i
EVALUASI KINERJA MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI PADA BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN MELALUI PENDEKATAN BALANCE SCORECARD
SYINTYA HANUM WIDAYANTI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Kinerja Model Kawasan Rumah Pangan Lestari Pada Balai Besar Pengkajian dan Pengembangang Teknologi Pertanian Melalui Pendekatan Balanced Scorecard adalan benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan mau pun tidak diterbitkan dan penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institur Pertanian Bogor.
Bogor, April 2015
Syintya HanumWidayanti NIM H34114090
iv
v
ABSTRAK SYINTYA HANUM WIDAYANTI. Evaluasi Kinerja Model Kawasan Rumah Pangan Lestari Pada Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Melalui Pendekatan Balanced Scorecard. Dibimbing oleh HENY K. DARYANTO. Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan program yang dirilis oleh Kementerian Pertanian sejak tahun 2011 dalam rangka memenuhi ketersediaan pangan melalui optimalisasi lahan pekarangan. Untuk mengetahui kinerja m-KRPL yang telah berjalan diperlukan suatu evaluasi, sehingga dapat diketahui bagaimana kinerja m-KRPL selama ini. Penelitian dilakukan di Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) dan survey terhadap lokasi Rumah Pangan Lestari (RPL) di Kabupaten dan Kota Bogor. Setelah melakukan pengukuran dengan pendekatan Balanced Scorecard program KRPL menunjukkan bahwa nilai sasaran hasil perspektif pelanggan dan proses bisnis internal memiliki pencapaian bobot paling tinggi yaitu 30.56 persen. Selanjutnya disusul oleh perspektif pembelajaran dan pertumbuhan sebesar 22.22 persen, kemudian perspektif keuangan memiliki total bobot sasaran pencapaian t paling rendah yaitu 16.67 persen, itu disebabkan karena kegiatan ini merupakan program dari Pemerintah untuk membantu mensejahterakan masyarakat. Kata kunci: balanced scorecard, program m-KRPL
ABSTRACT SYINTYA HANUM WIDAYANTI. Evaluation Sustainable Food Reserved Garden Program at Indonesia Center for Agricultural Technologi Assesment and Development throught the balanced scorecard approach. Revisid by HENY K S DARYANTO. Sustainable Food Reserved Garden Program (SFRG) is a program that was released by the ministry of agriculture since 2011 in compliance with food availability through the the optimalization a home-lot. In order to know the performance of m-KRPL which has been running an evaluation is needed, in order to know how the performance of m-krpl so far the research was done in Indonesia Center for Agricultural Technologi Assesment and Development and survey on the location of Food Reserved Garden ( FRG ) in district and the city of bogor. After making measurements with the approach balanced scorecard krpl program had planted customers perspective and internal of business process having achievement of highest namely 30.56 percent. Followed by perspective of learning and the growth as much as 22.22 percent and the financial perspective reaching the target was the lowest namely 16.67 percent. That because this activity is programmed by the government to assist prosper the community. Keywords: balanced scorecard, m-KRPL program
vi
vii
EVALUASI KINERJA MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI PADA BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN MELALUI PENDEKATAN BALANCED SCORECARD
SYINTYA HANUM WIDAYANTI
Skripsi Sebagai salah satu untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Depertemen Ekonomi dan Manajemen
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
viii
x
xi
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini adalah Evaluasi Kinerja Model Kawasan Rumah Pangan Lestari Pada Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Melalui Pendekatan Balanced Scorecard. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Heny K S Daryanto MEc selaku pembimbing skripsi, Bapak Dr Ir Amzul Rifin selaku dosen penguji utama dan Ibu Dra. Yusalina, M.Sc selaku dosen penguji komisi akademik yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Ir Maesti Mardiharini, M Si selaku penanggjung jawab program m-KRPL, serta seluruh ketua Kelompok Tani dan anggota RPL yang telah membantu selama pengambilan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu, Bapak, Suami, Anak serta seluruh keluarga dan temen-temen, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, April 2015
Syintya Hanum Widayanti
xii
xiii
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Model Kawasan Rumah Pangan Lestari Konsep Model Kawasan Rumah Pangan Lestari Strategi Pengembangan m-KRPL Perencanaan dan Pelaksanaan Studi Empiris Terkait Pengukuran Evaluasi Kinerja KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Model Balanced Scorecard Konsep Kinerja Pengendalian dan Kinerja Tujuan Pengukuran Kinerja Penilaian Kinerja Tujuan Penilaian Kinerja Manfaat Pengukuran Kinerja Manfaat Penilaian Kinerja Pengukuran Kinerja Konsep Balanced Scorecard Empat Perspektif dalam Balanced Scorecard Keuntungan Penggunaan Balanced Scorecard Kerangka Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Visi, Misi dan Tujuan ke dalam Empat Perspektif Pengukuran Kinerja Balanced Scorecard Menentukan sasaran strategi, indikator atau ukuran kinerja Metode Perbandingan Berpasangan (Paired Comparison) GAMBARAN UMUM Sejarah m-KRPL Keadaan Umum Lokasi Penelitian Karekteristik Responden Visi dan Misi m-KRPL Aspek Sumberdaya Manusia
xii xiv xiv xv 1 1 3 5 5 6 6 6 6 7 8 11 12 12 12 12 13 13 13 14 14 14 15 16 17 21 22 25 25 25 26 26 26 27 28 29 29 30 32 34 34
xiv
Struktur Organisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi dan Implementasi m-KRPL Pengukuran Kinerja Kegiatan m-KRPL Pengukuran Kinerja Kegiatan m-KRPL Perspektif Keuangan Perpektif Pelanggan Perspektif Proses Bisnis Internal Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Pembobotan Perspektif Balanced Scorecard Perspektif Keuangan Perspektif Pelanggan Perspektif Proses Bisnis Internal Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN SARAN DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP
35 37 37 45 45 45 49 50 52 56 56 56 57 57 60 60 60 61 75
DAFTAR TABEL 1 Peran masing-masing pelaku dalam pelaksanaan Model KRPL 2 Perspektif balanced scorecard 3 Matrik perbandingan berpasangan 4 Keadaan anggota KRPL berdasarkan mata pencaharian 5 Gambaran usia anggota KRPL di 6 sampel Desa 6 Gambaran tingkat pendidikan anggota KRPL di 6 sampel Desa 7 Pengalaman mengikuti kegiatan/program KRPL di 6 sampel Desa 8 Kemitraan para pihak terkait dalam tahap pengembangan KRPL 9 Implementasi dan evaluasi program KRPL 10 Penghematan pengeluaran rumah tangga dari hasil pekarangan yang dikonsumsi Kelompok Wanita Tani Bogor, periode desember 2013 sampai dengan juni 2014. 11 Presentase penghematan pengeluaran kebutuhan rumah tangga 12 Nilai penjualan sayuran yang tidak dikonsumsi di KWT pada 6 (Enam) Kecamatan Di Bogor 1 (Satu) Siklus Tanam ( Januari-Mei 2014) 13 Jenis Bibit/Benih yang Diproduksi pada Kegiatan m-KRPL di 6 Wilayah Bogor 14 Rancangan matriks balanced scorecard kegiatan m-KRPL 15 Hasil pembobotan perspektif balanced scorecard kegiatan m-KRPL
10 17 29 32 33 33 33 35 44 45 47 48 52 55 59
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran penelitian evaluasi kinerja model kawasan rumah pangan lestari pada Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian melalui pendekatan balanced scorecard 24 2 Struktur Organisasi kegiatan m-KRPL 2014 37
xv
DAFTAR LAMPIRAN 1 Panduan penilaian mapping KRPL 2 Sampel anggota KRPL pada 6 Desa di Bogor 3 Kuisioner perbandingan berpasangan
63 67 69
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia dengan jumlah 250 juta jiwa pada tahun 2014. Diperkirakan jumlah penduduk Indonesia akan terus bertambah hingga mencapai jumlah 350 juta jiwa pada tahun 2020, (BPS 2014). Semakin bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan ekonomi akan semakin meningkat. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan sandang, pangan dan papan. Pangan merupakan hak asasi setiap manusia yang harus dipenuhi. Di sisi lain, lahan pertanian banyak yang beralih fungsi menjadi perumahan, jalan, industri dan sebagainya. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mengatasi hal ini. Secara nasional terdapat sekitar 10 juta ha lahan pekarangan di Indonesia yang sebagian besar belum dimanfaatkan secara optimal sebagai areal pertanaman komoditas pangan. Fungsi pekarangan tersebut bukan hanya sebagai sumber pangan yang bergizi, tetapi sebagai penyedia pangan murah karena selalu tersedia saat dibutuhkan. Pemanfaatan pekarangan untuk pertanaman sebenarnya sudah berlangsung lama, terutama di wilayah pedesaan, akan tetapi belum mempertimbangkan aspek pemenuhan pangan dan gizi serta keberlanjutannya. Pada tahun 2011 Kementerian Pertanian menginisiasi konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) sebagai upaya untuk mengoptimalisasi lahan pekarangan. Justifikasi dari program KRPL adalah bahwa ketahanan pangan nasional dimulai dari ketahanan pangan keluarga. Pada awal tahun 2012, Presiden RI memperkenalkan program Rumah Pangan Lestari (RPL) untuk dikembangkan diseluruh rumah tangga di Indonesia. KRPL dirancang dalam rangka meningkatkan potensi lahan pekarangan untuk ketersediaan pangan murah yang berkelanjutan bagi keluarga. Melalui konsep KRPL, praktek tersebut dikembangkan untuk lebih meningkatkan nilai guna dan manfaat dari luasan pekarangan sempit hingga yang sangat luas. Implementasi model KRPL berdasarkan luasan pekarangan dibagi dalam tiga strata, yaitu : strata 1 (sempit), strata 2 (sedang), dan strata 3 (luas). KRPL adalah suatu himpunan rumah yang mampu mewujudkan kemandirian pangan keluarga melalui pemanfaatan pekarangan, agar dapat melakukan upaya diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, sekaligus konservasi tanaman pangan untuk masa depan, serta tercapai pula upaya peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat pada umumnya. Model KRPL (m-KRPL) dibangun di 33 provinsi melalui peran Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, sebagai upaya mempercepat dan memperluas implementasi konsep KRPL. Pengembangan model dimaksudkan sebagai centre of learning untuk menerapkan prinsip-prinsip KRPL. Dalam Pedoman Umum Badan Litbang Pertanian (2011) disebutkan bahwa KRPL mempunyai tujuan : (1) memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan; (2) Meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan baik di perkotaan maupun di pedesaan; (3) mengembangkan sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan pemanfaatan pekarangan dan melestarikan tanaman pangan lokal untuk masa depan; dan (4) mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga sehingga mampu
2
meningkatkan kesejahteraan keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri. Hingga Oktober 2013, implementasi model KRPL (m-KRPL) telah mencapai 1 456 unit yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di 33 provinsi di Indonesia. Model KRPL tersebut kemudian direplikasi oleh berbagai instansi, terutama Badan Ketahanan Pangan (BKP) yaitu sekitar 5 000 unit KRPL pada tahun 2013. Instansi terkait dan lembaga/organisasi (perempuan, pendidikan, sosial, dsb.) juga sangat antusias dalam mengembangkan atau mereplikasi KRPL. Akhir tahun 2013 diperkirakan lebih dari 6 500 unit KRPL telah terbangun, atau telah melibatkan lebih dari 200 000 rumah tangga (Rumah Pangan Lestari/RPL). Kegiatan yang memiliki kemampuan untuk melipatgandakan kinerja akan mampu bertahan dan tumbuh dalam lingkungan bisnis yang kompetitif (Mulyadi 2001). Evaluasi kinerja diperlukan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas dalam rangka menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan strategi sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi (LAN RI 1999). Proses evaluasi kinerja organisasi mengkombinasikan evaluasi kinerja dari sumber daya yang berwujud (tangible resources) dan sumber daya tak berwujud (intangible resources). Untuk mengetahui bagaimana keadaan suatu kegiatan ataupun kinerja kegiatan diperlukan suatu sistem evaluasi yang terpadu. Kaplan dan Norton (2000) mengusulkan sistem evaluasi kinerja yang disebut dengan Balanced Scorecard, yang memiliki keistimewaan dalam cakupan evaluasinya yang komprehensif, dimana selain mempertimbangkan kinerja finansial (tolak ukur keuangan) juga mempertimbangkan kinerja non finansial (tolak ukur operasional). Pengukuran kinerja yang baik oleh pihak manajemen dapat menentukan tingkat keberhasilan dari suatu strategi umum yang sudah ditetapkan sebelumnya oleh kegiatan atau program. Suatu kegiatan juga harus memperhatikan kendala terbesar dari ketidakberhasilan suatu strategi umumnya yang sudah ditetapkan sebelumnya. Menurut Mulyadi (2001), kesalahan yang terjadi pada identifikasi lingkungan, maka hal ini akan lebih mudah diketahui dan diperbaiki dengan melakukan identifikasi lingkungan internal dan eksternal kegiatan/program, baik yang akan dilakukan oleh pihak manajemen kegiatan atau dilakukan dengan cara menggunakan jasa konsultan. Menurut Kaplan dan Norton (2000), ukuran kinerja finansial relatif tidak terlalu mencerminkan indikator keberhasilan, karena ukuran finansial hanya menunjukkan apa yang telah dicapai perusahaan dan dimana posisi perusahaan saat ini berada. Ukuran kinerja finansial tidak dapat menunjukkan akan kemana kegiatan (tujuan kegiatan) dan bagaimana cara memperbaiki kinerja kegiatan. Hal ini disebabkan ukuran keuangan cenderung melihat apa yang telah dialami pada masa lalu Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka dirancanglah suatu sistem pengukuran kinerja melalui Balanced Scorecard yang merupakan merupakan Contemporary management tool yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dengan menterjemahkan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategi perusahaan kedalam empat perspektif yaitu perspektif finansial, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif proses pembelajaran dan pertumbuhan. Keempat perspektif ini akan memberi keseimbangan antara tujuan jangka pendek dan jangka panjang serta hasil yang diinginkan dengan
3
faktor pendorong tercapainya hasil tersebut (Kaplan dan Norton, 2000). Balanced Scorecard memiliki kelebihan sebagai sistem pengukuran kerja yang komperhensif, koheran, terukur dan seimbang. Perumusan Masalah Merujuk pada latarbelakang yang telah diuraikan di atas bahwa pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktifitas dalam mata rantai nilai yang ada pada perusahaan. Sistem pengukuran yang efektif akan dapat mendorong seluruh karyawan untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Tanpa pengukuran yang efektif, perusahaan tidak dapat mengevaluasi seberapa baik kinerja perusahaan dalam merekomendasikan tindakan korektif yang bersifat visioner. KRPL yang telah berjalan selama 3 tahun (2011-2014) perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi diperlukan untuk mengetahui bagaimana kinerjanya selama ini dan bagaimana prospek program tersebut di masyarakat, terutama dalam rangka meningkatkan pendapatan dan penghematan pengeluaran rumah tangga, tingkat partisipasi masyarakat, jumlah annggota RPL yang terlibat, manajemen Kebun Bibit Desa (KBD) dan dukungan Pemerintah. Kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lesatari merupakan program Kementerian Pertanian, adapun sistem penelian kinerjanya berbeda dengan sistem penilaian kinerja perusahaan. Sistem evaluasi kinerja perusahaan menitik beratkan pada keuntungan perusahaan tersebut Pada sistem penilaian evaluasi kinerja pada kegiatan KRPL ini menggunakan sistem evaluasi pelaksanaan program. Adapun definisi dari Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program. Ada beberapa pengertian tentang program sendiri. Dalam kamus (a) program adalah rencana, (b) program adalah kegiatan yang dilakukan dengan seksama. Melakukan evaluasi program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan Pengukuran kinerja program m-KRPL yang telah dilakukan selama ini dengan menggunakan pemetaan dan pengelompokan (klastering) yang dilakukan pada lokasi KRPL di seluruh Indonesia, dengan indikator dan parameter yang telah dirumuskan oleh Tim Posko Penggerak dan Pengolah KRPL, yang mengacu pada 7 (tujuh) pilar keberlanjutan, yaitu: (a) Infrastruktur; (b) Peran tokoh masyarakat (local champion); (c) Ketersediaan benih (pengelolaan Kebun Bibit Desa/KBD); (d) Dukungan Pemerintah; (e) Kelembagaan pasar; (f) Partisipasi aktif masyarakat; dan (g) Rotasi tanaman. Ketersediaan maupun kesiapan infrastruktur dan potensi sumberdaya alam terutama terkait dengan ketersediaan air, media tanam dan sarana produksi (input) lainnya, sangat penting diperhatikan untuk pengembangan KRPL. Oleh karena itu identifikasi awal di calon lokasi perlu dilakukan untuk menilai potensi dan masalah bagi pengembangan KRPL ke depan, serta akses masyarakat terhadap infrastruktur tersebut. Partisipasi masyarakat terutama peran aktif tokoh masyarakat (local champion) atau kelembagaan pengelola KRPL juga perlu ditumbuhkan. Tokoh masyarakat, baik pamong desa maupun ketua atau pengurus: kelompok tani atau kelompok keagaman, yang dituakan atau “sesepuh” adat,
4
penggerak PKK, dan Posyandu dapat berfungsi sebagai penggerak atau motinator dalam pengembangan KRPL. Ketersediaan benih atau bibit yang dibutuhkan masyarakat perlu diperhatikan dalam pengembangan KRPL. Untuk itu Kebub Bibit Desa atau Kelurahan (KBD/KBK) wajib dibangun atau ditumbuhkan dan dikelola dengan baik. Dukungan Pemerintah Daerah (Pemda), baik berupa kebijakan maupun alokasi anggaran atau bentuk natur, juga menjadi pilar keberlanjutan KRPL. Kebijakan Pemda, dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda), tentang pentingnya pengembangan KRPL untuk ketahanan dan kemandirian pangan wilayah perlu diimplementasikan dalam bentuk gerakan, atau himbauan kepada segenap jajarannya, baik di tingkat provinsi, kabupaten hingga tingkat desa. Alokasi anggaran, dukungan dalam bentuk natur seperti benih/bibit tanaman, ternak maupun ikan serta pendampingan juga sangat diperlukan dalam pengembangan dan keberlanjutan KRPL. Suatu program pemberdayaan masyarakat seperti pengembangan KRPL ini, dapat berhasil atau berkelanjutan apabila dapat dirasakan manfaatnya dan mempunyai nilai ekonomis bagi pelaksana maupun masyarakat sekitarnya. Dalam pengembangan KRPL, produk yang dihasilkan oleh setiap RLP berpeluang untuk dijual. Setelah tujuan pertama (pemenuhan pangan dan gizi keluarga) terpenuhi. Pembentukan kawasan dalam pengembangan KRPL bertujuan agar produk yang dihasilkan oleh setiap RPL juga mempunyai nilai atau manfaat ekonomi. Produk yang dihasilkan dalam KRPL ini sangat khas, karena berupa komoditas segar dan sehat (organik), sehingga segmen pasarnyapun dapat dibedakann. Kelembagaan pendukung lainnya sebagai pilar keberhasilan pengembangan KRPL antara lain adalah kelembangaan input dan kelembagaan pengolahan hasil. Kelembagaan tersebut otomatis akan tercipta apabila produk yang dihasilkan KRPL ini telah berkembang dan berseninambungan (lestari). Berdasarkan hasil pemetaan tersebut, telah disusun strategi pendampingan maupun upgrading untuk masing-masing klaster di masing-masing provinsi. Dengan analisis tersebut, peneliti bisa mendapatkan gambaran metode pengukuran kinerja yang dilakukan oleh program KRPL selama ini dan hasilnya. Akan tetapi, pengukuran kinerja tersebut tidak dapat melihat secara detail bagaimana kinerja tersebut jika dilihat dari perspektif keuangan, perspektif bisnis internal, perspektif pelanggan, maupun perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Klaster (kategori) yang digunakan ada 3 (tiga) klaster, yaitu berwarna hijau adalah lokasi m-KRPL yang telah memenuhi nilai baik (infrastruktur mudah diskes, KBD telah mandiri, jumlah rumah tangga/RPL terus bertambah, telah mengintegrasi tanaman-ikan-ternak, kelembagaan pengelolaan hasil dan pasar telah berjalan). Sementara klaster kuning sedang ( KBD belum mandiri karena belum mampu menyediakan sumber benih dan media tanam, motivator ada tapi kurang aktif), sedangkan klaster merah adalah buruk (KBD tidak berjalan baik bahkan sudah tidak ada lagi, jumlah RPL semakin berkurang, motivator lokal tidak ada, dan kelembagaan lainnya lemah atau tidak berjalan baik). Sistem pengukuran kinerja keuangan tersebut tidak mengukur sejauh mana keberhasilan program KRPL dalam melaksanakan strategi program/kegiatan. Padahal pengukuran dalam pencapaian strategi penting dilakukan untuk menjaga kesinambungan kegiatan dalam jangka panjang. Balanced Scorecard merupakan alternatif sistem pengukuran kinerja yang tidak hanya menitikberatkan pada
5
perspektif keuangan saja namun juga perspektif pelanggan, bisnis internal serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Keempat perspektif ini akan memberikan keseimbangan antara tujuan jangka pendek dan jangka panjang serta hasil yang diinginkan dengan tercapainya hasil tersebut. Balanced Scorecard memiliki kelebihan sebagai sistem pengukuran kinerja yang komperhensif, koheran, terukur dan seimbang. Sejauh ini program KRPL belum menerapkan Balanced Scorecard sebagai sistem pengukuran kinerja. Padahal kebutuhan akan suatu manajemen strategis yang memiliki metode penilaian yang komperhensif, koheran, terukur, dan seimbang mutlak diperlukan suatu kegiatan atau program untuk mencapai kesuksesan dalam persaingan di masa mendatang. Dengan demikian, program dapat terus berkembang dan mampu mencapai visi melalui misinya. Proses pengambilan keputusan manajemen dalam lingkungan usaha yang semakin kompleks dan kompetitif, yang perlu didukung dengan sistem tolak ukur kinerja yang integratif, secara internal konsisten dengan visi, misi, tujuan dan strategi program disertai umpan balik yang cepat, serempak, dan simultan. Oleh karena itu, diperlukan pengukuran dengan konsep Balanced Scorecard agar keempat aspek tersebut dapat evaluasi. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana evaluasi kinerja pada program KRPL selama ini? 2. Bagaimana kinerja program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari berdasarkan konsep Balanced Scorecard yang meliputi perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan? Tujuan Penelitian Konsisten dengan permasalahan yang dirumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Menilai dan meninjau evaluasi kinerja yang diterapkan pada Program KRPL selama ini. 2. Mengetahui kinerja Program m-KRPL berdasarkan konsep Balanced Scorecard yang meliputi perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai, maka hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Sebagai bahan masukkan, informasi dan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Sebagai masukkan dan informasi dalam penentuan kebijakan bagi Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian, dan diharapkan dengan Balanced Scorecard sebagai strategi peningkatan dalam pengembangan m-KRPL dapat diukur, terarah, berdaya guna, dan berhasil guna. 3. Sebagai referensi bagi peneliti yang berminat terhadap masalah sejenis dalam penelitian ini.
