PROFESI, Volume 12/September 2014 - Pebruari 2015 PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIK PEMASANGAN INFUS UNTUK MEMENUHI KOMPETENSI KETRAMPILAN INTI KEPERAWATAN VIDEO LEARNING DEVELOPMENT IN SKILLS ENHANCEMENT TECHNIQUES TO MEET THE INSTALLATION OF INFUSION COMPETENCE CORE NURSING SKILLS Atik Aryani, Antia, Astri Charolina Fakultas Ilmu Kesehatan, Univerisitas Sahid Surakarta
[email protected]
ABSTRACT Infuse therapy is an integral part of a nurse‟s professional practice. Technique of infuse administration is included in learning of clinical nursing skill. There are several learning methods used in clinical learning, such as, a video of learning. One of advantages of video-assisted learning is the video can show real skill and activity, reduces cost expended in presentation and the use can be repeated. The purposes of the research are to make and develop an effective and efficient learning video in attempt of improving skill of infuse administration of nursing students, to obtain a picture about acceptance and satisfaction of nursing students on materials of the learning video, to know and to test if there is a difference between students who are using the learning video and those who are not, as media of learning.The approach used in developing of the learning media was a quantitative experimental method with factorial 2 x 2 design. After an analysis with two-ways ANOVA, F test was used to examine each factor. Results: There was an effect of using the learning video on skill of infuse administration among the students, there is a different technical skill of infuse administration between students who had used the learning video and those who had not as a media of learning. It could be seen from Fcalculation=5.044 and value = 0.030<0.05. Conclusion: Students with video as a learning media in learning of infuse administration technique had better skill of infuse administration technique than those who had not used it. Keywords: Learning video, infuse, nurse ABSTRAK Terapi infus merupakan bagian integral dari praktek professional seorang perawat. Teknik pemasangan infus masuk dalam pembelajaran ketrampilan klinik keperawatan. Ada beberapa macam metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ketrampilan klinik, salah satunya adalah video. Keuntungan pembelajaran dengan video dapat menunjukkan ketrampilan dan aktifitas secara nyata, mengurangi pembiayaan dalam presentasi serta penggunaan yang dapat diulang. Tujuan penelitian ini adalah menyusun dan mengembangkan video pembelajaran yang efektif dan tepat guna dalam peningkatan ketrampilan pemasangan infus yang dimiliki oleh mahasiswa, mendapatkan gambaran penerimaan dan kepuasan mahasiswa terhadap materi video pembelajaran, mengetahui pengaruh penggunaan video pembelajaran terhadap ketrampilan mahasiswa dalam pemasangan infus, mengetahui dan menguji apakah terdapat perbedaan ketrampilan mahasiswa antara mahasiswa yang menggunakan video pembelajaran dengan mahasiswa yang tidak menggunakan video pembelajaran sebagai media pembelajaran. Pendekatan yang digunakan dalam pengembangan media pembelajaran ini yaitu kuantitatif metode eksperimen dengan rancangan faktorial 2X2. Setelah dilakukan analisis ANOVA dua arah dilanjutkan uji F terhadap masing-masing faktor. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh penggunaan video pembelajaran terhadap kemampuan teknik pemasangan infus yang dimiliki mahasiswa, ada perbedaan kemampuan teknik pemasangan infus antara mahasiswa yang menggunakan video
32
PROFESI, Volume 12/September 2014 - Pebruari 2015 pembelajaran dengan mahasiswa yang tidak menggunakan video pembelajaran sebagai media pembelajaran dengan Fhitung = 5,044 dengan nilai = 0,030 < 0,05. Simpulan penelitian adalah mahasiswa dengan pembelajaran menggunakan media video pemasangan infus mempunyai kemampuan teknik pemasangan infus lebih baik dibandingkan mahasiswa yang tidak mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan video pemasangan infus. Kata kunci: Video pembelajaran, infus, tenaga perawat.
