perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SUB POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL ( SPLDV ) DITINJAU DARI GAYA BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEMESTER GASAL SMP NEGERI 15 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011
OLEH
ATIK RETNONINGSIH X 1304027
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SUB POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL ( SPLDV ) DITINJAU DARI GAYA BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEMESTER GASAL SMP NEGERI 15 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh: ATIK RETNONINGSIH X1304027
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Atik Retnoningsih, EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SUB POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL (SPLDV ) DITINJAU DARI GAYA BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEMESTER GASAL SMP NEGERI 15 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) apakah metode pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel ( SPLDV ) menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada metode konvensional (metode ekspositori), (2) apakah terdapat pengaruh gaya belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel ( SPLDV ), (3) apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan gaya belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel ( SPLDV ). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester gasal SMP Negeri 15 Surakarta tahun ajaran 2010/2011 sejumlah 270 siswa. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling sejumlah 76 siswa. Sampel penelitian ini adalah kelas VIII-A sejumlah 38 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-B sejumlah 38 siswa sebagai kelas kontrol. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan metode dokumentasi, metode angket dan metode tes. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Dalam penelitian ini digunakan uji persyaratan eksperimen yaitu uji keseimbangan menggunakan uji-t dan uji normalitas dengan metode Lilliefors. Sedangkan uji persyaratan analisis yaitu uji normalitas dengan metode Lilliefors dan uji homogenitas dengan metode Bartlett. commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode konvensional pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel. Hal ini ditunjukkan dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama yaitu Fa
2,3365
3,9928
Ftabel , pada taraf signifikansi 5%, (2) tidak
terdapat pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa (Fb = 0.6246 < 3.143 = Ftabel pada taraf signifikansi 5%), (3) tidak terdapat interaksi yang signifikan antara metode pembelajaran dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel. Hal ini ditunjukkan dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama yaitu Fab = 0,3661 < 3,143 = Ftabel, pada taraf signifikansi 5%.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Atik Retnoningsih, EXPERIMENTAL STUDY OF COOPERATIVE LEARNING OF STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION TYPE (STAD) AGAINST LINEAR EQUATION SYSTEM WITH TWO VARIABLE BASED ON MATHEMATIC STUDENT LEARNING STYLE AT EIGHT GRADE OF FIRST SEMESTER OF SMP NEGERI 15 SURAKARTA 2010/2011. Thesis, Surakarta: education faculty of sebelas university, 2012. The research is aimed to figure out: (1) whether the student team achievement division type (STAD) of cooperative learning method against linear equation system with two variable is appropriate than expository method (2) whether mathematic student’ learning style affects student mathematic achievement at linear equation system with two variable straight line equity (3) whether there is any interaction between learning method and mathematic student’ learning style against student mathematic achievement at linear equation system with two variable. The research is Appearance experiment. The population of the research is the students of
eighth grade of second semester of SMP Negeri 15 Surakarta
2010/2011. It consists of 270 students. The sample of the research is carried out by cluster random sampling, that is, 76 students. The samples contain 38 students of VIII-A as experiment class and 38 students of VIII-B as control class. The data collection methods is used are documentation method, form method, and testing method. The technique of analyzing data is two way variant analysis with two different cells. The test of experimental requirement is equivalence test by using T-Testing and normality test by using Liliefors. The test of experimental requirement is normality test by using liliefors method and homogeneity by using Bartlett method. The result of the research concluded that: (1) there is no differences of mathematic student achievement between one was using STAD cooperative method and conventional methodcommit at linear equation system with two variable . to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
These showed that two way variant analyses with two different cells, that is, Fa
2,3365
3,9928
Ftabel , at 5 % significance level (2) there is no effect
between learning style against student mathematic achievement (Fb = 0.6246 < 3.143 = Ftabel at 5 % significance level) (3)there is no significant interaction between learning method and student learning style against student mathematic achievement at linear equation system with two variable. These can be concluded based on two way variant analysis with two different cells, that is, Fab = 0,3661 < 3,143 = Ftabel, at 5 % significance level.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka” (QS Ar-Ra’d: 11)
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini Penulis persembahkan untuk : Bapakku dan Ibuku, yang selalu mendoakanku dan memberikan kasih sayang yang tanpa batas De’
Arif
yang
selalu
menjadi
penghibur dan penyemangatku Calon pendampingku yang telah setia menantiku UNS yang selalu kubanggakan
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang lebih indah untuk diucapkan selain ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT yang mengatur setiap desah nafas setiap makhluk di bumi ini. Betapa tidak, atas limpahan nikmat dan kemurahan-Nya skripsi yang berjudul “EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SUB POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL (SPLDV ) DITINJAU DARI GAYA BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEMESTER GASAL SMP NEGERI 15 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011” dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, saran, dukungan, dan dorongan dari berbagai pihak yang sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini . Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada segenap pihak antara lain: 1.
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan FKIP UNS yang telah memberikan ijin menyusun skripsi ini.
2.
Sukarmin, M.Si Ph.D, Ketua Jurusan P. MIPA FKIP UNS yang telah memberikan ijin menyusun skripsi ini.
3.
Triyanto, S.Si, M.Si, Ketua Program P. Matematika FKIP UNS yang telah memberikan ijin menyusun skripsi ini.
4.
Dra. Rini Budiharti, M.Pd, Koordinator Skripsi P. Matematika FKIP UNS yang telah memberikan kemudahan dalam pengajuan ijin menyusun skripsi ini.
5. Drs. Suyono,M.Si, Pembimbing 1 dan Pembimbing
2
yang
telah
Henny Ekana CH., S.Si, M.Pd,
memberikan
bimbingan,
kepercayaan,
dukungan,saran, dan kemudahan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini. 6.
Hariadi Giarso, S.Pd, Kepala SMP N 15 Surakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian. . commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
7.
digilib.uns.ac.id
Ninik Kadarini, S.Pd, Guru bidang studi matematika SMP N 15 Surakarta yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan, bimbingan, dan tularan ilmu selama melakukan penelitian .
8.
Kedua orang tuaku yang selalu memberikan doa restu, kasih sayang dan dukungan yang tak ternominalkan.
9.
Om Sriyanto dan Mbak.kiki oktaviana, terima kasih untuk pengertian, dorongan, dan bantuannya.
10. Benny Cahyo dan Andelina, terima kasih atas indahnya persahabatan, dan kenangan yang tak terlupakan. 11. inox, jho, riris, terima kasih kerjasamanya. Demikian skripsi ini disusun dan penulis sadar masih banyak kekurangan di dalamnya. Demi sempurnanya sebuah suatu pembelajaran, maka segala keterbatasan dan kekurangan tersebut perlu senantiasa diperbaiki, oleh karenanya saran, ide, dan kritik yang membangun dari semua pihak tetap penulis harapkan. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan memberikan sedikit kontribusi serta masukan bagi dunia pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Surakarta, April 2012 Penulis
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
iv
ABSTRAK .......................................................................................................
v
HALAMAN MOTTO .....................................................................................
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
x
KATA PENGANTAR ....................................................................................
xi
DAFTAR ISI ....................................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii BAB I
BAB II
PENDAHULUAN .........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..............................................................
5
C. Pembatasan Masalah ..............................................................
6
D. Perumusan Masalah ...............................................................
6
E. Tujuan Penelitian ...................................................................
7
F. Manfaat Penelitian .................................................................
7
LANDASAN TEORI ....................................................................
8
A. Tinjauan Pustaka ....................................................................
8
1.
2.
Prestasi Belajar Matematika............................................
8
a.
Pengertian Prestasi ...................................................
8
b.
Pengertian Belajar ....................................................
8
c.
Pengertian Prestasi Belajar ......................................
9
d.
Pengertian Prestasi Belajar Matematika ..................
10
Metode Mengajar ............................................................
10
a.
Pengertian Pembelajaran………………..……………..11
b.
Metode Pembelajaran commit to userKonvensional………………….12
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
3.
4.
BAB III
digilib.uns.ac.id
c.
Model Pembelajaran Kooperatif……………………..13
d.
Pendekatan Struktural “STAD”……………………….14
Gaya belajar ....................................................................
17
a.
Auditorial .................................................................
18
b.
Visual .......................................................................
18
c.
Kinestetik .................................................................
19
Tinjauan Materi Tentang Sub pokok Bahasan sistem persamaan linier dua variabel .........................................
20
a.
Persamaan linier dua variabel ..................................
20
b.
Sistem persamaan linier dua variabel ......................
20
B. Kerangka Pemikiran ...............................................................
23
C. Hipotesis.................................................................................
25
METODOLOGI PENELITAN ....................................................
26
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................
26
1.
Tempat Penelitian ...........................................................
26
2.
Waktu Penelitian .............................................................
26
B. Metode Penelitian...................................................................
27
C. Populasi dan Sampel ..............................................................
27
1.
Populasi ...........................................................................
27
2.
Sampel .............................................................................
27
3.
Teknik Pengambilan Sampel ..........................................
28
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................
28
1.
Identifikasi Variabel ........................................................
28
2.
Rancangan Penelitian ......................................................
30
3.
Pelaksanaan Penelitian ....................................................
30
4.
Metode Pengambilan Data dan Penyusunan Instrumen ..
31
a.
Metode Dokumentasi ...............................................
31
b.
Metode Tes...............................................................
31
c.
Metode Angket.........................................................
34
E. Teknik Analisis Data .............................................................. commit to user 1. Uji Keseimbangan ...........................................................
35
xiv
35
perpustakaan.uns.ac.id
2.
BAB IV
Uji Prasyarat ...................................................................
36
a.
Uji Normalitas ..........................................................
36
b.
Uji Homogenitas ......................................................
37
3.
Pengujian Hipotesis.........................................................
38
4.
Uji Komparasi Ganda......................................................
43
HASIL PENELITIAN ..................................................................
46
A. Deskripsi Data ........................................................................
46
1.
2.
Data Hasil Uji Coba Instrumen .......................................
46
a.
Hasil Uji Coba Angket .............................................
46
b.
Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar .........................
47
Data Skor Prestasi Belajar Siswa pada Sub pokok Bahasan SPLDV ............................................................................
48
Data Skor Angket Gaya Belajar Matematika Siswa .......
48
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data .....................................
49
3.
1.
Uji Keseimbangan ...........................................................
49
2.
Uji Normalitas .................................................................
50
3.
Uji Homogenitas .............................................................
51
C. Hasil Pengujian Hipotesis ......................................................
52
1.
BAB V
digilib.uns.ac.id
Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ........
52
D. Pembahasan Hasil Analisis ....................................................
53
1.
Hipotesis Pertama ...........................................................
53
2.
Hipotesis Kedua ..............................................................
54
3.
Hipotesis Ketiga ..............................................................
55
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...............................
56
A. Kesimpulan ...........................................................................
56
B. Implikasi ................................................................................
56
1.
Implikasi Teoritis ............................................................
58
2.
Implikasi Praktis .............................................................
59
C. Saran ......................................................................................
59
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... commit to user LAMPIRAN .....................................................................................................
61
xv
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ....................................................................
30
Tabel 3.2 Data Amatan, Rataan, dan Jumlah Kuadrat Deviasi .....................
39
Tabel 3.3
Rataan dan Jumlah Rataan ............................................................
40
Tabel 3.4
Rangkuman Analisis .....................................................................
43
Tabel 4.1 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .....................................................
48
Tabel 4.2 Data gaya belajar matematika siswa .............................................
49
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal ......................................
49
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas .....................................................................
50
Tabel 4.5
Hasil Uji Homogenitas ..................................................................
51
Tabel 4.6
Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama .
52
Tabel 4.6
Rataan dan Rataan Marginal .........................................................
53
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1
Rencana Pembelajaran SPLDV Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ......................................................................................
