KONEKTIVITAS DAN INFRASTRUKTUR MENUJU PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN Disampaikan Pada Jakarta Food Security Summit (JFSS) 2012 Jakarta, 7 Februari 2012
Bambang Susantono, Ph.D. Wakil Menteri Perhubungan Republik Indonesia
KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI PADA PEREKONOMIAN INDONESIA ► Kontribusi sektor transportasi dalam 12,00% 10,00%
9,00%
9,60%
10,05%
10,50%
8,25% 7,45%
8,00% 6,32%
6,80%
6,00%
5,38%
4,00% 2,58% 2,00% 0,00% 2005
2006
2007
2008
2009
Pertumbuhan PDB Transportasi
Lapangan Usaha Produk Domestik Bruto Nasional PDB Transportasi Share Transportasi Terhadap PDB Nasional Pertumbuhan PDB Transportasi
2010*
2011*
2012*
2013*
2014*
Share Transportasi Terhadap PDB Nasional
2005
2006
2007
2008
pembentukan PDB Nasional pada kurun waktu 2005-2011 cenderung meningkat, dengan kisaran 3,71%3,97%. Diperkirakan kontribusi sektor transportasi ini akan terus meningkat, hingga mencapai 4,36% di tahun 2014. ► Pada tahun 2011 sektor transportasi diperkirakan bertumbuh sebesar 9%. Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan pemerintah tahun 2012, diharapkan sektor transportasi tumbuh lebih tinggi lagi, yaitu sebesar 9,60%. Lebih lanjut diharapkan pertumbuhan sektor transportasi ini akan terus meningkat, hingga mencapai 10,50% di tahun 2014.
2009
1,750,815 1,847,127 1,964,327 2,082,456 2,177,741 66,450 70,970 72,800 78,220 82,430 3.80% 3.84% 3.71% 3.76% 3.79% 6.32% 6.80% 2.58% 7.45% 5.38%
Sumber : BPS, Renja Kemenhub 2011, diolah
2010 2,310,689 89,230 3.86% 8.25%
2011* 2,449,330 97,260 3.97% 9.00%
2012** 2,606,087 106,600 4.09% 9.60%
2013** 2,780,695 117,310 4.22% 10.05%
2014** 2,975,344 129,630 4.36% 10.50%
2
2
MP3EI DAN PENGUATAN KONEKTIVITAS NASIONAL ► Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi (MP3EI) terdiri atas tiga strategi utama meliputi (1) pembangunan koridor ekonomi Indonesia, (2) penguatan konektivitas nasional dan (3) percepatan pengetahuan dan teknologi yang handal ► Sebagai salah satu pilar MP3EI, penguatan konektivitas adalah merupakan salah satu faktor penentu suksesnya pelaksanaan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia.
Sumber: MP3EI, 2011
3
3
PENTINGNYA KONEKTIVITAS DALAM PENGEMBANGAN KORIDOR EKONOMI Economic / Financial Center Port
Plantation Area
Industrial Area Plantation Area
Power Plant Mining Area
Economic / Financial Center
Industrial Area
Port Main Connectivity Supporting Connectivity
Industrial Area
► Infrastruktur transportasi yang memadai diperlukan dalam menghubungkan daerah penghasil pertanian, perkebunan, perikanan, dengan tempat pengolahan konsumsi.
