAN ACARA BIASA ................................................................ 1. PEMERIKSAAN PERSIAPAN .................... 2. PERSIDANGAN ............................................ 3. PENGUNDURAN SIDANG .........................
53 53 55 55
L. PERKARA GUGUR ......................................
55
M. TERGUGAT TIDAK HADIR .......................
56
N. PENCABUTAN GUGATAN .........................
57
O. INTERVENSI ..................................................
57
P. PERDAMAIAN ...............................................
59
Q. EKSEPSI ..........................................................
60
R. PEMBUKTIAN ...............................................
60
S. SAKSI ..............................................................
60
T. DASAR PENGUJIAN DAN DASAR PEMBATALAN KEPUTUSAN TUN ............
61
U. PEMBACAAN, ISI, DAN AMAR PUTUSAN .........................................................
63
V. UPAYA HUKUM .............................................
65
W. EKSEKUSI .......................................................
65
X. GANTI RUGI DAN REHABILITASI ..........
68
Y. PEMBAYARAN UANG PAKSA, SANKSI ADMINISTRASI, DAN PENGUMUMAN PEJABAT .......................................................... 1. PEMBAYARAN UANG PAKSA ............. 2. SANKSI ADMINISTRASI ......................... 3. PENGUMUMAN PEJABAT (TERGUGAT) ...
68 68 70 74
Z. PEMBATASAN UPAYA HUKUM KASASI ...............................................................
76
AA. TITIK SINGGUNG WEWENANG PERADILAN ......................................................
78
4
1. TITIK SINGGUNG ANTARA PENGADILAN TUN DENGAN PENGADILAN NEGERI ........... 2. TITIK SINGGUNG ANTARA PENGADILAN TUN DENGAN PENGADILAN NIAGA .............
78 79
AB. ASAS-ASAS UMUM PERADILAN YANG BAIK ...................................................................
80
AC. KARAKTERISTIK HUKUM ACARA PERADILAN TUN ...........................................
81
FORMULIR-FORMULIR ...............................
84
5
PEDOMAN TEKNIS ADMINISTRASI DAN TEKNIS PERADILAN TATA USAHA NEGARA I.
TEKNIS ADMINISTRASI A. PENGADILAN TUN 1.
PENERIMAAN PERKARA a. Pendaftaran Perkara Tingkat Pertama 1) Petugas pada meja pertama/loket pertama bertanggungjawab untuk menerima gugatan dan gugatan perlawanan terhadap penetapan dismissal. 2) Dokumen yang perlu disertakan dalam pendaftaran perkara sekurang-kurangnya adalah : a) Surat gugatan atau surat gugatan perlawanan. b) Surat kuasa khusus dari Penggugat kepada kuasa hukumnya (bila Penggugat menguasakan kepada kuasa hukum). c) Fotocopy kartu advokat kuasa hukum yang bersangkutan. d) Fotocopy surat Keputusan TUN yang menjadi obyek sengketa, kecuali apabila obyek sengketa berupa Keputusan fiktif-negatif atau apabila obyek sengketa tidak dikuasai oleh Penggugat. 3) Petugas penerima berkas memeriksa kelengkapan dengan menggunakan daftar periksa (check list) dan meneruskan berkas yang telah selesai diperiksa kelengkapannya kepada Panitera Muda Perkara untuk menyatakan berkas telah lengkap/tidak lengkap. 4) Panitera Muda Perkara mengembalikan berkas yang belum lengkap dengan melampirkan daftar periksa supaya Pemohon/Penggugat atau kuasanya dapat melengkapi kekurangannya.
6
5) Panjar biaya perkara yang telah ditetapkan dituangkan dalam SKUM (Surat Kuasa Untuk Membayar), dengan ketentuan : a) Dalam menentukan besarnya panjar biaya perkara harus mempertimbangkan jarak dan kondisi daerah tempat tinggal para pihak, agar proses persidangan yang berhubungan dengan panggilan dan pemberitahuan dapat terselenggara dengan lancar. b) Biaya pemeriksaan lebih dari 5 orang saksi ditanggung oleh pihak yang meminta. c) Biaya panjar perkara wajib ditambah dalam hal panjar biaya perkara sudah tidak mencukupi. 6) Pada berkas perkara yang telah lengkap, dibuatkan SKUM rangkap tiga : a) Lembar pertama untuk Penggugat ; b) Lembar kedua untuk Kasir ; c) Lembar ketiga untuk dilampirkan dalam berkas gugatan. 7) Berkas perkara yang telah dilengkapi dengan SKUM diserahkan kepada Penggugat atau kuasanya agar membayar jumlah uang panjar yang tercantum dalam SKUM kepada kasir Pengadilan TUN. 8) Kasir menandatangani dan membubuhkan stempel lunas pada SKUM setelah menerima pembayaran, serta mencatat ke dalam Buku Jurnal Keuangan Perkara. 9) Dalam hal gugatan, banding, kasasi, dan peninjauan kembali yang diterima melalui pos, maka harus diperhatikan : a)
Tenggang waktu pembayaran panjar biaya perkara paling lambat 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal dikirimkannya surat pemberitahuan tentang pembayaran panjar biaya perkara kepada Penggugat.
7
b) Setelah panjar biaya perkara diterima, surat gugatan yang telah dilengkapi SKUM diserahkan kepada kasir untuk dicatat dalam buku jurnal yang bersangkutan. c)
Petugas pada meja kedua/loket kedua mencatatnya dalam Register Induk Perkara dan Register Perkara Gugatan.
d) Gugatan Penggugat tidak akan didaftar apabila setelah lewat 6 (enam) bulan sejak dikirimkan surat pemberitahuan tentang pembayaran panjar biaya perkara kepada Penggugat, ternyata panjar biaya perkara belum diterima di kepaniteraan. 10) Dalam hal tempat tinggal Penggugat jauh dari Pengadilan TUN yang berwenang memeriksa perkaranya, maka pembayaran panjar biaya perkara dapat dilakukan dengan dua cara : a) Dibayarkan melalui Pengadilan TUN atau Pengadilan Negeri terdekat, selanjutnya oleh Pengadilan yang bersangkutan dikirimkan ke Pengadilan TUN yang berwenang tersebut. Ongkos kirim ditanggung Penggugat di luar panjar biaya perkara. b) Dikirimkan langsung ke Pengadilan TUN yang berwenang memeriksa perkaranya. 11) Kasir kemudian membukukan uang panjar biaya perkara sebagaimana tercantum dalam SKUM pada buku jurnal keuangan perkara. 12) Petugas pada meja kedua/loket kedua mencatat perkara yang masuk ke dalam Register Induk Perkara. Terhadap perkara gugatan perlawanan terhadap penetapan dismissal, diberi tambahan kode PLW (perlawanan) pada nomor perkaranya. 13) Panitera setelah menerima berkas perkara dari petugas meja kedua/loket kedua membuat resume gugatan, sekurang-kurangnya berisi :
8
a)
Apakah gugatan diajukan sendiri oleh Penggugat atau diwakili oleh kuasa hukumnya.
b) Apakah gugatan masih dalam tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari sesuai pasal 55 UU PERATUN. c)
Apakah alasan gugatan sesuai Pasal 53 ayat (2) UU PERATUN.
d) Apakah gugatan telah memuat hal-hal yang ditentukan Pasal 56 UU PERATUN. e)
Klasifikasi perkara TUN nya.
14) Pengisian kolom-kolom buku register harus dilaksanakan dengan tertib dan cermat berdasarkan jalannya penyelesaian perkara. b. Pendaftaran Perkara Tingkat Banding 1) Berkas perkara diserahkan kepada Panitera Muda Perkara sebagai petugas pada meja pertama/loket pertama yang menerima pendaftaran terhadap permohonan banding. 2) Permohonan banding dapat diajukan di kepaniteraan Pengadilan TUN dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender terhitung keesokan harinya setelah putusan diucapkan atau setelah diberitahukan kepada pihak yang tidak hadir dalam pembacaan putusan. Apabila hari ke empat belas jatuh pada hari Sabtu, Minggu atau hari libur, maka penentuan hari ke empat belas jatuh pada hari kerja berikutnya. 3) Terhadap permohonan banding yang diajukan melampaui tenggang waktu tersebut di atas tetap diterima dan dicatat dengan membuat surat keterangan Panitera bahwa permohonan banding telah lewat waktu; 4) Panjar biaya banding dituangkan dalam SKUM dengan peruntukan :
9
a) Biaya pencatatan pernyataan banding; b) Biaya banding yang ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Tinggi TUN; c) Biaya pengiriman uang melalui Bank yang telah ditentukan atau Kantor Pos ; d) Ongkos pengiriman berkas; e) Biaya Pemberitahuan (BP) : (1) BP akta banding. (2) BP memori banding. (3) BP kontra memori banding. (4) BP untuk mempelajari berkas bagi pembanding. (5) BP untuk mempelajari berkas bagi terbanding. (6) BP putusan bagi Pembanding. (7) BP putusan bagi Terbanding. (8) BP panggilan para pihak apabila ada pemeriksaan tambahan. 5) SKUM dibuat dalam rangkap tiga : a) Lembar pertama untuk pemohon. b) Lembar kedua untuk kasir. c) Lembar ketiga untuk dilampirkan dalam berkas permohonan. 6) Menyerahkan berkas permohonan banding yang telah dilengkapi SKUM kepada pihak yang bersangkutan agar membayar panjar yang tercantum dalam SKUM kepada kasir Pengadilan TUN. 7) Kasir setelah menerima pembayaran menandatangani dan membubuhkan cap stempel lunas pada SKUM. 8) Kasir kemudian membukukan panjar biaya perkara sebagaimana tercantum dalam SKUM pada buku jurnal keuangan banding dan buku kas bantu.
10
9) Pernyataan banding dapat diterima apabila panjar biaya perkara banding yang ditentukan dalam SKUM telah dibayar lunas. 10) Apabila panjar biaya banding telah dibayar lunas, maka Pengadilan wajib membuat akta pernyataan banding dan mencatat permohonan banding tersebut dalam Register Induk Perkara dan Register Banding. 11) Permohonan banding dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari kalender harus telah disampaikan kepada lawannya, tanpa perlu menunggu diterimanya memori banding. 12) Tanggal penerimaan memori dan kontra memori banding harus dicatat dalam Buku Register Induk Perkara dan Buku Register Permohonan Banding, kemudian salinannya disampaikan kepada masingmasing lawannya dengan membuat relaas pemberitahuan/penyerahannya. 13) Sebelum berkas perkara dikirim ke Pengadilan Tinggi TUN, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah permohonan banding dicatat, harus diberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk mempelajari/memeriksa berkas perkara (inzage) dan dituangkan dalam relaas. 14) Dalam waktu 60 (enam puluh) hari sejak permohonan banding diajukan, berkas banding berupa bundel A dan B harus sudah dikirim ke Pengadilan Tinggi TUN. 15) Biaya perkara banding untuk Pengadilan Tinggi TUN harus disampaikan melalui bank Pemerintah yang telah ditentukan atau kantor pos, dan tanda bukti pengiriman uang harus dikirim bersamaan dengan pengiriman berkas yang bersangkutan. 16) Pencabutan permohonan banding diajukan kepada Ketua Pengadilan TUN dan ditandatangani oleh Pembanding (harus diketahui oleh prinsipal apabila permohonan banding diajukan oleh kuasanya, dengan menyertakan akta Panitera.
11
17) Pencabutan permohonan banding harus segera dikirim oleh Panitera ke Pengadilan Tinggi TUN disertai akta pencabutan yang ditandatangani oleh Panitera.
c. Pendaftaran Perkara Kasasi 1) Berkas perkara diserahkan kepada Panitera Muda Perkara sebagai petugas pada meja/loket pertama yang menerima pendaftaran terhadap permohonan kasasi. 2) Permohonan kasasi dapat diajukan di kepaniteraan Pengadilan TUN dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender keesokan harinya setelah putusan Pengadilan Tinggi TUN diberitahukan kepada para pihak. Apabila hari ke 14 jatuh pada hari Sabtu, Minggu atau hari libur, maka penentuan hari ke 14 jatuh pada hari kerja berikutnya. 3) Permohonan kasasi yang tidak memenuhi syaratsyarat formal atau permohonan kasasi terhadap perkara TUN yang objek gugatannya berupa keputusan pejabat daerah yang jangkauan keputusannya berlaku di wilayah daerah yang bersangkutan, dinyatakan tidak dapat diterima dengan Surat Keterangan Ketua Pengadilan TUN atau Ketua Pengadilan Tinggi TUN sebagai Pengadilan Tk I, dan berkas perkaranya tidak dikirimkan ke Mahkamah Agung. Namun permohonan tersebut tetap dicatat oleh Petugas yang bertanggung jawab untuk menerima pendaftaran permohonan kasasi ke dalam Register Perkara Kasasi (Pasal 45A Undang-undang tentang PERATUN). 4) Ketua Pengadilan TUN menetapkan panjar biaya perkara kasasi yang dituangkan dalam SKUM, yang diperuntukkan : a) Biaya pencatatan pernyataan kasasi.
12
b) Besarnya biaya kasasi yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung RI ditambah biaya pengiriman melalui bank ke rekening Mahkamah Agung. c) Biaya pengiriman berkas perkara ke Mahkamah Agung. d) Biaya Pemberitahuan (BP) : (1) BP pernyataan kasasi. (2) BP memori kasasi. (3) BP kontra memori kasasi. (4) BP amar putusan kasasi kepada pemohon. (5) BP amar putusan kasasi kepada termohon. 5) SKUM dibuat dalam rangkap tiga : a) Lembar pertama untuk pemohon. b) Lembar kedua untuk Kasir. c) Lembar ketiga untuk dilampirkan dalam berkas perkara. 6) Menyerahkan SKUM kepada pihak yang bersangkutan agar membayar uang panjar yang tercantum dalam SKUM kepada kasir Pengadilan TUN. 7) Kasir setelah menerima pembayaran menandatangani dan membubuhkan stempel lunas pada SKUM. 8) Pernyataan kasasi dapat diterima apabila panjar biaya perkara kasasi yang ditentukan dalam SKUM telah dibayar lunas. 9) Kasir kemudian membukukan uang panjar biaya perkara sebagaimana tercantum dalam SKUM pada buku jurnal keuangan perkara. 10) Apabila panjar biaya kasasi telah dibayar lunas, maka Pengadilan pada hari itu juga wajib membuat akta pernyataan kasasi yang dilampirkan pada berkas perkara dan mencatat permohonan kasasi tersebut dalam Register Induk Perkara TUN dan Register Permohonan Kasasi.
13
11) Permohonan kasasi dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender harus telah disampaikan kepada pihak lawan. 12) Memori kasasi, harus telah diterima di kepaniteraan Pengadilan TUN selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender terhitung sejak keesokan hari setelah pernyataan kasasi. Apabila hari ke 14 jatuh pada hari Sabtu, Minggu atau hari libur, maka penentuan hari ke 14 jatuh pada hari kerja berikutnya. 13) Panitera wajib memberikan tanda terima atas penerimaan memori kasasi, dan dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender salinan memori kasasi tersebut disampaikan kepada pihak lawan. 14) Kontra memori kasasi harus sudah diterima di kepaniteraan Pengadilan TUN selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender sesudah disampaikannya memori kasasi. 15) Terhadap permohonan kasasi yang diajukan melampaui tenggang waktu tersebut di atas tetap dicatat dan Panitera membuat surat keterangan bahwa permohonan kasasi telah lewat waktu. 16) Dalam waktu 65 hari sejak permohonan kasasi diajukan, berkas kasasi berupa bundel A dan B harus sudah dikirim ke Mahkamah Agung. 17) Biaya permohonan kasasi untuk Mahkamah Agung harus dikirim oleh kasir melalui bank BRI Cabang Veteran, Jl. Veteran Raya No.8 Jakarta Pusat ; Rekening Nomor 31.46.0370.0 dan bukti pengirimannya dilampirkan dalam berkas perkara yang bersangkutan. 18) Tanggal penerimaan memori dan kontra memori kasasi harus dicatat dalam Buku Register Induk Perkara TUN dan Register Permohonan Kasasi. 19) Fotocopy relaas pemberitahuan putusan Mahkamah Agung wajib dikirim ke Mahkamah Agung.
14
20) Pencabutan permohonan kasasi diajukan kepada Ketua Mahkamah Agung melalui Ketua Pengadilan TUN yang ditandatangani oleh Pemohon kasasi. Apabila pencabutan permohonan kasasi diajukan oleh kuasanya, maka harus diketahui oleh prinsipal. 21) Pencabutan permohonan kasasi harus segera dikirim oleh Panitera ke Mahkamah Agung disertai akta pencabutan permohonan kasasi yang ditandatangani oleh Panitera.
d. Pendaftaran Perkara Peninjauan Kembali 1) Berkas perkara diserahkan kepada Panitera Muda Perkara sebagai petugas pada meja pertama/loket pertama yang menerima pendaftaran terhadap permohonan peninjauan kembali. 2) Permohonan peninjauan kembali dapat diajukan dalam waktu 180 (seratus delapan puluh) hari kalender, dalam hal : a) Apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh Hakim pidana dinyatakan palsu adalah sejak diketahui kebohongan atau tipu muslihat atau sejak putusan Hakim pidana memperoleh kekuatan hukum tetap, dan tetap diberitahukan kepada pihak yang berperkara. b) Apabila setelah perkara diputus ditemukan surat-surat bukti yang bersifat menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan adalah sejak ditemukan surat-surat bukti, yang hari serta tanggal ditemukannya harus dinyatakan dibawah sumpah dan disahkan oleh pejabat yang berwenang. c) Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada yang dituntut apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan
15
belum diputus tanpa dipertimbangkan sebabsebabnya, dan apabila antara pihak-pihak yang sama mengenai suatu soal yang sama, atas dasar yang sama oleh Pengadilan yang sama atau sama tingkatannya telah diberikan putusan yang bertentangan satu dengan yang lain adalah sejak putusan memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan kepada para pihak yang berperkara. d) Apabila dalam suatu putusan terdapat suatu kekhilafan Hakim atau suatu kekeliruan yang nyata adalah sejak putusan yang terakhir dan bertentangan itu memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan kepada pihak yang berperkara. 3) Permohonan peninjauan kembali yang diajukan melampaui tenggang waktu, tidak dapat diterima dan berkas perkara tidak perlu dikirimkan ke Mahkamah Agung dengan Penetapan Ketua Pengadilan TUN. Apabila hari ke 14 jatuh pada hari Sabtu, Minggu atau hari libur, maka penentuan hari ke 14 jatuh pada hari kerja berikutnya. 4) Panjar biaya perkara peninjauan dituangkan dalam SKUM, terdiri dari :
kembali
a) Biaya perkara peninjauan kembali yang telah ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung. b) Biaya pengiriman uang. c) Biaya pengiriman berkas. d) Biaya Pemberitahuan (BP) berupa : (1) BP pernyataan penijauan kembali dan alasan peninjauan kembali. (2) BP penyampaian salinan putusan kepada Pemohon peninjauan kembali. (3) BP penyampaian amar putusan kepada Termohon peninjauan kembali. 5) SKUM dibuat dalam rangkap tiga: a) Lembar pertama untuk pemohon.
16
b) Lembar kedua untuk kasir. c) Lembar ketiga untuk dilampirkan dalam berkas permohonan. 6) Menyerahkan SKUM kepada pihak yang bersangkutan agar membayar uang panjar yang tercantum dalam SKUM kepada kasir Pengadilan TUN. 7) Kasir setelah menerima pembayaran menandatangani dan membubuhkan stempel lunas pada SKUM. 8) Permohonan peninjauan kembali dapat diterima apabila panjar yang ditentukan dalam SKUM oleh meja pertama telah dibayar lunas. 9) Kasir kemudian membukukan uang panjar biaya perkara sebagaimana tercantum dalam SKUM pada buku jurnal keuangan perkara. 10) Apabila panjar biaya peninjauan kembali telah dibayar lunas, maka Pengadilan pada hari itu juga wajib membuat akta pernyataan peninjauan kembali yang dilampirkan pada berkas perkara dan mencatat permohonan peninjauan kembali tersebut dalam Register Induk Perkara TUN dan Register Peninjauan Kembali. 11) Selambat-lambatnya dalam waktu 14 hari, Panitera Pengadilan wajib memberitahukan tentang permohonan peninjauan kembali kepada pihak lawannya, dengan memberikan/mengirimkan salinan permohonan peninjauan kembali beserta alasanalasannya kepada pihak lawan. 12) Jawaban/tanggapan atas alasan peninjauan kembali harus telah diterima di kepaniteraan Pengadilan TUN selambat-lambatnya 30 hari sejak alasan peninjauan kembali disampaikan kepadanya. 13) Jawaban/tanggapan atas alasan peninjauan kembali yang diterima di kepaniteraan Pengadilan TUN harus dibubuhi hari dan tanggal penerimaan yang dinyatakan di atas surat jawaban tersebut.
17
14) Dalam waktu 30 hari setelah menerima jawaban tersebut, berkas peninjauan kembali berupa bundel A dan B harus dikirim ke Mahkamah Agung. 15) Fotocopy relaas pemberitahuan putusan Mahkamah Agung, agar dikirim ke Mahkamah Agung. 16) Pencabutan permohonan peninjauan kembali diajukan kepada Ketua Mahkamah Agung melalui Ketua Pengadilan TUN yang ditandatangani oleh Pemohon peninjauan kembali. Apabila diajukan oleh kuasanya harus diketahui oleh prinsipal. 17) Pencabutan permohonan peninjauan kembali harus segera dikirim oleh Panitera ke Mahkamah Agung disertai akta pencabutan yang ditandatangani oleh Panitera. e. Administrasi Biaya Perkara 1) Biaya perkara terdiri dari : a) Biaya proses perkara. b) Hak-hak kepaniteraan. 2) Biaya proses perkara terdiri dari pengeluaran yang diperlukan untuk penyelenggaraan peradilan yang meliputi biaya-biaya panggilan, pemberitahuan, pemeriksaan setempat, sumpah, saksi, ahli, penerjemah, eksekusi dan lain-lain harus dicatat dengan tertib dalam masing-masing buku jurnal. 3) Hak-hak kepaniteraan terdiri dari biaya materai, redaksi, leges, pencatatan banding, pencatatan kasasi, pencatatan peninjauan kembali, dan lain-lain yang akan ditetapkan dalam peraturan Mahkamah Agung, adalah pendapatan negara. 4) Kasir melaksanakan tugas-tugas administrasi biaya perkara. 5) Biaya pencatatan permohonan banding, kasasi, dan peninjauan kembali dikeluarkan pada saat setelah diterimanya panjar biaya perkara.
18
6) Biaya materai dan redaksi dikeluarkan pada saat perkara diputus. 7) Pengeluaran uang perkara untuk keperluan lainnya di dalam ruang lingkup hak-hak kepaniteraan dilakukan menurut ketentuan yang berlaku. 8) Satu minggu sekali kasir harus menyerahkan uang hak-hak kepaniteraan kepada bendaharawan penerima untuk disetorkan kepada kas negara. Setiap penyerahan besarnya uang agar dicatat dalam kolom 13 KI-T6, dengan dibubuhi tanggal dan tandatangan serta nama bendaharawan penerima. 9) Biaya-biaya perkara dikeluarkan berdasarkan keperluan sesuai dengan jenis kegiatan. 10) Kasir mencatat penerimaan dan pengeluaran uang setiap hari, dalam buku jurnal yang bersangkutan dan mencatat dalam Buku Kas Bantu yang dibuat rangkap dua, lembar pertama disimpan di kasir, sedangkan lembar kedua diserahkan kepada Panitera sebagai laporan. 11) Panitera atau staf Panitera yang ditunjuk dengan surat keputusan Ketua Pengadilan TUN mencatat dalam buku induk keuangan yang bersangkutan. 12) Buku Keuangan perkara terdiri dari : a) Jurnal Perkara Gugatan. b) Jurnal Permohonan Banding. c) Jurnal Permohonan Kasasi. d) Jurnal Permohonan Peninjauan Kembali. e) Jurnal Permohonan Eksekusi. f) Buku Induk Keuangan Perkara TUN. g) Buku Induk Keuangan Eksekusi. h) Buku Penerimaan Uang Hak-hak Kepaniteraan. 13) Buku Jurnal Keuangan Perkara dipergunakan untuk mencatat semua kegiatan penerimaan dan pengeluaran biaya untuk setiap perkara.
19
14) Buku jurnal diberi nomor halaman, dan setiap nomor halaman digunakan 2 halaman muka, halaman pertama dan terakhir ditandatangani Ketua Pengadilan TUN, dan halaman lainnya di paraf. 15) Banyaknya halaman pada setiap buku jurnal, dan adanya tandatangan serta paraf Ketua Pengadilan TUN tersebut diterangkan dengan jelas oleh Ketua Pengadilan TUN dan keterangan tersebut ditandatangani Ketua Pengadilan TUN. 16) Buku Induk Keuangan Perkara, digunakan untuk mencatat kegiatan penerimaan dan pengeluran dari seluruh perkara (kecuali perkara permohonan eksekusi), dan dicatat menurut urutan tanggal penerimaan dan pengeluaran dalam buku jurnal yang terkait, dimulai setiap awal bulan dan ditutup pada akhir bulan. 17) Penerimaan dan pengeluaran biaya eksekusi yang dicatat dalam buku jurnal eksekusi menurut urutan tanggal penerimaan dan pengeluaran dimasukkan ke dalam Buku Induk Keuangan Eksekusi. 18) Banyaknya halaman Buku induk keuangan perkara harus diterangkan dengan jelas, sedangkan setiap halaman pertama dan halaman terakhir harus dibubuhi tanda tangan Ketua pengadilan TUN, dan halaman lainnya cukup dibubuhi paraf. 19) Penutupan Buku Induk Keuangan Perkara dilakukan oleh Panitera dan diketahui Ketua Pengadilan TUN. 20) Pada setiap penutupan buku induk keuangan tersebut, harus dijelaskan keadaan uang menurut buku kas, keadaan uang yang ada dalam brankas maupun yang disimpan dalam bank serta uraian secara terperinci. 21) Apabila terdapat selisih antara jumlah uang menurut buku kas dengan uang kas sesungguhnya, maka harus dijelaskan alasan terjadinya selisih tersebut.
