Journal Of Economic Management & Business - Vol. 14, 4, Oktober 2013 JOURNAL OF ECONOMIC MANAGEMENT & No. BUSINESS
Volume 14, Nomor 4, Oktober 2013 ISSN: 1412 – 968X Hal. 363-373
KONSEP MAWAH DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH UTARA
Damanhur dan MuammaR Khaddafi
Dosen pada Fakultas Ekonomi, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe
Life in Acehnese society can not be separated between religious and cultural life of society, people’s social lives often tinged with religious moral values, in order Acehnese economy are familiar with the concept of mawah (profit sharing) as a mechanism in living economy, the purpose of this study to find the concept mawah as one loan product that will be used by Islamic financial institutions. Research sites in North Aceh Regency in 4 districts; Seunuddon, Lhoksukon, Dewantara and Sawang, the business sector mawah includes plantations, rice fields and farms. For each of the business areas will be sampled as many as 43 people in a non-probability sampling. Non-probability sampling technique used sampling. Metode convenience of data analysis used in this study is a simple regression analysis, statistics deskriptif. This study result showed a correlation coefficient (R) of 0.755 which shows the close relationship between the independent variables, namely the concept mawah the dependent variable is welfare community at 75.5%. while the coefficient of determination (R2) of 0.570. This result means that the public welfare may be affected by the concept mawah by 57%. While the remaining 43% (100% - 57%) is influenced by other variables outside the model of this study. Keyword : Mawah , welfare
363
364
Damanhur dan MuammaR Khaddafi
LATAR BELAKANG Didalam kehidupan masyarakat telah banyak kita temui konsep bagi hasil, di desa-desa khususnya di sektor pertanian dan perkebunan. Konsep bagi hasil yang berkembang dikehidupan masyarakat ini yang mendekati konsep ekonomi Islam sebenarnya juga telah lama berkembang di desa-desa.Pelaksanaan bagi hasil yang dilaksanakan oleh para petani banyak mengacu pada nilainilai kebersamaan. Sistem perekonomian Islam merupakan masalah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan pada awal terjadinya kontrak kerja sama (akad), yang ditentukan adalah porsi masing-masing pihak, misalkan 50:50 yang berarti bahwa atas hasil usaha yang diperoleh akan didistribusikan sebesar 50% bagi pemilik dan 50% bagi penggarap. Pada prinsipnya Islam juga lebih menekankan berproduksi untuk memenuhi kebutuhan orang banyak.Karena itu bagi Islam produksi yang surplus dan berkembang baik secara kualitatif maupun kuantitatif tidak dengan sendirinya mengindentifikasikan kesejahteraan bagi masyarakat. Apalah artinya produksi yang menggunung jika hanya untuk segelintir orang yang memiliki uang. Jadi usaha bagi hasil yang dilakukan oleh masyarakat pedesaan pada umumnya adalah usaha bagi hasil pertanian perkebunan dan peternakan yang berlaku didalam masyarakat umumnya, dilakukan secara lisan dan atas dasar saling percaya kepada sesama anggota masyarakat. Dalam hal masih banyak melaksanakan konsep usaha bagi hasil baik untuk usaha tanah pertanian, Perkebunan juga Peternakan. Penggarapan tanah pertanian dengan konsep bagi hasil tersebut
telah dilaksanakan dimulai sejak dahulu bahkan sudah turun-temurun dari generasi ke generasi selanjutnya hingga saat sekarang ini. Ada beberapa konsep mawah yang selama ini dilaksanakan pada tatanan kehidupan masyarakat Aceh Utara: 1. Mawah sawah adalah pemilik sawah memberikan sawahnya kepada penggarap untuk untuk digarap dan setelah panen hasilnya dibagi dua atau 50:50. 2. Mawah tanah (mawahtanoh) yaitu kesepakatan antara dua belah pihak yang mana pihak pemilik memberikan lahan kepada pengelola untuk digarap/dikelola sampai lahan menjadi bersih siap untuk ditanam, akan tetapi sebelum ditanam lahan tersebut dibagi dua antara pemilik lahan dengan pengelola lahan . 3. Mawah kebun yaitu kesepakatan antara dua belah pihak dimana pemilik kebun memberikan kebunnya kepada pihak pengelola untuk dikelola hingga panen dan hasilnya dibagi dua. 4. Mawah ternak yaitu Pemilik hewan memberikan hewannya kepada pengembala/pemelihara untuk dipelihara dan setelah berkembang, anak dari hewan tersebut dibagi dua. Misalnya, pemilik hewan memberikan 10 ekor kambing kepada pengembala, dalam jangka waktu 1 (satu) tahun kambing tersebut telah berjumlah 20 (Dua puluh) ekor kambing, disini adanya pertambahan kambing sebanyak 10 ekor, jadi 10 ekor kambing ini dibagi dua 5 (lima) Ekor untuk untuk pemilik kambing dan 5 (lima) ekor lagi bagi pengembala. Dari Tabel 1 dapat kita simpulkan tradisi mawah merupakan hal yang sudah menjadi budaya dalam tatanan kehidupan masyarakat Aceh khususnya di Kabupaten Aceh Utara.
