UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGARANG ARGUMENTASI MAHASISWA FKIP UTP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG Oleh: Nurulanningsih, M. Pd NIDN: 0210108203 ABSTRAK Pentingnya kemampuan menulis bagi mahasiswa tidak perlu diperdebatkan lagi, baik dalam perkuliahan, berorganisasi maupun kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pengalaman peneliti selama mengampu mata kuliah Menulis Dasar, diperoleh informasi mengenai rendahnya kemampuan menulis karangan ilmiah argumentasi dan kesulitan mahasiswa ketika membuat karangan argumentasi. Alternatif tindakan untuk memecahkan masalah rendahnya kemampuan menulis karangan argumentasi mahasiswa FKIP UTP yakni dengan mengunakan model pembelajaran langsung. Dipilihnya model pembelajaran langsung untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan argumentasi mahasiswa yakni, pada model pembelajaran langsung dosen mengendalikan materi dan urutan informasi yang diterima mahasiswa dan yang terpenting mahasiswa mendapatkan banyak latihan, hal ini sesuai dengan pendapat para ahli bahwa peningkatan keterampilan menulis dapat ditingkatkan melalui perbanyak latihan menulis. Tahap-tahap model pembelajaran langsung yakni menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada mahasisw, mereview pengetahuan dan keterampilan prasyarat, menyampaikan materi pelajaran, melaksanakan bimbingan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih, menilai kinerja mahasiswa dan memberikan umpan balik, serta memberikan latihan mandiri. Metode penelitian yang dipakai adalah penelitian tindakan kelas yang berupa siklus. Subjek penelitian adalah mahasiswa semester III reguler pagi berjumlah 7 orang, sore berjumlah 7 orang, dan karyawan 7 orang. Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UTP dengan jangka waktu penelitian selama satu semester terhitung mulai September 2015—Februari 2016. Kata Kunci: Karangan Argumentasi, Model Pembelajaran Langsung
BAB I. PENDAHULUAN Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Setiap keterampilan berbahasa tersebut berhubungan erat dengan proses-proses yang mendasari bahasa. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan berbahasa tersebu hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak berlatih. Melatih keterampilan berbahasa berarti melatih keterampilan berpikir. Tarigan (2008:3) mengemukakan keterampilan berbahasa hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak berlatih. Oleh karena itu, setelah melaksanakan praktik dan latihan perlu diadakan tes untuk mengetahui sampai di mana hasil yang telah dicapai. Semi (2007:14) menyatakan bahwa menulis merupakan suatu proses yang kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Menulis pada dasarnya 1
merupakan upaya mengkomunikasikan gagasan, ide, pikiran, pendapat, opini, dan sebagainya melalui media tulisan (Tabroni, 2007:12). Tarigan (2008:22) menyatakan menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan kegiatan menulis adalah suatu aktivitas seseorang dalam menuangkan hal-hal yang dipikirkan dan dituangkan melalui media tulisan sehingga orang lain memahami pikiran orang tersebut. Kemampuan menulis, khususnya menulis karya ilmiah merupakan suatu kompetensi yang harus dimiliki oleh orang-orang yang berkecimpung dalam dunia akademis seperti dosen, guru, peneliti, dan mahasiswa. Pentingnya kemampuan menulis bagi mahasiswa tidak perlu diperdebatkan lagi, baik dalam perkuliahan, berorganisasi maupun kehidupan seharihari mahasiswa selalu terlibat dalam kegiatan menulis. Menulis atau mengarang boleh dikatakan atau dianggap keterampilan yang paling sulit dibandingkan keterampilan berbahasa lainnya. Kesulitan dalam mengarang penulis alami sendiri pada waktu memberikan perkuliahan khususnya pada mata kuliah Menulis Dasar. Materi kuliah Menulis Dasar diberikan pada mahasiswa semester I dan Menulis Lanjut diberikan pada mahasiswa semester III di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Tridinanti Palembang (FKIP UTP). Pemberian materi perkuliahan ini diberikan di semester awal sebagai bekal dasar untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan keterampilan menulis secara memadai. Mata kuliah ini membahas berbagai konsep dasar menulis untuk berbagai keperluan dan meletakkan kerangka dibidang kemampuan bernalar dalam menulis, khususnya menulis karangan ilmiah. Berdasarkan pengalaman peneliti selama mengampu mata kuliah Menulis Dasar dan Menulis Lanjut, diperoleh informasi mengenai kesulitan mahasiswa ketika membuat karangan argumentasi yakni 1) mahasiswa bingung ketika akan membuat suatu karangan kebingungan ini berupa menentukan ide, gagasan, atau pendapat yang akan dituangkan ke dalam tulisan. 2) mahasiswa tidak tahu harus mulai dari mana menulis (apa yang akan dituliskan). 3) mahasiswa kesulitan mengembangkan ide, gagasan, atau pendapat karena keterbatasan penguasaan kosakata. 4) mahasiswa kesulitan menemukan, memilih, dan menggunakan kosa kata yang tepat. 5) mahasiswa tidak memahami penulisan yang 2
menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dan 6) mahasiswa tidak memahami syarat-syarat pengembangan paragraf dengan baik. Dari hasil tes awal yang peneliti lakukan diperoleh beberapa kesalah yakni mahasiswa belum mampu mengurutkan ide, gagasan, pendapat yang akan dikembangkan menjadi karangan dan banyak melakukan kesalahan dalam bidang kebahasaan, dan dari sudut sistematika penulisan masih tidak berurutan dan tidak koheren. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan pada mahasiswa, mereka setiap diberikan tugas mengarang sewaktu masih dibangku sekolah (SD, SMP, dan SMA) kegiatan mengarang hanya sebagai pengisi waktu jam pelajaran kosong dan hasil karangan mereka tidak dikoreksi dan didiskusikan bersama sehingga apa yang mereka tuliskan tidak ada tindak lanjut dan siswa tidak tahu karangan mereka benar atau salah. Untuk mengatasi kesulitan mahasiswa dalam menulis karangan argumentasi ini dan untuk meningkatkan memampuan mereka diperlukan usaha yang diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan menulis salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Model pembelajaran ini menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif. Pemikiran dasar dari model pembelajaran langsung yakni mahasiswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat, dan menirukan apa yang disampaikan oleh dosen. Akan tetapi, model pembelajaran ini mengindari menyampaikan pengetahuan yang terlalu kompleks.
