SKRIPSI
MANAJEMEN REDAKSI MEDIA INDONESIA DALAM MENENTUKAN EDITORIAL EDISI PILKADA DKI JAKARTA (periode Agustus 2007)
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana komunikasi Strata Satu (S1)
Disusun oleh : Nama
: Vera Aryani
Nim
: 04102-050
Jurusan
: Broadcasting
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN BRODCASTING
Nama Judul Bibliografi
: Vera Aryani (04102-050) : Manajemen Redaksi Media Indonesia Dalam Menentukan Editorial edisi PILKADA DKI Jakarta (Periode Agustus 2007) : 22 (1985-2006) halaman xii + 76 halaman
ABSTRAKSI Berkembang pesatnya industri media cetak, khusunya surat kabar harian, membuat harian Media indonesia berinisiatif untuk menyajikan rubrik yang berbeda dari harian yang lain.Media Indonesia adalah surat kabar harian yang menyajikan berita-berita aktual yang terjadi setiap hari, yang ditampilkan dalam berbagai rubrik. Salah satu rubrik yang ada dalam surat kabar ini adalah rubrik Editorial. Editorial adalah pandangan redaksi terhadap suatu peristiwa yang sedang terjadi. Sehingga untuk Manajemen redaksi harus selektif dan cermat dalam pengembangan fakta dan peristiwa yang ada. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mencoba untuk menjelaskan manajemen redaksi Media Indonesia dalam menentukan Editorial edisi PILKADA DKI Jakarta (periode Agustus 2007). konsep-konsep yang diteliti meliputi mekanisme kerja redaksi, mulai dari kegiatan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), sampai tahap pengawasan (controlling). Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan mendeskripsikan hasil penelitian, penyimpulan dilakukan dengan wawancara mendalan dengan nara sumber antara lain ketua dewan redaksi selaku key informan dan anggota dewan redaksi selaku informan. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa manajemen redaksi pada harian Media Indonesia adalah tahap-tahap dalam menentukan Editorial yang tentunya merupakan kebijakan redaksional harian Media Indonesia itu sendiri. Seluruh anggota dewan redaksi ikut turun tangan dalam semua bidang redaksional, dimulai dari tahap penentuan tema editorial, rapat perencanaan, diteruskan dengan pengumpulan dan pengolahan bahanbahan menjadi naskah tulisan editorial, dilanjutkan dengan tahap penyeleksian dan penyuntingan naskah, yang akhirnya sampai ke meja lay out dan siap dicetak dan diedarkan.
KATA PENGANTAR
Dengan Bismillahirrahmannirrahim. Puji syukur Alhamdulillah tiada henti, penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahnya serta memberikan rizki, kesehatan dan keselamatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walau dengan perjalanan yang panjang, namun selalu disertai dengan semangat dan doa. Segala kelemahan pada diri, sehingga menyadari keterbatasan kemampuan penulis dalam menyusun skripsi ini, oleh karena itu penulis menyambut baik semua kritik dan saran yang disampaikan untuk menyempurnakan skripsi ini sehingga dapat lebih bermanfaat. Penulis menyadari benar, tanpa bantuan dari keluarga, sahabat, lingkungan sekitar, universitas dan pihak perusahaan maka skripsi ini tidak aka nada. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil selama penyusunan skripsi ini, terutama disampaikan kepada : 1. Bapak Heri Budianto,S.sos, M.si sebagai dosen pembimbing pertama, terima kasih telah memberikan waktu, bantuan dan ilmu pengetahuannya. 2. Ibu Dra.Agustina Zubair,M.Si sebagai dosen pembimbing kedua, terima kasih atas
waktunya,
bimbingannya.
disela-sela
kesibukannya
masih
mau
memberikan
3. Bapak Riswandi,M.Si sebagai pembimbing akademik yang selalu memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan kuliah. 4. Yang tercinta keluarga yang selalu mendukung dalam segala keadaan. Mama dan ayah, terima kasih atas doa dan kesabaran menanti kelulusan penulis, serta dorongan moril dan materilnya, kakak-kakak dan adikku yang selalu bersamaku, terima kasih atas semua nasehat dan masukannya. 5. Para Dekanat dan staf tata usaha fakultas ilmu komunikasi Universitas Mercu Buana, terima kasih atas pelayanan dan kerjasamanya. 6. Ibu Toeti Adhitama dan Bapak Djadjat Sudradjat selaku anggota dewan redaksi media grup (Media Indonesia), terima kasih atas izin, kesempatan dan kepercayaannya. Mbak Deby, mbak Ndari, mas Edi, Mas Deri, dan semua anggota redaksi Media Indonesia yang lainnya, terima kasih telah memberikan ilmu yang sangat berharga dan menerima penulis dengan baik. Pengalaman di Media Indonesia adalah pengalaman yang tak terlupakan. 7. Teman-teman Fikom ’02, Siska (terima kasih buat baju dan sepatunya), Ayu, Nia, Heni, Alung (terima kasih buat tumpangannya), Acong, Willy (terima kasih buat laptopnya), Didit, Deny, Rika, Jane, teguh dan semuanya. Terima kasih atas dukungan, semangat dan bantuannya. Dengan menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada pada skripsi ini, karena keterbatasan akan kemampuan dan pengetahuan penulis. Untuk itu penulis berharap adanya saran kritik yang dapat memberikan koreksi kepada
skripsi ini. Insya Allah akan berguna bagi penulis di masa yang akan datang dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Jakarta, Agustus 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan Sidang Skripsi .........................................
i
Lembar Tanda Lulus Sidang Skripsi ........................................
ii
Lembar Pengesahan Perbaikan Skripsi ....................................
iii
Abstraksi ......................................................................................
iv
Kata pengantar ............................................................................
v
Daftar Isi .....................................................................................
viii
Daftar Lampiran ........................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……………………..........…….....
1
1.2.Perumusan Masalah ……………………………...................
9
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………................…
9
1.4 Signifikansi Penelitian 1.4.1 Signifikansi Akademis .........…………………………
9
1.4.2 Signifikansi Praktis ……………………....................
10
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi .............................................
11
2.1.2 Fungsi Komunikasi ................…………......................
14
2.2 Komunikasi Massa 2.2.1 Pengertian Komunikasi Massa ...................................
15
2.2.2 Fungsi Komunikasi Massa ..........................................
17
2.2.3 Karakteristik Komunikasi Massa .............................
20
2.2.4 Teori Komunikasi Massa ............................................
22
2.3 Media Massa ........................................................................
23
2.4 Surat Kabar 2.4.1 Pengertian Surat Kabar ............................................
.
26
2.4.2 Ciri-ciri Surat Kabar ..................................................
26
2.4.3 Fungsi Surat Kabar ....................................................
28
2.5 Editorial 2.5.1 Pengertian Editorial .....................................................
28
2.5.2 Fungsi Editorial ...........................................................
32
2.5.3 Tujuan Editorial ..........................................................
33
2.5.4 Sifat Editorial ...............................................................
34
2.5.5 Struktur Editorial .........................................................
36
2.6 Manajemen Redaksi 2.6.1 Pengertian Manajemen Redaksi .................................
36
2.6.2 Prinsip Dasar Manajemen ............................................
41
2.6.3 Fungsi Manajemen ........................................................
43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ……………………………...........................
45
3.2 Metode Penelitian ………………………...............................
47
3.3 Definisi Konsep .........…………………………………......…
48
3.4 Fokus Penelitian ...............................................………….....
49
3.5
Teknik Pengumpulan Data ………………….....................
50
3.5.1 Data Primer .....................................................................
51
3.5.2 Data Sekunder ...............................................................
51
3.6 Key Informan (nara sumber).……………………………....
51
3.7 Analisis Data ...........................................................................
52
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Sejarah singkat Media Indonesia .......................................
54
4.2 Visi dan Misi Media Indonesia 4.2.1 Visi Media Indonesia ...................................................
56
4.2.2 Misi Media Indonesia ..................................................
57
4.3 Profil Pembaca ......................................................................
57
4.4 Hasil Penelitian .....................................................................
60
4.5 Pembahasan ..........................................................................
70
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ...........................................................................
74
5.2 Saran .....................................................................................
75
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Surat keterangan penelitian
Lampiran 2
: Editorial Media Indonesia edisi PILKADA DKI Jakarta
Lampiran 3
: Hasil wawancara dengan nara sumber
Lampiran 4
: Struktur organisasi Media Indonesia
Lampiran 5
: Profil Pembaca
Lampiran 6
: Filosofi Media Indonesia
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang Teknologi informasi saat ini berkembang dengan cepat, khususnya dibidang komunikasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyak munculnya media-media komunikasi yang dapat memberikan informasi kepada masyarakat dengan cepat. Pada awal sejarah, manusia bertukar informasi melalui bahasa. Namun seiring dengan
berjalannya
waktu,
teknologi
penyampaian
informasi
berkembang.
Perkembangan teknologi informasi sudah sedemikian pesatnya memberikan dampak yang menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Salah satu hal yang berkembang sangat pesat dan menjadi pemicu dari perkembangan yang ada adalah komunikasi. Komunikasi adalah sebuah proses interaksi untuk berhubungan dari satu pihak ke pihak lain, yang pada awalnya berlangsung sangat sederhana dimulai dengan ide-ide yang abstrak atau pikiran dalam otak seseorang untuk mencari data atau menyampaikan informasi yang kemudian dikemas menjadi sebentuk pesan untuk kemudian disampaikan secara langsung. Berkembangnya teknologi komunikasi, dunia seakan terasa semakin sempit, karena dalam beberapa saat saja kita dapat berhubungan dengan yang lain. Walaupun kita dibelahan bumi yang berbeda, namun rasanya kita berada didalam suatu tempat didunia, suatu masyarakat dunia. Proses komunikasi menurut Harold D lasswel, adalah “who says what in which channel to whom with what effect?” (siapa berkata
apa melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa?) model ini menggambarkan proses komunikasi. Komunikasi mengacu pada tindakan mengirim dan menerima pesan, oleh satu orang atau lebih, yang terdistorsi oleh gangguan, terjadi dalam suatu lingkungan (konteks), mempunyai dampak tertentu (dimensi etik tertentu), serta memungkinkan adanya umpan balik.1 Elemen-elemen yang ada pada tindak komunikasi adalah lingkungan,
sumber-penerima,
pesan,
saluran,
gangguan,
proses
penyampaian/encoding, proses penerimaan/decoding, umpan balik, dampak dan etik. Pesan komunikasi mempunyai beragam bentuk dan dapat disampaikan serta diterima melalui berbagai kombinasi panca indera. Saluran komunikasi adalah media yang dilalui oleh pesan yang dikirim. Komunikasi massa adalah suatu proses dalam komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarluaskan pesan-pesan secara luas, dan terus menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda dengan melalui berbagai cara. Saluran komunikasi massa adalah berbentuk media massa yaitu: koran, majalah, radio, televisi, internet, buku, cd, dan film. Komunikan untuk komunikasi massa adalah khalayak atau masyarakat luas yang bercirikan heterogen, tersebar diseluruh wilayah dan tidak saling mengenal. Pada era globalisasi saat ini tak dapat dipungkiri bahwa perkembangan komunikasi massa sangat kuat bagi aspek kehidupan manusia, khususnya di indonesia. Kuatnya pengaruh komunikasi massa dapat mempengaruhi stabilitas 1
Joseph A.Devito.Komunikasi antar manusia. Professional Books.Jakarta.1997.hal 23.
kehidupan seseorang, instansi, institusi, maupun negara. Wrigth mengatakan komunikasi massa adalah jenis khusus komunikasi sosial yang melibatkan karakteristik khalayak yang khas, pengalaman komunikasi dan komunikator.2 Dalam komunikasi massa, khalayak relatif besar, heterogen, dan anonim bagi sumber. Pengalaman bersifat publik dan cepat. Sumber bekerja lewat satu organisasi yang rumit tetapi dalam isolasi dan pesan mungkin mewakili usaha banyak orang yang berbeda. Komunikasi massa tak lepas dari peran media komunikasi massa yang menunjang kelangsungan rangkaian prosesnya. Sebagai suatu alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau gambaran umum tentang banyak hal, media massa mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik, antara lain, karena media juga dapat berkembang menjadi kelompok penekan atas suatu ide atau gagasan, dan bahkan untuk diletakkan dalam konteks kehidupan yang lebih empiris. Sebenarnya media berada pada posisi yang mendua, dalam pengertian bahwa media dapat memberikan pengaruh-pengaruh positif maupun negatif, namun sifatnya sangat relatif, bergantung pada dimensi kepentingan yang diwakili. Berdasarkan kemungkinan yang dapat diperankan itu, media massa merupakan sebuah kekuatan raksasa yang sangat diperhitungkan. Dalam berbagai analisis tentang kehidupan sosial, ekonomi dan politik, media sering ditempatkan sebagai salah satu variabel determinan. Bahkan media terlebih dalam posisinya
2
Steward L.tubs & Silva Mosa. Human Communication Konteks-konteks Komunikasi. PT.Remaja Rosdakarya.Bandung.1996.hal.198
sebagai suatu institusi informasi, dapat pula dipandang sebagai faktor paling menentukan dalam proses-proses perubahan sosial-budaya dan politik. Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayak, karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturanaturan yang berlaku. Kegiatan jurnalistik sekarang ini dilakukan oleh berbagai media, baik elektronik maupun cetak. Tujuannya adalah untuk menyampaikan berita-berita yang aktual kepada masyarakat. Berbagai media massa yang muncul dimasyarakat, baik cetak maupun elektronik, memberikan banyak informasi. Oleh karena itu timbullah banyak persaingan antara media demi mendapatkan konsumen sesuai dengan sasaran khalayaknya. Pengelola media kemudian hadir dengan berbagai bentuk informasi dan gaya penyajian yang diyakini berbeda dari media lain, sebagai “senjata” untuk memenangi persaingan. Dalam media cetak, terutama surat kabar harian, pengelola lebih mengutamakan berita yang “panas” sebagai senjata andalan. Sedangkan tabloid dan majalah, yang hadir secara berkala yaitu mingguan, tengah bulanan ataupun bulanan lebih mengutamakan atau mengandalkan penajaman atau pendalaman berita (indepth news) sebagai “dagangan”. Sangat sulit bagi pihak pengelola media massa dalam menyajikan berita yang benar-benar dapat dijangkau dan diterima dengan baik oleh khalayak pembacanya. Karena bagaimanapun keinginan dan persepsi setiap pembaca berbeda dalam
mengonsumsi media. Ini merupakan keharusan bagi pengelola media massa agar menyadari apa yang dipikirkan oleh pembacanya, apabila ingin tetap hadir, diterima, dan dibaca oleh khalayak. Editorial adalah sebuah karangan utama didalam surat kabar yang mengomentari masalah aktual, yang menyajikan kebijaksanaan suatu pemberitaan. Atau bisa juga disebut sebagai karangan atau komentar pada majalah, surat kabar, radio, televisi, yang isinya menyatakan opini redaksi, penerbit, atau manajemennya terhadap isu-isu yang sedang berkembang dimasyarakat..3 Tajuk rencana atau editorial merupakan rubrik yang ampuh dalam kegiatan mempengaruhi (to influence, and to persuade) khalayak, karena merupakan sajian yang aktual, logis, argumentatif, dan tidak kalah pentingnya ditulis oleh para editor.4 Editorial berfungsi untuk melukiskan visi dan misi media cetak atau surat kabar yang bersangkutan, selain itu editorial juga berfungsi untuk menentukan suasana atau sifat surat kabar. Suasana atau sifat ini mencerminkan karakter surat kabar, hal ini lebih dari sekedar kebijaksanaan persuratkabaran. Salah satu media yang termasuk dalam media cetak adalah surat kabar. Sekarang ini banyak sekali surat kabar yang menyajikan berita-berita aktual, salah satunya adalah Media Indonesia. Media Indonesia merupakan salah satu surat kabar harian yang menampilkan informasi aktual yang sedang menjadi isu utama. Salah satu kolom yang ditampilkan adalah kolom Editorial. Pada kolom tersebut dibahas tentang pandangan Media Indonesia terhadap isu-isu atau peristiwa yang sedang
3 4
Kustadi Suandang. Pengantar Jurnalistik. Yayasan Nuansa Cendikia. 2004. hal.151 Onong Uchjana.Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.hal 158
hangat dibicarakan masyarakat. Untuk dapat membahas secara mendalam mengenai sutu masalah, diperlukan sebuah manajemen dalam menentukan tema yang matang agar pembahasan yang akan ditampilkan dapat menarik minat pembaca untuk mengetahui lebih dalam mengenai peristiwa yang akan ditampilkan. Kolom Editorial bisa juga dikatakan sebagai opini redaksi terhadap suatu kejadian atau peristiwa yang sedang terjadi. Tahun 1995, Media Indonesia menempati kantor di Komplek Delta Kedoya, Jl.Pilar Mas Raya Kav.A-D, Kedoya Selatan, Jakarta Barat. Di gedung ini semua kegiatan dibawah satu atap, Redaksi, Usaha, Percetakan, Pusat DokumentasiPerpustakaan, Iklan, Sirkulasi dan Distribusi serta fasilitas penunjang karyawan. Sejarah panjang serta motto ”Pembawa Suara Rakyat” yang dimiliki oleh Media Indonesia bukan menjadi motto kosong dan sia-sia, tetapi menjadi spirit pegangan sampai kapan pun.5 Salah satu bentuk proses komuniksi adalah dengan mengeluarkan pendapat atau opini. Pada periode agustus 2007, Editorial media indonesia mengangkat tema tentang PILKADA DKI Jakarta, yang berlangsung pada 8 agustus 2007. PILKADA DKI Jakarta kali ini berbeda dengan PILKADA sebelumnya, karena ini merupakan PILKADA pertama, dimana seluruh warga dapat memilih calon pemimpinnya secara langsung, dalam hal ini warga memilih calon gubernur dan wakilnya secara langsung sesuai dengan pilihannya. Dalam editorial edisi PILKADA ini, antara lain dibahas tentang nama-nama calon gubernur yang akan menggantikan posisi Sutiyoso, yang telah dua kali menjabat. Dua tokoh yang menjadi calon adalah Fauzi bowo dan 5
Media Indonesia.Company Profile.
