PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM MANAJEMEN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 Oleh: Sri Utaminingsih PGSD FKIP Universitas Muria Kudus
[email protected]
ABSTARAK Teacher competence in the management of the learning curriculum of 2013 is very important. This article aims to develop a management model based learning soft skills by applying the management function. In the planning of learning objectives in communicating with students and parents as well. Soft skills competencies developed clear that the critical thinking skills, communication, teamwork and problem solving skills. Interactive learning methods, climate and learning needs are clearly identified. In the implementation of learning to apply scientific approach, (observe, ask, try, reason and communicate) , active learning, creative, effective and fun as well as higher order thinking skills. Authentic assessment determines the achievement of learning objectives. With the appropriate learning management characterized the quality of teaching curriculum students are expected to rise in 2013. Keywords: Learning Management, Competence, Curriculum 2013, Scientific
LATAR BELAKANG Guru
professional
dalam
pembelajaran
sangat
penting
sebagai
kunci
keberhasilan belajar siswa. Guru professional adalah guru yang kompeten membangun proses
pembelajaran
berkualitas.
yang
baik
sehingga
dapat
menghasilkan
pendidikan
yang
Menurut Mulyasa (2007), bahwa kualitas pendidikan dipengaruhi kualitas
pembelajaran, kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh guru. Kualitas guru merupakan fenomena yang kompleks dan perlu konsensus tentang bagaimana itu didiskusikan dan di ukur (Darling Hamound, 2000; Goldhaber, 2002; Mc Caffery et al, 2003; Saidel and Shavelson, 2007). Peran guru dalam pengelolaan pembelajaran
merupakan kunci keberhasilan
untuk mendukung prestasi belajar siswa. Keberhasilan implementasi kurikulum 2013 disekolah dasar tidak lepas dari keberhasilan guru dalam mengelola pembelajaran. Tuntutan kurikulum yang menginginkan pembelajaran berpusat pada siswa (stundent orented), pembelajaran tematik saintifik menuntut kemampuan guru dalam mengelola atau memanage pembelajaran secara optimal. Manajemen pembelajaran adalah segala usaha pengaturan proses belajar mengajar, dalam rangka tercapainya tujuan secara efektif dan efisien. Salah satu hjuga al penting yang perlu
diperhatikan dalam manajemen pembelajaran
adalah kemampuan guru dalam
menciptakan kelas yang efektif. Manajemen kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses pembelajaran secara sistematis.Manajemen kelas yang efektif disebut sebagai kunci belajar siswa yang efektif (Shin, Stone, & Walker, 2000 dalam Jones, 2012:4).
1
Hasil observasi dibeberapa sekolah di Kudus yang dilakuakn mahasiswa PGSD UMK yang melakukan PTK bulan Agustus 2013-Pebruari 2014 menunjukan bahwa rendahnya hasil belajar siswa sekolah dasar karena pembelajaran yang dilakukan guru dilakukan secara konvensional atau ceramah, siswa menjadi pasif, lingkungan kelas menjadi monoton. Selain itu pembelajaran kebanyakan menekanan pada nilai ujian dan materi. Keterbatasan pengetahuan guru dan kemampuan guru menjadi salah satu alasan guru belum optimal dalam pengelolaan kelas, selain alasan klasik waktu dan dana. Pemahaman