perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SMA KELAS X SEMESTER I DI KABUPATEN WONOGIRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA TAHUN PELAJARAN 2010 – 2011 TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh: THERESIA ARI DWI UTAMI S 850809219
PROGRAM PASCASARJANA commit to user UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SMA KELAS X SEMESTER I DI KABUPATEN WONOGIRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA TAHUN PELAJARAN 2010 – 2011
Disusun oleh: Theresia Ari Dwi Utami S 850809219
Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing Pada Tanggal ........................
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Drs. Tri Atmojo K, M. Sc., Ph. D. NIP. 19630826 198803 1002
Drs. Budi Usodo, M. Pd. NIP. 19680517 199303 1002
Mengetahui: Ketua Program Studi Pendidikan Matematika,
commit to user Dr. Mardiyana, M. Si. NIP. 19660225 199302 1002
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SMA KELAS X SEMESTER I DI KABUPATEN WONOGIRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA TAHUN PELAJARAN 2010 – 2011
Disusun oleh : Theresia Ari Dwi Utami S 850809219
Telah Disetujui dan Disahkan oleh Tim Penguji Pada Tanggal ........................................
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Ketua
Dr. Mardiyana, M. Si. NIP. 19660225 199302 1002
..................................
Sekretaris
Dr. Riyadi, M. Si. NIP. 196701161994021001
..................................
1. Drs. Tri Atmojo K., M. Sc., Ph. D NIP. 19630826 198803 1002
.................................
2. Drs. Budi Usodo, M. Pd. NIP. 19680517 199303 1002
..................................
Anggota Penguji :
Mengetahui: Direktur PPs UNS,
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika, commit to user
Prof. Drs. Suranto, M. Sc., Ph. D. NIP.19570820 198503 1004
Dr. Mardiyana, M. Si. NIP.19660225 199302 1002 iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama
: Theresia Ari Dwi Utami
NIM
: S850809219
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul : EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SMA KELAS X SEMESTER I DI KABUPATEN WONOGIRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA TAHUN PELAJARAN 2010-2011 adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.
Surakarta, ...................... 2011 Yang membuat pernyataan,
Theresia Ari Dwi Utami
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Di samping bahasa dan musik, matematika merupakan salah satu perwujudan utama daya kreatif bebas yang dimiliki akal manusia (Hermann Weyl)
Tesis ini kupersembahkan untuk: 1.
Yesus Kristus dan Bunda Maria
2.
Orang tua dan saudara-saudaraku
3.
Teman-temanku mahasiswa Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNS
4.
Keluarga besar SMA Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo
5.
Almamaterku tercinta
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena hanya dengan berkat dan kasihNya semata penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN NUMBERED
HEADS TOGETHER
(NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SMA KELAS X SEMESTER I DI KABUPATEN WONOGIRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA TAHUN PELAJARAN 2010-2011 Dalam penyusunan tesis ini telah banyak melibatkan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Direktur dan Asisten Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian dan kesempatan belajar yang seluasluasnya untuk menyelesaikan tesis ini.
2.
Dr. Mardiyana, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan petunjuk, bimbingan, dan dorongan sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.
3.
Drs. Tri Atmojo K., M.Sc. Ph.D, pembimbing I dalam penyusunan tesis ini, yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berarti dalam penyusunan tesis ini, sehingga dapat penulis selesaikan dengan baik.
4.
Drs. Budi Usodo, M.Pd., pembimbing II dalam penyusunan tesis ini, yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berarti dalam penyusunan tesis ini, sehingga dapat penulis selesaikan dengan baik. commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
5.
digilib.uns.ac.id
Para Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga mempermudah penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
6.
Bruder Kepala Yayasan Pangudi Luhur Pusat dan Bruder Kepala SMA Pangudi Luhur Giriwoyo yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menempuh pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7.
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Baturetno dan Kepala SMA Kanisius Harapan Tirtomoyo yang telah memberikan ijin penelitian dan berbagai kemudahan, sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.
8.
Rekan guru SMA Pangudi Luhur Giriwoyo, SMA Negeri 1 Baturetno, dan SMA Kanisius Harapan Tirtomoyo yang telah membantu dalam penelitian ini.
9.
Teman-teman mahasiswa pascasarjana Program Studi Pendidikan Matematika angkatan 2009 Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Akhirnya, semoga tesis ini dapat bermanfaat untuk semua pihak. Surakarta,
Juni 2011
Penulis
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman JUDUL ........................................................................................................
i
PENGESAHAN PEMBIMBING ...............................................................
ii
PENGESAHAN TESIS ..............................................................................
iii
PERNYATAAN ..........................................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...............................................................
v
KATA PENGANTAR .................................................................................
vi
DAFTAR ISI ...............................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xiv
ABSTRAK ..................................................................................................
xvi
ABSTRACT .................................................................................................
xvii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B. Identifikasi Masalah .................................................................
7
C. Pemilihan Masalah ...................................................................
8
D. Pembatasan Masalah ................................................................
9
E. Perumusan Masalah .................................................................
9
F. Tujuan Penelitian ......................................................................
10
G. Manfaat Penelitian ...................................................................
10
BAB II. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS commit to user A. Kajian Pustaka .........................................................................
viii
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.
Pengertian Belajar ...........................................................
12
2.
Pembelajaran Matematika ...............................................
15
3.
Prestasi Belajar Matematika ...........................................
16
4.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ...... .
17
5.
Pembelajaran Kooperatif ................................................
19
6.
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ...........................
24
7.
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT .............................
28
8.
Kemampuan Awal Siswa .................................................
31
B. Penelitian yang Relevan............................................................
33
C. Kerangka Berpikir.....................................................................
34
D. Hipotesis Penelitian ..................................................................
36
BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat, Subjek, Waktu dan Jenis Penelitian ...........................
37
1.
Tempat dan Subjek Penelitian ........................................
37
2.
Waktu Penelitian .............................................................
37
3.
Jenis Penelitian ...............................................................
38
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .................
38
1.
Populasi ...........................................................................
38
2.
Sampel ............................................................................
39
3.
Teknik Pengambilan Sampel .........................................
39
C. Variabel Penelitian ....................................................................
41
1.
Variabel Bebas ...... ..........................................................
41
2.
Variabel Terikat .............................................................. commit to user
42
D. Teknik Pengumpulan Data, Instrumen dan Uji Instrumen .......
43
1.
Metode Pengumpulan Data ............................................. ix
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.
Instrumen Penelitian .......................................................
43
3.
Uji Coba Instrumen .........................................................
44
E. Teknik Analisa Data ................................................................
48
1.
Uji Prasyarat Analisis .....................................................
48
2.
Uji Keseimbangan ..........................................................
50
3.
Uji Hipotesis Penelitian ..................................................
51
4.
Uji Komparasi Ganda .....................................................
56
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ……………….
59
1.
Instrumen Tes Kemampuan Awal Siswa .......................
59
2.
Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika ........................
61
B. Deskripsi Data...........................................................................
62
1.
Data Kemampuan Awal Siswa ........................................
63
2.
Data Hasil Belajar Matematika ........................................
64
C. Hasil Analisis Data ..................................................................
65
1.
Uji Keseimbangan ...........................................................
65
2.
Uji Prasyarat Analisis Variansi ........................................
67
3.
Uji Hipotesis Penelitian ...................................................
69
4.
Uji Lanjut Pasca Anava ..................................................
71
D. Pembahasan Hasil Analisa Data ...............................................
73
1.
Hipotesis Pertama ............................................................
73
2.
Hipotesis Kedua ...............................................................
74
3.
Hipotesis Ketiga............................................................... commit to user
76
E. Keterbatasan Penelitian ............................................................
78
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ..... ......................................................................... .
79
B. Implikasi ................................................................................. .
79
1.
Implikasi Teoritis ............................................................. .
80
2.
Implikasi Praktis .............................................................. .
81
C. Saran ........................................................................................ .
81
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ .
83
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1. Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional ................................................................
3
Tabel 1.2. Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran .............
6
Tabel 3.1. Desain Faktorial Penelitian .....................................................
38
Tabel 3.2. Daftar SMA di Kabupaten Wonogiri Berdasarkan Hasil Ujian Nasional Matematika Tahun Pelajaran 2009-2010 ..................
40
Tabel 3.3. Interpretasi Indeks Kesukaran Soal ( P ) ..................................
46
Tabel 3.4. Interpretasi Daya Beda Soal ( D )..............................................
47
Tabel 3.5. Notasi dan Tata Letak Data pada Anava...................................
53
Tabel 3.6. Rataan dan Jumlah Rataan ........................................................
54
Tabel 3.7. Rangkuman Analisis Variansi .................................................
50
Tabel 4.1. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika.................................
65
Tabel 4.2. Rangkuman Uji Normalitas Kemampuan Awal .....................
66
Tabel 4.3. Rangkuman Uji Normalitas Hasil Belajar Matematika ...........
68
Tabel 4.4. Rangkuman Uji Homogenitas Variansi ....................................
69
Tabel 4.5. Rangkuman Analisis Variansi .................................................
70
Tabel 4.6. Rangkuman Rataan antar Sel dan Rataan Marginal ..................
71
Tabel 4.7. Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rataan antar Kolom ............
71
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1. Grafik Distribusi Chi Kuadrat ................................................
50
Gambar 3.2. Grafik Distribusi Student’s-t...................................................
51
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1:
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .............................
87
Lampiran 2:
Kisi-kisi Uji Coba Soal Tes Kemampuan Awal Siswa .............
164
Lampiran 3:
Butir Soal Uji Coba Tes Kemampuan Awal Siswa .................
167
Lampiran 4:
Lembar Validasi Instrumen Tes Kemampuan Awal Siswa .....
174
Lampiran 5:
Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Kemampuan Awal Siswa ..
177
Lampiran 6:
Daya Beda Soal Uji Coba Kemampuan Awal Siswa ................
179
Lampiran 7:
Indeks Reliabilitas Soal Tes Kemampuan Awal Siswa ...........
184
Lampiran 8:
Kisi-kisi Soal Uji Coba Tes Hasil Belajar Siswa ......................
191
Lampiran 9:
Butir Soal Uji Coba Tes Tes Hasil Belajar Siswa .....................
194
Lampiran 10: Lembar Validasi Instrumen Tes Hasil Belajar Siswa ...............
200
Lampiran 11: Tingkat Kesukaran Uji Coba Soal Tes Hasil Belajar Siswa ....
203
Lampiran 12: Daya Beda Uji Coba Soal Tes Hasil Belajar Siswa .................
205
Lampiran 13: Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Uji Coba Soal Tes Hasil Belajar Siswa............................................................................
208
Lampiran 14: Indeks Reliabilitas Soal Tes Hasil Belajar Siswa ....................
210
Lampiran 15: Data Induk Penelitian ................................................................
216
Lampiran 16: Data Amatan Hasil Belajar ................................................. ...
219
Lampiran 17: Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelompok Eksperimen 1 ...
221
Lampiran 18: Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelompok Eksperimen 2 ..
222
Lampiran 19: Uji Homogenitas Variansi Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok Eksperimen Eksperimen commit to user 2 .....................................
xiv
223
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 20: Uji Keseimbangan Antara Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok Eksperimen 2 ..................................................... ...
224
Lampiran 21: Uji Normalitas Hasil Belajar Kelompok Eksperimen 1 ...... ...
225
Lampiran 22: Uji Normalitas Hasil Belajar Kelompok Eksperimen 2 ....... ...
226
Lampiran 23: Uji Normalitas Kategori Tinggi ................................................
227
Lampiran 24: Uji Normalitas Kategori Sedang ..............................................
228
Lampiran 25: Uji Normalitas Kategori Rendah ..............................................
229
Lampiran 26: Uji Homogenitas Variansi Kedua Model Pembelajaran ...........
230
Lampiran 27: Uji Homogenitas Variansi Ketiga Kategori Kemampuan Awal Siswa ........................................................................................
231
Lampiran 28 : Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ..................
232
Lampiran 29: Uji Komparasi Ganda dengan Metode Schefee ........................
234
Lampiran 30: Tabel Distribusi Normal Baku .................................................
235
Lampiran 31: Tabel Nilai tα;v ..........................................................................
236
Lampiran 32: Tabel Nilai c
......................................................................
237
Lampiran 33: Tabel Nilai F0.05;v1, v2 .................................................................
238
Lampiran 34: Tabel Nilai Kritik Uji Lilliefors ................................................
240
2
a;v
Lampiran 35: Daftar SMA Berdasarkan Jumlah Nilai Ujian Nasional Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2009-2010 ...................
241
Lampiran 36: Surat Keterangan Penelitian dari SMA Negeri 1 Baturetno ....
242
Lampiran 37: Surat Keterangan Penelitian dari SMA Pangudi Luhur ..........
243
Lampiran 38: Surat Keterangan Penelitian dari SMA Kanisius Tirtomoyo...
