MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM PENGEMBANGAN MATERI KULIAH BELAJAR PEMBELAJARAN Sri Haryati-FKIP Untidar
[email protected] Abstrak Telah banyak inovasi pembelajaran dilakukan di perguruan tinggi, namun masih banyak ditemui pelaksanaan pembelajaran yang hanya menekankan ranah kognitif, kurang memperhatikan aspek afektif dan psikomotorik. Aspek kognitifpun hanya pada tataran hafalan (knowledge), pengertian (comprehension), dan penerapan (application), kurang memfasilitasi pembelajaran yang menstimulasi berfikir tingkat tinggi (high order thinking), yaitu analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation), apalagi kreasi (creation). Model pembelajaran yang digunakanpun belum banyak memfasilitasi mahasiswa untuk belajar secara aktif (active learning). Sebagai akibatnya pembelajaran lebih banyak didominasi pendidik sehingga kegiatan mahasiswa (time on task) kurang optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan perangkat pembelajaran mata kuliah “Belajar Pembelajaran” berbasis Active Learning melalui pembelajaran kooperatif. Produk yang dihasilkan adalah (1) Silabus dan RPP Mata Kuliah, (2) Buku ajar berbasis Pembelajaran Kooperatif”, dan (3) Artikel yang terkait dengan pembelajaran kooperatif. Hasil validasi pakar pembelajaran, buku ajar dinyatakan layak, untuk selanjutnya digunakan dalam pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa yang mendapatkan nilai B+ sampai dengan A sebanyak 28 mahasiswa atau 71,79%, sedangkan semua mahasiswa menyatakan tertarik menggunakan buku ajar. Mengingat model pembelajaran aktif kooperatif terbukti sangat dibutuhkan oleh mahasiswa dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan dapat meningkatkan hasil belajarnya, maka peneliti berharap para dosen menggunakannya. Kata kunci: perangkat pembelajaran, cooperative learning, belajar pembelajaran A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini sedang terjadi pergeseran orientasi pembelajar, baik pada pendidikan dasar, menengah, atau tinggi, dari pembelajaran berpusat pada guru/dosen beralih pada pembelajaran berpusat pada siswa/mahasiswa. Berbagai stakeholder penyelenggara pendidian berusaha keras memfasilitasi para pendidikan untuk melaksanakan inovasi pembelajaran tersebut, namun hingga kini masih banyak ditemui pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada 1
pendidik, dan bahkan hanya menekankan ranah kognitif, sehingga kurang menekankan aspek afektif maupun psikomotorik. Aspek kognitifpun hanya pada tataran hafalan (knowledge), pengertian (comprehension), dan penerapan (application), kurang menekankan pembelajaran yang menstimulasi berfikir tingkat tinggi (high order thinking), yaitu analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation), dan kreasi (creation). Model pembelajaran yang digunakan belum banyak memfasilitasi mahasiswa untuk belajar secara aktif (active learning), kooperatif (cooperative learning), dan kontekstual (contextual teaching-learning). Sebagai akibatnya pembelajaran lebih banyak didominasi pendidik sehingga kegiatan mahasiswa (time on task) kurang optimal. Model pembelajaran merupakan bagian dari struktur pembelajaran yang memiliki cakupan yang luas. Di dalamnya terdapat pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran. Salah satu aspek penting dari sebuah model pembelajaran adalah sintaks (syntax), yang merupakan langkah-langkah baku yang harus ditempuh dalam implementasi model tersebut. Sintaks seharusnya tercermin dalam langkah-langkah pembelajaran khususnya yang dirinci dalam kegiatan inti pembelajaran. Dalam mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau SAP (Satuan Acara Perkuliahan) yang menerapkan satu model pembelajaran tertentu, seharusnya aktivitas dosen mencerminkan sintakssintaks model pembelajaran yang dipilih, demikian juga aktivitas mahasiswa seharusnya mencerminkan bagaimana perilaku dan model interaksi yang dipersyaratkan.
