PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR (Suatu Studi Kualitatif Pada Sekolah Dasar Negeri Percontohan Gurntur 03 Pagi Jakarta Selatan) Oleh : Sarifah Hanum Abstrak Pembelajaran Agama Islam bukan hanya diberikan dengan metode yang memberikan anak hafal tentang nilai-nilai agama Islam melainkan hendaknya lebih dari itu, yakni memberikan kesempatan kepada anak agar mampu memahami nilai-nilai yang terkandung dalam agama Islam. Dengan demikian berarti bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam tidak diberikan dengan metode ceramah saja namun hendaknya diberikan dengan metode yang memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan praktek, mengingat materi yang dipelajari di dalam Pendidikan Agama Islam bukan yang hanya terkait dengan sejarah agama Islam, akhlak, muamalah, namun perlu dipelajari pula tentang ibadah sebagai dasar untuk berprilaku. Hal ini tentunya harus pula dilakukan pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diberikan di kelas III, mengingat pada kelas ini merupakan kelas terakhir dari kelas awal SD, sehingga siswa memiliki kesiapan untuk mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada kelas tinggi. Kata Kunci : Pembelajaran Agama Islam, Metode pembelajaran.
A. PENDAHULUAN Bangsa Indonesia dengan penduduk sebagian besar beragama Islam, tentunya penyimpanganpenyimpangan nilai agama pada tatanan masyarakat menjadi masukan untuk segera dilakukan pembenahan pada Pendidikan Agama Islam baik pada pendidikan informal, formal, maupun non formal. Sekolah Dasar (SD) sebagai salah satu lembaga pendidikan formal merupakan lembaga yang memberikan fondasi pendidikan sehingga diharapkan mampu menghasilkan manusia-manusia yang berpotensi sebagai pembaharu bangsa. Oleh sebab itu, Pendidikan Agama Islam pada pendidikan di Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu pendidikan yang harus secara terus menerus ditingkatkan sehingga mampu melahirkan siswasiswa sd yang memiliki moralitas
tinggi. Hal ini berarti Pendidikan Agama Islam yang diberikan pada pendidikan di Sekolah Dasar tentunya ditekankan pada pembentukan tingkah laku yang menerapkan nilai-nilai agama Islam. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas III SD khususnya di SDN Percontohan Guntur 03 Pagi Jakarta Selatan. Penelitian ini akan mengkaji tentang pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilakukan di sekolah tersebut dengan harapan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam upaya meningkatkan khususnya mutu Pendidikan Agama Islam dan mutu pendidikan pada umumnya sehingga dapat mewujudkan manusia-manusia yang mampu menjadi pembaharu bangsa. 1
B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka Rumusan masalah dalam penelitian ini yang akan dicari jawabannya yaitu : ”Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas III Sekolah Dasar (SD) ?”
C. KAJIAN TEORI 1. Hakikat Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pembelajaran menurut Gagne, Briggs and Wager (1992) merupakan suatu rencana yang terorganisasi untuk mengembangkan optimalisasi hasil belajar. Rencana yang terorganisasi ini merupakan hasil pengelolaan baik guru, perancang materi, maupun spesialis kurikulum. Menurut pendapat ini, dalam pembelajaran terdapat tiga aspek penting, yakni rencana, proses dan tujuan pembelajaran. Menurut pendapat Miarso (1983), pembelajaran identik dengan mengajar, yakni merupakan suatu rangkaian kegiatan yang diberikan oleh orang dengan profesi sebagai pengajar. Dalam upaya melaksanakan pembelajaran, terdapat empat strategi dasar dalam belajar mengajar, yang meliputi : (1) mengidentifikasi serta menetapkan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan, (2) memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat, (3) memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif, sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan belajar
mengajar, dan (4) menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman oleh guru dalam melaksanakan evaluasi kegiatan belajar mengajar. Adapun tugas guru agama berbeda dengan guru-guru bidang studi lainnya. Menurut Daradjat (1995), guru agama selain melaksanakan tugas pengajaran, yaitu memberitahukan pengetahuan, juga melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik, membantu pembentukan kepribadian, pembinaan akhlak, selain menumbuhkan dan mengembangkan keimanan dan ketakwaan peserta didik. Mengingat kompleksnya tugas guru agama, maka kompetensi yang harus dimiliki seorang guru agama bukan hanya kompetensi kognitif, namun benar-benar diperlukan kompetensi afektif dan psikomotor sehingga mampu membentuk pribadi siswa sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Proses pembelajaran yang memperhatikan perkembangan dan kebutuhan siswa sebagai subyek belajar, dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan sebagaimana ditetapkan sehingga hasil belajarnya optimal. Berbicara tentang tujuan pembelajaran, dalam hal ini Reiglluth (1987) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran untuk memberikan rancangan awal kepada guru atau pelatih supaya dapat membuat pembelajaran yang akan dilakukan lebih efektif dan menarik. Dengan demikian pembelajaran merupakan suatu rancangan proses belajar mengajar agar tujuan yang ditetapkan tercapai secara efektif. Adapun mengenai tujuan dan materi pembelajaran khususnya pembelajaran di Sekolah Dasar,