mengamati, melakukan, mendemostrasikan, memerankan, dan lain-lain
PENDAHULUAN Terapi infus merupakan bagian integral dari praktek professional seorang perawat. Ada satu hal yang perlu diingat bahwa terapi infus bukanlah terapi yang tanpa resiko sehingga tergantung dari komitmen profesional individu seorang perawat terhadap ketrampilan yang dimiliki (Gabriel et al, 2005). Teknik pemasangan infus masuk dalam pembelajaran ketrampilan klinik keperawatan. Ada beberapa macam metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ketrampilan klinik, salah satunya adalah video (Hampton, 2002). Pembelajaran melalui video berdasarkan materi lebih tinggi dari pembelajaran tradisional (tatap muka kelas). Akan tetapi, belum ada studi yang empirik terhadap pengembangan video pembelajaran dalam peningkatan kemampuan teknik pemasangan infus untuk memenuhi kompetensi ketrampilan inti keperawatan dan pada bagian ini dibutuhkan pengkajian mendalam (Donkor, 2010). Menurut (Hamalik, 2002), penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Menurut (Sudjana dan Rifai, 2002) manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu: 1. Pembelajaran akan lebih menarik siswa sehingga akan menimbulkan motivasi untuk belajar 2. Bahan pelajaran akan lebih dapat dipahami siswa dan memungkinkan untuk menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran. 3. Metode mengajar akan lebih variatif tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penjelasan guru. 4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi juga aktivitas lain seperti
Video sebagai media komunikasi yang memadukan unsur suara/bunyi dan gambar dengan segala teknik penyiapan yang didasarkan pada derajad kegunaannya (useware), sangat ditentukan oleh penyiapan penggarapan perangkat lunak (software) yaitu materi/pesan dan perangkat keras (hardware) berupa peralatan produksi. Para guru dapat melakukan penyesuaian dan meningkatkan daya kreativitas dalam proses penyampaian isi-isi pengajaran supaya menjadi lebih berkesan dan mudah seiring dengan citarasa dan karakteristik pelajar. Video bersifat interaktif tutorial membimbing peserta didik untuk memahami sebuah materi melalui visualisasi. Peserta didik dapat secara interaktif mengikuti kegiatan praktik sesuai dengan yang diajarkan dalam video. Tujuan penelitian ini adalah menyusun dan mengembangkan video pembelajaran yang efektif dan tepat guna dalam peningkatan ketrampilan pemasangan infus yang dimiliki oleh mahasiswa, mendeskripsikan tentang efektivitas dan feasibilitas video pembelajaran dalam menambah pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa dalam pemasangan infus, mendapatkan gambaran penerimaan mahasiswa terhadap materi video pembelajaran, mendapatkan gambaran kepuasan mahasiswa terhadap materi video pembelajaran, mengetahui pengaruh penggunaan video pembelajaran terhadap ketrampilan mahasiswa dalam pemasangan infus, mengetahui dan menguji apakah terdapat perbedaan ketrampilan mahasiswa antara mahasiswa yang menggunakan video pembelajaran dengan mahasiswa yang tidak menggunakan video pembelajaran sebagai media pembelajaran.
33
PROFESI, Volume 12/September 2014 - Pebruari 2015 METODE PENELITIAN
4. Metode pengumpulan data Data yang dihimpun meliputi data primer dan data sekunder.Data Primer didapatkan dengan cara pengamatan langsung, memberikan soal latihan, mengirimkan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disusun sebelumnya untuk diisi oleh responden dan uji ketrampilan dengan responden. Data sekunder berasal dari laporan-laporan yang tersedia dari instansi atau lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian maupun dari daftar nilai mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia dari mahasiswa tersebut.