atau pusat 4
4
SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL (SISTRANAS)
SISLOGNA S
SISTRANAS UU Tata Ruang
UU 22/2009 Ttg. LLAJ
UU 23/2007 Ttg. KA
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Rencana Jaringan Jalan Nasional
UU 17/2008 Ttg. Pelayaran
UU 1/2009 Ttg. Penerbangan
Tatanan Kepelabuhanan Nasional
Tatanan Kebandarudaraan Nasional
Cetak Biru Logistik Nasional
Angkutan Multimoda (PP. 8 Tahun 2011)
Rencana Induk Jaringan LLAJ Nasional
Rencana Induk KA Nasional
Rencana Induk Pelabuhan Nasional
Rencana Induk Bandar Udara Nasional
► SISTRANAS merupakan suatu sistem pelayanan jasa transportasi yang saling berinteraksi secara efektif dan efisien yang terdiri dari transportasi jalan, kereta api, sungai dan danau, penyeberangan, laut, udara serta transportasi pipa. ► SISTRANAS berfungsi sebagai unsur penunjang yang menyediakan jasa transportasi untuk memenuhi kebutuhan sektor lain, mengerakan pembangunan, serta sebagai industri jasa. Selain itu, SISTRANAS juga berfungsi sebagai unsur pendorong untuk menghubungkan daerah terisolasi maupun berkembang guna menumbuhkan perekonomian. ► SISTRANAS merupakan acuan dari dokumen-dokumen perencanaan transportasi yang ada di masingmasing sub sektor. Rencana-rencana transportasi tersebut juga mengakomodasi kebutuhan dari Sistem Logistik Nasional (Sislognas) dan disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). 55
PENINGKATAN LAYANAN TRANSPORTASI LAUT & PENYEBERANGAN
6
TRANSPORTASI LAUT SEBAGAI TULANG PUNGGUNG KONEKTIVITAS NASIONAL SLoC MALACA
Bitung
Makassar
Tg. Priok ALKI-I
ALKI-IIIC ALKI-II
ALKI-III
ALKI-IIIB
► Sebagai negara maritim dan sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki kepentingan untuk membangun transportasi laut yang handal. ► MP3EI mengedepankan upaya memaksimalkan transportasi laut agar Indonesia dapat meraih keuntungan dari modalitas maritim untuk mengakselerasi pertumbuhan di berbagai kawasan di Indonesia (khususnya Kawasan Timur Indonesia) dan membangun daya saing maritim.
7
7
JARINGAN TRAYEK DAN ARMADA KAPAL PENUMPANG PT. PELNI
► Untuk melayani transportasi antar pulau dengan jarak yang jauh, transportasi laut merupakan sarana transportasi yang cukup strategis ► Trayek PT Pelni, yang menyinggahi 94 pelabuhan, adalah armada yang paling dominan dalam sistem angkutan laut bagi pelayanan di wilayah Jawa dan Kawasan Timur Indonesia. 8
8
POLA SISTEM ANGKUTAN PENUMPANG LAUT DALAM NEGERI TERJADWAL (PELNI)
Malahayati
Nangroe Aceh Darussalam
Ranai Nunukan Lirung Tarempa
Belawan
Tahuna Tarakan Serasan
Sumatera Utara
Letung
Midai
Ranai Nunukan
Sibolga Lirung Tahuna
Tarakan
GN. Sitoli
Pontianak
Sulawesi Utara
Gorontalo
Samarinda
Maluku Utara
Gorontalo Sumatera Barat Pantoloan
Samarinda
Bitung
Toli-Toli
Sulawesi Utara
Gorontalo
Kalimantan Barat
TernateKijang
Bitung
Toli-Toli
