UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) Novita Sari, Hairida, Tulus Junanto Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak Email :
[email protected] Abstract : The study was purposed to increase learning activity and learning outcomes in Class of X TKR D SMK Putra Khatulistiwa Pontianak in Reduction Oxidation Reaction using Teams Games Tournament (TGT) type. The study form is Classroom Action Research (CAR). The study subjects are Class of X TKR D SMK Putra Khatulistiwa students. In this study, the instruments are observation sheet and test of learning outcomes. Action in this study include 2 cycles with reduction oxidation concepts and oxidation number matters on first cycle and reduction oxidation and autoreduction oxidation matters on second cycle. Every cycle have some phases, there are planning, acting, observing, and reflection. The result of this study indicated increasing of learning activity in Cycle I and Cycle II as the following: visual activities (87,50% and 100%), oral activities asking to the teacher (15,63% and 56,25%), oral activities asking to the friend (50% and 87,50%), writing activities (87,50% and 100%). The result of this study indicated increasing of learning outcomes in Cycle I and Cycle II about 53,13% and 68,75%. Keywords : cooperative model, Teams Games Tournament (TGT), activity, learning outcomes, reduction oxidation reaction Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa Kelas X TKR D SMK Putra Khatulistiwa Pontianak pada materi Reaksi Redoks melalui model kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Bentuk penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa Kelas X TKR D SMK Putra Khatulistiwa Pontianak. Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar observasi dan tes hasil belajar. Tindakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 siklus dengan materi konsep redoks dan bilangan oksidasi pada siklus I dan reaksi redoks dan reaksi autoredoks pada siklus II. Setiap siklus terdiri dari beberapa tahap yaitu perencanaan, implementasi tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan terhadap aktivitas belajar pada siklus I dan II sebagai berikut : visual activities (87,50% dan 100%), oral activities bertanya kepada guru (15,63% dan 56,25%), oral activities bertanya kepada teman (50% dan 87,50%), dan writing activities (87,50% dan 100%). Hasil penelitian juga menunjukkan adanya peningkatan terhadap hasil belajar pada siklus I dan II yaitu sebesar 53,13% dan 68,75%. Kata kunci : model kooperatif, Teams Games Tournament (TGT), aktivitas, hasil belajar, reaksi redoks
1
B
elajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan (Anwar Kholil, 2009). Belajar pada umumnya lebih banyak dilakukan di sekolah. Proses pembelajaran yang baik sangat ditentukan oleh interaksi belajar antara siswa dan guru. Kegiatan interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar disebut juga dengan kegiatan pembelajaran (Sulianto, Joko, dan Porniawati, Sulis, 2011). Setiap siswa dituntut untuk selalu aktif dalam proses pembelajaran (Suhadi, 2010). Aktivitas belajar siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas belajar dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berpikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan dapat menunjang prestasi belajar. Kimia adalah ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang materi yang meliputi struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertainya. Kimia mempengaruhi seluruh aspek kehidupan sehingga penting untuk mempelajarinya (Johari dan Rachmawati, 2007). Bila siswa tidak memaksimalkan aktivitas belajar pada pelajaran kimia, maka pemahaman siswa terhadap materi kimia juga tidak akan maksimal. Akibatnya, hasil belajar siswa pun akan kurang memuaskan. Pernyataan tersebut didasarkan pada hasil observasi aktivitas belajar dan ketuntasan belajar siswa pada siswa Kelas X TKR D SMK Putra Khatulistiwa Pontianak. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut diketahui bahwa aktivitas belajar siswa Kelas X TKR D SMK Putra Khatulistiwa Pontianak masih sangat rendah dibandingkan keempat kelas lainnya. Ketuntasan belajar siswa Kelas X TKR D pun masih rendah, yaitu 37,14%, sehingga disepakati untuk dilakukan tindakan dengan menerapkan model kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada siswa Kelas X TKR D SMK Putra Khatulistiwa Pontianak, dengan tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa pada materi reaksi redoks. Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan lima sampai enam orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, agama, dan suku atau ras yang berbeda. Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang melibatkan seluruh siswa tanpa melihat perbedaan. Tipe ini melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar dan mengandung penguatan. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar (Azzahra, Nurul, 2011). Menurut Slavin dalam Deni Arisandi (2011), langkah-langkah pembelajaran TGT adalah sebagai berikut:
2
1. Penyajian kelas Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah dan diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat games karena skor games akan menentukan skor kelompok. 2. Kelompok (teams) Kelompok terdiri dari enam hingga tujuh orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, agama, dan ras atau etnis. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalam materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat permainan. Setelah selesai penyajian materi, masing-masing kelompok menyelesaikan soal diskusi kelompok secara bersama-sama. Bila ada siswa yang mengemukakan pertanyaan, teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjawab pertanyaan sebelum mengajukan pertanyaan kepada guru. 3. Permainan (games) Games terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Permainan dimainkan di meja-meja turnamen yang terdiri dari empat hingga lima orang siswa yang memiliki kemampuan akademik sama atau mendekati sama. Permainan yang berupa pertanyaan-pertanyaan pada kartu bernomor. Secara bergiliran siswa mengambil sebuah kartu nomor dan membaca soal itu dengan kuat supaya siswa yang ada dalam meja tersebut dapat mendengar. Siswa yang membaca soal mendapatkan kesempatan pertama untuk menjawab pertanyaan tersebut dan siswa lain yang berada pada meja yang sama menganggap jawaban yang diberikan tadi salah, siswa yang lain boleh memberikan jawaban yang berbeda, kemudian jawaban siswa dicocokkan dengan kunci jawaban yang telah tersedia di meja turnamen. Jawaban yang benar akan mendapatkan skor. Setelah turnamen selesai dilakukan, skor masing-masing anggota akan dihitung. Masing-masing anggota membawa perolehannya kembali ke kelompok semula, dan bersamasama anggota lain menyumbangkan poin untuk kelompoknya. Bagi kelompok yang mendapatkan skor/poin tertinggi akan mendapatkan penghargaan dari guru. Perhitungan poin pemain dalam permainan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Perhitungan Poin Pemain Pemain dengan Poin Jumlah Kartu yang Diperoleh Skor Tertinggi 60 Skor Tinggi 50 Skor Sedang 40 Skor Rendah 30 Skor Terendah 20
3