244
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Theresia Ari Dwi Utami. S850809219. 2011. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan Numbered Heads Together (NHT) pada Pembelajaran Matematika Siswa SMA Kelas X Semester I di Kabupaten Wonogiri Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa Tahun Pelajaran 20102011. Komisi Pembimbing I Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D dan Pembimbing II Drs. Budi Usodo, M.Pd. Tesis. Surakarta : Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menghasilkan hasil belajar matematika yang lebih baik dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT, (2) apakah hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan awal yang lebih tinggi, lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal yang lebih rendah, (3) manakah di antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan NHT yang memberikan hasil belajar yang lebih baik ditinjau dari tingkat kemampuan awal tinggi, sedang maupun rendah. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu dengan desain faktorial 2×3. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA di Kabupaten Wonogiri tahun pelajaran 2010-2011. Jumlah anggota sampel dalam penelitian ini adalah 204 siswa diperoleh dengan cara stratified cluster random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan tes awal dan tes hasil belajar. Untuk menguji validitas instrumen dilakukan oleh validator, sedangkan untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus Kuder-Richardson 20. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2010 sampai Mei 2011. Analisis data dengan analisis variansi dua jalan sel tak sama. Hasil analisis variansi dua jalan dengan taraf signifikansi a = 5%, menunjukkan (1) penggunaan pendekatan pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika pada siswa kelas X untuk materi sistem persamaan linear (Fa = 9,15 > 3,84 = F(0,05;1;198)), (2) kemampuan awal siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika pada siswa kelas X untuk materi sistem persamaan linear (Fb = 138,56 > 3,00 = F(0,05;2;198)) dan (3) tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar pada siswa kelas X untuk materi sistem persamaan linear (Fab=1,36 < 3,00 = F(0,05;2;198)). Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran tipe STAD lebih baik dari model pembelajaran tipe NHT pada siswa kelas X pada materi sistem persamaan linear (2) hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan awal yang tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal yang sedang dan rendah, dan hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan awal yang sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal yang rendah (3) untuk setiap kategori kemampuan awal tinggi, sedang maupun rendah, model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Kata kunci : STAD, NHT, Kemampuan Awal commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Theresia Ari Dwi Utami. S850809219. 2011. The Experimentation of Cooperative Learning Model using Student Teams Achievement Division (STAD) and Numbered Heads Together (NHT) on Subject Linear Equation System Viewed from Students Prior Competence of Senior High School Students Grade X at Wonogiri Regency Academic Year 2010-2011. The First Commision of Supervision is Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D and Second Supervision is Drs. Budi Usodo, M.Pd. Thesis. Surakarta: Study Program of Mathematics Education, Postgraduate Program of Sebelas Maret University. The aims of this research are to know: (1) whether cooperative learning model using STAD type can give better result than cooperative learning model using NHT type on subject of linear equality system. (2) whether the result of student learning achievement in mathematics who have a high prior competence better than those who have a middle or low prior competence. (3) which one of both cooperative learning model using STAD type and NHT type, that achieves better result for students viewed from student’s prior competence that have a high prior, middle prior or low prior competence. The research uses a quasi experiment with 2×3 factorial design. The population of research is senior high school student grade X at Wonogiri Regency of academic year 2010-2011. The number of participants in this research was 204 students and it was obtained by stratified random sampling. The data was collected by using pre test and the evaluation’s result. The validity of test instrument was done by validator and realibity of test used Kuder-Richardson 20. A study was conducted in April 2010 to May 2011. The technique used to analyze data in this study was two ways variance analysis with different cells. The results of two ways variance analysis at significance level a =5% show that (1) there is an effect of learning approach usage on the mathematics students’ learning achievement of students grade X in the subject matter of linear equation system (Fa = 9.15 > 3.84 = F(0.05;1;198)), (2) there is an effect of prior competence usage on the mathematics learning achievement of students grade X in the subject matter of linear equality system (Fb = 138.56 > 3.00 = F(0.05;2;198)) and (3) there is no interaction between the cooperative learning model and the students prior competence in the learning achievement of grade X in the subject matter of linear equation system (Fab = 1.36 < 3.00 = F(0.05;2;198)) The conclusion of this research are: (1) Students learning achievement using cooperative learning model STAD type is better than cooperative learning model using NHT type. (2) the mathematics student`s learning achievement who have high prior competence better than the student who have middle and low prior competence and the students who have middle prior competence better than the student who have low prior competence (3) The cooperative learning model using STAD type gives better result than cooperative learning using NHT type on each student prior competence. Key words : STAD, NHT, Prior Competence commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah-sekolah negeri menjadi incaran masyarakat dari berbagai tempat, sedangkan ada beberapa sekolah swasta yang semakin lama siswanya semakin berkurang. Sebagai contoh di SMA Negeri 1 Baturetno pada tahun pelajaran 2010-2011 menerima 320 siswa dengan menolak 63 siswa karena kuota sudah tercukupi. Sedangkan SMA Pancasila Baturetno hanya mendapatkan 12 siswa. Berkurang 8 siswa dari tahun pelajaran sebelumnya. Keberagaman latar belakang pasti terjadi di setiap sekolah, seperti latar belakang sosial, budaya, ekonomi, kemampuan akademis, asal daerah, agama dan lain sebagainya. Sering menjadi pemikiran masyarakat dan para guru, bahwa latar belakang yang berbedabeda akan mempengaruhi atau membawa dampak terhadap keefektifan belajar dan prestasi belajar mereka. Matematika merupakan mata pelajaran yang sulit menurut para siswa, hal ini nampak pada hasil ujian nasional tahun 2009-2010. Nilai rata-rata ujian nasional matematika kelas XII IPA di Kabupaten Wonogiri pada tahun pelajaran 2009-2010 lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai mata pelajaran ujian nasional yang lain. Mata pelajaran yang setara dengan Matematika adalah Fisika, Kimia dan Biologi. Rata-rata nilai Matematika 6,21; Fisika 6,73; Kimia 7,84; dan Biologi 6,67. Isjoni dalam Anik Lestari (2009:2) menyatakan bahwa guru merupakan salah satu pihak yang bertanggung jawab di dalam mencerdaskan anak bangsa. Guru membentuk karakteristik anak didik yang mumpuni dengan memiliki karakter seperti beriman dan commit to user bertaqwa, cerdas, terampil, mandiri, berkepribadian serta bertanggung jawab. Guru
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
adalah orang yang berdiri di depan kelas dan di garis terdepan dalam memberikan pengetahuan, perubahan sikap dan memiliki ketrampilan terhadap anak didiknya, sehingga mereka memiliki wawasan global di dalam era dan daya saing yang penuh kompetitif masa kini maupun masa datang. Proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antara siswa dengan guru. Proses ini dikatakan efektif apabila terjadi transfer belajar yaitu materi pelajaran yang disajikan guru dapat diserap ke dalam struktur kognitif siswa. Siswa dapat mengetahui materi tersebut tidak hanya terbatas pada tahap ingatan saja tanpa pengertian (rote learning) tetapi bahan pelajaran dapat diserap secara bermakna (meaning learning). Agar terjadi transfer belajar yang efektif, maka kondisi fisik dan psikis dari setiap individu siswa harus sesuai dengan materi yang dipelajarinya. Dalam proses belajar mengajar matematika selalu melibatkan siswa secara aktif untuk mengembangkan kemampuannya dalam berpikir rasional, kritis, dan kreatif. Matematika yang bersifat deduktif aksiomatik dan berangkat dari hal-hal yang abstrak, cenderung sulit diterima dan dipahami oleh siswa. Aksiomatik yang dimaksud adalah pembenaran pernyataan P1 dengan menggunakan pernyataan P2 yang sebelumnya telah diterima benar. Sedangkan pembenaran pernyataan P2 dengan menggunakan pernyataan P3 yang sebelumnya telah diterima benar pula. Demikian seterusnya sehingga sampai pada suatu pernyataan P0 yang tidak lagi perlu pembuktian. Pernyataan P0 inilah yang disebut aksioma. Oleh karena aksioma digunakan selalu mempunyai sifat umum dan kemudian dapat diturunkan hingga memperoleh sifat-sifat khusus, maka struktur ini disebut pula berpola deduktif. Dan ini merupakan satu-satunya pola pikir yang diterima commit to user dalam matematika. Konsep matematika tersusun secara hierarkis, yang berarti bahwa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
dalam mempelajari matematika konsep sebelumnya yang menjadi prasyarat harus benarbenar dikuasai agar dapat memahami konsep selanjutnya. Salah satu cara yang dilakukan oleh banyak pihak untuk meningkatkan keaktifan siswa di dalam kelas adalah dengan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Eggen and Kauchak dalam Trianto, 2007:42). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemakaian model pembelajaran kooperatif lebih baik daripada model pembelajaran konvensional. Trianto dalam bukunya yang berjudul Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik (2007:43) mencoba membandingkan kelompok belajar kooperatif dan kelompok belajar konvensional, yang disajikan pada Tabel 1.1 berikut ini. Tabel 1.1. Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional Adanya saling ketergantungan positif, saling Guru sering membiarkan adanya siswa membantu, dan saling memberikan motivasi yang mendominasi kelompok atau sehingga ada interaksi promotif. menggantungkan diri pada kelompok. Adanya akuntabilitas individual yang Akuntabilitas individual sering diabaikan mengukur penguasaan materi pelajaran tiap sehingga tugas-tugas sering diborong oleh anggota kelompok, dan kelompok diberi salah seorang anggota kelompok umpan balik tentang hasil belajar para sedangkan anggota lainnya hanya anggotanya sehingga dapat saling ”mendompleng” keberhasilan mengetahui siapa yang memerlukan bantuan ”pemborong”. dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Kelompok belajar heterogen, baik dalam Kelompok belajar biasanya homogen kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan. Pimpinan kelompok dipilih secara Pemimpin kelompok sering ditentukan demokratis atau bergilir untuk memberikan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk pengalaman memimpin bagi para anggota memilih pemimpinnya dengan cara kelompok. masing-masing. Keterampilan sosial yang diperlukan dalam Keterampilan sosial sering tidak secara kerja gotong-royong seperti kepemimpinan, langsung diajarkan. kemampuan berkomunikasi, mempercayai commit to user orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.
perpustakaan.uns.ac.id
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok.
digilib.uns.ac.id 4
Pemantauan melaui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung. Sumber: Killen dalam Trianto (2007:43)
Selanjutnya Anik Lestari dalam penelitian yang berjudul Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan TPS pada Pembelajaran Matematika pada Siswa MTs Negeri se-Kabupaten Klaten ditinjau dari Tipe Kecerdasan Siswa Tahun Pelajaran 2008/2009 menyimpulkan bahwa kedua tipe tersebut sama-sama efektif. Larry Maheady, Jean Michielli-Pendl, Gregory F. Harper dan Barbara Mallette (2006) dalam jurnal internasional menulis artikel yang berjudul The Effects of Numbered Heads Together with and Without an Incentive Package on the Science Test Performance of a Diverse Group of Sixth Graders. Dalam artikel tersebut dituliskan: A clear and consistent finding of educational research has been the importance of active student responding. During lectures and discussions, active responding most often takes the form of student responses to teacher questions. This whole group responding to questions, however, does not permit every student to respond and does not assure that all students are actively engaged. Previous research has shown that Numbered Heads Together is an efficient and effective instructional technique to increase student responding and to improve achievement. Arti tulisan dalam artkel tersebut adalah sebagai berikut: sebuah penemuan yang jelas dan konsisten dari sebuah riset pendidikan mengemukakan mengenai pentingnya tanggapan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Selama pembelajaran dan diskusi, terjadi tanggapan aktif dari siswa atas pertanyaan guru. Meski demikian tidak menjamin semua siswa aktif. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Numbered Heads Together merupakan teknik pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan tanggapan atau keaktifan dan prestasi siswa. Model
commit to user pembelajaran kooperatif melibatkan siswa secara aktif dan juga
mempertimbangkan keberadaan siswa, sehingga akan menghasilkan hasil pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Orhan and Ruhan (2006) dalam artikel yang berjudul The Effects of Problem-Based Active Learning in Science Education on Students Academic Achievement, Attitude and Concept Learning. Dalam artikel tersebut dituliskan bahwa : The Active Learning method are more effective than the classic method by relying on the findings of their research conducted on the basis of problem-based learning, brain storming and cooperative learning. yang artinya metode belajar aktif lebih effektif dari pada metode tradisional karena percaya pada hasil penelitian mereka yang berdasarkan pada pembelajaran berdasar permasalahan, daya kerja otak dan pembelajaran kooperatif. Hal serupa juga disampaikan oleh Garry Hornby (2009) dalam Journal of Education for Teaching melalui artikel yang berjudul The effectiveness of cooperative learning with trainee teachers. Dia menyatakan bahwa: A plethora of research studies has found cooperative learning to be effective in promoting academic achievement with students of all ages. It has been suggested that key elements of cooperative learning are individual accountability and positive interdependence. Results indicate that academic learning was greater in the experimental group, in which individual accountability and positive interdependence were structured into the activity. Kebanyakan penelitian telah menyatakan bahwa Cooperative Learning merupakan metode yang efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa untuk segala usia. Unsurunsur kunci dari Cooperative Learning adalah akuntabilitas individu dan saling ketergantungan yang positif. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa hasil belajar akademik lebih baik pada kelompok eksperimen, di mana akuntabilitas individu dan saling ketergantungan yang positif terstruktur dalam kegiatan. Trianto dalam bukunya yang berjudul Model-model Pembelajaran Inovatif commit to user bahwa terdapat empat pendekatan Berorientasi Konstruktivistik (2007:49) menyatakan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan
digilib.uns.ac.id 6
perpustakaan.uns.ac.id
model pembelajaran kooperatif. Yaitu STAD (Student Teams Achievement Division), JIGSAW, Investigasi Kelompok (Teams Games Tournaments atau TGT), dan Pendekatan Struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS) dan Numbered Head Together (NHT). Pendekatan tersebut disajikan pada Tabel 1.2. Tabel 1.2. Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif STAD
JIGSAW
Tujuan Kognitif
Informasi akademik sederhana
Informasi akademik sederhana
Tujuan Sosial
Kerja kelompok dan kerjasama
Kerja kelompok dan kerjasama
Struktur Tim
Kelompok belajar heterogen dengan anggota 4-5 orang anggota
Pemilihan Topik Tugas Utama
Biasanya guru
Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 orang anggota menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli Biasanya guru
Penilaian
Siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya Tes mingguan
Investigasi Kelompok (TGT) Informasi akademik tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri Kerja dalam kelompok kompleks Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 anggota homogen
Biasanya guru
Siswa Siswa mempelajari menyelesaikan materi dalam inkuiri kompleks kelompok ahli kemudian membantu anggota kelompok asal mempelajari materi itu Bervariasi dapat Menyelesaikan berupa tes to userproyek dan commit mingguan menulis laporan, dapat menggunakan tes
Pendekatan Struktural (TPS dan NHT) Informasi akademik sederhana
Ketrampilan kelompok dan ketrampilan sosial Bervariasi, berdua, bertiga, kelompok dengan 4-5 orang anggota
Biasanya guru Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan secara sosial dan kognitif
Bervariasi
digilib.uns.ac.id 7
perpustakaan.uns.ac.id
Pengakuan Lembar pengakuan dan publikasi lain
Publikasi lain
essay Lembar pengakuan dan publikasi lain
Bervariasi
Sumber: Ibrahim dalam Trianto (2007:50)
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki beberapa langkah atau tahapan yang sama, yaitu membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa, diskusi dalam kelompok, berpikir bersama, dan menyampaikan jawaban. Latar belakang siswa yang sangat beragam dimungkinkan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar. Salah satu keberagaman yang dimiliki siswa adalah kemampuan awal. Kemampuan awal siswa merupakan prasyarat yang harus dimiliki siswa agar dapat mengikuti pelajaran dengan baik sehingga akan mencapai prestasi belajar yang baik pula. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut : 1.
Secara umum para siswa merasa bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dan menakutkan. Nilai matematika cenderung lebih rendah dibandingkan mata pelajaran yang lain. Ada kemungkinan hasil belajar siswa yang belum memuaskan ini disebabkan siswa cenderung pasif, hanya menjadi pendengar dan hanya belajar secara individu. Terkait dengan ini, dapat diteliti apakah pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dan bekerja sama dalam kelompok dapat meningkatkan hasil belajar matematika.
2.
Rendahnya hasil belajar matematika siswa mungkin disebabkan oleh model commit to user pembelajaran yang kurang mengena terhadap siswa. Sehingga perlu diadakan
digilib.uns.ac.id 8
perpustakaan.uns.ac.id
penelitian dengan menggunakan model pembelajaran yang bervariatif dan lebih mengena. 3.
Rendahnya prestasi belajar siswa mungkin disebabkan guru kurang memperhatikan karakteristik siswa, seperti kemampuan awal yang dimiliki siswa. Sehingga perlu diteliti apakah dengan memperhatikan kemampuan awal yang dimiliki siswa guru dapat menemukan model pembelajaran yang tepat guna meningkatkan prestasi belajar siswa.
4.
Ada kemungkinan bahwa kebiasaan siswa belajar secara individu atau secara pribadi juga merupakan salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar siswa. Maka perlu diteliti apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang mengajak siswa untuk belajar secara berkelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. C. Pemilihan Masalah Dari beberapa masalah yang sudah diidentifikasi di atas, maka permasalahan
yang diteliti adalah permasalahan nomor tiga dan empat, yang dikhususkan pada eksperimentasi model pembelajaran tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan Numbered Head Together (NHT) dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan sistem persamaan linear dan kuadrat untuk siswa kelas X ditinjau dari kemampuan awal siswa. Penulis memilih model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk dibandingkan karena model STAD merupakan model pembelajaran yang sederhana, yang dimungkinkan sesuai dengan kultur dan budaya siswa di Kabupaten Wonogiri. Mereka berpikir secara sederhana, belum mampu commit to user berpikir kompleks. Para siswa terbiasa dengan menerima penjelasan dari guru. Sedangkan model NHT merupakan model pembelajaran yang melatih siswa untuk
digilib.uns.ac.id 9
perpustakaan.uns.ac.id
berdiskusi dan menentukan jawaban yang paling tepat di dalam kelompok. Hal ini akan melatih keberanian para siswa. Kemampuan awal dan model pembelajaran merupakan dua hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh guru sebelum memulai proses kegiatan belajar mengajar. Melalui penelitian ini akan dilihat, apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang belajar dengan penerapan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division) dan NHT (Numbered Head Together) jika ditinjau dari kemampuan awal siswa. Penulis memilih model pembelajaran STAD dan NHT karena kedua model pembelajaran ini mempunyai kesamaan, yaitu membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa, diskusi dalam kelompok, berpikir bersama, dan menyampaikan jawaban. D. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada: 1.
Model pembelajaran yang dipakai adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada kelas eksperimen 1 dan Numbered Head Together (NHT) pada kelas eksperimen 2.
2.
Hasil belajar yang dimaksud adalah prestasi siswa kelas X reguler semester I SMA di Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2010-2011, pada pokok bahasan sistem persamaan linear dan kuadrat.
3.
Kemampuan awal siswa yang peneliti gunakan adalah nilai hasil tes kompetensi dasar persamaan linear dan sistem persamaan linear dua variabel yang dimiliki siswa sebelum mengikuti pembelajaran sistem persamaan linear dan kuadrat. Dalam penelitian ini, kemampuan awal siswa dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu tinggi, sedang dan rendah.
commit to user
digilib.uns.ac.id10
perpustakaan.uns.ac.id
4.
Hasil belajar matematika siswa dibatasi pada hasil belajar siswa setelah dilakukan eksperimen untuk materi sistem persamaan linear dan kuadrat pada siswa SMA kelas X di Kabupaten Wonogiri. E. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka
dirumuskan masalah-masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini. Permasalahan tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menghasilkan hasil belajar matematika yang lebih baik dari pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT?
2.
Apakah hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan awal yang tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang dan rendah? Apakah hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan awal yang sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah?
3.
Manakah di antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan NHT yang memberikan hasil belajar yang lebih baik ditinjau dari tingkat kemampuan awal kategori tinggi, sedang maupun rendah? F. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1.
Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menghasilkan hasil belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan tipe NHT.
2.
Apakah hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan awal yang tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang atau rendah. commit to user Apakah hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan awal sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah.
digilib.uns.ac.id11
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Manakah di antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan NHT yang memberikan hasil belajar yang lebih baik ditinjau dari tingkat kemampuan awal kategori tinggi, sedang maupun rendah. G. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah:
1.
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi informasi pada proses
pembelajaran
matematika
terutama
yang
berkaitan
dengan
model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan NHT serta kemampuan awal siswa. Dengan mengetahui kadar kekuatan pengaruh tersebut diharapkan dapat menunjukkan seberapa penting variabel tersebut mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. 2.
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dirasakan oleh beberapa pihak, antara lain siswa, guru, maupun sekolah. a. Siswa Melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat memperluas wawasan tentang cara belajar matematika yaitu dengan cara berdiskusi dengan teman, tidak takut mencoba dan menyampaikan pendapat, sehingga materi yang dipelajari lebih mudah diingat. Siswa juga dapat berlatih untuk bertanggung jawab dalam kelompok, belajar berinteraksi, bekerja sama dalam kelompok dan berkomunikasi. b. Guru dan Calon Guru Melalui penelitian ini diharapkan guru dapat mengenal lebih baik tentang penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan NHT ditinjau dari
kemampuan awal siswa dan termotivasi untuk berani melakukan inovasi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. commit to user c. Sekolah
digilib.uns.ac.id12
perpustakaan.uns.ac.id
Melalui penelitian ini diharapkan kepala sekolah dan pemegang otoritas di sekolah dapat memperoleh informasi sebagai masukan dalam menentukan kebijakan terkait dengan proses pembelajaran matematika di kelas sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Dengan prestasi belajar siswa yang tinggi otomatis prestasi sekolah tersebut juga menjadi lebih baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI dan HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Belajar Pengetahuan atau ilmu merupakan suatu hal yang selalu dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan akan pengetahuan selalu meningkat, karena manusia selalu ingin meningkatkan harga diri dan kemampuannya. Dengan demikian, manusia perlu belajar. Ada berbagai teori belajar, beberapa teori belajar itu antara lain: a. Teori Behaviorisme Dalam teori behaviorisme, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku manusia (Skinner dalam Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni 2007:67). Dalam teori ini, reinforcement merupakan faktor utama dalam belajar. Reinforcement merupakan suatu hal yang dapat digunakan untuk menguatkan tingkah laku. Dari segi bentuknya, reinforcement dibagi menjadi dua bentuk yaitu reinforcement positif dan reinforcement
negatif.
