MODERASI PENGENDALIAN INTERNAL PADA HUBUNGAN PENGARUH KEADILAN ORGANISASIONAL TERHADAP TINGKAT KECURANGAN (FRAUD) (Studi Pada Kantor Sekretariat Daerah Kota Semarang)
Rendy Christofel. S Prof. DR. H. Muchamad Syafruddin, MSi. Akt Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
Abstract Loss from insincerity of accountancy is lowering of management accountability and makes the stockholders to increase expense of monitoring to management. In general insincerity of accountancy relates to corruption. In corruption of inveterate action is done between it is manipulation of recordkeeping, omission of dakument and mark-up. The thing is state's finance disservice or economics a state, and this action is form of accountancy insincerity. By specifying and applies internal operation well and correct at one particular company hence the company will become easier in reaching a purpose and minimization of risk can. Wilkinson cs (1996) lays open that " if an internal operation had been specified hence all operations, physical resource, and data will be monitored and below(under control, purpose of will be reached, risk becomes small, and information yielded to more with quality". Based on result of data analysis concluded that Interaksi Keadilan Organisasi with Sistem Pengendalian Internal) has influence meaning to Fraud (Level Of Insincerity) employee. Besides also variable Lingkungan Etis, Training of Risk management and Aktivitas Audit Internal influential positive to Sistem Pengendalian Internal. Keyword
A.
: Organization Justice, internal operation system, Fraud ( Level Of Insincerity), Area Of Ethical, Management Training
Pendahuluan Kerugian
dari
kecurangan
akuntansi
adalah
menurunnya
akuntabilitas manajemen dan membuat para pemegang saham meningkatkan biaya monitoring terhadap manajemen. Pada umumnya kecurangan akuntansi berkaitan dengan korupsi. Dalam korupsi tindakan yang lazim dilakukan diantaranya adalah memanipulasi pencatatan, penghilangan
dakument dan mark-up. Hal tersebut merupakan tindakan yang merugikan keuangan negara atau perekonomian suatu negara, dan tindakan ini merupakan bentuk kecurangan akuntansi. Kecurangan dapat terjadi dikarenakan adanya motivasi di dalam diri mereka: Albrecht et at (1984) menerangkan bahwa kecurangan dapat terjadi ketika
adanya perangasang untuk melakukan kecurangan, rasionalisasi
membenarkan perilaku curang tersebut dan adanya peluang untuk melakukan kecurangan. Penelitian ini dilakukan dengan menggali persepsi manajer dan karyawan bagian keuangan pada perusahaan ritel, untuk mengetahui kecenderungannya kecurangan akuntansi dan faktor - faktor yang mempengaruhinya: Faktor - faktor ini terdiri pengendalian internal dan kesesuaian kopensasi. Dengan adanya suatu pengendalian internal yang baik dan juga dapat di implementasikan pada semua organisasi serta dirancang untuk menyediakan jaminan memadai mengenai prestasi dari sasaran kinerja dalam mengefektivitas dan mengefisiensikan operasional, maka dalam laporan keuangan dapat memenuhi ketentuan hukum yang bisa diterapkan dan diregulasi.
B.
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1.
Untuk menganalisis pengaruh sistem pengendalian internal pada hubungan antara keadilan organisasi dengan tingkat kecurangan ?
2.
Untuk menganalisis pengaruh lingkungan etis terhadap system pengaendalian internal
3.
Untuk menganalisis pengaruh pelatihan manajemen resiko terhadap system pengaendalian internal
4.
Untuk menganalisis pengaruh aktivitas audit internal terhadap system pengaendalian internal
C.
Tinjauan Pustaka
1.
