1
Pengaruh Model Pembelajaran Tipe Berpikir Berpasangan Berbagi (Think Pair and Share) terhadap Kemampuan Menanggapi Pembacaan Puisi Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Pahae Julu Tahun Pembelajaran 2014/2015 Oleh Dian V. Sitompul Dra. Inayah Hanum, M.Pd. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Tipe Berpikir Berpasangan Berbagi terhadap kemampuan menanggapi pembacaan puisi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pahae Julu tahun pembelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilatarbelakangi masih adanya siswa yang mengalami kesulitan dalam menanggapi pembacaan puisi. Oleh karena itu, peneliti menggunakan model pembelajaran Tipe Berpikir Berpasangan Berbagi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan one group pre-test-post-test design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pahae Julu yang terdiri dari 3 kelas dengan jumlah siswa 99 siswa. Dari jumlah tersebut ditetapkan sampel sebanyak 32 siswa. Instrument atau alat pengumpul data yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa adalah tes essay menanggapi pembacaan puisi. Dari pengolahan data, diperoleh hasil pre test dengan rata-rata= 68.75, standard deviasi= 8.48. Sedangkan hasil post test diperoleh rata-rata= 77.34, standard deviasi= 8.75. Dari uji data hasil pre test dan post test didapat kedua hasil berdistribusi normal. Dari uji homogenitas didapat bahwa sampel penelitian ini berasal dari populasi yang homogen. Setelah uji normalitas dan homogenitas, didapatlah t0 sebesar 3,94. Setelah t0 diketahui, kemudian dikonsultasikan dengan t tabel pada taraf signifikansi 5% dengan df=N-1=32-1=31. Dari df=31 diperoleh taraf signifikansi 5%= 2.04, karena t0 yang diperoleh lebih besar dari t tabel yaitu 3.94 >2.04, maka hipotesis alternatif (Ha)diterima. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Tipe Berpikir Berpasangan Berbagi (Think Pair and Share) berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan menanggapi pembacaan puisi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pahae Julu tahun pembelajaran 2014/2015. Kata kunci : model pembelajaran tipe berpikir berpasangan berbagi, menanggapi pembacaan puisi PENDAHULUAN Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan siswa berkomunikasi berkaitan dengan mengekspresikan kepentingannya, mengungkapkan pendapat, mempengaruhi orang lain, maupun untuk memperkenalkan diri. Dalam pembelajaran di sekolah, ada empat keterampilan berbahasa yang sangat penting untuk diajarkan pada siswa. Keempat keterampilan berbahasa ini
2
haruslah dikuasai siswa secara keseluruhan, sebab memiliki ketergantungan yang sangat erat satu sama lain. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang tertuang di dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa tingkat SMP kelas VII adalah menanggapi cara pembacaan puisi. Dalam hal ini, kemampuan berbicara siswa sangatlah dituntut untuk mencapai keberhasilan kompetensi itu. Jika siswa ingin menanggapi cara pembacaan puisi, maka siswa tersebut harus menguasai keterampilan berbicara dengan baik. Hal ini dikarenakan siswa menyampaikan pendapatnya pada saat menanggapi, sesuai dengan unsur-unsur pembacaan puisi misalnya, pelafalan, intonasi, dan ekspresi pembaca puisi. Namun kenyataan di lapangan sangatlah berbeda dengan apa yang diharapkan, masih banyak siswa yang tidak mampu berbicara dengan menggunakan bahasa yang tepat dan gerak tubuh yang tepat. Banyak siswa yang masih gugup ataupun takut ketika disuruh maju ke depan kelas untuk berbicara. Keterampilan berbicara sebagai salah satu komponen keterampilan berbahasa harus terus menerus dikembangkan. Hal ini disebabkan, berbicara merupakan salah satu bentuk komunikasi terpenting dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh sebab itu keterampilan berbicara ini harus dilatih dan dikuasai oleh siswa, dengan memiliki keterampilan ini siswa dapat lebih bebas menyampaikan gagasan, ilmu dan pemikirannya sebagai wujud sosialisasi individu dalam kehidupan bermasyarakat, salah satunya yaitu dalam