guru terhadap latar belakang siswa pada akhirnya terkendala juga masalah kemampuan dan komitmen. Hal ini diperkuat hasil kajian kajian Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Depdiknas dimana nilai kompetensi guru meskipun lulus sertifikasi rata-rata di angka kisaran 52-64 persen. Kemudian dilihat dari kelayakan guru mengajar, untuk tingkat SD baik negeri maupun swasta ternyata hanya 28,94%, guru SMP 54,12% dan swasta 60,99%. Kemampuan guru dalam memahami kompetensi yang harus dicapai oleh siswa juga masih belum optimal. Dalam implementasi kurikulum 2013 banyak guru yang tidak memahami standart kompetensi lulusan (SKL), kompetensi inti dan kompetensi mata pelajaran. Pembelajaran
saintifik
pada kurikulum 2013
dengan
kegiatan mengamati,
menanya, mencoba, mengumpulkan dan mengasosiasikan serta mengkomunikasikan, menuntut
guru harus dapat menciptakan kondisi pembelajaran dan
kelas yang dapat
mengembangkan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang sehingga dapat membentuk karakter atau soft skill anak sesuai tuntutan perubahan kurikulum. Pembelajaran kurikulum 2013 harus dapat menyeimbangkan kemapuan hard skill dan soft skill. Kedua hal tersebut dapat berpengaruh terhadap pengembangan unjuk kerja secara maksimal. Soft skill menjadi penting untuk dibahas karena keberhasilan seseorang mayoritas dipengaruhi oleh soft skill mereka ketika menghadapi sebuah tantangan. Kemampuan soft skill merupakan kemampuan esensial yang perlu dikembangkan sejak dini sebagai pondasi dan bekal pada pendidikan dan kehidupan selanjutnya. Dengan kemampuan hard dan soft skill yang seimbang anak akan lebih komptetitif. Dengan soft skill anak akan dapat meraih kesuksesan, hal ini sejalan hasil penelitian dari Harvard University mengungkapkan bahwa kesuksesan karir seseorang 80% ditentukan oleh soft skillnya sementara hanya sekitar 20% saja ditentukan oleh hardskill (Koswara, 2001; Puliam, 2008:2, Pai, 2008:168-171). Untuk itu kedepan dalam rangka menunjang kesuksesan implimintasi kurikulum 2013 guru harus mempunyai kompetensi dalam
inovasi
pembelajaran
yang mampu
mengembangnkan soft skill anak. Pengembangan kompetensi guru dalam implementasi pembelajaran kurikulum 2013 memerlukan pembinaan secara terus menerus dan dilaksanakan secara ilmiah, demokratis, komperenship dan konstruktif serta memperhatikan aspek penunjang seperti ketersedian instruktur, sarana prasarana serta dana (Segiovani, 1987; Glickman,1981; Gwyn, 2002). 2
Permasalahan yang dibahas dalam makalah ini, Bagaimana kompetensi guru dalam implementasi manajemen pembelajaran kurikulum 2013 berbasis soft skill? Tujuan artikel ini untuk menemukan konsep model manajemen pembelajaran berbasis soft skill dalam implementasi kurikulum 2013 dengan mengoftimalkan kompetensi guru. PEMBAHASAN Kompetensi guru terkait pengelolaan pembelajaran kurikulum 2013 sangat penting dan perlu dilakukan pembinaan secara terus menerus. Paradigma mengajar yang benar didasari pada kemampuan guru bukan hanya pengetahuan yang dimiliki guru saja tentang konsep pembelajaran, tetapi sejumlah kemapuan lain seperti motivasi dan keinginan untuk mengembangkan diri (Poerksen ,2005, 471-484; Danziger & Shermer 2004,147; Elawar, Irwin & Lizarraga ,2007, 565-592). Motivasi merupakan dorongan untuk melakukan sesuatu.