64
Lampiran 2
Lembar Kerja Siswa (LKS) SPLDV .....................................
103
Lampiran 3
Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Siswa ........................................
111
Lampiran 4
Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar Siswa ................................
113
Lampiran 5
Pembahasan Uji Coba Tes Prestasi Belajar Siswa ...................
118
Lampiran 6
Kunci Jawaban Uji Coba Tes Prestasi Belajar Siswa...............
133
Lampiran 7
Lembar Jawab Uji Coba Tes Prestasi Belajar Siswa ................
132
Lampiran 8
Kisi-Kisi Instrumen Gaya Belajar Matematika ........................
133
Lampiran 9
Angket Uji Coba Gaya Belajar Matematika .............................
137
Lampiran 10 Lembar Jawab Uji Coba Gaya Belajar Matematika ................
143
Lampiran 11 Lembar Validitas Isi Tes
dan Angket Prestasi Belajar
Matematika ...............................................................................
144
Lampiran 12 Lembar kuis dan penghargaan ..................................................
156
Lampiran 13 Uji Konsistensi Internal dan Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Siswa.........................................................................................
168
Lampiran 14 Uji Konsistensi Internal dan Reliabilitas Gaya Belajar Matematika Siswa ....................................................................
170
Lampiran 15 Soal Tes Prestasi Belajar Siswa ................................................
172
Lampiran 16 Pembahasan Tes Prestasi Belajar Siswa ...................................
176
Lampiran 17 Lembar Jawab Tes Prestasi Belajar Siswa ...............................
187
Lampiran 18 Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar Siswa ..............................
188
Lampiran 19 Angket Gaya Belajar Matematika ............................................
189
Lampiran 20 Lembar Jawab Gaya Belajar Matematika.................................
195
Lampiran 21 Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelas Eksperimen .............
196
Lampiran 22 Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelas Kontrol....................
198
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 23 Uji Keseimbangan Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ......................................................................................
200
Lampiran 24 Data Induk Penelitian ...............................................................
202
Lampiran 25 Uji Normalitas Kelas dengan STAD ........................................
203
Lampiran 26 Uji Normalitas Kelas dengan Metode Konvensional ...............
205
Lampiran 27 Uji Normalitas Kelompok Gaya Belajar Auditorial .................
207
Lampiran 28 Uji Normalitas Kelompok Gaya Belajar Visual .......................
209
Lampiran 29 Uji Normalitas Kelompok Gaya Belajar Kinestetik .................
211
Lampiran 30 Uji Homogenitas Metode Pembelajaran ...................................
213
Lampiran 31 Uji Homogenitas Gaya Belajar Siswa ......................................
216
Lampiran 32 Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ..................
218
Lampiran 34 Tabel Statistik ...........................................................................
201
Lampiran 35 Perijinan ....................................................................................
205
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi yang sangat cepat mengakibatkan suatu perubahan di segala bidang kehidupan. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, lembaga pendidikan dituntut untuk berperan aktif dalam meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan secara optimal guna mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatkan daya saing lulusan guna menghadapi ketatnya persaingan dan tantangan dunia kerja. Oleh karena itu, inovasi di bidang pendidikan sangat diperlukan agar kualitas pendidikan terus meningkat sehingga memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Usaha mencapai keberhasilan pembangunan dalam bidang pendidikan bukan hanya merupakan tanggung jawab dari pemerintah semata, melainkan juga seluruh masyarakat termasuk di dalamnya adalah guru. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan meningkatkan pendidikan matematika. Matematika adalah ilmu pengetahuan yang mendasari berbagai ilmu pengetahuan lain, karena itu matematika sangat perlu diajarkan pada semua jenjang pendidikan. Namun demikian banyak siswa yang tidak menyukai mata pelajaran matematika. Bagi sebagian besar siswa, saat Ujian Akhir Nasional (UAN) matematika merupakan mata pelajaran yang sulit. Prestasi belajar matematika siswa pun rata-rata lebih rendah bila dibandingkan dengan prestasi belajar
pada
mata
pelajaraan
yang
lainnya
(Mujiyanto
dalam
http://matemarso.files.wordpress.com/2010/04/penggunaan-media-pendidikanpada-pengajaran-matematika-di-sekolah-menengah.pdf).
Hal
ini
seharusnya
menjadikan periksa bagi guru, apakah metode pembelajaran yang diterapkan sudah sesuai dengan materi atau belum. Karena pada kenyataannya masih banyak guru matematika yang menggunakan metode konvensional dalam penyampaian materi pelajaran. Untuk itu dalam mengajarkan matematika seorang guru harus commit to user mampu menerapkan metode pembelajaran yang tepat untuk setiap materi yang
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
akan diajarkan karena metode pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Guru seharusnya dapat menguasai bermacam-macam metode pembelajaran sehingga dapat memilih metode yang tepat untuk suatu materi yang akan disampaikannya. Matematika sebagai sumber bagi ilmu pengetahuan yang lain, artinya banyak ilmu pengetahuan yang pengembangannya bergantung pada matematika. Pendidikan matematika mencakup proses mengajar, proses belajar, dan proses berfikir kreatif. Proses mengajar dilakukan oleh pengajar dan proses belajar dilakukan oleh siswa sebagai anak didik. Kenyataannya sampai saat ini matematika masih menjadi masalah bagi sebagian siswa. Sebagian siswa masih menganggap matematika sangat sulit sehingga mereka sering acuh tak acuh dalam proses belajar mengajar. Akibatnya, prestasi belajar mengajar matematika yang dicapai siswa masih tergolong rendah. Salah satu faktor penyebab kesulitan siswa dalam belajar matematika kemungkinan adalah metode mengajar guru yang tidak sesuai dengan kondisi siswa maupun pokok bahasan yang disampaikan. Banyak metode mengajar yang dapat digunakan dalam pengajaran matematika. Tetapi tidak setiap metode dapat diterapkan dalam setiap materi / pokok bahasan, sehingga pemilihan metode mengajar sangatlah penting guna mencapai tujuan mengajar dan mendapatkan hasil yang optimal. Oleh karena itu sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperlukan pemikiran yang sangat matang dalam pemilihan metode mengajar yang tepat untuk suatu pokok bahasan yang akan disajikan. Hal tersebut dimaksudkan agar pengajaran matematika menjadi efektif dan efisien. Namun yang terjadi guru kurang bervariasi dalam menggunakan metode mengajar. Umumnya yang terjadi di lapangan, bahwa guru menggunakan metode ceramah dan metode ekspositori pada setiap pokok bahasan. Kedua metode tersebut berpusat pada guru. Metode ceramah berpusat penuh pada guru sedangkan metode ekspositori, dominasi guru sudah agak berkurang karena siswa diberi kesempatan bertanya jika kurang mengerti dan mengerjakan latihan soal sendiri. Dominasi guru tersebut mengakibatkan siswa kurang dapat berfikir kritis dan kreatif. Karena commit to user itu penggunaan metode ceramah atau metode ekspositori pada sub pokok bahasan
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV) yang menuntut siswa dapat berfikir kritis, dan kreatif dimungkinkan menyebabkan prestasi belajar siswa kurang optimal. Seperti halnya dengan siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Surakarta. Berdasarkan pengamatan dari peneliti diketahui bahwa nilai rata-rata siswa kelas VIII masih belum memenuhi standar ketuntasan. Misalkan saja kelas VIII A dan VIII B untuk rata-rata hasil ulangan Mid semester rata-rata kelas siswa VIII A adalah 53,45 sedangkan kelas VIII B adalah 56,16. Pemilihan metode mengajar perlu memperhatikan beberapa hal seperti materi yang disampaikan, tujuan pengajaran,waktu yang tersedia dan banyaknya siswa serta hal-hal yang berkaitan dengan dengan proses belajar mengajar. Metode mengajar yang dipilih hendaknya metode yang dapat mendorong siswa untuk aktif. Terutama dalam pengajaran matematika, siswa harus aktif sehingga dapat berfikir kritis, kreatif, dan memahami materi yang diajarkan oleh guru. Pada sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) merupakan materi yang diperoleh siswa kelas VIII semester ganjil Sekolah Menengah Pertama. Dalam sub pokok bahasan ini dibutuhkan pemahaman dan penguasaan konsep serta ketelitian. Terkait dengan masalah kesulitan siswa di atas maka perlu diterapkan suatu metode pembelajaran yang dapat membangkitkan dan melibatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satu metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran adalah metode yang menempatkan siswa dalam kelompok kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif. Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah tipe STAD (Student Team Achievement Division). Hal yang mendasari peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe STAD karena model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana sehingga cocok diterapkan untuk mengajar siswa SMP Negeri 15 Surakarta kelas VIII yang sebelumnya masih terbiasa menerima pelajaran dari gurunya dengan menggunakan metode konvensional. Dalam model pembelajaran STAD ini siswa diarahkan dalam kegiatan commitdalam to user belajar berkelompok dan bekerjasama memecahkan masalah pemahaman
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
materi. Model ini didasarkan pada kebersamaan melalui proses gotong royong siswa dalam usaha pendalaman materi pelajaran. Hal ini karena ada interaksi antara siswa dengan kelompoknya. Siswa dengan kemampuan lebih tinggi diarahkan untuk membantu siswa yang berkemampuan lebih rendah sehingga seluruh anggota dalam kelompok tersebut dapat memahami materi yang diajarkan. Selain itu, dengan model ini siswa tidak akan cepat merasa bosan dalam belajar matematika. Rendahnya prestasi belajar siswa tidak mutlak disebabkan metode mengajar yang tidak cocok. Tetapi ada faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan belajar matematika, diantaranya adalah gaya belajar matematika. Gaya belajar matematika merupakan cara yang khas dan konsisten dilakukan oleh siswa dalam menyerap informasi. Gaya belajar matematika dikelompokkan menjadi tiga tipe yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Gaya belajar visual menggunakan indera penglihatannya untuk membantunya belajar. Gaya
belajar
auditorial
memanfaatkan
kemampuan
pendengaran
untuk
mempermudah proses belajar, sehingga akan lebih mudah menerima materi yang disajikan dengan diskusi atau tanya-jawab. Gaya belajar kinestetik menggunakan fisiknya sebagai alat belajar yang optimal. Siswa kinestetik dibantu dengan membawa alat peraga yang nyata. Pada umumnya siswa memiliki ketiga gaya belajar tersebut, namun ada satu yang paling dominan dimilikinya. Kebanyakan siswa belum mengenal persis gaya belajar yang dimilikinya sehingga mereka belum dapat menerapkannya secara optimal. Pemanfaatan sumber belajar matematika, cara memperhatikan pembelajaran matematika di kelas, serta cara mudah bagi siswa untuk berkonsentrasi penuh saat belajar dapat digunakan untuk mengenal gaya belajar matematika. Hal-hal tersebut di atas dipergunakan seorang guru maupun siswa itu sendiri untuk mengetahui gaya belajar matematika masingmasing. Bertolak dari uraian di atas, penulis terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul “Eksperimentasi Pembelajaraan Matematika Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Students Teams Achievement Division (STAD) pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV) commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ditinjau dari Gaya Belajar Matematika”. (Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas VIII semester I ).
