“FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM PEMASANGAN INFUS PADA ANAK DI RSPI JAKARTA 2015” “FACTORS ASSOCIATED WITH INSTALLATION CAPABILITIES IN INFUSION NURSES AT CHILDREN IN JAKARTA RSPI 2015”
OLEH: FHITRIA KURNIANINGSIH ARTIKEL ILMIAH
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN JALUR B - KELAS E STIK SINT CAROLUS JAKARTA FEBRUARI 2016
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS PROGRAM S-1 KEPERAWATAN Laporan penelitian 22 Februari 2016 Fhitria Kurnianingsih Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kemampuan Perawat Dalam Pemasangan Infus Pada Anak Di RSPI Jakarta 2015 xiii + 108 halaman, 19 tabel, 5 lampiran ABSTRAK Asuhan keperawatan pada anak umumnya memerlukan tindakan kolaboratif yang invasive seperti injeksi atau pemasangan infus. Keamanan dan kenyaman merupakan pertimbangan utama dalam pemasangan infus. Secara kognitif, sebagian anak-anak tidak mampu mengasosiasikan nyeri sebagai pengalaman yang dapat terjadi di berbagai situasi. Tindakan ini sering dihadapi oleh perawat yang berpengaruh terhadap peningkatan mutu pelayanan rumah sakit dan meningkatkan keterampilan perawat dalam pemasangan infus pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kemampuan perawat dalam pemasangan infus pada anak di Rumah Sakit Pondok Indah. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional menggunakan total sampling 135 responden. Peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner dan observasi. Data dianalisa menggunakan chi square. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa ada hubungan antara usia perawat 92,9% (p value 0,000), tingkat kompetensi 90,2% (p value 0,000), pengetahuan 77,4% (p value 0,000), dan kecemasan 68,0% (p value 0,004) dengan kemampuan perawat dalam pemasangan infus pada anak di Rumah Sakit Pondok Indah. Kesimpulan penelitian ini adalah dengan kemampuan perawat dalam pemasangan infus pada anak dapat meningkatkan pelayanan yang sesuai dengan standar yang berlaku di Rumah Sakit Pondok Indah. Kata kunci : pemasangan infus, usia, tingkat kompetensi, pengetahuan, sikap, kecemasan. Daftar Pustaka 37 (2005 - 2014)
SINT CAROLUS SCHOOL OF HEALTH SCIENCES BACHELOR NURSING PROGRAM Research 22 February 2016 Fhitria Kurnianingsih Factors Associated With Installation Capabilities In Infusion Nurses At Children In Jakarta RSPI 2015 xiii + 108 pages, 19 tables, 5 attachments ABSTRACT Nursing care in children generally require collaborative action of the invasive such as injection or infusion. Safety and comfort is a major consideration in the infusion. Cognitively, some children are not able to associate pain as an experience that can occur in various situations. This action often faced by nurses that affect the quality improvement of hospital services and improve the skills of nurses in infusion in children. This study aims to determine what factors are associated with the ability of nurses in infusion in children in Pondok Indah Hospital. This study uses quantitative methods with descriptive correlational design with cross sectional approach using total sampling of 135 respondents. Researcher using research instruments such as questionnaires and observation. Data were analyzed using chi square. The results of this study found that there is a relationship between the age of nurses 92.9% (p value 0.000), the competency level of 90.2% (p value 0.000), knowledge 77.4% (p value 0.000), and anxiety 68.0% ( p value 0.004) with the ability of nurses in infusion in children in Pondok Indah Hospital. The conclusion of this study is the ability of nurses in infusion in children can improve the services in accordance with the applicable standards in Pondok Indah Hospital. Keywords: infusion, age, level of competence, knowledge, attitudes, anxiety. References 37 (2005 – 2014)
A. PENDAHULUAN Asuhan keperawatan pada anak, umumnya memerlukan tindakan kolaboratif yang invasive seperti injeksi atau pemasangan infus. Keamanan dan kenyaman merupakan pertimbangan utama dalam pemasangan infus. Secara kognitif, sebagian anak-anak tidak mampu mengasosiasikan nyeri sebagai pengalaman yang dapat terjadi di berbagai situasi (Potter, 2006). Perawat dalam hal ini harus mampu mengetahui permasalahan yang dapat mempengaruhi dampak psikologis anak ketika dirawat sehingga rencana keperawatan dengan berprinsip pada aspek kesejahteraan anak akan tercapai. Pokok permasalahan yang dihadapi anak ketika dirawat di rumah sakit adalah pemasangan infus yang akan berdampak menimbulkan stres dan trauma. Oleh karena itu, anak perlu dipersiapkan dalam menghadapi pengalaman prosedur pemasangan infus agar anak mampu mengarahkan energi mereka untuk menghadapi stres akibat pemasangan infus yang tidak dapat dihindari. Penelitian yang dilakukan oleh Yagil, Luria, Admi, Eilon, dan Linn (2010) menyatakan bahwa perbedaan persepsi dikarenakan kurangnya kepekaan perawat terhadap harapan dan kebutuhan