2
terdapat dalam “Kurikulum Pendidikan Dasar”, Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Sekolah Dasar, yang didalamnya telah tercantum mulai dari pengertian, fungsi,tujuan, ruang lingkup, dan rambu-rambu yang berisi : (1) pendekatan, (2) kemampuan dasar siswa lulusan Sekolah Dasar, (3) alokasi waktu, dan (4) pola pembinaan Pendidikan Agama Islam terpadu. Berdasarkan uraian tersebut, jelaslah bahwa apayang menjadi tuntutan dalam Pendidikan Agama Islam sudah lengkap, hanya yang perlu diperhatikan bagaimana pelaksanaannya di setiap kelas Sekolah Dasar. Pada pembelajaran agama, perlunya menggunakan metode pembelajaran dapat dicermati dari hadist Rasulullah SAW, yang terjemahannya “suruhlah anakmu mengerjakan shalat pada umur 7 tahun dan pukullah mereka agar mau mengerjakan shalat pada umur 10 tahun”. Pada hadist tersebut, kata “pukullah” mengindikasikan adanya cara lain agar anak mau mengerjakan shalat selain dengan menyuruh. Hal ini tentunya dilakukan apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, yakni anak tidak mau mengerjakan shalat. Hadist tersebut menunjukkan bahwa di dalam pembelajaran agama pun hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan sesuai dengan perkembangan anak. Rangkaian kegiatan pembelajaran, menurut Dick and Carey (1985) meliputi langkah-langkah: (1) aktivitas sebelum pembelajaran (pre instructional activities), (2) penyampaian informasi (information presentation), (3) partisipasi siswa (student participation), (4) pelaksanaan tes (testing), dan (5) tindak lanjut (follow through). Menurut pendapat tersebut diatas
diungkapkan bahwa kegiatan pembelajaran diawali dengan adanya aktivitas sebelum pembelajaran, aktivitas dalam menyampaikan informasi dalam hal ini materi pembelajaran, adanya partisipasi siswa, adanya pelaksanaan tes, dan diakhiri dengan pemberian tindak lanjut. Apabila dicermati, maka kegiatan ini meliputi tiga rangkaian, yakni persiapan, pelaksanaan, dan kegiatan akhir. Berdasarkan pendapatpendapat tersebut diatas, maka yang dimaksud dengan pembelajaran dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan mulai dari perencanaan, kegiatan belajar mengajar hingga tindak lanjut dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Untuk melaksanakan pembelajaran dengan baik, maka diperlukan strategi pembelajaran yang meliputi tujuan, prosedur, metode, teknik, pendekatan, normanorma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria standar keberhasilan, proses dan evaluasi pembelajaran. 2. Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat di semua jenjang pendidikan sekolah sejak Taman Kanak-kanak sampai dengan Perguruan Tinggi. Isi Pendidikan Agama Islam berada pada tataran teknis operasional yang memuat aspek-aspek terbatas dari isi Pendidikan Agama Islam. Adapun isi Pendidikan Agama Islam memiliki sejumlah karateristik yang digali dari Al-Qur’an dan Sunah Rasulullah SAW sebagai sumber ajaran Islam. Isi pertama Pendidikan Agama Islam berkaitan dengan sebuah tujuan besar, yakni beriman kepada Allah
3
serta menjalin hubungan, individu, masyarakat dan umat dengan AlKhalik sehingga kehidupan menjadi bertujuan dan memiiki orientasi yang jelas di jalan yang benar menuju ridho Allah. Isi Pendidikan Agama Islam selanjutnya ialah amal saleh, mencakup materi saling mengingatkan, agar mentaati kebenaran, serta kesabaran. Uraian ini mengungkapkan bahwa Pendidikan Agama Islam selain berkaitan dengan tujuan besar, yakni beriman kepada Allah dan menjalin hubungan, individu, masyarakat dan umat dengan Al-Khalik juga mencakup amal saleh dan pendidikan sosial. Isi Pendidikan Agama Islam tersebut senada dikemukakan Yusuf (2001) , bahwa ada empat hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan, yaitu : (1) transfer nilai, (2) pembaharuan dan pendidikan, (3) pembentukan kepribadian, (4) terjaminnya ekstensi suatu nilai. Batasan Pendidikan Agama Islam ini merupakan usaha atau kegiatan untuk membuat anak didik berkepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam, terutama Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, sehingga ajaran itu terwujud