Fungsi Laboratorium dalam Optimalisasi Kinerja Tri Darma Perguruan Tinggi Fathurrahman*) Dosen FKIP Universitas Islam Lamongan Abstrak; This study want to explained on role and functions of the laboratory in an effort to maximize Tridarma University activities. University laboratory can be interpreted as a media for learning and development of education by faculty and students in improving science, transformation of values, and increase the academic competence. Research activities could be centered on a laboratory study where academic or social issues by maximizing extracting data and information sources from direct observation in the field, as well as the development of science and technology. The results of research studies can be used by faculty and students as a means of dedication to the community development. University can also use laboratory or industrial partners and business partners as a practicum student and faculty as well as the business people in order to optimize the study and research to produce a new creativity and innovation Kata Kunci : Peran Laboratorium, Kinerja Tridarma Perguruan Tinggi A. Pendahuluan Perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan yang komplek, mempunyai tugas dan peran sebagai institusi pengembang keilmuan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Tridarma perguruan tinggi tersebut melekat dalam domain pengelolaan dan kepemimpinan perguruan tinggi yang telah teruji dalam dinamika perkembangan masyarakat global dewasa ini. Melalui peran dan fungsi pengajaran tidak hanya memberikan transfer of knowladge kepada mahasiswa, lebih dari itu adalah pewarisan nilai-nilai keilmuan yang dapat dipertanggungjawabkan. Demikian halnya dengan peran penelitian, laboratorium menjadi ruang mahasiswa dan dosen dalam melakukan penelitian dan menghasilkan penemuan baru sesuai dengan bidang keilmuannya yang selanjutnya digunakan sebagai wahana pengabdian kepada masyarakat. Universiatas kita dengan konsep Tridarma perguruan tinggi telah banyak menghasilkan karya besar untuk menjadi sumbangsih perguruan tinggi dalam membangun bangsa dan Negara. Sebagai institusi yang Komplek, perguruan tinggi mengharuskan adanya pengelolaan yang konprehensif dan strategis dalam menjalankan dan menata pamong praja, sarana, prasarana, dan kepemimpinannya guna mendukung optimalisasi peran, fungsi, dan tugas tridarma perguruan tinggi. Salah satu sarana yang penting dan memadai dalam pengelolaan perguruan tinggi serta mendukung tercapainya misi dan tujuan perguruan tinggi
dalam menjalankan tridarma adalah laboratorium perguruan tinggi. Berbagai laboratorium dimiliki oleh perguruan tinggi sesuai dengan konsentrasi keilmuan yang diajar-kembangkan sebagai pusat pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat antara lain; laboratorium bahasa, teknik, perkapalan, komputer, kesehatan, farmasi, pendidikan, peternakan, kelautan, dan pertanian. Dengan demikian dapat difahami bahwa Universitas yang menghasilkan manusia profesional menyediakan ‘lahan administratif’ yang holistik dan komprehensif. Dalam kontek manajemen perguruan tinggi (Palfreyman dan Warner, 1996) memberikan elemen kunci dalam pengelolaan perguruan tinggi yang menjalankan pengajaran dan penelitian atau menggabungkan keduanya, antara lain; Budaya organisasi, perencanaan strategis, sumber dana dan alokasi sumberdaya, pengambilan keputusan, personalia, sarana dan manajemen kemahasiswaan. Sebagai contoh, dalam penyusunan perencanaan strategis manajerial perguruan tinggi tentu dicanangkan beberapa program dan kebijakan yang mendukung efektifitas ketercapaian misi dan tujuan perguruan tinggi dengan mempertimbangkan potensi sumberdaya yang ada. Termasuk didalamnya adalah posisi laboratorium dalam perguruan tinggi. b. Tinjaun Pustaka Perguruan Tinggi merupakan sebuah sistem sekaligus subsistem dari sistem pendidikan nasional, sebagai sebuah sistem
