perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM (Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi Museum Radya Pustaka Surakarta)
Disusun untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh: YULI SETYOWATI D1207651
S1 NON REGULER ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user
2010
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id PERSETUJUAN PEMBIMBING
Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, 01 Juli 2010
Menyetujui, Pembimbing I
Pembimbing II
Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D NIP. 197102171998021001
Dra. Christina Tri Hendriyani, M.Si NIP. 196201171986012001
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id HALAMAN PENGESAHAN
Telah diuji dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari
: Senin
Tanggal
: 9 Agustus 2010
Panitia Penguji 1
Drs. Adolfo Eko Setyanto, M.Si 19580617 198702 1 001
(…..……………………...) Ketua
2
Dra. Indah Budi Rahayu, SE 19580317 199010 2 001
(…..……………………...) Sekretaris
3
Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D 19710217 199802 1 001
(…..……………………...) Penguji I
4
Dra. Christina Tri Hendriyani, M.Si 19620117 198601 2 001
(…..……………………...) Penguji II
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Drs. H. Supriyadi SN, SU NIP. 19530128 198103 1 001 commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id MOTTO
“ I DO MY BEST, AS BEST AS I CAN DO” (Yuli)
“ TALK LESS, DO MORE” (Clas Mild’s Tag)
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN
Penulis persembahkan Skripsi ini kepada:
1. Bapak dan Ibu.. 2. Kakak-kakak ku (Maz Jarwo, Mbak Lia, Maz Indra, Mbak Ila, Maz Cahyo, Mbak Dini, Mbak Maya, Mbak Mega).. 3. Keponakan-keponakan ku (Radit, Ian, Febio, Ius,
Arya)..
4. Sahabat dan semua teman-teman di Ilmu Komunikasi generasi 2007..
ABSTRAK commit to user Yuli Setyowati, 2010. Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum (Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi Museum Radya Pustaka Surakarta). Program S1 Non Reguler Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Latar belakang penulisan Skripsi ini yaitu meski sudah nampak pengelolaan manajemen Museum seperti perubahan kebersihan dan kerapian gedung, perubahan struktur Komite, event-event yang dilakukan, namun demikian jumlah pengunjung masih rendah, hal ini sebagai indikasi belum dapat menarik minat pengunjung. Skripsi ini mengkaji tentang manajemen krisis dalam memperbaiki citra Museum oleh Komite Museum Radya Pustaka Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab persoalan yang dipertanyakan dalam penelitian ini, yaitu bagaimanakah langkah-langkah manajemen krisis guna memperbaiki citra pasca pemalsuan dan pencurian koleksi arca Museum Radya Pustaka Surakarta. Teori yang digunakan yaitu manajemen krisis yang didalamnya mencakup strategi Public Relations. Penulisan Skripsi ini disajikan secara deskriptif kualitatif untuk memperoleh gambaran dan medeskripsikan tindakan strategi Public Relations dalam menghadapi krisis yang terjadi di museum pasca pemalsuan dan pencurian koleksi arca dalam memperbaiki citra Museum Radya Pustaka Surakarta yaitu strategi adaptif dan pengendalian program. Metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara, studi pustaka dan dokumen. Data yang diperoleh dari penemuanpenemuan dikumpulkan dan disajikan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi adaptif yang dilakukan berupa perubahan internal museum yaitu dengan mengganti struktur Komite Museum, mengadakan publikasi ke sekolah dan instansi yang dilakukan dengan cara mengundang para siswa-siswi ataupun pegawai instansi mengunjungi museum, kerjasama dengan media massa agar ketika museum melaksanakan serangkaian event bisa diliput oleh pihak media massa, serta pengadaan event yang berupa Jamasan Rajamala, Ngisis Ringgit/ Wayang, Workshop Keris yang bertujuan untuk mendapatkan perhatian baik masyarakat umum maupun dari pakar budaya maupun pakar tosan aji. Kesimpulan yang dapat diambil bahwa manajemen krisis yang dilakukan oleh pihak Museum Radya Pustaka Surakarta dapat dilihat dari aktivitas yang ditunjukan dari pilihan strategi adaptif yang terdiri dari melakukan perubahan internal, mengadakan publikasi baik disekolah-sekolah maupun instansi, melalui media massa, serta publikasi melalui pengadaan event-event. Selain itu juga melaksanakan program pengendalian atas pilihan strategi adaptif yang berupa pengangkatan pegawai baru dan penegasan bagi pengunjung museum untuk membayar tiket masuk. Dengan dilaksanakannya manajemen krisis tersebut, dapat memperbaiki citra Museum pasca kasus pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum Radya Pustaka Surakarta.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id ABSTRACT
Yuli Setyowati, 2010. Crisis Management in Improving the image of Museum (Qualitative Descriptive Study of Crisis Management in Post-Fixing Case Image Museum Arca Forgery and Theft of Library Collections Museum Radya Surakarta). S1 Non-Regular Program of Communication Sciences Faculty of Social and Political Science, Sebelas Maret University of Surakarta. The background this Thesis writing that is already visible even though the management of the Museum such as changes in the cleanliness and neatness of the building, changes in committee structure, events are conducted, however the number of visitors is still low, this is an indication not been able to attract visitors. This thesis is to study crisis management in improving the image of the Museum by the Committee of Museum Radya Pustaka staff only. This study aims to answer the question in question in this research, namely how the crisis management measures to improve the image of post-counterfeiting and theft of a collection of statues Museum Radya Pustaka of Surakarta. The theory used is the inside cover of crisis management public relations strategy. Thesis Writing was presented to obtain a qualitative description and Public Relations medeskripsikan action strategies in facing the crisis that occurred in postcounterfeiting and theft of museum collections of statues in improving the image of Museum Radya Pustaka of Surakarta is an adaptive strategy and program control. Methods of data collection using interviews, library research and documentation. Data obtained from these findings were collected and presented descriptively. The results showed that adaptive strategies undertaken in the form of internal change by changing the structure of the museum is the Museum Committee, held a publication to schools and institutions by way of inviting students to visit museums or civil institutions, cooperation with mass media so that when the museum conducted a series of events be covered by the media, as well as a form of procurement event Jamasan Rajamala, Ngisis Ringgit / Puppet, Keris Workshop which aims to get the attention of both public and cultural experts and scholars from tosan aji. Conclusions can be drawn that the crisis management conducted by the Museum Radya Pustaka of Surakarta can be seen from the activity shown by the adaptive strategy choice of internal changes, the school held a good publication and institution-schools, by mass media, and publications through the procurement events. It also implement programs to control, adaptive strategy choices in the form of new hiring and affirmation for visitors to pay museum admission. With the implementation of crisis management, can improve post-image museum forgery and theft case figurine collection Museum Radya Pustaka of Surakarta.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan Rahmat-Nya yang telah melindungi dan membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini dengan judul “Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum (Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi Museum Radya Pustaka Surakarta)” Laporan Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk menyelesaikan studi bagi mahasiswa Program S1 Non Reguler Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak, Skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan lancar dan baik. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, terutama kepada: 1. Bapak Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D sebagai Dosen Pembimbing I yang telah memberi petunjuk dan saran-saran serta pengarahan yang sangat berharga sehingga selesainya penulisan Skripsi ini. 2. Ibu Dra. Christina Tri Hendriyani, M.Si sebagai Dosen Pembimbing II yang selama proses penyusunan Skripsi ini telah berkenan memberikan saran dan kritiknya. 3. Bapak Winarso Kalingga selaku Ketua Komite Museum Radya Pustaka Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk meneliti dan mencari data-data guna melengkapi Skripsi ini. commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Bapak Djoko Daryoto selaku Sekretaris Komite Museum Radya Pustaka Surakarta yang telah berkenan memberikan informasi melalui wawancara selama penulis melakukan penelitian di Museum Radya Pustaka Surakarta 5. Ibu Soemarni Wijayanti selaku Pemandu Museum Radya Pustaka Surakarta yang telah berkenan memberikan informasi melalui wawancara selama penulis melakukan penelitian di Museum Radya Pustaka Surakarta. 6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan Skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan Skripsi masih belum sempurna, oleh karena itu semua kekurangan, kritik dan saran dari pembaca akan diterima dengan senang hati demi penyempurnaan tulisan ini. Akhirnya penulis berharap semoga Laporan Skripsi ini dapat bermanfaat.
Surakarta,
Juli 2010
Penulis
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii MOTTO ............................................................................................................ iv PERSEMBAHAN ............................................................................................. v ABSTRAK ........................................................................................................ vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii DAFTAR ISI..................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 B. Perumusan Masalah ..................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5 E. Telaah Pustaka .............................................................................. 5 1. Pengertian Krisis ....................................................................... 5 a. Definisi Krisis ........................................................................ 5 b. Tahapan Krisis....................................................................... 6 2. Public Relations ....................................................................... 9 commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Krisis Public Relations .............................................................. 11 a. Langkah-langkah Mengatasi Krisis Public Relations ........... 11 b. Peran Public Relations dalam Krisis ..................................... 12 4. Manajemen Krisis ..................................................................... 13 5. Definisi Citra ............................................................................ 18 6. Media Relations (Hubungan Pers) di saat Krisis ..................... 20 a. Pengertian Media Relations................................................... 20 b. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Media Relations .................... 22 c. Bentuk Kegiatan Media Relations ......................................... 24 F. Metode Penelitian ......................................................................... 25 1. Jenis Penelitian .......................................................................... 25 2. Lokasi Penelitian ...................................................................... 27 3. Teknik Penarikan Sample.......................................................... 27 4. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 28 5. Validitas dan Reliabilitas Data ................................................. 28 6. Analisis Data ............................................................................. 29 G. Sistematika Penulisan .................................................................. 31 BAB II GAMBARAN UMUM MUSEUM RADYA PUSTAKA ................ 33 A. Sejarah Singkat Museum Radya Pustaka Surakarta .................... 33 B. Visi dan Misi Museum Radya Pustaka Surakarta ........................ 33 C. Struktur Komite dan Struktur Organisasi Museum Radya Pustaka Surakarta ...................................................................................... 34 D. Waktu Pelayanan, Denah, dan Jumlah Kunjungan Wisatawan Museum Radya Pustaka Surakarta ............................................. 36 commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca di Museum Radya Pustaka Surakarta ………………………………….……………………. 45 BAB III SAJIAN DATA DAN ANALISIS ................................................... 53 1. Krisis Public Relations Museum Radya Pustaka Surakarta ......... 54 2. Manajemen Krisis Museum Radya Pustaka Surakarta ................ 61 3. Media Relations Museum Radya Pustaka Surakarta .................... 67 BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 76 A. Kesimpulan .................................................................................. 76 B. Saran ............................................................................................ 80 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 85 LAMPIRAN...................................................................................................... 87
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Daftar Pengunjung Museum Radya Pustaka tahun 2007 ................ 42 Tabel 2.2. Daftar Pengunjung Museum Radya Pustaka tahun 2008 ................ 43 Tabel 2.3. Daftar Pengunjung Museum Radya Pustaka tahun 2009 ................ 44 Tabel 2.4. Daftar Pengunjung Museum Radya Pustaka tahun 2010 ................ 44
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Flow Model of Analysis ............................................................... 30 Gambar 2.1. Struktur Komite Baru Museum Radya Pustaka ........................... 35 Gambar 2.2. Struktur Organisasi Museum Radya Pustaka ............................... 36 Gambar 2.3. Denah Ruang Museum Radya Pustaka ........................................ 41
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Lampiran 2. Surat Keterangan dari Museum Radya Pustaka Surakarta
Lampiran Transkip Wawancara Lampiran 3. Interview Guide untuk Perusahaan (bagian 1) Lampiran 4. Interview Guide untuk Perusahaan (bagian 2) Lampiran 5. Daftar Narasumber Lampiran 6. Transkip Wawancara
Lampiran Dokumen Lampiran 7. Keputusan Walikota Surakarta No 432.1 / 78 / 1 / 2008 tentang Pembentukan Komite Museum Radya Pustaka Lampiran 8. Keputusan Komite Museum Radya Pustaka Surakarta No KMRP/ Ia / I / 2009 tentang Pembagian Tugas Karyawan Museum Radya Pustaka Surakarta Lampiran 9. Laporan Arus Pengunjung dan Pendapatan Obyek Wisata Museum Radya Pustaka Surakarta tahun 2007 Lampiran 10. Laporan Arus Pengunjung dan Pendapatan Obyek Wisata Museum Radya Pustaka Surakarta tahun 2008 Lampiran 11. Laporan Arus Pengunjung dan Pendapatan Obyek Wisata Museum Radya Pustaka Surakarta tahun 2009 commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 12. Laporan Arus Pengunjung dan Pendapatan Obyek Wisata Museum Radya Pustaka Surakarta tahun 2010
Lampiran Gambar Lampiran 13.
Brosur Museum Radya Pustaka Surakarta
Lampiran 14.
Tiket masuk Museum Radya Pustaka Surakarta
Lampiran 15.
Ruangan Museum Radya Pustaka Surakarta
Lampiran 16.
