DAMPAK TIDAK BERFUNGSINYA PELABUHAN PENYEBERANGAN MAJINGKLAK TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA KLACES KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP Nuridawati1 (
[email protected]) Siti Fadjarajani2 (
[email protected]) Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi ABSTRACT Problems underlying this study are not workings The Crossing Port of Majingklak to giving effect to the socio-economic conditions of society Klaces District Rural Village Cilacap Sea. Infait the Village Community Klaces very dependent on the availability of access to water transport, because its territory surrounded by the waters. The method used in this research is descriptive quantitative method of data collection techniques through observation, questionnaires, interviews, documentation studies and literature studies. Population in this study was the entire population of the village of 380 Klaces KK. The sample using stratified random sampling techniques are selected based on criteria level livelihoods. Samples used in this study were a total of 38 people or 10% of the total village population Klaces. In addition, this study used the technique purposive / judgment sampling is selected based on criteria specific department that is made up of 1 people Klaces village chief, and 1 Seaport Head of Governors Sub Unit The Crossing Port of Majingklak Kalipucang. The results showed that the factors that cause The Crossing Port of Majingklak are not working is 60.53% of the respondents felt Develop Kalipucang Connecting Bridge-Cilacap, and by 92.11% thought occurred Ci Tanduy river superficiality. The Impacts arising from the non-functioning of the port Penyeberangan Majingklak on socio-economic conditions in the Rural Community District Klaces Cilacap sea village was 89.47% thought the occurrence of changes in the livelihoods of fishing communities become farmers, 73.68% of people felt that revenue decreases, and by 60.53% felt that access to water transport less smooth. Keywords : transportation, The Crossing Port of Majingklak, the socio-economic conditions of society.
PENDAHULUAN Latar Belakang Transportasi memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan perekonomian dan kehidupan masyarakat sejak dahulu sampai sekarang dan pada masa yang akan datang. Negara yang maju dipastikan memiliki sistem transportasi yang handal dan berkemampuan tinggi. Demikian pula keberhasilan pembangunan
1
suatu wilayah pasti didukung oleh tersedianya fasilitas transportasi yang efektif dan efisien. Masyarakat
pedesaan,
masyarakat
global
atau
Internasional,
semua
membutuhkan tersedianya fasilitas (infrastruktur dan sarana) transportasi. Masyarakat pedesaan menggunakan fasilitas transportasi yang cenderung masih sederhana, masyarakat perkotaan membutuhkan tersedianya fasilitas transportasi yang lebih luas jenisnya dan modern. Masyarakat global telah menggunakan fasilitas transportasi yang serba modern dan canggih. Semua lapisan masyarakat saat ini sangat membutuhkan sarana dan prasarana transportasi untuk melayani perkembangan perekonomian, kepentingan masyarakat dan untuk menunjang pembangunan secara luas. Sektor transportasi telah berkembang sangat dinamis serta berperan dalam menunjang pembangunan politik, ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan keamanan. Pertumbuhan sektor ini akan mencerminkan pertumbuhan ekonomi secara langsung sehingga transportasi mempunyai peranan yang penting dan strategis. Keberhasilan sektor transportasi dapat dilihat dari kemampuannya dalam menunjang serta mendorong peningkatan ekonomi nasional, regional dan lokal, stabilitas politik termasuk mewujudkan nilai-nilai sosial dan budaya yang diindikasikan melalui berbagai indikator transportasi antara lain: kapasitas, kualitas pelayanan, aksesibilitas dan keterjangkauan. (Adisasmita, 2012) Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand) akibat aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya. Transportasi merupakan tulang punggung perekonomian nasional, regional, dan