IMPLEMENTASI RENCANA STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PELESTARIAN DESTINASI WISATA CAGAR BUDAYA BANTEN LAMA DI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI BANTEN SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh :
FANI MUTIA HANUM
NIM. 6661101182
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG 2014
Gantungkan azam dan semangatmu Setinggi bintang di langit Dan rendahkan hatimu serendah mutiara di lautan
You never fail Until you stop trying (Albert Einstein)
Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua Orang Tuaku dan untuk orang-orang yang kusayangi dan untuk mereka yang selalu mendukungku
ABSTRAK Fani Mutia Hanum. NIM. 6661101182. Skripsi. Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. Pembimbing I: Yeni Widyastuti S.sos, M.si dan Pembimbing II: Arenawati S.sos, M.si Pariwisata memiliki kontribusi yang cukup tinggi untuk perolehan devisa negara dan dengan alasan tersebut pemerintah begitu memperhatikan sektor wisata. Banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk pengembangan sektor wisata, salah satunya pengembangan dan pelestarian destinasi wisata cagar budaya Banten Lama yang dilakukan oleh Disbudpar Provinsi Banten, namun sampai saat ini kondisi Banten Lama belum memiliki infrastruktur, sarana dan prasarana yang belum memadai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi rencana strategis pengembangan dan pelestarian destinasi wisata Banten Lama di Disbudpar Provinsi Banten. Penelitian ini bertitik tolak pada teori Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam perencanaan strategis dari Fred R David. Metodelogi penelitian yang digunakan adalah metode pendekatan kualitatif eksploratif dan teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui observasi, Wawancara, dan Studi Dokumentasi. Keabsahan data diperoleh dengan cara Triangulasi Data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi rencana strategis pengembangan dan pelestarian destinasi wisata cagar budaya Banten Lama belum baik, Disbudpar Provinsi Banten hanya memprioritaskan Banten Lama dalam renstra dinas 2012-2017, namun dalam pelaksanaannya sejak 20122014 belum ada kegiatan kearah pengembangan Banten Lama karena masalah kepemimpinan, kewenangan dan masalah anggaran. Pengembangan Banten Lama oleh Disbudpar Provinsi Banten baru akan dilakukan pada tahun 2015 saja. Kata Kunci : Pariwisata, Implementasi, rencana strategis, Pengembangan, pelestarian, Banten Lama, Disbudpar
ABSTRACT Fani Mutia Hanum. NIM. 101182. The Implementation of Strategic Planning for The Development and Preservation of Banten Lama in Disbudpar Banten Province, The Faculty of Social and Political Sciences, University of Sultan Ageng Tirtayasa, Serang 2014. Advisor Yeni Widyastuti S.sos, M.si. Advisor Arenawati S.sos, M.si Tourism has a high enough to foreign exchange revenue country and by the government so that reason to pay attention to tourism sector. Much effort undertaken by governments to tourism sector development, one of them is the development and preservation of cultural heritage tourism destination Banten Lama conducted by Disbudpar Banten Province, but so far the condition of old banten not have infrastructure, facility inadequate. The purpose of this research is to know the strategic plan for the development and preservation of Banten Lama tourist destinations in the Disbudpar of Banten Province. The research on the theory of decline dotted aspects to note in strategic planning from Fred R David. We based the research used a qualitative explanatory approach is the method and technique of data collection is done through observation and interview study documentation. The validity of the data obtained by means of triangulation data. The result showed that the implementation of the strategic plan for the development and preservation of cultural heritage tourism destination Banten Lama yet either Disbudpar Banten Province just prioritized Banten Lama in the 2012-2017 renstra, but in its implementation since the 2012-2017 has been no activities towards the development of Banten Lama due to problems of leadhership, authority and budget issue. Development of Banten Lama by Disbudpar Bantten Province recently will be undertaken by just 2015. Keyword: Tourism, Implementation, Preservation, Banten Lama, Disbudpar
Strategic
Plan,
Development,
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil’alamin, penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena atas berkat ridho, rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya yang berlimpah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam rangka memenuhi salah satu syarat skripsi pada Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang berjudul “Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten”. Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang senantiasa mendukung membimbing penulis. Maka dari itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
2.
Dr. Agus Sjafari, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3.
Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si sebagai Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4.
Mia Dwianna M., S.Sos., M.I.Kom sebagai Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5.
Ismanto, S.Sos.,MM sebagai Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6.
Rina Yulianti, S.IP, M.Si, Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7.
Anis Fuad, S.Sos, M.Si, Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
i
8.
Yeni Widyastuti, S.sos, M.Si, Dosen Pembimbing I yang memberikan semangat dan membimbing peneliti dalam menyusun skripsi ini dengan teliti dan sabar dari awal hingga akhir
9.
Arenawati, S.Sos., M.Si sebagai Pembimbing II yang membantu dan memberikan masukan bagi peneliti dalam menyusun skripsi ini dari awal hingga akhir.
10.
Titi Stiawati, S.Sos, M.Si, Dosen Pembimbing Akademik yang memberikan saran dan masukan dalam hal perkuliahan.
11.
Dr. Ayuning Budiarti, selaku penguji I seminar skripsi, yang telah memberikan masukan, saran, dan bimbingannya
12.
Semua Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
13.
Ibu dan Bapak yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan bagi penulis untuk menempuh gelar strata satu. Mohon maaf apabila selama ini belum bisa memberikan yang terbaik dan belum bisa membalas segala kebaikan selama ini.
14.
Adik-adikku Wahyu dan Miftah yang memberikan semangat dalam pembuatan skripsi ini.
15.
Fityan Ahdiyat, terima kasih telah banyak membantu dan memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini
16.
Sahabat-sahabatku Richa Septiawan, Mutiah Purnama Sari, Sonia Novita, Dwi Rahayu, Dilla Azizah, Yuanita Rahmi, Haerul Umam, Muhammad Nurdin, Siska Aulia, terimakasih selalu memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
17.
Kawan-kawan Jurusan Administrasi Negara FISIP UNTIRTA Reguler kelas B angkatan 2010 yang memberikan canda tawa, masukan dan nasehat yang bermanfaat.
18.
Kawan-kawan Jurusan Administrasi Negara FISIP UNTIRTA Reguler dan non Reguler angkatan 2010
ii
19.
Kawan-kawan Kostan Nur Hp yang telah bersama sejak pertama kali masuk kuliah dan saling memberikan semangat.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, karena keterbatasan penulis, maka dari itu saran dan kritik yang membangun tetap dinantikan guna perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak Serang, Februari 2014
Fani Mutia Hanum
iii
DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Lembar Persetujuan Kata Pengantar .............................................................................................. i Daftar Isi ......................................................................................................... iv Daftar Gambar ............................................................................................... ix Daftar Tabel .................................................................................................... x Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2
Identifikasi Masalah ................................................................................ 19
1.3
Pembatasan Masalah ............................................................................... 19
1.4
Perumusan Masalah ................................................................................ 20
1.5
Tujuan Penelitian .................................................................................... 20
1.6
Manfaat Penelitian .................................................................................. 20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Teori ............................................................................................. 22 2.2 Konsep Perencanaan Strategis .................................................................. 22 iv
2.3 Pengertian Implementasi ........................................................................... 27 2.3.1 Tahapan Implementasi ......................................................................... 28 2.4 Konsep Pariwisata ..................................................................................... 30 2.4.1 Pengertian Pariwisata ............................................................................. 30 2.4.2 Pengertian Wisatawan ............................................................................ 32 2.4.3 Kawasan Wisata ..................................................................................... 33 2.4.4 Pengelolaan Pariwisata .......................................................................... 34 2.4.5 Pengembangan Destinasi Pariwisata ..................................................... 36 2.5 UU No.11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya ........................................ 39 2.5.1 Pengelolaan Cagar Budaya ................................................................... 41 2.5.2 Pengembangan Cagar Budaya ............................................................... 42 2.6 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 46 2.7 Kerangka Berpikir ..................................................................................... 48 2.8 Asumsi Dasar ............................................................................................ 51 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ....................................................................................... 52 3.2 Fokus Penelitian ........................................................................................ 53
v
3.3 Lokus Penelitian ........................................................................................ 53 3.4 Fenomena yang diamati ............................................................................. 54 3.4.1 Definisi Konsep ....................................................................................... 54 3.4.2 Definisi Operasional................................................................................... 55 3.5 Instrumen Penelitian ................................................................................... 56 3.6 Informan Penelitian .................................................................................... 57 3.7 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ........................................... 59 3.7.1 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 59 3.7.2 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 66 3.8 Jadwal Penelitian ....................................................................................... 68 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ......................................................................... 70 4.1.1 Provil Disbudpar Provinsi Banten ........................................................... 70 4.1.2 Gambaran Umum Banten Lama .............................................................. 72 4.2 Pembahasan ................................................................................................ 80 4.2.1 Perencanaan Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama ............................................................................. 80
vi
4.2.2 Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Cagar Budaya Banten Lama di Disbudpar Provinsi Banten
........................... 88
4.2.2.1 Visi Misi ............................................................................................... 88 4.2.2.2 Analisis Lingkungan Eksternal ............................................................ 94 4.2.2.3 Analisis Lingkungan Internal ............................................................... 107 4.2.2.4 Tujuan Sasaran Jangka Panjang ........................................................... 114 4.2.2.5 Strategi ................................................................................................. 122 4.2.2.6 Sasaran Tahunan .................................................................................. 129 4.2.2.4 Tujuan Sasaran Jangka Panjang ........................................................... 113 4.2.2.5 Strategi ................................................................................................. 121 4.2.2.6 Sasaran Tahunan .................................................................................. 128 4.2.2.7 Kebijakan ............................................................................................ 134 4.2.3 Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama ................................................................ 149 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 169 5.2 Saran .......................................................................................................... 171
vii
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1 Kawasan Mesjid Agung Banten Lama ...................................... 10 Gambar 1.2 Kawasan Jembatan Rantai ......................................................... 11 Gambar 1.3 Kawasan Mesjid Pecinan .......................................................... 13 Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir .......................................................... 50 Gambar 3.1 Proses Analisis Data Menurut Irawan ....................................... 68 Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi Disbudpar Provinsi Banten ............ 72
ix
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1 Kontribusi Pariwisata dalam Perolehan Devisa tahun 2011-2012 (dalam miliar USD) ....................................................................... 1 Tabel 1.2 Jumlah Wisman yang datang ke Indonesia Tahun 2011-2013 ....... 2 Tabel 1.3 Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Tahun 2011 ............................ 6 Tabel 1.4 Jumlah Pengunjung Obyek Wisata Menurut Lokasi di Banten ...... 7 Tabel 1.5 Cagar Budaya yang ada di Kawasan Wisata Banten Lama ........... 9 Tabel 1.6 Data Pengunjung Museum 2012 dan 2013 ...................................... 14 Tabel 3.1 Kategori Informan ......................................................................... 58 Tabel 3.2 Pedoman Wawancara .................................................................... 64 Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ........................................................................... 71 Tabel 4.1 Perbandingan Visi dan Misi .......................................................... 89 Tabel 4.2 Komposisi dan Jumlah Personil .................................................... 108 Tabel 4.3 Komposisi Pegawai Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan ............ 110 Tabel 4.4 Jabaran Tujuan dari Misi Disbudpar Provinsi Banten .................. 115 Tabel 4.5 Jabaran Strategi Berdasarkan Misi ................................................ 123 Tabel 4.6 Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja untuk Cagar Budaya
........................................................................... 129
Tabel 4.7 Jabaran Kebijakan Berdasarkan Misi ........................................... 135
x
Tabel 4.8 RAB Indikasi Program Zoning I ................................................... 156 Tabel 4.9 Perlindungan yang telah dilakukan untuk Banten Lama ............... 161 Tabel 4.10 Upaya Pengembangan Banten Lama oleh Berbagai Pihak ........... 164 Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Penelitian ........................................................ 165
xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terkenal akan keragaman budaya dan keindahan alamnya. Indonesia juga menyediakan tempat-tempat yang sangat menarik untuk di kunjungi, sekedar berekreasi atau untuk mempelajari tempat yang indah dan penuh budaya. Dari tempat-tempat yang menarik itu Indonesia mampu menarik semua wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri untuk datang dan berwisata. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada Tahun 2012 sektor pariwisata menyumbang devisa bagi Negara sebesar 9.120,89 juta dolar Amerika Serikat dengan total jumlah wisatawan sebesar 8 juta lebih. Untuk lebih lengkapnya mengenai Kontribusi sektor Pariwisata dapat dilihat tabel di bawah ini:
No
Tabel 1.1 Kontribusi Pariwisata dalam perolehan devisa Tahun 2011-2012 (dalam miliar USD) Tahun Jumlah
1
2011
8,554
2
2012
9.120,89
Sumber data: Data Badan Pusat Statistik 2012 Dari data di atas menunjukan bahwa kontribusi pariwisata dalam perolehan devisa Negara meningkat dengan cukup baik dan juga mengalami kenaikan dari tahun ketahun. Lalu dibawah ini adalah tabel jumlah wisman tahun 2011-2013.
1
2
Tabel 1.2 Jumlah Wisman yang datang ke Indonesia Tahun 2011-2013 Tahun Jumlah
No 1
2011
7. 649. 731
2
2012
8.044. 462
3
2013
8.802. 129
Sumber data: Data Badan Pusat Statistik 2013 Data di atas memberikan gambaran bahwa setiap tahunnya ada jutaan wisatawan mancanegara yang berwisata ke Indonesia, dan semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi di sektor pariwisata, bagaimana tidak. Tempat-tempat wisata di Indonesia memiliki daya tarik yang kuat terhadap wisatawan, baik wisata alam, wisata budaya, maupun wisata religi. Selain mampu menarik wisatawan, Indonesia juga begitu kaya, ada ribuan bahkan puluhan ribu objek wisata yang tersedia di Indonesia. Menurut data dalam Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Tahun 2010-2025 dari Kementrian Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif, Indonesia memiliki 222 Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) di 50 Destinasi Pariwisata Nasional, dan 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional. Hal
di
atas
memberikan
gambaran
bahwa
pemerintah
begitu
memperhatikan sektor pariwisata. Banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk pengembangan sektor pariwisata yang mampu menyumbang pertambahan devisa Negara. Suatu Negara yang mengembangkan pariwisata sebagai suatu industri di negaranya, maka lalu lintas orang-orang (wisatawan) tersebut ternyata memberi keuntungan dan memberi hasil yang tidak sedikit dan bahkan memberikan pendapatan
utama, melebihi export, bahan-bahan mentah, hasil
3
tambang yang di hasilkan Negara tersebut. (Muljadi, 2012:110). Usaha yang dilakukan pemerintah di sektor wisata salah satunya adalah semakin gencarnya pemerintah mempromosikan pariwisata yang ada di Indonesia atau visit Indonesia guna menarik wisatawan dan juga semakin gencarnya pemerintah melakukan pembangunan dan pengembangan kawasan pariwisata. Pembangunan dan pengembangan kawasan wisata atau destinasi wisata kini banyak menjadi prioritas pembangunan guna mendatangkan kembali wisatawan yang telah berkunjung, dan semakin menarik minat wisatawan yang belum berkunjung, selain itu. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 mengatakan bahwa visi pembangunan kepariwisatan adalah terwujudnya pariwisata berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat. Hal ini seperti yang telah dijelaskan dalam Undang-undang No. 10 Tentang Kepariwisataan dalam Bab I pasal 3 yang berbunyi kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan Negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. pasal 4 juga menyatakan bahwa kepariwisataan bertujuan beberapa hal yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat dan lain-lain. Pembangunan kawasan wisata atau destinasi wisata menurut Undangundang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan meliputi Industi Pariwisata, Destinasi Pariwisata, Pemasaran, Kelembagaan Pariwisata. Pembangunan
4
pariwisata dilakukan berdasarkan rencana induk pembangunan pariwisata dan rencana-rencana strategis yang telah dibuat sebelumnya yaitu Rencana Strategis Kementrian Pariwisata dan Ekonomi 2010-2014. Melakukan pembangunan pariwisata tentu tidak semudah membuat teori dan peraturan yang ada, dalam kenyataannya pembangunan pariwisata memiliki permasalahan baik yang bersifat eksternal maupun internal. Namun masalah utama kepariwisataan Indonesia yang tertuang dalam Rencana Strategis 2012-2014 Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI adalah Pengembangan Industri Kepariwisataan Indonesia belum optimal, Pengembangan Destinasi Wisata belum optimal, kurangnya perluasan dan penetrasi Pasar Wisata di dalam dan luar Negeri, lemahnya kelembagaan dan investasi kepariwisataan dan rendahnya kualitas SDM Pariwisata dan Kesiapan Masyarakat. Permasalahan kepariwisataan yang telah disebutkan dalam Renstra (Rencana Strategis) di atas merupakan masalah yang dihadapi di seluruh destinasi pariwisata nasional, namun yang terlihat dengan jelas adalah masalah pengembangan destinasi wisata belum optimal, dengan masalah utama pemberdayaan masyarakat di daerah destinasi Indonesia belum optimal dan ketersediaan dan konektivitas infrastruktur destinasi Indonesia. Masalah tersebut terjadi di daerah-daerah salah satunya di Provinsi Banten. Provinsi Banten merupakan sebuah provinsi yang mana di provinsi ini terdapat berbagai tempat wisata dan sangat terkenal dengan wisata religinya dan wisata Cagar Budayanya. Dalam undang-undang Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya adalah Cagar Budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud
5
pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting artinya sebagai pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfataan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Cagar Budaya terdiri dari dua jenis yaitu Cagar Budaya bergerak dan tidak bergerak. Cagar Budaya bergerak adalah cagar budaya yang dapat berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lain contoh seperti alat upacara keagamaan, mata uang, perhiasan, Sedangkan Cagar Budaya tidak bergerak adalah cagar budaya yang tidak dapat berpindah tempat contohnya bangunan dan hunian. (Pratiwi:2013).
Dari penjelasan mengenai cagar budaya
baik yang bergerak dan tidak bergerak, di bawah ini disajikan data cagar budaya yang tidak bergerak tahun 2011 yang dimiliki oleh provinsi Banten.
6
Tabel 1.3 Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Tahun 2011 KLASIFIKASI PROPINSI KABUPATEN/KOTA KODE SUDAH PENGUSULAN BELUM
JUMLAH BELUM DIREGISTRASI
Kab. Serang
01
5
2
22
-
29
Kab. Pandeglang
02
5
3
18
11
37
Kab. Lebak
03
3
2
30
10
45
04
1
-
8
1
10
Kab. Tangerang
05
-
-
11
8
19
Kota Tangerang
06
-
2
7
5
14
Kota Serang
07
10
4
53
BANTEN Kota Cilegon
Jumlah 24 13 149 Sumber : BPCB Jabar, Banten, Lampung, DKI Jakarta Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi Banten 2013
67 35
Data di atas menunjukkan betapa kayanya Banten dengan cagar budaya dengan jumlah total 221 cagar budaya dengan yang sudah ada sekitar 24 cagar budaya dan terindikasi
ada sekitar 149, jumlah tersebut hanya jumlah cagar
budaya yang tidak bergerak, belum termasuk dengan cagar budaya yang bergerak. Walaupun masih banyak yang belum ditemukan namun ini tetap saja jumlah yang cukup banyak untuk suatu daerah masih memiliki peninggalan sejarah. Dari data diatas juga kita dapat simpulkan bahwa daerah di Banten yang paling banyak memiliki benda cagar budaya adalah Kota Serang dengan total jumlah cagar budaya sekitar 67, lebih banyak dari yang lainnya, dengan 10 cagar budaya yang sudah ada 4 dalam pengusulan dan 53 terindikasi. Banyaknya cagar budaya yang masih hanya terindikasi di karenakan masih kurangnya sumber daya manusia
221
7
dalam melakukan pendataan cagar budaya dan masih minimnya sumber daya seperti arkeolog menyebabkan masih banyaknya pula cagar budaya yang sudah terindikasi namun belum ditemukan, menurut wawancara peneliti dengan Bapak Tasrif selaku Kepala Seksi Pengelolaan Museum Negeri Banten. (07 Oktober 2013 Pukul 10.00 WIB, Museum Negeri Banten, Kota Serang) Keanekaragaman Potensi yang dimiliki di Banten tentunya bukan hanya tentang cagar budaya seperti yang telah disampaikan pada data di atas, namun keanakaragaman potensi di Banten meliputi potensi cagar budaya, suaka alam, pantai dan yang lainnya, dari masing-masing kategori lokasi wisata tersebut menghasilkan jumlah wisatawan sebagai di bawah ini adalah tabel jumlah pengunjung wisata menurut lokasinya: Tabel 1.4 Jumlah Pengunjung Obyek Wisata Menurut Lokasi di Banten
Tahun
Pantai
Wisata Tirta
Wisata Sejarah
Suaka Alam
Obyek Wisata Lainnya
2008
72
84
109
5
95
2009
72
85
109
5
95
2010
85
115
185
7
134
2011 85 138 185 7 155 Sumber : Data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten 2013 Data di atas memiliki keterkaitan yang erat dengan data sebelumnya yaitu data pada tabel 1.3. Data ini menunjukkan ada 185 pengunjung atau wisatawan dengan tujuan wisata sejarah. Hal ini sesuai dengan data pada tabel 1.3 yang mana data ini menunjukkan bahwa ada sekitar 221 cagar budaya atau peninggalan sejarah yang ada di Banten. Dari data pada tabel 1.3 dan tabel 1.4
8
ini dapat di simpulkan bahwa daya tarik utama pada provinsi Banten adalah Cagar Budaya atau peninggalan bersejarah, kedua wisata lainnya, ketiga wisata kolam renang dan ketiga wisata pantai. Ini menunjukkan betapa Banten sangat kaya akan tempat-tempat wisata. Menurut RIPPDA (Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah) Pariwisata tahun 2006 dalam website resmi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Banten yang tersebar diseluruh wilayah Provinsi Banten. Terdiri dari 84 obyek wisata alam, 34 obyek wisata sejarah dan Budaya, 24 obyek wisata buatan, 9 obyek wisata Living Culture dan 48 obyek wisata atraksi kesenian. Menurut sumber data dari website resmi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Banten jumlah Obyek Daya tarik Wisata (ODTW) Banten berdasarkan data Tahun 2012 telah tercatat sebanyak 526 obyek yang terbagi kedalam beberapa kategori. Yaitu: Wisata marina, wisata sejarah, suaka alam, dan obyek wisata lainnya. Provinsi Banten memiliki 71 Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) atau (34,8%) merupakan kawasan wisata yang telah berkembang baik dalam skala nasional maupun Internasional, Sementara itu sekitar 100 Obyek Daya tarik Wisata atau (49,0%) merupakan obyek wisata yang potensial untuk dikembangkan. Salah satunya yang paling menarik adalah Kawasan Peninggalan Perkotaan Lama Zaman Islam terlengkap yaitu Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama. Kawasan ini terdiri dari banyak cagar budaya yang akan dirinci pada tabel di bawah ini.
9
Tabel 1.5 Cagar Budaya yang ada Di Kawasan Wisata Banten Lama No
Nama Cagar Budaya
1
Masjid Agung Banten Lama
2
Alun-alun Masjid Agung Kesultanan Banten
3
Menara Masjid Agung Banten
4
Tiyamah
5
Keraton Surosowan
6
Jembatan Rantai
7
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama
8
Benteng Spelwijk
9
Klenteng Avalokitesvara
10
Kherkof
11
Masjid Pecinan
12
Pengindelan Abang
13
Tasikardi
14
Karang Antu
15
Keraton Kaibon
16
Masjid Kenari
17
Komplek Pemakaman Maulana Yusuf
Sumber: Dokumentasi Benda Cagar Budaya dan Kepurbakalaan Provinsi Banten 2012 kawasan ini menjadi situs berskala nasional. Memang Situs ini telah ditetapkan menjadi situs Nasional namun bila dilihat secara jelas ataupun kasat mata situs ini seperti kurang layak untuk dijadikan situs berskala nasional, karena menurut pengamatan situs ini kurang terawat layaknya situs-situs besar lainnya seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan situs besar lainnya.
10
Situs ini terlihat kurang rapih dalam penataannya, dan terlihat kumuh. Dapat dilihat pada gambar di bawah ini yang menggambarkan kondisi cagar budaya yang kondisinya lebih parah dari yang lainnya .
Gambar 1.1 Kawasan Mesjid Agung Banten Lama Sumber: Peneliti 2014(diambil pada tanggal 16-01-2014) Mesjid Agung Banten dan kawasan Sekitarnya menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan khususnya para peziarah. Di kawasan Mesjid Agung Banten Lama ini terdiri dari Komplek Pemakaman Kesultanan, Tiyamah, Menara Mesjid Agung Kasultanan Banten, dan Alun-alun Mesjid Agung Banten Lama. Walaupun ini merupakan kawasan wisata yang paling sering dan paling banyak didatangi pengunjung namun tempat ini memiliki sapta pesona yang kurang baik dapat dilihat digambar bahwa pedagang kaki lima berada di Zona Inti tempat dimana cagar budaya berada.
11
Undang-undang Cagar Budaya No. 11 Tahun 2010 dijelaskan bahwa Zona inti adalah area pelindung utama untuk menjaga bagian terpenting cagar budaya. Ini menunjukkan bahwa seharusnya tidak ada kegiatan pengembangan potensi cagar budaya di dalam zona inti, melainkan di zona pengembangan, namun yang terlihat pada gambar pengembangan seperti pedagang kaki lima berada di zona inti, ini menyebabkan cagar kehilangan sapta pesonanya. Selain itu kekumuhan semakin terlihat saat hujan datang, kondisinya yang kurang terawat menyebabkan genangan air hujan terlihat dimana-mana, di tambah lagi akses jalan yang rusak, semakin membuat tempat ini terlihat memprihatinkan. Kondisi yang sama juga terjadi di Jembatan Rantai yang tampak pada gambar di bawah ini.
Gambar 1.2 Kawasan Jembatan Rantai Sumber: Peneliti 2014(diambil pada tanggal 16-01-2014)
12
Gambar di atas merupakan gambar jembatan rantai letaknya berada di sebelah Timur Masjid Agung Banten Lama, dahulu jembatan ini digunakan sebagai “Tol Perpajakan” untuk perahu Asing, namun jembatan ini kehilangan kejayaannya dan kini terlihat kumuh dipenuhi oleh eceng gondok, dan masyarakat yang memancing, tidak ada bentuk perawatan sama sekali, Sebelumnya Jembatan Rantai ini pernah di normalisasi bersih tidak ada eceng gondok, namun secara tiba-tiba banyak masyarakat yang berdatangan ke tempat itu dan mendirikan pemukiman ditempat itu, dan tempat itu kembali tidak terawat dan menjadi seperti itu kondisinya. Bapak Tasrif selaku Kepala Seksi Pengelolaan Museum Negeri Banten. (03 Februari 2014 Pukul 10.00 WIB, Museum Negeri Banten, Kota Serang). Selain itu yang lebih mengenaskan lagi adalah Masjid Pecinan Tinggi yang kondisinya juga terlihat kumuh dan tidak terawat. Kondisi tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
13
Gambar 1.1 Kawasan Mesjid Pecinan Sumber: Peneliti 2014(diambil pada tanggal 16-01-2014) Gambar kawasan Mesjid Pecinan Tinggi menggambarkan bahwa kawasan ini tidak terawat, dilihat dari papan nama dan papan cagar budayanyapun sudah terlihat usang, belum lagi bila dilihat dari kondisi bangunannya yang kumuh kotor seperti tidak terawat, di tambah dengan kondisi lingkungan yang tidak mendukung, bila hujan kawasan ini digenangi air yang kotor, selain itu kawasan ini dekat dengan rel kereta api dan tempat pembuangan sampah warga sekitar, kondisi demikian semakin membuat kawasan ini semakin kumuh. Selain kekumuhan yang terjadi di Mesjid Pecinan ini, mesjid ini juga letaknya kurang strategis dan kurangnya sosialisasi sehingga mesjid ini jarang disambangi oleh wisatawan. Ketiga gambaran tempat di Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama, yang mana 3 dari 17 merupakan yang terparah namun bukan berarti 14 kawasan lainnya terawat dengan baik, 14
14
kawasan yang tidak digambarkan memiliki kondisi yang hampir sama, kumuh, dan tidak terawat baik oleh pemerintah maupun masyarakat sekitar, namun kondisi yang paling parah adalah tiga kawasan yang telah dijabarkan diatas. Hal demikian sangat disayangkan karena Menurut catatan pengunjung yang datang ke Kawasan Wisata Banten Lama cukup banyak, ini dilihat dari tabel jumlah pengunjung di bawah ini yaitu:
No
Tabel 1.6 Data Pengunjung Museum 2012 dan 2013 Tahun Bulan 2012 2013
1
Januari
1.751
2.356
2
Februari
2.379
5.991
3
Maret
3.119
5.585
4
April
1.728
4.684
5
Mei
2.060
4.463
6
Juni
1.957
5.329
7
Juli
1.591
2.575
8
Agustus
3.243
7.234
9
September
2.213
2.467
10
Oktober
2.619
1.328
11
November
4.060
-
12
Desember
2.487
-
29.207
42.012
Total
Sumber: Data Museum Kepurbakalaan Banten Lama 2013
15
Data Pengunjung di atas menunjukkan bahwa wisatawan cukup antusias untuk mengunjungi kawasan wisata cagar budaya di kawasan wisata Banten Lama karena bila dilihat dari tahun 2012 dengan tahun 2013 perbedaannya cukup signifikan. Pertumbuhan pengunjung mulai antusias sejak 2010, hingga sekarang, namun sekarang museum sedang melakukan renovasi gedung sehingga di bulan November dan Desember sampai Februari 2014 tidak akan dibuka
wawancara
dengan
Bapak
Slamet
selaku
Pegawai
Museum
Kepurbakalaan Banten Lama (08 Oktober 2013 Pukul 10.00 WIB, Museum Kepurbakalaan Banten Lama). Jumlah data di atas hanya data yang berkunjung ke museum belum jumlah data yang datang ke Mesjid agung, menurut Informasi yang diperoleh dari narasumber, bahwa setiap malam jumat atau kamis malam kawasan ini ramai didatangi oleh peziarah jumlahnya bisa ribuan, dan dapat menguntungkan dari sisi keuangan, karena memiliki potensi keuangan yang besar maka terjadilah perebutan kewenangan pengelolaan baik dari pihak kenadziran, masyarakat, dan pemerintah. Sehingga diperlukan Manajemen Strategi dalam pengembangan dan penataan kawasan wisata Banten Lama agar potensi yang ada dapat dinikmati dan di manfaatkan oleh seluruh pihak. Pemerintah daerah setempat yaitu Kota Serang, dan pemerintah Provinsi Banten. Mereka melakukan segala upaya dan memiliki rencana strategis dalam penataan dan pengembangan kawasan tersebut. Pemerintah Provinsi Banten memiliki rencana merevitalisasi Kawasan Banten Lama ini tertera dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah). Sesuai dengan
16
pernyataan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiah yang dikutip dari “untuk melakukan revitalisasi Banten Lama harus di lakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan kemampuan anggaran yang ada”, ungkapnya.(Hikmat, 2010) Pemerintah memang melakukan berbagai cara dan strategi dalam Pengembangan dan penataan kawasan Wisata Banten Lama, namun dari pengamatan dan observasi yang dilakukan peneliti sejak bulan Oktober 2013 dan wawancara awal ke beberapa sumber terkait
yaitu Pegawai Museum
Kepurbakalaan Banten Lama, Kepala Seksi Pengelola Museum Negeri Banten. Pengamatan, observasi dan wawancara ditujukan untuk mencari identifikasi masalah yang sebenarnya terjadi dalam Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. maka terdapat masalah yaitu sebagai berikut: Pertama, belum optimalnya pengembangan destinasi Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama, hal ini terlihat dari sarana dan prasarana yang tersedia kurang mendukung, selain itu ketersediaan infrastruktur yang masih kurang seperti, fasilitas umum yang bersih, pedagang kaki lima yang teratur, mesjid yang teratur, angkutan wisata keliling yang bersih, masih sulit ditemui, selain itu sapta pesona yang kurang terawat (sampah berserakan, kios kaki lima yang tergeletak tidak terurus) dari situs-situs di sana membuat ke indahan dan nilai sejarah situs tersebut memudar (Sumber: Peneliti 2014).
17
Kedua, lemahnya Kelembagaan kepariwisataan di Provinsi Banten. lemahnya kelembagaan kepariwisataan di Provinsi Banten seperti BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) serang, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten dan Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota Serang, Museum Negeri Banten, Museum Kepurbakalaan Banten Lama, masing-masing instansi mengatakan mereka hanya mendukung saja keputusannya ada di pemerintah pusat. Belum jelasnya siapa yang bertanggung jawab penuh dalam pengembangan dan penataan Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama, masih dalam tahap penelitian oleh LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) wawancara dengan Bapak Juliadi selaku Pegawai Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang bagian Pemugaran (10 Februari 2014 Pukul 13.30 WIB, Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang). Ketiga, Belum Optimalnya Pemberdayaan masyarakat di destinasi Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama. Dari observasi yang dilakukan peneliti, peneliti melihat belum adanya kesadaran masyarakat sekitar dalam menjaga situs-situs cagar budaya yang ada di lingkungannya, hal ini terlihat dari kurangnya partisipasi masyarakat dalam merawat destinasi yang ada seperti bermain
bola
di
komplek
Benteng
Surosowan,
membuang
sampah
sembarangan, dan lain sebagainya, dan juga eksploitasi berlebihan dari destinasi tersebut yaitu seperti berdagang di Zona Inti. Keempat,
kurangnya
sinergi
antara
pemerintah
atau
lembaga
kepariwisataan milik pemerintah dengan pihak terkait seperti pengelola parkir,
18
kenadziran, dan pihak masyarakat, dari tahun 2002 hingga sekarang 2014 instasi pemerintah dan pihak-pihak terkait di Kawasan Wisata Banten Lama baru satu kali duduk bersama menyatukan visi dan misi untuk mengembangkan Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama, yaitu pada tahun 2010 dengan tema “Sosialisasi Master Plan Kawasan Banten Lama” setelah itu tidak ada lagi sosialisasi atau duduk bersama kembali menyatukan tujuan untuk Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama lebih baik. Kelima, Strategi yang belum berjalan dan kurang tepat dalam pengembangan dan penataan Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama. Strategi dibangun untuk menghasilkan suatu tujuan yang telah kita tetapkan sebelumnya, seperti yang telah terjadi di Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama, pada tahun 2010 pedagang kaki lima yang kini ada di zona inti telah dipindahkan ke bagian belakang, namun karena pemindahan pedagang tidak mengikuti jalur wisatawan masuk dan keluar sehingga pedagang tidak mendapatkan untung, sehingga lama kelamaan pedagang kembali masuk ke zona inti, selain itu tempat parkir yang telah menghabiskan jutaan rupiah di siasiakan begitu saja dan menjadi tidak terawat. Kondisi-kondisi seperti itulah yang melatarbelakangi penelitian dalam penelitian yang berjudul: “Implementasi Rencana Strategis Destinasi
Pengembangan dan Pelestarian
Wisata Cagar Budaya Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Banten”
19
1.2 Identifikasi Masalah Dalam bagian ini peneliti akan menuliskan berbagai permasalahan yang ada pada objek penelitian yang akan diteliti. Seperti yang telah disinggung di dalam latar belakang masalah yang telah peneliti sampaikan di atas, Peneliti menyimpulkan ada beberapa masalah dalam Implementasi Rencana Strategi Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten : 1. Belum Optimalnya Pengembangan Destinasi Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama. 2. Lemahnya Kelembagaan kepariwisataan di Provinsi Banten dalam menangani Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama. 3. Belum Optimalnya Pemberdayaan masyarakat di destinasi Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama. 4. Kurangnya sinergi antara pemerintah atau lembaga kepariwisataan milik pemerintah dengan pihak terkait dalam pengembangan dan pelestarian Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama. 5. Kurang tepatnya dan belum berjalannya rencana strategis yang telah di buat oleh pemerintah Provinsi banten 1.3 Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini Peneliti mencoba membatasi ruang lingkup permasalahan karena keterbatasan peneliti sendiri dan agar penelitian ini tidak menyimpang dari tujuannya. Maka, penelitian ini fokus pada objek penelitian yaitu mengenai Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian
20
Destinasi Wisata Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas maka, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten?”. 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, untuk meningkatkan dan mengoptimalisasi potensi yang ada di Destinasi tersebut. 1.6 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Manfaat
penelitian
untuk
kepentingan
teoritis
dapat
menjadi
penambahan pemahaman bagi Peneliti mengenai Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. dan juga dapat menjadi bahan masukan dalam kajian ilmiah untuk proses Implementasi rencana strategi yang seharusnya dilakukan untuk mengembangkan dan melestarikan Destinasi Wisata Banten Lama agar Kawasan Wisata yang layak dapat tercipta di Kawasan Wisata Banten Lama, sehingga banyak wisatwan tertarik untuk berkunjung kesana.
21
2. Manfaat Praktis Manfaat penelitian untuk kepentingan praktis yaitu untuk membantu pemberian informasi mengenai kondisi Kawasan Wisata Banten Lama, yang mana kawasan ini sangat berpotensi , terlebih lagi jika di lakukan pengembangan dan penataan kawasan tersebut. Selain itu juga, kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan evaluasi pengambil kebijakan dalam hal ini Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan (Disporparbud) Kota Serang dan juga Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Banten dalam Strategi Pengembangan dan Pelestarian Kawasan Wisata Banten Lama.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan KERANGKA BERPIKIR 2.1 Deskripsi Teori Deskripsi teori menjelaskan tentang teori-teori dan atau konsep yang dipergunakan dalam penelitian yang sifatnya utama di mana tidak tertutup kemungkinan untuk bertambah seiring dengan pengambilan data di lapangan. (Fuad dan Nugroho, 2012:56). Deskirpsi teori menjadi pedoman dalam penelitian ini dan untuk menterjemahkan fenomena-fenomena sosial yang terjadi dalam penelitian. Teori yang relevan peneliti kaji sesuai dengan masalah-masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Penelitian mengenai Implementasi Rencana Strategi Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama akan dikaji dengan beberapa teori dalam ruang lingkup administrasi negara jurusan manajemen publik, yaitu: Implementasi, Perencanaan Strategis, Konsep Pariwisata, dan UU No.10 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, dan untuk melengkapinya peneliti lampirkan penelitian terdahulu yang juga menjadi bahan kajian dalam penelitian ini. 2.2 Konsep Perencanaan Strategis Rencana atau perencanaan merupakan suatu konsep untuk mencapai tujuan atau rancangan awal apa-apa saja yang akan dilakukan oleh sebuah organisasi. Perencanaan dapat membantu kita dalam melakukan evaluasi sekalipun dalam perjalanannya mengalami kendala, dan hambatan, hal tersebut sangat membantu sebuah organisasi dalam mencapai tujuan. Sedangkan strategi
22
23
merupakan cara mencapai tujuan perusahaan atau organisasi yang dapat mempengaruhi keberlangsungan sebuah perusahaan atau organisasi, strategi memberikan kekuatan bagi organisasi atau perusahan dalam menghadapi lingkungan jangka panjang. Dari masing-masing definisi antara rencana, perencanaan dan strategi, maka secara keseluruhan rencana strategis atau perencanaan strategis adalah konsep untuk mencapai tujuan baik jangka panjang maupun jangka pendek. Allison dan Kaye (2004: 2) disebut rencana bila tidak menegaskan tujuan utama dan metoda prioritas yang dipilih organisasi, menurutnya perencanaan strategi itu mencangkup pemilihan prioritas tertentu membuat keputusan tentang tujuan dan sarana, baik dalam jangka panjang maupun pendek. Sedangkan Bryson (2007: 24) mengatakan bahwa perencanaan strategis adalah salah satu cara untuk membantu organisasi dan komunitas mengatasi lingkungan mereka yang telah berubah, artinya dengan perencanaan strategis odapat membantu organisasi dalam merumuskan dan memecahkan masalah yang sedang atau akan dihadapi. Pendefinisian lain mengenai Rencana Strategi dijabarkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah mengatakan bahwa rencana strategis SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang disingkat Renstra SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun. Lebih jelas dalam BAB VI pasal 85 ayat 1 dan 2 mengatakan bahwa Renstra SKPD harus memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan,
24
program dan kegiatan dan juga disusun sesuai dengan tugas dan fungsi serta berpedoman kepada RPJMD Daerah dan bersifat indikatif. Dalam penyusunannya Renstra SKPD diatur dalam Permendagri No. 54 Tahun 2010 pasal 89 mengatakan bahwa renstra disusun dengan tahapan yaitu: a. Persiapan Penyusunan Renstra SKPD b. Penyusunan Rencana Renstra SKPD c. Penyusunan Rancangan Akhir Renstra SKPD d. Penetapan Renstra SKPD. Bila dalam tahapan rencana strategis RKPD di atur dalam permendagri no. 54 tahun 2010 lain halnya dengan prosesnya perencanaan strategis menurut Allison dan Kaye (2004: 13-18) yang menyatakan tahap-tahap dasar proses perencanaa strategis yaitu sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Bersiap-siap yaitu untuk menyiapkan sedia bagi perencanaan strategis. Rancangan rumusan misi dan rumusan visi Menilai lingkungan Menyepakati prioritas-prioritas dengan produk strategi umum, strategi jangka panjang, san sasaran khusus 5. Penulisan Rencana Strategis dengan hasil produk Rencana Strategis 6. Melaksanakan Rencana Strategis 7. Memantau dan mengevaluasi. Dalam tahapan-tahapan yang disebutkan di atas setiap tahapannya dilakukan untuk menggodog rencana yang nantinya akan dilaksanakan sampai dievaluasi. Proses perencanaan yang sukses tentunya akan dapat menopang organisasi dalam mencapai kesepakatan tentang hasil akhir. Sedangkan pendapat lain mengenai proses perencanaan strategis di ungkap kan oleh Bryson (2004: 43) yang memaparkan sepuluh tahapan dalam proses perencanaan strategis yaitu sebagai berikut:
25
1. 2. 3. 4.
memulai dan menyepakati proses perencanaan strategis mengidentifikasi mandat organisasi memperjelas misi organisasi dan nilai-nilai menilai envirinment eksternal dan internal untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, dan ancaman oportunities 5. Mengidentifikasi isu-isu strategis yang dihadapi organisasi 6. merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu 7. meninjau dan mengadopsi strategi atau rencana strategis 8. Membentuk visi organisasi yang efektif 9. mengembangkan proses implementasi yang efektif 10. meninjau kembali strategi dan proses perencanaan yang strategis Dari dua proses rencana strategi yang dituturkan oleh allison dan kaye, juga yang dituturkan oleh Bryson, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam tahapan proses rencana strategi harus memperhatikan segala aspek yaitu baik dari aspek lingkungan, aspek organisasi itu sendiri yang akan membuat rencana dan melaksanakannya. Intinya dalam tiap tahapan proses perencanaan strategis hasil bertitik akhir pada hasil yang sesuai dengan kesepakatan awal. Kini banyak sekali perencanaan strategis yang dibuat dengan begitu matang namun kurang memperhatikan kondisi yang ada di lapangan sehingga terkadang rencana strategis tidak sesuai dengan masalah sebenarnya sehingga rencan strategis menjadi sia-sia atau yang lebih parahnya rencana strategis dipaksakan sehingga menimbulkan masalah baru. Proses rencana strategis juga harus memperhatikan kemungkinan, kemungkinan yang akan terjadi saat implementasi, sehingga saat implementasi dilakukan para pelaksana sudah siap menghadapinya dengan trik yang telah direncanakan dalam perencanaan strategi yang dibuat sebelumnya.
26
Selain itu, Vincent Gasperz (2004: 21) mengemukakan bahwa dalam mencapai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan perencanaan strategis diperlukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: a. Di mana kita berada sekarang? (where are we now?) b. Di mana kita ingin berada di masa datang? (where do we want to be in the future?) c. Bagaimana kita mencapai sasaran dan tujuan? (How do we get our goals?) d. Bagaimana kita menelusuri kemajuan? (How do we track our progress?)
Pendapat lain mengenai Perencanaan Strategis di jabarkan oleh Fred R. David (2004: 9-13) menatakan bahwa dalam perecanaan strategis, aspek-aspek yang perlu dilihat yaitu: a. Pernyataan Visi dan Misi, di mana pernyataan visi merupakan langkah pertama dalam perencanaan strategis, Sedangkan misi adalah pertanyaan tujuan jangka panjang yang membedakan suatu bisnis dari bisnis serupa lainnya yang mengidentifikasi lingkup operasi-operasi perusahaan dalam hal produk dan pasar b. Peluang dan ancaman eksternal, yang merujuk pada peristiwa dan tren ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, hukum, pemerintahan, teknologi, dan persaingan yang dapat menguntungkan atau merugikan suatu organisasi secara berarti di masa depan. Sehingga dalam hal ini, peluang dan ancaman merupakan hal yang di luar kendali suatu organisasi. c. Kekuatan dan Kelemahan Internal, yang merupakan segala kegiatan dalam kendali organisasi yang bisa dilakukan dengan sangat baik atau buruk. Kekuatan dan kelemahan tersebut ada dalam kegiatan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi manajemen di setiap perusahaan. d. Tujuan Jangka Panjang, sebagai hasil tertentu yang perlu dicapai organisasi dalam memenuhi misi utamanya untuk keberhasilan organisasi karena tujuan menentukan arah, membantu dalam melakukan evaluasi, menciptakan sinergi, menunjukkan prioritas, memusatkan koordinasi, dan menjadi dasar perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, serta pengendalian kegiatan yang efektif. e. Strategi, yang merupakan cara untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang. Strategi bisnis bisa berupa perluasan geografis, disversifiksi,
27
akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, rasionalisasi karyawan, divestasi, likuidasi dan joint venture. f. Sasaran Tahunan, yang merupakan tolak ukur jangka pendek yang harus dicapaiorganisasi untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjangnya. g. Kebijakan , yang merupakan cara mencapai sasaran tahunan. Dalam hal ini kebijakan berupa pedoman, aturan-aturan, dan prosedur yang ditetapkan untuk mendukung usaha-usaha mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan.