bentuk menanggapi cara pembacaan puisi. Meskipun telah disadari bahwa keterampilan berbicara mutlak diperlukan dalam kehidupan modern, namun pada kenyataannya pembelajaran berbicara di sekolah-sekolah masih jauh dari harapan, termasuk pembelajaran menanggapi pembacaan puisi. Rendahnya kemampuan siswa dalam berbicara bersumber dari siswanya atau guru yang menyampaikan pelajaran. Siswa terkadang kesulitan dalam menyampaikan pendapat ataupun ide-ide yang ada di dalam pikirannya. Dalam hal ini dikarenakan guru tidak menggunakan teknik yang tepat atau tidak bervariasi dalam penyampaian materi pelajaran. Hal ini mengakibatkan kegiatan belajar mengajar masih bersifat monoton dan terkesan membosankan, sehingga siswa akan sulit untuk menerima pelajaran. Padahal, penggunaan teknik yang tepat sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam mencapai kompetensi pembelajaran. Seharusnya guru dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa merasa nyaman serta efektif
3
dalam pembelajaran, karena bagaimanapun teknik pembelajaran sangat berpengaruh terhadap pemahaman siswa dan perkembangan prestasinya. Hal ini diperkuat dengan jurnal penelitian Tyasititi dkk, yang berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran Apresiasi Sastra Kelas VII SMP Akselerasi” yang dilaksanakan di SMP Negeri 2 Surakarta. Pada jurnal tersebut Tyasititi dkk mengemukakan bahwa hambatan yang dihadapi dan upaya guru ada empat yaitu (1) keterbatasanwaktu; (2) pemahaman siswa yang berbeda; (3) buku yang berkaitan dengan sastrayang tidak memadai; dan (4) siswa kesulitan siswa mendapatkan ide. Dalam jurnal tersebut peneliti mengemukakan bahwa upaya yang dapat dilakukan adalah dengan (1) memberikan motivasi; (2) melakukan pendekatan antara guru dengan siswa. Dengan demikian, berdasarkan penelitian tersebut seorang guru haruslah mampu menggunakan model pembelajaran yang tepat untuk merangsang kemampuan berpikir siswa. Model pembelajaran merupakan cara guru menyampaikan bahan ajar yang telah disusun. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru bergantung pada kemampuan guru tersebut mencari ide agar proses belajar mengajar menjadi menarik dan berjalan dengan lancar. Model pembelajaran yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap pemahaman siswa dan perkembangan prestasinya. Berdasarkan pengalaman saat melakukan Pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan di SMP Negeri 1 Berastagi, jelas sekali para guru di sekolah masih menggunakan metode lama, yaitu berceramah. Guru hanya menjelaskan unsur-unsur puisi, kemudian guru membaca sebuah puisi. Namun ketika diminta untuk memberikan tanggapan, tidak ada siswa yang berani berkomentar. Semua siswa merasa takut dan merasa bahwa pembacaan puisi guru tersebut sudah sangat tepat. Dalam hal ini guru harusnya membimbing siswa, dan memotivasi siswa agar lebih berani memberikan tanggapan. Siswa bukan hanya sebagai pendengar, namun juga sebagai penyampai informasi. Guru dapat menyuruh siswa untuk membacakan puisi agar siswa di kelas lebih berani memberikan tanggapan. Kemampuan menanggapi pembacaan puisi yaitu suatu keadaan dimana siswa dapat, cakap, atau sanggup menunjukkan reaksi ataupun respon terhadap cara membaca suatu karya sastra puisi. Siswa mampu memberikan tanggapan-tanggapan ataupun kritik terhadap pembaca puisi serta memberitahukan apa yang seharusnya diperbaiki oleh pembaca. Menurut Kosasih (2008:214), seorang pembaca harus memaknai puisi itu secara utuh. Pembaca juga harus memperhatikan lafal, tekanan, dan intonasi dalam menyampaikan puisi 4