Koleksi Arca yang dipalsukan dan dicuri
Lampiran Artikel Lampiran 17. Artikel Koran “Polisi Periksa Orang Dalam Museum” Solopos 15 November 2007 Lampiran 18. Artikel Koran “Pemkot siap kelola Radya Pustaka” Solopos 13 November 2007 Lampiran 19. Artikel Koran “Polisi Memburu Penyimpan Lima Arca” Kompas 20 November 2007 Lampiran 20. Artikel Koran “Mbah Hadi terlibat langsung” Solopos 20 November 2007 Lampiran 21. Artikel Koran “Pemkot-Keraton mulai sepakat Museum Radya Pustaka ditutup untuk umum” Solopos 22 November 2007 Lampiran 22. Artikel Koran “Hari ini dipanggil Poltabes Hashim bisa jadi tersangka” Solopos 22 November 2007 commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 23. Artikel Koran “Rekonstruksi pemalsuan arca” Solopos 24 November 2007 Lampiran 24. Artikel Koran “Polisi curigai motif kecelakaan Saksi ahli kasus arca ditemukan tewas” Solopos 10 Februari 2008 Lampiran 25. Artikel Internet “7 Arca Bersejarah Museum Radya Pustaka Solo Hilang“ www.detiknews.com. Lampiran 26. Artikel Internet “Polisi Periksa Pemandu Museum Radya Pustaka“ www.kapanlagi.com. Lampiran 27. Artikel Internet “Kepala Museum Solo Terlibat Langsung Pemalsuan Arca“ www.detiknews.com. Lampiran 28. Artikel Internet “Pemalsuan Arca Dilakukan atas Persetujuan Kepala Museum Solo“ www.detiknews.com Lampiran 29. Artikel Internet “Orang Jerman Diduga Terlibat Hilangnya 5 Arca di Solo“ www.detiknews.com Lampiran 30. Artikel Internet “Kasus Pencurian Arca di Museum Radya Pustaka, Para tersangka saling tuding“ www.wawasandigital.com Lampiran 31. Artikel Internet “Hashim Djojohadikusumo Jadi Saksi Kasus Arca Museum Radya Pustaka“ commit to user www.antaranews.com
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 32. Artikel Internet “Museum Radya Pustaka Buka Kembali Awal Januari“ www.antaranews.com Lampiran 33. Artikel Internet “Pasca Pencurian Aarca Museum Radya Pustaka Ramai Dikunjungi“ www.indosiar.com Lampiran 34. Artikel Internet “Saksi Ahli Tewas, Kasus Museum Radya Pustaka Tetap Jalan“ www.kapanlagi.com Lampiran 35. Artikel Internet “Kasus Arca Museum Radya Pustaka mulai Disidangkan“ www.wawasandigital.com Lampiran 36. Press release Jamasan Chantik Kyahi Rajamala Museum Radya Pustaka
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Krisis tidak bisa diprediksi datangnya, ini dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan pada siapa saja. Krisis tidak pernah memandang bulu karena bisa datang tanpa menunggu kesiapan dalam menghadapinya. Dan ketika krisis yang tidak pernah diperhitungkan terjadi, semua menjadi bingung, tanpa arah, dan kehilangan kendali. Begitu pula dalam suatu perusahaan atau organisasi. Ketika terjadi krisis, maka seluruh aktivitas organisasi bisa menjadi lumpuh. Ada beberapa jenis krisis berdasarkan penyebabnya, salah satunya adalah krisis yang terkait masalah kriminal. Krisis yang terkait masalah kriminal belakangan sering terjadi. Krisis jenis ini merupakan ancaman besar untuk beberapa industri misalnya industri Pariwisata. Seperti pada kasus pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum Radya pustaka Surakarta. Museum Radya Pustaka adalah merupakan salah satu museum tertua di Indonesia. Didalam museum tersebut menyimpan banyak koleksi benda cagar budaya. Setelah dilakukan proses penyelidikan oleh pihak Kepolisian setempat, kasus yang terjadi di Museum ini diketahui bahwa motif utama kasus ini adalah bertujuan untuk mendapatkan uang dari hasil pencurian beberapa arca yang kemudian dijual kepada kolektor benda kuno. Agar tidak menimbulkan kecurigaan, beberapa koleksi arca sebelumnya dipalsukan yaitu dengan cara dibuat tiruannya yang dibuat semirip mungkin dengan aslinya, baru setelah itu arca yang asli digantikan dengan arca yang palsu untuk dibawa keluar dari museum dan1dijual kepada kolektor. commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kasus pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum Radya pustaka Surakarta adalah suatu krisis bagi pihak Komite Museum, karena dengan adanya kasus ini media mem-blow up berita tersebut di koran lokal dan nasional tentang beberapa koleksi arca yang dipalsukan dan dicuri, yang dihubungkan dengan pihak internal terkait dalam kasus ini. Kasus ini berdampak pada munculnya citra negatif di mata masyarakat mengenai keaslian koleksi di Museum Radya Pustaka, seperti pada salah satu kutipan pernyataan di salah satu media cetak bahwa menurut kalangan sejarawan Solo menyebutkan 50 persen koleksi di Museum Radya Pustaka telah hilang dari tempat semula. Kalaupun ada yang tidak hilang, akan tetapi ada yang dipalsukan sehingga yang asli tidak terkesan hilang. Adanya arca imitasi sebagai pengganti benda-benda yang dicuri mengindikasikan bahwa tindak kejahatan tersebut melibatkan jaringan profesional. Tidak sekedar mencuri, juga terindikasi kuat adanya upaya menghilangkan jejak dengan membuat benda serupa, agar terlihat seolah-olah benda-benda bersejarah di Museum Radya Pustaka tersebut masih utuh (Kompas, 2007). Dengan adanya kasus ini membuat Museum Radya Pustaka Surakarta ditutup sementara untuk kasus penyelidikan. Penutupan sementara ini membuat wisatawan yang ingin mengunjungi Museum menjadi tidak mendapatkan akses masuk ke dalam Museum. Hal ini berimbas pada turunnya jumlah pengunjung yang juga berpengaruh pada penurunan pendapatan museum yang didapat dari tiket masuk Museum. Kasus pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum Radya Pustaka Surakarta ini menuntut pihak Komite untuk melakukan suatu strategi agar bisa keluar dari krisis tersebut sehingga dapat kembali memperbaiki citra Museum yang commit to user sempat negatif di mata masyarakat. Dalam manajemen krisis, strategi Public
xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Relations yang dipilih dan dijalankan oleh pihak Museum berupa Strategi Adaptif dan melakukan Pengendalian Program. Strategi adaptif adalah strategi untuk organisasi yang mengalami krisis, dimana krisis itu tidak lepas dari kesalahan dan kelalaian organisasi. Kesalahan itu menyebabkan organisasi tidak mungkin bersifat defensive. Ia harus berani mengakui keteledoran dan mengambil resiko dengan melakukan perubahan. Pihak Museum menjalankan strategi tersebut dengan cara berupa melakukan langkahlangkah seperti perubahan internal Museum, mengadakan publikasi baik di sekolah-sekolah maupun instansi, melui media massa, serta publikasi melalui pengadaan event-event seperti event Jamasan Rajamala, Ngisis Ringgit/Wayang, Workshop Keris. Sedangkan Pengendalian Program adalah langkah penerapan yang dilakukan menuju strategi adaptif, yaitu berupa pengangkatan pegawai baru dan penegasan bagi pengunjung museum untuk membayar tiket masuk. Meski sudah nampak pengelolaan manajemen Museum seperti perubahan kebersihan dan kerapian gedung, perubahan struktur Komite, event-event yang dilakukan, namun demikian jumlah pengunjung masih rendah, hal ini sebagai indikasi belum dapat menarik minat pengunjung. Sehingga dalam penelitian ini akan dibahas mengenai pilihan strategi dalam manajemen krisis yang dilakukan oleh pihak Komite Museum Radya Pustaka dalam rangka memperbaiki citra museum pasca pemalsuan dan pencurian arca. Dari uraian di atas, maka penelitian mengambil judul “Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum (Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi Museum Radya Pustaka Surakarta).” commit to user
xxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah langkah-langkah manajemen krisis guna memperbaiki citra pasca pemalsuan dan pencurian koleksi arca Museum Radya Pustaka Surakarta”.
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran dan medeskripsikan langkah-langkah manajemen krisis guna memperbaiki citra pasca pemalsuan dan pencurian koleksi arca Museum Radya Pustaka Surakarta.
D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan akan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Penulis Mengetahui dan mendapatkan gambaran mengenai strategi Public Relations dalam manajemen krisis sebagai usaha untuk memperbaiki citra museum terkait pasca kasus pemalsuan dan pencurian arca di Museum Radya Pustaka Surakarta. 2. Bagi Museum Radya Pustaka Surakarta Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
sumbangan
yang
bermanfaat dan berarti mengenai strategi Public Relations pasca kasus pemalsuan dan pencurian arca dalam memperbaiki citra Museum Radya Pustaka. commit to user
xxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Telaah Pustaka 1.
Pengertian Krisis a. Definisi Krisis Kata krisis berasal dari bahasa Yunani “krisis”, yang berarti “keputusan”. Ketika krisis terjadi, perusahaan harus memutuskan apa yang harus dilakukan. Bergerak ke kiri, atau bergeser ke kanan, ke bawah atau ke atas, bertarung atau melarikan diri. Dalam bahasa Cina, krisis diucapkan dengan “wei-ji” dan mempunyai dua arti, yaitu “bahaya” dan “peluang“. Two side in the same coin (Nova, 2009: 54). Krisis Public Relations adalah peristiwa, rumor, atau informasi yang membawa pengaruh buruk terhadap reputasi, citra dan kredibilitas perusahaan. Banyak perusahaan berpikir bahwa krisis Public Relations hanya akan menyerang perusahaan besar, padahal krisis dapat menyerang siapa saja, baik individu, organisasi, maupun perusahaan, kapan dan dimana saja.
b. Tahapan Krisis Krisis bisa datang dari mana dan kapan saja. Bencana alam, kesalahan manusia, dan kecelakaan industri dapat menyebabkan suatu krisis. Kadang kadang, penyebab krisis adalah manajemen itu sendiri. Manajemen bertanggung jawab untuk mencari pemecahan masalah dari krisis yang timbul dengan menggunakan berbagai cara yang mungkin dilakukan. Diawali dengan rasa percaya diri yang tinggi, menggunakan commit toyang user dimiliki, dan diakhiri dengan semua kemampuan dan keahlian
xxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kemampuan untuk meminimalkan kemarahan dan ketakutan publik tanpa membahayakan cash flow atau reputasi perusahaan. Jika seseorang manajer berhasil mengatasi krisis tanpa diketahui oleh publik maka manajer tersebut telah membuktikan kapasitas dan kemampuannya (Nova, 2009:109). Menurut Steven Fink, konsultan krisis terkemuka dari Amerika, ada 4 tahapan dalam siklus hidup krisis yang harus dikenali dan dipahami adalah sebagai berikut (Kasali, 1999: 225): 1). Tahap Prodromal Krisis pada tahap ini sudah mulai muncul. Tahap prodromal sering disebut pula warning stage karena memberi sirene tanda bahaya mengenai simtom-simtom yang harus segera diatasi. Mengacu pada definisi krisis, tahap ini juga merupakan bagian dari turning point.
2). Tahap Akut Inilah tahap ketika orang mengatakan: “telah terjadi krisis”. Krisis yang akut sering disebut sebagai the point of no return. Kerusakan sudah mulai bermunculan, reaksi mulai berdatangan, isu menyebar luas. Namun, beberapa besar kerugian lain yang akan muncul amat tergantung dari para aktor yang mengendalikan krisis.
3). Tahap Kronik Tahap ini sering juga disebut sebagai the clean up phase atau the post mortem. Sering pula tahap ini disebut sebagai tahap recovery atau self analysis. Di dalam perusahaan, tahap ini ditandai dengan to user perubahan struktural. commit Mungkin penggantian manajemen, mungkin
xxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penggantian pemilik, mungkin masuk nama-nama baru sebagai pemilik atau mungkin pula bangkrut dan perusahaan dilikuidasi.
4). Tahap Resolusi (penyembuhan) Tahap ini adalah tahap penyembuhan (pulih kembali) dan tahap terakhir dari tahap krisis. Meski bencana besar dianggap sudah berlalu tetap perlu berhati-hati, karena riset dalam kasus-kasus krisis menunjukkan bahwa krisis tidak akan berhenti begitu saja pada tahap ini. Krisis umumnya berbentuk siklus yang akan membawa kembali keadaan semula (prodromal stage). Bila sedang dalam proses penyembuhan (tahap resolusi) tidak dapat menahan diri, dan bila penyembuhan tidak tuntas benar, akan kembali lagi ke tahap prodromal.
Tindakan apapun yang dilakukan adalah lebih baik daripada tidak sama sekali. Hindari melakukan penyangkalan di hadapan publik dan media, serta berbohong untuk menyembunyikan krisis karena ini dapat membuat publik akan kehilangan kepercayaan dan masalah menjadi berlipat ganda. Tindakan lain adalah memilih juru bicara yang terlatih, untuk memperoleh simpati publik. Tidak semua data dan informasi harus dipublikasikan karena dapat merugikan. Langkah terakhir adalah melakukan investigasi penyebab awal krisis sehingga krisis yang sama dapat dihindari di masa mendatang.
2.
Public Relations commit to user
xxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Secara singkat publik dapat diartikan sekelompok orang yang memiliki kepentingan yang sama. Sedangkan pengertian publik dalam Public Relations secara lebih spesifik adalah sekelompok orang yang menjadi sasaran kegiatan Public Relations artinya, kelompok yang harus senantiasa dihubungi dan diperhatikan dalam rangka pelaksanaan fungsi Public Relations (Kasali, 1999:10).
Di dalam Public Relations, terdapat 2 macam publik, yaitu (Moore, 1988: 5): 1). Publik Intern: Adalah publik yang meliputi orang-orang yang bekerja di dalam atau membentuk bagian yang integral dari suatu organisasi. 2). Publik Ekstern: Adalah orang-orang yang ada di luar kelompok yang dilayani atau dipengaruhi, melayani atau mempengaruhi organisasi.
Public Relations News menjelaskan lebih spesifik definisi mengenai hubungan masyarakat yang menekankan tanggung jawab khusus bahwa Public Relations adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap publik, megidentifikasi kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur seorang individu atau sebuah organisasi berdasarkan kepentingan publik, dan menjalankan suatu program tindakan untuk mendapatkan pengertian dan penerimaan publik. Definisi berikutnya disarankan Public Relations adalah suatu filsafat sosial
dari
manajemen
yang
dinyatakan
dalam
kebijakan
beserta
to useryang peka mengenai peristiwapelaksanaannya yang melaluicommit interpretasi
xxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peristiwa berdasarkan pada komunikasi dua arah dengan publiknya, berusaha memperoleh saling pengertian dan itikad baik (Moore, 1988: 6).
Baskin Aronoff dan Lattimore mendefinisikan gambaran humas yang lebih detail sebagai berikut (Lattimore, 1997:5) “Public Relations is a management function that helps achieve organizational, objective, define philosophy and facilities organization change. Public Relations practitioners communicate with all relevant internal and external publics to develop positive relationship and to create consistency between organizational goals and societal expectations; public relations practitioners develop, execute and evaluate organizational programs that promote the exchange of influence and understanding among an organization’s constituent parts and publics.”
Artinya Public Relations / Humas (Hubungan Masyarakat) adalah alat dari manajemen untuk membantu mencapai tujuan organisasi, merumuskan filosofi organisasi dan menjadi fasilitator dalam perubahan sosial. Pejabat Humas menjalin komunikasi dengan seluruh publik baik internal maupun eksternal untuk membangun relasi yang positif dan untuk menjaga konsistensi dari realisasi antara tujuan organisasi dan harapan dari lingkungan sosial di sekitar organisasi. Pejabat Humas mempunyai tugas dan wewenang untuk mengembangkan, mengimplementasikan, serta melakukan evaluasi kegiatankegiatan organisasi yang bertujuan mempertemukan dan menghasilkan rasa saling pengertian antara organisasi dengan publiknya.
Graeme David Sterne menjelaskan bahwa Jo Shaw, J. White, Coombs, dan Holladay dalam jurnal Media Perceptions of Public Relations in New Zealand mendefinisikan bahwa:commit to user
xxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“Public relations was generally perceived as publicity to cultivate favourable perceptions for clients. This is consistent with the view that sees public relations as primarily media relations.”
Artinya Public Relations pada umumnya dianggap sebagai publisitas untuk menumbuhkan persepsi yang menguntungkan untuk klien. Hal ini konsisten dengan pandangan bahwa melihat Public Relations sebagai hubungan utama dengan media (Jurnal: 2010, 4-31).
3.
Krisis Public Relations a. Langkah-langkah Mengatasi Krisis Public Relations Ada banyak kasus krisis Public Relations yang terjadi. Dalam setiap krisis ada 5 langkah berikut penting untuk diketahui, yaitu (Nova, 2009:172): 1). Perusahaan yang sedang mengalami krisis sebaiknya cepat memberi respon kepada publik. Bentuk respon ini bisa berupa memberitahukan kepada publik tentang kasus yang telah terjadi. 2). Perusahaan harus memberikan informasi yang jujur karena publik akan lebih mudah memaafkan kesalahan apabila perusahaan itu jujur daripada perusahaan tersebut berbohong. 3). Penting bagi perusahaan untuk selalu informatif karena seperti juga masyarakat, media akan menciptakan cerita versi mereka sendiri apabila perusahaan tidak memberikan informasi yang mereka perlukan. Rumor atau gosip bisa menyebabkan kehancuran yang lebih fatal, jadi lebih baik perusahaan mengatakan yang sebenarnya.Dalam memberikan informasi hendaknya secara bertahap dan runtut. 4). Penting untuk memperlihatkan kepada publik, karena publik akan memaafkan jika perusahaan peduli pada korban krisis. 5). Memelihara hubungan baik. Ini penting karena perusahaan bisa mempelajari banyak pendapat masyarakat dengan mendengarkan.
b. Peran Public Relations dalam Krisis Krisis harus direspon dengan baik oleh perusahaan, biasanya dapat commit to user dilakukan melalui Public Relations yang menjembatani antara organisasi
xxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan publiknya. Disamping itu, Public Relations adalah fungsi manajemen yang mengidentifikasi sikap publik. Public Relations harus berperan dalam memberitahukan publik tentang apa yang terjadi, apa yang sedang dan akan dilakukan perusahaan dan apa yang harus di lakukan oleh publik. Bahkan pada waktu krisis telah selesai ditanggulangi, peran Public Relations adalah memperbaiki hubungan dan posisi perusahaan di masyarakat secara umum dan stakeholders secara khusus. Ini dapat dilakukan dengan pertemuan-pertemuan penting dengan pemerintah, karyawan dan keluarganya, media internal perusahaan, media massa dan melanjutkan strategi komunikasi jujur dan terbuka. Dalam hal ini harus mencerminkan 2 hal, yaitu (Luhukay, 2008:25): 1. Tanggungjawab yang tinggi dari pihak manajemen organisasi terhadap harkat atau nilai-nilai kemanusiaan. Upaya pencarian kambing hitam atau pihak ketiga, menghindari media, berdiam diri alias off the record, ketidakjujuran, manipulasi data sebaiknya dihindari karena justru berujung pada jatuhnya reputasi perusahaan. 2. Komunikasi yang dibangun atas dasar kejujuran dalam upaya membangun hubungan yang baik dan kepercayaan publik terhadap niat baik organisasi. Keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain, dan harus menjadi wilayah perhatian dari Public Relations.
4.
Manajemen Krisis Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mengelola krisis, yaitu (Kasali, 1999: 231): a. Identifikasi Krisis
commit to user
xxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk dapat mengidentifikasi suatu krisis, praktisi Public Relations perlu melakukan penelitian. Cara yang ditempuh untuk menidenifikasi krisis yaitu memahami faktor-faktor penyebab krisis itu terjadi, bisa berupa hubungan kerja yang buruk, terkait dengan masalah kriminal, pergantian manajemen, dan lain sebagainya. b. Analisis Krisis Praktisi Public Relations sebelum melakukan komunikasi harus melakukan analisis atas masukan yang diperoleh. Analisis yang dilakukan mulai dari analisis parsial sampai analisis integral yang kait mengkait. c. Isolasi Krisis Untuk mencegah krisis menyebar luas harus diisolasi, dikarantina sebelum tindakan serius dilakukan. Tindakan isolasi ini bisa berupa suatu kegiatan yang memerlukan penanganan khusus agar tidak terganggu dengan kegiatan lain yang sedang berlansung. d. Pilihan Strategi Dalam buku Manajemen Public Relations Strategi Menjadi Humas Profesional
oleh
Morrisan
menjelaskan
Stephen
Robbins
(1990)
mendefinisikan strategi sebagai: “The determination of the basic long-term goals and objective of an enterprise, and the adoption of course of action and the allocation of resources necessary for carrying out this goals” Artinya penentuan jangka panjang perusahaan dan memutuskan arah tindakan serta mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan). Berpikir strategis meliputi tindakan memperkirakan atau membangun tujuan masa depan yang diinginkan, menentukan kekuatancommit to user kekuatan yang akan membantu atau yang akan menghalangi tercapainya
xxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tujuan, serta merumuskan rencana untuk mencapai keadaan yang diinginkan (Morrisan, 2008: 152).
Menurut Cultip-Center-Broom, perencanaan strategis bidang humas meliputi kegiatan (Morrisan, 2008: 153): 1. Membuat keputusan mengenai sasaran dan tujuan program. 2. Melakukan identifikasi khalayak penentu (key publics). 3. Menetapkan kebijakan atau aturan untuk menentukan strategi yang akan dipilih. 4. Memutuskan strategi yang digunakan.
Perusahaan perlu melakukan penetapan strategi generik yang akan diambil. Dalam manajemen krisis, ada 3 macam strategi yang bisa diterapkan dalam menagani krisis yang disebut strategi generik, yaitu Strategi Defensif, Strategi Adaptif, dan Strategi Dinamis (Kasali,1994:232). Mengingat manajemen krisis dan kehumasan krisis bergerak dalam satu formasi, keduanya harus bergerak kearah strategi yang sama, meskipun masing-masing tetap memelihara ciri khasnya. Misalnya jika manajemen krisis memilih bertindak defensif, kehumasan krisis juga harus memilih strategi yang sama agar pilihan keduanya kompatibel satu sama lain. Akan tetapi, penjabarannya strategi defensif oleh manajemen krisis berbeda dengan penjabaran kehumasan krisis. Bila terdapat perbedaan strategi commit to memilih user defensif, sementara kehumasan krisis strategi dinamis, kekacauan
xxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
akan terjadi. Berikut adalah pilihan-pilihan strategi bagi kehumasan krisis (Emeraldy dan Nasrullah, 2008:117): 1). Strategi Defensif Strategi definsif atau strategi bertahan dapat dipilih apabila organisasi terancam oleh Koleks-1 atau Koleks-2, padahal organisasi sangat yakin tidak melakukan suatu kesalahan, baik prosedural maupun legal. Ancaman itu dapat dikategorikan sebagai usaha penggerogotan yang bila berhasil akan menimbulkan kekacauan dalam tubuh organisasi. Sementara itu, strategi adaptasi maupun dinamis dianggap terlalu memakan biaya dan diprediksi dapat merusak hubungan baik dengan pihak penggerogot. 2). Strategi Adaptif Strategi Adaptif atau penyesuain diri cocok untuk organisasi yang mengalami krisis karena Kolin atau Koleks-1. Artinya, krisis itu tidak lepas dari kesalahan dan kelalaian organisasi. Kesalahan itu menyebabkan organisasi tidak mungkin bersifat defensive. Ia harus berani mengakui keteledoran dan mengambil resiko dengan melakukan perubahan. 3). Strategi Dinamis Strategi dinamis cocok untuk organisasi yang mengalami Krispa dan Kripadi: tingkat bahaya yang dihadapi organisasi sudah demikian serius sehingga perlu digunakan langkah-langkah khusus. Strategi dinamis memerlukan banyak unsur-unsur strategis, karena hal itu dianggap sebagai strategi yang mahal. Organisasi sebaiknya menilai secara akurat tingkat krisis yang sedang dialami sebelum memilih strategi ini agar tidak terjebak dalam pemborosan. e. Program Pengendalian Program pengendalian adalah langkah penerapan yang dilakukan menuju strategi generik yang dirumuskan.
Dengan melakukan strategi yang tepat dapat memperbaiki kembali citra yang sempat negatif di mata masyarakat, sehingga akan terbentuk kembali citra positif seperti yang sudah terbentuk sebelum krisis tersebut muncul. Pada kasus pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum Radya Pustaka Surakarta strategi yang tepat dilaksanakan adalah Strategi Adaptif. commit to user Sesuai dengan penjelasan dari strategi ini bahwa Museum telah melakukan
xxxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kelalaian yaitu pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum yang dilakukan oleh pihak intern Museum sendiri, namun pihak Museum telah mengakui kepada publik tentang kesalahan tersebut karena tidak mungkin Museum bersifat defensive menutup-nutupi kesalahan ini. Dalam pengertian Strategi Adaptif bahwa Museum telah mengalami kelalaian. Akibatnya terjadi kasus pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum. Kasus ini mendapat liputan luas oleh pers dan umumnya cenderung memojokkan Museum tersebut. Opini yang berkembang di masyarakat menjadi negatif. Pemberitaan pers yang tendensius membuat citra Museum menjadi terpuruk. Oleh karena itu langkah-langkah yang perlu dilakukan Museum dalam menangani krisis ini adalah (Emeraldy dan Nasrullah, 2008:123): 1. Membentuk tim baru yang bertugas memantau situasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan di kemudian hari. 2. Pemimpin Museum jangan sengaja menghilang untuk menghindari tanggung jawab karena hal ini dapat semakin merugikan masa depan Museum. 3. Untuk meluruskan pemberitaan, Museum perlu mengundang para wartawan. Dalam hal ini pihak Museum tidak perlu bicara banyak apalagi mengatur wartawan tentang apa yang hendak dilaporkan wartawan. 4. Pihak Museum mengumpulkan semua informasi berkaitan dengan kasus pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum, yaitu koleksi yang hilang, serta siapa yang terlibat dalam pemalsuan dan pencurian tersebut, yang tentunya telah melalui penyelidikan dan penyidikan dari pihak Kepolisian.
commit to user
xxxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Mengadakan konferensi pers yang tujuannya untuk menyampaikan permintaan maaf kepada publik atas pencurian yang telah terjadi. Konferensi pers ini diselenggarakan oleh pihak yang bertanggungjawab atas pelaporan kasus pencurian dan pemalsuan arca koleksi Museum kepada pihak Kepolisian. Dalam Strategi Adaptif langkah-langkah yang diambil mencakup halhal yang lebih luas, seperti: mengubah kebijakan, modifikasi opersional, kompromi, meluruskan citra (Kasali, 1994:232).
5.
Definisi Citra Setiap perusahaan mempunyai citra yang disadari atau tidak telah melekat pada perusahaan tersebut. Tidak sedikit barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan begitu kuat citranya di benak konsumennya. Citra dapat dikatakan sebagai persepsi masyarakat dari adanya pengalaman, kepercayaan, perasaan, dan pengetahuan masyarakat itu sendiri terhadap perusahaan, sehingga aspek fasilitas yang dimiliki perusahaan, dan layanan yang disampaikan karyawan kepada konsumen dapat mempengaruhi persepsi konsumen terhadap citra. Dengan demikian citra merupakan salah satu aset terpenting dari perusahaan atau organisasi yang selayaknya terus menerus dibangun dan dipelihara. Citra yang baik merupakan perangkat kuat, bukan hanya untuk menarik konsumen dalam memilih produk atau perusahaan, melainkan juga dapat memperbaiki sikap dan kepuasan pelanggan terhadap perusahaan. Citra perusahaan tidak bisa direkayasa, artinya citra tidak datang commit to useroleh masyarakat, dari upaya dengan sendirinya melainkan dibentuk
xxxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
komunikasi dan keterbukaan perusahaan dalam usaha membangun citra positif yang diharapkan. Upaya membangun citra tidak bisa dilakukan secara serampangan pada saat tertentu saja, tetapi merupakan suatu proses yang panjang. Karena citra merupakan semua persepsi atas objek yang dibentuk oleh konsumen dengan cara memproses informasi dari berbagai sumber sepanjang waktu. Citra Perusahaan yang baik dimaksudkan agar perusahaan dapat tetap hidup dan orang-orang didalamnya terus mengembangkan kreativitas bahkan memberikan manfaat yang lebih berarti bagi orang lain (Kasali, 1999: 196). Usaha untuk mempublikasikan kepada masyarakat mengenai strategi yang dilakukan memerlukan kerjasama dengan media massa. Hal ini bertujuan agar strategi yang telah diterapkan dalam kegiatan-kegiatan nyata dapat diliput oleh pihak media massa sehingga bisa disebarkan secara cepat kepada masyarakat luas. Dan masyarakat mengetahui mengenai usaha memperbaiki citra negatif. Hal ini juga bermanfaat bagi pihak media massa yaitu pihak media mendapat berita atas kegiatan sebagai usaha untuk memperbaiki citra tersebut.
6.
Media Relations (Hubungan Pers) di saat Krisis a. Pengertian Media Relations Media berita menjadi faktor utama dalam Public Relations yang mengontrol arus publisitas melalui saluran-saluran komunikasi umum yang amat penting. Hubungan dengan media (media relations) yang semula merupakan hubungan kerja yang sederhana antara petugas Public user karena meningkatnya jumlah Relations dengan beberapacommit rekan to redaktur
xxxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
media dan karena publisitas telah berperan lebih penting dalam Public Relations. Para redaktur menyadari bahwa bagian Public Realtions merupakan sumber berita asli dan sumber informasi teknis, dan bahwa mereka membantu mengembangkan kisah berita, gambar, artikel dan bahan penunjang lainnya. Sedangkan para petugas Public Relations memperoleh lebih banyak pengetahuan mengenai media masssa, kebutuhan dan kebijaksanaan editorionalnya, khalayak, dan masalah pengoperasionalnya (Moore, 1988: 181). Media relations atau hubungan media adalah aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh individu ataupun profesi humas suatu organisasi, untuk menjalin pengertian dan hubungan baik dengan media massa, dalam rangka pencapaian publikasi organisasi yang maksimal serta berimbang /balance (Nova, 2009:208): Dalam profesi humas, hubungan media seringkali juga dipahami sebagai penanganan krisis, dengan memberitakan hal-hal positif tentang perusahaan saat perusahaan sedang dilanda berita negatif. Pada saat krisis, cara terbaik penaganan hubungan media oleh humas adalah mengakui dan memperbaiki kesalahan dengan menginformasikan usaha-usaha ke depan. Dalam hal ini baik media massa maupun humas berada dalam posisi saling memanfaatkan dan saling diuntungkan (simbiosis mutualisme), karena dengan liputan media maka adanya suatu krisis dapat memberikan citra positif untuk organisasi dan disaat yang sama media massa mendapatkan berita (Nova, 2009: 209). Ehsan Khodarahmi mendefinisikan Media Relations sebagai berikut (Jurnal: 2009: 535 –commit 540): to user
xxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“Media relations should not be used when issues and crises rise; it is essential to have constant liaison with top media owners in order to be informed about what is going on in the market.”
Artinya hubungan terhadap media sebaiknya tidak digunakan ketika masalah dan krisis timbul; itu adalah penting untuk memiliki hubungan yang konstan dengan pemilik media atas agar informasi tentang apa yang terjadi di pasar.
b. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Media Relations Philip Lesley, penulis Public Relations Handsbook mengemukakan fungsi humas dalam hubungan dengan pers, yaitu sebagai berikut (Nova, 2009:210): 1). Fungsi pasif dan pelayanan Fungsi pasif berarti pihak humas hanya menanggapi permintaan pers dan tidak melakukan inisiatif tertentu. Contohnya jika ada pihak media massa baik cetak maupun elektronik yang datang untuk meliput, maka pihak Musem mempersilahkan dan melayani dalam hal menjawab pertanyaan dari wartawan, dimana tanya jawab ini biasanya dilakukan secara spontan. 2). Fungsi setengah aktif Secara kontinyu humas mempersiapkan penyebaran info tentang berbagai kejadian di organisasi kepada berbagai media. commit to user
xxxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Contohnya pihak Museum telah menyiapkan info yang menyangkut krisis dalam Museum, sehingga jika ada pihak media massa baik cetak maupun elektronik datang untuk meliput tentang kasus tersebut, tinggal memberikan informasi yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh pihak Museum. 3). Fungsi aktif Dalam fungsi aktif, humas menggunakan inisiatif dalam mendekati kalangan media. Contohnya Pihak Museum mengundang pihak media massa baik cetak maupun elektronik datang ke Museum secara langsung untuk kepentingan konferensi pers. Yang menjadi juru bicara dalam konfrensi pers ini adalah yang berkompeten menjelaskan tentang kasus yang terjadi dan tentunya juga mampu untuk menjawab pertanyaanpertanyaan yang nantinya diajukan oleh pihak media massa, dalam hal ini misalnya anggota yang termasuk didalam komite Museum, pegawai Museum, atau bahkan dari pihak eksternal yang juga turut membatu mengatasi krisis ini seperti Tim Investigasi Balai Pengelola Purbakala Jawa Tengah.
Analisis Frank Jefkins pada tujuan pokok diadakannya hubungan pers adalah untuk menciptakan pengetahuan dan pemahaman. Jadi, bukan semata-mata menyebarkan suatu pesan sesuai dengan keinginan organisasi atau klien demi mendapatkan citra produk atau sosok yang lebih indah daripada aslinya di mata umum. Tidak seorangpun yang berhak untuk to user mendikte apa yang harus commit diterbitkan atau disiarkan oleh media massa,
xxxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
setidaknya dalam suatu masyarakat yang demokratis (Munandar: 1995, 171).
Adapun manfaat media relations adalah sebagai berikut (Nova, 2009:211): 1). Membangun pemahaman mengenai tugas dan tanggungjawab organisasi dan media massa. 2). Membangun kepercayaan timbal balik dengan prinsip saling menghormati dan menghargai serta kejujuran dan kepercayaan. 3). Penyampaian/ perolehan informasi yang akurat, jujur, dan mempu memberikan pencerahan bagi publik.
Aktivitas untuk menjalin hubungan baik dengan pers dapat dilakukan dengan mengirimkan siaran pers perusahaan ke media, menyelenggarakan konferensi pers, memformulasikan isu penting di organisasi yang menarik untuk media, menyelenggarakan ramah tamah dengan media, menyelenggarakan kunjungan lapangan untuk pers, menyelenggarakan acara-acara khusus, wawancara khusus, menyediakan/ menjadi narasumber media dan monitoring pemberitaan media.
c. Bentuk Kegiatan Media Relations commit to user
xxxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam praktek hubungan pers terdapat beberapa bentuk kegiatan yang melibatkan insan pers. Kegiatan ini baku dilakukan oleh lembaga yang menguasai praktik-praktik kehumasan profesional, baik diluar negeri maupun Indonesia. Bentuk kegiatan hubungan pers menurut Aceng Abdullah dalam buku “Press Relations Kiat Berhubungan dengan Media Massa” adalah sebagai berikut (Nova, 2009:212): 1). Penyebaran siaran pers Penyebaran siaran pers biasanya berupa lembaran siaran berita yang dibagikan kepada para wartawan atau media massa yang dituju. Siaran Pers memiliki fungsi yang sama dengan fungsi media massa. Kegiatan pembuatan dan penyebaran siaran Pers ini merupakan kegiatan hubungan pers yang paling efisien. 2). Konferensi pers atau jumpa pers Konferensi Pers biasanya dilakukan menjelang, menghadapi ataupun setelah terjadi peristiwa penting dan besar. 3). Kunjungan pers Kunjungan pers atau yang biasa disebut pers tour adalah mengajak wartawan untuk berkunjung ke suatu lokasi, baik yang berada di lingkungannya, maupun ke tempat lokasi yang memiliki kaitan erat dengan kiprah lembaga atau instansi terkait. 4). Resepsi pers Resepsi pers adalah mengundang para insan media massa dalam sebuah resepsi atau acara khusus diselenggarakan untuk para pemburu berita. Acaranya bisa berupa jamuan makan, kemudian dilanjutkan dengan hiburan. 5). Peliputan kegiatan Peliputan kegiatan merupakan kegiatan yang paling dikenal diantara kegiatan pers lainnya. Peliputan kegiatan dilakukan saat sebuah instansi mengadakan kegiatan tertentu, khususnya yang mempunyai nilai berita. Media massa diundang untuk meliput kegiatan tersebut. 6). Wawancara pers Jika lima kegiatan diatas merupakan prakarsa dari organisasi maka wawancara pers merupakan inisiatif dari pihak media massa. Terdapat dua jenis wawancara, yaitu wawancara yang dipersiapkan dan wawancara spontan.
F. Metodologi Penelitian 1.
Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif yang didukung commit to user dengan
data
kualitatif.
Sebagai
xl
penelitian
deskriptif,
penelitian
ini
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memaparkan suatu permasalahan/ keadaan/ peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar mengungkapkan fakta (fact finding). Hasil penelitian ditekankan untuk memberikan gambaran secara objektif tentang keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti. Menurut Bogdan dan Taylor, “metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan atau perilaku yang dapat diamati (Maleong, 2002:3). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Dalam penelitian data kualitatif semua teknik pengumpulan data kualitas pelaksanaannya tergantung penelitiannya sebagai alat pengumpulan data utamanya (peneliti sebagai instrumen utama). Oleh karena itu sikap kritis dan terbuka sangat penting, dan teknik pengumpulan data yang digunakan bersifat terbuka dan lentur (menyesuaikan diri dengan kondisi baru yang mungkin berubah (Sutopo, 2002: 36). Penelitian ini dapat dideskripsikan dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci dengan mengumpukan gejala-gejala yang mengindikasikan adanya kesenjangan antara harapan (teori) dan kenyataan. b. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek yang berlaku di lapangan. commit to user
xli
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Membuat perbandingan atau evaluasi antara teori yang ada dengan kondisi lapangan. d. Menemukan hal yang perlu dilakukan di lapangan dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman untuk menetapkan rencana dan keputusan di masa yang akan datang.
2.
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Museum Radya Pustaka yang berlokasi di Jalan Slamet Riyadi 421 Solo.
3.
Teknik Penarikan Sample Teknik penarikan sample yang dipakai peneliti adalah dengan teknik Purposive Sampling yang mana peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Sumber data yang digunakan dalam Purposive Sampling sebagai yang mewakili informasinya (Sutopo, 2002:56). Dalam penelitian ini yang menjadi informan yaitu Sekretaris Komite yang baru yang dipilih setelah terjadinya kasus dan Pemandu Museum yang menjadi staff Museum dari terjadinya kasus hingga saat ini masih bekerja di Museum Radya Pustaka Surakarta. Dengan demikian diharapkan peneliti mendapat informasi secara akurat.
4.
Teknik Pengumpulan Data Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Metode Wawancara
commit to user
xlii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui strategi Public Relations yang dilakukan oleh pihak Museum Radya Pustaka dalam memperbaiki citra museum pasca pemalsuan dan pencurian arca, yaitu dengan mewawancarai pihak internal Museum misalnya anggota Komite Museum maupun dengan pegawai museum. b. Studi Pustaka dan Dokumen Dokumen yang digunakan oleh peneliti adalah dokumen yang resmi yang berasal dari internal dan eksternal Museum. Dokumen internal adalah dokumen yang berasal dari dalam Museum. Sedangkan dokumen eksternal adalah bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial misalnya majalah, buletin atau pernyataan dan berita yang disiarkan melalui media masa.
5.
Validitas dan Reliabilitas Data Validitas membuktikan bahwa apa yang diamati sesuai dengan apa yang ada dalam kenyataan dan apakah penjelasan yang diberikan memang sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi. Penelitian ini mengusahakan hal tersebut dilakukan dengan cara triangulasi data. Triangulasi data adalah bentuk pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data, untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data Ada 4 macam teknik triangulasi yaitu pemeriksaan terhadap sumber (data), metode, peneliti, dan teori. Dalam penelitian ini, yang digunakan adalah teknik triangulasi sumber (data) berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang to 2008: user 78). berbeda dalam metode kualitatifcommit (Sutopo,
xliii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal ini dapat dilakukan dengan jalan: a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan wawancara. b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakanya secara pribadi. c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu. d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang. e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang bersangkutan. Sedangkan untuk Reliabilitas data dilakukan dengan reduksi data, yang merupakan seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data yang ada di dalam fieldnote (catatan dari lapangan).
6.
Analisis data Dalam penelitian ini data dianalisis secara deskriptif, dalam artian datadata hanya dipaparkan sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan berdasarkan konsep-konsep yang ada. Analisis data penelitian ini menggunakan Flow Model of Analysis.
Flow Model of Analysis
Masa Pengumpulan Data
↓ commit to user Data Reduction
xliv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
↓ Data Display
↓ Conclusion Drawing
Gambar 1.1 Flow Model of Analysis Sumber: Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R n D, Alfabeta, 2009, hal 247
Data Reduction atau reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari fieldnote (catatan dari lapangan). Reduksi data dimulai sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, tentang pemilihan kasus, pertanyaan yang diajukan, dan tentang cara pengumpulan data yang dipakai. Pada saat pengumpulan data berlangsung, reduksi data berupa singkatan, coding, memusatkan tema, membuat batasan permasalahan, menulis memo. Reduksi data berlangsung terus menerus selama penelitian kualitatif berlangsung dan merupakan bagian dari analisis. Data display merupakan suatu penyajian data yang meliputi berbagai jenis matriks, gambar, atau skema, jaringan kerja berkaitan dengan kegiatan dan table sehingga dapat membentuk suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan. Conclusion drawing/ penarikan kesimpulan adalah proses konklusi yang terjadi selama pengumpulan data dari awal hingga akhir kesimpulan yang perlu diverifikasikan yang dapat berupa suatu pengulangan, sebagai commit to user
xlv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemikiran kedua yang timbul dalam pikiran peneliti pada waktu menulis dengan melihat kembali fieldnote (catatan dari lapangan).
G. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teoritis, kerangka pemikiran, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II GAMBARAN UMUM MUSEUM RADYA PUSTAKA Bab ini berisi tentang sejarah singkat, visi dan misi, struktur Komite dan struktur organisasi, waktu pelayanan, denah, dan jumlah kunjungan wisatawan, serta kasus pemalsuan dan pencurian arca di Museum Radya Pustaka Surakarta, baik yang diperoleh melalui wawancara secara langsung dari pihak internal Museum, maupun eksternal yang berupa informasi yang diperoleh dari media massa. BAB III SAJIAN DAN ANALISIS DATA Bab ini berisi tentang sajian dan analisis data yang berisi pilihan strategi Public Relations dalam manajemen krisis yang dilakukan oleh pihak Komite Museum Radya Pustaka dalam rangka memperbaiki citra museum pasca pemalsuan dan pencurian arca. BAB IV PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang dapat diberikan oleh peneliti tentang penelitian yang telah dilakukan berdasarkan pada hasil penelitian tersebut.
commit to user
xlvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id BAB II
GAMBARAN UMUM MUSEUM RADYA PUSTAKA
A. Sejarah Singkat Museum Radya Pustaka Surakarta Museum Radya Pustaka merupakan salah satu museum tertua di Kota Surakarta. Pendirinya adalah Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV, pepatih dalem Keraton Surakarta Hadiningrat pada jaman pemerintahan Sri Paduka Paku Buwono IX. Didirikan pada hari Selasa Kliwon, tanggal 15 Maulud Ehe 1820 bertepatan tanggal 28 Oktober 1890. Semula museum berlokasi di Panti Wibowo yang merupakan salah satu ruangan kediaman di Kepatihan, namun atas prakarsa Pakubuwono X pada tanggal 1 Januari 1913 dipindahkan lokasinya ke Loji Kadipolo yaitu tempat dimana Museum sekarang berdiri di lokasi Jalan Slamet Riyadi 275 Solo. Loji ini khusus dibeli oleh Pakubuwono X dari seorang Belanda bernama Johanes Busselaar yang memang digunakan untuk museum.
B. Visi dan Misi Museum Radya Pustaka Visi dan Misi Museum Radya Pustaka setelah dibentuknya pengelola Museum yang baru dengan manajemen yang baru, yaitu dengan Visi Museum Radya
Pustaka
menjadi
media
yang
sangat
baik
dalam
pendidikan,
kepariwisataan, perlindungan benda-benda cagar budaya, maka Misi yang dijalankan adalah berupa:
1. Untuk mengembangkan kebudayaan Jawa. 33 2. Untuk mewujudkan sebuah museum menjadi objek wisata yang besar bagi commit to user wisatawan mancanegara maupun nusantara dan pelajar.
xlvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Untuk menyimpan benda-benda cagar budaya di Museum Radya Pustaka. 4. Untuk menyimpan barang-barang antik dan naskah-naskah di Museum Radya Pustaka. 5. Untuk menyimpan benda-benda cagar budaya baik yang masih asli maupun replika. 6. Untuk menjaga kebersihan di dalam dan diluar komplek Radya Pustaka. 7. Untuk mewujudkan keamanan di dalam Museum Radya Pustaka. 8. Untuk menjaga sumber daya manusia yang profesional dalam memanage Museum Radya Pustaka.
C. Struktur Komite dan Struktur Organisasi Museum Radya Pustaka Kasus pemalsuan dan pencurian arca yang melibatkan Ketua Komite yang waktu itu dipegang oleh KRH. Darmodipuro yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Hadi dan dua pegawainya yaitu Jarwadi seorang pegawai Museum yang bertanggungjawab memegang kunci ruangan Museum, dan Gatot sebagai Petugas keamanan Museum, maka Walikota Solo Joko Widodo beserta beberapa pihak terkait mengadakan pembentukan Komite Radya Pustaka yang baru. Berdasarkan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 432.1/ 78/1/2008 yang di tandatangani oleh Walikota Solo, Joko Widodo pada tanggal 26 November 2008, susunan Komite Radya Pustaka yang baru yaitu: Struktur Komite baru Museum Radya Pustaka
Pembina
commit to user Walikota Surakarta
Direktur Permuseuman Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia
xlviii
Sri Susuhunan Pakoe Boewono XIII
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber : Museum Radya Pustaka Gambar 2.1. Struktur Komite baru Museum Radya Pustaka
Setelah terbentuknya Komite Museum Radya Pustaka yang baru, berdasarkan Keputusan Komite Museum Radya Pustaka Surakarta Nomor KMRP/Ia/I/2009 yang di tandatangani oleh Ketua Museum yang baru yaitu Winarso Kalinggo pada tanggal 2 Januari 2009, maka menetapkan pembagian tugas karyawan Museum Radya Pustaka, yaitu sebagai berikut: commit to user Struktur Organisasi Museum Radya Pustaka xlix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ketua Museum Radya Pustaka Winarso Kalingga
Perpustakaan Kurnia Heni Wati
Pemandu Soemarni Wijayanti
Keuangan dan Administrasi Widyastuti Fajarini
Penjaga Museum Fajar Suryanto
Penjaga Tiket / Portir Ruli Retina
Sumber: Museum Radya Pustaka Gambar 2.2. Struktur Organisasi Museum Radya Pustaka
D.
Waktu Pelayanan, Denah, dan Jumlah Kunjungan Wisatawan Museum Radya Pustaka Berikut adalah mengenai waktu pelayanan dan denah Museum Radya Pustaka Surakarta sebagai informasi kepada wisatawan yang hendak mengunjungi Museum:
Pelayanan Museum Radya Pustaka bagi wisatawan, yaitu: ·
Hari Selasa-Kamis
: 08.00-14.00 WIB
·
Hari Jum’at-Sabtu
: 08.00-13.00 WIB
·
Hari Minggu
: 08.00-14.00 WIB
·
Hari Senin dan Hari Besar : Libur Koleksi yang ada di museum ini diletakkan kepada tata ruang yang telah
diatur sedemikian rupa. Koleksi tersebut antara lain: 1. Halaman Depan
commit to user
l
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Di halaman depan, di depan gedung museum, para pengunjung akan menjumpai sebuah patung dada R. Ng. Rangga Warsita. Beliau adalah seseorang pujangga keraton Surakarta yang sangat termasyur dan hidup pada abad ke-19. Patung ini diresmikan oleh presiden Soekarno pada tahun 1953. di depan dan di belakang patung ini terdapat prasasti yang menggunakan aksara Jawa. 2. Ruang Pertama Terdapat tempat pembelian tiket masuk dan ada beberapa meriam baroda dari masa VOC yang berasal dari abad ke-17 dan ke-18. Sementara itu ada pula beberapa meriam-meriam kecil milik Keraton Kartasura. 3. Ruang Kedua Terdapat kolesi peralatan kesenian yang berupa koleksi wayang. Koleksi wayang yang dimiliki, antara lain Wayang Golek Menak, Wayang Krucil/Klitik, Wayang Suket, Wayang Kaper, Wayang Purwa, Wayang Madya, Wayang Gedhog, Wayang Beber. 4. Ruang Ketiga Ruangan pada sisi sebelah kiri ini disebut sebagai ruang keramik karena memuat koleksi keramik, porselen dan gelas-gelas. Ada ruang penghubung yang berisikan meja-meja marmer, kursi-kursi dan meriam Lela. Adapun almari panjang yang ditata berbagai koleksi keris, pedang, dan tombak. Sedangkan sisi kanan disebut sebagai ruang senjata tradisional. 5. Ruang Keempat Merupakan ruang penghubung. Ruang ini untuk menghubungkan ruang satu ke ruang yang lainnya. 6. Ruang Kelima
commit to user
li
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ruang ini digunakan untuk menyimpan benda-benda pusaka atau biasa disebut Tosan Aji yang berupa keris, belati, mata tombak dan bermacammacam pedang diantara milik Sunan Amangkurat III/Kartosuro dan gada besi milik Keraton Surakarta. 7. Ruang Keenam Ruang ini adalah ruang perpustakaan. Ruang tersebut merupakan inti dari Museum Radya Pustaka. Karena bila ditilik dari artinya, Radya berarti negara atau keraton, Pustaka berarti perpustakaan. Perpustakaan ini sebagian besar koleksinya terdiri atas buku-buku dalam tulisan Jawa. Buku-buku tersebut berisi tentang pengetahuan dan kebudayaan terutama tentang sejarah, adat istiadat, kesenian, pranata mangsa dan lain-lain. Perpustakaan Radya Pustaka melayani masyarakat umumbaik mahasiswa, pelajar maupun perorangan. 8. Ruang Ketujuh Merupakan ruang koleksi benda perunggu (ruang yang berhadapan dengan ruang perpustakaan). Ruangan ini menyimpan arca-arca maupun bentuk benda-benda lain seperti genta, padupan, cermin, dan sebagainya. 9. Ruang Kedelapan Ruang ini merupakan ruangan memorial, merupakan ruang bekas kantor Gusti Panembahan Hadiwidjojo. 10. Ruang Kesembilan Ruang ini disebut ruang etnografika, karena terdapat berbagai macam koleksi gamelan peninggalan Keraton Surakarta. Ruang etnografi menyajikan dua perangkat gamelan dengan laras slendro dan pelog, terdapat juga koleksi kremun dan tandu sesaji, jodang yaitu alat angkut yang dipikul manusia, commit to user
lii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mesin jam panggung taman Kartosuro, bermacam-macam kuluk, blangkon dan berbagai peralatan rumah tangga. 11. Ruang Kesepuluh Ruangan ini merupakan ruang yang ditempati Kyai Rajamala. Sebuah patung kepala raksasa yang telah berusia lebih dari dua ratus tahun yang terbuat dari kayu jati yang diambil secara khusus dari hutan Donoloyo Wonogiri ini memiliki riwayat yang sangat panjang dan terkait erat dengan perjalanan sejarah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Nama Rajamala sendiri diambil dari cerita Kerajaan Kicakapura, yakni dari nama telur kura-kura jelmaan Dewi Watari, seorang putri cantik pengawal Resi Indradewa. Patung tersebut jumlah sebenarnya adalah dua, yang satu lainnya disimpan di Keraton Surakarta. Patung ini ialah hiasan depan sebuah perahu yang dipakai untuk mengambil permaisuri Pakubuwono IV yang berasal dari madura. Kyai Rajamala bagi Museum Radyapustaka bukanlah sebuah benda koleksi biasa, sampai sekarang patung ini masih dianggap keramat dan sering diberi sesajian. Konon kalau lupa memberian sesajian patung ini akan mengeluarkan bau amis. 12. Ruang Kesebelas Di ruang ini terdapat berbagai macam miniatur. Ada miniatur Keraton Surakarta, Masjid Agung Demak, Makam Imogiri, dan berbagai macam koleksi arca. 13. Ruang Keduabelas Merupakan halaman belakang dan ruang administrasi atau kantor. Di sini dijumpai arca-arca batu dan batu nisan yang bertuliskan huruf Tionghoa. commit to user
liii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Denah Ruang Museum Radya Pustaka Surakarta ditunjukkan dengan gambar berikut ini: Denah Ruang Museum Radya Pustaka Halaman Depan
Ruang I Teras/Tiket
Ruang II Ruang Wayang
Ruang II Ruang Wayang
RUANG Ruang V Ruang Tosan Aji Pusaka
Ruang III Ruang Keramik PENGHUBUNG
Ruang VII Ruang Perunggu
RUANG IV
Ruang VI Ruang Perpustakaan
Ruang X Ruang Rajamala
Ruang IX Etnografi/Gamelan
Ruang VIII Ruang Memorial
commit to user Ruang XI Ruang Miniatur
liv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber: Museum Radya Pustaka Gambar 2.3 Denah Ruang Museum Radya Pustaka Untuk jumlah kunjungan wisatawan ke Museum Radya Pustaka.dari tahun terjadinya kasus (2007) hingga tahun pembuatan laporan penelitian ini (Mei 2010) dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 2.1. Daftar pengunjung Museum Radya Pustaka tahun 2007 PENGUNJUNG Bulan
Wisatawan Mancanegara
Wisatawan Nusantara
Jumlah
1424 Januari 25 606 Februari 55 678 Maret 75 1322 April 22 783 Mei 49 1128 Juni 57 812 Juli 111 610 Agustus 108 540 September 146 504 Oktober 30 November Museum di segel oleh Poltabes Solo Desember 678 8407 Jumlah Sumber : Museum Radya Pustaka Surakarta
commit to user
lv
1449 661 753 1344 832 1185 923 718 686 534
9085
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.2. Daftar pengunjung Museum Radya Pustaka tahun 2008 PENGUNJUNG Bulan
Wisatawan Mancanegara
Wisatawan Nusantara
Jumlah
Januari (mulai dibuka kembali
72
377
449
388 412 909 429 811 589 385 157 389 625 165 5636
482 469 1002 529 885 712 514 200 427 673 999 7341
tanggal 14 Januari)
Februari 94 Maret 57 April 93 Mei 100 Juni 74 Juli 123 Agustus 129 September 43 Oktober 38 November 48 Desember 834 1705 Jumlah Sumber : Museum Radya Pustaka Surakarta
commit to user
lvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.3. Daftar pengunjung Museum Radya Pustaka tahun 2009 PENGUNJUNG Bulan
Wisatawan Mancanegara
Wisatawan Nusantara
Januari 122 Februari 85 Maret 70 April 177 Mei 118 Juni 100 Juli 131 Agustus 112 September 68 Oktober 73 November 88 Desember 106 1250 Jumlah Sumber : Museum Radya Pustaka Surakarta
968 641 593 1123 521 1036 1640 581 311 1529 1322 1327 11592
Jumlah 1090 726 663 1300 639 1136 1771 693 379 1602 1410 1433 12842
Tabel 2.4. Daftar pengunjung Museum Radya Pustaka tahun 2010 PENGUNJUNG Bulan
Wisatawan Wisatawan Mancanegara Nusantara Januari 61 800 Februari 72 1253 Maret 83 1335 April 184 1890 Mei 62 1403 462 6681 Jumlah Sumber : Museum Radya Pustaka Surakarta
Jumlah 861 1325 1418 2074 1465 7143
Dapat dilihat dari Bulan November, Desember 2007, hingga awal Januari 2008 Museum ditutup hal ini adalah untuk keperluan penyidikan oleh pihak Kepolisian. Dan dari tabel kunjungan wisatawan Museum Radya Pustaka tahun 2008 mengalami penurunan jumlah kunjungan commit to userwisatawan hal ini dimungkinkan karena pandangan masyarakat mengenai koleksi Museum yang diragukan lvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keasliannya karena adanya kasus pemalsuan dan pencurian arca yang telah terjadi di tahun 2007. Namun setelah tahun 2009 dengan telah dibentuknya perubahan internal Museum serta dilakukannya kegiatan-kegiatan untuk memperbaiki citra negatif Museum, jumlah kunjungan Museum telah mengalami penigkatan.
E. Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca di Museum Radya Pustaka Surakarta Kasus yang terjadi sekitar November 2007 yaitu mengenai pemalsuan dan pencurian arca, pertama kali dicurigai oleh salah satu pegawai Museum yang kemudian dilaporkan kepada Balai Pelestarian Peningglana Purbakala (BP3) Jawa Tengah. Setelah BP3 melakukan pengecekan ke Museum ternyata benar bahwa arca tersebut terlihat berbeda dari aslinya, yang perbedaan tersebut dapat diamati dari warna dan ukurannya. Pihak BP3 kemudian membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang ditandatangani oleh Lambang Babar Purnomo yang saat itu menjabat sebagai Ketua Pokja Perlindungan di BP3 Jawa Tengah ke Poltabes Surakarta. Adapun koleksi arca yang telah dipalsukan yaitu Agastya, 2 arca Durga, Mahakala, Mahesa Sura Madini, dan Shiwa Mahadewa. Diketahui bahwa arca yang palsu, sebenarnya sebelumnya sudah di pesan dahulu di daerah Muntilan Jawa Tengah. Atas adanya laporan tersebut, dari pihak Kepolisian melakukan penyidikan. Dan setelah benar adanya tentang penemuan arca palsu dan yang asli telah “keluar” dari Museum, maka pihak Kepolisian menyita arca-arca yang telah dipalsukan tersebut. Kasus ini mendapat perhatian serius dari Polda Jateng yang langsung menurunkan tim guna membackup aparat kepolisian Solo melanggar UU no. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. commit to user
lviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selanjutnya pihak Kepolisian melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi dengan menanyai beberapa saksi-saksi yang dilakukan di ruang Kanit IV Ekonomi Poltabes Solo, yaitu dari pihak internal museum diantaranya pegawai Museum Soemarni Wijayanti, Indrayana, Ambarwati, Jarwadi, Gatot dan Kepala Museum yang saat itu dipegang oleh KRH. Darmodipuro yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Hadi, namun pada 27 Mei 2009 beliau telah wafat dikarenakan faktor usia dan kesehatan. Sedangkan saksi dari pihak eksternal museum, pihak Kepolisian memeriksa Heru seorang penjual barang antik, dari pihak BP3 diantaranya Ketua Pokja BP3 Lambang, Hugo Kraijger seorang WNA, dan seorang pengusaha Hashim Djojohadikusumo dikarenakan arca milik Museum Radya Pustaka yang dilaporkan dicuri ada di satu rumah di Jakarta Selatan yang merupakan kediaman milik pengusaha Hashim Djojohadikusumo. Hashim Djojohadikusumo ikut dijadikan sebagai saksi dalam kasus ini dikarenakan kelima arca yang hilang ditemukan di kediaman Hashim. Pada 20 November 2007 tim Satreskrim Poltabes Solo bekerjasama dengan Polres Metro Jakarta Selatan melakukan penyitaan 5 arca milik Museum Radya Pustaka dari kediaman Hashim di Kemang Jakarta Selatan untuk dibawa kembali ke Solo. Dan pada 21 November 2007 pukul 16.00 WIB kelima arca tersebut sampai di Solo, arca-arca tersebut dibawa disebuah mobil bak terbuka dengan menggunakan jalur darat. Menurut asisten sekaligus orang kepercayaan Hashim yang diperkirakan mengetahui lalu lintas barang-barang koleksi di rumah Hashim, saat melakukan penyitaan kelima arca tersebut petugas Kepolisian tidak bertemu langsung dengna Hashim karena yang bersangkutan di luar negeri. Selain itu menurut pengelola sejumlah yayasan sosial milik Hashim yaitu Fadli Zon menyatakan bahwa Hashim commit to user tidak terlibat dalam kasus pembelian arca yang telah hilang dari Museum tersebut.
lix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurutnya Hashim sering membeli barang-barang kekayaan Indonesia di luar negeri diantaranya dibeli dari Belanda, New York, Hongkong untuk dibawa kembali ke Indonesia karena Hashim memang berencana membangun museum dan membawa kekayaan cagar budaya Indonesia di luar negeri untuk di kembalikan ke tanah air. Setelah melakukan penyelidikan dan pemeriksaan saksi-saksi, pihak Kepolisian menetapkan 4 tersangka dalam kasus ini. Dimana 3 diantaranya adalah 2 pegawai Museum dan yang 1 adalah Kepala Museum, sedangkan 1 tersangka lagi adalah dari luar Museum. Menurut Kepala Satuan Reskrim Poltabes Solo, Ajun Komisaris Syarif Rohman, tersangka-tersangka tersebut yaitu Jarwadi seorang pegawai Museum yang bertanggungjawab memegang kunci ruangan Museum dan Suparjo alias Gatot sebagai Petugas keamanan Museum yang keduanya bertindak sebagai eksekutor yang memindah dan mengganti arca yang asli dengan yang palsu, Mbah Hadi sebagai Kepala Museum yang mengawasi secara langsung saat pertukaran arca, dan dari luar Museum adalah Heru Suryanto seorang pedagang barang antik di Solo sebagai makelar penjual koleksi Museum. Menurut pengakuan tersangka, dari 5 arca buatan abad IV-IX yang hilang, yang dijual masing-masing Arca Ciwa Mahadewa seharga 35 Juta Rupiah, Arca Durgamahisasuramardhini seharga 200 Juta Rupiah, Agastya seharga 90 Juta Rupiah, Mahakala seharga 100 Juta Rupiah, dan Durga Mahisasuramardhini seharga 80 Juta Rupiah. Total penjualan sekitar 800 Juta Rupiah. Pada 21 November 2007, Pemerintah Kota Solo, Komisi IV DPRD, Keraton Kasunanan Surakarta, Yayasan Radya Pustaka dan BP3 Jateng menggelar rapat koordinasi untuk membahas penagganan Museum Radya Pustaka. Hasil commitRadya to user Pustaka ditutup untuk umum. pertemuan itu menyepakati Museum
lx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Museum hanya beroperasi atau buka untuk kepentingan inventarisasi dan sepakat untuk segera melakukan inventarisasi benda-benda bersejarah di dalam Museum Radya Pustaka. Setelah itu dilanjutkan dengan membahas pengelolaan museum setempat kedepannya dalam sebuah presidium. Dalam pertemuan itu, Kepala BP3 Jateng Tri Hatmaji menginginkan agar ketika dilakukan inventarisasi juga didampingi oleh pengelola Museum, Yayasan Radya Pustaka, Pemkot, dan juga Poltabes Solo agar diperoleh data terbaru yang nantinya bisa diakses kepolisian untuk menelusuri keberadaan benda-benda bersejarah yang hilang dari Museum Radya Pustaka, dan selama proses inventarisasi tidak ditutup sehingga pelayanan masyarakat tetap berjalan agar inventarisasi ini juga tidak berkesan menghambat pelayanan masyarakat tersebut. Dalam inventarisasi digunakan hasil inventarisasi tahun 1992, sehingga bisa dilihat berapa kerusakan benda-benda bersejarah di Museum. Pada tanggal 23 November 2007 tersangka Heru Suryanto, Suparjo alias Gatot, dan Jarwadi memeragakan adegan saat mengambil arca dalam rekonstruksi di Museum Radya Pustaka dilakukan rekonstruksi. Dijelaskan dalam adegan 1-3 tersangka Heru Suryanto masuk ke Museum ditemui saksi Ambarwati. Heru minta bertemu Mbah Hadi untuk berkonsultasi tentang hari baik dan hari buruk. Setelah itu Heru mulai membujuk Mbah Hadi bahwa ia berminat membeli arca di Museum tersebut. Adegan 4-10 Tersangka Heru melakukan pemotretan dan pengukuran 5 arca museum. Hal itu diketahui saksi Ambarwati dan Indrayana, keduanya adalah pegawai Museum. Adegan 11 Tersangka Heru menemui Mbah Hadi sambil membaa hasil pemotretan aca. Ia kembali menyatakan ingin membeli araca. Semula Mbah Hadi menolak, tapi setelah dijanjikan akan diganti dengan commit to user arca. Adegan 12-13 Tersangka arca tiruan yang mirip, Mbah Hadi mau menjual
lxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Heru dan Mbah Hadi melakukan transaksi jual beli arca di kediaman Mbah Hadi di Semanggi Solo. Di tempat tersebut, uang penjualan arca diserahkan ke Mbah Hadi. Adegan 14-28 Tersangka Heru, Mbah Hadi, Gatot dan Jarwadi mengganti arca Agastya asli dengan yang palsu. Arca yang asli kemudian dibawa kerumah Heru. Adegan 29-30 Hugo Kraijger seorang WNA melihat arca asli di rumah Heru di Gentan Baki Sukoharjo. Selanjutnya arca dibawa ke Jakarta.Adegan 1130 terjadi di bulan Juli 2007 Pada adegan 31-67 adalah transaksi kembali dilakukan Mbah Hadi dan Heru. Para tersangka lalu mengambil arca Mahesa Sura Madini, Durga Mahesa Sura Mahini, Arca Siwa Mahadewa, Arca Mahakala dan diserahkan ke Hugo Kraijger. Kejadian tersebut terjadi pada September dan November 2007. Pada 26 November 2007 Museum Radya Pustaka disegel untuk sementara waktu bagi masyarakat umum. Penyegelan dilakukan aparat untuk kepentingan penyidikan atas kasus pemalsuan dan pencurian arca, agar. tidak mengalami hambatan dengan kunjungan wisatawan yang datang. Petugas Kepolisian memasang garis polisi (Police Line) di pagar museum sebagai tanda larangan bagi masyarakat umum untuk memasuki kawasan tersebut. Sampai pada proses persidangan kasus pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum Radya Pustaka pada 19 Februari 2008 digelar di Pengadilan Negeri Solo. Walaupun Ketua Pokja Perlindungan di BP3 Jawa Tengah yang juga sebagai Ketua tim untuk penyelidikan Museum dan sebagai saksi ahli yaitu Lambang Babar Purnomo tewas hampir disaat proses persidangan, namun proses sidang tetap berjalan karena menurut Kasi Pidana Umum Kejaksaan Negeri Solo, Tatang Agus menjelaskan bahwa keterangan Lambang sudah tercantum dalam commit to user berkas perkara. Lambang telah memberikan keterangan dibawah sumpah saat
lxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dilakukan pemeriksaan kasus ini. Dan dari keterangan tersebut dapat dibacakan didepan majelis hakim saat persidangan. Para tersangka dijerat Pasal berlapis yakni UU Cagar Budaya no.5/1992 dengan ancaman hukuman maksimal 10 tahun serta Pasal 363 KUHP dengan hukuman paling lama 7 tahun penjara. Pihak Kepolisian menjelaskan bahwa dari hasil otopsi atas meninggalnya saksi ahli Lambang Babar Purnomo, terdapat luka sayatan di kepala sedangkan leher bagian depan juga retak. Setelah Lambang wafat, maka saat proses persidangan digantikan oleh Dra. Zaimul Azzah M.Hum yang juga dari BP3 Jawa Tengah. Untuk masa penahanan, Mbah Hadi divonis 1,5 tahun dipotong masa tahanan. Vonis tersebut lebih ringan dari tuntutan jaksa penuntut umum (JPU) yakni selama 2 tahun. Ketua Majelis Hakim saat persidangan kasus tersebut, Ganjar Susilo ketika membacakan putusan di Pengadilan Negeri Solo menilai tindakan terdakwa telah merugikan pemerintah dan yayasan Radya Pustaka Solo. Yang meringankan hukuman terdakwa adalah terdakwa telah bekerja di museum selama 50 tahun dan usianya sudah tua. Sedangkan untuk terdakwa Jarwadi dan Gatot masing-masing divonis 1,2 tahun karena terbukti turut membantu memindahkan, memperdagangkan benda-benda cagar budaya. Untuk terdakwa Suryanto sebagai makelar penjualan 6 arca koleksi museum divonis 1,5 tahun dipotong masa tahanan. Selain Pasal 26 UU RI Nomor 5 Tahun 1992, terdakwa juga dikenai pasal 263 ayat 1 KUHAP tentang pemalsuan surat. Setelah proses persidangan selesai, barang bukti arca palsu yang sebelumnya disimpan di Rubasan yaitu rumah untuk penyitaan barang-barang bukti kemudian dihancurkan dan arca yang asli telah ditemukan kemudian dikembalikan lagi ke Museum Radya Pustaka. commit to user
lxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kemudian pada 27 Desember 2007 oleh Ketua Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Pemerintah Kota Surakarta Drs Handartono sudah membuka Museum Radya Pustaka tetapi sifatnya masih intern karena untuk pembersihan dan penataan koleksi yang ada. Dan pada awal tahun, tepatnya 14 Januari 2008 Museum Radya Pustaka kembali dibuka untuk umum, sekaligus dalam rangka menandai Visit Indonesia Year 2008, sehingga sudah bisa dikunjungi lagi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara seperti biasa.
commit to user
lxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III SAJIAN DAN ANALISIS DATA
Setiap perusahaan mempunyai citra yang disadari atau tidak telah melekat pada perusahaan tersebut. Citra yang baik merupakan perangkat kuat, bukan hanya untuk menarik wisatawan mengunjungi Museum, melainkan juga dapat memenuhi kepuasan pelanggan terhadap koleksi yang ada, fasilitas, dan pelayanan pegawai Museum, sehingga wisatawan berminat untuk berkunjung kembali ke Museum tersebut. Menurut kalangan sejarawan Solo, menyebutkan 50 persen koleksi di Museum Radya Pustaka telah hilang dari tempat semula. Kalaupun ada yang tidak hilang, akan tetapi ada yang dipalsukan sehingga yang asli tidak terkesan hilang. Adanya arca imitasi sebagai pengganti benda-benda yang dicuri mengindikasikan bahwa tindak kejahatan tersebut melibatkan jaringan profesional. Tidak sekedar mencuri, juga terindikasi kuat adanya upaya menghilangkan jejak dengan membuat benda serupa, agar terlihat seolah-olah benda-benda bersejarah di Museum Radya Pustaka tersebut masih utuh (Kompas, 2007). Munculnya pernyataan yang ada di masyarakat tersebut menimbulkan citra negatif Museum Radya Pustaka. Kasus pemalsuan dan pencurian arca yang terjadi di Museum Radya Pustaka merupakan krisis bagi Museum, apalagi yang menjadi tersangka dalam kasus tersebut adalah dari pihak internal Museum. Dengan adanya kasus tersebut menimbulkan citra negatif Museum Radya Pustaka. Citra negatif yang muncul salah satunya adalah anggapan masyarakat mengenai koleksi di Museum yang sudah lagi tidak asli, oleh commit to krisis user tersebut berlalu dan masyarakt karena itu pihak Museum berusaha untuk agar 53 lxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kembali menilai positif (lebih baik) tentang usaha oleh pihak internal Museum Radya Pustaka yang telah dibentuk baru pasca kasus. Dalam mengatasi krisis, pihak internal perlu melakukan strategi ke-Public Relations-an untuk mengembalikan citra positif pasca kasus pencurian dan pemalsuan arca di Museum Radya Pustaka.
1. Krisis Public Relations Museum Radya Pustaka Surakarta Dari ke lima langkah yang penting untuk diketahui dalam kasus krisis Public Relations yang terjadi, maka dapat disimpulkan bahwa Museum Radya Pustaka juga telah memperhatikan langkah penting tersebut. Hal ini dapat dilihat dari: 1. Memberi respon kepada publik secara cepat. Ketika terjadi kasus Pemalsuan dan Pencurian arca, salah seorang pegawai Museum memberitahu pihak Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah, kemudian Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah melaporkan ke Poltabes Solo. Dengan adanya kasus tersebut, pihak media massa baik cetak maupun elektronik, baik nasional maupun internasional kemudian mengangkat berita tersebut kepada publik, sehingga publik yang dalam hal ini adalah masyarakat menjadi mengetahui mengenai kasus ini. Apalagi setelah diketahui dari proses penyidikan polisi bahwa yang menjadi tersangka adalah dari pihak internal Museum. Selain pihak Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah, pihak Museum sendiri juga secara cepat memberi respon kepada publik yang ditunjukkan dengan cara melayani menjawab pertanyaan secara spontan dari wartawan yang commit to userdi Museum Radya Pustaka. datang langsung untuk menemui narasumber
lxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Memberikan informasi yang jujur. Pihak Museum telah memberikan informasi secara jujur. Kejujuran ini dapat dinilai dari tersangka yang ditetapkan oleh pihak Kepolisian adalah pihak internal Museum yaitu pegawai yang bertugas membawa kunci Museum, penjaga Museum, dan bahkan kepala Museum saat itu. Tidak ada yang ditutupi dari kasus ini walaupun sekaligus itu melibatkan kepala Museum, pihak internal yang mencurigai adanya arca palsu di Museum yang juga sebagai saksi tetap memberikan keterangan yang jujur, walaupun demikian juga tetap memberi dukungan kepala Museum untuk tetap tabah dalam menjalani hukuman penjara mengingat kontribusi kepala Museum terhadap keberadaan Museum Radya Pustaka yang sudah berlangsung berpuluh-puluh tahun serta dari kesemua tersangka telah mengakui kesalahan dan peran masing-masing dalam kasus pemalsuan dan pencurian arca tersebut. Hal ini bisa membuat agar masyarakat lebih mudah memaafkan kesalahan yang dilakukan oleh pengelola Museum saat itu.
3. Selalu bersifat informatif. Dari adanya kasus ini, agar media dan masyarakat tidak menciptakan cerita versi mereka sendiri, maka Museum Radya Pustaka selalu bersifat informatif misalnya selain dengan menjelaskan informasi yang sebenarnya dan apa adanya serta tidak ada yang ditutup-tutupi, juga tetap memberikan informasi secara runtut dimulai dari proses kecurigaan tentang arca palsu, proses pelaporan ke Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah dan commit todari user ke Kepolisian, pemeriksaan saksi-saksi dalam Museum, alasan penutupan
lxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sementara Museum, hingga kelanjutan kasus pemalsuan dan pencurian arca ini ke meja hijau. 4. Memperlihatkan kepada publik, karena publik akan memaafkan jika perusahaan peduli pada korban krisis. Dalam hal ini walaupun yang menjadi pelapor kasus pemalsuan dan pencurian arca ke Poltabes Solo adalah ketua Pokja Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah Lambang Babar Purnomo yang juga sekaligus sebagai saksi ahli meninggal saat akan mendekati hari persidangan, akan tetapi pengusutan tuntas dan proses peradilan kasus ini tetap berjalan, dan posisinya saat persidangan digantikan juga oleh salah satu dari pihak Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah. Serta kontribusi beberapa pegawai Museum untuk menjadi saksi dalam persidangan demi terselesaikannya kasus pemalsuan dan pencurian arca ini.
5. Memelihara hubungan baik Terjadinya kasus ini dijadikan Museum Radya Pustaka untuk bisa mempelajari beda pendapat masyarakat dengan mendengarkan apa yang diinginkan masyarakat. Masyarakat ingin agar koleksi asli cagar budaya bisa kembali dibawa ke Museum, kesadaran untuk ikut menjaga dan melestarikan cagar budaya, dan mengusut tuntas masalah ini agar tidak terjadi kembali. Untuk memenuhi semua keinginan masyarakat, yayasan Museum Radya Pustaka bekerja sama dan tetap memelihara hubungan baik dengan stakeholder, diantaranya adalah: ·
Pemerintah Kota (Pemkot) Solo commit to user
lxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pemerintah Kota Solo yang sebagai penanggung jawab atas Museum Radya Pustaka, maka segala kegiatan setelah dibentuknya komite baru Museum juga berhak diketahui oleh Pemkot. Termasuk dalam hal anggaran dana, selain dari kontribusi tiket, Museum Radya Pustaka juga mendapat anggaran dari Pemkot Solo. ·
Pihak Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah Dalam hal ini inventarisasi benda cagar budaya dan naskah yang tersimpan di Museum Radya Pustaka juga merupakan tanggung jawab bersama antara pihak Museum dengan Balai Pelestarian Purbakala (BP3) Jawa Tengah.
·
Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah
·
Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Solo
·
Keraton Kasunanan Surakarta Mengingat beberapa koleksi Museum juga ada pemberian yang berasal dari koleksi Museum Keraton.
·
Aparat Kepolisian Poltabes Solo Kerjasama untuk mengatasi kasus pidana maupun perdata, agar dengan adanya pemalsuan dan pencurian arca yang telah terjadi dapat diantisipasi sehingga tidak terjadi kembali.
Seperti yang telah disebutkan bahwa Public Relations harus berperan dalam memberitahukan publik tentang apa yang terjadi, apa yang sedang dan akan dilakukan perusahaan dan apa yang harus di lakukan oleh publik, maka yang demikian ini sama halnya ketika terjadi kasus pemalsuan dan pencurian arca di commit to user Museum Radya Pustaka yang seharusnya Public Relations bertindak
lxix
untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengatasi krisis tersebut. Akan tetapi dengan tidak adanya bagian Public Relations yang bertugas secara khusus menyampaikan kepada masyarakat, maka tugas ini dilakukan secara bersama-sama oleh pihak internal Museum. Dengan dibentuknya Komite dan pegawai-pegawai baru pasca kasus, maka disini pihak internal Museum harus berperan dalam memberitahukan publik tentang apa yang terjadi yaitu kebenaran tentang adanya pemalsuan dan pencurian arca yang dilakukan oleh pengelola yang lama. Dan yang sedang dilakukan Museum untuk mengatasi krisis tersebut agar segera berlalu adalah bersama stakeholder membentuk Komite Baru dengan manajemen yang baru, Visi Misi yang baru, serta melakukan publikasi mengenai Museum Radya Pustaka maupun event-event yang dilakukan oleh Museum untuk mengangkat citra Museum dari yang negatif agar bisa kembali positif demata publik/ masyarakat. Dengan adanya event-event seperti Jamasan Rajamala dan Pusaka, Ngisis Ringgit, Workshop Keris, ataupun kegitan lainnya misalnya pencarian naskah-naskah yang diduga hilang, maka dari sini pihak Museum ingin mengembalikan citra positif yang kesemuanya itu dikembalikan lagi kepada masyarakat sehingga biar masyarakat yang menilai sendiri tentang usaha-usaha oleh Museum itu. Disini diperlukan strategi komunikasi jujur dan terbuka dari pihak internal Museum, yang juga dicerminkan dalam 2 hal dimana hal tersebut menjadi perhatian Public Relations, yaitu: 1. Tanggungjawab yang tinggi dari pihak manajemen organisasi terhadap harkat atau nilai-nilai kemanusiaan Tanggung jawab dari pihak Komite Museum untuk menjaga keutuhan koleksi Museum dan tetap menjaga koleksi cagar budaya Indonesia agar tidak kembali dipalsukan dan dicuri. Tidak melakukan usaha mencari kambing commit toMuseum user hitam atas kesalahan oleh pengelola yang terdahulu, akan tetapi
lxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berusaha melanjutkan dari pengelolaan terdahulu yang tidak jelas dengan cara mengunakan trik-trik yang dapat mengangkat kembali citra Museum tersebut. 2. Komunikasi yang dibangun atas dasar kejujuran dalam upaya membangun hubungan yang baik dan kepercayaan publik terhadap niat baik organisasi. Museum Radya Pustaka bekerjasama dengan para ahli Tosan Aji dan Penyungging (pembuat) Wayang bersama-sama disaksikan juga oleh masyarakat secara langsung meneliti tentang keaslian barang-barang koleksi yang ada di Museum Radya Pustaka. Kalupun ditemukan barang-barang koleksi yang sudah tidak asli, maka pihak Museum berani memberikan pernyataan bahwa koleksi tersebut adalah replika (seperti pada beberapa koleksi perunggu), 8 dari 500an koleksi Wayang adalah wayang baru karena prodonya tidak emas, 6 dari 200an koleksi Keris juga merupakan keris baru karen gagrag nya tidak emas.
Tahapan dalam siklus hidup krisis yang harus dikenali dan dipahami ketika terjadinya kasus pemalsuan dan pencurian arca di Museum Radya Pustaka ada 4, yaitu: 1. Tahap Prodromal Adalah ketika krisis mulai muncul yaitu pada saat adanya kecurigaan dari pegawai museum kemudian diberitahhukan kepada Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah dan kemudian dilaporkan ke Poltabes Solo. 2. Tahap Akut
commit to user
lxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Adalah ketika krisis mulai benar-benar terjadi yaitu pada saat pihak Kepolisian melakukan penyidikan dan pemeriksaan terhadap pihak internal museum. 3. Tahap Kronik Adalah ketika krisis sangat mengancam yaitu pada saat penangkapan 2 pegawai museum dan bahkan kepala museum saat itu. 4. Tahap Resolusi (penyembuhan) Adalah ketika krisis mulai reda yaitu pada saat kasus telah dipersidangkan dan dilakukannya pembentukan Komite Museum yang baru.
2. Manajemen krisis Museum Radya Pustaka Surakarta Pihak Museum Radya Pustaka tidak mengelola krisis atas kasus pemalsuan dan pencurian arca secara khusus, akan tetapi dari ke lima langkah-langkah untuk mengelola krisis paska kasus pemalsuan dan pencurian arca pihak internal Museum Radya Pustaka telah melakukan 2 diantara kelima langkah dalam manajemen krisis, yaitu dengan melakukan pemilihan strategi Public Relations yang berupa Strategi Adaptif dan juga mengenai program pengendalian krisis yang dapat dilihat dari aktivitas berikut ini: 1. Pilihan Strategi Strategi Adaptif atau penyesuain diri dipilih sebagai langkah yang ditempuh Museum Radya Pustaka yang telah mengalami krisis. Krisis tersebut tidak lepas dari kesalahan dan kelalaian internal Museum. Kesalahan itu menyebabkan museum tidak mungkin bersifat defensive/bertahan dan harus berani mengakui keteledoran dan mengambil resiko dengan melakukan commit to positif user museum yang dilakukan oleh perubahan. Upaya mengembalikan citra
lxxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Komite Museum dapat dinilai dari bagaimana tanggapan wisatawan lokal maupun mancanegara, maupun masyarakat luas atas aktivitas yang dilakukan. Adapun aktivitas yang dilakukuan oleh pihak Komite Museum Radya Pustaka untuk mengatasi krisis atas kasus pemalsuan dan pencurian arca, diantaranya: 1) Melakukan perubahan internal Museum Dari kasus yang telah terjadi, telah diketahui bahwa yang menjadi tersangka adalah beberapa pihak internal Museum, maka Walikota Solo yang dipegang oleh Joko Widodo mengadakan beberapa kali pertemuan dengan beberapa pihak yang berkompeten untuk membantu bagaimana membuat krisis yang telah terjadi tersebut agar cepat berlalu. Maka Walikota menyatakan membentuk Komite Museum Radya Pustaka yang baru. Dari Komite yang baru tersebut harapannya dapat lebih memberikan kemajuan bagi eksistensi Museum Radya Pustaka, yang tentunya kemajuan tersebut dilakukan dengan melakukan beberapa langkah publikasi dan pelaksanaan kegiatan, yang tentunya diiringi dengan menerapkan sikap yang tegas agar kasus semacam pemalsuan dan pencurian tidak kembali terjadi, sehingga citra yang telah memburuk sebelumnya karena kasus tersebut dapat berubah menjadi positif dimata para publik yang dalam hal ini masyarakat maupun wisatawan yang berasal dari mancanegara atau lokal.
commitMuseum to user Radya Pustaka 2) Mengadakan publikasi mengenai
lxxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a). Publikasi ini dilakukan melalui sekolah-sekolah maupun birokrasi. Dalam hal ini pihak Komite Museum Radya Pustaka bekerja sama dengan sekolah-sekolah maupun birokrasi. Contoh kegiatan yang telah dilakukan, yaitu: (1)
Rombongan siswa-siswi dari sekolah, yaitu mengunjungi Museum Radya Pustaka untuk mengadakan studi mengenai apa saja peninggalan yang ada di Museum. Sedangkan pelayanan yang diberikan dari pihak Museum yaitu dengn menyediakan jasa pemandu untuk kebutuuhan menemani rombongan dan menjelaskan sejarah tentang peninggalan yang ada di Museum serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa-siswa.
(2)
Rombongan yang datang dari Birokrasi, yaitu kerjasama antara Museum Radya Pustaka dengan Badan Pengawas Daerah (Bawasda) yang melakukan kunjungan setiap hari Jumat setelah acara olahraga.
b). Publikasi melalui media massa Publikasi ini dilakukan dengan cara melakukan kerjasama dengan media massa baik cetak maupun elektronik, baik lokal maupun nasional. Misalnya ketika Museum Radya Pustaka akan mengadakan suatu kegiatan yang penting (inventarisasi koleksi museum, event Jamasan Rajamala, ataupun event-event lainnya) pihak media datang langsung agar dapat meliput acara/kegiatan tersebut. Atau bila terjadi kasus seperti hilangnya naskah-naskah koleksi Museum, para commit user untuk bertanya langsung ke wartawan datang lansung ke to Museum
lxxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
narasumber yaitu pihak internal Museum, yang tidak lain adalah juga anggota komite para pengelola Museum yang baru pasca kasus pemalsuan dan pencurian arca. Jadi dalam hal ini, Pihak museum terbantu oleh media karena publikasai bisa sampai ke masyarakat secara cepat dan luas. Serta dari pihak media bisa mendapatkan bahan berita dari acara/ kegitaan yang telah dilakukan Museum Radya Pustaka. c). Mengadakan publikasi melalui mengadakan event-event Adapun beberapa event yang setiap tahunnya telah dilakukan untuk oleh pihak Komite Museum Radya Pustaka, yaitu: (1). Jamasan Rajamala dan Pusaka Jamasan atau upacara membersihkan Rajalama dilakukan dengan bantuan 38 abdi dalem Keraton Kasunanan, dipimpin ulama keraton Pujadipura. Jamasan Rajamala yang dilakukan pada 18 Januari 2009 merupakan Jamasan yang pertama kali digelar oleh komite baru setelah gonjang-ganjing kasus pemalsuan dan raibnya sejumlah koleksi museum.
(2). Ngisis Ringgit/ Ngisis Wayang Ratusan wayang kulit kuno yang umurnya sudah mencapai 50 tahun ke atas koleksi Museum Radya Pustaka diisis (dibersihkan) di Museum tersebut pada 30 Mei 2009. Untuk Ngisis Wayang kulit Purwa dan Gedog yang commit dilakukan to user oleh Ki Muryadi dan Sutardi menjadi koleksi Museum
lxxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yaitu penyungging (pembuat) wayang kulit. Dari sekitar 500 an koleksi Wayang kulit yang dimiliki Museum Radya Pustaka, diketemukan 8 Wayang Putri yang tidak asli yaitu buatan tahun 1980-an dengan ciri-ciri menggunakan cat warna biasa, sementara yang lain menggunakan prodo emas. Bersamaan dengan dilakukannya Ngisis wayang juga digelar Pentas Wayang Kulit di halaman Museum Radya Pustaka dengan dalang Ki Diwoso dengan cerita Sesaji Rojo Suyo (Mencari berkah kepada Tuhan). Untuk itu melalui kegiatan ini diharapkan agar selain sebagai sarana belajar dalam memelihara wayang, juga untuk melestarikan benda seni budaya, tidak hanya itu tetapi juga diharapkan mengenalkan pada generasi muda dan sekaligus juga sebagai sarana Pulikasi kepada masyarakat luas tentang aktivitas yang diselenggarakan oleh Museum Radya Pustaka agar menjadi daya tarik para wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
(3). Workshop Keris Workshop keris atau yang lebih dikenal dengan kursus singkat bagaimana cara membuat keris ini dilakukan oleh pihak Museum Radya Pustaka dibantu oleh ahli-ahli dari Tosan Aji yang digelar dihalaman depan Museum. Dengan diadakannya kursus ini diharapkan masyarakat tahu mengenai cara pembuatan keris.
2. Program Pengendalian
commit to user
lxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Program pengendalian ini selain melaksanakan apa yang menjadi pilihan strategi Adaptif Museum Radya Pustaka yang diantaranya dimulai dari perubahan internal oleh Museum Radya Pustaka dengan cara membentuk Komite yang baru yang telah disepakati bersama termasuk juga telah disetujui oleh Walikota Solo. Melaksanakan publikasi yang dilakukan melalui sekolah maupun birokrasi, media massa, dan publikasi melalui event-event yang diselenggarakan oleh Museum Radya Pustaka. Selain melaksanakan strategi yang telah dipilih, juga melakukan beberapa perubahan seperti pengangkatan pegawai-pegawai baru, dan juga penegasan bagi semua para pengunjung yang akan memasuki Museum harus membayar tiket masuk.
3. Media Relations Museum Radya Pustaka Surakarta Perlunya pihak Museum Radya Pustaka mengadakan kerjasama dengan media massa adalah untuk memberitakan kepada publik mengenai hal-hal positif tentang Museum yaitu mengenai
perubahan pengelola internal Museum dan
pengadaan event-event bersama masyarakat ketika ataupun setelah dilanda berita negatif yaitu saat terjadi kasus pemalsuan dan pencurian arca.
Fungsi humas dalam hubungan dengan pers, yaitu sebagai berikut: 1. Fungsi pasif dan pelayanan Fungsi pasif berarti pihak humas hanya menanggapi permintaan pers dan tidak melakukan inisiatif tertentu. commit to user
lxxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Misalnya jika ada pihak media massa baik cetak maupun elektronik yang datang untuk meliput, maka pihak Musem mempersilahkan dan melayani dalam hal menjawab pertanyaan dari wartawan, dimana tanya jawab ini biasanya dilakukan secara spontan. 2. Fungsi setengah aktif Secara kontinyu humas mempersiapkan penyebaran info tentang berbagai kejadian di organisasi kepada berbagai media. Misalnya pihak Museum telah menyiapkan info yang menyangkut krisis dalam Museum, sehingga jika ada pihak media massa baik cetak maupun elektronik datang untuk meliput tentang kasus tersebut, tinggal memberikan informasi yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh pihak Museum. 3. Fungsi aktif Dalam fungsi aktif, humas menggunakan inisiatif dalam mendekati kalangan media. Misalnya Pihak Museum mengundang pihak media massa baik cetak maupun elektronik datang ke Museum secara langsung untuk kepentingan konferensi pers.
Ketika terjadi kasus, saat media ingin meliput tentang kasus pemalsuan dan pencurian arca yaitu dengan datang langsung ke Museum Radya Pustaka maka untuk proses wawancara dilakukan secara spontan dengan narasumber yaitu pegawai Museum yang saat itu yang juga ikut menjadi saksi baik saat proses penyelidikan pihak Kepolisian maupun pada saat proses persidangan. Dari pihak Museum Radya Pustaka tidak melakukan kegiatan semacam Konfrensi Pers commit to user karena saat itu yang mengeluarkan Press Release adalah dari pihak Balai
lxxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengelola Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah, yaitu saat melakukan penelitian atas arca palsu dan asli yang dilakukan di rumah penyitaan barang bukti (Rubasan) maupun ketika melakukan penelitian di Museum Radya Pustaka sendiri.
Namun setelah adanya perubahan internal Museum Radya Pustaka, usaha publikasi oleh Museum dilakukan dengan tujuan agar masyrakat mengetahui tentang aktivitas yang diselenggarakan oleh pihak Museum. Kerjasama dengan media massa dilakukan dengan cara mengirimkan Press Release ke pihak media agar dapat meliput acara/kegiatan ketika Museum Radya Pustaka akan mengadakan suatu kegiatan yang penting. Jadi dalam hal ini, Pihak museum terbantu oleh media karena publikasi bisa sampai ke masyarakat secara cepat dan luas. Serta dari pihak media bisa mendapatkan bahan berita dari acara/ kegitaan yang telah dilakukan Museum Radya Pustaka.
Jadi dalam hal mengenai tujuan pokok diadakannya hubungan pers yaitu antara pihak Museum Radya Pustaka dengan pihak Media Massa adalah untuk menciptakan pengetahuan dan pemahaman, bukan semata-mata menyebarkan suatu pesan sesuai dengan keinginan Museum Radya Pustaka yang dalam hal ini sebagai klien demi mendapatkan citra Museum yang lebih positif karena adanya citra negatif sebelumnya di mata umum. Tidak seorangpun yang berhak untuk mendikte apa yang harus diterbitkan atau disiarkan oleh media massa, setidaknya dalam suatu masyarakat yang demokratis. Namun dalam hal ini peran media massa juga tidak boleh menilai subjektif atas kegiatan yang telah dilakukan oleh Museum Radya Pustaka.
commit to user
lxxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hubungan antara Museum Radya Pustaka dengan media massa memang harus dijaga dengan baik. Karena dengan adanya Media Relations dapat bermanfaat untuk: 1. Membangun pemahaman mengenai tugas dan tanggungjawab organisasi dan media massa. Pihak museum terbantu oleh media karena publikasi bisa sampai ke masyarakat secara cepat dan luas. Serta dari pihak media bisa mendapatkan bahan berita dari acara/ kegitaan yang telah dilakukan Museum Radya Pustaka. 2. Membangun kepercayaan timbal balik dengan prinsip saling menghormati dan menghargai serta kejujuran dan kepercayaan. Antara pihak Museum Radya Pustaka dengan pihak Media massa saling percaya yang ditunjukan dengan saling menghormati dan menghargai, kejujuran, dan kepercayaan. 3. Penyampaian/ perolehan informasi yang akurat, jujur, dan mampu memberikan pencerahan bagi publik. Penyampaian informasi dari pihak Museum Radya Pustaka dan perolehan informasi media massa bisa sangat akurat atau benar-benar tepat, jujur yang artinya tidak ada yang ditutup-tutupi atas aktivitas yang terjadi didalam Museum karena dari pihak Museum sendiri ingin memperbaiki citra. Bahwa pihak Museum memang membenarkan bahwa kasus yang terjadi adalah menyangkut pihak dalam Museum, namun tidak ada yang ditutup-tutupi dari penjelasan tersebut, dan Pihak Museum telah melakukan aktivitas untuk commit to user
lxxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membuat krisis tersebut berlalu,maka dengan hal ini diharapkan mampu memberikan pencerahan bagi publik
Namun dalam hal bentuk kegiatan media relations yang dilakukan oleh pihak Museum Radya Pustaka dengan pihak Media massa yaitu hanya sebatas pihak media massa datang langsung ke Museum untuk menanyakan tentang apa yang sedang dilakukan oleh Pihak Museum (misalnya ketika dilaksanakan eventevent di Museum), dan apa yang sedang terjadi di Museum tersebut (misalnya berita mengenai tidak diketemukannya beberapa naskah-naskah koleksi Museum).
Ketika berada dalam siklus krisis yang masih berlangsung, fungsi humas dalam hubungan dengan pers akan lebih baik jika dilaksanakan oleh pihak Museum Radya Pustaka secara aktif yang dapat dilakukan misalnya berupa Pihak Museum mengundang pihak media massa baik cetak maupun elektronik datang ke Museum secara langsung untuk kepentingan konferensi pers dan yang menjadi juru bicara dalam konfrensi pers ini adalah yang berkompeten menjelaskan tentang kasus yang terjadi dan tentunya juga mampu untuk menjawab pertanyaanpertanyaan yang nantinya diajukan oleh pihak media massa, seperti misalnya anggota yang termasuk didalam susunan Komite Museum, pegawai Museum, atau bahkan dari pihak eksternal yang juga turut membatu mengatasi krisis ini seperti Tim Investigasi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah, Pemerintah Kota Solo, Pihak Kepolisian, Budayawan, dan lain sebagainya. Hal ini karena dapat membantu memberikan informasi yang sejelas-jelasnya tentang kronologi kasus tersebut. commit to user
lxxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain itu bentuk kegiatan hubungan pers ketika kasus masih menjadi topik hangat media massa bisa diupayakan dengan cara melakukan Konferensi Pers atau jumpa pers yang biasanya dilakukan menjelang, menghadapi ataupun setelah terjadi peristiwa penting dan besar. Misalnya jika pada saat kasus konferensi pers hanya dilakukan oleh pihak Balai Pelestarian Purbakala Peninggalan (BP3) Jawa Tengah, sebaiknya pihak Museum sendiri juga mengadakan Konferensi pers, jadi tidak hanya mengandalkan wawancara pers yang inisiatifnya datang dari pihak media massa. Banyak yang bisa dijelaskan dalam konferensi pers ini seperti bagaimana awal kecurigaan kasus ini, apa saja koleksi yang dipalsukan, hasil dari penyelidikan pihak Kepolisian, hasil dari proses rekonstruksi yang telah dilakukan oleh pihak Kepolisian, bagaimana proses pengadilannya, alasan penutupan sementara Museum, hingga prosesi dibukanya kembali Museum Radya Pustaka untuk umum.
Sedangkan setelah terjadinya kasus atau sebagai upaya mempublikasikan Museum agar citranya kembali menjadi positif di mata masyarakat, tidak hanya dengan Wawancara Pers yang merupakan inisiatif dari pihak media massa, tapi pihak Museum dapat menempuh cara diantaranya: 1. Kunjungan pers Kunjungan pers atau yang biasa disebut pers tour adalah mengajak wartawan untuk berkunjung ke suatu lokasi, baik yang berada di lingkungannya, maupun ke tempat lokasi yang memiliki kaitan erat dengan kiprah lembaga atau instansi terkait. Misalnya Museum Radya Pustaka mengundang pihak media massa baik cetak commit to user maupun elektronik dimulai dari tingkat lokal, jika acara ini dapat berimbas
lxxxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
baik maka dapat kembali digelar dengan lebih meningkatkan cakupan media massa baik cetak maupun elektronik tingkat nasional. Dan kembali bila masyarakat/ publik menilai positif usaha ini maka tidak menutup kemungkinan untuk bekerjasama dengan media massa mancanegara. Ada banyak hal yang bisa dilakukan dalam Kunjungan Pers ini, misalnya dengan mengundang wartawan berkunjung langsung ke Museum Radya Pustaka dan melihat semua koleksi yang ada di Museum, maka diharapkan masyarakat luas (khususnya masyarakat luar kota Solo) yang melihat tayangan ataupun membaca berita tersebut bisa menjadi penasaran dengan Museum ini sehingga timbul rasa ketertarikan untuk mengunjungi Museum Radya Pustaka. Dan tentunya acara ini harus dikemas secara menarik misalnya setiap wartawan yang datang tidak hanya bisa melihat-lihat koleksi Museum tapi juga diadakan acara untuk mengetahui tentang ilmu Pakuwon (Astrology Jawa) yang mampu dilakukan oleh Ketua Komite Museum, selain itu tiap wartawan diberi kesempatan untuk sekedar menanyakan tentang nasib baiknya.
2. Peliputan kegiatan Peliputan kegiatan dilakukan saat sebuah instansi mengadakan kegiatan tertentu, khususnya yang mempunyai nilai berita. Media massa diundang untuk meliput kegiatan tersebut. Saat Museum Radya Pustaka mengadakan event-event seperti Jamasan Rajamala, Ngisis Wayang, Workshop Keris, atau Pertunjukan Wayang commit to user semalam suntuk pada saat memperingati Hari Jadi Museum bisa mengadakan
lxxxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kerjasama dengan media massa yaitu dengn cara Museum Radya Pustaka mengirim Press Release ke media cetak maupun elektronik untuk meliput event yang dilakukan di Museum tersebut. Jadi antara pihak Museum dengan media massa ada timbal baliknya.
Pada umumnya dengan telah dibentuknya Komite yang baru dan pengangkatan pegawai-pegawai baru di Museum, bisa sebagai langkah awal memperbaiki citra Museum yang sempat negatif dimata publik. Dari pemikiran kreatif mereka
diharapkan
muncul
ide-ide
baru
tentang
event-event
yang
akan
diselenggarakan oleh Museum, baik event-event yang turun temurun telah dilakukan sebelumnya atau event-event baru yang nantinya akan menjadi atraksi wisata yang bisa menarik minat kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara. Dari event dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Museum Radya Pustaka diharapkan masyarakat bisa menilai dengan sendirinya akan usaha internal Museum tersebut dan dari masyarakat sendirilah akan muncul citra positif yang diharapkan oleh pihak Museum. Akan tetapi yang menjadi kendala utama dalam usaha memperbaiki citra Museum adalah mengenai keterbatasan dana yang dimiliki oleh pihak Museum. Dana yang diperoleh selama ini adalah berasal dari sumbangan Pemerintah Kota Solo serta retribusi tiket masuk Museum dengan nominal sebesar 5000 rupiah untuk wisatawan mancanegara, 2500 rupiah untuk umum, dan 1500 rupiah untuk anak-anak. Dana tersebut paling tidak digunakan untuk perawatan koleksi Museum dan sebagai pendapatan
pegawai.
