e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Volume 1 Tahun 2016)
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH Putu Arthajaya, I Putu Panca Adi, Adnyana Putra Jurusan Penjaskesrek Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail :
[email protected],
[email protected],
[email protected], @undiksha.ac.id Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar lompat jauh melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas X5 SMA Karya Wisata Singaraja. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yaitu guru sebagai peneliti. Dilaksanakan dalam dua siklus yang terdiri dari tahapan perencanaan, tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas X5 SMA Karya Wisata Singaraja berjumlah 42 orang, terdiri dari 19 orang putra dan 23 orang putri. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Berdasarkan ketuntasan analisis data untuk aktivitas belajar lompat jauh pada observasi awal 5,76% (cukup aktif), dan pada siklus I meningkat menjadi 6,76 (cukup aktif) dan 8,00% (aktif) pada siklus II. Sedangkan persentase hasil belajar lompat jauh dari observasi awal sebesar 26,19% pada siklus I 59,52% dan 95,85% pada siklus II. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung) meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas X5 SMA Karya Wisata Singaraja tahun pelajaran 2015/2016. Disarankan kepada guru penjasorkes untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pembelajaran lompat jauh, karena terbukti efektif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Kata-kata Kunci: kooperatif , aktivitas, hasil belajar, lompat jauh.
Abstract: This study aims to improve the outcomes of long jump learning and activity through the implementation of cooperative learning model especially the TGT for the X5 grade students of SMA Karya Wisata Singaraja. This study is a classroom action research means that the teacher is the researcher. It was conducted in two cycles consists of stages of planning, action, observation / evaluation and reflection. The subjects of the study were forty students of the X5 grade students of SMA Karya Wisata Singaraja, consists of 19 males and 23 females. Data were analyzed using the descriptive statistics. Based on the analysis of data, the result of long jump learning activity at the initial observation was 5.76% (moderately active), in the first cycle it increased to 6.76 (moderately active) and 8,00% (active) in the second cycle. Meanwhile, the outcomes percentage of long jump learning in the initial observation was 26,19 % (pretty good), the first cycle was 59,52% (excellent) and 95,85 % (excellent) in the second cycle. Based on the analysis of data and the discussion, it can be concluded that the outcomes of long jump learning and activity (squat style and hanging style) is increased through the implementation of cooperative learning model especially the TGT for the X5 grade students of SMA Karya Wisata Singaraja in the academic year 2015/2016. The teachers of Penjasorkes are recommended to teach using cooperative learning model especially the TGT, because it works to improve the activities and learning outcomes. Key words : cooperative, activitie, learning outcomes , the long jump
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Volume 1 Tahun 2016)
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu masalah yang krusial yang sedang dihadapi oleh negara-negara berkembang, termasuk Indonesia seperti masalah kuantitas, efektivitas, efisiensi, dan relevansi. Menurut Hamalik Oemar,(2011:2) “pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan /atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Melalui penjasorkes ini siswa akan dapat meningkatkan serta mengembangkan ketiga ranah yang ada yaitu, kognitif, afektif, serta psikomotor. Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dimana guru sebagai pemeran utamanya. Peningkatan kualitas pembelajaran adalah salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan Tuntutan pendidikan, termasuk penjasorkes di era globalisasi ini adalah proses pembelajaran yang dinamis dan aktif, guna mencapai tujuan pendidikan nasional. Tujuan pembelajaran dikatakan tercapai apabila ada peningkatan dalam diri peserta didik, baik menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan. Untuk mencapai tujuan tersebut, peran seorang guru sangatlah penting di dalam menentukan dan menerapkan model pembelajaran yang tepat, karena dengan model pembelajaran yang baik dan tepat, seorang guru dapat memacu keikutsertaan peserta didik secara aktif, kreatif dan inovatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Berdasarkan data yang diperoleh yaitu: aktivitas belajar lompat jauh, tidak