sesuai dengan struktur fisik dan struktur batin puisi itu. Oleh karena itu pembaca akan memperagakan peristiwa-peristiwa dalam puisi dengan lakuan tubuh (akting) yang sesuai. Bahkan pembaca akan menggunakan busana yang sesuai dengan peran yang disandangnya. Pembacaan puisi kadang-kadang diiringi pula dengan musik yang sesuai dengan suasana dalam puisi. Untuk menanggapi pembacaan sebuah puisi kita harus mengerti hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam menanggapi pembacaan puisi. Adapun unsur-unsur yang menjadi perhatian yakni: 1) artikulasi (kejelasan ucapan atau pelafalan) Lafal (artikulasi), berkaitan dengan pengucapan kata-kata. Pengucapan kata-kata bahasa Indonesia selama ini kerap dipengaruhi oleh pengucapan bahasa daerah. Hal itu harus dihindari karena akan merusak keindahan puisi yang dibacakan. Pengucapan kata-kata harus tepat dan dijaga kemurniannya dari aksen atau logat daerah tertentu. Artikulasi atau cara pengucapan ini erat kaitannya dengan intonasi atau lagu kalimat. 2) intonasi (lagu kalimat) Intonasi atau lagu kalimat berkaitan dengan ketepatan dalam menentukan keras-lemahnya pengucapan suatu kata. Intonasi dan artikulasi sangat berkaitan dengan irama. Irama merupakan unsur sangat penting dan jiwa dari sebuah puisi. Irama adalah totalitas dari tinggi rendah, keras lembut, dan panjang pendek suara. Irama puisi tercipta dengan melakukan intonasi. Ada 3 jenis intonasi dalam pembacaan puisi,yaitu sebagai berikut: a) Intonasi dinamik, yaitu tekanan pada kata-kata yang dianggap penting. b) Intonasi nada, yaitu tekanan tinggi rendahnya suara. Suara tinggi menggambarkan keriangan, marah, takjub, dan lain sebagainya. Sementara, suara rendah mengungkapkan kesedihan, pasrah, ragu, putus asa, dan lain sebagainya. c) Intonasi tempo, yaitu cepat lambat pengucapan suku kata atau kata. a. Gerak Gerak dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu: 1) mimik (raut muka atau ekspresi) Ekspresi ialah pernyataan perasaan hasil penjiwaan isi puisi. Penjiwaan puisi dapat dilakukan jika pembaca mampu menginterpretasikan makna puisi secara tepat. Apabila penafsiran maknanya keliru, penjiwaannya pasti juga akan tidak mengena. Penjiwaaan isi puisi 5
terungkap lewat mimik (gerak air muka) serta kinesik (gerak anggota badan/tubuh).Ekspresi yang baik harus dilakukan dengan wajar dan tidak berlebihan. 2) gerakan tubuh(gesture) Membaca puisi merupakan bentuk kegiatan mengungkapkan kembali isi puisi. Pengungkapan yang dilakukan oleh pembaca harus sesuai dengan kandungan makna puisi. Oleh sebab itu, agar pembaca mampu mengungkapkan puisi yang dibacanya secara tepat, ia harus memahami puisi tersebut. Hal-hal yang perlu dipahami, antara lain perasaan dan pikiran pengarangnya serta suasana puisi. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal penting dalam pelaksanaan penelitian. Oleh karena itu, baik tidaknya kualitas hasil penelitian sangatlah ditentukan oleh ketepatan dalam memilih metode penelitian. Metode yang tepat memungkinkan terjawabnya masalah penelitian yang tepat pula. Penelitian yang digunakan harus sesuai dengan masalah yang dibahas agar tujuan penelitian dapat tercapai. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran tipe berpikir berpasangan berbagi terhadap kemampuan menanggapi pembacaan puisi pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pahae Julu Tahun Pembelajaran 2014/2015. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan model one group pretest postest design dengan maksud untuk melihat pengaruh dari suatu penelitian.
Dalam
penelitian
ini,
subjek
terdiri
dari
satu
kelompok
yaitu
kelas
eksperimen.Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen (pre-test) dan sesudah (post-test). Dengan desain ini, pengaruh dari eksperimen dapat diketahui pasti karena telah menggunakan tes awal.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian a. Kemampuan Siswa Menanggapi Pembacaan Puisi Sebelum Menggunakan Model Pembelajaran Tipe Berpikir Berpasangan Berbagi (Think Pair and Share) Kemampuan menanggapi pembacaan puisi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pahae Julu sebelum menggunakan model pembelajaran tipe berpikir berpasangan berbagi dengan hasil nilai rata-rata 68,75. Sebanyak 10 siswa memiliki nilai baik atau sekitar 31,25%. Sebanyak 13 siswa memiliki nilai cukup atau sekitar 40,62% dan sebanyak 9 siswa memiliki nilai kurang atau
6
sekitar 28,12%. Pada pertemuan tersebut nilai rata-rata yang didapatkan siswa tergolong tidak tuntas karena tidak mencapai nilai 75 yang sesuai dengan KKM.
