PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGOPERASIKAN BILANGAN PECAHAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI TEGALANDONG 02 KECAMATAN LEBAKSIU KABUPATEN TEGAL TAHUN PELAJARAN 2009/2010
OLEH :
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
OLEH : KONDANG HARTOYO NIM X2707017
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan proses pembelajaran dapat diamati dari keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran, baik tingkat pemahaman, penguasaan materi, maupun hasil belajarnya. Semakin tinggi tingkat pemahaman, penguasaan materi serta hasil belajar maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan dalam pembelajaran. Namun pada kenyataannya dalam proses belajar mengajar pasti mengalami permasalah baik dari guru,siswa dan sarana / alat peraga.Dari guru permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya pengalaman dan pengetahuan tentang pembelajaran inovatif,setiap hari hanya itu saja metode yang dipakai ( ceramah dan tugas ).Guru masih mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan metode yang inovatif disamping rasa malas.Kreatifitas guru masih sangat kurang dalam menciptakan pembelajaran yang ideal. Alat peraga dan sarana penunjang masih belum mencukupi sehingga tidak semua pembelajaran menggunakan alat peraga. Siswa kelas 4 SDN 02 yang jumlahnya 56 siswa terdiri dari 24 laki-laki dan 32 perempuan termasuk siswa yang memiliki prestasi dan motivasi belajar matematika rendah. Hal ini terlihat dari indikator-indikator yang ada, yaitu : 1. Setiap diberi pertanyaan hanya sekitar 6 ( 10 % ) siswa yang mau
mengacungkan
tangan untuk menjawab. 2. Setiap diberi kesempatan bertanya jarang yang mau bertanya. 3. Nilai matematika yang rendah 25 siswa dari 56 siswa,(45 % yang tidak tuntas) atau di bawah KKM. 4. Keaktifan belajar / respon belajar masih rendah,siswa yang bergurau dan bermain saat pembelajaran masih ada. Pada umumnya siswa kelas IV di SDN Tegalandong 02 Kecamatan Lebaksju Kabupaten Tegal dalam menerima pembelajaran matematika masih mengalamj kesulitan, apalagi kalau sudah masuk pada operasi bilangan pecahan. Padahal penguasaan operasi bilangan pecahan merupakan prasarat bagi penguasaan kompetensi matematika berikutnya. Kesulitan yang dialami siswa didik dalam penyelesaian operasi bilangan pecahan mengakibatkan ketidak tuntasan dalam pembelajarannya nilai ketuntasannya 60) hanya 55
% yang tuntas, siswa yang lain tidak tuntas (45 % ) Melihat kenyataan ini , maka perlu diusahakan untuk menuntaskan hasil belajarnya melalui kegiatan PTK. Seiring Penulisan Tindakan Kelas ( PTK ) adalah suatu studi sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan-tindakan tersebut ( Ebbut, 1985 ). Kurt Levin, orang yang mempopulerkan PTK berpendapat ( dalam Mc.Niff, 1992:21 ) bahwa cara terbaik untuk memajukan kegiatan belajar mengajar adalah dengan melibatkan mereka dalam penulisan mereka sendiri dan yang ada dalam kehidupan mereka. Penulisan tindakan kelas merupakan suatu rangkaian langkah-langkah ( a spiral of steps ). Langkah-langkah tersebut menurut Kemmis & Mc.Taggart, ( 1982 ) digambarkan sebagai suatu proses dinamis yang meliputi empat aspek, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang terselesaikan dengan sendirinya ( alamiah ) dan merupakan momen-momen dalam bentuk spiral seperti pada bagan di bawah ini. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dalam penulisan tindakan kelas ini, dengan alasan model tersebut merupakan metode yang sangat strategis bagi peningkatan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Tegalandong 02 Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal. Karena dalam kegiatan pembelajaran terjadi saling asah, asih, dan asuh. Beberapa metode pembelajaran kooperatif, antara lain (1) Metode STAD (Student Achivement Divisions); (2) Metode Jigsaw; (3)
Metode GI (Group Investigation); (4)
Metode Struktural. Dari beberapa metode kooperatip di atas,salah satu dipergunakan untuk dapat menyelesaikan
rumusan
masalah,
guru
melakukan
pembelajaran
melalui
Model
Pembelajaran Kooperatif dengan metode Jigsaw dengan harapan prestasi belajar siswa meningkat. PTK yang dilaksanakan guru mempunyai beberapa manfaat (Dirjen Dikdasmen, 2004: 9), yaitu : 1. Menumbuhkan inovasi dan perbaikan. Karena penulisan tindakan bersifat pemecahan masalah (problem-solving). 2. Memacu tumbuhnya semangat kolaborasi antar komponen pendidikan di sekolah, yaitu guru, siswa, staf/pimpinan dan masyarakat/orang tua. 3. Meningkatkan profesionalisme guru.
4. Penulisan tindakan memfasilitasi guru untuk meningkatkan kompetensi keguruannya. Dengan penulisan ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam mendeskripsikan benda secara lisan menggunakan pendekatan kontekstual . B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya 1. Rumusan Masalah Berpijak pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah penggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan mengoperasikan bilangan pecahan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw pada siswa kelas IV SD Negeri Tegalandong 02 Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal? 2. Pemecahan Masalah Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dalam penulisan tindakan kelas ini, dengan alasan model tersebut merupakan metode yang sangat strategis bagi peningkatan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Tegalandong 02 Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal. Karena dalam kegiatan pembelajaran terjadi saling asah, asih, dan asuh. Beberapa metode pembelajaran kooperatif, antara lain (1) Metode STAD (Student Achivement Divisions); (2) Metode Jigsaw; (3) Metode GI (Group Investigation); (4) Metode Struktural. Dari beberapa metode kooperatip di atas,salah satu dipergunakan untuk dapat menyelesaikan rumusan masalah, guru melakukan pembelajaran melalui Model Pembelajaran Kooperatif dengan metode Jigsaw dengan harapan prestasi belajar siswa meningkat.
C. Tujuan Penulisan Penulisan ini bertujuan : 1. Meningkatkan
kemampuan
mengoperasikan
bilangan
pecahan
dengan
Model
Pembelajaran Kooperatif Jigsaw pada siswa kelas IV SD Negeri Tegalandong 02 Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal .
2. Memperbaiki proses pembelajaran matematika dari yang tidak sesuai dengan proses berpikir siswa menjadi sesuai.
D. Manfaat Hasil Penulisan Manfaat hasil penulisan ini khususnya untuk perbaikan kualitas pendidikan dan / atau pembelajaran berupa terwujudnya pembelajaran yang bermakna serta sesuai dengan minat dan proses berpikir siswa. Adapun manfaatnya bagi siswa, guru, dan sekolah yaitu : 1. Siswa Meningkatkan minat belajar siswa dan memudahkannya dalam mempelajari matematika sehingga diharapkan dapat meningkatkan khususnya dalam operasi bilangan pecahan. 2. Guru Menumbuhkan kreativitas guru dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif dalam pembelajaran matematika. 3. SD Negeri Tegalandong 02 Meningkatkan pemberdayaan Model Pembelajaran Kooperatif agar prestasi belajar siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada pelajaran yang lain.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Pengertian Pecahan Pecahan yang dipelajari siswa di SD, sebetulnya merupakan bagian dari bilangan rasional yang dapat ditulis dalam bentuk
a dengan a dan b merupakan bilangan bulat b
dan b tidak sama dengan 0. Secara simbolik pecahan dapat dinyatakan sebagai salah satu dari:(1) pecahan biasa, (2) pecahan desimal, (3) pecahan persen, dan (4) pecahan campuran. Begitu pula pecahan dapat dinyatakan menurut kelas ekuivalensi yang tak
terhingga banyaknya. Pecahan biasa adalah lambang bilangan yang dipergunakan untuk melambangkan bilangan pecah dan rasio (perbandingan). Menurut Kennedy (1994: 425427) makna dari pecahan dapat muncul dari situasi-situasi sebagai berikut : a. Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang utuh atau keseluruhan. Pecahan biasa dapat digunakan untuk manyatakan makna dari setiap bagian dari yang utuh. Apabila ibu mempunyai sebuah roti yang akan diberikan kepada 4 orang anggota keluarganya, dan masing-masing harus mandapat bagian yang sama, maka masing-masing anggota akan memperoleh Pecahan
1 bagian dari keseluruhan cake itu. 4
1 mewakili usuran dari masing-masing potongan. Bagian-bagian dari 4
sebuah pecahan biasa menunjukkan hakikat situasi dimana lambang bilangan tersebut muncul. Dalam lambang bilangan
1 , “4” menunjukkan banyaknya bagian-bagian 4
yang sama dari suatu keseluruhan (utuh) dan disebut sebagi “penyebut”. Sedangkan banyaknya bagian yang menjadi perhatian pada saat tertentu dan disebut pembilang. b. Pecahan sebagai bagian dari kelompok-kelompok yang beranggotakan sama banyak, atau juga menyatakan pembagian. Apabila sekumpulan obyek dikelompokkan menjadi bagian yang beranggotakan sama banyak, maka situasinya jelas dihubungkan dengan pembagian. Situasi dimana sekumpulan obyek yang beranggotakan 12, dibagi menjadi 2 kelompok yang beranggotakan sama banyak, maka kalimat matematikanya 12 : 2 = 6
atau
1 1 x 12 = 6. Sehingga untuk mendapatkan dari 12, maka siswa harus memikirkan 2 2
12 obyek yang dikelompokkan menjadi 2 bagian yang beranggotakan sama. Banyak anggota masing-masing kelompok terkait dengan banyaknya obyek semula, dalam hal ini
1 dari banyaknya obyek semula. Demikian halnya bila sehelai kain yang 2
pajangnya 3 meter dipotong menjadi 4 bagian yang berukuran sama, mengilustrasikan situasi yang akan menuntun ke kalimat pecahan yaitu 3 : 4 atau c. Pecahan sebagai perbandingan (rasio)
3 . 4
Hubungan antara sepasang bilangan sering diyatakan sebagai sebuah perbandingan. Berikut diberikan contoh-contoh situasi yang biasa memunculkan rasio. 1) Dalam kelompok 10 buku terdapat 3 buku yang bersampul biru. Rasio buku yang bersampul biru terhadap keseluruhan buku adalah 3 : 10 atau buku yang bersampul biru
3 dari keseluruhan buku. 10
2) Sebuah tali A panjangnya 10 m dibandingkan dengan tali B yang panjangnya 30 m. Rasio panjang tali A terhadap tali B tersebut hádala 10 : 30 atau panjang tali A ada
10 atau 30
1 dari tali B. 3
Dari ketiga situasi tersebut semua diperkenalkan kepada siswa dengan kelas yang berbeda. Untuk kelas III dikenalkan dengan memunculkan situasi pertama atau tahap pertama yaitu pecahan sebagai bagian dari keseluruhan (utuh).
2. Mengenal Konsep Pecahan Kegiatan mengenal konsep pecahan akan lebih berarti bila didahului dengan soal cerita yang menggunakan obyek-obyek nyata misalnya buah apel, sawo, tomat, atau kue, dan lain-lain. Peraga selanjutnya dapat berupa daerah-daerah bangun datar beraturan misalnya persegí panjang atau lingkaran yang akan sangat membantu dalam memperagakan konsep pecahan. Pecahan
1 dapat diperagakan dengan cara melipat kertas berbentuk lingkaran 2
atau persegí, sehingga lipatannya tepat menutupi satu sama lain. Selanjutnya bagian yang dilipat dan diarsir sesuai bagia yang dikehendaki dan akan didapatkan gambar daerah yang diarsir seperti di bawah ini :
Pecahan
1 dibaca setengah atau satu perdua atau seperdua. “1” disebut 2
pembilang yaitu merupakan bagian pengambilan atau 1 bagian yang diperhatikan dari
keseluruhan bagian yang sama. “2” disebut penyebut yaitu merupakan 2 bagian yang sama dari keseluruhan. (Sukayati, 2003 : 1-3 )
3. Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan Pada saat siswa belajar membandingkan dan kemudian mengurutkan pecahan, mereka perlu pengalaman-pengalaman sehingga menghasilkan temuan-temuan khusus, misalnya dengan kegiatan untuk menanamkan konsep membandingkan dan mengurutkan pecahan dapat dilakukan alternatif pembelajaran sebagai berikut : a. Peragaan dengan menggunakan bangun-bangun geometri. Bangun-bangun geometri dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk membandingkan dan mengurutkan pecahan biasa dan pecahan campuran. Bahan yang digunakan harus mudah dilipat, diwarnai atau dipotong-potong untuk mengurutkan luasan dari bangun-bangun tersebut sehingga dapat dilihat urutan dari luasan yang mewakili urutan dari bilangannya.
