KINERJA PENGELOLAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA ALAM SITU GUNUNG TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO
JADDA MUTHIAH
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
KINERJA PENGELOLAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA ALAM SITU GUNUNG
TAMAN NASIONAL
GUNUNG GEDE PANGRANGO
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
JADDA MUTHIAH
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN JADDA MUTHIAH. Kinerja Pengelolaan dan Strategi Pengembangan Wisata Alam Situ Gunung Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Dibimbing oleh SAMBAS BASUNI dan EVA RACHMAWATI. Pengelolaan wisata alam biasanya belum diimbangi dengan kegiatan evaluasi. Pelaksanaan Wisata Alam Situ Gunung memerlukan evaluasi untuk melihat sejauh mana kepuasan pengunjung terpenuhi sesuai dengan pelaksanaan wisata di wilayah konservasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja pengelolaan wisata alam guna memperoleh alternatif strategi pengembangan WA Situ Gunung. Operasional penelitian dibatasi pada kepuasan pengunjung dan dampak kegiatan wisata terhadap sosial ekonomi masyarakat serta lingkungan. Aspek sosial ekonomi masyarakat dilihat dari pengaruh wisata dan motivasi masyarakat untuk terlibat dengan kegiatan wisata. Aspek lingkungan dilihat dari kealamian dan pengawetan kawasan. Metode analisis data terdiri dari analisis kinerja pengelolaan (deskriptif), analisis kepuasan pengunjung (Importance-Performance Analysis/IPA dan Customer Satisfaction Index/CSI), dan analisis alternatif pengembangan (analisis SWOT). Situ Gunung dikelola dua lembaga utama yakni Perum Perhutani dan Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). SDM yang dimiliki adalah 4 karyawan Resort Situ Gunung TNGGP dan 6 karyawan Perum Perhutani. Akses menuju lokasi mudah ditempuh dengan kendaraan pribadi atau umum. WA Situ Gunung memiliki 4 obyek utama dihubungkan dengan jalan yang memerlukan perbaikan di beberapa sisi. Pengunjung riil memiliki latar belakang dominan pendidikan akhir SD, pekerjaan pelajar, berasal dari dalam Sukabumi, dengan tujuan kedatangan rekreasi. Promosi belum efektif untuk pengunjung riil ini. Bentuk pelayanan pengunjung adalah wisata tanpa pemandu. Luas keseluruhan lahan yang dimanfaatkan secara intensif untuk kegiatan wisata alam adalah 100 Ha, luas yang telah diubah lebih kurang 7%. Pelanggaran yang mungkin dapat memusnahkan sumberdaya yang terjadi adalah penebangan dan perburuan liar namun intensitasnya tidak besar. Penilaian pengunjung terhadap 16 atribut pengelolaan wisata masuk dalam kategori PUAS CSI. Teridentifikasi 8 kekuatan dan 8 kelemahan sebagai faktor internal serta 8 peluang dan 5 ancaman sebagai faktor lingkungan eksternal. Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa WA Situ Gunung berada pada sisi positif faktor internal dan eksternalnya dengan strategi pengembangan yang disarankan strategi Strengths-Opportunities. Program pengembangan yang berhasil dirumuskan adalah peningkatan promosi, perluasan jaringan kerjasama, dan penerapan masterplan pengelolaan. Kinerja pengelolaan WA Situ Gunung dilihat dari aspek kepuasan pengunjung dan dari aspek kealamian, pengawetan kawasan, serta peran kawasan terhadap sosial ekonomi masyarakat tergolong ‘BAIK’. Alternatif strategi pengembangan yang dirumuskan adalah Strategi Pertumbuhan Agresif (SO). Kata kunci: kinerja, wisata alam, situ gunung, strategi pengembangan.
SUMMARY JADDA MUTHIAH. Performance of Management and Development Strategy of Natural Recreation of Situ Gunung, Gunung Gede Pangrango National Park. Under Supervision of SAMBAS BASUNI and EVA RACHMAWATI. Management of natural recreation usually not equal yet with evaluation activities. Carrying out of Natural Recreation of Situ Gunung need evaluation in order to know how far satisfaction of visitor can be reached and brought into line with tourism activities in conservation area. This research aim is analysing management performance of natural recreation for gaining strategic alternatives of Situ Gunung Natural Recreation. The operationally research were bound on visitors satisfaction and on impact of tourism activities on social economic of communities and environment around the recreation place. The aspect on social economic of communities was observed from tourism impact and communities motivation on participating of recreation activities. Environmental aspect was observed from naturalism and preservation of the recreation area. Data analysis method consist of management performance analysis (descriptive analysis), visitors satisfaction analysis (Important – Performance Analysis/IPA and Customer Satisfaction Index/CSI) and Analysis of development alternatives (SWOT Analysis). Situ Gunung managed by two prominent institutions, i.e. Perum Perhutani and Bureau of Gunung Gede National Park. Man resources which behave are 4 employees of Situ Gunung Resort of Gunung Gede Pangrango National Park and 6 employees of Perum Perhutani. Access toward the location easily is reached by private vehicles or public transportation means. Situ Gunung Natural Recreation has 4 ultimate objects connected by roads that need repairing in some parts. The visitor backgrounds of dominant education are elementary school, occupations as student who came from inner side of Sukabumi itself, with recreation as arrival destination. The promotion of location is not effectively yet to these visitors. Visitor services form is recreation without tourist guide. There are in total 100 hectares area that intensively used as natural recreation activities, about 7 % area has been changed. Violation actions that probable can destroy resources are illegal logging/hunting although in small intensity. Visitors valuation of 16 attributes put into ‘SATISFACTORY’ category in CSI. It was identified 8 strengths and 8 weaknesses as internal factors and 8 opportunities and 5 threats as external environmental factors. Result of the SWOT analysis showed that Situ Gunung Nature Recreation lay in positive side of its internal and external factors with suggested development strategy is StrengthsOpportunities. The development programs that have been arranged are increasing level of promotion, spread out connection of cooperation, and using master plan of management. Performance of management of Situ Gunung Natural Recreation was counted into ‘GOOD’ category observed from visitor satisfactory aspect and from aspects of naturally, area preservation, and function rules of this region on social economic of communities. Development strategic alternative that has been arranged is Aggressive Growth Strategy (SO). Keywords: performance, natural recreation, situ gunung, development strategy.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kinerja Pengelolaan dan Strategi Pengembangan Wisata Alam Situ Gunung Taman Nasional Gunung Gede Pangrango adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2010
Jadda Muthiah NRP E34054365
Judul Penelitian : Kinerja Pengelolaan dan Strategi Pengembangan Wisata Alam Situ Gunung Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Nama
: Jadda Muthiah
NRP
: E34054365
Menyetujui : Komisi Pembimbing
Ketua,
Anggota,
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS NIP 195809151984031003
Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si NIP 197703212005012003
Mengetahui, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Ketua
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS NIP 195809151984031003
Tanggal Lulus:
KATA PENGANTAR Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
telah
memberikan
rahmat
dan
hidayah
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Kinerja Pengelolaan dan Strategi Pengembangan Wisata Alam Situ Gunung Taman Nasional gunung Gede Pangrango sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan dari Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini memberikan gambaran mengenai kinerja pengelolaan Wisata Alam di Situ Gunung dilihat dari aspek kepuasan pengunjung dan dampak kegiatan wisata terhadap lingkungan serta sosial ekonomi masyarakat. Strategi pengembangan dibuat dengan menggunakan analisis SWOT. Penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini masih terdapat banyak kekurangan, kekeliruan, dan kelemahan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Akhir kata, semoga hasil penelitian yang dituangkan dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Bogor, Februari 2010 Penulis
i
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jombang, Jawa Timur pada tanggal 19 Juli 1988 sebagai anak pertama dari lima bersaudara pasangan M. Arief Sudhartono dan Bandriani (almh) dan ibu kedua bernama Diana Birawati. Pendidikan formal yang telah diselesaikan penulis adalah lulus dari SDN 1 Sentul Tembelang Jombang pada tahun 1999, lulus dari SMP N 6 Palu pada tahun 2002, dan lulus dari SMA N 4 Pasuruan pada tahun 2005. Penulis masuk Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2005 dengan pilihan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata sebagai mayor di Fakultas Kehutanan. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis bergabung di Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) sebagai anggota biro Kewirausahaan pada tahun 2006-2008 dan sebagai anggota Kelompok Pemerhati Ekowisata (KPE-Tapak) HIMAKOVA. Kegiatan HIMAKOVA yang pernah diikuti antara lain Eksplorasi Flora dan Fauna Indonesia (RAFFLESIA) di Hutan Pendidikan Gunung Walat dan Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Sulawesi Selatan pada tahun 2007. Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) jalur Baturraden-Cilacap pada tahun 2007, Praktek Umum Konservasi Ex-situ (PUKES) di Kebun Binatang Ragunan dan Kebun Tanaman Obat Karyasari pada tahun 2008, serta Praktik Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh pada tahun 2009. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Kinerja Pengelolaan dan Strategi Pengembangan Wisata Alam Situ Gunung Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS dan Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si.
ii
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah wa syukrillah akhirnya penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS dan Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si sebagai dosen pembimbing atas tuntunan dan pembelajarannya. 2. Dosen penguji dengan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini, Ujang Suwarna, S.Hut, M.Sc (Manajemen Hutan), Prof Dr. Ir. Surdiding Ruhendi, M.Sc (Hasil Hutan), dan Prof. Dr. Ir. IGK Tapa Darma, M.Sc (Silvikultur). 3. Keluarga besar penulis untuk dukungan moral, spiritual, dan materi. 4. Pimpinan dan jajaran Resort Situ Gunung TNGGP dan pengelola site Wisata Alam Situ Gunung dari Perum Perhutani atas bantuannya dalam mendampingi penulis saat pelaksanaan penelitian. 5. Seluruh dosen dan staf di lingkungan Fahutan IPB atas pendidikan dan pembelajaran selama penulis menuntut ilmu di IPB. 6. Seluruh pihak yang telah berkontribusi yang tak dapat disebutkan satu persatu. Semoga semua bantuan, dukungan, dan doa yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang lebih dari Allah SWT. Amin.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman Kata Pengantar ..................................................................................................... i DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2. Kerangka Pikir ................................................................................. 2 1.3. Perumusan Masalah .......................................................................... 5 1.4. Tujuan .............................................................................................. 5 1.5. Manfaat ........................................................................................... 6 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja .............................................................................................. 7 2.2. Strategi Pengembangan .................................................................... 7 2.3. Wisata Alam .................................................................................... 8 2.4. Kepuasan Pengunjung ..................................................................... 10 2.5. Kelestarian Lingkungan dan Kelestarian Usaha............................... 11 2.6. Penarikan Contoh............................................................................ 11 2.7. Evaluasi Kinerja dan Strategi Pengembangan ................................. 12 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Batasan Operasional ....................................................................... 18 3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 18 3.3. Jenis Data yang Dikumpulkan ........................................................ 18 3.4. Alat, Bahan, dan Sasaran Penelitian ............................................... 21 3.5. Prosedur dan Cara Pengambilan Data ............................................. 21 3.6. Metode Analisis Data ..................................................................... 23 BAB IV. KONDISI UMUM KAWASAN 4.1. Sejarah Kawasan ............................................................................ 25 4.2. Sejarah Pengelolaan ....................................................................... 25
iv
4.3. Letak dan Luas Wilayah.................................................................. 27 4.4. Geomorfologis, Tanah, Topografi, Iklim, dan Hidrologi ................ 27 4.5. Kondisi Biologi .............................................................................. 28 4.6. Aksesibilitas .................................................................................. 29 4.7. Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Kawasan ................................ 30 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Wisata di Kawasan Wisata Alam Situ Gunung ............................... 33 5.2. Penilaian pengunjung Terhadap Pengelolaan Wisata ...................... 51 5.3 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Wisata Alam Situ Gunung .......................................................................................... 55 5.4. Strategi Pengembangan Usaha ....................................................... 58 BAB VI. KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan .................................................................................... 68 6.2. Saran ............................................................................................. 69 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 70 LAMPIRAN ..................................................................................................... 72
v
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
1. Skala Likert ................................................................................................ 12 2. Kriteria Index Kepuasan ............................................................................. 15 3. Matrik SWOT ............................................................................................. 16 4. Jenis Data yang Diambil ............................................................................. 19 5. Responden Pengunjung .............................................................................. 22 6. Tingkat pendidikan dan Prasarana Pendidikan Desa Gede Pangrango ........ 31 7. Tingkat Pendidikan dan Prasarana Pendidikan Desa Sukamanis ................. 32 8. Tenaga Kerja Lapangan Wisata Alam Situ Gunung .................................... 39 9. Rata-rata kepentingan dan kinerja atribut-atribut yang ada di Wisata Alam Situ Gunung ............................................................................................... 52 10. Perhitungan Customer Satisfaction Index .................................................... 55 11. Matriks IFAS ............................................................................................. 59 12. Matriks EFAS ............................................................................................ 60 13. Matriks SWOT Strategi SO ....................................................................... 62 14. Alternatif Model Promosi Berdasarkan Target Pasar .................................. 64
vi
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1.
Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................................. 4
2.
Diagram Proses pengambilan keputusan strategis (Rangkuti 2008) ........... 8
3.
Diagram Kartesius dalam metode IPA (Rangkuti 2006 diacu dalam Restiyan 2009) .......................................................................................... 13
4.
Diagram Analisis SWOT (Rangkuti 2008) ................................................ 17
5.
Situ Gunung ............................................................................................. 33
6.
(a) Curug Sawer (b) Curug Bagong .......................................................... 34
7.
Curug Cimanaracun ................................................................................. 34
8.
(a) Jalan Menuju danau (b) Jalan Menuju Curug Sawer ............................ 35
9.
Prasarana Sarana Wisata Alam Situ Gunung ............................................ 37
10. Fluktuasi Pengunjung Bulanan Wisata Alam Situ Gunung Tahun 2009 .... 44 11. Karakteristik Pengunjung ......................................................................... 45 12. Kayu Bakar yang Diambil dari Kawasan .................................................. 49 13. Diagram Kartesius Posisi Atribut Wisata Alam Situ Gunung ............................. 53
14. Diagram Kartesius Analisis SWOT WA. Situ Gunung ............................ 61
vii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1. Kuisioner Pengunjung ................................................................................. 73 2. Panduan Wawancara Pengelola .................................................................... 78 3. Panduan Wawancara Masyarakat ................................................................. 79 4. Hasil Perhitungan Kinerja ............................................................................ 80 5. Hasil Perhitungan Kepentingan ................................................................... 84 6. Rekap Analisis SWOT ................................................................................ 89 7. Perhitungan Analisis SWOT ....................................................................... 93
viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) berfungsi sebagai kawasan pelestarian sumber daya alam hayati beserta ekosistemnya. Keberadaan TNGGP sebagai kawasan konservasi yang menerapkan prinsip pemanfaatan secara lestari antara lain dapat dilihat dari kegiatan wisata alam. Douglas (1970) menyatakan bahwa saat ini orang tidak hanya menginginkan rekreasi namun rekreasi sudah diharapkan menjadi bagian dari hidup. Ketertarikan dalam berbagai tipe rekreasi menjadikan beragamnya kegiatan rekreasi seiring berkembangnya gaya hidup setiap orang. Sejalan dengan perubahan paradigma pengelolaan kawasan konservasi secara global, kawasan konservasi dituntut untuk menghasilkan manfaat dalam pengelolaan kawasan hutannya tidak hanya dari segi ekologi saja tetapi juga harus memberi manfaat sosial budaya dan melibatkan masyarakat luas. Pengelolaan wisata alam di taman nasional akan membantu memberi pemasukan tambahan bagi pihak pengelola taman nasional dan tak kurang membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar kawasan taman nasional. Wisata alam dapat menjadi salah satu alternatif jasa lingkungan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dengan tetap menerapkan prinsip konservasi dan dengan tujuan memajukan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan konservasi. Basuni dan Nandi (2008) mengungkapkan bahwa upaya pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya di kawasan hutan konservasi menjadi sangat penting karena fungsi dan manfaatnya sebagai sistem penyangga kehidupan dan pelestarian keanekaragaman hayati. Pengelolaan kawasan konservasi haruslah dilakukan dengan hati-hati sebab kesalahan pengelolaan dapat memberikan dampak kerusakan yang sulit dipulihkan mengingat potensi dan keunikan besar pada kawasan konservasi juga melambangkan kerentanan kawasan ini terhadap gangguan. Pengelolaan wisata di kawasan konservasi perlu mendapat perhatian yang sama besarnya. Ekowisata berkembang di kawasan konservasi sebab dipandang memiliki dampak minimum terhadap ekosistem, memberi
2
kontribusi ekonomi bagi masyarakat, menghormati budaya setempat, dan dibangun dengan melibatkan berbagai stakeholder. Salah satu daerah wisata yang berada pada kawasan TNGGP adalah Wisata Alam (WA) Situ Gunung. Daerah wisata ini memiliki daya tarik yang cukup tinggi baik flora, fauna, bentang alam, maupun program wisata yang ditawarkan. Pelaksanaan wisata alam ini telah menjadi salah satu bentuk kegiatan di zona pemanfaatan intensif TNGGP. Pengelolaan ekowisata ini melibatkan berbagai stakeholder seperti Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, Pemerintah Daerah, LSM terkait dan masyarakat. Karenanya dirasa penting untuk menilai kinerja dari organisasi pengelola wisata alam ini. Kinerja merupakan hasil kerja yang berhubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan (Nasution 2004). Jika kinerja pengelolaan tidak berjalan dengan baik maka tujuan sulit untuk dicapai. Analisis terhadap kinerja pengelolaan akan memberikan gambaran kondisi pengelolaan saat ini. Analisis ini penting untuk kegiatan evaluasi guna perbaikan selanjutnya. Analisis terhadap kinerja pengelolaan akan melihat dari sudut pandang input, proses, serta output dari pengelolaan yang dimaksud. Sejalan dengan perkembangan Wisata Alam Situ Gunung tersebut, perlu dilakukan suatu penelitian dan evaluasi mengenai kinerja pengelolaan untuk mengetahui seberapa baik kegiatan pengelolaan wisata guna mencapai kepuasan pengunjung yang juga sesuai dengan seluruh fungsi kawasan. Studi ini diharapkan juga dapat memberikan alternatif pengembangan pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung menjadi lebih baik.
1.2. Kerangka Pikir Wisata Alam Situ Gunung memerlukan manajemen pengelolaan yang tepat karena lokasinya merupakan kawasan konservasi yang selain memiliki keunikan dan keanekaragaman hayati tinggi, juga kerentanan terhadap kerusakan. Pengelolaan yang tepat ini berhubungan dengan keberlangsungan kegiatan wisata baik keberlangsungan yang dilihat dari tetap terjaganya minat dan kepuasan pengunjung serta manfaat ekonomi terkait dengan kelangsungan pembiayaan
3
pengoperasian daerah wisata. Pengelolaan yang tepat ini juga dilihat dari tetap terjaganya keutuhan ekosistem alami kawasan. Terjaganya keseimbangan lingkungan, kelestarian, dan kealamian ekosistem merupakan fungsi dari kawasan konservasi. Keberlangsungan usaha wisata Situ Gunung juga dipengaruhi oleh kemampuannya untuk bersaing dengan wisata-wisata sejenis lainnya. Kepuasan pengunjung dapat menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pengelolaan wisatanya, terutama karena walaupun dialokasikan sebagai kawasan konservasi, Situ Gunung juga merupakan kawasan wisata alam. Penilaian terhadap analisis kinerja ini akan dibatasi dengan mengevaluasi kinerja manajemen pengunjung mulai dari input, proses, hingga outputnya. Diharapkan hal ini dapat menggambarkan kinerja pengelolaan lembaga wisata tersebut. Input kegiatan wisata di Wisata Alam Situ Gunung adalah lingkungan alam dan masyarakat yang terkait dengan lokasi, sehubungan dengan manajemen pengunjung, maka hal ini mengandung makna keadaan lingkungan alam dan masyarakat yang dapat memberikan kepuasan. Selain dua input di atas, pengaruh juga datang dari proses manajemen yang mampu memberikan kepuasan terhadap pengunjung. Pembatasan keadaan lingkungan dilakukan dengan menitikberatkan perhatian pada keutuhan dan kelestarian kawasan. Pengaruh masyarakat sebagai input dibatasi pada kesiapan masyarakat menerima pengunjung. Kedua hal ini merupakan modal yang penting dalam pelaksanaan wisata selain kondisi lembaga pengelola sehubungan dengan bentuk usaha yang akan dilakukan guna mengelola pengunjung. Proses kegiatan wisata alam dijalankan oleh pengelola dengan mengatur kelangsungan usaha guna mengelola input untuk menghasilkan output. Dengan kata lain proses kegiatan wisata alam adalah kegiatan yang dilakukan yang terwujud dalam manajemen wilayah Wisata Alam Situ Gunung. Salah satu output yang diharapkan adalah kepuasan pengunjung yang dilihat dari besarnya jarak antara keinginan/harapan pengunjung dengan kondisi yang dapat disediakan oleh pengelola. Output juga dapat dilihat dari dampak kunjungan wisata yang terjadi dalam kaitannya terhadap lingkungan, sosial budaya masyarakat, dan kelangsungan usaha pengelolaan.
4
Analisis SWOT akan melihat kelemahan dan kekuatan dari pengelolaan WA Situ Gunung berdasarkan pertimbangan prinsip kelestarian ekosistem, kelestarian ekonomi, dan kelestarian sosial masyarakat guna perbaikan pengelolaan selanjutnya. Istilah lembaga pengelolaan WA digunakan untuk menggantikan istilah perusahaan dari pustaka yang diacu. Metode ini akan melihat posisi strategis Wisata Alam Situ Gunung dan alternatif terbaik program-program pengembangan pengelolaan Situ Gunung yang sesuai dengan prinsip konservasi taman nasional. Kerangka pikir penelitian dituangkan dalam Gambar 1. Pengelolaan WA Situ Gunung Analisis Faktor
Faktor Internal
Analisis Kepuasan Pengunjung
Kepuasan Pengunjung
Faktor Eksternal
Analisis SWOT
Strategi Pengembangan WA Situ Gunung
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian. Faktor internal merupakan faktor yang menyusun lembaga pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung sedang faktor eksternal merupakan pengaruh lingkugan terhadap lembaga pengelolaan WA tersebut. Analisis kinerja diperlukan untuk mengetahui tingkat kinerja lembaga saat ini, penelitian ini melihat dari perspektif kepuasan konsumen (pengunjung). Analisis SWOT akan melihat posisi strategis
5
lembaga tersebut guna mendukung perumusan alternatif strategi pengembangan usaha.
1.3. Perumusan Masalah. Perumusan masalah yang berhubungan dengan penelitian ini berdasarkan kerangka pikir diatas adalah: 1. Bagaimana kondisi keaslian dan keutuhan fungsi kawasan Wisata Alam Situ Gunung saat ini, kondisi keaslian lingkungan yang diharapkan oleh pengunjung dan pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan? 2. Bagaimana kesiapan dan kaitan budaya masyarakat dalam menerima pengunjung, bagaimana hubungan masyarakat dengan Wisata Alam Situ Gunung, dan bagaimana pengetahuan dan kesadaran konservasi masyarakat? 3. Bagaimana kinerja pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung menurut pengunjung saat ini? 4. Bagaimana kondisi pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung yang diharapkan oleh pengunjung sehubungan dengan manajemen pengunjung? 5. Faktor-faktor apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung berdasarkan aspek internal saat ini? 6. Faktor-faktor apa saja yang menghasilkan peluang dan ancaman bagi pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung berdasarkan aspek eksternal? 7. Bagaimana rumusan strategi dan program pengembangan Wisata Alam Situ Gunung yang diperkirakan mampu meningkatkan kinerja pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung di masa yang akan datang?
1.4. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja pengelolaan wisata guna memperoleh alternatif strategi pengembangan Wisata Alam Situ Gunung. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengukur kinerja pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung dilihat dari kepuasan pengunjung. 2. Mengukur kinerja pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung dilihat dari dampak kegiatan wisata terhadap lingkungan dan sosial ekonomi budaya masyarakat.
6
3. Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal dalam pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung. 4. Menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari faktor-faktor internal dan eksternal tersebut. 5. Merumuskan alternatif strategi dan program pengembangan Wisata Alam Situ Gunung.
