TERAS/X/1/Juli 2010
MODEL PEMBELAJARAN MATERI SUBYEK UNTUK PENINGKATAN KETRAMPILAN BERFIKIR KONSEPTUAL DALAM PERANCANGAN BANGUNAN Dadang Ahdiat1 ABSTRACT This research is started issues: what forms of subject matter learning model that can be developed to enhance students' conceptual thinking skills for prospective professionals of Housing Engineering D3 Program? To be able to develop a teaching model, we need to investigate the characteristics of the subject matter, methods, approaches, evaluation tools, the types of developed conceptual thinking skills, support facilities and problems on the implementation of learning models, as well as the cost and time needed. The developed learning model is expected to increase the students' conceptual thinking skills, improve the quality of graduates, and could be used as an example to be developed on similar subjects, and also enhance the professional competence of Housing Engineering D3 program graduates to later compete on the working field. Therefore it is necessary to pay attention on the learning facilities and student learning environment. Keywords: Subject Matter, Conceptual Thinking, Building Design
A. PENDAHULUAN Perdagangan bebas pada abad ke 21 sebagai era globalisasi, memerlukan ketangguhan dan kesiapan individu yang ditentukan oleh keterampilan berfikir konseptual. Selama ini model-model pembelajaran 1
) Dadang Ahdiat, Drs,MSA, adalah Dosen pada Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Lahir di Purwakarta pada tanggal 11 April 1953. Pendidikan S1 diselesaikan di Jurusan Arsitektur FPTK IKIP Bandung pada tahun 1979, dan S2 Arsitektur di Jurusan Arsitektur ITB pada tahun 1994. Disamping mengajar dan meneliti, juga berpraktek sebagai arsitek lepas pada beberapa konsultan arsitektur. Beberapa hasil penelitian dan publikasi imiahnya antara lain : 1) Pengembangan Model ruang Belajar berdasarkan Model Mengajar dan Perilaku Siswa di Sekolah Dasar ,Dikti (2007) , 2) Permukiman dan Bangunan Tradisional Sunda, Telaah Pola dan Bentuk pada Letak Geografis yang berbeda, UPI (2007) ,3) Kajian Pola Kampung dan Rumah Tinggal Warga Kasepuhan Kesatuan Adat Banten Kidul., Dikti (2008), 4) Model Arsitektural Bangunan Sekolah Dasar Berdasarkan Model Mengajar dan Perilaku Siswa, Dikti .(2009)
10
Dadang Ahdiat
materi subyek merancang bangunan bagi mahasiswa program D3 belum memungkinkan terjadinya pengembangan pola berfikir konseptual, karena adanya beberapa kompetensi yang harus dipenuhi dengan bobot teori dan praktikum antara 40 : 60. Karena itulah masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah ; Bagaimana bentuk model pembelajaran materi subyek yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan keterampilan berfikir konseptual mahasiswa calon tenaga professional Program D3 Teknik Perumahan ? Penyusunan model pembelajaran dapat berupa model proses informasi dengan memperhatikan jenis keterampilan berfikir konseptual yang dikembangkan, konsep yang dimiliki mahasiswa, macam eksplanasi dosen, pengintegrasian teori dan praktek, serta pemetaan konsep yang mendasari alat evaluasi program pembelajaran. Untuk menyusun model pembelajaran perlu diteliti karakteristik materi subyek, metode, pendekatan, alat evaluasi, kenis keterampilan berfikir konseptual yang dikembangkan, sarana penunjang dan kendala pada aplikasi model pembelajaran, juga biaya dan waktu yang dipelukan. Model pembelajaran yang dikembangkan diharapkan bermanfaat meningkatkan keterampilan berfikir konseptual mahasiswa, meningkatkan mutu lulusan, dapat menjadi contoh untuk dikembangkan pada mata kuliah sejenis, serta meningkatkan kemampuan professional lulusan program D3 Teknik Perumahan untuk bersaing di lapangan pekerjan kelak. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bentuk model pembelajaran materi subyek yang dapat dikembangkan, untuk meningkatkan keterampilan berfikir konseptual dalam merancang bangunan mahasiswa program D3 teknik perumahan. Untuk itu agar model pembelajaran yang disusun sesuai dengan kebutuhan lapangan dan untuk menentukan langkah-langkah penelitian secara lebih operasional, maka masalah tersebut dijabarkan sebagai berikut : 1. Jenis keterampilan berfikir konseptual mana yang dikembangkan model pembelajaran yang disusun ? 2. Bagaimana kesiapan mahasiswa dan dosen untuk dapat mengaplikasikan model pembelajaran yang disusun. ? 3. Sarana penunjang apa yang diperlukan untuk mengoperasinalkan model pembelajaran yang disusun ? 4. Adakah faktor pendukung dan kendala untuk mengaplikasikan model pembelajaran yang disusun ? Tujuan dari penelitan ini adalah untuk menghasilkan model pembelajaran materi subyek (MPMS) untuk meningkatkan keterampilan berfikir konseptual mahasiswa program D3 teknik perumahan, yang meliputi model pembelajaran Studio IV.
