Keterlibatan Multi-Sektor dalam Penanganan Beban Ganda Masalah Gizi RO G E R S H RI M PTON JA K A RTA 2 5 FE BRUA RY
Isi Presentasi Ucapan Terima Kasih Terminologi Permasalahan Penyebab terjadinya masalah Hal-hal yang perlu dilakukan Bagaimana Sektor dapat Berkontribusi Kolaborasi dan Kerjasama Kesimpulan & Rekomendasi
Ucapan Terima Kasih Kunjungan ini didukung oleh UNICEF dalam rangka pembuatan Rencana Aksi Nasional Multisektor untuk Gizi periode 2015 to 2019. Sebagian besar presentasi ini diambil dari lapora yang dibuat oleh Bank Dunia, bersama with Nkosinathi Vusizihlobo Mbuya dan Anne Marie Provo, berjudul “Lessons learned and examples of innovation applicable in adopting a multisectoral approach to the double burden of malnutrition in the East Asia Pacific region” (sedang dalam tahap finalisasi akhir).
Terminologi Beban Ganda Masalah Gizi termasuk di dalamnya: “Gizi Kurang” dan “Gizi Lebih” ◦ “Gizi Kurang” diukur berdasarkan status gizi seperti berat badan kurang terhadap tinggi badan (kurus/wasting), tinggi badan kurang dibandingkan usia (pendek/stunting); serta terdapatnya defisiensi gizi mikro (mis. anaemia). ◦ “Gizi Lebih” lebih sering digunakan dibanding “obesitas/kelebihan berat badan”. Gizi lebih dapat disebabkan karena zat gizi yang berlebih, tidak hanya disebabkan karena kelebihan energi. ◦ Kita tidak perlu menggunakan “triple burden” terminology karena defisiensi zat gizi mikro masuk dalam permasalahan “Gizi Kurang”.
Beban Ganda gizi dapat terjadi pada populasi yang sama, keluarga yang sama, bahwa individu yang sama. ◦ Permasalahan gizi di Indonesia termasuk Gizi Kurang (mis pendek/stunting) dan Gizi Lebih (kelebihan berat badan/obesitas) ◦ Banyak keluarga di Indonesia yang anggota keluarganya mengalamai Gizi Kurang (balita pendek) dan Gizi Lebih (Ibu obese/kelebihan berat badan) ◦ Banyak individu di Indonesia yang mengalami Gizi Kurang (anemia) dan Gizi Lebih (obesitas). Hal ini dapat terjadi pada siklus kehidupan seseorang- dimana individu tersebut mengalami stunting pada 1000 Hari Pertama Kehidupan, dan saat dewasa menjadi individu pendek dan mengalami kelebihan berat badan/obesitas.
Terminologi Diperlukan sebuah Rencana Multi Sektor untuk Gizi untuk menangani permasalahan Beban Ganda Gizi. ◦ Perbaikan gizi tidak dapat dicapai melalui sektor Kesehatan saja. Sektor Kesehatan sangat berperan dalam penyembuhan/penanganan berbagai masalah beban ganda gizi ◦ Pencegahan terjadinya Beban Ganda Gizi memerlukan kontribusi dari berbagai sektor (dan menjadi tanggung jawab bersama) ◦ Pendidikan, Pertanian, Jaminan Sosial, Pekerjaan Umum, Perindustrian & Perdagangan
Rencana Gizi Multi Sektor menjadi hal penting- sangat berbeda dengan “RANPG” yang hanya berfokus pada “pangan” dan “gizi”
Bagaimana Situasi Beban Ganda Gizi di Indonesia Satu dari tiga balita di Indonesia adalah balita pendek Satu dari tiga balita di Indonesia mengalami anemia 12% balita di Indonesia mengalami kelebihan berat badan/obese (lebih tinggi dari USA) Satu dari empat orang dewasa mengalami kelebihan berat badan/obese (berdasarkan berat badan) pada tahun 2013- terdapat kenaikan sekitar 36% dari data tahun 2007. 1 dari 3 orang dewasa mengalami “pre-diabetic” pada tahun 2013, terdapat kenaikan sebesar 259% dibandingkan tahun 2007 1 dari 3 orang dewasa memiliki tingkat kolestrol yang tinggi, dan 1 dari 4 orang dewasa memiliki tekanan darah yang tinggi pada tahun 2013