1.5. Manfaat Manfaat yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam pengembangan pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung yang berkelanjutan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Kinerja merupakan hasil kerja yang berhubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan (Nasution 2004). Jika kinerja pengelolaan tidak berjalan dengan baik maka tujuan sulit untuk dicapai. Analisis kinerja pengelolaan dilakukan dengan menjabarkan pengelolaan yang telah dilaksanakan dengan pengelolaan yang diharapkan oleh pengunjung. Baik tidaknya kinerja pengelolaan dilihat dari besar kecilnya jarak antara pengelolaan saat ini dengan harapan pengunjung. Analisis ini juga harus mengaitkan pengelolaan dengan status dan produk-produk hukum sehubungan dengan kawasan serta membandingkannya dengan harapan dari pengunjung. Analisis kinerja pengelolaan ini akan melihat dari sudut pandang input, proses, hingga output yang dihasilkan dalam suatu pengelolaan
2.2. Strategi Pengembangan Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Definisi strategi pertama kali dikemukakan oleh Chandler (1962) yang mengungkapkan bahwa strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut (diacu dalam Rangkuti 2008). Definisi strategi yang bersifat khusus dikemukakan oleh dua pakar strategi yakni Hamel dan Prahalad (1995) dimana dinyatakan bahwa strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh pelanggan di masa depan (Umar 2008; Rangkuti 2008). Suatu perusahaan atau organisasi sepatutnya menjalani berbagai evaluasi dan analisis dalam suatu proses pengambilan keputusan strategis. Rangkaian proses panjang ini dimaksudkan untuk memberikan pilihan alternatif terbaik dalam perkembangan selanjutnya. Hal yang sama juga berlaku pada daerah wisata, secara khusus kawasan WA Situ Gunung sebagai lokasi studi. Rangkuti (2008) menjabarkan proses ini dalam Gambar 2.
8
Analisis lingkungan eksternal
Evaluasi kinerja perusahaan saat ini
Evaluasi - misi - tujuan - kebijakan
Analisis budaya manajer - komisaris -manajemen puncak
Analisis lingkungan internal
Pemilihan faktor strategis: -peluang -ancaman
Analisis faktor strategis SWOT
Evaluasi dan Review - misi - tujuan - strategi
PILIH ALTERNATIF TERBAIK
Implementasi strategi
Evaluasi dan pengendalian
Pemilihan faktor strategis: - Kekuatan - Kelemahan
Gambar 2 Diagram Proses pengambilan keputusan strategis (Rangkuti 2008). Diagram diatas dengan jelas menyatakan bahwa dalam merumuskan suatu pilihan alternatif terbaik perlu diketahui kondisi yang sebenarnya saat ini dan analisis dalam perumusannya. Rangkuti (2008) menyatakan bahwa dalam proses analisis sangat penting untuk memahami seluruh informasi pokok, menganalisis situasi untuk mengetahui apa yang terjadi dan memutuskan tindakan apa yang terbaik untuk dilakukan.
2.3. Wisata Alam Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan sebagai antisipasi perkembangan dunia pariwisata yang semakin mengglobal (Pendit 2002). Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan ini mengandung ketentuan meliputi delapan hal, yaitu: a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. b. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
9
c. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. d. Kepariwisataan
adalah
segala
sesuatu
yang
berhubungan
dengan
penyelenggaraan pariwisata. e. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut. f. Obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. g. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. h. Menteri Pariwisata adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang kepariwisataan. Penawaran wisata dapat berupa penawaran obyek alamiah maupun buatan. Dalam penawaran obyek alamiah yang menekankan wisata dengan meminimalisir perubahan tata lingkungan disebut sebagai wisata alam atau rekreasi alam. Sumberdaya alam yang dapat ditawarkan dalam wisata alam antara lain (Wahab 1992): 1. Iklim: udara yang segar, sinar matahari, kebersihan lingkungan 2. Tata letak tanah dan pemandangan alam: dataran, pegunungan, panorama, danau, sungai, pantai, air terjun, gunung berapi, gua, bentuk-bentuk yang unik. 3. Unsur rimba: hutan-hutan lebat, pohon-pohon langka dan sebagainya. 4. Flora dan fauna: tumbuhan unik, benda-benda atraktif, kemungkinan untuk kegiatan memancing, berburu dan bersafari serta hunting foto, taman nasional dan lain-lain. 5. Pusat-pusat kesehatan: sumber air mineral alam, kolam lumpur, sumber air panas dan lain sebagainya. Wahab (1992) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor baik faktor eksternal maupun internal yang mempengaruhi seseorang ketika mengambil keputusan untuk melakukan kegiatan wisata atau tidak. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
10
1. Faktor Irasional (dorongan bawah sadar) antara lain lingkup pergaulan dan ikatan persaudaraan, tingkah laku prestise, tiruan dan mode, pengaguman pribadi (dalam pola tingkah laku), perasaan-perasaan keagamaan, hubungan masyarakat dengan promosi pariwisata, iklan dan penyebaran informasi pariwisata, dan kondisi ekonomi (faktor perndapatan dan biaya). 2. Faktor Rasional (dorongan yang disadari) antara lain aset wisata (alam panorama, warisan budaya,
perayaan-perayaan sosial, dan sebagainya),
fasilitas wisata (pengorganisasian industri pariwisata, transportasi, prosedur kunjungan, bea cukai, dan lain-lain), kondisi lingkungan (sikap masyarakat terhadap pengunjung, keramah tamahan, dan kemudahan bergaul), susunan kependudukan (umur, jenis kelamin, dan urbanisasi), situasi politik (kestabilan kondisi dan tingkat kebebasan warganya), keadaan geografis (jarak dari negara sumber wisatawan, keindahan panorama, dan lain-lain).
2.4. Kepuasan Pengunjung Feigenbaum (1986) diacu dalam Nasution (2004) menyatakan bahwa kualitas adalah kepuasan pengunjung sepenuhnya (full customer satisfaction). Suatu produk atau jasa dikatakan berkualitas jika dapat memberi kepuasan sepenuhnya kepada konsumen yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen. Dari pernyataan ini, diketahui bahwa tingkat kepuasan konsumen dapat menjadi salah satu hal yang menggambarkan kualitas produk termasuk juga pelayanan wisata. Kepuasan pengunjung secara sederhana dapat didefinisikan sebagai tanggapan perilaku berupa evaluasi purnabeli pengunjung terhadap suatu barang atau jasa yang dirasakannya dibandingkan dengan harapan atau ekspektasi terhadap produk atau jasa tersebut (Nasution 2004). Kepuasan pengunjung sangat bergantung pada persepsi dan ekspektasi mereka. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi persepsi dan harapan pengunjung yang dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Kebutuhan dan keinginan yang berkaitan dengan hal-hal yang dirasakan pengunjung ketika sedang mencoba melakukan transaksi.
11
2. Pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi produk dari perusahaan maupun pesaing-pesaingnya. 3. Pengalaman dari teman-teman, dimana teman akan menceritakan kualitas produk yang akan dibeli pengunjung tersebut. 4. Komunikasi melalui iklan dan pemasaran.
2.5. Kelestarian Lingkungan dan Kelestarian Usaha Kinerja terhadap usaha menjaga kelestarian lingkungan dapat dilihat dari rencana kerja pengelolaan lingkungan dan kondisi sebenarnya sebagai hasil dari rencana kerja tersebut. Pengamatan terhadap kelestarian lingkungan ini penting untuk mendeteksi secepat mungkin dampak kegiatan wisata terhadap lingkungan untuk dapat segera diambil tindakan antisipasi. Andrianto (2002) menyebutkan bahwa terdapat beberapa dokumen berisi rencana kegiatan pengelolaan lingkungan
seperti
Rencana
Pengelolaan
Lingkungan
(RKL),
Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL), maupun Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) yang merupakan instrumen manajemen lingkungan. Kelestarian usaha merupakan suatu kondisi dimana badan atau lembaga usaha dapat melangsungkan kegiatannya secara kontinu. Kelestarian usaha secara sederhana dapat dilihat dari adanya keuntungan usaha dan minat pengunjung atau tetap tersedianya permintaan. Selain itu kelestarian usaha dapat dilihat dari kesanggupan lingkungan untuk menampung kegiatan wisata yang terjadi sehingga kelestarian usaha ini juga terkait langsung dengan kelestarian lingkungan.
2.6. Penarikan Contoh Metode penarikan contoh berlaku pada pengumpulan data primer. Dalam penelitian, sensus akan membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang besar sehingga pengambilan sampel akan lebih efektif untuk dilakukan. Metodologi menyeleksi individu-individu masuk ke dalam sampel yang representatif disebut sampling atau metode penarikan contoh (Koentjaraningrat 1997). Roscoe diacu dalam Sugiyono (2009) mengungkapkan bahwa ukuran sampel yang layak dalam penelitian antara 30-500. Jumlah minimal dapat diambil
12
terutama jika sampel dibagi dalam beberapa kategori sesuai kebutuhan. Jika sampel dibagi dalam kategori maka jumlah anggota sampel minimal adalah 30. Pengambilan informasi dapat dilakukan dengan wawancara atau dengan penyebaran kuisioner. Kuisioner merupakan suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan dengan tema dan tujuan yang telah ditentukan (Soemardjan & Koentjaraningrat 1997). Rensis Likert telah mengembangkan sebuah skala untuk mengukur sikap masyarakat di tahun 1932 yang dikenal dengan skala Likert. (Tabel 1). Tabel 1 Skala Likert Skala
Kategori
Sangat tidak penting Sangat rendah Sangat sempit Sangat tidak memadai Sangat tidak indah Sangat mahal Sangat sedikit
Tidak penting
Biasa saja
Penting
Sangat penting Sangat tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
Sempit
Sedang
Luas
Sangat luas
Tidak memadai
Sedang
Memadai
Sangat memadai
Tidak indah
Biasa saja
Indah
Sangat indah
Mahal
Sedang
Murah
sedikit
Sedang
Banyak
Sangat sulit
sulit
Sedang
Mudah
Sangat tidak bervariasi
Tidak bervariasi
Sedang
Bervariasi
Sangat murah Sangat banyak Sangat mudah Sangat bervariasi
Sumber: Umar diacu dalam Restiyan (2009)
Skala ini hanya menggunakan item yang pasti baik dan pasti buruk (Nazir 2003). Penelitian ini menggunakan klasifikasi skala ini untuk penilaian.
2.7. Evaluasi Kinerja dan Strategi Pengembangan 2.7.1. Analisis Kepuasan Pengunjung 1) Importance-Performance Analysis (IPA) Importance-Performance Analysis (IPA) digunakan untuk menjawab perumusan masalah mengenai sejauh mana tingkat kepentingan pengunjung yang didasarkan atas persepsi nilai terhadap kinerja perusahaan (Rangkuti 2006 diacu dalam Restiyan 2009). Adapun cara untuk mengukur IPA adalah sebagai berikut: 1. Menghitung rata-rata penilaian kepentingan dan kinerja untuk setiap atribut. Nilai ini diperoleh dengan rumus:
13
∑ Xi n
Xi =
dan
Yi =
∑ Yi n
Dimana: Xi = bobot rata-rata tingkat penilaian kinerja atribut ke-i
Yi = bobot rata-rata tingkat penilaian kepentingan atribut ke-i n = jumlah responden 2. Menghitung rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja untuk keseluruhan atribut. Nilai ini diperoleh dengan rumus ∑ Xi n
Xi =
dan
Yi =
∑ Yi n
Dimana: Xi = nilai rata-rata kinerja atribut ke-i
Yi = nilai rata-rata kepentingan atribut ke-i n = jumlah atribut 3. Membuat diagram kartesius Nilai X memotong sumbu secara horisontal, yakni sumbu yang mencerminkan kinerja atribut (X) sedangkan nilai Y memotong tegak lurus pada sumbu secara vertikal, yakni sumbu yang mencerminkan kepentingan atribut (Y). Setelah diperoleh bobot kinerja dan kepentingan atribut serta nilai rata-rata kinerja dan kepentingan atribut, nilai-nilai tersebut diplotkan ke dalam Diagram Kartesius seperti terlihat pada Gambar 3.
Tingkat Kepentingan
(Y)
Kuadran I Prioritas Utama
Kuadran II Pertahankan Prestasi
Kuadran III Prioritas Rendah
Kuadran IV Berlebihan
Y
X
Tingkat kepuasan (X)
Gambar 3 Diagram Kartesius dalam metode IPA (Rangkuti 2006 diacu dalam Restiyan 2009).
14
Keempat kuadran tersebut memiliki arti sebagai berikut: 1. Kuadran I (Prioritas Utama) Kuadran ini memiliki atribut yang dianggap penting oleh pengunjung tetapi pada kenyataannya atribut-atribut tersebut belum sesuai dengan harapan pengunjung. Tingkat kinerja atribut tersebut lebih rendah dari pada tingkat harapan pengunjung. Atribut-atribut
dalam kuadran ini harus lebih
ditingkatkan lagi kinerjanya agar dapat memuaskan pengunjung. 2. Kuadran II (Pertahankan Prestasi) Atribut-atribut yang terdapat dalam kuadran ini dianggap penting dan memiliki kinerja yang tinggi. Atribut ini perlu dipertahankan untuk waktu selanjutnya. 3. Kuadran III (Prioritas Rendah) Atribut yang terdapat dalam kuadran ini dianggap kurang penting oleh pengunjung dan pada kenyataannya kinerjanya tidak terlalu istimewa. Peningkatan terhadap atribut yang masuk dalam kuadran ini dapat dipertimbangkan kembali sebab pengaruh terhadap manfaat yang dirasakan pengunjung sangat kecil. 4. Kuadran IV (Berlebihan) Kuadran ini memuat atribut-atribut yang dianggap kurang penting oleh pengunjung dan kinerjanya dirasakan terlalu berlebihan. Peningkatan kinerja pada atribut-atribut yang terdapat pada kuadran ini hanya akan menyebabkan terjadinya pemborosan sumberdaya. 2) Customer Satisfaction Index (CSI) Customer Satisfaction Index (CSI) digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen secara menyeluruh. Adapun cara untuk mengukur CSI dilakukan dengan empat tahap yaitu: (Aritonang dan Lebrin dalam Restiyan 2009) 1. Menentukan mean importance score (MIS) dan mean satisfaction score (MSS) Nilai ini berasal dari rata-rata kepentingan dan kinerja tiap atribut. MIS =
∑ Yi N
MSS =
Dimana: Yi = nilai kepentingan atribut ke-i
∑ Xi N
15
Xi = nilai kinerja atribut ke-i N = jumlah konsumen 2. Membuat weight factor (WF) Bobot ini merupakan presentase nilai MIS per atribut terhadap total MIS seluruh atribut. WF = MISi ∑ MISi 3. Membuat weight score (WS) Bobot ini merupakan perkalian antara WF dengan rata-rata tingkat kinerja (mean satisfaction score = MSS) WSi = WFi x MSS 4. Menentukan CSI ∑ WSi CSI =
HS
Dimana : HS = (Highest scale) skala minimum yang digunakan yaitu 5. Kriteria index kepuasan menggunakan kisaran 0,00 hingga 1,00 (tidak puas hingga sangat puas), yang dapat dilihat pada Tabel 2 berikut: Tabel 2 Kriteria Index Kepuasan Nilai CSI 0,81 - 1,00 0,66 - 0,80 0.51 - 0.65 0.35 - 0.50 0,00 - 0.34
Kritaria CSI Sangat puas Puas Cukup Puas Kurang Puas Tidak Puas
Sumber: Aritonang dan Lerbin diacu dalam Restiyan (2009)
2.7.2. Analisis Strategi Pengembangan (Analisis SWOT) Analisis SWOT merupakan suatu analisis dalam merumuskan strategi perusahaan dengan mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis (Rangkuti 2008). Diterangkan lebih lanjut, analisis ini pada dasarnya digunakan untuk mengoptimakan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities) serta disisi lain juga meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Kekuatan dan kelemahan merupakan faktor internal sedangkan peluang dan ancaman merupakan faktor lingkungan eksternal. Analisis SWOT membandingkan faktor internal dengan faktor lingkungan eksternalnya.
16
Proses penyusunan perencanaan strategis dilakukan melalui tiga tahap analisis yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis dan tahap pengambilan keputusan (Rangkuti 2008). Diterangkan lebih lanjut, model yang dipakai dalam tahapan pengumpulan data adalah matrik faktor strategi eksternal, matrik strategi faktor internal, dan matrik SWOT 1) Matrik Faktor Strategi Eksternal dan Internal Faktor strategi eksternal (EFAS/Eksternal Strategic factors Analysis Summary) perlu diketahui untuk membuat matriks faktor strategi eksternal (Rangkuti 2008). Umar (2008) menyebutkan bahwa data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, persaingan, serta data eksternal relevan lainnya. Rangkuti (2008) menjabarkan cara-cara pentuan faktor strategi eksternal adalah dengan mengalikan bobot dari faktor yang dianalisis dengan nilai peluang atau ancaman dari faktor tersebut bagi perusahaan. Matrik faktor strategi internal (IFAS/Internal Strategic factors Analysis Summary) dikerjakan dengan cara yang sama. Matrik SWOT Analisis data dilaksanakan setelah seluruh informasi terkumpul. Analisis dapat dilakukan dengan menggunakan Matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan dengan jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang dimilikinya. Tabel 3 Matrik SWOT STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W) Tentukan 5-10 faktor- Tentukan 5-10 faktorfaktor kekuatan internal faktor kelemahan EFAS internal OPPORNUNIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO Tentukan 5-10 faktor- Ciptakan Strategi yang Ciptakan strategi yang faktor peluang eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan untuk memanfaatkan kelemahan untu peluang memanfaatkan peluang THREATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT Tentukan 5-10 faktor- Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang faktor ancaman eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan untuk menghadapi kelemahan dan ancaman menghindari ancaman IFAS
(Rangkuti 2008 ; Umar 2008)
17
Selanjutnya dapat disusun diagram kartesius analisis SWOT. Diagram ini akan menunjukkan posisi pengelolaan saat ini dan membantu merumuskan strategi pengelolaan yang akan dilakukan. Diagram analisis SWOT dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 4. PELUANG 3. Mendukung strategi turn-around
1. Mendukung strategi agresif
KEKUATAN
KELEMAHAN 4. Mendukung strategi defensif
2. mendukung strategi diversifikasi
ANCAMAN
Gambar 4 Diagram Analisis SWOT (Rangkuti 2008). Masing-masing kuadran diatas memiliki kondisi khusus. Rangkuti (2008) menerangkan lebih lanjut tiap kuadran adalah sebagai berikut: Kuadran 1: situasi yang sangat menguntungkan bagi perusahaan. Organisasi tersebut memiliki peluang dan kekuatan untuk memanfaatkan peluang tersebut. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (grow oriented strategy) Kuadran 2: meskipun menghadapi ancaman, perusahaan masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversivikasi (produk/pasar) Kuadran 3: perusahaan memiliki peluang pasar yang besar tetapi banyak tantangan internal atau kelemahan. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. Kuadran 4: situasi yang sangat tidak menguntungkan bagi perusahaan. Organisasi tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Batasan Operasional Batasan operasional penelitian ini dapat dilihat pada poin-poin berikut: 1. Aspek
lingkungan
dilihat
dari
keaslian
dan
kegiatan
yang
dapat
mengakibatkan perubahan fungsi kawasan. Keaslian dilihat berdasarkan PP No. 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam dimana pada penjelasan pasal 4 diterangkan pembatasan pembangunan maksimum 10% dari luas kawasan. kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi kawasan dilihat berdasarkan PP No. 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam pada pasal 46. 2. Peran serta dan nilai penting masyarakat dibatasi pada motivasi masyarakat untuk terlibat dengan kegiatan wisata berdasarkan Wearing dan Joanne (1997). Jadi, penelitian ditekankan untuk memperhatikan sikap dan keinginan masyarakat untuk turut serta dalam pengelolaan wisata, kaitan antara budaya sebagai latar belakang dengan sikap dan penerimaan masyarakat, terhadap pengunjung, kesadaran konservasi masyarakat serta munculnya industri dan peluang usaha seiring dengan kegiatan wisata.
3.2. Waktu dan Tempat Peneitian Penelitian lapang dilaksanakan secara kontinyu selama 42 hari yakni pada 17 Oktober-27 November 2009. Penelitian dilaksanakan di Wisata Alam Situ Gunung zona pemanfaatan intensif Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
3.3. Jenis Data yang Dikumpulkan Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini dibagi menjadi data pokok dan data penunjang. Data pokok adalah data yang terkait langsung dengan topik penelitian sedangkan data penunjang adalah data yang digunakan sebagai pelengkap dalam melakukan pembahasan. Jenis data yang diambil seara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.
19
Tabel 4 Jenis Data yang Diambil Jenis data Pokok
Data tentang Persentase luas lahan yang telah dibangun Persepsi pengunjung dan pengelola mengenai keaslian lingkunganWA Situ Gunung Kegiatan pengelolaan lingkungan yang dilakukan sehubungan dengan keaslian lingkungan Kegiatan-kegiatan pelanggaran yang dapat memusnahkan sumberdaya
Pencemaran
Persepsi pengunjung dan pengelola mengenai pengawetan lingkungan wisata alam Sikap dan keinginan masyarakat untuk turut serta dalam pengelolaan wisata Peran budaya dan kaitannya dengan penerimaan
Data yang diambil Persentase luas lahan terbangun dan perubahan penggunaan lahan yang terjadi Tata guna kawasan Penilaian keaslian berdasarkaan persepsi pengunjung dan pengelola
Cara pengambilan Studi pustaka, wawancara dan pengamatan langsung
Rencana kerja yang telah ditetapkan Pelaksanaanya Hasil yang didapatkan dari pengelolaan lingkungan
Studi pustaka Pengamatan langsung Pengamatan langsung dan wawancara pengelola
Ada tidaknya pelanggaran yang terjadi seperti perburuan, penebangan liar, pengubahan bentang alam dll. Pengaruh pelanggaran terhadap lingkungan dan kegiatan wisata Pelaku pelanggaran dan motivasi Antisipasi dan penanganan oleh pengelola terhadap kasus yang terjadi Jenis-jenis pencemaran yang terjadi Penyebab/ sumber pencemar Penanganan dan pengelolaan limbah yang dilakukan pengelola Pengaruh pencemaran terhadap lingkungan dan kegiatan wisata Penilaian pengawetan lingkungan wisata alam berdasarkaan persepsi pengunjung dan pengelola dilihat dari kerusakan lingkungan yang terjadi
Studi pustaka, wawancara dan pengamatan langsung
Kesediaan masyarakat terhadap terlaksananya kegiatan wisata Keinginan masyarakat untuk ikut mengelola wisata Sektor yang diinginkan masyarakat untuk dilibatkan Penerimaan masyarakat terhadap pengunjung Kaitan antara budaya sebagai latar
Wawancara masyarakat
Wawancara terhadap pengelola dan pengunjung
Studi pustaka, wawancara dan pengamatan langsung
Wawancara pengunjung dan pengelola
Wawancara masyarakat
20
Jenis data
Data tentang terhadap pengunjung Kesadaran konservasi masyarakat Industri dan peluang usaha Pengelolaan obyek wisata
Pelayanan pengunjung
Pemasaran
Data yang diambil belakang berperilaku dengan sikap dan penerimaan masyarakat terhadap pengunjung Pengetahuan tentang konservasi Pengetahuan tentang status kawasan Sikap dan persepsi mengenai kawasan Usaha/ industri masyarakat yang tergerak Penyerapan tenaga kerja Pengelolaan terhadap obyek wisata Program wisata yang ditawarkan
Sikap/ keramahan pelayanan pengelola Jenis-jenis pelayanan yang diberikan Ada tidaknya pemberian pemahaman akan status kawasan Bentuk-bentuk pemasaran dan promosi yang dilakukan
Sumber informasi pengunjung Manajemen sumberdaya manusia
Manajemen dampak wisata Landasan pengelolaan Aspek pengunjung
Tingkat keinginan pengunjung Aspek pendukung wisata
Penunjang
Kondisi umum
Struktur organisasi, koordinasi dan kerjasama pengelolaan (kewenangan) Kualitas dan kuantitas SDM Hasil kerja yang dicapai (baik maupun kendala) berdasarkan SDM
Rencana kerja pengendalian dampak Aplikasi lapang rencana kerja Status dan produk hukum yang berhubungan dengan kawasan dan pengelolaannya Asal, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, tujuan, aktifitas, tanggapan. Harapan akan kondisi pengelolaan dan pelayanan wisata Kondisi sosial ekonomi serta politik negara saat ini, perkembangan kepariwisataan nasional dan internasional, issue lingkungan, lembaga-lembaga terkait. Letak, luas, aksesibilitas, kondisi
Cara pengambilan
Wawancara masyarakat
Wawancara masyarakat dan pengamatan langsung Studi pustaka, wawancara pengelola dan pengamatan langsung Studi pustaka, wawancara pengelola dan pengamatan langsung
Studi pustaka, wawancara pengelola dan pengamatan langsung Wawancara pengunjung Studi pustaka dan wawancara pengelola
Studi pustaka, wawancara pengelola dan pengamatan langsung Studi pustaka dan wawancara pengelola pengamatan langsung Studi pustaka dan wawancara pengelola Wawancara pengunjung
Wacana issue nasional, wawancara persepsi pengelola dan penggunaan kuisioner Studi pustaka
21
Jenis data
Data tentang lokasi
Sosial ekonomi masyarakat sekitar
Data yang diambil fisik iklim, topografi, sumber daya alam hayati, obyek wisata, prasarana sarana (letak, luas/ ukuran, jumlah) Jumlah penduduk, komposisi, tingkat pendidikan, mata pencaharian, interaksi dengan kawasan, persepsi terhadap kawasan
Cara pengambilan
Studi pustaka, pengamatan langsung dan wawancara key informant
3.4. Alat, Bahan, dan Sasaran penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah panduan wawancara (kuisioner), alat tulis, peta-peta dan kamera digital. Bahan yang digunakan adalah informasi yang dikumpulkan dari sumber informasi dan lokasi pengamatan seperti tertuang pada Tabel 4. Sasaran penelitian ini adalah pengelola Wisata Alam Situ Gunung (Resort TNGGP dan pengelola site dari Perum Perhutani) dan seluruh stakeholders.
