D
PR
R
I
Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012
EN
I . Pendahuluan
–
SE
TJ
Setelah melalui perdebatan, pemerintah dan Komisi XI DPR RI akhirnya menyetujui asumsi makro dalam RAPBN 2012 yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi, angka inflasi, nilai tukar rupiah dan suku bunga SPN 3 bulan.
LA
KS AN AA N
AP
BN
DPR dan pemerintah menyepakati angka pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN 2012 sebesar 6,7 persen.. Untuk inflasi, sebesar 5,3 persen. Asumsi nilai tukar rupiah sebesar Rp 8.800 per dollar AS. Suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) tiga bulan disepakati sebesar 6,4 persen. Pemerintah dan komisi VII DPR juga menyepakati target lifting minyak mentah sebesar 950.000 barel per hari. Angka ini sesuai dengan usulan pemerintah dalam RAPBN 2012. Sedangkan untuk harga minyak mentah Indonesia (ICP), pemerintah dan DPR sepakat menetapkan ICP sebesar 90 dollar AS per barrel.
G
AR
AN
D
AN
PE
Pemerintah dan komisi XI DPR sepakat agar dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, harus diikuti dengan tingkat kemiskinan, penurunan tingkat pengangguran dan penyerapan tenaga kerja. Target angka kemiskinan sebesar 10,5 persen - 11,5 persen, setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi dapat menyerap 450.000 tenaga kerja, dan tingkat pengangguran terbuka sekitar 6,4 persen - 6,6 persen. Hal ini sesuai dengan amanat pasal 44 Undang-undang APBN Tahun Anggaran 2012.
IS
A
AN
G
Tulisan ini akan memberikan profil singkat terkait variabel pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan ketenagerjaan di Indonesia berdasarkan data-data terakhir.
AN AL
II. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
BI R
O
II.1. PDB berdasarkan lapangan usaha Pertumbuhan ekonomi triwulan kedua tahun 2011 mencapai angka 6,5 persen. Pertumbuhan tertinggi masih disumbang oleh sektor jasa, dipimpin oleh sektor Pengangkutan dan Komunikasi (10,7 %), serta sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (9,6%). Sedangkan sektor Pertanian (3,9%) dan Industri (6,1%) mencatat tingkat pertumbuhannya masih relatif rendah, meskipun secara nominal pertumbuhannya meningkat dari tahun 2010. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 1
Tabel 1. Laju Pertumbuhan PDB berdasarkan sektor usaha (%), 2004- 2011 (Q2)
Laju pertumbuhan Lapangan Usaha
Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan
3,5
4,3
4,6
4,7
3,7
2,2
4,5
5
5,8
10,3
10,9
14,3
5,3
4,3
3,9
8,3
8,5
7,6
7,1
7
5,3
7,4
6,4
8,9
6,9
1,3
8,7
7,9
9,6
14,2
14
16,6
15,5
13,5
13,7
10,7
5,5 6,2
Produk Domestik Bruto
5,5
–
SE
R
TJ
6,1
8
8,2
5,1
5,7
7,3
6,9
6,4
6,2
6,4
6
7
5,7
6,3
6
4,6
6,1
6,5
6,5
LA
Jasa-jasa
0,8
D
4,4
EN
0,7
AP
Konstruksi
1,9
KS AN AA N
Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih
1,7
BN
PR
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian
I
2011 2011 2007 2008 2009 2010 (Q1) (Q2) 3,5 4,8 4 2,9 3,6 3,9
2006 3,4
AN
PE
Sumber: BPS
BI R
O
AN AL
IS
A
AN
G
G
AR
AN
D
Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau lapangan usaha atas dasar harga berlaku menunjukkan peranan dan perubahan struktur ekonomi dari tahun ke tahun. Pada triwulan 2 tahun 2011, tiga sektor utama mendominasi perekonomian adalah Sektor Industri Pengolahan (24,3%), Sektor Pertanian (15,4%) , dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (13,9%).
