Jurnal Trisdayanti Pakaya
MOTIVASI SISWA DALAM BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KIT DI KELAS TINGGI ( STUDI : SDN 33 KOTA SELATAN KOTA GORONTALO )
JURNAL
Oleh
TRISDAYANTI PAKAYA NIM. 151 411 144
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR 2015
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2015
Jurnal Trisdayanti Pakaya
LEMBAR PENGESAHAN JURNAL Skripsi yang berjudul Motivasi Siswa Dalam Belajar IPA Dengan Menggunakan Media KIT Di Kelas Tinggi (Studi : SDN 33 Kota Selatan Kota Gorontalo)
Oleh Trisdayanti Pakaya
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2015
Jurnal Trisdayanti Pakaya
MOTIVASI SISWA DALAM BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KIT DI KELAS TINGGI ( STUDI : SDN 33 KOTA SELATAN KOTA GORONTALO ) Trisdayanti Pakaya 1) , Asni Ilham2), Sukirman Rahim3) Trisdayanti Pakaya Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Asni Ilham Sukirman Rahim
ABSTRAK Rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimanakah Motivasi Siswa Dengan Menggunakan Media KIT?” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana motivasi siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SDN 33 Kota Selatan Kota Gorontalo. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif. Tehknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan observasi, angket dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi belajar di SDN 33 Kota Selatan Kota Gorontalo cukup baik dilihat dari hasil skor persentase 40%-55% di tiap indikator motivasi belajar. Kesimpulannya yaitu dengan adanya motivasi dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah yang terjadi dalam proses belajar mengajar di kelas. Kata Kunci : Motivasi, Belajar, Media, KIT IPA
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2015
Jurnal Trisdayanti Pakaya
1.
PENDAHULUAN
Sekolah Dasar (SD) mempunyai tujuan yaitu menciptakan atau menyiapkan peserta didik agar mempunyai kemampuan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Salah satu usaha yang digunakan untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dimana mata pelajaran ini akan menjadi pondasi awal bagi peserta didik yang bercita-cita menjadi seorang ilmuan (Scientis). Selain itu di lingkungan perkotaan, mata pelajaran ini menjadi sebuah favorit dimana peserta didiknya dikumpulkan menjadi satu yakni termasuk dalam kategori kelas unggulan (akselerasi) yang menuntut peserta didik agar memiliki prestasi belajar yang baik. Motivasi untuk belajar adalah tujuan menyenangkan bagi semua peserta didik. Karena dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sangat dibutuhkan motivasi dari seorang guru agar peserta didik lebih terdorong niatnya untuk belajar dan pembelajaran yang bersifat efektivitas akan membangun ruang iklim yang postif. Iklim ruang kelas positif sangat penting bagi pembelajaran. Tidak ada strategi mengajar atau model mengajar yang akan efektif jika iklim ruang kelasnya negatif, dan masalah manajemen ruang kelas kemungkinan besar terjadi dalam iklim negatif. Apabila iklim ruang kelas lebih positif maka peserta didik akan lebih termotivasi untuk belajar dan berprestasi lebih tinggi. Motivasi juga sangat berpengaruh terhadap diri peserta didik karena dengan
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2015
adanya motivasi dapat menumbuhkan minat belajar peserta didik. Bagi peserta didik yang memiliki motivasi yang kuat akan mempunyai keinginan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Sehingga boleh jadi peserta didik yang memiliki intelegensi yang cukup tinggi menjadi gagal karena kekurangan motivasi, sebab hasil belajar itu akan optimal bila terdapat motivasi yang tepat. Perhatian peserta didik terhadap stimulus belajar dapat diwujudkan melalui beberapa cara seperti penggunaan media pengajaran atau alat-alat peraga, memberikan pertanyaan kepada peserta didik, membuat variasi belajar pada peserta didik, melakukan pengulangan informasi yang berbeda dengan cara sebelumnya, memberikan stimulus belajar dalam bentuk lain sehingga siswa tidak bosan. Motivasi sangat berperan dalam belajar, dengan motivasi inilah peserta didik menjadi tekun dalam proses belajar mengajar, dan dengan motivasi itu pula kualitas belajar peserta didik dapat diwujudkan dengan baik. Apalagi pada pembelajaran IPA melibatkan berbagai peralatan dan bahan. Berbagai benda dalam kehidupan sehari-hari dapat dimanfaatkan sebagai peralatan dalam pembelajaran IPA. Peralatan IPA beragam jenis-jenisnya, fungsi, dan cara pengelolaannya sehingga peserta didik perlu diberikan motivasi yang lebih baik dari luar maupun dari dalam diri peserta didik agar mau belajar. Namun berbeda dengan kenyataan yang ada di SDN 33 Kota Selatan Kota Gorontalo bahwa motivasi belajar siswa belum maksimal karena peserta didik menganggap pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit terutama