3.5. Prosedur dan Cara Pengambilan Data 3.5.1. Metode Penarikan Contoh Responden dibagi menjadi tiga kategori yaitu responden pengelola, masyarakat, dan pengunjung. Responden pengelola dipilih dengan metode sampling bertujuan atau purposive sampling (Koentjaraningrat 1997). Sesuai dengan stakeholder yang ada di lokasi maka key informan pengelola yang dipilih adalah kepala Resort Situ Gunung Balai TNGGP selaku penanggung jawab kawasan, kepala site pengelola lapang WA Situ Gunung Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten selaku penanggung jawab pengelolaan wisata dan koordinator lapang untuk Situ Gunung dan sekitarnya, LSM ‘BWS (Binawana Sarana Indonesia)’ selaku pihak swasta yang menyewa lahan di dalam kawasan, dan koordinator lapang LSM ‘Rakata Adventure’ selaku pihak swasta yang wilayahnya berbatasan langsung dengan kawasan WA Situ Gunung. Responden masyarakat adalah 1 orang tokoh masyarakat dan 10 KK. Responden pengunjung berjumlah 114 orang (Tabel 5). Pengunjung yang dijadikan responden adalah pengunjung yang bersedia untuk diwawancarai dalam kunjungannya selama
22
waktu penelitian. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert dengan lima klasifikasi penilaian. Tabel 5 Responden Pengunjung Kelas Umur
Jumlah (orang)
4-12
30
13-18
30
19-60
54
> 60
0
Responden pengunjung berdasarkan kecenderungannya dibagi menjadi tiga kelompok yakni pengunjung individu dan pasangan (1-2 orang), kelompok kecil (< 40 orang), dan kelompok besar (> 40 orang). Pada pengunjung individu atau pasangan, sampel yang dimbil adalah 1 orang, pada kelompok kecil jumlah sampel yang diambil pada kisaran 15-20%, dan kelompok besar jumlah sampel yang diambil 10-15% dimana semakin besar kelompok semakin sedikit persentase bagian kelompok yang diambil dengan asumsi sampel ini telah dianggap mewakili kelompok tersebut. 3.5.2. Metode/Cara Memperoleh Data 1. Data Primer 11)) Observasi/Pengamatan Lapang Kegiatan observasi lapang dilakukan dengan pengamatan langsung di lapang atau mengunjungi lokasi penelitian. Kegiatan observasi lapang ini dilakukan untuk melihat secara langsung data-data yang diperlukan selain data yang diperoleh dari studi pustaka. 22)) Wawancara Kegiatan wawancara dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara teratur dan berkesinambungan dari panduan wawancara ataupun kuisioner yang disiapkan. Wawancara ini dilakukan pada pengelola baik dari pihak perum perhutani, taman nasional, maupun lembaga swasta yang terkait langsung dengan Situ Gunung. Wawancara tidak terstruktur dilakukan dengan pembicaraan yang mengikuti alur agar lebih berkesan santai untuk mendapatkan keterangan dengan berdasar pada panduan wawancara secara global saja (hanya
23
poin-poin penting). Wawancara ini ditujukan kepada pengelola lapangan dan masyarakat sekitar kawasan karena pemberian kuisioner tidak memungkinkan memenuhi semua informasi yang dibutuhkan. 33)) Pengisian Kuisioner Pengambilan
informasi
responden
pengunjung
dilakukan
dengan
menggunakan kuisioner. Kuisioner dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman pengunjung terhadap lokasi dan penilaiannya. Pemberian kuisioner dilakukan hanya jika responden mampu memahami isi kuisioner. Responden yang tidak mampu memahami isi kuisioner karena faktor umur, pendidikan, dan sebagainya, dilakukan pengambilan data melalui wawacara tidak terstruktur dengan landasan pertanyaan-pertanyaan pada kuisioner. 2. Data Sekunder Data sekunder didapatkan dengan studi literatur. Kegiatan studi literatur yang dilakukan adalah penelusuran segala bentuk dokumen yang dapat menunjang dalam menyusun laporan penelitian/ skripsi. Kegiatan ini dilakukan untuk mencari data yang tidak dapat diperoleh dari pengamatan langsung di lapang ataupun wawancara
3.6. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 3.6.1. Analisis Kinerja Pengelolaan Metode yang digunakan dalam menganalisis kinerja pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung adalah analisis deskriptif. Dalam metode ini, tiap-tiap varibel yang terkait dijabarkan secara runut agar dapat menggambarkan materi dengan baik. Salah satu yang dapat dijadikan standar ukuran adalah adanya perbedaan antara harapan pengunjung dengan kinerja pengelolaan yang telah dilakukan serta adanya pertimbangan peraturan sehubungan dengan status kawasan.
3.6.2. Analisis Kepuasan Pengunjung 11))
Importance-Performance Analysis (IPA) Importance-Performance Analysis (IPA) merupakan analisis untuk
menjawab perumusan masalah mengenai sejauh mana tingkat kepentingan
24
pengunjung yang didasarkan atas persepsi nilai terhadap kinerja usaha pengelolaan ekowisata Wisata Alam Situ Gunung. 22)) Customer Satisfaction Index (CSI) Customer Satisfaction Index (CSI) merupakan analisis untuk mengukur tingkat kepuasan pengunjung terhadap kinerja pengelolaan wisata Situ Gunung. Metode analisis ini akan menggambarkan keberhasilan kinerja pengelolaan dilihat dari kepuasan pengunjung. Analisis ini akan menunjukkan posisi realita dari pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung. 3.6.3. Analisis SWOT Metode analisis data yang digunakan
untuk membuat alternatif
pengembangan pengelolaan daerah wisata Situ Gunung adalah analisis SWOT. Pengambilan keputusan pengelolaan dilakukan dengan menganalisis faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor lingkungan eksternal (peluang dan ancaman) terkait pengelolaan Situ Gunung. Untuk mengurangi subjektifitas dalam penilaian, dilakukan korespondensi dengan narasumber ahli. Yang dimaksud dengan narasumber ahli disini adalah narasumber yang menguasai medan (orang yang mengetahui benar kondisi sebenarnya di lapangan) dan narasumber pengelola (orang yang mengetahui seluk beluk pengelolaan dan peraturaan terkait). Narasumber dari penelitian ini adalah Kepala site pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung dari Perum perhutani, Kepala Resort Situ Gunung dari TNGGP, dan LSM terkait (koordinator lapang Rakata Adventure dan BWS)
BAB IV KONDISI UMUM KAWASAN 4.1 Sejarah Kawasan Wisata Alam Situ Gunung yang mempunyai luas kurang lebih 100 ha merupakan kawasan pelestarian alam bagian dari zona pemanfaatan intensif Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Menurut legenda, danau (Situ Gunung) dibuat oleh bangsawan Mataram Rangga Jagad Syahadana, yang akhirnya dikenal sebagai Mbah Jalun. Dia merupakan buronan Belanda yang lari dari Kerajaan Mataram karena diburu penjajah pada tahun 1800-an. Setelah bersembunyi di beberapa kesultanan Jawa Tengah, akhirnya Mbah Jalun menetap di Kesultanan Banten. Legenda menyebutkan bahwa sebelum ke Sukabumi Mbah Jalun memperistri perempuan asal Kuningan Jawa Barat. Jalur keberangkatannya ke Sukabumi melalui Cianjur. Karena masih menjadi buron Belanda, jalan yang dilaluinya lebih banyak membuka hutan di pegunungan. Salah satu jalan yang dibukanya adalah jalan lewat Gunung Gede dan Pangrango. Mbah Jalun dan istrinya berhenti di suatu lembah yang dialiri sungai yang airnya jernih. Ia pun memutuskan menetap di daerah tersebut. Beberapa tahun kemudian, yakni pada tahun 1814, pasangan itu dikaruniai seorang putra yang diberi nama Rangga Jaka Lulunta. Sebagai wujud syukur atas kelahiran anaknya, ia membangun danau kecil dalam waktu tujuh hari dengan peralatan sederhana lalu ia menamai danau itu Situ Gunung, artinya danau yang ada di gunung. Belanda akhirnya mencium keberadaan Situ Gunung dan takjub melihat keindahan danau buatan itu. Pada tahun 1840, Mbah Jalun tertangkap dan dijatuhi hukuman gantung. Sebelum pelaksanaan hukuman gantung yang rencananya digelar di alun-alun Cisaat, ia berhasil melarikan diri sebelum akhirnya wafat tahun 1841 di daerah Bogor (Hidayat 1992 dan TNGGP 2009).
4.2. Sejarah Pengelolaan Kantor pengelola yaitu Balai TNGGP berada di Cibodas dan dalam pengelolaannya dibagi menjadi 3 (tiga) Seksi Konservasi Wilayah (SKW), yaitu
26
SKW I di Selabintana, SKW II di Bogor, dan SKW III di Cianjur. SKW I terbagi kembali dalam 13 resort pengelolaan dengan tugas dan fungsi melindungi dan mengamankan seluruh kawasan TNGGP dalam mewujudkan pelestarian sumberdaya alam menuju pemanfaatan yang berkelanjutan. Resort Situ Gunung berada pada SKW I Selabintana. Wisata Alam Situ Gunung saat ini berada di bawah pengelolaan Kasatuan Bisnis Mandiri Wisata, Benih dan Usaha Lain (KBM WBU) Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Situ Gunung sempat dikelola oleh swasta yakni PT. Shorea Barito Wisata sebelum akhirnya diambil alih kembali oleh PT Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Sukabumi dikembangkan menjadi taman wisata alam seluas 100 hektar. Saat ini Situ Gunung termasuk dalam zona pemanfaatan intensif Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP 2009). Status kawasan obyek wisata alam Situ Gunung, berdasarkan sejarah pembentukannya dapat dijelaskan sebagai berikut: (TNGGP 2009) 1. Melalui SK Mentan 461/Kpts/Um/11/1975 tanggal 27-11 1975, obyek wisata alam seluas 100 hektar ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam (TWA) 2. Skpt Menteri Kehutanan No. 284/Kpts-II/1990 Tgl. 4 Juni 1990 tentang persetujuan prinsip pengusahaan pariwisata alam atas TWA Situ Gunung kepada Perum Perhutani 3. Melalui Menhut No/. 174/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni 2003 termasuk salah satu bagian areal perluasan (zona pemanfaatan intensif) Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), sehingga luas TNGGP menjadi 21,975 ha Perum Perhutani memegang pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung sejak tahun 1990 ketika status kawasan masih berupa TWA. Tahun 1995, pengelolaan kawasan dipercayakan kepada swasta yakni PT. Shorea Barito Wisata yang kepemilikan usahanya dipegang oleh investor dari Korea. Agustus 2002 pengelolaan dikembalikan kepada Perum Perhutani sebelum akhirnya masuk dalam zona pemanfaatan TNGGP saat terjadi perluasan kawasan pada 10 Juni 2003. Pengelolaan wisata tetap dipercayakan kepada Perum Perhutani yang kemudian 31 Mei 2006 bentuk usahanya masuk dalam Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Sukabumi. 1 Juni 2006 badan usaha dari Perum Perhutani ini
27
kemudian berbentuk KBM WBU sesuai perkembangan dalam tubuh Perum Perhutani itu sendiri.
4.3 Letak dan Luas Wilayah Wisata Alam Situ Gunung terletak di kaki Gunung Pangrago pada ketinggian 950 – 1.036 m dpl. Secara administratif kawasan terletak di Desa Gede Pangrango dan Desa Sukamanis, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat. Secara astronomis kawasan Wisata Alam Situ Gunung terletak antara 106O54’37” – 106O55’30” Bujur Timur 06O39’40” – 06O41’12” Lintang Selatan (TNGGP 2009). Luas wisata alam ini lebih kurang 100 Ha. Saat ini wisata alam ini berada dalam zona pemanfaatan intensif Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (Hidayat 1992).
4.4. Geomorfologis, Tanah, Topografi, Iklim dan Hidrologi 4.4.1. Geomorfologi Geofisik wilayah Situ Gunung memiliki formasi sebagai kuarter vulkanik Pangrango tua (Qvpo). Formasi ini tersusun dari satuan batuan mineral endapan lahar dan lava, basal andesitik dengan oligoklas andesin, labradorit, olivin, piroksin, dan homblende (TNGGP 2009) 4.4.2. Tanah Jenis-jenis tanah yang mendominasi kawasan TNGGP adalah latosol coklat, asosiasi andosol, coklat dan regosol coklat, kompleks regosol kaleabu dan litosol, abu pasir, tuf, dan batuan vulkan intermedier sampai dengan basis merujuk dari Peta Tanah Tinjau Provinsi Jawa Barat Skala 1 : 250.000 (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat 1966 diacu dalam TNGGP 2009). 4.4.3. Topografi Daerah Situ Gunung topografinya bervariasi mulai dari landai hingga bergunung, dengan kisaran ketinggian antara 700 m dan 1500 m dpl. Wilayah Situ Gunung memiliki kondisi lapangan yang berat karena terdapatnya bukit-bukit (seperti bukit masigit) dengan kelerengan 20-80 %. Jurang dengan kedalaman sekitar 70 m banyak dijumpai di wilayah ini (TNGGP 2009).
28
4.4.4. Iklim Iklim di wilayah Situ Gunung tidak jauh berbeda dengan iklim wilayah TNGGP pada umumnya. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmid-Ferguson, TNGGP termasuk kedalam tipe iklim A dengan curah hujan yang tinggi (TNGGP 2009). 4.4.5. Hidrologi Sumber air di dalam kawasan Situ Gunung berbentuk sungai besar, sungai kecil, dan Danau. Danau Situ Gunung dengan luas 10 Ha adalah penyimpan air terbesar di dalam kawasan ini. Sumber air lain diantaranya adalah Sungai Cigunung yang merupakan sungai besar dan Sungai Ciparay, Cibogo leutik, dan Sungai Cimahi sumbernya dari Ciarya adalah sungai-sungai kecil.. Lebar sungai di hulu berkisar 1-2 m dan hilir mencapai 3-5 m dengan ciri fisik sungai ditandai oleh kondisi yang sempit dan berbatu besar. Umumnya kondisi sungai di dalam kawasan ini masih terlihat baik dan sedikit pencemaran oleh manusia. Debit air yang tinggi dan kualitas air cukup baik sehingga dimanfaatkan oleh masyarakat yang berada di sekitar kawasan untuk keperluan pertanian, perikanan dan kebutuhan sehari-hari, termasuk PDAM Sukabumi memanfaatkan air dari Sungai Cigunung yang sumbernya di dalam kawasan Resort Situ Gunung (TNGGP 2009).
4.5. Kondisi Biologi Kawasan ini mempunyai keanekaragaman tumbuhan yang sangat tinggi. Jenis-jenis tumbuhan yang dapat dijumpai sangat beragam meskipun dulunya merupakan kawasan hutan tanaman Perum Perhutani. Jenis tumbuhan di Situ Gunung diataranya adalah Puspa (Schima walichii), Rasamala (Altingia Excelsa), Damar (Agathis sp), Saninten (Castanopsis argentea), Hamirung (Vemonea arborea), Gelam (Euginia fastigiata), Kisireum (Cleistocalyx operculata), Lemo (Litsea cubeba), Beleketebe (Litsea sp), Suren (Toona sureni), Riung Anak (Castanopsis javanica), Walen (Ficus Ribes), Merang (Hibiscus surattensis), Kipanggung (Trevesia sondaica), Ki-putat (Placchomia valida), Karembi (Homolanthus populnea), Manggong (Macarangar rizoides). Selain jenis-jenis tersebut di atas, terdapat juga jenis Anggrek yang dilindungi, antara lain Anggrek
29
Tanah Bunga Merah, Anggrek Tanah Bunga Putih dan Anggrek Bajing Bunga Kuning. Jenis anggrek tersebut dapat dijumpai di tepi jalan setapak yang dahulunya merupakan perbatasan antara Wisata Alam Situ Gunung dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP 2009). Situ Gunung memiliki 62 jenis satwa liar (19 jenis dilindungi) yang terdiri atas 41 jenis burung (11 jenis dilindungi) dan 21 jenis mamalia (8 jenis dilindungi). Jenis mamalia yang dilindungi adalah owa (Hylobates moloch), trenggiling (Manis javanica), landak (Hystrix brachura), surili (Presbytis comata), kijang (Muntiacus muntjak), kancil (Tragulus javanicus). Jenis mamalia yang mudah dijumpai adalah bajing, monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), lutung (Tracypithecus auratus) dan babi hutan. Jenis burung yang dilindungi yaitu elang bondol (Haliastur indus), alap-alap (Accipter virgatus), sasap madu gunung (Aethopyga eximia), burung kipas (Rhipidura javanica), Cekakak (Halcyon chloris), burung madu kuning (Nectarina jugularis), burung madu pipi merah (Anthretes singalensis), burung madu merah (Aethopyga siparaja), burung cabe (Dicaeum trocileum). Jenis burung yang mudah dijumpai adalah kutilang, betet ekor panjang, prenjak, tuwu, emprit, cipoh, kepodang, tulung tumpuk dan ayam hutan (TNGGP 2009).
4.6. Aksesibilitas Aksesibilitas menuju lokasi Wisata Alam Situ Gunung cukup baik, ditempuh ± 123 Km dari Jakarta selama 3,5 jam, ± 70 Km dari Bogor selama 2 jam, ± 108 Km dari Bandung selama 3,5 jam dan ± 60 Km dari Cianjur selama 1,5 jam. Pengunjung dari Bogor menuju lokasi dapat ditempuh dengan mengambil jurusan Sukabumi
kemudian berbelok di Cisaat menuju Situ Gunung. Situ
Gunung terletak di sebelah Selatan kawasan Taman Nasional. Kondisi jalan baik, kerusakan sangat sedikit, dan dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi maupun umum. Kedatangan dari terminal Sukabumi dapat menggunakan minibus yang menuju Cisaat kemudian dilanjutkan dengan angkutan kota menuju Situ Gunung yang berjarak 10 Km dari Polsek Cisaat (GPNP 2007). Jalan menuju Cisaat merupakan Jalan Raya Provinsi dan disambung dengan jalan aspal yang dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat atau lebih.
30
Pengunjung yang tidak menggunakan kendaraan pribadi dapat menggunakan kendaraan umum (TNGGP 2009).
4.7. Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Kawasan Ada dua desa yang letaknya berbatasan langsung dengan Situ Gunung yakni desa Gede Pangrango dan desa Suka Manis (TNGGP 2009). 4.7.1. Desa Gede Pangrango 11)) Kependudukan Jumlah penduduk Desa Gede Pangrango sebanyak 4680 orang terdiri dari 2362 orang laki-laki dan 2318 orang perempuan, terbagi kedalam 1154 Kepala Keluarga (KK). Dengan luas desa 970 Ha maka kepadatan penduduk adalah 4,82 org/Ha. Komposisi usia Penduduk di Desa Gede Pangrango yaitu, usia balita dan anak-anak sejumlah 1497 orang, usia remaja sampai muda sejumlah 1096 orang, usia dewasa sampai tua 1693 orang dan belum ada penduduk mencapai usia manula. 22)) Penggunaan Lahan Lahan di Desa Gede Pangrango diperuntukan sebagai tanah sawah irigasi seluas 89 Ha, tanah kering untuk tegal/ladang 134,23 Ha, pemukiman 48,50 Ha, tanah perkebunan negara 756 Ha, tanah fasilitas umum untuk kas desa 0,62 Ha, lapangan 1,2 Ha, perkantoran Pemerintah 1,7 Ha, tanah hutan lindung 112,5 Ha, dan hutan konversi 520 Ha. Lahan di desa ini baik/cocok untuk kegiatan pertanian dan perkebunan dengan komoditas yang dihasilkan adalah tanaman pangan seperti jagung, kacang panjang, singkong, cabe, tomat, sawi, kubis, alpukat, pisang, serta bambu. 33)) Perekonomian Perekonomian masyarakat Desa Gede Pangrango sebagian besar tingkat menengah dan menengah kebawah berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, informasi dari masyarakat dan petugas desa serta dokumen Resort Situ Gunung TNGGP. Hal ini disebabkan karena orientasi masyarakat dalam mencari pekerjaan masih belum berkembang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang masih rendah. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat petani dan buruh tani, sehingga pendapatan masyarakat hanya cukup untuk kebutuhan hidup
31
sehari-hari. Mata pencaharian lain adalah buruh/pekerja swasta, pegawai negeri, pengrajin, pedagang, montir, dokter, dan lain sebagainya. 44)) Aksesibilitas Kantor Desa Gede Pangrango dan Kantor Resort Situ Gunung berjarak ± 3 km dihubungkan oleh jalan aspal yang kondisinya cukup baik. Merupakan satu jalan yang menghubungkan Kota Cisaat dan Wisata Alam Situ Gunung dan dapat dilalui oleh semua jenis kendaraan. Tersedia sarana transportasi umum berupa Angkutan Perkotaan (Angkot) dan Ojek. 55)) Pendidikan Perkembangan suatu desa dipengaruhi oleh tingkat perekonomian yang didukung oleh tingkat pendidikan masyarakat. Potensi Desa Gede Pangrango berkaitan dengan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Tingkat pendidikan dan Prasarana Pendidikan Desa Gede Pangrango Tingkat Pendidikan Jenjang Jumlah (orang) Belum Sekolah 408 SD/Sederajat 2600 SLTP/Sederajat 200 SLTA/Sederajat 480 D-1 18 D-2 50 D-3 65 S-1 40 S-2 25 S-3 2
Prasarana Pedidikan Jenis Jumlah (buah) SD/Sederajat 3 SLTP/Sederajat 1 TPA 2 Pondok Pesantren 4 Sumber: TNGGP 2009
4.7.2. Desa Sukamanis 11)) Kependudukan Jumlah penduduk Desa Sukamanis sebanyak 4354 orang terdiri dari 2138 orang laki-laki dan 2226 orang perempuan, terbagi kedalam 1191 kepala keluarga (KK). Dengan luas desa 719,4 ha maka kepadatan penduduk adalah 4,05 org/Ha. Komposisi usia Penduduk di Desa Sukamanis yaitu, usia Balita dan Anak-anak 1461 orang, usia Remaja sampai Muda 693 orang, usia Dewasa sampai Tua 2078 orang dan penduduk dengan usia manula 329 orang. 22)) Penggunaan Lahan Lahan di Desa Sukamanis diperuntukan sebagai tanah sawah irigasi seluas 96,256 Ha, tanah kering untuk tegal/ladang 414 Ha, pemukiman 1,50 Ha, tanah
32
perkebunan swasta 145 Ha, tanah perkebunan rakyat 33,525 Ha, tanah fasilitas umum untuk kuburan 3,775 Ha, untuk perikanan/empang 4,50 Ha, kolam 7,250 Ha dan peruntukan lainnya seperti jalan dan selokan. Lahan di desa ini cocok untuk kegiatan pertanian, perkebunan dan perikanan dengan komoditas yang dihasilkan antara lain tanaman pangan berupa jagung, padi, labu, singkong, sawi, cabe, bawang, buncis, pisang, kol, mangga, jambu, jeruk, rambutan, pete, dan lain-lain. Tanaman kehutanan yakni bambu, kayu bakar dan damar serta hasil perkebunan seperti kopi, kelapa, cengkeh, aren/gula merah, teh, dan lain sebagainya. Hasil perikanannya berupa ikan kolam dan mina padi. 33)) Perekonomian Perekonomian suatu desa didukung oleh mata pencaharian masyarakat. Desa Sukamanis sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani/buruh tani, pegawai swasta dan pegawai negeri. 44)) Aksesibilitas Kantor Desa Sukamanis dan Kantor Resort Situ Gunung berjarak ± 8 Km dihubungkan oleh jalan aspal yang kondisinya cukup baik dapat dilalui oleh berbagai jenis kendaraan (kecuali Bis atau Roda lebih dari 6). Tersedia sarana transportasi umum berupa Angkutan Perkotaan (Angkot) dan Ojek. 55)) Pendidikan Perkembangan suatu desa dipengaruhi oleh tingkat perekonomian yang didukung oleh tingkat pendidikan masyarakat. Berikut potensi Desa Sukamanis berkaitan dengan Pendidikan (Tabel 7). Tabel 7 Tingkat Pendidikan dan Prasarana Pendidikan Desa Sukamanis Tingkat Pendidikan Jenjang Jumlah (orang) Belum Sekolah 700 SD/Sederajat 1600 SLTP 1572 SLTA/Sederajat 219 Diploma & 70 Perguruan Tinggi
Prasarana Pedidikan Jenis Jumlah (buah) SD/Sederajat 6 SLTP/Sederajat 1 Diniyah 5 Pondok Pesantren 2 -
TNGGP 2009
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Wisata di Kawasan Wisata Alam Situ Gunung 5.1.1 Obyek Kawasan Wisata Alam Situ Gunung Wisata Alam Situ Gunung memiliki beberapa obyek wisata alam yang dimanfaatkan secara intensif yaitu danau (Situ Gunung), Curug Sawer, Curug Cimanaracun dan Curug Bagong. Obyek lain yang belum dimanfaatkan secara intensif diantaranya Curug Kembar, dan Bukit Masigit. 11)) Situ Gunung. Danau ini memiliki nilai mitos sejarah yaitu pembuatanya oleh Rangga Jagad Syahadana dan nilai keindahan alam. Situ Gunung merupakan danau seluas 10 ha. Dinding danau telah diplester untuk menghindari terjadinya erosi dan di tengah danau terdapat beberapa pulau kecil (Gambar 5). Kegiatan yang dilakukan pengunjung di danau umumnya adalah menikmati pemandangan, bersampan, memancing, dan aneka permainan outbond.
