ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SEKOLAH DASAR DALAM MENGEMBANGKAN KURIKULUM DAN RANCANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN HOLISTIC INTEGRATIVE BERBASIS NILAI-NILAI ISLAM DI SD AR RAFI’ KOTA BANDUNG Fanny Sumirat* Email:
[email protected] Abstrak Pendidikan harus dapat membangun manusia seutuhnya, yaitu individu yangmemiliki nilai-nilai personal, sosial dan spiritual serta dapat menggunakan ilmunya dalam iman sehingga bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, bangsa dan lingkungannya (rahmatan lil’alamin). Untuk mewujudkan hal itu maka kemampuan guru akan diuji. Tujuan dilaksanakan penelitian adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang berhubungan dengan kompetensi pedagogik guru dalam mengembangkan kurikulum dan rancangan program pembelajaran holistic integrativeberbasis nilai-nilai Islam yang dapat diimplementasikan dalam proses pembelajaran di kelas. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif untuk menggambarkan dan menjelaskan proses persiapan guru dalam mengkonstruksi konsep ideal pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan dari 37 orang guru sebagai sampel penelitian bahwa 15 orang guru dapat membuat rancangan program pembelajaran holistic integrative berbasis nilai-nilai Islam dengan kategori baik, 15 orang guru dengan kategori cukup baik dan 7 orang guru belum mampu dan masih memerlukan bimbingan. Kata kunci: kompetensi pedagogik, holistic integrative berbasis nilai-nilai Islam BAB I Pendahuluan Permasalahan pendidikan yang pertama adalah pelaksanaan kurikulum saat ini di Indonesia belum dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM), disebabkan ada keterkaitannya dengan empat standar pendidikan nasional, yaitu standar kompetensi lulusan sebagai komponen tujuan kurikulum, standar materi sebagai komponen isi (materi kurikulum), standar proses sebagai metoda kurikulum dan standar penilaian sebagai komponen evaluasi kurikulum. Selanjutnya
PEDAGOGIK Vol. III, No. 1, Februari 2015
pelaksanaan kurikulum juga tidak terlepas dari bagaimana kurikulum itu digunakan oleh sekolah dan keberhasilannyaakan tergantung pada faktor pendukung lainnya yang terkait diantaranya yaitu standar kompetensi guru dan tenaga kependidikan, standar biaya, standar sarana dan prasarana serta standar pengelolaan. Permasalahan yang kedua, yaitu rendahnya mutu pendidikan Indonesia sebagai hasil dari pendidikan.Hal itu dapat dibuktikan dengan hasil pembelajaran Indonesia dalam komparasi Internasional dapat dilihat
71
dari hasil studi yang dilakukan PISA (Programme for International Student Assessment) dalam hal Sains dan Matematika. Dari hasil penilaian yang dilakukan oleh tim PISA sejak tahun 2000 hingga tahun 2012, capaian siswa Indonesia sangat mengecewakan. Berikut adalah daftar peringkat Indonesia dalam PISA khususnya pada bidang matematika: Tahun 2000 2003 2006 2009 2012
Peringkat Indonesia 39 38 50 61 64
Jumlah Negara yang berpartisipasi 43 41 57 65 65
Sumber: (Kemendikbud, OECD)
Hasil penilaian TIMMS (Trends in International Mathematic and Science Study) terhadap siswa Indonesia di kelas IV SD dalam bidang matematika dan sains pada tahun 1999 berada pada peringkat 32 dari 38 negara dengan skor 435, pada tahun 2003 di peringkat 37 dari 46 negara dan pada tahun 2007 diperingkat 35 dari 49 negara. PIRLS (Progres in International Reading Literacy Study) adalah studi literasi membaca yang dirancang untuk mengetahui kemampuan peserta didik sekolah dasar dalam memahami bermacam ragam bacaan. Berdasarkan tes kemampuan membaca PIRLS kemampuan membaca pemahaman peserta didik hanya mencapai 33,27%. Pada tahun 1999 diketahui bahwa kemampuan membaca kelas IV SD Indonesia berada di tingkat terendah di Asia Timur, dengan memperoleh skor rata-rata 51,7 atau