Adang daradjatun. Pada editorial ini redaksi Media Indonesia juga menyebutkan beberapa persoalan atau masalah yang sering terjadi di Jakarta, seperti banjir dan kemacetan lalu lintas. Redaksi juga berpendapat bahwa Jakarta haruslah dibangun dan dipimpin oleh mereka yang memiliki visi besar dan kuat terhadap kepentingan publik. PILKADA DKI Jakarta ini disebut sebagai barometer demokrasi indonesia. Pada edisi ini juga ditampilkan data perolehan suara dari lembaga yang melakukan penghitungan cepat (quick count), yang mengumumkan keunggulan pasangan Fauzi bowo - Prijanto yang berkisar antara 56% sampai 59%. Tentu ini bukan angka resmi, tetapi quick count telah terbukti memiliki akurasi tinggi dalam berbagai PILKADA, bahkan pemilihan umum. Disini redaksi mempertanyakan keberanian sang pemenang untuk bisa mengatasi berbagai masalah yang ada di Jakarta dan untuk menjadikan Jakarta kota yang aman dan nyaman. Pada edisi ini redaksi memuji sikap Adang dan Dani yang menerima kekalahan dengan jiwa besar. Menurut penghitungan cepat (quick count) lembaga survei indonesia (LSI) pasangan Fauzi bowo - Prijanto memperoleh 56,2% suara, dan Adang - Dani mengantongi 43,88% suara. Meskipun komisi pemilihan umum DKI Jakarta belum secara resmi mengumumkan siapa pemenangnya, tetapi Adang - Dani mengakui kekalahannya. Bersama dengan ketua dewan pimpinan PKS wilayah DKI Jakarta, Triwisaksana, mereka langsung mengucapkan selamat kepada Fauzi Prijanto. Kompetisi kekuasaan selalu memiliki tujuan utama kemenangan, tetapi kemenangan akan menjadi sempurna jika diraih dengan cara yang elok, tidak hanya
mengikuti prosedur dan aturan main, namun juga rasa hormat terhadap seluruh unsur yang terlibat. Redaksi media indonesia juga menilai bahwa demokrasi perlu banyak persyaratan, perlu orang-orang terdidik yang punya rasa hormat terhadap perbedaan. Demokrasi perlu orang-orang yang berjiwa besar untuk menerima kekalahannya, juga pandai mengelola kemenangan. Adapun alasan saya mengapa mengambil penelitian ini karena, ini merupakan PILKADA pertama yang dilakukan secara langsung, maksudnya masyarakat dapat memilih langsung pemimpinnya. Dan karena Jakarta merupakan ibukota negara, lebih diperhatikan dan dijadikan barometer demokrasi di Indonesia.
1.2 Perumusan Masalah Dari penjelasan latarbelakang diatas, maka perumusan masalahnya adalah “bagaimana manajemen redaksi Media Indonesia dalam menentukan Editorial edisi PILKADA DKI Jakarta periode Agustus 2007?”
1.3 Tujuan Penelitian Dengan rumusan masalah diatas tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen redaksi Media Indonesia dalam menentukan Editorial edisi PILKADA DKI Jakarta periode Agustus 2007.
1.4 Signifikasi 1.4.1 Signifikasi Akademis Secara akademis, hasil penelitian ini dimaksudkan untuk memperkaya, memperlengkap serta menambah khasanah ilmu komunikasi terutama tentang kajian di bidang komunikasi. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta dapat dijadikan sebagai bahan referensi di perpustakaan.
1.4.2 Signifikasi Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan, informasi serta pertimbangan bagi pihak Media Indonesia, agar kedepannya dapat memberikan berita yang lebih baik, dan bermanfaat bagi masyarakat. Serta dapat memberikan kontribusi pada pihak terkait berupa pemikiran dan referensi-referensi baru dari hasil penelitian yang penulis lakukan.
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Kata atau istilah komunikasi berasal dari communicatus dalam bahasa latin yang artinya berbagai atau menjadi milik bersama. Dengan demikian, kata komunikasi menurut kamus bahasa mengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan. Menurut Webster New Collogiate Dictionary dijelaskan bahwa komunikasi adalah “suatu proses pertukaran informasi di antara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku”. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa, dan dengan akibat atau hasil apa?. Sebagaimana pentingnya komunikasi bagi kehidupan, maka komunikasi merupakan sesuatu yang bersifat multidisipliner, karena pendekatan-pendekatan yang dipergunakan berasal dari dan menyangkut berbagai bidang keilmuan (disiplin) lainnya seperti linguistik, sosiologi, antropologi, politik, dan ekonomi. Sifat “kemultidisipliner” ini tidak dapat dihindari karena objek pengamatan dalam ilmu komunikasi sangat luas dan komplek, menyangkut berbagai aspek sosial, budaya, dan politik dari kehidupan manusia.6 Lasswell mengatakan Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa? Dengan akibat apa atau hasil apa? (Who? Says what? In which channel? To whom? With what effect?) 6
S.Sendjaja Djuarsa.Pengantar Ilmu Komunikasi.Universitas Terbuka.Jakarta 2003.hal.1.1
Menurut Berelson dan Stainer komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain. Sementara Weaver menjelaskan bahwa Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya. Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan. Berdasarkan definisi-definisi tentang komunikasi tersebut di atas, dapat diperoleh gambaran bahwa komunikasi mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut :7 1. Komunikasi adalah suatu proses. Komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. 2. Komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja, serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya.
7
Catatan kuliah pengantar ilmu komunikasi
3. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan samasama
mempunyai
perhatian
yang
samaterhadap
topik
pesan
yang
disampaikan. 4.
Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dalam komunikasi antar manusia adalah bahasaverbal dalam bentuk kata-kata, kalimat, angka-angka atau tanda-tanda lainnya.
5. Komunikasi bersifat transaksional. Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan, yaitu memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau porsional. 6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu. Maksudnya adalah bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi seperti telepon, internet, faximili, dan lain-lain, faktor ruang dan waktu tidak lagi menjadi masalah dalam berkomunikasi.
2.1.2 Fungsi Komunikasi Gordon I.Zimmerman, merumuskan bahwa komunikasi mempunyai fungsi isi, yang melibatkan pertukaran informasi yang kita perlukan untuk menyelesaikan
tugas, dan fungsi hubungan yang melibatkan pertukaran informasi mengenai bagaimana hubungan kita dengan orang lain. Rudolf F.Verderber, mengemukakan bahwa komunikasi itu mempunyai dua fungsi. Pertama, fungsi sosial, yakni untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukkan ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan. Kedua, fungsi pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada saat tertentu. Judy C.Pearson dan Paul E.Nelson, mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan hidup diri-sendiri yang meliputi: keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup
masyarakat,
tepatnya
untuk
memperbaiki
hubungan
sosial
dan
mengembangkan keberadaan suatu masyarakat.8
2.2 Komunikasi massa 2.2.1 Pengertian Komunikasi Massa Komunikasi massa merupakan satu tipe komunikasi manusia (human communication) yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi. Pada dekade sebelum abad ke-20, alat-alat mekanik yang menyertai lahirnya publisistik atau komunikasi massa
8
Deddy Mulyana.Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.PT.Remaja Rosdakarya.Bandung.2000.hal 4
adalah alat-alat percetakan (press printed) yang menghasilkan surat kabar, buku, majalah, brosur dan materi cetakan lain.9 Komunikasi
massa
kita
adopsi
dari
istilah
bahasa
Inggris,
mass
communication, kependekan dari mass media communication (komunikasi media massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa. Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kapada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen.10 Kata massa dalam komunikasi massa dapat diartikan lebih dari sekedar “orang banyak”, seperti orang yang sedang mengerumuni penjual obat atau yang sedang bersama-sama berhenti menanti dibukanya pintu lintasan kereta api. Massa disini bukan sekedar orang banyak di suatu lokasi yang sama. Massa kita artikan sebagai “meliputi semua orang yang menjadi sasaran alat-alat komunikasi massa atau orang-orang pada ujung lain dari saluran”. Massa mengandung pengertian orang banyak, tetapi mereka tidak harus berada di suatu lokasi tertentu yang sama. Mereka dapat tersebar atau terpencar di berbagai lokasi dalam waktu yang sama atau hampirabersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama. Massa dapat juga dilihat sebagai “meliputi semua lapisan masyarakat”, atau “khalayak ramai” dalam berbagai tingkatan umur, pendidikan, keyakinan, status sosial. Tentu saja yang terjangkau oleh saluran media massa. Pengertian itu perlu
9 10
Wiryanto.Teori Komunikasi Massa.Grasindo.Jakarta.2000.hal 1 Deddy Mulyana. Op.Cit.hal 75
dikemukakan sebab istilah media massa pernah dipakai hanya untuk menunjuk satu lapisan bawah atau rendah, yang jumlahnya paling banyak dalam satu sistim sosial. Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wrigth, yang menjelaskan bahwa komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara masal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. Definisi komunikasi massa paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Menurut Defleur dan Dennis komunikasi massa adalah suatu proses dimana komunikator - komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas dan secara terus menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda melalui berbagai cara. Komunikasi massa Adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen. Proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanik seperti; radio, televisi, surat kabar dan film. Pesan-pesan bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik). Komunikasi antar pribadi, komunikasi
kelompok dan komunikasi organisasi berlangsung juga dalam proses untuk mempersiapkan pesan yang disampaikan media massa ini. Dalam konteks ini, maka komunikasi massa adalah komuniksai melalui media massa modern yang meliputi surat kabar yang mempunyai siaran luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum.
2.2.2 Fungsi Komunikasi Massa Fungsi komunikasi massa menurut pendapat Harold D.Laswell antara lain:11 1. Surveillance of the environment. Fungsinya sebagai pengamatan lingkungan. 2. Corelation of the parts of society in responding to the environment. Fungsinya menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungan. 3. Transmition of the social heritage from one generation to the next. Fungsinya penerusan atau pewarisan sosial dari satu generasi ke generasi berikutnya. Laswell tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai fungsi-fungsi yang dikemukakan itu, sehingga terbuka kesempatan terhadap berbagai spekulasi dan penafsiran. Seorang ahli sosiologi, Charles R.Wright, menambahkan fungsi keempat, yaitu entertainment dan ia memberikan penjelasan keempat fungsi itu, sebagai berikut: 1. Surveillance. Menunjuk pada fungsi pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian dalam lingkungan, baik di luar maupun di dalam masyarakat, fungsi ini berhubungan dengan apa yang disebut handling of news.
11
Wiryanto.Op.cit.hal 11
2. Corelation. Meliputi fungsi interpretasi pesan yang menyangkut lingkungan dan tingkah laku tertentu dalam interaksi kejadian-kejadian. 3. Transmition. Menunjuk pada fungsi mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai dan norma-norma sosial budaya dari satu generasi ke generasi baru. Fungsi ini diidentifikasikan sebagai fungsi pendidikan. 4. Entertainment. Menunjuk pada kegiatan-kegiatan komunikasi yang dimaksudkan untuk memberikan hiburan tanpa mengharapkan efek-efek tertentu. Fungsi komunikasi massa menurut Djalaluddin Rahmat, selain menyiarkan informasi juga mendidik dan mempengaruhi.12 Fungsi-fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Menyiarkan informasi (to inform) Menyiarkan informasi merupakan fungsi pers yang pertama dan utama. Khalayak menerima informasi mengenai berbagai hal yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain dan apa yang dipirkan orang lain. 2. Mendidik (to educate) Fungsi ini sebagai sarana pendidikan massa supaya khalayak bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini bisa secara implisit dalam bentuk artikel atau tajuk rencana. 3. Menghibur (to entertain) Hal-hal yang sifatnya menghibur untuk mengimbangi berita-berita yang berbobot (hardnews) yang tujuannya untuk melemaskan ketegangan pikiran setelah yang berat. 12
Djalaluddin Rahmat.Teori Komunikasi Massa.PT.Remaja Rosdakarya.Bandung.2000.hal.56
4. Mempengaruhi (to persuasive) Fungsi ini menyebabkan pers memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat, untuk mempengaruhi khalayak.
2.2.3 Karakteristik Komunikasi Massa Dari beberapa definisi komunikasi massa diatas, berikut ini adalah karakteristik komunikasi massa yang membedakannya dari komunikasi lainnya13: 1. Komunikator Terlembagakan Karakteristik komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Berbeda dengan komunikasi yang lainnya, komunikator pada komunikasi massa bukan perorangan melainkan lembaga atau organisasi yang terlembagakan. Sebuah pesan yang disampaikan lewat media massa, melewati proses sebagai berikut: komunikator menyusun pesan dalam bentuk naskah. Kemudian naskah tersebut diserahkan ke penanggung jawab untuk dilanjutkan kepada redaksi apakah layak atau tidak, setelah melewati beberapa tahap barulah berita tersebut disampaikan kepada khalayak. 2. Pesan Bersifat Umum Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka artinya pesan komunikasi massa ditujukan kepada semua orang. Namun tidak semua fakta atau peristiwa dapat disajikan di media massa. Pesan komunikasi massa dikemas dalam bentuk
13
Elvinaro Ardianto & Lukiati Komala Erdinaya.Komunikasi Massa Suatu Pengantar.Simbiosa Rekatama Media.Bandung.2004.hal 7
apapun harus memenuhi kriteria penting sekaligus menarik bagi sebagian besar komunikan. 3. Komunikannya Anonim dan Heterogen Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Anonim disini adalah bahwa komunikator tidak mengenal komunikan dan heterogen adalah bahwa komunikan terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbedabeda yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, status sosial dan lainnya. 4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan Pesan komunikasi massa menimbulkan keserempakan. Hal ini menjadi salah satu kelebihan dari komunikasi massa. Jumlah sasaran komunikan yang dicapai relatif banyak dan tidak terbatas. 5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan Setiap komunikasi massa melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus. Pesan komunikasi massa harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan. 6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah Komunikasi massa bersifat satu arah. Hal ini merupakan salah satu ciri kelemahan komunikasi massa. Karena melalui media massa maka komunikator tidak mengenal dan berkontak langsung dengan komunikan sehingga tidak terjadi ikatan secara emosional.