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 2
Tabel 2. Komponen PDB Indonesia berdasarkan sektor (%), 2006 – 2011 (Q2) Distribusi 2011 (Q2)
13
13,7
14,5
15,3
15,3
15,6
15,4
Pertambangan dan Penggalian
11
11,2
10,9
10,6
11,2
12
11,6 24,3
27,5
27
27,8
26,4
24,8
24,0
Listrik, Gas dan Air Bersih
0,9
0,9
0,8
0,8
0,8
0,8
Konstruksi
7,5
7,7
8,5
9,9
10,3
10
Perdagangan, Hotel dan Restoran
15
15
14
13,3
13,7
TJ
10,1
13,6
13,9
Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan
6,9
6,7
6,3
6,3
6,5
6,6
6,4
8,1
7,7
7,5
7,2
7,4
7,2
Jasa-jasa
10,1
10,1
9,7
10,2
10,2
10,0
10,3
100
100
100
100
100
100
100
0,8
EN
SE
–
7,2
AP
KS AN AA N
Produk Domestik Bruto
D
Industri Pengolahan
BN
PR
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
Sumber: BPS II.1. PDB menurut penggunaan
AN
D
AN
PE
LA
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan kedua 2011 tercatat sebesar 6,5 persen. Pertumbuhan ini didukung oleh semua komponen, yaitu konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,6 persen, konsumsi pemerintah sebesar 4,5 persen, pembentukan modal tetap bruto sebear 9,2 persen, , sedangkan komponen ekspor tumbuh sebesar 17,4 persen dan impor tumbuh sebesar 16,0 persen.
G
AR
Tabel 3. Laju pertumbuhan komponen Penggunaan PDB, 2006 - 2010
AN
G
Komponen
5,3
4,9
4,6
4,5
4,6
15,7
0,3
3
4,5
IS
A
5
9,6
3,9
10,4
PMTB
2,6
9,3
11,9
3,3
8,5
7,3
9,2
Ekspor
9,4
8,5
9,5
-9,7
14,9
12,3
17,4
Dikurangi: Impor
8,6
9,1
10
-15
17,3
15,6
16,0
Produk Domestik Bruto
5,5
6,3
6
4,6
6,1
6,5
6,5
AN AL O
2011 2011 2006 2007 2008 2009 2010 (Q1) (Q2) 3,2
Konsumsi Pemerintah
BI R
Laju pertumbuhan
Konsumsi Rumah Tangga
I
2011 2006 2007 2008 2009 2010 (Q1)
R
Lapangan Usaha
Sumber: BPS
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 3
TJ
Tabel 4. Distribusi PDB berdasarkan komponen penggunaan
EN
D
I R
PR
Dilihat dari pola distribusi PDB penggunaan, konsumsi rumah tangga masih merupakan penyumbang terbesar dalam penggunaan PDB Indonesia yaitu sebesar 54,3 persen. Komponen pengeluaran konsumsi pemerintah juga mengalami peningkatan menjadi 8,3% dari angka triwulan sebelumnya sebesar 6,8 persen. Pada periode yang sama, komponen-komponen lain mengalami peningkatan. Komponen pembentukan modal tetap bruto meningkat dari 31,3 persen menjadi 31,6 persen. Ekspor meningkat dari 25,4 persen menjadi 27,3 persen, dan impor meningkat dari 23,9 persen menjadi 25,4 persen.