Jurnal Trisdayanti Pakaya
pada kelas tinggi di Sekolah Dasar (SD) karena terlalu banyak praktikum sehingga peserta didik yang berada di kelas tinggi sangat memerlukan suatu motivasi agar peserta didik terdorong untuk lebih giat lagi belajarnya karena motivasi sangat berpengaruh dalam aktivitas belajar itu sendiri. Motivasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan situasi. Dalam bahasan ini, motivasi dimaksudkan untuk bidang pendidikan khususnya untuk kegiatan pengajaran. Secara umum peserta didik akan terangsang untuk belajar (terlibat aktif dalam pengajaran) apabila peserta didik melihat bahwa situasi pengajaran cenderung memuaskan dirinya sesuai dengan kebutuhannya dan hasil belajar peserta didik akan meningkat sesuai dengan harapan. Selain itu juga peserta didik akan terus berupaya meningkatkan prestasinya. Sehubungan dengan uraian di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Motivasi Siswa Dalam Belajar IPA Dengan Menggunakan Media KIT di Kelas Tinggi (Studi : SDN 33 Kota Selatan Kota Gorontalo)”. 2.
LANDASAN TEORI Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya (Uno 2013 : 1). Menurut Rukminto (dalam Uno, 2013 : 3) istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2015
atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai perbedaan antara dapat melaksanakan dan mau melaksanakan. Motivasi lebih dekat pada mau melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.atau dengan kata lain, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan mental terhadap perorangan atau orang-orang sebagai anggota masyarakat. Motivasi juga dapat diartikan sebagai proses untuk mencoba mempengaruhi orang atau orang-orang yang dipimpinnya agar melakukan pekerjaan yang diinginkan, sesuai dengan tujuan tertentu yang ditetapkan lebih dahulu. Berkaitan dengan pengertian motivasi, beberapa psikolog menyebut motivasi sebagai konstruk hipotesis yang digunakan untuk menjelaskan keinginan, arah, intensitas, dan keajegan perilaku yang diarahkan untuk berprestasi, kebutuhan berafiliasi, kebiasaan, dan keingintahuan seseorang terhadap sesuatu (Uno 2013 : 4). Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Belajar hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat diindikasikan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, keterampilan, dan kemampuan, serta
Jurnal Trisdayanti Pakaya
perubahan aspek-aspek yang lain yang ada pada individu yang belajar. (Trianto, 2008 : 12) Menurut Uno, (2013 : 23) hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsure yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil 2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4) Adanya penghargaan dalam belajar 5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar 6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik Motivasi belajar terdapat korelasi tinggi antara motivasi dan pembelajaran. Motivasi anak-anak untuk belajar terletak pada pencapaian sukses di dalam sekolah (Eggen dan Kauchak, 2012 : 67). Ada dua jenis motivasi yaitu motivasi ekstrinsik dan intrinsik. Motivasi ekstrinsik merujuk pada motivasi untuk terlibat di dalam satu kegiatan sebagai sarana mencapai tujuan, sementara motivasi intrinsik adalah motivasi untuk terlibat di dalam kegiatan untuk kegiatan itu sendiri (Eggen dan Kauchak, 2012 : 67). Terdapat beberapa model-model untuk mendorong motivasi belajar peserta didik yakni : a. Perilaku dan keyakinan guru b. Ketertiban dan Keamanan c. Pengajaran Efektif
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2015
d. Menggunakan Teknologi untuk Meningkatkan Motivasi Peserta Didik Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam (a) menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, (b) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, (c) menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, (d) menentukan ketekunan belajar. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach & Ely, 1971 (dalam Arsyad, 2014 : 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Hamalik, 1986 (dalam Arsyad, 2014 : 19) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi
Jurnal Trisdayanti Pakaya
pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan pemyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat mambantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Media Komponen Instrumen Terpadu (KIT) adalah peralatan yang diproduksi dan dikemas dalam bentuk kotak unit pengajaran, yang menyerupai rangkaian peralatan uji coba keterampilan proses pada bidang studi IPA dan dilengkapi dengan buku pedoman penggunaannya. Smaldino (dalam Anitah 2009: 58) menyatakan bahwa media KIT adalah kotak peralatan yang merupakan kumpulan bahan-bahan yang berisi lebih dari satu jenis media yang diorganisasikan untuk satu topik tertentu. Media KIT IPA adalah bersifat pengantar pesan kepada peserta didik sehingga peserta didik dapat memahami konsep dari pengalaman yang dilakukannya. Menurut Rosida (2011: 23) media KIT IPA mempunyai kelebihan fleksibel, tidak mahal, dan mudah dalam memilih alat sesuai materi yang dibahas. Kegunaan dari media KIT IPA yaitu : 1) Untuk meningkatkan mutu pengajaran dan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar 2) Untuk penekanan pada metodemetode pembelajaran interaktif 3) Untuk mengembangkan program pengembangan sumber daya manusia 4) Untuk menciptakan tenaga kerja yang lebih bermutu
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2015
5) Untuk memenuhi tujun pembangunan masyarakat, ekonomi dan teknik di Indonesia 6) Untuk membantu guru IPA, mempermudah persiapan pegajaran dan mempebaiki mutu proses belajar mengajar di kelas di dasarkan pada kurikulum Kelebihan media KIT IPA menurut Sanaky (2009: 4) yaitu : 1) Dapat memacu dan hasil belajar siswa dengan kondisi dinamis, kreatif dan relevan dengan kehidupan sehari-hari 2) Membantu siswa melaksanakan percobaan-percobaan 3) Mempermudah pembelajaran di kelas 4) Meningkatkan efisiensi proses pembelajaran 5) Menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar 6) Membantu konsentrasi belajar dalam proses pembelajaran Kekurangan Media KIT IPA yaitu : - Bagi Guru yaitu : 1) Penguasaan kelas oleh guru yang belum optimal saat pembelajaran 2) Guru dalam menyampaikan perintah atau penjelasan masih terkadang mengunakan bahasa yang susah dimengerti dan dipahami oleh peserta didik sehingga membuat peserta didik kebingungan 3) Guru belum bisa mengatur alokasi waktu dengan tepat. - Bagi peserta didik yaitu : 1) Masih banyak peserta didik yang kurang berani mengemukakan pendapatnya 2) Peserta didik banyak yang suka bermain sendiri dan susah untuk diatur
Jurnal Trisdayanti Pakaya
3) Dalam diskusi kelompok, masih ada peserta didik yang menggantungkan jawabannya kepada teman diskusinya 4) Menurut Suriasumantri (dalam Trianto, 2008 : 60) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berasal dari bahasa asing ‘science’ berasal dari kata latin ‘scientia’ yang berarti saya tahu. Kata ‘science’ sebenarnya berarti ilmu pengetahuan yang terdiri dari social scinces (ilmu pengetahuan social) dan natural science (ilmu pengetahuan alam). Namun dalam perkembangan science diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam. 5) Menurut Fowler (dalam Trianto, 2008 : 60) Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. 6) Ilmu Pengetahuan Alam mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Oleh karena itu dalam menjelaskan hakikat ilmu pengetahuan alam, pengertiannya harus dipahami terlebih dahulu. Menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2008 : 61) Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. 7) Adapun Wahyana (dalam Trianto, 2008 : 61) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu kumpulan pengetahuan secara tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta,
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2015
tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. 8) Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum sebagaimana termaktub dalam taksonomi Bloom diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran.jenis pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk kehidupan seharihari. Pengetahuan secara garis besar tentang fakta yang ada di alam untuk dapat memahami dan memperdalam lebih lanjut, dan melihat adanya keterangan serta keteraturannya. Di samping hal itu, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam diharapkan pula memberikan keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan, dan apresiasi. Di dalam mencari jawaban terhadap suatu permasalahan. Karena cirri-ciri tersebut yang membedakan dengan pembelajaran lainnya. Dari uraian tersebut, maka hakikat dan tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam menurut Depdiknas, 2003 (dalam Trianto, 2008 : 71) diharapkan dapat memberikan antara lain : 1) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan
Jurnal Trisdayanti Pakaya
2)
3)
4)
5)
6)
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang ada di alam, hubugan saling ketergantungan, dan hubungan antara Ilmu Pengetahuan Alam dan teknologi Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah, dan melakukan observasi Sikap ilmiah, antara lain skeptic, kritis, sensitive, obyektif, jujur terbuka, dan dapat bekerja sama Kebiasaan mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip Ilmu Pengetahuan Alam untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam Apresiatif terhadap Ilmu Pengetahuan Alam dengan menikmati dan menyadari keindahan keteratuaran perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi.
3. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi penelitian yang akan dilaksanakan di SDN 33 Kota Selatan Kota Gorontalo. Lokasi sekolah ini tepatnya berada di Jl. Budi Utomo, Kel. Limba U1, Kota Selatan, Kota Gorontalo. Peneliti mengambil lokasi penelitian ini karena bisa menghemat biaya, waktu, tenaga, dan mudah dijangkau. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap, selama 10 minggu tahun ajaran 2014/2015. Hal ini mencakup penyusunan instrument selama 2 minggu, perbaikan instrument 2 minggu, pengambilan data selama 3 minggu, pengolahan data selama 2 minggu dan penyusunan hasil penelitian 1 minggu.
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2015
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yang akan mendeskripsikan kejadian yang terkait dengan motivasi siswa dalam belajar dengan menggunakan media KIT pada pembelajaran IPA di kelas tinggi SDN 33 Kota Selatan Gorontalo. Dalam konteks ini, penulis menggunakan metode deskriptif kuantitatif satu variabel untuk mendeskripsikan kejadian yang terkait dengan objek penelitian. Pada penelitian ini hanya mendeskripsikan satu variabel yaitu motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA di kelas tinggi SDN 33 Kota Selatan Kota Gorontalo yang indikatornya : 1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil 2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4. Adanya penghargaan dalam belajar 5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar 6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas IV dan V SDN 33 Kota Selatan Kota Gorontalo yang terdiri dari 4 kelas. Sampel yang digunakan oleh peneliti adalah kelas IV B dan V A. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun hasil angket dalam penelitian ini diambil dari siswa kelas IV B, dan VA, yang masing-masing kelas berjumlah sebanyak 42 dan 36 siswa. Jadi jumlah seluruhnya siswa sebanyak 78 orang. PEMBAHASAN Hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar dan dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya disebut
Jurnal Trisdayanti Pakaya
motivasi berprestasi, yaitu motivasi untuk berhasil dalam melakukan suatu tugas dan pekerjaan atau motivasi untuk memperoleh kesempurnaan. Motivasi semacam ini merupakan unsur kepribadian dan perilaku manusia, sesuatu yang berasal dari “dalam” diri manusia yang bersangkutan.
dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik maka dia akan mendapat malu dari gurunya, di olok-olok temannya, atau bahkan dihukum oleh orang tua. Dari keterangan diatas tampak bahwa “keberhasilan” siswa tersebut disebabkan oleh dorongan atau rangsangan dari luar dirinya.
Motivasi berprestasi adalah motivasi yang dapat dipelajari, sehingga motivasi itu dapat diperbaiki dan dikembangkan melalui proses belajar. Seseorang yang mempunyai berprestasi tinggi cenderung untuk berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas, tanpa menunda-nunda pekerjaannya. Penyelesaian tugas semacam ini bukanlah karena dorongan dari luar diri, melainkan upaya pribadi.