4. Turnamen (tournament) Turnamen merupakan struktur bagaimana dilaksanakannya permainan tersebut. Turnamen dilaksanakan setelah guru menyelesaikan presentasi kelas/penyajian kelas dan kelompok sudah mengerjakan soal diskusi kelompok. 5. Penghargaan kelompok (team recognition) Penentuan poin tertinggi dilihat dari hasil turnamen setelah para siswa kembali pada kelompok awal (heterogen). Setelah skor kelompok ditotal dan dirata-rata tertinggi adalah juara 1, sedangkan juara 2 dan 3 adalah kelompok yang mempunyai rata-rata di bawahnya. Jika terdapat kelompok yang mempunyai rata-rata sama, maka akan dilakukan turnamen tambahan untuk menentukan kelompok yang menang. Penghargaan diberikan kepada juara 1, 2 dan 3 saja. Penerapan model kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam penelitian ini sebagai tindakan dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan bagian dari penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu kegiatan penelitian ilmiah yang dilakukan secara rasional, sistematis dan empiris reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru atau dosen (tenaga pendidik), kolaborasi (tim peneliti) yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi pembelajaran yang dilakukan (Iskandar, 2009). METODE Bentuk penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan model kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi reaksi redoks. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari rangkaianrangkaian kegiatan yang berupa siklus. Siklus ini terdiri dari empat kegiatan, yaitu, perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflektif). Penelitian ini dilaksanakan di SMK Putra Khatulistiwa Pontianak untuk mata pelajaran kimia materi reaksi redoks pada tanggal 23 Mei 2012 dan 30 Mei 2012. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam penelitian ini terdiri atas dua siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X TKR D SMK Putra Khatulistiwa Pontianak semester genap tahun ajaran 2011/2012 dengan jumlah 32 siswa yang semuanya berjenis kelamin laki-laki. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah (1) hasil pekerjaan siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan yaitu jawaban siswa pada hasil pengerjaan posttest, (2) hasil pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran, dan (3) catatan lapangan yang memuat catatan kejadian-kejadian selama berlangsungnya proses pembelajaran. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas X TKR D SMK Putra Khatulistiwa Pontianak pada tahun ajaran 2011/2012 yang akan dikenai tindakan. Sedangkan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
4
adalah lembar observasi yang berupa lembar observasi tertutup (lembar observasi guru dalam melaksanakan kegiatan sesuai dengan RPP dan lembar observasi aktivitas belajar siswa) dan lembar observasi terbuka (digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru pada saat KBM berlangsung) dan tes hasil belajar. Kriteria ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0%-100%. Kriteria ideal untuk masingmasing indikator adalah 75% (Kriteria Ketuntasan Ideal). Satuan pendidikan dapat menetukan kriteria ketuntasan minimal lebih kecil atau lebih besar dari KKI (75%) dengan mempertimbangkan kemampuan peserta didik dan guru serta ketersediaan prasarana dan sarana (Suaidinmath, 2012). Indikator penelitian diperlukan agar keberhasilan pembelajaran yang akan diteliti dapat diukur. Indikator aktivitas dan hasil belajar yang diamati pada siswa Kelas X TKR D SMK Putra Khatulistiwa Pontianak Tahun Ajaran 2011/2012 dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Indikator Keberhasilan Aktivitas ≥70% siswa aktif memperhatikan pada saat guru menjelaskan materi pelajaran (visual activities) ≥20% siswa aktif bertanya kepada guru bila materi yang disampaikan kurang atau tidak dipahami (oral activities) ≥45% siswa aktif bertanya kepada teman sekelompok tentang materi yang sukar dipahami pada saat diskusi berlangsung (oral activities) ≥75% siswa aktif membuat catatan tentang materi pelajaran (writing activities) Hasil belajar
≥50% siswa mencapai ketuntasan belajar (KKM = 70) dengan menggunakan model kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada materi reaksi redoks.
Data yang diperoleh dari tes hasil belajar selanjutnya dapat dianalisis sebagai berikut: 1. Menghitung skor dari setiap jawaban soal posttest 2. Mengubah skor menjadi nilai dengan menggunakan rumus: Nilai =
skor yang diperoleh x 100 skor maksimum
3. Menghitung persentase ketuntasan siswa (nilai KKM ≥ 70), dengan rumus sebagai berikut: %Ketuntasan =
jumlah siswa yang tuntas x 100% jumlah seluruh siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN Pra Siklus PTK dimulai dengan observasi pada tanggal 13 Februari 2012 di SMK Putra Khatulistiwa Pontianak dengan mengamati Kelas X TKR C dan X TKR D yang memiliki aktivitas belajar dan hasil belajar yang rendah dibandingkan ketiga 5
kelas lainnya. Dari observasi diketahui bahwa aktivitas belajar dan hasil belajar siswa Kelas X TKR D paling rendah dibandingkan dengan kelas lainnya. Refleksi hasil observasi dan diskusi bersama guru mencapai kesepakatan untuk menerapkan model kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT) untuk dapat mengaktifkan siswa. Siklus I Dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2012 dengan alokasi waktu 3 x 40 menit. Materi yang diajarkan adalah konsep reaksi redoks dan bilangan oksidasi. Siklus I terdiri atas beberapa tahapan, yaitu: 1. Perencanaan I Sebelum siklus I dimulai, siswa diberikan tindakan persiapan untuk mempersiapkan siklus I. Kegiatan persiapan dilakukan oleh guru satu hari sebelum siklus I dimulai yang terdiri dari pembagian kelompok dan penomoran siswa yang terdiri dari tujuh orang siswa. Penentuan kelompok dan penomoran ini didasarkan pada nilai raport siswa pada semester ganjil Tahun Ajaran 2011/2012 dan pertimbangan dari guru. Kemudian dilakukan tindakan pemberian penjelasan model kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) kepada guru dan siswa. 2. Pelaksanaan Tindakan I Terdiri atas tiga kegiatan utama yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. a. Kegiatan awal Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Guru lalu menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa. Kemudian guru menyampaikan apersepsi tentang materi reaksi redoks sambil mengadakan tanya jawab kepada siswa. Kegiatan awal dilakukan selama ±15 menit. b. Kegiatan inti Eksplorasi: guru menjelaskan tentang materi konsep redoks berdasarkan tiga konsep, yaitu pengikatan dan pelepasan oksigen, penerimaan dan pelepasan elektron, serta perubahan bilangan oksidasi. Guru menjelaskan sambil sesekali mengajukan tanya jawab kepada siswa. Guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. siswa yang bertanya adalah siswa dengan kode C7, C5, dan D7. Elaborasi: guru telah mengelompokkan siswa dalam kelompok diskusi. Guru memberikan lembar latihan diskusi untuk dibahas masing-masing kelompok. Diskusi dimaksudkan agar setiap anggota kelompok memahami konsep redoks dan bilangan oksidasi. Guru tidak memantau semua kelompok dengan baik. Setelah diskusi selesai, guru kemudian mengarahkan kepada siswa bernomor sama untuk berada dalam satu meja turnamen. Setelah diadakan turnamen, pemegang skor sementara tertinggi adalah kelompok 3. Konfirmasi: tidak terlaksana karena waktu pelajaran kimia hampir selesai. Kegiatan inti dilakukan selama ±95 menit.
6
c. Kegiatan akhir Guru tidak membimbing siswa menyimpulkan materi pelajaran. guru mengingatkan agar semua anggota kelompok hadir agar semua anggota kelompok bisa mendapatkan skor pada turnamen. Kegiatan akhir dilakukan selama ±5menit. 3. Observasi I Peneliti bertindak sebagai observer. Hasil pengamatan pada saat observasi adalah sebagai berikut: alokasi waktu tidak sesuai dengan perencanaan; siswa dengan kode A2 dan D1 tidak hadir tanpa keterangan; siswa dengan kode A4, B2, B4, dan B7 tidak memperhatikan pada saat guru menjelaskan; siswa dengan kode C5, C7, dan D7 bertanya kepada guru saat diberikan kesempatan bertanya; siswa dengan kode E3 dan E6 bertanya pada saat diskusi; guru hanya memantau kelompok 5; kelompok 3 memegang skor tertinggi sementara, dan; guru tidak melaksanakan kegiatan konfirmasi. Persentase aktivitas belajar yang dicapai siswa adalah visual activities sebesar 87,50%, oral activities bertanya kepada guru sebesar 15,13%, oral activities bertanya kepada teman sebesar 50%, dan writing activities sebesar 87,50%. 4. Refleksi I Refleksi digunakan sebagai landasan penyusunan skenario pembelajaran pada siklus II. Hasil refleksi pada siklus I yaitu: guru akan memaksimalkan penyampaian materi; guru akan menegur siswa yang terlambat dan memberi sanksi; guru akan menyesuaikan alokasi waktu dengan perencanaan; guru akan memantau semua kelompok diskusi; guru akan mngontrol turnamen agar tertib, dan; oral activities bertanya kepada guru belum mencapai indikator keberhasilan. Setelah tindakan siklus I dilaksanakan, dilakukanlah pemberian posttest pada tanggal 24 Mei 2012. Pada posttest I, persentase siswa yang tuntas adalah sebesar 53,13% dan sudah mencapai indikator keberhasilan, yaitu 50%. Siklus II Dilaksanakan pada tanggal 30 Mei 2012 dengan alokasi waktu 3 x 40 menit. Materi yang diajarkan pada siklus II yaitu reaksi reduksi oksidasi dan reaksi autoredoks. Siklus II terdiri dari beberapa tahap, yaitu: 1. Perencanaan II Disusun berdasarkan hasil refleksi I dengan tahapan yang sama seperti pada siklus I. 2. Pelaksanaan tindakan II a. Kegiatan awal Guru membuka pelajaran dengn mengucapkan salam dan mengabsen siswa. Guru mngulang sedikit tentang materi sebelumnya dengan mengadakan tanya jawab kepada siswa. Waktu yang diperlukan pada kegiatan awal adalah ±10 menit b. Kegiatan inti Eksplorasi: guru menjelaskan kembali tentang penentuan bilangan oksidasi suatu unsur dalam ion atau senyawa sambil mengadakan tanya jawab kepada siswa dan meminta siswa untuk tidak menjawab bersamaan. Siswa sudah mulai berani menjawab sendiri. Pada saat selesai menjelaskan 7
materi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami siswa. Siswa dengan kode B6 pun bertanya kepada guru karena masih belum terlalu memahami materi pelajaran. Elaborasi: guru memberikan latihan soal untuk dijawab oleh kelompok diskusi. Guru membimbing dan memantau diskusi dengan baik. Banyak siswa yang bertanya kepada guru selama diskusi. Begitu pula dengan sesama anggota kelompok, siswa saling membantu agar siswa lainnya memahami materi. Ketika diskusi berakhir, turnamen kembali diadakan sebagai bentuk evaluasi terhadap pelajaran. Juara pertama turnamen adalah kelompok 3, juara kedua adalah 5, dan juara ketiga adalah kelompok 4. Guru kemudian memberikan penghargaan berupa parsel hadiah kepada pemenang. Konfirmasi: guru memacu semangat siswa untuk terus belajar agara memahami materi reaksi redoks. Kegiatan inti dilaksanakan selama ±100 menit. c. Kegiatan akhir Guru membimbing siswa menyimpulkan pelajaran dan mengingatkan siswa untuk mempersiapkan diri agar berhasil dalam posttest. Waktu yang diperlukan pada kegiatan akhir yaitu ±5 menit. 3. Observasi II Hasil pengamatan pada saat observasi adalah sebagai berikut: alokasi waktu yang dilaksanakan hampir sesuai dengan yang direncanakan; siswa dengan kode A1 tidak hadir karena sakit dan D1 tidak hadir tanpa keterangan; guru lebih sering memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya; B6 bertanya kepada diberikan kesempatan bertanya; guru membimbing dan memantau kelompok pada saat diskusi dengan baik, dan; kelompok 3 menjadi juara dalam turnamen permainan. Persentase aktivitas belajar yang dicapai siswa adalah visual activities sebesar 100%, oral activities bertanya kepada guru sebesar 56,25%, oral activities bertanya kepada teman sebesar 87,50%, dan writing activities sebesar 100%. 4. Refleksi II Selama proses pembelajaran pada siklus II, terdapat peningkatan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan model kooperatif tipe Teams Games Tournamnet (TGT). Kegiatan pembelajaran pada siklus II telah sesuai dengan tahap perencanaan yang didasarkan pada hasil refleksi siklus I, karena semua aktivitas belajar yang dilakukan siswa telah mencapai indikator keberhasilan. Setelah tindakan siklus I dilaksanakan, dilakukanlah pemberian posttest pada tanggal 31 Mei 2012. Pada posttest II, persentase siswa yang tuntas meningkat menjadi 68,75%. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Peningkatan aktivitas diketahui dari semakin banyaknya jumlah siswa yang aktif dalam proses pembelajaran. Pengamatan aktivitas siswa meliputi Visual Activities, Oral Activities bertanya kepada guru, Oral Activities bertanya kepada teman satu kelompok dan Writing Activities yang peningkatannya secara lengkap disajikan pada Tabel 3 berikut. 8
Tabel 3. Aktivitas belajar Siswa Kategori Visual Activities Oral Activities (bertanya kepada guru tentang materi yang sulit dipahami) Oral Activities (bertanya kepada teman saat diskusi) Writing Activities
Pra Siklus Persentase (%) 41,94 6,45
Siklus I Persentase (%) 87,50 15,63
Siklus II Persentase (%) 100 56,25
0
50
87,50
54,48
87,50
100
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Peningkatan hasil belajar siswa setiap siklusnya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel. 4. Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Posttest Siklus I Posttest Siklus II No Nama Skor Nilai Skor Nilai 1. A3 5 56 6 75 2. A4 4 44 4 50 3. A5 7 78 7 88 4. A6 6 67 6 75 5. A7 5 56 6 75 6. B1 5 56 6 75 7. B2 4 44 5 63 8. B3 4 44 6 75 9. B4 7 78 6 75 10. B5 5 56 4 50 11. B6 5 56 5 63 12. B7 7 78 7 88 13. C1 7 78 6 75 14. C2 7 78 7 88 15. C3 7 78 7 88 16. C4 7 78 5 63 17. C5 7 78 7 88 18. C6 7 78 6 75 19. C7 7 78 6 75 20. D2 4 44 4 50 21. D3 7 78 6 75 22. D4 7 78 6 75 23. D5 4 44 4 50 24. D6 7 78 5 63 25. D7 7 78 6 75 26. E1 5 56 7 88 27. E2 4 44 5 63 Tabel bersambung 9
Tabel sambungan 28. E3 29. E4 30. E5 31. E6 32. E7 Jumlah Rata-Rata
7 6 5 7 7
78 67 56 78 78 2.116 66,13
6 7 5 7 7
75 88 63 88 88 2.345 73,28
SIMPULAN Pengamatan terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas X TKR D SMK Putra Khatulistiwa Pontianak pada siklus I dan II telah mencapai indikator keberhasilan. Pengamatan ini didasarkan pada hasil tindakan dan data yang diperoleh dari lembar observasi siswa dan posttest pada setiap siklusnya sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada materi reaksi redoks. DAFTAR RUJUKAN Arisandi, Deni. (2011). Model Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe Teams Games Tournament (TGT). [Online]. Http://arisandi.com diakses tanggal 15 Mei 2011. Azzahra, Nurul. (2011). Pembelajaran Kooperatif Model TGT. [Online]. Http://www.nurul_azzahra.student.fkip.uns.ac.id/ diakses tanggal 15 Mei 2011. Iskandar. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada Press. Johari dan Rachmawati. (2007). Kimia 1 SMA dan MA untuk Kelas X. Jakarta : Erlangga (Esis). Kholil, Anwar. (2009). Interaksi sebagai Proses Belajar Mengajar. [Online]. Http://anwarholil.blogspot.com/ diakses tanggal 18 Oktober 2011. Suaidinmath. (2012). Bagaimana Menyusun Kriteria dan Indikator Keberhasilan Pendidikan dan Pembelajaran?. [Online]. Http://suaidinmath.wordpress.com diakses tanggal 12 April 2012. Suhadi. (2010). Karakteristik dan Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif. [Online]. Http://suhadinet.wordpress.com diakses tanggal 2 Oktober 2011. Sulianto, Joko, dan Porniawati, Sulis. (2011). Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar dengan Metode Pemecahan Masalah. [Online]. Http://dikti.go.id/ diakses tanggal 21 November 2011.
10