AKADEMIKA; Vol. 15. No.2 Agustus 2017
KOMUNITAS PROVOKASI AKTIVASI (KIPAS) SEBAGAI STRATEGI DALAM OPTIMALISASI EFISIENSI FUNGSI KOORDINASI, KOMUNIKASI, DAN KINERJA EKO JUNI WAHYUDI Sekolah Tnggi Ilmu Ekonmi Indonesia Malang Email:
[email protected] Abstract The year 2015 telecommunications company (PT Telkom) launched a new culture is referred to as Community cultural Activation Provocation is the role of management strategy with optimization of the function of coordination, communication and performance or so-called fan. Fan culture is a breakthrough in efficiency to make it as one of the keys to success in any company. Based on problems in the work unit, the review results against sorcery, finally giving the analysis and answer the problems in work units can actually be ditengahkan, with the process of optimization of the function of communication, coordination and performance through. The result of the author's findings, i.e. as a strategyoriented management effectiveness on the performance expected, namely reaching 100T then one of the officers of the competence is the increase in effort which also deals with the placement of employees on the job that suits your skills and education. This is a form of coordination and communication. Thus it can be said that the coordination and communication is closely related to the performance of the employees in the exercise of activities in achieving the objectives of each work unit, including progress in the company of Telkom. Keywords: Culture; Management Strategies, Efficiency, Coordination, Communication, Performance
Pendahuluan Sebagai suatu perusahaan dengan great target 2015 yaitu growth 20% higher than industry growth, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) merencanakan target pendapatan sebesar Rp 100 triliun dengan kapitalisasi pasar Rp 300 triliun. Lima tahun lagi, BUMN telemomunikasi ini membidik kapitalisasi pasar Rp 1.000 triliun. Hal tersebut seiring dengan visi nyata, yaitu menjadi raja di udara (layanan seluler), darat (serat optik), dan laut (kabel laut). Di tahun ini, Telkom sendiri telah belanja modal sekitar Rp 25 triliun, di mana alokasi terbesar untuk bisnis seluler, setelah itu pengembangan fixed broadband, dan bisnis lainnya. Oleh karenanya, setiap elemen di dalam PT Telkom haruslah menjadi suatu kekuatan internal yang mendukung visi tersebut.
Suatu unit di dalamnya akan dimaknai sebagai unit kerja yang terintegrasi dalam kesatuan perusahaan dan turut memberikan sinergi atas nilai-nilai perusahaan. Sehingga, dalam penelitian ini, penulis menjelaskan mengenai unit finance sebagai bagian dari perusahaan yang merupakan unit kerja sistematis dalam pekerjaan yang dirumuskan dengan baik, di mana masing-masing pekerjaan itu mengandung wewenang, tugas dan tanggung jawab tertentu yang memungkinkan orang tersebut dapat bekerja sama secara efektif dalam usaha mencapai tujuan bersama. Penulis merasakan diperlukannya suatu strategi manajemen yang sehat dan produktif dalam mengelola segala sumber daya yang dimiliki PT Telkom, mengingat Great target 2015 yaitu growth 20% higher than industry growth. Selain itu Ia juga menjelaskan CFO Role 2015 yang terbagi menjadi tiga
Komunitas provokasi aktivasi (kipas) sebagai strategi dalam optimalisasi..