BAB II. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH 1.
Perumusan Masalah Masalah penelitian ini adalah rendahnya kemampuan mahasiswa dalam menulis
karangan argumentasi. rendahnya kemampuan mahasiswa dalam karangan argumentasi yang dimaksud adalah ditemukan
kesalahan-kesalahan dalam tulisan
mengurutkan ide, gagasan, pendapat
berupa kesalahan
yang akan dikembangkan menjadi karangan dan
kesalahan dalam bidang kebahasaan (kesalahan dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar), dan dari sudut sistematika penulisan masih tidak berurutan dan tidak koheren. Sehubungan dengan permasalahan tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah meningkatkan keterampilan menulis karangan argumentasi mahasiswa FKIP UTP dengan menggunakan model pembelajaran langsung? 3
2.
Pemecahan Masalah Alternatif tindakan untuk memecahkan masalah rendahnya kemampuan menulis
karangan argumentasi mahasiswa FKIP UTP yakni dengan mengunakan model pembelajaran langsung. Dipilihnya model pembelajaran langsung untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan argumentasi mahasiswa yakni, pada model pembelajaran langsung dosen mengendalikan materi dan urutan informasi yang diterima mahasiswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai mahasiswa. Selain itu model ini dapat diterapkan pada kelas yang kecil (sedikit mahasiswanya). Yang terpenting dalam menggunakan model pembelajaran langsung ini adalah mahasiswa mendapatkan banyak latihan, hal ini sesuai dengan pendapat para ahli bahwa peningkatan keterampilan menulis dapat ditingkatkan melalui perbanyak latihan menulis. Tahap-tahap model pembelajaran langsung yakni menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada mahasisw, mereview pengetahuan dan keterampilan prasyarat, menyampaikan materi pelajaran, melaksanakan bimbingan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih, menilai kinerja mahasiswa dan memberikan umpan balik, serta memberikan latihan mandiri.
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA 1. Karangan Karangan adalah penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan (Finoza, 2009:234). Kemampuan mengarang adalah kemampuan menuangkan gagasannya dalam dan dengan karangan. Dalam kaitan itu, seorang penulis dituntut memiliki kemampuan untuk menuangkan gagasan secara berjenjang(Suparno, 2011:3.1). Senada dengan Suparno, Finoza (2009:234) menyatakan mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alenia untuk menjabarkan dan atau mengulas topik dan tema tertentu guna memperoleh hasil akhir berupa karangan. Membahas mengenai karangan, baik berupa karangan pendek maupun panjang, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni topik yang menjadi isi karangan dan struktur atau pengorganisasian karangan. Kemudian, menyusul pengisian struktur karangan dan nantinya akan muncul masalah kebahasaan seperti penggunaan kata, kelompok kata, farasa, klausa serta seluk beluk pembentukan dan penyusunan kalimat (Tarigan, 2008:1)
4
Tarigan (2008:1--2) mengemukakan bagian-bagian utama karangan: a) Pendahuluan. Fungsi bagian pendahuluan adalah satu atau kombinasi dari fungsi untuk menarik minat pembaca, mengarahkan perhatian pembaca, menjelaskan secara singkat ide pokok atau tema karangan, dan menjelaskan di bagian mana suatu hal akan diperbincangkan. b) Isi. Fungsi isi adalah sebagai jembatan yang menghubungkan bagian pendahulu dengan penutup. Bagian isi merupakan penjelasan terperinci terhadap apa yang diutarakan pada bagian pendahuluan. c) Penutup. Fungsi bagian penutup adalah salah satu atau kombinasi dari fungsi untuk memberikan simpulan, penekanan bagian-bagian tertentu, klimaks, melengkapi, dan merangsang pembaca untuk mengerjakan sesuatu tentang apa yang telah dijelaskan atau diceritakan. Ketiga bagian tersebut terjalin erat satu dengan yang lain. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang utuh dan padu. Bila bagian pendahuluan mengembangkan ide pokok secara umum, bagian isi menjelaskan secara terperinci dan bagian penutup mengumpulkan jawaban atas pertanyaan tersebut. 2. Karangan Argumentasi Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain (pembaca), agar pembaca percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan penulis atau pembicara (Keraf, 2007:3). Dasar sebuah tulisan yang bersifat argumentatif adalah berpikir kritis dan logis. Untuk itu sebuah tulisan argumentasi harus bertolah dari fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang ada. Melalui argumentasi, penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta sehingga penulis mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu benar atau tidak. Karangan argumentasi adalah karangan yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Karangan argumentasi ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Corak karangan ini termasuk karangan yang paling sulit bila dibandingkan dengan corak karangan yang lain. Kesulitan ini muncul karena perlu adanya alasan dan bukti yang dapat meyakinkan, sehingga pembaca terpengaruh dan membenarkan gagasan, pendapat, sikap, dan keyakinan kita. Jadi, pada setiap karangan argumentasi selalu didapati alasan atau bantahan yang memperkuat atau menolak sesuatu secara sedemikian rupa guna mempengaruhi keyakinan pembaca sehingga berpihak kepada atau sependapat dengan penulis (Suparno, 2011: 5.36).