SE
Distribusi Komponen
2011 (Q1)
2011 (Q2)
56,7
55,5
54,3
9,1
6,8
8,3
31,1
32,2
31,3
31,6
29,8
24,2
24,6
25,4
27,3
-28,7
-21,4
-23
-23,9
-25,4
100 100 Sumber: BPS
100
100
100
100
2009
Konsumsi Rumah Tangga
62,7
63,5
60,6
58,7
Konsumsi Pemerintah
8,6
8,3
8,4
9,6
PMTB
24,1
25
27,7
Ekspor
31
29,4
Dikurangi: Impor
-25,6
-25,4
Produk Domestik Bruto
100
BN
2008
PE
LA
KS AN AA N
AP
2007
–
2010
2006
AN
D
AN
Ancaman resesi di Amerika Serikat (AS) dan krisis utang eropa tidak berdampak signifikan terhadap Indonesia karena fundamental ekonomi yang kuat. Hal ini tercermin dari tiga indikator utama yaitu suku bunga, inflasi dan nilai tukar.
BI R
O
AN AL
IS
A
AN
G
G
AR
Suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) masih dipertahankan pada angka 6,5% sejak awal tahun ini. Sedangkan inflasi year on year sepanjang semester pertama 2011 terus mengalami penurunan dari angka 7,02 % di awal 2011 ke angka 4,61% pada bulan Juli. Namun pada bulan agustus tingkat inflasi mengalami kenaikan akibat tingginya permintaan di bulan Ramadhan. Sedangkan nilai tukar rupiah terus menguat seiring dengan pelemahan ekonomi AS dan Eropa yang mendorong kencangnya aliran modal masuk (capital inflow) ke emerging markets termasuk Indonesia.
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 4
AP
KS AN AA N
Sumber: Investor Daily
BN
–
SE
TJ
EN
D
PR
R
I
Grafik 1. Tingkat Inflasi, 2011 (% yoy )
AN AL
IS
A
AN
G
G
AR
AN
D
AN
PE
LA
Grafik 2. Nilai tukar rupiah, 2011 (Rp/US$)
Sumber: Investor Daily
BI R
O
III. Kemiskinan Menurut data terakhir yang dicatat BPS, Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2011 adalah sebesar 30,02 juta orang (12,49 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2010 yang berjumlah 31,02 juta orang (13,33 persen), jumlah penduduk miskin berkurang 1,00 juta orang.
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 5
–
SE
TJ
EN
D
PR
R
I
Grafik 3. Persentase penduduk miskin Indonesia (%), 1996-2011
AP
BN
Sumber: BPS
KS AN AA N
Menurut BPS (2011), Penurunan jumlah penduduk miskin selama periode Maret 2009–Maret 2010 berkaitan dengan faktor-faktor berikut: Selama periode Maret 2009 - Maret 2010 inflasi umum relatif rendah (Maret 2010 terhadap Maret 2009 sebesar 3,43 persen). Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga selama periode tersebut adalah kelompok bahan makanan sebesar 4,11 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 8,04 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 3,85 persen, serta kelompok kesehatan sebesar 3,18 persen.
•
Rata-rata upah harian buruh tani dan buruh bangunan masing-masing naik sebesar 3,27 persen dan 3,86 persen selama periode Maret 2009 Maret 2010.
•
Produksi padi pada tahun 2010 hasil Angka Ramalan II (ARAM II) mencapai 65,15 juta ton GKG, naik sekitar 1,17 persen dari produksi padi tahun 2009 yang sebesar 4,40 juta ton GKG.
A
AN
G
G
AR
AN
D
AN
PE
LA
•
Sebagian besar penduduk miskin pada bulan Maret 2009 (64,65 persen) bekerja di sektor pertanian. NTP (Nilai Tukar Petani) naik 2,45 persen dari 98,78 pada Maret 2009 menjadi 101,20 pada Maret 2010.
•
Perekonomian Indonesia Triwulan I 2010 tumbuh sebesar 5,7 persen terhadap Triwulan I 2009, sedangkan pengeluaran konsumsi rumah tangga meningkat sebesar 3,9 persen pada periode yang sama.
