BIARA FRATER TAREKAT CMM DI TOMOHON (S AKRALIS ME DALAM ARS ITEKTUR) Marcovani Ruland Wowor 1 Alvin J. Tinangon, S T., MT2 ABSTRAK Biara adalah salah satu sarana tempat berkegiatan para biarawan/ biarawati yang dalam hal ini adalah Biara CM M untuk tempat berkegiatan para Frater CMM. Biara umumnya memiliki fungsi yang majemuk yaitu tempat tinggal, tempat ibadah, tempat studi dan tentu saja dilengkapi dengan fasilitas lainnya seperti sarana rekreasi dan olahraga, berkebun bahkan tempat pekuburan. Dilihat dari banyaknya fungsi suatu biara, maka sudah seharusnya biara dibuat senyaman dan aman mungkin sebagai suatu tempat tinggal, tenang dan sakral sebagai tempat ibadah dan berdoa, nyaman untuk tempat studi, luas dan alami untuk menunjang fungsi pendukung lainnya seperti rekreasi dan olahraga berkebun maupun pekuburan. Tetapi dari kesemua fungsi yang ada biara sangat identik dengan kesakralan, karena biara bukanlah tempat tinggal biasa melainkan tempat tinggal yang dikhususkan untuk mereka yang menyatakan diri sepenuhnya untuk melayani Tuhan lewat karya-karya mereka didunia. Untuk itulah dalam merancang biara diperlukan unsur Sakralisme didalam setiap bangunan yang ada maupun pada ruang luar, sehingga ketika memasuki biara orang akan dapat langsung merasakan perbedaan antara bangunan biara dan bangunan lainnya. Kata kunci: Biara, Arsitektural, Alami I.
PENDAHULUAN Congregatio Fratrum Beatae Mariae Virginis, Matris Misericordiae atau lebih dikenal di Indonesia sebagai frater CMM didirikan oleh M gr. Joannes Zwijsen pada tanggal 25 Agustus 1844 di Tilburg, Belanda. Di Sulawesi Utara sendiri CMM memusatkan karyanya di bidang pendidikan yaitu Yayasan pendidikan Don Bosco. Di M anado Yayasan pendidikan Don Bosco menaungi TK, SD, SM P dan SM A Katolik Frater Don Bosco. Di Tomohon sendiri CMM selain membuat Yayasan Don Bosco yang terdiri dari TK, SD, SM P sempat juga ada juga IPI dan PGSD Don Bosco yang dibuat secara bekerja sama dengan Keuskupan M anado walaupun sekitar tahun akhir tahun 90an IPI dan PGSD Don Bosco di tiadakan, selain itu CMM juga membantu umat Katolik di M atani dalam pembangunan Gereja Roh Kudus Tomohon Selatan dengan meminjamkan tanah untuk tempat pembangunan Gereja. Biara CMM yang sekarangditempati oleh para frater merupakan bekas ruangan kelas yang dialih fungsikan menjadi biara sehingga ruangan-ruangan didalam biara ini kurang memadai dan kurang mencerminkan bentuk suatu biara yang bisa dibilang bangunan sakral. Berdasarkan beberapa permasalahan tersebut disimpulkan perlu dibuat bangunan biara CMM yang baru. M engapa memilih membuat bangunan baru daripada merenovasi bangunan yang sudah ada? Hal tersebut dikarenakan bangunan biara yang ada saat ini merupakan bangunan yang sudah berumur ratusan tahun dan memiliki kondisi yang masih baik karena perawatan yang baik, sehingga bangunan ini dapat dikategorikan bangunan bersejarah. Selain 1 2
Mahasiswa PS1 Arsitektur UNSRAT Staf Dosen Pengajar Arsitektur UNSRAT
153
merupakan bangunan bersejarah sehingga tidak memungkingkan untuk dibongkar alasan lainnya adalah dengan dibangunannya bangunan baru untuk biara CMM , maka bangunan biara yang lama ini bisa kembali difungsikan sebagai ruangan kelas untuk SM P Don Bosco Tomohon. II.
METODE PERANCANGAN M etode perancangan yang digunakan adalah dengan melakukan beberapa pendekatan perancangan: Pendekatan Tipologi Pendekatan tipologi dilakukan dengan mengkaji tipologi suatu objek, dalam hal ini biara. Kajian tipologi dibagi menjadi 3, yaitu: - Tipologi History Pengkajian biara CMM dari sejarahnya. Kajian ini dilakukan untuk mengetahui nilai historikal dari biara-biara CMM ini sendiri mulai dari awal berdiri, serta revolusi-revolusi yang terjadi pada biara CMM sampai saat ini khususnya dari segi arsitektural biara. - Tipologi Fungsi Pengkajian biara CMM dari segi fungsi biara secara menyeluruh maupun fungsi ruang-ruang arsitektural didalam biara. - Tipologi Geometri Pengkajian bentuk-bentuk geometri yang biasa digunakan dalam perancangan suatu biara CMM , baik dari bentuk bangunan secara menyeluruh, bentuk-bentuk ruang didalamnya serta bentuk arsitektural lainnya yang ada dalam biara CM M . Pendekatan Tematik Pendekatan tematik dilakukan agar suatu objek yang dirancang memiliki arah perancangan yang jelas sehingga setiap bangunan yang dirancang memiliki karakter tersendiri yang sesuai dengan fungsi bangunan. Tema yang digunakan adalah Sakralisme dalam arsitektur karena sesuai dengan objek perancangan yaitu biara frater CMM yang tergolong dalam bangunan yang sakral. Tema sakralisme diaplikasikan dalam segi arsitektural seperti gubahan bentuk, ruang-ruang arsitektural, rancangan tapak serta penggunaan ormanen arsitektural menimbulkan suasana yang sakral di dalam objek rancangan. Pendekatan Tapak dan Lingkungan Pendekatan tapak dan lingkungan dilakukan dengan pemilihan lokasi site yang sesuai untuk pembangunan biara berdasarkan dengan kriteria penilaian tapak dan lingkungan yang dibuat dan didukung dengan perencanaan wilayah kota yang ditetapkan pemerintah kota tempat lokasi dibangunannya biara. Setelah mendapatkan lokasi site yang sesuai maka dilakukan analisa dan pengolahan terhadap site yang terpilih sehingga menjadi lahan yang siap untuk dibangun sebuah biara di atasnya. Pendekatan Gubahan bentuk dan ruang arsitektural Pendekatan gubahan bentuk dan ruang arsitektural dilakukan untuk memperoleh program ruang seperti kebutuhan ruang dalam suatu biara, jumlah ruang, besaran ruang dan karakteristik ruang dalam biara. Diketahuinya program ruang menjadi dasar untuk menentukan, luas massa bangunan dan luas ruang luar dan kemudian dapat dibuat gubahan bentuk bangunan. Pendekatan Struktur dan Utilitas Bangunan biara yang dibangun harus memiliki struktur yang kokoh, utilitas yang nyaman serta memadai, sesuai dengan kondisi site dan lingkungan juga harus bersinergis dengan tema sakralisme. melakukan pengkajian tema, program ruang, bentuk, tinggi, luas bangunan, kondisi tapak dan eksisting site membuat kita dapat 154
menentukan penggunaan struktur dan utilitas yang sesuai dengan bangunan biara dengan tema sakralisme. Pendekatan dengan Perumusan Konsepsi-konsepsi Desain Pada tahap ini dirumuskan cara apa yang akan dilakukan untuk mentransformasikan kajian tipologi, tema, tapak dan lingkungan, program ruang, gubahan bentuk serta kajian struktur dan utilitas yang telah kita rangkum ke dalam suatu konsep desain arsitektural biara frater CMM dengan tema sakralisme dalam arsitektur. Dilakukan dengan menyiapkan beberapa alternatif yang kemudian dipilih alternatif yang terbaik untuk ditransformasikan Pendekatan Transformasi Desain Setelah merumuskan cara untuk mentransfomasikan berbagai kajian yang dilakukan dengan cara pemilihan alternatif maka, alternatif-alternatif yang terpilih digabungkan dan menjadi konsep-konsep desain arsitektural. III.
KAJIAN PERANCANGAN Definisi Objek “Biara Frater Tarekat CMM di Tomohon” adalah asrama/tempat tinggal, pusat kegiatan dan pelayanan hidup membiara dari frater Tarekat CMM di Tomohon. Kedalaman Pemaknaan Objek Perancangan Biara tergolong dalam bangunan yang sakral, didalamnya tinggal biarawan yang hidup sesuai dengan spiritualitas dari kongregasi mereka. Dalam suatu biara haruslah terdapat sebuah kapel tempat dimana biarawan berdoa. Kapel menjadi tempat yang paling disakralkan di dalam sebuah biara, karena didalam kapel terdapat sebuah tabernakel tempat penyimpanan roti dan anggur yang telah diberkati dalam kepercayaan agama Katolik adalah tubuh dan darah Yesus Kristus. Sesuai dengan hirarki ruangnya kapel biasanya ditempatkan di bagian biara yang memiliki tinggkat kebisingan rendah, karena itu kapel diletakkan dekat dengan kamar atau dibagian lain yang berkesan sunyi. Kamar biarawan bersifat sangat privat dan orang lain tidak diperkenankan masuk kedalam karena itu bagian tempat kamar-kamar biarawan memiliki kesan yang hening dan sunyi. Selain kapel dan kamar dalam sebuah biara CMM juga harus memiliki ruang rekreasi sebagai tempat rekreasi dan ruang makan yang diletakkan bersebelahan, pada beberapa biara kedua ruangan ini disatukan menjadi satu ruangan. Sebagai biara yang aktif biara CM M juga harus memiliki ruang tamu untuk tamu yang berkunjung serta toilet untuk tamu. Parkir untuk tamu biasanya dibuat didepan biara sedangkan untuk kendaraan milik biara memiliki garasi sendiri. Desain biara biasa dibuat tertutup dengan taman di tengah dan di depan biara. Di Eropa sendiri desain bangunan biara memiliki gaya klasik dan hampir mirip dengan kastil dengan penggunaan material dan warna natural sehingga menimbulkan kesan yang sakral. Prospek dan Fisibilitas Proyek Biara CMM yang baru dengan tema Sakralisme dalam Arsitektur ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan para frater baik dari segi rohani maupun dari segi manusiawi, karena biara ini dirancang dengan memperhatikan kebutuhan ruang, besaran ruang, kenyamanan di dalam biara serta menonjolkan kesakralan baik dari segi arsitektural maupun suasanan yang timbul dalam biara.
155
96 52 0
96 05 0
96 057 0
07 0 0
07 052 0
507 0 0
70 05 0
017 0 0
217 05 0
Pet aAdm inis t a r si
1 5 0 0
( Desa/ Ke l ur a han) KOTATO MOHO N 51 05 0
U n T i o rD u a # #
05 0 052 0
n T i o rS a tu
05 0
01 0
51 52 0
1 25 05 0
51 0
02 0
52 0
e M rte
KE T ERANGAN: u S n g a id a n A n a k u s n g a i Ja l a n a u t m a d a n Ja l a n la in n y a a D n a u
K lin w o #
BAT AS A D IM IN S T RAS I
51 0 0
KEC. TOMOHO NUTARA
a tB a s K a b u p a t n e a tB a s K e a m c a t a n a tB a s e D a /s K e lu r a h n
1 05 0 0
Y #
K a ka sk se a n S a tu #
#
Km u e l mu b ia I()
#
K o t a / b I u k a o t K a b u p a t n e b Iu o k a tK ce a ma t n e D a /s lK e u a r h a n
#
K a ka sk sa n e u Da
D se a / K e lu r a h a n
#
K a a ks a k n e s D u a
Ma t n i u D a
m e T b o a n
K a a ks a k n e s a S u t
Ma t n i a S u t
iT n o r D u a
#
K ka sk sa n e Ta g i
u Ru r ka n
Wa li n a
Y #
1 74 05 0
#
T e mo b n a #
#
41 57 0
T la te D a u #
#
K a a m si K ya w a u
T a te l e S ta u
#
#
K lo n o a g n
#
KEC. TOMOHON TIMU R
#
K a a ks a k n e s T ig a K a m a is
Ma t n i iT g a
iT n o r a S u t
P a n g o l mb ia n
o T n d a n g o w
K a m p u n g J a w a
P la s e a t n D u a
u T ma a n t a g t n g
K a a yw u
P la s e a t n S u a t
U lu in d a n o
K in ilo w
P in a a sr
W a ila n
K o lo n g a n K u m e lm e b u a i
R u r a k n T a le e t u D a
W a lia n W o lo a n D u a
P sa a l tn e S ta u #
KEC. TOMOHON TENGAH
P sa a l tn e Da u
#
T a a r t-a a r S a tu
T ra -a tra a Du a
#
#
Wo l a o n S ta u
La h n e d o n g
T a le e t a S t u
W o lo a n S a t u
La n o s t
T a r a t- a r u D a
W o lo a n T ig a
#
M a tn a iD u a
#
Wo a o l n u Da
a M ta in g T i a # T a r a t- a r a S t u
#
Wo a o l n T i a g
#
1 54 0
1 054 0
M ta n a iS ta u Wa a il n #
KEC. TOMOHO NBARAT L n a so t
#
#
u lU n i a d o n #
Km a u p g n J w a a
In e dxo L k sa P i e ta
#
056
0
056
0
07
0
7
05
0
07
0
7
05
0
Tm u a tn a tg n a g
41 52 0
2
0
051
051
0
KEC. TOM OHONSELATAN
0
0
02
0
#
Pn i a r s
1 24 05 0
L h a n e o d g n #
Pn a o g o l b ma i n 1
# 01
0
1 04 0 0
0
w u o
0
D .n iL
41 0 0
a Du m t : WS G- 8 4 P o r e y isk :U T M , o Z n e 5 1
Tn o a d g n w o #
1 73 05 0
S UM BER:
96 52 0
96 05 0
96 057 0
07 0 0
07 052 0
507 0 0
70 05 0
017 0 0
217 05 0
31 57 0
Lokasi dan Tapak Lokasi Lokasi site berada di Kota Tomohon, tepatnya kelurahan M atani 1, Kecamatan Tomohon Tengah. Batas – batas Kota Tomohon adalah sebagai berikut: - Utara : Kabupaten M inahasa Induk - Selatan : Kabupaten M inahasa Induk - Barat : Kabupaten M inahasa Induk - Timur : Kabupaten M inahasa Induk
1 .P e a t Da s a r R IB a Bk o s u r a n t a ls a k la 1 :5 0 .0 0 2 .B a p d eaK oa t To mo h onTh n .2 0 0 5
Gambar Peta Administrasi Kota Tomohon Kondisi Tapak (sumber: BAPEDA Tomohon) Berdasarkan kriteria pemilihan site, maka site terpilih berada bagian pinggiran kota Tomohon yang mengarah ke Tondano, tepatnya dikelurahan M atani 1 batas – batas Site: - Utara : Perkebunan - Selatan : Jalan Raya Tomohon - Tondano - Barat : Perkebunan - Timur : Lokasi pembangunan Gereja Katolik Roh Kudus
SITE
Kajian Tema Pada perancangan Biara CMM ini tema yang diangkat adalah Sakralisme dalam Arsitektur. Bangunan biara dirancang dengan mengaplikasikan unsur – unsur sakral dalam agama katolik kedalam desain sebuah biara. Pengaplikasian unsur Sakral ini tidak hanya dalam konsep bentuk, ruang maupun tapak tetapi juga diaplikasikan kedalam suasana yang tercipta didalam biara.
U
Gambar : Existing Site Sumber : Survei lapangan
Penerapan S akralisme dalam perancangan Arsitektur Penerapan Sakralisme dalam Arsitektur pada zaman dulu khususnya di negara – negara Eropa sangat kental dengan konsep Gothik atau Baroq. Karena itu banyak desain bangunan keagamaan khususnya agama Katolik seperti gereja dan biara didesain gaya tersebut. Setelah selama beberapa saat kurang diminati gaya ini mulai tren kembali dalam perancangan bangunan – bangunan gereja di Indonesia saat ini. Tetapi untuk model desain sebuah biara yang mencerminkan kesederhanaan dari hidup membiara para biarawan konsep gotik dan baroq ini terasa terlalu mewah, selain itu beberapa perubahan pada kondisi alam seperti global warming membuat konsep sakral pada zaman sekarang bisa dikatakan mengalami pergeseran. Konsep sakral sekarang ini terasa lebih tepat jika mampu bersinergi dengan keadaan alam karena alam merupakan unsur kesakralan yang murni, dengan kata lain konsep sakral tidak lagi terlalu mementingkan tentang kemegahan tetapi lebih mementingkan pada konsep yang bersahabat dengan alam sekitar. Oleh karena itu dalam perancangan biara ini dirasa lebih tepat jika menggunakan konsep sakralisme yang lebih menjurus kepada sakralisme yang lebih modern dengan pertimbangan kondisi lingkungan sekitar site.
156
Berdasarkan pertimbangan diatas maka bangunan biara CMM ini dibangunan dengan konsep kesakralan yang lebih menjurus pada kesakralan yang lebih natural/ alami dengan perancangan yang memanfaatkan potensi site, mempresentasikan kultur lingkungan sekitar site tanpa meninggalkan konsep sakral yang telah ada sebelumnya, sehingga bangunan biara dengan tema sakralisme dalam arsitektur ini dapat menyatu dengan lingkungan sekitar, diterima masyarakat serta tetap mampu mencerminkan ciri biara sebagai bangunan sakral. Beberapa faktor penting yang perlu dipahami dalam perancangan bangunan dengan tema sakral adalah: - Religius Bangunan yang dibangun harus memiliki nilai religius sesuai dengan agama yang diprentasikan oleh bangunan, pemilik dan penggunanya tersebut. Agar mampu mempresentasikan nilai religi dari bangunan seorang arsitek harus mampu memahami agama yang dipresentasikan oleh objek yang akan dirancang. - Estetika Sebuah bangunan yang dirancang haruslah memiliki nilai estetika/ keindahan tertentu sehingga desain bisa dianggap berhasil - Etika Dalam mendesain bangunan sakral seorang arsitek harus memiliki etika yang baik. Seorang arsitek harus memperhatikan faktor-faktor lingkungan sehingga rancangan objek tidak merusak alam, dan tidak mengganggu lingkungan sekitar melainkan mampu memanfaatkan potensi dan kondisi sekitar site sehingga objek yang tercipta dapat bersinergi dan bersahabat dengan alam dan lingkungan sekitar. Unsur – unsur penting dalam perancangan bangunan biaradengan tema sakralisme yang natural: Struktur, Bentuk dan Ruang Struktur bangunan lebih sederhana dan sesuai dengan beban yang dipikul. Bentuk bangunan lebih minimalis dengan besaran ruangan sesuai dengan kebutuhan besar ruangan. Geoffrey Simmins dalam tulisannya yang berjudul “Sacred Spaces and Sacred Places” memaparkan bahwa dalam perancangan bangunan sakral sangat mementingkan proporsi dalam membentuk ruang maupun struktur suatu. Dalam menentukan proporsi pada bangunan sakral digunakan suatu pembanding yaitu phi (ɸ) yang disebut sebagai “the golden section” dalam skala numerikal ɸ=1,618. skala proporsi dengan pembanding phi misalnya lebar 3m maka panjang 3xɸ yaitu 3x1,618= 4,854 m atau di bulatkan 5 m. M aterial Bangunan M aterial bangunan yang digunakan sederhana, natural dan berkesan menyatu dengan alam. Penggunaan material dari alam lebih di maksimalkan, seperti kayu, batu, bambu dan lain-lain. Warna pada bangunan tetap menggunakan warna netral dan warna alami material. Penggunaan material disesuaikan dengan kondisi lingkungan site. Elemen Ruang Luar Desain elemen ruang luar tetap dipertahankan sama seperti pada zaman pertengahan. Perbedaanya penggunaan ruang luar hijau lebih dimaksimalkan seperti pembuatan taman dengan unsur tumbuhan dan air sedangkan unsur tapak lebih di minimalisir. Pembuatan plaza lebih dikurangi karena lebih menekankan pada ruang hijau. Penggunaan ornamen taman tetap dipertahankan seperti patung dan lain-lain. 157
Pada desain biara pembuatan claustros tetap dipertahahankan tetapi claustros yang dibuat lebih seperti ruang hijau (taman) bukan plaza dari pavingstone atau material tapak lainnya. Ornamen Bangunan Ornamen pada bangunan masih digunakan tapi penggunaannya lebih sedikit dari penggunaan pada bangunan gotik dan barok zaman pertengahan. Penggunaan relief bangunan lebih sederhana dari sebelumnya bahkan pada sebagian kasus relief bangunan tidak digunakan lagi. Penggunaan ornamen orang suci seperti patung tetap digunakan terutama di dalam kapel, pada ruang luar atau di sudut koridor. Pencahayaan dalam Bangunan Pencahayaan pada bangunan terbagi pencahayaan alami dan buatan. Pencahayaan alami berasal dari cahaya matahari yang masuk kedalam bangunan. Pada bangunan sakralisme untuk pencahayaan alami ditekankan bagaimana memanfaatkan cahaya matahari. M isalnya untuk bagian kamar kita letakan dibagian timur agar matahari pagi yang menyehatkan masuk kedalam kamar. Sedangkan pada Kapel kasusnya adalah bagaimana untuk menangkap sinar matahari yang merupakan sumber cahaya dan energi utama dari bumi dan di anggap cahaya yang sangat sakral dalam agama Katolik. Dalam tema sakralisme bangunan diolah agar mampu menangkap cahaya matahari dan memasukkan kedalam bagunan sehingga cahaya matahari yang masuk ke bangunan dapat menambah kesan sakral pada bangunan. Kultur lingkungan Dalam merancang bangunan sakral arsitek harus mengetahui kultur lingkungan disekitar site seperti kebiasaan masyarakat, model arsitektur lingkungan, kondisi lingkungan, potensi site bahkan mampu memanfaatkan sumber daya yang ada pada site dan lingkungan sekitarnya. IV.
ANALIS A PERANCANGAN Program ruang dapat dilihat pada tabel berikut:
Pelaku Kegiatan
Owner (Frater CMM)
Uskup
P astor
Aktif itas
Kebutuhan Ruang
Berdoa dan mengikuti P erayaan Ekaristi Istirahat (tidur) Makan dan minum MCK Belajar/ menyiapkan bahan ajar Rekreasi Bertemu P engunjung/tamu Membaca P ertemuan/ rapat besar Olahraga Memarkir kendaraan biara yang digunakan Masuk Memimpin P erayaan Ekaristi P ersiapan perlengkapan Ekaristi dan ganti pakaian imam Bertamu Makan dan minum Istirahat MCK Masuk Memimpin P erayaan Ekaristi P ersiapan perlengkapan Ekaristi dan ganti pakaian imam Bertamu
Kapel Kamar tidur Ruang makan WC/KM Ruang kerja, P erpustakaan, Ruang Komputer Ruang Rekreasi Ruang Tamu P erpustakaan Ruang serba guna Ruang Serba Guna, Taman Garasi
158
P arkir Kapel Sakristi Ruang tamu Ruang Makan Kamar Uskup WC/KM P arkir Kapel Sakristi Ruang tamu
P engunjung Biarawan
P engunjung Awam
Housekeeper
Tukang kebun
Makan dan minum Istirahat MCK Masuk Bertamu Istirahat Berdoa dan mengikuti perayaan Ekaristi P ertemuan/ rapat Makan dan minum MCK Masuk Bertamu, konsultasi, menerima bimbingan Rohani Berdoa dan mengikuti perayaan Ekaristi Buang air Masuk Membersihkan biara
Menyimpan peralatan Memasak Mencuci pakaian Menyetrika dan menyimpan pakaian Frater Makan dan Minum Menyimpan peralatan Buang Air Masuk Merawat taman dan kebun biara Menyimpan peralatan Makan dan minum Buang Air
Ruang Makan Kamar tamu WC/KM P arkir Ruang tamu Kamar tamu Kapel Ruang serba guna, ruang tamu Ruang Makan WC/KM P arkir Ruang tamu Kapel Toilet P arkir Koridor, Kapel, Ruang Tamu, Dapur, Ruang Makan, Toilet, Ruang Rekreasi, Ruang Serba Guna, Kamar Tamu, P antry, Lokerroom, P erpustakaan, Ruang Kerja, Ruang Komputer Gudang Dapur, P antry Laundry lokerroom P antry Gudang Toilet P arkir Taman dan kebun Gudang P antry Toilet
Analisa Lokasi dan Tapak Batas-batas : - Utara : Perkebunan - Timur : Gereja Katolik Roh Kudus yang sedang di bangun dan pemukiman - Selatan : Jalan Raya Tomohon-Tondano, pemukiman - Barat : Perkebunan Luas tapak • Luas site : 15046 m2 • Lebar jalan menuju site : 8 m • KDB maks = 40 % KDB yang digunakan 20% karena rencana pembangunan ruang luar biara meliputi perkebunan, lahan pekuburan, parkir, taman. • KLB maks : Biara CMM yang akan dibangun seperti juga biara lainnya bukan murni bangunan keagamaan saja tetapi merupakan penggabungan antara bangunan keagamaan dan tempat tinggal. Berdasarkan RT/RW kota tomohon KDB maksimal bangunan rumah tinggal fungsi ganda adalah 150% • Ketinggian lantai maksimal sesuai RT/RW kota Tomohon: 3 lantai • Panjang sempadan jalan sesuai RT/RW kota Tomohon untuk bangunan keagamaan adalah 10 m : Luas sempadan = 10 m x panjang site (10 x 62,8) + (10 x 66,8) = 628 + 668 = 1296 m2 159
Luas Site Efektif
= Luas site – luas sempadan = 15046 – 1.296 = 13750 m2
Luas Lantai Dasar maks = KDB x LSE = 20% x 13750 = 2750 m2 • TLL maks = (KLB x LLD) + LLD = (100% x 2750) + 2750 = 5500 m2 Kapasitas maksimal ruang dalam site 5500 m2 dengan maksimal total luas lantai dasar adalah 2750 m2. Berdasarkan perhitungan besaran ruang dalam yang di butuhkan adalah 1717,3 m2. Itu artinya lantai dasar bangunan masih dapat dilakukan perluasan sampai 1032.7 m2. Sedangkan untuk perluasan secara vertikal adalah 2750 m2. Jadi total perluasan bangunan yang masih bisa dilakukan sesuai standar RT/RW kota Tomohon adalah sebesar 3782.7 m2. •
V.
KONS EP – KONS EP dan HAS IL PERANCANGAN Transformasi Bentuk Transformasi bentuk pada biara CMM ini berasal dari bentuk-bentuk sederhana yang
sesuai dengan skala proporsi fibonaci serta mencerminkan salah satu ciri khas tema kesakralan yaitu kesederhanaan yang juga menjadi salah satu prinsip dalam hidup membiara. Selain bentuk sederhana bentuk yang digunakan dalam perancangan biara ini adalah bentuk dari simbol-simbol sakral seperti bentuk salib.
Massa 1 Bentuk pada massa 1 berasal dari bentuk sederhana yaitu bentuk kotak dengan skala perbandingan yang sesuai dengan skala proporsi fibonaci. Ruangan-ruangan yang berbentuk kotak ini kemudian dikelompokan bersama-sama menjadi satu dengan penghubung berupa selasar yang sesusai dengan tipologi biara pada umumnya yang memiliki penghubung tiap ruangan berupa selasar
DIKELOMPOKAN
PENAMBAHAN PENGHUBUNG
Bentuk kamar berasal dari bentuk kotak yang di beri penambahan bentuk segitiga pada bagian atas sebagai atap dan pada bagian samping sebagai bagian kamar yang berfungsi menangkap cahaya matahari pagi Penggunaan model atap sederhana dengan satu miringan seperti pada atap bangunan sederhana di Tomohon
Model segitiga ini berfungsi sebagai jendela yang akan menangkap cahaya matahari pagi
160
BENTUK MASSA
Massa 2
Bentuk pada massa 2 yang pertama kali dirancang adalah bentuk massa kapel dimana bentuk awal kapel berasal dari bentuk segitiga yang di beri penambahan bentuk kotak. Setelah kapel dibentuk kemudian dikelompokan dengan bentuk kamar seperti pada massa 1. Seperti halnya pada massa 1, pada massa 2 pun diberi penghubung berupa selasar
PENAMBAHAN
PENGELOMPOKAN
Tampak Atas
Tampak Depan PENAMBAHAN PENGHUBUNG
BENTUK MASSA
Massa 3 Bentuk dasar massa 3 adalah bentuk salib yang merupakan salah satu simbol yang melambangkan kesakralan dari umat Kristiani. Bentuk salib ini kemudian di beri penambahan bentuk kotak dengan skala perbandinga yang sesuai dengan skala perbandingan fibonaci.
Arti salib bagi umat Kristiani: • Simbol Kesakralan • Penebusan dosa • Kemenangan dan kebanggaan bagi umat Kristen • Melambangkan Hubungan manusia dengan Tuhan dan Hubungan manusia dengan sesama manusia TUHAN
Manusia
PENAMBAHAN
Manusia
Manusia
BENTUK MASSA
161
Massa 4 Bentuk dasar massa 4 adalah bentuk kotak dengan perbandingan skala proporsi sesuai dengan fibonaci. Bentuk ini hanya di beri unsur garis sebagai sehingga bentuk kotak kelihatan terbelah menjadi 2 bagian
PENAMBAHAN UNSUR GARIS
BENTUK MASSA
Konfigurasi Massa TUHAN
Manusia
Manusia
Hubungan antara manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia dalam perancangan biara CMM ini juga diwujudkan pada konfigurasi massa. Dimana massa 3 yang berbentuk salib diletakkan di bawah kapel, kapel disini melambangkan rumah Tuhan. Sedangkan untuk hubungan manusia dengan manusia maka di letakkan dibagian kiri dan kanan salib yaitu kamar-kamar sebagai salah satu wadah interaksi sesama manusia
Manusia
M
K A M A R AREA SERVIS
M
T RG. MAKAN & REKREASI
K A M A R
M
162
KAPEL
Massa 1 yang berisi Kapel, Sakristi dan sebagian kamar diletakkan dibagian belakang site yang merupakan bagian tertinggi pada site juga merupakan bagian terjauh dari jalan utama sehingga kebisingan kendaraan tidak sampai ke bagian Kapel. Hal ini dilakukan agar orang yang beribadah di Kapel memperoleh kenyamanan, keheningan, ketenangan dan tidak terganggu oeh kebisingan.
Massa 3 yang berisi area servis, ruang makan & Rekreasi serta sebagian kamar diletakkan dibagian samping kanan site dimana bagian servis diletakan dipaling kanan sehingga kegiatan servis tidak menggangu kegiatan frater didalam biara
Perletakan massa 1 & 3 juga berdasarkan perlambangan salib seperti yang dijelaskan diatas
Massa 4 yang berisi Ruang Serbaguna yang biasa digunakan sebagai ruang olahraga diletakan dibagian paling terpisah dari massa lain yaitu dibagian sebelah barat laut site berlawanan dengan Kapel sehingga kebisingan dari Ruang Serbaguna tidak Menggangu kenyamanan ibadah didalam Kapel
Massa 1 Yang berisi Ruang Tamu, Perpustakaan, Ruang Komputer, Ruang Kerja dan sebagian Kamar diletakkan di bagian depan yang dekat dengan entrance, dimana Ruang Tamu diletakkan dipaling depan sesuai dengan hirarki ruang pada biara
163
GAMBAR HAS IL PERANCANGAN
SITEPLAN
FASADE KAPEL
PERSPEKTIF MASSA 1
EXTERIOR 164
VI.
PEN UTUP Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa perancangan bangunan Biara dengan tema Sakralisme sangat cocok, kerena tema sakralisme dapat mewadahi aspek kerohanian dari suatu bangunan biara ini. Perancangan bangunan-bangunan bersifat rohani seperti Gereja, Biara, Pusat Ret-ret dan lain-lain sangatlah cocok untuk menggunakan tema Sakralisme dalam arsitektur, karena tema ini dapat mewadahi segi religi dari bangunan seperti biara atau gereja. Dalam Perancangan bangunan dengan tema kesakralan sebaiknya memperhatikan aspek seperti lingkungan dan kultur masyarakat sekitar. Perancangan bangunan dengan tema sakralisme pada zaman ini sebaiknya mengunakan konsep sarkralisme yang lebih natural karena pertimbangan global warming. Dalam desain biara dengan konsep Sakralisme yang natural material didominasi oleh material alam yang ramah lingkungan seperti kayu kelapa, Bambu, bata merah, kerikil, dan Alang-alang. Penggunaan material ini menyebabkan banyak keuntungan yaitu: ramah lingkungan, mudah dirawat, murah, mudah didapat, sederhana, nyaman, menyatu dengan alam dan mencegah pengaruh global warming.
VII.
DAFTAR PUS TAKA BAPPEDA Kota Tomohon, “Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRWK) Kota Tomohon 2006- 2016”. Tomohon 2006. Stegers, Rudolf. 2007. “Sacred Buildings”. Berlin: Birkhauser. Simmins, Geoffrey.”Sacred Spaces and Sacred Places”. PDF book Web search: • http://mariannhillmonastery.org.za/gallery/ 10.00, 20-11-2012 • http://cookjmex.blogspot.com/2010_10_01_archive.html 10.05, 20-11-2012 • http://es.wikipedia.org/wiki/Convento_de_Santo_Domingo_%28Oca%C3%B1a%29, 12.00, 21-11-2012 • http://es.wikipedia.org/wiki/Convento_de_las_Salesas_Reales_%28M adrid%29, 12.30, 21-11-2012 • http://www.tomar.comlu.com/album/convento.htmhttp://www.panoramio.com/photo/ 71525978, 12.45, 21-11-2012 • http://pt.wikipedia.org/wiki/Convento_de_Cristo, 14.00, 21-11-2012 • http://tomar.com.sapo.pt/convento.html, 10.00, 22-11-2012 • http://khedanta.wordpress.com, 11.00, 24-06-2013
1. 2. 3. 4.
165