5
Tujuan utama karangan argumentasi adalah untuk meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu dokrin, sikap, dan tingkah laku tertentu. Syarat utama untuk menulis karangan argumentasi adalah penulisnya harus terampil dalamTujuan utama karangan argumentasi adalah untuk meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu dokrin, sikap, dan tingkah laku tertentu. Syarat utama untuk menulis karangan argumentasi adalah penulisnya harus terampil dalam bernalar dan menyusun ide yang logis (Finoza, 2009:250). Finoza (2009:250) mengemukan ciri-ciri karangan argumentasi 1) Mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya; 2) Mengusahakan pemecahan suatu permasalahan; 3) Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai satu penyelesaian. Suparno
(2011:
5.39—5.40)
mengemukakan
langkah-langkah
menyusun
karangan
argumentasi. 1) 2) 3) 4) 5)
Menentukan tema.topik karangan argumentasi. Menetukan tujuan penulisan Menyusun kerangka karangan berdasarkan topik dan tujuan yang telah ditentukan Mencari data, fakta, informasi, serta bukti yang sesuai dengan kerangka karangan Meneliti data dan fakta tersebut apakah sesuai atau menunjang topik dan tujuan karangan 6) Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan argmentasi. Suparno (2011:5.41—5.42)
mengemukakan teknik pengembangan karangan
argumentasi dapat berupa teknik induktif dan deduktif. Teknik induktif adalah penyusunan argumentasi yang dilakukan dengan mengemukakan lebih dahulu bukti-bukti yang berkaitan dengan topik. Berdasarkan bukti-bukti itu kemudian diambil sebuah kesimpulan yang bersifat umum. Bukti-bukti yang dikemukakan dapat berupa contoh-contoh, fakta-fakta, pengalaman, laporan-laporan, data statistik, dan lain-lain. Sedangkan teknik deduktif pengembangan argumentasi dimulai dengan suatu kesimpulan umum yang kemudian disusul dengan uraian mengenai hal-hal yang khusus. Sebagaimana pengembangan teknik induktif, pengembangan karangan argumentasi dengan teknik deduktif juga memerlukan bukti-bukti untuk mendukung uraian yang disajikan. 3.Struktur Tulisan Argumentasi Dasar tulisan yang bersifat argumentatif adalah berpikir kritis dan logis. Maka, diperlukan fakta-fakta dan data yang akurat, sehingga dapat menghasilkan penuturan logis 6
dan menuju kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan kenyataan tersebut, berikut dikemukanan mengenai dasar penting yang menjadi landasan karangan argumentasi. a.Proposisi Membahas tentang karangan argumentasi ada hal penting yang perlu dikuasai yakni tentang penalaran (jalan pikiran). Keraf (2007:5) mendefinisikan penalaran adalah suatu proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju pada suatu kesimpulan. Penalaran bukan saja dapat dilakukan dengan menggunakan fakta-fakta yang masih berbentuk polos, tetapi dapat dipergunakan fakta-fakta yang telah dirumuskan dalam kalimat-kalimat yang berbentuk pendapat atau kesimpulan. Kalimat-kalimat yang berbentuk pendapat atau kesimpulan dalam hubungannya dengan proses berpikir tersebut disebut proposisi. Maka, proposisi dibatasi sebagai pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung di dalamnya. Sebuah pernyataan dapat dibenarkan bila terdapat bahan-bahan atau fakta-fakta untuk membuktikannya. Sebaliknya, sebuah pernyataan atau proposisi dapat disangkal atau ditolak bila terdapat fakta-fakta yang menentangnya (Keraf, 2007;5). b.Inferensi dan Implikasi Fakta adalah apa saja yang ada, baik perbuatan yang dilakukan maupun peristiwaperistiwa yang terjadi atau sesuatu yang ada di alam ini. Fakta adalah hal yang ada tanpa memperhatikan atau mempersoalkan bagaimana pendapat orang-orang tentangnya. Sebaliknya, pendapat merupakan simpulan (inferensi), penilian, pertimbangan, dan keyakinan seseorang tentang fakta-fakta itu. inferensi adalah kesimpulan yang diturunkan dari apa yang ada atau dari fakta-fakta yang ada, sedangkan implikasi adalah rangkuman, yaitu suatu yang dianggap ada karena sudah dirangkum dalam fakta atau evidensi itu sendiri (Keraf, 2007:7— 8) c.Wujud Evidensi Unsur yang paling penting dalam tulisan argumentasi adalah evidensi.pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksia, semua informasi, autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampuadukkan dengan apa yang dikenal dengan pernyataan atau penegasan. Dalam wujudnya yang paling rendah evidensi ini berbentuk data atau informasi. 7