PEDAGOGIK Vol. III, No. 1, Februari 2015
hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan yang disajikan. Sedangkan pada tahun 2009 hasil studi menunjukkan bahwa rata-rata anak Indonesia berada pada peringkat ke 41 dari 45 negara di dunia (Balitbang Kemdikbud, 2013) Permasalahan pendidikan yang ketiga, adalah persiapan guru menjadi pusat yang paling penting dan tantangan serius sebagai fakta awal pembelajaran. Nyatanya, guru memiliki peran besar yang dimulai dari proses pembelajaran di kelas. Perspektif pendidikan melihat bahwa mutu pendidikan dapat dipandang salah satunya dari sisi pengayaan yaitu dari proses belajar mengajar yang berhubungan langsung dengan kemampuan pedagogik, kemampuan sosial dan kepribadian serta kemampuan professional guru dalam hal memecahkan masalah dan berpikir kritis. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru berkenaan dengan penguasaan teoritis dan proses aplikasinya dalam pembelajaran. Apabila kemampuan tersebut tidak dioptimalkan dalam hal pengembangan kurikulum dan rancangan program pembelajaran maka tujuan pendidikan tidak akan tercapai. Tujuan pendidikan harus membangun manusia yang kompeten yaitu dapat mengembangkan kemampuan peserta didik sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya di masa yang akan datang, baik fisik, intelektual, emosional, sosial, moral dan spiritual yang secara keseluruhan terintegrasi menjadi kompetensi seseorang (Suderadjat, 2013:20). Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, maka peneliti merasa perlu untuk melakukan sebuah penelitian
72
yang dilandasi dengan keyakinan bahwa menerapkan konsep pendidikan dengan pendekatan holistic integrative yang berbasis nilai-nilai Islam, maka pendidikan akan membangun manusia yang diunggulkan Allah SWT (Ulil Albab). Untuk merealisasikan hal tersebut maka diperlukan kompetensi pedagogik guru dalam mengembangkan kurikulum dan membuat rancangan program pembelajarannya. BAB II Tinjauan Pustaka A. Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru berkenaan dengan penguasaan teoritis dan proses aplikasinya dalam pembelajaran. Kompetensi tersebut berhubungan dengan; menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, menguasai karakteristik peserta didik, menguasai teori dan prinsip pembelajaran, mengembangkan kurikulumdan rancangan pemeblajaran, memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik, komunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, menyelenggarakan evaluasi dan penilaian proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil evaluasi dan penilaian untuk kepentingan pembelajaran, serta melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran (Janawi, 2011:65). Seorang guru harus mutlak menguasai kompetensi pedagogik, yang kompetensi ini merupakan kompetensi khas, yang akan membedakan guru dengan profesi lainnya dan akan menentukan tingkat keberhasilan dalam suatu proses dan hasil pembelajaran
PEDAGOGIK Vol. III, No. 1, Februari 2015
peserta didiknya. Namun demikian kompetensi pedagogik ini tidak dapat diperoleh secara instan, akan tetapi memerlukan suatu proses dalam upaya belajar terus menerus dan sistematis yang didukung oleh minat, dan potensi keguruan lainnya dari individu yang bersangkutan. Dalam penelitian ini kompetensi pedagogik difokuskan pada pengembangan kurikulum dan pembuatan rancangan program pembelajaran. Dalam hal ini, yaitu guru mampu menyusun silabus sesuai dengan tujuan terpenting kurikulum dan menggunakan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran. Guru mampu memilih dan menyusundan menata materi pembelajran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. B. Pembelajaran Holistic Integrative berbasis nilai-nilai Islam Berdasarkan landasan filosofis pendidikanholistic merupakan suatu filsafat pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna, dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam dan nilai-nilai spiritual.Sedangkan tujuan pendidikan holistikmembantu mengembangkan potensi individudalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan, demokratis dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungan (Rubiyanto, 2010:32). Sedangkan konsep pembelajaran holistic integrative berbasis nilai-nilai Islam ini diprakarsai oleh pakar dan pemerhati pendidikan, yaitu Dr. Hari