6
Ruang Lingkup Penelitian Lingkup kajian masalah yang diteliti adalah Evaluasi Kinerja Model Kawasan Rumah Pangan Lesatari pada Balai Besar Pengkajian dan Pengemabangan Teknologi Pertanian melalui Pendekatan Balanced Scorecard yang di laksanakan pada Kantor BBP2TP dan 6 KRPL yang berada di Bogor. Data kegiatan selama penelitian diperoleh berdasarkan hasil wawancara kepada penanggungjawab dan anggora RPL. Program KRPL belum menerapkan Balanced Scorecard sebagai sistem pengukuran kinerja. Padahal kebutuhan akan suatu manajemen strategis yang memiliki metode penilaian yang komperhensif, koheran, terukur, dan seimbang mutlak diperlukan suatu kegiatan atau program untuk mencapai kesuksesan dalam persaingan di masa mendatang. Dengan demikian, program dapat terus berkembang dan mampu mencapai visi melalui misinya. TINJAUAN PUSTAKA Model Kawasan Rumah Pangan Lestari Rumah Pangan Lestari adalah rumah yang memanfaatkan pekarangan secara intensif melalui pengelolaan sumberdaya alam lokal secara bijaksana, yang menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas, nilai dan keanekaragamannya. Sedangkan penataan pekarangan ditujukan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya melalui pengelolaan lahan pekarangan secara intensif dengan tata letak sesuai dengan pemilihan komoditas. Terkait dengan program pemanfaatan lahan pekarangan, pada dasarnya intensifikasi pekarangan merupakan usaha peningkatan produktivitas sumberdaya lahan pekarangan dengan menggunakan teknologi tepat guna dan pemanfaatan input produksi modern dengan tujuan meningkatkan produksi pertanian guna mencukupi kebutuhan pangan dan gizi serta meningkatkan pendapatan keluarga. Dalam Pedoman Umum Pemanfaatan Pekarangan yang dibuat Departemen Pertanian (2002), juga disebutkan kriteria kelompok peserta program (wanita tani-nelayan) menggunakan pendekatan kelompok secara partisipatif. Dengan berkelompok akan tumbuh kekuatan gerak dengan prinsip keserasian dan keminpinan dari peserta program. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (m-KRPL) yang dikembangkan oleh Badan Libang Pertanian (2011), meliputi: (1) rumah pangan lestari, (2) penataan pekarangan, (3) pengelompokan lahan pekarangan terdiri atas lahan pekarangan perkotaan dan pedesaan, dengan strata luasan (sempit, sedang, dan luas), (4) pemilihan komoditas, (5) diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, dan (6) pengembangan kawasan. Sedangkan pengembangan Kebun Bibit Desa (KBD) adalah sebagai entry point agar program ini terus berkesinambungan (lestari). Konsep Model Kawasan Rumah Pangan Lestari Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan “Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Model KRPL)” yang merupakan himpunan dari Rumah Pangan Lestari (RPL) yaitu rumah tangga dengan prinsip
7
pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, pelestarian tanaman pangan untuk masa depan,serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk menjaga keberlanjutannya, pemanfaatan pekarangan dalam konsep Model KRPL dilengkapi dengan kelembagaan Kebun Bibit Desa, unit pengolahan serta pemasaran untuk penyelamatan hasil yang melimpah (Kementerian Pertanian 2011). Beberapa faktor lain yang mendukung keberlanjutan KRPL adalah ketersediaan benih/bibit, penanganan pascapanen dan pengolahan, dan pasar bagi produk yangdihasilkan. Untuk itudiperlukan penumbuhan dan penguatan kelembagaan KBD, pengolahan hasil, dan pemasaran. Selanjutnya untuk mewujudkan kemandiriankawasan, maka dilakukan pengaturan pola dan rotasi tanaman termasuk sistem integrasi tanaman-ternak. Untuk memenuhi Pola Pangan Harapan, diperlukan model diversifikasi yang dapat memenuhi kebutuhan kelompok pangan (padi-padian, aneka umbi, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, dan lainnya) bagi keluarga. Model ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi pendapatan dan kesejahteraan keluarga. Prinsip m-KRPL adalah (1)Ketahanan dan kemandirian pangan rumahtangga, (2) Diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, (3) Konservasi sumberdaya genetik (tanaman, ternak, ikan) untuk masa depan, (4) Peningkatan kesejahteraan rumahtangga dan masyarakat, (5) Pendidikan dan pelatihan, (6) Kesehatan dan gizi masyarakat, dan (7) Antisipasi perubagan iklim. Model pendekatan m-KRPL adalah (1) Optimalisasi ruang/tempat atau karang kantri dan pekarangan rumahtangga, (2) Penataan pekarangan untuk perkotaan dan di pedesaan, (3) Pengelompokan luas lahan pekarangan (strata): tanpa pekarangan, pekarangan sempit, pekarangan sedang dan pekarangan luas, (4) Pemilihan komoditas yang diusahakan (memenuhi PPH 93,3 tahun 2014): tanaman pangan (non padi), hortikultura (sayuran dan buah-buahan), tanaman obat keluarga (toga), budidaya ternak dan ikan, yang terintegrasi dan berkesinambungan, dan (5) Pengambangan kebun bibit desa (KBD). Strategi Pengembangan m-KRPL Pengembangan Rumah Pangan Lestari (RPL) dilaksanakan selama ini menggunakan strategi sebagai berikut: 1. Melakukan sosialisasi dan advokasi kepada pihak: Mengadakan pelatihan KRPL bagi rumah tangga atau kelompok rumah tangga yang berada pada kawasan yang dikembangkan oleh Kementerian/lembaga lain, BUMN, Swasta, Pemda, LSM, Perguruan Tinggi dan pihak terkait lainnya. 2. Membangun dan memperluas m-KRPL sebagai percontohan di setiap kabupaten/kota diseluh wilayah Indonesia. 3. Membentuk Posko Penggerak dan Pengelola KRPL yang mencakup tingkat pusat, tingkat provinsi dan tingkat kabupaten/kota. 4. Membangun dan mengembangkan Kebun Bibit Desa (KBD) disetiap kawasan dan Kebun Bibit Inti (KBI) disetip provinsi untuk menyediakan bibit bagi setiap rumah tangga pada kawasan yang dikembangkan.
8
5. Membentuk “Bapak Asuh KRPL” khususnya di kalangan BUMN dan Swasta yang didukung dengan dana Corporate Social Responsibility (CSR). 6. Kerjasama dengan Kementerian/lembaga untuk mengembangkan keseluruhan kabupaten/kota. 7. Replikasi RPL oleh Ditjen Teknis dan Badan Lingkup Kementerian Pertanian. 8. Replikasi RPL oleh pemerintah daerah. Pekarangan perkotaan dikelompokkan menjadi 4 yaitu pekarangan pada: (1) Rumah Tipe 21 dengan total lusa tanah sekitar 36 m2 atau tanpa halaman, (2) Rumah Tipe 36, luas tanah sekitar 72 m2 atau halaman sempit, (3) Rumah Tipe 45, luas tanah sekitar 90 m2 atau halaman sedang, dan (4) Rumah Tipe 54 atau 60, luas tanah sekitar 120 m2 atau halaman luas. Pekarangan pedesaan dikelompokkan menjadi 4, yaitu (1) pekarangan sangat sempit (tanpa halaman), (2) pekarangan sempit (<120 m2), (3) pekarangan sedang (120-400 m2), dan (4) pekarangan luas (>400 m2). Perencanaan dan Pelaksanaan Untuk merencanakan dan melaksanakan pengembangan Model KRPL, dibutuhkan 9 (sembilan) tahapan kegiatan seperti telah dituangkan dalam pedoman umum model KRPL (Kementerian Pertanian 2011), yaitu: 1. Persiapan (1) pengumpulan informasi awal tentang potensi sumberdaya dan kelompok sasaran, (2) pertemuan dengan dinas terkait untuk mencari kesepakatan dalam penentuan calon kelompok sasaran dan lokasi, (3) koordinasi dengan Dinas Pertanian dan Dinas terkait lainnya di Kabupaten/Kota, (4) memilih pendamping yang menguasai teknik pemberdayaan masyarakat sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. 2. Pembentukan Kelompok Kelompok sasaran adalah rumah tangga atau kelompok rumah tangga dalam satu Rukun Tetangga, Rukun Warga atau satu dusun/kampung. Pendekatan yang digunakan adalah partisipatif, dengan melibatkan kelompok sasaran, tokoh masyarakat, dan perangkat desa. Kelompok dibentuk dari, oleh, dan untuk kepentingan para anggota kelompok itu sendiri. Dengan cara berkelompok akan tumbuh kekuatan gerak dari para anggota dengan prinsip keserasian, kebersamaan dan kepemimpinan dari mereka sendiri. 3. Sosialisasi Menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan dan membuat kesepakatan awal untuk rencana tindak lanjut yang akan dilakukan. Kegiatan sosialisasi dilakukan terhadap kelompok sasaran dan pemuka masyarakat serta petugas pelaksana instansi terkait. 4. Penguatan Kelembagaan Kelompok Dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kelompok: (1) mampu mengambil keputusan bersama melalui musyawarah; (2) mampu menaati keputusan yang
9
telah ditetapkan bersama; (3) mampu memperoleh dan memanfaatkan informasi; (4) mampu untuk bekerjasama dalam kelompok (sifat kegotong-royongan); dan (5) mampu untuk bekerjasama dengan aparat maupun dengan kelompokkelompok masyarakat lainnya. 5. Perencanaan Kegiatan Melakukan perencanaan/rancang bangun pemanfaatan lahan pekarangan dengan menanam berbagai tanaman pangan, sayuran dan obat keluarga, ikan dan ternak, diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, pelestarian tanaman pangan untuk masa depan, kebun bibit desa, serta pengelolaan limbah rumah tangga. Selain itu dilakukan penyusunan rencana kerja untuk satu tahun. Kegiatan tersebut dilakukan bersama-sama dengan kelompok dan dinas instansi terkait. 6. Pelatihan Pelatihan dilakukan sebelum pelaksanaan di lapang. Jenis pelatihan yang dilakukan diantaranya teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya ikan dan ternak, pembenihan dan pembibitan, pengolahan hasil dan pemasaran serta teknologi pengelolaan limbah rumah tangga. Jenis pelatihan lainnya adalah tentang penguatan kelembagaan. 7. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh kelompok dengan pengawalan teknologi oleh peneliti dan pendampingan antara lain oleh Penyuluh dan Petani Andalan. Secara bertahap, dalam pelaksanaanya menuju pada pencapaian kemadirian pangan rumah tangga, diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, konservasi tanaman pangan untuk masa depan, pengelolaan kebun bibit desa, dan peningkatan kesejahteraan. 8. Pembiayaan Bersumber dari kelompok, masyarakat, partisipasi pemerintah daerah dan pusat, perguruan tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat, swasta dan dana lain yang tidak mengikat. 9. Monitoring dan Evaluasi Dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan, dan menilai kesesuaian kegiatan yang telah dilaksanakan dengan perencanaan. Evaluator dapat dibentuk oleh kelompok. Evaluator dapat juga berfungsi sebagai motivator bagi pengurus, anggota kelompok dalam meningkatkan pemahaman yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya yang tersedia di lingkungannya agar berlangsung lestari. Model KRPL dilaksanakan dengan melibatkan semua elemen masyarakat dan instansi terkait pusat dan daerah, yang masing-masing bertanggung jawab terhadap sasaran atau keberhasilan kegiatan.
10
Tabel 1 Peran masing-masing pelaku dalam pelaksanaan Model KRPL No Pelaksana Tugas / Peran dalam Kegiatan 1 Masyarakat - Kelompok sasaran - Pamong Desa (RT, RW, Kadaus), Tokoh Masyarakat - Pelaku Utama - Pendamping 2 Pemerintah Daerah (Dinas - Pembinaan dan pendampingan Pertanian Tanaman Pangan kegiatan oleh petugas lapang dan Hortikultura, Dinas - Penanggung jawab Perikanan, Kantor keberlanjutan kegiatan Kecamatan, Kantor Kelurahan - Replikasi kegiatan ke lokasi dan lembaga terkait lainnya) lainnya 3
Koordinator lapangan
4
Ditjen Komoditas/Badan lingkup Kementecrian Pertanian Pengembangan model sesuai tupoksi instansi
5 6 7
- PKK, Pokja 3 - Kantor Ketahanan Pangan - Pengembangan model sesuai tupoksi instansi
- Narasumber dan pengawalan inovasi teknologi dan kelembagaan PerguruanTinggi/Swasta/LSM - Dukungan dan pengawalan Pengembang perumahan - Fasilitasi pemanfaatan lahan kosong di kawasan perumahan
Sumber: Pedum m-KRPL, Litbang (2012)
Diversifikasi pangan merupakan salah satu kunci sukses pembangunan pertanian tahun 2010-2014 dan merupakan butir penting dari kontrak kinerja antara Menteri Pertanian dengan Presiden. Sasaran pelaksanaan penganekaragamam konsumsi pangan (P2KP) adalah terwujudnya pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman, dengan indikator skor PPH naik dari 75.7 persen menjadi 93.3 persen pada 2014 dan konsumsi beras menurun 1.5 persen per tahun, dan diimbangi peningkatan konsumsi per kapita hasil-hasil ternak, ikan, umbi-umbian, buah-buahan dan sayuran (Kementerian Pertanian 2012). Monitoring dan evaluasi, dilaksanakan secara partisipatif untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan yang sedang dilakukan, dan menilai apakah kegiatan yang telah dilaksanakan sudah sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Kegiatan monitoring dan evaluasi ini utamanya melibatkan Tim Posko Penggerak dan Pengolah KRPL terutama Bidang Evaluasi.
11
Studi Empiris Terkait Pengukuran Evaluasi Kinerja Konsep Balanced Scorecard semakin luas digunakan di berbagai belahan dunia seperti Eropa, Australia, dan Asia sejak lahirnya diawal era 90-an. Pada abad 21 ini, Balanced Scorecard sering didiskusikan di Indonesia. Penelitianpeneltian mengenai Balanced Scorecard telah banyak dilakukan. Pada dasarnya metode Balanced Scorecard merupakan alat untuk mengukur kinerja perusahaan dan sebagai sistem manajemen strategis komprehensif. Metode Balanced Scorecard melihat kinerja perusahaan dari berbagai aspek perspektif yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Dalam melakukan penelitian mengenai kinerja suatu kegiatan, ada beberapa penelitian yang berhasil merumuskan kinerja perusahaan yang mereka teliti dan ada pula yang tidak berhasil karena perusahan tersebut berfokus pada persepktif keuangan. Hasil-hasil penelitian berikut akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai konsep Balanced Scorecard beserta lembaga-lembaga yang menerapkannya. Pengukuran evaluasi kinerja yang telah dilakukan oleh Reza (2010), Ika (2009) dan Sahputra (2006) mempunyai bobot paling tinggi pada perspektif pelanggan yaitu dengan sasaran strategi berupa kepuasan, kepercayaan dan aquality relationship pelanggan. Hal ini berdasarkan hasil verifikasi yang menunjukkan skor survei yang baik pada indikator kepuasan pengunjung, jumlah anggota, dan jumlah sponsor. Penelitian yang dilakukan oleh Anggoro (2007) memiliki bobot yang tinggi pada perspektif keuangan serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Kedua perspektif tersebut memberikan kontribusi yang tinggi kepada perusahaannya. Saputra (2004) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa pengukuran kinerja Dinas Pertanian memiliki pembobotan lebih tinggi pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dengan sasaran strategis yang dipilih yaitu tercapainya pegawai profesional dan pegawai disiplin. Sebelum melakukan evaluasi kinerja dengan Balanced Scorecard kelima peneliti terdahulu memberi pembobotan terhadap masing-masing ukuran perspektif untuk mendapatkan nilai tingkat kepentingan. Proses pembobotan dilakukan dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparison). Meskipun pengukuran kinerja telah memperluas aspek non keuangannya namun informasi yang diberikan hanya penilaian kinerja perusahaan tanpa memberikan informasi mengenai sebab akibat dari pencapaian nilai tersebut. Hasil kinerja dari empat perspektif di atas menunjukkan nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 80 persen sampai 90 persen dari nilai optimal 100 persen. Berdasarkan penelitian terdahulu, penulis menggunakan pengukuran evaluasi kinerja yang mengacu pada penelitian Ika (2009), karena pada penelitian tersebut meninjau evaluasi kinerja yang diterapkan pada KPBS selama ini dan mengetahui kinerja berdasarkan konsep Balanced Scorecard.
12
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Dalam membahas penelitian ini penulis mengemukakan berbagai teori yang berkaitan dengan judul penelitian sebagai berikut : Model Balanced Scorecard Yuwono dkk (2007) menyatakan bahwa ide tentang Balanced Scorecard pertama kali dipublikasikan dalam artikel Kaplan dan Norton di Harvard Business Review tahun 1992 dalam sebuah artikel yang berjudul “Balanced Scorecard – Measures that Drive Performance” Intinya scorecard terdiri atas tolak ukur keuangan yang menunjukkan hasil dari tindakan yang diambil sebagaimana ditunjukkan pada tiga perspektif tolak ukur operasional lainnya: kepuasan pelanggan, proses internal dan kemampuan berorganisasi untuk belajar dan melakukan perbaikan. Pengukuran menjadi suatu hal yang vital sebelum kita melakukan evaluasi atau pengendalian terhadap suatu objek. “Balanced” di depan kata “score maksudnya adalah bahwa angka (grade) atau “score” tersebut harus mencerminkan keseimbangan antara sekian banyak elemen penting dalam kinerja. Menurut Kaplan dan Norton (2007) Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran dan pengendalian yang secara cepat, tepat dan komprehensif dapat memberikan pemahaman kepada manajer tentang performance bisnis. Pengukuran kinerja tersebut memandang unit bisnis dari empat perspektif yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis serta proses pembelajaran dan pertumbuhan. Perspektif Balanced Scorecard (Kaplan dan Norton 2007) dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Perspektif Keuangan, mengukur hasil tertinggi yang dapat diberikan kepada organisasi. Finansial dibutuhkan untuk memberikan ringkasan dari konsekuensi ekonomi akibat dari kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah diambil. 2. Perspektif Pelanggan, fokus terhadap kebutuhan dan kepuasan pelanggan termasuk pangsa pasar. Pelanggan dibutuhkan untuk mengetahui keadaan pasar. 3. Perspektif Internal, memfokuskan perhatian pada kinerja dalam proses internal yang mendorong kemajuan perusahaan. 4. Pembelajaran dan Berkembang, memperhatikan langsung seluruh kemungkinan untuk berhasil. Belajar dan pertumbuhan dibutuhkan untuk mengidentifikasi infrastruktur dari organisasi yang harus dibangun untuk menghasilkan pertumbuhan dan perbaikan jangka panjang. Konsep Kinerja Dalam berbagai literatur istilah performance saat ini popular digunakan, Amstrong dan Baron (2007) mengatakan bahwa : “pengertian performance sering diartikan sebagai kinerja, hasil kerja atau prestasi kerja. Kinerja mempunyai makna lebih luas, bukan hanya menyatakan sebagai hasil kerja, tetapi juga
13
bagaimana proses kerja berlangsung. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan konstribusi ekonomi. Dalam konteks penelitian ini pengertian di atas dianggap cukup karena Balanced Scorecard juga menyangkut teknik pengukuran terhadap kepuasan pelanggan dan kontribusi ekonomi dalam perspektif keuangan. Namun demikian kinerja dalam rangka pengembangan karyawan memerlukan pengukuran, dan dalam penelitian ini pengukuran yang dimaksud adalah pengukuran dengan menggunakan Model Balanced Scorecard dengan tujuan untuk menghasilkan informasi yang akurat dan sahih tentang perilaku dan kinerja anggota-anggota organisasi. Pengukuran kinerja melalui Balanced Scorecard akan menghasilkan kesimpulan apakah kesejahteraan karyawan dapat dipertimbangkan peningkatannya, apakah perspektif keuangan dapat meningkatkan perkembangan fisik organisasi atau apakah proses internal dalam organisaasi dapat memberikan kesempatan bagi karyawan untuk mengembangkan diri, dan terakhir apakah proses belajar dapat menunjang kinerja sehingga organisasi eksis dan mampu bersaing dengan organisasi sejenis. Pengendalian dan Kinerja Pengendalian adalah proses mengarahkan sekumpulan variabel yang meliputi manusia, benda, situasi dan organisasi untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan atau kegiatan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan atau kegiatan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Tujuan Pengukuran Kinerja Tujuan dari pengukuran kinerja menurut Samimora (2006), adalah untuk menghasilkan data, yang kemudian apabila data tersebut dianalisis secara tepat akan memberikan informasi yang akurat bagi pengguna data tersebut. Berdasarkan tujuan pengukuran kinerja, maka metode pengukuran kinerja harus dapat menyelaraskan tujuan organisasi perusahaan secara keseluruhan tujuan organisasi keseluruhan (goal congruence). Penilaian Kinerja Mulyadi (2002), mendefinisikan mengenai penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional organisasi, bagian organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Melalui penilaian kinerja, manajer dapat menggunakannya dalam mengambil keputusan penting dalam rangka bisnis perusahaan, seperti menentukan tingkat gaji karyawan dan sebagainya, serta langkah yang akan diambil untuk masa depan. Sedangkan bagi pihak luar, penilaian kenerja sebagai alat pendeteksi awal dalam memilih alternatif investasi yang digunakan untuk meramalkan kondisi perusahaan atau kegiatan yang akan datang.
14
Tujuan Penilaian Kinerja Tujuan utama penilaian kinerja (Samimora 2006), adalah untuk memotivasi personil dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi standar berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan berhasil yang diinginkan oleh organisasi. Manfaat Pengukuran Kinerja Suatu pengukuran kinerja akan menghasilkan data, dan data yang telah dianalisis akan memberikan informasi tentang manfaat pengukuran kinerja berupa bagi peningkatan pengetahuan para manajer dalam mengambil keputusan atau tindakan manajemen untuk meningkatkan kinerja organisasi (Samimora 2006). Manfaat sistem pengukuran kinerja yang terbaik adalah : 1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan. 2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata rantai pelanggan dan pemasok internal. 3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut. 4. Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberikan reward atas perilaku yang diharapkan. 5. Membuat suatu tujuan yang biasanya kabur menjadi lebih konkrit sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi. Manfaat Penilaian Kinerja Manfaat dari penilaian kinerja bagi manajemen (Samimora 2006), adalah sebagai berikut : 1. Mengelola operasi organisasi secara efektif melalui pemotivasian karyawan secara maksimum. 2. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. 3. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka. 4. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan. 5. Penghargaan digolongkan dalam 2 (dua) kelompok yaitu : a. Penghargaan intrinisik, berupa rasa puas diri yang diperoleh seseorang yang telah berhasil menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan telah mencapai sasaran tertentu dengan menggunakan berbagai teknik seperti pengayaan pekerjaan, penambahan tanggungjawab, partisipasi dalam pengambilan keputusan. b. Penghargaan ekstrisik, terdiri dari kompensasi yang diberikan kepada karyawan, baik yang berupa kompensasi langsung, kompensasi tidak langsung dan kompensasi keuangan. Dimana ketiganya memerlukan data kinerja karyawan agar penghargaan tersebut dirasakan adil oleh karyawan.