2.3 Pengertian Implementasi Seperti yang telah dijelaskan dalam konsep rencana strategis. Implementasi merupakan salah satu tindakan lanjut dari proses perencanaan strategis, bila dalam proses perencanaan strategis adalah menentukan atau merencanakan segala sesuatu yang akan dilakukan oleh organisasi, maka dalam implementasi ini merupakan tindak lanjut atau proses melaksanakan apa yang telah direncanakan. dalam hal ini implementasi menjadi sangat penting sifatnya karena menurut Nugroho (2012 : 674) jika kita sudah mempunyai konsep yang baik, 60% keberhasilan sudah di tangan. Namun, yang 60% itu pun akan hangus jika 40% implementasi tidak konsisten dengan Konsep. Pendapat yang sama mengenai pentingnya Implementasi diungkapkan oleh David (2004 : 258) implementasi strategis secara langsung mempengaruhi hidup manajer pabrik, manajer divisi, manajer departemen, manajer penjualan, manajer produk, manajer personalia, manajer staf, supervisor, dan semua karyawan. Hal tersebut mengartikan bahwa implementasi strategi berefek pada seluruh lapisan manajerial. Dalam implementasi kebijakan seluruh aktor dalam organisasi maupun di luar organisasi harus ikut andil dalam implementasi strategi ini karena penentu keberhasilan
28
sebuah strategi adalah di mana aktor yang merumuskan strategi dan aktor pendukung memainkan peranan masing-masing dengan benar. Sedangkan pendapat lain dijelaskan oleh Wheelen dan Hunger (2003:17) mengatakan bahwa implementasi strategi adalah proses di mana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakannya dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur. Dari penjabaran mengenai implementasi di atas dapat disimpulkan bahwa implentasi merupakan suatu proses yang mana proses tersebut terdiri dari tindakan yang di kemas dalam bentuk program atau kegiatan-kegiatan yang telah dirumuskan sebelumnya dalam tahapan perumusan kebijakan atau perumusan strategi. Implementasi merupakan tindakan yang sangat menentukan keberhasilan sebuah rencana atau misi yang telah dibuat sebelumnya tanpa implementasi rencana hanya akan jadi angan-angan semu. 2.3.1 Tahapan Implementasi Bila pengertian atau rumusan mengenai implementasi telah dijabarkan pada point pengertian implementasi maka pada point ini akan melakukan tinjauan apaapa saja yang harus dilakukan dalam atau tahapan apa saja yang harus dilewati dalam tahapan implementasi. Bryson (2004:50) menjelaskan bahwa dalam mengembangkan proses implementasi yang efektif dalam rangka merealisasikan strategi-strategi harus melalui tindakan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Peranan Implementasi dan tanggungjawab anggota organisasi Sasaran khusus, hasil dan kejadian penting yang diharapkan Langkah penanganan yang relevan Penyusunan jadwal Sumber daya yang diperlukan dan darimana memperolehnya Proses Komunikasi
29
7. Proses review, monitoring dan prosedur koreksi pada pekerjaan yang berjalan 8. Prosedur pertanggung jawaban
Tahapan lain mengenai implementasi strategi yang diungkapkan oleh Hunger dan Wheelen (2003: 296) mengatakan bahwa dalam memulai proses implementasi, manajer strategis harus memperhatikan tiga pertanyaan berikut: 1. Siapa yang akan melaksanakan rencana strategis yang telah disusun? 2. Apa yang harus dilakukan? 3. Bagaimana sumber daya manusia yang bertanggung jawab dalam implementasi akan melaksanakan berbagai hal yang diperlukan? Dua pendapat di atas memberikan pendapat yang berbeda dalam tahapan yang harus dilalui saat implementasi rencana strategi, namun memiliki inti yang sama yaitu bahwa dalam pelaksanaan rencana strategi harus diketahui siapa?, apa yang dilakukan? Bagaimana sumber dayanya?. Selanjutnya kedua pakar diatas memberikan pandangan yang sama dalam implementasi yaitu bahwa kendaraan atau tindakan implementasi harus melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur. Ketiganya menjadi penting dalam pelaksanaan rencana strategi. Pelaksanaan implementasi akan berhasil dengan efektif dan memberikan keuntungan baik bagi lingkungan eksternal maupun bagi lingkungan internal yaitu organisasi itu sendiri. Pelaksanaan rencana strategi harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Bryson (2004:248) Keberhasilan pelaksanaan strategi dan rencana akan tergantung terutama pada desain dan penggunaan berbagai struktur pelaksanaan yang mengkoordinasikan dan mengelola kegiatan pelaksanaan, bersama dengan kelanjutan atau penciptaan koalisi pelaksana berkomitmen, pendukung, dan
30
kelompok-kelompok yang mendukung . Oleh sebab itu dalam pelaksanaan perencanaan strategis sangat diperlukan kesepakatan bersama baik organisasi terkait, maupun lingkungan sekitar. 2.4 Konsep Pariwisata 2.4.1 Pengertian Pariwisata Istilah pariwisata (tourism) baru muncul di masyarakt kira-kira pada abad ke-18, khususnya sesudah Revolusi Industri di Inggris. Istilah pariwisata berasal dari dilaksanakannya kegiatan wisata (tour), yaitu suatu aktivitas perubahan tempat tinggal sementara dari seseorang, di luar tempat tinggal sehari-hari dengan suatu alasan apa pun selain melakukan kegiatan yang bisa menghasilkan upah atau gaji (Muljadi, 2012:7). Pariwisata merupakan aktivitas, pelayanan dan produk hasil industri pariwisata yang mampu menciptakan pengalaman perjalanan bagi wisatawan (Muljadi, 2012:7). McIntosh (1995) dalam (Muljadi, 2012:7), menyatakan bahwa pariwisata adalah “... a composite of activities, services and industries that delivers a travel experience: transportation, accommodation, eating and dringking establishment, shops, entertainment, activity, and other hospitality service available for individuals or group that are away from home”. WTO dalam (Muljadi A.J 2012:9) mendefinisikan pariwisata sebagai “the activities of persons travelling to and staying in places outside their usual environment for not more than one concecutive year for leisure, business and other purposes”atau berbagai aktivitas yang dilakukan orang-orang yang mengadakan perjalanan untuk tinggal di luar kebiasaan lingkungannya dan tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk kesenangan, bisnis, dan keperluan lain. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah (Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I, Pasal I, ayat 3). Sedangkan definisi Kepariwisataan adalah
31
keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan Negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha (Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I, Pasal I, ayat 4). Definisi lain dari pariwisata yaitu menurut Weaver dan Opperman 2003 dalam (Pitana dan Diarta, 2009:45) sebagai berikut: Tourism is the sum total of the phenomena and relationship arising from the interaction among tourist, business suppliers, host government, Host communities, origin governments, universities, community colleges and non-governmental organizations, in the process of attracting, transporting, hosting, and managing these tourist and other visitor. Sedangkan menurut Richardson and Fluker (2004) dalam (Pitana dan Diarta,2009:46) mengatakan bahwa definisi pariwisata yang dikemukakan mengandung beberapa unsur pokok yaitu: 1. Adanya unsure travel (perjalanan), yaitu pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lain. 2. Adanya unsur “tinggal sementara” di tempat yang bukan merupakan tempat tinggal yang biasanya;dan 3. Tujuan utama dari pergerakan manusia tersebut bukan untuk mencari penghidupan/pekerjaan di tempat yang dituju. Dari penjelasan tentang pariwisata di atas dapat disimpulkan bahwa pariwisata merupakan kegiatan wisata yang didukung dengan segala fasilitas dan sekaligus kegiatan wisata yang menguntungkan berbagai pihak baik pengunjung atau wisatawan, warga setempat dan pemerintah. Namun dari beberapa definisi di atas terlihat bahwa pariwisata akan memberikan keuntungan apabila dikelola secara maksimal baik oleh pemerintah, pihak swasta, masyarakat, dan wisatawan.
32
Dari definisi yang sudah dijabarkan diatas tentunya tersirat manfaat dari kepariwisataan tersebut, yaitu sebagai berikut: 1. Kepariwisataan merupakan kegiatan pemakaian jasa yang beraneka ragam atau kepariwisataan adalah suatu kumpulan dari beraneka ragam pemakaian jasa, sehingga para wisatawan memerlukan jasa hotel, jasa makan/minum, jasa angkutan, dan lain-lain. 2. Pada hakikatnya, kepariwisataan dengan sektor-sektor ekonomi yang lain “saling ketergantungan” dengan gambaran yang jelas seperti beberapa contoh pertanyaan sebagai berikut. 1) Kenaikan jumlah kedatangan wisatawan, apakah menimbulkan dampak produksi di segala sektor? 2) Kenaikan jumlah kedatangan wisatawan, apakah berdampak pada peningkatan jumlah impor? 3) Kenaikan jumlah kedatangan wisatawan, apakah berdampak pada kesempatan lapangan kerja? 4) Apakah peningkatan dibidang kepariwisataan berpengaruh secara tidak langsung terhadap pajak? 3. Pengeluaran wisatawan disuatu Negara/wilayah yang dikunjungi berpengaruh secara signifikan, sebab: 1) Pengeluaran wisatawan dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu: a. Transportasi; b. Akomodasi, makan, dan minum c. Lain-lain. 2) Dampak pengeluaran wisatawan mancanegara menambah devisa Negara Muljadi (2012:119-120). Dapat disimpulkan manfaat pariwisata yang dijabarkan Muljadi bahwa pariwisata akan memiliki manfaat yang akan dirasakan oleh berbagai pihak baik pihak industry, pemerintah dan masyarakat. Selain itu manfaat pariwisata yang terpenting adalah menambah devisa negara. 2.4.2 Pengertian Wisatawan Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (Undang-undang No. 10 Tahun 2009
33
tentang Kepariwisataan Bab I, Pasal I, ayat I ). Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata (Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I, Pasal I, ayat 2). Dari penjabaran wisata dan wisatawan di atas, dapat pula wisatawan didefinisikan sebagai orang yang melakukan kegiatan perjalanan baik sendiri, ataupun dengan kelompoknya untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari alam sekitar dengan tidak menetap, atau tinggal sementara waktu. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan yang di katakan wisatawan adalah orang ,baik dalam Negeri atau Luar Negeri yang berkunjung ke suatu tempat untuk tujuan rekreasi, berlibur, atau melakukan riset. Sedangkan kesimpulan yang ditarik dari definisi wisata yaitu wisata adalah perjalanan yang dilakukan wisatawan ke tempat kawasan wisata. 2.4.3 Kawasan Wisata Kawasan wisata atau yang dapat disebut juga sebagai destinasi wisata menurut (Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I, Pasal I, ayat 6) adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administrative yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Kawasan wisata merupakan suatu aset yang apabila dikembangkan akan menghasilkan keuntungan untuk berbagai pihak, selain itu kawasan wisata merupakan kebutuhan yang dicari oleh wisatawan. Kawasan Wisata merupakan tempat dimana wisatawan berkumpul, baik untuk sekedar berlibur, atau melakukan pengembangan. Daya tarik kawasan wisata biasanya ditentukan berdasarkan sapta pesona yang dimiliki oleh kawasan
34
tersebut, sapta pesona yang baik dan indah akan menarik wisatawan, sedangkan kawasan wisata dengan sapta pesona yang rendah memiliki dua kemungkinan. Pertama kawasan wisata itu ramai karena wisatawan tertarik untuk melihat kondisinya, kedua kawasan wisata tersebut menjadi sepi peminat karena kondisi sapta pesonanya yang memprihatinkan. 2.4.4 Pengelolaan Pariwisata Pengelolaan Pariwisata merupakan bagian penting dalam kegiatan pariwisata, tanpa pengelolaan pariwisata tentu tidak akan terciptanya sapta pesona yang akan menarik wisatawan untuk datang berkunjung. Pengelolaan pariwisata haruslah mengacu pada prinsip-prinsip pengelolaan yang menekankan nilai-nilai kelestarian lingkungan alam, komunitas, dan nilai sosial yang memungkinkan wisatawan menikmati kegiatan wisatanya serta bermanfaat bagi kesejahteraan komunitas lokal. Cox (1985) dalam (Pitana dan Diarta, 2009: 11), pengelolaan pariwisata harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut: 1. Pembangunan dan pengembangan pariwisata haruslah didasarkan pada kaerifan lokal dan special local sense yang merefleksikan keunikan peninggalan budaya dan keunikan lingkungan. 2. Preservasi, proteksi, dan peningkatan kualitas sumber daya yang menjadi basis pengembangan kawasan pariwisata. 3. Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada khasanah budaya lokal. 4. Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan budaya dan lingkungan lokal. 5. Memberikan dukungan dan legitimasi pada pembangunan dan pengembangan pariwisata jika terbukti memberikan manfaaat positif, tetapi sebaliknya mengendalikan dan/atau menghentikan aktivitas pariwisata tersebut jika melampaui ambang batas (carrying capacity) lingkungan alam atau akseptabilitas sosial walaupun di sisi lain mampu meningkatkan pendapatan masyarakat.
35
Untuk menyinergikan pengelolaan pariwisata yang memenuhi prinsipprinsip pengelolaan yang diurikan sebelumnya, diperlukan suatu metode pengelolaan yang menjamin keterlibatan semua aspek dan komponen masyarakat. Metode Pengelolaan pariwisata mencangkup beberapa kegiatan berikut (WTO, dalam Richardson dan Fluker, 2004) dalam (Pitana dan Diarta, 2009: 88-89): 1. Pengolsutasian dengan semua pemangku kepentingan Hal ini dapat dilakukan dengan beragam cara, seperti melalui pertemuan formal dan terstrukutr dengan pelaku industry pariwisata, dewan pariwisata, konsultasi publik dalam subjek tertentu, penjajakan dan survai, konsultasi kebijakan dengan beragam kelompok kepentingan, dan melalui interaksi antara departemen pemerintah terkait dengan berbagai pihak sesuai subjek yang ditentukan. 2. Pengidentifikasian isu Isu pariwisata akan semakin beragam seiring dengan meningkatnya skala kegiatan yang dilakukan. 3. Penyusunan Kebijakan Kebijakan yang disusun mungkin akan berdampak langsung maupun tidak langsung dengan pariwisata. Kebijakan ini akan menjadi tuntunan bagi pelaku pariwisata dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan pariwisata. 4. Pembentukan dan pendanaan agen dengan tugas khusus Agen ini bertujuan menghasilkan rencana strategi sebagai panduan dalam pemasaran dan pengembangan fisik di daerah tujuan wisata. 5. Penyediaan fasilitas dan operasi Pemerintah berperan dalam member modal usaha, pemberian subsidi kepada fasilitas dam pelayanan yang vital tetapi tidak mampu membiyayai dirinya sendiri tetapi dalam jangka panjang menjadi penentu keberhasilan pembangunan pariwisata. 6. Penyediaan Kebijakan fiscal, regulasi, dan lingkungan sosial yang kondusif. Hal ini terutama diperlukan sebagai prasyarat bagi organisasi/perusahaan untuk mencari keuntungan atau target perusahaan yang telah ditetapkan. 7. Penyelesaian konflik kepentingan dalam Masyarakat Hal ini merupakan peran yang sulit tetapi akan menjadi salah satu peran yang sangat penting dalam era di mana isu lingkungan dan konservasi sumber daya menjadi isu penting. Dari prinsip-prinsip yang telah dijabarkan diatas dapat simpulkan bahwa dalam pengelolaan pariwisata sangat diperlukan sinergi atau kerja sama yang baik,
36
konsistensi dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan agar pengelolaan berjalan lancar dan potensi-potensi yang dimiliki dapat di manfaatkan demi kebaikan
bersama.
Selain
itu
juga
pengelolaan
pariwisata
sebaiknya
memperhatikan kondisi lingkungan seperti menjaga kelestarian lingkungan sekitar, dan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaannya, karena tujuan awal dari pembangunan pariwisata adalah untuk kesejahteraan masyarakat. 2.4.5 Pengembangan Destinasi Pariwisata Menurut (Andi, 2001:261) mengatakan Pengembangan mengisyaratkan suatu proses evolusi dengan konotasi positif atau sekurang-kurangnya bermakna “tidak jalan ditempat”. Atau kata pengembangan dapat dikaitkan dengan dua hal, yakni: “Proses” dan “tingkat” perkembangan sesuatu. Selanjutnya
menurut
(Andi,
2001:261)
mengatakan
pengembangan
pariwisata merupakan kata yang cukup tinggi penggunaannya di Negara manapun dan level
apapun, tetapi kelihatannnya
difahami
secara berbeda-beda.
Pengembangan pariwisata pada mulanya dikembangkan karena landasan
filosofis.
(Muljadi,2012:24)
mengatakan
mempunyai
pariwisata
sangat
mengandalkan adanya keunikan, kekhasan, kelokalan, dan keaslian alam dan budaya yang tumbuh dalam masyarakat. Terdapat empat misi dalam kepariwisataan Indonesia menurut Muljadi (2012:26). Empat misi tersebut berangkat dari sebuah konsepsi bahawa kepariwisataan memiliku tuntutan untuk mengendalikan diri, yang mengutamakan manusia sebagai subjek sentral. Kepariwisataan berorientasi dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, sehingga kekuatan inti pariwisata Indonesia berada di
37
tangan rakyat atau disebut pembangunan kepariwisataan berbasis masyarakat (community Based Tourism Development). Di bawah ini adalah empat misi Kepariwisataan Indonesia: 1. Pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan. 2. Pemanfaatan kebudayaan untuk kepariwisataan guna kepentingan agama, pendidikan, ilmu pengetahuan, ekonomi, persatuan dan kesatuan, serta persahabatan antar bangsa. 3. Pengembangan produk kepariwisataan yang berwawasan lingkungan bertumpu pada budaya daerah, pesona alam, pelayanan prima, dan berdaya saing global. 4. Pengembangan SDM Kepariwisataan yang sehat, berakhlak mulia dan professional yang mampu berkiprah di arena International. Untuk dapat melakukan pengembangan yang sebaik-baiknya, maka kata kunci pengembangan pariwisata menurut Menurut (Andi, 2001:263) yaitu sebagai berikut: 1. Perencanaan Pada umumnya semua pihak menyadari, bahwa pariwisata harus dikembangkan dan dikelola secara terkendali, terintegrasi dan berkesinambungan berdasarkan rencana yang matang. Dengan caraini maka pariwisata dapat member manfaat ekonomi yang berarti begi suatu Negara/daerah tanpa menimbulkan masalah lingkungan dan sosial yang serius. Merencanakan pengembangan pariwisata pada semua tingkat (nasional, regional, dan lokal) sangatlah penting untuk mencapai keberhasilan dalam pembangunan dan pengelolaan pariwisata. Salah satu cara untuk mewujudkan pengembangan yang berkesinambungan adalah melalui pendekatan perencanaan pelestarian lingkungan. Perencanaan yang berorientasi pada pelestarian lingkungan mempersyaratkan, bahwa segala sesuatu yang termasuk elemen lingkungan haruslah dengan teliti disurvey, dianalisa dan dipertimbangkan sebelum menentukan tipe tempat yang paling sesuai untuk dikembangkan. 2. Pelaksanaan Setelah ada perencanaan tentunya rencana itu harus dilaksanakan, pelaksanaan suatu rencana melibatkan semua pihak (pemerintah dan swasta).Keterlibatan semua pihak itu lebih diperlukan untuk pelaksanaan rencana pengembangan pariwisata, karenakarakter pariwisata yang lintas sektoral dan lintas disiplin ilmu pengetahuan.Dalam kaitan ini semakin luas dipraktekkan pembuatan pedoman pelaksanaan (implementation manual), yang dijadikan sebagai pegangan bagi aparatur pemerintahan
38
mengenai prosedur dan cara-cara pelaksanaan suatu rencana. Adapun unsur-unsur pokok pelaksanaan suatu rencana pengembangan pariwisata meliputi : Pengesahan rencana, pentahapan program, penerapan zonasi (Zoning), dan penerapan standar pengembangan.Untuk melaksanakan suatu rencana dengan efektif, diperlukan tekad dan dukungan politik yang kuat terhadap pengembangan pariwisata berdasarkan rencana yang telah disahkan disertai kepemimpinan yang berwibawa pada jajaran pemerintahan dan pihak swasta. Dalam kaitan ini penting sekali adanya kejelasan mengenai peran yang harus dimainkan oleh jajaran pemerintahan, pihak swasta dan badan usaha milik Negara/daerah. 3. Pengendalian Pengendalian yang didalamnnya tercakup pengertian pemantauan dan pengawasan haruslah merupakan bagian integral dari rencana dan pelaksanaan pengembangan pariwisata.Dalam melakukan pengendalian itu berbagai hal perlu dipantau misalnya perkembangan pelaksanaan program, khususnya program kerja atau target tahunan, harus dipantau secara berkesinambungan.Jumlah kedatangan dan karakteristik wisatawan perlu dicatat untuk mengetahui apakah sasaran-sasaran (jumlah dan sumber wisatawan) dapat dicapai atau perlu diadakan revisi/penyesuaian.Bila diperlukan, survey khusus harus dilakukan untuk mengetahui tingkat kepuasan dan persepsi wisatawan terhadap produkproduk pariwisata yang dijual.Pengendalian yang efektif sangat diperlukan untuk pembangunan jangka panjang dan menjamin pengelolaan pariwisata yang berkesinambungan sepanjang masa. Pengembangan
pariwisata
seperti
yang
telah
dijelaskan
di
atas
menyampaikan bahwa setiap pengembangan pariwisata tentunya memiliki landasan filosofis sehingga pariwisata tersebut memiliki ciri khas yang membedakan dengan pariwisata lain. Selain itu membangun konsep mengenai pengembangan pariwisata tentu tidak semudah membalikan telapak tangan dan tidak hanya mementingkan keuntungan besar yang akan diperoleh saja, tapi Konsep pengembangan pariwisata dibuat didasarkan untuk kepentingan masyarakat, dan tentunya konsep ini harus matang baik dari segi perencanaan, pelaksanaan, dan pengendaliaanya. Selain itu kesimpulan dari pengembangan pariwisata di atas, begitu ditekankan mengenai pengembangan pariwisata berbasis
39
pelestarian lingkungan, dengan memanfaatkan kekhasan, atau keunikan budaya lokal.
2.5 UU No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya Dalam undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya mendifinisikan Kawasan Cagar Budaya adalah Satuan Ruang geografis yang memiliki dua situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas. Dalam undang-undang yang sama pada pasal 13 Kawasan Cagar Budaya hanya dapat dimiliki dan/atau dikuasai oleh Negara, kecuali yang secara turun-temurun dimiliki oleh masyarakat hukum adat. Sedankan definisi Cagar Budaya menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya adalah Cagar Budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting artinya sebagai pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfataan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dari penjelasan tentang Kawasan Cagar Budaya dan Cagar Budaya yang dijabarkan dalam UU No. 11 Tahun 2010 menjelaskan bahwa sebuah cagar budaya di masukan kedalam kawasan cagar budaya karena terdapat lebih dari satu cagar budaya disuatu tempat dan jaraknya berdekatan
sehingga ditetapkan
menjadi kawasan wisata cagar budaya misalnya seperti Candi Prambanan di
40
Yogyakarta, atau seperti di Kawasan Wisata Banten Lama yang didalamnya kondisi cagar budayanya berdekatan satu sama lain. Pada pasal selanjutnya dipertegas bahwa cagar budaya tidak dapat dimiliki oleh perseorangan hanya dapat dimiliki oleh negara atau keturunana, atau kaum adat setempat. Hal ini dilakukan mengingat cagar budaya begitu menarik perhatian wisatawan sehingga siapapun yang memilikinya akan merasa beruntung dan mendapatkan keuntungan, sehingga pasal 13 ini menjadi bermanfaat agar tidak sembarang orang memanfaatkan dan memperoleh keuntungan yang tidak seharusnya, pasal 13 ini juga memberikan perlindungan kepada cagar budaya itu sendiri agar tidak salah kelola. Lebih lanjut di bawah ini dijelaskan mengenai criteria Cagar Budaya dalam UU No.11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya . Dalam Undang-undang Nomor. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya dijelaskan mengenai Kriteria Cagar Budaya pada BAB III pasal 5,6,7yaitu sebagai berikut: 1.
Benda, Bangunan, Struktur 1) Berusia 50 tahun atau lebih; 2) Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 tahun; 3) Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan;dan 4) Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa;
2.
Situs 1) Lokasi mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, dan/atau struktur cagar budaya;dan
41
2) Menyimpan informasi kegiatan manusia pada masa lalu. 3.
Kawasan 1) Mengandung dua situs cagar budaya atau lebih yang letaknya berdekatan; 2) Berupa lanskap budaya hasil bentukan manusia berusia minimal 50 tahun; 3) Memiliki pola yang memperlihatkan fungsi ruang masa lalu, berusia paling sedikit 50 tahun; 4) Memperlihatkan bukti pembentukan lanskap budaya;dan 5) Memiliki lapisan tanah terbenam yang mengandung bukti kegiatan manusia atau endapan fosil. Dari penjelasan di atas bahwa undang-undang telah memberikan kriteria
mengenai cagar budaya dengan lengkap dan terinci dengan catatan usia yaitu 50 tahun atau setengah abad. sehingga pengakuan-pengakuan bahwa suatu barang atau bangunan merupakan cagar budaya tidak sembarang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Tidak hanya sekedar pengertian, larangan, dan kriteria, dalam undang-undang inipun dijelaskan mengenai pengelolaan cagar budaya yang akan dijelaskan dibawah ini. 2.5.1
Pengelolaan Cagar Budaya Pengelolaan cagar budaya dalam undang-undang Nomor 11 Tahun 2010
tentang Cagar Budaya adalah upaya terpadu untuk melindungi, mengembangkanm dan memanfaatkan Cagar Budaya melalui kebijakan pengaturan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. Pada pasal 97 dijelaskan mengenai pengelolaan cagar budaya yaitu sebagai berikut:
42
1.
Pemerintah dan Pemerintah Daerah memfasilitasi pengelolaan Kawasan Cagar Budaya
2.
Pengelolaan Kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan tidak bertentangan dengan kepentingan masyarakat terhadap Cagar Budaya dan kehidupan sosial.
3.
Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh badan pengelola yang dibentuk oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat hukum adat.
4.
Badan pengelola sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat terdiri atas unsur pemerintah dan/atau pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat.
5.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan Cagar Budaya diatur dalam Peraturan Pemerintah. Penjelasan pengelolaan di atas dijelaskan dengan sangat jelas tertera bahwa
pemerintah dan pemerintah daerah membentuk, memfasilitasi pengelolaan kawasan wisata dengan tidak bertentangan dengan kepentingan masyarakat. Dalam hal ini pengelolaan kawasan wisata dilakukan oleh pemerintah untuk kepentingan masyarakat bukan untuk kepentingan keuntungan pribadi. Dan dalam hal pengelolaan tidak juga bertentangan dalam kehidupan sosial. Selain itu pengelolaan kawasan cagar buday juga hal memperhatikan nilai sejarah sehingga perlu kehati-hatian dalam pengelolaannya. 2.5.2 Pengembangan Cagar Budaya Dalam Undang-undang Nomor. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya juga dijelaskan tata cara pengembangan yang mana pengembangan adalah peningkatan
43
potensi nilai, Informasi, dan promosi cagar Budaya serta pemanfaatanya melalui penelitian, revitalisai dan Adaptasi secara berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan pelestarian. Penelitian Dalam Undang-undang Nomor.11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya pada pasal 79 djelaskan mengenai pengembangan cagar budaya dengan cara penelitian. Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode yang sistematis untuk memperoleh informasi, data dan keterangan bagi kepentingan pelestarian Cagar Budaya, ilmu pengetahuan,dan pengembangan kebudayaan.Dan di bawah ini penjabaran tentang pasal 79. 1.
Penelitian dilakukan pada setiap rencana pengembangan Cagar Budaya untuk menghimpun Informasi serta mengungkap, memperdalam, dan menjelaskan nilai-nilai budaya.
2.
Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap Cagar Budaya melalui: a. Penelitian dasar untuk pengembangan ilmu pengetahuan; dan b. Penelitian terapan untuk pengembangan teknologi atau tujuan praktis yang bersifat aplikatif.
3.
Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan sebagai bagian dari analisis mengenai dampak lingkungan atau berdiri sendiri.
4.
Proses dan hasil penelitian cagar budaya sebagaimana di maksud pada ayat (2) dilakukan untuk kepentingan meningkatkan informasi dan promosi Cagar Budaya.
44
5.
Pemerintah atau pemerintah daerah, atau penyelenggara penelitian menginformasikan
dan
mempublikasikan
hasil
penelitian
kepada
masyarakat. Revitalisasi Undang-undang
Nomor.
11
Tahun
2010
tentang
Cagar
Budaya
mendifinisikan revitalisasi adalah kegiatan pengembangan yang ditujukan untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai penting Cagar Budaya dengan penyesuaian fungsi ruang baru yang tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian dan nilai budaya masyarakat. Lebih jelasnya ada di pasal 80, 81, 82 yang dirinci sebagai berikut: 1.
Revitalisasi potensi situs Cagar Budaya atau Kawasan Cagar Budaya memperhatikan tata ruang, tata letak, fungsi sosial, dan/atau lanskap budaya asli berdasarkan kajian(Pasal 80).
2.
Revitalisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menata kembali fungsi ruang, nilai budaya, dan penguatan Informasi tentang Cagar Budaya (Pasal 80).
3.
Setiap orang dilarang mengubah fungsi ruang situs Cagar Budaya dan/atau Kawasan Cagar Budaya peringkat nasional, peringkat provinsi, atau peringkat kabupaten/kota, baik seluruh maupun bagian-bagiannya, kecuali dengan izin menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan tingkattannya (Pasal 81).
4.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan pemerintah (Pasal 81).
45
5.
Revitalisasi Cagar Budaya harus member manfaat untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mempertahankan cirri budaya lokal (pasal 82).
Adaptasi Adaptasi adalah upaya pengembangan cagar budaya untuk kegiatan yang lebih sesuai dengan kebutuhan masa kini dengan melakukan perubahan terbatas yang tidak akan mengakibatkan kemerosotan nilai pentingnya atau kerusakan pada bagian yang mempunyai nilai penting. Pengertian diatas merupakan pengertian adaptasi dalam Undang-undang Nomor.11 Tahun 2010 tentang cagar budaya. Selanjutnya dibawah ini adalah penjelasan perpasal mengenai adaptasi: 1.
Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya dapat dilakukan adaptasi
untuk
memenuhi
kebutuhan
masa
kini
dengan
tetap
mempertahankan: a. Ciri asli dan/atau muka bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya; dan/atau. b. Ciri asli Lanskap budaya dan/atau permukaan tanah situs Cagar Budaya atau kawasan cagar budaya sebelum dilakukan adaptasi (Pasal 83 ayat 1). 2.
Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan: a. Mempertahankan nilai-nili yang melekat pada cagar budaya; b. Menambah fasilitas sesuai dengan kebutuhan; c. Mengubah Susunan ruang secara terbatas; dan/atau
46
d. Mempertahankan gaya arsitektur, konstruksi asli, dan keharmonisan estetika lingkungan di sekitarnya (Pasal 83 ayat 2). 2.6 Penelitian Terdahulu Untuk bahan pertimbangan dalam penelitian ini, dicantumkan hasil penelitian terdahulu yang pernah penulis baca. Penelitian terdahulu ini bermanfaat dalam mengolah atau memecahkan masalah yang timbul dalam implementasi rencana strategis pengembangan dan pelestarian destinasi wisata cagar budaya Banten Lama. Walaupun lokusnya dan masalahnya tidak sama persis tapi sangat membantu peneliti menemukan sumber-sumber pemecahan masalah yang ada di Kawasan Wisata Banten Lama. Di bawah ini adalah hasil penelitian yang peneliti baca: Penelitian yang pertama yaitu penelitian yang dilakukan oleh P Bagus Baruna, Universitas Diponegoro, 2012 dengan judul implementasi kebijakan pengembangan kawasan kota lama sebagai tujuan wisata Kota Semarang dalam penelitiannya peneliti menjelaskan program-program untuk Kawasan Kota lama yang disediakan oleh Kota Semarang. Penelitian yang selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Baharuddin, Syavir Laief dan Syamsul Fajar, Universitas Hasanuddin, 2012 dengan judul Pengembangan Kawasan Wisata Taman Purbakala Batu Pake Gojeng Kabupaten Sinjai (Upaya Menunjang Pengembangan Pariwisata Daerah) dalam penelitiannya peneliti menjelaskan skenario pengembangan Kawasan Taman Purbakala Batu Pake Gojeng dengan melihat usur-unsur 1) Daya Tarik
47
Objek dan Strategi Pengembangan; 2) Pengembangan obyek Wisata berbasis Masyarakat; 3) Konsep Zonasi. Penelitian selanjutnya adalah dari Sriyanti, M. Ruslin Anwar, dan Antariksa tahun 2012 dengan judul Pengembangan Kawasan Wisata Balekambang Kabupaten Malang. Dalam penelitiannya peneliti menggunakan konsep pengembangan Rapid Growth strategy dengan prioritas pengembangan pada penambahan jenis atraksi budaya, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga kualitas lingkungan, meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana prasarana pendukung pariwisata, memanfaatkan jaringan jalan JLS (Jalur Lintas Selatan) dan letak kawasan wisata balekambang yang berdekatan dengan objek wisata lain serta pendidikan dan pelatihan SDM. Penelitian lain yaitu oleh Dea Martha, Tri Yuniningsih, Titik Djumiarti 2012 dengan judul Strategi Pengembangan Situs Purbakala Patiayam Sebagai Aset Pariwisata Kabupaten Kudus, penelitian ini menggunakan analisis lingkungan dengan mencari faktor eksternal dan internal yang berkaitan dengan situs pati ayam lalu dari analisis tersebut ditemukan faktor penghambat dan pendukung dalam pengembangan situs patiayam. Lalu dengan mengidentifikasi isu strategis lalu mengevaluasinya mereka mendapatkan dua isu yang paling strategis dalam pengembangan situ patiayam yaitu kerjasama dengan pihak investor dan peningkatan kualitas dan variasi fasilitas pada objek wisata, dari isu tersebut di buat program-program strategi. Penelitian yang hampir mirip dengan penilitian yang dilakukan peneliti yaitu penelitian oleh Romahita Saragih tahun 2011 dengan judul Pengembangan
48
Destinasi Wisata Kawasan Banten Lama, Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif
dan menganalisis dengan teori Tourism
Opportunity Spectrum menurut Pitana dan Diarta 2009. Adapun penelitian-penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti tidak jauh berbeda dengan penelitan sebelumnya yaitu untuk mengetahui proses implementasi rencana strategi dalam pengembangan destinasi pariwisata khususnya Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan berfokus pada proses implementasi strategi dalam pengembangan dan pelestarian destinasi wisata cagar budaya Banten Lama. Dan menganalisisnya menggunakan teori implementasi menurut Fred R David (2004) 2.7 Kerangka Berpikir Pengembangan Kawasan Wisata khususnya dalam hal ini kawasan Cagar Budaya sangat penting, karena pada dasarnya dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya mengatakan bahwa kawasan cagar budaya dikembangkan untuk kemakmuran dan kesejahteraan mayarakat disekitrnya. Selain itu dilihat dari antusias masyarakat baik Domestik maupun mancanegara yang tertarik akan kawasan budaya, menjadikan kawasan cagar budaya menjadi objek wisata yang memiliki potensi meningkatkan pendapatan daerah. Salah satu contohnya adalah Kawasan Cagar Budaya di Kawasan Wisata Banten Lama yang terdiri dari Benteng Surosowan, Benteng Spelwijk, Keraton Kaibon, Tasikardi, Klenteng dan lain-lain yang mana kawasan wisata Banten lama menurut Informasi yang diperoleh merupakan kawasan kota lama bekas Pusat
49
Kerajaan Islam Banten terlengkap di Indonesia yang mana bila dikembangkan dan dikelola dengan baik tentu akan banyak menguntungkan berbagai pihak. Namun Kenyataannya dilapangan Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama, belum optimal dalam pengembangan destinasi selain itu juga masalah lainya yaitu lemahnya Kelembagaan kepariwisataan di Provinsi Banten. lemahnya kelembagaan kepariwisataan di Provinsi Banten seperti BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) serang, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten dan Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota Serang, Museum Negeri Banten, Museum Kepurbakalaan Banten Lama terlihat dari cara mereka berkoordinasi, Belum Optimalnya Pemberdayaan masyarakat di destinasi Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama, kurangnya sinergi antara pemerintah atau lembaga kepariwisataan milik pemerintah dengan pihak terkait seperti pengelola parkir, kenadziran,dan pihak masyarakat, Strategi yang belum berjalan dan kurang tepat dalam pengembangan dan penataan Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama. Oleh karena itu Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Cagar Budaya di Kawasan Wisata Banten Lama sebaiknya memperhatikan apek-aspek yang perlu diperhatikan dalam Perencanaan Strategis menurut Fred R David 2004 yaitu Visi/misi, analisis eksternal, analisis internal, tujuan sasaran jangka panjang, strategi, sasaran tahunan, kebijakan. Dengan memperhatikan aspek tersebut dan memperhatikan prinsip pengelolaan dan pengembangan pariwisata maka di harapkan akan terciptanya pelaksanaan rencana strategis dalam pengembangan dan pelestarian destinasi
50
wisata cagar budaya di Kawasan Wisata Banten Lama khususnya oleh Pemerintah Daerah Provinsi Banten. Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Masalah yang terjadi: 1. Belum optimalnya pengembangan destinasi Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama 2. Lemahnya Kelembagaan kepariwisataan di Provinsi Banten. 3. Belum Optimalnya Pemberdayaan masyarakat di destinasi Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama. 4. Kurangnya sinergi antara pemerintah atau lembaga kepariwisataan milik pemerintah dengan pihak terkait seperti pengelola parkir, kenadziran,dan pihak masyarakat 5. Kurang tepatnya dan belum berjalannya rencana strategis yang telah di buat oleh pemerintah Provinsi banten (Sumber: Peneliti 2014)
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam perencanaan strategis menurut Fred R David (2004: 9-13) 1. Visi/Misi 2. Analisis Eksternal 3. Analisis Internal 4. Tujuan Sasaran Jangka Panjang 5. Strategi 6. Sasaran Tahunan 7. Kebijakan
Terlaksananya rencana strategi dalam pengembangan dan pelestarian Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama secara maksimal
51
2.8 Asumsi Dasar Asumsi dasar merupakan sebuah persepsi awal peneliti terhadap objek yang diteliti. Asumsi yang disimpulkan didasarkan pada pengamatan peneliti di lapangan yang menunjukkan bahwa ketersedian sarana dan prasarana yang memprihatinkan, dan lemahnya partisipasi masyarakat dalam pengembangan destinasi wisata tersebut. Selain menarik asumsi berdasarkan pengamatan dilapangan, peneliti juga menarik asumsi berdasarkan informasi yang diperoleh dari sumber dengan cara wawancara sementara, dan menemukan masalah bahwa dalam pengembangan dan penataan Kawasan Wisata Banten Lama yaitu lemahnya kelembagaan pariwisata di Provinsi Banten hal ini ditunjukan dengan saling melempar tanggung jawab dalam pengembangan dan penataan Kawasan Wisata Banten Lama, selain itu kurangnya sinergi antara pemerintah atau lembaga kepariwisataan milik pemerintah dengan pihak terkait seperti pengelola parkir, kenadziran dan pihak masyarakat, sosialisasi pernah dilakukan sekitar tahun 2002, setelah itu belum lagi ada duduk bersama menyamakan kepentingan wawancara dengan Bapak Tasrif selaku Kepala Seksi Pengelola Museum Negeri Banten, (03 Februari 2014 Pukul 10.00 WIB, Museum Negeri Banten). Berdasarkan masalah-masalah di atas maka asumsi dasar dalam penelitian ini adalah Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten belum dilaksanakan dengan baik.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Metode Penelitian Dalam penelitian Implementasi Rencana Strategi Pengembangan dan
Pelestarian Destinasi Wisata Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, yang mana Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) (Sugiyono, 2012:1). Metode Penelitian kualitatif ini sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya bersifat kualitatif (Sugiyono, 2012;1). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif eksploratif
karena
penelitian ini berkaitan tentang kebudayaan yang mana penelitian kualitatif bersifat eksploratif yang artinya peneliti mencoba memahami fenomena secara garis besar
tanpa mengabaikan kemungkinan pilihan focus tertentu secara
khusus (Maryaeni, 2005:7). Dalam penelitian ini peneliti sebagai instrument
52
53
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, studi dokumentasi, studi pustaka. Sedangkan untuk analisis data menggunakan teknik analisis data menurut Prasetya Irawan, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi . 3.2
Fokus Penelitian Penelitian ini berjudul Implementasi Rencana Strategis Pengembangan
dan Pelestarian Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama dengan focus penelitian pada implementasi Rencana Strategis dari proses pengembangan dan pelestarian Destinasi Cagar Budaya Banten Lama, dengan lokus penelitian di Banten Lama Kota Serang 3.3
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Destinasi Wisata Cagar Budaya banten Lama
dengan lokasi penelitian beberapa situs dan peninggalan besar yang ada di Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama, seperti: Keraton kaibon, Keraton Surosowan, Masjid dan Menara Agung Banten Lama, Jembatan Rantai, Mesjid Pecinan, Pengindelan Abang, Danau Tasikardi, Benteng Spelwijk, Wihara Avalokitesvara, Pelabuhan Perikanan Karangantu dan dinas yang menaunginya yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten.
54
3.4 Fenomena yang diamati 3.4.1
Definisi Konsep Untuk memecahkan permasalahan dalam penelitiaan ini mengenai
Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama maka teori yang di gunakan adalah aspekaspek yang harus diperjatikan dalam perencanaan strategis David (2004: 9-11 ) yaitu meliputi: 1.
Visi/ misi yaitu Visi merupakan langkah pertama dalam perencanaan strategis. Sedangkan misi adalah pernyataan jangka panjang mengenai tujuan yang membedakan suatu bisnis dari bisnis serupa lainnya yang serupa. Pernyataan misi menjawab pertanyaan mendasar yang dihadapi oleh semua ahli strategi.
2.
Analisis Eksternal, yang merujuk pada peristiwa dan tren ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, hukum, pemerintahan, teknologi, dan persaingan yang dapat menguntungkan atau merugikan suatu organisasi secara berarti di masa depan.
3.
Analisis Internal merupakan segala kegiatan dalam kendali organisasi yang bisa dilakukan dengan sangat baik atau buruk.
4.
Tujuan Sasaran Jangka Panjang, sebagai hasil tertentu yang perlu dicapai organisasi dalam memebuhi misi utamanya untuk keberhasilan organisasi.
55
5.
Strategi, merupakan cara untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang.
6.
Sasaran Tahunan merupakan tolak ukur jangka pendek yang harus dicapai organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjangnya.
7.
Kebijakan merupakan cara mencapai sasaran tahunan.
3.4.2 Definisi Operasional Mengacu dari definisi konsep serta teori yang dipakai sebagai pisau penelitian ini yaitu berdasarkan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam perencanaan strategis. Dengan indikator sebagai berikut: 1. Visi/misi meiputi: a. Kejelasan Visi b. Kejelasan Misi c. Keterkaitan antara visi dan misi 2. Analisis Eksternal a. Peluang b. Ancaman (Tantangan) 3. Analisis Internal a. Sumber Daya b. Kemampuan 4. Tujuan jangka Panjang a. Prioritas
56
5. Strategi a. Strategi yang digunakan 6. Sasaran Tahunan a. Terintegrasi dan terkoordinasi 7. Kebijakan a. Peraturan 3.5 Instrumen Penelitian Dalam Penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai Instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun kelapangan (Sugiyono,2012;59). Selanjutnya Nasution (1988) dalam Sugiyono (2012;60) menyatakan: “Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, Fokus penelitian, Prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satusatunya yang dapat mencapainya”. Berdasarkan dua pernyataan dari para ahli tersebut peneliti menarik garis besar bahwa instrument penelitian ini adalah peneliti sendiri.
57
Menurut Nasution (1988) dalam Sugiyono (2012;61) peneliti sebagai instrument penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian. 2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus. 3. Tiap Situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrument berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia. 4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita. 5. Peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang diperoleh. 6. Hanya manusia sebagai instrument dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelaksana
3.6 Informan Penelitian Dalam penelitian ini yang akan menjadi informan peneliti adalah Kepala Dinas pemuda olahraga pariwisata Kota Serang, Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata Kota Serang, Kepala Bidang Balai Budaya Dinas Kebudayaan dan pariwisata Provinsi Banten Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata, Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang, Kepala Museum Kepurbakalaan Banten Lama, Kepala Kenadziran Banten Lama, Kepala Dinas
58
Budaya dan pariwisata Kabupaten Serang, Kepala Bidang Sumber Daya air dan Pemukiman, Kepala Tata Ruang Kota Serang, Wisatawan dan Masyarakat yang mana beberapa dari mereka merupakan key informan.dan adapula yang menjadi Secondary informan. Untuk memudahkan dalam pembacaan hasil penelitian, maka berikut ini akan diuraikan daftar informan yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu:
No. Kategori Informan I
Tabel 3.1 Kategori Informan Kode Informan
Instansi a. Kepala Bidang Program di Dibudpar Provinsi b. Kepala Seksi Pengelola Museum Negeri c. Kepala Bagian Pemugaran Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang d. Kepala Bidang kebudayaan Dinas porabudpar Kota Serang e. Kepala Dinas Sumber daya Air dan Pemukiman f. Kepala Kenadziran Banten Lama g. Kepala Museum Kepurbakalaan Banten Lama h. Kepala Tata Ruang Kota Serang i. Kepala BAPPEDA Provinsi Banten j. Kepala BAPPEDA Kota Serang k. Dinas Pendidikan dan
Keterangan
I1-1
Key Informan
I1-2
Key Informan
I1-3
Key Informan
I1-4
Key Informan
I1-5
Key Informan
I1-6
Secondary Informan
I1-7
Key Informan
I1-8
Key Informan
I1-9
Secondary Informan
I1-10
Secondary Informan
I1-11
59
Kebudayaan Kab. Serang l. Sekertaris Kecamatan I1-12 Kasemen m. Pengelola Klenteng I1-13 Avalokitesvara n. Penjaga Situs Keraton I1-14 Kaibon
II
Masyarakat a. Masyarakat sekitar b. Wisatawan
I2-1 I2-2
Secondary Informan Secondary Informan Secondary Informan Secondary Informan
Key Informan Key Informan
Sumber: Peneliti, 2014 3.7 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data 3.7.1 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang merupakan kombinasi dari beberapa teknik yaitu: Sumber Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya dan masih bersifat mentah karena belum diolah. Data ini diperoleh melalui: 1. Pengamatan/Observasi
60
Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti langsung terjun ke lokasi penelitian dan melakukan pengamatan langsung terhadap objek-objek yang diteliti, kemudian dari pengamatan tersebut melakukan pencatatan data-data yang diperoleh yang berkaitan dengan aktivitas penelitian. Selain itu observasi merupakan kegiatan yang meliputi pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian perilaku, objek-objek yang dilihat dan halhal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Konsep yang dikemukakan oleh Faisal dalam Sugiyono (2009:226) yang mengklasifikasikan observasi sebagai berikut: a. Observasi berpartisipasi (participant observation) b. Observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation and convert observation), dan c. Observasi yang tidak terstuktur (unstructured observation) Jadi berdasarkan pengklasifikasian observasi di atas, observasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah observasi terang-terangan, dimana peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa peneliti sedang melakukan penelitian. Sehingga pihak-pihak yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Dan juga peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari yang menjadi sumber data penelitian. Sehingga diperlukan data yang akurat, lengkap, tajam
61
dan terpercaya. Selain itu peneliti juga melakukan observasi secara tersamar dimana pihak-pihak yang diteliti belum mengetahui bahwa peneliti sedang melakukan aktivitas meneliti. 2. Wawancara Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus di teliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi (Sugiyono,2012;72). Wawancara
mendalam
adalah
teknik
pengolahan
data
yang
pengumpulan data didasarkan pada percakapan secara intensif dengan suatu tujuan tertentu untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya. Wawancara dilakukan dengan cara mendapat berabagai informasi menyangkut masalah yang diajukan dalam penelitian. Wawancara dilakukan pada informan yang dianggap menguasai penelitian. Adapun wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang akan diajukan oleh peneliti. Wawancara dilakukan dengan cara mempersiapkan terlebih dahulu berbagai keperluan yang dibutuhkan yaitu sampel informan, kriteria informan,
62
dan pedoman wawancara yang disusun dengan rapih dan terlebih dahulu dipahami peneliti, sebelum melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian b. Menjelaskan alasan mengapa informan terpilih untuk diwawancarai c. Menentukan strategi dan taktik wawancara d. Mempersiapkan pencatat data wawancara Hal-hal tersebut bertujuan untuk memberikan motivasi kepada informan untuk melakukan wawancara dengan menghindari keasingan serta rasa curiga informan untuk memberikan keterangan dengan jujur. Selanjutnya, peneliti mencatat keterangan-keterangan yang diperoleh dengan cara pendekatan katakata dan merangkainya kembali dalam bentuk kalimat. Wawancara perlu dilakukan lebih dari dua kali karena dua alasan utama. Pertama adalah pendekatan pengetahuan temporal. Istilah temporal maksudnya adalah istilah filosofis yang mendefinisikan bagaimana situasi dan pengetahuan orang saat itu dipengaruhi oleh pengalamannya dan bagaimana situasi saat itu akan menentukan masa depannya. Alasan kedua melakukan wawancara lebih dari satu kali adalah untuk memenuhi criteria rigor (ketepatan/ketelitian). Selain itu juga memungkinkan peneliti mengkonfirmasi atau mengklasifikasi informasi yang ditentukan pada wawancara pertama. Melalui pertemuan ini
63
hubungan saling percaya dengan informan semakin meningkat sehingga memungkinkan peneliti menyingkap pengalaman atau perasaan informan yang lebih pribadi. Jadi, dapat disimpulkan wawancara terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama meliputi perkenalan, memberikan gambaran singkat proses wawancara dan membangun hubungan saling percaya. Tahap kedua merupakan tahap terpenting dengan diperolehnya data yang berguna. Tahap terakhir adalah ikhtisar dari respon informan dan memungkinkan konfirmasi atau adanya informasi tambahan. a. Pedoman Wawancara Dalam penelitian mengenai Implementasi Rencana Strategi dalam Pengembangan dan Penataan Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama ,mengacu pada teori implementasi menurut G. Shabbir Cheema dan Dennis A. Rondinelli (1983) dalam (Subarsono, 2012: 101) dengan 4 variabel yaitu: kondisi lingkungan, hubungan antar organisasi, sumber daya organisasi untuk implementasi program, karakteristik dan kemampuan agen pelaksana.
64
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara No Dimensi 1
2
3
Indikator
Pertanyaan
Keterkaitan antara Visi dan Misi
1. Apa visi dinas ini? 2. Apa Misi dinas ini? 3. Bagaimana Keterkaitan antara Visi dengan Misi?
Visi dan Misi
Analisis Eksternal
Analisis Internal
1. Peluang pengembangan?
2. Hambatan/tantangan
1. Ancaman-ancaman yang terjadi lapangan? 1.
2. Kemampuan
1. Kemampuan pelaksanaan?
Jangka Prioritas
5
Strategi
Strategi digunakan
6
Sasaran Tahunan
Terintegrasi terkoordinasi
7
Kebijakan
Peraturan
11-1 – 11-12 di
Sumber daya apa saja 11-1 – 11-12 yang diperlukan?
1. Sumber Daya
Tujuan Panjang
Sumber : Peneliti 2014
dalam 11-1 – 11-12 12-1 – 12-2
1. Peluang
4
Kode Informan 11-1 – 11-12
petugas 11-1 – 11-12
Prioritas dalam renstra?
11-1 – 11-12
yang Strategi yang digunakan 11-1 – 11-12 untuk Banten Lama? 12-1 dan Bagaimana koordinasi 11-1 – 11-12 sasaran tiap tahun dengan 12-1 dinas terkait? Bagaimana peraturan dalam 11-1 – 11-12 pelaksanaan?
65
Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder ini merupakan sumber data yang diperoleh melalui kegiatan studi literatur atau studi kepustakaan dan dokumentasi mengenai data yang diteliti. 1. Studi kepustakaan Pengumpulan data ini diperoleh dari berbagai referensi yang relevan dengan penelitian yang dijalankan dan teknik ini berdasarkan text books maupun jurnal ilmiah. 2. Studi dokumentasi Studi dokumentasi, yakni pengumpulan data yang bersumber dari dokumen yang resmi dan relevan dengan permasalahan yang akan diteliti. Selanjutnya sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini terbagi atas data primer dan data sekunder. Data primer diambil langsung dari informan penelitian. Dalam hal ini data primer diambil melalui wawancara (interview). Sedangkan data sekunder adalah data yang tidak langsung berasal dari informan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini data sekunder diperoleh melalui data-data dan dokomen-dokumen yang relevan mengenai masalah yang diteliti. Data-data tersebut merupakan data yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.