7. Stimulasi Alat Indera Terbatas Stimulasi alat indera yang digunakan oleh komunikan tergantung dari jenis media massanya. Pada media surat kabar, komunikan menggunakan indera penglihatan. 8. Umpan Balik Tertunda (delayed) Komponen umpan balik atau lebih dikenal dengan sebutan feedback merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi apapun. Efektifitas komunikasi dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan. Umpan balik memiliki volume yang tidak terbatas.
2.2.4 Teori Komunikasi Massa Teori komunikasi massa yang digunakan pada penelitian ini adalah teori Agenda Setting. Secara singkat, teori penyusunan agenda ini mengatakan media (khususnya media berita) tidak selalu berhasil memberitahu apa yang kita pikir, tetapi media tersebut benar-benar berhasil memberitahu kita berpikir tentang apa. Media massa selalu mengarahkan pada kita apa yang harus kita lakukan. Media memberikan agenda – agenda lewat pemberitaannya, sedangkan masyarakat akan mengikutinya. Menurut asumsi teori ini media mempunyai kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu. Media mengatakan pada kita apa yang penting dan apa yang tidak penting. Media pun mengatur apa yang harus kita lihat atau tokoh siapa yang harus kita dukung.14
14
Nurudin. Komunikasi Massa. Cespur. 2003. hal.185
Menurut pendapat Chaffe dan Berger, ada beberapa catatan yang perlu dikemukakan untuk memperjelas teori ini:15 1. Teori itu mempunyai kekuatan penjelas untuk menerapkan mengapa orang– orang sama-sama menganggap penting suatu isu. 2. Teori itu mempunyai kekuatan memprediksi bahwa jika orang-orang mengekspos pada satu media yang sama, mereka akan merasa isu yang sama tersebutpenting. 3. Teori itu dapat dibuktikan salah jika orang-orang tidak mengekspos media yang sama, maka mereka tidak akan mempunyai kesamaan bahwa isu media itu penting.
2.3 Media Massa Media massa yaitu sarana dan saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan berita dan pesan kepada masyarakat luas. Secara umum media massa berbeda dengan institusi pengetahuan lainnya (misalnya seni, agama, ilmu pengetahuan, pendidikan dan lain-lainnya). a. media massa memiliki fungsi pengantar (pembawa) bagi pengetahuan. Jadi media massa juga memainkan peran institusi lainnya. b. media massa menyelenggarakan kegiatannya dalam lingkungan publik, pada dasarnya media massa dapat dijangkau oleh segenap anggota masyarakat secara bebas, sukarela, umum, dan murah.
15
Ibid.hal 186
c. media dijangkau lebih banyak orang daripada institusi lainnya dan sudah sejak dulu “mengambil alih” peranan sekolah, orang tua, agama, dan lain-lain. Media massa memberikan informasi dan membantu masyarakat untuk mengetahui secara jelas tentang dunia sekelilingnya kemudian menyimpan dalam ingatan masyarakat. Media massa berguna sebagai pengawas bagi masyarakat untuk mengajukan perbandingan dari apa yang kita lihat, dengar tentang dunia yang lain diluar lingkungan masyarakat hidup. Media massa sejak awal sebenarnya melakukan tugas kemudian membagikan informasi yang diinginkan oleh masyarakat pada umumnya. Manfaat media massa adalah:16 1. menjangkau suatu khalayak yang luas dan cepat 2. menciptakan pengetahuan dan menyebarluaskan informasi 3. mengarahkan perubahan pada sikap yang dianut. Onong Uchjana Effendy dalam bukunya ilmu komunikasi teori dan praktek mengatakan media massa memiliki kemampuan yang efektif untuk menyebarluaskan informasi karena dapat diterima oleh komunikan dalam jumlah yang relatif banyak. Salah satu bentuk media massa adalah media cetak, setidaknya ada lima karakteristik media cetak, yaitu: 1. Membaca merangsang orang untuk berinteraksi dengan aktif berfikir dan mencerna secara relatif, sehingga lebih berpeluang membuka dialog dengan pembaca atau masyarakat konsumennya. Disamping memungkinkan untuk mengulas permasalahan secara lebih mendalam dan lebih spesifik. 16
Zulkarimen Nasution. Komunikasi Inovasi. Universitas Terbuka.1985.hal 33.
2. Media cetak, baik koran, tabloid, dan majalah relatif lebih jelas siapa masyarakat konsumennya. Sedangkan media elektronik sering kali sulit mengukur dan mengetahui siapa konsumen mereka. Dengan kata lain, target audience media cetak lebih jelas. 3. Kritik sosial yang disampaikan melalui media cetak akan lebih berbobot atau lebih efektif karena diulas secara lebih mendalam dan bisa menampung sebanyak mungkin opini pengamat secara aspirasi masyarakat pada umumnya. 4. Media cetak lebih bersifat fleksibel, mudah dibawa kemana-mana, bisa disimpan atau dikliping, bisa dibaca kapan saja, serta tidak terikat waktu. 5. dalam hal penyajian iklan, walaupun media cetak dalam banyak hal kalah menarik dan atraktif dibandingkan media elektronik, namun bisa disampaikan secara lebih informatif, lengkap dan spesifik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
2.4 Surat Kabar 2.4.1 Pengertian Surat Kabar Surat kabar adalah suatu lembaran yang dicetak dan didistribusikan dengan selang waktu tertentu, terbit dalam bentuk harian atau mingguan serta mengutamakan penyajian berita. Harimurti Kridalaksana menerangkan, surat kabar adalah terbitan berkala yang memuat berita, karangan, risalah, iklan,dan lain-lain17 Berdasarkan penjelasan tersebut bahwa surat kabar merupakan alat komunikasi massa dalam arti saluran dari pernyataan manusia yang bersifat umum 17
Harimurti Kridalaksana. Leksikon Komunikasi.Pradnya Paramita.Jakarta.1987.hal 51
atau terbuka dan teratur waktu terbitnya serta dalam bentuk tercetak, yang isinya aktual meliputi segala perwujudan kehidupan manusia. Menurut Djafar H.Assegaf, surat kabar adalah penerbitan yang berupa lembaran yang berisi berita-berita, karangan-karangan, dan iklan yang dicetak dan terbit secara teratur atau periodik, dan dijual untuk umum.
2.4.2 Ciri-ciri surat kabar Ciri-ciri surat kabar sebagai berikut: 1. Publisitas Adalah penyebaran kepada publik atau khalayak, karena diperuntukan bagi khalayak, maka sifat surat kabar adalah umum. 2. Periodisitas Berarti suatu penerbitan disebut surat kabar jika terbitnya secara periodik, teratur. 3. Universalitas Hal ini menunjukan bahwa surat kabar harus memuat aneka berita mengenai kejadian-kejadian di seluruh dunia dan tentang segala aspek kehidupan manusia. Untuk memenuhi ciri-ciri inilah maka surat kabar besar meleengkapi dirinya dengan wartawan khusus mengenai bidang tertentu. Seperti olah raga, politik, ekonomi, kriminalitas, kebudayaan, dan lain-lain.
4. Aktualitas Yang dimaksud dengan aktualitas ialah kecepatan penyampaian laporan mengenai kejadian di masyarakat kepada khalayak. Bagi surat kabar aktualitas merupakan faktor yang amat penting karena menyangkut persaingan dengan surat kabar lain dan berhubungan dengan nama baik surat kabar bersangkutan. 5. Terdokumentasi Dari berbagai fakta yang disajikan surat kabar dalam bentuk berita atau artikel, dapat dipastikan ada beberapa diantaranya yang oleh pihak-pihak tertentu dianggap penting untuk diarsipkan.
2.4.3 Fungsi Surat kabar Surat kabar sebagai media massa mempunyai misi menyebarluaskan pesanpesan pembangunan dan sebagai alat mencerdaskan masyarakat. Dari empat fungsi media massa (informasi, edukasi, hiburan, dan persuasif), fungsi yang paling menonjol pada surat kabar adalah informasi. Hal ini sesuai dengan tujuan utama khalayak membaca surat kabar, yaitu keingintahuan akan setiap peristiwa yang terjadi disekitarnya. Karenanya, sebagian besar rubrik surat kabar terdiri dari berbagai jenis berita. Namun demikian, fungsi hiburan surat kabar pun tidak terabaikan, karena tersedianya rubrik artikel ringan, feature, dan lainnya. Begitu pula dengan fungsinya mendidik
dan memengaruhi akan ditemukan pada artikel ilmiah, editorial atau tajuk rencana dan rubrik opini.
2.5 Editorial 2.5.1 Pengertian Editorial Editorial adalah pikiran sebuah institusi yang diuji didepan sidang pendapat umum. Editorial juga adalah penyajian fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita yang penting dan mempengaruhi pendapat umum.18 Editorial (tajuk rencana) adalah karya tulis yang merupakan pandangan editor terhadap suatu topik. Dengan demikian, maka editorial bersangkutan dengan opini. Tajuk rencana atau editorial merupakan rubrik yang ampuh dalam kegiatan mempengaruhi (to influence, and to persuade) khalayak karena merupakan sajian yang aktual, logis, argumentatif dan yang tidak kalah pentingnya ditulis oleh para editor.19 Editorial dapat diartikan sebagai karangan utama didalam surat kabar yang mengomentari masalah aktual, yang menyajikan kebijaksanaan suatu pemberitaan. Atau bisa juga disebut sebagai karangan atau komentar pada majalah, surat kabar, radio, televisi, yang isinya menyatakan opini redaksi, penerbit, atau manajemennya.20 Dr.Lyle Spencer dalam bukunya “Editorial Writing” mendefinisikan editorial (tajuk rencana) sebagai berikut: Editorial (tajuk rencana) adalah penyajian fakta dan opini yang disusun secara ringkas, logis, dan menyenangkan untuk menghibur, 18
William L.Rivers,Bryce McIntyre,Alison Work.Editorial.PT.Remaja Rosdakarya.Bandung.1994.hal 8 Onong Uchjana.Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.hal 158 20 Kustadi Suhandang. Op.cit 19
mempengaruhi opini atau menginterpretasikan berita penting sedemikian rupa sehingga yang pentingnya itu menjadi jelas bagi rata-rata pembaca. Kini halaman editorial tidak mutlak harus dipisahkan, kadang-kadang berita atau opini ditempatkan pada akhir pemberitaan yang ditutup dengan nama samaran dari si penulisnya. Pada setiap media pemberitaan penulis editorial bisa berjumlah sepuluh sampai dua belas penulis. Mereka yang menulis editorial memiliki tanggung jawab yang besar terhadap public, mereka berkewajiban menyampaikan informasi yang baik dan benar, sehingga membuat dirinya menjadi spesialisasi dalam menguraikan fakta tertentu lewat tulisannya, biasanya latar belakang para penulis tajuk rencana atau editorial yang termashur adalah kecakapannya yang luar biasa dalam memikirkan apa saja. Adapun kriteria dalam dalam editorial adalah: 1. Clearness of style (jelas dalam gaya) 2. Moral purpose (tujuan yang bermoral) 3. Sound reasoning (pertimbangan yang sehat) 4. Power to influence public opinion (daya untuk mempengaruhi opini publik) Selain itu, pola baku (standar of pattern) untuk editorial ialah: b. judul yang mengimbau pembaca c. kalimat untuk lead yang tidak terlalu panjang d. kalimat pada paragraph terakhir yang menggemakan judul dan lead serta mempertegas problema yang dikupas.21
21
Djafar asegaf.jurnalistik masa kini.pengantar praktek kewartawanan.hal.63
Dari batasan Spencer jelas bahwa editorial berisi pendapat, harus logis dan ditulis secara menarik namun singkat. Jelasnya dalam editorial terdapat : 1.
pendapat
2.
logis
3.
singkat
4.
menarik
5.
bertujuan mempengaruhi pendapat.
Dalam bahasa indonesia editorial disebut dengan istilah tajuk rencana. Dahulu sebelumnya orang sering pula menyebutnya dengan istilah ”induk karangan” yang sesungguhnya berasal dari bahasa Belanda ”Hoofd article”. Di Inggris dan negaranegara yang dipengaruhi inggris, sering tajuk rencana disebut dengan istilah ”Leader”. Halaman keredaksian biasa dilihat sebagai halaman ranah publik, yang didasari oleh kewajiban pengelola media untuk menjaga agar dapat menjadi zona netral yang menampung fakta publik, dalam sehari-hari gambaran tentang ruang publik disebut sebagai visi, kerja profesional pada hakekatnya merupakan proses teknis yang menjembatani visi dan misi. Sejauh mana visi dan misi terwujud dalam halaman keredaksian, dapat dilihat secara implisit dan eksplisit dalam teks yang disampaikan kepada khalayak. Makna bersifat implisit dalam teks berita hanya dapat ditangkap oleh khalayak melalui penafsiran kontekstual. Secara teknis, kandungan implisit dapat ditelusuri dalam proses pemberitaan dalam menkonstruksi suatu fakta dalam konteks tertentu, yakni
saat seorang jurnalis melakukan framing (pembingkaian), framing mengandung maksud (intention) dan tujuan (aim). Proses framing itu bertolak dari kebijakan redaksi (newsroom management) suatu media pers, atau bisa juga berasal dari kecenderungan sikap/prefensi jurnalis saat menghadapi fakta.
2.5.2 Fungsi Editorial Suatu pesan yang disampaikan dalam editorial bertujuan agar khalayak mempunyai sikap tertentu, pendapat tertentu atau melakukan tindakan tertentu. Oleh karena itu fungsi editorial (tajuk rencana) sesungguhnya tidak banyak berbeda dengan reportase. Editorial atau tajuk rencan berfungsi untuk melukiskan misi dan visi media cetak atau surat kabar tersebut. Misi untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa, memperjuangkan keadilan dan kebenaran, membela rakyat kecil, mengecam pelecehan HAM seseorang atau kelompok, mewujudkan penegakan hukum terhadap siapapun tanpa memandang asal usul, status politik dan ekonominya. Salah satu fungsi halaman editorial adalah menentukan suasana atau sifat surat kabar. Pandangan ini merupakan fokus perhatian dari Louis M.Lyons, mantan kurator Yayasan Nieman di universitas Harvard, dalam sebuah pidato pada konferensi penulis editorial nasional tahun 1970. Jika seseorang membutuhkan alasan bagi sebuah halaman editorial atau mencoba menentukan peranan utama dari halaman editorial itu, maka peranan itu adalah mengungkapkan suasana surat kabar. Hal ini lebih dari sekedar kebijaksanaan persuratkabaran. Suasana atau sifat ini mencerminkan karakter surat kabar.
2.5.3 Tujuan Editorial Dalam penulisan editorial, mula-mula kita harus menentukan tujuannya. Sehubungan dengan itu, empat tujuan editorial telah dikemukakan oleh William Pinkerton dari Harvard University. Keempat tujuan tersebut telah dimuat dalam Nieman Reports sebagai berikut: 1. Menjelaskan Berita (Explaining the News) Editorial menjelaskan kejadian-kejadian penting kepada para pembaca. Editorial berfungsi sebagai guru, menerangkan bagaimana suatu kejadian tertentu berlangsung, faktor-faktor apa yang diperhitungkan untuk menghasilkan perubahan dalam kebijakan pemerintah, dengan cara bagaimana kebijakan baru akan mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi suatu masyarakat. 2. Menjelaskan Latar Belakang (Filling in Background) Untuk memperlihatkan kelanjutan suatu peristiwa penting, editorial dapat menggambarkan kejadian tersebut dengan latar belakang sejarah, yaitu menghubungkannya dengan sesuatu yang telah terjadi sebelumnya. Dengan menganalisis sejarah sekarang, editorial dapat memperlihatkan keterkaitannya dengan masalah-masalah umum sekarang. Editorial dapat menunjukan hubungan antara berbagai peristiwa yang terpisah: politik, ekonomi, atau sosial. Kadang-kadang editorial memuat suatu pandangan dan menunjukan kesamaan dengan sejarah, yaitu kesamaan yang bertujuan untuk mendidik masyarakat.
3. Meramalkan (Forecasting the Future) Suatu editorial kadang-kadang menyajikan analisis yang melewati batas berbagai peristiwa sekarang dengan tujuan meramalkan sesuatu yang akan terjadi pada masa datang. 4. Menyampaikan Pertimbangan Moral (Passing Moral Judgment) Menurut tradisi lama, para penulis editorial bertugas mempertahankan kata hati masyarakat. Mereka diharapkan mempertahankan isu-isu moral dan mempertahankan posisi mereka. Jadi, para penulis editorial akan berurusan dengan pertimbangan moral yang biasa disebut dengan “pertimbangan nilai”. Mereka berkata kepada pembaca tentang sesuatu yang benar dan salah. Mereka berjuang untuk sesuatu yang benar dan menyerang kebatilan.22
2.5.4 Sifat Editorial Sifat adalah ciri khas yang ada pada sesuatu (untuk membedakan dari yang lain). Mengenai tajuk rencana/editorial, Hillier Krieghbaum, membagi sifat tajuk rencana/editorial sebagai berikut : 1. Argumentatif : Adalah tajuk rencana yang membela suatu pandangan tertentu dengan alasan yang bisa diterima oleh akal sehat.
22
Op.Cit.hal 23
2. Informatif : Adalah paragraf tajuk rencana yang banyak memberikan interpretasi untuk membantu pembaca memahami berita sehingga pembaca lebih mengetahui isu-isu yang diberitakan dan membahas serta menganalisis baik buruknya suatu dampak, pelaksanaan suatu kebijakan atau kegiatan. 3. Persuasif : Adalah paragraf tajuk rencana yang disusun berupa himbauan jelas untuk bertindak atau isyarat untuk menggiring pembaca ke arah jalan pikiran yang dikehendaki sang redaktur. 4. Edukatif : Adalah paragraf tajuk rencana yang berusaha memberikan keterangan latar belakang tentang suatu hal atau masalah tertentu kepada pembaca. 5. Aneka rupa : Adalah paragraf tajuk rencana yang berusaha menghibur atau menyenangkan hati pembaca
2.5.5 Struktur Editorial Kata struktur dalam kamus besar bahasa indonesia berarti cara bagaimana sesuatu disusun atau dibangun. Dari definisi tersebut, yang dimaksud dengan struktur adalah cara sesuatu itu dibuat atau disusun dari suatu. Jika kata struktur ini dihubungkan dengan tajuk rencana/editorial maka yang dimaksud dengan struktur tajuk rencana adalah cara editorial itu dibuat atau disusun.
Donald L. Ferguson dan Jim Patten memperinci struktur editorial dalam buku journalism today sebagai berikut : a. Pembukaan : keterangan singkat mengenai latar belakang dari masalah yang dijadikan topik. Jangan beranggapan bahwa pembaca mengetahui masalah yang akan dibahas. b. Reaksi : posisi dari tajuk dan surat kabar. c. Perincian : dukungan terhadap posisi yang diambil. d. Kesimpulan : ulasan terhadap jalan keluar yang ditawarkan, pilihan-pilihan, dan arah, serta menekankan kembali posisi dari surat kabar.
2.6 Manajemen Redaksi 2.6.1 Pengertian Manajemen Redaksi Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Sementara itu, Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir, dan sesuai dengan jadwal; dalam berbagai bidang seperti industri, pendidikan, kesehatan, bisnis, finansial dan sebagainya. Dengan kata lain efektif menyangkut tujuan dan efisien menyangkut cara dan lamanya suatu proses mencapai tujuan tersebut. Dengan semakin pesatnya perkembangan serta persaingan antar media massa, diperlukan suatu kejelian dari seorang pimpinan surat kabar untuk mengelola surat kabar tersebut. Hal ini dapat dilihat dari kemampuannya dalam mengkoordinasikan masing-masing wartawan dan masing-masing bidang liputan (desk) baik dalam pencapaian strategis dalam jangka panjang. Untuk mencapai keunggulan redaksional tersebut seorang pemimpin redaksi dalam mengelola manajemen redaksinya pada hakikatnya tidak jauh berbeda dengan manajemen umum. Salah satu definisi manajemen yang cukup menarik dan banyak dianut oleh banyak orang, adalah definisi dari Henry Fayol yang berbunyi: “manajemen adalah proses menginterpretasikan, mengkoordinasikan sumber daya, sumber dana dan sumber-sumber lainnya untuk mencapai tujuan dan sasaran melalui tindakan-tindakan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pergerakan (actuating), dan pengendalian (controling).23 Atau kalau disingkat menjadi POAC yang menyangkut koordinasi antara manusia dan fungsi-fungsinya dalam manajemen redaksional. Dalam POAC tersebut untuk mencapai hasil maksimal tidak terlepas pada kebutuhan performa struktur organisasi yang mampu menjalankan fungsi-fungsi
23
Totok Djuroto. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung.PT.Remaja Rosdakarya.2002.hal.96-97
manajemen sebaik mungkin. Sebagai struktur ia mempunyai arah komunikasi yang jelas dan sifat yang baku serta mencakup bentuk komunikasi dan saluran komunikasi yang biasa digunakan antara atasan dan bawahan. Perencanaan (planning) memberikan sasaran bagi organisasi dan menetapkan prosedur terbaik untuk mencapai sasaran tersebut. Dengan cara menetapkan tujuan, aturan, menyusun rencana dan sebagainya. Pengorganisasian (organizing) meliputi proses pengaturan dan pengalokasian kerja, wewenang, dan sumber daya dikalangan anggota organisasi sehingga mereka dapat mencapai tujuan organisasi secara efisien. Penggerakan (actuating) mencakup hal mengarahkan, mempengaruhi, memotifasi karyawan untuk menjalankan tugas-tugas pokok. Dengan menciptakan suasana yang tepat, para manajer membantu karyawan mereka dengan menjalankan tugasnya dengan baik. Dibandingkan dengan perencanaan dan pengorganisasian yang berhubungan dengan aspek-aspek yang lebih abstrak, kegiatan kepemimpinan sangat kongkrit karena berkaitan langsung dengan orang. Dalam kegiatan pengawasan (controling), manajer harus memastikan bahwa tindakan para anggota organisasi kearah tujuan yang telah ditetapkan, melalui pengendalian, pelaksanaan tugas, menyeleksi produk, mengevaluasi penjualan dan sebagainya. Sehingga dapat menjaga organisasi tetap melintas dijalur yang benar. Untuk jelasnya hubungan-hubungan antara tahapan-tahapan dan tipe-tipe manajemen menurut fungsi-fungsi organisasi dapat dilihat pada bagan sebagai berikut:
Hubungan antara tahapan-tahapan manajemen
1. perencanaan, pemilihan dan penentuan tujuan organisasi dan menyusun strategi, kebijakan, program, dan lain-lain.
4. pengawasan penempatan standar, pengukuran pelaksanaan, dan pengambilan tindakan korektif.
2. pengorganisasian, penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan, menyusun orgsnisasi atau kelompok kerja, penugasan wewenang dan tanggung jawab serta koordinasi.
3. penggerakan motivasi, komunikasi kepemimpinan. Karyawan mengerjakan sesuatu yang ditugaskan kepadanya.
Sumber : henny S.W dan Alexander Rumondor.Manajemen media massa
Dengan demikian, maka bisnis penerbitan pers memang harus dilengkapi dengan penerapan manajemen yang profesional. Sebelum terjun langsung dalam bisnis penerbitan pers, pengelola media massa harus dapat menyesuaikan diri dengan mencoba menguasai situasi untuk kepentingan pangsa pasar. Karena sebenarnyalah
dalam persaingan bisnis media massa, kekuatan pasar pada akhirnya akan tetap menjadi pemenang. Dalam kaitannya dengan penelitian yang akan peneliti teliti adalah manajemen redaksi Media Indonesia dalam menentukan tema editorial edisi PILKADA DKI Jakarta, agar mencapai tujuan yang telah disepakati dan dapat bersaing dengan korang harian yang ada saat ini.
2.6.2 Prinsip Dasar Manajemen Pada dasarnya, manajemen erat kaitannya dengan organisasi. Organisasi menurut Griffin adalah "a group of people working together in a structured and coordinated fasion to achieve a set of goals". Orgnisasi adalah sekelompok orang yang berkerja sama dalam struktur dan koordinasi tertentu dalam mencapai serangkaian tujuan tertentu. Sekumpulan orang atau kelompok yang memiliki tujuan tertentu dan berupaya untuk mewujudkan tujuannya melalui kerjasama. Organisasi menurut Griffin memiliki sumber daya, yaitu : sumber daya manusia (human resources), sumber daya alam (natural resources), sumber daya dana (financial resources) atau keuntungan (funds) dan sumber daya informasi (informational resources). Bagaimana keseluruhan dikelola melalui kerjasama orang-orang yang berbeda sehingga tujuan organisasi tercapai. Manajemen, seperti diungkapkan oleh Mary Parker Foller adalah seni dalam menyelesaikan sesuatu melalui orang lain. Management is the art of getting things done trough people. Nickels,McHugh and McHugh mendefinisikan manajemen
sebagai : sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian orang-orang serta sumber daya organisasi lainnya. "The process used to accomplish organizational goals thorugh planning , organizing, diricting, and controlling
people
and
other
organizational
resources".
Salah satu definisi manajemen sebagaimana dicatat Encyclopedia Americana berbunyi " the art of coordinating the ele-ments of factors of production towards the achievement of the purposes of an organization". Pencapaian sasaran organisasi terjadi melalui penggunaan manusia (men), bahan produksi (materials), dan mesin (machines). Namun demikian, benang merah pengertian manajemen adalah bahwa manajemen merupakan proses koordinasi berbagai sumber daya organisasi (men, materials, machines) dalam upaya mencapai sasaran organisasi. Berbagai pengertian tentang manajemen disebut berbeda dalam definisi tetapi mengandung esensi yang sama. Dapat disimpulkan manajemen merupakan seni atau proses dalam menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan pencapaian tujuan, dalam penyelesaian sesuatu tersebut terdapat 3 faktor yang terlibat, yaitu24: 1. Adanya penggunaaan sumber daya organisasi. 2. Adanya proses yang bertahap mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan hingga pengendalian dan pengawasan. 3.
Adanya
seni
dalam
menyelesaikan
pekerjaan.
Manajemen dibutuhkan agar tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif dan 24
Manajemen media.blogspot.com
efisien. Efektif menurut Peter F Drucker adalah "mengerjakan pekerjaan yang benar" (doing the right things), sedangkan efisien adalah "mengerjakan pekerjaan dengan benar" (doing things right).
2.6.3 Fungsi manajemen Fungi Manajemen Manajemen beroperasi melalui bermacam fungsi, biasanya digolongkan pada perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan atau motivasi dan pengaturan :25 1. Perencanaan: memutuskan apa yang harus terjadi esok hari dan seterusnya dan membuat rencana untuk dilaksanakan. 2. Pengorganisasian: membuat penggunaan maksimal dari sumberdaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan rencana dengan baik. 3. Leading/Kepemimpinan dan Motivasi: memakai kemampuan di area ini untuk membuat yang lain mengambil peran dengan efektif dalam mencapai suatu rencana 4. Pengendalian: memantau kemajuan rencana, yang mungkin membutuhkan perubahan tergantung apa yang terjadi
25
http://wordpress.com/2007-12-09/manajemen-keredaksian
BAB III METODOLOGI
3.1 Tipe/Sifat Penelitian Penelitian ini berangkat dari suatu ide untuk mencermati sebuah fenomena sosial, kemudian mencoba mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis. Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu memberikan gambaran atau penjabaran, tentang kondisi empiris objek penelitian berdasarkan karakteristik yang dimiliki.26 Menurut Mohammad Nazir, metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau pun kelas peristiwa pada masa sekarang.27 Penelitian deskriptif ditujukan untuk:28 1. mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada. 2. mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku. 3. membuat perbandingan atau evaluasi 4. menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.
26
Bambang Setiawan. Metode Penelitian Komunikasi. UT. Jakarta.1995.hal.9 Moh.Nazir.Metode Penelitian Komunikasi.Universitas Terbuka.Jakarta.1995.hal.9 28 Djalaludin Rahmat.Metode Penelitian Komunikasi.PT.Remaja Rosdakarya.Bandung.1998.hal 22. 27
Sedangkan tipe penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor mengenai metode kualitatif seperti yang dikutip oleh Lexy J.Moeleong adalah metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dengan perilaku yang diamati, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandang sebagai bagian dari suatu kebutuhan. Sejalan dengan definisi tersebut Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang secara fundamental bergabung pada pengamatan manusia dan kawasannya sendiri dan berhubungan
dengan
orang-orang
tersebut
dalam
bahasanya
dan
dalam
peristilahannya.29 Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan apa, siapa, dimana, kapan, dan bagaimana suatu gejala terjadi, berdasarkan hal tersebut itulah penelitian ini memberikan suatu deskripsi atau gambaran keseluruhan tentang tujuan penelitian. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian penelitian. Data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.
29
Meoleong,Lexy.J.Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi.PT.RemajaRosdakarya.Bandung.2004. hal.4
3.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus adalah metode riset yang menggunakan berbagai sumber data (sebanyak mungkin sumber data) yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan berbagai aspek individu, kelompok suatu program organisasi atau peristiwa secara sistematis.30 Studi kasus adalah pendekatan yang memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci serta suatu pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan (wholeness) dari objek, artinya data yang dikumpulkan dalam rangka studi kasus dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi, dimana tujuannya adalah untuk mengembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai objek yang bersangkutan, yang berarti bahwa studi kasus harus disifatkan sebagai penelitian yang eksploratif dan deskriptif. Menurut Mulyana dalam Burhan bungin, studi kasus berupaya secara seksama dengan berbagai cara mengurangi sejumlah besar variabel mengenai suatu kasus. Penelaah berbagai sumber data ini membutuhkan berbagai macam instrumen pengumpulan data. Pengumpulan data dapat dilakukan lewat wawancara mendalam, observasi partisipan, dokumentasi, dan lain-lain. Selanjutnya K.Yin menerangkan : studi kasus lebih dikehendaki untuk melacak peristiwa-peristiwa kontemporer. Karena itu studi kasus mendasarkan diri
30
Burhan bungin.Teknik Praktis Riset Komunikasi.Kencana Prenada Media Group.Jakarta.2006.hal 66
pada tehnik-tehnik yang sama dengan laziman yang ada pada strategi historis, tetapi dengan menambahkan dua sumber bukti, yaitu observasi dan wawancara.31 Studi kasus mempunyai ciri-ciri : a. Partikularistik, artinya studi kasus terfokus pada situasi, peristiwa atau fenomena tertentu. b. Deskriptif, hasil metode ini adalah deskriptif detail dari topik yang diteliti. c. Heuristik, metode studi kasus membantu khalayak memahami apa yang sedang diteliti, interpretasi baru, makna baru, merupakan tujuan dari studi kasus. d. Induktif, studi kasus berangkat dari fakta-fakta dilapangan, kemudian menyimpulkan kedalam tataran konsep atau teori.
3.3 Definisi Konsep Untuk melaksanakan penelitian ini berbagai konsep dari istilah perlu diperjelas definisi konsepnya, antara lain yaitu : 1. Manajemen redaksi adalah proses menginterpretasikan, mengkoordinasikan sumber daya, sumber dana dan sumber-sumber lainnya untuk mencapai tujuan dan sasaran melalui tindakan-tindakan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pergerakan (actuating), dan pengendalian (controling) perencanaan (planning) dan manajemen (management) yang dilakukan redaksi untuk mencapai suatu tujuan.
31
Robert K.Yin, Studi Kasus (Desain dan Metode), Terjemahan M.Djauzi Murdzakir, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hal.12.
2. Editorial adalah pikiran sebuah institusi yang diuji didepan sidang pendapat umum. Editorial juga adalah penyajian fakta dan opini yang menafsirkan beritaberita yang penting dan mempengaruhi pendapat umum. 3. Media Indonesia adalah salah satu bentuk dari komunikasi massa yang berupa surat kabar, yang terbit setiap hari. 4. PILKADA DKI Jakarta adalah pemilihan kepala daerah, dalam hal ini adalah pemilihan gubernur provinsi DKI Jakarta yang baru pertama kali dilakukan dengan sistem pemilihan langsung, dimana masyarakat dapat memilih langsung calon gubernur pilihannya.
3.4 Fokus Penelitian Fokus penelitian ini terletak pada manajemen Media Indonesia dalam menentukan Editorial edisi Pilkada DKI Jakarta. Jadi penelitian ini hanya meneliti manajemen redaksi . Hal ini menyangkut tahap-tahap bidang redaksional yang berkaitan dengan manajemen redaksi Media Indonesia dalam menentukan Editorial edisi Pilkada DKI Jakarta. Tahap-tahap tersebut adalah : 1. Perencanaan (planning),
memberikan sasaran bagi organisasi dan
menetapkan prosedur terbaik untuk mencapai sasaran tersebut. Dengan cara menetapkan tujuan, aturan, menyusun rencana dan sebagainya dalam menentukan tema editorial edisi PILKADA.
2.
Pengorganisasian
(organizing),
meliputi
proses
pengaturan
dan
pengalokasian kerja, wewenang, dan sumber daya dikalangan anggota organisasi sehingga mereka dapat mencapai tujuan organisasi secara efisien. 3.
Penggerakan (actuating), mencakup hal mengarahkan, mempengaruhi, memotifasi karyawan untuk menjalankan tugas-tugas pokok.
4. pengawasan (controling), memastikan bahwa tindakan para anggota organisasi kearah tujuan yang telah ditetapkan, melalui pengendalian, pelaksanaan tugas, menyeleksi produk, mengevaluasi penjualan dan sebagainya.
3.5 Teknik Pengumpulan Data Pada indepth interview, elemen dasar penelitiannya adalah data yang menjamin kemajuan maupun pengembangan dari penelitian. Dalam memperoleh data, pengumpulan data dilakukan dengan dua tahap, yaitu : 3.5.1 Data Primer Adalah teknik wawancara mendalam yang akan diperoleh dari nara sumber yang berkompeten dalam lingkup penelitian ini. Dalam penelitian ini sumber data yang dijadikan data primer adalah hasil wawancara mendalam (indepth interview), yang penulis lakukan dengan ketua dewan redaksi media indonesia, Toeti Adhitama, serta anggota dewan redaksi, Djadjat Sudrajat.
3.5.2 Data Sekunder Yaitu tahap memperoleh data penelitian melalui pengumpulan data-data tertulis dari berbagai bentuk cetakan, baik itu buku, surat kabar, karya tulis ilmiah dan bentuk tulisan lainnya yang memungkinkan untuk melengkapi data-data dalam penulisan.
3.6 Key Informan (nara sumber) Menurut Lexy.J Moleong, “informan adalah orang yang dimanaatkan untuk memberi informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Dengan demikian key informan atau nara sumber adalah orang yang dianggap mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan penelitian. Orang orang yang terlibat dalam penelitian ini adalah merupakan orang-orang yang mengetahui tentang dunia yang berkaitan dengan penelitian itu sendiri, khususnya dewan redaksi media indonesia dan orang-orang yang terlibat dalam perencanaan dan pembuatan kolom editorial, yaitu jajaran dewan redaksi pada harian Media Indonesia. Sesuai dengan permasalahan penelitian ini, yang dianggap tepat untuk disebut sebagai key informan (orang yang dinilai memahami) adalah : 1. Toeti Adhitama selaku ketua dewan redaksi media grup. Karena sebagai seorang pemimpin, beliau bertanggung jawab penuh terhadap isi dari Editorial. 2. Djadjat Sudrajat selaku anggota dewan redaksi dan deputi direktur pemberitaan.
3.7 Analisis Data Analisis data dimaksudkan untuk mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan laporan dan tanggapan peneliti, dokumentasi, artikel, dan sebagainya.32 Analisis data yaitu proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah untuk dibaca dan diinterpretasikan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara akan dikumpulkan kemudian dianalisa dan ditarik sebuah kesimpulan. Tujuan dari ini, dalam penelitian adalah untuk menyempitkan dan membatasi penemuanpenemuan sehingga menjadi data yang teratur, proses analisis data merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan perihal objek penelitian. Langkah-langkah yang akan dilaksanakan penulis untuk menganalisis data yang diperoleh adalah: 1. Mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara. 2. Masing-masing data dan informasi tersebut digabungkan secara sistematis dengan mendeskripsikannya secara kualitatif untuk mencari hubungan antara jawaban dengan pertanyaan penelitian. 3. Uraian dari hubungan tersebut merupakan jawaban dari masalah penelitian.
32
Lexy .J Moleong. Op.Cit.2004.hal 280-281
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Sejarah singkat Media Indonesia Pers tidak semata menanggung beban idealnya tapi juga harus tumbuh sebagai badan usaha. Dengan kesadaran untuk terus Media Indonesia pertama kali diterbitkan pada tanggal 19 januari 1970. Sebagai surat kabar umum pada masa itu, Media Indonesia baru bisa terbit 4 halaman dengan tiras yang amat terbatas. Berkantor di Jl.MT.Haryono, Jakarta, disitulah sejarah panjang Media Indonesia berawal. Lembaga yang menerbitkan Media Indonesia adalah Yayasan Warta Indonesia. Tahun 1976, surat kabar ini kemudian berkembang menjadi 8 halaman. Sementara itu perkembangan regulasi dibidang pers dan penerbitan terjadi. Salah satunya adalah perubahan SIT (Surat Izin Terbit) menjadi SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers). Karena perubahan ini penerbitan dihadapkan pada realitas bahwa maju, pada tahun 1988 Teuku Yousli Syah selaku pendiri Media Indonesia bergandeng tangan dengan Surya Paloh, mantan pemimpin surat kabar Prioritas. Dengan kerjasama ini, dua kekuatan bersatu : kekuatan pengalaman bergandeng dengan kekuatan modal dan semangat. Maka pada tahun tersebut lahirlah Media Indonesia dengan manajemen baru dibawah PT.Citra Media Nusa Purnama. Surya Paloh sebagai Direktur Utama sedangkan Teuku Yousli Syah sebagai Pemimpin Umum, dan Pemimpin Perusahaan dipegang oleh Lestary Luhur.
Sementara itu, markas usaha dan redaksi dipindahkan ke Jl.Gondandia Lama No.46, Jakarta. Awal tahun 1995, bertepatan dengan usianya ke 25 Media Indonesia menempati kantor barunya di Komplek Delta Kedoya, Jl.Pilar Mas Raya Kav.A-D, Kedoya Selatan, Jakarta Barat. Di gedung baru ini semua kegiatan dibawah satu atap, Redaksi, Usaha, Percetakan, Pusat Dokumentasi-Perpustakaan, Iklan, Sirkulasi dan Distribusi serta fasilitas penunjang karyawan. Sejarah panjang serta motto ”Pembawa Suara Rakyat” yang dimiliki oleh Media Indonesia bukan menjadi motto kosong dan sia-sia, tetapi menjadi spirit pegangan sampai kapan pun. Sejak Media Indonesia ditangani oleh tim manajemen baru di bawah payung PT.Citra Media Nusa Purnama, banyak pertanyaan tentang apa yang menjadi visi harian ini dalam industri pers nasional. Terjun pertama kali dalam industri pers tahun 1986 dengan menerbitkan harian Prioritas. Namun Prioritas memang kurang bernasib baik, karena belum cukup lama menjadi koran alternatif bangsa, SIUPP-nya dibatalkan Departemen Penerangan. Antara Prioritas dengan Media Indonesia memang ada ”benang merah”, yaitu dalam karakter kebangsaannya.Surya Paloh sebagai
penerbit
Harian
Umum
Media
Indonesia,
tetap
gigh
berjuang
mempertahankan kebebasan pers. Wujud kegigihan ini ditunjukan dengan mengajukan kasus penutupan Harian Prioritas ke pengadilan, bahkan menuntut Menteri Penerangan untuk mencabut Peraturan Menteri No.01/84 yang dirasakan membelenggu kebebasan pers di tanah air.
Tahun 1997, Djafar H. Assegaff yang baru menyelesaikan tugasnya sebagai Duta Besar di Vietnam dan sebagai wartawan yang pernah memimpin beberapa harian dan majalah, serta menjabat sebagai Wakil Pemimpin Umum LKBN Antara, oleh Surya Paloh dipercayai untuk memimpin Harian Media Indonesia sebagai Pemimpin Redaksi. Saat ini Djafar H. Assegaff dipercaya sebagai Corporate Advisor. Sejak 2005 Pemimpin Redaksi dijabat oleh Djadjat Sudradjat. Sedangkan Pemimpin Umum yang semula dipegang oleh Surya Paloh, di tahun 2005, dijabat oleh Saur Hutabarat dan Wakil Pemimpin Umum dijabat oleh Andy F. Noya.
4.2 Visi dan Misi Media Indonesia 4.2.1 Visi Media Indonesia •
Menjadi Surat Kabar Independen yang Innovatif, Lugas, Terpercaya dan Paling Berpengaruh.
4.2.2 Misi Media Indonesia •
Menyajikan informasi terpercaya secara nasional dan regional serta berpengaruh bagi penganmbil keputusan.
• •
Mempertajam isi yang relevan untuk pengembang pasar. Membangun Sumber Daya Manusia dan manajemen yang profesional dan unggul, mampu mengembangkan perusahaan penerbitan yang sehat dan menguntungkan.
4.3 Profil Pembaca Berdasarkan data yang penulis peroleh, profil pembaca Media indonesia dibagi kedalam beberapa kelompok, yaitu33 :
1. berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin Perempuan Laki-laki
Persentase 13 % 87 %
2. berdasarkan pendidikan Pendidikan
33
Persentase
SLTA
10 %
D1-D3
15 %
S1
51 %
S2
19 %
S3
5%
www.Media Indonesia.com
3. berdasarkan usia Usia
Persentase
17 – 24
12 %
25 – 34
45 %
35 – 44
29 %
45 – 55
12 %
>55
2%
4. berdasarkan pekerjaan Pekerjaan
Persentase
Pegawai Swasta
52 %
PNS
13 %
Pegawai BUMN
14 %
Ekspatriat
2%
TNI – Polri
1%
Pengusaha
4%
Mahasiswa
11 %
Lainnya
3%
5. berdasarkan pengeluaran Pengeluaran
Persentase
< 1 juta
19 %
1 – 1,5 juta
13 %
1,5 – 2 juta
13 %
2 – 2,5 juta
11 %
2,5 – 3 juta
7%
3 – 3,5 juta
7%
> 3,5 juta
30 %
4.4 Hasil Penelitian Uraian mengenai langkah-langkah proses redaksional harian media indonesia dalam menentukan tema editorial diatas, lebih lanjut akan penulis paparkan satu persatu secara rinci dan mendalam pada bab ini. Dari kebijaksanaan redaksional harian media indonesia mengenai kriteria kelayakan sebuah tema editorial yang telah diterangkan oleh key informan, selanjutnya penulis akan mendeskripsikan bagaimana alurnya suatu tema dapat dipilih menjadi editorial dengan urutan yang dimulai dari proses perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), sampai proses pengawasan (controlling) untuk kemudian disajikan kepada masyarakat pembacanya sesuai dengan data yang penulis peroleh.
1.
Perencanaan (planning) Tahap awal dari proses penentuan tema editorial pada harian media indonesia
adalah rapat perencanaan. Rapat perencanaan dilakukan untuk membahas semua tema yang akan diangkat dalam Editorial. Rapat perencanaan ini merupakan wewenang dari ketua dewan redaksi dan anggotanya. Rapat perencanaan ini dalaksanakan setiap hari, dan dihadiri oleh seluruh anggota dewan redaksi yang berjumlah sepuluh orang. Menurut keterangan Toeti Adhitama, ketua dewan redaksi media indonesia : ”yang menentukan tema editorial ada pada rapat perencanaan. Rapat perancanaan ini dihadiri oleh ketua dewan redaksi dan anggota dewan redaksi lainnya yang berjumlah 10 (sepuluh) orang. Rapat ini berlangsung setiap hari. Rapat dilakukan untuk mengkoordinasikan penetapan tema-tema aktual yang akan diangkat dalam Editorial.”
Berdasarkan pengamatan penulis, rapat ini bersifat terbuka, dikarenakan melibatkan para anggota lainnya dan tema editorial yang disiapkan tidak sepenuhnya ditangan pemimpin, namun keputusan tetap ada pada ketua dewan redaksi. Dalam kesempatan ini rapat menegaskan juga bahwa hal-hal yang menyangkut suatu tema layak atau tidak diputuskan dengan menegaskan kelayakan dari editorial tersebut, bagaimana suatu tema yang akan diangkat dapat menjadi pusat perhatian pembaca dan mempunyai nilai jual yang cukup tinggi di pasaran. Hasil wawancara penulis dengan key informan yaitu ketua dewan redaksi, Toeti adhitama mengenai kriteria kelayakan editorial pada harian media indonesia dijelaskan sebagai berikut :
”syarat atau pertimbangan untuk membuat editorial adalah masalah atau isunya harus menarik minat pembaca dan memiliki bobot publik interest yang tinggi, dan berkaitan dengan khalayak. Isu-isu terkini yang banyak menyedot perhatian publik”
Dari keterangan diatas mengenai kriteria kelayakan editorial pada harian media indonesia, penulis menyimpulkan bahwa kriteria kelayakan sebuah tema editorial adalah menjadi perhatian publik dan memiliki nilai bobot publik interest yang tinggi. Dalam kesempatan rapat perencanaan ini ketua dewan redaksi menentukan tema editorial, dan dalam hal ini telah ditetapkan pada periode agustus 2007, tema yang diangkat tentang PILKADA DKI Jakarta. Ketua dewan redaksi, Toeti Adhitama menjelaskan alasannya : “Tema ini diangkat karena kami melihat bahwa ini adalah PILKADA pertama yang dilakukan secara langsung, maksudnya adalah masyarakat memilih langsung pemimpinnya. Kami ingin melihat bagaimana proses demokrasi dapat berjalan dengan baik. Selain itu kami juga ingin membahas bagaimana proses PILKADA tersebut berlangsung.”
Yang menarik dari Editorial edisi PILKADA ini adalah karena ini merupakan pemilihan kepala daerah pertama yang diadakan secara langsung, maksudnya adalah setiap anggota masyarakat dapat memilih calon gubernur secara langsung sesuai dengan pilihannya. Selain membahas tentang nama-nama calon yang ikut dalam PILKADA, Editorial ini juga menyebutkan beberapa permasalahan yang sering terjadi di Jakarta. Dan PILKADA ini merupakan pemilihan seorang pemimpin yang akan mengepalai ibukota Negara dengan berbagai persoalan yang amat kompleks.
Jajaran dewan redaksi terus mengamati perkembangan dilapangan dan mencermati gejala-gejala apa yang akan menjadi pusat perhatian di masyarakat, khususnya tentang PILKADA DKI Jakarta. Dapat disimpulkan bahwa dasar pemilihan tema editorial dimulai dari rapat perencanaan. Dalam rapat ini juga diperhitungkan kelayakan suatu tema yang memiliki kriteria penting, serta menarik perhatian pembaca.
2. Pengorganisasian (organizing) Setelah tahap perencanaan, kemudian masuk dalam proses pengorganisasian (organizing). Proses pengorganisasian adalah proses pengaturan dan pengalokasian kerja, wewenang, dan sumber daya dikalangan anggota organisasi, sehingga mereka dapat mencapai tujuan organisasi secara efisien. Pada tahap ini juga dibicarakan apa saja yang akan dibahas dalam editorial edisi PILKADA. Pada rapat perencanaan, selain menentukan tema editorial, anggota rapat juga membuat jadwal perencanaan untuk dijadikan panduan dalam penulisan. Dari penugasan tersebut, dalam rubrik editorial, orang-orang yang mengerjakan tugas tersebut ditunjuk berdasarkan rating pengalaman dan hasil tulisan, termasuk ketua dewan redaksi itu sendiri. Menyangkut pengertian tersebut penulis mengamati orang-orang yang bertanggung jawab dalam penentuan tema editorial adalah orang-orang yang memiliki penguasaan materi yang kuat, dan jeli dalam melihat gambaran-gambaran yang akan muncul berikutnya serta sarat akan pengalaman.
Hal ini senada dengan informan Djadjat Sudrajat, selaku anggota dewan redaksi yang juga turut dalam tim ini : “dalam pengerjaan editorial ini tidak ada hambatan atau kendala yang berarti. Tapi, yang sulit adalah bagaimana supaya kami dapat membuat editorial yang baik, tanpa memihak siapa pun, dan juga agar pembaca dapat mengerti apa yang kami sampaikan. Dan juga bagaimana kami memberikan opini atau pendapat kami sesuai dengan tema yang diangkat. Selain itu kami juga harus memberikan kritik serta masukan yang sesuai dengan tema yang diangkat.”
Dalam pengerjaan editorial ini tidak ada hambatan atau kendala yang berarti, tetapi yang sulit adalah membuat editorial yang baik. Maksudnya adalah bagaimana membuat editorial edisi PILKADA ini berimbang, tanpa memihak pihak manapun, karena redaksi mengharapkan pembaca dapat mengerti dengan apa yang disampaikan dalam editorial tersebut. Walaupun salah satu sifat editorial adalah untuk memberikan himbauan untuk bertindak atau isyarat untuk menggiring pembaca kearah jalan pikiran yang dikehendaki redaksi, namun redaksi media Indonesia tidak ingin mempengaruhi opini dari masing-masing individu. Sebelum masuk ke tahap penulisan, mereka mengikuti perkembangan isu yang sedang berkembang melalui berbagai media lainnya, seperti Koran dan televisi. Serta mereka juga harus menyiapkan materi-materinya terlebih dahulu yang berkenaan dengan tema yang diangkat. Hal itu untuk menambah wawasan masalah, apa saja yang akan digali dari tema tersebut, yang belum diangkat ke permukaan, serta untuk memperdalam materi masalah. Kemudian setelah selesai dengan persiapan untuk mengerjakan editorial, proses penulisan dimulai, dan tidak sedikit kendala yang dihadapi oleh anggota
dewan redaksi dalam pengerjaan editorial ini. Kendala-kendala yang sering ditemui bervariasi tergantung dari tema yang diangkat, tapi yang paling sering adalah sulitnya membuat editorial yang berimbang. Pada tahap ini juga ditentukan hal-hal yang akan dibahas dalam Editorial edisi PILKADA. Toeti Adhitama menjelaskan : “kami membahas tentang berbagai persoalan yang sering terjadi di Jakarta,dari persoalan yang berat sampai persoalan ringan. Seperti kemacetan, banjir, sampah, dan pedagang kaki lima . ini adalah beberapa contoh yang sengaja kami angkat untuk memperlihatkan bahwa kerumitan Jakarta berawal dari kelemahan pemerintah menegakkan disiplin. Kami juga membahas tentang perolehan suara yang dilakukan oleh lembaga survey Indonesia, yang melakukan penghitungan cepat (quick count). Walaupun pasangan Adang-Dani hanya diusung satu partai, tetapi perolehan suara mereka mencapai diatas 40 persen. Kami juga membahas sikap Adang-Dani yang menerima kekalahannya dengan lapang dada. “
Pada Editorial edisi PILKADA DKI Jakarta ini hal-hal yang dibahas diantaranya adalah calon-calon gubernur yang akan bertarung pada PILKADA tanggal 8 agustus 2007. selain itu, juga disebutkan beberapa masalah yang sering terjadi di Jakarta, seperti kemacetan, dan banjir. Redaksi berharap Jakarta dapat dibangun dan dipimpin oleh orang-orang yang memiliki visi besar dan kuat terhadap kepentingan publik. Selain itu juga dibahas tentang sikap demokrasi yang tunjukkan pasangan Adang – Dani. Redaksi menilai sikap berdemokrasi dari pasangan Adang dan Dani sangat baik. Walaupun dalam perolehan suara yang dilakukan oleh lembaga survey Indonesia, pasangan yang hanya diusung satu partai politik ini hanya mendapatkan 43,88% suara, namun meraka segera mengakui kekalahannya. Mereka langsung mengucapkan selamat kepada pemenang Fauzi-Prijanto, walaupun KPU
Jakarta belum secara resmi mengumumkan siapa pemenangnya, inilah sikap yang patut jadi teladan dalam demokrasi yang sedang tumbuh di Indonesia.
3. Penggerakan (actuating) Setelah data-data yang terkait dengan tema editorial yang akan dibahas dikumpulkan, tim dewan redaksi membuat laporan setengah jadi atau yang biasa disebut kerangka. Selanjutnya setelah laporan setengah jadi tersebut selesai, diserahkan kepada ketua dewan redaksi. Karena Media Indonesia terbit setiap hari, maka pihak redaksi menginginkan para anggotanya untuk bertindak cepat dengan mengumpulkan bahan dan data-data terkait sesegara mungkin. Hal ini dilakukan untuk menyikapi kecepatan akan masuknya hal-hal yang mungkin baru. Karena itu dilakukan rapat setiap hari, dalam rapat ini tulisan setengah jadi atau kerangka dipresentasikan, agar apabila ada perubahan atau tambahan dalam tema editorial dapat diperbaiki, dan untuk mengurangi kemungkinan adanya kesalahan. Rapat ini dihadiri oleh semua anggota dewan redaksi. Djadjat Sudradjat menjelaskan, “Dalam penulisan editorial, bahan-bahan berita dan data-data yang terkait dengan tema yang akan dibahas, yang sudah diterima dalam bentuk setengah jadi diolah sedemikian rupa untuk membentuk suatu tulisan yang menjelaskan fakta lebih jelas, mendalam, dan kritis.”
Penulis juga mengamati tulisan-tulisan yang dijadikan editorial media Indonesia lebih banyak menggunakan gaya penulisan dengan teknik investigative,
hingga menghasilkan tulisan yang lebih mendalam dan akurat. Kesimpulan penulis pada tahap pengumpulan dan pengolahan data editorial lebih diistimewakan dari rubrik lainnya, karena editorial merupakan produk utama harian Media Indonesia. Pada Editorial edisi PILKADA membahas tentang calon-calon gubernur yang akan bertarung pada PILKADA tanggal 8 agustus 2007. selain itu, juga disebutkan beberapa masalah yang sering terjadi di Jakarta, seperti kemacetan, dan banjir. Redaksi berharap Jakarta dibangun dan dipimpin oleh orang-orang yang memiliki visi besar dan kuat terhadap kepentingan publik. Dan judul yang dipilih untuk edisi ini adalah “Jakarta Mencari Pemimpin”. Judul ini dipilih karena redaksi menilai seluruh warga Jakarta akan melakukan pemilihan kepala daerah, dalam hal ini gubernur baru yang segera menggantikan posisi Sutiyoso yang sudah dua kali menjabat. Dan pastinya warga mencari calon pemimpin yang dapat membawa Jakarta kearah yang lebih baik.
4. pengawasan (controling) Naskah editorial yang telah ditulis diserahkan kepada ketua dewan redaksi untuk dilengkapi apabila ada kekurangan. Sebelum naskah naik cetak, ketua dewan redaksi melakukan penyuntingan. Hal ini dilakukan agar naskah tersebut enak dibaca serta untuk memperkecil kemungkinan adanya kesalahan fakta, dan kalimat-kalimat yang kurang jelas. Djadjat Sudradjat menjelaskan bahwa : “Kegiatan pengawasan (controling), dilakukan untuk memastikan bahwa tindakan para anggota organisasi berjalan kearah tujuan yang telah ditetapkan, melalui pengendalian, pelaksanaan tugas, menyeleksi produk, mengevaluasi dan sebagainya.”
Setelah naskah editorial selesai dan dinilai layak, sampai pada proses lay out. Proses lay out ini sendiri dikerjakan oleh tim lay out atau desain grafis harian Media Indonesia, dibawah pengawasan redaktur pelaksana. Hasil jadi dari proses lay out langsung dikirim ke percetakan dan kemudian siap untuk diedarkan. Selain itu pada tahap pengawasan (controling) ini, juga dilihat bagaimana reaksi atau respon pembaca terhadap Editorial edisi PILKADA ini. Djadjat Sudradjat menjelaskan : “kami juga melihat bagaimana reaksi masyarakat terhadap editorial ini. Tanggapan /respon pembaca dapat dilihat pada web kami, disana kami menampilkan seluruh respon dari pembaca editorial. Untuk editorial edisi PILKADA ini, responnya cukup baik. Sebagian masyarakat setuju dengan pendapat kami.“
Respon masyarakat terhadap editorial edisi PILKADA ini beragam, ada yang setuju dengan apa yang disampaikan redaksi. Diantaranya pembaca setuju dengan sikap demokrasi yang ditunjukkan oleh pasangan Adang-Dani yang menerima kekalahannya dengan sikap yang lapang dada. Mereka menilai sikap yang ditunjukkan pasangan Adang-Dani merupakan sikap yang patut dicontoh.
Alur Editorial Media Indonesia edisi PILKADA DKI Jakarta-periode Agustus 2007
Rapat perencanaan
editing
Desain produksi / lay out
Rencana isi dari berbagai usulan
penulisan
cetak
TOR (term of reference)
Transkrip dewan redaksi
jurnalis
Bahan-bahan editorial
Edar / sirkulasi
Alur suatu tema dapat diangkat menjadi Editorial, dimulai dengan rapat perencanaan, yang dilaksanakan setiap hari dan dihadiri oleh seluruh anggota dewan redaksi Media Indonesia. Rapat ini diadakan untuk menentukan tema yang akan diangkat dalam Editorial, dalam penelitian ini pada edisi PILKADA DKI Jakarta periode Agustus 2007. Setelah menetapkan tema yang akan diangkat, kemudian dibuat rencanarencana mengenai isi-isi yang akan diangkat dalam Editorial. Kemudian dibuat TOR (term of reference) sesuai dengan jadwal perencanaan. TOR berisi kerangka dasar Editorial. Kemudian anggota dewan redaksi berkoordinasi dengan para jurnalis untuk mendapatkan bahan-bahan yang akan diangkat, dan ditulis dalam Editorial. Setelah anggota mendapatkan bahan-bahan berita, maka dilakukan penulisan berupa transkrip, atau tulisan setengah jadi, yang kemudian diberikan kepada ketua dewan
redaksi. Penulisan Editorial dilakukan oleh dewan redaksi berdasarkan hasil berita yang didapat dari berbagai sumber. Setelah itu, naskah Editorial yang sudah jadi diserahkan kepada ketua dewan redaksi untuk dilakukan editing/penyuntingan. Setelah dinilai layak, maka proses dilanjutkan pada tahap lay out, dimana akan diatur tata letak dari keseluruhan tampilan surat kabar. Setelah semuanya selesai, diserahkan ke percetakan dan diperbanyak menjadi surat kabar yang siap edar.
2.5 PEMBAHASAN Dari hasil penelitian yang telah penulis deskripsikan pada bab sebelumnya, selanjutnya pada bab pembahasan ini penulis akan membahas hasil penelitian berdasarkan kerangka teori dan kerangka pemikiran yang telah penulis susun pada bab II, serta literature yang penulis gunakan. Caranya dengan mengaitkan tinjauan pustaka yang mendukung konsep dengan hasil penelitian. Teori komunikasi massa yang digunakan pada penelitian ini adalah teori Agenda Setting. Secara singkat, teori penyusunan agenda ini mengatakan media (khususnya media berita) tidak selalu berhasil memberitahu apa yang kita pikir, tetapi media tersebut benar-benar berhasil memberitahu kita berpikir tentang apa. Media massa selalu mengarahkan pada kita apa yang harus kita lakukan. Manajemen redaksi Media Indonesia dalam menentukan Editorial edisi PILKADA DKI Jakarta periode Agustus 2007, menentukan Editorial yang berkualitas dan berbobot harus melalui beberapa tahap. Dimulai dari rapat perencanaan yang diadakan setiap hari pukul
10.00 wib. Didalam rapat ini diagendakan dan dibahas rencana editorial yang akan diangkat. Rapat perencanaan ini dihadiri oleh seluruh anggota dewan redaksi. Untuk perencanaan editorial ini diajukan usulan dan tema dari semua peserta rapat. Isu-isu yang diusulkan harus isu yang sedang menjadi perhatian masyarakat atau isu-isu yang aktual. Tema yang diusulkan bisa juga berasal dari berita koran atau televisi, yang kemudian digali dan dikembangkan lagi. Setelah tema editorial ditentukan, maka diberikan penugasan. Setelah mendapat penugasan, seluruh anggota dewan redaksi mencari bahanbahan berita sebagai referensi. Selain itu, mereka juga harus mengikuti perkembangan dari isu yang sedang berkembang melalui berbagai media lainnya. Hal ini dilakukan untuk menambah wawasan masalah, apa saja yang akan digali dari tema yang sudah ditentukan, yang belum diangkat kepermukaan, serta untuk memperdalam materi masalah. Berdasarkan keterangan yang penulis dapatkan dari informan, Djadjat Sudradjat, bahwa : “Dalam pengerjaan editorial ini tidak ada hambatan atau kendala yang berarti. Tapi, yang sulit adalah bagaimana supaya kami dapat membuat editorial yang berimbang, tanpa memihak siapa pun, dan juga bagaimana kami memberikan opini atau pendapat kami sesuai dengan tema. Selain itu kami juga harus memberikan kritik serta masukan yang sesuai dengan tema yang diangkat”.
Maksud dari pernyataan diatas, penulis menyimpulkan bahwa penulisan editorial tidak boleh sembarangan, harus dapat memberikan opini dan saran, serta kritik-kritik yang tepat agar tidak menyudutkan satu pihak. Kesimpulan penulis pada
tahap pengumpulan dan pengolahan Editorial terhadap rubrik lainnya lebih diistimewakan, karena Editorial merupakan produk utama harian Media Indonesia. Dalam harian Media Indonesia, proses penyuntingan dan penyeleksian naskah Editorial dilakukan oleh ketua dewan redaksi. Hal ini dilakukan agar Editorial yang akan disajikan kepada pembaca, lebih enak dibaca dan memperbaiki kemungkinankemungkinan kesalahan tatanan bahasa, serta kekurangan fakta-fakta yang ada. Setelah naskah Editorial selesai dan dinilai layak, sampai pada proses lay out. Proses lay out ini sendiri dilakukan oleh tim lay out atau desain grafis harian Media Indonesia dibawah pengawasan redaktur pelaksana. Hasil jadi proses lay out langsung dikirim ke percetakan dan siap untuk diedarkan.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini penulis akan mengemukakan kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang diuraikan mengenai jawaban dari masalah pokok penelitian skripsi, dan saran yang diuraikan mengenai hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan.
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil penelitian menunjukkan manajemen redaksi yang cermat dan selektif dimulai dari tahap perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), sampai tahap pengawasan (controling). Sehingga serangkaian proses tersebut menghasilkan produk yang menarik, layak jual, dan bermutu. 2. Manajemen redaksi media Indonesia dalam menentukan tema editorial edisi PILKADA DKI Jakarta, berbeda dengan proses rubrik yang lainnya. Karena dalam harian Media Indonesia editorial merupakan produk utama yang diunggulkan, sehingga harus direncanakan dengan matang melalui beberapa tahapan, dan dilakukan oleh dewan redaksi. Agar suatu tema dapat dijadikan editorial, tema tersebut harus yang aktual dan yang sedang menjadi perhatian masyarakat.
3. Yang menarik pada Editorial edisi PILKADA ini adalah, karena ini merupakan PILKADA pertama dimana masyarakat dapat memilih langsung pemimpinnya, dalam hal ini gubernur. 4. Hasil penelitian dilapangan dapat diketahui bahwa dalam penulisan editorial edisi PILKADA ini, dewan redaksi tidak mengalami kendala yang berarti. Namun, dalam penulisan editorial ini dewan redaksi harus mengeluarkan pendapatnya sesuai dengan data-data yang diperoleh dari berbagai sumber, sehingga editorial yang ditulis dapat dipertanggungjawabkan.
5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap manajemen redaksi Media Indonesia dalam menentukan editorial edisi PILKADA, ada beberapa hal yang ingin penulis sarankan, yaitu : 1. Karena editorial merupakan produk utama harian Media indonesia, sebaiknya dalam melakukan penulisannya lebih menggunakan tahapan-tahapan yang matang dan tepat agar dapat mencapai hasil yang maksimal. 2. Agar redaksi Media Indonesia dapat memberikan pendapat dan opininya lebih baik lagi, dan dapat memberikan solusi terhadap masalah yang sedang terjadi dimasyarakat.
Daftar Pustaka
Ardianto, Elvinaro dan Komala Erdinaya. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Simbiosa Rekatama Media. Bandung. 2004 Bungin, Burhan. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Kencana Prenada Media Grup. Jakarta. 2006 Devito, Joseph.A. komunikasi Antar Manusia. Profesional Books. Jakarta. 1997 Djuarsa,S.Sendjaja. Pengantar Ilmu Komunikasi. Universitas Terbuka. Jakarta. 2003 Djuroto, Totok. Manajemen Penerbitan Pers. PT.Remaja Rosdakarya. Bandung. 2002 Effendi, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. PT.Remaja Rosdakarya. Bandung. 2004 Henny S.W dan Alexander Rumondor. Manajemen Media Massa. Universitas Terbuka. Jakarta. 2003 Kridalaksana, Harimurti. Leksikon Komunikasi. Pradnya Paramita. Jakarta. 1987 Kustadi, Suandang. Pengantar Jurnalistik. Yayasan Nuansa Cendikia. 2004 Moh.Nazir. Metode Penelitian Komunikasi. Universitas Terbuka. Jakarta. 1995 Moleong, Lexy.J. Metode Penelitian Kualitatif edisi Revisi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2004 Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT.Remaja Rosdakarya. Bandung. 2000 Nasution, Zulkarimen. Komunikasi Inovasi. Universitas Terbuka. Jakarta. 1985 Nurudin. Komunikasi Massa. Cespur. 2003 Rahmat, Djalaludin. Metode Penelitian Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 1998 ____________. Teori Komunikasi Massa. PT.Remaja Rosdakarya. Bandung. 2000
River, William.L, etc. Editorial. PT.Remaja Rosdakarya. Bandung. 1994 Romli, Asep Syamsul.M. Jurnalistik Praktis Untuk Pemula. PT.Remaja Rosdakarya. Bandung. 1999 Sobur, Alex. Analisis Teks Media Suatu Pengantar. PT.Remaja Rosdakarya. Bandung. 2001 Steward,L.Tubs & Silva Mosa. Human Communication Konteks-konteks Komunikasi. PT.Remaja Rosdakarya. Bandung. 1996 Wiryanto. Teori Komunikasi Massa. Grasindo. Jakarta. 2000 Yin, Robert.K. Studi Kasus (Desain dan Metode), terjemahan M.Djauzi Murdzakir. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2000
Sumber Lain : Company Profile Media Indonesia. PT.Citra Media Nusa Purnama www.mediaindonesia.com www.kabarindonesia.com Catatan kuliah pengantar ilmu komunikasi
LAMPIRAN
Jakarta Mencari Pemimpin BESOK, warga Jakarta memilih gubernur baru menggantikan Sutiyoso, gubernur sekarang, yang telah dua kali menjabat. Pilkada di Jakarta menarik, bukan karena hanya dua calon yang bertarung, melainkan juga karena inilah pemilihan seorang pemimpin yang mengepalai ibu kota negara dengan persoalan yang amat kompleks. Kompleksitas Jakarta bisa dirinci amat panjang. Inilah ibu kota negara dengan penduduk terbesar (11 juta) tetapi terkumuh. Lebih dari 70% uang yang beredar di Indonesia berada di Jakarta, tetapi di Jakarta berkumpul manusia miskin dan pengemis paling banyak. Permukiman liar tumbuh di mana-mana dan kriminalitas semakin subur. Gedung bertingkat dan jalan modern bisa dengan mudah ditemui di Jakarta, tetapi justru di kota ini kemacetan lalu lintas termasuk yang paling parah di dunia. Jakarta juga tercatat sebagai kota nomor tiga dengan tingkat polusi tertinggi setelah Mexico City dan Bangkok. Dan, tidak juga boleh dilupakan, Jakarta adalah kota banjir. Banjir tahun lalu, misalnya, menggenangi 80% wilayah kota. Bila ingin mendefinisikan persoalan Jakarta, sesungguhnya tidaklah terlalu sulit. Jakarta adalah kota besar, tapi semrawut. Inilah kota yang tidak memiliki keadaban. Antara warga dan kota tidak terjalin kultur saling memerlukan dan karena itu saling memelihara. Sektor transportasi adalah contoh bagaimana warga dan kotanya terlibat kanibalisme. Warga merusak kereta api, bis kota, dan angkutan umum lainnya, sedangkan pemerintah kota tidak menghiraukan warganya. Apa saja sarana publik di Jakarta, tidak berumur panjang. Dua tokoh, Fauzi Bowo dan Adang Daradjatun, berminat menjadi gubernur di provinsi ini. Beberapa tokoh lain seperti Sarwono Kusumaatmadja dan Faisal
Basri sempat ikut bertanding, tetapi tersisih karena partai-partai di luar Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang mengusung Adang menyatukan pilihan pada Fauzi Bowo. Terlihat di sini bahwa Jakarta juga memiliki kompleksitas politik. Partaipartai yang selama ini berbeda, tiba-tiba menyatu di belakang Fauzi untuk menjaga keberagaman yang ternyata menjadi isu utama kampanye. Sedangkan PKS yang menjagokan Adang menggedor simpati masyarakat melalui program kemanusiaan dan spiritualitas. Kita tidak ingin mengatakan kepada publik siapa di antara dua calon yang bertarung besok yang harus mereka pilih. Akan tetapi perlu juga diingatkan bahwa keputusan untuk tidak memilih (golput) yang mewabah di Jakarta tidaklah terlalu tepat. Dari sisi hak asasi, tidak memilih juga hak. Tetapi dari sisi pelaksanaan dan implikasi demokrasi, warga yang tidak memilih sesungguhnya tidak berhak menuntut atau mengklaim apa-apa kepada pemerintah. Warga seperti ini tidak berhak atas pelayanan, sama halnya dengan membayar pajak. Ketika Anda tidak membayar pajak, Anda sebenarnya kehilangan hak untuk dilayani pemerintah. Dengan demikian, apa sesungguhnya yang diharapkan dari Jakarta? Kita mengharapkan Jakarta tumbuh dan berkiprah sebagai kota yang beradab. Kota yang tidak saja modern, tetapi nyaman untuk dihuni. Nyaman karena kota memiliki komitmen dan kultur keadaban. Peradaban lahir dari manusia, bukan gedung atau pabrik. Oleh karena itu, keadaban Jakarta hanya tumbuh dari pemimpin yang memiliki komitmen kuat terhadap pembangunan manusia. Kita mengimpikan Jakarta sebagai kota yang ramah terhadap yang punya dan
tidak punya. Jakarta haruslah kota yang memberi kesempatan sama kepada semua orang untuk menghargai dan dihargai. Oleh karena itu, Jakarta haruslah dibangun dan dipimpin mereka yang memiliki visi besar dan kuat terhadap kepentingan publik. Kalau jalan masih macet, banjir masih menerjang, pengemis masih berkeliaran di jalan-jalan bahkan sampai ke halaman kantor gubernur dan presiden, ini tentu alarm tentang kegagalan para pemimpinnya.
Warga Kota Menunggu Nyali PEMILIHAN Gubernur Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta yang disebut-sebut sebagai barometer demokrasi Indonesia sudah berlangsung. Lembagalembaga yang melakukan penghitungan cepat (quick count), semuanya mengumumkan kemenangan pasangan Fauzi Bowo-Prijanto yang berkisar antara 56% sampai 59%. Perolehan suara yang disajikan lembaga-lembaga tersebut, tentu, bukan angka resmi. Akan tetapi quick count telah terbukti memiliki akurasi tinggi dalam berbagai pilkada yang telah dilaksanakan, termasuk pemilihan umum. Atas dasar itu, bolehlah kita mengucapkan selamat kepada Fauzi sebagai gubernur baru DKI. Tentu tidak lupa juga kita haturkan selamat kepada pasangan Adang Daradjatun-Dani Anwar yang telah memperlihatkan kedewasaan dalam berkompetisi. Kemenangan dalam pilkada tidak berarti memperoleh segala-galanya. Kekalahan tidak sama dengan kehilangan semuanya. Dalam demokrasi, yang kalah justru penting bagi yang menang. Pemilihan telah berakhir. Pemenang telah ditentukan rakyat. Tidak perlu mabuk kemenangan dengan hura-hura. Tidak perlu menangisi kekalahan berlarut-larut. Kemenangan adalah kepercayaan yang diberikan rakyat untuk memegang kekuasaan demi kesejahteraan orang banyak, demi kepentingan publik. Nah, Jakarta adalah lautan persoalan. Dari persoalan berat sampai persoalan ringan yang berubah menjadi berat karena penguasa kota tidak memerintah dan mengatur secara benar. Di kota ini tersimpan masalah supermodern, seperti kesemrawutan yang ditimbulkan supermal sampai superkolot seperti gelandangan dan sampah yang menyumbat tidak saja selokan, tetapi juga sungai.
Inilah kota tanpa watak karena gedung bertingkat serbamodern berdampingan tanpa korelasi dengan gubuk reyot. Inilah kota tanpa selera karena jalur busway diperebutkan antara bus Trans-Jakarta dan sepeda motor serta sedan pribadi. Inilah kota yang kehilangan akal sehat dan keberanian ketika di ruas jalan yang dilalui busway, jenis angkutan penumpang yang lain bisa hadir berdampingan. Jakarta adalah contoh paling ekstrem tentang derasnya pembangunan yang tidak berkontribusi banyak bagi keamanan dan kenyamanan. Jalan tol yang dirancang sebagai ruas bebas hambatan, di Jakarta berubah menjadi pusat kemacetan. Pusat perbelanjaan dibolehkan berdiri di tikungan dan bundaran sehingga pengunjungnya dipanggang berjam-jam dalam kepengapan asap kendaraan. Setiap musim hujan, 60% wilayah Jakarta direndam banjir. Setiap gubernur Jakarta mengetahui hal itu. Mereka mengerti penyebabnya, tetapi tidak mau-bukan tidak mampu--berbuat sesuatu. Banjir Kanal Timur, proyek yang disebut-sebut mampu mengatasi banjir di Jakarta, sampai sekarang belum bisa juga diselesaikan. Penyebabnya bukan tidak mampu, tetapi tidak mau. Pedagang kaki lima yang merampas jalan-jalan di Ibu Kota adalah contoh paling kentara betapa pemerintah kota tidak mau berbuat sesuatu untuk menegakkan disiplin. Bahkan pemerintah kota bangga karena memperoleh penghasilan dari kelompok yang melanggar peraturan. Inilah salah satu penyebab mengapa Jakarta tidak pernah bisa menjadi kota yang tertib. Karena pelanggar ketertiban justru berada di pemerintah kota. Kemacetan, banjir, sampah, dan pedagang kaki lima adalah contoh yang sengaja diangkat untuk memperlihatkan bahwa kerumitan Jakarta berawal dari kelemahan pemerintah menegakkan disiplin. Sebuah kota tidak akan memiliki watak dan peradaban jika tidak ada disiplin.
Nah, Pak Fauzi, kalau Anda benar terpilih menjadi gubernur, kami tidak meminta banyak. Bisakah mengatasi kemacetan dan banjir? Bisakah Anda memperlihatkan keberanian untuk menjadikan Jakarta kota yang aman dan nyaman? Kami, warga kota, menunggu nyali sang pemenang.
Keindahan Demokrasi dari Adang-Dani PASANGAN Adang Daradjatun-Dani Anwar memang kalah dalam pemilihan Gubernur Jakarta. Tetapi, pasangan yang diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS) telah 'memenangi' demokrasi yang tengah bertumbuh di negeri ini. Mereka kalah amat terhormat. Mereka kalah dengan jiwa besar. Menurut penghitungan cepat (quick count) Lembaga Survei Indonesia (LSI), Fauzi Bowo-Prijanto memperoleh 56,12% suara, Adang-Dani mengantongi 43,88% suara. Sebuah perolehan suara yang sungguh amat mengejutkan. Sebab, sebelumnya berbagai lembaga survei memprediksi jago PKS itu hanya akan memperoleh suara di bawah 27%. Kekalahan tetaplah kecundang. Tetapi, jangan lupa, Adang-Dani hanya diusung satu partai, sedangkan Fauzi Bowo-Prijanto diusung 20 partai. Perolehan di atas 40% bagi Adang-Dani memperlihatkan betapa berlipatnya suara yang mereka dulang. Ini membuktikan pula betapa berharganya kedua tokoh ini bagi PKS dalam pengumpulan suara di Ibu Kota. Tetapi, yang menjadi indah bagi demokrasi yang tengah bertumbuh di Indonesia adalah Adang-Dani dan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PKS DKI Jakarta Triwisaksana selekasnya mengakui kekalahan itu. Mereka langsung pula mengucapkan selamat kepada sang pemenang: Fauzi-Prijanto. Padahal, Komisi Pemilihan Umum Jakarta secara resmi belum mengumumkan siapa pemenangnya. Mereka yakin, perolehan suara itulah angka maksimal. Karena berdasarkan tim pemantau PKS yang tersebar di berbagai tempat pemungutan suara (TPS), perolehan suara Adang-Dani berkisar angka yang dirilis LSI itu. Menerima kekalahan dengan dada lapang, tanpa membuat rupa-rupa alasan dan kambing hitam, terasa menyejukkan. Secara jernih pula PKS menyatakan tidak akan menjadi oposisi, melainkan tetap mendukung Fauzi-Prijanto dengan sikap
kritis dan konstruktif. Sementara itu, di pihak partai yang mengusung Fauzi-Prijanto, sebagai rasa hormat, mereka juga akan segera menggelar silaturahmi dengan PKS. Pihak Fauzi juga berharap apa yang diperlihatkan para elite Jakarta dalam pilkada bisa berimbas kepada akar rumput. Demokrasi yang tengah bertumbuh, dan masih bopeng di sana-sini, memang perlu banyak keteladanan, khususnya dari para elite. Keteladanan hanya bisa muncul dari sikap dewasa dan rasa hormat kepada sebuah proses. Bahwa kompetisi kekuasaan selalu memiliki tujuan utama kemenangan, ini sudahlah pasti. Tetapi, kemenangan akan menjadi lebih sempurna jika diraih dengan cara yang elok, yang tidak hanya mengikuti seluruh prosedur dan aturan main, namun juga penuh rasa hormat terhadap seluruh unsur yang terlibat kompetisi. Pilkada Jakarta memang seharusnya menjadi contoh, tidak hanya di berbagai wilayah lain, tetapi juga bagi para elite nasional. Pemilihan Presiden pada 2004 yang dimenangi pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla memang sukses besar sebagai pemilihan presiden pertama kali. Tetapi, ia masih menyisakan persoalan, yakni belum pulihnya hubungan personal antara mantan Presiden Megawati Soekarnoputri dengan bekas dua pembantunya yang memenangi pemilu itu. Demokrasi perlu banyak prasyarat. Ia perlu orang-orang terdidik yang punya rasa hormat terhadap perbedaan. Demokrasi perlu pula orang-orang yang berjiwa
besar
untuk
menerima
kekalahan,
juga
pandai
mengelola
kemenangan. Pilkada Jakarta yang telah berlangsung indah, haruslah pula berimplikasi kepada hasil yang maksimal. Artinya, kemenangan Fauzi-Prijanto baru benar-
benar punya arti jika bisa menjawab berbagai problem Ibu Kota: transportasi yang kian semrawut, banjir yang jadi langganan, kriminalitas yang meninggi, dan jurang kaya-miskin yang kian menganga. Selamat bekerja bagi FauziPrijanto. Terima kasih Adang-Dani.
