LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA
PELATIHAN PEMBELAJARAN PENJASORKES BERBASIS BLENDED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN MENGAJAR GURU-GURU PENJASORKES SD SE-KOTAMADYA DENPASAR
Oleh : I Made Satyawan, S.Pd., M.Pd. (Ketua) NIDN 0006068210 I Nyoman Sudarmada, S.Or., M.Or. (Anggota) NIDN 0010088601 I Wayan Muliarta, S.Pd., M.Or. (Anggota) NIDN 000784001
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha SPK No. 112/UN48.15/LPM/2014 Tanggal 13 Februari 2014
JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan tuhan yang maha esa karena berkat rahmat dan kemudahan yang yang diberikan-Nya, laporan akhir Pengabdian kepada Masyarakat (P2M) yang Berjudul “Pelatihan Pembelajaran Penjasorkes Berbasis Blended Learning
Untuk Meningkatkan
Ketrampilan
Mengajar Guru-Guru
Penjasorkes SD Se-Kotamadya Denpasar” dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Pengabdian kepada Masyarakat ini menyajikan tulisan tentang pelaksanaan dan hasil kegiatan pelatihan dari guru-guru penjasorkes SD se-Kota Denpasar dimana metode yang digunakan yaitu metode ceramah, metode diskusi, metode praktek dan demonstrasi, dan metode penugasan. Kami berharap agar laporan akhir kegiatan ini dapat digunakan sebagai sarana informasi bagi para pembaca dan bermanfaat untuk melahirkan dan meningkatkan inovasi dan kreasi baru. Mengingat dengan keterbatasan, maka baik isi dan kemasannya tidak luput dari kekurangan. Karena itu, kami mengharapkan sumbang saran dan kritik para pembaca sehingga laporan ini menjadi lebih baik.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN MUKA .......................................................................................
i
PENGESAHAN ..............................................................................................
ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii DAFTAR ISI ................................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang .....................................................................................
1
B. Analisis Situasi ....................................................................................
4
C. Identifikasi dan Perumusan Masalah .................................................
5
D. Tujuan Kegiatan ..................................................................................
5
E. Manfaat Kegiatan ................................................................................
5
F. Tinjauan Pustaka .................................................................................
6
G. Khayalak Sasaran Strategis ................................................................ 12
BAB II METODE PELAKSANAAN A. Metode Pelaksanaan............................................................................ 13 B. Keterkaitan dan Rancangan Evaluasi ................................................ 13
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme Pelaksanaan Pelatihan .................................................... 14 B. Hasil dan Pembahasan ........................................................................ 15
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .......................................................................................... 17 B. Saran .................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kebugaran jasmani, kemampuan dan
keterampilan,
kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila (Cholik dan Lutan dalam Simanjuntak, 2008:4). Sedangkan menurut Bucher (dalam Sukintaka, 2003: 4), pendidikan jasmani merupakan bagian yang integral dari proses pendidikan total, dan merupakan lahan untuk mencoba mencapai tujuan untuk mengembangkan kebugaran fisik, mental, emosi dan sosial rakyat melalui media aktivitas fisik. Rumusan Bucher ini mirip dengan rumusan batasan dalam GBPP untuk Dikjas bahwa pendidikan jasmani merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, melalui aktivitas jasmani yang dikelola secara sistematik untuk menuju manusia Indonesia seutuhnya. Studi Agnes Stoodley (1974) di Stanford University dengan menganalisis 22 literatur yang berbeda, menghasilkan 5 komponen tujuan pendidikan jasmani, yaitu: pengembangan
kesehatan,
pengembangan
mental-emosional,
pengembangan
neomuscular, pengembangan sosial, dan pengembangan intelektual Kerjasama antara American Assosiation For Health Physical Education and Recreation dengan the Society State Director of Health, Phisical Education and rEcreation (1950) menyatakan 4 tujuan, yaitu: pengembangan dan pemeliharaan secara maksimal efisiensi fisik, pengembangan ketrampilan, kemandirian dan hubungan sosial, dan menikmati rekreasi. Jewet dan Mullan (1977) dibawah sponsor AAHPERD mengembangkan kerangka tujuan dalam kurikulum. Kerangka kerjaitu membagi 3 hal utama yang merupakan kata kunci dalam menentukan kata tujuan pendidikan jasmani
hubugannya dengan gerak manusia, yaitu: pengembangan individu, lingkungan, dan interaksi sosial. Annarino (1978) dalam bukunya Bucher (1983) telah memberikan taksonomi khusus yang dipakai untuk mendidik jasmani yang tebagi menjadi 4 domain yaitu: 1) Domain Fisik/Jasmani, suatu pengembangan organ-organ tubuh, meli-puti: pengembangan kekuatan, ketahanan dan kelenturan. 2) Domain psikomotor, pengembangan dari sistem syaraf dan kelompok dan kelompok otot sehingga menghasilkan gerak, meliputi; pengembangan kemampuan pemahaman gerak, hinestetis, ketrampilan gerak dasar. 3) Domain
Kognitif,
pengembangan
intelektual
meliputi;
pengem-bangan
pengetahuan serta ketrampilan-keterampilan intelektual dan kecakapan tertentu 4) Domain Afektif, pengembangan sosio-personal-emosional meliputi pola hidup sehat sebagai akibat suatu aktifitas fisik aktualisasi diri dankontrol diri.
Dalam undang-undang R.I No. 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, istilah yang dipakai untuk olahraga di sekolah adalah olahraga pendidikan. Pada Bab VI pasal 17 disebutkan bahwa olahraga pendidikan: (1) diselenggarakan sebagai bagian proses pendidikan, (2) dilaksanakan baik pada jalur pendidikan formal maupun nonformal melalui kegiatan intrakurikuler dan/atau ekstra kurikuler, (3) dimulai sejak usia dini, (4) dibimbing oleh guru/dosen olahraga dan dapat dibantu oleh tenaga keolahragaan yang disiapkan oleh setiap satuan pendidikan. Berdasarkan pemahaman bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan dan pembelajaran, maka peningkatan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani harus berorientasi pada kecenderungan-kecenderungan global pengembangan pembelajaran. Pada tahun 2013 salah satu pembelajaran penjas yang cukup menarik dan banyak diperbincangkan adalah pembelajaran penjas berbasis blended
learning.