4. Dasar Tulisan Argumentasi Keraf (2007:101—102) mengemukakan dasar-dasar tulisan argumentasi sebagi berikut. a) Pembicara atau pengarang harus mengetahui serba sedikit tentang subjek yang akan dikemukakan, sekurang0kurangnya mengenai prinsip=prinsip ilmiahnya, b) Pengarang harus bersedia mempertimbangkan pandangan-pandangan atau pendapatpendapat yang bertentangan dengan pendapatnya sendiri, c) Pembicara atau penulis argumentasi harus berusaha untuk mengemukakan pokok persoalan yang jelas, d) Pembicara atau penulis harus menyelidiki persyaratan yang mana yang masih diperlukan bagi tujuan-tujuan yang lain tercakupdalam persoalan yang dibahas itu, dan sampai mana kebenaran dari pernyataan yang telah dirumuskannya itu, e) Dari semua maksud dan tujuan yang terkandung dalam persoal itu, maksud yang mana yang lebih memuaskan pembicara atau penulis untuk menyampaikan masalah. Mengacu pada struktur tulisan argumentasi di atas, Keraf (2007:104—107) membagi struktur esai argumentasi menjadi tiga bagian yaitu, bagian pendahuluan, bagian isi atau badan, dan kesimpulan atau ringkasan. Berikut uraian mengenai struktur esai argumentasi. a). Pendahuluan, penulis argumentasi harus yakin bahwa maksud bagian pendahuluan adalah menarik perhatian pembaca, memusatkan perhatian pembaca kepada argumenargumen yang akan disampaian, serta menunjukkan dasar-dasar mengapa argumentasi itu harus dikemukakan dalam kesempatan tersebut. Secara ideal, pendahuluan harus mengandung cukup banyak bahan untuk menarik perhatian pembaca yang tidak ahli sekalipun, serta memperkenalkan kepada pembaca fakta-fakta pendahuluan yang diperlukan untuk memahami argumentasinya dalam hal ini berupa tesis (pikiran pokok atau arah logis tulisan) yang efektif. b). Isi atau tubuh esai, seluruh proses penyususnan argumen terletak pada kemahiran atau keahlian penulisnya, apakah ia sanggup meyakinkan pembaca bahwa hal yang dikemukakan itu benar, sehingga konklusi yang disimpulkan benar. Kebenaran dalam jalan pikiran dan konklusi iu mencakup beberapa kemahiran yaituK kecermatan seleksi fakta, penyusunan bahan dengan baik dan teratur, kekritisan dalam pikiran, penyuguhan fakta, evidensi, kesaksian, premis, dan sebagainya dengan benar. Oleh sebab itu, kebenaran harus dianalisis, disusun, dan dikemukakan dengan mengadakan 8
observasi, eksperimen, penyusunan fakta, evidensi, dan jalan pikiran yang logis. Bagian isi ini berupa penjabaran dari tesis yang diungkapkan melalui evidensi atau fakta-fakta yang ada, beserta antitesis yang dapat mendukung isi tulisan. Penyampaian fakta-fakta atau evidensi ditandai dengan penggunaan kata penghubung seperti:oleh karena itu, dengan demikian, oleh sebab itu, sementara itu, sehingga, dan lain-lain. c) Kesimpulan dan ringkasan, penulis harus menjaga agar konklusi yang disimpulkann tetap mengacu pada tujuan, dan menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang apa yang teah dicapai, dan menjaga konklusi-konlusi itu diterima sebagai suatu yang logis. Kesimpulan dalam esai argumentasi berupa sintesis dari tesis dan antitesis yang dikemukakan pada bagian isi tulisan. 5. Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research) memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran. PTK menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja sebab pendekatan penelitian ini menempatkan guru sebagai peneliti, agen perubahan yang pola kerjanya bersifat kolaboratif (Kunandar, 2008:41). Penelitian tindakan kelas sudah lama dilakukan dalam dunia pendidikan. Istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR). Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Pengertian PTK menurut (Hopkins dikutip Kunandar, 2008:44--45) adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi pendidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang praktik-praktik kependidikan mereka, pemahaman mereka tentang praktik-praktik tersebut, dan situasi di mana praktik-praktik tersebut dilaksanakan. Penelitian tindakan kelas harus dilaksanakan di kelas yang di ajar sehari-hari, bukan kelas yang diajar oleh guru lain meskipun masih dalam satu sekolah. Hal ini disebabkan PTK adalah suatu penelitian yang berbasis kepada kelas. Penelitian dapat dilakukan mandiri, tetapi dilakukan kolaboratif, baik dengan teman sejawat, kepala sekolah, pengawas, widyaiswara, dosen, dan pihak lain yang relevan dengan PTK. Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan Arikunto, (2008, 2—3).
9
a. Penelitian. Menunjuk pada suatau kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodelogi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. b. Tindakan. Menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa/mahasiswa. c. Kelas. Dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Menurut pengertian pengajaran, kelas bukan wujud ruangan, tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas dapat dilakukan tidak hanya di ruang kelas, tetapi di mana saja tempatnya, yang penting ada sekelompok anak yang sedang belajar. Dari tiga definisi di atas, dapat disimpulkan penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. 6. Model Penelitian Tindakan Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu 1) perencanaan, 2) Pelaksanaan, 3) Pengamatan, dan 4) Refleksi (Arikunto, 2008: 16—17). Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut.
