EMS-FOKUS 2009–2012
BERSAKSI TENTANG HARAPAN KITA KESAKSIAN KRISTEN DALAM DUNIA YANG PLURALISTIS
Buku panduan Membaca Alkitab dari sudut pandang yang pluralistis
Isi buku panduan 2
Tajuk rencana B. Dinkelaker
4
Proses dari projek
6
Bible Sharing – Metoda dari Afrika Selatan
7
Doa C. Cunningham
9
Pengantar untuk ayat Alkitab pilihan
10
Metoda kreatif
12
Lagu-lagu
G. Mayer
Ayat Alkitab pilihan 16
Kejadian 18
G. Cunningham
18
Keluaran 15
H. & S. Dalferth
20
Rut Elisabeth Aduama
22
Lukas 10 L. Cunningham
24
Yohanes 14
26
Kisa para Rasul 14
28
Galatia 3
C. Hole
30
I Rasul 3
A. Heitmann
32
Imprint/ Imressum
1
B. Dinkelaker
G. Klein
EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
Editorial Pembaca yang budiman, Dunia kita semakin kecil berkat jaringan komunikasi dan hubungan ekonomi, kemungkinan untuk berpergian serta pergerakanan migrasi global. Dalam sejumlah hal, kita semakin mirip satu sama lain, misalnya saja selera musik serta pakaian generasi muda. Di saat yang sama, hidup kita makin beragam, termasuk di masyarakat yang di masa lalu cenderung homogen. Keragaman bahasa, budaya dan agama menjadi bagian keseharian dan kerap ini beriringan dengan munculnya polarisasi sosial. Keragaman seperti ini bisa dinilai sebagai sesuatu yang memperkaya kehidupan kita. Tapi banyak orang bereaksi dengan ketakutan dan memilih untuk mengambil jarak. Di banyak daerah konflik kekerasan marak atas nama bahasa, budaya atau keyakinan tertentu. Sering kali etnis dan agama minoritas ditindas. Penyebabnya adalah tarik ulur kepentingan ekonomi dan politik dan bertambahnya masalah-masalah sosial. Di banyak negara, agama Kristen bukan agama mayoritas, sering kali Umat Kristen justru merupakan minoritas. Tapi, sejumlah kawasan yang dulunya bernafaskan kristen juga mengalami perubahan dan menjadi lebih beragam. Apa artinya ini bagi kehidupan Gereja dan kesaksian Kristen? Kita bertanggung jawab untuk bersaksi akan kasih Tuhan Allah kepada dunia, yang begitu indah tapi juga begitu terkoyak, demi seluruh umat manusia dan ciptaan Tuhan. Tapi ini hanya mungkin jika kita menghargai dan menghormati mereka yang berbeda dari kita. Keduanya saling berkaitan: kesaksian sebagai orang Kristen dan mendukung hidup bertetangga yang baik, dalam lingkungan yang adil dan menguatkan masa depan berkelanjutan di desa global.
Kumpulan kertas kerja ini bermaksud memberikan masukan dan bantuan. Dasarnya adalah metoda Bibel Sharing. Melalui pertukaran dengan kelompok mitra akan diceritakan bagaimana ayat Alkitab yang dibaca dipahami dalam konteks masing-masing. Kelompok kerja internasional yang terdiri dari pendeta dan orang awam memilih serangkaian ayatayat Alkitab yang mengulas tentang kesaksian dalam konteks pluralis dan memberi arahan. Kelompok yang berminat, dianjurkan untuk mengaitkan ayatayat Alkitab dengan pengalaman hidup dan tantangan sehari-hari dan membaginya dengan kelompok lain. Kelompok yang turut terlibat diminta untuk mengumpulkan dan mendokumentasikan pengalamannya. Di situs EMS (www.ems-online.org) tersedia ruang untuk berbagi di di dunia maya. Bulan Maret 2011 akan digelar workshop internasional yang diikuti peserta manca negara dan gereja. Selain itu, juga disiapkan aksi untuk anakanak. Buku panduan ini dimaksudkan sebagai insentif untuk turut melangkah di jalan kepercayaan yang menjanjikan ini. Bila Anda tertarik kami dapat mencarikan kelompok mitra di negara lain bagi Anda. Dengan cara ini kita bisa menemukan dan menyebarkan harta karun keyakinan kita dalam komunitas internasional. Kiranya anugerah Tuhan menyertai kita dalam hal ini. Bernhard Dinkelaker Sekjen EMS
Karena pertanyaan-pertanyaan ini merupakan tantangan bagi semua anggota EMS, tahun 2008 Dewan EMS memutuskan untuk menjadikan pertanyaan ini topik utama untuk tahun-tahun mendatang, menjadi fokus EMS 2009-2012 di bawah tajuk “Bersaksi tentang harapan – kesaksian Kristen dalam dunia yang pluralistis“. Kita akan belajar bersama dan dari satu sama lain, mencoba untuk mengayun langkah beriringan. Kami mengundang kelompok-kelompok dari manca negara untuk membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda, dengan cara bertukar pengalaman dan pendapat lintas budaya.
2
EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
Apa visi kita? Persekutuan EMS menapaki perjalanan selama empat tahun yang mengarah pada “Pertanggungan jawab tentang pengharapan“ yang ada pada diri kita. Pembahasan teks Alkitab dan pertukaran lintas budaya merupakan bagian penting perjalanan ini. Kami yakin bahwa beragam perspektif yang dilahirkan dari dialog ini mempertajam pengertian kita tentang ayat-ayat Alkitab; dan juga menyuarakan dengan lebih jelas keterlibatan kita yang dilandasi harapan di dunia yang pluralis. Proses Bagaimana cara kita mencapai hal ini? 1) Kelompok yang tertarik, dapat mendaftarkan diri di kantor EMS (www.ems-online.org) 2) Dua kelompok dari negara/gereja yang berbeda menjadi mitra selama setahun untuk bersama-sama menelaah ayat-ayat Alkitab. Kami dengan senang hati membantu mencarikan mitra bagi Anda. 3) Kelompok mitra menukar hasil penelahaan Alkitabnya melalui laporan kelompok yang dikirimkan melalui surat atau e-mail. 4) Laporan kelompok mitra dibahas dan dikirim kembali 5) Ketua kedua kelompok berkomunikasi dengan EMS melalui forum online 6) Di akhir proyek ini sebagian delegasi bertemu dalam konferensi internasional, untuk “menuai hasil“ dari proyek penelahaan Alkitab lintas budaya ini. Peserta Siapa saja yang bisa ikut serta? Kelompok penelahaan Alkitab dari seluruh dunia dan dari latar belakang budaya yang berbeda-beda diundang untuk ikut serta. Terutama bagi yang sudah memiliki kemitraan langsung dan merupakan bagian jejaring EMS. Tahun 2005 dan 2006 proyek pertama di bawah panji “Teologi Perdamaian“ mendapat sambutan positif. Kami sangat senang bila kali inipun kelompok mitra, sinode gereja dan kelompok penelahaan Alkitab, Kaum Ibu dan Bapak dan lainlain mengikuti proyek ini.