lokal, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Sarana transportasi yang ada di darat, laut, maupun udara memegang peranan vital dalam aspek sosial ekonomi melalui fungsi distribusi antara daerah satu dengan daerah yang lain. Distribusi barang, manusia, dll. akan menjadi lebih mudah dan cepat bila sarana transportasi yang ada berfungsi sebagaimana mestinya sehingga transportasi dapat menjadi salah satu sarana untuk mengintegrasikan berbagai wilayah di Indonesia. Melalui transportasi penduduk antara wilayah satu dengan wilayah lainnya dapat saling berinteraksi serta merasakan pembangunan yang ada. Oleh karena itu, sarana dan prasarana transportasi pun harus memadai. Kampung Laut merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Cilacap dan membawahi empat desa. Salah satunya adalah Desa Klaces. Desa Klaces
2
memiliki luas wilayah 2.397,75 Ha. Desa ini merupakan perkampungan yang wilayahnya menyatu dengan Pulau Nusakambangan serta bersinggungan langsung dengan laut. Bahkan merupakan suatu wilayah desa tersendiri yang berada di sekitar Segara Anakan dan sekelilingnya merupakan wilayah perairan. Letaknya dapat dikatakan terisolasi dan berada cukup jauh dengan wilayah perkotaan. Masyarakat Kampung Laut, terutama Desa Klaces adalah masyarakat yang memerlukan sarana transportasi untuk bepergian. Aktivitas keseharian mereka, termasuk dalam perekonomian akan sangat bergantung pada jasa angkutan transportasi laut, karena tidak ada akses lain dari Kampung Laut untuk menuju Jawa Barat dan wilayah lainnya kecuali dengan menggunakan jasa angkutan air. Pada tahun 1990 di bangun Pelabuhan Penyeberangan Majingklak di Desa Pamotan
Kecamatan
Kalipucang
Kabupaten
Pangandaran
sebagai
upaya
pengembangan dari Pelabuhan Sentolo Kalipucang yang telah ada sebelumnya. Pada saat itu, jalur penghubung dari Kalipucang menuju Cilacap harus menggunakan jalur angkutan air dengan sarana transportasi berupa Kapal Feri. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, kapal-kapal besar sudah mulai tidak beroperasi lagi sejak tahun 2000, karena sudah dibangunnya jembatan yang menghubungkan Kalipucang ke Cilacap dan terjadinya pendangkalan Sungai Ci Tanduy. Sejak saat itu, Pelabuhan Penyeberangan Majingklak tidak lagi digunakan untuk penyeberangan kapal-kapal besar dengan muatan yang banyak, namun hanya digunakan oleh kapal-kapal kecil yang disebut compreng. Sehingga suasana di pelabuhan saat ini cenderung sepi. Semenjak dibangunnya jembatan penghubung Kalipucang-Cilacap, fungsi Pelabuhan Penyeberangan Majingklak menjadi menurun. Sehingga masyarakat Kampung Laut, terutama masyarakat Desa Klaces ikut merasakan dampak dari tidak berfungsinya Pelabuhan Penyeberangan Majingklak.
Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui faktor-faktor
apa
sajakah
yang menyebabkan
tidak
berfungsinya
Pelabuhan
Penyeberangan Majingklak di Desa Pamotan Kecamatan Kalipucang Kabupaten Pangandaran. 2) Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat tidak berfungsinya Pelabuhan penyeberangan Majingklak terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Kampung Laut Kabupaten Cilacap. 3
PENELITIAN YAANG RELEVAN Penelitian tentang kajian geografi yang berhubungan dengan kegiatan transportasi telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan fokus kajian yang berbeda-beda. Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Gita Indira Apriliani, Skripsi Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya Tahun 2011 dengan judul “Pengaruh Jembatan Kalipucang terhadap perkembangan angkutan sungai di Desa Kalipucang Kecamatan Kalipucang Kabupaten Ciamis”.
METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Metode analisa kuantitatif mengolah dan menginterpretasikan data yang berbentuk angka dan dengan perhitungan yang bersifat matematik, dikenal juga sebagai metode analisa statistik (Sumaatmadja, 1988) Tujuan penggunaan metode ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran dan lukisan secara sistematik, aktual dan akurat mengenai perbandingan sistem sosial masyarakat.
PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Desa Klaces merupakan wilayah yang memiliki sumberdaya alam yang cukup melimpah terutama dalam bidang pertanian dan bidang kelautan. Hal tersebut didukung dengan luasnya areal pertanian dan letak geografis Desa Klaces berbatasan dengan laguna segara anakan, sehingga memberikan kesempatan kepada penduduk Desa Klaces untuk dapat memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia. Desa Klaces sebagai bagian dari Kecamatan Kampung Laut tergolong memiliki aksesibilitas yang kurang baik. Desa Klaces dikelilingi oleh wilayah perairan, sehingga akses transportasi masyarakat sangat mengandalkan sarana transportasi air. Di Desa Klaces hanya terdapat jalan Desa sepanjang 3000 meter yang tidak dapat dilalui kendaraan roda empat, sehingga arus pergerakan lalu lintas penduduk sangat terbatas.
4
Penduduk Desa Klaces Kecamatan Kampung Laut Kabupaten Cilacap mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Tingkat pendidikannya tergolong rendah, lebih banyak masyarakat yang hanya tamat SD dan bahkan tidak tamat SD. Hanya 1 orang saja dari penduduk Desa Klaces yang tamat perguruan tinggi. Rasio beban tanggungan di Desa Klaces sebesar 30 orang. Setiap 100 orang penduduk produktif harus menanggung 30 orang kelompok yang tidak produktif.
No
Tabel 1 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Frekuansi Persentase Jenis Kelamin (F) (%)
1
Laki-laki
2
Perempuan Jumlah
33
86,84
5
13,16
38
100
Sumber: Hasil Penelitian 2013 Deskripsi Lokasi Pelabuhan Penyeberangan Majingklak
Gambar 1 Pintu masuk Pelabuhan Penyeberangan Majingklak Lokasi Pelabuhan Penyeberangan Majingklak berada di Dusun Majingklak Desa Pamotan Kecamatan Kalipucang Kabupaten Pangandaran. Secara astronomis, Desa Pamotan terletak pada daerah sekitar titik koordinat 7 40’ 25” LS dan 108 47’ 55” BT. Lokasi Pelabuhan Penyeberangan Majingklak sangat strategis, karena berbatasan langsung dengan Jawa Tengah dan merupakan salah satu akses lalu lintas menuju Kecamatan Kampung Laut, Pulau Nusakambangan dan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Selain itu, Pelabuhan Penyeberangan Majingklak memiliki peran aktif
5
dalam kelangsungan potensi daerah khususnya di bidang angkutan penyeberangan yang berada di wilayah Provinsi Jawa Barat yang membentuk suatu mata rantai dalam sistem Transportasi Global dan merupakan salah satu simpul jaringan transportasi perairan, serta sebagai pintu gerbang kegiatan perekonomian guna menunjang kelancaran arus perdagangan, industri, telekomunikasi dan pariwisata. Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan Majingklak dimulai pada Tahun 1987 yang diawali dengan studi kelayakan dan detail design, selanjutnya dilakukan pembebasan tanah milik perhutani pada Tahun 1988. Pembangunan fisik dimulai pada Tahun 1990 dan selesai pada Tahun 1992. Kemudian dari Tahun 1992 Pelabuhan Penyeberangan Majingklak mulai aktif digunakan, dan menjadi bagian penting dalam keberlangsungan transportasi laut antara Jawa Barat-Jawa Tengah. Kapal Feri mulai beroperasi dengan kapasitas 50 orang penumpang dan 6 unit kendaraan roda empat, melayani transportasi air tujuan Majingklak-Cilacap serta tujuan rekreasi. Namun pembangunan yang telah dilaksanakan dengan memakan dana tidak sedikit itu ternyata dalam penggunaannya tidak berlangsung lama. Mulai Tahun 2000 Kapal-Kapal Feri sudah tidak beroperasi lagi. Kapal yang masih melayani penyeberangan Majingklak-Cilacap sampai Tahun 2005 adalah Kapal Primas. Dan sejak Tahun 2005 sudah tidak ada lagi Kapal Feri yang beroperasi. Sejak saat itu, Pelabuhan Penyeberangan Majingklak tidak lagi digunakan untuk penyeberangan Kapal-Kapal besar dengan muatan yang banyak, namun hanya digunakan oleh kapalkapal kecil yang disebut compreng. Sehingga fungsi dari Pelabuhan Penyeberangan Majingklak menjadi menurun dan suasana di pelabuhan saat ini cenderung sepi.