Reinforcement
positif adalah
penguatan
yang dapat
meningkatkan perilaku, sedangkan reinforcement negatif adalah penguatan yang membuat suatu individu menarik diri dari suatu situasi yang kurang menyenangkan untuk menguatkan tingkah lakunya. Hilgard dan Bower dalam Ngalim Purwanto (1985:80) mengemukakan bahwa belajar berhubungan erat dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan sesat seseorang. Dalam commit to user teori ini belajar dapat diartikan sebagai suatu kebiasaan yang berulang-ulang, sehingga
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id13
akan terjadi perubahan tingkah laku manusia, tanpa mengetahui perubahan yang terjadi itu menuju arah yang positif atau menuju arah negatif. Teori-teori belajar behavioristik menganggap bahwa belajar merupakan proses hubungan langsung antara stimulus dan respons. Respon akan muncul jika diberi stimulus dari luar. Dengan kondisi ini yang selalu berulang – ulang maka akan terjadi perubahan tingkah laku individu. Syah dalam Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2007:85) berpendapat bahwa teori behaviorisme memiliki beberapa kelemahan, diantaranya adalah 1. Proses belajar dipandang sebagai kegiatan yang diamati secara langsung, padahal belajar adalah kegiatan yang ada dalam sistem saraf manusia yang tidak terlihat, kecuali melalui gejalanya. 2. Proses belajar dipandang bersifat otomatis mekanis sehingga terkesan seperti mesin atau robot, padahal manusia mempunyai kemampuan self regulation dan self control yang bersifat kognitif. Sehingga, dengan kemampuan ini, manusia bisa menolak kebiasaan yang tidak sesuai dengan dirinya. 3. Proses belajar dianalogikan dengan hewan sangat sulit diterima, mengingat ada perbedaan yang mencolok antara hewan dan manusia. b. Teori Kognitivisme Dalam teori kognitivisme, belajar dipandang sebagai suatu proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan pengetahuan. Teori ini bertentangan dengan teori behaviorisme karena dalam kognitivisme, perubahan perilaku manusia tidak dapat diukur dan diamati secara langsung tanpa melibatkan commit to user proses mental. Thorndike menganggap bahwa belajar sebagai proses trial and error, sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id14
Gestalt memandang belajar sebagai proses yang didasarkan pada pemahaman (Baharuddin dan Esa Nur Wahyudi, 2007: 88). Pada saat belajar, keterlibatan individu secara langsung akan menghasilkan pemahaman. Dalam proses belajar, hal yang paling utama adalah dimengertinya apa yang dipelajari. Belajar menurut teori ini tidak hanya sekedar proses hubungan antara stimulusrespon yang berulang-ulang. Belajar menurut teori kognitivisme terjadi jika ada pengertian atau pemahaman. Pemahaman akan muncul jika individu mencoba memahami masalah, jika mendapatkan penjelasan, kemudian mengaitkan antara komponen yang satu dengan komponen-komponen yang lain, kemudian dimengerti hubungannya dan dipahami maknanya. c. Teori Konstruktivisme Dalam teori konstruktivisme, hal utama dalam belajar adalah keaktifan individu dalam membangun pengetahuannya. Belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau mengkonstruksi pengetahuannya dengan cara mencoba memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. Piaget (dalam Paul Suparno, 1997:35) menyatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan konsep. Dalam proses tersebut, si pebelajar setiap kali membangun konsep baru melalui asimilasi dan akomodasi skema mereka. Oleh karena itu, belajar merupakan proses terus-menerus, tidak berkesudahan. Menurut Ausubel, Novak dan Hanesian (dalam Paul Suparno,1997:53), belajar yang bermakna adalah suatu proses belajar di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Belajar bermakna terjadi bila pelajar mencoba menghubungkan fenomena baru ke commit to user dalam struktur pengetahuan mereka. Ini terjadi melalui belajar konsep, dan perubahan konsep yang telah ada, yang akan mengakibatkan pertumbuhan dan perubahan struktur
digilib.uns.ac.id15
perpustakaan.uns.ac.id
konsep yang telah dipunyai si pebelajar. 2. Pembelajaran Matematika Dalam proses belajar dan pembelajaran, siswa harus terlibat aktif dan siswa menjadi pusat kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas (Slavin,1994 dalam Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2007:116). Walaupun demikian, guru menjadi faktor yang cukup menentukan keberhasilan proses belajar dan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, terdapat interaksi antara guru dan siswa, dimana guru membimbing siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran matematika meliputi pemahaman konsep, penalaran, pelambangan dan pengkomunikasian matematika. Hal ini sesuai dengan pendapat Andrew M Tyminski, Sue Ellen Richardson, Elizabeth Winarski (2010) yang ditulis dalam Journal of Teaching Children Mathematics. Mereka menyatakan bahwa: The vision of NCTM's Standards includes students conjecturing, reasoning, representing, and communicating mathematics yang artinya visi standar NCTM tentang pembelajaran matematika meliputi pemahaman konsep, penalaran, pelambangan dan pengkomunikasian matematika. Menurut Marpaung (dalam Anna Yulia, 2005:5), pembelajaran adalah kegiatan membimbing siswa mengikuti jalur belajarnya (track) menuju tujuan, mendorong mereka aktif mengolah dan memproses informasi, mendorong mereka berani mengutarakan ide – idenya, mau belajar dari kesalahan, berdiskusi dengan siswa dengan guru. Dengan proses ini, siswa diharapkan dapat mengembangkan kepercayaan dirinya dan lebih dapat berpikir kritis. Menurut Silberman (dalam Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2007:134), proses to user belajar diungkapkan sebagai berikut commit : Cara belajar dengan cara mendengarkan akan lupa. Dengan cara mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit. Dengan cara mendengar, melihat, diskusi dan melakukan
digilib.uns.ac.id16
perpustakaan.uns.ac.id
akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Dan cara terbaik untuk menguasai pelajaran adalah dengan cara mengajarkan kepada orang lain Cara belajar seperti yang diungkapkan Silberman juga berlaku dalam pembelajaran matematika. Dalam pembelajaran matematika, siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan jika mereka mau mencoba suatu kegiatan, berdiskusi dengan teman dan guru, serta mengerjakan latihan soal. National Council of Teachers of Mathematics (NCTM 2000 dalam Popy Yaniawati, 2007) merumuskan bahwa siswa harus mempelajari matematika melalui pemahaman dan aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Dengan kata lain, siswa diharapkan aktif mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dari pengetahuan – pengetahuan yang telah dia miliki. Roxo (1937) dalam Joao (2006) menyatakan bahwa Predominance of the psychological viewpoint in the teaching of mathematics, one should always start with the living and concrete intuition, and only very slowly bring forward the logical side of mathematics. One should adopt the genetic method, which allows for a slow introduction of the new notions. Dalam pembelajaran matematika, harus diawali dengan sesuatu yang berkaitan dengan kehidupannya dan sesuatu yang nyata. Setelah itu, siswa secara perlahan-lahan dibawa menuju ke bentuk matematika. Proses ini akan membuat siswa mudah memahami matematika dan pemahaman mereka akan lebih lama terekam dalam pikirannya. Dari uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa pembelajaran matematika adalah proses
membantu
siswa
dalam
membangun
pengetahuannya
melalui
proses
mengkonstruksi dari pengalaman-pengalaman yang telah dimilikinya. 3. Prestasi Belajar Matematika Belajar merupakan suatu proses. Proses itu dikatakan berhasil jika tujuan belajar commit to user telah dicapai. Tercapainya tujuan belajar dapat diketahui dari hasil tes yang diberikan
digilib.uns.ac.id17
perpustakaan.uns.ac.id
guru setelah proses belajar berakhir. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalamannya (Nana Sujana,1990:22). Hasil belajar dapat diukur dengan tes. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:787) “Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru”. Dalam penelitian ini, prestasi belajar merupakan hasil tes yang diberikan kepada siswa di akhir pelajaran dimana tes itu diberikan setelah materi yang akan diukur sudah selesai diberikan. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Menurut Winkel (1986), ada 4 faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu dari pihak murid, dari pihak guru, sekolah sebagai sistem sosial dan sekolah sebagai institusi. Pada pihak murid ada 5 faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu a. Taraf Intelegensi (Kemampuan Belajar) Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, taraf intelegensi memiliki peranan yang sangat besar dan memberikan pengaruh yang kuat terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar. b. Motivasi Belajar Motivasi belajar merupakan faktor psikologis yang tidak bersifat intelektual. Peranannya dalam belajar adalah menumbuhkan semangat belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar dan akan berpengaruh kuat terhadap prestasi belajarnya. c. Perasaan, Sikap, Minat
commit to user
Perasaan merupakan faktor psikis yang dapat menumbuhkan semangat belajar. Perasaan yang senang akan menimbulkan minat dan sikap yang positif. Perasaan yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id18
tidak senang akan menghambat belajar. Dengan demikian, perasaan, sikap dan minat sangat erat kaitannya dengan prestasi belajar siswa. d. Keadaan Sosio Ekonomis dan Sosio Kultural Keadaan sosio ekonomis maupun keadaan sosio kultural siswa dapat mengakibatkan siswa berada dalam kondisi tertentu. Kondisi siswa ini dapat mempengaruhi belajar siswa, dapat berpengaruh positif atau negatif, sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. e. Keadaan Fisik dan Keadaan Psikis Keadaan fisik dan keadaan psikis siswa menyebabkan kondisi psikologis berada dalam kondisi tertentu. Kondisi inilah yang mempengaruhi belajar siswa dan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar pada pihak guru adalah sikap dan sifat guru. Sifat dan sikap yang dapat diterima siswa dengan baik, akan dapat meningkatkan semangat belajar sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Selain itu, gaya mengajar juga memiliki peranan kuat dalam prestasi belajar siswa. Pada pihak sekolah, ada peranan sekolah. Dalam peranan sekolah dalam sistem sosial, perlu diperhatikan interaksi sosial antara guru dengan siswa maupun interaksi sosial antar siswa sendiri. Dalam peranannya sebagai institusi, sekolah menerapkan peraturan-peraturan sekolah. Adanya interaksi sosial dan peraturan-peraturan di sekolah akan mempengaruhi belajar siswa, sehingga berpengaruh pula terhadap prestasi belajarnya. Menurut Ngalim Purwanto (1986:101), ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor individual dan faktor sosial. Faktor-faktor yang termasuk dalam commit to user faktor individual adalah kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi, kecerdasan dan faktor pribadi. Sedangkan faktor sosial antara lain adalah faktor keluarga, guru, cara mengajar,
digilib.uns.ac.id19
perpustakaan.uns.ac.id
alat yang digunakan untuk mengajar, lingkungan, kesempatan dan motivasi sosial. Berdasarkan uraian di atas, ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor dari siswa dan faktor dari luar. Faktor internal siswa berupa kemampuan siswa dan motivasi belajar siswa. Faktor eksternal siswa berupa interaksi guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Demikian pula dalam pembelajaran matematika, prestasi belajar matematika juga dipengaruhi kedua faktor tersebut. 5.
Pembelajaran Kooperatif
Menurut Isjoni (2010:15) cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu
kelompok atau satu tim. Slavin dalam Isjoni (2010:15)
mengemukakan “In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher”. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Istilah cooperative learning dalam pengertian bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif. Menurut Johnson & Johnson dalam Isjoni (2010:17) cooperative learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu commit to user kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.
digilib.uns.ac.id20
perpustakaan.uns.ac.id
Penerapan pembelajaran kooperatif di kelas mampu meningkatkan prestasi siswa. Di lain pihak, penerapan model pembelajaran ini pun mengalami beberapa kesulitan. Hal ini sesuai pendapat Robyn M. Gillies dan Michael Boyle (2010) dalam Journal of Teaching & Teacher Education. Pendapat yang ditulis dalam artikel yang berjudul Teachers' reflections on cooperative Learning adalah sebagai berikut: Cooperative learning (CL) is a well documented pedagogical practice that promotes academic achievement and socialization, yet many teachers struggle with implementing it in their classes. Data from the interviews indicated that while the teachers had positive experiences with CL, a number encountered difficulties with implementing it in their classrooms. Issues identified included students socializing during group activities and not working, managing time effectively, and the preparation required. Other issues that the teachers identified as being important for successful group work included the composition of the groups, the task the group was to undertake, the social skills training needed, and the assessment of the learning that occurred in the group. Artinya, pembelajaran kooperatif (CL) adalah praktik pedagogis yang terdokumentasikan dengan baik untuk meningkatkan prestasi akademik dan sekaligus proses sosialisasi, dan banyak guru berusaha menerapkan dalam kelas mereka. Data dari wawancara menunjukkan bahwa para guru memiliki pengalaman positif dengan CL, meski beberapa menemui kesulitan-kesulitan dalam menerapkannya di dalam kelas. Masalah-masalah yang teridentifikasi diantaranya sosialisasi siswa selama kegiatan kelompok dan tidak bekerja, mengelola waktu secara efektif, dan persiapan yang diperlukan. Masalah lain yang diidentifikasi dalam CL adalah pentingnya keberhasilan kerja kelompok, termasuk di dalamnya komposisi kelompok, tugas yang harus dilaksanakan, latihan keterampilan sosial yang diperlukan, dan penilaian atas kelompok. Junko Shimazoe and Howard Aldrich (2010) dalam Journal of College Teaching. menulis sebuah artikel yang berjudul
Understanding & Overcoming
to userdia menyatakan: Resistance to Cooperative Learning.commit Dalam artikel In Cooperative Learning, instruction focuses on coordinating, stimulating and encouraging interactions among students, with students expected to learn from
digilib.uns.ac.id21
perpustakaan.uns.ac.id
their own activities and interaction with their peers. Hal
ini
berarti
dalam
pembelajaran
kooperatif,
pengajaran
berfokus
pada
mengkoordinasikan, merangsang dan mendorong interaksi antara siswa dengan harapan siswa belajar dari kegiatan-kegiatan dan interaksi dengan teman-temannya. Walaupun pembelajaran berpusat pada siswa, namun guru tetap memegang peranan yang sangat penting
dalam proses pembelajaran kooperatif. Hal ini sesuai
dengan pendapat Noorchaya Yahya dan Kathleen Huie (2002), dalam Internet TESL Journal mereka menulis artikel yang berjudul Reaching English Language Learners Through Cooperative Learning. Dalam artikel tersebut mereka menyatakan bahwa: In planning cooperative learning, teachers take several roles. First, teachers make pre-instructional decisions about grouping students and assigning appropriate tasks. Teachers have to be able to explain both the academic task and the cooperative structure to students and then must monitor and intervene when necessary. Finally, the teacher is also the one who is responsible for evaluating student learning and the effectiveness of each group's work. Dalam merencanakan pembelajaran kooperatif, guru memegang beberapa peran. Pertama membuat rencana pra-pembelajaran tentang pengelompokan siswa dan pemberian tugas yang sesuai. Guru harus dapat menjelaskan tugas akademis dan struktur kooperatif kepada siswa dan kemudian harus memonitor dan turun tangan bila perlu. Akhirnya, guru juga harus bertanggungjawab mengevaluasi pembelajaran siswa dan keefektifan kerja masing-masing kelompok. Slavin dalam Isjoni (2010:21) mengemukakan bahwa tiga konsep sentral yang menjadi
karakteristik
cooperative
learning
yaitu
penghargaan
kelompok,
pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. a.
Penghargaan kelompok
commit to user
Cooperative learning menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh
digilib.uns.ac.id22
perpustakaan.uns.ac.id
penghargaan kelompok. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli. b.
Pertanggungjawaban individu Pertanggungjawaban ini menitikberatkan pada aktivitas aanggota kelompok yang saling membantu dalam belajar.
c.
Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan Cooperative
learning
menggunakan metode skoring yang mencakup nilai
perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil. Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif pada siswa berarti sekolah: a. mengembangkan dan menggunakan keterampilan kooperatif berpikir kritis dan kerja sama kelompok; b. menyuburkan hubungan antar pribadi yang positif di antara siswa yang berasal dari latar belakang yang berbeda; c. menerapkan bimbingan oleh teman (peer coaching); d. menciptakan lingkungan yang menghargai, menghormati nilai-nilai ilmiah; e. membangun sekolah dalam suasana belajar. Hasil penelitian Carlan, Rubin dan Morgan (2003) yang dipublikasikan dalam artikel berjudul Cooperative Learning, Mathematical Problem Solving, and Latinos pada jurnal internasional adalah sebagai berikut: 1) Student became more actively engaged in mathematical problem solving through user cooperative learning. Reluctant commit leaners,towho previously did not do their work, began to participate in the problem solving process. 2) Students moved from a competitive to a cooperative stance. Rather than competing for the correct answer, they began to share their problem solving ideas and answers.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id23
3) At first, students asked each other for their answers. However, they soon began to work with each other on the mathematical problem solving process rather than seeking the correct answers.They discovered that there are often several correct ways of finding a solution. 4) After observing the researchers implementing cooperative learning as well 5) Teacher also became more aware of students’ abilities when they worked in small groups. Some students who did not normally participate in whole group activitie were actively involved in small grop work. Hal ini dapat diartikan sebagai : 1) Siswa menjadi lebih aktif dalam mengusahakan pemecahan masalah matematika melalui pembelajaran kooperatif. Siswa yang malas mengerjakan pekerjaan rumahnya mulai ikut berpartisipasi dalam proses pemecahan masalah. 2) Siswa mengubah sikap kompetisi menjadi sikap kerja sama. Kompetisi dalam menjawab soal dengan benar mereka mulai dengan berbagi pengalaman dalam memecahkan masalah beserta gagasan dan jawabannya. 3) Pertama kali siswa menanyakan masing-masing jawaban. Tetapi mereka segera mulai mengerjakan dengan yang lain tentang proses pemecahan masalah matematika daripada hanya mencari jawaban saja. Mereka telah menemukan bahwa ada beberapa cara yang benar dalam menentukan penyelesaian. 4) Setelah mengobservasi pemakaian pembelajaran kooperatif dalam matematika, guru dapat mengubah meja dari bentuk berbaris menjadi bentuk kelompok sehingga pembelajaran kooperatif menjadi lebih baik. 5) Guru menjadi lebih peduli dengan kemampuan siswa ketika mereka bekerja dalam kelompok kecil. Bererapa siswa yang tidak berpartisipasi dengan baik dalam kelompok besar menjadi terlibat aktif dalam kelompok kecil. Sedangkan hasil penelitian Katsap (2003) dari Kaye College of Education yang commit to user dipublikasikan pada jurnal internasional yang berjudul Active Learning in the College Mathematics Classroom adalah :
digilib.uns.ac.id24
perpustakaan.uns.ac.id
1) Learning was cooperative 2) Demonstrating the implementation of the learning unit colleagues influenced decisions to adopt the method and the topic 3) Learning and preparing the unit taught, which is to be included in the course book, required that the teacher take responsibility, 4) Learning in group was characterized by organization. yang artinya : 1) Pembelajaran adalah bekerja sama. 2) Penerapan pembelajaran di tingkat unit dengan rekan sejawat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam penentuan metode dan topik. 3) Pembelajaran dan persiapan mengajar yang ada di buku kursus harus dapat dipertanggungjawabkan oleh guru. 4) Pembelajaran dalam kelompok ditandai dengan adanya pengorganisasian. Tujuan utama penerapan model pembelajaran kooperatif
menurut Isjoni
(2010:21) adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama temantemannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok. 6. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan guru adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions. Seperti pendapat Zakaria dan Iksan dalam jurnal yang berjudul Promoting Cooperative Learning in Science and Mathematics Education: A Malaysian Perspective, menyebutkan Results indicated a positive attitude toward Mathematics, most student also have positive perception towards STAD, yang artinya dari hasil penelitian mereka terdapat indikasi commit to user adanya sikap positif terhadap matematika, sebagian besar peserta didik memiliki pandangan positif terhadap STAD.
digilib.uns.ac.id25
perpustakaan.uns.ac.id
Model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu tipe pembelajaran yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Robert E. Slavin dalam bukunya Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik mengemukakan bahwa STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Dalam buku yang sama, Slavin menyatakan STAD terdiri atas lima komponen utama: presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim. Hal-hal tersebut dijelaskan sebagai berikut: a. Presentasi Kelas Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Diharapkan para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar member perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka dalam mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka. b. Tim Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnis. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. c. Kuis
commit to user
Setelah guru melakukan presentasi dan siswa berdiskusi dalam tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id26
dalam mengerjakan kuis. Setiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya. d. Skor Kemajuan Individual Tahap ini diberikan untuk memberikan pengertian kepada siswa tentang tujuan kinerja yang akan dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa diberikan skor awal, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Selanjutnya siswa akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal yang mereka miliki. e. Rekognisi tim Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Dalam bahasa yang senada, Slavin dalam Isjoni (2010:51) mengemukakan bahwa pada proses pembelajarannya, model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan yang meliputi: 1) tahap penyajian materi, 2) tahap kegiatan kelompok, 3) tahap tes individual, 4) tahap penghitungan skor perkembangan individu, dan 5) tahap pemberian penghargaan. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a.
Presentasi kelas dilakukan guru. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan presentasi guru dalam menjelaskan pelajaran berupa paparan masalah, pemberian data, pemberian contoh. Tujuan peresentasi adalah untuk mengenalkan konsep dan mendorong rasa ingin tahu siswa. commit to user
b.
Guru membentuk tim, tiap-tiap tim terdiri dari 4 siswa. Anggota-anggota tim dibuat heterogen meliputi karakteristik kecerdasan, kemampuan awal matematika, motivasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id27
belajar, jenis kelamin, atau pun latar belakang etnis yang berbeda. c.
Guru memberikan soal kepada siswa, cara menyelesaikan soal tersebut dengan cara diskusi dengan kelompok timnya. Pemahaman konsep dilakukan dengan cara siswa diberi tugas-tugas kelompok. Mereka boleh mengerjakan tugas-tugas tersebut secara serentak atau saling bergantian menanyakan kepada temannya yang lain atau mendiskusikan masalah dalam kelompok atau apa saja untuk menguasai materi pelajaran tersebut. Para siswa tidak hanya dituntut untuk mengisi lembar jawaban tetapi juga untuk mempelajari konsepnya. Anggota kelompok diberitahu bahwa mereka dianggap belum selesai mempelajari materi sampai semua anggota kelompok memahami materi pelajaran tersebut.
d.
Guru memberikan kuis kepada setiap siswa dan dikerjakan secara individual. Siswa diberi tes atau kuis individual dan teman sekelompoknya tidak boleh menolong satu sama lain. Tes individual ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaaan siswa terhadap suatu konsep dengan cara siswa diberikan soal yang dapat diselesaikan dengan cara menerapkan konsep yang dimiliki sebelumnya.
e.
Hasil tes atau kuis selanjutnya dibandingkan dengan rata-rata sebelumnya dan poin akan diberikan berdasarkan tingkat keberhasilan siswa mencapai atau melebihi kinerja sebelumnya. Poin ini selanjutnya dijumlahkan untuk membentuk skor kelompok. Nilai tes inilah yang nantinya akan digunakan dalam penghargaan tim.
f.
Guru memberikan pernghargaan kepada kelompok yang terbaik prestasinya atau yang telah memenuhi kriteria tertentu. Penghargaan disini dapat berupa hadiah, sertifikat, dan lain-lain. Anggota tim terbaik adalah anggota yang memperoleh peningkatan nilai paling tinggi pada masing-masing tim. commit to user Gagasan utama dibalik model STAD adalah untuk memotivasi para siswa untuk
mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan-keterampilan
digilib.uns.ac.id28
perpustakaan.uns.ac.id
yang disajikan oleh guru. Jika para siswa menginginkan agar kelompok mereka memperoleh penghargaan, mereka harus membantu teman sekelompoknya mempelajari materi yang diberikan. Mereka harus mendorong teman meraka untuk melakukan yang terbaik dan menyatakan suatu norma bahwa belajar itu merupakan suatu yang penting, berharga dan menyenangkan. 7. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama merupakan model pembelajaran kooperatif yang terdiri atas empat tahap yang digunakan untuk melihat kembali fakta-fakta dan informasi dasar yang berfungsi untuk mengatur interaksi siswa. NHT digunakan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Ciri khas dari NHT adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya. Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagan tahun 1992 (dalam Anita Lie 2002: 58). Metode pembelajaran ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat. Selain itu, model ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Metode ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe ini siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari siswa dengan kemampuan yang bervariasi: satu kemampuan tinggi, dua kemampuan sedang dan satu kemampuan rendah. commit to user Di sini ketergantungan positif dikembangkan, yang kemampuan kurang terbantu kemampuan yang lebih. Interaksi sosial terjadi dalam kelompok ini, ada saling
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id29
komunikasi, tatap muka, diskusi dan tanggung jawab. Menurut Anita Lie (2002: 59) ada 4 langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT: a.
Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.
b.
Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c.
Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini.
d.
Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka. Menurut David Jonson (dalam Anita Lie 2002: 29-34), pembelajaran kooperatif
meliputi lima prinsip yang harus diterapkan, yaitu: a) Saling ketergantungan yang positif, b) Tanggung jawab individu, c) Tatap muka, d) Komunikasi antar anggota, dan e) Evaluasi proses kelompok Agus Suprijono dalam bukunya yang berjudul Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem (2009: 92) menyatakan: Pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered Heads Together diawali dengan Numbering. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Jumlah kelompok sebaiknya mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari. Jika jumlah pesertra didik dalam satu kelas terdiri dari 40 orang dan terbagi menjadi 5 kelompok berdasarkan jumlah konsep yang dipelajari, maka tiap kelompok terdiri dari 8 orang. Tiap-tiap orang diberi nomor 1-8. Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Berikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok menemukan jawaban. Pada kesempatan ini tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya “Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru. Langkah berikutnya adalah guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan member jawaban atas pertanyaan yang telah diterimanya dari guru. Hal itu dilakukan terus hingga semua peserta didik dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru. Berdasarkan jawaban-jawaban itu guru dapat mengembangkan diskusi lebih usermenemukan jawaban pertanyaan itu mendalam, sehingga pesertacommit didik to dapat sebagai pengetahuan yang utuh.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id30
Guru merancang metode pembelajaran ini disesuaikan dengan kemampuan siswa dan kebutuhan siswa agar berkembang secara optimal. Dengan demikian proses pembelajaran berlangsung efektif. Sehingga setelah selesai pembelajaran diharapkan ada perubahan tingkah laku. Dari uraian di atas, langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor. 2. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi tugas yang berbeda untuk dikerjakan. 3. Siswa mendiskusikan hasil pekerjaannya dengan teman satu kelompok. 4. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini. 5. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka. 6. Siswa dari kelompok lain yang berbeda pendapat menyampaikan pendapatnya. 7. Guru dan siswa mengadakan evaluasi kelompok. 8. Mengadakan kuis dan memberikan tugas. 9. Menutup pelajaran. Dari uraian di atas pada prinsipnya kedua model pembelajaran kooperatif tipe STAD
sama dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, perbedaannya pada
model pembelajaran kooperatif tipe STAD setiap siswa mempunyai tanggung jawab yang sama untuk mengerjakan semua soal/tugas. Setiap siswa mengerjakan semua soal dan berdiskusi dalam kelompok. Mereka berorientasi bahwa mereka harus mendapat nilai kuis yang maksimal. Dan akhirnya tim mereka akan menjadi tim super. commit to user Sedangkan model pembelajaran tipe NHT mempunyai ciri khas bahwa guru hanya menunjuk seorang siswa dengan nomor tertentu untuk mewakili kelompoknya.
digilib.uns.ac.id31
perpustakaan.uns.ac.id
Walaupun dalam menunjuk, guru tidak memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan menjadi wakil kelompok, namun siswa cenderung mengutamakan/mengerjakan satu soal saja yang menjadi tanggungjawab atau menjadi tugasnya di dalam kelompok. Kelemahan dari kedua model pembelajaran ini adalah keduanya membutuhkan waktu yang relatif lebih lama jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Sehingga materi yang dibebankan pada semester tertentu akan tidak selesai. Kelemahan yang lain, apabila ada siswa yang tidak mau terlibat secara aktif dalam kelompok, maka akan menghambat perkembangan dan kemajuan teman-teman yang lain. 8. Kemampuan Awal Siswa Salah satu faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah kemampuan awal siswa. Kemampuan awal siswa akan berpengaruh pada proses pembelajaran. Kemampuan awal siswa merupakan prasyarat awal yang harus dimiliki siswa agar proses pembelajaran yang dihadapi siswa dapat berjalan dengan lancar. Dalam Depdiknas (2004: 2), matematika bersifat hierarkis yang berarti suatu materi merupakan prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya. Untuk mempelajari matematika hendaknya berprinsip pada: a. Materi matematika hendaknya disusun menurut urutan tertentu atau tiap topik matematika berdasarkan subtopik tertentu, b. Setiap siswa dapat memahami suatu topik matematika jika ia telah memahami subtopik pendukung atau prasyaratnya, c. Perbedaan kemampuan antar siswa dalam mempelajari atau memahami suatu topik matematika dan dalam menyelesaikan masalahnya ditentukan oleh perbedaan penguasaan subtopik prasyaratnya, commit to user d. Pengusaan topik baru oleh seorang siswa tergantung pada penguasaan topik sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id32
Sedangkan menurut Piaget (dalam Paul Suparno 1997: 20-21), bahwa setiap level keadaan dapat dimengerti sebagai akibat dari transformasi tertentu atau sebagai titik tolak bagi transformasi lain, sedangkan menurut Winkel (1991: 80), menyatakan bahwa kemampuan awal merupakan jembatan untuk menuju pada kemampuan final. Setiap proses belajar mengajar mempunyai titik tolaknya sendiri atau berpangkal pada kemampuan siswa tertentu untuk dikembangkan menjadi kemampuan baru, seperti apa yang menjadi tujuan dalam proses pembelajaran. Ini berarti pengalaman belajar yang lalu memegang peranan untuk memahami konsep-konsep baru. Jelas bahwa pengalaman belajar matematika di SMP misalnya, akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan penguasaan bahan matematika di SMA. Menurut Ausubel (dalam Paul Suparno 1997: 53-54), belajar bermakna adalah suatu proses belajar di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Dalam proses belajar ini siswa mengasosiasikan pengalaman, fenomena dan fakta-fakta baru ke dalam sistem pengetahuan yang telah ia punyai sebelumnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan kemampuan awal siswa adalah suatu kemampuan yang telah dimiliki sebelum pembelajaran berlangsung yang merupakan prasyarat untuk mengikuti proses belajar selanjutnya. Kemampuan awal berperan penting dalam proses pembelajaran. Kemampuan awal juga menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima materi pelajaran baru yang akan diberikan oleh guru pada kelas yang lebih tinggi. Karakteristik siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi adalah sebagai berikut: a. Mempunyai tanggung jawab pribadi. Siswa melaksanakan tugas dengan penuh commit to user tanggung jawab, sehingga akan puas dengan hasil pekerjaan karena merupakan hasil usahanya sendiri.
digilib.uns.ac.id33
perpustakaan.uns.ac.id
b. Menetapkan nilai yang akan dicapai atau menetapkan standar unggulan. Siswa menetapkan nilai yang akan dicapai. Nilai itu lebih tinggi dari nilai sendiri (internal) atau pun nilai yang dicapai oleh orang lain (eksternal). c. Berusaha bekerja kreatif. Siswa mempunyai motivasi tinggi, gigih dan giat mencari cara kreatif untuk menyelesaikan tugas. Ia menciptakan cara belajar sendiri, sehingga lebih menguasai materi pelajaran dan akhirnya memperoleh prestasi yang tinggi d. Berusaha mencapai cita-cita. Siswa akan berusaha sebaik-baiknya dalam belajar, ia rajin mengerjakan tugas, belajar dengan keras, tekun dan ulet dan disipil. Ia akan mengerjakan tugas sampai selesai dan bila ada kesulitan ia berani bertanya pada guru. e. Memiliki tugas yang moderat. Siswa ini akan mengerjakan tugas yang sangat sukar, dengan membagi tugas menjadi beberapa bagian, yang tiap bagian lebih mudah diselesaikan. f. Melakukan kegiatan sebaik-baiknya. Siswa akan melakukan semua kegiatan belajar sebaik mungkin dan tidak ada kegiatan lupa dikerjakan. Siswa selalu mengikuti kegiatan belajar dan mengerjakan soal-soal latihan walaupun tidak disuruh guru serta memperbaiki tugas yang salah. g. Mengadakan antisipasi. Siswa melakukan kegiatan untuk menghindari kegagalan atau kesulitan yang mungkin akan terjadi. Ia mencari soal atau jawaban untuk latihan lebih awal. Ia sudah menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk belajar beberapa waktu sebelumnya. B. Penelitian yang Relevan 1.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurhadi tahun 2008, yang berjudul ”Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif tipe STAD terhadap kemampuan commit to user kognitif Siswa dalam
Mata Pelajaran
Matematika pada MTSn di Magetan
Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa”, menyimpulkan bahwa penggunaan metode
digilib.uns.ac.id34
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari pada metode konvensional. 2.
Penelitian yang dilakukan oleh Aloysius Sutomo, tahun 2008. ”Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada Pokok Bahasan Fungsi Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri Kota Surakarta”, menyimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe STAD menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.
3.
Penelitian yang dilakukan oleh Robertus Margana tahun 2009, dalam penelitiannya yang berjudul ”Eksperimentasi Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Kelas X SMA Negeri di
Surakarta Tahun Pelajaran 2009-2010”
menyatakan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe NHT menghasilkan hasil belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional. C. Kerangka Berpikir Berdasarkan penyajian diskripsi di atas, dapat disusun kerangka berpikir untuk memperjelas arah dan maksud penelitian. 1.
Keterkaitan antara Model Pembelajaran dengan Hasil Belajar Siswa Model pembelajaran yang relevan dengan materi yang diberikan oleh guru akan memberikan hasil belajar yang lebih baik. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan NHT siswa diajak untuk mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam kelompok, hal ini diharapkan akan membantu siswa untuk dapat mengkonstruksi pengetahuannya. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih sederhana dibandingkan model NHT, sehingga para siswa dimungkinkan lebih commit to user mudah menyesuaikan diri dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2.
