MARKET BRIEF UDANG OLAHAN (HS 160521 dan HS 160529) DI SINGAPURA
KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA SINGAPURA 2016
i
DAFTAR ISI Sampul
i
Daftar Isi
ii
Daftar Gambar
iii
Daftar Grafik
iv
Daftar Tabel
v
I.
II.
III.
IV.
V.
PENDAHULUAN
1
1. Profil Singapura
1
A. Geografi
1
B. Demografi
1
C. Ekonomi
2
D. Perdagangan Singapura Dengan Dunia
3
E. Perdagangan Singapura Dengan Indonesia
6
2. Pemilihan Produk
7
POTENSI PASAR PRODUK UDANG OLAHAN DI SINGAPURA
8
1. Data Perdagangan
8
A. Ekspor
8
B. Impor
9
2. Potensi Pasar Produk Udang Olahan Indonesia di Singapura
11
INFORMASI PASAR PRODUK UDANG OLAHAN DI SINGAPURA
18
1. Sistem Distribusi
18
2. Prosedur Importasi di Singapura
18
3. Informasi Pasar di Singapura
20
PELUANG, TANTANGAN DAN STRATEGI
21
1. Peluang
21
2. Tantangan
22
3. Strategi
22
INFORMASI PENTING
23
ii
DAFTAR GAMBAR
NO
JUDUL
HALAMAN
Gambar 1.1
Peta Negara Singapura
1
Gambar 1.2
Komposisi Penduduk Singapura Berdasarkan Ras
2
Tahun 2016 (Juni) Gambar 1.3
Pangsa Pasar Ekspor Produk Singapura Tahun 2015
5
(%) Gambar 1.4
Negara Asal Impor Singapura Tahun 2015 (%)
Gambar 2.1
Pangsa Pasar Impor Produk Udang Olahan di Singapura
5 13
(%) Gambar 2.2
Product mapping Hasil BCG matrix (Supply-Demand)
14
Produk Udang Olahan Indonesia di Pasar Singapura Gambar 3.1
Sistem Distribusi Produk Seafood termasuk Udang
18
Olahan di Singapura Gambar 3.2
Prosedur Importasi di Singapura
iii
19
DAFTAR GRAFIK
NO Grafik 2.1
JUDUL
HALAMAN
Perkembangan Impor Udang Kecil dan Biasa Olahan
10
Kemasan Tidak Kedap Udara Singapura Berdasarkan Lima Negara Asal Utama Grafik 2.2
Perkembangan Impor Udang Kecil dan Biasa Olahan
11
Kemasan Tidak Kedap Udara Singapura Berdasarkan Lima Negara Asal Utama Grafik 2.3
Perbandingan Ekspor dan Impor Produk Udang Olahan
12
Singapura Periode Tahun 2012-2015 Persentase Perubahan Tahunan Retail Sales Index Grafik 2.4
(Food and Beverages) Periode 2011-2015
14
Perkembangan Investasi (FDI) Sektor Makanan dan Grafik 2.5
Minuman dan Ritel
15
Impor Produk Udang Olahan Singapura dari Indonesia Grafik 2.6
Periode 2012-2015
16
iv
DAFTAR TABEL
NO
JUDUL
HALAMAN
Tabel 1.1
Komposisi Penduduk Singapura
2
Tabel 1.2
Ringkasan Perekonomian Singapura Tahun 2015
3
Tabel 2.1
Perkembangan Ekspor Produk Udang Olahan Singapura
9
Tabel 2.2
Perkembangan Impor Produk Udang Olahan Singapura
9
Tabel 2.3
Kategori dan Jumlah Perusahaan yang Melakukan Importasi Produk Udang Olahan Singapura
v
17
BAB I PENDAHULUAN
1. PROFIL SINGAPURA
A.
GEOGRAFI Singapura terletak di kawasan wilayah Asia Tenggara dengan total luas sekitar 719,2 km2.1
Singapura merupakan pulau utama dengan panjang 42 km dan lebar 23 km yang dikelilingi oleh 63 pulau-pulau kecil. Singapura dipisahkan oleh Selat Johor dengan Malaysia pada sisi utara dan Selat Singapura dengan Indonesia pada sisi selatan. Gambar 1.1 Peta Negara Singapura
Sumber: mapsof world (http://www.mapsofworld.com/singapore/)
B.
DEMOGRAFI Berdasarkan data statistik Singapura, jumlah penduduk pada tahun 2016 adalah sebanyak
5.607.300 jiwa dengan komposisi sebagai berikut:
1
Department of Statistics Singapore, “Population and Land Area” http://www.singstat.gov.sg/statistics/latest-data#16 pada tanggal 11 Oktober 2016 pukul 16.16
1
diakses
dari
Tabel 1.1 Komposisi Penduduk Singapura Populasi
Jumlah (Jiwa)
Residen
3.933.600
Citizen
3.408.900
Permanent Resident
524.600
Non-Residen
1.673.700
Total
5.607.300
Sumber: Department of Statistics Singapore, 2016
Pada tahun 2016 terjadi pertumbuhan penduduk sebesar 1,3% apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya dimana jumlah penduduk pada tahun 2015 adalah sebanyak 5.535.000 jiwa. Penduduk Singapura juga terdiri dari berbagai etnis, dengan 3 (tiga) etnis terbesar adalah China (76,1%); Melayu (15,0%); India (7,4%) dan etnis lainnya 1,5%. Gambar 1.2 Komposisi Penduduk Singapura Berdasarkan Ras Tahun 2016 (juni)
Chinese 76.1% Indian 7.4%
Malay 15.0%
Others 1.5%
Sumber: Department of Statistics Singapore, 2016
C.
EKONOMI Singapura merupakan negara dengan wilayah yang kecil, jumlah penduduk yang relatif
sedikit dan sumber daya alam yang terbatas. Oleh karena itu, perekonomian Singapura sangat bergantung pada sektor perdagangan terutama sektor jasa. Kondisi perekonomian Singapura dapat dikatakan kuat dengan nilai Gross Domestic Products (GDP) sebesar S$ 402,5 miliar dan GDP per capita sebesar S$ 72.711 pada tahun 2015 (angka perkiraan).2 Sektor industri jasa
2
Department of Statistics Singapore, “Gross Domestic Product” http://www.singstat.gov.sg/statistics/latest-data#1 pada tanggal 11 Oktober 2016 pukul 16.16. 2
diakses
dari
memiliki kontribusi paling besar terhadap GDP Singapura yaitu sebesar 69,2% apabila dibandingkan dengan kontribusi industri barang yang hanya sebesar 30,7% pada tahun 2015. Pertumbuhan ekonomi Singapura tahun 2015 adalah sebesar 3,7% lebih tinggi dari pada angka pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014 sebesar 2,9%. Perkembangan perekonomian Singapura sangat ditunjang dengan kondisi pasar yang terbuka dan lingkungan yang bebas korupsi. Tabel 1.2 Ringkasan Perekonomian Singapura Tahun 2015
D.