20
22) Ketua Pengadilan TUN sebelum menandatangani Buku Induk Keuangan, harus meneliti kebenaran keadaan uang menurut buku kas dan menurut keadaan yang nyata, baik dalam brankas maupun yang disimpan di bank, dengan disertai bukti penyimpanan uang di bank. 23) Ketua Pengadilan TUN setiap saat dapat memerintahkan Panitera untuk menutup Buku Induk Keuangan, dan meneliti kebenaran setiap penerimaan dan pengeluaran uang perkara, sesuai dengan buku jurnal yang berkaitan, dan meneliti keadaan uang menurut buku kas dan uang nyata yang ada dalam brankas maupun yang disimpan di bank disertai buktinya. 24) Penutupan Buku Induk Keuangan Perkara atas dasar perintah Ketua Pengadilan TUN, sebagaimana tersebut di atas, hendaknya dilakukan minimal 3 (tiga) bulan sekali yang dilakukan secara mendadak, dengan dibuatkan berita acara pemeriksaan. 25) Buku penerimaan Uang Hak-Hak Kepaniteraan, digunakan untuk mencatat penerimaan uang hakhak kepaniteraan dan dalam kolom keterangan diisi dengan tanggal, jumlah uang yang disetor, serta tanda tangan dan nama bendaharawan penerima. 26) Buku jurnal dan Buku Induk Keuangan setiap tahun harus diganti, tidak boleh digabung dengan tahun sebelumnya. 2.
PERSIAPAN PERSIDANGAN a. Penunjukan Majelis Hakim 1) Berkas perkara yang sudah dicatat dalam register perkara, selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari Ketua Pengadilan TUN menetapkan Majelis Hakim untuk mengadili perkaranya.
21
2) Majelis Hakim harus terdiri dari 3 orang Hakim atau lebih dengan jumlah ganjil (kecuali undangundang menentukan lain), dengan ketentuan : a)
Ketua Pengadilan TUN dan Wakil Ketua Pengadilan TUN menjadi Ketua Majelis dalam suatu perkara. b) Ketua Majelis adalah Hakim senior dan mempunyai kemampuan menurut penilaian Ketua Pengadilan TUN. c) Susunan Majelis Hakim hendaknya ditetapkan secara tetap untuk jangka waktu tertentu. d) Untuk memeriksa perkara-perkara tertentu, Ketua Pengadilan TUN dapat membentuk majelis khusus. e) Majelis Hakim dibantu oleh seorang Panitera Pengganti. 3) Petugas meja kedua/loket kedua mencatat penunjukan Majelis Hakim dalam register perkara. 4) Apabila telah ditunjuk Majelis dan Panitera Penggantinya, petugas meja kedua/loket kedua mencatat penunjukan tersebut dalam kolom register induk. 5) Berkas perkara yang sudah ditetapkan Majelis Hakimnya, segera diserahkan kepada Majelis Hakim yang ditunjuk, setelah dilengkapi dengan formulir Penetapan Hari Sidang. b. Penetapan Hari Sidang 1) Panitera Muda Perkara dalam waktu 3 hari kerja wajib menyerahkan berkas perkara yang sudah dilampiri penetapan hari sidang kepada Ketua Majelis/Hakim yang telah ditunjuk. 2) Hakim/Majelis Hakim mempelajari berkas, dan dalam waktu selambat-lambatnya 7 hari kalender sudah harus menetapkan hari sidang pertama.
22
3) Penetapan hari sidang pertama, penundaan persidangan beserta alasan penundaan berdasarkan laporan Panitera Pengganti setelah persidangan, harus dicatat dalam buku register perkara dengan tertib. 4) Setiap Hakim/Majelis harus mempunyai jadwal persidangan yang lengkap. 5) Penetapan hari sidang selalu dimusyawarahkan dengan sesama anggota Majelis Hakim dan dicatat dalam buku agenda masing-masing. 6) Ketua Majelis dalam menentukan hari sidang harus mempertimbangkan jauh dekatnya tempat tinggal kedua belah pihak dari tempat persidangan. Jangka waktu antara pemanggilan dan hari sidang tidak boleh kurang dari 6 hari (Pasal 64 Undang-undang tentag PERATUN). 7) Hakim dalam pemeriksaan acara cepat, dalam menentukan hari sidang harus memperhatikan tenggang waktu untuk jawaban dan pembuktian bagi kedua belah pihak, lamanya tidak boleh melebihi 14 hari (Pasal 99 ayat 3 Undang-undang tentang PERATUN).
c. Panggilan Para Pihak Panggilan terhadap para pihak untuk menghadiri sidang dilakukan dengan surat tercatat yang dikirim oleh Panitera Pengadilan atau oleh Juru Sita Pengadilan dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Panggilan terhadap para pihak dianggap sah apabila masing-masing telah menerima surat panggilan yang dikirim dengan surat tercatat dan/atau menerima panggilan melalui Juru Sita Pengadilan. 2) Dalam hal salah satu pihak berkedudukan atau berada di luar wilayah Republik Indonesia, Ketua Pengadilan TUN atau Ketua Pengadilan Tinggi TUN selaku Pengadilan tingkat pertama melakukan pemanggilan dengan cara meneruskan Surat
23
Penetapan hari sidang beserta salinan gugatan kepada Departemen Luar Negeri Republik Indonesia cq. Dirjen Protokol dan Konsuler. Departemen Luar Negeri segera menyampaikan surat penetapan hari sidang beserta salinan gugatan melalui Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri dalam wilayah tempat yang bersangkutan berkedudukan atau berada. Petugas Perwakilan Republik Indonesia dalam Jangka waktu 7 hari sejak dilakukan pemanggilan tersebut, wajib memberi laporan kepada Pengadilan yang bersangkutan. 3.
PERSIDANGAN a) Perkara TUN harus diputus dan diminutasi dalam waktu 6 bulan. Jika melampaui jangka waktu tersebut, maka Hakim/Ketua Majelis melaporkan keterlambatan tersebut beserta alasannya kepada Ketua Pengadilan Tinggi TUN melalui Ketua Pengadilan TUN dengan tembusan kepada Ketua Mahkamah Agung. b) Sidang Pengadilan selalu harus dimulai pada jam 09.00. Kalau keadaan luar biasa, sidang dapat dimulai pada waktu yang lain, namun hal itu harus diumumkan terlebih dahulu. c)
Apabila sidang yang telah ditentukan tidak dapat terlaksana karena sesuatu hal, maka sesegera mungkin hal itu harus diumumkan.
d) Apabila Ketua Majelis yang ditunjuk berhalangan tetap untuk bersidang, maka Ketua Pengadilan TUN menunjuk Ketua Majelis yang baru dengan Penetapan. e)
Apabila salah seorang Hakim anggota majelis berhalangan sementara, maka dapat ditunjuk Hakim lain sebagai pengganti, dan apabila berhalangan tetap, maka Ketua Pengadilan menunjuk Hakim lain sebagai pengganti dengan penetapan.
24
f)
Sidang Pengadilan selalu harus dilaksanakan di ruang sidang, kecuali dalam hal dilakukan pemeriksaan di tempat.
g) Sidang pemeriksaan perkara TUN harus terbuka untuk umum. Persidangan dapat dinyatakan tertutup untuk umum dalam hal perkara menyangkut ketertiban umum atau keselamatan negara (Pasal 70 ayat 1 dan 2 Undang-undang tentang PERATUN). h) Hakim/Ketua Majelis bertanggungjawab atas ketepatan pemeriksaan perkara yang dipercayakan kepadanya, dan agar pemeriksaan perkara berjalan teratur, tertib dan lancar, maka sebelum pemeriksaan dimulai harus mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. a. Berita Acara Sidang 1) Hakim/Ketua Majelis bertanggungjawab atas pembuatan dan kebenaran berita acara persidangan dan menandatanganinya bersamasama dengan Panitera Pengganti yang ikut bersidang sebelum sidang berikutnya. 2) Panitera Pengganti yang ikut bersidang wajib membuat berita acara sidang yang memuat segala sesuatu yang terjadi di persidangan, yaitu mengenai susunan persidangan, siapa-siapa yang hadir, serta jalannya pemeriksaan perkara tersebut dengan lengkap dan jelas. 3) Pada waktu musyawarah semua berita acara harus sudah selesai diketik, dan ditandatangani sehingga dapat dipakai sebagai bahan musyawarah oleh Majelis Hakim yang bersangkutan. 4) Perkembangan suatu perkara yang disidangkan harus dilaporkan oleh Panitera Pengganti kepada Panitera dan dicatat dalam buku register yang disediakan untuk itu. 5) Apabila Ketua Majelis atau Hakim Ketua Sidang dalam pemeriksaan acara cepat berhalangam
25
menandatangani berita acara persidangan (BAP) dan/atau putusan, maka BAP atau putusan tersebut ditandatangani oleh Ketua Pengadilan TUN dengan menyatakan berhalangannya Ketua Majelis atau Hakim Ketua Sidang dalam pemeriksaan acara cepat tersebut (Pasal 109 ayat 4 Undang-undang tentang PERATUN). 6) Apabila Panitera Pengganti yang ikut sidang berhalangan menandatangani BAP dan/atau putusan, maka BAP atau putusan tersebut ditandatangani oleh Panitera Pengadilan TUN dengan menyatakan berhalangannya Panitera Pengganti tersebut. b. Rapat Permusyawaratan 1) Rapat permusyawaratan Hakim bersifat rahasia (Pasal 19 ayat 3 UU No.4 Tahun 2004). 2) Ketua Majelis mempersilahkan Hakim anggota II untuk mengemukakan pendapatnya, disusul oleh Hakim anggota I dan terakhir Ketua Majelis akan menyampaikan pendapatnya. Semua pendapat harus dikemukakan dengan argumentasi yuridis yang jelas. 3) Dalam sidang permusyawaratan, setiap Hakim wajib menyampaikan pertimbangan atau pendapat tertulis terhadap perkara yang sedang diperiksa dan dalam hal tidak dicapai mufakat, pendapat Hakim yang berbeda wajib dimuat dalam putusan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari putusan. c. Putusan 1) Putusan sedapat mungkin diambil dengan suara bulat. Apabila mengenai sesuatu masalah terdapat perbedaan pendapat yang sangat berlainan (dalam hal ada tiga pendapat yang berlainan dalam satu majelis), maka masalah tersebut dapat dibawa
26
kepada Ketua Pengadilan TUN untuk dicarikan jalan ke luar. 2) Pada waktu putusan diucapkan, konsep putusan yang lengkap harus sudah siap, yang segera setelah putusan diucapkan akan diserahkan kepada Panitera Pengganti untuk diminutasi dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari sesudah putusan diucapkan (Pasal 109 ayat 3 Undang-undang tentang PERATUN). d) Minutasi Perkara Hakim/Ketua Majelis bertanggungjawab ketepatan batas waktu minutasi perkara. 4.
atas
BERKAS a. “Bundel A” Dalam hal putusan telah berkekuatan hukum tetap, agar segera dibuat pemberkasan oleh petugas meja tiga/loket tiga. Putusan tersebut segera dilekatkan dengan berkasberkas perkara yang disebut “Bundel A”. “Bundel A” adalah merupakan himpunan surat-surat yang diawali dengan surat gugatan dan semua kegiatan proses penyidangan/pemeriksaan perkara tersebut yang selalu disimpan di Pengadilan TUN yang terdiri dari : 1) Surat Gugatan. 2) Surat-surat : a) Panggilan. b) Penetapan Dismissal oleh Ketua (bila ada). c) Penetapan beracara dengan cuma-cuma (bila ada). d) Permohonan perlawanan (bila ada). e) Penetapan penundaan pelaksanaan Keputusan TUN obyek sengketa oleh Ketua Pengadilan TUN atau oleh Hakim dalam pemeriksaan acara cepat atau oleh Majelis Hakim (bila ada).
27
3) Penetapan penunjukan Hakim/Majelis Hakim dan Panitera Pengganti. 4) Penetapan pemeriksaan persiapan. 5) Penetapan pemeriksaan Persidangan 6) Berita acara pemeriksaan persiapan, berita acara sidang (jawaban, replik, duplik, dan kesimpulan, dimasukkan dalam kesatuan berita acara). 7) Surat kuasa dari para pihak (bila memakai kuasa). 8) Lampiran-lampiran surat yang diajukan oleh para pihak (bila ada). 9) Surat-surat bukti Penggugat. 10) Surat-surat bukti Tergugat. 11) Surat-surat bukti Tergugat Intervensi/Penggugat Intervensi (bila ada). 12) Tanggapan bukti-bukti Tergugat dari Penggugat. 13) Tanggapan bukti-bukti Penggugat dari Tergugat. 14) Tanggapan bukti-bukti Tergugat Intervensi/ Penggugat Intervensi (bila ada). 15) Berita acara pemeriksaan setempat (bila ada). 16) Surat-surat lainnya. b. “Bundel B” untuk Banding Bundel B yang berkaitan dengan permohonan banding yang pada akhirnya akan menjadi arsip berkas pada Pengadilan Tinggi TUN, adalah merupakan himpunan surat-surat perkara yang diawali dengan permohonan pernyataan banding serta semua kegiatan berkenaan dengan adanya permohonan banding, yang terdiri dari : 1) Salinan putusan Pengadilan TUN. 2) Akta banding. 3) Akta pemberitahuan banding. 4) Tanda terima memori banding (bila ada). 5) Pemberitahuan penyerahan memori banding (bila ada). 6) Tanda terima kontra memori banding (bila ada).
28
7) Pemberitahuan penyerahan kontra memori banding (bila ada). 8) Pemberitahuan memberi kesempatan pihak-pihak untuk melihat, membaca dan memeriksa berkas perkara (inzage). 9) Surat kuasa khusus (kalau ada kuasa) 10) Tanda bukti pengiriman ongkos perkara banding. c. “Bundel B” untuk Kasasi Bundel B yang akan menjadi arsip berkas perkara kasasi pada Mahkamah Agung, terdiri dari : 1) Relaas-relaas pemberitahuan isi putusan banding atau isi putusan Pengadilan Tinggi TUN sebagai Pengadilan tingkat pertama kepada para pihak. 2) Akta permohonan kasasi. 3) Surat kuasa khusus dari Pemohon kasasi (bila ada). 4) Memori kasasi. 5) Relaas pemberitahuan kasasi kepada pihak lawan. 6) Relaas pemberitahuan memori kasasi kepada pihak lawan. 7) Kontra memori kasasi (bila ada). 8) Relaas pemberitahuan kontra memori kasasi kepada pihak lawan. 9) Salinan putusan Pengadilan TUN. 10) Salinan putusan banding (apabila yang diajukan kasasi adalah putusan Pengadilan Tinggi TUN sebagai Pengadilan tingkat pertama, maka yang disertakan salinan putusan Pengadilan Tinggi TUN sebagai Pengadilan tingkat pertama). 11) Tanda bukti setoran biaya kasasi yang sah dari bank. 12) Surat-surat lain (bila ada). d. “Bundel B” untuk Peninjauan Kembali Bundel B yang akan menjadi arsip berkas perkara peninjauan kembali pada Mahkamah Agung terdiri dari:
29
1) Relaas pemberitahuan isi putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. 2) Akta permohonan peninjauan kembali. 3) Surat permohonan peninjauan kembali, dilampiri dengan surat bukti. 4) Tanda terima permohonan peninjauan kembali. 5) Surat kuasa khusus (bila ada). 6) Berita acara sumpah dalam hal ada novum. 7) Surat pemberitahuan dan penyerahan salinan permohonan peninjauan kembali kepada pihak lawan. 8) Jawaban surat permohonan peninjauan kembali. 9) Salinan putusan Pengadilan TUN. 10) Salinan putusan Pengadilan Tinggi TUN. 11) Salinan putusan Mahkamah Agung. 12) Tanda bukti setoran biaya dari bank. 13) Surat-surat lain (bila ada). Catatan :
5.
Untuk mengantisipasi hilangnya berkas perkara, maka berita acara hendaknya dibuat 2 (dua) rangkap.
REGISTER, LAPORAN, DAN PENGARSIPAN a. Register Perkara 1) Register Induk Perkara TUN harus ditandatangani pada halaman pertama dan halaman terakhir, serta dibubuhi paraf pada tiap-tiap halaman dengan menyebutkan jumlah halamannya oleh Ketua Pengadilan TUN yang bersangutan. 2) Pencatatan perkara dalam buku register harus dilakukan dengan tertib dan cermat. 3) Buku register yang berkaitan dengan buku jurnal, terdiri dari : a) Register Induk Perkara. b) Register Perkara Gugatan/Perlawanan terhadap penetapan dismissal.
30
4)
5)
6) 7)
c) Register Permohonan Banding. d) Register Permohonan Kasasi. e) Register Permohonan Peninjauan Kembali. f) Register Eksekusi. Buku register yang tidak berkaitan dengan buku jurnal, terdiri dari : a) Register Pengawasan terhadap Pelaksanaan Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. b) Register Pengawasan terhadap Dipatuhinya Perintah Hakim dalam Penetapan Penundaan Pelaksanaan Surat Keputusan Objek Sengketa; c) Register Bantu. Register Induk harus memuat seluruh data perkara dalam tingkat pertama, banding, kasasi, peninjauan kembali dan eksekusi. Buku register setiap tahun harus diganti, tidak boleh digabung dengan tahun sebelumnya. Register perkara Gugatan dan Perlawanan terhadap penetapan dismissal ditutup setiap bulan, nomor urut setiap bulan dimulai dari nomor 1, sedangkan nomor perkara berlanjut untuk satu tahun. Cara Penutupan : a) Penutupan register setiap akhir bulan, ditandatangani oleh petugas register, dengan perincian sebagai berikut : Sisa bulan lalu : …………. Perkara Masuk bulan ini : …………. Perkara Putus bulan ini : …………. Perkara Sisa bulan ini : …………. Perkara b) Penutupan register setiap akhir tahun, ditandatangani oleh Panitera dan diketahui oleh Ketua Pengadilan TUN, dengan perincian sebagai berikut : Sisa tahun lalu : …………. Perkara Masuk tahun ini : …………. Perkara Putus tahun ini : …………. Perkara
31
Sisa tahun ini : …………. Perkara 8) Register banding, kasasi, peninjauan kembali dan eksekusi ditutup oleh Panitera serta diketahui Ketua Pengadilan TUN setiap akhir tahun dengan rekapitulasi sebagai berikut : Sisa tahun lalu : …………. Perkara Masuk tahun ini : …………. Perkara Putus tahun ini : …………. Perkara Sisa akhir : a. Sudah dikirim : …………. Perkara b. Belum dikirim : …………. Perkara b. Laporan 1) Pengadilan TUN berkewajiban membuat laporan tentang keadaan perkara, keuangan perkara dan kegiatan Hakim, dengan jenis laporan : a) Laporan keadaan perkara. b) Laporan perkara yang dimohonkan banding. c) Laporan perkara yang dimohonkan kasasi. d) Laporan perkara yang dimohonkan peninjauan kembali. e) Laporan perkara yang dimohonkan eksekusi serta pelaksanaannya. f) Laporan tentang kegiatan hakim. g) Laporan tentang kegiatan Panitera/Panitera Pengganti. h) Laporan keuangan perkara. i) Laporan jenis perkara. 2) Asli laporan dikirim kepada Ketua Pengadilan Tinggi TUN yang bersangkutan, dengan tembusan dikirimkan kepada Mahkamah Agung RI. 3) Laporan keadaan perkara, keuangan perkara, dan jenis perkara dibuat pada setiap akhir bulan dan sudah harus diterima oleh Pengadilan Tinggi TUN atau Mahkamah Agung pada tanggal 15 bulan berikutnya. 4) Laporan keadaan perkara yang dimohonkan banding, kasasi, peninjauan kembali dan eksekusi
32
dibuat setiap 4 (empat) bulan, yaitu pada akhir bulan April, Agustus dan Desember. 5) Laporan tentang kegiatan Hakim dibuat setiap 6 (enam) bulan, yaitu pada akhir bulan Juni dan Desember. 6) Isi Laporan keadaan perkara : a) Laporan tentang keadaan perkara sejak diterima sampai diputus dan diminutasi. b) Laporan keadaan perkara yang dimohonkan banding mulai tanggal putusan, tanggal permohonan banding, sampai tanggal pengiriman berkas perkara ke Pengadilan Tinggi TUN, dan juga mengenai perkara yang dimohonkan banding tetapi tidak memenuhi syarat tenggang waktu banding. Perkara-perkara banding yang telah dikirim ke Pengadilan Tinggi TUN tetapi belum diterima kembali oleh Pengadilan TUN harus tetap dilaporkan. c) Laporan perkara yang dimohonkan kasasi, berisi tentang keadaan perkara yang dimohonkan kasasi, mulai tanggal penerimaan berkas dari Pengadilan Tinggi TUN sampai dengan tanggal pengiriman berkas perkara ke Mahkamah Agung. Perkara-perkara kasasi yang telah dikirim ke Mahkamah Agung tetapi belum diterima kembali oleh Pengadilan TUN harus tetap dilaporkan. d) Laporan perkara yang dimohonkan peninjauan kembali, berisi tentang keadaan perkara yang dimohonkan peninjauan kembali, mulai tanggal penerimaan berkas dari Mahkamah Agung atau Pengadilan Tinggi TUN sampai dengan tanggal pengiriman berkas perkara ke Mahkamah Agung dan juga mengenai perkara yang dimohonkan peninjauan kembali namun tidak
33
e)
f)
g)
h)
memenuhi syarat tenggang waktu peninjauan kembali. Perkara-perkara peninjauan kembali yang telah dikirim ke Mahkamah Agung tetapi belum diterima kembali oleh Pengadilan TUN harus tetap dilaporkan. Laporan keadaan perkara yang dimohonkan eksekusi berisi tentang keadaan perkara yang dimohonkan eksekusi, mulai tanggal permohonan eksekusi sampai dengan selesainya eksekusi. Laporan kegiatan Hakim, berisi tentang jumlah perkara yang diterima, diputus, dan sisa perkara serta jumlah perkara yang sudah maupun yang belum diminutasi. Laporan kegiatan Panitera/Panitera Pengganti berisi tentang jumlah perkara yang diterima, diputus dan yang sudah maupun belum diminutasi. Laporan tentang keadaan keuangan perkara, data-datanya harus sesuai dengan buku induk keuangan perkara.
7) Dalam setiap laporan terhadap perkara yang belum dikirim harus pula disebutkan alasannya dalam kolom keterangan. Perkara sebagaimana tersebut pada angka 6 huruf b) sampai dengan e) di atas, tetap dilaporkan dalam setiap laporan sampai perkara diputus/selesai. 8) Laporan-laporan dalam point 6.a) hingga 6.g) adalah laporan yang bersifat evaluasi, sehingga laporan-laporan tersebut dapat dipantau tentang kegiatan para pejabat peradilan secara keseluruhan, baik Hakim maupun pejabat kepaniteraan yang berhubungan dengan penyelenggaraan jalannya peradilan. 9) Laporan dalam point 6.f adalah laporan yang semata-mata bersifat data tentang : a) Jumlah dan jenis perkara.
34
b) Jumlah putusan. c) Sisa perkara yang belum diputus pada setiap akhir bulan. c. Arsip Perkara 1) Setelah putusan dikirim ke para pihak, maka petugas meja ketiga/loket ketiga menyimpan berkas perkara untuk keperluan arsip. 2) Secara umum berkas perkara dapat dibedakan atas 2 (dua) jenis, yaitu : a) Berkas yang masih berjalan (aktif) yakni berkas perkara yang telah diputus dan diminutasi, tetapi masih dalam kasasi, peninjauan kembali dan masih memerlukan penyelesaian akhir. b) Arsip berkas perkara (non aktif) yakni berkas perkara yang telah selesai dalam arti mempunyai kekuatan hukum tetap. 3) Berkas perkara yang masih berjalan (aktif) dikelola pada kepaniteraan perkara/petugas meja ketiga, sementara arsip berkas perkara yang sudah tidak aktif dipindahkan pengelolaannya pada kepaniteraan hukum. 4) Pembenahan dan penataan berkas perkara dan arsip berkas perkara dilakukan dalam 3 (tiga) tahap yakni: a) Tahap Pertama 1) Pendataan semua berkas perkara dengan memisahkan berkas perkara yang masih berjalan dan arsip berkas perkara; 2) Berkas yang masih berjalan disusun secara vertikal/horizontal sesuai dengan situasi dan kondisi ruang; 3) Penataan arsip berkas perkara dimasukkan dalam sampul/box dengan diberikan catatan: a) Nomor urut box. b) Tahun perkara. c) Jenis perkara. d) Nomor urut perkara.
35
b) Tahap Kedua Pembenahan dan penataan arsip berkas perkara tahap kedua dilakukan oleh kepaniteraan hukum, dengan cara : 1) Membuat daftar isi yang ditempel dalam box. 2) Arsip yang telah disusun menurut jenis perkara, dipisahkan menurut klasifikasi perkaranya dan disimpan dalam box tersendiri. 3) Menyimpan box arsip berkas perkara dalam rak (lemari). 4) Membuat daftar isi rak (D.I.R.) dan daftar isi lemari (D.I.L.). c) Tahap Ketiga Pembenahan dan penataan arsip berkas perkara tahap ketiga dilakukan oleh kepaniteraan hukum dengan cara : 1) Memisahkan berkas perkara yang sudah mencapai masa untuk dihapus; 2) Menyimpan arsip berkas perkara yang telah dimasukkan dalam box/sampul untuk disimpan dalam rak/lemari; 3) Pembenahan dan penataan arsip berkas perkara agar dilaporkan oleh Ketua Pengadilan TUN kepada Ketua Pengadilan Tinggi TUN dan Ketua Mahkamah Agung RI, baik secara berkala maupun insidentil. 5) Pengadilan juga dapat menyimpan berkas perkara dalam bentuk lain, seperti pada pita magnetik, disket, CD, flasdisk, atau media lainnya.