66
3.7.2 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengikuti teknik analisis data kualitatif mengikuti konsep yang dikemukakan Irawan dalam bukunya Metodelogi Penelitian Administrasi (2005:27) yang terdiri dari langkah-langkah yang sistematis dimulai dari pengumpulan data mentah, transkip data, pembuatan koding, kategorisasi data, penyimpulan sementara, triangulasi dan yang terakhir yaitu penyimpulan akhir. Jadi, dalam analisis data pada penelitian kualitatif bersifat induktif (grounded) dapat diartikan bahwa kesimpulannya penelitian adalah dengan cara mangabstaraksikan data-data empiris yang dikumpulkan dari lapangan dan mencari pola-pola yang terdapat di dalam data-data tersebut. Karena itu analisis data dalam penelitian kualitatif tidak perlu menunggu sampai seluruh proses pengumpulan data selesai dilaksanakan. Analisis itu dilaksanakan secara paralel pada saat pengumpulan data dan dianggap selesai manakala peneliti merasa telah memiliki data sampai tingkat “titik jenuh” atau reliable (data yang didapat telah seragam dan telah menemukan pola aturan yang peneliti cari). Maka, tidak heran bila dalam penelitian kualitatif dapat berlangsung berbulan-bulan. Maksud dari analisis data adalah untuk penyederhanaan data ke dalam formula yang sederhana dan mudah dibaca serta mudah diinterpretasikan. Maksudnya analisis data di sisni tidak saja memberikan kemudahan interpretasi
67
tetapi mampu memberikan kejelasan makna dari setiap fenomena yang diamati sehingga implikasi yang lebih luas dari hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan simpulan akhir penelitian. Adapun langkah dalam melakukan teknik analisis data yang digunakan menurut Irawan (2005: 5) adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data Mentah Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan mengumpulkan data dengan teknik pengumpulan data seperti wawancara terhadap informan yang telah ditetapkan (purposive) dan informan sekunder, melakukan observasi di lokasi penelitian serta studi dokumentasi guna memperkuat data yang didapat. Yang peneliti catat hanya data apa adanya (verbatim). Jangan dicampurkan dengan pemikiran peneliti, komentar peneliti maupun sikap peneliti. 2. Transkrip data Pada tahap ini, peneliti mencoba catatan ke dalam bentuk tertulis dengan kata-kata apa adanya. 3. Pembuatan Koding Pada tahap ini, peneliti membaca ulang seluruh data yang sudah di transkrip. Perlu ketelitian dalam membaca transkrip, pada bagianbagian tertentu dari transkrip itu peneliti akan menemukan hal-hal penting yang perlu peneliti catat untuk proses berikutnya. Dari hal-hal penting ini dapat diambil kata kuncinya dan diberikan kode. 4. Kategorisasi Data Pada tahap ini, peneliti mulai menyederhanakan data dengan cara mengikat kata-kata kunci dalam suatu kategorisasi. 5. Penyimpulan Sementara Pada tahap ini, peneliti mengambil kesimpulan yang bersifat sementara dan harus berdasarkan data sehingga kesimpulan ini tidak dapat dicampur adukan dengan pemikiran dan penafsiran peneliti. Adapun jika peneliti ingin memberikan penafsiran dari pemikiran peneliti sendiri (observers comment), maka peneliti dapat Menuliskannya pada bagian akhir kesimpulan sementara. 6. Triangulasi Pada tahap ini, peneliti melakukan proses check and recheck antara satu sumber data dengan sumber data lainnya.
68
7. Penyimpulan Akhir Pada tahap ini, setelah data dianggap cukup dan dianggap telah sampai pada titik jenuh atau telah memperoleh kesesuaian, maka kegiatan selanjutnya adalah peneliti membuat kesimpulan akhir dan mengakhiri penelitian. Langkah-langkah teknik analisis data menurut Prasetya Irawan tersebut dapat ditunjukkan pada gambar berikut: Gambar 3.1 Proses Analisis Data Menurut Irawan Pengumpulan Data mentah
Transkrip Data
Penyimpulan Akhir
Pembuatan Koding
Triangulasi
Kategorisasi Data
Penyimpulan Sementara
Sumber: Irawan (2005:5)
Analisis data dimulai sejak pengumpulan data dan dilakukan lebih intensif lagi setelah kembali dari lapangan. Seluruh data yang tersedia, ditelaah dan direduksi sehingga terbentuk suatu informasi. Satuan informasi inilah yang ditafsirkan dan diolah dalam bentuk hasil penelitian sampai pada tahap kesimpulan akhir. 3.8 Jadwal Penelitian Jadwal penelitian berisi aktivitas yang dilakukan dan kapan akan dilakukan proses penelitian (Sugiyono, 2009:286). Berikut ini merupakan
69
jadwal penelitian
Implementasi Rencana Strategi Pengembangan dan
Pelestarian Destinasi Wisata Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten.
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian Waktu 2013-2014 No.
Kegiatan
1
Pengajuan judul Perizinan dan observasi awal Penyusunan proposal skripsi Seminar proposal skripsi Proses pencarian data di lapangan Pengolahan data Penyusunan laporan hasil penelitian Sidang laporan Skripsi Revisi laporan Skripsi
2
3
4
5
6 7
8
9
Sept 2013
aaaaa
okto 2013
aaaaa
Nov 2013
aaaaa
Sumber: Peneliti 2014
Des 2013
aaaaa
Jan 2014
aaaaa
Feb 2014
aaaaa
Mar 2014
aaaaa
Apr 2014
aaaaa
Mei 2014
aaaaa
Jun 2014
aaaaa
Juli 2014
aaaaa
Agust 2014
aaaaaa
Sept 2014
aaaaaa
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1 Profil Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten dibentuk berdasarkan Peraturan daerah provinsi Banten Nomor 24 Tahun 2002, mengalami reorganisasi menjadi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten berdasarkan peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 3 Tahun 2012 menjadi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. Kedudukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten sebagai unsur pelaksana otonomi daerah dibidang budaya dan pariwisata yang melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan dibidang budaya dan pariwisata. Visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten Tahun 2012-2017 “Mewujudkan Kebudayaan dan Pariwisata Banten yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan”. Makna yang terkandung dalam visi tersebut adalah bahwa dalam lima tahun ke depan diharapkan pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata Banten memperhatikan dan menjamin keberlangsungan usaha-usaha ekonomi, kehidupan sosial-budaya, pelestarian lingkungan hidup dan pelestarian kebudayaan daerah serta memberikan ruang kepada masyarakat lokal untuk menggali potensi dan
70
71
kreativitas guna menghasilkan produk-produk yang berdaya Saing dalam peningkatan kesejahteraan secara berkelanjutan. Seiring dengan upaya mendukung pencapaian misi daerah serta dalam rangka mewujudkan Visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten Tahun 2012-2017, maka Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten sebagai berikut: 1. Melestarikan nilai, keragaman dan kekayaan Budaya 2. Mengembangkan destinasi pariwisata yang berdaya saing 3. Meningkatkan Sumberdaya manusia dan kelembagaan kebudayaan dan pariwisata yang professional. 4. Mengembangkan pemasaran kebudayaan dan pariwisata. 5. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dinas budaya dan pariwisata. Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten digambarkan pada bagan di bawah ini:
72
Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Sekretaris
Jabatan Fungsional
Bidang Pembinaan Kebudayaan Daerah
Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata
Bidang Pemasaran Produk Kebudayaan dan pariwisata
Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata
UPT Balai Pengelola Taman Budaya Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten Sumber: Rencana Strategis 2012-2017 Disbudpar Provinsi Banten
4.1.2 Gambaran Umum Banten Lama Banten Lama merupakan sebuah keputusan kepurbakalaan yang menjadi salah satu objek wisata budaya unggulan di Kota Serang. Jaraknya Sekitar 10 Km dari Ibu Kota Provinsi Banten. Pada tahun 1526 pusat kerajaan dipindahkan dari Banten Girang ke Banten Lama, tepatnya tanggal 8 Oktober tahun 1526. Tanggal ini kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Serang, sebelum Kota Serang terbentuk. Dari bukti-bukti sejarah yang ditinggalkan, terungkap bahwa daerah Banten Lama yang perkembangannya kini terasa lambat, ternyata dahulu pernah dijadikan kota pelabuhan internasional dari sebuah kerajaan Islam yang makmur dan ramai dikunjungi pedagang-pedagang asing dari berbagai negara. Untuk lebih detailnya akan dijabarkan pada bagian sejarah Banten Lama.
73
Banten,
pada
awalnya
merupakan
bagian
dari
kerajaan
Hindu
Tarumanagara dan sejak abad ke lima, dan sejak abad ke sembilan sudah menjadi daerah destinasi perdagangan karena letak pelabuhannya yang cukup strategis bagi pedagang-pedagang yang berasal dari Cina, Indonesia, dan India. Pada Tahun 1527, melalui bantuan dari anaknya Hasanuddin, Falatehan menyerang Banten (Banten Lama) yang saat itu masih dikuasai oleh kerajaan Hindu-Budha. Prabu Pucuk Umum dan Sunda Kelapa, salah satu pelabuhan yang cukup maju di sebelah timur Banten, kemudian memindahkan pusat kekuasaan ke Banten (Banten Lama) arah utara dari Banten Girang, daerah Pesisir yang memang sudah cukup lama menjadi pusat perdagangan Banten Girang. Tujuannya tak lain adalah untuk memonopoli pelabuhan di Banten ini dan mencegah agar bangsa Portugis tidak dapat masuk. Saat itu Portugis telah cukup lama melakukan aktivitas perdagangan di Pulau Jawa. Pada masa kekuasaan Faletehan, ia membangun masjid pertama di Banten Lama yang dikenal dengan nama Pecinan Tinggi, di sebelah barat sungai Cibanten, dekat dengan daerah Pecinan. Kemudian ia juga membentuk pusat Kota di delta sungai Cibanten, sehingga letaknya diapit oleh dua sungai di timur dan barat, serta dikelilingi pula oleh anak sungai di sebelah utara dan selatan. Sungai pengapit yang berada disebelah timur dan barat Banten Lama ini yang merupakan
pecahan dari sungai utama Cibanten kemudian dikembangkan
menjadi pelabuhan internasional di sebelah barat, dan pelabuhan lokal di sebelah timur dikenal dengan nama Karangantu. Kota Banten ini terbagi menjadi empat oleh dua buah jalan utama, yang terbentang dari utara-selatan dan timur-barat,
74
pada bagian tengahnya terdapat alun-alun, ruang publik yang terbuka luas yang digunakan untuk melakukan acara kerajaan atau untuk mengadakan turnamen. Istana Kerajaan, yang diberi nama Surosowan, terletak di sebelah selatan dari alun-alun dan dikelilingi oleh permukiman para petinggi kerajaan. Tahun 1552, tahta kerajaan diserahkan kepada Hasanuddin. Salah satu bangunan penting yang dibangunnya adalah Masjid Agung di sebelah barat dari alun-alun pada tahun 1556, dan masih berdiri hingga sekarang. Tahun 15701580an, ia membangun tembok yang menutupi pusat kota, namun kawasan pelabuhan Karangantu dan pusat perdagangan berada di luar tembok kota, hal ini untuk mengatasi pertumbuhan penduduk dan ekonomi yang sangat tinggi. Kemudian sekitar tahun 1580-1595an, dibangunlah danau buatan Tasikardi di sebelah selatan kota untuk menyuplai air bersih dan irigasi. Tahun 1685 dibangunlah Benteng Speelwijk di sebelah barat laut dari pusat kota, yang digunakan sebagai gerbang masuk di pelabuhan internasional Banten. Benteng ini menunjukkan betapa kuatnya politik Belanda atas Banten. Benteng yang melindungi kota Banten kemudian dihancurkan, dan dilakukan pembenahan ulang pada kanal-kanal yang masuk ke dalam pusat kota. Beberapa kanal pun dibuat di sekitar Benteng Surosowan dan Benteng Speelwijk, Kota Banten pun sudah tak di lingkari dengan tembok pelindung. Masa-masa Banten yang dulu terkenal sebagai pusat perdagangan di pulau Jawa pun berakhir sekitar tahun 1800, karena menurunnya aktivitas perdagangan di pelabuhan Karangantu, salah satu faktor utamanya adalah terjadinya sedimentasi, dan juga karena berkembangnya Batavia sebagai pusat ekonomi dan politik yang baru. Tahun
75
1747 dibangun vihara baru dan berkembang hingga hari ini melalui beberapa proses restorasi. Penjabaran mengenai sejarah Banten Lama bahwa pada masa lalu oleh para pendiri Banten Lama atau para petinggi, dan para raja membangun fasilitasfasilitas baik untuk kesejahteraan masyarakat seperti Mesjid Agung, Danau buatan Tasikardi, Alun-alun, Benteng, dan Mesjid Pecinaan. Selain itu fasilitas untuk keluarga kerajaan seperti Keraton Surosowan, dan Keraton Kaibon dan fasilitas yang lainnya. Antara lain situs-situs peninggalan di Banten Lama yaitu sebagai berikut: Keraton Surosowan keraton ini dibangun oleh Maulana Hasanuddin Sultan Banten pertama antara tahun 1522 sampai sekitar tahun 1570, sedangkan benteng dan gerbangnya yang terbuat dari bata dan batu karang dibangun pada masa Maulana Yusuf Sultan Banten kedua antara tahun 1570 sampai sekitar tahun 1580. Keraton ini disebut juga Gedong Kedaton Pakuwan, ini berbentuk persegi panjang dengan ukuran dinding sekitar dua meter dan lebar sekitar lima meter. Panjang dinding sisi timur dan sisi barat 300 meter, sedangkan dinding sisi utara dan sisi selatan 100 meter, jadi luas secara keseluruhan sekitar tiga hektar. Keraton ini sekarang sudah hancur, yang tersisa saat ini adalah tembok benteng yang mengelilingi dengan sisa-sisa bangunannya, berupa pondasi dan temboktembok dinding yang sudah hancur, sisa bekas bangunan pemandian dan sebuah kolam taman dengan bangunan bale kambangnya.
76
Masjid dan Menara Agung Banten Lama. Masjid Agung terletak di bagian barat alun-alun kota, di atas lahan seluas 0,13 hektar, didirikan pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin, masjid ini memiliki rancangan bangunan tradisional. Sedangkan Menara Masjid Agung Banten terletak di halaman depan komplek masjid. Tinggi bangunan ini secara keseluruhan adalah 23, 155 m. Menara Masjid Agung Banten Lama didirikan antara tahun 1560-1570. Jembatan Rantai dibangun di atas sungai atau kanal kota lama Banten yang terletak 300 meter sebelah utara Keraton Surosowan. Jembatan ini berfungsi sebagai “tol perpajakan” bagi setiap kapal kecil atau perahu pengangkut barang dagangan pedagang asing yang memasuki kota kerajaan. Jembatan rantai dibangun dari bata dan karang, serta diduga memakai tiang besi dan papan untuk fungsi penyebrangan, dan „kerekan rantai‟ yang berfungsi ganda bila ada lalu lalang kapal kecil, jembatan bisa dibuka, dan bila tidak ada kapal masuk, jembatan ditutup sehingga berfungsi sebagai sarana penyebrangan orang dan kendaraan darat. Jembatan Rantai saat ini sudah tidak dipergunakan lagi, bagian tengahnya sudah hancur, sungai yang mengalir di bawahnya pun kini sudah dijadikan sebagai kebun sayuran dan banyak berserakan sampah. Yang tersisa kini hanyalah bagian pondasinya yang masih menempel pada tepian sungai. Komplek Keraton Kaibon yang terletak di Kampung Kroya merupakan tempat kediaman Ibu Ratu Asyiah, ibunda Sultan Syafiuddin. Pada tahun 1832 keraton ini dibongkar oleh pemerintah Hindia Belanda, yang tersisa sekarang hanya pondasi dan tembok-tebok serta gapuranya saja. Keraton ini mempunyai sebuah pintu besar yang dinamai Pintu Dalem. Di pintu gerbang sebelah barat
77
menuju masjid Kaibon terdapat tembok yang dipayungi sebuah pohon beringin. Pada tembok tersebut terdapat lima pintu bergaya Jawa dan Bali (Paduraksa dan Bentar). Apabila dibandingkan dengan keraton Surosuwan, Keraton Kaibon lebih archaic, terutama bila dilihat dari rancang bangun pintu-pintu dan tembok keraton. Kejatuhan Malaka terjadi ketangan portugis pada tahun 1511 menyebabkan para pedagang enggan untuk melalui selat malaka. Para pedagang yang berasal dari Arab, Persia, dan Gujarat mengalihkan jalur perdagangan ke Selat Sunda, sehingga mereka pun singgah di Karangantu, sejak itu perlahan tapi pasti, Karangantu menjadi pusat perdagangan Internasional yang banyak disinggahi oleh para pedagang dari Benua Asia, Afrika dan Eropa. Karangantu pada saat ini hanya sebuah pelabuhan kecil yang sama sekali tidak menunjukkan bukti-bukti kebesarannya di masa lalu, sebaliknya pelabuhan yang pernah dijuluki Singaporenya Banten ini sekarang lebih terkesan kumuh. Sampai sekarang pelabuhan ini masih dimanfaatkan untuk pelabuhan dan pusat perdagangan ikan. Pada tahun 1991 pelabuhan ini pernah dikeruk agar kapal-kapal yang bertonase besar dapat masuk. Benteng Speelwijk terletak di Kampung Pamarican dekat Bandar Pabean, Sekitar 600 meter di sebelah barat laut Keraton Surosowan, berdenah persegi panjang tidak simetris, dan pada setiap sudutnya terdapat bastion. Tembok benteng ini masih utuh tetapi sebagian sudah mengalami kerusakan. Benteng ini didirikan pada tahun 1585 oleh belanda di atas reruntuhan sisi utara tembok keliling kota Banten. Nama yang diberikan pada benteng Belanda ini adalah nama
78
untuk menghormati gubernur Jenderal Cornellis Janszzon Speelman yang bertugas antara tahun 1681 sampai dengan tahun 1684. Di bagian luar benteng terdapat parit buatan yang mengelilinginya. Di bagian dalam Benteng Spelwijk terdiri dari beberapa ruangan, hanya sebagian saja dari ruangan-ruangan ini yang masih tersisa, selebihnya hanya sisa-sisa pondasi yang tersusun atas batu bata. Di bagian kiri depan ruangan ini terdapat satu ruangan lagi berukuran 1 x 2 m, ruangan ini diduga semacam hal khusus. Kelenteng Avalokitesvara ini terletak di sebelah barat Benteng Speelwijk. Semula kelenteng ini terletak di Dermayon, dibangun oleh masyarakat Cina yang ada di Banten. Menurut tradisi kelenteng ini dibangun pada sekitar tahun 1652 atau pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Di halaman depan kelenteng terdapat gedung utama yang biasa digunakan sebagai tempat upacara. Di kiri dan kanan gedung utama terdapat beberapa altar sekunder untuk melakukan ritual ibadah. Di bagian belakang yang berhalaman luas terdapat bangunan penunjang berupa kamar-kamar. Masjid Pecinaan Tinggi terdapat di Kampung Pecinaan. Bentuk menara Masjid Pecinan Tinggi memiliki kesamaan bentuk dengan menara Masjid Kasunyatan. Menurut Stutterheim dipengaruhi oleh gaya Portugis. Masjid pecinan ini disebut Masjid Pecinan Tinggi karena dahulu banyak orang Cina berdagang dan bertempat tinggal di sekitar masjid yang terletak di Desa Pecinan. Masjid ini merupakan masjid pertama yang dibangun oleh Syarif Hidayatullah dan dilanjutkan oleh Sultan Maulana Hasanudin. Bangunan tersebut kini tinggal puing reruntuhan.
79
Sekitar dua km ke arah tenggara Keraton Surosuwan terdapat sebuah danau buatan yang semula dibangun untuk ibunda Sultan Maulana Yusuf untuk bertafakur di pulau buatan yang terletak di tengah danau. Tasikardi memiliki luas sekitar lima hektar, sementara airnya hanya memenuhi empat hektar dengan kedalaman lebih dari satu meter. Dahulu danau buatan ini berfungsi memasok air bersih bagi Kota Surosowan, termasuk untuk mengairi persawahan. Air dialirkan melalui penyaringan atau dikenal dengan istilah pengindelan. Pulau ini berbentuk segiempat dan diberi tembok keliling disetiap sisinya. Di sebelah utara terdapat tangga untuk naik di sisi sebelah utara. Yang tersisa saat ini hanyalah pondasi bangunan yang terdiri dari batu bata. Sebuah kolam pemandian terletak di sebelah timur dengan beberapa terap anak tangga untuk menuju ke bawah. Danau ini pernah dipugar pada tahun 1980-1981. Sekarang Tasikardi dimanfaatkan sebagai objek rekreasi wisata air yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang. Pengindelan Abang merupakan bangunan penyaring pertama yang menyalurkan air dari Danau Tasikardi. Bangunan ini terbuat dari batu bata. Terdapat rongga di dalamnya dengan bentuk lengkung sempurna, ditopang oleh dua pilar kokoh yang menopang atap. Ukuran panjang bangunan ini sekitar 18 meter dan lebar sekitar enam meter, terdapat satu pintu masuk berbentuk lengkung dengan tinggi sekitar 1,5 meter. Saat ini di dalam pengindelan abang masih terdapat air yang menggenang bercampur dengan sampah.
80
4.2 Pembahasan 4.2.1 Perencanaan Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama Destinasi cagar budaya Banten Lama merupakan salah satu aset pemerintah, destinasi tersebut merupakan aset milik bersama yaitu pemerintah Pusat atau pemerintah Republik Indonesia, pemerintah Provinsi Banten, pemerintah Kota Serang dan pemerintah Kabupaten Serang. Karena posisinya sebagai aset bangsa, tentunya cagar budaya Banten Lama mendapat perhatian dari berbagai pihak dengan membuat perencanaan-perencaan untuk mengembangkan dan melestarikan Banten Lama. Macam-macam perencanaan tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Mengacu kepada peraturan Presiden No.50 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional tahun 2010-2025, Pengembangan Destinasi Kepariwisataan Provinsi Banten di arahkan kepada: a. Kawasan Pengembangan Pariwisataan Nasional (KPPN) 1.
KPPN Carita dan sekitarnya
2.
KPPN Ujung Kulon dan sekitarnya
3.
KPPN Serang- Banten Lama dan sekitarnya
b. Destinasi Pariwisata Nasional (DPN): DPN Krakatau- Ujung Kulon dan sekitarnya c. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN): KSPN Ujung KulonTanjung Lesung dan sekitarnya
81
2.
Ruang Lingkup Provinsi mengacu kepada Peraturan Daerah No. 2 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten Tahun 20102030 dan Peraturan Daerah Provinsi Banten No. 4 tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Banten tahun 2012-2017 di arahkan kepada: a. Tata Ruang Wilayah 1.
Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung
2.
Kawasan Situs Banten Lama
3.
Kawasan Masyarakat Adat Baduy
4.
Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon
b. RPJMD Provinsi Banten Tahun 2012-2017 1.
Kawasan Pariwisata Terpadu Padarincang;
2.
Kawasan Pantai Wisata Anyer dan Pulau Tunda beserta Pulau Shanghiyang;
3.
Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung dan Kawasan Pariwisata Pulau Umang;
4.
Kawasan Pantai Carita dan Kawasan Wisata Alam serta Wisata Religi;
5.
Daerah Penyangga Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) dan pemberdayaan masyarakat sekitarnya;
6.
Kawasan Wisata Pantai Sawarna dan Badegur
7.
Kawasan Wisata Alam Arung Jeram Ciberang serta Wisata Religi;
8.
Pelestarian Situs Benda Purbakala dan Masjid Banten Lama.
82
c. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Provinsi Banten 1.
Kawasan Wisata Kota Tangerang
2.
Kawasan Tangerang Selatan
3.
Kawasan Tiga Raksa
4.
Kawasan Banten Utara Kepulauan
5.
Kawasan Tangerang Utara
6.
Kawasan Serang Utara
7.
Kawasan Kota Serang
8.
Kawasan Kota Pandeglang
9.
Kawasan Rangkas Bitung
10. Kawasan Pantai Barat Serang-Cilegon 11. Kawasan Ciomas 12. Kawasan Pantai Barat Pandeglang 13. Kawasan Ujung Kulon 14. Kawasan Pantai Sumur 15. Kawasan Bojong-Leuwidamar 16. Kawasan Cipanas 17. Kawasan Cibaliung-Malimping 18. Kawasan Sawarna d. Prioritas Pengembangan Kepariwisataan di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten dalam Rencana Strategis tahun 2012-2017 adalah sebagai berikut:
83
1.
Kawasan Pariwisata Terpadu Padarincang/ Ciomas;
2.
Kawasan Pantai Wisata Anyer dan Pulau Tunda beserta Pulau Shanghiyang/ Kawasan Pantai Barat Serang- Cilegon;
3.
Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung dan Kawasan Pariwisata Pulau Umang/ Kawasan Pantai Sumur;
4.
Kawasan Pantai Carita dan Kawasan Wisata Alam serta Wisata Religi/ Kawasan Pantai Barat Pandeglang;
5.
Daerah Penyangga Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) dan pemberdayaan masyarakat sekitarnya
6.
Kawasan Wisata Pantai Sawarna dan Badegur
7.
Kawasan Wisata Alam Arung Jeram Ciberang serta Wisata Religi/ Kawasan Cipanas;
8.
Pelestarian Situs Benda Purbakala dan Masjid Banten Lama/ Kawasan Serang Utara.
e. MasterPlan Penataan Kawasan dan Lingkungan Banten Lama dengan sasaran dan ruang lingkup pekerjaan sebagai berikut: a. Sasaran 1.
Menciptakan Kawasan Banten Lama yang sanggup menjadi icon, potensi Kota Serang khususnya dan Provinsi Banten pada umumnya.
2.
Menciptakan Kawasan Pariwisata dan Kawasan Sejarah yang berwawasan lingkungan.
b. Ruang Lingkup Pekerjaan Ruang Lingkup pekerjan antara lain :
84
1.
Identifikasi atas kondisi fisik Kawasan Banten Lama meliputi faktorfaktor eksternal dan internal yang berpengaruh pada kawasan serta review terhadap kebijakan dan strategi fungsi Kawasan Banten Lama.
2.
Menganalisis Aspek Fisik dan Lingkungan Kawasan Banten Lama.
3.
Merumuskan potensi dan kendala di Kawasan Banten Lama.
4.
Penyusunan Rencana Induk dengan menghitung dan merinci kebutuhan biaya dalam upaya revitalisasi.
5.
Membuat jadwal program implementasi di Kawasan tersebut (barchart) berdasarkan waktu pelaksanaan dan prioritas jangka waktu (1, 5 dan 10 tahun). Atau rehabilitasi infrastruktur fisik utama, seperti: 1.
Mesjid Agung
2.
Makam Sultan Maulana Yusuf
3.
Vihara avalokitesvara
4.
Tasik Kardi
5.
Jembatan rante
6.
Pangindelan
7.
Pelabuhan Karangantu
8.
Keraton Surosowan
9.
Keraton Kaibon
10. Benteng Speelwijk
85
Dan pengembangan pembangunan infrastruktur pendukung seperti:
6.
a.
Jalan Lingkungan
b.
Penataan Permukiman dan Tata Bangunan
c.
Drainase
d.
Pedestrian
e.
Areal Parkir
f.
Shelter
Upaya pengembangan serta implementasi skenario penyusunan program dan pentahapan pembangunannya.
7.
Penyusunan skenario kemungkinan kerjasama pembangunan dengan sektor swasta (Public – Private Partnership).
3.
Ruang Lingkup Kota Serang a. Rencana Tata Ruang Tata Wilayah Kota Serang yang di dalamnya terdapat Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan Pariwisata dan Rekreasi meliputi di dalamnya tersebut Cagar alam dan bangunan tua: 1. Mengarahkan Desa Banten Kecamatan Kasemen sebagai Kawasan Wisata Cagar Budaya dan Cagar Alam serta Kawasan Konservasi. 2. Mengarahkan Desa Banten, Desa Kasunyatan, Desa Margalayu Kecamatan Kasemen sebagai Kawasan Konservasi bangunan dengan melestarikan bangunan tua dan bersejarah.
86
3. Program Pengembangan dan Pembangunan Pelabuhan yang salah
satu
indikator
programnya
adalah:
Pelabuhan
Penyebrangan Karangantu 4. Program Perwujudan Pola Ruang dengan indikator program sebagai yaitu, perwujudan kawasan lindung dan rehabilitasi Kawasan Banten Lama dan Karangantu 5. Program utama Pengembangan Kawasan Pariwisata dengan indikator program yaitu, penataan Kawasan Cagar Budaya Banten Lama dan pelabuhan Karangantu 6. Penataan pola dan struktur kawasan strategis Kota Serang dengan indikator program bepenyusunan Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Banten Lama dan Karangantu 7. Pembangunan Sarana dan Prasarana Penunjang Kawasan dengan indikator program adalah revitalisasi dan penataan Kawasan Banten Lama dan Karangantu b. Pointer
RAPERDA
tentang
Rencana
Induk
Pembangunan
Kepariwisataan Kota Serang 4.
Ruang Lingkup Kabupaten Serang
a. Perda Kabupaten Serang No. 9 Tahun 1990 yang memuat penetapan Kawasan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Banten Lama sebagai Taman Wisata Budaya; b. RUTR Kawasan Banten Lama pada Tahun 1994; c. Masterplan Banten Lama;
87
d. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Banten Lama dan Karangantu 2006 – 2011; Beberapa penjabaran mengenai rencana-rencana yang dikhususkan untuk Banten Lama, Sekilas tentunya kita akan mengira bahwa berbagai pihak baik pemerintah pusat sampai pemerintah Kabupaten/Kota memberikan perhatian lebih untuk pengembangan dan pelestarian Banten Lama, namun tentunya jika diamati lebih dalam dan melihat kondisi di lapangan seperti tidak ada yang berubah, bahkan dapat dikatakan Banten Lama semakin memprihatinkan dari kondisi sebelumnya, lalu untuk apa macam-macam rencana atau penetapan-penetapan yang dibuat sebelumnya. Dalam hal ini tentunya terkait dengan implementasi perencanaan strategis tersebut yang akan dibahas pada point di bawah ini, namun sebelumnya point di bawah ini lebih mengkhususkan pada Implementasi Perencanaan Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Cagar Budaya Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, hal ini di karenakan keterbatasan peneliti untuk menganalisis implementasi secara keseluruhan, namun secara garis besar akan diberikan gambaran tentang bagaimana implementasi rencana pengembangan dan pelestarian Kawasan Wisata Cagar Budaya banten Lama, terkait dengan rencana-rencana yang telah dijabarkan di atas.
88
4.2.2 Implementasi Perencanaan Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Cagar Budaya Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten 4.2.2.1 Visi dan Misi Visi
Dinas
kebudayaan
dan
Pariwisata
Provinsi
Banten
yaitu
“Mewujudkan Kebudayaan dan Pariwisata Banten yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan”. Visi ini tentunya mengacu pada, RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) tahun 2010-2014, Pembangunan Kepariwisataan Nasional tahun 2010-2025, seperti yang telah dijelaskan dalam buku Rencana Strategis 2012-2017 Provinsi Banten pada halaman (73-84). Di bawah ini dijabarkan antara visi dan misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten dengan organisasi di atasnya.
89
Tabel 4.1 Perbandingan Visi dan Misi Keterangan
RPJMN 2010-2014
Visi
Terwujudnya Indonesia yang sejahtera, demokratis dan berkeadilan
Misi
1. Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera. 2. Memperkuat Pilarpilar Demokrasi. 3. Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang
Pembangunan Kepariwisataan Nasional tahun 2010-2025 Terwujudnya Indonesia Sebagai Negara Tujuan Pariwisata Berkelas Dunia, Berdaya Saing, Berkelanjutan, Mampu Mendorong Pembangunan Daerah dan Kesejahteraan Rakyat 1. Pengembangan destinasi Pariwisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai, berwawasan lingkungan, meningkatkan pendapatan nasional daerah dan masyrakat 2. PengembanganpPemasara n pariwisata yang sinergi, unggul dan bertanggungjawab untuk meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara. 3. Pengembangan industri pariwisata yang berdaya saing, kredibel, menggerakkan kemitraan usaha, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya. 4. Pengembangan Organisasi pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat, sumberdaya manusia, regulasi, dan mekanismeoperasional yang efektif dan efisien dalam rangka mendorong terwujudnya pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten Mewujudkan Kebudayaan dan Pariwisata Banten yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan
a. Melestarikan nilai, keragaman dan kekayaan budaya b. Mengembangkan destinasi pariwisata yang berdaya saing c. Meningkatkan sumberdaya manusia dan kelembagaan kebudayaan dan pariwisata yang professional d. Mengembangkan Pemasaran Kebudayaan dan Pariwisata e. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dinas budaya dan pariwisata
Sumber: Buku Rencana Strategis Tahun 2012-2017 DisBudPar Provinsi Banten Perbandingan visi dan misi yang dijabarkan dan dibandingkan dalam tabel 4.1 dapat ditarik kesimpulan bahwa visi dan misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten lebih mirip dengan visi dan misi Pembangunan
90
Kepariwisataan Nasional 2010-2025, ini dikarenakan bahwa Dinas Daerah khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di daerah tentunya harus mengacu kepada visi dan misi tersebut sehingga kegiatan pembangunan kepariwisataan dapat terlaksana sampai ke daerah-daerah. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat menurut bapak Tasrief sebagai berikut: “Visi itu merupakan sebuah mimpi, mimpi yang akan dicapai, mau visi Provinsi, atau SKPD itu punya masing-masing sesuai dengan kewenangannya, visi itu mimpi yang akan dicapai ditargetkan selama lima tahun, visi itu masih sangat abstrak dan harus dijabarkan kembali ke dalam yang namanya misi, misi lebih operasional, dan misi itu langkah-langkah dalam mencapai misi dan itu merupakan satu keterkaitan yang akan di breakdown lagi kedalam masing-masing bidang”(Wawancara dengan Bapak Tasrief, Selaku Kepala Pengelolaan Museum Negeri Banten, pada tanggal 05 Juni 2014 pukul 09.00 WIB) Menurut Solihin (2012: 21) pernyataan visi menunjukkan arah strategis perusahaan untuk mencapai berbagai hasil di masa mendatang sehingga akan menuntut pengarahan sumber daya perusahaan bagi pencapaian berbagai tujuan tersebut. Visi yang jelas akan menjadi landasan bagi pengembangan arah perusahaan yang komperhensif. Jika dilihat dengan menggunakan pendapat solihin (2012: 21) bahwa visi harus jelas karena menggambarkan arah sebuah organisasi, maka visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten dalam hal ini sudah sangat jelas di mana tujuannya adalah menjadikan kebudayaan dan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan, selanjutnya visi dijabarkan dengan kegiatan-kegiatan dan program-program yang mana secara garis besar disimpulkan dalam Misi. Pernyataan misi menurut Fred R David (2004: 9-13) mengatakan bahwa misi adalah pertanyaan tujuan jangka panjang yang membedakan suatu bisnis dari
91
bisnis serupa lainnya yang mengidentifikasi lingkup operasi-operasi perusahaan dalam hal produk dan pasar. Pernyataan ini didukung oleh Siagian (2008: 31) mengatakan misi sangat penting karena misi itu bukan hanya sangat mendasar sifatnya, akan tetapi membuat organisasi memiliki jati diri yang khas. Misi harus jelas terlihat produk andalan apa yang akan dihasilkan, pasaran konsumen bagaimana yang akan direbut, cara pemanfaatan teknologi yang akan digunakan menggambarkan sistem nilai dan skala prioritas yang dianut oleh para pengambil keputusan strategis dalam organisasi. Konsep di atas memberikan gambaran bahwa misi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten sudah jelas, dalam misinya telah telihat apa saja yang akan dicapainya yaitu: pelestarian, pengembangan dan peningkatan kualitas, maupun kapasitas, selain itu sasaran mereka adalah keragaman dan kekayaan budaya, destinasi wisata, sumberdaya manusia dan kelembagaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di Provinsi Banten. Jika dilihat dari visi dan misi tersebut yang telah dijabarkan di atas tentunya yang harus dilihat adalah keterkaitan antara visi dan misi, karena terkadang banyak visi atau misi yang tidak memiliki keterkaitan, sehingga tidak jelas apa yang akan menjadi tujuan dan kegiatan apa yang akan dilakukan kedepannya. Dalam hal keterkaitan visi dan misi, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten memiliki keterkaitan yang lengkap di mana visinya mengatakan bahwa visi mereka adalah “Mewujudkan Kebudayaan dan Pariwisata Banten yang berdaya saing dan Berkelanjutan”, dan didukung dengan misi yang menggambarkan pelestarian,
92
peningkatan kualitas, peningkatan kapsitas dan pengembangan yang mana tujuannya adalah menjadikan pariwisata yang berdaya saing dan berkualitas. Kaitannya dengan Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama visi dan misi sebuah dinas kebudayaan pariwisata sangat penting karena visi dan misi menggambarkan seberapa besar perhatian pemerintah atau dinas terkait terhadap situs-situs atau peninggalan bersejarah. Bila dilihat visi dan misi Disbudpar Provinsi Banten tentunya ada dua hal yaitu pelestarian pariwisata dan pengembangan destinasi, namun tentunya ini dijabarkan kembali dalam program dan kegiatan, yaitu secara garis besar di dalam rencana strategis 2012-2017 Disbudpar Provinsi Banten dengan nama Program Pengelolaan dan Pengembangan Keragaman, Kekayaan dan Nilai Budaya, dan Program Pengelolaan dan Pengembangan Pariwisata, yang akan dibahas satu persatu di bawah ini: 1. Program Pengelolaan dan Pengembangan Keragaman, Kekayaan dan Nilai Budaya di implementasikan dengan 5 kegiatan yaitu: 1) Kegiatan Pembinaan Kesenian Daerah 2) Kegiatan Fasilitasi dan Pagelaran Seni 3) Kegiatan Fasilitasi dan Pengembangan Nilai Budaya Daerah 4) Kegiatan Pelestarian Cagar Budaya, Museum Kesejarahan 5) Kegiatan Pengelolaan dan Pemeliharaan Cagar Budaya, museum dan Kesejarahan. 2. Program Pengelolaan dan Pengembangan pariwisata di implementasikan dengan 6 kegiatan yaitu:
93
1) Kegiatan Pengelolaan Destinasi Wisata 2) Kegiatan Pengembangan Usaha Jasa Pariwisata dan ekonomi kreatif 3) Kegiatan Pengembangan Standarisasi Pariwisata 4) Kegiatan Analisa Pasar Pariwisata 5) Kegiatan Promosi Pariwisata dan Budaya banten 6) Kegiatan Penyiapan Sarana dan Prasarana Promosi. Program-program di atas yang telah dibuat oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten sangat menarik dan bagus karena keseluruhan program dan kegiatan di tujukan untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan, yang sangat disayangkan adalah di mana saat Icon Banten yaitu Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama membutuhkan perhatian lebih karena kondisinya dan potensinya yang besar dan peluangnya yang akan memberikan kesejahteraan dan meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat setempat. keterkaitan antara visi dan misi memberikan gambaran manis atau harapan manis untuk Kawasan Wisata Banten Lama, namun dalam kegiatannya atau programnya belum tentu berjalan sesuai dengan keinginan. Hal ini tentunya didasari atas banyak faktor yang mempengaruhinya. Pengembangan dan pelestarian destinasi wisata cagar budaya Banten Lama, perlu mendapatkan perhatian khusus. Komitmen yang jelas dan tegas juga sangat diperlukan dari mulai penjabaran visi dan misi sampai program, kegiatan, dan indikator sasaran program, memang banyak sekali cagar budaya yang harus juga diperhatikan selain Banten Lama, namun yang menjadikan Prioritas Banten Lama menurut saya penting karena Banten Lama begitu fenomenal baik pada masa lalu
94
yang terkenal akan kerajaan Islamnya dan fenomenal saat ini pada masa kejayaannya, sehingga sebaiknya dinas-dinas terkait yang telah atau belum melakukan perencanaan dan melaksanakan perencanaan tersebut segera melakukan tindakan dalam pengembangan Banten Lama, sehingga pandangan buruk masyarakat yang menjudge pemerintah tidak melakukan apa-apa untuk Banten Lama atau lebih tepatnya pemerintah dianggap lemah dalam menangani destinasi wisata cagar budaya Banten Lama. dapat terbantahkan dan pihak pemerintah tentunya akan mendapatkan banyak keuntungan yaitu, citra baik di mata masyarakat, dan Kesejahteraan masyarakat setempat yang merupakan tujuan akhir dari pemerintah. 4.2.2.2 Analisis Lingkungan Eksternal Menurut Solihin (2012: 128) analisis lingkungan eksternal perusahaan terutama bertujuan untuk mengidentifikasi sejumlah peluang dan ancaman yang berada di lingkungan eksternal perusahaan. Sehingga dalam perencanaan strategis dan dalam tahap pelaksanaan implementasi strategis analisis lingkungan eksternal sangat diperlukan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan dan memberikan gambaran terhadap apa-apa saja terkait peluang yang dapat digali untuk menghasilkan suatu keuntungan, dalam hal Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, tentunya sebelum melakukan implementasi dan melakukan perencanaan yang pertama dilakukan setelah menentukan visi dan misi adalah menentukan atau menganalisis lingkungan eksternal. Dalam buku Rencana Strategis Tahun 2012-2017 Dinas Kebudayaan
95
dan Pariwisata Provinsi Banten menjelaskan bahwa ada peluang dan tantangan dalam Pengembangan Pelayanan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten adalah sebagai berikut: Peluang yang dihadapi dalam 5 (lima) tahun pembangunan kebudayaan dan pariwisata, meliputi: 1. Potensi keanekaragaman dan kekayaan kebudayaan dan pariwisata yang dimiliki 2. Posisi strategis kewilayahan 3. Terbukanya peluang kerjasama dan kemitraan dengan berbagai pihak dalam pembangunan kebudayaan dan pariwisata 4. Perkembangan trend pasar wisatawan 5. Peningkatan investasi pariwisata melalui pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pariwisata Sementara itu tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan kebudayaan dan pariwisata berupa: 1. Meningkatkan daya saing pertumbuhan kepariwisataan daerah lain 2. Investasi belum berorientasi pada pemberdayaan sumberdaya lokal 3. Masuknya pengaruh negatif kebudayaan asing yang berkembang di masyarakat 4. Infrastruktur dan fasilitas wisata kurang mendukung 5. Belum optimalnya dukungan masyarakat, organisasi profesi, pelaku kebudayaan dan pariwisata serta dunia usaha dalam pembangunan budpar.
96
6. Kecenderungan terhadap berkembangnya isu keamanan, kesehatan, lingkungan, ekonomi, sosial, budaya dan bencana alam 7. Kesenjangan pembangunan antara kawasan pariwisata 8. Belum optimalnya sinergitas eksekutif dan legislatif dalam pelaksanaan kebijakan pembangunan budpar. Sedangkan di bawah ini merupakan pendapat dari dinas-dinas terkait mengenai hambatan dalam pengembangan Banten Lama yaitu sebagai berikut: “Hambatannya itu yang pertama koordinasi antar kabupaten kota, BPCB, dan kenadziran koordinasi sering, namun sebatas di atas meja, pembinaan masyarakat, khususnya pedagang untuk membantu tugas pemerintah, hambatan selanjutnya adalah kewenangan dan anggaran”. (Wawancara dengan Bapak Elda selaku Kepala bidang Program di Disbudpar Provinsi Banten, pada Senin, 16 Juni 2014, pukul 10.00 WIB di Disbudpar Provinsi Banten.) Hambatan yang hampir serupa mengenai anggaran dan pembinaan masyarakat juga diungkapkan oleh Bapak Tb. Ismetullah selaku pihak Kenadziran yaitu sebagai berikut: “Kendala disini yaitu masalah anggaran, jika di Jawa Barat itu ada anggaran 1 keraton itu 8 Milyar, kalo disini ga ada sama sekali, anggaran semua dari sumbangan-sumbangan para peziarah yang dari kotak amal itu, kendala kedua adalah masyarakat, masyarakatnya kadang bandel”. Wawancara dengan Bapak Tb. Ismatullah Ismet selaku Ketua Kenadziran Banten Lama, pada Kamis 06 Maret 2014, pukul 10.00 WIB di Kediaman Bapak Ismet. Sama halnya dengan Bapak Ismet dan Bapak Elda, Bapak Juhaeri juga memandang bahwa kurangnya kesadaran masyarakat setempat menjadi kendala, dengan ungkapan seperti tertulis di bawah ini; “Kurang sadarnya penduduk setempat, yaitu dengan pedagang belum bisa ditertibkan, dan belum adanya juru pengendalian”. Wawancara dengan Bapak Juhaeri selaku Kepala Seksi Pengembangan nilai-nilai tradisional di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang, pada Selasa, 17 Juni
97
2014, pukul 11.00 WIB di Dinas pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang. Pernyataan mengenai kendala yang dihadapi dalam pengembangan dan pelestarian Banten Lama yaitu karena kurangnya kesadaran masyarakat juga diungkapkan oleh ibu Elly selaku Kasubag TU di BPCB Serang yaitu sebagai berikut: “Kendalanya masyarakat, tingkat kesadarannya masih rendah” Wawancara dengan Ibu Elly selaku Kasubag TU di BPCB Serang, pada 02 Juli 2014, pukul 13.00 WIB di Kantor BPCB Serang. Hambatan lain mengenai pengembangan Banten Lama selain masalah koordinasi, masyarakat dan anggaran juga terdapat hambatan dalam tarik menarik kepentingan seperti yang diungkapkan oleh Ibu Rina sebagai berikut: “Untuk sarana dan prasarana susah menatanya karena di sana terdapat tarik menarik kepentingan”. Wawancara dengan Ibu Rina selaku Kepala Seksi Perencanaan Ruang Dinas Tata Ruang Kota Serang, pada Selasa, 10 Juni 2014 pukul 09.00 WIB di Dinas Tata Ruang Kota Serang Ibu Rina menjabarkan bahwa hambatan dalam pengembangan Banten Lama dikarenakan banyak terdapatnya kepentingan di dalamnya. Di bawah ini Bapak Irfan menyebutkan salah salah satu kepentingan yang disiratkan oleh ibu Rina yaitu sebagai berikut: “Hambatannya itu di dalam Banten Lama ada yang namanya kenadziran, nah kenadzirn adalah keturunan sultan sehingga kebijakan tergantung pada kenadziran, sehingga sulit dalam mengintervensi”. Wawancara dengan Bapak Irfan selaku staff Bagian Perencanaan Ruang di Bappeda Provinsi, pada Senin 16 Juni 2014, pukul 11.00 WIB di Bappeda Provinsi. Peneliti lebih jauh meminta gambaran apa yang sebenarnya dihadapi dalam pengembangan Banten Lama khususnya oleh pihak Bappeda Kota Serang, yaitu sebagai berikut:
98
“Sebernarnya masalah kewenangankan milik provinsi, kemudiankan saluran air, sungai, itu kewenangannnya SDA, kalo kita mau bangun apaapa di Banten Lama terbentur undang-undang cagar budaya oleh BPCB, organisasi masalah kenadziran, kurang bekerjasama, yaitu si seharusnya ditingkat pimpinan yang seharusnya merundingkan, cumankan sampai saat ini belum ada pembenahan” Wawancara dengan Bapak Sigit Julian sebagai Staff Bappeda Kota Serang, pada Rabu, 11 Juni 2014 pukul 10.00 WIB di Bappeda Kota Serang.