79
AKADEMIKA; Vol. 15. No.2 Agustus 2017
yaitu return, margin dan ratio. Keuangan ini bisa bermanfaat dan memberikan gambaran yang penting sebagai insane Telkom, sehingga mempunyai bekal yang baik untuk mengawal program Telkom ke depan. Guna merealisasikannya, saat ini Telkom melakukan transformasi untuk 4 aspek yakni businesss, people, culture, dan organization. Point keempat tentang unit kerja ini menjadi penting karena harus follow strategy, termasuk pula pengelolaan atas sumber daya manusia yang dimaknai sebagai aset dan mempunyai peranan penting dalam menjalankan segala aktivitas perusahaan. Sebagai karyawan di bagian keuangan yang bertanggung jawab mengelola dengan tingkatan menejer di unit finance, penulis merasakan suatu permasalahan akibat cara kerja dari karyawan di dalam internal itu sendiri. Padahal, guna mendukung visi dari Telkom, telah dirancang budaya baru / Activation melalui KomunItas Provokasi AktivaSi budaya atau disebut Kipas budaya. Kipas budaya menjadi wadah ekspresi perilaku seluruh karyawan sehari-hari yang menginduksi cara kerja baru, tentu saja dengan atmosfir The Telkom Way. Jargon Kipas budaya IDeC yaitu SMILE, yang merupakan singkatan dari Smart, Monetized, Innovative, Leading, Excellent yang mengandung arti, bahwa Smart, artinya mengetahui tujuan, mampu menentukan prioritas dan seberapa banyak yang dihasilkan. Monetized, atau Idea to Cash, Innovative yang berarti menciptakan value perusahaan, Leading atau selalu menjadi yang terdepan dan Excellent, yaitu menjadikan sesuatu yang terbaik dengan cara terbaik. Akibatnya, penulis menyadari masih perlu peningkatan kompetensi dibidang finance. Penulis menyadari bahwasanya, jargon – jargon budaya Kipas yang dibuat di unit bisnis Telkom perlu dikembangkan, agar seirama dengan fungsi manajemen yang baik, sebab manajemen hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen yang baik akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan mitra usaha serta menjadikan daya guna dan hasil guna setiap unsur manajemen akan dapat ditingkatkan. Hal tersebut kemudian mendorong penulis melakukan analisa untuk
menyelaraskan kipas budaya dalam menyusun manajemen strategi membuat perencanaan, mengorganisir, mengarahkan, mengkoodinir, serta mengawasi kegiatan-kegiatan dalam suatu unit kerja agar tercapai tujuan unit kerja secara efisien dan efektif dengan target 100T di tahun 2015. Menurut kajian manajemen unit finance, penulis membutuhkan suatu terbosoan yang merupakan identifikasi atas unsur kipas budaya yang dapat dioptimalkan dalam mencapai tujuan perusahaan. Sekalipun penulis menyadari bahwa masih banyak hal yang mempengaruhi kesuksesan dari suatu perusahaan sebesar PT Telkom, namun hasil identifikasi penulis mencermati atas 3 (tiga) unsur penting yang berkenaan dengan kipas budaya, di mana dalam unit finance yang akan sangat vital mempengaruhi terwujudnya tujuan unit kerja, yaitu koordinasi, komunikasi dan kinerja atau 3K. Dalam mendukung optimalisasi fungsi kipas budaya melalui efisiensi 3K di unit finance haruslah mampu menjelaskan langkah strategis dalam mendukung target 100T dari telkom Group di tahun 2015. Selanjutnya manfaat yang dapat diambil adalah penulis sendiri memiliki pengetahuan lebih dan mampu belajar dalam menyusun, berpikir kritis mengenai manajemen strategi yang mampu memberikan efektifitas bagi perusahaan.
Pembahasan Kipas budaya Sebagai Efisiensi Fungsi Koordinasi Dalam Manajemen Dalam kipas budaya, pengkoordinasian merupakan usaha mensinkronkan dan menyatukan segala kegiatan dalam unit kerja agar tercapai tujuan unit kerja. Menurut penulis, untuk menjadikan PT.Telkom khususnya unit finance mampu berhasil dengan baik haruslah memahami makna koordinasi antar lini. Pengkoordinasian merupakan tugas yang sulit dilakukan, terlebih atas permasalahan menggapai target 100T dan karena berbagai perbedaan yang ada di dalam unit finance dan perusahaan, seperti misalnya perbedaan tujuan, waktu, hubungan perseorangan, formalitas struktur
Komunitas provokasi aktivasi (kipas) sebagai strategi dalam optimalisasi..