GDP 2015
S$ 402,5 miliar
Pertumbuhan (yoy)
3,7%
Ekspor 2015
S$ 476,3 miliar
Pertumbuhan (yoy)
-7,2%
Impor 2015
S$ 407,8 miliar
Pertumbuhan (yoy)
-12,1%
Inflasi (2015)
0.5
PERDAGANGAN SINGAPURA DENGAN DUNIA Lokasi Singapura yang strategis dan didukung dengan infrastuktur pelabuhan dan bandara
yang sangat memadai menjadikan Singapura sebagai hub perdagangan internasional. Hal inilah yang mempengaruhi kondisi perekonomian Singapura. Dalam menjalankan perdagangan internasionalnya, Singapura telah menerapkan sistem perdagangan yang terbuka dengan liberalisasi tarif yang hampir mencapai 100%. Singapura juga memiliki hambatan perdagangan yang relatif sedikit. Kebijakan perdagangan Singapura telah sejalan dengan kebijakan lembaga eksternal seperti World Trade Organization dan Doha Development Agenda. Mitra dagang Singapura dengan Most Favoured Nation (MFN) memiliki tingkat tarif nol untuk produk selain minuman beralkohol. Namun ada pembatasan impor beberapa terutama berdasarkan pada isu-isu lingkungan, kesehatan dan keamanan publik. Impor beras juga membutuhkan lisensi impor dalam rangka untuk menjamin keamanan pangan dan stabilitas harga.
Singapura telah memiliki Free Trade Agreement (FTAs) dengan beberapa negara yaitu: FTA Regional, yaitu: 1. Perdagangan Bebas Kawasan ASEAN (AFTA), 2. ASEAN-Australia-Selandia Baru FTA (AANZFTA), 3. ASEAN-China FTA (ACFTA), 4. ASEAN-India FTA (AIFTA), 5. ASEAN-Jepang Mitra Ekonomi (AJCEP), dan 6. ASEAN-Korea FTA (AKFTA). FTA Multilateral, yaitu: 3
7. Perdagangan Bebas FTA Singapura-Eropa (ESFTA-Swiss, Liechtenstein, Norwegia dan Islandia) 8. Gulf Cooperation Council-Singapura FTA (GSFTA - Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab), dan 9. Trans-Pacific Strategic Economic Partnership (TPFTA - Brunei, Chili dan Selandia Baru). 10. Trans-Pacific Partnership ( TPPFTA - Australia, Brunei Darussalam, Canada, Chile, Japan, Malaysia, Mexico, New Zealand, Peru, Singapore, the US and Vietnam ) FTA Bilateral, yaitu: 11. Singapura dengan Australia (Singapura-Australia FTA), 12. Singapura dengan Cina (Cina-Singapura FTA), 13. Singapura dengan Yordania (Singapura-Yordania FTA), 14. Singapura dengan India 15. Singapura dengan Jepang (Jepang-Singapura Perjanjian Kemitraan Ekonomi), 16. Singapura dengan Korea (Korea-Singapura FTA), 17. Singapura dengan Selandia Baru 18. Singapura dengan Panama (Panama-Singapura FTA), 19. Singapura dengan Peru (Peru-Singapura FTA) dan 20. Singapura dengan Amerika Serikat (AS-Singapura FTA). 21. Singapura dengan Costa Rica (Singapore-Costa Rica FTA) 22. Singapura dengan Turki (TRSFTA)
Pada tahun 2015 dimana kondisi perekonomian dunia belum sepenuhnya membaik menyebabkan
perdagangan
Singapura
sedikit
terkoreksi.
Singapura
mencatatkan
total
perdagangan internasional sebesar S$ 884,0 miliar walaupun menurun sebesar 9,5% apabila dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar S$ 977,0 miliar. Total ekspor Singapura ke negara mitra dagangnya pada tahun 2015 adalah sebesar S$ 476,3 miliar menurun sebesar 7,2% dari tahun sebelumnya sebesar S$ 513,2 miliar sedangkan untuk impor, total impor Singapura adalah sebesar S$ 407,8 miliar menurun sebesar 12,1% dari tahun 2014 sebesar S$ 463,8 miliar (Department of Statistics Singapore, 2016). Berdasarkan ITC Trademap (2016), diketahui bahwa China menjadi negara tujuan ekspor terbesar Singapura share sebesar 13,8% dengan nilai sebesar US$ 47,7 miliar, diikuti oleh Hong Kong sebesar 11,4% dan Malaysia sebesar 10,9%. Indonesia menjadi negara tujuan ekspor terbesar keempat dengan share 8,2% atau US$ 28,4 miliar. Untuk negara tujuan ekspor Singapura lainnya dapat dilihat pada diagram berikut:
4
Gambar 1.3. Pangsa Pasar Ekspor Produk Singapura Tahun 2015
China 13.8% Others 28.8% Hong Kong 11.4%
Malaysia 10.9%
Viet Nam 3.5% Thailand 4.0% Taipei 4.2% Korea, Republic of 4.2%
United States of America 6.7%
Japan 4.4%
Indonesia 8.2%
Sumber: ITC Trademap, 2016 (diolah)
Produk ekspor utama Singapura pada tahun 2015 antara lain peralatan elektronik, mesinmesin, bahan bakar mineral, bahan kimia, peralatan medis, produk plastik, produk farmasi, pesawat dan bagiannya, dan sebagainya. Gambar 1.4 Negara Asal Impor Utama Singapura Tahun 2015
China 14.2% Others 29.4%
United States of America 11.2%
Saudi Arabia 2.7%
Malaysia 11.1%
United Arab Emirates 2.8% Germany 3.0% Indonesia 4.8%
Korea, Republic of 6.1%
Sumber: Trademap, 2016 (diolah) 5
Japan 6.3%
Taipei, Chinese 8.3%
Sementara itu, China juga menjadi negara asal impor terbesar Singapura dengan share mencapai 14,2% atau US$ 42,1 miliar, diikuti oleh Amerika Serikat dan Malaysia masing-masing dengan share 11,2% dan 11,1%. Indonesia masuk dalam sepuluh negara asal impor utama Singapura yaitu urutan ke-7 dengan share sebesar 4,8% atau US$ 14,4 miliar. Produk utama yang diimpor oleh Singapura antara lain peralatan elektronik, bahan bakar mineral, mesin-mesin, peralatan medis, perhiasan, produk plastik, bahan kimia, kendaraan bermotor, dan sebagainya. E.