perguruan tinggi memiliki struktur yang terdiri dari berbagai komponen yang berkaitan erat satu sama lain secara fungsional dan holistik, sehingga merupakan keterpaduan organisasi yang sinergis. Dalam komponen komponen itu terjadi proses yang sesuai dengan peran dan fungsi masingmasing, serta tidak berjalan sendiri-sendiri, melainkan saling berhubungan, berkaitan, saling mendukung, dan saling mempengaruhi satu sama lain. Sasaran strategis dari proses sistemik perguruan tinggi tersebut di Indonesia dikenal dengan istilah tridarma perguruan tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Laboratorium merupakan unsur penting dan salah satu syarat bagi keberadaan suatu perguruan tinggi (Sonhadji, 2002). Hal penting yang diperankan oleh laboratorium guna mendukung pencapaian tujuan pendidikan di perguruan tinggi dalam menyiapkan kompetensi peserta didik, antara lain : memperkaya keilmuan, teknologi, dan seni serta mengembangkan dan menggunakannya di tengah kehidupan masyarakat. Serta berperan sebagai kekuatan moral dan keunggulan kompetitif. Oleh karenanya, diperlukan pengelolaan laboratorium perguruan tinggi yang handal sehingga mampu menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni serta kebutuhan masyarakat. Saat ini, yang penting untuk diketengahkan sebagai permasalahan dalam manajemen perguruan tinggi adalah tingginya orientasi pengajaran dan minimnya kajian dan penelitian serta lemah dalam pemberian bekal kompetensi lulusan yang berhubungan dengan kebutuhan nyata masyarakat. Oleh karenanya persoalan relevansi manajemen perguruan tinggi dengan proses perkembangan masyarakat menjadi issu yang urgen untuk dijembatani. Nah, posisi laboratorium menjadi salah satu alternatif untuk dipilih sebagai sarana mendekatkan jarak antara cita-cita yang ingin dicapai oleh manajemen perguruan tinggi dengan kebutuhan lulusan yang kompeten. Dalam bidang Pendidikan dan pengajaran laboratorium berfungsi untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman spesifik yang erat hubungannya dengan tujuan kuriikulum dan performansi yang di kehendaki. Storm (dalam Sonhadji, 2002). Laboratorium perguruan ttinggi dapat sebagai wahana menjalankan peran dan fungsi pengajaran tidak hanya memberikan transfer of
knowladge kepada mahasiswa, lebih dari itu adalah pewarisan nilai-nilai keilmuan yang dapat dipertanggungjawabkan. Melalui program pengajaran merupakan bentuk dari pola pewarisan keilmuan dan pengetahuan hasil dari penelitian dan rekayasa yang dilakukan. Begitu pula bidang penelitian, laboratorium bisa memberikan sumbangsihnya dalam penelitian eksperimental, penelitian tindakan kelas, maupun penelitian survey. Dosen dan mahasiswa dapat mengeksplore kajian keilmuan berupa penelitian berbasis laboratorium yang difasilitasi oleh program perguruan tinggi dan laboratorium. Selanjutnya melalui riset yang dilakukan akan menghasilkan temuan-temuan baru untuk senantiasa melengkapi atas apa yang telah ada, juga menghasilkan teknologi yang dapat bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan umat manusia. Dalam konteks ini laboratorium, kehadirannya diharapkan memberi makna lebih dalam memberikan sumbangsihnya pada persoalan kemanusian dan utamanya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Laboratorium menjadi penting untuk menciptakan pribadi yang handal dengan keilmuan yang mumpuni dalam melaksanakan kegiatan penelitian serta didorong oleh keberpihakan kebijakan kampus kearah itu, dan terciptanya lingkungan yang kondusif bagi para peneliti untuk mengekspresikan keingintahuannya dalam bentuk penelitian. Sedangkan dalam bidang pengabdian kepada masyarakat laboratorium dapat berperan sebagai wahana pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dimana masyarakat memanfaatkan produk-produk laboratorium. Pengabdian kepada masyarakat yang merupakan salah satu Tridarma perguruan tinggi yang belum mendapatkan prioritas perhatian sebagaimana darma pengajaran dan pendidikan serta darma penelitian. Berdasarkan data DP2M Dikti sampai dengan Tahun 2010 kurang 5% populasi dosen dan kurang dari 1% Guru Besar yang aktif melaksanakan pengabdian masyarakat. Demikian pula besarnya alokasi dana PPM di DP2M masih berkisar sekitar 15% dari alokasi dana riset dosen. Alokasi tersebut belum mampu ditingkatkan sampai mencapai 20-25%. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya pengabdian kepada masyarakat adalah apresiasi karya program pengabdian masyarakat dalam sistem skor kenaikan pangkat dosen masih rendah. Disisi lain kebutuhan masyarakat atas manfaat
dari pelaksanaan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh universitas cukup tinggi, oleh karenanya sebaiknya para dosen/pihak akademis diharapkan memiliki wawasan mengenai pemberdayaan masyarakat khususnya Inovasi dan Kreativitas dalam Pemanfaatan modal Sosial dalam Pemberdayaan Masyarakat. Civitas akademika kampus dapat melakukan kerja sosial bersama masyarakat berangkat dari hasil kerja laboratoirum. Dengan demikian, laboratorium dalam menajemen perguruan tinggi merupakan unsur penting dan salah satu syarat bagi keberadaan suatu perguruan tinggi. Hal penting yang diperankan oleh laboratorium guna mendukung pencapaian tujuan pendidikan di perguruan tinggi dalam menyiapkan kompetensi peserta didik, antara lain : memperkaya keilmuan, teknologi, dan seni serta mengembangkan dan menggunakannya di tengah kehidupan masyarakat. Serta berperan sebagai kekuatan moral dan keunggulan kompetitif. Dukungan laboratorium dalam proses belajar di perguruan tinggi dapat dimaknai dalam tridarma perguruan tinggi agar dapat menghasilkan lulusan yang kompeten dibidangnya dan mampu bersaing dalam situasi gobal. Keberadaan laboratorium di perguruan tinggi juga bisa digunakan sebagai sarana pembelajaran dan praktikum awal mahasiswa sebelum memasuki dunia kerja. Ketika perguruan tinggi menjalin hubungan kerjasama dengan perusahaan atau dunia industri dalam mengembangkan proses pembelajaran dan peningkatan ketrampilan teknis guna menghasilkan lulusan yang kompeten. Praktikum yang dilaksanakan oleh mahasiswa memberikan pengalaman teknis yang relevan dan dibutuhkan oleh dunia usaha, dunia industry, atau pangsa kerja dimana lulusan bekerja. Dalam kontek ini, laboratorium yang digunakan sebagai tempat praktikum tidak hanya terbatas pada laboratorium yang dikelola oleh perguruan tinggi akan tetapi juga dapat menggunakan laboratorium yang dikelola oleh dunia kerja.
Penggunaan laboratorium dunia usaha sebagaimana disarankan oleh Boud, Solomon, dan Symes (2001) bahwa kerja berbasis belajar merupakan terminologi yang digunakan untuk menggambarkan program kelas perguruan tinggi hasil kerjasama antara universitas dan dunia industri untuk menciptakan kesempatan pembelajaran baru di tempat kerja. Disisi lain melalui Work-based learning (WBL) manajemen perguruan tinggi dapat menggunakan laboratorium yang berada di industri atau lembaga lain sebagai sarana belajar mahasiswa dan dosen. Kerjasama yang saling menguntungkan antara perguruan tinggi dan dunia kerja, dimana masing-masing saling berinteraksi dengan berbasis laboratorium dalam menciptakan sumberdaya yag handal, dosen dan mahasiswa dapat menggunakan laboratorium dunia usaha untuk kepentingan belajar dan penelitian sementara karyawan memperoleh sharing ilmu pengetahuan baru dari pihak perguruan tinggi. Dalam hal perguruan tinggi sebagai program pengembangan Sumber Daya Manusia Universitas dan kepentingan mahasiswa, maka sudah barang tentu kehadiran laboratorium ini akan memberi warna baru dalam kehidupan dunia keilmuan. Beberapa pola manajerial yang berbeda, serta iklim organisasi yang melingkupi akan berpengaruh terhadap pola pikir, sikap dan prilaku civitas akademika yang ada. Demikian pula guna pengembangan sumberdaya manusia karyawan pada dunia usaha, industry, dan layanan jasa maka diperlukan komitmen dan keseriusan dalam menjalin kerjasama antara perguruan tingggi dan dunia usaha. Bentuk bangunan kerjasama seyogjanya memberi ruang dan iklim yang menggairahkan kerja mahasiswa, dosen dan karyawan di dalam laboratorium. Secara garis besar posisi laboratorium dalam manajemen perguruan tinggi dan kerjasama dengan dunia usaha dapat digambarkan pada bagan berikut:
Mengingat strategisnya posisi laboratorium dalam manajemen perguruan tinggi, maka perlu melihat saran Sonhadji (2002) yang masih urgen dengan kondisi sampai saat ini. Bahwa agar perangkat laboratorium dapat menunjang pelaksanaan pendidikan pada perguruan tinggi teknik secara efektif perlu ditingkatkan kualitas pengorganisasian fasilitasnya, terutama pada aspek kondisi lingkungan kerja dan keselamatan kerja. Hal mana mengharuskan manajemen perguruan tinggi untuk mengkonsentrasikan posisi laboratorium sebagai basik utama pengembangan kompetensi mahasiswa dengan melakukan reorganisasi kurikulum, meningkatkan kualitas sarana laboratorium, dan profesionalisme dosen. Dengan demikian posisi laboratorium Universitas dalam manajemen perguruan tinggi dapat difahami sebagai sebuah institusi pendukung yang vital dalam kerangka perguruan tinggi memberikan layanan pendidikan kepada mahasiswa. sebagaimana (Palfreyman dan Warner, 1996) memberikan elemen kunci dalam pengelolaan perguruan tinggi yang menjalankan pengajaran dan
penelitian atau menggabungkan keduanya, antara lain; Budaya organisasi, perencanaan strategis, sumber dana dan alokasi sumberdaya, pengambilan keputusan, personalia, dan manajemen kemahasiswaan. Manajemen perguruan tinggi mendasari pengelolaan laboratorium dengan landasan budaya universitas, dimana budaya organisasi perguruan tinggi dibentuk dari rutinitas, nilai, simbol, sejarah yang dapat memberikan gambaran dan pesan secara jelas tentang prilaku organisasi. Laboratorium perguruan tinggi sebagai bagian dari pelayanan akademis baik pengajaran maupun penelitian juga dipengaruhi oleh bagaimana kekuasaan didistribusikan dalam organisasi, dan bagaimana pekerjaan di strukturkan dan dikontrol oleh organisasi perguruan tinggi.
Dalam manajerial Perguruan Tinggi, diaplikasikan bagaimana perguruan tinggi
mendesign organisasi laboratorium berikut kewajiban, hak dan kewenangannya didalam universitas. Pengaturan mana dilengkapi tentang peran dan fungsi laboratorium dalam manajemen kepemimpinan perguruan tinggi dengan membuat struktur tugas organisasi dan hirarkhi pertanggungjawaban beserta kelengkapan program kerja laboratorium melalui Perencanaan strategis. Dalam hal ini memperhatikan pengaruh dari dalam dan luar perguruan tinggi yang diterjemahkan dalam analisis organisasi berdasarkan kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman (analisis SWOT) yang dimiliki dan dihadapi oleh sebuah perguruan tinggi. Program kerja dirancang sedemikian rupa mengingat peran strategis yang dimiliki laboratorium dalam menjalankan layanan akademik perguruan tinggi. Begitu pula dalam hal pendanaan, struktur pengelolaan dana perguruan tinggi selayaknya memberikan porsi yang besar bagi pengelolaan laboratoirum. Alokasi dana pengelolaan laboratorium bisa bersumber dari perguruan tinggi sebagai induk organisasi, pemerintah secara langsung sebagai program penelitian, kontrak kerjasama dengan dunia industri dan hasil dari ‘model’ capitalisme academic yang sudah diorganisasi dan dimanaj sedemikian rupa sebagai modal perguruan tinggi dalam mengembangkan diri. Sementara alokasi pengeluaran dana laboratorium bisa lebih di fokuskan pada berbagai program praktikum mahasiswa dan program penelitian dosen serta mahasiswa baik internal maupun kerjasama dengan pihak luar khhususnya industri. Posisi strategis laboratorium didalam manajemen perguruan tinggi membutuhkan sumberdaya manusia perguruan tinggi yang handal dan mumpuni. Melalui perencanaan personalian kemudia dilakukan seleksi dan rekrutmen tenaga serta penggembangan dajn job design akan didapat tenaga laboran yang mampu dan kompeten dibidangnya dimana pada gilirannya kebutuhan layanan akademik dapat dilaksanakan dengan standar tinggi. Begitu pula dalam penggelolaannya perguruan tinggi penyelenggara laboratorium perlu