Kapan kita merasa dikuatkan atau diteguhkan oleh kabar baik dalam ayat Alkitab? Bagian mana menyingkap sesuatu yang menyakitkan bagi kita? Apakah kita mengetahui konteks Alkitab dan latar belakang ayat-ayat Alkitab itu? Apakah teks Alkitab membantu kita memahami situasi kita saat ini? Apa yang mengukuhkan motivasi dan memberi kita kekuatan untuk bersaksi mengenai harapan yang tersimpan dalam Yesus Kristus?
Kontak Kami mendirikan kelompok kerja internasional, yang akan mengkoordinasikan seluruh proses ini. Anggota kelompok kerja internasional: Pdt. Elisabeth Aduama Presbyterian Church of Ghana Saat ini: Evang. Kirche der Pfalz Pfr. Godfrey Cunningham Moravian Church in South Africa Saat ini: Evang. Landeskirche in Baden Lesinda Cunningham Moravian Church in South Africa Saat ini: Evang. Landeskirche in Baden Pfr. Dr. Silfredo Dalferth Gereja Lutheran di Brasil Saat ini: Evang. Landeskirche in Württemberg Pfr. Bernhard Dinkelaker Generalsekretär, EMS Pfrn. Anne Heitmann Evang. Landeskirche in Baden
Orientasi
Pfrn z.A. Cornelia Hole Evang. Landeskirche in Württemberg
Pertanyaan-pertanyaan berikut menawarkan titik-titik referensi untuk menulis laporan kelompok Anda:
Gitta Klein Evang. Landeskirche in Württemberg
Bagian Alkitab yang mana yang penting bagi kelompok kita?Ayat atau pasal Alkitab mana yang menyentuh masing-masing individu dalam situasi kehidupan yang berbeda-beda?
Gabriele Mayer, PhD Bagian Perempuan & Gender, EMS
3
EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
“Bible sharing“ Metode penelahaan Afrika Selatan
Alkitab
dari
Bible Sharing adalah akses spesifik untuk membaca Alkitab bersama di kelompok-kelompok di Afrika Selatan. Bible Sharing memberikan kesempatan kepada semua peserta untuk secara aktif dan terbuka melibatkan diri dalam penelahaan Alkitab dan menyampaikan bagian mana dan dengan cara apa ayat Alkitab itu menyentuh hatinya. Enam langkah berikut bisa dijadikan panduan dalam setiap pertemuan:
1) Membuka pertemuan Ketua kelompok atau salah satu anggota mengucapkan doa atau seluruh kelompok menyanyikan lagu.
5) Sharing Anggota kelompok menyampaikan kesannya dan menceritakan, kalimat mana yang berbicara padanya dan apa alasannya. Perasaan yang diungkapkan bisa positif atau negatif. Ini lalu dibahas semua anggota kelompok. Diberi kesempatan untuk mengangkat konteks Alkitab yang mungkin memberi perspektif baru. Sebaiknya, diskusi mengenai penafsiran yang benar atau salah dihindari. Tujuan Bible Sharing adalah mengungkapkan apa arti ayat Alkitab bagi masing-masing individu. Mengingat visi seluruh proyek ini, kami ingin mengajak Anda bertukar pendapat dan belajar lintas batas.
6) Penutupan 2) Pembacaan Firman Seluruh kelompok membaca dalam hati ayat Alkitab yang ditetapkan. Seorang anggota membacakan teks Alkitab untuk semunya. Setelahnya, semua anggota merenungkan isi ayat Alkitab.
Bible sharing ditutup dengan doa atau menyanyikan lagu bersama.
3) Ungkapan Semua anggota kelompok memilih satu kata, potongan kalimat atau kalimat utuh yang diucapkan dalam kelompok. Ini dilakukan tanpa tergesa-gesa dengan memberikan jeda antar setiap pengungkapan.
4) Saat Teduh Ketua kelompok mengundang semua anggota untuk merenung sejenak. Selama beberapa menit, anggota kelompok melakukan meditasi dan mendengarkan dengan telinga dalam hati kata-kata dan ungkapan yang baru diucapkan anggota lainnya.
4
EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
Doa Pembukaan
Doa Penutup
Kami memuji Engkau dan mengucap syukur, Tuhan Allah. Kami menyerahkan jalan kehidupan kami ke dalam tangan-Mu. Kami berseru kepada-Mu dalam kepercayaan dan iman, Engkau selalu ada untuk membantu kami. Engkau menunjukkan jalan yang bisa kami jajaki.
Di akhir penelahaan Alkitab kami kembali menghadap kepada-Mu, Tuhan Yang Maha Tahu, kami memuji-Mu, Allah yang bijak dan sumber segala pengetahuan. Tetaplah dalam pikiran kami, bantu kami mewujudkan, apa yang kami temukan dari mendengarkan dan berbagi firman-Mu. Buka mata kami dan berikan damai dalam hati kami. Izinkan kami melihat-Mu di dalam mata sesama kami. Bentuklah kami menjadi gereja yang Engkau inginkan.
Tuhan, buka hati kami agar kami peka terhadap tuntunan-Mu, dalam kehidupan rohani maupun dalam tindakan nyata kami. Buka mata dan telinga dan hati kami. Tuhan yang Maha Tahu, buatlah kami bijak agar kami mencerminkan kebijakan-Mu. Ajarkan kami untuk selalu mengarahkan pandangan kami kepada-Mu, agar kami dapat menjalin hubungan yang erat dengan-Mu dan saudara lakilaki dan perempuan kami – melalui penelahaan Alkitab bersama ini. Ajar kami untuk tidak mengedepankan kepentingan kami sendiri, tapi mencari pengertian yang lebih mendalam melalui sabda-Mu. Ubah pengetahuan kami menjadi kebijakan. Mampukan kami untuk mengerti dan menghargai sesama kami. Mampukan kami untuk selalu sopan dan mengabdi dalam kasih.
Engkau memerintahkan kami untuk menjadi persekutuan yang saling percaya dan berani. Jadikan kami pembangun jembatan, pemulih dan pembawa perdamaian. Kami ingin menjadi perpanjangan tangan dan tubuhMu. Janji akan hidup yang berkelimpahan bagi saudara perempuan dan laki-laki kami kiranya menjadi kenyataan, terlepas dari asal usul kami. Bantu kami, ya Tuhan, untuk menemukan bijih sekecil apapun dan menanamnya di tempat yang aman sehingga bijih itu dapat tumbuh menjadi kembang pengharapan. Amin.
Amin.
5
EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
Pilihan Teks Alkitab Kejadian 18:16-33 Ayat ini menunjukkan Abraham yang hidup dalam dunia yang pluralis, dan di saat yang sama dunia yang penuh kekerasan dan kehancuran. Contoh yang diberikan Abraham merujuk pada tugas kita untuk saling mendoakan dan mendukung kaum lemah yang mudah menjadi korban.