80
AKADEMIKA; Vol. 15. No.2 Agustus 2017
dan lain-lain. Tujuan perseorangan mungkin saja berbeda dengan tujuan unit kerja, sehingga berakibat bagian yang satu dengan yang lain di dalam unit kerja saling mementingkan kepemimpinan sendiri, dan lain-lain. Setiap unit kerja tidak terkecuali PT.Telkom khususnya unit finance tentu menginginkan terjalinnya fungsi manajemen pengkoordinasian yang baik dan berfungsi secara maksimal, sehingga antar anggota dan antar bagian di dalam unit kerja dapat bekerjasama dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya, sehingga tercipta hubungan yang harmonis dan dinamis dalam rangka mencapai tujuan bersama secara cepat, tepat, efisien dan efektif dalam rangka menyatukan visi meraih target 100T di tahun 2015. Umumnya seseorang yang tidak memahami pentingnya koordinasi dalam unit kerja yang belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini terlihat dari pekerjaan yang dilaksanakan terhambat prosesnya, penggunaan sumber daya yang ada tidak efisien, dan hasil pekerjaan yang tidak maksimal, dan lain-lain, yang kesemuanya itu membuat pekerjaan tidak dapat diselesaikan dengan baik, sehingga efektivitas kerja tidak dapat ditingkatkan. Hal tersebut terjadi karena akibat dari koordinasi yang tidak dijalankan secara efektif, seperti komunikasi yang tidak lancar, kesadaran pentingnya koordinasi yang kurang dan perencanaan koordinasi yang kurang jelas dan terarah. dapat penulis katakan di sini yaitu tentang bagaimana keadaan dan situasi koordinasi yang dijalankan masing-masing bagian, sebagai berikut : a) Perencanaan koordinasi belum tersusun. b) Komunikasi secara tertulis masih belum berjalan dengan baik. c) Kesadaran akan perlunya koordinasi antar pegawai yang masih kurang. d) Pelaksanaan koordinasi yang jarang diformalitaskan. Penulis kemudian berasumsi bahwa kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan bermacam-macam satuan
pelaksanaannya. Setidaknya ada tiga macam bentuk yang merupakan saling ketergantungan di antara satuan-satuan unit kerja, yaitu : a)
Saling ketergantungan yang menyatu (pooled intrerdependence), bila satuansatuan unit kerja tidak saling tergantung satu dengan yang lain dalam melaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung pada pelaksanaan kerja setiap satuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir.
b)
Saling ketergantungan yang berurutan (sequential inter dependence), dimana suatu satuan unit kerja harus melakukan pekerjaannya terlebih dahulu sebelum satuan yang lain dapat bekerja.
c)
Saling ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence), merupakan hubungan memberi dan menerima antar satuan unit kerja.
Karena, melihat kenyataan ini kemudian penulis merasa lebih menyadari akan pentingnya koordinasi yang harus dijalankan sebaik mungkin, antar anggota dan antar bagian PT.Telkom khususnya unit finance dalam menjalankan target 100T di tahun 2015, yang mana akan memaksimalkan koordinasi antar bagian, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai secara efisien dan efektif. Analisa Pentingnya Koordinasi Sebagai Kunci Keberhasilan Menggapai 100T melalui Kipas budaya Dalam inovasi penulis atas optimalisasi kipas budaya, 3K yang pertama adalah koordinasi, di mana merujuk berdasarkan kebutuhan pada unit kerja yang komplek, maka setiap bagian harus bekerja secara terkoordinasi, agar mendapatkan hasil yang diharapkan. Koordinasi terhadap sejumlah bagian-bagian yang besar pada setiap usaha yang luas daripada unit kerja demikian pentingya sehingga beberapa sarjana administrasi menempatkan koordinasi ini dalam titik pusat analisanya. Koordinasi yang efektif adalah suatu keharusan untuk mencapai administrasi yang baik dan merupakan tanggung jawab yang langsung dari pimpinan.
Komunitas provokasi aktivasi (kipas) sebagai strategi dalam optimalisasi..
