METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di desa Tanjung Manggu Sindangrasa, Imbanagara, Ciamis, Jawa Barat; di desa Dampyak, Mejasem Timur, Tegal, Jawa Tengah dan di desa Duren Talun, Blitar, Jawa Timur. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai Januari 2012. Pengolahan data dilakukan selama satu bulan pada bulan Pebruari 2012-Maret 2012. Materi Ternak Ayam Kampung yang digunakan pada penelitian ini telah dewasa tubuh dan pada ayam betina dalam kondisi tidak sedang bertelur. Ayam Kampung yang digunakan berjumlah 301 ekor. Tabel 2 menyajikan distribusi ayam Kampung yang diamati pada tiga lokasi penelitian. Tabel 2. Distribusi Ayam Kampung yang Digunakan Jenis Kelamin
Ayam Kampung Ciamis
Ayam Kampung Tegal
Ayam Kampung Blitar
-------------------------(ekor)-------------------------♂
45
20
38
♀
50
76
72
Jumlah
95
96
110
Keterangan : ♂ = Jantan; ♀ = betina
Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan berkapasitas 2,5 kg dengan skala minimum 0,5 kg dan jangka sorong dengan kapasitas ukur 200 mm dan skala terkecil 0,01 mm dan kamera. Pengolahan data dibantu dengan peranti lunak statistika MINITAB® versi 15.1.20.0.
12
Prosedur Ayam Kampung baik jantan maupun betina dipilih secara tidak acak (purposive sampling). Penimbangan dilakukan pada pengukuran bobot badan dan ukuran linear permukaan tubuh. Pengukuran bobot badan dilakukan dengan menggunakan alat timbang, sedangkan pengamatan ukuran-ukuran linear permukaan tubuh menggunakan jangka sorong. Pita ukur digunakan untuk mengukur lingkar shank. Pengukuran dilakukan pada setiap individu ayam. Variabel-variabel yang diukur meliputi panjang femur (X1), panjang tibia (X2), panjang tarsometatarsus (X3), lingkar tarsometatarsus (X4),panjang sayap (X5), panjang maxilla (X6), tinggi jengger (X7), panjang jari ketiga (X8), panjang dada (X9), lebar dada (X10) dalam dada (X11) dan lebar pinggul (X12)serta bobot badan (X13). Gambar 3 menyajikan bagian linear permukaan tubuh ayam yang diukur. Panjang Femur Pengukuran panjang tulang femur dilakukan sepanjang tulang paha. Pengukuran panjangfemurdilakukan dalam satuan mm. Hal tersebut seperti disajikan pada Gambar 3. Panjang Tibia Pengukuran panjang tulang tibia dilakukan dari patella sampai ujung tibia. Pengukuran panjang tibia dilakukan dalam satuan mm. Hal tersebut seperti disajikan pada Gambar 3. Panjang Shank Pengukuran panjang tarsometatarsus (shank) dilakukan sepanjang tulang tarsometatarsus (shank). Pengukuran panjang tarsometatarsus (shank) dilakukan dalam satuan mm. Hal tersebut seperti disajikan pada Gambar 3. Lingkar Shank Pengukuran lingkar tarsometatarsus dilakukan dengan cara melingkari pita ukur pada bagian tengah tulang tarsometatarsus (shank). Pengukuran lingkar tarsometatarsus (shank) dilakukan dalam satuan mm. Hal tersebut seperti disajikan pada Gambar 3.
13
A
C
B
D
Gambar 3. Pengukuran Panjang Femur (A), Panjang Tibia (B), Panjang Shank (C) dan Lingkar Shank (D) Panjang Sayap Tulang sayap terdiri atas tulang humerus, radius dan ulna. Pengukuran panjang sayap dilakukan dari pangkal humerus sampai ujung phalanges. Pengukuran panjang sayap dilakukan dalam satuan mm. Hal tersebut seperti disajikan pada Gambar 4. Panjang Maxilla Pengukuran panjang maxilla (Ossa maxillaria) ini dilakukan mulai dari pangkal sampai ujung paruh bagian atas. Pengukuran panjang maxilla dilakukan dalam satuan mm. Hal tersebut seperti disajikan pada Gambar 4.