36
B. PENGADILAN TINGGI TUN 1.
PENERIMAAN PERKARA a. Pendaftaran 1) Petugas pada meja pertama/loket pertama menerima berkas perkara banding yang dikirim oleh Pengadilan TUN dan meneliti kelengkapan berkas perkara tersebut serta apabila terdapat kekurangan, Panitera meminta kekurangan tersebut kepada Pengadilan TUN pengaju. 2) Petugas pada meja pertama/loket pertama mengirim salinan memori/kontra memori banding yang diterima oleh Pengadilan Tinggi TUN kepada Pengadilan TUN untuk disampaikan kepada pihak lawan. 3) Petugas pada meja pertama/loket pertama menerima kembali relaas pemberitahuan/ penyerahan salinan memori/kontra memori banding dari Pengadilan TUN. 4) Petugas pada meja kedua/loket kedua kemudian mendaftarkan perkara dalam Buku Register Perkara Banding setelah biaya perkara diterima oleh kasir dan dicatat dalam buku jurnal. 5) Nomor perkara harus sama dengan nomor perkara dalam buku jurnal; 6) Pengisian kolom-kolom buku register dilaksanakan dengan tertib dan cermat.
harus
7) Berkas perkara yang diterima hendaknya dilengkapi dengan formulir penetapan majelis Hakim, disampaikan kepada Wakil Panitera untuk diserahkan kepada Ketua Pengadilan Tinggi TUN melalui Panitera. 8) Perkara yang sudah ditetapkan Majelis Hakimnya, segera diserahkan kepada Majelis Hakim yang ditunjuk, dan mencatat pembagian perkara tersebut dengan tertib.
37
9) Pelaksanaan tugas-tugas pada meja pertama/ loket pertama dan meja kedua/loket kedua dilakukan oleh sub kepaniteraan perkara dan berada langsung di bawah pengawasan Wakil Panitera. Catatan : Untuk pelaksanaan penyelenggaraan administrasi perkara pada Pengadilan Tinggi TUN sebagai Pengadilan tingkat pertama, sama dengan teknis administrasi perkara pada Pengadilan TUN dengan penyesuaian seperlunya. b. Administrasi Biaya Perkara 1) Kasir menerima dan membukukan uang panjar perkara banding yang diterima dari Pengadilan TUN dalam buku jurnal keuangan perkara banding. 2) Pencatatan penerimaan biaya perkara dalam buku jurnal dan pemberian nomor perkara, dilaksanakan setelah berkas perkara diterima. 3) Biaya administrasi dikeluarkan bersamaan dengan pencatatan penerimaan biaya perkara tersebut. 4) Biaya materai dan redaksi, dikeluarkan dari biaya perkara pada waktu perkara diputus. 5) Buku keuangan perkara terdiri dari : (a) Jurnal Keuangan Perkara. (b) Buku Induk Keuangan Perkara. (c) Buku Penerimaam Uang Hak-Hak Kepaniteraan. 6) Buku Jurnal Keuangan Perkara, digunakan untuk mencatat semua kegiatan penerimaan dan pengeluaran biaya untuk setiap perkara, dimulai dari penerimaan biaya perkara dan ditutup pada tanggal perkara diputus. 7) Buku jurnal diberi nomor halaman, untuk setiap nomor halaman digunakan 2 halaman muka, dengan halaman pertama dan halaman terakhir ditandatangani Ketua Pengadilan Tinggi TUN dan halaman lainnya diparaf.
38
8) Banyaknya halaman pada setiap buku jurnal, dan adanya tanda tangan serta paraf Ketua Pengadilan Tinggi TUN tersebut diterangkan dengan jelas oleh Ketua Pengadilan Tinggi TUN, dan keterangan tersebut ditandatangani oleh Ketua Pengadilan Tinggi TUN. 9) Buku Induk Keuangan Perkara, digunakan untuk mencatat kegiatan penerimaan dan pengeluaran dari seluruh perkara, dan dicatat menurut urutan tanggal penerimaan dan pengeluaran dalam buku jurnal yang terkait, dimulai setiap awal bulan dan ditutup pada akhir bulan. 10) Banyaknya halaman buku induk keuangan perkara harus diterangkan dengan jelas, sedangkan setiap halaman pertama dan halaman terakhir harus dibubuhi tandatangan Ketua Pengadilan Tinggi TUN dan halaman lainnya cukup diparaf. 11) Penutupan buku induk keuangan perkara dilakukan oleh Panitera dan diketahui Ketua Pengadilan Tinggi TUN. 12) Pada setiap penutupan buku induk keuangan tersebut, harus dijelaskan keadaan uang menurut buku kas, keadaan uang yang ada dalam brankas maupun yang disimpan di bank, serta uraian secara terperinci. 13) Apabila terdapat selisih antara jumlah uang menurut buku kas dengan uang kas sesungguhnya, maka harus dijelaskan alasan terjadinya selisih tersebut. 14) Ketua Pengadilan Tinggi TUN sebelum menandatangani buku induk keuangan, harus meneliti kebenaran keadaan uang menurut buku kas dan menurut keadaan yang nyata, baik dalam brankas maupun yang disimpan di bank, dengan disertai bukti penyimpanan uang di bank. 15) Ketua Pengadilan Tinggi TUN setiap saat dapat memerintahkan Panitera untuk menutup buku induk keuangan, dan meneliti kebenaran setiap
39
penerimaan dan pengeluaran uang perkara, sesuai dengan buku jurnal yang berkaitan dan meneliti keadaan uang menurut buku kas dan uang yang ada dalam brankas maupun yang disimpan di bank, disertai buktinya. 16) Penutupan buku induk keuangan perkara atas dasar perintah Ketua Pengadilan Tinggi TUN, sebagaimana tersebut di atas hendaknya dilakukan minimal 3 (tiga) bulan sekali yang dilakukan secara mendadak, dengan dibuatkan berita acara pemeriksaan. 17) Buku Penerimaan Uang Hak-hak Kepaniteraan, digunakan untuk mencatat penerimaan uang hakhak Kepaniteraan dan dalam kolom keterangan diisi dengan tanggal, jumlah uang yang disetor, serta tanda tangan dan nama Bendaharawan Penerima. 18) Buku Jurnal dan buku induk keuangan setiap tahun harus diganti, tidak boleh digabung dengan tahun sebelumnya. 2. PERSIAPAN PERSIDANGAN a. Setelah berkas diperiksa kelengkapannya, maka oleh meja kedua/loket kedua perkara yang masuk didaftarkan ke dalam buku register perkara sesuai dengan urutan tanggal penerimaan. b. Berkas perkara yang diterima dilengkapi dengan formulir penetapan Majelis Hakim, disampaikan oleh meja kedua/loket kedua kepada Wakil Panitera untuk diserahkan kepada Ketua Pengadilan Tinggi TUN melalui Panitera. c. Perkara yang sudah ditetapkan Majelis Hakimnya dan Panitera Penggantinya oleh meja kedua/loket kedua segera diserahkan kepada Majelis Hakim yang ditunjuk dan mencatat pembagian perkara tersebut dengan tertib.
40
3. PERSIDANGAN a. Dalam hal Pengadilan Tinggi TUN melakukan pemeriksaan sendiri baik dalam tingkat banding maupun sebagai pengadilan tingkat pertama, maka Panitera atau Panitera Pengganti membantu Hakim dengan menghadiri dan mencatat jalannya sidang, kemudian setiap selesai sidang Panitera atau Panitera Pengganti wajib menyusun berita acara dan menyampaikannya kepada Ketua Majelis sebelum hari persidangan berikutnya. b. Dalam hal perkara telah diputus oleh Majelis Hakim banding, maka salinan putusan beserta berkas perkara dikirimkan kembali oleh Panitera Pengadilan Tinggi TUN ke Pengadilan TUN. c. Panitera Pengadilan Tinggi TUN dalam waktu 30 hari mengirimkan salinan putusan tingkat banding beserta surat pemeriksaan dan surat lain ke Pengadilan TUN yang memutus dalam pemeriksaan tingkat pertama (Pasal 127 ayat 4 Undang-undang tentang PERATUN). 4. BERKAS “Bundel B” yang berkaitan dengan permohonan banding yang pada akhirnya akan menjadi arsip berkas Pengadilan Tinggi TUN adalah merupakan himpunan surat-surat perkara yang diawali dengan permohonan pernyataan banding serta semua kegiatan yang berkenaan dengan adanya permohonan banding yang terdiri dari : a. Salinan putusan Pengadilan TUN. b. Akta banding. c. Akta pemberitahuan banding. d. Pemberitahuan penyerahan memori banding. e. Pemberitahuan penyerahan kontra memori banding. f. Pemberitahuan memberi kesempatan pihak-pihak untuk melihat, membaca dan memeriksa (inzage) berkas perkara. g. Surat kuasa khusus (kalau ada kuasa). h. Tanda bukti pengiriman ongkos perkara banding.
41
5. REGISTER, LAPORAN, DAN PENGARSIPAN a. Register Perkara Register perkara TUN harus memuat seluruh data-data perkara, dan pengisiannya dilaksanakan dengan tertib dan cermat. Buku Jurnal dan Buku Induk Keuangan Pengadilan Tinggi TUN harus ditandatangani pada halaman 1 dan halaman terakhir, serta dibubuhi paraf pada tiap-tiap halaman dengan menyebutkan jumlah halamannya oleh Ketua Pengadilan Tinggi TUN. b. Laporan 1) Pengadilan Tinggi TUN wajib membuat laporan tentang keadaan perkara dan keuangan perkara setiap bulan, serta laporan kegiatan Hakim setiap 6 (enam) bulan. 2) Macam Laporan : a) Laporan Keadaan Perkara. b) Laporan Kegiatan Hakim. c) Laporan Keuangan Perkara. 3) Pengadilan Tinggi TUN membuat evaluasi atas laporan bulanan keadaan perkara yang berasal dari seluruh Pengadilan TUN di wilayah hukumnya untuk disampaikan kepada Mahkamah Agung. 4) Pengadilan Tinggi TUN membuat rekapitulasi setiap akhir tahun atas laporan dari seluruh Pengadilan TUN di wilayah hukumnya tentang keadaan perkara banding, kasasi, peninjauan kembali dan jenis perkara serta mengirimkan kepada Mahkamah Agung. c. Arsip Perkara 1) Setelah putusan dikirim ke Pengadilan TUN, maka petugas meja ketiga/loket ketiga menyimpan berkas perkara untuk keperluan arsip. 2) Secara umum berkas perkara dapat dibedakan atas 2 (dua) jenis, yaitu :
42
a) Berkas yang masih berjalan (aktif) yakni berkas perkara yang telah diputus dan diminutasi, tetapi masih dalam kasasi, peninjauan kembali dan masih memerlukan penyelesaian akhir. b) Arsip berkas perkara (non aktif) yakni berkas perkara yang telah selesai dalam arti mempunyai kekuatan hukum tetap. 3) Berkas perkara yang masih berjalan (aktif) dikelola pada kepaniteraan perkara/petugas meja ketiga, sementara arsip berkas perkara yang sudah tidak aktif dipindahkan pengelolaannya pada kepaniteraan hukum. 4) Pembenahan dan penataan berkas perkara dan arsip berkas perkara dilakukan dalam 3 (tiga) tahap yakni: a) Tahap Pertama (1) Pendataan semua berkas perkara dengan memisahkan berkas perkara yang masih berjalan dan arsip berkas perkara. (2) Berkas yang masih berjalan disusun secara vertikal/horizontal sesuai dengan situasi dan kondisi ruang. (3) Penataan arsip berkas perkara dimasukkan dalam sampul/box dengan diberikan catatan : (a) Nomor urut box. (b) Tahun perkara. (c) Jenis perkara. (d) Nomor urut perkara. b) Tahap Kedua Pembenahan dan penataan arsip berkas perkara tahap kedua dilakukan oleh kepaniteraan hukum, dengan cara : (1) Membuat daftar isi yang ditempel dalam box. (2) Arsip yang telah disusun menurut jenis perkara, dipisahkan menurut klasifikasi perkaranya dan disimpan dalam box tersendiri.
43
(3) Menyimpan box arsip berkas perkara dalam rak (lemari). (4) Membuat daftar isi rak (D.I.R.) dan daftar isi lemari (D.I.L.). c) Tahap Ketiga Pembenahan dan penataan arsip berkas perkara tahap ketiga dilakukan oleh kepaniteraan hukum dengan cara : (1) Memisahkan berkas perkara yang sudah mencapai masa untuk dihapus. (2) Menyimpan arsip berkas perkara yang telah dimasukkan dalam box/sampul untuk disimpan dalam rak/lemari. (3) Pembenahan dan penataan arsip berkas perkara agar dilaporkan oleh Ketua Pengadilan Tinggi TUN kepada Ketua Mahkamah Agung RI, baik secara berkala maupun insidentil. 5) Pengadilan Tinggi TUN juga dapat menyimpan berkas perkara dalam bentuk lain, seperti pada pita magnetik, disket, CD, flasdisk, atau media lainnya.
II. TEKNIS PERADILAN A. GUGATAN 1.
Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan terhadap badan atau Pejabat TUN dan diajukan ke Pengadilan untuk mendapatkan putusan (Pasal 1 butir 5 Undangundang tentang PERATUN).
2.
Tuntutan pokok dalam gugatan adalah agar Keputusan TUN yang menjadi obyek sengketa dinyatakan batal atau tidak sah, dan tuntutan tambahan berupa ganti rugi dan/atau rehabilitasi (Pasal 53 ayat 1 Undang-undang tentang PERATUN).
3.
Dasar atau alasan mengajukan gugatan adalah :
44
a. Keputusan TUN yang digugat bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Keputusan TUN yang digugat bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik (AAUPB). B. PERKARA PRODEO 1. Penggugat yang tidak mampu, dapat mengajukan gugatan secara prodeo. Keadaan tidak mampu itu harus dibuktikan dengan surat keterangan kepala desa/kelurahan yang bersangkutan. Dalam register perkara hal itu dicatat. Semua penerimaan dan pengeluaran meskipun nihil harus tetap dicatat dalam jurnal. 2.
Sebelum suatu gugatan dicatat dalam buku register, Penggugat terlebih dahulu harus mengajukan permohonan berperkara secara prodeo, yang apabila dikabulkan, Hakim membuat penetapan tentang ijin berperkara secara prodeo, setelah sebelumnya pihak lawan diberi kesempatan untuk menanggapi permohonan tersebut. Perihal pemberian ijin beracara secara prodeo berlaku untuk masing-masing tingkat peradilan secara sendiri-sendiri dan tidak dapat diberikan untuk semua tingkat peradilan sekaligus.
3.
Penetapan tentang ijin berperkara secara prodeo tidak dapat diajukan upaya hukum apapun.
4.
Untuk tingkat banding agar diperhatikan ketentuan Pasal 12, 13, dan 14 UU No.20 Tahun 1947.
C. OBYEK GUGATAN 1.
Keputusan TUN (Pasal 1 butir 3 Undang-undang tentang PERATUN), yaitu suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat TUN yang berisi tindakan hukum TUN berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
2.
Keputusan fiktif-negatif (Pasal 3 Undang-undang tentang PERATUN), yaitu sikap diam Badan/Pejabat TUN yang
45
tidak mengeluarkan Keputusan TUN yang dimohonkan oleh orang atau badan hukum perdata sedangkan hal tersebut menjadi kewajiban ataupun kewenangannya. Sifat permohonannya haruslah berupa Keputusan TUN sebagaimana dimaksud oleh Pasal 1 butir 3 Undangundang tentang PERATUN dan bukan permohonan yang sekedar bersifat informasi. Penerapan ketentuan keputusan fiktif-negatif :
3.
a.
Apabila ditentukan jangka waktu untuk memproses permohonan, dianggap ada penolakan jika jangka waktu yang ditentukan tersebut telah lewat Badan/Pejabat TUN tidak memprosesnya.
b.
Apabila tidak ditentukan jangka waktu untuk memproses permohonan, dianggap ada penolakan setelah lewat jangka waktu 4 (empat) bulan sejak diterimanya permohonan.
c.
Apabila terbukti sikap diam yang dilakukan oleh Badan/Pejabat TUN cacat hukum, maka Pengadilan mewajibkan agar Badan/Pejabat TUN tersebut menerbitkan Keputusan TUN sesuai prosedur perundang-undangan yang berlaku.
d.
Hakim harus membuktikan mengenai cacat hukumnya, apakah melanggar perundang-undangan yang berlaku atau melanggar AAUPB.
e.
Amar putusan dalam gugatan fiktif-negatif mewajibkan Tergugat untuk memproses permohonan Penggugat yang didiamkan oleh Tergugat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
f.
Amar putusan dalam gugatan fiktif-negatif tidak selalu mengabulkan permohonan Penggugat, tetapi dapat juga menolak permohonan Penggugat.
Keputusan TUN yang melalui upaya administrasi (Pasal 48 Undang-undang tentang PERATUN) : a.
Apabila peraturan perundang-undangan mengatur penyelesaian sengketa TUN melalui upaya administrasi terlebih dahulu, maka sengketa TUN
46
tersebut harus diselesaikan administrasi yang tersedia pemerintahan.
melalui upaya di lingkungan
b.
Pengadilan TUN baru berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa TUN tersebut jika seluruh upaya administrasi telah digunakan.
c.
Upaya administrasi adalah prosedur yang harus ditempuh oleh seseorang atau badan hukum perdata apabila ia tidak puas terhadap suatu Keputusan TUN.
d.
Upaya administrasi di lingkungan pemerintahan meliputi : 1) Upaya keberatan (administratief bezwaar). 2) Banding administrasi (administratief beroep)
e.
Upaya keberatan adalah pengajuan surat keberatan yang ditujukan kepada Badan/Pejabat TUN yang mengeluarkan Keputusan (penetapan/beschikking) semula. Apabila peraturan dasarnya hanya menentukan adanya upaya administrasi berupa pengajuan surat keberatan, maka gugatan terhadap Keputusan TUN diajukan kepada Pengadilan TUN.
f.
Banding administrasi adalah pengajuan surat banding administrasi yang ditujukan kepada atasan Pejabat atau instansi lain dari Badan/Pejabat TUN yang mengeluarkan Keputusan yang berwenang memeriksa ulang Keputusan TUN yang disengketakan. Apabila peraturan dasarnya menentukan ada upaya administrasi yang berupa pengajuan surat banding administrasi, maka gugatan terhadap Keputusan TUN yang telah diputus dalam tingkat banding administrasi tersebut diajukan kepada Pengadilan Tinggi TUN dalam tingkat pertama yang berwenang.
4.
Keputusan TUN yang tidak boleh diperiksa oleh Pengadilan TUN sesuai Pasal 49 Undang-undang tentang PERATUN adalah :
47
5.
a.
Dalam waktu perang, keadaan bahaya, keadaan bencana alam, atau keadaan luar biasa yang membahayakan, berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.
b.
Dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, antara lain sebagaimana yang disebutkan di dalam penjelasan pasal tersebut.
Keputusan TUN yang bukan obyek sengketa TUN (Pasal 2 Undang-undang tentang PERATUN), yaitu : a. Keputusan TUN yang merupakan perbuatan hukum perdata. b. Keputusan TUN yang merupakan pengaturan yang bersifat umum. c. Keputusan TUN yang masih memerlukan persetujuan. d. Keputusan TUN yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Pidana atau Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana atau peraturan perundang-undangan lain yang bersifat hukum pidana. e. Keputusan TUN yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan peradilan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. f. Keputusan TUN mengenai Tata Usaha Tentara Nasional Indonesia. g. Keputusan Komisi Pemilihan Umum baik di pusat maupun di daerah mengenai hasil Pemilihan Umum. Keputusan-keputusan Pejabat yang termasuk dalam kategori Pasal 49 dan Pasal 2 tersebut di atas, dapat digugat melalui Peradilan Umum mendasarkan Pasal 1365 KUH Perdata, yaitu perbuatan melawan hukum oleh penguasa (Onrechtmatige Overheidsdaad), dengan petitum yang sesuai dengan kewenangan Hakim perdata.
48
D. SUBYEK GUGATAN 1.
PENGGUGAT a. Penggugat, adalah orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan TUN (Pasal 53 ayat 1 Undang-undang tentang PERATUN). b. Apabila Penggugat meninggal dunia, ahli warisnya dapat melanjutkan gugatan sepanjang dapat membuktikan ada kepentingan untuk itu. c. Pejabat TUN dapat menjadi Penggugat bertindak mewakili instansi Pejabat TUN tersebut dalam mempermasalahkan prosedur penerbitan Keputusan TUN yang ditujukan kepada instansi pemerintah yang bersangkutan. Misalnya mengajukan gugatan terhadap Keputusan TUN tentang pencabutan Surat Ijin Penghunian (SIP) yang ditempati instansi pemerintah, mengajukan gugatan terhadap Keputusan TUN yang berisi perintah bongkar bangunan milik instansi pemerintah, mengajukan gugatan terhadap pembatalan sertipikat tanah milik instansi pemerintah, dan sebagainya.
2.
TERGUGAT Tergugat adalah Badan/Pejabat TUN yang mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya, yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata (Pasal 1 butir 6 Undang-undang tentang PERATUN), kecuali dalam hal adanya gugatan Intervensi. Pengertian “Badan/Pejabat TUN” adalah Badan/Pejabat yang melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Pasal 1 butir 2 Undang-undang tentang PERATUN). Pengertian “urusan pemerintahan” adalah kegiatan yang bersifat eksekutif. Kegiatan-kegiatan lain di luar kegiatan yang bersifat eksekutif terutama yang masuk dalam
49
pengertian kegiatan legislatif dan yudikatif tidak masuk di dalam pengertian “urusan pemerintahan”. Pengertian “berdasarkan peraturan perundang-undangan” yaitu semua peraturan yang bersifat mengikat secara umum yang dikeluarkan Badan Perwakilan Rakyat bersama pemerintah baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, serta semua keputusan Badan/Pejabat TUN, baik di tingkat pusat maupun daerah, yang juga bersifat mengikat secara umum. E. SURAT KUASA 1.
Surat kuasa khusus harus memuat secara jelas dan rinci mengenai hal-hal yang dikuasakan dengan menyebutkan pihak-pihak yang berperkara, Keputusan TUN objek sengketa dan tahapan-tahapan tingkat pemeriksaannya. Khusus bagi Tergugat harus menyebutkan nomor perkaranya (Pasal 57 Undang-undang tentang PERATUN, Pasal 1792 KUH Perdata, SEMA No.2 Tahun 1991, SEMA No.6 Tahun 1994).
2.
Surat kuasa khusus dapat dibuat sekaligus untuk pemeriksaan tingkat pertama, banding, kasasi, peninjauan kembali asalkan hal-hal yang dikuasakan itu diuraikan secara jelas dan rinci.
3.
Tergugat (Badan/Pejabat TUN) dapat memberi : a. Surat kuasa kepada advokat. b. Surat tugas tanpa materai kepada Pejabat pada instansi pemerintahan Badan/Pejabat TUN yang bersangkutan.
4.
Kuasa insidentil dapat diberikan ijin oleh Ketua Pengadilan TUN kepada seseorang yang akan beracara di Pengadilan TUN apabila dimohonkan, dengan syarat seseorang tersebut mempunyai hubungan keluarga dengan Penggugat yang dikuatkan oleh surat keterangan lurah dan diketahui camat, dan mampu beracara di Pengadilan.
5.
Jaksa pengacara negara dapat bertindak sebagai kuasa hukum dari Badan/Pejabat TUN hanya dalam rangka menyelamatkan kekayaan negara dan menegakkan kewibawaan pemerintah (Pasal 27 ayat 2 Undang-undang
50
tentang PERATUN dan Pasal 24 Keppres No.55 Tahun 1991). 6.
Biro Bantuan Hukum (BBH) atau Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dan Fakultas Hukum yang memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan dapat bertindak sebagai kuasa Penggugat dalam perkara prodeo.
7.
Surat Kuasa harus ditandatangani oleh Pemberi Kuasa sebagai bukti formal adanya persetujuan kedua belah pihak dengan dibubuhi materai dan tanggal.
8.
Berakhirnya pemberian kuasa dapat terjadi karena : a. Dicabut oleh Pemberi Kuasa. b. Meninggalnya salah satu pihak. c. Penerima Kuasa melepaskan kuasa atas kemauannya sendiri (Pasal 1813 KUH Perdata). d. Pemberi kuasa memberi kuasa kepada pihak lain dalam perkara yang sama maka dengan sendirinya pemberian kuasa pertama berakhir, kecuali ada klausul pada surat kuasa yang baru bahwa kuasa yang lama tetap berlaku.
F. KOMPETENSI 1.
KOMPETENSI ABSOLUT a. Kompetensi absolut Pengadilan TUN adalah memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa TUN di tingkat pertama (Pasal 50 Undang-undang tentang PERATUN). b. Kompetensi absolut Pengadilan Tinggi TUN adalah : 1) Memeriksa dan memutus sengketa TUN di tingkat banding. 2) Memeriksa dan memutus sengketa TUN di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili antar Pengadilan TUN di dalam daerah hukumnya. 3) Memeriksa, memutus, dan menyelesaikan di tingkat pertama sengketa TUN sebagaimana dimaksud oleh Pasal 48 Undang-undang tentang PERATUN.
51
Catatan :
Pasal 9A Undang-undang tentang PERATUN beserta penjelasannya menyatakan, di lingkungan Peradilan TUN dapat diadakan pengkhususan yang diatur dengan undang-undang. Yang dimaksud “pengkhususan” adalah deferensiasi atau spesialisasi di lingkungan Peradilan TUN, misalnya pengadilan pajak. Kompetensi absolut pengadilan pajak adalah memeriksa dan memutus sengketa pajak, sebagaimana yang ditentukan dalam Undangundang tentang Pengadilan Pajak (UU NO.14 Tahun 2002).