b. Kemampuan Siswa Menanggapi Pembacaan Puisi Sesudah Menggunakan Model Pembelajaran Tipe Berpikir Berpasangan Berbagi (Think Pair and Share) Pada pertemuan kedua guru hanya mengingatkan kembali pelajaran sebelumnya tentang menanggapi pembacaan puisi. Pada pertemuan ini guru menggunakan model pembelajaran Tipe Berpikir Berpasangan Berbagi (Think Pair and Share) untuk meningkatkan daya berpikir siswa. Kemampuan siswa dalam menanggapi pembacaan puisi dengan menggunakan model pembelajaran Tipe Berpikir Berpasangan Berbagi (Think Pair and Share) menunjukkan adanya peningkatan. Rata-rata nilai yang diperoleh siswa mencapai 77,34. Sebanyak 10 siswa mendapatkan nilai sangat baik orang atau 31,25%. Sebanyak 11 siswa mendapatkan nilai baik atau 34,37% dan sebanyak 10 siswa mendapatkan nilai cukup atau 34,37%. Nilai tertinggi mencapai 90 dan nilai terendah mencapai 65. Berdasarkan KKM nilai rata-rata siswa termasuk dalam kategori tuntas.
c.
Pengaruh Model Pembelajaran Tipe Berpikir Berpasangan Berbagi (Think Pair and Share) Terhadap Kemampuan Menanggapi Pembacaan Puisi Berdasarkan uji analisis data normalitas yang diperoleh siswa merupakan data yang
berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari uji normalitas pre-test yaitu Lhitung < Ltabel(-0,128 < 0,156) dan uji normalitas post-test yaitu Lhitung < Ltabel(-0,139 < 0,156). Dari uji homogenitas juga terbukti bahwa sampel peneltian ini berasal dari popuasi yang homogen. Nilai uji homogenitas yaitu Fhitung< Ftabel yakni jadi 1,066 < 1,83. Setelah data terbukti normal dan homogen maka uji hipotesis dapat dilakukan. Dalam pembahasan sebelumnya telah diperoleh to = 3,94 maka nilai tersebut akan dikonsultasikan dengan tabel t pada taraf signifikasi 5% dengan df = N-1 = 32 – 1 =31 diperoleh taraf signifikan 5 % sebesar 2,04. Pengujian hipotesis menunjukan bahwa thitung> ttabel (3,94> 2,04). Peningkatan nilai yang diperoleh siswa pada saat pre-test dan post-test menunjukkan bahwa model pembelajaran Tipe Berpikir Berpasangan Berbagi (Think Pair and Share) efektif digunakan dalam pembelajaran menanggapi pembacaan puisi. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain penelitian onegroup pretest post-test design yaitu eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa
7
kelompok pembanding. Dalam desain ini, sebelum perlakukan diberikan terlebih dahulu sampel diberi pretest (tes awal) dan di akhir pembelajaran sampel diberikan post-test (tes akhir). Sampel tersebut diberi pengajaran tentang menanggapi pembacaan puisi menggunakan model pembelajaran tipe berpikir-berpasangan-berbagi.
d. Kemampuan Siswa Menanggapi Pembacaan Puisi Sebelum Menggunakan Model Pembelajaran Tipe Berpikir Berpasangan Berbagi (Think Pair and Share) Kemampuan menanggapi pembacaan puisi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pahae Julu sebelum menggunakan model pembelajaran tipe berpikir berpasangan berbagi dengan hasil nilai rata-rata 68,75. Sebanyak 10 siswa memiliki nilai baik atau sekitar 31,25%. Sebanyak 13 siswa memiliki nilai cukup atau sekitar 40,62% dan sebanyak 9 siswa memiliki nilai kurang atau sekitar 28,12%. Pada pertemuan tersebut nilai rata-rata yang didapatkan siswa tergolong tidak tuntas karena tidak mencapai nilai 75 yang sesuai dengan KKM. Hal ini disebabkan sebelum diadakan perlakuan menggunakan model pembelajaran tipe berpikir-berpasangan-berbagi, guru menjelaskan materi pembelajaran dan hanya memberikan siswa lembar kerja. Siswa diberikan tugas menyampaikan tanggapan terhadap pembacaan puisi temannya, sehingga siswa cenderung pasif dan tidak melakukan interaksi dengan temannya maupun dengan guru. Dalam hal ini guru kurang kreatif dalam meningkatkan daya pikir siswa dan kurang mampu memberikan motivasi ataupun semangat belajar siswa. Siswa mudah bosan dan tidak menyukai proses pembelajaran yang terkesan monoton.
