MAKALAH INDIVIDU ORGANISASI KEJAHATAN DAN KEJAHATAN TERORGANISASI Masalah Sindikat Manusia Perahu Melalui Pendekatan Teori Carlo Morselli
Fransiska Wuri N
(0906492032)
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA 2012 i
Masalah sindikat ..., Fransiska Wuri Nugrahani, FIB UI, 2013
ii
Masalah sindikat ..., Fransiska Wuri Nugrahani, FIB UI, 2013
iii
Masalah sindikat ..., Fransiska Wuri Nugrahani, FIB UI, 2013
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi tuhan yesus yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan makalah individu berjudul "Analisa Masalah Sindikat Manusia Perahu Melalui Pendekatan Teori Carlo Morselli." Makalah individu ini ditulis sebagai tugas akhir mata kuliah Organisasi Kejahatan dan Kejahatan Terorganisasi yang diselenggarakan oleh Departemen Ilmu Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Dalam penyusunannya, banyak pihak yang telah membantu sehingga makalah non seminar ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1) Mohammad Irvan Olii S.Sos., M.Si yang merupakan dosen mata kuliah Organisasi Kejahatan dan Kejahatan Terorganisasi sekaligus pembimbing akademik saya dalam menyelesaikan makalah ini. Ilmu dan bantuan yang beliau berikan sangat berarti dan bermanfaat bagi saya; 2) Drs. Awang Ruswandi, M.Si yang selama tiga setengah tahun ini menjadi pembimbing akademik saya. Terima kasih atas arahan, perhatian serta bantuannya sehingga saya dapat menjalani studi saya di kekhususan jurnalisme dengan baik; 3) Orang tua saya, yang telah senantiasa mendoakan kesuksesan saya dan kelancaran dalam mengerjakan makalah individu ini. Mereka senantiasa tak pernah lupa mengingatkan untuk menjaga kesehatan di saat menjalani masa kuliah hingga selesai; 4) Teman-teman satu program studi atau kekhususan Jurnalisme angkatan 2009 yang selalu berbagi suka dan duka karena dikejar berbagai deadline selama tujuh semester ini. Kita telah akrab dengan deadline dan berbagai tugas produksi. Pun ketika mengerjakan skripsi kelompok ini, tugas-tugas lapangan dan deadline tugas tak pernah absen. Terima kasih untuk setiap canda, tawa, dan marah yang mewarnai hari-hari. 5) Teman-teman jurusan Ilmu Komunikasi Fisip UI angkatan 2009 yang telah bersamasama mengarungi samudera ilmu komunikasi dan berjuang menyelesaikan makalah ini bersamasama. iv
Masalah sindikat ..., Fransiska Wuri Nugrahani, FIB UI, 2013
6) Pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini namun karena keterbatasan tak dapat saya sebutkan satu demi satu. Terima kasih untuk kalian semua.
Saya berharap makalah individu ini dapat bermanfaat bagi khazanah ilmu pengetahuan di Indonesia. Saya juga berharap makalah ini dapat terus dikembangkan. Meski demikian, saya sadar bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu, saya sangat berharap ada kritik dan saran dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat disempurnakan. Amin.
Depok, Februari 2013
Fransiska Wuri Nugrahani
v
Masalah sindikat ..., Fransiska Wuri Nugrahani, FIB UI, 2013
vi
Masalah sindikat ..., Fransiska Wuri Nugrahani, FIB UI, 2013
ABSTRAK
Nama
: Fransiska Wuri Nugrahani
Program Studi : Ilmu Komunikasi/Jurnalisme Judul
: Analisa Masalah Sindikat Manusia Perahu Melalui Pendekatan Teori Carlo Morselli
Penelitian ini mengamati permasalahan penyelundupan manusia menuju Australia yang memanfaatkan wilayah Indonesia sebagai transit point dengan menggunakan jalur laut sehingga mendapat sebutan manusia perahu. Ini merupakan salah satu bentuk dari kejahatan lintas negara yang menempatkan imigran gelap dan pengungsi asal Asia Selatan dan Timur Tengah sebagai komoditi untuk mendapatkan keuntungan materil. Alasan penulis meneliti permasalahan ini beranjak dari keprihatinan terhadap permasalahan yang menimbulkan akibat buruk terhadap keamanan individu (yaitu hubungan gelap dan pengungsi), terhadap hubungan bilateral antara Australia dan Indonesia pada khususnya dan keamanan regional dalam lingkup yang lebih luas. Selain itu kejahatan penyelundupan manusia ini cenderung semakin berkembang. Hal ini dikarenakan besarnya keuntungan yang didapatkan oleh sindikasi kejahatan ini dibandingkan dengan penyelundupan obat terlarang dan senjata. Selain keuntungan yang besar, resiko yang ditimbulkan juga relatif lebih kecil. Karenanya diperlukan pemahaman yang dalam mengenai fenomena ini agar perkembangan dari kejahatan lintas negara ini dapat dihambat sehingga dampak-dampak buruk yang ditimbulkan dapat direduksi. Apabila dilihat dari pendekatan teori dari Carlo Morselli, kejahatan people smuggling ini merupakan sebuah organisasi kejahatan yang bersifat transnasional. Organize crime penyelundupan manusia perahu ini tumbuh karena pengantara (broker). Broker atau multiple broker membuat jaringan antara satu titik ke titik yang lain dalam upaya melancarkan aktivitas penyelundupan imigran gelap ke Australia ini. Peran broker sangat aktif dan memiliki pengaruh besar akan jalannya jaringan kriminal people smuggling. Untuk itu, broker merupakan kunci utama (key player) atas berlangsungnya aktivitas kejahatan ini. Ia menghubungkan yang tak vii
Masalah sindikat ..., Fransiska Wuri Nugrahani, FIB UI, 2013
terhubung, serta menjadi pihak yang mampu membaca situasi, dan melakukan pergerakan yang cepat, lincah, dan gesit saat melakukan perannya.
viii
Masalah sindikat ..., Fransiska Wuri Nugrahani, FIB UI, 2013
ABSTRACT
Name
: Fransiska Wuri Nugrahani
Study Program
: Communication/Journalism
Title
: Analyzing People Smuggling by Carlo Morselli Approaching
This research observes about people smuggling heading to Australia which being transported through the sea, or well known as boat men. This is a form of transnational crime putting black immigrants and refugees from South Asia and Middle East as commodities to gain profit.