81
AKADEMIKA; Vol. 15. No.2 Agustus 2017
Koordinasi akan menjadi penting dalam realisasi program Self Assessment Good Corporate Governance (GCG). Sebab, dalam hal tersebut dimaknai bahwa perusahaan melalui manajemen strategi harus melakukan koordinasi untuk mengetahui kemampuan seorang pimpinan unit/ divisi dalam mengkoordinasikan bawahannya, tergantung daripada beberapa jumlah bawahannya yang harus dikendalikan. Hal tersebut selaras dengan upaya untuk melakukan evaluasi dan review pengendalian intern kegiatan Unit secara berkesinambungan. Bila jenjang pengendalian yang luas berarti jumlah bawahan yang harus dikendalikan banyak, dan sebaliknya. Penulis juga beranggapan bahwa “koordinasi fungsional adalah koordinasi secara horizontal.” Hal ini disebabkan karena sebuah unit tidak mungkin dapat melakukan sendiri tanpa bantuan unit unit kerja lain. Koordinasi yang baik adalah mengkehendaki proses, sebab koordinasi adalah pekerjaan menyeluruh dan bersama yang bersifat kesinambungan dan harus dikembangkan sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik. Sebagai upaya optimalisasi, maka koordinasi adalah konsep yang diterapkan didalam kelompok, bukan terhadap usaha individu. Komunikasi Sebagai Kunci Keberhasilan Sebagai PT Telkom Bermitra dan Kekuatan Internal Optimalisasi strategi kipas budaya yang kedua, adalah komunikasi. Meskipun koordinasi mempu memberikan pengaruh yang signifikan, namun nyatanya saat orang bekerja sama sebagai hasil pengertian tentang tugas masing-masing dan perintah seorang pejabat atau seorang pimpinan supaya berkoordinasi, adalah hal yang tidak dapat dipaksakan. Oleh karena itu, guna merealisasikan target 100T dibutuhkan suatu cara lain dalam unit kerja, yaitu komunikasi dalam bermitra baik bermitra di luar maupun kekuatan komunikasi internal perusahaan. Upaya komunikasi telah dilakukan, dalam bermitra di ranah internasional seiring dengan pembangunan backbone sepanjang 75 ribu km di seluruh wilayah nusantara bakal rampung dan akan dilanjutkan ke berbagai
negara. Investasi di dalam negeri bakal mencapai Rp 3,6 triliun, sedang ekspansi ke luar negeri menelan dana investasi 240 juta dolar AS. Selain itu, Telkom juga siap menjadikan Indonesia sebagai jalur global network. Langkah tersebut sudah dilakukan dengan meneken kesepakatan pembangunan kabel laut internasional.Telkom juga sudah mengantongi rencana pembangunan jaringan kabel laut yang diberi nama Indonesia Global Gateway guna menghubungkan Indonesia ke negara-negara belahan Barat hingga Eropa melalui Konsorsium South East Asia-Middle East-Western Europe 5 (SEA-ME-WE 5) dengan SEA-US. Dari sisi internal sendiri, semua karyawan Telkom Group dan mitranya saat ini haruslah berdarah digital untuk mendorong Telkom agar menjadi raja di udara,darat dan laut, serta untuk menjadi raja di region. Dalam unit finance sendiri, komunikasi akan membuat jembatan yang hilang (missing link) antara kompetensi pegawai dan tujuan perusahaan agar menjadi lebih dimaknai. Komunikasi akan bertindak untuk mengontrol perilaku anggota. Karenanya, komunikasi merupakan kunci untuk mencapai koordinasi yang efektif. Koordinasi secara langsung tergantung pada perolehan, penyebaran dan pemrosesan informasi. Semakin besar ketidak-pastian tugas yang dikoordinasi, semakin membutuhkan informasi. Untuk alasan ini, koordinasi pada dasarnya merupakan tugas pemrosesan informasi. Merujuk pada kipas budaya, maka melalui komunikasi, maka didapatkan cara sekalipun tanpa pimpinan, maka akan dapat untuk mendisiplinkan diri melalui pendekatan yang baik, menciptakan kondisi kerja yang menantang yang dapat diterima oleh seluruh staff. Tetapi tidak hanya sampai disitu, ada teknik-teknik lain yang dapat digunakan perusahaan dalam melakukan optimalisasi komunikasi, diantaranya memberikan pujian tentang pekerjaan yang dilaksanakan dengan baik. Proses interaksi atau hubungan satu sama lain yang dikehendaki oleh seseorang dengan maksud agar dapat diterima dan dimengerti di antara sesamanya atau pemahaman bersama (common understanding).