Dosen sebagai
pengembang RPP
seharusnya
memiliki
pemahaman yang memadai tentang model-model pembelajaran sehingga implementasinya dalam pembelajaran tepat dan tujuan pembelajaran bisa tercapai secara efektif. Dalam kenyataan masih banyak dosen hanya menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu dengan menggunakan metode ceramah yang menyebabkan mahasiswa pasif yang tidak sesuai dengan paradigma pendidikan sekarang yaitu student centered, yang berbasis pembelajaran aktif. Pembelajaran matakuliah “Belajar dan Pembelajaran” saat ini masih diajarkan dengan menggunakan metode diskusi kelompok. Selain itu, dosen kurang dapat mengunakan media dan model pembelajaran yang variatif kepada mahasiswa sesuai dengan kebutuhan dan tingkat psikologis mahasiswa. Hal ini 2
menjadikan mahasiswa jenuh dan kurang dapat mengeksplorasi dirinya sehingga materi pembelajaran kurang dapat tersampaikan dengan baik. Terbatasnya sarana prasarana yang ada di kampus khususnya tersedianya buku ajar, kondisi lingkungan mahasiswa yang kurang konduksif yaitu menganggap materi kuliah “Belajar
dan
Pembelajaran”
tidak
penting
dibandingkan
pembelajaran
matakuliah yang lain mengakibatkan pemahaman mahasiswa tidak maksinal dan nilai yang didapatkan kurang memuaskan. Model pembelajaran aktif memberikan peluang dan keberanian kepada mahasiswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran tingkat tinggi memandu mahasiswa tidak sekedar menguasai pengetahuan (knowledge) dan pengertian (comprehension) materi kuliah, tetapi mampu mencapai tingkatan paling tinggi belajar, yaitu kreasi (creation). 2. Rumusan Masalah Sebagai sebuah buku ajar yang dirancang untuk tujuan pembelajaran, buku ajar yang ditulis haruslah memiliki nilai lebih. Sekarang ini upaya pembelajaran aktif lewat berbagai matakuliah digencarkan. Maka, permasalahannya adalah bagaimanakah mengembangkan buku bahan ajar yang sekaligus mendukung pembelajaran aktif dan inovatif. Selain itu, buku yang dimaksud haruslah tervalidasi baik secara teoritis oleh pakar pembelajaran dan praktis/empirik. Rumusan masalahnya terumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pengembangan perencanaan pembelajaran matakuliah “Belajar dan Pembelajaran Berbasis Pembelajaran Aktif melalui Pembelajaran Kooperatif” ? 2. Bagaimanakah pengembangan bahan ajar “Belajar & Pembelajaran Berbasis Pembelajaran Aktif Melalui Pembelajaran Kooperatif”? 3. Bagaimanakah keefektifan bahan ajar yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar dan respon mahasiswa ? 3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan buku ajar “Belajar dan Pembelajaran Berbasis Active Learning Melalui Pembelajaran Kooperatif” yang dapat digunakan sebagai pegangan dosen dan mahasiswa dalam perkuliahan. Adapun secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk:
3
a. memperoleh deskripsi hasil analisis kebutuhan untuk penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) serta buku ajar “Belajar dan Pembelajaran Berbasis Active Learning Melalui Pembelajaran Kooperatif. b. mengembangkan bahan ajar “Belajar dan Pembelajaran Berbasis Active Learning Melalui Pembelajaran Kooperatif” dan menghasilkan produk final buku ajar sebagai bahan ajar materi kuliah “Belajar dan Pembelajaran Berbasis Active Learning Melalui Pembelajaran Kooperatif” yang telah tervalidasi teoritik dan empirik. c. mengetahui keefektifan bahan ajar yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar dan respon mahasiswa. 4. Manfaat Penelitian Target/luaran penelitian ini adalah: (1) terhasilkannya buku ajar “Belajar dan Pembelajaran Berbasis Active Learning”; (2) menghasilkan makalah yang dipresentasikan dalam seminar nasional atau artikel jurnal yang berfungsi sebagai sosialisasi produk, bandingan luaran dan acuan penelitian sejenis. Secara teoretis, produk penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan teori pembelajaran, khususnya yang berhubungan dengan pembelajaran aktif yang sekarang ini memang baru digencarkan. Secara praktis, produk yang dihasilkan dapat dipakai sebagai buku pegangan bahan ajar bagi dosen dan mahasiswa
dalam
perkuliahan,
sebagai
buku
pembanding
atau
tambahan/pengayaan materi kuliah.