Hambatan-hambatan di atas apabila disimpulkan secara keseluruhan maka hambatan-hambatan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Anggaran, hambatan anggaran ini diungkapkan oleh berbagai pihak bahwa hambatan masalah anggaran menghambat pembangunan, karena tanpa anggaran tentunya tidak akan berjalan 2. Koordinasi, hambatan berikutnya adalah koordinasi di mana hambatan ini mengakibatkan tumpang tindih kegiatan, dan tidak diketahuinya apaapa saja yang telah di lakukan untuk Banten Lama, sehingga harus dilakukan inventarisasi ulang tentang apa yang akan dilakukan untuk Banten Lama 3. Banyaknya kepentingan yang terdapat di Banten Lama, kepentingan terebut
yaitu,
pedagang
yang
menginginkan
ramai
dikunjungi
pengunjung yang datang, kenadziran pengelola Banten Lama, BPCB sebagai lembaga yang pelestarian Cagar Budaya, serta masyarakat sekitar. 4. Kewenangan, masalah kewenangan menjadi seperti masalah terbesar, karena apabila melakukan sesuatu yang bukan kewenangannya maka
99
tentunya akan menjadi masalah besar, sehingga dalam pengembangan dan pelestarian Banten Lama, harus dibagi secara jelas apa-apa saja kewenangan baik pihak provinsi, Kabupaten Serang dan Kota Serang. Menurut Solihin (2012: 128) mengatakan bahwa peluang (opportunities) merupakan tren positif yang berada di lingkungan eksternal perusahaan dan apabila peluang tersebut dieksploitasi oleh perusahaan maka peluang usaha tersebut
berpotensi
untuk
menghasilkan
laba
bagi
perusahaan
secara
berkelanjutan. Sedangkan ancaman (threats) adalah berbagai tren negatif yang terdapat di lingkungan eksternal perusahaan dan apabila ancaman ini tidak dapat diantisipasi dengan baik oleh perusahaan maka ancaman tersebut berpotensi menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Dalam hal organisasi pemerintah tentunya bukan ancaman yang dihadapi melainkan tantangan karena dalam sistem organisasi pemerintah tidak akan mendapat ancaman kerugian seperti yang dialami dalam organisasi perusahaan, sehingga dalam organisasi pemerintahan ancaman lebih dikenal dengan tantangan. Penjabaran mengenai peluang dan tantangan pembangunan kebudayaan dan pariwisata dan kaitannya dengan teori yang dijabarkan baik dalam BAB II dan yang ditambahkan di atas maka peluang dan tantangan tersebut sangat menggambarkan apa yang ada di lapangan, yang mana lingkungan dan masyarakat menjadi lingkungan eksternal terutama dalam kaitannya dengan pengembangan dan pelestarian Destinasi Cagar Budaya Banten Lama oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, namun untuk lebih spesifiknya bila dilihat dari sisi lingkungan eksternal dalam pengembangan dan pelestarian destinasi wisata cagar
100
budaya Banten Lama maka faktor-faktor eksternal baik dari segi peluang dari sudut pandang para dinas Kota maupun Provinsi sebagai berikut: “Peluangnya sangat banyak ya yang mana bila dikembangkan dan di tata maka akan menghasilkan potensi yang luar biasa sehingga dapat mensejahterakan masyarakat sekitarnya” Wawancara dengan pak Sigit selaku staff Bappeda Kota Serang, pada Rabu, 11 Juni 2014, pukul 10.00 WIB di Bappeda Kota Serang Pendapat mengenai banyaknya peluang di Banten Lama juga diungkapkan oleh Bapak Tasrief yaitu sebagai berikut: “sangat banyak peluang atau potensinya yang mana akan memberikan nilai positif atau keuntungan yang sangat besar bagi masyarakat” Wawancara dengan Bapak Tasrief, Selaku Kepala Pengelolaan Museum Negeri Banten, pada tanggal 05 Juni 2014 pukul 09.00 WIB Dua Pendapat di atas menjelaskan potensi secara keseluruhan, di bawah ini pendapat dari Bapak Irfan menjelaskan alasan mengapa Banten Lama begitu berpotensi yaitu sebagai berikut: “Potensi Banten Lama adalah wisata Ziarah di mana tempat demikian merupakan tempat sejarah perkembangan islam pertama sehingga memiliki potensi yang besar” Wawancara dengan Bapak Irfan selaku staf bagian Perencanaan Tata Ruang di Bappeda Provinsi Banten, Pada tanggal 16 Juni 2014, Pada Pukul 11.30 WIB di Bappeda Provinsi Banten Lebih jelas selaku Sekertaris Kecamatan Bapak Subagiyo mengatakan apa saja yang akan di peroleh apabila Banten Lama dikelola dengan baik yaitu sebagai berikut: “Banten Lama merupakan salah satu wisata ziarah, dan banyak orang dari luar daerah berziarah, bahkan dari seluruh Indonesia, sehingga jika dikelola dengan dengan baik, akan memiliki manfaat dalam peningkatan PAD dan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar” Wawancara dengan Bapak Subagiyo selaku Sekertaris Kecamatan Kasemen, Pada tanggal 26 Juni 2014, pada pukul 09.30 WIB di Kecamatan Kasemen.
101
Selain pendapat dari Dinas di bawah ini merupakan pandangan dari wisatawan dan juga masyarakat dalam melihat potensi Banten Lama yaitu sebagai berikut: “Potensinya sangat besar jika dikelola dengan baik, soalnya disini mah ga perlu lari ngejar-ngejar wisatawan juga pada datang sendiri” Wawancara dengan I2-1, pada tanggal 27 Juni 2014, pukul 11.30 WIB di Warung milik I2-1.
Potensi yang besar terhadap Banten Lama juga diungkapkan oleh wisatawan yang rutin berkunjung ke Banten Lama setiap malam jumat yaitu sebagai berikut: “Potensinya besar pihak kenadziran itu sehari bisa dapat seratus juta, tapi omzetnya itu ga tau larinya untuk apa”. Wawancara dengan I2-2, pada tanggal 10 Juli 2014, pukul 19.30 WIB di Warung pinggir jalan.
Rahadjo dkk (2011: 112-113) mengatakan bahwa Kawasan Banten Lama memiliki potensi sebagai salah satu tujuan “wisata ziarah” atau “wisata spiritual” di Provinsi Banten, karena di kawasan ini terdapat sejumlah makam keramat yang dikeramatkan. Kegiatan wisata ziarah berpotensi meningkatkan pendapatan dan ekonomi masyarakat sekitarnya. Penjelasan mengenai potensi dan peluang di atas sebagai gambaran mengenai apa saja yang akan didapatkan apabila Banten Lama dikembangkan dan di lestarikan, namun tentunya banyaknya peluang pastinya akan memicu konflik yang menjadi hambatan dalm pengembangan dan pelestarian Banten Lama konflik-konflik yang ada dalam pengelolaan Banten Lama. Beberapa konflik masih terjadi sampai saat ini, di mana terdapat konflik atau hambatan yang dirasakan antara pemerintah dan pengusaha, dalam konteks saat ini bukan lagi antara pemerintah dan pengusaha dalam pengelolaan Tasikardi,
102
namun juga dengan para pengusaha yang diharapkan menanamkan investasinya di Banten Lama untuk kesejahteraan Banten Lama. Konflik antara pemerintah dengan kenadziran adalah dimana masih sama seperti yang di jabarkan pada konflik tahun tersebut, yang mana BP3 Serang menginginkan monument ditampilkan secara orisinil sedangkan pihak kenadziran menginginkan tampilan yang megah, hal ini terlihat dari sumber di lihat di Koran yang mengatakan bahwa pihak kenadziran atau ismatullah merencanakan untuk membangun replika 2 keraton yang ada di Banten, dan replika ini di tempatkan di tempat lain dan biarlah peninggalan menjadi saksi dan pelajaran bagi anak cucu, selain sumber Koran, saat di wawancarai Bapak Ismatullah juga menyampaikan hal yang sama yaitu sebagai berikut: “Rencananya saya mau bangun replika 2 keraton tempatnya nanti di belakang dekat dengan Tasik Ardi, tapi saya juga meminta bantuan dari pihak pemerintah” Wawancara dengan Bapak Tb. Ismatullah ismat selaku ketua Kenadziran Banten Lama, pada tanggal 06 Maret 2014 pukul 10.00 WIB, di kediaman Bapak Ismatullah Ismet Selain konflik kemegahan dan orisinal antara BP3 dan pihak kenadziran, konflik antara pihak pemerintah dan kenadziran adalah masalah ego pribadi antara pemerintah dan pihak kenadziran, ego pribadi dalam hal ini adalah pemerintah kurang berkoordinasi dengan kenadziran, dan pihak kenadziran juga kurang berkoordiniasi dengan pihak pemerintah, mereka merasa siapa yang butuh siapa yang harus datang ke siapa sehingga ego demikian menjadi daftar masalah yang ada, hal ini di benarkan oleh bapak Ismatullah ismet sebagai berikut: “ego masing-masing neng siapa butuh siapa, kalo lu butuh gw ya paranin sini, kalo lu ga butuh gw ya udah, tapi itu pikiran atau sifat masa lalu, saat
103
ini saya rela mengalah untuk kemajuan Banten Lama, saya jemput bola sekarang saya datangi Disbudpar Provinsi, dan Walikota untuk membicarakan ini”. Wawancara dengan Bapak Tb. Ismatullah ismat selaku ketua Kenadziran Banten Lama, pada tanggal 06 Maret 2014 pukul 10.00 WIB, di kediaman Bapak Ismatullah Ismet Pendapat di atas menunjukkan bahwa pihak kenandziran begitu berupaya demi memajukan Banten Lama, pihak pemerintah tentunya senang apabila pihak kenadziran sudah mau dan bahkan datang sendiri untuk bekerja sama hal ini di cantumkan dalam wawancara dengan bapak Tasrief. “Kemarin pihak kenadziran kesini dia mau kerja sama sama kita, tapi yang penting dia di naungin sama kita biar kuat, bagus si tapi juga harus di lihat apa yang nau dia buat ga bisa sembarangan” Wawancara dengan Bapak Tasrief, Selaku Kepala Pengelolaan Museum Negeri Banten, pada tanggal 26 Februari 2014 pukul 09.00 WIB Kehadiran kenadziran tentunya perlu mendapat sambutan positif karena bukankah ini yang ditunggu-tunggu dan tidak perlu harus mensosialisasikan kepada tokoh masyarakat setempat dan malah tokoh masyarakat setempat yang datang ini harus diberi apresiasi baik dengan mendengarkan apa maksudnya, dan menyetujui apa yang direncanakannya tentunya dengan mempertimbangkan halhal lain. Konflik terakhir adalah konflik antara pemerintah dan Warga pada masa lalu tahun 2011 konflik yang terjadi adalah seperti yang telah dijelaskan
yaitu
sengketa tanah, penataan pedagang di kawasan wisata, dan pemanfaatan lahan situs untuk berbagai kepentingan warga yang dapat mengancam kelestarian dan kenyamanan situs. Lain dahulu lain sekarang saat ini masalah sengketa tanah sudah dapat teratasi namun mungkin dapat timbul kembali apabila pemerintah benar-benar melakukan rencana entah itu master plan Banten Lama, atau
104
melaksanakan Banten Waterfront city dan rencana-rencana lain yang memerlukan penggusuran lahan yang di harapkan tanpa ganti rugi. Masalah yang saat ini terjadi antara pihak pemerintah dan pihak warga adalah penataan pedagang di kawasan wisata dan pemanfaatan lahan situs untuk kepentingan warga, dan kegiatan sehari-hari seperti bermain bola, atau menggembala kambing, bahkan untuk tempat-tempat berbuat negatif. Masalah pemanfaatan lahan situs untuk kepentingan warga yang mana masih kurangnya masyarakat setempat memiliki kesadaran akan pelestarian cagar budaya
di
wilayahnya,
pemanfaatan
ini
seperti
membangun
kios-kios
sembarangan dan beberapa kios tidak di tempati, tempat bermain bola bahkan menurut salah satu sumber pedagang sekitar di Benteng Speelwijk sering di adakan tournament sepak bola, yang mana seharusnya hal ini dilarang keras, selain itu masyarakat masih membuang sampah sembarangan sehingga walaupun sudah ada petugas kebersihan hal ini menjadi sia-sia karena warga setempat belum berpartisipasi banyak dalam pelestarian kawasan wisata cagar budaya Banten Lama. Untuk lebih dalam masalah konflik di Banten Lama akan dijelaskan lebih dalam di bawah ini adalah macam-macam konflik yang ada di Banten Lama, Rahardjo,dkk (2011: 146-151) Sebagai berikut; 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Konflik Internal di antara lembaga pemerintah Konflik antar lembaga pemerintah dan pengusaha Konflik antar lembaga pemerintah dengan kenadziran Konflik antar lembaga pemerintah dengan Warga Konflik antar pengusaha dan warga Konflik internal pimpinan Kenadziran Konflik antara kenadziran dan Warga Konflik antara warga setempat dan warga pendatang Konflik antara Warga dan peneliti
105
Konflik-konflik di atas tentunya yang menjadi masalah atau analisis lingkungan eksternal adalah sebagai berikut: 1. Konflik antar lembaga pemerintah dan pengusaha Konflik ini terutama terpusat di sektor Tasik Ardi dalam kasus perizinan usaha, Pengembangan kawasan untuk sarana wisata, dan kewajiban membayar pajak usaha. Pengusaha mengeluhkan banyaknya prosedur yang harus dilakukan untuk menjalankan usahanya, sedangkan pemerintah menjalankan kewajiban sesuai dengan kewenangannya. 2. Konflik antar lembaga pemerintah dan kenadziran Sumber utama konflik adalah pada penafsiran yang berbeda tentang bagaimana monument-monumen harus ditampilkan di depan publik, Lembaga pemerintah, khususnya BP3, menginginkan agar monument tampil secara orisinal, sedangkan kenadziran menghendaki tampilan yang lebih bagus dan sedapat mungkin megah. 3. Konflik antar lembaga pemerintah dan Warga Dalam kasus Banten Lama, Konflik muncul dalam tiga kasus utama, yaitu sengketa tanah, penataan pedagang di kawasan wisata, dan pemanfaatan lahan situs untuk berbagai kepentingan warga yang dapat mengancam kelestarian dan kenyamanan situs. Dalam kasus pertama dan kedua, pihak BP3 dan pemda di satu pihak berhadapan dengan warga di pihak lain, sedangkan dalam kasus ketiga BP3 berhadapan sendirian dengan warga Tiga hambatan yang di cantumkan dalam buku Rahardjo,dkk (2011) tersebut memang sudah terjadi dalam waktu yang lama yaitu konflik yang terjadi di tahun 2011, namun Konflik-konflik di atas terjadi tentunya bukan tanpa sebab, dalam Rahardjo,dkk (2011: 153) dijelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang memicu konflik tersebut yaitu sebagai berikut: 1) Aspirasi yang tersumbat, tersumbatnya aspirasi juga tercermin dalam kasus konflik antara pemda dan BP3S, khususnya dalam kegiatan proyek pembangunan fisik sarana pariwisata di atas lahan situs. 2) Ego Sektoral/kurangnya sinergi antara pemangku kepentingan. Ego sektoral tercemin dalam hamper semua proyek yang ditujukan untuk pemanfaatan situs Banten Lama merupakan proyek-proyek sektoral yang hanya mengakomodasi kepentingan sektoral masing-masing.
106
3)
4)
5)
6) 7)
8)
Selain itu masih terasa kuatnya bahwa para pemangku kepentingan melihat kawasan Banten Lama semata-mata untuk kepentingan sendirisendiri. Sikap pemerintah yang kurang yang kurang tegas dan kurang cepat bertindak. Hal ini tercermin dari pembiaran para pedagang yang kini menduduki kawasan situs dan membangun warung-warung semipermanen di tepian jalan dekat kanal. Kepemimpinan yang kurang memahami kultur setempat. Bagi para pengelola situs yang tidak memahami karakter orang Banten akan menilai bahwa mereka sulit diatur tetapi bagi mereka yang memahaminya akan melihat tidak terlalu sulit. Uka Tjandrasasmita, yang selalu disebut tokoh masyarakat setempat sebagai panutan, member saran kepada siapa pun yang menangani Banten Lama untuk bisa bersikap tegas tetapi tidak harus keras dan sekali-kali agak luwes. Jika terlalu keras akan sering terjadi konflik dan jika terlalu lemah akan disepelekan Perencanaan yang tidak matang dan kurang konsisten, Pemerintah daerah telah memiliki sejumlah rencana semacam masterplan untuk pengembangan situs Banten Lama sebagai tempat wisata sejarah, namu belum sempat diterapkan sudah mengalami perubahan-perubahan sehingga tidak ada satupun yang diterapkan secara konsekuen. Sosialisasi yang kurang intensif dan berkala SOP yang tidak transparan. Dalam kasus pelaksanaan proyek pembangunan sarana fisik di atas Banten Lama masing-masing instansi menerapkan prosedur sendiri tanpa mempertimbangkan prosedur pihak lain Dukungan aspek legal yang kurang kuat. Pengelola situs Banten Lama sebagai keseluruhan sesungguhnya memerlukan landasan hukum yang lebih jelas.
Kesimpulan dalam penjabaran mengenai faktor pemicu konflik, peneliti akui masih terjadi hingga saat ini dari point satu sampai dengan point delapan. Bahkan hingga saat ini belum diketahui dengan jelas siapa yang memiliki kemampuan untuk menjadi leader dalam pengembangan dan pelestarian Banten Lama. Menurut peneliti yang paling cocok untuk menjadi leader dalam hal pengembangan dan pelestarian Banten Lama yaitu pihak BPCB, karena secara background BPCB sangat memahami apa-apa saja yang harus dilakukan dalam hal pengembangan dan pelestarian Banten Lama.
107
Faktor eksternal memiliki pengaruh yang sangat besar, karena faktor eksternal memberikan gambaran seperti apa sebenarnya masalah yang terjadi di lapangan, selain itu faktor eksternal memberikan gambaran apa saja yang harus dihadapi
dalam
pelaksanaan
implementasi
sehingga
sebelum
tahapan
implementasi di lakukan sudah disiapkan upaya penanganan hambatan yang terjadi yang mana hambatan tersebut tertuang di dalam analisis lingkungan eksternal,
sehingga saat
dilakukan implementasi
semua masalah
yang
menghadang dapat diatasi dengan baik. 4.2.2.3 Analisis Lingkungan Internal Anilisis lingkungan internal menurut Solihin (2012: 147) analisis terhadap lingkungan internal perusahaan bertujuan untuk mengidentifikasi sejumlah kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada sumber daya dan proses bisnis internal yang dimiliki perusahaan. Sumber daya dan proses bisnis internal dikatakan memiliki kekuatan apabila sumber daya dan proses bisnis internal tersebut memiliki kemampuan (capability) yang akan menciptakan distinctive competencies sehingga perusahaan akan memperoleh keunggulan kompetitif. Sedangkan bila sumber daya dan proses bisnis internal perusahaan tidak mampu menciptakan distinctive competencies sehingga perusahaan kalah bersaing dengan perusahaan pesaing. Dalam konteks penelitian ini tentunya mengacu pada bagaimana menganalisis lingkungan internal organisasi khususnya yang menjadi lokus penelitian ini yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banten Lama dan tentunya kawasan wisata cagar budaya Banten Lama. Rahardjo,dkk (2011: 130131) menjelaskan bahwa menurut hierarki pemerintahan, tiga lembaga yang
108
memiliki kepentingan terhadap keberadaan Situs Banten Lama adalah pemerintah pusat, pemerintah daerah Provinsi Banten, pemerintah Kota Serang dan pemerintah Kabupaten Serang, dalam kasus ini lembaga pemerintah daerah yang selama ini paling banyak terlibat adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten kemudian disusul oleh pemerintah Kota Serang dan pemerintah Kabupaten Serang. Sehingga dalam hal ini perlunya analisis internal dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. Sumber Daya Manusia di Disbudpar Provinsi Banten tentunya sangat mencukupi, mencukupi untuk melakukan pengembangan dan pelestarian di Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama. Sampai dengan tahun 2012, jumlah pegawai Negeri Sipil dengan dukungan tenaga Pramubakti Administrasi dan Satuan Pengaman sebanyak 108 orang. Di bawah ini akan digambarkan jumlah pegawai yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. Tabel 4.2 Komposisi dan Jumlah Personil No Uraian 1 Pegawai Negeri Sipil 2 Pramubakti 3 Satuan Pengaman Sumber: Disbudpar Provinsi Banten 2012
Jumlah 80 17 12
Data di atas menunjukkan bahwa di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten memiliki jumlah pegawai negeri sipil yang cukup banyak yaitu sebanyak 80 orang, dengan komposisi pramubakti atau sukarelawan yang cukup atau tidak melebihi jumlah pegawai negeri sipil, dan juga jumlah tenaga pengaman yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten sebanyak 12 orang, menurut peneliti jumlah ini terlalu banyak apabila sekedar
109
melakukan pengamanan di kantor dinas, hal ini tentunya berbeda jauh dengan keberadaan satuan pengamanan yang berada di kawasan situs yang ada di Banten Lama, yang mana situs-situ yang perlu dijaga ternyata memiliki pengamanan yang kurang, misalnya pak Mulangkara yang menjaga Situs Kaibon sekaligus situssitus lainnya. Perbedaan mengenai pengamanan situs oleh satuan pengamanan di nyatakan oleh bapak Mulangkara disela-sela wawancara sebagai berikut: “SDM kita kekurangan. Kalau di Jawa situs sebesar ini minimal tiga orang di sip jaganya, Borobudur itu satu sip 12 3 sip jadi total 36 orang, trus Prambanan kalau tidak salah 2 orang satpam 3 sip juga jadi enam” Wawancara dengan Bapak Mulangkara selaku Juru Situs pada tanggal Kamis, 24 April 2014, pukul 16.00 WIB di Keraton Kaibon. Pernyataan di atas memberikan gambaran walaupun situs-situs di Banten Lama tidak seluas dan sebesar Borobudur atau Prambanan, namun sangat diperlukan satuan pengamanan untuk sekedar menjaga atau mengontrol pengunjung atau masyarakat yang menggunakan situs untuk hal-hal yang tidak seharusnya, karena saat ini situs banyak sekali gugunakan untuk hal-hal yang tidak seharusnya. Sehingga menurut peneliti alangkah lebih baiknya pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mengalokasikan beberapa satuan pengamannya untuk membantu pihak BPCB dalam melakukan pengamanan untuk Banten Lama. Lebih jauh peneliti menjabarkan komposisi jabatan pegawai berdasarkan Golongan Ruang Lingkup Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, sampai dengan tahun 2012 terdata sebagai berikut:
110
Tabel 4.3 Kompisisi Pegawai Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan Kualifikasi Pendidikan No Jabatan S3 S2 S1 D3 D2 1 Kepala Dinas 1 2 Sekretaris 1 3 Kepala Bidang 4 4 Kepala Seksi/kasubag 9 6 5 Staf/pelaksana 2 29 15 1 6 Pramubakti 1 Total 1 16 36 15 1 % terhadap Jumlah Pegawai 1.0 16.7 37.5 15.6 1.0 Sumber: Disbudpar Provinsi Banten 2012
SLTA 11 16 27 28.1
Tabel di atas menunjukkan bahwa tentunya dalam Sumber Daya Manusia Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sangat mumpuni, namun yang menjadi kendala adalah kemampuan dari sumber daya ini adalah dimana sumber daya manusia belum mengerti atau belum bekerja sesuai dengan tupoksinya atau dengan kata lain mereka belum memahami tupoksi mereka sehingga terkadang mereka bekerja bukan sesuai tupoksinya, hal ini di sampaikan oleh Bapak Tasrief melalui pernyataan sebagai berikut: “Kalo sumber daya itu cukup bahkan banyak, namun mereka kadang kurang paham apa yang harus mereka kerjakan dan apa tupoksi mereka, kalo untuk mengembangkan Banten Lama saya ga butuh orang banyakbanyak, sedikit asal mereka mau bekerja keras dan memahami tupoksi mereka saya pikir itu cukup” Wawancara dengan Bapak Tasrief selaku Kepala Seksi Museum Negeri Banten, pada Pendapat lain mengenai kondisi sumber daya dan kemampuan dinas dalam pengembangan Banten Lama di ungkapkan oleh Bapak Sigit selaku staff Bappeda Kota Serang sebagai berikut “Sebenernya yang tadi itu si, tinggal kalau mau konsentrasi tinggal difokuskan semua pembenahan infrastruktur disana, jadi trus promosi pariwisatanya, pembenahan pklnya, cuman orang sana susah juga diaturnya pkl-pkl itu” Wawancara dengan Bapak Sigit selaku staff Bappeda
Jumlah 1 1 4 15 60 17 100
111
Kota Serang pada Rabu, 11 Juni 2014, pukul 10.00 WIB di Bappeda Kota Serang. Dari pernyataan tersebut peneliti belum mendapatkan gambaran jelas mengenai jawaban tersebut, namun dalam
pertanyaan selanjutnya mengenai
kemampuan dinas-dinas terkait dalam pengembangan dan pelestarian Banten Lama sebagai berikut: “Kalau dari kemampuan pasti bisa kalau ada danannya pasti bisa, misalkan untuk perbaikan jalan dananya ada, tinggal benahi, kalau dari SDM ya kita insyaallah ya ada si”. Wawancara dengan Bapak Sigit selaku staff Bappeda Kota Serang pada Rabu, 11 Juni 2014, pukul 10.00 WIB di Bappeda Kota Serang.
Wawancara lain dengan Bapak Sigit secara tersirat beliau mengatakan bahwa Bappeda Kota Serang kekurangan tenaga atau sumber daya manusia, apalagi dalam hal pembenahan dan pelestarian Banten Lama. Dari dua pendapat narasumber di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pengembangan dan pelestariaan Banten Lama, masalah internal yang mereka hadapi yaitu mengenai sumber daya dan kemampuan mereka, dapat dibilang mereka belum maksimal di karenakan sumber daya manusia yang diperlukan dalam baik tahap pelaksanaan maupun tahap perencanaan dan pengawasan masih kekurangan dalam hal jumlahnya sumber daya manusia, selain itu dalam hal sumber daya anggaran mereka menyiratkan bahwa anggaran minim, dinas-dinas lain pun mengatakan bahwa sumber daya anggaran minim sehingga kinerja mereka terganggu. selain itu dalam Hal Kemampuan dinas-dinas mereka menyiratkan bahwa kemampuan dinas maupun orang atau sumber daya manusia dalam hal ini tentunya pengembangan dan Pelestarian Banten Lama mereka sebenarnya
112
memiliki kemampuan lebih seperti misalnya dalam penyusunan rencana, masterplan mereka membuatnya dengan apik walaupun masterplan yang dibuat belum bersifat komperhensif. Kemampuan dalam perencanaan memang tidak sama dalam kemampuan pelaksanaan, karena kemampuan pelaksanaan tentu terdapat faktor-faktor yang entah itu menghambat atau mempercepat pelaksanaan. Menurut peneliti kemampuan atau ketersediaan sumber daya manusia maupun sumber daya anggaran seharusnya menjadi kekuatan yang dimiliki karena kemapuan sumber daya untuk menghasilkan sesuatu tergantung pengelolaanya, semuanya tergantung pada seberapa pintar dan cermatnya dinas dalam melakukan pengelolaan entah itu sumber daya manusia dan sumber daya anggaran, selain itu adanya diklat-diklat tentunya menjadi nilai lebih dalam menjadikan suatu sumber daya manusia memiliki kemampuan yang lebih. Hal ini seperti yang di katakan oleh Cox (1985) dalam dalam (Pitana dan Diarta, 2009: 11), pengelolaan pariwisata harus memperhatikan prinsip-prinsip yang salah satunya adalah preservasi, proteksi dan peningkatan kualitas sumber daya yang menjadi basis pengembangan kawasan pariwisata. Ungkapan di atas tentunya semakin menguatkan pendapat peneliti bahwa sumber daya yang ada bagaimanapun kondisinya harus menjadi suatu kekuatan dalam hal pengembangan pariwisata khususnya pengembangan dan pelestarian destinasi cagar budaya Banten Lama, sumber daya yang ada harus di tingkatkan kualitasnya, agar dapat memberikan sumbangsih bagi pengelolaan Banten Lama. Dan jangan lupa sumber daya manusia dalam pengembangan Banten Lama oleh
113
dinas bukan sekedar tenaga kerja yang ada di dinas, namun sumber daya terbesar dinas dalam melakukan pengembangan Banten Lama adalah masyarakat khususnya masyarakat sekitar Banten Lama. Karena bukankan pembangunan masyarakat pada masa ini di mana masyarakat di berdayakan untuk melakukan pembangunan ditempat tinggalnya, dan pemerintah hanya sebagai fasilitator. Karena Banten Lama merupakan sebuah sumber daya yang dapat diberdayakan oleh masyarakat sekitar sehingga yang dilakukan pemerintah seharusnya adalah bagaimana meningkatkan kualitas pemberdayaan masyarakat sekitar untuk melakukan pengembangan dan pelestarian Banten Lama. Kualitas kesadaran masyarakat dalam pelestarian atau perlindungan Banten Lama sangat penting untuk ditingkatkan, karena akan terasa percuma. Apapun yang akan dibangun pemerintah tanpa memperhatikan atau meningkatkan kualitas sumber daya manusia atau masyarakat sekitar akan sia-sia mereka akan membuang sampah lagi, mendekati zona inti untuk hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan di Zona Inti, sehingga sumber daya yang harus ditingkatkan kualitasnya adalah masyarakat sekitar, karena menurut peneliti, masyarakat sekitar adalah sumber daya yang menjadi basis pengembangan kawasan pariwisata. Atau dengan kata lain sebelum kita membangun apa untuk Banten Lama, maka sebaiknya kita mempersiapkan masyarakat untuk ikut serta dalam pengembangan dan pelestarian Banten Lama agar kondisinya menjadi lebih baik dari saat ini.
114
4.2.2.4 Tujuan Sasaran Jangka Panjang Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, yaitu apa yang akan dihasilkan dalam jangka waktu lima tahun kedepan. Selain itu tujuan dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam evaluasi pelaksanaan suatu program atau kegiatan. Tujuan dapat diibaratkan sebuah mimpi yang akan dicapai dan harus dicapai sehingga tentunya tujuan amat penting dirumuskan dan disepakati di awal agar dalam pelaksanaan program dan kegiatan dapat lebih terarah. Tujuan yang akan dicapai oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten Tahun 2012-2017 berdasarkan rumusan Misi dalam Rencana Strategis 2012-2017 adalah sebagai berikut:
115
Tabel 4.4 Jabaran Tujuan dari masing-masing Misi Disbudpar Provinsi Banten Tujuan Misi Ke-1 1. Meningkatkan kualitas perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan bidang kesenian 2. Meningkatkan pelestarian nilai-nilai tradisi 3. Meningkatkan kualitas pelestarian Warisan Budaya Tujuan Misi Ke-2
1. Mengembangkan destinasi wisata yang berdaya saing 2. Meningkatkan kualitas usaha pariwisata berbasis ekonomi kreatif
Tujuan Misi Ke-3
1. Meningkatkan kerja sama dan kemitraan 2. Meningkatkan penguatan kelembagaan 3. Meningkatkan daya saing sumber daya manusia
Tujuan Misi Ke-4
Meningkatkan pemasaran kebudayaan, pariwisata dan ekonomi kreatif 1. Meningkatkan kualitas SDM Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten yang professional dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi. 2. Terwujudnya rencana program dan penganggaran serta evaluasi dan pelaporan yang berkualitas. 3. Terwujudnya organisasi dan tatalaksana yang sesuai dengan kebutuhan tugas pokok dan fungsi 4. Meningkatkan ketersediaan data dan informasi pembangunan yang akurat
Tujuan Misi Ke-5
Sumber: Rencana Strategis Disbudpar Provinsi Banten tahun 2012-2017 Melihat tujuan jangka panjang tentunya dilihat dari hasil evaluasi kinerja secara keseluruhan, namun tentunya terdapat sasaran dan indikator sasaran dari
116
masing-masing tujuan yang telah dijabarkan di atas. Sasaran dan indikator sasaran membantu pengukuran seberapa tercapainya tujuan dengan melalui programprogram atau prioritas yang mana dalam bagian visi misi telah dijabarkan apa-apa saja yang menjadi prioritas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, yang salah satunya adalah mengarah kepada pengembangan dan pelestarian Banten Lama. Selain itu visi dinas adalah Mewujudkan kebudayaan dan pariwisata Banten yang berdaya saing dan berkelanjutan. Pengembangan dan pelestarian destinasi cagar budaya Banten Lama, tentunya
Dinas
Kebudayaan
dan
Pariwisata
Provinsi
Banten
akan
mengembangkan berbagai Destinasi pariwisata termasuk salah satunya Destinasi Cagar Budaya Banten Lama. Pengembangan ini tentunya tidak dilakukan hanya saat ini saja, namun di tahun sebelumnya sekitar tahun 2006-2007 melakukan kegiatan pemagaran masjid, alun-alun dan relokasi pedagang tentunya dengan tujuan utama pengembangan dan pelestarian Banten Lama. Berdasarkan narasumber pembangunan pagar masjid dan alun-alun bertujuan untuk mengontrol para peziarah yang akan berziarah dan mengontrol para pengemis yang berada di Banten Lama, namun ternyata tujuan yang diharapkan tidak tercapai karena pengemis kembali masuk dan pemagaran tersebut melanggar aturan mengenai cagar budaya. Selain itu relokasi pedagang dan pembangunan kios memiliki tujuan agar pedagang tidak menutupi area alunalun dan menutupi kemegahan Masjid Agung Banten Lama, namun yang terjadi adalah pedagang kembali ketempatnya semula bahkan semakin menjalar, dan menimbulkan kekumuhan. Kaitannya dalam hal ini semua tujuan yang diharapkan
117
pemerintah dalam pengembangan dan pelestarian Destinasi Cagar Budaya Banten Lama, terkadang mereka hanya sekedar menggugurkan kewajiban melakukan pembangunan, namun dalam hal tercapai atau tidaknya tujuan yang diharapkan semulanya. “Banyak sekali program tidak maksimal dalam implementasi misalnya pemagaran, itu niatnya mengontrol para peziarah dengan pengemis ternyata setelah di bangun pengemis tetap saja banyak, atau relokasi pedagang yang kini tidak terpakai, sehingga pemerintah seperti hanya menggugurkan kewajiban namun tidak ada tindaklanjutnya” Wawancara dengan Bapak Subagiyo selaku Sekertariat Kecamatan Kasemen, Pada tanggal 26 Juni 2014, pada pukul 09.30 WIB di Kecamatan Kasemen
Pernyataan yang menyatakan bahwa di Banten Lama terutama saat melakukan Ziarah di Mesjid Agung itu pedagang dan pengemis, hal ini di sampaikan oleh wisatawan yang diwawancarai mengenai kondisi di banten Lama mengatakan sebagai berikut: “Kondisinya sudah mendingan tapi masih parah, tapi kalo mesjid udah tertata rapihlah. Cuman banyak pengemisnya parah banget, udah gitu yang jualan minyak wangi maksa banget” Wawancara dengan I2-2, pada 08 Juli 2014 Pukul 13.00 WIB di Warung di pinggir jalan Pernyataan
yang
sama
diungkapkan
oleh
wisatawan
lain
yang
mengungkapkan sebagai berikut: “Kondisinya kurang nyaman, karena banyaknya pengemis dan para pedagang yang tidak beraturan” Wawancara dengan I2-2, pada 10 Juli 2014 pukul 19.30 WIB di Warung di pinggir jalan. Berdasarkan pernyataan di atas tentunya hal ini sangat disayangkan karena tujuan yang telah ditetapkan sudah sangat jelas, bahkan memiliki sasaran dan indikator program, namun perlu konsistensi dalam mengembangkan dan pelestarian Banten Lama, pembangunan-pembangunan yang telah berjalan harus
118
berkelanjutan dan konsisten. Hal ini dimaksudkan agar Banten Lama menjadi tujuan wisata yang diminati banyak kalangan. Untuk saat ini peneliti mencoba menelusuri apa prioritas dinas terkait untuk Banten Lama, dan dalam hasil wawancara didapatkan prioritas apa yang akan dilakukan untuk pengembangan dan pelestarian Destinasi Cagar Budaya Banten Lama di Disbudpar Provinsi Banten di mana penataan pedagang menjadi sorotan kegiatan pengembangan Banten Lama yang akan di lakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten di tahun 2015 hal ini seperti di sampaikan oleh: “prioritas kita nanti penataan pedagang” Wawancara dengan Bapak Tasrief selaku Kepala Seksi Pengelolaan Museum Negeri Banten, pada tanggal 26 Februari 2014, pada pukul 10.00 WIB di Museum Negeri Banten Hal ini diperjelas oleh pernyataan bapak Sapta Gumelar selaku kepala bagian pengembangan destinasi wisata sebagai berikut: “Adapun perencanaan untuk Banten Lama pada tahun 2015 itu lebih kepada penataan pedagang setempat”(Wawancara dengan Pak Sapta, Bagian Pengembangan Destinasi, Pada Tanggal 10 Juni 2014, pukul 10.00 WIB di Disbudpar Provinsi Banten) Lebih jelas mengenai kegiatan yang akan dilakukan untuk Banten Lama pada tahun 2015 melalui pernyataannya sebagai berikut: “Tahun 2015 kita telah siap kantong anggaran dengan yang akan ditangani oleh provinsi adalah Revitalisasi kios pedagang, Perkerasan lahan dan fasilitas umum, serta relokasi pedagang dari Keraton Surosowan dan Alunalun Masjid Banten Lama” Wawancara dengan Bapak Elda selaku staff Bidang Evaluasi dan Pelaporan Program, pada tanggal 16 Juni 2014, pada pukul 10.00 WIB di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. Penataan Pedagang memang menjadi sorotan utama, bagaimana tidak berkumpulnya para pedagang baik di alun-alun maupun di dalam komplek Masjid Agung Banten Lama menjadi menutupi kemegahan dari bangunan tersebut, selain
119
itu terkadang mereka meniggalkan begitu saja lapak mereka tanpa diurus sehingga menimbulkan kekumuhan, selain itu pedagang di alun-alun dan di dalam masjid memang harus ditata karena alun-alun bukan tempat untuk berdagang dan itu melanggar undang-undang Cagar Budaya. Di bawah ini adalah pernyataan Ibu Mimi selaku Kepala Pokja Museum Kepurbakalaan Banten Lama sebagai berikut: “Secara pribadi saya kurang setuju, karena mereka mendirikan warung di Zona inti, jadi saya katakana itu tidak benar, tetapi itu bukan menjadi tanggung jawab pokja Museum situs kepurbakalaan Banten Lama, namun menjadi tanggung jawab pemda”. Wawancara dengan Ibu Mimi selaku Kepala Pokja Museum Kepurbakalaan Banten Lama, pada Jumat, 27 Juni 2014 pukul 10.30 WIB di Museum Kepurbakalaan Banten Lama sehingga penataan yang paling utama adalah penataan pedagang di mana pedagang disiapkan tempat yang layak selain itu disediakan ketermapilan atau dagangan yang menarik minat masyarakat sehingga dapat memberikan keuntungan bagi mereka. Namun
tentunya
melakukan
penataan
pedagang
tidak
semudah
membalikkan telapak tangan tentunya pasti akan mendapat penolakan, karena pada masa lalu juga dilakukan hal yang sama di buatkan kios namun kembali lagi ketempat asal karena jalur pengunjung tidak sesuai dengan jalur kios sehingga dagangan mereka tidak laku, dan mereka kembali ketempat asal, kini kios-kios tersebut di biarkan tidak terpakai. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Tasrief “nanti kita bangun dulu kiosnya yang bener, kita atur dulu jalur pengunjung, yang melewati pedagang, dan juga tentunya kita sosialisasi, intens kepada para pedagang agar mereka mau direlokasi” Wawancara dengan Bapak Tasrief selaku Kepala Seksi Pengelolaan Museum Negeri Banten, pada tanggal 26 Februari 2014, pada pukul 10.00 WIB di Museum Negeri Banten
120
Melakukan penataan pedagang tanpa menimbulkan masalah baru itu harus dilakukan oleh pemerintah, penataan pedagang dan sosialisasi relokasi harus memboyong turut serta para tokoh masyarakat yang dihormati, dan disegani warga atau pedagang setempat agar mereka tergerak untuk direlokasi, dan tentunya perencanaan baik dari segi kios dan jalur pengunjung yang melewati kios-kios pedagang perlu diatur hal ini sesuai dengan pernyataan salah satu pedagang yang peneliti wawancara sebagai berikut: “Kita mau aja direlokasi atau dipindah asalkan disediakan tempat yang layak dan dilewati pengunjung, jangan seperti itu yang lama, kalau yang lama itu kekecilan cuman 2 x 2 kalau segitumah ga muat neng apalagi jual baso kaya gini buat naroh meja juga sempit, ya minimal 3 x 3 lah sedeng” Wawancara pedagang pada tanggal 27 Juni 2014 pukul 11.00 WIB. Pernyataan di atas terkait prioritas apa yang akan dilakukan dinas kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, sedangkan di bawah ini akan disampaikan mengenai prioritas apa yang harus didahulukan untuk pengembangan dan pelestarian Banten Lama oleh Bapak Sigit sebagai berikut pernyataannya: “Infrastruktur dulu dibenahi jalan, trus drainase, air bersih, penataan kawasan permukiman di sana. Baru penataan PKL”. Wawancara dengan Bapak Sigit selaku staff Bappeda Kota Serang, Pada Rabu, 11 Juni 2014, pukul 10.00WIB di Bappeda Kota Serang. Melihat pendapat mengenai prioritas apa saja yang harus dilakukan untuk pengembangan dan pelestarian cagar budaya Banten Lama, mereka memiliki pandangan yang berbeda-beda, namun satu yang terlewat oleh mereka adalah bahwa seharusnya yang menjadi prioritas adalah pemberdayaan masyarakat pengembangan infrastruktur, penataan Kawasan, dan penataan PKL. Prioritas ini
121
memang dilakukan untuk menciptakan sapta pesona yang indah karena saat ini sapta pesona tersebut rusak karena kurang terawatnya fasilitas dan sarana prasarana yang ada, namun lagi-lagi memang peneliti menekankan bahwa pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk terlebih dahulu dilakukan, karena tujuan akhir dari pengembangan pariwisata adalah kesejahteraan masyarakat seperti yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya menyebutkan bahwa pengelolaan Cagar Budaya adalah upaya terpadu untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan Cagar Budaya melalui kebijakan pengaturan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat, selain itu dalam undang-undang yang sama menyebutkan bahwa pengembangan adalah peningkatan potensi nilai, revitalisasi dan adaptasi secara berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan pelestarian. Misi kepariwisataan yang disampaikan oleh Muljadi (2012:26) yang pertama adalah pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan dan yang terakhir adalah pengembangan SDM kepariwisataan yang sehat, berakhlak mulia dan professional yang mampiu berkiprah di arena internasional, hal inilah yang menyebabkan mengapa peneliti begitu menekankan bahwa pemberdayaan masyarakat sangat penting karena pariwisata yang baik adalah dari rakyat dan untuk rakyat, sehingga dinas kebudayaan dan pariwisata sebaiknya memprioritaskan pemberdayaan masyarakat terkebih dahulu tentunya dengan bekerja sama dengan pihak terkait, hal ini sama saja menyiapkan masyarakat yang siap menerima, menjaga, melindungi, dan
122
memelihara peninggalan bersejarah yang ada di tempatnya sehingga tujuan jangka panjang yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai. Menurut peneliti tujuan utama atau kepentingan utama pemerintah daerah adalah meningkatkan pendapatan asli daerah dan menciptakan lapangan kerja diwilayahnya sehingga optimalisasi pemanfaatan kawasan merupakan perhatian utama dari pemerintah daerah. 4.2.2.5 Strategi Strategi adalah cara pencapaian tujuan perusahaan atau organisasi yang dapat mempengaruhi keberlangsungan sebuah perusahaan atau organisasi, strategi memberikan kekuatan bagi organisasi atau perusahaan dalam menghadapi lingkungan jangka panjang. Dalam kaitannya dengan pengembangan dan pelestarian destinasi cagar budaya Banten Lama, strategi tentunya sangat diperlukan, ibaratnya strategi itu merupakan suatu cara atau siasat yang akan dilakukan untuk pengembangan dan pelestarian Banten Lama. Menjalankan strategi diperlukan konsistensi yang tinggi sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai hal ini seperti pada masa dilakukan pemugaran Keraton Surosowan, yang mengharuskan penggusuran pemukiman ke dekat wilayah Benten Speelwijk dengan sosialisasi yang terus menerus. Sehingga saat ini strategi yang ada pun harus dilakukan dengan konsistensi yang tinggi. Rencana strategis 2012-2017 Disbudpar Provinsi Banten tidak menyebutkan secara khusus, strategi apa yang dilakukan untuk Banten Lama, namun menjabarkannnya secara umum melalui penjabaran strategi berdasarkan masingmasing misinya, seperti yang akan disajikan pada tabel berikut ini:
123
Tabel 4.5 Jabaran Strategi berdasarkan Misi Strategi Misi Ke-1
1. Peningkatan kualitas perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan kesenian 2. Peningkatan pelestarian dan pengembangan nilai-nilai tradisi dan kearifan lokal 3. Peningkatan kualitas pengelolaan cagar budaya dan kesejarahan
Strategi Misi Ke-2
1. Pengembangan daya tarik wisata yang berbasis lingkungan 2. Peningkatan keterpaduan pembangunan pariwisata 3. Penguatan usaha pariwisata dan usaha ekonomi kreatif 4. Penerapan standar kompetensi dan standart pariwisata 1. Penguatan dan pengembangan kemitraan antar pemerintah daerah, pelaku usaha pariwisata dan swasta 2. Penguatan kelembagaan dan kebudayaan pariwisata 3. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia kebudayaan dan pariwisata
Strategi Misi Ke-3
Strategi Misi Ke-4
1. Peningkatan promosi kebudayaan, pariwisata dan ekonomi kreatif melalui pemasaran yang kreatif dan efektif 2. Peningkatan ketersediaan rekomendasi strategi pelaksanaan pemasaran pariwisata melalui pengembangan analisis pasar dan market intelligence kepariwisataan 3. Peningkatan kuantitas dan kualitas bahan promosi
Srategi Misi Ke-5
1. Peningkatan kualitas pelayanan aparatur 2. Peningkatan dukungan manajemen sumberdaya aparatur 3. Peningkatan kualitas data dan informasi
Sumber: Rencana Strategis 2012-2017 Disbudpar Provinsi Banten Terkait masalah prioritas, perencanaan dan pelaksanaan yang akan dilakukan, tentunya dilakukan berdasarkan strategi yang telah ditetapkan sebelumnya, namun dalam hal pengembangan dan pelestarian Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama, peneliti mendapatkan informasi bahwa strategi yang digunakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banten Lama untuk Banten
124
Lama adalah Pariwisata Budaya, hal ini diungkapkan oleh Bapak Tasrief saat diwawancarai sebagai berikut: “Strategi yang digunakan adalah strategi pariwisata budaya, karena secara keseluruhan Banten Lama itu menggambarkan budaya baik masa lalu atau masa kini”. Wawancara dengan Bapak Tasrief Selaku Kepala Seksi Pengelolaan Museum Negeri Banten, pada tanggal 05 Juni 2014, pada pukul 10.00 WIB di Museum Negeri Banten Strategi apapun yang digunakan atau strategi yang dipilih harus mampu mengembangkan dan melestarikan Banten Lama, karena kondisi Banten Lama atau situs-situsnya seperti Keraton Surosowan, Benteng Speelwijk, Mesjid Pecinan, pengindelan abang itu dalam kondisi kritis atau tingkat keterancamannya sangat tinggi sehingga bila memang ada strategi untuk Banten Lama sebaiknya secepatnya di kembangkan melalui tahap perencanaan, lalu pelaksanaan dan yang terakhir adalah pengendalian. Seperti yang diungkapkan oleh (Andi, 2001:263) bahwa kunci pengembangan pariwisata yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Sudah banyak sekali rencana-rencana untuk Banten Lama, dan sudah banyak pula tumpukan masterplan atau rencana pengembangan dan pelestarian Banten Lama, dari yang secara keseluruhan, sampai yang hanya masterplan berfokus pada infrastruktur, namun terhenti sampai pada tahap perencanaan. Strategi lain datang dari pihak kenadziran di mana kenadziran merupakan salah satu keturunan kesultanan yang ditunjuk langsung untuk menangani masalah Banten Lama, khususnya seputaran masjid, melalui wawancara yang dilakukan dengan Bapak Tb. Ismatullah Ismet sebagai ketua Kenadziran Banten Lama, menjelaskan apa strategi beliau untuk Banten lama sebagai berikut:
125
“saya ingin membangun replika pembangunan keraton itu pengennya deket Tasikardi” Wawancara dengan Bapak Ismet selaku ketua kenadziran Banten Lama, pada 06 Maret 2014, pukul 10.00 WIB di kediaman Bapak Ismet Pertanyaan lebih lanjut mengenai strategi yang digagasnya peneliti mencoba menanyakan apakah beliau sudah memiliki draft dalam bentuk rencana atau strategi berdasarkan gagasan maka di bawah ini adalah pernyataan beliau sebagai berikut: “Belum, itu strategi saya jalan dengan gagasan saya, berkomunikasi dengan duriyah kasultanan, ibu kepala dinas juga akan melakukan. Selain itu melakukan relokasi pedagang dan jalan. Pokoknya bagaimana menggagas kunci untuk Banten Lama menjadi Indah, pusat kuliner nusantara, saya harapkan pengunjung tidak cepat pulang”. Wawancara dengan Bapak Ismet selaku ketua kenadziran Banten Lama, pada 06 Maret 2014, pukul 10.00 WIB di kediaman Bapak Ismet Gagasan yang disampaikan oleh Bapak Ismet kepada peneliti tentunya tidak hanya disampaikan kepada peneliti, tetapi juga sudah disampaikan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, dan juga Walikota Kota Serang dan tentunya ini mendapat sambutan positif baik dari Dibudpar Provinsi Banten maupun dari walikota kota Serang karena ini merupakan hal yang baru karena biasanya segala rencana terhambat karena kenadziran, namun saat ini adalah pihak kenadziran dengan inisiatif datang sendiri mengajukan gagasan dan meminta dukungan dari pihak pemerintah. Banyak sekali strategi yang dilakukan untuk pengembangan dan pelestarian Banten Lama, baik itu untuk saat ini maupun pada masa lalu. Pada masa lalu strategi pengembangan dilakukan melalui revitalisasi yaitu tahun 2009, tahun 2006-2007, lalu lebih dalam dari tahun sebelumnya strategi yang digunakan untuk
126
pengembangan Banten Lama ada pembentukan Badan otorita, namun semuanya seperti tidak memunculkan hasil yang signifikan sebagus rencana atau struktur yang mereka buat, begitupun dengan yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Dalam hal pengembangan Banten Lama memang menjadi perhatian mereka, usaha-usaha atau strategi yang mereka lakukan seperti menguap begitu saja tanpa menimbulkan bekas atau perubahan yang signifikan. Strategi lain juga banyak diajukan oleh para peneliti Rahardjo,dkk (2011: 169) melalui keinginan mengelola situs Banten Lama sebagai satu kesatuan yang integral. Usulan pertama diajukan pada tahun 1989 oleh para ahli arkeologi yang berkecimpung di dunia penelitian dan pelestarian yaitu Hasan Muarif Ambry dkk tahun 1989. Gagasan baru muncul pada tahun 2002 yaitu gagasan untuk membentuk Badan Pengelola Pelestarian dan Pengembangan Banten Lama, pengagasnnya yaitu Najib. Pada awal tahun 2000 manajemen akan diserahkan kepada pihak ketiga. Dua tahun kemudian usulan baru dikemukakan ketika pemerintah Provinsi Banten terbentuk. Secara keseluruhan usulan atau gagasan mengenai pengembangan dan pelestarian Banten Lama tersebut belum mencapai titik pelaksanaan, hanya sebatas wacana atau rencana. Beberapa orang dari dinas-dinas berpendapat bahwa dalam pengembangan Banten Lama diperlukan konsistensi dan pembangunan dan pengembangannyapun secara berkelanjutan hal ini diungkapkan oleh ibu Rina disela-sela wawancara, yang mengatakan bahwa sangat diperlukan konsistensi yang tinggi dalam pengembangan Banten Lama, selai itu Bapak Sigit pun mengatakan bahwa pelaksanaan pembangunan Banten Lama dilakukan di tahun anggaran sehingga
127
terkesan terburu-buru dan pembangunan itu dilakukan hanya anggaran mereka terserap. Persepsi mengenai pembangunan ini yang salah. Pembangunan dilakukan dalam jangka panjang dan dilaksakan secara bertahap dari tahun ketahun dan dilakukan sampai menunjukkan hasil bahwa strategi yang dibuat telah dianggap berhasil, dengan pengawasan dan evaluasi. Sedanagkan di bawah ini adalah pendapat atau pandangan pribadi dari dua narasumber yang harus dilakukan untuk Banten Lama sebagai berikut: “seharusnya ada yang makronya dahulu secara keseluruhan apakah itu dari Bappeda, yang bisa memayungi semuanya, nanti kita tinggal membagibagi, nanti rencana teknis bangunan lingkungan APBN bisa bantu ada Satkernya, Satker Penataan Bangunan Gedung Lingkungan itu udah beberapa kali mengalokasikan dana disitu di Banten Lama, atau bisa dari dana APBD jadi Resourches banyak jangan ketergantungan di APBD aja APBN juga disitu mau care, seperti Ke PUan ada dari pariwisata dulu itu, termasuk dia itu bantu bikin pager itu dari pariwisata, nah itu harusnya bisa dipayungi terlebih dahulu keseluruhan sama Bappeda ini saran saya, nanti Bappeda memayungi trus nanti di bagi-bagi misalnya ini yang tanggungjawabnya SDAP bangun gedung dengan misalnya saluran, drainase, lalu perumahan sekitarnya, ini pariwisata non fisik misalnya pemberdayaan masyarakat sekitar terus pedagang, misal dinas purbakala , jadi sebetulnya juga perlu diketahui siapa yang paling bisa jadi leadingnya disitu terus semua bisa ngikut disitu, kalo kitakan dinas operasional, disuruh bangun itu bangun”. Wawancara dengan Bapak Isfan selaku Kepala Seksi program di SDAP, pada Rabu 26 Februari 2014, pukul 09.00 WIB di SDAP Provinsi Banten Ungkapan yang sama juga diungkapkan oleh Bapak Sabidin yaitu sebagai berikut: “Bappeda seharusnya memayungi secara keseluruhan, nanti leadernya harusnya kepurbakalaan atau BPCB” Wawancara dengan Bapak Sabidin selaku Staff bagian tata ruang di Dinas Bina Marga Tata Ruang Provinsi Banten. Dua pendapat di atas menuntut peran Bappeda Provinsi Banten dan juga BPCB selaku dinas kepurbakalaan untuk saling bersinergi satu sama lain untuk
128
melakukan pengembangan Banten Lama dan mensinergikannya kembali kepada pihak-pihak terkait dalam pengembangan Banten Lama, namun sinergi atau koordniasi hanya sekedar menjadi wacana saja, karena ego otonomi yang mereka hanya mengurusi kewenangan masing-masing. Padahal Banten Lama dapat dibangun seperti Borobudur seperti yang disampaikan oleh Hakim (2006: 122) yang mengatakan bahwa sebenarnya banten Lama bisa dibangun seperti Borobudur dengan bantuan dana Unesco. Asalkan semua pihak mendukung dan memperjuangkan sampai ke tingkat pusat dan tingkat internasional. Rahardjo dkk (2011 : 116-117) juga mengatakan bahwa situs Banten Lama akan berhasil menjadi objek wisata yang handal dan berarti bagi peningkatan sumber pendapatan daerah bagi Provinsi Banten pada umumnya dan Kota Serang khususnya jika yaitu sebagai berikut: 1.