B. Identifikai Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Banyak guru yang masih memakai metode konvensional dalam melaksanakan pembelajaran, padahal ada beberapa pokok bahasan di mana metode tersebut kurang tepat untuk diterapkan, misalnya pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV) sehingga kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa disebabkan karena kurang tepatnya pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan topik bahasan. 2. Pada umumnya prestasi belajar matematika siswa masih rendah. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya perhatian guru terhadap gaya belajar matematika yang dimiliki oleh setiap siswa. Selain hal itu, banyak siswa yang menganggap bahwa pelajaran matematika itu sulit, dan membosankan terutama pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV). 3. Banyak siswa dalam belajar matematika kurang aktif mengikuti proses belajar dan
hanya
mengorganisir
sendiri
apa
yang
diperolehnya
tanpa
mengkomunikasikan dengan siswa lain sehingga kemungkinan rendahnya prestasi belajar disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap topik bahasan yang dipelajari.
commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, agar permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari apa yang menjadi tujuan dilaksanakannya penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut: 1. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada model kooperatif tipe STAD untuk kelas eksperimen dan metode konvensional untuk kelas kontrol. 2. Gaya belajar yang dibicarakan adalah cara yang khas dalam belajar matematika, baik di rumah maupun di kelas. 3. Prestasi belajar yang dimaksudkan adalah prestasi belajar pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV) yaitu prestasi belajar siswa yang dicapai setelah proses belajar mengajar. 4. Siswa dalam penelitian ini dibatasi pada siswa SMP Negeri 15 Surakarta kelas VIII semester 1 tahun ajaran 2010 / 2011.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka permasalahan yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik jika dibandingkan dengan metode konvensional pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV)? 2. Apakah terdapat pengaruh gaya belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV)? 3. Apakah terdapat interaksi antara metode mengajar dengan gaya belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV)?
commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Tujuan Penulisan Berdasarkan perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut. 1.Untuk mengetahui metode pembelajaran mana yang menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik antara model kooperatif tipe STAD dan metode konvensional dalam pembelajaran matematika pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV). 2.Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh gaya belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV). 3.Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara metode mengajar dengan gaya belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar siswa pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV).
F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Memberikan masukan kepada guru ataupun calon guru matematika dalam menentukan metode mengajar yang tepat, yang dapat digunakan sebagai alternatif selain metode yang biasa digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar dalam rangka upaya peningkatan kualitas pendidikan khususnya dalam sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV ). 2. Memberikan informasi kepada guru ataupun calon guru untuk lebih memperhatikan gaya belajar matematika sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya. 3. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian eksperimentasi metode STAD yang lainnya.
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. a.
Prestasi Belajar Matematika
Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang dikemukakan oleh para ahli sangatlah
bervariasi. Hal tersebut antara lain dikarenakan latar belakang dan sudut pandang yang berbeda-beda dari para ahli itu sendiri. Akan tetapi perbedaan tersebut justru dapat saling melengkapi pengertian dari prestasi itu sendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 895) dinyatakan Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Dalam pengertian ini prestasi merupakan suatu usaha yang telah dilaksanakan menurut batas kemampuan dari pelaksanaan usaha tersebut. Prestasi merupakan akhir dari usaha yang melalui proses pendidikan dan pelatihan tertentu yang telah dicapai. Prestasi yang dicapai sering mendatangkan konsekuensi-konsekuensi berupa imbalanimbalan yang bersifat material psikologis dan sosial. Sedangkan Sutratinah Tirtonagoro (2001: 43) menyatakan bahwa, “Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang dalam bentuk symbol, angka, huruf, atau kalimat yang dapat mencerminkan hasil usaha yang sudah dicapai oleh anak dalam periode tertentu”. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai prestasi yaitu bukti atau hasil yang telah dicapai setelah diadakan usaha sebaik-baiknya sesuai batas kemampuan dari batas usaha tersebut. b.
Pengertian Belajar Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu dekat dengan apa yang
disebut belajar. Seseorang yang telah belajar akan mengalami perubahan tingkah laku baik dalam aspek pengetahuan, ketrampilan, maupun dalam sikap. Perubahan tingkah laku dalam aspek pengetahuan yaitu dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari bodoh menjadi pintar. Perubahan tingkah laku dalam aspek commitbisa, to user ketrampilan yaitu tidak bisa menjadi dari tidak trampil menjadi trampil.
perpustakaan.uns.ac.id
9 digilib.uns.ac.id
Sedangkan perubahan tingkah laku dalam sikap yaitu dari ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Winkel (1996: 53) bahwa, “Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilaisikap. Perubahan ini bersifat relarif konstan dan berbekas”. Pengertian lain tentang belajar juga diberikan oleh ahli diantaranya adalah pengertian menurut psikologis. Slameto (1995: 2) menyatakan bahwa, “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”. Selain beberapa pendapat mengenai definisi belajar tersebut, Sumadi Suryabrata (1995: 249) menyebutkan bahwa hal pokok dalam kegiatan yang disebut “belajar” adalah sebagai berikut: 1) Belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioural changes, aktual, maupun potensial ). 2) Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru. 3) Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja). Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh individu yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan (aspek kognitif), sikap (aspek afektif), ketrampilan (aspek psikomotor), pada diri individu tersebut berkat adanya interaksi antara individu dengan individu atau dengan lingkungan. Di dalam belajar terkandung suatu aktifitas yang dilakukan dengan segenap panca indra untuk memahami arti dari hubungan-hubungan kemudian menerapkan konsepkonsep yang dihasilkan ke situasi yang nyata. Belajar akan lebih baik kalau siswa mengalami sendiri. c.
Pengertian Prestasi Belajar Berdasarkan pengertian prestasi dan belajar tersebut di atas, prestasi
belajar merupakan suatu hasil usaha yang dicapai seseorang dalam penguasaan commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengetahuan, sikap serta ketrampilan berkat pengalaman dan latihan yang dinyatakan dalam perubahan tingkah laku. Sutratinah Tritinegoro (2001: 43) mengatakan bahwa, “Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar”. Dengan mengetahui prestasi belajar anak, dapat diketahui kedudukan anak dalam kelas, apakah anak tersebut tergolong kelompok anak pandai, sedang atau kurang. Prestasi anak ini dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf, atau kalimat yang mencerminkan hasil yang dicapai oleh anak dalam periode tertentu. Sedang Zainal Arifin (1990: 3) menyatakan bahwa, “Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah manusia karena sepanjang rentang kehidupannya, manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang kamampuannya masing-masing”. Zainal Arifin juga mengemukakan bahwa prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain: 1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik. 2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. 5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari usaha yang dicapai oleh siswa dalam proses belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun simbol. Di dalam penelitian ini prestasi belajar dinyatakan dalam bentuk angka. d.
Pengertian Prestasi Belajar Matematika Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 723) disebutkan bahwa,
“Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”. commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Purwoto (2003: 12-13) mengemukakan bahwa, “Matematika adalah pengetahuan tentang pola keteraturan pengetahuan tentang struktur yang terorganisasi mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur-unsur yang didefinisikan ke aksioma dan postulat dan akhirnya ke dalil”. Sedangkan R. Soejadi (2000: 11) mengemukakan bahwa ada beberapa definisi dari matematika, yaitu sebagai berikut: 1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik. 2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. 3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan. 4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. 5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. 6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak tentang bilangan, kalkulasi, penalaran, logik, fakta-fakta kuantitatif, masalah ruang dan bentuk, aturan-aturan yang ketat, dan pola keteraturan serta tentang struktur yang terorganisir. Berdasarkan pengertian prestasi belajar dan matematika yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses belajar matematika yang menghasilkan perubahan pada diri seseorang berupa penguasaan, ketrampilan, dan kecakapan baru yang dinyatakan dengan symbol, angka, atau, huruf.
2. Metode Pembelajaran a. Pengertian Metode Pembelajaran Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen penting yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menurut Muhibbin Syah (1995 : 201) bahwa “Metode pembelajaran adalah cara
yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan commit to user kependidikan, khususnya penyajian materi pelajaran kepada siswa”.
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sedangkan
arti metode pembelajaran menurut Purwoto (2003 : 65)
antara lain: 1) Metode pembelajaran adalah suatu cara mengajarkan topik tertentu agar proses dari pengajaran tersebut berhasil dengan baik. 2) Metode pembelajaran adalah cara-cara yang tepat dan serasi dengan sebaikbaiknya, agar guru berhasil dalam mengajarnya, agar mengajar mencapai tujuannya atau mengenai sasarannya. 3) Metode pembelajaran adalah cara mengajar yang umum yang dapat diterapkan atau dipakai untuk semua bidang studi. Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode mengajar adalah suatu cara atau teknik yang dipakai guru dalam menyajikan bahan pengajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. b. Metode Pembelajaran Konvensional Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999 : 467) dinyatakan bahwa “Konvensional adalah tradisional”, selanjutnya tradisional sendiri diartikan sebagai “Sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun”. Oleh karena itu metode konvensional dapat juga disebut metode tradisional. Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa metode konvensional adalah suatu pembelajaran dimana proses belajar mengajar dilakukan dengan cara yang lama, yaitu dalam penyampaian pelajaran guru masih mengandalkan sistem ceramah. Tetapi di dalam pembelajaran matematika metode konvensional, metode yang paling sering dipakai adalah metode ekspositori karena selain memberikan materi, guru juga memberikan soal-soal latihan untuk dikerjakan siswa. Dalam metode konvensional yang dalam penelitian ini adalah metode ekspositori, guru memegang peranan utama untuk menentukan isi dan urutan langkah dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa sehingga tidak bisa begitu saja dikatakan jelek. Metode yang bisa juga dikatakan metode ceramah ini dalam pembelajaran matematika mempunyai banyak kekuatan dan kelemahan. Adapun kekuatan dan kelemahannya menurut Purwoto (2003 : 67) adalah sebagai berikut: Kekuatannya:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
Dapat menampung kelas yang besar, tiap murid mempunyai kesempatan yang sama untuk mendengarkan dan karenanya biaya yang diperlukan relatif murah. Bahan pelajaran/keterangan dapat diberikan secara lebih urut oleh guru, konsep-konsep yang disajikan secara hierarki akan memberikan fasilitas belajar bagi siswa. Isi silabus dapat diselesaikan dengan lebih mudah, karena guru tidak harus menyesuaikan dengan kecepatan belajar siswa. Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu tidak menghambat dilaksanakannya pelajaran. Kelemahannya: Pelajaran berjalan membosankan siswa dan siswa menjadi pasif dan tidak berkembang. Kepadatan konsep-konsep yang diberikan hanya akan membuat siswa tidak mampu menguasai materi pelajaran. Pengetahuan yang didapat dari metode ini mudah terlupakan. Ceramah menyebabkan belajar siswa menjadi „Belajar menghafal‟ yang tidak menyebabkan timbulnya pengertian. c. Model Pembelajaran Kooperatif Trianto (2007 : 41) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalahmasalah yang kompleks. Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompokkelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang heterogen kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri: 1) Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif. 2) Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, commit to user sedang dan rendah.
