2
H. BIBIT WALUYO
Prof. Dr. SUDIJONO SASTROATMODJO, M.Si
PASANGAN
H. BIBIT WALUYO DAN Prof. Dr. SUDIJONO SASTROATMODJO, M.Si
(NOMOR URUT 2)
A. CALON GUBERNUR Nama Lengkap : H. Bibit Waluyo Tempat/Tanggal Lahir : Klaten, 5 Agustus 1949 Agama : Islam Status Perkawinan : Sudah Kawin Istri : H. Sri Suharti Jumlah Anak : 3 (tiga) orang Riwayat Pendidikan : • SDN Jimus, Klaten (1962) • SMPN 2 Demak (1965) • SMAN Demak (1968) • AKABRI Darat Magelang (1972)
35
• LEMHANNAS Jakarta (1998) Pengalaman Organisasi : • Organisasi TNI • Ketua Paguyuban Jawa Tengah Di Jakarta • Pembina / Pelindung Paguyuban Mie Bakso Jakarta Pengalaman Pekerjaan : • KASDIM 0701 / Banyumas • DANYONIF 407/PK Tegal • PB PERS DIRBINLEM AKMIL, Magelang • DANYON MENTAR, Magelang • DANYON DEWASA MENTAR, Magelang • DANDIM 0703 Cilacap • KASREM OPS/WK DAM IV/DIP Banyumas • DOSEN GOL IV SESKOAD Bandung • KADEP KODAL SESKOAD Bandung • DANREM 043/GT DAM II Lampung • KEPALA STAF KODAM IV DIPONEGORO, Semarang • PANGLIMA KODAM IV DIPONEGORO, Semarang • KOMANDAN SESKOAD, Bandung • PANGLIMA KODAM JAYA, Jakarta • GUBERNUR JAWA TENGAH, Semarang B. CALON WAKIL GUBERNUR Nama Lengkap : Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si Tempat/Tanggal Lahir : Pacitan, 15 Agustus 1952 Agama : Islam Status Perkawinan : Menikah Istri : Sri Hapsaring Rochyani Jumlah Anak : 3 (tiga) Orang Riwayat Pendidikan : • SD Pacitan Lulus tahun 1965 • SMP Pacitan, lulus tahun 1969 • SPG Pacitan, lulus tahun 1971 • Sarjana CIVIL Hukum, IKIP, Semarang, tahun 1981
36
• Magister/S2 Prodi studi Pembangunan di UKSW, tahun lulus 2000 • Doctor/S3 bidang ilmu hokum di UNDIP lulus tahun 2005 Pengalaman Organisasi : • Ketua BKS PTN Jateng dan DIY • Ketua BAPOMI Jateng • Penasehat KONI Jateng • Penasehat PMI Jateng Pengalaman Pekerjaan : • Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan pada FISIP IKIP Semarang (1993 – 1996) • Dekan FISIP IKIP Semarang (1966 – 1999) • SEKAN Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuian Sosial pada Universitas Negeri Semarang (1999 – 2003) • Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan pada Universitas Negeri Semarang (2003 – 2007) • Rektor Universitas Negeri Semarang (2006 – 2010) • Rektor Universitas Negeri Semarang (2010 – 2013) VISI DAN MISI H. BIBIT WALUYO DAN Prof. Dr. SUDIJONO SASTROATMODJO, M.Si VISI Motto “Bali Ndeso Mbangun Deso” selanjutnya mangejawantah” ke dalam Visi pembangunan Jawa Tengah Tahun 2013-2018 yaitu : “Masyarakat Jawa Tengah Yang Semakin Sejahtera, berkarakter, mandiri, berkemampuan, dan berdaya saing tinggi“. MISI 1. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan profesional serta sikap responsif aparatur; 2. Pembangunan ekonomi kerakyatan dengan intensifikasi dan modernisasi pertanian dalam arti luas, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan industri padat karya; 3. Memantapkan kondisi sosial budaya yang berbasiskan kearifan lokal; 4. Pengembangan sumberdaya manusia berbasis kompetensi secara
37