2.
KOMPETENSI RELATIF Kompetensi relatif Pengadilan TUN diatur dalam Pasal 54 Undang-undang tentang PERATUN, sebagai berikut : a. Gugatan sengketa TUN diajukan kepada Pengadilan TUN yang berwenang yang meliputi tempat kedudukan Tergugat. b. Apabila Tergugat lebih dari satu Badan/Pejabat TUN dan berkedudukan tidak dalam satu daerah hukum Pengadilan, gugatan diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan salah satu Badan/Pejabat TUN. c. Dalam hal tempat kedudukan Tergugat tidak berada dalam daerah hukum Pengadilan tempat kediaman Penggugat, maka gugatan dapat diajukan ke Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Penggugat untuk selanjutnya diteruskan kepada Pengadilan yang bersangkutan. d. Dalam hal-hal tertentu sesuai dengan sifat sengketa TUN yang bersangkutan yang diatur dengan peraturan pemerintah, gugatan dapat diajukan kepada Pengadilan yang berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Penggugat.
52
e. Apabila Penggugat dan Tergugat berkedudukan atau berada di luar negeri, gugatan diajukan pada Pengadilan di Jakarta. f. Apabila Tergugat berkedudukan di dalam negeri dan Penggugat di luar negeri, gugatan diajukan kepada Pengadilan di tempat kedudukan Tergugat. G. PROSES DISMISSAL 1. Ketua Pengadilan memutuskan dengan suatu penetapan yang dilengkapi dengan pertimbangan-pertimbangan bahwa gugatan yang diajukan dinyatakan tidak diterima atau tidak berdasar sesuai yang ditentukan dalam Pasal 62 Undang-undang tentang PERATUN (proses dismissal), dalam hal : a. Pokok gugatan nyata-nyata tidak termasuk dalam wewenang Pengadilan. b. Syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 Undang-undang tentang PERATUN tidak terpenuhi oleh Penggugat sekalipun ia telah diberitahu dan diperingatkan. c. Gugatan tersebut tidak berdasarkan pada alasan-alasan yang layak. d. Apa yang dituntut dalam gugatan sebenarnya sudah terpenuhi oleh Keputusan TUN yang digugat. e. Gugatan diajukan sebelum waktunya atau telah lewat waktunya. 2. Apabila dipandang perlu Ketua Pengadilan berwenang memanggil dan mendengar keterangan para pihak sebelum mengeluarkan penetapan dismissal. 3. Dalam melakukan dismissal Ketua Pengadilan diminta agar tidak mudah menggunakan Pasal 62 tersebut, kecuali mengenai Pasal 62 ayat (1) butir a dan b Undang-undang tentang PERATUN. 4. Dalam pemeriksaan dismissal, Ketua Pengadilan dapat menunjuk seorang Hakim sebagai raporteur (raportir). 5. Penetapan Dismissal ditanda tangani oleh Ketua Pengadilan dan Panitera / Wakil Panitera.
53
6. 7.
8.
9.
Wakil Ketua Pengadilan dapat menandatangani penetapan dismissal dalam hal Ketua Pengadilan berhalangan. Pemeriksaan dismissal dilakukan secara singkat dalam rapat permusyawaratan (Pasal 62 ayat 1 Undang-undang tentang PERATUN). Gugatan perlawanan terhadap penetapan dismissal juga diperiksa secara singkat (Pasal 62 ayat 4 Undang-undang tentang PERATUN). Ketua Pengadilan dapat melakukan dismissal terhadap sebagian petitum gugatan (dismissal parsial). Ketentuan tentang perlawanan terhadap penetapan dismissal berlaku terhadap penetapan dismissal parsial.
H. PENETAPAN PENUNDAAN 1.
Penundaan pelaksanaan terhadap Keputusan TUN merupakan pengecualian dari asas presumptio iustae causa, yaitu asas yang menyatakan bahwa setiap Keputusan Badan/Pejabat TUN dianggap sah oleh karenanya dapat dijalankan, kecuali ada keputusan lain yang menyatakan batal atau tidak sah, atau ada putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang membatalkan atau menyatakan tidak sah.
2.
Asas presumtio iustae causa dituangkan dalam Pasal 67 ayat (1) Undang-undang tentang PERATUN yang menyatakan gugatan tidak menunda atau menghalangi dilaksanakannya Keputusan Badan/Pejabat TUN serta tindakan Badan/Pejabat TUN yang digugat.
3.
Dalam keadaan tertentu dari segi perlindungan hukum, oleh ketentuan hukum acara TUN, Penggugat dapat mengajukan permohonan agar pelaksanaan Keputusan TUN ditunda selama pemeriksaan sengketa TUN sedang berjalan sampai ada putusan Pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap.
4.
Penjelasan Pasal 67 Undang-undang tentang PERATUN menyatakan Pengadilan dapat mengabulkan permohonan penundaan hanya apabila :
54
a. Terdapat keadaan yang sangat mendesak, yaitu jika kerugian yang akan diderita Penggugat akan sangat tidak seimbang dibanding dengan manfaat bagi kepentingan yang akan dilindungi oleh pelaksanaanKeputusan TUN tersebut; atau b. Pelaksanaan Keputusan TUN yang digugat itu tidak ada sangkut pautnya dengan kepentingan umum dalam rangka pembangunan. 5. Kriteria yang dapat dipakai sebagai acuan Ketua/ Majelis Hakim/Hakim sebelum menerbitkan penetapan penundaan terhadap pelaksanaan surat Keputusan TUN obyek sengketa. a. Obyek sengketanya adalah Keputusan TUN (beschikking). b. Penundaan harus diajukan oleh Penggugat, bukan atas prakarsa Hakim. c. Yang ditunda adalah daya berlakunya Keputusan TUN, maka jika daya berlakunya Keputusan TUN dihentikan, akibat hukumnya seluruh tindakan pelaksanaan Keputusan TUN terhenti. Atas dasar itu, tidak boleh menetapkan penundaan pelaksanaan Keputusan TUN dengan hanya berlaku untuk sebagian saja (secara parsial). d. Perbuatan faktual yang menjadi isi Keputusan TUN belum dilaksanakan secara fisik, misalnya pembongkaran yang belum dilaksanakan. Namun secara kasus per kasus, apabila perbuatan faktual yang menjadi isi Keputusan TUN adalah perbuatan yang berkelanjutan, misalnya penambangan batu bara, penebangan kayu di areal HPH, dan semacam itu, Keputusan TUN tersebut meskipun sudah dilaksanakan secara fisik, atas permohonan Penggugat, Ketua / Majelis Hakim / Hakim dapat mengabulkan permohonan penundaan. e. Penundaan dapat dikabulkan apabila kepentingan Penggugat yang dirugikan tidak dapat atau sulit dipulihkan oleh akibat Keputusan TUN yang digugat terlanjur dilaksanakan.
55
f. Ada keadaan atau alasan yang sangat mendesak yang menuntut Ketua/ Majelis Hakim/ Hakim untuk segera mengambil sikap terhadap permohonan penundaan. g. Sebelum mengabulkan permohonan penundaan, secepat mungkin Tergugat diberitahu terlebih dulu tentang adanya penundaan, dengan cara yang dapat dibuktikan (faximili/e-mail). h. Penundaan yang dimohonkan tidak menyangkut kepentingan umum dalam rangka pembangunan. i. Penetapan Penundaan yang dibuat, daya berlakunya mengikat sampai dengan putusan pokok sengketanya berkekuatan hukum tetap. j. Penundaan tidak boleh ditetapkan dengan bersyarat selama jangka waktu tertentu, misalnya dua atau tiga bulan. k. Mengingat kepentingan Penggugat yang dirugikan oleh pelaksanaan Keputusan TUN yang digugat kemungkinan baru timbul pada waktu proses pemeriksaan di tingkat banding, Ketua/Majelis Hakim/ Hakim Pengadilan Tinggi TUN dapat menerbitkan penetapan penundaan. Dalam hal ini harus dilihat dan dipertimbangkan secara kasuistis. l. Apabila permohonan penundaan diajukan, perkaranya masih di tangan Ketua Pengadilan, penetapan penundaan dapat dilakukan oleh Ketua Pengadilan dan ditandatangani oleh Ketua Pengadilan dan Panitera/Wakil Panitera. m. Apabila permohonan penundaan diajukan, perkaranya sudah diserahkan kepada Majelis Hakim / Hakim, maka Majelis Hakim / Hakim dapat mengeluarkan penetapan penundaan baik selama proses berjalan maupun sebelum putusan akhir. Penetapan penundaan ditandatangani oleh Majelis Hakim / Hakim. n. Penundaan pelaksanaan Keputusan TUN, maupun pencabutan penundaan pelaksanaan Keputusan TUN, agar dituangkan dalam bentuk “PENETAPAN”, dan terpisah dengan putusan akhir (sekalipun diucapkan pada hari yang sama sebelum putusan akhir diucapkan), tujuannya untuk menghindari agar
56
o.
p.
q.
r.
penetapan penundaan maupun pencabutan penetapan penundaan tidak menempel terus pada pokok perkaranya sampai dengan putusan berkekuatan hukum tetap. Penundaan pelaksanaan Keputusan TUN meliputi penundaan tindakan-tindakan Pejabat TUN yang terkait dengan Keputusan TUN yang ditunda pelaksanaannya, seperti larangan diterbitkannya surat Keputusan TUN yang baru mengenai hal yang sama. Permohonan penundaan dapat diajukan sekaligus dalam surat gugatan atau terpisah tetapi diajukan bersamaan dengan gugatan, atau diajukan selambatlambatnya pada waktu Replik. Penyampaian penetapan penundaan jika waktunya sangat mendesak, dapat dilakukan dengan cara pengiriman telegram/teleks/faximili ataupun dengan kurir agar secepatnya sampai kepada yang bersangkutan. Dalam hal pengiriman dengan telegram/ teleks/faximili yang dikirim cukup berupa ekstrak penetapan. Penetapan selengkapnya dikirimkan menyusul melalui Pos. Penetapan penundaan yang tidak dipatuhi oleh Tergugat, secara kasuistis dapat diterapkan Pasal 116 Undang-undang tentang PERATUN sebagaimana yang diterapkan terhadap putusan yang telah berkekuatan hukum tetap.
I. PEMERIKSAAN DENGAN ACARA SINGKAT Pemeriksaan dengan acara singkat dilakukan untuk perkara perlawanan atas penetapan dismissal yang dilaksanakan oleh Majelis Hakim dalam sidang yang terbuka untuk umum. Pemeriksaan terhadap perlawanan atas Penetapan Dismissal tidak perlu sampai memeriksa materi gugatannya. Dalam hal perlawanan ditolak maka bagi pelawan tidak tersedia upaya hukum. Dalam hal perlawanan diterima, maka pemeriksaan terhadap perkaranya dilakukan dengan acara biasa oleh Majelis Hakim yang sama, dengan nomor perkara yang sama.
57
J.
PEMERIKSAAN DENGAN ACARA CEPAT 1. Acara cepat dimohonkan kepada Ketua Pengadilan TUN oleh Penggugat dengan alasan terdapat kepentingan Penggugat yang cukup mendesak. 2.
Ketua Pengadilan TUN dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari setelah menerima permohonan mengeluarkan penetapan yang berisi mengabulkan atau menolak permohonan. Terhadap penetapan tersebut tidak dapat digunakan upaya hukum.
3.
Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan dengan Hakim tunggal. Ketua Pengadilan TUN dapat menunjuk Hakim tunggal yang memeriksa perkaranya.
4.
Ketua Pengadilan TUN/Hakim tunggal yang ditunjuk memeriksa perkaranya, dalam jangka waktu 7 hari setelah dikeluarkan penetapan, menentukan hari, tempat dan waktu sidang tanpa melalui pemeriksaan persiapan.
5.
Tenggang waktu untuk jawaban dan pembuktian bagi kedua belah pihak, masing-masing tidak melebihi 14 hari.
6.
Apabila karena sifat perkaranya yang sangat komplek, sehingga batas waktu pemeriksaan dengan acara cepat menurut ketentuan undang-undang dilampaui, maka pemeriksaan dilakukan dengan acara biasa dengan cara Hakim tunggal tersebut menyerahkan kembali kepada Ketua Pengadilan untuk ditetapkan Majelis Hakim yang memeriksa perkaranya.
7.
Dalam hal tertentu, acara cepat dimungkinkan diajukan oleh Tergugat, dengan alasan ada kepentingan Tergugat yang cukup mendesak.
K. PEMERIKSAAN DENGAN ACARA BIASA 1.
PEMERIKSAAN PERSIAPAN a. Sebelum pemeriksaan pokok sengketa dimulai, Hakim wajib mengadakan pemeriksaan persiapan untuk memperbaiki dan melengkapi gugatan Penggugat. b. Dalam pemeriksaan persiapan, Hakim :
58
1) Wajib memberi nasihat kepada Penggugat untuk memperbaiki gugatan dan melengkapinya dengan data yang diperlukan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak pemeriksaan persiapan dilaksanakan. Tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari untuk perbaikan gugatan dalam pemeriksaan persiapan janganlah diterapkan secara ketat. Hakim hendaknya berlaku bijaksana dengan tidak begitu saja menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima meskipun tenggang waktu 30 hari telah dilampaui, kalau Penggugat baru sekali diberi kesempatan untu memperbaiki gugatannya. 2) Meminta Penggugat untuk melampirkan Keputusan TUN yang digugat (kecuali jika obyek gugatan berupa keputusan fiktif-negatif), dan data-data awal yang menyangkut pokok sengketanya bersama-sama dengan gugatan. Apabila Penggugat tidak dapat melampirkan keputusan TUN yang menjadi objek gugatan disebabkan karena ada halangan dari pejabat, maka Hakim memerintahkan pejabat yang bersangkutan untuk menyerahkannya. 3) Dapat meminta penjelasan kepada Badan atau Pejabat TUN yang bersangkutan. 4) Pemeriksaan persiapan dilakukan di ruang musyawarah dalam sidang tertutup untuk umum, dapat pula dilakukan di ruang kerja Hakim tanpa memakai toga. 5) Pemeriksaan persiapan dapat dilakukan oleh Hakim anggota yang ditunjuk sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Ketua Majelis. 6) Dalam pemeriksaan persiapan dapat mendengar keterangan Tergugat dan Penggugat, serta Pejabat TUN lainnya.
59
7) Panitera Pengganti yang ditunjuk mengikuti persidangan wajib membuat berita acara pemeriksaan persiapan. 8) Dalam pemeriksaan persiapan dapat dilakukan pemeriksaan setempat. 2.
PERSIDANGAN Untuk keperluan pemeriksaan, Hakim Ketua sidang membuka sidang dan menyatakan terbuka untuk umum. Apabila sengketa yang sedang disidangkan menyangkut ketertiban umum atau keselamatan negara, persidangan dapat dinyatakan tertutup untuk umum. (Pasal 70 Undang-undang tentang PERATUN).
3.
PENGUNDURAN SIDANG a. Apabila suatu sengketa tidak dapat diperiksa pada sidang pertama, pemeriksaan diundurkan sampai sidang berikutnya dalam waktu yang tidak terlalu lama, dengan memperhatikan waktu yang cukup dalam hal ada pihak yang bertempat tinggal di luar wilayah hukum Pengadilan tersebut. b. Pengunduran sidang harus diucapkan di persidangan, dan bagi mereka yang hadir, pemberitahuan pengunduran sidang berlaku sebagai panggilan, sedangkan bagi pihak yang tidak hadir dipanggil dengan surat tercatat. c. Pengunduran sidang diberitahukan oleh Panitera Pengganti kepada petugas register perkara untuk dicatat dalam register yang bersangkutan.
L. PERKARA GUGUR 1. Dalam hal Penggugat atau kuasanya tidak hadir di persidangan pada hari pertama dan pada hari yang ditentukan dalam panggilan yang kedua tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, meskipun setiap kali dipanggil dengan patut, gugatan dinyatakan gugur dan
60
2.
Penggugat harus membayar biaya perkara (Pasal 71 Undang-undang tentang PERATUN). Dalam hal gugatan dinyatakan gugur, Penggugat berhak memasukan gugatannya sekali lagi sesudah membayar uang muka biaya perkara sepanjang masih dalam batas tenggang waktu gugatan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 55 Undang-undang tentang PERATUN.
M. TERGUGAT TIDAK HADIR Tergugat atau kuasanya yang tidak hadir di persidangan, ketentuan Pasal 72 dan 73 Undang-undang tentang PERATUN menentukan : 1. Dalam hal Tergugat atau kuasanya tidak hadir di persidangan dua kali sidang berturut-turut dan/atau tidak menanggapi gugatan tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan meskipun setiap kali telah dipanggil dengan patut, maka Hakim ketua sidang dengan surat penetapan meminta atasan Tergugat memerintahkan Tergugat hadir dan/atau menanggapi gugatan. 2. Dalam hal setelah lewat 2 bulan sesudah dikirmkan dengan surat tercatat dan/atau panggilan oleh Juru Sita, penetapan tidak ditanggapi baik oleh atasan Tergugat maupun oleh Tergugat, maka Hakim ketua sidang menetapkan hari sidang berikutnya, dan pemeriksaan sengketa dilanjutkan menurut acara biasa tanpa hadirnya Tergugat. 3. Dalam hal terdapat lebih dari seorang Tergugat dan seorang atau lebih diantara mereka atau kuasanya tidak hadir di persidangan tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, pemeriksaan sengketa dapat ditunda sampai hari sidang yang ditentukan oleh Hakim ketua sidang. 4. Penundaan sidang diberitahukan kepada pihak yang hadir, sedang terhadap pihak yang tidak hadir oleh Hakim ketua sidang diperintahkan untuk dipanggil sekali lagi.
61
5. Apabila pada hari penundaan sidang Tergugat atau kuasanya masih ada yang tidak hadir, sidang dilanjutkan tanpa kehadirannya. 6. Meskipun persidangan dapat dilanjutkan tanpa hadirnya Tergugat atau kuasanya, putusan terhadap pokok gugatan dapat dijatuhkan hanya setelah pemeriksaan mengenai segi pembuktiannya dilakukan secara tuntas. N. PENCABUTAN GUGATAN 1. Sebelum Tergugat mengajukan jawaban, Penggugat dapat sewaktu-waktu mencabut gugatannya. Apabila Tergugat sudah memberikan jawaban, maka pencabutan gugatan akan dikabulkan oleh Pengadilan hanya apabila disetujui Tergugat. 2. Pencabutan gugatan diajukan kepada Ketua Pengadilan TUN/Majelis Hakim/Hakim yang memeriksa perkaranya. 3. Apabila telah dikeluarkan penetapan penundaan Keputusan TUN yang digugat, baik yang dikeluarkan oleh Ketua Pengadilan TUN maupun oleh Majelis Hakim/ Hakim yang memeriksa perkaranya, maka di dalam penetapan pencabutan gugatan dicantumkan pencabutan penetapan penundaan pelaksanaan Keputusan TUN obyek sengketa dan memerintahkan Panitera mencoret gugatan dari register perkara. 4. Penetapan pencabutan gugatan diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk umum dan dibuat berita acara oleh Panitera Pengganti yang ditunjuk untuk mengikuti persidangan. O. INTERVENSI 1. Intervensi adalah pihak ketiga, yaitu orang atau badan hukum perdata yang mempunyai kepentingan dalam sengketa pihak lain yang sedang diperiksa oleh Pengadilan yang masuk sebagai pihak, baik atas prakarsa sendiri dengan mengajukan permohonan, maupun atas prakarsa Hakim.
62
2. Hakim wajib memanggil pihak ketiga tersebut di atas, untuk masuk sebagai pihak, meskipun ia tidak mengajukan permohonan. Hal ini untuk melindungi kepentingannya, karena Pasal 118 yang mengatur mengenai perlawanan pihak ketiga terhadap pelaksanaan putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap dicabut dari Undangundang tentang PERATUN. 3. Intervensi dapat dilakukan sejak masuknya perkara sampai dengan duplik. 4. Permohonan intervensi diajukan dalam bentuk tertulis, tidak perlu membayar biaya perkara, nomor perkaranya sama dengan nomor gugatan ditambah kode intervensi (INTV) pada akhir nomor perkaranya. Contoh : 80/G/2007/PTUN.JKT/INTV. 5. Permohonan dapat dikabulkan atau ditolak oleh Pengadilan dengan putusan sela. Terhadap putusan sela tersebut pihak pemohon dapat mengajukan banding bersama dengan pokok perkara. 6. Dalam hal permohonan ditolak dan Pemohon mengajukan banding, sedangkan Pengadilan Tinggi berpendapat intervensi dikabulkan, maka dapat ditempuh 2 (dua) cara : a. Pengadilan Tinggi mengeluarkan putusan sela sebelum memutus pokok perkara yang amarnya memerintahkan kepada Pengadilan TUN yang bersangkutan untuk melakukan pemeriksaan ulang. Setelah hasil pemeriksaan ulang diterima, Pengadilan Tinggi mengeluarkan putusan akhir mengenai pokok perkaranya. b. Pengadilan Tinggi melakukan pemeriksaan sendiri dan mengeluarkan putusan akhir tentang pokok perkaranya. 7. Pihak ketiga yang masuk untuk mempertahankan kepentingannya sendiri disebut Penggugat intervensi. Pihak ketiga yang bergabung dengan Tergugat disebut Tergugat II intervensi. Pihak ketiga yang bergabung dengan Penggugat disebut Penggugat II intervensi. 8. Apabila pihak ketiga yang masuk lebih dari satu, maka sebutan untuk masing-masing adalah :
63
a. Penggugat Intervensi 1, Penggugat Intervensi 2, Penggugat Intervensi 3, dst. b. Tergugat II Intervensi 1, Terggat II Intervensi 2, Tergugat II Intervensi 3, dst. c. Penggugat II Intervensi 1, Penggugat II Intervensi 2, Penggugat II Intervensi 3, dst. 9. Sebelum permohonan intervensi dikabulkan atau ditolak, Hakim meminta tanggapan dari Penggugat dan Tergugat. 10. Permohonan intervensi yang dikabulkan/ditolak dituangkan dalam putusan sela dan dicantumkan dalam berita acara persidangan. P. PERDAMAIAN 1. Dalam sengketa tata usaha negara tidak dikenal perdamaian, karena yang disengketakan menyangkut kebijakan publik. Namun dalam praktek tidak menutup kemungkinan terjadinya perdamaian atas prakarsa kedua belah pihak yang bersengketa. Perdamaian antara pihakpihak yang bersengketa tersebut tidak dilakukan di persidangan melainkan terjadi di luar persidangan. 2. Apabila ada perdamaian, pihak-pihak yang bersengketa menyampaikan kepada Majelis Hakim/Hakim yang memeriksa perkaranya. 3. Majelis Hakim/Hakim yang memeriksa perkaranya memerintahkan dalam sidang berikutnya agar hasil perdamaian tersebut dibacakan, dan Panitera Pengganti yang ditunjuk untuk mengikuti sidang mencatat di dalam berita acara sidang. Selanjutnya Penggugat mencabut gugatannya secara resmi dalam sidang terbuka untuk umum. 4. Majelis Hakim/Hakim menuangkannya dalam penetapan yang berisi memerintahkan agar Panitera mencoret gugatan tersebut dari register perkara. Perintah pencoretan tersebut diucapkan dalam persidangan terbuka untuk umum.
64
Q. EKSEPSI 1. Eksepsi tentang kewenangan absolut Pengadilan dapat diajukan setiap waktu selama pemeriksaan, dan meskipun tidak ada eksepsi tentang kewenangan absolut Pengadilan apabila Hakim mengetahui hal itu, ia karena jabatannya wajib menyatakan bahwa Pengadilan tidak berwenang mengadili sengketa yang bersangkutan. 2. Eksepsi tentang kewenangan relatif Pengadilan diajukan sebelum disampaikan Jawaban atas pokok sengketa, dan eksepsi tersebut harus diputus sebelum pokok sengketa diperiksa. 3. Eksepsi lain yang tidak mengenai kewenangan Pengadilan hanya dapat diputus bersama dengan pokok sengketa. R. PEMBUKTIAN 1. Pembuktian di Pengadilan TUN mengarah pada asas pembuktian bebas terbatas, karena menurut Pasal 107 Undang-undang tentang PERATUN, Hakim menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian beserta penilaian pembuktian, dan untuk sahnya pembuktian diperlukan sekurang-kurangnya dua alat bukti berdasarkan keyakinan Hakim, akan tetapi dibatasi oleh sejumlah alat bukti yang telah ditentukan dalam pasal 100 undangundang tentang PERATUN. 2. Menutut Pasal 100 undang-undang tentang PERATUN, alat bukti ialah : a. Surat atau tulisan. b. Keterangan ahli. c. Keterangan saksi. d. Pengakuan para pihak. e. Pengetahuan Hakim. S. SAKSI 1.
Pemeriksaan saksi dilakukan oleh Majelis Hakim lengkap sekalipun para pihak tidak berkeberatan diperiksa dengan dua anggota majelis.
65
2.
Apabila dalam pemeriksaan persidangan yang bukan menyangkut acara pemeriksaan saksi ternyata Ketua Majelis atau Anggota Majelis berhalangan, maka persidangan dapat dilakukan dengan dua orang Hakim, jika kedua pihak yang bersengketa tidak berkeberatan dan dicatat dalam Berita Acara Persidangan.
3.
Pejabat yang dipanggil sebagai saksi wajib datang, namun secara kasuistis jika saksi yang akan diperiksa dipersidangan adalah menyangkut Pejabat tertentu yang karena tugas jabatannya tidak memungkinkan untuk hadir di persidangan, hendaknya Hakim dengan penuh kearifan mempertimbangkan perlunya kehadiran saksi tersebut.
4.
