Memberi kesaksian tentang belaskasih dalam persaudaraan seluas dunia fr at er c m m • k e b i j a k a n 2 0 0 8 - 2 0 1 4
Memberi kesaksian tentang belaskasih dalam persaudaraan seluas dunia fr at er c m m • k e b i j a k a n 2 0 0 8 - 2 0 1 4
daf tar is i
Kata pengantar: kapitel umum tahun 2008 57 Kehidupan persekutuan kita 11 Memperdalam dan meneruskan spiritualitas kita 18 Perutusan kita untuk berbelaskasih 26 Tantangan-tantangan internasionalisasi 35 Berani memanggil 43 Terbuka untuk ikatan-ikatan baru 57 Tampak dan terikat: komunikasi kita 64 Memberi kesaksian tentang belaskasih dalam persaudaraan seluas dunia diterbitkan oleh Frater-frater cmm . Buku kecil ini melaporkan tentang kapitel umum kongregasi ini yang diselenggarakan pada bulan Maret 2008, dan diterbitkan di bawah tanggung jawab dewan pimpinan umum General Board Brothers cmm Gasthuisring 54 Kotak Pos 90105 5000 l a Tilburg Negeri Belanda
Dewan Pimpinan Provinsi cmm Jalan Amepl 6, Papringan Yogyakarta 55281 Indonesia Tel 0274-514480
© Frater cmm, Tilburg 2010. Redaksi Dewan Pimpinan Umum Frater cmm Teks Charles van Leeuwen Diterjemahkan oleh Inge Kapitan, frater André de Veer cmm Design Brigitte Slangen, Nijmegen Percetakan Kanisius Yogyakarta isbn 978 90 8121 377 6
Perkembangan-perkembangan dalam kepemimpinan 71 Rangka finansial untuk perutusan dan hidup persekutuan kita 78 Pembinaan menjadi seorang frater belaskasih 87
Lampiran 1: Para anggota kapitel umum 2008 96 Lampiran 2: Fungsi-fungsi dan komisi-komisi kapitel umum 2008 97 Lampiran 3: Program kapitel umum 2008 98 Lampiran 4: Pertanggungjawaban dokumen-dokumen yang dipakai 100
k ata pengantar: k apitel umum tahun 2008
Pada bulan Maret tahun 2008, sekali lagi kongregasi kita menyelenggarakan kapitel. Kapitel ini diberi semboyan Witnessing Mercy in a Worldwide Brotherhood, atau dengan kata lain: memberi kesaksian tentang belaskasih dalam persaudaraan seluas dunia. Moto ini mencoba untuk, dalam beberapa patah kata, mengungkapkan inti kehidupan kita sebagai frater. Sebagai frater kita mencoba memberi kesaksian tentang iman kita dan bekerja dalam semangat belas kasih, dalam wadah tarekat persaudaraan yang sementara ini telah tersebar di banyak negara. Jadi kata-kata inti belas kasih dan persaudaraan mewakili karya dan kehidupan persaudaraan kita, semangat dan orientasi hidup kita. Kata-kata lain dalam semboyan tadi, menyentuh pertanyaanpertanyaan aktual: di mana posisi kita di dunia ini, dan bagaimana kita melangkah keluar, ke dalam dunia itu? Bagaimana kita mengundang orang untuk bergabung dengan persekutuan kita? Bagaimana kita mewujudkan dan memupuk keterikatan dalam persekutuan itu, dalam konteks yang semakin internasional? Dan bagaimana kesaksian kita tersebut bisa menjadi sumbangan untuk misi gereja dan dunia? Kapitel ini adalah kapitel umum yang ke-27 dalam sejarah kongregasi kita, dan sesungguhnya kami bisa berkata bahwa kapitel ini merupakan kapitel yang baik; di mana dalam suasana keterbukaan dan saling menghargai kami bisa mengulas berbagai tema yang aktual. Kapitel umum selalu merupakan momentum yang penting untuk komgregasi. Karena bukankah pada kesempatan itu kita membahas laporan dewan pimpinan umum untuk masa bakti yang baru berakhir, sekaligus mendapat informasi tentang perkembangan-perkembangan utama dalam regio dan propinsi. Bersamasama kita menetapkan garis-garis besar kebijakan untuk masa bakti yang akan datang, dalam hal ini untuk tahun-tahun 2008-2014. Selain itu masih ada kebijakan finansial dan struktur organisasi yang menjadi pokok pembicaraan. Salah satu unsur penting dalam kapitel umum sudah tentu pemilihan pemimpin umum dan para anggota dewan pimpinan umum. Tetapi di samping itu kami sebagai konfrater juga mengambil waktu untuk membicarakan secara tuntas sejumlah tema kebijakan. Untuk tahun ini topiktopik itu antara lain: kehidupan berkomunitas kita, karya dan misi kita, pendalaman dan penerusan spiritualitas kita, bertumbuhnya kongregasi kita menjadi persekutuan
7
yang internasional, bagaimana harus bergaul dengan perbedaan-perbedaan kultural, pengembangan kepemimpinan dan suatu budaya kepemimpinan yang baik, kebijakan di bidang panggilan dan pembinaan, keanggotaan luar biasa, kebijakan dalam bidang komunikasi. Pendek kata: hampir semua tema yang menjadi perhatian di dalam kongregasi kita, dan pada berbagai tingkatan kepemimpinan, telah mendapat giliran dalam kapitel ini. Kapitel umum itu suatu peristiwa yang besar dan kompleks. Kapitel ini diselenggarakan dalam pusat Zin in Werk di Vught, Negeri Belanda, yang masih mempunyai ikatan dengan kongregasi kita. Pertemuan ini memakan waktu tiga minggu, dari tanggal 7 sampai 29 Maret 2008. Secara total ada 33 frater dari delapan negara yang mengambil bagian dalam rapat ini: 27 frater sebagai utusan berbagai regio dan provinsi, sayang sekali salah seorang utusan, frater Anthony Smulders dari California, akhirnya tidak bisa hadir karena sakit. Di samping itu masih ada lima orang frater yang untuk masa 2002-2008 menjadi dewan pimpinan umum, dan ekonom umum kongregasi. Masih ada banyak orang lain lagi yang dengan bermacam cara mengambil bagian dalam pembicaraan-pembicaraan ini: tiga orang juru bahasa dan sejumlah pemandu pembicaraan, beberapa orang tamu dan konsultan dan seorang wakil yang diutus oleh para anggota luar biasa. Dan masih ada juga beberapa orang frater dan anggota staf yang bertanggung jawab untuk sekian banyak tugas penunjang di bidang sekretariat, penerjemahan, komunikasi dan logistik. Kami boleh menerima banyak konfrater dan suster, dan teman-teman lain, dalam berbagai perayaan liturgi yang menghiasi hari-hari ini, dan pada beberapa saat pesta yang telah kami atur sekitar kapitel ini. Dengan demikian kapitel menjadi masa yang padat pertemuan dan rasa persaudaraan, sungguh-sungguh suatu momen berharga dalam persekutuan dan persaksian, yang sangat membesarkan hati kita. Kami yakin bahwa sesudah menjalani diskusi-diskusi yang terbuka dan sering kali sangat intens selama kapitel, dan kebijakankebijakan yang ditetapkan sesudahnya, kita sebagai kongregasi akan merasa terikat lebih erat lagi, dan berdiri lebih kokoh dalam perutusan kita. Kami kira bahwa masa bakti yang akan datang akan boleh kita hadapi dengan penuh rasa percaya. Adalah tradisi baik kongregasi kita bahwa dewan pimpinan yang baru menerbitkan sebuah buku kecil yang menawarkan rangkuman dari tema-tema terpenting yang telah dibahas selama kapitel, dan garis-garis kebijakan yang telah dipilih. Laporan resmi kapitel bersifat rahasia dan itu juga berlaku untuk sebagian besar dokumen yang dibahas selama kapitel itu, misalnya anggaran, catatan-catatan kebijakan, laporanlaporan dewan dan notulen rapat. Dari berpuluh-puluh dokumen ini kami menyaring unsur-unsur yang paling penting dan merangkumnya dalam sederetan bab yang diurut
9 Dengan buku kecil ini kami ingin menginformasikan semua konfrater, anggota asosiasi, staf pembantu dan orang-orang yang merasa mempunyai ikatan dengan kami, tentang kapitel 2008 dan kebijakan kita untuk periode 2008-2014. Semoga buku kecil ini memberi gambaran yang jelas tentang apa yang dibicarakan selama kapitel. Dan kami berharap juga semoga bisa menjadi pegangan dan sumber inspirasi bagi Anda pribadi maupun bagai kongregasi sebagai keseluruhan, untuk bekerja terus, memperjuangkan hal yang paling penting: bahwa dalam semangat persaudaraan yang lintas dunia, kita boleh menjadi saksi-saksi dari cinta Allah yang penuh belas kasih.
Atas nama dewan pimpinan umum,
frater Broer Huitema, pemimpin umum
k ata pengantar: k apitel umum tahun 2008
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
8
tematis. Semua orang pasti mengerti bahwa ini bukan hal yang mudah, karena di satu pihak kami ingin memberi gambaran yang tepat tentang pembicaraan-pembicaraan itu, dan di pihak lain ingin menghasilkan bahan yang enak dan mudah dibaca. Secara khusus kami ingin mengucapkan terima kasih kepada bapak Charles van Leeuwen, anggota staf dewan pimpinan umum, yang telah menulis laporan kapitel ini, secara rembuk dengan para anggota dewan. Kami sangat berterima kasih kepadanya untuk dokumen ini, yang begitu penting untuk kongregasi sebagai keseluruhan.
k ehid upan per s ek u t uan k i ta
Lihatlah bagaimana mereka memuja Tuhan, saling mengabdi dan saling mengasihi. Pastor dan pengarang Belanda Harrie Nouwen tidak memerlukan banyak kata untuk mengungkapkan suatu kehidupan persekutuan yang ideal: dari segala sesuatu ternyata mereka yang hidup bersama sebagai umat Kristen, saling memperhatikan dan saling mengasihi, dan dalam itu yakin bahwa mereka Hidup dalam persekutuan
didukung oleh cinta Allah yang penuh belas kasih. Dengan berdoa bersama dan
merupakan salah satu aspek
saling mengabdi, cinta kasih Allah itu tampak secara konkret dan mendapatkan
kehidupan frater yang paling
sinar yang khas.
kuat, sekaligus yang paling rentan.
Kaya peluang namun rentan Selama kapitel kami ingin memberi banyak perhatian kepada tema hidup persekutuan kita: salah satu aspek kehidupan frater yang paling kuat, sekaligus yang paling rentan. Hidup dan karya kita berawal dalam persekutuan di mana kita berdiri: di tempat itulah kita pertama-tama mewujudkan cita-cita belas kasih dan persaudaraan kita, dan dari titik itulah kita berangkat untuk menunaikan misi kita di dalam gereja dan dunia sekitar kita. Komunitas merupakan ‘rumah’ kita, para konfrater yang tinggal serumah menjadi saudara-saudara kita yang terdekat, dengan merekalah kita membagi pengalaman, suka cita dan keprihatinan sehari-hari. Kita saling bertemu waktu makan, bersama-sama menerima tamu, bersama-sama membaca Alkitab dan mewujudkan perayaan dan doa. Kita saling mengisi dalam persekutuan itu dan saling mendukung, saling memberi semangat dan saling ‘membuka mata’: di rumah kita bisa menghela nafas dan boleh mengharapkan ‘perhatian’ dan ‘cinta kasih’. Memilih untuk hidup sebagai frater berarti juga bahwa kita memilih untuk hidup dalam persekutuan: untuk bersama orang lain mewujudkan kehidupan Kristen kita, dan setiap kali memperbaharuinya. Sebagai frater kita boleh bersyukur atas adanya komunitas-komunitas yang bagus dan tradisi hidup persekutuan yang berharga. Tetapi kita juga menyadari bahwa cita-cita
11
Selama kapitel kami menekuni sejumlah pertanyaan. Perkembangan-perkembangan apa yang mengancam dan bisa melemahkan hidup persekutuan kita? Apa yang bisa kita lakukan untuk memperkuat hidup persekutuan di dalam kongregasi kita? Bagaimana para dewan bisa membantu menunjang hidup persekutuan itu? Dan yang terakhir tetapi tidak kalah penting: upaya apa yang kami harapkan dari para frater masing-masing?
Adat zaman dan bagaimana kita bergaul dengannya Memang suatu kenyataan bahwa saat ini sulit bagi banyak kongregasi religius untuk mewujudkan dengan jelas hidup persekutuan mereka: suatu problem yang diakui di seluruh dunia. Agaknya sulit untuk membangun suatu kehidupan persekutuan Kristen di dalam konteks kemasyarakatan yang mengemukakan nilai-nilai dan norma-norma yang sangat berbeda. Dunia di mana kita hidup ditandai oleh individualisasi yang kuat, mungkin lebih kuat dari yang kita sadari, dan suatu kehidupan bersama yang sering kali tertekan oleh kultur kerja yang sibuk, kultur waktu senggang yang terputus-putus dan media yang memaksakan diri. Dalam kapitel ini kami menemukan bahwa tren-tren kemasyarakatan ini juga terasa dalam rumah-rumah frater kita, baik di belahan bumi Barat maupun Selatan: di manamana kita merasakan adanya ketegangan antara cita-cita kita untuk membagi bersama dan adat zaman yang mengajak kita untuk lebih mengutamakan perkembangan diri dan proyek-proyek sendiri, daripada hidup dalam persekutuan. Bukan maksud kami untuk membangkitkan rasa cemas, tetapi selama kapitel kami saling membagi keprihatinan kami tentang pengaruh zaman itu atas hidup persekutuan dan identitas kita sebagai frater. Kami kira bahwa kita harus benar-benar awas dalam menjaga kualitas kehidupan religius kita: agar dari rumah-rumah kita tetap terpancar suasana persaudaraan dan keramah-tamahan, juga antara kita sendiri! Itu antara lain berarti
bahwa kita tetap memperhatikan konfrater kita dan senantiasa menyediakan waktu untuk yang lain, bahwa kita mengusahakan suatu keseimbangan yang sehat antara karya, studi dan hidup persekutuan, bahwa kita memanfaatkan peluang-peluang baru yang ditawarkan media tanpa menghabiskan terlalu banyak waktu untuknya, dan secara umum mempunyai gaya hidup yang sederhana dan meyakinkan, yang sejalan dengan kaul-kaul religius kita. Kita beranggapan bahwa panggilan frater kita mewajibkan kita untuk melakukannya: bahwa kita memperlihatkan nilai cita-cita kehidupan persekutuan Kristiani di dalam suatu dunia yang dikuasai oleh begitu banyak norma yang berbeda, dan memberikan sinyal yang jelas dan meyakinkan tentang pengharapan, iman dan persaudaraan.
Keseimbangan dalam kehidupan persekutuan Apa yang harus kita lakukan untuk menjaga agar komunitas-komunitas kita tetap vital dan kuat, bisa mengatasi saat-saat yang sulit dan cukup keanggotaannya?
Kami menyadari bahwa komunitas-komunitas kita juga rentan karena sebab-sebab lain. Kita hidup dalam persekutuan-persekutuan yang relatif kecil, keseimbangannya bisa terganggu karena ketuaan, sakit penyakit atau berangkatnya salah seorang konfrater. Apa yang harus kita lakukan untuk menjaga agar komunitas-komunitas kita tetap vital dan kuat, bisa mengatasi saat-saat yang sulit dan cukup keanggotaannya? Keseimbangan penting yang lain ialah selalu mencari perbandingan yang baik dengan karya-karya kita: sebagai frater kita sering kali terlampau dekat pada karya kita dan dengan demikian kena risiko bahwa seluruh kehidupan kita ditentukan olehnya, atau bahwa kehidupan berkomunitas terlalu terbebani olehnya: tepatnya apa dari karya itu kita bagi bersama, dan apa yang masih bisa kita bagi selain karya-karya itu? Peluang apa yang kita miliki untuk berekreasi, sendiri maupun bersama? Hampir semua rumah kita berdiri di tengah-tengah dunia ramai dan oleh karena itu sering didatangi tamu: bisakah kita sebagai komunitas mempertahankan sebagian dari ciri khas dan privasi kita sendiri? Bisakah kita mengajak semua konfrater untuk berpartisipasi dalam kehidupan berkomunitas kami, atau adakah frater-frater yang terancam dikucilkan, atau karena salah satu sebab mengucilkan diri? Apakah kita mempunyai bentuk-bentuk untuk saling membicarakan iman dan penghayatan di dalam komunitas, berhasilkah kita untuk mengisi dengan baik semua hari-hari komunitas dan rekoleksi? Dan akhirnya, bagaimana kita menjaga agar di dalam kehidupan kita yang sering kali aktif dan sibuk, tetap ada irama liturgi yang bagus berisi perayaan, saat-saat hening, membaca dan berdoa bersama? Dilihat dari berbagai sudut, kehidupan berkomunitas menuntut kita mencari dan mempertahankan keseimbangan yang cocok, dan hal ini hanya mungkin jikalau semua anggota dan mereka yang bertanggung jawab, mempunyai perhatian khusus untuk aspek ini.
13 k ehid upan per s ek u t uan k i ta
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
12
muluk itu tidak bisa kita wujudkan dengan sempurna. Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk sebagian tidak dimanfaatkan, karena kita tidak tahu bagaimana kita harus memanfaatkannya atau karena kita terbentur pada keterbatasan sendiri: mewujudkan suatu kehidupan persekutuan religius sulit dan rentan, membutuhkan banyak waktu untuk bisa menerapkannya; kebudayaan di dalam mana kita hidup, juga tidak membantu. Dengan demikian kami merasa bahwa di dalam bidang yang sarat peluang-peluang bagus, karena bisa sebagai ‘saudara-saudara yang hidup bersama dengan rukun’ (Mazmur 133), kadang-kadang juga terdapat kekurangan-kekurangan yang besar.
Perhatian pemimpin dan pembekalan
Kehidupan persekutuan: suatu prioritas bagi kita semua! Kehidupan persekutuan yang kuat penting bagi kita semua: oleh karena itu kapitel ingin mengajak semua frater untuk tetap memberi prioritas besar kepada aspek ini. Kongregasi kita mempunyai tradisi yang kuat dalam kehidupan persekutuan, dan kami berharap semoga tradisi ini bisa dipertahankan. Sudah tentu tetap menjadi tanggung jawab masing-masing komunitas dan para frater setempat untuk mengonkretkan kehidupan persekutuan mereka sendiri, dan mewujudkannya sebaik mungkin. Selain itu menjadi tanggung jawab semua dewan untuk membekali dan mendukungnya sebaik mungkin, antara lain dengan: • menggalakkan dan mempermudah komunikasi dengan dan di dalam masing-masing
persekutuan • membina kontak secara teratur, dan melakukan kunjungan kerja • dalam hal konflik bertindak sebagai mediator dan menciptakan suasana tukar
pendapat yang baik, dan bila perlu, pengendalian konflik • memperhatikan bahwa gedung dan sarana memungkinkan suatu kehidupan berkomunitas yang baik.
terlampau dekat pada karya kita dan dengan demikian kena risiko bahwa seluruh kehidupan kita ditentukan olehnya, atau bahwa kehidupan berkomunitas dibebankan terlalu terbebani olehnya.
Konst i, 156
Kita mau hidup dekat satu sama lain, dengan saling penghargaan dan simpati dengan persahabatan yang hangat dan setia dan dengan membangun komunitas kita, menjadi persekutuan hidup yang sejati
15 k ehid upan per s ek u t uan k i ta
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
14
Sewaktu kapitel kami menyimpulkan bahwa kita, justru karena begitu mementingkan kehidupan persekutuan, juga harus bisa cukup membekali para konfrater bisa untuknya. Itu secara khusus berlaku untuk para konfrater kita yang memangku jabatan sebagai overste komunitas: tugas yang mereka hadapi terasa berat dan kadang-kadang membuat mereka merasa kesepian sehingga mereka harus bisa mengandalkan pendampingan dan dukungan pribadi yang baik. Kapitel meminta semua dewan provinsi maupun regio untuk memberi perhatian khusus kepada aspek ini dan, andaikata kurang bisa menawarkan pendampingan dan dukungan tersebut, mencari jalan lain untuk menawarkannya. Bagaimanapun juga, menurut kami baik kiranya untuk sekali waktu, pada tingkatan regio atau provinsi, menyelenggarakan pertemuanpertemuan khusus untuk para overste komunitas. Di samping itu kami berpendapat bahwa dewan pimpinan umum, sewaktu mengadakan kunjungan kerja, harus memperhatikan pokok ini dan lebih melibatkan para pemimpin komunitas dalam kebijakan pembinaan umum dan pengembangan kepemimpinan. Karena bukankah perkembangan-perkembangan yang khusus meminta perhatian khusus para pemimpin, seperti misalnya terbentuknya sebuah komunitas beranggotakan frater mancanegara, kelanjutan hidup beberapa proyek komunitas dan bertambah tuanya beberapa komunitas di regio-regio tertentu.
Komunitas-komunitas kita pada dasarnya merupakan tempat di mana kita sebagai frater merasa dimengerti, didukung, dihargai dan mendapat inspirasi, dan di mana kita mewujudkan secara konkret cita-cita Injili. Dalam hal ini kita memiliki suatu tradisi yang berharga yang, sesuai dengan apa yang diungkapkan dalam konstitusi kita, ingin sekali kita lanjutkan:
sebagai frater kita sering kali
Komunitas-komunitas frater dalam situasi luar biasa
Dalam pengasingan Yang ingin kami sebut pertama adalah komunitas Joannes Zwijsen di Tilburg di mana kita boleh merawat banyak konfrater yang sudah lanjut usia, yang telah menderita secara berkepanjangan karena mendapat perumahan sementara (2002-2008). Kami berterima kasih kepada komunitas ini karena mereka, selama ‘tahun-tahun pengasingan’ ini, berhasil untuk tetap berfungsi dengan baik. Mereka memberikan suatu kesaksian luar biasa untuk persaudaraan dan perhatian berbelas kasih. Kita menyadari pula bahwa tahap awal setelah pindah ke rumah perawatan yang baru, akan meminta perhatian ekstra, dari semua konfrater dan dewan-dewan terkait secara khusus, dan bahwa masa ‘pengasingan’ yang lama itu terasa amat sulit bagi banyak konfrater kita yang sudah lanjut usia.
Gempa bumi
Gelombang kekerasan
Hidup bersama dengan rukun
Peristiwa yang sangat berbeda telah dialami oleh komunitas Gunung Sitoli di pulau Nias, Indonesia, pada tahun 2005. Para frater di Gunung Sitoli telah berusaha, ketika pada hari Paskah kedua gempa bumi berat menimpa pulau mereka dan menghancurkan 80% dari kota, untuk dengan berbagai cara membantu mereka yang menderita di sekitar mereka. Para frater membantu mencari kurban yang masih hidup yang tertimbun reruntuhan, dan membantu menguburkan mereka yang meninggal. Rumah frater, yang berkat konstruksi anti gempa bumi tertentu, cukup bisa bertahan sewaktu gempa berlangsung, menampung berbagai layanan darurat. Oleh dan melalui para frater banyak bantuan telah diberikan untuk pembangunan kembali kota, khususnya pembangunan kembali asrama putra, sebuah sekolah dasar dan sekolah menengah atas. Dengan demikian komunitas Gunung Sitoli, dalam situasi yang sangat dramatis, telah memberi kesaksian dari cinta berbelas kasih Kristiani.
Para frater di Timor Leste, ketika gelombang kekerasan menimpa pulau tersebut, juga telah memberikan kesaksian yang berani dan luar biasa tentang belas kasih Kristiani untuk sesama. Sudah pada tahun 1999, ketika perang kemerdekaan pecah dalam segala kedahsyatannya, sikap para frater luar biasa: mereka merupakan persekutuan religius terakhir yang, bersama para Suster dari Zwijsen, meninggalkan Kota Dili dan termasuk yang pertama yang kembali lagi ke pulau ini. Uskup Belo waktu itu memuji mereka sebagai umat gereja yang netral politik. Pada tahun 2006 pecah konflik etnis dan politis, yang sekali lagi cukup dahsyat. Ketika seluruh lingkungan di sekitar rumah frater telah sepi dan hancur, rumah frater masih tetap tegak berdiri: tak seorang pun berani menyentuhnya. Dari rumah itu para frater menawarkan bantuan darurat kepada siapa saja. Mereka menampung banyak orang di dalam rumah dan sekolahnya, dan mencari jalur-jalur bagi mereka yang harus melarikan diri. Orang Islam pun datang meminta perlindungan, dan perlindungan itu diberikan.
Letusan kekerasan di Kenya, menyusul pemilihan umum akhir tahun 2007, telah menguasai liputan media internasional. Walaupun para frater tidak diancam secara langsung, mereka menyaksikan gelombang kekerasan ini dari dekat. Di mana perlu, komunitas-komunitas telah menawarkan bantuan konkret dan bersikap solider dengan para kurban. Di dalam komunitas-komunitas, para frater dari suku-suku yang berbeda hidup bersama dengan rukun: dalam situasi seperti itu hidup ‘dalam persekutuan frater di mana perbedaan asal-usul, adat-istiadat, cita rasa, sifat dan watak, pekerjaan serta kedudukan dalam masyarakat, tidak boleh mengakibatkan perpecahan’, menjadi lebih berarti . Empat contoh yang sangat berbeda, namun masing-masing mengungkapkan bagaimana kita sebagai frater di dalam persekutuan kita masing-masing mewujudkan panggilan untuk belas kasih dan persaudaraan. Kesaksian-kesaksian yang sangat menyentuh kita semua, dan karena saling keterikatan kita, membuat kita merasa bersyukur.
17 k ehid upan per s ek u t uan k i ta
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
16
Selama kapitel ini kami juga merenungi kenyataan bahwa beberapa di antara komunitas kita telah mengalami situasi yang sangat luar biasa, dan dalam keadaan itu berfungsi secara sangat luar biasa.
Konst i, 81
memper dal am dan menerus k an s pir i t ual i ta s k i ta
bersama kita demi belas kasih, kita mengalami kehadiran Allah dengan cara yang khas, karena di dalam sesama itu kita berhadapan dengan Kristus sendiri.
Menghidupi dan menjaga vitalitas spiritualitas kita
Sebagai frater kita berusaha untuk hidup dan bekerja berdasarkan inti Injil dan suatu iman yang mendalam dan otentik: hanya dengan cara ini panggilan kita mempunyai arti dan misi kita menjadi bermakna dan bisa meyakini. Itu sebenarnya tidak pernah terjadi dengan sendirinya. Oleh karena itu penting kiranya kita saling membantu agar iman kita bisa tetap tajam dan dihayati, agar supaya berulang kali kita bisa merenungi dasar Injili yang menjadi alas kehidupan kita, dan berusaha agar semangat belas kasih dan persaudaraan benar-benar mengilhami dan mendukung kehidupan kita.