11
TERAS/X/1/Juli 2010
B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Merancang Bangunan sebagai Ilmu Pengetahuan Merancang bangunan gedung didalam ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian dari arsitektur secara keseluruhan. Arsitektur itu sendiri tersusun atas konsep-konsep dalam suatu jaringan system, dimana konsep merupakan gambaran mental dari gejala alam, mempunyai lingkup yang luas mengenai keteraturan kejadian atau obyek dan dinyatakan dalam suatu label (Novak,1985). Untuk merancang bangunan perlu mengikuti perkembangan arsitektur dan itu memerlukan keterampilan berfikir konseptual. Keterampilan berfikir konseptual itu sendiri dikembangkan peserta didik pada proses pembentukan system konseptualnya (Lawson, 1979). Arsitektur sebagai ilmu, mengandung unsure pengetahuan,teknologi dan seni, untuk itu didalam merancang bangunan, ada beberapa konsep yang harus diperhatikan, yaitu ; a) konsep fungsional, yaitu konsep yang menuntut sesuatu yang dirancang atau digambar harus mempunyai fungsi , b) konsep kekuatan, yaitu konsep yang menekankan, bahwa sesuatu yang dirancang dan digambar harus mengandung unsure kekuatan untuk mendukung rancangan/gambar tersebut, c) konsep estetika, yaitu konsep yang mengandung unsure keindahan yang didalamnya mengandung unsure ide dari suatu kreatifitas. Sebagai suatu karya yang harus memperhatikan teknologi dan seni serta mengandung hal yang bersifat fungsional,kekuatan dan seni, maka disini dituntut cara berfikir kompleks. Dalam keterkaitannya dengan program D3, terdapat dua luaran yang harus diperhatikan, yaitu ; a) kompetensi professional dan b) tingkah laku professional. Pada kompetensi professional terdapat 6 (enam) kompetensi, yaitu ; 1) kmpetensi konseptual, 2) kompetensi teknikal, 3) kompetensi integrative, 4) kompetensi kontekstual, 5) kompetensi adaptif dan 6) kompetensi interpersonal. Dalam rangka pembuatan model pembelajaran materi subyek ini, maka beberapa hal tersebut diatas merupakan atribut konseptual yang tidak dapat dipisahkan didalam proses cara berfikir tingkat tinggi.
2. Keterampilan Berfikir.
Proses berfikir dihubungkan dengan pola perilaku yang lain, merupakan keterlibatan aktif pemikir, hubungan ini saling terkait dengan struktur yang mapan dan dapat diekspresikan oleh pemikir dalam berbagai cara. Berfikir merupakan upaya yang kompleks dan reflektif, bahkan suatu pengalaman yang kreatif dan keterampilan berfikir selalu berkembang dan dapat dipelajari (Nickerson,1985).
12
Dadang Ahdiat
Proses berfikir dasar merupakan gambaran dari proses berfikir rasional yang mengandung sekumpulan proses mental dari yang sederhana sampai yang kompleks. Keterampilan berfikir meliputi proses berfikir dasar dan proses berfikir kompleks (Novak,1979). Dalam rposes berfikir kompleks meliputi pemecahanmasalah, pembuatan keputusan, berfikir kritis dan berfikir kretaif (Costa, 1985). Berfikir kritis menekankan kepada aspek pemahaman, analisis evaluasi dan sistesis, proses ini didasarkan kepada kriteria tertentu, dapat memperbaiki sendiri dan peka terhadap konteks (Lipman, 1988). Selanjutnya berfikir kreatif lebih menekankan kepada kualifikasi yaitu menemukan sifat yang unik dan transportasi dari analogi, serta induksi logis sehingga membentuk suatu produk atau ide yang asli dalam arti baru (Costa,1985). Untuk mempelajari perancangan bangunan, yang tersusun dari konsep-konsep, maka jenis model pembelajaran yang dipilih adalah model pembelajaran pemrosesan informasi, dimana jenis program pembelajaran yang diterapkan mempengaruhi pengembangan kemampuan penalaran mahasiswa. Proses berfikir kompleks dikenal sebagai proses berfikir tingkat tinggi, dan dapat dikategorikan dalam empat kelompok yang meliputi pemecahan masalah, pembuatan keputusan, berfikir kritis dan berfikir kreatif (Costa,1985). Pembuatan keputusan menggunakan dasar proses berfikir untuk memilih respon yang terbaik dintara beberap pilihan, mengumpulkan informasi, membandingkan keuntungan dan kerugian dari alternatif pendekatan dan menentukan respon yang paling efektif dan dapat mempertimbangkannya. Berfikir kritis menggunakan dasar proses berfikir untuk menganalisis argumen dan memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, untuk mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis, memahami asumsi dan bias yang mendasari tiap-tiap posisi, memberikan model presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan meyakinkan.