73
Suderadjat,M.Pddengan mengembang kan konsep pendidikan Ar Rafi’ dalam membangun manusia unggul. Hal tersebut berdasarkan pada Al Qur’an, yaituAllah SWT menciptakan manusia untuk menjadi pemimpin di muka bumi [Qs. Al Baqarah (2):30], karena manusia dimuliakan Allah SWT diantara makhluk yang lain [Qs. Al Isra (17):70] dan ia dijadikan Allah SWT sebaik-baiknya bentuk/kejadian baik fisik maupun psikisnya [Qs. At Tin (95):4] dilengkapi dengan potensi spiritual/fitrah [Qs. Ar Rum (30):30], serta diberikan akal untuk berpikir, membekali dengan potensi fisik indrawi, potensi kecerdasan intelektual dan memori, dan kecerdasan emosional dan spiritual [Qs. An Nahl (16):78]. Potensi-potensi tersebut harus dikembangkan menjadi kemampuan atau kompetensi oleh dirinya sendiri, karena tiada seorang memperoleh sesuatu kecuali apa yang diupayakannya sendiri [Qs. An Najm (53):39]. Oleh karena itu hendaknya semua manusia memiliki karakteristik Ulil Albab [Qs. Ali Imran(3):190-191] dan menjadi seorang muslim yang kaaffah [Qs. Al Baqarah (2):208], mampu berpikir cerdas dengan menggunakan akal yang diberikan-Nya dengan metoda ilmiah [Al Alaq (96):1-5] agar mereka menjadi masyarakat belajar (learning society) dan masyarakat ilmiah (scientific society), sehingga umat muslim akan eksis hinga akhir zaman yang memberikan kebermanfaatan yang berdampak rahmatan lil alamin. 1. Konsep pendidikan Ar Rafi’ dalam membangun manusia unggul Dengan kemampuan berpikirnya maka manusia diharapkan menjadi sosok
PEDAGOGIK Vol. III, No. 1, Februari 2015
Ulil Albab [Qs. Ali Imran (3):190], adalah manusia yang diunggulkan Allah SWT, yaitu manusia yang integral yang memiliki ilmu dan dapat menggunakan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari dengan nilai-nilai iman sehingga ditingkatkan derajatnya oleh Allah SWT [Qs. Al Mujadalah (580):11]. Ulil Albab juga adalah seseorang yang selalu mentafakuri penciptaan langit dan bumi sehingga ia memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi, dan kemudian ia memanfaatkan dalam kehidupannya sehari-hari dengan tetap meminta perlindungan Allah SWT.Dengan demikian apabila seseorang yang sudah mengintegrasikan ilmu, iman dan amalnya disebut seseorang yang kompeten atau seseorang yang memiliki kecakapan/kemampuan, baik kecakapan akademik intelektual, kecakapan sosial emosional, maupun kecakapan fisik.Demikian juga Allah SWT menghendaki agar semua manusia yang beriman masuk ke dalam Islam secara menyeluruh.Artinya, keseluruhan ilmu, iman dan amalnya. Karena kalau tidak demikian seperti dalam firman Allah SWT disebutkan, “Dan janganlah engkau mengikuti jalan syaitan, karena sesungguhnya dia adalah musuhmu yang nyata” [Qs. Al Baqarah (2):208]. Ar Rafi’ mendefinisikan kompetensi sebagai: penguasaan dan pemilikan ilmu (knowledge) yang dapat digunakan dalam kehidupan (skill) dengan akhlak mulia (attitude) sehingga berdampak rahmatan lil alamin(Suderadjat, 2013).Pembangunan pribadi yang integral membutuhkan proses pembelajaran yang integral pula, yaitu proses pembelajaran dengan menggunakan metode ilmiah, sehingga
74