Faktor-faktor yang menyebabkan tidak berfungsinya Pelabuhan Penyeberangan Majingklak di Desa Pamotan Kecamatan Kalipucang Kabupaten Pangandran. 1. Pembangunan Jembatan Penghubung Kalipucang-Cilacap
6
Gambar 2. Jembatan Penghubung Kalipucang - Cilacap Transportasi memiliki peran dan fungsi yang sangat strategis dalam kehidupan masyarakat. Memahami sangat strategisnya peranan transportasi dalam perekonomian dan pembangunan, maka infrastruktur dan sarana transportasi harus disediakan untuk melayani permintaan (kebutuhan) akan jasa transportasi yang menunjukkan dinamika perkembangan yang cenderung semakin meningkat. (Adisasmita, 2012) Pembangunan jembatan penghubung Kalipucang-Cilacap pada awalnya merupakan usulan dari dinas pariwisata Jawa Tengah, mengingat aktivitas pariwisata pada saat itu semakin meningkat. Banyaknya masyarakat Jawa Tengah yang pergi berwisata ke Pangandaran maupun masyarakat Jawa Barat yang pergi berwisata ke Cilacap membutuhkan sarana dan prasarana transportasi yang lebih memadai untuk mempermudah akses antar wilayah tersebut. Maka pada tahun 1988 dimulailah Pembangunan jembatan penghubung Kalipucang-Cilacap dan selesai pada tahun 1990. Kemudian dua tahun berikutnya, yakni tahun 1992 diadakan trayek Bus Pangandaran-Cilacap. Jika sebelumnya masyarakat harus selalu menggunakan sarana transportasi air untuk menyebrang ke Cilacap Jawa Tengah, maka setelah dibangunnya Jembatan Penghubung, transportasi air mulai ditinggalkan. Sehingga keberadaan pelabuhan penyeberangan Majingklak sebagai prasarana transportasi air, kini tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Hasil penelitian yang telah penulis lakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui kuisioner diperoleh data bahwa sebanyak 60,53% menyatakan sangat setuju bahwa pembangunan jembatan penghubung Kalipucang-
7
Cilacap merupakan faktor penyebab tidak berfungsinya Pelabuhan Penyeberangan Majingklak. Hal ini sesuai dengan tanggapan responden sebanyak 42,11% menyatakan bahwa alasan masyarakat menggunakan jalur darat dan melewati jembatan penghubung Kalipucang untuk menuju Jawa Tengah adalah biaya transportasi lebih terjangkau. 2. Pendangkalan Sungai Ci Tanduy Sedimen adalah hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi parit, atau jenis erosi tanah lainnya. Sedimen yang sering dijumpai di dalam sungai, baik terlarut atau tidak terlarut, adalah merupakan produk dari pelapukan induk yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, terutama perubahan iklim. Oleh adanya transpor sedimen dari tempat yang lebih tinggi ke daerah hilir dapat menyebabkan pendangkalan waduk, sungai, saluran irigasi, dan terbentuknya tanah-tanah baru di pinggir-pinggir dan di delta-delta sungai. (Asdak, 2007) Sedimentasi yang terjadi di muara sungai Ci Tanduy berasal dari Sungai Ci Tanduy, Sungai Ciberem dan Cikonde serta beberapa sungai lainnya, terbawa dalam bentuk endapan tersuspensi. Berdasarkan data dari Kantor Pengelola Sumberdaya Kawasan Segara Anakan (KPSKSA) Kabupaten Cilacap, Laju sedimentasi dari sungai-sungai tersebut mencapai 5 juta m3/tahun, dan yang mengendap di Segara Anakan mencapai 1 juta m3/tahun. Laju penurunan luas laguna Segara Anakan dapat terlihat pada Tabel 4.2 : Tabel 4.2 Laju Penurunan Luas Segara Anakan Tahun Luas 1984 2.906 ha 1985 2.893 ha 1986 2.811 ha 1989 2.298 ha 1991 2.019 ha 1992 1.800 ha 1994 1.575 ha 2000 1.200 ha 2001 800 ha 2003 600 ha Sumber:Data dan Informasi Segara Anakan, Kantor Pengelola Sumberdaya Kawasan Segara Anakan Kabupaten Cilacap Tahun 2009
8