pada sikap dan prilakunya, demi terjaminnya kesinambungan ajaran Islam. Berdasarkan pendapat ini diungkapkan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan upaya untuk membuat anak didik berkepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam, yakni sesuai dengan AlQur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Hal ini berarti pendidikan berkaitan dengan transfer nilai, pembaharuan, perbaikan, pembentukan kepribadian sehingga terjaminnya eksistensi suatu nilai yang harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendapat lain dikemukakan Daradjat (1995), bahwa Pendidikan Agama Islam berusaha untuk melatih manusia untuk memikirkan segala sesuatu dan memeriksa bagianbagiannya serta memahami apa yang dikatakan kepadanya, lalu memikirkannya serta tidak menerimanya tanpa bukti. Menurut pendapat ini, pendidikan Agama Islam mengajak orang untuk membuka pikirannya, dengan arti bahwa ia terdidik untuk hidup di dalam masanya, dan di dalam semua masa. Artinya, tidak berfikir kaku, statis, fanatik atau mendua. Oleh sebab itu konsep Pendidikan Agama Islam mencakup kehidupan manusia seutuhnya. Pendidikan Agama Islam tidak hanya memperhatikan segi ibadah saja, tidak pula akhlak saja, melainkan jauh lebih luas dan lebih dalam. Untuk mewujudkan isi Pendidikan Agama Islam, menurut Departemen Agama RI, sifat bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam pada garis besarnya mencakup : (1) keimanan, (2) ibadah, (3) Al-Qur’an, (4) akhlak, (5) muamalah, (6) syari’ah, dan (7) tarikh. Pada tingkat Sekolah Dasar tekanan diberikan pada empat unsur pokok, yakni : (1) keimanan, (2) ibadah, (3) Al-Qur’an, dan (4) akhlak. Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas, maka yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam adalah suatu bidang studi yang bertujuan untuk membina manusia agar menjadi hamba Allah yang shaleh dengan seluruh aspek kehdupannya, perbuatan, pikiran dan perasaannya. Adapun Pendidikan Agama Islam yang diberikan di kelas III Sekolah Dasar berisi tentang iman kepada Allah SWT, azan dan aqidah, shalat berjamaah, ketentuan shalat
4
dan, serta pengenaan huruf dan tanda baca Al-Qur’an. 3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas III Sekolah Dasar Mengingat kompleksnya tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya di kelas III Sekolah Dasar, maka proses pembelajaran ini hendaknya benar-benar dilaksanakan dengan memperhatikan karakteristik siswa sebagai pelajar. Pembelajaran ini dengan menitikberatkan pada pendidikan keimanan, amaliah, ilmiah, akhlak, dan sosial. Pendidikan keimanan diberikan sehingga siswa memiliki pemahaman yang kuat tentang hubungan hamba dan AlKhalik sehingga dengan memiliki hubungan ini diharapkan kehidupan individu akan bermakna, perbuatannya akan bertujuan, dorongannya untuk belajar dan beramal akan tumbuh, akhlaknya menjadi mulia, dan jiwanya menjadi bersih. Untuk itu, pendidikan ini dapat diproses melalui sentuhan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an yang berisi berbagai pengetahuan. Selain itu, dapat pula melalui ibadah-ibadah praktis yang difardukan dan akhlak sosial yang dilaksanakan individu di dalam masyarakat Islam. Pendidikan amaliah diberikan mengingat amaliah sangat bermanfaat bagi kehidupan di dunia yang berupa kebaikan dan kebahagiaan bagi individu dan masyarakat. Oleh sebab itu, pendidikan ini diberikan dengan mengupayakan perubahan dan pengembangan tingkah laku individu menuju yang lebih baik. Pendidikan ilmiah diberikan dengan tujuan awal menumbuhkan ketrampilan membaca dan menulis Al-Qur’an. Pendidikan ini
dilanjutkan dengan pemberian pengetahuan kemanusiaan yang dimulai dengan pengetahuan jiwa manusia hingga lingkungan sosial sepanjang masa dan setiap tempat, kemudian pengetahuan tentang lingkungan fisik dan fenomenafenomena alam. Pendidikan akhlak diberikan mengingat akhlak merupakan buah Islam yang bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan serta membuat hidup dan kehidupan menjadi baik. Pendidikan akhlak tersimpul dalam prinsip “berpegang pada kebaikan dan kebajikan serta menjauhi keburukan dan kemungkaran”. Pendidikan ini berhubungan erat dengan upaya mewujudkan tujuan besar Islam, yakni ketakwaan, ketundukan, dan beribadah kepada Allah. Mengingat pentingnya pendidikan ini bagi pembentukan manusia seutuhnya, maka pendidikan ini mencakup aspek kejiwaan yang diberikan melalui pembelajaran dan pelatihan sesuai dengan kemampuan, potensi dan struktur psikis individu. Pendidikan sosial diberikan dengan maksud menanamkan orientasi dan kebiasaan sosial positif yang mendatangkan kebahagiaan bagi individu, kekokohan keluarga, kepedulian sosial antar anggota masyarakat, dan kesejahteraan manusia. Oleh sebab itu, pendidikan sosial diberikan dengan pengembangan mental individu dari aspek inisiatif dan tanggung jawab individual yang merupakan dasar tanggung jawab secara kelompok dimana setiap individu bertanggung jawab terhadap yang lain. Mengingat bahan/materi yang diberikan pada Pendidikan Agama Islam sarat dengan nilai-nilai bagi pembentukan pribadi muslim, maka