Dari uraian diatas, terlihat bahwa dengan dorongan dan kebutuhan dalam belajar siswa dapat memecahkan masalah atau mencari jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan dikarenakan siswa menghindari kegagalan yang bersumber pada kegagalan dan ketakutan. Dilihat dari hasil rata-rata persentase pada indikator adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar tersebut diperoleh kesimpulan bahwa sebagian besar atau rata-rata 50% siswa tidak mengalami kesulitan pada indikator tersebut dan 50% yang mengalami kesulitan pada indikator adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
Dari uraian diatas, terlihat bahwa indikator adanya hasrat dan keinginan berhasil dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah yang terjadi pada saaat proses pembelajaran khususnya dalam memecahkan pertanyaan atau tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Dilihat dari hasil rata-rata persentase pada indikator adanya hasrat dan keinginan berhasil tersebut diperoleh kesimpulan bahwa sebagian besar atau rata-rata 46% siswa tidak mengalami kesulitan pada indikator tersebut dan 54% yang mengalami kesulitan pada indikator adanya hasrat dan keinginan berhasil. Dorongan dan kebutuhan dalam belajar tidak selamanya dilatar belakangi oleh motivasi berprestasi atau keinginan untuk berhasil, kadang kala seorang individu menyelesaikan suatu pekerjaan sebaik orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, justru karena dorongan menghindari kegagalan yang bersumber pada ketakutan akan kegagalan itu. Seorang siswa mungkin tampak bekerja dengan tekun karena kalau tidak Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2015
Harapan didasari pada keyakinan bahwa orang dipengaruhi oleh perasaan mereka tentang gambaran hasil tindakan mereka contohnya orang yang menginginkan kenaikan pangkat akan menunjukkan kinerja yang baik kalau mereka menganggap kinerja yang tinggi diakui dan dihargai dengan kenaikan pangkat. Dari uraian diatas, terlihat bahwa dengan adanya harapan dan cita-cita masa depan dapat mendorong siswa untuk meningkatkan hasil prestasi siswa agar dapat mencapai hasil belajar yang maksimal dan sebaik mungkin. Dilihat dari hasil rata-rata persentase pada indikator adanya harapan dan cita-cita masa depan tersebut diperoleh kesimpulan bahwa sebagian besar atau rata-rata 43% siswa tidak mengalami kesulitan pada indikator tersebut dan 57% yang
Jurnal Trisdayanti Pakaya
mengalami kesulitan pada indikator adanya harapan dan cita-cita masa depan. Pernyataan verbal atau penghargaan dalam bentuk lainnya terhadap perilaku yang baik atau hasil belajar anak didik yang baik merupakan cara paling mudah dan efektif untuk meningkatkan motivasi belajar anak didik kepada hasil belajar yang lebih baik. Pernyataan seperti “bagus”, “hebat” dan lain-lain disamping akan menyenangkan siswa, pernyataan verbal seperti itu juga mengandung makna interaksi dan pengalaman pribadi yang langsung antara siswa dan guru, dan penyampaian konkret, sehingga merupakan suatu persetujuan pengakuan sosial, apalagi kalau penghargaan verbal itu diberikan didepan orang banyak. Dari uraian diatas, terlihat bahwa adanya penghargaan belajar dapat membantu siswa dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yang maksimal dan sebaik mungkin dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan umum sehingga hal itu akan menimbulkan rasa bangga dan dihargai oleh umum. Dilihat dari hasil rata-rata persentase pada indikator adanya penghargaan dalam belajar tersebut diperoleh kesimpulan bahwa sebagian besar atau rata-rata 54% siswa tidak mengalami kesulitan pada indikator tersebut dan 46% yang mengalami kesulitan pada indikator adanya penghargaan dalam belajar. Baik simulasi maupun permainan merupakan salah satu proses yang sangat menarik bagi siswa. Suasana yang menarik menyebabkan proses belajar menjadi bermakna. Sesuatu yang bermakna akan selalu diingat, dipahami, dan dihargai. Seperti kegiatan belajar seperti diskusi, brainstorming, pengabdian masyarakat dan sebagainya.