Fraud (Tingkat Kecurangan) Merurut hukum dimana dimaksud dalam pasa1 278 KUHP, pasal 268 KUHPer pengertian fraud merupakan penipuan yang dibuat untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau untuk merugikan orang lain. Dalam hukum pidana, kecurangan adalah kejahatan atau pelanggaran yang dengan sengaja menipu orang lain dengan maksud untuk merugikan mereka, biasanya untuk memiliki suatu harta benda atau jasa ataupun keuntungan dengan cara tidak adil atau curang. Kecurangan dapat lahir terhadap barang atau benda. Dalam hukum pidana secara umum disebut dengan "pencurian dengan penipuan","pencurian dengan tipu daya atau muslihat","pencurian dengan penggelapan dan penipuan" atau hal serupa lainnya. Ada pula yang mendefinisikan fraud sebagai suatu tindak kesengajaan utuk menggunakan sumber daya perusahaan secara tidak wajar dan salah menyajikan fakta untuk memperoleh keuntungan pribadi. Dalam bahasa yang lebih sederhana fraud adalah penipuan yang disengaja. Hal ini termasuk berbohong, menipu, menggelapkan dan mencuri. Yang dimaksud penggelapan disini adalah merubah asset/kekayaan perusahaan yang dipercayakan kepadanya secara tidak wajar untuk kepentingan dirinya. Menurut Kamus Hukum, mengartikan Fraud (Ing) = Fraude (Bld) sebagai kecurangan = Frauderen/verduisteren (Bld) : menggelapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 278 KUHP, Pasal 268 KUHPer. Sedangkan dalam
Wikipedia (en.wikipedia.org), memberikan definisi
Fraud sebagai berikut:
Kecurangan merupakan penipuan yang dibuat untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau untuk merugikan orang lain. Dalam hukum pidana, kecurangan adalah kejahatan atau pelanggaran yang dengan sengaja menipu orang lain dengan maksud untuk merugikan mereka, biasanya untuk memiliki sesuatu/harta benda atau jasa ataupun keuntungan dengan cara tidak adil/curang. Kecurangan dapat mahir melalui pemalsuan terhadap barang atau benda. Dalam hukum pidana secara umum disebut dengan “pencurian dengan penipuan”, “pencurian dengan tipu daya/muslihat”, “pencurian dengan penggelapan dan penipuan” atau hal serupa lainnya. 2.
Keadilan Organisasional Secara umum keadilan digambarkan sebagai situasi sosial ketika norma-norma tentang hak dan kelayakan dipenuhi (Lind & Tyler, 1988). Nilai dasar keadilan adalah martabat manusia sehingga prinsip dasar keadilan adalah penghargaan atas martabat dan hak-hak yang melekat padanya (Keraf, 1996). Pemahaman tentang makna keadilan sering lebih menekankan pada distribusi yang adil dibandingkan dengan prosedur dan interaksi yang adil, yang selanjutnya kemudian disebut sebagai keadilan distributif, keadilan prosedural dan keadilan interaksional. Deustch (1985) & Tornblom (1992) mendefinisikan Keadilan organisasi menjadi 3 tipe, yaitu keadilan distributif, keadilan prosedural dan keadilan interaksional. Pertama, keadilan distributif adalah keadilan yang diterima seseorang sebagai hasil dari keputusan alokasi, misalnya yaitu standar gaji. Laventhal
(1976) dan Thibault & Walker
(1975)
mendefinisikan keadilan prosedural sebagai keadilan yang dipersepsikan terhadap suatu alokasi, misalnya bagaimana suatu proses penentuan gaji itu ditempuh, adil atau tidak. Sedangkan tipe yang ketiga yaitu keadilan
interaksional, Biacs
(1987) dan
Bies
&
Moag (1986)
menyatakannya sebagai keadilan tentang perlakuan interaksional pembuat
keputusan (decision maker) terhadap bawahan atau karyawan (Cropanzano et all, 2000). 3.