Gambar 5 Situ Gunung. 22)) Curug Sawer dan Curug Bagong. Curug Sawer memiliki tinggi ± 20 m dengan debit air yang relatif stabil baik dimusim penghujan maupun kemarau (Gambar 6 a). Banyak terdapat batubatuan di tepi curug. Berjarak ± 50 m dari Curug Sawer, terdapat sebuah curug kecil bernama Curug Bagong. Curug kecil ini memiliki alas yang landai yang
34
cocok digunakan untuk bermain air (Gambar 6 b). Curug Bagong memiliki nilai mitos bagi yang mempercayainya dimana diyakini bahwa mandi di curug ini akan meningkatkan kharisma dan pesona diri.
(a)
(b)
Gambar 6 (a) Curug Sawer, (b) Curug Bagong. 33)) Curug Cimanaracun. Curug Cimanaracun terletak 500 m dari danau. Curug ini merupakan sumber air dari danau (Situ Gunung) melebar dengan tinggi 10 m, bantarannya landai berpasir, dan debit air kecil bahkan pada musim penghujan (Gambar 7).
Gambar 7 Curug Cimanaracun.
35
44)) Curug Kembar dan potensi obyek wisata alam lainnya yang belum dikelola. Curug kembar belum dikembangkan menjadi obyek kegiatan wisata intensif. Curug ini terletak sekitar 1 jam perjalanan dari Curug Sawer. Curug Kembar merupakan dua curug yang berdekatan. Lingkungan sekitar curug masih sangat alami. Gunung Masigit sering dilalui sebagai jalur pendakian yang masuk melalui Situ Gunung. Gunung Masigit ini memiliki kekayaan flora dan fauna. Selain Itu, Wisata Alam Situ Gunung memiliki curug-curug lain yang menyebar di dalam kawasan dan tidak dimanfaatkan untuk kegiatan wisata. Rata-rata curug-curug ini merupakan curug kecil yang daya tariknya rendah. 5.1.2. Akses Dalam Kawasan Obyek wisata yang menjadi unggulan dari Wisata Alam Situ Gunung adalah danau (Situ Gunung) dan Curug Sawer. Danau ini terletak ± 1 Km dari pintu gerbang dengan lebar jalan rata-rata 7 m, kondisi jalan merupakan bekas aspal yang sudah sangat rusak sehingga terlihat seperti jalan yang berbatu batu (Gambar 8 a). Jalan ini dapat dilalui kendaraan bermotor yakni mobil hingga lapangan parkir pos kedua (Pos II) yang berjarak 200 m dari danau sedangkan motor dapat langsung mencapai danau. Topografi jalan secara umum landai dengan beberapa tanjakan dan turunan yang agak curam tetapi tidak dominan. Variasi kelerengan jalan berkisar antara 0O- 45O atau 0%-100%.
(a)
(b)
Gambar 8 (a) Jalan Menuju danau, (b) Jalan Menuju Curug Sawer.
36
Curug Sawer terletak sekitar 2 Km dari pintu gerbang dengan lebar jalan bervariasi mulai dari 2-7 m. Topografinya sangat bergelombang dengan kelerengan antara 0O-70O atau 0%- 274.75% sehingga cukup sulit untuk dilalui (Gambar 8 b). Jalan beragam mulai dari jalan batu dan tanah. Jalan ini tidak dapat dilalui kendaraan, sekalipun sepeda, karena pengaruh topografi. Curug Cimanaracun dapat
ditempuh dengan berjalan kaki atau
menggunakan motor sekitar 500 m dari danau melalui jalan yang kondisinya cukup baik dengan lebar jalan 2-4 m, kelerengan berkisar antara 0O-10O atau 0%17.63%. Curug Kembar memiliki akses yang sangat sulit yang perjalanannya ditempuh dengan berjalan kaki selama enam jam pulang pergi dengan medan yang sangat terjal. Kelerengan jalan bervariasi mulai dari 0O-80O atau 0%-567.13%. 5.1.3. Ketersediaan Prasarana Sarana Pendukung Wisata Prasarana sarana pendukung wisata yang terdapat di Wisata Alam Situ Gunung diantaranya adalah papan penunjuk arah, tempat sampah, mushala, MCK, shelter, areal parkir, pusat informasi, wisma tamu, aula, bumi perkemahan, paket wisata, catering dan guide serta warung wisata dan warung souvenir (Gambar 9). Tempat sampah, mushala, MCK dan shelter letaknya mengelompok pada pusatpusat kegiatan pengunjung. Sebagian besar prasarana sarana wisata belum mencukupi kebutuhan pengunjung dikarenakan jumlahnya yang kurang ataupun kondisinya yang sudah menurun. Jika terjadi lonjakan pengunjung, areal parkir tidak mampu menampung kendaraan pengunjung sehingga pengunjung harus memarkir kendaraannya di tepian jalan baik di dalam kawasan maupun di luar pintu gerbang. Kurangnya jumlah prasarana sarana wisata terlihat juga dari sering dijumpai antrian untuk menggunakan fasilitas MCK dan mushala. Beberapa sarana terlihat sudah rusak atau butuh peremajaan tetapi masih belum tertangani oleh pihak pengelola. Penyebab berlarut-larutnya masalah ini adalah sistem birokrasi yang panjang dan berbelit dari manajemen wisata dari Obyek Wisata Alam Situ Gunung yang tergabung dalam organisasi besar yaitu Perum Perhutani serta Resort Situ Gunung yang merupakan bagian dari TNGGP. Sistem manajemen dalam organisasi besar seperti ini dapat dipastikan sangat panjang. Pengajuan perbaikan prasarana sarana telah lama diajukan namun belum ada tanda-tanda akan segera disetujui.
37
Pengelolaan yang dilakukan terhadap prasarana sarana terbatas pada perawatan harian oleh mitra kerja.
(a)
(d)
(b)
(c)
(e)
(f)
(g) (h) Gambar 9 Prasarana Sarana Wisata Alam Situ Gunung: (a) papan petunjuk arah, (b) tempat sampah sekitar Curug Sawer, (c) WC sekitar Curug Sawer, (d) tempat sampah di areal parkir utama (e) MCK di masing-masing bumi perkemahan, (f) kondisi MCK, (g) pusat informasi, dan (h) aula dan wisma tamu. 5.1.4. Pelayanan Pengunjung Bentuk pelayanan pengunjung yang umum dilaksanakan di Wisata Alam Situ Gunung adalah wisata tanpa pemandu. Pelayanan wisata tanpa pemandu ini didukung oleh banyaknya papan penunjuk arah, petugas yang tanggap di lokasi
38
strategis seperti di pos tiket, pusat informasi dan pos 2 (lapangan parkir II). Model tanpa pemandu ini digunakan karena lebih efektif dan untuk mengatasi keterbatasan tenaga kerja. Pengunjung yang memerlukan pemandu dapat mendatangi pusat informasi dan akan mendapatkan pelayanan khusus. Pelayanan wisata tanpa pemandu yang dianut ini didukung oleh pengaturan kebersihan yang cepat tanggap dan penjagaan keamanan untuk memberikan rasa nyaman kepada pengunjung. Tidak ada pemberian keterangan atau penjelasan mengenai status kawasan sebagai kawasan konservasi kepada pengunjung karena pihak pengelola menganggap ini adalah wewenang petugas TNGGP. Bentuk pemberian pengetahuan ini oleh Petugas resort Situ gunung masih terbatas pada papan keterangan status kawasan di dekat pintu gerbang kawasan wisata. Komplain atau penyampaian aspirasi oleh pengunjung yang kadang kala datang ditanggapi dengan sopan dan diberikan perhatian akan substansi aspirasi. Kebersihan kawasan dijaga sebaik-baiknya dan untuk keamanan terdapat petugas POLSEK yang siap mengamankan kawasan setiap hari. Kedua usaha ini dilaksanakan guna memberikan kenyamanan pada pengunjung. Pada akhir pekan dimana biasanya terjadi lonjakan pengunjung, obyek-obyek vital dijaga oleh petugas POLRES. Sampah dikumpulkan pada tong-tong sampah yang telah disediakan pengalola pada beberapa lokasi. Pengunjung mendapatkan jaminan keselamatan atau asuransi yang biayanya dikenakan pada tiket masuk kawasan. Jaminan keselamatan ini akan menjamin pengunjung selama pengunjung melakukan aktivitasnya di lokasi wisata dan berakhir jika pengunjung telah meninggalkan lokasi. Besarnya biaya jaminan keselamatan ini adalah Rp. 250,-. Pengunjung yang memakai jasa lembaga swadaya masyarakat baik Rakata Adventure maupun BWS (Bina Wana Sarana) menerima exclusive service yang lebih berkualitas. Pengunjung mendapatkan interpreter dan dilayani secara total dalam tiap aktivitasnya. Standar harga yang dipatok oleh Rakata Adventure adalah 1,5 hingga 2 juta rupiah perorang untuk kegiatan dua hari satu malam walaupun harga ini juga masih merupakan harga yang fleksibel sesuai kegiatan yang diinginkan pengunjung. Standar harga yang dipatok BWS sangat tergantung dari jenis kegiatan yang dilakukan, peralatan yang digunakan dan tenaga kerja yang dikerahkan.
39
Situ Gunung menyusun Masterplan pengelolaan dengan tenaga ahli dari lembaga pendidikan tinggi (dalam hal ini adalah IPB), tenaga ahli dari Rakata Adventure sebagai konsultan dan akan dilaksanakan oleh pengelola kawasan (TNGGP dan Perum perhutani). Penyusunan masterplan pengelolaan ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman pembangunan dan pengembangan Ekowisata Situ Gunung TNGGP sesuai dengan kaidah konservasi. Masterplan ini bertujuan untuk memberikan acuan pengaturan tata ruang pemanfaatan komplek ekowisata Situ Gunung, acuan desain pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana ekowisata Situ Gunung dan acuan pengembangan program ekowisata Situ Gunung. Masterplan ini akan memberikan peluang perbaikan sistem pengelolaan wisata Situ Gunung baik menyangkut sarana prasarana, pelayanan wisata, program dan paket wisata serta pengaturan lain yang akan lebih mengedepankan kelestarian dan keseimbangan ekosistem kawasan. 5.1.5. Sumberdaya Manusia Wisata Alam Situ Gunung Jumlah tenaga kerja di lapangan yang dimiliki oleh Wisata Alam Situ Gunung adalah 6 orang dari Perum Perutani dan 4 orang dari TNGGP (Tabel 8). Tabel 8 Tenaga Kerja Lapangan Wisata Alam Situ Gunung No.
Nama
Jabatan
Pendidikan Terakhir
a. Tenaga Kerja Resort Situ Gunung 1. I Made Artawan, Kepala resort (PEH S1 S.Hut Pelaksana Lanjutan) 2. Siswoyo Polhut Pelaksana SMA 3. Iyan Sopian PEH Pelaksana SKMA 4. Andi Suhandi PPHNF SMA b. Tenaga Kerja KBM WBU Perum Perhutani Situ Gunung 1. Ajat Sudrajat Kepala obyek SMA Wisata Alam Situ Gunung 2. Iriantono Penanggung jawab SMA Wisma Wisata 3. Asep Dedi Petugas Wisma SMA 4. Dedi Hariana Petugas Loket S1 5. A. Badudin Petugas SMA Administrasi 6. O. Rosadi Petugas camping SMP ground
Tahun Mulai Bekerja di Situ Gunung 1999 1997 2000 1990 2002
2002 2002 2002 2002 2002
Selain karyawan resmi, masyarakat sekitar kawasan pun diikutsertakan sebagai mitra dalam operasional kegiatan wisata. Mitra kerja ini akan dihimpun
40
dalam suatu wadah bertajuk volunteer yang sedang dalam tahap proses pembentukan. Pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung dilaksanakan oleh semua tenaga kerja karena meskipun memiliki jabatan serta tanggung jawab dan wewenang masing-masing, jumlah anggota yang sedikit sedang kegiatan pengelolaan yang cukup banyak mengakibatkan loyalitas karyawan terhadap pekerjaan cukup tinggi. Namun bisa dikatakan hal tersebut menggambarkan belum terstrukturnya pembagian kerja di tubuh pengelola wisata. Manajemen organisasi Resort Situ Gunung TNGGP telah tertata dan terkotak dalam wewenang dan tanggung jawab yang lebih jelas. Data
tahun
bekerja
karyawan
di
Wisata
Alam
Situ
Gunung
memperlihatkan ketimpangan yang janggal antara karyawan Resort dan karyawan KBM WBU. Hal ini dikarenakan meskipun Situ Gunung baru menjadi bagian TNGGP pada tahun 2003, resort menginput data waktu kerja semenjak karyawan tersebut mulai terlibat. Sedangkan KBM WBU memiliki prinsip lain dalam menginput data karyawannya. Data tahun mulai bekerja didasarkan pada tahun penyerahan kembali pengelolaan kepada Perum Perhutani pada tahun 2003 meskipun karyawan telah berada, bekerja, dan terlibat dengan lokasi tersebut sebelum usaha ini diserahkan untuk dikelola PT. Shorea Barito Wisata. 5.1.6. Pemasaran 11)) Pemasaran dan Harga Produk Sistem penjualan yang dilakukan terdiri dari dua cara yaitu penjualan langsung tiket masuk di lokasi atau dapat melalui pemesanan terlebih dahulu ke kantor pengelola Situ Gunung. Sebagian besar pengunjung yang datang langsung ke lokasi dan membeli tiket adalah pengunjung harian berupa perorangan, kelompok kecil ataupun rombongan keluarga. Sedangkan yang melalui perjanjian dengan pihak pengelola biasanya merupakan rombongan besar yang akan mengadakan suatu acara dengan memakai salah satu prasarana sarana secara intensif, misalnya bumi perkemahan. Biasanya kedatangan rombongan besar ini akan didahului oleh tim survey lokasi yang akan membuat perjanjian dengan pengelola setelah melihat lokasi secara langsung.
41
Berikut ini adalah harga yang berlaku di Wisata Alam Situ Gunung: 1. Tiket masuk kawasan wisata, dengan perincian: tiket masuk sebesar Rp. 8.500,-/orang, tiket masuk kendaraan roda dua sebesar Rp. 2000,-/motor, tiket masuk kendaraan roda empat sebesar Rp. 4.000,-/mobil, tiket masuk kendaraan roda enam sebesar Rp. 8.000,-/bus tiket camping sebesar: Rp. 5000,-/orang/malam, cas kegiatan out bond sebesar Rp. 500.000,-, cas pemakaian listrik sebesar Rp. 100.000,- dan cas kegiatan fotografi profesional sebesar Rp. 250.000,-. 2. Pemakaian bumi perkemahan, dengan perincian: Tegal Tepus sebesar Rp. 575.000,-/malam, Tegal Harendong sebesar Rp. 900.000,-/malam, Tegal Bagedor sebesar Rp. 650.000,-/malam, Tegal Bungbuay sebesar Rp. 775.000,/malam dan Tegal Kaliandra sebesar Rp. 700.000,-/malam Jumlah peserta lebih dari 50 orang dihitung perorang Rp. 5.000/malam. Harga-harga yang telah ditetapkan ini masih dapat dilakukan penawaranpenawaran sesuai dengan kesepakatan antara pengelola dengan panitia kegiatan. 3. Pemakaian wisma wisata Situ Gunung, dengan perincian: aula dengan kapasitas hingga 150 orang sebesar Rp. 700.000,-, kamar wisma standar dengan kapasitas 3-10 orang (kapasitas ideal 3 orang) sebesar Rp. 300.000/malam/kamar dan kamar wisma deluxe dengan fasilitas yang lebih baik dan fasilitas air panas dengan kapasitas 3-10 orang (kapasitas ideal 3 orang) sebesar Rp. 450.000/malam/kamar. Harga-harga yang telah ditetapkan ini masih dapat dilakukan penawaranpenawaran sesuai dengan kesepakatan antara pengelola dengan panitia kegiatan yang ingin menggunakan sarana tersebut. 22)) Promosi Bentuk-bentuk promosi terbatas pada pemuatan ulasan tentang lokasi di majalah Duta Rimba milik Perum Perhutani, papan penunjuk arah di depan alunalun Cisaat sebelah Polsek Cisaat, promosi seperti foto-foto, brosur, leaflet yang atraktif yang dimiliki kantor pusat Perum Perhutani mengenai lokasi-lokasi wisata yang dikelolanya termasuk Situ Gunung. Sedang di kantor pengelola lapangan, pembagian leaflet hanya dilakukan jika ada pengunjung yang memerlukan
42
informasi atau memintanya. Leaflet ini berupa lembaran kertas fotokopi yang kurang menarik. Wisata Alam Situ Gunung beberapa kali menjalin kerjasama dengan stasiun TV sebagai tempat dilakukannya berbagai peliputan, pembuatan sinetron, iklan, video klip ataupun film. Secara tidak langsung kerjasama tersebut dapat menjadi promosi. Wisata Alam Situ Gunung tidak memiliki website tersendiri tetapi terdapat dalam website perum perhutani dan dimuat dalam banyak artikel elektronik lainnya yang ditulis oleh orang yang berkompeten atau pengunjung yang telah datang ke lokasi. Selain semua hal diatas, promosinya masih mengandalkan informasi dari mulut ke mulut. 5.1.7. Pihak Terkait Pihak terkait adalah faktor penting dalam perkembangan suatu organisai, termasuk juga Wisata Alam Situ Gunung itu sendiri. Secara umum pihak terkait yang terlibat dapat dibagi menjadi masyarakat sekitar, pengunjung, LSM termasuk mitra usaha yang lainnya, pemerintah daerah, dan pihak berwenang lain. 11)) Masyarakat sekitar kawasan Masyarakat yang terdapat di sekitar lokasi adalah Suku Sunda yang terkenal ramah dan terbuka sehingga tidak memiliki masalah dengan kedatangan wisatawan. Secara umum masyarakat menerima baik keberadaan Wisata Alam Situ Gunung. Masyarakat memiliki keinginan untuk terlibat dengan kegiatan wisata terbatas pada tingkat operasional wisata, hanya sedikit yang ingin terlibat perencanaan wisata. Mayoritas penduduk sekitar kawasan bermata pencaharian sebagai petani dan
buruh tani
selain
menjadi pedagang,
karyawan
swasta/negara, tukang ojek, dan lain sebagainya. Mata pencaharian yang sebagian besar merupakan petani kecil dan buruh tani menyebabkan kurang terpenuhinya kebutuhan hidup keluarganya. Adanya kegiatan wisata alam Situ Gunung membuka lapangan pekerjaan dan terjadi penyerapan tenaga kerja. Sebagian besar tenaga kerja harian dalam pelaksanaan pelatihan, outbond, training, dan lain sebagainya. Peluang berwira usaha terbuka dengan berdatangannya pengunjung. Jenis usaha yang tergerak dengan adanya kedatangan wisatawan ini adalah usaha makanan (warung wisata), usaha perkebunan, peternakan, dll yang dapat menjadi objek wisata pedesaan, ojek, usaha kerajinan tangan masyarakat sebagai oleh-oleh, jasa pemandu dan lain
43
sebagainya. Pengelola Situ Gunung membuka kesempatan kepada masyarakat mencari penghasilan dari adanya wisata namun tetap mengawasi jalannya ketertiban dan kelestarian kawasan. Sebagian besar penduduk mengetahui bahwa Wisata Alam Situ Gunung dikelola oleh Perum Perhutani namun belum banyak yang mengetahui bahwa wilayah itu merupakan kawasan taman nasional. Sepengetahuan mereka, wilayah TNGGP berada lebih diatas dari kawasan wisata. Sebagian kecil yang lainnya telah mengetahui tentang perubahan status kawasan yang terjadi pada tahun 2003 ini meskipun tidak melihat adanya perbedaan dari pelaksanaan wisata. Pengetahuan masyarakat akan konservasi cukup tinggi. Umumnya mereka mengerti akan larangan-larangan dan batasan kegiatan di dalam kawasan. Namun, sejauh ini kepatuhan akan peraturan tersebut masih disebabkan oleh ketakutan akan hukuman jika sampai ketahuan melanggar dan belum dari kesadaran diri sendiri akan pentingnya konservasi kawasan. Pengunjung usaha penarik massa yang berada di sekitar lokasi memiliki peluang untuk datang juga ke Wisata Alam Situ Gunung. Usaha tersebut antara lain villa-villa, perkebunan organik, peternakan, dan lembaga pengobatan Yayasan Patria
Mitra
Medika.
Usaha-usaha
ini
operasionalnya
juga
menggunakan tenaga kerja masyarakat. Masyarakat dipekerjakan menjadi penunggu villa, pekerja peternakan dan lain sebagainya. 22)) Pengunjung Pengunjung tahunan ada pada kisaran tiga puluh ribu orang dan relatif stabil. Jumlah tersebut diperoleh dari hasil wawancara lapang dengan kepala obyek pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung. Berdasarkan keterangan lanjutan diketahui bahwa pengelola lapangan tidak memiliki rekap data pengunjung tahunan sehingga fluktuasi kunjungan tidak diketahui secara pasti. Kegiatan yang dilakukan pengunjung sangat beragam mulai dari yang tidak terstruktur hingga yang terencana dengan detail. Kegiatan-kegiatan wisata yang dilakukan pengunjung Wisata Alam Situ Gunung antara lain bersantai menikmati
pemandangan,
bersepeda,
bersampan,
memancing,
kegiatan
fotografi, lintas alam, aneka permainan (flying fox, paint ball, cubing, dan aneka permainan mendidik lain), berkemah, pelatihan leadership, dan lain sebagainya.
44
Wisata Alam Situ gunung yang menarik perhatian banyak pengunjung memberi pemasukan potensial baik untuk Perum Perhutani sebagai pengelola, setoran PNBP maupun sumbangan terhadap PAD berupa retribusi dari tiket yang terjual. Pengunjung biasanya ramai pada akhir pekan dengan jumlah dapat mencapai ratusan orang sedangkan pengunjung pada hari kerja bisa dibilang sangat sedikit yakni lebih kurang sepuluh pengunjung. Fluktuasi pengunjung berdasarkan bulan kunjungan (data tahun 2009) menunjukkan bahwa lonjakan pengunjung terbesar terjadi pada bulan September dimana lonjakan terjadi karena adanya hari raya Idul Fitri. Bulan dengan jumlah kunjungan terbesar kedua adalah Juli yakni musim libur sekolah. Bulan Januari juga mengalami lonjakan akibat adanya perayaan tahun baru. Gambar 10 menunjukkan fluktuasi jumlah kunjungan bulanan tersebut.