B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Penelitian yang Relevan Agar penelitian ini benar-benar merupakan penelitian yang menunjukkan bahwa topiknya belum diteliti oleh orang lain, dan terhindar dari penelitian yang sama, peneliti berusaha menggali berbagai hasil penelitian yang dijadikan sebagai tinjauan pustaka. Beberapa penelitian yang relevan dapat dipaparkan sebagai berikut: Parmin mengemukakan bahwa hasil validasi pakar penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Modul Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar IPA Berbasis Hasil Penelitian Pembelajaran” menunjukkan bahwa modul yang dikembangkan layak digunakan dalam pembelajaran, mahasiswa yang mendapat nilai AB dan A 68% dan semua tertarik menggunakan modul yang 4
dikembangkan (http://unnes.ac.id/nju/index.php/jpii/article/view/2012). Sarwanti sebagai seorang pakar pembelajaran aktif mengadakan penelitian yang berhubungan dengan pembelajaran aktif dan inovatif yang berjudul: (1) The Use of Mind Mapping with Active Learning in Teaching Writing, (2) Developing Rural EFL Elementary Students’ Speaking Skill by Using Collaborative Learning to Promote Character Building, (3) Developing Rural EFL Junior High Scholl Students’ Writing Skill by Using Cooperative Learning to Promote Character Building, menghasilkan temuan penelitian bahwa dengan pembelajaran aktif mind mapping, collaborative learning, cooperative learning, dapat meningkatkan hasil belajar speaking dan hasil belajar writing dan juga dapat membentuk karakter mahasiswa dalam belajar. Penelitian yang berjudul “Pengembangan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Advance Organizer Melalui Cooperative Learning Tipe Murder di SMA Kota Padang”, mengemukakan bahwa hasil validasi, uji kepraktisan, dan uji terbatas buku ajar yang dibuat secara umum berkategori baik (fisika.fmipa.unp.ac.id). Nurgiyantoro mengadakan penelitian yang berjudul “Pengembangan Buku Ajar Pembelajaran Sastra Remaja Untuk Menunjang Pendidikan Karakter Siswa Sekolah Menengah Pertama”, hasil penelitiannya menjelaskan bahwa penyajian bahan ajar pembelajaran sastra remaja ditekankan pada penyajian bacaan, pemberian tugas dan latihan yang mendasarkan diri pada prinsip pembelajaran kontekstual dengan multiintelejen (staff.uny.ac.id/situs/devault). Haryati (2012) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran aktif di perguruan tinggi, di samping model-model pembelajaran yang lain seperti kolaboratif, quantum, berbasis masalah, berbasis proyek. Disertasi Heryati (2009) dalam disertasinya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Siswa Aktif (Student Active Learning) Bagi Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia”. Disertasi tersebut menyimpulkan bahwa: (1) Model pembelajaran aktif efektif meningkatkan keterampilan berbicara siswa; (2) Model pembelajaran aktif melibatkan seluruh aspek pikiran, emosi, fisik, dan pengalaman murid; (3) Model pembelajaran aktif dapat menciptakan interaksi multi arah dalam pembelajaran; (4) Model pembelajaran aktif mengoptimalkan peran guru sebagai fasilitator dan mediator dalam pembelajaran; dan (5) Model pembelajaran aktif menumbuhkan kreatifitas siswa.