Komunitas provokasi aktivasi (kipas) sebagai strategi dalam optimalisasi..
82
AKADEMIKA; Vol. 15. No.2 Agustus 2017
Saling pengertian antara seseorang, maksud penyampaiannya tidak hanya dengan katakata, tetapi juga secara tertulis maupun secara lisan. Komunikasi menjadi bagian penting yang diperhatikan oleh manajemen, karena manusia mulai menyadari akan pendekatan manusiawi melalui komunikasi yang baik. Kinerja Sebagai Penentu Keberhasilan Unit kerja Hal terakhir yang merupakan intepretasi penulis dengan menyebut kipas budaya, yaitu output berupa kinerja. Unit kerja yang “hidup” adalah unit kerja yang “bekerja”. Maksud hal tersebut adalah bahwa unit kerja yang berhasil adalah unit kerja yang bekerja dan aktif. Kinerja yang diharapkan oleh unit kerja adalah yang meliputi pekerjaan yang benar (doing the right things), dan melakukan pekerjaan dengan benar (doing things right). Tercapainya target 100T di tahun 2015 dari PT. Telkom hanya dimungkinkan karena upaya para pelaku yang terdapat pada unit kerja atau perusahaan tersebut. Dalam hal ini sebenarnya terdapat hubungan erat antar kinerja perorangan (Individual performance) dengan kinerja unit kerja (organization performance). Dengan kata lain bila kinerja karyawan baik maka kemungkinan besar kinerja dalam perusahaan juga baik. Kinerja seorang karyawan akan baik bila dia mempunyai keahlian (skill) yang tinggi, bersedia bekerja karena digaji atau diberi upah sesuai dengan perjanjian, mempunyai harapan (expectation) masa depan baik. Menurut beberapa sumber yang penulis telaah, terdapat pengertian yang menyerupai mengenai kinerja, yaitu kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu unit kerja (Haroldz, 2012: 46). Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personel di dalam unit kerja. Deskripsi dari kinerja menyangkut 3 komponen penting, yaitu tujuan, ukuran dan
penilaian. Penentuan tujuan dari setiap unit unit kerja merupakan strategi untuk meningkatkan kinerja. Tujuan ini akan memberikan arah dan mempengaruhi bagaimana seharusnya perilaku kerja yang diharapkan unit kerja terhadap setiap personel. Selain penentuan tujuan juga dibutuhkan ukuran yaitu apakah seorang personel telah mencapai kinerja yang diharapkan. Aspek ketiga dari kinerja adalah penilaian. Penilaian kinerja secara reguler yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan kinerja setiap personel. Kinerja meliputi beberapa aspek, yaitu : a.
Quality of Work (Kualitas Pekerjaan) Baik atau buruknya pekerjaan yang dihasilkan oleh pegawai dalam suatu unit kerja, dapat menjadi penilaian baik atau buruknya unit kerja tersebut dalam hal pencapaian tujuannya. Semakin baik hasil pekerjaan terutama dari segi kualitasnya mengindikasikan baik atau buruknya tujuan unit kerja yang akan dan telah dicapai. Secara umum kualitas pekerjaan ini dapat dinilai dari segi ketepatan waktu, biaya serta kebenaran hasil yang diperoleh.
b.
Promptness (Tepat Waktu) Secara umum ketangkatasan dan kecepatan pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya akan menjadi ukuran baik atau buruknya kinerja pegawai yang bersangkutan. Ketangkasan dan kecepatan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan ini lebih ditekankan pada waktu pengerjaan tugas yang diberikan, namun pada akhirnya kecepatan dan ketangkasan pegawai tersebut berdampak pada kuantitas atau jumlah pekerjaan yang adapat diselesaikan oleh pegawai yang bersangkutan.
c.