5
apabila bahan/materi ini disajikan dengan cara yang kurang tepat, seperti siswa hanya disuruh menghapal secara verbal, tidak mustahil akan timbul pada diri siswa rasa tidak senang terhadap Pendidikan Agama Islam. Akibatnya siswa dapat membenci ajaran Agama Islam. Untuk itu diperlukan suatu strategi pembelajaran yang benarbenar sesuai baik dengan karakteristik anak maupun kebutuhan anak. Salah satu strategi yang digunakan adalah penerapan konsep DAP (Deveopmentally Appropriate Practice), yakni suatu pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan anak. Konsep DAP sebagaimana dikemukakan Bredekamp berpijak pada dua kesesuaian, yakni kesesuaian dengan usia dan individu anak. Kesesuaian dengan usia memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak secara sekuensial yang sifatnya universal sehingga perubahan terjadi pada setiap asek perkembangan baik fisik, emosi, sosial maupun kognitif. Kesesuaian individu berarti setiap anak memiliki karakteristik yang unik dan khas dalam cara berinteraksi dengan lingkungan, cara belajar dan lama belajar. Juga setiap anak mempunyai latar belakang keluarga yang berbeda satu sama lainnya. Perbedaan-perbedaan individual ini berpengaruh pada cara siswa belajar sehingga perlu adanya perhatian dan selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam merancang program kegiatan belajar. Rancangan program kegiatan belajar ini didasarkan pada bagaimana anak dapat berinteraksi dengan lingkungan melalui teman sebaya, orang dewasa, maupun dengan benda-benda yang ada di lingkungannya. Hal ini disebabkan
melalui pikiran dan pengalaman, anak belajar berinteraksi dengan teman sebaya, orang dewasa, maupun dengan benda-benda yang terdapat di lingkungannya. Pengalaman-pengalaman anak sebagai hasil interaktif dengan lingkungan hendaknya sesuai dengan tingkat perkembangan, kemampuan, minat, dan kebutuhan anak. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diungkapkan bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam terdiri dari Pendidikan keimanan, ilmiah, amaliah, akhlak dan sosial. Untuk itu, dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam diperlukan berbagai pendekatan Pendekatanpendekatan yang dapat digunakan diantaranya pendekatan pengalaman, pendekatan pembiasaan, pendekatan emosional, pendekatan rasional, dan pendekatan fungsional.
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Motivasi merupakan faktor pertama yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam, mengingat faktor ini akan menjadi pendorong semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Sesuai dengan pendapat Woolfolk bahwa motivasi merupakan pemasok daya yang mendorong tingkah laku untuk mencapai tujuan. Ketiga faktor lainnya, dipengaruhi oleh faktor yang datang dari luar diri anak, yaitu lingkungan, orangtua, dan guru. Menurut Daradjat (1995), mengingat anak-anak pada usia Sekolah Dasar berada dalam taraf perkembangan segala aspek
6
(dimensi) pribadinya (agama, akhlak, pikiran, perasaan, rasa keindahan dan kemasyarakatan), maka pengaruh luar cukup besar. Oleh sebab itu, segala hal yang mempunyai pengaruh kurang baik terhadap anak perlu dijauhkan, karena kemampuannya untuk memilih mana yang baik dan berguna bagi dirinya, masih sangat lemah. Mengingat banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran khususnya dalam Pendidikan Agama Islam, maka upaya untuk mengoptimalkan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam tentunya perlu dicarikan suatu strategi yang efektif sehingga anak secara optimal dapat berkembang menjadi manusia seutuhnya sesuai tujuan Pendidikan Agama Islam. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar, diantaranya adalah faktor yang berasal dari diri sendiri (faktor intern) maupun faktor-faktor yang datang dari luar diri sendiri (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari diri sendiri (faktor intern) diantaranya adalah faktor perkembangan dan pertumbuhan anak. Adapun faktor-faktor yang berasal dari luar diri sendiri (faktor ekstern) diantaranya faktor keluarga, sekolah, maupun lingkungan. 5. Hakikat Proses Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Pada pembelajaran baca tulis Al-Qur’an di kelas III Sekolah Dasar, diberikan dengan tujuan sebagaimana pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada umumnya, yakni lebih ditekankan pada upaya memahami makna-