5
2. Pembelajaran Aktif (Active Learning) Pembelajaran aktif (active learning) meliputi semua model, strategi, pendekatan atau metode yang digunakan dalam pembelajaran untuk melibatkan (engaging) mahasiswa agar dapat melaksanakan pembelajaran atau perkuliahan secara aktif. Menurut Bonwell & Eison (1991) seluruh bentuk pengajaran yang berfokus kepada mahasiswa sebagai penanggung jawab pembelajaran adalah pembelajaran aktif. Jadi menurut kedua ahli tersebut, pembelajaran aktif mengacu kepada pembelajaran berbasis mahasiswa (student centered learning). Dalam hubungan ini Centre for Research on Learning and Teaching University of Michigan, memberikan definisi bahwa pembelajaran aktif adalah suatu proses yang memberikan kesempatan kepada para mahasiswa terlibat dalam tugas-tugas pemikiran tingkat tinggi (higher order thinking) seperti mengalisis, melakukan sintesis, dan evaluasi (Warsono, 2012:14). Lebih lanjut dijelaskan bahwa pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang melibatkan pembelajar untuk melakukan sesuatu dan berpikir mengenai apa yang dikerjakannya. Dengan demikian esensi pembelajaran aktif sesungguhnya adalah belajar bagaimana caranya belajar (learn how to learn). Bruce Lee (Beattie, S, 2005) dengan tegas mengungkapkan bahwa ”Learning is definitely not mere imitation, nor is it the ability to accumulate and regurgitate fixed knowledge. Learning is a constant process of discovery, a process without end”. Jelas bahwa pembelajaran hendaknya tidak hanya meniru atau mengulang-ulang. Pembelajaran merupakan sebuah proses menemukan secara terus-menerus, sehingga harus berfokus pada pembelajar (DBE, 2010 :Haryati, 2012). Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk melibatkan pembelajar, antara lain “experiential learning, pembelajaran kooperatif, metode studi kasus, simulasi, bermain peran, tutor sebaya, kerja lapangan, belajar mandiri, tugas perpustakaan dan computer aided instruction (Keyser, M.W., 2000). Strategi atau metode pembelajaran aktif dipilih dengan berdasar pada berbagai pertimbangan termasuk materi dan tingkat perkembangan pembelajar. Menurut Michael Prince (2004) dalam Warsono (2012:15) menjelaskan bahwa variasi pokok metode pembelajaran aktif diwujudkan dalam pembelajaran kolaboratif, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning, PBL), dan pembelajaran berbasis proyek (proyect-based learning, PjBL).
6
Penerapan pembelajaran aktif di perguruan tinggi didasarkan pada prinsip bahwa cara belajar terbaik bagi mahasiswa adalah dengan melakukan, dengan menggunakan semua inderanya, dan dengan mengeksplorasi lingkungannya yang terdiri atas orang, hal, tempat dan kejadian yang terjadi dalam kehidupan nyata (pembelajaran kontekstual). Selain itu, melalui belajar dari pengalaman langsung dan nyata hasil belajar akan lebih optimal dan bermakna bagi mahasiswa. Mahasiswa belajar dari pengalaman langsung dan nyata (menulis surat, menanam bunga, mengukur benda) serta berbagai bentuk pengalaman lainnya, seperti membaca buku, melihat gambar, atau mendengarkan radio. Keterlibatan dan interaksi aktif dengan berbagai benda dan gagasan ini mendorong mahasiswa untuk aktif berpikir untuk memperoleh pengetahuan baru dan memadukannya dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. Pembelajaran aktif di perguruan tinggi menjadi penting karena tiga hal (Handbook of The Center for Teaching and Learning, Stanford University, 2007):
Active learning promotes independent and critical thinking.
Active learning promotes collaboration.
Active learning increases student investment, motivation, and performance.
Tampak dengan jelas bahwa, pembelajaran aktif dapat mengangkat tingkat pembelajaran dari ketrampilan berpikir tingkat rendah (pengamatan, menghafal dan mengingat informasi, pengetahuan akan gagasan umum-yakni tentang apa, di mana dan kapan) hingga keterampilan berpikir tingkat tinggi (memecahkan masalah, analisis, sintesis, evaluasi–yakni tentang bagaimana dan mengapa), dan bahkan sampai pada tingkat menemukan atau menciptakan (creation). Khusus di perguruan
tinggi,
kekuatan
pembelajaran
aktif
yang
mengembangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi perlu menjadi perhatian. 3. Pembelajaran Aktif sebagai Induk Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan membentuk kelompok kecil yang anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Belajar kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok
7