Siapa yang harus diperiksa terlebih dahulu sebagai saksi atau ahli supaya diperhatikan ketentuan Pasal 100 Undang-undang tentang PERATUN, namun dengan melihat situasi, sehingga tidak bersifat mengikat
T. DASAR PENGUJIAN DAN DASAR PEMBATALAN KEPUTUSAN TUN 1.
Hakim TUN melakukan pengujian keabsahan (rechtmatigheidstoetsing) untuk menilai apakah Keputusan TUN yang digugat bersifat melanggar hukum atau tidak, dan apabila Keputusan TUN terbukti melanggar hukum, Hakim TUN membatalkan Keputusan tersebut.
2.
Dasar pengujian/penilaian (toetsingsgronden) yang dipakai oleh Hakim TUN untuk membatalkan Keputusan TUN, sesuai Pasal 53 ayat (2) undang-undang tentang PERATUN adalah : a. Peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Asas-asas umum pemerintahan yang baik (AAUPB).
3.
Keputusan TUN yang berasal dari kewenangan terikat (gebonden beschikking) diuji dengan hukum tertulis (peraturan perundang-undangan yang berlaku).
4.
Keputusan TUN yang berasal dari kewenangan bebas (vrije beschikking) diuji dengan hukum tak tertulis (AAUPB).
66
5.
Keputusan TUN dinilai “bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”, apabila : a. Bertentangan dengan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan yang bersifat prosedural/formal. b. Bertentangan dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang bersifat materiil/substansial. c. Dikeluarkan oleh Badan/Pejabat TUN yang tidak berwenang. Dari segi kompetensi suatu jabatan, hal tidak berwenangnya Badan/Pejabat TUN meliputi : 1) Tidak berwenang dari segi materi (onbevoegdheid ratione materiae), yaitu menyangkut kompetensi absolut. 2) Tidak berwenang dari segi tempat (onbevoegdheid ratione loci), yaitu menyangkut kompetensi relatif; dan 3) Tidak berwenang dari segi waktu (onbevoegdheid ratione temporis).
6.
Apabila Keputusan TUN dinilai bertentangan dengan AAUPB, maka Hakim harus menentukan AAUPB yang dilanggar, selanjutnya Hakim memakai AAUPB tersebut untuk membatalkan atau menyatakan tidak sahnya Keputusan TUN yang digugat.
7.
AAUPB menurut penjelasan Pasal 53 ayat (2) huruf b Undang-undang tentang PERATUN, meliputi : a. b. c. d. e. f.
8.
Kepastian hukum. Tertib penyelenggaraan negara. Keterbukaan. Proporsionalitas. Profesionalitas. Akuntabilitas.
Dalam menemukan kebenaran materiil di dalam mengadili sengketanya, Hakim dapat mencari dan menemukan AAUPB selain yang ditentukan dalam penjelasan Pasal 53 ayat (2) huruf b Undang-undang tentang PERATUN, karena AAUPB adalah hasil yurisprudensi yang akan selalu berkembang melalui putusan Hakim.
67
9.
Fungsi AAUPB : a. Bagi Hakim sebagai dasar untuk menguji dan membatalkan Keputusan TUN yang digugat (toetsingsgronden). b. Bagi Tergugat (Badan/Pejabat TUN) sebagai pedoman dalam menemukan atau menentukan hukum yang dipakai di dalam perbuatan pemerintahan (bestuursnormen). c. Bagi Penggugat sebagai alasan untuk mengajukan gugatan (beroepsgronden).
10. Penerapan AAUPB dengan mengacu pada doktrin yang berkembang sudah diterapkan di dalam putusan-putusan Mahkamah Agung (yurisprudensi), yaitu antara lain : a. Asas persamaan. b. Asas kepercayaan. c. Asas kepastian hukum. d. Asas Kecermatan/ketelitian. e. Asas pemberian alasan atau motivasi. f. Larangan penyalahgunaan wewenang (detournement de pouvoir). g. Larangan bertindak sewenang-wenang (willekeur). h. Asas bahwa kesalahan yang dilakukan oleh Pejabat TUN di dalam menerbitkan Keputusan TUN yang mengakibatkan kerugian bagi pencari keadilan/ masyarakat, tidak boleh dibebankan atau menjadi resiko yang bersangkutan. U. PEMBACAAN, ISI, DAN AMAR PUTUSAN 1. Putusan Pengadilan dapat diucapkan pada hari dan tanggal yang sama dengan putusan hasil musyawarah majelis Hakim, atau ditunda pada hari lain yang harus diberitahukan kepada kedua belah pihak. 2. Putusan Pengadilan harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum. 3. Apabila salah satu pihak atau kedua belah pihak tidak hadir pada waktu putusan Pengadilan diucapkan, atas perintah Hakim ketua sidang salinan putusan disampaikan dengan surat tercatat kepada yang bersangkutan.
68
4.
5.
6.
Putusan Pengadilan dapat berupa : a. Gugatan ditolak. b. Gugatan dikabulkan. c. Gugatan tidak diterima. d. Gugatan gugur. Dalam hal gugatan dikabulkan, maka dalam putusan Pengadilan tersebut dapat ditetapkan kewajiban yang harus dilakukan oleh Badan/Pejabat TUN yang mengeluarkan Keputusan TUN, berupa : a. Pencabutan Keputusan TUN yang bersangkutan ; atau b. Pencabutan Keputusan TUN dan menerbitkan Keputusan yang baru, atau c. Penerbitan Keputusan TUN dalam hal gugatan didasarkan pada Pasal 3 Undang-undang tentang PERATUN. Dalam hal gugatan dikabulkan, demi keseragaman amar putusan adalah : MENGADILI 1. Mengabulkan gugatan Penggugat ; 2. Menyatakan tindakan Tergugat mengeluarkan Keputusan TUN yang disengketakan melanggar undang-undang (dicantumkan pasal/ayat peraturan perundang-undangan yang dilanggar), atau melanggar asas-asas umum pemerintahan yang baik (dicantumkan asas-asas umum pemerintahan yang baik yang mana yang dilanggar) ; 3. Membatalkan atau menyatakan tidak sah Keputusan TUN yang disengketakan/dikeluarkan oleh Badan/Pejabat TUN (dicantumkan secara lengkap tanggal, nomor, perihal, atau ciri-ciri/ identitas Keputusan TUN yang disengketakan) ; 4. Mewajibkan Tergugat untuk mencabut Keputusan TUN yang disengketakan ; atau Mewajibkan Tergugat untuk mencabut Keputusan TUN yang disengketakan dan menerbitkan Keputusan TUN yang baru ; atau
69
Mewajibkan Tergugat untuk menerbitkan Keputusan TUN ; 5. Mewajibkan Tergugat yang tidak bersedia melaksanakan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dikenakan upaya paksa berupa pembayaran sejumlah uang paksa dan/atau sanksi administratif, serta diumumkan pada media massa cetak setempat. Catatan :
Amar putusan pada angka 5 tersebut di atas dikenakan hanya terhadap kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (9) huruf b dan c Undang-undang tentang PERATUN.
V. UPAYA HUKUM 1. Upaya Hukum terdiri dari : a. Upaya hukum biasa, berupa banding dan kasasi. b. Upaya hukum luar biasa, berupa peninjauan kembali. 2. Putusan Pengadilan TUN dapat dimintakan pemeriksaan banding oleh Penggugat atau Tergugat kepada Pengadilan Tinggi TUN. Putusan pengadilan yang bukan putusan akhir, hanya dapat dimohonkan pemeriksaan banding bersama-sama dengan putusan akhir. 3. Putusan Pengadilan Tinggi TUN dapat dimohonkan kasasi kepada Mahkamah Agung, demikian pula terhadap putusan Pengadilan Tinggi TUN sebagai pengadilan tingkat pertama. 4. Putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dapat diajukan permohonan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung. W. EKSEKUSI 1. Putusan yang dapat dilaksanakan adalah putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, yaitu apabila para pihak menerima isi putusan, atau apabila sudah tidak diajukan upaya hukum banding maupun kasasi. Secara administrasi untuk menandai bahwa putusan telah
70
berkekuatan hukum tetap, Panitera membuat catatan pada halaman terakhir putusan asli. 2. Pelaksanaan putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap ada pada Tergugat. 3. Pelaksanaan putusan yang telah memperoleh hukum tetap diawali dengan : a. Ketua Pengadilan TUN/Ketua Pengadilan Tinggi TUN sebagai pengadilan tingkat pertama membuat penetapan berisi perintah kepada Panitera agar mengirimkan salinan putusan kepada para pihak dengan surat tercatat selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja dihitung sejak putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap. b. Panitera Pengadilan mengirimkan salinan putusan Pengadilan tersebut kepada para pihak. Pengiriman dilaksanakan oleh Juru Sita atas nama Panitera. c. Empat bulan setelah salinan putusan Pengadilan dikirimkan kepada Tergugat, dan ternyata Tergugat tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (9) huruf a Undangundang tentang PERATUN yaitu tidak mencabut Keputusan TUN yang bersangkutan, maka Ketua Pengadilan membuat surat yang menyatakan Keputusan TUN yang telah dibatalkan atau dinyatakan tidak sah oleh putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut tidak lagi mempunyai kekuatan hukum berlaku. Surat tersebut dikirimkan kepada para pihak oleh Panitera Pengadilan dengan surat tercatat, yang pelaksanaan pengirimannya dilakukan oleh Juru Sita Pengadilan. d. Dalam hal Tergugat ditetapkan harus melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (9) huruf b dan c, yaitu pencabutan Keputusan TUN yang bersangkutan dan menerbitkan Keputusan TUN yang baru, atau penerbitan Keputusan TUN dalam hal gugatan didasarkan pada Pasal 3, kemudian setelah 3 (tiga) bulan ternyata kewajiban tersebut tidak dilaksanakan, Penggugat mengajukan permohonan
71
4.
5.
6.
7.
8.
9.
agar Ketua Pengadilan TUN/Ketua Pengadilan Tinggi TUN sebagai pengadilan tingkat pertama memerintahkan kepada Tergugat untuk melaksanakan putusan Pengadilan. e. Dalam hal Tergugat setelah diperintahkan untuk melaksanakan putusan ternyata tetap tidak bersedia melaksanakannya, maka terhadap Pejabat yang bersangkutan dikenakan upaya paksa berupa pembayaran sejumlah uang paksa dan/atau sanksi administratif, serta diumumkan pada media massa cetak setempat oleh Panitera Pengadilan. Apabila eksekusi yang menyangkut Kepegawaian sebagaimana dimaksud dalam pasal 97 ayat (11) undangundang tentang PERATUN, maupun eksekusi selain yang menyangkut kepegawaian yang tidak dapat atau tidak sempurna dilaksanakan akibat berubahnya keadaan setelah putusan dijatuhkan, maka Tergugat wajib memberitahukan kepada Ketua Pengadilan dan Penggugat. Ketua Pengadilan menerbitkan penetapan bahwa eksekusi tidak dapat dilaksanakan (non eksekutabel), dan memberitahukannya kepada Pemohon dan Termohon eksekusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 116 ayat (1) Undang-undang tentang PERATUN. Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah menerima pemberitahuan, pemohon eksekusi dapat mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan agar terhadap termohon eksekusi dibebankan kewajiban membayar sejumlah uang atau kompensasi lain yang diinginkannya. Ketua Pengadilan selanjutnya memerintahkan Panitera agar memanggil kedua belah pihak untuk mengupayakan tercapainya kesepakatan tentang jumlah uang atau kompensasi lain yang harus dibebankan kepada Tergugat. Apabila upaya untuk mencapai kesepakatan tidak berhasil, maka Ketua Pengadilan dengan Penetapan disertai pertimbangan yang cukup menentukan jumlah uang atau kompensasi lain yang dimaksud. Penetapan Ketua Pengadilan tentang jumlah uang atau kompensasi lain dapat diajukan baik oleh pemohon
72
eksekusi maupun termohon eksekusi kepada Mahkamah Agung untuk ditetapkan kembali. 10. Putusan Mahkamah Agung tentang penetapan kembali jumlah uang atau kompensasi lain, wajib ditaati kedua belah pihak. X. GANTI RUGI DAN REHABILITASI 1. Tuntutan yang dapat diajukan di Pengadilan TUN terbatas pada satu macam tuntutan pokok, yaitu berupa tuntutan agar Keputusan TUN yang telah merugikan kepentingan Penggugat dibatalkan atau dinyatakan tidak sah. Tuntutan tambahan yang dibolehkan yaitu tuntutan ganti rugi, sedangkan tuntutan tambahan rehabilitasi hanya dibolehkan dalam sengketa kepegawaian. 2. Tata cara pembayaran ganti rugi diatur dalam PP No.43 Tahun 1991 tentang Ganti Rugi dan Tata Cara Pelaksanaannya pada Peradilan TUN. 3. Rehabilitasi adalah pemulihan kedudukan, harkat dan martabat Penggugat sebagai Pegawai Negeri.
Y. PEMBAYARAN UANG PAKSA, SANKSI ADMINISTRASI DAN PENGUMUMAN PEJABAT 1.
PEMBAYARAN UANG PAKSA a. Permohonan pembayaran uang paksa dapat diajukan bersama-sama dalam gugatan. Dalam hal gugatan Penggugat tidak mencantumkan pembayaran uang paksa, maka Hakim atau Majelis Hakim pada waktu pemeriksaan persiapan, memberitahu Penggugat bahwa ia dapat mencantumkan pembayaran uang paksa dalam gugatannya. b. Pada saat Hakim atau Majelis Hakim mengabulkan gugatan, maka pengenaan pembayaran uang paksa sebaiknya diuraikan dalam pertimbangan hukum bersama-sama dengan pokok perkaranya. c. Besarnya pembayaran uang paksa dapat dimohonkan oleh Penggugat dalam gugatannya, namun Hakim atau
73
Majelis Hakim secara kasus perkasus sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya menetapkan besarnya pembayaran uang paksa dengan memperhatikan kewajaran secara hukum dan tidak boleh menetapkan lebih besar dari yang dimohonkan oleh Penggugat. d. Sesuai ketentuan pasal 116 ayat (3) Undang-undang tentang PERATUN, pembayaran uang paksa hanya dapat dikenakan jika gugatan Penggugat dikabulkan terhadap pokok perkaranya yang mewajibkan Tergugat untuk : 1) Mencabut Keputusan TUN obyek gugatan dan menerbitkan Keputusan TUN yang baru ; atau 2) Menerbitkan Keputusan TUN. e. Pembayaran uang paksa sebagaimana dimaksud dalam pasal 116 ayat (4) Undang-undang tentang PERATUN adalah akibat Tergugat tidak bersedia menggunakan kewenangannya (jabatannya) untuk melaksanakan putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Oleh karena itu, pembayaran sejumlah uang paksa dikenakan terhadap jabatan Tergugat. Namun demikian, secara kasuistis Hakim diberi kebebasan melalui perkembangan dalam yurisprudensi. f. Oleh karena pembayaran uang paksa belum diatur tata caranya, maka sementara secara analogi dapat mengacu pada ketentuan dalam PP No.43 Tahun 1991. g. Pembayaran uang paksa terhadap Tergugat dapat dikenakan dalam gugatan yang menyangkut kepegawaian, yaitu apabila Tergugat tidak bersedia melaksanakan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap yang mewajibkan kepadanya untuk melakukan rehabilitasi terhadap Penggugat. h. Tenggang waktu pengenaan pembayaran uang paksa menurut Pasal 116 ayat (3) Undang-undang tentang PERATUN adalah setelah 3 (tiga) bulan putusan Pengadilan berkekuatan hukum tetap. Apabila setelah 3 (tiga) bulan putusan berkekuatan hukum tetap Tergugat tidak melaksanakan putusan tersebut,
74
i.
j.
k.
2.
Penggugat dapat mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan TUN/Ketua Pengadilan Tinggi TUN sebagai pengadilan tingkat pertama, agar Tergugat dikenakan pembayaran uang paksa. Ketua Pengadilan TUN/Ketua Pengadilan Tinggi TUN sebagai Pengadilan tingkat pertama melakukan tindakan : 1) Mengeluarkan surat menanyakan alasan Tergugat tidak melaksanakan putusan. 2) Mengeluarkan surat peringatan (somasi) kepada Tergugat sebanyak 3 kali agar Tergugat melaksanakan putusan apabila ternyata tidak ada keadaan yang menyebabkan putusan tidak dapat dilaksanakan. 3) Mengeluarkan penetapan berisi perintah agar Juru Sita/Juru Sita Pengganti mengenakan pembayaran uang paksa kepada Tergugat apabila Tergugat tetap tidak melaksanakan putusan. Pembayaran sejumlah uang paksa terhenti secara hukum terhitung sejak Tergugat yang bersangkutan melaksanakan putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Apabila pokok gugatan dikabulkan, tetapi Penggugat tidak mencantumkan pembayaran uang paksa di dalam gugatannya, dan Tergugat tidak bersedia melaksanakan putusan, Ketua Pengadilan TUN/Ketua Pengadilan Tinggi TUN sebagai pengadilan tingkat pertama dapat mengenakan pembayaran uang paksa dengan berpedoman pada ketentuan ini.
SANKSI ADMINISTRASI Pasal 116 ayat (4) Undang-undang tentang PERATUN mengatur sanksi administratif terhadap Pejabat (Tergugat) yang tidak bersedia melaksanakan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, namun undang-undang tidak mengatur tata cara penerapannya.
75
Sanksi administrasi kepada pejabat pemerintahan beserta jenis-jenis pelanggaran administrasi yang dapat dikenai sanksi administrasi dirumuskan/diatur di dalam RUU Administrasi Pemerintahan, sebagai berikut : a. Jenis-jenis pelanggaran administrasi yang dilakukan oleh Badan/Pejabat TUN yang dapat dikenai sanksi administrasi, yaitu : 1) Melanggar AAUPB. 2) Memasukkan unsur-unsur kepentingan pribadi sebagai dasar dan pertimbangan dalam pengambilan Keputusan ; mengabaikan larangan bahwa atas setiap Keputusan yang dibuatnya tidak dipengaruhi oleh kepentingan pribadi. 3) Mengabaikan larangan bahwa setiap Keputusan yang dibuatnya, Badan/Pejabat TUN tersebut tidak merupakan : - Pihak yang terlibat. - Kerabat dan keluarga pihak yang terlibat. - Wakil pihak yang terlibat. - Pihak yang bekerja dan mendapat gaji dari pihak yang terlibat. - Pihak yang memberikan rekomendasi terhadap pihak yang terlibat ; dan/atau - Pihak-pihak lain yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan ; dan - Yang dimaksud dengan kerabat dan keluarga pihak yang terlibat, meliputi para pihak yang mempunyai hubungan keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat ke tiga. 4) Keputusan yang diterbitkan tidak memenuhi syarat formal, yaitu : - Tidak dibuat oleh Pejabat yang berwenang. - Isinya tidak jelas, tidak pasti, dan tidak dapat dimengerti. - Tidak mengikuti tata naskah dinas sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
76
5)
- Ditetapkan tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Keputusan yang diterbitkan tidak memenuhi syarat materiil, yang meliputi : - Tidak didasarkan pada pertimbangan atau penilaian dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan orang per orang, keseimbangan antara orang per orang dengan pihak lain yang terkena akibat dan terkait dengan Keputusan yang dibuat. - Tidak didasarkan atas kepastian hukum, keadilan, kepatutan, dan kewajaran serta aturan permainan yang lazim berlaku dan menjadi kebiasaan dalam masyarakat yang bersangkutan. - Melanggar asas kesamaan bertindak dan/atau memutus, apabila fakta-fakta, keadaan dan situasi yang berkaitan dengan Keputusan yang sebelumnya adalah sama dengan fakta, keadaan yang telah pernah diputus oleh Badan/Pejabat TUN yang bersangkutan. - Tidak memperhatikan akibat pembatalan suatu keputusan, terutama yang mengakibatkan kerugian yang diderita oleh pihak Pemohon, dan yang harus ditanggung oleh Negara/ Pemerintah. - Tidak menjelaskan pertimbanganpertimbangan apa yang menghasilkan Keputusan yang diambil oleh Badan/Pejabat TUN yang mengeluarkan Keputusan TUN tersebut. - Tidak boleh bertentangan dan/atau melampaui kewenangan Badan/Pejabat TUN yang mengeluarkan Keputusan. - Tidak boleh bertentangan dengan kewajiban hukum Badan/Pejabat TUN yang mengeluarkan Keputusan.
77
- Tidak boleh bertentangan dengan kepatutan dan/atau kewajiban yang berlaku di dalam masyarakat yang bersangkutan ; dan - Tidak boleh menggunakan wewenang yang dimiliki untuk tujuan yang lain daripada tujuan untuk mana kewenangan itu diberikan kepada Badan/Pejabat TUN yang mengeluarkan Keputusan. 6) Melanggar tujuan pemberian diskresi dan batasbatas hukum yang berlaku serta kepentingan umum. Yang dimaksud dengan batas-batas hukum yang berlaku adalah : - Tidak bertentangan dengan hukum dan Hak Asasi Manusia. - Tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. - Wajib menerapkan AAUPB. - Tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan. b. Sanksi administrasi yang dapat diberikan berupa : 1) Teguran lisan. 2) Teguran tertulis. 3) Pemberhentian sementara. 4) Pemberhentian dengan hormat ; atau 5) Pemberhentian dengan tidak hormat ; 6) Dikurangi dan/atau dicabut hak-hak jabatan dan pensiun. 7) Pembayaran kompensasi dengan ganti rugi. 8) Publikasi melalui media massa. c. Sanksi yang berupa pembayaran kompensasi dan ganti rugi hanya diberlakukan kepada Badan, dan terhadap pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara. d. Sanksi administrasi dilaksanakan oleh :
78
1) Atasan Pejabat yang mengeluarkan Keputusan. 2) Kepala daerah, jika menyangkut Pejabat daerah. 3) Presiden, jika menyangkut para Menteri/Pejabat setingkat Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah, atau Kepala Daerah. Catatan : Di dalam RUU Administrasi Pemerintahan tidak diatur siapa yang melaksanakan pengenaan sanksi administrasi terhadap Presiden yang terbukti melakukan pelanggaran administrasi. Namun demikian, Presiden dapat dikenai impeachment sesuai ketentuan hukum yang berlaku (Pasal 7A, 7B Perubahan Ketiga UUD Negara RI Tahun 1945 Jo. Pasal 10 ayat 2 dan 3), jika melakukan pelanggaran administrasi yang sifatnya sudah melanggar konstitusi. 3.
PENGUMUMAN PEJABAT (TERGUGAT) a. Pejabat (Tergugat) yang tidak bersedia melaksanakan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap diumumkan pada media massa cetak setempat oleh Panitera (Pasal 116 ayat 3, 4 dan 5 Undang-undang tentang PERATUN). b. Pengumuman pada media massa cetak dilakukan oleh Panitera dan/atau Juru Sita Pengadilan atas perintah Ketua Pengadilan TUN atau Ketua Pengadilan Tinggi TUN sebagai pengadilan tingkat pertama, dengan biaya dibebankan kepada pemohon eksekusi atau atas biaya negara bagi perkara prodeo. Contoh Pengumuman sebagaimana dimaksud oleh Pasal 116 ayat (5) Undang-undang tentang PERATUN. PENGUMUMAN Juru Sita/Juru Sita Pengganti Pengadilan TUN Jakarta, berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan
79
TUN Jakarta Nomor : …...................Tanggal : .......…..... Tahun : ….., dengan ini mengumumkan bahwa : 1. …………….. (Nama Jabatan Tergugat) telah dihukum ……………., berdasarkan putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap (dalam hal ini Putusan Pengadilan TUN Jakarta No. .......................…. Jo. Putusan Pengadilan Tinggi TUN Jakarta No. ....................................… Jo. Putusan Mahkamah Agung RI No. …..................…), yaitu : ....................................... 2. Amar putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap menyatakan : ............................................................................. ; ............................................................................. ; ............................................................................. . 3. Putusan Pengadilan tersebut sampai dengan lewat batas tenggang waktu sebagaimana dimaksud oleh Pasal 116 Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang PERATUN belum dilaksanakan oleh ……………............. (Nama Jabatan Tergugat).
Demikian agar diketahui oleh masyarakat luas.
Jakarta, ……………. 20...... JURUSITA/JURUSITA PENGGANTI PENGADILAN TUN JAKARTA CAP DINAS
NIP.