Kalimantan Barat Pontianak
Kepulauan Riau
Tg. Balai Karimun Kwandang
Ternate
Kwandang
Batam
Riau
Kalimantan Timur
Kalimantan Timur
Tambelan
Dumai
Serasan
Maluku Utara
Gorontalo
Pantoloan
Manokwari Manokwari Sorong
Kalimantan Tengah Balikpapan Ketapang
Tengah Sampit
Kumai
an
Kalimantan Selatan Banjarmasin
Luwuk
Padang Sulawesi
Sulawesi Tengah Kolonedale
Jayapura
Ketapang Namlea
Sulawesi Tenggara
Pare-Pare
Luwuk
Balikpapan
Serui
Jambi
Sulawesi Selatan
Batu Licin
Belinyu
Banggai
Kolonedale
Sorong
Kalimantan Tengah
Biak
Irian Jaya Barat
Fak-Fak
Tg. Pandan
Amahai
Maluku
Kendari
Sampit
Kumai
Nabire Kaimana
Ambon
Irian Jaya Timur
Irian Jaya Tengah
Kalimantan Selatan
Banggai
Raha
Bengkulu
Sumatera Selatan
Namlea
Sulawesi Tenggara
Timika
Banjarmasin
Tual
Wanci
Batu Licin
Agats
Dobo
Pare-Pare
Serui Jayapura
Sulawesi Selatan
Banda Makassar Bawean
Biak
Irian Jaya Barat
Fak-Fak
Nabire
Amahai
Maluku
Kendari
Kaimana
Ambon
Bau-Bau
Irian Jaya Timur
Irian Jaya Tengah
Banda Semarang
Makassar
Jawa Tengah D.I Yogyakarta
Surabaya
Jawa Timur
Bima
Bali
Kalabahi Labuhan Bajo
Larantuka
Saumlaki
Badas Benoa
Lembar
Ende
Nusa Tenggara Barat Waingapu
Dobo
Tg. Priok
Agats
Bau-Bau
DKI Jakarta
Tenau/Kupang
Banten Jawa Barat
Semarang
Jawa Tengah D.I Yogyakarta
Surabaya
Jawa Timur
Bima
Bali
Kalabahi Labuhan Bajo
Larantuka
Saumlaki
Maumere Badas Benoa
Lembar
Ende
Nusa Tenggara Barat Waingapu
LEGENDA :
Tual
Merauke
Nusa Tenggara Timur
Sabu
Wanci
Bawean
Maumere
Timika
Raha
Lampung
Frekuensi lebih dari 4 kali per bulan Pelabuhan
Frekuensi 3 - 4 kali per bulan
Batas Provinsi
Frekuensi 2 - 3 kali per bulan
Batas Teritorial
Frekuensi 1 - 2 kali per bulan
Batas ZEE
Frekuensi kurang dari 1 kali perbulan
Merauke
Nusa Tenggara Timur Tenau/Kupang
Sabu
► Untuk pola angkutan laut PELNI, frekuensi pelayaran lebih dari 4 pelayaran/bulan masih
LEGENDA : Frekuensi lebih dari 4 kali per bulan PETA LAYANAN ANGKUTAN PNP LAUT didominasi oleh rute yang menghubungkan Tanjung Perak Surabaya dengan wilayah Pelabuhan Frekuensi 3 - 4 kali per bulan DALAM NEGERI PT. PELNI 2003 lainnya. Batas Provinsi Frekuensi 2 - 3 kali per bulan
► Sedangkan untuk Pelabuhan Makasar, didominasi oleh pelayaran dengan frekuensi 2 – 3
Sumber :
pelayaran/bulan.
OD SILANG PT. PELNI TAHUN 2003, DIOLAH
Batas Teritorial
Frekuensi 1 - 2 kali per bulan
9
9
JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN LAUT PERINTIS
► Untuk melengkapi pelayanan angkutan laut komersial, Pemerintah juga menyelenggarakan angkutan laut perintis, dengan tujuan membuka daerah yang terisolir atau terpencil, menghubungkan daerah yang moda transportasinya belum dapat beroperasi secara komersial, mendorong pengembangan daerah, dan mempercepat pengurangan kesenjangan pembangunan di daerah-daerah tersebut melalui peningkatan aksesibilitas wilayah-wilayah tersebut.