siswa dapat menguasai dan memiliki konsep keilmuan dengan nilai-nilai yang Islami. Serta pelatihan dalam penggunaan konsep keilmuan tersebut dapat bermanfaat dalam kehidupan sesuai dengan nilai-nilai Islami (Suderadjat, 2013:10) 2. Konsep Pendidikan Ar Rafi’ dalam membangun kecerdasan berpikir Penguasaan ilmu pengetahuan tidak semata-mata dapat diperoleh secara instan, dalam arti ilmu tidak dapat “ditransfer” dari “kepala guru” kepada “kepala siswa”. Hal itu sejalan dengan pendapat kaum kontruktivis yang kebenarannya dapat diyakini karena tidak bertentangan dengan firman Allah SWT, sebagai berikut: “Dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya” [Qs An Najm (53):39]. Ayat tersebut menjelaskan bahwa seorang siswa tidak akan memiliki ilmu kecuali bila dia sendiri yang mengusahakannya melalui belajar dan berlatih sendiri, berusaha menemukannya sendiri dan mengevaluasinya sendiri, apakah ia telah memiliki ilmu. Konsep pendidikan Ar Rafi dapat memfasilitasi peserta didik dalam perolehan, penguasaan dan kepemilikan konsep-konsep keilmuan yaitu dengan membangun kecakapan proses berpikir ilmiah (scientific thinking) dengan menggunakan metoda ilmiah (scientific method) agar semua muslim menjadi sosok manusia yang akan ditingkatkan derajatnya (diunggulkan) Allah SWT. Proses berpikir ilmiah model Ar Rafi’ dinamakan metoda Iqro-Kalam yaitu melatih siswa berpikir induktif dan deduktif. Hal ini sesuai dengan firman
PEDAGOGIK Vol. III, No. 1, Februari 2015
Allah SWT yang memberikan wahyuNya yang pertama kepada Muhammad SAW dalam Al Qur’an surat Al Alaq, yaitu ayat 1 dan 2 menggambarkan perintah Allah SWT kepada rasulNya untuk mengamati manusia penghuni alam semesta. Ayat 3, 4, dan 5 ditafsirkan sebagai berpikir dengan metoda ilmiah, yang dimulai dengan proses meng”indra” alam semestadan semua penghuninya, kemudian memikirkannya, membangun konsep sehingga mendapat ilmu pengetahuan dan kemudian dapat digunakannya dalam kehidupan (Suderadjat, 2013:27). 3. Konsep Pendidikan Ar Rafi’ dalam Membangun Ahlak Mulia Konsep dasar pendidikan Ar Rafi’ dalam membangun kecerdasan emosional-spiritual dan kecerdasan kinestetis berlandaskan pada Al Qur’an surat At Tin ayat 4, 5 dan 6 yang ditafsirkan bahwa nilai-nilai keimanan kepada Allah SWT yang dijadikan landasan dalam berbuat dan bertindak, merupakan amal salih,yaitu perbutan dan tindakan yang dilakukan umat muslim atas perintahNya, maka mereka disebut orang-orang yang taqwa (muttaqien). Bagi umat muslim, beramal salih atau berahlak mulia merupakan modal dasar bagi upaya pencapaian keridhoan Allah SWT yang di dalamnya ada surga. Teladan dan keagungan ahlak yang patut dicontoh umat manusia adalah Rasullullah Muhammad SAW [Qs Al Qalam (68):4].Dalam kehidupan sehari-hari dampak nyata dari amal salih atau berahlak mulia, yaitu mengimplementasikan nilai-nilai keimanan dalam bentuk amal salih adalah kesejahteraan bagi diri pribadi,
75
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara serta lingkungan alam sekitar dan penghuninya, sesuai dengan firmanNya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. [Qs Al Anbiya (21): 107]. Dengan demikian konsep pendidikan Ar Rafi membangun nilai dan sikap untuk beramal salih (Suderadjat, 2013:50). BAB III Metode PenelitianWaktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dalam waktu 3 bulan yaitu mulai tanggal 13 Januari 2015 sampai dengan 23 Maret 2015.Tempat penelitian di SD Ar Rafi’ Kota Bandung. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan deskriptif kualitatif. Hal ini bertujuan untuk memperjelas dan mempermudah membahas analisis untuk menggambarkan proses persiapan guru dalam mengkonstruksi konsep ideal pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik di kelas. Menurut Sabarguna, deskripsi berarti yang lengkap dan relevan atas data yang diperoleh (Sabarguna, 2008). Populasi dan Sampel Penelitian Populasidan sampel penelitian adalah seluruh guru SD Ar Rafi’ sebanyak 37 orang guru baik guru kelas maupun guru bidang studi. Instrumen Pengumpul Data Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa data analisis pertemuan, hasil kerja guru dalam mengembangkan kurikulum dan rancangan program pembelajaran yaitu berupa perangkat kurikulum mulai dari PEDAGOGIK Vol. III, No. 1, Februari 2015