Sistem Pengendalian Internal Committee of sponsoring organization (COSO) pada tahun 1992 mendefinisikan sistem pengendalian internal sebagai proses yang didesain untuk menghasilkan kepastian yang layak mengenai pencapaian tujuan dalam kategori sebagai berikut: a. Efektivitas dan efisiensi operasi b. Keandalan dalam laporan keuangan. c. Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) mendefenisikan
sistem
pengendalian
internal
mencakup
susunan
organisasi dan semua metode beserta kebijakan/ peraturan yang terkoordinasi dalam perusahaan, dengan tujuan untuk melindungi: a. Harta kekayaan perusahaan b. Memeriksa kecermatan dan keandalan data akuntansi c. Meningkatkan efisiensi operasi usaha d. Mendorong ke arah ditaatinya kebijakan yang telah ditetapkan
D.
Hipotesis Secara umum keadilan digambarkan sebagai situasi sosial ketika norma-norma tentang hak dan kelayakan dipenuhi (Lind & Tyler, 1988). Nilai dasar keadilan adalah martabat manusia sehingga prinsip dasar keadilan adalah penghargaan atas martabat dan hak-hak yang melekat padanya (Keraf, 1996). Pemahaman tentang makna keadilan sering lebih menekankan pada distribusi yang adil dibandingkan dengan prosedur dan interaksi yang adil, yang selanjutnya kemudian disebut sebagai keadilan distributif, keadilan prosedural dan keadilan interaksional.
Niehoif and Moorman, 1953 dalam persepsi keadilann organisasi, yang intensif yang menghasilkan prosedural dan kebijakan distribusi dalam tempat kerja sebagai strategi untuk memperkecil kecurangan karyawan dengan memastikan evaluasi kinerja karyawan dan proses yang bersifat adil dan membuat program perubahan agar dapat menghasilkan karyawan yang lebih baik melalui peningkatan pengendelaian internal. PPA - STAN (1995) menyebutkan bahwa di dalam organisasi bisnis, salah satu fungsi dasar manajemen adalah menjalankan fungsi pengendalian yang akan menjamin tujuan organisasi dapat tercapai. Dengan hasil pengendalian
manajemen
digunakan
auditor
internal,
sedangkan
pengendalian internal digunakan auditor eksternal dalam kaitannya dengan audit umum atau financial. Berdasarkan pendapat di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) mendefenisikan sistem pengendalian internal mencakup susunan organisasi dan semua metode beserta kebijakan/ peraturan yang terkoordinasi dalam perusahaan, dengan tujuan untuk melindungi harta kekayaan perusahaan, Memeriksa kecermatan dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasi usaha dan mendorong ke arah ditaatinya kebijakan yang telah ditetapkan Kirsty Rae dan Nava Subramaniam (2004) yang meneliti tentang kualitas prosedur pengendalian internal sebagai variabel moderating pada pengaruh keadilan organisasi terhadap kecurangan karyawan. Pada penelitian ini menyimpulkan bahwa kualitas pengendalian internal dapat menekan terjadinya kecurangan karyawan. Hasil lainnya menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara pelatihan manajemen resiko, aktivitas audit internal dan etika organisasi dengan kualitas audit internal. Berdasarkan pendapat di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
H1. Adanya interaksi Sistem pengendalian internal dan Keadilan organisasi berpengaruh terhadap tingkat kecurangan (Fraud) Kirsty Rae dan Nava Subramaniam (2004) yang meneliti tentang kualitas prosedur pengendalian internal sebagai variabel moderating pada pengaruh keadilan organisasi terhadap kecurangan karyawan. Pada penelitian ini menyimpulkan bahwa kualitas pengendalian internal dapat dipengaruhi oleh lingkungan etis perusahaan. Berdasarkan pendapat di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : H2. Lingkungan etis perusahaan berpengaruh positif terhadap kualitas Sistem pengendalian internal Kirsty Rae dan Nava Subramaniam (2004) yang meneliti tentang kualitas prosedur pengendalian internal sebagai variabel moderating pada pengaruh keadilan organisasi terhadap kecurangan karyawan. Pada penelitian ini menyimpulkan bahwa kualitas pengendalian internal dapat dipengaruhi oleh pelatihan manajemen resiko. Berdasarkan pendapat di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : H3. Pelatihan manajemen resiko berpengaruh positif terhadap kualitas Sistem pengendalian internal Kirsty Rae dan Nava Subramaniam (2004) yang meneliti tentang kualitas prosedur pengendalian internal sebagai variabel moderating pada pengaruh keadilan organisasi terhadap kecurangan karyawan. Pada penelitian ini menyimpulkan bahwa kualitas pengendalian internal dapat dipengaruhi oleh aktivitas audit internal. Berdasarkan pendapat di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : H4. aktivitas audit internal berpengaruh positif terhadap kualitas Sistem pengendalian internal
E.