Dari data Tabel 4.2 dapat diketahui selisih laju penurunan luas segara anakan dari Tahun 1984 sampai Tahun 2003. Sebagai perbandingan, luas laguna pada tahun 1976 adalah sekitar 4.150 ha dengan kedalaman rata-rata 10-15 m berubah menjadi 2.906 ha pada tahun 1984. Ini menunjukan terjadi penurunan luas laguna seluas 1.244 ha dalam kurun waktu 8 tahun. kemudian dua tahun berikutnya, luas laguna berkurang 95 ha menjadi 2.811 ha di Tahun 1986. Tiga Tahun berikutnya, yakni Tahun 1989 penurunan luas laguna mencapai 513 ha. selanjutnya penurunan luas laguna semakin tinggi pada Tahun 1994 mencapai 723 ha. Enam Tahun berikutnya, yakni Tahun 2000 luas laguna mengalami penurunan kembali sebanyak 375 ha. hingga laguna Segara Anakan berubah menjadi sekitar 600 ha pada Tahun 2003 dengan kedalaman rata-rata 1,5 meter. Sedimentasi dapat memberikan dampak yang menguntungkan dan merugikan. Dikatakan menguntungkan karena pada tingkat tertentu adanya aliran sedimen ke daerah hilir dapat menambah kesuburan tanah serta terbentuknya tanah garapan baru di daerah hilir. Tetapi pada saat yang bersamaan aliran sedimen juga dapat menurunkan kualitas perairan dan pendangkalan badan perairan. Sedimentasi yang terjadi di muara sungai Ci Tanduy menyebabkan terjadinya pendangkalan sungai sehingga Kapal-Kapal laut yang melayani penyeberangan Kalipucang-Cilacap tidak bisa lagi melewati jalur tersebut, dan pada akhirnya tidak bisa lagi dioperasikan. Pelabuhan Penyeberangan Majingklak pun tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya.
Dampak yang ditimbulkan dari tidak berfungsinya pelabuhan penyeberangan Majingklak terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Klaces Kecamatan Kampung Laut Kabupaten Cilacap 1. Perubahan Mata Pencaharian Masyarakat Kondisi masyarakat di Desa Klaces masih relatif terbatas. Baik dari segi pendidikan maupun keahlian. Hal ini terlihat dari masih banyaknya penduduk Desa Klaces yang hanya tamat pendidikan SD/Sederajat. Sehingga mata pencaharian masyarakat cenderung homogen. Pada awalnya, mayoritas masyarakat Desa Klaces bermata pencaharian sebagai nelayan. Namun setelah
9
terjadinya pendangkalan muara sungai Ci Tanduy, sebagian besar penduduk beralih mata pencaharian menjadi petani. Tanggapan responden terhadap adanya perubahan mata pencaharian masyarakat setelah tidak berfungsinya pelabuhan Penyeberangan Majingklak sebanyak 39,47% menyatakan Ada perubahan. Adapun tanggapan responden terhadap alasan beralihnya mata pencaharian masyarakat adalah sebanyak 42,11% adalah karena pendapatan berkurang. 2. Pendapatan Masyarakat Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seseorang dari pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafkah. Pendapatan umumnya diterima dalam bentuk uang. Pendapatan adalah sumberdaya material yang sangat penting, karena dengan pendapatan itulah, masyarakat bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. (Ujang. 2003) Pendapatan masyarakat Desa Klaces Kecamatan Kampung Laut Kabupaten Cilacap masih relatif rendah. Hal ini akibat dari mata pencaharian masyarakat yang cenderung homogen karena terbatasnya kualitas sumberdaya manusia yang ada. Tingkat pendidikan masyarakat pun masih relatif rendah sehingga kemampuan atau keahlian yang dimiliki masyarakat menjadi terbatas. Tanggapan responden terhadap pendapatan masyarakt setelah tidak berfungsinya Pelabuhan
Penyeberangan
Majingklak
sebanyak
73,68%
menyatakan