Apakah Penyebabnya? Gizi Kurang disebabkan karena buruk dan tidak optimalnya asupan makanan, Kesehatan dan Pola asuh pada 1000 hari pertama kehidupan (janin-2tahun) yang berdampak pada sistem tubuh (mis. tumbuh kembang otak dan imunitas). Gizi Lebih dapat terjadi karena berbagai sebab dan dapat dikelompokkan: ◦ BIOLOGIS/KESEHATAN: termasuk metabolisme dan faktor genetik. Individu yang pendek/stunted mengalami kemungkinan menjadi gemuk saat dewasa. ◦ EKONOMI/MAKANAN: termasuk terjadinya kenaikan pendapatan dan ketersediaan Makanan dengan harga murah, khususnya Makanan kaya kandungan gula. “APA YANG DIMAKAN” lebih penting dari pada “BERAPA BANYAK YANG DIMAKAN”. ◦ FISIK/INFRASTRUKTUR: Khususnya di perkotaan, banyak orang tidak lagi/jarang melakukan aktivitas fisik karena moda transportasi (kereta, mobil, bus), dan menghabiskan lebih sedikir enerfi di tempat kerja dan di rumah. Dua per tiga anak dan Satu per tiga dewasa tidak cukup melakukan aktivitas fisik di Indonesia. ◦ SOSIO/BUDAYA: makan menjadi lebih dari sekedar kebutuhan, dan seringkali menjadi bagian dari suatu “kenyamanan” dan “penghargaan”. Orang makan berdasarkan “norma social”, dimana iklan menjadi acuan akan hal-hal tersebut.
The Y-Y paradox John S Yudkin , Chittaranjan S Yajnik
Obesity is “hidden” in stunted Asians
The NCD and overnutrition problem Low grade inflammation of obesity drives insulin resistance
Between a third and a half of Indonesian adults have at least one of these conditions
THIS IS THE REAL PROBLEM Opie L H Circulation 2007;115:e32-e35 Copyright © American Heart Association
The NCD and overnutrition problem The pathophysiology of the metabolic syndrome: Genetic predisposition, decreased physical activity and the “western diet” (low in fibre and high in saturated fats) leads to increased visceral adiposity. Visceral adipose tissue secretes inflammatory cytokines, and adipokines (leptin, resisitin, and others) as well as fatty acids, which together create insulin resistance in muscle, and liver.
Source: Potenza et al 2009 10
Apa yang harus dilakukan Rencana Multi Sektor untuk Gizi sebaiknya bertujuan untuk: ◦Mencegah terjadinya Gizi Kurang yang menyebabkan tidak optimalnya pertumbuhan pada 1000 Hari Pertama Kehidupan yang menyebabkan terjadinya stunting ◦Mencegah terjadinya Gizi Lebih pada anak usia 2-18 tahun ◦Mencegah dan mengurangi konsekuensi dari terjadinya gizi lebih saat dewasa
Kontribusi Dari Sektor Kesehatan Pencegahan dan Penanganan Gizi Kurang pada Ibu dan Anak pada 1000 HPK merupakan prioritas untuk sektor kesehatan ◦ Memperluas Paket Intervensi “gizi spesifik” (suplementasi gizi mikro saat kehamilan, ASI Eksklusif, Makanan Pendamping ASI, suplementasi gizi mikro dan penanganan balita sangat kurus)
Pencegahan dan/atau penanganan Gizi Lebih merupakan Prioritas Lain ◦ Pendidikan Gizi menjadi bermanfaat pada orang dewasa bila disertai dengan pengukuran status gizi nya ((BMI or WC) ◦ Penanganan sindroma metabolik (darah tinggi, gula darah tinggi/atau glukosa darah tinggi memerlukan pengecekan dan pengobatan. Lebih dari setengah orang Indonesia yang mengalami Gizi Lebih tidak menyadari bahwa mereka mengalami penyakit tersebut.