Dalam pembinaan
motivasi kerja guru diperlukan, karena akan mendorong seorang guru kearah yang lebih baik. Seseorang dalam mengerjakan sesuatu atau mencapai target tertentu diperlukan dorongan, dorongan dari dalam (internal) bisa karena kebutuhan maupun dari luar (eksternal) karena faktor lingkungan (Mulyasa,2005:47; Tilar,2002:67, Robbin, 2003;187). Hal ini ini sejalan dengan temuan Yung bahwa pengembangan kompetensi guru sangat dipengaruhi oleh motivasi dan juga kemampuan dasar guru. Hasil penelitian Yang dapat dibandingkan dengan teori Mc. Clelland dalam Widiyanto bahwa motivasi dibagai dibagi yaitu: motivasi berprestasi, motivasi persahabatan, dan motivasi berkuasa. Motivasi berprestasi meningkatkan guru dalam semangat menambah pengeta-huannya, motive persahabatan maka meningkatkan guru dalam sharing dengan teman-teman sekoleganya untuk meningkatkan pembelajaran di kelas, mereka saling berbagi dan tukar pengalaman pada kelompok yang difasilitasi oleh distrik, sedang motivasi berkuasa meningkatkan sikap kepemimpinan dan antusias dalam usaha untuk membimbing anak didiknya (Widiyanto, 2010:17-27; Yang,2011: 385-405). Peranan kompetensi guru sangat penting dalam manajemen pembelajaran, hal tersebut akan mempengaruhi kualitas pembelajaran. Manajemen adalah rangakain segala kegiatan yang menunjuk kepada usaha kerjasama antara dua orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Arikunto, 2008: 3). Menurut Parker (Stoner & Freeman, 2000) manajemen adalah seni melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang untuk mencapai tujuan. Dalam pembelajaran maka manajemen diperlukan untuk menata mulai perencanaan, pelaksanaan, evaluasi sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan efisien dan efektif. Sedangkan yang dimaksud manajemen kelas merupakan segala usaha yang diarahkan mewujudkan suasana belajar mengajar
yang efektif dan
menyenangkan serta dapat
memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai denagn kemampuan (Rukmana dan Suryana, 2011:106). Pengaturan tidak hanya terbatas fasilitas fisik tetapi juga menyiapkan 3
kondisi kelas disesuaikan dengan karakteritik peserta didik, kondisi lingkungan, strategi dan model pembelajaran yang dipakai. Dalam pembelajaran kurikulum 2013 dikembangkan standard proses yang mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. Untuk menunjang pencapaian tujuan pembelajaran perlu manajemen pembelajaran
dengan menerapkan fungsi manajemen.
Menurut Garcia (2005: 38) ada tiga fungsi manajemen yaitu: perencanaan (planning); pelaksanaan (implementing); dan pengendalian/ evaluasi (controlling/evaluating). Konsep manajemen pembelajaran dalam implimintasi kurikulum 2013 dapat dilihat dari prinsip dan karakteristik pembelajaran kurikulum 2013 serta tugas guru. Prinsip pembelajaran yang digunakan: 1) dari pesertadidik diberi tahu menuju pesertadidik mencari tahu; 2) dari guru sebagai satu-satunya sumber belajarmenjadi belajar berbasisaneka sumber belajar; 3) dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatanpenggunaan pendekatan ilmiah; 4) dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi; 5) dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; 6) dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; 7) dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif; 8) peningkatan dan keseimbanganan keterampilan fisikal (hardskill) dan keterampilan mental (softskill); 9) pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjanghayat; 10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan(ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalamproses pembelajaran (tut wuri handayani); 11) pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan dimasyarakat; 12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru,siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas; 13) pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan 14) pengakuan atas perbedaan individualdan latar belakang budaya pesertadidik. Empat belas prinsip tersebut berkaitan implementasi kurikulum 2013 menuntut guru memakai pendekatan, metode dan sumber belajar secara integratif dan komperhenshif sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran. Tugas guru dalam implementasi kurikulum 2013 terkait pengelolaan kelas antara lain: A) Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta didik sesuai dengan tujuan dan karakteristik proses pembelajaran. B) Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harusdapat didengar dengan baik oleh peserta didik. C) Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudahdimengerti oleh peserta didik. D) Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dankemampuan belajar peserta didik. E) Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, dan keselamatan dalam 4