Tabel 1 Jenis mawah di Kabupaten Aceh Utara No 1 2 3 4
Kecamatan Seunuddon Lhoksukon Dewantara Sawang Jumlah
Sumber: Observasi awal 2012
Jenis mawah dan jumlah populasi Sawah pertanian (orang) 20 40 22 30 112
Perkebunan (orang) 10 40 5 10 65
Ternak (orang) 40 50 30 40 160
Jumlah 70 120 57 70 317
Journal Of Economic Management & Business - Vol. 14, No. 4, Oktober 2013
TINJAUAN Teoritis Mawah, di Indonesia merupakan hukum adat yang di kenal dengan berbagai istilah setempat, seperti maro atau jejuron (Jawa Barat, Priangan), nyakap (Lombok), mawah (Aceh), memperduai (Sumatera Barat), melahi atau pebalokan (Tanah Karo), belah pinang (Toba), toyo (Minahasa), tesang (Sulawesi Selatan), Separoan (Palembang). Berdasarkan tradisi mawah, nampaknya telah berkembang sedemikian rupa sebagai akibat pengaruh ekonomi keuangan, maka prinsip yang mengandung pemerataan telah mulai bergeser ke arah kepentingan ekonomi.Menurut Hurgronye (1985:326) Mawah dalam bahasa Aceh adalah sinonim dengan meudua laba, yaitu keuntungan dibagi dua sama banyak. Menurut Kamus Aceh Indonesia, Secara terminologi, Mawah dalam adat Aceh berarti “cara bagi hasil yang mengerjakan sawah dengan mempergunakan alat-alat sendiri, memelihara ternak seseorang dengan memperoleh setengah bagian dari penghasilannya: bagi dua laba”. Menurut Hurgronye (1985:326) mereka menyerahkan ladangnya berdasarkan kontrak mawah (peumawah) tidak ikut campur tangan lagi sampai panen. Maka akan dihadirinya sendiri atau oleh orang wakil untuk menghitung padi dan menyisihkan setengah yang menjadi bagiannya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil pengertian bahwa mawah merupakan kesepakatan antara dua belah pihak yang mana satu pihak memberikan lahan pertanian maupun perkebunan kepada pihak kedua untuk dikelola atau di garap setelah panen hasilnya di bagi dua (50:50). Konsep Bagi Hasil menurut Muhammad (2000:129), terjadi bila pemilik modal (sahibul mall) menyerahkan modalnya kepada pengelola (mudharib) untuk dikelola atau di usahakan, sedangkan keuntungannya dibagi menurut kesepakatan bersama. Menurut Muhammad (2000:10), terdapat beberapa ketentuan tentang konsep bagi hasil atau pembagian keuntungan dan pertanggung jawaban kerugian pada sistem kerja sama dalam Islam adalah: 1. Kerugian merupakan bagian modal yang hi-
365
lang, karena kerugian akan dibagi kedalam bagian modal yang di investasikan dan akan di tanggung oleh para pemodal. 2. Keuntungan akan dibagi diantara sekutu atau mitra usaha dengan bagian yang telah ditentukan oleh mereka dengan bagian atau persentase tertentu, bukan dalam jumlah nominal yang pasti ditentukan oleh bagi pihak manapun. 3. Dalam suatu kerugian usaha yang berlangsung terus, diperkirakan usaha akan menjadi baik kembali melalui keuntungan sampai usaha tersebut menjadi seimbang kembali. Penentuan jumlah nilai ditentukan kembali dengan menyisihkan modal awal dan jumlai nilai yang tersisa akan dianggap sebagai keuntungan atau kerugian. Pihak-pihak yang berhak atas bagi hasil atau pembagian keuntungan usaha boleh meminta bagian mereka hanya jika mereka para penanam modal awal telah memperoleh kembali investasinya, atau pemilik modal melakukan suatu transfer yang sah kepada mereka. Muzara’ah menurut Ibrahim (1983:401) dalam bahasa Arab berasal dari pada kata zara’a yaitu tanaman.Muzara’ah dari segi bahasa bermaksud menjadikan tanah sebagai satu kegiatan penanaman atau pertanian dengan berkongsi di antara pemilik tanah dengan pengusaha untuk mendapatkan hasil. Hasilnya itu akan dibagikan antara kedua-dua pihak mengikut apa yang telah dipersetujui di dalam akad. Menurut Nasroen (2002:275) muzara’ahsecara etimologi, berarti kerja sama di bidang pertanian antara pemilik tanah dengan petani penggarap. Secara terminologi, terdapat beberapa definisi para ulama, menurut ulama malikiyah berarti perserikatan dalam pertanian, ulama hanabilah mengartikannya sebagai penyerahan tanah pertanian kepada seorang petani untuk digarap dan hasilnya dibagi berdua (paroan). Menurut ahmad (1991:221-222) muzara’ah lebih asli dari pada muajarah (penyewaan) dan lebih dekat kepada keadilan dan pokok-pokok asal, sebab dua orang itu bersama-sama mengalami keuntungan dan kerugian. Lain halnya dengan muajarah pemilik tanah di sini menerima sewa,