Keterkaitan antara Kemampuan Awal dengan Hasil Belajar Siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id35
Hasil belajar dipengaruhi oleh kemampuan yang telah dikuasai sebelumnya. Kemampuan awal merupakan syarat siswa untuk dapat mengikuti materi pelajaran dengan baik. Pada saat siswa menerima materi baru, ia akan menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Siswa dengan kemampuan awal yang terbatas akan mengalami kesulitan dalam memahami materi yang baru. Sedangkan siswa dengan kemampuan awal yang lebih tinggi dimungkinkan hasil belajarnya akan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan awal yang lebih rendah. 3.
Keterkaitan antara Kemampuan Awal, Model Pembelajaran, dan Hasil Belajar Siswa Kemampuan awal matematika siswa dan pengalaman belajar siswa selama proses belajar berlangsung merupakan modal siswa untuk membangun konsep matematika dan mencapai hasil belajar matematika. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang mendapatkan penerapan model
pembelajaran
kooperatif tipe STAD maupun tipe NHT dimungkinkan akan mencapai hasil belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kemampuan awal sedang dan rendah. Demikian pula siswa dengan kemampuan awal sedang yang mendapatkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan NHT dimungkinkan akan mencapai hasil belajar matematika yang lebih baik, dibandingkan siswa dengan kemampuan awal rendah. Dimungkinkan pada kategori kemampuan awal tinggi para siswa yang mendapatkan pengajaran dengan penerapan model STAD akan mendapatkan hasil yang lebih baik dibandingkan model NHT. Hal ini dikarenakan model STAD lebih sederhana dibandingkan dengan model NHT. Para siswa akan lebih serius dalam commit to user berdiskusi kelompok, karena mereka mempunyai kewajiban untuk mendapatkan skor maksimal pada saat kuis di akhir pembelajaran supaya menjadi kelompok super.
digilib.uns.ac.id36
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil belajar seorang siswa juga dipengaruhi oleh model pembelajaran yang dipakai, sehingga ada kemungkinan siswa-siswa yang kemampuan awalnya rendah atau sedang pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT mempunyai prestasi yang lebih baik dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini disebabkan karena siswa akan berkonsentrasi penuh untuk mengerjakan soal yang menjadi
bagian/tugasnya.
Mereka
akan
berupaya
sungguh-sungguh
untuk
mengerjakan soal tersebut, dengan harapan pekerjaannya benar/sempurna, sehingga bisa diterima oleh kelompoknya. Siswa ini lebih suka bertanya kepada temannya dari pada bertanya kepada gurunya, karena merasa takut dengan guru. D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka di dalam penelitian ini diajukan tiga hipotesis sebagai berikut: 1.
Model pembelajaran STAD akan menghasilkan prestasi yang lebih baik bila dibandingkan dengan NHT.
2.
Siswa dengan kemampuan awal tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik dari pada siswa yang memiliki kemampuan awal sedang dan rendah. Siswa dengan kemampuan awal sedang memiliki prestasi belajar lebih baik dari pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah.
3.
Pada siswa dengan kemampuan awal tinggi yang mendapatkan penerapan model pembelajaran STAD akan mencapai hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan penerapan model pembelajaran NHT. Sedangkan pada siswa dengan kemampuan awal kategori sedang dan rendah yang mendapatkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT akan mencapai hasil belajar commit to user yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan penerapan model pembelajaran STAD.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat, Subjek, Waktu dan Jenis Penelitian 1.
Tempat dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA se-Kabupaten Wonogiri baik sekolah negeri ataupun swasta yang bukan sekolah dengan kategori RSBI ataupun SBI subjek penelitian ini adalah siswa kelas X reguler semester 1 tahun pelajaran 2010-2011. Uji coba instrumen penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Baturetno. 2.
Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester pertama tahun pelajaran 2010-2011. Adapun tahapan pelaksanaan penelitian sebagai berikut: a.
Tahap perencanaan Tahap perencanaan meliputi: pengajuan judul, penyusunan proposal, penyusunan instrumen penelitian, penyusunan skenario pembelajaran, pengajuan ijin penelitian. Tahap ini dilaksanakan pada bulan April 2010 sampai dengan bulan Oktober 2010.
b.
Tahap pelaksanaan Tahap
pelaksanaan
penelitian
meliputi:
uji
coba
instrumen,
eksperimen,
pengumpulan data dan konsultasi dengan pembimbing. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai dengan bulan Desember 2010. c.
Analisis data Analisis data dilaksanakan pada bulan Januari 2011 sampai dengan Mei 2011.
d.
Tahap penyusunan laporan Tahap ini dimulai bersamaan dengan pelaksanaan eksperimen yaitu pada bulan commit to user Oktober 2010 dan selesai pada bulan Juni 2011.
37
digilib.uns.ac.id38
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen semu, karena peneliti tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan. Dalam penelitian ini responden dikelompokkan menjadi dua bagian. Kelompok pertama adalah kelompok eksperiman 1 yaitu kelompok siswa yang mendapat perlakuan diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student TeamsAchievement Divisions (STAD) dan kelompok kedua adalah kelompok eksperimen 2 yaitu kelompok peserta didik yang mendapat perlakuan diajar dengan model pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT). Dari masing-masing kelompok yaitu eksperimen 2
kelompok eksperimen 1 dan kelompok
dibagi dalam tiga kategori kelompok siswa yaitu siswa dengan
kemampuan awal tinggi, siswa dengan kemampuan awal sedang dan siswa dengan kemampuan awal rendah. Dengan demikian, desain penelitian ini adalah desain faktorial 2 × 3 yang digambarkan pada Tabel 3.1. berikut: Tabel 3.1. Desain Faktorial Penelitian Kemampuan Awal (b) Model Pembelajaran (a) Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (a1) Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (a2)
Tinggi (b1) (AB)11 (AB)21
Sedang (b2) (AB)12 (AB)22
Rendah (b3) (AB)13 (AB)23
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi commit to user Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA di Kabupaten Wonogiri kelas X tahun pelajaran 2010-2011 yang bukan sekolah kategori RSBI ataupun SBI. Dari
digilib.uns.ac.id39
perpustakaan.uns.ac.id
sekolah yang bukan RSBI atau SBI akan dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu sekolah kategori tinggi, sedang dan rendah. Pengkategorian menggunakan nilai hasil Ujian Nasional (UN) SMA mata pelajaran matematika pada tahun pelajaran 2009-2010. 2.
Sampel
Sampel yang diambil adalah sampel kelas bukan sampel individu, maka penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel stratified cluster random sampling. Dari tiap-tiap kategori sekolah diambil satu sekolah secara random, kemudian dari sekolah yang terpilih diambil lagi dua kelas secara random sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Sampel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: a.
Kelas eksperimen 1 Masing-masing kategori sekolah akan diambil satu kelas eksperimen 1. Pada kelas ini, siswa akan mendapatkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
b.
Kelas eksperimen 2 Masing-masing kategori sekolah akan diambil satu kelas eksperimen 2. Pada kelas ini, siswa akan mendapatkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. 3.
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara kombinasi atau gabungan antara pengambilan sampel random dengan cara populasi yang dibagi menurut stratastrata (stratified random sampling) dan pengambilan sampel random dengan cara kluster (cluster random sampling). Langkah-langkah pengambilan sampel adalah sebagai berikut: a. Populasi dibagi menurut kategori masing-masing sekolah, dengan melihat rataan commit to user nilai ujian nasional matematika SMA tahun pelajaran 2009-2010. Ditujukkan pada Tabel 3. 2 berikut ini.
digilib.uns.ac.id40
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3.2. Daftar SMA di Kabupaten Wonogiri Berdasarkan Hasil Ujian Nasional Mata Pelajaran Matematika Tahun Pelajaran 2009-2010 Stat Sek
Jumlah Peserta
Nilai UN Mat
SMA Negeri 1 Baturetno
N
157
7,11
Tinggi
21-005
SMA Negeri 1 Pracimantoro
N
77
6,99
Tinggi
3
21-006
SMA Negeri 1 Purwantoro
N
76
6,90
Tinggi
4
21-011
SMA Negeri 1 Wuryantoro
N
137
6,73
Tinggi
5
21-008
SMA Negeri 1 Wonogiri
N
286
6,72
Tinggi
6
21-209
SMA Pangudi Luhur Giriwoyo
S
30
6,59
Sedang
7
21-002
SMA Negeri 1 Girimarto
N
40
6,21
Sedang
8
21-009
SMA Negeri 2 Wonogiri
N
159
6,20
Sedang
9
21-007
SMA Negeri 1 Slogohimo
N
64
6,05
Sedang
10
21-003
SMA Negeri 1 Jatisrono
N
84
6,01
Sedang
11
21-004
SMA Negeri 1 Manyaran
N
67
5,94
Sedang
12
21-203
SMA Muh 2 Manyaran
S
20
5,90
Sedang
13
21-010
SMA Negeri 3 Wonogiri
N
125
5,86
Rendah
14
21-207
SMA Pancasila 2 Baturetno
S
12
5,83
Rendah
15
21-200
SMA Kanisius Harapan Tirtomoyo
S
20
5,64
Rendah
16
21-012
SMA Negeri 1 Sidoharjo
N
34
5,49
Rendah
17
21-206
SMA Pancasila 1 Wonogiri
S
38
5,33
Rendah
No.
1
Kode Sek 21-001
2
Nama Sekolah
Nilai Rata - rata
Ket
6,21
Sumber: Sistem Informasi Hasil UN Dinas Pendidikan Kabupaten Wonogiri b. Dari masing-masing kategori diambil secara acak satu sekolah yaitu kelompok atas terpilih SMA Negeri 1 Baturetno, kelompok sedang terpilih SMA Pangudi Luhur Giriwoyo dan kelompok bawah terpilih SMA Kanisius Harapan Tirtomoyo yang merupakan unit-unit populasi (kluster-kluster). c. Melakukan sampling random kluster lagi dari kluster-kluster yang ada yaitu dengan mengambil secara acak masing-masing dua kelas, satu untuk kelas eksperimen 1 pada pengambilan pertama dan satu untuk kelas eksperimen 2 pada pengambilan kedua.
commit to user
digilib.uns.ac.id41
perpustakaan.uns.ac.id
C. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah
model pembelajaran dan kemampuan awal,
sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar matematika siswa. 1. Variabel Bebas a. Model Pembelajaran (a) 1) Definisi Operasional Model pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi ajar kepada siswa sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan guru dapat tercapai. Tujuan pembelajaran yang diharapkan
adalah
proses
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien. 2) Indikator Berupa langkah-langkah dari masing-masing model pembelajaran. 3) Skala Pengukuran Skala pengukuran untuk model pembelajaran adalah nominal, yaitu penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. 4) Kategori: Kategori yang dipilih adalah ai, dengan i = 1, 2. a1 = penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, a2 = model pembelajaran kooperatif tipe NHT. b. Kemampuan Awal (b) 1) Definisi Operasional
commit to user
Kemampuan awal siswa adalah suatu kemampuan yang telah dimiliki siswa sebelum pembelajaran berlangsung yang merupakan prasyarat untuk mengikuti
digilib.uns.ac.id42
perpustakaan.uns.ac.id
proses belajar selanjutnya. 2) Indikator Skor hasil tes kemampuan awal dengan materi persamaan linear dan sistem persamaan linear dua variabel. 3) Skala Pengukuran Skala pengukuran: skala interval yang diubah ke skala ordinal yang terdiri tiga kategori yaitu kelompok tinggi dengan skor > X +
1 2
s, kelompok sedang dengan
X - 1 s £ skor £ X + 1 s, dan kelompok rendah dengan skor < X - 1 s. Dengan: 2
2
2
s adalah standar deviasi dan X adalah rerata dari seluruh skor total siswa 4) Kategori: Kategori yang dipilih adalah bj, dengan j: 1= tinggi, 2 = sedang, 3 = rendah 2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika. Penjelasannya adalah sebagai berikut: 1) Definisi Operasional Hasil belajar matematika adalah skor yang diperoleh siswa dari hasil tes setelah mengikuti proses pembelajaran dengan cara pencatatan menggunakan model pembelajaran
kooperatif
tipe STAD untuk kelompok eksperimen 1 dan
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk kelompok eksperimen 2. 2) Indikator Skor tes untuk materi sistem persamaan linear dan kuadrat. commit to user 3) Skala pengukuran Skala pengukuran dari hasil belajar matematika adalah interval.
digilib.uns.ac.id43
perpustakaan.uns.ac.id
D. Teknik Pengumpulan Data, Instrumen dan Uji Instrumen 1. Metode Pengumpulan Data a. Tes kemampuan awal Tes kemampuan awal mengenai persamaan linear dan sistem persamaan linear dua variabel dilakukan untuk mengetahui skor kemampuan awal siswa sebelum mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe STAD dan tipe NHT. Tes dalam penelitian ini terdiri dari 25 soal pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban. Jika benar mendapat skor 1 dan jika salah mendapat skor 0, sehingga skor maksimal seorang responden adalah 25 dan skor minimal 0. Kemampuan awal siswa dibedakan menjadi tiga kategori yaitu kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah. b. Tes hasil belajar Tes yang berisi soal-soal sistem persamaan linear dan kuadrat dilakukan untuk mengetahui skor kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Tes dalam penelitian ini terdiri dari 25 pertanyaan pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban. Jika benar mendapat skor 1 dan jika jawaban salah mendapat skor 0, sehingga skor maksimal seorang responden adalah 25 dan skor minimal 0. 2. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 macam, yaiitu: a.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa dalam penelitan ini berupa tes objektif dengan materi persamaan linear dan sistem persamaan linear dua variabel berbentuk pilihan ganda.
b.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dalam penelitan ini commit to user berupa tes objektif dengan materi sistem persamaan linear dan kuadrat berbentuk pilihan ganda.
digilib.uns.ac.id44
perpustakaan.uns.ac.id
3. Uji Coba Instrumen Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes untuk memperoleh data tentang kemampuan awal siswa dan hasil belajar matematika. Sebelum instrumen tes ini digunakan terlebih dahulu diadakan uji coba di luar sampel tetapi masih dalam populasi untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen tes tersebut. Uji coba instrumen penelitian dilaksanakan di kelas SMA Negeri 1 Baturetno pada siswa kelas X tahun pelajaran 2010/2011. a. Uji Validitas Isi Agar tes mempunyai validitas isi, menurut Budiyono (2003: 58) harus diperhatikan hal-hal berikut: 1)
Tes harus merupakan sampel yang representatif untuk mengukur sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran tercapai ditinjau dari materi yang diajarkan.
2)
Penekanan materi yang akan diujikan seimbang dengan penekanan materi yang diajarkan.
3)
Materi pelajaran untuk menjawab soal-soal tes sudah dipelajari dan dapat dipahami oleh testee.
4)
Untuk memenuhi uji validitas isi, peneliti melakukan prosedur dalam penyusunan tes sebagai berikut: a) menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sesuai dengan materi yang diajarkan berdasarkan kurikulum yang berlaku, b) menyusun kisi-kisi soal tes berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang dipilih, c) menyusun butir-butir soal tes berdasar kisi-kisi yang telah dibuat, d) melakukan penilaian terhadap butir-butir soal tes. Penilaian terhadap butir-butir soal tes dilakukan oleh Ketua MGMP matematika commit to user Kabupaten Wonogiri dan para guru senior di sekolah yang digunakan untuk penelitian. Dengan demikian validitas tes ini didasarkan experts judgment tim
digilib.uns.ac.id45
perpustakaan.uns.ac.id
ahli MGMP matematika kabupaten Wonogiri dan para guru senior. Jika penilaian oleh Ketua MGMP matematika dan para guru senior menyatakan butir-butir soal tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur, maka tes tersebut dapat dikatakan valid. b. Uji Reliabilitas Dalam penelitian ini tes hasil belajar yang peneliti gunakan adalah tes objektif dengan setiap jawaban benar diberi skor 1, dan setiap jawaban salah diberi skor 0 sehingga untuk menghitung tingkat reliabilitas tes ini digunakan rumus Kuder Richardson KR-20 yaitu: 2 æ n öæç s t - S p i q i r11 = ç ÷ç 2 st è n - 1 øè
ö ÷ ÷ ø
dengan : r11 = indeks reliabilitas instrumen
n
= banyaknya butir instrumen
st2 = variansi total
pi = proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar pada butir ke-i qi
= 1 – pi
Soal dikatakan reliabel jika r11 > 0,70. ( Budiyono 2003: 69) Kriteria reliabilitas dalam penelitian ini adalah r11 > 0,70. c. Tingkat Kesukaran Butir Soal Tingkat kesukaran butir soal pada penelitian ini dilakukan dengan melihat indeks commit to user kesukaran item/butir soal yang diperoleh dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Du Bois dalam Sudijono yaitu:
digilib.uns.ac.id46
perpustakaan.uns.ac.id
P=
Np N
dengan : P
= proporsi = difficulty index = angka indeks kesukaran item
N p = Banyaknya peserta tes yang dapat menjawab benar pada butir soal yang
bersangkutan N
= Banyaknya peserta tes/testee
(Anas Sudijono, 2007:372)
Sedangkan cara memberikan penafsiran (interpretasi) terhadap angka indeks kesukaran item, dikemukakan oleh Thorndike dan Hagen dalam bukunya yang berjudul Measurement and Evaluation in Psychology and Education dalam Sudijono (2007:372). Pendapat tersebut disajikan pada Tabel 3.3. berikut: Tabel 3. 3. Interpretasi Indeks Kesukaran Soal ( P ) Besarnya P Kurang dari 0,30 0,30-0,70 Lebih dari 0,70
Interpretasi Sukar Cukup Mudah
Nilai P yang dipakai dalam penelitian ini adalah 0,30 £ P £ 0,70. d. Daya Pembeda Butir Soal Untuk mengetahui daya pembeda dari tiap butir soal pada penelitian ini dilakukan dengan cara menghitung besar kecilnya angka indeks diskriminan/pembeda butir soal, yaitu dengan menggunakan rumus:
D = PA - PB dengan : D
= Angka indeks diskriminasi item (Discriminatory Power)
commit to user PA = Proporsi peserta tes/testee kelompok atas yang dapat menjawab benar item yang dimaksud.
digilib.uns.ac.id47
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam hal ini kelompok atas adalah 27% dari testee rangking atas. Cara mencari PA dengan rumus : PA =
BA JA
di mana :
B A = Banyaknya peserta tes/testee kelompok atas yang
menjawab benar pada
butir soal yang dimaksud.