Initiative (Inisiatif) Inisiatif seseorang (atasan atau pegawai bawahan) berkaitan dengan daya pikir, kreativitas dalam bentuk ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan unit kerja. Setiap inisiatif sebaiknya mendapat perhatian atau tanggapan positif dari atasan,
Komunitas provokasi aktivasi (kipas) sebagai strategi dalam optimalisasi..
83
AKADEMIKA; Vol. 15. No.2 Agustus 2017
kalau memang dia atasan yang baik. Atasan yang buruk selalu mencegah inisiatif dari bawahan, lebih-lebih bawahan yang kurang disenangi. Apabila atasan menjegal setiap inisiatif tanpa memberikan penghargaan berupa argumentasi dan daya dorng untuk maju atau dengan kata lain inisiatif peserta unit kerja merupakan daya dorong kemajuan yang akhirnya akan mempengaruhi kinerja unit kerja tersebut. d.
Capability (Kecakapan) Seseorang yang dirasakan mampu dan memiliki keahlian haruslah ditempatkan pada sub kerja/ unit kerja yang sesuai dengan landasan keahliannya. Hal tersebut sangat berkaitan dengan keinginan PT.Telkom untuk karyawannya melek terhadap sistem informasi digital.
e.
Communication (Komunikasi) Komunikasi akan mengukur bagaiamana kinerja seseorang mampu menyampaikan, bekerja sama dengan rekan unit kerja atau untuk unit kerja dalam mengimplementasikan informasi yang diberikan sesuai tujuan perusahaan.
Analisa Rencana Kerja Mendukung Target 100T melalui Kipas budaya Dalam Efisiensi Koordinasi, Komunikasi dan Kinerja Dalam unit finance, maka koordinasi berhubungan dengan tugas-tugas penggabungan usaha-usaha (effort) agar dapat dengan berhasil mencapai suatu tujuan. Penggabungan usaha-usaha tersebut sengaja dimaksudkan untuk mencapai tujuan, atau koordinasi akan berhasil dengan menggunakan planning, organizing, actuating dan controlling. Dengan menggunakan koordinasi dan komunikasi inilah koordinasi akan dilaksanakan dan berhasil dan membuat kinerja menjadi dapat dicapai secara efektif. Bila suatu kinerja ingin dicapai secara efektif, maka diperlukan usaha bersama oleh setiap anggota atau setiap unit/bagian dalam unit kerja. Untuk itu diperlukan koordinasi
yang baik dan lancar antar masing-masing unit/bagian dan anggota unit kerja. Di sinilah peran penting koordinasi yang harus dijalankan dengan baik, sehingga setiap usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan bersama dapat dicapai secara efektif. Untuk mencapai hal tersebut, maka rencana kerja akan meliputi penguatan atau optimalisasi dari koordinasi, komunikasi dan efektifitas kinerja. Langkah-langkah yang ditempuh unit finance dalam melaksanakan optimalisasi tersebut adalah: 1.
Usaha persiapan dengan mempersiapkan manajer untuk memecahkan masalah dengan menyediakan orientasi sistem, di mana dalam hal tersebut meliputi: a) Memandang PT.Telkom sebagai suatu sistem. Mampu melihat perusahaan anda sebagai suatu sistem. b) Mengenal sistem lingkungan. Hubungan perusahaan dengan lingkungan juga penting. c) Mengidentifikasi subsistem-subsistem perusahaan d) Subsistem-subsistem utama perusahaan juga perlu diidentifikasi, dan subsistem tersebut dapat mengambil beberapa bentuk.
2. Usaha definisi, yang mencakup mengidentifikasi masalah untuk dipecahkan dan kemudian memahaminya. Upaya definisi pertamatama mencakup kesadaran bahwa suatu masalah ada atau tidak ada (identifikasi masalah) dan kemudian cukup mempelajarinya untuk mencari solusi (pemahaman masalah). Upaya definisi mencakup dua langkah: a) Bergerak dari tingkat sistem ke subsistem, di mana ketika manajer berusaha memahami masalah, analis mulai dengan sistem yang menjadi tanggung jawab manajer. Sistem itu dapat berupa perusahaan atau salah satu unitnya dengan bergerak menuruni hirarki sistem, tingkat demi tingkat.