By concerning this problem, researcher try to elaborate the impact that has been appeared due to this case related to personal safety and bilateral relationship between Australia and Indonesia, spesifically regional safety in the greater context. It is getting critical when we see that this bussiness getting bigger and more profitable compared by drug dealing and gun trading. In the other hand, this bussiness risk is relatively smaller beside other kind of crimes. Hereby, it is needed full comprehension to recognize this phenomena in order to prevent, reduce till eliminate the bad impacts of the development of this transnational crime.
From Carlo Morselli approach, this case can be seen as smugggling people that been classified as transnational organized crime. Broker plays major role in this phenomena. Broker or multiple brokers create networks between the check points to reinforce the bussiness flow into Australia. Broker actively takes control and having great impact as key player of this case. All are connected, instructed and done under the broker’s command.
ix
Masalah sindikat ..., Fransiska Wuri Nugrahani, FIB UI, 2013
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………...........i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS………………………………………...........ii HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………............iii KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH………………………………………......v ABSTRAK………………………………………………………………………………………vi ABSTRACT…………………………………………………………………………..................viii DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….…ix
I. PENDAHULUAN………………………………………………………………………….…1 II. PERMASALAHAN …………………………………………………………………….…...2 III.ANALISA…………………………………………………………………………….……...4 A. CENTRALITY AND KEY PLAYER DESIGNATIONS………………………….….……7 B. BROKER AS KEY PLAYERS…………………………………………………….……...…7 C. FLEXIBLE ORDER….………………………………………………………….…...……..10 IV. KESIMPULAN……………………………………………………………….…………....13
DAFTAR REFERENSI………………………………………………………….……………..16
x
Masalah sindikat ..., Fransiska Wuri Nugrahani, FIB UI, 2013
A. PENDAHULUAN
Sejak berakhirnya Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet bentuk ancaman terhadap suatu negara tidak lagi selalu terkait dengan aspek-aspek militer atau perluasan ideologis dari dua negara adidaya yang bersaing. Permasalahan yang muncul dan berkembang setelah periode ini lebih mengacu kepada ancaman-ancaman yang sifatnya non militeristik. Kini, Masalah militeristik telah bergeser ke masalah-masalah transnasional: Military threats, while still to be guarded against, no longer dominate the security agenda. Transnational challenges to security are becoming more salient and are ‘relatively impervious to traditional state centric means of enforcement’ because they do not conform to national borders and are therefore beyond the jurisdiction of individual states. 1
Dupont mengklasifikasi isu-isu transnasional menjadi tiga, yaitu kerusakan lingkungan (environmental degradation), perpindahan penduduk secara ilegal (unregulated population movements) dan kejahatan lintas negara (transnational crime). 2 Kejahatan lintas negara merupakan salah satu dari isu-isu keamanan baru yang berkembang saat ini. Pertumbuhan aktivitas bisnis ilegal secara tidak langsung membentuk sindikasi transnational organizaed crime (TOC) yang dipicu oleh kemajuan pesat teknologi, semakin eratnya perdagangan internasional dan juga situasi geopolitik setelah Perang Dingin. Selain itu, berkembangnya TOC juga didorong oleh berbagai kemudahan sebagai konsekuensi dari kemajuan teknologi dan semakin terkaitnya ekonomi dunia satu dengan yang lainnya. 3 Di satu sisi, globalisasi telah memberikan banyak kemudahan dalam perpindahan barang, uang dan manusia akan tetapi di sisi lain telah memudahkan perpindahan ‘dirty money’ seperti dalam transportasi obat terlarang, senjata, imigran gelap, bahan pembuat nuklir, dan lain-lain. 4 Dalam konteks Indonesia, TOC merupakan ancaman keamanan yang nyata. Transisi politik ke arah demokrasi, krisis ekonomi, sosial, dan politik menyebabkan state authority berada dalam titik lemah sehingga penegakan hukum tidak berjalan dengan semestinya. Selain itu
1
Alan Dupont, “Transnational Security Issues and Preventive Diplomatic in Pacific Asia”, The Cambodian Institute for Cooperation and Peace Issue No. 18, 1999, hal.5 2 Ibid, hal.5 3 Louis I. Shelley, “Transnational Organized Crime: An Imminent Threat to the Nations State?” Journal of International Affairs, Volume 48/2 Winter 1995, hal.463 4 Roy Godson and Phil Williams, Strengthening Cooperation Againts Transnational Crime”, Survival—The International Institute for Strategic Studies Quarterly, Vol.40, 1998, hal.66.
1 Masalah sindikat ..., Fransiska Wuri Nugrahani, FIB UI, 2013
berbagai negara kepulauan yang memiliki garis batas panjang dan terbuka, menjadikan Indonesia sangat potensial menjadi lahan operasi kelompok-kelompok TOC.5 Salah satu bentuk kejahatan lintas negara terorganisir yang dihadapi oleh Indonesia adalah penyelundupan imigran gelap yang di antaranya adalah para pencari suaka dan pengungsi atau lebih dikenal dengan sebutan kejahatan people smuggling. Seorang pencari suaka adalah seseorang yang menyebut dirinya sebagai pengungsi, namun permintaan mereka akan perlindungan belum selesai dipertimbangkan. 6 Sementara itu, pengungsi adalah “seseorang yang dikarenakan oleh ketakutan yang beralasan akan penganiayaan, yang disebabkan oleh alasan atas nama ras, agama, kebangsaan, keanggotaan kelompok sosial tertentu dan keanggotaan partai politik tertentu, berada di luar negara kebangsaannya dan tidak menginginkan perlindungan dari negara teresebut. 7 Ketika seorang pengungsi meninggalkan negara asalnya atau tempat tinggal sebelumnya, mereka meninggalkan sebagian besar hidup, rumah, kepemilikan dan keluarganya. Pengungsi tersebut tidak dapat dilindungi oleh negara asalnya karena mereka terpaksa meninggalkan negaranya. Karena itu, perlindungan dan bantuan kepada mereka menjadi tanggung jawab komunitas internasional. Dalam kasus ini Indonesia dilibatkan sebagai negara transit sebelum melanjutkan perjalanannya ke Australia. Beberapa tahun terakhir ini tindak kriminal ini mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Peningkatan ini antara lain diakibatkan oleh masalah politik di berbagai negara di dunia dan terjadinya kesenjangan ekonomi. Kondisi ini mendorong terjadinya migrasi berskala besar. Para imigran dan pengungsi ini berusaha mencari peluang kerja dan iklim kehidupan yang lebih baik di negara lain. Selain itu, kejahatan lintas negara ini juga disebabkan oleh semakin sulitnya melakukan migrasi secara legal. Ketatnya prosedur yang diterapkan oleh suatu negara mendorong seorang imigran menggunakan jasa ilegal untuk memfasilitasi perpindahannya ke negara yang diyakini dapat memberikan kehidupan yang layak. 8 Sindikasi kejahatan lintas negara yang terorganisir dalam bentuk kejahatan people smuggling telah memiliki jaringan di banyak negara serta didukung oleh kecanggihan teknologi 5
Philips Jusario Vermento, “Transnational Organized Crime: Isu dan Permasalahannya,” Analisis CSIS No. XXXI/2002, May 2002, hal.44 6 7 8
http://www.unhcr.or.id/id/siapa-yang-kami-bantu/pengungsi diakses 28 Oktober 2012 pukul 19.00 http://www.unhcr.or.id/id/siapa-yang-kami-bantu/pencari-suaka diakses 28 Oktober 2012 pukul 19.05 DIMIA Fact Sheet no.73, http://immi.gov.au/facts/73smuggling.htm, diakses 9 Oktober 2012 pukul 19:53
2 Masalah sindikat ..., Fransiska Wuri Nugrahani, FIB UI, 2013
dan finansial yang kuat. Dibandingkan dengan masa sebelumnya, keberadaan sindikasi imigran ilegal ini semakin terstruktur dan profesional. Aktifitas bisnis ini sangat diminati karena dianggap sebagai usaha yang menguntungkan dan memiliki resiko yang lebih ringan dibandingkan dengan penyelundupan obat-obat terlarang ataupun penyelundupan senjata. Hal ini menyebabkan sindikasi transnasional mengalihkan operasinya dari penyelundupan obat terlarang ke people smuggling. 9 Dari segi pendapatan, sindikasi people smuggling di dunia diperkirakan mencapai US$ 712 milliar dolar Amerika per tahunnya. Bahkan pernah diperkirakan mencapai US$ 30 miliar. 10 People smuggling menimbulkan masalah kemanusiaan dan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Jenis kejahatan lintas negara ini menjadikan manusia sebagai komoditi. Pencari suaka ataupun imigran gelap mengeluarkan sejumlah uang yang cukup besar untuk membeli jasa ilegal ini. Cara-cara yang digunakan oleh penyelundup tersebut sangat tidak menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Perjalanan yang ditempuh menuju negara tujuan sangat beresiko.11 Di kawasan Asia Pasifik, Australia merupakan salah satu negara tujuan karena negara ini memberikan daya tarik bagi para imigran gelap yang ini mendapatkan kehidupan yang lebih baik karena kondisi ekonomi dan politik yang stabil. Menurut Fiona David, “Australia has always been an attractive destination for potential migrants because of Australia’s relative economic and political stability.” 12 Selain itu, Australia memiliki luas wilayah yang hampir sama dengan Amerika Serikat, padahal jumlah penduduknya hanya mencapai 20 juta jiwa. Para pendatang gelap beranggapan bahwa negara ini merupakan peluang yang sangat terbuka dan tidak bermasalah dengan penambahan populasi. Australia juga merupakan negara yang besar dengan garis pantai hampir mencapai 37.000 kilometer di mana sebagian besar wilayahnya belum berpenduduk. Garis pantai yang besar ini menjadikan Australia sebagai negara sasaran yang relatif mudah dicapai oleh operasi smuggling dan trafficking melalui jalur laut. Data menunjukkan pada tahun 2009 ada 61 buah kapal ke Australia dengan membawa 2.849 penumpang gelap, di tahun 2010 ada 134 orang dengan 6.786
9
Adam, Graycar, “People smuggling : National Security Implication,” Australian Defense College, 2000, hal.3; People smuggling 10 People smuggling is on the Rise, Crime Service, ICC Commercial Crime Service http://www.globalpolicy.org, diakses 09 Oktober 2012 11 Ibid. 12 Fiona David, “Human Smuggling and Trafficking”: An Overview of the Response at the Federal Level, Research and Public Policy Series No. 24, Australian Institute of Criminology, 2000, hal.3
3 Masalah sindikat ..., Fransiska Wuri Nugrahani, FIB UI, 2013
penumpang ilegal, dan di tahun 2011 ada 28 kapal dengan penumpang gelap sebanyak 1.675 orang. 13 Di kawasan Asia-Pasifik, masalah ini telah menjadi keprihatinan bersama. Ribuan imigran gelap berasal dari Timur Tengah dan Asia Selatan yang menjadikan Australia sebagai negara tujuan diselundupkan melalui beberapa negara setiap tahunnya. Dalam perjalanannya menuju Australia, operasi ilegal ini memanfaatkan negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang dikelilingi oleh perairan sebagai jalur lintas yang sangat strategis. 14 Sebelum aktivitas people smuggling marak, kawasan ini sudah dijadikan oleh penyelundup sebagai jalur penyelundupan lainnya seperti senjata dan narkotika. Berkembangnya operasi penyelundupan di kawasan ini tak bisa dilepaskan dari kondisi hukum negara-negara di kawasan ini yang lemah dan relatif tidak stabil dengan masalah-masalah dalam negerinya. 15
B. Permasalahan Dampak dari operasi sindikasi people smuggling adalah mengalirnya perpindahan ilegal sekelompok orang ke suatu negara. Perpindahan penduduk secara tidak sah dalam jumlah besar ini merupakan elemen dari ancaman keamanan baru yang utama. Kusnanto Anggoro berpendapat bahwa di antara berbagai bentuk ancaman nonkonvensional, perpindahan penduduk secara ilegal merupakan masalah keamanan yang paling rumit. Aktor penting migrasi penduduk adalah organisasi-organisasi, baik organisasi yang sederhana maupun canggih dari segi modal, manajemen maupun jaringannya. 16 Makalah ini ingin menganalisa lebih jauh apakah masalah Sindikat Manusia Perahu merupakan bentuk organized crime dengan pendekatan teori dari Carlo Morselli.
C. Melihat Masalah Sindikat Manusia Perahu Melalui Pendekatan tentang Organize Crime oleh Carlo Morselli.
People smuggling Menuju Australia Melalui Jalur Udara dan Laut 13
People smuggling, Fact Sheet 73 produced by the Public Affairs Section of the Department of Immigration and Multicultural and Indigenous Affairs (DIMIA) http://www.immi.gov.au/facts/73smuggling.htm diakses melalui Majalah Tempo Edisi 17 Juni 2012 hal.28 14 Suara Pembaruan, Dilema Manusia Perahu: Indonesia Tidak Bisa, Australia Tidak Mau,” 9 September 2001 15 Ibid. 16 Kusnanto Anggoro, “Dimensi Politik dan Keamanan Perpindahan Penduduk di Kawasan Asia Pasifik,” Analisis CSIS, Tahun XXVI, No.6, Nov-Des 1997, hal. 608 dan 619.
4 Masalah sindikat ..., Fransiska Wuri Nugrahani, FIB UI, 2013
Pada awalnya, sindikasi people smuggling memanfaatkan jalur udara untuk dapat menyelundupkan pendatang gelap ke Australia. “Historically, the most common transportation to Australia has been by air, arriving with false documents." 17 Namun, karena ketatnya kontrol visa di bandar udara Australia, maka jalur laut diminati oleh sindikat tersebut. Untuk merespon perubahan ataupun penguatan undang-undang terkait dengan kejahatan people smuggling, jaringan sindikasi ini menyesuaikan metode operasinya untuk mempertahankan kelangsungan jaringan mereka. Penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan tentu saja terkait dengan pilihan jalur perjalanan dan jenis transportasi yang digunakan. Artinya adalah jalur-jalur yang ditempuh terkadang sederhana atau rumit. Karenanya waktu yang ditempuh bervariasi dari hitungan hari, bulan, ataupun tahun. Chalenging methods of the people smuggling networks as a response to legislative and law enforcement activities are necessary for the survival of this network. Flexibility is thus one of the main characteristic of transportation and the choice of routes. This means that the routes used by people smugglers may sometimes be simple and direct, at other times circuitous. The time between departure and arrival may thus vary from some days to several months or even years. Smuggling is carried out either by land, air, or sea. 18
Indonesia sebagai negara yang dilewati oleh para imigran gelap dalam perjalanannya menuju Australia menjadikan Indonesia sebagai transit point. Jalur laut dipilih karena mereka tidak perlu melewati pemeriksaan visa. Selain itu apabila ada sindikat manusia perahu yang tertangkap di Indonesia, masih dikenakan hukuman ringan karena Indonesia sampai sekarang ini belum memiliki hukum yang dapat mengadili tindak kejahatan people smuggling. Ketiadaan hukum tersebut membuat pelaku kejahatan ini hanya dijerat pelanggaran izin tinggal. Pada awal September 2002, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta hanya menghukum enam bulan penjara terhadap terdakwa Mootaz Atta Mohamad Hasan. Dia dinyatakan bersalah melanggar ijin tinggal, padahal terdakwa ditangkap oleh pihak kepolisian karena diduga sebagai otak penyelundupan manusia dari Timur Tengah ke Australia melalui Indonesia. Hukuman yang ditetapkan oleh pengadilan Indonesia tidak sebanding dengan perbuatannya dikarenakan belum adanya perangkat hukum yang bisa menjerat para pelaku penyelundup manusia. Dalam kasus yang sama, pengadilan Australia telah menghukum enam tahun penjara warga Indonesia yang
17 18
Adam Graycar, “People smuggling: National Security Implications,” Australian Defense College. http://www.interpol.int/Public/THB/PeopleSmuggling/Default.asp 16/10/2012
5 Masalah sindikat ..., Fransiska Wuri Nugrahani, FIB UI, 2013
terlibat dalam sindikasi penyelundupan manusia tersebut 19. Karena faktor pergantian jalur itulah, setiap kali ada pemberitaan mengenai people smuggling, sudah hampir pasti dilakukan di jalur laut, sehingga lekat sekali istilah manusia perahu dalam kasus people smuggling. Data Departemen Imigrasi dan Urusan Multikultural Australia (DIMIA), menyebutkan bahwa pada tahun 1998-1999 dari 3.009 imigran gelap yang masuk, 2.083 di antaranya tertahan di bandar udara. Sedangkan yang datang dengan kapal laut hanya berjumlah 926 orang. Sedangkan pada periode 1999-2012 terjadi kelonjakan angka imigran gelap yang masuk melalui jalur laut. Dari total 5.868 pendatang ilegal, 4.175 orang di antaranya datang menggunakan kapal laut dibandingkan kedatangan melalui udara yang hanya 1.694 orang. Pada awal April 2012 lalu, sebuah kapal berisi 50 imigran gelap tenggelam di perairan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Kapal tersebut berlayar dari Denpasar menuju Ashmore Reef, Australia. Sepekan setelah kejadian tersebut, sebuah kapal yang mengangkut 82 imigran gelap yang hendak menuju Pulau Christmas mesinnya mogok lalu mati. Kapal mereka terseret arus ke timur, menjauhi Pulau Christmas. Mereka lalu terdampar di Pantai Wonogoro di Kecamatan Gedangan, Malang, Jawa Timur. Lelah dan kedinginan, dengan cepat mereka diringkus petugas imigrasi setempat. 20 Fenomena ini tentu saja menambah jumlah kasus people smuggling yang melewati Indonesia. Kasus terdamparnya manusia perahu di perairan Indonesia merupakan sebuah fenomena kriminal yang bisa dikaji dalam ranah Kriminologi dan Ilmu Hukum karena sangat terkait dengan Transnational Organization Crime (TOC), dalam hal ini sindikat yang membantu para imigran gelap tersebut menuju ke Australia. Carlo Morselli beranggapan bahwa jaringan kriminal pada sebuah organisasi kejahatan tidak sesederhana jaringan sosial tindak kriminal lainnya. Pasti ada sebuah interaksi spesifik dan relasi di antara anggotanya dalam jaringan tersebut. Criminal networks are not simply social networks operating in criminal contexts. The covert settings that surround them call for specific interactions and relational features within beyond the networks. 21
19
http://m.tempo.co/read/news/2012/10/22/120437153/Australia-Hukum-Berat-Gembong-ManusiaPerahu?view=fullsite diakses 28 Oktober pukul 01:26 20
http://www.tempo.co/read/news/2012/06/11/063409692/Menelusuri-Sindikat-Manusia-Perahu diakses pada 28 Oktober 01:23 21
Morselli, Carlo, “Inside of Criminal Networks.” Springer: Canada, page 8.
6 Masalah sindikat ..., Fransiska Wuri Nugrahani, FIB UI, 2013
Penyelundupan manusia secara ilegal merupakan sebuah bentuk aktivitas ilegal yang diorganisir oleh sebuah jaringan tertentu. Jaringan penyelundupan manusia ini banyak sekali bentuknya, dan persebarannya sangat luas. Segala cara dilakukan agar perpindahan manusia secara ilegal menuju negara impian, Australia berjalan dengan mulus, termasuk di antaranya mengganti jalur transportasi, membuang passport, dompet, hingga menyiapkan tempat bagi para imigran gelap untuk transit. Centrality and Key Player Designations Di dalam sebuah jaringan pasti memiliki keanggotaan. Di satu kasus kejahatan transnasional yang sama bisa saja memiliki jaringan yang berbeda, dengan anggota yang berbeda, dan belum tentu saling kenal. Namun, yang sama di antara jaringan tersebut adalah tindakan yang mereka lakukan bersifat ilegal dan kesamaan dalam motif untuk memperoleh keuntungan. In co-offending settings, many offenders may be part of the same criminal operation, but they never actually meet. 22
Di dalam sebuah jaringan kriminal itu sendiri pasti ada aturan bagi tiap anggotanya dalam bertindak. Aturan-aturan itulah yang menjelaskan peran masing-masing anggota. Morselli beranggapan bahwa ada dua buah jenis keanggotaan dalam sebuah jaringan. Yang pertama adalah tokoh sentral (centrality player), dan yang kedua adalah tokoh penghubung (broker). Sebuah premis mengatakan bahwa keterpusatan adalah indikasi yang penting untuk mengukur pengaruh dan kontrol di dalam sebuah jaringan. Keanggotaan sentral menurut Morselli adalah suatu kondisi di mana jaringan tersebut merupakan jaringan yang paling terkoneksi di antara jaringan yang lain. Komunikasi yang terjalin sangat kuat di dalam keanggotaan ini, sehingga berpengaruh pada kekuatan dan kohesivitas dari tokoh sentral ini yang juga kuat. Biasanya keanggotaan sentral memiliki anggota yang sangat sedikit (grup kecil). A centralized network is composed of a small, densely knit core and a large, dispersed periphery. In such a structure, participants at the core are particularly vulnerable because of their high degree of connectivity. 23
Broker as Key Player
22 23
Ibid. Hal. 10 Ibid. Hal. 13
7 Masalah sindikat ..., Fransiska Wuri Nugrahani, FIB UI, 2013
Para imigran gelap yang jumlahnya ribuan dan sebagian besar datang dari Pakistan, Afganistan, dan Iran tersebut berjumpa dengan agen lokal setiap kali mengadakan transit dalam perjalanannya menuju Australia. Salah seorang imigran bernama Khaliqdad 24 dijemput oleh seorang agen lokal di Bandara Suvarnabhumi, Thailand. Agen lokal ini orang Thai asli. Dengan mobil, ia dan keluarganya ini lalu dibawa ke Malaysia. Semua dokumen perjalanan mereka— paspor, visa, bekas tiket—dibuang. Perhentian berikutnya adalah Terminal Larkin, Johor Baru. Di sini keluarga Khaliqdad bergabung dengan puluhan imigran lain Mereka lalu dibawa ke daerah Sungai Rengit, kawasan hutan bakau di selatan Johor Baru. Di sepanjang sungai itu ada rumah-rumah mungil 5 x 6 meter untuk menampung mereka. Lokasinya yang strategis dan tertutup itu membuatnya ideal sebagai titik pelarian ke negeri transit selanjutnya: Indonesia. Pada Agustus lalu, ketika keluarga Khaliqdad berada di sana, seorang agen penyelundup lokal Malaysia sibuk menyewa sejumlah sampan kecil untuk menyeberangkan mereka ke Batam, Kepulauan Riau. Pengungsi yang mau langsung ke negeri Koala harus merogoh kocek sampai 15 ribu ringgit atau lebih dari Rp 45 juta. Mereka diangkut dengan sampan bermotor yang biasa disebut kapal pompong. Perjalanan makan waktu 2-3 jam. Begitu sampai di Batam, mereka berangkat ke Bandara Hang Nadim. Agen lokal di sini-kali
ini
orang
Indonesia—sudah
menyediakan
tiket
pesawat
dan
dokumen
lain.
Perhentian terakhir mereka adalah Cisarua, Jawa Barat. Agen-agen lokal yang ada di setiap negara yang bertugas menjemput Khaliqdad dan keluarganya bisa saja berasal dari satu TOC yang sama, namun bisa juga tidak. Mungkin saja di antara agen-agen tersebut tidak saling mengenal, dan hanya berkomunikasi atau bertukar pesan lewat media komunikasi dan belum pernah bertatap muka. Fenomena di dalam sebuah tubuh jaringan kriminal seperti ini mungkin saja terjadi. Di dalam keanggotaan inti dari sebuah sindikat kejahatan transnasional tentu saja ada seorang leader yang memimpin jalannya organisasi kriminal ini. Pimpinan ini bertugas untuk membagi-bagi tugas dan mengendalikan segala bentuk aktivitas jaringan. Pimpinan juga biasanya orang yang memiliki kuasa untuk memutuskan suatu hal. Pimpinan yang dimaksud di sini adalah orang yang memiliki kualitas kepemimpinan yang potensial dan tertinggi di antara 24
http://www.tempo.co/read/news/2012/06/11/063409692/Menelusuri-Sindikat-Manusia-Perahu diakses pada 28 Oktober 01:23
8 Masalah sindikat ..., Fransiska Wuri Nugrahani, FIB UI, 2013
yang lainnya. Contohnya, memiliki pengalaman yang luas, kemampuan kognitif yang tinggi, memiliki sumber daya, toleransi yang tinggi, kepercayaan diri yang kuat, terbuka akan hal-hal baru, serta memiliki kemampuan untuk mendelegasikan tugas kepada anak buahnya. Pimpinan ini biasanya tidak keluar ke permukaan, dan menjadi orang yang paling susah terlacak apabila sampai ada aparat hukum yang mengendus kegiatannya. A leader was defined as the participant with the “highest cognitive load” or the network member who manifested the most ualities associated with leadership potential (e.g, prior experience, cognitive ability, extroversion, resourcefulness, high stress tolerance, strong selfesteem, openness to new experiences, and willingness to delegate tasks). 25
Walaupun tokoh sentral ini memiliki kekuasaan yang kuat di dalam tubuh organisasi, tokoh yang terlihat bukanlah dia. Di antara tokoh sentral itu hadirlah broker yang menghubungkan jaringan. Broker membawa fleksibilitas, integrasi, dan kreatifitas untuk mengelola sebuah organisasi. Morselli berpendapat bahwa jika dilihat dari strata, mungkin broker hanyalah jabatan yang biasa saja dibandingkan dengan tokoh sentral. Ia tidak memiliki kuasa yang besar dalam organisasi. Namun, broker merupakan tokoh kunci dalam dari keseluruhan aktivitas organize crime. Some participants may have a lower degree of direct contacts in the network, but they are nevertheless centrally positioned as key intermediaries along the shortest paths that unite network participants. 26
Sindikat manusia perahu Mereka punya kaki tangan lokal yang mengatur penginapan sampai mengantar imigran gelap ke Pulau Christmas, Australia. Salah satu broker yang memiliki peranan penting dalam sindikat manusia perahu ini adalah para nelayan. Nelayan Rote dipilih karena mereka dikenal jago mengarungi laut menuju Australia walau dengan peralatan paspasan. Laporan Utama Tempo edisi 11 Juni 2012 berjudul "Wajah Sindikat Manusia Perahu" mengungkap agen para nelayan Rote, Nusa Tenggara Timur, yang biasa mengatur pengiriman manusia perahu. Agen lokal ini adalah seorang pria asal Desa Papela, Kecamatan Rote Timur, Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Fakta yang mencengangkan adalah hampir semua nelayan di Desa Papela ada di bawah kendali agen ini. Mereka bisa disewa sebagai anak buah kapal,
25 26
Ibid. Hal.14 Ibid. Hal. 12
9 Masalah sindikat ..., Fransiska Wuri Nugrahani, FIB UI, 2013
mekanik, sampai nakhoda untuk kapal imigran ke Australia. Sekali berangkat, honornya minimal Rp 10 juta per orang. Nelayan Rote dicari karena mereka memang biasa mencari ikan hiu sampai Pulau Christmas, Australia. Tanpa kompas, tanpa Global Positioning System (GPS), mereka bisa menemukan jalurnya ke sana. Setiap kapal yang diberangkatkan membutuhkan 3-4 nelayan Rote. Meski bayarannya besar, resiko para nelayan ini tidak kecil. Tak sedikit yang tewas tenggelam. Kalaupun ada yang sukses sampai Australia, sebagian besar ditangkap. Sampai Mei 2012 lalu, ada 514 nelayan Indonesia yang ditahan Australia karena kasus penyelundupan manusia. Tak kurang dari 30 orang di antara mereka tergolong di bawah umur. 27 Nelayan Rote yang dipilih adalah salah satu broker yang dipilih dari broker lainnya. Spesialisasinya mengarungi samudra menjadikannya dipercaya untuk membantu penyelundupan manusia perahu. Apabila nelayan Rote ini tertangkap, broker lain bisa saja menunjuk nelayan lain untuk menggantikan posisinya, namun bisa juga menutup aksesnya agar tokoh sentral tidak terendus oleh polisi. Peran antara broker satu dengan broker yang lain inilah yang menjadikan TOC ini menjadi kuat sehingga sulit untuk ditembus.
Dengan semakin kuatnya sebuah jaringan, maka strategi-strategi organisasi dapat diatur dengan rapi dalam rangka mengurangi dan mencegah resiko yang membahayakan organisasi. Seorang broker memiliki jangkauan yang luas dan kemampuan untuk melihat kesempatan dengan baik karena biasanya ia menguasai sebuah wilayah tertentu atau kondisi tertentu dalam mencari celah aktivitas organize crime. Broker menghubungkan yang tidak terhubungan dalam sebuah jaringan dan memberikan koordinasi antara satu broker ke broker lain, maupun ke tokoh sentral. Broker menjalankan perannya dengan sangat baik, dan banyak anggota yang menggantungkan nasib padanya. Desire to manipulate people as resources in order to move ahead; it requires a high measure of centrality from the start and a certain amount of power and prestige and the time to service his relations; the main challenge for the potential broker is how to get people to make use of him. 28
Flexible Order
27
http://www.tempo.co/read/news/2012/06/11/063409688/Nelayan-Pengirim-Manusia-Perahu-Dibayar-Rp-10-juta
diakses 28 Oktober 2012 pukul 19.23 28
Ibid. Hal. 17
10 Masalah sindikat ..., Fransiska Wuri Nugrahani, FIB UI, 2013
Keamanan adalah dimensi terpenting dari partisipasi jaringan kriminal. Untuk melindungi organisasi agar tidak terlacak oleh polisi, peran broker sebagai penghubung sangat dibutuhkan di dalam sebuah organisasi terutama di saat genting. Morselli menilai organize crime memiliki bentuk yang kontinuum, atau dengan kata lain memiliki sifat keteraturan yang luwes. Tiap anggotanya harus mempunyai pergerakan yang cepat, taktis, dan tepat sasaran. Bila ada yang tertangkap, semua anggota organisasi akan bereaksi lebih cepat dan membentuk jaringan baru. Dalam kasus tertentu, misalnya ada broker yang tertangkap atau dibunuh, ada pemindahan wewenang ke pihak lain. Positioning and remaining flexible is the key. From outside the network, such flexibility may appear to be opportunism, short-term thinking, or the result of uncontrolled impulses. From inside the criminal network, however, quick reactions and adjustments are precisely what are called for. 29
Ada banyak cara yang ditempuh untuk menjaga kerahasiaan organisasi dari orang luar. Misalnya dengan menambah proteksi setelah adanya deteksi, mengurangi interaksi fisik maupun non fisik di antara anggota di dalam jaringan, meminimalisasi komunikasi, dan melakukan desentralisasi manajemen kepada pimpinan. Contohnya adalah pedagang karpet penyelundup manusia perahu yang bernama Hasan. Perang saudara berkepanjangan di Pakistan memaksanya pergi meninggalkan Quetta. Ia berhubungan dengan jaringan penyelundup manusia pada awal 2001. Pada usia yang belum genap 21 tahun, ia memutuskan menjadi imigran ilegal. Mimpi menyongsong kehidupan baru di Negeri Kanguru buyar di tengah jalan. Kondisi perahu yang tidak layak, ditambah muatan yang berlebih, membuat kapal limbung dihantam ombak. Selama 14 hari ia dan imigran lain terluntalunta di laut lepas sebelum terdampar di Pulau Sabu, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Di pulau itu, ia dicokok petugas imigrasi Indonesia. Tapi Hasan berhasil mengelabui petugas imigrasi. Ia kabur dari Bandara Soekarno-Hatta sesaat sebelum pesawat yang membawanya ke Islamabad lepas landas. Sejak saat itu, Hasan menjadi buron imigrasi. Dua tahun kemudian, ia naik "status": dari imigran ilegal menjadi salah satu bos besar penyelundup manusia. Perahu yang ditawarkan Hasan mengangkut imigran ke Australia tak pernah karam. Tak aneh bila banyak imigran menganggapnya pahlawan. Canberra menuding Hasan sebagai salah satu biang kerok membanjirnya ribuan imigran gelap ke perairan Australia.
29
Ibid. Hal. 11
11 Masalah sindikat ..., Fransiska Wuri Nugrahani, FIB UI, 2013
Tiga tahun lalu, Australia meminta Indonesia mengekstradisi Hasan. Atas permintaan itu, Tim Satuan Tugas People smuggling Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian RI dua kali menjebloskannya ke penjara, yakni pada Oktober 2009 dan Oktober 2011. Pada akhir Maret lalu, Australia membatalkan permohonan ekstradisi tadi. Hasan kini menunggu dideportasi, meski ia lebih suka tinggal di Indonesia. 30 Pengalaman Hasan ini membuktikan bahwa bahkan untuk menjadi seorang kepala penyelundup, tidak harus selalu berawal dari sebuah organisasi yang besar. Seorang broker bisa menjadi kepala penyelundup bagi jaringan lain yang ia buat, dan orang yang biasa juga bisa mulai membentuk jaringan-jaringan baru yang luwes dan teratur. Untuk melindungi organisasi agar tidak terlacak oleh polisi broker bisa jadi akan mengorbankan dirinya agar jaringannya tetap aman, namun bisa juga melarikan diri. Broker memiliki kemampuan untuk memahami situasi dan memutuskan tindakan apa yang tepat dilakukan saat organisasinya berada dalam kondisi genting. Berdasarkan pendekatan teori dari Carlo Morselli ini, sindikasi people smuggling merupakan tindak kejahatan, karena; pertama sindikasi ini menghasilkan sejumlah uang yang cukup besar melalui ekspoitasi sekelompok besar orang yang lemah. Banyak imigran mati dalam perjalanannya setelah berhari-hari menderita di dalam sebuah kapal dengan kondisi yang buruk. Sebagian mereka yang berhasil mencapai tempat tujuan memiliki ketergantungan dengan agen sindikasi tersebut. dari perspektif moral, kejahatan people smuggling merupakan suatu tindakan yang kejam dan ditentang oleh semua negara. Kedua, sindikasi tersebut tidak hanya melanggar undang-undang keiimigrasian negara tujuan, akan tetapi juga melanggar undang-undang keiimigrasian negara transit. Aktivitas ilegal ini telah melanggar kedaulatan dan menyebabkan kerugian dari negara-negara tersebut, salah satunya adalah Indonesia. Ketiga, people smuggling juga melibatkan sindikasi kejahatan lintas batas di mana jaringan ini terlibat juga dalam penyelundupan obat-obat terlarang dan penjualan perempuan dan
30
http://www.tempo.co/read/news/2012/06/11/063409687/Pedagang-Karpet-Penyelundup-Manusia-Perahu diakses
28 Oktober 2012 pukul 19:44
12 Masalah sindikat ..., Fransiska Wuri Nugrahani, FIB UI, 2013
anak-anak untuk tujuan prostitusi dan perbudakan. Karenanta, sindikasi people smuggling telah menyebabkan meningkatnya tindak kejahatan tersebut di negara transit ataupun negara tujuan. Keempat, sindikasi people smuggling berpotensi merusak reputasi internasional dari negara-negara yang dilibatkan dalam operasinya. Kelima, pemalsuan dokumen-dokumen resmi juga telah menjadi bagian dari industri kejahatan people smuggling ini. Mereka menyediakan jasa pemalsuan dokumen perjalanan di negara asal, transit, dan negara tujuan. Penggunaan dokumen palsu ini juga merupakan ancaman bagi keamanan nasional dari negara tujuan.
D. Kesimpulan Permasalahan penyelundupan imigran gelap dan pengungsi yang difasilitasi oleh sindikasi kejahatan lintas batas terorganisir telah menjadi keprihatinan berbagai negara di dunia. imigran gelap dan pengungsi melakukan perpindahan secara ilegal dengan tujuan untuk mendapatkan kehidupan yang layak secara ekonomi ataupun untuk mendapatkan keamanan. Sebagain besar dari mereka berasal dari negara-negara yang mengalami konflik dan perang berkepanjangan seperti Afghanistan, Irak, Palestina, Pakistan, dan negara-negara Asia Selatan dan Timur Tengah lainnya. Mereka menjadikan negara-negara yang memiliki stabilitas di bidang ekonomi dan keamanan sebagai tujuan. Australia merupakan salah satu negara yang dianggap oleh imigran gelap dan pengungsi memenuhi criteria tersebut. Untuk mencapai negara ini mereka mengeluarkan sejumlah uang yang cukup besar kepada sindikat untuk membantu perjalanan mereka. Pada akhir 90-an, terdapat perubahan jalur yang digunakan oleh sindikasi penyelundup yang telah memiliki jaringan internasional ini, untuk menghindari ketatnya penjagaan petugas Australia di bandara, mereka memilih menggunakan jalur laut dengan menggunakan kapal. Jalur laut yang mereka lalui juga terdiri dari beberapa alternative sehingga memudahkan perpindahan tanpa terdeteksi petugas. Apabila dilihat dari pendekatan teori dari Carlo Morselli, kejahatan people smuggling ini merupakan sebuah organisasi kejahatan yang bersifat transnasional. Organize crime penyelundupan manusia perahu ini tumbuh karena pengantara (broker). Broker atau multiple broker membuat jaringan antara satu titik ke titik yang lain dalam upaya melancarkan aktivitas penyelundupan imigran gelap ke Australia ini. Peran broker sangat aktif dan memiliki pengaruh 13 Masalah sindikat ..., Fransiska Wuri Nugrahani, FIB UI, 2013
besar akan jalannya jaringan kriminal people smuggling. Untuk itu, broker merupakan kunci utama (key player) atas berlangsungnya aktivitas kejahatan ini. Ia menghubungkan yang tak terhubung, serta menjadi pihak yang mampu membaca situasi, dan melakukan pergerakan yang cepat, lincah, dan gesit saat melakukan perannya. Ciri dari organize crime ini menurut Morselli adalah adanya keteraturan yang luwes, di mana pergerakan broker maupun tokoh sentral sangatlah cepat. Apabila jaringan ini pada akhirnya terendus polisi, dengan cepat mereka akan memutus rantai, membentuk jaringan baru, dan tentu saja mendesentralisasikan wewenang kepada anggota yang lain. []
14 Masalah sindikat ..., Fransiska Wuri Nugrahani, FIB UI, 2013
Daftar Pustaka Buku Morselli, Carlo. 2009. “Inside of Criminal Networks.” Springer: Canada. Alan Dupont. 1999. “Transnational Security Issues and Preventive Diplomatic in Pacific Asia,” The Cambodian Institute for Cooperation and Peace Issue No. 18. Shelley, Louis. 1995. “Transnational Organized Crime: An Imminent Threat to the Nations State?” Journal of International Affairs, Volume 48/2 Winter. Roy Godson and Phil Williams. 1998. “Strengthening Cooperation Againts Transnational Crime”, Survival—The International Institute for Strategic Studies Quarterly, Vol.40. Philips, Jusario Vermento.2002.“Transnational Organized Crime: Isu dan Permasalahannya,” Analisis CSIS No. XXXI No.1 Adam, Graycar. 2000. “People smuggling: National Security Implication,” Australian Defense College. Fiona, David. 2000. “Human Smuggling and Trafficking”: An Overview of the Response at the Federal Level, Research and Public Policy Series No. 24, Australian Institute of Criminology. Kusnanto Anggoro. 1997. “Dimensi Politik dan Keamanan Perpindahan Penduduk di Kawasan Asia Pasifik,” Analisis CSIS, Tahun XXVI, No.6.
Data Internet People smuggling is on the Rise, Crime Service, ICC Commercial Crime Service http://www.globalpolicy.org, diakses 09 Oktober 2012 People smuggling, Fact Sheet 73 produced by the Public Affairs Section of the Department of Immigration
and
Multicultural
and
Indigenous
Affairs
(DIMIA)
http://www.immi.gov.au/facts/73smuggling.htm diakses melalui Majalah Tempo Edisi 17 Juni
2012 hal.28
Fact Sheet DIMIA no.73, http://immi.gov.au/facts/73smuggling.htm, diakses 9 Oktober 2012 pukul 19:53 Interpol International People smuggling, http://www.interpol.int/Public/THB/PeopleSmuggling/Default.asp diakses 16 Oktober 2012 pukul 13.08 15 Masalah sindikat ..., Fransiska Wuri Nugrahani, FIB UI, 2013
http://m.tempo.co/read/news/2012/10/22/120437153/Australia-Hukum-Berat-GembongManusia-Perahu?view=fullsite diakses 28 Oktober pukul 01:26 http://www.tempo.co/read/news/2012/06/11/063409692/Menelusuri-Sindikat-Manusia-Perahu diakses pada 28 Oktober 01:23 http://www.unhcr.or.id/id/tugas-dan-kegiatan/penentuan-status-pengungsi 28 Oktober 2012 pukul 01:24 http://www.tempo.co/read/news/2012/06/11/063409687/Pedagang-Karpet-PenyelundupManusia-Perahu diakses 28
Oktober 2012 pukul 19:44
http://www.tempo.co/read/news/2012/06/11/063409688/Nelayan-Pengirim-Manusia-PerahuDibayar-Rp-10-juta
diakses 28 Oktober 2012 pukul 19.23
http://www.unhcr.or.id/id/siapa-yang-kami-bantu/pengungsi diakses 28 Oktober 2012 pukul 19.00 http://www.unhcr.or.id/id/siapa-yang-kami-bantu/pencari-suaka diakses 28 Oktober 2012 pukul 19.05
Artikel Dalam Media Massa Suara Pembaruan, “Dilema Manusia Perahu: Indonesia Tidak Bisa, Australia Tidak Mau,” 9 September 2001 Majalah Tempo, “Sindikat Manusia Perahu,” 11-17 Juni 2012
16 Masalah sindikat ..., Fransiska Wuri Nugrahani, FIB UI, 2013