80
Z. PEMBATASAN UPAYA HUKUM KASASI Pasal 45A ayat (2) huruf c Undang-undang tentang PERATUN, mengatur pembatasan upaya hukum kasasi terhadap perkara TUN tertentu, yaitu perkara TUN yang obyek gugatannya berupa keputusan pejabat daerah yang jangkauan keputusannya berlaku di wilayah daerah yang bersangkutan. Keputusan TUN yang berupa keputusan pejabat daerah dapat atau tidak dapat diajukan kasasi, kriterinya adalah : 1. Tidak dapat diajukan kasasi apabila keputusan pejabat daerah yang materi muatannya sebagai pelaksanaan desentralisasi wewenang yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada daerah. Kewenangan desentralisasi biasanya diatur lebih lanjut dalam peraturan daerah (PERDA). 2. Dapat diajukan kasasi apabila keputusan pejabat daerah yang materi muatannya sebagai pelaksanaan dekonsentrasi wewenang, yaitu dalam rangka melaksanakan wewenang pemerintah pusat. 3. Dapat diajukan kasasi apabila keputusan pejabat daerah dalam rangka tugas perbantuan (medebewind). 4. Harus dikirim ke Mahkamah Agung, apabila keputusan pejabat daerah yang jangkauan berlakunya masuk dalam wilayah abu-abu (gray area), Dalam hal ini Mahkamah Agung yang menentukan perkaranya dapat atau tidak diajukan kasasi. Untuk menentukan keputusan pejabat daerah masuk dalam wilayah abu-abu (gray area) : a. Keputusan pejabat daerah tersebut sebagai pelaksanaan desentralisasi wewenang akan tetapi jangkauan berlakunya meluas sampai ke luar wilayah kewenangannya (melintas masuk teritorial/wilayah kewenangan pemerintah pusat atau kewenangan pemerintah daerah yang lain, oleh akibat : 1) Tumpang tindih kewenangan (locus materiae) antara kewenangan pemerintah pusat dengan kewenangan pemerintah daerah lainnya atau sebaliknya). 2) Terdapat urusan pemerintahan di bidang-bidang
81
tertentu yang diurus secara bersama yang bersifat lintas sektoral (antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah atau antar propinsi dan/atau antar kabupaten/kota. b. Keputusan Pejabat daerah yang bersifat derivatif (turunan) dari peraturan yang berlaku secara nasional sehingga jangkauan berlakunya keputusan TUN tersebut tidak hanya terbatas dalam wilayah daerah yang bersangkutan, akan tetapi sudah ke luar wilayah daerah tersebut, dan masih ada kaitan dengan peraturan yang bersifat nasional. 5. Apabila sudah pasti keputusan pejabat daerah tersebut jangkauan berlakunya hanya di wilayah daerah yang bersangkutan, ketua Pengadilan TUN atau ketua PT.TUN sebagai pengadilan tingkat pertama, atas permohonan pihak yang berperkara wajib menerbitkan surat keterangan disertai pertimbangan yang ”logis-yuridis” yang menyatakan terhadap perkaranya tidak memenuhi syaratsyarat formal untuk diajukan kasasi. Selanjutnya berkas perkaranya tidak dikirimkan ke Mahkamah Agung. 6. Pernyataan bahwa perkara tidak memenuhi syarat formal untuk diajukan kasasi yang dibuat oleh ketua PTUN atau ketua PT.TUN sebagai pengadilan tingkat pertama, dituangkan dalam bentuk SURAT KETERANGAN dan tidak dalam bentuk PENETAPAN, karena hanya merupakan tindakan administrasi (manajemen peradilan) dan bukan tindakan yudisial. 7. Apabila ketua PTUN atau ketua PT.TUN sebagai pengadilan tingkat pertama meskipun sudah mengetahui dengan pasti bahwa keputusan pejabat daerah tersebut jangkauan berlakunya hanya di wilayah daerah yang bersangkutan, akan tetapi tetap saja meneruskan berkas perkaranya ke Mahkamah Agung, maka dalam rangka pengawasan, Mahkamah Agung berkewajiban melakukan tindakan korektif dengan cara menerbitkan PENETAPAN yang menyatakan terhadap perkaranya tidak dapat diajukan kasasi, selanjutnya terhadap berkas perkaranya dikembalikan ke PTUN atau ke PT.TUN sebagai pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
82
AA. TITIK SINGGUNG WEWENANG PERADILAN 1. TITIK SINGGUNG ANTARA PENGADILAN TUN DENGAN PENGADILAN NEGERI a. Eksekusi. Terdapat titik singgung antara Pengadilan TUN dengan Pengadilan Negeri berkaitan dengan penetapan eksekusi yang dikeluarkan oleh Ketua Pengadilan Negari. Kasusnya adalah, pada saat eksekusi akan dilaksanakan pihak ketiga (termohon eksekusi) berkeberatan, kemudian mengajukan gugatan ke Pengadilan TUN dan mohon agar Pengadilan TUN menunda pelaksanaan eksekusi tersebut berdasarkan Pasal 67 Undang-undang tentang PERATUN. Pengadilan TUN tidak berwenang mengadili sengketa yang obyek sengketanya penetapan eksekusi yang dikeluarkan oleh Ketua Pengadilan Negeri, karena penetapan eksekusi tersebut ditetapkan atas dasar hasil pemeriksaan badan peradilan (Pasal 2 huruf e Undangundang tentang PERATUN). b. Sertipikat Tanah. 1) Suatu bidang tanah diterbitkan dua sertipikat, yaitu atas nama A dan B, akibatnya timbul sengketa, yaitu A menggugat kantor pertanahan atas terbitnya sertipikat atas nama B ke Pengadilan TUN, dan B menggugat A ke Pengadilan Negeri tentang kepemilikan. Kedua perkara tersebut tidak dapat berjalan secara bersamaan, karena sertipikat adalah tanda bukti kepemilikan/hak atas tanah, maka sebelum seseorang mengajukan gugatan tentang keabsahan sertipikat ke Pengadilan TUN, sepanjang masih dipersoalkan tentang kepemilikan/hak atas tanah yang bersangkutan, terlebih dahulu harus dibuktikan secara hukum siapa sebenarnya yang mempunyai kepemilikan/hak atas tanah tersebut.
83
Dengan demikian, Pengadilan TUN harus menyatakan tidak berwenang dan tidak dapat mengadili perkaranya (di-NO). 2) Apabila yang dipersoalkan oleh Penggugat bukan tentang kepemilikan atas tanah, melainkan prosedur penerbitan sertipikat oleh kantor pertanahan yang mengandung cacat yuridis, karena diterbitkan secara bertentangan dengan aturan hukum yang menjadi dasar penerbitan sertipikat atau bertentangan dengan AAUPB, maka Hakim TUN harus jeli dengan melihat objectum litis yang menjadi dasar gugatan. Dalam hal yang demikian sesuai praktek dan yurisprudensi, Pengadilan TUN berwenang untuk memeriksa perkaranya. 2.
TITIK SINGGUNG ANTARA PENGADILAN TUN DENGAN PENGADILAN NIAGA. Menurut Pasal 67 ayat (1) UUK, kurator bertugas melakukan pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit. Tugas ini antara lain dengan membuat catatan harta pailit (Pasal 91 ayat (1) UUK) dan catatan nama-nama serta alamat kreditur disertai jumlah dan sifat piutang (Pasal 93 UUK) dan catatan tersebut dilaporkan dalam rapat pencocokan piutang, (Pasal 115 ayat (1) UUK) yang diketuai Hakim Pengawas (Pasal 77 (1) UUK). Apabila rapat verifikasi sudah selesai maka kurator melaporkan keadaan harta pailit (Pasal 133 ayat (1) UUK). Kurator melakukan penjualan harta pailit di muka umum (lelang), atau penjualan dilakukan di bawah tangan atas ijin Hakim Pengawas (Pasal 171 ayat (1) UUK). Dalam proses penjualan harta pailit yang dilakukan oleh kantor lelang bisa timbul gugatan terhadap kantor lelang yang diajukan ke Pengadilan TUN dimana Penggugat minta agar keputusan lelang dibatalkan disertai permintaan penangguhan pelaksanaan lelang. PTUN tidak berwenang menangguhkan pelaksanaan penjualan di muka umum (lelang) atas harta pailit yang
84
dilaksanakan oleh kantor lelang atas permintaan kurator atau kreditur pemegang hak tanggungan, karena mengenai kepailitan telah menjadi kompetensi absolut dari Pengadilan Niaga sebagai pengadilan khusus di Peradilan Umum. Demikian pula dalam hal penjualan lelang oleh kantor lelang atas permintaan kurator atau kreditur pemegang hak tanggungan untuk memenuhi ketentuan Pasal 57 ayat (1) dan Pasal 56 ayat (1) UUK. Di samping itu, telah menjadi yurisprudensi tetap bahwa Pengadilan TUN tidak berwenang mengadili gugatan terhadap kantor lelang yang menyangkut penjualan lelang sebagai pelaksanaan putusan (eksekusi) perkara perdata yang dilakukan atas perintah Ketua Pengadilan Negeri. AB. ASAS-ASAS UMUM PERADILAN YANG BAIK 1. Menjunjung tinggi hak seseorang untuk mendapat putusan (right to a decision); 2. Setiap orang berhak mengajukan perkara sepanjang mempunyai kepentingan (no interest, no action). 3. Larangan menolak untuk mengadili kecuali ditentukan lain oleh undang-undang. 4. Putusan harus dijatuhkan dalam waktu yang pantas dan tidak terlalu lama. 5. Asas imparsialitas (tidak memihak). 6. Asas kesempatan untuk membela diri (Audi et Alteram Partem). 7. Asas obyektivitas (no bias), tidak ada kepentingan pribadipribadi atau pihak lain. 8. Menjunjung tinggi prinsip “nemo judex in rex sua” yaitu Hakim tidak boleh mengadili perkara dimana ia terlibat dalam perkara a quo. 9. Penalaran hukum (legal reasoning) yang jelas dalam isi putusan. 10. Akuntabilitas (dapat dipertanggungjawabkan). 11. Transparansi (keterbukaan).
85
12. Kepastian hukum dan konsistensi. 13. Menjunjung hak-hak asasi manusia. AC. KARAKTERISTIK HUKUM ACARA PERADILAN TUN Karakteristik Hukum Acara di Pengadilan TUN adalah : 1. Dalam proses pemeriksaan di persidangan, Peranan Hakim aktif (dominus litis). Peranan Hakim yang aktif tersebut, karena Hakim dibebani tugas untuk mencari kebenaran materiil. Di dalam ketentuan hukum acara, peranan Hakim yang aktif tersebut dapat ditemukan pada ketentuan Pasal 63 ayat (2) butir a, b, Pasal 80 ayat (1), Pasal 85, Pasal 95 ayat (1), dan Pasal 103 ayat (1) Undang-undang Tentang PERATUN. 2. Dalam sengketa TUN, kedudukan antara Penggugat dengan Tergugat tidak seimbang. Ketidakseimbangannya karena Penggugat sebagai orang atau badan hukum perdata diasumsikan dalam posisi yang lebih lemah dibandingkan Tergugat selaku pemegang kekuasaan publik. Untuk menyeimbangkannya diperlukan asas kompensasi dengan cara memberikan kemudahan-kemudahan kepada Penggugat. Antara lain pada saat pembuktian, apabila alat bukti yang diperlukan dalam proses persidangan tidak dimiliki oleh Penggugat akan tetapi berada di pihak Tergugat atau pihak lain, maka Penggugat dapat memohon kepada Hakim / Majelis Hakim yang memeriksa perkaranya. Selanjutnya atas dasar kewenangan yang dimiliki Hakim / Majelis Hakim dapat meminta alat bukti tersebut untuk diajukan di persidangan. 3. Asas pembuktian yang mengarah pada sistem pembuktian bebas terbatas (vrij bewijs). Pengertian bebas terbatas, karena menurut sistem hukum acara peradilan TUN, Hakim menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian, beserta penilaian pembuktian. Untuk sahnya pembuktian, diperlukan sekurang-kurangnya dua alat bukti berdasarkan keyakinan Hakim. Mengenai alat-alat bukti yang dapat dipergunakan oleh Hakim di dalam pembuktian terbatas, yaitu hanya meliputi : a. Surat atau tulisan.
86
b. c. d. e. 4.
5.
Keterangan ahli. Keterangan saksi. Pengakuan para pihak, dan Pengetahuan Hakim.
Gugatan tidak menunda pelaksanaan Keputusan TUN yang digugat. Hal ini sebagai konsekuensi berlakunya asas praesumptio iustae causa (asas praduga rechtmatige) terhadap suatu Keputusan TUN. Asas preasumptio iustae causa mempunyai makna bahwa suatu Keputusan TUN harus selalu dianggap benar sampai dengan dibuktikan sebaliknya. Oleh karena itu suatu Keputusan TUN senantiasa harus dapat dilaksanakan. Dalam hal-hal tertentu, oleh ketentuan hukum acara ada pengecualian terhadap berlakunya asas tersebut, yaitu terhadap Keputusan TUN yang digugat dapat diajukan permohonan penundaan pelaksanaannya apabila terdapat keadaan yang sangat mendesak yang mengakibatkan kepentingan Penggugat akan sangat dirugikan jika Keputusan TUN yang digugat itu tetap dilaksanakan, serta bukan merupakan kepentingan umum dalam rangka pembangunan mengharuskan dilaksanakannya keputusan tersebut. Putusan Hakim tidak boleh bersifat ultra petita (melebihi tuntutan Penggugat), akan tetapi reformatio in peius dimungkinkan. Yang dimaksud dengan reformatio in peius ialah suatu diktum putusan yang justru tidak menguntungkan Penggugat. Contoh putusan yang bersifat reformatio in peius ialah dalam kasus kepegawaian, Penggugat mohon agar Keputusan TUN yang digugat berupa penundaan kenaikan pangkat selama satu tahun (jenis hukuman disiplin sedang) dinyatakan batal atau tidak sah, tetapi oleh Hakim dinyatakan dalam diktum putusannya, Keputusan TUN yang digugat dibatalkan dan diperintahkan kepada Tergugat agar menerbitkan Keputusan TUN yang baru berupa pemberhentian tidak atas permohonan Penggugat, sebab fakta pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh Penggugat terbukti jenis pelanggaran disiplin berat.
87
6.
Putusan Pengadilan bersifat erga omnes. Berbeda dengan sengketa perdata, dimana putusan Hakim perdata hanya mengikat terhadap pihak-pihak yang berperkara, sedangkan putusan Pengadilan TUN tidak hanya mengikat pihak-pihak yang bersengketa, akan tetapi berlaku juga terhadap pihak-pihak yang terkait di luar pihak yang bersengketa. 7. Seseorang atau badan hukum perdata untuk dapat mengajukan gugatan harus mempunyai kepentingan yang dirugikan sebagai akibat terbitnya suatu Keputusan TUN. Dengan demikian tanpa ada kepentingannya yang dirugikan oleh terbitnya suatu Keputusan TUN tidak akan melahirkan hak untuk menggugat bagi seseorang atau badan hukum perdata tersebut, maka berlakulah asas “tanpa ada kepentingan tidak akan melahirkan gugatan (poin d’interet, poin d’action)”. 8. Dalam proses pemeriksaan gugatan di Pengadilan TUN dikenal beberapa tahapan yaitu antara lain tahap penelitian administrasi, tahap proses dissmissal, tahap pemeriksaan persiapan, dan tahap persidangan terbuka untuk umum. 9. Tidak mengenal putusan verstek, karena Hakim bersifat aktif di dalam pemeriksaan persidangan untuk menemukan kebenaran materiil dengan cara mencari bukti-bukti yang relevan di dalam memutus perkaranya, sehingga Hakim tetap dapat memutus perkaranya tanpa kehadiran Tergugat. 10. Tidak mengenal gugatan rekonpensi, karena obyek gugatan dalam sengketa TUN adalah Keputusan TUN yang diterbitkan oleh Tergugat berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya, yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata.
88
FORMULIR-FORMULIR
89
PENGADILAAN TUN (LOKASI) (ALAMAT)
SURAT KUASA UNTUK MEMBAYAR Nomor : …./G/Tahun/PTUN-(Lokasi) PENGGUGAT
:
TERGUGAT
:
Telah membayar uang muka/panjar biaya Perkara sebesar Rp. ………………………………
Terdaftar dengan Nomor Register Perkara : No. …………/G/………./PTUN-(lokasi)
Jakarta ,. …………………..
Mengetahui Panitera/Sekretaris Tanggal
: ………………..
Lembar I
: Penggugat
Lembar II
: Berkas
Lembar III : Bendaharawan ( ………………………… )
KASIR,
(………………………)
Catatan : SKUM Banding, Kasasi dan PK sesuai Pemohon. Contoh: Banding
Kasasi
: Pembanding
: ........................
Terbanding
: .......................
: Pemohon Kasasi : ...................... Termohon Kasasi : .....................
90
RESUM E GUGATAN Nomor : ……../G.TUN/2005/PTUN.(lokasi) I.
TENTANG SUBYEK GUGATAN : 1. TERGUGAT : KUASA
PIHAK SENDIRI :
SURAT KUASA METERAI LEGALISIR WAARMERKING a. N a m a
: .........................................................
b. Kewarganegaraan
: .........................................................
c. Tempat Tinggal
: .........................................................
d. Pekerjaan
: .........................................................
2. TERGUGAT : a. Nama Jabatan
: .........................................................
b. Tempat Kedudukan
: .........................................................
c. Dihilangkan II.
TENTANG OBYEK GUGATAN : UNSUR-UNSUR KEPT. TUN :
III.
TERTULIS
INDIVIDUAL
TINGKAT HUKUM-TUN
FINAL
KONKRIT
AKIBAT HUKUM
TENTANG ALASAN-ALASAN GUGATAN : KEPUTUSAN TUN YANG BERSANGKUTAN BERTENTANGAN DENGAN :
IV.
a. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU
:
b. ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK
:
TENTANG TUNTUTAN GUGATAN : 1. PEMBATALAN KEPUTUSAN TUN
:
2. PEMBATALAN KEPUTUSAN TUN DAN GANTI RUGI
:
3. PEMBATALAN KEPUTUSAN TUN, GATI RUGI DAN REHABILITASI
:
4. LAIN-LAIN
:
91
V.
PENELITIAN GUGATAN : UNSUR-UNSUR KEPT. TUN : 1. TENGGANG WAKTU MENGGUGAT
MASIH
LEWAT
2. KOMPETENSI
MASUK
KELUAR
3. UPAYA BANDING ADM TIDAK ADA 4. KUMULTIF
ADA
SUBYEK
OBYEK
5. LAIN-LAIN PENDAPAT VI.
PENDAPAT : A. PAN-MUD-PERKARA
VII.
B.
WAKIL PANITERA
C.
PANITERA
CATATAN PENDAPAT KETUA :
VIII. DISPOSISIS/KESIMPULAN :
92
Form.: Penetapan Lolos Dissmissal
PENETAPAN Nomor : …../PEN-DIS/TAHUN/PTUN (NAMA PENGADILAN) DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Kami, Ketua Pengadilan TUN di ……………… telah membaca surat gugatan Penggugat tertanggal ………………………………………….. yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan TUN ……………………. tanggal ……………, Nomor Register Perkara : ……./G/TAHUN/PTUN (nama pengadilan) Dalam perkara antara : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Tempat Tinggal
: : : :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. ..................................................................................................................................
Berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : .............................................................................................. tanggal .................................................................................................................................................................. Untuk selanjutnya disebut sebagai ....................................................................................... PENGGUGAT MELAW AN:
Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: .................................................................................................................................... : .................................................................................................................................... ....................................................................................................................................
Untuk selanjutnya disebut sebagai .......................................................................................... TERGUGAT Menimbang, bahwa setelah diadakan penelitian dalam Rapat Permusyawaratan, ternyata bahwa gugatan a quo tidak memenuhi ketentuan sebagaimana yang dimaksud oleh Pasal 62 ayat (1) huruf a sampai dengan e Undang-undang tentang PERATUN. Menimbang, bahwa oleh karenanya terhadap gugatan tersebut dapat dilanjutkan pemeriksaannya dengan Acara Biasa dan perlu ditunjuk Majelis Hakim yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan gugatan tersebut. Ditetapkan di : ............................. Pada tanggal
: .............................
PENGADILAN TUN (LOKASI) KETUA, _______________________ NIP :
93
Form. : Penetapan Acara Cepat PENETAPAN Nomor : …../PEN-DIS/TAHUN/PTUN (NAMA PENGADILAN) DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Kami, Ketua Pengadilan TUN di ……………… telah membaca surat gugatan Penggugat tertanggal ………………………………………….. yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan TUN ……………………. tanggal …………, Nomor Register Perkara : ……./G/TAHUN/PTUN (nama pengadilan) Dalam perkara antara : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Tempat Tinggal
: : : :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. ..................................................................................................................................
Berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : .............................................................................................. tanggal .................................................................................................................................................................. Untuk selanjutnya disebut sebagai ....................................................................................... PENGGUGAT MELAW AN:
Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: .................................................................................................................................... : .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... Untuk selanjutnya disebut sebagai .......................................................................................... TERGUGAT Menimbang, bahwa setelah diadakan penelitian dalam Rapat Permusyawaratan, ternyata bahwa gugatan a quo tidak memenuhi ketentuan sebagaimana yang dimaksud oleh Pasal 62 ayat (1) huruf a sampai dengan e Undang-undang tentang PERATUN. Menimbang, bahwa oleh karenanya terhadap gugatan tersebut dapat dilanjutkan pemeriksaannya dengan Acara Cepat dan perlu ditunjuk Hakim Tunggal yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan gugatan tersebut. Ditetapkan di : ............................. Pada tanggal
: .............................
PENGADILAN TUN (LOKASI) KETUA, _________________________ NIP :
94
Form. : Penetapan Penunjukan Majelis Hakim PENETAPAN Nomor : …../PEN/TAHUN/PTUN (LOKASI) DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
1.
2.
Kami, Ketua Pengadilan TUN di ……………… telah membaca : Surat gugatan Penggugat tertanggal ..................... yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan TUN (LOKASI) pada tanggal ……….. dengan register Nomor : …../G/TAHUN/PTUN(LOKASI). Surat Penetapan Ketua Pengadilan TUN ……………………. tentang lolos Dismissal Nomor : Nomor : …../PEN-DIS/TAHUN/PTUN-(LOKASI) tanggal .............................................................. yang diajukan oleh : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Tempat Tinggal
: : : :
............................................................................................................................ ............................................................................................................................ ............................................................................................................................ ............................................................................................................................
Menimbang, bahwa untuk memeriksa dan memutus perkara gugatan ini dengan Acara Biasa perlu ditunjuk Majelis Hakim yang susunannya sebagaimana tersebut di bawah ini : Memperhatikan Pasal 133, dan 134 Undang-undang tentang PERATUN. MENETAPKAN : Menunjuk
: 1. ……………………………………….. sebagai Hakim Ketua : 2. ……………………………………….. sebagai Hakim Anggota : 3. ……………………………………….. sebagai Hakim Anggota
Untuk memeriksa dan memutus perkara gugatan ini. Ditetapkan di : ............................. Pada tanggal
: .............................
PENGADILAN TUN (LOKASI) KETUA, ______________________ NIP : Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan TUN tersebut di atas, untuk mendampingi Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini, perlu ditunjuk Panitera Pengganti sebagaimana di bawah ini : Memperhatikan Pasal 137 jo. 138 Undang-undang tentang PERATUN. Menunjuk
: ………………………………… sebagai Panitera Pengganti. PENGADILAN TUN (LOKASI) P A N I T E R A, _________________________ NIP : Form. : Penetapan Penunjukan Hakim Tunggal
95
PENETAPAN Nomor : …../PEN/TAHUN/PTUN (LOKASI) DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
1.
2.
Kami, Ketua Pengadilan TUN di ……………… telah membaca : Surat gugatan Penggugat tertanggal ......................................................................................... yang di daftarkan di Kepaniteraan Pengadilan TUN (LOKASI) pada tanggal ………… ……….. dengan register Nomor : …../G/TAHUN/PTUN-(LOKASI) Surat Penetapan Ketua Pengadilan TUN ……………………. tentang lolos Dismissal Nomor : Nomor : …../PEN-DIS/TAHUN/PTUN-(LOKASI) tanggal .............................................................. yang diajukan oleh : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Tempat Tinggal
: : : :
............................................................................................................................ ............................................................................................................................ ............................................................................................................................ ............................................................................................................................ ............................................................................................................................
Menimbang, bahwa untuk memeriksa dan memutus perkara gugatan ini dengan Acara Cepat perlu ditunjuk Hakim Tunggal sebagai tersebut di bawah ini : Memperhatikan Pasal 133 dan 134 Undang-undang tentang PERATUN. Menunjuk
MENETAPKAN : : ………………………………………..
sebagai Hakim Tunggal
Untuk memeriksa dan memutus perkara gugatan ini. Ditetapkan di : ............................. Pada tanggal
: .............................
PENGADILAN TUN (LOKASI) KETUA, ________________________ NIP : Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan TUN tersebut di atas, untuk mendampingi Hakim Tunggal yang memeriksa perkara ini, perlu ditunjuk Panitera Pengganti sebagaimana di bawah ini : Memperhatikan Pasal 137 jo. 138 Undang-undang tentang PERATUN. Menunjuk
: ………………………………… sebagai PANITERA PENGGANTI.
PENGADILAN TUN (LOKASI) P A N I T E R A, _________________________ NIP :
Form. : Penetapan Penentuan Hari Pemeriksaan Persiapan
96
PENETAPAN Nomor : …../PEN-HS/TAHUN/PTUN-(LOKASI) DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Kami, Ketua Majelis Hakim Pengadilan TUN (lokasi), membaca : - Surat Gugatan Penggugat tertanggal …………… yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan TUN Jakarta pada tanggal ………… dengan register Nomor............................ - Surat Penetapan Ketua Pengadilan TUN (lokasi) tentang Penunjukan Majelis Hakim tertanggal ………… Nomor .................................................................................................... Dalam perkara antara : Nama : Kewarganegaraan : Pekerjaan : Tempat Tinggal :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. ..................................................................................................................................
Untuk selanjutnya disebut sebagai ..................................................................................... PENGGUGAT; MELAW AN:
Nama Jabatan : .................................................................................................................................... Tempat Kedudukan : .................................................................................................................................... Untuk selanjutnya disebut sebagai ......................................................................................... TERGUGAT; Menimbang, bahwa mengenai hari Pemeriksaan Persiapan dalam perkara tersebut, perlu ditetapkan. Memperhatikan : Ketentuan dari Pasal 58 ayat (3) dan (4), Pasal 63, Pasal 34 dan Pasal 65 Undang-undang tentang PERATUN. MENETAPKAN
Memerintahkan untuk memanggil kedua belah pihak untuk menghadap Majelis Hakim dalam pemeriksaan persiapan Pengadilan TUN (lokasi), ……………… , Pada : Hari : .................................................................................................................................. Tanggal : .................................................................................................................................. Jam : .................................................................................................................................. Dengan membawa surat-surat bukti/saksi yang perlu didengar/diajukan dalam Pemeriksaan Perkara Persidangan tersebut. Menetapkan, bahwa tenggang waktu untuk memanggil kedua belah pihak dengan waktu pemeriksaan persiapan paling sedikit 6 (enam) hari.