1
1 2
3 4
5 8
Dari peragaan dapat diketahui bahwa bila bangun dipotong dan dibandingbandingkan akan tampak bahwa 1 3 1 5 < ; < 2 4 2 8 3 3 1 <1; > dan sebagainya. 4 4 2
b. Dengan peragaan pita atau kepingan-kepingan pecahan. Kepingan pecahan berguna untuk membandingkan pecahan biasa. 1
1 2
1 2
1 3
1 3
1 4 1 5
1 4 1 5
1 3
1 4 1 5
1 4 1 5
1 5
Dari peragaan dan gambar, siswa akan dapat membandingkan dan sekaligus mengurutkan bilangan-bilangan pecahan yang diinginkan. (Sukayati, 2003 : 7-8 ) 4. Teori Belajar Bruner Menurut Bruner (dalam Nyimas Aisyah, 2007 : 5) belajar matematika mengenai konsepkonsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antar konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu. Siswa harus dapat menemukan keteraturan dengan cara mengotak-atik bahan-bahan yang berhubungan dengan keteratran intuitif yang sudah dimiliki siswa. Dengan demikian siswa dalam belajar haruslah terlibat aktif mentalnya agar dapat mengenal konsep dan sruktur yang tercakup dalam bahan yang sedang dibicarakan , siswa akan memahami materi yang harus dikuasainya itu.Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, siswa secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Agar pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan intelektual siswa dalam mempelajari suatu pengetahuan (konsep matematika),
maka
materi
pelajaran
perlu
disajikan
dengan
memperhatikan
perkembangan kognitif siswa sehingga pengetahuan siswa dapat diinternalisasikan dalam sruktur kogitif siswa. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh jika pengetahauan yang dipelajari itu dipelajari dalam tiga model tahapan yaitu:model tahap enaktif yaitu dengan menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi nyata ; model tahap ikonik dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik; dan model tahap simbolik dengan memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu sehingga pembelajaran direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstarak (Nyimas Aisyah dkk,2007 : 1-6 ). Pembelajaran tentang konsep pecahan dilakukan dalam tiga model tahapan yaitu (1) model tahap enaktif, adalah dengan menggunakan benda- benda konkrit misalnya dengan
buah apel atau kue. Benda-benda tersebut dipotong menjadi bagian-bagian tertentu, (2) model tahap ikonik, yaitu pecahan disajikan dengan gambar-gambar geometri seperti persegi, persegi panjang, segitiga, dan lain-lain yang dibagi menjadi beberapa bagian kemudian beberapa bagian dari keseluruhan diarsir atau diwarnai untuk menunjukkan pecahan tertentu.Misalnya gambar sebuah persegi panjang dibagi menjadi 6 bagian dan 2 bagian diantaranya diarsir atau diberi warna sehingga menunjukkan pecahan
2 ; dan (3) 6
model tahap simbolik yaitu simbol atau lambang dari obyek tertentu (gambar pecahan), misalnya dua perenam dilambangkan dengan
2 . 6
2. Hakekat Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw a. Pengertian Model Pembelajaran -
kerangka
konseptual
yang
digunakan
dalam
melakukan
suatu
kegiatan
pembelajaran.
b. Model-Model Pembelajaran (1) Model Pembelajaran Kooperatif (2) Model Pembelajaran Kontekstual (3) Model Pembelajaran Kuantum (4) Model Pembelajaran Terpadu (5) Model Pembelajaran Berbasis Masalah c. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif - Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning community). Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama murid. Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait.
Elemen-elemen tersebut menururt Lie (2004) adalah : (1) Saling ketergantungan positif; (2) Interaksi tatap muka;
(3) Akuntabilitas individual, dan
(4) Keterampilan untuk menjamin hubungan antar pribadi atau keterampilan
social
yang secara sengaja diajarkan. d. Tipe Model Pembelajaran Kooperatif - Beberapa metode pembelajaran kooperatif, antara lain : (1) Metode STAD (Student Achivement Divisions); (2) Metode Jigsaw; (3) Metode GI (Group Investigation); (4) Metode Struktural. e. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw - adalah metode yang ada dalam Model Pembelajaran Kooperatif f. langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Metode
Jigsaw
dikembangkan
oleh
Eliot
Aronson
dan
kawan-kawan
dari
Universitas Texas,dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan
Langkah-langkah metode Jigsaw a. Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya 4-5 siswa dengan karakteristik yang heterogen. b. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks,dan setiap siwa betanggun jawab untuk mempeljari suatu bagian dari bahan aademik tersebut. c. Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memlki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membntu mengkaji bagian bahan tersebut.(kumpulan siswa semacam itu disebut kelompok pakar) d. Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams ) untuk mengajar materi yang telah dipelajari pada kelompok pakar. e. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi “home teams”,para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah djpelajari.
B. Temuan Hasil Penulisan yang Relevan PTK tentang konsep pecahan dan pendekatan kontekstual pernah diteliti oleh : Efi Dewiastuti.2006. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Pokok Bahasan Pecahan Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas IV Semester II SDN Cabawan 3 Kota Tegal Tahun Pelajaran 2005/2006 , bahwa hasil yang diperoleh setelah diadakan penulisan adanya peningkatan belajar pada pokok bahasan pecahan dengan mengunakan metode demonstrasi, perolehan nilai rata-rata kelas sebelum menggunakan metode demonstrasi adalah 5,7. Setelah menggunakan metode demonstrasi nilai rata-rata kelas meningkat pada sikus I mencapai 65 dan tuntas klasikalnya mencapai 52 %, dan pada siklus II nilai rata-rata mencapai 73,5 dan tuntas klasikalnya mencapai 82 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran matematika berhasil meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pokok bahasan pecahan.
C. Kerangka Pikir Dalam pelaksanaan pembelajaran Matematika di SD harus diciptakan proses belajar mengajar yang dapat meningkatkan aktifitas dan kreatifitas siswa. Pembelajaran tersebut harus ditunjang pemanfaatan alat peraga dan sumber belajar yang relevan serta ditunjang kompetensi guru untuk menggunakan model pembelajaran yang inovatif. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan model
Pembelajaran
Kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan pemahaman tentang materi operasi bilangan pecahan, dan mengetahui
hambatan apa yang dialami dalam pembelajaran menggunakan model
Pembelajaran Kooperatif Jigsaw pada materi operasi bilangan pecahan untuk siswa kelas IV SD Negeri Tegalandong 02. Untuk lebih jelasnya, kerangka pikir di atas penulis buat menjadi bagan di bawah ini :
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir PTK
Kondisi Awal
Perlakuan
Pembelajaran Tradisional Siswa mengalami kesulitan dalam matematika khususnya dalam pengoperasikan bilangan pecahan
Dengan model pembelajaran Kooperatif Jigsaw mempermudah siswa dalam
Siklus I
D.