dari keluarga, serta kurangnya
kesadaran tentang bagaimana persepsi perawat sendiri mempengaruhi perilaku terhadap interaksi dengan keluarga. Komunikasi antara perawat dan orangtua akan mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurangnya pengalaman kerja perawat menjadi hambatan dalam pelaksanan pemasangan infus. Halcomb, Salamonson, Raymond dan Knox (2011), dalam penelitiannya menemukan perawat yang baru lulus masih memiliki pengetahuan dan pengalaman kerja yang kurang dalam menangani pasien dan hal tersebut juga berpengaruh pada kualitas asuhan keperawatan yang diberikan. Penelitian yang dilakukan Apriani, L (2014) menjelaskan hambatan perawat dalam pelaksanaan pemasangan infus yaitu perbedaan persepsi orang tua atau keluarga dengan perawat, keterbatasan fasilitas rumah sakit, kurangnya dukungan orang tua dan keluarga dan kurangnya pengalaman kerja perawat.
Di Rumah Sakit Pondok Indah dalam pemasangan infus mempunyai indikator mutu satu kali penusukkan pemasangan infus yang bertujuan meningkatkan keterampilan perawat dalam pemasangan infus pada pasien anak. Program ini merupakan upaya peningkatan pelayanan Keperawatan RSPI yang bertujuan meningkatkan keterampilan perawat dalam melakukan pemasangan infus, mengurangi stresor pasien anak dan orangtua pasien. Frekuensi pengumpulan data tiap bulan dengan metode pengumpulan data observasi langsung oleh supervisor yang sudah ditunjuk oleh Kepala Unit Perawatan (KUP) yang dilakukan terhadap perawat dengan menggunakan lembar observasi pemasangan infus pada anak. Pada awal Januari sampai Juni 2015 angka keberhasilan sesuai indikator mutu RSPI pada pemasangan infus usia anak 60 % dari 962 pasien, 40 % yang perlu dicari penyebab yang mempengaruhi perawat dalam pemasangan infus pada anak. Di RSPI belum ada penelitian yang terkait dengan faktor – faktor yang berhubungan dengan kemampuan perawat dalam pemasangan infus pada anak Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “faktor - faktor yang berhubungan dengan kemampuan perawat dalam pemasangan infus pada anak di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor - faktor yang berhubungan dengan kemampuan perawat dalam pemasangan infus pada anak di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta. B. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Variabel independen dalam penelitian ini adalah usia, pengalaman, pengetahuan, sikap dan kecemasan perawat. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemasangan infus pada anak. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di Rumah Sakit Pondok Indah. Sampel dalam penelitian ini dengan kriteria perawat yang melakukan asuhan keperawatan secara langsung pada pasien, perawat yang
sudah bekerja dengan masa kerja lebih dari 3 bulan di Rumah Sakit Pondok Indah, perawat yang bersedia secara langsung menjadi responden. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta di bagian perawatan Lantai VA, Lantai VC, Lantai IVA, Lantai IVC dan Emergency dilakukan pada bulan Oktober 2015 sampai dengan bulan Desember 2015. Peneliti mengajukan permohonan izin kepada Rumah Sakit Pondok Indah untuk mendapat persetujuan, kemudian kuesioner dikirim kepada subjek yang diteliti. Peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner dan pedoman observasi yang terdiri dari: 1) Kuesioner A, terdiri dari data demografi: nama (inisial) responden, usia , dan tingkat kompetensi, 2) Kuesioner B, kuesioner pengetahuan perawat terdiri dari 20 soal pernyataan, 3) Kuesioner C, kuesioner sikap perawat terdiri dari 20 pernyataan, 4) Kuesioner D, kuesioner kecemasan perawat terdiri dari 15 pernyataan, 5) Kuesioner E, lembar observasi digunakan peneliti untuk mengimpulkan data tentang pemasnagan infus pada anak. Peneliti melakukan analisis data uji univariat dan bivariat. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji Chi square (χ2) dengan batas kemaknaan Alfa / p = 0,05. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis univariat Distribusi frekuensi dalam penelitian ini menggambarkan distribusi frekuensi dari variabel independen yaitu usia, pengalaman, pengetahuan, sikap dan kecemasan perawat serta variabel dependen dalam penelitian ini yaitu pemasangan infus pada anak.