Metode Penelitian
1.
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai negeri di Sekretariat Daerah Kota Semarang. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 167 orang.
Sedangkan sampel yang digunakan sebanyak 63
orang. 2.
Metode Analisis Data Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan dua jenis analisis regresi. Untuk pengujian hipotesis pertama digunakan uji regresi linier sederhana. Sedangkan pada pengujian kedua digunakan uji MRA (Moderating Regression Analysis), yang modelnya sebagai berikut : Y1 = a1 + β1 x1 + β 2 x2 + β3 x1X2 β X2 = a2 + β1 x3 + β 2 x4 + 3 x5 Dimana : Y1
= Tingkat kecurangan (Fraud)
X1
= Keadilan organisasi
X2
= Sistem Pengendalian Internal
X3
= Lingkungan etis organisasi
X4
= Pelatihan manajemen resiko
X5
= Aktivitas audit internal
X1 X2
= Interaksi Keadilan Organisasi dan Sistem pengendalian internal
a
= intersep
β1, β 2, β 3 = koefisien regresi
F.
Analisis Data Dan Pembahasan
1.
Analisis Regresi Interaksi (Pengujian Hipotesis I) Pada pengujian hipoetesis I yang berbunyi interaksi Sistem pengendalian internal dan Keadilan organisasi berpengaruh terhadap tingkat kecurangan (Fraud) dilakukan dengan menggunakan uji regresi interaksi. Adapun hasil pengujian regresi interaksi pada model I adalah sebagai berikut : Tabel 1 Hasil Pengujian Regresi Model I Coefficients
a
Model 1 Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Correlations
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
(Constant) 32,848 9,619 3,415 ,001
Zero-order Partial Part Tolerance VIF
ko -,929 ,462 -1,518 -2,011 ,049 ,247 -,253 -,240 ,025 40,085
spi -,926 ,428 -1,584 -2,162 ,035 ,117 -,271 -,258 ,026 37,752
ko_spi ,049 ,021 2,377 2,386 ,020 ,303 ,297 ,284 ,014 69,871
a. Dependent Variable: f
Persamaan regresi yang terbentuk adalah : F = - 1,518 KO – 1,584 SPI + 2,377 KO_SPI Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa variabel bebas yang paling berpengaruh adalah variabel Sistem Pengendalian Internai dengan koefisien 1,584. Kemudian diikuti oleh variabel yang lain yaitu variabel Keadilan Organisasi dengan koefisien 1,518. Dari persamaan tersebut dapat terlihat bahwa variabel bebas (Keadilan Organisasi dan Sistem Pengendalian Internal) berpengaruh negatif terhadap Fraud (Tingkat Kecurangan) Karyawan. Hal ini berarti semakin tingginya Keadilan Organisasi dan Sistem Pengendalian Internal dapat mengakibatkan rendahnya Fraud (Tingkat Kecurangan) Karyawan Pengujian koefisien regresi bertujuan untuk menguji hipotesis pertama digunakan uji t. Uji t (t-test) dimaksudkan untuk mengetahui
pengaruh variabel-variabel independen (Interkasi Keadilan Organisasi dengan Sistem Pengendalian Internal) terhadap Fraud (Tingkat Kecurangan) karyawan. Kriteria yang digunakan adalah : Ho :
Tidak ada Interkasi Keadilan Organisasi dengan Sistem Pengendalian
Internal
terhadap
Fraud
(Tingkat
Kecurangan) karyawan. Ha
: Ada pengaruh Interkasi Keadilan Organisasi dengan Sistem Pengendalian Internal terhadap Fraud (Tingkat Kecurangan) karyawan. Dari hasil perhitungan pada tabel 4.7 didapat nilai t hitung