10 10
RENDAHNYA FREKUENSI KAPAL PERINTIS Rata-rata Round Voyage Kapal Perintis per Kabupaten Di Kawasan Timur Indonesia 25 21
Round Voyage
20 15
20 20 19 19
19
22 22
21 19
22 22 22
22
21
19 19 20
19
17 14
13
14
14
20 20
18 18 17 13
14
13
14 14
10
5 0
Kabupaten
► Masalah utama pengoperasian kapal perintis pada jaringan trayek di Kawasan Timur Indonesia adalah frekuensinya yang masih sangat kurang, di mana 1 round voyage masih di atas 14 hari. ► Untuk itu konektivitas akan ditingkatkan dengan cara memecah trayek agar frekuensi trayek kapal perintis dapat ditingkatkan dari >14 hari menjadi tidak lebih dari 14 hari per voyage. 11
11
CONTOH UPAYA PENINGKATAN FREKUENSI PELAYANAN KAPAL PERINTIS
► KR-58 semula : Merauke -325- Bade -220- Agats -115- Pomako -194- Dobo -116- Tual -140- Kaimana 182- Fak Fak -60- Kokas - 67- Babo -40- Bintuni -245- Sorong PP (25 hari dilayani 1 kapal) ► Menjadi R-58 A : Merauke -325- Bade -220- Agats -115- Pomako -194- Dobo -116- Tual PP (12 hari dilayani 1 kapal) ► Dan R-58 B : Sorong -245- Bintuni -40- Babo -67- Kokas -60- Fak Fak -182- Kaimana - 140- Tual PP (13 hari dilayani 1 kapal) 12 12
KONSEP TRANSPORTASI ANTAR MODA DI PAPUA DAN PAPUA BARAT YANG SEDANG DIKEMBANGKAN
► Peningkatan aksesibilitas ke kabupaten-kabupaten di wilayah pegunungan tengah melalui pengembangan transportasi antar moda yang merupakan perpaduan dari angkutan laut/sungai dan angkutan jalan. ► Peningkatan layanan transportasi laut perintis menjadi salah satu layanan utama yang akan 13 dikembangkan dalam rangka pengembangan sistem transportasi antar moda tersebut.
13
PEMBANGUNAN KAPAL PERINTIS
► Saat ini pada trayek pangkalan Merauke dan Sorong masih menggunakan kapal kargo yang diberikan dispensasi untuk mengangkut penumpang. ► Guna meningkatkan pelayanan angkutan laut pada masyarakat Papua & Papua Barat, pemerintah sedang membangun 4 kapal 200 DWT, 2 kapal 1200 GT, dan 2 kapal 2000 GT. ► Pembangunan kapal disesuaikan dengan kondisi geografi wilayah tersebut, yaitu berupa pengembangan kapal dengan desain “2-in-1” (penumpang dan kargo) dan “3-in-1” (penumpang, kargo, dan ternak).
14
14
LINTAS PENYEBERANGAN NASIONAL
Sabuk Utara
Sabuk Selatan
Sabuk Tengah
► Untuk memfasilitasi konektivitas antar pulau, sistem penyeberangan memegang peranan strategis, khususnya untuk angkutan jarak pendek. ► Saat ini konektivitas Kawasan Timur dan Kawasan Barat Indonesia dipolakan dengan pembangunan sabuk penyeberangan utara, tengah dan selatan. ► Hingga tahun 2011, terdapat 40 lintas penyeberangan komersil dan 114 lintas penyeberangan yang disubsidi.