Hipotesis Tindakan Model Pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan mengoperasikan bilangan pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri
Tegalandong
02 Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat
: SD Negeri Tegalandong 02, Kecamatan Lebaksiu,
Kabupaten Tegal, Jl. Raya Tegalandong Waktu Penelitian : Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan, yaitu bulan Januari sampai dengan Juni 2010 Alasan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan secara mikro (kelas IV) tentang peningkatan keampuan mengoperasikan bilangan pecahan penelitian.
setelah diadakan
Waktu penelitian dilaksanakan selama enam bulan yakni mulai bulan Januari sampai dengan Juni 2010.Tahap perencanaan pada bulan Januari sampai dengan Pebruari, pelaksanaan pada Maret akhir sampai dengan April, sedangkan tahap pelaporan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2010 B. Jadwal kegiatan penelitian Tabel 1 : Jadwal kegiatan penelitian NO 1
2 3 4 5 6 7
JENIS KEGIATAN Observasi dan identifikasi masalah Penyusunan rancangan tindakan
JAN
BULAN PEB MAR APR MEI JUN
X
X
X
Pelaksanaan PTK siklus 1
X
Refleksi dan analisis hasil
X
siklus 1 Pelaksanaan PTK siklus 2
X
Refleksi dan analisis hasil
X
siklus 2 Penyusunan laporan PTK
X
X
C. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Tegalandong 02, Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal, tahun ajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa sebagai berikut : Laki-laki 24 siswa perempuan 32 siswa, jumlah 56 siswa Siswa Laki-laki 24
Jumlah Perempuan 32
Tabel 3.2 Jumlah Siswa Kelas IV D. Prosedur Penelitian
56
PTK akan dilaksanakan dalam bentuk siklus Dan direncanakan berlangsung selama dua siklus dengan kegiatan sebagai berikut 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Observasi 4. Analisis dan Refleksi Pelaksanaan PTK model siklus dapat digambarkan dalam bagan berikut ini :
gambar 3.1Bagan Siklus PTK untuk e-TA PJJ S-1 PGSD ( Panduan Tugas Akhir e-Tugas Akhir, 2008: 11 ) Dikti. Berikut gambaran dari setiap siklus. Rancangan Siklus I a. Perencanaan Mengidentifikasi masalah pembelajaran. Penyiapan perangkat pembelajaran berupa skenario pembelajaran Penyiapan media pembelajaran Penyiapan bahan dan alat pembelajaran Penyiapan instrumen observasi pembelajaran Penyiapan instrumen evaluasi pembelajaran Penyiapan instrumen refleksi pembelajaran
b. Pelaksanaan tindakan dan observasi Pada tahap pelaksanaan tindakan, penulis bersama siswa melakukan proses pembelajaran sebagai berikut : Langkah-langkah metode Jigsaw a. Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya 4-5 siswa dengan karakteristik yang heterogen. b. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks,dan setiap siwa betanggun jawab untuk mempeljari suatu bagian dari bahan aademik tersebut. c. Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memlki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membntu mengkaji bagian bahan tersebut.(kumpulan siswa semacam itu disebut kelompok pakar) d. Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams ) untuk mengajar materi yang telah dipelajari pada kelompok pakar. e. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi “home teams”,para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah djpelajari. Pada tahap observasi dan monitoring, dilakukan observasi dan monitoring serta evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Kriteria keberhasilan tindakan adalah bahwa para siswa mampu menyelesaikan masalah-masalah nyata dengan kalimat matematika. c. Evaluasi dan refleksi Evaluasi dilakukan dengan memberikan tes dan tugas menyelesaikan soal yang berdasarkan
masalah nyata dengan benar. Tes digunakan untuk mengungkap tingkat
pemahaman siswa mengenai ide dan konsep mempelajari matematika dengan baik. Begitu seterusnya sampai tindakan ini tercapai. Pada tahap refleksi, penelitian ini menggunakan prosedur berdiskusi dengan supervisor tentang pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan. Alat yang digunakan untuk kegiatan refleksi adalah instrumen refleksi. Dalam penelitian ini dilaksanakan kegiatan refleksi dengan sumber informasi berasal dari data-data berupa kuisioner, lembar observasi, dan wawancara.
Hasil refleksi siklus I ini digunakan untuk merancang pembelajaran di siklus II. SIKLUS II a. Perencanaan Mengidentifikasi masalah pembelajaran hasil refleksi pada siklus I. Penyiapan
perangkat
pembelajaran
berupa
skenario
pembelajaran
yang
telah
disempurnakan Penyiapan media pembelajaran Penyiapan bahan dan alat pembelajaran Penyiapan instrumen observasi pembelajaran Penyiapan instrumen evaluasi pembelajaran Penyiapan instrumen refleksi pembelajaran
b. Pelaksanaan tindakan dan observasi a. Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya 4-5 siswa dengan karakteristik yang heterogen. b. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks,dan setiap siwa betanggun jawab untuk mempeljari suatu bagian dari bahan aademik tersebut. c. Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memlki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membntu mengkaji bagian bahan tersebut.(kumpulan siswa semacam itu disebut kelompok pakar) d. Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams ) untuk mengajar materi yang telah dipelajari pada kelompok pakar. e. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi “home teams”,para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah djpelajari. Pada tahap observasi dan monitoring, dilakukan observasi dan monitoring serta evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Kriteria keberhasilan tindakan adalah bahwa para siswa mampu menyelesaikan masalah-masalah nyata dengan kalimat matematika.
c. Evaluasi dan refleksi Evaluasi dilakukan dengan memberikan tes dan tugas menyelesaikan soal yang berdasarkan masalah nyata dengan benar. Tes digunakan untuk mengungkap tingkat pemahaman siswa mengenai ide dan konsep matematika dalam masalah-masalah nyata dan penyelesaiannya dengan baik atau tepat antara sebelum dan sesudah tindakan. Selain itu digunakan analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui secara lebih detail hasil proses pembelajaran matematika melalui model kooperatip jigsaw berupa eksplorasi masalah-masalah nyata. Pada tahap ini dilakukan analisis, sintesis dan memaknai hasil tindakan pertama untuk kemudian disimpulkan apakah perlu merevisi gagasan umum atau mungkin memikirkan dan merencanakan kembali jenis tindakan berikutnya yang perlu diterapkan agar siswa dapat mudah mempelajari matematika dengan baik. Begitu seterusnya sampai tindakan ini tercapai. Pada tahap refleksi, penulis menggunakan prosedur berdiskusi dengan supervisor tentang pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan. Alat yang digunakan untuk kegiatan refleksi adalah instrumen refleksi. Penulis bersama supervisor melaksanakan kegiatan refleksi dengan sumber informasi berasal dari data-data berupa kuisioner, lembar observasi, dan wawancara. Hasil refleksi siklus II ini digunakan untuk menarik kesimpulan. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang dipakai untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah kuisioner, wawancara, catatan lapangan (lembar observasi), dan tes, serta penugasan. Kuisioner, lembar observasi, dan wawancara digunakan untuk mengungkap sikap siswa terhadap pembelajaran matematika yang dialami. Teknik Analisis data Penelitian Teknik analisis data yang digunakandalam penelitian ini adalah teknik analisis dskriptif kuantitatif untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat pemahaman siswa terhadap materi matematika antara sebelum dan sesudah tindakan. Selain itu digunakan juga teknik analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui secara lebih memadai proses pembelajaran matematika. Kriteria Keberhasilan Pembelajaran Matematika
Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini dikelompokkan menjadi dua aspek, yaitu indikator keberhasilan proses dan indikator keberhasilan produk.