15
Pengukuran Kinerja Pengertian kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi. Kinerja dapat diketahui dan diukur jika individu atau sekelompok karyawan telah mempunyai kriteria atau standar keberhasilan tolak ukur yang ditetapkan oleh organisasi (Moeheriono 2009). Menurut Oxford Dictionary (Moeheriono 2009), kinerja (Performance) merupakan suatu tindakan proses atau cara bertindak atau melakukan fungsi organisasi. Sedangkan menurut Robbins dalam Moeheriono (2009), mengatakan bahwa kinerja sebagai fungsi interaksi antara kemampuan atau ability (A), motivasi atau motivation (M) dan kesempatan atau opportunity (O), yaitu Kinerja = f (A x M x O); artinya kinerja merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi dan kesempatan. Pengukuran kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan sesuatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi (Moeheriono 2009). Menurut Yuwono (2007), pengukuran kinerja merupakan bagian dari sistem pengendalian manajemen yang mencakup baik tindakan yang mengimplikasikan keputusan perencanaan maupun penilaian kinerja pegawai dan operasinya. Untuk Pengukuran kinerja kita perlu menetapkan ukuran indikator kinerja. Menurut Moeheriono (2009), pada umumnya, ukuran indikator kinerja dapat dikelompokkan ke dalam enam kategori berikut ini. Namun, organisasi tertentu dapat mengembangkan kategori masing-masing yang sesuai dengan misinya yaitu: 1. Efektif, indikator ini mengukur derajat kesesuaian output yang dihasilkan dalam mencapai sesuatu yang diinginkan. Indikator mengenai efektifitas ini menjawab pertanyaan mengenai apakah kita melakukan sesuatu yang sudah benar. 2. Efisien, indikator ini mengukur derajat kesesuaian proses menghasilkan output dengan menggunakan biaya serendah mungkin. Indikator mengenai efektifitas ini menjawab pertanyaan mengenai apakah kita melakukan sesuatu dengan benar. 3. Kualitas, indikator ini mengukur derajat kesesuaian antara kualitas produk atau jasa yang dihasilkan dengan kebutuhan dan harapan konsumen. 4. Ketepatan waktu, indikator ini mengukur apakah pekerjaan telah diselesaikan secara benar dan tepat waktu. Oleh karena itu, perlu ditentukan kriteria yang dapat mengukur berapa lama waktu yang seharusnya diperlukan untuk menghasilkan suatu produk. Kriteria ini biasanya didasarkan pada harapan konsumen. 5. Produktivitas, indikator ini mengukur tingkat produktivitas suatu organisasi. Pada bentuk ilmiah, indikator ini mengukur nilai tambah yang dihasilkan oleh suatu proses dibandingkan dengan nilai yang dikonsumsi untuk biaya modal dan tenaga kerja. 6. Keselamatan, indikator ini mengukur kesehatan organisasi secara keseluruhan serta lingkungan kerja para pegawainya ditinjau dari aspek keselamatan.
16
Konsep Balanced Scorecard Balanced Scorecard merupakan sistem pengukuran kinerja dan pelaporan yang mengusahakan suatu keseimbangan antara tolak ukur keuangan dan operasi, mengaitkan kinerja terhadap ganjaran dan memberikan pengakuan yang eksplisit terhadap diversitas dari tujuan organisasional (Tunggal 2009). Balanced Scorecard merupakan alat manajemen kontemporer yang didesain untuk meningkatkan kemampuan kegiatan atau program dalam melipat gandakan kinerja keuangan secara berkesinambungan (Sustainable Outstanding Financial Performance). Pemanfaatan Balanced Scorecard dalam pengelolaan menjanjikan peningkatan signifikan kemampuan kegitan/program dalam menciptakan kekayaan (Mulyadi 2007). Menurut Kaplan (1996), Balanced Scorecard menerjemahkan visi, misi dan tujuan kegiatan atau program ke dalam berbagai tujuan dan ukuran terpadu yang tersusun dalam empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Luis (2009) mendefinisikan Balanced Scorecard sebagai suatu alat manajemen kinerja (Performance Management Tool) yang dapat membantu organisasi untuk menerjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi dengan memanfaatkan sekumpulan indikator keuangan dan non keuangan yang kesemuanya terjalin dalam suatu hubungan sebab akibat. Konsep Balanced Scorecard berkembang sejalan dengan perkembangan pengimplementasian konsep tersebut. Balanced Scorecard telah mengalami evolusi perkembangan: (1) Balanced Scorecard sebagai perbaikan atas sistem pengukuran kinerja eksekutif, (2) Balanced Scorecard sebagai kerangka perencanaan strategik, dan (3) Balanced Scorecard sebagai basis sistem terpadu pengelolaan kinerja personel (Mulyadi 2007). Menurut Moeheriono (2009), sebenarnya, pertama kali Balanced Scorecard telah ditemukan dan dipopulerkan Kaplan, seorang guru besar (professor) dari Harvard Business School dan Norton dari kantor akuntan publik KPMG (Amerika Serikat). Kedua orang tersebut berkolaborasi sebagai dosen perguruan tinggi dan seorang praktisi ilmu keuangan. Pada tahun 1990-an, Nolan Norton Institute bagian riset kantor akuntan publik KPMG di USA yang dipimpin oleh Norton telah mensponsori studi penelitian tentang pengukuran kenerja dalam organisasi masa depan pada 12 perusahaan terkenal di Amerika Serikat yang menjadi objek penelitiannya. Balanced Scorecard terdiri atas dua kata, yaitu (1) kartu skor (Scorecard) dan (2) berimbang (Balanced). Pada tahap eksperimen pertama kali tersebut, Balanced Scorecard hanya merupakan kartu skor yang dimanfaatkan untuk mencatat skor hasil kinerja para eksekutif melalui kartu skor, kemudian skor yang hendak diwujudkan para eksekutif tersebut sangat bermanfaat di masa depan jika dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya. Selanjutnya, dari hasil perbandingan ini dimanfaatkan melalui evaluasi atas kerja para eksekutif. Kata berimbangan itu dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja eksekutif dapat diukur secara berimbang dari dua perspektif, yaitu dari (1) perspektif keuangan dan (2) perspektif non keuangan, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang, secara internal dan eksternal. Oleh karena itu, eksekutif akan dinilai kinerjanya mereka berdasarkan kartu skor yang dirumuskan secara berimbang. Eksekutif diharapkan akan dapat memusatkan perhatian dan usaha
17
mereka pada selain kinerja keuangan, yaitu pada ukuran kinerja non keuangan dalam ukuran jangka panjang. Empat Perspektif dalam Balanced Scorecard Balanced Scorecard dimanfaatkan untuk menyeimbangkan usaha dan perhatian eksekutif ke kinerja keuangan dan nonkeuangan serta kinerja jangka pendek dan kinerja jangka panjang. Sebuah artikel berjudul Balanced ScorecardMeasures That Drive Performance yang memuat hasil studi tentang Pengukuran Kinerja dalam Organisasi Masa Depan yang telah dilakukan oleh Norton menyimpulkan bahwa untuk mengukur kinerja eksekutif di masa depan, diperlukan ukuran komprehensif yang mencakup empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan (Mulyadi 2007). Mengembangkan suatu Balanced Scorecard mencakup proses secara khusus merancang suatu sistem pengukuran manajemen strategik. Prosesnya dimulai dengan melakukan penilaian pendahuluan dari strategi usaha secara keseluruhan dengan fokus pada integrasi proses ekonomi secara keseluruhan. Setelah proses, tujuan dan sasaran secara keseluruhan diidentifikasi, tolak ukur yang dipercayai paling baik mengandung esensi kemajuan organisasi terhadap sasaran yang harus dipilih. Berikut ini empat perspektif Balanced Scorecard. Tabel 2 Perspektif balanced scorecard Perspektif Ukuran kinerja eksekutif yang berimbang a. Economic value added (EVA) b. Pertumbuhan pendapatan (Revenue Growth) Keuangan c. Pemanfaatan aktiva yang diukur dengan asset (Finance) turnover d. Berkurangnya biaya secara signifikan yang diukur dengan cost effectivenes a. Jumlah customer baru Konsumen b. Jumlah customer yang menjadi non-customer (Customer) c. Kecepatan waktu layanan customer d. Tingkat kepuasan customer Proses a. Ketepatan waktu produksi (Cycle Time) (Process) b. Ketepatan pesanan (On-Time Delivery) c. Perputaran keefektifan (Cycle Effectiveness) a. Rasio ketersedian informasi Pembelajaran dan b. Tingkat kepuasan karyawan Pertumbuhan c. Tingkat pemberdayaan karyawan (Learning And Growth) d. Tingkat produktivitas karyawan e. Persentase saran yang diimplementasikan Sumber : Moeheriono 2009
1. Pespektif Keuangan Balanced Scorecard menggunakan tolak ukur kinerja keuangan, seperti laba bersih dan ROI (Return On Invesment), karena tolak ukur tersebut secara umum digunakan dalam organisasi yang mencari laba. Tolak ukur keuangan adalah penting, akan tetapi tidak cukup mengarahkan kinerja dalam menciptakan nilai
18
(Value). Tolak ukur non keuangan juga tidak memadai untuk menyatakan angka paling bawah (Bottom Line). Balanced Scorecard mencari suatu keseimbangan dari tolak ukur kinerja yang multipel baik keuangan maupun non keuangan untuk mengarahkan kinerja organisasional terhadap keberhasilan (Tunggal 2009). Menurut Luis (2009), Balanced Scorecard menggariskan usaha apa yang harus dilakukan untuk dapat berhasil secara keuangan dan bagaimana kinerja kita secara keuangan di mata para pemegang saham. Keuangan organisasi dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Pendekatan keuangan yang bertujuan jangka pendek, strategi yang digunakan adalah strategi peningkatan produktivitas, meliputi upaya-upaya yang dapat dilakukan agar produktivitas dapat optimal. Strategi produktivitas ini dapat dicapai dengan perbaikan struktur biaya dan memaksimalkan utilisasi aset. Pendekatan keuangan yang bertujuan jangka panjang dilakukan strategi khusus disebut strategi pertumbuhan yang meliputi peningkatan pendapatan dan peningkatan nilai bagi pelanggan. Menurut Kaplan dan Norton (1996), tujuan keuangan mungkin sangat berbeda untuk setiap tahap siklus hidup bisnis. Teori strategi bisnis menawarkan beberapa strategi yang berbeda yang dapat diikuti oleh unit bisnis, dari pertumbuhan pangsa pasar yang agresif sampai kepada konsolidasi bisnis, keluar dan likuidasi. Kaplan dan Norton menyederhanakan menjadi tiga tahap yaitu bertumbuh (Growth), Bertahan (Sustain), dan menuai (Harvest). Perusahaan yang sedang berkembang berada pada awal siklus hidup perusahaan. Mereka menghasilkan produk dan jasa yang memiliki potensi pertumbuhan. Pada potensi ini, mereka harus melibatkan sumber daya yang cukup banyak untuk mengembangkan dan meningkatkan berbagai produk dan jasa baru, membangun dan memperluas produksi, membangun kemampuan operasi menanamkan investasi dalam sistem, infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan mendukung terciptanya hubungan global dan memeliharan serta mengembangkan hubungan yang erat dengan pelanggan. Tujuan keuangan keseluruhan kegiatan dalam tahap pertumbuhan adalah persentase tingkat pertumbuhan pendapatan, tingkat pertumbuhan penjualan di berbagai pasar sasaran, kelompok pelanggan dan wilayah. Sebagian besar unit bisnis dalam sebuah perusahaan mungkin berada pada tahap bertahan, situasi dimana unit bisnis masi memiliki daya tarik bagi penanaman investasi dan investasi ulang, tetapi diharapkan mampu menghasilkan pengembalian modal yang cukup tinggi. Unit bisnis seperti in diharapkan mampu mempertahankan pangsa pasar yang dimiliki dan secara bertahap tumbuh tahun demi tahun. Proyek investasi akan lebih diarahkan untuk mengatasi berbagai kemacetan, perluasan kapasitas dan peningkatan aktivitas perbaikan yang berkelanjutan, dibanding investasi yang memberikan pengembalian modal dan pertumbuhan jangka panjang seperti yang dilakukan pada tahap pertumbuhan. Sebagian unit bisnis juga akan mencapai tahap kedewasaan dalam siklus hidupnya, tahap dimana perusahaan ingin menuai investasi yang dibuat pada dua tahap sebelumnya. Bisnis tidak lagi membutuhkan investasi yang besar untuk pemeliharaan peralatan dan kapabilitas bukan perluasan atau pembangunan berbagai kapabilitas baru. Setiap proyek investasi harus memiliki periode pengembalian investasi yang definitif dan singkat. Tujuan utamanya adalah memaksimalkan arus kas kembali ke korporasi. Tujuan keuangan keseluruhan untuk bisnis pada tahap menuai adalah arus kas operasi (sebelum depresiasi dan penghematan berbagai kebutuhan modal kerja).
19
2. Perspektif Pelanggan Perspektif pelanggan memfokuskan pada bagaimana organisasi memperhatikan pelanggannya agar berhasil. Menurut Kaplan dan Norton (1996), kelompok pengukuran pada perspektif pelanggan pada umumnya sama untuk semua jenis kegiatan, yaitu: (a). Pangsa Pasar, (b). Retensi Pelanggan, (c). Akuisisi Pelanggan dan (d). Kepuasan dan Profitabilitas Pelanggan. Tolak ukur kepuasan pelanggan menunjukkan apakah perusahaan memenuhi harapan pelanggan atau bahkan menyenangkannya. Tolak ukur retensi atau loyalitas pelanggan menunjukkan bagaimana baiknya perusahaan berusaha mempertahankan pelanggannya. Perusahaan yang mencari untung, garis paling bawah (Bottom Line) adalah kemampulabaan pelanggan, yakni pelanggan yang memberikan keuntungan kepada perusahaan. Mempunyai pelanggan yang puas dan setia dari pangsa pasar yang besar adalah baik, akan tetapi pencapaian tersebut tidak menjamin kemampulabaan (Tunggal 2009). Menurut Luis (2009), pada penyusunan strategi ini, kita harus menggunakan kacamata pelanggan yang menikmati produk atau jasa pelayanan kita. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana pelanggan menilai produk atau jasa dan organisasi kita. Hal-hal yang dinilai antara lain adalah atribut produk atau jasa, hubungan dengan pelanggan, tingkat kepuasan pelanggan, citra dan reputasi organisasi. Nilai-nilai tersebut dapat diukur dengan cara melakukan survei kepuasan pelanggan, baik yang dilakukan oleh organisasi kita sendiri, maupun lembaga independen. Selain itu kita juga dapat menilai tanggapan pelanggan atas organisasi dan produk kita berdasarkan hasil survei mengenai reputasi atau peringkat organisasi kita di mata masyarakat umum. Pada perspektif pelanggan terdapat dua kelompok pengukuran, yaitu customer core measurement dan customer value propositions. Pada customer core measurement, memiliki beberapa komponen pengukuran, yaitu: 1. Market share Pengukuran ini mencerminkan bagian yang dikuasai perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada, meliputi, jumlah pelanggan, jumlah penjualan dan volume unit penjualan. 2. Customer retention Mengukur tingkat dimana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan konsumen. 3. Customer acquisition Mengukur tingkat dimana suatu unit bisnis mampu menarik pelanggan baru atau memenangkan bisnis baru. 4. Customer satisfaction Menaksir tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan kriteria spesifik value proposition. 5. Customer profitability Mengukur laba bersih dari seseorang pelanggan atau segmen setelah dikurangi biaya yang khusus diperlukan untuk mendukung pelanggan tersebut. 3. Perspektif Proses Bisnis Internal Menurut Luis (2009), yang dimaksud dengan proses bisnis internal adalah serangkaian aktivitas yang ada dalam bisnis kita secara internal yang kerap disebut dengan rantai nilai (Value Chain). Pada umumnya rantai nilai terdiri dari
20
pengembangan produk baru produksi, penjualan dan marketing, distribusi (Product Delivery), layanan purna jual (After Sales Service) serta keamanan dan kesehatan lingkungan (Enviroment Safety And Health). Pada proses pengembangan produk baru, organisasi berupaya untuk menciptakan produkproduk baru yang memiliki nilai jual. Setelah produk selesai dikembangkan, organisasi memasuki tahapan selanjutnya, yaitu proses operasional penghasilan produk. Pada tahapan ini, bakal produk mengalami proses produk sampai menjadi produk jadi atau siap pakai. Pada perspektif disusun strategi yang memungkinkan proses produksi itu dapat berjalan lancar, efisien, efektif dan optimal. Setelah selesai dibuat, produk itu dijual ke pelanggan. Kategori pelanggan di sini meliputi calon pelanggan baru yang diharapkan akan membeli dan menikmati produk kita, maupun pelanggan yang telah memakai produk kita kembali di masa mendatang. Pada pengelolaan pelanggan, dilakukan manajemen hubungan pelanggan (Customer Relationship Management). Fokusnya tidak hanya menjual barang sebanyak-banyaknya, tetapi juga berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan dan memberikan nilai tambah kepada mereka. Setelah mendapatkan pelanggan yang berminat membeli produk, organisasi dapat berfokus pada proses delivery yaitu proses dimana produk yang dipesan diselesaikan dan didistribusikan kepada pelanggan. Selanjutnya, menyediakan sarana yang dapat membantu pelanggan bila produk yang dihasilkan ternyata bermasalah atau rusak. Pada tahapan terakhir merupakan tahapan yang mencakup proses kebijakan dan lingkungan. Strategi harus selaras juga dengan peraturan-peraturan yang berlaku yang bertujuan memelihara lingkungan. Penentuan sasaran strategi (SS), kita memastikan bahwa SS tersebut sesuai atau menunjang strategi yang kita tentukan dalam perspektif pelanggan. Organisasi yang telah memilih strategi operation excellence perlu menekankan SS yang berkaitan dengan value chain produksi dan distribusi. Organisasi yang memilih product leadership akan menekankan aspek value chain new product development. Pada organisasi yang memilih strategi customer intimacy perlu memperhatikan value chain selling and marketing serta after sales service. Menurut Luis (2009), terdapat 3 pendekatan (Value Proposition) dalam memberikan nilai yang baik kepada pelanggan yang berkaitan dengan produk kita. Value proposition berkaitan dengan penentuan value chain yang menjadi fokus strategis (SS) pada perspektif proses bisnis internal. Pendekatan yang bisa dilakukan adalah: a. Product leadership adalah memproduksi produk unggulan yang selalu terdepan dalam inovasi. b. Operational excellence adalah memproduksi produk yang dirancang dengan sangat ekonomis. c. Customer intimacy adalah memproduksi produk yang dibuat dengan spesial dan tidak massal (Non Mass Product) dan disesuaikan dengan keinginan pelanggan. 4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Terdapat hubungan sebab akibat antara perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dengan perspektif proses bisnis internal. Karyawan yang melakukan pekerjaan merupakan sumber ide baru yang terbaik untuk proses usaha yang lebih baik (Tunggal 2009). Pada tujuan insentif, perspektif pembelajaran dan
21
pertumbuhan memfokuskan pada kemampuan manusia. Tolak ukur kunci untuk menilai kinerja manajer adalah kepuasan karyawan, retensi karyawan dan produktivitas karyawan. Kepuasan karyawan mengakui bahwa moral karyawan adalah penting untuk memperbaiki produktivitas, mutu, kepuasan pelanggan dan ketanggapan terhadap situasi. Retensi karyawan mengakui bahwa karyawan mengembangkan modal intelektual khusus organisasi dan merupakan aktiva nonkeuangan yang bernilai bagi perusahaan. Produktivitas karyawan mengakui pentingnya keluaran per karyawan, keluaran dapat diukur dalam arti tolak ukur fisik seperti halaman yang diproduksi, atau dalam tolak ukur keuangan, seperti pendapatan per karyawan dan laba per karyawan (Tunggal 2009). Menurut Luis (2009), perspektif pembelajaran dan pertumbuhan ini berfokus pada sumber daya (khususnya sumber daya manusia) yang ada di dalam organisasi. Perspektif ini berurusan dengan pengembangan sumber daya manusia, agar masing-masing menjadi karyawan yang kompeten dan akan menghasilkan kinerja yang prima bagi organisasi. Oleh karena itu Sasaran Strategis harus merefleksikan strategi dalam pelatihan dan pengembangan karyawan. Ada tiga kategori utama yang dianalisis dan diukur dalam perspektif ini, yaitu: (a). Kompetensi karyawan, (b). Daya dukung teknologi dan (c). Budaya, motivasi dan penghargaan. Ketiga hal tersebut merupakan faktor pendorong kepuasan karyawan dalam bekerja. Itu jelas penting, karena karyawan yang terpuaskan akan dapat meningkatkan produktivitas dan tingkat retensi mereka. Keuntungan Penggunaan Balanced Scorecard Menurut Moeheriono (2009), Penggunaan sistem pengukuran kinerja pada model Balanced Scorecard yang dipakai banyak perusahaan dapat memberikan beberapa keuntungan, yaitu seperti berikut: a. Memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi organisasi. Proses perancangan manajemen kinerja dengan Balanced Scorecard diawali dengan penerjemahan strategi organisasi ke dalam sasaran strategik organisasi yang lebih operasional dan mudah dipahami. b. Mengkomunikasikan dan menghubungkan sasaran strategik dengan indikator. Indikator kinerja dikembangkan untuk mengukur pencapaian sasaran strategik organisasi. Hal ini akan menjadi alat komunikasi bagi organisasi dengan cara memberikan indikasi bagaimana kinerja dalam mencapai sasaran strategik tersebut. Kinerja yang tinggi diperlukan pada sasaran strategik apabila organisasi menginginkan tercapai dan terealisasikannya misi organisasi. c. Merencanakan, menyiapkan target dan menyesuaikan inisiatif strategik. Tahap awal dari proses manajemen adalah tahapan perencanaan dan penyiapan target kinerja terhadap setiap inisiatif strategik. Pada tahap ini, organisasi mengkuantifikasikan dari hasil yang ingin dicapai, mengidentifikasi mekanisme dan sumber daya untuk mencapai hasil dari inisiatif strategik yang direncanakan akan dilaksanakan. Indikator kinerja yang tepat dipersiapkan untuk setiap inisiatif strategik. d. Meningkatkan umpan balik untuk pengambilan keputusan strategik. Sistem pengukuran kinerja akan lebih bermanfaat apabila dapat dipakai sebagai umpan balik dan sumber informasi yang berharga guna pengambilan keputusan strategik yang lebih baik di masa mendatang. Balanced Scorecard menyediakan fungsi umpan balik karena metode penilaian kinerja dirancang
22
dengan mengaitkan indikator kinerja dengan strategi organisasi. Sistem pengukuran kinerja model Balanced Scorecard bermanfaat bagi organisasi sebagai alat penerjemahan strategi dan sekaligus sebagai alat evaluasi sehingga menyediakan informasi umpan balik bagi pengambil keputusan yang lebih baik. Menurut Luis (2009), Balanced Scorecard adalah salah satu metode perencanaan strategi (Strategic Planning). Dibandingkan dengan metode-metode lain, Balanced Scorecard memiliki kelebihan-kelebihan berikut ini: a. Balanced Scorecard dapat berfungsi sebagai alat untuk mengkomunikasikan strategi di antara para stakeholders dari sebuah organisasi, yaitu pihak manajemen, karyawan, para pemegang saham, pelanggan dan komunitas lingkungan. Jika menggunakan Balanced Scorecard, para stakeholders dapat melakukan review terhadap strategi dan pencapaiannya dengan menggunakan bahasa yang sama. b. Balanced Scorecard memungkinkan organisasi untuk memetakan semua faktor utama yang ada dalam organsasi tersebut, baik yang berbentuk benda fisik (Tangible Asset) maupun berupa benda non-fisik (Intangible Asset). Sementara konsep perencanaan strategi lain pada umumnya hanya terbatas pada hal-hal yang bersifat tangible. c. Balanced Scorecard memiliki konsep sebab-akibat. Para pelaku strategi mendapat gambaran dan menjadi jelas bahwa bila strategi yang berada dalam tanggung jawab mereka dapat tercapai dengan sukses, hal itu akan membuahkan hasil tertentu dan akan terkait dengan strategi lainnya. Sebaliknya, bila tak tercapai, hal itu pada gilirannya akan mempengaruhi pencapaian strategi lainnya. Hubungan sebab-akibat ini secara tidak langsung dapat menguatkan kerja sama dalam organisasi dan mendorong mereka untuk berada dalam satu payung yang sama dalam rangka mencapai tujuan organisasi. d. Balanced Scorecard dapat membantu proses penyusunan anggaran. Pada saat penyusunan anggaran tahunan, organisasi dapat menggunakan Balanced Scorecard sebagai tolak ukur. Berdasarkan Balanced Scorecard kita dapat mengetahui kegiatan apa saja yang harus dilakukan oleh organisasi guna mencapai targetnya, yang meliputi aktifitas sehari-hari sampai dengan proyekproyek khusus. Kemudian bagi kegiatan-kegiatan itu dapat dihitung keperluan dananya dan dimasukkan ke dalam anggaran. Kerangka Operasional Penelitian diawali dengan peninjauan Kantor Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian (BBP2TP) dan KRPL yang berada di Kabupaten Bogor, untuk memperoleh informasi mengenai pengukuran kinerja yang dilakukan selama ini. Dari informasi tersebut akan dilakukan pendesripsian sistem pengukuran kinerja berdasarkan data-data yang diperoleh. Proses pembangunan kerangka Balanced Scorecard dimulai dengan menerjemahkan visi, misi serta strategi yang telah ditetapkan ke dalam tujuan strategi (Mulyadi 2001). Informasi yang telah diperoleh kemudian dijabarkan ke dalam sasaran strategi berdasarkan ke empat perspektif Balanced Scorecard . Kemudian data-data tersebut diterjemahkan menggunakan metode Balanced
23
Scorecard melalui empat perspektif. Sasaran strategi ini berupa pernyataan kualitatif mengenai kondisi yang berusaha diwujudkan program tersebut pada masa depan. Selanjutnya adalah menentukan ukuran strategi berupa indikator hasil dari setiap strategi. Indikator hasil yang digunakan merupakan ukuran terpilih yang mencerminkan penilaian terhadap sasaran strategi tersebut. Untuk mengetahui suatu pengukuran, maka dilakukan pembobotan terhadap perspektif, sasaran strategi dan indikator hasil. Metode yang digunakan dalam pembobotan adalah paired comparison. Matode ini merupakan sebuah proses untuk mengkuantitatifkan ukuran yang bersifat kualitatif. Hasil pengukuran dianalisis dengan mempertimbangkan hasil yang dipeoleh dari pengukuran kinerja dengan metode yang biasa digunakan selama ini. Hasil analisis yang didapat akan digunakan sebagai landasan untuk memberikan sebuah rekonemdasi strategi peningkatan kinerja program atau kegiatan guna pengembangan kegiatan selanjutnya. Berdasarkan hal tersebut, kegiatan atau progam ini dapat melihat secara objektif kinerjanya dan mengambil manfaat sebesar-besarnya bagi pengembangan program selanjutnya. Kerangka operasional dapat dilihat pada Gambar 1.