15
15
FREKUENSI LAYANAN LINTAS PENYEBERANGAN
► Untuk Kawasan Timur Indonesia, masih didominasi oleh lintas penyeberangan perintis dengan frekuensi penyeberangan kurang dari 6 trip/minggu ► Selain itu pada kawasan kepulauan Maluku dan Maluku Utara, masih terdapat pulau-pulau yang 16 belum terhubung dengan lintas penyeberangan 16
KONSEP PENGEMBANGAN TRANS MALUKU
► Trans Maluku merupakan suatu sistem jaringan transportasi darat dan penyeberangan secara terpadu yang memungkin terhubungnya antar gugus pulau melalui pusat kota dari gugus pulau tersebut. ► Kombinasi jaringan jalan dan penyeberangan dirancang untuk memperpendek jangkauan jarak, waktu tempuh dan peningkatan kapasitas angkut menjadi lebih besar. Sebagai konektor, jaringan baru Trans-Maluku akan memfungsikan armada kapal sebagai penghubung (“jembatan bergerak”) 17 17
TAHAP AWAL PENGEMBANGAN TRANS MALUKU
Sumber: Pemda Maluku
► Pembangunan Trans Maluku akan melewati ruas jalan sepanjang 1.015,70 km, dan 40 dermaga yang akan dilayani oleh 24 kapal penyeberangan. ► Kombinasi moda penyeberangan yang didukung oleh moda darat akan menjadi tulang punggung pelayanan transportasi di wilayah kepulauan terbesar di Indonesia ini. ► Dalam jangka menengah, Trans Maluku akan dikembangkan untuk menghubungkan Kepulauan Maluku Utara, Maluku, Nusa Tenggara dan wilayah di sekitarnya 18 18
PENINGKATAN EFISIENSI & INFRASTRUKTUR PELABUHAN
19
PENGEMBANGAN PELABUHAN PADA KORIDOR EKONOMI
► Direncanakan di tahun 2012 akan dilakukan pengembangan beberapa pelabuhan utama yang mendukung Koridor Ekonomi seperti perluasan Pelabuhan Dumai, Pelabuhan Belawan, dan Pelabuhan Teluk Bayur di Sumatera, pengembangan Terminal Kalibaru Tanjung Priok dan Pelabuhan Tanjung Perak di Jawa, pembangunan Pelabuhan Balikpapan dan Pelabuhan Banjarmasin di Kalimantan.
20
20
UPAYA PEMERINTAH DALAM MENURUNKAN BIAYA DI PELABUHAN
KEPUTUSAN DIRJEN PERHUBUNGAN LAUT NO : UM.002/38/18/DJPL-11 TENTANG STANDAR KINERJA PELAYANAN OPERASIONAL PELABUHAN
Waktu Tunggu Kapal (Waiting Time/WT)
Kesiapan Operasi Peralata n
Mengatur standar kinerja pelayanan digunakan untuk mengetahui tingkat kinerja pelayanan pengoperasian di pelabuhan, kelancaran dan ketertiban pelayanan serta sebagai dasar pertimbangan untuk perhitungan tarif jasa pelabuhan
Waktu Pelayanan Pemanduan (Approach Time/AT)
Tingkat Penggunaa n Lapangan (Yard Occupancy Ratio/YOR)
Indikator Kinerja Pelayanan Operasional
Waktu Efektif (Effective Time/ET)
Berth Time/BT
Receiving /Delivery petikema s Tingkat Penggunaa n Gudang (Shed Occupancy Ratio/SOR)
Tingkat Penggunaan Dermaga (Berth Occupancy Ratio/BOR)
21
21
UPAYA EFISIENSI PELABUHAN
Sumber: Pelindo II
22
22
MODERNISASI BONGKAR MUAT PETI KEMAS
23
Sumber: Pelindo II
23
CONTAINERIZATION BAG CARGO ► Kantong kecil dimasukan ke dalam petikemas (containerization dari bag cargo)
► Kantong kecil diganti menjadi jumbo bag, dimasukan ke dalam petikemas
