Antologi PGPAUD Vol... No... Juni 2015
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PRAMENULIS ANAK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN AKUISISI-LITERASI Rini Fitriani1 Didin Syahruddin2 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Kampus Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini berkenaan dengan peningkatan keterampilan pramenulis anak yang dilakukan pada kelompok B TK PGRI Karangmekar Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya dengan jumlah 18 orang anak. Permasalahan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah berkenaan dengan stimulasi literasi yang diberikan oleh guru selama proses pembelajaran kurang tepat ditujukan bagi anak usia dini. Upaya yang dilakukan dalam mengembangkan praakademik anak cenderung bersifat pasif dan kurang menyenangkan bagi anak. Mengingat pramenulis merupakan salah satu keterampilan praakademik anak, maka penting untuk dikembangkan dengan cara yang sesuai dengan tahapan perkembangan menulis awal anak. Oleh karena itu, peneliti menggunakan model pembelajaran akuisisi-literasi untuk mengembangkan keterampilan pramenulis anak. Tujuan penelitian ini dilaksanakan yaitu untuk (1) meningkatkan keterampilan pramenulis anak melalui model pembelajaran akuisisi-literasi, (2) mengetahui peningkatan keterampilan pramenulis anak setelah menggunakan model pembelajaran akuisisiliterasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan model Elliot. Yakni menggunakan tiga siklus dan setiap siklus terdiri dari tiga tindakan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi guru dan anak, catatan lapangan, dokumentasi serta penilaian performa. Hasil penilaian menunjukkan peningkatan yang cukup meningkat selama aktivitas berlangsung, pada siklus I mencapai rata-rata 50%, siklus II sebesar 70% serta siklus III sebesar 91%. Selain itu performa anak pada siklus I mencapai rata-rata 33%, siklus II 59% dan siklus III 84%. Dengan demikian, model pembelajaran akuisisi-literasi cukup efektif digunakan untuk meningkatkan keterampilan pramenulis anak. Kata kunci : meningkatkan, model akuisisi-literasi, pramenulis anak
Penulis¹ penanggung Jawab 1
Rini Fitriani, Didin Syahruddin, Meningkatkan Keterampilan Pramenulis Anak Melalui Model Pembelajaran Akuisisi-Literasi
ABSTRACT
INCREASED CHILDREN PRE AND EARLY WRITING ABILITY BY LITERACY-ACQUISITION LEARNING MODEL This research is about increased pre and early writing children ability was in group B TK PGRI Karangmekar Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya with 18 children. The problem was found in this research is about literacy stimulation that given from teacher during learnis process was not quit for early childhood. To eforts was did for increased children pre academic inclined passive and not fun. Consider pre and early writing is one of children pre academic ability, so is important to increased the ability with appropriate way and children phase writing ability. So, rsearcher used model literacy- acqusition learning for increased children pre and early writing ability. The purpose of this research is (1) increased pre and early writing by model literacy-acquisition (2) to find out increased pre and early writing after used the model literacy-acquisition. The method in this research is clasroom action research with Elliot model. Was used three cycle and every cycle consist of three action. Technique data accumulation was used is teacher observation, children observation, range note, documentation, and performance instrument. Result of research indicate increased during activity, I cycle get mean 50%, II cycle get 70%, and III cycle 91%. In addition children performance I cycle get mean 33%, II cycle get 59%, and III cycle get 84%. The conclusion is literacy-acquisition was effective for increased children pre and early writing ability. Key word: increase, model literacy-acquisition, pre and early writing