e. Kemampuan Siswa Menanggapi Pembacaan Puisi Sesudah Menggunakan Model Pembelajaran Tipe Berpikir Berpasangan Berbagi (Think Pair and Share) Kemampuan siswa dalam menanggapi pembacaan puisi dengan menggunakan model pembelajaran Tipe Berpikir Berpasangan Berbagi (Think Pair and Share) menunjukkan adanya peningkatan. Rata-rata nilai yang diperoleh siswa mencapai 77,34. Sebanyak 10 siswa mendapatkan nilai sangat baik orang atau 31,25%. Sebanyak 11 siswa mendapatkan nilai baik atau 34,37% dan sebanyak 10 siswa mendapatkan nilai cukup atau 34,37%. Nilai tertinggi mencapai 90 dan nilai terendah mencapai 65. Berdasarkan KKM nilai rata-rata siswa termasuk dalam kategori tuntas. Kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pahae Julu Tahun Pembelajaran 2014/2015 dalam menanggapi pembacaan puisi dengan menggunakan model pembelajaran Tipe Berpikir
8
Berpasangan Berbagi (Think Pair and Share) dalam kategori baik dengan nilai rata-rata 77,34. Hal ini disebabkan pada saat diadakan perlakuan post-test siswa lebih aktif dan menjalin kerjasama dengan temannya. Pada saat proses pembelajaran diadakan dengan menggunakan model pembelajaran tipe berpikir-berpasangan-berbagi guru mampu membangkitkan semangat dan daya kreatif siswa. Jika sebelumnya siswa merasa takut tidak mampu memberikan pendapat yang baik, maka pada saat diadakan perlakuan siswa mampu saling berbagi pendapat dan melengkapi tanggapan yang kurang. Seperti yang kita ketahui bahwa daya nalar dan menyimak setiap siswa berbeda-beda, dengan model pembelajaran ini siswa dapat merasa percaya diri tanpa takut memberikan tanggapan yang salah.
f.
Pengaruh Model Pembelajaran Tipe Berpikir Berpasangan Berbagi (Think Pair and Share) Terhadap Kemampuan Menanggapi Pembacaan Puisi Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Tipe Berpikir
Berpasangan Berbagi (Think Pair and Share) sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan menanggapi pembacaan puisi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pahae Julu, jika dibandingkan dengan sebelum menggunakan model pembelajaran Tipe Berpikir Berpasangan Berbagi (Think Pair and Share). Model pembelajaran ini mampu merangsang daya pikir siswa sehingga lebih kreatif dan mampu bekerja sama dengan temannya. Siswa juga lebih berani memberikan pendapatnya dalam proses pembelajaran karena dapat saling melengkapi pendapatnya dan tidak merasa bosan selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa yang daya nalarnya rendah dapat merasa terbantu dengan adanya teman bekerja sama. Hal ini dapat dilihat berdasarkan uji analisis data normalitas yang diperoleh siswa merupakan data yang berdistribusi normal. Uji normalitas pre-test yaitu Lhitung < Ltabel (-0,128 < 0,156) dan uji normalitas post-test yaitu Lhitung < Ltabel (-0,139 < 0,156). Dari uji homogenitas juga terbukti bahwa sampel peneltian ini berasal dari popuasi yang homogen. Nilai uji homogenitas yaitu Fhitung< Ftabel yakni jadi 1,066 < 1,83. Setelah data terbukti normal dan homogen maka uji hipotesis dapat dilakukan. Dalam pembahasan sebelumnya telah diperoleh to = 3,94 maka nilai tersebut akan dikonsultasikan dengan tabel t pada taraf signifikasi 5% dengan df = N-1 = 32 – 1 =31 diperoleh taraf signifikan 5 % sebesar 2,04. Pengujian hipotesis menunjukan bahwa thitung> ttabel (3,94> 2,04). Hasil penelitian ini diperkuat oleh Trianto (2011:81), “Model Think-Pair-Share (TPS) atau berpikir berpasangan dan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang 9
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.” Model pembelajaran berpikir-berpasangan-berbagi adalah salah satu model pembelajaran yang memberi kesempatan pada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi kepada orang lain. Model pembelajaran berpikir-berpasangan-berbagi tergolong tipe kooperatif. Guru menyajikan materi, memberikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think pair), presentasi kelompok (share). Model pembelajaran tipe berpikir-berpasangan-berbagi digunakan untuk mengajarkan isi akademik atau mengecek pemahaman siswa terhadap isi materi tertentu. Guru menciptakan interaksi yang dapat mendorong rasa ingin tahu, ingin mencoba, bersikap mandiri, dan ingin maju. Guru memberikan informasi yang mendasar sebagai pondasi bagi siswa untuk mencari dan menemukan sendiri informasi yang lainnya. Guru menjelaskan materi dengan mengaitkan pengalaman atau pengetahuan anak didik sehingga memudahkan mereka menanggapi dan memahami pengalaman yang baru dan bahkan membuat anak didik memusatkan perhatian. Oleh karena itu, seorang guru sangat perlu memperhatikan pengalaman dan pengetahuan anak didik yang didapatinya dalam kehidupan sehari-hari.