1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sahid Surakarta Jawa Tengah. Penetapan lokasi ini didahului dengan survey kelas yang menerapkan mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) dan sarana laboratorium yang tersedia. 2. Populasi dan sampel Penelitian ini dilaksanakan pada maha siswa kelas reguler semester IV Program Studi Ilmu Keperawatan. Sebagai subyek penelitian dipilih 48 mahasiswa yang terdiri dari kelompok eksperimen sebanyak 24 mahasiswa dan kelompok kontrol 24 mahasiswa
5. Model dan Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan rancangan faktorial 2x2 dimana masing-masing faktor yang berperan adalah: 1) Faktor A adalah perlakuan berupa penggunaan video ketrampilan pemasangan infus dan alat –alatnya terdiri dari kelompok mahasiswa yang menggunakan video ketrampilan pemasangan infus dan alat-alat pemasangan infus (A1) dan kelompok mahasiswa yang tidak menggunakan video pemasangan infus tetapi menggunakan alat-alat pemasangan infus (A2) 2) Faktor B adalah frekuensi mahasiswa berlatih sendiri Ada dua tingkat yang menyatakan frekuensi latihan sendiri, yaitu: - Jarang (C1): range (0 – 2 kali) selama penelitian - Sering (C2): range (> 3 kali) selama penelitian
3. Variabel-variabel dalam Penelitian 1) Variabel Bebas Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini ada dua buah yaitu: a) Variabel 1 adalah perlakuan berupa video ketrampilan pemasangan infus dan penggunaan alat-alat dalam pemasangan infus b) Variabel 2 adalah frekuensi mahasiswa berlatih sendiri 2) Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan teknik ketrampilan pemasangan infus. Sebagai indikator dalam penilaian adalah kemampuan mahasiswa dalam menggunakan alat-alat dan memasang infus secara sistematis dan aseptik. Hasil belajar ini yang akan dijadikan dasar apakah video ketrampilan pemasangan infus dan penggunaan alatalat dalam pemasangan infus itu mampu meningkatkan pemahaman dan ketrampilan mahasiswa. 3) Variabel Pengganggu Tidak dapat dipungkiri ada variabel lain yang dapat mempengaruhi yaitu jenis kelamin dan usia. Tetapi dalam penelitian ini, jenis kelamin dan usia dianggap sebagai variabel pengganggu dan tidak diperhitungkan dapat mempengaruhi hasil penelitian. Pemilihan subyek penelitian tidak berdasarkan jenis kelamin mahasiswa maupun usia mahasiswa
Faktor Perlakuan Penggunaan video pemasangan infus (A)
Faktor Frekuensi Latihan Sendiri (B)
34
Menggunakan (A1)
Tidak menggunak an (A2)
A1B1
A2B1
A1B2
A2B2
Jarang (B1) Sering (B2)
PROFESI, Volume 12/September 2014 - Pebruari 2015 Jadi dalam penelitian ini akan terdapat 4 kelompok yang menjadi subyek penelitian yaitu: Kelompok 1 : A1B1 Kelompok 2 : A1B2 Kelompok 3 : A2B1 Kelompok 4 : A2B2 Untuk perhitungan hasil belajar akan digunakan dua macam tes yaitu tes tertulis dan tes kemampuan praktik. Tes tertulis untuk menguji kemampuan mahasiswa memahami secara teoritis sedangkan tes kemampuan praktik untuk menguji kemampuan siswa menerapkan materi dengan menggunakan komputer secara langsung. Tes tertulis berupa pilihan ganda sedangkan tes kemampuan praktik berupa pemasangan alat-alat infus ke manikin.
nakan kedua perangkat penelitian tersebut untuk mengerjakan soal latihan. Mahasiswa yang diikutkan pada tahap ini hanyalah mahasiswa yang termasuk kelompok eksperimen. 3. Tahap Post Test Yaitu tahap dimana obyek penelitian/ mahasiswa langsung diminta mengerjakan soal-soal test baik test tertulis yang sama dengan soal pada tahap pre test maupun tes praktek. Pada tahap ini mahasiswa dilarang untuk bekerjasama maupun bertanya pada temannya. Semua mahasiswa diikutkan pada tahap ini baik mahasiswa yang termasuk kelompok eksperimen maupun mahasiswa yang termasuk kelompok kontrol. Waktu pengerjaan soal baik pada pre test dan post test dibatasi. Masing-masing soal hanya selama 15 menit.