makna yang terkandung dalam AlQur’an sehingga terbentuk prilaku yang dapat mengamalkan ajaranajaran yang terkandung dalam Agama Islam. Untuk itu, strategi pembelajaran yang digunakan tentunya diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian, pembelajaran baca tulis Al-Qur’an bukan sekedar menjadikan siswa mampu membaca dan menulis AlQur’an namun lebih dari itu, yakni mampu memahami makna-makna yang terkandung dalam ayat-ayat AlQur’an sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam berprilaku baik di dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Berdasarkan paparan tersebut, maka dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an di kelas III Sekolah Dasar adalah pembelajaran yang diberikan kepada siswa kelas III Sekolah Dasar dengan memberikan kesempatan kepada siswa selain mempelajari cara membaca dan menulis Al-Qur’an juga memahami makna-makna yang terkandung dalam Al-Qur’an. Pembelajaran ini diberikan dengan menerapkan metode-metode pengkajian Al-Qur’an dengan memperhatikan karakteristik metode tersebut dengan karakteristik perkembangan siswa kelas III Sekolah Dasar sehingga mampu menghasilkan siswa-siswa yang selain mampu membaca dan menulis Al-Qur’an juga mampu menerapkan ajaran-ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an tersebut. 6. Hakikat Siswa Kelas III Sekolah Dasar Perkembangan kognitif siswa kelas awal Sekolah Dasar menurut Piaget dalam Wadswort (1984) berada pada tahap operasional
7
konkrit (7-11 tahun). Selama tahap ini siswa mulai berfikir logis. Ciri utama kemampuan berfikir logis adalah mampu memecahkan masalahmasalah nyata (konkrit) yang sederhana. Perkembangan afektif pada siswa kelas awal Sekolah Dasar berkaitan dengan emosi, tata nilai, moralitas, dan perasaan. Pada tahap operasional konkrit, perkembangan afektif yang paling utama adalah tumbuhnya “keinginan” untuk berinteraksi dengan kawan (melakukan kerja sama). Berdasarkan paparan tersebut dapat diungkapkan bahwa siswa kelas III Sekolah Dasar berkisar antara usia 9 hingga 10 tahun. Oleh sebab itu perkembangan anak pada rentang usia ini memiliki karakteristik sama dengan anak rentang usia 6 hingga 10 tahun. Dengan demikian dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan siswa kelas III Sekolah Dasar adalah siswa dengan rentang usia 9 hingga 10 tahun. Pada usia ini terjadi perkembangan kognitif yang menghebat, yakni sudah mulai berfikir logis (mampu memecahkan masalah-masalah konkrit yang sederhana) dan sistematis, mampu mengkonservasi, mulai menyadari bahwa pikiran oranglain tidak selalu sama dengan pikirannya, telah mampu membeda-bedakan sifat dan mengenal bagian-bagiannya, walaupun hubungan antara bagian itu belum tampak seluruhnya, dan mengenal hubungan waktu, tempat dan sebab akibat. Perkembangan afektif yang terjadi pada masa ini, ditandai dengan tumbuhnya keinginan untuk berinteraksi dengan kawan (melakukan kerja sama), memperoleh sistem nilai dalam kehidupannya, dan mempelajari dasar-dasar untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosial. Pada masa ini, anak menumbuhkan dan memperkembangkan ketrampilanketrampilan dasar sebagai dasardasar untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial.
D. METODOLOGI PENELITIAN 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif khususnya paradigm naturalistik. Melalui penggunaan metode ini, kebutuhan utama dalam penelitian adalah menemukan fakta-fakta empiris secara langsung di lapangan. Penggunaan metode kualitatif sesuai dengan pengertian metode kualitatif sebagaimana dikemukakan Bodgan and Taylor (1975), bahwa metode kualitatif merupakan suatu cara dalam penelitian yang menghasilkan data deskriptif yakni berupaya menghasilkan tulisan atau perkataan yang diucapkan serta mengamati prilaku. Metode kualitatif dalam penelitian ini digunaan untuk mendeskripsikan tentang focus penelitian, yakni (1) pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas III SD, (2) faktor-faktor yang menghambat pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas III SD, dan (3) baca tulis Al-Qur’an pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas III SD. 2. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang berkaitan dengan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar. Fokus penelitian meliputi langkah-langkah yang ditetapkan guru dalam melaksanakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, metode
8