kecil sehingga mahasiswa bekerja bersama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain (Anitah W. :2009:3.7). Menurut teori motivasi, bentuk hadiah atau struktur pencapaian tujuan saat mahasiswa melakukan kegiatan merupakan motivasi dalam pembelajaran kooperatif. Struktur tujuan kooperatif menciptakan suatu situasi bahwa tujuan pribadi dapat tercapai hanya apabila kelompok itu berhasil. Sebelum pembelajaran kooperatif diterapkan, mahasiswa perlu mengetahui keterampilanketerampilan kooperatif yang akan digunakan bekerja dalam tim. Model pembelajaran ini sejalan dengan salah satu prinsip CTL, yaitu learning community. 4. Model Pembelajaran Kooperatif dalam Mata Kuliah Belajar Pembelajaran Model-model pembelajaran kooperatif yang kami gunakan dalam memberikan mata kuliah belajar pembelajaran adalah: 1. Student Team Achievement Division (STAD) terdiri dari sintaks kegiatan pembelajaran sebagai berikut: 1) Mengajar. Dosen mempresentasikan materi kuliah/materi pelajaran. 2) Belajar dalam tim. Mahasiswa bekerja dalam tim/kelompok yang terdiri dari 4/5 mahasiswa dengan dipandu oleh lembar kegiatan mahasiswa untuk menuntaskan materi pelajaran. Dalam kerja kelompok mahasiswa saling berbagi tugas. Hasil kerja kelompok ini dikumpulkan. 3) Tes. Mahasiswa mengerjakan kuis atau tugas individual lain untuk mengetahui yang telah dipelajari secara individu selama mereka bekerja dalam kelompok. 4) Penghargaan tim. Dosen memberikan penghargaan pada tim/kelompok. Skor tim dihitung berdasarkan skor peningkatan anggota tim, dan sertifikat, laporan berkala kelas atau papan pengumuman digunakan untuk memberi penghargaan kepada tim yang berhasil mencetak skor tertinggi. 2. Pembelajaran Kooperatif Model Investigasi Kelompok (IK) dengan sintaks sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi topik dan mengatus mahasiswa dalam kelompok. Mahasiswa memilih subtopik khusus dalam suatu masalah umum yang ditetapkan Dosen.
8
2) Merencanakan tugas yang akan dipelajari. Mahasiswa dan Dosen merencanakan prosedur pembelajaran dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih. 3) Melaksanakan investigasi. Mahasiswa melaksanakan rencana yang telah mereka
tetapkan
pada
tahap
kedua
(mengumpulkan
informasi,
menganalisis data, dan membuat simpulan dengan cara bertukar informasi, berdiskusi, mengklarifikasi, dan menyintesiskan gagasan). Dosen secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan bila diperlukan. 4) Menyiapkan laporan akhir. Mahasiswa manganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan dipresentasikan di kelas. 5) Mempresentasikan laporan akhir. Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya, dengan tujuan agar semua mahasiswa mengetahui topik. Presentasi ini dikoordinasi oleh Dosen. 6) Evaluasi. Evaluasi dapat berupa individual atau kelompok. Dosen dan mahasiswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran mahasiswa. 3. Model Think-Pair-Share (TPS) dengan sintaks sebagai berikut: 1. Thinking (berpikir). Dosen memberikan pertanyaan atau isu yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari dan meminta mahasiswa untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat. 2. Pairing (berpasangan). Dosen meminta mahasiswa untuk berpasangan dengan mahasiswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap berpikir. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan pertanyaan atau berbagi ide jika suatu persoalan telah diidentifikasi. Biasanya Dosen memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan. 3. Sharing (berbagi). Dosen meminta kepada pasangan untuk berbagi secara klasikal tentang apa yang telah mereka diskusikan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan, sampai sekitar seperempat pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan. 4. Model Numbered-Head-Together (NHT) dengan sintaks sebagai berikut:
9
1. Penomoran: Dosen membagi mahasiswa ke dalam kelompok beranggota 35 orang dan setiap anggota diberi nomor 1 sampai 5. 2. Mengajukan pertanyaan: Dosen mengajukan sebuah pertanyaan kepada mahasiswa. Pertanyaan ini bisa dalam bentuk kalimat tanya atau arahan. 3. Berpikir bersama: Mahasiswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut. 4. Menjawab: Dosen memanggil mahasiswa dengan nomor tertentu, kemudian dia menjawab pertanyaan Dosen untuk seluruh kelas. 5. Model Jigsaw dengan sintaks sebagai berikut: 1. Dosen membagi mahasiswa ke dalam tim/kelompok beranggota 3-5 orang (disebut kelompok asal). 2. Tiap mahasiswa dalam tim diberi bagian materi yang berbeda untuk dipelajari. 3. Anggota dari tim/kelompok yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bagian yang sama bertemu dalam tim/kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka. 4. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguhsungguh. 5. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi mereka. 6. Dosen memberi evaluasi.