ada (0%) orang dalam kategori sangat aktif, siswa dalam kategori aktif 12 orang (28,60%), siswa dalam kategori cukup aktif 20 orang (47,61%), siswa dalam kategori kurang aktif 10 orang (23,80%) dan tidak ada (0%) siswa yang tergolong sangat kurang aktif. Dimana 12 orang (28,60%) dinyatakan aktif dan 30 orang (71,42%) dinyatakan tidak aktif. Rata-rata prosentase aktivitas belajar siswa secara klasikal adalah 5,76. Sedangkan untuk hasil belajar lompat jauh yaitu siswa yang tuntas terdiri dari 11 orang (26,19%) dan yang tidak tuntas 31 orang (73,80%) dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu sebesar 75. Siswa yang berada pada kategori sangat baik tidak ada (0%), pada kategori baik 11 (26,19%) orang, cukup baik 31 (73,80%) orang, kurang baik tidak ada (0%) orang dan sangat kurang baik tidak ada (0%). Berdasarkan hasil refleksi awal yang dilakukan oleh peneliti di SMA Karya WisataSingaraja pada siswa kelas X5tahun pelajaran 2015/2016, permasalahan umum yang dialami oleh siswa pada saat proses pembelajaran lompat jauh yaitu: (1) pada kegiatan audio yaitu aspek (b) siswa tidak mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok yang berkaitan dengan materi pembelajaran lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung) (2) pada kegiatan mental yaitu aspek (b) siswa tidak dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung) (3) kegiatan lisan yaitu aspek (b) siswa tidak berani mengemukakan pendapat dalam diskusi kelompok yang berkaitan dengan meteri lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung) (4) kegiatan metrik yaitu aspek (b) siswa tidak berani mencoba gerakan-gerakan lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung ) dengan baik dan benar (5) kegiatan visual yaitu aspek (a) siswa tidak memperhatikan (peneliti atau teman) dalam menyampaikan materi pembelajaran lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung) (6) kegiatan emosional yaitu ; aspek (b) siswa tidak sungguh-sungguh dalam melakukan
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Volume 1 Tahun 2016) gerakan lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung). Permasalahan yang diidentifikasi sebagai faktor penyebab rendahnya hasil belajar lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung) di SMA Karya WisataSingaraja antara lain: (1) pada saat pembelajaran siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, (2) siswa juga jarang mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran, (3) banyak siswa yang minat dan belajarnya kurang terhadap mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan khususnya pada materi lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung), (4) interaksi belajar cenderung satu arah dari guru ke siswa, sehingga mengakibatkan siswa kurang kreatif, (5) siswa menganggap bahwa guru satu-satunya sumber belajar, (6) Siswa belum mempunyai rasa kerjasama dengan teman sehingga siswa masih bersifat individual, (7) Kurangnya rasa saling menghargai antar teman sehingga siswa tidak menghiraukan dan tidak menerima pendapat/masukan yang diberikan oleh teman Oleh sebab itu, dibutuhkan sebuah solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satu solusi agar aktivitas dan hasil belajar dapat meningkat, yaitu dengan mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif. Menurut Joyce dan Weil (dalam Rusman, 2011:133) berpendapat bahwa “model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat diguanakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain”. Slavin (dalam Rusman, 2011:205) menyatakan “Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatakan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuh sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain serta dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah dengan demikian diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran”. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dimaksudkan yaitu model
kooperatif tipe TGT. Pembelajaran ini tepat digunakan dalam mengatasi permasalahan di atas karena model pembelajaran ini. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompokkelompok, setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah) jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya dan suku yang berbeda (Iru dan Arihin, 2012:63). Kokom (2010:67) mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai berikut. (1) Penyajian kelas. guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru, (2) Kelompok (tim). Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnik, (3) Game. Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok, (4) Turnamen. Biasanya turnamen diadakan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar tugas, (5) Team Recognize. Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, aktivitas dan hasil belajar lompat jauh dapat meningkat. Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar lompat jauh melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas X5 SMA Karya Wisata Singaraja tahun pelajaran 2015/2016. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di kelas X5 SMA Karya Wisata Singaraja. Jenis