a. Teknik Analisis Hasil eksperimen berupa skor-skor nilai test tertulis dan hasil test praktek kemudian dianalisa. Skor-skor yang diperoleh dalam eksperimen yang menggunakan rancangan faktorial dianalis dengan menggunakan analisis varian dua arah (ANOVA dua arah). Setelah dilakukan analisis ANOVA dua arah akan dilanjutkan uji F terhadap masing-masing faktor. Pada penelitian ini pengambilan skor baik test tertulis maupun test praktek dilakukan beberapa tahap, yaitu: 1. Tahap Pre Test Yaitu tahap dimana obyek penelitian/ mahasiswa langsung disuruh mengerjakan soal-soal test baik test tertulis maupun test praktek. Pada tahap ini, mahasiswa belum dikenalkan dengan perangkat alat-alat pemasangan infus dan video pemasangan infus.Semua mahasiswa diikutkan pada tahap ini baik mahasiswa yang termasuk kelompok eksperimen maupun mahasiswa yang termasuk kelompok kontrol. 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian Yaitu tahap dimana mahasiswa sudah dikenalkan dengan tutorial interaktif dan video pemasangan infus dan mulai dilakukan pengamatan terhadap keaktifan mahasiswa dalam menggu-
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Data kemampuan teknik pemasangan infus untuk memenuhi kompetensi ketrampilan inti keperawatan mahasiswa diperoleh dari hasil tes dengan mengerjakan soal-soal test baik test tertulis maupun test praktek. Tabel 1. Kemampuan Teknik Pemasangan Infus untuk Memenuhi Kompetensi Kemampuan Teknik Pemasangan Infus N Xi
X Standar Deviasi Varians (S2) Nilai Minimal Nilai Maksimal
35
Faktor Perlakuan Penggunaan Video Pemasangan Infus Kelompok Kelompok Kontrol Eksperimen (Tidak (Menggunakan) menggunakan) 24 24 198 126 8,25 5,25 1,962
1,327
3,848 6
1,761 3
13
8
PROFESI, Volume 12/September 2014 - Pebruari 2015 Tabel 2. Data Kemampuan Teknik Ketrampilan Pemasangan Infus menurut frekuensi latihan sendiri. Kemampuan teknik Ketrampilan Pemasangan infus N Rata-rata Standar Deviasi Standar Error Nilai Minimal Nilai Maksimal
Menunjukkan bahwa dari 24 mahasiswa, separuh lebih yaitu 54,20% tergolong mempunyai kepuasan terhadap materi video pembelajaran yang selama ini diterima dan digunakan tergolong baik dan hanya 45,80% tergolong mempunyai kepuasan cukup. Penggunaan materi video yang atraktif juga dapat meningkatkan tingkat kepuasan (Sudjana dan Rifai, 2002) . Efek positif dari video interaktif pada hasil keluaran pembelajaran dan pelajar merasa puas dengan e-learning (Piotrow, 2000).
Frekuensi latihan Kelompok Kelompok Eksperimen Kontrol Jarang Sering Jarang Sering 8 8,38 2,367
16 8,19 1,797
17 5,00 1,225
7 5,86 1,464
0,844 6
0,449 6
0,297 3
0,553 8
13
12
8
8
2. Deskripsi Penerimaan dan Mahasiswa a. Penerimaan Mahasiswa
3. Pengujian Prasyarat Analisis dan Pengujian Analisis Data Sebelum dilakukan uji hipotesis yaitu dengan Anava Dua Jalan dengan sel tak sama, terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan yaitu uji prasyarat, yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Tujuan kedua uji tersebut untuk mengetahui apakah sampel-sampel penelitian merupakan sampel berdistribusi normal dan memiliki variansi-variansi yang sama atau homogen.
Kepuasan
Tabel 3. Gambaran penerimaan mahasiswa terhadap materi video pembelajaran Penerimaan Frekuensi Persentase Mahasiswa (%) Baik 14 58,30 Cukup 10 41,70 Jumlah 24 Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas tiap variabel Populasi Kelompok eksperimen Kelompok kontrol Frekuensi latihan eksperimen Frekuensi latihan kontrol
Hasil pengumpulan data terhadap tanggapan mahasiswa tentang penerimaan pengembangan video pembelajaran dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan teknik pemasangan infus dan memenuhi kompetensi ketrampilan inti keperawatan menunjukkan bahwa dari 24 mahasiswa, separuh lebih yaitu 58,30% tergolong mempunyai penerimaan terhadap materi video pembelajaran yang selama ini diterima dan digunakan tergolong baik dan hanya 41,70% tergolong cukup.