variabel
Interkasi
Pengendalian
Keadilan
Internal
sebesar
Organisasi 2,386
dengan
dengan
Sistem
probabilitas
signifikansi mendekati nol (P value = 0,020), Dengan demikian Ho ditolak, artinya bahwa variabel independent (Interaksi Keadilan Organisasi dengan Sistem Pengendalian Internal) mempunyai pengaruh yang berarti terhadap Fraud (Tingkat Kecurangan) karyawan. Hal ini berarti bahwa hipotesis pertama pada penelitian ini diterima. Hal ini berarti hipotesis pertama diterima. Hasil penelitian ini menandakan bahwa dengan Sistem pengendalian internal dapat menekan timulnya kecurangan yang terjadi dikarenakan adanya motivasi di dalam diri pegawai. Albrecht et at (1984) menerangkan bahwa kecurangan dapat terjadi ketika
adanya perangasang untuk melakukan kecurangan,
rasionalisasi membenarkan perilaku curang tersebut dan adanya peluang untuk melakukan kecurangan. Dengan adanya suatu pengendalian internal yang baik dan juga dapat di implementasikan pada semua organisasi serta dirancang untuk menyediakan jaminan memadai
mengenai
prestasi
dari
sasaran
kinerja
dalam
mengefektivitas dan mengefisiensikan operasional, maka dalam laporan keuangan dapat memenuhi ketentuan hukum yang bisa diterapkan dan diregulasi.
2.
Analisa Regresi Linier Berganda (Pengujian Hipotesis 2 – 4) Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu regresi linier berganda. Analisis ini digunakan unutk mengetahui besarnya pengaruh variabel-variabel bebas (independent) yaitu Lingkungan Etis, Pelatihan Manajemen Resiko dan aktivitas audit internal terhadap variabel terikat (dependent) yaitu Sistem Pengendalian Internal. Besarnya pengaruh variabel independen dengan variabel dependen (Sistem Pengendalian Internal) secara bersama-sama dapat dihitung melalui suatu persamaan regresi berganda. Berdasarkan perhitungan melalui komputer dengan menggunakan program SPSS (Release 11) diperoleh hasil regresi sebagai berikut : Tabel 2 Hasil Pengujian Regresi Model II Coefficients a Model 1 Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Correlations
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
(Constant) -11,018 3,645 -3,023 ,004
Zero-order Partial Part Tolerance VIF
l_e ,339 ,107 ,279 3,184 ,002 ,519 ,383 ,258 ,854 1,171
mr ,758 ,154 ,438 4,927 ,000 ,320 ,540 ,399 ,833 1,200
ai ,946 ,141 ,601 6,700 ,000 ,544 ,657 ,543 ,816 1,226
a. Dependent Variable: spi
Sumber : Data primer yang diolah
Persamaan regresi yang terbentuk adalah : SPI = 0,279 L_E + 0,438 MR+ 0,601 AI Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa variabel bebas yang paling berpengaruh adalah variabel Aktivitas Audit Internal dengan koefisien 0,601. Kemudian diikuti oleh variabel yang lain yaitu variabel Pelatihan Manajemen Resiko dengan koefisien 0,439.
Sedangkan variabel yang berpengaruh paling rendah yaitu variabel Lingkungan Etis dengan nilai koefisien 0,279. Dari persamaan tersebut dapat terlihat bahwa keseluruhan variabel bebas (Lingkungan Etis, Pelatihan Manajemen Resiko dan Aktivitas Audit Internal) berpengaruh positif terhadap Sistem Pengendalian Internal.