pendapatan berkurang. Adapun alasan berkurangnya pendapatan masyarakat adalah sebanyak 71,05% menyatakan karena persaingan semakin meningkat. 3. Akses Transportasi Air Desa Klaces merupakan satu desa yang wilayahnya menyatu dengan Pulau Nusakambangan dan dikelilingi oleh perairan. Jarak antara satu desa dengan desa lain di Kecamatan kampung Laut terpisahkan oleh wilayah perairan. Sehingga untuk bisa pergi ke wilayah lain, masyarakat hanya bisa mengandalkan sarana transportasi air. Dengan Dibangunnya Pelabuhan Penyeberangan majingklak di Desa Pamotan Kecamatan Kalipucang, akses transportasi air di Desa Klaces meningkat. Jika sebelumnya masyarakat hanya mengendalkan perahu kecil atau disebut compreng untuk bepergian, maka setelah adanya fasilitas Kapal Feri
10
yang melayani jalur penyeberangan Kalipucang-Cilacap, akses transportasi masyarakat menjadi lebih mudah. Biaya transportasi pun relatif lebih terjangkau jika dibandingkan dengan menggunakan jasa perahu kecil. Namun kondisi ini tidak berlangsung lama. Setelah terjadinya pendangkalan muara sungai Ci Tanduy, Kapal-Kapal Feri tidak bisa lagi beroperasi sehingga akses transportasi masyarakat menjadi terhambat. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, sebanyak 60,53% responden menyatakan bahwa akses transportasi air di Desa Klaces kurang lancar setelah tidak berfungsinya Pelabuhan Penyeberangan Majingklak di Desa Pamotan Kecamatan Kalipucang dan sebanyak 50,00% menyatakan ketersediaan armada transportasi di Desa Klaces kurang memadai. SIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembuktian hipotesis, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelabuhan Penyeberangan Majingklak menjadi tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya disebabkan oleh dibangunnya jembatan penghubung KalipucangCilacap. Sehingga masyarakat lebih memilih menggunakan jalur darat dibandingkan jalur perairan. Disamping itu, pendangkalan yang terjadi di muara sungai Ci Tanduy menyebabkan kapal-kapal Feri tidak bisa lagi beroperasi, sehingga suasana Pelabuhan Penyeberangan Majingklak saat ini cenderung sepi. 2. Tidak berfungsinya Pelabuhan Penyeberangan Majingklak memberikan dampak terhadap masyarakat, khususnya masyarakat Desa Klaces dan umumnya bagi masyarakat Kampung Laut Kabupaten Cilacap. Diantaranya banyak masyarakat yang beralih mata pencaharian sehingga berdampak pula terhadap pendapatan mereka yang sebagian besar menjadi berkurang, serta akses transportasi air pun menjadi terhambat. SARAN Adapun saran-saran yang penulis kemukakan berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, adalah sebagai berikut. 1. Agar bisa meningkatkan kembali fungsi Pelabuhan Penyeberangan Majingklak, hendaknya Pemerintah setempat mengupayakan pembangunan kembali sarana dan
11
prasarana yang lebih efektif dan efisien guna kelancaran akses transportasi masyarakat. 2. Untuk bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Klaces, dibutuhkan sinergi antara pemerintah setempat dan masyarakat dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Misalnya dengan mengadakan pelatihan-pelatihan kewirausahaan, sehingga masyarakat bisa memiliki keahlian yang lebih dalam bidang-bidang tertentu. 3. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, sehingga banyak kekurangan-kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan dan memberikan kesempatan kepada penulis lain untuk meneliti secara mendalam dan lebih terperinci tentang Dampak tidak berfungsinya Pelabuhan Penyebrangan Majingklak terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Klaces Kecamatan Kampung Laut Kabupaten Cilacap.
DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, Sakti Adji. (2012). Perencanaan Infrastruktur Transportasi Wilayah. Yogyakarta: Graha Ilmu. Asdak, Chay. (2007). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press Sumaatmadja, Nursid. (1981). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung: Alumni Sumarwan, Ujang. (2003). Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Jakarta: Ghalia Indonesia.
12