2. Berfikir Konseptual
Konsepsi kognitif belajar ialah memperkaya pemahaman tentang bagaimana manusia memperoleh pengetahuan baru dan cara baru untuk bertindak (Shell, 1986). Didalam arsitektur tersusun konsepkonsep dalam suatu jaringan sistem. Konsep merupakan gambaran mental dari gejala alam, mempunyai lingkup yang luas mengenai keteraturan kejadian atau obyek dan dinyatakan dalam suatu label (Novak,1985). Keterampilan berfikir meliputi proses berfikir dasar dan kompleks (Presseisen dan Costa, 1985), Dalam penelitian ini fokus diarahkan kepada pengembangan berfikir kritis, yang menekankan kepada aspek pemahaman, analisis, evaluasi dan sistesis. Proses ini didasarkan kepada suatu kriteria tertentu, dapat memperbaiki sendiri dan peka
13
TERAS/X/1/Juli 2010
terhadap konteks (Lipman,1988). Selanjutnya berikir kreatif lebih menekankan kepada kualifikasi yaitu menemukan sifat yang unik dan transformasi dari analogi, serta induksi logis sehingga membentuk produk atau ide yang asli dalam arti baru (Costa,1985). Untuk mempelajari perancangan bangunan, yang tersusun dari konsep-konsep, maka jenis model pembelajaran yang dipilih adalah model pembelajaran pemrosesan informasi secara sistematis. Selanjutnya untuk meningkatkan keterampilan berfikir, maka model pembelajaran dapat dikembangkan berdasarkan perkembangan kognitif mahasiswa.
3. Materi Subyek Studio IV
Perancangan bangunan berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, dimana hasil rancangan yang dihasilkan juga tergantung kepada kreatifitas perancangnya sendiri. Dalam kaitannya dengan proses merancang bangunan, konsep rancangan secara utuh pada dasarnya dilakukan oleh arsitek, dan menterjemahkan konsep rancangan kedalam gambar kerja dilakukan oleh drafter (tukang gambar) . Dalam proses menterjemahkan konsep rancangan bangunan itulah sesungguhnya keterampilan berfikir konseptual sangat dibutuhkan, dimana keterkaitan pengetahuan bahan bangunan, baik jenis, ukuran maupun bentuknya akan banyak berpengaruh terhadap gambar dari rencana yang dibuat. Sebagai ilmu pengetahuan yang sarat dengan teknologi dan seni, arsitektur dipelajari melalui materi pengetahuan dasar sampai kompleks. Konsep-konsep yang bersifat teoritis mendukung konsep-konsep pada materi menggambar, didalam proses merancang bangunan. Berdasarkan konsep-konsep yang harus dibuat didalam proses merancang bangunan, konsep-konsep tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan atribut-atribut konsep, yang terdiri dari 6 (enam) kelompok konsep (Herron,1977), yaitu : 1. Konsep konkrit, yaitu konsep yang contohnya dapat dilihat, misalnya bentuk atap. 2. Konsep abstrak, yaitu konsep yang contohnya tidak dapat dilihat, misalnya arah angin 3. Konsep dengan atribut kritis yang abstrak, tapi contohnya dapat dilihat, misalnya kuat, lemah 4. Konsep yang berdasarkan prinsip, misalnya kekuatan (pondasi,dinding,kolom) 5. Konsep yang melibatkan penggambaran simbol , misalnya pintu, jendela 6. Konsep yang menyatakan sifat, misalnya ornamen, 7. Konsep yang menunjukkan atribut ukuran, misalnya panjang, lebar, tinggi, diameter.