1) Koefisien Determinasi (R2) Hasil perhitungan nilai koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel berkut ini : Tabel 3 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Model II Model Summary
R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics
b
Model 1 ,782a ,612 ,592 2,39206 ,612 31,039 3 59 ,000
R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change
a. Predictors: (Constant), ai, l_e, mr b. Dependent Variable: spi
Berdasarkan hasil perhitungan estimasi regresi, diperoleh nilai Koefisien Determinasi yang disesuaikan (adjusted R²) adalah 0,592 artinya 59,2 persen variasi dari semua variabel bebas Lingkungan Etis, Pelatihan Manajemen Resiko dan Aktivitas Audit Internal
dapat
menerangkan
variabel
tak
bebas
(Sistem
Pengendalian Internal), sedangkan sisanya sebesar 40,8 persen diterangkan oleh variabel lain yang tidak diajukan dalam penelitian ini.
2) Uji t (t-test) Uji t (t-test) ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh secara parsial (individu) variabel-variabel independen Lingkungan Etis, Pelatihan Manajemen Resiko dan Aktivitas Audit Internal terhadap variabel dependen (Sistem Pengendalian Internal) atau menguji signifikansi konstanta dan variabel dependen. a. Tes Hipotesis Pengaruh Lingkungan Etis terhadap Sistem Pengendalian Internal Dikemukakan hipotesis : Ho
: Tidak ada pengaruh Lingkungan Etis terhadap Sistem Pengendalian Internal.
Ha
: Ada pengaruh Lingkungan Etis terhadap Sistem Pengendalian Internal. Dari hasil perhitungan didapat nilai t hitung sebesar
3,184 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002. Apabila dilihat pada nilai signifikansi sebesar 0,002 berarti kurang dari 0,05 dengan demikian Ho ditolak, artinya bahwa ada pengaruh variabel Lingkungan Etis terhadap Sistem Pengendalian Internal. Hal ini berarti bahwa hipotesis kedua pada penelitian ini diterima. Adanya pengaruh lingkungan etis terhadap sistem pengendalian internal menandakan bahwa lingkungan etis pada situasi kerja dapat menjadi suatu pengendalian pada diri pegawai untuk melakukan kecurangan-kecurangan yang dapat merugikan instansi. Lingkungan etis yang positif membantu menekan timbulnya suatu motivasi pada diri pegawai dalam melakukan suatu kecurangan pada organisasi. b. Tes Hipotesis Pengaruh Pelatihan Manajemen Resiko terhadap Sistem Pengendalian Internal Dikemukakan hipotesis :
Ho
: Tidak ada pengaruh Pelatihan Manajemen Resiko terhadap Sistem Pengendalian Internal.
Ha
: Ada pengaruh Pelatihan Manajemen Resiko terhadap Sistem Pengendalian Internal. Dari hasil perhitungan didapat nilai t hitung sebesar
4,927 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Apabila dilihat pada nilai signifikansi sebesar 0,000 berarti kurang dari 0,05 dengan demikian Ho ditolak, artinya bahwa ada pengaruh variabel Pelatihan Manajemen Resiko terhadap Sistem Pengendalian Internal. Hal ini berarti bahwa hipotesis ketiga pada penelitian ini diterima. Bagi
pegawai
yang
telah
mengikuti
pelatihan
manajemen resiko maka akan menambah wawasan tentang resiko tindakan kecurangan yang dilakukan oleh pegawai. Selain itu juga dengan adanya pelatihan manajemen resiko pada karyawan dapat menambah pengetahuan pada karyawan segala tindakan kecurangan yang melanggar aturan organisasi sehingga
dapat
menekan
terjadinya
kecurangan
pada
organisasi. c. Tes Hipotesis Pengaruh Aktivitas Audit Internal terhadap Sistem Pengendalian Internal Dikemukakan hipotesis : Ho
: Tidak ada pengaruh Aktivitas Audit Internal terhadap Sistem Pengendalian Internal.