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS 1
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan 10
1) Tahap Perencanaan Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah isntrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. 2) Tahap Pelaksanaan Tahap ke dua dari penelitian tindakan adalah melaksanakan tindakan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. 3) Tahap Pengamatan Tahap ke tiga yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Pengamat ini dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan, jadi kegiatan tindakan dan pengamatan dilakukan dalam waktu yang sama. 4) Tahap Refleksi Tahap ke empat merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Keempat tahapan di atas adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun, yang kembali ke langkah semula. Jadi, satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. 7. Model Pembelajaran Langsung Pembelajaran langsung banyak diilhami oleh teori pembelajaran sosial yang juga sering disebut belajar melalui observasi. Dasar pembelajaran langsung ini adalah teori pemodelan tingkah laku oleh Arends. Selain itu juga tokoh Jhon Dolard dan Neal Miller serta Albert Bandura mengatakan sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Pemikiran dasar model pembelajaran langsung ini bahwa siswa/mahasiswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat, dan menirukan tingkah laku guru/dosennya. Atas dasar pemikiran tersebut, hal penting yang harus diingat dalam model pembelajaran langsung adalah menghindari menyampaikan pengetahuan yang terlalu kompleks. Pada umumnya pengetahuan yang bersifat deklaratif dan 11
prosedural akan lebih mudah dipahami siswa/mahasiswa melalui pembelajaran langsung. Pengetahuan yang deklaratif maksudnya adalah pengetahuan tentang sesuatu. Sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuna tentang bagaimana melakukan sesuatu (Jauhar, 2011:45) Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan
mengutamakan pendekatan
deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut Jauhar (2011:46): 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Transformasi dan keterampilan secara langsung Pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu Materi pembelajaran yang telah terstruktur Lingkungan belajar yang telah terstruktur Sintaks dan alur kegiatan Distrukturisasi oleh guru/dosen Guru/dosen berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru
seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape recorder, gambar, peragaan, dan sebagainya. Informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif ( yaitu pengetahuan tentang sesuatu berupa fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi) (Jauhar, 2011:46). 8. Tahapan Model Pembelajaran Langsung Tahapan atau sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil sebagai berikut: 1) Orientasi. Sebelum menyajikan atau menjelaskan materi baru, akan sangat menolong siswa/mahasiswa jika guru memberikan kerangka pembelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa: a) kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang dimilki
siswa/mahasiswa;
b)
mendiskusikan
atau
menginformasikan
tujuan
pembelajaran; c) memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan; d) menginformasikan konsep/materi yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan e) menginformasikan kerangka pembelajaran.
12
2) Presentasi. Pada fase ini guru/dosen dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: a) penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai oleh siswa/mahasiswa dalam waktu relatif pendek; b) pemberian contoh-contoh konsep; c) pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas; dan d) menjelaskan ulang hal-hal yang sulit. 3) Latihan terstruktur. Pada fase ini guru/dosen memandu siswa/mahasiswa untuk melakukan latihan-latuhan. Peranan guru/dosen yang pentingdalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respons siswa/mahasiswa dan memberikan penguatan terhadap respons siswa/mahasiswa yang benar dan mengoreksi respons siswa/mahasiswa yang salah. 4) Latihan terbimbing. Pada fase ini guru/dosen memberikan kesempatan kepada siswa/mahasiswa untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik
juga
digunakan
guru/dosen
untuk
mengases/menilai
kemampuan
siswa/mahasswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru/dosen adalah memonior atau memberikan bimbingan jika diperlukan. 5) Latihan mandiri. Pada fase ini siswa/mahasiswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui siswa/mahasiswa jika telah menguasai tahap-tahap pekerjaan tugas 85—90% dalam fase bimbingan latihan (Jauhar, 2011: 47). Tahapan-tahapan lain untuk model pembelajaran langsung juga dikemukakan oleh Slavin. Slavin mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks pembelajaran langsung yaitu: 1) Menginformasikan tujuan pembelajaran dan
orientasi
pembelajaran kepada
siswa/mahasiswa. Dalam tahap ini guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan kinerja siswa yang diharapkan. 2) Mereview pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Dalam tahap ini guru/dosen mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai oleh siswa/mahasiswa. 3) Menyampaikan materi pelajaran. Dalam fase ini, guru/dosen menyampaikan materi, menyajikan informasi, memberikan contoh-contoh, mendemonstrasikan konsep, dan lain-lain. 4) Melaksanakan bimbingan. Bimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa/mahasiswa dan mengoreksi kesalahan konsep. 13