24
Visi, Misi dan Tujuan Program m-KRPL
Pengukuran Kinerja yang dilakukan Program m-KRPL
Manerjemahkan Visi, Misi, Tujuan dan Strategi kedalam Sasaran Strategi di Empat Perspektif Balanced Scorecard
Perspektif Keuangan
Perspektif Pelanggan
Perspektif Proses Bisnis Internal
Sasaran Strategi
Ukuran Strategi
Sasaran Strategi
Sasaran Strategi
Bobot Pengukuran masing-masing perspektif
Perspektif Pembelajaran & Pertumbuhan Sasaran Strategi
Inisiatif Strategi
Rancangan Balanced Scorecard program
Keterangan: Ruang Lingkup penelitian :
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian evaluasi kinerja model kawasan rumah pangan lestari pada Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian melalui pendekatan balanced scorecard
25
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kantor Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian yang berada di Jalan Tentara Pelajar No. 10 Cimanggu dan Kawasan Rumah Pangan Lestari yang berada di Kabupaten dan Kota Bogor. Objek penelitian adalah Rumah Pangan Lestari. Pemilhan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive), pemilihan daerah tersebut karena merupakan daerah yang dekat dengan pusat atau informasi m-KRPL dan penduduk di Kabupaten dan Kota Bogor semakin banyak sedangkan lahan pertanian semakin sempit, sehingga diharapkan penelitian akan mendapatkan informasi kinerja m-KRPL lebih akurat dan lengkap. Pengumpulan data dilakukan selama 3 (tiga) bulan yaitu bulan April sampai dengan Juni 2014. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Menurut Umar (2005), data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, baik dari individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang dilakukan oleh peneliti. Nasution (2003) mendefinisikan wawancara sebagai suatu komunikasi verbal, jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Wawancara ini dapat dipakai untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi (Mardalis 2004). Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data melaui formulir-formulir yang berisi pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti Mardalis (2004). Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut yang diperoleh secara tidak langsung mengenai objek penelitian, seperti : artikel, tesis, dokumen gapoktan, buku yang memuat teori-teori yang relevan dengan penelitian, dan publikasi lainnya. Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi : 1. Data untuk mengavaluasi kinerja program m-KRPL selama ini, didapat melalui observasi langsung dengan bantuan kuesioner, yaitu karakteristik anggota KRPL meliputi: nama, jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan dan jenis lahan, lamanya menjadi anggota KRPL, kebutuhan akan bibit dan benih yang berada di KBD. Selain itu dilakukan juga wawancara dengan pengelola dan penanggung jawab KRPL di lokasi penelitian dan pengisian kuesioner yang dibuat oleh tim ahli BBP2TP. Data tersebut di kategorikan atau di klasterkan berdasarkan masing-masing KRPL. (Lampiran 1). 2. Data untuk mengevaluasi kinerja Program m-KRPL dengan menggunakan Balanced Scorecard. Data pengukuran kinerja Program m-KRPL ini meliputi, identifikasi strategi dan indikator hasil berdasarkan empat perspektif Balanced Scorecard dan pembobotan perspektif Balanced Scorecard.
26
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, kuesioner dan studi kepustakaan. Metode wawancara dilakukan dengan memberikan sejumlah pertanyaan kepada narasumber sesuai dengan data yang dibutuhkan. Responden dalam penelitian dipilih secara sengaja berdasarkan pertimbangan kemampuan responden dalam memberikan informasi dan data yang dibutuhkan. Responden yang dipilih berjumlah 10 orang yang berasal dari tingkat manajemen menengah di masing-masing desa/kelurahan lokasi penelitian (Desa Tegalwaru, Desa Cikarawang, Desa Bantarjati, Desa Mulyaharja, Kebon pedas dan Sempur). Dengan demikian, jumlah total responden adalah 60 orang ( Lampiran 2). Gambaran umum progran m-KRPL dalam dokumentasi dicatat kemudian dilakukan analisis dokumen atau studi literatur. Kegiatan ini juga bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dari kumpulan data sekunder yang diperoleh dari bahan pustaka, hasil penelitian terdahulu, maupun dokumendokumen dari instansi terkait. Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kualitatif menggunakan metode deskriptif evaluatif meliputi analisis terhadap aktivitas pengukuran kinerja yang dilakukan oleh program mKRPL selama ini dan hasilnya, identifikasi faktor-faktor dan pertimbangan program m-KRPL yang menjadi dasar kegiatan pengukuran kinerja itu sendiri, pendiskripsikan visi dan misi program m-KRPL berdasarkan empat perspektif pengukuran kinerja dalam Balanced Scorecard. Pendekatan kuantitatif meliputi proses pembobotan terhadap perspektif pengukuran dan indikator hasil yang telah ditetapkan dengan menggunakan metode pairid comparison . Hasil pengolah ini kemudian akan dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel. Dengan demikian, dapat diketahui tingkat prestasi progran m-KRPL dan menentukan upaya-upaya yang diperlukan guna perbaikan program KRPL selanjutnya. Analisis Visi, Misi dan Tujuan ke dalam Empat Perspektif Pengukuran Kinerja Balanced Scorecard Dalam analisis visi, misi dan tujuan kegiatan dijabarkan ke dalam masingmasing perspektif pengukuran dalam konsep Balanced Scorecard dengan menggunakan analisis kualitatif. Penjabaran dari visi, misi dan tujuan kegiatan akan menghasilkan banyak strategi untuk masing-masing perspektif pengukuran. Namun perlu ditekankan bahwa sasaran strategi yang akan digunakan dalam proses pengukuran kinerja merupakan sasaran strategi yang memiliki tingkap prioritas tinggi di antara sasaran stratgi lainnya. Hal ini bertujuan untuk memfokuskan proses pengukuran kinerja kepada sasaran-sasaran strategi utama program yang memiliki pengaruh kuat terhadap kinerja program itu snediri. Narasumber mempunyai peran yang signifikan dalam proses ini. Untuk itu dalam penelitian ini diperlukan narasumber yang memiliki pengetahuan yang lengkap. Hal ini bertujuan agar hasil analisis kuantitatif dengan konsep Balanced Scorecard yang dilakukan terhadap visi,misi dan tujuan sesuai kondisi kegiatan,
27
sekaligus dapat meminimalisisr kesalahan dalam proses pengukuran program berdasarkan konsep Balanced Scorecard. Menentukan sasaran strategi, indikator atau ukuran kinerja Sasaran strategi merupakan kondisi ideal tertentu yang ingin diraih oleh suatu kegiatan atau perusahaan yang akan datang dengan menggunakan strategistrategi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan berbagai pertimbangan yang ada. Sasaran strategi lebih bersifat spesifik dari visi dan misi suatu kegiatan. Kegiatan umumnya memiliki banyak sasaran strategi yang ingin dicapai untuk dapat mendukung orientasi bisnisnya yaitu keuntungan (laba). Namum kenyataannya tidak semua sasaran strategi dapat terealisasikan mengingat keterbatasan-keterbatasan seperti, sumberdaya baik alam dan manusia, dana, situasi-situasi yang menguntungkan yang biasa dihadapi suatu kegiatan. Dari misi di atas ditentukan sasaran strategi kegiatan, selanjutnya untuk mengukur kinerja suatu kegiatan diperlukan indikator-indikator hasil yang menjadi tolak ukur untuk mengetahui keberhasilan kegiatan m-KRPL dalam merealisasikan sasaran strategi yang ada. Oleh karena itu, peneliti bersama narasumber menentukan indikator-indikator utama yang menjadi alat untuk mengevaluasi kinerja kegiatan m-KRPL secara keseluruhan. Hal ini dapat ditempuh dengan tujuan agar proses evaluasi kinerja yang dilakukan sesuai dengan kondisi nyata kegiatan sebagai obyek peneliti, berikut ini adalah ukuran strategi berdasarkan konsep Balanced Scorecard yang berasal dari berbagai sumber, yaitu: 1. Perspektif Keuangan Penentuan strategi perspektif keuangan didahului dengan mempertimbangkan adanya tahap kebijakan kegiatan Kebijakan diterapkannya strategi pertumbuhan oleh suatu kegiatan dan dipilihnya penghematan pengeluaran rumah tangga melalui peningkatan pendapatan menjadi sasaran strategis kegiatan berkaitan dengan perspektif keuangan, maka tolak ukur untuk menilai keberhasilan kegiatan m-KRPL dalam mencapai sasaran strategisnya yaitu, penghematan pengeluaran rumah tangga dan peningkatan pendapatan dengan ukuran hasil nilai hasil yang dipanen untuk konsumsi dan jumlah penghematan perbulan. 2. Perspektif Pelanggan Perspektif pelanggan berfokus pada bagaimana program atau kegiatan memperhatikan kebutuhan anggotanya agar tercapai, adapun yang dimaksud dengan pelanggan pada program KRPL ini adalah peserta kegiatan KRPL ataupun pembeli hasil panen kegiatan KRPL. Untuk mendapatkan ukuran hasil yang tepat bagi pelanggan, sebelumnya peserta atau anggota harus sudah ditentukan. Kelompok ukuran utama dalam perspektif pelanggan terdiri dari tingkat partisipasi masyarakat meliputi jumlah anggota RPL yang terlibat, jumlah kelompok atau organisasi yang terlibat. Ukuran perspektif pelanggan selanjutnya adalah kecepatan replikasi atau penyebaran program KRPL dan kepuasan pelanggan atau anggota KRPL didapat melalui survey kepuasan pelanggan.
28
3. Perspektif Proses Bisnis Internal Untuk mendapatkan ukuran yang tepat dalam perspektif proses bisnis internal, harus diketahui terlebih dahulu mana yang paling kritikal bagi pencapaian misi program atau proses yang sangat mendukung strategi program. Dengan mengetahui setiap tahap dalam menciptakan produk dan pelayanan yang sesuai denga kebutuhan anggota, maka dapt ditentukan tema strategi yang dituju program dalam setiap prosesnya. Tolak ukur perspektif bisnis internal yang digunakan dalam menilai kinerja program KRPL ini adalah manajemen proses bisnis internal, perputaran keefektifan hasil dan ketepatan pengembangan program dengan mengetahui jumlah kerjasama atau kemitraan yang terjalin. 4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan memungkinkan program untuk menjamin adanya pembaruan kapasitas dalam jangka panjang, suatu syarat bagi kelangsungan program dimasa datang. Pada penelitian ini tolak ukur yang digunakan untuk menilai program adalah : a. Meningkatkan komitmen dan loyalitas peserta kegiatan m-KRPL meliputi tingkat keaktifan peserta kegiatan m-KRPL, kinerja atau kontinuitas kegiatan program m-KRPL; b. Dukungan pemerintah, dukungan pemerintah disini berupa kebijakan, anggaran belanja dan pendampingan kegiatan guna kelangsungan program KRPL ini. Presentase Penghematan Rumah Tangga Penghematan pengeluaran rumah tangga menjadi aspek penting dalam pengukuran kinerja program KRPL, presentase penghematan pengeluaran rumah tangga didahului dengan mencari informasi mengenai biaya pengeluaran sebelum dan sesudah mengikuti progran KRPL. Setelah diketahui biaya tersebut barulah peneliti dapat menghitung penghematan dan presentase penghematan tersebut, yaitu dengan cara biaya penghematan dibagi biaya pengeluaran sebelum mengikuti program KRP dikalikan 100 persen. Presentase penghematan rumah tangga diperlukan kerena dengan mengetahui pengematan tersebut maka hasil dari program tersebut akan diketahui apakan program KRPL bermanfaat bagi tumah tangga dan berlangsung berkelanjutan. Metode Perbandingan Berpasangan (Paired Comparison) Metode Paired Comparison dapat digunakan untuk mementukan bobot setiap indikator keempat perspektif Balanced Scorecard berdasarkan tingkat kepentingan organisasi terhadap masing-masing perspektif, sasaran-sasaran strategi dan ukuran strateginya. Caranya adalah dengan membandingkan sasaran strategis dengan sasaran lainnya dan membandingkan antara ukuran hasilnya. Langkah-langkah dalam pemberian bobot bagi masing-masing perspektif, sasaran dan ukuran hasil utamanya adalah: 1. Melakukan perbandingan antara suatu elemen (perspektif, sasaran strategi dan ukuran hasil) dengan elemen lainnya yang disajikan dalam bentuk tabulasi (Tabel 3). Perbandingan dilakukan dengan memberikan nilai pada skala 1 sampai 5. Nilai 1 berarti suatu elemen dianggap tidak penting dibandingkan dengan elemen yang menjadi perbandingannya. Nilai 2 berarti suatu elemen
29
daianggap kurang penting jika dibandingkan dengan elemen perbandingannya. Nilai 3 berarti kedua elemen memiliki tingkat kepentingan yang sama. Nilai 4 berarti suatu elemen dianggap lebih penting dibandingkan elemen perbandingannya. Sedangkan nilai 5 berarti suatu elemen sangan penting dibandingkan dengan elemen perbandingannya. Nilai yang telah dipertimbangkan, kemudian diisikan pada sel Aij. Perbandingan antara dua unsur elemen yang sama tidak diberi nilai. Untuk sasaran yang hanya memiliki satu ukuran, maka bobot dari ukuran tersebut disamakan dengan bobot dari sasarannya. 2. Memberikan nilai kebalikan dari perbandingan pada langkah satu untuk mengisi selAij, misal nilai 2 untuk kebalikan dari nilai 4. 3. Menjumlahkan masing-masing nilai unsur elemen tiap baris dan tiap kolom, kemudian menjumlahkan hasilnya. 4. Melakukan perhitungan bobot untuk masing-masing elemen dengan jumlah total nilai dikalikan 100 persen Tabel 3 Matrik perbandingan berpasangan Perspektif/Sasaran A1 A2 Strategi/Ukuran Hasil A1 A2 A3 ... Ai TOTAL
A3
...
Aj
∑
Bobot
Sumber : Kinner and Taylor 1996
Perhitungan nilai bobot dalam elemen Balanced Scorecard Bobot Ai = (∑ Ai / ∑ Aij ) x 100% Setelah memperoleh hasil pembobotan untuk masing-masing elemen, barulah dapat dilakukan kinerja dengan Balanced Scorecard. Pengukuran dilakukan dengan menghitung tingkat pencapaian ukuran hasil manajemen perusahaan selama periode yang dikaji dalam penelitian dengan target yang telah ditetepkan oleh pihak manajemen kegiatan.
GAMBARAN UMUM Sejarah m-KRPL Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak azasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan pembanguna nasional. Adapaun sasaran ketahan pangan nasional adalah (1) Mewujudkan penyediaan pangan tingkat nasional, regional dan rumah tangga yang cukup, aman dan terjangkau, (2) Meningkatkan keragaman produksi dan konsumsi pangan masyarakat, (3) Menigkatkan
30
kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah kerawanan pangan. Selanjutnya sasaran utama pembangunan pertanian adalah ketahanan/kemadirian pangan, pembangunan pertanian berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan. Salah satu upaya untuk mencapai pertanian berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan Badan Litbang Pertanian mengembangkan konsep baru diseminasi teknologi melalui Spektrum Diseminasi Multi Chennel (SDMC) dan implementasinya dalam betuk Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (m-KRPL) dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk pegembangan pangan rumah tangga merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga. Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) ini merupakan himpunan dari Rumah Pangan Lestari (RPL) yanga pada dasarnya mendoong setiap rumah tangga untuk memanfaatkan lahan pekarangan melaui pengelolan ramah lingkungan. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) dalam kedudukannya sebagai unit kerja Badan Litbang Pertanian yang memiliki tugas pokok melakukan pengkajian dan berfungsi sebagai koordinasi BPTP seluruh Indonesia memiliki peran strategis dalam penyediaan inovasi pertanian, mendukung keberhasilan capaian Program Strategis Kementerian Pertanian. Dukungan BBP2TP terhadap Program Strategis Kementerian Pertanian difokuskan pada penguatan muatan inovasi pertanian disesuaikan dengan karakteristik program. Bentuk dukungan yang dominan dilakukan adalah pengawalan/pendampingan inovasi pertanian, rekayasa kelembagaan dan percepatan arus diseminasi inovasi pertanian. Prakteknya kegiatan tersebut dilakukan secara langsung oleh BPTP di bawah koordinasi BBP2TP adapun pengambilan sempel dilakukan di beberapa Desa yaitu: 1. Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Jumlah penduduk di Kecamatan Ciampea hingga akhir tahun 2010 tercatat sebanyak 146 608 jiwa yang terdiri atas 75 527 laki-laki dan 71 081 perempuan. Kecamatan ini mempunyai luas wilayah kurang lebih 53.6 km2 dengan ketinggian sekitar 300 m di atas permukaan laut (dpl). Kontur tanah Kecamatan Ciampea berupa dataran dan perbukitan. Perbukitan di kecamatan ini mencapai 55% dari seluruh luas wilayah, dengan suhu udara sekitar 20-30oC dan curah hujan mencapai 22 hari per tahun (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Dramaga Kabupaten Bogor 2013). Peneliti mengambil sampel di desa Tegalwaru yang merupakan, desa Tegalwaru merupakan salah satu desa yang termasuk ke dalam Kecamatan Ciampea. Batas sebelah Utara Desa Tegalwaru adalah Desa Bojongrangkas. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cinangka, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cicadas dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bojongjengkol. Desa Tegalwaru masuk ke dalam kategori Inpres Desa Tertinggal dengan luas wilayah 338.843 ha Desa Tegalwaru pada tahun 2013 memiliki jumlah penduduk 12 327 jiwa.
31
2. Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Letak Desa Cikarawang hanya berjarak 10 km dari kota kecamatan dan dapat ditempuh selama 45 menit dengan kendaraan umum. Desa Cikarawang relatif lebih dekat dengan Kota Bogor dibanding Kabupaten Bogor, karena merupakan desa perbatasan dengan Kota Bogor. Secara geografis Desa Cikarawang berbatasan langsung dengan Sungai Cisadane di sebelah Utara, Sungai Ciapus di sebelah Selatan, Kelurahan Situ Gede, Bogor Barat, Kota Bogor di sebelah Timur dan Sungai Cisadane/Ciapus disebelah Barat. Desa Cikarawang memiliki ketinggian tanah sebesar 700 m dari permukaan laut, termasuk daerah bertopografi atau berdataran tinggi, dengan suhu rata-rata yaitu berkisar antara 2530 OC. Desa Cikarawang meliputi wilayah seluas 263 hektar. Sebagian besar wilayah Desa Cikarawang merupakan persawahan dan perkebunan. Areal yang berfungsi untuk persawahan meliputi lahan seluas 194.6 hektar atau lebih kurang 73 persen dari seluruh luas wilayah Desa Cikarawang, sedangkan perkebunan rakyat meliputi wilayah seluas 18.2 hektar (6.9 persen) dan perkebunan negara seluas delapan hektar (3 persen). Kawasan permukiman penduduk meliputi kawasan seluas 37.9 hektar (14.4 persen) dan 4.3 hektar (2.7 persen) sisa lahan digunakan untuk fasilitas umum lainnya misalnya kawasan perkantoran, sekolah, pemakaman dan lain-lain. 3. Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal Desa Bantarjati berada di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah +367 Ha. Penduduk Desa Bantarjati berjumlah 2 071 Kepala Keluarga yang terdiri atas 3 603 orang laki-laki dan 3 518 orang perempuan. Sebagian besar penduduk termasuk dalam kelompok usia produktif yaitu 15 – 55 tahun. Penduduk yang tergolong dalam kelompok usia produktif berjumlah ± 3 563 orang dari total jumlah penduduk.Kondisi lingkungan Desa Bantarjati merupakan daerah yang dekat dengan pabrik dan tempat penambangan batu kapur. Oleh karena letak yang berdekatan dengan daerah tambang Desa Bantarjati cenderung panas dan gersang. Akan tetapi masyarakat Desa Bantarjati rajin menanami pohon di pekarangan rumahnya atau halamannya dan di sepanjang jalan umum yang dapat menambah kesejukan suasana. 4. Desa Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan Secara geografis desa Mulyaharja kecamatan Bogor Selatan berada di kaki Gunung Salak yang udaranya masih asri dan diapit oleh dua sungai yaitu sungai Cibeureum dan sungai Cipinanggading yang merupakan batas wilayah alam, sebagai batas kelurahan Mulyaharja dengan kelurahan lain. Penduduk yang berdomisili di Kelurahan Mulyaharja sebagian besar merupakan kelompok etnis Sunda. Perilaku kehidupan masyarakat sendiri sebagian masih bersifat pedesaan tetapi tata kehidupan secara umum telah dipengaruhi oleh pola hidup modern. Penduduk Kelurahan Mulyaharja berdasarkan data terakhir (Maret 2013) adalah 13 366 jiwa yang terdiri dari 7 002 jiwa laki-laki dan 6.364 jiwa perempuan, sebuah angka yang relatif besar untuk sebuah kelurahan.