menyelenggarakan proses pembelajaran. F) Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons danhasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. G). Guru mendorong dan menghargai peserta didik untuk bertanya danmengemukakan pendapat. H). Guru berpakaian sopan, bersih, dan rapi. I). Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada peserta didiksilabus mata pelajaran; dan J). Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai denganwaktu yang dijadwalkan. (Permendikbud No. 65 Tahun 2013) Tugas guru dalam pengelolan kelas pada kurikulum 2013 perlu dianalisis secara mendalam. Permaknaan guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta didik sesuai dengan tujuan karakteritik siswa, janganlah diartikan sempi, tepatnya guru menyesuaikan pengaturan kelas pembelajaran bukan hanya tempat duduk. Hal ini karena sesuai prinsip kurikulum 2013 belajar tidak harus di kelas bisa dimana saja. Dalam manajemen pembelajaran kurikulum 2013 penting juga memahami konsep manajemen kelas secara komperhenshif oleh guru. Menurut Jones (2012:17), manajemen kelas harus berdasarkan pada pemahaman yang kuat atas penelitian dan teori mutakir dalam manajemen kelas serta kebutuah personal dan psikologis. Ini menjadi kendala guru sekolah dasar di Indonesia yang terbatas dalam hal penelitian dan rendah dalam membaca. Kebutuhan siswa belum dipahami guru mempunyai hubungan yang erat dengan prilaku, maka kedepan guru dituntut harus memahami kebutuhan siswanya agar dapat mengelola dengan baik. Selain itu masih menurut
Jones manajemen kelas yang komperhensip
tergantung pada penciptaan iklim kelas yang positif. Iklim kelas tercipta karena ada hubungan yang baik antara guru dan siswa. Komponen pengelolaan pembelajaran komprehenship menuntut pelibatan guru, siswa dan orang tua. Maka sebelum pembelajaran dimulai guru perlu merancang pembelajaran selama satu semester, selanjutnya dikomunikasikan dengan orang tua dan siswa dan ahli sehingga memperoleh masukan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran. Dalam manajemen pembelajaran
tidak hanya aspek
fisik dalam arti
pengaturan tempat duduk dan alat-alat yang lain dalam kelas tapi yang lebih penting adalah aspek psikis seperti bagaimana menciptakan prilaku siswa dikelas lebih aktif, kritis, dan semangat. Dengan begitu pada perencanaan pembelajaran guru benar-benar sudah berpikir bagaimana mengelola kelas yang dapat membuat siswa aktif, kreatif dan menyenangkan serta bermakna,
maka dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP) sintak
pertemuan harus jelas tahapannnya. Pada pelaksanaan pembelajaran guru lebih banyak sebagai fasilitator dan inspirasi. Untuk menciptakan kelas yang aktif guru sejak awal pertemuan sudah melibatkan siswa, sehingga konsep kelas yang aktif dan dinamis juga dipahami siswa. Selama ini yang terjadi guru sering menganggap siswa adalah anak kecil yang belum sampai berpikir konsep. Menurut Jones (2012: 120) bahwa dalam rangka menciptakan aktivitas siswa sekolah dasar dapat dilakukan antara lain: siswa diminta menulis gagasan tentang kelas yang baik, 5
menyusun rencana kelas, menciptakan semangat kelas, membuat sejarah kelas, memajang album foto, memberikan pertanyaan tertutup dan terbuka, membuat hari-hari khusus dan membuat program layanan kelas Dalam pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 guru juga dituntut kemampuan dalam mengelola materi atau komptensi pembelajaran sehingga mampu tercipta pembelajaran
yang menginspirasi dan interaktif, menyenangkan, menantang, dan
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif;
kontekstual dan kolaboratif;
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik; sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk mengetahui ketercapaian pembelajaran dilakukan penilaian dengan tehnik dan intrumen yang outentik. Manajemen Pembejaran Berbasis Soft Skill Dalam manajemen pembelajaran penting mengembangkan soft skill karena siswa pada akhirnya akan berada dalam masyarakat yang dinamis, kompetitif dan kooperatif. Soft skills merujuk pada kemampuan dan keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan masyarakat (interpersonal skill), dan keterampilan dalam mengatur diri sendiri (intrapersonal skill).