PERDAGANGAN SINGAPURA DENGAN INDONESIA Indonesia memiliki hubungan perdagangan yang erat dengan Singapura karena selain
kondisi geografis kedua negara yang saling berdekatan di Asia Tenggara, Indonesia dan Singapura juga telah menjalin kerjasama perdagangan dalam ASEAN Free Trade Area (AFTA). Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa ternyata Indonesia menjadi mitra dagang utama bagi Singapura. Hal tersebut dibuktikan dengan Indonesia menjadi negara tujuan ekspor terbesar keempat Singapua dengan share 8,2% dan urutan ke-7 negara asal impor utama Singapura dengan share sebesar 4,8%. Lalu bagaimanakah Singapura bagi Indonesia? Berdasarkan data Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Perdagangan RI, total perdagangan antara Indonesia dengan Singapura pada tahun 2015 adalah sebesar US$ 30,7 miliar, menurun 22,1% dibanding tahun sebelumnya, yang tercatat sebesar US$ 41,9 miliar. Perdagangan Indonesia dengan Singapura selama 2012-2015 mengalami defisit namun semakin menurun, hal tersebut dikarenakan penurunan rata-rata tahunan (trend) impor yang lebih besar dari penurunan rata-rata tahunan ekspor Indonesia. Pada tahun 2015, defisit perdagangan Indonesia dengan Singapura mencapai US$ 5,4 miliar atau menurun dibandingkan defisit tahun 2014 yang mencapai US$ 8,5 miliar. Selama 2012-2015, ekspor Indonesia ke Singapura menurun rata-rata 8,7% per tahun namun Singapura menjadi negara tujuan ekspor terbesar keempat bagi Indonesia dengan pangsa 8,4% pada tahun 2015. Ekspor Indonesia ke Singapura pada Januari-Agustus 2016 tercatat sebesar US$ 7,3 miliar atau menurun 14,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, penurunan rata-rata impor Indonesia dari Singapura sebesar 10,6% per tahun dimana dengan pangsa 12,6% menjadikan Singapura menjadi negara asal impor terbesar kedua Indonesia setelah China. Pada Januari-Agustus 2016, impor Indonesia dari Singapura mencapai US$ 9,0 miliar atau menurun 27,2% dibandingkan Januari-Agustus 2015. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa Singapura juga merupakan mitra dagang utama yang penting bagi Indonesia. 2. PEMILIHAN PRODUK Kondisi geografis Indonesia yang terletak di antara 2 (dua) samudera dengan iklim tropis dan berbentuk kepulauan menjadikan Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya laut. Sumber daya laut ini dapat diolah untuk menambah pendapatan negara dengan melakukan ekspor 6
produk-produk laut. Berbagai produk laut yang dapat diekspor oleh Indonesia diantaranya adalah ikan, kepiting, udang, rumput laut dan sebagainya. Namun, market brief ini akan mengkhususkan pembahasan pada potensi ekspor produk udang olahan Indonesia ke Singapura. Beberapa alasan pemilihan produk udang untuk dibahas dalam market brief ini adalah: 1.
Indonesia masuk dalam lima besar produsen dan eksportir udang olahan dunia.
2.
Permintaan Singapura untuk seafood, termasuk udang olahan, meningkat seiring laju pertumbuhan penduduk dan investasi di bidang food and baverages.
3.
Produksi dalam negeri produk olahan udang Singapura belum mampu memenuhi kebutuhan konsumen sehingga harus impor.
Produk ini termasuk dalam kelompok produk berikut: Kode HS 160521
Deskripsi Udang kecil dan biasa olahan kemasan tidak kedap udara ( Shrimps and prawns, prepared or preserved, not in airtight containers (excluding smoked))
160529
Udang kecil dan biasa olahan kemasan kedap udara (Shrimps and prawns, prepared or preserved, in airtight containers (excluding smoked))
7
BAB II POTENSI PASAR PRODUK UDANG OLAHAN DI SINGAPURA
Dengan fasilitas pelabuhan yang memadai, Singapura telah menjadi hub perdagangan internasional di wilayah Asia Tenggara. Singapura juga menjadi pusat perdagangan yang menarik konsumen baik domestik maupun dari negara lainnya termasuk untuk produk udang olahan. 1.
DATA PERDAGANGAN
A.
EKSPOR Total ekspor produk udang olahan Singapura mengalami peningkatan rata-rata sebesar
21,2% per tahun selama 2012-2015. Total ekspor produk udang olahan Singapura pada tahun 2015 mencapai US$ 5,8 juta atau mengalami penurunan sebesar 4,0% dibandingkan tahun 2014 yang hanya senilai US$ 6,0 juta. Peningkatan rata-rata total nilai ekspor udang olahan tidak terlepas dari peningkatan rata-rata nilai ekspor udang kecil dan biasa olahan kemasan tidak kedap udara (HS 160521) maupun udang kecil dan biasa olahan kemasan kedap udara HS (160527). Faktanya, kenaikan rata-rata nilai ekspor yang meningkat tersebut tidak diikuti oleh volume, baik secara agregat (total) maupun parsial (per HS produk) mengalami penurunan rata-rata per tahun. Sementara itu, udang kecil dan biasa olahan kemasan tidak kedap udara (HS 160521) menjadi penyumbang nilai ekspor produk udang Singapura tahun 2015 yang mencapai US$ 5,7 juta atau pangsa 97,8% dari nilai total ekspor udang olahan Singapura, namun nilai ekspor tersebut menurun 1,7% dibanding tahun 2014. Produk udang olahan yang diekspor Singapura merupakan hasil nilai tambah dari bahan baku udang beku maupun segar yang diimpor untuk kemudian diolah dan diberi kemasan untuk dijual atau diekspor dan juga merupakan produk yang diekspor kembali (re-export) . Produk udang olahan tersebut diekspor ke negara-negara asal bahan baku udang seperti China Malaysia, Indonesia, dan Vietnam. Sementara negara tujuan lain ekspor produk udang olahan Singapura antara lain Australia, Kuwait, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Hong Kong. Produk udang olahan yang diekspor kembali merupakan produk yang bernilai tambah (value-added products) atau berkualitas tinggi.
8
Tabel 2.1 Perkembangan Ekspor Produk Udang Olahan Singapura
HS CODE TOTAL 160521 160529
NILAI (US$ RIBU) 2012 2.943 2.850 93
2013 6.702 6.559 143
2014 6.028 5.756 272
PERUB. (%) TREND (%) PANGSA (%) 2015
2015/2014 2012-2015
5.789 5.659 130
(4,0) (1,7) (52,2)
21,2 21,3 17,9
2015 100,0 97,8 2,2
VOLUME (TON) 2012 524 514 10
2013 684 666 18
2014 529 515 14
PERUB. (%) TREND (%) PANGSA (%) 2015 2015/2014 2012-2015 533 526 7
0,8 2,1 (50,0)
(2,0) (1,9) (12,4)
2015 100,0 98,7 1,3
Sumber: ITC Trademap, 2016 (diolah)
B.
IMPOR Tidak berbeda dengan ekspor, total nilai impor produk udang olahan Singapura selama
2012-2015 juga meningkat rata-rata 7,8% per tahun. Pada tahun 2015, nilai impor produk udang olahan Singapura dari dunia pada tahun 2015 mencapai US$ 44,0 juta atau mengalami penurunan 11,6% dibandingkan tahun 2014 yang mencapai US$ 49,8 juta. Nilai impor yang lebih besar jika dibandingkan dengan nilai ekspor menyebabkan neraca perdagangan produk udang olahan mengalami defisit selama empat tahun terakhir. Tabel 2.2 Perkembangan Impor Produk Udang Olahan Singapura
HS CODE TOTAL 160521 160529
NILAI (US$ RIBU)
PERUB. (%) TREND (%) PANGSA (%)
2012
2013
2014
2015
34.059 33.392 667
51.015 50.617 398
49.811 49.442 369
44.041 43.639 402
2015/2014 2012-2015 (11,6) (11,7) 8,9
2015
7,8 8,1 (14,7)
100,0 99,1 0,9
VOLUME (TON)
PERUB. (%) TREND (%) PANGSA (%)
2012
2013
2014
2015 2015/2014 2012-2015
5.048 4.900 148
6.460 6.357 103
5.647 5.564 83
5.836 5.743 93
3,3 3,2 12,0
3,1 3,5 (14,9)
2015 100,0 98,4 1,6
Sumber: ITC Trademap, 2016 (diolah)
Secara umum, nilai dan volume total impor produk udang olahan Singapura dari dunia masih meningkat rata-rata per tahun selama empat tahun terakhir (2012-2015). Hal tersebut dapat terlihat dari penyumbang terbesar total impor produk udang olahan yaitu udang kecil dan biasa olahan kemasan tidak kedap udara (HS 160521). Udang kecil dan biasa olahan kemasan tidak kedap udara (HS 160521) dengan pangsa mencapai 99,1% dari total impor produk udang olahan Singapura masih meningkat rata-rata nilai dan volume impornya masing-masing 8,1% dan 3,5% per tahun, Sementara itu, pertumbuhan rata-rata nilai dan volume impor udang kecil dan biasa olahan kemasan kedap udara (HS 160529) mengalami penurunan rata-rata masing-masing sebesar 14,7% dan 14,9% per tahun.
9
Grafik 2.1 Perkembangan Impor Udang Kecil dan Biasa Olahan Kemasan Tidak Kedap Udara Singapura Berdasarkan Lima Negara Asal Utama
19.826
Viet Nam
Malaysia
Thailand
China
Indonesia
25,8
2.367
25,2
6.777
24,6
1.171
12,9
6.490 758
4.757
(4,6) (5,3)
Value (US$ Thousand), 2015 Volume (Tonne), 2015
Trend Value, 2012-2015 (%/year) Trend Volume, 20122015 (%/year)
(21,1)
728
(24,7)
2.286
85,1
342
37,4
Sumber: ITC Trademap, 2016 (diolah)
Untuk produk udang olahan, keterlibatan Indonesia di pasar Singapura saat ini hanya pada udang kecil dan biasa olahan kemasan tidak kedap udara (HS 160521) sedangkan untuk udang kecil dan biasa olahan kemasan kedap udara (HS 160529) belum mampu mensupply. Indonesia menjadi negara asal impor udang kecil dan biasa olahan kemasan tidak kedap udara (HS 160521) terbesar kelima di pasar Singapura dengan nilai impor tahun 2015 mencapai US$ 2,3 juta atau pangsa 5,2%, dimana nilai tersebut mengalami penurunan 21,2% dibandingkan tahun 2014. Pangsa yang masih cukup kecil tersebut tentunya terdapat potensi pasar yang masih bisa dikembangkan, hal tersebut didukung oleh pertumbuhan rata-rata nilai dan volume impor Singapura dari Indonesia yang terus meningkat dan lebih besar jika dibandingkan empat negara supplier utama yaitu Vietnam, Malaysia, Thailand, dan China. Vietnam masih menjadi supplier utama dengan pangsa lebih dari 45%. Meningkatkan tidak hanya kualitas tetapi juga kuantitas produk udang olahan dapat menjadi salah satu solusi bagi baik pemerintah maupun perusahaan agar ekspor udang kecil dan biasa olahan kemasan tidak kedap udara (HS 160521) Indonesia ke Singapura dapat meningkat kembali.
10
Grafik 2.2 Perkembangan Impor Produk Udang Kecil dan Biasa Olahan Kemasan Kedap Udara Singapura Berdasarkan Lima Negara Asal Utama
244
Malaysia
Thailand
Myanmar
Trend Volume, 20122015 (%/year)
61
2,9 (4,0)
75
Philippines
Hong Kong, China
Trend Value, 2012-2015 (%/year)
21,7
17
17,3
45
-
6
-
16
(63,8)
2
(68,1)
9 4
Value (US$ Thousand), 2015
31,9
Volume (Tonne), 2015
23,1
Sumber: ITC Trademap, 2016 (diolah)
Sementara itu, untuk udang kecil dan biasa olahan kemasan kedap udara (HS 160529) di pasar Singapura lebih dari 55% dikuasai oleh Malaysia dengan nilai impor mencapai US$ 244 ribu pada tahun 2015. Sementara itu, Indonesia belum mampu mensupply ke pasar Singapura namun data menunjukkan bahwa permintaan Singapura untuk udang kecil dan biasa kemasan kedap udara (HS 160529) tidak begitu besar dimana total impor Singapura tahun 2015 hanya mencapai US$ 400 ribu dan pertumbuhan rata-ratanya pun juga mengalami penurunan sebesar 14,7% per tahun. 2.
POTENSI PASAR PRODUK UDANG OLAHAN INDONESIA DI SINGAPURA Defisit perdagangan produk udang olahan Singapura disebabkan oleh impor baik nilai
maupun volume yang lebih besar dari pada ekspor. Lebih jauh, pada tahun 2014 terjadi hal yang cukup unik dimana volume impor yang menurun direspon oleh nilai impor yang meningkat. Salah satu yang mempengaruhi kondisi tersebut adalah kelangkaan bahan baku udang yang disebabkan oleh efek penyakit udang berupa the early mortality syndrome (EMS) yang menyerang beberapa negara utama penghasil udang. Jumlah ekspor yang lebih kecil dibandingkan jumlah impor menunjukkan bahwa permintaan atau konsumsi domestik produk udang olahan Singapura yang cukup besar dan belum mampu terpenuhi oleh produksi dalam negeri maka dilakukanlah impor produk tersebut dari negara lain. Untuk produk udang sekitar 90% dari nilai impor merupakan konsumsi domestik Singapura sementara sisanya dire-ekspor ke negara lain. 11
Grafik 2.3 Perbandingan Ekspor dan Impor Produk Udang Olahan Singapura Periode Tahun 2012-2015 60.000 51.015
49.811
50.000
Nilai (US$ Ribu)
40.000
44.041
34.059
30.000
Ekspor Impor
20.000
10.000
6.702
6.028
5.789
2013
2014
2015
2.943 2012
7.000
6.460 5.647
6.000
5.836
5.048
Volume (Ton)
5.000 4.000 Ekspor
3.000
Impor
2.000 1.000
524
684
529
533
2014
2015
-
2012
2013
Sumber: ITC Trademap, 2016 (diolah)
Terkait pasar produk udang olahan Singapura, Indonesia telah mampu mensupply udang kecil dan biasa olahan kemasan tidak kedap udara (HS 160521) dan masuk dalam lima besar supplier utama di pasar Singapura namun untuk udang kecil dan biasa olahan kemasan kedap udara (HS 160529) yang Indonesia belum berkontribusi. Pada tahun 2015, kontribusi Indonesia pada pasar udang kecil dan biasa olahan kemasan tidak kedap udara (HS 160521) Singapura hanya sebesar 5,2% dari total nilai impor Singapura untuk produk yang sama yaitu US$ 43,6 juta. Dari hasil analisis Supply-Demand didapatkan bahwa hasil kontribusi produk udang olahan Indonesia di pasar Singapura antara lain udang kecil dan biasa olahan kemasan tidak kedap udara 12
(HS 160521) berada di posisi di STAR dimana produk Indonesia memiliki posisi yang baik dan terus meningkat selaras dengan permintaan pasar yang masih dinamis (meningkat). Sementara itu, untuk posisi udang kecil dan biasa olahan kemasan kedap udara (HS 160529) tidak terlihat karena Indonesia belum berkontribusi di pasar Singapura. Berdasarkan persentase kontribusi komoditas udang Indonesia di pasar Singapura dan product mapping hasil analisis supply-demand tersebut maka dapat diketahui bahwa untuk supply udang kecil dan biasa olahan kemasan tidak kedap udara (HS 160521) sudah memiliki posisi yang baik sehingga perlu dipertahankan atau bahkan ingin ditingkatkan, maka menjaga kualitas dan meningkatkan kuantitas melalui diversifikasi produk udang olahan menjadi salah satu solusi yang dapat dilakukan. Di sisi lain, untuk udang kecil dan biasa olahan kemasan kedap udara (HS 160529) tidak terlalu berpotensi untuk dijadikan target pasar karena bila melihat pertumbuhan permintaan rata-rata pasar Singapura cenderung menurun (negatif) dan jumlah permintaan yang tidak terlalu besar (kecil).
Gambar 2.1 Pangsa Pasar Impor Produk Udang Olahan Singapura (%) Udang Kecil dan Biasa Olahan Kemasan Tidak Kedap Udara (HS 160521)
Indonesia 5,2%
Udang Kecil dan Biasa Olahan Kemasan Kedap Udara (HS 160529)
Others 3,2%
Others 8,0%
Thailand Myanmar 4,0% 2,2%
China 10,9%
Hong Kong, China 11,2%
Viet Nam 45,4% Thailand 14,9%
Malaysia 60,7%
Philippines 18,7%
Malaysia 15,5%
Sumber: ITC Trademap, 2016 (diolah)
Gambar 2.2 Product Mapping Hasil BCG matrix (Supply-Demand) Produk Udang Olahan Indonesia di Pasar Singapura
13
10,0
Udang Kecil dan Biasa Olahan Kemasan Tidak Kedap Udara HS 160521)
Persentase Pertumbuhan Rata-Rata Tahunan Volume Impor Singapura dari Dunia 2012-2015
5,0
-
(5,0)
(10,0)
(15,0) (20,0)
(10,0)
-
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
Persentase Pertumbuhan Rata-Rata Tahunan Volume Impor Singapura dari Indonesia 2012-2015
Sumber: ITC Trademap, 2016 (diolah)
Berdasarkan data dari Singapore Department of Statistics tahun 2016, retail sales index (RSI) untuk sektor food and beverages pada tahun 2015 mengalami pertumbuhan negatif sebesar 6,3% dibandingkan tahun sebelumnya atau terjadi penurunan penjualan baik barang dan jasa. Salah satu faktor yang menjadi penyebab adalah efek krisis ekonomi dunia yang belum mereda sehingga daya beli konsumen juga belum kembali seperti kondisi semula. Grafik 2.4 Persentase Perubahan Tahunan Retail Sales Index (Food and Beverages) Periode 2011-2015 7.4 5.1
4.5
3.2
-6.3 2011
2012
2013
2014
2015
Sumber: Departement of Statistics Singapore, 2016 (diolah)
Perkembangan investasi (Foreign Direct Investment/FDI) Singapura juga menunjukkan bahwa untuk investasi yang berkaitan dengan sektor makanan, minuman beserta olahan menunjukkan bahwa investasi sektor Food and Beverage mampu meningkat rata-rata sebesar 36,2% per tahun sedangkan investasi Wholesale and Retail Trade meningkat rata-rata sebesar 14
12,8% per tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa perkembangan pasar Singapura masih akan berkembang ke depannya. Grafik 2.5 Perkembangan Investasi (FDI) Sektor Makanan dan Minuman dan Ritel S$ Million
Food, Beverages & Tobacco
Wholesale & Retail Trade
200,000.0
176,576.7 180,000.0
149,297.0
160,000.0
130,843.1
140,000.0
118,087.7 120,000.0
108,721.5
100,000.0 80,000.0 60,000.0 40,000.0
20,000.0
2,164.7
2,561.9
3,534.9
5,786.9
6,762.9
0.0 2010
2011
2012
2013
2014
Sumber: Departement of Statistics Singapore, 2016 (diolah)
Seperti yang disampaikan sebelumnya, komposisi penduduk Singapura lebih dari 75% didominasi oleh ras Chinese dengan gaya hidup yang lebih menyukai daging putih (contoh: seafood) dibandingkan daging merah (beaf, pork, lamb) sehingga udang yang termasuk dalam seafood permintaannya terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk. Tradisi dan budaya perayaan Chinese seperti Chinese New Year Spring Festival yang jatuh antara periode Januari hingga Maret menyebabkan permintaan akan seafood akan meningkat. Penggunaan produk udang olahan seperti pasta udang untuk beberapa makanan di Singapura seperti Har Cheong Gai dan Popiah, Kitin dan Chitosan sebagai bahan pengawet makanan, Belacan dan Terrasie sebagai penyedap makanan dan Shrimp/ Prawn crackers sebagai makanan ringan tentunya juga akan meningkatkan permintaan terhadap produk udang olahan. Peluang lain yang juga harus dapat dimanfaatkan oleh eksportir Indonesia adalah letak Indonesia yang sangat berdekatan dengan Singapura apabila dibandingkan dengan Negara pesaing lain seperti China, India, Thailand dan Filipina. Hal ini menjadikan produk udang Indonesia dapat diterima lebih cepat oleh importer atau penyedia jasa makanan di Singapura sehingga produk tersebut lebih segar bila dibandingkan dengan produk udang yang diimpor dari negara pesaing lain. Potensi-potensi diatas diharapkan dapat dimanfaatkan oleh eksportir Indonesia sehingga pangsa pasar Indonesia terus dapat ditingkatkan. Walaupun total nilai dan volume impor produk udang Singapura dari Indonesia tahun 2015 mengalami penurunan masing-masing sebesar 31,5% 15
dan 9,7% dibandingkan tahun sebelumnya namun diharapkan dapat meningkat minimal fokus meningkatkan dua produk udang yang masih memiliki pasar dinamis (permintaan meningkat) di Singapura yaitu udang kecil dan biasa olahan kemasan tidak kedap udara (HS 160521). Grafik 2.6 Impor Produk Udang Olahan Singapura dari Indonesia Periode 2012-2015 US$ Ribu Udang Kecil dan Biasa Olahan Kemasan Tidak Kedap Udara Udang Kecil dan Biasa Olahan Kemasan Kedap Udara
3.500
3.000 2.500
2.900
2.000
2.286
1.500
1.000 838
500
444
2012
2013
2014
2015
Sumber: ITC Trademap, 2016 (diolah)
Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh produsen/eksportir produk udang Indonesia untuk meningkatkan nilai ekspor ke Singapura adalah dengan melakukan kerja sama dengan importer dan penyedia-penyedia jasa makanan di Singapura. Berdasarkan data ITC Trademap, total perusahaan yang melakukan importasi terkait produk udang Singapura mencapai 163 perusahaan dimana jumlah perusahaan terbanyak bergerak dalam kategori makanan, minuman, dan tembakau sebanyak 142 perusahaan.
Tabel 2.3 Kategori dan Jumlah Perusahaan yang Melakukan Importasi Produk Udang Olahan Singapura
16
No
1 2 3 4 5 6 7
Product Category TOTAL Food, beverages and tobacco (wholesale) Seafood and shellfish, deep frozen Seafood, freeze-dried Uncooked fish and shellfish, chilled Delicatessen meats Meat, poultry and game, canned and otherwise packaged Poultry and birds, processed
Sumber: ITC Trademap, 2016 (diolah)
17
Number of importing companies 163 142 2 2 10 2 2 3
BAB III INFORMASI PASAR PRODUK UDANG OLAHAN DI SINGAPURA
1.
SISTEM DISTRIBUSI Sebagian besar produk udang olahan di Singapura diimpor dari negara lain untuk dijual di
Singapura maupun diekspor kembali ke negara lain. Saluran distribusi utama untuk produk seafood termasuk udang olahan di Singapura dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 3.1 Sistem Distribusi Produk Seafood termasuk Udang Olahan di Singapura
Sumber: FAO, 2015
2.
PROSEDUR IMPORTASI DI SINGAPURA Impor barang ke Singapura diatur dalam Customs Act and the Regulation of Imports and
ExportsAct serta peraturan perundang-undangan yang relevan. Umumnya, semua barang (termasuk gas, air, media, listrik, rekaman, dll) yang diimpor ke Singapura dikenakan pembayaran GST (bea cukai dan/ atau bea barang dan jasa) untuk barang tidak kena cukai dan GST dan atau pajak untuk barang kena cukai. Ada empat kategori barang yang dikenakan bea cukai di Singapura, antara lain: 18
1. Minuman keras 2. Produk tembakau, 3. Kendaraan bermotor dan 4. Produk minyak bumi. Produk lain termasuk produk udang termasuk dalam produk yang tidak dikenakan bea cukai. Untuk impor semua barang (termasuk barang-barang yang dikontrol dan non-kontrol) ke Singapura, importir diharuskan: 1. Mendapatkan IN Permit melalui TradeNet ® sebelum barang diimpor ke Singapura, dan 2. Membayar bea cukai dan/ atau Pajak Barang dan Jasa (GST) pada tingkat yang berlaku pada saat impor. Sebelum importasi dilakukan, importer harus mengurus izin impor (Import Permit) baik untuk produk yang dikontrol maupun tidak dikontrol importasinya. Produk yang dikontrol merupakan produk-produk yang memerlukan izin, lisensi atau bentuk persetujuan lain untuk diperiksa oleh Competent Authority berdasarkan aturan yang berlaku di Singapura. Beberapa contoh produk yang dikontrol importasinya diantaranya adalah produk senjata dan peledak, bahan kimia yang tergolong dalam bahan beracun dan berbahaya, pestisida dan sebagainya, bahan bakar diesel, produk perikanan, bahan-bahan yang mudah terbakar dan lain sebagainya. Daftar produk yang dikontrol
importasinya
secara
lengkap
dapat
diakses
melalui
http://www.customs.gov.sg/leftNav/trad/TradeNet/List+Of+Controlled+Goods+-+Imports.html. Peraturan impor barang di Singapura secara umum dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 3.2 Prosedur Importasi di Singapura
Secara umum, landasan hukum prosedur ekspor hasil perikanan ke Singapura didasarkan tentang produk daging dan seafood di negara Singapura didasarkan kepada Wholesome Meat and 19
Fish Act (selengkapnya dapat dilihat di http://statutes.agc.gov.sg). Kegiatan impor/ekspor ikan dan hasil perikanan diatur oleh Food Section, Import & Export Regulation Division (IERD), Quarantine and Inspection Department (QID) Agrifood and Vetenary Authority (AVA) sehingga produk perikanan termasuk produk udang dikontrol dan diawasi oleh AVA Singapura tersebut. AVA tersebut memiliki hak memerika setiap pengiriman produk ikan dan produk perikanan termasuk produk udang ke dalam wilayah Singapura. Khusus untuk produk dengan resiko tinggi dimana salah satunya yaitu produk udang olahan matang beku akan dikenakan inspeksi wajib oleh AVA sebelum penjualan. Produk tersebut akan diberi tanda “hold and test” menunggu hasil dari analisa laboratorium. AVA juga mewajibkan untuk produk tersebut untuk menyertakan sertifikat kesehatan (Health Certificate) yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang di negara pengekspor. Beberapa produk yang berasal dari negara-negara yang terkena sanksi dari United Nations Security Council (UNSC) dilarang untuk diimpor ke Singapura. Pembayaran Pajak dan GST Importir bertanggung jawab terhadap pembayaran semua bea, GST dan biaya lain-lain (pajak dan ongkos) ke Customsatas barang yang diimpor. Importir dapat mengajukan permohonan rekening GIRO (IBG) antar bank dengan Customs atau mereka dapat menunjuk agen forwarding untuk membayar pajak dan biaya atas nama importir tersebut. GST dihitung berdasarkan nilai barang yang meliputi biaya, asuransi dan pengiriman ditambah semua bea cukai dan biaya lainnya. Tingkat GST saat ini adalah 7%. Sedangkan untuk besar pajak yang harus dibayarkan dihitung berdasarkan nilai barang pada saat importasi dilakukan. Untuk informasi lebih lanjut tentang prosedur impordapat dilihat pada www.customs.gov.sg. 3.
INFORMASI PASAR DI SINGAPURA Singapura memiliki beberapa importir dalam industri seafood, khususnya untuk produk
udang. Salah satu pemain lokal untuk produk udang olahan adalah Orchad Global Food PTE. LTD.Orchad Global Food PTE. LTD. tidak hanya bermain di pasar Singapura tetapi juga di Dubai (UAE) dan India. Perusahaan yang merupakan salah satu perusahaan terbesar sebagai importer seafood segar maupun olahan dan supplier ke pasar ritel grosir, supermarket, hotel dan restoran Singapura dan Dubai. Indonesia, Malaysia dan India menjadi negara asal utama produk seafood yang diimpor perusahaan. Pemain lokal lainnya adalah Evergreen Seafood Pte Ltd yang berdiri sejak tahun 1995 untuk produk tiger prawn, LP Foods Pte Ltd, dan Song Fish Dealer Pte Ltd. Adapun produk seafood segar/dingin utama perusahaan adalah ikan, udang dan kepiting dimana khusus untuk produk udang yang dicari yaitu jenis vannamei prawn, white prawn, tiger prawn and flower prawn. Beberapa pemain lokal lainnya adalah Singapore Golden Ocean, Pan Ocean Singapore, Hong Food Supplier PTE. LTD., Euraco Fine Food PTE. LTD., JCS Shrimps PTE. LTD. dan Lee Huat Seafood Supplier. Perusahaan tersebut tidak hanya bermain untuk produk udang saja tetapi juga produk seafood lainnya. Sedangkan perusahaan Indonesia yang memproduksi 20
udang olahan diantaranya adalah PT. Marindo Makmur Usaha Jaya, PT. Citarasa Jaya, dan UD. Laksana Jaya. Selain itu, terdapat asosiasi di Indonesia yaitu Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran
Produk
Perikanan
Indonesia
(AP5I)
dengan
website
http://ap5i-indonesia-
seafood.com, dengan beranggotakan beberapa perusahaan yang memproduksi udang olahan. Terkait dengan informasi pasar udang di Singapura terkini yaitu sekitar bulan April 2016, AVA Singapura meningkatkan pengawasan terhadap udang dari residu obat-obatan obat yaitu nitrofurans dan amphenicols. Hal ini mengingat pernyataan dan klaim The United State Food and Drug Administration (US-FDA) mengeluarkan peringatan pada udang yang diimpor dan udang dari Malaysia. FDA mengatakan sekitar sepertiga dari impor mengandung residu dari nitrofurans dan amphenicols setelah pengujian. Nitrofurans dan amphenicols adalah antibiotik yang membantu mencegah penyakit pada udang akan tetapi berbahaya untuk konsumsi manusia. Singapura (AVA), Malaysia dan Amerika Serikat (US-FDA) sepakat bahwa penggunaan obat-obatan hewan tidak diperbolehkan makanan yang konsumsi manusia tak terkecuali udang. Singapura terkena imbas mengingat udang ekspor Singapura selain dari Indonesia, Vietnam, maupun Thailand ternyata juga berasal dari Malaysia. Bagi Indonesia sendiri, tentunya ini menjadi informasi penting bagi perusahaan eksportir yang akan menargetkan Singapura sebagai tujuan ekspor agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas udang yang diekspor.
