[email protected]
MATRIK dan RUANG VEKTOR
A.
Matrik 1. Pendahuluan Sebuah matrik didefinisikan sebagai susunan persegi panjang dari bilangan bilangan yang diatur dalam baris dan kolom. Matrik ditulis sebagai berikut:
a11 a12 ... a1n a 21 a 22 ... a 2n : : am1 am2 ... amn
urutan di atas disebut sebuah matrik mXn, karena memiliki m baris dan n kolom. Aturan simbol matrik: a. menggunakan kurung siku [ ] b. menggunakan kurung biasa ( ) c. menggunakan bentuk ║ ║ d. Nama matrik disimbolkan dengan hurup besar, A, B dsb e. Elemen matrik di simbolkan dengan hurup kecil miring karena matrik merupakan urutan – urutan bilangan berdimensi dua, maka diperlukan dua subskrip untuk menyatatakan setiap elemennya. Menurut perjanjian, subskrip pertama menyatakan baris, subskrip kedua menyatakan kolom. amn
.
m menyatakan baris, n menyatakan kolom. setiap matrik yang
memiliki baris dan kolom sama (m=n) disebut matrik persegi (square matrice). Contoh matrik 1 0 a b 0 1 , c d , (1,2,3,3) 1 Lalu Muhamad Jaelani Jurusan Teknik Geomatika ITS Surabaya
[email protected]
Bukan matrik, 1 0 b 1 , c
2. Operasi Matrik; a. Kesamaan Dua matrik A dan B dikatakan sama
(A=B), jika dan hanya jika
elemen yang bersangkutan sama. aij=bij untuk setiap i,j Contoh: 1 0
1 0
2 0
1 0
A = , B= 0 1 A = B, karena a11=b11, a12=b12, a21=b21, a22=b22, 0 1 A = , B= 0 1 A ≠ B, karena a11 ≠ b11 0 1
b. Perkalian dengan bilangan Skalar Bila diberikan sebuah matrik A dan sebuah bilangan skalar k, hasil kali k dan A didefinisikan sebagai kA; k .a11 ka12 ... ka1n ka 21 ka 22 ... ka 2n kA = : : kam1 kam2 ... kamn
setiap elemen dari A dikalikan langsung dengan k. Hasil kali kA merupakan sebuah matrik lain yang mempunyai m baris dan n baris, dimana m dan n ini sama dengan m dan n matrk asli (matrik A)
c. Penjumlahan Matrik C merupakan hasil penjumlahan dari matrik A dan matrik B, dimana jumlah baris dan kolom matrik A harus sama dengan matrik B. Didefinisikan: 2 Lalu Muhamad Jaelani Jurusan Teknik Geomatika ITS Surabaya
[email protected]
cij = aij+bij c11 c12 ... c1n c 21 c 22 ... c 2n = C= : : cm1 cm2 ... cmn
a11 a12 ... a1n a 21 a 22 ... a 2n + : : am1 am2 ... amn
b11 b12 ... b1n b 21 b 22 ... b 2n : : bm1 bm2 ... bmn
a11 + b11 a12 + b12 ... a1n + b1n a 21 + b 21 a 22 + b 22 ... a 2n + b 2n = : : am1 + bm1 am2 + bm2 ... amn + bmn
pernyataan ini dapat diringkas menjadi C=A+B Hukum Asosiatip A+B=B+A A + (B + C) = (A+B) + C
d. Pengurangan Aturan yang berlaku pada operasi Pengurangan sama dengan yang berlaku pada operasi penjumlahan. A – B = A + (-) B
e. Perkalian antar matrik
3 Lalu Muhamad Jaelani Jurusan Teknik Geomatika ITS Surabaya
[email protected]
Jika diberikan sebuah m X n matrik A dan sebuah n X r matrik B, hasil kali AB didefinisikan sebagai m X r matrik C, dimana elemen elemennya dihitung dari elemen elemen dari A, B menurut. cij =
∑
n k =1
aikbkj,
i = 1,...,m
j= 1,..., r
Dalam hasil kali matrik AB, matrik A disebut pengali muka dan B pengali belakang. Hasil kali AB ditentukan hanya kalau jumlah kolom di A sama dengan jumlah baris di B
Aturan: A dan B bisa dikalikan jika dan hanya jika jumlah kolom di A sama dengan jumlah baris di B Contoh: 3 2 4 , B= 6 1 5
A
=
C
= AB [3(4) + 2(5)]
22
= = 29 [6(4) + 1(5)]
Berlaku hukum Asosiatif = (AB) C = A (BC) = A B C
Berlaku hukum Distributif = A (B + C) = AB + BC
Latihan : 4 Lalu Muhamad Jaelani Jurusan Teknik Geomatika ITS Surabaya
[email protected]
Tunjukkan dengan penghitungan sebenarnya bahwa berlaku hukum asosiatif pada perkalian matrik berikut: 0 b 7 3 7 1 a 1 A= , B= , C = 2 c 1 3 4 1 8 9 1 4 0
Di mana: a, b, c = dua digit terakhir NRP Anda
5 Lalu Muhamad Jaelani Jurusan Teknik Geomatika ITS Surabaya
[email protected]
IDENTITAS, SKALAR, DIAGONAL DAN MATRIK NOL
Matrik Identitas: Definisi: Matrik bujur sangkar yang mempunyai angka angka satu sepanjang diagonal utama (diagonal dari kiri atas sampai kanan bawah) dan elemen elemen lainnya bernilai nol. Matrik Identitas disimbolkan dengan I atau In, dimana n merupakan orde matrik
I
=
I4
1 0 0 0
=
0 0 0 1 .0.. 0 0 1 0 0 .0.. 1
Jika A adalah sebuah matrik persegi dari orde n dan I adalah matrik identitas dari orde n, maka: IA= AI = A I2 = I, I3 = I
Matrik Skalar: Untuk setiap skalar K, matrik bujur sangkar S = ║ k δij║ = k. I disebut matrik skalar
Matrik Diagonal: Sebuah matrik bujur sangkar D = ║ ki δij║ Disebut sebuah amtrik diagonal. Perhatikan bahwa ki dapat berubah dengan
i
Contoh: 6 Lalu Muhamad Jaelani Jurusan Teknik Geomatika ITS Surabaya
[email protected]
2 0
1 0
(1 ) = (2) 0 1 adalah matrik skalar 0 2 2 0 0 (2) 0 1 0 adalah matrik diagonal 0 0 3
Matrik Nol: Sebuah matrik yang elemen elemennya nol disebut matrik nol dan dinyatakan dengan symbol 0. Sebuah matrik NOL tidak perlu bujur sangkar
Contoh: 0 0 0= , 0 0
0 0 0 , 0= 0 0 0
0=
0 0 0
7 Lalu Muhamad Jaelani Jurusan Teknik Geomatika ITS Surabaya
[email protected]
TRANSPOSE, MATRIK SIMETRIS, MATRIK SIMETRIS MIRING
Transpose: Definisi; transpose dari sebuah matrik A =║ aij║ adalah sebuah matrik dibentuk dari A dengan menukar baris baris dan kolom kolom sehingga bari i dari A menjadi kolom i dari matrik transpose. Transpose disimbolkan dengan A’. A =║ aij║ A’=║ aji║ Contoh: 1 3
1 2
A = , A’= 3 5 2 5 1 3 4 1 B= , B’= 3 0 1 0 4
0 1 0
Jika A adalah matrik m X n, maka A’ adalah matrik n X m Perlu Anda perhatikan: 1. jika C = A + B maka C’ = A’ + B’ 2. (AB)’ = B’ A’ 3. I’ = I 4. (A’)’ = A
Matrik Simetris: Matrik simetris terjadi jika matrik A sama dengan matrik A’, A= A’ Catatan: elemen diagonal adalah sembarang Contoh: 2 0 7 0 3 5 7 5 1
8 Lalu Muhamad Jaelani Jurusan Teknik Geomatika ITS Surabaya
[email protected]
Matrik Simetris miring: Matrik simetris terjadi jika matrik A sama dengan matrik -A’, A=-A’ Catatan: elemen diagonal adalah nol Contoh: 0 1 2 − 1 0 − 3 − 2 3 0
9 Lalu Muhamad Jaelani Jurusan Teknik Geomatika ITS Surabaya
[email protected]
Latihan: Buktikan bahwa: 1. IA= AI = A 2. I2 = I, I3 = I 3. jika C = A + B maka C’ = A’ + B’ 4. (AB)’ = B’ A’ 5. I’ = I 6. (A’)’ = A
10 Lalu Muhamad Jaelani Jurusan Teknik Geomatika ITS Surabaya
[email protected]
Pemisahan Matriks, Determinan Pemisahan Matriks Matriks ‘kecil’ yang dibentuk dari pemisahan sebuah matriks disebut Matriks Bagian (sub-matriks) Sub-matriks : jika kita mempunyai matrik Amn kemudian kita coret semua baris-baris kecuali baris k dan semua kolom kolom keculi kolom s, maka akan diperoleh matrik k x s. Matrik Aks ini disebut matrik bagian Amn Contoh:
1 0 A42 = 0 0
0 0 0 1 .0.. 0 , jika kita coret baris ke 1 dan ke 4, serta kolom ke1 dan 0 1 0 0 .0.. 1
kolom ke3, maka akan diperoleh:
A22
=
1 0
0 0
Ada beberapa alasan untuk melakukan pemisahan matrik, diantaranya: 1. Pembagian dapat menyederhanakan penulisan atau pencetakan dari A 2. Ia menunjukkan beberapa susunan khusus dari A yang perlu diperhatikan 3. Pemisahan ini akan Memudahkan penghitungan Sekarang kita akan mempertimbangkan pembagian dari sebuah pandangan yang lebih umum. a11 a 21 A= a31 a 41 a51
a12
a13
a 22 a32 a 42 a52
a 23 a33 a 43 a53
a14 a 24 a34 , bayangkan A dibagi menjadi empat oleh garis a 44 a54
garis putus seperti yang terlihat, sekarang kita memiliki 4 matrik baru: 11 Lalu Muhamad Jaelani Jurusan Teknik Geomatika ITS Surabaya
[email protected]
a11 a12
a13
a14
A-11 = , A-12 = a 24 a 21 a 22 a 23
A-21 =
a31 a32 a33 a 41 a 42 a 43 a51 a52 a53
A22 =
a34 a 44 , a54
sehingga A dapat ditulis sebagai: A − 11
A − 12
A = A − 21 A − 22
Operasi matrik A dan B dapat dilakukan dengan operasi matrik matrik bagian dari A dan B, hal ini akan memudahkan penghitungan Jika kita memiliki matrik A dan membaginya sebagai berikut:
A=
1 3 2 2 5 0 = A − 11 A − 12 A − 21 A − 22 4 1 7 1 3 2 , A-12 = 0 , A-21 = [4 1], A-22 = [7] 2 5
A-11=
Kita jika memiliki matrik B dan membaginya sebagai berikut 0 1 2 B = 2 4 5 = 6 0 1 0
B − 11 B − 12 B − 21 B − 22 ; 1 2
B-11= , B-12 = , B-21 = [6] , B-22= [0 1] 2 4 5
12 Lalu Muhamad Jaelani Jurusan Teknik Geomatika ITS Surabaya
[email protected]
Cara Penghitungan Biasa: C= AB dengan mengalikan matriks matriks langsung tanpa pembagian:
C
1 3 2 0 1 2 18 13 19 = 2 5 0 2 4 5 = 10 22 29 4 1 7 6 0 1 44 8 20
Cara penghitungan dengan pembagian: C
A − 11
A − 12 B − 11
B − 12
= A − 21 A − 22 B − 21 B − 22 ( A − 11.B − 11) + ( A − 12.B − 21)
( A − 11.B − 12) + ( A − 12.B − 22)
= ( A − 21.B − 11) + ( A − 22.B − 21) ( A − 21.B − 12) + ( A − 22.B − 22) Dimana, 1 3 0
2
6
12
18
A-11.B-11+A-12.B-21= + [6] = 10 + 0 = 10 2 5 2 0 1 3 1 2 2 13 17 0 2 13 19 + [0 1] = + = 2 5 4 5 0 22 29 0 0 22 29
A-11.B-12+A-12.B-22=
0
A-21.B-11+A-22.B-21= [4 1] + [7] [6] = [44] 2 1 2
A-21.B-12+A-22.B.22= [4 1] + [7] [0 1] = [8 13] + [0 7] = [8 20] 4 5 Sehingga diperoleh hasil sebagai berikut 18 13 19 C= 10 22 29 44 8 20
Determinan 13 Lalu Muhamad Jaelani Jurusan Teknik Geomatika ITS Surabaya
[email protected]
Notasi | | Sebuah determinan orde dua didefinisikan sebagai
a11 a12 = a11a22-a12a21 a 21 a 22
Determinan orde tiga didefinisikan sebagai a11 a12
a13
a 21 a 22 a 23 = a11a22a33 + a12a23a31 + a13a21a32- a13a22a31 - a12a21a33 - a11a23a32 a31 a32 a33
a11 a12
a13 a11 a12
a13
a 21 a 22 a 23 a 21 a 22 a 23 a31 a32 a33 a31 a32 a33
+
Beberapa sifat Determinan: 1. Penukaran dua kolom dalam suatu matrik An mengubah tanda dari |A | 1 3 2 |A | = 4
|A | =
2 = -2, jika dua kolom ditukar maka determinan yang baru adalah 4 1 =2 3
2. Penukaran dua baris dalam suatu matrik An mengubah tanda dari |A | 3. Jika suatu matriks mempunyai du baris dan dua kolom yang sama maka Determinannya = 0 4. |A | = |A’ | |A | =
4 1 =5 3 2
5. |A | = x, maka |k A | = k2x
14 Lalu Muhamad Jaelani Jurusan Teknik Geomatika ITS Surabaya
[email protected]
Latihan : 1. tentukan cara pembagian matriks A dan B jika akan dilakukan perkalian matriks A dan B 2. Buktikan sifat determinan berikut, untuk matrik orde >2 o Penukaran dua kolom dalam suatu matrik An mengubah tanda dari |A | o Penukaran dua baris dalam suatu matrik An mengubah tanda dari |A | o |A | = x, maka |k A | = k2x
15 Lalu Muhamad Jaelani Jurusan Teknik Geomatika ITS Surabaya
[email protected]
Kofaktor, Pengembangan Kofaktor untuk menghitung determinan suatu Matriks,Adjoint dan Invers Matrik
Kofaktor Kofaktor Aij dari elemen aij dari sebuah matriks bujur sangkar A adalah (-1)i+j kali determinan dari matriks matrik bagian (sub matric) yang diperoleh dari A dengan mencoret baris i dan kolom j a11 a12
a13
A = a 21 a 22 a 23 a31 a32 a33
Kofaktor Aij diperoleh dengan mencoret baris I dan kolom j dan mengalikan(1)i+j dengan determinan yang dihasilkan, sehingga: A11= (-1)1+1
a 22 a 23 = (+) a22 a33 - a23 a32 a32 a33
A12= (-1)1+2
a 21 a 23 = (-) a21 a33 - a23 a31 a31 a33
A13= (-1)1+3
a 21 a 22 = (+) a21 a32 - a22 a31 a31 a32
A21= (-1)2+1
a12 a13 = (-) a12 a33 – a13 a32 a32 a33
A22= (-1)2+2
a11 a13 = (+) a11 a33 – a13 a31 a31 a33
A23= (-1)2+3
a11 a12 = (-) a11 a32 – a12 a31 a31 a32
A31= (-1)3+1
a12 a13 = (+) a12 a23 – a13 a22 a 22 a 23
16 Lalu Muhamad Jaelani Jurusan Teknik Geomatika ITS Surabaya
[email protected]
A32= (-1)3+2
A33= (-1)3+3
a11 a13 a 21 a 23 a11
a12
a 21 a 22
= (-) a11 a23 – a13 a21
= (+) a11 a22 – a12 a21
Pengembangan Kofaktor untuk menghitung determinan suatu Matriks: A = a11A11+a12A12+a13A13 = a21A21+a22A22+a23A23 = a31A31+a32A32+a33A33 Adjoint: Adjoin merupakan dari matrik matrik kofaktor. Jika kofaktor A = [X] maka adjoint A = [X]’ Invers Matrik: Simbol invers matrik A = A-1, ini tidak sama dengan 1/A karena Operasi matrik tidak mengenal istilah pembagian matriks. Jika AB = BA = I, jika matrik semacam B ada, maka B adalah matriks Invers dari A. sehingga A A-1 = A-1 A = I Rumus mencari invers: A-1 =
1 adj. A | A|
Matriks Singular dan Matriks tidak Singular. Matriks bujur sangkar A dikatakan Singular jika A = 0, tidak singular jika A ≠ 0. Matriks yang bisa diinvers hanya Matriks tidak Singular. Contoh: a11 a12
A= a 21 a 22 A-1 =
1 adj. A | A|
|A| = a11a22 – a12 a21 Adj A =? 17 Lalu Muhamad Jaelani Jurusan Teknik Geomatika ITS Surabaya
[email protected]
a 22
Kofaktor A = − a12
A-1 =
− a 21 a 22 − a12 , sehingga Adj A= a11 − a 21 a11
a 22 − a12 1 a11a 22 − a12a 21 − a 21 a11
Sifat sifat invers: (AB)-1 =B-1 A-1 (A-1)-1 = A (A’)
-1
= (A-1)’
(A-1)’A’ = I = A’ (A-1)’
18 Lalu Muhamad Jaelani Jurusan Teknik Geomatika ITS Surabaya
[email protected]
Aplikasi Operasi Matrik Metode Matriks dalam Perataan kwadrat Terkecil AX =L+V A
=
L
=
a11 a12 ... a1n a 21 a 22 ... a 2n : : am1 am2 ... amn l1 l 2 : l 3
X
=
V
=
x1 x 2 : x 3 v1 v 2 : v3
ATA X =ATL X = (ATA)-1 ATL
Contoh: 393.65
A
X=190.40
B
Y= 203.16
C
Solusi: Persamaan pengamatan X+ Y X Y
=393.65 =190.40 =203.16
Persamaan pengamatan dengan, memasukkan Residual error (v) X+ Y =393.65+v1 X+ 0 =190.40+v2 0+ Y =203.16+v3 jika di rubah ke bentuk matrik :
19 Lalu Muhamad Jaelani Jurusan Teknik Geomatika ITS Surabaya
[email protected]
1 1 A = 1 0 , 0 1
x X= , y
1 1 1 0 A A= 1 1 0 1 0 2 (ATA)-1= 1/3 − 1
1 0 = 1 − 1 , 2
T
393.65 L= 190.40 , 203.16
v1 V= v 2 v3
2 1 1 2 584.05
ATL= 596.81
X = (ATA)-1 ATL 2 − 1 584.05 190.43 596.81 = 203.19 − 1 2
=1/3
Untuk melihat ketelitian, kita bisa menghitung: Matrik Sisa (V) =AX-L 1 1 190.43 = = 1 0 203.19 0 1
− 0.03 0.03 0.03
Standar Deviasi = σ0= VTV r − 0.03 V V = [− 0.03 0..03 0.03] 0.03 = [0.0027] 0.03 T
= σ0 = 0.0027 (3 − 2) = ± 0.052 = σx =± 0.052 2 / 3 = ± 0.042 = σx =± 0.052 2 / 3 = ± 0.042
20 Lalu Muhamad Jaelani Jurusan Teknik Geomatika ITS Surabaya