32
5. Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sereal Kelurahan Kebon Pedes adalah Kelurahan yang berada di Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor seluas 104 ha dengan jarak tempuh ke pusat Pemerintahan Kota ± 2 Km dan dari pusat memerintahan Kecamatan ± 0.5 Km dengan umlah penduduk Kelurahan Kebon Pedes sampai dengan bulan Oktober 2011 bejumlah 22 178 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 5 961 KK yang terdiri dari laki-laki 11 268 jiwa dan perempuan 10 910 jiwa yang tersebar di 13 RW dan 74 RT.Kelurahan Kebon Pedes berada pada diketinggian 250 M dengan curah hujan rata-rata 3.500 - 4.000 M dan suhu udara 36oC - 48oC. 6. Kelurahan Sempur, Kecamatan Bogor Tengah Kelurahan Sempur mempunyai luas + 60.3 Ha dengan jumlah RT sebanyak 32 RT dan jumlah RW sebanyak 7 RW. Jumlah penduduk di kelurahan ini mencapai 9 000 jiwa atau terdapat 2 327 kepala kelarga, sekitar 20 persen atau 420 kepala keluarga yang tidak mampu. Mata pencaharian anggota KRPL di 6 Desa paling banyak adalah ibu rumah tangga karena sebagian besar peminat program/kegiatan ini adalah para ibu-ibu sambil mengisi waktu luang seperti yang tercantum dalam Tabel 4. Tabel 4 Keadaan anggota KRPL berdasarkan mata pencaharian No Mata pencaharian Jumlah Persentase (%) orang 1 Bertani 8 13.5 2 Pedagang 9 15 3 PNS 5 8.4 4 Buruh 4 6.6 5 Lain-lain 34 56.5 Total 60 100 Sumber : Data Anggota KRPL Bogor 2014
Karekteristik Responden Anggota KRPL yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 orang. Responden diklasifikasikan berdasarkan usia, tingkat pendidikan dan waktu keanggotaan. Pengklasifikasian dilakukan untuk mendapatkan informasi dari anggota KRPL. Berdasarkan usia angora RPL diklasifikasikan usia 20-30 tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun dan 51-60 tahun.
33
Tabel 5 Gambaran usia anggota KRPL di 6 sampel Desa No Golongan usia Jumlah orang (tahun) 1 20-30 7 2 31-40 20 3 41-50 29 4 51-60 4 Total 60
Persentase (%) 11.8 33.6 48.6 6 100
Sumber : Data Anggota KRPL Bogor 2014
Pendidikan formal juga menjadi salah satu yang mendasari keputusan anggota KRPL dalam proses kegiatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang diharapkan anggota KRPL dapat lebih terbuka dalam menyajikan informasi sehingga program/kegiatan KRPL berjalan lancer dan lesatari. Tabel 6 Gambaran tingkat pendidikan anggota KRPL di 6 sampel Desa No Tingkat pendidikan Jumlah orang Persentase (%) 1 SD 7 11.7 2 SLTP 13 21.6 3 SLTA 34 56.6 4 D1 1 1.7 5 D2 1 1.7 6 D3 1 1.7 7 S1 3 5 Total 60 100 Sumber : Data Anggota KRPL Bogor 2014
Hampir sebagian besar anggota RPL yang tergabung dalam KRPL telah bergabung menjadi anggota KRPL lebih dari 3 tahun seperti yang dilihat pada tabel 7. Hal tersebut berpengaruh pada pengalaman dan manfaat KRPL yang dirasakan yaitu penambahan gizi keluarga dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari anggota RPL. Tabel 7 Pengalaman mengikuti kegiatan/program KRPL di 6 sampel Desa No Masa Keanggotaan Jumlah orang Persentase (%) (tahun) 1 2 3 5 2 2.5 1 1.6 3 3 18 30 4 3.5 1 1.7 5 4 37 61.7 Total 60 100 Sumber : Data Anggota KRPL Bogor 2014
34
Visi dan Misi m-KRPL Suatu kegiatan harus memiliki arah yang jelas dalam menjalankan kegiatannya untuk memudahkan pengukuran hasilnya. Secara umum visi merupakan cerminan filosofi mengenai bagaimana seharusnya masa depan suatu kegiatan. Misi mencerminkan hasil akhir yang dicari suatu kegiatan melalui eksistensi dan operasinya dalam jangka waktu tertentu. Visi dan misi kegiatan mKRPL sebagai berikut: Visi: “ Berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial dalam memenuhi pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang sejahtera, serta terwujudnya diversifikasi pangan dan konservasi tambahan pangan lokal“. Misi: (1). Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta masyarakat melalui optimalisasi pemanfatan pekarangan secara lestari, (2). Meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekaran di perkotaan maupun pedesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan toga serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos, (3). Mengembangkan sumber bibit/benih untuk menjaga keberlajutan pemanfaatan pekarangan dan melakukan konservasi tanaman lokal untuk masa depan, (4). Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri. Aspek Sumberdaya Manusia Program m-KRPL merupakan program Badan Litbang Pertanian dengan Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) sebagai Penanggung Jawab kegiatan secara keseluruhan. Pada setiap provinsi, sebanyak 33 provinsi ditunjuk masing-masing penanggung jawab yang mengkordinasikan kegiatan m-KRPL di masing-masing provinsi. Dalam implementasinya, Sumber Daya Manusia pada pengelolaan m-KRPL melibatkan berbagai pihak, dari mulai BPTP, Penyuluhan Dinas Pertanian, Swasta, Kelompok (wanita) Tani, sampai dengan industri pengolahan.
35
Tabel 8 Kemitraan para pihak terkait dalam tahap pengembangan KRPL Tahap Penumbuhan dan Pengembangan
Pertumbuhan Model KRPL (m-KRPL) Replikasi (pengembangan KRPL) Pengembangan Usaha Keberlanjutan Usaha
BPTP
Keterlibatan Para Pihak Penyuluh BKP & Swasta/ Rumah Dinas pedagang Tangga Pertanian dan Kelompok Pengelola KRPL
Indusstri Pengolah
XXXX
XXXX
XX
X
XXXX
XX
XX
XXXX
XXXX
XXX
XXXX
XXX
X
XX
XX
XXXX
XXXX
XXX
-
X
X
XXX
XXXX
XXXX
Keterangan: X = menunjukka tinggak keterlibatan, semakin banyak jumlah X diharapkan semakin besar tingkat keterlibatannya. Sumber : Pedoman Umum Model Kawasan Rumah Pangan Lesatari 2011
Rumahtangga-rumahtangga sebagai pengelola/peserta RPL di unit terkecil pada umumnya memiliki karakteristik pendidikan, umur, dan pekerjaan yang berbeda-beda. Mayoritas rumahtangga pengelola RPL adalah wanita (ibu-ibu). Rentang pendidikan, umur, dan pekerjaannya beragam bergantung daerah mKRPL masing-masing.
Struktur Organisasi Struktur organisasi m-KRPL mengacu pada Surat Keputusan Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian tentang keanggotaan tim m-KRPL. Untuk selanjutnya setiap BPTP atau provinsi memiliki susunan tim masing-masing berdasarkan SK yang dibuat oleh Kepala BPTP. Susunan Organisasi m-KRPL dapat dilihat pada gambar 2. Penanggung Jawab m-KRPL di pusat (BBP2TP) bertanggung jawab terhadap keseluruhan kegiatan ini. Penanggung jawab di BBP2TP dibantu oleh anggota tim untuk mengkoordinasikan kegiatan. Setiap anggota tim dibagi berdasarkan pulau, yaitu Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi dan Pulau Bali, NTT, NTB, dan Papua. Setiap penanggung jawab pulau bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan m-KRPL diwilayahnya masing-masing. Pada tingkat BPTP, penanggung jawab BPTP bertanggung jawab terhadap kegiatan m-KRPL di Provinsinya masing-masing. Penanggung jawab BPTP dibantu oleh anggota timnya masing-masing untuk melaksanakan kegiatan ini. Di setiap BPTP dibuat LO (Lesson Officer) di masing-masing kota/kabupaten setiap provinsi. LO ini yang bertanggung jawab dalam hal implementasi m-KRPL di tingkat kabupaten/kota.
36
Pada setiap Kabupaten/Kota dibangun 2 unit/kawasan m-KRPL. Setiap kawasan terdiri dari sekitar 25-30 rumah tangga/RPL (Rumah Pangan Lestari). Kawasan m-KRPL dilengkapi dengan Kebun Bibit Desa (KBD). KBD memegang peranan penting dalam keberlanjutan program m-KRPL. KBD dikelola oleh pengurus yang telah ditunjuk dan beranggotakan RPL-RPL. Di setiap kawasan biasanya terdapat Local Champion yang menggerakkan kegiatan tersebut. Local Champion dapat berasal dari aparat desa, tokoh masyarakat, maupun tokoh agama setempat. Untuk mengkoordinasikan kegiatan ini di setiap kawasan biasanya diadakan pertemuan rutin pengurus dan anggota. Anggota RPL-RPL ini yang sebenarnya penggerak teknis kegiatan m-KRPL. RPL-RPL yang terdiri dari rumahtang-runahtangga mengelola m-KRPL di pekarangan rumahnya beserta seluruh anggota keluarganya. Setiap daerah memiliki kekhasan masing-masing dalam hal pengelolaan m-KRPL oleh masing-masing rumah tangga. Daerah perkotaan cenderung dikelola oleh para ibu-ibu (wanita), sedangkan di daerah perdesaaan peran anggota kelurga, baik bapak, ibu dan anak lebih tampak.
37 Penanggungjawab Pusat (BBP2TP)
Penanggungjawab Harian
Tim Koord inasi Pulau Sumat era
Tim Koord inasi pulau Jawa
Tim Koord inasi Pulau Kalim atan
Tim Koord inasi Pulau Sulaw esi
Tim Koord inasi Pulau Bali
Tim Koord inasi Pulau NTB
Tim Koord inasi Pulau NTT
Tim Koord inasi Pulau Papua
PJ. Propi nsi
PJ. Propi nsi
PJ. Propi nsi
PJ. Propi nsi
PJ. Propi nsi
PJ. Propi nsi
PJ. Propi nsi
PJ. Propi nsi
LO
LO
LO
LO
LO
LO
Kawa san RPL
Kawa san RPL
Kawa san RPL
Kawa san RPL
Kawa san RPL
Kawa san RPL
Kawa san RPL
Kawa san RPL
RPL
RPL
RPL
RPL
RPL
RPL
RPL
RPL
LO
LO
Gambar 2 Struktur Organisasi kegiatan m-KRPL 2014 Sumber: Laporan Pertanggungjawaban Operasionan Kegiatan m-KRPL 2013
HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi dan Implementasi m-KRPL Hasil penelitian menunjukkan bahwa di setiap desa kinerja KRPL menunjukkan hasil yang baik, terlihat dari hasil klustering yang menunjukkan total nilai di atas 251 yang berarti KRPL tersebut tergolong cluster hijau. Hijau menandakan bahwa kinerja KRPL di lokasi tersebut sudah baik dari infrstruktur mudah diaskes, KBD telah mandiri, jumlah RPL terus bertambah, telah mengintegrasi tanaman-ternak-ikan, kelambagaan pengelolaan hasil dan pasar telah berjalan. KRPL telah memberikan dampak yang positif pula bagi
38
penghematan pengeluaran rumah tangga dan peningkatan pendapatan rumah tangga, evaluasi dan implementasi program KRPL di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 9. Tahapan pelaksanaan kegiatan KRPL di setiap lokasi penelitian berbedabeda disesuaikan dengan karakteristik desa yang bersangkutan. Urutan tahapan pelaksanaan kegiatan KRPL dijabarkan di bawah ini. A. Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea 1) Sosialisasi dan Koordinasi Sosialisasi kegiatan M-KRPL dilaksanakan setelah dilakukan koordinasi dengan Kepala Camat Ciampea, Kepala Desa Tegalwaru dan Ketua RW/RT terkait pengembangan lokasi kegiatan m-KRPL. Selanjutnya dilaksanakan koordinasi dan sekaligus sosialisasi yang dihadiri oleh Kepala Desa, para ketua RW/RT dan ibu-ibu PPK desa Tegalwaru. Berdasarkan kesepakatan dari koordinasi tersebut maka diputuskan Komplek Kramat Permai sebagai lokasi mKRPL. Sosialisasi kegiatan mendapatkan kesepakatan tentang penempatan Kebun Bibit Desa yang akan mensuplay kebutuhan bibit bagi seluruh warga. Lokasi Kebun Bibit Desa berada di lahan Yayasan Al-Barkah Kramat Permai. 2) Identifikasi Rumah Tangga Kegiatan identifikasi rumah tangga dan kelompok bertujuan untuk mengidentifikasi stratifikasi rumah tangga atau pengelompkan tipe lahan rumah tangga kepada: a). Kelompok lahan pekarangan sempit ( tanpa halaman), b). pekarangan sempit ( <120 m2 ), c). Pekarangan sedang (120-400 m2 ) dan d). Pekarangan luas (> 400 m2). Kegiatan dilaksanakan melaui wawancara dan pengisan kuesioner rumah tangga. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa, dilokasi kegiatan terdapat variasi lahan pekarangan yang berada di depan, samping dan belakang rumah. Namun demikian sebagian besar tergolong tipe lahan pekerangan sempit (tanpa halaman) dan tipe pekarangan sempit (< 120 m2). Komoditas buah-buahan yang sudah ditanam antara lain mangga, jambu, pepaya dan lain-lain. Sebagian besar pekarangan ditanami dengan tanaman hias diantara euphorbia, anthurium, adenium dan lain-lain. Tanaman sayuran (cabe, bayam, kangkung dan lain-lain) dan tanaman obat (jahe, sere, dan lain-lain) juga sudah ditanam dibeberapa pekarangan. 3) Pembentukan Kelompok Untuk medukung pengembangan kegiatan m-KRPL di lokasi kegiatan, maka perlu dibentuk suatu kelembagaan yang terpadu. Tahap awal adalah pembentukan kelompok sebagai dasar untuk penumbuhan kegiatan agribisnis. Terdapat 3 (tiga) RT yang terlibat langsung dalam kegiatan m-KRPL di Komplek Kramat Permai. Tahap kegiatan selanjutnya setelah pembentukan kelembagaan adalah penguatan kelembagaan kelompok. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan kelompok dalam memperoleh dan mafaat informasi serta dapat bekerjasama dalam pelaksanaan m-KRPL.Kegiatan peningkatan sumberdaya manusia yang telah dilaksanakan adalah berupa pelatihan dan menghadiri kegiatan Pentas Hortikultura.
39
4) Pelatihan Kegiatan pelatihan dilaksanakan di Yayasan Al-Barkah Kramat Permai, Komplek Kramat Permai. Kegiatan pelatihan yang dilaksanakan adalah pelatihan persiapan media tanam (tanah dan pupuk), penyemaian binih/bibit sayuran di tray/rak vertikultur/pot polibag/dan bedengan, cara trasplanting serta pemeliharaan tanaman dengan narasumber Tim Penyuluh/peneliti BBP2TP dan dihadiri oleh warga Komplek Kramat Permai. 5) Kebun Bibit Desa (KBD) Kebun Bibit Desa di Komplek Kramat Permai telah dibangun dan telah menghasilkan bibit berbagai macam sayuran, diantaranya : sawi, kangkung, cabe, tomat,terong, selada. Setiap bulan anggota RPL secara rutin mengumpulkan iuran sukarela untuk pelaksanaan kegiatan Kebun Bibit Desa. B. Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga 1) Koordinasi Koordinasi dengan instansi terkait dan survey unuk menentuka lokasi KRPL. Koordinasi dilakukan dengan Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi m-KRPL bersama-sam dengan Dinas Ketahanan Pangan Daerah Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. Lokasi KRPL merupakan lokasi kegiatan P2KP ( Program Peningkatan Kemandirian Pangan) dan kegiatan Desa Mandiri Pangan. 2) Sosialisasi Untuk mempercepat informasi Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) kepada masyarakat maka dilakukan sosialisasi kegiatan di desa Cikarawang dengan mengundang ibi-ibu KWT (Kelompok Wanita Tani) sebanyak 10-20 orang. Materi yang disampaikan tentang bentuk, tujuan dan manfaat pekarangan rumah bagi masyarakat. Diharapkan melaui sosialisasi ini masyarakat, khususnya ibu-ibu merespon kegiatan KRPL. Pada saat sosialisasi dihadiri penyuluh dari Kecamatan Dramaga. 3) Pelatihan Kegiatan pelatihan dilaksanakan di desa Cikarawang. Materi kegiatan pelatihan antara lain penyediaan media tanam (perbandingan campuran tanah dan pupuk kandang), penyemaian bibit sayuran di tray/rak verikultur/pot polybag, cara transplanting, cara pemeliharaan tanaman (penyiraman dan penggantian tanaman yang mati/panen). Narasumber pada pelatihan dari Tim BBP2TP, BPTP dan Penyuluh/THL dan Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. Pada saat pelatihan anggota KRPL menyediakan sendiri tanah untuk media tanam sedangkan Tim BBP2TP menyediakan pupuk organik. Setelah anggota KRPL paham membuat media tanam dilanjutkan dengan mengisi wadah rak vertikultur dan melakukan penanaman sayuran kangkung dan bayam. 4) Pengawalan Teknologi dan Pendampingan Kegiatan ini merupakan pembinaan yang dilakukan oleh peneliti dan teknisi lapangan dari BBP2TP, BPTP Jawa Barat, kepada kelompok sasaran tentang
40
penerapan m-KRPL. Pengawasan dan pendampingan ini dilakukan mulai dari persiapan sampai diterapkannya m-KRPL oleh rumah tangga kooperator, juga agar percontohan ini sebagai media percepatan diseminasi sehingga m-KRPL dapat berkembang meluas secara cepat. Pendampingan juga dilakukan oleh Penyuluh dari Dinas Kabupaten Bogor yang mempunyai wilayah binaan di Desa Cikarawang Kabupaten Bogor. 5) Kebun Bibit Desa Untuk penyediaan bibit tanaman bagi anggota KRP telah dibuat Kebun Bibit Kelompok masing-masing di Desa Cikarawang. Bibit tanaman yang dikembangkan di kebun bibit kelompok adalah sayuran : sawi, terong, bibit tanaman sayuran disemai di tray dan diperbanyak pada polybag dan ditanam juga pada rak vertikultur. Khusus di KBD di desa Cikarawang, selain tray, polybag dan rak vertikultur, bibit sayuran juga ditanam pada lahan KBD seluas 100 m2. Biaya penanaman sayuran pertisipatif pengelola KBD dimana BBP2TP dan BPTP Jawa Barat menyediakan bibit dan pukan. C. Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal 1) Koordinasi Kegiatan dengan Dinas Kegiatan KRPL di Kecamatan Klapanunggal Desa Bantarjati diawali melalui pelaksanaan koordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Bogor yang dilaksanakan di Desa Bantarjati. Dalam pertemuan tersebut didapatkan informasi bahwa implentasi kegiatan KRPL yang dilakukan oleh BBP2TP dan BPTP Jawa Barat, pada dasarnya hampir sama dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian yaitu pemanfaatan lahan pekarangan yang melibatkan pertisipasi masyarakat (anggota KRPL). Atas dasar hal tersebut, maka kemudian kegiatan KRPL akan disirgiskan dengan kegiatan Dinas Pertanian. 2) Suvey Lokasi Ada beberapa faktor yang ditetapkan dalam pemilihan lokasi kegiatan yaitu kemudahan lokasi, respon/partisipasi masyarakat, dukungan aparat setempat dan kemungkinan keberhasilan/keberlanjutan kegiatan. Berdasarkan hal tersebut, maka ditentukan Desa Bantarjati Kecamatan Klapanunggal sebagai lokasi kegiatan KRPL. 3) Sosialisasi Kegiatan Sosialisasi kegiatan KRPL Desa Bantarjati diikuti oleh anggota KWT (20 orang) dan anggota masyarakat sekitarnya (21 orang). Dalam pertemuan tersebut dibahas mengenai kegiatan KRPL, pola pelaksanaanya, target sasarannya dan kegiatan partisipasi masyarakatnya. Berdasarkan pengamatan, terlihat bahwa baik anggota KWT maupun anggota masyarakat lainnya merespon dengan baik kegiatan ini. Hal positif lain yang menambah optimis akan keberlanjutan kegiatan ini yaitu dukungan penuh Kepala Desa terhadap masyarakatnya untuk memulai kegiatan ini. Jenis-jenis tanaman yang sudah ditanam atau dikembangkan di lahan pekarangan masyarakat antara lain tanaman hias (3.6 persen), tanaman obat (23.4 persen), sayuran (37.7 persen) dan buah-buahan (35.3 persen).