Ju li Ag us tu Se s pt em be r O kt ob er
Ju ni
ei M
Ap ril
M
Ja nu a
ar et
7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0
ri Fe br ua ri
Kunjungan
Fluktuasi Pengunjung Bulanan
Bulan
Gambar 10
Fluktuasi Pengunjung Bulanan Wisata Alam Situ Gunung Tahun 2009.
Pengunjung merupakan salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan pengelolaan wisata. Suatu pengelolaan wisata yang baik tentunya akan mampu memberikan pelayanan yang memuaskan pengunjung. Karena alasan inilah penting untuk mengetahui karakteristik pengunjung guna menentukan sistem pemasaran, mengetahui strategi pengelolaan yang harus dilaksanakan dan mengantisipasi dampak kegiatan wisata yang paling mungkin mengancam. Karakteristik responden pengunjung dapat dilihat pada Gambar 11.
45
Jenis Kelamin Responden Pengunjung
Tingkat Umur Responden Pengunjung
2%
49%
Laki-laki 51%
anak-anak (6-12 th)
26%
remaja (12-18 th)
46%
Perempuan
dewasa (18-50 th) 26%
Tingkat Pendidikan Responden Pengunjung
manula (> 50 th)
Pekerjaan Responden Pengunjung
SD
4% 24%
SMA
pelajar
6% 3%
SMP
31%
PNS
29%
Sw asta
Diploma 10%
S1
16%
15%
56% 6%
URT belum sekolah
S2/S3
Sum ber Inform asi Responden Pengunjung
Tujuan Kunjungan Responden Pengunjung
6%
rekreasi
20%
pekerjaan
4% 10%
keluarga
11%
30%
promosi
pendidikan
6% 68%
teman
karyaw an
lain-lain
45%
Pertim bangan dalam Melakukan Kunjungan
cari tahu sendiri
Daya Tarik Tinggi dari Situ Gunung
alam harga 4%
8%
lokasi
33%
outbond
7% 5%4%
27%
air terjun
fasilitas 34% 11%
kealamiahan lokasi jenis w isata
10%
danau 30%
11% 16%
pelayanan w isata pegetahuan
lain-lain
lain-lain
Pengalam an ke Objek Wisata Sejenis
Perilaku Pengunjung Pasca Berw isata
15%
24% pernah
puas
tidak
tidak
76%
Gambar 11 Karakteristik Pengunjung.
85%
46
Jalil (2006) menyatakan bahwa kegiatan rekreasi dapat dilakukan oleh semua lapisan masyarakat termasuk dari berbagai tingkat pendidikan. Artinya, tingkat pendidikan terakhir tidak mempengaruhi jumlah permintaan terhadap wisata alam. Persentase pendidikan terakhir responden pengunjung Wisata Alam Situ Gunung menunjukkan fakta yang sama. Tingkat pendidikan tidak memberikan kecenderungan wisata tertentu, namun tingkat pendidikan ini hampir dapat dipastikan mempengaruhi pemahaman pengunjung terhadap lingkungan alam, rekreasi, dan konservasi, peranan hutan dan lain sebagainya. Pengetahuan ini akan sedikit banyak mempengaruhi kegiatan wisata yang dilakukan dan kepedulian terhadap kelestarian lingkungan tempat rekreasi tersebut. Pendidikan terakhir ini akan memberikan pengaruh terhadap penilaian atas kinerja pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung karena semakin tinggi pendidikan terakhir seseorang umumnya semakin kritis orang tersebut dalam melihat suatu masalah. Persentase berdasarkan lokasi tempat tinggal pengunjung memberikan fakta bahwa pengunjung terbesar berasal dari kota tempat lokasi Wisata Alam Situ Gunung (Sukabumi) yaitu 51,33% disusul kota yang berjarak dua kota dari Sukabumi (Jakarta, Bekasi, Tangerang) yaitu 33,63% kemudian kota yang berjarak 1 kota dari Sukabumi (Bandung, Purwakarta, Depok, Cibinong) yaitu 10,62%, kota yang berbatasan langsug dengan Sukabumi (Bogor, Cianjur, Cisarua, Puncak, Cipanas) yaitu 2,65% dan yang terakhir kota yang berjarak lebih dari dua kota dari Sukabumi yakni 1,77%. Secara umum responden terbesar berasal dari dalam kota, hal ini diperkirakan karena lokasi wisata yang dekat
akan
mengundang
minat
yang
lebih.
Untuk
sebaran
sekitar
JABODETABEK jarak dari lokasi tidak terlalu menjadi masalah seperti yang terlihat justru lebih banyak responden yang datang dari kota yang berjarak dua kota dari Sukabumi dibandingkan asal pengunjung dari kota yang berbatasan langsung degan Sukabumi. Fakta ini mungkin dikarenakan kurangnya promosi sehingga banyak yang tidak mengetahui lokasi wisata ini. Atau karena persaingan dengan wisata sejenis yang bayak terdapat di sekitar Bogor, Cianjur, Cisarua, Puncak, Cipanas.
47
33)) LSM dan Mitra Usaha Mitra usaha yang dimaksud antara lain Bina Wana Sarana (BWS) dan Rakata Adventure, LPPMM, Riam Jeram, Kybaw dan YANRO. a. Binawana Sarana (BWS) BWS merupakan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dibidang merancang dan mengelola berbagai bentuk pelatihan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. BWS ini memiliki kontrak tahunan dengan menyewa blok bumi perkemahan ‘Tegal Arben’. Saat ini LSM ini telah memvariasikan bentuk usahanya dengan menyewakan berbagai perlangkapan oudoor activities. BWS memiliki ketentuan yang telah disepakati bersama dengan pihak KBM WBU Perum perhutani dan taman nasional sehubungan dengan jenis aktivitas yang dilakukan dan sharing profit. Manajemennya sudah tertata dengan baik dan memiliki pengelolaan yang lebih besar yang mengatur manajemen dengan profesional seperti promosi, pemasaran, peningkatan mutu menjalinan kerja sama dan lain sebagainya. b. Rakata Adveture Rakata Adventure merupakan lembaga swasta yang bergerak di bidang outdoor training dan adventure travel. Memakai jalan di dalam kawasan sebagai satu-satunya akses memasuki kantor yang terletak pada sebidang lahan yang tepat berbatasan langsung dengan Situ Gunung. Meskipun tempat dan jenis aktivitas fleksibel sesuai keinginan dan kebutuhan klien, LSM ini sering mengggunakan wilayah wisata Situ Gunung. Memiliki ketentuan yang telah disepakati bersama dengan pihak KBM WBU Perum perhutani dan taman nasional sehubungan dengan jenis aktivitas yang dilakukan, perijinan dan sharing profit. SDM Rakata sudah profesional dan terlatih. Sebagian besar karyawannya merupakan warga sekitar kawasan sebab sejak awal didirikan, lembaga yang merupakan modal perorangan ini memang bertujuan untuk langsung melibatkan masyarakat dalam perkembangannya. c. LPPMM, Riam Jeram, Kybaw dan YANRO Lembaga-lembaga swadaya masyarakat tersebut tidak secara intensif melakukan aktivitas hariannya di Situ Gunung namun sering mengadakan kerjasama dalam pelaksanaan kegiatan wisata. Lembaga-lembaga ini tidak
48
terlibat langsung dengan pengelolaan wisata alam Situ Gunung namun dapat menjadi salah satu potensi pengembangan wisata Situ gunung itu sendiri. 44)) Pemerintah Daerah dan Pihak Berwenang Lain Pengelola obyek Wisata Alam Situ Gunung memiliki kesepakatan pemberian pemasukan kepada pemerintah daerah yang biasa disebut beban retribusi. Disisi lain, peran dan perhatian pemerintah daerah terhadap wisata Situ Gunung
belum
banyak terlihat.
Terpeliharanya
jalan menuju
lokasi,
pengambilan sampah oleh dinas kebersihan kota dan pengamanan kawasan oleh kepolisian merupakan bentuk andil pemerintah daerah terhadap pelaksanaan wisata Wisata Alam Situ Gunung. Rendahnya perhatian dari PEMDA menurunkan daya saing Situ Gunung. Kerjasama dengan organisasi wisata nasional lain seperti dinas pariwisata, tour management, dinas perhubungan dan lain sebagainya juga belum ada. 5.1.8. Dampak Wisata 11)) Dampak Kegiatan Wisata Situ gunung Beberapa jenis satwa liar masih mudah ditemui seperti lutung, bajing, jelarang, berbagai burung (termasuk elang) dan musang. Namun, berdasarkan keterangan, dahulu danau banyak didatangi satwa yang ingin minum dan sekarang satwa tersebut sudah tidak terlihat lagi. Pergeseran wilayah jelajah satwa ini dikarenakan adanya kegiatan manusia di lokasi dan dapat digolongkan sebagai dampak kegiatan wisata terhadap keaslian kawasan. Pencemaran yang terjadi di Wisata Alam Situ Gunung hampir semuanya berasal dari kegiatan wisata. Pengunjung yang kurang mengerti akan pentingnya turut menjaga kebersihan menjadi penyumbang pencemaran lingkungan oleh sampah. Pedagang dan juga pengunjung yang berada di sekitar danau sering memanfaatkan danau untuk mencuci sisa makanan dan sedikit banyak hal ini mencemari air danau. Sumber pencemar lain yang dominan di danau adalah pemancing. Jumlah pemancing di Situ Gunung berkisar antara 10-20 orang per hari dan rata-rata menggunakan kroto dan pelet sebagai umpan. Pelet merupakan bahan yang mudah larut di air, sehingga, walaupun merupakan bahan organik tetapi cukup mangganggu juga jika jumlahnya besar. sumber
49
pencemar lain adalah asap kendaraan bermotor namun intensitasnya tidak menghawatirkan secara umum terlihat dari udara yang masih terasa segar. Pencemaran yang terjadi belum memperlihatkan pengaruh yang signifikan. Kegiatan wisata juga tidak ada yang terganggu dengan pencemaran. Bentuk pencemar terbesar yakni sampah juga relatif telah tertangani dengan baik dalam tempat pembuangan sementara sehingga tidak mengganggu lingkungan. 22)) Pelanggaran yang Terjadi Pelanggaran yang umum terjadi yang dapat mengancam keutuhan fungsi kawasan adalah pengambilan kayu untuk kayu bakar yang tidak sesuai prosedur yakni mengambil kayu dengan menebang pohon yang cukup besar dibanding kesepakatan dimana penduduk diijinkan mengambil kayu-kayu kecil seperti dari pohon kaliandra dan ranting-ranting mati (Gambar 12). Hal lain yang masih sangat umum terjadi adalah pemancingan di danau. Kegiatan-kegiatan pelanggaran yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi kawasan menurut PP No. 68 Tahun 1998 adalah berburu, menebang pohon, mengangkut kayu dan satwa atau bagian-bagiannya di dalam dan keluar kawasan, serta memusnahkan sumberdaya alam di dalam kawasan, melakukan kegiatan usaha yang dapat menimbulkan pencemaran kawasan, dan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan rencana pengelolaan dan atau rencana pengusahaan yang telah mendapatkan persetujuan dari pejabat yang berwenang. Pelanggaran yang dijumpai terjadi di kawasan berupa penebangan liar dan perburuan namun kedua kegiatan ini intensitasnya kecil. Pengubahan bentang alam yang paling mencolok adalah dibuatnya dinding danau. Pembuat kebijakan yang mengubah keaslian danau ini adalah pemegang wewenang terdahulu.
Gambar 12 Kayu Bakar yang Diambil dari Kawasan.
50
Pelanggaran yang ditemukan biasanya dilakukan oleh masyarakat sekitar kawasan dengan motivasi pemenuhan kebutuhan hidup. Pelaku pelanggaran lain adalah pengunjung, bentuk pelanggaran biasanya adalah vandalisme atau pengambilan sumberdaya dalam kawasan (contohnya pakis). Alasan terjadinya pelanggaran oleh pengunjung biasanya adalah rendahnya kesadaran untuk turut menjaga kawasan dan ketidaktahuan akan peraturan dalam kawasan. 33)) Kegiatan Pengendalian Dampak Luas keseluruhan lahan yang dimanfaatkan secara intensif untuk kegiatan ekowisata adalah 100 Ha. Secara keseluruhan luas lahan yang telah dibangun menjadi berbagai sarana seperti kantor, wisma, warung dan sebagainya lebih kurang 4 Ha. Sedangkan luas lahan yang sedikit diubah tetapi tidak ada bangunan diatasnya seperti lapangan parkir dan camping ground lebih kurang seluas 3 Ha. Secara total, dari luas lahan terbangunnya, pemanfaatan yang mengubah fungsi lahan masih berada di dalam batas dibawah 10% seperti yang diatur dalam PP No. 18 Tahun 1994. Pengendalian dampak yang dilakukan oleh pihak pengelola (petugas Perum Perhutani) berupa penempatan tong-tong sampah di lokasi strategis. Sampah-sampah ini akan dikumpulkan pada bak penampungan sementara dan diangkut oleh truk sampah kota setiap hari selasa. Tidak ada menejemen pengelolaan sampah yang dilakukan selain penampungan sementara. Pihak pengelola sering menggunakan tenaga mitra kerja untuk kebersihan kawasan. Pengendalian dampak yang dilakukan oleh petugas resort Situ Gunung TNGGP adalah pengamanan kawasan. Usaha pengendalian dampak yang lebih spesifik belum ada karena keterbatasan sumberdaya manusia yang dimiliki. Pelaku pelanggaran ringan akan diminta membuat surat pernyataan sedangkan pelaku
pelanggaran
berat
akan
dikenakan
tindakan
keras.
Tindakan
pengendalian yang dilakukan masih berupa penindakan oknum yang tertangkap melakukan pelanggaran dan sosialisasi kepada masyarakat sekitar. Sosialisasi ini berupa pendidikan lingkungan untuk anak sekolah dan penyuluhan kepada masyarakat guna mencegah terjadinya pelanggaran. Belum ada manajemen pengendalian dampak yang lebih spesifik terlihat dari belum dimilikinya Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), Rencana Pemantauan Lingkungan
51
(RPL), maupun Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) yang merupakan instrumen manajemen lingkungan yang khusus untuk Situ Gunung. Manajemen lingkungan yang dijalankan mengacu kepada rencana kerja balai TNGGP. Pengendalian dampak kegiatan wisata yang dilakukan oleh Resort Situ Gunung berupa penerapan SIMAKSI dan pembatasan serta pemantauan kegiatan wisata. Untuk memasuki kawasan konservasi, dalam melakukan kegiatan wisatanya pengunjung wajib membuat SIMAKSI (Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi) yang pembuatannya biasanya dilakukan jika pengunjung beraktifitas pada lokasi selain lokasi pemanfaatan intensif wisata (selain kunjungan ke objek-objek wisata dan camping ground yang dimanfaatkan intensif dalam wisata harian). Contohnya adalah kegiatan cubing di Sungai Cigunung yang merupakan salah satu kegiatan unggulan Rakata Adventure. SIMAKSI ini biasanya akan dibuat oleh koordinator acara atau profider jasa wisata sebagai penghubung untuk memudahkan prosesnya. Jenis wisata yang dilakukan juga dibatasi kepada wisata yang ramah lingkungan. Manajemen pengendalian dampak yang dilakukan badan swadaya yakni Rakata Adventure dan BWS adalah dengan pengawalan intensif atau exclusive service yang diberikan kepada pengunjung. Sistem ini akan menjaga pengunjung untuk meminimalkan dampak kegiatan wisata. Sistem pengendalian dampak yang dilakukan berupa pencegahan. Kedua LSM ini memiliki pengolahan sampah sendiri. Kebanyakan sampah akan dimusnahkan tanpa diolah atau dipilah.
5.2. Penilaian Pengunjung Terhadap Pengelolaan Wisata 5.2.1. Analisis Tingkat Kinerja dan Tingkat Kepentingan Enam belas atribut digunakan untuk menggambarkan kinerja pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung. Penilaian pengunjung untuk keenam belas atribut tersebut terlihat pada Tabel 9. Panorama alam memiliki nilai kinerja dan nilai kepentingan paling tinggi. Atribut yang memiliki nilai kepentingan terendah adalah promosi. Fakta ini diperkirakan terjadi karena sebagaian besar pengunjung tidak mendapatkan
52
informasi mengenai Wisata Alam Situ Gunung dari promosi yang dilakukan oleh pengelola sehingga rata-rata menganggap promosi bukan hal yang menentukan kunjungan wisata. Selain karena alasan sumber informasi pengunjung diatas, fakta ini juga diperkirakan terjadi karena sebagian besar konsumen Wisata Alam Situ Gunung adalah pelajar dan mahasiswa dimana pada kelas pekerjaan ini banyak faktor lain yang lebih dominan dalam mempengaruhi kegiatan berwisata dibandingkan ketertarikan atas suatu promosi. Atribut promosi juga menduduki nilai kinerja paling rendah dibanding atribut lain. Tabel 9 Rata-rata kepentingan dan kinerja atribut-atribut yang ada di Wisata Alam Situ Gunung Kode
Atribut
1. 2. 3.
Kebersihan Kenyamanan Keramahan dan kesopanan petugas Kelengkapan dan Kondisi fasilitas dan prasarana sarana wisata Harga tiket Kelengkapan dan kemudahan informasi Jenis paket/kegiatan wisata Obyek wisata yang tersedia Penataan lokasi Kemudahan mencapai lokasi Promosi Fasilitas Outbound Fasilitas Bumi perkemahan Pemandu wisata Pemandangan alam Keberadaan satwaliar dan tumbuhan unik Rata-rata
4.
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Kinerja 3.561 3.789 3.79
Rata-rata Kepentingan 3.684 3.649 3.72
Kuadran 2 2 2
3.62
3.54
2
2.91 3.658
3.4 3.237
3 4
3.42 4.08 3.46 3.114 2.86 3.149 3.2193 3.491 4.456 3.86
3.47 3.95 3.38 3.86 2.947 3.386 3.3333 3.026 4.149 3.702
3 2 3 1 3 3 3 3 2 2
3.527331
3.527081
Hasil yang diperoleh dari perhitungan tingkat kinerja dan tingkat kepentingan melalui metode IPA (Importance Performance Analysis) yang dinilai oleh pengunjung menunjukkan bahwa tingkat kinerja sudah sepadan dengan tingkat kepentingan. Namun perbedaan nilai yang sangat kecil ini menunjukan bahwa kinerja masih terlalu pas-pasan dalam memenuhi harapan pengunjung. Pemetaan pada diagram kartesius dilakukan dengan membagi diagram dalam empat kuadran dengan garis pembagi berdasarkan nilai total rata-rata tingkat
53
kepentingan ( Y ) yaitu sebesar 3.527081 dan nilai total rata-rata tingkat kinerja ( X ) yaitu sebesar 3.527331. Posisi kuadran keenam belas atribut terlihat pada Gambar 13. Importance Performance Analysis 5
Kuadran 1
Kuadran 2
4.5 15
Importance
4
8
10 33
11
3.52708 1
3.5
44 5 5
16
22
77
12 13
9 6
3
14
11 11
2.5
Kuadran 3
Kuadran 4 3.527331
2 2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
Performasnce Performance
Gambar 13 Diagram Kartesius Posisi Atribut Wisata Alam Situ Gunung. Keterangan: 1. kebersihan 2. kenyamanan 3. keramahan dan kesopanan petugas 4. kelengkapan dan kondisi fasilitas dan prasarana sarana wisata 5. harga tiket 6. kelengkapan dan kemudahan informasi 7. jenis paket atau kegiatan wisata
8. obyek wisata yang tersedia 9. penataan lokasi 10. kemudahan mencapai lokasi 11. promosi 12. fasilitas outbond 13. fasilitas bumi 14. pemandu wisata 15. pemandangan alam 16. keberadaan satwa liar dan tumbuhan unik
1. Kuadran I (prioritas utama) Atribut yang masuk dalam kuadran ini adalah kemudahan mencapai lokasi. Sarana akses jalan menuju lokasi dan dalam lokasi dinilai pengunjung masih
54
sangat jauh dari harapan. Jalan manuju lokasi masih terlalu sempit sehingga sulit jika dua kendaraan besar (bus ataupun truk) berpapasan. Jalan dalam lokasi telah banyak yang rusak dan sulit dilalui. Kondisi jalan yang seperti ini membuat pengunjung merasa kurang nyaman karena harus berhati-hati, terutama jalan menuju Curug Sawer. 2. Kuadran II (pertahankan prestasi) Atribut yang masuk dalam kuadran ini adalah kebersihan, kenyamanan, kesopanan dan keramahan petugas, kelengkapan dan kondisi fasilitas dan sarana prasarana wisata, obyek wisata yang tersedia, pemandangan, alam, dan keberadaan satwaliar serta tumbuhan unik. 3. Kuadran III (prioritas rendah) Atribut yang termasuk dalam kuadran ini adalah harga tiket, jenis paket atau kegiatan wisata, penataan lokasi, promosi, fasilitas outbond, fasilitas bumi perkemahan, dan pemandu wisata. 4. Kuadran IV (berlebihan) Atribut yang termasuk dalam kuadran ini adalah kelengkapan dan kemudahan informasi. Sistem pelayanan pengunjung wisata tanpa pemandu yang diterapkan oleh pihak pengelola diimbangi dengan kinerja yang sangat baik dalam pemberian informasi, contoh sederhana adalah penunjuk jalan, hanya saja pengunjung menilai papan ini dipasang terlalu banyak. 5.2.3. Customer Satisfaction Index Kepuasan konsumen merupakan orientasi terbaik dari kegiatan wisata setelah tetap terjaganya keseimbangan ekosistem. Nilai kepuasan konsumen ini didapatkan dengan membandingkan persepsi dengan harapan akan kinerja. Hasil perhitungan kepuasan keseluruhan pengunjung terhadap kinerja Wisata Alam Situ Gunung mendapatkan index kepuasan pengunjung sebesar 0.71 yang artinya pengunjung yang datang dan menikmati produk yang ditawarkan PUAS terhadap kinerja Wisata Alam Situ Gunung (Tabel 10). Nilai masing-masing atribut menunjukkan bahwa kinerja atribut-atribut yang menjadi parameter dalam ukuran kepuasan pengunjung telah memenuhi harapan dari pengunjung. Namun, tetap perlu mendapat perhatian atribut yang kinerjanya masih dirasakan kurang oleh pengunjung, terutama atribut yang
55
berada pada tingkat kepentingan yang tinggi. Sedangkan atribut-atribut yang dinilai telah baik perlu dipertahankan dan dievaluasi perlunya peningkatan kinerjanya. Pada perkembangannya dewasa ini, peningkatan kinerja yang telah baik bukan tidak perlu sebab pelanggan dapat merasa bosan jika tidak terdapat inovasi. Banyaknya tempat wisata alam yang juga telah dikelola dengan baik akan menjadi pesaing jika kinerja pengelolaan Situ Gunung tidak ditingkatkan. Kelestarian dan keutuhan kawasan harus tetap diperhatikan dalam pengelolaan dan pengembangan yang dilakukan. Tabel 10 Perhitungan Customer Satisfaction Index No. 1 2 3 4
Atribut Kebersihan Kenyamanan Keramahan dan kesopanan petugas Kelengkapan dan Kondisi fasilitas dan prasarana sarana wisata Harga tiket Kelengkapan dan kemudahan informasi Jenis paket/kegiatan wisata Obyek wisata yang tersedia Penataan lokasi Kemudahan mencapai lokasi Promosi Fasilitas Outbound Fasilitas Bumi perkemahan Pemandu wisata Pemandangan alam Keberadaan satwaliar dan tumbuhan unik
MIS 3.68 3.65 3.72
WF 0.07 0.06 0.07
MSS 3.56 3.79 3.79
WS 0.23 0.24 0.25
3.54
0.06
3.62
0.23
5 3.40 0.06 6 3.24 0.06 7 3.47 0.06 8 3.95 0.07 9 3.38 0.06 10 3.86 0.07 11 2.95 0.05 12 3.39 0.06 13 3.33 0.06 14 3.03 0.05 15 4.15 0.07 16 3.70 0.07 Total 56.43 CSI 0.71 Keterangan: 1. MIS = Mean Importance Score (rata-rata nilai kepentingan) 2. WF = Weight Factor 3. MSS = Mean satisfaction score (rata-rata nilai kinerja) 4. WS = Weight Score 5. CSI = Customer Satisfaction Index (Index kepuasan konsumen)
2.91 0.18 3.66 0.21 3.42 0.21 4.08 0.29 3.46 0.21 3.11 0.21 2.86 0.15 3.15 0.19 3.22 0.19 3.49 0.19 4.46 0.33 3.86 0.25 56.44 3.55 (PUAS)
5.3. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Wisata Alam Situ Gunung 5.3.1. Faktor Internal Wisata Alam Situ Gunung Identifikasi faktor internal lembaga pengelolaan WA ini penting untuk melihat sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Wisata Alam
56
Situ Gunung. Informasi tentang faktor internal ini didapatkan melalui wawancara terhadap responden yang berasal dari unsur pengunjung, pengelola kawasan, dan LSM terkait, serta melalui pengamatan langsung di lapangan. 11)) Identifikasi Kekuatan Wisata Alam Situ Gunung Kekuatan Wisata Alam Situ gunung dapat dirumuskan dari hasil penjabaran dua sub bab diatas adalah sebagai berikut: 1. Objek menarik dan khas serta tingginya potensi ekowisata Situ Gunung baik dari segi lanskap, flora, fauna, panorama alam maupun daya tarik kepercayaan 2. Terdapat lebih dari satu obyek wisata dalam wilayah yang sama dan relatif berdekatan 3. Topografi beragam, lingkungan yang masih terjaga keasliannyanya dan fariasi obyek wisata memberikan alternatif aneka jenis kegiatan wisata 4. Jenis prasarana dan sarana wisata relatif lengkap 5. Bentuk dan sistem pelayanan pengunjung, pengelolaan sampah, dan pengelolaan wisata telah tertata 6. Keaslian dan keutuhan fungsi kawasan relatif terjaga 7. Struktur organisasi, rencana kerja dan pembagian kerja telah ada 8. Tersusunnya masterplan pengelolaan Wisata Alam Situ gunung 22)) Identifikasi Kelemahan Wisata Alam Situ Gunung Kelemahan Wisata Alam Situ gunung dapat dirumuskan dari hasil penjabaran dua sub bab diatas adalah sebagai berikut: 1. Kualitas SDM kurang 2. Kuantitas SDM kurang 3. Jumlah prasarana sarana serta fasilitas wisata yang belum memenuhi kebutuhan pengunjung 4. Kondisi jalan di dalam kawasan yang cukup sulit untuk ditempuh 5. Kurangnya kegiatan promosi baik dari intensitas maupun efektifitasnya 6. Aturan dalam perijinan memasuki kawasan maupun batasan-batasan kegiatan sehubungan dengan status kawasan sebagai bagian TNGGP 7. Kendala birokrasi yang panjang dan berbelit dalam tubuh Perum perhutani maupun TNGGP sehingga menghambat pendanaan, perbaikan produk wisata, dan lain-lain
57
8. Manajemen pengendalian dampak yang belum tersusun secara sistematis pada rencana kerja 5.3.2. Faktor Lingkungan Eksternal Wisata Alam Situ Gunung Identifikasi faktor lingkungan eksternal lembaga pengelola ini penting untuk melihat sejauh mana peluang dan ancaman yang dihadapi oleh Wisata Alam Situ Gunung. Informasi faktor eksternal ini didapatkan dengan wawancara responden pengelola, LSM terkait, dan pengunjung serta melalui pengamatan langsung di lapangan. Tidak semua lingkungan eksternal dibahas pada penelitian ini, akan tetapi hanya beberapa saja yaitu lingkungan sekitar, sosial budaya masyarakat, konsumen dan mitra usaha 11)) Identifikasi Peluang Wisata Alam Situ Gunung Peluang yang dimiliki Wisata Alam Situ gunung dapat dirumuskan dari hasil penjabaran dua sub bab diatas adalah sebagai berikut: 1. Jarak lokasi wisata yang relatif dekat dengan kota kota besar 2. Jarak lokasi wisata yang relatif dekat dengan jalan antar provinsi 3. Pihak terkait banyak dan memiliki kompetensi yang cukup baik dalam bisnis wisata alam 4. Peluang menggalang kerjasama dengan organisasi wisata nasional yang belum ada kerjasama sebelumnya 5. Penerimaan baik masyarakat terhadap adanya kegiatan wisata dan keinginan masyarakat untuk turut terlibat dalam operasional kegiatan wisata 6. Besarnya kunjungan pertahun yang memberikan pendapatan potensial 7. Banyaknya usaha-usaha lain penarik massa di sekitar kawasan 8. Penggalakan program Visit Indonesia yang membuka pasar internasional 22)) Identifikasi Ancaman Wisata Alam Situ Gunung Ancaman yang dihadapi Wisata Alam Situ gunung dapat dirumuskan dari hasil penjabaran dua sub bab diatas adalah sebagai berikut: 1. Rendahnya pengetahuan akan status dan aturan-aturan dalam kawasan konservasi serta rendahnya kesadaran konservasi dari masyarakat sekitar 2. Rendahnya dukungan dari Pemerintah Daerah 3. Bergesernya wilayah jelajah satwa, pencemaran danau, vandalisme obyek wisata, dan lain sebagainya yang merupakan dampak kedatangan pengunjung
58
4. Gangguan dari masyarakat sekitar kawasan akibat keterbatasan pekerjaan, pendidikan, dan keterampilan 5. Persaingan dengan usaha-usaha sejenis 5.4. Strategi Pengembangan Usaha Strategi pengembangan usaha dibuat dengan menggunakan analisis SWOT. Untuk membuat analisis SWOT telah dirumuskan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) pada sub bab 5.3 di atas. Faktor-faktor tersebut dievaluasi dalam matriks IFAS dan EFAS. 5.4.1. Matriks Faktor Internal dan Eksternal Wisata Alam Situ Gunung Responden dalam penilaian ini adalah responden yang dianggap mengerti dan memahami kondisi Wisata Alam Situ Gunung. Responden berjumlah 4 orang yakni yakni obyek manajer selaku pemimpin tertinggi yang mengkoordinir seluruh kegiatan pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung, kepala resort Situ Gunung TNGGP selaku pemimpin tertinggi dari pihak yang berwenang terhadap wilayah, koordinator lapang BWS dan Rakata Adventure selaku LSM yang terlibat langsung dalam pemanfaatan kawasan. Keempat responden ini memiliki peran, pemahaman/pandangan dan kewenangan yang berbeda dalam keterlibatan mereka terhadap kawasan Wisata Alam Situ Gunung. 1) Matriks IFAS (Internal Strategic factors Analysis Summary) Matriks ini merangkum rata-rata penilaian dari tiap responden terhadap kekuatan dan kelemahan seperti yang terlihat pada Tabel 11. Matriks IFAS memperlihatkan bahwa kekuatan utama bagi Situ Gunung adalah Objek menarik dan khas serta tingginya potensi ekowisata Situ Gunung baik dari segi lanskap, flora, fauna, panorama alam maupun daya tarik kepercayaan dengan skor 0.590. Sedangkan kekuatan terkecilnya adalah Sarana prasarana wisata relatif lengkap dengan skor 0.355. Kelemahan utama Situ Gunung adalah Kurangnya kegiatan promosi baik dari intensitas maupun efektifitasnya dengan skor 0.436. Sedangkan kelemahan terkecilnya yaitu Aturan dalam perijinan memasuki kawasan maupun batasan-batasan kegiatan sehubungan dengan status kawasan sebagai bagian TNGGP dengan skor 0.228.