J A = Jumlah testee kelompok atas PB = Proporsi peserta tes/testee kelompok bawah yang dapat menjawab benar item yang dimaksud. Dalam hal ini kelompok bawah adalah 27% dari testee rangking bawah. Cara mencari PB dengan rumus : PB =
BB JB
dengan :
B B = Banyaknya peserta tes/testee kelompok bawah yang menjawab benar pada butir soal yang dimaksud.
J B = Jumlah testee kelompok bawah
(Anas Sudijono 2007:389-390)
Klasifikasi yang menjadi dasar angka indeks diskriminasi item ditunjukkan pada Tabel 3.4 sebagai berikut: Tabel 3. 4. Interpretasi Daya Beda Soal ( D ) Besarnya D Klasifikasi Negatif Jelek Sekali (JS) 0,00 – 0,20 Jelek (J) 0,21 – 0,40 Cukup (C) 0,41 – 0,70 Baik (B) 0,71 – 1,00 Baik Sekali (BS) Nilai D yang dipakai dalam penelitian ini adalah 0,21 £ D £ 0,70, dimana nilai D commit to user tersebut mempunyai kriteria cukup atau baik untuk membedakan kemampuan kelompok atas dan kelompok bawah.
digilib.uns.ac.id48
perpustakaan.uns.ac.id
E. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis Uji prasyarat analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji homogenitas. a.
Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Lilliefors. Prosedur ujinya adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis. H0
: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1
: sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2. Taraf signifikansi : a = 0,05 3. Statistik uji L = Maks F ( z i ) - S ( z i ) dengan zi s
zi ==
Xi - X s
= standar deviasi
F( zi ) = P( Z≤ zi ); Z ~ N(0,1) S(zi ) = proporsi cacah Z ≤ zi terhadap seluruh zi 4. Daerah kritis DK= { L │L > L a;n } dengan n adalah ukuran sampel 5. Keputusan uji.
commit to user
H0 diterima jika harga statistik uji L jatuh di luar daerah kritis. (Budiyono, 2009:168)
digilib.uns.ac.id49
perpustakaan.uns.ac.id
b. Uji Homogenitas Variansi Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah k sampel mempunyai variansi yang sama. Untuk menguji homogenitas ini digunakan uji Bartlett dengan statistik uji Chi Kuadrat sebagai berikut: 1. Hipotesis H0
: s 12 = s 2 2 = ... = s k 2
H1
: terdapat s i ¹ s j , i ≠ j, dengan i, j = 1, 2, …, k 2
2
2. Taraf signifikansi; a = 0,05 3. Statistik uji
c2 =
(
2, 303 f log RKG - å f j log s j 2 c
k
= banyaknya sampel
f
= derajat kebebasan untuk RKG = N – k
)
dengan c 2 ~ c 2
fj
= derajat kebebasan untuk sj2 = nj – 1 dengan j = 1, 2 ,…, k
N
= banyaknya seluruh nilai ( ukuran )
nj
= banyaknya nilai ( ukuran ) sampel ke – j
c
= 1+
( k -1)
1 æç 1 1 ö÷ å 3(k - 1) çè f j f ÷ø
RKG = rataan kuadrat galat =
å SS åf
j
j
SSj SSj== å x j
2
(åx ) -
2
j
nj
= ( n j -1) s j 2
4. Daerah kritis commit to user DK = c 2 c 2 > c 2 a ; k -1 untuk beberapa a dan ( k – 1 ) nilai c a2;k -1 dapat dilihat
{
}
pada tabel nilai Chi Kuadrat dengan derajat kebebasan ( k – 1).
digilib.uns.ac.id50
perpustakaan.uns.ac.id
c a2;k -1 Gambar 3.1. Grafik Distribusi Chi Kuadrat 5. Keputusan uji H0 diterima jika harga statistik uji jatuh di luar daerah kritis (Budiyono 2009: 174) 2. Uji Keseimbangan Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok dalam keadaan seimbang atau tidak sebelum kedua kelompok tersebut mendapat perlakuan, sebelumnya perlu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, untuk uji keseimbangan, statistik uji yang digunakan adalah uji-t. a. Hipotesis Ho : m1 = m2
kedua kelompok dari dua populasi yang berkemampuan awal sama
H1 : m1 ≠ m2
kedua kelompok tidak berasal dari dua populasi yang berkemampuan awal sama
b. Taraf Signifikansi : a = 0,05 c. Statistik Uji
t=
X1- X 2 ~ t ( n1 + n 2 - 2), 1 1 sp + n1 n 2
dengan:
X 1 = rata-rata nilai tes kemampuan awaltosiswa commit user pada kelompok eksperimen 1. X 2 = rata- rata nilai tes kemampuan awal siswa pada kelompok eksperimen 2.
digilib.uns.ac.id51
perpustakaan.uns.ac.id
sp2 =
( n1 - 1) s12 + ( n 2 - 1) s 2 2 n1 + n2 - 2
dengan: s1
= simpangan baku kelompok eksperimen 1
s2
= simpangan baku kelompok eksperimen 2
n1
= banyaknya siswa kelompok eksperimen 1
n2 = banyaknya siswa kelompok eksperimen 2
d. Daerah kritis ì üï DK = ïít t < -ta atau t > ta ý ;n + n - 2 ;n + n - 2 ïî ïþ 2 2 1
2
1
- ta 2
2
; n1 + n 2 - 2
ta 2
; n1 + n 2 - 2
Gambar 3.2. Grafik Distribusi Student’s-t e. Keputusan uji H0 diterima jika harga statistik uji t jatuh di luar daerah kritis. (Budiyono 2009: 151) 3. Uji Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian diuji dengan teknik analisis variansi dua jalan 2 × 3 dengan sel tak sama. Model untuk data populasi pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah sebagai berikut :
dengan :
commit to user = Xijk µ + a i + b j + (ab )ij + e ijk
digilib.uns.ac.id52
perpustakaan.uns.ac.id
Xijk
= data (nilai) amatan ke-k pada baris ke- i dan kolom ke- j
m
= rerata dari seluruh data amatan ( rerata besar, grand mean )
ai
= m i · - m = efek baris ke- i pada variabel terikat
bj
= m · j - m = efek kolom ke- j pada variabel terikat
(ab )ij
= m ij - (m + a i + b j ) = interaksi baris ke- i dan kolom ke- j pada variabel terikat
e ijk
= deviasi data amatan Xijk terhadap rataan populasinya m ij yang berdistribusi normal dengan rataan 0 dan variansi s e . 2
= 1, 2 dengan
i
1 = penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD 2 = penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT = 1, 2, 3 dengan
j
1 = kemampuan awal tinggi 2 = kemampuan awal sedang 3 = kemampuan awal rendah a. Hipotesis (i)
H0A : a i = 0 untuk setiap i = 1, 2 H1A : paling sedikit ada satu a i yang tidak nol
(ii)
H0B : b i = 0 untuk setiap j = 1, 2, 3 H1B : paling sedikit ada satu b i yang tidak nol
(iii) H0AB : (ab )ij = 0 untuk setiap i = 1, 2 dan j = 1, 2, 3 commit to user H1AB : paling sedikit ada satu (ab )ij yang tidak nol
digilib.uns.ac.id53
perpustakaan.uns.ac.id
Kalimat yang ekuivalen dengan ketiga pasang hipotesis di atas adalah: H0A : tidak ada perbedaan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaraan kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar matematika. H1A : ada perbedaan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaraan kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar matematika. H0B : tidak ada perbedaan antara kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar matematika. H1B : ada perbedaan antara kemampuan awal terhadap hasil belajar matematika. H0AB: tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar matematika. H1AB : ada interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal terhadap hasil belajar matematika. b. Komputasi 1.
Notasi dan Tata Letak Data Tabel 3. 5. Notasi dan Tata Letak Data pada Anava Kemampuan awal Model pembelajaran
a1
a2
b1
b2
b3
n11 å X11
n12 å X12
n13 å X13
X 11 å X112 C11 SS11 n21 å X 21
X 12 å X122 C12 SS12 n22 å X 22
X 13 å X132 C13 SS13 n23 å X 23
X 22 å X 222 C22 SS22
X 23 å X 232 C23 SS23
X 21 to user commit å X 212 C21 SS21
digilib.uns.ac.id54
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3. 6. Rataan dan Jumlah Rataan
b1
Faktor b b2
b3
AB 11 AB 21 B1
AB12 AB 22 B2
AB13 AB 23 B3
Faktor a a1 a2 Total
Total A1 A2 G
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan notasi – notasi sebagai berikut: nij
= banyaknya data amatan pada sel ij
nh
= rerata harmonik frekuensi seluruh sel =
N
= å nij = banyaknya seluruh data amatan
pq 1 åij n ij
ij
= ij = å
SSij
k
Ai
ijk
æ ö ç å X ijk ÷ ø = è k n ijk
C
AB
X
2
æ çå -è k
ij
= X
ij
X
ö ijk ÷ ø
nijk
2
= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
2
= rerata pada sel ij
= å AB ij = jumlah rerata pada baris ke i j
Bj
B == å AB ij = jumlah rerata pada kolom ke j i
G
= å AB ij = jumlah rerata semua sel i, j
2. Komponen jumlah kuadrat Untuk lebih memudahkan perhitungan, besaran-besaran (1), (2), (3), commit to didefinisikan user (4), dan (5) sebagai berikut:
digilib.uns.ac.id55
perpustakaan.uns.ac.id
(1) =
G2 pq
2
(4 ) = å B j j
(2 ) = å SS ij
(5 ) = å AB ij 2
ij
ij
(3 ) = å i
p
Ai2 q
3. Jumlah Kuadrat (JK) JKA = n h {(3) - (1)} JKB = n h {(4 ) - (1)} JKAB = n h {(1) + (5) - (3) - (4 )} JKG = (2) JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG
4. Derajat kebebasan (dk) dkA
=p–1
dkB
=q–1
dkAB = (p – 1)(q – 1 )
dkG
= N – pq
dkT
=N–1
5. Rataan Kuadrat ( RK ) RKA =
JKA dkA
RKB =
JKB dkB
RKAB =
JKAB dkAB
RKG =
JKG dkG
b. Statistik uji Statistik uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah: 1. Untuk H0A adalah Fa =
RKAcommit to user yang merupakan nilai dari variabel random yang RKG
berdistribusi F dengan derajat kebebasan p – 1 dan N – pq
digilib.uns.ac.id56
perpustakaan.uns.ac.id
2. Untuk H0B adalah Fb =
RKB yang merupakan nilai dari variabel random yang RKG
berdistribusi F dengan derajat kebebasan q – 1 dan N – pq 3. Untuk H0AB adalah Fab =
RKAB yang merupakan nilai dari variabel random yang RKG
berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p – 1)( q – 1) dan N – pq c. Daerah kritis Untuk masing – masing nilai F di atas daerah kritisnya adalah : 1. Daerah kritis untuk Fa adalah DK =
{F
a
Fa > Fa ; p -1, N - pq
{
2. Daerah kritis untuk Fb adalah DK = Fb Fb > Fa ;q -1, N - pq
}
}
{
3. Daerah kritis untuk Fab adalah DK = Fab Fab > Fa ;(p -1)(q -1), N - pq
}
d. Keputusan uji H0 ditolak apabila Fobs Î DK e. Rangkuman analisis variansi Tabel 3. 7. Rangkuman Analisis Variansi Sumber
JK
dk
RK
Fobs
Fa
Fa Fb Fab -
F* F* F* -
Baris (A) JKA p–1 RKA Kolom (B) JKB q–1 RKB Interaksi(AB) JKAB (p –1)(q -1) RKAB Galat ( G ) JKG N - pq RKG Total JKT N–1 * Keterangan: F adalah nilai F yang diperoleh dari tabel
( Budiyono, 2009: 231) 4. Uji Komparasi Ganda Apabila H0 ditolak maka perlu dilakukan uji lanjut anava. Metode yang digunakan commit to user untuk uji lanjut pasca anava dua jalan dalam penelitian ini adalah metode Scheffe. Langkah–langkah komparasi ganda dengan metode Scheffe adalah:
digilib.uns.ac.id57
perpustakaan.uns.ac.id
a. Komparasi Rataan Antar Kolom Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar kolom adalah:
(X . - X )
2
F.i -.j =
i
.j
æ 1 1 ö÷ RKGç + çn ÷ è .i n. j ø
dengan: F.i – .j = rerata Fobs pada pembandingan kolom ke- i dan kolom ke- j
X .i
= rerata pada kolom ke- i
X . j = rerata pada kolom ke- j
RKG = rerata kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi n.i
= ukuran sampel kolom ke- i
n.j
= ukuran sampel kolom ke- j
{
sedangkan daerah kritik untuk uji itu adalah DK = F.i-.j F.i-.j > (q - 1)Fa ;q-1,N-pq
}
b. Komparasi Rataan Antar Sel pada Kolom yang Sama Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama adalah : Fij -kj =
(X
ij
- X kj
)
2
æ 1 1 ö÷ RKGç + çn ÷ è ij n kj ø
dengan : Fij – kj = rerata Fobs pada pembandingan rerata pada sel ij dan rerata pada sel kj X ij
= rerata pada sel ij
X kj
= rerata pada sel kj
RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi nij
= ukuran sel ij
nkj
= ukuran sel kj
commit to user
digilib.uns.ac.id58
perpustakaan.uns.ac.id
Sedangkan derah kritik untuk uji itu adalah
{
D K = Fij-kj Fij-kj > ( pq - 1)Fa ;pq-1,N -pq
}
c. Komparasi Rerata antar Sel pada Baris yang Sama Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama adalah: Fij -ik =
(X
ij
- X ik
)
2
æ 1 1 ö÷ RKGç + çn ÷ è ij n ik ø
sedangkan daerah kritis untuk uji itu adalah
{
DK = Fij-ik Fij-ik > ( pq - 1) Fa ; pq -1, N -pq
} (Budiyono, 2009:217)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Instrumen Tes Kemampuan Awal Siswa a. Uji Validitas Isi Sebelum tes kemampuan awal
diberikan kepada siswa terlebih
dahulu
dilakukan validitas isi melalui experts judgment yaitu penilaian yang dilakukan oleh para ahli. Dalam hal ini dilakukan oleh Drs. Susilo Joko Raharjo, M. Pd sebagai ketua MGMP matematika SMA Kabupaten Wonogiri, Dra. F. Sih Widhayanti dan F. Suwondo, S.Pd. selaku guru senior mata pelajaran matematika di SMA tempat penelitian. Tujuan validitas isi adalah untuk menilai apakah klasifikasi kisi-kisi yang dibuat oleh peneliti telah mewakili substansi yang akan diukur dan apakah masingmasing butir tes yang telah disusun relevan dengan klasifikasi kisi-kisi yang ditentukan. Hasil validitas isi menunjukan bahwa instrumen penelitian yang berupa tes uji coba kemampuan awal yang berbentuk pilihan ganda sebanyak 30 butir soal telah dipenuhi karena adanya kesesuaian antara kisi-kisi yang dibuat (Lampiran 2) dengan butir soal yang dipakai (Lampiran 3). Hasil penilaian validitas isi selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 3. Berdasarkan uji validitas di atas dinyatakan bahwa instrumen tes kemampuan awal tersebut dinyatakan valid. Setelah dilakukan uji validitas soal kemudian dilanjutkan uji coba instrumen tes. Uji coba dilakukan sekali pada 63 siswa yang commit to user berasal dari siswa kelas X.3 dan X.4 SMA N 1 Baturetno pada tanggal 5 November 2010. 59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id60
b. Tingkat Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Dalam penelitian ini soal mempunyai tingkat kesukaran yang memadai jika 0,30 £ P £ 0,70, dimana P adalah indeks kesukaran. Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran dari 30 butir soal uji coba kemampuan awal diperoleh 3 butir soal yang tidak memadai yaitu butir soal nomor 3 mempunyai indeks kesukaran 0,86 termasuk kriteria mudah, butir soal nomor 24 mempunyai indeks kesukaran 0,24 termasuk kriteria sukar dan butir soal nomor 30 mempunyai indeks kesukaran 0,27 termasuk kriteria sukar. Sedangkan butir soal yang lain mempunyai tingkat kesukaran yang memadai. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. c. Daya Pembeda Berdasarkan hasil uji coba 30 butir soal kemampuan awal terhadap 63 responden menunjukkan bahwa 3 butir soal mempunyai daya beda kurang dari 0,21 yaitu untuk butir soal nomor 3 mempunyai indeks daya beda 0,18, butir soal nomor 19 mempunyai daya beda 0,06, butir soal nomor 24 mempunyai daya beda 0,18 dan 1 butir mempunyai daya beda lebih dari 0,70 yaitu soal nomor 8 mempunyai indeks daya beda 0,82, sehingga keempat butir soal kemampuan awal tersebut dianggap tidak baik. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6. d. Analisis Butir Tes Kemampuan Awal Berdasarkan indeks kesukaran dan daya beda yang ditetapkan dari 30 butir soal terdapat 5 butir soal yang tidak dipakai (ditolak) yaitu soal nomor 3, 8, 19, 24, commit to user dan 30. Selanjutnya dari 25 soal yang efektif akan dipakai sebagai instrumen tes untuk menentukan kemampuan awal siswa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id61
e. Reliabilitas Uji reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan metode satu kali tes. Teknik perhitungan yang digunakan untuk menghitung indeks reliabilitas menggunakan Kuder Richardson KR-20. Indeks reliabilitas dari 25 soal yang dipakai sebesar 0,798 yang berarti instrumen tes kemampuan awal tersebut adalah reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7. 2. Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika a. Uji Validitas Isi Uji validitas isi untuk uji coba tes hasil belajar matematika juga dilakukan oleh Drs Susilo Joko Raharjo, M.Pd sebagai ketua MGMP matematika Kabupaten Wonogiri, Dra. F. Sih Widhayanti
SMA
dan F. Suwondo, S.Pd. selaku guru
senior mata pelajaran matematika di SMA tempat penelitian. Hasil validitas isi menunjukan bahwa instrumen penelitian yang berupa tes uji coba hasil belajar matematika
yang berbentuk pilihan ganda sebanyak 30 butir soal telah dipenuhi
karena adanya kesesuaian antara kisi-kisi yang dibuat (Lampiran 8) dengan butir soal yang dipakai (Lampiran 9). Hasil penilaian validitas isi selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 10. Setelah dilakukan uji validitas soal kemudian dilanjutkan uji coba instrumen tes. Uji coba dilakukan sekali pada 63 siswa yang berasal dari siswa kelas X.3 dan X.4 SMA N 1 Baturetno pada tanggal 3 Desember 2010. b. Tingkat Kesukaran Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran dari 30 item soal uji coba hasil belajar diperoleh 3 butir soal yang tidak memadai yaitu butir soal nomor 1 mempunyai indeks kesukaran 0,79 termasuk kriteria mudah, butir soal nomor 11 mempunyai commit to user indeks kesukaran 0,19 termasuk kriteria sukar, butir soal nomor 16 mempunyai indeks kesukaran 0,25 termasuk kriteria sukar. Sedangkan butir soal yang lain mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id62