memperhatikan standar prosedur, perlindungan, keamanan, dan reward tidak hanya bagi laboran tetapi juga bagi setiap individu yang terlibat dalam pengembangan laboratorium. Demikian pula halnya dengan manajemen kemahasiswaan dalam pengelolaan laboratorium. Sebagai bagian dari domain layanan akademik perguruan tinggi penggelolaan laboratorium perlu menegaskan keberpihakan layanannya kepada kebutuhan belajar dan praktikum mahasiswa. Program kerja dan kegiatan yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi dengan basis laboratorium selayaknya mampu memberikan situasi belajar yang kondusif, penuh kedisiplinan dan bernuasa pengembangan skill tinggi. Sehingga tidak hanya menghasilkan mahasiswa dengan hard skill mumpuni tetapi lebih dari itu juga membuahkan soft skill mahasiswa yang mandiri dan berdaya saing. Secara umum keberhasiilan laboratorium dalam menjalankan peran fungsinya dapat dilihat dengan empat indikator keberhasilan sebagai berikut : 1) Indikator masukan, antara lain mencakup kurikulum, siswa, dana, sarana dan prasarana belajar, data dan informasi, pendidik dan tenaga kependidikan, gedung, kelompok belajar, sumber belajar, motivasi belajar, kesiapan mahasiswa dan karyawan (fisik dan mental) dalam belajar, kebijakan dan peraturan serta pereturan-peraturan yang berlaku. 2) Indikator proses, antara lain mencakup lama waktu belajar, kesempatan mengikuti pembelajaran dan penelitian, efektivitas serta mutu pembelajaran dan penelitian, dan teknik serta metode pembelajaran dan penelitian yang digunakan. 3) Indikator keluaran, antara lain mencakup jumlah mahasiswa yang berhasil dan lulus, nilai-rata-rata yang diperoleh, mutu lulusan dan karya yang dihasilkan. 4) Indikator dampak, yang antara lain berupa kemampuan mahasiswa dan karyawan yang memberikan dampak signifikan dalam berkarya, memberikan sumbangsih perubahan, berpengaruh terhadap sector pekerjaannya dan kelulusannya serta lingkungan dan terhadap kehidupan masyarakat secara luas.
c. Penutup Akhirnya, Laboratorium diharapkan menjadi rumah bagi kalangan akademisi dalam mendorong pemahaman internasionalisasi, memenuhi kebutuhan kognitif, afektif, dan menggalang pelatihan psikomotorik yang handal. Dengan demikian laboratorium benarbenar menjadi pusat pembelajaran dan kegiatan penelitian mahasiswa dan dosen guna menghasilkan temuan dan karya baru yang dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan pemenuhan kebutuhan masyarakat. Yang pada gilirannya mampu menghasilkan lulusan yang kompeten dalam menghadapi masyarakat global, menghasilkan karya penelitian yang akseptabel, kemitraan dengan dunia usaha yang komprehensif, dan layanan pengabdian kepada masyarakat dengan apresiasi tinggi. Daftar Rujukan: Boud, David dan Solomon, Nicky. 2001. Workbased Learning: A New Higher Educatiion?. Buckingham: SRHE Open University Press, Bristol. Buku Pendukung HELTS 2003-2010, Strategi Pendidikan Tinggi Jangka Panjang 2003 – 2010, Mewujudkan Perguruan Tinggi Berkualitas. Depertemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka Palfreyman, David dan Warner, David. 1996. Higher Education Management, The Key Elements Buckingham: SRHE Open University Press, Bristol. Scott, P. 2000. Higher Education Re-formed. Falmer Press. London. Sonhadji, Ahmad. 2002. Laboratorium sebagai Basis Pendidikan Teknik di Perguruan Tinggi: Pidato pengukuhan Guru Besar. Malang: Universitas Negeri Malang.