C. METODE PENELITIAN Penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (research and development). Sebagaimana dijelaskan Borg and Gall (2007) penelitian dan pengembangan merupakan sebuah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi sebuah produk pendidikan. Untuk menghasilkan produk peneliti melaksanakan penelitian analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono : 2009:407). Produk yang dikembangkan dan divalidasi 10
dalam penelitian pengembangan materi kuliah belajar pembelajaran berbasis pembelajaran kooperatif adalah : (1) silabus dan RPP; (2) buku ajar mata kuliah “Belajar dan Pembelajaran. Data berupa hasil angket, isian dan catatan lapangan pada instrumen lembar kegiatan tentang keadaan pelaksanaan perkuliahan belajar pembelajaran saat ini sebagai pijakan dalam proses perencanaan, perancangan, dan pengembangan materi kuliah dikumpulkan dengan teknik catat. Data berupa hasil isian dan catatan validator pada instrumen lembar validasi kualitas isi, penyajian kebahasaan, kegrafikaan materi kuliah dikumpulkan dengan teknik validasi (dari pakar). Data berupa hasil angket yang dibagikan pada mahasiswa setelah proses pelaksanaan pembelajaran menggunakan materi kuliah yang dikembangkan berupa skor hasil uji coba atau tes akhir dan skala sikap. Tujuh tahapan penelitian ini meliputi: (a) Tahap Penelitian dan Pengumpulan Informasi. Penelitian pendahuluan untuk mengumpulkan informasi melalui kajian pustaka. Pengumpulan informasi melalui kajian pustaka dikumpulkan dari berbagai hasil penelitian terdahulu, tulisan ilmiah, buku-buku ajar yang berhubungan dengan materi yang akan dikembangkan.
(b) Tahap
Perencanaan. Pada tahap ini yang perlu disiapkan adalah: (1) mengumpulkan teori tentang teori belajar, teori pembelajaran, teori pembelajaran aktif, dan pembelajaran kooperatif, (2) mengkaji teori tentang materi kuliah yang akan dikembangkan, (3) membuat silabus dan RPP, (4) merencanakan sistematika materi kuliah, (5) menganalisis sistematika materi kuliah yang dikembangkan. (c) Tahap Pra Rencana Produk. Mengembangkan bentuk produk awal/desain materi kuliah yang dikembangkan. (d)
Tahap Melakukan Uji Pendahuluan
Produk. Uji lapangan awal, dengan menerapkan materi kuliah yang dikembangkan kepada mahasiswa, sambil dikonsultasikan dengan para ahli, melalui validasi buku ajar . (e) Tahap Melakukan Revisi Produk. Pada tahap ini revisi dapat dilakukan jika data sudah dianalisis dan didapatkan kesimpulan sementara untuk perbaikan produk yang diuji. Kesimpulan tersebut digunakan sebagai dasar dalam menetapkan apakah produk perlu direvisi atau tidak, dengan disertai pembenaran dan pertimbangan apakah produk yang diujicobakan lebih efektif dari pada model sebelumnya. Jadi tahap ini meliputi: (1) Telaah masukan dari pakar, dan praktisi; (2) Penyusunan kembali prototipe desain yang dikembangkan berdasarkan hasil uji lapangan awal. (f) Tahap Revisi Produk 11
Akhir. Tahap ini dapat dikatakan sebagai tahapan revisi dan merupakan tahap akhir. Pada tahap ini revisi dilakukan berdasarkan analisis data yang telah dilakukan pada hasil uji lapangan tahap kedua. Tahap pertama, melakukan identifikasi kekurangan dan kelemahan produk secara operasional dengan mencermati masing-masing komponen produk atau masing komponen . Tahap kedua, melakukan perbaikan dan pembenahan pada masing-masing komponen produk. Tahap ketiga, melakukan reorganisasi produk dengan menyusun komponen produk sesuai dengan kondisi nyata di lapangan untuk dijadikan produk akhir. Wujud akhir dari produk yang dikembangkan setelah mengalami revisi adalah sebuah draf buku ajar. (g) Tahap Penyebarluasan dan Pelaksanaan. Pada tahapan ini produk akhir yang telah diterapkan di lapangan (di Mahasiswa Semester II PBI Klas 3 FKIP Untidar sebagai subyek penelitian), disebarluaskan kepada para pemangku kepentingan (stakeholder), Tahap penyebarluasannya dapat dilakukan dengan: (1) membuat laporan penelitian, (2) menyebarluaskan hasil penelitian melalui seminar dan jurnal ilmiah, (3) diterbitkan berupa buku ajar yang ber ISBN.