41
4) Kebun Bibit Desa KBD yang telah dilengkapi dengan beberapa alat pendukung seperti sprayer, ember, gayung, selang, drum, vertikultur dan polybag. Benih yang sudah diberikan meliputi cabe, terong, kangkung, tomat, bayam, mentimun, kacang panjang dan lain-lain. Selanjutnya, diharapkan KBD difungsikan sebagi penyedia atau penyuplai bibit kepada anggota masyarakat. D. Kecamatan Bogor Selatan, Desa Mulyaharja 1) Pelaksanaan Survey Kegiatan yang dilaksankan terkait dengan survei identifikasi dan karakteristik wilayah Kelurahan Mulyaharja Kecamatan Bogor Selatan mengacu pada beberapa kriteria yaitu : (1) Adanya Kelompok Wanita Tani (KWT) yang memiliki respon cukup tingg terkait dengan kegiata, (2) Lokasi strategis, (3) Sinergis kegiatan pemerintah terkait dan (4) target minimal 35 KK. Berdasarkan kriteria tersebut, lokasi yang ideal untuk pendampingan kegiatan di Kecamatan Bogor Selatan adalah Desa Mulyaharja. 2) Sosialisasi Kegiatan Sosialisasi dihadiri oleh perwakilan pemerintah desa Mulyaharja, perwakilan rukun warga setempat, perwakilan BPP setempat, Penyuluh Pertanian, THL pendamping KRPL, tim KRPL BBP2TP dan BPTP Jawa Barat. Beberapa hal disampaikan terkait dengan kegiatan m-KRPL antara lain : (1) m-KRPL merupakan suatu konsep model rumah pangan yang dibangun dalam satu kawasan (dusun, desa, kecamatan) dengan prinsip pemanfaatan pekarang yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan melalui partisipasi masyarakat, (2) Tujuan dari pelaksanaan m-KRPL anatara lain (a) Meningkatkan ketrampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun pedesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat, (b) Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara lestari dalam satu kawasan. 3) Kebun Bibit Desa Lokasi untuk kebun bibit desa adalah lokasi yang sebelumnya telah disepakati, yaitu lahan kosong yang berada di seberang rumah ketua kelompok. Adapun ukuran KBD dengan luasan 4 x 6 m dan terbuat dari bambu dan paranet. Beberapa hal yang dilaksanakan dalam pemabngunan KBD berupa: (1) pemasangan paranet, (2) pemasangan rak untuk tempat persemaian dan (3) pembuatan saung untuk tempat pembuatan pupuk organik. Selain itu dilaksanakan pula pembuatan rak vertikultur. 4) Penguatan kelembagaan Kelompok Wanita Tani (KWT) Dilihat dari pemeringkatannya kelompok, KWT desa Mulyaharja kedalam kelompok pemula karena kepangurusan KWT yang terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara. Pelaksanaan pendampingan kelembagaan dilakukan oleh tim mKRPL BBP2TP dan BPTP Jawa Barat bekerjasama dengan penyuluh pendamping.
42
E. Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sereal 1) Koordinasi Koordinasi kegiatan dilaksanakan dengan Dinas Petanian Kota Bogor. Hasil diskusi terdapat beberapa nama calon lokasi kegiatan yang sesuai dengan kegiatan m-KRPL, yaitu pemanfaatan lahan pekarangan yang melibatkan partisipasi masyarakat khususnya ibu rumah tangga. Kelurahan Kebon Pedes merupakan binaan Dinas Pertanian Kota Bogor dalam bidang biofarma. 2) Survey Lokasi Kegiatan survey dilaksanakan dengan mengikuti persyaratan yang telah ditetapkan. Kriteria penetapan lokasi adalah aksesilitas yang baik, respon/partisipasi masyarakat, dukungan aparat setempat dan kemungkinan keberhasilan/keberlanjutan kegiatan. Berdasarkan kriteria tersebut ditentukan rencana lokasi kegiatan adalah Keluarahan Kebon Pedes. 3) Sosialisasi Sosialisasi kegiatan m-KRPL diikuti oleh warga RW, Sekretaris RW, Ketua Posyandu, Ketua RT Keluaran Kebon Pedes. Sosialisasi membahas latar belakang, tujuan dan strategi dalam pelaksanaan secara rencan kegiatan m-KRPL yang akan dilaksanakan di Keluarahan Kebon Pedes. 4) Pelatihan Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan warga Kelurahan Kebon Pedes, maka dilaksanakan pemebelajaran dan pelatihan. Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh Tim m-KRPL BBP2TP dan BPTP Jawa Barat dengan materi bimbingan budidaya tanaman secara vertikultur. Pelatihan juga dilaksanakan oleh SIKIB melalui mobil Indonesia Hijau dengan materi pembuatan kompos. 5) Kebun Bibit Desa (KBD) Fasilitas yang ada di KBD adalah benih cabe, tomat, caisim,timun, terung, kangkung, bayam, selada oyong, pare, kacang panjang. KBD juga dilengkapi dengan beberapa alat pendukung seperti sprayer, emrat, selang, drum, polybag dan vertikultur. Seiring dengan waktu KBD kemudian diperluas dan diperbesar, sehingga kegiatan KBD tidak hanya menyiapkan bibit tanaman tapi juga sebagai kebun produksi (kebun budidaya). F. Kelurahan Sempur, Kecamatan Bogor Tengah 1) Sosialisasi Kegiatan m-KRPL Dalam hali ini, Dinas yang terkait untuk mentukan lokasi adalah Kantor Ketahana Panagan Kota Bogor. Agar kegiatan ini bisa bersinergi dengan kegiatan Dinas terkait maka lokasi m-KRPL ini berhimpitan dengan lokasi dari Kantor Ketahan Pangan. Setelah ditetapkan lokasi m-KRPL tahapan selanjutnya adalah melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat di Kelurahan Sempur mengenai pelaksanan kegiatan m-KRPL. 2) Kodisi Pekarangan m-KRPL Bahkan saat ini dri 250 KK yang menjadi taeget sekarang terus bertambah rumah-rumah yang menanami pakarangannya dengan tanaman sayuran,dan ini
43
merupakan inisiatif dari ibu-ibu tersebut karena mereka sudah mulai tertarik kerena melihat manfaat dari pemanfaatan pekarangan. 3) Kondisi Perkembangan Kebun Bibit Desa (KBD) Untuk keberlanjutan kegiatan m-KRPL ini tentunya harus memiliki Kebun Bibit Desa yang berfungsi mensuplai bibit yang dibutuhkan oleh kooperator. Letak KBD ini sangat strategis kerane berada di pinggir jalan lalu lintas masyarakat menuju kampung lain dan berada tepat di depan lapangan yang biasa digunakan masyarakat untuk aktifitas. Didalam areal KBD dipasang temapt persemaian dan pembibitan dengan menggunakan paranet yang berukuran 2 x 6 metar dengn tinggi 3 meter. Sedangkan bibit yang sudah siap dipindah ke polybag besar cabe, caisim, kangkung, bayam. Di areal KBD juga ada kolam ikan berukuran 2 x 1 meter yang diisi dengan ikan lele.
44
44
Tabel 9 Implementasi dan evaluasi program KRPL No
Sawi, kangkung, bayam, oyong, paria, mentimun, tomat, kacang panjang, terong, seledri, cabe, mangga, jambu air, jambu biji, durian, sawo, sukun, srikaya, temulawak, jahe, kumis kucing, kencur, kunyit, sirih, lidah buaya, daun pandan. Kangkung, sawi, bayam, cabe, terong, ubi jalar, seledri, tomat, mentimun, pisang, pepaya, bengkuang
vertikultur, tabulapot, polybag, bedengan
Ciampea
Tegalwaru
Hijau
2
Dramaga
Cikarawang
Hijau
50
3
Klapanunggal
Bantarjati
Hijau
100
Tomat, cabe, sawi, terong, kangkung, vertikultur, bayam, seledri, tanaman obat dan polybag, bedengan buah-buahan.
4
Bogor Selatan
Mulyaharja
Hijau
105
5
Tanah Sareal
Kebon Pedes
Hijau
35
Tomat, cabe, terong ungu, kangkung, caisim, tanaman buah dan tanaman obat/rempah. Selada, kangkung, bayam, seledri, caisin, cabe, tomat terong, kacang panjang, tanaman obat dan ternak (ayam dan itik).
Sempur
Kluster
Pola Penataan
1
Bogor Tengah
Kelurahan
Komoditas yang diusahakan
Jumlah kooperator (RPL) yang terlibat (2013) 157
6
Kecamatan
Hijau
Sumber : Data Anggota KRPL Bogor 2014
150
vertikultur, polybag, bedengan, pot.
vertikultur, polybag vertikultur, polybag, bedengan
pot,
Cabe rawit, tomat, caisin, daun Vertikultur, bawang, kangkung, terong, seledri, polybag, bedengan belimbing, mangga, jeruk nipis, jeruk sambal.
45
Pengukuran Kinerja Kegiatan m-KRPL Pengukuran Kinerja Kegiatan m-KRPL Kegiatan m-KRPL dalam menentukan rencana kerja operasional kegiatannya berdasarkan visi, misi dan tujuan kegaitan yang dituangkan dalam Rencana Kerja Anggaran Pendapatan dan Biaya Tahunan. Rencana ini menjadi arah dan pedoman jalannya kegiatan pada tahun tersebut. Rencana kerja tersebut akan menjadi acuan dalam mengevaluasi jalannya kegiatan. Realisasi atau pencapaian rencana kerja bulanan/tahunan ini akan digunakan oleh pihak manajemen sebagai dasar evaluasi kinerja. Berbagai tolak ukur yang dipilih dalam perancangan Balanced Scorecard kegiatan m-KRPL disetiap perspektif diuraikan sebagai berikut: Perspektif Keuangan Peningkatan hasil panen pada kegiatan KRPL di 6 kecamatan di Bogor dapat dilihat pada jumlah penjualan sayuran yang dihasil oleh anggota RPL tersebut. Hasil panen yang didapat pada anggota kegiatan KRPL ini sangatlah signifikan karena dalam kurun waktu satu periode tanam menghasilkan panen yang terus menerus bertambah. Aspek penjualan menjadi indikator yang meliputi volume penjualan (sales volume) dalam sekali panen adalah angka penjualan yang dicapai dalam per siklus tanam, yakni 5 bulan. Berdasarkan perspektif kuangan kegiatan m-KRPL memberikan dampak berupa penghematan belanja rumah tangga dari hasil pekarangan per musim tanam, seperti tersaji pada Tabel 10. Tabel 10 Penghematan pengeluaran rumah tangga dari hasil pekarangan yang dikonsumsi Kelompok Wanita Tani Bogor, periode desember 2013 sampai dengan juni 2014. No. 1
Nama Kecamatan Ciampea
Jenis sayuran yang diusahakan
Selada, caisin, kangkung, bayam, seledri,tomat, cabai,terung 2 Dramaga Selada, caisin, kangkung, bayam, seledri,tomat, cabai,terung, mentimun, ubi jalar, pisang, pepaya, bengkuang 3 Klapanungga Selada, caisin, kangkung, bayam, seledri,tomat, cabai,terung, jambu air,pepaya 4 Bogor Selatan Selada, caisin, kangkung, bayam, seledri,tomat, cabai,terung 5 Tanah Sereal Selada, caisin, kangkung, bayam, seledri,tomat, cabai,terung, pepaya,pisang 6 Bogor Tengah Selada, caisin, kangkung, bayam, seledri,tomat, cabai,terung Sumber : Data Anggota KRPL Bogor 2014
Penghematan ( Rp/bulan/orang)
120 000,105 000,300 000,150 000,210 000,180 000,-
Kebijakan diterapkannya strategi keuangan oleh suatu kegiatan dan dipilihnya penghematan pengeluaran rumah tangga melalui peningkatan pendapatan menjadi sasaran strategis kegiatan berkaitan dengan perspektif keuangan, maka tolak ukur untuk menilai keberhasilan kegiatan m-KRPL dalam mencapai sasaran strategisnya yaitu:
46
1. Penghematan Pengeluaran Rumah Tangga Munculnya ide KRPL dirasakan sebagai breakthrough program- program ketahanan dan diversifikasi pangan. KRPL bukan sekedar penemuan tapi juga penghasilan. Ini dapat dilihat dari hanya bertanam di pot atau vertikultur lahan disempit dapat mengurangi pengeluaran untuk belanja sayuran, itulah uniknya KRPL. Ternyata dengan KRPL pos belanja/pengeluaran ibu rumah tangga untuk beli sayuran berkurang. Tentunya berkurangnya pengeluaran, akan menambah surplus atau keuntungan: (a) Nilai hasil KRPL yang dipanen untuk konsumsi. Salah satu indikator sederhana yang menjadi patokan dalam keberhasilan kegiatan m-KRPL adalah sejauh mana produk yang dihasilkan pada lahan pekarangan peserta mampu menekan pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga, karena produk yang mereka hasilkan dapat dikonsumsi sendiri sebagai manfaat langsung untuk produk yang sama yang harus mereka beli sebelum kegiatan di lahan pekarangan terlaksana. Mengingat skala usaha yang terbatas dari luasan sempit dan pengembangan pada masing-masing rumah tangga secara mandiri belum terlaksana, maka volume dan nilai hasil juga rendah, dan (b) Jumlah penghematan per bulan Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu-ibu perseta KRPL di Bogor, setiap harinya mereka belanja dipasar dengan 1 ikat sawi Rp 5 000,- kemudian ditambah 5 butir tomat seharga Rp 2 000,-. Jika kedua kebutuhan sehari-hari ini dipenuhi disekitar pekarangan minimal 25 hari saja maka penghematan akan diperoleh sebesar Rp 250 000,- per bulan. Meskipun penghematan yang diperoleh tidak terlalu besar untuk ukuran daerah Bogor tetapi bagi masyarakat petani kecil, hal tersebut sangatlah berarti. Apalagi jika terjadi lonjakan harga cabe dan tomat seperti pada saat tahun 2013 kemarin, keuntungan yang diperoleh tentunya akan lebih besar lagi. Belum lagi intagible advantage lainnya, seperti pekarangan jadi hijau, mata yang melihat pun juga akan ikut hijau. Suatu hal yang cukup menarik secara psikologis ialah terdapat rasa senang ibu-ibu peserta kegiatan m-KRPL dalam mengamati keberadaan dan pertumbuhan tanaman di pekarangan, sehingga mereka cenderung menunda waktu panen, dan bahkan tidak bersedia menjualhasil panen secara langsung ke pedagang pengepul atau pedagang keliling yang juga berdomisili di daerah setempat. Variasi yang besar antar rumah tangga karena jenis sayuran dan taksiran harga yang sesuai dengan harga yang berlaku pada saat panen. Program KRPL memberikan dampak yang positif bagi peningkatan pendapatan dan penghematan belanja rumahtangga. Hasil survey yang dilakukan terhadap 60 responden menunjukkan terjadi peningkatan persentase penghematan pengeluaran rumahtangga sebesar rata-rata 39.21% (lihat Tabel 11).
47
Tabel 11 Presentase penghematan pengeluaran kebutuhan rumah tangga No
Kecamatan
Biaya untuk sayuran /bulan (Rp) Sebelum KRPL
1 2 3 4 5 6
Ciampea Dramaga Klapanunggal Bogor Selatan Tanah Sereal Bogor Tengah
Sesudah KRPL
240 000 205 000 400 000 240 000 305 000 315 000
Jumlah Rata – rata Sumber: Laporan Kegiatan m-KRPL Tahun 2013-2014
120 000 105 000 300 000 150 000 210 000 180 000
Penghematan /bulan (Rp)
Persentase Penghematan (%)
120 000 100 000 100 000 90 000 95 000 135 000
50.00 48.80 25.00 37.50 31.15 42.85 235.30 39.21
2. Peningkatan Pendapatan Peran Kelompok Wanita Tani pada kegiatan m-KRPL dapat mambantu pendapatan rumah tangga, ini bisa dilihat dari penjualan hasil panen sayuran yang terjual dengan rata-rata pendapatan dari hasil KRPL adalah sebesar Rp 208 850. Pendapatan tertinggi sebesar Rp 345 200,-, yaitu pada Kecamatan Bogor Selatan Desa Mulyaharja. Sedangkan terendah sebesar Rp 127 100,- di Kecamatan Dramaga Desa Cikarawang. Besarnya jumlah pendapatan yang diperoleh tergantung pada beberapa faktor, diantaranya adalah : jumlah luasan lahan pekarangan yang dimanfaatkan, kesungguhan dalam pemeliharaan dan aspek teknis lainnya seperti ketersediaan air, media tanam, bibit/benih, serta hama dan penyakit. (lihat Tabel 12)
48
Tabel 12 Nilai penjualan sayuran yang tidak dikonsumsi di KWT pada 6 (Enam) Kecamatan Di Bogor 1 (Satu) Siklus Tanam ( Januari-Mei 2014) No.
Kecamatan
Uraian
Jumlah
Satuan
1
Ciampea
Kangkung Caisin Seledri Bayam Terung Cabe Kacang Panjang Sawi
8 6 5 8 5 5 6
Ikat Ikat Ikat Ikat Kg Kg Kg
1 200 1 300 1 600 1 000 2 500 12 000 4 500
9 600 7 800 8 000 8 000 12 500 60 000 27 000
8
Kg
3 000
24 000 156 900
2
Jumlah Dramaga
Terung Kangkung Bayam Tomat Kacang Panjang Selada Cabe
5 6 8 4 7
Kg Ikat Ikat Kg Kg
1 000 1 100 1 000 3 500 4 000
5 000 6 600 8 000 14 000 28 000
7 5
Ikat Kg
1 500 11 000
10 500 55 000 127 100
Bayam Tomat Kangkung Caisim Kol Cabe Kacang Panjang
7 5 8 8 12 5 7
Ikat Kg Ikat Ikat Kg Kg Kg
1 200 4 000 1 000 1 000 3 500 11 500 3 500
8 400 20 000 8 000 8 000 42 000 57 500 24.500 168.400
Kangkung Bayam Seledri Pepaya Pisang Cabe Kacang Panjang
7 7 5 15 7 5 7
Ikat Ikat Kg Kg Tandan Kg Kg
1 100 1.000 1.500 4.000 25.000 12.000 4.000
7.700 7.000 7.500 60.000 175.000 60.000 28.000
Bayam Kangkung Seledri Kol Tomat Ubi jalar Selada Kacang Panjang Terong
7 8 4 9 10 16 8 7 12
Ikat Ikat Kg Kg Kg Kg Ikat Kg Kg
1.000 1.000 1.450 4.000 3.500 1.500 1.450 4.500 2.500
Selada Kol Kemangi Tomat Cabe Kangkung Bayam
6 9 30 9 10 9 8
Ikat Kg Ikat Kg Kg Ikat Ikat
1.500 4.000 450 3.500 16.000 1.000 1.000
3
Jumlah Klapanunggal
4
Jumlah Bogor Selatan
5
Jumlah Tanah Sereal
6
Jumlah Bogor Tengah
Jumlah
Sumber: Laporan Panen Sayur m-KRPL, 2014
Harga (Rp)
Jumlah Harga (Rp)
345.200 7.000 8.000 5.800 36.000 35.000 24.000 11.600 31.500 30.000 188.900 9.000 36.000 13.500 31.500 160.000 9.000 8.000 267 000
49
Perpektif Pelanggan Pelanggan memegang peran penting dalam suatu kegiatan terutama pada kegiatan pernigaan, karena pelanggan mendatangkan pendapatan bagi suatu kegiatan yaitu membeli produk yang dihasilkan oleh kegiatan kita. Adapun yang dimaksud dengan pelanggan disini yaitu peserta kegiatan KRPL maupun pembeli hasil panen kegiatan KRPL. Kebutuhan pelangan dijadikan sebagai pemacu segala kegiatan yang dilakukan oleh suatu kegiatan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan pertubuhan kegiatan itu sendiri. Berkaitan dengan kondisi kegiatan KRPL yang dikategorikan bertahan, pada perspektif pelanggan kegiatan KRPL memiliki potensi untuk berkembang dengan menjaga dan mengembangkan hubungan dengan peserta atau pelanggan yaitu dengan cara meningkatkan akses ke pasar atau penambahan ilmu teknologi yang lebih baik. Kegiatan m-KRPL memiliki pelanggan mitra atau bisa dikategorikan pelanggan tetap yaitu peserta kegiatan m-KRPL dan pedagang pengumpul atau pedagang keliling yang juga berdomisili di daerah tersebut. Hasil yang didapat dari kegiatan m-KRPL yaitu: pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, konversi sumberdaya genetik tanaman pangan, serta menjaga kelestariannya melalui kebun bibit desa menuju peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Unuk menjaga keberlanjutannya dan mendapatkan nilai ekonomis, maka pemanfaatan pekarangan dalam konsep m-KRPL dilengkapi dengan unit pengolahan serta peningkatan nilai tambah produk. Berdasarkan uraian diatas, maka sasaran strategi yang ingin dicapai dalam perspektif pelanggan oleh kegiatan m-KRPL yaitu tingkat partisipasi masyarakat, tingkat pengelolaan hasil panen (pascapanen), kepuasan pelanggan/pengkonsumsi hasil KRPL. Dengan demikian, diharapkan dapat meningkatkan posisi keuangan dan pertumbuhan melalui peningakatan jumlah anggota KRPL dan peningkatan penghematan pengeluaran rumah tangga. 1. Tingkat partisipasi masyarakat Program pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kabupaten Bogor saat ini dikelompokkan menjadi 3 strata, yakni: (1) rumah tangga dengan pekarangan sempit (< 100 m2), (2) rumah tangga dengan pekarangan sedang (200-300 m2), dan (3) rumah tangga dengan pekarangan luas (> 300 m2). Pada program ini diperkenalkan bagaimana memanfaatkan pekarangan secara intensif, sehingga dapat mendukung penyediaan bahan pangan bagi keluarga secara lestari, yakni dengan memanfaatkan pekarangan untuk budidaya tanaman pangan, sayuran, buah-buahan, tanaman obat, ternak dan kolam ikan. Respon petani terhadap program ini cukup baik, terlihat dari peran aktif mereka dalam mempersiapkan lahan pekarangan dan perbaikan kandang ternaknya. Kondisi masyarakat demikian merupakan media diseminasi yang baik bagi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian untuk menyampaikan teknologi pertanian yang telah dihasilkan, sekaligus untuk melihat bagaimana respon dan tingkat adopsi petani terhadap teknologi yang diintroduksikan. a. Jumlah anggota RPL yang terlibat Awal bulan Januari 2013 hingga awal Januari 2014, Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (m-KRPL) yang telah dibangun oleh Kementerian
50
Pertanian mencapai 628 m-KRPL mencakup 44 m-KRPL di 32 Kabupaten/Kota di 33 provinsi pada tahun 2012 dan 379 m-KRPL di 301 Kabupaten/Kota di 33 propinsi hingga April 2013. Dari 423 m-KRPL tersebut jumlah Rumah Pangan Lestari (RPL) yang dibangun mencapai 23 056 RPL (KK). Pada tahun 2014, Kementerian Pertanian akan mengembangkan m-KRPL di seluruh kabupaten/kota dengan dua unit m-KRPL di setiap kabupaten/kota, (laporan kegiatan m-KRPL 2013). b. Jumlah kelompok atau organisasi yang terlibat Tujuan adanya kelompok atau organisasi dalam kegiatan m-KRPL yaitu melakukan soasialisasi dan advokasi kepada berbagai pihak yaitu dengan cara mengadakan pelatihan KRPL bagi rumah tangga atau kelompok rumah tangga yang berada pada kawasan yang dikembangkan oleh Kementerian/Lembaga lain, SIKIB, BUMN, Swasta, Pemda, LSM, Perguruan Tinggi dan pihak terkait lainnya. 2. Kecepatan Replikasi atau Penyebaran Program KRPL Salah satu indikator keberhasilan program KRPL adalah tersebarnya model KRPL yang telah terbentuk secara luas kepada seluruh masyarakat. Kecepatan replikasi KRPL oleh lembaga, LSM ataupun organisasi ditentukan oleh keefektifan implementasi program KRPl tersebut di lapangan. 3. Kepuasan Pelanggan/Anggota KRPL Dari pengukuran persepektif pelanggan/anggota KRL, kegiatan m-KRPL masih belum memonitoring secara memadai indikator kinerja yang menyebabkan kepuasan pelanggan/anggota/peserta kegiatan m-KRPL, yang dimaksud dengan pelanggan disini adalah anggota atau peserta kegiatan KRPL dan pedagang pengumpul atau pedagang keliling yang juga berdomisili di daerah tersebut dan pada saat melakukan display atau pameran hasil KRPL. a. Survey kepuasan pelanggan Kepuasan pelanggan dapat dilakukan melalui pembagian kuesioner kepada anggota KRPL melalui penanggungjawab kegiatan yang diadakan secara berkala yaitu mengenai ketersediaan bibit/benih di KBD, informasi tentang KRPL, jumlah KRPL yang terbaru, penghematan pengeluaran untuk membeli sayur bagi para anggotanya. Perspektif Proses Bisnis Internal 1. Manajemen Kebun Bibit Desa Kebun bibit desa merupakan salah satu inovasi pada program KRPL untuk mendukung sustainability kegiatan. Kebun bibit diharapkan dapat membantu kelancaran produksi tanaman pekarangan terutama yang harus di semai terlebih dahulu. Untuk
melestarikan KRPL, penyediaan bibit/benih dalam jumlah lebih dari cukup sangan menentukan, yang meliputi: (a) Distribusi bibit dan benih Produksi dan distribusi bibit/benih menjadi kunci keberlanjutan (lestari) KRPL. Oleh karena itu KBD sangat perlu untuk dilembagakan yang pengelolaanya adalah kelompok Kepala Keluarga (KK) dalam suatu kawasan RPL. Bibit yang diproduksi di KBD diprioritaskan pada tanaman yang sehari-hari dikonsumsi oleh rumah tangga petani, seperti cabai, tomat, terong, kangkung, bayam dan tanaman aneka umbi
51
serta tanaman obat keluarga (TOGA). KBD dibangun pada setiap kawasan RPL untuk memenuhi kebutuhan bibit/benih dalam setiap kawasan tersebut. Kebutuhan bibit/benih sumber pada KBD dipenuhi dari Kebun Bibit Inti (KBI) yang ada di setiap Balai Pengkajian Pertanian di setiap provinsi, dan (b) Manajemen Kebun Bibit Desa. Manajemen KBD dikelola oleh Ketua Gapoktan, sedangkan kalender persemaian ditentukan berdasarkan kalender tanam yang sudah disepakati bersama. Kalender tanam digunakan untuk mengatur ritme pasar sehingga sayuran yang dibutuhkan masyarakat senantiasa tersedia sepanjang musim. Pada bulan Januari sampai maret tersedia 6 komoditas yaitu sawi, kangkung, terung, kacang panjang, tomat, dan cabai, sedangkan sepanjang April-Juni tersedia bawang merah, kangkung, bawang daun, tomat, cabai, dan terung, ikan mas dan ayam kampung. 2. Perputaran Hasil Peningkatan hasil panen pada kegiatan KRPL di 6 kecamatan di Bogor dapat dilihat pada jumlah penjualan sayuran yang dihasil oleh kelompok tani tersebut. Hasil panen yang didapat pada anggota kegiatan KRPL ini sangatlah signifikan karena dalam kurun waktu satu periode tanam akan menghasilkan panen yang terus menerus bertambah meskipun penambahan tersebut tidak terlalu banyak karena banyak faktor penyebabnya, yaitu : (a) Kapasitas/jumlah produk bibit/benih. Dengan meningkatnya produksi bibit/benih di KBD maka diharapkan jumlah tanaman yang akan ditanam oleh anggota dipekarangan rumahnya semakin banyak pula. Peningkatan jumlah tanaman yang ditanam akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil yang dipanen. Komoditas yang akan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, berbasis sumber pangan lokal, dan bernilai ekonomi. Komoditas tersebut antara lain sayuran, tanaman rempah dan obat, buah-buahan (pepaya, belimbing, jambu biji, srikaya, sirsak, dan buah lainnya, disesuaikan dengan lokasi), dan pangan lokal (ubijalar, ubikayu, ganyong, garut, talas, suweg, ubi kelapa, gembili, labu kuning, dan pangan lokal lainnya), dan (b) Ragam jenis bibit/benih yang diproduksi. Jenis bibit yang ditanam pada kelompok tani yang ada di 6 kecamatan di Bogor yng dijadikan sampel bisa dilihat pada Tabel 13.