Tabel 1.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia, tingkat kompetensi, pengetahuan, sikap, tingkat kecemasan perawat dan pemasangan infus pada anak di RS Pondok Indah Jakarta Variabel
Frekuensi
%
usia 17 Usia
Tingkat Kompetensi
35 tahun usia 36 55 tahun Novice Advanced Beginner Competent Kurang
Pengetahuan
Sikap
Baik Baik Kurang Baik Baik Cemas Berat-
Tingkat Kecemasan
68,9
42
31,1
49
36,3
35
25,9
51
37,8
82
60,7
53
39,3
70
51,9
65
48,1
60
44,4
75
55,6
58
43,0
77
57,0
Panik Cemas RinganSedang Kurang
Pemasangan Infus pada Anak
93
Baik Baik
(Sumber: Data primer diolah) a. Distribusi frekuensi usia reponden. Berdasarkan tabel 1.1 didapatkan data 68,9% (93 responden) termasuk dalam usia 17-35 tahun dan sisanya yaitu 31,1% (42 responden) termasuk dalam usia 36-55 tahun. Tabel tersebut menunjukkan sebagian besar responden berusia 17-35 tahun. b. Distribusi frekuensi tingkat kompetensi. Berdasarkan tabel 1.1 didapatkan data 36,3% (49 responden) termasuk dalam tingkat kompetensi Novice, 25,9% (35 responden) termasuk dalam tingkat kompetensi Advanced Beginner dan sisanya yaitu 37,8% (51 responden) termasuk dalam tingkat kompetensi Competent. Tabel tersebut menunjukkan sebagian besar responden ada pada tingkat kompetensi Competent. c. Distribusi frekuensi pengetahuan.
Berdasarkan tabel 1.1 didapatkan data 60,7% (82 responden) termasuk dalam pengetahuan kurang baik dan sisanya yaitu 39,3% (53 responden) termasuk dalam pengetahuan baik. Tabel tersebut menunjukkan sebagian besar responden dengan pengetahuan kurang baik. d. Distribusi frekuensi sikap. Berdasarkan tabel 1.1 didapatkan data 51,9% (70 responden) termasuk dalam sikap kurang baik dan sisanya yaitu 48,1% (65 responden) termasuk dalam sikap baik. Tabel tersebut menunjukkan sebagian besar responden dengan sikap kurang baik. e. Distribusi frekuensi kecemasan. Berdasarkan tabel 1.1 didapatkan data 44,4% (60 responden) termasuk dalam cemas Berat-Panik dan sisanya yaitu 55,6% (75 responden) termasuk cemas
Ringan-Sedang. Tabel tersebut menunjukkan
sebagian besar responden dengan cemas Ringan-Sedang. f. Distribusi frekuensi pemasangan infus pada anak. Berdasarkan tabel 1.1 didapatkan data 43,0% (58 responden) termasuk dalam pemasangan infus pada anak kurang baik dan sisanya yaitu 57,0% (77 responden) termasuk dalam pemasangan infus pada anak baik. Tabel tersebut menunjukkan sebagian besar responden melakukan pemasangan infus pada anak baik.
2.