Yang mengilhami kita Konstitusi kita dengan singkat dan jelas mengungkapkan bagaimana kita ingin hidup dan bekerja sebagai frater: dengan mengikuti Yesus, terinspirasi oleh Injil dan sebagai bagian dari gereja dunia. Kita ingin hidup dari suatu persekutuan konfrater yang membagi semangat dan penugasan kita, dan bersama-sama memberi wujud konkret kepada Injil. Dalam pada itu kita membiarkan diri secara khusus dituntun oleh cita-cita yang menandai kongregasi kita, seperti belas kasih, persaudaraan, kesederhanaan, doa, iman akan Allah dan kehidupan Kristiani dalam persekutuan. Kita ingin bekerja untuk membangun dunia yang lebih baik dan manusiawi, dan dalam usaha itu terutama mengarahkan diri pada orang-orang yang miskin, tidak berdaya dan mudah terluka. Perhatian utama kita tertuju kepada orang-orang muda, karena untuk mereka kita ingin hadir dalam bentuk karya-karya dalam bidang pendidikan, perawatan dan pengajaran iman. Di samping itu kita juga bisa menangani aktivitas-aktivitas belas kasih kristiani yang lain, karena panggilan kita menuntut bahwa kita, dengan berulang kali, memperhatikan tanda-tanda jaman dan tuntutan-tuntutan kemasyarakatan dan gerejawi, dan dengan demikian menjaga agar misi kita tetap aktual. Kita ingin memberi kesaksian bahwa dengan memilih suatu kehidupan religius, dengan membagi hidup dalam suatu persekutuan dengan sesama saudara lelaki dan perempuan dan upaya
Di dalam iman kita telah memilih hidup menurut Injil di dalam kongregasi ini
Marilah kita berusaha agar
Maksud kita ialah
spiritualitas kita juga bisa
agar kita bersama sebagai frater
berakar di negara-negara
membuat Kristus menjadi pusat
baru dan dalam konteks
dalam hidup kita
budaya lain.
dan mempersembahkan diri pada tugas kongregasi kita di dalam gereja dan dunia. Konst i, 62-63
Dalam tiga puluh tahun terakhir telah ada banyak investasi dalam pendalaman spiritualitas belas kasih dan persaudaraan dalam kongregasi, dan pembukaan harta warisan spiritual kita. Juga enam tahun terakhir ini dewan pimpinan umum mengembangkan banyak aktivitas di bidang ini. Kapitel menganggap usaha ini sangat penting, dan kami ingin menyampaikan penghargaan besar kami. Kami meminta agar dalam masa bakti berikut pun tetap ada banyak perhatian untuk prakarsa-prakarsa yang menghidupi dan menjaga vitalitas spiritualitas kita. Untuk usaha ini kami ingin sampaikan beberapa tekanan yang akan kami uraikan lebih lanjut kelak.
Tantangan-tantangan saat ini Melihat kenyataan bahwa di beberapa negara persekutuan kita bertumbuh dengan baik, sedangkan di negara-negara lain tidak ada pertumbuhan, dan mereka belum berhasil atau hanya berhasil sedikit dalam mengikat generasi muda, kita sebagai kongregasi dihadapkan dengan beberapa tantangan yang sangat spesifik – dan sulit. Kita harus dengan sadar dan bersama-sama, berusaha untuk meneruskan karisma kita, dan menjaga agar proses pendalaman dan kembali ke sumber-sumber spiritualitas dan persaudaraan kita, tetap kuat dan didukung oleh generasi-generasi mendatang. Marilah kita berusaha agar spiritualitas kita juga bisa berakar di negara-negara dan konteks budaya yang baru. Marilah kita menjaga agar keprihatinan kita tetap berakar
19 memper dal am dan menerus k an s pir i t ual i ta s k i ta
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
18
Kapitel mengajak semua frater untuk tetap memperjuangkan suatu spiritualitas yang kuat, pribadi dan sesuai jaman. Itu esensial, bukan saja untuk kualitas kehidupan seharihari kita saat ini, tetapi juga untuk masa depan kita. Kita tetap harus mengusahakan suatu gaya hidup yang bisa meyakini dan dikenal, yang mengungkapkan dan menunjang iman yang menjadi dasar hidup kita. Sebagai kongregasi, pembaharuan, pendalaman dan penerusan spiritualitas kita senantiasa harus kita utamakan, dalam berbagai bentuk yang konkret, dan memberinya prioritas yang tinggi. Dalam pada itu kita harus memberi cukup perhatian kepada kepemimpinan spiritual yang baik, pada semua tingkatan: di dalam komunitas-komunitas, trayek-trayek pembinaan dan di dalam dewan-dewan kita. Agar supaya bersama-sama kita bisa memantulkan secercah iman dan cinta kasih yang kita terima dari Allah sendiri dan yang menjadi sumber dari mana kita sebagai persekutuan hidup dan bekerja.
dalam Injil sehingga bisa dikenal sebagai suatu kesaksian cmm yang otentik. Marilah kita menyadari bahwa dalam semua itu kita boleh mengangkat suara sendiri, yaitu suara suatu kongregasi bruder.
berpendapat bahwa kita juga harus memperhatikan budaya membaca yang lebih baik, agar supaya buku-buku yang kami cetak itu, betul-betul terpakai. Dan sudah tentu kita harus memikirkan bentuk-bentuk baru untuk meneruskan tradisi kita, misalnya dengan penggunaan multimedia, internet, musik dan bentuk-bentuk penyajian kreatif lainnya.
Penerjemahan demi budaya dan generasi baru Membagi spiritualitas kita dengan orang lain
Penjabaran suatu identitas c m m bagi diri sendiri. Kalau kita ingin para frater muda meresapi karisma khas cmm itu, maka sebagai kongregasi kita harus menawarkan kepada mereka isi dan bentuk penyajiannya. Untuk mencapai tujuan ini, barangkali kita harus memberi uraian lebih jelas kepada generasi muda cmm tentang identitas dan ‘kode genetis’. Ini pertama-tama bisa diusahakan dengan memberi perhatian kepada hal membaca dan melatih bersama konstitusi kita; kita sudah cukup berpengalaman dalam bidang ini. Selanjutnya hal itu bisa kita lakukan dengan menjelaskan tradisi kita, antara lain melalui catatan-catatan sejarah yang mudah dimengerti, dengan gambaran-gambaran yang menarik dan kisah-kisah hidup para frater dari aneka negara, dan juga melalui bentuk-bentuk presentasi yang lain, misalnya pameran kita. Kita harus tetap mempelajari makna-makna spiritual inti dari tradisi kongregasi kita, tetap membaca teks-teks mengenai topik ini, secara khusus tentang Vinsensius dan pendiri kita, uskup Joannes Zwijsen. Tetapi marilah kita tidak hanya memperhatikan isinya karena cara penyajian juga penting. Berdasarkan pengalaman bisa dikatakan bahwa pertemuan-pertemuan internasional memberi peluang-peluang yang baik untuk membagi spiritualitas kami dengan persekutuan cmm yang lintas dunia, dan usul kami adalah untuk meneruskan upaya ini. Kami
Karena bukankah masyarakat sekeliling kita mengikuti nilai-nilai yang jauh berbeda: bukan suatu hidup dalam persekutuan melainkan individualisme; bukan kesederhanaan melainkan Kami berpendapat bahwa
konsumsi, bukan selibat
kita juga harus
melainkan pemuasan nafsu;
memperhatikan budaya
bukan ketaatan dan respek,
membaca yang lebih baik,
melainkan peningkatan
agar supaya buku-buku yang
kekuasaan dan pengaruh;
kami cetak itu, betul-betul
bukan perhatian berbelas
terpakai. Dan sudah tentu
kasih untuk manusia yang
kita harus memikirkan
rapuh, melainkan hak dari dia
bentuk-bentuk baru untuk
yang paling kuat.
meneruskan tradisi kita, misalnya dengan penggunaan multimedia, internet, musik dan bentuk-bentuk penyajian kreatif lainnya.
Di dalam sebuah dunia di mana banyak orang tumbuh menjadi dewasa, hidup dan bekerja tanpa orientasi spiritual yang jelas, dan dalam pada itu juga hampir tidak mendapat dukungan dari sebuah gereja yang makin lama makin tidak tampak, kami sebagai persekutuan cmm menganggap suatu tugas penting untuk menyebarkan keprihatinan kita, memberikan pendidikan iman dan memperkenalkan orang kepada Injil. Ini berarti bahwa kita harus mencari kesempatan dan harus memperlengkapi diri agar bisa membagi semangat dan warisan spiritual kita dengan orang lain. Yang terpikir oleh kami misalnya, para pemuda yang kita jumpai di sekolah-sekolah, proyek-proyek dan paroki-paroki. Tetapi ada juga banyak peluang untuk membagi spiritualitas kita dengan misalnya para awam di dalam dan sekitar kongregasi kita, para anggota lingkaran-lingkaran atau gerakan-gerakan belas kasih. Lalu masih ada juga sejumlah besar orang yang kita jumpai dalam kaitan gereja atau interaksi sosial, yang menaruh perhatian pada pekerjaan dan spiritualitas kita. Kapitel meminta perhatian khusus untuk hal membagi den meneruskan spiritualitas kita ini kepada masyarakat yang lebih luas. Bisa juga dikatakan: meneruskan spiritualitas belas kasih dan persaudaraan pun ingin kami anggap sebagai salah satu unsur dari misi kita.
Gaya hidup religius yang meyakinkan Kalau kita ingin meneruskan dan memancarkan semangat rohani kita, maka kita sendiri harus bekerja keras untuk senantiasa berpegang pada gaya hidup religius yang meyakinkan. Ini mencakup banyak hal. Tetap berorientasi pada Injil. Membaca Alkitab bersama para konfrater. Mengusahakan budaya tukar pendapat kerohanian yang baik. Menjaga agar kehidupan berkomunitas senantiasa hidup, menarik dan ramah. Mencari keseimbangan yang baik dan yang hidup antara aksi dan kontemplasi, antara tugas, rekreasi dan renungan. Hidup murni berdasarkan kaul-kaul religius. Dengan setia mewujudkan doa dan bacaan rohani. Menghidupi diri dengan liturgi harian dan Ekaristi yang diatur dengan baik. Kami sebutkan pokok-pokok ini karena kami yakin, tetapi juga karena kami tahu bahwa kehidupan religius itu rentan, khususnya di jaman ini dan dalam konteks dunia yang mengangkat nilai-nilai yang sama sekali berbeda, di tengahtengah mana kita hidup dan bekerja. Mungkin kita bisa meningkatkan daya tahan kita
21 memper dal am dan menerus k an s pir i t ual i ta s k i ta
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
20
Pertama-tama kita harus menangani secara konkret pembinaan generasi konfrater yang baru yang berasal dari aneka negara. Mereka harus betul-betul meresapi spiritualitas dan tradisi religius kita, dan harus bisa mengungkapkan karisma khusus cmm dengan kata-kata sendiri, dan menerjemahkan nilai-nilai inti seperti belas kasih, persaudaraan, kepercayaan akan Tuhan dan kesederhanaan ke dalam konteks (antarbudaya) di mana mereka hidup. Di masa lampau sebagian besar publikasi dan inisiatif-inisiatif lain di bidang spiritualitas terutama berasal dari Eropa, dan melihat sejarah dan susunan kongregasi kita, hal itu memang lumrah. Tantangan yang kita hadapi sekarang adalah agar pendalaman itu diambil alih oleh provinsi-provinsi dan regio-regio lain, lebih dari sekarang, juga melihat bahwa provinsi Belanda semakin kecil dan tua dan masukan-masukan di bidang ini akan berkurang. Kami minta dewan pimpinan umum untuk menggalakkan dengan membimbing proses inkulturasi spiritualitas kita, dalam kerja sama yang erat dengan dewan-dewan provinsi dan regio.
Kaul-kaul religius dan gaya hidup Kami minta agar kebijakan yang mengajak para frater untuk mengatur dan memberi perhatian kepada gaya hidup religius mereka dilanjutkan: dengan perhatian untuk kaul dan hidup doa; menjaga keseimbangan antara aksi dan kontemplasi, karya dan renungan; perhatian untuk suatu kehidupan berkomunitas yang kaya, penuh respek dan menarik; dukungan kontinu untuk liturgi berkualitas tinggi, penggalakan budaya membaca dan meditasi.
23 Kepemimpinan spiritual Kami mengharapkan pembinaan yang baik dan bimbingan spiritual bagi para pemimpin kita, karena mereka yang harus memberi contoh. Kami minta perhatian untuk kepemimpinan spiritual yang baik. Pertemuan-pertemuan internasional Kami ingin sekali melanjutkan pertemuan-pertemuan internasional cmm, baik dengan para frater maupun dengan mereka yang bukan frater.
Beberapa pokok perhatian konkret Inilah secara singkat garis-garis haluan yang sebagai kapitel ingin kami ajukan untuk diolah dalam kebijakan berkenaan dengan spiritualitas kita. Yaitu perhatian untuk penerusan dan inkulturasi spiritualitas tersebut untuk generasi yang baru dan kulturkultur yang berbeda. Yaitu tentang perhatian yang bersinambung untuk memahami warisan cmm yang khas itu. Yaitu tentang dengan cermat menyebarluaskan dan membagi spiritualitas kita dengan orang-orang di sekeliling kita. Dan akhirnya juga tentang perhatian untuk kualitas gaya hidup religius kita. Perwujudan semua hal ini menuntut keterlibatan kita semua, bukan saja dewan pimpinan umum dan aneka dewan pimpinan provinsi dan regio, melainkan juga semua komunitas dan semua frater secara perorangan.
Identitas cmm Kami meminta untuk mendorong studi dan pendalaman identitas cmm. Ini antara lain berarti bahwa kita harus mempunyai perhatian untuk kesaksian yang diberikan almarhum konfrater kita (nekrologi), dan secara khusus untuk kesaksian frater Andreas. Kami juga minta disediakannya publikasi-publikasi tentang spiritualitas cmm dan sejarah cmm dan presentasi multimedia tentang warisan kita. Salah satu aspek daripadanya adalah, bahwa dengan demikian kami menyajikan konstitusi dalam bentuk yang konkret dan mudah digunakan, agar menjadi perhatian seluruh kongregasi.
Tetapi kami ingin juga menyampaikan kepada dewan-dewan kita, beberapa pokok kebijakan konkret yang disaring dari apa yang dikatakan di atas ini, dan yang ingin kami sebut dengan singkat:
Kerja sama Vinsensian Kami minta agar dikembangkan inisiatif-inisiatif yang merangsang kerja sama dengan persekutuan-persekutuan Vinsensian lainnya, untuk memperdalam pengetahuan kita tentang semangat dan karya-karya Vinsensius. Yang secara terlintas dalam pikiran kami adalah kerja sama dengan kongregasi Suster scmm, yang mempunyai ikatan historis dengan kongregasi kita.
Pembinaan spiritual Kami meminta dewan pimpinan umum untuk, dalam kerja sama dengan dewan-dewan setempat, mencetuskan suatu program pembinaan lanjut untuk para konfrater dan anggota luar biasa, dan mengusahakan agar program pembinaan tersebut mempunyai banyak peserta.
Membagi dengan orang lain Kami ingin melihat inisiatif-inisiatif konkret untuk bisa membagi dengan orang lain, seperti Gerakan Belaskasih, Duta-duta untuk Persaudaraan Lintas Dunia, hari-hari pembinaan untuk staf pengajar dan pembantu proyek, tempat pembelajaran spiritualitas.
memper dal am dan menerus k an s pir i t ual i ta s k i ta
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
22
terhadap ancaman-ancaman suatu masyarakat yang sangat individualistis, materialistis dan berfokus pada konsumsi. Karena bukankah masyarakat sekeliling kita mengikuti nilai-nilai yang jauh berbeda: bukan suatu hidup dalam persekutuan melainkan individualisme; bukan kesederhanaan melainkan konsumsi, bukan selibat melainkan pemuasan nafsu; bukan ketaatan dan respek, melainkan peningkatan kekuasaan dan pengaruh; bukan perhatian berbelaskasih untuk manusia yang rapuh, melainkan hak dari dia yang paling kuat. Kita sekali lagi minta perhatian untuk kualitas gaya hidup religius kita melihat betapa rawannya kehidupan kita itu dan dalam kesadaran bahwa di bidang-bidang ini kita masih mempunyai banyak kekurangan dan terbawa oleh pengaruh-pengaruh masyarakat. Yang penting adalah bahwa setiap hari kita mengonkretkan kualitas kehidupan religius kita, membuatnya meyakinkan: dan ini bukan hanya tergantung pada pembinaan yang baik, tetapi bahwa kita memeliharanya dengan cermat, menciptakan suasana antar konfrater yang terbuka dan jujur, dan membangkitkan perhatian para pemimpin. Semuanya pokok yang sebagai persekutuan frater harus kita kembangkan dan prioritaskan.
Spiritualitas injili Kami meminta semua dewan untuk menggalakkan budaya pemahaman Alkitab dan ‘sharing’ di dalam kongregasi.
Karisma suatu kongregasi bruder Kami meminta perhatian untuk karisma khas suatu kongregasi bruder. Mungkin jaman sekarang ini sesuatu yang kurang akrab atau kurang dikenal orang, karena dalam konteks gereja maupun sosial (dengan sadar atau tidak), karisma-karisma lain lebih dikedepankan, seperti misalnya dari ordo-ordo kontemplatif dan persekutuanpersekutuan imam rasuli. Tetapi karisma ini suatu terjemahan otentik dari Injil dan boleh diperlihatkan dalam jaman ini: di dalam suatu dunia di mana ada begitu banyak orang yang kesusahan atau hidup dalam kondisi terbelakang, misi kristiani dalam semangat belaskasih dan persaudaraan, menjadi jawaban yang konkret.
Jadi, apa sebenarnya yang menjadi bagian dari tradisi spiritual cmm kita sendiri? Sebagai frater kita mempunyai tradisi yang sangat kaya yang kembali ke pendiri kita, uskup Joannes Zwijsen dan tokoh besar yang menjadi contohnya, Santo Vinsensius. Kongregasi kita ditempatkan di bawah perlindungan khusus Maria, Bunda yang Berbelaskasih, dan Santo Vinsensius, yang bersama-sama menjadi pelindung kongregasi kita. Warisan spiritual kita telah dicontohkan oleh sekian banyak konfrater yang telah mendahului kita, dan yang kita kenang dengan penuh hormat: kehidupan mereka menjadi
contoh, konkret dan memberi inspirasi. Dalam tahun-tahun terakhir ini karisma cmm, berkat proses kembali ke sumber yang mulai berjalan karena Konsili Vatikan, telah mendapat perumusan ulang yang modern dan kuat sekitar dua pengertian kunci, yaitu belas kasih dan persaudaraan. Identitas spiritual kita tercakup dalam konstitusi baru kita, dan dirangkum dengan ringkas dan tegas dalam program dasar kita, yang menempatkan Yesus, Saudara yang Berbelaskasih, sebagai sosok yang sentral. Hal ini mengikat kita sebagai frater untuk bersama-sama dan dengan teratur mendalami konsep-konsep
dasar belaskasih dan persaudaraan. Yang membantu kita untuk dengan penuh perhatian tetap berfokus pada makna kaul religius kita, dan memeliharanya dengan setia. Kita mencoba juga, berdasarkan penghayatan Ekaristi setiap hari, doa bersama dan bacaan pribadi, untuk menghidupi iman kita. Sebagai persekutuan kita memelihara suatu devosi khusus untuk Maria sebagai Bunda Yesus dan Bunda yang Berbelaskasih. Dan kita tetap memberi perhatian kepada teks-teks dan kesaksian-kesaksian pendiri kita uskup Zwijsen, santo pelindung kita Vinsensius dan semua konfrater yang telah mendahului kita.
25 memper dal am dan menerus k an s pir i t ual i ta s k i ta
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
24
Budaya membaca dan budaya bertukar pikiran Kami meminta semua frater untuk mengusahakan peningkatan budaya membaca dan budaya bertukar pikiran, di dalam komunitas masing-masing. Ternyata di banyak negara, juga di Belanda dan Belgia, budaya membaca sedang mengendur. Tetapi membaca itu penting, sekarang dan nanti. Apa yang bisa kita lakukan? Di samping anjuran untuk membaca dan juga memikirkan bentuk-bentuk studi yang lain, misalnya ‘sabda kehidupan’ secara berkala; menggunakan bahan peragaan dan internet.
Kode genetis c m m
peru t us an k i ta un t uk b er b el a s k a s ih
Sebagai frater, kami membentuk suatu kongregasi yang ‘aktif’, dan itu berarti bahwa karya dan perutusan kita mempunyai tempat yang penting dalam
Belaskasih yang tampak, terdengar, terasa
kehidupan kita. Banyak yang bisa dikatakan tentang hal ini. Selama pembahasanpembahasan dalam kapitel, kami berfokus pada beberapa aspek dari karya dan perutusan kita.
Sikap yang melayani Pertama-tama kami berbicara tentang sikap kita sewaktu berkarya, dan cara bagaimana kita bersama-sama mewujudkan perutusan kita. Kami sepakat bahwa, dalam semangat Injili, sikap ini sebenarnya selalu suatu sikap yang melayani. Dalam pengajaran yang kami berikan, dalam perawatan yang kami tawarkan, dan dalam semua proyek lain yang kita mulai untuk membantu orang mengejar kehidupan yang manusiawi, kita mempunyai peran yang melayani. Kita ingin mengembalikan hak kepada orang-orang yang tidak mendapat bagiannya, memberi peluang kepada mereka yang berada dalam situasi terbelakang, membawa pengharapan dan meringankan beban mereka yang berada dalam keadaan yang sulit. Kita ingin memberi perhatian kepada dan ikut berprihatin dengan orang-orang yang dilecehkan martabatnya. Kita ingin melakukan hal-hal konkret yang bisa membawa kebahagiaan dan memupuk kepercayaan. Dengan tetap hadir secara manusiawi, kita mencoba memberi orang lain perasaan bahwa mereka ‘dilihat’ dan ‘dihormati’. Jadi karya-karya belaskasih kita, pertama-tama berupa karya pelayanan untuk orang lain, dalam berbagai aspek.
Jadi suatu kehidupan yang mengabdi kepada belaskasih juga merupakan kehidupan yang mengabdi kepada keadilan, kebenaran, pengharapan dan damai. Memperjuangkan belaskasih tampak dalam berbagai macam ‘warna’, tetapi sebenarnya bersumber pada sikap dasar yang sama, yaitu keinginan untuk melayani; dengan sikap inilah kita mewujudkan perutusan kita
Tetapi sikap melayani itu juga didasarkan pada nilai-nilai yang diturunkan kepada kita dari iman kristiani kita. Kalau kita bertindak di mana orang diperlakukan dengan tidak adil, dan mencoba mengubah situasi-situasi yang tidak manusiawi, kita mengabdi kepada keadilan. Kalau kita berlaku tulus dan jujur dalam pergaulan kita dengan orang lain, kita mengabdi kepada kebenaran. Kalau kita sendiri mengambil sikap suka damai
di dalam gereja dan dunia.
Akibat dari sikap ini adalah bahwa pekerjaan kita senantiasa terarah secara sangat konkret dan berorientasi (pada hal-hal yang) praktis. Selama kapitel kami sempat membahas dengan agak lebih mendalam konsep bahwa belaskasih Allah, seperti Yesus mengajar kita dalam Injil, harus menjadi belaskasih yang ‘tampak, terdengar dan terasa’ dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga kata tampak, terdengar dan terasa itu penting: kata-kata ini menunjukkan bahwa belaskasih Allah dalam perutusan kita terwujud secara konkret sehingga menjadi kenyataan untuk orang lain. Berbagai hal yang terbayang oleh ketiga kata tadi. Yang tampak adalah belas kasih di dalam karyakarya kita, dalam proyek-proyek kita dan di dalam persekutuan-persekutuan kita. Ia juga tampak dalam pengajaran dan perhatian kita, dan terutama dalam sikap melayani kita dan kesediaan kita untuk membantu. Dan ia juga tampak dalam bantuan dan perhatian yang boleh kita terima dari orang lain. Dan karena belaskasih itu tampak, ia juga bisa mengilhami orang lain dan bisa dijadikan contoh. Belaskasih itu juga bisa terdengar dengan berbagai macam cara: melalui kesaksian kita tentang cinta kasih Allah, melalui kisah-kisah kita tentang pembaktian dan panggilan, melalui pesan yang sebagai persekutuan boleh kita sampaikan kepada seluruh dunia. Namun juga dalam lingkup kecil, kalau kita bisa menemukan kata-kata untuk mengungkapkan rasa sakit, kesepian dan kesedihan dan boleh mengucapkan ‘kata-kata yang membebaskan’ bagi mereka yang sedang mengalami penderitaan. Sebab kata-kata tentang belaskasih itu membebaskan dan memberi harapan hidup yang baru. Dan belaskasih sebenarnya selalu terasa. Sering kali sama sekali tidak dibutuhkan kata-kata untuk melakukan perbuatan-perbuatan belaskasih. Belaskasih itu juga bisa diutarakan dengan diam-diam dan secara tersembunyi, belas kasih itu sifatnya rendah hati dan sering kali tidak tampak. Cuma dengan hadir saja kita sudah bisa menyatakan belaskasih, kadangkadang memang itu saja yang bisa kita lakukan. Tetapi dalam kehadiran yang biasa itu saja, belaskasih tadi bisa dirasakan, bisa disentuh: bagi orang lain dan kita sendiri, dalam apa yang boleh kita beri dan terima.
27 peru t us an k i ta un t uk b er b el a s k a s ih
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
26
dan sabar, kita mengabdi kepada perdamaian dunia. Kalau dalam pekerjaan konkret kita, kita memberi kesaksian tentang pengharapan kita, kita mengabdi kepada kepercayaan kita akan Tuhan yang maha pengasih dan penyayang. Jadi suatu kehidupan yang mengabdi kepada belaskasih juga merupakan kehidupan yang mengabdi kepada keadilan, kebenaran, pengharapan dan damai. Memperjuangkan belas kasih tampak dalam berbagai macam ‘warna’, tetapi sebenarnya bersumber pada sikap dasar yang sama, yaitu keinginan untuk melayani; dengan sikap inilah kita mewujudkan perutusan kita di dalam gereja dan dunia.
Makna manusiawi karya kita.
Struktur dari karya-karya kita Dari konstitusi sudah menjadi jelas bahwa misi kongregasi bisa berlangsung dalam berbagai struktur karya. Konteks karya-karya tersebut berbeda-beda, masing-masing dengan sifat, sejarah dan faedah tertentu sendiri. Dalam memandang keseluruhan struktur-struktur karya yang berbeda-beda tersebut, kita tidak boleh melupakan bahwa kita sebagai frater mempunyai satu misi bersama, dan bahwa tidak ada perbedaan dalam kedudukan atau tingkat, atau perbedaan nilai dalam berbagai struktur yang menjadi wadah karya tersebut.
Memang suatu fakta bahwa banyak karya kita rentan,
Banyak juga frater yang bekerja dalam struktur-struktur kongregasi kita sendiri, misalnya di sekolah, asrama, poliklinik dan di studio. Banyak dari lembaga-lembaga kongregasi sendiri ini mempunyai sejarahnya sendiri: didirikan untuk menciptakan lapangan kerja untuk para frater muda, untuk mencari pemasukan untuk provinsi atau regio tertentu, atau untuk memungkinkan aktivitas-aktivitas tertentu. Kadangkadang proyek sendiri merupakan satu-satunya jalan untuk memulai aktivitas tertentu atau memberi kerangka kepada suatu karya. Kami perhatikan bahwa oleh sebab ini, dalam masa-masa bakti terakhir, kita mempunyai lebih banyak lembaga sendiri dan bahwa lembaga-lembaga tersebut – sekali lagi – mendapat andil yang relatif lebih besar dalam misi kita. Tantangan-tantangan yang terkait dengannya: bahwa kita harus mengusahakan suatu organisasi yang berkualitas dan efektif; bahwa kita harus menyediakan frater-frater yang profesional dan berkualifikasi; bahwa proyek-proyek ini harus disesuaikan dengan konteks kemasyarakatan dan perekonomian; bahwa melalui proyek-proyek ini kita menampakkan identitas kita sendiri dan bisa menyebarluaskan misi belaskasih dan persaudaraan kita.
sering kali kita harus mengurus proyek-proyek yang relatif besar dan kompleks, dengan jumlah orang yang relatif terbatas.