BI R
O
AN AL
IS
•
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 6
EN
D
R
PR
Data terkini dari BPS menunjukkan penambahan angkatan kerja Indonesia sebesar 3,4 juta jiwa dari 116 juta pada bulan Februari 2010 menjadi 119,4 juta jiwa di bulan Februari 2011. Peningkatan ini diikuti oleh meningkatnya jumlah orang bekerja dari sejumlah 107,41 juta jiwa di tahun 2010 menjadi 111,28 juta jiwa pada bulan Februari tahun 2011. Jumlah penganggur juga mengalami penurunan dari 9,26 juta jiwa (2009) ke 8,59 juta jiwa (2010) hingga 8,12 juta jiwa di awal tahun 2011. Tingkat pengangguran terbuka ikut turun ke angka 8,12 persen dari total angkatan kerja.
I
IV. Ketenagakerjaan
BN
–
SE
TJ
Pada bulan Februari 2011, jumlah “pekerja tidak penuh“ meningkat sebesar 1,39 juta jiwa dibandingkan periode yang sama tahun di tahun sebelumnya. Pada periode yang sama juga terjadi peningkatan jumlah “pekerja setengah penganggur“ (0,46 juta jiwa) serta “pekerja paruh waktu“ (0,93 juta jiwa).
Indikator ketenagakerjaan
KS AN AA N
AP
Tabel 5. Indikator Ketenagakerjaan Indonesia (juta orang), 2009 - 2011 2009
2010
2011
113,74
116
119,4
104,49
107,41
111,28
Penganggur Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%)
9,26
8,59
8,12
67,6
67,83
69,96
Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
8,14
7,41
6,8
31,36
32,8
34,19
15
15,27
15,73
16,36
17,53
18,46
Angkatan Kerja
AN
Pekerja tidak penuh
D
AN
PE
LA
Bekerja
AR
Setengah penganggur
G
Paruh waktu
A
AN
G
Sumber: BPS, angka yang digunakan adalah angka bulan Februari
BI R
O
AN AL
IS
Pada triwulan I tahun 2011, sektor pertanian menyerap 42,47 persen tenaga kerja, sedangkan sektor industri pengolahan menyerap 13,71 persen tenaga kerja. Secara total, kedua sektor tersebut menyerap lebih dari 50 persen dari total tenaga kerja di Indonesia.
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 7
Tabel 6. Jumlah Tenaga Kerja berdasarkan sektor (juta orang ), 2009 – 2011 2009
Lapangan usaha
2011
2010
Agustus
Februari
Agustus
Februari
Pertanian
43,03
41,61
42,83
41,49
42,47
Industri
12,62
12,84
13,05
13,82
13,71
Konstruksi
4,61
5,49
4,84
5,59
5,58
Perdagangan Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi
21,84
21,95
22,21
22,49
23,24
5,95
6,12
5,82
5,62
Keuangan
1,49
1,49
1,64
1,74
Jasa Kemasyarakatan Pertambangan, Listrik, Gas dan Air
13,61
14
15,62
15,96
1,35
1,39
1,4
Total
104,49
104,87
107,41
PR
D
EN TJ
SE
–
BN
AP
5,58 2,06
17,03
1,5
1,61
108,21
111,28
KS AN AA N
Sumber: BPS
V. Analisa
AN
D
AN
PE
LA
Hingga triwulan II tahun 2011, sektor tradables seperti pertanian dan industri ternyata mengalami pertumbuhan yang relatif lambat dibandingkan sektor jasa (nontradable) yang tetap tumbuh dengan mengesankan. Padahal, produk sektor tradables berpotensi mengangkat pertumbuhan ekonomi karena sifatnya yang dapat diperdagangkan melewati batas-batas negara. Pola pertumbuhan seperti ini telah berjalan dalam beberapa tahun terakhir.
AN
G
G
AR
Satu hal yang menarik untuk diperhatikan adalah sektor industri pengolahan yang pada triwulan kedua 2011 mencatat pertumbuhan 6,1% , suatu angka yang mengesankan karena selama ini sektor industri hanya tumbuh dibawah angka 5%.