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
3) Jika dalam kelas, terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin maka diupayakan agar dalam tiap kelompokpun terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula. 4) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan. (Depdiknas, 2005 : 14) Dalam pembelajaran kooperatif terdapat tiga tujuan penting yaitu: 1) Hasil belajar akademik Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. 2) Penerimaan terhadap keragaman Pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima temantemannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. 3) Pengembangan ketrampilan sosial Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan sosial siswa. Ketrampilan sosial yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif antara lain: berbagi tugas, aktif bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya. (Depdiknas, 2005 : 15)
d. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan metode yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. STAD dikatakan tipe pembelajaran yang paling sederhana karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih dekat kaitannya dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat bahwa pada STAD juga terdapat adanya penyajian materi melalui presentasi kelas. Menurut Slavin (1995 : 12), gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Jika para siswa ingin timnya mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu timnya untuk mempelajari materinya. Mereka harus mendukung teman satu timnya untuk bisa melakukan yang terbaik. commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Slavin (1995 : 143), STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim. 1) Presentasi Kelas Materi dalam STAD pertama-tama dikenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benarbenar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka. 2) Tim Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama,
membandingkan
jawaban,
dan
mengoreksi
tiap
kesalahan
pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan. 3) Kuis Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya. 4) Skor Kemajuan Individual Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih commit to baik user daripada sebelumnya. Tiap siswa giat dan memberikan kinerja yang lebih
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Untuk memberikan skor kemajuan individu dihitung seperti Tabel 2.1 berikut ini: Tabel 2. 1 Perhitungan Skor Kemajuan Individu Skor Kuis
Skor Kemajuan
o lebih dari 10 poin di bawah skor awal
5
o 10 - 1 poin di bawah skor awal
10
o skor awal sampai 10 poin di atas skor awal
20
o lebih dari 10 poin di atas skor awal
30
o kertas
jawaban
sempurna
(tanpa
30
memperhatikan skor awal)
5) Rekognisi Tim Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Menurut Ratumanan dalam (Trianto, 2007 : 56), berdasarkan skor kemajuan yang diperoleh kelompok terdapat tiga tingkat penghargaan yang diberikan untuk tiap kelompok, yaitu: (1) Superteam (tim super): diberikan bagi kelompok yang memperoleh ratarata antara 25 sampai 30. (2) Greatteam (tim hebat): diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-rata antara 15 sampai 25. (3) Goodteam (tim baik): diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-rata antara 5 sampai 15. Seluruh tim dapat memperoleh penghargaan tersebut. Di dalam sebuah kelas dapat terjadi lebih dari satu tim yang kriteria di atas terpenuhi. Kriteria di atas dibuat sedemikian rupa sehingga untuk mendapatkan tim hebat, sebagian besar siswa mendapat skor dasar mereka, dan untuk mendapatkan tim super, sebagian besar anggota tim paling sedikit mendapatkan 10 poin di commit to user atas skor dasar mereka.
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Guru seharusnya mempersiapkan sejenis penghargaan atau hadiah untuk tim yang mencapai tingkat “tim hebat” atau “tim super”. Penghargaan atau hadiah tersebut dapat berupa sertifikat dengan ukuran besar untuk tim super dan yang lebih kecil untuk tim hebat, sedangkan tim baik dapat diberikan sekedar ucapan selamat di kelas. Selain berupa sertifikat guru juga dapat menyiapkan selebaran satu halaman, memberi siswa lencana atau pin untuk dipakai, perlakuan simpatik, atau apapun yang sesuai sebagai penghargaan atau hadiah.
3.
Gaya Belajar
Setiap siswa mempunyai cara atau sikap yang berbeda-beda dan hal tersebut selalu dilakukannya dalam belajar. Hal tersebut sesuai dengan beberapa pendapat dari beberapa ahli. NASSP dalam Yosep Gobai (2005: 2) menyatakan bahwa “Gaya belajar atau Learning style adalah suatu karakteristik kognitif, afektif dan perilaku psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak yang relatif stabil untuk pebelajar merasa saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar”. Gaya belajar merupakan cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat De Porter, Bobbi dan Hernacki, Mike (1999: 110-112) yang merumuskan bahwa, “Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi”. Gaya belajar ini berkaitan dengan pribadi seseorang yang tentu dipengaruhi oleh pendidikan dan riwayat perkembangannya. Sedangkan Winkel (1996: 147) mengemukakan bahwa, ”Gaya belajar merupakan cara belajar yang khas bagi siswa. Cara khas ini bersifat individual yang kerapkali tidak disadari dan sekali terbentuk dan cenderung bertahan terus”. Dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar siswa adalah cara belajar yang khas, bersifat konsisten, kerapkali tidak disadari yang merupakan kombinasi dari bagaimana siswa tersebut menyerap dan mengatur serta mengolah informasi. Keanekaragaman gaya belajar siswa perlu diketahui oleh guru dan siswa. Hal ini akan memudahkan bagi siswa untuk belajar maupun guru untuk mengajar dalam user dengan dengan baik dan hasil proses pembelajaran. Siswa akancommit dapat tobelajar
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
belajarnya baik, apabila ia mengerti gaya belajarnya. Hal tersebut memudahkan guru dalam menerapkan pembelajaran dengan mudah dan tepat. Sriyono (1992: 4) menggolongkan gaya belajar berdasarkan cara menerima informasi ke dalam empat tipe yaitu tipe mendengarkan, tipe penglihatan, tipe merasakan dan tipe motorik. Sedangkan De Porter, Bobbi dan Hernacki, Mike (1999: 112-113) mengolongkan gaya belajar berdasarkan cara menerima informasi dengan mudah (modalitas) ke dalam tiga tipe yaitu gaya belajar tipe visual, tipe auditorial, dan tipe kinestetik. Selanjutnya sesuai dengan pembagian tipe gaya belajar, orang dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu orang bertipe visual, auditorial, dan kinestetik. a.
Auditorial De Porter, Bobbi dan Hernacki, Mike (1999: 118) mengemukakan ciri-
ciri siswa yang bertipe auditorial dapat dirangkum bahwa: Orang-orang yang bertipe auditorial memiliki ciri-ciri perilaku sebagai berikut: 1) Mudah terganggu oleh keributan. 2) Senang membaca dengan keras dan mendengarakan. 3) Dapat mengulang kembali atau menirukan nada dan birama, dan warna suara. 4) Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar. 5) Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekarjaan yang bersifat visualisasi, seperti memotong bagian-bagian sehingga sesuai satu sama lain. Sriyono (1992: 4) menyatakan bahwa,”Siswa yang bertipe mendengarkan dapat menerima dengan baik setiap informasi dengan mendengarkan”. Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk membantu siswa auditorial dalam belajar yaitu mengusahakan menghindari kebisingan atau suara-suara yang mengganggu, memutarkan musik-musik tenang tanpa lirik, mengajak berdiskusi untuk memahami suatu pelajaran. b.
Visual De Porter, Bobbi dan Hernacki, Mike (1999: 116) mengemukakan ciri-
ciri siswa yang bertipe visual dapat dirangkum bahwa: Orang-orang yang bertipe visual memiliki ciri-ciri perilaku sebagai commit to user berikut:
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Perilaku rapi, teratur,teliti terhadap detail. 2) Lebih mudah dalam mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar. 3) Mengingat dengan asosiasi visual. 4) Lebih suka membacakan daripada dibacakan. 5) Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya. Sriyono (1992: 4) menyatakan bahwa, “Siswa yang memiliki gaya belajar tipe penglihatan dapat menerima informasi dengan baik bila ia melihat langsung”. Beberapa cara yang bisa digunakan untuk membantu siswa visual dalam belajar yaitu menyediakan alat peraga seperti bagan, gambar, flow chart, atau alat-alat eksperimen yang dibuat sendiri, membantunya untuk menuliskan hal-hal yang penting dalam materi yang dipelajari dan memberi kesempatan untuk mengobservasi. c.
Kinestetik De Porter, Bobbi dan Hernacki, Mike (1999: 118-120) mengemukakan
ciri-ciri siswa yang bertipe kinestetik dapat dirangkum bahwa: Orang-orang yang bertipe kinestetik memiliki ciri-ciri perilaku sebagai berikut: 1) Selalu berorientasi pada fisik, banyak gerak. 2) Berbicara dengan perlahan. 3) Belajar melalui manipulasi dan praktek. 4) Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot dengan mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca. 5) Ingin melakukan segala sesuatu. Sriyono (1992: 4) menyatakan bahwa,”Siswa yang bertipe motorik akan menerima informasi dengan baik bila ia melakukan sendiri secara langsung”. Beberapa cara yang bisa digunakan untuk membantu siswa kinestetik dalam belajar yaitu menyediakan alat peraga yang nyata untuk belajar (seperti balokbalok, miniatur, patung peraga), membiarkan dia menyentuh sesuatu yang berhubungan dengan pelajarannya, memberi kesempatan untuk mempraktekkan apa yang dipelajarinya, memberi kesempatan untuk berpindah tempat.
commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.
Tinjauan Materi Tentang Sub pokok Bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV )
a.
Persamaan Linear Dua Variabel Persamaan linear dua variabel adalah suatu persamaan linear yang mempunyai dua variabel berpangkat satu. Bentuk umumnya adalah : ax + by = c Dengan x,y adalah variabel; a,b ≠ 0 dan a,b,dan c bilangan real
b.
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Sistem persamaan linear dua variabel adalah sekelompok berhingga persamaan linear yang mengandung dua variabel. Bentuk umumnya adalah : ax + by = c , dengan a,b,c,p,q, dan r bilangan real; x dan y = variabel px + qy = r
Himpunan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dapat ditentukan dengan 3 cara, yaitu : 1)
Metode Grafik Beberapa kemungkinan yang dapat terjadi apabila menggunakan metode grafik, diantaranya : a)
Jika grafik persamaan berpotongan di satu titik, maka sistem persamaan tersebut mempunyai penyelesaian tunggal.
b)
Jika grafik persamaan saling sejajar, maka sistem persamaan tersebut tidak memiliki penyelesaian.
c)
Jika grafik persamaan saling berhimpit, maka sistem persamaan tersebut memiliki banyak penyelesaian.
2)
Metode Substitusi Substitusi berarti mengganti. Menyelesaikan SPLDV dengan metode substitusi berarti mengganti atau menyamakan salah satu variabel dalam variabel lain pada salah satu persamaan, kemudian mensubstitusikan pada persamaan yang lain. commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3)
Metode Eliminasi Eliminasi berarti menghilangkan. Jadi, metode eliminasi dilakukan dengan menghilangkan salah satu variabel. Pada metode eliminasi, angka dari koefisien variabel yang akan dihilangkan harus sama. Penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi relatif jauh lebih mudah dan efektif apabila dibandingkan dengan metode grafik. Dalam metode grafik, jika ukuran skalanya tidak sama maka titik potong dari dua persamaan garis yang merupakan himpunan penyelesaian belum tentu sama dengan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel yang menggunakan metode eliminasi.
c.