Kontribusi dari Sektor Pertanian Investasi pada perempuan- dengan membantu mereka dalam meningkatkan produksi pertanian untuk digunakan dalam rumah tangga mereka sendiri, dan dibarengi dengan pendidikan gizi. Investasi dam Rencana Strategi dari Kementrian Pertanian mengikutsertakan gizi sebagai indikator dalam upaya program perbaikan gizi Meningkatkan produksi lokal dan ketersediaan buah dan sayuran berpotensi untuk menurunkan kelebihan berat badan/obesitas, dan mencegah terjadinya sindroma metabolisme. Berbagai upaya untuk mencegah terjadinya permasalahan Gizi Lebih dapat dikaitkan dengan program jaminan social (mis di USA – dengan program SNAP)
Kontribusi Sektor Jaminan Sosial Bantuan Langsung Tunai untuk keluarga sangat miskin ◦ Pengalaman USA, Brazil, Mexico dan Afrika Selatan menunjukkan program tersebut dapat meningkatkan status gizi balita (Indonesia dengan PNPM Generasi). ◦ Program BLT bersyarat dapat meningkatkan cakupan pada sector Kesehatan dan Pendidikan.
Program jaminan sosial berpotensi untuk memerangi permasalahan gizi lebih pada anak dan orang dewasa, dengan penggunaan BLT untuk pembelian buah dan sayur. Bila tidak, kemungkinan terjadi peningkatan gizi lebih karena penggunaan BLT yang tidak tepat
Kontribusi Sektor Pendidikan Sektor Pendidikan dapat berkontribusi untuk mengurangi permasalahan gizi kurang melalui peningkatan angka kelulusan anak perempuan. Hal ini dapat mengurangi terjadinya kehamilan pada remaja. Sekolah menjadi tempat penting untuk mencegah terjadinya gizi lebih pada anak. Sekolah perlu memastikan standar gizi pada seluruh kantin dan jajanan anak sekolah, adanya kurikulum terkait gizi, dan pendidikan jasmani . ◦ Banyak Negara mulai menerapkan pelarangan akses terhadap berbagai minuman dengan kadar gula tinggi serta produk jajanan (snack)
Kontribusi Sektor Pekerjaan Umum Air, sanitasi dan penyehatan lingkungan dapat berkontribusi besar dalam berbagai permasalahan gizi. Sanitasi dan ketersediaan air bersih menjadi sangat penting, untuk mengurangi dari “tropical enteropathy”. ◦ BAB di tempat terbuka dapat dikaitkan dengan terjadinya stunting- dan 1 dari 3 orang di Indonesia masih BAB di tempat terbuka.