Sumber: Pelindo II
24
24
PENGGUNAAN JUMBO BAG CARGO
Sumber: Pelindo II
25
25
MODERINSASI BONGKAR MUAT CURAH KERING
26
Sumber: Pelindo II
26
CONTOH KASUS PELABUHAN TANJUNG PRIOK: MASIH TINGGINYA DWELLING TIME
► Rata-rata Dwell Time di Pelabuhan Tanjung Priok adalah 6,04 hari ► Rata-rata Dwell Time naik dari 4,9 hari menjadi 6 hari (23%) kurang dari 1 tahun 27
Sumber: Wold Bank
27
CONTOH KASUS PELABUHAN TANJUNG PRIOK: PERGERAKAN PETI KEMAS SETIAP JAM
Sumber: Wold Bank
28
28
CONTOH KASUS PELABUHAN TANJUNG PRIOK: PERGERAKAN PETI KEMAS SETIAP HARI
Sumber: Wold Bank
29
29
REKOMENDASI AWAL DARI STUDI WORLD BANK UNTUK MENGURANGI DWELL TIME TG. PRIOK
Sumber: Wold Bank
30
30
PENERAPAN INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW)
► Salah satu program yang didorong untuk mewujudkan peningkatan daya saing pelabuhan adalah penerapan sistem Indonesia National Single Window (INSW). ► Empat pelabuhan utama dan satu bandara di Indonesia yang akan menerapkan INSW, adalah Pelabuhan Tanjung Priok, Belawan, Tanjung Perak, dan Tanjung Emas, serta Bandara Soekarno-Hatta. Ke depan, akan dilakukan perluasan penerapan INSW pada Pelabuhan Merak, Bandara Halim PK dan Juanda, serta Dry Port Cikarang. 31
31
PENERAPAN INAPORTNET
Operator Pelabuhan
Sumber: Pelindo II, diolah
Operator Pelabuhan/TKBM/Syahbandar
Operator Pelabuhan
32
32
PENGEMBANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA
33
RENCANA PEMBANGUNAN AKSES KERETA API MENUJU PELABUHAN REGIONAL JAWA
Pengembangan Pelabuhan :
Jaringan
No
dan
Program
Layanan
Kereta
Api
Menuju
Periode
1
Tanjung Priok (DKI Jakarta)
2011-2013
2
Cirebon (Jawa Barat)
2011-2016
3
Tanjung Perak (Jawa Timur)
2011-2014
4
Tanjung Emas (Jawa Tengah)
2012-2015
5
Bojanegara (Banten)
2016-2018
34
34
RENCANA PEMBANGUNAN AKSES KERETA API MENUJU PELABUHAN REGIONAL SUMATERA Pengembangan Jaringan dan Kereta Api Menuju Pelabuhan : No . Karet, Indust ri CPO
Industri CPO
Program
Layanan
Periode
1
Lhokseumawe (NAD)
2018-2020
2
Belawan (Sumatera Utara)
2011-2012
3
Tanjung Api-api (Sumatera Selatan)
2018-2023
4
Dumai (Riau)
2019-2023
5
Teluk Bayur (Sumatera Barat)
2021-2025
6
Panjang (Lampung)
2018-2023
Industri CPO, Batubar a
35
35
Terima Kasih
JARINGAN TRANSPORTASI LAUT NASIONAL
MALAHAYATI
LHOKSEUMAWE
Miangas Karatung Kakorotan Geme Essang Rainis Beo Melonguane Lirung Mangarang
Marore
BELAWAN
Kawio
MALAYSIA Ranai Sedanau
Tapak Tuan
Matutuang Kawaluso Lipang
NUNUKAN
Tarempa TARAKAN Midai
Makalehi
SANGKULIRANG BENGALON SENGATA BONTANG SAMARINDA
Boluta P. Tello Saeru Sigologolo
TEMBILAHAN
PONTIANAK
GORONTALO
BALIKPAPAN MUNTOK
Ampana Poso
TAYIN KETAPANG Tg. Pandan/Belitung
Kolonedale
KUMAII
Bula
Ulima/ P.Ambalau
AMBON
Larearea/ Biringkasi Sinjai Maligan Boepinang Raha Sikeli Banabungi Burunga (P.Kaledupa) Usuku(P.Tomia) Selayar Papalia Batu atas (P.Binongko) Kayuadi
MAKASSAR
