MENENTUKAN TEKNOLOGI ALAT UKUR KUALITAS LINGKUNGAN UNTUK LABORATORIUM DIKLAT KESEHATAN LINGKUNGAN BAPELKES LEMAHABANG
Oleh : Bambang Lukisworo,SKM *) Disampaikan pada “Lokakarya Kesehatan Lingkungan “ Balai Pelatihan Kesehatan Lemahabang Tahun 2011
I.
PENDAHULUAN Manusia tidak dapat hidup tanpa lingkungan hidup. Dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk kelangsungan hidupnya, manusia berinteraksi dengan lingkungannya. Lingkungan yang bersih dan sehat memberikan pengaruh posisitif terhadap kualitas hidup individu, sebaliknya lingkungan yang buruk memberikan pengaruh negative terhadap kualitas hidup individu yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Dewasa ini beban lingkungan semakin berat akibat adanya industrialisasi, pertumbuhan penduduk yang tak terkendali, urbanisasi, kesenjangan ekonomi, perilaku masyarakat yang tidak mendukung kesehatan’ serta adanya perubahan iklim (Global Warming). Agar lingkungan tidak menjadi risiko kesehatan, perlu dipantau kualitasnya dan apabila terjadi perubahan kualitas yang mengarah ke penurunan maka secara dini dapat segera diketahui, sehingga dapat dilakukan tindakan korektif. Untuk kegiatan pemantauan kualitas lingkungan dengan hasil yang baik dan sesuai dengan kebutuhan maka diperlukan “ teknologi Pengukuran Kualitas Lingkungan” yang sesuai dengan kebutuhan program.
II.
LINGKUNGAN SEBAGAI FAKTOR RISIKO KESEHATAN Seperti telah disebutkan diatas bahwa faktor lingkungan dapat menjadi risiko kesehatan. Beberapa teori yang dikembangkan dalam rangka menjelaskan tentang faktor lingkungan yang berpengaruh kesehatan antara lain adalah Teori Blum, teori Epidemiologi Lingkungan, dan teori Simpul.
Teori Simpul adalah merupakan salah satu pendekatan yang dikembangkan oleh Prof. DR. Umar Fahmi Ahmadi, MPH. Secara singkat Teori Simpul memberi pemahaman bahwa penyebab penyakit untuk sampai dapat memberikan dampak terhadap kesehatan manusia melalui beberapa simpul yaitu :
III.
Simpul 1 Simpul 2 Simpul 3 Simpul 4
( sumber penyakit ) ( lingkungan: Air, udara, tanah, makanan, vector) ( biomarker : darah, urine, rambut, kulit,dahak, dan lainnya) (manusia : Sehat, sakit, mati )
BEBERAPA PENDEKATAN SISTIM PENGAWASAN KUALITAS LINGKUNGAN PERATURAN DAN PERUNDANGAN Ada beberapa pendekatan yang dikembangkan oleh Pemerintah cq : Kementerian Kesehatan RI dalam rangka melakukan pengawasan kualitas lingkungan, diantaranya yang terpenting adalah penyusunan Peraturan Perundangan. Beberapa Peraturan Perundangan yang telah terbit sebagai landasan operasional pemantauan kualitas kesehatan lingkungan antara lain :
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 492/Menkes/ Per/IV/2010. Tanggal : 19 April 2010. PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat syarat dan pengawasan kualitas air minum.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan tahun 2009 halaman 114 tentang pedoman standard Peralatan Kesehatan Lingkungan di Daerah.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 715/MENKES/SK/V/2003 Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasa Boga
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan jajanan.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 288/MENKES/SK/III/2003 Tentang Pedoman Penyehatan Sarana Dan Bangunan Umum
SURVEILANS KUALITAS LINGKUNGAN Pada prinsipnya untuk melakukan pemantauan kondisi kualitas lingkungan agar tetap memenuhi persyaratan sesuai peraturan yang berlaku, adalah dengan cara melakukan pemantauan secara terus menerus, yang disebut SURVEILANS KUALITAS LINGKUNGAN. Surveilens ini bertujuan untuk mengetahui tren kondisi lingkungan sehingga bila ditemukan kondisi lingkungan yang berbahaya dapat segera diambil tindakan korektif. Langkah-langkah pelaksanaan surveilans secara umum : Pengumpulan data Pengolahan data Analisis data Pelaporan Hasil analisis surveilans menghasilkan informasi tentang Tempat, Waktu dan Orang yang berisiko Dalam rangka pemantauan kualitas lingkungan, pengumpulan data fisik, kimia dan biologi yang dilakukan secara observasi pengukuran dan pengambilan sampel media lingkungan meliputi ( air, udara, makanan,tanah, vector, limbah) pada Simpul 2 meliputi :
Kesehatan Lingkungan Tempat Tempat Usaha (Umum), meliputi : Hotel, Kolam renang, Tempat rekreasi, Tempat Pengelolaan Makanan/ restaurant Tempat / sarana transportasi ( Teminal Bis / stasium KA ) Panti Pijat / SPA, Pasar/ super market Dan lain lain Kesehatan Lingkungan Permukiman / perumahan Kesehatan Lingkungan khusus ( sarana kesehatan / rumah sakit, asrama, pesantren, lembaga pemasyarakatan, dll)
Sedangkan pengukuran pada simpul 3 dilakukan secara insidentil, yaitu bila pada simpul 2 sudah menunjukkan nilai melebihi standar. Untuk kegiatan pengumpulan data dilakukan observasi, pengukuran dan pengambilan sampel , untuk itu diperlukan perlengkapan kerja berupa formulir dan peralatan lapangan yang dapat digunakan untuk mengukur atau mendeteksi parameter lingkungan secara kualitatif agar dapat diberikan rekomendasi secara cepat, dan apabila diperlukan data yang lebih akurat secara kuantitatif dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium. Hal ini dilakukan agar lebih efektif mengingat lokasi yang dipantau biasanya jauh dari laboratorium, juga pada umumnya hasil pemeriksaan laboratorium biasanya memerlukan waktu lebih lama
IV.
KENDALA DAN TANTANGAN Beberapa kendala yang dihadapi secara umum dalam pelaksanaan pengukuran kualitas kesehatan lingkungan oleh petugas (sanitarian ) antara lain :
V.
Pemantauan tidak dilakukan secara terus menerus, sehingga informasi tentang kondisi kualitas lingkungan terlambat disampaikan padahal dalam kondisi Kejadian Luar Biasa, sehingga Sistim Kewaspadaan Dini tidak berjalan
Ada kalanya kemampaun analisis data hasil pemantauan masih kurang, data yang ada tidak dianalisis, sehingga tidak menghasilkan informasi yang sangat dibutuhkan oleh pengambil keputusan
Tidak semua pejabat atasan mempunyai pemahaman yang sama terhadap kegiatan pemantauan kesehatan lingkungan, ada kalanya atau sebagian pejabat atasan beranggapan bahwa kegiatan pemantauan / pengukuran kualitas lingkungan dianggap boros, atau dipersepsikan sebagai proyek jalan-jalan, sehingga tidak diberikan anggaran yang cukup.
Perlu disadari bahwa hasil pemantauan adalah informasi dan informasi tersebut sangat mahal, karena dengan informasi Kejadian Luar Biasa bisa dicegah sehingga tidak menimbulkan korban yang membutuhkan dana yang lebih besar.
MENENTUKAN TEKNOLOGI ALAT UKUR KUALITAS LINGKUNGAN UNTUK LABORATORIUM DIKLAT KESEHATAN LINGKUNGAN Bapelkes Lemahabang sebagai sentra Diklat Kesling, tentunya harus dilengkapi dengan peralatan Laboratorium yang handal sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan Peralatan laboratoruium Bapelkes Lemahabang tentu sangat spesifik sesuai dengan kebutuhan pendidikan dan pelatihan, apabila yang dilatih adalah tenaga laboratorium analitis paramaeter kesehatan lingkungan, maka peralatan yang diadakan relatif akan sama dengan peralatan laboratorium seperti yang ada di BBTKL ( Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular ), pada BBTKL lebih mengutamakan pada analisa parameter KesLing yang teliti dan bersifat kuantitatif, tetapi apabila SDM yang mengikuti pendidikan dan pelatihan diperuntukan sebagai petugas lapangan Dinas Kesehatan / Puskesmas melakukan pemantauan / monitoring kualitas kesehatan lingkungan dilapangan yang memerlukan hasil pengukuran yang cepat, maka alatnya akan berbeda, dan tidak seperti peralatan laboratorium analitis. Jenis atau macam alat yang diperlukan oleh Bapelkes Lemahabang harus tepat fungsi untuk pemantauan Kualitas Kesehatan Lingkungan oleh petugas lapangan, untuk itu diperlukan peralatan yang dapat memberikan informasi tentang kualitas fisik,kimia dan biologi (mikrobiologi) dari media lingkungan yang dipantau. Untuk menghasilkan informasi yang cepat , akurat sesuai dengan parameter parameter yang dimaksud dalam peraturan / keputusan Menteri Kesehatan atau peraturan lain yang relevan dan terkait.
Sehubungan dengan hal tersebut maka pemilihan teknologi dan spesifikasi peralatan pengukuran kualitas kesehatan lingkungan untuk Bapelkes Lemahabang harus memperhatikan hal hal sebagai berikut :
KRETERIA / SPESIFIKASI UMUM 1. Range pengukuran sesuai dengan kebutuhan Alat dapat digunakan untuk mengukur parameter kualitas kesehatan likungan pada batasan (range) sesuai dengan persyaratan dan ketentuan atas masing masing parameter kesehatan lingkungan. 2. Alat mudah dibawa / jinjing ( “Portable”) Pemantauan / pengukuran kualitas kesehatan lingkungan industry, tempat tempat usaha (umum), ataupun kesehatan lingkungan lainnya, umumnya dilakukan dilapangan di beberapa lokasi yang jauh dari keberadaan laboratorium, maka peralatan ukur kualitas kesehatan lingkungan yang tepat adalah harus berbentuk “portable” atau bentuk jinjing yang mudah dibawa kemana mana dan mudah digunakan. 3. Hasil pengukuran secara cepat dan akurat Pemilihan teknologi alat harus diprioritaskan apada alat yang bisa memberikan hasil pengukuran secara cepat dan akurat. Dalam pengukuran kualitas kesehatan lingkungan industry, tempat tempat usaha (umum),ataupun ditempat lainnya diperlukan cara pengukuran cepat, walaupun pengukuran cepat kadang tidak dapat memberikan informasi secara kuantitatif, namun demikian informasi kualitatif dipandang sudah cukup untuk melakukan surveilans kualitas lingkungan. Informasi yang lebih detail dilakukan apabila dipandang perlu atau dalam keadaan KLB/ Wabah. Contoh : untuk pengukuran E Coli dalam air atau dalam makanan umumnya hasil pengukurannya baru bisa diketahui setelah 48 Jam, tetapi saat ini sudah ada teknologi yang memungkinkan dapat membaca hasilnya dalam waktu 2 jam setelah pemeriksaan walaupun hasilnya bersifat kualitatif 4. Mudah dioperasikan, buku petunjuk dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Alat harus mempunyai teknologi yang memungkinkan alat mudah dioperasikan dilapangan dengan mudah, serta dilengkapi dilengkapi petunjuk penggunaan alat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Pada waktu pembelian alat harus ada paket pelatihan dari pabrikan atau dari distributor /agen tunggal alat. Petunjuk penggunaan alat dalam bahasa Indoneia sangat penting untuk membantu pemahaman tenaga operasional dilapangan (sanitarian ) terhadap cara pengoperasian alat. 5. Alat dilengkapi system aplikasi pelaporan dan analisa Alat harus dilengkapi software (perangkat lunak ) system aplikasi pelaporan dan analisa data., software tersebut sangat pentingkan , mengingat : Adanya “software” dimaksud akan dapat membatu percepatan pelaporan dari tenaga pengukur dilapangan kepada pejabat diatasnya, pekerjaan yang seharusnya dikerjakan dalam beberapa hari akan dapat diselesaikan dalam waktu beberapa jam, apabila dalam kondisi “kejadian Luar Biasa” pemantauan dapat dilakukan secara terus menerus, informasi tentang kondisi kualitas lingkungan tidak terlambat disampaikan , sehingga Sistim Kewaspadaan Dini akan berjalan dengan baik.
Ada kalanya kemampaun analisis data hasil pemantauan masih kurang, data yang ada tidak dianalisis, sehingga tidak menghasilkan informasi yang sangat dibutuhkan oleh pengambil keputusan. Oleh karenya “software” dimaksud akan membantu dan mengatasi masalah dan kesulitan yang ada. Adanya “software” akan mempermudah untuk melakukan pelaporan kepada instasi diatasnya atau kepada pihak pihak terkait yang memerlukannya. 6. Produk berkualitas Produk atau alat pengukuran kualitas lingkungan yang berkualitas umumnya ditandai adanya komitmen dari pabrikan berupa: Adanya Jaminan Purna jual, yaitu adanya pelayanan perbaikan / pelayanan kalibrasi alat ataupun konsultasi teknis alat Adanya garansi produk, Pelayanan penyediaan suku cadang (Sparepart) minimum 5 thn, Adanya jaminan pelatihan penggunaan alat dari pabrikan atau distributor yang ditunjuk. legalitas lengkap, ijin industri, perdagangan ) 7. Aspek legalitas alat Alat / produk harus memenuhi dan mempunyai legalitas yang jelas : Merk harus terdaftar Apabila termasuk alat kesehatan harus terdaftar di Kementerian Kesehatan Indonesia, apabila alat tidak termasuk katagori alat kesehatan juga harus ada keterangan dari Kementerian Kesehatan. Distribusi alat dan keagenan alat harus terdaftar di Kementerian Perdagangan. Apabila alat diproduksi didalam negeri, maka harus diproduksi oleh perusahaan yang mempunyai ijin produksi / ijin perakitan / ijin industri dan Nomor NPWP. 8. Populasi dan distribusi alat Produk yang baik biasanya mudah diterima oleh pengguna (user), sehingga populasi alat dan penyebarannya akan cukup luas, dalam konteks di Negara Republik Indonesia maka produk harus tersebar disebagian besar wilayah Indonesia, setidaknya harus tersebar di kota / kabupaten mencapai 30% dari jumlah Kota / kabupaten yang ada di Indonesia. 9. Testimoni / referensi Produk / alat yang baik umumnya mudah untuk mendapatkan referensi dari user, yang menerangkan telah menggunakan alat/ produk dengan baik, atau adanya pengakuan dari lembaga resmi yang menyatakan kelayakan alat untuk digunakan sebagai alat ukur kualitas lingkungan. 10. Utamakan produk dalam negeri. Apabila sudah ada alat /produk berkualitas buatan dalam negeri, maka utamakan penggunaan alat atau produk buatan dalam negeri yang memenui kreteria tersebut sebelumnya ( nomor 1 sampai nomor 9 ), mengingat : Penggunaan alat produksi dalam negeri berkualitas, umumnya lebih menguntungkan karena apabila terjadi kerusakan atau memerlukan penyediaan suku cadang akan mudah diperoreh.
Penggunaan alat produksi dalam negeri berkualitas, berarti telah turut serta membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia, penghematan devisa, penyerapan tenaga kerja / memberikan kesempatan bagi teknisi teknisi muda Indonesia untuk berkarya , dan yang terpenting turut mendorong perkembangan dan kemajuan teknologi peralatan monitoring kualitas kesehatan lingkungan di Indonesia.
MACAM PERALATAN Terdapat beberapa macam serta berbagai teknologi peralatan ukur kualitas kesehatan lingkungan, berikut diuraikan beberapa alat ukur kualitas kesehatan lingkungan dalam versi berbagai kepentingan program kesehatan lingkungan : A. Peralatan ukur kualitas kesehatan lingkungan untuk petugas sanitarian di puskesmas, sesuai Buku Petunjuk Teknis Menteri Kesehatan dalam pengelolaan dana alokasi khusus tahun 2009: 1. Sanitarian Field Kit terdiri dari : Mosquito Traps (aspirator, paper cup, cidukan plastik, botol larva, lensa loupe pembesar), Fly Grill, Thermometer, Hygrometer, Lux meter Peralatan Penunjang pengambilan sampel terdiri dari : Pisau stainless steel, Pinset stainless steel, kompas stainless steel, counter, petridish, media carry & blair, anal rectal swab, sarung tangan karet, masker, burner, lampur senter, alumunium foil, lampu spiritus stainless steel, thermos vol. 250 cc, meteran linen 50 mtr, tas tempat peralatan 2. Soil Test Kit terdiri dari : Sendok, centrifuge, tabung centrifuge, object glass, cover glass, gelas ukur 1000 ml, saringan kawat kasa, Hydrometer, mikroskop, batang pengaduk, corong, timbangan, rak tabung, pipet 3. Food Contamination Test Kit terdiri dari : Paddle tester kit,swab tester kit, LT/MUG Broth (single strengt),EC/MUG (single strengt), filter holder with receiver,mesuring cylinder, erlenmeyer, chlorine tester, iodine tester, portable coliform incubater panel sawith, selected operating temperature of 25° to 110°C with pilot lamp, funnel, innoculating wire, rack coliform tube, portable food blender, pulp stainer, food basin stainless steel, sterile membran filter (47 mm, 0,45 micron M.pore size), vynil glove, hard carrying box, digital thermometer, digital pH meter, flash light, syring 25 ml, aquadest bottle,test tube 16 x 60 mm, vacuum pump nalge, rubber pipet, ultra violet lamp portable, erlarglasglass Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2009 114 4. Cholinesterase Test Kit a. Tintometer Kit terdiri dari: pipet, Kurvet, tabung, sumbat karet, tabung (vaccinesteel/autoclic), pipet otomatis, test tube. b. Cholinesterase Kit terdiri dari :
volumetrik,
spatula,
pen
steril
autoclic, botol tempat indikator, botol tempat substrat, botol tempat aquadest, botol penyemprot, erlenmeyer 500 cc, gelas kimia 100 cc, gelas ukur 250 cc, gelas takar, holder autoclic, kertas pembanding (kuninghijau), lampu spiritus + penyangga, pipet otomatis 0,01 ml, rak tabung reaksi, sikat tabung reaksi, kotak, syringe, botol alkohol, pH meter, botol aquadest, petridish 5. Water Test Kit a. Pengukuran Kimia, terdiri dari : Amonium test, Total Hardness test, Mangenese test, Alumunium tes, Iron test, Sulfate Test, Chloride test, Nitrate test, Nitrite test, Chlorine test, pH test b. Pengukuran Fisika, terdiri dari : Turbidity test Temperature test 6. Alat Pengambilan Sampel Usap Alat Makan/Masak dan Rectal Swab terdiri dari : Kapas lidi steril, sarung tangan steril/bersih, gunting kecil, lampu spiritus,
B. Peralatan ukur kualitas kesehatan lingkungan untuk rumah sakit, sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit :
Hospital Air Contaminant Test Kit Waste Water Cheker
C. Peralatan ukur kualitas kesehatan lingkungan ( Air ), sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 492/Menkes/ Per/IV/2010. Tanggal : 19 April 2010. PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM : Water Test kit for Microbiologi: ( E Coli , total microba dan Total bakteri Koliform ) An Organic Chemical in water Test Kit : ( Arsen, Flourida, Total Kromium, Kadmium, Nitrit, Nitrat, Sianida dan Selenium Test ) Dan lainnya D. Peralatan ukur kualitas kesehatan dan keselamatan kerja, sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3) di Rumah Sakit. :
VI.
Noise Logging Dosimeter. Vibration meter. Formaldehyde Test. Dan lainnya.
PENUTUP Penentuan “TEKNOLOGI PENGUKURAN KUALITAS LINGKUNGAN SEBAGAI PERTALATAN PENUNJANG DIKLAT DAN SANITASI TERAPAN” mempunyai peran penting guna mendapatkan kemudahan dan
keakuratan dalam proses pengumpulan data kesehatan lingkungan yang terjadi pada saat pengukuran, apakah terjadi perubahan kualitas kesehatan lingkungan yang mengarah ke penurunan atau tidak. Semua pemangku kepentingan perlu menyamakan pemahaman, kesadaran, dan perhatian demi suksesnya program kesehatan lingkungan dan tempat tempat usaha di Dinas kesehatan yang ada di seluruh Indonesia. ---- 0 -----
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Keterangan *) penulis adalah : o Ketua Departemen Kewirausahaan dan Pemberdayaan Masyarakat - Himpunan Kesehatan Lingkungan Indonesia ( HAKLI) o Ketua Lembaga Pengkajian Masalah Kesehatan Lingkungan Indonesia ( LPMKLI)