59
Tabel 11 Matriks IFAS FAKTOR STRATEGIS INTERNAL KEKUATAN 1. Objek menarik dan khas serta tingginya potensi ekowisata Situ Gunung baik dari segi lanskap, flora, fauna, panorama alam, maupun daya tarik kepercayaan 2. Terdapat lebih dari satu obyek wisata dalam wilayah yang sama dan relatif berdekatan 3. Topografi beragam, lingkungan yang masih terjaga keasliannya dan fariasi obyek wisata memberikan alternatif aneka jenis kegiatan wisata 4. Jenis prasarana dan sarana wisata relatif lengkap 5. Bentuk dan sistem pelayanan pengunjung, pengelolaan sampah dan pengelolaan wisata telah tertata 6. Keaslian dan keutuhan fungsi kawasan relatif terjaga 7. Struktur organisasi, rencana kerja dan pembagian kerja telah ada 8. Tersusunnya masterplan pengelolaan Wisata Alam Situ gunung TOTAL KELEMAHAN 1. Kualitas SDM kurang 2. Kuantitas SDM kurang 3. Jumlah prasarana sarana serta fasilitas pendukung wisata yang belum memenuhi kebutuhan pengunjung 4. Kondisi jalan di dalam kawasan yang cukup sulit untuk ditempuh 5. Kurangnya kegiatan promosi baik dari intensitas maupun efektifitasnya. 6. Aturan dalam perijinan memasuki kawasan maupun batasan-batasan kegiatan sehubungan dengan status kawasan sebagai bagian TNGGP 7. Kendala birokrasi yang panjang dan berbelit dalam tubuh Perum perhutani maupun TNGGP sehingga menghambat pendanaan, perbaikan produk wisata dan lain-lain 8. Manajemen pengendalian dampak yang belum tersusun secara sistematis pada rencana kerja. TOTAL SELISIH
RATING
BOBOT
SKOR
4.25
0.139
0.590
4
0.131
0.525
3.75
0.109
0.410
3.25
0.109
0.355
3.5
0.139
0.486
3.5
0.124
0.436
4
0.146
0.584
3.75
0.102
0.383 1
3.768
2.25 3
0.135 0.135
0.304 0.405
2.5
0.143
0.357
3
0.118
0.354
3.25
0.134
0.436
2.5
0.091
0.228
2.75
0.118
0.323
3
0.126
0.379
1
2.786 0.982 Data diolah pada Lampiran 4.
60
Selisih antara jumlah skor faktor kekuatan dengan faktor kelemahan adalah 0.982. Wisata Alam Situ Gunung berada pada posisi positif internalnya. 22)) Matriks EFAS (Eksternal Strategic Factors Analysis Summary) Matriks ini merangkum rata-rata penilaian dari tiap responden terhadap peluang dan ancaman yang terlihat pada Tabel 12. Tabel 12 Matriks EFAS FAKTOR STRATEGIS EKSTERNAL PELUANG 1. Jarak lokasi wisata yang relatif dekat dengan kota kota besar 2. Jarak lokasi wisata yang relatif dekat dengan jalan antar provinsi 3. Pihak terkait banyak dan memiliki kompetensi yang cukup baik dalam bisnis wisata alam 4. Peluang menggalang kerjasama dengan organisasi wisata nasional yang belum ada kerjasama sebelumnya 5. Penerimaan baik masyarakat terhadap adanya kegiatan wisata dan keinginan masyarakat untuk turut terlibat dalam operasional kegiatan wisata 6. Besarnya kunjungan pertahun yang memberikan pendapatan potensial 7. Banyaknya usaha-usaha lain penarik massa di sekitar kawasan 8. Penggalakan program Visit Indonesia yang membuka pasar internasional TOTAL ANCAMAN 1. Rendahnya pengetahuan akan status dan aturan-aturan dalam kawasan konservasi serta rendahnya kesadaran konservasi dari masyarakat sekitar. 2. Rendahnya dukungan dari Pemerintah Daerah 3. Bergesernya wilayah jelajah satwa, pencemaran danau, vandalisme obyek wisata dan lain sebagainya yang merupakan dampak kedatangan pengunjung. 4. Gangguan dari masyarakat sekitar kawasan akibat keterbatasan pekerjaan, pendidikan dan keterampilan 5. Persaingan dengan usaha-usaha sejenis TOTAL SELISIH
RATING
BOBOT
SKOR
2.75
0.128
0.352
2.75
0.155
0.426
3.5
0.111
0.388
3.75
0.138
0.516
4
0.128
0.512
3.5
0.137
0.478
2.5
0.076
0.191
2.75
0.128
0.352
1
3.214
3
0.202
0.607
1.75
0.131
0.229
3.5
0.233
0.815
2.5
0.218
0.545
2.75
0.216 1
0.593 2.790 0.424 Data diolah pada Lampiran 4
Matriks EFAS memperlihatkan bahwa peluang terbesar adalah Peluang menggalang kerjasama dengan organisasi wisata nasional yang sebelumnya belum
61
ada kerjasama dengan skor 0.516. Sedangkan peluang yang paling kecil adalah Banyaknya usaha-usaha lain penarik massa di sekitar kawasan dengan skor 0.191. Faktor ancaman yang
paling besar untuk Situ Gunung adalah Bergesernya
wilayah jelajah satwa, pencemaran danau, vandalisme obyek wisata, dan lain sebagainya yang merupakan dampak kedatangan pengunjung. dengan skor 0.815. Sedangkan faktor ancaman yang paling kecil adalah rendahnya dukungan dari Pemerintah Daerah dengan skor 0.229. Selisih antara jumlah skor faktor peluang dengan ancaman adalah 0.424. Wisata Alam Situ Gunung berada pada posisi positif dalam lingkungan eksternalnya. Posisi strategis organisasi pengelola Wisata Alam Situ Gunung diperoleh dari selisih antara jumlah skor faktor kekuatan dengan faktor kelemahan sebagai koordinat horizontal (sumbu X) dan selisih antara jumlah skor faktor peluang dengan faktor ancaman sebagai koordinat vertikal (sumbu Y). Posisi strategis ini tertera dalam model diagram kartesius yang terlihat pada Gambar 14.
Diagram Analisis SWOT
0.5
Eksternal
0.3 0.1 -0.5 -0.3 -0.1 -0.1
0.1
0.3
0.5
0.7
0.9
1.1
-0.3 -0.5 Internal
Gambar 14 Diagram Kartesius Analisis SWOT WA. Situ Gunung. 5.4.2. Analisis Matriks SWOT Analisis SWOT akan memberikan alternatif strategi pengembangan usaha. Keunggulan metode ini adalah kemudahan untuk memformulasikan strategi berdasarkan gabungan faktor internal dan eksternal. Empat strategi yang dapat menjadi pilihan yaitu strategi SO (Strenghs-Opportunities), ST (Strenghs-
62
Threats), WO (Weaknesses-Opportunities) dan WT (Weaknesses-Theats). Analisis ini menggunakan data dari matriks EFAS dan IFAS pada Tabel 11 dan Tabel 12. Wisata Alam Situ Gunung berada pada kuadran pertama diagram kartesius dengan strategi usaha yang disarankan adalah strategi SO (Tabel 13). Tabel 13 Matriks SWOT Strategi SO 1. Objek menarik dan khas serta tingginya potensi ekowisata Situ Gunung baik dari segi lanskap, flora, fauna, panorama alam maupun daya tarik kepercayaan 2. Terdapat lebih dari satu obyek wisata dalam wilayah yang sama dan relatif berdekatan 3. Topografi beragam, lingkungan yang masih terjaga keasliannya dan fariasi obyek wisata memberikan alternatif aneka jenis kegiatan wisata 4. Prasarana sarana wisata relatif lengkap 5. Sistem pelayanan pengunjung, pengelolaan sampah dan pengelolaan PELUANG (O) wisata telah tertata 6. Keaslian dan keutuhan fungsi kawasan relatif terjaga 7. Struktur organisasi, rencana kerja dan pembagian kerja telah ada 8. Penyusunan masterplan pengelolaan Wisata Alam Situ gunung 1. Jarak lokasi wisata yang relatif dekat STRATEGI SO dengan kota kota besar 1. Peningkatan efektifitas promosi wisata 2. Jarak lokasi wisata yang relatif dekat Situ Gunung. dengan jalan antar provinsi 2. Memperluas jaringan kerjasama dengan 3. Pihak terkait banyak dan memiliki lembaga kepariwisataan. kompetensi yang cukup baik dalam 3. Menerapkan masterplan pengelolaan bisnis wisata alam kawasan wisata Situ Gunung. 4. Peluang menggalang kerjasama dengan organisasi wisata nasional yang sebelumnya belum ada kerjasama 5. Penerimaan baik masyarakat terhadap adanya kegiatan wisata dan keinginan masyarakat untuk turut terlibat dalam operasional kegiatan wisata 6. Besarnya kunjungan pertahun yang memberikan pendapatan potensial 7. Banyaknya usaha-usaha lain penarik massa di sekitar kawasan 8. Penggalakan program Visit Indonesia yang membuka pasar internasional KEKUATAN (S)
Strategi SO bisa disebut sebagai strategi pertumbuhan agresif dengan menggunakan kekuatan usaha dan memanfaatkan peluang. Strategi pertumbuhan
63
agresif merupakan pilihan yang cocok jika dilihat dari posisi lembaga pengelola Wisata Alam Situ Gunung yang memiliki kekuatan dan peluang besar. Banyak langkah nyata yang dapat dirumuskan dalam menggunakan kekuatan guna memanfaatkan peluang namun dalam penelitian ini dirumuskan tiga yang dianggap mewakili. Berikut penjabaran dari masing-masing strategi: 1. Peningkatan efektifitas promosi. Peningkatan efektifitas promosi ini dimaksudkan agar kegiatan promosi dapat tepat sasaran. Pengefektifan promosi dilakukan untuk memaksimalkan potensi banyak serta khasnya obyek wisata, beragamnya bentang alam, lengkapnya sarana prasarana serta telah tertatanya manajemen organisasi dan manajemen wisatanya untuk menjangkau masyarakat di kota-kota besar terdekat salah satunya dengan memanfaatkan program Visit Indonesia dari pemerintah serta banyaknya usaha penarik massa di sekitar lokasi. Promosi yang telah dilakukan sangat beragam namun belum tersampaikan kepada konsumen karena kegiatan promosi yang dilakukan belum menjangkau pasar utama Wisata Alam Situ Gunung. Pihak pasar utama riil yang dapat mengakses informasi dari promosi sangat terbatas. Hal ini dapat terjadi karena konsumen riil bukan masyarakat yang menerima arus informasi dari kantor, internet, majalah atau media promosi lain yang telah ada selama ini sehingga sumber informasi masih terpusat pada penyebaran informasi dari mulut ke mulut. Keegan (2002) mengungkapkan bahwa pasar dapat disegmentasikan berdasarkan goegrafi, demografi, psikografi, kepribadian, dan pendapatan. Diterangkan lebih lanjut bahwa pasar berdasarkan geografi dapat dilihat dari lokasi pasar, pasar berdasarkan demografi dapat dilihat dari jenis kelamin, umur, pendidikan, dan pekerjaan. Penelitian ini melakukan sampling dengan kuota berdasarkan umur dan jenis kelamin diusahakan seimbang sehingga dua paramater ini tidak dapat digunakan untuk membuat segmentasi pasar. Hasil pengisian kuisioner oleh responden pengunjung menunjukkan bahwa berdasarkan lokasi tempat tinggal, pengunjung terbesar berasal dari kota tempat lokasi Wisata Alam Situ Gunung (Sukabumi) yaitu 51,33% disusul kota yang berjarak dua kota dari Sukabumi (Jakarta, Bekasi, Tangerang) yaitu
64
33,63% kemudian kota yang berjarak 1 kota dari Sukabumi (Bandung, Purwakarta, Depok, Cibinong) yaitu 10,62%, kota yang berbatasan langsug dengan Sukabumi (Bogor, Cianjur, Cisarua, Puncak, Cipanas) yaitu 2,65% dan yang terakhir kota yang berjarak lebih dari dua kota dari Sukabumi yaitu 1,77%. Secara umum responden pengunjung terbesar berasal dari dalam kota Sukabumi sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa target pasar utama berdasarkan asal pengunjung adalah dari dalam Sukabumi. Hasil pengisian kuisioner oleh responden pengunjung menunjukkan bahwa berdasarkan pekerjaannya, 56% pengunjung merupakan pelajar/mahasiswa, disusul 29% pegawai swasta, 6% PNS, 6% URT, dan 3% adalah anak-anak yang belum bersekolah. Secara umum responden pengunjung terbesar merupakan pelajar sehingga gologan inilah yang menjadi target pasar utama Wisata Alam Situ Gunung berdasarkan golongan pekerjaan. Rumusan alternatif model promosi yang efektif berdasarkan target pasar utama yang berhasil dirumuskan antara lain terlihat pada Tabel 14. Tabel 14 Alternatif Model Promosi Berdasarkan Target Pasar No. Taget Pasar Utama 1. Asal Sukabumi
Media Promosi
2.
Film, radio, poster, leaflet, booklet, majalah, dan koran
Pelajar
koran, leaflet, booklet, poster, stiker, majalah, dan radio
Cara Pelaksanaan a. mengikuti acara-acara pameran daerah b. penampilan iklan di koran lokal pada masamasa mendekati dan musim liburan c. bekerjasama dengan stasiun radio lokal d. menggalang kerjasama dengan usaha penarik massa di sekitar lokasi e. penempelan siker pada angkutan umum a. media-media promosi cetak ini dapat didistribusikan ke sekolah-sekolah (termasuk universitas) b. Distribusi dapat dilakukan dengan memanfaatkan pengurus sekolah (seperti guru) ataupun organisasi-organisasi pelajar dan mahasiswa yang aktif c. mengirimkan film pendidikan pada sekolah dengan tempat pengambilan gambar adalah Wisata Alam Situ Gunung
Hasil pengisian kuisioner oleh responden pengunjung menunjukkan bahwa berdasarkan tingkat pendidikan terakhirnya, 31% pengunjung memiliki tingkat pendidikan akhir SD/sederajat, disusul 24% S1, 16% SMP, 15% SMA, 10% Diploma, dan 4% S2/S3. Walaupun tingkat pendidikan terakhir terbesar adalah SD namun tingkat dominasinya tidak terlalu tinggi terlihat dari masih
65
besarnya persentase tingkat pendidikan akhir yang lainnya. Dari fakta ini, dapat dibuat model penyampaian promosi dimana promosi tidak didesain rumit, dengan bahasa yang ringkas, mudah dimengerti penerima promosi dengan berbagai tingkat pendidikan, dan menarik. Informasi yang dimuat dalam promosi ditekankan pada daya tarik tinggi Wisata Alam Situ gunung bagi pengunjung yaitu obyek wisata dan alam. Kunjungan yang memuaskan secara otomatis akan membuat wisatawan menyebarkannya kepada orang lain atau minimal dirinya sendiri akan mengulangi kunjungan. Oleh karena itu, peningkatan kinerja wisata juga perlu diperhatikan. 2. Memperluas jaringan kerjasama. Perluasan jaringan kerjasama dilakukan dengan menggunakan manajemen organisasi yang telah tertata guna meningkatkan jangkauan usaha. Membangun jejaring kerjasama bertujuan untuk memperluas jangkauan usaha dan kualitas usaha dengan menggunakan manajemen organisasi yang telah tertata guna memanfaatkan peluang dari banyak serta kapasitas pihak terkait yang terlibat dan peluang menggalang kerjasama dengan organisasi wisata nasional. Usaha menjalin kerjasama ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan nama besar organisasi pusat baik Perum Perhutani maupun Balai TNGGP untuk kemudian membentuk jaringan kerjasama yang saling menguntungkan. Kerjasama ini penting dijalankan terutama dengan departemen pariwisata, dinas perhubungan, dan travel agent guna memperluas pasar. Wisata Alam Situ Gunung saat ini belum memiliki kerjasama dengan organisasi wisata apapun selain LSM. LSM ini menggunakan Wisata Alam Situ Gunung sebagai lokasi aktivitas mereka dan ada bagi keuntungan sesuai kesepakatan. LSM menjangkau wisatawan-wisatawan mancanegara dan karyawan-karyawan swasta dengan tingkat jangkauan nasional dalam kegiatan wisatanya. Adanya kerjasama dengan LSM ini telah membuktikan bahwa pasar Wisata Alam Situ Gunung dapat meningkat seiiring dengan peningkatan jaringan kerjasama.