Keluaran 15: 20-21 Penyelamatan dan pembebasan bangsa Israel adalah suatu pengalaman mendasar bersama Allah. Ini adalah pengalaman kunci, yang menjadi landasan sejarah Israel.
Kitab Rut Kitab Rut menceritakan kisah yang menakjubkan – kisah mengenai cinta kasih yang melampaui halangan dan rintangan. Tuhan bekerja melalui Umat-Nya di seluruh dunia – kita semua diundang, untuk menyerahkan semua beban kita pada Tuhan dan percaya pada tuntunan-Nya.
Kisah Para Rasul 14:8-18 Tidak mudah untuk menemukan akses pada budaya asing dan memahami tradisi asing. Pembacaan Alkitab ini membuka mata kita pada kesulitan semacam ini, bahkan bagi kegagalan saat kabar baik disebarkan dalam kondisi sulit.
Galatia 3: 26-29 “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka...“ Paulus menantang kita untuk melihat lintas etnis, agama dan kelompok sosial. Dengan begitu, kita dapat menjadi saksi hidup bagi harapan.
1. Petrus 3, 8-17 Memberi pertanggungan jawab tentang pengharapan yang ada pada kita - judul dari proyek penelahaan Alkitab ini disarikan dari pembacaan Alkitab ini. Memberi pertanggungjawaban dalam kata dan tindakan dan terus mengejar perdamaian, itulah yang dituntut teks ini. Apa artinya bagi kita yang hidup dalam situasi yang berbeda-beda, di gereja kita masing-masing?
Lukas 10:25-37 Firman ini mengarahkan sejumlah pertanyaan mendasar kepada Yesus – dan Ia membalikkannya dan melempar pertanyaan tersebut kepada kita. Yohanes 14: 1-11 “Aku adalah jalan, kebenaran dan hidup“ kata Yesus kepada para murid, yang hatinya penuh keraguan. Keyakinan mengalahkan ketakutan. Apakah kepercayaan ini membuka jalan bagi mereka yang hidup tersisihkan, atau menyisihkan mereka yang tidak termasuk murid Tuhan Yesus?
6
EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
Saran-saran kreatif Di sini, Anda bisa menemukan usulan-usulan kreatif untuk membantu penelahaan Alkitab Anda. Ini bisa digunakan kala Anda membaca untuk pertama kalinya ayat Alkitab yang ditetapkan atau sesudah membahas isinya. Anggaplah usulan ini sebagai pendekatan alternatif terhadap penelahaan Alkitab.
Kejadian 18 Dapatkah Anda sebagai anggota kelompok membayangkan mendampingi seseorang berjalanjalan dan mendengarkan keluh kesah dan masalahnya?
Keluaran 15 Tulislah “Lagu Kebebasan“ bagi komunitas Anda.
Rut Bayangkan, jika Rut adalah seorang warga pendatang yang terus-menerus menghadapi diskriminasi. Rintangan apa yang harus dihadapinya, agar ia dapat disapa sebagai ibu buyut Yesus?
Kisah Para Rasul 14 Tulis ulang kisah ini. Atau perankan situasinya dalam sandiwara. Mungkinkah pengabaran Injil di Listra dapat berhasil jika dilakukan dengan cara lain?
Galatia 3 Apa yang terbayang di benak Anda bila membaca kata-kata “anak Allah“ atau “mengenakan Kristus“? Bagaimana kira-kira bentuk penjelmaan ungkapan tersebut jika anggota kelompok menggambarkannya? Adakah perubahan persepsi sebelum dan sesudah Anda melihat interpretasi tersebut?
1. Petrus 3 Kemungkinan besar, teks Alkitab ini disarikan dari kotbah pembaptisan. Apa arti pembaptisan dalam konteks spesifik Anda? Kapan orang meminta untuk dibaptis? Dan apa konsekuensinya? Usulan: Tulislah surat sebagai Ibu/Ayah Srani dan sebutkan, apa yang penting untuk kehidupan Kristen saat ini.
Lukas 10 Bandingkan orang-orang Samaria yang hidup di zaman Yesus dengan orang di luar kelompok agama Anda saat ini. Apa yang bisa kita pelajari dari mereka? Dapatkah Anda membayangkan mewawancarai seseorang di antaranya dan menceritakan pengalaman Anda dalam kelompok penelahaan Alkitab berikutnya?
Yohanes 14 Dalam perjalanan ke konferensi gereja di Toronto, seorang supir Taxi asal India menanyakan siapa yang dimaksud dengan “tidak seorangpun“ dalam Yohanes 14 ayat 6. Jawaban apa yang bisa kita berikan sebagai Umat Kristen? Dua anggota kelompok bisa mencoba menemukan jawabannya dengan memerankan situasi di atas. Setelah itu, dua anggota kelompok lainnya melakukan hal yang sama tapi dengan pendekatan dan jawaban yang berbeda.
7
EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
Kejadian 18:16-33 Turun tangan untuk orang lain
Pertanyaan untuk penelahaan Alkitab:
Abraham terbukti sebagai seseorang yang selalu memikirkan kepentingan orang lain. Saat Abraham mendengar tentang kehancuran kota tempat keponakannya hidup, ia dengan sopan menanyakan apakah orang benar akan dilenyapkan bersama orang fasik? Abraham meminta Allah untuk mengampuni kota itu jika Ia menemukan 50 orang benar. Tapi Abraham juga mengetahui reputasi kota-kota tersebut sehingga ia meminta Tuhan untuk menurunkan batas minimalnya – selangkah demi selangkah, sampai Tuhan setuju untuk mengampuni kota-kota itu bila ia menemukan hanya sepuluh orang benar.
Menurut Kejadian 18: 17-19 Tuhan berjanji bahwa Abraham akan menjadi bangsa yang besar serta berkuasa, dan oleh dia segala bangsa di atas bumi akan mendapat berkat. Tuhan ingin agar Abraham memahami rencananya, bahwa Tuhan ingin memakainya untuk menyalurkan berkat. Setelah Abraham berjalan bersama Tuhan, Tuhan menyebut Abraham Sahabat Allah (Yesaya 41:8 dan Yakobus 2:23).
Jika kita menghitung Lot dan istriyna, dua anak perempuan dan dua anak laki-laki yang sudah menikah serta dua anak perempuan yang belum menikah ada delapan orang. Jika pasangan anakanak Lot juga dihitung, maka sedikitnya ditemukan sepuluh orang benar di kota itu. Tuhan mengizinkan Abraham untuk berunding dengannya agar Abraham – dan melalui Abraham, kita – memahami bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang Maha Pengampun. Kehancuran kota Sodom dan Gomorrah dapat dicegah jika Tuhan menemukan sedikitnya sepuluh orang benar di kota-kota itu. Dihancurkannya kedua kota ini menunjukkan kepada kita bahwa warga kota itu benar-benar hidup tanpa Tuhan. Dapatkah Anda membayangkan suatu kota di masa ini, di mana tidak ditemukan sepuluh orang benar? Meski Abraham berdebat dengan Tuhan, sangat menakjubkan bahwa ia tetap penuh rasa hormat. Dalam seluruh diskusi dengan Tuhan ia menunjukkan kerendahan hati. Abraham mengerti, bahwa Tuhan dapat bertindak sesuai dengan keinginan-Nya. Kita belajar bahwa Tuhan memang mendengarkan permintaan orang benar (Yakobus 5:15-18). “Abraham berdiri dan berjalan bersama Tuhan“. Berjalan bersama seseorang dalam sejumlah budaya merupakan ungkapan rasa hormat. Jika Abraham tidak melakukannya, ia tidak akan pernah mendengar tentang rencana Tuhan. Dari sini kita bisa belajar bahwa sangat penting bagi kita untuk menghabiskan waktu dengan Tuhan, berdoa padaNya, untuk memahami Tuhan serta tugas kita di dunia ini.