Komunitas provokasi aktivasi (kipas) sebagai strategi dalam optimalisasi..
84
AKADEMIKA; Vol. 15. No.2 Agustus 2017
b) Menganalisis bagian-bagian sistem dalam suatu urutan tertentu c)
Usaha solusi, yang mencakup mengidentifikasi berbagai solusi alternatif, mengevaluasinya, memilih satu yang tampak terbaik, menerapkan solusi itu dan membuat menindaklanjuti untuk menyakinkan bahwa masalah itu terpecahkan.
Dalam rencana kerja, unit finance sendiri telah membuat suatu sasasran untuk peningkatan efektifitas sistem pengendalian intern perusahaan, pedoman Good Corporate Governance (GCG) sesuai dengan ketenuan dan peraturan yang berlaku dalam melaksanakan tugasnya di Telkom, dan peningkatan kemampuan dan kompetensi Karyawan di bagian keuangan Perusahaan. Dalam menyelesaikan sasaransasaran di atas, seperti peningkatan efektifitas sistem pengendalian intern perusahaan, maka manajer terlibat dalam pemecahan masalah untuk pengambilan keputusan yang efektif dan efisien. Mengingat, fungsi dari optimalisasi koordinasi dalam Unit finance, maka penulis menekankan bahwa tujuan koordinasi adalah tujuan bersama, kesatuan dari pada usaha meminta suatu pengertian kepada sesama individu agar ikut serta melaksanakan tujuan sebagai kelompok. Dalam strateginya, unit finance melakukan evaluasi dan review pengendalian intern kegiatan Unit secara berkesinambungan. Hal tersebut, berkaitan dengan konsep kesatuan tindakan, adalah inti daripada koordinasi, kesatuan daripada usaha berarti pemimpin harus mengatur usaha-usaha diri setiap individu sehingga terdapat keserasian dalam mencapai hasil. Kesatuan tindakan ini merupakan suatu kewajiban daripada pemimpin untuk memperoleh suatu koordinasi yang baik, dengan mengatur jadwal yang dimaksudkan bahwa usaha itu berjalan sesuai rencana. Selain itu, meninjau pada sasaran dan target 100T dengan strategi berkoordinasi dengan unit lainnya dalam menjalin komunikasi yang baik terhadap mitra usaha dan kompetensi intenal pegawai, maka menurut penulis bahwa koordinasi harus
dicapai dengan jalan hubungan-hubungan orang secara antar-pribadi dan horizontal di dalam suatu perusahaan/unit kerja. Koordinasi tidak bisa muncul dengan sendirinya, dikarenakan bahwa kebutuhan dari koordinasi dimulai dari berbagai kewajiban yang harus diusahakan, dan orang-orang yang melaksanakannya. Proses menilai hasil karya personel dalam suatu unit kerja melalui instrument penilaian kinerja. Pada hakikatnya penilaian kinerja merupakan suatu evaluasi terhadap penampilan kerja dari para personel dengan membandingkannya dengan standar baku penampilan. Namun, tidak semua kinerja dapat diberikan penilaian, sehingga hal tersebut bisa dilakukan dengan langkah komunikasi dan kemudian mengkoordinasi dengan bagian/ unit yang terkait. Karenanya, dengan banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan, seperti ancaman global OTT (Over The Top) dan dituntut suatu pengolahan kreatifitas untuk memecahkan hal–hal seperti masalah yang kemudian muncul sebagai peluang, masukkan dari pelanggan, ide yang mampu memecahkan masalah, tantangan, implementasi dari strategi berpikir, ada beragam proses follow up. Kesemuanya itu dituntut dimiliki oleh individu untuk dapat mengangkat perusahaan agar mampu berkompetisi. Disinilah peran dari koordinasi, komunikasi dan kinerja dari seluruh elemen unit kerja dibutuhkan.