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Volume 1 Tahun 2016) penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan “suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki praktek pembelajaran di kelas secara lebih professional”(Kanca, 2010:4). Jenis PTK yang digunakan yaitu guru sebagai peneliti. Jumlah subjek penelitian ini yaitu 40 orang. Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus dan pada tiap siklusnya terdiri dari 2 kali pertemuan. Prosedur penelitian ini terdiri dari empat tahap, yaitu rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Waktu penelitan ini dilaksanakan setiap hari Selasa, tanggal 26 Maret dan 2 April untuk siklus I, sedangkan untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 9 dan 16 April 2016. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu aktivitas belajar dinilai oleh 2 orang observer dengan menggunakan
lembar observasi aktivitas belajar, sedangkan untuk hasil belajar dinilai oleh 2 orang evaluator dengan menggunakan format assesment hasil belajar. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis statistik deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN Data aktivitas belajar pada siklus I yaitu sebagai berikut. Tidak ada (0%) siswa berada dalam kategori sangat aktif, 24 (52,38%) siswa berada dalam kategori aktif, 18 (47,62%), siswa berada kategori cukup aktif, tidak ada (0%) siswa berada dalam kategori kurang aktif dan sangat kurang aktif. Dengan persentase secara klasikal 6,76% dengan kategori cukup baik
Tabel 1 Data Aktivitas Belajar LompatJauh Pada Siklus I No
Kriteria
1
X 9 7
X
<9
3
5
X
<7
4
3
X
<5
2
5
X Total
<3
Jumlah Siswa (orang)
Persentase (%)
Kategori
Keterangan
0
0
Sangat Aktif
24 orang (52,38%) sudah aktif
24
52,38
Aktif
18
47,62
Cukup Aktif
0
0
0
0
42
100
Untuk analisis data hasil belajar lompat jauh siklus I yaitu siswa yang tuntas terdiri dari 25 (59,52%) siswa dan yang tidak tuntas 17 (40,48%) siswa. Siswa yang berada pada kategori sangat baik tidak ada (0%), pada kategori baik 25
Kurang Aktif
18 orang (47,62%) belum aktif
Sangat Kurang Aktif
(59,52%) siswa, cukup baik 17 (40,48%) siswa, tidak ada (0%) siswa berada pada kategori kurang baik dan sangat kurang baik. Dengan persentase secara klasikal 59,52% dengan kategori cukup baik.
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Volume 1 Tahun 2016) Tabel 2 Data Hasil Belajar LompatJauh Pada Siklus I No
Rentang Skor
Jumlah Siswa (orang)
Persentase (%)
Kategori
1
85-100
0
0
Sangat Baik
2
75-84
25
59,52
Baik
3
65-74
17
40,48
Cukup
4
55-64
0
0
Kurang
0
0
Sangat Kurang
42
100
0-54
5
Hasil analisis data aktivitas belajar siswa pada siklus II diperoleh aktivitas belajar siswa secara klasikal sebesar 8.00 dengan tingkat keaktifan aktif. Siswa yang aktif sebanyak 40 orang siswa dengan persentase 95,23% dan 2 siswa yang tidak aktif dengan persentase 4,76%. Adapun rincian kategori aktivitas belajar siswa
Keterangan 25 orang (59,52%) Tuntas
17 orang (40,48%) Tidak Tuntas
adalah sebagai berikut: siswa dengan kategori sangat aktif 6 orang dengan persentase 14,28%, siswa dengan kategori aktif 34 orang dengan persentase 80,96% dan 2 siswa dengan kategori cukup aktif dengan persentase 4,76%, kurang aktif maupun sangat kurang aktif tidak ada.
Tabel 3 Data Aktivitas Belajar LompatJauh Siklus II
No
Kriteria
Jumlah siswa (orang)
Persentase (%)
Kategori
Keterangan
1
X 9
6
14,28
Sangat Aktif
40 siswa sudah aktif
2
7
X
<9
34
80,96
Aktif
3
5
X
<7
2
4,76
Cukup Aktif
4
3
X
<5
0
5
X Jumlah
<3
0 42
Penelitian hasil belajar pada siklus II dengan materi lompat jauh diperoleh data hasil belajar dimana siswa yang tuntas 40 orang dengan persentase 95,23% dan yang tidak tuntas 2 orang dengan persentase 4,77%. Adapun rincian kategori sebagai berikut: siswa dengan kategori sangat baik
0 0
2 siswa yang tidak aktif
Kurang Aktif Sangat Kurang Aktif
100
tidak ada, siswa dengan kategori baik 40 orang dengan persentase 95,23%, siswa dengan kategori cukup baik 2 orang dengan persentase 4,77% dan tidak ada siswa dengan kategori kurang baik maupun sangat kurang baik. Persentase ketuntasan hasil belajar lompat jauh (gaya jongkok dan
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Volume 1 Tahun 2016) gaya menggantung) secara klasikal pada siklus II adalah 95,85%dengan sangat baik
dan sudah memperoleh nilai rata-rata hasil belajar sebesar 75%.