Zhit 1,269
0,080
Keputusan Normal
1,291
0,076
Normal
1,013
0,256
Normal
1,021
0,249
Normal
Dari data Tabel 4 diatas dapat disimpulkan bahwa sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal, karena nilai > 0,05
b. Kepuasan Mahasiswa Tabel 3. Gambaran kepuasan mahasiswa terhadap materi video pembelajaran
Tabel 5 Hasil Uji Homogenitas Uji Homogenitas Media pembelajaran
Kepuasan Frekuensi Persentase Mahasiswa (%) Baik 13 54,20 Cukup 11 45,80 Jumlah 24 Sumber: Data primer yang diolah
Frekuensi latihan sendiri
36
bobsr
Keputusan
3,395 0,072 Homogen 0,087 0,769 Homogen
PROFESI, Volume 12/September 2014 - Pebruari 2015 Dari Tabel 5 dapat disimpulkan kedua sampel penelitian mempunyai variansi yang sama atau homogen untuk variabel media pembelajaran dan frekuensi latihan sendiri mahasiswa, karena nilai > 0,05.
sel tak sama. Hasilnya disajikan dalam Tabel 6 dengan penjelasan sebagai berikut: a. Karena FA = 38,512 dengan nilai = 0,000 < 0,05 maka H0A ditolak atau ada perbedaan efek kolom terhadap variabel terikatnya atau penggunaan media pembelajaran berpengaruh terhadap kemampuan teknik pemasangan infus untuk memenuhi kompetensi ketrampilan inti keperawatan mahasiswa.
4. Uji Analisis Data Setelah uji prasyarat Anava terpenuhi maka dilakukan uji hipotesis analisis dengan menggunakan Uji Anava Dua Jalan dengan
Tabel 6. Rangkuman Hasil Anova Dua Jalan Sumber Penggunaan Media Pembelajaran (A) Frekuensi latihan (B) Interaksi (AB) Sumber: Data yang diolah
Mean Of Square 108,000 2202,088 4,643
b. Karena FB = 474,279 dengan nilai = 0,000 < 0,05 maka H0B ditolak atau ada perbedaan efek kolom terhadap variabel terikatnya atau frekuensi latihan sendiri mahasiswa berpengaruh terhadap kemampuan teknik pemasangan infus untuk memenuhi kompetensi ketrampilan inti keperawatan mahasiswa. c. Interaksi (AB) dengan FAB = 5,044 dengan nilai = 0,030 < 0,05 maka H0AB ditolak atau ada perbedaan interaksi efek kolom terhadap variabel terikatnya atau penggunaan media pembelajaran berpengaruh terhadap kemampuan teknik pemasangan infus untuk memenuhi kompetensi ketrampilan inti keperawatan mahasiswa dilihat dari frekuensi latihan sendiri antara mahasiswa yang mempunyai frekuensi latihan jarang dengan mahasiswa yang mempunyai frekuensi latihan sering.