66
Bentuk kerjasama yang dapat dijadikan alternatif pengembangan adalah menjadi satu lokasi wisata dari serangkaian paket perjalanan wisata. Lama waktu yang dibutuhkan untuk mengunjungi semua obyek wisata di Wisata Alam Situ Gunung adalah sekitar 2 jam dengan menggunakan transportasi dalam lokasi. Waktu kunjungan ini memungkinkan Wisata Alam Situ Gunung menjadi satu daerah tujuan wisata dari serangkaian perjalanan wisata dengan wisata-wisata lain di dalam Sukabumi. Pengisian kuisioner oleh pengunjung menunjukkan bahwa 76% responden menjawab pernah mengunjungi lokasi wisata sejenis dengan rincian beberapa lokasi kunjungan tersebut adalah Bandung, Ciwidei, Gunung Bunder, Cibodas, Puncak, Kebun Raya Bogor, Selabitana, Kawah Putih, Parakan Salak, Situ Gintung, Cibubur, Jogja, Bromo, dan Cipelang. Dari lokasi-lokasi tersebut, yang dapat digolongkan dalam satu rangkaian perjalanan wisata dengan Wisata Alam Situ gunung antara lain Selabintana, Parakan Salak, dan Cipelang. Tiga lokasi wisata ini dapat diutamakan dalam membuat rangkaian kunjungan wisata. Perlu dilakukan riset tersendiri untuk melihat potensi dan peluang membuat rangkaian perjalanan wisata ini namun secara umum pembentukan kerjasama dari pengelola-pengelola wisata di Sukabumi dan sekitarnya sangat memungkinkan. Jaringan kerjasama memiliki lebih dari satu pihak yang dihubungkan dalam peran dan posisinya masing-masing. Peran dan posisi ini akan sesuai dengan kompetensi lembaga tersebut dan dengan apa kerjasama tersebut dibina. Wisata Alam Situ Gunung dapat menjalin kerjasama dengan Departemen Pariwisata, Dinas Perhubungan, dan agen perjalanan wisata. 3. Menerapkan masterplan pengelolaan. Menerapkan masterplan pengelolaan dengan memanfaatkan dukungan pihak terkait guna meningkatkan kualitas usaha dan mempertahankan fungsi kawasan. Perbaikan kualitas manajemen organisasi dan manajemen wisata dilakukan menggunakan masterplan pengelolaan guna menjaga keaslian dan keutuhan fungsi kawasan dengan memanfaatkan peluang dari besarnya jumlah kunjungan pertahun yang memberikan pemasukan dan dukungan dari masyarakat serta pihak terkait berkompetensi tinggi lain dalam bisnis wisata
67
alam. Adanya masterplan ini akan menjadi pedoman yang lebih memperjelas arah kegiatan pengelolaan Wisata Alam Situ gunung. Masterplan pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung ini masih dalam tahap pembentukan. Disusun oleh Resort Situ Gunung TNGGP dengan melibatkan pengelola lapang Situ Gunung dari Perum Perhutani, tenaga ahli dari Rakata Adventure selaku konsultan dan tenaga ahli dari perguruan tinggi (IPB) juga selaku konsultan. Masterplan ini disusun guna mengembangkan wisata dengan memperhatikan fungsi kawasan. Evaluasi mutlak dilakukan guna memantau hasil kerja dari pengelolaan wisata di Wisata Alam Situ Gunung menggunakan masterplan. Masterplan pengelolaan memang belum terbentuk sehingga penilaian benar tidaknya pengusulan penerapan masterplan dalam strategi pengembangan Wisata Alam Situ Gunung memang masih gamang namun secara umum penyusunan masterplan ini merupakan suatu peluang untuk pelaksanaan wisata yang lebih baik lagi.
BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Kinerja Pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung dinilai dari aspek kepuasan pengunjung dari pengunjung dengan karakteristik bertempat tinggal mayoritas di dalam Sukabumi, berpendidikan akhir SD, pekerjaan sebagai pelajar, dan datang dengan tujuan rekreasi tergolong ‘BAIK’ terlihat dari kategori PUAS hasil perhitungan Customer Satisfaction Index 2. Kinerja pengelolaan tergolong ‘BAIK’ dinilai dari kealamian dan pengawetan kawasan serta peran kawasan dalam sosial ekonomi masyarakat terlihat dari peran kawasan terhadap sosial ekonomi masyarakat dan tetap terpeliharanya kealamian serta pengawetan kawasan. 3. Pengelolaan Wisata Alam Situ gunung dipengaruhi oleh faktor Internal (kekuatan
dan
kelemahan)
dan
eksternal
(peluang
dan
ancaman).
Teridentifikasi 8 faktor kekuatan, 8 faktor kelemahan, 8 faktor peluang, dan 5 faktor ancaman Wisata Alam Situ Gunung. 4. Faktor kekuatan yang paling berpengaruh terhadap Wisata Alam Situ Gunung adalah Objek menarik dan khas serta tingginya potensi ekowisata Situ Gunung baik dari segi lanskap, flora, fauna, panorama alam maupun daya tarik kepercayaan dengan skor 0.590. Faktor kekuatan terkecil adalah prasarana sarana wisata relatif lengkap dengan skor 0.355. Faktor kelemahan utama adalah kurangnya kegiatan promosi baik dari intensitas maupun efektifitasnya dengan skor 0.436. Faktor kelemahan terkecil yaitu aturan dalam perijinan memasuki kawasan maupun batasan-batasan kegiatan sehubungan dengan status kawasan sebagai bagian TNGGP dengan skor 0.228. Faktor peluang terbesar adalah Peluang menggalang kerjasama dengan organisasi wisata nasional yang sebelumnya belum ada kerjasama dengan skor 0.516. Faktor peluang terkecil adalah Banyaknya usaha-usaha lain penarik massa di sekitar kawasan dengan skor 0.191. Faktor ancaman terbesar adalah Bergesernya wilayah jelajah satwa, pencemaran danau, vandalisme obyek
69
wisata dan lain sebagainya yang merupakan dampak kedatangan pengunjung. dengan skor 0.815. Faktor ancaman terkecil adalah rendahnya dukungan dari pemerintah daerah dengan skor 0.229. Situ Gunung berada pada posisi positif di lingkungan internal dan eksternalnya. Selisih antara jumlah skor faktor kekuatan dengan jumlah skor faktor kelemahan adalah 0.982. Sedangkan, selisih antara jumlah skor faktor peluang dengan jumlah skor faktor ancaman adalah 0.424. 5. Alternatif strategi yang berhasil dirumuskan adalah Strategi Pertumbuhan Agresif.
Program
pengembangan
yang
berhasil
dirumuskan
adalah
peningkatan efektifitas promosi, perluasan kerjasama, dan penerapan masterplan pengelolaan.
6.2. Saran Saran yang diajukan adalah: 1. Pengurangan faktor kelemahan utama yaitu promosi dengan peningkatan kegiatan-kegiatan promosi yang lebih variatif dengan memperhatikan karakteristik dari pengunjung riil sebagai target pasar. 2. Perluasan jaringan kerjasama dengan lembaga wisata lain yang akan memperluas lingkup Wisata Alam Situ Gunung. 3. Menerapkan masterplan pengelolaan Wisata Alam Situ gunung. 4. Meminimalkan faktor ancaman lingkungan akibat dampak kedatangan pengunjung dengan meningkatkan manajemen pengamanan dan pengendalian dampak wisatanya yang belum tersusun secara sistematis pada rencana kerja. 5.
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto TT. 2002. Audit Lingkungan. Yogyakarta: Global Pustaka Utama Basuni S, Nandi K. 2008. Pembangunan Ekowisata Pada Kawasan Hutan Konservasi. Dalam Avenzora, R. 2008. Ekoturisme Teori dan Praktek. Nias: BRR NAD Douglass RW. 1970. Forest Recreation Third Edition. New York oxford Sydney Paris Frankfrut: Pergamon Press. [GPNP] Gede Pangrango National Park. 2007. Situ Gunung. www.gedepangrango national park.go.id. [6 Mei 2009] Hidayat R. 1992. Analisis Ekonomi Usaha Wana Wisata Situ Gunung. Skripsi. Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Jalil HA. 2006. Aplikasi Travel Cost Method Dalam Menduga Nilai Ekonomi Manfaat Rekreasi (Studi di TWA Grojogan Sewu, Surakarta, Jawa Tengah). Skripsi. Bogor: Fakultas Kehutanan. IPB Keegan WJ. 2002. Global Marketing Management. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall Koentjaraningrat.1997. Beberapa Dasar metode Statistik dan Sampling dalam Penelitian Masyarakat. Dalam Koentjaraningrat. 1997. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Nasution MN. 2004. Manajemen Mutu Terpadu. Bogor: Ghalia Indonesia. Nazir M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Pendit NS. 2002. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya Paramita. PP No. 18 tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam PP No. 68 tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
71
Rangkuti F. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Restiyan R. 2009. Analisis Kinerja Usaha Wana Wisata Kawah Putih dan Strategi Pengembangannya. [Skripsi]. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Soemardjan S, Koentjaraningrat. 1997. Penyusunan dan Penggunaan Kuisioner. Dalam Koentjaraningrat. 1997. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. [TNGGP] Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. 2009. Dokumen Kondisi Umum Lokasi. Tidak dipublikasikan Umar H. 2008. Strategi Management in Action. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Wahab S. 1992. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta: PT Pradnya Paramita Wearing S, Joanne McLean. 1997. Developing Ecotourism: A Community Based Approach. Sydney: University of Technology.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuisioner Pegunjung KUISIONER PENELITIAN SKRIPSI SARJANA S1 DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR No. Responden : ____________ Tanggal : ____________ KINERJA PENGELOLAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO Dengan hormat, Saya adalah mahasiswa tingkat akhir Program Sarjana Konservasi Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Sebelumnya saya meminta maaf dan mengucapkan terimakasih atas kesedian Bapak/Ibu/Saudara/i untuk meluangkan waktu ditengah kegiatan wisata Anda. Berikut ini adalah kuisioner dari penelitian saya yang berjudul “Kinerja Pengelolaan Dan Strategi Pengembangan Taman Wisata Alam Situ Gunung Taman Nasional Gunung Gede Pangrango”. Penelitian ini merupakan salah satu syarat bagi saya untuk merampungkan pendidikan sarjana saya, karenanya bantuan anda sangat saya hargai. Penelitian ini bertujuan untuk mencari alternatif pengembangan Taman Wisata Alam Situ Gunung kedepannya sehingga, bantuan Bapak/Ibu/Saudara/i dalam mengisi kuisioner berdasarkan kondisi sebenarnya akan menentukan keputusan yang dibuat. Pengembangan wisata ini dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja dengan salah satu tujuan akhir adalah kepuasan Anda sekalian sebagai pengunjung. Berikut petunjuk pengisian kuisioner: 1. isilah jawaban pada tempat yang telah disediakan apabila pertanyaan berupa isian langsung 2. lingkarilah atau berilah tanda silang (X) pada salah satu atau lebih jawaban yang telah disediakan apabila pertanyaan berupa pilihan ganda 3. jawablah secara jujur sesuai dengan keadaan atau penilaian anda 4. kejujuran dan keseriusan Anda dalam mengisi lembar kuisioner ini kan mempengaruhi kesimpulan/ keluaran penelitian Atas segala masukan dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih Karakteristik Pengunjung
73
Lampiran 1 Lanjutan Nama Umur Jenis kelamin Tempat tinggal Pendidikan terakhir
: ............................................................. : .................................................... tahun : a. Laki-laki b. Perempuan : ............................................................. : a. SD/sederajat d. Diploma b. SMP/sederajat e. S1 (Sarjana) c. SMA/sederajat f. S2/S3 (Pascasarjana) Pekerjaan : a. Pelajar/mahasiswa b. PNS c. ABRI d. Karyawan swasta/wirausaha e. Ibu rumah tangga f. Job seeker (belum bekerja) g. Lainnya: ............................................................. Motivasi dan Ketertarikan (jawaban boleh lebih dari satu) 1. Apa tujuan Anda mengunjungi TWA Situ Gunung? a. Rekreasi/liburan b. Pekerjaan c. Pendidikan d. Penelitian e. Lainnya: ........................................................................................................... 2. Apa yang menurut anda paling menarik di TWA Situ Gunung? a. Panorama alam yang alami c. Danau b. Outbond d. Pelayanan wisata c. Air terjun e. Pengetahuan yang diberikan f. Lainnya: ........................................................................................................... 3. Pernahkah anda mengunjungi lokasi wisata lain yang sejenis dengan TWA Situ Gunung? a. Pernah: di .......................................................................................................... b. tidak pernah Pencarian Informasi dan Evaluasi Alternatif (jawaban boleh lebih dari satu) 1. Darimana anda mendapatkan informasi tentang TWA Situ Gunung? a. Anggota keluarga b. Teman c. Promosi pihak pengelola (leaflet, booklet, ilkan, internet dll) d. Karyawan TWA Situ Gunung e. Mencari tahu sendiri 2. Hal apa saja menjadi fokus perhatian/pertimbangan anda dari informasi tersebut yang menentukan kunjungan anda ke TWA Situ Gunung? a. Harga e. Jenis wisata b. Lokasi f. Lainnya: ......................................... c. Fasilitas dan paket yang ditawarkan ....................................................... d. Kealamiahan kawasan 3. Biasanya keputusan kunjungan anda ke TWA Situ Gunung dilakukan secara? a. Terencana b. Mendadak
74
Lampiran 1 Lanjutan Pengetahuan Tentang TWA Situ Gunung 1. Apakah Anda mengetahui bahwa Situ Gunung merupakan kawasan konservasi? a. Ya b. Tidak 2. Apakah pengelola TWA pernah memberikan informasi mengenai kawasan dan fungsinya? a. Pernah b. Sering c. Tidak 3. Apa yang telah Anda lakukan untuk menjaga lingkungan TWA Situ Gunung? .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. 4. Apakah menurut Anda lingkungan Situ Gunung telah dikelola dengan baik? a. Ya, alasan: ..................................................................................................... ........................................................................................................................ b. Tidak, alasan: ................................................................................................ ........................................................................................................................
Perilaku Pasca Pembelian 1. secara keseluruhan puaskah Anda dengan apa yang Anda peroleh dari TWA Situ Gunung a. Ya, karena ......................................................................................................... b. Tidak, karena .................................................................................................... 2. Jika ada kesempatan, apakah Anda akan berkunjung kembali ke TWA Situ Gunung a. Ya, karena ......................................................................................................... b. Tidak, karena .................................................................................................... Analisis Tingkat Kinerja atribut TWA Situ Gunung Dimohon untuk memberi tanda ceklis (), lingkaran (O) atau silang (X) pada nilai yang dianggap sesuai dengan pendapat saudara. Uraian
1. Kebersihan
2. Kenyamanan 3. Keramahan dan kesopanan petugas 4. Kelengkapan dan Kondisi fasilitas dan prasarana sarana wisata
Tingkat Kinerja (Nilai) 1 Sangat kotor
2 kotor
1 Sangat tidak nyaman 1 Sangat tidak ramah 1 Sangat tidak cukup
2 Tidak nyaman 2 Tidak ramah 2 Tidak cukup
3 Cukup bersih 3 Cukup nyaman 3 Cukup ramah 3 Biasa saja
4 bersih 4 nyaman 4 ramah 4 Cukup
5 Sangat bersih 5 Sangat nyaman 5 Sangat ramah 5 Sangat cukup
75
Lampiran 1 Lanjutan Uraian 5. Harga tiket
6. Kelengkapan dan kemudahan informasi 7. Jenis paket/kegiatan wisata 8. Objek wisata yang tersedia 9. Penataan lokasi 10. Kemudahan mencapai lokasi 11. Promosi
12. Fasilitas Outbound
13. Fasilitas Buper
14. Pemandu wisata
15. Pemandangan alam 16. Keberadaan satwaliar dan tumbuhan unik
Tingkat Kinerja (Nilai) 1 Sangat mahal
2 mahal
3 Biasa saja
4 murah
1 Sangat sulit
2 sulit
4 mudah
1 Sangat tidak beragam 1 Sangat tidak menarik 1 Sangat tidak menarik 1 Sangat sulit
2 Tidak beragam 2 Tidak menarik 2 Tidak menarik 2 sulit
1 Sangat kurang 1 Sangat mudah dijumpai di tempat lain 1 Sangat mudah dijumpai di tempat lain 1 Sangat tidak profesional 1 Sangat tidak alami/ sangat rusak 1 Sangat tidak menarik
2 Kurang
3 Cukup mudah 3 Cukup beragam 3 Cukup menarik 3 Cukup menarik 3 Cukup mudah 3 Cukup
4 beragam 4 menarik 4 menarik 4 mudah 4 Baik
2 Mudah dijumpai di tempat lain
3 Cukup khas
4 Tidak biasa dijumpai di tempat lain
2 Mudah dijumpai di tempat lain
3 Cukup khas
4 Tidak biasa dijumpai di tempat lain
2 Tidak profesional 2 Tidak alami/ rusak
3 Cukup profesional 3 Cukup alami
4 Profesional
2 Tidak menarik
3 Cukup menarik
4 menarik
4 alami
5 Sangat murah 5 Sangat mudah 5 Sangat beragam 5 Sangat menarik 5 Sangat menarik 5 Sangat mudah 5 Sangat Baik 5 Sangat tidak biasa dijumpai di tempat lain 5 Sangat tidak biasa dijumpai di tempat lain 5 Sangat profesional 5 Sangat alami 5 Sangat menarik
76
Lampiran 1 Lanjutan Analisis Tingkat Kepentingan Atribut TWA Situ Gunung Dimohon untuk memberi tanda ceklis (), lingkaran (O) atau silang (X) pada nilai yang dianggap sesuai dengan pendapat saudara. Tingkat Kepentingan (Nilai) Sangat tidak
Tidak
Cukup
penting
penting
Penting
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1. Kebersihan
1
2
3
4
5
2. Kenyamanan
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
11. Promosi
1
2
3
4
5
12. Fasilitas Outbound
1
2
3
4
5
13. Fasilitas Buper
1
2
3
4
5
14. Pemandu wisata
1
2
3
4
5
15. Pemandangan alam
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
Uraian
3. Keramahan dan kesopanan petugas
Penting
Sangat Penting
4. Kelengkapan dan Kondisi fasilitas dan prasarana sarana wisata 5. Harga tiket 6. Kelengkapan dan kemudahan informasi 7. Jenis paket/kegiatan wisata 8. Objek wisata yang tersedia 9. Penataan lokasi 10. Kemudahan mencapai lokasi
16. Keberadaan satwaliar dan tumbuhan unik
- Terima Kasih - Hatur Nuhun-
77
Lampiran 2 Panduan Wawancara Pengelola Panduan wawancara pengelola merupakan pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah Visi, misi dan tujuan pengelolaan TWA Situ Gunung? 2. Apa status dan produk hukum yang berhubungan dengan kawasan dan pengelolaannya? 3. bagaimana sejarah pengelolaannya? 4. Bagaimana struktur organisasi, koordinasi dan kerjasama pengelolaan (kewenangan) TWA Situ Gunung? 5. Bagaimana kualitas dan kuantitas SDM pengelola? 6. Bagaimana hasil kerja yang dicapai dengan SDM yang ada saat ini? 7. Berapa persentase luas lahan terbangun dari keseluruhan luas TWA? 8. Bagaimana proses perubahan penggunaan lahan terjadi? 9. Bagaimana tata guna kawasan saat ini? 10. Bagaimana tingkat kerusakan lingkungan yang terjadi? / apakah lingkungan TWA Situ Gunung masih alami? 11. Apa kegiatan yang telah ditetapkan/direncanakan guna menjaga kealamiahan kawasan? 12. Bagaimana pelaksanaannya? 13. Berapa persen menurut anda tingkat keberhasilan kegiatan tersebut? 14. Apa keluaran/hasil yang diperoleh dari kegiatan tersebut? 15. Apakah ada pelanggaran yang terjadi seperti perburuan, penebangan liar, engubahan bentang alam dll? 16. Jika ada, apa pengaruh pelanggaran tersebut terhadap lingkungan dan kegiatan wisata? 17. Siapakah pelaku pelanggaran dan apa motivasinya? 18. Apa antisipasi dan penanganan yang dilakukan (maupun yang direncanakan untuk dilakukan) oleh pengelola terhadap kasus yang terjadi? 19. Apakah terjadi pencemaran lingkungan di TWA Situ Gunung? 20. Jenis-jenis pencemaran apa sajakah yang terjadi? 21. Apa yang menjadi penyebab atau sumber pencemaranya? 22. Apa penanganan dan pengelolaan limbah yang dilakukan pengelola? 23. Apakah ada pengaruh dari pencemaran ini terhadap pelaksanaan kegiatan wisata? Jika ada, apa? 24. Bagaimana pengelolaan yang dilakukan: a. Terhadap objek wisata b. Terhadap jalur wisata c. Program wisata yang ditawarkan d. Pelayanan pengunjung yang diberikan e. Pemberian informasi penting bagi pengunjung 25. Bagaimana bentuk-bentuk pemasaran dan promosi yang dilakukan? 26. Bagaimana rencana kerja untuk menanggulagi maupun mengatasi dampak kegiatan wisata yang mungkin muncul? 27. Bagaimana pelaksanaan dari rencana kerja tersebut? 28. Bagaimana kondisi sosial ekonomi serta politik negara saat ini, perkembangan kepariwisataan nasional dan internasional, kekuatan usaha pesaing, dan peran lembaga-lembaga terkait?
78
Lampiran 2 Lanjutan 29. Letak, luas, aksesibilitas, kondisi fisik iklim, topografi, sumber daya alam hayati, Objek wisata, sarana prasarana (letak, luas/ ukuran, jumlah) 30. Jumlah penduduk, komposisi, tingkat pendidikan, mata pencaharian, interaksi dengan kawasan, persepsi terhadap kawasan (dari sudut pandang pengelola) ANALISIS SWOT 31. Apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, ancaman dan kesempatan dalam pengelolaan TWA Situ Gunung ini? 32. bagaimana posisi perusahaan dalam faktor-faktor di atas?
Lampiran 3. Panduan Wawancara Masyarakat Panduan wawancara masyarakat merupakan pertanyaan sebagai berikut: 1. Jumlah penduduk, komposisi, tingkat pendidikan, mata pencaharian, hirarki sosial masyarakat 2. Interaksi dengan kawasan, persepsi terhadap kawasan 3. Apakah lingkungan TWA Situ Gunung masih baik (belum banyak kerusakan) atau sebaliknya 4. Masyarakat terganggu atau tidak terhadap adanya kegiatan wisata? 5. Apakah masyarakat mendukung terselenggaranya kegiatan wisata? 6. Apakah masyarakat memiliki keinginan untuk ikut serta dalam pengelolaan wisata di lokasi? 7. Jika ya, pada sektor apa masyarakat ingin dilibatkan? 8. Bagaimana sosial budaya masyarakat? 9. Apakah masyarakat tidak terganggu atas kedatangan pengunjung? 10. Apakah masyarakat mengetahui dan memahami pentingnya konservasi? 11. Apakah masyarakat mengetahui dan memahami bahwa twa situ gunung merupakan kawasan konservasi? 12. Apakah pengelola situ Gunung pernah mengadakan sosialisasi mengenai status kawasan, fungsi dan sebagainya? 13. Apakah adanya kegiatan wisata mendukung perekonomian masyarakat? 14. Usaha/ industri masyarakat apa yang tergerak? 15. Bagaimana penyerapan tenaga kerja yang diperoleh masyarakat?