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2015
Dari uraian diatas, terlihat bahwa dengan kegiatan yang menarik dalam belajar dapat memancing rasa ingin tahu siswa dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga siswa akan terus mempertahankan perhatiannya terhadap penjelasan sesuatu yang baru atau belum dipahami oleh siswa mengenai materi yang diberikan oleh guru dan memungkinkan siswa bersemangat untuk belajar selanjutnya. Dilihat dari hasil ratarata persentase pada indikator adanya kegiatan yang menarik dalam belajar tersebut diperoleh kesimpulan bahwa sebagian besar atau rata-rata 48% siswa tidak mengalami kesulitan pada indikator tersebut dan 52% yang mengalami kesulitan pada indikator adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. Pada umumnya motivasi dasar yang bersifat pribadi muncul dalam tindakan individu setelah dibentuk oleh lingkungan. Oleh karena itu motivasi individu untuk melakukan sesuatu misalnya untuk belajar dengan baik, dapat dikembangkan, diperbaiki, atau diubah melalui belajar dan latihan, dengan perkataan lain melaui pengaruh lingkungan belajar yang kondusif salah satu faktor pendorong belajar anak didik, dengan demikian anak didik mampu memperoleh bantuan yang tepat dalam mengatasi kesulitan atau masalah dalam belajar. Dari uraian diatas terlihat bahwa dengan lingkungan belajar yang kondusif dapat memberikan suasana yang sangat menarik, menyebabkan proses belajar menjadi bermakna secara afektif atau emosional bagi siswa. Selain itu juga siswa akan belajar dengan menggunakan hal-hal yang telah dikenalnya, siswa juga dapat menguatkan pemahaman atau pengetahuannya tentang hal-hal yang telah dipelajarinya. Dilihat dari hasil rata-rata persentase pada indikator adanya
Jurnal Trisdayanti Pakaya
lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik tersebut diperoleh kesimpulan bahwa sebagian besar atau rata-rata 40% siswa tidak mengalami kesulitan pada indikator tersebut dan 60% yang mengalami kesulitan pada indikator adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik. 5. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa motivasi siswa dalam belajar IPA dengan menggunakan media KIT di Kelas Tinggi SDN 33 Kota Selatan Kota Gorontalo telah berjalan sesuai dengan langkah-langkah indikator motivasi yang telah ditetapkan. Hal tersebut dapat ditunjukkan oleh hasil yang didapat peneliti di SDN 33 Kota Selatan Kota Gorontalo dimana pada indikator adanya hasrat dan keinginan berhasil skor persentasenya rata-rata 46% siswa tidak mengalami kesulitan dan 54% siswa yang mengalami kesulitan, indikator yang kedua adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar siswa menjawab 50% tidak mengalami kesulitan dan 50% menjawab mengalami kesulitan pada indikator tersebut, indikator ketiga adanya harapan dan cita-cita masa depan 43% siswa tidak mengalami kesulitan dan 57% siswa mengalami kesulitan, indikator yang keempat adanya penghargaan dalam belajar 54% siswa tidak mengalami kesulitan, 46% siswa mengalami kesulitan, indikator kelima adanya kegiatan yang menarik dalam belajar 48% siswa tidak mengalami kesulitan, dan 52% siswa mengalami kesulitan, dan indikator yang terakhir adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik 40% siswa tidak mengalami kesulitan, dan 60% siswa mengalami kesulitan.
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2015
Berdasarkan pembahasan diatas dapat dilihat bahwa motivasi belajar siswa di SDN 33 Kota Selatan Kota Gorontalo cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari klasifikasi penilaian skor persentase 40%55%. Dengan adanya motivasi siswa maka setiap siswa sudah dapat membelajarkan diri memecahkan masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran karena dalam indikator tersebut mengajarkan siswa untuk berfikir kritis, aktif dan kreatif dalam merespon pertanyaan yang diberikan guru. 6. REFERENSI Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Ali, Muhamad Gunawan. 2013. Statistik Untuk Penelitian Pendidikan. Parama Publishing Anitah, S. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: LPP UNS dan UNS PRESS Barbara. 2008. Peran Perilaku Manusia. Bandung : Remaja Rosdakarya. Uno, Hamzah. 2013. Teori Motivasi dan Pengukurannya : analisis di bidang pendidikan. PT Bumi Aksara Eggen Paul, Kauchak Don. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. PT Indeks Permata Putri Media Arsyad, Azhar. 2014. Media Pembelajaran. PT Rajagrafindo Persada Rahmat Abdul, Husain Rusmin. 2012. Profesi Keguruan. Gorontalo : Ideas Publishing Rohani A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta Rosida. 2011. Peningkatan Prestasi Belajar dalam Pembelajaran IPA Materi Fotosintesis Menggunakan Media Berbasis KIT IPA. Bandung. Sanaky. 2009. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Safiria Insania Press
Jurnal Trisdayanti Pakaya
Sugiyono. 2010. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) di Kelas. Jakarta : Cerdas Pustaka Publisher Tirtarahardja, 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2015