52
Tabel 13 Jenis bibit/benih yang diproduksi pada kegiatan m-KRPL di 6 wilayah Bogor No 1 2
Komoditas sayur Caisin/kucai/pokc oy Selada
Cara tanam Semai kemudian tanam pindah Semai kemudian tanam pindah Tanam langsung Tanam langsung
3 4
Bayam Kangkung
5
Kemangi
6
Seledri
7
Cabai
8
Terong
Semai kemudian tanam pidah Semai kemudian tanam pidah Semai (diperam memakai tisu basah 3-4 hari) Semai (diperam semalam)
9
Tomat
Semai
Umur bibit 2-3 hari
Umur panen 40-50 HST
10-15 hari
2-3 bulan
1 bulan
20-3- HST 27 HST (2 mg sekali 5-11x) 50 HST
1 bulan
2-4 bulan
4-5 minggu 1-1,5 bulan
5-7 hari sekali
4-6 minggu
70-80 HST (3-7 hari sekali selam 13-15 x) 9 HST (5-7 hari sekali)
Sumber: laporan kegiatan m-KRPL 2013
3. Ketepatan Pengembangan Program Pengembangan KRPL dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya melalui pelaksanaan pengembangan pertanian perkotaan, yang pelaksanaanya dilakukan bersama. Pengembangan KRPL ke depan dan mempertahankan kelestarianya, tentunya tidak lepad dari kemampuan pengelolanya membangun jejaring kerjasama, baik antar KRPL maupun dengan stakeholders (pemangku kepentingan). Aspek ini tampaknya belum banyak diperhatikan. Melalui jejaring ini dengan tersendirinya akan terbentuk aspek kelembagaan input, produksi dan pemasaran secara baik. Sebagai contoh, malaui jejering ini keterbatasan jumlah dan jenis benih di suatu lokasi akan bias diatasi. 4. Jumlah Jenis Kerjasama/Kemitraan yang Terjalin Mulai TA. 2013, percepatan pengembangan KRPL telah dilaksanakan melalui berbagai kerjasama dengan mitra Kementerian Pertanian, terutam dengan Badan Litbang Pertanian seperti Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIP), Persaudaran Muslimah (Salimah) dan TNI-AD. Pada TA. 2014 kerjasama tersebut terus berkembang dan diperluas implementasinya. Adapun dasar hukum dari kerjasama tersebut adalah MOU Kepala Badan Litbang Pertania dengan Ketua PP Salimah tanggal 10 Oktober 2011, MOU Menteri Pertanian dengan SIKIP pada Juli 2011, dan Nota Kesepahaman anatar Menteri Pertanian RI dan Panglima TNI-AD No. 03/MOU/PP.310/M/4/2012 dan No. NK/9/IV/2012 tanggal 13 April 2012 tentang kerjasama dan program pembangunan pertanian dalam rangka mewujudkan ketahan pangan nasional. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Proses pembelajaran dan pertumbuhan merupakan proses yang diperlukan untuk membangun suatu organisasi dalam lingkungan kerja yang harmonis dan seimbang. Fokus dari perspektif pertumbuhan dan pembelajaran adalah pada sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia merupakan faktor penting bagi suatu
53
kegiatan untuk tumbuh dan berkembang. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran merupakan pondasi dalam Balanced Scorcard. Dengan demikian program/kegiatan KRPL memerlukan penanggungjawab dan anggota yang dapat melaksanakan fungsi kerja dengan baik. Tujuan dari sasaran strategi yang ditetapkan yaitu meningkatkan komitmen dan loyalitas peserta kegiatan m-KRPL dan dukungan dari pemerintah, melalaui: 1. Meningkatkan Komitmen dan Loyalitas Peserta Kegiatan m-KRPL a. Tingkat Keaktifan Peserta Kegiatan m-KRPL Indikator ini digunakan dengan asumsi bahwa tingkat keaktifan memiliki pengaruh terhadap peningkatan komitmen peserta kegiatan KRPL. Ukuran pemicu kerja yang dapat digunakan adalah ukuran jumlah anggota kegiatan KRPL yang mengundurkan diri. Semakin banyak anggota RPL yang mengundurkan diri, maka mengidentifikasi tingkat komitmen dan loyalitas yang rendah dari anggota kegiatan RPL. Untuk saat ini keaktifan peserta kegiatan KRPL bisa dilihat dengan tetap melestarikan program/kegiatan KRPL tersebut dan ada cara terbaru untuk mengenalkan kegiatan ini yaitu dengan cara sosialisasi ke PKK, Dasa Wisma, pengelola PAUD, Posyandu, Majeles Taklim dan sebagainya. b. Kinerja atau Kontinuitas Kegiatan m-KRPL Indikator yang dapat digunakan untuk menunjukan keberhasilan pencapaian sasaran strategis kinerja atau kontinuitas kegiatan m-KRPL adalah produktivitas. Hal ini merupakan suatu ukuran hasil dari pengeruh menyeluruh untuk meningkatkan inovasi anggota kegiatan KRPL. Kegiatan KRPL ini merupakan kegiatan yang berkelanjutan dan akan terus dibangun guna sedikit membatu penghematan pengeluaran rumah tangga dengan cara memanfaatkan pekarangan rumah. Keberlanjuatan kegiatan ini juga didukung oleh berbagai pihak yang terkait. Dukungan itu berupan pengambilan keputusan bersama melalui musyawah antara penanggungjawab dengan anggota dantokoh masyarakat, perencanaan kegiatan satu periode tanam berikutnya, diadakan pelatihan untuk penambahan wawasan dan membekali teknologi yang akan diterapkan pada kawasan, sumber permodalan atau pembiayaan untuk keberlanjutan kegiatan tersebut. 2. Dukungan dari Pemerintah Dukungan untuk kegiatan KRPL ini berasal dari pemerintah pusat dan daerah, pemerintah daerah malaui Dinas Pertanian dan Badan Ketahanan Pangan Daerah didukung denagn APBD I dan II di setiap daerah sangat memungkinkan untuk mereplikasi RPL secara lebih luas. Sebagai contoh Provinsi Jawa Barat melalui BKP provinsi mengalokasikan anggaran APBD I sebasar 10 milyar untuk replikasi KRPL di 10 kabupaten/kota dan setiap Kabupaten/Kota dibangun tiga unit KRPL. Selain berupa anggaran pemerintah juga selalau memdampingi kegiatan yaitu dengan cara memberi penyuluh tentang inovasi terbaru dalam mengembangkan kegiatan KRPL.
54
Dari keseluruhan pembahasan tersebut dapat dibuat rancangan Balanced Scorecard dalam bentuk tabel. Rancangan tabel ini akan memudahkan dalam melihat sasaran strategi yang telah ditetapkan sehingga dapat memperkirakan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sasaran strategi tersebut. Dalam rancangan matrik Balanced Scorecard kegiatan m-KRPL dapat pula dilihat ukuran hasil dan ukuran pemicu dari sasaran strategi. Sehingga rancangan Balanced Scorecard untuk program m-KRPL dapat dijabarkan dalam Tabel 14.
55
Pelanggan
Keuangan
Tabel 14 Rancangan matriks balanced scorecard kegiatan m-KRPL Sasaran Strategi F1- Penghematan Pengeluaran Rum ah Tangga
Ukuran Hasil - Nilai hasil yang dipanen untuk dikonsumsi - Jumlah penghematan per bulan
F2- Peningkatan Pendapatan
Jumlah penambahan pendapatan rumah tangga
C1- Tingkat partisipasi masyarakat
- Jumlah anggota RPL yang terlibat
Harga
- Hasil olahan pascapanen
Jumlah RPL
C2- Kecepatan Replikasi/Penyebaran Program KRPL
Hasil olahan pascapanen
C3- Kepuasan pelanggan/pengkonsumsi hasil KRPL B1- Pengeloaan KBD
Survey kepuasan pelanggan/pengkonsumsi KRPL - Distribusi bibit dan benih
Pembelajaran dan Pertumbuhan
Proses Internal
- Manajemen KBD
peserta
Survey kepuasan pelanggan Pemenuhan permintaan bibit/benih peserta kegiatan
B2- Perputaran hasil
- Kapasitas/ jumlah produk bibit/benih - Ragam jenis bibit/benih yang diproduksi
Kwalitas bibit/benih
B3- Ketepatan pengembangan program
Jumlah jenis kerjasama/kemitraan yang terjalin
Kemitraan MOU
G1- Meningkatkan komitmen dan loyalitas peserta kegiatan mKRPL
- Tingkat keaktifan peserta kegiatan m-KRPL - Kinerja atau kontinuitas kegiatan m-KRPL
Pelatihan Pendampingan
G2- Dukungan dari pemerintah
Bentuk dukungan pemerintah
Penghargaan Jaminan
Sumber : Data Anggota KRPL Bogor 2014
Ukuran Pemicu - Pengelolaan tanaman yang baik - Ketersediaan bibit dan benih
56
Pembobotan Perspektif Balanced Scorecard Tujuan dari pembobotan adalah untuk mengukur sampai seberapa jauh tingkat kepentingan diantara variabel-variabel pengukuran yang dievaluasi. Variabel-variabel pengukuran tersebut terdiri dari perspektif pengukuran, sasaran srategis, dan indikator hasil. Pembobotan untuk masing-masing perspektif ini berdasarkan penilaian dari penanggung jawab kegiatan m-KRPL di BBP2TP. Struktur komponen kegiatan dibagi kedalam dua hal yaitu personel (anggota pelaksana dan kooperatornya) dan proses perkembangannya. Aspek personel yang terdiri dari anggota pelaksana dan kooperatornya merupakan salah satu modal bagi keberlanjutan program m-KRPL dan perkembangannya ke daerah lain. Hasil pembobotan ke empat perspektif Balanced Scorecard pada kegiatan m-KRPL berdasarkan tingkat kepentingan prioritas yaitu perspektif pelanggan dan perspektif proses bisnis internal sebesar 30.56 persen, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan sebesar 22.22 persen, perspektif keuangan 16.67 persen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perspektif keuangan pada kegiatan m-KRPL memiliki tingkat prioritas kepentingan yang peling rendah. Hal ini berbeda dengan perusahaan-perusahaan pada umumnya yang memang berorientasi pada bisnis. Perspektif Keuangan Perspektif keuangan memiliki nilai pencapaian target sebesar 16.67 persen. Rendahnya pencapaian target ini disebabkan karena kegiatan m-KRPL merupakan program pemerintah yang nirlaba sehingga, aspek keuangan tidak menjadi faktor utama dan hanya sebagai faktor pendukung. Keberhasilan program m-KRPL dilihat dari bagaimana perkembangannya, seberapa banyak jumlah mKRPL yang diadopsi oleh masyarakat luas. Hasil pembobotan sasaran strategis pada perspektif keuangan yaitu penghematan pengeluaran rumah tangga sebesar 11.07 persen dengan ukuran hasil yang berupa nilai hasil yang dipanen untuk dikonumsi dan junlah penghematan perbulan masing-masing sebesar 5.53 persen. Sedangkan peningkatan pendapatan sebesar 5.53 persen dengan ukuran hasil junlah penambahan pendapatan rumah tangga sebesar 5.53 persen. Hal ini menunjukkan sasaran strategis penghematan pengeluaran rumah tangga lebih diprioritaskan daripada sasaran strategis peningkatan pendapatan. Dalam program m-KRPL ini fokus utama adalah bagaimana rumah tangga atau keluarga dapat mencukupi kebutuhan pangannya sehari-hari. Sehingga secara otomatis terjadi penurunan belanja rumah tangga untuk kebutuhan pangan terutama sayur-sayuran. Namun demikian, peningkatan pendapatan rumah tangga pun menjadi faktor penentu keberhasilan program ini. Semakin banyak hasil yang dapat dipanen dari pekarangan maka semakin banyak jumlah yang dapat dikonsumsi untuk mengurangi pengeluaran belanja bulanan dan semakin banyak juga hasil panen yang dapat dijual untuk menambah pendapatan rumah tangga. Perspektif Pelanggan Perspektif pelanggan memiliki nilai pencapaian target yang tinggi dibandingkan dengan perspektif lainnya yaitu sebesar 30.56 persen. Namun nilai tersebut belum mempresentasikan hasil yang baik karena masih di bawah standar
57
pencapaian target menurut teori Balanced Scorecard yaitu sebesar 100%. Oleh sebab itu masih ada aspek-aspek yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan di dalam pengelolaan KRPL, salah satunya adalah meningkatkan pelayanan dan pengembangan inovasi. Hasil pembobotan sasaran strategis pada perspektif pelanggan berdasarkan prioritas yaitu tingkat partisipasi masyarakat sebesar 13.58 persen dengan indikator ukuran hasil yaitu jumlah anggota RPL yang terlibat mempunyai bobot sebesar 6.75 persen, kelompok/organisasi yang terlibat dengan bobot sebesar 6.75 persen. Kecepatan replikasi, dan kepuasan pelanggan masingmasing mempunyai bobot sebesar 8.49 persen, indikator pada kedua ukuran hasil ini memiliki tingkat prioritas yang sama, yaitu hasil olahan pascapanen dan survey kepuasan pelanggan pengkonsumsi produk KRPL sebesar 8.49 persen.. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan program m-KRPL sangat dipengaruhi oleh tingkat partsisipasi masyarakat yang mengikuti program ini. Semakin banyak dan aktif masyarakat yang terlibat maka semakin banyak RPL (Rumah Pangan Lestari) artinya program m-KRPL semakin banyak diadopsi. Perspektif Proses Bisnis Internal Perspektif proses bisnis internal memiliki pencapaian target yang sama dengan perspektif pelanggan yaitu sebesar 30.56 persen. Tingginya bobot pada perspektif ini karena adanya pengelolaan KBD, peningkatan hasil panen, dan peningkatan pengembangan program dalam program m-KRPL. KBD yang dikelola dengan baik akan berpengaruh terhadap keberhasilan m-KRPL dalam kelompoknya. Peningkatan hasil panen menunjukkan bahwa program ini berjalan dengan baik dan peningkatan pengembangan program menandakan program mKRPL berkembang dengan baik melalui kerjasama/kemitraan yang terjalin dengan instansi dan pihak lain. Sasaran strategis untuk pengelolaan KBD dan ketepatan pengembangan program memiliki bobot yang sama yaitu sebesar 11.88 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kedua sasaran strategis tersebut memiliki tingkat kepentingan yang sama. Sedangkan sasaran strategis perputaran hasil memiliki bobot yang lebih rendah yaitu sebesar 6.80 persen. Ini menunjukkan bahwa perputaran keefektifan hasil dalam program m-KRPL tidak menjadi prioritas utama. Indikator ukuran hasil pada manajemen KBD dipengaruhi oleh distribusi bibit dan benih, pengelolaan KBD dengan bobot masing-masing sebesar 5.94 persen, adapun ukuran hasil untuk perputaran hasil dipengaruhi oleh kapasitas/jumlah produk bibit/benih dengan bobot sebesar 4.53, ragam jenis bibit/benih yang diproduksi sebesar 2.26 persen. Sedangkan indikatot ukuran hasil dari ketetapan pengembangan program memiliki bobot lebih tinggi yaitu 11.88 persen, hal ini disebabkan kemitraan sangat dibutuhkan untuk keberlajutan program KRPL.
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan memiliki pencapaian target sebesar 22.22 persen. Pencapaian target pada perspektif ini masih tergolong rendah, artinya masih diperlukan banyak inovasi-inovasi dalam program KRPL agar program ini dapat memberikan manfaat yang banyak bagi pembelajaran dan
58
pertumbuhan. Sasaran strategis pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yaitu meningkatkan komitmen dan loyalitas peserta kegiatan m-KRPL serta dukungan pemerintah memiliki bobot yang sama sebesar 11.11 persen. Indikator ukuran hasil pada sasaran strategi meningkatkan komitmen dan loyalitas peserta kegiatn m-KRPL adalah tingkat keaktifan peserta kegiatan m-KRPL dan kinerja atau kontinuitas kegiatan m-KRPL mempunyai bobot masing-masing sebesar 5.55 persen, sedangkan sasaran strategi dukungan dari pemerintah mempunyai bobot ukuran hasil sebesar 11.11 persen. Program m-KRPL ini membutuhkan komitmen dan loyalitas anggotanya serta dukungan dari pemerintah untuk menjaga keberlanjutannya. Program ini membutuhkan usaha-usaha untuk meningkatkan komitmen dan loyalitas tersebut, serta diperlukan usaha-usaha untuk memperkenalkan program m-KRPL ini pada pemerintah setempat. Dengan demikian diharapkan program m-KRPL dapat tetap berlanjut. Hasil pembobotan sasaran strategi dan ukuran hasil yang menggambarkan empat perspektif Balanced Scorecard pada program m-KRPL dapat dilihat pada Tabel 15.
59
Tabel 15 Hasil pembobotan perspektif balanced scorecard kegiatan m-KRPL
Pembelajaran dan Pertumbuhan
Proses Internal
Pelanggan
Keuangan
Sasaran Strategi F1- Penghematan Pengeluaran Rum ah Tangga
Bobot (%) 11.07
Bobot (%)
- Nilai hasil yang dipanen untuk dikonsumsi - Jumlah penghematan per bulan
5.53 5.53
F2- Peningkatan Pendapatan
5,53
Jumlah penambahan pendapatan rumah tangga
5.53
C1- Tingkat partisipasi masyarakat
13.58
- Jumlah anggota RPL yang terlibat
6.75
- Kelompok/organisasi yang terlibat Hasil olahan pascapanen
6.83
Survey kepuasan pelanggan/pengkonsumsi KRPL
8.49
- Distribusi bibit dan benih - Pengelolaan KBD - Kapasitas/ jumlah produk bibit/benih
5.94 5.94 4.53
Ragam jenis bibit/benih yang diproduksi Jumlah jenis kerjasama/kemitraan yang terjalin
2.26
C2- Kecepatan Replikasi/Penyebaran Program KRPL C3- Kepuasan pelanggan/pengkonsumi hasil KRPL
8.49 8.49
B1- Manajemen KBD
11.88
B2- Perputaran keefektifan hasil
6.80
B3- Ketepatan pengembangan program
11.88
G1- Meningkatkan komitmen dan loyalitas peserta kegiatan m-KRPL
11.11
G2- Dukungan dari pemerintah
11.11
Sumber : Data Anggota KRPL Bogor 2014
Ukuran Hasil
- Tingkat keaktifan peserta kegiatan m-KRPL - Kinerja atau kontinuitas kegiatan m-KRPL Bentuk dukungan pemerintah
8.49
11.88
5.55 5.55 11.11
60
SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN 1.
2.