silabus, RPP dan instrumen evaluasi pembelajaran dan hasil wawancara. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Deskripsi SD Ar Rafi’Kota Bandung SD Ar Rafi’ berada di lokasi yang strategis, aman dan nyaman tepatnya berada di Jalan Sekejati Kiaracondong Bandung. SD Ar Rafi’ merupakan sekolah swasta unggulan yang merintis program layanan akselerasi di tingkat sekolah dasar. Berikut ini akandipaparkan visi, misi serta tujuan dalam penyelenggaraan pendidikannya. Visi dan Misi Pendidikan Ar Rafi’ Visi: ”Lulusan sekolah Ar Rafi’ adalah calon pemimpin bangsa [Qs. 2:30] di masa depan, sebagai ulul albab [Qs. 3: 190-291] yang kaaffah [Qs. 2:208], berahlak mulia dan mampu menyebar “rahmatan lil ‘alamin” Misi: “ Menyelenggarakan pendidikan berbasis luas (broad based education) yang beroriantasi pada kecakapan hidup (life skill), kecakapan mempelajari (learning to learn), kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik, serta pengembangan inovasi dan kreativitas melalui proses belajar mandiri dengan pola tematis, berbasis teknologi informatika dan komunikasi” Tujuan Pendidikan Ar Rafi’ “Menyiapkan lulusan dengan kecakapan belajar; kecakapan personal dan kecakapan sosial berintikan nilai Islam yang diperlukan mereka untuk dapat menguasai kecakapan akademik dan atau vokasional dalam spektrum luas sesuai dengan tuntunan masyarakat
76
global berbasis teknologi informatika dan komunikasi” 2. Deskripsi kompetensi pedagogik guru dalam mengembangkan kurikulum dan rancangan program pembelajaran holistic integrative berbasis nilai-nilai Islam Berdasarkan hasil observasi terhadap pemetaan rumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar sampai dengan pembuatan instrumen evaluasi peneliti memperhatikan unsur kognitif, psikomotorik dan afektif terintegrasi di dalam rumusan standar kompetensi dan kompetensi dasarserta indikator yang dibuat dan dikembangkan berdasarkan pola pengembangan kurikulum terpadu (integrative curriculum development) yang mengintegrasikan semua materi pelajaran ke dalam tema-tema dalam konteks kehidupan anak dengan berbasis nilai-nilai Islam.Semua ranah baik akademik, sosial emosional, psikomorik serta spiritual tercantum dan terintegrasi dalam satu perangkat pembelajaran yang didasari dengan penyajian proses pembelajaran yang menyenangkan, menarik dan membangkitkan rasa keingintahuan peserta didik sehingga tidak monoton dan membosankan. Hal itu sejalan dengan pembelajaran holistik dapat meningkatkan kekuatan berpikir kreatif-inovatif (Rubiyanto, 2010:184).Seiring dengan hal itu pembelajaran di SD Ar Rafi’menerapkan pola pembelajaran yang menyeluruh.Menurut Dave Meyer disebut sebagai pembelajaran yang “holistic”. Dimana pola ini mengintegrasikan ketiga unsur otak manusia yaitu: neocortex, limbic PEDAGOGIK Vol. III, No. 1, Februari 2015
system,dan reptillian brain. Dave Meyer menyebut teori ini sebagai “triune brain”, yang membelajarkan siswa secara menyeluruh, baik neocortex sebagai “the learning brain” dalam membangun kerangka berpikir (mind set) keilmuan dan kecerdasan intelektual, limbic system sebagai “social and emotional brain” untuk membangun kecerdasan social dan emosional dan reptillian brain yang menjaga kebugaran fisik. Neocortex (lapis otak ke tiga) dapat berpikir secara kreatif jika emosinya senang, bersemangat, termotivasi dan instingnya aman. Neocortex dapat kerjasama secara optimal jika didukung oleh lapisan otak lainnya yaitu: lapisan