Indikator
keberhasilan proses dilihat dari perkembangan proses pembelajaran matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata yang dilakukan oleh guru dan siswa. Keberhasilan proses tersebut didasarkan atas temuan dari tahapan pemantauan (tahapan observasi dan monitoring). Sementara itu, indikator keberhasilan produk didasarkan atas keberhasilan siswa dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan bilangan pecahan . BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi lokasi penelitian D Negeri Tegalandong 02 terletak di jl. Raya Tegalandong desa Tegalandong , kecamatan Lebaksiu, kabupaten Tegal. SD Negeri Tegalandong 02 terdiri 1 ruang kantor,1 ruang tamu, 6 ruang kelas, 1 ruang UKS , perpustakaan,1 rumah dinas,mushalah ,1 ruang WC guru ,1 ruang WC siswa , 1 ruang gudang dan halaman sekolah . Kegiatan belajar mengajar di SD Negeri Tegalandong 02 dimulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 12.25 WIB dengan alokasi waktu untuk satu jam pelajaran adalah 35 menit. Jadwal pelajaran disusun berdasarkan kurikulum KTSP dengan memperhatikan lingkungan sekitar sekolah untuk mata pelajaran muatan lokal. Sedangkan untuk kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan di luar jam kegiatan belajar mengajar. Pada tahun ajaran 2009/2010 SD Negeri Tegalandong 02 memiliki 297 siswa, dengan perincian sebagai berikut :
Tabel 4.1 Daftar Siswa SD Negeri Tegalandong 02
No
1
Kelas
I
Keadaan Siswa L
P
31
23
Jumlah
54
2
II
23
21
44
3
III
31
10
63
4
IV
28
10
38
5
V
20
21
41
6
VI
19
20
39
174
105
279
Jumlah
2. Struktur Organisasi SD Negeri Tegalandong 02 SD Negeri Tegalandong 02 dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah, dan memiliki guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil meliputi 6 guru kelas,1 guru Pendidikan Agama Islam,I guru Penjas, 3 guru wiyata bakti,dan seorang penjaga sekolah yang masih berstatus tenaga wiyata bakti.tenaga non pendidikan 2, Jadi jumlah personil seluruhnya ada 14 orang. Adapun struktur organisasi SD Negeri Tegalandong 02 sebagai berikut :terlampir
3. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Tabel 4.2 Daftar Nilai Awal Siswa SD Negeri Tegalandong 02
Rentang
Jumlah
Jumlah
Nilai
Anak
Nilai
1
20 - 29
3
60
2
30 - 39
5
150
Nilai
3
40 – 49
7
280
Rata-rata
4
50 – 59
10
500
5
60 – 69
28
1680
6
70 – 79
6
420
No
7
80 – 89
4
320
8
90 - 100
3
270
56
3680
Jumlah
65.71
Tabel 4.3 Daftar Ketuntasan Nilai Awal
KETUNTASAN No
Uraian
Jml siswa
%
1
Jumlah Siswa yang tuntas
31
55 %
2
Jumlah Siswa yang belu tuntas
25
45 %
Nilai rata – rata
75.45
Standar Ketuntasan
60.00
Siklus I Pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut : a. Perencanaan Siklus I dilaksanakan selama 70 menit. Tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP pada siklus I disusun berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan. Rancangan RPP tentang materi pokok mendeskripsikan tumbuhan mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring, model dan metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber bahan dan alat peraga, dan evaluasi bagian lampiran ). 2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung
( selengkapnya dapat dilihat
Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah : a. Ruang Belajar Ruang belajar yang digunakan adalah ruang kelas IV SD Negeri Tegalandong 02,Kecamatan Lebaksiu,Kabupaten Tegal.
b. Buku Pelajaran Buku pelajaran yang digunakan yaitu : Matematika kelas IVDepdiknas 2004 Matematika kelas IV Airlangga Sumber lain yang relevan Pengalaman guru. c. Alat Peraga Gambar kelipatan bilangan Gambar operasi pecahan pada garis bilangan 3) Menyiapkan Lembar Kerja Guru menyiapkan lembar kerja siswa ( LKS ) berisi tugas untuk materi yang diajarkan dan menyiapkan materi yang diajarkan. 4) Menyiapkan Lembar Evaluasi Guru menyiapkan soal-soal evaluasi untuk siswa. 5) Menyiapkan lembar observasi untuk supervisor. Supervisor melakukan observasi terhadap proses pembelajaran pada siklus I. b. Pelaksanaan 1) Pra Pembelajaran 2) Kegiatan awal yang berisi apersepsi, pemberian motivasi belajar, dan menjelaskan tujuan pembelajaran. 3) Kegiatan Inti yang berupa : a. Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya 4-5 siswa dengan karakteristik yang heterogen. b. Guru membagikan bahan akademik yang berupa teks,dan mmberi penjelasan bahwa setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari bahan akademik tersebut.