Menyelesaikan Soal Cerita Yang Berkaitan Dengan Sistem Persamaan Linear Untuk menyelesaiakan soal cerita yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel, soal tersebut terlebih dahulu dibuat model matematika
kemudian
baru
diselesaikan
persamaannya
denagan
menggunakan salah satu dari ketiga metode di atas (M. Cholik. A dan Sugijono,2005: 120)
commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Kerangka Berfikir Bertolak dari tinjauan teori di atas dapat dibuat suatu kerangka pemikiran sebagai berikut ; Prestasi belajar matematika adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses belajar matematika sehingga terdapat proses perubahan dalam pemikiran serta tingkah laku. Prestasi belajar matematika di pengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah pendekatan pengajaran dan gaya belajar. Salah belajar merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Indikator keberhasilan siswa dalam belajar dapat dilihat dari prestasi belajarnya. Banyak siswa yang menganggap matematika itu sulit terutama pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV). Dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dan siswa, melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan yaitu kegiatan belajar siswa dan kegiatan mengajar guru. Belajar pada hakikatnya adalah aktivitas yang membuat perubahan tingkah laku yang bersifat permanen dan kontinu serta mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan mengajar adalah suatu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa untuk menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. Guru harus mampu melaksanakan tugasnya dengan mengatur dan menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar. Dengan demikian tujuan pembelajaran akan tercapai dan siswa memperoleh prestasi belajar yang tinggi. Satu cara mencapai prestasi belajar adalah dengan cara menentukan model pembelajaran yang tepat. Dalam proses belajar mengajar, pemilihan dan penggunaan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi atau bahan pelajaran akan membantu siswa dalam menstransfer segala sesuatu yang disampaikan oleh guru. Penggunaan model pembelajaran cukup besar pengaruhnya terhadap keberhasilan guru dalam mengajar. Pemilihan model pembelajaran yang tidak tepat justru dapat menghambat tercapainya tujuan mengajar. Agar model pembelajaran terpilih dengan tepat seorang guru harus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
23 digilib.uns.ac.id
mengetahui pula model pembelajaran yang sesuai dengan materi pada pokok bahasan. Matematika bukanlah pelajaran yang dapat dipelajari dengan menghafal saja. Dalam matematika sangat diperlukan pemahaman dan penguasaan konsep. Selama belajar, jika siswa hanya menghafal prosedur penyelesaian soal, maka tidak ada kebermaknaan dalam belajar matematika. Oleh karena itu diperlukan suatu metode pembelajaran yang dapat mengakomodir kebutuhan siswa akan kebermaknaan matematika dan aplikasinya dalam kehidupan sehari–hari. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika agar bisa menjadi lebih bermakna. Dengan menggunakan model ini pada sub pokok bahasan SPLDV siswa lebih mudah memahami konsep dasar yang berkaitan dengan SPLDV. Dengan mengaitkan SPLDV dengan masalah-masalah dalam kehidupan seharihari maka siswa akan termotivasi untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam permasalahan yang dihadapi. Hal tersebut akan sangat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep dasar dari materi tersebut sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika karena siswa tahu akan makna belajar. Dengan demikian siswa mengetahui arah, tujuan dan kegunaan dari apa yang mereka pelajari sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar. Pada metode ini siswa akan belajar dari konsep sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Selain pemilihan model, guru juga perlu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa dapat belajar dengan optimal. Dengan pengalaman belajar yang menyenangkan, diharapkan siswa mampu memperoleh pemahaman konsep yang melekat. Prestasi belajar siswa belum tentu sama. Perbedaan ini salah satunya dipengaruhi oleh gaya belajar siswa. Gaya belajar matematika adalah cara khas yang bersifat konsisten yang dimiliki oleh setiap siswa dalam menerima atau menangkap informasi matematika. Gaya belajar matematika di kelompokkan menjadi tiga tipe yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Berdasarkan ciri-ciri yang commit to usermerupakan siswa yang aktif dan di miliki ketiga gaya belajar, siswa auditorial
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
biasanya anak yang pandai. Akan tetapi, kebanyakan siswa bertipe visual. Sesuai dengan cirinya, siswa dengan tipe visual memerlukan sesuatu yang nyata, yang dapat dibayangkan dalam memahami pelajaran dan biasanya mempunyai prsetasi yang cukup baik. Siswa dengan tipe kinestetik biasanya mempunyai prestasi yang agak tertinggal dari siswa bertipe visual dan bertipe auditorial. Hal ini dikarenakan siswa kinestetik memerlukan objek yang dapat disentuh. Kedua faktor di atas yakni model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division). dan gaya belajar matematika dapat mempengaruhi prestasi belajar matematika. Siswa yang bertipe auditorial dan visual dengan ciri-ciri suka berdiskusi dan mudah mengingat asosiasi visual akan lebih mudah memahami subpokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel yang disampaikan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division). sehingga dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang bertipe kinestetik. Hal ini mungkin disebabkan karena siswa yang bertipe kinestetik tidak menyukai diskusi dan mempunyai masalah terhadap visualisasi gambar. Jadi metode pembelajaran tidak akan mempengaruhi prestasi belajar matematika untuk siswa yang bertipe kinestetik. Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut
di
atas, maka dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division , dan gaya belajar matematika berperan dalam menentukan prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV ). Dari pemikiran-pemikiran di atas dapat digambarkan kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut:
Metode Mengajar Prestasi Belajar Gaya Belajar commit to user Gambar 1. Paradigma Penelitian
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Hipotesis Berdasarkan kerangka berfikir yang dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) menghasilkan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik jika dibandingkan dengan metode konvensional pada pembelajaran matematika sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV ). 2. Terdapat pengaruh gaya belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV ). 3. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan gaya belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel.
commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 15 Surakarta pada kelas VIII semester I tahun pelajaran 2010/2011. Sedangkan Uji coba tes maupun angket juga dilaksanakan di SMP Negeri 15 Surakarta pada kelas VIII semester I tahun pelajaran 2010 / 2011 2.
Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan yang dibagi menjadi tiga tahap yaitu: a.
b.
Tahap Persiapan 1) Bulan Februari 2010
: pengajuan judul skripsi
2) Bulan Februari 2010
: Pengajuan proposal skripsi
3) Bulan April 2010
: Pengajuan instumen penelitian
Tahap Pelaksanaan Tahap ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 dengan perincian sebagai berikut: 1) Pelaksanaan eksperimen metode pembelajaran dilaksanakan pada bulan Oktober 2010. 2)
Pelaksanaan uji coba instrumen dilaksanakan pada minggu ke I bulan November 2010.
c.
Tahap Pengolahan Data dan Penyusunan Laporan 1) Bulan Desember 2010 : Pengolahan data hasil penelitian 2) Bulan Januari 2011 – selesai : Penyusunan laporan
commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental semu (quasi-experimental research). Hal tersebut berkenaan dengan peneliti tidak mungkin mengontrol semua variabel yang relevan. Seperti yang dikemukakan Budiyono (2003: 82) bahwa “Tujuan eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan”. Pada penelitian ini yang dilakukan adalah membandingkan prestasi belajar dari kelompok yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran tipe STAD dengan kelompok yang diberi pelajaran dengan menggunakan metode konvensional pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV ).
C. Populasi dan Sampel 1.
Populasi
Suharsimi Arikunto (2006: 130) menyatakan bahwa “Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”, sehingga dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa populasi merupakan keseluruhan subyek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu yang hendak diteliti. Dalam penelitian ini, populasi adalah semua siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 sebanyak 7 kelas dengan jumlah 270 siswa . 2.
Sampel
Dalam penelitian, tidak selalu perlu untuk meneliti semua subyek dalam populasi, karena selain membutuhkan biaya yang besar juga memerlukan waktu yang lama. Untuk itu dengan mengambil sebagian subyek suatu populasi atau sering disebut dengan pengambilan sampel diharapkan hasil penelitian yang didapat sudah dapat menggambarkan populasi yang bersangkutan. Sesuai dengan pendapat Suhassimi Arikunto (2006: 131) bahwa, ”Sampel adalah sebagian atau commit to user dari sampel ini akan digunakan wakil populasi yang diteliti”. Hasil penelitian
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk melakukan generalisasi terhadap populasi yang ada. Dari populasi yang ada didapatkan dua kelas sebagai sampel dari kelas VIII yang ada di SMP 15 Surakarta yaitu siswa kelas VIII-A dengan 38 siswa sebagai kelas kontrol dan siswa kelas VIII-B dengan 38 siswa sebagai kelas eksperimen.
3.
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik Pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cluster random sampling. Dalam cluster random sampling, dengan cara memandang populasi sebagai kelompok-kelompok. Dalam hal ini kelas dipandang sebagai satuan kelompok kemudian tiap kelas diberi nomor untuk diacak dengan undian. Undian tersebut dilaksanakan satu tahap dengan dua kali pengambilan. Nomor kelas yang keluar pertama sebagai kelompok kontrol dan nomor kelas yang keluar berikutnya ditetapkan sebagai kelompok eksperimen. Pengambilan sampel secara acak pada populasi dimaksudkan agar setiap kelas pada populasi dapat terwakili.
D. Teknik Pengumpulan Data 1.
Identifikasi Variabel
Pada penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat, yaitu: a.
Variabel Bebas 1) Metode Pembelajaran a). Definisi Operasional Metode Pembelajaran adalah Suatu cara atau teknik yang dipakai guru untuk menyajikan bahan pembelajaran kepada siswa untuk mencaoai tujuan pembelajaran. Di dalam penelitian ini terdiri dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilakukan pada kelas eksperimen (a1) dan model pembelajaran konvensional (a 2) dilakukan pada kelas kontrol. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
b). Simbol : A c). Skala Pengukuran: skala nominal dengan 2 kategori yaitu model pembelajaran tipe STAD dan model pembelajaran konvensional. d). Indikator: Metode pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar pada sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel ( SPLDV ). 2) Gaya belajar matematika a) Definisi operasional Gaya belajar matematika adalah cara khas yang bersifat konsisten yang dimiliki oleh setiap siswa dalam menerima atau menangkap informasi matematika yang datanya diperoleh dari angket gaya belajar matematika. b) Skala Pengukuran: skala interval yang ditransformasikan ke skala nominal yang dibagi menjadi tiga tipe gaya belajar yaitu tipe visual, auditorial, dan kinestetik. Penggolongan gaya belajar matematika siswa didasarkan pada kecenderungan skor siswa pada tipe yang sesuai. Siswa mempunyai skor tertinggi pada tipe tertentu menunjukkan bahwa siswa tergolong tipe tersebut. Apabila terdapat dua tipe yang memiliki skor tertinggi maka siswa tidak tergolong tipe yang manapun. c) Indikator: skor angket gaya belajar matematika. d) Simbol: B 1) Tipe Auditorial ( b1 ) 2) Tipe Visual ( b2 ) 3) Tipe Kinestetik ( b3 ) b.
Variabel terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar matematika siswa. 1) Definisi operasional: prestasi belajar matematika adalah hasil usaha siswa dalam proses belajar matematika yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf yang menyatakan hasil yang sudah dicapai siswa commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam periode tertentu yang datanya diperoleh dari tes prestasi belajar siswa pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel. ( SPLDV ) setelah diberi perlakuan. 2) Skala pengukuran: skala interval. 3) Indikator: nilai tes prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel. . 2.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 x 3 , dengan maksud untuk mengetahui pengaruh dua variabel bebas terhadap variabel terikat. Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Gaya Belajar ( B )
Auditorial
Visual
Kinestetik
Metode Mengajar ( A )
( b1 )
( b2 )
( b3 )
STAD ( a1 )
ab11
ab12
ab13
Metode Konvensional ( a2 )
ab21
ab22
ab23
dengan: a1 : Model pembelajaran STAD. a2 : Metode Konvensional. b1 : Auditorial. b2 : Visual. b3 : Kinestetik. 3. Pelaksanaan penelitian Sebelum diadakan eksperimen, antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diuji keseimbangannya terlebih dahulu berdasarkan nilai ujian tengah semester I kelas VIII mata pelajaran matematika. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelas yang akan diteliti dalam keadaan seimbang atau tidak. Dalam
penelitian
ini
kedua
kelompok
yang
dibandingkan
diasumsikan sama dalam semua segi yang sesuai dan hanya berbeda dalam penggunaan model pembelajaran. akhir eksperimen kedua kelompok commitPada to user
perpustakaan.uns.ac.id
31 digilib.uns.ac.id
diukur dengan soal-soal tes yang sama. Hasil pengukuran tersebut digunakan sebagai data eksperimen, kemudian data yang diperoleh diolah dan hasilnya dibandingkan dengan tabel uji statistiknya.
4. Metode Pengambilan Data dan Penyusunan Instrumen Metode yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini adalah : a.
Metode Dokumentasi Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 231), “…., metode dokumentasi
yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya” Pada penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui daftar nama, dam nomor absen siswa. Selain itu untuk mendapatkan data tentang nilai ujian tengah semester I kelas VIII mata pelajaran matematika yang digunakan untuk uji keseimbangan. b.