yang dikembangkan oleh guru, kegiatan-kegiatan yang mengarah pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam, kegiatan-kegiatan yang dapat menarik minat anak terhadap Pendidikan Agama Islam, pembelajaran baca tulis Al-Qur’an, serta hambatan-hambatan yang dialami dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas III Sekolah Dasar catur wulan 3 tahun ajaran 2001/2002, guru Pendidikan Agama Islam, serta responden tertentu yang dianggap penting sebagai sumber informasi seperti kepala sekolah. Selain itu, data tambahan diperoleh dari Satuan Pelajaran (Satpel). 3. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data penelitian dilakukan sebagai berikut : (1) peneliti mengadakan pendekatan dengan Kepala Sekolah Dasar Negeri Percontohan Guntur 03 Jakarta Selatan untuk memperoleh izin untuk kegiatan penelitian, (2) menghubungi guru PAI untuk kegiatan penelitian, dan (3) mengumpulkan data dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Selama penelitian, peneliti mengadakan hubungan keakraban dengan subyek penelitian. Dalam mengumpulkan data sebagaimana yang diperlukan, peneliti hadir secara langsung dalam kegiatan pembelajaran yang diikuti subyek pada latar penelitian. Keikutsertaan peneliti dalam kegiatan ini dikategorikan pada tingkat “peran serta aktif peneliti sebagai pengamat”. a. Observasi (Pengamatan) Observasi (pengamatan) dilakukan selama proses pembelajaran, yakni setiap hari Senin
mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 09.00 WIB. Pengamatan dilakukan dimulai pada bulan April hingga Juni 2003. Adapun objek yang diamati adalah : (1) proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dikelas III Sekolah Dasar, (2) faktor-faktor apa yang menghambat proses pebelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas III Sekolah Dasar, dan (3) proses pembelajaran baca tulis Al-Qur’an pada siswa kelas III Sekolah Dasar. b. Wawancara Maksud dilakukannya wawancara dalam penelitian ini adalah untuk melengkapi dan memperdalam hasil pengamatan. Adapun alat yang digunakan pada saat melakukan wawncara adalah tape recorder. Wawancara dilakukan untuk mengetahui secara mendalam dan mengkaji apa yang menjadi fokus bahasan dalam rumusan masalah serta mencari kemungkinan apa yang belum dirumuskan melalui pengamatan. Wawancara yang dilakukan adalah bentuk : (1) terstruktur dengan menggunakan pedoman wawancara, dimana pelaksanaannya sangat terikat pada pedoman yang telah ada, dan (2) bebas, dalam hal ini wawancara dilakukan dengan cara penguasaan pokok persoalan oleh peneliti tanpa daftar pertanyaan. c. Dokumentasi Analisis dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan tambahan kelengkapan data tentang fokus yang diteliti maupun tentang latar penelitian sehingga peneliti mendapatkan data selengkap mungkin. Untuk itu, analisis dilakukan terhadap dokumen-dokumen yang relevan, seperti tentang Satuan
9
Pelajaran (Satpel), program kegiatan sekolah, sarana dan prasarana, dan sumber daya manusia. d. Analisa Data Analisa dalam penelitian ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan fokus penelitian. Setelah data yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan dianalisis secara induktif, langkah berikutnya adalah merumuskan makna atas dasar analisis domain, mengadakan pengamatan terfokus, analisis taksonomi, membuat pengamatan terpilih, analisis komponen, hingga tahapan selanjutnya analisis tema. e. Pengecekan Keabsahan Data Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Menurut Moleong (1995), pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : 1. Perpanjangan Waktu Keikutsertaan Pelaksanaan pengumpulan data direncanakan 12 kali pertemuan. Namun mengingat selama jangka waktu tersebut pengumpulan data dirasakan belum tuntas, maka selanjutnya diperpanjang menjadi 16 kali pertemuan. Hal ini dilakukan dengan memberikan waktu tambahan di luar jam pelajaran terjadwal dengan maksud agar data tentang pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diperoleh dari pengamatan bukan merupakan data yang kebetulan muncul, melainkan merupakan data yang selalu dilakukan guru dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
2. Ketekunan Pengamatan Kegiatan ini dilakukan pada saat mengadakan pengamatan lapangan sehingga dapat menemukan ciri-ciri maupun unsurunsur dalam situasi yang relevan dengan masalah atau isu yang dibutuhkan. Hal ini dilakukan dengan memusatkan diri pada hal-hal tertentu secara teliti, rinci dan berkesinambungan terhadap faktorfaktor yang menonjol. Mengingat keterbatasan yang ada pada diri peneliti, maka agar dapat mengamati secara detail apa yang terjadi di lapangan, selain peneliti berperan serta dengan menulis hal-hal yang dianggap penting sebagai bahan untuk membuat deskripsi lapangan secara menyeluruh, juga dibantu oleh media lain antara lain camera, tape recorder, dan VCD. 3. Triangulasi Triangulasi yang dilakukan dalam melakukan pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini, yakni triangulasi dengan sumber data. Hal ini dilakukan dengan membandingkan apa yang dikatakan informan dengan pendapat orang lain. Dengan cara ini peneliti membandingkan antara data yang diperoleh dari sumber data yang sama, tetapi metode yang digunakan berbeda, yaitu membandingkan antara data dari hasil pengamatan pada subjek penelitian dan hasil wawancara dengan subjek penelitian. 4. Auditing Auditing dilakukan dengan mempertimbangkan pendapat sebagaimana dikemukakan Harper yang dikutip Moleong (1995), yakni : (1) pra-entri, (2) penetapan yang dapat diaudit, (3) persetujuan antara auditor dan auditi, (4) penetapan