tingkat kesukaran yang memadai. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11. c. Daya Pembeda Berdasarkan hasil uji coba 30 butir soal hasil belajar terhadap 63 responden menunjukkan bahwa 4 butir soal mempunyai daya beda kurang dari 0,21 yaitu untuk butir soal nomor 11 mempunyai indeks daya beda –0,06, butir soal nomor 13 mempunyai daya beda 0,18, butir soal nomor 16 mempunyai daya beda 0,12 dan butir soal nomor 22 mempunyai daya beda 0,06, sehingga keempat butir soal hasil belajar tersebut dianggap tidak baik. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12. d. Analisis Butir Tes Hasil Belajar Matematika Berdasarkan indeks kesukaran dan daya beda yang ditetapkan dari 30 butir soal terdapat 5 butir soal yang tidak baik (ditolak) yaitu nomor 1, 11, 13, 16, dan 22 (Lampiran 13). Sedangkan sisanya
25 butir soal telah mewakili masing-masing
indikator yang tertuang dalam kisi-kisi penyusunan soal, untuk dipakai sebagai instrumen tes untuk pengambilan data hasil belajar matematika peserta didik. e. Reliabilitas Uji reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan metode satu kali tes. Teknik perhitungan yang digunakan untuk menghitung indeks reliabilitas menggunakan Kuder Richardson KR-20. Indeks reliabilitas dari 25 soal yang dipakai sebesar 0,848 yang berarti instrumen tes hasil belajar matematika tersebut adalah reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14. B. Deskripsi Data commit to user Deskripsi data yang disajikan adalah data kemampuan awal siswa dan data hasil belajar siswa data kemampuan awal siswa diambil sebelum dilakukan penelitian baik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id63
pada kelompok eksperimen 1 maupun pada kelompok eksperimen 2. Sedangkan data hasil belajar siswa diambil setelah dilakukan eksperimen pembelajaran. 1. Data Kemampuan Awal Siswa a. Data Kemampuan Awal Siswa Kelompok Eksperimen 1 Data kemampuan awal siswa untuk kelompok eksperimen 1 berasal dari 32 siswa kelas X.1 SMA N 1 Baturetno, 42 siswa kelas X.1 SMA Pangudi Luhur Giriwoyo dan 27 siswa kelas X.1 SMA Kanisius Tirtomoyo. Dari 101 siswa untuk kelompok eksperimen 1 diperoleh nilai mean 57,98, median 56, modus 52, nilai maksimum 92, nilai minimum 24 dan standar deviasi 18,47. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15. b. Data Kemampuan Awal Siswa Kelompok Eksperimen 2 Data kemampuan awal siswa untuk kelompok eksperimen 2 berasal dari 34 siswa kelas X.2 SMA N 1 Baturetno, 42 siswa kelas X.2 SMA Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo dan 27 siswa kelas X.2 SMA Kanisius Tirtomoyo. Dari 103 siswa untuk kelompok eksperimen 2 diperoleh nilai mean 59,34, median 64, modus 64, nilai maksimum 92, nilai minimum 24 dan standar deviasi 17,35. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15. c. Data Kemampuan Awal Siswa Berdasarkan Kategori Berdasarkan data kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 selanjutnya akan dikategorikan dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Dari hasil perhitungan kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2 diperoleh rerata gabungan ( X ) = 58,67 dan standart deviasi gabungan (s) = 25,13. Penentuan untuk kategori didasarkan pada ketentuan sebagai berikut: kelompok tinggi : xi > X + 1 s, commit to user 2
kelompok sedang X - 1 s £ xi £ X + 1 s dan kelompok rendah xi < X - 1 s. Sehingga 2
2
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id64
untuk nilai yang lebih dari 71,24 dikategorikan tinggi, untuk nilai yang lebih dari atau sama dengan 46,11 dan kurang dari atau sama dengan 71,24 dikategorikan sedang dan untuk nilai kurang dari 46,11 dikategorikan rendah. Berdasarkan data yang telah terkumpul diperoleh 59 siswa mempunyai kemampuan awal tinggi, 90 siswa mempunyai kemampuan awal sedang dan 55 siswa mempunyai kemampuan awal rendah, dengan perincian untuk kelompok eksperimen 1 terdapat 31 siswa mempunyai kemampuan awal tinggi, 41 siswa
mempunyai
kemampuan awal sedang dan 29 siswa mempunyai kemampuan awal rendah. Untuk kelompok eksperimen 2 terdapat 28 siswa mempunyai kemampuan awal tinggi, 49 siswa mempunyai kemampuan awal sedang dan 26 siswa mempunyai kemampuan awal rendah. Berdasarkan data tersebut siswa juga dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu siswa dengan kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15. 2. Data Hasil Belajar Matematika a. Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen 1 Data hasil belajar matematika siswa untuk kelompok eksperimen 1 berasal dari 32 siswa kelas X.1 SMA N 1 Baturetno, 42 siswa kelas X.1 SMA Pangudi Luhur Giriwoyo dan 27 siswa kelas X.2 SMA Kanisius Tirtomoyo. Dari 101 siswa untuk kelompok eksperimen 1 diperoleh nilai mean 68,95, median 68, modus 80, nilai maksimum 96, nilai minimum 32 dan standar deviasi 15,64. Berdasarkan data tersebut siswa juga dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu siswa dengan kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15. b. Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen 2 commit to user Data hasil belajar matematika siswa untuk kelompok eksperimen 2 berasal dari 34 siswa kelas X.2 SMA N 1 Baturetno, 42 siswa kelas X.2 SMA Pangudi Luhur
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id65
Giriwoyo dan 27 siswa kelas X.2 SMA Kanisius Tirtomoyo. Dari 103 siswa untuk kelompok eksperimen 2 diperoleh nilai mean 64,27, median 64, modus 72, nilai maksimum 96, nilai minimum 28 dan standar deviasi 16,3. Berdasarkan data tersebut siswa juga dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu siswa dengan kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15. Tabel 4.1. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kelompok Eksperimen 1 Eksperimen 2 Kemampuan awal tinggi Kemampuan awal sedang Kemampuan awal rendah
Rerata 68,95 64,27 81,02 67,47 49,67
Simpangan Baku 15,64 16,30 10,23 12,58 9,82
N 101 103 59 90 55
C. Hasil Analisis Data 1. Uji Keseimbangan Sebelum dilaksanakan penelitian dilakukan terlebih dahulu uji keseimbangan. Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah sampel penelitian yang dikenai metode pembelajaran yaitu kelompok eksperimen 1 (penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD)
dan kelompok eksperimen 2 (pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT ) mempunyai kemampuan matematika yang sama. Sebelum dilakukan uji keseimbangan terlebih dahulu dilakukan uji normalitas untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas dengan menggunakan uji Bartlett. a. Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelompok Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 Hasil uji normalitas kemampuan awal kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 dapat dilihat secara lengkap commit to userpada Lampiran 17 dan 18. Adapun rangkuman hasil uji normalitas tersebut disajikan dalam tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id66
Tabel 4.2. Rangkuman Uji Normalitas Kemampuan Awal No
Kelompok yang diuji
1.
Kelompok 0,08273 Eksperimen1 Kelompok 0,07649 Eksperimen 2
2.
Lobs
n
Ltabel
Keputusan
Kesimpulan
101
0,0882
H0 diterima
103
0,0873
H0 diterima
berdistribusi normal berdistribusi normal
Dari Tabel 4.2 tersebut, terlihat bahwa Lobs kelompok eksperimen 1 kurang dari L0,05,101 dan Lobs kelompok eksperimen 2 kurang dari L0,05,103, berarti pada taraf signifikansi 5% hipotesis nol kedua kelompok diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Variansi Uji homogenitas variansi pada kelompok siswa yang diberi perlakuan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (kelompok eksperimen 1) dan kelompok siswa yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (kelompok eksperimen 2) dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran 19. Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji Bartlett pada tingkat signifikansi a sebesar 5%. Berdasarkan perhitungan uji homogenitas diperoleh c 2 obs = c 2 hit =
{
}
0,3934 dan daerah kritik uji DK= c 2 c 2 > c 2 0,05;1 = 3, 841 . Pada tingkat signifikansi
a sebesar 5% diperoleh c 2 obs berada di luar daerah kritik maka hipotesis nol diterima dan dapat disimpulkan bahwa variansi kedua populasi adalah sama atau homogen.
c. Uji Keseimbangan antara Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok Eksperimen 2
commit tountuk user mengetahui bahwa siswa kelompok Uji keseimbangan ini dilakukan
eksperimen 1 mempunyai kemampuan awal yang sama dengan siswa kelompok
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id67
eksperimen 2. Diketahui sebelumnya bahwa kedua kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan mempunyai variansi yang sama atau homogen. Dengan demikian uji keseimbangan menggunakan uji t, berdasarkan perhitungan diperoleh tobs = - 0 ,7873 dengan t0,025; 202 = 1,960, DK= {t t < -1,960 atau
t > 1,960} . Karena nilai tobs Ï DK maka H0 diterima berarti tidak terdapat perbedaan rerata antara kelompok eksperimen 1 dengan kelompok eksperimen 2. Jadi antara siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT mempunyai kemampuan awal yang sama. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20. 2. Uji Prasyarat Analisis Variansi Sebelum data dianalisa menggunakan uji anava, terlebih dahulu data harus memenuhi syarat uji normalitas dan uji homogenitas. Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas menggunakan uji Bartlett. a. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Matematika Uji normalitas ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data variabel terikat yaitu hasil belajar matematika berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas hasil belajar dalam penelitian ini meliputi: 1)
eksperimen 1 untuk kelompok siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2)
eksperimen 2 untuk kelompok siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
3)
kelompok siswa dengan kemampuan awal tinggi
4)
kelompok siswa dengan kemampuan awal sedang
5)
kelompok siswa dengan kemampuan awal rendah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id68
Uji normalitas data hasil belajar ini menggunakan uji Lilliefors dengan tingkat signifikansi a = 0,05. Rangkuman uji normalitas disajikan pada Tabel 4.3 sebagai berikut: Tabel 4.3. Rangkuman Uji Normalitas Hasil Belajar Matematika No Kelompok siswa yang diuji 1. Eksperimen 1
Lobs
n
LTabel
0,0710
101
0,0882
Keputusan uji H0 diterima
2.
Eksperimen 2
0,0833
103
0,0873
H0 diterima
3.
Kemampuan awal tinggi Kemampuan awal sedang Kemampuan awal rendah
0,0822
59
0,1153
H0 diterima
0,0909
90
0,0944
H0 diterima
0,0975
55
0,1195
H0 diterima
4. 5.
Kesimpulan Berdistribusi normal Berdistribusi normal Berdistribusi normal Berdistribusi normal Berdistribusi normal
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 21. Dari hasil analisis uji normalitas hasil belajar matematika di atas, tampak bahwa nilai Lobs untuk kelompok eksperimen 1 kurang dari L0,05;101, Lobs untuk kelompok eksperimen 2 kurang dari L0,05;103, Lobs untuk kelompok kemampuan awal tinggi kurang dari L0,05;59, Lobs untuk kelompok kemampuan awal sedang kurang dari L0,05;90, dan Lobs untuk kelompok kemampuan awal rendah kurang dari L0,05;55, berarti pada tingkat signifikansi a = 0,05 menunjukkan data kelompok eksperimen 1, kelompok eksperimen 2, kelompok kemampuan awal tinggi, kelompok kemampuan awal sedang dan kelompok kemampuan awal rendah berasal dari populasi berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Variansi Data Hasil Belajar Matematika Uji homogenitas untuk mengetahui apakah sampel random data hasil belajar kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 mempunyai variansi yang sama. commit to user Demikian juga apakah sampel random data hasil belajar kategori kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah mempunyai variansi yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id69
Dalam penelitian ini uji homogenitas yang digunakan uji Bartlett dengan
a = 0,05. Rangkuman hasil
statistik uji Chi Kuadrat dengan tingkat signifikansi
penelitian untuk uji homogenitas disajikan pada Tabel 4.4 sebagai berikut: Tabel 4.4. Rangkuman Uji Homogenitas Variansi Kelompok
c
Eksperimen 1 dan eksperimen 2 Kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah
Keputusan
Kesimpulan
0,17486
c 2 ta b el 3,841
Ho diterima
Kedua kelompok mempunyai variansi yang sama
3,99943
5,991
Ho diterima
Ketiga kelompok mempunyai variansi yang sama
2 obs
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 26. Dari hasil analisis uji homogenitas variansi hasil belajar matematika di atas, tampak bahwa nilai c 2 obs untuk kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 kurang dari
0,05;1,
rendah kurang dari
dan c 2 obs untuk kelompok kemampuan awal tinggi, sedang dan 0,05;2,
berarti pada tingkat signifikansi a = 0,05 menunjukkan
bahwa sampel random data hasil belajar matematika kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 mempunyai variansi yang sama. Demikian pula untuk sampel random data hasil belajar kategori kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah juga mempunyai variansi yang sama. 3. Uji Hipotesis Penelitian Hasil perhitungan uji hipotesis dengan analisis variansi dua jalan 2 x 3 dengan sel tidak sama dan taraf signifikansi a = 0,05 disajikan pada Tabel 4.5.
commit to user Tabel 4.5. Rangkuman Analisis Variansi Sumber
JK
dk
RK
Fobs
Fa
Keputusan uji
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id70
Model pembelajaran(A) Kemampuan awal (B) Interaksi (AB)
1067,78
1
1067,78
9,15 3,84
32337,16 317,27
2 2
16168,58 158,63
138,56 3,00 1,36 3,00
Galat (G)
23105,10
198
Total
56827,31
203
H0 ditolak H0 ditolak H0 diterima
116,69
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa: a. Pada efek utama A (model pembelajaran), nilai statistik uji Fa = 9,15 dan F0,05;1,198 = 3,84, ternyata Fa > F0,05;1,198 dengan demikian H0A ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a =0,05 terdapat perbedaan efektifitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X semester 1 pada materi sistem persamaan linear. b. Pada efek utama B (tingkat kemampuan awal siswa), harga statistik uji Fb = 138,56 dan F0,05;2;198 = 3,00, ternyata Fb > F0,05;2;198 dengan demikian H0B ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a = 0,05 tingkat kemampuan awal siswa yang tinggi, sedang dan rendah memberikan efek yang berbeda terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X semester 1 pada materi sistem persamaan linear. c. Pada efek interaksi AB (model pembelajaran dan tingkat kemampuan awal siswa), harga statistik uji Fab = 1,36 dan F0,05;2;198 = 3,00, ternyata Fab < F0,05;2;198 dengan demikian H0AB diterima. Hal ini berarti pada tingkat signifikan a =0,05 tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X semester 1 pada materi sistem persamaan linear. Data tentang analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama selengkapnya terdapat pada Lampiran 28. user Anava 4. Ujicommit LanjuttoPasca
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id71
Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh bahwa H0A dan H0B ditolak, sehingga perlu dilakukan uji lanjut untuk melacak perbedaan rerata khususnya untuk uji hipotesis yang kedua. Dalam penelitian ini uji lanjut menggunakan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe. Uji komparasi ganda hanya dikenakan pada faktor kolom yang terdiri dari 3 kategori yaitu kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah sedangkan pada faktor baris tidak perlu dilajukan uji komparasi karena hanya terdiri dari 2 kategori sehingga cukup dengan melihat rataan marginalnya. Sebelum melihat hasil komparasi rataan antar kolom, di bawah ini Tabel 4.6 menyajikan rangkuman rataan antar sel lengkap dengan rataan marginalnya. Tabel 4.6. Rangkuman Rataan antar Sel dan Rataan Marginal Model Pembelajaran Eksperimen 1(STAD) Eksperimen 2(NHT) Rerata marginal n
Kemampuan Awal Tinggi Sedang Rendah 81,548 70,732 52,966 80,429 64,735 46,000 81,017 67,467 49,673 59 90 55
Rerata marginal 68,950 64,272
n 101 103 204
Rangkuman hasil uji komparasi rataan antar kolom disajikan pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rataan antar Kolom H0
Fhitung
F kritik
Keputusan Uji
µ.1 = µ.2 µ.1 = µ.3
55,9948 239,864
6,00 6,00
H0 ditolak H0 ditolak
µ.2 = µ.3
92,6049
6,00
H0 ditolak
Keterangan: m.1 : rerata populasi hasil belajar matematika untuk kemampuan awal tinggi m.2 : rerata populasi hasil belajar matematika untuk kemampuan awal sedang commit tountuk user kemampuan awal rendah m.3 : rerata populasi hasil belajar matematika
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id72
Berdasarkan hasil perhitungan uji komparasi rataan antar kolom, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1.