Masalembo
Masela Tepa
R - 58
R - 57 R - 56
R - 55
R - 54
Teba Sarmi Kaipuri JAYAPURA KowedaD. Rombebai Waren Trimuris Wapoga Kasonaweja Nabire
Tanah merah
TUAL
Seira
Poom Serui
Pomako Dobo
Ampera
Benjina Kalar kalar
Batu Goyang Larat Tutu Kembong
Gententiri
Asiki Wanam Kimaam
MERAUKE
Adaut
R- 2
P.Kesui P. Tior Kaimer P.Kur P. Toyando
Miosbipondi Jenggerbun Korido BIAK
SAUMLAKI
Kroing
R- 1
Lakor
Lelang/ Mahaleat
Sabu
Raijua
Attapupu Wini Naikliu
Moa Leti Wonreli/ Kisar
Ende
Ket : Pelabuhan Pangkal Perintis Tl. Bayur
Upisera Maritaim
Mpokot
Ilwaki
Ket : Trayek PT. Pelni
BIMA LEMBAR NTB
Babo
P. Molu
Jampea Bonerate TG. WANGI
Geser Banda Werinama
Leksula Namrole
Kolaka
Marabatuan Maradapan BAWEAN
KENDARI
Toheru
Parepare
P. Kerayan
Kobisonta/ Kobisadar
Amahai
KOTA BARU
LAMPUNG
Sanana
Watunoho
Maliku
Weda Mafa Besui Sausapor SORONG Meosmengkara MANOKWARI Waigama/ Teminabuan Misol Bintuni Fafanlap
Fakfak
PULANG PISAU
Pegatan Bahaur BENGKULU
PANJANG
PAGIMANA
Arefi
PALU
PALEMBANG
Gita Kayoa Indari
Popolii
Gela
Sinaki Singapokna Sikabaluan Srilagui M.Saibi Siberut Saumanuk Sioban Berilau
P. Mafia
Bula
Tambelan
Saribi
TG. PINANG
Mayau Wasilei Bicoli Tifure Moti
Werur
PEKANBARU SIAK
BITUNG
Elat
Tl.Dalam
TOLI TOLI
SINTETE
Amahai
Sehe
Berebere Daruba Tobelo Lolasita Wayamli Buli Peniti Gemia
Pehe Biaro Dama
BATAM
Gorom/ Ondor
TANJUNG SELOR
Serasan
DUMAI
SIBOLGA Sirombu
Solanakak
Letung
BAGANSIAPIAPI
Bebar/ Wulur Teon Nila Serua
P. Simeulue P. Banyak Lahewa Afulu
KUPANG
Ndao
R - 53
R - 52
R - 51
R - 50
DARWIN
R - 49 R - 48
► Untuk melayani transportasi antar pulau dengan jarak jauh, khususnya bagiSORONG angkutan AMBON
MANOKWARI TERNATE KUPANG Kotabararu BITUNG Makassar BIAK logistik, transportasi laut merupakan sarana SAUMLAKI transportasi yangJA sangat R - 30 strategis. R - 18 R – 41 R - 44 R- 6 R – 13 R - 16 TUAL R - 19 R – 25 R 3 R 27 R 38 Y R - 31 R 9 R - 35angkutan dalam ► Tg.Pinang Tercatat hingga saatPagimana ini pelayanan angkutan dalam negeri dilayani oleh negeri R – 45 P. Pisau R - 42 A R - 20 R - 26 R 28 R – 17 R 32 R 10 R 39 P nasional, termasuk dalam hal ini PT Pelni. Trayek PT Pelni, yang menyinggahi 94- 46 R 36 R - 12 R- 7 R - 23 R- 4 R U Tahuna KENDARI R – 21 Sintete Surabaya R – 33 R – angkutan 29 R pelabuhan, adalah yang paling dominan dalam sistem lautRbagi diR -wilayah R - 40 – 37 pelayanan 43 R - 47 A R - 34 R - 11 R - 14 R - 15 R - 24 R - 22 R- 5 R- 8 Jawa dan Kawasan Timur Indonesia. ► Untuk melengkapi pelayanan angkutan laut komersial, Pemerintah juga menyelenggarakan angkutan laut perintis, dengan tujuan membuka daerah yang terisolir atau terpencil, menghubungkan daerah yang moda transportasinya belum dapat beroperasi secara komersial, mendorong pengembangan daerah, dan mempercepat pengurangan kesenjangan pembangunan di daerah-daerah tersebut melalui peningkatan aksesibilitas wilayah-wilayah37 Bengkulu