Blended learning terdiri dari kata blended (kombinasi/ campuran) dan learning (belajar). Istilah lain yang sering digunakan adalah hybrid course (hybrid = campuran/kombinasi, course = mata kuliah). Makna asli sekaligus yang paling umum blended learning mengacu pada belajar yang mengkombinasi atau mencampur antara pembelajaran tatap muka (face to face = f2f) dan pembelajaran berbasis komputer (online dan offline). Istilah blended learning pada awalnya digunakan untuk menggambarkan mata kuliah yang mencoba menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online. Saat ini istilah blended menjadi populer, maka semakin banyak kombinasi yang dirujuk sebagai blended learning. Namun, pengertian pembelajaran berbasis blended learning adalah pembelajaran yang mengkombinasi strategi penyampaikan pembelajaran menggunakan kegiatan tatap muka, pembelajaran berbasis komputer (offline), dan komputer secara online (internet dan mobile learning). Pembelajaran blended dapat menggabungkan pembelajaran tatap muka (face-to-face) dengan pembelajaran berbasis komputer. Artinya, pembelajaran dengan pendekatan teknologi pembelajaran dengan kombinasi sumbersumber belajar tatap muka dengan pengajar maupun yang dimuat dalam media komputer, telpon seluler atau iPhone, saluran televisi satelit, konferensi video, dan media elektronik lainnya. Pebelajar dan pengajar/fasilitator bekerja sama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran blended adalah memberikan kesempatan bagi berbagai karakteristik pebelajar agar terjadi belajar mandiri, berkelanjutan, dan berkembang sepanjang hayat, sehingga belajar akan menjadi lebih efektif, lebih efisien, dan lebih menarik. Secara konseptual blended learning masih diperdebatka. Jay Cross dalam mengantar buku The Handbook of Blended Learning secara sinic
menyebutnya
sebagai Useless concept karena meragukan pendekatan ini dapat meningkatkan hasil belajar. Sekalipun demikian berbagai riset menunjukkan cepat atau lambat akan menggantikan model pembelajaran tradisional karena akan terjadi percepatan ganda dalam cara anak didik dalam memenuhi kebutuhannya belajar sebagai akibat dari percepatan inovasi teknologi dalam bidang pendidikan (Yusuf, 2011: 233)
Banyak buku dan tulisan para pakar yang telah mengulas tentang pembelajaran yang berbasis blended learning ini. Namun demikian, banyak guru yang masih awam tentang pembelajaran ini. Oleh karena itu perlu diberikan penjelasan yang lebih bersifat edukatif tentang pembelajaran berbasis blended learning tersebut. B. Analisis Situasi Dewasa ini, kecenderungan pembelajaran masa depan telah mengubah pendekatan pembelajaran tradisional ke arah pembelajaran masa depan yang disebut sebagai pembelajaran abad pengetahuan, bahwa orang dapat belajar di mana saja, artinya orang dapat belajar di ruang kelas/kuliah, di perpustakaan, di rumah, atau di jalan, kapan saja, tidak sesuai yang dijadwalkan bisa pagi, siang sore atau malam, dengan siapa saja, melalui guru, pakar, teman, anak, keluarga atau masyarakat; melalui sumber belajar apa saja, melalui buku teks, majalah, koran, internet, CD ROM, radio, televisi, dan sebagainya. Agar para pengajar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan kesehatan pada berbagai
jenjang
sensitif
terhadap
perkembangan
pengetahuan
tentang
pembelajaran masa depan, diperlukan serangkaian kegiatan untuk mengembangkan pembelajaran. Kegiatan ini sangat urgent dilakukan untuk memfasilitasi upaya peningkatan kualitas pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran berbasis blended
learning.
Dengan
pembelajaran
berbasis
blended
learning
akan
memudahkan bagi pebelajar (learner) untuk mengakses pembelajaran penjas dengan menggunakan berbagai modus belajar. Melalui pembelajaran berbasis blended learning
juga
memanfaatkan
akan
meningkatkan
keterampilan
teknologi informasi) bagi pelajar
soft
skill
(keterampilan
dan mahasiswa.
Melalui
Pembelajaran Berbasis blended learning akan membangun jembatan antara konteks pembelajaran yang bersifat teaching-based, instructor-mediated ke arah konteks pembelajaran yang bersifat learning-based. Keuntungan yang akan diperoleh melalui pembelajaran ini terutama untuk menyediakan sumber-sumber belajar bagi
mahasiswa yang berpeluang untuk mengembangkan setiap individu mencapai kemampuan optimal dalam keterampilan hard skill maupun soft skill. C. Identifikasi Dan Perumusan Masalah Berdasarkan analisis situasi dan fakta di lapangan maka, dalam Pengabdian kepada masyarakat ini dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1.
Guru-guru Penjasorkes SD di Kota Denpasar belum mengetahui dan memahami pentingnya meningkatkan ketrampilan dalam pembelajaran penjasorkes berbasis blended learning.
2.
Guru-guru penjasorkes SD di kota Denpasar belum mampu memfasilitasi peserta didiknya untuk mengaplikasikan media IT dalam pembuatan tugas dalam pembelajaran penjasorkes.
Dalam pengabdian pada masyarakat ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “ Apakah pelatihan pembelajaran penjasorkes berbasis Blended Learning dapat meningkatkan ketrampilan guru-guru penjasorkes SD se-Kota Denpasar?”.
D. Tujuan Kegiatan 1.
Pelatihan
ini
bertujuan
untuk
meningkatkan
ketrampilan
guru-guru
penjasorkes tentang pembelajaran penjasorkes berbasis blended learning. 3.
Pelatihan ini bertujuan untuk guru-guru penjasorkes SD di kota Denpasar agar mampu memfasilitasi peserta didiknya untuk mengaplikasikan media IT dalam pembuatan tugas dalam pembelajaran penjasorkes.
E. Manfaat Kegiatan 1.
Meningkatkan ketrampilan guru-guru penjasorkes tentang pembelajaran penjasorkes berbasis blended learning.
2.
Meningkatkan ketrampilan guru-guru penjasorkes SD di kota Denpasar agar mampu memfasilitasi peserta didiknya untuk mengaplikasikan media IT dalam pembuatan tugas dalam pembelajaran penjasorkes.
F. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Blended Learning Blended learning terdiri dari kata blended (kombinasi/ campuran) dan learning (belajar). Istilah lain yang sering digunakan adalah hybrid course (hybrid = campuran/kombinasi, course = mata kuliah). Makna asli sekaligus yang paling umum blended learning mengacu pada belajar yang mengkombinasi atau mencampur antara pembelajaran tatap muka (face to face = f2f) dan pembelajaran berbasis komputer (online dan offline). Thorne (2003) menggambarkan blended learning sebagai "It represents an opportunity to integrate the innovative and technological advances offered by online learning with the interaction and participation offered in the best of traditional learning. Sedangkan Bersin (dalam Mutohir, 2011: 211) mendefinisikan blended learning sebagai: “the combination of different training “media” (technologies, activities, and types of events) to create an optimum training program for a specific audience. The term “blended” means that traditional instructor-led training is being supplemented with other electronic formats. In the context of this book, blended learning programs use many different forms of e-learning, perhaps complemented with instructor-led training and other live formats”. Pembelajaran berbasis Blended learning berkembang sekitar tahun 2000 dan sekarang banyak digunakan di Amerika Utara, Inggris, Australia, kalangan perguruan tinggi dan dunia pelatihan. Melalui blended learning semua sumber belajar yang dapat memfasilitasi terjadinya belajar bagi orang yang belajar dikembangkan. Pembelajaran blended dapat menggabungkan pembelajaran tatap muka
(face-to-face)
dengan
pembelajaran
berbasis
komputer.
Artinya,
pembelajaran dengan pendekatan teknologi pembelajaran dengan kombinasi sumber-sumber belajar tatap muka dengan pengajar maupun yang dimuat dalam media komputer, telpon seluler atau iPhone, saluran televisi satelit, konferensi video, dan media elektronik lainnya. Pebelajar dan pengajar/fasilitator bekerja sama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran
blended adalah memberikan kesempatan bagi berbagai karakteristik pebelajar agar terjadi belajar mandiri, berkelanjutan, dan berkembang sepanjang hayat, sehingga belajar akan menjadi lebih efektif, lebih efisien, dan lebih menarik. Hasil penelitian yang dilakukan Dziuban, Hartman, dan Moskal (2004) (dalam Mutohir 2011: 212) menemukan bahwa program blended learning memiliki potensi untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan juga menurunkan tingkat putus sekolah dibandingkan dengan pembelajaran yang sepenuhnya pembelajaran online. Demikian juga ditemukan bahwa model pembelajaran berbasis blended lebih baikdaripada pembelajaran tatap muka (Face to face). Pembelajaran berbasis blended learning, di samping untuk meningkatkan hasil belajar, bermanfaat pula untuk meningkatkan hubungan komunikasi pada tiga mode pembelajaran yaitu lingkungan pembelajaran yang berbasis ruang kelas tradisional,yang blended, dan yang sepenuhnya online. Para peneliti memberikan bukti yang menunjukkan bahwa blended learning menghasilkan perasaan berkomunitas lebih kuat antar mahasiswa daripada pembelajaran tradisional atau sepenuhnya online (Rovai dan Jordan, 2004). Dalam penelitian pengembangan SDM di perusahaan, Barbian (2002) menyimpulkan bahwa metode blended learning meningkatkan produktivitas karyawan lebih besar daripada metode pembelajaran tunggal. Pembelajaran berbasis blended learning merupakan pilihan terbaik untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan daya tarik yang lebih besar dalam berinteraksi antar manusia dalam lingkungan belajar yang beragam. Belajar blended menawarkan kesempatan belajar untuk menjadi baik secara bersama-sama dan terpisah, demikian pula pada waktu yang sama maupun berbeda. Keuntungan Blended Learning Berdasarkan perkembangan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran, saat ini tidak ada metode pembelajaran tunggal yang ideal untuk semua jenis pembelajaran pelatihan, karena setiap teknologi memiliki keunggulan
masing-masing. Teknologi cetak memiliki keunggulan yang sangat fleksibel sebagai sumber belajar, dapat dibawa ke mana-mana tanpa menggunakan listrik. Sedangkan komputer mempunyai keunggulan pembelajaran yang lebih interaktif dapat berupa teks, gambar, film, animasi dan dapat dikonversi dalam berbagai bentuk digital, tetapi mobilitasnya terbatas karena bergantung kepada catu daya listrik. Pada kasus tertentu pembelajaran melalui audio lebih efektif dibandingkan dengan video. Jadi masing-masing teknologi mempunyai keunggulan untuk tujuan belajar tertentu, untuk karakteristik bidang tertentu. Demikian juga metode pembelajaran untuk siswa di Sekolah Dasar dapat efektif, tetapi tidak untuk mahasiswa pascasarjana, demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu diperlukan metode pembelajaran yang berbeda untuk karakteristik pebelajar yang berbeda. Untuk memenuhi semua kebutuhan belajar dengan berbagai karakteristik orang yang belajar maka pendekatan melalui blended learning adalah yang paling tepat. Dengan blended leaning memungkinkan pembelajaran menjadi lebih profesional untuk menangani kebutuhan belajar dengan cara yang paling efektif, efisien, dan memiliki daya tarik yang tinggi. Keuntungan yang diperoleh dengan manfaat pembelajaran berbasis blended bagi lembaga pendidikan atau pelatihan adalah:
memperluas jangkauan pembelajaran/pelatihan;
kemudahan implementasi;
efisiensi biaya;
hasil yang optimal;
menyesuaikan berbagai kebutuhan pebelajar, dan
meningkatkan daya tarik pembelajaran.
2. Peran Pengajar Peran pengajar dalam pembelajaran berbasis blended learning sangat penting dalam mengelola pembelajaran. Yang pasti pengajar harus melek informasi. Di samping memiliki keterampilan mengajar dalam menyampaikan isi pembelajaran tatap muka, pengajar juga harus memiliki kpengetahuan dan keterampilan dalam
mengembangkan sumber belajar berbasis komputer (Microsoft Word dan Microsoft PowerPoint) dan keterampilan untuk mengakses internet, kemudian dapat menggabungkan dua atau lebih metode pembelajaran tersebut. Seorang pengajar dapat memulai pembelajaran dengan tatap muka terstruktur kemudian dilanjutkan dengan pembelajaran berbasis komputer offline dan pembelajaran secara online. Kombinasi pembelajaran juga dapat diterapkan pada integrasi elearning (online), menggunakan komputer di kelas, dan pembelajaran tatap muka di kelas. Bimbingan belajar perlu diberikan kepada pebelajar sejak awal, agar para pebelajar memiliki keterampilan belajar kombinasi sejak awal, karena kemampuan ini akan menjadi alat belajar di masa depan. Peran pengajar sangat penting karena hal ini memerlukan proses transformasi pengetahuan isi dan blended learning sebagai alat. Dengan makin baiknya sistem ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, maka penduduk dunia akan semakin banyak pula, oleh karena itu perlu dilakukan pembelajaran yang efisien dalam pemanfaatan sumber daya, pembelajaran berbasis blended learning merupakan suatu keniscayaan untuk dilaksanakan dalam sistem pembelajaran, khususnya di Indonesia. Kunci dari semua ini terletak pada peran pengajar yang mengusai kompetensi untuk mengelola pembelajaran berbasis blended learning.