10
keabsahan, dan (5) menutup auditing. Kegiatan pra-entri yang dilakukan pada pengecekan keabsahan data, yakni mengadakan pertemuan awal dengan auditor (dalam hal ini dosen pembimbing) sebagai orang yang berpotensi melakukan auditing sebelum melakukan pengumpulan data. 5. Deskripsi Latar Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Percontohan Guntur 03 Pagi Jakarta Selatan, yang terletak di Jalan Halimun Jakarta Selatan. Sekolah ini berdekatan dengan PGTK FIP Universitas Negeri Jakarta. Kondisi bangunan sekolah ini berbentuk huruf “U”, yang terdiri dari dua lantai. SD Negeri Percontohan Guntur 03 Pagi menempati lantai I, sedangkan lantai II digunakan untuk SD Negeri Guntur 04 Pagi Jakarta Selatan. Sekolah ini memiliki enam ruang kelas yang digunakan untuk ruang belajar, dan enam ruang digunakan untuk kantor kepala sekolah, ruang dewan guru, ruang UKS, ruang perpustakaan, ruang laboratorium dan ruang kantin/koperasi. Selain ruang-ruang tersebut, sekolah ini juga memiliki mushalla, bersebelahan dengan kantin/koperasi sekolah. Sekolah ini juga memiliki tempat parkir yang luas. Guru SD Negeri Percontohan Guntur 03 Pagi Jakarta Selatan berjumlah 14 orang, yakni: satu orang kepala sekolah dan 13 orang guru. Sekolah ini juga memiliki 1 orang pesuruh. Dari 13 orang guru, 1 orang bertugas sebagai guru Bantu yang bertugas mengajar bahasa Inggris. 1 orang bertugas sebagai guru KTK, 1 orang guru qasidah, 1 orang guru bertugas sebagai guru tari, sedangkan dari 9 orang guru lainnya, 6 orang bertugas sebagai guru kelas,
1 orang bertugas sebagai guru agama Kristen, dan satu orang bertugas sebagai guru olahraga. Spesifikasi pendidikan guru-guru tersebut adalah sebagai berikut: berpendidikan S1 sebanyak 3 orang, Diploma Dua (D2) sebanyak 6 orang, dan SPG sebanyak 1 orang. Adapun guru tari dan qasidah, mereka sedang menempuh pendidikan sarjana.
E. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Pembahasan ini dilakukan agar dapat memaparkan hasil temuan sehingga menjadi teori substantif. Pembahasan meliputi : (1) proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas III Sekolah Dasar, (2) faktor-faktor yang menghambat proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas III Sekolah Dasar, dan (3) proses pembelajaran baca tulis AlQur’an pada siswa kelas III Sekolah Dasar. 1. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap catatan lapangan, catatan wawancara dan, dokumen yang dilanjutkan dengan analisis domain, pengamatan terfokus, analisis taksonomi sehingga menghasilkan tema-tema temuan penelitian, maka proses pembelajaran pendidikan Agama Islam pada siswa kelas III SD Negeri Percontohan Guntur 03 Pagi Jakarta Selatan dilaksanakan dalam tiga kegiatan, yakni kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
11
2. Faktor-faktor Yang Menghambat Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap catatan lapangan, domain, taksonomi, dan tema diperoleh bahwa faktor-faktor yang menghambat proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri anak, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri anak. Faktor-faktor internal yang muncul pada anak diantaranya adalah: (1) kurang disiplin, (2) malas belajar, dan (3) gangguan fisik. Adapun faktor-faktor eksternal yang muncul, diantaranya adalah: (1) lingkungan dan (2) guru kurang optimal dalam melaksanakan pembelajaran. 3. Proses Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran baca tulis Al-Qur’an adalah menggunakan metode mengajar, media pembelajaran, memberikan nasihat ketika menjelaskan arti huruf Al-Qur’an, dan memberikan bimbingan bagi anak yang berkesulitan menulis huruf-huruf Al-Qur’an. F. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Kegiatan inti dilakukan dengan menggunakan beberapa metode mengajar, media pembelajaran, dan penggunaan ketrampilan mengelola kelas. Metode yang digunakan pada kegiatan ini diantaranya adalah tanya