79
Lampiran 4 Hasil Perhitungan Kinerja Nama Responden 1 Yeti Sintia Hadi Andi Laila Boim Alex Ucup Eko Sodikin Farha Yunita Amelia Beta Karisma Nur Jamilah Yanti Lukman Firdaus Hariri Arif Bunga Melati 21 22 23 24 Tri
2 4 4 4 4 2 4 3 3 2 3 3 4 3 2 3 4 3 4 4 4 3 3 2 2 3
3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3
4 5 3 4 5 4 4 3 3 4 3 3 5 1 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3
5 4 3 4 3 2 4 3 3 4 2 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 2 3 2
6 4 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 5 3 4 3 3 2 3 2 3 3
7 4 2 4 3 3 2 3 3 3 4 4 2 4 2 4 3 5 4 4 4 3 3 3 3 2
4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 2 4 4 4 2 3 4 3 3
Nomor Atribut 8 9 10 5 3 5 4 3 5 3 2 5 3 2 5 3 2 4 4 3 5 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 1 4 4 4 3 2 1 3 3 4 5 4 3 5 4 4 5 4 4 5 4 4 3 3 4 3 4 3 4 2 5 4 3 5 5 4 4
11
12 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 4 4 2 3 3 3 2 2 2 2
13 3 3 2 4 3 2 4 2 3 2 4 3 2 2 1 3 2 4 4 4 3 2 4 3 3
14 3 3 2 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 2 1 3 3 4 4 4 3 2 4 3 4
15 4 3 2 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 2 3 3 3
16 5 4 3 4 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5
5 2 3 2 2 4 4 4 5 3 3 3 4 3 2 4 3 5 4 4 3 3 4 4 3
80
Lampiran 4 Lanjutan Nama Responden 1 Lukaman Iis Umi Badariah Nur Khasanah Sapto Pratama Setiawan Septian Eko S. Resi Cecep Maulana Riski M. H Galih Guntur Regina Rustam Hidayat Oje Eka Pratama Putra Putra A. Krisna Mukti Bagus Karim M. Hiqbil Handoko Aji Aziz Galuh Pratama Larasati E. H Sulistyo Kharis Abidin
2 2 3 2 4 3 3 3 3 3 5 4 3 4 4 4 5 5 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4
3 3 4 3 3 4 3 4 3 5 5 4 4 4 4 4 3 5 5 4 4 4 4 4 5 2 4 5
4 3 4 3 5 4 4 2 3 5 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 3 4 4 3 3 5
5 3 4 2 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 5 4 5 4 4 4 4 5 3 3 4
6 3 2 2 4 3 2 2 3 2 2 3 3 4 3 2 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 2 3
7 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 5 5 4 5 4 4 3 4 3 3 4 3
2 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 5 4 3 2 5 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3
Nomor Atribut 8 9 10 4 3 2 4 4 2 4 2 5 5 4 2 5 4 2 3 3 2 5 3 3 4 2 3 5 4 4 4 4 4 4 2 4 5 3 2 4 4 2 4 4 4 4 4 3 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 3 3 2 4 2 3 4 3 2
11
12 3 2 2 3 3 3 4 2 3 4 4 2 2 3 2 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3
13 4 4 4 3 3 2 3 3 2 4 2 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3
14 4 4 4 3 3 3 3 2 2 4 3 4 3 3 2 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3
15 4 3 3 4 4 3 3 2 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3
16 4 5 5 5 5 3 5 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 5
3 2 4 5 4 3 5 5 4 5 4 4 5 5 3 3 4 5 5 4 5 4 3 4 4 3 3
81
Lampiran 4 Lanjutan Nama Responden 1 Diah Kurnia Y. Sri Wahyuni Siti Indriyani Pahma Rahmi Yusherlina Monica Diana B Silmi M Shanti Rendi Ninuk Syira Nafi K Tata M Syamsuddin Yeyen Tri Wulandari Mei Riana Edi Andriawan Gunawan Ridwan Laras Aji Didit Dyah Ayu Efendi Isah Cecep Baharudin
2 3 4 4 3 3 3 3 4 5 5 4 4 5 5 5 3 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4
3 4 4 4 4 4 3 2 3 5 5 5 5 5 5 5 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4
4 3 3 3 4 3 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 1 4 3 2 3 4 4 4 3 5 4 3
5 4 3 4 4 2 2 2 2 5 5 5 4 5 5 5 3 3 3 5 5 2 4 4 2 2 4 3
6 3 2 3 4 3 1 3 3 3 2 3 4 4 3 2 3 4 3 2 3 2 4 2 2 2 2 2
7 3 4 3 4 3 4 3 4 5 5 4 5 5 5 5 4 2 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3
3 3 3 4 3 2 3 4 5 5 5 5 5 5 5 3 2 3 4 4 2 4 4 2 4 2 2
Nomor Atribut 8 9 10 4 3 3 4 2 2 3 4 4 4 4 4 3 3 2 2 3 3 3 3 2 5 5 1 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 3 5 5 4 5 5 5 5 5 4 3 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 5 4 3 3 2 3 4 4 3 4 3 2 4 3 3
11
12 2 3 3 4 2 2 2 4 4 5 4 4 5 5 5 3 2 2 4 4 2 4 2 2 2 2 3
13 2 3 3 4 3 2 2 3 5 5 5 4 4 5 5 2 2 2 3 3 3 4 4 3 4 2 4
14 2 2 3 3 3 2 2 3 5 5 4 4 4 5 4 3 2 2 3 3 3 4 4 2 4 3 3
15 4 3 4 3 2 3 3 4 5 5 5 5 5 5 5 3 3 2 3 3 4 4 4 3 4 3 3
16 4 4 4 4 3 4 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4
3 4 4 3 2 3 4 5 5 4 4 3 3 5 5 4 3 4 4 4 5 4 5 3 5 3 3
82
Lampiran 4 Lanjutan Nama Responden 1 Herry Markus H Aisyah Shandria Nadia Melia Dadang Suryadi Mamat Wuri Bima S. kaka Bara Caca Ipa Makmur Edu Gery Nina Ayuandari Ida 79 Ade Ita Yuni Risa Hesti Frika Citra
2 3 4 3 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 2
3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 5 3 3 4 5 4 4 5 4 3 1 2 2
4 4 4 4 5 5 4 4 4 3 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 4 3 3
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 5 4 4 4 5 5 3 4 3 2 2
6 3 4 4 4 4 3 3 3 2 2 2 3 2 4 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3
7 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 5 5 3 4 4 4 4 5 5 3 4 3 3 3
2 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 5 3 4 5 4 4 5 4 3 3 3
Nomor Atribut 8 9 10 4 3 2 4 3 3 5 2 2 4 4 2 5 4 2 4 3 2 3 2 2 3 3 2 4 3 2 4 2 2 4 3 2 3 3 3 4 3 2 5 2 2 4 4 1 4 3 2 4 4 4 3 3 4 4 4 2 4 3 3 3 5 4 5 4 3 4 3 4 5 4 2 5 4 2 4 4 2 5 3 2
11
12 3 3 2 4 4 4 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 4 4 2 4 4 4 4 2 2 3 2
13 3 3 2 4 4 3 2 4 2 4 3 4 4 3 2 3 4 4 3 4 3 3 3 3 2 3 2
14 3 3 2 4 4 3 2 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3
15 3 4 2 4 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 5 2 5 5 5 5 5 4 4 3 2 3 3
16 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5
4 4 3 5 5 3 5 4 3 5 4 4 5 4 5 3 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 3
83
Lampiran 4 Lanjutan Nama Responden 1 M. Yusuf Aisyah Ratna Galih Siti Vina Ronal Yofan JUMLAH RATA-RATA
4 3 4 4 4 2 4 3 406 3.561
2
3
4
5
6
7
3 3 5 5 4 3 4 4 432 3.789
3 2 2 4 3 4 4 3 432 3.79
4 3 5 5 4 2 3 3 413 3.62
3 2 2 2 2 2 3 2 332 2.91
4 3 3 3 2 4 3 4 417 3.658
4 2 4 4 3 3 3 3 390 3.42
Nomor Atribut 8 9 10 4 4 3 3 2 2 5 4 2 5 3 2 4 4 2 4 3 1 4 4 2 5 3 2 465 395 355 4.08 3.46 3.114
11 2 2 2 2 2 2 2 3 326 2.86
12
13
14
15
16
3 2 4 3 3 3 3 4 359 3.149
3 3 4 3 3 3 4 4 367 3.2193
3 2 4 3 4 4 4 4 398 3.491
4 4 4 4 4 4 4 4 508 4.456
3 4 4 3 3 3 4 2 440 3.86
Lampiran 5 Hasil Perhitungan Kepentingan Nama Responden 1 Yeti Sintia Hadi Andi Laila Boim Alex Ucup Eko Sodikin Farha Yunita Amelia
2 4 3 3 3 4 4 3 2 4 3 3 5
3 4 4 2 4 4 3 3 2 4 4 3 5
4 4 4 2 4 4 3 3 2 4 4 3 5
5 3 4 2 2 4 3 3 2 4 4 5 5
6 3 5 5 2 2 3 3 3 3 3 3 3
7 3 2 2 4 3 2 2 3 3 4 3 5
3 3 4 4 4 2 2 4 3 2 4 4
Nomor Atribut 8 9 10 3 3 4 4 3 5 4 3 4 5 4 2 4 4 2 4 3 5 4 4 4 5 5 3 4 3 4 4 4 4 4 5 4 5 3 3
11
12 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 4 3
13 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 5 4
14 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 5 4
15 3 2 1 2 2 2 3 3 2 2 3 3
16 5 4 4 4 4 4 3 4 4 5 5 5
5 1 4 4 2 4 4 5 4 2 5 4
84
Lampiran 5 Lanjutan Nama Responden 1 Beta Karisma Nur Jamilah Yanti Lukman Firdaus Hariri Arif Bunga Melati 21 22 23 24 Tri Lukaman Iis Umi Badariah Nur Khasanah Sapto Pratama Setiawan Septian Eko S. Resi Cecep Maulana Riski M. H Galih Guntur Regina
2 5 1 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 3 3 4 4 4 5 3 3 4 4 3 2 3 4
3 4 1 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 3 3 4 4 4 5 3 4 5 4 4 3 3 3
4 4 1 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 5 5 3 5 5 4 3 4 3 3
5 5 1 4 3 3 2 4 4 4 4 5 3 5 3 3 5 2 4 5 3 3 3 4 2 4 3 4
6 4 1 4 3 4 2 2 2 5 4 5 3 4 4 3 5 2 4 5 3 3 5 4 2 1 1 3
7 5 1 4 3 5 3 2 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 5 3 5 3 3 2 1 3 3
2 1 4 4 3 3 4 4 3 3 3 2 4 3 2 3 2 4 4 3 3 3 3 2 4 4 4
Nomor Atribut 8 9 10 3 4 5 1 1 1 4 4 4 4 4 4 3 5 5 5 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 5 3 3 4 4 4 5 4 3 4 5 4 5 5 4 4 4 3 3 4 4 5 4 3 5 5 4 5 3 4 5 3 3 3 4 3 4 5 3 4 4 3 4 4 2 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4
11
12 3 1 4 4 5 4 2 2 2 3 4 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 2 1 1 1 2
13 3 1 4 3 3 4 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 4 3 4 4 3 3 3 1 3
14 2 1 4 3 3 4 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 4 3 4 4 3 4 3 1 3
15 5 1 4 4 4 3 2 2 2 3 3 2 3 2 1 3 4 4 3 3 2 3 2 1 4 3 3
16 3 1 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4
3 1 4 3 5 5 4 4 3 4 4 4 4 2 3 4 5 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4
85
Lampiran 5 Lanjutan Nama Responden 1 Rustam Hidayat Oje Eka Pratama Putra Putra A. Krisna Mukti Bagus Karim M. Hiqbil Handoko Aji Aziz Galuh Pratama Larasati E. H Sulistyo Kharis Abidin Diah Kurnia Y. Sri Wahyuni Siti Indriyani Pahma Rahmi Yusherlina Monica Diana B Silmi M Shanti Rendi Ninuk Syira Nafi K Tata M Syamsuddin
2 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 5 3 4 3 4 5 3 5 4 5 4 4 2 3 4 3
3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 2 4 4 3 4 5 3 4 5 5 4 4 2 3 4 3
4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 2 4 4 3 4 5 2 4 5 5 4 4 3 4 4 3
5 3 4 3 3 2 3 4 3 4 2 4 3 3 4 4 4 4 3 5 4 5 4 4 3 4 3 3
6 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 5 3 5 3 5 4 5 4 4 2 2 2 2
7 3 4 3 3 2 3 4 3 4 2 2 2 4 4 4 4 5 3 3 5 4 4 4 2 3 3 3
4 4 4 4 2 3 4 4 4 2 2 2 2 4 3 4 4 3 4 5 4 5 4 3 4 4 4
Nomor Atribut 8 9 10 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 5 4 4 5 5 2 4 3 5 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 5 4 3 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 2 2 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3
11
12 2 3 3 3 2 3 4 3 3 2 3 2 3 4 3 3 5 4 4 5 4 3 4 2 3 3 3
13 2 4 3 3 3 3 4 3 4 2 3 2 2 4 4 4 5 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4
14 2 3 3 3 3 3 4 3 5 2 3 2 2 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4
15 2 2 2 3 2 3 4 2 4 1 2 2 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4
16 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 3 3 4 3
4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 5 4 4 3 5 3 5 3 4 4 5 3 4 2 3 3 3
86
Lampiran 5 Lanjutan Nama Responden 1 Yeyen Tri Wulandari Mei Riana Edi Andriawan Gunawan Ridwan Laras Aji Didit Dyah Ayu Efendi Isah Cecep Baharudin Herry Markus H Aisyah Shandria Nadia Melia Dadang Suryadi Mamat Wuri Bima S. kaka Bara Caca Ipa Makmur
2 3 4 2 3 2 2 4 3 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 3
3 3 3 2 2 2 2 4 3 4 4 2 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 5 3 3 4
4 3 4 2 3 3 4 4 3 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4
5 3 2 2 2 2 1 5 3 4 5 4 4 3 4 3 4 3 3 5 3 4 4 3 5 2 3 3
6 3 3 2 4 3 3 4 3 4 4 2 4 2 3 3 3 2 2 5 3 5 3 3 5 2 4 3
7 3 3 2 4 4 3 4 3 4 3 2 2 2 3 4 3 2 2 4 3 3 4 3 4 4 5 5
3 2 2 4 3 1 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3
Nomor Atribut 8 9 10 3 3 3 4 3 3 2 2 2 4 3 2 4 3 2 4 2 1 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 3 3 5 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 5 4 3 4 4 3 5 5 4 2 3 3 4 5 4 5 4 3 4 3 3 4 4 2 4
11
12 3 2 2 3 3 3 3 3 4 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 4 3 4 4 2 3 4
13 3 3 2 4 4 4 4 3 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 2 3 4
14 3 3 2 4 4 4 4 3 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 2 1 3
15 3 3 2 2 3 3 2 3 4 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 4 3 4 4 4 5
16 3 4 2 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5
3 4 2 3 4 4 2 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 2 4 4 3 3 5 4 4 5
87
Lampiran 5 Lanjutan Nama Responden 1 Edu Gery Nina Ayuandari Ida 79 Ade Ita Yuni Risa Hesti Frika Citra M. Yusuf Aisyah Ratna Galih Siti Vina Ronal Yofan JUMLAH RATA-RATA
4 4 4 5 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 5 4 420 3.684
Jarak antara jumlah nilai Kinerja dan Kepentingan
-14
2
3
4
4 4 4 5 4 3 3 3 4 4 4 5 3 4 4 3 4 4 4 4 4 416 3.649
4 4 4 5 4 4 4 3 5 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 424 3.72
4 4 4 5 4 4 4 3 5 3 5 4 3 3 3 4 3 4 5 5 4 403 3.54
16
8
10
5 4 4 2 3 3 2 4 4 3 5 5 3 4 3 4 4 3 4 5 4 4 388 3.4
-56
6
7
5 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 369 3.237
4 4 4 4 3 4 4 5 5 5 5 5 4 3 5 3 3 3 5 5 4 396 3.47
48
-6
Nomor Atribut 8 9 10 5 3 5 5 3 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 5 4 5 4 3 5 3 3 4 4 4 5 5 5 5 5 3 4 4 4 5 4 3 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 450 385 440 3.95 3.38 3.86
15
10
-85
11
12
13
14
15
16
4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 336 2.947
5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 3 3 386 3.386
3 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 3 3 4 4 3 2 380 3.3333
5 3 5 4 4 4 5 5 5 4 3 3 3 3 5 3 3 2 4 3 2 345 3.026
5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 4 473 4.149
4 3 3 3 4 4 5 3 4 3 3 5 3 5 4 5 4 5 4 4 2 422 3.702
-10
-27
-13
53
35
18
88
Lampiran 6 Rekap Analisis SWOT Faktor Internal Responden No.
Faktor-Faktor Kekuatan
TNGP Nilai
1.
2.
3.
4. 5.
6. 7. 8.
Objek menarik dan khas serta tingginya potensi ekowisata Situ Gunung baik dari segi lanskap, flora, fauna, panorama alam maupun daya tarik kepercayaan Terdapat lebih dari satu obyek wisata dalam wilayah yang sama dan relatif berdekatan Topografi beragam, lingkungan yang masih terjaga kealamiannya dan fariasi obyek wisata memberikan alternatif aneka jenis kegiatan wisata Prasarana sarana wisata relatif lengkap Sistem pelayanan pengunjung, pengelolaan sampah dan pengelolaan wisata telah tertata Kealamian dan keutuhan kawasan relatif terjaga Struktur organisasi, rencana kerja dan alokasi SDM telah ada Penyusunan master plan pengelolaan Wisata Alam Situ gunung
Bobot
Perum Perhutani Nilai Bobot
Rata-Rata
RAKATA Nilai
Bobot
BWS Nilai
Nilai
Bobot
Bobot
4
5
5
5
4
4
4
5
4.25
0.139
4
4
4
5
4
5
4
4
4
0.131
4
3
4
4
4
4
3
4
3.75
0.109
3
3
3
4
4
4
3
4
3.25
0.109
3
5
2
5
5
5
4
4
3.5
0.139
3
5
4
4
3
4
4
4
3.5
0.124
4
5
4
5
4
5
4
5
4
0.146
4
3
4
3
4
4
3
4
3.75
0.102
89
Lampiran 6 Lanjutan Responden No. 1. 2. 3.
4. 5. 6.
7.
8.
Faktor-Faktor Kelemahan Kualitas SDM kurang Kuantitas SDM kurang Kondisi dan jumlah prasarana sarana serta fasilitas wisata yang belum memenuhi kebutuhan pengunjung Kondisi jalan di dalam kawasan yang cukup sulit untuk ditempuh Kurang nya kegiatan promosi baik dari intensitas maupun efektifitasnya. Aturan dalam perijinan memasuki kawasan maupun batasan-batasan kegiatan sehubungan dengan status kawasan sebagai bagian TNGGP Kendala birokrasi yang panjang dan berbelit dalam tubuh Perum perhutani maupun TNGGP sehingga menghambat pendanaan, perbaikan produk wisata dan lain-lain Manajemen pengendalian dampak yang belum tersusun secara sistematis pada rencana kerja.
TNGP Nilai 2 4
Bobot 4 4
Perum Perhutani Nilai Bobot 3 4 4 4
Rata-Rata
RAKATA Nilai 2 1
Bobot 4 4
BWS Nilai 2 3
Bobot 4 4
Nilai
Bobot
2.25 3
0.135 0.135
4
4
3
5
1
4
2
4
2.5
0.143
3
2
3
4
3
4
3
4
3
0.118
3
4
4
4
2
3
4
5
3.25
0.134
2
2
4
4
1
2
3
3
2.5
0.091
3
4
4
4
2
3
2
3
2.75
0.118
3
5
3
4
3
3
3
3
3
0.126
90
Lampiran 6 Lanjutan Faktor Eksternal No.
Faktor-Faktor Peluang
TNGP Nilai
1. 2. 3.
4.
5.
6. 7. 8.
Jarak lokasi wisata yang relatif dekat dengan kota kota besar Jarak lokasi wisata yang relatif dekat dengan jalan antar provinsi Stakeholders banyak dan memiliki kompetensi yang cukup baik dalam bisnis wisata alam Peluang menggalang kerjasama dengan organisasi wisata nasional yang sebelumnya belum ada kerjasama Penerimaan baik masyarakat terhadap adanya kegiatan wisata dan keinginan masyarakat untuk turut terlibat dalamoperasional kegiatan wisata Besarnya kunjungan pertahun yang memberikan pendapatan potensial Banyaknya usaha-usaha lain penarik massa di sekitar kawasan Penggalakan program Visit Indonesia yang membuka pasar internasional
Bobot
Responden Perum RAKATA Perhutani Nilai Bobot Nilai Bobot
Rata-Rata BWS Nilai
Nilai
Bobot
Bobot
2
3
3
4
3
4
3
4
2.75
0.128
3
5
3
4
2
4
3
5
2.75
0.155
4
3
4
3
3
3
3
4
3.5
0.111
4
4
3
4
4
4
4
4
3.75
0.138
4
3
4
4
4
4
4
4
4
0.128
3
3
4
5
4
4
3
4
3.5
0.137
1
2
2
1
4
3
3
3
2.5
0.076
2
3
3
4
3
4
3
4
2.75
0.128
91
Lampiran 6 Lanjutan
No.
Faktor-Faktor Ancaman
TNGP Nilai
1.
2. 3.
5.
8.
Rendahnya pengetahuan akan status dan aturan-aturan dalam kawasan serta rendahnya kesadaran konservasi dari masyarakat sekitar. Rendahnya dukungan dari pemerintah daerah Bergesernya wilayah jelajah satwa, pencemaran danau, vandalisme obyek wisata dan lain sebagainya yang merupakan dampak kedatangan pengunjung. Gangguan dari masyarakat sekitar kawasan akibat keterbatasan pekerjaan, pendidikan dan keterampilan Persaingan dengan usaha-usaha wisata sejenis
Bobot
Responden Perum RAKATA Perhutani Nilai Bobot Nilai Bobot
Rata-Rata BWS Nilai
Nilai
Bobot
Bobot
4
4
3
3
3
4
2
3
3
0.202
2
2
3
3
1
2
1
2
1.75
0.131
4
4
4
4
3
4
3
4
3.5
0.233
3
4
3
3
2
4
2
4
2.5
0.218
2
3
3
4
4
5
2
3
2.75
0.216
92
Lampiran 7 Perhitungan Analisis SWOT KEKUATAN Faktor 1 2 3 4 5 6 7 8 JUMLAH
Nilai 4 4 4 3 3 3 4 4
TNGGP Perum perhutani RAKATA Bobot Nilai Bobot Nilai Bobot 5 0.152 5 5 0.143 4 4 0.114 4 0.121 4 5 0.143 4 5 0.143 3 0.091 4 4 0.114 4 4 0.114 3 0.091 3 4 0.114 4 4 0.114 5 0.152 2 5 0.143 5 5 0.143 5 0.152 4 4 0.114 3 4 0.114 5 0.152 4 5 0.143 4 5 0.143 3 0.091 4 3 0.086 4 4 0.114 33 1 35 1 35 1
Nilai 4 4 3 3 4 4 4 3
BWS Bobot 5 0.147 4 0.118 4 0.118 4 0.118 4 0.118 4 0.118 5 0.147 4 0.118 34 1
Rata-rata Nilai Bobot 4.25 0.139 4 0.131 3.75 0.109 3.25 0.109 3.5 0.139 3.5 0.124 4 0.146 3.75 0.102 1
SKOR 0.590 0.525 0.410 0.355 0.486 0.436 0.584 0.383 3.768
KELEMAHAN Faktor 1 2 3 4 5 6 7 8 JUMLAH
Nilai 2 4 4 3 3 2 3 3
TNGGP Bobot 4 0.138 4 0.138 4 0.138 2 0.069 4 0.138 2 0.069 4 0.138 5 0.172 29
1
Perum perhutani Nilai Bobot 3 4 0.121 4 4 0.121 3 5 0.152 3 4 0.121 4 4 0.121 4 4 0.121 4 4 0.121 3 4 0.121 33
1
Nilai 2 1 1 3 2 1 2 3
RAKATA Bobot 4 0.148 4 0.148 4 0.148 4 0.148 3 0.111 2 0.074 3 0.111 3 0.111 27
1
Nilai 2 3 2 3 4 3 2 3
BWS Bobot 4 0.133 4 0.133 4 0.133 4 0.133 5 0.167 3 0.100 3 0.100 3 0.100 30
1
Rata-rata Nilai Bobot 2.25 3 2.5 3 3.25 2.5 2.75 3
0.135 0.135 0.143 0.118 0.134 0.091 0.118 0.126 1
SKOR 0.304 0.405 0.357 0.354 0.436 0.228 0.323 0.379 2.786
93
Lampiran 7 Lanjutan Selisih jumlah skor kekuatan dengan kelemahan adalah 3.768 - 2.786 = 0.982 PELUANG Faktor 1 2 3 4 5 6 7 8
TNGGP Perum perhutani RAKATA Nilai Bobot Nilai Bobot Nilai Bobot 2 3 0.115 3 4 0.138 3 4 3 5 0.192 3 4 0.138 2 4 4 3 0.115 4 3 0.103 3 3 4 4 0.154 3 4 0.138 4 4 4 3 0.115 4 4 0.138 4 4 3 3 0.115 4 5 0.172 4 4 1 2 0.077 2 1 0.034 4 3 2 3 0.115 3 4 0.138 3 4
JUMLAH
26
1
29
1
30
0.133 0.133 0.100 0.133 0.133 0.133 0.100 0.133 1
BWS Nilai Bobot 3 4 3 5 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 32
Rata-rata Nilai Bobot 0.125 0.156 0.125 0.125 0.125 0.125 0.094 0.125 1
2.75 2.75 3.5 3.75 4 3.5 2.5 2.75
0.128 0.155 0.111 0.138 0.128 0.137 0.076 0.128 1
SKOR 0.352 0.426 0.388 0.516 0.512 0.478 0.191 0.352 3.214
ANCAMAN Faktor 1 2 3 4 5 JUMLAH
TNGGP Perum perhutani RAKATA Nilai Bobot Nilai Bobot Nilai Bobot 4 4 0.235 3 3 0.176 3 4 2 2 0.118 3 3 0.176 1 2 4 4 0.235 4 4 0.235 3 4 3 4 0.235 3 3 0.176 2 4 2 3 0.176 3 4 0.235 4 5 17
1
17
1
19
0.211 0.105 0.211 0.211 0.263 1
BWS Rata-rata SKOR Nilai Bobot Nilai Bobot 2 3 0.1875 3 0.202 0.607 1 2 0.125 1.75 0.131 0.229 3 4 0.25 3.5 0.233 0.815 2 4 0.25 2.5 0.218 0.545 2 3 0.1875 2.75 0.216 0.593 16 1 1 2.790
Selisih jumlah skor peluang dengan ancaman adalah 3.214 - 2.790 = 0.424
94