Analisis bivariat Tabel 2.1
Hubungan Antara Usia, Tingkat Kompetensi, Pengetahuan, Sikap, Kecemasan Perawat Dengan Kemampuan Perawat Dalam Pemasangan Infus Pada Anak di RS Pondok Indah Jakarta 2015 Pemasangan Infus Pada Anak Kurang Baik Baik N % N %
Variabel
Usia
usia 17-35 tahun
Total
p value
N
%
55 59,1 38 40,9 93 100,0 0,000
usia 36-55
Tingkat Kompetensi
Pengetahuan
Sikap Tingkat Kecemasan
3
7,1
39 92,0 42 100,0
tahun Novice Advanced
38 77,6 11 22,4 49 100,0
Beginner Competent Kurang
5
Baik Baik Kurang Baik Baik Kurang Baik Baik
15 42,9 20 57,1 35 100,0 0,000 9,8
46 90,2 51 100,0
46 56,1 36 43,9 82 100,0
0,000
12 22,6 41 77,4 53 100,0 34 48,6 36 51,4 70 100,0
0,172
24 36,9 41 63,1 65 100,0 34 56,7 26 43,3 60 100,0
0,004
24 32,0 51 68,0 75 100,0
(Sumber : Data primer diolah)
a. Hubungan Antara Usia Dengan Pemasangan Infus Pada Anak. Berdasarkan tabel 2.1 diketahui bahwa perawat yang melakukan pemasangan infus pada anak yang kurang baik, proporsinya lebih banyak pada usia 17-35 tahun (59.1%) dibandingkan dengan perawat yang usianya 36-55 tahun (7.1%). Hasil uji yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan, antara usia dengan pemasangan infus pada anak, dengan nilai p Value sebesar 0.000. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Amalia, I (2013) menunjukkan perilaku perawat dalam melakukan pemasangan infus pada anak dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja dan pendapatan. Peneliti berasumsi usia dewasa muda belum mempunyai keterampilan yang banyak dalam melakukan tindakan pemasangan infus tetapi sebaliknya pada usia dewasa akhir mempunyai pengalaman yang cukup banyak dalam pemasangan infus pada anak. Dengan bertambahnya usia bertambah
pula pengalaman seseorang dalam melakukan tindakan. Hal ini dijelakan pula oleh Hurlock (2005) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. b. Hubungan Antara Tingkat Kompetensi Dengan Pemasangan Infus Pada Anak. Berdasarkan tabel 2.1 diketahui bahwa perawat yang melakukan pemasangan infus pada anak yang kurang baik, proporsinya lebih banyak pada tingkat kompetensi Novice (77.6%) dibandingkan dengan perawat tingkat kompetensi Competent (9.8%). Hasil uji yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan, antara tingkat kompetensi dengan pemasangan infus pada anak, dengan nilai p Value sebesar 0.000. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan Apriani. L (2014) menjelaskan bahwa pengalaman kerja perawat dapat memberikan asuhan keperawatan termasuk pemasangan infus. Tetapi hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnama. A (2013) yang menjelaskan tidak ada hubungan antara masa kerja dengnan pemasangan infus dengan p > 0,05. Peneliti berasumsi bahwa semakin tinggi tingkat kompetensi perawat semakin baik kemampuan perawat dalam melakukan pemasangan infus pada anak. Semakin tinggi tingkat kompetensi semakin banyak keahlian dan keterampilan dalam bekerja (Sastrohadiwiryo, 2010). c. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Pemasangan Infus Pada Anak. Berdasarkan tabel 2.1 diketahui bahwa perawat yang melakukan pemasangan infus pada anak yang kurang baik, proporsinya lebih banyak pada tingkat pengetahuan yang kurang baik (56.1%) dibandingkan dengan perawat dengan tingkat pengetahuan perawat yang baik (22.6%). Hasil uji yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan, antara tingkat pengetahuan dengan pemasangan infus pada anak, dengan nilai p Value sebesar 0.000. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Mercedes & Deborah (2013) yang menunjukkan bahwa pengetahuan perawat dapat
mempengaruhi perawat dalam pemasangan infus. Dengan hal ini peneliti berasumsi semakin tinggi tingkat pegetahuan seseorang semakin banyak
kemampuan seseorang terhadap kemampuan