Ha
: Ada pengaruh Aktivitas Audit Internal terhadap Sistem Pengendalian Internal. Dari hasil perhitungan didapat nilai t hitung sebesar
6,700 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Apabila dilihat pada nilai signifikansi sebesar 0,000 berarti kurang dari 0,05 dengan demikian Ho ditolak, artinya bahwa ada pengaruh variabel Aktivitas Audit Internal terhadap Sistem Pengendalian
Internal. Hal ini berarti bahwa hipotesis kelima pada penelitian ini diterima. Aktivitas Audit Internal yang kontinyu dan dilakukan secara konsisten dapat menekan munculnya motivasi pada pegawai
untuk
melakukan
tindakan
kecurangan
pada
organisasi. Aktivitas Audit Internal yang baik dan transparan dapat menjadi suatu aktivitas pengawasan meliputi kebijakan dan prosedur yang menunjang arahan dari manajemen untuk diikuti. Kebijakan dan prosedur tersebut memungkinkan diambilnya tindakan dengan mempertimbangkan risiko yang terdapat pada seluruh jenjang dan fungsi dalam organisasi. Didalamnya termasuk berbagai jenis otorisasi dan verifikasi, rekonsiliasi, evaluasi kinerja dan pengaman harta serta pemisahan tugas.
G.
Kesimpulan 1.
Hipotesis pertama dapat diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian nilai t hitung variabel Interaksi Keadilan Organisasi dengan Sistem Pengendalian Internal sebesar 2,386 dengan probabilitas signifikansi mendekati nol (P value = 0,020). Hal ini Interaksi Keadilan Organisasi dengan Sistem Pengendalian Internal) mempunyai pengaruh yang berarti terhadap Fraud (Tingkat Kecurangan) karyawan
2.
Hipotesis kedua dapat diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian nilai t hitung sebesar 3,184 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh variabel Lingkungan Etis terhadap Sistem Pengendalian Internal.
3.
Hipotesis ketiga dapat diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian nilai t hitung sebesar 4,927 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh variabel Pelatihan Manajemen Resiko terhadap Sistem Pengendalian Internal.
4.
Hipotesis keempat dapat diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian nilai t hitung sebesar 6,700 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh variabel Aktivitas Audit Internal terhadap Sistem Pengendalian Internal.
H.
Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini mengalami keterbatasan yang dapat menghambat hasil penelitian sesuai dengan hipotesis yang diajukan oleh peneliti. Adapaun keterbatasan tersebut adalah : 1. Jumlah sampel yang relatif kecil yaitu 63 orang dan hanya pegawai di satu instansi saja 2. Selain jumlah instansi yang sulit didapatkan, peneliti juga mengalami kesulitan dalam memperoleh data tentang fraud pada instansi sehingga fenomena dilapangan kurang dapat diglobalisasi.
I.
Saran Setelah mengkaji hasil penelitian ini maka implikasi manajerial yang dapat penulis ajukan adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengurangi terjadinya fraud padapegawai sebaiknya pimpinan memberikan keadilan secara organisasi terhadap pegawainya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan segala keputusan kepada bawahan secara adil, memberikan perintah yang jelas dan dapat diterima oleh semua bawahan serta memberikan keputusan tentang tugas yang adil terhadap semua bawahan. 2. Instansi dapat meningkatkan kualitas Sistem pengendalian internal dengan melakukan aktivitas audit secara transparasi dan kontinyu, meningkatkan kualitas lingkungan etis organisasi serta meningkatkan kemampuan pegawai dalam mengelola manajemen resiko dalam pelaksanaan tugas.