3. Unsur-Unsur Blended Learning Pembelajaran berbasis blended learning mengkombinasikan antara tatap muka dan e-learning tinggi paling tidak memiliki 6 (enam) unsur, yaitu: (a) tatap muka (b) belajar mandiri, (c) aplikasi, (d) tutorial, (e) kerjasama, dan (f) evaluasi.
a. Pembelajaran Tatap muka Pembelajaran tatap muka dilakukan seperti yang sudah dilakukan sebelum ditemukannya teknologi cetak, audio visual, dan komputer, pengajar sebagai sumber belajar utama. Pengajar menyampaikan isi pembelajaran, melakukan tanya jawab, diskusi, memberi bimbingan, tugas-tugas kuliah, dan ujian. Semua dilakukan secara sinkron (synchronous), artinya semua pebelajar belajar isi
pembelajaran pada waktu dan tempat yang sama. Beberapa variasi yang dilakukan, misalnya dosen membagi perkuliahan ke dalam topik-topik yang harus di bahas oleh mahasiswa di depan kelas, mehasiswa membuat makalah untuk presentasi mahasiswa sebagai peserta dan melakukan klarifikasi, tanya-jawab, dan memecahkan masalah. Dengan menggunakan pendekatan berpusat pada pebelajar, kuliah dilakukan dengan tutorial, buku kerja, menulis makalah, dan penilaian.
b. Pembelajaran Mandiri Dalam pembelajaran tatap muka, untuk mengakomodasi perbedaan individual kemudian berkembang dengan memberikan tugas belajar mandiri melalui pembelajaran menggunakan modul, sekarang di sekolah digunakan Lembar Kerja Siswa. Tujuannya tentu agar siswa yang berlainan karakteristik kecerdasannya akan belajar sesuai dengan kecepatan belajarnya. Dalam sumber belajar untuk pembelajaran mandiri ini, kebanyakan pengajar memerlukan buku teks 2 atau atau lebih sebagai sumber belajar. Dalam pembelajaran berbasis blended learning, akan banyak sumber belajar yang harus diakses oleh pebelajar, karena sumber-sumber tersebut tidak hanya terbatas pada sumber belajar yang dimiliki pengajar, perpustakaan lembaga pendidikannya saja, melainkan sumber-sumber belajar yang ada di perpustakaan seluruh dunia. Pengajar yang profesional dan kompeten dalam disiplin ilmu tentu dapat merancang sumber-sumber belajar mana saja yang dapat diakses untuk mengkombinasikan dengan buku, multi media, dan sumber belajar lain.
c. Pembelajaran Berbasis Masalah Aplikasi dalam pembelajaran berbasis blended learning dapat dilakukan melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Melalui pembelajaran berbasis masalah, pebelajar akan belajar berdasarkan masalah yang harus dipecahkan, kemudian melacak konsep, prinsip, dan prosedur yang harus diakses untuk memecahkan masalah tersebut. Ini berbeda dengan pembelajaran konvensional, yang di tahap awal disajikan konsep, prinsip, dan prosedur yang diakhiri dengan menyajikan
masalah. Asumsinya, pebelajar dianggap belum memiliki pengetahuan prasyarat untuk memecahkan masalah, sehingga konsep-konsep tersebut disajikan terlebih dahulu. Melalui pembelajaran berbasis masalah, pebelajar akan secara aktif mendefinisikan masalah, mencari berbagai alternatif pemecahan, dan melacak konsep, prinsip, dan prosedur yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah tersebut. d. Pembelajaran Tutorial Program pembelajaran berbasis komputer memerlukan kegiatan tutorial tatap muka, namun sifat tutotial berbeda dengan pembelajaran tatap muka konvensional. Pada tutorial, pebelajar yang aktif untuk menyampaikan masalah yang dihadapi, seorang pengajar akan berperan sebagai tutor yang membimbing. Sejumlah program universitas menggunakan berbagai pembelajaran interaktif komputer. Perusahaan menyediakan pembelajaran berbasis CD-ROM dan konten online. Meskipun aplikasi teknologi dapat meningkatkan keterlibatan pebelajar dalam belajar, peran pengajar masih diperlukan sebagai tutor.
e. Pembelajaran Kolaborasi Kerjasama atau kolaborasi merupakan salah satu ciri penting pembelajaran masa depan yang lebih banyak mengedepankan kemampuan individual, namun kemampuan ini kemudian disinergikan untuk menghasilkan produk, karena produk masa depan, apalagi produk komputer baik berupa perangkat keras maupun perangkat lunak yang kompleks, diperlukan pendekatan interdisipliner. Oleh karena itu produk masa depan adalah produk yang dihasilkan dari kegiatan kolaborasi. Keterampilan kolaborasi harus menjadi bagian penting dalam pembelajaran berbasis blended learning. Hal ini tentu berbeda dengan pembelajaran tatap muka konvensional yang semua pebelajar belajar di dalam kelas yang sama di bawah kontrol pengajar, dalam pembelajaran berbasis blended, maka pebelajar bekaerja secara mandiri dan berkolaborasi. Oleh karena itu, tagihan dalam pembelajaran ini akan berbeda dengan pembelajaran tatap muka.
Evaluasi pembelajaran berbasis blended learning tentunya akan sangat berbeda dibanding dengan evaluasi pembelajaran tatap muka. Evaluasi harus didasarkan pada proses dan hasil yang dapat dilakukan melalui penilaian evaluasi kinerja belajar pebelajar berdasarkan portofolio. Demikian pula penilaian perlu melibatkan bukan hanya otoritas pengajar, namun perlu ada penilaian diri oelh pebelajar, maupun penilai pebelajar lain.
G. Khayalak Sasaran Strategis Sasaran yang strategis untuk dilibatkan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah guru-guru penjasorkes SD kota Denpasar.
BAB II METODE PELAKSANAAN
A. Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini adalah : 1. Metode ceramah yaitu untuk menyampaikan materi-materi tentang pembelajaran berbasis blended learning. 2. Metode diskusi yaitu untuk mendiskusikan kembali materi yang telah disampaikan sehingga terjadi interaksi timbal balik antara para peserta dengan peserta dan antara peserta dengan narasumber. 3. Metode praktek atau demonstrasi yaitu penggunaan media komputer baik online maupun offline. 4. Metode Penugasan yaitu memberikan tugas yang diberikan kepada peserta sebagai bahan evaluasi pada saat pelaksanaan. Tahapan-tahapan
pelaksanaannya
adalah
mengadakan
penjajagan,
mengadakan koordinasi, mengirim undangan kepada peserta, melaksanakan kegiatan pelatihan, melakukan pendampingan, melaksanakan evaluasi terhadap proses pelaksanaan P2M dan melakukan monitoring, dan membuat laporan kegiatan. B. Keterkaitan dan Rancangan Evaluasi 1.