2.
3. 4.
5. 6.
keberadaan situs-situsnya sebagai tujuan dan objek wisata terpelihara dengan baik, bersih dari polusi udara dan polusi pendesakan manusia, dalam hal ini kios-kios yang menghalangi pandangan ke arah objeknya. Kebersihan tempat objek yang dikunjungi harus terjamin dari berbagai jenis pengotoran sampah baik yang organik maupun unorganik Diperlukan juga guidebook yang memuat keterangan singkat tentang nilai historis dan arkeologis setiap situs di kawasan Banten Lama. Para pemandu wisata pun harus menguasai objek-objek wisata di kawasan Banten Lama dan mampu menyampaikan informasi berkenaan dengan objek-objek tersebut kepada pengunjung dengan baik dan benar dalam bahasa Indonesia ataupun bahasa asing Image promotion, perlu dilakukan melalui berbagai media, seperti televise, koran, dan brosur. Melibatkan partisipasi masyarakat dengan: 1) Masyarakat sekitar situs diberikan fasilitas tempat dagang tetapi diatur agar tidak menimbulkan polusi terhadap objek wisatanya. 2) Penempatan pedagang berdekatan dengan area parkir tidak boleh terlalu dekat dengan situs 3) Para Seniman diberikan kesempatan mengisi acara kesenian tradisional, misalnya debus atau atraksi wisata
129
4.2.2.6 Sasaran Tahunan Sasaran tahunan merupakan tolak ukuran jangka pendek yang harus dicapai organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjangnya. Dalam setiap kegiatan yang bersifat multi years atau tidak bisa dikerjakan hanya dengan beberapa tahun, maka sangat diperlukan sasaran tahunan agar tujuan dapat tercapai secara perlahan tapi pasti. Sasaran tahunan yang harus di capai oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten dalam rencana strategis 2012-2017 terkait dengan cagar budaya yaitu sebagai berikut: Tabel 4.6 Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja untuk Cagar Budaya Kegiatan atau Program pengelolaan dan pengembangan keragaman, kekayaan dan nilai budaya pelestarian cagar budaya, museum kesejarahan Kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan cagar budaya museum dan kesejarahan Kegiatan pengelolaan Destinasi wisata
Outcome/output
Indikator
Target Kinerja Program 2013 2014 2015 16,13%, 19,35%, 22,58%
meningkatnya pelestarian dan perlindungan cagar budaya, museum dan kesejarahan meningkatnya data kesejarahan dengan indikator jumlah inventarisasi Meningkatnya cagar budaya dan bangunan bersejarah yang direvitalisasi
cagar budaya dan bangunan bersejarah yang direvitalisasi
2016 19,35%
2017 22,58%
Jumlah inventarisasi, kajian dan penelitian cagar budaya Jumlah revitalisasi cagar budaya dan bangunan bersejarah
2 kali
1 kali
2 kali
1 kali
2 kali
1 kali
1 kali
1 kali
1 kali
1 kali
Meningkatnya obyek wisata yang berdaya saing
Jumlah penataan dan pengembangan obyek wisata
4 objek
6 objek
8 objek
9 objek
11 objek
Sumber: Rencana Strategis 2012-2014 disbudpar Provinsi Banten Tabel di atas menunjukkan sasaran tahun dalam bentuk target dari tahun ke tahun, jika dilihat pada point indikator jumlah revitalisasi cagar budaya dan bangunan bersejarah dari tahun ketahun hanya dilakukan 1 kali sehingga dalam 5
130
tahun revitalisasi dilakukan sebanyak 5 kali, dan dalam kegiatan pengelolaan destinasi wisata sasaran tiap tahunnya semakin meningkat dari 4 objek, 6 objek, 8 objek, 9 objek dan 11 objek. Namun disayangkan peneliti tidak memperoleh secara jelas apa-apa saja objek yang akan dikelola, maupun direvitalisasi setiap tahunnya, peneliti hanya mendapatkan informasi mengenai bahwa di tahun 2015 akan ada pengembangan dan revitalisasi Banten Lama, sehingga dalam sasaran tahun 2015 pastinya mengenai Banten Lama. Dalam program pengelolaan dan pengembangan keragaman, kekayaan dan nilai budaya memiliki target capaian kinerja mengalami penurunan pada tahun 2015. Saat dikonfirmasi mengenai ini staff bagian evaluasi dan pelaporan program Disbudpar Provinsi Banten yaitu Bapak Elda mengatakan sebagai berikut: “Penurunan ini bukan menjadi suatu masalah, karena di periode akhir target kita yaitu capaian 2017 yaitu 100%. Memang ada beberapa indikator yang ditunda dahulu, nanti dilanjutkan lagi tahun 2017 namun secara anggaran, dia tetap walaupun di tahun 2015 ada kenaikan dan 2016 tetap kembali” Wawancara dengan Bapak Elda selaku staff bagian evaluasi dan pelaporan program Disbudpar Provinsi Banten, pada Senin 07 Juli 2014, pukul 11.30 WIB di Disbudpar Provinsi Banten.
Ambry dkk (1988 : 20) membahas secara detail kronologi Banten Lama dari analisis peta-peta kuno dalam berdasarkan dari tahun ketahun yaitu sebagai berikut: 1. 1527 – 1570 Menurut kronik-kronik masa itu, sejak Oktober 1526 kota dipindahkan dari Banten Girang ke Banten Lor (13 km ke arah selatan) pada masa pemerintahan ayah Maulana Hasanuddin, yaitu Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Bangunan pertama didirikan oleh Sultan Maulana Jusuf yang memimpin pembangunan kota dan dinding-dindingnya (dengan bata dan batu). Konfigurasi klasik dari mesjid, Keraton, lapangan, pasar, dan
131
pelabuhan telah diwujudkan. Telaga Tasikardi telah dibangun oleh Maulana Jusuf. 2. 1570 – 1596 Banten telah dikelilingi dinding batu dan bagian dalamnya terbagi dalam kampung-kampung berpagar. Telah dibuat sebuah kanal untuk mengalirkan air sungai Banten ke dalam kota. Selama periode ini, pertumbuhan kota masih terus berlanjut. Menurut Cornelis de Houtman (tiba di Banten pada tanggal 23 Juni 1596), kota tersebut besarnya seperti Kota Amsterdam. 3. 1596-1659 Kota Banten bertumbuh terus dan memerlukan perluasan kanal-kanal dan tembok-tembok keliling. Dinding Kota menghadap ke arah laut dan telah diperkuat dengan bastion-bastion serta kubu pertahanan. Lokasi pasar Karangantu terletak (masih diluar dinding kota) disebelah timur muara sungai Banten dan telah diberi tembok keliling. Disebelah barat didirikan perkampungan bertembok keliling yang diperuntukkan bagi orang-orang asing.Menurut Cortemunde, di sebelah barat kota terdapat penginapan orang-orang Eropa dan kompleks orang-orang Cina; beberapa kanal dinding kota dan jalan dipindahkan. 4. 1659-1725 Setelah dua abad pertumbuhan kota masih terus berlanjut. Sekarang kanalkanal telah ditambah salah satu yang tertua diantaranya digunakan untuk perkampungan orang-orang asing (Kota Baru) dan di sebelah timurnya terdapat pasar yang juga berkembang. Perbentengan keliling sekarang telah disempurnakan. Meskipun tidak digambarkan di dalam peta Valentijn, Belanda telah mendirikan perbentengan yang kuat (Speelwijk) di sudut utara berhadapan dengan laut.Tembok-tembok kota dank anal dipindahkan. 5. 1725-1759 Perluasan jalan dan sistem kanal telah dibuat dengan membuat parit-parit di sekeliling Keraton Surosowan dan perbentengan Belanda. Kanal yang dilintasi Jembatan Rante telah diluruskan kea rah timur sampai ke bagian selatan pasar Karangantu. Dari peta Heydt terdapat gambar proses perpindahan dan perubahan rencana kota yang meliputi aspek arsitektur, kanal-kanal, jalan-jalan dan tembok-tembok kota. Dengan menganalisis peta-peta kuno dan penginderaan jauh, kita dapat menelusuri perpindahan dan penafsiran kota lama Banten. Pada tahun 1750 terjadi pemberontakan terbesar di Banten. Di dalam perluasan bangunan-bangunan belanda, menurut sejarah tahun 1751 revolusi dapat ditindas. Situasi ini telah memperkokoh kedudukan kompeni Bekanda dan menjadikan Banten semakin lemah. 6. 1759 – 1902 Setelah kunjungan Stravorinus 1769, tidak terdapat sumber-sumber lain mencatat perkembangan kota ini. Menurut Breughel, yang menulis catatan tentang Banten tahun 1787, terdapat beberapa gudang dan penjara, juga
132
sebuah pendopo dengan sebuah platform setinggi 10-12 kaki memenuhi permukaan alun-alun. Bagian-bagian permukiman penduduk asli kota itu tampak tidak terlalu banyak berubah, hanya beberapa rumah yang beratap genteng pada masa itu. Pada tahun 1795 cacah jiwa distrik Banten diperkirakan sebanyak 90.000, du luar cacah jiwa seluruh jawa yaitu 3,5 juta orang. Di sana masih terdapat Kampung Arab yang terletak di antara keraton Surosowan dan Karangantu, tetapi dikatakan pada waktu itu bahwa 4/5 rumah-rumah Cina sedang kosong (tidak dihuni). Kekuatan ekonomi Batavia terlalu kuat, Banten menurut statusnya menjadi permukiman provinsi (daerah). Peristiwa-peristiwa politik dan militer dalam perang Napoleon, pendudukan oleh Inggris, sertta kembalinya penduduk ke Belanda, menyebabkan permukiman Banten perlahan-lahan menurun dan kedudukannya menjadi desa dan kemudian terbakar pada tahun 1808-1809. Kota lenyap untuk selama-lamanya, hanya tercatat bahwa Kaibon sebagai keraton (didirikan pada tahun 1815) untuk ibu dari Sultan Rafiudin, dan kerajaannya digunakan sebagai sebuah boneka pemerintahan Belanda. 7. 1902-1977 Situs sekarang dikenal sebagai Banten Lama (10 km sebelah utara Serang). Banten kini tersisa sebagai runtuhan. Hanya sistem kanal, tembok-tembok keraton, Keraton Kaibon, Speelwijk serta beberapa sarana pelabuhan yang miskin yang masih ada. Menurut Serruirer, sebuah peta Banten Lama diterbitkan pada tahun 1902 itu tlah dibuat sekitar tahun 1879, Serrurier, seorang curator koleksi etnografi BG memperoleh peta tersebut dari residen Banten pada tahun 1893 telah membuat gembira dirinya selama mengunjungi Banten. Peta ini membagi Banten menjadi 33 kampung, dan terdapat tanda-tanda lahan lainnya. Peneliti Belanda (Brandes) menemukan peta yang “tidak dapat dipercaya”, tetapi menyetujui bahwa pemberian nama bagi beberapa kelompok pemukiman sangat berguna sebagai petunjuk kelompok-kelompok yang pernah menghuni berbagai perkampungan di Banten. Banten dipugar dari tahun 1915 sampai 1930 oleh pemerintah Belanda, tetapi tidak mencatat setiap peralihan secara kronologis, khususnya kanal-kanal dan tembok-tembok kota. Restorasi dan pemeliharaan Banten Lama dilanjutkan oleh pemeritah Indonesia dari tahun 1945 sampai sekarang. Masalah utama ialah bahwa beberpa runtuhan dan situs rusak berhamburan. Tetapi kita mencoba menyelesaikan dan merancang untuk mengembangkan situs ini sebagai “Taman Arkeologi Banten Lama”. 8. 1977 1987 Suatu masterplan (Rencana Induk) taman arkeologi Banten dibuat dan dilakukan restorasi, perumusan hipotetik tata kota dari berbagai periode, mencari kesejajaran di berbagai kota lainnya memperbaikinya sebagai suatu informasi baru menjadi memungkinkan. Rencana ini dapat membantu mengidentifikasi area-area yang harus terpelihara secara terbuka. Situs ini, secara umum masih tetap terpelihara dan beberapa dari sisa-sisa fondasi bangunan, masih terpendam dalam tanah. Untuk eksavasi
133
berjangka panjang, dan beberapa area yang memiliki desa-desa khusus dapat dihuni terus (dengan ijin dari direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala). Penjabaran mengenai kronologi Banten Lama dari masa ke masa dapat digunakan sebagai gambaran baik pengembangan Banten Lama saat ini atau sekedar memberikan gambaran apa saja yang harus dilakukan dalam pengembangan Banten Lama, karena beberapa waktu belakangan ini Banten Lama mengalami penurunan dalam kualitas kesejahteraan, baik kesejahteraan situs, maupun kesejahteraan masyarakat sekitarnya. Selin itu kronologi di atas dapat digunakan untuk membuat masterplan yang secara komperhensif dengan melihat background masa lalu dari Banten Lama itu sendiri, yang mana masterplan nantinya akan dilaksanakan dengan acuan sasaran dari tahun ketahun, karena dalam pembangunan atau pengembangan situs tentunya tidak dapat dilakukan secara sekaligus namun berlangsung secara multiyears. Seperti halnya Banten Lama, Kota Lama di Serang pun memiliki kriteria yang hamper sama dengan Banten Lama, namun kawasan Kota Lama di Semarang masih mendapatka perhatian yang lebih dari Pemerintah Setempat yang mana dalam penelitian yang dilakukan oleh Baruna Bagus P (2012) menggambarkan bahwa stiap tahunnya Kota Semarang mengalokasikan anggaran APBD untuk pengembangan Kawasan Kota Lama, yang mana hal ini belum dilakukan oleh Kota Serang.
134
4.2.2.7 Kebijakan Kebijakan
merupakan cara mencapai sasaran tahunan. Dalam hal ini
kebijakan berupa pedoman, aturan-aturan dan prosedur yang ditetapkan untuk mendukung usaha-usaha mencapai tujuan yang ditetapkan, dengan kata lain kebijakan dapat dikatakan sebagai apa yang telah dilakukan untuk pengembangan Banten Lama secara nyata. Hal ini tentunya berbeda dengan strategi, jika strategi masih berupa rencana dan dalam pelaksanaan, namun kebijakan adalah sebuah hasil atau tindakan baik sebelum pelaksanaan atau dalam pelaksanaan yang sifatnya mendukung strategi yang telah ditetapkan. Situs dan peninggalan arkeologi di Banten Lama sudah sejak lama menjadi perhatian pemerintah daerah untuk ditumbuh kembangkan sebagai objek wisata. Kebijaksanaan pembangunan daerah yang dirumuskan dalam pola dasar pebangunan daerah Kabupaten DT II Serang pada Pelita IV, V dan VI, kawasan Banten Lama berada dalam wilayah pembangunan Serang utara dan ditetapkan sebagai kawasan pengembangan dan pelestarian yang ditunjang pula oleh penetapan pengembangan Pelabuhan Karangantu dengan tidak menghilangkan sistem tata ruang sesuai dengan kajian arkeologis. Dalam Rahardjo dkk (2011 : 109-110). Point strategi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Bante terdapat pada tabel strategi berdasarkan misi maka di bawah ini juga akan disajikan kebijakan berdasarkan Misi yang di ambil dari Rencana Strategis 2012-2017 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten yaitu sebagai berikut:
135
Tabel 4.7 Jabaran Kebijakan berdasarkan Misi Ke-1 Kebijakan Misi Ke-1 Peningkatan pelestarian kebudayaan daerah Kebijikan Misi ke-2 Pengembangan destinasi yang berdaya saing dan peningkatan industry pariwisata yang berkelanjutan Kebijakan Misi Ke-3 Peningkatan kerjasama dan koordinasi strategis lintas sektor Kebijakan Misi Ke-4 Pengembangan pemasaran yang berorientasi kepada peningkatan ekonomi daerah, masyarakat, dan usaha pariwisata Kebijakan Misi Ke-5 Penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik Sumber: Rencana Strategis 2012-2017 Disbudpar Provinsi Banten Tabel di atas apabila dipilah kebijakan mana yang terkait masalah pengembangan dan pelestarian destinasi cagar budaya Banten Lama, maka yang tepat ada pada kebijakan misi Ke-1 dan pada kebijakan misi Ke-2. Yang mana kebijakan tersebut diturunkan dalam bentuk salah satunya adalah perda atau Rencana Induk Pengembangan Pariwisata di Dinas Kebudayaan, dari Rencana IndukPengembangan Pariwisata tersebut dari pihak Kota dan Kabupaten sebagai pemilik wilayah melanjutkan entah dalam hal yang sama yaitu membuat Rencana Induk Pengembangan Pariwisata dalam tingkat Kota atau yang lainnya. Pemerintah terkait di Provinsi Banten pun tidak tinggal diam Bappeda provinsi Banten telah menjadikan Banten Lama sebagai Kawasan Strategis Sosial Budaya. Kebijakan-kebijakan terkait tentu dilakukan dalam tindakan seperti misalnya relokasi pedagang, penetapan cagar budaya, pembangunan kios-kios, relokasi tempat parkir, pasar dan terminal namun yang disayangkan adalah Dinas
136
Kebudayaan dan Pariwisata provinsi Banten, walaupun pada perjalanannya saat ini kebijakan tersebut seperti gagal, misalnya pedagang yang sudah direlokasi kembali ketempat semula, Rahardjo dkk (2011: 153) Penataan kawasan para pedagang kaki lima dianggap tidak memenuhi tuntutan para pedagang yang semula sudah disetujui dinas Budpar. Sehingga mereka kembali ke tempat-tempat strategis yang dilalui peziarah. Terkait masalah kebijakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten dalam hal tentunya juga mengeluarkan prosedur dalam pelaksanaan namun yang terjadi di lapangan adalah SOP yang tidak transparan seperti yang telah disebutkan dalam faktor-faktor pemicu Konflik. Hal ini di kemukakan dalam Rahardjo dkk (2011 : 160) bahwa Standard Operational Procedures (SOP) dalam kasus pelaksanaan proyek pembangunan sarana fisik di Banten Lama masingmasing instansi menerapkan prosedur sendiri tanpa mempertimbangkan prosedur pihak lain, bagi BP3, misalnya uji kelayakan dan studi teknis arkeologi adalah prosedur yang harus dilakukan bagi setiap upaya pembangunan fisik di atas lahan situs. Namun prosedur ini tidak dianggap perlu bagi pihak yang memiliki proyek yaitu Disbudpar sehingga muncul penilaian bahwa BP3 mempersulit pekerjaan mereka. Sehingga ini akhirnya menjadi konflik yang menghambat pengembangan dan pelestarian Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama. Terkait kebijakan lain dalam pemeliharaan dan pelestarian Banten Lama, pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banten Lama belum mengeluarkan kebijakan terkait pengendaliaan pemanfaatan situs-situs dan belum melakukan kebijakan terkait menghadapi kurangnya kesadaran masyarakat akan pelestarian
137
lingkungan sekitar dan pelestarian Cagar budaya Banten Lama, seperti bermain bolanya masyarakat sekitar di dalam situs atau memancing di zona inti dan berdagang di Zona Inti. Sangat sekali diperlukan kebijakan terkait penanganan kurangnya kesadaran masyarakat dengan tujuan mengajak masyarakat untuk turut serta dalam pelestarian Banten Lama. Pemerintah terkait Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten Lama memang belum memiliki kebijakan dalam hal pengendalian masyarakat, namun bukan berarti pemerintah di luar Disbudpar Provinsi Banten, tidak melakukan pengendalian masyarakat, pemerintah di luar Disbudpar Provinsi Banten yaitu, BPCB dengan Undang-undang Cagar Budaya Banten Lama No.11 tahun 2010 di dalamnya tertera sanksi yang ditetapkan bagi pelanggar namun sepertinya hal ini juga belum dilakukan dengan tegas walaupun pada awalnya terdapat larangan untuk bermain bola seperti yang disampaikan oleh penjaga keraton kaibon sebagai berikut: “Sudah dilarang untuk main bola neng bahkan saya pernah mencabut tiang gawangnya agar tidak bisa main lagi, tapi main lagi-main lagi, sampe pernah saya mau dipukulin warga sini gara-gara melarang, ya gitu susah” Wawancara dengan Bapak Mulangkara, pada 24 April 2014, pukul 16.00 WIB di Keraton Kaibon
Pedagang di sisi Benteng Speelwijk yang mengatakan sebagai berikut: “Main bola udah biasa neng, tiap sore disini juga latihan bola neng buat turnamen,kan mereka udah ijin dulu ke ihak BPCB jadi ya gapapa ga pernah dilarang neng”.Wawancara dengan I2-1 pada 03 Juni 2014, pukul 12.30 WIB di sisi Kanan Benteng Speelwijk
138
Masalah ini tentunya didapatkan dua gambaran yaitu, pihak BPCB atau BP3 Serang dianggap lemah dalam memberikan sanksi, dan masyarakat dianggap sulit untuk di atur, sehingga menimbulkan konflik dan menjelekkan citra masingmasing pihak, sehingga dalam hal ini tentunya perlu ada ketegasan dari kedua pihak yaitu ketegasan dari pihak BP3 Serang untuk melarang bermain bola dan aktivitas lain, dan warga pun harus memiliki kesadaran bahwa cagar budaya bukan tempat bermain bola apalagi turnamen, tentunya yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah sosialisasi intensif bahwa bermain bola di cagar budaya itu dilarang dan sanksi yang tegas dari pihak BP3 Serang, selain itu perlunya dukungan dari pihak tokoh masyarakat seperti Kecamatan Kasemen, Kelurahan Banten, tokoh masyarakat seperti Kenadziran, Ketua RW atau Ketua RT setempat dalam melarang kegiatan tersebut tentunya akan sangat membantu karena biasanya mereka akan lebih mendengarkan tokoh masyarakat setempat sehingga, para stakeholder itu sangat diharapkan untuk mengawasi warganya dalam pemanfaatan situs lahan untuk kegiatan sehari-hari. Menurut peneliti keberadaan juru situs sangat di perlukan dalam hal ini pertama untuk merawat situs dan menjaga apabila situs dimanfaatkan dengan tidak benar, misalnya seperti Keraton Kaibon, walaupun kondisinya juga dapat dikatakan memprihatinkan, namun situs ini dapat dikatakan paling baik kondisinya jika dibandingkan dengan Speelwijk dan Keraton Surosowan terlebih lagi jika dibandingkan dengan Masjid Pecinan. Keberadaan juru situs sangat penting karena dianggap cukup efektif dalam kebersihan situs, atau misalnya seperti Klenteng Avalokitesvara dengan keberadaan juru situs atau pengelolaanya
139
kondisinya terawat. Sehingga peneliti sangat menganjurkan untuk disediakan juru situs untuk keberlangsungan situs, namun tentunya untuk penanganan situs Keraton Surosowan dan Speelwijk perlu dibuatkan pagar lalu di siapkan rumah untuk juru situs tentunya tanpa merusak kondisi situs. Namun dalam wawancara dengan Ibu Elly mengatakan sebagai berikut: “Dulu pemeliharaan itu dilakukan oleh juru pelihara, namun dengan adanya juru pelihara tersebut tidak mengurangi kekumuhan yang ada sehingga pemeliharaan dilakukan oleh pihak ketiga,dan terlihat hasilnya”. Wawancara dengan Ibu Ely selaku Kasubag TU di BPCB atau BP3S, pada Selasa, 01 Juli 2014 pukul 13.30 WIB di BPCB Serang Seperti yang telah dijelaskan bahwa satuan pengaman atau juru situs tetap diperlukan agar setidaknya situs lebih terjaga karena destinasi cagar budaya Banten Lama merupakan salah satu aset Provinsi Banten, yang mana aset ini menimbulkan berbagai dampak bila dikelola dan dimanfaatkan dengan baik atau dengan kata lain dimaksimalkan potensinya, salah satu dampaknya adalah kawasan atau destinasi cagar budaya ini menjadi tempat wisata yang menarik karena di kawasan ini terdapat cagar budaya berupa peninggalan sejarah, makammakam para pejuang pada masa lalu dan kawasan pelabuhan yang berdekatan dengan pantai. Untuk menunjang kegiatan pariwisata tentunya dibutuhkan sarana dan prasarana serta infrastruktur pendukung pariwisata seperti toilet, penginapan, kios-kios souvenir, tempat ibadah, akses jalan yang mudah dan akses kendaraan yang mudah. Selama ini perawatan fisik bangunan sarana dan prasarana serta infrastruktur dan aset atau cagar budaya daerah di rasa kurang maksimal. Pembangunan dan perawatan sarana dan prasarana, infrastruktur, dan cagar budaya oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten dalam Rencana
140
Strategis 2012-2017 tidak ada kegiatan untuk melaksanakan pembangunan dan perawatan baik sarana dan prasarana, infrastruktur dan cagar budaya Banten Lama hal ini di sampaikan oleh: “Kalo untuk tahun-tahun 2012, 2013 dan tahun ini kita belum ada buat Banten Lama, tapi ada rencana tahun depan tahun 2015, pernah dilakukan tapi tahun 2006-2007 tapi dokumennya sudah tidak ada” (Wawancara dengan, Pak Elda ,staff Bagian evaluasi dan pelaporan program di Disbudpar Provinsi Banten, pada tanggal 16 Mei 2014, pukul 13.00 WIB di Disbudpar Provinsi Banten)
Hal Senada di ungkapkan oleh Pak Sapta selaku Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Wisata yang menyatakan sebagai berikut: “Tahun ini kita dan tahun sebelumnya kita belum ada fokus ke Banten Lama, adapun fokus untuk ke Banten Lama tahun depan tahun 2015, dan rencananya kita akan melakukaan penataan pedagang” (Wawancara dengan Pak Sapta, Bagian Pengembangan Destinasi, Pada Tanggal 10 Juni 2014, pukul 10.00 WIB di Disbudpar Provinsi Banten.
Tidak berbeda jauh dengan dua pernyataan di atas dikatakan bahwa memang belum ada pengembangan ke arah Banten Lama diungkapkan pula oleh Bapak Tasrief sebagai berikut: “Tahun ini belum ada pengembangan Banten Lama, rencananya tahun 2015, adapun pengembangan Banten Lama di lakukan tahun 2006-2007 itupun dokumennya sudah hilang” (Wawancara dengan Bapak tasrief, selaku Kepala Pengelola Museum Negeri Banten, Pada tanggal 05 Juni 2014, pukul 09.00 WIB di Museum Negeri Banten)
Telaahan dari berbagai sumber melalui wawancara, untuk melihat apa yang telah dibuat terkait sarana dan prasarana, serta infrastruktur dan cagar budaya di Banten Lama digunakan Laporan Evaluasi Kinerja Tahun 2013, yang
141
menunjukkan bahwa tidak ada kegiatan kearah pengembangan dan Pelestarian destinasi cagar budaya Banten Lama. Sementara itu dalam Rencana Strategis Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten Tahun 2012-2013 pada BAB 5 Rencana Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja dan Pendanaan Indikatif beberapa program memberikan sasaran dan indikator program terkait Banten Lama yaitu sebagai berikut: Sasaran dan indikator Program
Pengelolaan dan Pengembangan
Keragaman, Kekayaan dan Nilai Budaya adalah sebagai berikut: 1. Meningkatnya kualitas Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan melalui: a. Meningkatnya kajian seni daerah, difokuskan kepada HaKI bidang kesenian; pelaksanaan forum rembug kesenian; dan pendokumentasian seni budaya daerah b. Meningkatnya fasilitas seni daerah, difokuskan kepada penyediaann sarana prasarana berkesenian, dan fasilitas pentas seni. c. Meningkatnya Gelar Seni Daerah, difokuskan kepada pelaksanaan festival seni, lomba seni serta pameran seni. d. Meningkatnya misi kesenian, difokuskan kepada fasilitasi pentas seni skala nasional 2. Meningkatnya pelestarian nilai-nilai tradisi 1) Meningkatnya tradisi masyarakat adat, melalui: meningkatnya fasilitas bagi masyarakat adat, difokuskan kepada fasilitasi event masyarakat adat Cisungsang, Cisitu, Citorek dan Baduy.
142
2) Meningkatnya data tradisi dan kearifan lokal, difokuskan kepada pelaksanaan inventarisasi tradisi dan kearifan lokal 3) Meningkatnya Pemahaman masyarakat tentang nilai-nilai budaya daerah, difokuskan kepada Sarasehan/dialog nilai-nilai budaya 4) Ketersediaan kebijakan pelestarian kebudayaan daerah, difokuskan kepada kebijakan perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan daerah serta kebijakan teknis lainnya bidang kebudayaan. 3. Meningkatkan kualitas pelestarian warisan budaya 1) Meningkatnya pelestarian dan perlindungan cagar budaya museum dan kesejarahan melalui: a. Meningkatnya data kesejarahan, difokuskan kepada inventarisasi arsip dan naskah kuno, serta kajian dan penelitian cagar budaya b. Meningkatnya cagar budaya dan bangunan bersejarah yang direvitalisasi, difokuskan kepada revitalisasi cagar budaya dan bangunan bersejarah di Kawasan Situs Benda Purbakala dan Masjid Banten Lama; dan cagar budaya lainnya yang menjadi kewenangan pemeliharaan tingkat provinsi c. Meningkatnya pengadaan dan pemeliharaan koleksi Museum, difokuskan kepada pengadaan dan pemeliharaan koleksi museum negeri Provinsi Banten d. Meningkatnya penyebarluasan informasi Museum, difokuskan kepada pameran koleksi Museum Provinsi Banten
143
Sasaran dan indikator program Pengelolaan dan pengembangan pariwisata dapat diukur dengan: 1. Mengembangkan destinasi pariwisata yang berdaya saing 1. Meningkatkan pengembangan daya tarik wisata, melalui: a. Peningkatan sarana objek wisata yang berdaya saing, difokuskan kepada penataan dan pengembangan objek wisata di: i.
Kawasan Pariwisata terpadu Padarincang
ii.
Kawasan Pantai Wisata Anyer dan pulau Tunda beserta pulau shangiang
iii.
Kawasan Ekonomi khusus pariwisata Tanjung Lesung
iv.
Kawasan Pariwisata Pulau Umang;
v.
Kawasan wisata pantai carita, dan kawasan wisata alam serta wisata religi;
vi.
Daerah penyangga Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) dan pemberdayaan masyarakat sekitarnya;
vii.
Kawasan Wisata Pantai Sawarna dan Bagedur,
viii.
Kawasan Wisata Alam Arum Jeram Ciberang, serta wisata Religi;
2. Meningkatnya Kualitas Pengelolaan Destinasi Wisata, melalui: a. Meningkatkan pengembangan desa wisata,difokuskan kepada peningkatan sarana dan manajerial pengelolaan desa wisata b. Meningkatnya investasi bidang pariwisata, difokuskan kepada ketersediaan data investasi pariwisata
144
c. Meningkatnya pengembangan
ketersediaan pariwisata,
dokumen
difokuskan
perencanaan
kepada
dokumen
perencanaan pembangunan pariwisata. Dari penjabaran mengenai sasaran dan indikator program di atas beberapa diantaranya menyebutkan Banten Lama, namun ada keganjilan yaitu pada Peningkatan sarana objek wisata yang berdaya saing, difokuskan kepada penataan dan pengembangan objek wisata yang mana di dalamnya Kawasan Cagar Budaya Banten Lama tidak tersebut di dalamnya, sedangkan dengan sangat jelas di dalam berbagai perencanaan yang telah dijabarkan di atas, Kawasan banten Lama menjadi prioritas. Di bawah ini adalah pernyataan bapak Elda selaku Kepala Bidang Program dan bapak Tasrief selaku Kepala Pengelola Museum Negeri Banten, mengenai mengapa dalam beberapa tahun antara tahun 2010-2014 belum ada arah kegiatan dalam pengembangan Banten Lama. “Tahun-tahun sebelumnya dan tahun ini belum ada arahan pengembangan ke Banten Lama, karena dari kita belum ada anggarannya, karena tahun ini saja 80% anggaran untuk belanja pegawai, tapi tahun 2015 kita rencana fokus ke banten Lama dengan rencana penataan pedagang” hasil wawancara dengan Bapak Tasrief, selaku Kepala Seksi Pengelolaan Museum Negeri Banten, pada Tanggal 26 Februari 2014, pukul 09.00 WIB, di Museum Negeri Banten) Pernyataan di atas memberikan jawaban mengenai alasan mengapa antara tahun 2010-2014 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten yaitu masalah anggaran, namun untuk lebih mengetahui apa saja yang menyebabkan antara tahun tersebut belum ada pengembangan dan pelestarian untuk Banten Lama yaitu sebagai berikut pernytaan dari Bapak Elda
145
“Banten Lama memang PR untuk Provinsi dan Kota dahulu sudah dilakukan dengan APBD dan APBN dengan revitalisasi sekitar alun-alun, sebenarnya jika menangani Banten Lama itu kita terbentur masalah klasik, yaitu masalah banyaknya kepentingan yang terdapat di sana yaitu seperti: BPCB, Kenadziran dan kabupaten Kota, tapi di tahun 2015 kita sudah menyiapkan rencana kantong anggaran untuk revitalisasi Banten Lama” hasil Wawancara dengan Bapak Elda, selaku staff Bidang Evaluasi dan Pelaporan Program di Disbudpar Provinsi Banten, Pada tanggal 16 Juni 2014, pukul 10.00 WIB di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten”
Dari pendapat kepala bidang dan kepala seksi di atas maka dapat di simpulkan bahwa tidak adanya kegiatan pengembangan dan pelestarian Banten Lama antara tahun 2012-2014, sedangkan dalam prioritasnya di rencana strategis tahun 2012-2017 disebutkan bahwa prioritas pembangunan pariwisata salah satunya adalah Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama, Selain itu dalam kutipan wawancara yang dijabarkan di atas tersirat alasan mengapa antara 20122014 belum diadakan kegiatan dan peneliti menyimpulkan hal tersebut di karenakan oleh hal-hal sebagai berikut: 1. Masalah Anggaran; 2. Masalah Koordinasi antar berbagai pihak yang memiliki kepentingan di Banten Lama. Masalah anggaran tentunya menjadi salah satu kendala yang cukup berat, karena terkadang manusia merencanakan namun modal menentukan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Juhaeri selaku Kasi Pengembangan nilainilai tradisional di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang saat di
146
wawancarai mengapa beberapa perencanaan yang telah di buat belum berjalan secara maksimal sebagai berikut pernyataannya: “Manusia perencana, modal menentukan, keterbatasan dana sehingga kita mengerjakan yang kecil-kecil dahulu” Wawancara dengan Bapak Juhaeri selaku Kasi Pengembangan nilai-nilai tradisional di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang, pada tanggal 17 Juni 2014, pukul 11.00 WIB di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang.
Selain itu peneliti memperoleh informasi bahwa BPCB atau BP3S Serang dalam melakukan pemeliharaan dilakukan selama 2 bulan sekali seperti pembersihan sampah, dan pemotongan rumput liar, namun sejak akhir tahun 2013 sampai Juni 2014 belum dilakukan pembersihan rumput liar tersebut, penjaga keraton kaibon mengatakan sebagai berikut: “Tiap tahun ada dana untuk melakukan pemeliharaan dan pelestarian, namun saat ini dananya tersedat, mungkin beberapa bulan lagi dana turun untuk melakukan pemeliharaan” Wawancara dengan Bapak Mulangkara selaku Juru Situs Keraton Kaibon, pada 24 Juni 2014, pukul 16.00 WIB di Keraton Kaibon.
Dari pernyataan tersebut terlihat sepertinya pihak BPCB atau BP3S kesulitan dalam hal pendanaan pemeliharaan dan pelestarian, apalagi terkait banyaknya cangkupan kewenangannya yaitu Lampung, Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat, sehingga tentunya dalam hal ini BPCB tidak bisa memperlakukan Banten Lama secara khusus sehingga perlu bantuan dari pihak lain yaitu termasuk pemerintah setempat, saat di konfirmasi kepada pihak Bappeda Kota Serang terkait masalah kesulitan anggaran dalam hal pelestarian mengatakan sebagai berikut:
147
“Kita bisa melakukan kerja sama dalam pelestarian, terutama dalam pendanaan, namun itu tentunya lewat kerja sama atau perundingan atau duduk bersama”Wawancara dengan Bapak Sigit selaku staff Bappeda, pada 11 Juni 2014 pukul 10.00 WIB di Bappeda Kota Serang
Dari pernyataan di atas dapat terlihat bahwa koordinasi antara pihak BPCB dan pemerintah setempat kurang diperhatikan, selain itu perhatian yang diberikan oleh pemrintah terkait masih minim dan hal tersebut akan dibahas lebih jauh dalam masalah koordinasi pada paragraph di bawah ini. Masalah koordinasi antar berbagai pihak yang memiliki kepentingan di Banten Lama juga merupakan masalah yang menjadi hambatan terbesar, kurangnya koordinasi antara berbagai pihak, dan yang lebih menyulitkan lagi adalah banyaknya kepentingan yang terdapat di dalamnya baik kepentingan dari sisi masyarakat dan kepentingan dari sisi pemilik kewenangan dan kekuasaan. Hal ini berdasarkan kesimpulan dari beberapa wawancara peneliti dengan narasumber yaitu sebagai berikut: “Dalam Pengembangan Banten Lama ada aturan mengenai cagar budaya, yang memiliki aturan apa-apa saja yang boleh yang tidak boleh dilakukan terkait Banten Lama, sehingga kita kesulitan dalam mengintervensi secara langsung, selain itu Banyaknya kepentingan yang terdapat disana juga membuat kita kesulitan melakukan intervensi, sehingga koordinasi harus lebih intens” Wawancara dengan Bapak Irfan staf bagian Tataruang, pada tanggal 16 Juni 2014, Pada Pukul 11.00 WIB di Bappeda Provinsi Banten
Peneliti melihat bahwa sudah banyak yang dilakukan pemerintah untuk Banten Lama termasuk berkoordinasi dengan pihak lain atau dinas terkait, namun belum berkoordinasi dengan pemilik kepentingan di Banten Lama sehingga yang terjadi adalah miss komunikasi. Pemerintah melakukan rapat-rapat terkait
148
membahas apa saja yang dilakukan untuk Banten Lama, namun dalam hal ini pemerintah tidak melibatkan masyarakat didalamnya, misal seperti Sosialisasi Undang-undang No.10 tentang Cagar Budaya Banten Lama yang di adakan di Hotel Mahadria. Sosialisasi ini seharusnya dilakukan ditengah masyarakat Banten Lama, tentunya juga memanggil dinas terkait dari berbagai daerah,sehingga sosialisasi undang-undang ini tersampaikan dan setidaknya sedikit demi sedikit masyarakat sekitar sadar bahwa terdapat aturan yang mengatur tentang cagar Budaya sehingga mereka mengurangi pemanfaatan yang berlebihan terhadap Banten Lama dan ikut melestarikan Destinasi Cagar Budaya ini. Kurangnya koordinasi terlihat dalam pembuatan masterplan kota serang. Kota Serang meminta bantuan pihak provinsi untuk dibuatkan masterplan, namun yang mengejutkan adalah sejak masterplan itu selesai dibuat oleh Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten, bahkan Bappeda Kota Serang dan Bappeda Provinsi belum menerima draft tersebut, hal ini berdasarkan pernyataan narasumber sebagai berikut: “terkait Masterplan kita meminta bantuan pihak provinsi, karena keterbatasan Dana. Akhirnya yang menangani pihak SDAP, tapi belum ngasihin tuh kekita Masterplannya, sampai saat ini” Wawancara dengan Bapak Sigit selaku staff Bappeda Kota Serang, pada 11 Juni 2014 pukul 10.00 WIB di Bappeda Kota Serang
Pernyataan yang sama terkait belum diserahkannya draft masterplan juga disampaikan oleh Bapak Irfan, selaku staff tata ruang di Bappeda Provinsi Banten sebagai berikut:
149
“Masterplan yang dibuat SDAP belum masuk kesini, adanya masterplan yang tahun 2009 tapi saya lupa naruhnya dimana” Wawancara dengan Bapak Irfant selaku staff bagian Perencanaan Ruang Bappeda Provinsi Banten, pada 16 Juni 2014 pukul 10.00 WIB di Bappeda Provinsi Banten
Namun dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata tentunya memiliki masterplan tersebut dan dijadikan acuan sebagai kegiatan revitalisasi Banten Lama pada Tahun 2015. Memang dalam implemantasi perencanaan strategis pengembangan dan pelestarian Banten Lama jenjang tahun 2012-2017 baru akan dilaksanakan kegiatan pada tahun 2015, hal demikian tentunya sangat disayangkan, namun pelaksanaan di tahun 2015 tentunya bukan tanpa alasan, alasan-alasan terkait anggaran, kepemimpinan, koordinasi, dan kondisi dilapangan tentunya
menjadi
latarbelakang
mengapa
pelaksanaan
rencana
strategis
pengembangan dan pelestarian baru dilakukan pada tahun 2015 nanti. Di Harapkan dalam pelaksanaannya dan hasil pelaksanaannya tidak mengecewakan atau mensia-siakan uang rakyat. Apapun yang disampaikan oleh peneliti di atas hanya sekedar memberikan gambaran peneliti mengenai apa yang harus dilaksanakan tentu tidak memiliki maksud untuk menggurui atau sok tahu apalagi mengkritik. Selanjutnya di bawah ini peneliti mencoba sedikit menganalisis bagaimana implementasi perencanaan strategis pengembangan dan pelestarian Destinasi wisata Cagar Budaya Banten Lama. 4.2.3 Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama Pembahasan mengenai implementasi Perencanaan Strategis dan Pelestarian Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama akan di jabarkan mengenai
150
implementasi dari rencana yang paling terdahulu yaitu Perda Kabupaten Serang No.9 Tahun 1990 pada pasal 5 ayat 1, perencanaan ini tidak ada tindak lanjut konkret bahkan hingga tahun 2000, informasi ini di dapat dalam buku Kota Banten Lama Mengelola Warisan Untuk Masa Depan oleh Rahardjo dkk (2011: 170), Perencanaan perda No.9 tahun 1990 digunakan sebagai dasar pembentukan RUTR Kawasan Banten Lama Pada Tahun 1994, yang kemudian disusul dengan masterplan beserta gambar perencanaan serta maket bangunannya sekaligus. Rahadjo dkk (2011: 170) mengatakan bahwa dokumen RUTR dan gambargambar perencanaan dengan jelas menggambarkan adanya upaya pengelolaan situs yang disatukan dengan penataan kawasan Pantai, namun sayangnya perencanaan yang tampaknya sudah matang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Selanjutnya perencanaan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Banten Lama dan Karangantu 2006 – 2011, perencanaan ini juga dapat dikatakan salah satu perencanaan yang matang yang dibuat oleh Kabupaten Serang, namun lagi-lagi dalam pelaksanaan atau implementasinya tidak berjalan sama sekali, selain itu terbentur terbentuknya Kota Serang pada tahun 2007, sehingga Banten Lama pun bukan lagi menjadi kewenangan Kabupaten Serang melainkan kewenangan Kota Serang, yang masuk ke dalam kewenangan Kabupaten Serang adalah Danau Tasikardi, Pengindelan dan Masjid Pecinan sisanya masuk wilayah kewenangan Kota Serang. Belum ada alasan pasti kenapa rencana-rencana dari Kabupaten Serang ini tidak dilaksanakan.
151
Perencanaan selanjutnya yang dibahas adalah perencanaan yang di buat oleh Provinsi Banten yaitu Banten Waterfront City tahun 2009 dan Arahan Revitalisasi Banten Lama Tahun 2009 dengan skenario pengembangan sebagai berikut yaitu: a) Pengembangan pelabuhan dan Tempat Pelabuhan Ikan Kawasan Karangantu. b) Lahan Potensial pengembangan perikanan kawasan Karangantu c) Pelestarian objek wisata kelautan seperti mercusuar dan kampung nelayan di Kawasan Karangantu d) Pengembangan objek wisata baru berupa wisata kuliner dan wisata air e) Peningkatan upaya penyebaran informasi dan paket wisata Kawasan Karangantu f) Peningkatan kualitas lingkungan Benteng Speelwijk (Rekonstruksi kembali bangunan benteng) g) Pengembangan wisata ziaraah sebagai wisata unggulan skala regional Kabupaten Serang h) Revitalisasi kios menjadi pusat informasi dan souvenir i) Keraton Surosowan merupakan mega situs purbakala dengan luasan yang cukup besar Sekenario pengembangan di atas terlihat menyeluruh dari segala potensi yang ada, selain itu berdasarkan observasi hasil dalam skenario pengembangan tersebut belum menunjukkan hasil yang maksimal misalnya jalan di kawasan pelabuhan Karangantu atau tepatnya di syahbandar umum jalan itu dapat dikatakan rusak parah bahkan saat peneliti berkunjung ke sana tahun 2011 saat ini
152
kondisinya semakin parah, perbaikan yang dilakukan hanya sekedar menambal dengan baju atau pasir. Kondisi jalan yang rusak juga terdapat di sisi kiri Keraton Surosowan belum di perbaiki sampai sekarang. Saat ditelusuri apa yang menyebabkan demikian di bawah ini merupakan pernyataan Bapak Sabidin selaku staff bagian tata ruang di Dinas Marga Tata Ruang Provinsi Banten sebagai berikut: ”Kalau Karangantu belum sampai dilaksanakan karena kota belum siap pembebasan lahannya”.Wawancara dengan Bapak Sabidin selaku Staff bagian tata ruang di Dinas Marga Tata Ruang Provinsi Banten, pada Selasa, 02 Juni 2014, pukul 10.30 WIB di Dinas Marga Tata Ruang Provinsi Banten. Saat diwawancarai lebih jauh mengenai apa yang dilakukan untuk Banten Lama sendiri pernyataan beliau yaitu sebagai berikut: Banten Lama itu saat ini ingin dijadikan sebagai kawasan Kota Pusaka tapi perdanya belum ada masih dalam tahap pembuatan. Selain itu kita ga ngutak-atik Banten Lama karena BPCB belum punya gambaran utuh, jadi ga bisa diutak-atik. Gambaran utuhnya itu ada di Belanda”.Wawancara dengan Bapak Sabidin selaku Staff bagian tata ruang di Dinas Marga Tata Ruang Provinsi Banten, pada Selasa, 02 Juni 2014, pukul 10.30 WIB di Dinas Marga Tata Ruang Provinsi Banten. Pernyataan menurut Bapak Sabidin di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan mengenai Banten Waterfront City tersebut belum dilakukan dengan maksimal, pernyataan mengenai kurang maksimalnya penangan di Banten Lama di ungkapkan oleh Bapak Dodi selaku Pemborong proyek Banten Lama yaitu sebagai berikut: ”Masalah Banten Lama itu masalah klasik neng, tapi masalahnya juga aneh, masalahnya itu ga masuk di akal, mereka melarang ini itu dengan alasan yang ga masuk akal” Pernyataan Bapak Dodi pada Senin, 16 Juni 2014, pukul 10.00 WIB di Disbudpar Provinsi Banten.