Soft skills juga merupakan kemampuan mengatur diri sendiri
(intrapersonal skills, seperti kreatif, motivasi, dan mandiri) dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain (interpersonal skills, seperti komunikasi, membangun tim dan adaptasi) untuk memaksimalkan kinerja. (Quieng, Marjorie C, 2015) Kurikulum 2013 merupakan perwujudan tuntutan dunia global dalam pendidikan yang harus menghasilkan outcome sesuai dunia kerja atau masyarakat diantaranya sott skill seperti berpikir kritis, mampu bekerjasama, mampu berkomunikasi dan memecahkan masalah secara cepat dan tepat serta mendalam. Soft skill akan tercapai bila anak dibiasakan sejak sekolah dasar mengembangkan kemampuan soft skill dalam proses pembelajaran, oleh karena itu manajemen pembelajaran
menciptakan kondisi yang harmonis,
menyenangkan, terkelola sesuai dengan fungsi manajemen sehingga tercipta collaborative learning yang melibatkan siswa, guru, orangtua serta masyarakat. Sangat tepat kalau sekolah dasar sejak awal memberikan bekal pengalaman hidup bermasyarakat dengan pembelajaran yang inovatif dan berkelompok. Sesuai dengan pendapat John Dewey bahwa kondisi kelas merupakan cerminan dari proses siswa yang akan berada di masyarakat. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Joyce dan Well (2000), bahwa proses pembelajaran tidak hanya memiliki makna deskriptif dan kekinian akan tetapi juga bermakna prospektif dan berorentasi masa depan. Manajemen pembelajaran berbasis soft skill dalam implimintasi kurikulum 2013 di sekolah dasar dengan kegiatan saintifik maka pembelajaran didesain agar siswa dapat aktif, kreatif, efektif dan senang, skema pengembangan model manajemen pembelajaran berbasis dapat dilihat pada gambar 1. 6
Siswa, Guru, Orangtua, Masyarakat Tujuan Identifikasi Metode Interaktif Iklim Kebutuhan Si
Mengamati Menanya Mencoba Menalar Mengkomuni kasikan PAKEM HOTS
Tematik Terpadu Penilaian Tes MANAJEMEN PEMBELAJARAN BERBASIS SOFT
Penilaian Sikap Penilaian Kinerja Penilaian Proyek
Berpikir Kritis, Komunikasi, Kerjasama, Kemampuan Memecahkan Masalah
PERENCANAAN
PELAKSANAAN
KUALITAS PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 di SD
Portofolio
EVALUASI AUTENTIK
U M P A N B A L I K
Gambar. 1. Manajemen Pembelajaran Berbasis Soft Skill di Sekolah Dasar
Pengembangan soft skill sangat berkorelasi dengan siswa pada saat terjun di masyarakat, yaitu pada saat memasuki dunia kerja dan dunia sosial, selaras dengan hasil penelitian Utaminingsih (2011), dimana pengembangan soft skill mampu meningkatkan mutu lulusan secara efektif sehingga memuaskan pengguna dan siswa itu sendiri. Dengan demikian maka upaya untuk meningkatkan kemampuan soft skill harus diupayakan melalui berbagai cara salah satunya dalam hal mengelola pembelajaran dengan berbasis soft skill. Oleh karena itu dalam pengembangan manajemen pembelajaran sebaiknya diawali dari perencanaan dengan
didasarkan pada identifikasi soft skill yang akan diharapkan
muncul pada siswa didik setelah mereka lulus. Hal ini sangat penting sekali karena muatan softskil lharus merupakan hal dominan dalam perilaku siswa didik. Perencanaan dalam manajemen pembelajaran
basis soft skill dimulai dengan identifikasi standar kompetensi
soft skill yang akan diharapkan dimiliki oleh siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Selanjutnya perencanaan situasi dan kondisi atau iklim dan lingkungan kelas yang sesuai dengan kompetensi softskill harapan, metode yang pembelajaran yang interaktif sehingga siswa lebih semangat misalnya softskill tentang etika maka kelas di seting sebagai tempat formal atau non formal yang menerapkan nilai-nilai etika. Dalam perencanaa juga perlu didukung dengan kesepakatan aturan yang dibuat untuk dilaksanakan, secara manajemen maka pengendalian (control) dilaksanakan oleh guru, dan siswa. Selanjutnya dengan pelaksanaan dilakukan melalui kegiatan saintifik mengkomunikasikan),
proses pembelajaran pengembangan soft skill (mengamati, menanya, mencoba, menalar dan
pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Kemapuan
soft skill yang dikembangkan dalam pembelajaran antara lain berpikir kritis, komunikasi, kerjasama dan kemampuan memecahkan masalah. Pembelajaran juga bisa didesain dengan Higher Order Thinking Skills (HOTS) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi.