8
Aspek untuk dipertimbangkan: Yesus Kristus menyebut kita semua sebagai sahabat-Nya. Kita bisa merasakan keinginan Tuhan dalam hidup kita agar kita bisa memahami dan memutuskan untuk berjalan bersama Tuhan, sama seperti Abraham berjalan bersama Tuhan. Dalam ayat 19, Tuhan memberikan petunjuk kepada Abraham. Agar ia bisa menjadi berkat, ia dan Sarah harus mengajar anak-anak mereka dan meneruskan berkat itu kepada mereka. Meneruskan kabar baik ini kepada orang lain lebih dari sekedar menceritakan isinya. Hidup rohani merupakan bagian dari kesaksian itu. Ada ungkapan: “Ceritakan sesuatu padaku, dan aku akan melupakannya. Tunjukkan hal itu padaku, dan aku akan selalu ingat. Libatkan aku, dan aku akan memahaminya.“ 1) Apa artinya bagi kelompok bagaimana Anda mengalaminya?
Anda?
Dan
2) Mengingat perubahan negatif dalam dunia kita – apa tugas kita agar kita bertindak sesuai dengan situasi yang ada? 3) Abraham memohon pada Tuhan karena didorong oleh empatinya bagi orang lain. Ia dengan setengah putus asa meminta Tuhan untuk turun tangan dalam situasi tertentu. Kalau kita berdoa untuk orang lain, Tuhan menunjukkan anugerah-Nya (Roma 8:26). Adakah orang atau situasi yang membutuhkan dukungan doa kita? Godfrey Cunningham
EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
Keluaran 15: 20-21 Miryam, nabiah dan pemazmur bagi kebebasan Saat bangsa Israel lari dari perbudakan, Miryam berperan sebagai salah satu pemimpin bangsanya, meski perannya ini tak selalu bebas konflik. Miryam adalah putri Amram dan Yokhebed dan saudara perempuan Musa dan Harun. Mikha 6:3 menyebutmya penganju Israel bersama Musa dan harun. Dalam Bilangan 20:1b-2 juga disebutkan mengenai kematian Miryam dan tempat ia dikuburkan. Secara asosiatif, Miryam dapat dikaitkan dengan “air“: saat bayi Musa diselamatkan, kakak perempuan Musa (yang tidak disebutkan namanya) mengamati semuanya. Sesudah itu pun, hidup Miryam dikaitkan dengan “samudra“.
Bangsa Israel terbebas dari penindasnya. Mereka bernyanyi dan menari.Miryam mengambil rebana, dan semua perempuan mengikutinya. Uniknya, di sini hanya perempuanlah yang dikatakan berpesta. Bagaimana mereka mengalami penindasan di Mesir? Di sini kita hanya bisa mereka-reka. Kita dapat melihat bahwa sejumlah alur cerita menyebutkan keterlibatan perempuan dalam Alkitab, bagaimana Tuhan menggunakan mereka untuk mewujudkan begitu banyak hal indah dan menakjubkan. Kaum perempuanlah yang bersaksi mengenai pembebasan ini dan menuliskan serta menceritakan peristiwa besar ini kepada anak-anak mereka.
Kematian Miryam dilukiskan “Matilah Miryam di situ dan dikuburkan di situ. Pada suatu kali, ketika tidak ada air bagi umat itu, berkumpullah mereka mengerumuni Musa dan Harun ….“ (Bilangan 20:2). Kaitan asosiatif ini bukan exegese, tapi penggambaran dari hidup Miryam. Pujian Miryam diselipkan ke dalam mazmur yang lebih panjang. Pakar Alkitab sepakat bahwa nyanyian pujian Miryam termasuk teks paling tua Alkitab. Kedua ayat ini mengisahkan tentang keluarnya bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Dalam pelarian itu tiba-tiba jalannya tampak buntu! Firaun dan tentaranya mengejar mereka. Ke mana mereka harus lari? Kemudian terjadilah suatu keajaiban! Samudra terbelah di depan bangsa Israel, tiba-tiba ada jalan untuk melintasi laut. Saat Firaun dan tentaranya melalui jalan yang sama, samudra kembali tertutup. Penyelamatan dan keluarnya bangsa Israel dari Mesir adalah salah satu pengalaman kunci bersama Tuhan yang menjadi paradigma dalam sejarah Israel.
Teks mengenai Nabiah Miryam adalah suatu kesaksian langsung: bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang Maha Pengasih, yang melihat penderitaan bangsanya, mendengar seruan mereka dan memimpin mereka keluar dari perbudakan. Barulah dalam pembebasan dan kebebasan inilah Tuhan memberikan hukum kepada mereka agar kebebasan ini melandasi suatu tatanan masyarakat baru.
Pengakuan iman yang paling tua merupakan rangkuman dari tindakan Tuhan ini Marie Theres Wacker mengusulkan terjemahan sebagai berikut: “Pujilah Tuhan/ diagungkanlah Ia/ kuda dan kereta / Ia lempar ke laut!“ Marie Theres Wacker tidak membacanya sebagai “penunggang kuda“ (rokebô) tapi “kereta“(rikebô). Dengan begitu, pujian ini tidak menyanjung kematian serdadu Mesir, tapi dihancurkannya peralatan militer.
“Membaca Alkitab dari sudur pandang yang berbeda“ juga berarti bahwa penulisan teks dan pembacaan ulang ayat Alkitab merupakan suatu pengalaman tersendiri. Membaca firman Tuhan bukanlah suatu proses yang netral, tapi selalu dibarengi penafsiran dari sudut pandang tertentu.
Pertanyaan untuk Penelahaan Alkitab: 1) Apa arti penindasan bagi laki-laki, perempuan, bagi anak-anak? 2) Mengapa kaum perempuan yang mengambil inisiatif untuk merayakan pembebasan bangsa Israel dari perbudakan? (Dari sejarah kita tahu bahwa penindasan sering kali berbentuk pemerkosaan terhadap perempuan.) 3) Bentuk perbudakan apa yang masih tersisa sekarang, yang mengungkung manusia? Bagaimana kita mengalami pembebasan darinya? 4) Apa saja alasan bagi umat manusia untuk berpesta sekarang? Bagaimana kita melakukan perayaan? Apakah kita juga melakukannya dengan penuh emosi, lagu dan tari-tarian? Heloisa Gralow Dalferth dan Silfredo B. Dalferth
9
EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
Kitab Rut Cinta yang mendobrak tembok pembatas dan mengubah situasi kehidupan Kitab Rut mengisahkan, bagaimana cinta bisa mengatasi semua rintangan dan mengubah situasi hidup seseorang. Cerita ini menunjukkan bahwa Tuhan mengasihi semua orang yang pasrah menyerahkan hidupnya ke dalam tangan Tuhan, bahwa Tuhan mencintai mereka dan memakai mereka sebagai alat-Nya. Umat Yahudi membaca buku Rut saat hari raya menuai (Keluaran 23:16). Kisah ini memiliki dua lokasi, yang pertama di tanah Moab, tanah air Rut, dan yang kedua di Bethlehem, Yudea, tempat tinggal baru Rut. Menurut sejarah, hubungan antara Israel dan Moab tidak selalu mulus. Meskipun penduduk Moab adalah keturunan Lot, keponakan Abraham (Kejadian 19:30-38), mereka memuja berhala. Setelah bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir, mereka hidup bertetangga dengan Moab. Rupanya Israel lalu terpengaruh Moab dan turut terlibat hubungan amoral dan memuja berhala. (Bilangan 25:1-9). Perempuan Moab memiliki reputasi buruk di mata pria Israel. Ketegangan hubungan antara kedua negara tetangga ini memicu sejumlah bentrokan senjata.(Hakim 3:12dst). Meski begitu, Israel dan Moab menjalin sejumlah hubungan. Semasa Rut hidup Moab, Israel dipimpin hakim-hakim. Masa ini diwarnai tindakan negatif, ketidaksetiaan dan pengkhianatan terhadap Tuhan yang berujung pada sejumlah bencana kelaparan. Di awal kisah ini, seorang lelaki bijak bernama Elimelekh, bersama isterinya Naomi dan kedua anaknya Mahlon dan Kilyon, pindah dari Betlehem, Yehuda ke Moab untuk menghindari dampak bencana kelaparan. Kedua anak Elimelekh lalu menikah dengan perempuan Moab. Namun, ketiga lelaki ini pun meninggal, sehingga istri mereka menjadi janda. Naomi dan Rut pulang ke Betlehem dengan hati berat dan penuh duka cita. Kesetiaan Rut diungkapkannya dengan kata-kata: “ janganlah Ibu menyuruh saya pulang dan meninggalkan Ibu! Saya mau ikut bersama Ibu. Ke mana pun Ibu pergi, ke situlah saya pergi. Di mana pun Ibu tinggal, di situ juga saya mau tinggal. Bangsa Ibu, itu bangsa saya. Allah yang Ibu sembah, akan saya sembah juga.“ (Rut 1:16-17).
Naomi dan Rut kembali ke Betlehem saat musim menuai. Rut lalu memungut gandum mengikuti para penuai. Hukum Israel mengizinkan fakir miskin, janda dan anak yatim piatu untuk mengumpulkan gandum di ladang-ladang yang sudah selesai dituai. (Ulangan 24:19dst). Kebetulan Rut pergi ke ladang Boas, yang masih punya hubungan saudara dengan Elimelekh. Ia diterima dengan baik dan tidak mengalami diskriminasi, meskipun perempuan Moab rata-rata memiliki citra buruk di mata bangsa Israel. Boas lalu menikahi Rut, sesuai dengan hukum yang berlaku. (Ulangan 25: 5-6; Rut 4:1-12). Dari hasil perkawinan ini lahirlah Obed. Salah satu keturunannya adalah Raja Daud, kalau ditelusuri silsilahnya, Yesus Kristus juga merupakan keturunan Obed. (Matius 1:5dst).
Pertanyaan untuk Penelahaan Alkitab: 1) Renungkan lagi judul dari teks ini: “ Cinta yang mendobrak tembok pembatas dan mengubah situasi kehidupan“. 2) Dalam sejarah, tembok sering kali muncul dalam konteks budaya, agama dan iman. Mungkinkah situasi tertentu membangun tembok di dalam keluarga, di tempat kerja atau bahkan di gereja? Bagaimana cara mendobraknya? 3) Persahabatan antara Naomi dan Rut sangat erat dan penuh kasih sayang, sehingga Rut akhirnya memutuskan untuk memandang keluarga Naomi sebagai keluarganya dan Tuhan Naomi sebagai Allahnya, (Rut 1:16) Apa arti sebuah keluarga? Mudahkah menemukan atau membentuk keluarga baru di luar hubungan yang dikukuhkan oleh darah? 4) Diskriminasi merupakan landasan bagi sejumlah konflik. Bagaimana situasi Rut seandainya ia dikucilkan di Betlehem? 5) “Allah mengasihi mereka yang memasrahkan nasibnya kepada Tuhan“. Apakah Anda punya pengalaman positif atau negatif dengan kalimat ini? Ceritakan pengalaman Anda kepada anggota kelompok lainnya. Elisabeth Aduam
10 EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
Lukas 10: 28-37 Bertindak karena dorongan hati nurani Seorang ahli Taurat mengajukan dua pertanyaan mendasar kepada Yesus: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" (Ayat 25). Dan “siapakah sesamaku manusia?" (Ayat 29). Jawaban Yesus adalah rangkuman dari hukum Taurat. (Ulangan 6:5). Agar hidup kita berkenan di mata Tuhan, kita harus mengasihi Tuhan dan sesama kita tanpa prasyarat dan dengan sepenuh hati. Hidup kekal yang diinginkan ahli Taurat ini dapat ditemukan dalam hubungan yang hidup dengan Tuhan dan sesamanya. Yesus kemudian menceritakan kisah “Orang Samaria yang baik hati“, sehingga pertanyaan ahli agama tersebut dialihkan ke arah yang sama sekali baru. Pertanyaannya bukan siapakah sesama kita, tapi untuk siapa kita bisa menjadi sesama manusia itu. Jawabannya bukan apa yang kumiliki tapi apa yang kulakukan. Arti dari hidup tiap-tiap manusia adalah menjadi sesama bagi orang lain. Dari perspektif Tuhan, setiap tindakan diarahkan keluar, menjauh dari inti individu masing-masing. Dalam konteks ini Yesus Kristus adalah penjelmaan sempurna orang Samaria yang baik hati! Bandingkan juga Filipi 2:3-5 yang sangat mirip dengan apa yang dituntut Yesus dari ahli Taurat itu: “Ikutilah contoh itu.“ Perumpamaan ini menilik kehidupan Yahudi semasa Tuhan Yesus hidup. Tokoh-tokoh seperti Imam, orang Lewi dan orang Samaria merupakan bagian keseharian masyarakat. Kalau kita lihat lebih teliti lagi, tugas Imam dan orang Lewi terbatas pada tugas di Bait Allah. Menurut hukum yang berlaku mereka tidak boleh “mengotori tangannya“. Kalau hukum saat itu ditafsirkan dalam arti yang sempit maka bagi para Imam dan orang Lewi, sesamanya adalah sesama hamba Tuhan yang bekerja di Bait Allah. Karena mereka terutama fokus pada ritus agama mereka kadang dinilai sebagai pemimpin yang tidak terlalu peduli. Sementara warga Samaria berada di luar tatanan masyarakat Yahudi. Dalam konteks pemikiran agama Yahudi, menggunakan orang Samaria dalam suatu perumpamaan adalah tindakan yang di luar norma.
Membantu lelaki yang berada dalam perjalanan dari Yerusalem ke Yerikho juga mengancam jiwa dan raga orang Samaria. Menolong orang tersebut menghabiskan waktu, uang dan membawa risiko bagi kehidupan si penolong. Ia bahkan tidak menerima jaminan bahwa uangnya akan kembali, laki-laki Samaria itu memberikan jaminan bahwa tagihan yang mungkin menyusul juga akan dilunasi. Saat kita mencari kasih antar sesama dan arti dari hidup kita di dunia ada sejumlah aspek yang perlu dipikirkan: • keterbatasan akibat fanatisme agama • keamanan pribadi dan situasi kehidupan warga asing yang terancam (Xenophobia) • rasa egois, malas, adanya tenggat waktu dan kewajiban yang harus dipenuhi • empati, kesiapan untuk mengurus orang lain, arti nyawa manusia, pengorbanan • Kasih Tuhan tidak mengenal batas bagi mereka yang membutuhkannya
Pertanyaan untuk Penelahaan Alkitab: 1) Apa yang bisa kita lakukan sebagai Umat Kristen untuk menjawab desakan Yesus untuk mengikuti contoh orang Samaria yang baik? 2) Di mana kita melihat tanggung jawab kita untuk membantu orang yang memerlukan bantuan, orang yang berada di jalan yang berbahaya? 3) Apa yang dapat kita pelajari dari orang-orang di lingkungan kita yang tidak menganut agama Kristen? Lesinda Cunningham
Dalam pemikiran kolektif bangsa Israel, warga Samaria dituduh mencampurkan-adukkan etnis dan agama yang berbeda-beda. Menjadikan seorang Samaria sebagai panutan adalah tindakan yang tidak bisa diterima. Karena itu, perumpamaan Yesus merupakan gebrakan radikal karena mengangkat seorang warga Samaria sebagai contoh yang sesuai dengan pemahaman Yesus bagi orang yang mengasihi sesamanya.
11 EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
Yohanes 14:1-11 Merangkul atau mengucilkan? Pembacaan Alkitab ini merupakan bagian kata-kata perpisahan Yesus kepada murid-muridnya (Yohanes 13:31-16:33). Pasal-pasal ini menjembatani kisah kehidupan Yesus serta perjamuan kudus terakhir di Yerusalem dengan masa sengsara Yesus. Yesus ingin mempersiapkan para muridnya karena sebentar lagi Ia akan meninggalkan mereka. Ia menjanjikan turunnya Roh Kudus sebagai penghibur (14:15-26 dan 16:5-15) yang akan menyokong mereka dalam setiap krisis. Para murid kuatir dan merasa takut. Mereka takut akan ditinggalkan tanpa tempat tinggal dan orientasi yang jelas. "Jangan hatimu gelisah" dengan kata-kata ini Yesus membuka pesannya. “Di rumah Bapa-Ku ada banyak tempat tinggal“ kata Yesus, Ia akan mendahului mereka ke sana untuk menyediakan tempat bagi mereka. Thomaslah yang secara terbuka mengungkapkan apa yang membuat bingung para murid: "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Tuhan pergi“. Pertanyaan ini dijawab Yesus dengan merujuk pada diri-Nya sebagai petunjuk: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.“ Siapa yang mengenal Yesus juga mengenal Sang Bapa. Desakan Philipus untuk menunjukkan, siapakah Sang Bapa dan jawaban Yesus menggarisbawahi betapa sulitnya para murid memahami apa yang ingin disampaikan Yesus. Sikap ini masih tercermin saat para murid bertemu kembali dengan Yesus yang telah bangkit (Yohanes 20 dan 21). Kata-kata Yesus diucapkan hanya kepada para murid, dalam situasi yang kritis. Para murid terperangkap antara harapan yang tinggi serta kekuatiran yang mendalam. Kata-kata Yesus ingin menghibur, memberikan kekuatan dan orientasi kepada mereka. “ Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.“ Katakata ini sering menimbulkan salah paham karena diartikan sebagai pembatasan terhadap pihak luar. Kata-kata ini mencerminkan pengalaman gereja mula-mula, yang menerima Injil Yohanes di awal abad pertama. Saat itu, mereka dikucilkan dari Bait Allah. Tapi Yesus tidak mengelompokkan orangorang dan tidak mengucilkan siapapun juga. Sebaliknya, ia berpaling pada mereka yang tersisih dari masyarakat untuk membuka jalan kehidupan bagi mereka.
Tidak seorangpun dapat mengklaim “jalan, kebenaran dan hidup“ bagi dirinya sendiri. Gambargambar ini dikaitkan dengan pengalaman eksistensial bersama Tuhan dan manusia lainnya dalam seluruh keragamannya. Suatu jalan hanya bisa dijelajahi jika jalan itu dijalani. Kebenaran dalam arti alkitabiah dan konteks Yahudi terkait dengan soal kesetiaan dan hanya bisa ditemukan jika beberapa orang bersama-sama menghadapi tantangan yang tidak diketahui. Hidup yang terpenuhi mendobrak cara berpikir yang picik. Yesus menawarkan untuk membantu para murid mengatasi rasa tahut mereka, untuk mengubah hidup mereka. Jalan-Nya adalah jalan yang lebar, yang merangkul mereka yang tersisihkan dan terpinggirkan. Kebenarannya membebaskan kita dari temboktembok yang kita bangun. Hidup Yesus bahkan mengalahkan kematian. Ia adalah jalan untuk menuju Bapa, karena dalam Dia, Bapa membuka jalan untuk mencapai umat manusia di tengahtengah dunia yang fana.
Pertanyaan untuk Penelahaan Alkitab: 1) Ketakutan apa yang membuat hati kita gelisah (Yohanes 14:1), bagaimana iman dapat membantu kita mengatasi ketakutan ini? 2) “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal“ (Yohanes 14:2). Bagaimanakah kita sebagai gereja memberikan orientasi yang berlandaskan pada keyakinan kita dalam dunia yang pluralis? Apakah kita juga terbuka bagi keragaman agama yang ada? 3) Gambar apa yang terbayang di benak kita, pengalaman apa yang bisa kita ceritakan kalau kita memberi kesaksian mengenai kepercayaan kita pada orang lain bahwa Yesus adalah “jalan, kebenaran dan hidup“? 4) Bagaimana gambar mengenai jalan Tuhan, kebenaran dan hidup dipahami dalam kepercayaan dan penafsiran agama lainnya? Bernhard Dinkelaker
Undangan untuk mengikuti Yesus dapat menimbulkan konflik. Tapi bukan karena sikap eksklusif yang menyisihkan orang lain tapi karena Yesus merangkul dan berpihak pada mereka yang hidupnya dibuat sengsara oleh orang lain.
12 EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
Kisah Para Rasul 14: 8 – 18 Pengabaran Injil tak selalu berhasil Teks ini mengisahkan tentang kotbah pertama yang ditujukan kepada bangsa Yahudi. Di sini terlihat bahwa Firman Tuhan memiliki kekuatan untuk mengubah, membebaskan dan menyembuhkan. Tapi, rakyat Yahudi saat itu tidak dapat memahaminya dari sudut pandang dunianya. Informasi latar belakang Kisah Para Rasul merupakan laporan saksi mata Lukas mengenai awal gerakan Kristen dan dimulainya pengabaran Injil. Ini bukan kisah Lukas, tapi rangkuman sejumlah cerita dari suatu gerakan. Lukas mendokumentasikanya. Ia sempat berkeliling dengan Paulus. Paulus dan Barnabas sedang melakukan perjalanan pertamanya untuk mengabarkan Injil. Mereka bertolak dari Antiokhia. Mereka tiba di Listra, sebuah kota pelabuhan kecil di Turki tengah. Bahasa Yunani adalah bahasa perantara. Setelah mengajar di sana, Paulus menyembukan orang cacat. Ia adalah orang yang duduk meminta-minta di dekat bangunan publik dan Bait Allah karena berharap untuk mendapatkan belas kasihan orang-orang. Penyembuhan orang ini memicu eforia orang-orang yang menyaksikannya, mereka percaya pada mujizat. Saat itu, manusia sering diagung-agungkan sebagai dewa. Selain itu, di Lista beredar legenda bahwa Zeus dan Hermes, dua dewa Yunani, menyamar dan tinggal di kota itu. Keduanya dikatakan menyebabkan kehancuran kota Listra. Saat orang-orang melihat mujizat yang dilakukan Paulus, mereka meyakini bahwa Zeus dan Hermes telah kembali. Dengan menggunakan bahasa lokalnya, mereka menyepakati untuk melakukan pesta kurban besar. Saat Paulus dan Barnabas memahami apa yang sedang terjadi mereka mengoyak pakaian mereka.
Paulus kemudian mulai mengajar dan memberitakan kabar baik. Tapi ia tak berhasil menggerakkan massa untuk menghentikan upacara kurban. Apalagi mengubah cara berpikir mereka dan berpaling pada Tuhan yang hidup. Massa pun marah, mereka sama sekali tidak mau mengerti apa yang tengah terjadi. Tidak terjadi pendekatan di sini. Jalan untuk memulai dialog tampaknya tertutup.
Pertanyaan untuk kelompok: 1) Hal-ha apa saja yang menghambat/menghalangi tugas pemberitaan Injil... ? 2) Apa kunci pemberitaan yang baik itu...? Hal-hal apa saja yang menjadi penghalang...? 3) Bagian-bagian yang manakah dalam upacara adat di daerah masing-masing, yang dapat diterangi oleh Injil...? 4) Pikirkan, hal-hal apa saja yang perlu dalam mengembangkan “Dialog” dengan agama lain...? Gitta Klein
Ini adalah ritual Yahudi yang merupakan ungkapan duka cita, rasa muak dan keterkejutan karena penyembahan berhala ini. Mengoyak pakaian seseorang adalah tindakan putus asa. Sebenarnya Paulus dan Barnabas datang untuk membebaskan orang-orang dari berhalanya. Mereka bukan dewa, mereka adalah utusan Tuhan yang hidup. Dengan merobek pakaian yang mereka kenakan, Paulus dan Barnabas menunjukkan bahwa dibalik semua itu mereka hanyalah manusia.
13 EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
Galatia 3: 26-29 “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani“ Paulus menantang kita untuk bersama dan dalam Kristus berpikir di luar batas-batas nasional, agama atau sosial. Dengan begitu, kita bisa menjadi kesaksian bagi pengharapan. Apakah kita menerima tantangan ini? Informasi latar belakang Siapa sebenarnya bangsa Galatia? Ada dua kemungkinan. Yang pertama, warga yang tinggal di daerah Galatia, yang sempat disinggahi Paulus dalam perjalanan kedua dan ketiganya untuk mengabarkan Injil. Kalau mereka yang dimaksud, maka surat Galatia mungkin ditulis sekitar tahun 55/56 Masehi. Atau surat ini ditujukan pada warga di Provinsi Galatia yang juga mencakup kawasan selatan yang dikunjungi Paulus dalam perjalanan pertamanya, sehingga surat ini mungkin sudah ditulis antara tahun 48 dan 51 Masehi. Mengapa Paulus menulis surat ini? Terlepas dari penerima suratnya, surat Paulus terutama ditujukan pada warga nonYahudi yang percaya pada Kristus. Latar belakang surat ini adalah krisis Galatia. Rupanya, umat nonYahudi Galatia mulai terpengaruh pihak Yahudi Kristen. Mereka menggunakan kalender hari raya Yahudi dan menyunat anak laki-lakinya. Sunat dan menjadi orang Yahudi dijadikan syarat sebelum mereka diakui sebagai pemeluk Kristen. Paulus, yang sejak lahir adalah orang Yahudi kuatir bahwa hukumTaurat terlalu menguasai kehidupan umat Kristen baru. Dengan tegas ia kembali menyampaikan kabar baik bahwa kita diselamatkan karena iman semata. Dengan cara ini, ia ingin membalikkan hati orang Galatia. Paulus mengajukan argumen ganda: di satu pihak ia menegaskan bahwa bukan asal usul tapi imanlah yang membuat seseorang menjadi anak Abraham (Kejadian 15:6) dan dengan demikian penerima berkat Tuhan (Galatia 3:6). Semua orang non-Yahudi yang percaya pada Kristus adalah anak Abraham, meski mereka tidak disunat. Di pihak lain, Paulus memandang Kristus sebagai pewaris Abraham yang sah. Dan melalui pembaptisan semua, baik yang disunat maupun yang tidak disunat, menjadi milik Kristus, berada adalam Kristus dan sudah “mengenakan“ Kristus.
Tapi, bagaimana seharusnya perumpamaan ini diartikan? Apakah perumpamaan ini hanya berlaku bagi pembaptisan? Atau lebih dari sudut pandang teologia, di mana semua orang sama di hadapan Allah? Atau ada komponen ethis sosial, yang menuntut adanya perubahan dalam kehidupan sehari-hari kita? Lalu, apa arti penghapusan semua perbedaan dalam Kristus bagi kehidupan bersama umat beragama lainnya? Keselamatan dalam Kristus berlaku bagi semua orang, tanpa melakukan perbedaan. Kalau kita sebagai umat Kristen berhasil hidup dalam persekutuan, di mana batas-batas sosial masyarakat tidak lagi mengucilkan pihak manapun, maka keragaman dan perbedaan dapat memperkaya hidup kita dan tidak lagi menyebabkan ketakutan dan kekuatiran. Barulah kita dapat bersaksi mengenai pengharapan dalam dunia yang pluralis.
Pertanyaan untuk Penelahaan Alkitab: 1) Tidak ada orang Yahudi atau Yunani, budak atau orang merdeka, laki-laki atau perempuan … bagaimana kelanjutan kalimat ini dari sudut pandang kita hari ini? 2) Bandingkan 1. Kor 9:19-22 dan 12: 12-27! Perlukah semua perbedaan etnis, sosial dan gender dihapuskan? 3) Sejauh mana Abaraham dapat menjadi tokoh integrasi bagi ketiga agama monotheis dunia? Apakah umat Kristen dapat mengakui pemeluk Islam sebagai anak dan pewaris Abraham? 4) Apa artinya bagi kita, bahwa Paulus sebagai orang yang terlahir Yahudi tidak melakukan penyunatan, ritual penting bagi semua orang Yahudi? Dalam konteks Anda, bagaimanakah hubungan antara undangan terbuka untuk menerima Injil Tuhan dan pembaptisan sebagai gerbang masuk ke dalam persekutuan Kristen? Cornelia Hole
Dalam persekutuan dengan Kristus dan dengan umat Kristen lainnya, semua perbedaan menjadi tidak relevan, baik itu perbedaan etnis, sosial atau gender.
14 EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
1. Petrus 3: 8-17 Memberi pertanggungan jawab pengharapan yang ada dalam kita
tentang
Beberapa informasi latar belakang Surat pertama Petrus dialamatkan kepada orang Kristen yang hidup tahun 100 Masehi di kawasan Asia. Saat itu, mereka mengalami berbagai bentuk penolakan dari masyarakat: mungkin mereka tidak memiliki status hukum yang sama atau diperlakukan sebagai orang asing. Sering kali terjadi serangan verbal atau libel. Pengalaman ini dinilai sebagai penderitaan, saat itu ancaman nyata atas nyawa umat Kristen belum dirasakan.
burung, ancaman, mobbing dan lain-lain). Tapi ini tak membuat kita takut lagi. Kekerasan dan penderitaan adalah realita, tapi melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, semua itu tak lagi memiliki kekuatan. Karena itu, jemaat Tuhan dituntut dan juga dimampukan untuk menjawab pertanyaan mengenai pertanggungan jawab tentang pengharapan yang ada pada diri mereka.
Pertanyaan untuk Penelahaan Alkitab: Nasehat-nasehat yang diberikan dalam situasi ini lebih terdengar seperti nasehat umum yang hampir tidak menyentuh langsung kehidupan bersama Kristus. Karena itu muncul pertanyaan, apa yang sebenarnya dinilai sebagai spesifik “Kristen“ di masa itu oleh orang non-Kristen. Dua aspek yang menarik di sini: I. Di Yunani kuno, warisan Yahudi, di mana iman dan ethik sehari-hari berkaitan erat, dipraktekkan oleh jemaat-jemaat Kristen. Di satu pihak, ini menjadi daya tarik orang Kristen baru. Di pihak lain, warisan ini dicemooh orang Yunani. “Lihat, bagaimana mereka saling mencintai.“ Kepercayaan di masa itu lebih bersifat “cultura deorum“ atau pemujaan dan perawatan dewa-dewa. Tentu kawasan itu bukan kawasan yang tidak memiliki etik, tapi hubungan kasih yang melampaui batas keluarga atau kedudukan sosial tidak dikenal di Yunani kuno. Karena itu hubungan erat antara kebaktian dan mengasihi sesama, antara iman dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari dinilai sebagai sesuatu yang spesifik “Kristen“di masa itu. II. Salah satu tanda lainnya adalah sikap orang Kristen yang menolak kekerasan dan balas dendam (ayat 9-12). Kalau dikaitkan dengan kutipan dari Mazmur 34, teks ini memiliki rujukan pada gambaran Tuhan dalam Perjanjian Lama, di mana pembalasan adalah hak Tuhan. Tapi teks ini lalu mengubahnya: pemahaman dalam Mazmur 34,17b yaitu mengenai pelenyapan semua musuh oleh tangan Tuhan, dihapuskan. Dalam Kristus, Tuhan Allah memilih untuk tidak membalas dendam tapi ikut menderita bersama Umat-Nya. 1. Petrus 3:9 mendasarkan sikap ini pada motif pemberkatan. Kita diserukan untuk memberkati orang lain, karena kita mewarisi berkat Tuhan. Memberkati seseorang berarti menyalurkan kekuatan hidup padanya. Kekuatan ini membantu untuk mengubah hidup kita menjadi lebih baik. Dan dari sini terlahir desakan untuk mengejar perdamaian. Hidup yang lebih baik ini mungkin saja diwarnai sejumlah kegagalan menyakitkan (kabar
1) Teks ini mendesak orang-orang percaya untuk menyadari, dari mana pengharapan mereka datang dan siap untuk berbicara mengenainya, jika ada ada yang menanyakannya. a. Bagaimana jawaban kita hari ini? b. Dalam situasi apa kita ditanya mengenai keyakinan kita di masa ini? (Di Jerman, agama adalah masalah pribadi sejak masa pencerahan. Pembicaraan mengenai keyakinan seseorang memiliki karakter yang sangat intim dan jarang dibahas di luar gereja masing-masing. Bagaimana dengan konteks persekutuan Anda?) c. Apa tanda-tanda istimewa keyakinan kita, dan apa yang mungkin dinilai istimewa oleh pihak luar? 2) Teks ini mungkin berasal dari kotbah pembaptisan. Apa arti pembaptisan di konteks Anda? Kapan orang meminta untuk dibaptis dan apa konsekuensinya bagi kehidupan sehari-hari kita? 3) Bila mungkin, bahaslah teks ini dengan pemeluk agama lain dan jawab pertanyaan-pertanyaan berikut: a. Apa yang unik atau lain dari agama lawan bicara kita? b. Apa pengharapan kita? c. Nasehat mana dalam surat Petrus ini masuk akal dari sudut pandang kita, nasehat mana terdengar janggal di masa kita? Dapatkah nasehat ini membantu kita mengatasi kekerasan? d. Adakah situasi nyata dalam hidup sehari-hari kita, di mana kita dapat menerapkan bersama-sama konsep “mengejar perdamaian“. Anne Heitmann
15 EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
Imprint / Impressum Buku ini adalah buka panduan untuk program “Membaca Alkitab dengan pandangan yang berbeda”. Program ini adalah bagian dari EMS-Fokus “Bersaksi tentang harapan kita – Kesaksian Kristen dalam dunia yang pluralistis”.
Redaksi: Bernhard Dinkelaker, Gabriele Mayer
Dengan lisensi cetakan dari Strube Verlage, München Ateliers et Presses de Taizé 71250 Taizé – Communauté France
Evangelisches Missionswerk in Südwestdeutschland Vogelsangstr. 62 70197 Stuttgart Tel: +49 (0) 711 636 78 – 0 Fax: +49 (0) 711 636 78 – 55 web: www.ems-online.org
Mitra bicara:
[email protected]
16 EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda