LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,
Oktober 2015
Lailatul Maghfiroh Salim NIM. 1111101000006
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PROMOSI KESEHATAN Skripsi, November 2015 Lailatul Maghfiroh Salim, NIM: 1111101000006 PERANCANGAN MEDIA LEAFLET HIV/AIDS DI SMP AL-HIDAYAH LEBAK BULUS, JAKARTA SELATAN TAHUN 2015 (xiv + 89 halaman, 1 tabel, 13 gambar, 1 bagan, 11 lampiran) Abstrak Isu-isu yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi kadang merupakan isu yang pelik dan sensitif, seperti hak-hak reproduksi, kesehatan seksual, penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, kebutuhan khusus remaja dan jangkauan pelayanan ke seluruh lapisan masyarakat. Pada tahun 2013 di Jakarta Selatan prevalensi HIV 92 kasus dan prevalensi AIDS sebesar 80 kasus. Menurut studi pendahuluan di SMP Al-Hidayah menyatakan bahwa pengetahuan mengenai HIV/AIDS rendah dan tidak ada media promosi kesehatan serta penyuluhan. Salah satu program pencegahan HIV/AIDS dengan pemberian penyuluhan kesehatan di sekolah dan di masyarakat menggunakan media yang tepat oleh karena itu penelitian ini bertujuan menghasilkan prototipe media leaflet HIV/AIDS pada siswa SMP AlHidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Informan dalam penelitian terdiri dari 11 siswa SMP Al-Hidayah, 4 ahli media, 1 guru SMP Al-Hidayah. Pengumpulan data dilakukan dengan FGD (Forum Grup Discussion) dan wawancara mendalam. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa leaflet bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, digunakan di program PMR dengan metode ceramah, siswa SMP Al-Hidayah memiliki kelas sosial beragam, mempunyai pengetahuan rendah, belum adanya media promosi kesehatan. Hasil FGD bahwa remaja menyukai media banyak gambar dan bahasa semi formal, pesan langsung ditunjukkan kepada sasaran, diperlukan pesan himbauan, ukuran leaflet sedang lipat 3 (14 x 21), warna yang mengekspresikan remaja, layout seimbang sederhana dan disesuaikan, bentuk text segar non formal, dari hasil tersebut peneliti akan merancang media leaflet dengan warna biru, kuning, merah, hijau, putih hitam dengan layout sederhana seimbang tulisan dan gambar menggunakan bentuk text comic sans, algerian dan times new roman, materi yang disampaikan terkait HIVAIDS dan di buat menggunakan aplikasi corel draw. Setelah melakukan testing didapatkan bahwa FGD dan wawancara mendalam mempunyai hasil yang sama bahwa leaflet HIV/AIDS cocok dan efektif untuk meningkatkan pengetahuan. Guna meningkatkan pengetahuan remaja terkait penyakit HIV AIDS dibutuhkan media yang tepat dan media yang dipilih adalah leaflet yang di gunakan saat penyuluhan dengan metode ceramah di kegiatan PMR. Berdasarkan hasil studi tersebut, bagi Puskesmas Lebak Bulus diharapkan mendistribusikan media HIV/AIDS. Selain itu, bagi Sekolah SMP Al-Hidayah hendaknya membuat kegiatan penyuluhan menggunakan media leaflet. Kata Kunci : Leaflet, Kesehatan Reproduksi Remaja, HIV/AIDS, Prototipe, Daftar Bacaan: 56 (1983-2015)
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH HEALTH PROMOTION Undergraduate Thesis, November 2015 Lailatul Maghfiroh Salim, NIM: 1111101000006 DESIGN LEAFLET HIV/AIDS IN AL-HIDAYAH JUNIOR HIGH SCHOOL LEBAK BULUS, JAKARTA SELATAN TAHUN 2015 (xiv+ 89 pages, 1 Table, 13 Pictures, 1 Chart, 11 Attachments) Abstract Issues related to reproductive health is sometimes a complicated and sensitive issues, such as reproductive rights; sexual health; sexually transmitted diseases (STDs) including HIV/AIDS; the special needs of adolescents and service range to the whole society. In 2013 in South Jakarta 92 cases of HIV prevalence and AIDS prevalence of 80 cases. According to a preliminary study in SMP Al-Hidayah stated that knowledge about HIV/AIDS is low and there is no health promotion media and counseling. One of HIV/AIDS prevention programs provides health education in schools and in communities using appropriate media therefore this research aims to produce a prototype leaflet media HIV / AIDS among junior high school students of Al-Hidayah Lebak Bulus, South Jakarta in 2015. This research is a qualitative. Informants in this research consist of 11 junior high school students of Al-Hidayah, four media experts, one junior high school teacher AlHidayah. Data are collected by FGD (Forum Group Discussion) and in-depth interviews. This research was conducted in July-August 2015. The results showed leaflets who created aims to improve knowledge , used in a program PMR with the lecture methods, junior high school students al hidayah having a social class diverse , knowledge low, the absence of media promotion health. FGD results showed that teenagers like the media that have lots of pictures and semi-formal language, direct messages shown to target, required message appeals, leaflet a medium-size 3 times folded (14 x 21), colors that express teenager, balanced layout that is simple and customizable, non-formal form of text, from these results, researcher will design a leaflet media in blue, yellow, red, green, black and white with a simple balanced layout of text and images using text form comic sans, algerian and Times New Roman, material made in relation to hivaids and was built by using application corel draw. After testing got that FGD and in-depth interviews showed the same results that leaflet HIV/AIDS suitable and effective to increase knowledge. In order to increase teenager knowledge of HIV-AIDS-related diseases, we need appropriate media and the chosen media leaflet that is in use when promoting with lecture methods in PMR program. Based on the results of this study, the Lebak Bulus Community Health Centers is expected to distribute reproductive health media. Moreover, the Al-Hidayah Junior High School should make counseling activity using media leaflet. Keywords: leaflet, Adolescent Reproductive Health, HIV/AIDS, prototype. References: 56 (1983-2015) iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi
Perancangan Media Leaflet HIV/AIDS di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus Jakarta Selatan Tahun 2015
Telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jakarta,
Oktober 2015
Disusun Oleh: Lailatul Maghfiroh Salim NIM. 1111101000006 Pembimbing I
Pembimbing II
Yuli Amran, M.KM NIP. 19800506 200801 12 015
Dr M. Farid Hamzens, M.si NIP. 19630621 199403 1 001
PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015 iv
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta,
Desember 2015
Penguji I
Ir. Febrianti, M.si NIP. 19710221 200501 2 004
Penguji II,
Riastuti Kusuma Wardani, MKM NIP. 19800516 200001 2 005
Penguji III,
Dela Aristi, MKM
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PERSONAL DATA Nama
: Lailatul Maghfiroh Salim
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat Tanggal Lahir
: Gresik, 04 Maret 1993
Status Menikah
: Belom Menikah
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Ibnu Thaimiyah no 190 RT 02 RW 06 Pisangan Ciputat Tangerang Selatan, Banten
Nomer Hp
: 081288634940
E-mail
:
[email protected]
PENDIDIKAN FORMAL 2011 – 2016
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2008 – 2011
: MA Al-ishlah Lamongan
2005 – 2008
: SMP Muhammadiyah 12, Lamongan
1999 – 2005
: MI Muhammadiyah 1, Ujung Pangkah
vi
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan rahma, hidyah dan nikmat yang berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian skripsi
yang berjudul “Perancangan Media Leaflet di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus,
Jakarta Selatan Tahun 2015”. Sholawat dan salam juga dihaturkan kepada Rasulullah saw, semoga kita semua mendapatkan syafatnya di akhirat nanti. Amin Laporan penelitian skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana kesehatan masyarakat (SKM) Peminatan Promosi Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeru Syarif Hidayatullah Jakarta. Menilik lebih dalam, laporan ini masih jauh dari sempurna karena “tak ada gading yang tak retak”, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca agar penulis penelitian dapar merevisi dan disempurnakan kembali. Penulis menyadari bahwa laporan penelitian skripsi ini tidak akan tersusun dan selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kepada ayah dan ibu yang senantiasa selalu mendoakan setiap langkah serta tidak hentinya memberikan kasih sayangnya kepada penulis, sehingga penulis bersemangat menyelesaikan laporan penelitian skripsi ini. 2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Fajar Arianti, Ph.D, selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarat. 4. Kepada Ibu Raihana Nadra Alkaff, SKM, MMA, selaku dosen pembimbing dan dosen peminatan promosi kesehatan yang telah sabar dan meluangkang vii
waktunya untuk memberikan masukan, arahan serta bimbingan selama masa kuliah dan penyusunan laporan skirpsi ini. 5. Ibu Yuli Amran, M.KM selaku pembimbing I skipsi yang telah membimbing dengan tulus dan sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. 6. Bapak Dr M. Farid Hamzens, M.si selaku pembimbing II skripsi yang telah memberikan masukan dan arahan dalam bimbingan skripsi sehingga penulis menyelesaikan skripsi. 7. Sahabat proms 2011 terima kasih telah menjadi sahabat dan classmate yang menyenangkan. Semoga kita sukses dan bisa secepatnya lulus bareng-bareng. 8. Unique, Mimih, Denok, Sevi, Ipit, Andam. Terima kasih banyak, I love you from here to the moon and back!. 9. Ganges Al-Munna. Thanks 10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Thanks All!. Terima kasih atas segala bantuan dalam bentuk apapun. Semoga bantuan, petunjuk, bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis mendapatkan barakah dari Allah SWT dan Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin. Wassalamu’alaikum Wr.Wb Ciputat, 18 November 2015 Peneliti
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN
i
ABSTRAK
ii
ABSTRACT
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
iv
LEMBAR PENGESAHAN
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vi
KATA PENGANTAR
vii
DAFTAR ISI
xi
DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR BAGAN
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
6
C. Pertanyaan Penelian
7
D. Tujuan Penelitian
9
1.
Tujuan Umum
9
2.
Tujuan Khusus
9
E. Manfaat Penelitian
9
1.
Bagi Mahasiswa
9
2.
Bagi Peneliti
9
3.
Bagi FKIK (Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan)
10
F. Ruang Lingkup Penelitian
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesehatan Reproduksi
11 ix
B. HIV/AIDS
12
1. Penyebab HIV/AIDS
12
2. Cara Penularan HIV/AIDS
12
a. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral maupun anal dengan seorang penderita HIV
12
b. Kontak langsung dengan darah atau produk darah atau jarum suntik 13
3.
c. Terjadinya penularan secara vertikal
13
Penanganan HIV/AIDS
13
4. Cara Pencegahan
14
a. Abstinence
14
b. Be faithful
14
c. Condom
14
d. Don’t inject
14
e. Education
14
C. Remaja
14
D. Media Kesehatan
16
1. Konsep Media
16
2. Arti Media
15
3. Jenis Media
17
a. Leaflet
19
1) Tipografi
19
2) Warna
20
3) Tata Letak (Layout)
22
4) Bentuk Ukuran
25
4. Kriteria Memilih Media
26
a. Access
26
b. Cost
26
c. Technology
26
d. Interactivity
26
e. Organization
27
f. Novelty
27
x
5. Kompenen-Komponen Pesan dalam Media
27
a. Daya tarik (Attraction)
27
b. Pemahaman (Comprehension)
27
c. Penerimaan (Acceptabillity)
27
d. Keterlibatan diri (Self-involvement)
28
e. Persuasi (Persuation)
28
6. Himbauan Pesan dalam Media
28
a. Himbauan Rasional
28
b. Himbauan Emosional
28
c. Himbauan Ketakutan
29
d. Himbauan Ganjaran
29
e. Himbauan Motivasional
29
E. Komunikasi dalam Penyampaian Media 1.
29
Pengertian Komunikasi
28
a. Sumber (Komunikator)
31
b. Pesan
31
c. Saluran atau Media
32
d. Penerimaan (Komunikan)
33
F. Langkah-langkah Pengembangan Media Kesehatan
33
1.
Konsep (Concept)
34
2.
Desain (Design)
34
3.
Pengumpulan Bahan-Bahan (Material Collecting)
34
4.
Pembuatan (Assembly)
35
5.
Testing
35
6.
Distribusi (Distribution)
35
G. Kerangka Teori
36
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN DEFINISI ISTILAH A. Kerangka Pikir
37
B. Definisi Istilah
38
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
39
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
39 xi
C. Informan Penelitian
40
D. Pengumpulan Data
41
1.
Data Primer
41
2.
Data Skunder
42
E. Instrumen Penelitian
42
F. Triangulasi
42
1. Triangulasi Sumber
42
2. Triangulasi Metode
43
G. Pengolahan Data
43
1.
Melakukan Sorting Data
43
2.
Pemberian catatan atau komentar terhadap data untuk meningkatkan mutu data berikutnya
43
3.
Menyusun transkrip verbatim dan dilakukan coding
43
4.
Pembuatan filing
43
H. Analisis Data
43
1.
Menelaah seluruh data yang tersedia dari sumber
43
2.
Reduksi data
44
3.
Membuat klasifikasi data
44
4.
Menganalisa data secara content analysis
44
BAB V HASIL PENELITIAN A. Konsep (Concept)
45
1.
Tujuan Produksi Media
45
2.
Karateristik Sasaran
45
B. Desain (Desaign)
47
1. Mengembangkan Pesan
49
a.
Bentuk Pesan
49
b.
Pesan Langsung Ditunjukkan kepada Sasaran atau Pesan Ditunjukkan kepada Orang Lain
c.
49
Pesan Terkandung Di dalam Leaflet Menyakinkan Sasaran untuk Melakukan Perilaku Berdasarkan Pesan Tersebut
2.
Menetapkan Konsep
50 50
a. Bentuk Ukuran Leaflet
50
b. Warna (Background, Tulisan, dan Gambar) Media Leaflet 51 xii
c. Tata Letak (Layout)
52
d. Tipografi (Bentuk, Ukuran) Media Leaflet
52
C. Pengumpulan Bahan-Bahan (Material Collecting)
53
D. Pembuatan (Assembly)
54
E. Testing
55
1.
Mengembangkan Pesan
57
a. Bentuk Pesan
57
b. Pesan Langsung Ditunjukkan kepada Sasaran atau Pesan Ditunjukkan kepada Orang Lain
58
c. Pesan Terkandung Di dalam Leaflet Menyakinkan Sasaran untuk Melakukan Perilaku Berdasarkan Pesan Tersebut 2.
Menetapkan Konsep
60 61
a. Bentuk Ukuran Leaflet
61
b. Warna (Background, Tulisan, dan Gambar) Media Leaflet
62
c. Tata Letak (Layout)
64
d. Tipografi (Bentuk, Ukuran) Media Leaflet
65
BAB VI PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian
67
B. Konsep (Concept)
67
1.
Tujuan Produksi Media
67
2.
Karateristik Sasaran
69
C. Desain (Desaign)
71
1. Mengembangkan Pesan
2.
71
a. Bentuk Pesan
71
b. Pesan Langsung Ditunjukkan kepada Sasaran
73
c. Pesan Terkandung Di dalam Leaflet
74
Menetapkan Konsep
75
a. Bentuk Ukuran Leaflet
75
b. Warna (Background, Tulisan, dan Gambar) Media Leaflet 76 xiii
c. Tata Letak (Layout)
79
d. Tipografi (Bentuk, Ukuran) Media Leaflet
81
D. Pengumpulan Bahan-Bahan (Material Collecting)
83
E. Pembuatan (Assembly)
84
F. Testing
85
1.
Mengembangkan Pesan
85
a. Bentuk Pesan
85
b. Pesan Langsung Ditunjukkan kepada Sasaran atau Pesan Ditunjukkan kepada Orang Lain
86
c. Pesan Terkandung Di dalam Leaflet Menyakinkan Sasaran untuk Melakukan Perilaku Berdasarkan Pesan Tersebut 2.
Menetapkan Konsep
88 90
a. Bentuk Ukuran Leaflet
90
b. Warna (Background, Tulisan, dan Gambar) Media Leaflet 91 c. Tata Letak (Layout)
93
d. Tipografi (Bentuk, Ukuran) Media Leaflet
95
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1.
2.
97
Konsep (Concept)
97
a. Tujuan Produksi Media
97
b. Karateristik Sasaran
97
Desain (Design) a.
b.
98
Mengembangkan Pesan
98
1) Bentuk Pesan
98
2) Pesan Langsung Ditunjukkan kepada Sasaran
99
3) Pesan Terkandung Di dalam Leaflet
99
Menetapkan Konsep
99
1) Bentuk Ukuran Leaflet
83
xiv
2) Warna (Background, Tulisan, dan Gambar) Media Leaflet 100 3) Tata Letak (Layout)
100
4) Tipografi (Bentuk, Ukuran) Media Leaflet
100
3. Pengumpulan Bahan-Bahan (Material Collecting)
100
4. Pembuatan (Assembly)
101
5. Testing
101
a. Mengembangkan Pesan
101
1) Bentuk Pesan
101
2) Pesan Langsung Ditunjukkan kepada Sasaran
101
3) Pesan Terkandung Di dalam Leaflet
101
b. Menetapkan Konsep
102
1) Bentuk Ukuran Leaflet
102
2) Warna (Background, Tulisan, dan Gambar) Media Leaflet
102
3) Tata Letak (Layout)
102
4) Tipografi (Bentuk, Ukuran) Media Leaflet
102
B. Saran
103
1.
Bagi Puskesmas Lebak Bulus
103
2.
Bagi Sekolah
103
3.
Bagi Peneliti Lain
103
DAFTAR PUSTAKA
xv
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Tabel Definisi Istilah
38
Tabel 4.1 Tabel Informan Penelitian
40
Tabel 4.2 Tabel Triagulasi Sumber
42
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerucut Pembelajaran Edgar Dale
17
Gambar 2.2 Tahap Pengembangan Media Pengajaran
33
Gambar 2.3 Kerangka Teori Langkah-langkah Pengembangan Media
36
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran
37
Gambar 6.1 Bahasa Semi Formal
72
Gambar 6.2 Slogan
73
Gambar 6.3 Himbauan Emosional
76
Gambar 6.4 Warna Background Kuning dan Biru
78
Gambar 6.5 Warna Tulisan Kuning dan Putih
79
Gambar 6.6 Warna Tulisan Hitam
79
Gambar 6. 7 Warna Gambar Warna Hijau, Kuning
79
Gambar 6.8 Warna Gambar Merah
79
Gambar 6.9 Warna Putih dan Biru
79
Gambar 6.10 Layout Seimbang Tulisan dan Gambar
81
Gambar 6.11 Jenis Teks Algerian
83
Gambar 6.12 Jenis Teks Comic Sans
83
Gambar 6.13 Jenis Teks Times New Roman
83
xvii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Komunikasi Sebagai Sistem
33
xviii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Panduan Wawancara
Lampiran 2
Daftar Pertanyaan Wawancara Mendalam kepada Ahli
Lampiran 3
Persetujuan Informan Penelitian
Lampiran 4
Panduan Fokus Group Discussion (FGD)
Lampiran 5
Daftar Pertanyaan FGD kepada Siswa SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan
Lampiran 6
Daftar pertanyaan wawancara mendalam kepada Guru SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan
Lampiran 7
Daftar pertanyaan wawancara mendalam kepada Siswa SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan
Lampiran 8
Matriks Hasil Wawancara
Lampiran 9
Leaflet
xix
xx
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu-isu yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi kadang merupakan isu yang pelik dan sensitif, seperti hak-hak reproduksi, kesehatan seksual, penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, kebutuhan khusus remaja dan jangkauan pelayanan ke seluruh lapisan masyarakat. Isu-isu tersebut perlu mendapatkan perhatian dan salah satunya adalah perhatian terhadap remaja. Remaja merupakan generasi penerus bangsa sehingga kualitas remaja sangat mempengaruhi kualitas generasi mendatang dan masa depan. Pada fase remaja, mereka akan mengalami masa labil jika dilihat dari perkembangan fisik maupun psikologis. Remaja perlu memiliki pengetahuan dan informasi yang cukup mengenai kesehatan reproduksi agar mereka memahami proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitar mereka, dengan dimilikinya pengetahuan dan informasi yang benar diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi (Efendi dan Makhfudli, 2009). Jika remaja mempunyai pengetahuan dan informasi yang rendah tentang masalah kesehatan reproduksi maka akan terjerumus dalam berbagai masalah antara lain, melakukan hubungan seksual sebelum menikah, terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, terjangkitnya penyakit menular seksual (PMS) sampai HIV/AIDS. Karena penyebaran penyakit HIV/AIDS bukan hanya disebabkan oleh penyalahgunaan NAPZA, perilaku seks bebas saja tetapi kurang nya pengetahuan remaja mengenai faktor-faktor resiko penyebab HIV/AIDS (penyalahgunaan NAPZA dan seks bebas) juga berpengaruh. Jika HIV/AIDS sudah terjangkit akan menimbulkan dampak sosial salah satunya akan
1
2
dikucilkan dari pergaulan dan yang nantinya akan merusak masa depan (Efendi dan Makhfudli, 2009). Sensus penduduk 2010 memperlihatkan bahwa remaja yang berusia 10-19 tahun berjumlah 43.5 juta atau 18% masih rentan akan masalah kesehatan reproduksi. Seperti perkawinan di usia muda, penyakit menular seksual, HIV/AIDS, aborsi yang tidak aman, kehamilan yang tidak di inginkan, NAPZA, kekerasan berbasis jender dan 1,97% kehamilan pada umur 15-19 tahun (RISKESDAS, 2013). Kasus HIV/AIDS cukup banyak terjadi dikalangan remaja menyebutkan bahwa kasus AIDS pada tahun 2014 dilihat dari golongan umur 15-19 tahun sebesar 1,717 kasus, jika dari remaja sudah cukup tinggi angka penyakit HIV/AIDS bahaya yang akan ditimbulkan adalah infeksi dan pola penyebaran penyakit lain akan sangat mudah masuk kedalam tubuh (Ditjen PP&PL Kemenkes RI, 2014). Menurut data statistik kasus HIV/AIDS pada tahun 2014 di DKI Jakarta merupakan provinsi tertinggi ke-3 setelah Papua dan Jawa Timur yaitu HIV sebesar 32,782 kasus dan AIDS sebesar 7,477 kasus. Jumlah kasus AIDS berdasarkan data laporan program HIV AIDS di Provinsi DKI Jakarta tahun 2012 yaitu sebanyak 869 kasus. Menurut wilayah, Jakarta Timur merupakan
kota administrasi dengan penemuan kasus baru
AIDS tertinggi pada tahun 2012, yaitu sebesar 240 kasus, diikuti oleh Jakarta Selatan 199, Jakarta Pusat 196, Jakarta Barat 156, Jakarta Utara 78 dan Kepulauan Seribu 0 kasus baru AIDS (Profil Kesehatan DKI Jakarta, 2012) Profil kesehatan 2013 suku dinas kesehatan kota administrasi Jakarta selatan menyebutkan bahwa angka prevalensi HIV pada tahun 2013 adalah sebesar 92 kasus sedangkan angka prevalensi AIDS pada tahun 2013 adalah sebesar 80 kasus. Mortalitas AIDS di Jakarta Selatan sebesar 32 kasus yaitu pada laki-laki sebesar 14 kasus dan pada
3
perempuan sebesar 18 kasus sedangkan pada tahun 2014 angka prevalensi HIV/AIDS sebesar 502 kasus. (Profil Kesehatan SUDIN Jakarta Selatan, 2013). Salah satu program pencegahan HIV/AIDS adalah dengan meningkatkan pengetahuan dengan pemberian penyuluhan kesehatan di sekolah dan di masyarakat dengan menggunakan media yang tepat, dalam penyuluhan harus menekankan bahwa mempunyai pasangan seks yang berganti-ganti serta penggunaan obat suntik bergantian dapat meningkatkan risiko terkena infeksi HIV. Pelajar juga harus dibekali pengetahuan seputar HIV/AIDS agar dapat meningkatkan kewaspadaan dini terhadap suatu penyakit dan menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit (Saputra, 2011). Pengetahuan remaja sendiri mengenai kesehatan reproduksi masih relatif rendah dimana sebanyak 23,0% remaja wanita tidak menengetahui tentang perubahan fisiknya dan hampir 47,9% tidak mengetahui masa suburnya. Pengetahuan remaja mengenai cara menghindari infeksi HIV juga masih terbatas. Hanya 14% remaja perempuan dan 95% remaja pria menyebutkan pantang berhubungan seks, 18% remaja wanita dan 25% remaja pria menyebutkan menggunakan kondom serta 11% remaja wanita dan 8% remaja pria menyebutkan membatasi jumlah pasangan (jangan berganti-ganti pasangan seksual) sebagai cara menghindari penyakit HIV/AIDS (BKKBN, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Sahara Indonesia tahun 2006 menyimpulkan bahwa minimnya pengetahuan dan bimbingan tentang kesehatan reproduksi kesehatan bagi remaja menyebabkan 72,9% kehamilah tidak diinginkan (KTD), 94,8% aborsi yang tidak aman, 5,2% aborsi di fasilitas atau tenaga kesehatan, 32,2% PMS, 54,3% terinfeksi penyakit HIV dan AIDS dari 200 ribu penderita se-Indonesia, serta 78,8% pengguna Napza dari 3,2 juta jiwa pengguna Napza Indonesia (Maolinda dkk, 2012). Hasil penelitian Rahayuwati (2006) bahwa dari data kualitatif yang dikumpulkan menggunakan wawancara mendalam dan pengamatan langsung terhadap 3 SMP Negeri
4
Bandung (SMP Negeri 7, SMP Negeri 14 dan SMP Negeri 44) didapatkan bahwa hampir semua siswa tidak mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai masalah HIV/AIDS begitupula kesadaran tentang bahaya HIV/AIDS, baik dari segi cara infeksi, penularan juga perilaku hidup sehat yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudarmanik (2010) menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tentang narkoba dan bahaya penyalahgunaannya pada siswa SMP Negeri se-Kecamatan Klojen Kota Malang secara umum adalah 58,75% mempunyai katagori pengetahuan kurang baik, 32,30% siswa mempunyai pengetahuan baik, 1,56% siswa mempunyai katagori cukup baik dan 7,39%. Salah satu program meningkatkan pengetahuan HIV/AIDS dengan memberikan edukasi mengenai HIV/AIDS kepada siswa dengan menggunakan media yang tepat. Pengembangan media yang tepat bagi sasaran adalah hal yang terpenting, karena dengan media yang cocok dapat mempermudah penyuluhan dalam menyampaikan informasi kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan dini terhadap suatu penyakit. Salah satu media yang efektif digunakan untuk memberikan informasi kesehatan adalah leaflet. Media leaflet mempunyai beberapa kelebihan yaitu lebih tahan lama, dapat dibawa kemana-mana, mencakup banyak orang, biaya yang murah dan dapat mempermudah dalam pemahamannya (Notoatmojo, 2003). Media kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang berdasarkan penelitian yang Menon dkk pada tahun 2015 didapatkan bahwa intervensi penyuluhan menggunakan leaflet dapat meningkatkan pengetahuan dan majemen diri remaja terhadap penyakit HIV/AIDS. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rokhmawati pada tahun 2015 bahwa ada perbedaan gizi tingkat
pengetahuan tentang anemia dengan media leaflet pada remaja Putri di SMP Kristen 1 Surakarta. Penelitian yang dilakukan oleh Khoiri dkk pada tahun 2015 didapatkan bahwa
5 terdapat perbedaan skor rata-rata pengetahuan remaja SMP tentang pencegahan HIV/AIDS menggunakan leaflet sebesar12,52 dan menggunakan video sebesar 11,60.
SMP Al-Hidayah yang dijadikan objek penelitian, karena SMP tersebut termasuk dalam wilayah Jakarta Selatan dimana wilayah tersebut angka HIV/AIDS menduduki peringkat kedua setelah Jakarta Timur dan pada tahun 2013 angka HIV/AIDS di Jakarta Selatan meningkat menjadi 204 kasus dan tahun 2014 sebesar 502 kasus sedangkan prevalensi HIV/AIDS Jakarta Timur 381 kasus pada tahun 2014. Berdasarkan dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 31 siswa dan siswi kelas 8 SMP Al-Hidayah pada bulan Juni dengan melakukan pembagian kuesioner diketahui bahwa siswa dan siswi yang mempunyai pengetahuan rendah tentang HIV/AIDS sebanyak 81% dan siswa dan siswi yang mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang HIV/AIDS sebesar 19% ( pengertian HIV 19,3%, pengertian AIDS 16%, media penularan HIV/AIDS 23%, faktor resiko penyakit HIV/AIDS 19,3%, pencegahan HIV/AIDS 19,3%, pengobatan HIV/AIDS 27%, hal-hal yang tidak menularkan HIV/AIDS 16%). Hasil wawancara yang dilakukan dengan siswi SMP Al-Hidayah menyebutkan bahwa pihak sekolah pernah melakukan pendidikan terkait HIV/AIDS tetapi pendidikan tersebut diselipkan dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan pendidikan HIV/AIDS yang diberikan secara umum saja dan dalam penyampaian pendidikan tidak menggunakan media promosi kesehatan, di SMP Al-Hidayah belum pernah ada penyuluhan yang membahas khusus mengenai HIV/AIDS. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang HIV/AIDS tidak cukup diselipkan di mata pelajaran IPA saja, tetapi perlu diberikan di luar pelajaran. SMP Al-Hidayah mempunyai kegiatan ekstrakulikuler PMR (Palang Merah Remaja) yang bisa digunakan untuk memberikan pendidikan HIV/AIDS sehingga siswa dan siswi SMP AL-Hidayah dapat mencegah perilaku faktor resiko penyakit HIV/AIDS sejak dini. Guna menunjang
6
pendidikan HIV/AIDS diperlukan media promosi kesehatan yang cocok untuk mempermudah penyampaian materi, salah satunya adalah leaflet. Selain dapat meningkatkan pengetahuan media leaflet juga dapat dibawa kemana-mana, dapat dibaca berulang kali dan biaya yang murah. Pemilihan leaflet dilihat dari kondisi siswa dan siswi SMP Al-Hidayah, siswa menginginkan media yang terdapat gambar sekaligus penjelasan yang mudah dibawa dan dapat dibaca setiap waktu dibutuhkan. Jika menggunakan media yang berbasis internet media tersebut membutuhkan perangkat khusus untuk mendaptkan informasi. Tidak semua siswa dan siswi memiliki perangkat yang terdapat fasilitas internet. Sama hal nya dengan video yang membutuhkan perangkat khusus untuk mendapatkan informasi dari media tersebut. Perangkat seperti laptop atau komputer tidak dimiliki oleh semua siswa dan siswi SMP Al-Hidayah. Dari uraian yang sudah dijabarkan peneliti tertarik melakukan perancangan media leaflet yang akan digunakan pada program ekstrakulikuler yaitu PMR untuk meningkatkan pengetahuan HIV/AIDS pada siswa SMP
Al-Hidayah Lebak Bulus,
Jakarta Selatan tahun 2015. B. Rumusan Masalah Kasus HIV/AIDS di Indonesia pada tahun 2014 banyak terjadi dikalangan remaja sebanyak 1,717 kasus, berdasarkan dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 31 siswa dan siswi kelas 8 SMP Al-Hidayah pada bulan Juni dengan melakukan pembagian kuesioner diketahui bahwa siswa dan siswi yang mempunyai pengetahuan rendah tentang HIV/AIDS sebanyak 81% dan siswa dan siswi yang mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang HIV/AIDS sebesar 19% ( pengertian HIV 45%, pengertian AIDS 23%, media penularan HIV/AIDS 20%, faktor resiko penyakit
7
HIV/AIDS 35%, pencegahan HIV/AIDS 25%, pengobatan HIV/AIDS 45%, hal-hal yang tidak menularkan HIV/AIDS 23%). Jika remaja mempunyai pengetahuan yang rendah terkait HIV/AIDS masalah kesehatan masyarakat yang akan ditimbulkan semakin meluas, untuk mencegah remaja mempunyai pengetahuan yang rendah dan untuk meningkatkan kewaspadaan dini terhadap penyakit HIV/AIDS salah satu solusinya yaitu dengan melakukan penyuluhan dengan menggunakan media promosi kesehatan yang cocok. Media promosi kesehatan sangatlah banyak diproduksi tetapi media tersebut tidak menanyakan kecocokan media dengan sasaran yang dituju, di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan pernah dilakukan pendidikan mengenai HIV/AIDS tetapi pengetahuan masih rendah, belum ada penyuluhan khusus terkait HIV/AIDS serta media promosi kesehatan yang tepat. Oleh sebab itu, peneliti tertarik melakukan perancangan media leaflet HIV/AIDS pada siswa SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan. C. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana tahapan konsep pengembangan media leaflet HIV/AIDS di SMP AlHidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015? 2. Bagaimana tahapan desain pengembangan media leaflet HIV/AIDS di SMP AlHidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015? 3. Bagaimana tahapan pengumpulan bahan-bahan pengembangan media leaflet HIV/AIDS di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015? 4. Bagaimana tahapan pembuatan pengembangan media leaflet HIV/AIDS di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015? 5. Bagaimana tahapan testing pengembangan media leaflet HIV/AIDS di SMP AlHidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015?
8
9
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Dihasilkannya prototipe media leaflet HIV/AIDS di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015. 2. Tujuan Khusus a.
Dihasilkannya konsep pengembangan media leaflet HIV/AIDS di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015.
b.
Dihasilkannya desain pengembangan media leaflet HIV/AIDS di SMP AlHidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015
c.
Dihasilkannya pengumpulan bahan-bahan pengembangan media leaflet HIV/AIDS di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015
d.
Dihasilkannya pembuatan pengembangan media leaflet HIV/AIDS di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015
e.
Dihasilkannya testing pengembangan media leaflet HIV/AIDS di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini berupa leaflet yang dapat menjadi salah satu solusi pihak sekolah untuk mempermudah dalam penyampaian materi yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja (HIV/AIDS). 2. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti lain untuk melakukan perancangan media kesehatan reproduksi.
10
3. Bagi FKIK (Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan) a. Sebagai upaya mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu, akademik, penelitian dan pengabdian masyarakat. b. Dapat dijadikan referensi serta informasi tentang rancangan media kesehatan reproduksi remaja (leaflet HIV/AIDS). F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Peminatan Promosi Kesehatan, Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2015. Adapun lokasinya di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Peneliti akan melakukan perancangan media bertujuan media promosi kesehatan sangatlah banyak diproduksi tetapi media tersebut tidak menanyakan kecocokan media dengan sasaran yang dituju dan dengan media leaflet dapat meningkatkan pengetahuan siswa terhadap HIV/AIDS sehingga siswa dapat melakukan pencegahan dini dan dapat mengurangi prevalensi HIV/AIDS, peneliatn ini dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Setelah peneliti mendapatkan data-data tersebut, peneliti akan mulai membuat rancangan dengan hasil akhir sebuah prototipe dari media kesehatan reproduksi remaja (leaflet HIV/AIDS).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesehatan Reproduksi Menurut Mohamad (1998) kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat yang menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental dan sosial serta bukan hanya sekedar penyakit atau gangguan di segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan fungsinya maupun proses reproduksi itu sendiri. Kesehatan reproduksi menyiratkan bahwa setiap orang dapat menikmati kehidupan seks yang aman dan menyenangkan, dan mereka memiliki kemampuan untuk bereproduksi, serta memiliki kebebasan untuk menetapkan kapan dan seberapa sering mereka berproduksi (Kusmiran, 2011). Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi, serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit atau kecacatan (ICPD, 1994). Hak-hak reproduksi merupakan hak pria dan wanita untuk memperoleh informasi dan mempunyai akses terhadap berbagai metode keluarga berencana yang mereka pilih, aman, efektif, terjangkau, serta metode-metode pengendalian kelahiran lainnya yang mereka pilih dan tidak bertentangan dengan hukum serta perundang-undangan yang berlaku. Hak-hak ini mencakup hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai sehingga para wanita mengalami kehamilan dan proses melahirkan anak secara aman, serta memberikan kesempatan bagi para pasangan untuk memiliki bayi yang sehat (Kusmiran, 2011).
11
12
B. HIV/AIDS AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrom atau diterjemahkan secara bebas sebagai kumpulan gejala penyakit yang menunjukan kelemahan atau kerusakan yang didapat dari faktor luar dan bukan bawaan sejak lahir. Sebenarnya AIDS merupakan kumpulan gejala-gejala penyakit infeksi atau keganasan tertentu yang timbul sebagai akibat menurunnya daya tahan tubuh atau kekebalan penderita. AIDS merupakan fase terminal (akhir) dari infeksi HIV (Astuti, 2008). 1. Penyebab HIV/AIDS HIV disebabkan oleh virus yaitu Human Immunodeficiency Virus sedangkan AIDS disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga tubuh mudah terserang penyakit-penyakit lain yang berakibat fatal (Astuti, 2008). 2. Cara Penularan HIV//AIDS Virus AIDS atau HIV terdapat dalam darah dan cairan tubuh seseorang yang telah tertular, walaupun orang tersebut belum menunjukkan keluhan atau gejala penyakit. HIV hanya dapat ditularkan bila terjadi kontak langsung dengan cairan tubuh atau darah. Dosis virus memegang peranan penting. Semakin besar jumlah virus yang terdapat dalam tubuh maka semakin besar kemungkinan terinfeksi. Jumlah virus terbanyak terdapat dalam darah, sperma, cairan vagina, serviks serta cairan dalam otak, sedangkan di dalam saliva, air mata, urine, keringat dan air susu hanya ditemukan sedikit sekali (Notoatmodjo, 2007). Terdapat 3 cara penularan HIV, yaitu: a. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral maupun anal dengan seorang penderita HIV. Ini adalah penularan yang paling umum terjadi,
13
angka kejadian mencapai 80-90 dari total kejadian di dunia. Penularan lebih mudah terjadi apabila terdapat lesi penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan jaringan seperti herpes genetalis, sifilis, genorea, klamidia, kankroid dan trikomonalis. Risiko pada seks anal lebih besar dibandingkan seks pervagina. b. Kontak langsung dengan darah atau produk darah atau jarum suntik 1) Transfusi darah atau produk darah yang tercemar HIV, risikonya sangat tinggi hingga mencapai 90%. Ditemukan sekitar 3-5% dari total kejadian di dunia. 2) Pemakaian jarum yang tidak steril atau pemakaian bersama jarum suntik pada pengguna narkoba suntik. Risiko kejadian mencapai 0,5-1% dan terdapat 5-10% dari total kejadian di dunia. 3) Penularan lewat kecelakaan, seperti tertusuk jarum pada petugas kesehatan, risikonya kurang dari 0,5% dan telah terdapat kurang dari 0,1% dari total kejadian di dunia. c. Terjadinya penularan secara vertikal, melalui ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selama hamil, saat melahirkan atau setelah melahirkan. Risiko kejadian sekitar 25-40% dan terdapat 0,1% dari total kejadian di dunia (Notoatmodjo, 2007). 3. Penanganan HIV Sampai saat ini belum ada obat yang mampu mengobati HIV secara total dari tubuh pengidapnya. Obat-obat yang dipakai adalah obat antiretroviral (ARV) dan obat profilaksis infeksi. Obat antiretroviral (ARV) adalah obat yang digunakan untuk menghambat perkembangan virus (Astuti, 2008).
14
4. Cara Pencegahan Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencegahan infeksi HIV diantaranya adalah sebagai berikut (Astuti, 2008): Pencegahan penularan melalui hubungan seksual memegang peranan penting. Oleh karena itu setiap orang perlu memiliki perilaku seksual yang aman dan bertanggung jawab, yaitu serangkaian upaya yang sering disebut dengan strategi A,B,C,D,E: a. Abstinence yaitu tidak melakukan hubungan seksual b. Be faithful yaitu selalu setia terhadap pasangan c. Condom yaitu menggunakan pengaman saat melakukan hubungan yang tidak aman atau berisiko d. Don’t inject yaitu tidak melakukan penyalahgunaan Napza sama sekali terutama yang disuntikkan, termasuk selalu menggunakan jarum steril untuk tindik, tato dan akupuntur. e. Education yaitu selalu berusaha mendapatkan informasi yang edukatif dan benar tentang bahaya HIV/AIDS, kesehatan reproduksi dan Napza. C. Remaja Secara etiologi, remaja berarti ”tumbuh menjadi dewasa”. Definisi remaja (adolences) menurut WHO adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebutkan kaum muda (Youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun. Sementara itu, menurut the health resources dan servise administrasion guidkines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11 sampai 21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11 sampai 14 tahun), remaja menengah (15 sampai 27 tahun), dan remaja akhir (18 sampai 21 tahun). Definisi ini
15
kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10 sampai 24 tahun (Kusmiran, 2011). Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: a. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11 - 12 tahun sampai dengan 20 – 21 tahun. b. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual. c. Secara psikologis, remaja merupakan masa di mana individu mengalami perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan moral di antara masa anak-anak menuju dewasa. Gunarsa (1978) mengungkapkan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Masa remaja adalah masa yang penting dalam perjalanan kehidupan manusia. Golongan umur ini penting karena menjadi jembatan antara masa kanak-kanak yang bebas menuju masa dewasa menuntut tanggung jawab (Kusmiran, 2011). Menurut Budiman (2002) bahwa remaja mengalami perubahan perilaku sosial, emosional dan moralitas dimana remaja dalam fase pencarian idola, mengidentifikasi diri dengan tokoh moralitas yang diidolakan serta mengikuti gaya teman-teman dan pergaulannya. Remaja di fase itu ingin diakui dikalangan pergaulan mereka itu sebabnya mereka mencari sosok idola dan mengikuti gaya pertemanan agar mendapatkan pengakuan dari kalangannya.
16
D. Media Kesehatan 1. Konsep Media Media berasal dari bahasa latin merupakan jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran” (Kholid, 2014). Bringgs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya. Sementara itu brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran
yang
digunakan
dapat
mempengaruhi
efektivitas
dalam
pembelajaran (Kholid, 2014). 2. Arti Media Media adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan ataupun pengajaran. Media disebut juga sebagai alat peraga karena berfungsi membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran. Prinsip pembuatan alat peraga atau media bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima atau ditangkap melalui panca indera (Maulana, 2007). Semakin banyak panca indera yang digunakan, semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan alat peraga dimaksudkan mengerahkan indera sebanyak mungkin pada suatu objek sehingga memudahkan pemahaman. Menurut penelitian para ahli, panca indera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke otak adalah mata (kurang lebih 75% - 87%), sedangkan 13%25% pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui indra lainnya (Maulana, 2007).
17
Seseorang dapat memperoleh pengetahuan melalui berbagai macam media atau alat bantu pendidikan di dalam proses pendidikannya. Masing-masing media tersebut mempunyai intensitas yang berbeda-beda dalam mempersepsikan bahan pendidikan atau pengajaran. Edgar Dale membagi alat bantu atau media promosi kesehatan menjadi 11 macam dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap alat-alat tersebut dalam sebuah kerucut (Nototmodjo, 2007).
Gambar 2.1 Kerucut Pembelajaran Edgar Dale
3. Jenis Media Aplikasi media merupakan bagian terpenting dalam sebuah promosi karena media bisa langsung berinteraksi dengan masyarakat, untuk membuat aktivitas pesan yang ingin disampaikan ke masyarakat lebih besar, maka digunakan beberapa pemilihan media yang tepat, hal itu dimaksudkan untuk meringankan jumlah biaya promosi. Seiring dengan meningkatnya teknologi dibutuhkan kreativitas seseorang dalam menggunakan media untuk dipublikasikan kepada publik atau masyarakat,
18
semakin pandai, kreatif kita dalam menyiasati bentuk media promosi yang digunakan akan semakin efektif dan dapat mengenai sesuai dengan saran yang kita harapkan yaitu media cetak terdiri dari poster, leaflet, flip chart (lembar Balik), booklet. Media audio visual terdiri dari televisi, radio, film. Media internet terdiri dari jejaring sosial, website atau blog atau wordpress. Media tersebut dapat digunakan untuk mempermudah pendidikan dan penggunaan media disesuaikan dengan kemampuan finansial maupun kreativitas yang berhubungan sasaran yang diharapkan (Fahrudin dan Raihana, 2014). a. Leaflet Leaflet adalah jenis media penyampaian informasi melalui lembaran yang dilipat. Keuntungan menggunakan leaflet antara lain: sasaran dapat menyesuaikan dan belajar mandiri serta praktis karena mengurangi kebutuhan mencatat, sasaran dapat melihat isinya disaat santai dan sangat ekonomis, berbagai informasi dapat diberikan atau dibaca oleh anggota kelompok sasaran, sehingga bisa didiskusikan, dapat memberikan informasi yang detail yang mana tidak dapat diberikan secara lisan, mudah dibuat, diperbanyak, dan diperbaiki serta mudah disesuaikan dengan kelompok sasaran (Fahrudin dan Raihana, 2014). Sementara itu, ada beberapa kelemahan dari leaflet yaitu : tidak cocok untuk sasaran individu per individu, tidak tahan lama dan mudah hilang, leaflet akan menjadi percuma jika sasaran tidak diikutsertakan secara aktif, serta perlu proses penggandaan yang baik (Fahrudin dan Raihana, 2014). Di dalam bentuk jadinya flyer atau leaflet mengenal banyak variasi bentuk, setidaknya terdapat delapan variasi bentuk flyer yang dapat dipilih
19
sesuai dengan selera dan tentunya saja psikologi dan tipe sasaran (Masri, 2007). Leaflet atau flyer berformat antara 13 x 20 cm, atau 14 x 21 cm (untuk 2 halaman) atau bisa juga dengan ukuran yang lebih kecil tetapi harus dipertimbangkan karena semakin kecil ukuran leaflet huruf dan konten akan sulit terbaca sebab ukuran huruf harus sesuai dengan format media cetak, huruf dengan ukuran kecil cocok untuk media cetak berformat kecil pula (Masri, 2007). 1) Tipografi Di dalam desain grafis, tipografi atau tipe teks di definisikan sebagai suatu proses seni untuk menyusun bahan publikasi menggunakan huruf cetak, oleh karena itu menyusun meliputi
merancang
bentuk
huruf
cetak
sehingga
merangkainya dalam sebuah komposisi yang tepat untuk memperoleh
suatu
efek
tampilan
yang
dikehendaki
(Kuristianto, 2007) Huruf menjadi suatu yang memiliki makna ganda, huruf juga dapat menjadi sesuatu yang dapat dilihat (bentuk atau rupa huruf) dan dapat dibaca (kata atau kalimat). Selain itu juga huruf memiliki makna yang tersurat (pesan atau gagasan) dan makna yang tersirat (kesan) (Rustan, 2010). Pada dasarnya huruf memiliki energi tersendiri yang dapat mengaktifkan gerak mata. Energi ini dapat dimanfaatkan secara positif jika dalam penggunaanya diperhatikan tata letak penempatanya, kenyamanan keterbacaan serta interaksi huruf
20
terhadap ruang dan elemen-elemen visual di sekitarnya (Rustan, 2010). Banyak pilihan jenis huruf jika ingin membuat suatu media atau tulisan, tipe huruf times new roman cocok digunakan ditulisan formal atau akademis, tipe huruf sans comic cocok digunakan ditulisan non formal karena lebih terlihat lucu dan segar. Banyak yang lebih memilih tipe huruf serif face seperti time new roman atau bookman karena tipe huruf tersebut lebih mudah dapat dibaca jika dibandingkan sans serif seperti arial, verdana atau abad gothic, tetapi dalam pemilihan tipe huruf dapat disesuaikan dengan konten yang akan dibuat, jika menggunakan lebih dari satu jenis huruf gunakan masing-masing secara konsisten (Jefkins, 2004). Jika tipe huruf sudah ditentukan hal perlu diperhatikan adan ukuran bentuk huruf, bentuk huruf yang digunakan haruslah yang mudah dibaca. Ukuran harus sesuai (panjang, lebar dan tinggi) letak pesan juga harus disesuaikan dengan gambar atau logo yang akan di pasang (Dani, 1999). 2) Warna Warna memiliki peran besar dalam pengambilam keputusan saat memilih media atau produk yang akan dipakai. Bahkan 90% diyakini orang memilih barang dikarenakan warna, oleh sebab itu diperlukan riset mendalam dari segi psikologis mengenai warna dengan budaya, karateristik produk dan sasaran (Holtzschue, 2006).
21
Banyak studi yang menunjukan bahwa warna dapat membangkitkan perasaan dan memiliki arti yang berbeda-beda pada setiap orang, respon yang dihasilkan terhadap warna juga berbeda hal ini dipengaruhi oleh lingkungan budaya dan pengalamannya. Berikut ini beberapa interpentasi warna yang mungkin saja berbeda pada suatu kelompok tertentu (Isroi, 2007) a)
Hitam: Berat, formal, sangat teknik, kematian, kesedihan, rahasia, misteri, jahat.
b) Coklat: Bumi, tanah, organik, kesederhanaan, lingkungan, stabilitas. c)
Biru: Perdamaian, kebebasan, sanis, kepercayaan, langgit, perintah, percaya diri, keamanan, loyalitas, ketengangan, laut.
d) Ungu: Royalti, kebebasan, spiritual, misteri. e)
Hijau: Uang, pertumbuhan, kesuburan, kesegaran alam,
lingkungan,
ramah
lingkungan,
daun,
kesehatan, efek penyembuhan, reptil, serangga. f)
Abu-abu: Konservatif, eksekutif, praktikal, dapat dipercaya atau diyakini, kemanan, serius.
g) Merah: Panas, cinta, agresifitas, intensitas, napsu, kegairahan, bahaya. h) Oranye: Flamboyan, ekspansi, kehangatan. i)
Kuning:
Optimisme,
kebahagiaan,
idealisme, imajinasi, hati-hati.
kesuksesan,
22
j)
Putih:
Kemurnian,
kesucian,
keserdahanaan,
kebersihan, kehormatan. Menurut Holtzschue (2006) pemilihan warna juga sangat berpengaruh pada layout yang dibuat terutama warnawarna yang melatar belakangi teks maupun gambar, selain warna yang harmoni keterbacaan teks juga sangat diperlukan. Standar warna yang digunakan pada proses cetak brosur menggunakan sistem warna cyan magenta yellow black (CMYK), grayscale atau hitam putih dan warna-warna khusus. 3) Tata Letak (Layout) Tata
letak
adalah
suatu
kerja
gambar
yang
memperlihatkan bagaimana sebuah pesan ditampilkan. Sebuah tata letak adalah suatu susunan instruksi yang diiringi potongan naskah
yang memperlihatkan bagaimana
sebuah pesan
ditampilkan (J. Thomas Russel dan W. Ronald Lane, 1996). Tantangan yang paling menarik dari desain grafis maupun tata desain layout adalah “ketiadaan aturan atau hukum universal”, tergantung minat desainer dan serba relatif. Dapat juga menggunakan sarana dan teknik dalam suatu karya secara efektif dan berhasil, tetapi belum tentu sarana dan teknik tersebut efektif dan cocok untuk karya yang lain (Kuristianto, 2007). Kefektifitasan desain grafis memberikan kemudahan kepada seseorang untuk menerima suatu produk, jasa atau untuk sekedar pandangan. Pengambilan keputusan sering
23
dipengaruhi oleh emosi (mood) dan intusi, dimana hal itu dipengaruhi langsung oleh media cetak yang memuat penjelasan. Melalui media cetaklah orang akan dapat membaca serta melihat pesan tersebut berulang-ulang, jika pesan disampaikan dalam format buruk, orang tidak akan melihat kembali (Kuristianto, 2007). Ada dua aturan mendasar untuk tata letak (basic rules of layout). Pertama, tata letak tidaklah berakhir pada itu sendiri, pembaca tidak melihat bagaimana penyusunan dan penyebaran tata letak. Jika seorang pembaca memfokuskan perhatian pada tata letak melebihi dari tulisan artikel dan gambar-gambar, maka tata letak itu sudah gagal, karena pada hakikatnya tata letak harus mengundang pembaca supaya memperhatikan gambar-gambar dan artikel-artikel, bukan hanya susunannya pada halaman tersebut (Jefkins, 1995). Kedua, pada halaman ganda sebaiknya ditempatkan sebuah gambar yang menghubungkan dan menyambungkan halaman-halaman terpisah, aturan lain tata letak majalah yang bisa juga digunakan di media cetak lainnya, yakin (Jefkins, 1995): a) Jaga tata letak itu dengan konsekuen. Suatu penggantian yang hati-hati atas gaya huruf untuk atu subjudul dan huruf-huruf setingkatan akan memberi suatu kesan berbeda b) Unsur-unsur dibuat dalam segi empat
24
c) Distribusikan unsur-unsur d) Jangan buat unsur-unsur saling berlawanan satu sama lain. Berikan warna kelabu dan putih diantara unsur-unsur menyolok e) Perhatikan besar kecilnya gambar-gambar f)
Hindari berjubelnya judul di puncak halaman
g) Judul jangan ditumpuk di bagian bawah halaman h) Hindari judul-judul dari ukuran yang sama saling bersebelahan pada lebih dari dua kolom i)
Gunakan jenis huruf yang berbeda-beda
j)
Sajikan cerita besar atau penting
k) Jangan takut melakukan percobaan membuat sebuah pola yang akan memberikan kesegaran baru kepada majalah l)
Usahakan tidak ada sambungan ke halaman lain, sambungan saat mengganggu pembaca dan harus membolak-balik halaman. Konsentrasinya dapat terganggu.
Kalau
terpaksa
menyambung,
sambungan tersebut hendaknya dimuat dihalaman yang mudah ditemukan, seperti halaman 1 ke halaman belakang, jangan ke halaman dalam atau tengah.
25
4) Bentuk Ukuran Bentuk ukuran menentukan kesan besar kecilnya suatu peranan objek, didalam menentukan ukuran suatu media disamping keindahan, ukuran barang cetak sebagai daya tarik tersendiri. Hal ini juga tetap memperlihatkan keterbatasanketerbatasan, contohnya keterbatan fungsi, keterbatasan waktu, keterbatasan bahan, keterbatasan sarana produksi (Sadjiman, 2009). Pemilihan bentuk ukuran media juga harus melihat psikologis sasaran, jika mereka orang sibuk dan serba tergesagesa usahakan tidak membuat media yang berbentuk accordion atau bentuk delapan lipatan (leaflet) hal ini akan merepotkan sasaran (Masri, 2007) 4. Kriteria Memilih Media Keberhasilan menggunakan media dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada isi pesan, cara menjelaskan pesan dan karateristik penerima pesan, dengan demikian dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan ketiga faktor tersebut. Tidak berarti bahwa semakin canggih media yang digunakan akan semakin tinggi hasil belajar atau sebaliknya, bahan ajarnya dikemas dengan tepat serta disajikan kepada audience yang tepat pula, secara operasional terdapat beberapa pertimbangan dalam memilih media pembelajaran yang tepat, antara lain (Kholid, 2014): a. Access Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media apakah media yang diperlukan itu tersedia, mudah dan dapat
26
dimanfaatkan oleh audience. Misalnya, jika ingin menggunakan media internet, perlu dipertimbangkan terlebih dahulu, apakah ada saluran untuk koneksi ke internet, adakah jaringan teleponnya. Akses juga menyangkut aspek kebijakan, misalnya apakah audience diizinkan untuk menggunakan komputer yang terhubung ke internet, jangan hanya kepala sekolah saja yang boleh menggunakan internet tetapi juga penyaji atau karyawan dan audience, bahkan audience lebih penting untuk memperoleh akses. b. Cost Biaya juga harus menjadi bahan pertimbangan, banyak jenis media yang dapat menjadi pilihan kita. Media pembelajaran yang canggih biasanya mahal, namun biaya itu harus kita hitung dengan aspek manfaat. Sebab semakin banyak yang menggunakan, maka unit cost dari sebuah media akan semakin menurun. c. Technology Mungkin saja kita tertarik kepada suatu media tertentu, tetapi kita perlu memerhatikan apakah teknisnya tersedia dan mudah menggunakanya, contohnya jika ingin menggunakan media visual promosi, perlu kita pertimbangkan apakah ada aliran listriknya, apakah voltase listriknya cukup dan sesuai, bagaimana cara mengoprasikannya. d. Interactivity Media yang baik adalah yang dapat memunculkan komunikasi dua arah, semua kegiatan pembelajaran yang akan dikembangkan oleh penyaji tentunya saja memerlukan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut.
27
e. Organization Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi, misalnya apakah pimpinan sekolah atau pimpinan yayasan mendukung, bagaimana pengorganisasiannya, apakah di sekolah tersedia sarana yang disebut pusat sumber belajar. f. Novelty Kebaruan dari media yang akan dipilih juga harus menjadi pertimbangan, sebab media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi audience, dari beberapa pertimbangan
diatas, yang
terpenting adalah adanya perubahan sikap penyaji agar mau memanfaatkan dan mengembangkan media pembelajaran yang “mudah dan murah”, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan sekitarnya serta memunculkan ide dan kreativitas yang dimilikinya. Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. 5. Komponen-Komponen Pesan dalam Media Menurut Betrand, J. T. (1978) di dalam suatu media pembelajaran, media tersebut harus mengandung pesan dimana pesan tersebut harus mengandung komponenkomponen sebagai berikut : a. Daya tarik (Attraction): adalah pesan yang cukup menarik dan dapat mempertahankan perhatian audiens atau target. b. Pemahaman (Comprehension): pesan jelas dapat dipahami. c. Penerimaan
(Acceptabillity):
apakah
menyinggung atau tidak menyenangkan.
pesan
berisi
sesuatu
yang
28
d. Keterlibatan diri (Self-involvement): pesan dianggap diarahkan kepada individu dalam target audiens. Apakah mereka merasa pesan untuk diri mereka sendiri atau apakah itu untuk orang lain? e. Persuasi (Persuation): pesan mampu meyakinkan target audiens untuk melakukan perilaku yang diinginkan. Persuasi ini lebih sulit untuk mengukur secara langsung. 6.
Himbauan dalam Pesan Media Dalam media promosi pesan dimaksudkan untuk mempengaruhi orang lain atau pesan itu untuk menghimbau khalayak sasaran agar mereka menerima dan melaksanakan gagasan kita, yang perlu diperhatikan adalah (Kholid, 2014): a. Himbauan Rasional Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa manusia pada dasarnya makhluk rasional, contohnya pesan “datanglah ke posyandu untuk imunisasi anak anda, imunisasi melindungi anak dari penyakit berbahaya” para ibu mengerti pesan itu, namun kadang tidak bertindak karena keraguan. b. Himbauan Emosional Kebanyakan perilaku manusia, terutama kaum ibu, lebih didasarkan pada emosi daripada hasil pemikiran rasional. Beberapa hal menunjukkan bahwa pesan dengan menggunakan himbauan emosional sering lebih berhasil dibanding dengan imbuan dengan bahasa rasional. Contoh “Diare penyakit berbahaya, merupa penyebab kematian bayi. Cegahlah dengan stop BAB (Buang Air Besar) sembarang”. Kombinasikan dalam poster hubungan gagasan dengan unsur visual dan nonverbal, misalnya dengan gambar anak balita sakit, kemudian tertera pesan “Lindungi Anak Anda”
29
c. Himbauan Ketakutan Penggunaan himbauan dengan pesan yang menimbulkan ketakutan harus digunakan secara betrhati-hati, ada sebagian orang yang mempunyai kepribadian kuat justru tidak takut dengan himbauan semacam ini. Tetapi sebaliknya kelompok orang yang memiliki tingkat kecemasan tinggi, pesan semacam ini akan lebih efektif. d. Himbauan Ganjaran Pesan dengan himbauan ganjaran dimaksudkan menjanjikan sesuatu yang diperlukan dan diinginkan oleh si penerima pesan. Teknik semacam ini dirasa cukup masuk akal, karena pada kenyataannya orang akan lebih banyak mengubah perilakunya bila akan memperoleh imbalan (terutama materi) yang cukup. e. Himbauan Motivasional Pesan ini dengan menggunakan bahasa himbauan motif yang menyentuh kondisi internal diri si penerima pesan. Manusia dapat digerakkan lewat dorongan kebutuhan biologis seperti lapar, haus, keselamatan, tetapi juga lewat dorongan psikologis seperti kasih sayang, keagaman, prestasi dan lain-lain. E. Komunikasi dalam Penyampaian Media 1. Pengertian komunikasi Menurut para ahli komunikasi memiliki pengertian sebagai berikut : (Depkes RI, 2008). a. Schramm (1954) merumuskan bahwa arti komunikasi adalah “getting the receive and the sender “tuned” together for partivular massage
30
(menyebabkan penerima dan pengirim bersesuaian terhadap pesan tertentu). b. Robins (1982) merumuskan komunikasi sebagai “perbuatan penyampaian suatu gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain”. c. Susanto (1977) mengemukakan bahwa komunikasi adalah “proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti”. Dari rumusan-rumusan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Dalam komunikasi terjadi proses penyampaian pesan, gagasan, informasi dari seseorang terhadap orang lain. b. Penyampaian pesan, gagasan dan informasi ini menggunakan lambanglambang tertentu. c. Penyampaian pesan gagasan dan informasi dari pengirim kepada penerima dengan menggunakan lambang merupakan suatu proses. d. Pesan, gagasan dan informasi yang disampaikan diharapkan dapat menimbulkan pengaruh dalam bentuk perubahan tingkah laku terhadap penerima pesan. Dapat disimpulkan mengenai pengertian komunikasi yaitu komunikasi merupakan proses penyampaian pesan, gagasan, informasi yang menggunakan lambang-lambang dari seseorang ditujukan kepada orang lain dengan harapan adanya pengaruh terhadap penerima pesan. Adapun unsur-unsur komunikasi sebagai berikut : (Depkes RI, 2008).
31
a. Sumber (Komunikator) 1) Semua komunikasi berasal dari suatu sumber. Sumber ini mungkin dalam bentuk individu, dalam bentuk kelompok, bahkan dalam bentuk kelembagaan. 2) Dalam proses komunikasi, sumber dituntut untuk mempunyai keterampilan-keterampilan seperti berbicara, berfikir, menulis dan lain-lain. Sumber juga diharapkan mempunyai sikap yang positif terhadap penerima pesan, selain itu sumber juga harus mempunyai pengetahuan yang mendalam terhadap pesan yang akan disampaikan maupun terhadap penerima pesan. b. Pesan 1) Pesan-pesan dalam proses komunikasi disampaikan melalui bahasa tertentu yang sama dengan bahasa penerima pesan. Pesan ini pun dapat disampaikan melalui musik, seni maupun gerakan-gerakan tubuh atau isyarat-isyarat tertentu. 2) Tingkat kesulitan pesan harus dipertimbangkan sebelum pesan disampaikan kepada penerima pesan, artinya tingkat kesulitan pesan disesuaikan dengan tingkat pengetahuan atau pendidikan dari penerima pesan. 3) Isi pesan perlu disesuaikan dan diorganisasikan dengan tujuan untuk disesuaikan dengan karakteristik penerima pesan serta mempermudah penyampaian.
32
c. Saluran atau Media 1) Apabila pesan telah diciptakan oleh sumber, maka sumber harus menentukan saluran atau media apa yang akan digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut. Saluran atau media dalam proses komunikasi dapat berbentuk : a) Rapat pertemuan-pertemuan, percakapan b) Radio, rekaman c) Televisi, film d) Demonstrasi, latihan e) Surat kabar, majalah dan buku 2) Biasanya komunikasi akan lebih berhasil, jikaa semua saluran atau media digunakan, banyaknya media yang digunakan berarti makin banyak pula panca indera yang diaktifkan untuk menerima pesan. Sehingga dalam menerima pesan tidak hanya semata-mata melalui indera pendegar, tetapi juga melalui indera-indera lainnya. 3) Penggunaan multimedia dengan intensitas yang tinggi dalam penyampaian pesan akan memberikan pengaruh yang mendalam terhadap penerima pesan, sebaliknya penggunaan satu media dengan intensitas
yang
rendah
dalam
menyampaikan
pesan
dapat
menimbulkan pengaruh yang kurang mendalam terhadap penerima pesan. d. Penerima (Komunikan) 1) Penerima pesan dapat kelembagaan.
berupa individu atau kelompok bahkan
33
2) Lancar tidaknya suatu proses komunikasi banyak tergantung kepada pengetahuan, sikap yang dimiliki komunikan dan keterampilan penerima pesan.
Bagan 1 Komunikasi Sebagai Sistem (Depkes RI, 2008) F. Langkah-langkah Pengembangan Media Menurut Luther dalam Sutopo (2003) mengembangkan media pembelajaran dapat dilakukan berdasarkan enam tahapan, yaitu concept, design, material collecting, assembly, testing dan distribution seperti dalam gambar (Luther, 1994).
concept
distribution
designt
testing
material collecting
assembly
Gambar 2.2 Tahap Pengembangan Media Pengajaran Luther (1994)
34
Luther (1994) menyampaikan enam tahapan dalam pengembangan media pengajaran sebagai berikut: 1. Konsep (Concept) Tahap konsep yaitu menentukan tujuan produksi suatu media yang telah ditentukan, dalam tahapan ini hal yang perlu diperhatikan adalah: a.
Menentukan tujuan, tahap ini mulai ditentukan tujuan dari pengembangan media yang telah ditentukan, serta orang yang menggunakanya media. Tujuan dan orang yang menggunakan media berpengaruh pada konsep yang akan dirancang, sebagai pencerminan identitas dari sasaran yang menginginkan informasi sampai kepada pesan yang ingin disampaikan.
b.
Memahami karakteristik sasaran, karena tingkat kemampuan seseorang sangat mempengaruhi pembuatan desain, sehingga media dapat lebih komunikatif dalam penyampaian pesan. Berdasarkan pemahaman pada tahapan konsep, peneliti melakukan analisis hal yang menjadi masalah kebutuhan yang akan dijawab melalui media yang akan dikembangkan.
2. Desain (Design) Dalam tahapan desain media pembelajaran hal yang perlu dilakukan adalah membuat spesifikasi secara rinci mengenai konten-konten yang dibutuhkan untuk merancang suatu pengembangan media, pembuatan konten harus dibuat secara rinci sehingga pada tahap berikutnya hanya tinggal menggunakan apa yang sudah ditentukan pada tahap design. 3. Pengumpulan Bahan-Bahan (Material Collecting) Pada tahap ini, dilakukan pengumpulan bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan media pembelajaran berupa materi dan aspek pendukung dapat
35
berupa gambar, foto, clip art, diagram dan lain sebagainya. Tahap ini dapat dikerjakan bersama-sama dengan tahapan berikutnya yaitu assembly. 4. Pembuatan (Assembly) Tahap pembuatan merupakan tahap dimana seluruh objek atau desain dan bahan dibuat menggunakan suatu aplikasi, yaitu dilakukan dengan memasukkan data yang digunakan untuk berbagai tampilan, serta mengurutkan materi dan gambar yang akan digunakan. 5. Testing Tahap testing merupakan tahapan dimana media pembelajaran yang disusun diuji cobakan kepada sasaran, hal itu bertujuan apakah hasil dan tujuan sesuai dengan apa yang diinginkan. 6. Distribusi (Distribution) Dalam tahap akhir dari pengembangan media adalah tahap distribution atau pendistribusian, pada tahapan ini media yang telah melewati tahapan testing didistribusikan kepada sasaran yang dituju dan siap untuk digunakan.
36
G. Kerangka Teori Berdasarkan teori Luther (1994) menyampaikan enam tahapan dalam pengembangan media pengajaran yaitu konsep tahapan konsep media, desain media, pengumpulan bahan media, pembuatan media, testing media dan distribusi media. Penjelasan yang lebih jelas dapat dilihat kerangka teori di bawah ini:
Gambar 2.3 Kerangka Teori Tahapan Pengembangan Media (Luther, 1994)
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN DEFINISI ISTILAH A. Kerangka Pemikiran Berdasarkan kerangka teori pada tinjauan pustaka, tidak semua masuk kedalam kerangka pemikiran, hal ini dikarenakan faktor kesanggupan peneliti dan bahwa tujuan dari penelitian ini hanya sampai pada tahapan pembuatan media leaflet yang hasil akhirnya adalah prototipe media leaflet (rancangan awal) tanpa melakukan testing dan distribusi media leaflet. Berdasarkan kerangka teori maka kerangka pemikiran yang digunakan dapat digambarkan dalam bagan dibawah ini :
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran
37
38
B. Definisi Istilah No 1
2
Definisi Istilah
Variabel Prototipe leaflet
Rancangan awal media leaflet HIV/AIDS berupa isi pesan, bahasa, gambar, warna,
HIV/AIDS
layout, ukuran leaflet.
Tahapan konsep media Pengkajian terhadap tujuan produksi dari media leaflet HIV/AIDS, Penggunaan leaflet
media promosi kesehatan (leaflet HIV/AIDS), karateristik sasaran sebelum melakukan rancangan pengembangan media leaflet.
3
Tahapan desain media Mengkaji dan menyusun pengembangan pesan (bentuk pesan, pesan langsung leaflet
ditunjukkan kepada sasaran atau orang lain, pesan terkandung didalam leaflet menyakinkan sasaran untuk melakukan perilaku berdasarkan pesan) dan menetapkan kemasan (bentuk ukuran leaflet, warna, layout dan tipografi)
4
Tahapan
Mengkaji dan menyusun materi-materi yang dimasukkan kedalam leaflet yaitu
penggumpulan media leaflet
bahan pengertian HIV/AIDS, media penularan HIV/AIDS, faktor resiko penyakit HIV/AIDS, pencegahan HIV/AIDS, pengobatan HIV/AIDS serta hal-hal yang tidak menularkan HIV/AIDS serta gambar-gambar animasi siswa SMP dengan menggunakan seragam biru putih, ikon-ikon, pita HIV/AIDS dan virus.
5
6
Tahapan
pembuatan Mengimplementasikan desain kedalam aplikasi corel draw yang hasil akhirnya
media leaflet
berupa prototipe media leaflet HIV/AIDS.
Tahapan Testing
Melakukan uji coba pengembangan pesan (bentuk pesan, pesan langsung ditunjukkan kepada sasaran atau orang lain, pesan terkandung didalam leaflet menyakinkan sasaran untuk melakukan perilaku berdasarkan pesan) dan menetapkan kemasan (bentuk ukuran leaflet, warna, layout dan tipografi)
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan pendekatan kualitatif, pendekatan kualitatif dipilih dengan maksud untuk mengetahui lebih lanjut dan mendalam terkait pengembangan media dan pengembangan pesan media yang cocok dengan remaja, dengan pendekatan kualitatif diharapkan peneliti mendapatkan informasi sehingga menghasilkan rancangan media yang cocok dan sesuai dengan remaja yang akhirnya media dapat diterima serta pesan yang terkandung dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari serta peneliti ingin mendesripsikan dengan kata-kata terkait hasil peneliatian. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2015 untuk pengambilan data kualitatif dengan wawancara mendalam tempat disesuaikan dengan para ahli dan untuk pengambilan data kuantitatif dengan FGD dilaksanakan di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015. Lokasi penelitian ditentukan berdasarkan tingginya angka HIV/AIDS di Jakarta Selatan, dan Lebak Bulus termasuk dalam wilayah Jakarta Selatan, di SMP ini juga belum pernah ada penyuluhan khusus mengenai HIV/AIDS serta belum ada media promosi kesehatan yang membantu dalam mempermudah penyampaian penyuluhan.
39
40
C. Informan Penelitian Pemilihan informan pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive dengan tujuan mengetahui hal-hal yang melatarbelakangi rancangan pengembangan media dan pengembangan pesan leaflet HIV/AIDS di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015, pemilihan informan ini disesuaikan dengan prinsip penelitian kualitatif yaitu kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequacy). Prinsip kesesuaian merupakan prinsip dimana informan penelitian dipilih berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki yang berkaitan dengan topik penelitian. Prinsip kecukupan merupakan prinsip dimana informasi yang didapatkan harus bervariasi dan memenuhi kriteria yang berkaitan dengan penelitian. Orang yang dipilih sebagai informan utama adalah seseorang yang dianggap mampu memberikan informasi terkait rancangan media kesehatan yaitu siswa dan siswi SMP Al-Hidayah dan informan pendukung adalah ahli media serta guru SMP Al-Hidayah. Sumber Informasi
Jumlah
Ahli media
4
Metode
Ahli Wawancara
1. Ahli dalam media Media dan menjabat sebagai staf teknis pengembangan media promosi kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2. Freelance animasi script media edukasi. 3. Dosen ilmu komunikasi dan media. 4. Kepala sekolah
Mendalam
Karateristik 1. Tenaga ahli merupakan dosen atau tenaga pendidik yang mempunyai fokus dibidang remaja, kesehatan reproduksi (HIV/AIDS) dan media 2. Praktisi pemerintahan yang mempunyai fokus dibidang media kesehatan dan praktisi yang mempunyai fokus dibidang media edukatif. 3. Memiliki banyak informasi yang berguna, berkaitan dengan tujuan
41
Siswa dan siswi SMP Al- 10 Hidayah
FGD
Siswa
1. Siswa SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan 2. Bersedia menjadi informan
SMP AlHidayah Siswi SMP Al-Hidayah
1 Siswa Wawancara SMP
Mendalam
AlHidayah Guru SMP Al-Hidayah
1 Guru Wawancara SMP
Mendalam
1. Guru SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan 2. Bersedia menjadi informan
AlHidayah
D. Pengumpulan Data 1. Data Primer Pengumpulan data primer
dilakukan dengan 2 cara yaitu wawancara
mendalam dan FGD (Forum Grup Discussion. Ada beberapa tahapan dalam studi ini, a. Wawancara mendalam dengan guru dan siswa SMP Al-Hidayah b. FGD bersama siswa SMP Al-Hidayah yang bertujuan untuk mengetahui pengembangan pesan media leaflet HIV/AIDS yang cocok dan sesuai dengan remaja. c. Wawancara mendalam kepada ahli media yang bertujuan untuk mengetahui pengembangan pesan media leaflet HIV/AIDS yang cocok untuk remaja.
42
2. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder dengan melihat website profil SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan. E. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah panduan wawancara mendalam dan panduan FGD (Focus Group Discussion) instrumen ini digunakan dengan tujuan agar wawancara mendalam dan FGD tidak menyimpang dari fokus penelitian. Selain itu juga akan menggunakan note (buku catatan), tape recorder, dan camera selama penelitian, hal itu bertujuan sebagai dokumentasi penelitian. F. Triangulasi Penilaian validitas informasi pada penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan triangulasi. Triangulasi yang dilakukan terdiri dari triangulasi sumber dan triangulasi metode. 1.
Triangulasi sumber Triangulasi sumber dilakukan dengan melakukan cross check informasi dan fakta dari sumber lainnya untuk menggali topik yang sama. Contoh triangulasi sumber adalah dengan melakukan wawancara mendalam dengan ahli media dan FGD dengan siswa SMP Al-Hidayah terkait media yang cocok dan tepat untuk remaja khususnya siswa SMP. No Informasi yang dibutuhkan
Sumber informasi
Metode
1
Konsep
Guru SMP Al-Hidayah
Wawancara Mendalam
2
Desain
Siswa SMP Al-Hidayah
Wawancara Mendalam
3
Testing
Siswa SMP Al-Hidayah FGD dan Ahli Media
43
2.
Triangulasi metode Triangulasi metode dilakukan dengan beberapa metode dalam melakukan
pengumpulan
informasi
melalui
FGD
dan
wawancara
mendalam.
G. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan mencatat, membuat transkrip dan selanjutnya dilakukan kajian isi (content analysis) yaitu dengan: 1.
Melakukan sorting data yaitu mencatat kembali dan memilah-milah data yang didapatkan secara sistematis, memperjelas catatan yang tidak jelas dan menuliskan kembali kekurangannya.
2.
Pemberian catatan atau komentar terhadap data untuk meningkatkan mutu data berikutnya. Komentar berupa catatan substansi, metode dan analitik.
3.
Menyusun transkrip verbatim dan dilakukan coding secara urut dan berkelanjutan pada garis-garis transkrip atau catatan lapangan.
4.
Selanjutnya pembuatan filing yaitu dengan membuat data narasi menjadi sistem penyimpanan.
H. Analisis Data Analisis data difokuskan kepada pendapat atau jawaban informan (ahli) dari wawancara mendalam dan hasil FGD dengan mahasiswa promosi kesehatan 2011. Kajian isi (content analysis) adalah suatu teknik yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha untuk menemukan karateristik pesan yang dilakukan secara objektif dan sistematis. Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses analisis data adalah sebagai berikut: 1.
Menelaah seluruh data yang tersedia dari sumber, yaitu dari hasil wawancara mendalam dan FGD.
44
2.
Reduksi data, membuat ringkasan sesuai dengan data yang akan diteliti yang diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk matriks data kualitatif untuk memudahkan klasifikasi data yang diperlukan.
3.
Membuat klasifikasi data agar informasi yang diperoleh dapat dibuat perbandingan antar informan.
4.
Menganalisa data secara content analysis agar dapat membuat kesimpulan dengan cara menemukan karateristik pesan yang dilakukan secara obyektif dan.
BAB V HASIL PENELITIAN Dalam melakukan perancangan media leaflet terdapat beberapa tahapan yaitu tahapan konsep, desain, pengumpulan bahan-bahan dan pembuatan yang dilakukan dengan telaah dokumen, wawancara kepada guru SMP Al-hidayah serta atas keputusan dari peneliti, berikut uraiannya: A. Tahapan Konsep (Concept) 1. Tujuan Produksi Media Media leaflet yang dirancang mempunyai tujuan untuk meningkatkan pengetahuan HIV/AIDS siswa dan siswi SMP Al-Hidayah Lebak Bulus. Media leaflet HIV/AIDS diperuntukkan untuk remaja yang mempunyai kisaran umur antara 12 tahun sampai 18 tahun. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru SMP Al-Hidayah media leaflet digunakan pada saat penyuluhan terkait HIV/AIDS di program PMR (Palang Merah Remaja) dan keputrian, media ini akan dibagikan sebelum penyuluhan dimulai. Pernyataan tersebut dikukung hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru SMP Al-Hidayah seperti di bawah ini: “kami punya kegiatan ekstrakulikuler seperti PMR dan keputrian yang dilakukan di hari sabtu, nah nanti bisa tuh dipakai pas kegiatan kalo pembahasannya mengenai HIV/AIDS”
2. Karateristik Sasaran SMP Al-Hidayah adalah Sekolah islam yang terletak di Jl. Kana Lestari Blok K/I Lebak Bulus, Cilandak-Jakarta Selatan. SMP Al-Hidayah berada di wilayah perumahan atau komplek Lebak Lestari. SMP Al-Hidayah merupakan 45
46
sekolah menengah pertama di bawah Yayasan Pendidikan Islam Al-Hidayah Lestari. Yayasan Pendidikan Islam Al-Hidayah Lestari tidak hanya terdapat SMP Al-Hidayah namun juga memiliki TK (Taman Kanak-Kanak), MI (Madrasa Ibtidaiyah) dan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Sekolah yang berada di bawah Yayasan Pendidikan Islam Al-Hidayah Lestari merupakan salah satu pilihan alternatif bagi warga dan masyarakat sekitar untuk menyekolahkan anaknya disana, salah satu alasannya yaitu dekat dengan rumah dan sekolah yang terakreditasi. Seluruh warga Sekolah di YPI Al-Hidayah Lestari baik pengurus sekolah, guru, siswa, dan warga sekolah lainnya beragama Islam. SMP Al-Hidayah merupakan Sekolah Menengah Pertama yang dimana siswa diberikan pelajaran tambahan mengenai agama Islam, seperti bahasa Arab, aqidah akhlak, al-qur’an hadits, fiqih dan sejarah kebudayaan islam. SMP Al-Hidayah memiliki siswa berjumlah 384 siswa yaitu kelas VII berjumlah 135 siswa kelas VIII berjumlah 125, kelas IX berjumlah 126 siswa dengan rentang usia sekitar 12 tahun hingga 15 tahun serta memiliki guru-guru yang berkompeten dalam dunia pendidikan dan rata-rata memiliki gelar S1 bahkan S2 (magister). Siswa dan siswi SMP Al-Hidayah memiliki kelas sosial yang beragam. Tetapi mayoritas dari siswa dan siswi adalah kelas ekonomi menengah ke bawah dengan gaya hidup yang berbeda antara siswa dan siswi satu dengan yang lain, mulai dari cara berpakaian, gadget yang dipakai, pergaulan yang diikuti. Berdasarkan dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 31 siswa dan siswi kelas 8 SMP Al-Hidayah pada bulan Juni dengan melakukan pembagian kuesioner diketahui bahwa siswa dan siswi yang mempunyai pengetahuan rendah tentang HIV/AIDS sebanyak 81% dan siswa dan siswi yang mempunyai
47
pengetahuan yang tinggi tentang HIV/AIDS sebesar 19% (pengertian HIV 19,3%, pengertian AIDS 16%, media penularan HIV/AIDS 23%, faktor resiko penyakit HIV/AIDS 19,3%, pencegahan HIV/AIDS 19,3%, pengobatan HIV/AIDS 27%, hal-hal yang tidak menularkan HIV/AIDS 16%). Berdasarkan dari wawancara yang dilakukan dengan guru SMP Al-Hidayah bahwa di SMP Al-Hidayah belum pernah ada penyuluhan khusus terkait HIV/AIDS, tetapi penyuluhan tersebut pernah diselipkan di pelajaran (Ilmu Pengetahuan Alam) IPA dengan materi secara umum dan dalam penyampaian juga tidak menggunakan media promosi kesehatan. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil dari kegiatan wawancara yang telah dilakukan seperti dibawah ini: “Belum ada penyuluhan khusus mbak, adapun di pelajaran IPA dan cuma secara garis besar aja dan tidak ada media promosi kesehatannya juga”. (BI) B. Desain (Design) Dalam tahapan desain terdapat dua kegiatan yang pertama adalah FGD dengan siswa SMP Al-Hidayah terkait dengan desain media yang diinginkan oleh remaja, dalam tahapan desain terdapat 2 poin diantaranya adalah mengembangkan pesan dan menetapkan kemasan, dalam mengembangkan pesan terdapat bentuk pesan, pesan langsung ditunjukan kepada sasaran dan pesan terkandung di dalam leaflet menyakinkan sasaran, sedangkan menetapkan kemasan terdapat bentuk ukuran leaflet, warna (background, tulisan dan gambar), tata letak (layout), tipografi (bentuk dan ukuran) media leaflet. Dari FGD kepada 10 siswa SMP Al-Hidayah disimpulkan bahwa leaflet yang mereka sukai mempunyai bentuk bahasa yang bergaya remaja, tidak formal, lebih banyak gambar daripada tulisan. Remaja menyukai pesan yang terkandung di dalam
48
leaflet langsung ditunjukan kepada sasaran. Pesan yang terkandung di dalam leaflet remaja menyukai bahasa yang mengajak (himbauan) untuk melakukan suatu perilaku. Mengenai bentuk dan ukuran media leaflet remaja menyukai bentuk dan ukuran yang sedang (lipat 3) tidak besar dan tidak kecil, tidak menyusahkan serta masuk ke dalam tas. Warna background remaja menyukai biru dan kuning sedangkan untuk warna tulisan dan gambar remaja menyarankan untuk disesuaikan saja dengan background yang dipilih. Pada layout, remaja menyukai seimbang antara tulisan dan gambar serta sederhana hal itu dimaksudkan agar gambar dan tulisan mudah dibaca. tipografi (desain teks ukuran, bentuk). Remaja menyukai bentuk teks yang semi formal yaitu comic sans dan algerian, times new roman untuk ukuran disesuaikan dengan konten yang ada. Berikut uraian hasil FGD terkait tahapan desain: 1. Mengembangkan Pesan a. Bentuk Pesan Hasil FGD kepada 10 siswa SMP Al-Hidayah menyimpulkan remaja menyukai bentuk pesan yang bergaya remaja, tidak formal dan mereka menyukai media yang banyak gambar daripada tulisan. Pernyataan tersebut didukung hasil FGD yang dilakukan dengan 10 siswi SMP Al-Hidayah seperti di bawah ini: “Suka banyak gambar, semi formal aja kak bahasa sehari-hari”. (P1) “Suka banyak gambar, yang semi formal”. (P2) “Suka banyak gambar, bentuk bahasa yang formal”. (P3) “Remaja aja ga usah kaku kaku, yang banyak gambar”. (P4) “gambar banyak, bahasa indonesia yang baik dan benar haha bahasa remaja gaul kak”. (P5) “Remaja , bahasa gaul, terus banyak gambar”. (P6)
49
“Bahasa yang remaja, lebih nyambung aja dibaca nya abis itu banyak gambar daripada tulisan”. (P7) “Sama kak”. (P8) “Sama kak”. (P9) “Hehe sama kak”. (P10) b. Pesan Langsung Ditunjukan kepada Sasaran Hasil FGD kepada 10 siswa SMP Al-Hidayah menyimpulkan bahwa remaja menyukai media leaflet yang menuliskan pesan langsung ditunjukkan kepada sasaran. Pernyataan tersebut didukung hasil FGD yang dilakukan dengan 10 siswi SMP Al-Hidayah seperti di bawah ini: “Langsung ke diri sendiri aja”. (P1) “Langsung ke diri sendiri”. (P2) “Ke orang lain dulu hehe, ya biar ada pendapat dan nanti bisa diperbaiki”. (P3) “Orang lain dulu baru ke saya karena kita masih harus tanya haha”. (P4) “Langsung aja kak langsung”. (P5) “Langsung ke saya kak”. (P6) “Langsung biar langsung tau kak apa yang disampaikan artinya apa”. (P7) “Kita langsung”. (P8) “Langsung aja”. (P9) “Langsung kak” (P10)
50
c. Pesan Terkandung di dalam Leaflet Menyakinkan Sasaran Hasil FGD kepada 10 siswa SMP Al-Hidayah menyimpulkan bahwa remaja menyukai media leaflet yang menuliskan bahasa mengajak atau himbauan untuk melakukan suatu perilaku. Pernyataan tersebut didukung hasil FGD yang dilakukan dengan 10 siswi SMP Al-Hidayah seperti di bawah ini: “Bahasa yang mengajak kak”. (P1) “Mengajak kak ada himbauan gitu”. (P2) “Mengajak”. (P3) “Ada himbauan kak mengajak”. (P4) “Himbauan”. (P5) “Himbauan”. (P6) “Yang ajakan himbauan”. (P7) “Ajakan himbauan”. (P8) “Ajakan himbauan biar menyakinkan untuk melakukan kak”. (P9) “Ajakan himbauan, iya bener gitu kak biar mempengaruhi haha”. (P10) 2. Menetapkan Kemasan a. Bentuk Ukuran Leaflet Hasil FGD kepada 10 siswa SMP Al-Hidayah menyimpulkan bahwa bentuk dan ukuran media leaflet yang disukai remaja memiliki bentuk dan ukuran sedang (lipat 3) tidak besar dan tidak kecil, tidak menyusahkan serta masuk ke dalam tas. Pernyataan tersebut didukung hasil FGD yang dilakukan dengan 10 siswi SMP Al-Hidayah seperti di bawah ini: “Iya gini aja kak yang biasa”. (P1) “Yang bentuk keatas kak, tapi ribet ya kak, yang biasa aja kak”. (P2)
51
“Suka yang nomer 2 kak panjang ke atas”. (P3) “Kayanya yang panjang ke atas, tapi ribet ya ini aja deh kak yang biasa”. (P4) “Yang ini (panjang keatas), jadi yang biasa aja kak biar ga ribet”. (P5) “Yang panjang ke atas, iya biasa aja kak”. (P6) “Bagusnya yang double deh eh tapi ribet yang biasa aja kak”. (P7) “Kalo yang kaya gini ribet gajadi deh yang biasa aja”. (P8) “Hmm ribet yaa, biasa aja kak”. (P9) “Yang biasa aja kak yang lipet tiga”. (P10) b. Warna (Background, Tulisan dan Gambar) Media Leaflet Hasil FGD kepada 10 siswa SMP Al-Hidayah menyimpulkan bahwa remaja menyukai warna background biru dan kuning sedangkan untuk warna tulisan dan gambar remaja menyarankan untuk disesuaikan saja dengan background yang dipilih. Pernyataan tersebut didukung hasil FGD yang dilakukan dengan 10 siswi SMP Al-Hidayah seperti di bawah ini: “Warna background merah kuning, tulisan sama gambar disesuain aja”. (P1) “Warna background biru kuning, tulisan sama gambar disesuain aja”. (P2) “Warna background biru kuning, tulisan sama gambar disesuain aja”. (P3) “Warna background merah sama kuning, tulisan item aja kak gambar sesuain backgroung”. (P4) “Warna background merah sama orange, item putih aja kak, gambar mah terserah aja kak”. (P5) “Warna background biru sama kuning, biasa aja kak, gambar sesuain sama bacground”. (P6) “Warna background biru putih cakep, tulisan sama gambar disesuain aja”. (P7) “Warna background biru putih, iya sesuain aja”. (P8)
52
“Warna background biru putih, sesuain aja kak”. (P9) “Warna background biru kuning, sama”. (P10) c. Tata Letak (Layout) Hasil FGD kepada 10 siswa SMP Al-Hidayah menyimpulkan bahwa remaja menyukai layout yang seimbang antara tulisan dan gambar serta sederhana hal itu dimaksudkan agar gambar dan tulisan mudah dibaca. Pernyataan tersebut didukung hasil FGD yang dilakukan dengan 10 siswi SMP Al-Hidayah seperti di bawah ini: “Suka layout yang sederhana seimbang”. (P1) “Sederhana seimbang kak biar ga bingung”. (P2) “Sederhana seimbang”. (P3) “Seimbang”. (P4) “Sederhana aja ga usah ribet”. (P5) “Sederhana seimbang”. (P6) “Biasa aja seimbang sederhana biar gampang dibaca”. (P7) “Iya biasa seimbang ga usah ribet ribet”. (P8) “Biasa kak seimbang gitu tulisan sama gambar”. (P9) “sama kak”. (P10) d. Tipografi (Ukuran, Bentuk) Media Leaflet Hasil FGD kepada 10 siswa SMP Al-Hidayah menyimpulkan bahwa tipografi (ukuran, bentuk) remaja menyukai bentuk teks yang semi formal yaitu times new roman, comic sans dan algerian. Ukuran disesuaikan dengan konten yang ada. Pernyataan tersebut didukung hasil FGD yang dilakukan dengan 10 siswi SMP Al-Hidayah seperti di bawah ini: “Comic sans kak kalo ukuran tulisan sih menyesuaikan aja kak”. (P1)
53
“Yang ini kak (times new roman), menyesuaikan aja kak”. (P2) “Comic sans doang kak, menyesuaikan”. (P3) “Yang chiller haha, sesuain aja”. (P4) “Yang comic san kak, ukuran sesuain kak”. (P5) “Ini comic sans mudah dibaca, sesuain aje lah”. (P6) “Comic sans, ukuran sesuain”. (P7) “Algerian, iya sesuain”. (P8) “Cambria, sesuain aja sedeng-sedeng” (P9) “Algerian, sesuain”. (P10) C. Pengumpulan Bahan-Bahan (Material Collecting) Tahapan ini merupakan tahapan pengumpulan bahan atau materi yang akan disampaikan, pemilihan bahan-bahan yang dimasukkan kedalam leaflet mengacu pada kejelasan materi yang dibutuhkan, pokok-pokok materi yang penting untuk dijelaskan serta bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat leaflet. 1. Materi yang dimasukkan kedalam leaflet yaitu pengertian HIV/AIDS, media
penularan
HIV/AIDS,
faktor
resiko
penyakit
HIV/AIDS,
pencegahan HIV/AIDS, pengobatan HIV/AIDS serta hal-hal yang tidak menularkan HIV/AIDS. 2. Gambar-gambar animasi siswa SMP dengan menggunakan seragam biru putih, ikon-ikon, pita HIV/AIDS dan virus. 3. Jenis kertas art paper. 4. Tinta art paper. 5. Head printer epson 6. Gunting
54
D. Pembuatan (Assembly) Tahapan pembuatan ini adalah tahapan mengimplementasikan desain ke dalam aplikasi yang cocok untuk membuat suatu hasil berupa media cetak yaitu leaflet. Proses pembatan media leaflet akan dilakukan secara bertahap yang pertama dengan memasukkan materi, gambar dan yang terakhir adalah warna dari keseluruhan. Media leaflet akan dibuat dengan menggunakan aplikasi corel draw X4. Berikut adalah cara pembuatan leaflet dengan menggunakan aplikasi corel draw X4: 1. Mempersiapkan gambar animasi siswa SMP dengan menggunakan seragam biru putih, ikon-ikon, pita HIV/AIDS dan virus serta membuka aplikasi corel draw X4. 2. Membuat background leaflet menggunakan rectangle tool dengan klik dua kali (double klik) akan otomatis membuat objek persegi sesuai dengan ukuran lembar kerja.
3. Memberikan wara biru dan kuning, lalu klik kanan pada collor pallet yang tidak terdapat warna untuk menghilangkan garis pinggir.
4. Membuat efek transparan pada background yang sudah dibuat dengan menggunakan transparency tool dengan arah vertikal ke bawah.
5. Membuat judul leaflet dengan menggunakan text tool, lalu mengubah jenis teks dengan jenis times new roman. Kemudian duplikat objek teks yang sudah di buat dengan
menekan keyboard “Ctrl + D”. Objek teks berada di atas menggunakan warna yang bebas, dan yang berada di bawah menggunakan warna lebih tua dengan yang di gunakan background agar terlihat seperti efek bayangan. 6. Melakukan import gambar yang sudah di siapkan dengan menekan tombol shortcut atau Ctrl + I. Kemudian akan muncul jendela baru untuk memilih gambar dan setelah memilih gambar klik import.
7. Meletakkan objek di tengah lembar kerja dengan cara Klik menu Effect > Power Clip > Place Inside Countainer, untuk mengedit gambar klik kanan pada background tersebut
55 dan pilih edit contens, setelah mengedit klik kanan pada objek gambar pilih finish editing this contens.
8. Memasukkan materi-materi yang akan disampaikan pengertian HIV/AIDS, media penularan HIV/AIDS, faktor resiko penyakit HIV/AIDS, pencegahan HIV/AIDS, pengobatan HIV/AIDS serta hal-hal yang tidak menularkan HIV/AIDS dengan menggunakan text tool dengan sekali klik, lalu drag hingga membentuk kotak yang nantinya akan menjadi tempat paragraph dan ganti tipe teks menggunakan comic sans dan algerian.
9. Yang terakhir save file dengan tipe file jpeg. E. Testing Dalam tahap testing terdapat 2 poin diantaranya adalah mengembangkan pesan dan menentukan kemasan, dalam mengembangkan pesan terdapat bentuk pesan, pesan langsung ditunjukan kepada sasaran atau pesan ditunjukan kepada orang lain dan pesan terkandung di dalam leaflet menyakinkan sasaran untuk melakukan perilaku berdasarkan pesan tersebut, sedangkan menentukan kemasan terdapat bentuk ukuran leaflet, warna gambar, background media leaflet, penempatan letak gambar yang terdapat pada tiap halaman, desain teks (bentuk, ukuran) media leaflet. Setelah dilakukan wawancara kepada ahli media disimpulkan bahwa dalam mengembangkan pesan bentuk pesan yang telah dirancang informasi menarik, tidak banyak tulisan dan banyak gambar untuk pesan agar diperjelas urutannya agar pembaca tidak salah tangkap, untuk pesan langsung ditunjukan kepada sasaran karena dengan sudah mendapatkan pesan setelah membaca media leaflet tetapi untuk bahasa lebih disesuaikan, untuk pesan yang terkandung di dalam leaflet belum menyakinkan sasaran untuk melakukan perilaku berdasarkan pesan karena di dalam leaflet belum menyantumkan pesan yang diinginkan.
56
Dalam menetapkan kemasan dari segi bentuk ukuran media leaflet yang cocok adalah tidak terlalu besar dan kecil yang tidak ribet, untuk warna gambar background media leaflet harus warna yang mengepresikan remaja dan hal-hal yang bersifat populer dikalangannya, untuk penempatan gambar yang terdapat pada tiap halaman usahakan tidak crowded untuk desain teks harus terlihat dengan jelas, segar dan dinamis serta ukuran teks tergantung kertas yang digunakan warna menyesuaikan dengan warna background yang dipakai. Setelah peneliti merevisi ulang media berdasarkan masukan para ahli peneliti melakukan FGD dengan siswa SMP Al-Hidayah didapatkan bahwa dalam tahapan testing terdapat 2 point diantaranya adalah penggunaan pesan dan tampilan media, dalam penggunaan pesan terdapat bentuk pesan, bentuk bahasa, pesan langsung ditunjukan kepada sasaran atau pesan ditunjukan kepada orang lain dan pesan terkandung di dalam leaflet menyakinkan sasaran untuk melakukan perilaku berdasarkan pesan tersebut, sedangkan tampilan media terdapat bentuk ukuran leaflet, warna gambar background media leaflet, penempatan letak gambar yang terdapat pada tiap halaman, desain teks (bentuk, ukuran) media leaflet disimpulkan dalam penggunaan pesan sudah cocok untuk anak SMP, untuk bentuk pesan mudah dimengerti mempunyai istilah yang mudah dimengerti, untuk pesan langsung ditunjukan langsung kepada sasaran tanpa perantara pihak lain, untuk pesan yang terkandung sudah menyakinkan sasaran untuk melakukan pesan yang ada di dalam media leaflet. Dalam tampilan media bentuk ukuran leaflet yang telah dirancang sudah cukup tidak terlalu kecil dan besar serta mudah dibaca, untuk warna gambar background media leaflet sudah pas dan cocok, untuk penempatan gambar sudah
57
cukup dan untuk desain teks sudah cocok dan pas. Berikut uraian hasil wawancara dan FGD terkait tahapan testing: 1. Mengembangkan Pesan a. Bentuk Pesan Berdasarkan hasil dari kegiatan wawancara yang telah dilakukan dengan ahli media peneliti menyimpulkan bahwa informasi sudah menarik dan informatif, tidak banyak tulisan dan lebih banyak gambar, tetapi untuk pesan harus di urutkan dengan jelas agar pembaca tidak kebingungan dan salah persepsi. Hasil penelitian tersebut didukung oleh pernyataan ahli media seperti dibawah ini: “Pesan yang anda tuliskan sudah menarik tetapi dengan catatan anda harus review ulang kembali, tetapi ini idenya sudah bagus ya, dalam arti tidak banyak tulisan, tapi lebih banyak gambar, karena actualy orang indonesia itu apalagi anak-anak malas baca kalau terlalu banyak tulisan, jadi dengan menggunakan banyak gambar terlihat lebih menarik”. (PT,1) “Menarik juga ya tentang HIV, pointer pointernya juga jelas dan dapat dimengerti”. (PD,3) “Oke, jika saya lihat media yang sudah kamu buat itu memang dari warna cukup menarik yaitu perpaduan warna kuning dan warna biru, kemudian untuk step-step penyajian informasi cukup informatif ya”. (BF,4 “Mungkin kamu lebih urutin saja komponen-komponen HIV , medianya, cara penularannya gimana, lalu jika sudah terinfeksi harus bagaimana begitu jadi bacanya juga akan terasa enak dan nyambung, biar ga bingung kalo menurut saya ya”. (BI,2) Sebagian besar informan yang telah melihat media leaflet mengatakan bahwa bentuk pesan yang digunakan di dalam leaflet menarik sudah dapat dipahami, jadi disimpulkan bahwa media yang telah dirancang sudah cocok
58
dalam segi bentuk pesan, pesan yang terkandung di dalamnya menarik untuk anak SMP dan tidak ribet untuk dipahami. Pernyataan tersebut didukung hasil FGD yang dilakukan dengan 10 siswi SMP Al-Hidayah seperti di bawah ini. “Menarik”. (P4, P5) “Ya menarik untuk diri sendiri agar mengetahui pencegahan HIV dan agar kita tidak terkena HIV”. (P6) “Sudah menarik”. (P7) “Sudah menarik kak hehe dapat dipahami dan tidak ribet hehe”. (P8) Jika dilihat dari segi bahasa sebagian besar informan yang telah melihat media leaflet mengatakan bahwa bentuk bahasa yang digunakan di dalam leaflet mudah dimengerti, istilah gampang dimengerti dan bahasa sudah meremaja, jadi disimpulkan bahwa media yang telah dirancang sudah cocok untuk mereka dalam segi bentuk pesan karena dari bahasa remaja sudah dapat memahami apa yang dituliskan di dalamnya. Pernyataan tersebut didukung hasil FGD yang dilakukan dengan 10 siswi SMP Al-Hidayah seperti dibawah ini. “Ya gampang dimengerti kak”. (P2) “Tidak, sudah gampang istilahnya, aku sudah mengetahui semua”. (P3) “Sudah meremaja kak hehehe”. (P3, P2, P4)
b. Pesan Langsung Ditunjukan kepada Sasaran Berdasarkan hasil dari kegiatan wawancara yang telah dilakukan dengan ahli remaja peneliti menyimpulkan bahwa pesan sudah langsung ditunjukan kepada sasaran dan sasaran sudah mendapatkan informasi dari media leaflet yang telah dibuat, tetapi untuk bahasanya harus disesuaikan
59
dengan sasaran dan dibikin segampang dan semenarik mungkin agar sasaran membaca media yang telah dibuat. Hasil penelitian tersebut didukung oleh pernyataan ahli media seperti dibawah ini: “Oke kalau kita berbicara mengenai leaflet seharusnya direct, dalam arti tidak untuk orang tuanya, untuk gurunya tapi harus untuk langsung ke sasaranya, karena dia anak SMP jadi pemahamannya sudah paham, kecuali kita bicara indirect buat bayi 6 bulan terkait ASI”. (PT,1) “Kalau menurut saya pesan ini direct langsung ditunjukann kepada sasaran, sasaran pasti langsung bisa menangkap pesan ini tapi jika dibaca sih ya hahaha, makanya kamu bikin media ini segampang dan semenarik lagi ya”. (BI,2) Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan yang diberikan oleh informan selanjutnya, seperti di bawah ini: “Ini direct ya pesannya langsung ditunjukan kepada sasaran, tapi kamu bikinya terlalu umum, untuk penggunaan bahasanya disesuaikan lagi dengan sasaran ya kalo anak-anak dan kamu juga bisa menggunakan bahasa semi formal”. (PD,3) “Kalau menurut saya ini sudah direct, orang yang membaca sudah mendapatkan informasi tentang HIV/AIDS melihat dari tujuan kamu sendiri untuk memberitau tentang HIV/AIDS, jadi dengan membaca ini sudah dapat menerima informasi”. (BF,4) Pesan yang terkandung di dalam leaflet langsung ditunjukan kepada sasaran, bukan ditunjukan untuk orang lain, jadi disimpulkan bahwa media yang telah dirancang memberikan informasi langsung sasaran dapat menerima pesan langsung tanpa melalui perantara dari pihak lain. Pernyataan tersebut didukung hasil FGD yang dilakukan dengan 10 siswi SMP Al-Hidayah seperti di bawah ini. “Buat kita”. (P3) “Iya kak pesan buat kita sendiri bukan buat bu guru”. (P8)
60
“Sudah, buat aku sendiri kak pesannya”. (P6) “Sudah kak buat aku sendiri”. (P9) “Sudah kak, serius deh hahaha”. (P10)
c. Pesan Terkandung Di dalam Leaflet Berdasarkan hasil dari kegiatan wawancara yang telah dilakukan dengan ahli media peneliti menyimpulkan bahwa pesan yang terkandung di dalam leaflet belum menyakinkan sasaran untuk melakukan perilaku berdasarkan pesan, karena di dalam leaflet belum menyantumkan perilaku apa yang seharusnya diinginkan, jika pengetahuan yang diingkinkan pesan tersebut sudah menyankinkan dan merubah tetapi jika perilaku dan sikap belum bisa menyakinkan karena merubah keduanya membutuhkan waktu yang cukup lama. Hasil penelian tersebut didukung oleh pernyataan ahli media seperti di bawah ini: “Belum, karena kamu belum menuliskan perilaku yang diinginkan itu seperti apa”. (PT,1) “Hmmm kalo informasinya sih udah oke ya, konten yang mbak ferra buat udah oke, tapi kalo untuk membuat anak jadi hmm ware itu butuh pendamping, kalo cuma baca gitu doang belom, apa mau bikin dua, satu untuk siswa satu untuk pendamping hahaha, kalo dia sendirian kurang yakin bisa masuk, biasanya anak tuh kadang dia baca doang abis itu engga ngerti apa, jadi butuh pendamping, tapi untuk pesan udah pesan langsung yang ditunjukan sasaran kok kalo menurut saya”.(BI,2) “Aa kalo itu perlu kajian lagi ya, kan perubahan itu ada afektif, kognitif, psikomotorik gitu kan ya nah itu mau mempengaruhi dimananya, kalo disegi pengetahuan sudah bisa lah sudah masuk tapi kalo mau mempengaruhi di yang lain itu perlu kajian dan tahapan yang lebih panjang”. (PD,3) “Kalo pengetahuan sih sudah mempengaruhi ya, tapi kalo sikap dan perilaku mungkin belom karena untuk mengubah konten itu membutuhkan waktu yang relatif lama”. (BF,4)
61
Sebagian besar informan yang telah melihat media leaflet mengatakan bahwa pesan yang terkandung di dalam leaflet sudah menyakinkan untuk melakukan perilaku berdasarkan pesan yaitu melakukan pencegahan, jadi disimpulkan bahwa setelah peneliti menuliskan perilaku yang diinginkan di media yang telah dirancang, sasaran dapat melakukan perilaku berdasarkan pesan yang terkandung di dalam leaflet yang dirancang. Pernyataan tersebut didukung hasil FGD yang dilakukan dengan 10 siswi SMP Al-Hidayah seperti di bawah ini. “Iya kak melakukan pencegahan”. (P6, P3, P4) 2. Menetapkan Kemasan a. Bentuk Ukuran Leaflet Berdasarkan hasil dari kegiatan wawancara yang telah dilakukan dengan ahli media peneliti menyimpulkan bahwa bentuk ukuran media leaflet yang cocok untuk remaja tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, yang bisa masuk ke dalam kantong tas, gampang dibaca dan tidak ribet, karena remaja itu menyukai hal-hal yang simpel-simpel, jika media leaflet diperkecil kembali dikhawatirkan pesan dan konten belum dijabarkan semua dan tulisannya tidak dapat terbaca dan jika dilihat dari media yang telah dirancang sudah pas untuk remaja. Hasil penelian tersebut didukung oleh pernyataan ahli media seperti di bawah ini: “Oke dicetak.. kalo leaflet secara umum ukurannya segini, kalo mau lebih dikecilin lagi bisa, cuma lagi-lagi kalo kecil harus diperhatikan hmm tulisannya, konten muat apa engga, sesuai dengan kebutuhan kamu aja menurut saya, itu.. yang penting bisa dikantongin, bisa ditaro di tas”. (PT,1)
62
“Kalau leaflet itu seperti brosur ya.. jadi ukurannya tergantung sasaranya sebenernya”. (BI,2) “Kalau remaja itu lebih suka yang simple ya, bagi mereka ya yang bisa masuk dikantong dan yang gampang, menurut saya itu yang cocok buat remaja, remaja itu tidak suka yang ribet, mungkin jika media dalam ukuran yang terlalu kecil juga kurang bagus karena dihawatirkan akan kesulitaan untuk dibaca”. (PD,3) “Sudah pas untuk remaja tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Kalo menurut saya ini sudah cukup, kalo yang lebih kecil kan lebih tebel ya, sebenernya untuk remaja sendiri yang penting jelas aja sih engga bikin ribet, kan remaja suka yang simpel-simpel, tapi kalo kaya ini (leaflet kemenkes) nih bosenin banget”. (BF,4) Sebagian besar informan yang telah melihat media leaflet mengatakan bahwa bentuk dan ukuran media leaflet sudah cukup, dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa media yang telah dirancang sudah cocok dan cukup dalam segi ukuran leaflet tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil jelas terbaca dan mudah dibawa kemana-mana. Pernyataan tersebut didukung hasil FGD yang dilakukan dengan 10 siswi SMP Al-Hidayah seperti di bawah ini. “Cukup banget kak, tidak terlalu besar dan kecil, bisa ditaro ditas dan dibawa kemana-mana. (P9) “Hahaha engga,, cukup kak segitu aja nanti kalo kegedean ribet ah males baca”. (Semua) b. Warna (Background, Tulisan dan Gambar) Media Leaflet Berdasarkan hasil dari kegiatan wawancara yang telah dilakukan dengan ahli remaja peneliti menyimpulkan bahwa remaja itu dinamis mereka suka dengan gambar, warna, backround yang mengepresikan bahwa itu remaja, remaja juga suka dengan hal-hal yang lagi populer dikalangannya, jadi ikutin saja apa yang populer saat ini dan terapin di media yang dibuat tetapi harus mempunyai decision maker sendiri dalam pemilihan warna, dalam pembuatan gambar harus konsisten dalam arti karakter harus sama dari awal sampai akhir gambar. Hal ini bertujuan agar
63
media yang dibuat terkesan serius dan tidak coppy paste dari sumbersumber yang ada. Hasil penelian tersebut didukung oleh pernyataan ahli media seperti di bawah ini: “Remaja sebenarnya menyukai warna-warna yang berani kalau menurut saya, warna warna yang mengepresikan remaja, kamu harus cari referensi hal-hal apa yang sekarang lagi kekinian dikalangan remaja dan kamu harus punya decision maker tentang pemilihan warna”.(PT,1) “Yang menarik itu adalah warna yang cerah, remaja itu dinamis mereka lebih suka sama warna yang cerah, karena remaja itu lebih suka yang dinamis tambahkan sentuhan warna lagi agar mereka lebih tertarik”. (PD,3) “Remaja itu suka hal-hal yang lagi nge-trend jadi kamu cari warna yang lagi trend, yang berani, yang rame dan mencerminkan remaja banget”. (BF,4) Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan yang diberikan oleh informan selanjutnya, seperti di bawah ini: “Udah cocok sih sebenernya, cuman tadi di seragamin aja, kalo orang awam sih ga bakal ngeh ya gambarnya, tapi biar serius gitu kalo gambar ini tuh bener buatan kamu, disamain aja biar ga dikira nyomot dari mana-mana, jadi diseragamin itu adalah salah satu wujud konsistensi dan keseriusan membuatnya ga asal-asalan”. (BI,2) Warna gambar dan warna backround leaflet sudah pas dan cocok. Pernyataan tersebut didukung hasil FGD yang dilakukan dengan 10 siswi SMP Al-Hidayah seperti di bawah ini. “Sudah kakak, pas dan cocok”. (Semua)
64
c.
Tata Letak (Layout) Berdasarkan hasil dari kegiatan wawancara yang telah dilakukan dengan ahli remaja peneliti menyimpulkan bahwa penempatan letak gambar disesuaikan dengan kontennya, penempatan gambar tiap halaman usahakan tidak crowded dan mengganggu konten yang lain, jika dilihat dari leaflet yang telah dirancang penempatan sudah balance, rapi. Hasil penelitian tersebut didukung oleh pernyataan ahli media seperti dibawah ini: “Hmm udah pas ya, sudah balance, udah rapi, tidak crowded, cuma urutan urutan seperti yang saya dilang tadi, dan penempatannya lebih disesuaikan saja kalo menurut saya”. (PT,1) “Ya tadi kalo penempatan gambar lebih di sesuain sama kontenya aja, kaya tadi gambar mukul sesuain aja, jadi kalo gambar mukul gambarnya apa, yang bulet-bulet tadi harusnya gimana dan dimana gitu aja sih”. (BI,2) ”Ini tiga ya? kalau penempatan juga harus simetris kemudian jangan moton dan monotune yang selaras saja, kalau penempatan terserah tapi jangan menganggu konten yang lain”. (PD,3) “Yang tadi saya bilang, HIVnya medianya faktor resiko, jadi step by step. Letaknya anda kondisikan bagaimana bagusnya dan disesuaikan saja sama remaja”. (BF,4)
Sebagian besar informan yang telah melihat media leaflet mengatakan bahwa gambar yang terdapat pada tiap halam leaflet sudah cukup, warna sudah pas tidak perlu diganti, gambar sudah pas dan tidak perlu ditambah, dapat disimpulkan bahwa media yang telah dirancang sudah cocok dalam segi letak gambar pada tiap halaman dan warna. Pernyataan tersebut didukung hasil FGD yang dilakukan dengan 10 siswi SMP Al-Hidayah seperti dibawah ini. ”Sudah cukup”. (P10)
65
“Warna sudah pas tidak usah diganti”. (P9) “Sudah kak pas”. (P8) “Sudah pas”. (P7) “Pas banget, semua gambar sudah pas”. (P6) “Warna kuning dan merah sudah bagus”. (P5) “Gambar tidak usah ditambahin kak”. (P4) “Sudah kak”. (P3, P2, P1)
d. Tipografi (Ukuran, Bentuk) Media Leaflet Berdasarkan hasil dari kegiatan wawancara yang telah dilakukan dengan ahli remaja peneliti menyimpulkan bahwa bentuk tulisaannya yang terlihat jelas, segar dan dinamis, ukuran teks tergantung kertas yang dipakai, letak diseimbangkan dan rata. Warna disesuaikan dengan background dan pastikan memilih warna yang segar pastinya, intinya sesuaikan saja dengan konten yang ada dan ramai di kalangan remaja saat ini. Hasil penelitian tersebut didukung oleh pernyataan ahli media seperti dibawah ini: “Terus hmm tulisan sudah oke, ini kan jenis tulisan san serif, serif, kalo ini san serif adalah salah satu tulisan yang bisa terlihat dan terbaca jelas ya semua huruf sudah terlihat jelas, cuma ini ada huruf warna putih di atas kuning itu ga berhasil, itu ga kelihatan. Keseluruhan sudah oke, tinggal ikutin apa yang saya bilang tadi.”. (PT,1) ”Sudah cocok tetapi ada ada space yang kosong, itu dipenuhin saja, yang seperti tadi ada kata yang satu baris usahakan rata, supaya yang atas tidak 3 yang bawah sendirian kasihan kan kalo sendirian hahaha, diseimbangkan saja dan lebih konsisten ya mbak”. (BI,2) “Kalau ukuran teks tergantung kertasnya, kalau ini saya rasa sudah cukup, penekanan mana yang poin penting mana yang penjelas. Kalau bentuk teks saya rasa monoton, coba gunakan seperti comic sans atau apa yang lebih hidup kalo ini sans serif kelihatannya kaku setelah arial atau times new roman yang digunakan untuk yang resmi, kalo joker juga
66
menarik jadi di-mix jangan kaku, cari teks yang sesuai dan segar. Kalo putih warna basic ya, tapi kalo kamu mau warna seperti ini ya cocok, tapi kalo mau dirubah ya kurang, perpaduan biru dengan kuning. Semua saya lihat putih dengan hitam ya. Lebih disesuaikan saja sih sebenernya. Linier ya, kalo ngeblock gini terlalu banyak informasi. Mungkin pointerpointer yang tidak terlalu kaku yang disukai sama anak sekolah. Pokoknya ingat remaja itu dinamis jadi kamu cari apapapun yang cocok dan pas buat remaja”. (PD,3) “Usahakan menggunakan huruf yang remaja, anda paham kan huruf remaja yang seperti apa, sehingga waktu pertama kali dapat mereka merasa ini memang buat saya, dari segi gambar, kalimat,warna tulisannya”. (BF,4) Sebagian besar informan yang telah melihat media leaflet mengatakan bahwa desain teks (bentuk, ukuran) sudah tepat, ukuran sudah pas, warna sudah bagus dan kreatif serta penempatan sudah bagus dan cocok, dapat disimpulkan bahwa dari segi desain teks media yang dibuat sudah cocok, pas dan tepat jika media leaflet dibagikan kepada anak SMP. Pernyataan tersebut didukung hasil FGD yang dilakukan dengan 10 siswi SMP Al- Hidayah seperti dibawah ini: “Sudah kak teks udah tepat”. (Semua) “Sudah pas kak, pas ukuran udah kak”. (Semua) “Sudah pas, warna sudah bagus , kreatif kak”. (Semua) “Penempatan teks udah kak bagus, cocok”. (Semua)
BAB VI PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian Penelitian
ini dilakukan dengan
menggunakan
metode
kualitatif
yang
menghasilkan data deskriptif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan wawancara mendalam dan FGD (Forum Group Discution). Adapun keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan tentang perancangan media leaflet HIV/AIDS pada siswa SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015: 1. Pada proses FGD, peserta yang mengikuti FGD saling kenal satu sama lain. Sehingga menyebabkan hasil jawaban yang didapat kurang bervariasi. B. Tahapan Konsep (Concept) 1. Tujuan Produksi Media Peneliti merancang prototipe leaflet dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan HIV/AIDS siswa dan siswi SMP Al-Hidayah Lebak Bulus. Menurut Notoatmojo (2003) pengetahuan diperoleh dari pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan,
pengetahuan
diperlukan
sebagai
dorongan
psikis
dalam
menumbuhkan sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulus terhadap tindakan seseorang. Pengetahuan dapat diperoleh melalui media massa, salah satunya adalah leaflet, menurut hasil penelitian dan teori yang dijabarkan sesuai karena pengetahuan juga dapat merubah perilaku seseorang untuk melakukan suatu tindakan, hal itu dikarenakan perubahan perilaku seseorang didasari oleh
67
68
pengetahuan yang dimilikinya terlebih dahulu, pengetahuan yang diberikan secara sekali atau bertahap akan merubah seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru SMP Al-Hidayah media leaflet ini akan digunakan pada saat penyuluhan terkait HIV/AIDS di program PMR (Palang Merah Remaja) dan keputrian, media ini akan dibagikan sebelum penyuluhan dimulai. Metode yang dipakai adalah metode ceramah secara kelompok. Seperti yang dipaparkan oleh Kairupan, dkk (2009) bahwa metode pendidikan atau promosi kesehatan dipakai untuk mengkomunikasikan pesanpesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat dengan menggunakan alat bantu paling tepat ialah pendekatan kelompok. Leaflet yang dirancang akan digunakan pada penyuluhan secara kelompok menggunakan metode ceramah pada kegiatan PMR, berdasarkan hasil penelitian dan teori yang dibahas di atas sesuai karena penyuluhan ini menggunakan alat bantu yaitu leaflet, pendekatan kelompok juga dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan yang dapat menggugah awareness atau kesadaran untuk merubah suatu perilaku. Leaflet dibuat bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, jika dilihat leaflet yang dibuat sudah bisa merubah pengetahuan seseorang tetapi untuk merubah sikap dan perilaku seseorang belum bisa dilihat hal itu dalam waktu penelitian tidaklah lama dan tidak ada control untuk melihat perubahan dari pendidikan yang dilakukan. Tetapi dari teori di atas jika pengetahuan berubah pasti perilaku dan sikap seseorang pasti akan berubah dengan pengetahuan yang dimilikinya karena hal yang mendasar untuk merubah keduanya adalah
69
pengetahuan yang dimilikinya. Leaflet ini akan digunakan pada kegiatan PMR dengan menggunakan metode ceramah secara kelompok. 2. Karateristik Sasaran Jika dilihat siswa dan siswi SMP Al-Hidayah Lebak Bulus memiliki siswa dan siswi sejumlah 135 siswa dengan kisaran umur 12 hingga 15 tahun. Pengetahuan yang mereka memiliki berbeda-beda semakin bertambah umur semakin bertambah juga pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki. Menurut Hurlock (1991) umur merupakan faktor yang menggambarkan suatu kematangan baik fisik, psikis, sosial umur juga dapat mempengaruhi tindakan seseorang pada proses belajar. Berdasarkan teori tersebut dan hasil peneliti terdapat kesamaan yaitu semakin bertambahnya usia dan proses belajar seseorang akan menambah ilmu dan pengalaman yang berbeda-beda, karena pengalaman dari masing-masing individu mempunyai perbedaan dan hal tersebut akan berdampak pada proses belajar yang berbeda-beda dan dari pengalaman individu akan bertambah ilmu baru. Jika dilihat dari data sekunder siswa dan siswi SMP Al-hidayah memiliki kelas ekonomi yang beragam tetapi mayoritas pada ekonomi menegah ke bawah, dan hal itu yang menjadikan bahwa siswa dan siswi SMP mempunyai pengetahuan dan akses untuk mengetahui masalah HIV/AIDS berbeda-beda hal tersebut dikarenakan fasilitas dan akses yang dimilikinya, siswa yang memiliki ekonomi yang tinggi akan dengan mudah mendapatkan pengetahuan dan akses secara mudah, hal itu juga akan mempengaruhi kecakapan dan perilaku seseorang, sebaliknya pada siswa yang dalam ekonomi rendah untuk mendapatkan
70
pengetahuan dan akses akan sulit dan hal ini akan berpengaruh pada perilaku dan kecakapan. Pernyataan di atas sesuai dengan teori yang diungkapkan Wijayanti (2000) bahwa fasilitas dan sumber dana berpengaruh terjadinya perilaku seseorang, besarnya kemampuan ekonomi seseorang akan mencerminkan keadaan sosial keluarga. Hal tersebut berpengaruh pada akses dan kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan mengembangkan kecakapan yang dimiliknya. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 31 siswa dan siswi kelas 8 SMP Al-Hidayah pada bulan Juni dengan melakukan pembagian kuesioner diketahui bahwa siswa dan siswi yang mempunyai pengetahuan rendah tentang HIV/AIDS sebanyak 81% dan siswa dan siswi yang mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang HIV/AIDS sebesar 19%, hal itu dikarenakan di SMP AlHidayah bahwa di SMP Al-Hidayah belum perna ada penyuluhan khusus terkait HIV/AIDS, tetapi penyuluhan tersebut perna diselipkan di pelajaran (Ilmu Pengetahuan Alam) IPA tetapi dengan materi secara umum dan dalam penyuluhan juga tidak menggunakan media promosi kesehatan. Menurut Notoatmodjo (2007) orang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang luas pula. Salah satu sumber informasi yang berperan penting bagi pengetahuan adalah media masa. Banyak tempat atau media yang bisa dijadikan sumber informasi untuk menambah pengetahuan, salah satunya berasal dari guru yang memberikan informasi kepada siswa-siswi melalui proses belajar mengajar mereka dalam menempuh suatu pendidikan. Dari hasil penelitian dan beberapa teori di atas, bahwa rendahnya pengetahuan siswa dan siswi mengenai HIV/AIDS dikarenakan tidak adanya
71
penyuluhan khusus dan media promosi kesehatannya, dengan demikian tingkat pengetahuan siswa-siswi SMP Al-Hidayah sangat berhubungan dengan faktor informasi yang diterima, semakin baik dan semakin banyak informasi yang diterima maka akan semakin baik dan mudah siswa tersebut dalam menerima pengetahuan tentang HIVAIDS begitu pula sebaliknya. Untuk meningkatkan pengetahuan siswa dan siswi dibutuhkannya penyuluhan khusus HIV/AIDS dan media promosi kesehatan. C. Desain (Design) 1. Mengembangkan Pesan a. Bentuk Pesan Hasil FGD dengan 10 siswa SMP Al-Hidayah selama kurang lebih 60 menit menyimpulkan remaja menyukai bentuk pesan yang bergaya remaja, tidak formal dan mereka menyukai media yang banyak gambar daripada tulisan. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2012) membuktikan dalam memahami semua materi pembahasan kecenderungan remaja lebih suka membaca buku yang di lengkapi fasilitas gambar dibandingkan buku yang memuat banyak teks, hal itu dikarenakan remaja lebih tertarik dengan pembahasan yang bersifat menghibur daripada materi pembahasan yang bersifat baku. Hasil FGD yang dilakukan dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2012) mempunyai kesamaan bahwa pada dasarnya remaja sangat menyukai media yang mempunyai gambar yang lebih banyak jika dibandingkan dengan tulisan, remaja akan lebih tertarik untuk membaca materi yang mempunyai gambar yang lebih banyak daripada tulisan yang
72
banyak dikarenakan remaja suka dengan sesuatu yang bersifat menghibur daripada sesuatu yang bersifat baku. Bahasa yang akan digunakan dalam leaflet ini akan mencocokkan sasaran (semi formal) dari leaflet yaitu remaja, jadi bahasa yang digunakan tidak baku agar menarik, mudah dimengerti dan diterima oleh sasaran. Sebagaimana yang disebutkan oleh Rahardi (2006) bahwa jenis tulisan di majalah remaja, tabloid olahraga, penerbitan khusus (buletin atau jurnal interen) dan lain-lain bisa saja melanggar kaidah penulisan kalimat baku. Peneliti akan memasukkan slogan bersifat meremaja dan ngetrend di kalangan remaja dengan buzz word serta kata kerja dan kalimat singkat dimaksudkan agar pesan yang disampaikan menempel di ingatan pembaca, pesan yang di buat tidak kaku dan segar serta diharapkan setelah membaca pesan sasaran melakukan suatu reaksi. Hal ini sesuai dengan teori Jefkins (2004) dalam penulisan copy iklan yaitu tulisan yang di rancang harus familiar, kata-kata sederhana, kata unik yang terbukti sangat sukses digunakan dalam periklanan yaitu disebut dengan buzz words atau topik atau kata-kata yang sedang “ngetrend” dibicarakan di kalangan masyarakat, kata kerja dapat digunakan untuk memberikan suatu derajat keurgensian pada copy iklan guna membantu copy iklan mengalir dan tidak kaku, kata-kata yang singkat yang memberi copy iklan itu suatu pemicu beraksi. Dari hasil penelitian dan melihat dari teori yang telah dijabarkan di atas, peneliti akan merancang media yang lebih banyak gambar daripada tulisan berisikan seputar HIV/AIDS, yaitu apa itu HIV/AIDS, media penularan HIV/AIDS, faktor resiko
penyakit
HIV/AIDS,
pencegahan penyakit
73
HIV/AIDS, pengenalan tes HIV/AIDS, pengobatan HIV/AIDS, hal-hal yang tidak menularkan HIV/AIDS serta menggunakan bahasa semi formal dan memasukkan slogan “Keep Calm and Prevent HIV/AIDS” pada leaflet HIV/AIDS di SMP Al-Hidayah.
Gambar 6.1 Bahasa Semi Formal
Gambar 6.2 Slogan
b. Pesan Langsung Ditunjukan kepada Sasaran Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pertanyaan oleh seseorang
kepada
orang
lain dengan mengandung
tujuan tertentu,
memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media (Effendy, 2003). Dari Hasil FGD didapatkan bahwa dalam menyusun sebuah media pesan harus langsung ditunjukkan kepada sasaran langsung. Penyampaian suatu pesan yang tepat mempunyai tujuan agar umpan balik yang diharapkan dari sebuah komunikasi berjalan dengan baik, berjalan dengan baik disini mempunyai maksud bentuk pesan yang terkandung dapat mempengaruhi
74
penerima pesan untuk melakukan suatu tindakan dan media yang digunakan mencocokkan sasaran. Hal ini sesuai dengan Effendy (2003) yang menyatakan bahwa umpan balik sebenarnya adalah suatu bentuk dari pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsurunsur lainnya seperti pesan dan media yang digunakan, meskipun pesan belum sampai pada penerimanya. Dari hasil penelitian dan melihat dari teori yang telah dijabarkan di atas, peneliti akan merancang sebuah pesan langsung ditunjukkan kepada sasaran pada leaflet HHIV/AIDS di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus. c. Pesan Terkandung di dalam Leaflet Menyakinkan Sasaran Hasil FGD kepada 10 siswa SMP Al-Hidayah selama kurang lebih 60 menit menyimpulkan bahwa remaja menyukai media leaflet yang menuliskan bahasa mengajak atau himbauan untuk melakukan suatu perilaku. Menurut Kholid (2014) Suatu pesan akan mampu menimbulkan respon jika media yang dibuat mencantumkan beberapa himbuan dalam pesan, contohnya adalah himbuan rasional, himbauan emosional, himbauan ketakukan, himbauan ganjaran dan himbauan motivasional. Penggunaan himbauan tersebut bermacam-macam tergantung dari sisi mana yang mau dirubah dan sasarannya. Dari hasil penelitian dan teori di atas mempunyai kesamaan bahwa diperlukan himbauan dalam pesan untuk melakukan tindakan, karena suatu pesan himbauan akan menimbulkan respon seseorang untuk melakukan suatu perilaku, himbauan yang digunakan bisa bermacam-macam tergantung sasaran
75
yang dituju dan dalam leaflet ini himbauan yang digunakan adalah himbauan emosional. Dari hasil penelitian dan melihat teori yang telah dijabarkan di atas, peneliti akan merancang sebuah pesan yang di dalamnya ada pesan himbauan emosional pada leaflet HIV/AIDS SMP Al-Hidayah.
Gambar 6.3 Himbauan Emosional 2. Menetapkan Kemasan a. Bentuk Ukuran Leaflet Menurut Masri (2007) bahwa ukuran dari leaflet atau flyer bisa ukuran besar bisa juga berukuran kecil, tetapi dengan catatan konten yang dibuat harus sesuai format yang dibuat dan kejelasan tulisan terlihat, dalam pembentukan flyer atau leaflet pemilihan bentuk disesuaikan dengan selera, psikologi dan tipe sasaran hal itu bertujuan agar tidak merepotkan sasaran. Hasil FGD kepada 10 siswa SMP Al-Hidayah selama kurang lebih 60 menit menyimpulkan bahwa bentuk dan ukuran sedang (lipat 3) tidak besar dan tidak kecil, tidak menyusahkan serta masuk ke dalam tas. Media leaflet yang akan digunakan mempunyai ukuran sebesar 14 x 21 cm, peneliti membuat leaflet 14 x 21 cm bermaksud agar tulisan terlihat jelas, bisa dibaca dan mudah dibawa kemana-mana dan dengan ukuran 14 x 21 tidak merepotkan pembaca dengan ukuran yang minimalis, pemilihan ukuran leaflet juga dilihat dari segi psikologis sasaran agar tidak merepotkan dan dengan
76
mudah membacanya serta bertujuan agar pesan yang terkandung di dalam leaflet dapat diterima oleh sasaran. b. Warna (Background, Tulisan dan Gambar) Media Leaflet Warna mempunyai dampak tersendiri bagi psikologis, sugesti dan suasana hati bagi sasaran yang melihatnya, warna merupakan unsur yang ekspresif karena kualitasnya mempengaruhi emosi atau merespon secara langsung dan segera (Holtzschue, 2006). Dari Hasil FGD kepada 10 siswa SMP Al-Hidayah selama kurang lebih 60 menit menyimpulkan bahwa remaja menyukai warna background biru dan kuning, sedangkan untuk tulisan dan gambar remaja menyarankan untuk disesuaikan dengan warna background yang dipilih, dari hasil tersebut remaja memilih menggunakan warna background biru dan kuning, warna tulisan putih, kuning dan hitam, warna gambar merah, kuning, hijau, ping, putih dan biru. Dalam rancangan leaflet yang akan digunakan menggunakan warna yang mencolok, yang kekinian di kalangan remaja dan didapat warna leaflet adalah biru, kuning, merah, putih, hitam dan hijau. Pemilihan warna biru mempunyai arti kebebasan, sebagaimana yang disebutkan oleh Isroi (2007) bahwa warna biru memiliki arti suatu kebebasan. Warna kuning dimaksudkan bahwa media ini berisikan materi HIV/AIDS, dimana remaja harus berhatihati dengan HIV/AIDS jika ingin kehidupan selanjutnya bahagia di dunia dan di akhirat, warna kuning merupakan warna salah satu provider yang pasti remaja mengingatnya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Isroi (2007) bahwa warna kuning mempunyai arti optimisme, kebahagiaan, kesuksesan, idealisme, imajinasi, jadi jika diartikan memakai warna biru dan kuning adalah remaja
77
mempunyai jiwa yang penuh kebebasan, dengan adanya leaflet HIV/AIDS remaja harus menjauhi faktor resiko dan penyakitnya agar bahagia di dunia dan akhirat. Jika dilihat dari tren remaja dan sycologis remaja yang mengikuti idola dan ingin mendapatkan pengakuan dari teman sekitarnya tepat jika menggunakan warna kuning, karena warna tersebut merupakan warna provider yang terkenal di kalangan remaja, dengan melihat warna kuning remaja akan mengigat dengan cepat. Seperti yang dipaparkan oleh Budiman (2002) bahwa remaja mengalami perubahan sosial, emosional dan moralitas dimana remaja dalam fase pencarian idola, mengidentifikasi diri dengan tokoh yang diidolakan serta mengikuti gaya teman-teman dan pergaulannya hal ini bertujuan agar mendapatkan pengakuan dari kalangannya. Untuk warna teks digunakan warna hitam dan putih, warna ini dipilih dikarenakan 2 warna tersebut merupakan warna dasar dan peneliti mempertimbangkan keterlihatan dan kejelasan tulisan pesan, untuk warna gambar di pilih warna merah, menurut Isroi (2007) warna merah mempunyai arti membangkitkan gairah, darah, hidup, bahaya, musuh, perang. Warna hijau, menurut Isroi (2007) warna hijau yaitu memiliki arti kesehatan, warna hijau dipilih karena tema yang akan dibahas dalam leaflet adalah masalah penyakit HIV/AIDS dan kita harus berhati-hati supaya mempunyai tubuh sehat dan terhindar dari penyakit tersebut. Biru dan putih karena mewakili warna seragam sekolah anak SMP. Pemilihan warna secara tepat akan menghasilkan harmonisasi yang menawan pada sebuah media, selain merujuk pada warna korporat, kombinasi
78
warna yang dipilih harus tepat. Sesuai dengan teori yang dijelaskan Holtzschue (2006) bahwa pemilihan warna juga sangat berpengaruh pada layout yang dibuat terutama warna-warna yang melatar belakangi teks maupun gambar, selain warna yang harmoni keterbacaan teks juga sangat diperlukan. Standar warna yang digunakan pada proses cetak brosur menggunakan sistem warna Cyan Magenta Yellow Black (CMYK), grayscale atau hitam putih dan warna-warna khusus. Dari hasil penelitian dan melihat dari teori yang telah dijabarkan di atas, peneliti akan merancang sebuah leaflet HIV/AIDS menggunakan warna background biru dan kuning. Warna tulisan putih, kuning dan hitam. Warna gambar merah, kuning, hijau, ping, putih dan biru.
Gambar 6.4 Warna Background Kuning dan Biru
Gambar 6.5 Warna Tulisan Kuning dan Putih
Gambar 6.6 Warna Tulisan Hitam
79
Gambar 6.7 Warna Gambar Hijau, Kuning
Gambar 6.8 Warna Gambar Merah
Gambar 6.9 Warna gambar Putih dan Biru c. Tata Letak (Layout) Tata letak adalah suatu kerja gambar yang memperlihatkan bagaimana sebuah pesan ditampilkan. Sebuah tata letak adalah suatu susunan instruksi yang diiringi potongan naskah yang memperlihatkan bagaimana sebuah pesan ditampilkan (J. Thomas Russel dan W. Ronald Lane. 1996). Hasil FGD kepada 10 siswa SMP Al-Hidayah selama kurang lebih 60 menit menyimpulkan bahwa remaja menyukai layout yang seimbang antara tulisan dan gambar serta sederhana, hal itu dimaksudkan agar gambar dan tulisan mudah dibaca dan tidak menggagalkan konsentrasi membaca.
80
Menurut Jefkins (1995) basic rules of lay out adalah tata letak harus seimbang antara penempatan gambar dan tulisan jika salah satunya mendominasi maka pembuatan tata telak dianggap gagal, perhatikan besar dan kecilnya gambar dan usahakan tidak ada sambungan ke halaman lain karena sambungan akan mengganggu konsentrasi membaca. Dari hasil penelitian dan teori yang dijabarkan di atas sesuai bahwa dalam pembuatan leaflet layout yang akan digunakan sederhana, seimbang, dan disesuaikan dengan konten yang ada. Hal ini dibuat agar sasaran yang membaca tertarik untuk membaca, tetap konsentrasi serta tidak salah persepsi dengan pesan yang disampaikan. Dari hasil penelitian dan melihat teori yang telah dijabarkan di atas, peneliti akan merancang sebuah leaflet dengan layout yang seimbang antara tulisan dan gambar serta sederhana, hal itu dimaksudkan agar gambar dan tulisan mudah dibaca dan tidak menggagalkan konsentrasi membaca.
Gambar 6.10 Layout Seimbang Tulisan Dan Gambar
81
d. Tipografi (Ukuran, Bentuk) Media Leaflet Huruf menjadi suatu yang memiliki makna ganda, huruf juga dapat menjadi sesuatu yang dapat dilihat (bentuk atau rupa huruf) dan dapat dibaca (kata atau kalimat). Selain itu juga huruf memiliki makna yang tersurat (pesan atau gagasan) dan makna yang tersirat (kesan) (Rustan, 2010). Hasil FGD kepada 10 siswa SMP Al-Hidayah selama kurang lebih 60 menit menyimpulkan bahwa tipografi (ukuran dan bentuk) remaja menyukai bentuk teks yang semi formal yaitu comic sans dan algerian. Ukuran disesuaikan dengan konten yang ada, dari hasil tersebut remaja memilih menggunakan bentuk teks comic sans, algerian dan times new roman pada leaflet dan untuk ukuran disesuaikan dengan konten yang ada serta seimbang dan rata. Hal ini sesuai menurut Jefkins (2004) bahwa tipe huruf times new roman cocok digunakan ditulisan formal atau akademis, tipe huruf sans comic cocok digunakan ditulisan non formal karena lebih terlihat lucu dan segar, dalam pemilihan tipe huruf dapat disesuaikan dengan konten yang akan dibuat, jika menggunakan lebih dari satu jenis huruf gunakan masing-masing secara konsisten. Leaflet akan dirancang menggunakan bentuk huruf comic sans, algeria dan times new roman, jenis huruf juga sudah cocok karena tipe huruf tesebut lebih mudah dan dapat dibaca serta memberikan kesan non formal. Jika jenis tipe sudah ditentukan maka untuk ukuran dan letak teks menyesuaikan dengan komponen yang ada, hal ini bertujuan agar teks mudah dibaca dan dipahami serta selaras antara gambar dan tulisan.
82
Menurut Dani (1999) hal perlu diperhatikan jika huruf sudah ditentukan adalah ukuran bentuk huruf, harus yang mudah dibaca, ukuran harus sesuai (panjang, lebar dan tinggi) letak pesan juga harus disesuaikan dengan gambar atau logo yang akan di pasang. Dari hasil penelitian dan melihat dari teori yang telah dijabarkan di atas peneliti akan merancang sebuah leaflet dengan menggunakan bentuk huruf comic sans, algerian dan times new roman. Sedangkan untuk ukuran peneliti akan menyesuaikan dengan konten yang ada.
Gambar 6.11 Jenis Teks Algeria
Gambar 6.12 Jenis Teks Comic Sans
Gambar 6.13 Jenis Teks Times New Roman
83
D. Pengumpulan Bahan-Bahan (Material Collecting) Materi yang akan disampaikan di dalam leaflet berisikan pengertian HIV/AIDS, media penularan HIV/AIDS, faktor resiko penyakit HIV/AIDS, pencegahan HIV/AIDS, pengobatan HIV/AIDS serta hal-hal yang tidak menularkan HIV/AIDS. Isi materi informasi yang disampaikan melalui leaflet harus singkat jelas dan padat berupa pokok – pokok uraian yang penting saja dengan menggunakan kalimat yang sederhana. Untuk menarik minat sasaran pembaca leaflet sangat dianjurkan pembuatannya dilengkapi dengan pemberian gambar sederhana dan terfokus yang akan memperjelas materi tulisan (Wahyudi dan Gunari, 2013). Leaflet adalah jenis salah satu media informasi penyuluhan dalam bentuk lembaran informasi yang disajikan dalam selembar kertas berisikan uraian materi informasi, penampilan lembar leaflet tanpa ada pelipatan kertas. Pada bagian muka lembar leaflet berisikan judul tulisan dan uraian tulisan pembuka materi informasi yang akan disampaiakan dan pada bagian lembar belakang leaflet berisikan muatan isi materi lanjutan dari lembar depan leaflet. Berdasarkan teori di atas dalam menyusun pesan di dalam leaflet harus dengan materi yang singkat jelas dan padat berupa pokok – pokok uraian yang penting dengan menggunakan kalimat yang sederhana, dari hal tersebut pesan yang disampaikan di dalam leaflet berisikan pengertian mengenai HIV/AIDS, media penularan HIV/AIDS, faktor resiko penyakit HIV/AIDS, pencegahan HIV/AIDS, pengobatan HIV/AIDS serta hal-hal yang tidak menularkan HIV/AIDS. Jenis kertas yang dipilih adalah kertas dengan jenis art paper, kertas ini digunakan karena kertas ini licin, halus, serta semi doff dan agar dapat menarik
84
perhatian sasaran karena kertasnya tidak seperti kertas yang digunakan oleh siswa untuk sekolah sehari-hari. Kertas art paper kurang bisa menyerap air sehingga kurang cocok digunakan dengan printer yang menggunakan tinta dye yang merupakan tinta berbahan dasar air dan cocok menggunakan tinta art paper dan dicetak menggunakan head printer Epson Pernyataan di atas sesuai dengan teori yang diungkapkan Wahyudi dan Gunari, (2013) bahwa bahan kertas untuk brosur lebih baik menggunakan bahan dengan permukaannya yang licin (artpaper), atau yang semi doff (matt paper). Selain karena licin, hasil yang dihasilkan juga bagus, karena raster kertasnya halus. Tinta yang cocok digunakan untuk mencetak dengan media kertas art paper ini adalah tinta art paper yang di desain khusus untuk head printer Epson E. Pembuatan (Assembly) Desain merupakan proses pemikiran dan perasaan yang menciptakan suatu hasil dengan menggabungkan fakta dan kontruksi dari fungsi dan estetika untuk memenuhi suatu kebutuhan manusia. Hong Zhu (2005) menjelaskan bahwa Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain, elemen yang digunakan diantaranya menggunakan waktu, ruang, keahlian sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil yang nantinya hasil tersebut sesuai dengan yang diharapkan. Dalam prosesnya desain diciptakan menggunakan waktu, kemampuan dan keahlian sumber daya untuk menghasilkan suatu hasil, proses pembuatan leaflet dirancang melalui beberapa tahapan pertama dengan memasukkan materi terlebih dahulu, lalu memasukkan gambar yang sesuai dan yang terakhir dengan memasukkan warna yang telah dipilih, dalam proses pembuat juga harus juga mengacu kepada kemampuan dan keahlian sumber daya untuk merancang suatu desain ke dalam
85
aplikasi, aplikasi yang dipilih dan yang akan digunakan dalam pembuatan media leaflet ini adalah corel draw. Pemilihan penggunaan aplikasi didasari kemampuan sumber daya untuk menjalankannya, hal itu mempunyai suatu tujuan agar dalam proses pembuatan desain leaflet tidak mengalami hal-hal sulit dan yang nantinya hasil tersebut sesuai dengan apa yang diharapkan. F. Testing 1. Mengembangkan Pesan a. Bentuk Pesan Berdasarkan hasil dari kegiatan wawancara yang telah dilakukan dengan ahli media selama kurang lebih 60 menit didapatkan dari media leaflet yang telah dirancang
informasi sudah menarik, mudah dipahami dan
informatif, tidak banyak tulisan dan lebih banyak gambar, tetapi untuk pesan harus di urutkan dengan jelas agar pembaca tidak kebingungan dan salah persepsi. Setelah melakukan revisi berdasarkan masukan ahli peneliti melakukan testing kepada siswa SMP Al-Hidayah Lebak Bulus dengan jumlah siswa 10 orang dengan menggunakan pendekatan FGD, dari FGD selama kurang lebih 60 menit didapatkan bahwa bentuk pesan yang digunakan di dalam leaflet menarik sudah dapat dipahami. Dari hasil revisi berdasarkan masukan para ahli dan hasil dari testing yang dilakukan terdapat kecocokan dari keduanya yaitu bentuk pesan menarik, mudah dipahami, menarik diartikan sebagai banyak gambar daripada tulisan dan para remaja sangat menyukai media yang mempunyai gambar yang lebih banyak jika dibandingkan dengan tulisan, remaja akan lebih cepat menangkap materi yang memuat banyak gambar daripada banyak tulisan.
86
Pernyataan di atas sejalan dengan hasil penelitian Hidayat (2012) bahwa dalam memahami semua materi pembahasan kecenderungan remaja lebih suka membaca buku yang di lengkapi fasilitas gambar dibandingkan buku yang memuat banyak teks, hal itu dikarenakan remaja lebih tertarik dengan pembahasan yang bersifat menghibur daripada materi pembahasan yang bersifat baku. Mudah dipahami disini dari bentuk bahasa, bahasa yang digunakan dalam leaflet ini mencocokan sasaran dari leaflet yaitu remaja jadi bahasa yang digunakan tidak baku agar mudah diterima dan dimengerti oleh sasaran. Pernyataan di atas sesuai dengan teori yang diungkapkan Rahardi (2006) bahwa jenis tulisan di majalah remaja, tabloid olahraga, penerbitan khusus (buletin atau jurnal interen) dan lain-lain bisa saja melanggar kaidah penulisan kalimat baku, hal ini dimaksudkan pesan yang disampaikan agar lebih menarik dan lebih dipahami oleh target pembacanya. Dari hasil penelitian dan melihat dari teori yang telah dijabarkan di atas peneliti menyimpulkan bahwa media leaflet HIV/AIDS yang dirancang layak dan cocok untuk anak SMP. b. Pesan Langsung Ditunjukan kepada Sasaran Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pertanyaan oleh seseorang
kepada
orang
lain dengan mengandung
tujuan tertentu,
memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media (Efendi dan Uchjana Effendy, 2003). Berdasarkan hasil dari kegiatan wawancara yang telah dilakukan dengan ahli remaja selama kurang lebih 60 menit didapatkan bahwa pesan
87
sudah langsung ditunjukan kepada sasaran dan sasaran sudah mendapatkan informasi dari media leaflet yang telah dibuat. Setelah melakukan revisi berdasarkan masukan ahli peneliti melakukan testing kepada siswa SMP Al-Hidayah Lebak Bulus dengan jumlah siswa 10 orang dengan menggunakan pendekatan FGD, dari FGD selama kurang lebih 60 menit didapatkan bahwa pesan yang terkandung di dalam leaflet langsung ditunjukan kepada sasaran, bukan ditunjukkan untuk orang lain. Dari hasil revisi berdasarkan masukan para ahli dan testing yang dilakukan terdapat kecocokan dari keduanya yaitu pesan langsung ditunjukan kepada sasaran bukan ditunjukkan untuk orang lain. Hal tersebut dikarenakan umpan balik yang diharapkan dari sebuah komunikasi berjalan dengan baik, berjalan dengan baik disini mempunyai maksud bentuk pesan yang terkandung dalam pesan dapat mempengaruhi penerima pesan untuk melakukan suatu tindakan dan media yang digunakan mencocokan sasaran. Seperti yang dipaparkan oleh Efendi dan Uchjana Effendy (2003) bahwa umpan balik sebenarnya adalah suatu bentuk dari pengaruh yang berasal dari penerima, akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur-unsur lainnya seperti pesan dan media yang digunakan, meskipun pesan belum sampai pada penerimanya. Dari hasil penelitian dan melihat dari teori yang telah dijabarkan di atas peneliti menyimpulkan bahwa media leaflet HIV/AIDS yang dirancang layak dan cocok untuk anak SMP.
88
c. Pesan Terkandung Di dalam Leaflet Berdasarkan hasil dari kegiatan wawancara yang telah dilakukan dengan ahli media peneliti selama kurang lebih 60 menit didapatkan bahwa pesan yang terkandung di dalam leaflet belum menyakinkan sasaran untuk melakukan perilaku berdasarkan pesan, karena di dalam leaflet belum menyantumkan perilaku apa yang seharusnya diinginkan, jika pengetahuan yang diingkinkan pesan tersebut sudah menyankinkan dan merubah tetapi jika perilaku dan sikap belum bisa menyakinkan karena merubah keduanya membutuhkan waktu yang cukup lama. Setelah melakukan revisi berdasarkan masukan ahli peneliti melakukan testing kepada siswa SMP Al-Hidayah Lebak Bulus dengan jumlah siswa 10 orang dengan menggunakan pendekatan FGD, dari FGD selama kurang lebih 60 menit, peneliti menuliskan pesan perilaku yang diinginkan dan didapatkan bahwa pesan yang terkandung di dalam leaflet sudah menyakinkan untuk melakukan perilaku berdasarkan pesan yaitu melakukan pencegahan. Dari hasil revisi berdasarkan masukan para ahli didapatkan bahwa media leaflet yang dirancang belum menyakinkan sasaran untuk melakukan berdasarkan pesan, setelah peneliti menuliskan pesan perilaku yang diinginkan peneliti melakukan testing dan diketahui bahwa pesan menyakinkan sasaran untuk melakukan perilaku berdasarkan pesan. Diperlukan himbauan dalam pesan yang mampu menimbulkan seseorang untuk melakukan suatu perilaku atau respon, himbauan yang digunakan bisa bermacam-macam tergantung sasaran yang dituju dan dalam leaflet ini himbauan yang digunakan adalah himbauan motivasi.
89
Pernyataan di atas sesuai dengan teori yang diungkapkan Kholid (2014) suatu pesan akan mampu menimbulkan respon jika media yang dibuat mencantumkan beberapa himbuan dalam pesan, contohnya adalah himbuan rasional, himbauan emosional, himbauan ketakukan, himbauan ganjaran dan himbauan motivasional. Penggunaan himbauan tersebut bermacam-macam tergantung dari sisi mana yang mau dirubah dan sasarannya. Jika dilihat leaflet yang dibuat sudah bisa merubah pengetahuan seseorang dan untuk merubah sikap dan perilaku seseorang belum bisa dilihat hal itu waktu penelitian tidaklah lama dan tidak ada control untuk melihat perubahan dari pendidikan yang dilakukan. Tetapi jika pengetahuan berubah pasti perilaku dan sikap seseorang pasti akan berubah dengan pengetahuan yang dimilikinya karena hal yang mendasar untuk merubah keduanya adalah pengetahuan yang dimilikinya. Pernyataan di atas sesuai dengan teori yang diungkapkan Kholid (2014) pengetahuan diperoleh dari pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan. Pengetahuan kognitif merupakan domain terpenting bagi terbentuknya tindakan seseorang, pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulus terhadap tindakan seseorang. Dari hasil penelitian dan melihat dari teori yang telah dijabarkan di atas peneliti menyimpulkan bahwa media leaflet HIV/AIDS yang dirancang layak dan cocok untuk anak SMP.
90
2. Menetapkan Kemasan a. Bentuk ukuran Leaflet Leaflet dikatakan media cetak yang kecil dan bisa dibawa kemanamana, ukuran juga sangat berpengaruh untuk keefektifitasan media, berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada ahli remaja selama kurang lebih 60 menit kepada ahli media mengatakan bahwa bentuk ukuran media leaflet yang cocok untuk remaja tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil disesuaikan dengan sasaran dan bentuk medianya, yang bisa masuk kedalam kantong tas, mudah dibaca dan tidak ribet, karena remaja itu menyukai hal-hal yang simpel-simpel, jika media leaflet diperkecil kembali dikhawatirkan pesan dan konten belum dijabarkan semua dan tulisannya tidak dapat terbaca. Setelah melakukan revisi berdasarkan masukan ahli peneliti melakukan testing kepada siswa SMP Al-Hidayah Lebak Bulus dengan jumlah siswa 10 orang dengan menggunakan pendekatan FGD, dari FGD selama kurang lebih 60 menit didapatkan bahwa bentuk dan ukuran media leaflet sudah cukup. Media leaflet yang digunakan mempunyai ukuran sebesar 14 x 21 cm, antara hasil dari revisi dan hasil testing sejalan yaitu ukuran dari leaflet yang dirancang tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar, bisa masuk kedalam kantong tas, mudah dibaca, tidak ribet dan sudah cukup. Peneliti membuat leaflet 14 x 21 cm bermaksud agar tulisan terlihat jelas, bisa dibaca dan mudah dibawa kemana-mana dan dengan ukuran 14 x 21 tidak merepotkan pembaca dengan ukuran yang minimalis. Pernyataan di atas sesuai dengan teori yang diungkapkan Masri (2007) bahwa ukuran dari leaflet atau flier bisa ukuran besar bisa juga berukuran
91
besar, tetapi dengan catatan konten yang dibuat harus sesuai format yang dibuat dan kejelasan tulisan terlihat, dalam pembentukan flier atau leaflet pemilihan bentuk disesuaikan dengan selera, psikologi dan tipe sasaran hal itu bertujuan agar tidak merepotkan sasaran (Masri, 2007). Dari hasil penelitian dan melihat dari teori yang telah dijabarkan di atas peneliti menyimpulkan bahwa bentuk leaflet yang berukuran 14 x 21 cm cocok untuk anak SMP. b. Warna (Background, Tulisan, Gambar) Warna mempunyai dampak tersendiri bagi psikologis, sugesti dan suasana hati bagi sasaran yang melihatnya, warna merupakan unsur yang ekspresif karena kualitasnya mempengaruhi emosi atau merespon secara langsung dan segera (Holtzschue, 2006). Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada ahli remaja selama kurang lebih 60 menit kepada ahli media mengatakan bahwa remaja itu dinamis mereka suka dengan gambar, warna, backround yang mengepresikan bahwa itu remaja (yang mencolok), remaja juga suka dengan hal-hal yang lagi populer di kalangannya, jadi ikutin saja apa yag populer saat ini dan terapin di media yang dibuat tetapi harus mempunyai decision maker sendiri dalam pemilihan warna, dan untuk model gambar harus konsisten awal sampai akhir. Setelah melakukan revisi berdasarkan masukan ahli peneliti melakukan testing kepada siswa SMP Al-Hidayah Lebak Bulus dengan jumlah siswa 10 orang dengan menggunakan pendekatan FGD, dari FGD selama kurang lebih 60 menit didapatkan bahwa warna gambar dan warna backround leaflet sudah pas dan cocok.
92
Dalam rancangan leaflet yang digunakan menggunakan warna yang mencolok, yang kekinian di kalangan remaja dan didapat warna leaflet adalah merah, kuning, putih, hitam dan biru dari hasil FGD didapatkan bahwa warna yang di tampilkan pada leaflet pas dan cocok untuk anak SMP, pemilihan warna merah dikarenakan HIV/AIDS itu penyakit berbahaya, jadi remaja harus berhati-hati dan menjauhinya. Pernyataan di atas sesuai dengan teori yang diungkapkan Nadra (2014) bahwa warna merah membangkitkan gairah, darah, hidup, bahaya, musuh, perang. Sedangkan warna kuning dimasudkan bahwa media ini berisikan materi HIV/AIDS, dimana remaja harus berhati-hati dengan HIV/AIDS dan warna salah satu provider yang pasti remaja mengingatnya, hal ini sejalan dengan teori Nadra (2014) bahwa warna kuning mempunyai arti hati-hati, bergembira, ceria dan pencerahan. Jika dilihat dari tren remaja dan sycologis remaja yang mengikuti idola dan ingin mendapatkan pengakuan dari teman sekitarnya tepat jika menggunakan warna kuning, karena warna tersebut merupakan warna provider yang terkenal di kalangan remaja yang melihat warna kuning remaja akan mengigat dengan cepat. Pernyataan di atas sesuai dengan teori yang diungkapkan Budiman (2002) bahwa remaja mengalami perubahan sosial, emosional dan moralitas dimana remaja dalam fase pencarian idola, mengidentifikasi diri dengan tokoh yang diidolakan serta mengikuti gaya teman-teman dan pergaulannya hal ini bertujuan agar mendapatkan pengakuan dari kalangannya. Untuk warna teks digunakan warna hitam dan putih, warna ini dipilih dikarenakan 2 warna tersebut merupakan warna dasar dan peneliti
93
mempertimbangkan keterlihatan dan kejelasan tulisan pesan, untuk warna gambar di pilih warna biru dan putih karena mewakili warna seragam sekolah anak SMP. Pemilihan warna secara tepat akan menghasilkan harmonisasi yang menawan pada sebuah media, selain merujuk pada warna korporat, kombinasi warna yang dipilih harus tepat. Pernyataan di atas sesuai dengan teori yang diungkapkan Holtzschue (2006) pemilihan warna juga sangat berpengaruh pada layout yang dibuat terutama warna-warna yang melatar belakangi teks maupun gambar, selain warna yang harmoni keterbacaan teks juga sangat diperlukan. Standar warna yang digunakan pada proses cetak brosur menggunakan sistem warna cyan magenta yellow black (CMYK), grayscale atau hitam putih dan warna-warna khusus. Dari hasil penelitian dan melihat dari teori yang telah dijabarkan di atas peneliti menyimpulkan bahwa warna yang digunakan dalam leaflet adalah merah, kuning, putih, hitam dan biru cocok untuk anak SMP. Untuk menambah keefektivitasan media sebaiknya warna yang digunakan lebih color full hal ini bertujuan agar media yang dibuat lebih menarik perhatian sasaran untuk membaca leaflet. c. Tata Letak (Layout) Menurut J. Thomas Russel dan W. Ronald Lane (1996), tata letak adalah suatu kerja gambar yang memperlihatkan bagaimana sebuah pesan ditampilkan. Sebuah tata letak adalah suatu susunan instruksi yang diiringi potongan naskah yang memperlihatkan bagaimana sebuah pesan ditampilkan. Berdasarkan hasil dari kegiatan wawancara yang telah dilakukan dengan ahli remaja peneliti menyimpulkan bahwa penempatan letak gambar
94
disesuaikan dengan kontennya, penempatan gambar tiap halaman usahakan tidak crowded dan mengganggu konten yang lain, jika dilihat dari leaflet yang telah dirancang penempatan sudah balance, rapi. Setelah melakukan revisi berdasarkan masukan ahli peneliti melakukan testing kepada siswa SMP Al-Hidayah Lebak Bulus dengan jumlah siswa 10 orang dengan menggunakan pendekatan FGD, dari FGD selama kurang lebih 60 menit didapatkan bahwa gambar yang terdapat pada tiap halam leaflet sudah cukup, warna sudah pas tidak perlu diganti, gambar sudah pas dan tidak perlu ditambah. Dari leaflet yang telah dibuat bahwa hasil dari revisi berdasarkan masukan ahli dan testing mempunyai pendapat yang sama bahwa tata letak media leaflet balance, rapi dan konten (warna, gambar) sudah pas dan cukup. Hal ini dibuat agar sasaran yang membaca tertarik untuk membaca, tidak salah tanggap, pusing dan akhirnya enggan untuk membaca leaflet yang diberikan. Pernyataan di atas sesuai dengan teori yang diungkapkan Jefkins (1995) basic rules of lay out
adalah tata letak harus seimbang antara
penempatan gambar dan tulisan jika salah satunya mendominasi maka pembuatan tata telak dianggap gagal, perhatikan besar dan kecilnya gambar, jangan ada sambungan ke halaman lain karena sambungan akan mengganggu konsentrasi membaca. Dari hasil penelitian dan melihat dari teori yang telah dijabarkan di atas peneliti menyimpulkan bahwa segi letak gambar pada tiap halaman dan warna media leaflet HIV/AIDS yang dirancang layak dan cocok untuk anak SMP.
95
d. Tipografi (Bentuk,Ukuran) Media Leaflet Huruf menjadi suatu yang memiliki makna ganda, huruf juga dapat menjadi sesuatu yang dapat dilihat (bentuk atau rupa huruf) dan dapat dibaca (kata atau kalimat). Selain itu juga huruf memiliki makna yang tersurat (pesan atau gagasan) dan makna yang tersirat (kesan) (Rustan, 2010). Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada ahli remaja selama kurang lebih 60 menit kepada ahli media mengatakan bahwa bentuk teks atau huruf segar dan dinamis, ukuran teks tergantung kertas yang dipakai, letak diseimbangkan dan rata. Warna disesuaikan dengan backround dan pastikan memilih warna yang segar pastinya, intinya sesuaikan saja dengan konten yang ada dan remaja saat ini. Setelah melakukan revisi berdasarkan masukan ahli peneliti melakukan testing kepada siswa SMP Al-Hidayah Lebak Bulus dengan jumlah siswa 10 orang dengan menggunakan pendekatan FGD, dari FGD selama kurang lebih 60 menit didapatkan bahwa desain teks (bentuk, ukuran, warna dan letak) sudah tepat, ukuran sudah pas, warna sudah bagus dan kreatif serta penempatan sudah bagus dan cocok. Dari leaflet yang telah dibuat bahwa hasil dari revisi berdasarkan masukan ahli dan testing mempunyai pendapat yang sama bahwa bentuk teks atau huruf harus segar dan dinamis, ukuran teks tergantung kertas yang dipakai, tata letak diseimbangkan dan rata serta bentuk teks yang dirancang sudah tepat, ukuran sudah pas, warna bagus dan cocok. Tipe huruf yang digunakan adalah huruf comic sans dan jokerman tipe huruf tersebut sudah
96
cocok karena tipe huruf tersebut lebih mudah dapat dibaca sedangkan untuk tipe jokerman digunakan untuk memberikan kesan tulisan non formal. Pernyataan di atas sesuai dengan teori yang diungkapkan Jefkins (2004) tipe huruf times new roman cocok digunakan ditulisan formal atau akademis, tipe huruf sans comic cocok digunakan ditulisan non formal karena lebih terlihat lucu dan segar, dalam pemilihan tipe huruf dapat disesuaikan dengan konten yang akan dibuat, jika menggunakan lebih dari satu jenis huruf gunakan masing-masing secara konsisten. Karena jenis tipe sudah ditentukan maka untuk ukuran dan letak teks menyesuaikan dengan komponen yang ada, hal ini bertujuan agar teks mudah dibaca dan dipahami serta selaras antara gambar dan tulisan. Pernyataan tersebut sesuai dengan teori yang diungkapkan Dani (1999) hal perlu diperhatikan jika huruf sudah ditentukan adalah ukuran bentuk huruf, harus yang mudah dibaca, ukuran harus sesuai (panjang, lebar dan tinggi) letak pesan juga harus disesuaikan dengan gambar atau logo yang akan di pasang Dari hasil penelitian dan melihat dari teori yang telah dijabarkan di atas peneliti menyimpulkan bahwa segi desain teks (Bentuk, Ukuran) leaflet HIV/AIDS yang dirancang layak dan cocok untuk anak SMP. Untuk menambah keefektivitasan media sebaiknya tipe huruf yang digunakan lebih bervariasi hal ini bertujuan agar media yang dibuat lebih menarik perhatian sasaran untuk membaca leaflet.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan wawancara mendalam kepada ahli media sebanyak 4 orang, guru SMP Al-Hidayah sebanyak 1 orang, siswa SMP Al-Hidayah sebanyak 1 orang serta FGD dengan 10 siswa SMP Al-Hidayah, simpulan sebagai berikut : 1. Tahapan Konsep (Concept) a. Tujuan Produksi Media 1) Media leaflet yang dirancang mempunyai tujuan untuk meningkatkan pengetahuan HIV/AIDS siswa dan siswi SMP AlHidayah Lebak Bulus. Media leaflet HIV/AIDS diperuntukkan untuk remaja yang mempunyai kisaran umur antara 12 tahun sampai 18 tahun. 2) Media leaflet digunakan pada saat penyuluhan terkait HIV/AIDS di program PMR (Palang Merah Remaja) dan keputrian, media ini akan dibagikan sebelum penyuluhan dimulai. b. Karateristik Sasaran 1) SMP Al-Hidayah memiliki siswa berjumlah 384 siswa yaitu kelas VII berjumlah 135 siswa kelas VIII berjumlah 125, kelas IX berjumlah 126 siswa dengan rentang usia sekitar 12 tahun hingga 15 tahun. 2) Siswa dan siswi SMP Al-Hidayah memiliki kelas sosial yang beragam, tetapi mayoritas dari siswa dan siswi adalah kelas
97
98
ekonomi menengah ke bawah dengan gaya hidup yang berbeda antara siswa dan siswi satu dengan yang lain. 3) Berdasarkan dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 31 siswa dan siswi kelas 8 SMP Al-Hidayah pada bulan Juni dengan melakukan pembagian kuesioner diketahui bahwa siswa dan siswi yang mempunyai pengetahuan rendah tentang HIV/AIDS sebanyak 81% dan siswa dan siswi yang mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang HIV/AIDS sebesar 19% (pengertian HIV 19,3%, pengertian AIDS 16%, media penularan HIV/AIDS 23%, faktor resiko penyakit HIV/AIDS 19,3%, pencegahan HIV/AIDS 19,3%, pengobatan HIV/AIDS 27%, hal-hal yang tidak menularkan HIV/AIDS 16%). 4) SMP Al-Hidayah belum pernah ada penyuluhan khusus terkait HIV/AIDS, tetapi penyuluhan tersebut pernah diselipkan di pelajaran (Ilmu Pengetahuan Alam) IPA dengan materi secara umum dan dalam penyampaian juga tidak menggunakan media promosi kesehatan. 2. Desain (Design) a. Mengembangkan Pesan 1)
Bentuk pesan Hasil dari FGD didapatkan bahwa remaja menyukai media yang banyak gambar daripada tulisan dan untuk bahasa remaja menyukai bahasa yang semi formal, dari hasil penelitian akan dirancang media yang lebih banyak gambar daripada tulisan serta menggunakan bahasa semi formal pada leaflet HIV/AIDS di SMP Al-Hidayah.
99
2)
Pesan langsung ditunjukkan kepada sasaran Hasil dari FGD didapatkan bahwa remaja menyukai pesan langsung ditunjukkan kepada sasaran langsung, dari hasil penelitian akan dirancang sebuah pesan yang langsung ditunjukkan kepada sasaran pada leaflet HIV/AIDS di SMP Al-Hidayah.
3) Pesan terkandung dalam leaflet menyakinkan sasaran Hasil dari FGD didapatkan bahwa remaja menyukai bahwa dalam menyusun sebuah media diperlukan pesan himbauan untuk melakukan tindakan, dari hasil penelitian akan dirancang sebuah pesan yang di dalamnya ada pesan himbauan pada leaflet HIV/AIDS di SMP Al-Hidayah. b. Menetapkan Kemasan 1)
Bentuk Ukuran Leaflet Hasil FGD didapatkan bahwa ukuran media berukuran sedang lipat 3 (14 x 21) dan tidak merepotkan untuk membaca dan membawanya, dari hasil tersebut akan dirancang sebuah leaflet yang berukuran 14 x 21 cm HIV/AIDS di SMP Al-Hidayah.
2)
Warna (Background, Tulisan, Gambar) Hasil FGD didapatkan bahwa remaja menyukai warna yang mengekspresikan (mencolok) remaja dan populer dikalangannya, jadi sesuaikan apa yang populer saat ini, dari hasil tersebut warna yang dipilih yaitu warna background biru dan kuning sedangkan untuk warna tulisan dan gambar disesuaikan dengan warna background yang dipilih, dari hasil tersebut akan dirancang sebuah leaflet menggunakan warna
100
background biru dan kuning. Warna tulisan putih, kuning dan hitam. Warna gambar merah, kuning, hijau, ping, putih dan biru. 3)
Tata Letak (Layout) Hasil FGD didapatkan bahwa layout yang disukai remaja adalah seimbang, sederhana dan disesuaikan dengan konten yang ada. Dari hasil tersebut akan dirancang sebuah leaflet menggunakan layout yang seimbang antara tulisan dan gambar serta sederhana, hal itu dimaksudkan agar gambar dan tulisan mudah dibaca dan tidak menggagalkan konsentrasi membaca,
4)
Tipografi (Bentuk,Ukuran) Media Leaflet Hasil FGD didapatkan bahwa remaja menyukai bentuk text yang segar dan non formal. Dari hasil tersebut remaja memilih menggunakan bentuk text comic sans, algerian dan times new roman pada leaflet dan untuk ukuran disesuaikan dengan konten yang ada, seimbang dan rata, mengacu pada
hasil tersebut akan dirancang sebuah leaflet
menggunakan bentuk huruf comic sans, algerian dan times new roman, sedangkan untuk ukuran peneliti akan menyesuaikan dengan konten yang ada. 3. Pengumpulan Bahan-Bahan (Material Collecting) 1. Proses dari pengumpulan bahan yaitu mengumpulkan bahan yang akan digunakan
yaitu
materi
pengertian
HIV/AIDS,
media
penularan
HIV/AIDS, faktor resiko penyakit HIV/AIDS, pencegahan HIV/AIDS, pengobatan HIV/AIDS serta hal-hal yang tidak menularkan HIV/AIDS. Mengumpulkan gambar-gambar animasi siswa SMP dengan menggunakan
101
seragam biru putih, ikon-ikon, pita HIV/AIDS dan virus. Jenis kertas art paper, tinta art paper, head printer epson, gunting. 4. Pembuatan (Assembly) Proses pembuatan media leaflet dilakukan secara bertahap yang pertama dengan memasukkan materi, gambar dan yang terakhir adalah warna dari keseluruhan. Media leaflet akan dibuat dengan menggunakan aplikasi corel draw. 5. Testing (Design) a. Mengembangkan Pesan 1) Bentuk pesan Hasil dari FGD dan wawancara mendalam terdapat kecocokan dari keduanya yaitu bentuk pesan menarik, mudah dipahami, peneliti menyimpulkan bahwa media leaflet HIV/AIDS yang dirancang layak dan cocok untuk anak SMP. 2) Pesan langsung ditunjukkan kepada sasaran Hasil FGD dan hasil wawancara dengan ahli mempunyai pendapat yang sama bahwa pesan langsung ditunjukan kepada sasaran bukan ditunjukan untuk orang lain, peneliti menyimpulkan bahwa media leaflet HIV/AIDS yang dirancang layak dan cocok untuk anak SMP. 3) Pesan terkandung dalam leaflet menyakinkan sasaran Hasil FGD dan hasil wawancara dengan ahli mempunyai pendapat yang sama bahwa pesan menyakinkan sasaran untuk melakukan perilaku berdasarkan pesan, peneliti menyimpulkan bahwa media leaflet HIV/AIDS yang dirancang layak dan cocok untuk anak SMP.
102
b. Menetapkan Kemasan 1) Bentuk Ukuran Leaflet Hasil FGD dan hasil wawancara dengan ahli mempunyai pendapat yang sama bahwa ukuran media bentuk dan ukuran media leaflet sudah cukup, peneliti menyimpulkan bahwa bentuk leaflet yang berukuran 14 x 21 cm cocok untuk anak SMP. 2)
Warna (Background, Tulisan, Gambar) Hasil FGD dan hasil wawancara dengan ahli mempunyai pendapat yang sama bahwa warna gambar dan warna backround leaflet sudah pas dan cocok, peneliti menyimpulkan bahwa warna yang digunakan dalam leaflet adalah merah, kuning, putih, hitam dan biru cocok untuk anak SMP
3)
Tata Letak (Layout) Hasil FGD dan hasil wawancara dengan ahli mempunyai pendapat yang sama bahwa gambar yang terdapat pada tiap halam leaflet sudah cukup, warna sudah pas tidak perlu diganti, gambar sudah pas dan tidak perlu ditambah, peneliti menyimpulkan bahwa segi letak gambar pada tiap halaman dan warna media leaflet HIV/AIDS yang dirancang layak dan cocok untuk anak SMP.
4)
Tipografi (Bentuk,Ukuran) Media Leaflet Hasil FGD dan hasil wawancara dengan ahli mempunyai pendapat yang sama bahwa desain teks (bentuk, ukuran, warna dan letak) sudah tepat, ukuran sudah pas, warna sudah bagus dan kreatif serta penempatan sudah bagus dan cocok, peneliti menyimpulkan bahwa leaflet HIV/AIDS yang dirancang layak dan cocok untuk anak SMP.
103
B. SARAN Adapun saran yang diberikan peneliti terkait perancangan leaflet HIV/AIDS di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatah tahun 2015, sebagai berikut: 1. Bagi Puskesmas Lebak Bulus a. Hendaknya mendistribusikan media promosi kesehatan HIV/AIDS ke sekolah-sekolah dapat berupa media cetak ataupun media visual. 2. Bagi Sekolah a. Melakukan penyuluhan dengan metode ceramah secara kelompok terkait masalah HIV/AIDS dengan menggunakan media leaflet yang pesan dapat diterima, pesan ditunjukkan kepada sasaran, pesan dapat menyakinkan untuk melakukan perilaku, ukuran leaflet yang sedang, warna meremaja, lebih banyak gambar daripada tulisan, layout seimbang, tipografi meremaja dengan materi pengertian HIV/AIDS, media penularan HIV/AIDS, faktor resiko penyakit HIV/AIDS, pencegahan HIV/AIDS, pengobatan HIV/AIDS serta hal-hal yang tidak menularkan HIV/AIDS 3. Bagi Peneliti Lain a. Hendaknya melakukan efektivitas media leaflet HIV/AIDS di SMP AlHidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan dengan peserta FGD bukan dari anggota OSIS dan dengan metode promosi kesehatan lainnya.
Daftar Pustaka
Alfiani, Ayu, dkk, 2013. Perilaku Seksual dan Faktor Determinannya di SMA Se-Kota Semarang, Indonesian Journal Of Guidance And Counseling Theory And Application. Jurnal: Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang Indonesia. Ariesto Hadi Sutopo. (2003). Multimedia interaktif dengan flash. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Astuti, I.A.M.A. 2008. Gambaran Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS di SMP Negri 85 Jakarta. Skripsi: FIK UPNJ. Azwar, Saifuddin. 1995. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Barata, Atep Adya. 2003. Dasar-Dasar Pelayanan Prima "Persiapan Membangun Budaya Pelayanan Prima Untuk Meningkatkan Kepuasan Dan Loyalitas Pelanggan. Jakarta: Pt Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Betrand, J. T. 1978. Communication Pretesting. Communication Laboratory. University of Chicago: Media Monograph 6. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Genre Goes To School:
Yang
Muda
Harus
Berencana.
(internet)
2012.
Diakses
dari
http://www.bkkbn.go.id/ViewSiaranPers.aspx?SiaranPersID=7 pada tanggal 09 Maret 2015. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Daldjoeni N, 1997. Seluk Beluk Masyarakat Kota, Bandung: Penerbit Alumni. Dani, Vardiansyah. 2005. Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Komunikasi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia. Departemen Kesehatan RI, 2008. Modul Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Media Promosi Kesehatan. Dinas Kesehatan DKI Jakarta. 2012. Profil Kesehatan 2012. Jakarta: Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ditjen PP&PL Kementrian RI. 2014. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia Dilapor Sampai Dengan September 2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Ebdi, Sadjiman S. 2009. Nirmana; Elemen-elemen seni dan desain (edisi ke-2). Yogyakarta: Jalasutra.
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek Cetakan ke-19. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Executive Board of The United Nations Development Programme or United Nations Population Fund, 2000. Report of the Executive Board on its Work During 200, Economic and Social Council: United Nation. Fahrudin, Dedi dan Raihana, Nadra Alkaff. 2014. Komunikasi Informasi dan Edukasi Kesehatan. Jakarta: UIN PRESS. Fitriani, Arifah. 2013. Pengaruh Intervensi Penyuluhan Menggunakan Media Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan Mengenai Potensi Bahaya Dermatitis Kontak Dan Pencegahannya Pada Pekerja Cleaning Service UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi: Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hidayat, Rifki. Lakoro, Rahmatyam. 2012. Perancangan Buku Visual Safety Riding Untuk Remaja Usia 16-18 Tahun Sebagai Panduan Keselamatan Oleh Honda. Jurnal Teknik Pomits Vol. 1, No, 1, (2012) 1-6. Jurnal: Intitut Teknologi Sepuluh November Sepuluh November Surabaya. Holtzschue, Linda. 2011. Understanding Color An Introduction For Designer, New Jersey: John Wiley & Sons,Inc. Hong Zhu. 2005. Software Design Methodology: From Principles to Architectural Styles. UK: Butterworth-Heinemann;1 edition Hurlock EB, 1991. Psikologi Remaja : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (terjemahan) Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga. Jefkins, Frank. 1995. Periklanan Edisi ke-3. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama. Kementrian Kesehatan RI. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Khoiri, Kharisma Setiawan. 2015. Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Remaja Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama tentang Pencegahan HIV dan AIDS dengan Menggunakan Video dan Leaflet di Surakarta. Naskah Publikasi: Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Surakarta Kholid, Ahmad. 2014. Promosi Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Kusmiran, E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba Medika: Jakarta. Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi.
Leibo J, 1995. Sosiologi Pedesaan Edisi ke-2 cetak pertama. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset. Masri Singarimbun. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: P3S Menon, J. Anitha dkk. 2015. Impact of Information Leaflet on Human Immunodeficiency Virus (HIV) Related Information And Self Management in HIV Positive Adolescents. Journal of AIDS and HIV Research: School of Humanities and Social Sciences, Department of Psychology, University of Zambia, Zambia. Maulana, Heri D.J. 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC Mubarak, Wahit Iqbal dkk. 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta: Graha Ilmu. Nandang Budiman, 2002. Memahami Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar. Jakarta: Dikti. Nur’azizaturrahmah. 2013. Perbedaaan Pengetahuan Antara Sebelum Dan Sesudah Intervensi Penyuluhan Menggunakan Media Leaflet Tentang Penyebab Dermatitis Dan Pencegahanya Pada Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu di Ciputat. Skripsi: Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Notoatmojo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT ASDI Mahasatya. Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Maolida, Nis. Aaat, Striati. Ida, Maryanti. 2012. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Siswaterhadap Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja di SMAN 1 Margahayu. Jurnal: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung Maulana, HeriD.J. 2007. PromosiKesehatan. Jakarta: EGC. Mubarak, Wahit Iqbal dkk. 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta: Graha Ilmu. Praramita, Astrida dkk. 2006. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja oleh Puskesmas yang di Wilayah Kerjanya Terdapat Lokasi Prostitusi (Studi di Kota Malang dan Kabupaten Tulungagung). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. PUSLITBANG KEPENDUDUKAN BKKBN “Inklusi Saluran Informasi Kesehatan Reproduksi
Remaja”,
2013.
Diakses
dari
https://www.academia.edu/10257776/Policy_Brief_Pusat_Informasi_Kesehatan_Repr oduksi_Remaja?login=&email_was_taken=true pada tanggal 09 Maret 2015. Rahardi F. 2006. Panduan Lengkap Menulis Artikel. Depok: Kawan Pustaka Rahayuwati, Laili. 2006. Pengetahuan Sikap dan Mengenai Hubungan Penggunaan Narkoba dengan Kejadian Infesi HIV/AIDS, Studi Kualitatif pada Siswa Sekolah Menengah
Pertama di Bandung Jawa Barat. Skripsi: Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Padjadjaran.
Rokhmawati, Indah Asyri. 2015. Efek Penyuluhan Gizi dengan Media Leaflet Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia pada Remaja Putri di SMP Kristen 1 Surakarta. Naskah Publikasi: Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta Russel, J. Thomas., W. Ronald Lane, (1996), Kleppner’s Adversting Procedure, Thteenth Edition, New Jersey, Prentice Hall. Rustan, Surianto, 2010. Huruf Font Tipografi, Jakarta: P.T Gramedia Pustaka Utama. Saputra, Nazarwin. 2011. Perbedaan Pengaruh Pendidikan Kesehatan HIV AIDS Dengan Metode Curah Pendapat Dengan Ceramah Menggunakan Media Audio Visual Terhadap Pengetahuan Siswa SMAN 2 Tangerang Selatan. Skripsi : Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Soesilowindradini, 1990, psikologi perkembangan (masa remaja), Surabaya: Usaha Nasional Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto. Sudarmanik. 2010. Survei Tingkat Pengetahuan Tentang Narkoba dan Bahaya Penyalahgunaannya pada Siswa SMP Negeri se-Kecamatan Klojen kota Malang. Abstract: Universitas Negeri Malang Sukadanaa AA, 1983. Antropo-ekologi, Surabaya: Airlangga University Suku Dinas Kesehatan Kota Adminstrasi Jakarta Selatan. 2013. Profil Kesehatan 2013. Jakarta: Suku Dinas Jakarta Selatan. Wijayanti E, 2000. Beberapa Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja di Desa Bancak, Laporan Penelitian: Semarang. Wiwin, Mintarsih P. 2007. Pendidikan Kesehatan Menggunakan Booklet dan Poster dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi Di Kabupaten
Tasikmalaya.
Tesis,
Yogyakarta:
Universitas
Gadjah
Mada,
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDeta il&act=view&typ=html&buku_id=34780&obyek_id=4
LAMPIRAN
Lampiran 1 Panduan Wawancara Mendalam Wawancara mendalam merupakan suatu teknik pengumpulan data, dimana wawancara dilakukan antara seorang responden dengan pewancara terampil, yang ditandai dengan pengalian mendalam dan menggunakan pertanyaan terbuka. Langkah-langkah pelaksanaan wawancara mendalam 1. Menentukan tempat wawancara 2. Menjelaskan tujuan wawancara 3. Menjelaskan tentang topik wawancara 4. Melakukan pendekatan terhadap informasi sehingga mereka terdorong untuk mengeluarkan pendapatnya 5. Mencatat data informan, tangal, waktu mulai dan waktu selesai wawancara 6. Mengajukan pertanyaan dan bersikap netral terhadap jawaban informan 7. Mendengarkan dan mencermati jawaban informan 8. Mencatat jawaban informan 9. Mendorong informan untuk berpartisipasi aktif 10. Menciptakan hubungan baik dengan informan sehingga mengali jawaban dan komentar yang lebih mendalam 11. Fleksibel dan terbuka terhadap saran dan perubahan-perubahan 12. Menjelaskan bahwa wawancara sudah selesai, tanyakan apakah masih ada komentar lagi 13. Mengucapkan terima kasih atas partisipasi informan dan nyatakan bahwa pendapat mereka sangat bermanfaat untuk perancangan media 14. Menyusun catatan (transkip) hasil wawancara, yaitu membuat intisari dari jawaban peserta
Lampiran 2 Daftar Pertanyaan Wawancara Mendalam kepada Ahli
1. Mengembangkan pesan-pesan a. Bagaimana bentuk pesan yang cocok untuk remaja? b. Bagaimana pesan yang cocok untuk remaja? Apakah pesan yang langsung ditunjukan kepada sasaran atau pesan tersebut ditunjukan kepada orang lain? c. Bagaimana pesan yang cocok untuk remaja? Apakah pesan yang terkandung didalam leaflet menyakinkan sasaran untuk melakukan perilaku berdasarkan pesan tersebut? 2. Menetapkan desain (leaflet) a.
Bagaimana bentuk ukuran media leaflet yang cocok untuk remaja?
b.
Bagaimana warna background, tulisan dan gambar media leaflet yang cocok untuk remaja?
c.
Bagaimana penempatan layout leaflet yang cocok untuk remaja?
d.
Bagaimana tipografi (bentuk, ukuran) media leaflet yang cocok untuk remaja?
Lampiran 3 PERSETUJUAN INFORMAN PENELITIAN Kegiatan ini merupakan penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Peminatan Promosi Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah Dihasilkanya prototipe media leaflet untuk meningkatkan pengetahuan HIV/AIDS pada siswa SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian dilakukan dengan menggunakan panduan wawancara kepada informasi mengenai identifikasi kelompok sasaran, mengembangkan pesan dan menetapkan media yang digunakan. Oleh karena itu, kami berharap Bapak/Ibu bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.
Saya mengerti sepenuhnya risiko dan manfaat dari keikutsertaan saya pada penelitian ini dan menyatakan setuju untuk ikut serta sebagai peserta penelitian. Nama Informan
:
Pekerjaan
:
Ahli
:
Tanda Tangan
: ______________ Tanggal: ......................................
Jam
:
Nama Peneliti
: Lailatul Maghfiroh Salim
Tanda Tangan
: ______________ Tanggal: …………………………
Jam
: CP: Lailatul Maghfiroh Salim Handphone: 081288634940
Lampiran 4 Panduan Fokus Group Discussion (FGD) Focus Group Discussion (FGD) merupakan suatu teknik pengumpulan data, dimana sekelompok orang berdiskusi dengan pengarahan dari fasilitator mengenai suatu topik. Prinsip-prinsip FGD 1. Jumlah peserta 6-12 orang 2. Tujuannya adalah mengumpulkan data 3. Proses diskusi terfokus 4. Lama FGD 60-120 menit 5. Tempat FGD nyaman Langkah – langkah pelaksanaan FGD 1. Persiapan a. Menentukan jumlah kelompok laki-laki dan perempuan b. Menentukan tempat diskusi c. Mengatur tempat duduk d. Menyiapkan fasilitator - Menjelaskan tentang topik diskusi - Melakukan pendekatan terhadap peserta FGD sehingga mereka terdorong untuk mengeluarkan pendapat - Mengarahkan kelompok - Mengajukan pertanyaan dan bersikap netral terhadap jawaban peserta - Mengamati peserta dan tanggan terhadap reaksi peserta - Mendorong peserta untuk berpartisipasi aktif - Menciptakan hubungan baik dengan peserta sehingga dapat mengali jawaban dan komentar yang lebih mendalam dari peserta - Fleksibel dan terbuka terhadap saran dan perubahan-perubahan e. Menyiapkan pencatatan yang bertugas mencatat hasil diskusi, meliputi - Tangal, waktu mulai dan waktu selesai FGD - Tempat FGD - Jumlah peserta (jenis kelamin, umur) - Deskripsi umum mengenai dinamika kelompok (drajat partisipasi peserta, apa ada peserta yang dominan, diam saja, bosen, dll) 2. Pelaksanaan a. Pembukaan - Menjelaskan tujuan FGD dan memperkenalkan fasilitator - Meminta peserta untuk memperkenalkan diri - Menjelaskan bahwa tujuan FGD adalah pengumpulan pendapat peserta dan tekanan bahwa fasilitator ingin belajar dari peserta - Menekankan bahwa pendapat peserta sangat penting sehingga peserta bebas untuk mengeluarkan pendapat b. Memulai FGD dengan mengajukan pertanyaan c. Penutup - Membuat ringkasan dan mengemukakanya di kelompok pada tiap tahap pembahasan agar kelompok mengetahui posisi mereka - Menjelaskan bahwa FGD sudah selesai, tanyakan apakah masih ada komentar lagi - Mengucapkan terima kasih atas partisipasi peserta dan nyatakan bahwa pendapat mereka sangat bermanfaat untuk perancangan media 3. Menyusun catatan (transkip) FGD, yaitu membuat intisari dari jawaban peserta
Lampiran 5 Daftar Pertanyaan FGD kepada Siswa SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan 1. Mengembangkan pesan-pesan a. Bagaimana bentuk pesan yang cocok untuk remaja? b. Bagaimana pesan yang cocok untuk remaja? Apakah pesan yang langsung ditunjukan kepada sasaran atau pesan tersebut ditunjukan kepada orang lain? c. Bagaimana pesan yang cocok untuk remaja? Apakah pesan yang terkandung didalam leaflet menyakinkan sasaran untuk melakukan perilaku berdasarkan pesan tersebut? 2. Menetapkan desain (leaflet) a. Bagaimana bentuk ukuran media leaflet yang cocok untuk remaja? b. Bagaimana warna background, tulisan dan gambar media leaflet yang cocok untuk remaja? c. Bagaimana penempatan tata letak (layout) leaflet yang cocok untuk remaja? d. Bagaimana tipografi (bentuk, ukuran) media leaflet yang cocok untuk remaja? 3. Bagaimana cara penggunaan leaflet yang cocok untuk remaja?
Lampiran 6 PERSETUJUAN INFORMAN PENELITIAN FGD Kegiatan ini merupakan penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Peminatan Promosi Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah dihasilkanya prototipe media leaflet untuk meningkatkan pengetahuan HIV/AIDS pada siswa SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian dilakukan dengan menggunakan panduan wawancara kepada informasi mengenai identifikasi kelompok sasaran, mengembangkan pesan dan menetapkan media yang digunakan. Oleh karena itu, kami berharap Bapak/Ibu bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.
Saya mengerti sepenuhnya risiko dan manfaat dari keikutsertaan saya pada penelitian ini dan menyatakan setuju untuk ikut serta sebagai peserta penelitian. Nama Informan
:
Usia
:
Tanda Tangan
: ______________ Tanggal: ......................................
Jam
:
Nama Peneliti
: Lailatul Maghfiroh Salim
Tanda Tangan
: ______________ Tanggal: …………………………
Jam
: CP: Lailatul Maghfiroh Salim Handphone: 081288634940
Lampiran 7 Daftar pertanyaan wawancara mendalam kepada Guru SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan 1. Seperti apakah media penyuluhan atau pembelajaran yang diperlukan di sekolah ini?
2. Bagaimanakah media yang cocok untuk mempengaruhi pengetahuan siswa? 3. Jika saya merancang media promosi kesehatan, media tersebut akan digunakan dalam program apa di sekolah ini?
Lampiran 8 Daftar pertanyaan wawancara mendalam kepada Siswa SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan 1. Apakah ada pelajaran membahas HIV/AIDS sendiri dengan menggunakan media kesehatan? 2. Bagaimana tentang HIV/AIDS atau kesehatan reproduksi, apakah pernah dilakukan penyuluhan atau pembelajaran di sekolah? 3. Bagaimana dengan pelayanan yang di butuhkan remaja mengenai kesehatan reproduksi?
Lampiran 9 Matriks Hasil Wawancara 1. Matriks hasil wawancara dengan siswi dan guru SMP Al-Hidayah Pertanyaan :
PM
Kesimpulan
Kebutuhan Media a. Bagaimana
sekolah
pernah
pelajaran HIV/AIDS? pelajaran IPA saja, dan dalam penyampaian belum melakukan
pendidikan
terkait
Apakah
tetapi
sendiri
dengan Jadi untuk pelajaran HIV/AIDS hanya diselipkan kedalam Bahwa
pelajaran menggunakan media promosi kesehatan. dan
menggunakan media? b. Bagaimana
pihak
HIV/AIDS tersebut
pendidikan
diselipkan
dalam
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
dengan Untuk penyuluhan belum ada yang memberi secara khusus (IPA) dan pendidikan HIV/AIDS
penyuluhan mengenai mengenai HIV/AIDS
yang diberikan secara umum saja
kesehatan reproduksi?
dan
dalam
pendidikan
penyampaian
tidak
menggunakan
media promosi kesehatan, di SMP Al-Hidayah belum pernah ada penyuluhan
yang
membahas
khusus yang membahas mengenai HIV/AIDS.
Pelayanan
yang
dibutuhkan remaja adalah tempat bertanya reproduksi.
masalah
kesehatan
c. Bagaimana pelayanan
dengan Tempat bertanya masalah kesehatan reproduksi yang
di
butuhkan
remaja
mengenai
kesehatan
reproduksi
2. Matriks hasil wawancara guru SMP Al-Hidayah
Pertanyaan :
Bu Iis
Kesimpulan
Kebutuhan Media a. Bagaimana media
Jika diliihat sebenarnya membutuhkan media, tetapi Sebenarnya media untuk mempermudah
penyuluhan atau
dana yang dikeluarkan untuk media tidak tersedia serta pemberian pendidikan terkait kesehatan
pembelajaran yang
belum ada referensi media jika ingin menggunakan reproduksi sangat diperlukan tetapi pihak
diperlukan di sekolah
media dalam pembelajaran atau penyuluhan
ini? b. Bagaimana media yang
sekolah tidak mempunyai referensi media tersebut. Media apapun akan membantu
Semua jenis media promosi kesehatan baik cetak meningkatkan pengetahuan , tapi dana audio
visual
maupun
mempengaruhi
pengetahuan
pengetahuan siswa?
menggunakan dan dana pembuatan media promosi dipertimbangkan.
siswa,
dapat
mempengaruhi dan kemudahan untuk memanfaatkan
cocok untuk
kemudahannya
kesehatan yang perlu dipertimbangkan. c. Jika saya merancang
untuk media promosi kesehatan yang perlu kesehatan
Di sekolah ini mempunyai kegiatan ekstrakulikuler kegiatan
akan
Media
promosi
digunakan
ekstrakulikuler
PMR
dalam dan
media promosi
seperti PMR dan keputrian yang dilakukan setiap hari keputrian.
kesehatan, media
sabtu, media promosi kesehatannya bisa digunakan di
tersebut akan digunakan
kegiatan tersebut kalau pembahasannya mengenai
dalam program apa di
HIV/AIDS
sekolah ini?
3. Matriks hasil wawancara dengan ahli remaja
Pertanyaan :
Bu Fariha S
Kesimpulan
Identifikasi Kelompok Sasaran a.
Bagaimana problema Problem kespro remaja saat ini saya tegas mengatakan Problema
kesehatan
kesehatan reproduksi bahwa seks bebas ya dimulai dengan pacaran kemudian adalah
seks
remaja saat ini?
reproduksi
bebas
dan
pengetahuan anak mengenai kesehatan reproduksi masih pengetahuan mengenai kesehatan sangat kurang, sebenarnya mereka masih butuh banyak reproduksi.
Remaja
sangat
informasi tetapi mereka tidak mempunyai wahana untuk membutuhkan informasi, media bertanya, jadi mereka mencari sendiri seiring dengan masa dan
tempat
pubertas nya dimana remaja punya tuntutan rasa ingin tau masalah yang cukup besar itu menjadi suatu pembatas bahwa tetapi
bertanya
kesehatan wahana
terkait
reproduksi
tersebut
masih
pengetahuan kecil keinginannya besar, ini kan yang disebut sangat minim, dan akhirnya remaja pembatas. b.
mencari sendiri lewat internet.
Bagaimana pelayanan Yang pertama adalah tempat mereka konsultasi, yaitu Pelayanan yang dibutuhkan remaja yang dibutuhkan oleh pengoptimalan KRR di sekolah ya, sebenarnya bisa saat ini adalah KRR yang optimal di remaja saat ini?
terintegrasi dengan UKS Cuma kami mempunya kendala sekolah dan kurikulum khusus yang yaitu tenaga pengajarnya sudah mempunyai beban mengajar mengajarkan yang berat, jadi UKS kami juga hanya bisa menampung reproduksi.
masalah
kesehatan
anak-anak yang pingsan waktu upacara dan kami tidak punya referensi tentang materi HIV/AIDS dan materi kesehatan reproduksi, kami lebih konsen ke materi yang ada dalam kurikulum, saya pikir banyak sekolah yang seperti itu, ada pun beberapa sekolah saja yang mempunyai layanan tersebut
4. Matriks hasil FGD (desain) dengan Siswa dan Siswi SMP Al-Hidayah 1. Mengembangkan pesan-pesan a. Bagaimana pendapat kalian mengenai bentuk pesan?
Informan
Pernyataan
Kesimpulan
P1
Suka banyak gambar, semi formal bahasa sehari-hari
Menurut hasil FGD bentuk pesan
P2
Suka banyak gambar, yang semi formal
remaja
P3
Suka banyak gambar, bentuk bahasa yang normal
bergaya remaja, tidak formal dan
P4
Remaja saja tidak usah kaku kaku, yang banyak gambar
mereka
P5
Bahasa Indonesia yang baik dan benar haha bahasa remaja gaul kak
banyak gambar daripada tulisan
P6
Remaja , bahasa gaul
P7
Bahasa yang remaja, lebih nyambung saja dibaca nya setelah itu banyak gambar daripada tulisan
P8
Sama
P9
Sama
P10
Sama
menyukai
menyukai
bahasa
media
yang
yang
b. Bagaimana menurut anda terkait pesan? Pesan tersebut langsung ditunjukan kepada anda atau pesan tersebut ditunjukan kepada orang lain Informan
Pernyataan
Kesimpulan
P1
Langsung ke diri sendiri aja
Menurut hasil FGD remaja menyukai
P2
Langsung ke diri sendiri
pesan yang terkandung didalam
P3
Ke orang lain dulu, suapaya pendapat dan nanti bisa diperbaiki
leaflet langsung ditunjukan kepada
P4
Orang lain dulu baru ke saya karena kita masih harus bertanya
sasaran
P5
Langsung
P6
Langsung
P7
Langsung suapaya mengetauhi saja yang disampaikan
P8
Kita langsung
P9
Langsung
P10
Langsung
c. Bagaimana menurut anda? Apakah pesan yang terkandung didalam leaflet menyakinkan anda untuk melakukan perilaku berdasarkan pesan tersebut? Pernyataan
Informan
Kesimpulan
P1
Bahasa yang mengajak
Menurut hasil FGD pesan yang
P2
Mengajak ada himbauan
terkandung didalam leaflet remaja
P3
Mengajak
menyukai bahasa yang mengajak
P4
Ada himbauan, mengajak
(himbauan) untuk melakukan suatu
P5
Himbauan
perilaku
P6
Himbauan
P7
Ajakan, himbauan
P8
Ajakan, himbauan
P9
Ajakan himbauan, menyakinkan untuk melakukan
P10
Ajakan himbauan, agar mempengaruhi
2. Menetapkan konsep dari metode baru (leafleat) a. Bagaimana pendapat kalian mengenai bentuk dan ukuran media? Informan
Pernyataan
Kesimpulan
P1
Biasa
Menurut hasil fgd mengenai bentuk
P2
Yang bentuk keatas, biasa saja
dan ukuran media leaflet ukuran
P3
Suka yang nomer 2, panjang ke atas
yang remaja sukai yang sedang (lipat
P4
Kayanya yang panjang ke atas, yang biasa
3) tidak besar dan tidak kecil, dan
P5
Yang ini (panjang keatas), jadi yang biasa saja agar tidak susah
tidak ribet serta masuk ke dalam tas
P6
Yang panjang ke atas
P7
Bagusnya yang double, tapi yang biasa saja
P8
Kalo seperti ini susah, biasa aja
P9
biasa saja
P10
Yang biasa saja, yang lipat tiga
b. Bagaimana pendapat kalian mengenai Warna (background, tulisan dan gambar) Informan
Pernyataan
Kesimpulan
P1
warna background merah kuning, tulisan sama gambar disesuain aja
Menurut hasil FGD mengenai warna
P2
warna background biru kuning, tulisan sama gambar disesuain aja
background, tulisan dan gambar
P3
warna background biru kuning, tulisan sama gambar disesuain aja
remaja menyukai biru dan kuning
P4
warna background merah dan kuning, tulisan hitem sajagambar sesuain
untuk background sedangkan untuk
background
warna tulisan dan gambar remaja
P5
warna background merah sama orange, hitem putih saja, gambar terserah
menyarankan untuk disesuaikan saja
P6
warna background biru dan kuning, biasa aja kak, gambar sesuain sama
dengan background yang dipilih.
dengan background P7
warna background biru putih, tulisan sama gambar disesuain saja
P8
warna background biru putih, sesuain saja
P9
warna background biru putih, sesuain saja
P10
warna background biru kuning, sama
c. Bagaimana pendapat kalian mengenai layout Informan
Pernyataan
Kesimpulan
P1
Suka layout yang sederhana seimbang
Menurut hasil FGD mengenai layout
P2
Sederhana seimbang
remaja
P3
Sederhana seimbang
seimbang tulisan dan gambar serta
P4
Seimbang
sederhana hal itu dimaksudkan agar
P5
Sederhana saja, tidak rumit
gambar dan tulisan mudah dibaca
P6
Sederhana seimbang
P7
Biasa saja seimbang sederhana supaya mudah membaca
P8
Iya biasa seimbang tidak rumit
P9
Biasa kak seimbang antara tulisan dan gambar
P10
Sama seperti yang lain
menyukai
layout
yang
d. Bagaimana pendapat kalian mengenai Tipografi (ukuran, bentuk)? Informan
Pernyataan
Kesimpulan
P1
Comic sans, kalau ukuran tulisan menyesuaikan saja
Menurut
hasil
P2
Yang (times new roman), menyesuaikan saja
tipografi (ukuran, bentuk) remaja
P3
Comic sans, menyesuaikan
menyukai bentuk text yang semi
P4
Yang chiller, sesuain aja
formal
P5
Yang comic san, ukuran sesuain
algerian. Ukuran disesuaikan dengan
P6
Ini comic sans mudah dibaca, sesuain
konten yang ada
P7
Comic sans, ukuran sesuain
P8
Algerian, iya sesuain
P9
Cambria, sesuain
P10
Algerian, sesuain
yaitu
FGD
comic
mengenai
sans
dan
e. Kapan media akan digunakan? Informan
Pernyataan
Kesimpulan
P1
penyuluhan
Menurut hasil FGD media akan
P2
Waktu penyuluhan
digunakan sebelum penyuluhan.
P3
Sebelumnya
P4,5,6,7,8,9,10 Sebelumnya
5. Matriks hasil wawancara dengan ahli media 1. Mengembangkan Pesan-pesan a. Bagaimana bentuk pesan?
Informan
Pak Tyo (1)
Pernyataan
Kesimpulan
Remaja lebih suka banyak gambar, karena sebenarnya orang Keempat
informan
mengatakan
indonesia itu apalagi anak-anak malas membaca kalau bahwa pesan yang cocok untuk terlalu banyak tulisan, jadi dengan menggunakan banyak remaja gambar terlihat lebih menarik. Bu Indah Purwasih (2)
Menarik juga ya tentang HIV, pointer pointernya juga jelas dan dapat dimengerti. Iya memang remaja suka gambar daripada tulisan bahasa juga menginginkan yang semi formal, jika non formal pasti terkesan membosankan
Bu Farihah S (4)
tulisan,
banyak untuk
gambar bahasa
Jadi kalo remaja itu suka gambar yang banyak tetapi untuk remaja cocok dengan bahasa yang pemilihan gambar harus konsisten.
Pak Dedi (3)
daripada
harus
Ya anda sendiri gimana? Suka gambar kan? Haha pokonya remaja itu suka yang tidak berat berat, mereka menyukai bahasa yang cenderung digunakan sehari-hari dan iya gambar lebih banyak
semi formal
b. Bagaimana menurut anda terkait pesan? Pesan tersebut langsung ditunjukan kepada sasaran atau pesan tersebut ditunjukan kepada orang lain?
Informan
Pak Tyo (1)
Pernyataan
Kesimpulan
Oke kalau kita berbicara mengenai leaflet seharus direct, Pesan harus langsung ditunjukan dalam arti tidak untuk orang tuanya, untuk gurunya tapi kepada sasaran agar pesan harus harus untuk langsung ke sasaranya, karena dia anak SMP langsung ditunjukan kepada sasaran jadi sudah paham, kecuali kita bicara indirect buat bayi 6 agar
umpan
bulan terkait ASI. Kita tidak bisa membuat pesan direct berjalan karena bayi belom mengetahui dan mengerti, logikanya melakukan belom jalan jadi pesan kita sampaikan kepada ibunya. Bu Indah Purwasih (2)
Kalau menurut saya pesan harus direct yaitu langsung ditunjukann kepada sasaran, sasaran pasti langsung bisa menangkap pesan ini, makadari itu anda harus membuat media ini segampang dan semenarik lagi ya.
Pak Dedi (3)
Seharusnya buat remaja ya direct pesan langsung ditunjukan kepada sasaran, tetapi terlalu umum untuk penggunaan bahasanya disesuaikan lagi dengan sasaran yaitu kepada anak-anak dan anda juga bisa menggunakan bahasa semi
pesan.
balik
langsung perilaku
komunikasi dan
sasaran
berdasarkan
formal. Bu Farihah S (4)
Direct ya agar orang yang membaca mendapatkan informasi tentang materi yang akan kamu sampaikan dan agar pembaca dapat menerima informasi.
c. Bagaimana menurut anda? Apakah pesan yang terkandung didalam leaflet menyakinkan sasaran untuk melakukan perilaku berdasarkan pesan tersebut?
Informan
Pak Tyo (1)
Pernyataan
Kesimpulan
Jadi kamu harus menuliskan perilaku yang diinginkan itu Jadi harus dibuat pesan yang seperti apa, yang tadi saya bilang AIDS dapat menularkan mengajak atau
himbauan untuk
melalui kegiatan disamping, dalam konteks kegiatan apa aja, melakukan suatu tindakan, bisa lalu disambung dengan faktor resiko jadi nanti anak SMP dituliskan di akhir leaflet harus bagaimana dengan peralatan suntik ini, jadi kamu harus membuat pesan ajakan atau himbauan kepada mereka Bu Indah Purwasih (2)
Masukin kata-kata himbauan ya mbak, kalau menurut saya materi yang akan kamu buat yang memiliki tujuan untuk membuat anak jadi ware itu butuh pendamping ya, kalo untuk dijadikan bahan bacaan saya rasa belum bisa masuk, harus ada pendamping yang menjelaskan pesan yang
terkandung didalamnya. Pak Dedi (3)
Ini untuk apa dulu ya? Pengetahuan, pencegahan, atau untuk apa? Kalau untuk pengetahuan saya rasa sudah, kemudian kalau tujuannya untuk pencegahan itu pointernya lebih di perbanyak lagi disini pencegahan hanya ada satu poin, disingkronkan saja sebenernya media ini mempunyai tujuan apa, pengetahuan kah atau pencegahannyanya. tetapi kalau untuk memengaruhi diperlu kajian yang lebih mendalam, perubahan sendiri itu ada afektif, kognitif, psikomotorik anda
mau
mempengaruhi
dimananya
yang
ingin
dipengaruhi, kalo disegi pengetahuan sudah bisa sudah masuk tetapi kalau ingin mempengaruhi di yang lain itu perlu kajian dan tahapan yang lebih panjang. Bu Farihah S (4)
Kalo pengetahuan sih sudah mempengaruhi ya, tapi kalo sikap dan perilaku mungkin belom karena untuk mengubah konten itu membutuhkan waktu yang relatif lama. Makanya kamu bikin kalimat yang mengarah untuk melakukan suatu tindakan ya.. itu bisa diletakkan di akhir leaflet
2. Menetapkan kemasan (leafleat) a. Bagaimana bentuk ukuran media leaflet yang cocok untuk remaja?
Informan
Pak Tyo (1)
Pernyataan
Kesimpulan
Kalau untuk remaja sekarang menurut saya? Leaflet Bentuk ukuran media leaflet yang disebarkan melalui sosial media. Jika dicetak sebenernya cocok untuk remaja tidak terlalu KEMENKES sendiri sudah mulai menggurangi leaflet besar
dan tidak terlalu
kecil
cetakan, karena kita sudah beralih ke media sosial disesuaikan dengan sasaran dan pertimbangannya yaitu dengan harga satu juga orang bisa bentuk medianya, yang bisa masuk terhubung melalui android, dengan uang 30.000 perbulan kedalam kantong tas, gampang sudah bisa membeli paket internet. Kalau leaflet secara dibaca dan tidak ribet. Karena umum ukurannya seperti ini, jika ingin diperkecil juga bisa remaja itu menyukai hal-hal yang tetapi jika terlalu kecil harus diperhatikan juga tulisannya, simpel-simpel. Jika media leaflet kontennya apakah cukup apa tidak, sesuai dengan kebutuhan diperkecil kembali dikhawatirkan kamu aja menurut saya, itu.. yang penting bisa dikantongin pesan dan bisa diletakkan di tas Bu Indah Purwasih (2)
dan
konten
dijabarkan semua dan tulisannya
Kalau leaflet itu seperti brosur jadi ukurannya tergantung tidak dapat terbaca. sasaranya sebenernya, kalo sasaranya orang tua sudah tidak membutuhkan gambar yang mereka butuhkan hal-hal yang
belum
bersifat detail jadi tidak usah mencari artinya kesana kemari cukup disitu sudah ada semua, tetapi kalau untuk anak-anak harus dibikin semenarik mungkin ketika dibuka ada gambar apalah ada yang bisa bergerak, tergantung sasarannya siapa. Pak Dedi (3)
Kalau remaja itu lebih suka yang simple, bagi mereka yang bisa masuk dikantong dan yang gampang, menurut saya itu yang cocok buat remaja, remaja itu tidak suka yang ribet, mungkin jika media dalam ukuran yang terlalu kecil juga kurang bagus karena dihawatirkan akan kesulitaan untuk membaca
Bu Farihah S (4)
Sudah pas untuk remaja tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Kalau menurut saya ini sudah cukup, kalau yang lebih kecil
menjadikan
media
tersebut
akan
lebih
tebal,
sebenernya untuk remaja sendiri yang penting jelas saja dan tidak ribet karena remaja suka yang simpel-simpel, tetapi kalau seperti ini (leaflet KEMENKES) juga akan terasa membosankan sekali, karena banyak tulisan dan monoton sekali, kalau untuk remaja lebih banyak gambar lebih menarik dan warna
b. Bagaimana Warna (background, tulisan dan gambar) untuk remaja? Informan
Pak Tyo (1)
Pernyataan
Kesimpulan
Remaja sebenarnya menyukai warna-warna yang berani Remaja itu dinamis mereka suka kalau menurut saya, warna warna yang mengepresikan dengan gambar, warna, backround remaja, kamu harus mencari referensi hal-hal apa yang yang
mengepresikan
bahwa
itu
sekarang lagi populer dikalangan remaja dan kamu harus remaja (mencolok), remaja juga suka punya decision maker tentang pemilihan warna. Bu Indah Purwasih (2)
Warna? Yang meremaja aja mbak, atau kamu mau ambil dikalangannya, jadi ikutin saja apa dari warna mereka gitu sergam apa apa.
Pak Dedi (3)
dengan hal-hal yang lagi populer
yag populer saat ini dan terapin di
Yang menarik itu adalah warna yang cerah, remaja itu media yang dibuat tetapi harus dinamis mereka lebih suka sama warna yang cerah, karena mempunyai decision maker sendiri remaja itu dinamis, tambahkan sentuhan warna lagi agar dalam pemilihan warna, dan untuk mereka lebih tertarik.
Bu Farihah S (4)
model gambar harus konsisten awal
Remaja itu suka hal-hal yang lagi nge-trend jadi kamu cari sampai akhir. warna yang lagi trend, yang berani, yang rame dan mencerminkan remaja banget
c. Bagaimana layout media yang cocok untuk remaja?
Informan
Pernyataan
Kesimpulan
Pak Tyo (1)
Layout harus balance, rapi, tidak crowded
Penempatan
Bu Indah Purwasih (2)
Kalau penempatan gambar lebih di sesuaikan sama disesuaikan
dengan
gambar kontennya,
penempatan gambar tiap halaman
kontennya. Pak Dedi (3)
letak
Ini tiga ya? kalau penempatan juga harus simetris kemudian usahakan
tidak
crowded
jangan moton dan monotune yang selaras saja, biar tidak mengganggu konten yang lain. bosen tambahkan gradasi yang lebih cerah.
Terutama
remaja menyukai hal-hal yang dinamis kalau dewasa dan orang tua lebih memerlukan konten, kalo remaja perlu kemasan dan gambar yang menarik. Dalam semua media hampir sama remaja menyukai
variasi yang banyak
dibanding dengan orang dewasa, kalau anak muda mereka lihat terlebih dulu kemasannya, apakah menarik apa tidak kalo menarik pasti mereka akan membaca, jika kemasan tidak menarik pasti mereka juga tidak mau membaca. Kalau penempatan terserah tapi jangan menganggu konten yang lain, kalau bisa background di water mark atau kanan kiri
dan
jadi penempatan ini masih sangat kaku, ini dikiri-ini dikanan. Mungkin kalau diatas gambar dibawah tulisan akan lebih menarik, kalau seperti ini lebih menarik ini cenderung untuk orang dewasa yang kaku, coba di perbaiki, menurut saya ini sudah lumayan tapi perlu gradasi atau gambar, pesannya sudah tapi lebih kemasannya aja. Bu Farihah S (4)
Yang tadi saya bilang, HIVnya medianya faktor resiko, jadi step by step. Letaknya anda kondisikan bagaimana bagusnya dan disesuaikan saja sama remaja
d. Bagaimana Tipografi (desain text ukuran, bentuk) media leaflet yang cocok untuk remaja?
Informan
Pak Tyo (1)
Pernyataan
Kesimpulan
Jadi untuk remaja bentuk text yang terlihat jelas dan tidak bosen, kalau Bentuk tulisaannya yang segar dan dinamis, ukuran sih sesuain dengan konten yang ada ya
Bu Indah Purwasih Ratakan aja mbak, yang penting tidak ada space yang kosong.
ukuran text tergantung kertas yang dipakai, Kalo letak diseimbangkan dan rata.
(2)
bentuk sih yang penting ga bikin bosen ya menurut saya
Pak Dedi (3)
Kalau ukuran text tergantung kertasnya, kalau ini saya rasa sudah cukup, penekanan mana yang poin penting mana yang penjelas. Kalau
bentuk text saya rasa monoton, coba gunakan seperti comic sans atau apa yang lebih hidup kalo ini sans serif kelihatannya kaku setelah arial atau times new roman yang digunakan untuk yang resmi, kalo joker juga menarik jadi di-mix jangan kaku, cari text yang sesuai dan segar. Kalo putih warna basik ya, tapi kalo kamu mau warna seperti ini ya cocok, tapi kalo mau dirubah ya kurang, perpaduan biru dengan kuning. Semua saya lihat putih dengan hitam ya. Lebih disesuaikan saja sih sebenernya. Linier ya, kalo nge-block gini terlalu banyak informasi. Mungkin pointer-pointer yang tidak terlalu kaku yang disukai sama anak sekolah. Pokoknya ingat remaja itu dinamis jadi kamu cari apapapun yang cocok dan pas buat remaja. Bu Farihah S (4)
Usahakan menggunakan huruf yang remaja, anda paham kan huruf remaja yang seperti apa, sehingga waktu pertama kali dapat mereka merasa ini memang buat saya dari gambar, kalimat, warna tulisan bentuk tulisan buat saya.
6. Matriks hasil FGD (testing) dengan Siswa dan Siswi SMP Al-Hidayah 1. Mengembangkan pesan-pesan a. Bagaimana pendapat kalian mengenai bentuk pesan?
Informan
Pernyataan
Kesimpulan
P4, P5
Menarik
Menurut hasil FGD bentuk pesan
P6 P7
Menarik untuk diri sendiri agar mengetahui pencegahan HIV dan agar kita tidak menarik, gampang dimengerti dan terkena HIV meremaja. Sudah menarik
P8
Sudah menarik kak hehe dapat dipahami dan tidak ribet hehe
P2
Gampang dimengerti kak
b. Bagaimana menurut anda terkait pesan? Pesan tersebut langsung ditunjukan kepada anda atau pesan tersebut ditunjukan kepada orang lain Informan
Pernyataan
Kesimpulan
P3
Buat kita
Menurut hasil FGD pesan yang
P8
Iya kak pesan buat kita sendiri bukan buat bu guru
terkandung didalam leaflet langsung
P6
Sudah, buat aku sendiri kak pesannya
ditunjukan kepada sasaran
P9
Sudah kak buat aku sendiri
c. Bagaimana menurut anda? Apakah pesan yang terkandung didalam leaflet menyakinkan anda untuk melakukan perilaku berdasarkan pesan tersebut? Pernyataan
Informan
P6, P3, P4 Iya kak melakukan pencegahan
Kesimpulan
Menurut hasil FGD pesan yang terkandung didalam leaflet mengajak (himbauan) untuk melakukan suatu perilaku
2. Menetapkan konsep dari metode baru (leafleat) a. Bagaimana pendapat kalian mengenai bentuk dan ukuran media? Informan
P9 Semua
Pernyataan
Kesimpulan
Cukup sekali, tidak terlalu besar dan kecil, bisa diletakkan didalam tas dan Menurut hasil FGD mengenai bentuk dibawa kemana-mana. (P9) dan ukuran media leaflet ukuran cukup segitu saja nanti kalau kebesaran dan ribet sudah pas
b. Bagaimana pendapat kalian mengenai Warna (background, tulisan dan gambar) Informan
Pernyataan
Kesimpulan
P10
Sudah cukup
Menurut hasil FGD mengenai warna
P9
Warna sudah pas tidak usah diganti
background, tulisan dan gambar
P8
Sudah kak pas
warna sudah cukup dan pas
P7
Sudah pas
c. Bagaimana pendapat kalian mengenai layout Informan
P1
Pernyataan
Sudah kakak, pas dan cocok
Kesimpulan
Menurut hasil FGD mengenai layout sudah pas dan cocok
d. Bagaimana pendapat kalian mengenai Tipografi (ukuran, bentuk)? Informan
Pernyataan
Kesimpulan
Semua
Sudah kak teks udah tepat
Menurut
hasil
FGD
mengenai
Semua
Sudah pas kak, pas ukuran udah kak
tipografi (ukuran, bentuk) teks tepat,
Semua
Sudah pas, warna sudah bagus , kreatif kak
pas dan bagus.
Semua
Penempatan teks udah kak bagus, cocok