c. Guru bersama siswa membentuk kelompok pakar yang berasal dari anggota tim yang berbeda dan memberikan petunjuk untuk mengkaji suatu bahan akademik yang telah dibagikan. d. Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams ) untuk mengajar materi yang telah dipelajari pada kelompok pakar. e. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi “home teams”,para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah djpelajari. c. Pengamatan/observasi Selama pelaksanaan pembelajaran siklus I peneliti berkolaborasi dengan supervisor sebagai pengamat/observer. Tugas observer adalah mengamati jalannya pembelajaran pada siklus I dengan panduan lembar observasi, yang telah tersedia. Adapun hal-hal yang akan dinilai dalam pengamatan meliputi : 1) Pra Pembelajaran 2) Kegiatan Membuka Pelajaran 3) Kegiatan Inti Pembelajaran Pelaksanaan materi pelajaran Strategi pola pembelajaran Pemanfaatan media pembelajaran Penilaian proses dan hasil belajar 4) Penutup Adapun hal-hal yang diobservasi tentang kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar meliputi : Banyaknya siswa yang bertanya (dilihat dari jumlah anak yang tunjuk jari untuk bertanya) Banyak siswa yang menjawab pertanyaan (dilihat dari partisipasi/tunjuk jari siswa untuk menjawab) Banyak siswa yang ingin maju ke depan kelas. Banyak siswa yang mengerjakan tugas dengan tekun. Banyak siswa yang melamun Banyak siswa yang mengerjakan tugas lain Banyak siswa yang mengganggu teman
Untuk lebih jelasnya, bentuk format lembar observasi dapat dilihat pada bagian hasil penelitian dan lampiran. d. Refleksi Dalam kegiatan refleksi pembelajaran, peneliti berdiskusi dengan supervisor dan teman sejawat mengenai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah diimplementasikan di kelas pada pprose pembelajaran siklus I.. Refleksi sangat diperlukan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah dan belum terjadi,apa yang dihasilkan,mengapa hal tersebut terjadi, dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. DAFTAR PEROLEHAN NILAI ANAK PADA SIKLUS I No
Nilai Siklus I
1
100
2
90
3
80
4
70
5
60
6
50
7
40
8
30
9
20
Jumlah Siswa Penilaian I
Ppenilaian II
20
10
-
15
9
5
-
4
11
12
-
6
8
4
-
0
Jumlah Siswa yang tuntas
8 40 siswa
0 46 siswa
Jumlah Siswa yang belum tuntas
16 siswa
10 siswa
Nilai rata - rata
69.00
75.00
Standar Ketuntasan
60,00
60,00
% Ketuntasan
71 %
82 %
Tabel 4.4 DaftarNilai Siklus I siswa SD Negeri Tegalandong
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
ANAK NILAI -
A
B
C
D
E
Diagram 4.5 Nilai siklus I pertemuan ke 1
100 90 80 70 60
ANAK
50
NILAI
40
--------
30 20 10 0 A
B
C
D
E
F
G
H
Diagram 4.5 Nilai siklus I pertemuan ke 2
Tabel 4.6: Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Aktivitas Siswa Siklus
I
Dalam proses pembelajaran
Dalam Kelompok I
II
65
66
Rerata Kriteria
65.5
Baik
I
II
Rerata
69
75
72
Kriteria
Baik
( Sumber : Lembar Observasi Siswa )
4. Tanggapan dan Saran Observer 1. Guru Telah melaksanakan RPP dengan baik. 2. Siswa aktif dalam pembelajaran 3. Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru-siswa,siswa-siswa ,dan materi/ nara sumber sehingga meningkatkan kwalitas pembelajaran. 4. Siswa masih banyak dan perlu bimbingan dalam mengoperasikan dua pecahan biasa yang berpenyebut tidak sama . 5. Implementasi RPP model Cooperative Jigsaw sangat efektif untuk meningkatkan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan Kompetensi Dasar : 6.3.1 Menjumlahkan dua pecahan biasa yangberpenyebut sama 6.3.2 Menjumlahkan dua pecahan biasa yangberpenyebut tidak sama 5. Kendala dan Permasalahan yang muncul pada Siklus I a. Masih ada beberapa siswa yang masih belum paham bagaimanamengoperasikan dua pecahan yang berpenyebut tidak sama b. Masih ada siswa yang belum dapat menyederhanakan pecahan yang sederhana mungkin. c. Perlu ditingkatkan lagi bagaimana membangun siswa untuk aktip bertanya. d. Jumlah siswa terlalu banyak (56 siswa ) hal ini kurang edial didalam pelaksanaan pembelajaran Siklus II Pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan 1.Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP pada siklus II disusun berdasarkan permasalahan yang telah Rancangan RPP tentang materi pokok mendeskripsikan tumbuhan mencakup standar kompetensi, dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pembelajaran, langkah-langkah peraga, dan evaluasi 2.
pembelajaran,
dirumuskan. kompetensi
pengiring, model dan metode sumber
bahan
dan
( selengkapnya dapat dilihat bagian lampiran ).
Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah : a. Ruang Belajar Ruang belajar yang digunakan adalah ruang kelas IV SD Negeri Tegalandong 02,Kecamatan Lebaksiu,Kabupaten Tegal. b. Buku Pelajaran Buku pelajaran yang digunakan yaitu : Matematika kelas IVDepdiknas 2004 Matematika kelas IV Airlangga Sumber lain yang relevan Pengalaman guru. b. Alat Peraga Gambar kelipatan bilangan Gambar operasi pecahan pada garis bilangan
3.
Menyiapkan Lembar Kerja Guru menyiapkan
lembar kerja siswa ( LKS ) berisi tugas
untuk materi yang diajarkan dan menyiapkan materi yang diajarkan. 4.
Menyiapkan Lembar Evaluasi Guru menyiapkan soal-soal evaluasi untuk siswa.
5.
Menyiapkan lembar observasi untuk supervisor. Supervisor melakukan observasi terhadap proses pembelajaran pada siklus I.I
b. Pelaksanaan
alat
1. Pra Pembelajaran 2. Kegiatan awal yang berisi apersepsi, pemberian motivasi belajar, dan menjelaskan tujuan pembelajaran. 3. Kegiatan Inti yang berupa : a. Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya 4-5 siswa dengan karakteristik yang heterogen. b. Guru membagikan bahan akademik yang berupa teks,dan mmberi penjelasan bahwa setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari bahan akademik tersebut. c. Guru bersama siswa membentuk kelompok pakar yang berasal dari anggota tim yang berbeda dan memberikan petunjuk untuk mengkaji suatu bahan akademik yang telah dibagikan. d. Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams ) untuk mengajar materi yang telah dipelajari pada kelompok pakar. e. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi “home teams”,para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah djpelajari. f. Pengamatan/observasi Selama pelaksanaan pembelajaran siklus II peneliti berkolaborasi dengan supervisor sebagai pengamat/observer. Tugas observer adalah mengamati jalannya pembelajaran pada siklus I dengan panduan lembar observasi, yang telah tersedia. Adapun hal-hal yang akan dinilai dalam pengamatan meliputi : 1. Pra Pembelajaran 2. Kegiatan Membuka Pelajaran 3. Kegiatan Inti Pembelajaran a. Pelaksanaan materi pelajaran b. Strategi pola pembelajaran c. Pemanfaatan media pembelajaran d. Penilaian proses dan hasil belajar 4.Penutup
Adapun hal-hal yang diobservasi tentang kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar meliputi : Banyaknya siswa yang bertanya (dilihat dari jumlah anak yang tunjuk jari untuk bertanya) Banyak siswa yang menjawab pertanyaan (dilihat dari partisipasi/tunjuk jari siswa untuk menjawab) Banyak siswa yang mengerjakan tugas dengan tekun. Banyak siswa yang mengerjakan tugas lain Banyak siswa yang mengganggu teman Untuk lebih jelasnya, bentuk format lembar observasi dapat dilihat pada bagian hasil penelitian dan lampiran. c. Pengamatan/observasi Pengamatan yang terjadi selama proses pembelajaran pada siklus II dilakukan oleh supervisor. Adapun hal yang akan diamati dalam pembelajaran meliputi : 1) Penyajian materi Hal-hal yang diamati dalam tahap penyajian materi antara lain : Kemampuan guru menumbuhkan rasa ingin tahu. Kemampuan guru dalam memotivasi siswa. 2) Kegiatan kelompok Hal-hal yang diamati dalam tahap kegiatan kelompok antara lain : Pembentukan kelompok diskusi siswa dengan kemampuan heterogen . Penjelasan tugas diskusi yang akan dilaksanakan. Membimbing kelompok yang mengalami kesulitan. Pemberian perhatian dan motivasi secara menyeluruh.