berkelanjutan; 5. Peningkatan perwujudan pembangunan fisik dan infrastruktur; 6. Mewujudkan kondisi aman dan rasa aman dalam kehidupan masyarakat. I. PENGANTAR Bali nDeso mBangun Deso sebagai gerakan moral untuk membangun Jawa Tengah, pada periode I kepemimpinan Gubernur Jawa Tengah – H. BIBIT WALUYO Tahun 2008-2013, terbukti efektif, mampu memberdayakan rakyat dalam mendayagunakan potensi sumber daya pembangunan yang ada dan banyak tersedia di desa-desa. Dalam kurun waktu 4 tahun lebih 6 bulan mulai tanggal 23 Agustus 2008 sampai dengan akhir Pebruari 2013, pelaksanaan 6 Misi Bali nDeso mBangun Deso, mampu mencapai Visi : “Masyarakat Jawa Tengah yang semakin sejahtera, mandiri, berkemampuan, dan berdaya saing tinggi”. Masyarakat Jawa Tengah yang semakin sejahtera, antara lain dapat dilihat dari indikator : Pertumbuhan ekonomi meningkat; Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pendapatan Per Kapita (PDRB Per Kapita Atas Harga Berlaku) naik; Inflasi turun; Ketahanan Pangan sangat kuat dan terkuat di Indonesia; Produksi Beras Surplus meningkat mampu memberi kontribusi memperkuat Ketahanan Pangan Nasional 16%; Nilai Tukar Petani (NTP) meningkat; Penduduk Miskin dan Angka Pengangguran berkurang; Investasi berkembang; Kualitas Pendidikan dan Kesehatan meningkat; Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) menurun; Prevalensi gizi buruk membaik; dan pengendalian pertumbuhan penduduk melalui program KB berhasil baik. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah meningkat, tahun 2008 sebesar 3,9%, pada tahun 2011 meningkat menjadi 6,01%,dan pada tahun 2012 mencapai 6,30%, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,23%. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) JawaTengah atas harga berlaku tahun 2008 sebesar Rp. 362,9 Trilyun mengalami kenaikan menjadi Rp. 393,0 Trilyun pada tahun 2009. Tahun 2010 naikmenjadiRp. 444,4 Trilyun, meningkat lagi menjadi Rp. 498,6 Trilyun pada tahun 2011. Sampai dengan Triwulan III tahun 2012 mencapai Rp 142,41 Trilyun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 adalah Rp Rp 53,5 Trilyun. Pendapatan Per Kapita (PDRB Per Kapasitas harga berlaku) tahun 2009 sebesarRp. 12.044.131; padatahun 2010 naik menjadi Rp. 13.724.521; tahun 2011 naik lagi menjadi Rp. 15.400.000. Sampai dengan Triwulan II tahun 2012
38
Pendapatan Per Kapita Jawa Tengah sebesar Rp. 4.318.623,- dari target tahun 2012 sebesarRp. 15.493.000,Inflasi, tahun 2008 sebesar 9,55%, pada tahun 2011 turun menjadi 2,68%, dan laju inflasi pada Bulan Desember2 012 sebesar 4,24%; Ketahanan Pangan semakin kuat, dapat dilihat dari Peta Ketahanan Pangan Jawa Tengah tahun 2008 sebanyak30 Kabu-paten/Kota berwarna hijau tua berarti ketahanan pangannya sangat kuat dan 5 Kabupaten/Kota berwarnahijau muda berarti kuat. Sedangkan pada tahun 2010 Ketahanan Pangan Jawa Tengah semakin bertambah kuat, yaitu 35 Kabupaten/Kota berwarna hijau tua yang berarti sangat kuat. Ketahanan pangan yang sangat kuat tersebut, antara lain ditopang Produksi Beras tahun 2008 surplus 2,4 juta ton, pada tahun 2011 meningkat menjadi 2,6 juta ton, dan capaian pada tahun2012 sebesar 3 juta ton dan saat ini mencapai 3,1 juta ton. Surplus beras Jawa Tengah mampu memberi kontribusi memperkuat ketahanan pangan nasional sebesar16%. Nilai Tukar Petani (NTP) juga meningkat, tahun 2008 sebesar 99,77; pada tahun 2011 meningkat menjadi 106,62; dan saat