Metode Tes Suharsimi Arikunto (2006: 150) menyatakan bahwa, “Tes adalah
serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang diberikan. Selanjutnya dijelaskan bahwa “Tes prestasi yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seorang setelah mempelajari sesuatu”. Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai prestasi belajar siswa pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel ( SPLDV ). Instrumen ini menggunakan tes prestasi belajar. Adapun langkah-langkah membuat tes terdiri dari : 1) Membuat kisi-kisi tes 2) Menyusun butir-butir tes 3) Mengadakan uji coba tes 4) Menguji validitas dan reliabilitas tes 5) Revisi Butir-butir tescommit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sebelum instrumen tes digunakan terlebih dahulu diadakan uji coba tes, yang dimaksudkan untuk mengetahui validitas isi, konsistensi internal dan reabilitas instrumen tes tersebut. Pada penelitian ini uji coba tes dilakukan di SMP 15 Surakarta pada siswa kelas VIII E tahun ajaran 2010/2011 berdasarkan kesamaan karakteristik antara subjek uji coba dan subyek sampel penelitian. Setelah dilaksanakan uji coba, selanjutnya dilakukan analisis item soal yang meliputi validitas isi, konsistensi internal, dan uji reliabilitas. 1) Uji Validitas Isi Budiyono (2003: 59) menyatakan bahwa, “Untuk menilai apakah instrumen mempunyai validitas isi yang tinggi, yang biasanya dilakukan adalah melalui experts judgment (penilaian yang dilakukan oleh para pakar)”. Dalam hal ini para penilai (yang sering di sebut subject-matter experts), menilai apakah kisikisi yang dibuat oleh pengembang tes telah menunjukkan bahwa klasifikasi kisikisi telah mewakili isi (substansi) yang akan diukur. Langkah berikutnya, para penilai menilai apakah masing-masing butir tes yang telah disusun cocok atau relevan dengan klasifikasi kisi-kisi yang ditentukan. Cara ini sering disebut relevance ratings (penilaian berdasarkan relevansi). Dalam penelitian ini bisa dikatakan mempunyai validitas isi, jika validator setuju dengan semua kriteria-kriteria dalam validasi. 2) Uji Konsistensi Internal Sebuah instrumen tentu terdiri dari sejumlah butir-butir instrument. Semua butir harus mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Budiyono (2003: 65) menyatakan bahwa, “Konsistensi internal masing-masing butir dilihat dari korelasi antara skor butir-butir tersebut dengan skor totalnya”. Untuk mengetahui konsistensi internal setiap butir ke-i digunakan rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson sebagai berikut: rxy
n (n
XY (
X2 (
X)(
X) 2 )(n
Y) Y2 (
commit to user
Y) 2 )
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan : rxy : indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n
: banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen)
X
: skor untuk butir ke-I (dari subyek uji coba)
Y
: skor total (dari subyek uji coba)
Soal dikatakan konsisten jika maka soal dikatakan tidak konsisten dan
rxy
harus di drop (dibuang). (Budiyono, 2003: 65) 3) Uji Reliabilitas Menurut Budiyono (2003: 65), “Suatu Instrumen disebut reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang-orang yang berlainan pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan”. Untuk menguji reliabilitas instrumen tes belajar matematika yang berbentuk tes obyektif, perhitungan indeks reliabilitasnya menggunakan rumus Kuder Richardson ( KR-20), yaitu sebagai berikut: r11
n
st
n 1
2
piqi st
2
dengan : r11 : indeks reliabilitas instrumen n
: banyaknya butir instrumen
pi
: proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar pada butir ke-i
qi
: 1- p i , i : 1, 2, …N 2
s t : variansi total (Budiyono, 2003: 69)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
34 digilib.uns.ac.id
Soal dikatakan mempunyai reliabilitas yang baik jika r11 > 0,7. (Budiyono, 2003: 71). Dalam penelitian ini instrument dikatakan mempunyai indeks reliabilas yang baik jika r11 > 0,7. c.
Metode Angket Definisi angket sama dengan definisi kuesioner. Suharsimi Arikunto
(2006 : 151) mendefinisikan “kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal lain yang ia ketahui”. Dalam penelitian ini metode angket digunakan untuk mengumpulkan data mengenai gaya belajar siswa. Jawaban-jawaban angket menunjukkan gaya belajar siswa. Prosedur pemberian skor berdasarkan gaya belajar matematika siswa, yaitu: 1) Untuk instrumen positif a) Jawaban a, skor 4 menunjukkan gaya belajar matematika sangat sesuai pada tipe tertentu. b) Jawaban b, skor 3 menunjukkan gaya belajar matematika sesuai pada tipe tertentu. c) Jawaban c, skor 2 menunjukkan gaya belajar matematika kurang sesuai pada tipe tertentu. d) Jawaban d, skor 1 menunjukkan gaya belajar matematika tidak sesuai pada tipe tertentu. 2) Untuk instrumen negatif a) Jawaban a, skor 1 menunjukkan gaya belajar matematika tidak sesuai pada tipe tertentu. b) Jawaban b, skor 2 menunjukkan gaya belajar matematika kurang sesuai pada tipe tertentu. c) Jawaban c, skor 3 menunjukkan gaya belajar matematika sesuai pada tipe commit to user tertentu..
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d) Jawaban d, skor 4 menunjukkan aktivitas gaya belajar matematika sangat sesuai pada tipe tertentu. E. Teknik Analisis Data 1.
Uji Keseimbangan
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini memiliki kemampuan awal yang sama. Untuk menguji keseimbangan kedua sampel dipakai uji t. Data yang digunakan untuk uji keseimbangan diambil dari dokumentasi nilai Ujian Mid Semester kelas VIII semester 1 tahun pelajaran 2010/2011 untuk mata pelajaran matematika kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum dilakukan uji keseimbangan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas terhadap kemampuan awal masing-masing sampel. Langkah-langkahnya sebagai berikut : a. Hipotesis H0 :
1=
H1 :
1
2 (kedua
kelompok sampel berasal dari populasi seimbang)
2 (kedua
kelompok sampel berasal dari populasi tidak
seimbang) b. Taraf signifikan (
) = 0,05
c. Statistik uji yang digunakan :
t
(X1 1 n1
sp
X2) 1 n2
~ t (n1
n2
2)
(n1 1)s12 (n2 1)s2 2 n1 n2 2
sp2 dengan: t
: harga statistik yang diuji t ~ t (n1
X1
: rata-rata nilai UAS kelas VIII semester 1 kelas eksperimen
X2
: rata-rata nilai UAS kelas VIII semester 1 kelas kontrol
s1 2
: variansi dari kelas eksperimen
s2
2
n1
: variansi dari kelas kontrol commit to user : cacah anggota kelas eksperimen
n2
2)
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
n2
: cacah anggota kelas kontrol
s2 p
: variansi gabungan
sp
: deviasi baku gabungan
d. Daerah kritik DK = {t t
t
2
atau t > t
2
}
e. Keputusan uji H0 ditolak jika t
DK
f. Kesimpulan Jika H0 tidak ditolak maka kedua kelompok berasal dari populasi yang seimbang. (Budiyono, 2004: 151)
2. a.
Uji Prasyarat
Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini dari
populasi distribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan metode Lilliefors dengan prosedur : 1). Hipotesis Ho
: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1
: sampel tidak berasal dari populasi yang bertdistribusi normal
2). Statistik Uji L = max F Zi
S Zi
dengan : F Zi
: P Z Zi , Z ~ N(0,1)
Zi
: skor standar Zi
s
Xi
: variansi
X s
commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
S Zi
: proporsi cacah Z
Xi
: skor responden
3). Taraf Siginifikansi (
Z i terhadap seluruh cacah Z i
) = 0,05
4). Daerah Kritik (DK) DK = { L L > Lα:n } dengan n adalah ukuran sampel. 5). Keputusan Uji Ho ditolak Jika Lhitung
DK.
6). Kesimpulan a) Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika Ho diterima. b) Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0 ditolak. (Budiyono, 2004: 170-171) b.
Uji Homogenitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian
mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini digunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat dengan prosedur sebagai berikut: 1). Hipotesis Ho :
2 1
=
2 2
=… =
2 k
dengan k = 2 pada metode mengajar, k = 3 pada gaya belajar 2 i
H1 : Paling tidak ada satu
2 j
dengan i ≠ j
2). Statistik Uji yang digunakan :
χ2
2,203 f.log RKG C
k
f j logS 2j j 1
dengan: 2 χ 2 ~ χ (k 1)
k
: banyaknya populasi.
f
: derajat kebebasan untuk RKG : N – k
N
: banyaknya data amatancommit (ukuran)to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
fj
: nj – 1 = derajat kebebasan untuk S 2j ; j = 1,2, …, k
nj
: banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j c 1
1 3(k - 1)
1 1 fj f
SSi : SS j fj
RKG
3). Taraf Signifikansi (
Xj
2
Xj
2
nj
SS j
; S 2j
fj
) = 0,05
4). Daerah Kritik (DK) DK = { χ 2
χ 2 > χ 2 α : k-1}
5). Keputusan Uji Ho ditolak Jika χ 2 hitung
DK
6). Kesimpulan a) Populasi-populasi homogen jika H0 diterima. b) Populasi-populasi tidak homogen jika H0 ditolak (Budiyono, 2004: 176-177) 3.
Pengujian Hipotesis
Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama digunakan untuk menguji signifikasi perbedan efek dua faktor A dan B serta interaksi AB terhadap variable terikat. Model dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah sebagai berikut :
X ij k
μ
αi
β j + ( αβ )ij +
ijk
dengan : Xijk
: data (nilai) ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j : rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean)
i
: efek baris ke-i pada variabel terikat
j
: efek kolom ke-j pada variabel terikat
(
)ij : kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat ijk
: error yang berdistribusi Ncommit (0, 2)to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
i
: 1, 2, …, p ; p : cacah baris (A)
j
: 1, 2, …, q ; q : cacah kolom (B)
k
: 1, 2, …, nij ; nij : cacah data amatan pada setiap sel ij (Budiyono, 2004: 207)
Prosedur dalam pengujian dengan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, yaitu : a.
Hipotesis 1) H0A :
i
= 0 untuk setiap i = 1, 2, … p (tidak ada pengaruh metode
pembelajaran terhadap prestasi belajar matamatika) H1A : paling sedikit ada satu
i
yang tidak nol (ada perbedaan efek
antar baris terhadap variabel terikat) 2) H0B :
j
= 0 untuk setiap j = 1, 2, … q (tidak ada perbedaan efek antar
kolom terhadap variabel terikat) H1B : paling sedikit ada satu
j
yang tidak nol (ada perbedaan efek antar
kolom terhadap variabel terikat) 3) H0AB : (
)ij = 0 untuk setiap i = 1, 2, … p dan j = 1, 2, … q (tidak ada
interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat) H1AB : paling sedikit ada satu (
)ij yang tidak nol (ada interaksi baris
dan kolom terhadap variabel terikat). (Budiyono, 2004: 211) b.
Komputasi 1). Notasi dan Tata Letak Data
Tabel 3.2
Data Amatan, Rataan, dan Jumlah Kuadrat Deviasi B
b1
A a1
n11 X11k commit to user
b2 n12 X12k
b3 n13 X13k
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
X 11
X 12 2 X 12 k
2 X 11 k
C12
C13
SS11
SS12
SS13
n21
n221
n1231
X 21
X22k X 22
X 221k
Tabel 3.3
2 X 13 k
C11
X21k a2
X 13
X 222 k
X23k X 23 X 223k
C21
C22
C23
SS21
SS22
SS23
Rataan dan Jumlah Rataan B
b1
b2
b3
Total
a1
AB11
AB12
AB13
A1
a2
AB 21
AB 22
AB 23
A2
Total
B1
B2
B3
G
A
Sel abij memuat: Xij1; Xij2; …;Xijn
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan notasinotasi sebagai berikut : nij : ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j) : cacah data amatan pada sel ij : frekuensi sel ij
n h : rataan harmonik frekuensi seluruh sel nh
N
pq 1 i, j n ij
: cacah seluruh data amatan commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
N
n ij i, j
SSij : jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij 2
X ijk X
SSij =
2 ijk
k
k
nij
X ijk ABij :rataan pada sel ij =
k
n ij
AB ij
Ai : Jumlah rataan pada baris ke-i = j
Bi : Jumlah rataan pada kolom ke-j =
AB ij i
G
AB ij =
: Jumlah rataan semua sel =
Ai
i, j
i
Bj j
Rerata Harmonik frekuensi seluruh sel
nh
pq 1 i, j n ij
Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran (1), (2), (3), (4) dan (5) sebagai berikut :
(1)
G2 pq
(2)
(4) j
SSij
i
p ABij2
(5) i, j
i, j
(3)
B 2j
Ai2 q
2). Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terdapat lima jumlah kuadrat, yaitu : JKA
= n h { (3) – (1) } commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
JKB
= n h { (4) – (1) }
JKAB = n h { (1) + (5) - (3) – (4)} JKG
= (2)
JKT
= JKA + JKB + JKAB + JKG
dengan : JKA
= jumlah kuadrat baris
JKB
= jumlah kuadrat kolom
JKAB = jumlah kuadrat interaksi antara baris dan JKG
= jumlah kuadrat galat
JKT
= jumlah kuadrat total
3). Derajat kebebasan (dk) untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut adalah : dkA
= p–1
dkB
= q–1
dkAB = (p – 1) (q – 1) dkT
= N–1
dkG
= N – pq
4). Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-masing diperoleh rataan kuadrat berikut RKA
JKA dkA
RKB
JKB dkB
RKAB RKG
c.