Tabel 4 Data Hasil Belajar Lompat Jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung) Siklus II No
Rentang Skor
Jumlah Siswa (orang)
Persentase (%)
Kategori
Keterangan
1
85-100
0
0
Sangat Baik
40
95,23
40 orang (95,23%) Tuntas
2
4,77
2 3 4
75-84 65-74
0
55-64
5
0
0-54
42
Baik Cukup
0
Kurang
0
Sangat Kurang
2 orang (4,77%) Tidak Tuntas
100
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada siklus I dan siklus II dan juga dilakukan refleksi melalui diskusi dengan siswa dan guru. Sehingga pada penelitian ini
ditemukan adanya peningkatan aktvitas dan hasil belajar lompat jauh pada siswa kelas X5 SMA Karya Wisata Singaraja tahun pelajaran 2015/2016 setiap siklus.
Tabel 5 Peningkatan Aktivitas Belajar Lompat Jauh Per Tahap
No
Tahapan
Aktivitas Belajar Klasikal
Keaktifan Siswa (orang)
1.
Observasi Awal
5.76
12 (28.60%) aktif
2.
Siklus I
6.76
24 (52.38%) aktif
3.
Siklus II
8.00
40 (95.23%) aktif
Peningkatan Aktivitas Belajar Observasi Siklus I Observasi Awal ke ke Siklus Awal ke Siklus I II Siklus II (orang) (orang) (orang) 12 (28.57%)
16 (38.09%)
28 (66.66%)
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Volume 1 Tahun 2016)
Tabel 6 Peningkatan Hasil Belajar Lompat Jauh Per Tahap
No
Tahapan
Persentase Ketuntasan Belajar (orang)
1
Observasi Awal
11 (26.19%)
2
3
Siklus I
Siklus II
25 (59.52%)
Peningkatan Hasil Belajar Observasi Siklus I Observasi Awal ke ke Siklus Awal ke Siklus I II Siklus II (orang) (orang) (orang)
14 (33,33%) 29 (69,04%) 15 (35,71%)
40 (95.85%)
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil observasi awal mengenai aktivitas, hasil belajar, dan model pembelajaran dalam pembelajaran penjasorkes di SMA Karya WisataSingaraja, dapat dilihat bahwa aktivitas belajar lompat jauh secara klasikal tergolong kurang aktif. Sedangkan pada hasil belajar lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung) dalam secara klasikal tergolong tidak tuntas. Karena banyak siswa kurang memperhatikan penjalasan guru pada saat menjelaskan materi, kurangnya interaksi dalam pembelajaran baik antar siswa maupun siswa dengan guru dan siswa kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan tetap mempertahankan model pembelajaran konvesional maka sulit untuk dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa karena model pembelajaran konvesional memiliki banyak kelemahan. Upaya yang dilakukan oleh peneliti untuk mengatasi masalah tersebut yaitu menggunakan model pembelajaran kooperaif tipe TGT, dimana model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok,
setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah) jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya dan suku yang berbeda dengan menggunakan turnamen atau game. Dengan mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, aktivitas dan hasil belajar siswa menjadil lebih baik dari observasi awal. Ini dapat dilihat pada siklus I aktivitas belajar siswa masih cukup aktif karena masih ada 24 orang siswa yang masih cukup aktif namun setelah diberikan tindakan pada siklus II aktivitas belajar meningkat menjadi 6 orang sangat aktif dan 34 orang berada pada kategori aktif. Untuk Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri oleh proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, “hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar”(Dimyati dan Mudjiono, 2006:3). Hasil belajar siswa pada siklus I sebanyak 17 orang siswa yang tidak tuntas dan siswa yang tuntas sebanyak 25 orang, namun pada siklus II terjadi peningkatan sehingga siswa
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Volume 1 Tahun 2016) menjadi tuntas sebanyak 40 orang dan 2 siswa yang tidak tuntas. Hal ini terjadi karena peneliti memberikan tindakan-tindakan TGT dengan melihat kelemahan yang terjadi pada pembelajaran pada siklus I. Dengan memperhatikan data aktivitas dan hasil belajar lompat jauh pada siklus II, terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar secara klasikal dari siklus I ke siklus II yaitu pada aktivitas belajar sebesar 1,24 dan pada hasil belajar sebesar 36,33%. Peningkatan ini tidak terlepas dari pengimplementasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT secara optimal dalam proses pembelajaran dengan perbaikan-perbaikan pembelajaran sesuai dengan kekurangan-kekurangan