ini mencapai 107,84%. Penduduk miskin tahun 2008 sebanyak 19,23%, pada tahun 2011 turun menjadi 16,21%, dan pada tahun 2012 turun menjadi 14,98% atau sebanyak 4,86 juta orang. Angka pengangguran tahun 2008 sebesar 7,35%, pada tahun 2011 turun menjadi 5,93%; sedangkan pada tahun2012 turun menjadi 5,63% atau sebanyk 0,96 juta orang. Investasi berkembang pesat, yaitu PMA tahun 2008 senilai Rp.0,59 Trilyun, pada tahun 2011 bertambah menjadi Rp.1,35 Trilyun, dan Januari sampai September 2012 mencapai Rp. 924,7 Milyar dan 13,6 juta USD. Sedangkan PMDN tahun 2008 senilai Rp.1,34 Trilyun, pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp.4,84 Trilyun, dan Januari sampai September 2012 mencapai Rp. 984,4 Milyar. Kualitas pendidikan meningkat, antara lain ditunjukkan dari nilai hasil kelulusan SMA/SMALB/MA/SMK tahun 2007/2008 mencapai 91,97%, dan pada tahun 2011/2012 nilai hasil kelulusan SMA/SMALB/MA/SMK meningkat menjadi 99,92%. Pembangunan di sektor pendidikan memberikan kontribusi cukup besar dalam mengurangi pengangguran di Jawa Tengah. Antara lain, dapat dilihat dari lulusan SMK yang diterima bekerja maupun yang berwirausaha. Pada 2007/2008, lulusan SMK yang terserap bekerja di dalam dan luar negeri sebanyak 81,35 persen, dan berwirausaha 3,32 persen. Pada 2008/2009, lulusan SMK yang bekerja sebesar 78,01 persen dan berwirausaha 4,18
39
persen. Pada 2009/2010, lulusan SMK yang bekerja meningkat menjadi 87,37 persen, dan wirausaha 3,73 persen. Pada 2010/2011, jumlah lulusan SMK yang bekerja meningkat lagi menjadi 88,12 persen. Dan pada 2011/2012, hingga Desember 2012 jumlah lulusan SMK yang bekerja di lembaga/ perusahaan dalam dan luar negeri meningkat mencapai 88,29 persen, sisanya usaha mandiri. Kualitas kesehatan dapat kita lihat dari Usia Harapan Hidup yang terus meningkat, yaitu tahun 2008 mencapai usia 71,1 tahun, pada tahun 2012 meningkat menjadi 73,5 tahun. Angka Kematian Bayi (AKB)tahun 2008 jumlah AKB sebesar 9,71 per 1.000 kelahiran hidup, tahun 2009 menjadi 10,37 per 1.000 kelahiran hidup, dan tahun 2010 menjadi 10,62 per 1.000 kelahiran hidup dikarenakan masih banyaknya ibu hamil mengalami kondisi kurang energi kalori protein dan tingginya kasus Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Pada tahun 2011 AKB berhasil diturunkan menjadi 10,34. Sampai dengan Triwulan I Tahun 2012 AKB tercatat 1629 kasus. Pada Tahun 2010 Angka Kematian Ibu (AKI) tercatat 104,97 per 100.000 kelahiran hidup lebih baik dibanding Tahun 2009 sebesar 114 per 100.000 kelahiran hidup. Tahun 2011 menjadi 116,01per 100.000 kelahiran hidup antara lain disebabkan perilaku masyarakat yang belum memahami kesehatan ibu hamil dan melahirkan serta hal-hal yang belum dapat diantisipasi oleh sistem pelayanan kesehatan saat ini. Sampai dengan Triwulan I Tahun 2012 AKI tercatat 130 kasus. Prevalensi gizi buruk pada Tahun 2010 sebesar 0,08 lebih baik dibandingkan Tahun 2009 sebesar 0,16 dan juga lebih baik dari target Nasional sebesar 3%. Di bidang keluarga berencana, pengendalian pertumbuhan penduduk melalui program KB berhasil baik, dengan pertumbuhan tahun 2010 sebesar 0,84% dan tahun 2011 pertumbuhan penduduk Jawa Tengah turun menjadi 0,37% (terendah nasional). Catatan : Berdasarkan Informasi dari Dinas Kesehatan Prov. Jateng tanggal 31 Januari 2013, Angka Sementara 2012 sbb : AKI : 116,34/100.000 kelahiranhidup(naik) AKB : 10,75/1.000 kelahiranhidup(naik) AK Balita : 11,85/1.000 kelahiranhidup Kasus Balita Gizi Buruk KB Aktif