pemasangan infus pada anak. Pengetahuan juga diperoleh dari cara proses belajar. Belajar merupakan suatu perubahan perilaku seseorang dalam situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang terhadap situasi tersebut, asalkan perilaku tersebut tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon alami seseorang, kematangan atau keadaan sementara (Kaplan, 2010). Peneliti berasumsi pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan perawat dalam melakukan pemasangan infus pada anak. d. Hubungan Antara Sikap Dengan Pemasangan Infus Pada Anak. Berdasarkan tabel 2.1 diketahui bahwa perawat yang melakukan pemasangan infus pada anak yang kurang baik, proporsinya lebih banyak pada sikap perawat yang kurang baik (48.6%) dibandingkan dengan sikap perawat yang baik (36.9%). Hasil uji yang menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan, antara sikap perawat dengan pemasangan infus pada anak, dengan nilai p Value sebesar 0.172. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Aini dan Firdaus (2013), dalam penelitiannya sikap perawat dapat mempengaruhi dalam pemasangan infus. Peneliti berasumsi bahwa sikap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek, baik yang bersifat intern ataupun ekstern, sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat. Hal ini yang mungkin menyebabkan sikap tidak berhubungan secara signifikan dengan kemampuan perawat dalam pemasangan infus pada anak. e. Hubungan Antara Kecemasan Dengan Pemasangan Infus Pada Anak. Berdasarkan tabel 2.1 diketahui bahwa perawat yang melakukan pemasangan infus pada anak yang kurang baik, proporsinya lebih banyak pada dengan tingkat cemas berat-panik (56.7%) dibandingkan dengan perawat dengan tingkat cemas ringan-sedang (32.0%). Hasil
uji yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan, antara tingkat kecemasan dengan pemasangan infus pada anak, dengan nilai p Value sebesar 0.004. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Carpenito (2006), faktor yang mempengaruhi munculnya kecemasan seseorang salah satunya faktor situasional orang ataupun lingkungan. Peneliti berasumsi semakin perawat merasakan kecemasan pada dirinya maka dalam pemasangan infus pada anak kemungkinan tidak berhasil semakin besar. D. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Distribusi responden yang berusia 17-35 tahun sebanyak 68,9% (93 responden). 2. Distribusi responden pada tingkat kompetensi Competent 37.1% (51 responden). 3. Pengetahuan responden mengenai pemasangan infus pada anak di RS Pondok Indah adalah kurang baik sebanyak 60.7% (82 responden). 4. Sikap responden mengenai pemasangan infus pada anak di RS Pondok Indah adalah kurang baik sebanyak 51.9% (70 responden). 5. Kecemasan responden mengenai pemasangan infus pada anak di RS Pondok Indah adalah cemas ringan-sedang sebanyak 55.6% (75 responden). 6. Ada hubungan antara usia dengan kemampuan perawat dalam pemasangan infus pada anak di RS Pondok Indah (p Value 0.000). 7. Ada hubungan antara tingkat kompetensi dengan kemampuan perawat dalam pemasangan infus pada anak di RS Pondok Indah (p Value 0.000). 8. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kemampuan perawat dalam pemasangan infus pada anak di RS Pondok Indah (p Value 0.000).
9. Tidak ada hubungan antara sikap dengan kemampuan perawat dalam pemasangan infus pada anak di RS Pondok Indah (p Value 0.172). 10. Ada hubungan antara kecemasan dengan kemampuan perawat dalam pemasangan infus pada anak di RS Pondok Indah (p Value 0.004). Saran: 1. Bagian Nurse Education di RS Pondok Indah Nurse Education melakukan pelatihan tentang pemasangan infus pada anak secara berkesinambungan selama 1 bulan di unit perawatan. 2. Unit Perawatan di RS Pondok Indah a. Kepala unit perawatan melakukan peningkatan kualitas kerja perawat dengan mengadakan pelatihan dan seminar mengenai pengetahuan, sikap, kecemasan dan keterampilan perawat dalam pemasangan infus pada anak. b. Meningkatkan pengetahuan perawat dengan mengadakan program pendidikan lebih lanjut. E. DAFTAR PUSTAKA Aini. Q & Firdaus.M. (2013). Pengaruh Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Perawat Terhadap Penerapan Standar Prosedur Operasional (SPO) Pemasangan Infus Di RS PKU Muhammadiyah Bantul. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,abstrac. Arikunto, Suharsini. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik edisi Revisi VI. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Amalia, I. N. (2013). Perilaku Perawat Dalam Melakukan Atraumatik Care Pada Perawatan Anak. Universitas Muhammadiyah Diponegoro, abstrac. Apriani, L. (2014). Hambatan Perawat Anak Dalam Pelaksanaan Atraumatic Care Di Ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga. Universitas Kristen Satya Wacana, 26 - 41.