21
BAB IV PELUANG, TANTANGAN DAN STRATEGI
1. PELUANG Dari Indonesia
Besarnya permintaan produk olahan, baik di pasar domestik maupun pasar ekspor.
Bahan baku udang Indonesia terbukti memiliki daya saing yang tinggi di pasar internasional. Udang Indonesia terbukti terbebas dari serangan wabah penyakit Early Mortality Syndrome (EMS) atau Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPNS).
Perjanjian perdagangan bebas AFTA.
Dari Singapura
Sumber daya alam yang terbatas sehingga harus mengimpor produk jadi dari negara lain.
Permintaan yang akan terus meningkat mengingat peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan investasi di bidang Food and Beverages.
Di sisi lain, struktur penduduk yang mayoritas Chinese dimana memiliki gaya hidup lebih menyukai daging putih (seafood) dibandingkan daging merah serta tradisi budaya seperti Chinese New Year/Spring Festival juga dapat meningkatkan permintaan udang secara khusus.
Penggunaan produk udang olahan seperti pasta udang untuk Har Cheong Gai dan Popiah, Kitin dan Chitosan sebagai bahan pengawet makanan, Belacan dan Terrasie sebagai penyedap makanan dan Shrimp/ Prawn crackers sebagai makanan ringan.
Memanfaatkan kekuatan AFTA.
2. TANTANGAN
Diversifikasi produk udang olahan yang beragam namun belum dimaksimalkan.
Kompetisi dengan negara penghasil udang olahan lain, terutama Thailand, Vietnam, Malaysia, China dan India yang juga merupakan supplier utama produk udang di Singapura.
Meningkatkan perencanaan tersedianya pasokan produk udang olahan.
Penerapan teknologi, pembangunan infrastruktur di berbagai sentra tambak udang dan integrasi antara pemroses di hilir dan petambak di hulu agar produksi udang Indonesia juga meningkat.
Mengubah pengolahan udang dengan cara tradisional menjadi pabrikasi, terutama untuk kemasan kedap udara. 22
3. STRATEGI
Memperhatikan syarat dan permintaan atas udang olahan yang diminta oleh konsumen.
Menjaga stabilitas kualitas dan kuantitas produk udang yang diekspor ke Singapura.
Menerapkan standar dan sertifikasi pengolahan udang seperti Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), International Organization for Standardization (ISO) 22000 dan Good Manufacturing Practices (GMP).
Peningkatan inovasi, diversifikasi produk, dan pembuatan kemasan yang lebih menarik minat konsumen.
Melakukan promosi dengan mengikuti pameran produk seafood yang diadakan Singapura dan promosi untuk menonjolkan keunggulan produk seafood asal Indonesia.
Aktif mengikuti pameran
Proaktif dengan Perwakilan Dagang Luar Negeri untuk membantu promosi dan mengetahui pasar, dalam hal ini melalui Atase Perdagangan di Singapura.
Memanfaatkan FTA untuk ekspor Indonesia ke Singapura.
23
BAB V INFORMASI PENTING 1. PERWAKILAN PERDAGANGAN
a. Kedutaan Besar Singapura di Indonesia Singapore Embassy in Jakarta Jalan H.R. Rasuna Said Block X/4, KAV No 2 Kuningan, Jakarta Selatan 12950 Tel: (62-21) 29950400 Fax: (62-21) 5201486 Website: www.mfa.gov.sg E-Mail:
[email protected] b. Singapore Consulate in Batam 8th Floor Sumatera Convention Centre Jalan Engku Putri, Kav. 01, Batam Centre Batam, Indonesia Tel: (62-778) 470070, 470071 Fax: (62-778) 470075
c. Singapore Consulate in Medan Suite No 2 - 6, 11th Floor Forum Nine Office and F & B Gallery No. 9, Jalan Imam Bonjol 20112 Medan, Indonesia Tel : (62-61) 8050 1500 Fax: (62-61) 8050 1506 Email:
[email protected]
d. Kedutaan Besar Indonesia di Singapura Embassy of the Republic of Indonesia No. 7 Chasworth Road Singapore 249761 Tel: (65) 67377422 Fax: (65)67375037; 62355783 E-Mail:
[email protected] Website: www.kbrisingapura.com
24
2. ASOSIASI DAN PERUSAHAN TERKAIT Seafood Industries Association Singapore Blk 3O71#01-34 Bedok North St 5 Singapore 486121 Tel: 81814352 Email:
[email protected] Orchad Global Food PTE. LTD. 158 Yung Loh Road Singapore 610158 Tel: (65) 6648 1636 Mobile (cell) phone: (65) 9864 6785 / (65) 9897 0967 Email:
[email protected] Website: www.orchardglobalfood.com Singapore Golden Ocean 152 Sims Ave Singapore 387474 Tel: (65) 6743 6570 Fax: (65) 6743 6569 Mobile (cell) phone: (65) 8222 8161 Email:
[email protected] /
[email protected] Pan Ocean Singapore 10 Fishery Port Singapore 619732 Tel: (65) 6873 1661 Fax: (65) 6873 1771 Email:
[email protected] Hong Food Supplier PTE. LTD. 181 Pandan Loop Singapore 128372 Tel: (65) 6779 6332 Fax: (65) 6779 2701 Email:
[email protected]
EURACO FINE FOOD PTE LTD 25
Blk 219 Henderson Road Singapore 159556 Tel: (65) 6276 5433 Fax: (65) 6276 2978 Email:
[email protected] /
[email protected] Website: www.euraco.com.sg JCS SHRIMPS PTE LTD 1 Chin Bee Drive Singapore 619862 Tel: (65) 6268 2335 Fax: (65) 6265 9848 Email:
[email protected] Website: www.jurongcoldstore.com LEE HUAT SEAFOOD SUPPLIER 15 Jalan Tepong #01-22/23 Jurong Food Hub Singapore 619336 Tel: (65) 6262 1393 Fax: (65) 6268 3664 Email:
[email protected] Website: www.leehuatseafood.com
26