40
: :
1.131 kasus 75,71%
Mandiri, terlihat dari semangat masyarakat yang semakin kreatif dan inovatif dalam karya nyata di berbagai sektor pembangunan, utamanya sektor pertanian dalam arti luas, Usaha Mikro Kecil Menengah dan industri padat karya di desa-desa semakin berkembang. Berkemampuan, antara lain ditunjukkan dari kemampuan masyarakat dalam menghasilkan berbagai jenis produk unggulan berkualitas untuk memenuhi kebutuhan lokal maupun ekspor. Terbukti, di masa krisis ekonomi sektor pertanian arti luas dan UMKM tetap bisa hidup, bahkan saat ini semakin berkembang dan menjadi salah satu daya ungkit tumbuhnya ekonomi kerakyatan. Berdaya saing tinggi, ditunjukkan dari kualitas Sumber Daya Manusia pelaku ekonomi pedesaan dan kualitas produk yang dihasilkan, sehingga memiliki daya tawar yang tinggi dan mampu bersaing dalam kompetisi pasar global. Bukti keberhasilan Bali nDeso mBangun Deso, diperkuat dari perolehan penghargaan nasional selama kurun waktu 4 tahun lebih 6 bulan mencapai 106 penghargaan nasional terbaik di semua sektor pembangunan dan 1 penghargaan internasional atas kecepatan respon Jawa Tengah dalam penanggulangan bencana alam. Tercapainya Visi Bali nDeso mBangun Deso dan beberapa pembangunan infrastruktur pendorong pertumbuhan ekonomi yang saat ini sudah selesai, sedang jalan, dan masih dalam proses pelaksanaan, perlu ditindaklanjutipada periode tahun 2013-2018. Sektor pembangunan yang sudah berhasil dengan baik perlu lebih diperkuat, yang belum sempurna disempurnakan, yang masih kurang ditingkatkan, dan yang masih belum terlaksana lebih dipercepat proses pelaksanaannya. II. KONSEP GERAKAN “BALI nDESO mBANGUN DESO” TAHAP II TAHUN 2013-2018. A. POKOK-POKOK PIKIRAN BALI NDESO MBANGUN DESO 1. PENGERTIAN. a. DESO atau desa, dimaknai sebagai suatu struktur pemerintahan terdepan yang digerakkan oleh unsur-unsur pamong/perangkat desa sebagai kesatuan wilayah administrasi di bawah kecamatan, termasuk di dalamnya kelurahan. b. Secara formal, sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor
41
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pengertian Desa atau sebutan nama lainnya adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berda-sarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. c. BALI NDESO, mengandung maksud mengarahkan kembali orientasi pembangunan ke pedesaan baik materiil maupun pembangunan spiritual. d. MBANGUN DESO, adalah membangun semua potensi wilayah pedesaan secara menyeluruh, dalam kaitan dengan pengembangan sumberdaya manusia, alam, lingkungan, sosial, politik dan kewilayahan yang didukung semangat masyarakat pedesaan dengan tetap menjaga lingkungan, budaya dan keunggulan serta kearifan lokal. e. BALI NDESO MBANGUN DESO, mengandung pengertian: 1). Mengarahkan kembali orientasi pembangunan ke pedesaan yang bersifat menyeluruh, terkait dengan pengembangan sumberdaya manusia, alam, lingkungan, sosial, budaya, politik dan kewilayahan. 