153
Pernyataan di atas memang tidak menggambarkan dengan jelas apa maksud dari masalah yang tidak masuk akal tersebut, namun dapat memberikan gambaran bahwa permasalahan dalam pengembangan Banten Lama sangat kompleks sehingga terasa sulit bahkan mustahil untuk mengembangkan Banten Lama seperti Borobudur. Selanjutnya yang terbaru adalah masterplan Penataan Kawasan dan Lingkungan Banten Lama tahun 2011, Perencanaan ini lebih terlihat pelaksanaannya di bandingkan dengan perencanaan sebelumnya, seperti Banten Waterfront City Tahun 2009 di laksanakan dengan melakukan normalisasi terhadap kanal-kanal seperti kanal di Jembatan Rantai, dan kanal lainnya, selanjutnya arahan revitalisasi Banten Lama tahun 2009 melakukan revitalisasi pada pemagaran Masjid Agung Banten Lama, relokasi pedagang, pembuatan kioskios pedagang dan lebih kepada penataan mesjid. Rencana itu memang terlaksana dengan anggaran total 28 Milyar melalui APBN dan dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. perencanaan dengan niat tulus tersebut menormalkan Banten Lama dalam Beberapa saat tidak lama dari itu membawa masalah baru dalam pengembangan Banten Lama, masalah tersebut adalah: 1. Pemagaran Masjid Agung Banten Lama dan Alun-alun Kota Banten Lama di indikasi melanggar undang-undang Cagar Budaya. 2. Kios-kios yang telah di bangun ditinggalkan kembali oleh para pedagang, dan Pedagang kembali ketempat semula, dan kios tersebut kini tidak ditempati dan menjadi kumuh.
154
3. Normalisasi kanal-kanalpun tidak berhasil, lagi-lagi kanal ditumbuhi eceng gondok dan tanaman lain dan masyarakat menggunakan kanal tersebut untuk memancing. Hal tersebut di dapatkan melalui observasi dan wawancara, wawancara dengan Bapak tasrief yang mengatakan: “Pembangunan pagar tertutup tersebut sebenarnya menyalahi aturan undang-undang karena alun-alun adalah fungsinya tempat berkumpul, dan dalam undang-undang dijelaskan bahwa cagar budaya harus dapat diakses dan lihat, kalo dipager gitukan jadi ga bisa dilihat, kalo mau revitalisasi lagi yam au ga mau ya bongkar walaupun sakit” Hasil Wawancara dengan Bapak Tasrief selaku Kepala Seksi Pengelola Museum Negeri Banten, Pada tanggal 26 Februari 2014, pukul 10.00 WIB, di Museum Negeri Banten Setelah di konfirmasi kepada Dinas Pekerjaan Umum yaitu Ibu Nurma di Bagian Cipta Karya mengatakan sebagai berikut: “Pembangunan pagar, dan Museum Kepurbakalaan Banten Lama sebenarnya menyalahi aturan undang-undang Cagar Budaya, karena sebenarnya pagar itu menghalangi alun-alun, dan zona inti tidak boleh ada aktivitas seperti museum jadi itu melanggar” Hasil wawancara dengan Ibu Nurma selaku Pegawai di Bagian Cipta Karya, pada tanggal 05 Mei 2014, pukul 10.00 WIB, di Dinas Pekerjaan Umum Kota Serang
Pernyataan lain mengenai pembangunan pagar tersebut menyalahi aturan di sampaikan oleh Bapak Mulangkara sebagai berikut: Kesalahannya telek itu sampai pak alam itu dicopot dari jabatannya, karena anggaran pusat itu melalui anggaran pariwisatanya Banten dulu itu, karena ga sesuai dengan juklak, jadi begitu dana turun karena memang kenadziran menerima uang jalurnya melalui dinas-dinas, kebetulan waktu itu ga melalui dinas balai kami ya langsung ke Provinsi, Ya karena memang kalau kita tinjau dari fungsi ruang publik aja dulu alun-alun sebagai fungsi ruang publik, ini aja ga tertutup pagarnya bisa diakses dari luar, atau alun-alun Serang, Istana Negara ditutup ga, enggakan? Jadi kalaupun orang ga masuk ke alun-alun, karena itu ruang publik, jadi itu bisa lihat ada kegiatan apa dalam alun-alun, ya kalau begitumah fungsi ruang publiknya sudah hilang satu itu kesalahan yang fatal, kedua membuat pintu gerbang yang
155
dekat menara, itu bangunan baru mendominasi bangunan lama, Ketiga membuat replika Jembatan Rantai lebih besar daripada yang aslinya, itu replika yang dibuat zamannya Tusfatul, namanya buat replika itu ada aturannya ga sembarangan, ga boleh melebihi atau menyamai dengan yang aslinya itu, inimah malah ngelebihin yang asli, itu yang sangat fatal itu tiga kalau menurut saya si. Ya bahasannya waktu itukan dana anggaran APBN yang melalui dinas pariwisata provinsi waktu itukan untuk revitalisasi Kawasan Mesjid Agung Banten, ya cuman dalam benak Fatul waktu itu sebagai ketua nadzir ga tau yang namanya revitalisasi. Wawancara dengan Bapak Mulangkara selaku Juru Situs, pada Kamis, 24 April, pukul 16.00 WIB, di Keraton Kaibon.
Perencanaan yang di harapkan akan membawa pengembangan bagi Banten Lama justru menciptakan masalah baru, hal ini tentunya di tanyakan dengan kesimpulan jawaban sebagai berikut: 1. Kurang tepatnya pengaturan arus pengunjung untuk melewati pedagang sehingga pedagang merasa tidak dilewati dan tidak laku, sehingga kembali ketempat semula. 2. Kurang tegasnya pemerintah dalam segala perencanaan yang dibuatnya 3. Kurangnya perawatan setelah revitalisasi dilaksanakan. Perencanaan selanjutnya adalah MasterPlan Penataan Kawasan dan Lingkungan Banten Lama tahun 2011. Perencanaan ini bukan perencanaan yang sifatnya komperhensif atau menyeluruh. “Masterplan banten Lama itu bukan masterplan komperhensif, sedangkan yang dibutuhkan adalah masterplan yang komperhensif yang menyeluruh termasuk faktor-faktor sosial” hasil Wawancara dengan Bapak Tasrief selaku Kepala Seksi Pengelola Museum Negeri Banten, Pada tanggal 26 Februari 2014, pukul 10.00 WIB, di Museum Negeri Banten.
156
Pernyataan lain dari pihak Sumber Daya Air dan Pemukiman mengatakan sebagai berikut: “Masterplan ini dikhususkan untuk infrastruktur, sarana dan prasarana untuk Banten Lama, tidak terkait masalah Cagar Budaya Banten Lama didalamnya” Hasil wawancara dengan Bapak Isfan Pada tanggal 22 April 2014, pukul 10.00 di Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman. Walaupun masterplan ini bukan masterplan yang sifatnya komperhensif seperti yang diungkapkan di atas, namun setidaknya perencanaan ini sudah berjalan sebesar 30%, hal ini di ungkapkan oleh Bapak Isfan sebagai berikut: “Masterplan sudah berjalan, sudah berjalan sebanyak 30% dari 100% , kan ada targetnya tiap tahun apa aja yang harus selesai” Hasil wawancara dengan Bapak Isfan Pada tanggal 22 April 2014, pukul 10.00 di Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman. Kroscek yang dilakukan peneliti yaitu melalui RAB indikasi Program yang peneliti lihat hanya beberapa kegiatan yang sudah dilaksanakan yaitu : Tabel 4.8 RAB Indikasi Program Zoning 1 Infra Struktur Utama Mesjid Agung Pembangunan Jembatan
m2
Pekerjaan Kanal/Talud Kanal lb = 20 m, t = 3 m
m
Gedung Persistirahatan & Toilet
m2
448
Gedung Maktab Banten 4 lt
m2
974
Perluasan Atap Kesultanan Banten
m2
Gedung Musafir
m2
166
Alun - alun Banten
m2
445
Gedung Diklat 2 lt
m2
505
Renovasi Tempat Wudhu
m2
100
216 2.000
1.042
1.900.926 6.005.500 3.991.071 3.991.071 827.543 3.991.071 2.011.236 3.991.071 763.000
Sumber: Dokumen laporan Final Masterplan Banten
410.600.000
DED Finish
12.011.000.000
DED Finish
1.788.000.000
Sdg dikerjakan
3.887.000.000
Dok ada
862.300.000
DED Finish
663.400.000
DED Finish
895.000.000
DED Finish
2.016.000.000
DED Finish
76.300.000
Sdh dikerjakan
157
Tabel menunjukkan di atas bahwa yang sudah dikerjakan itu renovasi tempat wudhu, namun ada pula yang masih atau sedang dikerjakan yaitu Gedung peristirahatan dan toilet, dan pembuatan DED, sedangkan yang lainnya masih bertuliskan rencana. Selain Zoning 1 masih terdapat Zoning 2, Zoning 3, Zoning 4 dan Zoning 5, namun hanya zoning 1 yang sudah ada gambaran apa yang sudah dikerjaan, yang sedang dikerjakan dan DED, sedangkan di zoning 2-5 semuanya masih bertuliskan rencana, padahal bila dilihat dari Skedul Indikasi Program, banyak sekali kegiatan yang harus dilaksanakan antara tahun 2011-2014, namun selain pada tabel 4.4 semuanya masih dalam tahap rencana. Selain itu Masterplan ini di buat untuk ditujukan untuk Kota Serang, namun saat diwawancarai pihak dinas tata ruang kota dan Bappeda kota serang mereka mengaku bahwa belum ada penyerahan draft dari pihak SDAP kepada pihak mereka, selain itu pihak Bappeda Provinsi Banten pun mengaku belum menerima draft Masterplan tersebut. Hal ini tentunya lagi-lagi menunjukkan kurangnya koordinasi atau kerjasama antar masing-masing pihak terkait. Perencanaan selanjutnya yang akan dibahas adalah perencanaan ruang lingkup Kabupaten Serang Perda Kabupaten Serang No. 9 Tahun 1990 yang memuat penetapan Kawasan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Banten Lama sebagai Taman Wisata Budaya menurut Rahardjo dkk (2011: 170) mengatakan bahwa bentuk pengelolaan sebagaimana yang diusulkan dalam dokumen itu juga dimuat dalam perda No.9 Tahun 1990 (Pasal 5 ayat 1). Hingga memasuki tahun 2000 ternyata tidak ada tindak lanjut konkret untuk meneruskan rencana pengelolaan tersebut. Dan sayangnya perencanaan yang tampaknya sudah matang
158
tidak berjalan sebagaimana mestinya. Asumsinya bentuk pengelolaan tidak mendapatkan tindak lanjut karena gagasan sebelumnya kurang menampung keterlibatan berbagai kelompok kepentingan. Untuk lebih detailnya peneliti mendapatkan kebijaksanaan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Serang dari laporan akhir Arahan Revitalisasi Kawasan Banten Lama dan Karangantu sebagai berikut: 1. Potensi dan daya tarik wisata a) Wisata Budaya, yaitu: i. Wisata Budaya sejarah berupa Masjid Agung Banten, Kraton Surosowan, Kraton Kaibon, Makam Sultan Maulana Yusuf, Masjid Kenari, Benteng Speelwijk, Klenteng Cina/Vihara Budha, Tasikardi, Watu Gilang, Pelabuhan Karangantu, Meriam ki Amuk dan Mercusuar Anyer Kidul ii. Wisata budaya pendidikan, berupa Museum Situs kepurbakalaan Banten iii. Kesenian Debus, Patingtung, Ubrug, Syaman Beluk, Terbang Gede, Wawacan, Mawalan (Qasidah) dan Rudat b) Obyek wisata minat khusus, berupa wisata ziarah, olahraga pantai dan kenadziran. 2. Rencana Pengembangan Pariwisata a) Setiap Satuan Kawasan Wisata (SKW) terbentuk oleh 3 (tiga) elemen dasar, yaitu:
159
i. Nucleus (inti), merupakan elemen utama yang menjadi inti dari jenis obyek wisata dan daya tarik wisata. ii. Inviolate belt, merupakan jalur pelindung juga merupakan gerbang yang berfungsi memberikan kesan menarik pada saat wisatawan masuk ke zona inti iii. Zone of closure, merupakan wilayah luar yang masih terpengaruh oleh aktivitas wisatawan b) Berdasarkan pendekatan tersebut diatas telah disebutkan sebelumnya, maka pembagian SKW menurut Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Serang, terbagi kedalam tujuh wilayah, yaitu: SKW Banten Lama, meliputi Pulau Dua, Taman Rekreasi Wulandira, Situs Kepurbakalaan Banten Lama (Museum Banten, Masjid Agung Banten, Kaibon, Keraton Surosowan, Benteng Speelwijk, Vihara dan Tasikardi. Perencanaan selanjutnya adalah RUTR Kawasan Banten Lama pada Tahun 1994, perencanaan ini merupakan tindak lanjut dari Perda Kabupaten Serang No.9 tahun 1990, namun dalam RUTR ini peneliti tidak menemukan dokumen aslinya atau dokumen secara fisik karena saat ini dinas pariwisata dan kebudayaan memisahkan diri sehingga dokumen yang adapun tercecer, selain itu juga melihat waktu RUTR yaitu tahun 1994 dan saat ini tahun 2014 sudah 20 tahun lebih sehingga keberadaan dokumennya pun sudah entah di mana, sealnjutnya saat diwawancarai bagaimana pelaksanaannya tidak ada yang mengetahui tentang itu, baik Dinas Pendidikan dan Kebudayaan atau Dinas Pariwisata Kota Serang. Hal
160
demikian juga terjadi pada masterplan Banten Lama yang juga dibuat berdasarkan RUTR tahun 1994, keberadaannya entah di mana sekarang dan bagaimana pelaksanaanyapun tidak diketahui. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Banten Lama dan Karangantu 2006 – 2011, rencana strategis tersebut merupakan rencana yang dibuat oleh pihak Kabupaten Serang. tindak lanjut dan pengembangan materi rencana struktur ruang dari Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Kawasan Banten Lama dan Karangantu, agar dapat bersifat operasional dalam pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik kota. Rencana struktur tata ruang dalam kawasan perencanaan merupakan pengarahan lokasi dari berbagai kegiatan yang mempunyai
kesamaan
fungsi
maupun
lingkungan
permukiman
dengan
karakteristik tertentu. Rencana ini juga memiliki detail yang lengkap namun saat ditanyakan kepada pihak kabupaten bagaimana mengenai perencanaan ini, tidak ada yang mengetahui hanya pernyataan bapak juhaeri di bawah ini: “Tahun 2007 saya melakukan pembangunan gerbang keraton surosowan, pintu besi dan papan informasi, papan petunjuk, Kalo bagian Destinasi di Dinas Pariwisata itu pembuatan pasar tahun 2006, dan pemagaran Pengindelan Abang” Wawancara dengan Bapak Juhaeri selaku Kepala Selsi Pengembangan nilai-nilai tradisional di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang, pada Selasa, 17 Juni 2014, pukul 11.00 WIB, di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang.
Perencanaan ini tentunya terbentur dengan pembentukan Kota Serang pada tahun 2007, sehingga peneliti tidak mendapatkan keterangan yang jelas apa saja yang dilakukan terkait rencana tersebut dan bagaimana pelaksanaannya. Saat diwawancarai mengenai itu narasumber mengatakan tidak mengetahui karena
161
pada saat itu bukan tugasnya, melainkan tugas temannya yang sudah pensiun. Adapun pada tahun 2006 oleh Kabupaten Serang, keluar SK atau Keputusan Bupati Serang No. 430/Kep.459-Huk/2006 tentang Penetapan Situs dan Benda Cagar Budaya sebagai Aset Daerah Kabupaten Serang yang di dalamnya dijabarkan mengenai bentuk-bentuk perlindungan apa saja yang sudah dilakukan untuk Banten Lama yaitu sebagai berikut: Tabel 4.9 Perlindungan yang telah dilakukan untuk Banten Lama No 1
Nama Situs Keraton Surosowan
2 3
Keraton Kaibon Benteng Speelwijk
4 5 6
Pelabuhan Karangantu Masjid Agung Banten Menara Masjid Agung Banten Masjid Pecinan Tinggi Masjid Kenari Pengindelan Abang Pengindelan Mas Pengindelan Putih Gedung Ijo Jembatan Rante Tasikardi Watu Gilang Meriam Ki Amuk Koja Klenteng Avalokitesvara
Bentuk Perlindungan - Pemugaran Kolam Loro Denok Penataan Lingkungan - Pemugaran Pintu Gerbang Benteng sebelah timur - Perbaikan pagar dan pembuatan pintu pagar Benteng - Pemasangan Pintu Besi - Perbaikan Pagar perbaikan Pintu Besi
-
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Pergantian kawat, pembuatan pintu besi Rehabilitasi bangunan pos jaga Rehabilitasi Konservasi Pemagaran -
Tahun 1992/1993
Dilakukan Oleh Suaka PSP Serang
1993/1994 1994/1995
1995/1996 1999/2000 1996/1997
Suaka PSP Serang
1999/2000 -
Suaka PSP Serang -
1992/2000 1999 1991/1992 -
Suaka PSP Serang Suaka PSP Serang Suaka PSP Serang -
19
Sumber: Keputusan Bupati Serang No. 430/Kep.459-Huk/2006 tentang Penetapan Situs dan Benda Cagar Budaya sebagai Aset Daerah Kabupaten Serang
162
Tabel di atas menunjukkan apa saja yang telah dilakukan untuk Banten Lama, namun apabila dilihat lebih seksama tabel di atas menunjukkan bahwa perlindungan lebih sering dilakukan oleh Suaka PSP Serang atau yang sekarang menjadi Balai Pelestarian Cagar Budaya atau BP3 Serang diBandingkan oleh pihak Kabupaten Serang sendiri. Memang sejauh ini pemerintah kabupaten serang ataupun Kota Serang belum melakukan Banyak hal untuk Banten Lama walaupun dengan pembentukan perda dan pembuatan SK serta bukan berarti mereka lepas tangan terhadap Banten Lama, tentunya ada sesuatu yang mereka lakukan untuk Banten Lama entah itu pembuatan pagar atau yang lainnya. Saat diwawancarai mengenai pengelolaan selanjutnya apa yang akan dilakukan adalah pemeliharaan selain itu peneliti meminta kepada pihak Kabupaten Serang untuk lebih memperhatikan kondisi Pengindelan Abang dan Mesjid Pecinan karena kondisinya yang lebih memprihatinkan dibandingkan dengan yang lainnya. Sumber lain yaitu Hakim (2006 :119) mengatakan pemda Serang dalam menggalakkan pariwisata telah menetapkan kompleks purbakala Banten Lama menjadi proyek otorita Banten Lama. Proyek pariwisata yang mencangkup areal seluas 600 ha menurut rencana akan membangun berbagai sarana pariwisata. PT Duta Surosowan telah ditunjuk sebagai pihak pengusaha yang akan membangun berbagai prasarana di lingkungan bekas kerajaan Islam di Banten. Sebagai langkah awal dipilih Tasikardi sebagai proyek pertama untuk dijadikan obyek wisata ideal.Sebelum dilakukan pekerjaan mengeruk lumpur secara besar-besaran dengan menggunakan tenaga mekanis (alat-alat berat) manusia. Ini dilakukan agar
163
tidak sampai merusak nilai-nilai historis dan benda peninggalan sejarah yang terdapat di sana. Menurut Rencana, proyek ini tahun 1991 selesai dikerjakan. Namun saat peneliti mencoba menelusuri bagaimana pelaksanaannya peneliti tidak mendapat titik terang, namun memang pariwisata Tasikardi dapat dikatakan lebih baik pengelolaannya di bandingkan dengan situs lainnya, karena memang sebelumnya situs ini dikelola oleh pihak swasta. Penjelasan berikutnya adalah apa yang telah dilakukan oleh pemerintah Kota Serang dalam melakukan pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama, sama seperti sebelumnya tentunya mereka melakukan sesuatu untuk Banten Lama, tapi menurut peneliti, Kota Serang dalam melakukan pengembangan dan pelestarian Banten Lama masih dikatakan minim kegiatan untuk ke arah tersebut karena terbatasnya masalah anggaran dan sumber daya manusia, selain itu baru terbentuknya Kota Serang menjadi alasan lain yang cukup mempengaruhi di mana pemindahan aset dan kewenangan menjadikan Kota Serang seperti tidak mampu berbuat apapun untuk Banten Lama. Adapun di bawah ini akan dijabarkan mengenai apa saja yang sudah dilakukan untuk Banten Lama oleh berbagai pihak yaitu sebagai berikut:
164
Tabel 4.10 Upaya Pengembangan Banten Lama oleh berbagai pihak No 1
2
3
4
Kegiatan
Tahun
Pelaksana
Pemugaran Masjid Agung Banten Lama
1968
-
1969
-
1977
1979/1980
Pemugaran Serambi Masjid Agung Banten Lama Pemugaran Masjid Agung Banten Lama Pemugaran Keraton Surosowan Pemugaran Keraton Kaibon Pemugaran Benteng Speelwijk Pemindahan rumahrumah di sekitar Benteng Keraton kedekat Benteng Speelwijk
5
Pemugaran Situs Purbakala
6
Pembebasan lahan
7
8
9
10
11
12
Penataan lingkungan bekas jantung Kota Banten abad 16 Pembentangan tanah yang dibebaskan pemda Serang Pemagaran Benteng dan Keraton Surosowan Pembangunan Kios Pedagang Pembangunan Konblok di Keraton Kaibon Revitalisasi Museum Situs Purbakala Banten Lama
Pendanaan Bhaktyi Siliwangi Korem Maulana
Rencana terkait
Sumber data
-
Rahardjo dkk (2011 :106)
Yayasan Al Quran
-
Rahardjo dkk (2011 : 106)
Ditlinbinjarah
APBN 1.012.136 M Bank Dunia 17 Milyar (konon)
Penelitian oleh Puslitarkenas
Hakim (2006 : 115)
Depdikbud
-
-
Kabupaten Serang dan Provinsi Banten
3 Milyar
2002
Kabupaten Serang
1,3 Milyar
2002
Pemerintah Pusat
APBN, 1,5 M
-
Hakim (2006 : 123)
2002
Provinsi Bantem
APBD 800 Juta
-
Hakim (2006 : 123)
2002
Kabupaten Serang
-
-
Hakim (2006 : 124)
2009
Provinsi Banten
Disbudpar Provinsi Banten
Banten Waterfront City
Observasi dan Wawancara
2013
Pemerintah Pusat
BPCB
-
Observasi dan Wawancara
2013
Pemerintah Pusat
BPCB
-
Observasi dan Wawancara
Menghidupkan kembali suasana abad 17 Pembangunan terminal dan parkir
Hakim (2006 : 122) Hakim (2006 : 122)
Sumber: Peneliti 2014 Tabel di atas menunjukkan telah banyak upaya yang dilakukan untuk pengembangan Banten Lama walaupun saat ini kondisi Banten Lama belum menunjukkan kondisi yang layak sebagai situs berskala intenasional. Rahadjo dkk
165
(2011: 115-116) mengatakan dalam rangka mengembangkan kawasan Banten Lama sebagai tujuan wisata, pemerintah daerah telah melakukan langkah-langkah antisipasi meskipun belum maksimal. Pemerintah daerah, melalui instansi terkait telah membangun berbagai sarana penunjang meskipun pemanfaatannya belum maksimal. Dari penjelasan-penjelasan di atas mengenai perencanaan untuk Banten Lama, implementasi rencana strategis pengembangan dan pelestarian destinasi wisata cagar budaya Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten dan implementasi rencana strategis pengembangan dan pelestarian, maka peneliti aka meringkas hasil penelitian dengan tabel di bawah ini yaitu sebagai berikut: Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Penelitian Indikator Visi Misi Keterkaitan antara Visi dan Misi
Analisis Eksternal
Hasil Penelitian 1. Visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten Mewujudkan Kebudayaan dan Pariwisata Banten yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan 2. Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten yaitu: a. Melestarikan nilai, keragaman dan kekayaan budaya b. Mengembangkan destinasi pariwisata yang berdaya saing c. Meningkatkan sumberdaya manusia dan kelembagaan kebudayaan dan pariwisata yang professional d. Mengembangkan Pemasaran Kebudayaan dan Pariwisata e. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dinas budaya dan pariwisata 3. “Visi dan Misi yang ada berkesesuaian dengan visi dan misi Kepariwisataan nasional 2010-2025 4. Visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten telah dijabarkan dalam Misi, program, kegiatan dan di jabarkan melalui sasaran dan indikator program
Kesimpulan Sudah memiliki keterkaitan dan dilakukan dengan baik
166
1. Peluang/Potensi
1. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banten Lama telah merumuskan peluang yang dihadapi dalam lima tahun pembangunan kebudayaan dan pariwisata. 2. Belum adanya analisis peluang secara mendalam terkait dalam pengembangan dan Pelestarian Banten Lama , karena antara tahun 2012-2014 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten belum melakukan kegiatan kearah pengembangan dan pelestarian Banten Lama
Sudah dilakukan namun masih secara keseluruhan
2. Hambatan atau tantangan
1. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten Lama telah merumuskan peluang yang dihadapi dalam lima tahun pembangunan kebudayaan dan pariwisata 2. Belum adanya analisis peluang secara mendalam terkait dalam pengembangan dan Pelestarian Banten Lama , karena antara tahun 2012-2014 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten belum melakukan kegiatan kearah pengembangan dan pelestarian Banten Lama 3. Hambatan yang dihadapi dalam pengembangan Banten Lama berdasarkan wawancara dan pernyataan beberapa pihak yaitu: a. Anggaran b. Koordinasi c. Banyaknya kepentingan d. Kewenangan
Sudah dilakukan namun masih secara keseluruhan
1. Sumber Daya Manusia di Disbudpar Provinsi Banten tentunya sangat mencukupi, mencukupi untuk melakukan pengembangan dan pelestarian di Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama. Sampai dengan tahun 2012, jumlah pegawai Negeri Sipil dengan dukungan tenaga Pramubakti Administrasi dan Satuan Pengaman sebanyak 108 orang 2. Satuan Pengaman di Dibudpar Provinsi Banten sebanyak 12 orang, namun secara khusus satuan pengaman untuk situs belum disediakan, hanya masih satuan pengaman dari BPCB
Sudah mencukupi
1. Terkait kemampuan sumber daya manusia kemampuan Disbudpar Provinsi Banten, dapat dikatakan mampu namun masingmasing pihak kurang memahami tupoksinya masing-masing 2. Terkait kemampuan anggaran, anggaran yang ada minim bila digunakan untuk pengembangan dan pelestarian Banten
Kemampuan yang belum memadai
Analisis Lingkungan Internal 1. Sumber Daya
2. Kemampuan
ada
167
Lama, karena atau khususnya di Disbudpar Provinsi Banten 80% anggaran untuk belanja pegawai Tujuan Jangka Panjang Prioritas
Strategi Strategi yang digunakan
Sasaran Tahunan Terintegrasi dan terkoordinasi
Kebijakan Peraturan
1. Disbudpar Provinsi Banten telah menjabarkan tujuan dari masing-masing misinya. 2. Disbudpar Provinsi Banten antara tahun 2012-2014 belum memprioritaskan Banten Lama ke dalam pengembangan dan pelestarian destinasi wisata, karena berbagai alasan entah itu masalah kepemimpinan, anggaran, dan lain-lain. Baru akan dilakukan pada 2015 3. Prioritas Tahun 2015 adalah pengembangan dan pelestarian Banten Lama melalui revitalisasi pada tiga point yaitu: a. Revitalisasi kios pedagang b. Perkerasan lahan dan fasilitas umum c. Relokasi pedagang dari Keraton Surosowan dan Alun-alun 1. Disbudpar Provinsi Banten telah menjabarkan strategi dari masing-masing misinya. 2. Belum ada Strategi secara khusus dalam Pengembangan dan Pelestarian Banten Lama, karena memang belum ada kegiatan kesana 3. Disbudpar Provinsi Banten telah menyiapkan strategi pengembangan dan pelestarian Banten Lama untuk tahun 2015 yaitu strategi “Pariwisata dan Kebudayaan”. Rencana tahun depan adalah Revitalisasi yang telah dijabarkan pada point tujuan jangka panjang
Sudah memiliki tujuan jangka panjang namun masih secara keseluruhan, belum spesifik pada pengembangan dan pelestarian Banten Lama
1. Dalam rencana strategis 2012-2017 Disbudpar Provinsi Banten mejabarkan sasaran tahunan yang akan dicapainya. Sasaran tahunannya dijabarkan secara rinci dengan target rencana capaian 2. Disbudpar Provinsi Banten secara khusus belum memiliki sasaran tahunan mengenai pengembangan dan pelestarian Banten Lama. Adapun selama ini menggunakan masterplan yang di buatkan oleh Dinas Bina Marga Tata Ruang Provinsi Banten dan Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten
Sasaran tahunan sudah di buat secara rinci namun untuk sasaran tahunan dalam pengembangan dan pelestarian Banten Lama belum dimiliki oleh Disbudpar Provinsi Banten
1. Disbudpar Provinsi Banten telah memiliki RIPP yang ditujukan menjadi perda dengan point salah satu prioritaasnya adalah Kawasan Banten Lama. Namun
Sudah ada namun belum secara spesifik.
Strategi masih dijabarkan secara keseluruhan untuk strategi secara khusus pengembangan dan pelestarian Banten Lama belum dimiliki oleh Disbudpar Provinsi Banten
168
peraturan tersebut belum ditindak lanjut menjadi masterplan. Seperti yang dilakukan Kabupaten Serang antara tahun 1990-1994 2. Disbudpar Provinsi Banten belum memiliki peraturan mengenai pengendalian dan pemanfaatan mengenai Banten Lama untuk menguatkan undangundang mengenai cagar budaya
Sumber: Peneliti 2014
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Implementasi rencana strategis pengembangan dan pelestarian destinasi wisata cagar budaya Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten belum dilakukan dengan maksimal. Hal ini dapat dilihat dari: 1.
Kaitannya dengan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam perencanaan strategis, implementasi rencana strategis pengembangan dan pelestarian destinasi Banten Lama di Disbudpar Provinsi Banten, khususnya dalam visi dan misi, sudah memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya dan dijabarkan dengan baik melalui kegiatan program, sasaran dan indikator program.
2.
Dalam pengembangan dan pelestarian destinasi wisata cagar budaya Banten lama di Disbudpar Provinsi Banten, dinas terkait belum melakukan analisis lingkungan eksternal lebih mendalam, analisis lingkungan eksternal yang ada masih menggambarkan kondisi secara khusus, namun analisis lingkungan eksternal khusus untuk Banten Lama belum ada.
3.
Analisis lingkungan internal di Disbudpar Provinsi Banten terkait dengan sumber daya baik anggaran dan sumber daya manusia sudah mencukupi namun dalam kemampuan sumber daya tersebut masih belum memadai seperti kemampuan sumber daya manusia memahami tupoksinya, kemampuan anggaran dalam
169
170
khusus untuk Banten Lama secara komperhensif di perlukan anggaran yang besar dan rutin setiap tahun. Sedangkan urusan Disbudpar Provinsi Banten bukan sekedar pengembangan Banten Lama 4.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten sejak tahun 2012-2014 belum memprioritaskan kegiatan atau program kearah pengembangan dan pelestarian destinasi, sedangkan dalam RIPP disebutkan bahwa Banten Lama menjadi prioritas, namun dalam pelaksanaannya Banten Lama baru akan diprioritaskan pada Tahun 2015. Strategi khusus untuk pengembangan dan pelestarian Banten Lama belum dimiliki oleh Disbudpar Banten Lama, strategi
5.
Belum adanya kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banten Lama untuk pengembangan dan pelestarian Banten Lama, belum adanya kegiatan disebabkan oleh beberapa hal yaitu masalah kepemimpinan, anggaran dan masalah tarik menarik kepentingan yang ada di Banten Lama. Adapun kegiatan pengembangan dan pelestarian Banten Lama pada tahun sebelumnya dilakukan mengandalkan dari masterplan yang dibuat oleh dinas lain. Saat ini belum ada masterplan yang secara khusus dibuat oleh Disbudpar Provinsi Banten. Dan strategi secara khusus untuk Banten Lama pun belum ada. Adapun strategi yang ada masih secara keseluruhan yaitu strategi dari misi Disbudpar Provinsi Banten., sedangkan strategi yang telah dilakukan pada masa lalu dikatakan tidak berhasil bahkan menambah masalah baru.
6.
Sasaran tahunan sudah di buat secara rinci namun untuk sasaran tahunan dalam pengembangan dan pelestarian Banten Lama belum dimiliki oleh Disbudpar
171
Provinsi Banten. Adapun sasaran tahunan dalam pengembangan dan pelestarian Banten Lama hanya ada di masterplan yang dibuat dinas lain dan dalam pelaksanaannya pun belum tercapai sesuai rencana. 7.
Dalam hal penetapan kebijaksanaan Dibudpar Provinsi Banten terkait pengembangan dan pelestarian Banten Lama
sudah banyak yang dilakukan
untuk Banten Lama namun kebijakan yang ada belum memiliki pengaruh yang besar dalam pengembangan dan pelestarian destinasi wisata cagar budaya Banten Lama. Bahkan kebijakan yang diatur oleh BPCB pun belum ditegakkan secara tegas di Banten Lama 5.2 Saran 1. Disbudpar Provinsi Banten terlebih dahulu membuat masterplan secara komperhensif dari segi sisi sosial maupun segi infrastruktur agar dalam pelaksanaan pengembangan dan pelestarian Banten Lama hanya mengacu pada satu masterplan tersebut. 2. Banten Lama perlu dijadikan prioritas utama oleh Disbudpar Provinsi Banten karena potensinya yang besar, minimal, di prioritaskan selama lima tahun agar terlihat hasil yang memuaskan. 3. Disbudpar Provinsi Banten perlu melakukan analisis lingkungan eksternal terkait pada pedagang, dan masyarakat sekitar untuk mengetahui dan memahami apa yang diinginkan oleh mereka.
172
4. Disbudpar Provinsi Banten juga perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan pedagang untuk ikut serta dalam pengembangan dan pelestarian Banten Lama, bukan memanfaatkannya tanpa memperhatikan kondisi situs. 5. Pemberdayaan masyarakat sangat perlu dilakukan oleh Disbudpar Provinsi Banten dibantu pihak terkait agar masyarakat dapat memaksimalkan potensi yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tentunya melalui pelatihan-pelatihan keterampilan. 6. Dalam pelaksanaan misalnya revitalisasi sebaiknya dilakukan secara berkelanjutan, bukan sekedar menggugurkan kewajiban, karena Banten Lama memerlukan perhatian khusus dan berkelanjutan. 7. Konsistensi
dalam
pelaksanaan
sangat
diperlukan,
misalnya
dalam
pengawasan atau pantauan kelapangan agar kesalahan yang lalu seperti pedagang kembali lagi tidak terjadi. 8. Kebijakan-kebijakan yang ada serta peraturan yang ada baik dari Disbudpar Provinsi Banten dan BPCB harus mendukung satu sama lain, dan menguatkan satu sama lain yaitu dengan penguatan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya baik oleh BPCB maupun oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Banten dan juga oleh Disporabudpar Kota Serang sehingga kebijakan yang akan dilakukan menjadi jelas 9. Masing-masing pihak harus mulai menjalin sinergi yang baik dalam pengembangan dan pelestarian destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama
173
dalam bentuk saling mengirimkan informasi terkait Banten Lama dan tindakan yang akan dilakukan, dan melakukan pembagian kewenangan yang jelas sehingga tidak ada lagi tumpang tindih kegiatan di masing-masing pihak 10. Pihak Disbudpar Provinsi Banten dapat melakukan kerjasama dengan pemuda-pemuda Banten atau komunitas-komunitas yang ada dalam hal promosi atau kegiatan sosial yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat sekitar untuk melestarikan dan menjaga Banten Lama
Daftar Pustaka Allison, Michael; Kaye, Jude. 2004. Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Nirlaba. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Andi, Mappi, Sammeng. 2001. Cakrawala Pariwisata. Jakarta: Balai Pustaka. Ambry, M, Hasan, dkk. 1988. Katalogus Koleksi Data Arkeologi Banten. Jakarta: Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Bryson, Jhon. 2007. Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar .
2004.
Strategic
Planning
For
Public
And
NonProfit
Organizations. United States of Amerika: Jossey-Bass David,R, Fred. 2004. Srtategic Manajemen. Jakarta: Salemba Empat. Fuad dan Nugroho. 2012. Panduan Praktis Penelitian Kualitatif. Serang: Fisip Untirta Press. Gasperz, Vincent. 2004. Perencanaan Strategik untuk Peningkatan Kinerja Sektor Publik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Hakim, Lukman. 2006. Banten dalam Perjalanan Jurnalistik. Pandeglang: Banten Heritage. Irawan, Prasetya. 2005. Materi Pokok Penelitian Adminstrasi. Jakarta: Universitas Terbuka. Ismail, Solihin. 2012. Manajemen Strategik. Jakarta: Erlangga. J.A. Muljadi. 2012. Pariwisata dan Perjalanan. Jakarta: PT Raja Grafindo. J. David Hunger & Thomas L. Wheelen. 2003. Manajemen Strategi. Yogyakarta: Andi. Moleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nugroho, Riant. 2012. Public Policy(Dinamika Kebijakan, Analisis Kebijakan, Manajemen Kebijakan. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Pitana dan Diarta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi. Rahardjo, dkk. 2011. Kota Banten Lama Mengelola Warisan Untuk Masa Depan. Jakarta: Wedatama Widya Sastra Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sumber Lain Andayani, Sriyanti. Dkk. 2012. Pengembangan Kawasan Wisata balekambang Kabupaten Malang. Malang: Universitas Brawijaya Malang. P, Bagus, Baruna. 2012. Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Kota Lama Sebagai Tujuan Wisata Kota Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro Koddeng, Baharuddin. Dkk. 2012. Pengembangan Kawasan Wisata Taman Purbakala Batu Pake Gojeng Kabupaten Sinjai. Makassar: UNHAS. Martha, Dea. Dkk. 2012. Strategi Pengembangan Situs Purbakala Patiayam Sebagai Ast Pariwisata Kabupaten Kudus. Semarang: UNDIP. Nur, MHD. 2009. Manajemen Pengelolaan Warisan Sejarah di Sumatra Barat. Padang: Universitas Andalas. Saragih, Romahita. 2011. Pengembangan Destinasi Wisata Kawasan Banten Lama. Serang: UNTIRTA http://bantencul turetourism. com/ diunduh pada tanggal 01 oktober 2013 pada pukul 6:35 http://lokal.polaris 104fm.com/2010/ 10/revitalisasi-kawasan-banten-lama-butuh20-m/. di Unduh pada tanggal 29 September 2013 pukul: 6:02
Dokumen Dokumentasi Benda Cagar Budaya dan Kepurbakalaan Provinsi Banten 2007 Ragam Pusaka Budaya Banten 2005 Rencana Strategis Tahun 2012-2014 Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.50 Tahun 2011 tentang Rencana Strategis Tahun 2012-2014 Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya Undang-undang Permendagri No.54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
Tabel Informan Wawancara
No
1
Nama
Bapak Elda
2
Bapak Tasrief
3
Ibu Elly
Jabatan
Waktu dan Tempat Wawancara
Staff Evaluasi dan Pelaporan Program di Dinas Kebudayaan dan pariwisata Provinsi Banten
Senin, 16 Juni 2014, pukul 10.00 WIB di Disbudpar Provinsi Banten
Koding
I1-1
I1-2
Kepala Seksi Negeri Banten
I1-3
Kasubag Serang
TU
Museum
BPCB
4
Ibu Maya Rani Wulan
I1-4
Kepala Kebudayaan Disporaparbud Serang
Bidang di Kota
5
Bapak Isvan
I1-3
Kepala Bidang Program SDAP Provinsi Banten
6
Bapak Tb. Ismatullah I1-6 Ismet
Ketua Kenadziran Banten Lama
7
Ibu Mimi
I1-7
Kepala Seksi Kepurbakalaan Lama
8
Ibu Rina
I1-8
Kepala Seksi Perencanaan Ruang Dinas Tata Ruang Kota Serang
9
Bapak Irfan
I1-9
Staff Perencanaan Ruang di Bappeda Provinsi Banten
Museum Banten
Rabu, 26 Februari 2014, pukul 09.00 WIB, dan 05 Juni 2014 pukul 09.00WIB di Museum Negeri Banten Selasa, 02 Juli 2014, pukul 13.00 WIB di BPCB Serang Rabu, 18 Juni 2014, pukul 11.30 WIB di Disporaparbud Kota Serang Rabu, 26 Februari 2014, pukul 09.00 WIB, di Kantor SDAP Provinsi Banten Kamis, 06 Maret 2014, pukul 10.00 WIB di Kediaman Bapak Ismet Jumat, 27 Juni 2014 pukul 10.30, di Museum Kepurbakalaan Banten Lama Senin, 06 Juni 2014, pukul 10.00 WIB di Dinas Tata Ruang Kota Serang Senin, 16 Juni 2014, pukul 10.00 WIB di Bappeda Provinsi Banten
10
Bapak Sigit Julian
I1-10
11
Bapak Juhaeri
I1-11
12
Bapak Subagyo
I1-12
13
Bapak Asaji
I1-13
14
Bapak Mulangkara
I1-14
15
Pedagang
I2-1
16
Muhammad Nurdin
I2-2
17
Didi Darmawan
I2-2
18
Eka
I2-2
19
Adit
I2-2
Rabu, 11 Juni 2014, Kota pukul 10.00 WIB di Bappeda Kota Serang Kepala Seksi Selasa, 17 Juni 2014, Pengembangan nilai-nilai pukul 11.00 WIB di tradisional di Disdikbud Disdikbud Kabupaten Serang Kabupaten Serang Kamis, 24 Juni 2014, Sekertaris Kecamatan pukul 09.00 WIB di kasemen Kecamatan Kasemen Rabu, 04 Juni 2014, Kepala Humas Klenteng pukul 09.00 WIB di Avalokitesvara Klenteng Avalokitesvara Kamis, 24 April Juru Situs Keraton 2014, pukul 16.00 Kaibon WIB di Keraton Kaibon Jumat, 27 Juni 2014 Di Warung pedagang pukul 11.30 di Warung Selasa, 08 Juli 2014 pukul 13.00 WIB di Wisatawan Warung dipinggir jalan Kamis, 10 Juli 2014 pukul 19.00 WIB di wisatawan Warung di pinggir jalan Selasa, 15 Juli 2014 Wisatawan pukul 15.30 WIB di UNTIRTA Selasa, 15 Juli 2014 Wisatawan pukul 15.30 WIB di UNTIRTA Staff Bappeda Serang
Member Check Transkip Wawancara Narasumber : Bapak TasriefI1-2 Jabatan : Kepala Seksi Museum Negeri Banten Hari/Waktu : Rabu, 26 Februari 2014, pukul 09.00 WIB Fani
: Pertama-tama saya ingin bertanya siapa yang bertanggungjawab mengenai pengelolaan Banten Lama pak, apa benar belum jelasnya siapa yang bertanggung jawab atas Banten Lama, oleh karena itu LIPI melakukan penelitian untuk mencari siapa yang benar-benar bertanggung jawab untuk Banten Lama?
Pak Tasrief
: Dalam hal ini yang bertanggung jawab itu ada BPCB bagian pelestarian, Pemda Kota Serang dan Kabupaten memiliki wilayah atau perwilayahan, namun sebenarnya yang bertanggungjawab itu Kota dan Kabupaten, dan selain itu pemerintah daerah supporting itu pemerintah daerah, kalau masalah LIPI saya belum dengar.
Fani
: Apakah Ada peraturan yang mengenai penetapan Banten Lama sebagai cagar Budaya?
Pak Tasrief
: PP belum keluar, dan penetapan tersebut didasarkan melalui pengkajian atau (rekomendasi dari tim ahli, namun sekarang belum ada tim ahlinya.
Fani
: Lalu Bagaimana bisa Banten Lama ditetapkan sebagai potensi skala nasional pak, apakah Banten Lama sudah memenuhi potensi skala nasional?
Pak Tasrief
: Tentu Banten Lama sudah memenuhi skala Nasional, karena situs tersebut komplit dan memenuhi syarat penetapan Cagar Budaya
sebagai potensi skala nasional sesuai undang-undang cagar budaya No.10 tahun 2011 tentang Cagar Budaya, terdapat 23 Cagar Budaya yang telah ditetapkan oleh mentri pada masa jerowacik Fani
: Mengapa pihak Kota Serang sebagai pemilik Wilayah seperti tidak melakukan apapun pak, saat saya minta masterplan mereka bilang tidak punya ?
Pak Tasrief
: Mereka terhalang anggaran, anggaran mereka minim dan tidak ada anggaran untuk pembuatan masterplan, sehingga provinsi membantu pihak Kota dalam pembuatan masterplan, masterplan Banten Lama yang sudah adapun bukan masterplan yang komperhensif, sedangkan yang diperlukan adalah masterplan yang menyeluruh termasuk faktor-faktor sosial.
Fani
: Pernahkah ada sosialisasi mengenai masterplan Banten Lama tersebut pak:
Pak Tasrief
: Ada sosialisasi, judulnya sosialisasi Masterplan Banten Lama kalau ga salah itu tahun 2010
Fani
: Apa saja yang sudah dilakukan oleh Pemerintah untuk Banten Lama pak?
Pak Tasrief
: Pembangunan Pagar, dan kios, kalau Pagar itu anggarannya dari APBN, dan proyek itu proyek bareng-bareng anggaran budpar 28 milyar.
Fani
: Bagaimana Pengembangan Banten Lama yang seharusnya pak?
Pak Tasrief
: Pengelolaannya harus komperhesif, pedagang dipindahkan terlebih dahulu, dan untuk berhasil pengembangan ini harus multi years dan berani out of the box, artinya kita harus bisa memotong jalur-jalur normative yang ada.
Fani
: Kira-kira berapa lama pak untuk melakukan pengembangan Banten Lama, samapi menjadi layak seperti yang lainnya misalnya seperti Borobudur atau Prambanan?
Pak Tasrief
: Kalau kita konsen paling cepet itu 2-3 tahun paling lama 5 tahun
Fani
: Bagaimana menghadapi isu terkait kenadziran yang terdapat konflik bahwa mereka adalah keturunan sultan dan merasa berkuasa atas Banten Lama:
Pak Tasrief
: kalau masalah konflik itu sudah clear, kenadziran sudah berani datang kemari untuk bekerja sama, memang kenadziran merupakan
keturunan
sultan,
namun
mereka
sebenarnya
keturunan selir-selir yang memang diamanatkan secara langsung untuk memelihara, namun pemeliharaan khusus mesjid
Member Check Transkip Wawancara Narasumber : Bapak Tb. Ismatullah IsmetI1-6 Jabatan : Ketua Kenadziran Banten Lama Hari/Waktu : Kamis, 06 Maret 2014, pukul 10.00 WIB
Fani
: Pertama saya mau tanya kendala dalam pengembangan Banten Lama yang di hadapi oleh pihak kenadziran pak?
Pak Ismet
: Kendala disini yaitu masalah anggaran, jika di Jawa Barat itu ada anggaran 1 keraton itu 8 Milyar, kalo disini ga ada sama sekali, anggaran semua dari sumbangan-sumbangan para peziarah yang dari kotak amal itu, kendala kedua adalah masyarakat, masyarakatnya kadang bandel
Fani
: Apakah selama ini ada kerja sama dengan pihak pemerintah baik pemerintah Kota Serang, Kabupaten Serang maupun Provinsi Banten?
Pak Ismet
: Ada, tapi baru-baru ini aja itupun saya jemput bola karena saya ingin melihat Banten Lama ini maju sehingga saya menyisihka ego
untuk
jemput
bola
mengkomunikasikan
dan
mengkoordinasikan apa yang harus dilakukan untuk Banten Lama, kemarin juga Kepala Dinas kesini, media juga kesini. Pihak disporparbud itu paling males, pernah kesini sekali memberi anggaran 200 juta setelah itu tidak ada lagi, tapi kita mengajukan secara berkesinambungan, tapi saya tidak jemput bola ke dinas tersebut, saya langsung kepada walikota, dan walikota menyambut baik niat itu, Kalau Kabupaten juga sama
saja mereka hanya bicara soal proyek. Kadang tuh yah Banten Lama tuh jadi ejekan pejabat, padahal yang bagus itu ngolok tapi juga ngopeni. Fani
: Bagaimana pengelolaan Banten Lama oleh pihak Kenadziran pak?