µ.1 ≠ µ.2, (H0 ditolak) ini berarti ada perbedaan terhadap hasil belajar jika dilihat dari tingkat kemampuan awal siswa, selanjutnya dari tabel rerata marginal dapat disimpulkan bahwa siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi mempunyai hasil belajar lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang.
2.
µ.1 ≠ µ.3, (H0 ditolak) yang artinya terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah, selanjutnya ini dapat dilihat dari tabel rataan marginal bahwa siswa yang kemampuan awal tinggi mempunyai hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah.
3.
µ.2 ≠ µ.3, (H0 ditolak) ini berarti ada perbedaan terhadap hasil belajar jika dilihat dari tingkat kemampuan awal siswa, selanjutnya ini dari tabel rerata marginal dapat disimpulkan bahwa siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang mempunyai hasil belajar lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah.
Tampak bahwa ketiga hipotesis nol ditolak. Ini berarti bahwa ketiga tingkatan kemampuan awal memberi efek yang berbeda terhadap hasil belajar matematika siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rerata hasil belajar matematika antara tingkat kemampuan awal tinggi dengan sedang atau rendah, serta antara tingkat kemampuan awal sedang dengan rendah. Perhitungan uji komparasi ganda selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 29.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id73
D. Pembahasan Hasil Analisa Data 1. Hipotesis Pertama Hipotesis pertama dalam penelitian ini mengatakan bahwa “Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menghasilkan hasil belajar matematika siswa yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe NHT”. Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan untuk sel tak sama untuk efek utama faktor A (model pembelajaran) diperoleh harga statistik uji Fa = 9,15 dan F0,05;1,198 = 3,84, ternyata Fa > F0,05;1,198, sehingga Fa Î DK dengan demikian H0A ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a =0,05 terdapat perbedaan efektifitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X pada materi sistem persamaan linear. Melihat hasil rataan marginal antara rerata hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diperoleh 68,950, sedangkan rerata hasil belajar matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT diperoleh 64,272. Tampak bahwa rerata hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada rerata hasil belajar matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Ini sesuai dengan hipotesis penelitian, hal ini mungkin disebabkan oleh banyak faktor diantaranya siswa berdiskusi secara sungguh-sungguh di dalam kelompok, setiap siswa mempunyai tanggung jawab menyelesaikan semua soal yang diberikan oleh guru. Pada model pembelajaran kooperatif siswa lebih banyak terlibat dalam memecahkan masalah atau menyelesaikan soal. Siswa dituntut bertanggung jawab secara pribadi maupun kelompok untuk commit to user menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Siswa tidak hanya menjadi pendengar saja, namun siswa terlibat dalam proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id74
2. Hipotesis Kedua Hipotesis kedua dalam penelitian ini mengatakan bahwa “Siswa dengan kemampuan awal kategori tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik dari pada siswa yang memiliki kemampuan awal kategori sedang atau rendah. Siswa dengan kemampuan awal kategori sedang memiliki prestasi belajar lebih baik dari pada siswa yang memiliki kemampuan awal dengan kategori rendah”. Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan untuk sel tak sama untuk efek utama faktor B (kemampuan awal) diperoleh harga statistik uji Fb = 138,56 dan F0,05;2;198 = 3,00, ternyata Fb > F0,05;2;198 sehingga Fb Î DK, dengan demikian H0B ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a =0,05 terdapat perbedaan efek kemampuan awal yang berbeda terhadap hasil belajar matematika pada materi sistem persamaan linear. Karena H0B ditolak maka perlu dilakukan uji lanjut anava yaitu uji komparasi ganda. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 29. Pada uji komparasi ganda antara kolom 1 dan kolom 2 diperoleh F1-2 = 55,9948 dan 2F0,05;2;198 = 6,00, ternyata F1-2 > 2F0,05;2;198 sehingga F1-2 Î DK dengan demikian H0 ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a = 0,05 siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi secara signifikan hasil belajar matematikanya berbeda dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang pada materi sistem persamaan kuadrat. Berdasarkan hasil rataan marginal dapat dilihat pada Tabel 4.6, diperoleh rerata hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi sebesar 81,017 sedang rerata hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang sebesar 67,467. Ini menunjukkan bahwa rerata hasil belajar matematika pada siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih tinggi daripada rerata hasil belajar siswa yang commit to user mempunyai kemampuan awal sedang. Hal ini dimungkinkan karena siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi mempunyai bekal materi prasyarat yang memadai,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id75
sehingga siswa dapat memahami materi dengan lebih baik, baik secara komputasi maupun secara konsep. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kemampuan awal tinggi mempunyai hasil belajar matematika
yang lebih baik dari siswa yang
mempunyai kemampuan awal sedang pada materi sistem persamaan linear. Pada uji komparasi ganda antara kolom 1 dan kolom 3 diperoleh F1-3= 239,864 dan 2F0,05;2;198 = 6,00, ternyata F1-3 > 2F0,05;2;198 sehingga F1-3 Î DK dengan demikian H0 ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a =0,05 siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi secara signifikan hasil belajar matematikanya berbeda dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah pada materi sistem persamaan linear. Berdasarkan hasil rataan marginal dapat dilihat pada Tabel 4.6, diperoleh rerata hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi sebesar 81,017 sedang rerata hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah sebesar 49,673. Ini menunjukkan bahwa rerata hasil belajar matematika pada siswa
yang
mempunyai kemampuan awal tinggi lebih tinggi dari pada siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah. Ini sangat dimungkinkan karena siswa dengan kemampuan awal tinggi dapat menguasai materi dengan lebih cepat karena materi prasyarat yang dimiliki sangat memadai, sedang pada siswa dengan kemampuan awal rendah materi prasyarat yang dimiliki sangat minim sehingga siswa dengan kemampuan awal rendah lambat untuk menguasai materi yang diberikan. Siswa dengan kemampuan awal rendah mengalami kesulitan untuk memahami materi baru karena tidak dapat menghubungkan antara konsep baru dengan konsep lama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kemampuan awal tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik dari pada siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah pada materi sistem persamaan commit to user linear.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id76
Pada uji komparasi ganda antara kolom 2 dan kolom 3 diperoleh F2-3= 92,6049 dan 2F0,05;2;198 = 6,00, ternyata F2-3 > 2F0,05;2;198 sehingga F2-3 Î DK dengan demikian H0 ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a = 0,05 siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang secara signifikan hasil belajar matematikanya berbeda dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah pada materi sistem persamaan linear. Berdasarkan hasil rataan marginal dapat dilihat pada Tabel 4.6, diperoleh rerata hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang sebesar 67,467 sedang rerata hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah sebesar 49,673. Ini menunjukkan bahwa rerata hasil belajar matematika pada siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang lebih tinggi dari siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah. Kemampuan awal adalah pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki siswa sehingga mereka dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Semakin tinggi tingkat kemampuan awal yang dimiliki peserta didik semakin baik dalam memahami materi pelajaran berikutnya, demikian pula semakin rendah kemampuan awal yang dimiliki siswa semakin sulit siswa memahami materi berikutnya. Dengan demikian siswa dengan kemampuan awal sedang akan lebih baik memahami materi selanjutnya dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kemampuan awal sedang mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik dari siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah pada materi l sistem persamaan linear. 3. Hipotesis Ketiga Hipotesis ketiga dalam penelitian ini mengatakan bahwa “Pada siswa dengan commit to user kemampuan awal kategori tinggi yang mendapatkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD akan mencapai hasil belajar matematika
yang lebih baik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id77
dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Sedangkan pada siswa dengan kemampuan awal kategori sedang dan rendah yang mendapatkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT akan mencapai hasil belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD”. Berdasarkan hasil anava dua jalan dengan sel tak sama diperoleh harga statistik uji Fab = 1,36 dan F0,05;2;198 = 3,00, ternyata Fab < F0,05;2;198 sehingga Fab Ï DK dengan demikian H0AB diterima. Hal ini berarti pada tingkat signifikan a = 0,05 tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X pada materi sistem persamaan linear. Tampak bahwa pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar matematika siswa tidak tergantung pada kategori kemampuan awal yang dimiliki siswa. Atau perbedaan hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT konsisten pada tiap-tiap kategori kemampuan awal siswa dan hasil belajar matematika antara tiap-tiap kategori kemampuan awal siswa konsisten dengan menggunakan model pembelajaran STAD dan model pembelajaran NHT. Artinya siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai hasil belajar yang lebih baik daripada siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe NHT, baik secara umum maupun ditinjau dari kategori kemampuan awal. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis ketiga. Faktor penyebabnya adalah para siswa dengan kemampuan awal sedang atau pun rendah pada saat proses pembelajaran commit to user model NHT cenderung diam dan tidak berani bertanya secara aktif. Mereka belum mampu menguasai materi. Mereka belum bisa mengerjakan tugas yang menjadi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id78
bagiannya. Rasa takut dan tidak percaya diri masih melekat pada pribadi siswa. Para siswa yang belajar dengan tipe STAD sedikit lebih baik dibanding mereka yang belajar di kelas NHT. Hal ini disebabkan model pembelajaran STAD lebih sederhana, sehingga mereka bisa mengikuti dengan baik. E. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini ada beberapa keterbatasan yang perlu peneliti kemukakan, agar dalam penggunaan hasil penelitian tidak terdapat persepsi yang salah. Antara lain: 1.
Populasi dalam penelitian ini terbatas pada SMA negeri maupun swasta kelas X di Kabupaten Wonogiri untuk siswa reguler saja tidak termasuk SMA negeri maupun swasta yang termasuk kategori RSBI maupun SBI. Walaupun sampel sudah diambil dari sekolah dengan predikat tinggi, sedang dan rendah.
2.
Model pembelajaran dalam penelitian ini terbatas pada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan NHT, sehingga mengabaikan model pembelajaran yang lain. Ada kemungkinan model pembelajaran lain dapat lebih meningkatkan hasil pembelajaran matematika pada materi sistem persamaan linear.
3.
Pelaksanaan eksperimen dalam penelitian ini mengalami keterbatasan, peneliti hanya dapat mengajar pada dua sekolah sampel, sedang satu sekolah sampel yang lain, meminta bantuan rekan guru untuk mengajar. Dalam hal ini peneliti menjelaskan dan memberikan semua perangkat pembelajaran kepada guru yang membantu mengajar. Peneliti hanya dapat mengontrol dan memantau pelaksanaan pembelajaran di kelas tersebut beberapa kali karena keterbatasan waktu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan
Setelah pelaksanaan penelitian
di SMA se-Kabupaten Wonogiri baik sekolah
negeri ataupun swasta yang bukan sekolah dengan kategori RSBI ataupun SBI dengan subyek penelitian adalah siswa kelas X reguler semester 1 tahun pelajaran 2010-2011, maka penulis melakukan analisis data dan pembahasan. Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menghasilkan hasil belajar matematika siswa yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi sistem persamaan linear dan kuadrat. 2. Hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih baik dari siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang atau rendah, demikian pula hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang lebih baik dari siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah pada materi sistem persamaan linear dan kuadrat. 3. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan hasil belajar yang lebih baik dari pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT jika ditinjau dari tingkat kemampuan awal kategori tinggi, sedang maupun rendah pada materi sistem persamaan linear dan kuadrat.
B. Implikasi Berdasarkan kajian teori dan mengacu pada hasil penelitian ini maka penulis menyampaikan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematika.
commit to user
79
digilib.uns.ac.id80
perpustakaan.uns.ac.id
1. Implikasi Teoritis Berdasarkan kesimpulan di atas tampak bahwa terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X pada materi sistem persamaan linear. Rerata nilai hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari rerata nilai hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Ini berarti hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik daripada menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hasil ini secara teoritis dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk pengembangan model pembelajaran pada materi sistem persamaan linear, di samping itu hasil penelitian ini dapat juga digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika khususnya pada materi sistem persamaan linear. Penggunaan model pembelajaran tipe STAD yang merangsang daya kreatifitas siswa secara individual dan dikombinasikan dengan pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa secara aktif dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar yang lebih baik. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kemampuan awal siswa berpengaruh terhadap hasil belajar matematika pada materi sistem persamaan linear pada siswa kelas X
semester I tahun pelajaran 2010-2011. Hasil belajar matematika siswa yang
mempunyai kemampuan awal tinggi lebih baik dari siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang atau rendah, demikian pula hasil belajar matematika siswa yang mempunyai commit to user kemampuan awal sedang lebih baik dari siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah. Hasil ini secara teoritis dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk
digilib.uns.ac.id81
perpustakaan.uns.ac.id
memperhatikan aspek kemampuan awal siswa dalam melakukan proses pembelajaran, khususya pembelajaran matematika. Semakin baik kemampuan matematika yang dikuasai siswa sewaktu di SMP baik kemampuan komputasi maupun kemampuan penguasaan konsep akan semakin baik penguasaan belajar matematika di SMA, apalagi matematika adalah suatu ilmu yang menganut sistem hierarki sehingga proses belajar selanjutnya akan tergantung kemampuan yang dimiliki sebelumnya. Dengan demikian sebaiknya dalam pembelajaran matematika seorang guru memperhatikan kemampuan awal siswa sehingga hasil pembelajaran menjadi lebih optimal. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon guru dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar, guru dapat memilih model pembelajaran yang tepat dan efektif dengan memperhatikan kemampuan awal siswa. C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi pada penelitian di atas dapat dikemukakan saran sebagai berikut: 1.
Kepada Guru Mata Pelajaran Matematika a.
Guru matematika dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem persamaan linear dan kuadrat.
b.
Guru dalam proses pembelajaran hendaknya lebih banyak melibatkan siswa, guru sebatas fasilitator dan motivator, guru commit totidak usermendominasi seluruh proses pembelajaran. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id82
siswa diajak terlibat aktif dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah. c.
Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah kemampuan awal siswa. Guru dapat melibatkan siswa dengan kemampuan tinggi untuk menjadi tutor sebaya bagi siswa berkemampuan sedang dan rendah. Dengan adanya keterlibatan siswa berinteraksi dengan temannya diharapkan hasil belajar yang dicapai akan lebih optimal.
2.
Kepada Kepala Sekolah
Guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD memerlukan beberapa sarana, hendaknya kepala sekolah
menyediakan sarana tersebut agar siswa dapat bekerja dalam kelompok lebih efektif, menyesuaikan antara banyaknya siswa dengan ruangan kelas, khususnya dalam pembentukan kelompok, sehingga waktu menjadi lebih efisien. 3.
Kepada Kepala Dinas Pendidikan
Hendaknya kepala Dinas Pendidikan menyediakan sarana dan prasarana bagi guruguru agar lebih professional dalam pembelajarannya, misalnya dengan mengirim guru matematika untuk mengikuti seminar, lokakarya dan pelatihan tentang modelmodel pembelajaran, maupun penyediaan beasiswa bagi guru-guru yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 4.
Saran bagi para peneliti/calon peneliti
Bagi para peneliti dapat mengembangkan hasil penelitian ini sebagai salah satu referensi untuk penelitian yang relevan. Diharapkan para peneliti dapat mengembangkan penelitian untuk variabel lain yang sejenis atau model-model pembelajaran lain, sehingga dapat menambah wawasan dan kualitas pendidikan yang lebih baik, khususnya pendidikan matematika. commit to user
digilib.uns.ac.id 83
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user