2). Mengerahkan segenap potensi masyarakat Jawa Tengah yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, teknologi dan informasi untuk ditularkan kepada masyarakat pedesaan. Demikian pula bagi mereka yang memiliki kekayaan atau modal yang besar dapat memberikan bantuan modal usaha atau bertindak sebagai bapak angkat guna melindungi, memasarkan dan mengembangkan usaha produktif yang dilakukan masyarakat pedesaan. B. TINJAUAN FAKTA. 1. Bahwa desa merupakan wilayah pemerintahan terdepan yang diwadahi dalam bentuk Struktur Pemerintahan (Kelurahan) yang berhubungan langsung dengan masyarakat. 2. Bahwa desa merupakan sumber kebutuhan pokok masyarakat, proses produksinya dilakukan di desa khususnya bahan sandang, pangan dan papan. Namun ironisnya, masyarakat desa belum sepenuhnya memperoleh perhatian yang proporsional dari aparatur pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraannya. 3. Banyak penduduk desa yang pindah ke kota untuk meningkatkan taraf hidup, namun kenyataannya pandangan tersebut tidak sepenuhnya benar. Kenyataannya mereka harus bekerja lebih keras untuk sekedar bertahan
42
hidup. Oleh sebab itu kondisi tersebut harus segera dicarikan solusinya secara cepat dan konseptual agar potensi yang ada di pedesaan dapat dikelola untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. C. TINJAUAN FILOSOFI. 1. Secara filosofi bahwa desa merupakan miniatur negara yang memiliki struktur lengkap sesuai kebutuhan administrasi pedesaan seperti Kepala Desa (Lurah), Carik Desa (Sekretaris Desa), Bayan bertugas sebagai penggerak kegiatan desa, Modin (bertugas dalam bidang kerohanian) serta Ulu-ulu bergerak mengurus sistem pengairan pedesaan. Semua unsur tersebut disebut Pamong yang bertugas melayani masyarakat. 2. Bahwa kehidupan masyarakat pedesaan masih menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dalam hal semangat kegotongroyongan serta kearifankearifan lokal yang perlu ditumbuhkembangkan dalam membentuk dan mewujudkan jiwayang luhur sebagai modal dasar pembangunan materiil maupun spiritual. Oleh sebab itu desa harus dikelola dan diberdayakan agar dapat memberikan harapan dan kondisi nyata bagi masyarakatnya yang damai, aman, dan sejahtera. Bila demikian halnya, maka negara pasti damai, aman, dan sejahtera pula. D. PENDEKATAN PEMBERDAYAAN. Bertitik tolak dari fakta dan filosofi tersebut, gerakan “Bali Ndeso Mbangun Deso” dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, implementasinya ditekankan pada pendekatan 3 (tiga) aspek pemberdayaan, yaitu pemerintahan, ekonomi dan kemasyarakatan. Implementasi pemberdayaan pemerintahan, dilakukan melalui : penataan dan peningkatan kualitas Sumber Daya Aparatur Pemerintah Desa; sarana prasarana pemerintahan desa; optimalisasi kelembagaan dan organisasi pemerintahan desa; serta pengembangan kemitraan antara Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa (B P D) dan Lembaga Kemasyarakatan Desa. Disampingitudilakukan pula penguatan demokrasi dan transparansi dalam seluruh proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan serta penciptaan akses bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan atau penetapan kebijakan.