O
AN AL
IS
A
Pertumbuhan industri selama ini ternyata ditopang oleh impor bahan baku dan barang modal yang relatif tinggi. Akibatnya pertumbuhan yang tinggi di sektor ini akan memacu kenaikan impor dan mengakibatkan kenaikan inflasi yang berujung Indonesia mengalami overheating . Untuk itu sudah sepatutnya Indonesia membangun industri barang modal dan bahan baku pada tingkat domestik.
BI R
R
I
Februari
Dalam konteks penyerapan tenaga kerja, peran sektor pertanian dan Industri pengolahan sangat krusial mengingat sektor-sektor ini menyerap lebih dari 50 persen tenaga kerja Indonesia. Dilain pihak, sektor jasa (nontradables) tumbuh pesat melebihi sektor pertanian dan industri. Tenaga kerja di sektor tersebut memperoleh penghasilan yang lebih besar. Akibatnya, ketimpangan pendapatan yang lebih besar terjadi antarsektor ekonomi. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 8
D
R
PR
Terlebih lagi, peningkatan jumlah penduduk yang bekerja serta turunnya pengangguran ternyata tidak disertai dengan perbaikan kualitas pekerjaan yang diterima penduduk Indonesia. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya jumlah penduduk berstatus pekerja tidak penuh, setengah penganggur pekerja paruh waktu.
I
Rendahnya pertumbuhan di kedua pertanian dan industri akan berdampak pada rendahnya penciptaan lapangan kerja. Apabila kedua sektor tersebut sulit bertumbuh, maka akan semakin sukar mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran secara efektif. Manifestasi dari persoalan ini adalah menjamurnya pekerja di sektor informal.
KS AN AA N
AP
BN
–
SE
TJ
EN
Terkait dengan isu kemiskinan, catatan BPS menunjukkan bahwa turunnya angka kemiskinan sebesar 1 juta jiwa selama periode 2010 – 2011 ternyata tidak terkait langsung dengan program pengentasan kemiskinan tersebut melainkan akibat dari perubahan variabel-variabel seperti tingkat inflasi, nilai tukar petani, pertumbuhan ekonomi, upah buruh dan produksi padi. Variabel tersebut tidak sepenuhnya berada dibawah kendali pemerintah. Untuk itu patut dipertanyakan seberapa efektifkah program-program pengentasan kemiskinan seperti Raskin, PNPM, KUR, PKH dan lainlain terhadap turunnya angka kemiskinan.
AN
PE
LA
Saat ini fundamental ekonomi Indonesia bisa dibilang kuat, namun gejolak perekonomian dunia yang sering tak terduga harus terus diwaspadai. Karenanya pemerintah jangan silap mata. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan demi memperkokoh perekonomian Indonesia. Lemahnya sumber daya manusia, defisit infrastruktur serta tumpulnya peran kelembagaan adalah persoalan-persoalan klasik yang harus segera dicari jalan keluarnya agar perekonomian nasional lebih tangguh dan tidak mudah terpeleset ke jurang krisis ekonomi.
AN
D
VI. Kesimpulan
AN AL
IS
A
AN
G
G
AR
Keberpihakan pemerintah perlu diarahkan untuk mendorong pertumbuhan yang berkualitas serta perluasan kapasitas pada sektor industri dan pertanian. Kedua sektor ini memiliki daya serap tenaga kerja yang tinggi. Semakin banyak orang yang bekerja akan mendorong akselerasi pengentasan kemsikinan. Amanat pasal 44 dalam Rancangan Undang-undang APBN tahun 2012 harus dipenuhi sebagai bukti komitmen pemerintah.
BI R
O
Daftar Pustaka
BPS (2011), Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi September 2011 , www.bps.go.id Kompas.com, Pemerintah dan DPR Sepakati Asumsi Makro 2012, 16 September 2011 Investor Daily, RI Jauh dari Resesi, 6 September 2011 Media Indonesia, Pertumbuhan Tinggi Industri Rapuh, 19 Agustus 2011
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 9