Azwar, S. (2011). Sikap Manusia Dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Budiman, & Riyanto, A. (2013). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan Dan Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Carpenito, Lynda Juall. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta: EGC. Coyne, I. (2006). Children’s Experience of Hospitalization. Journal of Child Health Care. Vol. 10 (4) 326-336. Departemen Kesehatan RI. (2009). Kategori Usia. Donna L. Wong, et.al. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Alih bahasa: Agus Sutarna, Neti. Juniarti, H. Y. Kuncoro. Editor edisi bahasa Indonesia: Egi Komara Yudha, et al. Edisi 6. Jakarta: EGC. Dreyfus, Hubert, L, dkk. (2005). Companion to Heidegger. United Kingdom: Blackwell Publishing. Hastono, Sutanto Priyo dan Sabri, Luknis. (2011). Statistik Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hidayat, Aziz Alimul. (2009). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Hockenberry, M. J. (2009). Wong’s Essential of Pediatric Nursing (7th edition). St. Louis: Elsevier Mosby. Hurlock, E. B. (2009). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Kaplan, H.I & Sadock, B. J. (2010). Sinopsis Psikiatri (Synopsis of Psychiatry). Diterjemahkan oleh Widjaja Kusuma. Jakarta: Bina Aksara. Widjaja Kusuma. Jakarta: Bina Aksara. Meliono. (2007). MPKT modul 1. Jakarta: Lembang penerbitan FEUI. Nanda Internasional. (2010). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Nelko. (2013). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Stres Hospitalisasi Pada Anak Usia Sekolah 6 - 12 Tahun di Irina E RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado. ejournal keperawatan ( e-Kp ) Volume 1 Nomor 1, 1 - 8. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku.Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Novi, T. (2013). Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Anak Usia Sekolah yang Mendapatkan Tindakan Invasif di RSUP H. Adam Malik. Nursalam, dkk. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak (untuk perawat dan bidan) Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika. Perry, P. &. (2006). Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC. Polit, D. F., & Beck, C. T. (2012). Nursing Research Generating And Assessing Evidence For Nursing Practice Ninth Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Purnama.A. (2013). Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Masa Kerja Perawat Dengan Tindakan Pemasangan Infus Sesuai Standart Operating Procedure di RS Roemani Muhammadiyah Semarang. Purnamasari, E. P. (2015). Panduan Menyusun SOP. Yogyakarta: KOBIS. Riyadi, S., & Sukarmin, d. (2009). Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu. Ronny Kountur, D. (2009). Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis Edisi Revisi. Jakarta: Percetakan Buana Printing. Sastrohadiwiryo, Siswanto. (2010). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Stanley, M., & Pollard, D. (2013). Relationship Between Knowledge, Attitudes, and Self-Efficacy of Nurses in The Management of Pediatric Pain. Pediatric Nursing, 165 - 170. Stuart, G. W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 5. Jakarta: EGC. Subkhan. (2011). Pendampingan Orang Tua TerhadapRespon Penerimaan Anak Usia Pra Sekolah Pada Tindakan Invasif Pemasangan Infus Di Rumah Sakit Umum DaerahKraton Kabupaten Pekalongan. ejournal keperawatan ( e-Kp ) Volume 1 Nomor 1. Susilo, W. H. (2013). Prinsip-Prinsip Biostatika dan Aplikasi SPSS pada Ilmu Keperawatan. Jakarta: In Media. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN Wocial, L., & etc. (2010). Impact of Pediatric Nurses' Uniforms on Perceptions of Nurse Profesionalism. Pediatric Nursing, 320 -326.