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Buku ajar mata kuliah Belajar Pembelajaran untuk semester II PBI FKIP Untidar telah dikembangkan dalam penelitian ini dengan mengintegrasikan hasilhasil kajian tentang buku ajar belajar pembelajaran yang telah ada, teori pembelajaran aktif kooperatif, dan hasil penelitian yang terkait yang tertuang dalam jurnal. Hasil integrasi tertuang dalam silabus, RPP, dan draf buku ajar. Silabus dan RPP terdiri dari enam belas (16) pertemuan. Draf buku ajar yang dikembangkan terdiri dari tujuh (7) bab dan disajikan pada tabel 1 berikut: Tabel 1. Isi Buku Ajar Matakuliah Belajar Pembelajaran No 1. 2. 3. 4
5 6
Bab Konsep Belajar dan Pembelajaran Konsep Teori-Teori Belajar Prinsip, Jenis, dan Ciri Belajar Tujuan Belajar dan UnsurUnsur Dinamis Dalam Belajar dan Pembelajaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Model-Model Pengembangan
Model Pembelajaran yang digunakan Model STAD Model Jigsaw dan NHT Model Investigasi Kelompok (IK) Model Jigsaw dan Model Main Mapping
Model Think Pair Share (TPS) Model TPS dan NHT 12
Kurikulum Model-Model Pembelajaran Aktif di Sekolah
7
Model NHT
Setelah buku ajar tersusun selanjutnya dilakukan validasi produk oleh pakar psikologi belajar dan pengajar mata kuliah belajar dan pembelajaran, dan validasi produk oleh pakar pembelajaran aktif yang sudah memegang sertifikat nasional sebagai pakar pembelajaran aktif di sekolah dan perguruan tinggi. Pakar telah menilai buku ajar dan memberikan berbagai catatan untuk perbaikan buku ajar sebelum digunakan dalam pembelajaran. Penilaian menggunakan instrumen penilaian bahan ajar dari BNSP yang dimodifikasi. Terdapat 10 aspek penilaian buku ajar yang disesuaikan dengan karakteristik materi belajar pembelajaran. Hasil validasi pakar disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Validasi Buku Ajar No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Aspek
Hasil Validasi Pakar I II Kedalaman Materi B B Akurasi fakta B B Kebenaran konsep/teori B SB Keterkinian B B Rujukan termasa (relevan, valid) SB B Menumbuhkan rasa ingin tahu B B Mengembangkan kemampuan berpikir tingkat B SB tinggi Mengembangkan kemampuan kerjasama SB SB Kejelasan pesan B SB Kejelasan skenario pembelajaran SB SB Dari validasi buku ajar telah diperoleh kategori baik dan sangat baik pada
sepuluh aspek dari intrumen penilaian buku ajar. Setelah buku ajar dinilai layak oleh pakar, selanjutnya digunakan dalam pembelajaran di kelas. Selama enam belas kali pertemuan pembelajaran di kelas, model pembelajaran kooperatif diterapkan di kelas sesuai dengan topik dari bab buku ajar yang telah disusun seperti pada tabel satu di atas. Nilai akhir mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Semester II klas/rombel 3 pada mata kuliah “Belajar Pembelajaran” setelah dalam pembelajaran menggunakan buku ajar berbasis pembelajaran kooperatif disajikan pada tabel 3 berikut. 13
Tabel 3. Nilai Akhir Mahasiswa Nilai A AB+ B BC Jumlah
Jumlah 12 8 8 4 6 1 39
Jumlah mahasiswa sebagai subyek penggunaan buku ajar ada satu rombongan belajar atau kelas 3 sebanyak 39 mahasiswa, dari jumlah tersebut tidak terdapat mahasiswa yang mendapatkan nilai di bawah C, sedangkan yang telah mendapatkan nilai B+ sampai dengan A sebanyak 28 mahasiswa (71,79%), dengan demikian pemanfaatan buku ajar berbasis pembelajaran kooperatif oleh sebagian besar mahasiswa membantu dalam menguasai materi pembelajaran karena berdasarkan data mahasiswa pada rombel yang lain yang belum menggunakan buku ajar menunjukkan jumlah yang mendapat nilai B+ sampai A untuk klas 1 baru mencapai 34% dan klas 2 baru mencapai 45%. Berdasarkan data nilai ujian akhir semester dapat disimpulkan bahwa buku ajar yang dikembangkan efektif bagi mahasiswa, terbukti dengan peningkatan hasil belajar. Rerata nilai sebesar 84 dan sebanyak 72% mahasiswa telah mendapatkan nilai antara B+ sampai dengan A. Dari hasil penelitian ini bahwa buku ajar dapat meningkatkan nilai akhir mahasiswa bila dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang tidak menggunakan buku ajar.