14
Dadang Ahdiat
Untuk memasukan konsep kedalam kelompok yang tepat, perlu adanya karakteristik sesuai dengan ciri dan syarat berdasarkan variabelnya. Karakteristik konsep untuk merancang bangunan, meliputi definisi konsep lain. Atribut konsep dapat berupa atribut kritis dan atribut variabel. Atribut kritis menyatakan ciri-ciri utama suatu konsep yang merupakan penjabaran dari definisi konsep, atribut variabel menunjukkan ciri-ciri konsep yang nilainya dapat berubah, tetapi bentuk dan ukurannya tetap.
C. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan suatu studi yang bersifat teoritis dan empiris. Studi ini dirancang dalam tiga tahap, yaitu penyusunan model pembelajaran materi subyek, tahap penerapan model untuk melihat kesesuaiannya dan tahap evaluasi untuk melihat efektifvitas dan efisiensi model yang disusun. Pada tahap pertama dilakukan studi dokumentasi terhadap kurikulum program D3 Teknik Perumahan, khususnya mata kuliah Studio I. Selanjutnya kajian materi subyek teoritis yang mengembangkan keterampilan berfikir konseptual, indikator yang digunakan adalah sistematika pemberian materi subyek yang merupakan fokus yang akan dikembangkan pada MPMS yang disusun. Hasil analisis materi kuliah ini dibuat kajian dengan menentukan bobot materi yang bersifat teoritis dan praktikum. Penggabungan kajian keterampilan berfikir konseptual dengan hasil analisis konsep-konsep materi subyek dari matakuliah Studio IV, digunakan untuk merumuskan modell pembelajaran materi subyek yang akan dikembangkan. Selanjutnya dilakukan studi deskriptif naturalistik eksploratif untuk mengkaji model pembelajaran yang dirumuskan secara teoritis ini dengan melakukan uji coba kepada mahasiswa. Hasil uji coba ini berfungsi untuk memperoleh umpan balik untuk menyempurnakan model pembelajaran yang telah disusun, sehingga diperoleh MPMS teoritis yang lebih realistis untuk diterapkan pada matakuliah Studio I. Instrumen penelitian yang digunakan berupa format analisis konsep untuk setiap materi subyek yang bersangkutan, format rumusan pembelajaran tiap materi subyek yang meliputi keterampilan berfikir konseptual yang dikembangkan untuk materi subyek tersebut, termasuk soal tugas untuk mahasiswa , serta pedoman wawancara untuk dosen pengelola matakuliah yang berhubungan langsung dengan model pembelajaran materi subyek yang disusun. Dalam kajian empiris, subyek penelitian meliputi satu kelas mahasiswa program D3 Teknik Perumahan pada matakuliah Studio IV,
15
TERAS/X/1/Juli 2010
dan Dosen ( tim) mata kuliah tersebut. Kemudian, pada penelitian ini ada dua jenis data yang diambil, yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Kuantiataif digunakan untuk mengukur banyaknya penggunaan atribut konsep, sedangkan kualitatif yaitu untuk melihat jenis dan atribut konsep-konsep keterampilan berfikir dan sistematika materi subyek. Temuan yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai dasar penyusunan model pembelajaran materi subyek yang disusun, untuk diimplementasikan pada matakuliah Studio I.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Hasil Penelitian. a. Analisis silabi MKBS. Analisis materi subyek mata kuliah dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 1. Analisis Silabi mata kuliah bidang studi Studio IV, sebagai model Pembelajaran Materi Subyek (MPMS) No 01 02 03: 04 05 06 07
Materi Subyek Tujuan merancang Bangunan Ruang gerak manusia dan kebutuhan ruang Organisasi Ruang dan Sirkulasi Elemen-elemen ruang Konstruksi dan Bahan Hubungan fungsi, kekuatan dan estetika Tugas : Bangunan Rumah Tinggal Sederhana tidak bertingkat
b. Analisis konsep-konsep pada MPMS. Berdasarkan materi subyek yang terdapat dalam mata kuliah Studio IV, selanjutnya dilakukan analsisis konsep-konsep pada MPMS diatas yang dijelakan pada tabel 2. Atribut kritis dan atribut variabel konsep menggambarkan tingkat kekomplekan suatu konsep. Berdasarkan analisis terhadap atribut-atribut kritis dan jumlah atributatribut variable dari konsep-konsep pada MPMS yang disusun, jumlah rerata atribut kritis dan variable adalah : atribut kritis 53,33 % dan atribut variable 46,66 %.