JKAB dkAB JKG dkG
Statistik Uji -
Untuk H0A adalah
RKA Fa RKG commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
-
Untuk H0B adalah
Fb
RKB RKG
-
Untuk H0AB adalah
Fab
RKAB RKG
d.
Taraf Signifikansi ( ) = 0,05
e.
Daerah Kritik 1). Daerah kritik untuk Fa adalah DK { Fa Fa > F α, p
1, N pq
2). Daerah kritik untuk Fb adalah DK { Fb Fb > F α:q
1, N pq
3). Daerah kritik untuk Fab adalah DK { Fab Fab > F α:(p f.
} }
1)(q 1),N pq
}
Keputusan Uji Ho ditolak jika Fhit
Tabel 3.4
DK
Rangkuman Analisis
Sumber
jk
dk
Rk
Fhit
A(baris)
JkA
dkA
RkA
Fa
F α, p
B(kolom)
JkB
dkB
RkB
Fb
F α:q
AB
JkAB
dkAB RkAB Fab
F α:(p
Galat
JkG
dkG
RkG
-
-
Total
JkT
dkT
-
-
-
F 1, N pq
1, N pq
1)(q 1),N pq
(Budiyono, 2004: 212-213) 4.
Uji Komparasi Ganda
Komparasi ganda adalah tindak lanjut dari analisis variansi apabila hasil analisis variansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Untuk uji lanjutan setelah analisis variansi digunakan metode Scheffe. Statistik Uji a.
Komparasi rataan tiap baris Karena dalam penelitian ini hanya terdapat 2 variabel maka jika H 0 A ditolak tidak perlu dilakukan komparasi pasca anava antar baris. Untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang lebih baik cukup dengan commit to user membandingkan besarnya rerata marginal dari masing-masing model
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran. Jika rataan marginal untuk model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih besar dari rataan marginal untuk model pembelajaran konvensional berarti model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikatakan lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional atau sebaliknya. b.
Komparasi rataan antar kolom F.i
X.i .j
RKG
X.j 1 n .i
2
1 n .j
F.i-.j = nilai Fobs pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j
X .i
= rerata pada kolom ke-i
X .j
= rerata pada kolom ke-j
RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi n.i
= ukuran sampel kolom ke-i
n.j
= ukuran sampel kolom ke-j
dengan daerah kritik DK = {F | F > (q-1)F α:q c.
1, N pq
}
Komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama Fij-kj =
(X ij RKG
X kj ) 2 1 n ij
1 n kj
Fij-kj = nilai Fobspada pembandingan rataan pada sel ij dan rataan pada sel kj X ij
= rerata pada sel ij
X kj
= rerata pada sel kj
RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi nij
= ukuran sel ij
nkj
= ukuran sel kj
dengan daerah kritik Dk = {Fij
Fij.kj > (pq-1)F α:pq
commit to user
1, N pq
}
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d.
Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama Fij-ik =
(X ij X ik ) 2 RKG
1 n ij
1 n ik
Fij-ik = nilai Fhit pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j X ij
= rerata pada sel ij
X ik = rerata pada sel kj
RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi nij
= ukuran sel ij
nkj
= ukuran sel kj
dengan daerah kritik Dk = {Fij
Fij.ik > (p-1)F α:p
commit to user
1, N pq
}
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Data dalam penelitian ini meliputi data skor uji coba dan skor pada sampel penelitian yang masing-masing terdiri dari 1) Data skor tes prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel 2) Data nilai angket gaya belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan tersebut. Setelah kedua data tersebut diperoleh selanjutnya data tersebut diuji. Berikut ini uraian tentang data yang diperoleh.
1. Data Hasil Uji Coba Instrumen Instrumen yang diujicobakan dalam penelitian ini berupa angket gaya belajar matematika siswa dan tes prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel. a. Hasil Uji Coba Angket Gaya Belajar Matematika Siswa. 1) Validitas isi angket uji coba Uji Validitas isi dilakukan oleh dua orang validator yaitu guru SMP N 15 Surakarta. Berdasarkan uji validitas isi yang dilakukan validator dari 40 butir angket gaya belajar matematika semuanya dinyatakan
valid secara validitas isi karena memenuhi kriteria yang
diberikan setelah dilakukan beberapa revisi. (Hasil validasi dapat dilihat pada Lampiran 12). 2) Konsistensi internal angket uji coba Angket uji coba yang diujicobakan terdiri dari 40 butir soal obyektif. Dari hasil uji konsistensi internal menggunakan rumus korelasi produk moment diperoleh semua soal ( 34 butir soal soal) yang konsisten dengan rhit dari 34 soal tersebut lebih dari 0,3. (Perhitungan selengkapnya commit dapat dillihat pada lampiran 13). to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Reliabilitas angket Dari hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha, diperoleh hasil perhitungan r 11 = 0,892410244. Karena r 11 > 0,7 maka instrumen angket gaya belajar matematika tersebut dikatakan baik dan dapat digunakan dalam kaitannya dengan indeks reliabilitas. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14). b. Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar 1) Validitas isi soal uji coba tes prestasi belajar. Tes prestasi belajar matematika pada pokok bahasan sistem persamaan liner dua variabel terdiri dari 30 butir soal. Melalui dua orang validator yaitu dua guru SMP N 15 surakarta diperoleh 30 soal dinyatakan valid secara validitas isi karena memenuhi kriteria yang diberikan setelah dilakukan beberapa revisi. (Hasil validasi dapat dilihat pada Lampiran 12 ) 2) Konsistensi internal soal uji coba Tes prestasi belajar yang diujicobakan terdiri dari 30 butir soal tes obyektif. Dari hasil uji konsistensi internal menggunakan rumus korelasi produk moment diperoleh semua soal ( 24 butir soal tes) yang konsisten dengan rhit dari 24 soal tersebut lebih dari 0,3. (Perhitungan selengkapnya dapat dillihat pada lampiran 13). 3) Reliabilitas soal uji coba Dengan
r11
menggunakan
rumus
KR-20,
diperoleh
0,801817403 . Karena r 11 > 0,7 maka instrumen tes prestasi belajar
matematika tersebut dikatakan baik dan dapat digunakan dalam kaitannya dengan indeks reliabilitas. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14 ).
commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Data Skor Prestasi Belajar Matematika Dari data prestasi belajar matematika siswa kemudian ditentukan ukuran tendensi sentralnya yang meliputi rataaan ( X ), median (Me), Modus (Mo) dan ukuran dispersi meliputi jangkauan (J) serta simpangan baku yang dapat dirangkum dalam tabel berikut ini. Tabel 4.1 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan linier Dua Variabel ( SPLDV ) Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Ukuran Tendensi
Ukuran Dispersi
Sentral
Kelompok X
Mo
Eksperimen
70,95
84
71
46
Kontrol
64,37
50
65
42
Keterangan :
Me
Skor Min Skor Maks
J
S
96
50
14,32
100
58
14,96
X : rataan
J
: jangkauan
Mo : modus
s
: standar deviasi
Me : median
3. Data Skor Gaya Belajar Matematika Siswa Gaya belajar matematika siswa diukur menggunakan angket gaya belajar matematika. Data hasil penelitian dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu gaya belajar matematika tipe visual, gaya belajar matematika tipe auditorial, dan gaya belajar matematika tipe kinestetik. Penentuan kategori didasarkan pada perolehan skor siswa pada tipe gaya belajar matematika yang sesuai, yaitu: 1.) Siswa mempunyai skor tertinggi pada tipe tertentu menunjukkan bahwa siswa tergolong tipe tersebut. 2.) Apabila terdapat dua tipe yang hasil skor tertinggi sama, maka siswa tidak tergolong tipe yang mana pun. 3.) Jika ketiga tipe memiliki skor yang sama, maka siswa tidak tergolong tipe yang mana pun commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan data yang terkumpul, pada kelompok eksperimen terdapat 27 siswa tipe visual, 8 siswa tipe auditorial, 3 siswa tipe kinestetik. Sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 28 siswa tipe visual, 4 siswa tipe auditorial, 6 siswa tipe kinestetik. Data gaya belajar matematika siswa tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2. Kategori Gaya Belajar Matematika Siswa Visual
Auditorial
Kinestetik
Kelas Eksperimen
27
8
3
Kelas Kontrol
28
4
6
Tabel 4.2 Data Gaya Belajar Matematika Siswa (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran ).
B. Pengujian Persyaratan Analisis 1. Pengujian Persyaratan Eksperimen Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah sampel mempunyai kemampuan awal sama atau tidak. Sebelum diuji keseimbangan, masing-masing sampel terlebih dahulu diuji apakah berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4. 3 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas Sampel
Lhit
Ltab
Keputusan Uji
1. Kelompok Eksperimen
0,1376
0,1437
H0 tidak ditolak
2. Kelompok Kontrol
0,1366
0,1437
H0 tidak ditolak
Dari tabel tampak bahwa harga Lhit untuk masing-masing sampel tidak melebihi harga Ltab, sehingga H0 tidak ditolak yang berarti masing-masing sampel tersebut berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 21 dan lampiran 22). commit to user
(Perhitungan
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil uji keseimbangan dengan menggunakan uji-t diperoleh tobs = 0,9488. Karena tobs = 0,9488
DK = {t | t < – 1,960 atau t > 1,960 maka H0 tidak
ditolak. Hal ini berarti kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari dua populasi yang memiliki kemampuan awal sama. Akibatnya dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan awal kedua kelompok tersebut dalam keadaan seimbang. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23).
2. Persyaratan Analisis a. Uji Normalitas Untuk melakukan uji normalitas masing-masing sampel digunakan pendekatan Lilliefors. Dengan menggunakan pendekatan Lilliefors diperoleh harga statistik uji untuk taraf signifikan 0,05 pada masing-masing sampel sebagai berikut: Tabel 4. 4 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas Sumber
Lmaks
Ltab
Keputusan Uji
1. Kelompok Eksperimen
0,1021
0,1437
H0 tidak ditolak
2. Kelompok Kontrol
0,1385
0,1437
H0 tidak ditolak
3. Gaya Belajar Visual
0,1029
0,1195
H0 tidak ditolak
4. Gaya Belajar Auditorial
0,1628
0,242
H0 tidak ditolak
5. Gaya Belajar Kinestetik
0,1414
0,271
H0 tidak ditolak
Dari tabel tampak bahwa harga L = Maksimal {| F (Zi) - S (Zi) |} pada kelompok eksperimen, kelompok kontrol, gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, gaya belajar kinestetik tidak melebihi harga Ltab, sehingga H0 tidak ditolak. Hal ini berarti masing-masing sampel tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal. ( Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 25, 26, 27, 28, dan 29).
commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Uji Homogenitas Untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang homogen atau tidak, maka dilakukan uji homogenitas. Dalam penelitian ini digunakan metode Bartlett untuk uji homogenitas yang hasilnya disajikan pada tabel 4.5 sebagai berikut: Tabel 4. 5 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Homogenitas 2 obs
Sumber
2 tabel
Keputusan Uji
Metode Pembelajaran
0,0385
3,841
H0 tidak ditolak
Gaya Belajar Siswa
1,3688
5,991
H0 tidak ditolak
Nilai statistik uji dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah 2 0, 05;1
2 obs
2 tabel
= 0,0385 sedangkan
= 3,841. Karena
2 obs
= 0,0385 <
untuk tingkat signifikansi 0,05 adalah 2 0, 05;1
= 3,841 maka H0 tidak ditolak.