Konst. i, 219
Ingin kami tekankan di sini bahwa pekerjaan di dalam paroki, misalnya dengan para pemuda, di bidang katekisasi dan musik, menjadi aspek mendasar dari perutusan kita..
Di samping itu karya juga bisa dijalankan di dalam persekutuan, misalnya oleh para frater yang memangku jabatan kepemimpinan atau mendukung kehidupan komunitas tertentu. Secara intern pun selalu ada banyak tugas yang harus diselesaikan, khususnya dalam dewan-dewan pengurus komunitas, komunitas-komunitas di mana novisiat dan pembinaan memegang peranan penting, dan komunitas-komunitas di mana para konfrater lanjut usia mendapat perawatan. Semuanya pekerjaan yang sangat penting, yang bagi kongregasi mutlak perlu. Dalam kaitan ini pun tetap menjadi tantangan untuk tetap bisa menyebarluaskan misi belaskasih dan persaudaraan kita. Tantangan lain untuk kongregasi ialah untuk memilih konfrater yang tepat untuk fungsi ini, dan menjaga agar pekerjaan ini dilakukan dengan baik dan secara harmonis.
29 peru t us an k i ta un t uk b er b el a s k a s ih
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
28
Penting kiranya bahwa makna manusiawi karya kita senantiasa kita ingat: melalui karya itulah kita hadir demi orang lain, dan di sana kita saling bertemu. Karya juga merupakan cara untuk mengembangkan diri dan mencapai tingkat kemanusiaan yang diberikan Allah kepada kita: bekerja berarti mengembangkan talenta dan seluruh kepribadian kita. Pekerjaan memberikan kita identitas dan rasa harga diri, tetapi juga bermakna untuk kehidupan persekutuan kita. Selama kapitel ternyata bahwa kita sebagai frater bekerja keras, kadang kala malah barangkali terlalu keras. Karena bukankah memang apa yang dikenal sebagai kongregasi ‘aktif’, dan kita menganggap tugas kita untuk senantiasa siap sedia, setiap kali lagi. Tetapi sejauh mana kita harus siap sedia? Sering kali sulit untuk menentukan batas dalam melakukan pekerjaan, namun hal itu perlu kalau kita mau berlaku adil terhadap hidup persekutuan kita, dan terhadap diri sendiri. Memang suatu fakta bahwa banyak karya kita rentan, sering kali kita harus mengurus proyek-proyek yang relatif besar dan kompleks, dengan tenaga yang relatif terbatas. Akibatnya ialah bahwa banyak frater menuntut banyak dari diri sendiri, kami bersyukur melihat sikap ini, tetapi hal itu juga membuat kami khawatir. Adalah tugas persekutuan-persekutuan kita, dan juga para overste, untuk bersama-sama menjaga keseimbangan yang baik dalam pekerjaan kita. Ini juga berarti bahwa kita harus lugas dan jangan terlampau ambisius dalam berkarya. Sering kali kita memberikan tenaga terbaik kita kepada pembangunan dan kelanjutan proyek-proyek tertentu, tetapi kadang-kadang kita juga harus bisa berpikir dengan jernih dan lugas, khususnya di negara-negara di mana komunitas-komunitas kita semakin tua dan kecil, dan menolak beberapa proyek, atau menyusutkannya. Karena yang tetap berlaku adalah bahwa kita ‘senantiasa harus merefleksi makna yang lebih manusiawi dan adil dari karya kita’. Ini berarti bahwa karya itu sendiri bukan merupakan sasaran, melainkan cara untuk bisa hadir penuh belas kasih dan mengabdi kepada perdamaian dan keadilan.
Banyak frater bekerja dalam struktur-struktur yang didirikan oleh orang lain, misalnya sekolah-sekolah atau proyek-proyek keuskupan, paroki, pemerintah atau suatu organisasi swasta. Sering kali hanya satu orang frater yang bekerja dalam struktur seperti itu. Salah satu keuntungannya adalah bahwa kita bisa ikut bekerja dalam proyek yang bermakna. Keuntungan yang lain adalah bahwa dengan cara ini kita bisa melakukan pekerjaan kita dengan efektif sekali, dan karena saling bekerja sama, bisa membuka berbagai peluang baru. Aspek lain lagi adalah bahwa pekerjaan seperti ini biasanya menghasilkan pemasukan untuk kongregasi. Kami sebagai kapitel menganggap suatu tantangan khas untuk, dalam konteks-konteks lain di mana kita bekerja, juga menampakkan sedikit dari perutusan belas kasih kita.
Sejak dahulu para frater selalu terlibat aktif dalam pekerjaan di paroki, dan melakukan pekerjaan suka rela untuk proyek-proyek yang sejalan dengan misi CMM. Ingin kami tekankan di sini bahwa pekerjaan di dalam paroki, misalnya dengan para pemuda, di bidang katekisasi dan musik, menjadi aspek mendasar dari misi kita. Kami anggap penting tradisi ini dilanjutkan, walaupun untuk beberapa provinsi akan ternyata bahwa hal ini sulit, melihat susunan umur mereka, untuk tetap melakukan pekerjaan suka rela di luar komunitas sendiri. fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
30 Pentingnya pembinaan dan pendampingan yang baik Sebagai frater kita mau melakukan pekerjaan kita dengan baik dan berusaha untuk melakukannya secara profesional. Dalam konteks dunia yang cepat berubah ini, secara konkret itu berarti bahwa kita harus mengusahakan pendidikan yang memadai untuk para frater muda kita, dan di samping itu pembinaan lanjut dan pendampingan yang kritis selama bekerja. Di dalam konstitusi kita disebutkan bahwa meraih gelar dan ijazah itu suatu ‘kewajiban yang pantas’. Sebuah tema yang secara umum bisa dikatakan sangat aktual untuk para konfrater muda dan provinsi dan regio yang muda; karena bagaimana kita bisa mengombinasi pembinaan para frater dengan sebuah pendidikan yang berkualitas dan lingkungan kerja yang menantang? Dalam masa-masa bakti yang lalu, sebagai kongregasi cukup banyak yang kita tanam dalam pembinaan profesional para frater muda kita. Di Indonesia kita berbicara tentang kelompok-kelompok besar frater muda, di Kenya tentang jumlah yang sedang bertumbuh, dan di Brasil dan Namibia sampai saat ini masih baru segelintir saja. Kebijakan kongregasi cukup jelas: masing-masing frater, melalui suatu pendidikan profesional, harus mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk bisa menjalankan suatu profesi dalam masyarakat, yang cocok dengan tradisi kongregasi. Pendidikan profesional itu senantiasa kami anjurkan, dan kita menyediakan sarana-sarana finansial yang dibutuhkan. Untuk masa depan pun pembinaan profesional tersebut harus dikembangkan lebih lanjut sehingga kongregasi harus siap untuk mengorbankan dana yang memungkinkan hal tersebut. Ini merupakan investasi untuk masa depan, dalam kualitas misi kita dan kemanusiaan kita sendiri. Peran yang cukup penting dalam proses ini adalah tuntutan-tuntutan yang diajukan oleh masyarakat, maksudnya pemerintah setempat, berkenaan dengan tingkatan pendidikan bagi mereka yang bekerja dalam bidang pembelajaran dan perawatan. Di Indonesia misalnya seorang direktur sekolah lanjutan wajib mengambil sebuah master
Kami makin lama makin menyadari bahwa para frater sebaiknya mulai studi pada usia muda. Mungkin saja bahwa mulai studi pada usia Konst. i, 223
muda itu berdampak pada pembinaan religius dan mengandung risiko-risiko tertentu untuk pengembangan panggilan. Tetapi risiko itu selalu ada. Dan mulai studi pada usia muda, juga banyak keuntungannya.
Umumnya para frater harus studi sambil bekerja; sebetulnya ternyata bahwa hal ini berdampak positif untuk kedua kegiatan itu. Studi apa yang mau dituntut para frater, ditentukan oleh faktor-faktor di dalam provinsi atau regio sendiri, dan oleh kapasitas dan minat pribadi para frater sendiri. Jelas bahwa faktor-faktor ini kadang-kadang saling bertentangan. Untuk semua daerah berlaku bahwa studi itu sering kali terletak dalam bidang pembelajaran dan pendidikan (jadi jangkauannya lebih luas dari sekedar pembelajaran). Adalah beban yang cukup berat bagi pimpinan di regio-regio kita, merencanakan pembinaan profesional para frater muda itu. Mereka harus memperhatikan latar belakang pribadi dan tingkat kematangan frater yang bersangkutan, mempunyai cukup pengertian tentang dunia pendidikan sekaligus mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan yang nyata dalam provinsi atau regio. Sehingga kami berpendapat bahwa dewan pimpinan umum bertugas untuk mendukung dewan-dewan provinsi dan regio dalam bidang ini.
Antara konsolidasi dan inisiatif-inisiatif baru Secara umum bisa dikatakan bahwa salah satu pokok perhatian penting adalah kontinuitas misi kita. Untuk proyek-proyek yang rentan, kita terutama harus mengusahakan konsolidasi, sejauh peluang itu terbuka bagi kita. Di tempat-tempat di mana persekutuan-persekutuan kita berkembang dan terbuka peluang-peluang baru, kita bisa mempertimbangkan ‘insiatif-inisiatif baru’. Jelas bahwa kebijakan kita sebagai keseluruhan harus berimbang, karena tidak pernah kita hanya bisa berbicara tentang ‘konsolidasi’, tetapi mengembangkan terlalu banyak ‘inisiatif-insiatif baru’, juga tidak mungkin. Kita harus pandai membaca tanda-tanda jaman, baik sebelum melakukan investasi untuk melanjutkan dan mengukuhkan proyek-proyek yang sedang berjalan maupun sebelum memilih untuk pembaharuan. Dalam hal ini kapitel meminta suatu penanganan yang hati-hati dan realistis, dengan mengutamakan kelanjutan dari misi yang ada.
31 peru t us an k i ta un t uk b er b el a s k a s ih
degree.(S2). Negara-negara lain pun, untuk jabatan semacam ini, umumnya menetapkan ijazah S2 sebagai norma. Di mana sebelum ini kebijakan kongregasi lebih berfokus pada pengambilan ijazah bachelor atau bentuk pendidikan tinggi, untuk masa depan kami harus lebih sering mengejar tingkatan master (S2.) Pokok perhatian lain dalam kebijakan pendidikan kita, adalah pertanyaan pada usia mana para frater mulai studi. Dalam hal ini ada perbedaan yang besar sekali antara setiap daerah. Kami makin lama makin menyadari bahwa para frater sebaiknya mulai studi pada usia muda. Mungkin saja bahwa mulai studi pada usia muda itu berdampak pada pembinaan religius dan mengandung risiko-risiko tertentu untuk pengembangan panggilan. Tetapi risiko itu selalu ada. Dan mulai studi pada usia muda, juga banyak keuntungannya.
Selama kapitel kami juga mengungkapkan keprihatinan kita tentang masa depan, karena masih ada banyak hal yang rentan. Yang terbayang secara khusus adalah tiga proyek komunitas di Negeri Belanda, komunitas-komunitas di Suriname dan Amerika Serikat dan karya-karya sendiri di Brasil, karena di negara-negara ini komunitaskomunitas tersebut relatif kecil dan menjadi tua. Kontinuitas misi kita betul-betul terancam di sini.
Orientasi dasar dan keseimbangan Kalau kita berbicara tentang kelanjutan karya-karya kita dan keseimbangan antara inisiatif-inisiatif baru dan konsolidasi, selalu penting untuk tidak melupakan tradisi kongregasi kita. Sejak dahulu kala kongregasi kita menjalankan misi belaskasih dan persaudaraannya dalam berbagai macam bidang karya. Dalam laporan kapitel yang
Berkarya dalam berbagai bidang bisa memperkuat dan melengkapi: dengan proyekproyek di bidang pembelajaran kita juga bisa memulai proyek-proyek di bidang pendidikan keagamaan, dengan ‘sekolahsekolah kaya’ kita bisa menunjang sekolah-sekolah yang ‘miskin’. Namun harus ada keseimbangan antara berbagai bidang yang kita
terdahulu, hal ini dirumuskan sebagai berikut: karya-karya cinta berbelaskasih, dengan pilihan untuk bekerja dengan orang miskin dengan perhatian khusus untuk pembelajaran dan pendidikan dalam tradisi Katolik. Berkarya dalam berbagai bidang bisa memperkuat dan melengkapi: dengan proyek-proyek di bidang pembelajaran kita juga bisa memulai proyek-proyek di bidang pendidikan keagamaan, dengan ‘sekolahsekolah kaya’ kita bisa menunjang sekolah-sekolah yang ‘miskin’. Namun harus ada keseimbangan antara berbagai bidang yang kita masuki itu. Mgr. Zwijsen selalu menerapkan aturan dasar bahwa setiap anak kaya yang mengenyam pendidikan di dalam kongregasi, harus diimbangi oleh paling sedikit satu anak miskin. Selama kapitel kami sekali lagi membahas orientasi dasar kongregasi kita ini secara panjang lebar. Kami menganggap esensial bahwa kita tetap memprioritaskan pekerjaan kita di antara orang-orang miskin, dan juga tetap menganggap upaya kita dalam bidang pendidikan agama sebagai salah satu tugas inti kita. Di samping itu, kita dengan tegas ingin menggarisbawahi sifat gerejawi perutusan kita: bukankah sebagai frater kita mengambil bagian dalam perutusan gereja dunia.
masuki itu. Mgr. Zwijsen selalu menerapkan aturan dasar bahwa setiap anak kaya yang mengenyam pendidikan di dalam kongregasi, harus diimbangi oleh paling sedikit satu anak miskin.
Kapitel meminta dewan pimpinan umum agar proyek lintas dunia cmm, Ambassadors of a Worldwide Brotherhood, untuk masa bakti yang akan datang dianggap sebagai ujung tombak bagi seluruh kongregasi. Yang dimaksud dengan ujung tombak adalah, bahwa proyek semacam itu diberi profil yang jelas dan yang bisa menyebarluaskan identitas cmm, juga dalam hubungan internasional. Ini juga berarti bahwa dewan pimpinan umum sendiri juga terlibat aktif dalam persiapan, dukungan, penyebaran informasi dan kebijakan lanjutan sekitar proyek-proyek ini. Di samping itu kapitel meminta agar Oyugis Integrated Project di provinsi Kenya pun dijadikan ujung tombak yang dengan jelas menampakkan identitas cmm. Akhirnya kami juga berpendapat bahwa pada tingkatan provinsi dan regio pun bisa diadakan beberapa ujung tombak dalam bidang kerasulan, sehingga dengan demikian akan ada arah dan fokus yang jelas dalam kebijakan kongregasi. Bidang di dalam mana kita bermisi, luas dan senantiasa berubah. Dan pekerjaan kongregasi kita pun selalu bergolak, seperti telah digambarkan di atas ini. Kami sudah menyebutkan tren-tren dalam misi kita, seperti misalnya internasionalisasi dan profesionalisasi, struktur-struktur sendiri yang harus dikembangkan lebih lanjut dan penggalakan kerja sama dengan orang awam. Selama kapitel kami mengungkapkan keyakinan kami bahwa misi bermanfaat dan bahwa dengan demikian kita benar-benar, seperti dirumuskan dalam semboyan kapitel, ‘memberi kesaksian tentang belas kasih dalam persaudaraan lintas dunia.’
33 peru t us an k i ta un t uk b er b el a s k a s ih
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
32
Kapitel terkesan oleh jumlah inisiatif-inisiatif baru yang dikembangkan dalam masa bakti yang lalu. Kita mendirikan tujuh komunitas yang baru dan tiga sekolah, sedangkan masih ada sejumlah frater dari Indonesia dan Kenya yang diutus ke proyekproyek di luar negeri. Kita sangat bersyukur bahwa semua ini berhasil kita laksanakan bersama. Telah diambil pula langkah-langkah untuk inisiatif-inisiatif baru yang akan diselesaikan dalam masa bakti yang akan datang: pertanda betapa vitalnya misi kita. Pada tingkatan pusat, kongregasi telah memulai proyek Ambassadors of a Worldwide Brotherhood (= Duta-Duta untuk Persaudaraan Lintas Dunia) yang melibatkan berbagai provinsi dan regio, dan yang pusat koordinasinya sampai sekarang masih dipegang oleh Negeri Belanda. Dalam rangka proyek ini, sekitar Hari Pemuda Sedunia tahun 2008 di Sydney dan 2011 di Madrid, sekelompok pemuda dan frater muda akan mengikuti program pertukaran dan pembinaan spiritual yang intensif. Regio Namibia pada tahun 2010 akan mengambil alih suatu proyek untuk anak jalanan di Usakos. Di Indonesia ada permintaan untuk membuka sekolah di Lembata, Soe (Timor Barat) dan di Gleno (Timor Timur). Di Kenya kita barangkali harus mengembangkan inisiatif baru untuk pendidikan orang miskin, mungkin dengan mulai menggunakan sistem bea siswa, karena pembiayaan pendidikan di negara itu sudah berubah sama sekali. Ada rencana untuk membuka sekolah lanjutan di Mosocho dan Nakuru; struktur-struktur ini juga bisa menghasilkan pemasukan untuk para frater. Di Negeri Belanda akhir tahun 2008 pusat perawatan dan perumahan Joannes Zwijsen berhasil diselesaikan dan tempat ini akan dihuni oleh sekelompok besar frater lanjut usia, bersama religius dan awam yang lain. Betul-betul suatu tantangan untuk menjadikan lokasi ini, yang bagi kongregasi sarat sejarah karena bekas lokasi rumah induk, suatu rumah di mana berbagai kelompok ini merasa betah, tetapi dengan identitas cmm yang jelas.
tan tan g an -tan tan g an in t er na s i o nal is a s i
Bersama orang lain memperjuangkan dunia yang lebih baik
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
34
Sejak dahulu sebagai frater, kita suka bekerja sama dengan orang awam, tetapi dibandingkan dengan dahulu, kerja sama ini makin intensif saja. Sifat kerja sama itu dan intensitasnya berbeda dari daerah ke daerah, namun kerja sama itu ada di semua tempat. Misalnya di sekolah-sekolah kita sendiri di Indonesia, Kenya dan Brasil. Dan juga dalam proyek-proyek sosial seperti Oyugis Integrated Project dan rumah tahanan di Kenya, asramaasrama di Indonesia, ‘desa anak-anak’ Coronel Fabriciano dan penampungan pencari suaka di de Vuurhaard di Udenhout. Dan juga dalam proyekproyek bidang pelayanan kesehatan, misalnya poliklinik-poliklinik di Indonesia, dan proyek-proyek pembinaan seperti Elim dan pusat Zin in Werk di Negeri Belanda. Sukarelawan Yang juga bertumbuh pesat adalah pekerjaan suka rela yang dilakukan banyak orang karena merasa sangat terlibat dengan persekutuan para frater. Hal membagi spiritualitas Kami dengan tegas ingin meminta perhatian untuk berbagai macam bentuk kerja sama dalam spiritualitas belas kasih dan persaudaraan kita.
Berakarnya perutusan kita dalam spiritualitas kita, tidak hanya penting bagi kita sendiri, tetapi juga bisa memberi inspirasi kepada orang lain pada jalan hidup mereka. Penyebaran spiritualitas belas kasih dan persaudaraan itu sendiri, sekarang menjadi bagian dari perutusan kita. Itu terutama tampak di Negeri Belanda, misalnya sekitar aktivitasaktivitas kelompok Elim dan komunitas Eleousa, dan misalnya Zin in Werk dan Gerakan Belas Kasih. Tetapi tampak pula inisiatif-inisiatif di daerah-daerah lain. Di Kenya misalnya muncul aktivitas renungan untuk para guru C P, secara khusus refleksi tentang spiritualitas kita. Di sekolah lanjutan Padre Eustáquio di Belo Horizonte, Brasil, tetap hidup suatu keterlibatan kuat dengan kongregasi, dan pada berbagai kesempatan orang meminta perhatian untuk spiritualitas belas kasih. Ini juga berlaku untuk Retiro São Vicente de Paulo. Di Igarapé, Brasil, ada kelompok-kelompok yang dengan teratur berkumpul sekitar Movimento da Misericórdia (gerakan belas kasih). Dari pertemuanpertemuan dan kerja sama ini bisa timbul persahabatan baru dan bentuk-bentuk keterikatan yang baru, seperti lingkaran-lingkaran di sekitar komunitas-komunitas dan anggota luar biasa.
Saling terikat Kita boleh bersyukur bahwa kita bisa bekerja sama dengan banyak orang awam yang ahli dalam bidangnya dan yang menaruh minat untuk spiritualitas dan perutusan cmm. Kebijakan kongregasi kita untuk melibatkan begitu banyak awam dalam proyek-proyek kita, dan untuk sebagai frater mencari sendiri kontakkontak ini, ternyata berbuah dan akan dilanjutkan. Salah satu pokok perhatian di sini adalah bentuk apa yang bisa dikembangkan lebih lanjut, dan bagaimana kita bisa memperdalam saling keterikatan itu. Untuk kerja sama itu bisa dikatakan bahwa kita ingin menjalankannya dalam suasana terbuka dan persaudaraan, sesuai dengan anjuran yang kita baca dalam konstitusi kita: Tugas kitalah berkarya dengan tekun, bersama dengan orang lain menuju masa depan lebih baik. Kongregasi kita berusaha memberi sumbangan, agar dunia ini menjadi lebih layak didiami dan masyarakat menjadi lebih berperikemanusiaan (Konst. i, 187-188)
Pokok yang sebagai kapitel kembali mendapat banyak perhatian kami adalah ‘internasionalisasi’ persekutuan kita. Kami menggunakan istilah internasionalisasi untuk merumuskan suatu proses yang cukup luas dan berdampak, yang tengah dijalani kongregasi kita. Memang sudah lama susunan keanggotaan cmm bersifat internasional, tetapi saat ini susunan tersebut cepat berubah antar hubungannya.
Proses perubahan yang rumit Yang menjadi akibat dari proses penuaan para frater kita di negara-negara Barat dan proses pertumbuhan di daerah-daerah seperti Indonesia, Kenya dan Namibia. Hal ini berdampak bagi struktur kepemimpinan kita, tetapi juga bagi komunikasi dan kerja sama antar frater; lebih dari dahulu, dan juga lain dari dahulu, para frater harus menangani proyek-proyek perutusan dan pembinaan kita dalam suatu tim di dalam mana terwakili berbagai kebangsaan. Ada juga perkembangan-perkembangan ekstern yang menjadikan internasionalisasi itu sebuah pokok yang penting: masyarakat di mana kita bekerja berubah juga, sebagai akibat dari globalisasi dan teknik-teknik komunikasi baru, sehingga lintas dunia kita bisa saling berhubungan dengan cepat dan mudah. Ini berakibat untuk para pemuda yang kita jumpai, untuk pendidikan dan proyek-proyek lain di dalam mana kita bekerja, untuk komunitas-komunitas di mana kita hidup dan untuk gereja di mana kita bergerak. Internasionalisasi sudah lebih lama menjadi pokok perhatian kongregasi kita.
Internasionalisasi sudah lebih lama menjadi pokok perhatian kongregasi kita. Dalam kapitel-kapitel sebelumnya, pokok ini sudah dibahas dengan panjang lebar, dan pada berbagai tingkatan kepemimpinan kami mengembangkan kebijakan untuk mendukung dan mengarahkan proses perubahan ini dengan sebaik mungkin. Selama kapitel sekali lagi kami menyimpulkannya dan mengevaluasi secara tuntas semua perkembangan tahun-tahun terakhir ini. Harus dikatakan bahwa proses internasionalisasi itu berjalan lancar, dan bahwa dalam beberapa aspek hasilnya cukup bagus. Tetapi tampak pula bahwa ada bidang-bidang di mana kita menjumpai lebih banyak kesulitan dari yang
35
komunitas-komunitas kita dan tetap melanjutkan kebijakan kunjungan berfrekuensi tinggi dan secara intensif. Kami melihat bahwa pertemuan-pertemuan internasional cmm oleh banyak frater dianggap sangat sukses dan berguna, dan oleh karena itu kami minta untuk melanjutkan kebijakan di bidang ini. Tetapi yang harus dipikirkan adalah cara untuk melibatkan sebanyak mungkin frater dalam inisiatif-inisiatif pembinaan yang mencakup seluruh kongregasi ini. Untuk itu kami ingin mengajukan saran konkret: mungkin pertemuan-pertemuan seperti itu bisa diselenggarakan untuk kelompokkelompok usia tertentu, dan mungkin berguna juga untuk sekali waktu menyelenggarakan pertemuan internasional bersama para awam yang terlibat erat dengan cmm.
Semangat persaudaraan lintas dunia
Kami juga meminta agar kebijakan untuk memberi kesempatan kepada para frater muda untuk dalam masa pembinaan mereka ikut bekerja dalam suatu proyek di negara asing, dilanjutkan. Namun ini harus didiskusikan dengan tuntas pada tingkatan dewan yang bersangkutan, apakah berguna untuk bertukar novis atau frater yang sudah lebih berkembang secara religius maupun secara pribadi. Kami meminta dewan pimpinan umum untuk berperan sebagai koordinator sewaktu evaluasi.
Pertama-tama kita ingin merenungi kata ‘internasionalisasi’, suatu pengertian yang agak abstrak dan yang oleh karena itu tidak termasuk perbendaharaan kata religius kita. Kalau kita sebagai kongregasi bekerja untuk mengembangkan internasionalisasi, itu tidak berarti bahwa kita harus menjadi ‘perusahaan multinasional yang berjalan lancar’, melainkan bahwa itu harus kita pandang dengan latar belakang panggilan rasuli kita yang tanpa batas: cinta kita untuk Kristus dan keprihatinan kita untuk dunia yang lebih baik. Lintas dunia kita menjadi satu keluarga frater dan bersama-sama, di dalam lingkup gereja dunia, kita bekerja mengemban satu misi, yaitu misi belas kasih.
Kalau kita sebagai kongregasi bekerja untuk mengembangkan internasionalisasi, itu tidak berarti bahwa kita harus menjadi ‘perusahaan multinasional yang berjalan lancar’, melainkan bahwa itu harus kita pandang dengan latar belakang
Pertama-tama kapitel ingin meminta kepada dewan pimpinan umum dan dewandewan lainnya untuk, melalui inisiatif-inisiatif konkret, tetap mengusahakan semangat kuat persaudaraan lintas dunia tersebut dan keprihatinan rasuli yang mengikat dan mendukung kita itu. Kami merasa penting sekali bahwa kita, di semua negara berbeda di mana kita hidup dan bekerja, merasa diri terikat sebagai satu persekutuan cmm dan senantiasa mengembangkannya.
Pertemuan-pertemuan internasional, pertukaran-pertukaran dan kunjungan-kunjungan kerja Penuh rasa terima kasih kapitel menyaksikan betapa terlibatnya dewan pimpinan umum dengan semua daerah yang ada dan komunitas-komunitas persekutuan cmm kita. Kami meminta dewan pimpinan umum, yang mewakili seluruh persekutuan cmm, untuk mengikuti dengan penuh perhatian semua perkembangan dan kegiatan
panggilan rasuli kita yang tanpa batas: cinta kita untuk Kristus dan keprihatinan kita untuk dunia yang lebih baik.
Selain itu kami meminta agar program pembinaan yang kami atur di Negeri Belanda, bersamaan dengan penziarahan Vinsensian di negara Prancis, bagi para frater muda yang diizinkan untuk mengucapkan kaul kekal mereka, dilanjutkan. Dengan catatan bahwa penziarahan ini jangan menjadi satu-satunya persiapan untuk kaul kekal tersebut, dan tidak boleh menggantikan program pembinaan dan retret yang ditawarkan di negara sendiri. Sehingga antara dewan yang bersangkutan harus ada perembukan yang matang tentang saat yang terbaik untuk menawarkan ‘summer course’ itu, dan tempatnya dalam program pembinaan awal atau pembinaan lanjut. Merangkum bisa kami simpulkan bahwa berbagai pertemuan internasional, programprogram pembinaan dan kunjungan-kunjungan kerja, memenuhi suatu kebutuhan yang besar dan menjadi sarana penting untuk mewujudkan proses internasionalisasi di dalam kongregasi kita. Para frater peserta memperoleh pengetahuan yang luas tentang persekutuan global cmm, mendapat pengalaman internasional dan sering kali juga bisa meningkatkan dengan konkret keterampilan bahasa mereka. Efek lain adalah bahwa komunikasi di dalam kongregasi diperkuat dan secara umum ikatan antara para frater secara pribadi, menjadi lebih erat.
37 tan tan g an -tan tan g anin t er na s i o nal is a s i
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
36
diperkirakan, atau yang tidak maju secepat kita harapkan. Kita harus mengakui bahwa kita sedang menjalani proses perubahan yang rumit, yang menuntut banyak dari dewan-dewan kita dan, dalam banyak hal, juga dari para frater sebagai perorangan. Kapitel meminta agar dewan pimpinan umum mengembangkan kebijakan yang cergas dan realistis, dalam kerja sama yang erat dengan dewan-dewan lainnya. Kapitel menyatakan harapannya semoga bersama-sama kita bisa menjaga agar proses internasionalisasi itu tetap bisa berjalan dengan baik dan secara bersama, dan bahwa kita dengan lugas tetap memperjuangkan apa yang menurut akal sehat bisa tercapai: itu juga berarti bahwa kita harus menyadari keterbatasan-keterbatasan kita, dan dengan terarah mengembangkan kebijakan untuk bidang-bidang yang mungkin agak lebih sulit dan baru bisa menghasilkan dalam jangka waktu yang lebih lama.
Pengutusan-pengutusan internasional dan pembinaan yang baik bagi pimpinan
Dengan lugas dan rendah hati kita harus mengakui bahwa tidak selalu kita bisa bersaksi secara profetis, malah sering kali terbaliknya. Selain harus bisa berulang kali saling bertukar pikiran, internasionalisasi membutuhkan kepemimpinan yang kuat dan pendampingan yang baik.
Kapitel meminta dewan pimpinan umum untuk melanjutkan kebijakan pengutusan, namun sekaligus mengikutinya dengan cermat dari dekat, dan dalam musyawarah dengan dewan-dewan lokal, secara khusus memberi perhatian kepada: definisi yang tepat tentang tujuan-tujuan pengutusan; persiapan pengutusan yang lebih matang lagi dan evaluasi yang cermat dan teratur; seleksi yang baik dari frater-frater terkait dan suatu persiapan pribadi yang tuntas; suatu rangka kepemimpinan yang jelas untuk para frater yang aktif dalam konteks internasional; stimulasi untuk suatu kehidupan berkomunitas yang baik yang di semua tempat menjadi dasar misi kita; mengusahakan agar para konfrater yang pulang dari misi mendapat after care yang baik.
Internasionalisasi di rumah
Pembentukan kader: memberi pimpinan kepada perkembangan internasional dan antarbudaya. Kita harus belajar untuk bergaul dengan aspek
Kalau kita berbicara tentang internasionalisasi, yang dimaksud bukan saja kontakkontak lintas dunia dan aktivitas-aktivitas lintas batas yang kita bina, melainkan juga dampaknya bagi masing-masing provinsi dan regio. Sebenarnya tidak ada satu provinsi atau regio pun dalam kongregasi kita yang tidak mempunyai susunan internasional, dengan frater dengan latar belakang yang berbeda, yang hidup dan bekerja secara berdampingan. Kita berada di dalam situasi yang bisa kita beri nama ‘internationalisation at home’: bukan hanya para frater yang meninggalkan rumah saja yang dihadapkan dengan dampak-dampak internasionalisasi, melainkan semua frater dalam hampir semua persekutuan. Yang mengantar kita pada beberapa pertanyaan praktis dan
internasional yang menjadi ciri kehidupan kita sebagai frater: dengan kesulitankesulitannya, dan dengan peluang-peluang yang ditawarkannya.
Konstelasi internasional kongregasi kita yang telah berubah, juga berkonsekuensi bagi cara berfungsinya dewan-dewan kita: yang terlintas dalam pikiran dalam hal ini baik dewan pimpinan umum maupun dewan-dewan provinsi dan regio. Harapan kami semoga dewan pimpinan umum bisa berfungsi sebagai suatu tim internasional yang kuat, dan dalam cara kerja dan budaya kepemimpinannya, menjadi contoh bagi dewandewan yang lain, yaitu karena ditandai oleh integritas pribadi dan semangat kerja sama secara persaudaraan, dengan komunikasi antar pemimpin yang baik, proses-proses pengambil keputusan yang seksama, dan perhatian untuk penghayatan untuk budaya yang berbeda. Hal ini kami tandaskan karena kami berpendapat, bahwa budaya kepemimpinan yang baik amat penting dalam suatu organisasi yang berkembang secara internasional dan antarbudaya secepat cmm.
39 tan tan g an -tan tan g anin t er na s i o nal is a s i
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
38
Penuh rasa syukur kami melihat bahwa dalam tahun-tahun terakhir ini sejumlah frater terlibat dalam tugas-tugas misioner di luar negeri, dan dengan demikian telah menunjang misi belaskasih dan persaudaraan cmm di negara asing. Kami menyaksikan dengan rasa heran bahwa timbul gerakan-gerakan misi yang baru, dalam segala arah: bukan saja Utara-Selatan tetapi juga Selatan-Utara, Timur-Barat dan Barat-Timur. Kami bergembira bahwa di dalam persekutuan kita hidup semangat keterbukaan, kesediaan dan pengabdian untuk mengambil bagian dalam perutusan-perutusan internasional tersebut, di samping adanya perhatian dan keramah-tamahan yang sangat besar dari komunitas-komunitas yang bersedia menerima konfrater dari negara lain. Tetapi kami juga harus mengakui bahwa tidak semua utusan itu sama berhasilnya: dalam beberapa hal kita terlalu menganggap ringan kompleksnya suatu operasi atau kurang menyediakan waktu untuk persiapan dan pendampingannya. Dan kadangkadang kita terbentur pada keterbatasan kita, seperti kurangnya ijazah yang diakui secara internasional atau pengetahuan bahasa yang kurang memadai.
prinsipiil mengenai perutusan dan kesibukan sehari-hari kita, bentuk-bentuk hidup bersama kita, struktur kepemimpinan, komunikasi antar frater, tetapi juga pembinaan dan liturgi. Kita harus belajar untuk bergaul aspek internasional yang menjadi ciri kehidupan kita sebagai frater: dengan kesulitan-kesulitannya, dan dengan peluangpeluang yang ditawarkannya. Hidup bersama secara konkret menuntut agar kita bisa menangani dengan baik keanekaragaman dan perbedaan-perbedaan yang ada. Untuk bisa mencapai tujuan ini, kita harus berperasaan halus. Internasionalisasi juga menuntut agar kita terbuka untuk hal-hal yang belum kita kenal, yang asing, yang baru dan kesediaan untuk melepaskan hak-hak kultural sendiri. Sudah terbukti bahwa sikap seperti ini tidak terjadi dengan sendirinya. Kadang-kadang kita terbentur pada batas-batas saling pengertian dan saling bekerja sama, misalnya dalam kehidupan berkomunitas kita. Dan kadang kala kita mengalami juga, bahwa suatu proyek bersama dengan frater dari negara-negara yang berlainan, tidak berjalan sebagaimana diharapkan. Dengan lugas dan rendah hati kita harus mengakui bahwa tidak selalu kita bisa bersaksi secara profetis, malah sering kali terbaliknya. Selain harus bisa berulang kali saling bertukar pikiran, internasionalisasi membutuhkan kepemimpinan yang kuat dan pendampingan yang baik. Kami meminta agar dewan-dewan memberi perhatian khusus kepada komunitaskomunitas internasional. Apa dampaknya kalau beberapa frater dari negara yang berbeda hidup bersama? Bagaimana kita menghadapi perbedaan-perbedaan bahasa dan budaya dalam kelompok-kelompok hidup yang relatif kecil? Apa yang menjadi konsekuensi dari latar belakang bahasa yang berbeda itu bagi rekreasi dan doa komunitas? Dan apa yang dituntut oleh perkembangan ini dari pembinaan kita?
Terinformasi dengan baik, dan saling terikat Internasionalisasi sudah jelas menuntut sesuatu yang khas dari komunikasi kita. Yang terpikir di sini bukan saja peluang-peluang untuk mengembangkan situs web, tetapi juga suatu majalah internasional cmm yang mengikat kita semua (untuk perincian pokok ini: lihat bab tentang komunikasi). Sudah beberapa tahun lamanya kita mengemban kebijakan yang aktif untuk publikasi-publikasi internasional, secara khusus dalam bidang spiritualitas, dengan terjemahannya dalam semua bahasa yang digunakan kongregasi. Kami anggap penting bahwa hal tersebut dilanjutkan, dan ingin melanjutkannya dengan memperluas redaksinya: agar supaya publikasi-publikasi itu, dilihat dari segi isi dan keanggotaan redaksi, memantulkan susunan internasional persekutuan kita. Akhirnya menurut kami penting sekali bahwa semua konfrater kita, juga mereka yang jarang bepergian, tetap dilibatkan dalam perkembangan-perkembangan lintas dunia kongregasi. Ini berarti bahwa kita harus mencari bentuk-bentuk agar misalnya para konfrater yang sudah lanjut usia, tetap bisa membagi dalam berita-berita tentang perkembangan-perkembangan di luar negeri. Kami meminta perhatian semua frater untuk pokok ini.
Bahasa-bahasa c m m Internasionalisasi yang semakin bertumbuh itu dengan sendirinya mempunyai tuntutan-tuntutan khusus untuk pengetahuan bahasa kita. Di dalam kongregasi ada lima bahasa utama dan di samping itu masih beberapa bahasa regional yang lebih kecil.
Menarik di sini bahwa bahasa-bahasa utama yang dipakai dalam kongregasi kita, bisa dipakai dalam lebih dari satu negara di mana kita berada. Bahasa Belanda digunakan di Negeri Belanda, Belgia dan Suriname, bahasa Inggris di Amerika Serikat, Kenya, Namibia dan Tanzania, bahasa Indonesia di Indonesia dan Timor Leste, bahasa Portugis di Brasil dan Timor Leste, bahasa Swahili di Kenya dan Tanzania. Dengan demikian bisa dibina berbagai bentuk antar hubungan, dan para frater dari negara yang berlainan, bisa menggunakan satu bahasa yang dikuasai bersama. Dan dengan demikian belajar suatu bahasa kongregasi yang lain itu berguna, dan bisa menghasilkan dalam berbagai macam bidang.
Kebijakan bahasa Saat ini, pada pertemuan-pertemuan internasional, kita menggunakan bermacammacam bahasa secara berbarengan. Dokumen-dokumen dan publikasi-publikasi penting secara sistematis kami terjemahkan ke dalam bahasa Belanda, Inggris dan Indonesia, dan di mana perlu juga ke bahasa Portugis agar pada dasarnya semua frater bisa menyerap berita yang ditawarkan. Sejak tahun 2002 bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan dewan pimpinan umum sewaktu rapat, dan untuk sebanyak mungkin terbitan yang mereka keluarkan. Tetapi kami belum berhasil untuk secara konsekuen menggunakan bahasa Inggris ketika menyapa provinsi dan regio. Sebagian besar dari korespondensi ke daerah, tetap berlangsung dalam bahasa sendiri. Dan menurut perkiraan kami, hal itu juga tidak akan berubah dalam tahun-tahun mendatang. Tetapi kami perhatikan bahwa berkat peluang email dan sms, kontakkontak internasional berlangsung dengan lebih mudah dan cepat. Ini berarti bahwa sering kali kita harus mengandalkan bahasa tulisan dan bukan hanya komunikasi lisan. Ini berlaku baik untuk kontak-kontak pada tingkat kepemimpinan, maupun kontakkontak pribadi dan informal antara para frater.
Prioritas Belajar menggunakan bahasa lain, baik untuk tugas maupun untuk pergaulan, sudah tentu merupakan proses yang memakan waktu bertahun-tahun, mungkin juga satu generasi. Selama pembinaan, penggunaan bahasa asing harus lebih diprioritaskan lagi: dalam hal ini yang pertama terpikir adalah bahasa Inggris. Namun di dalam praktek timbul juga situasi di mana para frater mempelajari salah satu bahasa kongregasi yang lain: Belanda, Indonesia, Portugis atau Swahili, misalnya dalam pertukaran-pertukaran internasional. Dengan saling mempelajari bahasa, kita bisa lebih memperkuat kontakkontak antar frater dari berbagai provinsi dan regio.
41 tan tan g an -tan tan g anin t er na s i o nal is a s i
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
40
Secara konkret ini juga akan berarti, bahwa sebagai persekutuan kita harus berani berinvestasi luas dalam pembinaan kader. Kami mengharapkan suatu kebijakan yang berani mengambil inisiatif yang konkret untuk membekali pimpinan secara pribadi dan secara rohani, pada semua tingkatan: pimpinan umum dan pimpinan provinsi, para overste regio maupun komunitas, para pemimpin novis maupun postulan. Bagi perincian lebih lanjut untuk tema kepemimpinan, kami merujuk pada bab khusus tentang pokok ini. Bersama-sama kita harus memperjuangkan pengembangan keterampilanketerampilan kita dalam bidang kepemimpinan, komunikasi dan hubungan antarbudaya, bagaimana mengatasi konflik, pengetahuan bahasa, memimpin pertemuan-pertemuan liturgi, dsb. Mungkin ‘komunikasi antarbudaya’ bisa dijadikan portofolio khusus untuk dewan pimpinan umum dan dewan-dewan provinsi, untuk menjaga agar tetap ada perhatian untuk bidang kegiatan ini, sekarang dan ke depan.
r an g k um an d em o g r afi s c mm
1996-2008 (situasi 1 Januari setiap tahun)
b er ani meman g g il
P=Frater berkaul kekal; T=Frater berkaul sementara; N=Novis; C=Komunitas
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
42
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Generalat P T N C
20 1
21 1
21 1
22 1
20 1
19 1
17 1
16 1
16 1
13 1
13 1
10 1
10 1
Indonesia P T N C
46 34 21 14
48 32 18 16
51 38 17 16
52 38 24 16
53 42 21 17
54 38 28 18
58 40 23 17
57 43 28 17
58 51 27 17
64 56 18 18
63 58 22 18
66 57 27 20
80 49 26 21
Kenia
P T N C
18 18 6 6
15 19 6 6
16 15 5 6
18 15 5 6
18 15 4 7
19 10 7 7
19 11 8 7
19 16 7 7
23 14 6 7
23 10 9 7
24 11 5 8
26 11 5 8
28 10 6 8
P T N C
185 12
177 1 11
159 1 11
147 1 11
136 1 8
127 2 8
116 3 8
105 3 8
95 3 8
86 2 1 6
78 1 6
77 6
70 6
Belgia
P T N C
32 3
28 2
27 2
26 2
24 2
22 2
21 1
21 1
20 1
18 1
16 1
16 1
16 1
Brasil
P T N C
10 2
10 1 2
10 1 2
10 2
10 1 2
10 3 2
10 3 2
10 2 1 3
10 2 3
10 2 3 3
11 3 2
10 3 3
12 4 3
Kalifornia P T N C
7 2
8 2
8 2
7 2
7 2
6 2
6 1
3 1
3 1
3 1
3 1
3 1
3 1
Namibia
P T N C
13 3
12 3
7 2
5 2
6 2
5 2
3 1 1
3 1
3 1
4 2 1 1
4 2 2 2
5 1 2 2
5 2 3 2
P T N C
8 2
8 2
8 2
7 2
6 1
6 1
6 1
4 1
4 1
4 1
4 1
4 1
4 1
Negeri Belanda
Masa waktu orang datang ‘begitu saja’, dan minta sendiri untuk boleh menjadi frater, agaknya sudah definitif berakhir. Di negara-negara Barat masa ini sudah lama berlalu: tampak kesenjangan yang sangat besar antara kehidupan religius dan alam kehidupan orang muda. Kebanyakan orang muda hampir tidak bisa membayangkan kehidupan seorang frater. Tetapi di negara-negara belahan bumi Selatan pun panggilan-panggilan itu tidak lagi sesuatu yang lumrah: juga di sana kita harus mengemban kebijakan yang dipikir matang kalau ingin menarik dan menahan orang-orang muda tersebut.
Tidak pernah sesuatu yang lumrah Kapitel ingin agar perwujudan kebijakan panggilan mendapat tempat utama pada agenda. Kalau kita meneliti kongregasi kita, akan tampak beberapa daerah yang dengan jelas menunjukkan pertumbuhan: Indonesia, Kenya dan Namibia. Lalu masih ada beberapa daerah di mana kita baru saja mulai hadir dan masih berada dalam fase pembangunan: Timor Leste dan Tanzania. Di samping itu masih ada beberapa daerah yang saat ini sangat rentan, tetapi di mana masih ada perkembangan dan harapan akan timbulnya perspektif-perspektif baru: Brasil dan Negeri Belanda. Dan akhirnya ada juga daerah-daerah di mana sebenarnya tidak ada harapan untuk panggilan baru lagi, dan di mana kita juga tidak bisa mengembangkan inisiatif untuknya: Belgia, Suriname dan Amerika Serikat.
‘Sense of urgency’
Surinam
Mungkin kita tidak menyadarinya, tetapi sebenarnya cukup unik bahwa ada kapitel yang dengan demikian panjang lebar membahas kebijakan panggilan: banyak kongregasi lain sudah tidak memikirkannya lagi, atau tidak memikirkannya dengan sadar. Selama kapitel kami tidak hanya mempertimbangkan aktivitas-aktivitas yang
43
Di samping itu kami juga menghimbau semua dewan dan frater untuk, dalam tahuntahun mendatang, dengan penuh rasa berani dan semangat, dengan bijaksana dan menggunakan sarana yang ada, tetap memperjuangkan suatu kebijakan panggilan yang serius. Kita harus bekerja sama dengan baik, dan mungkin juga harus membuat rencana-rencana kebijakan yang konkret dalam bidang ini, pada tingkatan provinsi maupun regio, agar bisa mengoordinasi aktivitas-aktivitas kita secara optimal, dan untuk menjaga agar kebijakan ini tetap diprioritaskan. Kita tidak bisa tidak mengemban kebijakan panggilan. Dan penanganan yang terlampau rutin, juga tidak akan menghasilkan. Melihat betapa mendesaknya situasi, masing-masing kita harus ikut bekerja dan memikirkannya.
suatu fine tuning yang khas dan persepsi yang tajam: ia selalu harus dilaksanakan pada saat yang tepat.
Kita tidak bisa tidak mengemban kebijakan panggilan. Dan penanganan yang terlampau rutin, juga tidak akan menghasilkan. Melihat betapa mendesaknya situasi, masing-masing kita harus ikut bekerja dan
Penting sekali bahwa kita berani memanggil dan tahu bagaimana kita harus memanggil: karena yang dipertaruhkan adalah persekutuan-persekutuan kita dan misi kita di banyak tempat. Tetapi kita harus menyadari bersama bahwa kita boleh memanggil, tergerak oleh Injil dan kehidupan berdasarkan iman yang hidup. Karyakarya belas kasih kita penting dan menuntut untuk diperkuat dan dilanjutkan: kita membutuhkan tenaga untuk melakukannya. Kita yakin pula, bahwa sebagai kongregasi, ada yang bisa kita tawarkan kepada para pemuda, dan oleh karena itu kita bisa mengundang mereka tanpa malu-malu. Karena bukankah kita mempunyai persekutuan-persekutuan yang baik dan ramah, proyek-proyek yang hebat, dan spiritualitas yang kuat dan telah diuji. Jadi aksi panggilan itu boleh didasarkan pada kesadaran akan identitas dan harga diri: sebagai kelompok frater kita membentuk suatu persekutuan yang lebih dari satu setengah abad lamanya memberi kesaksian rasuli yang khas. Kita tetap meyakini kehidupan itu, dan tetap membuka diri, dan tetap berusaha untuk mengajak orang lain untuk bergabung dengan kita.
Jadi, kita harus menyusun kebijakan yang bagaimana? Di dalam kapitel kami tidak bisa merumuskannya dengan terlalu konkret, pelaksanaannya terutama menjadi tugas para dewan provinsi dan regio. Kebijakan panggilan menuntut suatu fine tuning yang khas dan persepsi yang tajam: ia selalu harus dilaksanakan pada saat yang tepat. Kapitel hanya bisa mengangkat secara ‘pada dasarnya’ dan ‘umum’ titik-titik tolak dan tekanantekanan yang harus terkandung dalam kebijakan semacam itu. Dalam pelaksanaannya, setiap dewan harus mendapat kebebasan untuk menjatuhkan pilihan-pilihan tertentu, yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya. Yang bagaimana pun juga penting adalah, bahwa kebijakan panggilan itu kita tata dengan baik; tidak melakukannya secara improvisasi. Penting pula bahwa ada pembagian tugas yang jelas. Harus jelas untuk setiap regio dan provinsi siapa yang bertanggung jawab untuk presentasi, siapa yang bisa dihubungi oleh calon-calon baru, siapa yang bertanggung jawab untuk pembinaan awal dan siapa untuk pembinaan lanjut. Kualitas program-program pembinaan kita sering kali menentukan, baik untuk menarik orang maupun untuk menawarkan perkembangan yang baik, yang bisa menahan mereka. Dan untuk semua ini berlaku: kita harus melibatkan tenaga yang terbaik kita dalam bidang kerasulan dan pembinaan.
memikirkannya. Terlalu sering kebijakan
Ada yang bisa kita tawarkan
Rangka kepemimpinan yang jelas
panggilan terutama berfokus pada hasil belaka. Kita harus berani untuk tidak melakukan hal itu, dan terlebih dahulu meneliti makna kehadiran (injili) kita.
Kehadiran kita Tetapi ini tidak berarti bahwa kebijakan panggilan hanya menjadi perhatian para frater yang memikul tanggung jawab tertentu, atau yang duduk dalam kelompok kerja tertentu. Sebenarnya sebagai frater, kita semua ikut bertanggung jawab. Dengan kehadiran pribadi kita dalam dunia dan gereja, kita menampakkan cita-cita belas kasih dan persaudaraan kita. Dengan cara hidup pribadi kita, kita menunjukkan bahwa panggilan sebagai frater itu menarik dan meyakinkan. Terlalu sering kebijakan panggilan terutama berfokus pada hasil belaka. Kita harus berani untuk tidak melakukan hal itu, dan terlebih dahulu meneliti makna kehadiran (injili) kita. Tidak ada cara lebih baik untuk memperlihatkan arti kehidupan seorang frater daripada hanya ‘hadir’ saja: bukankah panggilan itu sering kali berlangsung secara ‘tidak langsung’. Menurut kami setiap frater, dengan cara bagaimana ia menghadirkan diri dalam berbagai situasi, memberi kesaksiannya sendiri tentang cara hidup kita.
Memanggil secara ‘langsung’ dan ‘tidak langsung’. Dari sejak dahulu kita membedakan antara panggilan ‘langsung’ dan ‘tidak langsung’. Dalam hal pertama kita langsung menyapa orang dan mengundang mereka untuk
45 b er ani meman g g il
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
44
Kebijakan panggilan menuntut
sukses maupun yang kurang sukses, meneliti hal-hal yang sudah dilakukan dan tidak dilakukan, atau mungkin bisa dilakukan. Kami juga membagi keprihatinan bersama kami, juga tentang situasi di negara-negara di mana segala sesuatu seakan-akan berjalan baik. Dan kami terutama mengutarakan harapan kami, juga semoga ada panggilan-panggilan di negara-negara di mana hal itu saat ini terasa sulit. Dan sebagai pencetusan harapan kami, kami ingin menghimbau para frater untuk tetap mendoakan panggilan: semoga doa akan membantu kita untuk tetap terbuka dan waspada untuk bisa menerima panggilan.
sebagai frater tetap aktif dalam kerasulan gereja dunia dan ikut bekerja dalam pendirian program-program pembinaan Kristiani yang luas. Marilah kita juga tetap mencari bentuk-bentuk untuk membagi spiritualitas kita dengan orang muda: mungkin dengan demikian dengan sendirinya akan timbul gerakan-gerakan orang muda sekitar rumah-rumah kita, lalu mungkin kita bisa mengundang mereka untuk sesuatu yang lebih dari itu. Akhir kata: sebagai kongregasi kita juga bisa mendatangi gerakangerakan dan tempat-tempat di mana ‘Roh Kudus’ saat itu jelas sedang bekerja: jadi sebagai persekutuan ‘bergerak menuju’ gerakan-gerakan baru di dalam gereja (misalnya mengambil bagian dalam Hari Pemuda Sedunia, atau bergabung dengan inisiatif-inisiatif gereja kita yang sukses, yang membangkitkan minat para pemuda).
Menerima dan berjumpa Menampilkan diri Kita tidak boleh lupa bahwa tempat terbaik untuk menjumpai pemuda yang menaruh minat untuk cara hidup kita, mungkin sekali adalah sekolah-sekolah dan proyek-proyek kita sendiri. Kita bisa menggunakan konteks pekerjaan kita sedikit tentang inspirasi kita dan mulai bertukar pikiran dengan orang-orang muda itu. Dan berbagai sikap yang ramah – suatu aspek penting lain dari kehidupan frater kita– cukup relevan dalam kebijakan panggilan kita: kita bisa mengundang kelompok-kelompok tertentu untuk makan bersama atau untuk suatu perkenalan singkat, menerima orang dalam perayaan liturgi, menyambut para peserta kursus, malam tema, waktu bepergian atau waktu jalan kaki. Bentuk bagus lainnya adalah memberi kesempatan kepada para pemuda untuk hidup bersama kita untuk waktu tertentu, misalnya selama waktu magang, sebagai teman serumah atau selama sebuah pekan renungan. Pendek kata: menerima orang dalam dunia kita merupakan salah satu cara terbaik untuk berhubungan dengan mereka: come and see! Melihat misi kita, agaknya bijaksana untuk juga menjadikan dunia pendidikan lanjutan dan tinggi sebagai sasaran kebijakan panggilan kita: kita harus tetap tampak dan hadir di situ. Begitu pula kita harus tetap aktif dalam konteks gereja sendiri (misalnya ikut berpartisipasi dalam hari Minggu panggilan, menampilkan diri dalam majalah-majalah gerejawi atau di situs-situs web).
Sudah tentu kita juga harus menjaga agar kita tetap tampak sebagai kongregasi. Marilah kita usahakan agar persekutuan kita menampakkan diri dengan baik, melalui cara hidup, folder, publikasi, situs web, iklan, program-program berbobot, dsb. Kapitel berpendapat bahwa kebijakan PR yang baik, perlu, sekarang dan ke depan, dengan tekanan-tekanan dan bentuk-bentuk yang berbeda untuk daerah-daerah yang berbeda: tetapi yang terutama harus diperhatikan adalah kontinuitas dan kualitas presentasi kita. Presentasi itu tidak selalu harus hebat dan besar-besaran, sering kali ternyata bahwa bentuk-bentuk kecil dan sederhana dan bersifat pribadi, lebih dari cukup menghasilkan. Dewan pimpinan umum bisa mendukung dewan-dewan provinsi dan regio untuk membuat presentasi-presentasi yang bagus. Kadang-kadang kita juga harus mencari bantuan profesional dalam bidang PR dan marketing, tetapi mungkin juga dalam bidang pembinaan dan pembimbingan proses. Bagaimanapun juga, kita harus senantiasa berusaha untuk bergabung dengan bahasa negara yang bersangkutan, bahasa gereja dan secara khusus, bahasa kaum muda. Banyak pemuda dewasa ini
Gambaran yang menarik dan jelas
mempunyai gambaran yang
Gerakan-gerakan gereja universal Secara umum boleh dikatakan bahwa kebijakan panggilan membutuhkan banyak persiapan: tanah harus disuburkan dan para pemuda harus merasa akrab dengan Injil, gereja dan sedikit banyak juga dengan tradisi kaum religius; baru setelah itu ada gunanya untuk bertukar pikiran dengan mereka tentang suatu ikatan pribadi dengan persekutuan kita. Jadi kebijakan panggilan kita jangan diartikan terlalu sempit, seakanakan tujuannya hanya untuk menjadikan orang seorang frater. Sebaliknya: marilah kita
salah, atau sama sekali tidak mempunyai gambaran tentang kehidupan religius.
Dalam pada itu penting bahwa gambaran yang kita bawa keluar itu menarik dan hidup: sering kali kita terbentur pada prasangka-prasangka yang kuat dan gambarangambaran negatif yang hidup dalam masyarakat, yang dibesar-besarkan oleh media. Banyak pemuda dewasa ini mempunyai gambaran yang salah, atau sama sekali tidak mempunyai gambaran tentang kehidupan religius. Mereka tidak bisa membayangkan beberapa aspek kehidupan kita, seperti misalnya selibat, kesederhanaan, hidup dalam persekutuan. Atau mereka mempunyai gambaran tentang panggilan kontemplatif, tetapi tidak tentang kehidupan religius yang aktif. Atau dari salah satu sumber
47 b er ani meman g g il
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
46
membagi dalam kehidupan kita. Dalam hal yang kedua, kita memperlihatkan cara hidup kita, dan undangan itu hanya tersirat. Secara umum bisa dikatakan bahwa dalam masyarakat-masyarakat di mana kita aktif, saat ini hampir tidak ada iklim yang menunjang panggilan ‘langsung’. Undangan langsung sering kali tidak dimengerti atau sama sekali tidak bisa diterima. Oleh karena itu kerap kali dibutuhkan tahap awal di mana kita ‘memanggil dengan tidak langsung’, yaitu dengan memperlihatkan siapa kita ini sebagai frater, apa yang menggerakkan kita dan apa yang kita lakukan, sebelum tiba momen untuk ‘memanggil langsung’: yaitu waktu kita menyapa orang secara eksplisit dan menyampaikan kepada mereka bahwa kita ingin menerima mereka.
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
48
mendapat kesan bahwa panggilan sebagai imam dianggap lebih tinggi daripada panggilan sebagai bruder. Kita harus sadar bahwa prasangka-prasangka seperti ini ada dan bahwa kita mungkin harus menghilangkannya dengan dalam ‘memanggil’ itu, juga memberi penjelasan tentang bentuk kehidupan kita dan menguraikan dengan jelas alasan-alasan kita untuk pilihan ini. Sehingga kebijakan panggilan kita harus dibarengi dengan suatu program pembinaan yang baik. Para pemuda harus bisa menghayati warna khas kehidupan kita. Mereka harus melihat bahwa bersama-sama kita menuntut kehidupan yang penuh dan bisa diandalkan. Dan mereka juga boleh melihat bahwa itu merupakan kehidupan penuh suka cita dan subur: suka cita yang tidak kita simpan untuk diri sendiri, melainkan dengan saling berbagi dan membaginya dengan orangorang di sekitar kita, dan yang juga ingin kita bagi dengan mereka.
Keberanian dan kemampuan untuk menilai
Jelaslah: untuk pada jaman sekarang mengembangkan
Akhirnya: kita menyadari bahwa panggilan itu suatu topik yang mengundang banyak pendapat yang berbeda, yang dalam dasawarsa-dasawarsa terakhir ini, telah diolah oleh banyak di antara kita, dengan atau tanpa sukses. Jelaslah: untuk jaman sekarang mengembangkan kebijakan panggilan, dibutuhkan keberanian. Dibutuhkan keberanian sebagai persekutuan berulang kali mengangkat kebijakan panggilan itu sebagai pokok pembicaraan, dan dalam melakukan itu, berulang kali mengutarakan harapan dan kekecewaan, yang lama maupun yang baru, namun tetap bertukar pikiran tentang pandangan-pandangan baru. Tetapi juga keberanian untuk membimbing frater-frater muda yang mungkin mau masuk dengan kritis: apakah kita mampu untuk menilai, untuk bertukar pikiran dengan mereka secara jujur dan bersama-sama mencapai pilihan yang tepat? Akhirnya, sebagai persekutuan frater kita harus mencoba untuk tidak menutup diri, melainkan tetap terbuka untuk semua pertanyaan yang diajukan: dari mereka yang berminat sampai ke orang yang kebetulan lewat. Di dalam mereka kita bisa menjumpai Kristus dan mungkin bisa menerima beberapa konfrater.
kebijakan panggilan, dibutuhkan keberanian.
t er b uk a un t uk ik atan - ik atan b aru
Perkembangan-perkembangan di Negeri Belanda sehubungan dengan mendapat kesempatan untuk pertukaran pikiran pribadi dengan empat anggota luar biasa. Selain itu seorang anggota asosiasi diundang untuk mengikuti seluruh kapitel, dan diprogramkan juga beberapa pertemuan informal dengan semua anggota asosiasi. Kesaksian pribadi salah seorang anggota asosiasi kita menjadi momen penting dalam kapitel: suatu saat inspirasi dan pendalaman, yang memberi gambaran yang jelas dari dampak mengikuti teladan Yesus, dalam suatu persekutuan frater dan suster, bagi kehidupan seseorang.
Apa itu keanggotaan asosiasi? Anggota-anggota asosiasi adalah orang-orang, yang masing-masing dengan cara mereka sendiri, ingin hidup berdasarkan spiritualitas belaskasih dan persaudaraan, dan yang telah mengikat diri kepada kongregasi kita. Keanggotaan asosiasi mempersyaratkan beberapa hal, ketentuan-ketentuan kita merumuskannya sebagai berikut: ‘Kamu harus secara tulus ingin hidup berdasarkan Injil. Kamu harus mempunyai afinitas dengan spiritualitas belaskasih dan persaudaraan yang menandai persekutuan kita. Kamu harus mempunyai hubungan yang konkret dengan suatu komunitas frater dan bersedia untuk menanamkan waktu dan tenaga dalam hubungan itu. Dan engkau harus mau mengambil bagian dalam doa dan perutusan kami.’ Jadi keanggotaan asosiasi merupakan bentuk keterikatan baru dengan kongregasi kita: mula-mula suatu ikatan sementara untuk masa tiga tahun, dengan kemungkinan untuk memperpanjang itu. Mereka yang hidup bersama kami untuk jangka waktu yang lama, kami tawarkan kemungkinan untuk menjadi anggota asosiasi seumur hidup.
t er b uk a un t uk ik atan - ik atan b aru
keanggotaan asosiasi, juga menjadi pokok perhatian penting kapitel. Kami
57
Menjadi akrab dengan keanggotaan asosiasi
Tetapi kami harapkan kamu bisa hidup berdasarkan semangat dan sikap dasar Kristiani penuh perhatian pembaktian dan kesederhanaan yang sama. Bahwa kamu menanggapi panggilan Injil dan mau memperjuangkan belas kasih dan perdamaian. Bahwa kamu mengambil sikap yang terbuka dan siap mendengarkan sesama bersedia untuk mendahulukan kepentingannya dan persekutuan. Bahwa kamu mau menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari lubuk hati serta lemah lembut dan penuh perhatian pun untuk diri sendiri.
Bahwa kamu murni dalam pergaulan dengan orang lain, begitu pula dalam tarekat di mana kamu hidup. Bahwa kamu tidak memaksakan diri dan dalam hidup bersama bisa mengalami damai dan suka cita injili. Bahwa kamu menjalani hidup pembaktian kepada Allah dan manusia dan juga boleh merasakan bagaimana Allah dan sesama berbakti kepadamu
Konstitusi Konstitusi kita memberi peluang untuk keanggotaan asosiasi; konstitusi berkata di dalamnya tentang bentuk-bentuk ikatan baru:
Bahwa kamu memilih cara hidup sederhana Berhati bebas menghadapi uang dan harta menyadari kerelatifan hak milik dan kemakmuran materiil. Bahwa cinta dan belas kasih berada di atas segala-galanya dan bersedia membagi sebanyak mungkin semua apa yang telah kamu terima.
Konst. i, 365
Kita bersedia untuk mencari jalan, yang memungkinkan orang-orang tertentu turut serta dalam hidup dan karya kita sebagai anggota asosiasi atau cara lain tanpa ikut serta dalam segenap cara hidup kita Perkembangan-perkembangan dewasa ini, masuk dalam kerangka yang diberikan di atas ini: oleh karena itu kapitel berpendapat bahwa konstitusi tidak perlu disesuaikan dengan perkembangan-perkembangan sekarang ini.
Penggarisan untuk masa depan Kapitel berpendapat perlu pula kita membagi spiritualitas kita dengan orang awam di negara-negara lain. Karena di tempat-tempat lain pun ada banyak orang yang mempunyai ikatan erat dengan kongregasi, misalnya mereka yang bekerja di sekolah-
59 t er b uk a un t uk ik atan - ik atan b aru
Kalau kamu ingin mengikat diri dengan kami sebagai anggota luar biasa kamu tidak usah mengucapkan tiga kaul itu. Dari bentuk hidup lain pun kamu bisa menjadi anggota persekutuan ini
Penuh penghargaan dan rasa terima kasih, kapitel menerima informasi tentang perkembangan-perkembangan terakhir di bidang keanggotaan asosiasi di Negeri Belanda. Kami minta agar kebijakan ini dilanjutkan dan sekaligus lebih disebarkan, terutama di kalangan kita sendiri. Penting kiranya bahwa para frater seluruh kongregasi diberi informasi yang baik tentang arti keanggotaan asosiasi, dan bentuknya di Negeri Belanda dewasa ini. Itu bisa tercapai dengan menerjemahkan brosur ‘Barmhartigheid en broederschap. Delen in het leven van de fraters. Het geassocieerd lidmaatschap cmm (2006) (= ‘Belaskasih dan persaudaraan. Mengambil bagian dalam kehidupan para frater. Keanggotaan asosiasi cmm (2006)’ dan menyebarluaskannya dengan baik. Tetapi bisa juga dengan mengulasnya di dalam majalah-majalah dan situs-situs web cmm. Dan bentuk keanggotaan yang baru ini juga akan tampak dengan sendirinya karena para anggota asosiasi mengikuti program-program pembinaan dan pertemuanpertemuan internasional kita, dan dalam hal ini juga hadir dengan berbagai cara selama suatu kapitel umum.
struktur-struktur yang ada. Oleh karena itu kami beranggapan bahwa para anggota asosiasi akan aktif mengambil bagian dalam perembukan komunitas dengan mana mereka mengikat diri. Begitu pula kami mengharapkan bahwa mereka mengikuti kehidupan dalam kongregasi, dan di mana mungkin, berpartisipasi dalam kelompokkelompok kerja dan perembukan pimpinan pada tingkat provinsi atau kongregasi sebagai keseluruhan.
Perkembangan-perkembangan keanggotaan asosiasi di Negeri Belanda Jadi kapitel kami menerima informasi lengkap tentang arti dan penafsiran keanggotaan asosiasi. Oleh karena kita, seperti telah dikatakan, ingin mengusahakan sosialisasi dan akseptasi lebih besar di dalam maupun di luar kongregasi, bersama ini kami mengutip sebagian laporan tersebut dengan lebih terperinci.
Teks-teks yang membimbing kita Menyusul kapitel tahun 2002, di provinsi Belanda didirikan kelompok kerja yang antara lain diberi tugas untuk membuat kebijakan untuk keanggotaan asosiasi. Kelompok kerja WARP ini membuat suatu penggarisan untuk menerima dan
mempersiapkan anggota-anggota asosiasi, di dalam mana pertanyaanpertanyaan terpenting dan tema-tema pembicaraan secara bertahap ditawarkan. Selain itu warp dan dpu membuat statuta baru untuk keanggotaan asosiasi, yang pada tahun 2006 diterbitkan dengan judul ‘Barmhartigheid en Broederschap. Delen in het leven van de fraters cmm . Het geassocieerd lidmaatschap’. (= Belaskasih dan persaudaraan. Mengambil bagian dalam kehidupan para frater. Keanggotaan asosiasi cmm). Brosur ini, hasil karangan sekretaris studi Charles van Leeuwen tidak hanya mengandung aturanaturan lugas sekitar keanggotaan asosiasi yang sejalan dengan
ketentuan-ketentuan hukum gereja di bidang ini, tetapi sekaligus menawarkan suatu ‘terjemahan’ dari spiritualitas kita, yaitu spiritualitas belaskasih dan persaudaraan, ke situasi hidup dan bekerja yang spesifik awam. Dalam rangka pematangan ini, telah diadakan perundingan dengan berbagai ordo dan kongregasi lain, untuk melihat bagaimana mereka memberi bentuk yang konkret kepada keanggotaan asosiasi: sebagai frater kita juga bisa bercermin para pengalaman-pengalaman pihak lain. Anggota-anggota asosiasi baru Di bulan Mei 2006 kongregasi kita boleh menerima tiga orang sebagai anggota asosiasi yang baru. Yaitu tiga
Membagi dalam kehidupan kita sebagai teman serumah atau karyawan Anggota-anggota asosiasi adalah pria dan wanita yang berdasarkan suatu spiritualitas bersama, mau membagi dalam kehidupan persekutuan dengan cara mereka sendiri, juga dalam aktivitas-aktivitas kongregasi. Dilihat dari sudut pandang ini, bisa terbayang namun tidak mutlak perlu dan juga tidak dengan sendirinya, bahwa seorang anggota asosiasi tinggal di rumah frater. Adalah tugas pemimpin komunitas untuk membuat janji-janji lugas yang perlu untuk situasi seperti ini, semuanya secara musyawarah dengan pemimpin regio atau provinsi. Kadang-kadang mungkin juga seorang anggota asosiasi menjadi pegawai di sekolah atau proyek yang dikelolah para frater. Tetapi ini situasi yang luar biasa. Inti keanggotaan asosiasi terletak di bidang yang lain, yaitu
bahwa para anggota asosiasi bersama para frater cmm ingin menanggapi panggilan Injil dan secara khusus ingin memperjuangkan belaskasih dan persaudaraan. Tantangan-tantangan Anggota-anggota asosiasi menjadi anggota penuh persekutuan kita dan mereka mengambil bagian dengan sepenuhnya dalam karisma dan perutusan kita. Jadi kalau keanggotaan asosiasi ingin kita wujudkan lebih lanjut, kita harus menjaga bahwa kita benar-benar membagi bersama. Ini menghadapkan kita pada beberapa tantangan: Pembinaan awal Orang-orang yang merasa dekat dengan kita dan ingin bergabung dengan kita, harus bisa kita tawarkan pembinaan sedemikian rupa sehingga mereka juga bisa hidup berdasarkan spiritualitas belaskasih dan persaudaraan. Dalam hal ini itu berarti bahwa kita harus menawarkan masa perkenalan yang serius dan suatu bentuk pembinaan awal tertentu: siapakah kita ini sebagai frater, apa artinya kalau bergabung dengan persekutuan kita, di mana letak fokus spiritualitas kita dan bagaimana seorang awam bisa memberi wujud kepada suatu keterlibatan religius. Masa perkenalan dan pembinaan awal berlangsung paling sedikit satu tahun: dalam masa
itu calon anggota asosiasi juga berkenalan dengan komunitaskomunitas lain di dalam provinsi. Pembinaan lanjut Di samping itu kita juga harus mengusahakan semacam bentuk pembinaan lanjut untuk para anggota asosiasi yang bergabung dengan kita, dan yang ingin bertumbuh terus dalam kehidupan iman mereka, dan ingin melanjutkan perwujudan keterlibatan mereka. Untuk aspek ini provinsi Belanda masih harus mengembangkan suatu kebijakan. Akseptasi dari pihak para frater Oleh karena keanggotaan asosiasi itu suatu ikatan timbal balik, yaitu dari pihak anggota asosiasi itu sendiri dan dari pihak kongregasi frater cmm, kita juga harus mengusahakan agar semua frater di dalam kongregasi mengenal peluang-peluang yang ada sekitar bentuk keterlibatan yang baru ini, dan menganggap para anggota asosiasi sebagai saudara/saudari mereka. Sudah tentu proses ini memerlukan waktu, dan kita harus menyadari bahwa ada perbedaan dalam penghayatan dan gambaran dari para frater dari negara-negara berbeda di mana kongregasi kita hadir. Mencari anggota baru/merekrut Kita harus memikirkan kebijakan untuk merekrut anggota-anggota asosiasi. Karena sebenarnya banyak
61 t er b uk a un t uk ik atan - ik atan b aru
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
60
sekolah dan proyek-proyek kita, sejumlah besar sukarelawan yang ikut mendukung aktivitas kita, mereka yang kita jumpai dalam gerakan Vinsensian, dan di beberapa tempat juga para imam atau orang religius lainnya. Marilah kita menggunakan peluang yang ada untuk melibatkan mereka ini dalam proyek-proyek belaskasih kita. Dan marilah kita mulai memikirkan dengan cara apa kita bisa memberi pengakuan kepada keterlibatan dan ikatan persahabatan pribadi yang erat, yang timbul karena kita begitu sering membagi dan bekerja bersama. Namun kami berpendapat bahwa di luar Negeri Belanda masih belum waktunya untuk memperkenalkan keanggotaan asosiasi. Sebagai kongregasi kita harus mulai dengan mencari lebih banyak pengalaman dengan bentuk keterikatan yang relatif baru ini, dan harus mengusahakan sosialisasi dan akseptasi yang lebih besar, di dalam maupun di luar kongregasi. Tetapi kita tidak bisa menutup kemungkinan bahwa di masa depan, keanggotaan asosiasi juga akan memegang peran di provinsi-provinsi dan regio-regio lain. Oleh karena itu, untuk pelaksanaan konkret keanggotaan asosiasi di Negeri Belanda, kami memilih bentuk-bentuk yang pada dasarnya juga bisa dijalankan di negara-negara lain, dan yang sejalan dengan ketentuan-ketentuan dari Roma berkenaan dengan ‘hidup kerasulan’.
Pembagian tugas dan pembekalan frater-frater ybs Kita juga harus memikirkan pembagian tugas internal. Saat ini tanggung jawab itu diberikan kepada para pemimpin komunitas dan provinsi, tetapi masih harus dilihat apakah mereka mempunyai cukup waktu dan peluang untuk tugas ini. Untuk menjaga agar kebijakan itu koheren dan mendapat cukup perhatian, sebaiknya para pemimpin komunitas terkait, dalam hal ini bertemu secara teratur dengan dewan pimpinan provinsi dan saling bertukar pengalaman. Kita juga harus mengusahakan agar para pemimpin komunitas cukup dibekali untuk menjalankan tugas mereka
sehubungan dengan para anggota asosiasi. Terbayang bahwa untuk merekrut anggota asosiasi dan pembinaan mereka, kita harus menunjuk orang-orang tertentu dalam persekutuan kita. Di provinsi Belanda kita mempunyai pengalaman baik dengan mengangkat dua orang yang secara khusus terlibat dalam masa perkenalan dan pembinaan awal. Komunikasi Kenyataan bahwa di samping frater kita sekarang juga mempunyai anggota asosiasi, menimbulkan tuntutan-tuntutan baru untuk komunikasi internal kita: karena bukankah kita harus mengusahakan agar para anggota asosiasi menerima informasi dengan cara yang sama seperti para frater. Bentuk-bentuk keterikatan yang lain Kita harus menyadari bahwa di samping keanggotaan asosiasi, masih banyak lagi bentuk-bentuk keterikatan lain. Orang-orang yang ikut melaksanakan perutusan kita dengan cara khas mereka, yang menjadi bagian dari lingkaran sekitar sebuah komunitas, yang mengambil bagian dalam aktivitas-aktivitas di bidang pembinaan atau liturgi, yang ikut dalam Gerakan Belaskasih, dsb. Jadi kita tidak hanya harus mengembangkan kebijakan untuk keanggotaan asosiasi, tetapi juga
harus bisa menerima bentuk-bentuk keterikatan yang lain ini, dan memberikannya peluang untuk tumbuh. Makna untuk kongregasi Kami menyadari bahwa keanggotaan asosiasi ini saat ini hanya berlaku untuk provinsi Belanda. Tetapi di semua tempat komunitas-komunitas frater dihadapkan dengan bentukbentuk keterikatan yang lain: dan di mana-mana ada kesempatan untuk membagi iman dan karya kita dengan orang lain. Dengan tegas kami ingin melanjutkan kebijakan keanggotaan asosiasi dan berusaha menyebarluaskannya ke provinsiprovinsi dan regio-regio lain, sehingga para frater di sana pun terbuka untuk menerima orang yang dengan salah satu cara ingin mengikat diri kepada kita, agar kita boleh melaksanakan apa yang tertera dalam Konstitusi kita: Bersama dengan mereka yang kita jumpai, hendaklah kita bertumbuh menuju perkembangan perikemanusiaan yang sepenuhnya yang dikehendaki Allah. (Konst. i, 220)
orang yang memang selama ini sudah membina hubungan yang erat dengan kongregatie CMM dan yang mempunyai ikatan dengan tiga komunitas yang berbeda di Negeri Belanda. Dari tahun 2006 diadakan pembicaraan-pembicaraan persiapan dengan enam orang lain, yang dengan serius mempertimbangkan untuk menjadi anggota asosiasi. Tahun 2006 dan 2007 telah diselenggarakan beberapa pertemuan dan retret, khususnya untuk para anggota asosiasi. Selain itu yang terutama dipegang adalah prinsip bahwa anggota-anggota asosiasi mengikuti pertemuan-pertemuan provinsi dan komunitas, bersama para frater. Bulan Februari 2008 kita sebagai kongregasi bisa menerima dua orang anggota asosiasi baru dalam kongregatie kita. Jadi sesudah perkembangan-perkembangan ini, kongregasi kita pada waktu kapitel 2008 mempunyai enam orang anggota asosiasi, dan masih ada beberapa calon lagi yang sedang menjalani masa perkenalan dan pembinaan. Pilihan-pilihan bentuk Dewan pimpinan umum dan provinsi Belanda menjalankan kebijakan yang agak hati-hati dengan keanggotaan asosiasi. Kami berpendapat bahwa kami harus mengambil cukup waktu untuk bisa mendapatkan gambaran
yang jelas tentang semua aspek ikatan baru ini, untuk mendapat kejelasan tentang dampaknya, dan bagaimana menawarkan kepada mereka yang berminat, suatu masa perkenalan dan persiapan yang lengkap. Dan lambat laun muncul beberapa pilihan tertentu. Belaskasih dan persaudaraan Anggota-anggota asosiasi mencoba, dengan cara mereka masing-masing, memberi wujud konkret kepada suatu kehidupan penuh belaskasih dan persaudaraan. Sewaktu mereka mengikat diri, mereka berjanji untuk hidup berdasarkan Injil dan mereka menunjukkan bahwa mereka diilhami oleh tradisi para frater sendiri. Mereka tidak mengucapkan kaul, tetapi mengikat diri untuk hidup sebagai orang awam dalam semangat para frater cmm . Membagi dalam perutusan Yang dikatakan di atas ini juga berarti bahwa para anggota asosiasi juga membagi dalam perutusan kongregasi, misalnya dengan bersama para frater ataupun seorang diri, memperjuangkan suatu karya belaskasih atau ikut bekerja dalam sebuah proyek kongregasi. Terikat pada satu komunitas Pada awalnya seorang calon anggota asosiasi terutama mempunyai hubungan dengan satu komunitas.
Pemimpin komunitas ini yang pertama-tama bertanggung jawab untuk membimbing calon anggota ini. Juga menjadi tanggung jawab pemimpin komunitas untuk, sesudah anggota asosiasi masuk, tetap berhubungan dengan dia dan, secara berembuk dengan yang bersangkutan, memberi wujud kepada keanggotaan asosiasi itu. Pemimpin komunitas selalu menjadi orang pertama yang dihubungi seorang anggota asosiasi kalau ia mempunyai pertanyaan. Dimulai dengan ikatan sementara Kami memutuskan untuk, setelah masa pembinaan selama paling sedikit satu tahun, mulai dengan menawarkan ikatan selama tiga tahun. Kami berpendapat bahwa ada baiknya kalau para anggota asosiasi bisa mengikat diri untuk masa yang terbatas, dan setelah itu menilai ulang pilihan mereka dan – itulah yang diharapkan – mau memperbaharuinya. Sesudah itu terbuka kemungkinan untuk suatu ikatan tiga tahun lagi, tetapi bisa juga untuk seumur hidup. Integrasi dalam struktur-struktur yang ada Bukan maksud kami bahwa para anggota asosiasi mendapat bentuk kepemimpinan sendiri, atau membentuk alur sejajar dalam badan kongregasi. Sejauh mungkin yang kami usahakan adalah integrasi dalam
63 t er b uk a un t uk ik atan - ik atan b aru
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
62
sekali orang yang dekat dengan kongregasi, dengan siapa kita membina hubungan. Berapa anggota asosiasi bisa kita terima, dan bimbingan apa yang harus kita tawarkan pada mereka? Apakah kita merekrut mereka dengan terarah ataukah kita menerima mereka yang memintanya? Apakah kita langsung menyapa orang lain dan mengundang mereka untuk mempertimbangkan suatu keanggotaan asosiasi? Adakah orang-orang yang tidak ingin kita undang? Siapa dari antara para frater yang menangani ini semua? Untuk semua ini, dewan-dewan kongregasi kita masih belum mengembangkan kebijakan yang jelas.
Komunikasi intern dan ekstern
Sebuah pokok yang makin menyita perhatian kita adalah kebijakan komunikasi
Untuk bisa memamahi tantangan-tantangan di bidang komunikasi, kiranya membantu untuk membedakan antara komunikasi intern dan ekstern. Komunikasi intern adalah kontak antara mereka yang, dengan cara tertentu, terhitung sebagai anggota kongregasi, artinya: para frater dan anggota luar biasa, dewan-dewan, staf pembantu, para sukarelawan dan pihak-pihak terlibat sekitar komunitas-komunitas kita, di mana saja di dunia ini. Komunikasi ekstern meliputi kontak-kontak kita dengan dunia sekeliling di mana kongregasi kita beroperasi, misalnya di sekolah-sekolah atau organisasi-organisasi dengan mana kita mempunyai ikatan, kelompok-kelompok sasaran dan mitra-mitra proyek, pemerintah duniawi dan gerejawi, paroki-paroki, media massa, publik secara umum, para anggota keluarga, tetangga, dsb. Komunikasi intern maupun ekstern kedua-duanya mempunyai sisi formal dan informal.
kita. Karena bukankah kita ingin saling membagi dan membagi dengan orang lain, apa yang mendorong kita untuk tetap memperjuangkan belaskasih. Kita ingin menggunakan semua kesempatan yang ada untuk dengan demikian memperkuat ikatan persekutuan kita, dan memberi kesaksian tentang panggilan kita. Tetapi bagaimana melakukannya? Bagaimana melakukannya dengan baik? Apakah peluang-peluang kita di dalam sebuah dunia yang berubah dengan begitu
Bahkan walaupun dalam
cepat?
kongregasi kita digunakan berbagai bahasa, kita tetap saling mengenal dalam
Jelas: di jaman sekarang ada banyak cara berkomunikasi yang baru. Dibutuhkan waktu untuk mendapat gambaran jelas bagaimana kita bisa menggunakannya dengan baik, demi mempererat tali persaudaraan lintas dunia kita dan penyebaran misi kita. Media baru apa yang bisa kita pakai sebagai kongregasi? Apa tuntutannya dilihat dari segi infrastruktur dan investasi? Bagaimana harus kita usahakan agar semua frater, dari semua daerah, bisa mengakses media baru tersebut, dan bisa mengembangkan keterampilan untuk menggunakannya? Bagaimana kita menghadapi perbedaanperbedaan dalam komunikasi dan kultur dalam persekutuan kita yang tersebar di begitu banyak negara? Dan dampak apa yang akan timbul dari penggunaan media baru itu untuk alat-alat komunikasi lama, yang sudah kita pakai sejak dahulu, misalnya benda-benda cetakan seperti buletin-buletin berita, majalah dan buku? Bertolak dari pertanyaan-pertanyaan ini, selama kapitel kami mengevaluasi kebijakan komunikasi selama masa bakti yang lalu, dan membahas beberapa penggarisan untuk masa depan. Diskusi selama kapitel terutama berfokus pada beberapa pokok konkret untuk tahuntahun mendatang seperti perbaikan pertukaran berita di dalam kongregasi, penataan situs web yang baru, membuat majalah Fraters cmm lebih internasional dan multibahasa, dan menciptakan corak penampilan khas cmm.
istilah-istilah spiritual kunci seperti belas kasih, persekutuan, kesederhanaan, keramah-tamahan, dst.
Kebijakan komunikasi intern kongregasi ditujukan untuk memupuk kesatuan dan saling keterlibatan, dan memperkuat rasa persatuan lintas dunia kita. Komunikasi intern yang baik akan memungkinkan kita untuk benar-benar saling membagi kehidupan dan bersama-sama membentuk satu persekutuan persaudaraan yang besar. Komunikasi ekstern bertujuan untuk menampakkan kongregasi dan memperkenalkan karya-karya dan proyek-proyek kita, sejauh itu perlu. Komunikasi ekstern juga berarti bahwa kita memberi kesaksian tentang sikap hidup berbelas kasih dan persaudaraan kita, dan memperlihatkan makna hidup bersama kita sebagai frater dalam suatu persekutuan Kristiani. Kalau itu kita sebarluaskan dengan baik, maka ini akan berdampak mengundang dan mendorong orang lain untuk membagi dalam kehidupan dan perutusan kita.
Identitas bersama kita Untuk bisa mencapai komunikasi yang baik, perlu kita sadari bahwa kita punya identitas bersama. Kongregasi lintas dunia kita merupakan palet warna dari komunitaskomunitas yang saling terikat oleh spiritualitas belaskasih dan persaudaraan, oleh cara hidup bersama dan secara khusus: karena bersama-sama memperjuangkan mereka yang langka kesempatan. Memang benar bahwa kehadiran kita di berbagai negara berbeda, namun kita merasakan adanya kesatuan yang kuat dalam sasaran dan pengabdian hidup kita. Kenyataan bahwa dalam pembinaan, kita sudah berpuluhpuluh tahun lamanya memberi banyak perhatian kepada konstitusi bersama dan akar-akar spiritual kita, pasti juga membantu bahwa bagi kita semua, kesatuan itu sangat terasa dan tampak. Bahkan walaupun dalam kongregasi kita digunakan berbagai
65 tampak dan t er ik at : ko munik a s i k i ta
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
64
tampak dan t er ik at : ko munik a s i k i ta
bahasa, kita tetap saling mengenal dalam istilah-istilah spiritual kunci seperti belaskasih, persekutuan, kesederhanaan, keramah-tamahan, dst. Alangkah baiknya andaikata ciri-ciri dari identitas bersama kita tampak jelas dalam komunikasi kongregasi kita.
Kita terutama harus ingin memperkenalkan diri sebagai suatu keluarga lintas dunia, dan bukan sebagai suatu organisasi internasional. Kenyataan bahwa kita menjadi satu keluarga frater yang besar, membedakan cara komunikasi kita dari lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi internasional lainnya, walaupun acap kali kita menggunakan cara-cara dan alat-alat komunikasi yang sama. Kita harus bisa membuat orang mengerti bahwa kita konfrater.
Tantangan-tantangan komunikasi intern kita Kita sadar bahwa komunikasi internal dalam suatu persekutuan yang tersebar di begitu banyak negara dan budaya, sama sekali tidak mudah. Di dalam kapitel kami menyampaikan penghargaan besar kami untuk jerih payah dewan pimpinan umum dalam bidang ini di masa bakti yang baru lalu. Salah seorang anggota dewan diserahi tanggung jawab untuk komunikasi, tetapi sebenarnya semua anggota dewan terlibat erat dalam komunikasi, karena mereka membina hubungan pribadi, memasukkan teksteks dan berita-berita dan karena membuat terjemahan. Juga kunjungan-kunjungan kerja yang dilakukan pemimpin umum dan para anggota dewan, menjadi alat penting untuk tetap memelihara komunikasi. Salah satu aspek mendasar dari kebijakan berkomunikasi kita, adalah bahwa dengan latar belakang internasionalisasi yang semakin gencar, komunikasi resmi kita secara sistematis berlangsung dengan menggunakan tiga bahasa (Inggris, Belanda, Indonesia) dan, kalau dianggap perlu, juga dalam bahasa Portugis, yang terakhir ini dalam musyawarah dengan regio Brasil. Banyak waktu dan tenaga dicurahkan dalam menyusun ‘Berichten’ dalam tiga bahasa, majalah-majalah ‘Ontmoetingen’ (yang kemudian disebut ‘Fraters cmm’) dan ‘Encounters’, terbitan-terbitan dari seri penerbitan kongregasi kita, dan berbagai
Kesulitan-kesulitan yang muncul Walaupun sudah begitu banyak yang ditanamkan dalam bentuk dana dan upaya, masih tetap ada cukup banyak keterbatasan dan kesulitan di bidang ini. Yang ada pertamatama adalah keterbatasan praktis dan kesulitan bahasa. Tidak semua komunitas bisa dihubungi dengan mudah. Bukan saja karena fasilitas internet dan email yang baik kadang-kadang belum bisa direalisir, tetapi juga karena pengiriman surat lewat pos biasa, kadang-kadang terbukti sulit. Dengan akibat bahwa kontak-kontak pribadi tetap penting: melalui telepon dan kunjungan kerja yang teratur: agaknya belum selalu kita bisa memanfaatkan keuntungan-keuntungan yang ditawarkan media baru. Kesulitankesulitan praktis lainnya timbul dari kenyataan bahwa memang kita menggunakan lebih dari satu bahasa. Bahasa Inggris dengan berangsur-angsur berkembang menjadi bahasa pengantar kongregasi, tetapi di samping itu, karena terpaksa, kita masih sering harus menggunakan bahasa lain. Di dalam praktek sebagai kongregasi kita bisa mengatasi situasi ini dengan cukup baik, tetapi kenyataan ini tetap menjadi unsur yang mempersulit komunikasi intern. Di samping itu masih ada perbedaan-perbedaan dalam budaya berkomunikasi yang tidak terelakkan. Kadang-kadang komunikasi berjalan kurang lancar karena ada perbedaan budaya atau karena kita tidak menyadari bahwa lawan bicara kita mempunyai pengharapan-pengharapan tertentu. Misalnya: bagaimana kita bisa mengetahui apakah surat-surat dan email kita sudah diterima dan dibaca? Begitu sering di dalam kongregasi kita terdengar keluhan: kami mencoba untuk menghubungi si anu, tetapi sampai sekarang belum mendapat jawaban, bahkan belum mendapat reaksi bahwa berita itu sudah sampai. Bukankah komunikasi kita sering kali sepihak, dalam arti bahwa kita bisa mengusahakan penawaran informasi, tetapi mengetahui terlampau sedikit tentang penerimaan dan pengolahannya? Sebenarnya untuk semua tingkat kepemimpinan berlaku bahwa kita tidak begitu tahu bagaimana orang
67 tampak dan t er ik at : ko munik a s i k i ta
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
66
Penting bahwa dalam berkomunikasi kita tidak hanya mengungkapkan kesatuan kita, tetapi juga memberi cukup kelonggaran untuk keanekaragaman kita. Kesatuan yang kita perlihatkan, membuat komunikasi kita lebih berdaya. Keanekaragaman yang kita munculkan, memberi gambaran yang lebih berwarna. Kita semua sesama frater, namun semua berbeda. Bagaimanapun juga, kita semua, dengan cara kita masingmasing, dan di tempat kita sendiri-sendiri, mewujudkan panggilan bersama kita untuk berbelaskasih dan bersaudara.
publikasi lainnya. Di samping itu kita telah bekerja keras untuk membuat situs web kongregasi, walaupun di sini ini kita dihadapkan dengan kesulitan-kesulitan dan pukulan-pukulan lain. Di samping itu masih ada tugas-tugas komunikasi dewan dalam arti yang lebih sempit, misalnya korespondensi, dokumen-dokumen kapitel, laporanlaporan rapat, ‘meramaikan’ rapat-rapat internasional, dst. Bagi dewan pimpinan umum, penyelenggaraan semua bentuk komunikasi ini, dalam lebih dari satu bahasa, merupakan upaya yang cukup berat. Dewan merasa beruntung bahwa dalam kalangan sendiri ada cukup banyak tenaga dengan pengetahuan bahasa yang baik, dan yang unggul dalam keterampilan penerjemahan.
Namun dalam pada itu kami menyadari, bahwa komunikasi intern (dan ekstern) kita sangat tergantung kepribadian. Itu berlaku untuk banyak inisiatif dalam bidang komunikasi: sebuah majalah atau rangkaian terbitan berkembang karena satu konfrater memberi perhatian khususnya, tetapi mutunya menurun dan frekuensi penerbitan akan berubah kalau situasi kerja frater terkait berubah dan seorang konfrater lain harus mengambil alih tugas tersebut. Kenyataan bahwa kita sebagai kongregasi yang relatif kecil hanya dengan terbatas bisa menggunakan bantuan profesional, juga memang peran di sini. Ini berarti bahwa kadang-kadang kita memerlukan lebih banyak waktu untuk bisa melaksanakan pembaharuan-pembaharuan, atau mencapai kualitas yang diinginkan. Karena secara intern tidak mempunyai cukup banyak keahlian, kita terpaksa meminta bantuan konsultan ekstern, yang mungkin mengakibatkan timbulnya fragmentasi atau kurangnya kesatuan dalam komunikasi kongregasi kita sebagai keseluruhan. Jadi sebagai kapitel kami menemui bahwa komunikasi intern itu rentan, tetapi kami juga melihat peluang-peluang konkret untuk melangkah maju bersama, dan dengan demikian memperbaiki situasi yang ada. Bagaimanapun juga kami ingin menghimbau para frater dan dewan semua, untuk lebih menyadari pentingnya suatu komunikasi intern yang baik, dan benar-benar memprioritaskannya. Mungkin tidak hanya pada tingkatan dewan pimpinan umum, tetapi juga pada tingkatan provinsi atau regio kita harus memikirkan bentuk-bentuk bantuan profesional. Mungkin membantu juga kalau masing-masing dewan mempunyai portofolio ‘komunikasi’ tersendiri, dan bahwa semua ‘frater komunikasi’ juga bisa saling bertemu di luar jadwal biasa, dan mengembangkan suatu kebijakan bersama.
Oleh sebab itu komunitaskomunitas akan saling memperhatikan yang satu terhadap yang lain. Konst i, 168).
Dalam pertukaran informasi dan pendapat selama kapitel, ternyata pula bahwa masing-masing daerah mempunyai prioritasnya sendiri-sendiri. Di Indonesia sejak dahulu ada budaya majalah. Sekarang ada keinginan kuat untuk lebih berfokus pada perbaikan infrastruktur teknis, sehingga dengan demikian bisa lebih menggencarkan komunikasi melalui internet dan email. Para frater menyadari bahwa penyebaran berita harus diperbaiki. Kenya dan Namibia mengenal budaya lisan yang kuat, dan para frater paling akrab dengan bentuk-bentuk komunikasi lisan. Komunikasi tertulis hanya bisa berhasil kalau tata rupanya menarik. Para frater menyampaikan bahwa keahlian mereka sendiri untuk memperbaiki komunikasi tersebut kurang, jadi prioritas pertama agaknya adalah meningkatkan keterampilan dan mengusahakan agar komunikasi itu menjadi lebih hidup. Di Negeri Belanda tampak bahwa bentuk-bentuk komunikasi tradisional berbentuk majalah dan buku berjalan baik, tetapi bahwa media baru seperti situs web, kurang berkembang. Ada kebutuhan untuk penyebaran berita intern dengan lebih cepat dan presentasi ekstern yang lebih baik, secara khusus untuk kelompok sasaran usia muda. Dalam bidang-bidang lain, peluang para frater untuk mengembangkan komunikasi lebih lanjut, terbatas: oleh karena itu kebijakan yang baik dan efisien dewan pimpinan umum dalam bidang, semakin penting.
Empat pokok kegiatan Komunikasi mencakup beberapa bidang dan oleh karena itu juga berbagai kebutuhan, namun selama kapitel tampak adanya konsensus tentang beberapa pokok kegiatan yang konkret, yang telah diajukan oleh dewan pimpinan yang lama dalam bentuk rencana komunikasi. Pemberitaan Kami ingin lebih menyeragamkan berita-berita intern, dan dalam melakukan itu pokok perhatian pertama adalah menggali lebih banyak berita dari provinsi dan regio; pokok perhatian kedua adalah untuk menggunakan peluang-peluang teknis yang modern dengan sebaik mungkin. Situs web cmm Kami ingin memperbaiki situs web cmm agar tidak hanya menjadi wajah bagus untuk seluruh kongregasi, tetapi juga bisa menjadi cara efektif untuk komunikasi intern.
69 tampak dan t er ik at : ko munik a s i k i ta
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
68
Prioritas-prioritas setiap negara
membaca dan menilai berita dan majalah yang diedarkan, jadi apakah komunikasi kita memang cocok. Dan pada semua tingkatan kita mengalami bahwa saling bertukar berita itu sulit. Salah satu aspek dalam hal ini adalah bahwa biasanya sulit untuk mendapatkan bahan dari regio dan provinsi untuk dimuat dalam buletin berita dan majalah kongregasi. Memang ada beberapa perkecualian, tetapi secara umum bisa dikatakan bahwa bagi banyak frater terasa sulit untuk menyampaikan informasi atau menulis karangan singkat. Kami bertanya-tanya apakah komunikasi kongregasi itu cukup hidup di semua tempat, apakah semua frater mempunyai cukup minat untuk bagian-bagian lain dari kongregasi kita, dan cukup bersedia untuk berbagi dengan para konfrater mereka.
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
70
Frater cmm Kami ingin mengusahakan sebuah majalah internasional untuk para frater. Dewan pimpinan umum, dalam musyawarah dengan dewan-dewan lain, harus meneliti bagaimana sebaiknya melakukannya di dalam praktek: apakah berbentuk satu majalah dengan lebih dari satu bahasa atau berbagai edisi; frekuensi penerbitan majalah tersebut dan bagaimana para frater bisa dilibatkan dalam redaksi dan susunan majalah itu.
per k emb an g an - per k emb an g an dal am k epemimpinan
Penampilan Kita harus mengembangkan suatu wajah bersama yang baru, yang khas cmm, sedemikian rupa sehingga kesatuan kongregasi tampak dengan lebih jelas namun dengan cukup peluang untuk menampakkan wajah masing-masing provinsi dan regio.
Dalam banyak ordo dan kongregasi religius, pengembangan kepemimpinan
Pokok-pokok perhatian lainnya
pemimpin-pemimpin generasi baru, dan pendampingan konkret kalau dewan-
menjadi tema yang menuntut banyak perhatian dari pengurus, karena banyak yang dibutuhkan untuk kepemimpinan yang baik, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Di sini kami tidak hanya berbicara tentang pembinaan dewan tersebut sudah dibentuk. Yang penting juga bahwa pengetahuan dan
Dan akhirnya masih ada aspek-aspek komunikasi lain yang menurut kami membutuhkan perhatian dan pengolahan khusus dari pihak pimpinan.
pengalaman yang sering kali sudah berumur beberapa abad, diturunkan dengan
Kronik-kronik Penting kiranya bahwa komunitas-komunitas tetap menuangkan waktu dan perhatian dalam pengelolaan kronik-kronik, karena ini menjadi sumber sejarah kita, dan juga untuk komunikasi intern (dan ekstern) kita, lintas beberapa generasi.
budaya yang baru. Suatu persyaratan mendasar lain adalah dipupuknya kultur
Media modern Kita dengan tegas harus menggunakan peluang-peluang teknik modern demi pembinaan kita, misalnya dengan membuat dvd berisi bahan gambar dan teks tentang sejarah dan spiritualitas kita. Rencana-rencana komunikasi tersendiri Beberapa pokok membutuhkan pengolahan dalam suatu rencana komunikasi terpisah, misalnya kebijakan panggilan dan penerbitan buku.
baik, dan bahwa identitas kepemimpinan itu bisa ditanam dalam konteks-konteks kepemimpinan yang menghargai unsur lintas budaya persekutuan-persekutuan religius, dan bahwa tumbuh kerja sama yang baik antara para pengelola dengan latar belakang budaya yang saling berbeda. Mengusahakan iklim kepemimpinan yang baik. Sama seperti banyak persekutuan religius lainnya, kongregasi kita ini pun sedang menjalani proses perubahan yang mendalam.
Sama seperti banyak persekutuan religius lainnya, kongregasi kita ini pun sedang menjalani proses perubahan yang mendalam: di negara-negara Barat jumlah para frater berkurang, sedangkan di negara-negara seperti Indonesia, Kenya dan Namibia, persekutuan frater bertumbuh. Sehingga dengan berangsur-angsur titik berat kepemimpinan beralih dari Negeri Belanda dan Belgia ke negara-negara belahan bumi Selatan. Proses perubahan ini membutuhkan bimbingan pimpinan yang hatihati, dan menuntut banyak dari terutama dewan pimpinan umum. Dalam situasi yang kompleks ini, kita harus berusaha agar pemimpin-pemimpin kita cukup dibekali untuk menunaikan tugas mereka, dan bahwa tim pemimpin membina hubungan baik dengan semua provinsi dan regio, melalui perwakilan langsung atau kunjungan-kunjungan yang cukup sering. Tetapi kita juga harus mengusahakan iklim kepemimpinan yang baik, pada tingkatan dewan pimpinan umum maupun pada tingkatan dewan provinsi dan regio. Yang kami maksudkan di sini adalah sebuah iklim di mana para frater bekerja
71
menjadi suatu kenyataan bahwa kita kadang-kadang masih kurang berpengalaman, dan harus belajar dari kesalahan-kesalahan kita. Bagaimanapun juga, kita harus mengusahakan penggiliran teratur pemimpin dalam berbagai fungsi sehingga dengan demikian kita memang bisa mendapatkan kader dengan pengalaman luas, dan masingmasing frater diberikan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman yang bervariasi dalam bidang kepemimpinan.
Profil anggota-anggota dewan pimpinan umum Untuk jelasnya ada baiknya kami berikan gambaran tentang profil yang kami gunakan dalam memilih para anggota dewan pimpinan umum. Dalam pemilihan itu kami antara lain memperhatikan ciri-ciri dan kualitas-kualitas pribadi berikut ini:
Jadi pembicaraan-pembicaraan selama kapitel tidak hanya terbatas pada pertanyaan dewan pimpinan umum mana yang paling cocok untuk masa bakti 2008-2014. Kami juga berpikir secara terbuka tentang perspektif-perspektif kepemimpinan jangka panjang yang terbaik, dan apa yang ingin kita lakukan menuju masa bakti 2014-2020, dan masa-masa sesudah itu. Kami juga mengambil cukup waktu untuk pertanyaan apa yang menjadi ciri suatu kultur kepemimpinan yang baik dalam suatu persekutuan frater, dan bagaimana kita sebagai kongregasi bisa tetap mengusahakannya secara konkret.
Kader untuk kepemimpinan yang luas Kalau kita meneliti luasnya bidang kerja kita, dan tersebarnya persekutuan frater kita di sepuluh negara dan kira-kira 40 komunitas, maka dengan cepat kita bisa menarik konklusi: di dalam kongregasi dibutuhkan kader kepemimpinan yang luas, dan kita harus mengusahakan pengembangan kemampuan untuk memimpin dan keterampilanketerampilan antar budaya yang memadai, untuk sekelompok besar frater. Jadi kita tidak hanya mengusahakan budaya kepemimpinan yang baik pada tingkatan yang tertinggi, yaitu tingkatan dewan pimpinan umum, tetapi juga pada tingkatan dewandewan provinsi dan regio. Dan harus kita sadari bahwa tugas-tugas kepemimpinan yang lain, misalnya sebagai pemimpin overste dan pemegang tanggung jawab untuk pembinaan di novisiat, merupakan tugas-tugas kader yang sangat penting. Membangun kader kepemimpinan yang baik dengan cakupan luas, merupakan proses yang memakan waktu dan yang tidak bisa diselesaikan dalam beberapa tahun saja. Barangkali tidak pernah akan selesai. Sebagai kongregasi, kita harus mengambil waktu untuk proses ini, dan juga memberi waktu kepada dewan-dewan dan pemimpinpemimpin kita secara perorangan, untuk mengembangkan gaya memimpin mereka sendiri dan mengumpulkan pengalaman kepemimpinan yang konkret. Memang
Membangun kader kepemimpinan yang baik dengan cakupan luas, merupakan proses yang memakan waktu dan yang tidak bisa diselesaikan dalam beberapa tahun saja. Barangkali tidak pernah akan selesai.
• • • • • • • • • • • • • • • • •
mencintai kongregasi sebagai keseluruhan menyikapi hidup berdasarkan iman yang sehat berakar dalam spiritualitas kongregasi terarah pada kepentingan kongregasi sebagai keseluruhan bisa bekerja sebagai anggota tim, di bawah pimpinan pemimpin umum bisa berpikir sebagai pemimpin, dan terarah pada masa depan bisa berpikir secara internasional bisa dekat dengan para konfrater secara pribadi mempunyai sikap yang suka melayani sehat secara fisik dan mental komunikatif berpengalaman sebagai pemimpin bermotivasi dan suka bekerja cukup menguasai bahasa Inggris terampil mengungkapkan diri secara lisan maupun tulisan sanggup hidup di budaya yang lain untuk waktu yang lama bisa belajar bahasa Belanda dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, dan bisa menyesuaikan diri dengan masyarakat Belanda.
Di samping itu beberapa anggota dewan masih harus mempunyai beberapa kualitas khusus lainnya: kualitas yang berkaitan dengan fungsi yang mereka emban, misalnya sebagai pemimpin umum dan sekretaris; mungkin juga keahlian di bidang finansial. Untuk dewan sebagai keseluruhan, kesanggupan untuk bersama-sama bisa menguasai berbagai bahasa, merupakan unsur yang penting.
73 per k emb an g an - per k emb an g an dal am k epemimpinan
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
72
sama secara terbuka dan efisien, dengan saling menghargai dan bisa saling berkomunikasi dengan baik, walaupun mereka masing-masing berasal dari budaya yang lain. Termasuk di sini pengetahuan tentang cara bergaul dengan budaya lain antar anggota dewan pimpinan, misalnya bentuk-bentuk perembukan yang lain, prosesproses pengambilan keputusan yang berbeda dan pengertian lain untuk perencanaan, dan bahwa kita senantiasa melatih diri dalam mencari konsensus antar konfrater dan sesama anggota dewan. Yang sangat penting untuk suatu iklim kepemimpinan yang baik adalah, bahwa kita bisa saling percaya, bahwa kita bisa menyimpan informasi yang peka dan bahwa kita tetap saling setia sebagai sesama anggota dewan.
Untuk pemimpin umum di samping itu masih berlaku kualitas-kualitas lainnya:
Makin banyak anggota dewan memiliki bakat-bakat manajer khusus ini, makin kuat dewan pimpinan tersebut. Walaupun banyak frater bisa memenuhi persyaratan yang tertera dalam daftar di atas ini, tak seorang pun yang memenuhi seluruh profil. Itulah antara lain sebabnya mengapa penting bahwa para frater dalam suatu dewan pimpinan, bisa saling melengkapi. Tidak ada dewan yang ideal: tidak ada pemimpin umum yang ideal, dan anggota dewan yang ideal pun tidak ada. Yang penting adalah untuk memilih dewan yang terbaik dengan memperhitungkan situasi kongregasi pada waktu itu, dan di masa depan, dan dengan sdm yang ada. Unsur esensial yang lain adalah, bahwa di dalam dewan terasa ada cukup kebebasan untuk secara terbuka membicarakan kesulitan-kesulitan dan kekurangan-kekurangan yang ada, misalnya tentang hal-hal yang tidak bisa langsung sukses atau hal-hal yang masih ingin atau harus kita kembangkan lebih lanjut.
Sejumlah pengarahan konkret Kami telah membahas budaya kepemimpinan kita secara umum, tetapi juga membuat beberapa pilihan konkret dan mengambil beberapa inisiatif: 1 perwakilan yang terdiri dari frater dari budaya-budaya yang berbeda, pada tingkatan kepemimpinan yang berbeda. Sudah tentu ini terutama berlaku bagi dewan pimpinan umum: kapitel menganggap perlu bahwa paling tidak para frater dari provinsi-provinsi besar Negeri Belanda, Indonesia dan Kenya, duduk di dalam dewan ini. Tetapi di dalam praktek ternyata, bahwa juga pada tingkatan provinsi dan regio, sering kali anggota tim berasal dari berbagai negara. Kami berpendapat bahwa susunan dewan yang majemuk dan representatif, pada prinsipnya baik dan bisa ikut menciptakan suasana saling pengertian dan persaudaraan. 2 perhatian untuk pembangunan tim dan kerja sama dalam dewan-dewan yang ada
Semua frater bertanggung jawab untuk iklim kepemimpinan yang baik Kita membahas dengan agak lebih mendalam profil-profil yang kami gunakan dalam memilih masing-masing pemimpin, dan susunan tim dewan pimpinan umum, karena ini memberi gambaran tentang budaya kepemimpinan kita secara umum. Profil-profil menjelaskan pemimpin macam apa yang kita inginkan, apa yang kita harapkan tentang kerja sama mereka dan bagaimana mereka harus saling melengkapi dan akhirnya bagaimana kita ingin mempersiapkan frater-frater untuk suatu fungsi kepemimpinan. Karena memang suatu kenyataan bahwa banyak dari sifat yang kita sebut dalam profilprofil ini, bisa dikembangkan, misalnya dalam fungsi-fungsi kepemimpinan sebelumnya. Yang terpikir di sini misalnya: bekerja sama dalam tim, bisa berpikir sebagai pemimpin dan secara internasional, mengembangkan keterampilan dalam
Kami menganggap penting sekali bahwa para dewan pada semua tingkatan berfungsi sebagai tim dan bahwa mereka bekerja dalam suasana kemitraan yang baik. Ini bisa tercapai kalau kami membuat pembagian tugas yang jelas, dan tidak pernah melupakan pentingnya team building. Tetapi ini juga berarti bahwa kami harus membekali konfrater kita agar bisa menunaikan tugas mereka secara mandiri. Dan yang sudah tentu juga termasuk di dalamnya adalah diberikannya keleluasaan untuk mengembangkan visinya masing-masing: persekutuan kita menarik manfaat dari suatu diskusi intern yang hidup, sedangkan di lain pihak biasanya kita tidak bisa maju kalau seorang pemimpin suka berjalan sendiri atau menghindari dialog intern.
75 per k emb an g an - per k emb an g an dal am k epemimpinan
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
74
• bisa memimpin sebuah tim • bisa berpikir dan bertindak sebagai pemimpin, baik dalam soal-soal spiritual maupun soal-soal lugas • bisa menjadi pelopor, khususnya dalam mengembangkan inisiatif-inisiatif baru • bisa membedakan antara yang penting dan yang kurang penting • mempunyai bakat-bakat pastoral • mempunyai bakat-bakat manajemen • sanggup menengahi dalam konflik • bisa mendelegasi • bisa bertindak secara ‘mansuete’ dan dengan ‘fortiter’
berbahasa asing, menangani konflik, menangani perbedaan-perbedaan kultur, mengembangkan kualitas-kualitas sebagai manajer, pengetahuan luas tentang kongregasi dan tradisi frater. Dari daftar-daftar itu juga menjadi jelas bahwa budaya kepemimpinan dewan pimpinan umum kita tidak terlepas dari (budaya) dewan-dewan lain dan dari proses-proses kepemimpinan tertentu dalam kongregasi kita, misalnya rapat-rapat internasional dan kapitel. Menurut kami semua frater secara bersama bertanggung jawab untuk suatu iklim kepemimpinan yang baik dan bahwa semua frater yang memegang fungsi kepemimpinan bisa memberikan sumbangannya dalam hal ini.
3 menstimulasi komunikasi antar dewan yang baik
Agaknya ini sesuatu yang lumrah, tetapi di dalam praktek meminta banyak perhatian dan kontinuitas: lagi pula meminta sikap pro aktif dari semua dewan, dan kesadaran tentang mungkin adanya perbedaan-perbedaan kultur dan harapan-harapan yang berbeda dalam komunikasi kepemimpinan. 4 pengembangan kapasitas-kapasitas memimpin para frater fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
76
Untuk pokok ini kami meminta agar perencanaan pertemuan-pertemuan internasional diberikan perhatian khusus: dewan pimpinan umum harus menjadikan pengembangan kepemimpinan ujung tombak dalam kebijakan pembinaan. 5 pengembangan keterampilan-keterampilan antarbudaya dan keterampilan
berbahasa para frater Bagi semua frater kita, dan pasti bagi para pemimpin kita, ini merupakan keterampilan yang penting. Penawaran pengalaman internasional harus dimulai seawal mungkin, begitu pula anjuran untuk mempelajari bahasa-bahasa asing: pertama-tama bahasa Inggris tetapi kadang-kadang juga bahasa kongregasi lainnya. Di mana pokok 4 dan 5 meminta suatu program pembinaan yang konkret dan ber-kesinambung-an, pokok 1-3 juga menarik manfaat dari bimbingan yang jelas dan terarah oleh ahli-ahli ekstern. Kami sadar bahwa tidak mudah untuk menemukan di semua negara di mana kita hadir, orang-orang yang bisa memberikan bimbingan ini. Paling sedikit pembinaan, coaching dan pendampingan para pemimpin harus menjadi pokok perhatian dewan pimpinan umum sewaktu mengadakan kunjungan kerja mereka.
Kepemimpinan spiritual Akhirnya: menurut kami penting kiranya bahwa para konfrater kita mengembangkan kapasitas kepemimpinan mereka, tetapi sekaligus kami ingin meminta perhatian bahwa cara kepemimpinan itu harus sejalan dengan cara hidup religius kita. Dengan kata lain: kami tidak mengharapkan para frater akan menjadi manajer yang sukses, tetapi lebih bahwa mereka bisa tumbuh menjadi orang-orang religius yang ramah dan penuh perhatian yang membimbing sesama frater dalam suasana persaudaraan, dan bahwa mereka berbakti kepada persekutuan mereka dengan setia dan jujur dan bisa dipercaya. Ingin kami garis bawahi di sini bahwa contoh-contoh bisa ditemui dalam Injil dan dalam tradisi Vinsensian, dan oleh karena itu kami menganggap sangat penting sikap kepemimpinan yang mengabdi, kepemimpinan yang mengilhami dan kepemimpinan yang berbelaskasih. Kami sadar bahwa dalam hal kita bisa
Cara kepemimpinan itu harus sejalan dengan cara hidup religius kita. Dengan kata lain: kami tidak mengharapkan para frater akan menjadi manajer yang sukses, tetapi lebih bahwa mereka bisa tumbuh menjadi orang-orang religius yang ramah dan penuh perhatian yang membimbing sesama frater mereka dalam suasana persaudaraan, dan bahwa mereka berbakti kepada persekutuan mereka dengan setia dan jujur dan bisa dipercaya.
77 per k emb an g an - per k emb an g an dal am k epemimpinan
memancarkan sedikit dari spiritualitas CMM kita, dari gaya memimpin kita, dan cara kita saling bergaul, yang dalam banyak hal berbeda dari dunia sekitar kita. Dengan berubahnya konstelasi kongregasi kita, kesatuan itu sendiri juga berubah bentuk. Kita percaya akan tradisi bhineka tunggal ika dan menggaris bawahi bahwa kesatuan itu sesuatu yang berharga dalam suatu kongregasi frater. Dewan pimpinan umum periode 2002-2008 terutama mengangkat kesatuan dan saling keterikatan ini. Kami sebagai kapitel mengutarakan keinginan semoga dewan periode 2008-2014 akan melanjutkan kebijakan ini, dan semoga kebijakan internasionalisasi kita bisa diberi isi sedemikian rupa sehingga tetap bisa menekankan persaudaraan universal.
kekayaan itu bisa dikelola dengan lebih aman dan efisien, sehingga dengan demikian kita bisa dengan lebih baik menerapkan misi bersama kita. Hanya dengan cara ini kita sebagai persekutuan cmm bisa menjalankan kebijakan keuangan yang struktural, dan mengembangkan perutusan internasional kita. Hanya dengan cara ini kita bisa mengembangkan aneka ragam aktivitas dan dalam melakukan itu, memetik rendemen tertinggi dari dana yang tersedia.
Perlu kiranya suatu kapitel umum juga membicarakan soal-soal finansial. Bukan
Keseimbangan yang tepat dalam kebijakan sentral dan tidak sentral
saja untuk mengevaluasi kebijakan masa bakti yang lalu, tetapi juga untuk menawarkan suatu kerangka untuk kebijakan perutusan dan hidup persekutuan kita.
Saling solider dan solider dengan orang yang menderita. Pertama-tama, berdasarkan laporan keuangan untuk periode 2002 sampai dengan 2007, kami telah mendapat gambaran tentang harta kekayaan kongregasi, penggunaan dana dan pembagiannya kepada provinsi dan regio. Kapitel berpegang pada pendapat komisi finansial yang memberi evaluasi yang jelas dan realistis, dan dengan resmi mengukuhkan kebijakan yang dijalankan untuk periode 2002 sampai dengan 2007.
Kedua bentuk solidaritas tersebut, saling membagi dan membagi dengan mereka yang menderita, menurut kami esensial untuk suatu persekutuan religius, dan semoga untuk ke depan pun
Kapitel mengamati dengan rasa syukur, bahwa dalam bidang finansial pun tampak solidaritas yang kuat antara komunitas, regio dan provinsi kongregasi. Kami gembira melihat bahwa persatuan harta juga berarti bahwa kita bersedia membagi dengan sesama manusia yang menderita. Kedua bentuk solidaritas tersebut, saling membagi dan membagi dengan mereka yang menderita, menurut kami esensial untuk suatu persekutuan religius, dan semoga untuk ke depan pun solidaritas itu tetap menjadi inti kebijakan kita.
Pembangunan perutusan lintas dunia Kriteria penting lainnya dalam menilai kebijakan keuangan kita adalah pertanyaan apakah ia sesuai dengan tujuan kongregasi kita: apakah dana yang ada digunakan sesuai dengan perutusan yang ditugaskan kepada kita? Di masa lampau kita memilih untuk tetap mengelola harta kekayaan kongregasi secara terpusat dan tidak membaginya atau memindahkannya ke negara-negara di mana kita aktif. Salah satu alasan penting untuk hal ini, dan yang masih tetap berlaku adalah, bahwa dengan demikian harta
solidaritas itu tetap menjadi inti kebijakan kita.
Tetapi akibat dari pilihan ini adalah bahwa kebanyakan provinsi dan regio secara finansial berada dalam posisi yang sangat tergantung: mereka hanya dengan terbatas bisa menjalankan kebijakan sendiri, dan untuk investasi dalam misalnya bangunan, proyek, staf pembantu dan pelatihan – dan sebagian juga untuk biaya hidup – mereka tergantung kepada dana yang bisa disediakan oleh dewan pimpinan umum. Kapitel berpendapat bahwa kebijakan finansial terpusat itu harus diteruskan dalam masa bakti berikut, namun bahwa dewan pimpinan umum tetap harus berembuk dengan baik bersama dewan-dewan provinsi dan regio tentang kebutuhan-kebutuhan yang ada. Kami anggap penting bahwa juga ada peluang finansial bagi provinsi dan regio yang ‘tergantung’ untuk mengembangkan inisiatif sendiri. Dewan pimpinan umum bisa misalnya, setiap tahun memberitahukan bagian mana dari dana boleh digunakan oleh dewan-dewan provinsi dan regio untuk kebijakannya sendiri. Keuntungan dari peluang finansial tertentu adalah, bahwa kebijakan itu bisa dijalankan dengan cepat dan tepat, dan bahwa dewan-dewan provinsi dan regio pun bisa mengembangkan pengalaman mereka dalam bidang finansial yang diperlukan.
Neraca pengeluaran dan pemasukan untuk seluruh kongregasi Pilihan untuk suatu kebijakan keuangan sentral tidak terlepas dari dua garis kebijakan yang lain: pertama bahwa melalui membangun proyek-proyek sendiri, provinsi dan regio ingin meletakkan dasar untuk kemandirian finansial mereka di masa depan; kedua bahwa sudah dari sekarang pun kita harus mengusahakan keseimbangan sebaik mungkin dalam situasi keuangan masing-masing provinsi dan regio kita. Kapitel menghimbau agar investasi dalam proyek-proyek perutusan provinsi dan regio kita dilanjutkan, dengan sedemikian rupa sehingga dalam jangka panjang akan menghasilkan pendapatan dan merupakan dasar untuk suatu kemandirian yang lebih besar dalam daerah-daerah tersebut. Kami mendukung kenyataan bahwa dalam tahuntahun terakhir ini, telah ada cukup banyak investasi dalam proyek-proyek regio dan
79 r an g k a finans ial un t uk peru t us an dan hid up per s ek u t uan k i ta
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
78
r an g k a finans ial un t uk peru t us an dan hid up per s ek u t uan k i ta
provinsi: bukankah banyak yang telah kita bangun dan banyak misi baru yang didirikan di Indonesia, Kenya, Namibia dan Negeri Belanda.
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
80
Tetapi kami juga menyaksikan dengan rasa khawatir, bahwa di dalam kebanyakan regio dan provinsi tidak ada pengeluaran dan pemasukan yang berimbang, dan bahwa kebijakan untuk mencapai keseimbangan ini, kurang. Kami sadar bahwa kemandirian finansial tidak pernah akan mungkin untuk negara-negara tertentu, dan bahwa provinsi-provinsi muda saat ini tidak sanggup menghasilkan pemasukan yang memadai, selama masih banyak frater yang studi. Dan kami juga menyadari bahwa untuk provinsi dan regio dengan banyak frater lanjut usia, beban untuk perawatan dan dana hari tua mereka relatif berat. Tetapi walaupun demikian, provinsi dan regio harus tetap sadar akan tanggung jawab mereka terhadap seluruh kongregasi, dan bahwa untuk tahun-tahun mendatang kami harapkah suatu kebijakan keuangan yang hati-hati dan realistis, yang ditandai oleh pemasukan dan pengeluaran yang terkontrol, oleh pengendalian biaya dan pencaharian sumber-sumber pemasukan baru yang struktural. Yang harus dijadikan sasaran kebijakan adalah bahwa antara 2008 dan 2014 setiap provinsi dan regio harus bisa mencukupi kehidupan para frater sendiri, atau paling sedikit sejauh ini mungkin. Itu tidak hanya suatu langkah yang memang boleh diharapkan dalam proses kemandirian, tetapi juga suatu persyaratan mutlak melihat peluang-peluang finansial kita, dan perkembangan-perkembangan ekonomi global.
Hidup dan berkarya dengan gaya Injili Telah kita kupas panjang lebar betapa pentingnya untuk sukses misi dan karya kita, bahwa kita sebagai frater mengejar kehidupan Injili yang bisa dipercaya. Ini berarti bahwa kita hidup dan bekerja secara sederhana, sebanyak mungkin membagi dengan orang lain dan menggunakan sebanyak mungkin dana untuk karya-karya kasih kita. Kami berpendapat bahwa ini harus tampak dari rumah-rumah dan misalnya juga kendaraan kita, bagaimana kita menggunakan teknik, dan standar kehidupan kita secara umum. Secara khusus di daerah-daerah di mana ada banyak kemiskinan, kita jangan mengecilkan hati orang yang hidup di sekitar kita karena kemewahan yang tidak perlu. Kapitel meminta dewan pimpinan umum untuk pada setiap kunjungan kerja mengevaluasi bagaimana sebuah provinsi atau regio menghayati kemiskinan Injilinya. Dan kami juga ingin agar masing-masing pemimpin provinsi dan regio setiap tahun menilai taraf keadilan sosial proyek-proyek kita, agar kita betul-betul menggumuli pertanyaan: bagaimana orang-orang miskin terlibat dalam berbagai proyek cmm?
Penting kiranya untuk sukses misi dan karya kita, bahwa kita sebagai frater mengejar kehidupan berdasarkan Injil yang bisa dipercaya. Ini berarti bahwa kita hidup dan bekerja secara sederhana, membagi dengan orang lain sebanyak mungkin dan menggunakan sebanyak mungkin untuk karya-karya kasih.
Manajemen yang efektif
Anjuran-anjuran lain Kapitel umum sekali lagi menetapkan bahwa biaya-biaya dewan pimpinan umum dan biaya untuk kongregasi sebagai keseluruhan, akan diambil dari dana umum kongregasi. Kapitel meminta dewan pimpinan umum untuk memberi gambaran yang mudah dimengerti tentang biaya-biaya dewan pimpinan umum itu sendiri. Kapitel meminta dewan pimpinan umum untuk tetap mencari seorang ekonom umum, dan kalau perlu mendidik seseorang menjadi ekonom umum. Sementara itu ekonom umum yang sekarang ini, yang ingin meletakkan jabatannya karena faktor usia, diminta untuk terus bertugas selama maksimal tiga tahun lagi. Kapitel meminta perhatian untuk, melihat identitas kongregasi kita, berinvestasi secara etis serta bisa dipertanggungjawabkan di depan masyarakat. Kapitel meminta untuk melanjutkan kebijakan ‘membagi dengan pihak ketiga’ dengan lapang dada, dengan sebanyak mungkin. Namun kita harus menyadari bahwa kita, melihat situasi finansial kongregasi kita yang sekarang telah berubah, tidak mempunyai sebanyak peluang seperti dahulu. Ini antara lain berarti bahwa kebijakan ‘block grants’ yang dijalankan pada tahun-tahun yang lalu, harus ditinjau kembali. Kapitel menyadari bahwa untuk sebagian besar solidaritas kita sudah tampak dalam dukungan untuk proyek-proyek sendiri demi mereka yang miskin dan kurang punya. Kebijakan baru ‘membagi dengan pihak ketiga’, bisa terlaksana secara konkret berdasarkan perembukan antara dewan pimpinan umum dan dewan-dewan provinsi dan regio. Kapitel meminta perhatian untuk pengadaan dana pensiun dan hari tua yang memadai untuk para frater dan karyawan yang bekerja di proyek-proyek para frater, di semua
85 r an g k a finans ial un t uk peru t us an dan hid up per s ek u t uan k i ta
Di samping itu kami juga ingin menggaris bawahi pentingnya suatu manajemen yang efektif. Kami meminta agar semua provinsi dan regio di masa depan, bersama dengan laporan keuangan tahunan mereka, memasukkan laporan-laporan terpisah yang rinci tentang proyek-proyek yang besar. Yang dimaksud di sini bukan laporan yang sangat panjang lebar, tetapi dokumen-dokumen yang bisa memberi dewan pimpinan umum gambaran jelas tentang situasi untung/rugi, posisi para frater terkait dan perspektif finansialnya ke depan.
pemb ina an menjad i s e o r an g fr at er b er b el a s k a s ih
daerah kongregasi. Di daerah-daerah di mana pengadaan seperti ini belum ada, harus dikembangkan kebijakan untuknya. Kapitel meminta dewan pimpinan umum untuk, dalam mengerahkan dana yang tersedia, memperhatikan agar harta benda kongregasi bisa bertahan pada tingkat yang memberikan kita cukup kelonggaran untuk berusaha dan untuk kegiatan-kegiatan pembinaan kita, pengadaan hari tua dan cadangan untuk situasi darurat.
86 fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
Bagi semua persekutuan religius, baik yang aktif maupun yang kontemplatif, pembinaan lanjut terkait intrinsik dengan pentasbihan religius. Sehingga pembinaan tidak terbatas pada fase pertama kehidupan religius. Oleh karena keterbatasan-keterbatasan manusiawi, seorang religius tidak pernah bisa berkata bahwa ia berhasil untuk mewujudkan diri menjadi ‘manusia baru’ secara sempurna, yang dalam segala hal dan untuk seluruhnya, hidup dalam semangat Kristus. Sehingga pembinaan awal harus dilanjutkan dengan pembinaan lanjut untuk menjaga agar kita semua bersedia untuk dalam setiap hari kehidupan, mendapat pembinaan lanjut. Jadi penting sekali bahwa persekutuan-persekutuan religius menjalankan dan mengembangkan pembinaan lanjut mereka, dan memberikan uraian sistematis dalam program pembinaan mereka tentang apa kutipan, Vita Consecrata, 69
Tetapi sekaligus menjadi
yang mereka harapkan dari pembinaan lanjut itu. Belajar seumur hidup
sesuatu yang khas dari kehidupan religius bahwa kita tidak pernah merasa tidak usah belajar lagi dan senantiasa boleh menemukan di dalam kehidupan kita, pokok-pokok yang harus diperbaiki, diperdalam, diperbaharui dan disempurnakan, seperti diungkapkan dalam kutipan di atas ini, yang dipetik dari imbauan Paus, Vita consecrata.
Untuk banyak pokok yang kami bahas selama kapitel, kami menyadari: ini harus lebih kita perhatikan, pembinaan kita. Ketika kami membicarakan perutusan kita, kami menyadari betul-betul bahwa kita harus berani berinvestasi lebih banyak dalam pendidikan profesional dan pembekalan/peningkatan keahlian para konfrater kita, sehingga mereka lebih berpeluang dalam karya-karya mereka dan bisa mengembangkan diri sepenuhnya. Selama diskusi-diskusi tentang internasionalisasi, kami kemukakan bahwa adalah esensial bagi para frater untuk belajar bahasa asing, mendapat pengalaman luar negeri dan mengembangkan keterampilan-keterampilan antarbudaya. Percakapan-percakapan tentang pendalaman dan penurunan spiritualitas kita, menghasilkan suatu daftar terperinci tentang inisiatif-inisiatif dalam bidang studi dan pembinaan. Kami ingin agar semua frater berpartisipasi dalam pendalaman struktural pengetahuan injili mereka, dan dalam sebuah studi tentang latar belakang spiritualitas Vinsensian kita, dan juga bahwa mereka mempunyai pengetahuan pribadi, berdasarkan
87
pr ay er gener al chapter 2008
As we convene the General Chapter enkindle in us the fire of the Holy Spirit; so that this will be a period of grace for our worldwide brotherhood and benefit the Church and the world. May the Chapter renew in all of us the openness to carefully listen to each other, and to the follow Jesus with love and fidelity, and thus build up your Kingdom of Mercy and Brotherhood. We trustingly ask you this through Mary, our Mother of Mercy, and Jesus, our Merciful Brother. Amen
cmm Community Nakuru, Kenia
Pembinaan awal dan lanjutan Jadi kalau kami berbicara tentang pembinaan, maka yang kami maksud bukan saja pembinaan awal tetapi juga, dan malah secara khusus, cara bagaimana memberi wujud kepada pembinaan lanjut. Mungkin sudah banyak yang disampaikan dalam masa postulat atau novisiat, atau dalam program pembinaan untuk mereka yang berkaul sementara, tetapi mungkin sekali kita membutuhkan lebih banyak waktu untuk betulbetul meresapinya. Pembinaan menjadi frater yang berbelas kasih menuntut pelatihan jangka panjang. Di dalam kapitel kami kemukakan bahwa untuk perasaan kami, pembinaan awal mutunya cukup, walaupun di sana sini masih pasti ada yang perlu disempurnakan. Yang paling penting sekarang adalah bahwa kita menangani pembinaan lanjut, melalui suatu program yang kualitatif baik, yang berkesinambungan dan yang bisa diikuti orang banyak, sehingga sebanyak mungkin konfrater bisa mengikutinya. Dan sebenarnya berlaku untuk semua negara di mana kita hadir, dan untuk semua generasi dalam persekutuan kita, bahwa ada kebutuhan besar untuk pembinaan lanjut: di bidang spiritualitas, tetapi juga di bidang-bidang lain. Kami bisa saja mengambil inisiatif-inisiatif yang konkret untuknya, tetapi yang mungkin lebih penting lagi adalah bahwa kami mengusahakan suatu iklim yang baik untuk studi dan pembinaan pribadi, keterbukaan dan saling pertukaran. Dari sejak dahulu kita membedakan antara sarana-sarana biasa dan luar biasa. Sarana-sarana luar biasa misalnya bisa berupa: suatu program pembinaan internasional untuk sejumlah frater, sebuah program studi untuk kepemimpinan, pengembangan rumah studi untuk spiritualitas Vinsensian dan sebuah summer school tentang spiritualitas dan identifikasi spesifik kongregasi kita. Tetapi semua sarana-sarana luar biasa tidak akan berguna tanpa inisiatif-inisiatif pembinaan yang biasa dan struktural, misalnya retret dan hari-
89 pemb ina an menjad i s e o r an g fr at er b er b el a s k a s ih
Loving Father, with your grace the Brothers cmm were founded to serve our brothers and sisters in need, after the example of our Son Jesus, under the protection of Mary and Vincent de Paul.
pengalaman sadar sendiri tentang sejarah dan identitas cmm. Sama pula ketika kami membicarakan kader kepemimpinan kita: kami katakan bahwa pengembangan kepemimpinan dalam bentuk anggota-anggota dewan, pemimpin-pemimpin pembinaan dan komunitas, akan dijadikan salah satu ujung tombak dalam kebijakan kita untuk periode mendatang. Memang menjadi ciri khas bahwa suatu kongregasi seperti kita, dengan tradisi kuat dalam bidang pendidikan, melihat dunia dan juga organisasi sendiri melalui kaca mata pendidikan dan pembinaan. Tetapi sekaligus menjadi sesuatu yang khas dari kehidupan religius bahwa kita tidak pernah merasa tidak usah belajar lagi dan senantiasa boleh menemukan di dalam kehidupan kita, pokok-pokok yang harus diperbaiki, diperdalam, diperbaharui dan disempurnakan, seperti diungkapkan dalam kutipan di atas ini, yang dipetik dari imbauan Paus, Vita consecrata.
hari studi biasa. Ini berarti bahwa kita juga harus tetap mengusahakan suatu budaya membaca yang baik, dan suasana terbuka untuk studi dan pendalaman dalam komunitas-komunitas kita.
yang berbeda, tampak pula banyak persamaan. Laporan dewan pimpinan umum tahun 2002-2008 menyampaikan daftar berikut ini:
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
90
Seperti telah dikatakan, pembinaan awal kita harus berkualitas baik, yang berarti bahwa kita harus mengerahkan tenaga-tenaga terbaik kita untuk postulat dan novisiat. Program-program pembinaan kita saat ini, yang kebanyakan memakan waktu tiga tahun, yaitu satu tahun postulat dan dua tahun novisiat, sudah memberi kerangka yang jelas. Kita bisa meniru good practice persekutuan-persekutuan religius lainnya, jadi marilah kita tidak menjalankan pembinaan terpisah, melainkan di mana mungkin bersama dengan kelompok-kelompok lain yang sehaluan. Dalam beberapa hal kita menjalankan novisiat bersama (misalnya di Kenya dan Namibia), dan di dalam praktek ternyata bahwa kerja sama seperti itu berjalan baik. Selanjutnya kami mengira bahwa pertukaran antar novisiat secara internasional (misalnya antara Indonesia dan Kenya) akan memenuhi sebagian dari kebutuhan yang ada,walaupun ada beberapa aspek yang harus dipikirkan lebih lanjut, misalnya tentang jumlah frater muda yang bisa kami tawarkan pengalaman ini, kursus bahasa yang harus ditawarkan sebagai persiapan, bahwa mereka mempunyai hak untuk mendapatkan bimbingan selama masa pertukaran itu, dan penampungan sesudah masa pertama dalam suatu budaya yang lain, yang sering kali intensif . Dalam persekutuan kita yang internasional ini, kita harus secepatnya mulai menawarkan pengalaman internasional dan mengembangkan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk hal ini. Dalam masa bakti yang lalu misalnya, program pertukaran untuk para novis tahun ke-2, ternyata menghasilkan. Kapitel ingin sekali melanjutkan program tersebut, tetapi kami mendiskusikan waktu yang tepat untuknya. Ada yang lebih suka menjalankan pertukaran ini sesudah masa novisiat, tetapi segi minusnya adalah bahwa pada saat itu banyak frater sedang sibuk dengan pendidikan lain dan kurang ada kesempatan untuk inisiatif pembinaan seperti ini, yang meliputi seluruh kehidupan kongregasi. Bagaimanapun juga, kapitel mendesak agar diadakannya koordinasi yang baik pada tingkatan dewan pimpinan umum dan dewan-dewan provinsi terkait, agar masa-masa magang dan inisiatif-inisiatif pembinaan internasional ini bisa disempurnakan lebih lanjut.
Pokok-pokok perhatian dalam pembinaan dasar Tentang unsur-unsur suatu pembinaan dasar, sebenarnya ada kesepakatan yang cukup luas. Walaupun memang ada tekanan-tekanan yang berbeda dalam daerah-daerah
Seperti telah dikatakan, pembinaan awal kita harus berkualitas baik, yang berarti bahwa kita harus mengerahkan tenaga-tenaga terbaik kita untuk postulat dan novisiat.
Tetapi untuk banyak dari pokok-pokok di atas ini dibutuhkan waktu lebih dari dua tahun, sehingga bisa dikatakan bahwa sesudah masa novisiat pokok-pokok ini juga diperhatikan dalam pembinaan para frater berkaul sementara, yang biasanya berlangsung selama lima tahun. Pembinaan dasar bukan hanya pendidikan intern salah satu provinsi atau regio, melainkan kalau bisa harus mencoba bergabung dengan inisiatif bersama yang diselenggarakan untuk para postulan, novis dan mereka yang berkaul sementara. Di negara-negara di mana kita
Pembinaan profesional
aktif, tuntutan pemerintah semakin tinggi, dan kita sendiri pun juga berupaya untuk meningkatkan profesionalitas dalam pekerjaan kita.
Dalam bab tentang karya dan perutusan kita, sudah kami angkat bahwa kami ingin tetap memprioritaskan pendidikan-pendidikan kejuruan dan pengembangan keterampilan-keterampilan profesional umum. Di negara-negara di mana kita aktif, tuntutan pemerintah semakin tinggi, dan kita sendiri pun juga berupaya untuk meningkatkan profesionalitas dalam pekerjaan kita. Yang tetap menjadi pokok-pokok perhatian adalah: pendidikan apa yang dipilih untuk para pemuda kita; sertifikasi, yang sebaiknya mendapat pengakuan internasional; kemungkinan untuk menuntut
91 pemb ina an menjad i s e o r an g fr at er b er b el a s k a s ih
• pendalaman motivasi dari suatu panggilan religius dan menjadi akrab dengan kaul dan beberapa pengertian inti kehidupan religius • mengembangkan suatu hubungan pribadi dengan Allah dan pendalaman kehidupan spiritual, antara lain dengan doa, lagu dan pemahaman Alkitab • mengusahakan agar masyarakat merasa betah di gereja dan mendapat informasi tentang gereja dan sejarah gereja • berkenalan dengan identitas khas cmm (konstitusi, sejarah, spiritualitas, cara kita berkarya dan berkomunitas) • mempelajari cita-cita belas kasih, dengan membagi dalam karya dan perutusan kita berkenalan dengan cita-cita persaudaraan melalui hidup bersama dalam salah satu komunitas kita • mengusahakan pengembangan diri sendiri dan pengembangan hubungan-hubungan sosial (a.l. melalui sebuah introduksi dalam ilmu pengetahuan sosial) • berusaha untuk meningkatkan beberapa keterampilan pribadi seperti membaca dan menulis, berbicara dan mendengarkan, kemahiran berbahasa Inggris • belajar bagaimana harus bergaul dengan suatu bentuk pendampingan pribadi dan rohani
Pembinaan dasar yang baik
pendidikan lanjutan untuk spesialisasi. Menurut kami baik kiranya kalau dewan pimpinan umum dan dewan-dewan provinsi berembuk tentang rencana pendidikan para pemuda kita, dan bahwa hasilnya dicantumkan dalam sebuah formation plan yang digodok bersama. Kita harus menyadari juga, bahwa masa-masa studi itu rentan dan bahwa kita, selain studi, juga harus memberi perhatian struktural pada pembinaan dan pendampingan spiritual.
Pembinaan lanjutan
Ada juga frater yang tidak menyadari pentingnya bimbingan rohani tersebut. Di beberapa daerah, mencari seorang pembimbing rohani menjadi problem.
Sudah kami katakan bahwa dalam komunitas-komunitas kita, pembinaan lanjut kurang dikembangkan. Sesudah pembinaan awal dan beberapa tahun untuk studi, kita sibuk dengan karya kita, begitu sibuk sehingga sering kali hanya tersisa sedikit waktu dan energi saja untuk pembinaan lanjut. Tetapi toh tetap penting, bahwa sebagai orang religius kita senantiasa mengembangkan diri dan mencari kesempatan untuk pendalaman lebih lanjut kehidupan kita. Bagaimanakah kita bisa mengatur pembinaan lanjut sedemikian rupa sehingga bisa disisipkan dalam agenda-agenda kita yang sering kali sudah meluap itu? Apa yang bisa kita lakukan untuk menciptakan iklim studi yang baik? Apakah pembinaan lanjut itu juga bisa kita jadikan suatu aktivitas yang memberi sumbangan untuk kehidupan berkomunitas kita, yang memberi kita peluang untuk mempererat ikatan dengan para konfrater kita? Apakah di tempat-tempat di mana kita berkarya, kita mempunyai cukup kemungkinan untuk menawarkan suatu program pembinaan yang bermutu? Apa yang menjadi prioritas dalam program pembinaan lanjut ini? Di dalam kapitel kami menemukan, bahwa untuk banyak dari pertanyaan ini tidak tersedia jawaban yang jelas, bahwa peluang-peluang yang ada lebih terbatas daripada yang kita harapkan, dan bahwa oleh karena itu pembinaan lanjut sering kali kurang bermutu. Dan dampak negatifnya terasa pada semua tingkatan. Kami bisa menunjukkan berbagai kelompok frater yang sungguh bisa memanfaatkan suatu tawaran pembinaan intern yang lebih luas, seperti misalnya: para frater muda dalam masa hidup sesudah kaul kekal; para frater dalam kelompok usia menengah dari 40-45 tahun, yang sering kali dihadapkan kepada persoalan-persoalan hidup yang baru dan perspektif profesional yang lain, frater-frater dalam kelompok usia 60-70 tahun yang mendekati akhir masa kerjanya. Pembinaan lanjut bisa menjadi instrumen yang mengikat: marilah kita mencari kerja sama sebanyak mungkin, baik dengan para frater di daerah-daerah yang lain, dengan para suster dan persekutuan-persekutuan religius maupun begitu banyak orang awam yang kita jumpai di dalam dan sekitar persekutuanpersekutuan kita. Membagi program-program pembinaan dan orang lain menstimulasi, dan membuka kesempatan untuk menciptakan ikatan-ikatan baru.
Bimbingan rohani berkaitan erat dengan pembinaan lanjut: tidak semua yang dibutuhkan dari pembinaan bisa ditawarkan dalam pelatihan, di beberapa bidang kita bisa berkembang lebih baik melalui pembicaraan berkala dengan seorang pembimbing rohani. Selama kapitel kami mendengar bahwa di banyak tempat di kongregasi ada kebutuhan akan bimbingan rohani yang baik. Di beberapa daerah, mencari seorang pembimbing rohani menjadi problem. Ada juga frater yang tidak menyadari pentingnya bimbingan rohani tersebut. Dan kami juga menyadari bahwa untuk beberapa tempat bimbingan rohani itu tidak mungkin diberikan. Tidak setiap imam atau suster cocok untuk menjadi pembimbing rohani. Kami sadar bahwa kita sebagai kongregasi membutuhkan waktu untuk membangun sebuah jaringan pembimbing rohani yang memadai. Kapitel para dewan untuk memperhatikan pokok ini, dan mengembangkan kebijakan untuknya.
Masa-masa Sabat
Dan kami memang merasa penting sekali bahwa para frater yang duduk dalam posisi kader – yang sering kali merupakan suatu ‘lonely job’ – diberi bantuan dengan lebih sistematis.
Di dalam rangka pembinaan lanjut, kami juga mengupas tuntas kebijakan untuk masamasa Sabat, yaitu suatu masa di mana orang bisa, untuk waktu yang agak lama, misalnya beberapa bulan, menarik diri dari pekerjaan dan menggunakan waktu itu untuk pembinaan, pendidikan atau istirahat (vacare deo). Kapitel melihat bahwa sebagai kongregasi kita tidak mempunyai kebijakan yang jelas untuk hal ini, dan berpendapat bahwa konsep Sabat masih kurang dikenal orang. Di dalam kongregasi kita memang ada frater-frater yang mengambil masa Sabat, misalnya menyusul suatu masa bakti yang sibuk. Tetapi di dalam praktek ternyata bahwa sering kali tidak ada waktu untuk Sabat, atau para frater berpikir bahwa masa Sabat itu hanya bisa diambil kalau ada keluhan-keluhan fisik atau mental. Selama kapitel kami juga mendengar kesaksian-kesaksian bahwa mengambil jarak sebentar dari pekerjaan dan pola hidup tetap, dan selama waktu bebas itu mendalami salah satu aspek kehidupan kita, bisa membuahkan banyak hasil. Kami ingin mengajak dewan-dewan untuk membuat kebijakan yang lebih jelas sehubungan dengan masa Sabat ini.
Pembinaan overste, pemimpin pembinaan dan anggota dewan Juga di bidang bimbingan kader kita, jadi bimbingan para pemimpin komunitas, pemimpin postulan dan novis dan para anggota dewan, relatif sedikit kebijakan struktural yang telah dikembangkan. Bimbingan bisa diberikan dengan berbagai cara: melalui percakapan-percakapan pribadi yang diprakarsai dewan pimpinan umum
93 pemb ina an menjad i s e o r an g fr at er b er b el a s k a s ih
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
92
Bimbingan rohani
Pengembangan sebuah program pembinaan yang saling berkait Dari yang dikatakan di atas ini menjadi jelas apa yang sudah kami katakan sebelumnya: kebutuhan akan pembinaan sangat besar dan beraneka ragam. Kita harus menyadari bahwa kita tidak bisa melakukan semua sekaligus. Maka dari itu kapitel meminta masing-masing dewan provinsi dan regio untuk menciptakan suatu program pembinaan yang konkret untuk daerahnya sendiri. Kapitel berpendapat bahwa dewan pimpinan umum bisa berperan sebagai penggerak dan koordinator, juga karena banyak dari inisiatif-inisiatif ini harus dibiayai dengan dana dari pusat. Program pembinaan seperti itu harus terdiri dari komponen-komponen terpisah untuk pembinaan awal dan pembinaan lanjut, pendidikan kejuruan dan kursus untuk peningkatan keterampilanketerampilan pribadi (misalnya kursus bahasa, kursus manajemen). Program seperti itu juga harus menjelaskan mana yang menjadi prioritas, tergantung pada waktu dan sarana yang tersedia, dan menjaga kaitan antara masing-masing bagian tersebut. Dan dewan juga harus menjelaskan bagaimana kualitas pembinaan itu akan dijaga dan prosedur-prosedur apa yang harus dipegang untuk evaluasi. Kapitel berpendapat bahwa sebaiknya masing-masing dewan membuat portofolio tersendiri untuk pembinaan, yang jatuh di bawah tanggung jawab salah satu anggota dewan. Dengan demikian bagi kongregasi juga terbuka peluang untuk menyelenggarakan suatu pertemuan tersendiri bagi mereka yang bertanggung jawab untuk pembinaan dari berbagai provinsi dan regio.
Pembinaan menjadi frater yang berbelaskasih
Konst i, 336-340
Akhirnya: kita harus menyadari bahwa semua rencana dan ambisi di bidang pembinaan ini hanya bisa terlaksana secara jangka panjang, dan bahwa kadang-kadang juga hasilnya baru akan tampak dalam jangka panjang. Marilah kita, dalam menyusun program pembinaan, tetap mengingat kata-kata yang terdapat dalam konstitusi kita, bahwa dalam masa pendidikan harus terdapat peluang untuk berkembang tahap demi tahap dan bahwa pembinaan harus ditandai oleh rasa hormat terhadap keunikan setiap orang. Dengan mengembangkan berbagai inisiatif pembinaan itu, kita juga jangan lupa apa yang sebenarnya menjadi sasaran: pembinaan menjadi frater yang berbelas kasih, dan untuk kita semua: menjadi persekutuan frater yang berbelas kasih. Semoga kongregasi kita, meminjam kata-kata Santo Bernardus, menjadi suatu schola amoris atau tempat pembelajaran belas kasih, bagi semua anggotanya dan bagi semua orang di sekelilingnya. Sekolah yang mengajar belaskasih, di mana seumur hidup kita bisa melatih diri dalam belas kasih dan persaudaraan.
95 pemb ina an menjad i s e o r an g fr at er b er b el a s k a s ih
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
94
dan/atau dewan pimpinan provinsi, dengan menganjurkan untuk berbicara dengan seorang pembimbing rohani, atau bentuk-bentuk bimbingan lainnya, dengan menyelenggarakan pertemuan-pertemuan khusus untuk para overste, dengan menganjurkan untuk mengikuti kursus atau hari-hari studi. Pada dasarnya ada banyak pokok yang patut diperhatikan, mulai dari keterampilan-keterampilan bergaul dan cara-cara membimbing, sampai pelatihan di bidang spiritualitas, memberi pimpinan, manajemen, pengetahuan bahasa dan keuangan. Dalam bab tentang pengembangan kepemimpinan sudah cukup banyak yang kami paparkan tentang semua ini. Dan kami memang merasa penting sekali bahwa para frater yang duduk dalam posisi kader – yang sering kali merupakan suatu ‘lonely job’ – diberi bantuan dengan lebih sistematis. Secara konkret yang paling sedikit kami pikirkan adalah: pendampingan pribadi untuk para pemimpin pembinaan, pemimpin-pemimpin postulan dan novis, dan kadangkadang sebuah pertemuan bersama untuk kelompok ini; dukungan bagi para overste komunitas kita melalui penawaran suatu program pembinaan konkret. Menurut kami termasuk tugas dewan pimpinan umum untuk membimbing dewan-dewan provinsi dan regio dalam mengembangkan inisiatif-inisiatif di bidang ini.
l ampir an 1 : par a an g g o ta k api t el umum 2 0 0 8
l ampir an 2 : fun g s i - fun g s i dan ko mis i - ko mis i dal am k api t el umum 2 0 0 8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Frater Broer Huitema Frater Edward Gresnigtpejabat Frater Jan Koppens Frater Johannes Kojongian Frater Martinus Lumbanraja Frater Louis de Visser Frater Harrie van Geene Frater Lukas Mandagi Frater Athanasius Onyoni Frater Frans van Pinxteren Frater René Segerspejabat Frater Christino Gemen Frater Hermenegildus Beris Frater Martinus Leni Frater Daniel Telaumbanua Frater Nikodemus Tala Frater Martinus Mangundap Frater Frans Kilat Frater Ronald Rendang Frater Benyamin Tunggu Frater Silvino Belo Frater Andrea Sifuna Frater Lawrence Obiko Frater Leo van de Weijer Frater Wim Verschuren Frater Albert van der Woerd Frater Paul Damen Frater Niek Hanckmann Frater Roberto Creemers Frater Theo Adams Frater Anthony Smulders Frater Paul Onyisi Frater Lambertus Berkers Frater Pieter-Jan van Lierop Ibu Lex van der Poel
pemimpin umum pemimpin umum anggota dewan anggota dewan anggota dewan ekonom umum pemimpin umum yang baru turun pemimpin provinsi, Indonesia pemimpin provinsi, Kenya pemimpin provinsi, Negeri Belanda pemimpin provinsi, Belgia pemimpin regio, Brasil pemimpin regio, Namibia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Kenya Kenya Kenya Negeri Belanda Negeri Belanda Negeri Belanda Negeri Belanda Belgia Brasil Kalifornia (tidak hadir karena sakit) Namibia Suriname Generalat Pengamat mewakili anggota asosiasi
komisi per siapan
komisi keuangan
Frater Edward Gresnigt Frater Harrie van Geene Frater Martinus Lumbanraja Bapak Runskey Purvis, sekretaris staf Bapak Charles van Leeuwen, staf
Frater Frans van Pinxteren, ketua Frater Paul Damen, sekretaris Frater Daniel Telaumbanua Frater Frans Kilat Frater Cristino Gemen Frater Lambertus Berkers
ketua Frater Broer Huitema, pemimpin umum
sekretaris Frater Hermenegildus Beris
pencatat suar a Frater Niek Hanckmann Frater Martinus Mangundap
komisi liturgi Frater Martinus Lumbanraja, ketua Peter de Ruiter SJ, pemimpin Frater Albert van der Woerd Frater Lawrence Obiko Frater Niek Hanckmann Frater Paul Onyisi Frater Pieter-Jan van Lierop Frater Silvino Belo
komisi r apat Frater Broer Huitema, pemimpin umum Frater Hermenegildus Beris, sekretaris Frater Edward Gresnigt Frater Ronald Randang Frater Athanasius Onyoni Frater Wim Verschuren Frater Leo van de Weijer Bapak Charles van Leeuwen
komisi komunik asi Frater Hermenegildus Beris, ketua Frater Andrea Sifuna Frater Benyamin Tunggu Frater Theo Adams Frater Jan Koppens Bapak Paul Simons, staf
juru bahasa Frater Wim Verschuren Frater Leo van de Weijer Bapak Charles van Leeuwen
ibu Ancilla Loe Bruder Guido Sukarman fi c Bruder Gerard Hermans fi c Bruder Martin Bouw fi c
sekretariat k apitel
logistik
Frater Hermenegildus Beris, sekretaris Bapak Runskey Purvis, co-sekretaris Frater Rinus Romme, asisten Frater Frans van de Meulengraaf, notulis Frater Wout van den Hout, notulis
Frater Johannes Kojongian Bruder Vincent Simonis
pemimpin r apat
tamu dan penasihat Bapak Frans Dokman Bapak Jos van Oss Bapak Jan Oerlemans Bapak Henri Dix
97 l ampir an
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
96
l ampir an 3 : pro g r am k api t el umum 2 0 0 8
Perayaan pembukaan Sesi pembukaan 1. Sambutan pembukaan frater Broer Huitema, pemimpin umum, hal-hal umum seperti absensi peserta, pemilihan untuk fungsi-fungsi khusus, penyusunan komisi, kesepakatan sekitar agenda dan dokumen. Sesi pembukaan 2. Pertukaran pendapat umum tentang situasi kongregasi. Harapan-harapan kapitel umum
Senin, 17 Maret Selasa, 18 Maret Rabu, 19 Maret
Dewan pimpinan umum dan generalat: tugas-tugas dewan – organisasi intern perundingan tematis berdasarkan laporan dewan pimpinan umum rundingan tentang memorandum sehubungan dengan dewan pimpinan baru merundingkan daftar calon dan persiapan pemilihan
Kamis, 20 Maret
Pemilihan dewan pimpinan umum, sesudah itu perayaan dan resepsi
Senin, 10 Maret
Pendalaman spiritualitas kita perundingan tematis berdasarkan laporan dewan pimpinan umum. Presentasi provinsi Kenya dan regio Namibia
Senin, 24 Maret
Pendalaman dan penurunan spiritualitas kita usul-usul untuk kebijakan 2008-2014
Selasa, 25 Maret Selasa, 11 Maret
Tantangan-tantangan internasionalisasi dengan ceramah Frans Dokman perundingan tematis berdasarkan laporan dewan pimpinan umum Presentasi provinsi Indonesia
Rabu, 12 Maret
Investasi dalam pembinaan dan panggilan perundingan tematis berdasarkan laporan dewan pimpinan umum Terbuka untuk ikatan-ikatan baru, percakapan dengan empat anggota asosiasi: Frits Aarts, Betty Karhof, Christianne van der Wal, Lex van de Poel
Investasi dalam pembinaan dan panggilan usul-usul untuk kebijakan 2008-2014 Keanggotaan luar biasa usul-usul untuk kebijakan 2008-2014 Kerangka finansial untuk perutusan dan hidup persekutuan usul-usul untuk kebijakan 2008-2014
Rabu, 26 Maret
Tantangan-tantangan internasionalisasi usul-usul untuk kebijakan 2008-2014 Pengembangan kepemimpinan usul-usul untuk kebijakan 2008-2014 Penerimaan teman dan relasi kongregasi
Kamis, 27 Maret
Melanjutkan perutusan kita perundingan tematis berdasarkan laporan dewan pimpinan umum Memberi wujud pada kehidupan persekutuan perundingan tematis berdasarkan laporan dewan pimpinan umum Presentasi regio Belgia, Kalifornia dan Suriname
Ambassadors of a Worldwide Brotherhood Presentasi tayangan Melanjutkan perutusan kita usul-usul untuk kebijakan 2008-2014 Mewujudkan kehidupan persekutuan usul-usul untuk kebijakan 2008-2014
Jumat, 28 Maret
Penutupan perundingan laporan dewan pimpinan umum pengukuhan laporan finansial evaluasi minggu 1 memandang ke depan: minggu-minggu 2 dan 3
Keterikatan dan menampakkan diri:mengusahakan komunikasi yang baik perundingan tematis berdasarkan laporan dewan pimpinan umum usul-usul untuk kebijakan 2008-2014
Sabtu, 29 Maret
Penyelesaian kapitel dan keputusan-keputusan terakhir Evaluasi kapitel
Minggu, 9 Maret
Kamis, 13 Maret
Jumat, 14 Maret
Sabtu, 15 Maret
Pengelolaan harta benda kongregasi perundingan tematis berdasarkan laporan dewan pimpinan umum dan laporan komisi keuangan dengan bapak Jos van Oss, Henri Dix dan Jan Oerlemans Presentasi provinsi Belanda dan regio Brasilia
99 l ampir an
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
98
l ampir an 4 : pertan g gun gjawab an d o k umen - d o k umen yan g d ipak ai
Bab-bab buku ini ditulis berdasarkan pembicaraan-pembicaraan kapitel dan pencatatannya dalam berbagai dokumen kapitel. Yang dimaksud di sini adalah aneka macam dokumen: 1) bahan yang dimasukkan sebelum kapitel seperti laporan dewan pimpinan umum tentang masa bakti 2002-2008, laporan keuangan untuk periode 2002-2008, laporan-laporan dari masing-masing provinsi dan regio, usulan yang dimasukkan oleh masing-masing provinsi dan regio dan masing-masing anggota kapitel; 2) notulen dari pembicaraan-pembicaraan selama kapitel dan teks-teks dari lezingen en voordrachten yang diberikan selama kapitel; 3) dokumen-dokumen yang disusun selama kapitel dan yang diajukan sebagai usulan kebijakan kepada kapitel. Kalau diatur menurut tema, maka yang terpakai adalah dokumen-dokumen berikut ini, yang umumnya tersedia dalam tiga bahasa tetapi yang di sini umumnya kami gunakan judul bahasa Inggrisnya:
sesi pembuk aan 9 Maret 2008, Doc 3 9 Maret, Doc 5 9 Maret, Doc 6 9 Maret, Report 1-5
Informatie Provincies en Regio’s 2002-2008 Vademecum Generaal Kapittel 2008 Aanbevelingen van de Provincies en Regio’s Verslagen van de openingssessies
1. memperdal am dan menerusk an spiritualitas kita 10 Maret, gb Doc 1 Chapter 1 Deepening our spirituality 10 Maret, Doc 11 Living and working as brothers in God’s presence: Deepening our spirituality and passing it on to others 10 Maret, Doc 11b Living and working as brothers in God’s presence: Deepening our spirituality and passing it on to others 17 Maret, Report 6-1 Deepening our spirituality–Challenges and suggestions 17 Maret, Report 6-2 Deepening our Spirituality–Suggestions for concrete initiatives & policy guidelines 24 Maret, Report 15 Living and working as brothers in God’s presence: Deepening our spirituality and passing it on to others 2. tantangan-tantangan internasionalisasi 11 Maret, gb Doc 1 Chapter 2 The challenge of internationalization 11 Maret, Doc 12 Working on internationalization 11 Maret, Report 7a The challenge of internationalization 11 Maret, Report 7b Report on proposals and suggestions on internationalization 11 Maret, Doc 9 Challenges, chances and struggles of internationalization in religious communities, Frans Dokman 26 Maret, Report 19 Working on internationalization
3. perutusan kita untul 14 Maret, gb Doc 1 Chapter 3 14 Maret, Doc 15 27 Maret, Doc 15a 27 Maret, Report 11 27 Maret, Report 11b 27 Maret, Report 21
berbel ask asih The continuation of our mission The continuation of our mission The continuation of our mission (Presentation wwb) The continuation of our mission The continuation of our mission The continuation on our mission (including wwb)
4. kehidupan per sekutuan kita 14 Maret, gb Doc 1 Chapter 4 Giving form to life in community 9 Maret, Report 3 Joys and concerns of every chapter member 9 Maret, Report 4 Some notes of a ‘gleaner’ 14 Maret, Doc 17 Giving form to life in community 14 Maret, Report 12 Giving form to life in community 27 Maret, Report 22 Giving form to life in community 5. usaha dal am pembinaan dan panggil an 12 Maret, gb Doc 1 Chapter 5 Investing in formation and vocations 12 Maret, Doc 13 Investing in formation and vocations 12 Maret, Report 9 Investing in formation and vocations 25 Maret, Report 16 Investing in formation and vocations 6. terbuk a untuk ik atan-ik atan baru 12 Maret, gb Doc 1 Chapter 6 Being open to new commitments 12 Maret, Doc 14 Association 12 Maret, Report 10 Being open to new commitments 25 Maret, Report 17 Being open to new commitments 7. tampak dan terik at: komunik asi kita 28 Maret, gb Doc 1 Chapter 7 United and visible: Working on good communication 28 Maret, gb Doc 7 Memorandum on communication for the benefit of the General Chapter 28 Maret, Doc 10 cmm Website News and pictures General Chapter 28 Maret, Report 23 Communication
101 l ampir an
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
100
fr at er cmm l ap o r an k api t el umum 2008
102
8. r angk a finansial untuk perutusan dan hidup per sekutuan kita 13 Maret, GB Doc 1 Chapter 8 Managing the congregational finances and material assets 13 Maret, Report 5 Report Financial Committee General Chapter 2008 13 Maret, Report 8 Reflections on the financial report and the financial policy 2008-2014 15 Maret, Report 13 Voting on the financial report of the General Board and discharge of the General Board 15 Maret, Doc 16 Financial policy 2008–2014, Suggestions for policy guidelines 25 Maret , Report 18 Finances and financial policy
9. dewan pimpinan umum dan gener al at 17 Maret , GB Doc 1 Chapter 9 The General Board and the generalate: assignments and internal organization 17 Maret, Doc 18 The General Board and the generalate: assignments and internal organization 17 Maret, Doc 4 Memorandum New General Board 17 Maret, Report 14 Outcome group discussion General Board 27 Maret, Report 20 The General Board 10. sesi ter akhir k apitel umum, dokumen penutup dan evaluasi 29 Maret, Report 24 Final session General Chapter, final decisions & evaluation 29 Maret, Doc 21 Closing Document