16
Dadang Ahdiat
Tabel 2. : Analisis Jenis Konsep MPMS No
Jenis konsep
01 02 03 04 05 06
Konkrit Abstrak Abstrakdengan contoh Berdasarkan prinsip Menyatakan Sifat Menunjukkan ukuran Rerata (%)
Atr. kritis 30 70 60 70 50 40 53,33
Atr. variabel 70 30 40 30 50 60 46,66
teori
praktik
10 90 50 50 30 30 43,33
90 10 50 50 70 70 56,66
c. Analisis aspek keterampilan berfikir konseptual pada MPMS. Karena MPMS yang disusun bertujuan mengembangkan keterampilan berfikir tingkat tinggi mahasiswa, maka perlu dilakukan analisis terhadap jenis keterampilan berfikir konseptual yang dikembangkan pada setiap MPMS. Hasil analisis dirangkumkan dalam tabel dibawah ini, yang menggambarkan kadar (%) pengembangan tiaptiap aspek keterampilan. Tabel 3. Keterampilan berfikir konseptual pada MPMS. No
Aspek Keterampilan Berfikir Konseptual
MPMS + Teori (%)
MPMS + Praktik (%)
01 02 03 04 05
Memberikan penjelasan sederhana Membangun keterampilan dasar Menyimpulkan Memberikan penjelasan lanjut Mengatur strategi dan taktik
70 30 30 30 70
30 70 70 70 30
Kelima aspek keterampilan berfikir konseptual tingkat tinggi tersebut masing-masing sekumpulan indikator-indikator keterampilan berfikir. d. Analisis kriteria Dosen penajar MPMS. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan para Dosen pengajar yang mengujicobakan MPMS, ternyata untuk menerapkan MPMS yang disusun, diperlukan kualifikasi yang mempunyai pengalaman kerja di studio perencanaan secara profesional. Bagi staf pengajar yang belum memenuhi kriteria
17
TERAS/X/1/Juli 2010
tersebut, maka perlu adanya latihan singkat ( tiga bulan ) untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi subyek yang diperlukan.
2. Pembahasan Hasil Penelitian a. Alasan pemilihan MKBS dalam penyusunan MPMS. Selain hasil analisis materi subyek yang menunjukan banyaknya konsep yang harus dilakukan didalam penyusunan MPMS, juga perlu diperhatikan kriteria lain. Pada program D3 Teknik Perumahan yang menuntut mahasiswa untuk belajar sesuai dengan kurikulum yang berlaku karena tuntutan persyaratan berupa kompetensi profesional. Studio IV merupakan mata kuliah yang menuntut mahasiswa berfikir kompleks dan konseptual, karena pada mata kuliah ini terjadi penerapan mata kuliah-mata kuliah sebelumnya yang menunjang. Setiap rancangan bangunan dituntut ide yang asli dan logis berdasarkan pengetahuan akan fungsi, kekuatan dan estetika yang menujang. Kajian pada mata kuiah ini lebih banyak bersifat konkrit daripada abstrak, walaupun konsep awalnya berupa abstrak, akan tetapi begitu dituangkan kedalam gambar maka terjadilah bentuk bangunan yang sesuai dengan konsep awal tadi. Mahasiswa dituntut untuk bisa menerapkannya kedalam gambar sesuai dengan tuntutan kompetensi, dan itu harus terjadi karena pengembangan materi subyek tidak akan terjadi bila tidak didukung oleh motivasi mahasiswa itu sendiri. b. Sifat konsep-konsep pada MPMS. Jenis konsep pada mata kuliah ini ditentukan oleh tujuan dari mata kuliah ini, dimana sifatnya lebih konkrit karena jelas menggambarkan apa yang harus dapat dilakukan mahasiswa setelah mengikuti perkuliahan ini. Dimana tuntutan tersebut adalah bisa merancang bangunan rumah tinggal sederhana tidak bertingkat. c.
Keterampilan berfikir konseptual. Setiap MPMS mempunyai kecenderungan mengembangkan semua aspek keterampilan berfikir konseptual dengan bobot yang bervariasi. Biasanya hanya satu aspek saja yang dikembangkan dengan bobot lebih besar dari pada aspek lain, misalnya memberikan penjelasan dan menyimpulkan pada materi subyek pada jam-jam pertemuan yang relatif pendek. Pada MKBS ini ada dua aspek berfikir konseptual yang dikembangkan , yaitu menyimpulkan dan mengatur strategi dan taktik, agar hasil yang dicapai dapat leih baik. d.