7
Kemampuan ini merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran dimana siswa diajarkan untuk berfikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif. Kemampuan berfikir ini akan muncul ketika individu atau siswa dihadapkan pada masalah yang belum mereka temui sebelumnya.Kegiatan pembelajaran untuk menumbuhkan dan mengembangkan HOTS: a). Membuat peta konsep; b). Mengajukan pertanyaan; c). Menyusun buku harian/jurnal pembelajaran; d). Pembelajaran kolaboratif berbasis TI; e). Menggunakan analogi; f). Eksperimen berbasis inkuiri Dalam manajemen pembelajaran juga memperhatikan proses pembelajaran yang sekaligus didalamnya melakukan authentic assessment atau evaluasi
outentik sesuai
kemampuan anak dengan tehnik dan intrumen penilaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan secara benar sehingga kualitas pembelajaran kurikulum 2013 dapat tercapai. Kedepan melihat pentingnya soft skill ini dunia kerja dan dalam kehidupan soft skill bisa dijadikan standart ukuran kelulusan siswa. Penutup Manajemen pembelajaran kurikulum 2013 penting untuk dipahami dan dilakukan dalam rangka
pembelajaran yang berkualitas. Kompetensi guru sangat diperlukan dalam
pengelolaan pembelajaran meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pengaturan
kelas sebagai bagian manajemen pembelajaran mencakup pengaturan secara fisik dan psikis melibatkan guru, siswa, orang tua dan masyarakat dengan kegiatan pembelajaran saintifik meliputi mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan dengan menrapkan desain pembelajaran pakem dan hots. Manajemen pembelajaran berbasis soft skill adalah mengelola pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar soft skill yang harus dimiliki siswa.
Daftar Pustaka Arikunto S, Yuliana A, 2008. Manajemen Pendidikan. Aditya Media Yogyakarta
Garcia, T , 2005. Organization and Management. Stanfilco. Philippines: Stanfilco, C Utaminingsih, Sri, 2011. Model Pengembangan Manajemen Berbasis Sot Skill Pada Sekolah Menengah Kejuruan Program Keahlian Pariwisata Di Kota Semarang. Disertasi, Unnes, Semarang Jones Louise, Jones Vern, 2012. Manajemen Kelas Komperhensif. Kencana, Prenada Media Grup, Jakarta Joyce, Bruce dan Weil, Marha, 2000. Models of Teaching. London: Allyn and Bacon Poerksen, Bernhard, 2005. Learning how to learn, Kybernetes, Vol. 34 No. 3/4, 2005 pp. 471-484, Emerald Group Publishing Limited Quieng, Marjorie C. , Pearly P. Lim and Maria Rita D. Lucas. “21st Century-based Soft 8
Skills: Spotlight on Non-cognitive Skills in a Cognitive-laden Dentistry Program.” European Journal of Contemporary Education, Volume 11 Number 1, 2015 (DOI: 10.13187/ejced.2015.11.72) Robbins,Stepphen P. 2003; Organizational Behaviour: Consepts, Controversies, Applications. Prentice Hall: New Jersey Russell. Lincoln Ackoff, 2009. Was an American organizational theorist, consultant, and Anheuser-Busch Professor Emeritus of Management en.wikipedia.org/wiki/Russell L. Ackof Rukmana Ade, Suryana Asep, 2011. Manajemen Kelas, dalam Manajemen Pendidikan, Alfabeta, Bandung. Yang , Ming Chou 2011. Motivation in Adult Education: A problem solver or a euphemism for direction and control. International Journal of Lifelong Education; USA
9