DAFTAR PUSTAKA Ahmadjayadi, Cahyana (2004), Konsep Pengamanan dan Perlindungan Infrastruktur Berbasis teknologi Informasi, Kementrian Komunikasi dan Informasi, Information System Security Control and Audit Conference 2004. Albrecht W.Steve and Albrecht Chad O, 2002 . “ Fraud Examination Thomson South- Western. ACFE “ Fraud Examiners Manual , Third Edition 2000 Allan, N.J., & Meyer,J.P. (1990). The measurement and antecedents of affective, continguance and normative commitment to the organization. Journal of occupational psychology, 63, 1-18. Alvin A.Arens, Randal J.Elder & Mark S.Beasley, 2003 “Auditing and Assurance Services an Integrated Approach“ International Edition. Chandra, Akhilesh & Calderon, Thomas G (Fall 2003), “Toward a Biometric Security Layer in Accounting Systems”, Journal of Information Systems, page 51-70. Deutsch, M. (1975). Equity, Equality and Need : What Determines Which Values Will be Used as the Basis of Distributive Justice ? Journal of Applied Psychology Issues, 31, 134-150. Dipboye, R., & de Pontbriand, R. (1981). Correlates of Employee Reactivity to Performance Appraisal and Appraisal System. Journal of Applied Psychology, 66, 248-251. Donovan, M. A., Drasgrow, F. & Munson, L. J. (1998). The Perception of Fair Interpersonal Treatment Scale : Development and Validation of a Measure of Interpersonal Treatment in the Workplace. Journal of Applied Psychology, 83 (5), 683-692. Fisher, R. & Smith, Peter B. (2002). Justice, values, work attitude : Makalah dipresentasikan pada Kongres the International Association for CrossCultural Psychology, Yogyakarta. Hasan Safuddien, Membangun GCG pada Perusahaan, dari Bubble Company menuju Sustainable Company, bahan Konvensi Nasional Akuntan IV tahun 2000 Keraf, A. S. (1996). Pasar Bebas, Keadilan, dan Peran Pemerintah. Kanisius, Yogyakarta. Kotler, Philip. (1996). Marketing Manajemen : Analysis. Planning, Implementation and Controlling (Seventh edition). Engelwood Cliffs. New Jersey : Prentice Hall inc. Lind, E. A. & Tyler, T. R. (1988). The Social Psycholgy of Procedural Justice. Plenum Press, New York.
Luthans, Fred. (1995). Organizational Behavior (7th edition). Singapore : Mc Graw Hill. International Edition Manning, George A, 1999 Financial Investigation and Forensic Accounting, CRC Press Boca Raton New York Washington, D.C The National Committee on Coprporate Governance (Maret 2000) Romney, Marshall B and Steinbart, Paul John (2003), Accounting Information Systems, Ninth Edition, Prentice Hall. Ross, Steven J (2003), “Who Needs Information Security”, Information System Control Journal, Vol 6, page 9-10 Schwartz,
S. H., Billsky, W. (1987). Toward a Universal Psycological Structure of Human Values. Journal of Personality and Social Psychology, 53, 550-562.
Steers, Robert. Efektivitas Organisasi (Seri Manajemen 47). (Alih Bahasa : Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Manajemen. (1997). Erlangga, Jakarta. Tim Prisma. (1994). Laporan Khusus : Pasang Naik Gelombang Pemogokan dan Politik Perburuhan. Prisma, 23 (4), 48-73. Tongia, Rahul and Jain, Kanika (2003), “Investing in Security-Do Not Rely on FUD, Information System Control Journal, Vol 6, page 27-28 Walgito, B. (1994). Psikologi Sosial : Suatu Pengantar. Yogyakarta : Andi Offset. Wallhoff, John (2003), “Enforce Security with a Fingerprint Biometric Solution”, Information System Control Journal, Vol 4, page 39-43. Warren, Carl, S., Reeve, James, M. dan Fess, Philip, E. (2005), Accounting, 21th edition, Thomson Learning. Weber, Ron (1999), Information Systems Control and Audit, Prentice Hall.