43
Pemberdayaan ekonomi dilakukan dengan mengoptimalkan potensisum berdaya ekonomi desa melalui pembangunan pertanian dalam arti luas, pengembangan industri kerajinan berbasis sumber daya lokal, pengembangan produkunggulandesa, mengembangkan pasart radisional, pembangunan sarana prasarana pedesaan yang mampu menggerakkan roda perekonomian dan membuka akses desa-kota serta pengembangan informasi dan komunikasi. Di samping itu juga diupayakan pembangunan ekonomi produktif lainnya yang mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas lapangan pekerjaan untuk menekan terjadinya urbanisasi. Kemudian terkait dengan implementasi pemberdayaan kemasyarakatan dilakukan penguatan lembaga kemasyarakatan, peningkatan peran serta masyarakat, peningkatan kualitas sosial kemasyarakatan, peningkatan semangat gotong royong dan kehidupan keagamaan yang baik serta pelestarian nilai-nilai kearifan lokal. Kesemuanya merupakan upaya pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan nilai aset dan kemampuan masyarakat menuju keswadayaan, kemandirian dan peningkatan daya saing. III. IMPLEMENTASI “BALI NDESO MBANGUN DESO”. A. STRATEGI IMPLEMENTASI. Dalam mengimplementasikan visi dan misi Pembangunan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 dilaksanakan dengan kesinambungan, penajaman dan berkelanjutan. 1. Kesinambungan dalam arti menyambung atau melanjutkan pembangunan yang belum sempurna pada periode tahun 2008-2013. 2. Penajaman dalam arti menajamkan sasaran pembangunan agar lebih berhasil dalam mencapai sasaran. 3. Berkelanjutan dalam arti melanjutkan seluruh sasaran-sasaran pembangunan menuju masyarakat Jawa Tengah semakin sejahtera dengan skala prioritas pada sasaran dalam masing-masing bidang secara simultan. B. TAHAPAN IMPLEMENTASI. 1. Tahap I Tahun 2013-2014, merupakan Tahap Penyusunan Konsep Pembangunan 2013-2018. Pada tahap ini dilaksanakan: a. Penyusunan konsep “Bali Ndeso Mbangun Deso” Jilid II.
44
b. Penyusunan Prioritas Pembangunan mencakup: 1) Pertanian dalam arti luas. 2) Koperasi dan UMKM. 3) Pelayanan Dasar Masyarakat. Untuk mewujudkan masyarakat yang semakin sejahtera, maka Prioritas Bidang Pembangunan tersebut dalam pelaksanaannya didukung oleh berbagai bidang lainnya. c. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM-D) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 dilanjutkan dengan penjabaran dalam bentuk Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). 2. Tahap II Tahun 2015-2016, adalah Tahap Percepatan dan Prioritas Sasaran Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat melalui Pemanfaatan Sumberdaya Secara Lestari, dan Pelayanan Prima dalam E-Government. Pada tahap ini dilakukan percepatan pelaksanaan program-program prioritas dan pendukung yang telah ditetapkan berdasarkan hasil evaluasi kinerja program dua tahun sebelumnya, untuk mewujudkan masyarakat yang semakin sejahtera. 3. Tahap III Tahun 2017-2018, adalah Tahap Perkuatan Masyarakat Jawa Tengah yang Semakin Sejahtera, Berkarakter, Mandiri, Berkemampuan dan Berdayasaing Tinggi. Tahap ini merupakan perwujudan capaian tahap terakhir dari Visi yang telah ditetapkan, dilakukan pula akselerasi untuk program-program yang capaiannya belum optimal menuju masyarakat Jawa Tengah yang semakin sejahtera. C. PRIORITAS PEMBANGUNAN. Prioritas Bali nDeso mBangun Deso Jilid II Tahun 2013-2018, meliputi : 1. Pemberdayaan ekonomi kerakyatan dengan intensifikasi dan modernisasi pertanian dalam arti luas, UMKM, dan industri padat karya; 2. Penurunan kemiskinan dan pengangguran melalui pengembangan Desa-Desa Mandiri Pangan dan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat; Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni; Peningkatan Ketrampilan Entrepreneur; dan Peningkatan Investasi; 3. Percepatan penyelesaian Pembangunan Infrastruktur prioritas
45
MP3EI, meliputi Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo; Perluasan Bandara Ahmad Yani Semarang; Modernisasi Pelabuhan Tanjung Emas Semarang; Pembangunan Double Track/Rel Ganda Kereta Api Brebes–Cepu; dan Pembangunan Waduk Jatibarang Semarang; serta pengembangan pembangunan infrastruktur lainnya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 4. Percepatan penyelesaian pembangunan fasilitas energi listrik dan gas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, industri, dan peningkatan investasi.
46