14
Tinggi Jengger Pengukuran tinggi jengger (Pecten oculi capilaries) dilakukan dari bagian atas jengger sampai bagian bawah jengger.Pengukuran tinggi jengger dilakukan dalam satuan mm. Hal tersebut seperti disajikan pada Gambar 4. Panjang Jari Ketiga Pengukuran panjang jari ketiga dilakukan pada jari ketiga, yaitu jari dengan ukuran terpanjang. Pengukuran panjang jari ketiga dilakukan dalam satuan mm. Hal tersebut seperti disajikan pada Gambar 4.
E
G
F
H
Gambar 4. Pengukuran Panjang Sayap(E), Panjang Maxilla (F), Tinggi Jengger (G) dan Panjang Jari Ketiga (H) Panjang Dada
Pengukuran panjang dada (sternum) dilakukan dari ujung dada bagian depan sampai ujung bagian belakang. Pengukuran panjang tulang dada dilakukan dalam satuan mm. Hal tersebut seperti disajikan pada Gambar 5.
15
Lebar Dada Pengukuran lebar dada diperoleh dengan mengukur jarak antara tulang sternum bagian kiri dan bagian kanan. Pengukuran lebar dada dalam satuan mm. Hal tersebut seperti disajikan pada Gambar 5. Dalam Dada Pengukuran dalam dada (sternum) dilakukan dari jarak antara titik tinggi pundak dan tulang dada. Pengukuran dalam dada dilakukan dalam satuan mm. Hal tersebut seperti disajikan pada Gambar 5. Lebar Pinggul Pengukuran lebar pinggul dilakukan dari lumbar vertebrae kanan hingga lumbar vertebrae kiri. Pengukuran lebar pinggul dilakukan dalam satuan mm. Hal tersebut seperti disajikan pada Gambar 5.
I
J
K
L
Gambar 5. Pengukuran Panjang Dada(I), Lebar Dada (J), Dalam Dada (K) dan Lebar Pinggul (L)
16
Bobot Badan Penimbangan bobot badan dilakukan dengan menimbang tubuh ayam secara keseluruhan. Penimbangan bobot badan dilakukan dalam satuan gram (g). Hal tersebut seperti disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6. Penimbangan Bobot Badan pada Ayam Kampung Rancangan dan Analisis Data Statistik Deskriptif Data yang diperoleh kemudian diolah secara deskriptif . Nilai rataan, simpangan baku, dan koefisien keragaman pada masing-masing variabel diolah berdasarkan rumus Walpole (1993) sebagai berikut:
X=
ΣN i=1 Xi n
=
X
X
X
… X
2
S= KK =
ΣN i=0 (Xi-X ) n-1 S
x 100%
Keterangan:
X
= Rataan data contoh
Xi
= Data contoh
n
= Banyak data sampel
S
= Simpangan baku atau ragam contoh
KK
= Koefisien keragaman
17
Statistik T2-Hotelling Statistik T2-Hotelling digunakan untuk membedakan ukuran-ukuran tubuh ayam Kamung antara lokasi penelitian. Pengujian dilakukan terhadap setiap dua lokasi penelitian. Hipotesis statistik T2-Hotelling ini adalah: H0 : U1 = U2; artinya vektor nilai rata-rata lokasi 1 sama dengan lokasi 2 H1: U1 ≠ U2; artinya vektor nilai rata-rata lokasi 1 berbeda dengan lokasi 2 Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus uji T2-Hotelling menurut Gaspersz (1992): T2 =
n1n2 n1+n2
(X1-X2)’SG-1 (X1-X2)
Selanjutnya besaran F=
n1+n2-p-1 2 T (n1+n2-2)
akan berdistribusi F dengan derajat bebas V1 = p dan V2 = n1 + n2 –p 1. Keterangan : T2
= Nilai T2-Hotelling
F
= Nilai hitung untuk T2-Hotelling
n1
= Jumlah data pengamatan pada lokasi 1
n2
= Jumlah data pengamatan pada lokasi 2