5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih. Dalam tahap ini guru/dosen memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilannya atau menggunakan informasi baru secaa individu atau kelompok. 6) Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik. Guru/dosen memberikan reviu terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa/mahasiswa, memberikan umpan balik terhadap respons siswa/mahasisw yang benar dan mengulang keterampilan jika diperlukan. 7) Memberikan latihan mandiri. Dalam tahap ini, guru/dosen dapat memberikan tugastugas mandiri kepada siswa/mahasiswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah mereka pelajari (Jauhar, 2011:48). 9. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut. a. Penelitian yang dilakukan oleh Susilowati mahasiswa Fakultas Ilmu Pendididkan PGSD Universitas Negeri Surabaya dengan judul Penggunaan Pembelajaran Langsung Untuk meningkatkan Keterampilan Menulis Puisi Pada Siswa Sekolah Dasar Surabaya. Dalam penelitiannya di dapati hasil belajar siswa menunjukkan keterlaksanaan siklus I dan siklus II memperoleh 100% dan ketercapaian pembelajaran mengalami peningkatan. Pada pertemuan pertama siklus I memperoleh 3,20 menjadi 4,93 pada siklus II, sedangkan pada pertemuan II siklus I memperoleh 3,53 menjadi 4,8 pada siklus II. Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan sebesar 42, 86% yaitu pada siklus I memperoleh persentase sebesar 45,24% dan pada siklus II memperoleh persenase 88,10% (ejournal.unesa.ac.id/article/5408/18/aerticle.pdf). b. Penelitian kedua dilakukan oleh Cristiana Rajinem mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan PGSD Universitas Negeri Surabaya dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Langsung Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Narasi Siswa Kelas IVa SDK Katarina Surabaya. Dalam penelitian ini dilakukan dua silkus, masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Tiap pertemuan dua jam pelajaran (70 menit). Persentase hasil belajar menulis narasi pada siklus I adalah 63,6% dengan nilai ketercapaian rata-rata 72. Sedangkan persentase hasil belajar menulis narasi pada siklus II adalah 84% dengan nilai ketercapaian 76,7. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran langsung dapat meningkatkan kemampuan 14
menulis
narasi
kelas
Iva
SDK
Katarina
Surabaya
(www.academia.edu/3566872/penerapan_model_pembelajaran_langsung). c. Penelitian ketiga dilakukan oleh Murni Tjahjaningsih mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan PGSD Universitas Negeri Surabaya dengan judul Meningkatkan Keterampilan Menulis Surat Resmi
dengan Menerapkan Model Pembelajaram
Langsung Siswa Kelas VI SD Hang Tuah 6 Surabaya. Dalam penelitian ini didapat kan hasil pelaksanaan pada siklus I pada persentase keterlaksanaan aktivitas guru sebesar 100% dengan ketercapaian aktivitas guru sebesar 76,4 dan hasil belajar siswa 76%. Sedangkan hasil pelaksanaan siklus II adalah persentase keterlaksanaan aktivitas guru sebesar 100% dengan ketercapaian aktivitas guru memperoleh skor 89,1 dan hasil belajar siswa sebesar 92%. Berdasarkan penelitain ini menunjukkan bahwa aktivitas guru, hasil belajar, dan kendala yang muncul menunjukkan peningkatan yang baik setelah menggunakan model pembelajaran langsung untuk meningkatkan keterampilan menulis surat resmi kelas VI SD Hang Tuah 6 Surabaya. (dokumen.tips/documens/meningkatkan keterampilan menulis surat resmi dengan menerapkan model pembelajaran langsung.html). Bertolak dari tiga penelitian di atas, ketiga-tiganya menggunakan model pembelajaran langsung untuk meningkatkan keterampilan menulis, persamaan penelitian yang akan dilakukan yakni sama-sama menggunakan model pembelajaran langsung. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan yakni subjek penelitian, subjek penelitian tiga penelitian di atas adalah siswa Sekolah Dasar sedangkan dalam penelitian ini subjek penelitian adalah mahasiswa. 10. Penilaian Keterampilan Menulis Penilaian dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Pengertian ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Tuckman dalam Nurgiantoro (1987:5) yang mengartikan penilaian sebagai suatu proses untuk mengetahui (menguji) apakah suatu kegiatan, proses kegiatan, keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditentukan. Penilaian digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa atas kompetensi yang telah diajarkan guru. Oleh karena itu, untuk dapat memberikan penilaian secara tepat, dibutuhkan data-data penilaia. Data-data tersebut diperoleh melalui kegiatan pengukuran.
15
Dalam penelitian ini, menilai karangan argumentasi siswa mempergunakan penilaian aspek analisis. Haris dan Amran Halim (dalam Nurgiantoro, 1987: 280—281) unsur-unsur yang ada dalam penilaian analisis meliputi content (isi, gagasan yang dikemukakan), form (organisasi isi), grammar (tata bahasa dan pola kalimat), style (gaya: pilihan struktur dan kosa kata), dan mechanics (ejaan). Berikut tabel penilaian menulis karangan argumentasi. Tabel 1. Model Penilaian Menulis NO
UNSUR YANG DINILAI
SKOR
SKOR
MAKSIMUM
MAHASISWA
1
Isi gagasan yang dikemukakan
30
2
Organisasi isi
25
3
Tata bahasa
20
4
Gaya: pilihan struktur dan kosa kata
15
5
Ejaan
10
Jumlah
100
BAB IV. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan argumentasi mahasiswa semester III Prodi Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia FKIP Universitas Tridinanti Palembang dalam perkuliahan Menulis Dasar. 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini digarapkan dapat memberikan konstribusi bagi mahasiswa, dosen dan FKIP Universitas Tridinanti Palembang. Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan argumentasi. selain itu, dengan menggunakan model pembelajaran langsung ini mahasiswa akan sering berlatih dan menumbuhkan motivasi untuk menulis, bukan hanya karangan argumentasi tetapi tulisan atau karangan ilmiah lainnya. Bagi dosen, hasil penelitian ini diharapkan menjadi alternatif dalam pemilihan strategi perkuliahan yang menggiring mahaiswa dalam meningkatkan keterampilan menulis.
16
Bagi FKIP Universitas Tridinanti Palembang, khususnya Prodi pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran serta lulusannya. Dengan demikian, diharapkan mutu lulusan memiliki kemampuan menulis karangan ilmiah dan tulisan kreatif lainnya dengan baik. BAB V. METODE PENELITIAN 1.Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Prosedur penelitian menggunakan rancangan spriral dengan menggunakan siklus-siklus. Prosedur penelitian tindakan ini dimulai dengan perencanaan, implementasi tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. 2.Subjek penelitian Subjek penelitian adalah mahasiswa semester III (kelas pagi 7 mahasiswa, kelas sore 7 mahasiswa, dan kelas karyawan 7 mahasiswa) Program Studi Pendidikan bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Tridinanti tahun akademik 2015/2016 yang total berjumlah 21 orang. 3.Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada semester III. Penelitian ini akan berlangsung selama 6 bulan, mulai September 2015 s.d Februari 2016. Karena subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester I maka lokasi penelitian ini dilakukan di kampus FKIP UTP di ruang kuliah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. a. Prosedur Penelitian Perencanaan Sebelum melaksanakan tindakan, peneliti melakukan langkah-langkah berikut. a) Membuat silabus perkuliahan yang disesuaikan dengan kalender akademik b) Merancang skenario pembelajaran yang berisi langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan oleh dosen dan mahasiswa c) Mempersiapkan fasilitas dan sara pendukung yang akan diperlukan di kelas, seperti media dan alat bantu pembelajaran 17
d) Menyusun instrumen penelitian, seperti lembar observasi untuk teman sejawat dan mahasiswa, wawancara, dan tes akhir siklus e) Menetapkan indikator keberhasilan penelitian f) Melakukan simulasi bersama tim untuk melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana Implementasi Tindakan Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa siklus. Setiap siklus dilakukan dalam beberapa pertemuan. Setiap pertemuan dilaksanakan dalam waktu 2x50 menit. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan mengacu tahap-tahap model pembelajaran langsung sebagai berikut. 1) Pada pertemuan pertama, dosen membuka perkuliahan dengan memberikan silabus perkuliahan dan hal-hal yang perlu dilakukan mahasiswa selama satu semester. 2) Dosen mengadakan tes awal untuk menjajaki kemampuan mahasiswa sebeleum mengikuti perkuliahan lebih lanjut. 3) Pertemuan berikutnya, dosen mulai melaksanakan penelitian. Pada fase pendahuluan dosen membuka pelajaran dengan mengkondisikan mahasiswa melalui penginformasian tujuan, materi prasyarat, memotivasi mahasiswa dan mempersiapkan kesiapan mahasiswa. 4) Fase berikutnya kegiatan inti perkuliahan, yaitu mendemonstrasikan keterampilan atau menyajikan informasi atau menyajikan informasi tahap demi tahap. 5) Fase selanjutnya, dosen memberikan latihan terbimbing dalam proses membuat karangan. 6) Setelah mahasiswa melakukan latihan terbimbing membuat karangan, secara bersama-sama dengan bimbingan dan pengarahan dari dosen, dilakukan pengecekan kemampuan mahasiswa apakah siswa telah mampu membuat karangan dengan baik sesuai dengan syarat-syarat pembuatan karangan argumentasi, kemudian dosen memberikan umpan balik terhadap respon mahasiswa dan memberikan penguatan terhadap respons mahasiswa yang benar dan mengoreksi respons mahasiswa yang salah. Setelah mahasiswa diberi latihan mengarang secara terbimbing, fase selanjutnya dosen menugaskan mahasiswa membuat karangan secara mandiri dengan topik yang telah ditentukan. 18
7) Fase terakhir (penutup). Pada tahap ini dosen dan mahasiswa menyimpulkan materi pembelajaran yang dapat dilakukan secara klasikal dan individu. Selama proses perkuliahan berlangsung, mulai dari kegiatan awal sampai dengan fase terakhir dilakukan oleh dosen lain (teman sejawat) dengan menggunakan lembar pengamatan. 8) Setelah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung yang dilaksanakan dalam beberapa pertemuan diakhiri dengan tes akhir siklus I yakni dengan melihat hasil karangan mandiri mahasiswa. Observasi Observasi dilakukan pada setiap siklus tindakan. Pelaksanaan observasi ini dilakukan untuk mengamati dan mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan berlangsung. Secara umum observasi dilakukan untuk mengetahui apakah aktivitas yang dilakukan sudah sesuai dengan rencana, adakah tanda-tanda tercapai tujuan tindakan, apakah terjadi dampak tambahan atau lanjutan yang telah dilaksanakan. Dalam melaksanakan observasi digunakan lembar pengamatan yang dilakukan disetiap pembelajaran dan per siklus berlangsung. Hasil data produk dan proses ini digunakan untuk bahan evaluasi dan refleksi. Refleksi Refleksi digunakan untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Bahan refleksi didapat dari hasil evaluasi terhadap data produk (tes) dan proses (hasil pengamatan) dari setiap siklus. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses pembelajaran yang diperoleh dari pengamatan digunakan indikator dan kriteria sebagai berikut. Jika dalam proses pembelajaran 75% mahasiswa sudah dapat memperlihatkan kemampuannya dalam a) memahami konsep yang telah diberikan, b) mampu menerapkan konsep tersebut di dalam tugas/latihan yang diberikan c) mampu mengoreksi dan memberikan respons terhadap hasil karangannya atau mahasiswa lain, d) mampu membuat karangan secara mandiri dengan baik dan benar. Sedangkan untuk data produk yang berupa tes kemampuan pemahaman materi diukur dari hasil tes akhir setiap siklus. Jika >75% dari mahasiswa mendapat nilai >70 penelitian dikatakan berhasil. Kriteria ini digunakan sebagai bahan refleksi untuk mengadakan siklus berikutnya. Jika pelaksanaan pebelajaran siklus I belum mencapai kriteria yang telah ditetapkan, baik proses maupun produk, tindakan penelitian perlu dilanjutkan ke siklus II dengan menggunakan prosedur semula yaitu perencanaan, impelentasi, observasi, evaluasi, dan refleksi. Namun, jika pelaksanaan pembelajaran siklus I, baik proses maupun produk, sudah menunjukkan 19
ketuntasanbelajar (mencapai kriteria yang telah ditetapkan), tindakan penelitian akan diakhiri pada siklus I. b. Instrumen penelitian Data diperoleh dengan menggunakan instrumen penelitian berupa lembar pengamatan, wawancara, dan tes pemahaman. Lembar pengamatan dipergunakan untuk mengamati kegiatan dosen dan mahasiswa selama perkuliahan berlangsung. Lembar pengamatan ini berupa data isian (check list) yang berisi kegiatan-kegiatan dosen, mulai dari kegiatan awal, inti perkuliahan, dan penutu perkuliahan sesuai dengan prosedur model pembelajaran langsung. Wawancara diberikan kepada mahasiswa yang bertujuan untuk mengetahui pendapat mahasiswa bagaimana materi, teknik pembelajaran, suasana pembelajaran yang berlangsung, kesulitan apa yang dialami selama pembelajaran berlangsung, apa harapan-harapannya untuk perbaikan pembelajaran yang akan datang. Tes dilakukan setiap akhir siklus yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman mahaiswa terhadap materi yang telah diberikan sehingga mereka mampu menerapkan materi tersebut dalam pembelajaran. BAB VI. LUARAN PENELITIAN Setelah penelitian ini dilakukan, target yang ingin dicapai adalah hasil penelitian ini dapat dipublikasikan pada jurnal ilmiah kebahasaan dan kesastraan sehingga hasil penelitian ini terutama metode yang dipakai untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan argumentasi yang peneliti terapkan di dalam penelitian dapat pula diterapkan oleh guru atau dosen lain dalam mengajarkan kegiatan menulis. BAB VII. JADUAL PELAKSANAAN Penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 bulan, mulai September 2015—Februari 2016. Kegiatan penelitian meliputi persiapan, pelaksanaan, analisis, dan penyusunan laporan hasil penelitian. Berikut disajikan tabel kegiatan yang akan dilakukan (lihat Tabel 2)
20
Tabel 2. Jadwal Penelitian No
Bulan
Kegiatan Sep
1
2
Okt
Nov
X
X
a. Penyusunan skenario pembelajaran
X
b. Penyusunan instrumen penelitian
X
X
X
Feb
Pelaksanaan Penelitian:
b. Siklus II
4
Jan
Persiapan penelitian:
a. Siklus I
3
Des
Analisis data: a. Penganalisisan data
X
X
X
X
b. Pendeskripsian data
X
X
X
X
Penyusunan laporan penelitian: a. Pembuatan draf laporan
X
X
b. Seminar hasil penelitian
X
c. Revisi dan pengiriman laporan
X
BAB VIII. PEMBIAYAAN Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian NO 1
KOMPONEN
PRESENTASE
Anggaran Komponen Habis Pakai: Modem (penelusuran data di internet)
Rp.
500.000
Buku-buku Penunjang Penelitian
Rp 1.500.000
Kertas A4 @ 5 Rim x Rp. 40.000
Rp.
300.000
Tinta Printer 3 Kotak x Rp. 30.000
Rp.
90.000
Alat Tulis Kantor selama penelitian
Rp.
200.000
Cetak Proposal 3 eksemplar (1 eksemplar ± 20 lbr)(3 eksp x
Rp.
12.000
Rp
100.000
Rp.
150.000
20 lbr) x Rp 200 Cetak Laporan Hasil Penelitian 5 eksemplar (@1 eksemplar ± 100lbr) (5 eksp x 100 lbr) x Rp. 200 Jilid Hardcover 3 eksemplar x Rp. 50.000
21
2
Anggaran Perjalanan: Perjalanan pengambilan data selama penelitian (4 kali
Rp.
720.000
Biaya penelusuran pustaka
Rp.
500.000
Biaya pembuatan laporan
Rp. 1.000.000
pertemuanx6 bulanx Rp.30.000
3
Anggaran Komponen Lain Publikasi pada jurnal ilmiah
Rp.
500.000
Seminar Proposal
Rp.
700.000
Seminar Hasil
Rp.
700.000
Jumlah
Rp. 6.972.000
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Finoza, Lamudin. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia Jauhar, Muhammad. 2011. Implementasi Paikem dari Behavioristik sampai Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali Pers. Nurgiyantoro, Burhan. 1987. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE. Semi, M. A. 2007. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa. Suparno, dkk. 2011. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka Tabroni, Roni. 2007. Proses Kreatif Menulis di Media Massa. Bandung: Nuansa. Tarigan, Djago. 2008. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya. Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis. Bandung: Angkasa.
22