df
Fhit
Keputusan
1
38,512
0,000
Ho ditolak
1 1
474,279 5,044
0,000 0,030
Ho ditolak Ho ditolak
gunakan video lebih menarik perhatian para mahasiswa sehingga menumbuhkan motivasi belajar mahasiswa. Pembelajaran menggunakan video lebih konkrit dibanding pembelajaran tanpa menggunakan video, sehingga materi lebih jelas dan mudah dipahami oleh mahasiswa. Menurut (Tooth, 2000) menyatakan video sangat berguna dalam demonstrasi ketrampilan klinik. a. Kemampuan teknik pemasangan infus mahasiswa dilihat dari frekuensi latihan sendiri. Mahasiswa pada kelompok kontrol yang belum mendapatkan pembelajaran dengan media video teknik pemasangan infus dilihat dari frekuensi latihan sendiri, dimana mahasiswa yang mempunyai frekuensi latihan sering dalam kemampuan teknik ketrampilan pemasangan infus lebih baik dibanding mahasiswa yang memiliki frekuensi latihan sendiri jarang. Namun demikian mahasiswa pada kelompok eksperimen dimana mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan media video teknik pemasangan infus dilihat dari frekuensi latihan sendiri dimana mahasiswa yang mempunyai frekuensi latihan jarang dalam kemampuan teknik ketrampilan pemasangan infus lebih baik dibanding mahasiswa yang memiliki frekuensi latihan sendiri sering. Hal ini
Pembahasan 1. Kemampuan mahasiswa dilihat dari penggunaan media pembelajaran. Mahasiswa dengan pembelajaran menggunakan media video mempunyai kemampuan teknik pemasangan infus lebih baik dibandingkan mahasiswa yang tidak mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan video. Hal ini dikarenakan pembelajaran meng-
37
PROFESI, Volume 12/September 2014 - Pebruari 2015 menunjukkan bahwa dengan frekuensi latihan sendiri kurang efektif dibandingkan dengan penggunaan media video yang dapat meningkatkan kemampuan teknik ketrampilan pemasangan infus untuk memenuhi kompetensi ketrampilan inti keperawatan. Penggunaan video dalam pembelajaran klinik mempunyai beberapa keuntungan. Salah satu keuntungannya adalah video dapat menunjukkan ketrampilan dan aktifitas secara nyata. Keuntungan dari video dapat menunjukkan ketrampilan secara jelas dan mengurangi pembiayaan dalam presentasi dan penggunaan yang dapat diulang (Mishra, 2001).
Gabriel J, Bravery K, Dougherty L., Kayley J, Malster M, Scales K. Vascular Access: indications and implications for patient care. Nursing Standard 19(26): 45-54. March 2005 (III). Hamalik, Oemar. (2002). Media Pendidikan, Cetakan ke-7.Bandung: Penerbit PT Citra Aditya Bakti. Hampton, C. (2002) Teaching practical skills. In A.K. Mishra & J. Bartram (Eds.), perspectives on distance education: Skills development through distance education (hal. 83-91). Vancouver, Canada: Commonwealth of Learning. Diambil dari http://www.col.org/siteCollectionDocumen ts/Skills_Chapter09.pdf. Mishra, S. (2001).Designing online learning. Vancouver, Canada:Commonwealth of Learning.
SIMPULAN a. Sebanyak 58,30% responden menerima materi video pembelajaran teknik pemasangan infus. b. Sebanyak 54,20% responden merasa puas terhadap materi video teknik pembelajaran pemasangan infus. c. Terdapat pengaruh penggunaan video pembelajaran terhadap kemampuan teknik pemasangan infus yang dimiliki mahasiswa. d. Ada perbedaan kemampuan teknik pemasangan infus antara mahasiswa yang menggunakan video pembelajaran dengan mahasiswa yang tidak menggunakan video pembelajaran sebagai media pembelajaran. e. Ada perbedaan kemampuan teknik pemasangan infus untuk memenuhi kompetensi ketrampilan inti keperawatan antara mahasiswa yang mempunyai frekuensi latihan sendiri yang tergolong jarang dan sering.
Piotrow, P., Khan, O., Lozare, B., & Khan, S.(2000). Health communication programs: A distance education class within the John Hopkins University School of Public Health Distance education Program. In M. Khosrowpour (Ed.), Web-based learning and teaching technologies: Opportunites and challenges. Hershey, PA: Idea Group Publishing. Sudjana dan Rifai .(2002). Media Pengajaran. Bandung: Penerbit C.V. Sinar Baru Bandung. Tooth, T.(2000). The Use of multimedia in distance education. Vancouver, Canada: Commonwealth of Learning Wetzel, Radtke, dan Stern, 2006).
DAFTAR PUSTAKA Donkor (2010) The comparative instructional effectiveness of print-based instructional materials for teaching practical skills at a distance.International Review of Research in Open and Distance Learning, 11(1), 96115.
38