Pak Ismet
: Pengelolaan beda-beda, nadzir itu hanya mengelola komplek mesjid Agung banten Lama, pengelolaannya itu harus keturunan langsung sultan, kalau sebelumnya itu paman saya, kalo sekarang 5 Tahun sekali, saya baru 2 tahun 6 bulan
Fani
: Apakah BPCB pernah melakukan sosialisasi mengenai cagar budaya kepada masyarakat?
Pak Ismet
: BPCB sosialisasi disini tidak pernah, mungkin kalo diluar pernah tapi palingan itu hanya PNS PNS saja, kalo ke masyarakat belum
Fani
: Bagaimana sanksi dari pihak BPCB dalam menangani masyarakat yang mincing, atau bermain bola di dalam situs?
Pak Ismet
: Sanksi dari BCB kurang tegas, yang dulu tidak ada bangunan sekarang ada, selain itu memang kendala masyarakat yang bandel,dan sanksi yang tidak tegas
Fani
: apakah ada Strategi dari bapak untuk pengembangan Banten Lama?
Pak Ismet
: saya ingin membangun replika pembangunan keraton itu pengennya deket Tasikardi
Fani
: Apakah bapak sudah membuat pola perencanaan atau masterplannya?
Pak Ismet
:
Belum,
itu
strategi
saya
jalan
dengan
gagasan
saya,
berkomunikasi dengan duriyah kasultanan, ibu kepala dinas juga akan melakukan. Selain itu melakukan relokasi pedagang dan jalan.Pokonya bagaimana menggagas kunci untuk Banten Lama menjadi
Indah,
pusat
kuliner
nusantara,
saya
harapkan
pengunjung tidak cepat pulang. Fani
: Apakah sudah disampaikan keinginan Bapak ini kepada pihakpihak terkait seperti provinsi, Kota serang dan BPCB?
Pak Ismet
: Ke BPCB belum saya baru ke disbudpar provinsi, ibu kepala dinas akan melakukan pengembangan pada 2015, ibu kepala dinas itu suaminya sahabat saya sehingga saya berharap banyak pada beliau, saya juga sudah audience ke walikota 2 bulan yang lalu bersama tim.
Member Check Transkip Wawancara Narasumber : Bapak EldaI1-1 Jabatan : Kepala Bidang Program di Disbudpar Provinsi Banten Hari/Waktu : Senin, 16 Juni 2014, pukul 10.00 WIB Fani
: Kegiatan apa saja yang sudah dilakukan oleh disbudpar provinsi untuk pengembangan Banten Lama?
Pak Elda
: untuk tahun 2012-2014 ini belum ada kegiatan kearah Banten Lama, baru ada nanti tahun 2015, sekarang masih perencanaan untuk tahun 2015 itu.
Fani
: Kenapa
belum
ada
arah
pengembangan
ke
Banten
Lamasedangkan dalam prioritas disebutkan Banten Lama menjadi prioritas pak? Pak Elda
: Banten Lama memang PR, provinsi dan kota, dulu sudah dilakukan dengan APBD dan APBN yaitu disekitar alun-alun, maslahnya klasik ya banyak kepentingan disana pertama BPCB menangani situs, kedua kenadziran memiliki klaim wilayah tapi hanya sebatas masjid, kabupaten atau kota yang memiliki kewenangan penuh, namun tidak mampu, sehingga meminta bantuan ke provinsi
Fani
: Apa saja yang akan dilakukan untuk pengembangan Banten Lama pada tahun 2015 pak?
Pak Elda
: Rencana kantong anggran yaitu revitalisasi Banten Lama yang akan ditangani provinsi yaitu, Revitalisasi Kios pedagang,
perkerasan lahan dan fasilitas umu, yang terakhir adalah relokasi pedagang dari keraton surosowan dan alun-alun masjid Fani
: Pada tahun 2009 terdapat masterplan Banten Waterfront city bagaimana pelaksanaannya pak?
Pak Elda
: Iah benar pada tahun 2009 melakukan revitalisasi melalui dana APBN yaitu penataan di masjid tahun 2009, itu kegiatan dari dinas kebudayaan dan pariwisata provinsi Banten
Fani
: Apa hambatan yang dihadapi pemerintah provinsi dalam pengembangan dan pelestarian Banten Lama?
Pak Elda
: Hambatannya itu yang pertama koordinasi antar kabupaten kota, BPCB, dan kenadziran koordinasi sering, namun sebatas di atas meja, pembinaan masyarakat, khususnya pedagang untuk membantu tugas pemerintah, hambatan selanjutnya adalah kewenangan dan anggaran.
Fani
: Apa solusi menurut bapak yang dapat menyelesaikan masalah dalam pengembangan dan pelestarian Banten Lama?
Pak Elda
: solusinya
adalah
FGD
(Forum
Discusion
Grup)
untuk
menyelesaikan masalah, nanti dibagi kewenangannya, selama ini belum pernah ada FGD
Member Check Transkip Wawancara Narasumber : Bapak Juhaeri Koding : I1-11 Jabatan : Kepala Seksi Pengembangan nilai-nilai tradisional di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang Hari/Waktu : Selasa, 17 Juni 2014, pukul 11.00 WIB
Fani
: Potensi apa yang terdapat di Banten Lama?
Pak Juhaeri
: Potensi yang menonjol yaitu bangunan sejarah, bangunan lama, yang dijadikan sebagai wisata budaya yang bisa dikembangkan, selain itu Banten lama juga menjadi wisata Ziarah yang ramai oleh peziarah
Fani
: Apa saja yang telah dilakukan oleh pihak Kabupaten Serang untuk Banten Lama saat Banten Lama masih menjadi aset milik Kabupaten Serang?
Pak Juhaeri
: Tahun 2007 saya melakukan pembangunan gerbang keraton surosowan, pintu besi dan papan informasi, papan petunjuk, Kalo bagian Destinasi di Dinas Pariwisata itu pembuatan pasar tahun 2006, dan pemagaran Pengindelan Abang.
Fani
: Siapa saja yang menangani Banten Lama ketika Kota Serang belum terbentuk?
Pak Juhaeri
: kalau dahulu di tangani oleh Kabupaten, pemerintah pusat dalam hal ini BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) dan pemerintah Provinsi, kalau sekarang di tangani oleh pemerintah Kota Serang, provinsi dan pusat (BPCB)
Fani
: Saat Kota Serang sudah terbentuk situs-situs mana saja yang masih masuk kebagian Kab Serang?
Pak Juhaeri
: yang masuk kabupaten itu Pecinan, Pengindelan Abang, Tasikardi, dalam tahun ini 2014 akan dilakukan pendataan ulang untuk semua cagar budaya yang ada di Kabupaten Serang.
Fani
: Bagaimana pengelolaan dan pemeliharaan tiga situs tersebut?
Pak Juhaeri
: Pecinan, Tasikardi, dan Pengindelan Abang pengelolaannya dan perawatannya oleh dinas pariwisata, baru akan dilakukan pemeliharaan tahun ini (2014), dulu Tasikardi dikelola oleh swasta, namun sekarang sudah diambil alih lagi oleh pariwisata Kabupaten bagian destinasi, dulu waktu sama-sama agak terawatt, seharusnya memang tiap-tiap situs ada pengurusnya.
Fani
: Apakah ada kerjasama antara pihak provinsi dan Kabupaten Serang dan Kota Serang dalam Pengembangan Banten Lama
Pak Juhaeri
: Ada sebuah kerjasama untuk menangani masalah Budaya di Banten
Lama yaitu: pembuatan pagar watu gilang, papan
larangan, jembatan dan masalah perawatan atau pemeliharaan Banten Lama. Fani
: Hambatan apa saja yang di hadapi dalam pengembangan dan pelestarian Banten Lama?
Pak Juhaeri
: Perlu adanya pembinaan terhadap penduduk setempat, yaitu dengan penertiban para pedagang belum bisa ditertibkan, dan belum adanya juru pengendalian
Fani
: Saat ini sudah banyak sekali perencanaan atau masterplan yang dibuat untuk Banten Lama, namun sepertinya belum terlihat ada tanda-tanda pelaksanaan, menurut bapak mengapa terjadi demikian?
Pak Juhaeri
: Manusia itu perencana Tuhan yang menentukan, namun kali ini manusia perencana, tapi modal menentukan, karena keterbatasan anggaran sehingga yang dikerjakan yang kecil-kecil saja, padahalmah seharusnya dicicil.
Member Check Transkip Wawancara Narasumber : Ibu MayaI1-4 Jabatan : Kepala Bidang Bagian Kebudayaan di Disporabudpar Kota Serang Hari/Waktu : Rabu, 18 Juni 2014, pukul 11.30 WIB
Fani
: Bagaimana potensi Banten Lama menurut pandangan ibu?
Ibu Maya
: Potensi tinggi, baik dalam sejarah wisata budaya, wisata ziarah sehingga tanpa promosipun banyak yang berkunjung kesana, tinggal bagaimana sapta pesonanya diatur agar semakin menarik
Fani
: Apakah Disporabudpar Kota Serang selaku pemilik wilayah memiliki SK penetapan cagar budaya?
Ibu Maya
: Khusus SK Cagar Budaya Kota Serang Belum ada, Adapun SK Cagar Budaya yaitu milik BPCB, Nahkita mengacu pada BCPB
Fani
: Apa Saja yang sudah dilakukan Disporabudpar Kota Serang dalam pengembangan dan Pelestariaan Banten Lama?
Ibu Maya
: Kalau kegiatan sering tapi kita sifatnya kita koordinasi, karena neng yang namanya kewenangan. Kita tidak boleh melakukan sebuah tindakan yang bukan jadi kewenangan kita.Nah kalau pengembangannya seperti apa, nah ibu baru mewakili rapat besok untuk rencana pengembangan tahun 2015.
Fani
: Bagaimana menurut pendapat ibu untuk mengembangkan Banten Lama?
Ibu Maya
: Kalo semua mau duduk bersama semua maslah pasti dapat dipecahkan.
Member Check Transkip Wawancara Narasumber : Bapak IrfanI1-9 Jabatan : Staff Bagian Perencanaan Ruang di Bappeda Provinsi Hari/Waktu : Senin 16 Juni 2014 pukul 11.00 WIB
Fani
: Apa saja potensi yang ada di Banten Lama pak?
Pak Irfan
: Di Banten Lama itu terdapat wisata ziarah, selain itu Banten Lama juga menjadi tempat bersejarah yaitu sejarah perkembangan islam pertama di Banten, sehingga tentunya sangat berpotensi, terutama wisata ziarah selalu ramai pada saat-saat perayaan dan hari-hari tertentu
Fani
: Hambatan apa yang dihadapi dalam pengembangan Banten Lama?
Pak irfan
: Hambatannya itu didalam Banten Lama ada yang namanya kenadziran, nah kenadzirn adalah keturunan sultan sehingga kebijakan tergantung pada kenadziran, sehingga sulit dalam mengintervensi.
Fani
: Apakah Bappeda Provinsi membuat perencanaan untuk Banten Lama?
Pak Irfan
: untuk saat ini secara khusus perencanaan belum ada, adanya perencanaan yang sifatnya umum atau rencana umum, tapi dalam perencanaan tersebut kita telah menetapkan Banten Lama sebagai Kawasan Strategis Sosial, budaya.
Fani
: Apa saja yang sudah dilakukan pemprov untuk pengembangan Banten Lama pak?
Pak Irfan
: Pemprov sudah mulai ada perhatian dan kerjasama dengan kenadziran, dulu juga pernah, namun yang disayangkan adalah belum banyak dilakukan secara implementasi
Fani
: Pada tahun 2009 ada masterplan Banten Waterfront city, dan pada saat ini ada masterplan yang dibuat oleh SDAP apa pihak Bappeda memiliki draf masterplan tersebut pak?
Pak Irfan
: SDAP ga ada, belum ada laporan kesini yang saya tau hanya masterplan yang dibuat oleh BMTR yang tahun 2009 yang tentang Banten Waterfront City itu
Fani
: Bagaimana menurut bapak dalam melakukan pengembangan Banten Lama?
Pak Irfan
: Dalam pengembangannya ada aturan mengenai cagar budaya sehingga kita tidak bisa intervensi secara langsung, kalau bisa pengemis dibina, karena itu mengganggu dan menjadi keluhan pengunjung,
selain
itu
pkl
ditertibkan.Karena
kepentingan disana sehingga koordinasi lebih intensif.
banyaknya
Member Check Transkip Wawancara Narasumber : Ibu RinaI1-8 Jabatan :Kepala Seksi Perencanaan Ruang dinas tata ruang Kota Serang Hari/Waktu : 2014, pukul 10.00 WIB Fani
: Bagaimana Potensi yang ada di Banten Lama menurut ibu?
Ibu Rina
: Potensinya sangat besar dimana di sana lebih sering orang wisata ziarah, apalagi wisata ziarah itukan selalu ramai walau tanpa promosi
Fani
: Hambatan apa yang di hadapi dalam pengembangan Banten Lama?
Ibu Rina
: untuk sarana dan prasarana susah menatanya karena di sana terdapat tarik menarik kepentingan
Fani
: Apa saja yang sudah dilakukan dinas tataruang Kota Serang dalam penataan Banten Lama?
Ibu Rina
: Untuk Saat ini kita belum melakukan apa-apa ya, soalnya kita baru pidah dari Bappeda jadi dinas tata ruang Kota Serang, paling tahun ini atau tahun depan kita sedang menyusun RTR untuk Banten Lama. Yang banyak melakukan kegiatan itu pihak provinsi, kita saat ini masih menginventarisasi apa saja yang sudah dilakukan untuk Banten Lama, dan eksionplan untuk kedepannya.
Fani
:
Apakah
dalam
perencanaan
atau
rapat-rapat
mengenai
pengembangan Banten Lama, dinas tata ruang Kota Serang juga dilibatkan?
Ibu Rina
: di undang rapat.
Fani
: Apa saja yang sudah dilakukan pihak provinsi untuk pengembangan dan pelestarian Banten Lama?
Ibu Rina
: Provinsi sudah membangun kios namun tetep tidak digunakan oleh pedagang, bahkan rencananya pihak gubernur mengusulkan Banten Lama sebagai tuan rumah FFI tahun 2015 sehingga sarana dan prasarananya harus disiapkan
Fani
: Apa yang perlu dilakukan untuk Pengembangan Banten Lama?
Ibu Rina
: dibutuhkan ketegasan apabila telah membangun, dan memperkuat koordinasi antar pihak terkait.membangun itu mudah, yang sulit itu merubah pola pikir masyarakat sekitar, seperti sampah, dari dinas kebersihan sudah kesana walaupun tidak sering karena keterbatasn mobil pengangkut sampah , namun lagi-lagi masyarakat buang sampah sembarangan, buang sampah di sungai
Member Check Transkip Wawancara Narasumber : Bapak Sigit JulianI1-10 Jabatan : Staff Bappeda Kota Serang Hari/Waktu : Rabu, 11 Juni 2014, pukul 10.00
Fani
: Terkait Banten Lama, apa saja pak peluang dan potensi yang ada di Banten Lama?
Pak Sigit
: Sebenarnyakan kalo dari segi pariwisatakan besar ya, Cuma ada dua jenis wisatawan ada memang wisatawan yang hanya untuk berkunjung untuk ziarah itukan lebih banyak, Cuma itukan kelas menengah ke bawah, trus ada juga yang kalangan menengah keatas itu yang liat-liat penelitian segala macem dari situ potensinya sangat besar untuk dikembangkan jadi kawasan kota tua di luar negeri, cuman dari segi infrastruktur dan penataan kawasan itukan jelek, jadi kalo orang yang kalangan atas ngeliat kesana jelek, ya ga mau ke sana lagi, padahalkan bisa saja mereka membawa investor atau segala macem, istilahnya mereka membawa yang punya uang, sedangkan yang kalangan bawah itu tujuannya sebatas ziarah aja, jadi kalau dikembangkan dari segi infrastruktur dulu, penataan kawasan, penataan PKL. Potensi si sangat besar
Fani
: Prioritas apa yang lebih utama untuk mengembangkan Banten Lama?
Pak Sigit
: Infrastruktur dulu dibenahi jalan, trus drainase, air bersih, penataan kawasan permukiman di sana.
Fani
: Sejauh ini apa saja yang sudah dilakukan pemerintah Kota Serang untuk Banten Lama?
Pak Sigit
: Sebenernya kita kalo pemerintah Kota Serang cumin sebatas jalan-jalan lingkungan, pavingblok itukan dari hasil PNPM, trus jalan yang kecil-kecil, trus drainase juga kita benahi, cumin masalah jalan dari lopang kesanakan masih sempit itu milik provinsi, jadi kita kesulitan kalo mau bangun kesitu, selain itu kita dananya terbatas, tapi provinsi memang rencannya memperlebar sampai ke Banten Lama sana, trus sampai dengan jembatan Karangantukan sempit, itu sudah diajukan semua ke provinsi.
Fani
: Kapan itu pak pengajuaannya?
Pak Sigit
: Sudah lama sebenernya sudah diajukan Cuma realisasikan provinsikan punya prioritas, jadi ga bisa langsung harus nunggu giliran.
Fani
: Hambatan apa yang dihadapi pak?
Pak Sigit
: Kalau dari mereka si hambatan masalah keuangan, jadi dari provinsikan ada prioritas penannganan infrastruktur, jalan mana dulu yang dibenahi.
Fani
: Kalau Hambatan yang di hadapi oleh pemerintah Kota Serang dalam pengembangan Banten Lama apa pak?
Pak Sigit
: Sebernernya
masalah
kewenangankan
milik
provinsi,
kemudiankan saluran air, sungai, itu kewenangannnya SDA, kalo kita mau bangun apa-apa di Banten Lama terbentur undang-
undang cagar budaya oleh BPCB, organisasi masalah kenadziran, kurang bekerjasama, yaitu si seharusnya ditingkat pimpinan yang seharusnya merundingkan, cumankan sampai saat ini belum ada pembenahan Fani
: Sumber daya apa saja yang diperlukan untuk membangun Banten Lama?
Pak Sigit
: Sebenernya yang tadi itu si, tinggal kalau mau konsentrasi tinggal difokuskan semua pembenahan infrastruktur disana, jadi trus promosi pariwisatanya, pembenahan pklnya, cuman orang sana susah juga diaturnya pkl-pkl itu
Fani
: Sudah pernah ada pengatur PKL di sana pak?
Pak Sigit
: Waktu jaman kabupaten kalo ga salah, sudah ada kios-kioskan di sana, sebelah barat, cuman setelah mereka pindah kesitu ga ada yang dateng, jadi mereka pindah lagi ke jalan utama, kemesjid itu , salah sistem juga sistem sirkulasi pengunjugnnya ga diatur
Fani
: Misalkan sudah ada rencana untuk pengembangan Banten Lama, menurut bapak bagaimana kemampuan para pelaksana?
Pak Sigit
: Kalau dari kemampuan pasti bisa kalau ada danannya pasti bisa, misalkan untuk perbaikan jalan dananya ada, tinggal benahi, kalau dari SDM ya kita insyaallah ya ada si.
Fani
: Kalau dari Bappeda Kota Serang rencana untuk Banten Lama apa saja pak?
Pak Sigit
: Paling kita itu dari segi tata ruang baru tersusun RTRW, itu untuk satu kota, RUTR, RDTR itu bawaain dari kabupaten, khusus untuk Banten Lama seperti masterplan dan DED itu provinsi yang nyusunkan, dulu udah banyak itu cuman dokumennya kita ga terima
Fani
: Apakah selama ini ada kegiatan kearah Banten Lama?
Pak Sigit
: ga ada kalau kita paling dinas tata kota sama PU ya paling jalanjalan lingkungan aja, perbaikan jalan yang jadi wewenang mereka, khususnya di kecamatan kasemen, kegiatannya tersebar.
Fani
: Adakah sosialisasi dari Bappeda ke masyarakat untuk ikut serta melestarikan Banten Lama
Pak Sigit
: Belum, kita belum ada, jadikan wewenangnnya disinikan belum jelas yah, bappedakan hanya sekedar merencanakan, masalah sosialisasi itukan ada dinas pariwisata, disporabudpar, ada BP3S, cuman dari bappeda belum pernah sosiallisasi tentang benda cagar budaya
Fani
: Sebenarnya siapa yang paling bertanggung jawab untuk Banten Lama?
Pak Sigit
: Semuanya sebenernya, cumakan kita seharusnya mengacu pada masterplan, dari masterplan itukan ada indikasi program, indikasi program itu sudah jelas, program ini yang melaksanakan siapa itu mendukung ke Banten Lama semua, karena masterplan itu belum tersusun ya belum ada juga, masih masing-masing, Bappeda dari
awal ga merencanakan apa-apa untuk Banten Lama, tapi mungkin di didporaparbud ada, di dinas tata kota ada, di dinas pu ada Fani
: Bisakah nanti dalam satu kegiatan Banten Lama Bappeda yang memayunginya?
Pak Sigit
: Memang seperti itu seharusnya, itu fungsi koordinasi namanya, cuman kitakan terhambat masalah tenaga, kalau di Bappedakan cuman segini orangnya terus masalah berat disana, jadi kita juga dibilang
harus
diselesaikan,
memang
harus
diselesaikan,
cumannkan kalo ga ada orang kan repot kita. Fani
: RUTR Banten Lama apakah baru sebatas rencana atau sudah dilaksanakan?
Pak Sigit
: itu sudah dilaksankan, itu udah kelewat juga si dari tahun berapa sampai tahun berapa?, udah waktu jaman kabupaten itu direvisi dengan RTRW kita.
Fani
: Berarti itu yang laksanakan pihak kabupaten ya pak?
Pak Sigit
: Iah dulu waktu kabupaten.
Member Check Transkip Wawancara Narasumber : Ibu MimiI1-7 Jabatan : Kepala Seksi Museum Kepurbakalaan Banten Lama Hari/Waktu : Jumat, 27 Juni 2014 pukul 10.30 WIB Fani
: Menurut pandangan ibu, peluang dan potensi yang ada di Banten Lama seperti apa?
Ibu Mimi
: Kalau peluang saya pikir untuk destinasi pariwisata, saya pikir ini semua sangat potensial, museum sendiri juga sangat potensial karena ini tempat representative untuk bisa dikunjungi oleh pengunjung selain mesjid.
Fani
: Apa saja yang telah dilakukan pihak museum untuk melestarikan Banten Lama?
Ibu Mimi
: Kalau untuk melestarikan kami sudah pernah melestarikan perlindungan dengan cara eksavasi pemugaran, khususnya di istana surosowan, terus di Spelwijk, trus yang untuk cagar budaya bergeraknya sudah melakukan konservasi terhadap senjata, mata uang terus sudah melakukan registrasi keramik.
Fani
: Eksavasi keraton tahun berapa bu?
Ibu Mimi
: Itu mulai penelitian mulai tahun 75 mba, terus itu beberapa lembaga.
Fani
: Kalau pembersihan sampah atau rumput-rumput dilakukan oleh siapa?
Ibu Mimi
: Pemeliharaan dilakukan oleh kantor kami, di Pokja Pemeliharaan
Fani
: Kalau untuk pemeliharaan berapa tahun sekali?
Mas yanuar
: Kalau untuk pembersihan setiap hari, kalau untuk pemeliharaan setahun sekali
Fani
: Kegiatan apa dalam pengembangan khususnya museum ini?
Ibu Mimi
: pengembangan dengan revitalisasi museum, meliputi penataan koleksi diruang pamer tetap, penataan halaman dan kemudian diluar revitalisasi adalah penataan diruang temporer
Fani
: Sebagai Kepala Museum melihat kondisi pedagang di depan seperti apa?
Ibu Mimi
: Secara pribadi saya kurang setuju, karena mereka mendirikan warung di Zona inti, jadi saya katakana itu tidak benar, tetapi itu bukan
menjadi
tanggung
jawab
pokja
Museum
situs
kepurbakalaan Banten Lama, namun menjadi tanggung jawab pemda. Fani
: Misalkan nanti dari pihak provinsi ada revitalisasi terkait relokasi pedagang, dan lainnya, apakah ibu mendukung?
Ibu Mimi
: Sangat mendukung, dulu sudah, tapi mereka kembali lagi, jadi jalur itu dibuat satu tapi melingkar jadi kelewatan semua, kalau sekarangkan banyak jalan, jadi pengunjung ah mau lewat sni aja yang deket yang sni ga kelewatan gitu, jadi mereka ga laku alasan jadi ga kembali lagi.
Fani
: Apakah pemagaran masjid melanggar undang-undang cagar budaya?
Ibu Mimi
: Sangat melanggar, keadaannya sekarang tentu saja sangat tidak sesuai dengan keberadaan situs atau cagar budaya itu dizona inti.
Fani
: Jika ingin revitalisasi pagar itu harus dirubuhkan atau tidak bu?
Ibu Mimi
: Mungkin, karena sebelum jita merubuhkan atau tidak itukan ada kegiatan zoning, jadi akan ketahuan, apabila pagar itu memang di zona inti maka pagar itu mungkin dilepas.
Fani
: Sebelum jika pemerintah provinsi atau, Kota Serang mengadakan rapat untuk Banten Lama apakah Museum juga di ajak?
Ibu Mimi
: Sometimes, sometimes di sini juga, tapi tidak selalu
Fani
: Kan banyak ya bu masterplan-plan untuk Banten Lama, nah itu pelaksanaannya gemana sepandangan ibu seperti apa?
Ibu Mimi
: Sepertinya belum terlaksana atau belum dilaksanakan, saya si belum melihat keseluruhan cuma kita pernah merencanakan kota ini seperti kota air atau waterfront city, itu kota di kelilingi kanal itu sebenarnya ingin diwujudkan kembali, sudah lama, cuman belum ada pelaksanaan, baru rapat-rapat doing, dari dulu rapat terus.
Fani
: Sanksi dari pihak Museum apabila ada yang bermain boa tau dan lain-lain bagaimana?
Ibu Mimi
: Itu harusnya tidak boleh, terlaranglah situs itu untuk kegiatan yang bisa merusak situs, kalau keinjek-injek itu nanti lama kelamaan akan aus.
Fani
: Sosialisasi terhadap benda cagar budaya apakah sudah dilakukan?
Ibu Mimi
: Sering, kita sering sosialisa dalam bentuk uu no. 10 tahun 2011, ada juga sosialisasi guru-guru sekecamatan kasemen
Fani
: Sosialisasi ke masyarakat langsung pernah ada tidak bu?
Ibu Mimi
: Belum, tetapi kalau di BPCB sering banget sosialisasi baik terhadap anak-anak sekolahan, sering sekali, tetapi kalo langsung disini belum, kalau dulu pemprov pernah sosialisasi ke pedagang
Member Check Transkip Wawancara Narasumber : Bapak Asaji Jabatan : Kepala Humas Klenteng Avalokitesvara Hari/Waktu : 04 Juni 2014, pukul 09.00 WIB Fani
: Sejarah singkat berdirinya vihara ini?
Pak Asaji
: Wihara ini didirikan pada abad 16 tepatnya tahun 1652 itu suatu ketika kedatangan putri tiongkok yang membawa pasukan begitu banyak sekali, putri tiongkok bernama ong tien niok, tujuan sebenarnya ingin kesurabaya, namun samapi diteluk sini mereka kehabisan perbekalan, merapatlah didepan kali ini, kali kemiri namanya, setelah merapat ternyata di sini ada kesultanan Banten yang sangat ramai sekali, pada saat putri tiongkok tadi meminta pas jalan bertemulah dengan penguasa pada saat itu, itu ketika itu penguasanya Syarif Hidayatullah, belum bergelar Sunan Gunung Jati, singkat cerita menikah, setelah menikah rombongan tadi terpecah dua, sebagian tadi yang loyal dengan putri tiongkok tadi memeluk agama islam, sebagaian lagi bertahan pada agama budha, yang beragama islam dibuatkan oleh putri ong tien niok, tadi itu masjid pacinan tinggi sebelah rel, dan yang beragama budha di buatkan vihara ini, namun awalnya bukan disini, itu di desa Dermayon, kurang lebih 500 meter arah mesjid agung, pindah dari desa dermayon ke sini ke kampung pamarican pada tahun 1774 sampai sekarang.
Fani
: Itu mesjid pecinannya memang dari dahulu bentuk mesjidnya seperti itu pak?
Pak Asaji
: Sekarang inikan hanya tinggal mimbar dan menaranya cuman itu aja, dulu sebuah masjid biasa, normalnya masjid, sekarang inikan hanya tinggal mimbar dan menaranya saja. Itu karena tidak diketahui apakah dibom sama Belanda atau gemana, karena tidak dijelaskan itu.
Fani
: Kalau sekarang bagaimana pengelolaan vihara ini
Pak Asaji
: Ya itukan Masuk Situs ya masuk purbakala ya gitu aja kondisinya, seharusnya sebagai sebuah aset harusnya dipelihara, itu harusnya wewenang kepurbakalaan, kalau vihara ini pemeliharaan full swadaya.
Fani
: Pernah ga pak pemerintah Kota Serang atau Provinsi rembukan bapak jadiin ini cagar budaya dan dikelola bersama-sama?
Pak Asaji
: Begini seperti undang-undang yang setiap bangunan melebihi 100 tahun masuk situs, pengelolaan kembali pada masing-masing cuman dikatakan situs, atau masuk kategori situs.
Fani
: Kendala pengelolaan sekarang apa pak?
Pak Asaji
: Ga ada masalah semuanya aman-aman, kalau memang kita kelolanya dengan baik ga ada masalah lah.
Fani
: Bagaimana menurut bapak bila nanti ada revitalisasi besarbesaran?
Pak Asaji
: Ya sepanjang tidak ini, ya kita ok-ok saja dan tidak mungkin ya cagar budaya diperlakukan tidak layak, pasti dilindungilah.
Fani
: Vihara sudah berapa kali perombakan pak:
Pak Asaji
: Kurang lebih 4 kali ya
Fani
: Ini perawatannya rutin sekali ya pak?
Pak Asaji
: Iahlah dengan area yang kurang lebih 2 hektar, tentunya perlu tenaga yang cukup.
Fani
: Ada berapa orang tenaga di sini pak?
Pak Asaji
: 22 orang
Fani
: Bagaimana perasaan bapak melihat situs-situs debagai aset kita, tergeletak gitu aja bagaimana pak?
Pak Asaji
: Ya sebagai warga merasa prihatin, kalau dikelola dengan baik banyak orang yang datang ke sini, inikan merupakan sebuah aset, sebagai warga serang saya lebih setuju kalau aset-aset itu dikelola dengan baik, dibina dengan baik, sebab sebagai warga serang juga seneng kalau daerahnya itu maju.
Fani
: Kalau menurut bapak kalau ada revitalisasi didukung ga sama warga sekitar sini?
Pak Asaji
: Ya Pastilah, karena itu sebuah kebanggaan kalau Banten ini hebat, tapi kemaren ini saya mengikuti penataran, denger-denger si ada banyak situs yang akan dikelola dengan baik, karena nanti ada wisata religi, ya saya mendukung sajalah.
Member Check Transkip Wawancara Narasumber : Bapak Isfan I1-5 Jabatan : Kepala Seksi Program diSDAP Hari/Waktu : Rabu, 26 Februari 2014, pukul 09.00 WIB
Fani
: Sejak Tahun Kapan terdapat Masterplan Banten Lama?
Pak Isfan
: Dari Tahun 2010 di susun masterplan dari sisi tupoksi dinas SDAP terutama ke sumberdayaan dan pemukiman, 2011 detailnya karena ada beberapa bangunan gedung yang minta di bangunkan, 2013 ada fisik.
Fani
: Apakah Masterplan tersebut sudah berjalan?
Pak Isfan
: Sudah Berjalan
Fani
: Apa saja Kendala dalam pelaksanaannya?
Pak Isfan
: Kalau secara fisik sebetulnya tidak terdapat kendala
Fani
: Apakah Masterplan tersebut disosialisasikan?
Pak Isfan
: Di sosialisasikan itu secara tidak langsung, setiap pembahasan waktu kita nyusun itu selalu ngundang semua stakeholder terkait, pihak pariwisata, pihak Kenadziran, purbakala, termasuk Kota Serang karena dia yang punya wilayah.
Fani
: Kapan Pembuatan Masterplannya?
Pak Isfan
: 2010
Fani
: Kapan dilakukan sosialisasinya?
Pak Isfan
: Sewaktu proses perencanaan dan awal pelaksanaan fisik
Fani
: Bagaimana apabila pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata meminta kerjasama untuk membuat Masterplan Banten Lama?
: Ya siap aja kita,mah ada, nah ini masalahnya seharusnya ada yang makronya dahulu secara keseluruhan apakah itu dari Bappeda, yang bisa memayungi semuanya, nanti kita tinggal membagibagi, nanti rencana teknis bangunan lingkungan APBN bisa bantu ada Satkernya, Satker Penataan Bangunan Gedung Lingkungan itu udah beberapa kali mengalokasikan dana disitu di Banten Lama, atau bisa dari dana APBD jadi Resourches banyak jangan ketergantungan di APBD aja APBN juga disitu mau care, seperti Ke PUan ada dari pariwisata dulu itu, termasuk dia itu bantu bikin pager itu dari pariwisata, nah itu harusnya bisa dipayungi terlebih dahulu keseluruhan sama Bappeda ini saran saya, nanti Bappeda memayungi
trus
nanti
di
bagi-bagi
misalnya
ini
yang
tanggungjawabnya SDAP bangun gedung dengan misalnya saluran, drainase, lalu perumahan sekitarnya, ini pariwisata non fisik misalnya pemberdayaan masyarakat sekitar terus pedagang, misal dinas purbakala , jadi sebetulnya juga perlu diketahui siapa yang paling bisa jadi leadingnya disitu terus semua bisa ngikut disitu, kalo kitakan dinas operasional, disuruh bangun itu bangun. Fani
: Berarti belum ada rencana keseluruhan dari Bappeda ya pak?
Pak Isfan
: Dulu si katanya ada, tapi sampai sekarang di cari dokumennya itu yang pernah disusun sama JICA tapi secara pribadi saya belum pernah liat, dulu pernah katanya sama JICA bantuan Japan International Coorporation Agency, nyusun secara keseluruhan
untuk Banten Lama, tadinya mau meriview itu, jadi, tapi kenyataannya ga ada saya cari barangnya itu. Fani
: Kalau Masterplan yang kemarin itu sudah berapa persen pak pelaksanaannya?
Pak Isfan
: Sudah 30%nan lah berjalan, dari 100% itu menyelesaikan keseluruhan Bangunan
Fani
: Target penyelesaian Masterplen sampai tahun kapan pak?
Pak Isfan
: Itu ada timeline di masterplannya, tapi jangka menengahnya itu lima tahun menyelesaikan apa saja atau lima tahun itu ga keseluruhan, nanti dia 20 tahun paling lama, dari keseluruhankeseluruhan, karenakan memang disusun ada timeline.
Fani
: Apa prioritas penyelesaian dari masterplan tersebut?
Pak Isfan
: Lebih banyak fasilitas bangunan gedung usulan dari kenadziran.
Fani
: Apakah semua lembaga terkait mendukung masterplan tersebut?
Pak Isfan
: Kalau pembangunan pasti mendukung.
Member Check Transkip Wawancara Narasumber : Bapak Mulangkara Jabatan : Juru Situs Hari/Waktu : Kamis, 24 April 2014, pukul 16.00 WIB Fani
: Ini Sudah berapa kali perombakan pak situs ini?
Pak Mulangkara
: Kalau perombakan, ga ada perombakan sebetulnya, dalam istilah purbakala tidak mengenal renovasi yang ada restorasi atau pemugaran, cumankan ini dilindungi undang-undang no.11 tahun 2010 diantaranya tidak merubah bentuk, mewarnai, dan sebagainya selama itu belum ditemukan gambar atau background aslinya seperti apa ya dipertahankan seperti ini, dilestarikan.
Fani
: Tapi penambahan-penambahan lain ada pak?
Pak Mulangkara
: Penambahan-penambahan lain seperti infrastruktur seperti pagar, tadinya belum ada, pagar ini mulai tahun 1997 terus jalan setapak ini mulai kemarin September 2013, termasuk lapangan parkir pavingbloknyakan baru supaya pengunjung lebih nyaman.
Fani
: Kalau dari pemerintah Provinsi Banten ada ga pak sumbangan ke sini?
Pak Mulangkara
: Belum ada kelihatan kontribusinya, untuk membantu infrastruktur atau apa belum, ini mengandalkan dana APBN, baik untuk infrastruktur maupun pemeliharaan situs, bahkan APBN pun tersendat awal tahun, biasa penyakit langganan,
dari Januari untuk pemeliharaan sampai sekarang belum ada actionnya Fani
: Biasanya berapa budgetnya pak?
Pak Mulangkara
: Waduh kurang tahu kalau budgeting itu cuman pimpinan yang tahu, karena di pihak ketigakan pekerjaannya.
Fani
: Pihak ketiga itu Siapa yang pak?
Pak Mulangkara
: Pihak ketiga itu selalu berganti-ganti tergantung yang memenagkan tendernya.
Fani
: Apa tiap tahun berganti-ganti pak?
Pak Mulangkara
: Kadang engga tapi yang pasti engga selalu CV A
Fani
: Tapi situs ini lebih terawat ya pak dari pada situs lainnya?
Pak Mulangkara
: Ya seperti yang saya katakan tadi dari Januari sampai April ini belum ada sama sekali dari dana APBN itu belum turun sama sekali, nah kebetulankan saya tinggal di sini ya, saya anggap ini halaman rumah saya, ya ada dana pengunjung sedikit-sedikit di sabtu minggu saya sisihkan untuk memabat rumput kadang kalau tidak tertangani, kalau rejekinya rada lumayan kalau hari minggu saya nyuruh anak-anak suruh mangkas.
Fani
: Sampah-sampah di sini lebih terkendali ya pak?
Pak Mulangkara
: Ya karena memang tiap hari, saya upayakan pagi hari minimal 1 jam saya ambilin dulu keliling, karena memang tenaga yang dari pihak ketiga sampai sekarang belum turun
karena memang dari dana APBN belum turun kan itu juga melalui tender segala macem juga prosesnya. Fani
: Kalau disini buka jam berapa pak?
Pak Mulangkara
: Kalau di sini belum ada aturan jam kerjanya, kadang ada tamu tengah malem juga kalau mereka datang, dan saya sudah kenal dan ada dirumah saya bukakan saja, karenakan tamu
yang datang kesituskan
dari
berbagai
macam
kepentingan ada yang untuk penelitian, ada yang sifatnya kebudayaan, ada yang ritual segala macem. Fani
: Itu dahulu rumah-rumah yang ada di bantarin kali apa memang sudah ada sejak dahulu pak?
Pak Mulangkara
: Tahun 1998 belum ada, baru mulai ada itu satu-satu, sampai banyak ada itu, kalau dahulu mah ini pohon pete semua
Fani
: Apa tanggapan pemerintah terkait adanya rumah didekat Zona inti ?
Pak Mulangkara
: Pemerintah
ini
dalam
arti
pemda
provinsi
maupun
kabupaten/kota sama sekali belum ada actionnya belum ada kontribusinya untuk dalam hal pemeliharaan ataupun dalam hal apa, khusus untuk dikaibon ini. Fani
: Apa pihak pemda pemerintah pernah memberikan gagasan atau ide-ide?
Pak Mulangkara
: Kalau ide mah ada kadang, cuman ya sebatas gitu aja ga ada actionnya
Fani
: Kapan ide itu diungkapkan?
Pak Mulangkara
: Pernah juga kedatangan gubernur waktu jamannya gubernur bu atut waktu menjabat pertama, pernah ada ungkapan ni mau di tata mau dibikin dikasih perahu di tanemun ikan segala macem, tapikan beliau bicara itu sudah di akhir masa jabatannya dang a mencalonkan lagi. Tapi ya Alhamdulillah walaupun basa-basi ya ada perhatiannya lah, setidaknya mereka pernah berkunjung, karena gubernurnyapun belum pernah ke sini adapun walikota dan bupati ke sini bukan untuk kepentingan situs namun untuk kepentingan prewed anaknya, kalau walikota itu bansos banjir di sini
Fani
: Saya ingin tahu bagaimana masterplan berjalan pak?
Pak Mulangkara
: Ya kalo masterplan mah dari dulu juga ada, sudah ada wadahnya diprovinsi kabupaten kota ada, kalau dijawa itu sudah ada kesinambungan, pemda itu di jawa perhatiannya sudah lumayan besar untuk situs Cagar Budaya Banten Lama, karena sebetulnya itukan aset, kalo mau dieksplore situs-situs di sini tidak kalah menarik dengan situs di Jawa.
Fani
: Kalau situs-situs di jawa mendapat perhatian lebih bahkan pemda menyiapkan 8 millyar setiap tahunnya?
Pak Mulangkara
: Yakan skalanya beda, kalau situs-situs di jawakan skalanya besar skalanya international, sedangkan di sini masih skala nasional, sebenarnya situs banten tahun 1994 mau masuk skala international, kumuh lagi, itu sudah ditinjau sama badan dunia dari PBB itu, itu urung dinaikkan peringkatnya karena tahun 1997 terjadi demo-demo akhirnya kumuh lagi.
Fani
: Apa yang harus dilakukan oleh pemerintah Kota dan Kabupaten untuk Banten Lama?
Pak Mulangkara
: Ya harusnya ada kontribusi, turut ikut serta, ini sebenarnya aset pemda aset pemerintah kabupaten dan kota cuman kewenangannya kewenangan pusat, kalau bicara kepemilikan itu punya daerah cagar budaya itu, jadi cuman kementrian kebudayaan dan pariwisata dalam hal ini UPT BPCB hanya mengelola sebetulnya, sebetulnya yang harus lebih greget mereka.
Fani
: Dahulukan pernah dipegang sama kabupaten ya pak, kalau waktu sama kabupaten atau Kota mending yang mana pak?
Pak Mulangkara
: Sama aja ga ada gregetnya, padahal wadah-wadahnya ada, karena ada subdin, cuman itu cuman wadah aja.
Fani
: Apa dinas Kota pernah meninjau Banten Lama?
Pak Mulangkara
: Kalau sekedar melihat-lihat atau dia ada tamunya kesini mah sering.
Fani
: Bagaimana perhatian Kota Serang untuk Banten Lama/
Pak Mulangkara
: Perhatian untuk hal action, setau saya nol besar yah
Fani
: Kalau menurut saya keberadaan rumah dipinggiran kali ini membuat sapta pesona situs kaibon menjadi kurang enak di lihat pak, bagaimana menurut Bapak?
Pak Mulangkara
: Ya, sebetulnya mah mengganggu, apalagi keberadaan mereka bisa dikatakan masuk kategori bangunan liar ,tahun 1982 karena sering terjadi banjir, ini tanggul ditinggikan oleh PU provinsi , waktu itu masih Jawa Barat dan ada beberapa rumah disitu juga sudah dibebaskan oleh PU waktu itu, tapi begitu 1998 saya kesini masih baru ada beberapa udah tahun 2000an menjamur lagi. Harusnyakan PU provinsi, ini kan kewenangan PU Provinsi untuk Banten, saya pernah ditegur pimpinan karena keberadaan gubuk-gubuk ini, waktu itu pimpinannya dari kepala balainya dari jogja dia itu sukses di prambanan dan Borobudur, begitu datang ke Banten ke sini, ngeliat keberadaan rumah-rumah itu, saya dipanggil untuk menghadap.
Fani
: Apakah pimpinan yang berhasil di jogja masih menjabat hingga sekarang pak?
Pak Mulangkara
: Nah justru itu karena dia, sebetulnya dia itu orang yang pinter lobby pak trihadmaji, pinter banget lobby terus dia gagasannya luar biasa brilliant, untuk mengembalikan Banten ini, udah punya program yang luar biasa kalo menurut saya,
Cuma karena ga dapet dukungan dari orang banten itu sendiri. Fani
: Orang Bantennya dalam arti dinas atau orang Banten sini?
Pak Mulangkara
: Kebanyakan ya tokoh-tokoh masyarakat setempat, padahal dia sudah mengajukan program waktu itu besar-besaran untuk
revitalisasi
situs
Banten
Lama,
paling
engga
dihidupkanlah, tapi karena dijegal oleh orang tertentu, ya diantara tokoh-tokoh terus mungkin dinas juga sebagian yang tidak setuju dengan program itu atau apalah alasannya saya juga kurang mengerti, akhirnya pak tri dia mengajukan kepusat saya pindah lagi ke jawa saya jadi staf juga gapapa,kalau tidak diijinkan oleh kementrian dia akan mengajukan pension, karena dia energy sudah ibaratnya orang udah mau deal, tapi itukan gagal, itu yang akhirnya pak tri sendiri nyerah untuk mengelola Banten Lama, ya karena memang lingkungan sendiri yang tidak mendukung dan tidak siap ya ujung-ujungnya yang jadi permasalahaan adalah masalah berkat. Fani
: Kalau pimpinan yag sekarang Bagaimana pak?
Pak Mulangkara
: Kalau pak Yudi ini lebih disibukkan urusan luar, karena dia punya keahlian penelitian di bidang bawah air, dia sering ikut penelitian kemana-mana bahkan sampai keluar negeri, setiap dari kementrian ada atau dari kementrian lain ada beliau itu
dilibatkan soalnya dia itu penyelam terbaik, jadi rumah tangga sendiri agak kurang diperhatikan, karena lebih banyak diurusan eksternal, kalau pengelihatan saya orangnya lumayan, cerdas orangnya, masih muda Fani
: Kalau BPCB ini untuk menggusur pemukiman-pemukiman ini ga mungkin ya pak, soalnya batas wilayahnya Cuma sampe yang dipager aja?
Pak Mulangkara
: Iah batas wilayah situsnya yaitu sampai pager, kalau di luar sana itu punya PU, makanya kewenangan, kita dalam hal BPCB sangat terbatas, sebetulnya tidak ada yang tidak mungkin, yang penting koordinasi aja dengan pihak-pihak terkait
Fani
: Berarti koordinasi dengan pihak tekait masih kurang ya pak?
Pak Mulangkara
: Tidak ada malahan, tidak ada koordinasi karena memang kewenangannya bukan kewenangan saya, saya cuman menyampaikan kepemimpinan, karena levelnya sudah level perwira, kalau saya nonggol ke PU mau ngapain ya kopralah ibaratnya, ga bakal diladenin.
Fani
: Kalau Kenadziran suka ikut campur ga pak masalah disini?
Pak Mulangkara
: Kalau dalam pengelolaan engga, karena dengan urusan dengan
mesjid
aja
udah
lumayan
terbengkalai,
dan
kekumuhan yang terjadi.Dari pergantian-pergantian nadzir memang ada perubahan-perubahan yang memang tidak
seharusnya, seperti alun-alun dipagar tembok begitu, istana negara aja ga begitu, itu yang sudah telek kesalahannya itu. Fani
: Owh itu kesalahaan yang fatal pak pembuatan pagar itu?
Pak Mulangkara
: Kesalahannya telek itu sampai pak alam itu dicopot dari jabatannya, karena anggaran pusat itu melalui anggaran pariwisatanya Banten dulu itu, karena ga sesuai dengan juklak, jadi begitu dana turun karena memang kenadziran menerima uang jalurnya melalui dinas-dinas, kebetulan waktu itu ga melalui dinas balai kami ya langsung ke Provinsi.
Fani
: Saat saya ke Provinsi juga mengatakan pembangunan pagar itu kesalahan yang fatal pak
Pak Mulangkara
: Ya karena memang kalau kita tinjau dari fungsi ruang publik aja dulu alun-alun sebagai fungsi ruang publik, ini aja ga tertutup pagarnya bisa diakses dari luar, atau alun-alun Serang, Istana Negara ditutup ga, enggakan? Jadi kalaupun orang ga masuk ke alun-alun, karena itu ruang publik, jadi itu bisa lihat ada kegiatan apa dalam alun-alun, ya kalau begitumah fungsi ruang publiknya sudah hilang satu itu kesalahan yang fatal, kedua membuat pintu gerbang yang dekat menara, itu bangunan baru mendominasi bangunan lama, Ketiga membuat replika Jembatan Rantai lebih besar daripada yang aslinya, itu replika yang dibuat zamannya
Tusfatul, namanya buat replika itu ada aturannya ga sembarangan, ga boleh melebihi atau menyamai dengan yang aslinya itu, inimah malah ngelebihin yang asli, itu yang sangat fatal itu tiga kalau menurut saya si. Ya bahasannya waktu itukan dana anggaran APBN yang melalui dinas pariwisata provinsi waktu itukan untuk revitalisasi Kawasan Mesjid Agung Banten, ya cuman dalam benak Fatul waktu itu sebagai ketua nadzir ga tau yang namanya revitalisasi. Fani
: Bagaimana menurut bapak yang saat ini juga kenadziran memiliki rencana untuk membuat replika?
Pak Mulangkara
:
Ya
gapapa
si
replika
itu
yang pentingkan
harus
mendatangkan tenaga ahli dalam hal ini yang ngerti dengan cagar budaya itu sendiri, ya misalnya dari pemdanya ada, dari dinas-dinas terkait BPCB itu yang paling utama. Fani
: Lebih baik mana pak jaman Tifatul atau Pak Ismet?
Pak Mulangkara
: Ya sebetulnya juga namanya sistem yah, semua juga ada kelemahannya semua juga, ya dengan pak Ismet ini juga kekumuhan semakin meraja lela, karena pa Ismet juga lebih banyak ngurusin urusan lain, sementara urusan kenadziran yang saya dengar banyak diurusin sama istri sama anakanaknya dan itu juga terjadi gontok-gontokan didalam antara adik-adiknya, karena merasa tidak dikasih porsi yang sesuai. Trus jamannya Tusfatul yaitu.Tusfatul itu arogansinya luar
biasa, sampai dia pernah dapat mobil dari majelis dzikirnya SBY waktu itu, itu dijual, itu mobil bukan untuk Fathul, untuk kenadziran, tapi di jual dia anggepannya ya mobil, mobil saya, jadi terserah saya mau jual Fani
: Apakah mereka memberikan pengaruh yang besar pada masyarakat sekitar?