otak mamalia (fungsi pengendali emosi dan perasaan (Suderadjat, 2010). Adapun laporan dari data hasil observasi, peneliti dapat menganalisisdalam pemahaman dan pembuatan rancangan program pembelajaran holistic integrative yang berbasis nilai-nilai Islam menunjukkan bahwa dari 37 orang guru yang menjadi sampel penelitian dapat digambarkan sebagai berikut; Petama,15 orang guru dapat dikategorikan baik dengan indikator penilaiannya yaitu; mampu menentukan waktu efektif dalam proses belajar mengajar selama satu semester, menganalisis materi esensial yang bersumber dari materi pelajaran, menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, menentukan media pembelajaran, membuat bahan ajar, serta menyusun instrumen evaluasi termasuk di dalamnya membuat kisi-kisi soal, membuat dan mengembangkan soal, menentukan domain baik kognitif, psikomotor dan afektif, tingkat kesulitan
77
soal dan penskoran dalam penilaian.Kedua, 15 orang guru dikategorikan cukup baik dengan indikator penilaiannya,yaitu; mampu menentukan waktu efektif dalam proses belajar mengajarselamasatusemester,menganali sis materi esensial yang bersumber dari materi pelajaran, menentukanstandar kompetensi, kompetensidasar,indikator,menentukan media pembelajaran, membuat bahan ajar.Namun belum mampu menyusun instrumen evaluasi termasuk di dalamnya membuat kisi-kisi soal, membuat dan mengembangkan soal, menentukan domain baik kognitif, psikomotor dan afektif, tingkat kesulitan soal dan penskoran dalam penilaian.Ketiga, 7 orang guru belum mampu menyelesaikan pembuatan rancangan program pembelajaran.Namun demikian guru yang belum mampu mengembangkan dan membuat rancangan program pembelajaran terus mendapat bimbingan dan pelatihan dari pihak sekolah. Berdasarkan hasil wawancara bebas dengan guru-guru, menyatakan bahwa secara administratif mereka sudah mengerti dan mengembangkan kurikulum serta membuat rancangan
program pembelajaran, namun terkadang tidak cukup waktu untuk berdiskusi dengan rekan atau guru yang lain karena terbatasnya waktu yang ada di sekolah, mengingat SD Ar Rafi’ merupakan sekolah full day. BAB IV Kesimpulan Kompetensi pedagogik guru SD Ar Rafi’ dalam mengembangkan kurikulum dan merancang program pembelajaran holistic integrative berbasis nilai-nilai Islam sudah baik, namun task komitmen untuk terus belajar, berkreasi dan berinovasi masih harus diberikan motivasi.Adapun upaya maksimal dalam mewujudkan hal itu perlu dikaji dan dipikirkan konten esensial apa saja yang akan guru berikan kepada peserta didik, yang akan dicantumkan dalam penyusunan RPP oleh guru. Penetapan komitmen dalam menyelesaikan tugas tepat waktu sangat menentukan kualitas dan professional sebagai guru. Oleh sebab itu dibutuhkan proses penyadaran diri terhadap komitmen guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Secara konsep, mutu pembelajaran tercipta dari setiap proses dan hasil yang dapat diperbaiki sehingga dapat menciptakan perbaikan secara berkelanjutan.
*Fanny Sumiratadalah Dosen Universitas Islam “45” Bekasi
PEDAGOGIK Vol. III, No. 1, Februari 2015
78
Daftar Pustaka
Balitbang Kemdikbud. 2013. Nilai Mutu Pembelajaran di Indonesia dalam Komparasi Internasional.[On Line].[www.balitbang kemdikbud.com]. [22 Juni 2015] Janawi. 2011. Kompetensi Guru. Bandung: Alfabeta Rubiyanto, N., & Haryanto. 2010. Startegi Pembelajaran Holistik di Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustaka Sabarguna, B. (2008). Analisis Data pada Penelitian Kualitatif. Jakarta: UI Press Suderadjat, H. 2010. Model Pembelajaran Akselerasi Holistic Integrative berbasis nilai-nilai Islam. Bandung: Buku Panduan SD Ar Rafi’ Suderadjat, H. 2013. Konsep Pendidikan Ar Rafi yang membangun Manusia Unggul. Bandung: CV.Sekar Gambir ASri
PEDAGOGIK Vol. III, No. 1, Februari 2015
79