Sedangkan
dalam
penyelenggaraan
event-event
juga
membutuhkan dana, untuk itu penambahan dana diterapkan oleh pihak Museum dari retribusi parkir dan retribusi kamera yaitu tiap wisatawan yang masuk ke Museum commit to user Radya Pustaka membawa kamera untuk mendokumentasikan koleksi Museum akan
lxxxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dikenakan biaya sebesar 5000 rupiah untuk setiap kamera. Dari retribusi ini diharapkan dapat memberi tambahan pendapatan bagi Museum. Upaya Public Relations oleh Komite Radya Pustaka yang telah dilakukan diharapkan dapat memperbaiki citra negatif. Diharapkan masyarakat bisa menilai positif atas aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh Museum yang secara keseluruhan menjadi tujuan diadakan event-event Jamasan Rajamala dan Pusaka, Ngisis Ringgit, Workshop Keris, dan lain sebagainya bersama ahli tosan aji dan pembuat keris serta masyarakat menyaksikan secara langsung, maka diharapkan dari masyarakat bisa menilai bahwa tidak semua koleksi di Museum itu palsu dan secara otomatis akan membentuk sendiri citra positif Museum Radya Pustaka Surakarta di mata masyarakat.
commit to user
lxxxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id BAB IV PENUTUP
H. Kesimpulan Dari sajian dan analisis data yang telah diuraikan pada Bab III dapat disimpulkan bahwa krisis yang terjadi pada akhir tahun 2007 adalah tentang Pemalsuan dan Pencurian Arca koleksi di Museum Radya Pustaka. Dari kasus tersebut tinbul pemikiran untuk memperbaiki citra Museum. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi Public Relations untuk mengatasi krisis yang dihadapi Museum Radya Pustaka Surakarta. Citra positif yang ingin diperbaiki yaitu menepis pandangan publik bahwa tidak semua koleksi di Museum Radya Pustaka adalah palsu.
Strategi Public Relations yang mulanya ditempuh pada saat terjadi krisis Public Relations yaitu dengan melaksanakan langkah-langkah memberi respon kepada publik yang ditunjukkan dengan cara: 1. Melayani menjawab pertanyaan secara spontan dari wartawan yang datang langsung untuk menemui narasumber di Museum Radya Pustaka. 2. Memberikan informasi secara jujur dimana kejujuran ini dapat dinilai dari tidak ada yang ditutupi dari kasus ini walaupun sekaligus itu melibatkan kepala Museum Museum Radya Pustaka. 3. Selalu bersifat informatif misalnya selain dengan menjelaskan informasi yang sebenarnya dan apa adanya serta tidak ada yang ditutup-tutupi juga tetap memberikan informasi secara runtut dimulai dari proses kecurigaan tentang 76 commit to user
lxxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
arca palsu hingga kelanjutan kasus pemalsuan dan pencurian arca ini ke meja hijau. 4. Memperlihatkan kepada publik karena publik akan memaafkan jika perusahaan peduli pada korban krisis yaitu walaupun yang menjadi pelapor kasus pemalsuan dan pencurian arca sekaligus sebagai saksi ahli meninggal saat akan mendekati hari persidangan, akan tetapi pengusutan tuntas dan proses peradilan kasus ini tetap berjalan. 5. Memelihara hubungan baik yaitu antara Museum Radya Pustaka bekerja sama serta tetap memelihara hubungan baik dengan stakeholder Pemerintah Kota (Pemkot) Solo, Pihak Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah, Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Solo, Keraton Kasunanan Surakarta, Aparat Kepolisian Poltabes Solo.
Dari kelima langkah tersebut diatas, dilaksanakan dengan strategi komunikasi jujur dan terbuka dari pihak internal Museum, dimana hal tersebut menjadi perhatian Publik yang dicerminkan dalam 2 hal, yaitu: 1. Tanggungjawab yang tinggi dari pihak manajemen organisasi terhadap harkat atau nilai-nilai kemanusiaan, yang artinya tanggung jawab dari pihak Komite Museum untuk menjaga keutuhan koleksi Museum dan tetap menjaga koleksi cagar budaya Indonesia agar tidak kembali dipalsukan dan dicuri. 2.
Komunikasi yang dibangun atas dasar kejujuran dalam upaya membangun hubungan yang baik dan kepercayaan publik terhadap niat baik organisasi, ditunjukkan melalui Museum Radya Pustaka yang bekerjasama dengan para ahli Tosan Aji dan Penyungging (pembuat) Wayang bersama-sama disaksikan commit meneliti to user tentang keaslian barang-barang juga oleh masyarakat secara langsung
lxxxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
koleksi yang ada di Museum Radya Pustaka. Kalupun ditemukan barangbarang koleksi yang sudah tidak asli, maka pihak Museum berani memberikan pernyataan bahwa koleksi tersebut adalah replika (seperti pada beberapa koleksi perunggu).
Setelah melaksanakan langkah-langkah krisis Public Relations yang dilakukan dengan memperhatikan strategi komunikasi jujur dan terbuka, pihak Museum Radya Pustaka memanaj krisis dengan cara: 1. Melaksanakan strategi yang berupa Strategi Adaptif atau penyesuain diri, yaitu yang diterapkan dalam langkah-langkah: perubahan internal Museum, mengadakan publikasi mengenai Museum Radya Pustaka melalui sekolah-sekolah maupun birokrasi dan juga publikasi melalui media massa serta mengadakan publikasi melalui mengadakan event-event seperti Jamasan Rajamala dan Pusaka, Ngisis Ringgit/ Ngisis Wayang, Workshop Keris 2. Program Pengendalian yaitu selain melaksanakan apa yang menjadi pilihan strategi Adaptif juga melakukan beberapa perubahan, yaitu yang diterapkan dalam langkah-langkah: pengangkatan pegawai-pegawai baru, dan juga penegasan bagi semua para pengunjung yang akan memasuki Museum harus membayar tiket masuk.
Museum Radya Pustaka dalam melaksanakan Strategi Adaptif memerlukan Media Relations yang saat itu dilakukan hanya sebatas wawancara pers yaitu inisiatif dari pihak media massa untuk melakukan wawancara dengan narasumber commit to user
lxxxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pegawai dari Museum Radya Pustaka. Jadi, wartawan datang secara langsung ke Museum dan melakukan wawancara secara spontan.
Dari kesemua langkah Strategi Public Relations dalam manajemen krisis yang ditempuh untuk memperbaiki citra baik pasca pencurian dan pemalsuan arca koleksi Museum Radya Pustaka Surakarta, yang menjadi hambatan utamanya adalah keterbatasan dana yang dimiliki oleh Museum Radya Pustaka untuk merawat koleksi Museum.
I. Saran Saran yang dapat diberikan Penulis atas penulisan penelitian yang berkenaan mengenai strategi Public Relations dalam manajemen krisis untuk memperbaiki citra pasca kasus pencurian dan pemalsuan arca koleksi Museum Radya Pustaka, diantaranya: 1. Ketika krisis dalam siklus tahap Prodormal hingga tahap Kronik: a. Berkenaan tentang Media Relations yaitu fungsi Public Relations dengan pers sebaiknya dilaksanakan secara aktif, dan media relations tidak hanya to user dilakukan secara wawancaracommit pers tetapi lakukan juga konferensi pers.
lxxxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Fungsi Public Relations dalam hubungan dengan pers akan lebih baik jika dilaksanakan oleh pihak Museum Radya Pustaka secara aktif yang dapat dilakukan misalnya berupa Pihak Museum mengundang pihak media massa baik cetak maupun elektronik datang ke Museum secara langsung untuk kepentingan konferensi pers dan yang menjadi juru bicara dalam konfrensi pers ini adalah yang berkompeten menjelaskan tentang kasus yang terjadi dan tentunya juga mampu untuk menjawab pertanyaanpertanyaan yang nantinya diajukan oleh pihak media massa, seperti misalnya anggota yang termasuk didalam susunan Komite Museum, pegawai Museum, atau bahkan dari pihak eksternal yang juga turut membatu mengatasi krisis ini seperti Tim Investigasi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah, Pemerintah Kota Solo, Pihak Kepolisian, Budayawan, dan lain sebagainya. Hal ini karena dapat membantu memberikan informasi yang sejelas-jelasnya tentang kronologi kasus tersebut. Selain itu bentuk kegiatan hubungan pers bisa diupayakan dengan cara melakukan Konferensi Pers atau jumpa pers yang biasanya dilakukan menjelang, menghadapi ataupun setelah terjadi peristiwa penting dan besar. Misalnya jika pada saat kasus konferensi pers hanya dilakukan oleh pihak Balai Pelestarian Purbakala Peninggalan (BP3) Jawa Tengah, sebaiknya pihak Museum sendiri juga mengadakan Konferensi pers, jadi tidak hanya mengandalkan wawancara pers yang inisiatifnya datang dari pihak media massa. Banyak yang bisa dijelaskan dalam konferensi pers ini seperti bagaimana awal kecurigaan kasus ini, apa saja koleksi yang commit to user dipalsukan, hasil dari penyelidikan pihak Kepolisian, hasil dari proses
xc
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rekonstruksi yang telah dilakukan oleh pihak Kepolisian, bagaimana proses pengadilannya, alasan penutupan sementara Museum, hingga prosesi dibukanya kembali Museum Radya Pustaka untuk umum.
b. Berkenaan dalam memanaj krisis sebaiknya juga melakukan langkah Identifikasi, Analisis, dan Isolasi Krisis yang misalnya dapat dilakukan dengan cara berupa membentuk Tim khusus yang didalamnya adalah gabungan dari stakeholder yang memiliki latar belakang kebudayaan dan memahami benar tentang benda-benda cagar budaya serta memiliki kemampuan untuk berkomunikasi di depan publik. Anggota Tim khusus ini bisa diambil dari budayawan, pihak Balai Pengelola Peninggalan Purbakala (BP3), pihak Keraton Kasunanan Surakarta, dan tentunya pihak internal Museum. Tim ini bertugas menganalisis bagaimana kasusu ini bisa terjadi, sekilas kembali ke masa belakang apa yang menjadi latar belakuang kasus pemalsuan dan pencurian arca apakah murni inisiatif dari pihak internal (para tersangka) ingin mendapatkan materi dari hasil penjualan arca yang mana uang tersebut bisa digunakan untuk kepentingan pribadi atau bisa untuk membiayai keperluan perawatan Museum. Dan atau apakah terjadinya kasus penjualan arca tersebut karena iming-iming materi dari pihak kolektor. Secepatnya data harus dikumpulkan. Data tersebut bisa diperoleh dari hasil investigasi kepada para tersangka langsung atau berdasarkan keterangan yang diperoleh dari hasil penyelidikan pihak Kepolisian atas pemeriksaan terhadap pada para tersangka. Dibutuhkan kejelian berpikir pada tahap identifikasi krisis ini. commit to user
xci
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Setelah di identifikasi kemudian Tim Khusus melakukan analisis dari hasil identifikasi ditambah dengan masukan yang diperoleh. Masukan ini bisa didapat dari narasumber internal Museum yaitu pegawai-pegawai Museum itu sendiri, apakah selama Ketua Komite yang lama menjabat ada kepercayaan dan keterbukaan di dalam ruang lingkup intern Museum. Keterbukaan
disini
bisa
diartikan
mengenai
transparansi
berupa
pendapatan Museum dari retribusi, maupun dana dari Pemetintah Kota yang diperoleh dan yang dikeluarkan untuk perawatan Museum, atau tentang keberadaan jumlah koleksi yang ada apakah masih sama, masih sama tetapi ada yang sudah tidak asli, ada beberapa yang tidak ditempat, dan lain sebagainya. Selama proses analisis ini sebaiknya segera pula dilakukan inventarisasi koleksi Museum, dengan mengandalkan catatan inventarisasi sebelumnya dan melalui arsip Berita Acara Pemeriksaan (BAP) tentang benda cagar budaya yang diberikan individu untuk disimpan di Museum, atau mugkin tentang adanya beberapa koleksi Museum yang rusak. Setelah dilakukan identifikasi dan analisis krisis, langkah isolasi krisis juga perlu dilakukan yaitu misalnya karena krisis tersebut timbul dari internal perusahaan, maka agar tidak kembali terjadi salah satunya mempekerjakan pegawai yang jujur dan benar-benar peduli untuk menjaga terhadap keberadaan benda cagar budaya, dan yang tentunya tidak tergiur oleh materi atas harga mahal sebuah benda cagar budaya.
2.
Ketika tahap Resolusi, yang juga tentunya bertujuan untuk mencari lebih commit to nusantara user banyak minat kunjungan wisatawan baik maupun mancanegara:
xcii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Dalam hal mempromosikan Museum Radya Pustaka melalui media online (http://museumradyapustakasurakarta.blogspot.com), sebaiknya lebih aktif memperbaharui blog misalnya jadwal event yang akan diselenggarakan, berita tentang Museum, dan pengurus blog sebaiknya lebih aktif online agar komentar yang ditinggalkan pengunjung di blog tersebut bisa cepat direspon oleh pihak Museum. Dimana dalam hal ini bisa juga sebagai saran masukan dari pengunjung. b. Pada teras depan sebaiknya diberi meja tamu yang diisi posisinya oleh satu atau dua pegawai Museum, yang bertujuan memberi sambutan selamat datang kepada wisatawan yang mengunjungi Museum Radya Pustaka. Selain itu, menjamu wisatawan dengan welcome drink biasanya dapat membuat wisatawan merasa lebih senang. Sajikan minuman khas dari Jawa sehingga wisatawan juga secara tidak langsung mengetahui minuman khas dari Jawa yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan yang ada di Jawa, misalnya wedang jahe, wedang beras kencur, dan lain sebagainya. Ketika memberikan welcome drink tersebut berikan juga penjelasan mengenai minuman khas Jawa tersebut, seperti misalnya bahan yang digunakan dan khasiat bagi tubuh.
commit to user
xciii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id DAFTAR PUSTAKA
Abdurrachman, Oemi. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001. Ardianto, Elvinaro. Public Relations Suatu Pendekatan Praktis, Kiat Menjadi Komunikator dalam Berhubungan dengan Publik dan Masyarakat. Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004. Assumpta Rumanti OSF, Sr. Maria. Dasar-Dasar Public Relations: Teori dan Praktik. Jakarta: Grasindo, 2002. Chatra, Emeraldy dan Rulli Nasrullah. Public Relations Strategi Kehumasan dalam Menghadapi Krisis. Bandung: CV. Maximalis, 2008. HB, Sutopo. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press, 2002. Jefkins, Frank. Public Relations. Penerjemah : Harris Munandar. Jakarta: Erlangga, 1995. Kasali, Rhenald. Manajemen Public Relations Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Grafiti, 1999. Maleong, Lexi. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2002. Morissan. Manajemen Public Relations Strategi Menjadi Humas Profesional. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008. Moore, H. Frazier. Hubungan Masyarakat Prinsip, Kasus, dan Masalah. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1988. Nova, Firsan. Crisis Public Relations. Jakarta: Grasindo, 2009.
O., C. Aronoff Baskin, D. Lattimore. Public Relations: The Profession and the Practise. Madison Wl: Brown&Benchmark, 1997.
Robbins, P. Stephen. Organizations Theory: Structure, Design and Applications. London: Routledge,1990. commit to user
xciv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ruslan, Rosady. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R n D. Bandung: Alfabeta, 2009.
JURNAL David Sterne, Graeme. Media Perceptions of Public Relations in New Zealand, Journal of Communication Management, Vol 14, January 2010: 4-31 Jo, S. (2003), The Portrayal Of Public Relations In The News Media, Mass Communication and Society, Vol. 6 No. 4, pp. 397-411. Khodarahmi, Ehsan. Media Relations, Journal Disaster Prevention and Management, Vol.18, May 2009: 535 – 540. S. Luhukay, Marsefio. Penerapan Manajemen Krisis di Indonesia : Memotret Krisis dalam Kacamata Public Relations, Jurnal Ilmiah SCRIPTURA, Vol. 2, No. 1, Januari 2008: 18 – 28. White, J. and Hobshawn, J. (2007). Public Relations And Journalism, Journalism Practice, Vol. 1 No. 2, pp. 283-92.
commit to user
xcv