366
sementara yang menyewa kadang-kadang mendapatkan hasil tanaman dan kadang-kadang juga tidak. Sementara itu para ulama berbeda pendapat dalam soal manakah yang boleh, muzara’ah atau muajaraah, dan yang benar boleh adalah keduaduanya Menurut jaribah (2006:98) muzara’ah yaitu menyerahkan lahan tanah kepada orang yang akan menanaminya dan pengolahanya dengan bagian yang maklum dari hasil tanaman. Muzara’ah bertujuan untuk saling membantu antara petani yang tidak memiliki lahan olahan dengan para pemilik lahan yang tidak mampu mengolah lahannya, dengan ketentuan hasilnya mereka bagi dengan sesuai dengan kesepakatan bersama. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:Artinya :“Bertolong-tolonganlah kamu dalam kebajikan dan ketakwaan dan jangan bertolong-tolongan atas dosa dan permusuhan”. (Al-Maidah: ayat 2). Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulakan bahwa muzara’ah yaitu penyerahan lahan pertanian kepada seseorang untuk digarap dan hasilnya di bagi sesuai dengan kesepakatan bersama. Musaqah menurut Sudarsono (1994:159) berasal dari kata Al-Saqa yaitu memperkerjakan orang untuk mengurus pohon kurma atau anggur atau lainnya dan hasil di bagi dua. Menurut Sudarsono (2001:224-225), Musaqah ialah yang punya kebun memberikan kebunnya kepada tukang kebun agar dipeliharanya dan penghasilan yang didapat dari kebun itu dibagi antara keduanya, menurut perjanjian keduanya sewaktu perjanjian (akad). Dari beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa musaqah adalah aqad antara pemilik kebun dengan pengelola dengan tujuan agar kebun itu dipelihara dan dirawat sehingga dapat memberikan hasil yang baik dan dari hasil itu akan dibagi menjadi dua sesuai dengan aqad yang disepakati. Syarat musaqahmenurut jumhur ulama ada lima : 1. Sighat (ungkapan) ijab dan qabul 2. Al-aqidain, dua orang pihak yang melakukan transaksi
Damanhur dan MuammaR Khaddafi
3. Obyek musaqah yang terdiri atas pepohonan yang berbuah baik berbuahnya dalam bentuk tahunan atau juga setahun sekali, seperti padi, jagung, dll 4. Ketentuan mengenai pembagian hasil dari musaqah tersebut 5. Masa kerja, hendaknya ditentukan lama waktu yang akan dipekerjakan. Menurut para ulama fiqh berakhirnya akad musaqah itu apabila : 1. Tenggang waktu yang disepakati dalam akad telah habis 2. Salah satu pihak meninggal dunia 3. Ada udzur yang membuat salah satu pihak tidak boleh melanjutkan akad. Kesejahteraan Suisyanto (2005:105) tujuan membentuk masyarakat islam adalah mensejahterakan masyarakat secara lahir dan batin. Menurut Yusuf (1995:32) kesejahteraan hidup merupakan dambaan setiap manusia, masyarakat yang sejahtera tidak akan terwujud jika para masyarakatnya hidup dalam keadaan miskin oleh karena itu kemiskinan harus dihapuskan karena merupakan suatu bentuk ketidaksejahteraan yang menggambarkan suatu kondisi yang serba kurang dan dalam pemenuhan ekonomi. Menurut Gunawan (1998:7) keinginan masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi adalah sebagaimana diakui dalam islam, yaitu memberikan hak yang pasti kepada masyarakat dan menyediakan tata tertib sosial yang menjamin kesejahteraan sosial bersama dan menghapuskan kemiskinan. Menurut Tsumanto (1987:28) kesejahteraan masyarakat didefinisikan sebagai kegiatan yang terorganisai dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial melalui pemberian bantuan kepada orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan didalam bebarapa bidang seperti kehidupan keluarga dan anak.Kesehatan, penyesuain sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan, dan hubungan-hubungan sosial. Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan masyarakat adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial diliputi
Journal Of Economic Management & Business - Vol. 14, No. 4, Oktober 2013
oleh rasa keselamatan dan ketentraman lahir dan batin, dengan memberikan hak yang pasti kepada masyarakat dan menyediakan sebagai tata tertib sosial yang menjamin kesejahteraan sosial bersama dan menghapuskan kemiskinan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh.Pada empat kecamatan, pertama Kecamatan seunoddon, kedua Kecamatan Lhoksukon, kecamatan Dewantara dan Kecamatan Sawang. Alasan peneliti memilih lokasi didasari pada data kabupaten aceh utara yang berlandaska pada perkebunan, pettanian dan peternakan Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang utama. Responden kajian terdiri dari: petani sektor pertanian, petani sektor perkebunan, petani sektor peternakan. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling.Teknik non-probability sampling digunakan convenience sampling.Teknik convenience sampling merupakan teknik dimana elemen populasi dipilih berdasarkan kemudahan dan kesediaan untuk menjadi sampel. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Analisis Statistik Deskriptif. Data diolah dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, tabulasi silang. 2. Analisis Regresi sederhana untuk mengetahui hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas. PEMBAHASAN Penelitian ini menganalisis pengaruh konsep mawah terhadap kesejahteraan masyarakat di
367
Aceh Utara.Konsep mawah diukur berdasarkan jumlah modal yang diberikan kepada penggarap/ pengelola dan kesejahteraan masyarakat diukur berdasarkan jumlah pendapatan yang diterima setelah menerapkan konsep mawah. Deskriptif nilai maksimum, minimum dan rata-rata variabel modal, pendapatan sebelum dan sesudah menerapkan konsep mawah dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 modal yang diterima penggarap/pengelola nilai terendah sebesar Rp.180.000, nilai tertinggi sebesar Rp.3500.000, dan rata-rata modal yang diterima sebesar Rp.877.209,30. Untuk pendapatan sebelum melakukan konsep mawah nilai terendah sebesar Rp.300.000, nilai tertinggi Rp.700.000, dan rata-rata pendapatan sebelum melakukan mawah Rp.482.558,14, terakhir untuk pendapatan sesudah melakukan konsep mawah nilai terendah Rp.800.000, nilai tertinggi sebesar Rp.6.000.000, dan rata-rata pendapatan sesudah melakukan mawah sebesar Rp.2.388.372,09. Berdasarkan data diatas menunjukkan terjadinya peningkatan yang sangat signifikan pendapatan yang diterima sebelum dan sesudah melakukan konsep mawah.Hal ini terlihat dari pendapatan rata-rata sebelum melakukan konsep mawah sebesar Rp. 482.558,14.sedangkan pendapatan ratarata sesudah melakukan konsep mawah sebesar Rp.2.388.372,09. Penerapan konsep mawah di Kabupaten Aceh utara tentunya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun dikarenakan penerima konsep mawah atau yang menjalankan konsep mawah rata-rata berada pada garis kemiskinan maka diperlukan perhatian khusus untuk masyarakat yang menjalankan konsep mawah khususnya di sektor peternakan. Karena untuk sektor peternakan profesi ini lebih bersifat sebagai pekerjaan sampingan bukan sebagai pekerjaan tetap. Minimnya akses dana yang dapat dijadikan
Tabel 2. Deskriptif Statistik Deskriptif Statistik Modal yang diterima penggarap/pengelola pendapatan sebelum melakukan konsep mawah Pendapatan sesudah melakukan konsep mawah Valid N (listwise)
Sumber: Hasil Kuisioner, 2013 (Data Diolah).
N 43 43 43 43
Terendah 180000 300000 800000
Tertinggi 3500000 700000 6000000
Rata-rata 877209.30 482558.14 2388372.09
368
sebagai modal untuk mawah membuat konsep mawah susah mengembangkan dirinya sebagai produk keuangan, pada sisi lain modal usah yang disediakan oleh pihak perbankan tidak dapat diakses oleh masyarakat dikarenakan keberadaan bank di desa tidak bankeble. Perlunya lembaga intermediasi antara masyarakat dengan pihak perbankan, potensi ini sangat besar mengingat peran pemerintah daerah khususnya aparatur desa atau tokoh masyarakat yang dapat dijadikan sebagai referensi dalam kegiatan mawah. Karena mawah merupakan kegiatan yang menjadi tradisi turun temurun yang dilakukan oleh orang tuanya terdahulu, sehingga secara alamiah kegiatan ini merupakan seleksi alam, misalnya dalam satu desa sudah terkenal dengan keluarga yang mawah, hal ini karena sudah dijalani oleh beberapa generasi sebelum dia. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Menguji normalitas residual dengan menganalisis dengan gerafik normal probability plot (pp plot) of regression standardized residual yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distibusi data adalah normal maka garis akan menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis-garis diagonalnya. Jika distribusi data residualnya normal, maka titik sebaran data tersebar tidak terlalu jauh (mengukuti garis diagonalnya). Hasil analisis grafik normal probability plot (pp plot) of regression standardized residual dilihat pada Gambar 1. Menurut Santoso (2010:2013) mengatakan deteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik, dengan dasar pengambilan keputusan: 1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model memenuhi asumsi normalitas
Damanhur dan MuammaR Khaddafi
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Dari Gambar p-plot dapat dilihat bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal, sehingga dapat disimpulkan bahwa model memenuhi asumsi normalitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menunjukkan penyebaran varians gangguan.Heteroskedastisitas terjadi bila Varians residu berbeda dari satu pengamatan kepengamatan lainnya. Deteksi dapat dilakukan dengan metode grafis. Dalam penelitian ini akan dilakukan metode tersebut, yaitu metode grafis dengan melihat gambar scaterplot. Hasil pengujian heteroskedastisitas untuk Variabel modal yang diterima oleh penggarap/pengelola menggunakan metode grafik dapat dilihat dari gambar scaterplot sebagai berikut: Hasil pengujian heteroskedastisitas untuk variabel modal yang diterima penggarap/pengelola dapat dilihat pada Gambar 2. Pedoman pengambilan keputusan menggunakan grafik scaterplot adalah sebagai berikut: 1. Jika ada pola tertentu maka terjadi heteroskedastisitas 2. Jika tidak ada pola tertentu maka tidak terjadi heteroskedastisitas Dari gambar grafik pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta menyebar diatas dan dibawah titik nol pada sumbu Y. hal ini menunjukan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas dalam penelitian ini. Analisis Regresi Linear Sederhana Setelah data data dikumpulkan dari responden maka data tersebut maka data tersebut dianalisis menggunakan analisis regresi. Pemakaian regresi linear sederhana bertujuan memenuhi permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh konsep mawah (X) terhadap kesejahteraan masyarakat (Y) di Kabupaten Aceh Utara. Hasil analisis dapat diamati dalam Tabel 3.
Journal Of Economic Management & Business - Vol. 14, No. 4, Oktober 2013
369
Gambar 1. Grafik normal probability plot (pp plot) of regression standardized residual Sumber: Hasil kuesioner, 2013 (Olah Data)
Gambar 2. Hasil pengujian heteroskedastisitas untuk variabel modal yang diterima penggarap/pengelola dapat dilihat pada gambar Sumber data: Hasil kuisioner (Data Diolah, 2013) Tabel 3 Analisi Regresi Linear Sederhana Model Konstanta Konsep mawah Koefisien Kolerasi (R) = 0,755
B 1288754,052 1,254
Sumber: Hasil Kuisioner, 2013 (Data Diolah).
thitung
ttabel
Sig
6.884 0.000 7.369 2,019 0.000 Predictor : ( Constant) Konsep mawah Defenden Variabel : Kesejahteraan masyarakat
370
Damanhur dan MuammaR Khaddafi
Dari hasil perhitungan ststistik melalui program SPSS hasilnya dapat dilihat pada tabel 3 diatas, maka perolehan hasil persamaan hasil resgresi sederhana sebagai berikut: Y = 1288754,052+ 1,254X Dari persamaan regresi sederhana tersebut, dapat dijelaskan bahwa a = intersept sebesar 1288754,052 artinya apabila variabel independen (konsep mawah) dianggap konstan (bernilai 0), maka kesejahteraan masyarakat sebesar 1288754,052. Koefisien nilai konsep mawah (X) sebesar 1,254, artinya apabila nilai konsep mawah mengalami kenaikan sebesar 1 satuan, maka kesejahteraan masyarakat akan mengalami kenaikan sebesar 1,254. Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa koefisien korelasi (R) sebesar 0,755 yang menunjukkan eratnya hubungan (korelasi) antara variabel bebas yaitu konsep mawah dengan variabel terikat yaitu kesejahteraan masyarakat sebesar 75.5%.Sedangkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,570. Hasil ini berarti bahwa kesejahteraan masyarakat dapat dipengaruhi oleh konsepmawah sebesar 57%. Sedangkan sisanya 43% (100% - 57%) dipengaruhi oleh variabel lainnya di luar model penelitian ini. Konsep mawah mempunyai hubungan yang erat dengan kesejahteraan, hal ini dikarenakan mawah sudah menjadi tradisi dalam kehidupan masyarakat, sehingga tidak perlu kepada sosialisasi dan pemasaran produk, sehingga sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai instrumen pembiayaan mikro, bahkan pihak perbankan sudah dapat menjadikan sebagai produk perbankan dengan sentuhan inovasi-inovasi modern sehingga dapat diterima dalam nuasan perbankan. Ada beberapa kendala dalam melaksanakan mawah diantaranya konsep mawah ini sudah menjadi tradisi yang dilakukan oleh keluarga secara turun menurun, sehingga ada beberapa statemen masyarakat yang mengatakan jangan pernah memberikan mawah ternak untuk orang yang tidak pernah mawah atau bukan dari keluarga pemawah. Selain itu akses modal dan minimnya biaya mawah yang didapatkan membuat perkemban-
gan mawah tergolong lambat, karena selama ini pelaksanaan mawah belum tersentuh manajemen modern seperti jadwal pelaksanaan kegiatan secara rutin. Pelaksanaan kegiatan masih bersifat esidentil seperti masa tanam kebun yang jarang direncanakan kecuali si penggarap dengan bersungguh-sungguh mencai funding untuk dapat mengucurkan dana mawah. Untuk sektor peternakan, belum adanya siklus pemeliharaan hewan ternak yang rutin, misalnya dengan memberi modal mawah lembu pada bulan pertama akan mendapatkan hasil pada bulan ke enam, hal seperti ini belum dilakukan karena pengelolaan mawah masih bersifat sebagai pekerjaan sampingan. Oleh sebab itu peneliti menyarankan agar konsep mawah yang sangat berpotensi ini dapat dijadikan sebagai salah produk perbankan berbasis kearifan lokal, dengan menyiapkan instrumen-instrumen penting bagi terlaksanaya konsep mawah sebagai produk perbankan. Pengujian Hipotesis Untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini apakah variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat, maka digunakan uji–t. Uji–t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas secara parsial. Untuk mengetahui pengaruh konsep mawah (X) terhadap kesejahteraan masyarakat (Y), maka dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan tabel di atas, hasil uji–t diperoleh nilai thitungsebesar 7,369 sedangkan ttabel sebesar 2,019. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa thitung>ttabel dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 atau α< 0,05, maka hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara konsep mawah terhadap kesejahteraan masyarakat di Aceh Utara. Kesimpulan 1. Selama ini manajemen mawah masih bersifat tradisional, belum tersentuh secara manajemen moderen. 2. Belum adanya upaya dari pihak lembaga keuangan untuk menjadikan mawah sebagai produk perbankan.