Pemeriksaan Persiapan Dilakukan oleh Hakim :
Ditetapkan di : ……… Pada tanggal : ……. PENGADILAN TATA USAHA NEGARA (LOKASI) HAKIM KETUA MAJELIS,
___________________ NIP : ……………………
___________________ NIP : ……………………
97
SURAT PANGGILAN Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/…………. Kami, Panitera Pengganti Pengadilan TUN (lokasi), atas nama Panitera Pengadilan TUN (Lokasi), dan berdasarkan Penetapan Ketua Majelis Nomor : …………../PENHS/……../PTUN.(lokasi), tertanggal ………………….., dan sesuai dengan Pasal 63 Undang-undang Tentang PERATUN, memanggil : Nama Jabatan Berkedudukan
: :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. Sebagai Pihak TERGUGAT;
Agar datang menghadap Hakim Ketua Majelis Pengadilan TUN (lokasi), dalam perkara Nomor : ………./G/PTUN-(LOKASI)/…………., untuk didengar keterangannya dalam acara Pemeriksaan Persiapan pada : Hari Tanggal Jam Tempat
: : : :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. ..................................................................................................................................
Sehubungan dengan gugatan yang diajukan oleh : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Tempat Tinggal
: : : :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. Sebagai Pihak PENGGUGAT; ………………,…………………….. PANITERA PENGGANTI,
_____________________ NIP ………………………. Catatan : .......................................................... .......................................................... ..........................................................
98
Pasal 63 UU tentang PERATUN
Pemeriksaan Persiapan : Form A.
SURAT PANGGILAN Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/…………. Kami, Panitera Pengganti Pengadilan TUN (lokasi), atas nama Panitera Pengadilan TUN (Lokasi), dan berdasarkan Penetapan Ketua Majelis Nomor : …………../PENHS/……../PTUN.(lokasi), tertanggal ………………….., dan sesuai dengan Pasal 63 Undang-undang tentang PERATUN, memanggil : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Tempat Tinggal
: : : :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. Sebagai Pihak PENGGUGAT;
Agar datang menghadap Hakim Ketua Majelis Pengadilan TUN (lokasi), dalam perkara Nomor : ………./G/PTUN-(LOKASI)/…………., untuk didengar keterangannya dalam acara Pemeriksaan Persiapan pada : Hari Tanggal Jam Tempat
: : : :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. ..................................................................................................................................
Sehubungan dengan gugatan yang saudara ajukan terhadap : Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. Selaku Pihak TERGUGAT ;
…………, …………………….. PANITERA PENGGANTI,
_____________________ NIP ………………………. *) Memberikan Kuasa kepada Yth. : ........................................................................ ........................................................................ ........................................................................
99
Pasal 59 ayat (4) Pasal 65 UU tentang PERATUN
Persidangan : Form A.
SURAT PANGGILAN Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/…………. Kami, Panitera/Panitera Pengganti Pengadilan TUN di …………………………… berdasarkan perintah Hakim Ketua Majelis dalam persidangan tanggal ………………….... sesuai dengan Pasal 59 ayat (4) Pasal 65 Undang-undang tentang PERATUN, memanggil : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Tempat Tinggal
: : : :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. Selaku Pihak PENGGUGAT; Lawan
Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. Selaku Pihak TERGUGAT;
Dalam perkara Nomor : ................................................................................................................................. agar hadir pada persidangan perkara tersebut, dengan membawa bukti-bukti dan saksi-saksi yang diperlukan pada : Hari Tanggal Jam Tempat
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : Gedung Pengadilan TUN(LOKASI) Jalan ........................................................................................................................ di ..............................................................................................................................
…………………………….., 20…… Panitera/Panitera Pengganti,
_____________________ NIP ……………………….
100
Pasal 59 ayat (4) Pasal 65 UU tentang PERATUN
Persidangan : Form B.
SURAT PANGGILAN Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/…………. Kami, Panitera/Panitera Pengganti Pengadilan TUN di …………………………… berdasarkan perintah Hakim Ketua Majelis dalam persidangan tanggal ………………….... sesuai dengan Pasal 59 ayat (4) Pasal 65 Undang-undang Tentang PERATUN, memanggil: Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. Selaku Pihak TERGUGAT, Lawan
Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Tempat Tinggal
: : : :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. Selaku Pihak PENGGUGAT;
Dalam perkara Nomor : agar hadir pada persidangan perkara tersebut, dengan membawa bukti-bukti dan saksi-saksi yang diperlukan pada : Hari Tanggal Jam Tempat
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : Gedung Pengadilan TUN ................................................................... Jalan ........................................................................................................................ di ..............................................................................................................................
Panggilan ini dilakukan dengan surat tercatat dan bersama ini disampaikan pula Salinan Gugatan dalam perkara tersebut, dengan pemberitahuan bahwa gugatan dijawab secara tertulis. …………………………….., 20…… Panitera/Panitera Pengganti,
_____________________ NIP ……………………….
101
Pasal 62 ayat (2) huruf a dan b
Dissmisal Prosedur : Form A.
SURAT PANGGILAN Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/…………. Kami, Panitera/Panitera Pengganti Pengadilan TUN di ……………………… …………………………………………………………………………………………………….. atas perintah ketua Pengadilan sesuai dengan Pasal 62 ayat (2) b, Undang-undang Tentang PERATUN, memanggil : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Tempat Tinggal
: : : :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. Selaku Pihak PENGGUGAT;
Dalam perkara Nomor : ................................................................................................................................. untuk mendengar ucapan Penetapan Ketua Pengadilan pada : Hari Tanggal Jam Tempat
: : : :
................................................................................................................................. ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. Pengadilan Tata Usaha Negara ......................................................... Jalan ........................................................................................................................ di .............................................................................................................................
Sehubungan dengan gugatan yang Saudara ajukan terhadap pihak Tergugat : Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: :
.................................................................................................................................. ..................................................................................................................................
…………………………….., 20…… Panitera/Panitera Pengganti,
_____________________ NIP ……………………….
102
Pasal 62 ayat (2) b UU tentang PERATUN
Dissmisal Prosedur : Form B.
SURAT PANGGILAN Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/…………. Kami, Panitera/Panitera Pengganti Pengadilan TUN di ……………………… …………………………………………………………………………………………………….. atas perintah ketua Pengadilan sesuai dengan Pasal 62 ayat (2) b, Undang-undang Tentang PERATUN, memanggil : Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. Selaku Pihak TERGUGAT;
Dalam perkara Nomor : ................................................................................................................................. untuk mendengar ucapan Penetapan Ketua Pengadilan pada : Hari Tanggal Jam Tempat
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : Ruang Rapat Ketua Pengadilan di Gedung Pengadilan Tata Usaha Negara ................................................................................................. Jalan ........................................................................................................................ di ..............................................................................................................................
Sehubungan dengan gugatan yang diajukan : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Tempat Tinggal
: : : :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. ..................................................................................................................................
…………………………….., 20…… Panitera/Panitera Pengganti,
_____________________ NIP ……………………….
103
Pasal 125 ayat (1) jo. Pasal 59 ayat (1) jo. Pasal 139 UU tentang PERATUN
AKTA PERMOHONAN BANDING Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/…………. Pada hari ini, ………. tanggal ……………, menghadap saya ………, Panitera Pengadilan TUN (lokasi), seorang bernama …………….., Kewarganegaraan ………………, Pekerjaan …….… beralamat di …………………………………, berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : …………………………….. tertanggal ……………………….., bertindak untuk dan atas nama ………………………. (PENGGUGAT), yang menerangkan bahwa ia menyatakan Banding terhadap Putusan Pengadilan TUN (lokasi) Nomor : ……... ……………. Tanggal ……………………….., Dalam perkara antara : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Tempat Tinggal
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Sebagai Pihak PENGGUGAT/............................................................ Melawan:
Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Sebagai Pihak TERGUGAT/...............................................................
Yang Amarnya berbunyi sebagai berikut : MENGADILI: ................................................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................................................ Demikian dibuat Akta Permohonan Banding ini yang ditandatangani oleh saya ……………….., Panitera Pengadilan TUN (lokasi) dan Pemohon Banding/Kuasa Pembanding.
Yang Menyatakan Banding
_____________________
P A N I T E R A.
_______________ NIP : ………………
104
Pasal 125 ayat (2) UU tentang PERATUN
SURAT PEMBERITAHUAN PERNYATAAN BANDING Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/…………. Pada hari ini, ……………. tanggal ……………, saya ……………………, Panitera Pengadilan TUN (lokasi), berdasarkan Pasal 125 ayat (2) Undang-undang Tentang PERATUN. TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA : Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Sebagai Pihak TERGUGAT/...............................................................
Bahwa pada tanggal …………………………, pihak PENGGUGAT telah menyatakan Banding terhadap Putusan Pengadilan TUN (lokasi) Nomor : ……………………., tanggal ……………………. Dalam perkara antara : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Beralamat di
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Sebagai Pihak PENGGUGAT/............................................................
Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Sebagai Pihak TERGUGAT/...............................................................
Melawan:
Demikian Surat Pemberitahuan ini dibuat oleh saya …….………………………. Panitera Pengadilan TUN (lokasi) P A N I T E R A,
_____________________ NIP ………………………. *) Memberikan Kuasa kepada Yth. : ........................................................................ ........................................................................ ........................................................................
105
Pasal 125 ayat (1) jo. Pasal 59 ayat (1) jo. Pasal 139 UU tentang PERATUN
AKTA PERMOHONAN BANDING Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/…………. Pada hari ini, ………. tanggal ……………, menghadap saya ………, Panitera Pengadilan TUN (lokasi), seorang bernama …………….., Kewarganegaraan ………………, Pekerjaan …….… beralamat di …………………………………, berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : …………………………….. tertanggal ……………………….., bertindak untuk dan atas nama ………………………. (TERGUGAT), yang menerangkan bahwa ia menyatakan Banding terhadap Putusan Pengadilan TUN (lokasi) Nomor : ……... ……………. Tanggal ……………………….., Dalam perkara antara : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Tempat Tinggal
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Sebagai Pihak PENGGUGAT/............................................................ Melawan:
Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Sebagai Pihak TERGUGAT/................................................................
Yang Amarnya berbunyi sebagai berikut : MENGADILI: ................................................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................................................ Demikian dibuat Akta Permohonan ini yang ditandatangani oleh saya ……………….., Panitera Pengadilan TUN (lokasi) dan Pemohon Banding/Kuasa Pembanding.
Yang Menyatakan Banding
_____________________
P A N I T E R A.
_______________ NIP : ………………
106
Pasal 125 ayat (2) UU tentang PERATUN
SURAT PEMBERITAHUAN PERNYATAAN BANDING Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/…………. Pada hari ini, ……………. tanggal ……………, saya ……………………, Panitera Pengadilan TUN (lokasi), berdasarkan Pasal 125 ayat (2) Undang-undang Tentang PERATUN. TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Tempat Tinggal
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Sebagai Pihak PENGGUGAT/............................................................
Bahwa pada tanggal …………………………, pihak TERGUGAT telah menyatakan Banding terhadap Putusan Pengadilan TUN (lokasi) Nomor : ……………………., tanggal ……………………. Dalam perkara antara : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Beralamat di
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Sebagai Pihak PENGGUGAT/............................................................ Melawan:
Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Sebagai Pihak TERGUGAT/...............................................................
Demikian Surat Pemberitahuan ini dibuat oleh saya …….………………………. Panitera Pengadilan TUN (lokasi) P A N I T E R A,
_____________________ NIP ………………………. *) Memberikan Kuasa kepada Yth. : ........................................................................ ........................................................................ ........................................................................
Pasal 125 ayat (3)
107
SURAT PEMBERITAHUAN DAN PENYERAHAN MEMORI BANDING Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/…………. Pada hari ini, ……………. tanggal ……………, saya ……………………, Panitera Pengadilan TUN (lokasi), berdasarkan Pasal 126 ayat (3) Undang-undang Tentang PERATUN. TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA : Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Sebagai Pihak TERGUGAT/...............................................................
Tentang memori Banding tertanggal ……………….., yang diajukan oleh : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Beralamat di
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Sebagai Pihak PENGGUGAT/............................................................
Yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan TUN (LOKASI) pada Tanggal ………….. ……………, Salinan Memori Banding mana telah diserahkan kepadanya dengan diberitahukan bahwa Memori Banding tersebut dapat dijawab olehnya serta disampaikan ke Pengadilan TUN (lokasi).
Demikian Surat Pemberitahuan ini dibuat oleh saya …….………………………. Panitera Pengadilan TUN (lokasi). P A N I T E R A,
_____________________ NIP ………………………. *) Memberikan Kuasa kepada Yth. : ........................................................................ ........................................................................ ........................................................................
Pasal 126 ayat (3) UU tentang PERATUN.
108
SURAT PEMBERITAHUAN DAN PENYERAHAN KONTRA MEMORI BANDING Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/…………. Pada hari ini, ……………. tanggal ……………, saya ……………………, Panitera Pengadilan TUN (lokasi), berdasarkan Pasal 126 ayat (3) Undang-undang Tentang PERATUN. TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Beralamat di
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Sebagai Pihak PENGGUGAT/..........................................................
Tentang Surat Kontra Memori Banding tertanggal …………………………., yang diajukan oleh : Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Sebagai Pihak TERGUGAT/...............................................................
Yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan TUN …………….. tanggal …………... Salinan Kontra Memori Banding mana telah diserahkan kepadanya. Demikian Surat Pemberitahuan ini dibuat oleh saya …….………………………. Panitera Pengadilan TUN (lokasi) P A N I T E R A,
_____________________ NIP ………………………. *) Memberikan Kuasa kepada Yth. : ........................................................................ ........................................................................ ........................................................................
109
SURAT PEMBERITAHUAN DAN PENYERAHAN MEMORI BANDING Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/…………. Pada hari ini, ……………. tanggal ……………, saya ……………………, Panitera Pengadilan TUN (lokasi), berdasarkan Pasal 126 ayat (3) Undang-undang Tentang PERATUN. TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Beralamat di
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Sebagai Pihak PENGGUGAT/............................................................
Tentang surat Memori Banding tertanggal …………………., yang diajukan oleh : Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Sebagai Pihak TERGUGAT/..............................................................
Yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan TUN (LOKASI) pada Tanggal ………….. ……………, Salinan Memori Banding mana telah diserahkan kepadanya dengan diberitahukan bahwa Memori Banding tersebut dapat dijawab olehnya serta disampaikan ke Pengadilan TUN (lokasi). ........................ Demikian Surat Pemberitahuan ini dibuat oleh saya …….………………………. Panitera Pengadilan TUN (lokasi). P A N I T E R A,
_____________________ NIP ………………………. *) Memberikan Kuasa kepada Yth. : ........................................................................ ........................................................................ ........................................................................
Pasal 126 ayat (3) UU tentang PERATUN
110
SURAT PEMBERITAHUAN DAN PENYERAHAN KONTRA MEMORI BANDING Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/…………. Pada hari ini, ……………. tanggal ……………, saya ……………………, Panitera Pengadilan TUN (lokasi), berdasarkan Pasal 126 ayat (3) Undang-undang Tentang PERATUN. TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA : Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. Sebagai Pihak TERGUGAT/ ............................................................ Tentang Surat Kontra Memori Banding tertanggal,…………….., yang diajukan oleh : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Beralamat di
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Sebagai Pihak PENGGUGAT/ ............................................................
Yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan TUN …………….. tanggal …………... Salinan Kontra Memori Banding mana telah diserahkan kepadanya. ...................................................................................... Demikian Surat Pemberitahuan ini dibuat oleh saya …….………………………. Panitera Pengadilan TUN (lokasi) P A N I T E R A,
_____________________ NIP ………………………. *) Memberikan Kuasa kepada Yth. : ........................................................................ ........................................................................
Form. : Untuk Penggugat
111
SURAT PEMBERITAHUAN UNTUK MELIHAT BERKAS PERKARA Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/………….
Pada hari ini, ……………. tanggal ……………, saya ……………………, Panitera Pengadilan TUN Jakarta, atas perintah Ketua Pengadilan TUN (Lokasi). TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Beralamat di
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Sebagai Pihak PENGGUGAT/ ..........................................................
Bahwa berkas perkara tengah dipersiapkan untuk dikirim ke Pengadilan Tinggi TUN ………….., oleh karenanya pada para pihak dapat melihat berkas perkara tersebut sebelum dikirim ke Pengadilan Tinggi TUN …………. (lokasi). DALAM PERKARA ANTARA : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Beralamat di
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Sebagai Pihak PENGGUGAT/ .......................................................... Melawan:
Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Sebagai Pihak TERGUGAT/ ..............................................................
Demikian Surat Pemberitahuan ini dibuat oleh saya …….………………………. Panitera Pengadilan TUN (lokasi) P A N I T E R A,
_____________________ NIP ………………………. *) Memberikan Kuasa kepada Yth. : ........................................................................ ........................................................................ ........................................................................
112
Form. : Untuk Tergugat
SURAT PEMBERITAHUAN UNTUK MELIHAT BERKAS PERKARA Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/………….
Pada hari ini, ……………. tanggal ……………, saya ……………………, Panitera Pengadilan TUN Jakarta, atas perintah Ketua Pengadilan TUN (Lokasi). TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA : Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. Sebagai Pihak TERGUGAT/ ............................................................
Bahwa berkas perkara tengah dipersiapkan untuk dikirim ke Pengadilan Tinggi TUN ………….., oleh karenanya pada para pihak dapat melihat berkas perkara tersebut sebelum dikirim ke Pengadilan Tinggi TUN …………. (lokasi). DALAM PERKARA ANTARA : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Beralamat di
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Sebagai Pihak PENGGUGAT/ .......................................................... Melawan:
Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. Sebagai Pihak TERGUGAT/ ............................................................
Demikian Surat Pemberitahuan ini dibuat oleh saya …….………………………. Panitera Pengadilan TUN (lokasi) P A N I T E R A,
_____________________ NIP ………………………. *) Memberikan Kuasa kepada Yth. : ........................................................................ ........................................................................ ........................................................................
113
Form. : Untuk Penggugat
SURAT PEMBERITAHUAN PUTUSAN BANDING Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/………….
Pada hari ini, ……………. tanggal ……………, saya ……………………, Panitera Pengadilan TUN (LOKASI), atas perintah Ketua Pengadilan TUN ………… (Lokasi). TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Beralamat di
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Sebagai Pihak PENGGUGAT/ ...........................................................
Tentang isi Putusan Pengadilan Tinggi TUN …………….. tertanggal ……………., Nomor : ………………………………… Dalam perkara antara : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Beralamat di
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Sebagai Pihak PENGGUGAT/........................................................... Melawan:
Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Sebagai Pihak TERGUGAT/ ............................................................
Yang Amarnya berbunyi sebagai berikut : MENGADILI: ................................................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................................................ Bahwa atas putusan tersebut di atas para pihak atau wakilnya yang dikuasakan untuk mengajukan permohonan ini, dapat mengajukan permohonan Kasasi pada Mahkamah Agung dengan Surat yang disampaikan kepada Panitera Pengadilan TUN yang bersangkutan dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak pemberitahuan ini diterima dan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah permohonan dicatat, permohonan kasasi harus menyampaikan alasan-alasan permohonan Kasasi pada Panitera tersebut.
114
Demikian Surat Pemberitahuan ini dibuat oleh saya …….………………………. Panitera Pengadilan TUN (lokasi) P A N I T E R A,
_____________________ NIP ………………………. *) Memberikan Kuasa kepada Yth. : ........................................................................ ........................................................................ ........................................................................ Tembusan disampaikan kepada Yth. : 1. Ketua Pengadilan Tinggi TUN ……………… 2. Arsip.
115
Form. : Untuk Tergugat
SURAT PEMBERITAHUAN PUTUSAN BANDING Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/………….
Pada hari ini, ……………. tanggal ……………, saya ……………………, Panitera Pengadilan TUN (LOKASI), atas perintah Ketua Pengadilan TUN ………… (Lokasi). TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA : Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Sebagai Pihak TERGUGAT/ ............................................................
Tentang isi Putusan Pengadilan Tinggi TUN …………….. tertanggal ……………., Nomor : ………………………………… Dalam perkara antara : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Beralamat di
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Sebagai Pihak PENGGUGAT/ .......................................................... Melawan:
Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Sebagai Pihak TERGUGAT/ ............................................................
Yang Amarnya berbunyi sebagai berikut : MENGADILI: ................................................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................................................ Bahwa atas putusan tersebut di atas para pihak atau wakilnya yang dikuasakan untuk mengajukan permohonan ini, dapat mengajukan permohonan Kasasi pada Mahkamah Agung dengan Surat yang disampaikan kepada Panitera Pengadilan TUN yang bersangkutan dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak pemberitahuan ini diterima dan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah permohonan dicatat, permohonan kasasi harus menyampaikan alasan-alasan permohonan Kasasi pada Panitera tersebut.
116
Demikian Surat Pemberitahuan ini dibuat oleh saya …….………………………. Panitera Pengadilan TUN (lokasi) P A N I T E R A,
_____________________ NIP ………………………. *) Memberikan Kuasa kepada Yth. : ........................................................................ ........................................................................ ........................................................................ Tembusan disampaikan kepada Yth. : 1. Ketua Pengadilan Tinggi TUN ……………… 2. Arsip.
Pasal 131 jo. UU tentang PERATUN
117
AKTA PERMOHONAN KASASI Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/………….
Pada hari ini, ….………… tanggal ………………, menghadap saya …………………………, Panitera Pengadilan TUN (lokasi), seorang bernama : ……………………….., Kewarganegaraan Indonesia, Pekerjaan …………………….., beralamat di …………………….., bertindak untuk dan atas nama : .................................... (PENGGUGAT), berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : …………………., tertanggal …………………………. menerangkan bahwa ia menyatakan Kasasi terhadap putusan Pengadilan Tinggi TUN (lokasi) Nomor : …../B/……/PT.TUN-(LOKASI), tanggal …………………….. Dalam Perkara antara : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Beralamat di
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Semula PENGGUGAT, sekarang ....................................................... Melawan:
Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Semula TERGUGAT, sekarang ..........................................................
Yang Amarnya berbunyi sebagai berikut : MENGADILI:
........................................................................................................................................................................... ........................................................................................................................................................................... ........................................................................................................................................................................... ........................................................................................................................................................................... ........................................................................................................................................................................... ...........................................................................................................................................................................
Demikian Akta permohonan Kasasi ini dibuat yang ditandatangani oleh Panitera Pengadilan TUN (lokasi) dan Kuasa Pemohon Kasasi.
PEMOHON KASASI/KUASA PEMOHON KASASI
( …………………………… )
P A N I T E R A.
_______________ NIP :
Pasal 131 jo. UU tentang PERATUN
118
AKTA PERMOHONAN KASASI Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/………….
Pada hari ini, ….………… tanggal ………………, menghadap saya …………………………, Panitera Pengadilan TUN, seorang bernama : ……………………….., Kewarganegaraan Indonesia, Pekerjaan …………………….., beralamat di …………………….., bertindak untuk dan atas nama : ............................ (TERGUGAT), berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : …………………., tertanggal …………………………. menerangkan bahwa ia menyatakan Kasasi terhadap putusan Pengadilan Tinggi TUN (lokasi) Nomor : …../B/……/PT.TUN-(LOKASI), tanggal …………………….. Dalam Perkara antara : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Beralamat di
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Semula PENGGUGAT, sekarang ....................................................... Melawan:
Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Semula TERGUGAT, sekarang ..........................................................
Yang Amarnya berbunyi sebagai berikut : MENGADILI:
........................................................................................................................................................................... ........................................................................................................................................................................... ........................................................................................................................................................................... ........................................................................................................................................................................... ........................................................................................................................................................................... ...........................................................................................................................................................................
Demikian Akta permohonan Kasasi ini dibuat yang ditandatangani oleh Panitera Pengadilan TUN (lokasi) dan Kuasa Pemohon Kasasi.
PEMOHON KASASI/KUASA PEMOHON KASASI
( …………………………… )
P A N I T E R A.
_______________ NIP :
119
Form. : Untuk Tergugat/Termohon Kasasi
SURAT PEMBERITAHUAN PERMOHONAN KASASI Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/………….
Pada hari ini, ……………. tanggal ……………, saya ……………………, Panitera Pengadilan TUN (lokasi), atas Perintah Ketua Pengadilan TUN tersebut. TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA : Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: :
.................................................................................................................................. ..................................................................................................................................
Semula TERGUGAT, sekarang .......................................................... Bahwa ....................., semula sebagai PENGGUGAT sekarang sebagai PEMOHON KASASI dalam perkara Nomor : ………../G/………../PTUN-(lokasi), pada tanggal ………………………, telah menyatakan kasasi terhadap putusan Pengadilan Tinggi TUN (Lokasi) tanggal …………………., Nomor : ………/B/........../PT.TUN-(lokasi). Dalam perkara antara : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Beralamat di
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Semula PENGGUGAT, sekarang .......................................................
Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: :
Melawan: .................................................................................................................................. ..................................................................................................................................
Semula TERGUGAT, sekarang .......................................................... Demikian Surat Pemberitahuan ini dibuat oleh saya …….………………………. Panitera Pengadilan TUN (lokasi). P A N I T E R A,
_____________________ NIP ………………………. *) Dikuasakan kepada : ........................................................................
120
Form. : Untuk Penggugat/Termohon Kasasi
SURAT PEMBERITAHUAN PERMOHONAN KASASI Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/………….
Pada hari ini, ……………. tanggal ……………, saya ……………………, Panitera Pengadilan TUN (lokasi), atas Perintah Ketua Pengadilan TUN tersebut. TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Beralamat di
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Semula PENGGUGAT, sekarang .......................................................
Bahwa ....................., semula sebagai TERGUGAT sekarang sebagai PEMOHON KASASI dalam perkara Nomor : ………../G/………../PTUN-(lokasi), pada tanggal ………………………, telah menyatakan kasasi terhadap putusan Pengadilan Tinggi TUN (Lokasi) tanggal …………………., Nomor : ………/B/........../PT.TUN-(lokasi). Dalam perkara antara : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Beralamat di
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Semula PENGGUGAT, sekarang ....................................................... Melawan:
Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: :
.................................................................................................................................. ..................................................................................................................................
Semula TERGUGAT, sekarang ..........................................................