jawab, penugasan, bercerita dan demonstrasi. Media pembelajaran yang digunakan pada kegiatan inti, meliputi media yang terbuat dari karton yang bertuliskan huruf-huruf hijaiyah, gambar-gambar gerakangerakan shalat, papan tulis, dan buku paket pelajaran Agama Islam. Pengelolaan kelas digunakan guru ketika siswa-siswa menyelesaikan tugas individu. Kegiatan akhir pembelajaran dilakukan dengan menyimpulkan materi pembelajaran, memberikan evaluasi, dan memberikan tindak lanjut yang berupa PR (pekerjaan rumah). Evaluasi yang diberikan pada kegiatan ini berupa pemberian soalsoal yang terdapat pada buku paket Agama Islam, baik yang berbentuk tes pilihan ganda maupun isian. Faktor-faktor yang menghambat proses pembelajaran Pendidikan agama Islam pada siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri Percontohan Guntur 03 Pagi Jakarta Selatan terdiri atas dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri siswa, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor-faktor internal yang muncul diantaranya adalah : (1) siswa kurang disiplin, (2) siswa malas belajar, dan (3) gangguan fisik. Adapun faktor-faktor eksternal yang muncul diantaranya adalah : (1) lingkungan, dan (2) guru kurang optimal dalam melaksnakan pembelajaran. Proses pembelajaran baca tulis Al-Qur’an yang dilaksanakan di kelas III Sekolah Dasar Negeri Percontohan Guntur 03 Pagi Jakarta Selatan menggunakan metode mengajar yang bervariasi, media pembelajaran, dan memberikan
12
nasihat ketika menjelaskan arti kata yang terdapat pada Al-Qur’an, dan memberikan bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis huruf-huruf Al-Qur’an. Metode mengajar yang digunakan pada pembelajaran baca tulis AlQur’an diantaranya tanya jawab, penugasan, dan latihan. Media pembelajaran yang digunakan adalah karton bertuliskan huruf-huruf hijaiyah, papan tulis, dan buku paket Pendidikan Agama Islam. 2. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian sebagaimana telah diuraikan, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut : a. Bagi para pengawas TK/SD, khususnya pengawas guru-guru Pendidikan Agama Islam agar dalam memberikan pembinaan/bimbingan dapat menggunakan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam sesuai dengan karakteristik siswa. b. Bagi guru-guru Pendidikan Agama
Islam SD agar dapat mensosialisasikan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam sesuai dengan konsep DAP (Developmentally Appropriate Practice). Selain itu, hendaknya terus meningkatkan profesionalisme, baik dengan mengikuti berbagai seminar, pelatihan, lokakarya, maupun meningkatkan kualifikasi pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. c. Bagi orangtua, hendaknya memberikan perhatian yang lebih optimal dalam mendidik anak sehingga anak menjadi muslim yang shaleh. d. Bagi para peneliti, hendaknya melakukan penelitian khususnya tentang pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa sehingga pembelajaran Pendidikan Agama Islam benarbenar dapat membentuk manusia Indonesia seutuhnya.
DAFTAR PUSTAKA Ali, H.Muhammad. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:PT.Sinar Baru Algensindo. 2000. Anderson, Richard C. and Gerald W.Faust. Educational Psychology:The Science of Instruction and Learning. New York:Harper&Row, Publisher.Inc. 1973 Arifin, Tatang M. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta:CV Rajawali. 1986. Bloom, Benjamin S.(Ed). Taxonomy of Educational Objectives. Handbook I:Cognitive Domain. New York:Longman, Inc. 1981 Bodgan, Robert C, and Sari Knopp Baklen. Riset Kualitatif untuk Pendidikan, Pengantar ke Teori dan Metode, Alih Bahasa:Munandir. Jakarta:Universitas Terbuka. 1990. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta. 1997. Gunarsa, Singgih. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta:PT. BPK Gunung Mulia. 1997. Santrock, John.W. Child Development. Chicaho:Brown&Benchmark Publishers.
13
1996. Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:PT.Rineka Cipta.1995. Surakhmad, Winarno. Pengantar Interaksi Mengajar Belajar:Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung:Tarsito. 1994. Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada. 1998. Usman, Moh.Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung:PT.Remaja Rosdakarya. 1998. Yusuf, Zaglul. Islam sebagai Pedoman Hidup Materi Ajar Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:Jurusan MKU FIS UNJ. 2001. Wadswort, Barry J. Piaget’s Theory of Cognitive and Afective Development. New York:Longman, Inc. 1984. Wijaya, Cece, Djadja Djadjuri, dan A.Tabrani Rusyan. Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung:PT.Remaja Rosdakarya. 1992. Williams, David B dan Lexy J Moleong. Penelitian Naturalistik. Jakarta:Pps IKIP Jakarta. 1995. Winkel, W.S.Psikologi Pengajaran. Jakarta:Gramedia Widisarana Indonesia. 1996. Wiryawa, Sri Anita dan Noorhadi. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Universitas Terbuka. 1991. Woolfook, Anita E. Educational Psychology. Boston:Allyn and Bacon. 1993.
Daftar Riwayat Hidup Peneliti : Dra. Syarifah Hanum, M.Pd adalah Dosen PGSD FIP UNJ.
2