Keterkaitan
Keterkaitan program P2M yang akan dilakukan dengan berbagai pihak yaitu Universitas Pendidikan Ganesha, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar. 2.
Rancangan Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan cara menilai skor posttest ketrampilan guru-guru penjasorkes SD yang dikirim lewat email oleh peserta kepada pelaksana, dari tahap pelatihan dan pendampingan sehingga proses pelatihan yang dilaksanakan berlangsung aktif. Kegiatan pelatihan dinyatakan berhasil apabila 75% dari seluruh peserta dinyatakan lulus. Peserta dinyatakan lulus apabila skor posttest ≥ 75% dari
skor maksimal yang dinilai dari soal yang diberikan berkaitan dengan pembelajaran berbasis blended learning.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Mekanisme Pelaksanaan Pelatihan Dalam pelaksanaan pelatihan ada beberapa hal yang yang perlu dirancang sehingga perlu adanya persiapan pelaksanaan dan pelaksanaan itu sendiri. 1. Persiapan Pelaksanaan Persiapan pelatihan pembelajaran penjasorkes berbasis blended learning untuk meningkatkan ketrampilan guru-guru penjasorkes yang dimulai dari persiapan dan koordinasi pelaksana baik dengan pihak yang terkait yaitu Disdikpora Kota Denpasar yang nantinya mengkoordinasikan peserta dan narasumber yang dipersiapkan untuk kegiatan pelatihan tersebut.
2. Pelaksanaan Pelatihan Blended Learning Sesuai dengan rencana yang telah dirancang, pelatihan blended learning yang bertempat di Gedung Disdikpora Kota Denpasar dilaksanakan pada tanggal 6-8 September 2014. Registrsi peserta yang dimulai pada pukul 08.30-09.00 Wita dan dilanjutkan dengan pembukaan yang dibuka oleh Kepala Bidang TGT Drs. A A Gd. Wiratama, M.Ag., dan laporan kegiatan oleh ketua pelaksana I Made Satyawan, S.Pd.,M.Pd. Pembukaan dan sambutan yang berlangsung kurang lebih 30 menit dan dilanjutkan dengan kudapan sampai jam 10.00 Wita. Setelah kudapan dilanjutkan dengan pemaparan materi dari pukul 10.00-12.00 Wita oleh narasumber I Wayan Artanayasa, S.Pd.,M.Pd dengan moderator I Wayan Muliarta, S.Pd.,M.Or. (Pelaksana) dengan materi teori dan konsep pembelajaran Blended Learning. Pemaparan materi sampai jam 12.00 dan dilanjutkan dengan makan siang sampai pukul 13.00 Wita. Setelah itu dilanjutkan lagi dengan pemaparan materi dan sesi diskusi sampai selesai pada pukul 16.00 Wita. Hari kedua minggu tanggal 7 September 2014, peserta diberikan materi praktek pembuatan alamat email dan analisa media audiovisual (youtube) tentang
materi yang dikuasai yang nantinya peserta diharapkan mampu mendeskripsikan aspek psikomotor dari video tersebut. Dari praktek dan demonstrasi tersebut peserta diharapkan aktif yang difasilitasi oleh moderator I Nyoman Sudarmada, S.Or.,M.Or (Pelaksana) dalam proses diskusi. Kegiatan dihari kedua dimulai pukul 08.00-16.00 Wita. Hari ketiga yaitu pada hari senin tanggal 8 September 2014 peserta mengumpulkan tugas yang telah diberikan lewat email oleh pelaksana dan dikumpulkan lewat email terkait dengan materi yang telah dijabarkan. Balasan dari pelaksana terkait dengan tugas tersebut sebagai pendampingan yang dimaksudkan dapat memberikan masukan kepada peserta sehingga nantinya dapat diaplikasikan kepada siswanya. B. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil diskusi tanggal 6 September 2014 -
I Komang Sucipta, S.Pd. “Mengapa pembelajaran blended learning dewasa ini begitu penting sebagai alternatif model pembelajaran bagi siswa di sekolah khususnya siswa Sekolah Dasar”?
-
Narasumber.
“karena
model
pembelajaran
blended
learning
merupakan sarana dan sumber belajar yang paling efektif sekarang ini, dikarenakan penggunaan IT yang sudah merambah ke tingkat dasar sekalipun apalagi di kota maju seperti di Denpasar. Anak-anak peserta didik hampir setiap orang memiliki komputer atau laptop atau bahkan iped yang sudah connect atau terhubung dengan media internet yang memudahkan siswa untuk belajar dan meniru apa yang ditontonnya. Dengan demikian diharapkan guru juga memiliki ketrampilan untuk merancang dan mengaplikasikan tugas sebagai sumber belajar dengan media tersebut”. -
Shandika
Pratama,
S.Pd.
“Apa
pembelajaran Face to face dan online?”.
yang
dimaksudkan
model
-
Narasumber. “ seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa makna asli sekaligus yang paling umum blended learning mengacu pada belajar yang mengkombinasi atau mencampur antara pembelajaran tatap muka (face to face = f2f) dan pembelajaran berbasis komputer (online dan offline). Istilah blended learning pada awalnya digunakan untuk menggambarkan
mata
kuliah
yang
mencoba
menggabungkan
pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online. -
I Wayan Suastika, S.Pd. “apakah pembelajaran blended learning di sekolah-sekolah seperti di Desa bisa juga diterapkan?
-
Narasumber. “sangat bisa ini dikarenakan pembelajaran ini jg mendorong minat siswa tidak hanya di perkotaan tetapi juga di pedesaan untuk mau belajar menggunakan media IT untuk peningkatan ketrampilannya.
2. Hasil diskusi tanggal 7 September 2014 -
I Komang Sucipta, S.Pd. “Saya dulu punya email yang dibuatkan anak, tetapi ketika saya membuka dengan password yang salah karena lupa apakah bisa saya temukan kembali password itu?”.
-
Narasumber. “bisa pak komang. Dalam email yang ingin bapak buka kembali ada pemberitahuan yang langsung ditujukan kepada bapak apakah ingin mengganti password yang bapak miliki atau lupa dengan passwordnya. Nanti dari option tersebut bapak diajak mengingat kembali atau diberikan kode baru lewat sms di hp bapak untuk membuat password baru.
-
Drs. I Made Witarsa. “bagaimana mendeskripsikan gambar yang sudah kita tonton?’.
-
Narasumber. “dari media audiovisual atau video yang bapak tonton, bapak coba mengamati gerakan-gerakan dari model yang sudah dipraktekkan dengan materi yang ingin bapak analisa baik sikap tubuh, sikap pelaksanaan ketika gerakan itu berlangsung maupun sikap lanjutan
atau akhiran dari gerakan tersebut. Setelah itu jelaskan dengan kata-kata yang sesuai dengan pengamatan bapak. 3. Hasil Pendampingan dari Penugasan tanggal 8 September 2014 Pada hari ketiga peserta diharapkan membuat tugas dari hasil praktek dan demonstrasi di hari kedua dan dialamatkan ke email pelaksana untuk sama-sama dilakukan pendampingan dan koreksi dari tim pelaksana.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini yang bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan guru-guru penjasorkes SD ini telah berjalan sesuai dengan rencana. Ini terbukti dari antusias, minat dan hasil evaluasi dari peserta yang selama proses berlangsung terlihat aktif dan mendapatkan nilai yang baik ketika hasil evaluasi dilakukan oleh pelaksana dari tugas yang dikirimkan. B. Saran Diharapkan dari pelatihan ini ada tindak lanjut dari Disdikpora Kota Denpasar untuk membuat kegiatan lain yang melibatkan seluruh guru-guru penjasorkes baik ditingkat dasar maupun menengah. Karena perkembangan IT memudahkan baik guru maupun siswa untuk mau belajar dan sebagai sarana belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Alavi, M. and D.E. Leidner, "Research Commentary: Technology Mediated Learning - A Call for Greater Depth and Breadth of Research," Information Systems Research, 2001, 12: 1, pp. I1-10. Alavi, M., G.M. Marakasand Y. Yoo, "A Comparative Study of Distributed Learning Environments on Learning Outcomes," Information Systems Research, 2002, 13: 4, pp. I404-415. Bersin, Josh. 2004. The Blended Bearning Book:Best Bractices, Proven Methodologies, and Lessons Learned. San Francisco: Pfeiffer Brunner, D.L., "The Potential of the Hybrid Course Vis-a-Vis Online and Traditional Courses," Teaching Theology and Religion, 2006, 9: 4, pp. I229-235. Mutohir, Toho Cholik. 2011. Dimensi Pedagogi Olahraga. Wineka Media. Malang Garrison, D.R. & Vaughan, N.D. 2008. Blended learning in Higher education framework, Principles, and Guidelines. San Fransisco: John Willey & Sons, Inc Garnham, C. and R. Kaleta, "Introduction to Hybrid Courses," March 20, 2002, 8: 6, pp. I1-3. Simanjuntak, Victor G. 2008. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Dirjen Tinggi. Depdiknas. Sukintaka. 2003. Filsafat Pendidikan Jasmani Keberhasilan Dikjas Mendukung Keberhasilan Olahraga. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Wikipedia, the free encyclopedia. Blended Learning. (www.wikipedia.com). Yusuf. M. 2011. Lentera Pendidikan. Vol 14 No 2 Desember 2011: 232-242
LAMPIRAN Lampiran 1 LOG BOOK P2M DIPA UNDIKSHA TAHUN 2014 a. Program
: Pelatihan Pembelajaran Penjasorkes Berbasis Blended Learning untuk Meningkatkan Ketrampilan Mengajar Guruguru Penjasorkes SD se-Kotamadya Denpasar b. Jenis Program : Pelatihan c. Bidang Kegiatan : Pendidikan d. Identitas Pelaksana : 1. Ketua - Nama : I Made Satyawan, S.Pd.,M.Pd. - NIP/ NIDN : 198206062008121002/0006068210 - Pangkat/Gol - Alamat Kantor - Alamat Rumah
: Penata Muda Tingkat I/IIIa : FOK Undiksha : Perum. Lili Gundi Permai, Blok A No 2, Singaraja
2. Anggota 1 - Nama - NIP/ NIDN
: I Nyoman Sudarmada, S.Or.,M.Or. : 198608102008121001/0010088601
- Pangkat/Gol - Alamat Kantor 3. Anggota 2 - Nama - NIP/ NIDN
: I Wayan Muliarta.S.Pd,M.Or. : 198407162008121001/0016078401
- Pangkat/Gol - Alamat Kantor No
: Penata Muda Tingkat I/IIIb : FOK Undiksha
: Penata Muda Tingkat I/IIIb : FOK Undiksha
Uraian
1.
REVISI proposal P2M tanggal 13 Mei 2014
2.
Koordinasi pelaksana kegiatan tanggal 13 Agustus 2014
3.
Pembuatan surat-surat oleh pelaksana kegiatan pelatihan
Volume
Harga Satuan
Total Harga
4.
Koordinasi Tahap I
3
Org
1
Ke g
Rp. 400.000,-
Rp. 1.200.000,-
3
Org
1
Ke g
Rp. 400.000,-
Rp. 1.200.000,-
4
org
1
keg Rp. 400.000,-
Rp. 1.600.000,-
Transport tim untuk koordinasi persiapan pelaksanaan kegiatan ke Disdikpora Kota Denpasar pada tanggal 20 Agustus 2014. Tim yang Hadir 1) I Made Satyawan, S.Pd.,M.Pd., 2) I Wayan Muliarta, S.Pd.,M.Or. dan 3) I Nyoman sudarmada, S.Or.,M.Or. 5.
Koordinasi Tahap II Transport tim untuk penyebaran surat peminjaman tempat dan surat undangan kegiatan ke Disdikpora Kota Denpasar tanggal 28 Agustus 2014. Tim yang hadir 1) I Made Satyawan, S.Pd.,M.Pd., 2) I Wayan Muliarta, S.Pd.,M.Or. dan 3) I Nyoman sudarmada, S.Or.,M.Or.
6.
Kegiatan akan dilaksanakan tanggal 6-8 September 2014 di Denpasar dengan Narasumber I Wayan Artanayasa, S.Pd.,M.Pd. dan pelaksana kegiatan
7.
Membuat Laporan Akhir kegiatan tanggal 9 September 2014
Lampiran 2 Rencana dan Jadwal Kerja Waktu yang diperlukan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini selama 7 bulan dengan rincian sebagai berikut: NO
NAMA KEGIATAN
BULAN April
1
Persiapan a. Mengadakan observasi b. Membuat proposal P2M c. Mengikuti seminar proposal d. Revisi proposal
2
Pelaksanaan a. Mengadakan penjajagan b. Mengadakan koordinasi c. Mengirim undangan kepada peserta d. Menyiapkan materi dan tempat pelatihan e. Melaksanakan pelatihan f. Melaksanakan monitoring
3
Membuat laporan P2M
Mei
Juni
Juli
agustus
Sept
Okto
Lampiran 3 Organisasi Pelaksana Personalia yang akan dilibatkan dalam kegiatan ini dapat dilihat pada tabel berikut: No.
Nama
Jabatan
Peran dalam kegiatan
1
I Made Satyawan, S.Pd.,M.Pd.
Dosen FOK
Ketua Pelaksana
UNDIKSHA 2
I Wayan Muliarta, S.Pd.,M.Or.
Dosen FOK
Pelaksana
UNDISKHA 3
I Nyoman Sudarmada, S.Or.,M.Or.
Dosen FOK
Pelaksana
UNDISKHA 4
I Wayan Artanayasa, S.Pd.,M.Pd.
Dosen FOK
Narasumber
UNDIKSHA
Lampiran 4 Riwayat Hidup Tim Pelaksana 1. Riwayat Hidup Ketua
Nama Lengkap
: I Made Satyawan, S.Pd.,M.Pd.
Jenis kelamin
: Laki-laki
NIP
: 198206062008121002
Disiplin Ilmu
: Pendidikan Olahraga
Pangkat/Golongan
: Penata Muda/IIIa
Jabatan Fungsional/Struktural
: Asisten Ahli
Fakultas/Jurusan
:Olahraga dan Kesehatan /Penjaskesrek
Pendidikan Formal 1. Sekolah Dasar/Tahun
:SDN Kartika Udayana, Lobar/1993
2. Sekolah Menengah Pertama/Thn :SLTP 1 Susut Bangli/1996 3. Sekolah Menengah Umum
:SMU N 1 Bangli/1999
4. Perguruan Tinggi (S1)
:IKIP Negeri Singaraja/2006 (Penjaskesrek)
5. Perguruan Tinggi (S2)
:Universitas Negeri Surabaya/2010
2. Pengalaman Penelitian Pendanaan No
Judul Karya
Thn
Publikasi
Sumber
Jumlah
Ket
Ilmiah 1
Perkembangan Kapasitas Vital paru Anak Usia 6-12 tahun ditinjau dari Ketinggian Wilayah di Propinsi Bali.
2011
Perpustakaan
DIPA
Rp.7.500.000,-
Anggota
2
Hubungan Persepsi dan Tingkat Kepatuhan Pengetahuan Penderita TB dengan Kepatuhan Pengobatan TB
2012
perpustakaan
DIPA
Rp. 8.000.000,-
Ketua
di Kecamatan Buleleng 3
Study Analisis kebutuhan buku pedoman Keselamatan dalam Pembelajaran Penjasorkes di SMA SeKabupaten Buleleng
2012
Perpustakaan
DIPA
Rp.11.000.000,
Anggota
3. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat (P2M) Pendanaan No
Judul
Thn
Publikasi
Sumber
Jumlah
Ket
4. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal/seminar Volume/No No
Judul
Thn
Publikasi
Nama Jurnal/Se
Ket
minar
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi persyaratan dalam pengajuan proposal pengabdian pada masyarakat (P2M UNDIKSHA tahun 2014). Bersama ini pula saya menyatakan kesiapan untuk mengerjakan P2M isi hingga selesai, apabila usalan ini dinyatakan layak untuk dibiayai.
Singaraja, 5 September 2014 Pengusul
(I Made Satyawan, S.Pd.,M.Pd.) NIP. 198206062008121002
Biodata Anggota 1 1. Identitas Diri 1 Nama Lengkap (gelar) 2 Jenis Kelamin
I Nyoman Sudarmada, S.Or., M.Or Laki-laki
3 4 5 6
Jabatan Fungsional NIP Tempat dan tanggal lahir Alamat rumah
Asisten Ahli 198608102008121001 Rendang, 10 Agustus 1986 Perum Satelit Asri, Blok 8 No. 16 Singaraja
7 8 9 10 11
No. telepon/fax/ e-mail No. HP Alamat kantor No. Telepon Alamat e-mail
[email protected]
081805379246 Jl. Udayana No. 11 Singaraja 0362-32559 -
2. Riwayat Pendidikan 1. Program S1 2. Nama PT Universitas Pendidikan Ganesha 3. Bidang Ilmu Ilmu Keolahragaan 4. Tahun Masuk 2004 5. Tahun Lulus 2008 6. Judul Skripsi/ Pengaruh Pelatihan Tesis/Disertasi Metode Reaksi Berulang Terhadap Kecepatan Reaksi dan Power Otot Tungkai
7. Nama Pembimbing/Promotor
1. I Ketut Sudiana, S.Pd., M.Kes 2. dr. Kadek Alit Arsani, S.Ked.
S2 Universitas Sebelas Maret
S3
Ilmu Keolahragaan 2008 2010 Perkembangan Persentase Lemak Tubuh, Ukuran Anthropometri dan Kemampuan Loncat Tegak pada Anak Usia 6-12 Tahun Ditinjau dari Jenis Kelamin dan Ketinggian Wilayah Tempat Tinggal di Bali 1. Prof. Dr. Sugiyanto 2. Prof. Dr. Siswandari, M.Stat.