Di era globalisasi saat ini perubahan dan perkembangan zaman merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh setiap manusia. Inovasi-inovasi yang dikembangkan menuntut pola pikir manusia untuk senantiasa berorientasi ke masa depan. Dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin berkembang ini diperlukan suatu upaya yang mampu memberikan solusi dalam mengatasi permasalahan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi kuat yang mampu mengarahkan dan menciptakan generasi penerus bangsa menjadi cerdas, unggul serta mewujudkan cita-cita yang
diharapkan. Untuk mencapai harapan tersebut pemberian berbagai stimulasi layanan pendidikan tentunya harus menyentuh calon-calon generasi penerus bangsa secara menyeluruh. Anak adalah sosok individu yang memiliki banyak potensi untuk dikembangkan. Masa kanak-kanak merupakan masa yang paling potensial untuk belajar dan masa golden age ini hanya datang disatu kesempatan. Dalam masa ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara pesat. Selama masa ini anak akan mudah terstimulasi oleh berbagai aspek yang ada di lingkungan sekitar. Dengan demikian lingkungan berperan penting dalam mengoptimalkan
Antologi PGPAUD Vol... No... Juni 2015
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Menciptakan lingkungan yang berorientasi pada kebutuhan, karakteristik dan tahapan perkembangan anak merupakan hal penting untuk diperhatikan. Sejalan dengan pendapat Mariyana dkk. (2010) hlm. 10) menyatakan bahwa “keberhasilan guru atau orang tua dalam memfasilitasi anak usia TK atau prasekolah secara baik sejak dini, diibaratkan sama dengan memberikan bekal kesuksesan untuk kehidupannya 50 hingga 60 tahun ke depan.” Mengingat bahwa anak merupakan investasi masa depan, maka pembekalan atau proses pembinaan tumbuh kembang anak harus dilakukan secara tepat. Bermain merupakan sarana belajar paling efektif dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Melalui kegiatan bermain anak memperoleh pengetahuan berdasarkan pengalaman yang dilalui. Sejalan dengan pendapat Vygotsky (dalam Sujiono, tahun 2009, hlm. 114) mengungkapkan bahwa “pengetahuan yang diperoleh anak merupakan suatu hal yang dibangun dan diciptakan oleh anak sendiri melalui pengalaman sosialnya (konstruktivisme) bukanlah suatu hal yang ditransformasikan dari orang lain”. Upaya pemberian stimulasi dapat dilakukan oleh orang tua atau guru dalam lingkup pendidikan formal, informal atau nonformal. Taman kanak-kanak merupakan salah satu jenis pendidikan formal yang memberikan layanan pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun. Kegiatan pengembangan yang dilaksanakan yakni mengupayakan agar anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan selanjutnya. Adapun capaian perkembangan pada anak taman kanakkanak telah tercantum dalam permendiknas no 58 tahun 2009 tentang standar pengembangan anak usia dini kelompok B (usia 5-6 tahun) dikemukakan ada lima pengembangan diantaranya yaitu (1) Pengembangan nilai-nilai agama dan moral, (2) Pengembangan fisik motorik
yang mencakup motorik kasar, motorik halus dan kesehatan fisik, (3) Pengembangan kognitif yang mencakup pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola serta konsep bilangan dan lambang bilangan, (4) Pengembangan bahasa yang mencakup menerima bahasa, mengungkapkan bahasa serta keaksaraan, (5) Pengembangan sosial emosional. Bahasa merupakan salah satu bidang yang berpengaruh pada kehidupan anak kelak nanti. Melalui bahasa anak dapat mengkomunikasikan pesan yang disampaikan sehingga orang lain mudah untuk memahami. Hildayani (2007, hlm 11.4) mengungkapkan bahwa “bahasa merupakan kegiatan untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain baik secara lisan, tulisan maupun dalam bentuk gerak”. Dengan demikian kemampuan berbahasa anak penting untuk distimulasi baik dalam kemampuan menyimak, berbicara membaca dan menulis. Lebih khusus dalam lingkup keaksaraan pengembangan bahasa bertujuan untuk mengembangkan kemampuan literasi atau kemampuan membaca dan menulis awal anak. Mariyana dkk. (2010, hlm. 5) menyatakan bahwa “terdapat tujuan instrumental dalam pendidikan anak usia taman kanak-kanak yakni pendidik berupaya untuk memberikan pelayanan dan membimbing anak supaya memiliki kesiapan dasar dalam bidang akademik awal yaitu terhadap kemampuan pramenulis, pramembaca, dan praaritmatikamatematika anak”. Oleh karena itu, sesuatu hal yang wajar jika di TK terdapat area menulis atau membaca dan area matematika sebagai bidang pengembangannya. Menulis merupakan salah satu kemampuan bahasa setelah anak mampu menyimak, berbicara dan membaca. Cox (dalam Musfiroh, 2009, hlm. 26) menyatakan bahwa ‘menulis adalah salah satu aspek dari keseluruhan proses
Rini Fitriani, Didin Syahruddin, Meningkatkan Keterampilan Pramenulis Anak Melalui Model Pembelajaran Akuisisi-Literasi perkembangan bahasa dan berkaitan dengan menyimak, berbicara, membaca dan berpikir. Semua kecakapan ini berkembangan simultan dan berkaitan, tidak terisolasi’. Menulis berfungsi untuk menyampaikan informasi kepada orang lain, karena melalui tulisan-tulisan yang dihasilkan orang lain dapat memahami pesan yang disampaikan. Untuk itu menulis merupakan suatu kegaitan yang bersifat produktif atau menghasilkan tulisan. Menulis untuk anak usia dini merupakan kegiatan untuk menyampaikan ide atau ungkapan perasaan yang dituangkan ke dalam bentuk coretan atau goresan. Kegiatan menulis dilakukan oleh anak dengan sebebas-bebasnya tanpa adanya aturan-aturan yang mengikat. Menurut Susanto (2011) menulis awal merupakan suatu kegiatan mengungkapkan perasaan, gagasan atau ide melalui simbolsimbol tertulis. Bagi anak menulis dilakukan dengan sebebas-bebasnya tidak terikat pada aturan-aturan dalam penulisan formal misalnya anak mencoba membuat garis dan lekuk. Membuat garis-garis seperti garis lurus, garis tegak dan bergelombang merupakan tahapan dalam kegiatan pramenulis anak. Bentuk goresan atau coretan dan mirip huruf yang dihasilkan oleh anak penting untuk diberikan penguatan supaya anak menjadi semangat dan semakin memiliki minat untuk menulis. Depdiknas (2007) memaparkan menulis merupakan ungkapan perasaan dari bahasa lisan yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan berupa coretan/goresan sampai akhirnya anak mampu meniru huruf secara tepat. Hal penting yang harus diperhatikan dalam kegiatan menulis anak adalah tahaptahap perkembangan pramenulis. Melalui tahap ini pendidik dapat mengetahui tahapan menulis yang diperoleh anak secara alami sehingga stimulasi yang diberikan pun tepat sasaran. Depdiknas (2007) dan Cox dalam Musfirah (2009) mengemukakan ada 8 tahapan
pemerolehan menulis anak. Yakni (1) tahap mencoret atau membuat goresan, pada tahap ini anak membuat coretan dengan sebebasnya bahkan belum teratur (2) tahap pengulangan secara linear, pada tahap ini anak membuat coretan berupa gelombang, bentuk tersebut merupakan representasi anak dalam menuangkan ide (3) tahap menulis secara random atau acak, pada tahap ini merupakan tahapan yang menghasilkan huruf-huruf tetapi tidak memiliki keterkaitan antara simbol dengan lafal huruf tersebut (4) tahap berlatih huruf, pada tahap ini anak mencoba untuk membetnuk huruf bahkan terkadang belum sempurna (5) tahap menulis tulisan nama (fonetik), pada tahap ini anak mulai belajar untuk menemukan keterkaitan huruf dengan suku kata (6) tahap menyalin katakata