Pedologi Modul ke:
Batasan Pedologi Bidang Terapan
Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Fakultas
PSIKOLOGI
Program Studi
Psikologi www.mercubuana.ac.id
Pengertian Pedologi Psikologi abnormal atau sering juga disebut perilaku abnormal (abnormal behaviour) adalah perilaku maladaptive kemudian ada yang menyebutnya : - mental disorder - psychopathology - emotional discomfort - mental illness atau gangguan mental.
Pengertian Pedologi Psikologi abnormal mencakup sudut pandang yang lebih luas tentang perilaku abnormal dibandingkan studi tentang gangguan mental (psikologis). Studi gangguan mental umumnya diasosiasikan dengan perspektif model medis (medical model) yang menganggap bahwa perilaku abnormal merupakan simtom dari penyakit atau gangguan yang mendasarinya.
Untuk memahami perilaku abnormal, psikolog menggunakan acuan DSM (diagnostic and statistical manual of mental disorder). DSM adalah sistem klasifikasi gangguan-gangguan mental yang paling luas di terima.
DSM menggunakan criteria diagnostic specific untuk mengelompokkan pola-pola perilaku abnormal yang mempunyai ciri-ciri klinis yang sama dan suatu sistem evaluasi yang multiaksial. Sistem aksial terdiri dari 5 klasifikasi.
Penilaian perilaku abnormal dapat di telaah menggunakan berbagai cara (metode), salah satunya metode-metode asesmen yang harus reliabel dan valid yang dapat diukur melalui beberapa cara yang tetap memperhitungkan faktorfaktor budaya dan etnik yang juga penting untuk dilakukan.
Pengelompokkan Definisi Abnormal 1. Pendekatan statistik, di atas atau di bawah normal disebut “anormal” bukan abnormal. Istilah ini sering dipakai pada aliran behaviourisme dan kuantitatif. 2. Pendekatan fungsional, fungsi-fungsi kepribadian yang ada pada orang yang bersangkutan berada pada taraf yang optimal/tidak. 3. Pendekatan kultural, pendekatan yang melihat abnormalitas dari sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat tertentu.
Multiaxial Diagnosis Sistem multiaksial yang melibatkan penilaian pada beberapa axis, masing-masing mengacu pada daerah yang berbeda dari berbagai informasi, yang dapat membantu clinician dalam merencanakan pengobatan serta memprediksi hasilnya. Sistem multiaksial menyediakan sebuah format yang mudah digunakan, untuk mengatur dan mengkomunikasikan informasi klinis, menangkap kompleksitas situasi klinis, dan untuk mendeskripsikan keanekaragaman individu dengan menyajikan diagnosis yang sama.
Multiaxial Diagnosis Axis I (Gangguan Klinis)
Axis I melaporkan berbagai gangguan atau kondisi klinis seseorang, kecuali gangguan kepribadian dan retardasi mental (yang dilaporkan pada Axis II). Axis I juga melaporkan kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis.
Multiaxial Diagnosis Axis II (Gangguan Kepribadian, Retardasi Mental)
Axis II melaporkan gangguan kepribadian dan retardasi mental. Hal ini juga dapat digunakan untuk mencatat kepribadian maladatif yang menonjol dan mekanisme pertahanan diri. Pencatatan gangguan kepribadian dan retardasi mental pada axis terpisah, untuk menguatkan dugaan kemungkinan adanya gangguan kepribadian dan retardasi mental yang mungkin akan diabaikan ketika perhatian diarahkan pada Axis I. Pengkodean gangguan kepribadian pada Axis II tidak harus diambil untuk menyiratkan bahwa patogenesis atau berbagai pengobatan yang tepat secara fundamental berbeda dari gangguan yang dikodekan pada Axis I.
Multiaxial Diagnosis Axis III (Kondisi Medis secara Umum)
Axis III melaporkan kondisi medis secara umum, yang berpotensi relevan dengan gangguan mental individu. Kondisi medis secara umum dapat dikaitkan dengan gangguan mental dalam berbagai hal. Beberapa kasus, jelas bahwa kondisi medis secara langsung beretiologi terhadap perkembangan atau memburuknya gejala mental secara fisiologis. Ketika gangguan mental dinilai menjadi konsekuensi fisiologis langsung dari kondisi medis, haruslah mendiagnosis gangguan kejiwaan pada Axis I dan kondisi medis harus dicatat pada Axis III.
Multiaxial Diagnosis Axis IV (Masalah Psikososial dan Lingkungan)
Axis IV melaporkan masalah psikososial dan lingkungan yang dapat mempengaruhi diagnosis, pengobatan, dan prognosis gangguan mental (Axis I dan II). Masalah psikososial atau lingkungan dapat menjadi peristiwa hidup yang negatif, gangguan lingkungan, stres interpersonal keluarga atau lainnya, adanya keterbatasan dukungan sosial atau sumber daya pribadi, atau masalah lain yang berkaitan dengan konteks di mana masalah seseorang telah berkembang. Stres positif, seperti promosi jabatan, harus dicatat jika menyebabkan masalah seseorang memiliki kesulitan beradaptasi dengan situasi baru. Ketika seseorang memiliki masalah psikososial atau lingkungan ganda, clinician dapat mencatat peristiwa-peristiwa yang dinilai relevan. Secara umum, clinician harus mencatat masalah psikososial dan lingkungan yang hadir selama beberapa tahun sebelumnya.
Multiaxial Diagnosis Axis IV (Masalah Psikososial dan Lingkungan)
Clinician dapat memperhatikan masalah psikososial dan lingkungan yang terjadi jika jelas memberikan kontribusi pada gangguan mental atau telah menjadi fokus perawatan. Masalah dikelompokkan dalam kategori berikut: masalah dengan kelompok pendukung utama, masalah yang berkaitan dengan lingkungan sosial, masalah pendidikan, masalah pekerjaan, masalah perumahan, masalah ekonomi, masalah dengan akses pelayanan perawatan kesehatan, masalah yang berkaitan dengan interaksi dengan sistem hukum/kejahatan, masalah psikososial dan lingkungan lainnya.
Multiaxial Diagnosis Axis V (Fungsi secara Umum)
Axis V melaporkan penilaian klinis dari keseluruhan tingkat fungsi individu. Informasi ini berguna dalam perencanaan pengobatan dan mengukur dampaknya, dalam memprediksi hasilnya. Pelaporan secara keseluruhan pada Axis V dapat dilakukan dengan menggunakan Penilaian Fungsi Global (GAF Skala). Skala GAF sangat berguna dalam mengetahui kemajuan klinis dari individu secara umum, dengan menggunakan ukuran skala. Skala GAF dapat digunakan untuk menggambarkan fungsi psikologis, sosial, dan pekerjaan
Terima Kasih Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog