Judul : Terminal Bus Jatijajar, Depok Nama/ NPM : Yerima Widia Yani / 20302084 Pembimbing : 1. Ir. Arief Rahman, MT. 2. Agung, ST., MT. ABSTRAK Terminal bus merupakan salah satu sarana infrastruktur yang memberikan pemecahan terhadap masalah transportasi angkutan darat, dalam rangka pengaturan dan pengendalian sirkulasi angkutan umum khususnya bus. Posisi geografis Kota Depok sangat strategis karena dilalui oleh lintasan regional dari utara selatan dan barat timur. Potensi kota mendatang akan ditandai juga dengan berkembangnya fungsi jasa dan perdagangan yang akan melayani wilayah belakang (hinterland) seperti Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor. Lintasan ini akan menjadi semakin strategis dengan membaiknya akses Kota Depok dan Kota Jakarta. Gambaran kondisi lalu lintas di Kota Depok saat ini adalah rendahnya tingkat pelayanan jalan atau kapasitas jalan di beberapa ruas seperti Jl. Raya Sawangan, Dewi Sartika, Tole Iskandar dan Siliwangi, Raya Bogor, dll. Dengan berkembangnya pusat kota yang berada di Jl. Margonda, maka lokasi keberadaan terminal harus ditinjau ulang. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dibutuhkan Terminal Angkutan Penumpang Tipe B yang baru untuk mendukung perkembangan transportasi di Kota Depok. Kata kunci :
Terminal Bus, Depok
I. Pendahuluan A. Latar Belakang Terminal bis merupakan salah satu sarana infrastruktur yang memberikan pemecahan terhadap masalah transportasi angkutan darat, dalam rangka pengaturan dan pengendalian sirkulasi angkutan umum khususnya bis. Posisi geografis Kota Depok sangat strategis karena dilalui oleh lintasan regional dari utara - selatan dan barat timur. Potensi kota mendatang akan ditandai juga dengan berkembangnya fungsi jasa dan perdagangan yang akan melayani wilayah belakang (hinterland) seperti Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor. Lintasan ini akan menjadi semakin strategis dengan
membaiknya akses Kota Depok dan Kota Jakarta. Gambaran kondisi lalu lintas di Kota Depok saat ini adalah rendahnya tingkat pelayanan jalan atau kapasitas jalan di beberapa ruas seperti Jl. Raya Sawangan, Dewi Sartika, Tole Iskandar dan Siliwangi, Raya Bogor, dll. Dengan berkembangnya pusat kota yang berada di Jl. Margonda, maka lokasi keberadaan terminal harus ditinjau ulang dilihat dari berbagai aspek. Beberapa masalah yang terkait dengan keberadaan terminal di Jl. Margonda saat ini : −
Lokasi terminal yang melayani seluruh moda angkutan ukuran besar, sedang, dan kecil antar kabupaten dan antar propinsi (tipe B)
−
Kapasitas terminal sudah tidak memadai untuk dikembangkan dengan tipe pelayanan tersebut − Perkembangan kegiatan komersial dan perdagangan tampak pesat berkembang di Koridor Margonda dan meningkatkan kebutuhan pelayanan angkutan umum yang nyaman − Pertumbuhan volume lalu-lintas yang diakibatkan perkembangan tersebut semakin besar sehingga sulitnya menata lalu lintas regional di pusat kota − Kondisi internal terminal saat ini relatif padat selain bercampurnya moda angkutan juga kegiatan informal − Berkembangnya kerawanan sosial di dalam terminal akibat terjadinya konsentrasi berbagai moda angkutan di pusat kota sehingga sulit dikendalikan − Kenyamanan pengguna terminal menurun karena sempitnya area terminal dan PKL yang sulit diatur, − Lokasi terminal di pusat kota perlu disesuaikan dengan kondisi perkembangan ruang di sekitarnya − Lahan sulit dikembangkan (terbatas) akibat mahalnya harga lahan, sehingga sulit untuk bersaing dengan kegiatan lain dan fungsi terminal regional (Tipe B) tidak sesuai lagi berlokasi di Kawasan Margonda − Moda angkutan dari pinggir kota seringkali tidak mau masuk ke terminal karena alasan macet, sehingga mengurangi pendapatan retribusi terminal − Disamping itu berkembangnya terminalterminal bayangan yang dimanfaatkan oleh oknum secara ilegal dan merugikan pemerintah kota seperti timbulnya kemacetan, kerawanan sosial, dll. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dibutuhkan terminal angkutan penumpang tipe B yang baru untuk mendukung perkembangan transportasi di Kota Depok.
B. Maksud Penelitian Meningkatkan kinerja sistem transportasi kota depok Merencanakan sebuah terminal jatijajar, Depok sesuai dengan kebutuhan perkembangan transportasi di kota depok C. Tujuan Penelitian Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kepada masyarakat, untuk mendapatkan kemudahan dalam hal transportasi, khususnya angkutan bis. Integrasi terminal bis dengan fasilitas lainnya, terutama pada bidang transportasi. Menyelaraskan dengan peraturan RUTR (rencana umum tata ruang) kota depok 2005-2010. Mengatur kelancaran arus lalu lintas dan angkutan jalan raya, dengan pelayanan jasa angkutan bis yang baik, tertib dan aman. Menyelaraskan dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih dan tinggi. D. Sasaran Penelitian Ditinjau dari segi perkembangan wilayah, maka adanya terminal akan mengembangkan wilayah sekitar. Meningkatkan kualitas lingkungan, yakni pemindahan terminal ke lokasi yang lebih tepat akan mengurangi bissing suara dan polusi udara. Menampilkan struktur sebagai estetika bangunan, untuk menghasilkan bangunan yang menarik dari segi arsitektur. II. GAMBARAN PROYEK A. Deskripsi Proyek − Kasus Proyek : “Terminal Jatijajar, Depok” − Tema Proyek : Eco-Terminal − Status Proyek : Dalam tahap rencana
− − − −
Lokasi Proyek : Jl. Raya Bogor, Kec. Cimanggis, Depok Pemilik Proyek : Pemerintah Kota Depok Pendanaan Proyek: Pemerintah dan Swasta Luas Lahan : ± 11 Ha
B. Gambaran Umum 1. Gambaran Kota Depok Kota Depok merupakan bagian dari Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak antara 60 19’ 00” – 60 28’ 00” Lintang Selatan dan 1060 43’ 30” - 1060 55’ 30” Bujur Timur. Berdasarkan letaknya, Kota Depok diapit oleh Propinsi DKI Jakarta, Kabupaten Bogor, Kabupaten Tangerang, dan Kabupaten Bekasi. Jarak dari pusat Kota Depok ke Kota Jakarta, Bekasi, Bogor dan Tangerang masingmasing adalah 10 km, 60 km, 20 km dan 80 km. 2. Standar Teknis Terminal Pengertian Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31/1995 tentang Terminal Transportasi Jalan dan buku rujukan Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang Tertib. Terminal penumpang adalah: prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum. Terminal transportasi merupakan: a. Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan umum. b. Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan dan pengoperasin lalu lintas. c. Prasarana angkutan yang merupakan bagian dari sistem transportasi untuk melancarkan arus penumpang dan barang. d. Unsur tata ruang yang mempunyai peranan penting bagi efisiensi kehidupan kota. Fungsi terminal angkutan jalan dapat ditinjau dari tiga unsur, yaitu:
a. fungsi terminal bagi penumpang, adalah untuk kenyamanan menunggu, kenyamanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan ke moda atau kendaraan lain, tempat fasilitas-fasilitas informasi dan fasilitas parkir kendaraan pribadi. b. fungsi terminal bagi pemerintah, adalah dari segi perencanaan dan manajemen lalu lintas untuk menata lalu lintas dan angkutan serta menghindari dari kemacetan, sumber pemungutan retribusi dan sebagai pengendali kendaraan umum. c. fungsi terminal bagi operator/pengusaha adalah pengaturan operasi bus, penyediaan fasilitas istirahat dan informasi bagi awak bus sebagai fasilitas pangkalan. C. Gambaran Khusus Dalam menganalisis kebutuhan kapasitas terminal terlebih dahulu perlu mempertimbangkan beberapa hal, yaitu antara lain; 1. Terminal merupakan tempat pusat transit, menurunkan, menaikan atau memindahkan penumpang dari satu kendaraan ke kendaraan lainnya. Oleh sebab itu terminal harus mampu menampung volume / arus kendaraan yang keluar masuk terminal sesuai dengan perkiraan pertumbuhan penumpang sampai jangka waktu tertentu. 2. Standar pelayanan minimum terminal type B sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3. Mengingat lokasi terminal berada di tepi Jalan Bogor Raya yang merupakan jalan arteri primer (jalan negara), maka keberadaan terminal akan menjadi magnit dan memicu pertumbuhan ekonomi serta kependudukan disekitarnya. Dengan adanya terminal, maka lingkungan di sekitarnya akan turut berubah, akan bermunculan kegiatan ekonomi seperti toko, warung makan/restoran, penginapan, bengkel, kios-kios dan para pedagang kaki lima
dan pedagang asongan. Aktivitas ekonomi tersebut akan berdampak pada tingkat kepadatan lalu lintas di Jalan Bogor Raya. Berdasarkan hasil studi RUTJ Kota Depok, komposisi perjalanan di Kota Depok; 58 % didominasi oleh pergerakan antar zona di dalam wilayah kota (internal), 19 % pergerakan keluar Kota Depok, 19 % pergerakan masuk ke Kota Depok dan 4 % pergerakan yang melintas Kota Depok. Rata-rata tingkat perjalanan/orang/hari sebesar 2,05, sedangkan untuk perjalanan rumah tangga rata-rata tingkat perjalanan/orang/hari sebesar 5,80. Komposisi penggunaan moda angkutan perjalanan didominasi oleh angkutan umum sebesar 63 %, moda angkutan pribadi sebesar 36 % dan angkutan barang sebesar 1 %. Berdasarkan hasil studi RUTJ Kota Depok Tahun 2002 dan Studi Kelayakan Terminal, perkiraan pertumbuhan perjalanan sampai tahun 2010 sebesar 4–5,03 %, perkiraan tingkat pertumbuhan penduduk sampai Tahun 2018 sebesar 3,6 % per tahun dan perkiraan pertumbuhan PDRB antara 6– 7% per tahun, proyeksi tingkat pertumbuhan perjalanan di Kota Depok diperkirakan tahun 2003 – 2005 sebesar 5,50 %, tahun 2006 – 2008 sebesar 6,02 %, tahun 2008 – 2013 sebesar 5,52 % dan tahun 2013 – 2018 sebesar 5,03 %. D. Studi Banding Sejenis 1. Analisis Program Ruang Tiga terminal Studi Kasus Kebutuhan ruang untuk Terminal Jatijajar sebagai terminal tipe B di ambil dari studi banding tiga terminal tipe A di pulau Jawa dan standar teknis perencanaan terminal tipe B. Hal ini dilakukan karena Terminal Jatijajar yang akan direncanakan bertipe B namun dari sisi operasionalnya masuk dalam kategori tipe A, dimana AKAP (antar kota antar propinsi) yang berasal dari propinsi Banten dan DKI Jakarta melintas di terminal ini nantinya.
Terminal tipe A Purabaya – Surabaya, rencana terminal Mangkang – Semarang dan terminal Giwangan di Yogyakarta adalah terminal-terminal yang dijadikan obyek untuk studi banding. Setiap terminal memiliki karakteristik yang unik terkait dengan lokasi, manajemen pengelolaan dan perkembangan kebutuhan pemakai terminal. Terminal tipe A Purabaya – Surabaya, memiliki fasilitas ruang dan peralatan yang lengkap untuk pengawasan kelancaran jalannya sirkulasi kendaraan dalam terminal, seperti: menara pengawas yang dilengkapi dengan CCTV (Close Circuit Tele Vision), ruang rapat yang representatif untuk mengadakan rapat, penginapan untuk sopir dan penumpang transit, klinik kesehatan, penjualan tiket bus malam, angkutan laut dan udara, serta restauran dan kios-kios penjualan makanan ringan dan minuman. Selain itu terdapat parkir khusus untuk taxi dan angguna (angkutan serba guna). Terminal tipe A Giwangan – Yogyakarta dilengkapi dengan area komersial mall dan hotel (dalam rencana) serta pompa bensin. Area komersial ini menyatu dengan area kedatangan dan ruang tunggu untuk pemberangkatan. Selain itu terdapat area khusus untuk kendaraan tradisional becak dan andong (kereta kuda) yang dilengkapi kios-kios makanan dan minuman. Penumpang datang dan penumpang berangkat dibedakan dengan ketinggian, lantai bawah untuk kedatangan dan lantai atas digunakan untuk keberangkatan. Terminal tipe A Mangkang – Semarang merupakan terminal sebelah Barat yang direncanakan untuk memenuhi kebutuhan transportasi kota Semarang yang merupakan kota Lintasan jalur Pantai Utara pulau Jawa. Terminal ini masih dalam rencana, namun emplasement untuk kendaraan sudah dibangun lebih awal dan telah dioperasikan. Keunikan dari terminal ini adalah lahan terminal yang berkontur, dimana perbedaan kontur ini difungsikan sebagai batas antara area kendaraan bus besar (AKDP dan AKAP) dengan kendaraan
yang lebih kecil dimensinya, seperti; bus sedang dan mini bus. 2. Analisis Program Ruang Terminal dari Studi Literatur Berdasarkan buku Transport Terminals and Modal Interchanges, Planning and Design, kebutuhan ruang untuk terminal penumpang adalah sebagai berikut: a. Fasilitas untuk kendaraan Banyaknya bay yang akan disatukan (istilah 'bay' digunakan dalam terminal sebagai ganti istilah 'pemberhentian bus'), ditentukan oleh banyaknya bus yang akan diberangkatkan dari terminal, sesuai dengan jadwal yang ada, dapat digunakan satu bay untuk berbagai rute [jasa;layanan]. Kendaraan yang akan melakukan manuver lebih memilih untuk mendekati bay. Ada tiga jenis manuver, yakni 'shunting/pelangsiran’, 'drivethrough/melintas' dan 'sawtooth/gigi gergaji’, Pilihan jenis manuver yang digunakan akan dipengaruhi oleh ukuran dan proporsi dari lokasi yang tersedia. Disini kendaraan/bus hanya mengambil penumpang hingga waktu yang telah ditentukan untuk selanjutnya berangkat menuju tujuan. Sedangkan tempat untuk mengumpulkan penumpang diadakan di tempat lain dari terminal. Tata ruang untuk ini harus didasarkan pada kebutuhan untuk memarkir, tetapi lebih disukai tipe manuver yang tidak mengurung kendaraan sedemikian rupa sehingga ketika untuk bergerak tidak berhadapan dengan pergerakan bus lain. Dalam beberapa kasus, berbagi waktu dan berbagi tempat dalam penggunaan bay lebih efisien dan efektif. Fasilitas untuk pemeliharaan bus. Pemeriksaan rutin, perbaikan, dan pencucian bus adalah suatu bagian integral dari tanggung jawab pemilik armada/kendaraan. Suatu terminal akan lebih baik menyediakan fasilitas untuk pemeliharaan bus, selain mendapatkan pemasukan juga mempermudah pemilik kendaraan untuk mengawasi kendaraan dan pada akhirnya mempercepat penyediaan armada yang dibutuhkan penumpang (tidak perlu keluar terminal untuk dapat memperbaiki
kendaraan). Masalahnya adalah penyediaan infrastruktur untuk pemeliharaan harus terintegrasi dengan fasilitas infrastruktur untuk publik/penumpang b. Fasilitas untuk penumpang Fasilitas yang disediakan untuk para penumpang tergantung jumlah penumpang yang menggunakan fasilitas tersebut. Fasilitas yang disediakan disesuaikan dengan kebutuhan penumpang yang melakukan perjalanan, pergantian moda transportasi, dan mengantar penumpang. Sebagai contoh, kamar kecil publik, ruang tunggu fasilitas yang nyaman, ruang informasi, ruang kontrol, kiosk-kiosk, tempat penitipan barang, dll c. Fasilitas untuk karyawan Fasilitas untuk staff selain kantor perlu disediakan terutama yang berkaitan dengan kenyamanan kerja mereka. Seperti contohnya: bank, kantin, kamar kecil privat, locker karyawan, klinik, dll. 3. Alur Kegiatan dan Struktur Organisasi Ruang Terminal Seperti halnya Kebutuhan ruang untuk Terminal Jatijajar sebagai terminal tipe B yang merujuk pada tiga terminal tipe A di pulau Jawa, begitu pula dengan Alur kegiatan dan Struktur Organisasi Ruang untuk Terminal Jatijajar merujuk pada tiga terminal tersebut. a. Terminal Purabaya – Surabaya Terminal Purabaya – Surabaya memiliki alur kegiatan yang diawali dengan Zona kedatangan yang mewadahi kendaraan angkot, angguna, bus kota, bus besar AKAP dan AKDP, kendaraan pribadi serta taxi pada jalur akses masuk yang sama. Namun jalur akses tersebut dipisah oleh median jalan dan diperuntukan sesuai dengan jenis kendaraan yang masuk ke terminal. Bagi penumpang yang akan berganti kendaraan, misalnya dari angkot atau MPU ke bus kota, harus turun pada area kedatangan selanjutnya masuk ke bangunan terminal menuju area keberangkatan bus kota. Hal ini berlaku untuk semua jenis kendaraan. Dengan demikian pejalan kaki hanya bergerak di bangunan terminal saja (dari area kedatangan ke area
keberangkatan). Jarang sekali terdapat pejalan kaki yang datang dari luar terminal, hal ini dikarenakan jarak antara gerbang ke bangunan terminal cukup jauh. Pada bangunan terminal terdapat fasilitas komersial berupa kios-kios penjual makanan basah dan kering, minuman, buku, majalah, penjualan tiket, dll, fasilitas umum berupa klinik, wartel, pos polisi, kamar mandi/wc dan fasilitas kantor/pengelola. b. Terminal Mangkang - Semarang Terminal Mangkang – Semarang (rencana) memiliki alur kegiatan yang diawali dengan Zona kedatangan yang mewadahi kendaraan angkot, angguna, bus kota, bus besar AKAP dan AKDP, kendaraan pribadi serta taxi pada jalur akses masuk yang sama. Namun jalur akses tersebut dipisah oleh median jalan dan diperuntukan sesuai dengan jenis kendaraan yang masuk ke terminal. Bagi penumpang yang akan berganti kendaraan, misalnya dari angkot atau MPU ke bus kota, harus turun pada area kedatangan selanjutnya masuk ke bangunan terminal menuju area keberangkatan bus kota. Hal ini berlaku untuk semua jenis kendaraan. Fasilitas pendukung berupa parkir untuk kendaraan bus besar (AKAP dan AKDP) mendominasi luasan lahan kawasan. Pada bangunan terminal terdapat fasilitas komersial berupa kios-kios penjual makanan basah dan kering, minuman, buku, majalah, penjualan tiket, dll, fasilitas umum berupa klinik, wartel, pos polisi, kamar mandi/wc dan fasilitas kantor/pengelola. c. Terminal Giwangan – Yogyakarta Terminal Giwangan – Yogyakarta memiliki alur kegiatan yang diawali dengan Zona kedatangan yang memiliki dua akses, yang satu digunakan untuk akses kendaraan bermotor yang mewadahi kendaraan angkot, angguna, bus kota, bus besar AKAP dan AKDP, kendaraan pribadi serta taxi, sedangkan yang lainnya untuk kendaraan tak bermotor seperti becak, andong (kereta kuda). Pada jalur akses kendaraan bermotor, dipisahkan oleh median jalan dan
diperuntukan sesuai dengan jenis kendaraan yang masuk ke terminal. Bagi penumpang yang akan berganti kendaraan, misalnya dari angkot atau MPU ke bus antar kota (AKDP / AKAP), harus turun pada area kedatangan MPU selanjutnya masuk ke bangunan terminal menuju area keberangkatan bus antar kota (AKDP / AKAP). Hal ini berlaku untuk semua jenis kendaraan. Dengan demikian pejalan kaki hanya bergerak di bangunan terminal saja (dari area kedatangan ke area keberangkatan). Pada bangunan terminal terdapat fasilitas komersial berupa kios-kios penjual makanan basah dan kering, minuman, buku, majalah, penjualan tiket, dll, fasilitas umum berupa klinik, wartel, pos polisi, kamar mandi/wc dan fasilitas kantor/pengelola. III. Elaborasi Tema A. Pengertian Judul Judul yang diambil proyek ini adalah “Terminal Jatijajar, Depok”. Pengertian judul diatas adalah: − Terminal : prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum Dari judul yang diangkat diatas dapat diambil pengertian bahwa proyek ini bertujuan untuk Mengatur kelancaran arus lalu lintas dan angkutan jalan raya, dengan pelayanan jasa angkutan bis yang baik, tertib dan aman. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kepada masyarakat, untuk mendapatkan kemudahan dalam hal transportasi, khususnya angkutan bis. Integrasi terminal bis dengan fasilitas lainnya, terutama pada bidang transportasi. Menyelaraskan dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih dan tinggi. B. Tema Tema yang diambil untuk proyek ini adalah “ eco-terminal”. Pengertian tema adalah: - eco (ekologi) : terbentuk oleh timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya
atau suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyelurah antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi - eco-terminal : prasarana transportasi jalan yang mempunyai penekanan pada aktifitas yang tanggap terhadap lingukungan hidup C. Interpretasi Tema Pengaplikasian tema terhadap bangunan Terminal yaitu mengambil ciri dari kota depok serta karakter dari daerah setempat yaitu hijau. Sesuai dengan tema maka pada perancangan saya daerah hijau harus lebih besar sama dengan daerah yang di garap. D. Studi Banding Tema Sejenis Eco-Airport Eco-Airpot adalah sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat yang aktifitasnya tanggap terhadap linkungan hidup. Penerapan Eco pada NARITA AIRPORT, Jepang Konsep utama disain Narita Airport dalah mendisain airport dengan pendekatan arsitektur hijau. Dengan meminimalis pengunaan material yang dapat merusak lingkungan. Bangunannya bergaya jepang yang tahan gempa mis. Kolom yang besar dan jumlah besi yang banyak. Sesuai dengan temanya bangunan ini menekankan penghematan terhadap Ac, Air dan Pencahayaan. Ac digunakan pada ruang-ruang tertentu saja. Yang berkaitan dengan kenyamanan pengguna, seperti. Lobby, area kantor dan lain-lain. Penggunaan Ac juga mengikuti jumlah pengunjung guna menghemat energi listrik. Penggunaan air pada airport ini dengan mendaur ulang air. Seperti air dari toilet di olah di STP sehingga dapat digunakan untuk keperluan menyiram tanaman dll. Pencahayaan juga sama dengan penggunaan Ac yaitu menyesuaikan dengan jadwal penerbangan. Namun pada area lounge dan kedatangan memanfaatkan sinar matahari, bila sinar
matari redup maka sensor akan mendeteksi yang kemudia dengan otomatis lampu akan menyalah. Teknologi ini diciptakan untuk menghemat penggunaan energi yang tidak dapat diperbaharui. IV. Analisis A. Analisis Fungsional Secara umum alur kegiatan terminal ditandai dengan masuknya kendaraan ke dalam terminal untuk menurunkan dan menaikan penumpang dan selanjutnya berangkat menuju ke tempat tujuan. Berdasarkan jenis moda yang masuk ke dalam terminal Jatijajar maka perlu dipisahkan area-area untuk kedatangan maupun keberangkatan jenis moda tersebut, agar lebih aman dan nyaman baik untuk moda tersebut maupun untuk penumpang yang diangkutnya. Banyaknya trayek pada setiap jenis moda dan banyaknya penumpang yang berganti moda pada saat yang bersamaan memerlukan pemisahan area kedatangan dengan area keberangkatan. Begitu pula dengan gerbang kedatangan dan gerbang keberangkatan.
B. Analisis Eksternal
Kondisi
Lingkungan
Struktur Pemanfaatan Ruang di Kota depok sebagaimana struktur tata ruang secara umum dibentuk oleh unsur-unsur kegiatan yang ada. Berdasarkan RTRW Kota Depok 2000 – 2010 struktur tata ruang dikembangkan menurut pola kegiatan yang sudah ada yang terbentuk dalam pusat dan sub pusat kegiatan, yakni: 1. Pusat Utama Kota: di jalan Margonda sampai dengan Jatimulya yang berada dalam taraf berkembang untuk melayani hampir seluruh wilayah kota 2. Sub pusat Cinere: di Cinere yang relatif sudah berkembang dengan perdagangan kelas menengah atas, melayani wilayah Cinere dan sekitarnya.
3. Sub pusat Cisalak; di Cisalak yang relatif sedang berkembang, namun masih memerlukan penataan kembali, melayani kegiatan grosir dan eceran. Sub pusat Citayam: di Pondok Terong, berdekatan dengan stasiun KRL. Pusat ini dalam taraf sedang berkembang, memiliki kegiatan grosir terbatas dan eceran.
C. Analisis Kondisi Internal Tapak KONDISI EKSISTING 1. Bentuk Tapak Perencanaan : − Secara umum, tapak perencanaan memiliki bentuk yang tidak beraturan. 2. Batas-batas tapak perencanaan : − Batas Utara : Hutan Kota − Batas Selatan : Daerah Jalur SUTET − Batas Timur : Saluran Irigasi − Batas Barat : Saluran Irigasi 3. Dimensi Tapak Perencanaan : − Luas tapak = ± 8,3 ha − Jarak terpanjang (Barat ke Timur) = ± 400 m − Jarak terlebar (Utara ke Selatan) = ± 250 m 4. Luas efektif Tapak Perencanaan : − Luas efektif = ± 11 ha − Jarak terpanjang (Barat ke Timur) = ± 400 m − Jarak terlebar (Utara ke Selatan) = ± 150 m D. Pendekatan Perencanaan Terminal angkutan untuk penumpang umum merupakan pusat dan sumber polusi atau pencemaran udara yang berasal dari kendaraan yang hadir ataupun yang menggunakan fasilitas ini. Beberapa orang ataupun pekerjaan menganggap bahwa terminal adalah ruang kerja mereka. Tingkat pencemaran udara yang terjadi di terminal sangat tinggi, namun tingkat pencemaran ini masih bisa diturunkan atau dikurangi. Penurunan tingkat pencemaran udara dapat dilakukan dengan berbagai cara atau pendekatan, salah satunya adalah perilaku para pengemudi pada saat
mengemudikan kendaraan atau dengan cara merancang kawasan sedemikian rupa sehingga dapat mempengaruhi perilaku para pengemudi. Berikut adalah strategi dalam mengurangi tingkat pencemaran di dalam terminal penumpang umum, yaitu: 1. strategi pertama: mencegah atau mengurangi emisi gas buang kendaraan 2. strategi kedua: meningkatkan sirkulasi udara 3. strategi ketiga: menghilangkan polutan dari udara 4. startegi keempat: proteksi daerah-daerah fungsional dari polusi V. Konsep Perancangan A. Konsep Dasar Berdasarkan analisis yang dilakukan pada bab-bab sebelumnya terhadap kondisi di sekitar kawasan dan di dalam kawasan perencanaan, maka dikembangkan 5 arahan yang akan memandu pengembangan fisik maupun fungsi dan kegiatan kawasan, yang satu sama lain saling terkait dan terintegrasi. Ke-5 arahan tersebut adalah : 1. Konsep Pengembangan struktur Kawasan Struktur kawasan dipengaruhi oleh pola akses masuk dan keluar kendaraan serta pengelompokan dan penempatan fungsifungsi dalam terminal Sistim jaringan pergerakan mempertimbangkan: pergerakan kedatangan dan keberangkatan, serta pergerakan pengelola Jenis dan ukuran moda, bus besar, bus sedang dan angkot (mini bus) 2. Konsep Sirkulasi Eksternal Kawasan Sirkulasi eksternal kawasan mempertimbangkan : − Keberadaan jalan Raya Jakarta Bogor − Rencana jalan fly-over yang menghubungkan jalan tol di sebelah Timur dan ke daerah Sawangan di sebelah Barat kota Depok − Integrasi sirkulasi eksternal dan internal terminal. 3. Konsep Sirkulasi Internal Kawasan
Sirkulasi internal kawasan merupakan kesinambungan pergerakan penumpang dan kendaraan, penciptaan kesinambungan tersebut dapat dilakukan dengan cara: − Penciptaan Jaringan sirkulasi yang terintegrasi dengan fasilitas pendukung & komersial − Penegasan jalur dan akses penumpang serta kendaraan, baik dalam bangunan maupun luar bangunan, termasuk pengaturan parkir − Menciptakan pergerakan yang aman dan nyaman bagi pengguna yang memiliki fisik normal maupun pengguna yang memiliki keterbatasan fisik (handicap peoples) − Melengkapi jalur sirkulasi dengan elemen penanda dan informasi yang jelas − Melengkapi jalur sirkulasi kendaraan dengan rancangan elemen perkerasan yang dapat mengurangi secara tidak langsung tingkat polusi udara. 4. Konsep Zoning Tapak Perencanaan - Pengelompokan dan Penempatan fungsi yang mempertimbangkan sirkulasi utama terminal. - Pemisahan antara zona komersial dengan zona-zona fungsional terminal - Pemisahan zona berdasarkan ukuran kendaraan Pemisahan antara area kedatangan (inlet) dan keberangkatan (outlet) - Menghubungkan area kedatangan dan keberangkatan dengan area transisi - Penghadiran zona penghubung antar zona–zona berupa zona tunggu penumpang (lantai bawah) dan fungsi retail (lantai atas) - Penghadiran zona pengawasan kegiatan utama terminal (kantor pengelola) - Mengintegrasikan jalur sutet dan flyover sebagai zona akses 5. Konsep Perletakan Massa Bangunan 1. BANGUNAN UTAMA TERMINAL ditempatkan ditengah tapak mengelilingi emplasemen dengan
mempertimbangkan fungsi bangunan sebagai: a. pusat kegiatan kedatangan dan keberangkatan penumpang (lantai bawah) yg ditunjang oleh fasilitas komersial retail (lantai atas – notasi biru transparan) b. Penghubung sekaligus pusat pelayanan antar zona-zona kegiatan terminal c. Area pengawasan sirkulasi dan kegiatan utama terminal d. Area istirahat bagi crew kendaraan umum 2. BANGUNAN KANTOR PENGELOLA TERMINAL ditempatkan di daerah tengah tapak pada posisi yang berdekatan dengan area keberangkatan untuk memudahkan fungsi kontrol bagi sirkulasi maupun kegiatan utama terminal bangnan komersil ditempatkan di bangunan utama. Berfungsi pula sebagai hall penumpang yang diantar atau dijemput dengan menggunakan kendaraan pribadi atau taxi 6. Konsep Tata Hijau dan Informasi Ruang terbuka hijau pada kawasan terminal Jatijajar dibentuk dengan upaya penghijauan pada semua area terbuka terminal, meliputi: area terbuka antar bangunan, area batas terminal (pagar) dan taman terminal. Pembentukkan ruang terbuka hijau ini diharapkan dapat menjadi pengikat secara visual seluruh kawasan. Pada area batas penanaman pohon dan tempatnya dirancang agar tidak dapat dilalui oleh orang, sehingga mereka harus menggunakan jalur akses untuk pedestrian yang telah disiapkan. Antara bangunan yang satu dengan bangunan yang lainnya mempunyai jarak yang dapat difungsikan sebagai ruang terbuka. Keberadaan ruang terbuka sejenis ini dapat dimanfaatkan untuk menghadirkan unsur hijau agar dapat memberikan citra Friendly dan Greeny dari kawasan secara keseluruhan. Area emplasemen merupakan area yang memiliki tingkat polusi udara tertinggi pada kawasan terminal. Kehadiran tanaman pada daerah sekitar emplasemen diharapkan dapat
membantu menurunkan suhu iklim mikro kawasan. VI. Hasil Rancangan A. PETA SITUASI B. GAMBARAN PERANCANGAN 1. Site Plan 2. Blok Plan 3. Denah 4. Tampak 5. Potongan C. FOTO MAKET DAN 3 DIMENSI
DAFTAR PUSTAKA