yang ada di lingkungan, Anak belajar untuk menyalin kata-kata dari pajananpajanan yang ada di lingkungan (7) tahap menemukan ejaan, anak mulai belajar untuk memperbaiki tulisan-tulisan seperti menghapusnya karena melihat bentuk tulisan yang aslinya (8) tahap ejaan sesuai ucapan, pada tahap terakhir ini anak mulai mampu untuk mengeja tulisan dengan benar. Sehubungan dengan hal tersebut, maka untuk mengembangkan keterampilan pramenulis anak dilakukan melalui cara atau pola pembelajaran yang menyenangkan. Pola pembelajaran merupakan suatu cara untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan cara yang khas serta melibatkan media pembelajaran dalam prosesnya. Media pembelajaran berfungsi untuk membantu guru saat menyampaikan materi pembelajaran. Dengan penggunaan media maka pembelajaran menjadi bermakna sehingga memudahkan anak untuk memahami materi yang disampaikan. Khususnya untuk mengembangkan keterampilan pramenulis anak, dapat dilakukan melalui model pembelajaran akuisisi literasi. Melalui model ini keterampilan pramenulis anak distimulasi
Antologi PGPAUD Vol... No... Juni 2015
melalui kegiatan yang menyenangkan yakni melalui permainan yang menstimulasi kemampuan literasi anak. Model akuisisi-literasi terdiri dari tiga tahapan. Pertama adalah tahap persiapan, pada tahap ini guru memperisapkan rencana kegiatan harian (RKH), instrumen penilaian serta media pembelajaran yang digunakan. Kedua tahap pelaksanaan, yakni menstimulasi pramenulis anak di kegiatan awal, kegiatan inti sesuai dengan rancangan stimulasi dan kegiatan penutup. Ketiga tahap evaluasi yakni kegiatan untuk memberikan penilaian terhadap keterlibatan dan aktivitas yang ditunjukkan oleh anak. METODE Pelaksanaan penelitian ini menggunakan model desain PTK, yakni menggunakan 3 siklus dan setiap siklus terdiri dari tiga tindakan. Hal ini dilatarbelakangi oleh permasalahan yang diteliti memerlukan beberapa tindakan dalam setiap siklusnya. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah siswa dari kelompok B dengan jumlah 18 orang anak yakni terdiri dari 6 perempuan dan 12 laki-laku. Penelitian ini dilaksanakan di TK PGRI Karangmekar Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah berkenaan dengan keterampilan pramenulis anak dan model pembelajaran akuisisi-literasi. Pramenulis anak merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh anak untuk menuangkan ide ke dalam bentuk coretan atau goresan sampai anak mampu meniru huruf. Keterampilan pramenulis anak dapat diukur melalui indikator (1) anak mampu menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal (2) anak mampu menghubungkan gambar dengan kata serta (3) anak mampu membuat gambar atau coretan (tulisan) dengan sendiri secara sederhana. Keterampilan ini diukur dengan
menggunakan skoring rubrik yang terdiri dari bintang satu sampai tiga. Sedangkan model pembelajaran akuisisi-literasi merupakan suatu cara untuk menstimulasi keterampilan pramenulis anak berdasarkan pada pemerolehan menulis anak secara alami. Sesuai dengan karakteristik dalam model ini, kegiatan pembelajaran dilakukan melalui permainan yang menstimulasi literasi anak. Adapun materi pembelajaran yang digunakan untuk menstimulasi keterampilan pramenulis disesuaikan dengan tema pembelajaran di sekolah. Instrumen yang digunakan antara lain instrumen performa, lembar observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi. Data yang dikumpulkan dianalisis secara kuantitatif, kualitatif,dan triangulasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap. Pada tahap persiapan, peneliti terlebih dahulu memberikan stimulasi melalui kegiatan menggambar untuk mengetahui capaian pemerolehan menulis anak secara alami pada tanggal 28 April 2015. Capaian hasil pramenulis anak adalah sebagai berikut.
Rini Fitriani, Didin Syahruddin, Meningkatkan Keterampilan Pramenulis Anak Melalui Model Pembelajaran Akuisisi-Literasi
Tabel 4.1 Capaian Tahapan Pemerolehan Menulis Anak Nama Anak Rafiq Mubarok Lita M. Fachri Juliansyah Najwa Salsabilla Aldiyan Nabila Nur Asyifa Uzhma Dhiyaulhaq Adrian
Capaian Menulis Anak Tahap menulis tulisan nama (fonetik) Tahap ejaan sesuai ucapan Tahap menulis tulisan nama (fonetik) Tahap menulis tulisan nama (fonetik) Tahap menulis tulisan nama (fonetik) Tahap menulis tulisan nama (fonetik) Tahap menulis tulisan nama (fonetik) Tahap menemukan ejaan
Ages Shanley Revana Ade Firman
Tahap menemukan ejaan
Bimo Cahya Ramadhan Delip Deansah
Tahap menemukan ejaan
Adli Hakim
Tahap menulis tulisan nama (fonetik) Tahap ejaan sesuai ucapan
Nadine Chandra Hellena Muhammad Akbar Raffi Andrian Nazriel Adipriana Dearfa Muhammad Junda
Tahap ejaan sesuai ucapan
Tahap menyalin kata-kata yang ada di lingkungan
Tahap ejaan sesuai ucapan Tahap menulis tulisan nama (fonetik) Tahap berlatih huruf Tahap berlatih huruf
Selanjutnya peneliti membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH), menyusun instrumen penelitian serta membuat media pembelajaran yang menstimulasi pramenulis anak. Tahap kedua yakni tahap pelaksanaan kegiatan. Pada tahap ini penelitian dilaksanakan. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 30 April, 02 dan 06 Mei 2015. Siklus II pada tanggal 12, 13 dan 18 Mei 2015. Siklus III dilaksanakan pada tanggal 20, 21, dan 22 Mei 2015. Setelah melaksanakan kegiatan tahap selanjutnya adalah membuat
penilaian terhadap kegiatan yang telah dilalui oleh anak. Tindakan dalam setiap siklusnya menghadirkan permainan yang berbeda. Dalam setiap siklusnya tindakan pertama adalah kegiatan atau permainan yang menstimulasi keterampilan anak dalam menyebutkan simbol-simbol huruf. Tindkaan kedua adalah permainan yang menstimulasi keterampilan pramenulis anak dalam keterampilan menghubungkan gambar dengan kata. Tindakan ketiga adalah permainan yang menstimulasi keterampilan anak dalam membauta gambar atau coretan (tulisan) dengan sendiri secara sederhana. Siklus I tindakan pertama yakni permainan menyebutkan huruf yang hilang, permainan pada tindakan kedua adalah simpan gambar dan permainan pada tindakan ketiga adalah meniru huruf melalui finger painting. Siklus II tindakan pertama yakni permainan sentuh dan sebut huruf, tindakan kedua yakni tempel gambar dan tindakan ketiga yakni meniru huruf melalui kegiatan menggambar di atas pasir. Siklus III tindakan pertama yakni permainan ular tangga modifikasi, tindakan kedua permainan simpan gambar 2 dan tindakan ketiga yakni membentuk huruf dari plastisin. Selanjutnya tahap evaluasi yakni melakukan penilaian terhadap permainan selama kegiatan permainan berlangsung. Selama proses pembelajaran berlangsung, pada siklus I perkembangan keterampilan pramenulis anak belum berkembang dengan optimal, hal ini dapat terlihat dari aktivitas yang dilakukan oleh anak belum menunjukkan perkembangan yang diharapkan. Masih banyak anak yang belum semangat dalam mengikuti kegiatan (permainan). Selain itu, anak belum sepenuhnya ikut terlibat dalam kegiatan (permainan) yang disediakan oleh guru serta anak belum dapat mengikuti permintaan dari guru pada saat kegiatan permainan berlangsung seperti anak belum dapat mengikuti aturan atau cara bermain dalam permainan yang dihadirkan. Pada
Antologi PGPAUD Vol... No... Juni 2015
siklus I ini anak masih belum dapat terkondisikan dengan baik, selain itu anak anak belum terbiasa belajar bersama dengan peneliti sehingga masih merasa malu dan harus beradaptasi kembali bersama guru baru. Oleh karena itu, dalam siklus ini pada tindakan kedua peneliti mencoba membuat kartu nama dengan bentuk bintang yang disematkan pada pakaian anak. Selain membuat anak tertarik, pemberian nama yang menarik dapat menjalin hubungan yang baik antara guru dan anak, karena guru tidak salah lagi dalam mengucapkan dan memanggil nama anak. Dengan demikian secara tidak langsung guru membantu anak untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Sejalan dengan pendapat Yamin & Sanan (2013, hlm. 30) bahwa “seorang guru memiliki fungsi adaptasi yakni berperan sebagai pendidik yang membantu anak untuk menyesuaikan diri dengan dirinya serta berbagai kondisi lingkungan di sekitar”. Selanjutnya dalam siklus II keterampilan pramenulis anak mengalami perkembangan yang lebih baik dari sebelumnya. Terlihat dari adanya peningkatan pada aktivitas perilaku yang diamati pada anak saat kegiatan bermain berlangsung. Dalam siklus II peneliti mencoba untuk memperbaiki kekurangan pada siklus sebelumnya yaitu pada siklus I. Peneliti meningkatkan pemberian reward atau penguatan yang positif pada anak baik secara lisan maupun sikap yang ditunjukkan. Peneliti memberikan pujianpujian terhadap anak, mengkondisikan anak dengan nyanyian-nyanyian dan tepukan serta pemberian reward dengan acungan jempol. Penguatan-penguatan ini diberikan pada anak supaya anak semangat serta antusias dalam mengikuti kegiatan atau permainan yang diberikan. Sejalan dengan teori belajar Skinner (dalam Halimah, 2010, hlm. 188) bahwa “respon anak penting untuk diberikan penguatan atau kondisi yang membuat anak akan
mengulang kembali perilaku yang dilakukannya”. Akan tetapi, temuan lain dalam siklus ini adalah guru belum optimal dalam mempersiapkan tempat pasir yang akan digunakan, sehingga waktu yang tersedia tidak digunakan secara efektif. Waktu untuk menuangkan pasir membuat perhatian anak teralihkan untuk bermain dengan temannya. Pada siklus III keterampilan pramenulis anak dapat disimpulkan berhasil atau mencapai perkembangan yang diharapkan atau cukup optimal. Walaupun masih terdapat satu orang anak yang belum mencapai perkembangan yang optimal akan tetapi mengalami perkembangan yang lebih baik dari tindakan-tindakan sebelumnya. Dalam hal ini peneliti berusaha untuk meningkatkan perbaikan dari siklus I dan II. Peneliti mencoba untuk mempertahankan dan konsisten dengan memberikan penguatan pada anak. Guru senantiasa memberikan pujian terhadap anak pada saat dan setelah bermain baik secara lisan maupun dalam bersikap. Selain itu, anak telah terbiasa belajar bersama peneliti sehingga anakanak percaya diri selama proses pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu guru pun meningkatkan keterlibatan selama permainan berlangsung. Guru mencoba untuk menjadi teman bermain anak dan melakukan yang dilakukan oleh anak. Adanya jalinan hubungan yang baik antara guru dan anak merupakan hal yang sangat penting karena suatu permainan yang baik selain melibatkan aspek fisik juga melibatkan aspek psikis. Sejalan dengan pendapat Montolalu (2008, hlm 12.9) bahwa “salah satu peran seorang guru dalam kegiatan bermain anak adalah dapat menjadi seorang teman atau sahabat bagi anak. Artinya guru harus mampu menciptakan situasi yang hangat, akrab dan menyenangkan bagi anak”.
Rini Fitriani, Didin Syahruddin, Meningkatkan Keterampilan Pramenulis Anak Melalui Model Pembelajaran Akuisisi-Literasi Peningkatan proses pembelajaran selama aktivitas berlangsung dapat terlihat pada grafik berikut ini.
Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Aktivitas Pramenulis Anak Melalui Model Akuisisi-Literasi Siklus I sampai Siklus III
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa keterampilan pramenulis anak selama proses pembelajaran meningkat pada setiap siklus. Pada siklus I peningkatan aktivitas anak sebesar 50%. Pada siklus II peningkatan anak sebesar 70% dan pada siklus III sebesar 91%. Selain peningkatan pada aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung,keterampilan pramenulis anak meningkat dengan melihat pada performa yang ditunjukkan oleh anak. Berikut ini merupakan grafik peningkatan performa yang ditunjukkan oleh anak.
Gambar 4.4 Grafik Peningkatan Performa Pramenulis Anak Melalui Model Akuisisi-Literasi Siklus I sampai Siklus III
Pada siklus I keterampilan pramenulis anak belum menunjukkan peningkatan yang diharapkan. Masih banyak anak yang belum dapat melafalkan dan menyebutkan huruf secara tepat, serta
masih banyak anak yang belum mampu menirukan huruf secara tepat. Persentase yang diperoleh pada siklus I sebesar 33%. Pada siklus I ini permainan dalam menyebutkan huruf belum melibatkan aktivitas bermain anak sepenuhnya. Sujiono (2009) bahwa “salah satu karakteristik kegiatan bermain adalah harus melibatkan peran aktif dari pemain”. Oleh karena itu pada siklus selanjutnya peneliti mencoba melibatkan anak sepenuhnya pada saat bermain. Pada siklus II keterampilan pramenulis anak mengalami peningkatan yang cukup baik. Performa anak menunjukkan bahwa beberapa anak mampu memahami dan menirukan simbolsimbol huruf yang dikenal. Persentase pada siklus II sebesar 59%. Keterampilan pramenulis anak sudah mulai menunjukkan adanya peningkatan yang cukup baik dari siklus sebelumnya. Selain menghadirkan media sebagai stimulasi, pada siklus ini stimulasi anak untuk dapat meniru huruf dilakukan melalui kegiatan bercerita. Sejalan dengan pendapat Suyadi (2011, hlm. 162) mengungkapkan bahwa “cerita merupakan suatu cara untuk menyampaikan pesan atau informasi yang melibatkan emosi anak sehingga dapat memunculkan ekspresi yang beragam setelah mendengarkannya”. Pada siklus III performa anak menunjukkan peningkatan yang cukup optimal. Pada siklus ini anak mampu memahami simbol-simbol huruf serta mampu menirukan huruf dengan tepat. Persentase pada siklus III sebesar 84%. pada indikator yang pertama kepekaan anak terhadap simbol-simbol yang dikenal belum sepenuhnya dapat berkembang secara optimal. akan tetapi mengalami perkembangan yang lebih baik dari tindakan sebeumnya. Hal ini karena anak masih keliru dalam menyebutkan simbolsimbol huruf dalam suatu permainan. Sejalan dengan pendapat Yusuf (2009, hlm. 19) bahwa “perkembangan fisik dan mental anak mencapai kematangannya
Antologi PGPAUD Vol... No... Juni 2015
terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda”. Sehingga guru harus memahami perkembangan yang dialami oleh setiap anak. KESIMPULAN Proses pembelajaran keterampilan pramenulis anak melalui model pembelajaran akuisisi-literasi dilakukan melalui stimulasi literasi yang dirancang dalam tahap persiapan dan diimplikasikan pada tahap pelaksanaan kegiatan. Secara kesesuluruhan pelaksanaan tahap model pembelajaran akuisisi-literasi dapat terlaksana dengan baik. Pada tahap persiapan guru membuat rencana pembelajaran yakni rencana kegiatan harian dengan tema alam semesta dan negaraku, mendeteksi pemerolehan menulis anak melalui kegiatan menggambar, membuat media pembelajaran sebagai stimulasi literasi pramenulis anak yang terdiri dari kartukartu huruf, media gambar, finger painting, pasir dan plastisin. Adapun permainan dalam model akuisisi-literasi yang diberikan dapat menarik minat anak selama kegiatan berlangsung. Permainan ini terdiri dari permainan menyebutkan huruf yang hilang, simpan gambar, meniru huruf melalui finger painting, sentuh dan sebut huruf, tempel gambar, meniru huruf dengan menggambar di atas pasir, ular tangga modifikasi, simpan gambar 2 dan membentuk huruf dengan plastisin. Secara keseluruhan anak memiliki semangat untuk mengikuti kegiatan permainan, mampu terlibat dalam permainan secara penuh serta dapat mengikuti instruksi atau permintaan dari guru selama permainan berlangsung. Aktivitas yang ditunjukkan oleh anak mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus I persentase peningkatan aktivitas yang diperoleh anak sebesar 50%. Pada siklus II, aktivitas anak mengalami peningkatan dengan jumlah persentase sebesar 70%. Sedangkan pada siklus III, aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh anak mengalami
peningkatan yang cukup optimal dengan jumlah persentase 91%. Model pembelajaran akuisisiliterasi dapat meningkatkan keterampilan pramenulis anak. Terbukti dari perolehan peningkatan performa yang ditunjukkan oleh anak. Pada siklus I persentase performa yang didapatkan oleh anak secara keseluruhan sebesar 33%. Pada siklus ini sebagian kecil dari jumlah anak yang hadir mampu menyebutkan simbol huruf yang dikenal, anak mampu menghubungkan beberapa gambar dengan kata yang tepat serta anak mampu menirukan beberapa huruf dengan sendiri secara sederhana. Pada siklus II persentase performa yang didapatkan anak secara keseluruhan sebesar 59%. Terbukti dengan kemampuan beberapa anak yang mampu menyebutkan huruf secara tepat, menghubungkan gambar dengan kata yang tepat serta mampu menirukan huruf secara tepat dari kata sederhana. Pada siklus III persentase performa yang didapatkan anak secara keseluruhan sebesar 84%. Hal ini sejalan dengan tampilan yang ditunjukkan oleh anak. Sebagian besar anak mampu menyebutkan simbol-simbol huruf secara tepat, mampu menghubungkan gambar dengan kata yang tepat serta mampu menirukan huruf dari suatu kata yang sederhana walaupun masih terdapat satu orang anak yang belum mencapai secara optimal. Berdasarkan peningkatan hasil performa yang ditunjukkan oleh anak, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan pramenulis anak dapat meningkat melalui model pembelajaran akuisisi-literasi. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. (2007). Persiapan membaca dan menulis melalui permainan di tk. Jakarta: Depdiknas Halimah, L. (2010). Pengembangan kurikulum. Bandung: Rizki Press
Rini Fitriani, Didin Syahruddin, Meningkatkan Keterampilan Pramenulis Anak Melalui Model Pembelajaran Akuisisi-Literasi Hildayani, R. (2009). Psikologi dan perkembangan anak. Jakarta: Universitas Terbuka Mariyana, dkk. (2010). Pengelolaan lingkungan belajar. Jakarta: Kencana Montolalu, dkk (2008). Bermain dan permainan anak. Jakarta : Universitas Terbuka Musfiroh, T. (2009). Menumbuhkembangkan baca-tulis anak usia dini. Jakarta: Grasindo. Sujiono, Y. (2009). Konsep dasar pendidikan anak usia dini. Jakarta: Indeks Susanto, A. (2011). Perkembangan anak usia dini. Jakarta: Kencana Suyadi. (2011). Manajemen paud. Yogyakarta: Pustaka Belajar Yamin, S & Sanan S.J. (2013). Panduan paud. Ciputat: Referensi. Yusuf, S. (2009). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.