yang terjadi pada setiap siklus sebelumnya. Selain dimuat dalam bentuk laporan penelitian, penelitian dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT juga dimuat dalam bentuk jurnal yang tersedian pada ejournal Undiksha. Antara lain atas nama: (a) I Putu Doni Indrawan (2012:1) menemukan bahwa aktivitas dan hasil belajar pergantian tongkat lari estafet pada siswa kelas IX.3 SMP Laboratorium Undiksha Singaraja tahun pelajaran 2011/2012 meningkat, di jelaskan hasil analisis data rata-rata aktivitas belajar secara klasikal meningkat dari (cukup aktif) pada siklus I, terjadi peningkatan sebesar 1,12 menjadi 7, 84 (aktif) pada siklus II. Presentase hasil SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Aktivitas belajar lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung) meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas X5 SMA Karya Wisata Singaraja tahun pelajaran 2015/2016 Hasil belajar lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung) meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas X5 SMA Karya Wisata Singaraja tahun pelajaran 2015/2016.
belajar secara klasikal juga meningkat dari 76,29% (cukup) pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 6,69% menjadi 82,98% (baik) pada siklus II sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal dari 82,5% (baik) pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 17,5% menjadi 100% (sangat baik) pada siklus II. Dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 9,38%. Melalui hasil tersebut terlihat bahwa implementasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT sangat mempengaruhi peningkatan aktivitas dan hasil belajar pergantian tongkat lari estafet. Berdasarkan hasl pembahasan yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar lompat jauh meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas X5 SMA Karya Wisata Singaraja tahun pelajaran 2015/2016. Untuk itu disarankan kepada guru penjasorkes untuk berupaya mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam proses pembelajaran sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar lompat jauh. Disamping itu implementasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini juga dapat dijadikan referensi dan prinsip fundamental yang bersifat konstruktif dalam meneliti cabang olahraga yang lain guna mencapai peningkatan kualitas proses pembelajaran.
Berdasarkan simpulan di atas, saran peneliti kepada guru penjasorkes yaitu agar dapat mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, karena terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar lompat jauh. Bagi peneliti yang akan melakukan atau mengadakan penelitian dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai dengan materi atau cabang olahraga yang akan diberikan dan bagi sekolah agar dijadikan sebagai pedoman dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, kesehatan, olahraga dan kesehatan pada materi pembelajaran lompat jauh khususnya
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Volume 1 Tahun 2016) DAFTAR PUSTAKA
Kanca,
Depdiknas. 2006. Pedoman Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Orkes. Dimiyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. I Putu doni Indrawan. 2012. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tounament (TGT) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar lari estafet Pada Siswa Kelas IX.3 SMP Laboratorium Undiksha Singaraja tahun pelajaran 2011/2012. Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Iru, La dan La Ode Safiun Arihi. 2012. Analisis Pendekatan, Metode, Strategi dan Model-model Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo.
2010. Metodelogi Peneltian Keolahragaan, Singaraja Jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Pendidikan Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung : PT Refika Aditama. Rusman. 2011. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Suherman, Adang. 2001. Pembelajaran Atletik. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Slavin,
Robert E. 2009. Cooperative learning. Ed. Boston: Allyn and Bacon.
Soegito,dkk. 1991. Pendidikan Atletik. Jakarta: Departemen Pendidikan Kebudayaan. Trianto, 2007.Model-model Pembelajaran Inovatif Berbasis Konstruktivistik, Jakarta: prestasi pustaka