Kebijakan transportasi dan rencana tata kota dapat berkontribusi untuk mengendalikan dan mengurangi dampak dari masalah gizi lebih. ◦ Menambah jumlah tempat/jalur sepeda, berjalan kaki dapat meningkatkan aktivitas fisik ◦ Meningkatkan akses (jalan) ke pasar-pasar tradisional untuk mendapatkan berbagai buah dan sayur
Kontribusi Sektor Industri & Perdagangan Industri Makanan dapat berkontribusi melalui program fortifikasi. ◦ Fortifikasi yodium pada garam- 70% Rumah Tangga saat ini mendapatkan akses terhadap yodium melalu fortifikasi yodium pada garam ◦ Fortifikasi vitamin dan mineral (Vit B dan Besi) pada tepung terigu
Melibatkan industri Makanan dan Minuman merupakan keharusan untuk mengendalikan dan mengurangi dampak dari permasalahan Gizi Lebih. ◦ Mengurang trans-fat dari berbagai jenis Makanan ◦ Mengurangi “porsi” dari Makanan dan minuman ◦ Pemerintah memberlakukan berbagai kebijakan (yang disertai dengan penegakan hukum)
Kontribusi dari Menkoinfo dan/atau BPOM Tidak ada satupun kementrian yang bertanggung jawab terhadap informasi publik untuk “Makanan”. Di tingkat internasional, terdapat komisi CODEX yang dibentuk oleh FAO dan WHO Implementasi dari Kode Pemasaran Produk Pengganti ASI. ◦ Hanya 10% Negara di dunia yang memiliki kebijakan/UU dengan mengadopsi seluruh pasal yang ada pada Kode, sebagaimana dimandatkan oleh WHA
Untuk mengendalikan gizi lebih, label yang terdapat pada produk Makanan harus dibuat dengan jelas (mis menggunakan kode lampu lalu lintas), serta pengendalian pemasaran produk Makanan kepada anak-anak ◦ Di banyak Negara Asia Pasifik, label gizi belum menjadi keharusan, sehingga pemasaran produk Makanan pabrikan tidak dapat dikendalikan
Kontribusi dari Kementrian Keuangan Kontribusi pada subsidi dan pajak belum terbukti efektif Potensi kebijakan fiskal dapat menjadi pertimbangan ◦ Subsidi pada berbagai komoditi di USA dan Uni Eropa menjadikan bahan pembuatan Makanan pabrikan menjadi sangat murah. Apabila pajak untuk “Produk Makanan Tidak Sehat” diberikan cukup tinggi (1020%), hal itu dapat mengurangi Konsumsi
A highly contested area of policy, with food industry resorting to legal challenges in many countries.
Pengalaman Berbagai Negara Brazil dan Thailand telah berhasil menurunkan permasalahan gizi melalui pendekatan yang terdesentralisasi, dengan pemerintah daerah melaksanakan berbagai kegiatan yang selaras dengan rencana aksi multisektor untuk gizi untuk pemenuhan target nasional. Sasaran serta covergence dari program pengentasan kemiskinan dan layanan kesehatan primer memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan kedua negara tersebut di atas. Perancis merupakan salah satu contoh negara yang menggunakan pendekatan multisektor untuk mengendalikan permasalahan gizi lebih (EPODE). Seperti halnya Brazil dan Thailand, inisiatif ini sangat bergantung pada upaya pemerintah daerah dalam mengembangkan rencana dan melaksanakan berbagai program. Sedangkan pemerintah pusat telah berhasil membuat regulasi guna mengendalikan berbagai iklan dan pajak untuk makanan yang tidak sehat.
Dari tiga contoh di atas, kapasitas daerah sangat penting dan perluasan program harus dilakukan secara bertahap, dimulai di beberapa kebupaten sebagai tempat pembelajaran, kemudian menyebarkan berbagai lesson-learnt yang ada.
Kesimpulan dan Rekomendasi Beban Ganda Gizi menjadi masalah besar di Indonesia dan dengan berbagai konsekuensi bila tidak segera ditangani. Rencana Multisektor untuk Gizi diperlukan untuk ◦ Menurunkan masalah Gizi Kurang untuk memastikan tidak ada anak pendek/stunted dalam dua dekade mendatang ◦ Mencegah terjadinya kelebihan berat badan pada anak dan remaja ◦ Menurunkan gizi lebih pada orang dewasa, mengurangi dan menangani berbagai dampak yang terjadi
Semua sektor memiliki kejelasan peran dalam upaya pelaksanaan berbagai kegiatan yang ada dalam perencanaan multisektor untuk gizi, berkontribusi pada pengendalian dan penurunan beban ganda masalah gizi Prioritas pada Pemda Kabupaten untuk pelaksanaan program mengacu pada rencana multisektor untuk Gizi ◦ Kepada Daerah dapat menjadi “Champion” (Panutan)
Pemerintah Pusat dapat berkontribusi pada upaya peningkatan lingkungan yang kondusif seperti kebijakan fiskal dan pengendalian informasi publik