Pendekatan, Metode dan Model Evaluasi MPMS. MPMS pada mata kuliah ini mempunyai bobot praktek menggambar lebih banyak dibandingkan dengan teori, dengan kata lain
18
Dadang Ahdiat
teori pada mata kuliah hanya sebagai pengantar di dalam mengerjakan tugas gambarnya. Dengan demikian terihat, bahwa konsep yang tersusun didalam setiap pertemuan adalah untuk mendukung keterampilan proses dan pendekatan proses. Walaupun demikian model pengajaran secara keseluruhan didalam mata kuliah ini tujuannya adalah mengembangkan keterampilan berfikir konseptual bagi mahasiswa. Satu keunggulan mata kuliah dengan bobot praktek lebih banyak adalah penggunaan metode pemecahan masalah dan penemuan, dibandingkan dengan mata kuliah teori yang hanya diskusi saja dan bersifat teoritis. Model evaluasi tugas lebih efektif untuk melihat kemajuan nyata, akan tetapi harus didukung oleh staf pengajar yang siap untuk itu, khususnya jumlah dan waktu yang tersedia, termasuk didalamnya sarana dan prasarana yang menunjang.
E. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kesimpulan. Berdasarkan temuanpenelitian dan pebahasan yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : a. Model Pembelajaran Materi Subyek (MPMS) untuk meningkatkan jenis keterampilan berfikir konseptual, memunyai karakteristik : 1). Jenis konsep yang dominan adalah konsep abstrak, konsep dengan atribut kritis abstrak tapi contohnya konkrit dan konsep dengan atribut kritis; 2). Jumlah atribut kritis konsep umumnya lebih besar daripada jumlah atribut variabel konsep; 3).Penggunaan pendekatan proses lebih banyak dari pada penggunaan konsep. b. Pada segi kesiapan mahasiswa dan Dosen dalam mengaplikasikan MPMS :1). Setiap aspek keterampilan berfikir konseptual dapat dikembangkan pada setiap pertemuan dengan bobot bervariasi, sesuai dengan tujuan tiap pertemuannya; 2). Indikator keterampilan berfikir konseptual lebih banyak ditujukan menunjang proses aplikasi (praktek); 3).Staf pengajar harus selalu dapat mengikuti perkembangan lapangan pekerjaan. c. Untuk mengaplikasikan model pembelajaran materi subyek, diperlukan : 1).Peralatan dan bahan yang relevan dengan materi subyek yang dikembangkan; 2). Lingkungan belajar yang kondusif harus selalu diciptakan pada setiap pertemuan. d. Faktor-faktor pendukung: 1). Fasilitas praktek yang ada distudio gambar; 2). Mata kuliah pendukung merancang bangunan; 3). Lingkungan belajar dan lingkungan pergaulan mahasiswa.
19
TERAS/X/1/Juli 2010
2. Saran. Berdasarkan kesimpulan diatas, beberapa saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut. : 1. Untuk menyusun suatu MPMS, peranan dari struktur materi subyek perlu diperhatikan, karena akan berpengaruh kepada model pembelajaran yang akan dibuat. 2. Setiap pertemuan sebaiknya Lembar Kerja diberikan kepada mahasiswa. 3. Untuk meningkatkan keterampilan berfikir konseptual, perlu diupayakan dukungan lingkungan yang baik dari staf mengajar maupun mahasiswa itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA. Bloom , Benyamin S, (1981),. All Our Children Learning, McGraw Hill Book Company, New York. Costa A.L, and Presceisen, B.Z.. (1985). Glossary of thinking skilla, in A.L.Costa (ed) Developing Minds : A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria : A SCD, 303-312 Dahar. R.W, (1989). Teori-teori Belajar, Jakarta : Penerbit Erlangga. Ennis, RH (1991). An Elaboration of cardinal goal of science instruction, Educational Philosophy and Theory, 23 (1), 31-43 Nickerson,R.S. et.al. (1985). The Teaching of Thinking, New Jersey : Lawrence Erlbaum Associates Publisher. Nolker,H and Schoenfeldt, E.(1983). Pendidikan Kejuruan. Pengajaran. Kurikulum, Perencanaan, Jakarta : Penerbit PT Gramedia. Proyek Pengembangan Pendidikan Politeknik, Dikti. (1999-2000) Model Kurikulum dan Pendidikan Program Diploma, Bandung P5D. Staton, Thomas F, (1978). Cara mengajar dengan hasil yang baik, Bandung, Penerbit CV. Diponegoro.
20