Hal ini berarti kedua kelompok tersebut homogen. Nilai statistik uji dari kelompok siswa dengan gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik adalah signifikansi 0,05 adalah
2 0, 05; 2
2 obs
= 1,3688 sedangkan
= 5,991. Karena
2 obs
2 tabel
untuk tingkat
= 1,3688 <
2 0, 05; 2
= 5,991
maka H0 tidak ditolak. Hal ini berarti kedua kelompok tersebut homogen. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 30 dan 31).
commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Pengujian Hipotesis
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama disajikan pada tabel berikut : Tabel 4.6 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Metode (A) Gaya belajar (B) Interaksi (AB) Galat Total
JK 513.2957
dK 1
RK 513.2957
Fobs 2.3365
Fa 3.9928
Keputusan Ho Tidak ditolak
274.4546
2
137.2273
0.6246
3.143
Ho Tidak ditolak
160.8465
2
80.4233
0.3661
3.143
Ho tidak ditolak
15378.1554 16326.7522
70 75
219.6879 -
-
-
-
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari tabel 4.6 dapat diperoleh informasi sebagai berikut : 1. Pada efek utama baris (A), H0A tidak ditolak. Hal ini berarti tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode konvensional pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel.
2. Pada efek utama kolom (B), H0B tidak ditolak. Hal ini berarti tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel. Dengan kata lain tidak terdapat pengaruh gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa.
commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Pada efek utama interaksi (AB), H0AB tidak ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat interaksi antara metode mengajar dan gaya belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar siswa pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 32 D. Pembahasan Hasil Analisis Data 1. Hipotesis Pertama Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh Fa
2.3365
3.9928
Ftabel , sehingga H0A tidak ditolak. Hal ini berarti
tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode konvensional pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel. Hasil perhitungan rerata skor prestasi belajar matematika siswa disajikan pada tabel 4.7 berikut : Tabel Rataan antar sel Gaya Belajar Metode Pembelajaran
Gaya Belajar Auditorial
Gaya Belajar Visual
Gaya Belajar Kinestetik
Rataan Marginal
Metode Konvensional (Ekspositori)
56.2500
65.8929
62.6667
64.3684
Metode Kooperatif tipe STAD Rataan Marginal
69.1250 64.8333
72.0741 68.9273
65.6667 63.6667
70.9474
Dari rataan marginalnya memang menunjukkan bahwa rata-rata marginal kelas dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada rata-rata marginal kelas dengan metode konvensional tetapi perbedaan rataan skor prestasi belajar tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar. Jadi commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak lebih baik daripada metode pembelajaran konvensional pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel. Hipotesis pertama yang tidak didukung oleh data tersebut mungkin disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya yaitu: 1) Siswa belum bisa menyesuaikan diri dengan adanya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran karena masih terbiasa dengan pembelajaran menggunakan metode konvensional, 2) Kurangnya alokasi waktu untuk pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD karena perlu mengkondisikan siswa ke dalam kelompok-kelompok dan dalam membimbing siswa dalam berdiskusi kelompok masih perlu bimbingan lebih, 3) Siswa kurang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas-tugas dan kuis yang diberikan guru, 4) Saat diskusi kelompok berlangsung seringkali terdapat siswa yang hanya mencontoh jawaban temannya yang pandai tanpa mau memahami konsepnya. Selain faktor-faktor di atas mungkin masih ada faktor lain di luar kegiatan belajar-mengajar yang tidak terkontrol oleh peneliti.
2. Hipotesis Kedua Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh
Fobs
0,6246
3,143
F0, 05:2:70 , sehingga
Fobs
bukan merupakan
anggota dari daerah kritik. Akibatnya H0B tidak ditolak yang berarti tidak ada pengaruh kategori gaya belajar matematika siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel, dengan kata lain semua kategori gaya belajar matematika siswa memberikan pengaruh yang sama terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel. Hipotesis kedua yang tidak didukung oleh data tersebut mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : a
faktor dari dalam diri siswa sendiri, yaitu pada saat pengisian angket. commit to user Dimungkinkan pada waktu pengisian angket siswa kurang memperhatikan apa
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang ditanyakan sehingga jawaban siswa yang dituliskan kemungkinan juga berbeda dengan kondisi yang sebenarnya terjadi pada diri masing-masing individu siswa. Hal ini mengakibatkan nilai angket pada siswa tersebut kurang menggambarkan kategori gaya belajarnya. b
faktor lain yang ikut mempengaruhinya adalah faktor diluar variabel penelitian misalnya faktor tingkat intelegensi, masalah ekonomi, masalah pribadi pada diri siswa yang mempengaruhi dalam kemampuan untuk menyerap materi yang disajikan.
3. Hipotesis Ketiga Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh Fab = 0,3661 < 3,143= F0,05;2;70, sehingga Fobs bukan merupakan anggota dari daerah kritik. Akibatnya H0AB tidak ditolak yang berarti tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel. Penggunaan model kooperatif tipe STAD menghasilkan prestasi yang sama dengan penggunaan metode konvensional (ekspositori) baik untuk siswa dengan gaya belajar visual, auditorial, maupun kinestetik pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel. Tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan gaya belajar matematika mungkin dikarenakan oleh siswa kurang bersungguhsungguh
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, maupun kurang jujur
dalam mengisi angket gaya belajar matematika.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Secara umum, tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode konvensional pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel ( SPLDV ). Dari rataan marginalnya memang menunjukkan bahwa rata-rata marginal kelas dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada rata-rata marginal kelas dengan metode konvensional tetapi perbedaan rataan skor prestasi belajar tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak lebih baik daripada metode pembelajaran konvensional pada sub pokok
bahasan sistem persamaan
linier dua variabel (SPLDV ). Tidak dipenuhinya hipotesis pertama mungkin disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya yaitu: 1) Siswa belum bisa menyesuaikan diri dengan adanya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran yang sebelumnya masih terbiasa dengan pembelajaran menggunakan metode konvensional. 2) Kurangnya
alokasi
waktu
untuk
pembelajaran
dengan
model
pembelajaran kooperatif tipe STAD karena perlu mengkondisikan siswa ke dalam kelompok-kelompok dan dalam membimbing siswa dalam berdiskusi kelompok masih perlu bimbingan lebih. 3) Peneliti kurang mampu membimbing semua kelompok saat kegiatan diskusi berlangsung. commit to user
56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
4) Siswa kurang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas-tugas dan kuis yang diberikan guru. 5) Saat diskusi kelompok berlangsung seringkali terdapat siswa yang hanya mencontoh jawaban temannya yang pandai tanpa mau memahami konsepnya. Selain faktor-faktor di atas mungkin masih ada faktor lain di luar kegiatan belajar-mengajar yang tidak terkontrol oleh peneliti. b. Tidak ada pengaruh kategori gaya belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV), dengan kata lain semua kategori gaya belajar matematika siswa memberikan pengaruh yang sama terhadap prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV). Hipotesis kedua yang tidak didukung oleh data tersebut mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : 1)
Faktor dari dalam diri siswa sendiri, yaitu pada saat pengisian angket. Dimungkinkan
pada
waktu
pengisian
angket
siswa
kurang
memperhatikan apa yang ditanyakan sehingga jawaban siswa yang dituliskan kemungkinan juga berbeda dengan kondisi yang sebenarnya terjadi pada diri masing-masing individu siswa. Hal ini mengakibatkan nilai angket pada siswa tersebut kurang menggambarkan kategori gaya belajarnya. 2)
Faktor lain yang ikut mempengaruhinya adalah faktor diluar variabel penelitian misalnya faktor tingkat intelegensi, masalah ekonomi, masalah pribadi pada diri siswa yang mempengaruhi dalam kemampuan untuk menyerap materi yang disajikan.
c. Tidak terdapat interaksi yang signifikan antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV). Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun siswa yang mengikuti pembelajaran dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
metode pembelajaran konvensional mempunyai prestasi yang tidak berbeda untuk tiap kategori gaya belajar visual, audiotorial, kinestetik.
B. Implikasi Berdasar atas kajian teori serta mengacu pada hasil penelitian ini, maka penulis akan menyampaikan implikasi yang berguna baik secara teoritis maupun secara praktis dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika. 1. Implikasi Teoritis Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menghasilkan prestasi belajar yang
tidak lebih baik dengan pembelajaran matematika
menggunakan metode pembelajaran konvensional. Hal ini mungkin disebabkan oleh banyak faktor baik dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa di luar kegiatan
belajar-mengajar.
Meskipun
pembelajaran
matematika
dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menghasilkan prestasi belajar yang tidak lebih baik dengan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional namun ada beberapa kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun kelebihan tersebut antara lain: guru dapat mengetahui perkembangan nilai siswa baik secara individu maupun kelompok dan dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdapat penghargaan kelompok dimana hal tersebut dapat membantu membangkitkan motivasi siswa dalam belajar dan bersaing secara sehat. Selain itu dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa dapat belajar untuk bekerjasama untuk kepentingan bersama. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh kategori gaya belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel, dengan kata lain semua kategori gaya belajar matematika siswa memberikan pengaruh yang sama terhadap prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel. Namun demikian dengan guru memperhatikan gaya belajar siswa diharapkan guru dapat memberikan to user gaya belajar visual, auditorial, perlakuan yang tepat untuk siswa commit yang mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
maupun kinestetik sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. . 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru maupun calon guru dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan prestasi belajar siswa. Dengan memperhatikan faktor- faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar, guru dapat memilih metode pembelajaran yang tepat, efektif dan efisien serta memperhatikan gaya belajar siswa, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV ). Misalkan untuk menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV ). .
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas maka ada beberapa saran yang ditujukan pada guru, calon guru dan peneliti lain sebagai berikut: a. Kepada kepala sekolah hendaknya menghimbau kepada guru agar guru mau menerapkan dan menggunakan metode-metode pembelajaran yang dapat membangkitkan keaktifan siswa dalam belajar. Selain itu seorang kepala sekolah juga harus menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung kelancaran proses belajar mengajar. b. Kepada guru dan calon guru bidang studi matematika khususnya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) hendaknya menggunakan metode yang tepat dalam menyampaikan materi pelajaran matematika. c. Kepada peneliti lain, mungkin dapat melakukan penelitian dengan peninjauan lain misalnya kemampuan awal, minat belajar, kreativitas belajar, aktivitas belajar, kedisiplinan, tingkat intelegensi dan lain-lain agar lebih dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Selain itu commit to metode user peneliti lain dapat meneliti pengaruh pembelajaran kooperatif tipe
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
STAD pada sub pokok bahasan lain selain sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel ( SPLDV ). d. Kepada siswa hendaknya meningkatkan intensitas dan keaktifan belajar matematika baik di sekolah maupun di luar sekolah, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematikanya.
commit to user