Journal Of Economic Management & Business - Vol. 14, No. 4, Oktober 2013
3. Selama ini keberadaan mawah sangat mudah diterima oleh masyarakat Aceh hal ini karena budaya lokabudaya masyarakat masih sangat kental dengan waqaf tanah untuk pemakaman dan pembangunan mesjid. Saran 1. Mawah perlu mendapat sentuhan secara manajemen moderen sehingga benar-benar dapat
371
menjadi kearifan lokal dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat. 2. Mawah perlu di jadikan sebagai produk perbankan baik BPRS atau perbankan berskala nasional yang berkiprah di Aceh. 3. Perlunya perhatian khusus oleh lembaga pemerintah untuk mengembangkan produkproduk yang sudah mudah dikenali dan diterima oleh masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan eknomoni masyarakat.
372
Damanhur dan MuammaR Khaddafi
Referensi Ahmad Muhammad. (1991) Sistem, Prinsip dan Tujuan Ekonomi Islam, terj, Iman Saefuddin, Pustaka Setia, Bandung. Baniah. (2011) Tinjauan Hukum Islam Terhadap Peraktik Penggarapan Kebun Karet Dan Perjanjian Bagi Hasil di Kalangan Masyarakat Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat. Erviana. (2005) Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian di Kabupaten Ogan Komering Ilir Propinsi Sumatera Selatan Gunawan, Sumodiningrat. (1998:28) Membangun Perekonomian Rakyat, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Hidup, Iko. (2008) Pelaksaan Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian Kabupaten Brebes Jawa Tengah di Kecamatan Bulakamba. Semarang. Jaribah. (2006) Fiqh Ekonomi Umar Bin Al-Khthab, Khalifa (Pustaka Al-Kautsar Grup), Jakarta. Muhammad, (2000) Sitem Dan Prosedur Operasional Bank Syariah, cet I, UII press, Yogyakarta. Haroen, Nasroen. (2000) Figh Mu’amalah, cet I, Gaya media pratama, Jakarta. Ibrahim Madzkur. (1983) Majma’ al-Lughah al-Arabiyah al-Mu’jamWasit, j. 3, c. 3.T.T.T. Maktabah Bi Syarikah al-Ilanat al-Syarqiyyah. Kuncoro, Mudrajad. (2003) Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi Erlangga, Jakarta. Muhammad, dkk. (1966) Hasyiah Radd al-MuhktarAla al-Dar al-Mukhtar Syarh Tanwir. al-Absar, Qaherah. Mushaf Al-Qur’ab dan Terjemah. (2009) terj. Pustaka Al-Kausar, Jakarta Timur. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Aceh Indonesia, 2, Seri K-85 025,tt Ridwan, Muhammad. (2004) Manajemen Baitul Mall Wat Tamwil (Bmt), UII Press, Yogyakarta. Santoso,Singih. (2010) Statistik Parametik Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta : Alex Media Komputindo. Snouck Hurgronye. (1985) Aceh di Mata Kolonialis.Yayasan Soko Guru Jakarta. Sugiono, (2005) Metode Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung. Subarsismi Arikunto. (1998) Prosedur Penelitian, cet. 11 Edisi Revisi IV, PT. Rineka, Jakarta. Suisyanto sriharini (2005) Islam Dakwah dan Sosial, Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Journal Of Economic Management & Business - Vol. 14, No. 4, Oktober 2013
373
Sumanto (1987) Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial, Hanindita, Yogyakarta. Wiroso (2005). Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, Grasindo, Jakarta. Yusuf, Qardawi (1995) Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, Gema Insani, Jakarta. Zainuddin (1961) Tarich Aceh dan Nusantara, Cet 1, Pustaka Iskandar Muda, Medan.
374
Damanhur dan MuammaR Khaddafi