Demikian Surat Pemberitahuan ini dibuat oleh saya …….………………………. Panitera Pengadilan TUN (lokasi). P A N I T E R A,
_____________________ NIP ………………………. *) Dikuasakan kepada : ........................................................................
121
Form. : Untuk Tergugat/Termohon Kasasi
SURAT PEMBERITAHUAN DAN PENYERAHAN MEMORI KASASI Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/………….
Pada hari ini, ………………. tanggal ……………………, saya …………………………, Panitera Pengadilan TUN (lokasi), atas Perintah Ketua Pengadilan TUN tersebut. TELAH MEMBERITAHUKAN DAN MENYERAHKAN KEPADA : Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: :
.................................................................................................................................. ..................................................................................................................................
Semula TERGUGAT, sekarang .......................................................... Dalam perkara Nomor : ……/G/………/PTUN-(lokasi), tentang Surat Memori Kasasi tertanggal ………………………., yang diajukan oleh : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Beralamat di
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Semula PENGGUGAT, sekarang .......................................................
Yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan TUN (Lokasi) pada tanggal ………….. …………………, bahwa memori kasasi tersebut dapat dijawab dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal diterimanya salinan memori kasasi ini dan disampaikan kepada Panitera Pengadilan TUN (lokasi). Demikian Surat pemberitahuan ini dibuat oleh saya ………………………….., Panitera Pengadilan TUN (Lokasi) P A N I T E R A,
_____________________ NIP ………………………. *) Dikuasakan kepada : ........................................................................
122
Form. : Untuk Penggugat/Termohon Kasasi
SURAT PEMBERITAHUAN DAN PENYERAHAN MEMORI KASASI Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/………….
Pada hari ini, ………………. tanggal ……………………, saya …………………………, Panitera Pengadilan TUN (lokasi), atas Perintah Ketua Pengadilan TUN tersebut. TELAH MEMBERITAHUKAN DAN MENYERAHKAN KEPADA : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Beralamat di
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Semula PENGGUGAT, sekarang .......................................................
Dalam perkara Nomor : ……………../G/………/PTUN-(lokasi), tentang Surat Memori Kasasi tertanggal ………………………., yang diajukan oleh : Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: :
.................................................................................................................................. ..................................................................................................................................
Semula TERGUGAT, sekarang .......................................................... Yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan TUN (Lokasi) pada tanggal ………….. …………………, bahwa memori kasasi tersebut dapat dijawab dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal diterimanya salinan memori kasasi ini dan disampaikan kepada Panitera Pengadilan TUN (lokasi). Demikian Surat pemberitahuan ini dibuat oleh saya ………………………….., Panitera Pengadilan TUN (Lokasi) P A N I T E R A,
_____________________ NIP ………………………. *) Dikuasakan kepada : ........................................................................
123
Form. : Untuk Tergugat/Termohon Kasasi
SURAT PEMBERITAHUAN DAN PENYERAHAN KONTRA MEMORI KASASI Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/………….
Pada hari ini, ………………. tanggal ……………………, saya …………………………, Panitera Pengadilan TUN (lokasi), atas Perintah Ketua Pengadilan TUN tersebut. TELAH MEMBERITAHUKAN DAN MENYERAHKAN KEPADA : Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: :
.................................................................................................................................. ..................................................................................................................................
Semula TERGUGAT, sekarang .......................................................... Dalam perkara Nomor : ……………../G/………/PTUN-(lokasi), tentang Surat Kontra Memori Kasasi tertanggal ………………………., yang diajukan oleh : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Beralamat di
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Semula PENGGUGAT, sekarang .......................................................
Yang diterima di …………………,.
Kepaniteraan
Pengadilan
TUN
(Lokasi)
pada
tanggal
…………..
Demikian Surat pemberitahuan ini dibuat oleh saya ………………………….., Panitera Pengadilan TUN (Lokasi) P A N I T E R A,
_____________________ NIP ………………………. *) Dikuasakan kepada : ........................................................................
124
Form. : Untuk Penggugat/Termohon Kasasi
SURAT PEMBERITAHUAN DAN PENYERAHAN KONTRA MEMORI KASASI Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/………….
Pada hari ini, ………………. tanggal ……………………, saya …………………………, Panitera Pengadilan TUN (lokasi), atas Perintah Ketua Pengadilan TUN tersebut. TELAH MEMBERITAHUKAN DAN MENYERAHKAN KEPADA : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Beralamat di
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Semula PENGGUGAT, sekarang .......................................................
Dalam perkara Nomor : ……………../G/………/PTUN-(lokasi), tentang Surat Kontra Memori Kasasi tertanggal ………………………., yang diajukan oleh : Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: :
.................................................................................................................................. ..................................................................................................................................
Semula TERGUGAT, sekarang .......................................................... Yang diterima di …………………,.
Kepaniteraan
Pengadilan
TUN
(Lokasi)
pada
tanggal
…………..
Demikian Surat pemberitahuan ini dibuat oleh saya ………………………….., Panitera Pengadilan TUN (Lokasi) P A N I T E R A,
_____________________ NIP ………………………. *) Dikuasakan kepada : ........................................................................
125
Pasal 53 ayat (2) UU tentang PERATUN
SURAT PEMBERITAHUAN DAN PENYERAHAN SALINAN PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG RI Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/………….
Pada hari ini, ……………. tanggal ……………, saya ……………………, Panitera Pengadilan TUN (lokasi), berdasarkan perintah Ketua Pengadilan TUN (Lokasi). TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA : Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Semula TERGUGAT, sekarang .........................................................
Tentang isi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : ......K/TUN/......, tertangal .................. DALAM PERKARA ANTARA : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Beralamat di
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Semula PENGGUGAT, sekarang ...................................................... Melawan:
Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Semula TERGUGAT, sekarang .........................................................
Yang Amarnya berbunyi sebagai berikut : MENGADILI:
........................................................................................................................................................................... ........................................................................................................................................................................... ........................................................................................................................................................................... ...........................................................................................................................................................................
Demikian Surat Pemberitahuan ini dibuat oleh saya …….………………………. Panitera Pengadilan TUN (lokasi) *) Memberikan Kuasa kepada Yth. : ........................................................................ Tembusan disampaikan kepada Yth : Panitera Mahkamah Agung RI Jl. Medan Merdeka Utara No. 9 – 13 Jakarta Pusat
P A N I T E R A,
NIP.
126
Pasal 53 ayat (2) UU tentang PERATUN
SURAT PEMBERITAHUAN DAN PENYERAHAN SALINAN PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG RI Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/…………. Pada hari ini, ……………. tanggal ……………, saya ……………………, Panitera Pengadilan TUN (lokasi), berdasarkan perintah Ketua Pengadilan TUN (Lokasi). TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Beralamat di
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Semula PENGGUGAT, sekarang ......................................................
Tentang isi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : ........K/TUN/......, tertangal .................. DALAM PERKARA ANTARA : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Beralamat di
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Semula PENGGUGAT, sekarang ...................................................... Melawan:
Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: .................................................................................................................................. : .................................................................................................................................. Semula TERGUGAT, sekarang .........................................................
Yang Amarnya berbunyi sebagai berikut : MENGADILI:
........................................................................................................................................................................... ........................................................................................................................................................................... ........................................................................................................................................................................... ...........................................................................................................................................................................
Demikian Surat Pemberitahuan ini dibuat oleh saya …….………………………. Panitera Pengadilan TUN (lokasi) *) Memberikan Kuasa kepada Yth. : ........................................................................ Tembusan disampaikan kepada Yth : Panitera Mahkamah Agung RI Jl. Medan Merdeka Utara No. 9 – 13 Jakarta Pusat
P A N I T E R A, NIP.
127
Pasal 116 ayat (1) UU tentang PERATUN
PENETAPAN No :.....…………….. “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”
1. 2. 3.
Kami, Ketua Pengadilan TUN …………………………………….. telah membaca : Putusan Pengadilan TUN ………………………. No :…........................... Tanggal :…………………. Putusan Pengadilan Tinggi TUN ……………………. No :……..........….. Tanggal : ………………… Putusan Mahkamah Agung RI No : …………………. Tanggal : …………………............
Menimbang, bahwa dengan adanya Putusan Mahkamah Agung RI No :……….. tanggal :…………………………………, maka Putusan Pengadilan Tinggi/TUN ................................... No :…………………….. Tanggal :………………… telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan pasal 116 ayat (1) Undang-undang tentang PERATUN terhadap Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap tersebut haruslah dikirimkan kepada para pihak. Menimbang, bahwa oleh karena itu perlu diperintahkan kepada Panitera Pengadilan Tinggi/TUN …………………… Untuk mengirimkan salinan Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap tersebut kepada para pihak dengan surat tercatat selambatlambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak dikeluarkan Penetapan ini. Membebankan biaya pengiriman tersebut pada biaya pelaksanaan Putusan. Mengingat, akan Pasal-pasal 115, Pasal 116, Pasal 119 Undang-undang Tentang PERATUN serta pasal-pasal dari peraturan perundang-undangan yang bersangkutan. MENETAPKAN: 1.
2.
Memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Tinggi/TUN ………………. Untuk mengirimkan salinan Putusan Pengadilan Tinggi/TUN ………… No:.…...............….. Tanggal …………………. Kepada para pihak dengan surat tercatat selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari dihitung sejak dikeluarkannya Penetapan ini. Membebankan biaya pengiriman ini kepada biaya pelaksanaan Putusan (Eksekusi) yang ada. Ditetapkan di Pada Tanggal
: ………………….. : …………………..
Pengadilan Tinggi/TUN …………………………………………… K E T U A,
NIP : ……………………………………
Pasal 116 ayat (1) UU tentang PERATUN
128
SURAT PENGANTAR PENGIRIMAN SALINAN PUTUSAN PENGADILAN YANG TELAH MEMPEROLEH KEKUATAN HUKUM TETAP Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/…………. Pada hari ini …………………… tanggal …………….. Saya ………….. Panitera Pengadilan Tinggi/TUN …………………. Berdasarkan Perintah Ketua Pengadilan Tinggi/TUN ……..........…... sebagaimana disebutkan di dalam Penetapannya tertanggal ………………… No: ……………… Telah mengirimkan Salinan Putusan Pengadilan Tinggi/TUN ………………. No :………………. Tanggal : ……………. Yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (terlampir). KEPADA : Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: …………................................................................................ : ……...................................................................................…. Semula TERGUGAT, sekarang ..............................................
Surat Pengantar beserta Pengiriman Salinan Putusan ini dilaksanakan dengan surat tercatat. Demikian surat ini dibuat oleh Saya, ………………………….. Panitera Pengadilan Tinggi TUN …………….. (Lokasi)/Panitera Pengadilan TUN ……………… (Lokasi).
PANITERA,
NIP.
Pasal 116 ayat (1) UU tentang PERATUN
129
SURAT PENGANTAR PENGIRIMAN SALINAN PUTUSAN PENGADILAN YANG TELAH MEMPEROLEH KEKUATAN HUKUM TETAP Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/…………. Pada hari ini …………………… tanggal …………….. Saya ………….. Panitera Pengadilan Tinggi/TUN …………………. Berdasarkan Perintah Ketua Pengadilan Tinggi/TUN …….............…... sebagaimana disebutkan di dalam Penetapannya tertanggal ………………… No: ……………… Telah mengirimkan Salinan Putusan Pengadilan Tinggi/TUN ………………. No :………………. Tanggal : ……………. Yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (terlampir).
Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Alamat
KEPADA: : …………................................................................................ : ……….................................................................................... : ………………........................................................................ : ……………………................................................................ Semula PENGGUGAT sekarang .........................................
Surat Pengantar beserta Pengiriman Salinan Putusan ini dilaksanakan dengan surat tercatat. Demikian surat ini dibuat oleh Saya, ………………………….. Panitera Pengadilan Tinggi TUN …………….. (Lokasi)/Panitera Pengadilan TUN ……………… (Lokasi).
PANITERA,
NIP.
130
Form. : Penggugat/Pemohon PK
AKTA PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/…………. Pada hari ini, ………………. tanggal ……………………, menghadap saya : ………… …………………, Panitera Pengadilan TUN (lokasi) seorang bernama : ……. ………………………. Warganegara Indonesia, Pekerjaan ………………………, beralamat di ……………………………………….., bertindak untuk dan atas nama : ……………………., selaku PENGGUGAT, berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : ………………………. tertanggal ……………………, yang menerangkan bahwa ia menyatakan Peninjauan Kembali terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : ……/K/TUN/……, tanggal …………….. Dalam perkara antara : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Alamat
: : : :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. Semula PENGGUGAT, sekarang ................................................... Melawan:
Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. ........... Semula TERGUGAT, sekarang ..........................................................
Yang Amarnya berbunyi sebagai berikut : MENGADILI:
........................................................................................................................................................................... ........................................................................................................................................................................... ........................................................................................................................................................................... ...........................................................................................................................................................................
Demikian Akta Peninjauan Kembali ini dibuat yang ditandatangani oleh Panitera Pengadilan TUN (lokasi) dan Kuasa Pemohon Peninjauan Kembali.
PEMOHON /KUASA PENINJAUAN KEMBALI
( …………………………… )
P A N I T E R A.
_______________ NIP :
131
Form. : Penggugat/Termohon PK
AKTA PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/…………. Pada hari ini, ………………. tanggal ……………………, menghadap saya : ………… …………………, Panitera Pengadilan TUN (lokasi) seorang bernama : ……. ………………………. Warganegara Indonesia, Pekerjaan ………………………, beralamat di ……………………………………….., bertindak untuk dan atas nama : ……………………., selaku TERGGUGAT, berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : ………………………. tertanggal ……………………, yang menerangkan bahwa ia menyatakan Peninjauan Kembali terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : ……/K/TUN/……, tanggal …………….. Dalam perkara antara : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Alamat
: : : :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. ........... Semula PENGGUGAT, sekarang ....................................................... Melawan:
Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. Semula TERGUGAT, sekarang ......................................................
Yang Amarnya berbunyi sebagai berikut : MENGADILI:
........................................................................................................................................................................... ........................................................................................................................................................................... ........................................................................................................................................................................... ...........................................................................................................................................................................
Demikian Akta Peninjauan Kembali ini dibuat yang ditandatangani oleh Panitera Pengadilan TUN (lokasi) dan Kuasa Pemohon Peninjauan Kembali.
PEMOHON /KUASA PENINJAUAN KEMBALI
( …………………………… )
P A N I T E R A.
_______________ NIP :
132
Pasal 67 b jo. Pasal 69 b UU tentang PERATUN
BERITA ACARA SUMPAH Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/…………. Pada hari ini, ……………..……………. tanggal …………………..……, telah menghadap kami : ………………………………………………….., Ketua Pengadilan TUN (lokasi), seorang Laki-laki / Perempuan : Nama Kewarganegaraan Agama Pekerjaan Alamat
: : : : :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. ..................................................................................................................................
Bahwa sesuai dengan Surat Permohonan Nomor : ........................................................................................, tertanggal ………………………………………, Perihal : ........................................................................., yang pada pokoknya mohon agar diletakkan sumpah atas diketemukannya surat bukti, pada : Hari Tanggal Berasal dari Berupa
: : : :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. ..................................................................................................................................
Bukti mana akan dipergunakan untuk persyaratan permohonan Peninjauan Kembali (PK) di Mahkamah Agung RI, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 67 huruf b jo. Pasal 69 huruf b Undangundang tentang Mahkamah Agung. Adapun lafal Sumpah yang telah diucapkan sesuai dengan Agama yang dianutnya yaitu Islam, yang berbunyi sebagai berikut : “DEMI ALLAH, Saya bersumpah bahwa surat yang akan diajukan sebagai bukti dalam perkara Peninjauan Kembali (PK), Perkara Nomor : ............................................................./G.TUN/ …………… / …………………. / PTUN.JKT., jo. Peninjauan Kembali Nomor : ............................. …………… / PK- ………………. / PTUN.JKT., adalah saya temukan pada hari : ......................... ……………., tanggal ……………………………………………” Sumpah ini dilakukan di hadapan Kami, ........................................................................................................., Ketua Pengadilan TUN (lokasi), sesuai dengan ketentuan Pasal 67 huruf b, jo. Pasal 69 huruf b Undang-undang tentang Mahkamah Agung.
Yang diambil Sumpah
__________________
Pejabat Yang membacakan PENGADILAN TUN (lokasi) KETUA,
Sumpah,
_________________________ NIP : ………………
133
Pasal 67 b jo. Pasal 69 b UU tentang PERATUN
BERITA ACARA JANJI Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/…………. Pada hari ini, ……………..……………. tanggal …………………..……, telah menghadap kami : ………………………………………………….., Ketua Pengadilan TUN (lokasi), seorang Laki-laki / Perempuan : Nama Kewarganegaraan Agama Pekerjaan Alamat
: : : : :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. ..................................................................................................................................
Bahwa sesuai dengan Surat Permohonan Nomor : ........................................................................................, tertanggal ………………………………………, Perihal : ........................................................................., yang pada pokoknya mohon agar diletakkan sumpah atas diketemukannya surat bukti, pada : Hari Tanggal Berasal dari Berupa
: : : :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. ..................................................................................................................................
Bukti mana akan dipergunakan untuk persyaratan permohonan Peninjauan Kembali (PK) di Mahkamah Agung RI, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 67 huruf b jo. Pasal 69 huruf b Undangundang tentang Mahkamah Agung. Adapun lafal Sumpah yang telah diucapkan sesuai dengan Agama yang dianutnya yaitu KRISTEN, yang berbunyi sebagai berikut : “DEMI ALLAH, Saya bejanji bahwa surat yang akan diajukan sebagai bukti dalam perkara Peninjauan Kembali (PK), Perkara Nomor : ............................................................................./G.TUN/ …………… / …………………. / PTUN.JKT., jo. Peninjauan Kembali Nomor : ............................. …………… / PK- ………………. / PTUN.JKT., adalah saya temukan pada hari : ......................... ……………., tanggal ……………………, semoga Tuhan menolang saya” Sumpah ini dilakukan di hadapan Kami, ........................................................................................................., Ketua Pengadilan TUN (lokasi), sesuai dengan ketentuan Pasal 67 huruf b, jo. Pasal 69 huruf b Undang-undang tentang Mahkamah Agung.
Yang diambil Sumpah
__________________
Pejabat Yang membacakan PENGADILAN TUN (lokasi) KETUA,
Sumpah,
_________________________ NIP : ………………
134
Form. : Tergugat/Termohon PK
SURAT PEMBERITAHUAN PENINJAUAN KEMBALI DAN PENYERAHAN MEMORI PENINJAUAN KEMBALI Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/………….
Pada hari ini, ……………. tanggal ……………………, saya : …………………………, Panitera Pengadilan TUN ……………., atas Perintah Ketua Pengadilan TUN ………………… tersebut. TELAH MEMBERITAHUKAN DAN MENYERAHKAN KEPADA : Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. ........... Semula TERGUGAT, sekarang ..........................................................
Dalam Perkara Nomor : ……………../G.TUN ….………/PTUN-(lokasi), tentang Memori Peninjauan Kembali tertanggal ………………………., yang diajukan oleh : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Alamat
: : : :
.............................................................................................................................. *) .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. Semula PENGGUGAT, sekarang ................................................
Yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan TUN (lokasi), pada tanggal …………..…………………. Bahwa memori Peninjauan Kembali tersebut dapat dijawab dengan tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterimanya salinan memori Peninjauan Kembali ini dan disampaikan kepada Panitera Pengadilan TUN (lokasi). Demikian Surat pemberitahuan ini dibuat oleh saya ………………………….., Panitera Pengadilan TUN (lokasi). PENGADILAN TUN (lokasi) P A N I T E R A,
_____________________ NIP ……………………….
135
Form. : Penggugat/Termohon PK
SURAT PEMBERITAHUAN PENINJAUAN KEMBALI DAN PENYERAHAN MEMORI PENINJAUAN KEMBALI Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/………….
Pada hari ini, ……………. tanggal ……………………, saya : …………………………, Panitera Pengadilan TUN ……………., atas Perintah Ketua Pengadilan TUN ………………… tersebut. TELAH MEMBERITAHUKAN DAN MENYERAHKAN KEPADA : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Alamat
: : : :
.............................................................................................................................. *) .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. Semula PENGGUGAT, sekarang ....................................................
Dalam Perkara Nomor : ……………../G.TUN ….………/PTUN-(lokasi), tentang Memori Peninjauan Kembali tertanggal ………………………., yang diajukan oleh : Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. ........... Semula TERGUGAT, sekarang ..........................................................
Yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan TUN (lokasi), pada tanggal …………..…………………. Bahwa memori Peninjauan Kembali tersebut dapat dijawab dengan tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterimanya salinan memori Peninjauan Kembali ini dan disampaikan kepada Panitera Pengadilan TUN (lokasi).
Demikian Surat pemberitahuan ini dibuat oleh saya ………………………….., Panitera Pengadilan TUN (lokasi). PENGADILAN TUN (lokasi) P A N I T E R A,
_____________________ NIP ……………………….
136
Form. : Tergugat/Termohon PK
SURAT PEMBERITAHUAN DAN PENYERAHAN KONTRA MEMORI PENINJAUAN KEMBALI Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/………….
Pada hari ini, ……………. tanggal ……………………, saya : …………………………, Panitera Pengadilan TUN ……………., atas Perintah Ketua Pengadilan TUN ………………… tersebut. TELAH MEMBERITAHUKAN DAN MENYERAHKAN KEPADA : Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .......... Semula TERGUGAT, sekarang ...........................................................
Dalam Perkara Nomor : ……………../G.TUN ….………/PTUN-……... (lokasi) jo. Nomor : ……..………./PK- …..……………../PTUN ………………(lokasi), tentang Kontra Peninjauan Kembali tertanggal ……….………………., yang diajukan oleh : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Alamat
: : : :
.............................................................................................................................. *) .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. Semula PENGGUGAT, sekarang ..................................................
Yang diterima di Kepaniteraan …………..………………….
Pengadilan
TUN
……………….
pada
tanggal
Demikian Surat pemberitahuan ini dibuat oleh saya ………………………….., Panitera Pengadilan TUN ………………. P A N I T E R A,
_____________________ NIP ………………………. *)
Memberi Kuasa kepada Yth : .............................................................
137
Form. : Penggugat/Termohon PK
SURAT PEMBERITAHUAN DAN PENYERAHAN KONTRA MEMORI PENINJAUAN KEMBALI Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/………….
Pada hari ini, ……………. tanggal ……………………, saya : …………………………, Panitera Pengadilan TUN ……………., atas Perintah Ketua Pengadilan TUN ………………… tersebut. TELAH MEMBERITAHUKAN DAN MENYERAHKAN KEPADA : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Alamat
: : : :
.............................................................................................................................. *) .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. Semula PENGGUGAT, sekarang ..................................................
Dalam Perkara Nomor : ……………../G.TUN ….………/PTUN-……... (lokasi) jo. Nomor : ……..………./PK- …..……………../PTUN ………………(lokasi), tentang Kontra Peninjauan Kembali tertanggal ……….………………., yang diajukan oleh : Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .......... Semula TERGUGAT, sekarang ...........................................................
Yang diterima di Kepaniteraan …………..………………….
Pengadilan
TUN
……………….
pada
tanggal
Demikian Surat pemberitahuan ini dibuat oleh saya ………………………….., Panitera Pengadilan TUN ………………. P A N I T E R A,
_____________________ NIP ………………………. *)
Memberi Kuasa kepada Yth : .............................................................
138
Form. : Tergugat/Termohon PK
SURAT PEMBERITAHUAN PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI Nomor : ………….…./PK/TUN-(lokasi)
Pada hari ini, ………………. tanggal ……………………, saya : ………………………, Panitera Pengadilan TUN (lokasi), atas Perintah Ketua Pengadilan TUN (lokasi).
TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA : Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .......... Semula TERGUGAT, sekarang ...........................................................
Tentang isi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : ……./PK/TUN/……., tertanggal …………………
Dalam Perkara antara : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Alamat
: : : :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .......... Semula PENGGUGAT, sekarang ........................................................ Melawan:
Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .......... Semula TERGUGAT, sekarang ...........................................................
Yang Amarnya berbunyi sebagai berikut : MENGADILI:
........................................................................................................................................................................... ........................................................................................................................................................................... ...........................................................................................................................................................................
139
Demikian Surat pemberitahuan ini dibuat oleh saya ………………………….., Panitera Pengadilan TUN (lokasi). P A N I T E R A,
_____________________ NIP ………………………. *)
Memberi Kuasa kepada Yth : ............................................................. .............................................................
Tembusan disampaikan kepada Yth. Panitera Mahkamah Agung RI, Jl. Medan Merdeka Utara No. 9-13, Jakarta Pusat
140
Form. : Penggugat/Termohon PK
SURAT PEMBERITAHUAN PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI Nomor : ………….…./PK/TUN-(lokasi)
Pada hari ini, ………………. tanggal ……………………, saya : ………………………, Panitera Pengadilan TUN (lokasi), atas Perintah Ketua Pengadilan TUN (lokasi).
TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Alamat
: : : :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .......... Semula PENGGUGAT, sekarang ........................................................
Tentang isi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : ……./PK/TUN/……., tertanggal …………………
Dalam Perkara antara : Nama Kewarganegaraan Pekerjaan Alamat
: : : :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .......... Semula PENGGUGAT, sekarang ........................................................
Nama Jabatan Tempat Kedudukan
: :
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .......... Semula TERGUGAT, sekarang ...........................................................
Melawan:
Yang Amarnya berbunyi sebagai berikut : MENGADILI:
........................................................................................................................................................................... ........................................................................................................................................................................... ...........................................................................................................................................................................
141
Demikian Surat pemberitahuan ini dibuat oleh saya ………………………….., Panitera Pengadilan TUN (lokasi). P A N I T E R A,
_____________________ NIP ………………………. *)
Memberi Kuasa kepada Yth : ............................................................. .............................................................
Tembusan disampaikan kepada Yth. Panitera Mahkamah Agung RI, Jl. Medan Merdeka Utara No. 9-13, Jakarta Pusat
142