E. SIMPULAN Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pengembangan buku ajar mata kuliah “Belajar Pembelajaran” dengan penerapan model pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajaran di kelas dinilai layak oleh pakar untuk digunakan dalam pembelajaran. Buku ajar yang dikembangkan dengan mengintegrasikan model pembelajaran kooperatif dalam pelaksanaannya efektif digunakan dalam pembelajaran, keefektifan ini diperoleh dari peningkatan nilai akhir mahasiswa. Beberapa saran penelitian ini adalah bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif berbasis pembelajaran aktif kendala yang perlu
14
dijembatani adalah menyita waktu dalam pelaksanaannya, tempat yang memadai, dan jumlah mahasiswa yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA Anitah, Sri W. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Arends, R. I., 2007, Learning to Teach, New York: McGraw Hill Companies. Beattie, S., 2005, Active Teaching Strategies, Baker College. Borg, W. R., & Gall, M.D. 2007. Educational Research: An Introduction. New York: Longman. DBE-USAID. 2009. Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi. Dimyati. dkk.,2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Haryati. 2012. Pembelajaran Kooperatif Sebagai Salah Satu Model Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi. Majalah Ilmiah Dinamika LPPM Universitas Tidar Magelang. Volume 36 no. 2 tahun 2012. Heryati,Y. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Siswa Aktif (Student Active Learning) Bagi Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia. Disertasi. Jurusan. Pendidikan Bahasa Indonesia. http: //repository.upi.edu/disertasi.view.php.?no_disertasi=408 Diakses tanggal 11 Oktober 2013. Imron, Ali. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Pustaka Jaya. Irawan, Prasetya . 1997. Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan Mengajar. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud. Kaufman, D., Sutow, E. & Dunn, K., Three Approaches to Cooperative Learning in Higher Education, The Canadian Journal of Higher Education, Vol XXVII, NO. 2,3 p. 37-66. Keyser, M. W., Active Learning and Cooperative Learning: Understanding the Difference and Usingboth Styles Effectively, Research Strategies, Vol. 17, p. 35-44. Ledlow, S., 1999, Cooperative Learning in Higher Education, Center for Learning and Teaching excellence, Arizona state University. Nurgiyantoro, Burhan.2013. Pengembangan Bahan Ajar Pembelajaran Sastra Remaja Untuk Menunjang Pendidikan Karakter Siswa SMP. http://Staff.uny.ac.id. Parmin, dkk. 2012. Pengembangan Modul Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar IPA Berbasis Hasil Penelitian Pembelajaran. http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii. diakses 21 Januari 2016. ---------- Pengembangan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Advance Organizer Melalui Cooperatif Learning Tipe Murder di SMA Kota Padang. fisika.fmipa.unp.ac.id. diakses 23 Januari 2016. Ragains, P., 1995, Four Variations on Druke’s Active Learning Paradigm, Research Strategies 13, p. 40-50. Sarwanti, Sri. 2015. Developing Rural EFL Junior High School Stdents Writing Skill by Using Cooperative Learning to Promote Character Building. Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Slameto. 2002. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara.
15
Suherman, E. dkk., 2003. Strategi Pembelajaran Aktif Kontemporer, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Warsono, dkk. 2014. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung: Remaja Rosdakarya. Winataputra, Udin S. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.
16