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada pembahasan dapat diambil kesimpulan kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pahae Julu dalam menanggapi pembacaan puisi tanpa menggunakan model pembelajaran Tipe Berpikir Berpasangan Berbagi (Think Pair and Share) dalam kategori cukup dengan nilai rata-rata 68,75. Hal ini disebabkan sebelum diadakan perlakuan menggunakan model pembelajaran tipe berpikir-berpasanganberbagi, guru kurang kreatif dalam meningkatkan daya pikir siswa dan kurang mampu memberikan motivasi ataupun semangat belajar siswa. Siswa mudah bosan dan tidak menyukai proses pembelajaran yang terkesan monoton. Kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pahae Julu dalam menanggapi pembacaan puisi dengan menggunakan model pembelajaran Tipe Berpikir Berpasangan Berbagi (Think Pair and Share) dalam kategori baik dengan nilai rata-rata 77,34. Hal ini disebabkan pada saat diadakan perlakuan post-test siswa lebih aktif dan menjalin kerjasama dengan temannya. Pada saat proses pembelajaran diadakan dengan menggunakan model pembelajaran tipe berpikirberpasangan-berbagi guru mampu membangkitkan semangat dan daya kreatif siswa. Jika 10
sebelumnya siswa merasa takut tidak mampu memberikan pendapat yang baik, maka pada saat diadakan perlakuan siswa mampu saling berbagi pendapat dan melengkapi tanggapan yang kurang. Seperti yang kita ketahui bahwa daya nalar dan menyimak setiap siswa berbeda-beda, dengan model pembelajaran ini siswa dapat merasa percaya diri tanpa takut memberikan tanggapan yang salah. Sehingga hasil pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Tipe Berpikir Berpasangan Berbagi (Think Pair and Share) sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan menanggapi pembacaan puisi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pahae Julu, jika dibandingkan dengan sebelum menggunakan model pembelajaran Tipe Berpikir Berpasangan Berbagi (Think Pair and Share). Model pembelajaran ini mampu merangsang daya pikir siswa sehingga lebih kreatif dan mampu bekerja sama dengan temannya. Siswa juga lebih berani memberikan pendapatnya dalam proses pembelajaran karena dapat saling melengkapi pendapatnya dan tidak merasa bosan selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa yang daya nalarnya rendah dapat merasa terbantu dengan adanya teman bekerja sama.
DAFTAR PUSTAKA Depdikbud . 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :Balai Pustaka Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif: Referensi Guru Dalam Menentukan Model Pembelajaran. Medan:Media Persada Kosasih.2003. Ketatabahasaan dan Kesusastraan Bahasa Indonesia. Bandung: CV. Yrama Widya Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta
Tarigan. 2007. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Jurnal Munthe, Febria. 2013. Skripsi “Pengaruh Model Pembelajaran ‘Berpikir-Berpasangan-Berbagi’ Terhadap Kemampuan Menemukan Pokok-Pokok Berita Oleh Siswa Kelas VIII SMP Swasta GBKP Kabanjahe Tahun Pembelajaran 2013/2014. Medan: Unimed Tyasititi, dkk. BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya. Volume I Nomor 3, April 2014, ISSN I2302-6405. Universitas Sebelas Maret 11