3) Tes akhir Hal-hal yang diamati dalam tahap tes akhir,yaitu : Kejelasan soal Instrumen penilaian Adapun hal-hal yang diobservasi tentang kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar meliputi :
1) Aktifitas belajar siswa, yaitu : Memperhatikan penjelasan guru, bertanya pada guru dan menjawab pertanyaan guru. Disiplin selama pembelajaran. Penggunaan media dan alat peraga. Mencatat hal-hal penting dalam pembelajaran. Mengerjakan tugas dengan baik. Semangat/antusias dalam pembelajaran 2) Aktifitas diskusi kelompok Ikut andil membentuk kelompok. Mengeluarkan pendapat. Bertanya dan menjawab pertanyaan guru atau teman diskusi. Menghargai pendapat orang lain dan menyampaikan kritik. a. Refleksi Dalam kegiatan refleksi pembelajaran, peneliti berdiskusi dengan supervisor dan teman sejawat mengenai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah diimplementasikan di kelas pada prose pembelajaran siklus II.. Refleksi Pembelajaran sangat diperlukan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah dan belum terjadi,apa yang dihasilkan,mengapa hal tersebut terjadi, dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Untuk itu selama proses pembelajaran, observer baik supervisor maupun teman sejawat harus melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi antar siswa, siswa dan bahan ajar, siswa guru dan siswa dengan lingkungannnya. Adapun hasil dari refleksi adalah : 1) Kegiatan pembelajaran berlangsung dengan baik ,dan aktif 2) Siswa merasa senang dan aktif mengerjakan tugas 3) Terbangun kerjasama yang aktif dalam mengerjakan tugas 4) Siswa merespon pertanyaan dan tugas dari guru dengan baik . 5) Masih ada siswa yang kurang aktif Hal-hal yang perlu dilaksanakan untuk menindaklanjuti hasil refleksi adalah :
1) Guru harus senantiasa mengkondisikan siswa agar siap melakukan aktivitas belajar. 2) Pertanyaan yang bersifat umum lebih dahulu baru ke individu supaya semua siswa aktif berfikir. 3) Guru lebih intensif dalam memotivasi motivasi siswa untuk berani menyatakan gagasan. DAFTAR PEROLEHAN NILAI ANAK PADA SIKLUS III No
Jumlah Siswa
Nilai Siklus I
1
100
2
90
3
80
4
70
5
60
6
50
7
40
8
30
9
20
Penilaian I
Ppenilaian II
10
10
15
15
5
7
4
6
12
15
6
3
4
0
0
0
0 75.00
Nilai rata - rata Jumlah Siswa yang belum tuntas
0 78.00
10 siswa
3 siswa
Tabel. 4.7 Daftar Nilai Siklus II 90 80 70100 60 50 90 40 30 80 20 10 0 70 1st Qtr 60
East West North
2nd 3rd Qtr4th Qtr Qtr
ANAK
50
NILAI
40
--------
30 20 10 0 A
B
C
D
E
F
G
H
Diagram 4.8 Nilai siklus II pertemua pertemuan ke 1 100 90 80 70 60
ANAK
50
NILAI
40
--------
30 20 10 0 A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Diagram 4.9 Nilai siklus II pertemuan ke 2
Tabel 4.10:: Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Aktivitas Siswa Siklus
I
Dalam proses pembelajaran
Dalam Kelompok I
II
Rerata
Kriteria
I
II
Rerata
66
68
67
Baik
75
78
76.5
Kriteria
Baik
A.
Pembahasan 1) Siklus I B.
Gambaran secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran siklus I dapat terlaksana dengan baik terbukti dari hasil pengamatan terhadap aktivitas guru maupun siswa menunjukkan hasil yang baik. Penerapan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran juga sudah baik walaupun belum secara maksimal. Namun demikian dalam pelaksanaannya masih terdapat kekurangan, antara lain : (a). Pelaksanaan kegiatan kelompok kurang maksimal karena hanya siswa tertentu yang aktif bahkan ada beberapa siswa yang bermain sendiri, (b). Siswa masih banyak dan perlu bimbingan dalam mengoperasikan dua pecahan biasa yang berpenyebut tidak sama .
C.
Sedangkan kelebihan dalam pelaksanaan pembelajaran untuk siklus I antara lain : (a) Dengan menghadirkan peraga realita dapat menarik perhatian siswa dan suasana kelas menjadi lebih menyenangkan, (b). Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru-siswa,siswa-siswa ,dan materi/ nara sumber sehingga meningkatkan kwalitas pembelajaran. Nilai rata-rata hasil tes untuk siklus I sebesar 75 dengan ketuntasan klasikal 82 %. Dari 56 siswa yang telah tuntas sejumlah 46 siswa dan yang belum tuntas sebanyak 10 siswa.
1) Siklus II Gambaran secara umum pelaksanaan pembelajaran siklus II dapat terlaksana dengan baik. Penerapan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran juga sudah baik walaupun belum secara maksimal. Namun demikian dalam pelaksanaannya masih terdapat kelemahan, antara lain : (a). Penggunaaan garis bilangan dalam operasi bilangan pecahan yang berpenyebut tidak sama masih menyulitkan bagi sebagian besar siswa sehingga nilai tes yang diperoleh belum memuaskan, (b). Aktivitas siswa kurang maksimal karena ketersediaan alat peraga. Sedangkan kelebihan dalam pelaksanaan pembelajaran untuk siklus II antara lain : (a) Terbangun kerjasama yang aktif dalam mengerjakan tugas (b). Aktivitas siswa dalam kelompok mengalami peningkatan karena setiap siswa dapat berperan aktif pada kegiatan kerja kelompok.