Simpulan Koordinasi, komunikasi dan kinerja merupakan bagian dari “kipas budaya” merupakan tiga hal penting yang harus saling diintegrasikan satu dengan yang lainnya. Dalam mencapai sasaran untuk meralisasikan target pendapatan pendapatan sebesar Rp 100 triliun dengan kapitalisasi pasar Rp 300 triliun. Lima tahun lagi, BUMN telemomunikasi ini membidik kapitalisasi pasar Rp 1.000 triliun. Melalui 3K dalam konsep kipas budaya, maka unit finance telah melakukan langkah-langkah strategis dalam perbaikan dan peningkatan kemampuan dan kompetensi Karyawan. Fungsi kipas budaya menjadi penting artinya
Komunitas provokasi aktivasi (kipas) sebagai strategi dalam optimalisasi..
85
AKADEMIKA; Vol. 15. No.2 Agustus 2017
dalam manajemen dalam rangka mengintegrasikan semua kegiatan yang dilakukan oleh setiap bagian di dalam unit kerja. Dengan koordinasi yang efektif antar bagian atau satuan yang ada di dalam sebuah unit kerja, maka komunikasi dan kinerja akan terbentuk untuk setiap kegiatan yang dijalankan oleh masing-masing satuan unit kerja dan pada akhirnya dapat dilakukan secara efektif. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang erat antara koordinasi dengan komunikasi dan kinerja di masingmasing satuan unit kerja. Tinjauan atas koordinasi, komunikasi dan kinerja haruslah menjadi suatu hal yang dapat diteruskan melalui sebuah peelitian ilmiah. Menyadari ini hanya sebatas penelitian, tentunya penulis menginginkan penyempurnaan dari berbagai pihak.
Daftar Referensi Arif, Bachtiar. (2002). The National Commitee On Govermental Accounting. Jakarta : Salemba Empat.
Ivancevich, John M.; Robert Konopaske dan Michael T. Matteson. 2007. Perilaku dan Manajemen Organisas,.terj. Gina Gania. Jakarta: Penerbit Erlangga. Koontz, Harold dan O’Donnell, Cyril. (2012). Manajemen diterjemahkan oleh Antarikso, A. Firman, Agus Dharma dan Hendardi. Jakarta : Erlangga. Mardiasmo, (2013). Konsep Ideal Akuntabilitas dan Transparansi Organisasi Layanan Publik. Yogyakarta: Majalah Swara MEP, Vol. 3 No. 8 Maret, MEP UGM Jogjakarta. Nurudin. (2013). Komunikasi Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Massa.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar. (2012). Tata Tulis Karya Ilmiah: Bagian VI. Studi Kepustakaan. Pusat Pengembangan Bahan Ajar-UMB. Siagian, Sondang. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Stone, Raymond J. (2005). Human Resources Management. Quensland: Jhon Willeys & Son Australia, Ltd., Fifth Edition.
Effendi, Onong Uchjana. (2006) Kepemimpinan dan Komunikasi. Bandung : Alumni. Effendy, Onong Uchjana, (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung :PT Citra Aditya Bakti Eni, Fitriyani. (2013). Analisis Kegiatan Komunikasi Unit kerja Pada PT. Kresna Duta Agroindo Perkebunan Sinar Mas Group Kecamatan Kombeng Kabupaten Kutai Timur. Kutai: eJurnal Ilmu Komunikasi Vol 1(2): 518-531. FISIP Universitas Mulawarman. Handoko, T. Hani. (2009) Manajemen Edisi 12. Yogyakarta : BPFE. Hasibuan, S.P Malayu. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Toko Gunung Agung. Ikhwansyah, Isis. (2010). Hukum persaingan usaha dalam implementasi teori dan praktik (kaitannya dengan hukum perlindungan konsumen dalam sector telekomunikasi). Bandung: UNPAD Press.
Komunitas provokasi aktivasi (kipas) sebagai strategi dalam optimalisasi..
86