Program m-KRPL selama ini memberikan dampak yang positif bagi para anggotanya. Hasil pengukuran kinerja KRPL selama ini menunjukkan KRPL dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga, menghemat pengeluaran rumah tangga, dan memenuhi kebutuhan pangan harian rumah tangga. Penghematan pengeluaran rumah tangga berkisar 39.21 persen per bulan. Sementara peningkatan pendapatan rumah tangga rata-rata Rp 208 850 per bulan. Hasil pengukuran kinerja KRPL dengan pendekatan Balanced Scorecard menunjukkan bahwa jika dilihat dari keempat perspektif Balanced Scorecard belum mencapai target. Perspektif pelanggan dan perspektif proses bisnis internal yang memiliki pencapaian target yang paling besar yaitu sebesar 30.56 persen. Sedangkan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran pencapaian tergetnya hanya 22.22 persen dan pencapaian target yang paling rendah adalah perspektif keuangan yaitu hanya sebesar 16,67 persen. Nilai yang rendah ini disebabkan karena kegiatan KRPL ini merupakan program dari Pemerintah yang bertujuan untuk membantu mensejahterakan masyarakat. SARAN
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kondisi Program m-KRPL selama penelitian ini maka disarankan. 1. Untuk meningkatkan penghematan pengeluaran dan pendapatan rumah tangga serta agar dapat menarik minat anggota masyarakat, Program m-KRPL harus bisa meningkatkan pelayanan dan mengembangakan inovasi untuk masyarakat agar tertarik dengan Program m-KRPL. 2. Sebaiknya Program m-KRPL mengadakan konsultasi dengan instasi yang memang khusus bergerak dalam penerapan alat ukur kinerja Balanced Scorecard sehingga metode pengukuran ini menjadi salah satu alat ukur kinerja yang selalu digunakan dalam mengukur kinerja program m-KRPL, dan pada akhirnya diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kinerja program m-KRPL.
61
DAFTAR PUSTAKA Arysanti, Anggoro Budi. 2007. Pengukuran Kinerja Stategic Bussiness Unit (SBU) Perberasan PT. Petani (Pertsero) dengan Konsep Balanced Scorecard.[Skripsi]. Program Studimanajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor Badan Ketahanan Pangan (BKP). 2010. Perkembangan Situasi Konsumsi Penduduk di Indonesia. Badan Litbang Pertanian.2011.Pedoman Umum Model Kawasan Rumah Pangan Lestari M-KRPL).Jakarta (Februari 2011)
Baih, Tunggal Saputra. (2004). Analisis Kinerja Dinas pertanian Kabupaten Bogor Dengan Konsep Balanced Scorecard. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. David, FR. 2010. Manajemen Strategi : Konsep, Edisi Keduabelas. Salemba Empat: Jakarta Gaspersz, V. 2005. Sistem Manajemen Kinrja Terintregasi Balanced Scorecard dengan Six Sigma untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintahan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Hendayana, Rachmat. 2011. Tips & Trik Praktis Menganalisis Data untuk Karya Ilmiah. Hand out Seminar di Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor, Tanggal 22 Maret 2011. Kaplan, Robert S and David P. Norton. 1996. Translating Strategy Into Action : The Balanced Scorecard. Harvard Business School Press, United States of America. Kaplan, R. S dan Cooper. 2006. Aspek-aspek Pengukuran Kinerja. Erlangga. Jakarta Kaplan, R.S dan Norton. 1996. Balanced Scorecard: Merepaklan Strategi Menjadi Aksi ( Terjemahan ). Erlangga. Jakarta. Kementerian Pertanian. 2012. Laporan Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) 2011-2012. Jakarta
Kinnear, T.l. and Taylor.1996. Marketing Research An Applied Approach .Fourth Edition. USA. Mc Grawhill Luis, R.B. 2009. Pengantar Bisnis Jilid I. Penerbit Erlangga. Jakarta Mardalis. 2004. Metode Penelitian ( Suatu Pendekatan Proposal ). Bumi Aksara. Jakarta. Moeheriono.2009.Penggunaan Sistem Pengukuran Linerka pada Model Balanced Scorecard.Penerbit Erlangga. Jakarta Mulyadi,2001. Balanced Scorecard: Alat Manajemen Kontemporer untuk Pelipatganda Kinerja Keuangan Perusahaan. Penerbit Salemba Empat. Jakarta Nasution, S. 2003. Metode Research ( Suatu Pendekatan Proposal ). Bumi Aksara. Jakarta. Ratri, I. A.2004. Analisi Kinerja Koperasi Melalui Penerapan Balanced Scorecard.[Skripsi]. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor
62
Rinaldi, Reza. 2010. Penerapan Konsep Balanced Scorecard. Dalam Evaluasi Kinerja Taman Air Aquarium Air Tawar Taman Mini Indonesia Indah [skripsi]. Jurusan Ilmu-Ilmu Soaial Ekonomi Fakultas pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Robbins, Stephen P., 1996, Perilaku Organisasi : Konsep, Kontroversi, Aplikasi, Jilid 1, Edisi Bahasa Indonesia, Prenhallindo Jakarta. Salterio. 2000. Perhitungan Skor Kinerja. Erlangga. Jakarta Samimora. 2006. Penilaian Kinerja Pada Perusahaan. Penerbit Salemba Emapat. Jakarta Simatupang, P. 2006. Kebijakan dan Strategi Pemantapan Ketahanan Pangan Wilayah. Makalah Pembahas pada Seminar Nasional “Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian Sebagai Penggerak Ketahanan Pangan Nasional” Kerjasama Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB dan Universitas Mataram, Mataram 5 – 6 September 2006 Sahputra, R.2006. Analisis Kinerja PT Sang Hyang Seri (Persero) Pusat Jakarta Melaui Pendekatan Balanced Scorecard. [Skripsi]. Departemen Ilmu-ilmi Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor Tunggal, A.W. 2009. Pengukuran Kinrtja Dengan Balanced Scorecard. Harvarindo. Jakarta. Umar, H. 2003. Strategic Management In Action ( Konsep Teori dan teknik Menganalisis Manajemen Strategi Business Unit. Berdasarkan Konsep R. Poeter, Fred R. David dan Wheelen-Hunger ) PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Wibowo. 2007. Konsep Kinerja. Gramedia. Jakarta Yuwono, Sony,Edi Sukarno dan Muhamad Ichsan. 2007. Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecards, PT Gramedia Pustaka . Jakarta.
63
Lampiran 1 Panduan penilaian mapping KRPL PANDUAN PENILAIAN MAPPING KRPL LOKASI : Provinsi Kabupaten Kecamatan Desa/Kota TAHUN IMPLEMENTASI TANGGAL PENILAIAN I. FORM PENILAIAN No.
Kriteria
: : : : : :
Skala/status
Skor
A. ASPEK PEMBENIHAN (KBD); Total Bobot 30 1 Status Lahan KBD Pemda/Pemdesa 3 Pengelola m2 KRPL Perorangan 1 2 Ketersediaan media Cukup 3 tanam (tanah, Kurang 2 pupuk kandang, Tidak tersedia 1 sekam, dll) 3 Ketersediaan air Cukup 3 (sumur/PDAM/Sun Kurang 2 gai) Tidak tersedia 1 4 Sumber benih yang Badan Litbang 5 dominan digunakan Membuat sendiri 3 Pemberian pihak 1 lain Membeli 1 5 Distribusi bibit Dijual 3 Diberikan dg 2 persyaratan Diberikan dg 1 gratis 6 Ketepatan waktu Tepat (Sesuai 3 distribusi kebutuhan saat tanam) Belum tepat 2 Tidak tepat 1
Skor Jawaban
Bobot
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4
Nilai Terbobot (skor x pembobot)
64 No. 7
8
Kriteria Ketersediaan fasilitas dan peralatan (rumah bibit, seedbad, sekop, cangkul, selang air,dll) Ketersediaan stok benih/bibit
9
Pengelola KBD
10
Administrasi KBD
11
Jumlah RPL awal dibangun
12
Jumlah RPL saat ini
13
Persentase perkembangan jumlah RPL (awal sampai dengan saat ini)
14
Perencanaan rotasi tanam (dalam kawasan) Rataan jumlah jenis tanaman yang ditanam oleh RPL
15
16
Sistem integrasi tanaman ternak/ikan
17
Intensifikasi fasilitas umum
18
Konservasi sumber daya pangan lokal (tanaman,ternak,ika n)
Skala/status
Skor
Skor Jawaban
Bobot
Cukup Kurang Tidak tersedia
3 2 1
3 3 3
Ada dan kontinu Ada tidak kontinu Tidak tersedia Kelompok Perorangan Ada Tidak ada > 60 KK 40- 59 KK 20 -39 KK > 60 KK 40- 59 KK 20 -39 KK < 20 KK > 75% 50-74% 26-49% 0-25% < 0% Ada Tidak ada
5 3 1 3 1 2 1 3 2 1 4 3 2 1 5 4 3 2 1 3 1
4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 5 3 3 3 3 3 3
≥8 4–7 2–3 Tanaman+ternak+ ikan Tanaman+ternak/i kan Tidak ada integrasi Ada Tidak ada Ada Tidak ada
3 2 1 5
2 2 2 3
3
3
1
3
2 1 3 1
2 2 3 3
Nilai Terbobot
65 No.
Kriteria
19
Perolehan sumber bibit mayoritas RPL
20
Pemanfaatan hasil panen
21
Organisasi pengelola m-KRPL
22
Pertemuan rutin pengelola m-KRPL di kawasan Permodalan
23
24
25
26
Administrasi pengelolaan mKRPL (kawasan) Kemandirian kawasan dalam implementasi KRPL Perkembangan kawasan (KRPL)
27
Kreativitas Local champion (tokoh masyarakat)
28
Keterlibatan aparat desa
29
Keterlibatan petugas lapang/PPL
Skor Jawaban
Skala/status
Skor
Bobot
Sendiri KBD Pihak lain Konsumsi sendiri dan dijual
3 2 1 4
3 3 3 3
Konsumsi sendiri Dijual tanpa dikonsumsi sendiri Belum pernah panen Ada Tidak ada Ada Tidak ada
3 2
3 3
1
3
2 1 2 1
2 2 2 2
Kas kelompok Gotong royong/iuran Tidak ada Ada dan tertib Ada dan tidak tertib Tidak ada Baik Cukup Kurang
2 2
3 3
1 3 2
3 2 2
1 3 2 1
2 3 3 3
Bertambah Tetap
3 1
2 2
Tinggi Sedang Rendah Tidak ada Tinggi Sedang Rendah Tidak ada Tinggi Sedang Rendah Tidak ada
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Nilai Terbobot
66 No.
Kriteria
30
Keterlibatan aparat/unsur kab/kota
31
Dukungan Pemda (kabupaten/kota) dalam bentuk Natura Dukungan Pemda (kabupaten/kota) dalam bentuk APBD Pemanfaatan bantuan Pemda (kabupaten/kota) Jejaring (link) pemasaran/kemitra an Kelembagaan pengolahan hasil
32
33
34 35 36
Skala/status
Jejaring antar mKRPL
Skor
Skor Jawaban
Bobot
Tinggi Sedang Rendah Tidak ada Ada Tidak ada
4 3 2 1 3 1
3 3 3 3 3 3
Ada Tidak ada
3 1
3 3
Usaha produktif Usaha non produktif Ada Tidak ada
3 1
3 3
3 1
3 3
Ada Tidak ada Ada Tidak ada
2 1 2 1
3 3 3 3
Nilai Terbobot
JUMLAH Keterangan : Berdasarkan total nilai, klasifikasikan unit m-KRPL sesuai rentang nilai berikut: cluster total nilai 1 (hijau) > 251 2 (kuning) 151-250 3 (merah) 100-150 II. PERNYATAAN TERKAIT m-KRPL (KASUS: KESAN/TESTIMONI MASYARAKAT TERHADAP m-KRPL III. DLL.) IV. IV.
KISAH SUKSES m-KRPL (KUNJUNGAN, PENGHARGAAN, KEGIATAN PELIPUTAN, PEMBELAJARAN (LESSON LEARNED) DALAM PENGEMBANGAN m-KRPL DOKUMENTASI PENTING TERKAIT KEGIATAN m-KRPL 1. Jika ada foto dapat dilampirkan dalam dokumen ini, untuk foto pilihan dapat dikemas dalam CD dan disampaikan ke BBP2TP 2. Jika ada video (multimedia) mohon disertakan/dikirimkan 3. Jika ada berita terkait m-KRPL yang dimuat di media masaa dapat dilampirkan buktinya.
Penilai : Koordinator KRPL (
)
67
Lampiran 2 Sampel anggota KRPL pada 6 Desa di Bogor No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
Awanah Haer Titin Patmawati Nafsiyah Hani Juhaeriyah Sarmuyah Nurhayati Eros Sri Rejeki Junariah Riyanti Wita Rusdin Giarni Maria Ulfah Sisilia Muntasiah Karmilawati Rahmawati Anah Supartini Sensurita Khotimah Zuryani Tejaningrum Aan Nusa/Naiyah Wati Amnah Numum Hasanah Yuyun Nunu Ulpah Iyah Mawat Marnih Lisdah Lilis S
Desa Tegalwaru Tegalwaru Tegalwaru Tegalwaru Tegalwaru Tegalwaru Tegalwaru Tegalwaru Tegalwaru Tegalwaru Cikarawang Cikarawang Cikarawang Cikarawang Cikarawang Cikarawang Cikarawang Cikarawang Cikarawang Cikarawang Bantarjati Bantarjati Bantarjati Bantarjati Bantarjati Bantarjati Bantarjati Bantarjati Bantarjati Bantarjati Mulyaharja Mulyaharja Mulyaharja Mulyaharja Mulyaharja Mulyaharja Mulyaharja Mulyaharja Mulyaharja Mulyaharja Kebon Pedes
Jenis Kelamin
Jabatan
Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
PJ Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota PJ Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota PJ Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota PJ Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota PJ
Luas Lahan (m2) >400 120-400 120-400 < 120 >400 120-400 120-400 < 120 120-400 120-400 >400 < 120 < 120 < 120 < 120 < 120 < 120 < 120 < 120 120-400 >400 120-400 120-400 >400 120-400 120-400 120-400 120-400 120-400 120-400 >400 120-400 120-400 120-400 120-400 120-400 120-400 120-400 120-400 120-400 >400
68
No
Nama
Desa
Jenis Kelamin
Jabatan
42 43 44 46 47 48
Ernah Lina Desi Sari Mulyanih Nutih
Kebon Pedes Kebon Pedes Kebon Pedes Kebon Pedes Kebon Pedes Kebon Pedes
Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan
Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
49
Nanih
Kebon Pedes
Perempuan
Anggota
50 51 52 53
Mulyanih Purwati Bagindasuri Hj. Fatimah
Kebon Pedes Sempur Sempur Sempur
Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan
Anggota PJ Anggota Anggota
54
Ulan
Sempur
Laki-laki
Anggota
55 56
Harti Suarah
Sempur Sempur
Perempuan Perempuan
Anggota Anggota
57 58 59
Yuyun N Sri Sutami Siti Mulyani
Sempur Sempur Sempur
Perempuan Perempuan Perempuan
Anggota Anggota Anggota
60
Karningsih
Sempur
Perempuan
Anggota
Luas Lahan (m2) 120-400 120-400 120-400 120-400 120-400 Tanpa Halaman Tanpa Halaman < 120 >400 >400 Tanpa Halaman Tanpa Halaman >400 Tanpa Halaman >400 < 120 Tanpa Halaman 120-400
69
Lampiran 3 Kuisioner perbandingan berpasangan EVALUASI KINERJA MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI PADA BALI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN MELALUI PENDEKATAN BALANCE SCORECARD
Oleh: SYINTYA HANUM WIDAYANTI NRP: H34114090
Responden Nama Jabatan Bagian
: ................................................................................................................. : ................................................................................................................. : .............................................................................................................. DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
70
Tata Cara Pengisian Kuisioner A. B. C. D.
Responden hanya mengisi kotak kosong disisi atas diagonal kotak yang dihitamkan berdasarkan skala kepenatingan. Kolom jumlah, bobot (%) dan kotak disisi bawah diagonal kotak yang dihitamkan tidak diisioleh responden (dikosongkan). Mohon agar memberi penilaian seobyektif mungkin agar dapat menghasilkan pembobotan akurat. Skala kepentingan yang digunakan dalam pembobotan pada kuesioner ini adalah antara 1 (satu) samapai 5 (lima), dengan penjelasan sebagai berikut: 1= Jika indikator horizontal tidak penting dari indikator vertikal; 2= Jika indikator horizontal kurang penting dari indikator vertikal; 3= Jika indikator horozontal sama penting dari indikator vertikal; 4= Jika indikator horizontal lebih penting dari indikator vertikal; 5= Jika indikator horozontal sangat penting dari indikator vertikal. Terima kasih atas kerjasamanya Kuisioner Perbandingan Berpasangan
Pembobotan Keempat Perseptif Kegiatan m-KRPL Perpektif/ Keuangan Pelanggan Proses Pembelajaran Jumlah Bobot sasaran Bisnis & (%) Internal Pertumbuhan Keuangan 2 2 2 6 16,67 Pelanggan 4 3 4 11 30,56 Proses Bisnis 4 3 4 11 30,56 Internal Pembelajaran 4 2 2 8 22,22 & Pertumbuhan Total 12 7 7 10 36 100 Pembobotan Perspektif Keuangan Kegiatan m-KRPL Perpektif/ Sasaran Sasaran Jumlah sasaran strategi 1 strategi 2 Sasaran 4 4 strategi Sasaran 2 2 strategi 2 Total 2 4 6 Keterangan: Sasaran Strategi 1 : Penghematan Pengeluaran RT Sasaran Strategi 2 : Peningkatan Pendapatan
Bobot (%) 66,67 33,33 100
71
Pembobotan Indikator Hasil Sasaran Strategi 1 Perpektif/ Indikator Indikator Jumlah Bobot (%) sasaran Hasil 1 Hasil 2 Indikator 3 3 50 Hasil 1 Indikator 3 3 50 Hasil 2 Total 3 3 6 100 Keterangan: Indikator Hasil 1 : Nilai hasil KRPL yang dipanen untuk konsumsi Indikator Hasil 2 : Jumlah penghematan per bulan Pembobotan Indikator Hasil Sasaran Strategi 2 Perpektif/ Indikator Jumlah Bobot (%) sasaran Hasil 1 Indikator 2 100 Hasil 1 Total 2 100 Indikator Hasil 1 : Jumlah penambahan pendapatan RT Pembobotan Persepktif Pelanggan Kegiatan m-KRPL Perpektif/ Sasaran Sasaran Sasaran Jumlah Bobot (%) sasaran Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Sasaran 4 4 8 44,44 Strategi 1 Sasaran 2 3 5 27,78 Strategi 2 Sasaran 2 3 5 27,78 Strategi 3 Total 4 7 7 18 100 Sasaran Strategi 1 : Tingkat partisipasi masyarakat Sasaran Strategi 2 : Kecepatan Replikasi/Penyebaran Program KRPL Sasaran Strategi 3 : Kepuasan Pelanggan Pembobotan Indikatore Sasaran Strategi 1 Perpektif/ Indikator Indikator Jumlah Bobot (%) sasaran Hasil 1 Hasil 2 Indikator 3 3 50 Hasil 1 Indikator 3 3 50 Hasil 2 Total 3 3 6 100 Indikator Hasil 1 : Jumlah anggota RPL yang terlibat Indikator Hasil 2 : Jumlah kelompok atau organisasi yang terlibat
72
Pembobotan Indikator Sasaran Strategi 2 Perpektif/ Indikator Jumlah Bobot (%) sasaran Hasil 1 Indikator 4 100 Hasil 1 Total 4 100 Katerangan: Indikator Hasil 1 : Tersebarnya Model KRPL Pembobotan Indikator Sasaran Strategi 3 Perpektif/ Indikator Jumlah Bobot (%) sasaran Hasil 1 Indikator 3 100 Hasil 1 Total 3 100 Katerangan: Indikator Hasil 1 : Survey kepuasan pelanggan Pembobotan Perseptif Proses Bisnis Internal Kegiatan m-KRPL Perpektif/ Sasaran Sasaran Sasaran Jumlah sasaran Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Sasaran 4 3 7 Strategi 1 Sasaran Strategi 2
2
2
Sasaran Strategi 3
3
4
Total Keterangan: Sasaran Strategi 1 Sasaran Strategi 2 Sasaran Strategi 3
5
8
5
Bobot (%) 38,89
4
22,22
7
38,89
18
100
: Manajemen KBD : Perputaran Keefektifan Hasil : Ketepatan Pengembangan Program
Pembobotan Indikator Sasaran Strategi 1 Perpektif/ Indikator Indikator Jumlah sasaran Hasil 1 Hasil 2 Indikator 3 3 Hasil 1 Indikator 3 3 Hasil 2 Total 3 3 6 Keterangan: Indikator Hasil 1 : Distribusi bibit dan benih Indikator Hasil 2 : Pengelolaan KBD
Bobot (%) 50 50 100
73
Pembobotan Indikator Sasaran Strategi 2 Perpektif/ Indikator Indikator Jumlah sasaran Hasil 1 Hasil 2 Indikator 4 4 Hasil 1 Indikator 2 2 Hasil 2 Total 2 4 6 Keterangan: Indikator Hasil 1 : Kapasitas/Jumlah Produksi Bibit/Benih Indikator Hasil 2 : Ragam jenis bibit/benih yang diproduksi
Bobot (%) 66,67 33,33 100
Pembobotan Indikator Sasaran Strategi 3 Perpektif/ Indikator Jumlah Bobot (%) sasaran Hasil 1 Indikator 7 100 Hasil 1 Total 7 100 Keterangan: Indikator Hasil 1 : Jumlah jenis kerjasama/kemitraan yang terjalin Pembobotan Perseptif Pembelajaran & Pertumbuhan Kegiata m-KRPL Perpektif/ Sasaran Sasaran Jumlah Bobot (%) sasaran strategi 1 strategi 2 Sasaran 3 3 50 strategi Sasaran 3 3 50 strategi 2 Total 3 3 6 100 Keterangan: Sasaran Strategi 1 : Meningkatkan komitmen dan loyalitas peserta program Sasaran Strategi 2 : Dukungan Pemerintah Pembobotan Indikator Sasaran Strategi 1 Perpektif/ Indikator Indikator Jumlah sasaran Hasil 1 Hasil 2 Indikator 3 3 Hasil 1 Indikator 3 3 Hasil 2 Total 3 3 6 Keterangan : Indikator Hasil 1 : Tingkat keaktifan peserta program Indikator Hasil 2 : Kinerja atau kontinuitas program KRPL
Bobot (%) 50 50 100
74
Pembobotan Indikator Sasaran Strategi 2 Perpektif/ Indikator Jumlah Bobot (%) sasaran Hasil 1 Indikator 3 100 Hasil 1 Total 3 100 Keterangan: Indikator Hasil 1 : Bentuk dukungan pemerintah
75
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Banyumas pada tanggal 20 Maret 1980 sebagai putri dari Bapak Wartoyo dan Ibu Sukesti. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 1999 penulis dapat menyelesaikan pendidikan tingkat atas pada SKM Pertanian 1 Kalibagor. Pada tahun yang sama yaitu tahun 1999, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Diploma Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Tahun 2002 penulis lulus dari Program Diploma UNSOED dan diterima bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Kementerian Pertanian. Pada tahun 2011 penulis memperoleh beasiswa pendidikan sarjana dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian pada Program Alih Jenis Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.