Daftar pertanyaan untuk : Ketua Dewan Redaksi (Toeti Adhitama)
1. Apa saja tugas dan tanggung jawab anda ? Bersama anggota yang lain dan redaktur serta anggota redaksi lainnya, bertanggung jawab terhadap perencanaan liputan dan naskah dari semua rubrik yang ada, hingga proses akhir. Selain itu juga mengendalikan liputan dan menangani laporan utama.
2. Apa pengertian editorial menurut anda ? Editorial adalah pandangan atau opini suatu media massa terhadap suatu masalah yang sedang menjadi pembicaraan di masyarakat dan disajikan secara lengkap dan mendalam. Beberapa media juga menyebut editorial sebagai tajuk rencana.
3. Apa saja syarat atau pertimbangan untuk menjadikan suatu tema dapat diangkat menjadi Editorial ? Syarat atau pertimbangan untuk membuat editorialadalah masalah atau isu yang akan ditampilkan harus menarik minat pembaca dan memiliki bobot yang tinggi, dan berkaitan dengan masyarakat. Biasanya isu-isu terkini (aktual),dan yang banyak menyedot perhatian publik.
4. Bagaimana proses pembuatan editorial ? Proses pembuatan editorial dimulai dari rapat perencanaan, dimana rapat tersebut menjadi tempat untuk menentukan tema editorial yang akan diangkat, lalu mengumpulkan bahan-bahan berita dan data-data yang dapat mendukung mengenai tema akan dibahas, kemudian dimulailah tahap penulisan dalam bentuk naskah, setelah itu naskah dikoreksi oleh ketua dewan redaksi untuk ditambahkan apabila ada kekurangan atau kesalahan. Dan setelah naskah dinilai layak, lalu diberikan kepada bagian produksi untuk tahap selanjutnya.
5. Apa keistimewaan editorial ? Keistimewaan editorial adalah menampilkan dan membahas masalah secara lebih tajam, mendalam dan lengkap, dan lebih bersifat investigative. Bisa dibilang editorial ini menjadi produk unggulan media kami.
6. Pada minggu pertama bulan agustus mengapa anda memilih tema tentang PILKADA DKI Jakarta ? Tema ini diangkat karena kami melihat bahwa ini adalah PILKADA
pertama
maksudnya
adalah
pemimpinnya.
Kami
yang
dilakukan
masyarakat ingin
melihat
secara
langsung,
memilih bagaimana
langsung proses
demokrasi dapat berjalan dengan baik. Selain itu kami juga ingin membahas bagaimana proses PILKADA tersebut berlangsung.
7. Apa yang menarik dari Editorial edisi PILKADA ini ? Yang menarik dari Editorial edisi PILKADA ini adalah karena PILKADA DKI Jakarta disebut-sebut sebagai barometer demokrasi di Indonesia. Dan, inilah untuk pertama kalinya pemilihan kepala daerah diadakan secara langsung dan terbuka. Selain itu kami juga melihat bukan hanya ada dua orang calon saja yang bertarung, tetapi kami juga menilai inilah pemilihan seorang pemimpin yang mengepalai ibukota negara dengan berbagai persoalan yang amat kompleks.
8. Ada berapa Editorial edisi PILKADA ini ? Editorial yang membahas tentang PILKADA DKI Jakarta ini ada 3 (tiga) edisi, yaitu Editorial edisi 7 agustus, 9 agustus, dan 12 agustus 2007.
9. Siapa yang menentukan editorial ? Yang menentukan editorial ada pada rapat perencanaan, yang dihadiri oleh semua anggota dewan redaksi. Dalam rapat
tersebut kami memilih satu tema yang sedang menjadi isu utama.
10. Apakah ada perbedaan proses penentuan editorial dengan rubrik lainnya atau harian lain ? Proses penentuannya mungkin hampir sama untuk semua harian, yang membedakan adalah dalam mengambil tema editorial yang akan ditampilkan. Kalau dengan rubrik lain pasti ada perbedaan, dalam setiap rubrik, yang mentukan berita yang akan ditampilkan adalah pemimpin redaksi.
11. Pada edisi 7 agustus, mengapa Editorial diberi judul “Jakarta Mencari Pemimpin” ? Karena seluruh warga Jakarta akan melakukan pemilihan kepala daerah, dalam hal ini gubernur baru yang segera menggantikan posisi Sutiyoso yang sudah dua kali menjabat. Dan pastinya warga mencari calon pemimpin yang dapat membawa Jakarta kearah yang lebih baik.
12. Apa saja yang dibahas dalam Editorial edisi ini ? Dalam Editorial edisi ini kami membahas tentang calon-calon gubernur yang akan bertarung pada PILKADA tanggal 8 agustus 2007. selain itu, kami juga menyebutkan beberapa
masalah yang sering terjadi di Jakarta, seperti kemacetan, dan banjir. Kami berharap Jakarta dibangun dan dipimpin oleh orang-orang yang memiliki visi besar dan kuat terhadap kepentingan publik.
13. Pada edisi 9 agustus, mengapa dipilih “warga kota menunggu nyali” sebagai judul Editorial ? Dipilih judul tersebut karena kami melihat dan menilai dengan banyaknya persoalan yang terjadi di Jakarta, warga Jakarta membutuhkan
pemimpin
yang
dapat
memperlihatkan
keberaniannya untuk menjadikan Jakarta sebagai kota yang aman dan nyaman, dan membuat Jakarta jauh lebih baik dan maju.
14. Apa yang dibahas pada edisi ini ? Pada edisi ini kami membahas tentang berbagai persoalan yang sering terjadi di Jakarta,dari persoalan yang berat sampai persoalan ringan. Seperti kemacetan, banjir, sampah, dan pedagang kaki lima . ini adalah beberapa contoh yang sengaja kami angkat untuk memperlihatkan bahwa kerumitan Jakarta berawal dari kelemahan pemerintah menegakkan disiplin.
15. Pada edisi 12 agustus mengapa memilih judul “keindahan demokrasi dari Adang-Dani” ? Karena kami menilai sikap berdemokrasi dari pasangan Adang dan Dani sangat baik. Walaupun dalam perolehan suara yang dilakukan oleh lembaga survey Indonesia, pasangan ini hanya mendapatkan 43,88% suara, namun meraka segera mengakui kekalahannya. Mereka langsung mengucapkan selamat kepada pemenang Fauzi-Prijanto, walaupun KPU Jakarta belum secara resmi mengumumkan siapa pemenangnya. Kami menilai inilah sikap yang patut jadi teladan dalam demokrasi yang sedang tumbuh di Indonesia.
16. Apa yang dibahas pada edisi ini ? Kami membahas tentang perolehan suara yang dilakukan oleh lembaga survey Indonesia, yang melakukan penghitungan cepat (quick count). Walaupun pasangan Adang-Dani hanya diusung satu partai, tetapi perolehan suara mereka mencapai diatas 40 persen. Kami juga membahas sikap Adang-Dani yang menerima kekalahannya dengan lapang dada.
Daftar Pertanyaan Untuk Anggota Dewan redaksi (Djadjat Sudradjat) :
1. Termasuk kedalam tulisan apa editorial ? Editorial boleh dibilang masuk dalam kategori kombinasi antara tulisan feature, berita investigasi, dan running news atau berita yang berkembang saat itu.
2. Berdasarkan sifatnya, Editorial edisi PILKADA ini termasuk kedalam sifat yang mana ? Jika dilihat dari sifatnya, editorial edisi PILKADA ini termasuk sifat yang Argumentatif dan Informatif. Argumentatif, karena dalam editorial ini kami memiliki pandangan yang jelas terhadap
suatu
masalah,
yaitu
PILKADA.
Sedangkan
informative, karena editorial edisi ini kami membantu para pembaca kami untuk mengetahui dan memahami berita, sehingga pembaca lebih mengetahui isu-isu yang diberitakan
3. Bagaimana langkah awal mendapatkan tema editorial edisi PILKADA ini? Pertama, kami melihat dulu isu-isu atau masalah apa yang sedang terjadi. Kemudian dari sekian banyak masalah, kami
memilih satu tema pada rapat perencanaan untuk diangkat menjadi editorial.
4. Apakah ada hambatan atau kendala dalam pembuatan editorial ini ? Dalam pengerjaan editorial ini tidak ada hambatan atau kendala yang berarti. Tapi, yang sulit adalah bagaimana supaya kami dapat membuat editorial yang berimbang, tanpa memihak siapa pun, dan juga bagaimana kami memberikan opini atau pendapat kami sesuai dengan tema. Selain itu kami juga harus memberikan kritik serta masukan yang sesuai dengan tema yang diangkat. Kami berharap agar pembaca dapat mengerti apa yang kami sampaikan.
5. Langkah apa yang anda ambil untuk mengantisipasinya ? Biasanya kami menyesuaikan isi editorial dengan data-data dan bahan yang dapat, supaya tema yang diambil sesuai dengan apa yang terjadi.
6. Biasanya pengambilan datanya darimana ? Kami mengambil data dari berita dan laporan yang diperoleh oleh wartawan kami. Selain itu kami juga berhubungan dengan
lembaga
survey
yang
melakukan
quick
count
untuk
mengetahui perolehan suara secara pasti.
7. Kenapa editorial diletakkan dihalaman depan ? Alasan editorial diletakkan dihalaman depan adalah supaya pembaca dapat langsung melihatnya. Selain itu kami juga menjadikan editorial ini sebagai produk unggulan kami, yang penting untuk dibaca. Oleh karena itu posisi editorial sama dengan berita utama.
8. Apa tujuan dari editorial edisi PILKADA ini ? Ada beberapa tujuan yang ingin disampaikan dari editorial edisi PILKADA ini antara lain untuk menjelaskan berita, yaitu untuk menjelaskan kejadian-kejadian penting kepada pembaca. Kemudian untuk menjelaskan latar belakang, yaitu untuk menjelaskan kelanjutan dari suatu peristiwa penting yang sedang terjadi, atau dapat juga menghubungkan peristiwa yang sedang terjadi dengan peristiwa sebelumnya. Serta untuk meramalkan, yaitu untuk meramalkan sesuatu yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
9. Setelah mengerjakan editorial ini, apa yang anda lakukan ? Selain sebagai anggota dewan redaksi, saya juga menjabat sebagai Deputi Direktur Pemberitaan. Setelah selesai dengan editorial saya kembali ke tugas saya yang lain, yaitu bertanggung jawab atas semua aspek pemberitaan pada harian ini.
PROFIL PERUSAHAAN
Pendiri
: Drs. H. Teuku Yousli Syah, M.si (Alm)
Direktur Utama
: Rerie Moerdijat
Direktur Pemberitaan
: Saur Hutabarat
Deputi Direktur Pemberitaan
: Djadjat Sudradjat Luki Sutrisno
Dewan Redaksi Media Grup
: Toeti Adhitama (Ketua) Djafar Husin Assegaff Saur Hutabarat Andy F. Noya Laurens Tato Djadjat Sudradjat Elman Saragih Rerie Moerdijat Jeanette Sudjunadi Bambang Eka Wijaya Saiful Mujani Sugeng Suparwoto Usman Hasan
Redaktur Senior
: Laurens Tato Muchlis Hasyim T. Taufiqulhadi
Kepala Divisi Pemberitaan
: Elman Saragih
As.Kepala Divisi Pemberitaan
: Abdul Khohar Kleden Suban Ono Sarwono Tatang Ramadhan Bouqie Teguh Nirwahyudi Yohanes S.Widada
Sekretaris Redaksi
: Moment Sembiring
Redaktur
: Agus Wahyu K Agus Triwibowo Asnawi Khaddaf Baharman Edi Hidayat Ediya Morali Fitriana Siregar Gantyo Koespradono
Gaudensius Suhardi Gina F. Hadi Gustom Muzlie Hasporo Poetro Hariyanto Haryo Prasetyo Ida Farida Jaka Budisantosa Lintang Rowe Mathias S. Brahmana Patna Budi Utami Rosmery C. Sihombing Sadyo Kristiarto Soelistijono Tjahyo Utomo Victor JP. Nababan Litbang
: Desi Yasmini S. Heru Prasetyo Radi Negara Shahabudin
Redaktur MI Online
: Ediya Moralia
Tjahyo Utomo Manajer Produksi
: Bambang Sumarsono
Direktur Pengembangan Bisnis
: Rahni Lowhur-Schad
Deputi Direktur Pengembangan Bisnis
: Alexander Stefanus
Kepala Divisi Sirkulasi
: Ali Sadikin
FILOSOFI MEDIA INDONESIA
Filosofi Media Indonesia terwujud dalam NILAI-NILAI MEDIA INDONESIA (MEDIA PSR), yaitu : Menghargai individu dan membina kerjasama : Menjunjung martabat individu , dan karena itu bersikap adil dan professional kepada semua individu yang bekerja sama dengan Media Indonesia. Excellence : Menyadari hanya kualitas produk dan jasa yang andal yang mampu membuat perusahaan meraih keunggulan jangka panjang. Dipercaya : Tampil didepan sebagai perusahaan yang dipercaya dan menjadi acuan. Integritas : Beroperasi dengan standar etika tinggi, cerdas, dan konsisten, baik secara pribadi maupun sebagai perusahaan.
Aset bangsa : Semangat Media Indonesia adalah semangat kebangsaan yang tercermin dalam pemberitaan dan perilaku sehari-hari.
Pertanggungjawaban kepada pemegang saham : Karyawan bertanggung jawab kepada pemegang saham yang telah memberikan kesejahteraan dengan komitmen mencapai pertumbuhan diatas rata-rata. Setia : Menjaga hubungan jangka panjang dengan pembaca, pemasang iklan, agen, pemasok, pengguna jasa dan komunitas tempat bekerja. Responsive : Memiliki komitmen memberikan tanggapan yang cepat dan tepat terhadap kebutuhan pembaca.
CURICULUM VITAE
Nama
: Vera Aryani
Tempat & Tanggal Lahir
: Jakarta, 12 September 1984
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Jl.Sinyar Raya No.19 Rt.01/012 Kel.Duri Pulo, Kec.Gambir Jakarta 10140
Telepon
: 081584922251
PENDIDIKAN
1990 – 1996
SDN 03 Duri Pulo, Jakarta
1996 – 1999
SLTP Negeri 72, Jakarta
1999 – 2002
SMU Negeri 25, Jakarta
2002 – 2008
Fakultas Ilmu Komunikasi Jurusan Broadcasting Universitas Mercu Buana, Jakarta