X1
= Vektor nilai rata-rata variabel acak pada lokasi 1
X2
= Vektor nilai rata-rata variabel acak pada lokasi 2 -1
SG
= Invers matriks peragam gabungan (invers dari matriks SG)
P
= Jumlah variabel ukur Secara empiris, dibuktikan bahwa bila ditemukan perbedaan diantara dua
lokasi penelitian melalui uji T2-Hotelling, maka pengolahan data dilanjutkan dengan Analisis Komponen Utama (AKU) (Gaspersz, 1992). Bila ukuran-ukuran linear permukaan tubuh ayam Kampung pada dua lokasi penelitian sama maka kedua kelompok tersebut digabung dan dianalisis sebagai satu kelompok. Analisis Regresi Komponen Utama Analisis Regresi Komponen Utama merupakan perpaduan antara analisis regresi linear dan analisis komponen utama. Variabel bebas X pada persamaan
18
regresi linear disetarakan dengan persamaan komponen utama ke-1 atau persamaan ukuran yang diperoleh berdasarkan Analisis Komponen Utama. Model Komponen Utama menurut Gaspersz (1992) adalah: Y1 = a11 X1 +a21 X2 +…+a121 X12 Keterangan: Y
= Ukuran
X
= Panjang femur
X2
= Panjang tibia
X3
= Panjang shank
X4
= Lingkar shank
X5
= Panjang sayap
X6
= Panjang maxilla
X7
= Tinggi jengger
X8
= Panjang jari ketiga
X9
= Panjang dada
X10
= Lebar dada
X11
= Dalam pinggul
X12
= Lebar pinggul
a
a
: Vektor ciri atau vektor eigen ke-P untuk P = 1, 2, … , 12
Model Regresi Komponen Utama menurut Gaspersz (1992) adalah: Y= b0+b1X1+b2X2+ b3X3+b4X4 +b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+b9X9+b10X10+b11X11+b12X12 Keterangan: Y
= Bobot badan
X1
= Panjang femur
X2
= Panjang tibia
X3
= Panjang tarsometatarsus
X4
= Lingkar tarsometatarsus
X5
= Panjang jari Ketiga
X6
= Panjang sayap
X7
= Tinggi jengger
X8
= Panjang maxilla
X9
= Panjang dada 19
X10
= Lebar dada
X11
= Dalam dada
X12
= Lebar pinggul
b0
= Konstanta
b1
= Koefisien regresi dari panjang femur (X1)
b2
= Koefisien regresi dari tibia (X2)
b3
= Koefisien regresi dari tarsometatarsus (X3)
b4
= Koefisien regresi dari lingkar tarsometatarsus (X4)
b5
= Koefisien regresi dari panjang jari ketiga (X5)
b6
= Koefisien regresi dari panjang sayap (X6)
b7
= Koefisien regresi dari tinggi jengger (X7)
b8
= Koefisien regresi dari panjang maxilla (X8)
b9
= Koefisien regresi dari panjang dada (X9)
b10
= Koefisien regresi dari lebar dada (X10)
b11
= Koefisien regresi dari dalam dada (X11)
b12
= Koefisien regresi dari lebar pinggul (X12) Penentuan seberapa jauh pengaruh variabel yang diamati terhadap bobot
badan; diperoleh berdasarkan nilai elastisitas,. Rumus elastisitas menurut Gaspersz (1992) yang digunakan adalah: /
Ei = bi
; I =(1,2,3…12)
Keterangan: Ei = Nilai elastisitas ke-i (1,2,3….12) bi = Koefisien regresi ke-i Xi = Nilai rata-rata ke-i Y = Nilai rata-rata bobot badan Korelasi antara Variabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh dan Bobot Badan Korelasi antara variabel ukuran linear permukaan tubuh dan bobot badan dihitung berdasarkan rumus menurut Gaspersz (1992) sebagai berikut: ∑ ∑
∑
∑ ∑
²
∑
∑
²
20
Keterangan: = Korelasi Pearson X = Ukuran linear permukaan tubuh Y = Bobot badan
21