Pak Mulangkara
: Sangat
Fani
: Apakah Bapak Sudah Melarang apabila ada yang bermain bola di dalam situs?
Pak Mulangkara
:
Kita
sudah
berupaya
untuk
melarang
mereka,
ya
sebetulnyakan banyak yang jebol-jebol itukan ulahnya orangorang, yak arena sering tiap hari orang loncat lewat pagar lama-lama turun sedikit-sedikit, jebol, patah. Saya bahkan pernah dikroyok orang sekampung, tahun 2000, sampai urusan sama polisi waktu itu. Fani
: Dalam undang-undang cagar budaya terdapat aturan sanksi untuk pemanfaatan seperti bermain bola/
Pak Mulangkara
: Iah betul tapi dalam undang-undang diundangkan namun dalam realisasi sulit. Belum ada contoh si, harusnya mah dikasih contoh dulu sebelum ada efek jera.Misalkan coba seseorang melanggar merusak, coba jajal dipenjarakan, jadi yang lainnya supaya jera.Sampai sekerangkan belum ya SDM kita kekurangan. Kalau di Jawa situs sebesar ini minimal tiga
orang di sip jaganya, Borobudur itu satu sip 12 3 sip jadi total 36 orang, trus Prambanan kalau tidak salah 2 orang satpam 3 sip juga jadi enam. Fani
: Kalau di Surosowankan ga ada yang jaga pak,kalau ada yang main Bola pak, nah itu yang melarang siapa pak?
Pak Mulangkara
: Ya saya juga termasuk, saya jugakan di sana, temen-temen security di sini dan di situ punya kewenangan melarang, tapi ya gemana, di sini aja pernah masuk kompas, lalu saya dipanggil sama pimpinan. Gara-garanya satu orang bikin tiang gawang, masuk kompas, saya dipanggil digebrakin korannya itu, saya sering kena damprat.Sorenya saya ngamuk langsung saya buangin saya kumpulin di sini, tapi ya Alhamdulillah masang lagi.Mereka rajin masang saya rajin motongin. Akhirnya bosen juga kan, ini lebih kacau sebetulnya kalau engga berusaha tegas, ya lebih parahlah, sampai saya kasih tau orang tuanya tolonglah siapapu saya libas, saya kena damprat ini tadi pagi.
Member Check Transkip Wawancara Narasumber : Bapak TasriefI1-2 Jabatan : Kepala Seksi Museum Negeri Banten Hari/Waktu : 05Juni 2014, pukul 09.00 WIB Fani
: Keterkaitan visi misi dinas ?
Pak Tasrief : Kalau visi itu pengertiannya sebuah mimpi, mimpi yang akan dicapai kalau visi itu mau visi provinsi atau skpd masing-maing mempunyai visi yang berbeda sesuai dengan kewenangannya, nah visi itu adalah mimpi yang diupayakan untuk mencapai targetnya selama lima tahun, nah untuk, coba deh baca dari uraian visi misi biasaya seperti mimpi, visi itu menjadikan banten sebagai destinasi yang berdaya saing dan berkelanjutan, itu kan sangat abstrak nah itu harus diberdayakan lagi kedalam misi, misi itu udah lebih oprasional dari pada visi, nah itu langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai misi itu nah itu harus diselasikan dalam lima tahun jadi suatu keterkaitan dan akan diberi lagi ke tupoksi masing-masing bidang Fani
: menurut bapak visi misi itu apakah sudah perhatian kepada cagar budaya atau belum ?
Pak Tasrief
: Kalau kita bicara visi dan misi disbudpar artinya dia gak berbicara hanya masalah cagar budaya, artinya kita masih ada dalam koridor pariwisata kebudayaan, tapi ketika menyusu visi dan misi itu kita harus melihat, semuanya harus menyatu di visi itu, pariwisatanya
harus
berdaya
saing
dan
berkelanjutan,
kebudayaannya juga harus berdaya saing dan berkelanjutan juga, misalnya kita lihat Borobudur bagaimana Borobudur itu menjasi destinasi utama di pulau jawa atau bahkan di Indonesia, orang dari luar pun kesana, kalau Borobudur tidak seperti sekarang dia tidak akan menarik, sekarang lihat Borobudur udah di tata ada tamannya bagaimana mobil dengan jarak 1 km gak boleh masuk kesana, penataan seperti itu yang berdaya saing dibandingkan banten lama mana ada turos asing yang mau kesana, orang-orang datangpun untuk kepentingan ziarah, kalau itu ditata semua cagar budaya yang ada di banten ini dipromosikan itu akan memiliki daya saing dibandingkan daerah-daerah perbatasan seperti yang ada dibogor atau jawa barat orang akan berkunjung kesini karna lebih menarik, artinya kalau ditata dan dikelola dengan baik dia mempunyai daya saing dan berkelanjutan untuk cagar budaya. Fani
: Menurut bapak peluang dan potensi apa aja yang ada di Banten Lama ?
Pak Tasrief
: Sangat banyak, yang sudah jelas terlihat adalah sebagai tempat wisata ziarah, itu sangat berpotensi kalau dikelola dengan benar bukan hanya untk PAD kota serang tapi itu untuk kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan banten lama tersebut. Itu kalau pemerintah dan masyarakat memanfaatkannya dengan baik itu akan berguna untuk peningkatan ekonomi, seperti klenteng itu yang datang buka orang-orang yang gak punya duit.
Fani
: Terkait visi misi tersebut didalam renstra ini disebutkan isunya mengacu pada salah sataunya adalah banten lama, tapi dalam kegiatan dan programnya belum ada yang mengarah kesitu, menurut bapak itu kenapa ?
Pak Tasrief
: Secara ekspisit mungkin tidak dibunyikan banten lama, tapi semua program dan kegiatan itu bisa diarahkan kesana. Tapi tidak semua mengarah kepada banten lama sedangkan cagar budaya lainya dinomor duakan. Misalnya pelestarian cagar budaya nah itu pelestarian cagar budaya, itu kan cagar budaya di banten itu banyak,misalnya data kesejarahan difokuskan kepada arsip kuno serta kajian dan penelitian cagar budaya, artinya kita gak bicara gak ada cagar budaya yang diistimewakan sama kita pada tataran konsep perencanaan ini, ini bisa kemana aja gitu, itu akan lebih tergambar ketika itu dituangkan kedalam pelaksanaan kegiatan yang namanya dokumen pelaksanaan angaran DPA,bukan hanya kegiatan nah itu kan program, kegiatan itupun masih dalam tataran yang masih abstrak nah nanti kalau misalkan dibawahnya ada lagi namanya tolak ukur jadi ada satu kegiatan ada beberpa tolak ukur itu misalnya penatan banten lama itu aka nada disebuah tolak ukur, tapi kalau disini tolak ukur gak ada tapi cantelan itu ada disini. Misalnya peningkatan infomasi museum kalau seperti ini sudah jelas dan spesifik, tapi kalau bicara kajian
cagar budaya nah artinya dia bisa mengakait kemana aja gitu mau cagar budaya banten lama mau yang ada diselatan. Fani
: Pikir saya bener-bener gak ada kegiatannya gitu pak ?
Pak Tasrief
: Engga, kita di 2015 mau mengadakan kajian tapi kalau dibunyikan disitu kita akan terkunci disana gitu karena disitu ad target pencapaian kinerja direnstra itu. Jadi yang spesifik tidak dituangkan disana yang spesifik itu ditatanan oprasional yang paling bwah itu tolak ukur.Tolak ukur artinya bidang DPA, itu kita bisa buat disana beberapa tapi arahnya kesana gitu dan setiap SKPDpun kegiatan dibanten lama SDAP juga ada penataan kawasan, pembuatan MCK penataan lingkungan. Jadi semua SKPD yang terkait jadi pasti gak akan bunyi mengenai banten lama tapi di tolak ukurnya pasti akan bunyi sperti itu semua pasti punya kementrian pusatpun pasti punya dinas sosial untuk masalah sosial disanapun mereka pasti punya jadi gak semua dilimpahkan ke disbudpar. Disbudpar itu paling maslah budaya dan pariwisatanya.
Fani
: Selama ini dari tahun 2012 sampai 2014 kegiatan apa pak yang sudah dilakukan disana ?
Pak Tasrief
: Ada kegiatan dibidang destinasi disitu dia ada pemasangan plang yang kalau lagi dijalan keliatan tuh, terus ada juga sosialisasi bidang sumber daya, nah jadi kalau untuk fisiknya dari 2012 kita belum melakukan lagi. Jauh sebelum itu dari 2004 ada revitalisasi
kawasan cagar budaya banten lama yang penataan kanal terus pedestrian, kalau budpar belum nah itu tergantung dari kebijakan pimpinan gitu, nah sekarang ini pimpinan minta sebagian kegiatan diarahkannya kesana Fani
: Kemarin juga saya dari bagian program, dia bilang nanti baru tahun 2015 ada focus kebanten lama
Pak Tasrief
: Iah tapi nanti mau dimulai dulu dari perubahan anggaran ini.
Fani
: Terus kira-kira nih pak nanti tahun 2015 mau ada arahan fokus pengembangan ke banten lama, itu kira-kira menurut bapak tantangan yang paling awal dihadapi itu apa pak ?
Pak Tasrief
: Kalau untuk provinsi banten kemungkinan besar gak akan jadi masalah, tapi yang menjadi persoalan utama adalah masalah sosial yang harus diselasikan terlebih dahulu, ada konflk kepentingan disana kaya kenadiran, masyarakat dengan adanya kembali dipasang plang-plang tanah ini milik masyarakat banten lama nah itu harus disesaikan terlebih dahulu harus disepakti dulu, sebenarnya itu lahan itu udah jadi milik pemerintah hanay provakatornya aja itu menjadi sperti itu lagi. Itu udah ditetapkan dengan keputusan pengadilan, jadi sebearnya kita jangan bicara fisik
dulu,
selesaikan
masalah
sosialnya
dulu.Misalnya
pemindahan pedagang ketika saya kuliah dulu gak ada tuh pedangan-pedagang disana bersih semuanya bersih gak ada pedagang disitu.Jadi ketika saya masuk dari belokan surosowan
itu udah kelihatan kemegahan masjid agung banten sekarang boro-boro. Fani
: Kalau sumber daya manusianya sendiri gmna pak didinas ini ?
Pak Tasrief
: Sumber daya manusianya kalau saya mah jujur masih kurang orangnya banyak tapi kemampuan dan kapasitasnya yang harus di upgrade dan pemahaman terhadap tupoksi dia gitu. Jadi orang dipemerintah itu seperti itu jadi pemerinthan itu banyak mengeluarkan belanja pegawai itu separohnya gak kerja jadi dia gak mau memaksimalkan pemikiran dia gitu untuk berpikir keras, SDM nya segitu banyak 90 lebih kalau gak salah, coba kalau liat diswasta sedkit tapi bekerjanya banyak greget saya ngeliat orang kerja ogah-ogahan gitu, SDM nya banyak tapi banyak juga yang gak paham dengan tupuksi mereka gitu.
Fani
: Kalau sumber daya yang diperlukan untuk pengembangan dan pelestarian banten lama kira-kira gimana pak ?
Pak Tasrief
: Sebenarnya kalau kita disini hanya fasilisitator,makanya kenapa saya bilang gak perlu banyak, karena yang akan memanfaatkan itu adalah orang-orang sekitar situ juga sekitar kawasan banten lama, mereka harus diberdayakan dari pamong praja itu PNS pegwai pemerintah itu itu tugasnya memberdayakan masyarakat, fasilisator member fasilitas kan missal dibangunkan apa dtempatkan dimana. Dilatih misalnya mereka gimana membuat cindramata yang benar gitu kan, pelatihan-pelatihan SDM disana
untuk membangun kios-kios disana dan dsetinasi, itu selebihnya akan dikembalikan kebadan masyarakat jadi yang namanya otonomi daerahitu yang dikatakan berhasil itu adalah campur tangan pemerintah itu udah sedikit, ini kan engga campur tangan pemerintah yangbanayak, ketika campur tangan pemerintah udah sedikit masyarakat itu berdaya, itu yang dinamakan otonomi daerah itu berhasil itu namanya nah ini mah engga, semuanya meminta pada pemerintah padahal pemerintah juga gebleg juga kan seperti membuat sesuatu gak direncanakan dulu gitu. Jadi SDM yang harus diberdayakan itu SDM yang berada disekitar kawasan buka SDM disini ketika itu tugasnya udah selesai udah diserahkan kepada masyarakat, makanya kenapa saya bilang, segitu banyak gak penting bagi saya cukup dia memahami tupoksinya dan mau kerja keras gitu aja bukan kita kok yang mengelola sampai kiamat itu banten lama pasti akan dilepaskan kepada masyarakat, pemerintah tuh Cuma sebagai fasilisator dan regulator juga ketika itu dibutuhkan untukmengatur. Fani
: Misalnya ada kegiatan atau rencana pengembangan dan pelestarian banten lama, itu prioritas paling utama itu apa pak ?
Pak Tasrief
: Kemarin saya sudah bicara dengan kadin, kalau saya yang pertama saya inginkan adalah pemindahan pedagang semuanya bersih disitu harus bersih semuanya dari pedagang, dipindahkan ke kioas yang ada disebelah selatan daerah sukadiri, yang udah
bangunannya nah sekarang udah gak karuhan tuh, itu kaya kios tahu buat apa orang kesana kan tujuannya bukan untuk ke kios tapi untuk mencari kebutuhan yang dijual oleh pedangan untuk konsumen, kan ini gak tujuan meraka ziarah nah ini bagaimana mempola kios itu menjadi kios pariwisata, nah sekarang kelihatan tuh mereka udah mulai sadar kaya yang di alun-alun. Nah makanya kemaren tuh proposal udah saya bikin mudah-udahan sih dapet anggaranya dari kementrian kalau ngarepin dari APBD semua yang lain gak kebagian gitu. Makanya kita minta kemanamana mengajukan proposal. Sebelum pemindahan pedagang itu harus ada sosialisasinya terlebih dahulu supaya mereka gak syok disampaikan pemahaman kepada mereka, kios dan lahan parker itu harus ditata dulu, kemarin saya minta gak dirombak total itu dana untuk membangun kios itu lebih dari 2 M sekarang kondisinya begitu kan gak kepake dan itu dulu ada di budpar tuh saya tahu itu yang membangun dan tidak terpakai sekarang, kalau itu mau dirubah pola kiosnya saya udah bilang jangan hancurkan semuanya, akan lebih wah lagi biayanya, dirubah polanya yang gak sesuai dengan pola, makanya harus ada konsultan, nah mana kios yang harus dipertahan mana yang harus dihancurkan. Tetapi kalau orang berbicara proyek itu harus diratakan dulu baru dibangun baru, saya tidak mau seperti itu. Saya berpikir bahwa pagar alun-alun yang sekarang itu yang setengah-setengah itu
juga harus dibongkar, dimana-mana juga alun-alun gak ada yang dipagar, itu kan salah perencanan harus dibongkar itu walaupun sakit gitu, itu bukan uang yang sedikit, bangun kios 2 M emang sedikit duit 2 M banyak itu Fani
: waktu itu saya baca koran katanya pihak kenadiran juga punya rencana tentang pengembangan banten lama, gimana tuh menurut bapak ?
Pak Tasrief
: yang jadi pertanyaan saya itu kenadiran sebagai apa disitu ? gak bisa, mereka itu udah terlalu lama buat ini buat itu tapi gak terkonsep dengan benar gitu, namanya kawasan banten lama itu kan kawasan heritage
undang-undangnya
ada juga,
gak
sembarang orang walaupun dia tinggal disana dia gak boleh seenaknya aja bikin ini bikin itu karena apa karena itu kan zona inti itu ada undang-undangnya walaupun pp nya belum keluarkeluar itu, kalau mau itu harus terintegrasi dengan masukan dari pemerintah dengan perencanaan pemerintah silahkan gak masalah gitu tapi kalau dia mau jalan sendiri gak bisa itu, selama ini kan mereka udah dibiarkan jalan sendiri tuh mana ada mereka bangun pagar-pagar setinggi itu, dia udah kaya bikin kerajaan disitu terus bikin tempat pertemuan disebelah selatan dari masjid agung itu kan gak dibenarkan itu zona inti gitu harus ada peraturanperaturan mainnya yang harus di ikuti dan taati itu disana
Fani
: kalau prioritas pelestarian kawasan cagar budaya banten lama, yang paling butuh perhatian tuh cagar budaya yang mana pak ?
Pak Tasrief
: kalau kita bicara prioritas karena kita bicara kawasan sekarang kita bicara cagar budaya itu bukan benda tapi kawasan sama lingkungan, artinya kalau kita mau melakukan penataan atau revitalisasi kita harus bicara keseluruhan, kalau mau itudibagi kluster-kluster atau dibuat zona-zona untuk penangan yang prioritas yang mana gitu, kalau bicara seperti prioritas yang mana ya seumur hidup semua itu prioritas kanitu cagar budaya kecuali nanti pada action nya nanti, nah itu harus dikaji dulu mana yang menjadi prioritas tapi kalau bicara penataan prioritasnya itu, pedagang pindahin dulu, itu gak bisa ditawar karena ibaratnya akar lagi tumbuh kalu udah tumbuh dia akan menjalar kemanamana itu, liat aja sekarang makin lama makin dbiarin aja tuh.
Fani
: Kalau kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk pengembangan dan pelestarian itu berapa lama pak sampe bener-bener ?
Pak Tasrief
: Harus dibagi beberapa tahapan, tergantung jangka pendeknya apa jangka panjangnya apa harus dibuat pendapat seperti itu kalau gak seperti itu mh gak akan seperti itu, harus selesaikan dulu ini tahapan awal apa.
Fani
: Kalau misalkan tahapan awal itupemindahan pedagang itu kirakira berapa lama pak ?
Pak Tasrief
: Itu sekitar kalau benar-benar bersih yah antara kios yang akan ditempati itu sambil berjalan sambil sosialisai itu pedagang hrus disampaikan, jadi dia harus sama waktunya, yaa kalau perkiran saya sambil berjalannya ini sekitar 6 bulan, terus masalah siapa yang akan ditempati disana gitu harus direncanakan dengan benar gitu, kalau asumsi saya ya sekitar 6 bulan tapi dengan syarat pemerintah dan masyarakat harus komit.
Fani
: Kan ada tuh pak strategi yang sebelumnya revitalisasi pembangunan, pagar-pagar alun-alun dan kios itu, berarti itu strateginya kurang berhasil dongpak ?
Pak Tasrief
: Bukan strateginya gak berhasil karena pemerinah itu kalau pemerintah bikin proyek udah disitu aja gak bertindak lanjut kedepannya gimna, siapa bertanggung jawab nanti terhadap apa yang sudah dibangun gitu kan, makanya kenapa saya bilang masyarakat disana itu harus dilibatkan misalnya mereka menjadi apa gitu disana, nah kalau gak gitu pemerintah gak bakal selamanya ngurusin pagar, gak bakal selamanya ngurusin kios gitu kan, harus dibentuk perkumpulan mreka sendiri yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup mereka gitu
Fani
: Setiap kegiatan itu kan harus ada konsistensi sasaran setiap tahunnya kan pak, itu kalau menurut bapak yang dulu revitalisasi gimana pak dari sasaran-sasaranya itu pak ?
Pak Tasrief
: Kalau yang dulu saya gak tau karna ada dibidang destinasi yah, kalau saya pikir siapa yang melakukan apa itu gak terintegrasi gitu disana, kemaren juga udah dibuat oleh SDAP master plan kawasan banten lama tapi mereka ya bicara hanya fisik doing untuk jalan bangunan tapi hal-hal lain kan gak, bagaimna mengintegrasikan kegiatan budpar, dinsos jangan fisik dengan SDAP misalkan, nah jadi kita duduk bareng, nah setelah ini lo bikin apa gitu kan, jangan ini bikin ini itu bikin itu kan gak seiramnaya nanti gitu, misalnya anggaran tahun ini kita Cuma bisa buat ini nah kedepannya kita bikin itu kelanjutan dari si ini gitu
Fani
: Menurut bapak disana kan masih kental dengan tokoh masyarakat yah, menurut bapak tokoh masyarakat yang paling bisa ngatur mereka itu siapa pak ?
Pak Tasrief
: Ya tokoh-tokoh masyarakat yang mempunyai yang dihormati oleh masyarakat itu kan, tau sendiri kan orang-orang sana kaya kenadiran yang dihormati dan mereka tidak berpikir masalah keuntungan gitu kan, tapi bagaimana mereka berpikir untuk membangun banten lama kdepan gitu kan, seperti itu.
Fani
: Kalau misalkan nanti ada pengembangan banten lama, itu anggarannya dari mana aja pak ?
Pak Tasrief
: Ya bisa dari APBD, APBN atau bantuan dari luar negeri pun bisa gitu kan, asalkan persyaratanya dipenuhi gitu kan.
Fani
: Biasanya kalau persyaratan dari luar negeri apa aja pak ?
Pak Tasrief
: Biasanya bantuan-bantuan dari luar neger gitu apa lagi organisasiorganisasi gitu di dunia gitu , dia gak mau ada persoalan di lain hari gitu, artinya pemerintah yang bertanggung jawab dan menyelesaikan
itu
kan
sampe
benar-benar
tuntas
gitu
kan,miaslnya Borobudur yah, itu rumah-rumah sekitar Borobudur itu dihancurkan semua itu dipindahin gak boleh gitu dalam radius sekian meter itu harus menjadi sebuah taman gitu kan, gak boleh ada tempat tinggal gitu kan, gak boleh ada keramaian gak boleh ada aktifitas masyarakat gitu kan Fani
: Kemaren saya wawancara dengan pedagang kecil disana,samping benteng spelwijk disitu kan tengahnya lapangan luas pak ? itu dijadikan lapangan bola dan sering ada kompetisi bola disitu tapi gak pernah ada larangan dari BPCB, menurut bapak gimana tuh pak ?
Pak Tasrief
: Gak boleh itu apa lagi buat main bola lagi kan, bola kan pasti kemana-kemana kan yang ada akan merusak itu kan cuma persoalannya pemerintah kan bisa berbuat apa-apa disitu kan, harusnya mah itu dipagar total tapi gak mungkin juga karena ruang terbuka kan yang menjadi tempat mereka bermain kan, harusnya mh gak boleh
Fani
: Oh ya pak kata bapak kan kalau diborobudur itu rumah-rumah direlokasi sekianmeter pak, nah kalau dibanten lama sendiri kira-
kira menurut bapak itu gimana kalau rumah-rumah itu harus direlokasi ? Pak Tasrief
: Iah makanya itu harus disampaikan seperti nanti para pedagang itu kan, status tanah yang mereka tempati itu kan bukan milik mereka itu milik sultan otomatis ketika itu ada pemerintah harus dipegang pemerintah kan, tapi karena mereka menempati turun menurun kan itu mereka anggap tanah mereka kan, berani gak gitu pemerintah untuk memindah itu kan dengan segala konsekuensinya kan.
Fani
: Kalau menurut bapak partisipasi masyarakat dalam pelestarian cagar budaya banten lama itu sendiri gimana pak ?
Pak Tasrief
: Mereka udah banyak yang tahu benda-benda cagar budaya itu mahal makanya didaerah klenteng itu banyak pengalianpenggalian illegal yang mereka mengangkat keramik kemudian dijual, jadi kesadaran mereka itu masih kurang, kaya tadi main bola itu kan disana, harusnya mh ada polisi itu yang menghalau mereka itu, makanya saya bilang ini
undang-undang banci,
undang-undang 1992 juga itu banci banget itu, gak tau nih undang-undang tahun 2010 sanksi-sanksinya hrusnya mh lebih berat gitu kan Fani
: Untuk pelestarian ini biasanya kan BPCB ini membersihkan rumput-rumput atau sampah-sampah tapi untuk beberapa bulan
belakangan ini tidak dilakukan pak terutama yang di spelwijk, yang di pecinan juga ? Pak Tasrief
: Kan itu butuh biaya, dari kita sendiripun gak ada campur tangan, karena itu kan statusnya cagar budaya tingkat nasional sementara itu wilayahnya ada di kota serang, kota serangpun kan anggarannya terbtas kan, nah itu juga secara bertahap akan dibantu oleh provinsi, nanti dengan ada revitalisasi banten lama kita kan melakukan itu bertahap gitu kan, mana dulu yang harus kita tata gitu kan, mana dulu yang hrus kita perbaiki gitu kan.
Fani
: Oh iya pak itu tasikkardi dikelola oleh pemerintah apa memang ada yang punya pak ?
Pak Tasrief
: Itu milik pemerintah tapi diberikan kuasa pengelolaannya pada swasta tapi itu setau saya ada di kabupaten serang itu, itu saya gak tau ini nya gimna, sekarang dengan swastanya gitu kan apakah masih berlanjut apa engga gitu.
Fani
: Jadi kemaren saya ke tasikkardi untuk wawancara dan mereka bilang sendiri kalau pejaga disini dari penduduk sekitar sini pak
Fani
: Kalau wilayah kabupaten selain tasik kardi apa aja pak :
Pak Tasrief
: Dari tasikkardi ke mesjid pecinan itu udah masuk wilayah kabupaten
Fani
: Draf perencanaa untuk banten lama itu udah ada apa belum pak ?
Pak Tasrief
: Belum ada, makanya ini kan kita mau actionya 2015, kajiannya kita mau mulai ditahun ini untuk merubah anggaran kan
Fani
: Kira-kira kapan tuh pak jadinya ?
Pak Tasrief
: Mudah-mudahan 2 bulan ini mau dikaji terlebih dahulu mana aja yang dirubah untuk banten lama gitu kan, yang pertama itu ya seperti pemindahan pedagang gitu kann sama penempatan lahan parkir disana
Fani
: Itu kisi-kisinya udah ada pak ?
Pak Tasrief
: Engga itu mh kisi-kisinya dari kita sendiri yang buat naskahnya kan, itu juga harus bertahap kan gakbisa selasai sebulan 2 bulan itu kan, itu 6 bulan bisa aja lebih kan, itu kan hrus dicatat semuanya kaya lahan parker, mck , tempat ibadahnya, terus pedestriannya bikin
Fani
: Itu kan jalan rusak yah pak, itu kewenangan siapa yah pak yang disamping benteng itu ?
Pak Tasrief
: Itu jadi tanggung jawab kota serang, makanya nanti kalau udah ada kesepakatan tinggal dibagi aja siapa yang berbuat apa, kota berbuat apa provinsi berbuat apa gitu kan.
Fani
: Kelenteng itu bagus ya pak berbeda jauh dengan yang ada disekitarnya
Pak Tasrief
: Iah bagus kan gede itu anggaranya, dananya besar gitu dari orangorang cina Jakarta kan dan juga mereka berpikirnya beda, itu kan klentang baru dibangun lagi setelah kebakaran tahun 2010 kan, kalau mereka mah besar kan dari donator-donatur orang-orang cina kan
Member Check Transkip Wawancara Narasumber : Bapak Subagyo Jabatan : Sekertaris Kecamatan Kasemen Hari/Waktu : Kamis, 24 April 2014, pukul 09.00 WIB
Fani
: Apa Saja potensi yang ada di Banten Lama menurut bapak?
Pak Subagyo
: Banten Lama merupakan salah satu wisata ziarah, dan banyak orang dari luar daerah berziarah, bahkan dari seluruh Indonesia, sehingga jika dikelola dengan dengan baik, akan memiliki manfaat dalam peningkatan PAD dan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Fani
: Bagaimana Pengembangan dan Pelestarian Banten Lama pak?
Pak Subagyo
: Kalau pengembangan belum seluruhnya pemda, tapi pengelolaan juga ditangani oleh pihak kenadziran, terkait pengembangan sudah banyak program yang dilakukan untuk Banten Lama namun kebanyakan tidak maksimal dalam implementasinya misalnya pemagaran, pemagaran itu niatnya untuk mengatur arus peziarah, namun karena kurang koordinasi
antara
kenadziran,
pedagang,
masyarakat,
sehingga yang ada malah pagar tersebut menghalangi akses pengunjung, selain itu juga pedagang yang sudah dibuatkan kios kembali ketempat semula, ya sebenernya tinggal pengaturannya saja seperti apa agar program tersebut berjalan
maksimal, contoh lain penataan pasar yak arena kurang koordinasi sehingga banyak keluhan jalan rusak dan lain-lain Fani
: Pernahkah ada Focus Discussion Group (FGD) sebelumnya untuk membahas masalah Banten Lama?
Pak Subagyo
: Belum ada, tapi kalo ada kegiatan kita diundang tapi kurang terwakili.
Fani
: Apa saja yang sudah dilakukan dinas Provinsi Banten atau dinas-dinas terkait di kota Serang?
Pak Subagyo
: Banyak sekali, khususnya peran dari dinas pariwisata provinsi, soalnyakan mereka ada anggarannya, dari dinas sosial juga ada dulu pengemis-pengemis itu di data trus dikasih uang orang tuanya supaya ga minta-minta lagi, namun usaha tersebut tidak berjalan, ibaratnya apa yang dilakukan
tidak
berkelanjutan,
hanya
sekedar
untuk
menggugurkan kewajiban saja. Fani
: Terkait masalah masyarakat sekitar yang misalnya bermain bola di sana atau melakukan pemanfaatan lainnya apakah dari pihak kecamatan ada kegiatan untuk melarang atau memberikan himbauan?
Pak Subagyo
: Dulu waktu itu kita pernah mengelola selama setahun, ya saat itu kita bener-bener mengelola, tapi sekarangkan kewenangan ada di mereka kalau kawasan situs ya kewenangan museum, kalau kawasan benteng Speelwijk itu ada pengelolanya, nah
kenadziran itu di sini ada tiga yaitu Kenadziran Kenari, Kenadziran Maulana Hasanuddin, dan Kenadziran Masjid Agung, paling ya kalau sekarang cuman paling kerja sama penertiban aja. Fani
: Apakah dalam pelaksanaan dari perencanaan-perencanaan pihak kecamatan juga dilibatkan karena pihak kecamatan sebagai pemilik wilayah?
Pak Subagyo
: pihak kecamatan tidak banyak berkaitan, kita hanya membantu K3 secara khusus, paling kita diajak rapat, dan diminta masukan dari segi sosialnya
Fani
: Menurut bapak strategi apa yang cocok dilakukan untuk pengembangan dan pelestarian Banten Lama?
Pak Subagyo
: harusnya ya semua pengelolaan di ambil alih oleh pemerintah
Fani
: Bagaimana pelaksanaan Banten Waterfront City tahun 2009 itu pak?
Pak Subagyo
: Waterfront City itu sebatas masterplan saja, minapolitan juga belum ada pelaksanaannya, dan tidak ada tindak lanjutnya
Fani
: Saat ini ada masterplan yang di buat oleh Dinas Pemukiman dan Sumber Daya Air Pemukiman Provinsi Banten apakah sudah ada sosialisasi ke pihak Kecamatan Kasemen?
Pak Subagyo
: Kita ga tau malah kalau masterplan tersebut sudah jadi.
Member Check Transkip Wawancara Narasumber : Ibu Elly Jabatan : Kasubag TU BP3 Serang Hari/Waktu : Selasa, 02 Juli 2014, pukul 13.00 WIB Fani
: Bagaimana pemeliharaan yang dilakukan oleh pihak BP3 Serang untuk Banten Lama?
Ibu Elly
: Pemeliharaan terkait potong rumput dll itu dilakukan dengan pihak ketiga, melalui lelang
Fani
: Namun sekarang mengapa belum ada pemeliharaan terkait pemeliharaan Benteng Speelwijk?
Ibu Elly
: Pemeliharaan tersebut terhambat masalah lelang, tapi sekarang udah beres ko
Fani
: Apakah pihak Provinsi Banten pernah melakukan rapat koordinasi dengan BPCB?
Ibu Elly
: Kita pernah dulu rapat koordinasi, tapi kita sendiri ga tau apa aja yang sudah dilakukan mereka. Kalau kitakan sekedar penanganan masalah di Banten Lama, dengan provinsi kitakan apa-apa mengusulkan
Fani
: Menurut ibu apa yang menjadi kendala dalam pengembangan, pelestarian dan pemeliharaan Banten Lama?
Ibu Elly
: Kendala masyarakat, tingkat kesadaran masyarakat masih kurang
Fani
: Apa yang dilakukan oleh pihak BPCB terkait pemanfaatan situs untuk main bola dan kegiatan yang lainnya?
Ibu Elly
: Kita sudah memberikan pengarahan dan teguran serta pemberitahuan
Fani
: Menurut ibu bagaimana bila dimasing-masing situs disediakan juru situs atau juru pelihara?
Ibu Elly
: Juru pelihara ada, tapi kondisinya tetap kumuh dan tidak ada perkembangan sehingga kita lakukan dengan pihak ke tiga saja
Fani
: Apa saja yang sudah dilakukan oleh BPCB untuk Banten Lama?
Ibu Elly
: Pemugaran, penggalian dari tahun 70-an
Member Check Transkip Wawancara Narasumber : Muhammad Nurdin Koding : I2-2 Jabatan : Wisatawan Hari/Waktu : Selasa, 08 Juli 2014, pukul 13.00 WIB Fani
: Untuk tujuan apa anda datang ke Banten Lama dan dengan siapa?
Nurdin
: Dengan rombongan pengajian dalam rangka ziarah, sama liat situs disitu
Fani
: Bagaimana menurut anda kondisi di Banten Lama?
Nurdin
: Kondisinya si sudah mendingan tapi masih parah, udah mendingan udah tertata di Mesjid Agung mah. Kalo situsnya terawat yang terawatt situs mesjid, sama makam sultan hasanudin, banyak pengemisnya parah banget sama yang jualan minyak wangi
Fani
: Bagaimana perasaan anda saat melihat kondisi Banten Lama yang demikian?
Nurdin
: Sebenernya seneng kesininya mah, cuman pengemisnya, sama penataan jalannya ituloh muter-muter jadi tambah jauh, udah gitu pedagangnya maksa
Fani
: sudah berapa kali anda ke sini dan apakah berniat untuk kembali lagi?
Nurdin
: Sudah 2 kali sama ini, mau balik lagi tapi kalo udah rapih, kalau belum mah males lah. Banyak bayarnya juga di sini.
Fani
: Bagaimana menurut anda partisipasi masyarakat dalam pelestarian Banten Lama?
Nurdin
: Masyarakat ga ada ikut merawat, kurang, cuman manfaatin dagang sama ngemis aja.
Fani
: Menurut anda apa yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk Banten Lama?
Nurdin
: Pemerintah harus turun tangan, kalo kaya gitu terus bisa hancur
Fani
: Bagaimana sikap penjaga masjid terhadap wisatawan?
Nurdin
: Sikapnya tegas, cuman yang nakal mah ada aja, nakalnya tuh bilang minta uang buat ngerawat mesjid cuman mintanya maksa
Fani
: Bagaimana Sarana dan Prasarana di Banten Lama?
Nurdin
: Sarana dan Prasarana masih kurang memadai, tempat-tempat kotor dan mesjid juga masih belum bisa menampung semua peziarah yang datang, jadi harus gentian
Fani
: Bagaimana kondisi Infrastrukturnya?
Nurdin
: infrastruktur parah jalannya rusak
Fani
:
Matriks Wawancara Q1 I I1-4
I1-7 I1-8
I1-9
I1-10
I1-11 I2-1 I2-2 Q2 I
I1-1
Q3 I
Potensi apa yang ada di Banten Lama? Potensi tinggi, baik dalam sejarah budaya, wisata ziarah sehingga tanpa promosipun banyak yang berkunjung kesana, tinggal bagaimana sapta pesonanya diatur agar semakin menarik Kalau peluang saya pikir untuk destinasi pariwisata, saya pikir ini semua sangat potensial, museum sendiri juga sangat potensial karena ini tempat representative untuk bisa dikunjungi oleh pengunjung selain mesjid Potensinya sangat besar dimana di sana lebih sering orang wisata ziarah, apalagi wisata ziarah itukan selalu ramai walau tanpa promosi Di Banten Lama itu terdapat wisata ziarah, selain itu Banten Lama juga menjadi tempat bersejarah yaitu sejarah perkembangan islam pertama di Banten, sehingga tentunya sangat berpotensi, terutama wisata ziarah selalu ramai pada saat-saat perayaan dan hari-hari tertentu Sebenarnyakan kalo dari segi pariwisatakan besar ya, Cuma ada dua jenis wisatawan ada memang wisatawan yang hanya untuk berkunjung untuk ziarah itukan lebih banyak, Cuma itukan kelas menengah ke bawah, trus ada juga yang kalangan menengah keatas itu yang liat-liat penelitian segala macem dari situ potensinya sangat besar untuk dikembangkan jadi kawasan kota tua di luar negeri, cumin dari segi infrastruktur dan penataan kawasan itukan jelek, jadi kalo orang yang kalangan atas sana ngeliat kesana jelek, ya ga mau ke sana lagi, padahalkan bisa saja mereka membawa investor atau segala macem, istilahnya mereka membawa yang punya uang, sedangkan yang kalangan bawah itu tujuannya sebatas ziarah aja, jadi kalau dikembangkan dari segi infrastruktur dulu, penataan kawasan, penataan PKL. Potensi si sangat besar Potensi yang menonjol yaitu bangunan sejarah, bangunan lama, yang dijadikan sebagai wisata budaya yang bisa dikembangkan, selain itu Banten lama juga menjadi wisata Ziarah yang ramai oleh peziarah Potensinya sangat besar jika dikelola dengan baik, soalnya disini mah ga perlu lari ngejar-ngejar wisatawan juga pada datang sendiri. Potensinya besar pihak kenadziran itu sehari bisa dapat seratus juta, tapi omzetnya itu ga tau larinya untuk apa Bagaimana keterkaitan visi dan misi? (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten) Visi itu merupakan sebuah mimpi, mimpi yang akan dicapai, mau visi Provinsi, atau SKPD itu punya masing-masing sesuai dengan kewenangannya, visi itu mimipi yang akan dicapai ditargetkan selama lima tahun, visi itu masih sangat abstrak dan harus dijabarkan kembali ke dalam yang namanya misi, misi lebih operasional, dan misi itu langkah-langkah dalam mencapai misi dan itu merupakan satu keterkaitan yang akan di breakdown lagi kedalam masing-masing bidang Apa saja kendala yang di hadapi dalam pengembangan Banten Lama? (Dinas)
I1-1
Hambatannya itu yang pertama koordinasi antar kabupaten kota, BPCB, dan kenadziran koordinasi sering, namun sebatas di atas meja, pembinaan masyarakat, khususnya pedagang untuk membantu tugas pemerintah, hambatan selanjutnya adalah kewenangan dan anggaran.
I1-3
Kendalanya masyarakat, tingkat kesadarannya masih kurang
I1-5
I1-6
I1-8 I1-9
I1-10
I1-11 I1-14 Q4 I
I1-2
I1-10 Q5 I I1-10
Kalau kendala secara fisik sebetulnya tidak terdapat kendala, tetapi masalah di luar penyediaan sarana dan prasarana, pengelola Banten Lama yang terdapat dualism kepemimpinan Kendala disini yaitu masalah anggaran, jika di Jawa Barat itu ada anggaran 1 keraton itu 8 Milyar, kalo disini ga ada sama sekali, anggaran semua dari sumbangan-sumbangan para peziarah yang dari kotak amal itu, kendala kedua adalah masyarakat, masyarakatnya kadang bandel untuk sarana dan prasarana susah menatanya karena di sana terdapat tarik menarik kepentingan Hambatannya itu didalam Banten Lama ada yang namanya kenadziran, nah kenadzirn adalah keturunan sultan sehingga kebijakan tergantung pada kenadziran, sehingga sulit dalam mengintervensi. Sebernernya masalah kewenangankan milik provinsi, kemudiankan saluran air, sungai, itu kewenangannnya SDA, kalo kita mau bangun apa-apa di Banten Lama terbentur undang-undang cagar budaya oleh BPCB, organisasi masalah kenadziran, kurang bekerjasama, yaitu si seharusnya ditingkat pimpinan yang seharusnya merundingkan, cumankan sampai saat ini belum ada pembenahan Kurang sadarnya penduduk setempat, yaitu denga pedagang belum bisa ditertibkan, dan belum adanya juru pengendalian Ga ada masalah semuanya aman-aman, kalau memang kita kelolanya dengan baik ga ada masalah lah Sumber Daya apa saja yang diperlukan dalam pengembangan Banten Lama? Kalo sumber daya itu cukup bahkan banyak, namun mereka kadang kurang paham apa yang harus mereka kerjakan dan apa tupoksi mereka, kalo untuk mengembangkan Banten Lama saya ga butuh orang banyak-banyak, sedikit asal mereka mau bekerja keras dan memahami tupoksi mereka saya pikir itu cukup Sebenernya yang tadi itu si, tinggal kalau mau konsentrasi tinggal difokuskan semua pembenahan infrastruktur disana, jadi trus promosi pariwisatanya, pembenahan pklnya, cuman orang sana susah juga diaturnya pkl-pkl itu Bagaimana Kemampuan petugas dalam pelaksanaan? (Dinas) Kalau dari kemampuan pasti bisa kalau ada danannya pasti bisa, misalkan untuk perbaikan jalan dananya ada, tinggal benahi, kalau dari SDM ya kita insyaallah ya ada si.
I1-14 Q6
Kemampuan dan kapasitasnya masih harus di upgrade soalnya rata-rata dia ga mau memaksimalkan pemikiran dia untuk bekerja keras, tapi kerjanya ga greget, SDM banyak tapi banyak juga yang gak paham sama tupoksinya SDM kita kekurangan. Kalau di Jawa situs sebesar ini minimal tiga orang di sip jaganya, Borobudur itu satu sip 12 3 sip jadi total 36 orang, trus Prambanan kalau tidak salah 2 orang satpam 3 sip juga jadi enam Apa prioritas dalam pengembangan Banten Lama?
I I1-1
I1-2
I1-10 Q7
Tahun 2015 kita telah siap kantong anggaran dengan yang akan ditangani oleh provinsi adalah Revitalisasi kios pedagang, Perkerasan lahan dan fasilitas umum, serta relokasi pedagang dari Keraton Surosowan dan Alunalun Masjid Banten Lama Adapun perencanaan untuk banten lama pada tahun 2015 itu lebih kepada penataan pedagang setempat Kalau saya yang pertama saya inginkan adalah pemindahan pedagang semuanya, supaya bersih, soalnya itu ibarat akar lagi tumbuh kalau udah tumbuh dia akan menjalar kemana-mana, itu liat aja sekarang makin lama makin banyak, udah dibiarin aja lagi Infrastruktur dulu dibenahi jalan, trus drainase, air bersih, penataan kawasan permukiman di sana. Baru penataan PKL Strategi apa yang akan dilakukan untuk Banten Lama?
I I1-2
I1-5
I1-6
Strategi yang digunakan adalah strategi pariwisata budaya, karena secara keseluruhan Banten Lama itu menggambarkan budaya baik masa lalu atau masa kini seharusnya ada yang makronya dahulu secara keseluruhan apakah itu dari Bappeda, yang bisa memayungi semuanya, nanti kita tinggal membagibagi, nanti rencana teknis bangunan lingkungan APBN bisa bantu ada Satkernya, Satker Penataan Bangunan Gedung Lingkungan itu udah beberapa kali mengalokasikan dana disitu di Banten Lama, atau bisa dari dana APBD jadi Resourches banyak jangan ketergantungan di APBD aja APBN juga disitu mau care, seperti Ke PUan ada dari pariwisata dulu itu, termasuk dia itu bantu bikin pager itu dari pariwisata, nah itu harusnya bisa dipayungi terlebih dahulu keseluruhan sama Bappeda ini saran saya, nanti Bappeda memayungi trus nanti di bagi-bagi misalnya ini yang tanggungjawabnya SDAP bangun gedung dengan misalnya saluran, drainase, lalu perumahan sekitarnya, ini pariwisata non fisik misalnya pemberdayaan masyarakat sekitar terus pedagang, misal dinas purbakala , jadi sebetulnya juga perlu diketahui siapa yang paling bisa jadi leadingnya disitu terus semua bisa ngikut disitu, kalo kitakan dinas operasional, disuruh bangun itu bangun saya ingin membangun replika pembangunan keraton itu pengennya deket Tasikardi. Belum, itu strategi saya jalan dengan gagasan saya, berkomunikasi dengan duriyah kasultanan, ibu kepala dinas juga akan melakukan. Selain itu melakukan relokasi pedagang dan jalan. Pokoknya bagaimana menggagas kunci untuk Banten Lama menjadi Indah, pusat
kuliner nusantara, saya harapkan pengunjung tidak cepat pulang
Q8 I
Bappeda seharusnya memayungi secara keseluruhan, nanti leadernya harusnya kepurbakalaan atau BPCB Apa saja kebijakan atau apa saja yang telah dilakukan untuk Banten Lama khususnya dalam pelestarian, terutama kebijakan yang dilakukan menghadapi masyarakat yang memanfaatkan situs untuk tempat yang tidak seharusnya?
I1-3
Kita Sudah memberikan pengarahan, teguran dan pemberitahuan
I1-6
Sudah dilarang untuk main bola neng bahkan saya pernah mencabut tiang gawangnya agar tidak bisa main lagi, tapi main lagi-main lagi, sampe pernah saya mau dipukulin warga sini gara-gara melarang, ya gitu susah
Q9 I I1-3
I1-7
Bagaimana pemeliharaan dan pelestarian situs-situs di Banten Lama? Dulu pemeliharaan itu dilakukan oleh juru pelihara, namun dengan adanya juru pelihara tersebut tidak mengurangi kekumuhan yang ada sehingga pemeliharaan dilakukan oleh pihak ketiga,dan terlihat hasilnya Kalau melestarikan kami sudah pernah melestarikan perlindungan dengan cara eksavasi pemugaran, khususnya di Istana Surosowan, di Benteng Speelwijk, terus yang untuk cagar budaya bergerak sudah melakukan konservasi terhadap senjata, mata uang dan registrasi keramik. Kalau pemeliharaan dilakukan oleh kantor kami di pokja pemeliharaan
I1-14
Pemeliharaan dilakukan oleh pihak ke tiga dengan cara lelang
Q10 I
Apa saja yang telah dilakukan Disbudpar Provinsi Banten untuk pengembangan Banten Lama? Kalo untuk tahun-tahun 2012, 2013 dan tahun ini kita belum ada buat Banten Lama, tapi ada rencana tahun depan tahun 2015, pernah dilakukan tapi tahun 2006-2007 tapi dokumennya sudah tidak ada. Banten Lama memang PR untuk Provinsi dan Kota dahulu sudah dilakukan dengan APBD dan APBN dengan revitalisasi sekitar alun-alun, sebenarnya jika menangani Banten Lama itu kita terbentur masalah klasik, yaitu masalah banyaknya kepentingan yang terdapat di sana yaitu seperti: BPCB, Kenadziran dan kabupaten Kota, tapi di tahun 2015 kita sudah menyiapkan rencana kantong anggaran untuk revitalisasi Banten Lama Tahun ini kita dan tahun sebelumnya kita belum ada fokus ke Banten Lama, adapun fokus untuk ke Banten Lama tahun depan tahun 2015, dan rencananya kita akan melakukaan penataan pedagang Tahun ini belum ada pengembangan Banten Lama, rencananya tahun 2015, adapun pengembangan Banten Lama di lakukan tahun 2006-2007 itupun dokumennya sudah hilang. Tahun-tahun sebelumnya dan tahun ini belum ada arahan pengembangan ke Banten Lama, karena dari kita belum ada anggarannya, karena tahun ini saja 80% anggaran untuk belanja pegawai, tapi tahun 2015 kita rencana fokus ke banten Lama dengan rencana
I1-1
I1-2
penataan pedagang Q11 I
I1-9
I1-11
Mengapa sampai saat sepertinya semua perencanaan belum berjalan dengan baik? Dalam Pengembangan Banten Lama ada aturan mengenai cagar budaya, yang memiliki aturan apa-apa saja yang boleh yang tidak boleh dilakukan terkait Banten Lama, sehingga kita kesulitan dalam mengintervensi secara langsung, selain itu Banyaknya kepentingan yang terdapat disana juga membuat kita kesulitan melakukan intervensi, sehingga koordinasi harus lebih inten Manusia perencana, modal menentukan, keterbatasan dana sehingga kita mengerjakan yang kecil-kecil dahulu Masalah Banten Lama itu masalah klasik neng, tapi masalahnya juga aneh, masalahnya itu ga masuk di akal, mereka melarang ini itu dengan alasan yang ga masuk akal
RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS PRIBADI Nama NIM Tempat, Tanggal Lahir Agama Kegemaran (Hobi) Suku Alamat Telepon Email
: Fani Mutia Hanum : 6661101182 : Tangerang, 26 Januari 1993 : Islam : Traveling : Jawa : JL. Pembangunan 1 No. 80 Rt/Rw 03/03 Batu Jaya Utara Batu Ceper Kota Tangerang : 083813149684 :
[email protected]
Tempat Tanggal Lahir Jenis Kelamin Status Agama Kewarganegaraan
DATA PRIBADI : Tangerang, 26 Januari 1993 : Perempuan : Belum Menikah : Islam : Indonesia
Nama Ayah Nama Ibu Pekerjaan Ayah Pekerjaan Ibu
IDENTITAS ORANG TUA : M Nasir : Hadmini : Pegawai Swasta : Guru
1997-2004 2004-2007 2007-2010 2010-s/d Sekarang
PENDIDIKAN : SD Negeri Batu Ceper 1 : SMP Negeri 5 Kota Tangerang : SMA Negeri 7 Kota Tangerang : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Program Strata-1 Administrasi Negara