Nilai rata-rata hasil tes untuk siklus II sebesar 78 dengan ketuntasan klasikal 94 %. Dari 56 siswa yang telah tuntas sejumlah 53 siswa dan yang belum tuntas sebanyak 3 siswa. Dari hasil penelitian baik siklus I maupun siklus II maka diperoleh nilai akhir sebagai berikut : Tabel 11 : Data Nilai Awal dan Akhir Siklus (II) Nomor Urut Induk 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Nama Siswa Andri Purnam M . Samsudin Yuni Rapita Ade Arina S Adi Candra Ahmad Arif M Aika Asharmy Amdanu Asmarani S Ayu Tsari Baizul Diki Asepto Eko Purwanto Heri P Indah Ayu L Intan Nabila Kamelia Dwi M Khanisah S Ledi Dayana Mei Ayu T Nita Febriani Nusrili Avio Muhamad P Pur Intisari Samsul M Rani Permata Rizal Riski Prakoso Safitri Hania Ferdiyansyah Santi Aulia Sinta Aulia Sari Widia Sandi Wijaya
Nilai Nilai Kriteria Awal Akhir 20 Kurang 50 40 Kurang 50 20 Kurang 50 40 Cukup 60 80 Amat Baik 90 100 100 Amat Baik 80 Baik 80 80 Amat Baik 90 40 Cukup 60 40 Cukup 60 80 100 Amat Baik 40 Cukup 60 100 100 Amat Baik 40 Cukup 60 80 100 Amat Baik 80 Cukup 60 80 Baik 80 60 Baik 80 Amat Baik 80 90 Amat Baik 60 90 60 Amat Baik 90 80 Cukup 60 40 Baik 80 70 Amat Baik 90 60 Cukup 60 40 Amat Baik 60 70 Amat Baik 90 50 Amat 80 60 Amat Baik 90 40 Cukup 60 80 Baik 80 80 Amat Baik 90 100 100 Amat Baik 40 Cukup 60
Ket TT TT TT T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
Siti Maryam 80 T 100 Amat Baik Taslimah 80 Baik T 80 Amat Baik Trio Setiawan 80 T 90 Ulfi Nur Aini 60 T 100 Amat Baik Widhi Yanto 100 Cukup T 60 Amat Baik Wiwik Indah A 80 T 90 Widya Mile 90 T 100 Amat Baik Yanuar 80 Cukup T 60 Yunita 60 Baik T 80 Amat Baik Zaenudin Aziz 80 T 90 Amat Baik Arsika Salsa 90 T 90 Amat Baik David Qolby 80 T 90 Ibnu Rizki 40 Baik T 70 Desti Dwi 60 T 100 Amat Baik Raharjo 100 Cukup T 60 Fita Purna 40 Cukup T 60 Muhamad Aldi 90 T 100 Amat Baik Mohamad 40 Cukup T 60 Suryaningsih 60 Baik T 70 Titi Anggraeni 40 Cukup T 60 Vivi Andriani 80 Amat Baik T 90 Maya Amelia 80 Baik T 80 Rata-Rata 78 65.7 Baik Nilai akhir yang diperoleh dari hasil penelitian mencapai nilai rata-rata 78. Jika dibandingkan dengan nilai awal maka dapat diketahui adanya peningkatan hasil belajar siswa sebagai bukti adanya peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep pecahan. Dari hasil perbandingan nilainilai tersebut dapat disimpulkan dalam tabel berikut 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56
Dari data nilai akhir penelitian dapat disimpulkan dalam tabel di bawah ini :
Tabel 12 : Data nilai rata-rata dan ketuntasan klasiakal Nilai
Sebelum Tindakan
Sesudah Tindakan
Rata-rata
65.7
78
Ketuntasan Klasikal
55%
94%
Nilai rata-rata sebelum tindakan sebesar 65.7, sedangkan nilai rata-rata setelah tindakan mencapai 78 dengan tingkat ketuntasan mencapai kenaikan 39 %. Gambaran
nilai rata-rata dan an tingkat ketuntasan pada nilai awal dan nilai akhir terdapat pada grafik berikut :
100 80 60 AWAL AKHIR
40 20 0 AWAL
AKHIR
Bagan 4.13 NilaiRata-rata, rata, Persentase sebelum siklus dan sesudah siklus
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan : 1.
Model Pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan mengoperasikan
bilangn pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Tegalandong 02 Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil belajar yang dicapai siswa dalam setiap pertemuan terdapat peningkatan. Sebelum diadakan tindakan nilai rata rata-rata kelas adalah 65,7 dengan tingkat ketuntasan sebesar 55 %. Setelah diadakan tindakan ni nilai ratarata kelas mencapai 78 dengan tingkat ketuntasan klasikal 94 %. Hal ini dikarenakan pemahaman siswa pada konsep pecahan juga mengalami penigkatan. . B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, litian, saran yang dapat peneliti sampaikan adalah : 1. Perencanaan aan Pembelajaran sangat mutlak diperlukan sebelum proses pembelajaran. 2. Pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dapat membantu guru dalam proses pembelajaran.
3. Guru harus memiliki kemampuan dalam menganalisa masalah di kelas untuk selanjutnya mencari solusi. 4. Sesuai karakteristik siswa SD ,guru harus mampu menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan agar siswa lebih tertarik dalam belajar. 5. Alat peraga sangat dibutuhkan untuk menarik perhatian siswa dan menghindari verbalisme. 6. Guru harus mampu menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa. 7. Penilaian baik proses maupun akhir pembelajaran harus dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi. 8. Setiap akhir proses pembelajaran harus diadakan tindak lanjut. 9. Usahakan jumlah siswa dalam satu kelas harus ideal ( 26 – 30 ) siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Lie, Anita 2005. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo Purwanto, 2005. Model Pembelajaran Group Investigation.UNY Slavin E. Robert.2008. Coperative Learning Teori Riset dan Praktik. Nusa Media Bandung Drs.H.ISJONI,M.Si. 2009. Cooperative Learning. ALFABETA : Bandung Retno Winarni,(2009) Penelitian Tindakan Kelas,Salatiga,Widya Sari Kosasih A, R.Angkon, ( 2007 ) Optimalisasi Media Pembelajaran, Grasindo. Sugiyanto ( 2009 ) Model-Model PembelajaranInovatif, Surakarta, Modul PLPG.
Jakarta,