3. Pengalaman Penelitian No
Tahun
Judul penelitian
1
2008
2
2010
Pengaruh Pelatihan Metode Reaksi Berulang Terhadap Kecepatan Reaksi dan Power Otot Tungkai Perkembangan Persentase Lemak Tubuh, Ukuran Anthropometri dan Kemampuan Loncat Tegak pada
Pendanaan Sumber Jumlah (Rp) Mandiri -
Mandiri
-
Anak Usia 6-12 Tahun Ditinjau dari Jenis Kelamin dan Ketinggian Wilayah Tempat Tinggal di Bali 3
2010
Perbedaan Kapasitas VO2 Maks Siswa SD Sebagai Adaptasi Setempat Terhadap Tekanan Parsial O2 di Wilayah Dataran Tinggi dan Dataran Rendah di Provinsi Bali
DIPA Undiksha
10.000.000
4
2010
Implementasi Metode Pembelajaran Reciprocal Berbantuan Umpan Balik (feedback) Visual untuk Meningkatkan Hasil Belajar Keterampilan Teknik Dasar Pukulan Backhand Tenis bagi Mahasiswa Ilmu Keolahragaan
DIPA Undiksha
7.500.000
5
2010
Pemetaan Ruang Terbuka Olahraga dan Implikasinya Terhadap Ekonomi Masyarakat di Propinsi Bali
DIPA Kemenpora
28.500.000
6
2011
Perkembangan Kapasitas Vital Paru Anak Usia 6-12 Tahun Ditinjau dari Ketinggian Wilayah di Bali
DIPA Undiksha
7.500.000
7
2012
Pengaruh Metode Pembelajaran dan Tingkat Motor Educability terhadap Keterampilan Smash Kedeng Sepak Takraw Siswa Putra SMPN 4 Kubutambahan
DIPA Undiksha
10.000.000
4. Pengalaman Pelaksanaan P2M No
Tahun
1
2010
Nama Kegiatan Pelatihan Wasit dan Juri Pencak Silat Bagi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) IPSI Pencak Silat Undiksha Periode Tahun 2009/2010
Tempat Pelaksanaan Undiksha Singaraja
Sumber dana LPM Undiksha
2
2010
Pelatihan Teknik Identifikasi Bakat Olahraga Bagi GuruGuru Sekolah Dasar Se-Kabupaten Buleleng
Undiksha, Singaraja
LPM Undiksha
3
2011
Pelatihan Teknik Identifikasi Bakat Olahraga Bagi Guru Penjasorkes SD, SMP, dan SMA Kecamatan Nusa Penida
Nusa Penida
LPM Undiksha
4
2012
Pelatihan Pencegahan Penularan HIV/AIDS melalui Pendekatan Konselor Sebaya bagi Pengurus OSIS SMP dan SMA seKabupaten Buleleng
Singaraja
LPM Undiksha
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi persyaratan dalam pengajuan proposal pengabdian pada masyarakat (P2M UNDIKSHA tahun 2014). Bersama ini pula saya menyatakan kesiapan untuk mengerjakan P2M isi hingga selesai, apabila usalan ini dinyatakan layak untuk dibiayai. Singaraja, 5 September 2014 Yang Bersangkutan,
I Nyoman Sudarmada, S.Or.,M.Or. NIP. 198608102008121001 BIODATA ANGGOTA 2 1. Identitas diri
1.
6.
Nama lengkap (dengan gelar) Jenis kelamin Jabatan fungsional NIP Temapat dan tanggal lahir Alamat rumah
7. 8. 9.
Nomor telepon/faks Nomor Hp Alamat kantor
10. 11.
Nomor telepon Alamat email
2. 3. 4. 5.
2. Riwayat pendidikan Program Nama PT Bidang Ilmu Tahun Masuk Tahun Lulus Judul Skripsi/Tesis
Nama Pembimbing/Pro motor
2008
2.
2010
Laki-laki Asisten Ahli 198407162008121001 Karangasem, 16 Juli 1984 Jl Ki Barakpanji Gg. Palama II No. 2, Baktiseraga. 081337377154 Jl Udayana, No 11 Kampus Tengah FOK Undiksha 0362-32559
[email protected]
S1 UNNES Semarang Pendidikan Kepelatihan Olahraga 2006 2008 Strategi Pemanduan Arung Jeram Pada PT. Green Antap Valley Ayung River Rafting Petang Badung Sebagai Kajian Drs. Wahadi, M.Pd
3. Pengalaman penelitian No Tahun
1.
I Wayan Muliarta, S.Pd., M.Or.
Judul Penelitian
S2 UNS Surakarta Ilmu Keolahragaan 2008 2010 Pengaruh Latihan Interval Anaerob Dan Power Otot Tungkai Terhadap Kecepatan Renang Gaya Dada 50 Meter Prof. Dr. Sudjarwo, M.Pd
Pandanaan Sumber Jml (juta Rp) Mandiri -
Strategi Pemanduan Arung Jeram Pada PT. Green Antap Valley Ayung River Rafting Petang Badung Sebagai Kajian Pengaruh Latihan Interval Mandiri
-
3.
2011
4.
2012
Anaerob Dan Power Otot Tungkai Terhadap Kecepatan Renang Gaya Dada 50 Pengaruh Metode Latihan Dan Kemampuan Motorik Terhadap Ketepatan Servis Loncat (Jump Service) Dalam Permainan Bolavoli Pada Mahasiswa Putra Peserta Ukm Bolavoli Tahun 2011/2012 Hubungan Pelaksanaan Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi Balita Usia 6-24 Bulan di Kelurahan Kampung Kajanan Kabupaten Buleleng
DIPA Undiksha
Rp. 7.500.000,-
DIPA Undiksha
Rp. 8.000.000,-
4. Pengalaman penulisan artikel ilmiah dalam jurnal/seminar Tahun
2009
2010
Judul
NamaPenataran/Seminar/Ju
/No
rnal/Majalah/Buku/Lainnya
Kebutuhan dan
Seminar Internasional
Metabolisme Energi
Pendidikan Jasmani dan
(Karbohidrat) pada
Olahraga FIK UNNES
Atlet Renang
Semarang
Animea Defisiensi
Pembangunan
Besi Dan
Keolahragaan Nasional
Penampilan
melalui Program Indonesia
Aktivitas Fisik
Emas (PRIMA)
Dalam Berolahraga 2011
Volume
Semarang
Peran Pemandu
Seminar Internasional
Olahraga Snorkling
Olahraga “Pengembangan
dalam Memandu
Olahraga Bahari di
Wisatawan
Indonesia : Kebijakan dan Implementasinya”
KEMENPORA 2012
Strategi Pemasaran Olahraga Tubing Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatwaan Ke Bali
Seminar Internasional Industri Olahraga Tapping Economic Values of Sport Tourism KEMENPORA & FOK UNDIKSHA
5. Pengalaman Pengabdian JUDUL P2M
NO
TAHUN
1. Pelatihan Battre Test untuk Test Kebugaran Siswa Bagi Guru SD Se Kecamatan Banjar
2012
KET Anggota
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi persyaratan dalam pengajuan proposal. Bersama ini pula saya menyatakan kesiapan untuk mnegerjakan pengabdian ini hingga selesai, apabila usulan ini layak untuk dibiayai Singaraja 5 September 2014 Pengusul
I Wayan Muliarta, S.Pd., M.Or. NIP 198407162008121001
Lampiran 5 DOKUMENTASI KEGIATAN
Gambar 1. Persiapan Registrasi Peserta
Gambar 2. Persiapan Pembukaan kegiatan
Gambar 3. Pembukaan kegiatan P2M
Gambar 4. Laporan Ketua Panitia
Gambar 5. Penyajian Materi oleh Narasumber
Gambar 6. Diskusi aktif dari peserta pelatihan